www.ecc.ft.ugm.ac.id Vol. 15 Mei 2013
ANGGA RIESKIYANTO
MIMPI MULIA SETARAKAN ABK SOCIAL MOVEMENT
YANG MUDA YANG BERGERAK COIN A CHANCE!
MEMBUAT RECEH MENJADI TIDAK REMEH AKADEMI BERBAGI JOGJA
BERBAGI BIKIN HAPPY
EDITORIAL
Assalamualaikum Wr. Wb., Setelah cukup lama vakum, Career News E-Magz akhirnya kembali diluncurkan. Apa yang berbeda? Dari segi format, kami hadir dengan format electronic magazine yang dapat Anda unduh kapan saja sesuai dengan kebutuhan. Kemudian dari segi konten, kami tak lagi terpaku atas rubrikasi permanen yang monoton. Setiap edisi akan mengangkat beragam tema dengan rubrikasi yang berbeda, sehingga akan selalu menarik dan penuh dengan informasi mendalam. Tema yang kami angkat pun tak lagi melulu tentang karir di perusahaan. Tema kami juga akan merambah pada topik-topik seputar dunia mahasiswa dan entrepreneurship. Untuk edisi pertama dengan format baru, Career News E-Magz menghadirkan anak-anak muda yang memiliki semangat untuk memberikan perubahan pada lingkungannya. Generasi muda saat ini identik dengan hidup yang serba instan. Tak lagi menjadi hal penting apa yang disebut “proses membangun� itu sendiri. Tapi tak demikian dengan mereka yang akan kami ulas dalam edisi kali ini. Anda juga akan disuguhi pengalaman seru bersama Rekan-Rekan Komunitas Sosial yang digawangi anak muda Kota Yogyakarta. Sebut saja Coin A Chance! yang menjadi sebuah komunitas rintisan Ade, Anto, dan Karlina untuk menggalang dana bagi adik asuh melalui keping-keping uang recehan. Ada pula Book for Mountain, sebuah komunitas sosial penggalangan dana untuk pembangunan perpustakaan dalam membangun kembali minat baca anak-anak. Career News E-Magz juga merangkum profil menarik tiga komunitas sosial Yogyakarta lainnya, layaknya Akademi Berbagi, AnakLangit Foundation, dan Komunitas Jendela. Selamat membaca, selamat berbagi!
Career News E-magz | 3
REDAKSIONAL PEMBINA Dekan FT UGM Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng. Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Ir. Muhammad Waziz Wildan, M.Sc., Ph.D. Wakil Dekan Bidang Keuangan, Aset dan SDM Prof. Dr. Ir. Bambang Agus Kironoto Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat dan Kerjasama Ir. Lukito Edi Nugroho, M.Sc., Ph.D. PENANGGUNG JAWAB Direktur ECC UGM Nurhadi Wakil Direktur ECC UGM Deka Isnadi Kepala Bidang Informasi Karir Agung Subroto Pemimpin Redaksi Destila Vitisvera Putri Editor Rita Pamilia Tim Redaksi Annisa Ika Tiwi Hamada Adzani Mahaswara Dian Puspita Tim Kreatif Bentarestu Sadani Adib Sulthon Firdaous Fotografer Novandar Dwi Prasetyo Aji Rosyid Rizki Fauzi Kirim pendapat Anda untuk kritik, saran, atau pertanyaan seputar ketentuan pemasangan iklan ke redaksicn@ecc. ft.ugm.ac.id, 0274-517728 (pada jam kerja Senin-Kamis 08.00-16.00 WIB / Jumat 08.00-15.00 WIB).
05 Social Movement: Yang Muda Yang Bergerak Dahulu, social movement atau gerakan sosial identik dengan pergerakan melawan politik dan pemerintah. Seiring waktu berjalan, pola pikir generasi muda pun ikut berganti. Kini, gerakan sosial tak hanya lekat dengan politik saja, tapi juga gerakan di bidang budaya, pendidikan, kesehatan, dan masih banyak lagi.
08
18
23
07 Daftar Komunitas di Yogyakarta
26
Coin A Chance!
Anak Langit Foundation
Book for Mountain
Banyak yang meremehkan kegunaan dari uang receh. Di tangan para pemuda yang tergabung dalam Yogyakarta Coin A Chance! ini, uang receh digunakan pemberdayaan.
Berawal dari program KKN, mereka mampu membangun perpustakaan dari ujung Pulau Sumatera hingga Papua. Enam belas perpustakaan berhasil didirikan.
Tak banyak komunitas yang peduli terhadap pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Dan AnakLangit Foundation mencoba memfasilitasinya.
28 Akademi Berbagi Jogja Berbagi tak melulu masalah materi. Sebut saja AKBER Jogja, yang berbagi pengetahuan dan wawasan kepada masyarakat dalam bentuk kelas dan gratis.
Komunitas Jendela Erupsi Merapi, 2010 lalu, membuat banyak anak di sana trauma dan kehilangan semangat belajar. Komunitas Jendela mencoba meningkatkan semangat itu lagi.
TAJUK UTAMA
Career News E-magz | 5
Social Movement:
YANG MUDA YANG BERGERAK Apa Itu Social Movement? Istilah social movement atau gerakan sosial awalnya lekat dengan kegiatan politik dan sistem nilai pemerintahan. Kata ‘Gerakan Sosial’ pertama kali diperkenalkan oleh Sosiolog Jerman, Lorenz Von Stein pada tahun 1848 dalam bukunya yang berjudul “Socialist & Communist Movement since the Third French Revolution�. Pada saat itu gerakan sosial bersifat masif dan biasanya timbul dengan maksud penolakan ataupun perlawanan terhadap kebijakan pemerintah yang tidak berpihak pada rakyat. Pergerakan buruh dan sosialis pada abad 19 adalah contoh prototipe dari gerakan sosial jaman dahulu yang masih mengandalkan kendaraan politik berupa organisasi atau partai. Paska Perang Dunia Kedua, kita masuk ke dalam periode reformasi dan perubahaan yang disebut post-war periode,
pada saat itu berjamuran berbagai gerakan sosial dipicu semakin bebasnya masyarakat untuk berekspresi dan menuntut haknya atas demokrasi. Berasal dari keresahan di berbagai bidang, beragam gerakan pun bermunculan, mulai dari ekonomi, politik, sosial, budaya, pendidikan, kesehatan dan lain-lain. Barulah pada abad 21 yakni di saat teknologi dan globalisasi mengubah drastis pola pikir, budaya, transaksi, dan gaya hidup masyarakat, gerakan sosial pun mengalami evolusi. Gerakan sosial kini menjadi lebih spesifik mengangkat kasus tertentu dan mulai meninggalkan organisasi formal sebagai kendaraan aspirasinya.(sumber: www.generaksi.org). Di Indonesia, sebagian besar gerakan sosial dimotori oleh kaum muda atau kaum terpelajar. Sebut saja, Peristiwa Malari tahun 1974 serta reformasi tahun 1998. Keduanya terkait dengan penolakan terhadap sistem dan kebijakan
TAJUK UTAMA
Career News E-magz | 6
Malari tahun 1974 serta reformasi tahun 1998. Keduanya terkait dengan penolakan terhadap sistem dan kebijakan pemerintahan yang dianggap tidak pro rakyat. Semenjak peristiwa 1998, gerakan sosial yang menentang kebijakan pemerintah secara frontal tidak lagi berjalan sebesar saat itu. Demo dan mobilisasi massa masih bisa ditemui di banyak daerah, namun tak sebesar gelombang 1998. Seiring berkembangnya teknologi dan adanya globalisasi yang mengubah pola pikir, budaya, transaksi dan gaya hidup masyarakat gerakan sosial pun berevolusi. Masih ingatkah Anda tentang revolusi timur tengah? Mobilisasi massa dimulai dari jaringan laba-laba media sosial. Sayangnya gerakan sosial kerap kali kehilangan konsistensinya. Setelah mencapai klimaks, gerakan ini akan melemah dan kemudian menghilang.
Gerakan sosial yang muncul ada yang merupakan buah pemikiran asli muda-mudi Yogyakarta. Adapula yang menyadur dari ibukota negara, Jakarta. Yogyakarta Coin A Chance! (CAC Jogja) dan Akademi Berbagi Yogyakarta (Akber Jogja), adalah dua dari sekian banyak gerakan sosial yang ide awalnya berasal dari Jakarta. Meski begitu, dua gerakan sosial ini memiliki perkembangan yang cukup baik dibandingkan dengan kota-kota lain yang juga mengadaptasinya.
"Saya bukanlah seorang pembebas. Pembebas itu tidaklah nyata. Rakyat mampu membebaskan diri mereka sendiri." Che Guevara (1928-1967), tokoh revolusioner kelahiran Argentina
Komunitas: Penggerak Gerakan Sosial Berkesinambungan Anak muda, merupakan motor ideal bagi munculnya beragam ide segar. Sikap kritis, energi yang penuh menjadi penggenap bagi idealisme yang masih hangat. Itu sebabnya tak heran jika sebagian besar gerakan sosial dimotori oleh anak muda, khususnya kalangan terpelajar.
Yogyakarta, sebagai salah satu kota pendidikan di Indonesia menjadi tanah yang kuat bagi tumbuhnya gerakan sosial masyarakat. Tak heran jika kemudian banyak ide sederhana yang terejawantahkan menjadi kekuatan besar yang bergerak untuk memperbaiki kualitas kehidupan masyarakat sekitar.
Beberapa gerakan sosial di Yogyakarta hadir paska bencana erupsi Merapi, pada akhir 2010. Sebutlah Book for Mountain dan Komunitas Jendela, yang secara sukarela memberikan pendidikan bagi anak-anak korban erupsi Merapi. Tak hanya pendidikan bagi anak tak mampu saja, AnakLangit Foundation hadir untuk memberikan pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
Persis seperti yang telah digambarkan sebelumnya mengenai evolusi gerakan sosial. Gerakan sosial bukan lagi melulu soal politik, kebijakan negara, atau masalah ekonomi. Ia melebar hingga ke sosial, budaya, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain. Motor yang digunakan pun bukan lagi partai politik atau organisasi formal tetapi justru organisasi non formal yang tidak memiliki tendensi politik tertentu. Di Yogyakarta hal ini tampak dari munculnya beragam komunitas yang tidak hanya berbincang mengenai konsep dan idealisme, namun bersedia turun ke jalan dan melakukan sesuatu. Membuat perubahan nyata. Adanya komunitaskomunitas ini adalah angin segar bagi munculnya gerakan sosial yang berjalan damai dan konsisten. [CN/DN]
DAFTAR KOMUNITAS di YOGYAKARTA 1. EARTH HOUR Program WWF untuk mematikan lampu, di jogja tanggal 23 Maret di Nol Kilometer. CP: Felix 08976887710 (Koordinator Jogja) 2. TDA (TANGAN DI ATAS) JOGJA Komunitas wirausaha dengan beranggotakan para mahasiswa aktif yang memilih jalan untuk berjuang menjadi seorang pengusaha. Jl Bimasakti no. 18 Sapen, Yogyakarta. CP: 081236613388 (Addy) 3. JOGJA MENYALA Komunitas yang menyalurkan buku untuk pengajar Indonesia Mengajar. CP: 08995469775 (Rikaz) 4. YRBK KAGEM (YAYASAN RUMAH BELAJAR KREATIF KAKI GUNUNG MERAPI) JOGJA Pendidikan untuk anak-anak lereng Perumahan Mandala Kav 1-S Jalan Kaliurang KM. 10 CP: 085868301512 (Ayi~Koordinator) 5. GADJAH MADA MENGAJAR Program yang terinspirasi dari Indonesia Mengajar. CP: 085743780884 (Rani) 6. KOPHI JOGJA Koalisi Pemuda Hijau yang peduli terhadap lingkungan. CP: 085743707848 (Ryan) 7. KOMUNITAS CEMARA Didirikan 25 Februari 2010 untuk memberi semangat perdamaian di kalangan anak SD dan SMP di bantaran
Kali Code. Gazebo PSKP-UGM, Sekip K-9 Yogyakarta CP: 085290362703 (Dody) 8. PEACE GENERATION Komunitas yang berdiskusi dan melakukan aksi perdamaian. CP: 085727266755 (Riksa) 9. HOSHI-ZORA FOUNDATION Komunitas kakak asuh untuk anak jalanan. Berasal dari Jepang. Kalakijo Rt4, Guwosari, Pajangan, Bantul, Yogyakarta CP: 085747071414 (Arif-PR & Comm. Manager) 10. ORBIT YOGYA Membantu menyumbang dengan minimal 20ribu untuk pendidikan. Dari YAAB-ORBIT (Yayasan Amal Abadi Beasiswa Orang tuan Bimbing Terpadu). Jl. Kaliurang KM 5 Grompol 18 Yogyakarta. CP: 085643498699 (Tami) 11. HUGO HATTA CLUB Komunitas yang fokus dalam bidang pendidikan, sosial, dan wirausaha anak-anak jalanan dan putus sekolah. CP: 085748838833 (Andi) 12. SENYUM KITA Berbagi untuk mandiri, memberdayakan panti asuhan & generasi muda. Menebar jutaan senyum untuk Indonesia Jl. Kaliurang Km 9,3 No. 26, Gandok, Tambakan, Sinduharjo, Ngaglik, Sleman. CP: 0274 9670797 13. SAVE STREET CHILD JOGJA Komunitas yang menyebarkan kepedulian terhadap anak-anak jalanan. CP: 085641462626 (Jatu Pinilih)
YOGYAKARTA COIN A CHANCE!
Career News E-magz | 8
YOGYAKARTA COIN A CHANCE!
MEMBUAT RECEH MENJADI TIDAK REMEH Siapa sangka dari uang receh dapat membiayai 21 anak tak mampu untuk bersekolah? Yogyakarta Coin A Chance! dapat membuktikannya. Para pemuda berhati mulia ini mengumpulkan receh-receh, yang bagi sebagian orang sudah tak terpakai, untuk biaya sekolah adik-adik asuh. Sejarah CAC Jogja Yogyakarta Coin A Chance! (CAC Jogja) merupakan gerakan sosial yang berawal dari Jakarta Coin A Chance! pada Desember 2008. Yosephus Ardean, Alluisius Dian Hartanto, dan Karlina Denistia adalah orang-orang di balik pembentukkan CAC Jogja. “Idenya saat masih kuliah, saya KKN (Kuliah Kerja Nyata, -Red) dan KP (Kerja Praktek, -Red) di desa. Dan merasa masih banyak orang yang butuh dibantu. Yang kecil saja tapi berguna,” tutur Yosephus Ardean,
Koordinator CAC Jogja, yang akrab disapa Ade. Lalu Ade mengajak dua temannya, Alluisius Dian Hartanto (Anto) dan Karlina Denistia (Karlina) untuk membuat gerakan sosial yang kecil tapi dapat kontinyu. Ide mereka untuk mengumpulkan receh ternyata mirip dengan ide Hanny Kusumawati dan Nia Sadjarwo, inisiator Jakarta Coin A Chance!. Akhirnya Ade, Anto, dan Karlina pun mengadopsi Jakarta Coin A Chance! dan mendirikan CAC Jogja pada Februari 2009. Kegiatan pertama CAC Jogja adalah Coin Collecting Day (CCD) pada 19 April 2009 di Sunday Morning UGM. Saat awal pembentukan, ada banyak masalah dan semangat yang pasang surut. “Tapi saya selalu menanamkan semangat
YOGYAKARTA COIN A CHANCE! bahwa sesuatu hal yang baik dan positif pasti akan mendapat restu dari Tuhan dan diberi jalan,” ujar Anto. Kegiatan CAC Jogja Selama empat tahun berdiri, CAC Jogja telah memiliki 21 adik asuh yang duduk di bangku SD, SMP, SMA, hingga SMK. Para relawan mencari adik asuh yang memiliki prestasi, baik akademis maupun non-akademis, tapi memiliki kesulitan untuk membiayai sekolahnya. “Dulu saat awal, kita (relawan CAC Jogja, -Red) mencari sendiri anak-anak yang bisa dijadikan adik asuh, tapi sekarang karena sudah berjalan lama, banyak yang merekomendasikan,” jelas Ade, yang merupakan lulusan Teknik Mesin UGM. Setelah menemukan calon adik asuh, para relawan akan melakukan seleksi dengan wawancara ke guru sekolah, orangtua, pengurus RT dan RW, juga calon adik asuh. “Kami melakukan seleksi agar tak salah pilih. Adik asuh yang akan dipilih pun harus punya semangat belajar juga,” tambah Ade. Tiap adik asuh akan didampingi oleh satu atau dua kakak pendamping. “Kami berikan kakak pendamping, karena kami berharap tidak bantu uang saja, tapi juga soft skill,” tandas
Career News E-magz | 9
Ade. CAC Jogja ingin para adik asuh dapat mandiri dan dapat memanfaatkan potensi diri yang dimiliki. “Kakak pendamping ini akan memantau pendidikan adik-adik asuh yang bisa dilakukan lewat SMS atau mengunjungi mereka langsung,” ungkap Karlina, Koordinator Internal CAC Jogja. Selain pendampingan adik asuh, CAC Jogja pun memiliki beberapa kegiatan lainnya, yakni Coin Collecting Day (CCD), Coin Dropping, dan Picnic Coin. CCD adalah penghitungan koin dan dilakukan sebulan sekali. Tiap bulannya CCD dilakukan di 45 dropzone secara bergantian. “Dropzone itu tempat kami meletakkan celengan dan masyarakat bisa mengumpulkan koin di celengan itu,” tandas M. Gita Renata, Koordinator Eksternal CAC Jogja. Lalu Coin Dropping, yang merupakan kegiatan pembagian beasiswa kepada adik asuh. Coin Dropping dilaksanakan di sekolah adik asuh dan diserahkan kepada guru pendamping. “Relawan CAC Jogja ini akan dibagi beberapa kelompok untuk melakukan Coin Dropping di tiap sekolah,” papar Gita. Selain itu, adapula Picnic Coin yang dilaksanakan saat
YOGYAKARTA COIN A CHANCE!
libur semester. Para adik asuh yang berasal dari keluarga menengah ke bawah tak pernah berpikir untuk melakukan piknik saat liburan. Untuk itulah, relawan CAC Jogja mengadakan Picnic Coin sebagai hadiah bagi adik-adik asuh yang telah belajar selama satu semester. Usai Voluntary Building Walau CAC bersifat gerakan sosial, namun para pendirinya ingin bahwa para relawan tak hanya berkegiatan sosial tapi juga berorganisasi. Untuk itu diadakan Voluntary Building, Desember 2012. Pada Voluntary Building, CAC Jogja dipisah menjadi Divisi Internal dan Divisi Eksternal. “Saat itu Ade dipilih menjadi Koordinator Regional, saya menjadi Koordinator Internal dan Gita menjadi Koordinator Eksternal,” ucap Karlina, yang juga dosen Bahasa Inggris di Universitas Sanata Dharma. “Divisi eksternal bisa dikatakan sebagai organisasinya, di bawahnya ada divisi event, divisi informasi, divisi dropzone,
Career News E-magz | 10
dan divisi kreatif,” tutur Gita. Divisi internal berfokus pada pendampingan adik asuh, minat dan bakat, serta database CAC. Karlina mengungkapkan, “Jika diibaratkan kapal, divisi eksternal adalah bendera kapal yang membuat orang-orang tahu keberadaan kapal. Kalau divisi internal adalah awak kapal yang mengatur segala urusan di dalam kapal.” Gita berkata, jika ingin bergabung di CAC Jogja, relawan akan ditanya mengenai minatnya. “Jika ada yang ingin menjadi relawan, kami akan tanya ingin menjadi coiners, kakak pendamping, atau donatur,” tandas Gita. Coiners akan dimasukkan ke dalam struktur organisasi, baik divisi eksternal atau internal. Sebagai kakak pendamping, relawan akan ditugaskan untuk mendampingi adik asuh dalam belajar, juga memberikan motivasi kepada mereka. Adapula donatur yang hanya mendonasikan uangnya tanpa ikut komunitas CAC Jogja. Selain itu, ada sebutan coin droppers, yakni mereka yang ikut menjatuhkan koin-koin ke dalam celengan di dropzone.
YOGYAKARTA COIN A CHANCE!
CAC Kini Selain Yogyakarta, CAC telah memiliki 11 jaringan (kota) di seluruh Indonesia, diantaranya Semarang dan Bandung. Tiap kota yang membawa bendera CAC harus mengikuti panduan yang dirangkum dalam CAC bible, sehingga memiliki prosedur dan standar yang sama dengan Jakarta.”Untuk komunikasi antar-network biasa kami lakukan di grup BBM (Blackberry Messenger, -Red), mailing list, atau twitter,” pungkas Ade.
Career News E-magz | 11
CAC Jogja pun mengajak murid-murid SMA untuk turut berpartisipasi dengan mengadakan CAC Goes to School di SMKN 7 Yogyakarta. “Kami ingin masuk ke SMA, agar anak SMA pun ikut menggerakkan CAC. Karena selama ini CAC Jogja masih didominasi mahasiswa,” tutur Ardhi Iswansyah, Koordinator Divisi Event CAC Jogja. CAC Goes to School ini bertepatan dengan CCD ke-38. Selain itu, divisi internal bekerja sama dengan Forum for Indonesia (FFI) juga mengadakan kelas mimpi dan karya pada April 2013. Di kelas ini, akan ada pembicara dari berbagai profesi, lalu di kelas lainnya para adik asuh akan bergantian melakukan presentasi mengenai mimpi mereka. “Dalam melakukan kelas mimpi dan karya ini, kami melakukan open recruitment kanda karya (kakak pendamping karya, -Red) untuk mendampingi adik asuh,” ungkap Karlina. Jika ingin mengetahui lebih lanjut mengenai CAC Jogja, Anda dapat mengunjungi kantor sekretariat di Jalan Kaliurang Km 7,3 Jurugsari IV/9, Kelurahan Condongcatur, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Tiap Sabtu, CAC Jogja akan open basecamp, sebagai ajang perkumpulan para relawan atau masyarakat yang ingin berkunjung. Bisa juga dijumpai di akun twitter @CACJogja, facebook Yogyakarta Coin A Chance, atau di www.coinforall. com. [CN/Nis] | Foto dok. pribadi.
ALLUSIUS DIAN HARTANTO
Career News E-magz | 12
ALLUSIUS DIAN HARTANTO
SEDERHANA & RENDAH HATI
ALLUSIUS DIAN HARTANTO
“Alasannya sangat simple dan ingin berbagi saja. More you share, more you get,” tutur Alluisius Dian Hartanto, saat ditanya alasan mendirikan CAC Jogja. Pria yang sering dipanggil Anto ini, lalu mengajak Yosephus Ardean dan Karlina Denistia untuk turut mengembangkan gerakan sosial ini. “Karena sedang merintis pertama kali, saat awal ada banyak masalah dan semangat yang pasang surut,” ungkap Anto, tapi ia selalu menanamkan kepada teman-temannya jika melakukan hal baik pasti akan diberikan jalan oleh Tuhan. Pria kelahiran Yogyakarta, 14 Juni 1987 ini mengungkap bahwa kebahagiaan banyak didapat dari hal sederhana di sekitar kita. “Bahagia itu jika melihat orang tersenyum dan tertawa karena kita,” ucap Anto. Begitu juga dengan koin. Kecil, sederhana, tapi berguna. “Walau hanya koin, tapi itu berdampak pada adik-adik asuh CAC Jogja,” ujar Anto yang kini bekerja di sebuah perusahaan swasta nasional di Semarang. Lulusan Elektronika dan Instrumentasi UGM ini menjabat sebagai Koordinator CAC Jogja. “Posisi saya memang koordinator regional, tapi secara operasional CAC Jogja memiliki koordinator eksternal dan internal, jadi saya lebih aktif sebagai advisor,” terangnya. Walau Anto menjadi advisor
Career News E-magz | 13
“More you share, more you get.” Allusius Dian Hartanto, atau konseptor di gerakan sosial ini, tapi para volunteer lah yang banyak bergerak di lapangan. “Justru merekalah ujung tombak gerakan sosial ini,” tuturnya rendah hati. Di sela kesibukkannya, Anto pun sedang mengembangkan fotografi bersama beberapa teman di CAC Jogja. Bersama M. Gita Renata (Koordinator Eksternal CAC Jogja), Anto mendirikan Komunitas Fotografi Jogja (@FotografiJogja). Melalui komunitas ini, Anto ingin memasyarakatkan fotografi, bahwa fotografi bisa dinikmati semua kalangan, tak hanya penggemar kamera DSLR. [CN/Nis] | Foto dok. pribadi.
YOSEPHUS ARDEAN
“Saya merasa masih banyak orang yang butuh dibantu. Yang kecil saja tapi berguna.”
Career News E-magz | 14
YOSEPHUS ARDEAN
ANTARA JOGJA DAN JAKARTA
Pria bernama lengkap Yosephus Ardean Kurnianto Prayitno ini merupakan salah satu anak muda yang memiliki jiwa sosial. Bersama Karlina Denistia dan Alluisius Dian Hartanto, ia menggagas sebuah gerakan sosial yang sederhana namun bermakna, Yogyakarta Coin A Chance! (CAC Jogja) pada tahun 2009. Ade, sapaan akrabnya, membuat gerakan ini karena terinspirasi dari lingkungan sekitarnya saat Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan Kerja Praktek (KP) kala menjadi mahasiswa. “Saya merasa masih banyak orang yang butuh dibantu. Yang kecil saja tapi berguna,” imbuhnya.
“Tugasnya koordinator itu sebagai penghubung antara Yogyakarta dengan pusat,” tambahnya.
Tiga tahun terakhir ini, Ade lebih banyak aktif di CAC Jakarta karena bekerja di sebuah perusahaan manufaktur di kota tersebut. “Tapi per Februari 2013, saya sudah resign dan kembali membantu teman-teman di CAC Jogja,” ujar Ade. Selain menjadi Koordinator CAC Jogja, Ade pun dipercaya menjadi Koordinator Network CAC seluruh Indonesia.
Di samping mengurusi CAC Jogja, Ade bersama beberapa rekan di CAC Jogja juga aktif di Komunitas Fotografi Jogja (@fotografijogja). Pria asal Yogyakarta ini pun sedang mempersiapkan studi S2-nya yang sebentar lagi akan ia jalankan. [CN/Nis] | Foto dok. pribadi.
Sebagai koordinator, pria kelahiran 11 Desember 1986 ini, lebih banyak berada di balik layar sebagai konseptor. “Tapi tidak menutup kemungkinan untuk hadir dan terlibat dalam setiap acara yang dilakukan oleh CAC Jogja,” ucap Ade. Karena rasa cintanya terhadap gerakan sosial ini, Ade pun menghibahkan sebuah kamar kost di rumahnya untuk menjadi sekretariat CAC Jogja.
YOSEPHUS ARDEAN
Career News E-magz | 15
KARLINA DENISTIA
Career News E-magz | 16
“Saat itu aku berpikir, gimana kalau dengan receh kita membantu adik-adik kurang mampu untuk sekolah?” Bagi Anda yang aktif di situs microbloging twitter, pasti tak asing lagi dengan akun @karlinakuning. Adalah Karlina Denistia, yang merupakan sosok di balik akun tersebut. Diantara para followers-nya, Karlina dikenal sebagai pecinta koin, pecinta Bahasa Inggris, dan tentu saja pencinta kuning. Senang rasanya bisa mengenal sosok yang ceria dan suka bercanda ini. Karlina merupakan salah satu dari tiga penggagas Yogyakarta Coin A Chance! (CAC Jogja). Bersama Yosephus Ardean dan Alluisius Dian Hartanto, Karlina ingin membantu sesama walau dengan hal yang kecil. “Saat itu aku berpikir, gimana kalau dengan receh kita membantu adik-adik kurang mampu untuk sekolah?” cerita wanita kelahiran Purwokerto, 23 Desember 1986 ini. Uang receh atau koin dianggap banyak orang adalah hal yang remeh. Padahal menurut Karlina, jika dikumpulkan uang receh dapat berguna. Lulusan S1 Sastra Inggris Universitas Sanata Dharma ini pun berujar, tugas awalnya di CAC Jogja adalah memublikasikan gerakan sosial ini. “Kalau Ade dan Anto itu lebih ke
konseptor, nah yang menyebarkan ke orang-orang itu aku, karena kata mereka aku suka ngomong,” tutur wanita yang baru saja lulus dari S2 Linguistik UGM. Sejak Desember 2012, Karlina menjabat sebagai Koordinator Internal CAC Jogja yang bertugas mengatur adik asuh, kakak pendamping, dan urusan rumah tangga CAC Jogja. Selain menjadi relawan CAC Jogja, Karlina pun dapat dijumpai di twitter saat melakukan kuliah twitter (kultwit) tentang #easyenglish. Berkat konsistensinya kultwit tiap Jumat pukul 21.00 WIB, #easyenglish pun mengudara di Swaragama FM tiap Senin pukul 08.00 WIB. Selain itu, dosen di Jurusan Sastra Inggris USD, pengajar di Pusat Pelatihan Bahasa UGM, serta English teacher di LBPP LIA Yogyakarta ini pun baru saja menerbitkan #easyenglish menjadi sebuah buku. [CN/Nis] | Foto dok. pribadi.
KARLINA DENISTIA
Career News E-magz | 17
KARLINA DENISTIA
PECINTA KOIN YANG MENYUKAI BAHASA INGGRIS
ANAK LANGIT FOUNDATION
Career News E-magz | 18
ANAK LANGIT FOUNDATION
GERAKAN NYATA PEDULI ABK “Di Jogja banyak komunitas yang peduli dengan pendidikan anak kurang mampu atau anak jalanan, tapi jarang yang peduli dengan pendidikan anak berkebutuhan khusus (ABK),” kisah Angga Rieskiyanto. Hal itulah yang membuat Rieski, sapaan akrabnya, berinisiatif mendirikan AnakLangit Foundation.
ANAK LANGIT FOUNDATION
Career News E-magz | 19
Niat Mulia Sejak SMA Berawal dari karya ilmiah yang Rieski buat saat SMA di tahun 2008, ia mulai menggerakkan pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus. “Awalnya saya ikut KIR (Kelompok Ilmiah Remaja) dan membuat karya ilmiah tentang pendidikan anak berkebutuhan khusus di SLB Sutawijaya,” ungkap mahasiswa Ilmu Tanah UGM ’09 ini. SLB yang terletak di Tancep, Gunungkidul, Yogyakarta ini dipilih karena saat itu, SLB ini kekurangan guru dan minim fasilitas. Rieski yang bersekolah di SMAN 2 Wonosari pun rutin membantu guru-guru SLB Sutawijaya untuk mengajar, bersama teman-teman sekelasnya dan beberapa teman dari SMAN 1 Wonosari. Sejak lulus SMA, tahun 2009, Rieski dan teman-teman penggiat SLB Sutawijaya sempat jarang berkegiatan. Alasannya karena urusan akademis masing-masing, mengingat tak semua teman-temannya berkuliah di Yogyakarta. “Saat itu saya rindu dengan adik-adik di SLB Sutawijaya, dan ingin kembali mengajar di sana,” pungkas Rieski. Kerinduan itu disambut teman-teman kuliahnya di Jurusan Ilmu Tanah UGM. Bersama mereka, Rieski kembali menjadi relawan di SLB Sutawijaya pada tahun 2010. AnakLangit Foundation Meski Rieski sudah aktif mengajak teman-temannya menjadi relawan di SLB Sutawijaya, namun ia belum memberikan nama untuk gerakan sosial yang ia tekuni. Nama AnakLangit Foundation baru muncul pada 21 Maret 2012, bertepatan dengan Hari Down Syndrome sedunia. “Nama AnakLangit adalah perumpamaan ABK sebagai anak titisan dari langit yang memiliki misi tersendiri tentang kehidupan,” jelas Rieski. AnakLangit Foundation memiliki moto ‘When Border Not Bordering’. “Memang ada keterbatasan namun perbedaan bukan untuk membatasi,” tandas mahasiswa yang juga aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa-Keluarga Mahasiswa (BEM KM) UGM. Pokok pengajaran para
ANAK LANGIT FOUNDATION
relawan AnakLangit Foundation di SLB Sutawijaya adalah life skill. Relawan AnakLangit Foundation ingin, ketika ABK sudah dewasa, mereka dapat hidup mandiri. “Kami mengajarkan macam-macam, seperti bermusik atau bertani,” tambah Rieski. Gerakan sosial ini beranggotakan 16 team management yang bertugas sebagai pengurus harian dengan Rieski sebagai Chief Executive. Lalu adapula relawan dan simpatisan. Relawan adalah relawan yang nantinya akan menjadi pengajar di SLB Sutawijaya. Terdapat seleksi jika ingin menjadi relawan, yaitu seleksi CV, tes psikologi, wawancara, serta coaching mengenai pengajaran, kepemimpinan, psikologi anak, dan SLB. “Kemarin kami baru saja membuka open recruitment dan sudah terpilih 24 orang relawan,” ujar Rieski. Sedangkan simpatisan adalah masyarakat umum yang ingin mengikuti kegiatan AnakLangit Foundation tapi belum dapat melakukan pengajaran di kelas SLB seperti relawan. Selama hampir setahun berjalan, AnakLangit telah melakukan banyak kegiatan rutin seperti Aksi Simpatik Penggalangan Dana, Life In dan Charity Days, Difabel Book Charity, serta masih banyak lagi. Tiap Sabtu, para relawan pun berkunjung ke SLB Sutawijaya untuk melakukan
Career News E-magz | 20
pengajaran, atau sekedar berinteraksi dengan adik-adik ABK. Kegiatan yang Menular Keberadaan AnakLangit Foundation pun menginspirasi banyak pemuda di Indonesia. Di daerahnya masing-masing, para pemuda pun berlomba untuk menjadi bagian dari Anak Langit Foundation. Di tahun 2013 ini tercatat tujuh kota yang akan meluncurkan AnakLangit Foundation. Kota tersebut adalah Bogor, Bandung, Jakarta, Malang, Makasar, Lampung, dan Solo. Syarat mendirikan AnakLangit Foundation adalah terdapat SLB yang dapat kekurangan guru, pengajar formal, minim fasilitas, dan butuh pendampingan, serta sudah ada organisasi yang mengurusnya. Agustus tahun ini pun AnakLangit Foundation diundang berpartisipasi di acara DReAM yang diselenggarakan Kantor Urusan Internasional (KUI) UGM. AnakLangit Foundation akan memfasilitasi kegiatan live in di SLB Sutawijaya. Ke depan, Rieski berharap akan lebih banyak lagi masyarakat yang peduli terhadap ABK. Jika ingin mengikuti acara-acara AnakLangit Foundation, dapat mencari info di akun twitter @Volunteer_AL atau facebook AnakLangit Foundation. [CN/ Nis] | Foto dok. pribadi.
ANGGA RIESKIYANTO
Career News E-magz | 21
ANGGA RIESKIYANTO
MIMPI MULIA SETARAKAN ABK Senyum ramah, menyambut kedatangan kami saat bertemu Angga Rieskiyanto. Mimik muka yang ceria dan antusias terus ada sepanjang sesi wawancara. Selama dua jam perbincangan, tergambar bahwa Rieski, begitu ia kerap disapa, adalah pribadi yang terbuka dengan siapa saja. Mendirikan AnakLangit Foundation Sejak SMA, pria asal Wonosari, Gunungkidul ini sudah aktif dalam Kelompok Ilmiah Remaja (KIR). Melalui KIR inilah, Rieski berkesempatan membuat karya ilmiah mengenai pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Menurutnya, banyak masyarakat yang peduli terhadap pendidikan anak kurang mampu atau anak jalanan, tapi belum banyak yang peduli terhadap pendidikan ABK. “Setelah mencari tempat
penelitian, akhirnya saya menemukan SLB Sutawijaya di daerah Tancep, Gunungkidul,” tuturnya. SLB Sutawijaya dipilih karena saat itu, SLB ini kekurangan guru dan minim fasilitas. “Saya bersama teman-teman sekelas di SMAN 2 Wonosari, sering datang ke sana, bantu mengajar atau bermain dengan adik-adik ABK,” imbuh kelahiran 4 April 1991 ini. Rieski pun dibantu teman-temannya dari SMAN 1 Wonosari. Bersama teman-teman seperjuangannya, Rieski mulai aktif datang ke SLB Sutawijaya sejak tahun 2008. Mahasiswa Ilmu Tanah UGM ini sempat vakum mengajar di SLB Sutawijaya untuk beberapa saat. “Dulu saya dan temanteman sempat tidak ke SLB Sutawijaya, karena persiapan
ANGGA RIESKIYANTO
Career News E-magz | 22
kami tidak menyamakan momen itu, tapi ternyata setelah dilihat berbarengan,” ungkapnya. AnakLangit Foundation memiliki moto ‘When Border Not Bordering’ yang memiliki filosofi memang ada keterbatasan namun perbedaan bukan untuk membatasi. Segudang Kegiatan Jika ada ungkapan mahasiswa kupu-kupu atau kuliahpulang, ungkapan ini sangat jauh dari sosok Rieski. Sejak SMP, ia sudah aktif di berbagai organisasi. Tak heran jika saat kuliah banyak organisasi yang juga ia tekuni. Rieski tercatat sebagai anggota Badan Eksekutif Mahasiswa – Keluarga Mahasiswa (BEM KM) UGM. Ia juga turut terlibat pada pembentukan Book For Mountain, komunitas yang membagikan buku untuk anak-anak di kaki pegunungan. Selain itu, Rieski adalah anggota dari Future Leader Party UGM, dan juga menjadi Koordinator Wilayah Forum Komunikasi Mahasiswa Ilmu Tanah Indonesia. Meski begitu, prestasi akademisnya pun tak menurun. Mahasiswa angkatan 2009 ini pun sempat menjadi Asisten Laboratorium Dasa-dasar Ilmu Tanah. Ia pun tak meninggalkan AnakLangit Foundation yang telah ia rintis.
masuk kuliah,” imbuh Rieski. Teman-teman seperjuangannya pun banyak yang tidak berkuliah di Yogyakarta. Pada 2010, Rieski mengajak teman-teman anggota Keluarga Mahasiswa Ilmu Tanah (KMIT) UGM untuk kembali mengunjungi SLB Sutawijaya. Lalu, sejak 2010 Rieski pun kerap menjadi relawan di SLB Sutawijaya. Pada 21 Maret 2012, Rieski pun resmi menamai gerakan sosialnya di SLB Sutawijaya menjadi AnakLangit Foundation, bersamaan dengan Hari Down Syndrome sedunia. “Awalnya
Aktif dan rendah hati, dua kata yang menggambarkan diri Rieski. Meski aktif di beragam organisasi dan mendirikan sebuah gerakan sosial, ia masih merasa dirinya belum memiliki apa-apa. “Saya masih belum ada apa-apanya, jika dibandingkan dengan teman-teman lain,” ucap Rieski, santun. Kini di sela-sela kesibukannya berorganisasi, Rieski tengah menyiapkan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang akan ia lakukan Juli mendatang di Kepulauan Halmahera. Ia pun selalu berharap lebih banyak lagi anak muda yang tergerak untuk aktif di gerakan sosial, terutama pendidikan terhadap ABK. “Ke depannya sih, saya ingin lebih banyak lagi orang yang peduli terhadap ABK, karena mereka manusia sama seperti kita,” tutupnya. [CN/Nis/Fzi] | Foto dok. pribadi.
BOOK FOR MOUNTAIN
Career News E-magz | 23
MEMBANGUN PERPUSTAKAAN, CERDASKAN ANAK BANGSA Mendirikan puluhan perpustakaan dari ujung Sumatera Utara hingga Papua merupakan hal yang tidak mudah untuk dilakukan. Terlebih lagi dikerjakan oleh mahasiswa yang notabene masih disibukkan dengan dunia perkuliahan. Tapi mereka bisa lho. Simak ulasannya ya! Kami berkesempatan mewawancarai Book for Mountain, sebuah non-government organization yang berbasis pada pendidikan dan pengajaran. Book for Mountain digagas oleh Lambang Wicaksono, Ninik Febriyani dan sekelompok mahasiswa KKN UGM yang berada di kaki gunung Rinjani pada bulan Juli 2010 lalu. Melalui program KKN ini mereka berhasil mendirikan enam buah perpustakaan bagi masyarakat sekitar. “Sekembalinya mereka dari KKN, ternyata di Jogja ada erupsi Merapi.
Sehingga mereka berpikir untuk melanjutkan program ini lagi dengan menjadi sukarelawan dan mengajar anak-anak di sana,” ungkap Udin salah satu anggota Book for Mountain. Program Book for Mountain Ada berbagai macam kegiatan yang dilakukan oleh Book for Mountain. Dua kegiatan yang rutin diadakan adalah sekolah berjalan dan sekolah kreatif. Program tersebut rutin dilaksanakan secara bergantian setiap satu minggu sekali. Sekolah berjalan merupakan salah satu kegiatan pengajaran yang dilakukan oleh anggota Book for Mountain di berbagai daerah di sekitar Yogyakarta. “Dalam sekolah berjalan, kami mengajar anak-anak di akhir minggu selama sehari penuh. Kami membuat permainan, mengajari cara membuat kerajinan, mengajari beberapa tarian, dan lain-lain,” papar Udin.
BOOK FOR MOUNTAIN
Career News E-magz | 24
Untuk sekolah kreatif, mereka mengajar tarian tradisional. Sejauh ini terdapat dua jenis tarian yang diajarkan oleh komunitas Book For Mountain, yaitu Tari Saman dan Tari Randai. Hal ini bertujuan untuk menumbuhkan kecintaan terhadap tarian tradisional Indonesia. “K-Pop, boyband, girlband saat ini membuat anak-anak menjadi lupa terhadap budayanya sendiri. Kami berusaha supaya mereka tetap mengingat akar budaya mereka,” jelas Udin Penggalangan Dana dan Tantangannya Berbagai upaya dilakukan oleh Book for Mountain untuk mengumpulkan dana dan buku. Mereka menjalin kerjasama dengan berbagai perusahaan sebagai bentuk dari corporate social responsibility (CSR) dari institusinya. Selain itu, mereka juga membuka drop box di berbagai kota bagi
setiap orang yang ingin mendonasikan bukunya. “Kita juga mengumpulkan koin, menjual postcard foto kegiatan, pin dari batu putih yang dilukis anak anak dari berbagai daerah, pin Book for Mountain dan donasi minimum Rp 5000,” papar Udin. Di Indonesia, nama sebuah LSM memang terdengar kurang baik karena kinerja dan transparansinya cukup diragukan. Namun, Book for Mountain menjawab semua itu. “Kami menjaga kepercayaan para donatur dengan membuat laporan pertanggungjawaban kegiatan, kami juga membuat prosiding kegiatan yang telah kami laksanakan dan kami bagikan pada donatur supaya mereka tahu progress kegiatan kami,” ungkap Udin. “Sampai dengan saat ini Book for Mountain telah menyelesaikan 11 proyek pembangunan perpustakaan di 15 desa dengan total mendirikan 16 perpustakaan di seluruh Indonesia, dan mendistribusikan 7.100 buah buku mulai dari
BOOK FOR MOUNTAIN Asahan Sumatera Utara, Pulau Sibesi, Lebak Banten, Merapi, Keningar Magelang, Bromo, Semeru, Bone, Rinjani, Belu NTT dan Bintuni Papua,” papar Udin. Pada bulan November 2012, Book for Mountain menggelar program liburan edukatif yang diperuntukkan bagi berbagai kalangan selama 4 hari. Para peserta diajak berjalan-jalan ke tempat lokasi pembangunan perpustakaan yang terletak di Pulau Sibesi, pulau berpenghuni terdekat dari Gunung Krakatau. Di sana para peserta bisa hiking, snorkeling dan berjalan-jalan dengan biaya yang lebih murah. Pada tiga hari pertama para peserta menghabiskan waktunya untuk berlibur. Kemudian pada hari keempat, para peserta diajak mengajar anak-anak yang berada di sana. “Pesertanya berasal dari berbagai kalangan, mulai dari karyawan sampai wirausaha. Mereka sangat senang untuk belajar dan memiliki antusiasme tinggi untuk membaca,” lanjutnya. Ternyata hasil dari program tersebut sungguh luar biasa. Banyak peserta yang akhirnya menjadi donatur tetap dan sangat puas
Career News E-magz | 25
dengan program Book for Mountain. “Saat kami ke Lebak, Banten, kami membawa banyak buku, mengajar dan berusaha menumbuhkan minat baca mereka. Setelah dua minggu paska kegiatan, kita dapat laporan bahwa semua buku sudah habis dibaca,” ungkapnya. Berbagai harapan terlontar dari Udin menutup perbincangan sore itu. “Apa yang kita lakukan memang tidak signifikan tapi yang kita harapkan adalah kesadaran semua orang bahwa pendidikan merupakan tonggak pembangunan bangsa ini sehingga semua masyarakat Indonesia jadi cerdas, anak-anak pelosok bisa maju dan mewujudkan cita citanya,” tutupnya. Book for Mountain membuka kesempatan bagi volunteer untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang dilaksanakan. Cukup mengirimkan CV ke bookformountain@gmail.com. Untuk melihat perkembangan kegiatan Book for Mountain dapat dilihat di bookformountain.tumblr.com @komunitas_ bfm. [CN/MD] | Foto dok. pribadi.
AKBER JOGJA
Career News E-magz | 26
BERBAGI BIKIN HAPPY
AKADEMI BERBAGI JOGJA Kini, anak muda berlomba-lomba mendirikan beragam gerakan sosial. Mulai dari pendidikan, lingkungan, maupun budaya. Tersebutlah Akademi Berbagi (Akber) yang sejak Juli 2010 dibentuk Ainun Chomsun di Jakarta. Akber, begitu komunitas ini akrab disapa, adalah sebuah gerakan sosial yang bertujuan untuk berbagi pengetahuan, wawasan, dan pengalaman. Kegiatannya berupa pengadaan kelas yang akan diisi oleh praktisi, lalu dihadiri masyarakat umum yang menjadi peserta. Kelas yang Menarik Melalui kehebatan twitter, hingga saat ini Akber telah melebarkan sayap di 31 kota di Indonesia, salah satunya Yogyakarta. Tiap kota memiliki satu orang kepala sekolah yang memiliki andil menjadi penghubung antara Akber Pusat dengan Akber di kotanya. Akber Jogja, sebutan untuk Akademi Berbagi di Yogyakarta, dibentuk pada 14 Februari 2011. Nico Wijaya, blogger dan lulusan Teknik Informatika UII, adalah Kepala Sekolah Akber Jogja tahun pertama. Sedangkan tahun ini, status kepala sekolah dipegang oleh Rafly Kurnia, mahasiswa Akuntansi UMY. “Idealnya, setahun sekali ada pergantian kepala sekolah, tapi akan kembali lagi dengan kebutuhan tiap kota itu sendiri,” tutur Rafly. Akber yang memiliki slogan “Berbagi Bikin Happy”, memi-
liki kelas-kelas menarik yang berfokus pada soft skill. Kelas tersebut diantaranya public speaking, personal branding, fotografi, financial planning, dan MC. “Untuk ibukota propinsi seperti Jogja, kami diharuskan untuk membuat kelas satu bulan sekali, untuk menjaga konsistensi,” tandas Rafly. Sedangkan untuk kabupaten, diharuskan membuat kelas minimal tiga bulan sekali. Seluruh kelas harus dibuat secara gratis, baik untuk guru, murid, maupun ruang kelasnya. Karena itu, keberadaan ruang kelas pun berpindah-pindah, tergantung ketersediaan donatur. Usai mengadakan kelas, para relawan Akber Jogja sering mengadakan Party After Class. “Party After Class itu biasanya
kami ngobrol santai dengan guru dan murid yang masih belum pulang,” jelas Rafly. Party After Class pun dijadikan ajang evaluasi untuk perbaikan kelas berikutnya. Memanfaatkan Twitter Keberadaan Akber di 31 kota, tak akan berjalan lancar tanpa adanya komunikasi. Relawan Akber seluruh Indonesia sering berkomunikasi melalui mailing list dan twitter. “Banyak hal yang kami bicarakan, tentang materi kelas juga tentang masalah yang dihadapi tiap kota,” tandas Rafly. Pada Maret 2012 di Bogor, relawan Akber seluruh Indonesia pun berkumpul dalam acara Local Leadership Day (LLD). Menurut Rafly,
nantinya LLD akan diadakan tiap dua tahun sekali. Akber Jogja memiliki kurang lebih 10 relawan aktif dan masih terbuka lebar bagi masyarakat yang ingin bergabung. Syarat menjadi relawan diantaranya memiliki akun twitter dan follow @akberjogja, serta pernah mengikuti kelas Akber Jogja minimal satu kali. “Segala informasi akan kami sebar melalui twitter, dan wajib pernah ikut kelas untuk tahu situasi dan kondisi Akber Jogja agar tidak menyesal,” pungkas Rafly. Informasi lebih lanjut mengenai Akber dan Akber Jogja dapat dilihat di akun @akademiberbagi dan @akberjogja, juga akademiberbagi.com. [CN/Nis/Fzi] | Foto dok. pribadi.
KOMUNITAS JENDELA
Career News E-magz | 28
KOMUNITAS JENDELA
MENUMBUHKAN MINAT BACA ANAK SEJAK DINI Siang itu matahari bersinar terik, kami berjanji untuk bertemu dan mewawancarai salah satu anggota komunitas inspiratif di sebuah restoran cepat saji di daerah Jombor. Mereka adalah segelintir anak muda yang masih mau berbagi dengan sesama di tengah apatisme dan gejala hedonisme yang dewasa ini menjangkiti anak muda. Mengajar di Merapi Erupsi Merapi tahun 2010 lalu telah menimbulkan banyak korban jiwa. Selain itu anak-anak terpaksa tidak bersekolah karena kondisi yang tidak memungkinkan. Di sisi lain, donasi buku yang diberikan berbagai yayasan tidak terkelola dengan baik karena keterbatasan SDM. Perhatian pemerintah juga terpusatkan pada relokasi penduduk yang masih berada di dekat Merapi. Melihat hal tersebut, maka sebelas anak muda ini berinisiatif untuk mengajar anak-anak yang berada
di shelter (barak pengungsian) dengan nama Komunitas Jendela. Setiap Sabtu dan Minggu mereka mengajar anak-anak yang masih duduk di bangku SD. Mereka membaginya menjadi dua kelompok, yaitu kelas 1-3 dan kelas 4-6. Tidak hanya mengajarkan pelajaran konvensional seperti di sekolah, mereka juga mendongeng dan menumbuhkan optimisme anak-anak yang menjadi korban erupsi. “Awalnya banyak anak-anak yang bertanya, ngapain sih mbak kok niat banget?� ungkap Citra, salah satu anggota Komunitas Jendela. Pada mulanya, banyak anak-anak yang kurang terbuka dan merasa asing terhadap kedatangan anggota Komunitas Jendela. Namun, para volunteer tidak kehabisan cara. Mereka membuat sejumlah permainan atraktif dan
KOMUNITAS JENDELA
mengajak satu per satu anak untuk bergabung dari pintu ke pintu.“Lama kelamaan justru mereka yang bertanya jika kebetulan kami tidak datang,” lanjut Citra yang juga merupakan mahasiswa Teknik Informatika UTY. Profil Komunitas Jendela merupakan sebuah organisasi non-profit yang bertujuan untuk mengedukasi anak-anak yang membutuhkan. Organisasi ini didirikan pada 22 Maret 2010 atas prakarsa sebelas orang dari berbagai universitas di Yogyakar-
ta. Mereka memulai kegiatan dengan mengajar dan mendirikan perpustakaan di shelter Merapi secara sukarela. Saat ini, Komunitas Jendela telah beranggotakan lebih dari 50 orang dengan beragam latar belakang pendidikan. Memasuki tahun keduanya, banyak suka dan duka yang dilalui Citra dan kawan-kawan untuk mengelola kegiatan tersebut. “Karena organisasi ini bersifat volunterisme, banyak anggota yang kadang datang dan kadang pergi. Kami juga tidak bisa menuntut karena mereka juga punya kesibukan masingmasing,” lanjut Citra yang juga bendahara Komunitas Jendela. Meski begitu, saat ini pengurus aktif Komunitas Jendela telah berjumlah 20 orang.
Career News E-magz | 29
Semangat baru selalu ada ketika ada volunteer baru yang membawa program lebih segar. “Kadang kita sering kehabisan kegiatan atau permainan untuk anak-anak. Tapi ketika datang volunteer baru dengan ide cemerlangnya , rasa nasionalis kita seperti muncul lagi,” papar Citra. Layaknya gerakan sosial lain, Komunitas Jendela juga memiliki dinamika pasang surut anggota. “Berbeda pendapat wajar terjadi, tapi sebisa mungkin kita tetep profesional,” kenangnya. Secara rutin mereka mengadakan diskusi terbuka untuk
sarana introspeksi satu sama lain. Program Komunitas Paska erupsi Merapi, kegiatan Komunitas Jendela tidak lagi berpusat di shelter namun berada di daerah Sapen, Timoho (belakang UIN-red). Di sini Komunitas Jendela mengalami kendala lagi untuk memulai program. “Pada awalnya kita disangka mau bikin tempat les untuk anak-anak,” aku perempuan berjilbab ini. Selain itu cukup sulit untuk mengajak anak-anak berkumpul dalam kegiatan mereka. Akhirnya mulai awal 2013 ini kegiatan Komunitas Jendela berpusat di Balai Desa Sapen.
KOMUNITAS JENDELA
Biasanya anggota komunitas menyelenggarakan kegiatan sebanyak 2 - 3 kali seminggu juga mendirikan perpustakaan di sana. “Karena kita disangka guru les, banyak orangtua yang minta kita untuk membantu mengerjakan PR anak-anaknya. Tapi akhirnya paham juga kalau kami bermaksud mengajak anakanaknya gemar membaca,” ujarnya sambil terkekeh. Berbagai kegiatan dilakukan oleh Komunitas Jendela, mulai dari mendongeng, belajar memasak, membuat kerajinan tangan dari bahan bekas dan lain-lain. Hasil dari kerajinan tersebut rencananya akan dipamerkan dalam waktu dekat.
Career News E-magz | 30
365 Buku Komunitas Jendela memiliki sebuah program untuk mengumpulkan buku. Program ini dinamakan 365 Buku. Dalam program ini, setiap orang dipersilakan untuk mendonasikan bukunya, khususnya buku anak-anak yang nantinya akan didistribusikan ke berbagai pelosok Yogyakarta. “Awalnya kita berpikir untuk menyebarkannya ke seluruh Indonesia, tapi ternyata di sekitar kita masih ada yang membutuhkan,” paparnya antusias. Dengan adanya program 365 Buku, diharapkan anak-anak akan lebih menyukai membaca.“Minat baca harus ditumbuhkan sejak dini, mulai dari hal terkecil, jangan sampai hobi membaca hilang dengan permainan canggih yang saat ini ada. Biarlah anak-anak berkembang sesuai dengan umurnya,” pungkas Citra menutup perbincangan sore itu. Bagi Anda yang tertarik mengikuti kegiatan Komunitas jendela atau ingin berpartisipasi mendonasikan buku, silakan follow @ inijendela. [CN/MD] | Foto dok. pribadi.