1 minute read
RVape X My Juice Indonesia Candi DTA by Rhomedal
dapat meningkatkan risiko infeksi”. Perlu dicatat bahwa pernyataan tersebut dibuat tanpa menawarkan landasan ilmiah apapun.
rencana WhO MenGuranGi rOkOk hanya Wacana CAPHRA mengatakan bahwa sayangnya, WHO menolak untuk menerima vaping sebagai opsi pengurangan bahaya yang layak dalam upayanya untuk mengurangi merokok di seluruh dunia. Hal ini menyebabkan banyaknya negara yang melarang vaping secara langsung tanpa mempertimbangkan untuk memberikan peraturan perundang-undangan yang memberikan perlindungan, masuk akal ataupun bertanggung jawab secara fiskal. Efek jangka
Advertisement
(Business Insider) Tidak ada bukti ilmiah yang mengindikasikan bahwa pengguna vape lebih rentan terkena virus corona. WHO sendiri juga pernah melakukan penelitian yang mendukung pernataan bahwa tidak ada hubungan yang pasti antara nikotin dan COVID-19. (Dank Vapes/AP News) Sikap WHO yang menolak untuk menerima vaping sebagai opsi pengurangan bahaya tembakau berdampak kepada peredaran produk vaping ilegal seperti Dank Vapes yang diketahui sebagai salah satu penyebab utama terjadinya epidemi EVALI pada tahun 2019 yang lalu.
panjangnya, tentu saja peredaran produk vaping ilegal serta penggunaannya pada usia anak di bawah umur.
CAPHRA juga menyayangkan sikap WHO yang sangat bergantung pada ilmu pengetahuan seputar COVID-19, mengapa mereka tidak mengambil pendekatakan yang sama terhadap pandemi merokok yang membunuh seseorang hampir setiap detiknya di seluruh dunia? Hal tersebut juga dapat dipertanyakan kepada pemerintahan negara yang melarang produk vaping. Sangat disayangkan bahwa mereka memilih untuk tidak mempercayai ilmu pengetahuan tentang pengurangan bahaya tembakau untuk mengurangi pandemi merokok yang sudah berlangsung lama seperti mereka mempercayai ilmu pengetahuan seputar pandemi COVID-19 yang masih baru.