KABAR IM Edisi VII

Page 1

Nomor 7/Tahun V Semester I 2015

IM 2.0 MENUJU


KILAS KABAR 03 Tabik

Salam Hangat dari Gerakan Indonesia Mengajar

DEWAN REDAKSI PELINDUNG Hikmat Hardono Yundriati Erdani Susilo Safira Ganis PEMIMPIN Rahmat Danu Andika EDITOR PELAKSANA Rizki Amelia Fitriyani EDITOR Tyas Ismi Trialfhianty EDITOR BAHASA Masyhur A. Hilmy REPORTER Rizki Amelia Fitriyani Tyas Ismi Trialfhianty DESAIN DAN TATA LETAK Tyas Ismi Trialfhianty Yudhy Kurniawan KONTRIBUTOR Rina Anggraeni Safia (Majene) Ryanda Adiguna (Bima) Trisa Melati (Muara Enim) Widodo (Tulang Bawang Barat) KONTRIBUTOR FOTO Angga Putra (Fakfak) Arif Lukman Hakim (Fakfak) Jerry Azim (Tulang Bawang Barat) Hanif Azhar (Muara Enim) Michael Laurent (Fakfak)

04 Fakta dan Angka 08 Kabar Utama

Menyambut Generasi 2.0 Kolaborasi Menuju Keberlanjutan

12 Kabar Terbaru 16 Di Balik Layar

Terus Belajar di Kelas Pengembangan

17 Kabar Mitra

Mengiringi Pengajar Muda Mengabdi pada Negeri

KABAR TERBARU

FGIM 2015: Terus Bergerak, Tumbuh Serentak

20 Iuran Publik

24 Kabar Alumni

22 Cerita Semesta

27 Blog Pengajar Muda

Meracik Pesan di Dapur Koki #KitaBerdaya: Formasi Pengaturan Diri Merajut Keberlanjutan dalam Kemasan Sederhana

19

Rentak Harmoni Merajut Tenun Pendidikan Kalau Ne’e Maka Ne’e Lah

28 Kabar Penggerak

Gong Festival Gerakan Indonesia Mengajar Tulang Bawang Barat

30 Kemas-kemas

Menyalakan Indonesia

32 Ruang Belajar

KONTRIBUTOR FOTO SAMPUL Sendi Kenia Savitri (Lebak)

Badan Si Badun: Alat Peraga Anatomi Tubuh Manusia

KANTOR

Jl. Galuh II No. 4 Kebayoran baru, Jakarta Selatan Telp : 021 - 7221570 Faks : 021 - 7231430 www.indonesiamengajar.org info@indonesiamengajar.org Indonesia Mengajar @Ind_Mengajar

12

FGIM 2015: Terus Bergerak Tumbuh Serentak

34 Ulik Karya

Mengulas Buku Ruang Belajar

KABAR MITRA

Blue Bird menjadi Mitra Transportasi Indonesia Mengajar

35 Resonansi

Menaklukkan Keraguan


TABIK SALAM HANGAT DARI GERAKAN INDONESIA MENGAJAR

DOK. IM/HANIF AZHAR

Tahun ke-5! M aka ini bukanlah ajang pamer, apalagi ajang sesumbar berbagai drama yang kami lalui sepanjang perjalanan Indonesia Mengajar. KABAR edisi ke-7 ini adalah bentuk apresiasi dan niat tulus untuk berbagi cerita kemajuan dan keberhasilan dalam gerakan pendidikan yang kita miliki bersama. Praktis sampai tahun kelima Indonesia Mengajar berdiri, puluhan ribu orang telah dan sedang terus bergerak. Ratusan Pengajar Muda yang sedang bertugas maupun yang sudah purna tugas, ribuan relawan di kota-kota besar dan di daerahdaerah penempatan Indonesia Mengajar berkolaborasi dalam ruang-ruang interaksi yang semakin menumbuh-kuatkan rasa berdaya kita sebagai masyarakat sipil untuk Indonesia. Pada KABAR edisi ini, kami dengan rendah hati ingin menyampaikan berbagai kabar baik khususnya tentang masa-masa akhir Indonesia Mengajar bekerja di beberapa kabupaten sasaran. Ini juga sekaligus berarti cerita tentang persiapan kami memasuki dan bekerja di beberapa kabupaten yang baru. Festival Gerakan Indonesia Mengajar (FGIM) 2015 yang sedang berjalan juga akan menjadi salah satu kabar gembira tentang menggeliatnya gerakan masyarakat di daerah.

Berbagai mitos tentang keterbatasan akses informasi, jarak, dan lainnya, gugur oleh kepercayaan dan aksi konkrit semua relawan FGIM 2015. Izinkan kami juga bercerita tentang relawan-relawan #IuranPublik -kampanye tentang konsep pendanaan organisasi masyarakat sipil yang kami niatkan untuk bisa menjadi referensi bersama di masa depan. Konsep yang berangkat dari kepercayaan atas besarnya kekuatan masyarakat Indonesia untuk ikut menciptakan dampak kemajuan. Maka atas kerja panjang gerakan pendidikan ini, kerja panjang yang dimandatkan status merdeka negara ini, kami memohon doa restu. Semoga Tuhan menjaga kebersihan niat kita semua. Tabik,

Rahmat Danu Andika

Manajer Divisi Public Engagement

Kabar Indonesia Mengajar adalah buletin reguler yang diterbitkan Gerakan Indonesia Mengajar. Redaksi Kabar Indonesia Mengajar menerima tulisan, tanggapan, dan masukan dari pembaca. Kirimkan tulisan anda ke alamat surel kami di info@indonesiamengajar.org dengan mencantumkan [KABAR IM] pada subjek surel.

3


FAKTA & ANGKA

KOMPILASI&

PERUBAHAN PERILAKU AKTOR DATA JANGKAUAN

Menginjak tahun kelima, Pengajar Muda telah berinteraksi dengan berbagai aktor lokal di daerah. Tercatat 621 Pengajar Muda telah ditempatkan di 161 SD, 151 desa, dan 85 kecamatan di 17 kabupaten. Perubahan perilaku aktor lokal pun terasa. Data statistik Divisi Pengelolaan Daerah Indonesia Mengajar mencatat bahwa berbagai variabel ukur pada keempat aktor yaitu siswa, guru, kepala sekolah, dan masyarakat , menunjukkan perubahan positif yang signifikan.

SISWA

9

jumlah jangkauan

10

dari sudah memiliki semangat belajar tinggi peningkatan kemampuan materi

46.676 orang 336.336 jam siswa yang waktu ekstrakurikuler berinteraksi dengan Pengajar Muda Pengajar Muda

GURU

593.502 jam waktu mengajar Pengajar Muda

jumlah jangkauan

6 dari 10 aktif dalam meningkatkan kemampuan mengajar prestasi siswa

KEPALA SEKOLAH

3.428 orang guru berinteraksi dengan Pengajar Muda

40.800 orang guru yang dilatih Pengajar Muda

jumlah jangkauan

7 dari 10 aktif dalam meningkatkan

190 orang kepala sekolah berinteraksi dengan Pengajar Muda

prestasi siswa dan guru kemampuan diri

MASYARAKAT

6 dari 10 aktif dalam melaksanakan penyaluran informasi pendidikan kegiatan pendidikan

4

jumlah jangkauan

183.456 jam waktu kegiatan pembelajaran masyarakat yang dilakukan Pengajar Muda

91.728 unit kegiatan pembelajaran masyarakat yang dilakukan Pengajar Muda

191.100 orang peserta kegiatan pembelajaran masyarakat yang dilakukan Pengajar Muda


FAKTA & ANGKA

Pelatihan Guru Figur

Bengkalis Education Sharing Program

INISIATIF DAERAH

Gerakan Desa Cerdas Pemuda Penggerak Desa Rumah Inspirasi

Tubaba Cerdas

Dhurung Elmo

Keluarga Cerdas

Ruang Berbagi Ilmu

S

eiring dengan terciptanya interaksi antara Pengajar Muda dengan aktor lokal, ide-ide besar untuk merintis gerakan sosial pendidikan yang turut serta ambil bagian dalam mencerdaskan bangsa pun lahir. Menuju akhir periode pertama gerakan ini, telah banyak resonansi gerakan yang kemudian disebut sebagai Inisiatif Daerah, berkembang di daerah penempatan Pengajar Muda. Inisiatif tersebut kini telah melibatkan ribuan relawan penggerak daerah yang turut bekerja menggandeng masyarakat, bersama bergerak untuk pendidikan Indonesia yang lebih baik.

Ruang Berbagi Ilmu Pelatihan metode mengajar kreatif yang diinisiasi oleh penggerak Bima dan mendatangkan relawan dari luar kabupaten untuk mengajar

Tubaba Cerdas

Pemerataan kualitas pendidikan di Kabupaten Tulang Bawang Barat yang dilakukan oleh para penggerak daerah

Dhurung Elmo Aksi gotong royong oleh kepala dusun guru SD, guru Madrasah, kader kesehatan, mahasiswa dan kepala sekolah untuk membangun Taman Baca di dusun dusun di Pulau Bawean

Keluarga Cerdas Program kolaborasi antara pemerintah desa , gereja dan sekolah di Maluku Tenggara Barat sebagai bentuk perhatian atas pentingnya pendampingan orang tua dalam proses belajar anak

2015 Pemuda Penggerak Desa Program perekrutan dan pelatihan pemuda di Kabupaten Halmahera Selatan

Pelatihan Guru Figur Pelatihan berkonsep ToT (Training for Trainer). Pelatihan guru yang kemudian akan diminta untuk menjadi pelatih guru yang lain di Kabupaten Kapuas Hulu

2014 Rumah Inspirasi Wadah berkumpulnya para pemuda Halmahera Selatan untuk melakukan kegiatan positif di bidang pendidikan

Gerakan Desa Cerdas Mengirimkan para pemuda dan pemudi Halmahera Selatan ke daerah pelosok untuk mengajar dan menggerakkan masyarakat

2013 Bengkalis Education Sharing Program

Pelatihan guru dan kepala sekolah di seluruh SD Kabupaten Bengkalis

2012


KABAR UTAMA

6


KABAR UTAMA

Menyambut

GENERASI

2.0

Oleh : Hikmat Hardono, Direktur Eksekutif Gerakan Indonesia Mengajar

“Indonesia Mengajar segera memasuki fase baru dalam tumbuh kembangnya. Kami akan masuk 5 tahun kedua; dan itu juga berarti bahwa beberapa daerah yang telah didampingi selama 5 tahun telah siap untuk tumbuh mandiri.â€?Â

7


KABAR UTAMA

A

8

DOK.IM

ngka 2.0 sebenarnya juga menggambarkan berbagai akumulasi pelajaran sejauh ini dalam mengeksekusi misi gerakan. Seperti juga versi dalam pengembangan software, Indonesia Mengajar tumbuh sejauh ini justru dari siklus sederhana: niat bersih, susun pendekatan, eksekusi, tarik pelajaran, susun pendekatan baru. Maka ketika kita bisa menyatakan bahwa kita segera meluncurkan versi 2.0 sebenarnya itu berarti juga bahwa Indonesia Mengajar telah meluncurkan berbagai versi, dari versi 1.0, 1.1, 1.5 dan sebagainya. Tentu saja lengkap dengan berbagai masalah, lubang di sana-sini serta perbaikan dalam berbagai versi. Itu pula berarti bahwa dalam lima tahun terakhir telah terkumpul pelajaran sangat banyak pada gerakan ini. Betapa tidak? 17 kabupaten dan 127 titik dikalikan lima tahun penuh. Lima tahun penuh? Iya karena para Pengajar Muda bertugas sepanjang tahun di wilayah itu. Kami memang bukan berkunjung tetapi menetap di desa dan kabupaten itu. Segala musim, segala masa. Artinya bila kami menulis versi 2.0, maka pasti ada ribuan detil pengalaman di baliknya. Dan pengalaman yang kita tarik- kami menyebutnya- dalam proses refleksilah yang membuat gerakan ini percaya diri dan optimis menatap tantangan baru di masa lima tahun berikutnya. Ribuan butir refleksi itulah yang mendasari versi 2.0 di gerakan kita ini. Kami menyebutnya- butir refleksi itu- pelajaran. *** Tahun lalu ketika berkunjung ke Fakfak, saya menemukan pelajaran tersendiri. Tiap sekolah punya kerumitan tersendiri untuk menggalang kehadiran siswa di kelas. Selain di-palang-- istilah untuk menggantikan bahwa sekolah ditutup karena ada konflik tanah-- juga tantangan kondisi ekonomi. Sebagian anak memilih berladang untuk membantu orang tuanya merawat vanili atau memanen pala diban dingkan bersekolah selama beberapa waktu. Pada perjalanan lain ke Rote, saya mendapati pelajaran lain lagi. Nira disadap hanya pada masa tertentu, biasanya tiga bulan. Dan setelah itu mereka bisa menghidupi keluarga selama setahun. Karena memanen nira adalah peristiwa besar maka kesibukan anak pun juga terganggu. Sekalipun sebagian tidak ikut memanjat, toh mereka sibuk membantu orang tuanya dalam berbagai cara. Mengasuh adik, memasak nira atau segala hal lainnya. Dan sekolah jadi pilihan yang tidak prioritas dibandingkan penghidupan untuk setahun bukan? Lalu mengapa mereka harus bersekolah tiap hari, masuk jam tujuh pagi dan pulang jam satu siang? Apakah tidak mungkin belajar selama beberapa lama dan tersedia masa libur cukup bagi mereka untuk membantu orang tuanya? Apakah anak-anak yang harus menyesuaikan cara kita bersekolah? Ataukah kita orang dewasa yang seharusnya bisa menemukan cara terbaik bagi mereka dalam belajar, sesuai dengan konteks lingkungan di manapun mereka berada? Pelajaran itu membawa ingatan saya pada satu bacaan pada masa kecil. Lupa judulnya tetapi itu serial cerita yang

Hikmat Hardono tengah menjelaskan misi keberlanjutan dan dam­ pak gerakan di daerah penempatan Pengajar Muda pada acara Je­ jak Indonesia Mengajar : Membangun Kolaborasi untuk Dampak Berkelanjutan

menggambarkan kehidupan anak-anak di wilayah Kroya, Jawa Tengah. Berangkat bersekolah tiap pagi dan pulang siang hari. Berjalan menyusuri pematang sawah untuk berangkat, mandi di sungai ketika pulang. Atau bermain di bawah bulan purnama di halaman atau sawah kering pada masa tertentu. Kehidupan seperti ini memang sepola dengan kehidupan petani sawah, khususnya di Jawa. Berangkat ke sawah pada subuh hari serta pulang ke rumah menjelang siang. Merawat sawah adalah pekerjaan tiap hari. Beda dengan pekerjaan berladang nira atau pala. Maka ketika dunia modern memperkenalkan konsep bersekolah tiap pagi serta setiap hari, konsep agraris, sawahlah yang paling cepat menyesuaikan diri. Kita jadi gamang untuk menyediakan pola belajar terbaik bagi model kehidupan lain di wilayah lain Indonesia. Tentu saja tiap anak berhak belajar. Namun bila kita percaya filsafat pendidikan bahwa gurulah yang harus menyesuaikan murid, mengapa kita tidak menyesuaikan saja pada konteks murid-murid di belahan lain negeri ini? Kalau kita percaya bahwa tiap anak memiliki kecerdasannya sendiri dan kita yang harus menyesuaikan metode belajar untuk mengasah kecerdasan itu, mengapa kita tidak menyesuaikan saja “cara bersekolah” dengan konteks tiap anak di berbagai penjuru republik? Pelajaran ini susul menyusul lahir dalam perjalanan lima tahun gerakan kami. Belajar dan hidup menetap di daerahdaerah itu membawa pelajaran lebih jauh pada kami. Detil kenyataan ternyata berbeda dari membaca laporan-laporan dan bahwa menyelam dalam kehidupan sepanjang tahun adalah cara terbaik untuk-- meminjam Rendra dalam Sajak Sebatang Lisong-- menghayati persoalan yang nyata. Sebagai anak Jawa yang dibesarkan dengan menikmati kebahagiaan seperti tergambar dalam cerita anak-anak Kroya di atas, tak pelak saya jadi merasa terpukul menyadari potensi kenyataan bahwa anak-anak di belahan lain Indonesia


KABAR UTAMA --semoga saja tidak-- tidak bersekolah sebahagia saya --atau anak-anak Kroya itu-- hanya karena kita menyediakan terlalu sedikit model bersekolah yang sesuai konteks mereka. Kita terlalu miskin untuk membentuk berbagai model sekolah bagi negeri yang sangat kaya konteks ini. Di negeri yang sungguh kaya konteks ini, rata-rata (mean) menjadi terlalu sederhana untuk menggambarkannya. *** Pada akhir tahun ini, Indonesia Mengajar akan mulai mengirimkan kelompok Pengajar Muda ke beberapa kabupaten baru. Kabupaten baru untuk angkatan ganjil sudah ditetapkan, yaitu Pegunungan Bintang di Papua, Nunukan di Kalimantan Utara serta Kepulauan Natuna di Kepulauan Riau. Angkatan ganjil ini akan diberangkatkan pada akhir 2015. Sedangkan kabupaten baru angkatan genap, sedang disusun dan akan ditetapkan juga tiga kabupaten yang akan mulai ditempati untuk bertugas pada pertengahan 2016. Secara total, pada tahun depan Indonesia Mengajar akan bekerja pada mesin optimum 100 Pengajar Muda per tahun, terpilah dalam dua angkatan dengan jumlah kabupaten dikelola sebanyak sepuluh daerah. Secara sadar pula, Indonesia Mengajar kembali hadir di tempat yang jauh dan menantang. Kami memang memilih titik-titik terjauh bukan melulu karena distribusi guru

sungguh menantang di sana tetapi juga bahwa daerahdaerah itu adalah tepian masyarakat kita. Konteks baru dan berbeda akan memperkaya pelajaran-pelajaran selama ini. Dan itu berarti bahwa kamus pelajaran kita semakin kaya dalam memandu kita menerjemahkan maksudmaksud pendidikan serta merumuskan agenda kemajuan bersama. Secara teknokratis kami bisa nyatakan bahwa pelajaran-pelajaran itu akan memperkaya kita khususnya dalam melayani tiga misi Indonesia Mengajar, yaitu dalam penguatan gerakan masyarakat, dalam pembentukan keberlanjutan pendidikan di daerah serta pengembangan jejaring kepemimpinan muda di Indonesia. Dan itulah yang ingin kami sampaikan pada Anda semua. Dengan semua bekal pelajaran selama lima tahun terakhir, kami mohon doa restu untuk memasuki fase 2.0. Lagi-lagi kami tetap bekerja di tempat-tempat terjauh Republik ini. Justru karena kami yakin, pelajaran-pelajaran unik dan berbeda akan sangat memperkaya gerakan ini serta --semoga-- jauh lebih bermanfaat bagi khazanah gerakan kemajuan pendidikan di tanah air dibandingkan bekerja di konteks umum yang telah banyak dicatat dan dilaporkan berbagai pihak di Indonesia. Maka dengan ini pula kami luncurkan versi 2.0 dari gerakan ini.

Daerah Penempatan Pengajar Muda Kabupaten Aceh Utara Provinsi Aceh

Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau

Kabupaten Kapuas Hulu Provinsi Kalimantan Barat

Kabupaten Tulang Bawang Barat Provinsi Lampung

Kabupaten Lebak Provinsi Banten

Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara Kabupaten Banggai Provinsi Sulawesi Tengah

Kabupaten Majene Provinsi Sulawesi Barat

Pulau Bawean Kabupaten Gresik Provinsi Jawa Timur

Kabupaten Bima Provinsi Nusa Tenggaran Barat

Daerah yang akan selesai di fase pertama

Kabupaten Fakfak Provinsi Papua Barat Kabupaten Pegunungan Bintang Provinsi Papua Kabupaten Maluku Tenggara Barat Provinsi Maluku

Keterangan : Daerah penempatan Pengajar Muda

Kabupaten Kepulauan Sangihe Provinsi Sulawesi Utara

Kabupaten Paser Provinsi Kalimantan Timur

Kabupaten Musi Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan

Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan Utara

Kabupaten Rote Ndao Provinsi Nusa Tenggara Timur

Daerah baru di fase kedua

9


KOLABORASI MENUJU KEBERLANJUTAN

B

agi kebanyakan orang, belum banyak hal yang diketahui mengenai pendekatan Indonesia Mengajar. Dan di sepanjang perjalanan hingga KABAR 7 ini terbit, terdapat satu kata yang tak pernah luput dari kepala tiap-tiap Pengajar Muda, karyawan, hingga relawan Indonesia Mengajar. Kata itu adalah keberlanjutan. Layaknya perjalanan yang memiliki durasi waktu, Indonesia Mengajar bekerja di satu daerah selama 3 - 5 tahun untuk mendorong perubahan perilaku yang berkelanjutan. Secara sederhana, misi pengiriman Pengajar Muda adalah mendorong terciptanya keadaan berdaya pada pemangku kepentingan (masyarakat, guru, kepala sekolah, pemerintah daerah) di daerah-daerah sasaran. Indonesia Mengajar percaya bahwa salah satu kunci terpenting adalah munculnya penggerakpenggerak lokal dan kemampuan mereka untuk berkolaborasi. Dalam 3 - 5 tahun, Indonesia Mengajar membagi fokus di tiap daerah dalam tiga tahap, yaitu tahap menemukan dan melibatkan penggerak daerah, tahap mengembangkan penggerak, dan tahap mengkolaborasikan penggerak dari berbagai latar belakang. Keberlanjutan adalah tujuan besar Gerakan ini, yaitu ketika penggerak daerah dapat melanjutkan upaya memajukan

10

pendidikan di daerahnya secara mandiri tanpa kehadiran Pengajar Muda setelah tahun kelima. Tahap melibatkan terjadi di tahun awal kehadiran Indonesia Mengajar di sebuah daerah. Ini merupakan tahapan di mana Pengajar Muda fokus menemukan dan melibatkan aktor-aktor lokal pada inisiatif tingkat desa hingga kabupaten yang tentunya berpotensi menggerakkan masyarakat di daerahnya. Sebagai sebuah bayangan, ada sebuah cerita dari SD 05 Landau Badai, di Kapuas Hulu. Walau berada di pedalaman Borneo, semangat dan rasa percaya diri komunitas sekolah tidak menciut. Justru, mereka merintis hal yang katanya “sulit� bersama Pengajar Muda. Bapak Sussardi adalah kepala SD 05 Landau Badai dua periode berturut-turut. Tahun 2011, Pengajar Muda angkatan II datang ke SD ini untuk turut mendampingi beliau dalam upaya memajukan pendidikan. Pengajar Muda memberikan contoh dalam metode pengajaran hingga saran dan mengenai manajemen sekolah. Lewat berbagai contoh tersebut, kepala sekolah pun menjadi lebih proaktif dan mendukung saran positif dari Pengajar Muda untuk perkembangan sekolah. Saat itu, akreditasi sekolah adalah C. Pak Sussardi ingin mengupayakan agar nilai akreditasi SD yang


dipimpinnya meningkat, sebagai bukti bahwa SD yang jauh dari kota kabupaten pun dapat berprestasi. Beliau berusaha secara optimal dengan berkonsultasi pada beberapa pihak yang kompeten dan memahami selukbeluk akreditasi, termasuk dengan Pak Joni, kepala sekolah yang menjabat pada periode sebelumnya. Usaha ini pun akhirnya berhasil. Akreditasi sekolah pun meningkat menjadi B. Hal ini mendapatkan acungan jempol dari Dinas Pendidikan, karena biasanya yang mendapatkan akreditasi sekolah B adalah sekolah yang berada di kabupaten. Â Tahap selanjutnya adalah tahap mengembangkan. Pengajar Muda fokus mengembangkan kapasitas para aktor lokal dengan menjejaringkan mereka dan membuka interaksi dengan entitas di luar kabupatennya. Cerita yang terlintas di kepala saya adalah mengenai Angkatan Pelopor (Apel) dari Kabupaten Maluku

Tenggara Barat (MTB). Sejak tahun 2013, Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara Barat memberikan perhatian pada peningkatan kompetensi guru. Kala itu, Sekretaris Dinas Pendidikan MTB hadir pada Forum Kemajuan Pendidikan Daerah (FKPD) 2013 dan berdiskusi dengan Indonesia Mengajar mengenai kunci sukses pelatihan Pengajar Muda. Sepulang dari FKPD 2013, muncullah gagasan untuk mengadakan pelatihan intensif selama satu bulan untuk 112 guru dari 112 SD di kabupaten. Ke-112 guru ini disebut dengan Angkatan Pelopor (Apel). Proses pelatihan intensif Apel ini mirip dengan pelatihan Pengajar Muda Indonesia Mengajar. Selain itu, inisiatif ini melibatkan berbagai elemen aktor lokal hingga luar daerah, termasuk Pengajar Muda yang menjadi fasilitator. Kegiatan ini memberikan imbas baik untuk tiap SD karena guru-guru tersebut semangat untuk meningkatkan kapasitas diri dalam

TAHAP

1 PELIBATAN

n Ta h u

I

Tah u n

Pengajar Muda fokus menemukan orang-orang lokal yang berpotensi menjadi penggerak di daerahnya.

n IV hu

TAHAP 1

Ta

3 KOLABORASI

Tahu n I I I

un V T ah

II

TAHAP

MENUJU KEBERLANJUTAN

TAHAP

2

PENGEMBANGAN

TAHAP 2 Pengajar Muda fokus mengembangkan kapasitas para penggerak dan menjejaringkan mereka dari tingkat desa sampai kabupaten.

TAHAP 3 Pengajar Muda fokus mengolaborasikan para penggerak sampai ke tingkat antar kabupaten penempatan Pengajar Muda.

mengajar. Tahapan terakhir adalah tahapan kolaborasi, yang terjadi di tahun kelima pengiriman Pengajar Muda. Pengajar Muda fokus mendorong terjadinya kolaborasi aktor lokal baik di daerah maupun dengan entitas lain di luar daerah. Satu cerita menarik adalah Pemuda Penggerak Desa (PPD) di Kabupaten Halmahera Selatan. Ini merupakan inisiatif nyata keberlanjutan Dinas Pendidikan Halmahera Selatan yang terinspirasi dari kehadiran Pengajar Muda. Berbagai pihak, seperti Dinas Pendidikan hingga pembicara lokal dan nasional, turut serta dalam inisiatif ini, mulai dari tahapan rekrutmen, seleksi hingga pelatihan intensif. Hingga saat ini telah berjalan PPD angkatan II, dan akan mulai masuk tahapan rekrutmen PPD angkatan III. Inisiatif serupa dengan PPD Halsel adalah Tulang Bawang Barat Cerdas (Tubaba Cerdas). Dinas Pendidikan Kabupaten Tulang Bawang Barat menginisiasi Tubaba Cerdas dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat, mulai dari pimpinan SD hingga guru SMA sebagai pengelola. Tujuan inisiatif ini adalah pemerataan kualitas pendidikan di Kabupaten Tulang Bawang Barat. Ketika Indonesia Mengajar (IM) mengulik tiap tahap yang dilewati selama perjalanan lima tahun, tentunya banyak pembelajaran yang didapatkan. Di ujung tahun kelima ini, IM tidak hanya menyambut generasi 2.0 saja, tetapi Keberlanjutan pun menjadi satu hal yang terus menerus dipersiapkan. Tentunya IM juga berbenah diri berdasarkan kompilasi pembelajaran. Jika mengambil makna di ujung tahun kelima, rasanya kolaborasi adalah jembatan bagi aktor-aktor lokal keren menuju tujuan besar Keberlanjutan. Dan sebuah ruang kolaborasi pun dibangun untuk menjawab tantangan keberlanjutan, sebut saja Festival Gerakan Indonesia Mengajar 2015. Oleh : Rizki Amelia Fitriyani (Officer Divisi Public Engagement Indonesia Mengajar | rizki.amelia@indonesiamengajar.org)

11


KABAR TERBARU

FGIM 2015 Terus Bergerak Tumbuh Serentak

M

enyadari bahwa perayaan untuk menunjang visi sebuah gerakan harus menyeluruh dan menyentuh banyak pihak, Festival Gerakan Indonesia Mengajar (FGIM) tahun ini diadakan tepat pada 17 titik kabupaten daerah penempatan Pengajar Muda sepanjang tahun. Perubahan konsep ruang dan waktu ini menjadi pilihan saat dirasa bahwa sudah saatnya FGIM betul-betul mampu menjadi wadah tempat berinteraksinya para penggerak dan pemerhati pendidikan yang tersebar di pelbagai titik di Indonesia. FGIM bukan hanya didesain sebagai sebuah acara, namun kegiatan ini adalah wadah yang akan menjawab keberlanjutan gerakan pendidikan di daerah. Kegiatan sepanjang tahun ini diharapkan mampu menjadi titik utama yang berdampak menyeluruh, berdistribusi ke tempat lainnya dan menularkan semangat satu untuk memajukan pendidikan Indonesia. Sedari awal, Indonesia Mengajar menyadari bahwa kerjabakti FGIM kali ini akan lebih rumit dan penuh kejutan. Aktivitas dimulai dengan pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) pada Februari tahun ini. Dengan melibatkan alumni Pengajar Muda dan officer dan karyawan Indonesia Mengajar, Pokja yang diperkuat oleh relawan FGIM 2013 memulai perancangan bentuk aktivitas FGIM 2015. Setelah Pokja terbentuk, rekrutmen relawan panitia dibuka ke publik. Sedikitnya 800 aplikan diseleksi berdasarkan esai yang dikirim secara daring. Aplikan yang lolos seleksi diundang untuk temu perdana pada kickoff FGIM awal Mei lalu. Di titik ini, secara resmi seluruh relawan membaur dalam wadah tunggal kepanitiaan, menggantikan istilah Pokja. Di dalam kepanitiaan, para relawan disebar ke enam kelompok wahana. Relawan diberi mandat untuk merekrut peserta dan berkomunikasi dengan penggerak daerah. Kerja relawan di wahana juga didukung oleh relawan tim sosialisasi yang direkrut untuk memperkuat

12

gaung kampanye FGIM 2015. Wahana aktivitas Wahana FGIM 2015 dirumuskan berdasarkan kebutuhan daerah. Kebutuhan tersebut dikelompokkan ke dalam empat kategori, yaitu pendampingan inisiatif, peningkatan kapasitas, penguatan jejaring , dan penyediaan akses informasi. Konsisten menyasar kebutuhan daerah, enam wahana aktivitas yang menjadi fitur FGIM 2015 berhasil dirumuskan. Keenam wahana itu adalah Ruang Berbagi Ilmu (Rubi), Rekan Sejawat (Rekat), Ruang Belajar (Rubel), Indonesia


KABAR TERBARU

Tim relawan panitia wahana Gerakan Mengajar saat Kick-Off FGIM 2015 DOK. FGIM 2015

Mengajar Broadcasting (IM Bro), Gerakan Mengajar (Gemar), dan Pertukaran Pengajar. Relawan yang memperkuat FGIM kali ini terdiri dari peserta dan panitia pelaksana. Peserta merupakan relawan yang diseleksi untuk mengikuti wahana aktivitas. Peserta ini terbagai menjadi dua, yaitu peserta daerah dan peserta luar daerah (Jakarta dan kota besar lainnya). Sedangkan relawan yang berperan dalam pengelolaan wahana dinamakan panitia pelaksana. Mereka merupakan relawan di Jakarta (juga kota besar lainnya) dan penggerak di daerah sasaran yang juga melewati proses seleksi “kerelawanan”. Bentuk aktivitas di setiap wahana dirancang demi

tumbuhnya ruang interaksi antaraktor pendidikan (relawan). Ruang interaksi ini dikelola sebagai strategi mencapai tujuan FGIM: memperkuat ciri keberlanjutan di daerah, yaitu perilaku positif aktor menguat dan munculnya kolaborasi antaraktor. Ruang perjodohan Indonesia Mengajar menggambarkan wahana FGIM sebagai ruang, tempat interaksi antaraktor pendidikan berlangsung. Dalam hal ini, interaksi dibangun oleh relawan peserta (di kota dan di daerah) dan penggerak daerah. Ruang ini dinamakan “Ruang Perjodohan”. Di dalam mendesain

13


KABAR TERBARU ruang perjodohan, prinsip dasarnya adalah menerapkan suatu “filter� yang bertujuan memperbesar peluang cocoknya interaksi yang dibangun oleh antaraktor di ruang tersebut. Filter ini memungkinkan orang-orang yang masuk ke ruang perjodohan sebagai “mereka yang memiliki kedekatan motivasi serupa�. Pun di ruang perjodohan kecocokan interaksi antaraktor tidak mutlak terjadi, hal yang terus diupayakan adalah meningkatkan probabilitas kecocokannya. Hal yang terbayang kemudian, di ruang perjodohan ini tumbuh keberlanjutan interaksi yang dikelola secara mandiri melalui kolaborasi setiap elemen (aktor) di dalamnya. Interaksi ini diharapkan mampu memunculkan jejaring pertemanan baru yang nantinya akan mendorong tumbuhnya inisiatif-inisiatif lain di bidang pendidikan. Tanpa ada lagi campur tangan Indonesia Mengajar, secara mandiri dan kolaboratif, para aktor pendidikan (relawan) yang telah berjejaring akan semakin percaya diri untuk terus bergerak memajukan pendidikan bangsa ini. Kita akan bersama-sama melihat perubahan positif itu tumbuh serentak. Baur dalam riuh kerumunan kerja bakti, kita rayakan ikhtiar bersama sebagai bangsa yang berdaya di FGIM 2015: terus bergerak, tumbuh serentak. ***

Saya benar-benar tersentuh dan berjanji untuk bersemangat mengajar anak didik saya. Pesan saya, jangan berhenti berbuat baik. Jika semua bergerak, tidak terlalu sulit membuat negeri ini cerdas. Widodo, Guru SD 04 Indraloka II, Kabupaten Tulang Bawang Barat)

Yang menjadi catatan utama saya dalam mengikuti kegiatan FGIM ini adalah bagaimana guru akhirnya menerima dan mengikuti semua kegiatan dengan sangat antusias dan semangat. Bahkan para sukarelawan pun sempat kewalahan dengan rasa sukacita para peserta. Tri Wahyudi, Dosen, Relawan Wahana Ruang Berbagi Ilmu (RUBI) di Bima

Wahana Festival Gerakan Indonesia Mengajar 2015

14


KABAR TERBARU

Relawan panitia FGIM 2015 melakukan konferensi video dengan para penggerak daerah dan Pengajar Muda di penempatan DOK. FGIM 2015

Para relawan panitia FGIM 2015 berkumpul saat Kick-Off FGIM 2015

DOK. FGIM 2015

RUBI Bima, Momentum Penggalang Relawan Pendidikan

T

idak kurang dari 43 guru se-Kabupaten Bima tekun mengikuti pelatihan metode belajar kreatif di Aula Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Sunan Giri Kota Bima. Secara sukarela, mereka hadir mengikuti pelatihan yang dihelat pada 28-30 Mei 2015 dengan konsep minicamp bertajuk Ruang Berbagi Ilmu (RUBI). RUBI merupakan salah satu fitur (wahana) dalam Festival Gerakan Indonesia Mengajar (FGIM) 2015. Inisiatif FGIM hadir sebagai upaya memperkuat ciri keberlanjutan di daerah: menguatnya perilaku positif aktor dan munculnya kolaborasi antaraktor pendidikan. Sepanjang tahun, enam kategori wahana hadir di 17 kabupaten penempatan Pengajar Muda. Melalui wahana RUBI, guru, kepala sekolah, dan aktor pendidikan lainnya akan saling berinteraksi, membentuk pertemanan baru, dan berbagi ilmu dengan relawan profesional se-Indonesia. Bima merupakan kabupaten pertama yang menggelar wahana RUBI dalam rangkaian FGIM 2015. Aktivitas RUBI diawali dengan penggalangan relawan di daerah dan di Jakarta. Di Jakarta, para relawan disibukkan dengan kegiatan rekrutmen, sosialisasi, dan pengarahan untuk relawan yang akan berangkat ke daerah. Tidak kalah seru, Pengajar Muda dan penggerak pendidikan di daerah juga bekerja sama menggalang peserta. Uniknya, aktivitas RUBI di Bima dikelola secara mandiri oleh

para relawan yang berasal dari berbagai latar belakang. Tidak hanya guru, kepala sekolah, ataupun pegawai pemerintahan, relawan juga berasal dari kalangan mahasiswa, pekerja lepas, dokter, dan pengusaha. Kolaborasi yang dibangun oleh para relawan ini menjadi cerminan partisipasi publik terhadap pendidikan. Selain itu, aktivitas RUBI di Bima juga melibatkan dua relawan profesional di bidang pendidikan. Secara mandiri keduanya mengelola persiapan teknis dan pembiayaan keberangkatan dari kota asal masing-masing. Mereka hadir untuk berbagi ilmu dengan para guru yang berasal dari 15 kecamatan di Bima. Oleh: Hari Triwibowo (Project Officer FGIM 2015| triwibowo.h@gmail.com

Ingin tahu perkembangan terbaru FGIM 2015? Ikuti cuitan kabarnya di akun Twitter resmi @FestivalGIM dan situs festival.indonesiamengajar.org

15


DI BALIK LAYAR

Terus Belajar

di Kelas Pengembangan

C

P

erita tentang perjalanan lima tahun Indonesia Mengajar adalah sebuah kisah yang dirajut bersama, antara Pengajar Muda, aktor lokal, Tim Indonesia Mengajar dan relawan. Kerja bakti antara elemenelemen inilah yang terus memompa semangat bersama untuk menukil perilaku positif terhadap pendidikan. Di dalam kantor Indonesia Mengajar, para pendamping Pengajar Muda yang tergabung dalam Tim Indonesia Mengajar terus berupaya meningkatkan kapasitas diri melalui banyak ruang kelas. Berusaha memastikan bahwa kompetensi internal selaras dengan tumbuhnya semangat gerakan ini.

endampingan terhadap Pengajar Muda dilakukan oleh 37 orang dengan latar belakang pendidikan beragam bahu membahu di Kantor Gerakan Indonesia Mengajar, Jalan Galuh II No. 4. Ke-37 orang ini terbagi ke dalam empat divisi berbeda, yaitu Internal Engagement, Public Engagement, Partner Engagement dan Sustainability Engagement. Roda kepengurusan yang berputar dan dinamika tantangan adalah dua dari banyak alasan untuk selalu meningkatkan kapasitas dan kompetensi Tim Indonesia Mengajar. Hal tersebut menjadi dasar penyelenggaraan Kelas Pengembangan. Saat dirasa tim harus beradaptasi dengan dinamika, tidak malah apatis dan mengabaikan perubahan atau tantangan yang semakin beragam. Berangkat dari keyakinan bahwa tim yang baik adalah tim yang terus melakukan pembelajaran dan menggali pengalaman secara kontinu, maka organisasi pun tak ragu untuk melaksanakan pelatihan atau peningkatan kapasitas untuk

16

DOK. IM

timnya. Kelas Pengembangan yang dilaksanakan Divisi Internal Engagement merupakan kelas pelatihan atau capacity building dengan materi yang beragam. Keterampilan juga menjadi sorotan utama dalam pemilihan materi. Keterampilan fasilitasi, wawancara, diskusi, menulis dan memberikan umpan balik (feedback) adalah beberapa contoh yang mewakili paket materi keterampilan dasar di Kelas Pengembangan Indonesia Mengajar. Hal menarik dari sesi kelas pengembangan tersebut terletak pada narasumber pelatihan. Selain anggota Tim Indonesia Mengajar yang mengisi sesi, para ahli yang terlibat menjadi narasumber kelas pengembangan ini sebagian besar merupakan relawan yang bersedia berbagi pengetahuan dan keahlian khusus.  Selalu mengangkat kata ‘pelibatan’ atau engagement, Indonesia Mengajar menyadari bahwa tangan para ahli di bidangnya perlu terlibat dalam mengisi ruang di Kelas Pengembangan. Atas dasar tersebut, para narasumber Kelas

Pengembangan tidak hanya dihadirkan dari dalam organisasi, namun juga dari luar organisasi. Berangkat dari keterbukaan dan komitmen untuk menyebarkan semangat berbagi, semua rancangan ide dan konsep yang tercetus di IM melebur ke masyarakat dan untuk masyarakat. Keterlibatan dan keberlanjutan, juga seolah menjadi dua kata yang terus menemani perjalanan Indonesia Mengajar. Menuju akhir tahun kelima, Indonesia Mengajar memastikan bahwa pertumbuhan kompetensi organisasi secara internal terus bergerak naik. Demikian adanya untuk mendukung kesuksesan misi dari dua kata tersebut. Oleh: Hety A. Nurcahyarini (Officer Divisi Internal Engagement | hety@indonesiamengajar.org)

Kenali lebih jauh profil Tim Indonesia Mengajar, klik indonesiamengajar.org/ tim-im .


KABAR MITRA

Mengiringi Pengajar Muda Mengabdi pada Negeri DOK. IM

D

i pertengahan tahun 2015, Indonesia Mengajar menyambut kedatangan Pengajar Muda angkatan VIII setelah setahun mengabdi di berbagai daerah. Pengajar Muda mengikuti rangkaian Orientasi Pasca Penugasan (OPP) sebagai bentuk refleksi penugasan dan persiapan menuju dunia profesional yang dilaksanakan di Wisma Pelatihan BNI Slipi. Pada OPP kali ini, juga dihadiri oleh Bapak Putu B. Kresna selaku Head of BNI University pada sesi pembukaan dan Bapak Triaji Prio Pratomo selaku Assistant Vice President BNI University pada sesi eksplorasi sektor kerja. Pada sesi networking dengan Pengajar Muda yang mengundang seluruh perwakilan mitra Indonesia Mengajar, juga dihadiri oleh Bapak Dwi Pramono dan Bapak Yudha Hadi selaku perwakilan dari Corporate Community Responsibility (CCR) BNI. Kepercayaan dan komitmen PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk ditunjukkan dengan tidak hanya mendukung pendampingan 46 SD oleh Pengajar Muda, tetapi juga mendukung dan terlibat dalam pelaksanaan OPP. Pada kesempatan lain, secara khusus, Bapak Didik Siswantono sebagai Vice President Corporate Community Responsibility (CCR) BNI menyampaikan pandangannya terhadap Pengajar Muda yang sedang memasuki tahun kelima di seluruh daerah dukungan BNI. Beliau meyakini bahwa program ini dapat terus berjalan berkat kesetiaan. Setia pada kata hati, untuk berkontribusi bagi kemajuan pendidikan Indonesia. Oleh: Frieka Nursari (Asisten Program Divisi Partner Engagement | frieka@indonesiamengajar.org)

“Pengajar Muda Indonesia Mengajar merupakan sosok manusia yang setia pada kata hati. Sebuah perjuangan Tertarik untuk tahu lebih yang tak mudah, bergelut setahun di pelosok Indonesia jauh tentang kemitraan demi menjadi guru bagi bocah kecil penerus negeri ini, Indonesia Mengajar? Klik kemitraan.indonesiamengajar. membutuhkan tekad pantang menyerah. Hanya anak muda yang masih org setia pada kata hatinya, yang berani mengambil tantangan ini. Dan pengabdian ini perlu mendapat dukungan semua pihak. Bukankah membantu mereka yang setia pada kata hatinya merupakan sebagian upaya menegakkan Nawacita? Doa mulia dari kami di BNI senantiasa berjatuhan dari atap langit, mengiringi langkah Pengajar Muda mengabdi kepada Indonesia dan kepada kata hatinya. Dan pada akhirnya, semoga Tuhan Maha Baik selalu melindungi Yayasan Indonesia Mengajar yang telah berbuat untuk negeri tercinta. Amin.� Didik Siswantono, Wakil Presiden CCR BNI

Gerakan Indonesia Mengajar mengucapkan terima kasih kepada para mitra yang telah percaya dan mendukung gerakan ini: Kompas Gramedia PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Citi Indonesia PwC Indonesia PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk PT BFI Finance Indonesia PT Indosat Tbk PT Chevron Pacific Indonesia EF English First PT Blue Bird TBK PT Donggi Senoro LNG PT Nusantara Compnet Integrator PT Ultra Jaya Milk Industry & PT Orica Mining Services PT First State Investment Indonesia Trading Company, TBK Surfer Girl PT Medco Energi Internasional Tbk Garuda Indonesia PT Dow Indonesia PT Bank Permata Tbk PT Jalur Nugraha Ekakurir PT Sarana Multi Infrastruktur PT Nutrifood Indonesia (Persero) PT Wijaya Karya Tbk

17


w

KABAR MITRA

Reksa Dana Filantropis untuk Pendidikan Indonesia Mengajar adalah satu dari lima lembaga yang terpilih untuk menerima dana dukungan dari First State Investment Indonesia (FSI Indonesia) yang bersama Citi Indonesia menerbitkan reksa dana berkonsep filantropis pertama di Indonesia. Tepatnya pada tanggal 28 April 2015, Hario Soeprobo selaku President Direktur FSI Indonesia meresmikan dukungan untuk mendampingi satu SD di Kabupaten Halmahera Selatan. DOK. IM

PwC Indonesia: Terlibat lebih jauh dalam FGIM 2015 Djohan Pinnarwan selaku Partner PwC Indonesia berkunjung ke Kabupaten Tulang Bawang Barat pada kegiatan FGIM 2015. Pada 9 Juni 2015, atas keinginan pribadi dan secara sukarela, Djohan Pinnarwan mendaftar dan hadir sebagai relawan untuk berbagi ilmu manajemen keuangan kepada peserta yang mengikuti wahana Ruang Berbagi Ilmu (RUBI). PwC Indonesia juga telah mendukung Indonesia Mengajar sejak 2011 dengan memberikan audit keuangan secara pro bono setiap tahunnya.

DOK. FGIM 2015

Bank Mandiri Dukung Kampanye Iuran Publik Bank Mandiri kembali mendukung Indonesia Mengajar dengan ikut mengkampanyekan Iuran Publik Indonesia Mengajar. Terlebih dari itu, Bank Mandiri juga menggalang karyawannya untuk bergotong royong dalam memajukan pendidikan dengan bergabung dalam Iuran Publik.

DOK. IM

Direktur Utama BFI Finance Indonesia Berbagi Pengalaman Kepemimpinan Dalam rangkaian kegiatan Pelatihan Intensif Pengajar Muda Angkatan X, Francis Lay Sioe Ho selaku Direktur Utama BFI Finance membekali Pengajar Muda dengan pengalaman kepemimpinannya. Francis mengingatkan Pengajar Muda untuk mempunyai prinsip “Walk the Talk� yaitu lakukanlah apa yang kamu katakan. BFI Finance Indonesia merupakan mitra yang mendukung pendampingan di salah satu SD di Kabupaten Paser.

DOK. IM

Dow Indonesia Dukung Iuran Publik melalui Sushi Festival Sushi Festival yang dilaksanakan pada 13 Mei 2015 lalu, merupakan acara internal Dow Indonesia. Pada acara ini, karyawan yang hadir juga mengumpulkan dana untuk mendukung Iuran Publik Indonesia Mengajar. Kegiatan ini melengkapi dukungan Dow Indonesia sebagai Mitra Pendampingan SD.

DOK. DOW INDONESIA

18 18


KABAR MITRA

Blue Bird Menjadi Mitra Transportasi Indonesia Mengajar

F

okus dalam pendidikan dan misi berkelanjutan merupakan awal mula yang mempertemukan PT Blue Bird Tbk dengan Indonesia Mengajar. PT Blue Bird Tbk memandang bahwa komitmen mengedepankan kualitas pendidikan yang merata bagi semua masyarakat Indonesia, dapat diwujudkan dengan keikutsertaannya mendukung Indonesia Mengajar. Program Blue Bird Peduli sendiri sangat mengutamakan pendidikan disamping pilar lainnya yaitu pemberdayaan perempuan, lingkungan dan budaya. Hal ini diwujudkan dalam bentuk nilai-nilai sosial melalui program-program yang berhubungan dengan pendidikan. Dilatarbelakangi oleh salah satu pendiri Blue Bird Ibu Alm. Mutiara Djokosoetono yang berasal dari kalangan akademisi, oleh karenanya program Blue Bird Peduli sangat memosisikan pendidikan sebagai fokus utama. Sejak 16 Januari 2015, Blue Bird Peduli meresmikan dukungannya kepada Indonesia Mengajar yang ditandai dengan pengesahan nota kesepahaman diwakili oleh Noni Purnomo selaku Ketua Blue Bird

Pengajar Muda Angkatan X yang akan menuju Camp Pelatihan DOK. IM

Peduli dan Hikmat Hardono selaku Direktur Eksekutif Indonesia Mengajar. Blue Bird Peduli menunjukkan kontribusinya dengan menjadi Mitra Transportasi (Official Ground Transportation Partner) Gerakan Indonesia Mengajar. PT Blue Bird Tbk memfasilitasi kebutuhan transportasi untuk berbagai kegiatan Indonesia Mengajar. Selama periode kerja sama, Blue Bird turut memfasilitasi dua buah armada Big Bird untuk memberangkatkan Calon Pengajar Muda Angkatan X menuju Camp Pelatihan di Jatiluhur, Purwakarta serta pula dalam penjemputan Pengajar Muda Angkatan VII dan VIII yang kembali dari medan penugasan di Bandara Soekarno-Hatta.

Pendidikan, Investasi untuk Generasi Masa Depan

M

emasuki tahun kelima, kehadiran Pengajar Muda telah banyak memberikan geliat positif di Kabupaten Bengkalis, Riau. Geliat perubahan positif ini ditunjukkan dengan bermunculannya para local champion yang semangat dalam membentuk inisiatif daerah serta para siswa yang percaya diri menunjukkan kemampuan terbaiknya dalam beragam perlombaan tingkat nasional. Beberapa siswa berhasil menjadi juara pada ajang Konferensi Penulis Cilik Indonesia dan Kid Witness News Award, serta menjadi delegasi Bengkalis di Konferensi Anak Bobo di Jakarta. Kami percaya bahwa keberlanjutan itu dapat diusahakan bersama, tak lepas dari kontribusi PT. Chevron Pacific Indonesia (Chevron) sebagai salah satu mitra Indonesia Mengajar. Dukungan Chevron tersebut saat ini sudah memasuki tahun kedua di 7 SD di Kabupaten Bengkalis, Riau. Kesamaan prinsip untuk berinvestasi pada manusialah yang menyatukan Chevron dengan Indonesia Mengajar. “Kami yakin kehadiran para Pengajar Muda dapat memberikan nilai tambah, tidak saja bagi ke-7 sekolah tapi juga untuk masyarakat sekitar, sekaligus memberikan pengalaman berharga bagi mereka untuk berbagi ilmu dan pengetahuan dan lebih mengenal saudara-saudara sebangsa. Pada

21

Para siswa Kabupaten Bengkalis dalam ajang Kid Witness News Award DOK. NICKO RIZQY AZHARI

akhirnya, menjadi bekal yang baik untuk pengembangan sumber daya manusia Indonesia masa depan� ujar Harry Bustaman, Manager Corporate Responsibility Chevron. Terlebih dari itu, Chevron juga mendorong karyawannya untuk terlibat dalam berbagai kegiatan yang memberikan kontribusi nyata dimana mereka bekerja dan tinggal. Selain dari berbagai kegiatan kerelawanan yang diinisiasi oleh perusahaan, banyak karyawan dan keluarganya juga terlibat dalam Indonesia Mengajar, seperti terlibat dalam FGIM 2013, Kelas Inspirasi dan menjadi Pengajar Muda. Chevron meyakini pendidikan merupakan investasi terbaik demi masa depan. Bersama kita dapat membangun masa depan yang lebih baik.

19 19


IURAN PUBLIK

Meracik Pesan di Dapur KOKI “Bagi para relawan, tidak ada keterbatasan yang tidak memiliki solusi, pun keterbatasan ruang dan waktu”

M

emasuki lima tahun kinerja sebuah organisasi adalah kompetensi yang sejalan Indonesia Mengajar, tidak dengan misi relawan Penggalang Iuran Publik. dipungkiri bahwa ribuan relawan Kegiatan kerelawanan ia jalani. Ia bekerja dengan mengukir jejak kebaikan pada banyak relawan dari latar belakang berbeda dan program yang berjalan. Seruan kampanye yang mulai mempelajari hal baru mengenai efektifitas menyatukan banyak tangan untuk bekerja telah penyebaran informasi. membuka jalan bagi siapa pun yang percaya bahwa Selesai dengan keasyikan menjadi relawan ‘tugas memajukan pendidikan adalah tugas setiap Penggalang, Peggy kembali merapat pada barisan warga negara Republik ini’. Itu juga yang diyakini relawan Komite Kampanye Iuran Publik (KOKI), Peggy Prawira atau lebih akrab disapa Peggy, kerumunan peracik resep kampanye Iuran Publik. seorang pemberi Iuran Publik yang turut meracik Peggy tertantang untuk menjadi penyampai resep pesan di dapur Komite Kampanye Iuran pesan yang baik dan tepat. Salah satu menu Publik (KOKI). yang harus disajikan adalah edukasi mengenai Telah terlibat sebelumnya pada kerumunan perbedaan konsep ‘iuran’ dan ‘donasi’ yang relawan Festival Gerakan Indonesia Mengajar belum populer di masyarakat. Peggy dan teman(FGIM) 2013, Peggy kembali mencari peran teman sibuk memadukan bumbu-bumbu untuk keterlibatan. Gaung kampanye Iuran menerjemahkan konsep tersebut menjadi Publik pun ia dengar. Tertarik dengan informatif dan mudah dimengerti. konsep iuran yang memiliki makna KOKI adalah peran yang Sekali terjun lebih dari sekadar donasi, ia menurutnya paling ideal untuk mulai menggali keunikannya. keadaannya saat ini. Keterbatasan dan merasakan Ada hal yang kemudian ia ruang dan waktu yang ia miliki, indahnya berbagi serta dapatkan bahwa iuran punya tidak memungkinkan Peggy bekerja bersama, kita akan sisi tanggung jawab dan untuk terlibat pada kegiatan selalu berusaha mencari nilai keterlibatan sebagai langsung di banyak waktu masyarakat untuk turut dan tempat yang berbeda. peluang untuk kembali memajukan pendidikan. Alhasil, kegiatan diskusi dan menjadi relawan, apapun meracik Peggy pun mengambil peran resep pesan ia lakukan wadahnya. sebagai pemberi Iuran Publik. di kantor atau rumah, tepat di “Proses pendaftaran saya jalani depan komputer dan telepon selular dengan cepat dan terbuka. Saya pribadi miliknya. Tidak ada keterbatasan yakin bahwa dana yang dititipkan akan yang tidak memiliki solusi, pun keterbatasan dipergunakan dengan baik”, ujarnya. Kini ia terdaftar ruang dan waktu tidak menghambat Peggy yang sebagai salah satu dari ribuan pemberi Iuran Publik ingin terlibat dan berkontribusi. “Rasa berbagi dan yang berperan dalam memajukan pendidikan di jalinan silaturahmi adalah sekian dari banyak cerita daerah pelosok tanah air. Mudah? Ya. Semudah pengalaman keterlibatan di gerakan ini. Terjun ikut iuran keamanan di kompleks perumahan. menjadi relawan adalah keputusan berjangka Tidak lama berselang, pendaftaran relawan panjang. Sekali terjun dan merasakan indahnya Penggalang Iuran Publik dibuka. Peran relawan berbagi serta bekerja bersama, kita akan selalu ini adalah mengajak institusi untuk bergabung berusaha mencari peluang untuk kembali menjadi di Iuran Publik. Lagi, tidak ada keraguan dalam relawan, apapun wadahnya. Hal itu yang juga yang diri Peggy untuk terlibat. Baginya, memiliki latar saya lakukan”, ujar Peggy kepada teman-teman belakang pekerjaan sebagai penggalang dana di relawan KOKI.

Oleh: Rizki Amelia Fitriyani (Officer Divisi Public Engagement | rizki.amelia@ indonesiamengajar.org) Tyas Ismi Trialfhianty (Project Officer Kabar IM VII | tyas.ismi@gmail.com)

20

Ayo gabung menjadi pemberi Iuran Publik! Daftar di indonesiamengajar.org/iuran. Ikuti juga informasi terbaru seputar Iuran Publik lewat akun twitter @IuranPublik.


IURAN PUBLIK

S

#KitaBerdaya: Formasi Pengaturan Diri

etelah selesai helatan #KitaBerdaya tercipta beberapa kerumunan dengan ragam bahasan. Mereka saling membagi aspirasi sekaligus menguatkan niat di balik tiap peran. Berangkat dari aspirasi relawan Komite Kampanye Iuran Publik (KOKI) Indonesia Mengajar, forum ‘unik’ #KitaBerdaya ini rampung terselenggara di aula gedung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Sabtu 27 Juni lalu. Sedikitnya, 30 orang hadir dari berbagai komunitas yang berbasis di Jabodetabek hingga Bandung, bahkan Surabaya. Tanpa tiket masuk, materi pengajaran, juga pemberi kuliah, kesetaraan menjadi warna dominan yang terlihat di sana. Semua yang serba suka dan rela saling mengutarakan mimpi sekaligus berbagi apresiasi atas langkah yang telah mereka tapakkan di belakang sana. Melalui bahasan atas ‘kegemasan’ apa yang paling sering ditemui di kehidupan sehari-hari, satu per satu mereka mulai saling mengulik, malah olok. Celoteh tentang rasa gemas atas koruptor yang masih terpilih di pemilu, lahan terbuka hijau yang makin gersang, sampai dengan bau pesing yang ditemui di jalan dimuntahkan di gedung milik negara sana. Namun, atas fasilitasi para anggota KOKI yang diantarkan oleh Rahmat Danu Andika, Manajer Divisi Pengelolaan Public Engagement Indonesia Mengajar, bahasan yang dimulai dari sumbu negatif tersebut ternyata dengan ajaib dapat mengalir ke hulunya. Diskusi yang berlangsung tak lebih dari dua jam tersebut memuat pula sesi apresiasi atas apa yang pernah mereka saksikan di komunitas atau individu peserta lain. Seperti halnya pada komunitas yang serius berbagi kursi untuk mengurangi jumlah kendaraan yang beredar di Jakarta, atau yang getol mencari lahan terbuka hijau

untuk segera dicocok tanam, juga pada mereka yang aktif menyuarakan hak anak untuk dapat terjaga dari tindak perisakan (baca: bullying). Menuju ke keajaiban hulunya, aliran diskusi tersebut melalui beberapa jeram yang menyadarkan mereka bahwa, yang terberat dari semuanya ialah bagaimana membuat kita sendiri sadar. Bahwa bukan hanya karena negara yang belum efektif, atau aparat yang kurang berdaya, namun sesungguhnya di balik itu semua kita hadir dengan memiliki daya. Bahwa tidak perlu mandat Republik untuk membentuk inisiatif-inisiatif solutif untuk mengentaskan segala bentuk “kegemasan”. Bahwa modal terbesar bangsa ini ialah manusia yang hidup dari tanah dan air yang dikandungnya. Bahwa memang ini bukan pekerjaan instan dan bisa dikerjakan hanya oleh segelintir pihak. Bahwa yang terakhir yang Hikmat Hardono, Direktur Eksekutif Indonesia Mengajar simpulkan, “Mari kita bertahan dan berjuang, menjadi bangsa yang kuat, mengatasi rasa mulas masing-masing.” “Bahwa” yang menyentak ambang sadar, kemudian seolah perlahan menghadirkan energi baru ke dalam ruang bincang. Mungkin inilah hulu dari diskusi ini, bahwa dengan bersama mengatur diri, formasi bangunan #KitaBerdaya itu benar ada. Acara yang diakhiri dengan buka puasa bersama, mengantarkan para peserta diskusi ke persimpanganpersimpangan baru. Terciptanya beberapa gerombolan dengan warna keseruan yang berbeda antara satu dengan lainnya, mungkin hanya salah satu tanda persimpangan tersebut menjadi jalan juang baru bagi mereka. Mungkin tak salah pula KOKI telah lebih dahulu menjemput frasa tersebut menjadi tajuk diskusi ini: #KitaBerdaya.

Oleh: Tinitis Rinowati (Asisten Program Divisi Public Engagement | rinowati@indonesiamengajar.org)

21


CERITA SEMESTA

Merajut Keberlanjutan dalam Kemasan Sederhana “Sebuah cerita tentang satu langkah, yang ingin menuju keberlanjutan gerakan pendidikan dan dampak positif sebagai muara akhir� Oleh: Rina Anggraeni Safia (Pengajar Muda angkatan IX Kabupaten Majene)

I

ni adalah tahun terakhir Pengajar Muda bertugas di sini. Lima tahun adalah perjalanan saat Indonesia Mengajar meyakini bahwa keberlanjutan gerakan akan hadir dari interaksi para aktor penggerak pendidikan di daerah. Forum Keberlanjutan (FK) merupakan satu langkah yang diharapkan bisa menjadi muara kecil bertemunya seluruh elemen masyarakat untuk ikut terlibat memikirkan, menemukan, kemudian memetakan cita-cita di bidang pendidikan. FK telah menjadi salah satu menu wajib yang telah dikonsumsi oleh lima kabupaten terakhir penempatan Pengajar Muda, termasuk salah satunya adalah Kabupaten Majene. FK yang diselenggarakan pada 22 Desember 2014 telah menyuguhkan ruang interaksi yang baru bagi para aktor pendidikan. Mereka bertemu, berdiskusi, berkolaborasi dan berkomitmen untuk mencapai pendidikan yang lebih baik. Berangkat dari FK di Kabupaten, maka diadopsilah FK tersebut untuk tingkat dusun yang diharapkan mampu mengolaborasikan ide antaraktor pendidikan di tingkat dusun, membantu masyarakat untuk memetakan kebutuhan mereka di bidang pendidikan, mendampingi masyarakat menyusun strategi dan program beserta penanggung jawabnya dalam rangka memenuhi kebutuhan mereka di bidang pendidikan, dan menumbuhkan kemandirian serta

22

kepercayaan diri masyarakat dalam memajukan pendidikan di dusun mereka tanpa Pengajar Muda. FK Dusun yang telah dilaksanakan diberi nama Forum Bersama (FB). Nama Forum Bersama dipilih agar lebih dipahami oleh masyarakat dusun, dan membentuk pola pikir masyarakat bahwa forum ini merupakan sebuah forum mereka untuk membicarakan serta mendiskusikan hal-hal yang dibutuhkan secara bersama-sama. FB yang telah diselenggarakan pada 9 Mei 2015 di SDN 33 Buttutala telah berhasil mempertemukan berbagai aktor pendidikan di tingkat dusun antara lain kepala sekolah, guru PNS, guru honorer, penjaga sekolah, komite sekolah, orang tua siswa, kepala dusun, imam dusun, perwakilan remaja, dan guru TPA. Selaku fasilitator, saya membuka forum dengan sebuah apresiasi atas peran masyarakat dalam mendukung kemajuan pendidikan di dusun mereka selama ini. Proses yang digunakan dalam forum adalah Appreciative Inquiry (AI) dengan pengemasan yang lebih sederhana, mengingat peserta yang hadir merupakan masyarakat dengan tingkat pendidikan rendah bahkan beberapa tidak mengerti bahasa Indonesia serta belum bisa baca tulis. Selama proses memang terlihat seperti rapat atau diskusi pada umumnya, namun sebenarnya peserta diajak berpikir tahap per tahap. Peran Pengajar Muda sebagai fasilitator yang mendampingi peserta menyelesaikan

tahap per tahap proses AI. Selama proses berlangsung, Pengajar Muda hanya mendominasi pada bagian pembukaan dan apresiasi. Proses diskusi selanjutnya, kepala dusun dan seorang guru mampu menjadi pengarah diskusi, sesuai dengan apa yang saya dan fasilitator lain rencanakan. Lebih dari itu, mereka mampu mengajak dan mendorong peserta yang lain untuk aktif berpendapat dan mengeluarkan ide mereka. Saya menyimpulkan hasil tiap tahap dan membawa peserta ke tahap berikutnya. Forum ditutup dengan menyampaikan motivasi untuk menumbuhkan kepercayaan diri dan komitmen dalam menjalankan program-program yang telah dipetakan bersama meskipun Pengajar Muda sudah tidak ada lagi di dusun. Lebih dari ekspektasi, keterbatasan dalam penguasaan bahasa Indonesia dan kemampuan baca tulis ternyata tidak menghalangi mereka untuk berkontribusi dalam menyumbang ide bagi kemajuan pendidikan di daerah mereka. Peserta telah mampu menggali kebutuhan dan paham strategi-strategi sederhana yang harus mereka lakukan untuk mencapai tujuan dalam upaya memenuhi kebutuhan, strategi yang mereka sampaikan mungkin terdengar sangat sederhana, tetapi persetujuan bersama pada akhir forum adalah hal yang dibutuhkan untuk memulai sebuah langkah kolaborasi.


CERITA SEMESTA

Hasil Diskusi Forum Bersama Menggunakan Pendekatan Appreciative Inquiry

1

Discovery Manfaat kehadiran PM? - semangat belajar dan percaya diri anak-anak meningkat - anak-anak terbina dalam bidang pengetahuan dan agama - anak-anak dapat berkompetisi sampai tingkat kabupaten - masyarakat terbantu dalam masalah kesehatan hingga birokrasi - kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pendidikan meningkat

Dreaming

Hal baik yang perlu dibangun & dikembangkan bersama-sama? - pendidikan moral secara keseluruhan - perpustakaan di luar rumah PM - membangun semangat belajar di luar sekolah - perkumpulan ibu-ibu - pemberantasan buta huruf - mencari kader penerus guru mengaji - kepemilikan Iqra’ per siswa

3

Design Hal yang perlu dilakukan? - membangun taman baca - kelompok belajar anak-anak - kelompok belajar orang tua yang buta huruf - kelompok majelis taklim - kaderisasi guru TPA

Destiny Penanggung jawab program?

S

2

Bermula dari muara kecil ini, hal-hal positif menyebar pelanpelan dan menjemput kepercayaan masyarakat pada kemampuan mereka sendiri

enyum merekah di wajah mereka, bola mata berbinar penuh takjub. Papan tulis telah penuh dengan halhal positif yang dipetakkan sendiri oleh peserta. Sebenarnya masyarakat dusun telah memiliki kemandirian dalam hal ide, namun tidak ada forum yang memfasilitasi ide-ide mereka. Kepala dusun sendiri telah mampu memimpin jalannya forum, dan menggerakkan para peserta untuk mengeluarkan inisiatif mereka. Beberapa peserta, seperti Pak Gustiar dan Pak Nardi pun bisa menjadi penggerak peserta lain

Program

Penanggung jawab

taman baca kelompok belajar anak kelompok majlis taklim

Pak Sandi Pak Sandi Mamak Dina Nardi Nardi dan Icang

kelompok belajar orang tua pelatihan guru TPA

untuk mengeluarkan pendapat mereka, bahkan mereka membantu Pengajar Muda untuk menerjemahkan kalimat beberapa warga ke dalam Bahasa Indonesia. “Pertemuan seperti ini bagus sekali ternyata, Bu. Sepertinya saya harus rutin mengadakan pertemuan lagi. Nanti Ibu guru mendampingi saya saja”, ucap Pak Kepala Dusun sembari menjabat erat tangan Pengajar Muda. Bermula dari muara kecil ini, hal-hal positif ternyata menyebar pelan-pelan dan menjemput satu per

4

satu kepercayaan masyarakat pada kemampuan mereka sendiri. Bermula dari sebuah ruang kecil di salah satu sudut sekolah, ternyata menularkan kekuatan untuk masyarakat dapat bergerak sendiri atas inisiatif mereka. Tak perlu sebuah pertemuan besar dengan sederet bahasan yang sangat intelektual, cukup perbincangan sederhana yang mudah dipahami akan tetapi melahirkan ide dan langkah kecil yang berdampak besar. “Segera berbuat, serentak bergerak”

23


KABAR ALUMNI

R entak

Harmoni

Pemeran, penari, dan pemusik menjalani boot camp di Cijeruk, Bogor DOK. RENTAK HARMONI

Ruang berkarpet abu-abu itu penuh dengan peluh keringat dan semangat barisan orang yang berteriak, menangis, dan tertawa terpingkal-pingkal. Denyut nadi dan detak jantung masih berbunyi tak beraturan di raga yang enggan rehat sejenak dari gerakan yang bertubi-tubi muncul selaras dengan alunan musik jimbe, saron, piano dan seperangkat alat musik tiup lain. Di salah satu sudut, beberapa orang sedang bernyanyi, dari oktaf terendah hingga oktaf tertinggi. Rona wajah mereka semburat merah, tampak lelah namun nafas keceriaanlah yang menyeruak ke sudut-sudut ruang.

24


A

lumni Pengajar Muda dari berbagai angkatan berusaha menyampaikan cerita-cerita selama masa penugasan lewat kemasan drama musikal bernama Rentak Harmoni. Digawangi oleh Anneke Puspa Calliandra (Pengajar Muda angkatan V, Kab. Aceh Utara), Veri Maulana (Pengajar Muda angkatan III, Kab. Majene), Astuti Kusumaningrum (Pengajar Muda angkatan II, Kab. Lebak) dan Khaerul Umur (Pengajar Muda angkatan II, Kab. Rote Ndao), para alumni Pengajar Muda mengajak orang-orang untuk terlibat menjadi panitia, penata gerak, penata musik, pemeran drama, penari dan pemusik. Di Februari 2015, terbentuklah tim panitia Rentak Harmoni, yang terdiri dari tim program, manajemen dan tim produksi. Mulailah perjalanan tim menuju panggung Rentak Harmoni, diawali dari pemilihan pemeran. Seratus dua puluh delapan orang dari berbagai latar belakang pekerjaan, duduk secara bergantian untuk ikut seleksi demi terlibat menjadi pemeran Rentak Harmoni. Dimulai dengan FGD dan rangkaian unjuk vokal, gerak maupun peran, akhirnya terkumpul 28 orang dengan motivasi berkontribusi di bidang pendidikan lewat bakat-bakat seni. Rasanya, tak lengkap jika hanya mereka yang ikut. Jadi, lewat berbagai kanal penyebaran pesan, akhirnya terlibatlah pula 20 penari dan 9 pemusik yang akan turut meramaikan panggung Rentak Harmoni. Ketiga tim ini akan bersamasama melengkapi aksi panggung satu dan lainnya, tentunya dipoles dengan sentuhan artistik tim produksi. Jika menelusuri ke belakang, ada sedikit cerita mengenai

awal torehan jejak Rentak Harmoni. September 2014, beberapa Pengajar Muda berkumpul untuk sekadar bertukar cerita. Mereka baru saja kembali dari tempat mereka bertugas. Obrolan yang muncul pun tak jauhjauh dari seputar kisah selama masa penugasan, sebut saja orang-orang lokal yang keren, guru honorer yang semangat mengajar, dan petikan kisah lainnya yang sayang kalau hanya disimpan dalam memori. Tak muluk-muluk, sepertinya kisah ini sarat dengan nilai berbagi, yakin bahwa setiap kisah ini dapat menebalkan rasa percaya diri bahwa banyak orang keren di berbagai titik di Republik ini. Dengan segala kepercayaan bahwa paduan seni di atas panggung adalah medium kuat untuk mentransfer pesan hangat kompilasi kisah tersebut, tim belakang layar Rentak Harmoni pun mulai bergeliat. Tim belakang layar ini berkolaborasi untuk menemukan tim panggung beserta para profesional yang dapat memberikan arahan. Pengajar Institut Musik Daya Indonesia (IMDI) pun turut berkontribusi dengan memberikan mini workshop mengenai drama musikal. “Banyak pengetahuan yang kita dapatkan. Kita jadi lebih mantap untuk menyiapkan pertunjukan ini”, ungkap Astuti Kusumaningrum, sutradara Rentak Harmoni. Seketika ruang interaksi berwujud Rentak Harmoni ini penuh dengan orang-orang positif yang memiliki aspirasi khusus ke pendidikan Indonesia. Ya, kerumunan positif itu kini bertambah lagi. Banyak perasaan bahagia yang tumbuh bersama dengan gerakan ini. “Akhirnya bisa ikut kontribusi di bidang pendidikan dan rasanya menyenangkan sekali bisa ketemu orang-orang positif di sini” cerita Kamelia, relawan di tim peran.

Kini, gerakan ini menuju empat bulan sebelum gemerlap panggung menjadi kenyataan di November 2015. Semua menikmati proses demi proses yang dijalani. “Ini bukan hanya sebuah event, namun ini adalah sebuah gerakan. Orang-orang yang terlibat punya greget untuk ikut kontribusi lewat kerelawanan ini”, ujar Elia Kristanto, salah satu pemeran. Konon kata Emir, pemeran lainnya di tim panggung, greget-greget ini teramplifikasi secara masif. Rasa ketagihan untuk jumpa sesama pemain panggung pun tak terbantahkan. “Kita belum mulai latihan rutin tapi udah kerasa banget kebersamaannya. Menyenangkan sekali prosesnya. Jadi selalu bikin kangen buat cepet-cepet ketemuan lagi”. Indonesia Mengajar selalu percaya banyak orang yang mau bekerja untuk pendidikan tanpa menunggu orang lain yang mengerjakan. Pun keyakinan bahwa setiap orang bisa berkontribusi lewat kanal apapun. Di Rentak Harmoni, pesan kuat yang menarik adalah menanamkan keyakinan bahwa orang-orang Indonesia itu keren. Kita bisa bergerak sendiri, mengorganisasi diri, untuk ikut berkontribusi dalam pendidikan lewat berbagai inisiatif gerakan sosial. Ajakan untuk terlibat dalam Rentak Harmoni masih terbuka dalam porsiporsi non panggung. Dari celah-celah keterlibatan ini semoga niatan untuk kontribusi dapat menggerakkan lebih banyak orang untuk terjun di gerakan sosial pendidikan. Oleh: Rizki Amelia Fitriyani (Officer Divisi Public Engagement) | rizki.amelia@ indonesiamengajar.org Mari turut serta ambil bagian di Rentak Harmoni! Klik www.rentakharmoni.org

25


KABAR ALUMNI

MERAJUT TENUN

5% Pemerintah

PENDIDIKAN

K

19% epulangan Pengajar Muda dari penempatan LAINNYA menjadi tanda bahwa mereka telah lulus sekolah kepemimpinan selama setahun. Dan karena itulah, gelar yang disandang pun adalah 20% alumni Pengajar Muda. Selesai dari masa penugasan, para Pengajar Muda diharapkan dapat berkarya di Akademisi bidang pekerjaan yang beragam. Selain itu, alumni didorong untuk senantiasa tetap terjun di dunia pendidikan dalam berbagai bentuk dan aktivitas. 8% Dari November 2011 hingga saat ini, sudah ada 488 Wiraalumni Pengajar Muda yang tersebar di berbagai swasta sektor pekerjaan, yang 74 di antaranya baru kembali dari penempatan pada bulan Juni lalu. Dari berbagai sektor ini alumni Pengajar Muda bersama-sama merajut tenun pendidikan. Bagus Arya Wirapati

Research Analyst, World Bank

13% Multi nasional

19% BUMN

16% NGO

Meiske Demitria Wahyu

Tim Perumus, Partnership Manager SabangMerauke

“Bagi saya, bekerja di dunia pendidikan tidak selesai pasca penugasan Pengajar Muda di daerah. Saya dan teman-teman kemudian menginisiasi Gerakan Mengejar UI. Bekerja sama dengan ILUNI FEUI, Mengejar UI menyediakan bimbel gratis untuk siswa SMA yang tidak mampu secara finansial, agar dapat menghadapi ujian masuk UI, serta memberikan beasiswa sampai lulus bagi yang diterima di UI. Beragam kontribusi positif di dunia pendidikan dapat dilakukan oleh kita semua. Jaringan Alumni PM dapat menjadi aset yang potensial untuk menjadi wadah lahirnya banyak gerakan. Kerjasama dan kolaborasi adalah kunci interaksi yang dapat dibangun untuk kesuksesan dan keberlanjutan sebuah gerakan. Bersama kita bekerja, untuk pendidikan Indonesia yang lebih baik. ”

“Saya bergabung menjadi tim perumus Gerakan SabangMerauke (sabangmerauke.org) bersama beberapa alumni Pengajar Muda sebagai salah satu bentuk kontribusi di bidang pendidikan pasca bertugas. Alumni Pengajar Muda yang tersebar di berbagai titik di Indonesia dan luar negeri dapat turut mendobrak pesimisme dalam reformasi dunia pendidikan sepanjang prinsip ketulusan tetap dipegang teguh. Tidak perlu muluk-muluk, menjaga relasi dengan penggerak daerah di penempatan adalah kontribusi agar lilin yang sudah pernah dinyalakan bersama tetap menyala. Selain itu, alumni Pengajar Muda yang kini bekerja di berbagai sektor juga dapat secara terbuka untuk berkolaborasi dalam menciptakan, mengembangkan serta saling menajamkan ide-ide solutif bagi bangsa ini.”

Rian Ernest Staf Gubernur Prov. DKI Jakarta

Nurrachma Asri Saraswati Social Entreprenuer

“Turut menjadi bagian untuk membangun Jakarta adalah pekerjaan yang kini saya lakukan, dan saya masih memiliki mimpi untuk turut serta meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia. Berlatar belakang Ilmu Hukum, ada dua mimpi yang ingin saya wujudkan, yaitu membuat kursus paralegal untuk kaum marjinal dan memfasilitasi program pendidikan kepada anak yang berada di Lembaga Permasyarakatan. Saya selalu yakin api semangat alumni Pengajar Muda untuk berkontribusi di dunia pendidikan tidak akan pernah padam. Keberagaman latar belakang ilmu yang dimiliki dapat dijadikan alat untuk berkontribusi di bidang pendidikan.”

“Saya mengartikan bidang pendidikan dengan sangat luas. Membangun bisnis dalam bidang sosial dimana aktifitas pemberdayaan dan pembelajaran masyarakat terjadi, adalah pilihan saya untuk berkontribusi di bidang pendidikan. Alumni Pengajar Muda dapat menyebar ke berbagai daerah di Indonesia, bergerak di berbagai sektor untuk memajukan masyarakat lewat pendidikan namun tetap saling berhubungan. Dengan begitu, segala macam program baik di bidang kesehatan, energi, pendidikan dan ekonomi akan memiliki dampak besar yang bermanfaat bagi masyarakat.”

26

26


BLOG PENGAJAR MUDA

KALAU NE’E MAKA NE’E LAH

atas meja. “Bagaimana rasanya di atas meja? Beberapa menjawab pertanyaan itu dengan enak, dingin karena banyak angin (kepala mereka dekat dengan ventilasi), lebih terlihat jelas, dan sebagainya.

Oleh: Ryanda Adiguna (Pengajar Muda angkatan VIII, Kabupaten Bima)

“Jadi, kalau mau tempat yang enak, dingin, bisa melihat lebih jelas, maka naiklah. Naiklah ke kelas selanjutnya, ke jenjang sekolah yang lebih tinggi lagi, belajar di tempat yang lebih tinggi lagi. Hari ini kalian SD, di atas SD ada apa?” “SMP Pak, SMA Pak, kuliah Pak.”

Ne’e = naik Ne’e = mau Mau naik = ?

S

iang itu pelajaran Bahasa Bima. Saya mengisi kelas dan mencoba mengajarkan Bahasa Bima, menggantikan guru sebenarnya yang berhalangan hadir. Bukan orang Bima tetapi mengajarkan orang Bima berbahasa Bima, mungkin seperti perumpamaan “ibarat hewan yang hidup di darat mengajarkan ikan berenang”. Saya memulai dengan sebuah pertanyaan dalam bahasa Bima. “Cou ma tei nggomi doho nggahi mbojo?” (Siapa yang ajarkan kalian bahasa Bima?). “Irraee Pak eee tiwara ma tei mada doho, tanao ndai kese ni” (Tidak ada yang ngajarin pak, kami belajar sendiri). Catatan : Irraeee, innaeee, alaeee, adalah awalan yang sering digunakan tapi susah dijabarkan artinya. Hanya sebagai bentuk ekspresi kaget, tidak percaya, atau tidak sepakat.

Kemudian saya memerintahkan mereka untuk turun, kemudian naik, turun lagi, naik lagi, dan terakhir turun. Perintah itu saya kombinasikan dengan syarat khusus, naik ke meja tanpa harus melewati kursi. Di antara peralihan perintah turun dan naik itu terdapat beberapa kali irraee, innaee, dan terdengar seperti irrnnaee (perpaduan keduanya).

“Gimana, lebih mudah naik atau turun?” “Turun, Pak.” “Lebih enak di bawah atau di atas?” Jadi, kalau mau ke tempat “Di atas sih Pak.” yang enak, dingin, bisa meli“Jadi, mau naik atau turun?” “NAIK PAK”, semua teriak. hat lebih jelas, maka naiklah. “Naik itu butuh usaha yang lebih Naiklah ke kelas selanjutnya, dan kadang terasa lelah. Jadi jangan ke jenjang sekolah yang lebih mudah menyerah. Mungkin nanti kalian akan jatuh, tapi jangan takut tinggi lagi, belajar di tempat untuk naik lagi.”

yang lebih tinggi lagi.

Saya lanjutkan dengan tugas membuat tulisan mau “naik” ke mana, yang sebelumnya juga sudah pernah diberikan dalam bentuk kemasan lain. Menjelang akhir pelajaran yang artinya pulang, tugas itu saya jadikan PR. Saya lanjutkan dengan menyampaikan sekumpulan kalimat sakti yang beberapa kali pernah saya sampaikan di dalam kelas.

“Anak-anak, bahasa Bima milik kalian itu adalah bahasa yang hebat. Kata-katanya mengandung arti dan makna. Contoh­ nya kata ne’e, yang artinya apa?” “Mnauik, pak.” “Arti satunya lagi?” “Nmauik, pak.” Catatan : Nmauik dan Mnauik adalah bunyi yang terdengar dari penggabungan mau dan naik yang diucap bersamaan.

“Bapak bisa sampai di Bima sini karena naik pesawat. Dari Riau terus ke Jakarta, terus ke Bali dan sampailah di Bima. Naik pesawat itu enak, dikasih makan, minum, bisa lihat pemandangan yang ada di bawah. Terus bapak naik pesawat dengan dibayarkan orang. Kenapa bisa dibayarkan? Karena sekolah. Jika bapak tidak sekolah, mungkin bapak tidak bisa sampai ke Bima dan bertemu kalian. Jadi, mau belajar dan naik kelas atau tidak?” “MAU PAK.”

“Oke, sekarang semuanya ne’e ke atas meja.” Ini adalah kali pertama saya menghalalkan mereka naik ke

Sekian kelas filosofi Bahasa Bima siang itu. Naiklah nak, nenek moyang kalian sudah mengajarkan kalau mau, maka naiklah. Kalau ne’e, maka ne’elah. DOK. Ryanda Adiguna

2 7

Klik indonesiamengajar.org/ cerita-pm untuk tahu cerita menarik kehidupan Pengajar Muda di lokasi penempatan

27


KABAR PENGGERAK

G

ong Festival erakan Indonesia Mengajar

Tulang Bawang Barat

Oleh : Widodo (Pendidik di SD 04 Indraloka II, Kabupaten Tulang Bawang Barat)

G

28

egap gempita Festival Gerakan Indonesia Mengajar (FGIM) saya rasakan pertama kali saat sekolah saya mendapat kiriman alat-alat peraga dari Jakarta sekitar akhir tahun 2013. Alat peraga ini mempermudah guru dalam proses belajar dan mengajar. Dalam perjalanan waktu, saya mendapatkan informasi dari Pengajar Muda di sini bahwa FGIM 2015 akan diselenggarakan kembali di seluruh kabupaten penempatan Pengajar Muda, termasuk Kabupaten Tulang Bawang Barat. Bersama Way Kenanga, salah satu rekan penggerak pendidikan di kecamatan, saya membentuk tim relawan tingkat kecamatan dan dipercaya menjadi koordinator kecamatan.

Rupanya gayung pun tersambut, di kabupaten kami ada delapan kecamatan yang bergerilya pelan namun pasti. Beberapa kecamatan yang lain membentuk tim relawan FGIM di kecamatan mereka sendiri. Dari tahun 2001 saya mengajar, saya tersadar bahwa gaya mengajar yang saya miliki selama ini ternyata masih monoton, belum mengenal inovasi mengajar yang kreatif. Saya bersyukur sekali mendapat kesempatan mengenal teman-teman Pengajar Muda dari Indonesia Mengajar. Teman-teman Pengajar Muda banyak sekali membantu kami mengenalkan berbagai metode kreatif pembelajaran.


KABAR PENGGERAK DOK. Jerry Azim (relawan wahana RUBI FGIM 2015

Tim relawan dan penggerak daerah wahana Ruang Belajar FGIM 2015 di Kabupaten Tulang Bawang Barat

“Saat itu hari Minggu, hari dimana seharusnya saat orang-orang libur dari kerja, tetapi tidak dengan relawan penggerak pendidikan Tulang Bawang Barat. Dengan berbagai persiapan yang telah dilakukan sebelumnya, Gong RUBI siap untuk ditabuh. Pertanda awal dari terselenggaranya Festival Gerakan Indonesia Mengajar di Tulang Bawang Barat�

A

wal Mei 2015, saya dan rekan relawan daerah mendapat kabar yang menyenangkan bahwa Indonesia Mengajar akan menyelenggarakan FGIM, di dalamnya ada salah satu kegiatan bernama RUBI (Ruang Berbagi Ilmu) atau yang juga dikenal sebagai lokakarya. Relawan RUBI merupakan anak-anak muda yang peduli dengan pendidikan di negeri ini. Rekan-rekan dari RUBI berniat memberikan pelatihan, lebih tepatnya menularkan ilmu belajar kreatif kepada rekan-rekan di daerah. Saya mencoba berkoordinasi dengan tim relawan lokal yang ada di Kabupaten Tulang Bawang Barat. Ternyata rekan-rekan relawan FGIM di daerah sangat antusias dengan adanya sebuah kegiatan yang melibatkan relawan RUBI dari Jakarta. Saya dipercaya sebagai penanggung jawab kegiatan RUBI Tulang Bawang Barat dan lebih hebatnya lagi, sebagian besar tim relawan daerah Tulang Bawang Barat adalah teman-teman guru honorer yang semangatnya mengalahkan guru lain yang telah berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil .

Pada tanggal 1 Juni ini, pemerintah kabupaten meluncurkan program Tulang Bawang Barat Cerdas. Saya dan rekan lain merasa beruntung karena bupati serta dinas terkait sangat mendukung setiap kegiatan yang berkaitan dengan peningkatan kualitas pendidikan. Ketika program RUBI ini disampaikan, Pemerintah Daerah dan Dinas Pendidikan Tulang Bawang Barat sangat mendukung. Pada tanggal 7 Juni 2015, RUBI dilaksanakan di Tulang Bawang Barat. Saat itu hari Minggu, hari dimana seharusnya saat orang-orang libur dari kerja, tetapi tidak dengan relawan penggerak pendidikan Tulang Bawang Barat. Dengan ber bagai persiapan yang telah dilakukan sebelumnya, Gong RUBI siap untuk ditabuh. Pertanda awal dari terselenggaranya Festival Gerakan Indonesia Mengajar di Tulang Bawang Barat. Lokakarya (RUBI) ini dibagi dalam tiga kelompok. Kelompok pertama untuk Pengawas dan Kepala Sekolah dengan materi MBS (Manajemen Berbasis Sekolah). Kelompok kedua adalah pembelajaran kreatif kelas

tinggi (kelas 4, 5 dan 6) dan kelompok ketiga adalah pembelajaran kreatif untuk kelas rendah (kelas 1, 2 dan 3). Tiga orang dipilih dari setiap gugus Kelompok Kerja Guru (KKG) per kecamatan. Satu orang untuk kepala sekolah, guru kelas tinggi dan guru kelas rendah. Dari 164 undangan peserta yang dikirim, ternyata banyak peserta tambahan yang mendaftar. Hal ini membuktikan bahwa kalangan pendidik di sini bersemangat untuk belajar menjadi lebih baik. Terima kasih untuk teman-teman tim RUBI dari Jakarta yang telah jauhjauh datang menginspirasi  kami semua untuk terus belajar, temanteman Pengajar Muda angkatan IX Indonesia Mengajar, Kabid Dikdas Pendidikan Tulang Bawang Barat, Pak Apri Munzuri yang datang dan turut membantu serta menyemangati kami dari awal acara hingga akhir, Dinas Pendidikan, Bupati Tulang Bawang Barat dan rekan relawan FGIM Tulang Bawang Barat yang tetap semangat dan terus semangat. Tepuk salut untuk kita semuanya.

29


KEMAS-KEMAS

Menyalakan Indonesia “Anak-anak desa yang menyala akal dan budinya karena membaca buku yang baik bersama para Pengajar Muda, bagaikan ribuan dan jutaan lampu yang menyalakan Indonesia,� Anies Baswedan

Indonesia Menyala (IMe) adalah satu dari sekian rintisan gerakan yang digagas oleh para relawan Indonesia Mengajar. IMe lahir dari kebutuhan ketersediaan buku di daerah penempatan Pengajar Muda, yang merupakan daerah yang menantang secara geografis maupun akses komunikasi.

28


KEMAS-KEMAS

K

etika Pengajar Muda pertama berangkat menjadi salah satu program televisi ke daerah penugasan, teramati bahwa swasta nasional. Tak padam, ia teguh Usaha tidak selalu menjadi sana sangat dibutuhkan bahan sebagai Penyala, menghalau kelam bacaan bemutu. Hasil amatan ini disambut min keberhasilan, tapi yang dengan membakar semangat diri juga baik oleh para kolega di lingkaran pergaulan pasti usaha memastikan rekan-rekan Penyala lainnya untuk para Pengajar Muda maupun pengelola tidak adanya penyesalan terus berkarya. Mungkin sebab inilah tim Indonesia Mengajar. Mereka mulai yang mengesampingkan pentingnya menanggapinya pada Februari 2012 dengan sesudahnya, karena kita rekognisi nama, dan mengedepankan merintis jalur bentukan kerumunan relawan telat berusaha wujud kerja nyata yang jauh lebih gerakan kepustakaan yang berfokus pada berarti bagi niat dan cita mereka. pengelolaan dan pemanfaatan buku untuk Mengusung slogan “Menyalakan akal peningkatan minat baca di 17 kabupaten penempatan budi anak Indonesia dengan membaca”, IMe menjadi saksi Pengajar Muda. Persis semudah perpindahan nyala cahaya, sekaligus bukti bahwa, tugas dapat dientaskan dengan suka kerumunan positif ini memberikan ruh tepat mengusung rela, dengan keyakinan akan cita-cita yang dapat dicapai nama yang tersemat, Indonesia Menyala. bersama. Berkembang merekrut relawan yang selama enam Tak jauh berbeda dengan gempitanya kemeriahan bulan bertugas mengelola Taman Baca Indonesia Menyala Kelas Inspirasi (KI), dengan pelaksanaan perdana di Jakarta, (TBIM), gerakan ini meluas ke ranah meningkatkan minat terhitung hingga saat ini, aktivitas cuti sehari untuk baca anak di 12 tempat. Sampai dengan pendataan terakhir berbagi cerita mengenai profesi ini bereplika hingga 121 pada Juni 2015, tercatat sedikitnya telah terbentuk 20 TBIM, kali pelaksanaan di seluruh Indonesia. Bedanya dengan di berbagai kota dengan melibatkan 149 relawan Penyala IMe, KI yang berfokus pada aktivitas sehari, mengundang --pengelolanya-- di seluruh Indonesia. keterlibatan relawan menjadi berpuluh kali lipat dibanding “Usaha tidak selalu menjamin keberhasilan tapi IMe. Aktivasi relawan yang tergabung dari kalangan yang pasti usaha memastikan tidak adanya penyesalan profesional, akademisi, praktisi, maupun mahasiswa suka sesudahnya, karena kita telah berusaha,” ujar Errie Riyani, rela bertugas di kelas-kelas sekolah dasar. Dengan pembagian relawan Penyala Balikpapan, di salah satu wahana komunikasi porsi sebagai panitia, pengajar, maupun dokumentator, relawan Penyala. kegiatan menebar sekaligus menyerap inspirasi ini telah Pernyataan tersebut disampaikan ketika menyikapi menggaet lebih dari 15.000 turun tangan. identitas Indonesia Menyala yang baru-baru ini digunakan Lucunya, mungkin kegiatan kerelawanan ini mengandung unsur adiktif bagi 12.734 sebagian orang. Seperti Errie Riyani Relawan Peserta yang tak redup menyalakan semangat 2.452 para Penyala, ia juga turut bergabung Relawan Panitia menjadi relawan KI, Festival Gerakan KELAS 1.449 INSPIRASI Sekolah Dasar Indonesia Mengajar (FGIM), bahkan Relawan menularkan candu ini ke kerumunan KOMITE SOSIALISASI PM positif di sekitarnya untuk turut merasakan wujud bakti pada negeri ini. Tak jauh menggembirakannya Relawan Penggalang dengan berita dari bentuk 68.774 Media Terkirim kerelawanan lain di gerakan ini, IURAN 9.696 Relawan KOKI PUBLIK tersebut FGIM, Asesor Seleksi Pendaftar Pengajar Muda, Asesor Pedagogi, 900 Relawan Ruang Belajar, Komite Sosialisasi dan Kampanye Pengajar Muda, Penggalang Iuran Publik, maupun 864 Pengguna Artikel Komite Kampanye Iuran Publik 128 Artikel (KOKI). Berawal dari sekadar Metode Belajar 150.000 Buku ‘membagi peran’, kini di fase lima 68 149 Relawan Relawan tahun kedua gerakan ini dengan 36 Taman Baca penuh syukur kami kabarkan INDONESIA bahwa semakin banyak pihak yang MENYALA 20 Kota ambil langkah peduli untuk turut mencerdaskan kehidupan bangsa. Semoga Indonesia kita semakin menyala.

153

20 21

Jangkauan keterlibatan relawan

Oleh: Tinitis Rinowati (Asisten Program Divisi Public Engagement | rinowati@ indonesiamengajar.org

31


RUANG BELAJAR Tujuan

Pada kesempatan kali ini Badan si Badun akan digunakan untuk mempelajari materi Sistem Pencernaan Manusia . Selain itu, alat belajar ini dapat digunakan sebagai peraga materi Pernafasan Manusia, Peredaran Darah pada Manusia dan materi kelas 1 SD seperti Mengenal Anggota Tubuh. Badan si Badun dibuat sedemikian rupa seperti pembelajaran tematik supaya anak-anak mudah menghapal, dan merasa materi yang satu dengan lainnya makin berhubungan: “Oh, ternyata kita masih memperhatikan badan si Badun.�

Teori

BADAN SI BADUN

ALAT PERAGA ANATOMI TUBUH MANUSIA

Abstraksi

Badan si Badun adalah alat belajar anatomi tubuh manusia beserta bagian-bagiannya. Alat belajar ini bersifat visual dan dibuat semenarik mungkin agar bisa menumbuhkan minat belajar siswa. Memiliki desain berupa puzzle dengan bahan yang mudah didapat, alat belajar ini dapat dengan mudah di bongkar pasang sehingga dapat digunakan berulang-ulang pada kesempatan yang berbeda. Tulisan ini akan membagi pengalaman penulis menggunakan alat belajar Badan Si Badun di SDN 10 Rambang, Kabupaten Muara Enim.

Metode

Kurangnya jumlah buku paket yang tersedia di sekolah merupakan hambatan yang cukup berarti bagi siswa, terutama untuk keperluan belajar di rumah. Guru tidak bisa sepenuhnya mengandalkan pemberi catatan kepada siswa sebagai ganti buku paket karena pemberian catatan akan memakan banyak waktu di kelas. Selain itu, penulis mengamati bahwa peserta didik lebih senang mempelajari sesuatu dengan metode permainan. Oleh karena itu, penulis ingin membantu peserta di dik lebih mudah mempelajari anatomi tubuh manusia dengan alat peraga yang dibuat semenarik mungkin bernama Badan Si Badun.

Alat dan Bahan 1. Dasar berwarna putih, sesuaikan dengan persediaan. Bisa menggunakan triplek yang dicat putih atau sekedar karton manila berwarna putih. Buatlah ukuran yang agak besar supaya bisa jelas dilihat oleh murid, minimal ukuran A1. 2. Kertas. 3. Spidol besar. 4. Kardus bekas. 5. Lem, selotip, double tape, atau jenis perekat lainnya. 6. Gunting. 7. Alat pewarna seperti pensil warna, krayon, atau cat air. 8. Selotip bening, 9. Buku atau gambar referensi. 10. Gambar sesosok manusia dengan menggunakan pensil. Usahakan membuat sosok yang seperti anak-anak atau setidaknya remaja, supaya anak-anak murid merasa lebih familiar dengan sosok tersebut. Buat sedemikian rupa sehingga bentuk tubuhnya terlihat jelas. Tebalkan dengan spidol.

Kondisi Kelas

Proses Pembelajaran di Kelas

Latar Belakang

Metode ini sudah dicoba di kelas V Sekolah Dasar dengan jumlah murid kurang dari 10 orang.

32

Tubuh manusia terdiri dari berbagai sistem, yaitu pernafasan, pencernaan, peredaran darah, dan sebagainya. Sistem tersebut ternyata tidak berdiri sendiri, melainkan saling mempengaruhi dan berkesinambungan. Pencernaan adalah proses pengolahan makanan dalam tubuh. Secara garis besar, pencernaan terdiri dari pencernaan mekanik dan kimiawi. Pencernaan mekanik pada manusia terjadi di mulut (menggunakan gigi) dan di lambung. Pencernaan kimiawi berarti memanfaatkan cairan tubuh yang disebut enzim. Pencernaan kimiawi terjadi di mulut dengan bantuan air liur, di lambung, serta di usus halus. Makananan yang sudah dicerna kemudian diserap sari patinya di usus penyerapan (usus halus) serta garam dan mineralnya di usus besar. Setelah itu, zat-zat sisa dibuang melalui anus dalam bentuk tinja (feses). Sari pati makanan yang diserap di usus halus diedarkan melalui pembuluh kapiler kemudian diteruskan ke pembuluh darah besar untuk dialirkan ke seluruh tubuh. Pembuluh darah ini memerlukan jantung untuk memompa aliran darah. Tidak hanya itu, darah juga membawa oksigen dan karbondioksida yang bertukar tempat di paru-paru, tepatnya di alveolus. Semua sistem tersebut berhubungan dan bersinergi satu sama lain untuk menyokong kehidupan manusia. Lewat Badan si Badun, kita bisa melihat sistem tubuh dalam satu kesatuan.

Perkenalkan Badun sebagai bagian dari kelas anak-anak mulai


RUANG BELAJAR

LANGKAH KERJA

1

2 Buatlah organ tubuh, beri warna dan tekstur serinci mungkin. Usahakan menggunakan warna yang berbeda untuk organ tubuh yang berbeda. Kemudian tempelkan pada kardus bekas.

Jiplak bentuk badan si badun sebagai patokan proporsi ukuran organ tubuh yang mau digambar dengan ukuran Badan si Badun secara keseluruhan. Lalu sketsa organ tubuh yang diinginkan. Kerjakan di kertas HVS biasa atau kertas lainnya yang tersedia.

3

4 Tulisi belakangnya dengan informasi singkat yang ingin disampaikan pada anak-anak. Di contoh ini, Penulis menuliskan nama organ tubuh (lambung), fungsinya (tempat pencernaan mekanik dan kimiawi), serta informasi unik lainnya (jenis enzim yang dihasilkan).

sekarang. Persilakan anak-anak “menyapa� Badun, lalu pajang di kelas. Selanjutnya, biarkan anak-anak mengutarakan pendapatnya mengenai “teman baru� mereka ini, sehubungan dengan pembelajaran IPA mereka sebelumnya.

Kegiatan Inti: Eksplorasi

Bagi anak-anak menjadi beberapa kelompok, sebaiknya sesuaikan dengan jumlah organ tubuh yang akan dijelaskan. Dalam hal ini ada 3 organ tubuh yaitu lambung, usus halus, dan usus besar. Maka, bagi anak-anak ke dalam 3 kelompok dan biarkan mereka mendiskusikan organ tubuh masingmasing dalam kelompok. Setelah itu, mintalah masingmasing kelompok untuk maju dan memilih di antara organ tubuh yang tersedia, lalu minta mereka menempelkan organ tubuh tersebut di tempat yang tepat. Setelah itu, biarkan masing-masing kelompok mempresentasikan diskusi mereka tentang organ tubuh tersebut.

Ulangi langkah-langkah yang sama untuk organ tubuh lainnya. Selayaknya potongan-potongan puzzle, perhatikan untuk membuat bentuknya saling bersambungan.

Tips

1. Buatlah peraga organ tubuh dalam jumlah yang cukup banyak untuk menghindari pertengkaran antar murid yang rebutan ingin mendapatkan peraga organ tubuh tersebut. 2. Agar konsisten, ikut sertakan terus Badan si Badun dalam materi-materi selanjutnya jika memungkinkan. 3. Lapisi juga Badan si Badun dengan plastik bening atau selotip bening untuk menghindarinya dari coretan anakanak. Selain itu, murid biasanya akan merasa antusias memegang alat peraga tersebut, sehingga rawan robek dan kotor. Jangan lupa lapisi setiap tepinya. 4. Gunakan selotip kertas untuk menempelkan potonganpotongan puzzle (peraga organ tubuh), karena selotip kertas tidak menempel permanen sehingga tidak akan merusak kertas. Oleh: Trisa Melati (Pengajar Muda angkatan IV Kabupaten Muara Enim)

33


ULIK KARYA Buku

RUANG BELAJAR MENGULAS

M

enuju akhir fase pertama, Indonesia Mengajar bersama PT. Gramedia Pustaka Utama meluncurkan buku Ruang Belajar. Buku ini hadir ke tengah masyarakat untuk menyajikan metode pembelajaran kreatif bagi guru dan pengiat pendidikan di tanah air. Tersusun atas 292 halaman, buku ini memaparkan 11 metode pembelajaran kreatif yang terangkum dalam 36 artikel. Metode tersebut mencakup metode pembelajaran dengan menggunakan alat peraga, cerita, lagu, permainan, bermain peran, presentasi, gambar dan proyek. Hal menarik dari buku ini, selain dilengkapi gambar visual mengenai contoh penerapan metode, ada banyak rekaman komentar positif para pembaca dan pengunjung portal Ruang Belajar. Portal Ruang Belajar sendiri hadir untuk menyediakan berbagai referensi metode pembelajaran menarik yang memudahkan para siswa dalam mempelajari materi tertentu. Aktif mulai 12 September 2012 silam, kini portal Ruang Belajar telah dikunjungi sekitar 40 ribu kali per bulannya. Pelibatan lagi-lagi menjadi konsep gerakan yang secara konsisten dijaga oleh Indonesia Mengajar, sehingga para kontributor

portal termasuk penulis dan editor adalah relawan yang datang dari latar belakang profesi beragam. Dengan kompetensi dan pengalaman yang mereka miliki, beragam jenis metode pembelajaran mereka paparkan secara jelas dan lugas. Semangat berbagi ini lah yang menjadi dasar bergeraknya para relawan. Direktur Eksekutif Indonesia Mengajar, Hikmat Hardono menyatakan bahwa Ruang Belajar merupakan wujud dari pendekatan konstruktivisme dalam menyusun lesson plan oleh para guru, atau Pengajar Muda, yang terlibat: dirumuskan dalam konteks tantangan pendidikan nyata di daerah, dipraktikkan di sebuah sekolah di ujung Republik, dan dikembangkan dengan sikap terbuka bahwa setiap anak dan sekolah pasti unik serta berbeda untuk disamaratakan pendekatan belajarnya Kehadiran buku ini diharapkan mampu membantu praktisi pendidikan menyajikan materi yang mudah dimengerti dalam ruang kelas. Selain itu, diharapkan portal Ruang Belajar menjadi wadah tumbuhnya semangat berbagi dan berinteraksi antar praktisi pendidikan untuk bersama-sama memajukan pendidikan di dalam negeri. Klik portal Ruang Belajar di belajar.indonesiamengajar.org dan temukan lebih banyak artikel mengenai metode belajar kreatif.

34


RESONANSI

Mena

D

K

lukkan eraguan

ari awal tahun 2015 hingga mata kegiatan IM Bro. Seperti namanya, menjelang lebaran, hampir wahana IM Bro fokus pada kemudahan setiap malam ruang rapat akses informasi. Selama proses di Galuh --sebutan kantor berjalan, pemahaman penggunaan Indonesia Mengajar-- penuh dengan teknologi komunikasi ini pun secara relawan yang berkumpul sepulang intensif melibatkan penggerak daerah. kerja. Mereka berdiskusi, berbincang- “Alternatif yang kita pilih adalah yang bincang, bercanda, bertukar pikiran, paling sederhana dan mudah diadopsi dan yang paling penting adalah secara teman-teman penggerak di kabupaten. sadar meluangkan waktu untuk Soal teknologi ya, kadang kita terjebak menyiapkan sebuah proses yang dengan solusi yang mudah menurut kerap disebut sebagai “keberlanjutan”. pendapat pribadi atau kelompok, Orang-orang ini datang dari berbagai untuk keberlanjutan ya ada aspek latar belakang, mulai dari bankir hingga keterlibatan penggerak daerah yang pegawai pemerintahan. Relawan- musti jadi pertimbangan utama”, ujar relawan itu datang dengan semangat Atiek. yang masih hangat untuk ikut dalam Masih terasa sekali saat pertama resonansi ini, Festival Gerakan ide ‘keberlanjutan’ ini disampaikan Indonesia Mengajar 2015. ke teman-teman relawan FGIM 2015. Kerap kali, ikut kegiatan Sebuah ide yang sangat berbeda dengan bernafaskan sosial dan berbasis FGIM 2013, ide yang membersitkan kerelawanan adalah sesuatu keraguan atas implementasi ide, yang melengkapi kepuasan diri. namun secara jelas menggoda insting Tampaknya, hal ini pun berlaku di kerelawanan mereka. Di lima tahun gerakan ini. Setiap kepuasan ini mampu melipatgandakan rasa ketagihan untuk selalu ambil porsi peran keterlibatan. Hal yang menjadi kejutan adalah porsi-porsi yang diambil pun bukan porsi sembarangan, porsi yang tentunya tidak kecil. Contohnya Seoul, pria yang sehari-hari berprofesi sebagai seorang IT programmer ini merupakan panitia inti yang Seoul Nainggolan (kiri) saat mengikuti Festival menjadi koordinator di salah satu Gerakan Indonesia Mengajar 2013 mata kegiatan FGIM yaitu Indonesia Mengajar Broadcasting (IM Bro). Seoul merasa senang karena banyak gerakan ini berdiri, keberlanjutan bagai orang baik yang terlibat di FGIM 2015. mantra yang menyihir tiap perorangan “Ternyata masih banyak orang baik yang terlibat sehingga mampu dari berbagai profesi, tempat dan latar menggelitik rasa penasaran. belakang, yang mau repot-repot di Keberlanjutan adalah tentang luar kesibukannya, meluangkan waktu para penggerak daerah yang mampu untuk ikut terlibat”, ungkap Seoul. mandiri menjalankan inisiatif Selain itu, ada pula Atiek. pendidikan di daerahnya masingPerempuan berhijab yang sehari-hari masing, mampu menjaga perilaku bekerja di bidang energi terbarukan positif yang telah terbentuk, bahkan ini mengampu infrastruktur ICT dalam meningkatkan berbagai perubahan

Tahukah Anda? Outcome mapping adalah alat perencanaan, monitoring dan evaluasi program pembangunan sosial yang dikembangkan oleh International Development Research Centre (IDRC). Alat ini digunakan oleh Indonesia Mengajar karena memiliki pendekatan yang berfokus pada perubahan perilaku aktor, interaksi yang terjadi antaraktor dan pemetaan perubahan tersebut. Informasi lebih lanjut: http://www.outcomemapping.ca perilaku positif setelah Pengajar Muda selesai bertugas secara bergiliran selama lima tahun. Relawan FGIM ini semangat untuk menggali lebih jauh, menguliti setiap rasa penasaran dan menggantinya dengan pengetahuan mengenai pendekatan outcome mapping hingga keberlanjutan. “Saya belajar bahwa tidak ada yang tidak bisa, apabila kita lakukan dengan niat baik dan dilakukan dengan orangorang yang memiliki niat baik yang sama,” tegas Seoul. Keseruan demi keseruan pun dirasakan oleh para relawan. Bagi Atiek, keseruan itu adalah kenyataan bahwa seluruh aktivitas yang dilakukan berdasarkan pada sebuah ide yang mampu bermetamorfosis untuk mencapai tujuan keberlanjutan. “Kegiatan relawan di Indonesia Mengajar itu serunya karena semuanya dimulai dari ide, nggak ada yang tahu bentuk akhirnya, nggak ada yang pernah yakin 100% kalau rencana-rencana yang dibuat ini bakal ada pengaruhnya,” ucap Atiek. Menurutnya, hal menarik dari keterlibatan ini adalah bahwa sepanjang jalan harus beradaptasi dengan situasi yang ada dan kreatif mencari solusi. “Sederhana, menaklukkan banyak keraguan,” pungkas Atiek. Oleh: Rizki Amelia Fitriyani (Officer Divisi Public Engagement) | rizki.amelia@indonesiamengajar.org

35


Andakah orangnya? Indonesia Mengajar mencari orang-orang yang berani beraksi nyata untuk memajukan pendidikan di tanah air. Caranya dengan ikut iuran rutin untuk mengirimkan Pengajar Muda ke 127 SD di Aceh sampai Papua Barat. Sejak 2010, Indonesia Mengajar mengirimkan sarjana-sarjana terpilih ke daerah untuk menjadi Pengajar Muda. Para Pengajar Muda bergerak bersama sekolah dan masyarakat untuk memberikan pendidikan terbaik bagi anak-anak di ujung Republik.

Berani Iuran? Jadilah Relawan Iuran Publik! Anda bisa ikut memberikan iuran rutin bulanan Besarnya Rp50ribu - 1 juta, tidak boleh lebih. Informasi dan pendaftaran

indonesiamengajar.org/iuran


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.