Nia Novianti, Siska Ismawanti, Ribka Ambarwati & Hanif Choirul Ichsan
PLS Bandung goes to
The Agent of Change
“karena hidup adalah petualangan maka nikmatilah teater alam yang di ciptakan Tuhan” perjalanan sebenarnya bukan tentang hasil yang di dapatkan melainkan sebuah proses yang sempurna JANGAN HANYA DUDUK TERDIAM MENUNGGU ILMU DATANG TAPI BERGERAKLAH NIKMATI PERJALANAN YANG MEMBERIKAN PENGALAMAN
1
TIM PENULIS : 1. NIA NOVIANTI 2. SISKA ISMAWANTI 3. RIBKA AMBARWATI 4. HANIF CHOIRUL ICHSAN
(13102241001) (13102241029) (13102241033) (13102244012)
PRODI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2
Perjalanan ke Kabupaten Bandung akan Kami Mulai, kami kelompok 4 yang terdiri dari Gadis blasteran Subang-Solo Nia Novianti, Gadis Manis Jogja Asli Ribka Ambarwati, Sang ketua kelas Hanif Choirul Ichsan asal Temanggung dan Siska Ismawanti Mojang Cianjur yang mengajak kami melakukan observasi ke Kabupaten Bandung , kelompok kami lah satu-satunnya kelompok yang menyambangi kabupaten di provinsi Jawa Barat, untungnya kelompok kami ada yang mempunyai saudara di kabupaten bandung jadi kami bisa lebih terbantu disana, waktu pemberangkatan tugas observasi ke luar kota kami sudah ditentukan yaitu tanggal 13 – 17 april 2015, kami mulai menghubungi lembaga yang akan kami sambangi yaitu Sekolah Alam Garung dan TBM Sudut Baca Soreang, tiket kereta sudah kami pesan untuk berangkat ke kota bandung dan kami berangkat tanggal 13 april di stasiun lempuyangan, kami pun mulai menghubungi lembaga-lembaga yang akan kami sambangi, mulai membuat surat ijin untuk melakukan observasi di lembaga tersebut, memesan kenang-kenangan (plakat) untuk sekedar cendramata yang kami bawa dari yogyakarta. persiapan yang kami lakukan untuk menyambangi kota bandung dan melakukan observasi dikabupaten bandung, alasan kami melakukan observasi di kabupaten bandung adalah karena kami tertarik untuk menyambangi salah satu kota di Jawa Barat dan memang rata-rata kelompok yang lain memilih kota di jawa tengah dan jawa timur. tanggal 10 april kami berangkat ke Bandung, menggunakan kereta Pasundan dari stasiun lempuyangan ke stasiun Kiaracondong bandung, gapapa lah ekonomi maklum masih mahasiswa, kami berkumpul distasiun lempuyangan jam 17.00, padahal keretanya berangkat jam 18.53 yah lumayan saking antusiasnya kelompok kami dengan tugas kelompok ini, mulai memasuki kereta entahlah mungkin memang dasarnya kami kelompok ga bisa diem jadi deh dikereta Repot banget sampe diliatin orang-orang, makan perbekalan yang kami bawa dari kediaman masing-masing niatnya irit karena kami tau jajanan dikereta harganya mahal sekali, tepat pukul jam 21.00 kantuk mulai menghinggapi kami tertidur meskipun tidurnya kurang nyenyak maklum perjalan dengan posisi duduk tertidur itu tak senyaman tidur dikasur empuk, kami menikmati karena ini proses dari pembelajaran Pendidikan Luar Sekolah yang Luar sekolah sekali, tepat pukul 03.45 kami sampai di stasiun Kiara condong, kami sampai dan masih menunggu waktu shubuh datang, setelah itu kami melanjutkan perjalanan ke terminal Lewi Panjang untuk naik angkot ke Soreang ke tempat yang kami tuju, dan pas keluar stasiun kami ngga menemukan angkot yang langsung ke Terminal leuwi panjang, untung lah kami naik angkot yang supirnya orang Tegal, mungkin itu tukang angkot kasian sama kami karena kami dari Yogyakarta, kami dikasih diskon
3
tumpangan dianterin ke angkot selanjutnya yang jurusan soreang, baik banget mang angkotnya semoga Allah membalas kebaikan Emang Angkot yang katanya dari tegal . tumpangan dianterin ke angkot selanjutnya yang jurusan soreang, baik banget mang angkotnya semoga Allah membalas kebaikan Emang Angkot yang katanya dari tegal . Pengalaman yang kami dapatkan dari Mang angkot dia bilang “gapapa sok dianterkeun ka Angkot Soreang, bilih abdi kin nyasar di jogja aya nu nulungan�(~red.dalam bahasa Sunda) yang artinya “tidak apa-apa dianterin nyampe Angkot ke Soreang, biar nanti kalau aku nyasar di jogja ada yang nolongin�. pengalaman yang kami dapatkan yah dimanapun kita berada harus selalu tolong menolong selalu menjadi orang baik karena kita orang sosial dan pasti saling membutuhkan. melanjutkan perjalanan ke soreang kami menggunakan angkot berwarna kuning, di Bandung terlalu banyak Angkot dan bermacammacam warna itu yang membuat kami pusing, sampailah kami di Soreang dengan perjalanan dari terminal leuwi panjang sekitar 45menit, sampai di tugu soreang kami di jemput oleh kakaknya siska , disana kami diperbolehkan istirahat sejenak untuk sekedar bersih-bersih dan sarapan, kami istirahat sekitar dua jam, dan mulai melanjutkan perjalanan ke TBM Sudut Baca Soreang, ternyata lumayan dekat dengan rumah kakaknya siska, kami kesana jalan kaki, karena tidak ada angkot yang lewat disekitaran jalan kecil itu lumayan jauh sih, dan tanya sana-sini kami mulai kepanasan, untungnya kami selalu membawa air minum isi ulang, dengan tempat air yang di bawa dari Yogyakarta, kami bertanya pada bapak-bapak penjual batu akik di pinggir jalan Alamat TBM Sudut Baca Soreang, kata bapaknya kami naik angkot saja nanti berhenti di puskesmas Soreang dengan tarif angkot Rp.1000 saja, tapi setelah kami naik angkot kami harus membayar Rp.2000 padahal jaraknya hanya 20m saja, menyesal kami tak melanjutkan jalan kaki, setelah tanya sana-sini kami menemukan TBM Sudut Baca Soreang, TBM yang unik menurut kami karena di desain sangat nyaman untuk membaca dan banyak sekali keunikan seperti banyaknya arsitektur seni banyak di ruangan tersebut karena memang para relawan yang berada di TBM SBS ada yang bergelut di seni juga, setelah sampai kami langsng di sambut oleh pengelola SBS namanya Farhamsyah , Mahasiswa ABA yang menjadi Relwan sekaligus pengelola TBM SBS tersebut, dan setelah kami mengobrol sangat panjang kami mendapatkan informasi yang sangat banyak tentang TBM Sudut Baca Soreang, berikut pemamparannya yang kami dapatkan dari Sejarah dan Eksistensinya.
4
Berawal dari sebuah tekad seorang Agus Munawar yang memiliki kepedulian dan pengabdiannya kepada masyarakat sekitar dengan melihat pada saat itu adanya “Gempa Literacy” yang dimana gagasan tersebut telah dirilis dalam buku “Relawan Bidik Celah” cetakan tahun 2014 yang sekilas isinya menginformasikan bagaimana latar belakang pendiri dan sejumlah relawan yang bergabung dalam pengembangannya. Dengan tekad membobol rumah, Agus Munawar mencoba memulai rencana dari kepeduliannya tersebut agar ada ruang dan celah untuk masyarakat membaca dan mengembangkan wawasannya dengan hobi dan minat baca masyarakat. Yang ada dalam gagasan seorang Agus Munawar adalah bagaimana mimpinya dapat terwujud dan berkembang memberikan manfaat kepada masyarakat karena TBM bukan hanya sarana tempat menyimpan buku-buku yang dapat dibaca masyarakat umum layaknya sebuah perpustakaan masyarakat di desa. Namun TBM adalah tempat dimana masyarakat dapat melakukan banyak aktifitas pemberdayaan diri dan lingkungan, sekilas informasi dibukunya. Bersama tekad dan mimpinya Agus Munawar tidaklah berdiri sendiri dalam proses pengeloaannya, Ia dibantu oleh mahasiswa yang bersedia menjadi relawan “Bidik Celah” Sudut Baca Soreang. Banyak relawan yang mengabdikan dirinya sekaligus belajar di SBS untuk mengembangkan potensi yang dimiliki dengan dukungan buku-buku bacaan yang ditemukan yang dapat mendorong semangat relawan tersebut melakukan sebuah usaha dan akhirnya berhasil. Adapun relawan pertama di SBS sebut saja namanya Dian, ia merupakan relawan yang juga membantu aktivitas di SBS, baginya SBS adalah rumah ke-2 dimana ia bisa tinggal melakukan aktivitas dan berdampingan dengan sejumlah buku-buku yang ada yang dapat membantunya dalam menemukan informasi. Farhamsyah, dalam buku “Relawan Bidik Celah” (From Pesantren to Relawan) “Jadilah seperti ikan yang berada di air laut, mereka tidak akan terasa asin walau mereka hidup di laut yang begitu asin” sekilas gagasannya tertulis saat ia menjadi seorang relawan SBS. Yang saat ini ia menjabat sebagai ketua harian SBS juga sebagai mahasiswa ABA Internasional Bandung jurusan Bahasa Mandarin, dimana kuliahnya tersebut ia mendapatkan beasiswa sebagai penghargaan menjadi seorang aktivis di Sudut Baca Soreang dengan berbagai prestasinya dalam keikutsertaannya mengembangkan TBM Sudut Baca Soreang. Ia yang dekat dengan Agus Munawar (pendiri TBM SBS) mendapat kesempatan banyak untuk belajar dan menggali potensinya sebagai pemuda yang kreatif dan inofatif serta mau meluangkan waktu bersama teman-teman relawan lainnya untuk bersinergi di TBM SBS. Dalam aktivitasnya ia tidak terlepas dari hobinya menyanyi, membuat puisi dari buku-buku sastra yang ia baca di TBM SBS. Di dalam kesempatannya ia sebagai ketua (regenerasi) juga sebagai pengurus harian, ia tidak sendiri dalam pengurusannya namu ditemani beberapa pemuda diantanranya ada Kang Ahmad Insyafiah, Kang Anggi Fernandi. Mereka adalah pengurus haria yang aktif dalam kegiatan mengelola TBM SBS, selain itu mereka sebagai guru seni musik (Kang Andi) dan sebagai guru seni melukis (Kang Toleng/ Kang Ahmad). Mereka ditugaskan untuk mengajar kesenian pada anak sekolah yang biasa membaca dan belajar di TBM SBS, yang siswanya berasal dari SD-SMA sekitar yang tertarik dengan aktivitas keseniannya.
5
Sebagai usaha pengembangan, TBM SBS melakukan kegiatan yang berkaitan dengan hobi-hobi pemuda-pemudi sekitar dengan kesenian. Sekilas rilisan “Soreang Membaca” merupakan sebutan diberbagai TBM yang ada di Kabupaten Bandung dimana nama tersebut diartikan sebagai masyarakat soreang yang gemar membaca dan membuka wawasannya melalui sejumlah informasi di buku bacaan yang tersedia bukan hanya di perpustakaan desa juga di TBM SBS. Kembali pada usaha pengembangannya tadi melalui kesenian, ide ini terlintas dipara relawan-relawan TBM SBS agar membangkitkan semangat berkunjung ke TBM untuk membaca dan belajar dan pada akhirnya ide tersebut terrealisasikan karena tekad mereka yang sungguh-sungguh mengabdi sekaligus menyalurkan hobi dan kemampuan di bidangnya. Terutama Kang Toleng yang memiliki potensi mengajarkan siswa-siswi seni melukis dan siswa-siswi yag tertarik dengan lukisan maka dapat dikembangkan dengan belajar membaca diselingi kegiatan melukis. Kegiatan melukis tidak Cuma-Cuma untuk diadakan begitu saja melainkan hasil kegiatan tersebut sudah mengikuti kompetisi diluar lembaga. Adapun kegiatan seni musik yang didampingi oleh Kang Andi sebagai guru seni musik di TBM SBS, banyak siswa-siswi yang tertari belajar dan membaca di TBM SBS karena ada kegiatan seni musik pula yang mengantarkan hobi mereka. Agar seni musik itu sesuai dengan tujuan TBM SBS “Soreang Membaca” maka dipadukan dengan puisi yang dibuat siwa-siswi tersebut dari hasil hobi membacanya dibuku sastra. Disamping sebagai penyalur hobi kegiatan seni musik juga melakukan kompetisi untuk pekan ini diluar, yaitu lomba menyanyi dan musikalisasi puisi dari siswa-siswi tersebut. Nah... Ada kegiatan seni tambahan pula yang baru-baru ini diadakan di TBM SBS, yaitu diskusi fotografi yang merupakan kegiatan belajar seni fotografi dan hal yang berkaitan dengan fotografi. Dimana kegiatan tersebut didampingi oleh Kang Andri yang merupakan salah satu relawan TBM SBS pula juga sebagai Mahasiswa STISI Telkom jurusan Seni Patung semester 4 . kegiatan tersebut bar berdiri 3 bulan dan kendala yang dihadapinya banyak peserta yang tidak datag dalam pelatihan. Namun seiring berjalannya waktu dan dukungan serta sumbangan buku, mungkin hobi tersebut banyak diminati. Begitu tutur bang Andri ! Sebagai suatu sarana pelayanan dan pengabdian kepada masyarakat TBM Sudut Baca Soreang memiliki dedikasi tinggi agar masyarakat tahu arti pentingnya membaca dan memiliki minat baca tinggi, agar tergagasnya pemikiran kritis dari masyarakat itu sendiri dari realita yang ada juga sebagai agen perubahan lingkungan baik dalam menjaga dan mengembangkannya.Visi dan Misi , Visi Sudut Baca Soreang. “Menjadi pusat kegiatan dan layanan informasi berbasis ICT yang menginspirasi dan mendorong peningkatan wawasan, kesejahteraan dan ekonomi masyarakat soreang. Misi Sudut Baca Soreang Menyelenggarakan beragam program keberaksaraan (literasi) yang terarah dan berkesinambungan berbasis lokalitas dalam Gerakan Soreang Membaca! Menjadikan SBS sebagai labolatorium pengembangan UKM, pusat ide dan kegiatan pemasaran yang unik dan khas bagi unit-unit kegiatan ekonomi kreatif di soreang. Melengkapi sarana dan prasarana untuk meningkatkan fasilitas layanan informasi bagi pengguna yang berbasi ICT. Melalui gerakan budaya baca, SBS mengadakan kegiatan yang aktif, rutin dan bermanfaat guna menigkatkan kualitas hidup.”
6
Sementara sasaran yang ditujukan kepada perempuan ditujukan karena sejarah “Gempa Literasi” dalam buku yang dirilis tahun 2014 dimana buta aksara salah satu terwujudnya kepedulian Lembaga ini terhada perempuan yang kurang memiliki kreatifitas. Adapun program yang ditujukan untuk perempuan itu sendiri yaitu memasak berbasis IT, dimana kegiatan tersebut selain para perempuan melek huruf dan gemar membaca juga dapat menjalankan perannya sebagai calon dan yang sudah menjadi ibu rumah tangga dengan mengikuti pelatihan memasan sekaligus melek IT sebagai basis pembelajaran yang praktis mengikuti perkembangan Zaman akan pentingnya peran IT, bukan hanya dalam media pembelajaran pendidikan formal saja melainkan media pembelajaran pendidikan nonformal dan informal khususnya untuk pelatihan-pelatihan di masyarakat. Sebagai suatu tempat pelayanan kepada masyarakat terkait informasi dan pengetahuan dari bukubuku yang tersedia, TBM Sudut Baca Soreang tidak hanya ingin membekali soft skill pengetahuan saja melainkan Hard skill yang direncanakan sebagai program tambahan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat terutama masyarakat Soreang dengan mewujudkan gagasan “Soreang Membaca” menjadi kenyataan dengan output dari pengguna layanan, juga sebagai wujud berentinya “Gempa Literasi” beberapa tahun silam khususnya di Kabupaten Bandung. Dengan tidak melihat latar belakang dan kondisi masyarakat yang berkunjung lembaga dan relawan siap melayani dengan sepenuh hati tanpa imbalan. Komitmen mereka adalah melayani masyarakat dan berbuat baik terhadap sesama. Ada penghargaan yang diperoleh Yaitu Mengembangkan Minat Baca Masyarakat dan Kemajuan Bagi Duia Perbukuan dari IKAPI Pusat, Tahun 2009. Sebagai Pengelola TBM Bidang Perpustakaan dari Gubernur Jawa Barat, tahun 2011. TBM Sudut Baca Soreang Sebagai Kreatif-Rekreatif dalam Rangka Hari Aksara Internasional ke-47, dari Mentri Pendidikan dan Kebudayaan, tahun 2012. Legalitasnya Yayasan Soreang Membaca Membangun, dengan Akta Nomor 11, didirikan pada 11 September 2012, Notaris : T. Martini Arifin, SH. NPWP:31.587.00.7445.001 Atas Nama : Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Sudut Baca Soreang Sekretariat TBM Sudut Baca Soreang. Dari komitmen yang tingggi mewujudkan masyarakat berwawasan luas dengan gagasannya Agus Munawar dalam “Relawan Bidik Celah” menuliskan “Semakin banyak TBM yang memiliki relawan “militan”, semakin banyak tangga bagi masyarakat untuk kritis, maju, dan mandiri.”. Hal tersebut yang dapat kami tangkap dari gagasan Agus Munawar pembina TBM Sudut Baca Soreang yaitu bagaimana ia mengedepankan kepentingan masyarakan akan budaya gemar membaca sebagai suatu cara untuk menuju masyarakat yang kritis, maju dan mandiri dari buku-buku yang menyediakan informasi yang dibutuhkan masyarakat sebagai sarana pengembangan lingkungan. Dengan beragam kegiatan kreatif, rekreatif yang diselenggarakan Taman Bacaan Masyarakat Sudut Baca Soreang tentu dibelakangnya tidak terlepas dari kepedulian sekelompok masyarakat yang rela berkorban yang mau meluangkan waktu, mempunyai semangat berbagi atas kemampuan yang dimiliki dan melakukan serangkaian kegiatan dengan penuh tanggungjawab dan sukarela. Sebagai pegiat TBM atau komunitas baca yang disebut relawan.
7
Sarana StrategisMeningkatkan ketertarikan masyarakat untuk berkunjung ke SBS Membentuk komunitas baca, seni dan budaya yang dapat meningkatkan kapasitas pengurus dan relawan untuk memenuhi kebutuhan pengguna layanan di wilayah soreang. Meningkatkan layana Sudut Baca Soreang sebagai Learning Center untuk perkembangan wawasan masyarakat terutama angkatan pendidikan. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan pelaku utama dan pelaku usaha kecil menengah. Menjadi pusat pencarian informasi masyarakat dalam membentuk masyarakat literer. Peningkatan kerjasama antar seluruh pemangku kepentingan dalam peningkatan SBS berbasis ICT. Memperkaya wawasan untuk meningkatkan kesehatan keluarga dan lingkungan melalui kader PKK dan komunitas lainnya. Sekilas latar belakang yang membuka wawasan kita tentang Taman Bacaan Masyarakat yang berasa di Kabupaten Bandung ini, mengantar kita agar tergerak untuk gemar mebaca dan sebagai pengelola satuan program Pendidikan Luar Sekolah tentunya merupakan tugas kita untuk belajar dan menggali ilmu pengetahuan tentang ranah-ranah PLS untuk terus mengembangkannya. Sarana Prasarana dan Bantuan yang ada di SBS Komputer 5 buah, Leptop 3 buah, Kursi, meja, Rak buku, AC, TV yang didapatkan dari sponsor Alfa dan Thosiba, Luas bangunan 3,5 x 14 tumbak, Jumlah buku 2600 buah yang didominasi oleh buku ilmu sosial, sastra dan agama, Bantuan dana didapatkan dari pemerintah dan modal awal serta fasilitas bantuan yang didapatkan dari sponsor. Bantuan berupa dana pembangunan dan sumbangan buku-buku dari lembaga yang bermitra dengan TBM SBS. Dalam Pengelolaan dan Strategi menarik minat, Pengelola terdiri dari ketua, sekretaris dan bendahara merangkap menjadi satu, Pengurus lain sebagai pengisi kelas. Strategi dilakukan melaui program yang ditawarkan yaitu, Program melukis yang dilaksanakan melalui kelas pelatihan melukis, Program musik dengan pelatihan Mixing, recording, komposer, pelatihan menyanyi dan menciptakan lagu. Program kelas menulis puisi dengan pelatihan menulis dan membaca puisim, Program kelas diskusi fotografi dengan pelatihan dan diskusi seputar dunia fotografi. Program yang ditawarkan merupakan salah satu strategi pengembangan dan menarik masyarakat untuk membaca di TBM SBS, ditujukan agar masyarakat tidak jenuh dan merasa bosan untuk berkunjung dan hanya membaca terutama untuk sasaran para pemuda yang memiliki hobi. Maka tidak lain kebanyakan buku yang dibaca adalah buku tentang sastra. dalam hal ini SBS mempunyai Target dan Sasaran, Target dari berdirinya TBM Sudut Baca Soreang yaitu pemuda, perempuan dan masyarakat pada umumnya yang perlu wawasan luas untuk pengembangan kesehatan keluarga dan lingkungan. Sementara target untuk pemuda ditujukan karena pemuda adalah sebagai Agen Of Change masyarakat mandiri dan penggerak organisasi masyarakat yang tentunya pemuda adalah tonggak dimana suatu lingkungan masyarakat tersebut aman dan damai dikelilingi pemuda yang berwawasan luas, berani berkarya banyak, kreatif, inofativ, berjiwa relawan, ikut serta membangun, mengembangkan dan menjaga lingkungan dimana ia singgahi serta mau berpikir dan bekerja keras demi kemajuan ligkungan berbekal wawasan yang ia miliki dengan membaca di Sudut Baca Soreang ini.
8
Ketika proses wawancara dan observasi lapangan berlangsung, tidak terlepas kami mendengan langsung tanggapan seorang siswa mengatakan kesenangannya sering berkunjung ke TBM Sudut Baca Soreang yaitu, banyak buku-buku sastra, komik dan novel sebagai kesenangan mereka membacanya, membantu mengerjakan tugas sekolah denga buku-buku yang tersedia. Adapun yang mengatakan kesenangannya berkunjung karena ada pelatihan menyanyi dan belajar musik serta menulis puisi dan dapat dilombakan di sekolahnya masing-masing, selain itu dapat belajar komputer dengan fasilitas yang tersedia dan pembimbing yang siap melayani dan mahir. Siswa lain mengatakan kesenangannya karena dapat menambah wawasan, menyalurkan hobi dan menambah banyak teman dari berbagai latar belakang. Pengunjung juga bisa berbagi dan bercerita baik itu dengan pengurus harian maupun dengan pembina langsung terkait seputar pengetahuan buku-buku, motivasi dan pengalaman pribadi. Tidak sedikit masyrakat yang tadinya hanya seorang relawan di TBM Sudut Baca Soreang yang tadinya hanya berkunjung dan membaca, namun ada yang menjadi pengusaha sukses dari pengethauan yang didapatkan dari hasil membacanya. Karena selain memenuhi minat dan hobi pemuda, di TBM Sudut Baca Soreang menyediakan buku-buku berbasis keterampilan hidup yang membantu menunjang dalam pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat yang mudah diaplikasikan oleh pembaca. Pengalaman yang kami dapatkan dari hasil observasi di TBM Sudut Baca Soreang yaitu bagaimana sebuah perjuangan membangun suatu hal yang bermanfaat bagi masyarakat banyak, dan bagaimana agar selalu menebarkan kebaikan kesetiap sudut dan celah dimasyarakat. Bagaimana cara untuk mengembangkan dan mempertahankannya dalam menghadapi tantangan dimasa depan yang tentunya banyak persaingan, namun satu hal Taman Bacaan Masyarakat adalah sarana untuk melayani masyarakat dalam pengadaan informasi bukan sebagai sarana kompetisi dalam kepentingan pribadi atau kepentingan suatu komunitas, melainkan bertujuan agar masyarakat khususnya diri kita pribadi agar tergerak dan gemar membaca dengan memanfaatkan fasilitas yang ada. Satu refleksi diri yang kami dapatkan yaitu bahwa menjadi seorang relawan akan besar kemungkinan mempunyai mental yang kuat dan disiplin. Karena setiap saat relawan akan terus mengasah diri “bergaul� dengan buku, koran, dan sebagainya. Relawan juga dalam kesehariannya “dituntut� melayani pengunjung beragam usia maupun latar belakangnya, dengan penuh keramahan dan senyum manis. Dari kegiatan relawan yang diberi taggungjawab oleh pembina TBM Sudut Baca Soreang mereka dilibatkan dalam penyelenggaraan berbagai kegiatan dan lomba yang diselenggarakan. Mulai dari pembentukan panitia, merumuskan acara, membuat proposal, mencari mitra, membuat press lealease,memberikan informasi kepada media sampai membuat pelaporan di akhir kegiatan. Namun dalam setiap kegatan yang diselenggarakan di TBM Sudut Baca Soreang setiap masyarakat ditumbuhka rasa memilikinya untuk selalu merawat, ikut serta berkegiatan, mengajak menjadi relawan dan menjaga keberlanjuta TBM Sudut Baca Soreang. Selesai mendapatkan hasil wawancara kami melanjutkan untuk melihat lebih detail ruangan-ruangan SBS, berfoto untuk dokumentasi dan saling mengobrol, selesai wawancara sekitar pukul 14.00 WIB kami berpamitan pulang kami melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki karena jarak tempuh yang sudah kami ketahui dan takut tertipu oleh emang angkot lagi,
9
diperjalanan kami menemukan tempat makan yang menyajikan makanan khas Bandung namanya Seblak makanan yang terbuat dari kerupuk mentah, yah lumayan sebagai penyembuh rasa lapar kami, setelah bersantai sejenak kami langsung kembali ke rumah kakaknya siska dan siap melanjutkan perjalanan ke Ciwidey ke rumah keluarganya siska untuk sekedar beristirahat menikmati weekend di kab.bandung karena kami akan mengunjungi lembaga yang lain di hari senin, waktu menunjukan pukul 15.00 kami bersiap melanjutkan perjalanan kami sudah stand by di pinggir jalan untuk menunggu angkutan kota (Angkot) ternyata setelah menemukan angkot yang kami cari diperjalanan kami menemukan hal yang uniik ketika emang angkot ngerem mendadak Nia salah seorang dari kelompok kami yang latah malah ditertawakan oleh Teteh-teteh (red-bahasa sunda) entah apa yang membuat teteh itu tertawa dan si teteh mulai ngajak ngobrol tentang kedatangan kami ke bandung, seru sih si teteh yang katanya rumahnya di stadiun jalak harupat, yang dipikiran kami teteh itu rumahnya di stadion ternyata wilayahnya saja yang di sekitar situ, setelah turun dari angkot menuju ciwidey kami turun di alun-alun soreang dan melanjutkan perjalanan menuju ciwidey menggunakan mobil jenis angkutan antar wilayah seperti elp namnya kol, ternyata itu angkutan sangat tidak memanjakan kami yang ber 4 kebagian kursi paling belakang dan itu mobil tidak akan Maju sebelum mobilnya penuh kebayang lelahnya dong, jalannya turun naik, tapi kami lumayan dimanjakan oleh pemandangan di sekekliling maklum lah pegunungan bandung selatan, setelah sampai di terminal ciwidey kami langsung ke tempat keluarganya siska, kami kira dekat yah lumayan jauh sih, mendaki bukit gituh, setelah sampai kami langsung istirahat, disana udaranya dingin sekali kami sampai harus berselimut maklum lah jogja terlalu panas, sekitar jam 8.an kami diajak untuk melihat pasar malam kalo di jogja namanya skaten, asikkk tapi di sana sepi banget kami jadi takut pulangnya, setelah pulang kami mulai istirahat, dinginnya membuat kami ingin pulang ke jogja. Setelah pagi kami diajak jalan-jalan sama teman-temanya siska tujuannya ke wisata alam Ciwidey disana ada danau yang di sebut Situ patrenggang, ada kawah putih, kebun teh rancabali dsb, asik banget kami sangat menikmati perjalanan tugas ini, pulangnya kami diajak masak oleh salah satu temannya siska, makan-makan ala jawa barat yang beralaskan daun pisang membuat kami tak akan melupakan perjalanan tugas ini, pulang kami langsung istirahat dan tidak merasakan dingin lagi mungkin sudah terbiasa dengan cuaca disana. Kami beristirahat dan besoknya siap melanjutkan perjalanan ke Balendah untuk mengunjungi salah satu lembaga non formal lainnya.
foto bersama pengurus dan warga belajar di TBM Soreang
10
LEMBAGA PENDIDIKAN PENDIDIKAN ALQURAN ALQURAN NUN NUN LEMBAGA Observasi dilembaga kedua yaitu di TPQ Nun, alamatnya di Jln. Rd T. Endung Suria I Kelurahan/Kec. Baleendah, sebelum cerita lebih lanjut ke kegiatan utama yaitu observasi, kita mau nyeritain dulu perjalanannya kaya gimana :D yaa seperti cerita sebelumnya, angkot wherever. Kali ini perjalanan lebih jauuuuhhhhh banget. Dari kecamatan Ciwidey kami naik Elp yang kalau disana disebut kol. Padahal kalau di Jogja kol itu angkutan terbuka buat ngangkut barang dan kambing, gak kebayang gimana kalau kita bener-bener naik kol. Ada yang menarik dari angkutan umum ini, jadi sebelum terisi penuh kendaraan itu tidak langsung berangkat. Kebayang kan satu mobil isinya 19 orang. Tujuan utama bukan langsung ke lembaga, jadi kita ke Cibaduyut dulu. Pada intinya kita hanya memanfaatkan moment, mumpung lagi di Bandung gitu. Perjalanan terasa bener-bener jauh, yang awalnya masih bisa cerewet saat itu tiba-tiba hening. Mual & pusing rasanya. Dan yang lebih aneh lagi, kita diturunin di tengah-tengah jalan raya, untung waktu itu agak macet jadi sedikit aman gak ketabrak. Karna masih terasa mual, langsung tujuannya alfamart buat beli minum. Pas badan udah agak enakan lagi kita lanjut jalan kaki, agak lumayan jauh sih kira-kira adalah 500 meter. Sampai di cibaduyut ya seperti biasa, namanya juga jalan-jalan satu per satu took dimasukin. Nawar sana nawar sini, dan dapet hehe. Setelah makan siang langsung deh cus ke lembaga, naik angkot lagi. 2 kali ini mennn. Lagi-lagi perjalanan cukup jauh, jalannya gak terlalu mulus juga. Jalannya agak rusak dan macet, ya maklum mungkin karna disana sering buat lewat kendaraan besar soalnya disana juga kawasan indusrti. Singkat cerita kami sudah sampai ancer-ancer yang dikasih pihak TPQ nunggu dijemput. Dan yang mengejutkan pihak sana mengira kami rombongan yang bawa mobil, dan ibunya hanya naik motor. Alhasil kami dijemput satu-satu, antri bokkk haha. Sampailah kita di tempat lembaga, tempatnya luas nuansa-nuansa kayu gitu. Kami bener-bener dijamu dengan baik, disediakan tempat luas, nyaman, kasur empuk, nasi padang, tv 21 inch kurang lengkap gimana coba? Ternyata setelah ngobrol sana ngobrol sini, kami adalah mahasiswa pertama yang datang ke lembaga tersebut. Pantes kalo gitu ya hehe. Sekitar pukul 3 sore kami sudah muali beraksi nih, observasi alias mengamati kegiatan disana. Waktu muridnya yang rata-rata usia anak-anak (4-7tahun) dating mereka langsung ambil wudhu ya pastinya tanpa disuruh, emangnya kamu haha. Jadi kegiatan awalnya mereka melakukan sholat jamaah bersama para guru-gurunya. Setelah itu mereka kumpul dihalaman untuk hafalan suratsurat pendek dengan dipimpin oleh para ustad dan ustazah. Mereka dibagi menjadi beberapa kela, Setelah kegiatan tersebut selesai mereka masuk ke kelas sesuai dengan jenjang mereka. Setiap kelas dipimpin oleh satu ustad maupun ustadzah. Sistem pendidikan yang diterapkan disana itu menggunakan alur yang cukup panjang dan karena lembaga tersebut menggunakan metode qiroati pengajarnya pun tidak sembarangan. Untuk menjadi pengajar disana juga harus melalui pembinaan, dan tes. Banyak yang mendaftar namun banyak juga yang tidak mampu lolos. Pengajar disana dituntut benar-benar berkualitas, karena tidak semua orang mampu mengajar bidang ini. Intinya pegajar disini bener-bener udah pilihan yang terbaik diantara yang terbaik.
11
Oke lanjut. Kegiatan pembelajaran Cuma berlangsung sampai jam 17.15 WIB, setelah itu mereka diharuskan untuk kumpul lagi untuk pembacaan surat-surat pendek lagi sampai jam 17.30. dari proses pembelajaran tersebut ada cerita menarik yang kami mau share. Waktu itu kami diikuti oleh “teteh-teteh” (mbak dalam bahasa jawa). Kemana aja kita pergi diikutin terus, awalnya sih biasa aja. Tapiii setelah ada adek-adek yang bilang “the jangan deket-deket sama yang itu, dia orangnya aneh. Suka pingsan sendiri.” “loh emang sakit apa?” otomatis nanya gitu dong ya, trus sama adeknya dijawab “ya gitu deh” . nah dari situlah mulai perasaan takut. Kemana aja diikutin yaampun, takut banget waktu itu. Sampai masuk ruangan lantai 2 yang dipakai pembelajaran. Mungkin malah menganggu proses pembelajaran waktu itu, tapi gimana lagi itu tempat paling aman soalnya mbaknya itu udah gak berani masuk lagi. Dengan perasaan deg-degan karna takut kami hanya diem diruangan dan ngintip dari celah-celah kayu berharap mbaknya cepetan pergi. Sejam mungkin ada, sampai pembelajaran selesai kita juga baru turun. Untung aja kita diselamatkan oleh Kepala Sekolah yang mengajak kami untuk melanjutkan proses wawancara yang sudah dijanjikan sebelumnya. Lagi-lagi kami dijamu oleh makanan enak, ada semangka ada cireng juga. Selang beberapa menit obrolan kami akhirnya dipertemukan dengan pihak pemimpin yayasan yang bernama Hj Umi. Beliau ini adalah seorang dokter ternyata, kami diceritakan awal mula berdirinya lembaga ini. Jadi pada awalnya ibu membeli tanah yang sebenarnya tidak direncanakan, niatnya hanya membantu orang yang membutuhkan uang. Saat itupun uangnya tidak terbayar lunas, tapi dicicil. Singkat cerita ibu memilih mendirikan lembaga pendidikan alquran karena beliau melihat bahwa bacaan alquran di masjid daerahnya tidak bagus, beliau juga pernah datang ke Malaysia dan melihat sekolah pendidikan alquran yang serupa dengan kualitas bacaan yang sangat bagus. Dengan tekad itulah beliau mendirikan lembaga ini. Semua berawal dari mimpi, begitulah kata Ibu Umi. Lembaga ini menyatu dengan lembaga pendidikan sekolah alam Gaharu, namun sekolah ini lebih bersifat formal. Nama gaharu memiliki sebuah filososfi yang sanagat baik. Nama gaharu diberikan oleh suami ibu umi yang memiliki makna sebuah pohon yang hanya bisa tumbuh di wilayah timur dan thailand. Keberadaannya pun sudah langka. Berangkat dari inilah filosofi gaharu muncul, pohon ini mampu mengeluarkan getah yang sangat wangi seperti parfum. Dengan nama ini diharapkan siswa yang menempuh pendidikan di gaharu mampu memiliki nama yang harum yaitu dengan mencaetak prestasiprestasi terbaiknya. Kelebihan lembaga pendidikan alquran nun jika dibandingkan dengan lembaga pendidikan alquran yang lain adalah lembaga ini menggunakan metode qiroati. Metode ini merupakan metode yang simple, memiliki kualitas bacaan yang bagus dan pada awal mulanya saat berkunjung ke malaysia itulah hj umi melihat anak-anak yang memiliki kualitas bacaan yang bagus, ternyata metode yang mereka gunakan adalah dengan ,menggunakan metode qiroati. Selain itu metode qiroati juga merupakan metode pertama yang digunkan di indonesia. Banyak pula pondok-pondok pesantren di jawa timur yang notabene merupakan ladangnya jebolan-jebolan santri banyak dijumpai disana. Untuk metode ini tidak semua bisa mengajar, hanya yang memiliki kualitas yang mampu. Selain itu untuk mempelajarinya juga tidak bisa dengan mudah begitu saja. Tidak akan ada buku ataupun panduan dari sumber manapun yang dujal beabas ke pasaran. Ada buku namun berasal dari departemen khusus dan itu hanya dibagikan pada lembaga lembaga pendidikan alquran yang berbasis qiroati dan salah satunya adalah di lpq nun ini. Dengan kelebihan-kelabihan tersebut pantas menjadikan lpq nun memiliki jumlah siswa yang banyak. Dengan rendah hati staff lembaga mengatakan kepada kami “maaf tapi jumlah murid disini baru 200an orang”. Untuk ukuran tersebut biasanya justru bisa dikatakan itu dalah lembaga pendidikan alquran yang sudah besar, namun mereka mengacu pada standar dijawa timur bahwa biasanya lembaga pendidikan alquran memiliki murid hingga berjumlah ribuan orang. Pantas merka mengatakan muridnya baru sedikit.
12
Awalnya lembaga ini hanya memungut biaya sebesar ‌ terhitung murah jika dibandingkan dengan lembaga pendidikan ataupun bimbel yang bisa membandrol uang sampai ratusan ribu perbulan. Akhirnya dari tahun ke tahun biaya pendidikan di lembaga ini dinaikan tentunya dengan tidak mengurangi kualitasnya. Dan mengagetkan, semakin tinggi biaya yang dipatok oleh lembaga semakin banyak orang tua wali yang justru membayar, padahal sebelumnya dengan biaya 15rb saja hanya sedikit yang mau membayar. Dengan cara seperti ini masyarakat justru percaya bahwa lembaga ini memang bener-bener memiliki kualitas yang baik. Walaupun dianggap “dokter yang ingin semakin kayaâ€? beliau tetap teguh untuk meningkatkan kualitas di lembaganya. Sampai sekarang ada 196 anak yang dititipkan oleh orangtuanya untuk menimba ilmu agama di lembaga pendidikan alquran nun ini. Pihak lembaga menyatakan bahwa anak-anak yang bersekolah disana sering mengikuti lomba membaca alquran, bukan atas nama LPQ Nun tapi atas nama sekolah masing-masing siswa. Jika diibaratkan seperti mencetak prestasi dari “belakangâ€?. Berdasarkan pengamatan langsung memang anak-anak disana sudah memiliki dasar membaca alquran yang baik, dari segi vokal maupun ‌ terlihat sudah mumpuni. Kegiatan pembelajaran di lpq nun dilaksanakan mulai hari senin sampai hari jumat, waktu pelaksanaannya sore hari karena pada pagi harinya lembaga tersebut digunakan untuk pembelajaran pra tk di sekolah alam gaharu. Karena memang pada dasarnya lembaga ini menyatu dengan sekolah alam gaharu. Walau demikian, dilihat dari sejarahnya lpq nun berdiri lebih dulu dari pada sekolah alam gaharu. Sejak pertama kali berdiri, lembaga ini tidak berjalan mulus begitu saja. Sempat vakum untuk beberapa waktu sampai akhirnya lembaga ini mampu mempertahankan eksistensinya hingga sekarang. Selain itu karena pembelajaran dilakukan pada sore hari maka jumlah siswa yang hadir tidak bisa sepenuhnya, karena biasanya terkendala dengan jadawal les maupun sekolah. Namun ada beberapa siswa yang datang dengan masih mengenakan baju seragam sekolah, bisa terlihat bagaimana kesungguhan anak-anak untuk mengikuti pendidikan membaca alquran di tempat ini. Untuk spesifikasi staf pengajar (ustdz dan ustadzah) rata-rata berasal dari pondok pesantren. Sebenarnya untuk menjadi teanga pengajar tidak dikususkan memiliki jenjang pendidikan yang tinggi atau harus lulusan universittas terkenal. Yang penting adalah calon pendidik harus mau dibina dan taat pada peraturan disana dan yang utama adalah semangat. Salah seorang ustadzah disana sempat bercerita bahwa ia berasal dari Blora dan mengaku pulang hanya satu tahun sekali. Walaupun demikian ustadzah tersebut tetap memiliki keinginan untuk mengajar di LPQ Nun karena beliau mengaku sudah “betahâ€?. Selain karena mengajar berdasarkan passionnya namun juag karena sudah diperlakukan dengan baik oleh pemilik lembaga yaitu dokter umi. Untuk keseluruhan jumlah pengajar ada kurang lebih 15 orang tenaga pengajar. Dengan tingkat kualitas yang begitu tinggi, lpq nun masih memiliki beberpa kendala. Diantaranya adalah keterbatasan kelas, karena menyatu dengan bangunan sekolah alam gaharu maka lpq nun masih menggunkan sekat-sekat pembatas untuk setiap kelasnya. Selain itu mereka merasa kesulitan untuk mencari guru-guru. Masalah sama seperti yang sudah dijelaskan yaitu banyak yang berminat dan mendaftar namun rata-rata mereka gagal waktu di uji karena mungkin belum memenuhi syarat kualitas yang dipatok oleh pihak lembaga. Ibu umi bersikeras harus memiliki pengajar yang berkualitas, makin lama harus meningkat kualitasnya.
13
LPQ NUN mempunyai beberapa program yang ditawarkan. Program yang ditawarkan cukup menarik bagi mereka yang belum mengenal tentang Metode Qiroati. Metode Qiro'ati ini pertama kali dikenalkan oleh KH Ahmad Dahlan. Metode ini sangat simple, kualitas bacaan sangat teruji, pendidiknya juga dituntut untuk menguasai model tersebut. Guru/pendidik yang akan menggunakan metode Qiro'ati harus mempunyai sertifikasi dari pemerintah dan harus mengikuti pendidikan untuk memperoleh sertifikat mengajar. Lembaga Pendidikan Quran yang pertama menggunakan Metode Qiroati pertama di Bandung adalah LPQ NUN ini. Dalam pembelajaran di LPQ NUN terdiri dari 8 kelas. Masing-masing kelas mempunyai pembelajaran yang berbeda. Kelas Pra-TK terdiri atas kelas A, B, dan C, kelas ini mempunyai anak didik yang berusia dibawah 6 tahun, mereka mempelajari mengenal huruf-huruf hijaiyah. Pendidik yang mengajar dalam kelas ini adalah Ustazah Hameli, Mbak Yusi, dan Ustazah Nina. Kelas yang selajutnya ditawarkan adalah kelas Qiro'ati. Kelas ini terdiri dari 8 kelas. Kelas 1 terdiri dari kelas 1A dan 1B. Kelas ini mempelajari tentang huruf dan harokat fathah, serta huruf sambung. Pendidik dalam kelas ini adalah Ustad Faliqh, Ustazah Santi, dan Mas Ikhwan. Kelas 2, Kelas 2 ini juga terdiri atas 2 kelas juga yaitu kelas 2A dan 2B. Dalam kelas ini peserta didik diberi pembelajaran tentang harokat, mad, fatah, kasrah, sukun. Mereka (peserta didik) didorong untuk menguasai mata pelajaran dikarenakan seusai materi diberikan, pendidik akan memberikan pertanyaan sesuai dengan apa yang telah dipelajari di hari itu. Kelas Qiro'ati 3. Kelas ini mempelajari tentang Al-Lam, huruf sukun, hal ini diberikan/diajarkan agar peserta didik menghindari bacaan yang memantul. Pendidik dalam kelas ini adalah Ustazah Nurzanah dan Teteh Mumuy. Kelas Qiro'ati 4, kelas ini juga terdiri dari 2 kelas yaitu kelas 4A dan 4B. Peserta didik diajarkan tentang Ikhfa, Matawati Khusuan. Pengajar dalam kelas ini yaitu Mbak Yeni dan mas Fitri. Yang menarik dalam pembelajaran ini adalah penggunaan media yang masih tradisional, yaitu masih menggunakan lembaran-lembaran kertas yang bertuliskan huruf-huruf yang dipasang di semacam board. Lembaga ini menerapkan sistem cinta terhadap alam, akan tetapi juga tidak menolak adanya modernisasi. Selain kelas-kelas yang sudah dijelaskan diatas masih ada kelas yang ditawarkan di LPQ NUN ini. Kelas Qiro'ati 5. Seperti kelas-kelas yang lain, kelas ini juga terdiri dari 2 kelas, yaitu kelas 5A dan 5B, kelas ini mempelajari tentang idhgam bigunnah, Mbak Dewi yang cantik dan nemawan yang mengajar dikelas ini. Pendidik yang ada di LPQ NUN ini berasal dari berbagai daerah, bukan hanya berasal dari Bandung saja tetapi dari berbagai macam daerah. Contohnya Mas Ikhwan, beliau berasal dari Tulungagung Jawa Timur, seperti halnya Mbak Dewi, beliau berasal dari Boyolali. Mereka mengungkapkan ketertarikan mendidik di LPQ NUN ini dikarenakan Metode mengajar yang diterapkan berbeda dengan lembagalembaga yang ada didaerah mereka. Ada banyak hal yang kami pelajari saat bertukar pikiran bersama pendidik disini, mereka mengatakan bahwa jangan malas dalam mencari ilmu, ilmu dunia maupun ilmu akhirat. setelah banyak berbicncang tentang banyak hal, khususnya tentang LPQ Nun akhirnya kami dipersilahkan untuk beristirahat. diberikan tempat yang begitu nyaman sepertinya hanya kami rasakan bertiga, nia, siska dan ribka. nah hanifnya? hanif tidak diperkenankan untuk tidur bersama didalam ruangan. hanif diberikan tempat diluar, tidak sendiri tentunya ada pegawai lain yang menemani hanif. sedangkan yang perempuan ditemani oleh ibu Dewi, salah satu ustazdjah asal Blora. obrolan malam itu tidak lagi seputar lembaga, namun kami lebih mengacu pada cerita-cerita yang bersifat santai. kami bercerita tentang pengalaman masing-masing. sampayi akhirnya jam udah menunjukkan pukul 22.00 WIB kami akirnya memutuskan untuk mengakhiri obrolan dan tidur.
14
mungkin suasana yang nyaman membuat kami enggan untuk beranjak dari kasur, masih pagi-pagi betul, sekitar pukul 04.30 WIB ternyata Ibu Dewi sudah menjalankan kewajiban sholatnya dan kamipun segera bangun dan segera membereskan tempat tidur kami. ibu Dewi kemudian pamit untuk keluar dan setelah saat itu HP bunyi, ternyata pesan grup dari hanif yang meminta untuk dibukakan pintu. singkat ceridta kamipun akhirnya membereskan barang-barang kami. jam menunjukkan pukul 06.00 WIB kamipun ditawari untuk pulang lebih siang supaya kami melihat proses pembelaran di TK sekolah alam Gaharu tersebut. berhubung dikejar waktu kamipun menolak secara halus tawaran tersebut dengan alasan takut ketinggalan bus, iya nia bukan pulang ke Jogja tapi dia pulang ke Subang. otomatis kami harus menuju ke terminal terlebih dahulu.
Foto bersama para Uztadjah di LPQ NUN
sekitar pukul 06.30 WIB kami diberikan waktu dan kesempatan secara langsung untuk berpamitan kepada Hj Umi pemilik dari LPQ Nun diruangannya yang juga dijadikan tempat tinggal apabila beliau menginap di Sekolah. Dengan sapaan khas yang ramah beliau mengucapkan terimakasih atas kedatangan kami ke lembaganya, menurut beliau ini adalah suatu kebanggan tersendiri didatangi mahasiswa yang jauh-jauh dari Yogyakarta. apresiasi yang sangat luar biasa bagi dari kelompok kam bagi lembaga ini. Dengan berbekal imu dan informasi yang sudah kami dapatkan kami akhirnya pamit pada Hj Umi, dan diakhiri dengan foto bersama dengan para uztadjah disana (tidak ada Hj Umi). dengan diantar oleh ... kami ditemani sampai mendapatkan angkot untuk ke terminal. Apresiasi yang sebesar-besarnya bagi seluruh pengurus lembaga Pendidikan Quran Nun yang benar-benar sangat membantu kelompok kami. Akhirnya salam perpisahan kami diakiri dengan tibanya angkot yang akan membawa kami ke Terminal. Nia pulang ke Subang dan Kami bertiga masih melanjutkan perjalanan ke stasiun untuk memesan tiket pulang ke Yogyakarta tercinta.
15
I
ni adalah suasana pagi hari pukul 04.00 WIB di Stasiun Kiaraconong Bandung. suasananya masih sangat sepi, hanya ada penumpang yang satu kereta dengan kami. Jadwal keberangkatan pagi kereta pun belum ada, hanya nampak beberpa petugas y a n g t e n g a h mempersiapkan gerbonggerbong kereta.
Sembari menunggu matahari menampakkan dirinya, kelompok kami menikmati seplastik teh hangat yang kami beli di belakang stasiun. tiba waktu sholat Subuh, Nia, Siska dan Hanif menjalankan kewajibannya untuk melaksanakan sholat Subuh. sedangkan Ribka menunggu barang-barang kami. selang menunggu jam kedatangan angkot kami menikmati sajian khas backpaker yaitu roti dan susu kotak, maklum anak sehat biar strong :D. Setelah itu kami berjalan sekitar 1 kilometer untuk mencari angkot. Akhirnya kami memutuskan untuk menunggu di sebuah pasar di dekat stasiun Kiaracondong.
P
asar kiaracondong adalah sebuah pasar yang letaknya sekitar 1 km dari stasiun. tidak jauh berbeda dengan pasar tradisional pada umumnya, pasar ini juga sudah meiliki banyak pengunjung di pagi hari. foto ini diambil oleh kami saat kami menunggu angkot, setelah berjalan kaki dari stasiun kiaracondong m e n u j u t e m p a t pemberhentian Angkot disini disebutnya Armada Angkot, karena kami tak kunjung menemukan angkot yang kami akan tumpangi ke tempat tujuan kami menikmati suasana pasar tradisional yang asik banget, salah satunya demam batu akik yang ada di Indonesia ternyata berlaku juga pada masyarakat bandung. iyah ternyata kalangan tua muda sampai memenuhi pelataran pasar tradisional tersebut mereka memenuhi satu lapak penjual batu akik, dan dibarengi dengan suara khas alat pemoles batu akik yang eksotis karena kami tak menjumpai di Yogyakarta.
16
I
ni adalah salah satu sudut tempat menyimpan buku-buku di TBM Sudut Baca Soreang. Nampak ada beberapa anak yang tengah asik membaca buku disana. Koleksi buku di TBM Sudut Baca Soreang berjumlah ribuan buku, yang rata-rata merupakan donasi dari relawan dan koleksi pribadi dari pendiri itu sendiri, yaitu Bapak Agus Munawar. Koleksi buku di TBM Sudut Baca Soreang ada beberapa jenis, yaitu Sastra, Hukum, keagamaan, ilmu pengetahuan, sosial dan banyak jenis buku fiksi. Yang menjadi favorit para pengunjung adalah buku tentang sastra dan buku fiksi. karena mayoritas pengunjung disana adalah pelajar SD-SMA.
17
I
ni adalah Kang Farhamsyah dan Kang Toleng Mereka adalah beberapa orang dari relawan S udut Baca Soreang. Farhamsyah ini adalah mahasiswa UNINUS Bandung beliau juga menjabat sebagai Ketua PKBM sudut baca soreang, dan Kang toleng, pelukis handal selain menjadi relawan Sudut Baca Soreang juga sering mengajarkan les melukis bagi para pengunjung TBM Sudut Baca Soreang, dan sekarang kegiatan melukis di TBM SBS menjadi salah satu rutinitas kegiatan yang ada di TBM Sudut Baca Soreang.
dan ini adalah foto-foto dari pengurus TBM Sudut Baca Soreang, mereka yang dari berbagai profesi menyatukan visi dan misi untuk ikut melestarikan dan membudayakan membaca untuk masyarakat. dari beberapa profesi ada yang berstatus mahasiswa, wiraswasta, seniman, dll. mereka yang masih peduli untuk membantu membudayakan mebaca pada setiap kalangan yang sekarang semakin krisis budaya membaca,para kaula muda saat ini lebih suka berjalan-jalan ria dari pada duduk manis dihadapan buku.
18
N
ampak bangunan TBM Sudut Baca Soreang yang terletak tepat didepan rumah pribadi Bapak Agus Munawar. Dari kenampakan luar bangunanTBM Sudut Baca Soreang terlihat nampaknya rumah pada umumnya. Bangunan TBM Sudut Baca Soreang memiliki luas sekitar 8x10 meter. Dibagian depan tampak ada beberapa ornamen seni seperti topeng, hiasan lukisan maupun ukir-ukiran. Nampak pula ada beberapa kursi yang digunakan untuk sekedar berbincang-bincang dengan dilengkapi papan karambol, yaitu salah satu permainan favorit para pengurus TBM. Masuk kedalam kami menjumpai tempat yang dipakai sebagai ruang operasional kantor, sifatnya terbuka dan berhadapan dengan jalan masuk arah ruang baca. Di dalam ruang operaasional nampak beberapa piagam penghargaan yang diperoleh TBM Sudut Baca Soreang, prestasi demi prestasi memang sering didapati. Tidak hanya yang bersifat dari pemerintah, ada pula piagam penghargaan yang diberikan dari lembaga-lembaga tertentu. Disebelah ruangan kerja ada sebuah ruang yang biasanya digunakan untuk proses pembelajaran. Setiap adanya kegiatan Ekskul ruangan tersebutlah yang biasa digunakan.Disebelah ruan anggan ekskul juga terdapat toilet yang menghadap ke arah lorong yang menuju ruang baca. Yang paling belakang adalah ruang baca, ruangan ini adalah ruangan paling luas dimana para pegunjung bisa membaca-bayca koleksi buku yang ada di TBM Sudut Baca Soreang. Ruangan tersebut berisi ribuan buku, ada pula bebrapa meja dan kursi yang digunakan untuk m engakses fasilitas komputer yang ada. Ada pula sebuah LCD yang berukuran cukup besar yang didapatkan melalui hibah sponsor sebuah produk elektronik yang terkemuka. LCD tersebut digunakan sebagai salah satu alat media pembelajaran untuk para pengunjung.
19
Ini adalah foto pemberian kenang-kenangan dari kami untuk TBM Sudut Baca Soreang, dan ini adalah foto bersama dengan Kang Farhamsyah ketua Lembaga Sudut Baca Soreang. kenangkenangan yang kami berikan berupa Plakat dari kayu yang sederhana yang berbentuk Gunungan Wayang. Plakat yang sederhana ini ternyata membawa kesan yang baik, para pengelola TBM SBS sangat terkesan karena baru kami lah yang melakukan observasi ke TBM Sudut Baca Soreang dari luar Jawa Barat. dari perbincangan kami sempat ditanya bagaimana bisa menemukan TBM Sudut Baca Soreang, kecanggihan teknologi lah yang memberikan kami informasi tentang lembaga-lembaga non formal di kabupaten Bandung. Arus globalisasi yang semakin canggih membuat semua hal rrumit menjadi mudah.
20
perjalanan jauh dari tempat TBM Sudut Baca Soreang ke tempat persinggahan membuat kami lapar dan beruntungnya kami menemukan tempat makan khas Bandung yait Seblak. Taraaaaaa :D
ada odong-dong unik, kalau dijogja disupirin kalo di Bandung ini supirnya bawa motor. unikkk :D
21
Bertugas sambil Jalan-Jalan men :D
22
23
Kegiatan di LPQ Nun
24