The Upgrading Approach: Kampung Badran Child Friendly Development

Page 1

The upgrading approach: A Contextual Framework for supporting

Kampung Badran Child Friendly Development.



to every child out there, that deserves decent places to grow up with.


FOREWORDS.

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat-Nya serta kekuatan yang diberikan, kami dapat menyusun dan menyelesaikan tugas laporan hasil panelitian The upgrading approach: A contextual framework for Supproting Kampung Badran Child Friendly Development Dalam melakukan survey kawasan dan penyusunan data-data serta laporan ini, tentunya tidak sedikit hambatan dan tantangan yang kami alami. Banyak pihak lain yang tentunya membantu kami dalam menyelesaikan laporan ini. Untuk itu, kami berterima kasih kepada: 1. Bapak Deva Fosterharoldas Swasto serta Ibu Widyasari Her Nugrahandika selaku dosen pembimbing kami dalam mata kuliah Perencanaan Pembangunan Permukiman. 2. Kedua orang tua kami yang selalu mendukung kami. 3. Teman-teman angkatan 2014 Perencanaan Wilayah Kota, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, yang sennantiasa saling membantu dalam proses penyelesaian laporan ini. 4. Serta pihak-pihak lain terkait, khususnya warga di RW 19 Kampung Badran, Kelurahan Bumijo, Kecamatan Jetis, Yogyakarta yang telah membantu dalam proses pengumpulan data dan penyelesaian laporan ini dan tidak dapat kami sebutkan satu-persatu. Laporan hasil penelitian yang telah kami susun ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan masukan, kritik, dan saran yang membangun.

Tim Penulis


Aditya Hidayat Adam /41510

Rahmawati Utami /42404

Ajeng Paramastri Santika /42397

Siti Intan Sulistiowati /41975

Fildzah Husna Amalina /41907

Syadza Salsabyla Tamam /41947

M. Bagus Samudra /41966


CONTENTS.


01 04

Latar Belakang// Background

Evaluasi Pembangunan Permukiman// Evaluation

05 11 16 17

Evaluasi Skoring// Scoring Evaluation Evaluasi Keruangan// Spatial Evaluation

Evaluasi Fasilitas// Facilities Evaluation Evaluasi Estetika// Aesthetics Evaluation

19 22

Konsep// Concept

Alternatif Rencana Pembangunan// Alternatives

23 25 28

Alternatif Rencana Keruangan// Spatial Plan Alternatives

Alternatif Rencana Fasilitas// Facilities Plan Alternatives Alternatif Rencana Estetika// Aesthetics Plan Alternatives


BACKGROUND. 1


Did You Realize?

Gambar 1. kependudukan dan kemiskinan menajdi masalah utama permukiman Indonesia hingga kini. Sumber: menyempal.files.wordpress.com

Seperti apa kita membayangkan kondisi kawasan permukiman Indonesia di masa depan? Perumahan yang mewah, jejeran bangunan raksasa atau tempat tinggal yang bercampur (mix used) dengan kantor tempat kita bekerja, supermarket tempat kita belanja atau bahkan tinggal bersama salon langganan yang dulunya jauh di pusat kota ?. Semua itu semestinya benar, karna masa depan seharusnya menjanjikan konversi utopia masa lalu menjadi kenyataan. Faktanya, ilmu pengetahuan dan teknologi “kekinian� seolah menghantar kita melompat ke masa depan, yang membuat hidup manusia lebih efektif dan efisien. Nenek moyang kita tentunya tidak pernah merasa kesulitan sedikit pun untuk memperoleh sebidang tanah sebagai tempat bernaung. Mereka bisa hidup dimanapun, memikirkan cara agar perut tetap kenyang adalah yang utama dibanding memikirkan tempat bernaung. Sangat disayangkan kita tidak bernasib baik seperti nenek moyang kita dalam konteks permukiman dewasa ini. Kita patut mengasihani Pemerintah Ibu Kota Indonesia : Jakarta yang ternyata 80% uang negara beredar didalamnya belum cukup baik dalam penyediaan pelayanan permukiman yang humanis. Faktanya

terhampar seluas : 4.481 Ha dan meliputi 2.377.000 jiwa (26%) penduduk jakarta (Judohusodo, 1991: 3) terpinggirkan di permukiman kumuh dengan sarana prasarana yang serba marjinal. Pembangunan perkotaan di indonesia sampai titik ini terus berlangsung, namun, pembangunan saat ini cendereung mengarah kepada pembangunan yang tidak terkendali. Pembangunan berbasis peningkatan pendapatan daerah adalah yang terpenting dibandingkan pertimbangan keseimbangan ekositem. Setidaknya hal ini secara eksplisit tercermin langsung di lapangan ( existing condition ) dan hal ini jelas semakin memperburuk kondisi kualitas permukiman di indonesia. Lalu apa yang bisa kita lakukan ?, apa solusi konstektual yang dapat menjadi upaya dalam peningkatan kualitas permukiman di indonesia ?. Tentunya tiap kawasan permukiman memiliki konteks yang menentukan alternatif pembangunan apa yang semestinya dilakukan. Yang lebih penting dari itu semua adalah kita harus sadar bahwa ragam masalah kawasan permukiman yang begitu kompleks saat ini, sudah tidak dapat diatasi dengan pendekatan yang lazimnya dilakukan. Pengembangan kawasan perkotaan dengan konsep kawasan Upgrading yang secara integral merupakan konsep Urban Renewal merupakan pembangunan kawasan permukiman yang inovatif, yang “out of the box� untuk mengatasi segala tantangan di kawasan permukiman yang tidak utopis namun kontekstual. karena kondisi eksisting sangat menentukan untuk menentukan masalah utama ( defined the problem ) sampai ke tahap mengusulkan alternatif pembangunan ( give a solution )

2


Take a Closer Look

Peta 1. Peta Inset Kawasan Kampung Badran

Pemahaman tentang kondisi eksisting dalam proses perencanaan kawasan marupakan bagian yang sangat penting sebelum jauh melangkah ke tahap pengusulan alternatife pembangunan. Kampung Badran adalah kawasan permukiman yang memiliki letak yang cukup strategis berada di Kelurahan Bumijo, Kecamatan Jetis, Yogyakarta. Kampung yang berada di sisi barat Yogyakarta ini siapa sangka dulunya mendapat predikat kampung preman. Anak-anak jalanan, pencopetan sampai pemerkosaan menjadi salah satu kegiatan yang selalu menghiasi kegiatan kampung. Batas Utara : Jln. Kyai Mojo Batas Timur : Jln. Tentara Zeni Pelajar Batas Selatan : Jln Tentara Pelajar Batas Timur : Sungai Winongo Luas area amatan 2,Ha

Gambar 2. Baliho Kampung Badran Ramah Anak Sumber: indopos.com

Perubahan sosial masyarakat secara drastis terjadi ketika LSM dan Pemerintah Kota Yogyakarta mengawali inisiasi pembentukan kampung ramah anak pada 2011, di Kampung Badran Kecamatan Jetis serta di Kampung Sudagaran Kecamatan Umbulharjo.. dikutip dari www.indopos.co.id/2015/02/ada-4-tingkatan-kampung-ramah-/ ( diakses pada tanggal 26 Desember 2015 pukul 21.25 WIB ). Melalui pendekatan pembangunan kampung ramah anak masyarakat kampung mendapat berbagai fasilitas seperti taman, program pelatihan anak dan orang tua dan sarana prasarna yang mendukung proses pengembangan dan upaya memenuhi hak anak. 3


EVALUATION. 4


Evaluasi Skoring// Scoring Evaluation

No

Indikator

Bobot

1 2 3 4 5 6

Kepadatan bangunan Kondisi bangunan Akses ke SD Akses ke puskesmas Akses ke warung Akses ke pusat hiburan Akses ke ruang terbuka (publik) Distribusi air bersih Jaringan drainase Akses ke transportasi umum Jaringan jalan / aksesibilitas Kondisi jalan Kondisi lingkungan Kondisi RTH Sistem persampahan Jaringan listrik dan penerangan Keamanan Total

15 15 4 5 5 2

3 4 4 4 5 2

4

3 4 4 4 5 2

10

4 40

4

12 11

7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

A

B

C

4

3 45 4 60 4 16 4 20 5 25 2 4

3 4 4 4 5 2

40

4 40

4

4 48 4 44

4 48 4 44

8

4 32

4

12

4 48

4

8 12 10 13

4 4 2 4

52

4 4 2 4

13

4 52

12

4 48

45 60 16 20 25

32 48 20

634

Blok D

4

1 3 4 4 5 2

40

5 60 4 44

32

3

48 32

E

4

1 3 4 4 5 2

5

50

5

5 60 4 44

4 3

48

24

3

24

2

24

3

32

52

4 3 3 4

52

4 4 2 3

4

52

4

52

4

48

5

60

45 60 16 20 25

48 20

634

36 30

624

F

G

4

1 2 3 4 5 2

50

5

50

4 3

48

33

5 60 4 44

3

24

3

24

3

24

36

3

36

2

24

2

24

32

16

39

3 2 2 3

24

39

2 2 2 3

39

2 2 2 3

4

52

4

52

4

52

4

52

3

36

4

48

4

48

4

48

45 60 16 20 25

48 20

603

15 45 16 20 25

24 20

515

15 45 16 20 25

24 20

534

15 30 12 20 25 4

Rentang skor yang digunakan yaitu : 1 = sangat buruk 2 = buruk 3 = sedang/cukup 4 = baik 5 = sangat baik

33

16 24 20 39

484

Tabel 1. Tabel Skoring Blok

Kawasan amatan dibagi menjadi 7 blok. Pada setiap blok dilakukan skoring untuk melihat kualitas perumahan. Dalam melakukan skoring, dilakukan pula pembobotan pada setiap aspek dengan melihat tingkat prioritas yang dibutuhkan pada suatu lingkungan perumahan. Semakin bobot yang diberikan berarti aspek tersebut semakin menjadi prioritas bagi lingkungan perumahan. Kepadatan bangunan serta kondisi bangunan menjadi aspek prioritas yang dilihat, dikarenakan dari aspek bangunan saja kita dapat melihat keterkaitannya dengan kondisi lingkungan yang ada. Kemudian diikuti dengan aspek sistem persampahan dan jaringan listrik yang juga menjadi prioritas tinggi dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat di setiap perumahan yang ada. Selanjutnya aspek distribusi air bersih, jaringan jalan / aksesibilitas, kondisi lingkungan, serta

keamanan juga menjadi aspek yang dilihat penting dalam perumahan. Akses ke ruang publik diperlukan dalam mencukupi kebutuhan sosial masyarakat. RTH juga menjadi bagian penting dalam kualiatas lingkungan. Selanjutnya akses ke transportasi umum serta kondisi jalan menjadi hal yang adapat mendukung mobilitas penduduk dalam melakukan aktivitasnya. Sedangkan akses ke fasilitas utama seperti komersil, pendidikan, dan kesehatan juga penting namun asalkan masih dapat dicapai oleh masyarakat, tidak masalah apabila terletak di luar kawasan. Begitu pula dengan aspek akses terhadap pusat hiburan.

5


G E F D B A

C Peta 2. Peta Deliniasi Blok

Blok A Pada blok A yang berada di Selatan kawasan amatan memiliki stress skor paling tinggi daripada blok lainnya. Ini karena memang blok A merupakan blok yang paling baik skor indikatornya dibanding yang lainnya, seperti kepadatan bangunannya tidak terlalu padat dan perumahan di blok A masih mempunyai halaman atau perkarangan walaupun kecil. Kondisi bangunan di blok ini pun masih bagus, terawat, dan tidak ada kerusakan-kerusakan. Blok ini pun masih dijangkau fasilitas pendidikan sekolah dasar yang terletak di Timur, selain fasilitas pendidikan pun blok ini juga dekat dengan fasilitas kesehatan. Untuk kebutuhan sehari-hari, sudah ada warung kecil dan rumah makan padang yang berada di blok ini. Blok A juga sudah mendapat air bersih yang terdistribusi tiap rumahnya sehingga kebutuhan warga untuk air sudah terpenuhi. Jaringan drainase pun memakai saluran drainase terbuka yang berfungsi dengan baik. Untuk akses ke transportasi umum, ada halte trans Jogja yang terletak di Selatan kawasan. Jaringan jalan blok A sudah

baik karena tidak ada gang buntu dan kondisi jalannya pun masih bagus dan terawat. Sistem persampahannya pun sudah baik dengan adanya penampungan sampah tiap rumah dan kemudian diumpulkan tiap minggunya unuk dibuang ke TPS yang berada dekat di kawasan ini. Dari sistem persampahan serta drainase dan kondisi bangunan yang baik ini membuat kondisi lingkungan blok A baik pula, tidak ada sampah berserakan maupun genangan air di blok ini. Blok ini juga sudah dialiri listrik dan untuk keamanan pada blok A sudah memiliki pos ronda yang terletak di Timur blok ini. Sayangnya tidak ada pusat hiburan terdekat di blok ini membuat skor akses ke pusat hiburan blok ini rendah. Gambar 3. Drainase terbuka pada Blok A Gambar 4. Pos ronda terletak pada Blok A Sumber: Dokumentasi Pribadi

6


Blok B Blok B pun mempunyai kondisi yang hampir sama seperti blok A, karena itu stress skornya sama. Blok B yang berada di Utara blok A memiliki kepadatan bangunan yang tidak terlalu padat masih ada perkarangan tiap rumahnya dan blok bangunannya pun masih besar. Begitu pula kondisi bangunan di blok ini pun juga masih bagus dan terawat. Seperti blok A blok ini pun masih dijangkau fasilitas pendidikan sekolah dasar dan juga masih dijangkau fasilitas kesehatan. Di blok B pun dekat dengan toko roti yang terletak d blok C. Air bersih sudah teraliri tiap rumahnya dan sudah mencukupi kebutuhan air tiap rumahnya. Jaringan drainase pun memakai saluran drainase terbuka yang salurannya terhubung dengan drainase di blok A dan masih berfungsi dengan baik dan blok B ini masih dekat dengan halte trans Jogja. Di blok ini pun jaringan jalannya baik tidak ada gang-gang buntu dan kondisi jalannya pun

masih bagus dan terawat walaupun memakai paving blok untuk material jalannya. Sistem persampahannya pun sudah baik dan hampir sama dengan blok A yaitu dengan adanya penampungan sampah tiap rumah dan kemudian diumpulkan tiap minggunya. Kondisi lingkungan Blok B juga baik, tidak ada sampah berserakan bahkan ada penambahan pot-pot tanaman di jalannya yang membuat blok B lebih asri. Blok ini juga sudah teraliri listrik dan dekat dengan pos ronda yang terletak di blok A. Sama seperti blok A, tidak ada pusat hiburan terdekat di blok ini membuat skor akses ke pusat hiburan blok ini rendah.

Gambar 5. Kondisi Bangunan Baik Gambar 6. Kondisi jalan baik menggunakan paving block Sumber: Dokumentasi Pribadi

Blok C Kondisi di Blok C pun tidak jauh berbeda dengan Blok A dan B. Walaupun memiliki skor yang lebih rendah, namun secara keseluruhan kondisi lingkungannya cenderung sama. Aspek bangunan yang baik dan terawat, persil bangunan yang masih cenderung besar, kondisi jalan yang baik, serta kepadatan yang tidak terlalu tinggi membuat kualitas keruangan di blok C masih tergolong baik. Namun pada aspek jaringan jalan atau aksesibilitas, bagian dalam blok masih kurang terakses karena jalan yang dapat dilalui cenderung kecil dan sempit. Selain itu, di bagian Timur blok terdapat semacam tempat pengumpulan sampah yang cukup mengganggu kualitas lingkungan, walaupun hal ini menjadikan sistem persampahan menjadi baik. Akses ke fasilitas utama seperti SD, puskesmas, sama seperti blok sebelumnya juga masih dapat terjangkau dengan baik. Adanya warung-warung di dalam blok juga dapat mencukupi kebutuhan masyarakat. Kedekatan dengan transportasi umum serta pusat hiburan

terdekat kurang dapat diakses dengan mudah oleh warga, namun adanya ruang terbuka publik berupa lapangan kecil di Blok F yang masih dapat dijangkau oleh warga cukup memenuhi kebutuhan. Jaringan listrik, sistem drainase yang terbuka, dan distribusi air bersih sudah mencukupi. Terdapat pos ronda di Blok A yang juga menjangkau Blok C ini. Selain itu adanya pot-pot tanaman sumbangan dari BLH Kota Yogyakarta cukup menambah hijauan di lingkungan blok C.

7


Blok D Blok D terletak di Utara Blok mempunyai stress skor yang tidak tinggi maupun tidak terlalu rendah. Kepadatan bangunan di blok ini masih tidak terlalu padat walaupun blok bangunannya mulai kecil. Namun, kondisi bangunan di blok ini masih terawat dan masih dijangkau fasilitas pendidikan berupa SD. Blok D pun masih dekat dengan toko roti yang letaknya di blok C. Sudah ada air bersih tiap rumahnya. Jaringan drainase pun juga memakai saluran drainase terbuka dan masih berfungsi dengan baik. Sistem persampahannya pun sudah baik dan hampir sama dengan blok A dan B yaitu dengan adanya penampungan sampah tiap rumah dan kemudian diumpulkan tiap minggunya. Kondisi lingkungan Blok D ini masih baik, tidak ada sampah berserakan dan seperti blok B ada penambahan pot-pot tanaman di jalannya yang merupakan bantua dari BLH. Blok D ini sudah teraliri listrik. Namun, tidak ada pusat hiburan

terdekat di blok ini membuat skor akses ke pusat hiburan blok ini rendah. Di blok D ini juga mulai jauh dari halte trans Jogja sehingga membuat skor akses ke transportasi umumnya rendah. Jaringan jalannya mulai tidak baik seperti ada beberapa gang-gang buntu namun kondisi jalannya pun masih bagus dan terawat. Untuk keamanan di blok D ini tidak ada pos ronda, namun masih dijangkau pos ronda di blok A.

Gambar 7. Adanya penambahan pot tanaman di jalan Sumber: Dokumentasi Pribadi

Blok E Blok E merupakan blok yang termasuk memiliki stress skor terendah. Ini karena blok ini sudah mulai padat bangunan dan kondisi bangunannya pun mulai berkurang dari pada blok A, B, D. Namun akses ke fasilitas pendidikan dan kesehatan masih terjangkau dengan adanya PAUD di blok F yang merangkap juga sebagai posyandu. Kebutuhan sehari-hari pun terpenuhi dengan adanya 2 warung di blok ini, hanya saja sama seperti blok lainnya akses ke pusat hiburan masih jauh. Untuk akses ke ruang terbuka sangat dekat karena blok ini dekat dengan blok F yang memiliki taman bermain kecil untuk anak-anak. Untuk air bersih sudah teraliri pada tiap rumahnya. Jaringan drainase memakai sistem drainase tertutup, tetapi masih kurang lubang drainasenya karena masih ada genangan-genangan air pada saat hujan khususnya di Selatan blok ini yang memakai cor semen untuk material jalannya. Akibatnya kondisi jalan di Selatan ini buruk karena banyak kerusakan akibat genangan air yang membuat jalan ini lapuk. Sedangkan untuk jaringan jalan blok ini

masih baik, tidak ada gang buntu yang mempersulit akses. Kualitas lingkungan blok ini mulai buruk karena adanya penumpukan barang bekas di Utara blok ini yang kemungkinan sampah ini dikumpulkan oleh warga untuk dijual. Tidak ada RTH di blok ini, namun warga setempat mengakali hal tersebut dengan merawat tanaman hijau di depan rumahnya di dalam pot-pot kecil. Blok ini juga sudah dialiri listrik ke setiap rumahnya. Untuk keamanan tidak ada pos ronda di blok ini, namun masih dekat dengan pos ronda di blok C/F.

Gambar 9. Adanya warung membuat kebutuhan sehari-hari warga terpenuhi Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 8. Kurangnya saluran drainase membuat genangan air dan memperburuk kondisi jalan menjadi lapuk Sumber: Dokumentasi Pribadi

8


Blok F Blok F juga tergolong memiliki stress skor yang rendah. Pada blok ini, bangunan cenderung padat satu sama lain dengan kondisi bangunan sedang sehingga menimbulkan kondisi lingkungan yang cenderung tidak baik. Dari padatnya bangunan tersebut, jalan yang ada pun menjadi cenderung sempit walaupun memiliki kondisi jalan yang sedang. Distribusi air bersih sudah baik dengn adanya beberapa tangki air penyalur yang terdapat di beberapa titik yang tidak hanya menjangkau blok ini. Jaringan drainase pun sudah diperbaiki menjadi drainase tertutup di bawah sepanjang jalan sehingga tidak terjadi lagi genangan yang terlalu lama. Jaringan listrik pus sudah manjangkau secara keseluruhan. Terdapat satu pos ronda atau pos kamling sebagai fasilitas keamanan di blok. Sama seperti blok yang lain, akses menuju fasilitas sekolah dan kesehatan pun cukup baik. Warung yang dibuka di beberapa rumah warga

dapat menjangkau kebutuhan sehari-hari. Adanya lapangan kecil sebagai ruang terbuka publik dapat menjadi tempat bersosialisasi maupun sebagai tempat bermain anak. Namun dengan akses ke pusat hiburan yang buruk serta akses menuju transportasi yang cukup, ditambah dengan kurangnya ruang terbuka hijau menjadikan Blok F memiliki kualitas yang sedang dan cenderung rendah.

Blok G Blok G menjadi bagian dari kawasan yang paling rendah stress skornya, artinya ia menjadi yang paling bermasalah dibandingkan dengan blok-blok yang lain. Masalah yang paling terlihat adalah pada kepadatan yang tinggi serta massa bangunan yang kecil-kecil dengan kondisi yang juga buruk sehingga memengaruhi pada buruknya kondisi lingkungan. Hanya terdapat satu jalan utama yang membelah blok G yang juga sekaligus menjadi tempat aktivitas warga, seperti menjemur pakaian, mencuci, dan sebagainya. Selain itu merupakan jalan sempit antar-rumah. Terdapat pula kamar mandi umum yang dipakai bersama sehingga kemungkinan kebanyakan rumah di sana belum memiliki sanitasi sendiri. Tidak terdapat RTH walau hanya tanaman dalam pot. Masih terdapat jaringan drainase terbuka di sepanjang jalan. Warung yang dapat membantu warga dalam memenuhi kebuthan terdapat

pada blok yang lain yang tidak terlalu jauh untuk dijangkau. Terdapat satu pos ronda yang juga dapat dimanfaatkan warga untuk melakukan aktivitas lain. Selain masalah yang telah dipaparkan tersebut, kondisi selebihnya yang ada di blok G adalah tidak jauh berbeda dengan blok yang lain, yaitu menyangkut akses ke sarana pendidikan, kesehatan, pusat hiburan, ruang publik, sistem persampahan, jaringan listrik, serta akses ke transportasi umum.

9


Gambar 10. Permukiman dengan kondisi baik di Kampung Badran Sumber: Dokumentasi Pribadi

Dari analisis skoring pada masing-masing blok, didapatkan kesimpulan bahwa pada kawasan amatan terdapat 3 dari 7 blok yang memiliki kualitas lingkungan yang cenderung rendah, yaitu pada bagian Utara kawasan perumahan amatan. Dari aspek-aspek penilaian, dapat diketahui bahwa aspek yang cenderung memiliki kualitas rendah yaitu dalam hal kepadatan bangunan. Dengan kepadatan bangunan yang tinggi kualitas lingkungan cenderung juga menurun. Padatnya bangunan menyebabkan jalan-jalan di lingkungan perumahan pun menjadi sempit sehingga tingkat aksesibilitasnya rendah dengan kondisi yang tidak baik pula. Selain itu pusat hiburan terdekat juga tidak mudah untuk dicapai. Kemudian dalam aspek hijauan, kurangnya ruang terbuka hijau juga menurunkan kualitas lingkungan. Selain itu, adanya tempat pengumpulan sampah di bagian Timur kawasan perumahan juga turut menjadikan kualitas lingkungan menurun.

10


Evaluasi Keruangan// Spatial Evaluation

Permukiman kualitas kurang baik

Permukiman Baik

Photomapping 1. Deliniasi kualitas permukiman

Berdasarkan pembagian peta tersebut terdapat 2 jenis perumahan, untuk bagian I merupakan jenis rumah yang cukup bagus, dimana masih terdapat ruang sedikit untuk halaman mereka dan jarak antar rumah pun tidak begitu berdekatan. Sedangkan untuk bagian ke II merupakan jenis perumahan yang sudah padat, jarak antar rumah sangat kecil, dan akses untuk masuk ke bagian ini juga sudah tidak bisa dilewati mobil. Hal tersebut dapat menyimpulkan bahwa selama masyarakat mendapatkan ruang untuk mereka tinggal maka warga akan membangunnya walaupun kurang memerhatikan kesehatan dan kenyamanan mereka tinggal. Dimana pada akhirnya karena kekurangan ruang di rumah maka memakai sedikit ruang jalan didepan rumah.

Permukiman Padat

Photomapping 2. Tingkat Kepadatan

Mushola

Ruang yang digunakan untuk sebagai tempat tinggal warga berada di dalam kawasan amatan bukan berada didekat jalan utama. Hal ini dipengaruhi karena harga pakai tanah yang mahal sehingga tanah yang dekat pinggir jalan lebih difungsikan untuk komersil dan jasa. Fungsi perumahan kawasan kami ini dari arah selatan ke utara merupakan perumahan dari yang cukup besar hingga ke ujung utara perumahan yang kecil dan padat. Sedangkan untuk akses memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti warung, komersil, jasa, peribadatan, dan fasilitas lainnya sudah cukup terjangkau sehingga hal yang diperlukan pada kawasan ini hanyalah meng-upgrade fungsifungsi dan sarana yang sudah tersedia agar menjadi lebih tertata dan baik.

11


Photomapping 3. Kepadatan Bagunan

Kepadatan Tinggi

Kepadatan Bangunan di kawasan amatan, didominansi oleh kepadatan yang sangat tinggi pada daerah utara amatan. Untuk kepadatan yang paling rendah tersebut merupakan fungsi bangunan instansi sehingga memiliki ruang yang paling besar dibanding yang lain. Untuk kepadatan yang sedang merupakan perumahan yang masih memiliki halaman dibandingkan dengan perumahan yang semakin ke utara semakin padat dan tidak memiliki halaman. Kepadatan antar rumah yang sudah tinggi membuat warga akhirnya menggunakan jalan didepan rumah mereka seperti untuk beparkir dan menjemur pakaian. Hal tersebut membuat kawasan padat ini semakin terlihat tidak teratur dan terlihat kumuh. Ditambah dengan tumpukan barang-barang tidak terpakai di depan rumah

Rumah Tipe Horizontal

Photomapping 4. Koefisien Dasar Bangunan

2<KDB<3

Didalam kawasan ini didominansi oleh koefisien lantai yang rendah antara 0-1, hal ini dikarenakan walaupun bangunan tersebut memiliki koefisien dasar bangunan yang tinggi tapi kebanyakan bangunan disini berlantai 1 sehingga menyebabkan termasuk koefisien lantai bangunan yang rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat yang ada masih memiliki budaya lokal indonesia dulu yang memenuhi ruangnya secara horizontal dan menghabiskan ketersediaan ruang di tanah. Sedangkan untuk koefisien lantai bangunan tertinggi dimiliki oleh bangunan yang berlantai 3 lebih, dimana hal ini masih tergolong minoritas.

1<KDB<2 KDB 0-1

12


Gambar 11. Open Space Lapangan Sumber: Dokumentasi Pribadi

Open Space Open space pada kawasan ini berupa lapangan. Lapangan yang tersedia ini lebih diperuntukkan untuk anak-anak. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya anak-anak yang bermain di lapangan beserta dengan permainan yang tersedia di lapangan. Tidak hanya di lapangan yang membuktikan bahwa kawasan ini lebih tertuju ke penetapan kawasan anak, bahkan di jalan umum lingkungan terdapat pula permainan anak, dimana hal ini mengindikasikan bahwa dibutuhkannya taman atau open space untuk mereka bermain. Disayangkan pula kondisi dari lapangan tersebut yang kurang baik dan ditambah pula lapangan tersebut dipakai untuk memarkir motor dan berjemur membuat anak-anak menjadi kurang nyaman sehingga diperlukannya penataan ruang yang nyaman dan dapat memadai kebutuhan ruang terbuka bagi warga setempat.

Kondisi Lingkungan Lingkungan yang terdapat pada kawasan amatan kurang begitu terawat, masih terdapat titik-titik dimana adanya penumpukan sampah. Pada rumah- rumah yang padat terkadang pula, masih ada warga yang melakukan penumpukan barang di depan rumah. Hal ini membuat kondisi lingkungan sekitar rumah akan menjadi terlihat lebih kumuh. Sedangkan untuk kawasan yang bangunannya masih cukup besar sudah dilakukannya penanaman tanaman di pot-pot depan rumah sehinga mengurangi panas udara.

Gambar 12. Tumpukan Sampah Sumber: Dokumentasi Pribadi

13


Gambar 13. Permukiman Padat Sumber: Dokumentasi Pribadi

Kelayakan Huni Kelayakan yang dimaksud pada analisis ini adalah suatu kelayakan tempat tinggal tersebut apabila ditinggali akankah yang tinggal tersebut merasa aman, nyaman, dan sehat. Kelayakan disini maka di lihat dari kondisi lingkungan dan kondisi bangunannya. Untuk kelayakannya sendiri untuk perumahan bagian selatan, dapat dibilang rumah disana sudah bersih, baik, dan terawat maka untuk kelayakannya pun bagus. Ditambah adanya permainan anak di depan rumah mereka yang menandakan bahwa kampung tersebut ramah anak dengan jumlah kendaraan yang lewat sedikit. Namun hal ini menandakan bahwa kurangnya fasilitas tempat bermain untuk anak-anak di kawasan tersebut. Sedangkan untuk perumahan di utara kawasan, rumah-rumah tersebut masih dapat dikatakan bisa layak huni namun memiliki beberapa kekurangan untuk kenyamanan

tempat tinggal. Jalan yang ada di utara kawasan ini terdapat beberapa jalan yang rusak dengan akses masuk ke perumahan yang sulit karena hanya bisa dilewati oleh motor dan pejalan kaki. Ditambah dengan adanya penumpukan sampah dan bangunan yang tidak teratur sehingga mengurangi kenyamanan visual untuk daerah tersebut. Diperlukan adanya penataan dan ketersediaan sarana prasarana yang baik sehingga menambah nilai kenyamanan untuk kelayakan tempat tinggal tersebut.

14


Aksesibilitas Ruang dengan aksesibilitas yang baik disini merupakan jalan dengan kondisi yang baik, akses yang nyaman serta konstruksi yang bagus dan ramah lingkungan misalnya paving block untuk jalan lingkungan. Kondisi disini melihat dari rusak atau tidaknya jalan, konstruksi jalan tersebut dan kebersihan di jalannya. Maka dapat disimpulkan dari peta ini bahwa untuk jalan- jalan utama pada kawasan amatan sudah memiliki kondisi yang baik dengan konstruksi nya yang beraspal. Sedangkan untuk kondisi jalan lingkungan masih terdapat jalan yang rusak dan belum berpaving block. Hal tersebut dapat diambil contoh di perumahan padat utara kawasan amatan, maka diperlukannya lagi penataan jalan agar rasa nyaman untuk berjalan dan beraktivitas meningkat. Berikut adalah peta aksesibilitas di kawasan amatan kami. Untuk jalan yang berwarna ungu tersebut adalah jalan dengan akses yang mudah tercapai dan bisa dilalui oleh beberapa kendaraan. Sedangkan untuk jalan yang berwarna krem merupakan jalan yang sempit, yang terkadang bisa dilalui oleh motor namun menimbulkan rasa kurang nyaman apabila motor melalui jalan tersebut karena jarak antar rumah yang dekat. Hal tersebut bisa memberikan dampak positif maupun negatif. Untuk dampak positif adalah di jalan tersebut terdapat lapangan dengan jumlah anak-anak yang cukup banyak sehingga secara tidak langsung jalan tersebut dapat mengurangi kendaraan yang lewat dan anak-anak yang bermain akan merasa aman. Namun terdapat pula hal negatif yaitu, apabila terjadi hal-hal darurat seperti kebakaran maka penanganan akan menjadi lebih sulit kecuali terdapat penataan yang baik.

Baik Sedang Buruk

Peta 3. Kondisi jalan

Gambar 16. Jalan degan kondisi baik Gambar 17. Jalan dengan kondisi buruk Sumber: dokumenatsi pribadi

Mudah Sedang Sulit

Peta 4. Aksesibilitas

15


Evaluasi Fasilitas// Facilities Evaluation

PAUD dan Posyandu

Masjid

Fasilitas merupakan Masjid segala sesuatu yang dapat menunjang terlaksananya kegiatan kehidupan manusia sehari-hari dengan baik. Di dalam kawasan kami terdapat beberapa fasilitas, yaitu tempat ibadah yang terdiri dari Gereja masjid dan gereja, paud, posyandu, serta ruang terbuka publik. Sedangkan Peta 5. Persebaran Fasilitas untuk fasilitas pendidikan selain paud, di kawasan kami tidak ada karena fasilitas tersebut ada di luar dan masih cukup mudah untuk menjangkaunya. Tempat ibadah yang ada di kawasan kami ada tiga, yaitu 2 buah masjid dan 1 buah gereja. Kondisi dari tempat ibadah yang ada di kawasan kami cukup baik. Selain itu, jumlah tempat ibadah ini juga sudah mencukupi untuk mengakomodasi kebutuhan masyarakat di kawasan kami akan tempat ibadah. Fasilitas selanjutnya adalah Paud dan Posyandu, keduanya berada pada 1 bangunan yang sama. Dilihat dari kondisinya, fasilitas ini bisa dibilang masih baik, hanya saja ukurannya yang kecil untuk menampung dua kegiatan sekaligus membuatnya menjadi terlihat begitu sempit. Dari segi ketercukupan, fasilitas ini sudah bisa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat. Secara umum, fasilitas ini seharusnya digunakan oleh anak-anak, hanya saja ukurannya yang relatif kecil membuat fasilitas ini menjadi kurang pas untuk anak-anak, karena anak-anak biasanya cenderung aktif dan ingin bermain bebas. Fasilitas lain yaitu Ruang Terbuka Publik. Di RTP ini terdapat beberapa mainan untuk anak-anak karena memang ruang ini dibuat untuk anak-anak. Kondisi dari RTP ini juga cukup baik dan cukup terawat. Namun, di RTP ini cukup panas di siang hari. Hal ini diakibatkan di RTP ini kekurangan pohon peneduh. Kurangnya pepohonan ini membuat fasilitas ini dimanfaatkan hanya pada saat pagi maupun sore hari saja, padahal jika terdapat banyak pohon peneduh, fasilitas ini bisa dimanfaatkan anak-anak untuk bermain sepanjang hari mengingat kurangnya tempat bermain untuk anak-anak.

Gambar 18. Mushola Gambar 19. PAUD dan Posyandu Gambar 20. Ruang terbuka Sumber: dokumenatsi pribadi

16


Evaluasi Estetika// Aesthetics Evaluation Sebenarnya sedikti janggal ketka seorang mahasiswa PWK harus melakukan analisis estetika pada suatu lingkungan terutama lingkungan perumahan karena hal semacam ini terlalu mikro lagipula seorang arsitek pasti mampu memberikan analisis yang lebih tajam. Akan tetapi ada beberapa kondisi yang mendorong seorang perencana wilayah dan kota agar harus melakukan analisis estetika dan itu juga yang menjadikan seorang perencana harus menguasai sekaligus mampu merasakan estetika ruag di sekitarnya. Pada dasarnya manusia memiliki kecenderungan untuk mencintai keindahan dan hal itu diwujudkan dalam estetika. Terkadang estetika dibuat sedekmian rupa hingga tidak berguna, terkadang pula estetika dibuat sekadarnya dan malah membuat bosan. Disinilah estetika memegang peranan penting karena unsur ini merupakan perwujudan rasa yang dimiliki manusia. Sadar tidak sadar estetika yang baik bisa memberikan suasana yang menyenangkan dan tentunya diharapkan hal tersebut membawa hal positif kepada manusia yang merasakan estetika tersebut. Contohnya konkretnya adalah ketika seseorang diminta memilih antara pemukiman kumuh dan perumahan tentunya perumahan menjadi pilihan karena dipandang lebih menarik dan lebih rapi serta memberikan kenyamanan. Estetika dalam hal pemukiman berkisar di seputar hal-hal visual, karena hal tersebut adalah aspek yang mendominasi dan yang pertama kali dilihat oleh manusia dalam hal apapun. Terdapat banyak unsur visual yang bisa dinilai dalam pemukiman, diantaranya ialah ornamen, material, warna, dan susunan, layout dan sebagainya. Unsur-unsur tersebut nanti yang akan dinilai dan dikaitkan keserasiannya dan keteraturannya dalam

ranah estetika. Kampung Badran terletak di pusat kota Yogyakarta, dengan lokasi yang amat dekat dengan jalan Malioboro, jalan Magelang, dan Kota Baru. Sehingga tidak mengherankan apabila kepadatan di dalam kampung ini terbilang tinggi. Selain itu kampung ini juga memiliki sejarah panjang sebagai salah satu pemukiman di pusat kota Yogyakarta. Banyak dinamika yang terjadi di kawasan ini baik dari segi sosial maupun fisik. Dilihat sekilas kawasa Badran tidak berbeda dengan pemukiman yang ada di tengah kota Yogyakarta. Secara umum kawasan ini terbilang rapi, tidak ada sampah berserakan, benda-benda diletakkan pada tempatnya dan jalanan tidak terhalang apapun, dengan tipikal arsitektur kebanyakan dan dengan struktur rumah permanen, tembok dengan cat putih kadang berwarna-warni kadang berupa bata, atap dari genteng atau seng, tidak memiliki halaman dan memiliki beberapa tanaman hias sebagai hijauan.

Gambar 21. Kondisi eksisting design Kampung Badran Sumber: dokumenatsi pribadi

17


Dengan tipikal yang demikian masih bisa dirasakan keberagaman yang dimiliki oleh pemukiman ini karena bagaimana pun tiap-tiap bangunan memiliki keunikannya tersendiri. Tidak ditemukan dua bangunan yang sama persis, baik dalam hal luas, volume, corak, warna, maupun bentuknya. Hal ini mengindikasikan kebergaman yang tinggi dalam tingkat detil tertentu tetapi tetap memiliki beberapa karakter umum. Jika ditimbang, hal ini dapat dipandang baik karena keumuman menunjukkan karakter kawasan tersebut. Dalam hal rupa bangunan, termasuk di dalamnya ornamen, style dan warna kawasan Bumijo Kulon memang cukup variatif dan bisa dibilang rapi. Cukup menyenangkan untuk dipandang dan dipahami sebagai salah satu potret pemukiman pusat kota Yogyakarta. Selain itu skyline yang bervariasi juga memberi suasana yang dinamis pada pemukiman ini. Akan tetapi pada unsur lain, pemukiman ini memiilki beberapa kekurangan estetik salah satunya yang menonojol ialah layout jalan. Jalanan di pemukiman ini terbilang kecil, tidak lebih dari 2 meter. Lebar yang kecil berarti menghasilkan enclosure sempit, hal ini bisa berakibat pada perasaan terhimpit atau tertekan. Hal itu juga berarti cahaya matahari akan lebih sedikit berada di jalan-jalan sempit sehingga tingkat pencahayaan berkurang dan kelembaban meningkat. Selain itu lebar ini tidak memungkinkan truk pemadam kebakarn untuk masuk dan jika terjadi kebakaran api akan sanat mudah merembet, sehingga jalanan yang kecil juga merupakan pertimbangan dalam faktor keamanan. Konstruksi jalan yang ada di kawasan ini umumnya berupa beton. Dinilai dari segi ekologi, beto tidak mampu menyerap air sehingga dapat mengakibatkan kekuarangan air tanah. Selain itu beton tidak cukup tahan lama dan tidak cukup kuat. Menyadari hal itu, warga sudah mengusahakan adanya perbaikan jalan dengan mengganti beton menjadi paving block. Dari segi ekologi paving block lebih unggul karena mampu

menyerap air, lebuh kuat dan lebih durable. Selain itu paving block lebih memberi kesan rapi dan elegan pada pemukiman dibanding dengan beton. Kecenderungan ini timbul diakibatkan karena pola yang dihasilkan dari kostruksi tersebut. Jika dilihat pola yang terlihat pada beton sering nampak tidak rapi di bagian tepi dan terkadang terdapat tambalan-tambalan pada beberapa titik sambungan. Hal inilah yang memberi kesan tidak rapi pada jalan, bandingkan dengan paving block yang polanya teratur dan warnanya seragam.

Gambar 22. Jalan paving block vs jalan beton Sumber: dokumenatsi pribadi

18


CONCEPT.

19


Mencari Solusi Untuk Badran Kritik yang begitu familiar terhadap perencanaan pembangunan permukiman di Indonesia adalah pendeketan konsep didalam prosesnya. Pemahaman kontekstual terhadap kawasan permukiman seringkali dikesampingkan oleh para teknokrat. Padahal tidak serta merta pendekatan yang terbukti berhasil di benua lain dapat diterapkan di Indonesia sekalipun pendekatan konsep tersebut terkesan komprehensif dan universal. Seharusya perencana, arsitek dan pemangku kepentingan bersikap bijak terhadap iming-iming keberlanjutan kawasan permukiman yang ditawarkan suat pendekatan konsep perencanaan spatial. Oleh karena itu yang paling tepat seharusnya mengadaptasi bukan langsung mengimplemantasi. Selain kritik tentang pendeketan konsep. Pola pikir utopis para perencana yang berlebihan kerap mendapat kecaman. Program sejuta rumah ; sebuah program yang digadang-gadang dapat menyelesaikan masalah kurangnya fasilitas permukiman faktanya kini ditemukan begitu banyak kekurangan. Dengan proyeksi penduduk yang sederhana, kita akan tahu bahwa ledakan penduduk jelas akan terjadi. Mari kita bersikap bijak, selama konflik agraria terus terjadi, selama pemukiman kumuh terus terpinggirkan ke tempat sarana dan prasarana yang serba marjinal kian menjamur, serta selama pembangunan antar kelembagaan terus mengalami kemuduran, apapun konsep perencanaanya, kawasan permukiman yang aman, nyaman dan keberlanjutan untuk seluruh masyarakat semakin jauh dari pelukan. Kita harus bijak, bahwa alih-alih menambah ratusan unit rumah tiap tahun, kita harusnya memikirkan terlebih dahulu solusi kontekstual jangka menengah dengan cara peningkatan kualitas permukiman yang sudah ada. Konsep Upgrading merupakan turunan dari konsep Urban Renewal yang kontekstual karena pertimbangan utama adalah potensi dan masalah yang ada. Kampung badran merupakan kawasan permukiman yang kini mendapat predikat sebagai kampung ramah anak. Keberhasilan kampung badran keluar dari predikat kampung preman tidak lepas dari pendekatan pembangunan manusia. Anak-anak dilatih kemampuan softskill ya dengan pelatihan melukis, menjahit dan melukis. Pemberdayaan yang dilakukan oleh LSM dan Pemenrintah Kota Yogyakarta mewajibkan agar seluruh hak-hak anak tercukupi. Namun hal yang patut disayangkan adalah kondisi spasial kampung badran tidak memadai untuk mewujudakan impian yang telah dirintis. Kebijakan Kampung Ramah Anak tidak didukung oleh perencanaan spasial. Seperti kurangnya taman, kondisi estetika yang buruk, aksesibilitas yang tidak efektif dan efisien serta sarana dan prasarana pelatihan anak kurang mewadahi dalam konteks spatial. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk meng-Upgrade Kampung Badran Rama ah Anak menjadi Kampung Ramah Anak bukan hanya didukung oleh kebijakan namun terintegrasi dengan perencanaan spatial sehingga potensi Kampung Badran yaitu Kampung Ramah Anak semakin Berkualitas. 20


“

The upgrading approach: A Contextual Framework for

Supporting Kampung Badran Child Friendly Development.

Anak memiliki beberapa hak dasar yang harus kita penuhi; hak untuk tidak didiskriminasi SARA, hak untuk hidup, hak untuk tumbuh dan berkembang, serta hak mengemukakan pendapat (UNICEF). Hal inikemudian menjadi tantangan bagi kita perencana untuk memprovide terpenuhinya hak-hak tersebut, melalui perencanaan dan design spasial. Merencanakan permukiman yang memiliki lingkungan ramah anak kemudian menjadi penting, mengingat di skala inilah anak-anak banyak menghabiskan waktu dan menjadi indikator penting dalam kehidupannya.

21


ALTERNATIVES.

22


Alternatif Rencana Keruangan// Spatial Plan Alternatives

“Taman Main Badran�

Permasalahan yang dialami kebanyakan kawasan adalah kurangnya tempat berkumpul yang nyaman, begitu pula yang terjadi pada kawasan amatan ini. Kawasan yang ramah anak merupakan suatu penetapan bagi kawasan bumijo kidul ini, hal ini disebabkan banyaknya anak-anak yang masih bermain dan failitas untuk anak di kawasan tersebut. Walaupun terdapat beberapa permainan kecil untuk anak-anak, amat disayangkan masih kurang dioptimalkan dan kurang terawat. Oleh karena itu kami melakukan upgrade pada kawasan tersebut agar lebih nyaman dipakai dan bisa digunakan oleh semua umur dengan prioritas anak yang masih terpenuhi. Gambar 22, 23, 24, 25. Visualisasi rencana Taman Main Badran

23


Aspek spasial dan lingkungan sangat diperhatikan untuk meningkatkan rasa nyaman. Area ini yang dulu secara spasial berupa lapangan yang tidak terpakai dialihfungsikan menjadi taman. Hal ini dikarenakan lapangan yang dulu sudah disediakan tidak terpakai dan malah dijadikan tempat berjemur dan parkir. Oleh karena itu sekaligus menambah kembali ruang teruka hijau, kami meng-upgrade area tersebut untuk dijadikan taman. Taman tersebut selain hak anak bermain terpenuhi tetapi juga bisa dipakai untuk berkumpul semua umur. Taman ini terletak strategis yaitu diantara center anak yang berupa posyandu, PAUD, dan tempat baca serta mushola untuk beribadah. Penataan warna beragam beserta lingkungan yang beragam menambah rasa senang di jiwa begitu pula di visul. Fungsi yang beragam ini juga membuat area ini menjadi area taman yang nyaman. Aspek sosial yang diberikan tempat ini dapat berbagai macam hal. Pertama di sisi pendidikan, di taman ini terdapat sebuah gazebo yang dapat memberikan kesempatan, baik untuk anak-anak maupun masyarakat sekitar untuk diskusi belajar atau berkumpul bersama. Ditambah pula dengan adanya dinding mewarnai yang berfungsi untuk menambah kebebasan kreatifitas anak sejak dini. Kedua adalah di sisi komunikasi, taman ini yang terletak strategis, selain menambah rasa sosial ke masyarakat tetapi juga meningkatkan komunikasi di sisi rohani dan jiwa yang selalu terjaga yaitu dengan dekatnya fasilitas posyandu dan mushola. Adanya aspek lain yang terus berkembang maka dapat memicu pergerakan ekonomi didalam kawasan. Dimisalkan integrasi antara taman, centre anak, dan mushola (meningkatkan rohani) dapat berjalan dengan baik maka secara tidak langsung banyak masyarakat luar yang berdatangan dan membuat meningkatnya perdagangan di masyarakat lokal seperti warung. Hal tersebut membuat daerah ini menjadi berpotensial untuk menjadi kawasan child friendly dan kawasan wisata anak bagi kawasan lain. Apabila hal ini berkembang secara baik maka potensi ekonomi lokal seperti warung atau souvenir daerah akan meningkat.

Gambar 26, 27. Kondisi eksisting dari Taman Main Badran Gambar 28. Sketsa kondisi eksisting Taman Main Badran

24


Alternatif Rencana Fasilitas// Facilities Plan Alternatives

“The All New PAUD and Posyandu Badran� Di kawasan kami, fasilitas-fasilitas yang ada sudah bisa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat. Hanya saja pada beberapa fasilitas kondisi masih kurang dan perlu untuk didesian ulang agar bisa lebih penggunaannya bisa lebih optimal lagi. Salah satu fasilitas yang perlu didesain ulang adalah paud dan posyandu. Kedua fasilitas ini perlu didesain agar bisa lebih optimal lagi. Selain itu di fasilitas ini juga akan ditambah dengan taman baca, sehingga masyarakat terutama anak-anak akan memiliki minat baca yang lebih tinggi lagi. Dari hasil desain tersebut, diharapkan penggunaan fasilitas ini bisa menjadi lebih maksimal lagi penggunaannya dan anak-anak juga bisa menambah pengetahuan mereka dengan membaca buku-buku yang disediakan di taman baca ini. Selain itu, dengan adanya taman baca, penggunaan fasilitas ini tidak terbatas pada jam kegiatan paud saja. Fasilitas selanjutnya yang perlu didesain ulang adalah Ruang Terbuka Publik. Salah satu hal yang sangat perlu ditambahkan adalah pohon-pohon peneduh. Dengan adanya tambahan pohon peneduh, diharapakan antusiasme masyarakat

Gambar 33, 34, 35. Visualisasi rencana upgrade PAUD dan posyandu.

terutama anak-anak akan meningkat dalam penggunaan fasilitas ini. Tidak hanya pohon saja yang ditambahkan, namun juga permainan yang ada di tempat ini juga perlu ditambahkan sehingga bisa menambah variasi permainan untuk anak-anak di kawasan ini.

25


Dari pengamatan kami, center anak yang ada sekarang ini belumlah optimal. Ini dikarenakan luas bangunan yang sempit dipakai untuk dua kegiatan sekaligus, yaitu untuk Posyandu dan PAUD. Padahal jika dua hal ini dilakukan di tempat yang sama akan membahayakan. Karena kegiatan Posyandu menggunakan barang-barang sensitif dan tajam, apabila disatukan dengan kegiatan PAUD akan muncul kekhawatiran seperti anak-anak bermain dengan alat-alat sensitif tadi. Karena itu, direncana ini, kami memsahkan kegiatan PAUD dengan Posyandu dimana bangunannya dijadikan 2 lantai dengan kegiatan PAUD ditambah Taman Baca berada di Lantai 1 dan kegiatan Posyandu di Lantai 2.

Rencana PAUD yang berada di lantai satu, untuk PAUD ini kami menambahkan Taman Baca juga karena Center anak ini dekat dengan lapangan yang sering digunakan untuk bermain anak-anak. Adanya Taman Baca di dekat tempat bermain anak-anak ini diharapkan akan menambah niat anak untuk membaca. Untuk PAUD dan Taman Baca ini kami mendesain ruangan yang tertutup agar anak-anak dapat berkonsentrasi untuk belajar, namun menggunakan jendela dan pintu kaca supaya tensionnya berkurang. Jendela pun dibuat lebih tinggi agar tidak dapat dijangkau anak-anak. Selain itu warna dinding dibuat cerah agar ruangan terasa lebih terang. Selain itu perabotan dibuat berwarna-warni agar anak-anak tidak bosan melihat ruangan dan juga untuk pembelajaran anak tentang warna Karena pada PAUD dan Taman Baca ini target penggunanya adalah anak-anak, maka meja yang dipakai lebih kecil agar anak-anak nyaman duduk, selain itu juga kursi dibuat melingkar/mengelilingi meja agar anak dapat bersosialisasi dengan teman semejanya, selain itu meja ini juga memudahkan anak untuk berdiskusi maupun bermain dengan temannya.

Gambar 36. Kondisi Eksisting

Gambar 37, 38. Rencana PAUD

26


Gambar 39. Rencana design posyandu

Untuk Posyandu kami mendesain di lantai dua agar kegiatannya tidak mengganggu kegiatan PAUD, karena kegiatan posyandu hanya dilakukan satu kali sebulan sehingga kami memilih tempat di lantai 2. Kami juga membuat vertical garden di balkon lantai 2 agar bisa digunakan untuk tempat pembelajaran bertani bagi anak-anak maupun ibu-ibu. Ini untuk mengoptimalkan penggunaan space karena apabila space hanya digunakan untuk kegiatan posyandu yang dilakukan sekali sebulan akan menyebabkan pemborosan tempat jika digunakan hanya sekali sebulan. Hampir sama seperti PAUD, kami mendesain ruangan tertutup, namun untuk mengatasi tension menggunakan jendela dan pintu kaca yang besar. Warna dinding dibuat cerah agar ruangan terasa lebih terang. Di balkon terdapat vertical garden dimana menambah nilai lingkungan dan juga berfungsi sebagai penghambat air hujan. Vertical garden ini juga digunakan untuk pembelajaran bertani bagi anak-anak maupun ibu-ibu ketika lantai 2 tidak digunakan untuk kegiatan posyandu. Selain itu ada meja administrasi berada di pojok ruangan agar memudahkan kegiatan-kegiatan posyandu. Untuk meningkatkan kegiatan sosial di dalam rungan, kami mendesain kursi yang memanjang agar jarak orang yang duduk semakin dekat, selain itu terdapat meja dan kursi bulat yang mendorong orang untuk bersosialisasi pada orang yang duduk di meja yang sama, selain itu kursi dan meja ini juga memudahkan untuk kegiatan posyandu seperti pengecekan tensi, imunisasi maupun kegiatan lain yang membutuhkan meja.

Gambar 39. Rencana design posyandu

27


Alternatif Rencana Estetika/ Aesthetics Plan Alternatives

“Taman Jemur Badran� Berdasarkan permasalahan yang ada di kawasan amatan maka diperlukan adanya beberapa penataan spasial sehingga memberikan rasa nyaman untuk tinggal masyarakat setempat. Selain adanya penumpukan sampah di titik tertentu sehingga diperlukan penambahan fasilitas tempat sampah di sekitar rumah. Berikut adalah permasalahan penataan ruang visual yang kurang nyaman yaitu banyaknya masyarakat yang memakai ruang jalan untuk berjemur ataupun menjemur pakaiannya di depan rumahnya sehingga menutupi visual rumah. Hal ini memberikan kesan yang sumpek dan penuh pada rumah, maka disarankan dengan penambahan ruang komunal untuk berjemur. Gambar 29,30,31. Visualisasi rencana Taman Jemur Badran

28


Berikut kemudian kami merencanakan menambah ruang untuk tempat berjemur pakaian komunal. Dimana tempat ini berfungsi agar masyarakat sudah mendapatkkan tempat lain selain berjemur di depan rumahnya, dimana hal ini untuk mengurangi rasa sumpek dan sempit kawasan serta meng-upgrade nilai visual kawasan. Dilihat dari aspek spasial dan lingkungan, tempat untuk berjemur ini di tutupi oleh rerumputan pendek, hal ini bertujuan untuk membuat air dari baju yang basah tersebut dapat langsung diserap tanah. Selain itu, tempat ini juga bisa menambah ruang terbuka hijau pada kawasan amatan. Penanaman tanaman di pinggir-pinggir juga difungsikan untuk menambah kesejukan tempat. Jalan-jalan lingkungan pada kawasan amatan pun diubah menjadi paving block yang ramah lingkungan. Penambahan sebaran tempat sampah juga dilakukan agar masyarakat tidak melakukan penumpukan sampah lagi di satu titik. Dilihat dari aspek sosial maka area ini selain memberikan tempat untuk berjemur pakaian maka disediakan pula tempat untuk duduk. Hal ini bertujuan agar masyarakat sehabis melakukan kegiatan tersebut maka dapat beristirahat dan bersosialisasi dengan warga sekitar. Penyediaan tempat untuk mengobrol tersebut juga secara tidak langsung menambah rasa aman atas tindak pencurian.

Gambar 32. Kondisi eksisting permukiman padat yang tidak rapi/kurang estetis.

29


Urban and Regional Planning Universitas Gadjah Mada 2015


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.