PORTFOLIO
Raihan Lauda Alfarissy
Duri, 8 February 2000
+62 821 5333 0077
raihanalfarissy@gmail.com behance.net/raihanalfarissy instagram.com/raihanalfarissy
BRIEF BACKGROUND
I am currently enrolled as a final year student at Parahyangan Catholic University Architecture major. Architecture for me is creating a soluble and sensible designs with high detail and technical proficiency. I am hardworking and passionate in many projects i worked on such as architecture, design and etc. Adapting easily to any circumstance and situation is a few of my key point.
CREATIVE SKILLS
Architecture
SketchUp AutoCAD Archicad
3D Visualizations
Lumion
VRay
Enscape
Design
Adobe Photoshop
Adobe Illustrator
Adobe Lightroom
Adobe Indesign
Adobe Premiere Pro
CURRICULUM VITAE 2019 - 2023
Publication and Documentation Coordinator at Amerta Sandhya
Staff of Public Relations at HMPSArs
Head of Multimedia Division at KOMMUNARS
Intern at Tan Tik Lam Architects January - April (2023)
TABLE OF CONTENTS
Academics
Architectural Studio Projects
Non-Academics
Preliminary Projects
3D Visualizations
Final Architecture Project
Museum dan Pusat Turisme Candi,
Mentor
Dr. Rahadhian Prajudi H., S.T., M.T.
Site Area
10.508 sqm
Building Area
8.406 sqm
DIY terdapat world cultural heritage yang membuat kota DIY penuh dengan keragaman dan kekayaan cagar budaya yang didukung oleh perkembangan wilayah sebagai pusat pendidikan dan kebudayaan.
Meskipun setiap kabupaten atau kota dan juga di tingkat provinsi di DIY telah memiliki tim ahli cagar budaya, namun jumlah objek diduga cagar budaya masih relatif banyak yang belum dikaji dan ditetapkan, termasuk situs-situs yang mempunyai potensi besar, seperti candi-candi di Kabupaten Sleman. Dibandingkan dengan wilayah lain, Kab. Sleman memiliki total 76.2% artefak yang terdata namun tidak memiliki wadah untuk memamerkan dan menginformasikan kepada masyarakat terhadap cagar budaya lokal.
There are world cultural heritages in DIY that make the city full of diversity and richness of cultural heritage, supported by the development of the region as a center of education and culture.
Although each district or city, as well as at the provincial level in DIY, already has cultural heritage expert teams, the number of objects that are suspected to be cultural heritage is still relatively high and have not been studied and designated, including sites that have great potential, such as temples in Sleman Regency. Compared to other regions, Sleman Regency has a total of 76.2% recorded artifacts but does not have a platform to showcase and inform the public about local cultural heritage.
6th Architecture Studio
Mosinggah Hotel
Mentor
Bregas Vikri Prayuko, S.T., M.Sc.
Site Area
5.090 sqm
Building Area 12.682 sqm
Yogyakarta merupakan kawasan yang ditata secara falsafah hakikat manusia. penataan tersebut membentuk sebuah sumbu yang mencerminkan perkembangan kehidupan manusia yang terus berjalan dari awal hingga akhir. DIY merupakan kota yang menjadi destinasi wisata dikarenakan banyak situs yang dijadikan nilai historis sehingga menjadikan lokasi-lokasi tersebut sebagai landmark atau heritage.
Sebagai hotel yang teletak pada pusat Kota Yogyakarta, rancangan hotel ini menghadirkan keindahan pada citra kota yang dikemas ke dalam nilai-nilai arsitektural sehingga menciptakan lingkungan hotel yang mencerminkan Kota Yogyakarta. Penerapan local genius diambil dari beberapa sumber simbolis Yogyakarta untuk menciptakan building environment yang sesuai dengan konteks tapak.
Yogyakarta is an area that is structured according to the philosophy of human nature. This arrangement forms an axis that reflects the development of human life that continues from beginning to end. DIY is a city that has become a tourist destination due to the many sites that have historical value, making these locations landmarks or heritage sites.
As a hotel located in the center of Yogyakarta, this hotel design presents the beauty of the city’s image packaged into architectural values, creating a hotel environment that reflects the city of Yogyakarta. The application of local genius is taken from several symbolic sources in Yogyakarta to create a building environment that is in line with the site’s context.
Konsep dari bangunan ini merupakan adaptasi zonasi dari rumah joglo yang kemudian diiterasikan melalui penataan massa dan juga penataan ruang.CRumah Joglo memiliki zonasi linear yang cenderung ditata melalui tingkatan privasi dan fungsi. Pada hotel ini pendekatan perancangan dilakukan melalui penataan ulang zonasi linear yang ada pada rumah joglo menjadi sebuah tumpukan zonasi.
Pendekatan ini dilakukan untuk membedakan fungsi-fungsi dari sebuah hotel tanpa mengganggu aktivitas dari pengunjung dan pengelola.
The concept of this building is an adaptation of the zoning of the joglo house, which is then iterated through massing and spatial arrangement. The Joglo house has a linear zoning that tends to be arranged through levels of privacy and function. In this hotel, the design approach is carried out through the rearrangement of the linear zoning in the joglo house into a stack of zoning.
This approach is done to differentiate the functions of a hotel without disturbing the activities of visitors and management.
SCALE: 01
DETAIL LANTAI PRESIDENTIAL SUITE 1:100
SCALE: 02
DETAIL PLAFON + LAMPU PRESIDENTIAL SUITE 1:100
SCALE: 03 JUNIOR DELUXE SUITE SECTION 1:100
SCALE: 01
JUNIOR DELUXE SUITE FLOOR DETAIL 1:100 SCALE: 03 JUNIOR DELUXE SUITE SECTION 1:100
SCALE: 02
JUNIOR DELUXE CEILING + LIGHTING 1:100
SCALE: 04 PREMIUM SUITE FLOOR DETAIL 1:100
SCALE: 05
PREMIUM SUITE CEILING + LIGHTING 1:100
5th Architecture Studio
Soekarno Hatta Sports and Community
Mentor
Ir. Yuyus Mulia, M.T., IAI
Site Area
17.400 sqm
Building Area 21.182 sqm
Bentuk bangunan yang diambil dari bentuk dasar volumetrik balok dengan penyesuaian sistem grid strukturnya membuat rancangan ini berbentuk biasa, tetapi fasad yang dirancang merupakan bentuk iterasi dari konsep dinamis yang mengutamakan penyesuaian terhadap segala keadaan.
Fasad merupakan kulit yang bergerak secara kinetik melalui angin yang berlalu lalang. Fasad berupa gabungan dari beberapa layer yang bersifat permeabel sehingga rancangan dapat lebih hidup. Denah juga dirancang memanjang agar pengunjung dapat selalu bergerak ke tujuan yang akan dicapai, dengan begitu akan lebih mendukung motivasi masyarakat untuk selalu melakukan pengembangan jasmani secara tidak sadar.
The building form is taken from the basic volumetric shape of a block with adjustments to its structural grid system, making this design appear ordinary, but the designed facade is an iteration of a dynamic concept that prioritizes adaptation to all conditions.
The facade is a kinetic skin that moves through the passing wind. The facade consists of a combination of several layers that are permeable, making the design more lively. The floor plan is also designed to be elongated so that visitors can always move towards their destination, thereby supporting the motivation of people to always engage in physical development unconsciously.
Sirkulasi dari bangunan ini diambil dari aksis tapak yang mengarah memanjang kepada jealan. sirkulasi dibuat secara linear dan sirkular terhadap bangunannya. Rancangan sirkulasi ini dibutuhkan untuk tapak yang memiliki luas lahan sebesar ini. sirkulasi sirkular dirancang dari kebutuhan KLB bangunan yang mencapai 1.5 sehingga diperlukan jalur yang efisien.
Bentuk bangunan ini menggunakan bentuk kubus namun dirancang secara tidak statis. Hal ini merupakan sebuah cara untuk mencapai bentuk yang simplis namun juga kompleks dalam rancangan fasadnya.
The circulation of this building is taken from the axis of the site that extends towards the road. The circulation is made linear and circular in relation to the building. This circulation design is necessary for a site with such a large land area. The circular circulation is designed from the need for a building’s KLB (Building Coverage Ratio) that reaches 1.5, requiring an efficient path.
The building form uses a cubic shape but is designed in a non-static manner. This is a way to achieve a simple yet complex form in the facade design.
Preliminary Project
Majalaya Coffee Shop
Architect & Co Architect
Darien Ilham, S.T.
Raihan Lauda ALfarissy
Site Area
995 sqm
Building Area - sqm
Kedai kopi ini merupakan proyek pertama yang dirancang pada akhir tahun 2021, hal yang menarik dari kedai kopi ini merupakan pembangunan dua fase yang disebabkan oleh keterbatasan anggaran dari pemilik. Pemilik dari bangunan ini mengininkan kedai kopi yang ramah kepada para pengunjung sehingga diterapkan konsep runag terbuka pada bangunannya.
Kedai kopi ini masih dalam tahap rancangan preliminary sehingga belum ada kelanjutan status pembangunan. Pembangunan kedai kopi ini terhambat dikarenakan ada beberapa keterbatasan yang menunda proyek ini, namun pemilik tetap ingin melanjutkan konsep kedai kopi ini nanti.
This coffee shop project was designed in late 2021, the interesting thing about this coffee shop is the two-phase construction due to budget limitations from the owner. The owner of the building wanted a coffee shop that is friendly to visitors, so an open space concept was applied to the building.
This coffee shop is still in the preliminary design stage, so there is no continuation of the construction status. The construction of the coffee shop is delayed due to several limitations that have postponed the project, but the owner still wants to continue this coffee shop concept later.
Description
Interior Design and 3D Visualization for 6th Architecture Studio Project, 4 Star Hotel.
PORTFOLIO
Raihan Lauda Alfarissy © 2023
+62 821 5333 0077
raihanalfarissy@gmail.com
behance.net/raihanalfarissy instagram.com/raihanalfarissy