1 minute read

LEMBAR PENGESAHAN

Next Article
TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA

Referat

GANGGUAN PENDENGARAN DAN KESEIMBANGAN AKIBAT

Advertisement

OTOTOKSISITAS

Lantika Dhia Nareswari (031052110025)

Disusun untuk memenuhi tugas referat dan sebagai syarat mengikuti ujian akhir pada

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit THT, RSUD Budhi Asih Jakarta periode 14 November – 16 Desember 2022

Telah diterima dan disetujui oleh dr. Dwi Agustawan Nugroho, Sp.THT-KL selaku dokter pembimbing Bagian Ilmu Penyakit THT RSUD Budhi Asih, pada:

Hari/Tanggal: Kamis, 1 Desember 2022

Pembimbing dr. Dwi Agustawan Nugroho, Sp.THT-KL

Bab I Pendahuluan

Ototoksisitas merupakan suatu gangguan pada telinga yang disebabkan oleh zat kimia atau obat-obatan yang dapat merusak telinga bagian dalam atau saraf vestibulocochlear, yang bertugas mengirim sinyal pendengaran dari telinga bagian dalam ke otak. Istilah ototoksisitas telah lama dikenal sebagai efek samping pengobatan dan potensi terjadi ototoksik semakin meningkat seiring bertambahnya obat-obatan yang lebih poten1 Obat yang memiliki potensi menyebabkan reaksi toksik terhadap struktur telinga dalam mencakup vestibulum, koklea, otolith, dan kanalis semisirkularis disebut sebagai obat ototoksik. Kali pertama gejala ototoksik berupa gangguan pendengaran dan vestibuler ditemukan pada tahun 1945 sejak ditemukannya antibiotik streptomisin (golongan aminoglikosida) sebagai obat tuberkulosis paru 1,2

Di negara berkembang, penggunaan antibiotik golongan aminoglikosida seringkali digunakan pada penyakit seperti tuberkulosis paru, pneumonia, diare, dan lainnya dengan angka kejadian ototoksisitas pada antibiotik golongan ini cukup tinggi Aminoglikosida merupakan salah satu antibiotik yang memiliki potensi kokleotoksik dan vestibulotoksik serta therapeutic window yang sempit namun antibiotik ini masih digunakan untuk terapi pathogen

Gram negatif terutama yang resisten terhadap beberapa obat, selain itu harganya yang murah menjadi alasan obat ini tetap digunakan Ototoksisitas akibat obat lain seperti kina, salisilat dan oleum chenopodium diketahui menimbulkan gejala tinnitus, berkurangnya pendengaran dan gangguan vestibuler. Golongan loop diuretics juga menjadi perhatian, pengaruh terhadap ototoksisitas yang terjadi memiliki mekanisme yang berbeda dibandingkan dengan antibiotik golongan aminoglikosida.1–3

Otoksisitas dapat menimbulkan gejala gangguan pendengaran, keseimbangan, ataupun keduanya dalam sementara waktu atau bahkan permanen. Berkurangnya pendengaran akibat obat ototoksik bersifat tuli sensorineural dam dapat menetap hingga berbulan-bulan setelah penggunaan obat ototoksik. Gangguan pendengaran dan/atau keseimbangan akibat penggunaan obat ototoksik dapat mempengaruhi aspek komunikasi dan fungsi sosial kehidupan atau kualitas hidup seorang pasien. Deteksi dini pada gejala ototoksisitas pada pemakaian obat yang memiliki potensi obat ototoksik dapat meminimalkan terjadinya gangguan keseimbangan dan pendengaran secara permanen. Oleh karena itu, referat kali ini membahas secara menyeluruh ototoksisitas akibat obat terkait definisi, epidemiologi, penyebab, mekanisme, gejala, kriteria diagnosis, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan

hingga prognosis.1,3

Tujuan pembuatan referat ini adalah untuk menambah pengetahuan tentang obat-obatan yang menyebabkan ototoksisitas, sehingga dapat mendeteksi, diagnosis dan penatalaksanaan yang baik dan juga untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik di departemen Ilmu Kesehatan

Telinga Hidung Tenggorokan. Dalam tinjauan pustaka ini dibahas tentang definisi, etiologi, insidens, patofisiologi, gejala klinis, diagnosis, dan terapi dari obat-obat ototoksik

This article is from: