Sharing

Page 1

Pendiri Zahir Accounting

P30 - ANALISA PERISTIWA:

Ganjalan Pajak Ganda dari Kebon Sirih

P38 - BISNIS : Gold Dinar

Dari Mata Uang Jadi Alat Investasi

Edisi 20 Thn II - Agustus 2008

P51 - SOSOK : Fadil F. Besymeleh



Dari Redaksi

Misi di Balilk Dua Undang-Undang Baru

Semua pakar hukum sepakat bahwa undang-undang dibuat untuk kemaslahatan dan kemakmuran semua warga negara. Sebagai negara hukum, dan bukan kekuasaan sejak awal pendiri negara Indonesia menegaskan negara ini bukan berdasarkan kekuasaan agar misi kemanusiaan tetap terjaga. Dalam Islam, kita mengenal struktur hukum yang dimulai dari Alquran dan kemudian Sunnah, disusul Ijma ulama dan Qiyas. Artinya, sebagai umat Islam maka seluruh tindakan kita merujuk pada susunan aturan hukum tersebut. Dalam struktur hukum Indonesia, Undangundang menempati posisi kedua setelah Undang-Undang Dasar 1945. Artinya, undangundang menjadi peraturan baku yang menjadi sumber hukum dari aktivitas atau kegiatan di berbagai ranah kehidupan di sebuah negara. Mei dan Juni 2008, DPR dan pemerintah mengesahkan dua undang-undang yakni UU Surat Berharga Syariah Negara dan UU Perbankan Syariah. Kedua UU ini menyebut kata syariah yang artinya materi dalam UU tersebut juga merujuk pada dasar hukum Islam yakni Alquran dan Hadis. Kedua undang-undang itu berkaitan dengan praktik ekonomi dan keuangan syariah di bumi Indonesia. Alquran dan hadis menjadi dasar aturan normatif. Sedangkan UU menjadi panduan hukum praktis. Jika menilik tujuan dari perekonomian Islam, pakar hukum ekonomi Islam Umer Chapra menyatakan ekonomi Islam bertujuan menciptakan kefalah-an. Falah artinya sejahtera di dunia dan akhirat. Lalu bagaimana agar sejahtera di dunia dan akhirat. Artinya ada aturan normatif sebagaimana Sabda Rasulullah yang menyatakan ’Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia.’’ Akhlak rasul yang paling dikenal adalah jujur. Karena kejujuran dan kesantunannya, maka Rasul

saat itu dipercaya oleh para pemimpin kabilah walaupun mereka bukan Muslim. Jujur juga menjadi kampanye utama dalam bisnis dengan brand modern Good Corporate Governance. Kemudian sejahtera di dunia adalah berarti terkait dengan pertumbuhan ekonomi, distribusi barang, alokasi sumber daya alam dan manusia dan yang terpenting adalah memelihara kelestarian alam. Karena Islam mengajarkan kita untuk memelihara alam dan bukan merusaknya. Sementara kegiatan bisnis, berupa eksplorasi besar-besaran sekarang ini telah banyak mengakibatkan kerusakan alam. Bicara pertumbuhan ekonomi adalah terkait sektor riil atau produksi barang dan jasa yang terkait dengan kemakmuran atau kesejahteraan. Jadi ekonomi Islam yang saat ini untuk sementara terwakili aturan hukum positifnya dengan kedua undang-undang yakni Perbankan syariah dan surat berharga syariah negara sejatinya diharapkan bisa mendorong ke arah itu, kemakmuran umat. Tema itu pula pembaca yang kami sajikan sebagai laporan utama majalah Sharing kali ini. Selain itu, pembaca yang budiman juga bisa mengambil hikmah dari sosok yang kami tampilkan yakni Fadil Fuad Besymeleh, anak muda kreatif yang menghasilkan software akunting untuk industri kecil. Pada edisi kali ini juga kami sajikan perkembangan dari perpajakan terkait transaksi perbankan syariah dan juga investasi dinar dan dirham. Selamat membaca. Wassalam

Rizqullah

3 Sharing / 2008


Daftar Isi

10 - 24 Berkah Duo UU untuk Ekonomi Indonesia

UU Surat Berharga Syariah Negara dan UU Perbankan Syariah memiliki landasan yang sama dengan ekonomi syariah yang misi utamanya mencapai ke-falah-an yakni kesejahteraan dunia dan akhirat. Lalu di mana benang merahnya ?

64 4 Sharing / 2008

Wisata

Harar, Antara Harum Kopi dan Gema Azan

60

Pendidikan Workshop Studio Manik

01 03 04 06 07 08 08 10 25 27 34 36 40 44 49 51 54 56 58 60 62 64 66

Cover............................................. Dari Redaksi................................. Daftar Isi........................................ Susunan Redaksi.......................... Surat Pembaca.............................. Seremonia..................................... Memo Bisnis.................................. Laporan Utama.............................. Resensi.......................................... Analisa Peristiwa........................... Advetorial...................................... Bisnis............................................ Multimedia.................................... Opini............................................. Entrepreneur................................. Sosok............................................. Ragam........................................... Wacana......................................... Personal Finance.......................... Pendidikan.................................... Internasional.................................. Wisata........................................... Info Produk...................................



Susunan Redaksi P48 - SOSOK : Fadil F. Besymeleh

P29 - ANALISA PERISTIWA:

P51 - BISNIS : Gold Dinar

Ganjalan Pajak Ganda dari Kebon Sirih

Dari Mata Uang Jadi Alat Investasi

Edisi 20 Thn II - Agustus 2008

Pendiri Zahir Accounting

Berkah Duo UU Untuk Ekonomi Indonesia Penasihat Senior

Parni Hadi

Pemimpin Redaksi

Rizqullah

Desain Cover : Imank Pasha

Pemimpin Perusahaan

Tia Setiati Mahatmi

Wakil Pemimpin Perusahaan Wawan Salim Nidhianti Larasati

List Pemasangan Iklan Majalah Sharing >> TARIF IKLAN 1 Halaman Dalam 1/2 Halaman Horisontal 1/3 Halaman Vertikal 1/4 Halaman Horisontal

Rp. 15.000.000,Rp. 9.000.000,Rp. 7.000.000,Rp. 5.000.000,-

Back Cover Inside Cover Inside Back Cover 1 Halaman Advertorial

Rp. 20.000.000,Rp. 17.000.000,Rp. 16.000.000,Rp. 17.000.000,-

# Tarif diatas belum termasuk PPN 10% # Iklan B/W dapat terima dengan tarif yang sama dengan tarif F/C # Materi iklan dalam bentuk CD + Proof print # Deadline materi iklan diserahkan 20 hari sebelum penerbitan >> Untuk berlangganan Majalah Sharing Hubungi Ifwan Nurdin Telp : 021- 719.6000 (hunting) / Fax : 021- 719.4000

Dewan Redaksi Ir. H. Adiwarman A. Karim, SE, MBA, MAEP Dr. Didin Hafiduddin Dr. Jafril Khalil Ir. Muhammad Syakir Sula, AAIJ, FIIS Prof. Dr. Sofyan Syafri Harahap Dr. Ahmad Satori Ismail Drs. H. Mohamad. Hidayat, MBA, MH Dr. Mustafa Edwin Nasution Dr. Uswatun Hasanah Iggi Achsin, SE

Redaktur Pelaksana Sri Wahyuni Redaksi Ibrahim Aji Yudi Suharso Marketing JIP Megawati Hartono Fahrurozzi Alwi Rafki Ismael Desain Grafis Imank Pasha Photographer Nirwan Arief Sekretaris Redaksi Ihdina Inti Rahma

PT TRIBUWANA CAHYA ANANTA GRIYA CAHYA Jl. Bangka I No.8 Jakarta 12720 Tel: 62-21-719.6000 (Hunting) Fax: 62-21-719.4000 e-mail : sharing@cahyagroup.com

6 Sharing / 2008

Distribusi Haryanto Keuangan Rita Artha K Kontributor Abu Ridha, Agustianto, Siwi Soeriadji


Surat Pembaca

Usul Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Pengasuh majalah Sharing yang kami hormati, kami mengusulkan agar majalah Sharing mengupas juga tentang sejarah pemikiran ekonomi Islam dengan bahasa yang lebih sederhana tapi kajiannya mendalam. Soal sejarah ini amat penting karena sebagai umat Islam tampaknya banyak yang lebih mengenal pemikir ekonomi konvensional dari Barat. Padahal kita punya banyak ekonom Muslim yang pemikirannya amat brilian. Pemikiran ekonom Muslim juga penting untuk mengkaji bagaimana kejayaan Islam pada masa silam dan juga bagaima apakah ada kemungkinan diterapkan pada saat ini. Di dunia nyata banyak yang menyatakan riba itu sebagai sesuatu yang haram tapi masyarakat kita masih enak saja hidup bertransaksi dengan lembaga keuangan berbasis bunga dengan alasan kepraktiksan. Demikian usul kami, semoga dipertimbangkan oleh pengasuh majalah Sharing. Kami harap majalah ini dapat hidup terus karena inilah satu-satunya majalah yang mewakili perkembangan ekonomi Islam di Indonesia. Terima kasih. M Rivai Jl Delima No 5 Perumnas Klender Jakarta Timur

BLT yang tak Menggairahkan Meski pencarian dana Bantuan Langsung Tunai sudah mencapai tahap ke-2, ternyata masyarakat sudah tak terlalu antusias lagi. Pencairan BLT tahap dua tak lagi seramai BLT tahap awal. Meski secara nominal BLT ini tak terlalu besar namun pada faktanya penyaluran BLT ini selain kurang mendidik juga banyak penerima BLT yang menghabiskan dananya sekaligus tak lama setelah pencarian BLT. BLT menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa pengemis. Padahal, negeri ini kaya akan sumber alam dan hijau. Hanya karena praktik politik ekonomi pertanian yang salah maka petani makin miskin dan sebagian besar hanya bisa jadi petani gurem. Sudah begitu mereka diberi BLT. Ini ibarat memberi ikan bukan kail. Mereka tidak dilatih untuk berusaha tapi langsung menerima dan menghabiskannya. Andai pemberian BLT itu dijadikan modal kerja dan pendampingan usaha, barangkali penduduk miskin bisa lebih berdaya. Sehingga mereka bisa keluar dari jerat kemiskinan yang membelenggu sepanjang masa. Heri Febrianto Babakan Gunung Gede Rt 1/RW 1 no 45 Bogor

Tabungan Haji Dinar Saat ini pemerintah masih menetapkan ongkos haji dalam dolar AS. Padahal nilai dolar AS pun fluktuatif. Mungkin ada baiknya ongkos haji itu dibayarkan dalam dinar emas karena nilainya lebih stabil. Selain karena nilainya, mungkin dinar emas lebih bernilai riil karena berbasis komoditi emas. Dibanding dolar AS yang hanya uang kertas, tampaknya dinar lebih pas. Pemerintah juga sudah seharusnya mengkonversi seluruh tabungan haji dari bank konvensional ke syariah. Karena ini bernilai ibadah. Jika dana dikelola secara syariah maka sudah sepantasnya hal itu diberlakukan. Dana dari masyarakat di tabungan haji itu bisa dioptimalkan secara ekonomi dengan penggunaan yang terbatas dalam koridor syariah. Jadi menurut kami tak ada lagi alasan untuk menunda tabungan haji tetap di bank konvensional. Sebaiknya dana haji di bank syariah saja dan tabungannya dalam dinar emas. Sri Kusumastuti Malang, Jawa Timur

7 Sharing / 2008


Memo Bisnis

Talkshow Pengelolaan Keuangan Keluarga secara Syariah

Majalah Sharing bekerjasama dengan Hijrah Institute dan Bank DKI Syariah menggelar talk show bertajuk pengelolaan keuangan keluarga secara syariah Acara itu digelar bersamaan dengan diselenggarakannya International Halal Expo di Balai Kartini Jakarta awal Juli 2008. Tampil pada acara tersebut, pemimpin Ladies Branch DKI Syariah Astrid Ayudevi Dharmawan dan Direktur HIjrah Institute Edianto Prasetyo dengan moderator Redaktur Pelaksana Majalah Sharing Siti Darojah. Talkshow ini diikuti sekitar 150 perserta yang rata-rata ibu rumah tangga dan karyawan di sela waktu mereka mengunjungi pameran. Pada diskusi itu Edianto Prasetyo yang juga mengasuh rubrik Personal Finance di Majalah Sharing menganjurkan para ibu yang juga manajer keuangan rumah tangga membuat alokasi tujuan dan misi sebelum membuat peruntukkan keuangan. Para ibu harus bisa mengalokasikan minimal 10 persen untuk tabungan. Sedangkan Astrid memaparkan tentang keunggulan produk keuangan dan investasi syariah.

Allianz Gandeng Binus Teliti Asuransi di Indonesia

Riawan Amin Menjadi CEO of The Year 2008 Direktur utama Bank Muamalat, A. Riawan Amin terpilih sebagai chief executive officer (CEO) of the year 2008 dalam Bisnis Indonesia Award di Jakarta, 7 Juli 2008. Ketua Assosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) ini menyisihkan empat CEO lainnya yaitu Widya Wirawan (Astra Agro Lestari), Hiramsyah A. Thayib (Bakriland Development), Stefanus Joko Mogoginta (Tiga Pilar Sejahtera Food) dan Winny E. Hassan

8 Sharing / 2008

(Bank DKI). Para CEO ini dinominasi karena dinilai mampu membawa institusinya memperoleh pertumbuhan tinggi minimal dalam dua tahun berturut-turut, menjalankan good corporate governance, mampu memberikan dampak kebijakan tidak hanya kepada lembaganya tetapi juga kepada perekonomian nasional dan mudah diwawancara oleh media. Selain perolehan CEO of the year, Bank Muamalat juga memperoleh penghargaan sebagai Bank Umum Nasional Terbaik. Bank Muamalat menyisihkan dua bank.

Allianz Indonesia menggandeng Binus Business School bekerja sama di bidang penelitian asuransi. Kerja sama tersebut termasuk dalam program Allianz Indonesia Corporate Secretary (AICU). Irma Waruwu, Pimpinan Allianz Indonesia Corporate University menuturkan kerja sama tersebut bertujuan untuk membangun korelasi antara Binus dari sisi akademis dan Allianz sendiri sebagai praktisi di bidang asuransi guna mengembangkan industri asuransi di masa mendatang Selain di bidang penelitian, kerja sama ini meliputi program magang, beasiswa dan penghargaan yang ditujukan khusus untuk karyawan dan mitra kerja Allianz. Menurut rencana, program kerja sama tersebut akan


Memo Bisnis

Lima Bank Berikan Kredit Sindikasi Untuk Trans Jabar Tol

JUMPA PERS: Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) menggelar konferensi pers International Seminar and Symposium yang digelar di Universitas Airlangga, Surabaya. Seminar ini akan menghadirkan pakar-pakar dan praktisi keuangan syariah dari dalam dan luar negeri.

Lima bank plat merah gotong royong menyalurkan kredit sindikasi senilai Rp1,78 triliun untuk PT Trans Jabar Tol (PT TJT). Trans Jabar Tol akan membangun jalan tol ruas Ciawi-Sukabumi sepanjang 53,5 Km. Lima bank tersebut adalah BNI, BRI, Bank Jabar-Banten, Bank Riau, dan Bank Jatim. Penandatanganan perjanjian kredit sindikasi ini ditandatangani oleh Direktur Korporasi BNI Krishna R Suprapto bersama Direktur Utama PT TJT Harya Mitra Hidayat pada 24 Juli 2008. Bertindak sebagai lead arranger adalah BNI dengan nilai penyaluran sebesar Rp 783 miliar.

PermataBank Syariah Luncurkan Tabungan iB Umrah

GEDUNG BARU: Menteri agama M maftuh basyuni menyerahkan plakat kepada ketua umum pp muhamamdiyah yang juga Mui din syarmsuddin disaksikan sekretaris mui ichwan sam saat peresmian gedung baru majelis ulama indonesia di jakarta, 23 juli 2008.

Bank Mega Suntik Rp. 4,6 T untuk PLN Bank Mega menyalurkan kredit sebesar Rp4,61 triliun untuk proyek pembangunan 10 PLTU yang akan dijalankan PLN. Penandatanganan kerjasama dilakukan pada 29 Juli 2008 di gedung Departemen Keuangan (Depkeu).

Penyaluran kredit ini akan terbagi ke dalam tiga paket. Yang pertama untuk PLTU Pelabuhan Ratu (2x315 MW). Kedua, PLTU Lampung (2x100 MW) dan Sumatera Utara (2x200). Ketiga, Nusa Tenggara Barat, Gorontalo, Sulawesi Utara (2x25 MW), Kepulauan Riau, Nusa Tenggara Timur (2x7 MW), Sulawesi Tenggara (2x10 MW) dan Kalimantan Tengah (2x60 MW).

PermataBank Syariah, unit usaha syariah (UUS) dari PT Bank Permata Tbk meluncurkan tabungan Permata iB Umrah. Tabungan ini adalah hasil kerjasama PermataBank Syariah dengan Asuransi AIA Syariah dan PT Muna Bina Insani (Munatour). Penandatanganan dilakukan Kepala Unit Usaha Syariah Bank Permata Adrian A Gunadi, Presiden Direktur PT Asuransi AIA Indonesia Harry Harmain dan Direktur Utama PT Muna Bina Insani (Munatour) Sugeng Wuryanto di Jakarta, 23 Juli 2008. Melalui kerjasama ini, PermataBank Syariah berupaya memberikan kemudahan bagi nasabah yang ingin berumrah. Tidak hanya membantu perencanaan keuangan untuk umrah dalam bentuk tabungan, juga kemudahan memilih biro perjalanan umrah dan memberikan perlindungan asuransi. Kepala Divisi PermataBank Syariah Adrian A Gunadi mengatakan, �Nasabah bisa melakukan ibadah umrah dengan tenang dan tidak perlu khawatir karena bekerja sama dengan penyelenggara perjalanan berpengalaman dan asuransi bagi perlindungan nasabah�.

9 Sharing / 2008


Laporan Utama

Mampukah UU Perbankan Syariah dan SBSN

MENDORONG SEKTOR RIIL ? Bisakah kedua UU yang baru saja disahkan yakni UU Surat Berharga Syariah Negara dan UU Perbankan Syariah mendorong sektor riil yang bertujuan akhir mencapai falah atau bahagia di dunia dan di akhirat. Yang ditunggu akhirnya datang juga. Dua paket UU yang bertahun-tahun dinantikan kehadirannya oleh pelaku pasar, pengamat dan seluruh praktisi di industri ekonomi syariah di Indonesia. Kedua paket itu adalah UU Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau UU No 19 tahun 2008 dan UU Perbankan Syariah. UU SBSN disahkan pada 9 April 2008 dan sebulan setelah itu yakni 18 Juni 2008 disahkan UU Perbankan Syariah. Pengajuan kedua UU yang diharap menjadi tonggak kebangkitan ekonomi syariah ini telah lama dilakukan. UU SBSN diajukan sejak 2005. Sedangkan UU Perbankan Syariah lebih lama lagi. Ide pengajuan sudah dimulai pada 2003 saat unit usaha syariah dari bank konvensional makin berkembang atau pertumbuhan tertinggi bank syariah dengan kisaran 80 persen. Ada banyak alasan mengapa kedua UU ini amat dinanti. Yang pertama tentu saja untuk mendorong tumbuhnya ekonomi Islam di Indonesia. Pakar ekonomi Islam internasional Umer Chapra dalam buku-

10 Sharing / 2008

nya Islam and The Economic Challenge menegaskan bahwa tujuan ekonomi Islam adalah mencapai falah. Lalu apa falah itu? Falah adalah kondisi di mana seorang manusia bisa mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Secara lebih terperinci dijelaskan bahwa falah itu dapat dicapai jika lima tujuan atau maqasid syariah dapat dipenuhi. Kelima hal itu adalah terpeliharanya jiwa, akal, harta, kekayaan, dan keturunan. Secara normatif tentunya pemeliharaan itu berkait dengan nilai, perilaku dan norma. Dalam Islam nilai-nilai itu diyakini telah diatur oleh Sang Pencipta melalui firman-Nya dalam ayat Alquran (qauliyah), dan hukum alam (kauniyah), serta penyampaian wahyu oleh Nabi Muhammad SAW dan hadis-hadis yang berumber pada Beliau. Tujuan ekonomi konvensional menurut Pusat Pengkajian Ekonomi Islam Universitas Islam Indonesia (UII) amat berbeda dari ekonomi Islam. Ekonomi konvensional sampai detik ini masih rancu mendefinisikan tujuan ekonomi. PPE UII menegaskan ilmu ekonomi

konvensional memiliki tujuan positif dan normatif. Tujuan positif berkaitan erat dengan usaha realisasi secara efisien, adil dalam proses alokasi dan distribusi sumber daya ekonomi. Sedangkan, secara normatif, tujuan ini diekspresikan dengan usaha penggapaian secara universal tujuan sosial ekonomi untuk pemenuhan kebutuhan hidup, full employement, tingkat pertumbuhan optimal, distribusi kekayaan, dan pendapatan yang merata. Sedangkan, ekonomi Islam dibangun bersamaan antara nilai normatif dan positif. Islam menempatkan nilai yang tercermin pada etika dalam posisi yang tinggi. Sehingga nilai itu menjadi kerangka awal iimu ekonomi. Penjelasan, pemahaman, dan penilaian atas perilaku ekonomi harus diletakkan dalam bangunan ilmu sosial yang terintegrasi dengan ilmu lainnya. Lalu di mana hubungan kasus disahkannya kedua UU yang amat dinanti dan telah hadir dengan konsep ekonomi Islam secara keseluruhan? Adakah benang merah antara keduanya, mengingat UU berada di tataran praktis dan ekonomi Islam berada pada level gagasan ideal? Mengingat keduanya berasaskan hal yang sama yakni ajaran Islam dan sama-sama bergerak di level ekonomi mestinya ada benang merah’ atau keterkaitannya.


Laporan Utama Benang Merah UU dan Sektor Riil Harus diakui bahwa UU Perbankan Syariah dan UU Surat Berharga Syariah Negara yang menjadi landasan diterbitkannya obligasi atau surat utang negara berbasis syariah (sukuk) itu mengakui bahwa baik bank maupun obligasi ini diterbitkan berasas syariah. Asas ini berbeda degnan perbankan dan obligasi konvensional. Itu artinya kedua produk dari UU yang baru saja disahkan itu memiliki tujuan akhir yang sama yakni ke-falah-an. Perbankan sesuai defisininya berfungsi menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan atau investasi serta menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan dan bentuk-bentuk lainnya yang telah mendapat izin dari Bank Indonesia. (Pasal 1 UU Perbankan Syariah). Jadi, bank syariah ikut berperan dalam iklim makro perekonomian Indonesia. Bank syariah diharap ikut mendorong pertumbuhan ekonomi dalam skala positif dan mendorong terwujudnya kesejahteraan—tujuan dalam skala normatif. Ini bisa dilihat dari pembiayaan dan penghimpunan dana yang dilakukan bank syariah. Ketua Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI) KH Ma’ruf Amin menegaskan bahwa dengan UU Perbankan Syariah ini ada aturan yang lebih jelas. ’’Setidaknya sekarang punya payung hukum sendiri dibanding dulu yang menginduk ke UU perbankan secara umum.’’ Kata dia kepada reporter Sharing di sela diskusi bulananan yang digelar Masyarakat Ekonomi Syariah di Jakarta, akhir Juli 2008. UU ini memiliki alasan yang lebih jelas untuk mengembangkan perbankan syariah. Alasan itu adalah kemungkinan spin off dari unit usaha syariah yang telah beroperasi selama lima belas tahun atau mencapai aset tertentu. ’’UU ini mendorong terjadinya percepatan,’’ kata kyai asal Banten itu. Selain itu UU ini juga akan mendorong investor asing menghadirkan bank syariah di Indonesia. Jika mereka hadir, tentunya pembiayaan akan disalurkan ke Indonesia. Pegawainya juga akan menggunakan orang Indonesia. Dan yang penting lain adalah

kemungkinan pemanfaatan dana zakatnya di Indonesia. Intinya ada efek positif terhadap ekonomi Indonesia. UU perbankan syariah dan UU SBSN menurut Kyai Ma’ruf memberi efek domino pada industri syariah. UU SBSN menjadi landasan untuk lahirnya obligasi syariah negara. Kehadiran obligasi syariah dan legalisasi perbankan syariah yang lebih jelas akan mendorong lahirnya industri lain seperti asuransi. ’’Kedua UU ini penting untuk sense of sharia. Penting untuk ekonomi syariah. Dampaknya bagus ke industri dan masyarakat secara umum.’’

Pakar dan pengamat ekonomi syariah Adiwarman A Karim mengatakan lahirnya UU perbankan syariah akan menggenjot pertumbuhan bank syariah terutama dari sisi asset. Pembiayaan dari Timur Tengah pun akan masuk baik melalui bank tersendiri ataupun dana penyertaan lainnya. Sedangkan, kehadiran obligasi akan memenuhi kelangkaan instrumen investasi berbasis syariah. Obligasi syariah negara akan mendongkrak investasi dan mengatasi kelangkaan instrumen likuiditas. Ekonomi masyarakat lebih stabil, dana tabungan bertambah, masuk ke isntrumen investasi dan kembali ke masyarakat. Begitu kira-kira turn over-nya. Bankir syariah,Yuslam Fauzi membenarkan bahwa kehadiran UU Perbankan syariah diharap bisa mendorong bank syariah untuk lebih dinamis dan lincah. Malah lebih detail lagi dia menyebut kendala tumbuhnya perbankan syariah. ’’Kita memang tak mau terlalu dimanja dengan peraturan. Tapi setidaknya kita kurang punya tenaga yang sama dengan bank konvensional. Tidak perlu diistimewakan, cukup diperlakukan dengan

fair dan sejajar.’’ Yuslam menyatakan kendala pengenaan pajak pertambahan nilai (PPN) terhadap pembiayaan bank syariah berakad murabahah (jual beli) misalnya. Argometer untuk perhitungan pajak tetap berjalan. Kendati belum dieksekusi. Totalnya mencapai ratusan miliar rupiah. ’’Investor timur tengah dan lainnya ragu masuk ke Indonesia jika UU ini tak juga clear mengurus masalah pajak.’’ Bahwa saat ini industri perbankan syariah sedang ditarget bisa mencapai pangsa pasar 5 persen Yuslam mengatakan soal target itu tergantung pada framework. ’’Jika ditargetkan bisa mencapai 50 persen, undang saja investor asing karena dana mereka sedang banyak.’’ Jika mereka masuk dana mereka juga mengalir ke Indonesia dan bisa digunakan untuk pembangunan. ’’Jika itu yang terjadi oke saja. Tapi jika mereka hanya cari bisnis dan kita hanya jadi kuli, ya apa kita mau seperti itu,’’urainya lagi. Pendapat serupa dilontarkan peneliti eksekutif Bank Indonesia Mulya E Siregar. Kata dia, bank syariah bisa menjadi lebih pede karena sudah ada dukungan regulasi setingkat UU. ’’Imbas positifnya juga akan terasa pada peningkatan akselerasi perbankan syariah di Indonesia. Di UU tersebut kan disebutkan soal peralihan bank syariah. Bahwasanya Unit Usaha Syariah (UUS) yang akan ingin beralih menjadi Bank Umum Syariah (BUS) diberi waktu untuk memprosesnya dalam jangka 15 tahun. Ini kan akan menambah aset perbankan syariah.’’ Jika aset bank syariah naik tentu penyaluran pembiayaan syariah pun naik. Statistik Perbankan Syariah Sejauh ini memang sebagian besar portofolio pembiayaan bank syariah disalurkan untuk sektor usaha mikro, kecil, dan menengah dengan plafon kredit Rp 50 juta-Rp 2,5 miliar. Sektor korporasi hanya sekitar sepertiga saja. Data bank Indonesia per Mei 2008 menyebutkan aset bank syariah mencapai Rp 41,1 triliun atau 2.06 persen dari pangsa pasar bank konvensional. Masih jauh dari target 5 persen yang dicanangkan BI per 2008 ini. Dari sisi pembiayaan, bank syariah yang berjumlah 28 terdiri dari tiga bank umum syariah dan 25 unit usaha syariah serta

11 Sharing / 2008


Laporan Utama 114 bank perkreditan (pembiayaan) rakyat syariah telah menyalurkan sekitar Rp 32,2 triliun rupiah. Dari jumlah itu sebagian besar (65 persen) disalurkan untuk sektor produktif yang berarti masuk ke sektor riil. Dari sisi akad, maka akad pembiayaan terbesar masih murabahah dengan 57,5 persen, dan musyarakah serta mudharabah (pembiayaan berbasis bagi hasil) dengan prosentase 38 persen dan sisanya untuk akad salam, istishna, ijarah dan lainnya. Artinya selain sektor produktif, akad bagi hasil pun mulai naik persentasenya. Seorang kepala divisi bank syariah mengaku bahwa di banknya lebih besar porsi pembiayaan komersial untuk akad bagi hasil dibanding murabahah dengan perbandingan 3:1. Namun, bank harus amat selektif karena mereka harus mencari pembiayaan yang berbasis kontrak yang jelas untuk aspek prudential. Ditilik dari porsi pembiayaan yang disalurkan, maka sektor pertanian yang sejatinya menjadi urat perekonomian Indoensia hanya mendapat kucuran dana 2,89 persen. Restoran, hotel, dan sektor jasa usaha mendapat porsi terbesar dengan 12 persen dan 31 persen. Selebihnya mengalir ke sektor industri (10 persen), tambang, listrik dan air serta sektor lainnya. Di tengah tumbuhnya aset, bank industri juga dibayangi pembiayaan tidak lancar atau nonperforming financing dengan angka hampir 5 persen. Jika industri ini tumbuh besar dan dijaga semangat bahwa industri ini lebih banyak membela usaha kecil dan menengah sebagai sumber ekonomi 90 juta masyarakat Indoensia,- maka perbankan syariah, dengan ditopang UU yang baru saja diketok palu di DPR RI itu bisa mewujudkan ekonomi yakni meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Amin. Karena menurut Umer Chapra, indusri keuangan syariah tidak hanya harus menyalurkan pembiayaan tapi seberapa jauh pembiayaan itu bisa memberikan sumbangsih pada pengurangan kemiskinan, atau mengurangi gap ekonomi yang sedemikian lebar antara konglomerasi dengan kaum marginal. Setidaknya dengan mengakses modal itu masyarakat lebih meningkat kualitas kesehatan, dan mampu membiayai pendidikan anak ke tingkat yang lebih tinggi. Namun saat ini sehubungan dengan kenaikan harga BBM yang telah memicu inflasi ke kisaran 11 persen, dipastikan sektor riil

12 Sharing / 2008

pun akan tergerus. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi industri perbankan dan perbankan syariah. Obligasi Sebagai Pemicu Obligasi syariah adalah pemicu untuk tumbuhnya aset bank syariah. Obligasi syariah ditargetkan terbit pada Agustus 2008. Hal itu ditegaskan Direktur Pembiayaan Syariah Departmen Keuangan Dahlan Siamat kepada majalah Sharing. Obligasi syariah ini akan digunakan untuk anggaran negara. Mengenai nilainya tentu ini amat signifikan. Dahlan tak menyebut angka obligasi sy ariah negara yang akan diterbitkan. Hanya underlying aset berupa tanah dan bangunan yang saat ini dipakai Departemen Keuangan dengan nilai mencapai Rp 18 triliun. ’’Kami tergantung pada permintaan pasar,’’ kata Dahlan. Gunawan Yasni, anggota DSN yang banyak terlibat dalam penyusunan fatwa sukuk juga berharap ada angka mencapai

Rp 9 triliun yang bisa diterbitkan pemerintah. Jika ini terjadi, maka sumbangsih terhadap pasar obligasi syariah makin bergairah. Masalahnya saat ini nilai emisi obligasi korporasi masih kecil. Data pada Kustodian Sentral Efek Indonesia yang diakses redaksi Sharing ada emisi Rp 1,539 triliun atau 11 emiten obligasi syariah dan enam medium term notes syariah dengan nilai Rp 540 miliar. Jika nilainya signifikan, maka industri sekuritas juga akan bergerak. Mereka terpacu pada obligasi syariah negara yang dibanding negara lain seperti Malaysia, Dubai dan bahkan Jepang relatif terlambat diterbitkan. Namun tak apalah. Apalagi jika nilainya signifikan. Hasil emisi obligasi atau sukuk negara mungkin tak berkaitan langsung dengan sektor riil atau ekonomi masyarakat kebanyanyakan. Tapi dana obligasi itu bisa digunakan untuk menambal anggaran negara yang kemungkinan defisit terhadang laju kenaikan harga minyak dan inflasi. nYN/ tim sharing


Laporan Utama Dr. Mulya Effendi Siregar

Masih Belum OPTIMAL

Penerbitan Undang-undang Perbankan Syariah (UUPS) dan Undangundang Surat Berharga Syariah Negara (UUSBSN) akan berimbas positif terhadap akselerasi perbankan syariah di Indonesia. Namun ini pun dinilai masih belum optimal. “Mungkin optimalnya setelah Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengesahkan Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai (UU PPN) yang baru,” kata Kepala Riset dan Pengembangan Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia ( DPS BI), Dr. Mulya Effendi Siregar ketika dihubungi Sharing, bulan lalu. Masalah pajak ini, seperti selama ini dikeluhkan industri perbankan syariah adalah pengenaan pajak pertambahan nilai atas transaksi pembiayaan murabahah yang dilakukan bank syariah. Oleh industri, dirasakan sebagai pengenaan pajak dua kali (double tax) atas pembiayaan murabahah. Dengan adanya akomodasi PPN atas transaksi murabahah di RUU PPN yang kabarnya akan selesai pembahasannya di DPR Oktober ini, Mulya berharap industri bisa berakselerasi dengan lebih sedikit hambatan. Menindaklanjuti UUPS, BI akan memberi dorongan kepada industri untuk berakselerasi. Insentif tersebut akan diakomodasi dalam bentuk penerbitan tiga Peraturan Bank Indonesia (PBI) baru tahun ini.

Apa efek positif terhadap industri perbankan syariah dengan terbitnya UUPS dan UUSBSN? Saya pikir dengan adanya dua UU tersebut, terutama UUPS, secara legal perbankan syariah makin kuat keberadaannya. Dengan kata lain, bank syariah bisa menjadi lebih pede karena sudah ada dukungan regulasi setingkat UU. Imbas positifnya juga akan terasa pada peningkatan akselerasi perbankan syariah di Indonesia. Di UU tersebut kan disebutkan soal peralihan bank syariah. Bahwasanya Unit

Usaha Syariah (UUS) yang akan ingin beralih menjadi Bank Umum Syariah (BUS) diberi waktu untuk memprosesnya dalam jangka 15 tahun. Ini kan akan menambah aset perbankan syariah. Dengan target pencapaian aset perbankan syariah sebesar 5 persen tahun ini, apa mungkin tercapai dengan lahirnya dua UU tersebut? Menurut saya tidak perlu melihat angka dan persentase, yang penting terjadi perkembangan dan itu akan lebih cepat

dengan lahirnya dua UU tersebut. Saya sendiri, tampaknya sudah melihat dengan lahirnya dua UU ini beberapa bank sudah mau membuka UUS lagi, bahkan ada juga yang berminat mendirikan BUS, baik yang berupa bank baru atau membeli bank konvensional lama dan mengonversinya. Kalau mau memprediksi angka, saat ini aset perbankan syariah sudah sekitar Rp 42 triliun. Dengan lahirnya dua UU ini, tahun ini diperkirakan mencapai Rp 50 triliun, karena ada beberapa bank syariah baru yang akan didirikan. Saya melihat minat itu semakin besar dengan lahirnya dua UU ini, tapi ini masih belum optimal. Mungkin optimalnya setelah DPR mengesahkan UUPPN yang baru. Dari teman-teman di Departemen Keuangan (Depkeu) saya mendengar kabar katanya tinggal diketok palunya di DPR. Mungkin pembahasannya di Oktober ini selesai. Tetapi, bukankah beberapa PBI yang ada kini masih mendefinisikan murabahah sebagai jual beli, makanya dikenakan PPN oleh Direktorat Jenderal Pajak? Mau diubah bagaimana, bai al murabahah itu memang dan akan tetap jual beli sesuai tafsirnya. Kalau kami mau mengubah definisinya di PBI nanti malah melanggar UU No.10/ 1998 tentang Perbankan. Di UU itu juga ada kata ‘jual beli’. Jalan keluarnya yang kami inginkan supaya ada Dirjen Pajak membebaskan PPN murabahah. Jadi, tidak usah mengganti istilah murabahah, yang penting ada willingness dari Depkeu. Di negara lain saja, murabahah itu substansinya memang jual beli kok. Kalau masih penasaran, saya beri ilustrasi, jika Anda membeli mobil Secara murabahah. Teorinya, dari supplier mobil dibeli oleh bank syariah, lalu dijual ke nasabah. Pertanyaannya, apakah mobil itu mampir dulu ke bank syariah dan dijadikan stok? Kan dari supplier langsung dikirim ke nasabah. Kalau begitu ini

“Tentunya kami akan mem-follow up dari UUPS itu. Kami harus segera menerbitkan beberapa PBI. Misalnya PBI yang memberi akan mendorong UUS melakukan spinn off lalu menjadi BUS. Lalu, PBI mengenai komite perbankan syariah dan PBI untuk fit and proper test bank syariah”

13 Sharing / 2007 2008 00


Laporan Utama substansinya pembiayaan. Misalnya di PBI tetap ada kata jual beli, tahu-tahu besok UU PPN yang baru disahkan dan masalah PPN murabahah ini diakomodasi, apakah kata-kata jual beli itu tetap menjadi masalah? Baik, bagi BI sendiri apa yang akan dilakukan setelah dua UU ini keluar, terutama UUPS? Tentunya kami akan mem-follow up dari UUPS itu. Kami harus segera menerbitkan beberapa PBI. Misalnya PBI yang memberi akan mendorong UUS melakukan spin off lalu menjadi BUS. Lalu, PBI mengenai komite perbankan syariah dan PBI untuk fit and proper test bank syariah. Jelasnya? PBI yang spinn off tadi, kalau sekarang untuk mendirikan BUS itu butuh modal minimum Rp 1 triliun, untuk UUS yang mau spinn off lalu mendirikan BUS kewajiban modalnya hanya di bawah Rp 1 triliun. Juga dengan BUS hasil konversi dari bank konvensional lama. Misalnya bank itu dibeli investor dan akan dijadikan BUS. Untuk

12 Sharing / 2008

yang terakhir, mengenai angka pastinya saya belum bisa informasikan. Yang jelas kalau sama juga atau Rp 1 triliun kan jadinya bukan insentif. PBI yang komite perbankan syariah. Komite ini ada di BI nantinya. Tugasnya adalah menerjemahkan fatwa-fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI, lalu diusulkan ke BI supaya dibuat PBI-PBI-nya. Ini akan memperkuat kedudukan fatwa DSN. Jadi komite ini nanti yang menghubungkan antara DSN dan BI. Dulu Asbisindo mengusulkan agar UUS dibawahi oleh satu direktur di Bank Konvensional, jadinya aset bisa bertumbuh cepat. Di UUPS itu tidak diakomodasi, bukankah ini kekurangan UUPS? Kalau bicara kekurangan, yang namanya produk manusia tidak ada yang sempurna, cuma Alquran yang sempurna. UUS itu kini kebanyakan masih minimal satu tingkat di bawah direksi, berarti di bawah kepala divisi. Tapi ada juga yang langsung di bawah direktur, beberapa bank melakukan itu seperti Bank Danamon Syariah. n

“ Kalau bicara kekurangan, yang namanya produk manusia tidak ada yang sempurna, cuma Alquran yang sempurna.�


Laporan Utama

KH Ma’ruf Amin

SUKUK AKAN MEMBERI

EFEK DOMINO PADA INDUSTRI Ketua Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI ini memperkirakan lahirnya dua undang-undang (UU) yakni UU Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dan UU Perbankan Syariah (PS) akan menjadi tonggak kebangkitan ekonomi syariah secara nasional. UU SBSN akan melahirkan obligasi syariah negara atau yang dikenal dengan nama sukuk. Kehadiran sukuk, kata KH Ma’ruf Amin akan menimbulkan efek domino atau efek multiplier terhadap industri lain seperti perbankan dan asuransi. Kepada Sharing, pak Kyai berbincang tentang proyeksinya. Berikut petikannya. Selamat Pak Kyai, sudah lahir kedua UU yang amat dinanti praktisi ekonomi syariah. Kira-kira dampaknya terhadap industri dan perekonomian di Tanah Air apa? Saya kira kalau dari perbankan cuma memperkuat. Kehadiran UUPS akan lebih menyempurnakan pengaturan industri ini dibanding dulu waktu masih menginduk ke UU Perbankan secara umum. Peraturan di UUPS ini lebih detail sampai pengaturan kewenangan ada jelas dalam UU itu. Siapa yang memberi fatwa, siapa mengawasi, sudah tegas dimuat. Juga apa saja produk perbankan syariah, dan kelanjutan industri ini. Sampai ada aturan tentang unit syariah yaitu jika asetnya sudah mencapai sekian, angka tertentu, atau telah berusia 15 tahun maka harus di-spin off. Untuk UUSBSN lebih fundamental lagi. Karena, sukuk tak bisa terbit tanpa UU. Jadi, UUSBSN ini merupakan landasan untuk penerbitan obligasi syariah negara. Nilai UU ini sangat tinggi karena merupakan sukuk negara yang ditunggu-tunggu dan tidak bisa terbit tanpa UU baru. Ini sesuatu yang sangat baru dan menjadi landasan sukuk. Sudah lama ini dinanti. Sepertinya UUPS yang disahkan

pertengahan Juni kurang greget. Maksud kami isinya standar saja? Karena dulu industrinya sudah ada dan peraturannya juga pernah ada. Menginduk ke UU Pebankan secara umum. Jadi lahirnya UUPS ini hanya memperkuat. Mengarahnya lebih pada mengakselerasi atau percepatan pertumbuhan industri yang sudah ada. Adakah peluang akselerasi dengan UU ini? Kan ini bukan teknis melainkan aturan baku? Ya ada. Perbankan menjadi lebih jelas dasarnya dan pengembangannya. Ini mendorong terjadinya akselerasi. Ada beberapa pasal yang mendorong terjadinya akselerasi perbankan syariah. Dulu kita pernah bicara soal posisi ulama. Seingat kami pada waktu itu Pak Kyai agak ragu jika DSN di bawah BI? Tidak, fatwa tentang produk produk keuangan syariah tetap di bawah MUI. Jadi bekerja di bawah koordinasi BI itu maksudnya apa? Ndak. Dulu memang ada konsep bahwa komite fatwa itu ada di BI. Sekarang fatwa tetap di bawah MUI. Jadi yang di bawah BI itu apa? Di sana ada komite perbankan syariah yang mengelola fatwa menjadi Peraturan

Bank Indonesia (PBI). Komite itu membantu bagaimana perbankan syariah lebih terakselerasi. Kemudian kami dengar DSN MUI juga sudah melahirkan empat fatwa terkait sukuk? Ya. Sudah jadi semua ada empat. Yang pertama terkait sukuk itu sendiri, kemudian Lease back, kemudian ijarah and lease back, kemudian mengenai penerbitannya. Itu semua sudah final dan sudah diplenokan. Sudah jadi fatwa tersendiri. Jadi menurut DSN kapan kira-kira ob ligasi syariah negarai itu di-launching? Yang kami dengar Agustus tahun ini. Memang harus segera dan kalau bisa tahun ini karena untuk kepentingan industri juga. Kami dengar sempat akan di-launching dua kali. Kira-kira denominasinya berapa Pak Kyai? Ada yang bilang Rp 16 triliun ada yang bilang Rp 18 triliun. Dijual di dalam atau luar negeri? Yang kami dengar untuk awal di dalam negeri dulu. Karena banyak yang menanti juga. Dengan kedua UU ini apakah Bapak yakin bahwa sektor riil dan industri akan terdongkrak. Atau ada kaitan antara kedua UU ini dengan pertumbuhan ekonomi di sektor riil? Dengan UU Perbankan dan UU perpajakan banyak investor dari luar negeri terutama Timur Tengah yang akan masuk. Mereka memang masih menanti soal kepastian hukum terutama pajak. Tapi dengan UU ini diharap masalah pajak selesai. Selain itu dengan UU Perbankan diharapkan juga ada bank konvensioal yang bisa dikonversi menjadi bank umum syariah. Juga kerjasama dengan pihak asing mengenai unit syariah di bank konvensional dan kemudian akan di-spin off. Akan masuk banyak. Jadi UU ini mendorong terjadi percepatan Sepertinya target akselerasi asset bank syariah lima persen dari total asset bank tahun ini sulit tercapai. Apakah dengan UU ini bisa akselerasi? Saya kira sense of sharia akan naik. Ini penting di ekonomi syariah. Efeknya banyak banyak sekali ke perbankan, asuransi, dan lain-lain. Jadi ada multiplier effect. Ini akan sangat bagus dampaknya. n

15 Sharing / 2008


Laporan Utama

Dahlan A Siamat

Persiapan Simultan

Kejar Emisi Sukuk Domestik dan Internasional Direktur Pembiayaan Syariah Departemen Keuangan (Depkeu) ini menjadi orang yang paling sibuk. Karena per Agustus, Dahlan Siamat bakal meluncurkan karya pertama Depkeu yang sudah dinanti bertahun-tahun, yakni surat berharga syariah negara atau obligasi syariah atau sukuk. Dahlan ibarat sang empunya hajat saat ini amat sibuk melakukan berbagai persiapan. Ia tengah menanti disahkannya Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) dari UUSBSN sebagai syarat teknis tentang emisi sukuk. Di saat yang sama, dia juga harus menyiapkan berbagai hal untuk penerbitan obligasi syariah internasional yang akan dilempar ke pasar, Oktober 2008. Finalisasi sudah di depan mata. Dan, di tengah kesibukannya yang amat padat, Dahlan atau Pak Haji, begitu kami biasa memanggilnya, menyempatkan diri menerima permohonan wawancara kami. Berikut petikannya. Kami dengar Dewan Syariah Nasional (DSN) dan Depkeu sudah mulai membahas draft fatwa tentang surat berharga syariah negara? O, ya itu rapat internal untuk memastikan rencana penerbitan sukuk. Sejauh ini tak ada masalah termasuk dari substansi fatwa. Dan draft fatwa tersebut sudah ditandatangani oleh ketua MUI dalam hal ini Kyai Sahal Mahfuz. Ada empat draft fatwa yang sudah disusun yakni penerbitan sukuk, sukuk, sale and leased back. Meski UUSBSN sudah disahkan DPR, dulu Anda katakan masih perlu PP. Apa sudah ada RPP-nya? RPP segera terbit. Karena kalau PP lambat disahkan, maka kemungkinan besar

16 Sharing / 2008

penerbitan sukuk akan mundur lagi. Kami harap akhir Juli ini sudah selesai. Supaya pekan pertama Agustus 2008 sudah masuk book building. Jadi semua tergantung disahkannya RPP. Jadwal yang tepat waktu ini amat penting karena kami bekerja sesuai kalender kerja. Kalender ini merupakan kalender Depkeu. Kalau kami terlambat, nanti akan overlap dengan penerbitan Obligasi Ritel Indonesia (ORI). Belum lagi kami juga harus merancang penerbitan surat berharga syariah negara (SBSN) internasional pada Oktober 2008. Kami juga harus menunjuk Joing Lead Manager (JLM) untuk emisi sukuk. Sekarang memang sedang dikerjakan secara paralel. Kami mengerjakan RPP untuk

meresmikan berdirinya Special Purpose Vehicle (SPV) yang diperlukan dalam rangka penerbitan sukuk. Sebetulnya semua sudah siap karena dikerjakan paralel. Kami harap pekan depan (akhir Juli 2008) sudah siap. Karena sukuk segera diterbitkan. Apalagi kami juga sudah menunjuk agen penjual. Ada tiga agen yang kami tunjuk yaitu Mandiri Sekuritas, Trimegah, dan Danareksa. Penunjukkan ini merupakan hasil kerja tim atau komite seleksi. Jadi waktunya seperti berkejaran atau mepet? Ya makanya tadi kami jelaskan kami bekerja paralel. Sambil menyiapkan penerbitan surat berharga syariah negara untuk pasar domestik kami juga menyiapkan untuk sukuk internasional. Karena begini, setiap penerbitan surat utang negara itu harus dipersiapkan tiga bulan sebelumnya, itu paling singkat. Jadi jika kami akan menerbitkan surat utang negara berbasis syariah yang akan diluncurkan Oktober 2008 sekarang juga kami sudah harus menyiapkan segala sesuatunya. Untuk obligasi domestik bisa lebih singkat. Tapi ini diterbitkan dalam waktu yang sangat berdekatan. Makanya kerjanya simultan.


Laporan Utama

Dari beberapa berita sebelumnya kami sudah mendengar angka emisi sukuk domestik sekitar Rp 16-18 triliun. Berapa angka pastinya, benarkah sejumlah itu? Kami akan lihat dari bookbuilding. Jumlah persisnya bukan begitu menghitungnya. Kami tidak akan menargetkan atau mengatakan akan menerbitkan sukuk senilai tertentu. Kami harus melihat pasar dulu. Berapa demand-nya dan berapa yield indikatif yang diinginkan investor. Jika demand yang masuk besar tapi yield-nya juga tinggi itu berarti harga yang dikehendaki investor itu tidak kompetitif atau mahal. Pemerintah perlu berpikir-pikir untuk mengambilnya. Tapi jika demand-nya banyak dan harganya murah, mengapa tidak? Terus terang ini memang berbeda cara perhitungannya dari ORI. Karena di ORI ,kupon ditetapkan lebih dulu. Sedangkan, ini obligasi negara dengan skim syariah. Maka kami harus melihat yield dulu. Ya, boleh dibilang yield itu yang nantinya semacam dengan kupon. Perbedaannya lagi, karena kami menjual dengan angka par value (harga pada saat obligasi jatuh tempo). Maka, kami juga akan tergantung pada yield atau setara kupon yang diinginkan investor. Yield itu mencerminkan kupon yang akan dibayar secara periodik kepada investor. Jadi sekali lagi kami akan menjual dengan harga par dan kemudian berapa yield yang dikehen-

daki investor. Untuk obligasi negara memang biasanya ada bermacam pricing. Ada yang at discount, at par, atau multiple price, dan premium. Untuk syariah ini kami menjual at par saja (tanpa diskon atau premium). Jadi apa yang menentukan jumlah emisi obligasi syariah negara ini? Yang pertama tentu demand-nya. Kami harus melihat berapa besar permintaan pasar, kemudian size-nya dan tingkat kupon atau yield yang dikehendaki. Jadi informasi bahwa emisi akan senilai Rp 16-18 triliun itu tidak benar? Ya tidak sebesar itu. Rp 16-18 triliun itu adalah nilai aset yang akan dijadikan jaminan. Apa yang jadi jaminan atau obyek Special Purpose Vechile? Untuk pertama ini, gedung dan tanah milik Depkeu yang berlokasi di lapangan Banteng. Ke depan mungkin tak tertutup aset atau harta milik departemen lain. Tapi untuk memudahkan yang pertama ini aset berupa tanah dan bangunan Depkeu saja. Nilainya sekitar itu, Rp 16-18 triliun. Tapi untuk jumlah emisi obligasinya mungkin tidak sebesar itu. Untuk pricing itu sudah ada kesepakatan dengan DSN dan pemerintah? Di UU dimungkinkan untuk itu. Di pembicaraan dengan DSN dan pemerintah juga tak ada masalah. Untuk obligasi syariah internasional biasanya Malaysia dan Dubai merajai

karena mereka market leader. Untuk sukuk internasional Indonesia ini akan dicatatkan di mana? Untuk obligasi internasional biasanya standar pricing-nya di Amerika Serikat (AS). Namun untuk syariah biasanya standarnya menggunakan benchmark London atau sekitar beberapa point di atas London Interbank Offered Rate (LIBOR) (Kurs referensi harian dari suku bunga yang ditawarkan dalam pemberian pinjaman tanpa jaminan oleh suatu bank kepada bank lainnya di pasar uang London atau pasar uang antar bank-red) plus margin beberapa point atau persen. Untuk itu nanti ada GLM-nya. Lalu pencatatannya di mana? Biasanya untuk obligasi konvensional yang internasional kami catatkan di Singapura. Tapi untuk syariah ini belum ada rencana akan listing di mana. Masih dibahas. Saya kira listing di manapun sama saja dan tak ada masalah. Akad yang akan digunakan tetap ijarah? Ya. Memang menggunakan akad ijarah atau sewa. Jadi barang milik negara berupa tanah dan gedung yang saat ini digunakan oleh Depkeu yang akan dijadikan underlying asset. Bagaimana mengenai pajak pertambahan nilai, bukankah rencana penerbitan obligasi lain terhambat pajak? Khusus untuk obligasi syariah negara ini tidak dikenakan pajak. Itu sudah ada klausul khusus dalam UU SBSN yang baru disahkan dulu. Juga tidak ada masalah dengan SPV meskipun semula secara yuridis hukum negara kita belum mengenal SPV. Jadi sekali lagi ini dikeluarkan dari obyek PPN. Perlakuan ini khusus untuk obligasi syariah negara saja. Yang lain belum. Berapa kira-kira yang mampu diserap pasar? Untuk saat ini saya belum bisa disclosure. Kami harap bisa mencapai target yang kami harapkan. Kami dengar dari para agen bahwa pasar amat antusias menunggu terbitnya obligasi syariah negara ini. Kami kan harus mendengarkan juga suara dari pelaku pasar. Dan karena itu kami juga memilih agen penjual yang kami perkirakan baik dan memiliki kemampuan bagus untuk menjual. Untuk tenornya kira-kira berapa lama? Seperti yang sudah dikemukakan beberapa pejabat yakni 7-10 tahun. n

17 Sharing / 2008


Laporan Utama

Adiwarman A. Karim

TARGET 5% BAKAL TERCAPAI

Pakar ekonomi syariah Adiwarman A. Karim menyambut gembira disahkannya UUPS dan UUSBSN oleh pemerintah dan DPR RI barubaru ini. Bahkan, Bang Adi, begitu ia bisa disapa, mengaku sangat optimistis, keberadaan kedua UU tersebut akan mengangkat secara signifikan industri perbankan syariah di Tanah Air. Bang Adi juga meyakini, dengan akan segera diberlakukannya kedua UU tersebut, maka akan mampu mendorong industri perbankan syariah untuk mampu mengejar pangsa pasar 5% di tahun 2008 ini. Kenapa Direktur Utama Karim Business Consulting (KBC) ini sangat yakin? Berikut wawancara Sharing dengan Adiwarman Karim, bulan lalu di Jakarta. Bagaimana tanggapan Anda dengan telah disahkannya UUPS dan UUSBSN? Dahsyat benar, pokoknya dampaknya. Anda lihat sendiri, di tahun 2008 ini ada banyak sekali yang mau bikin syariah, baik bank umum syariah (BUS), maupun unit usaha syariah (UUS). Itu adalah dampak dari UUPS, dan juga dampak dari SBSN dan SBI Syariah. Sehingga, kalau kita mengkaji kondisi pasar sekarang ini, tahun 2008 ini merupakan tahun yang bagus sekali. Lalu bagaimana dengan target pangsa pasar perbankan syariah 5% di akhir 2008 ini? Mungkinkah tercapai? Sampai. Kita lihat saja nanti. Sekarang ini ’kan sudah 2,04 %. Tapi 2,04% itu ’kan baru per bulan Mei. Kenapa Anda begitu optimistis? Dasarnya apa?

18 Sharing / 2008

Begini, saya coba kasih gambaran. Indonesia itu, saat ada masalah saja, pertumbuhannya paling tinggi sedunia, apalagi kalau nggak ada masalah. Jadi saya nggak pernah khawatir. Dengan dua UU ini pelaku usaha dan pengguna jasa perbankan berbasis syariah akan memperoleh kepastian hukum. Hal ini akan menggenjot pertumbuhan bank syariah dari segi aset. Dengan semakin jelasnya peraturan tentang perbankan syariah, potensi masuknya pembiayaan dari negaranegara Timur Tengah itu juga akan semakin besar. Juga dengan UUSBSN? Kira-kira apa pengaruhnya untuk industri? Nah, salah satu yang menjadi kendala atau menghambat pertumbuhan perbankan syariah adalah ketidaktahuan bank syariah, atau ketidakmampuan masyarakat untuk

menyalurkan likuiditasnya. Sehingga bank syariah lebih memilih untuk bersikap, “Sudahlah, nggak usah ekspansi cepat-cepat, karena kalau nanti ekspansi cepat-cepat, bila dana pihak ketiga masuk, nanti bagaimana? Nggak bisa nyalurin, kan?” Nah, kekhawatiran di atas itu sekarang sudah hilang, karena ada dua instrumen investasi, yaitu SBI Syariah dan SBSN. Sehingga bank syariah sekarang, boleh dibilang tidak mengalami kelangkaan instrumen investasi. Kalaupun masih ada kelangkaan, adalah kelangkaan instrumen likuiditas. Itu yang belum diselesaikan PR-nya. Instrumen likuiditas sekarang belum ada, karena SWBI dihilangkan, dari yang tadinya ada. Dilihat dari materi dua UU ini, Anda sudah puas? Adakah yang belum terakomodasi? Itu sudah oke banget. Jadi sekarang ’kan, BI mau nggak mau dia harus menyesuaikan berbagai PBI-nya dengan Undang-Undang yang baru ini. Dan kalau kita lihat, sebetulnya konstruksinya UUPS itu cerdas banget. Misalnya, di pasal 1 dikupas secara jelas masalah jual beli, juga sewa menyewa. Lalu di pasal 19, deal-nya mulai masuk, dengan akad murabahah, sehingga.tidak salah secara syariah. Jadi saya rasa sudah oke. nYS


Laporan Utama Yuslam Fauzi

Bank Syariah Tidak Ingin Diistimewakan, Hanya Minta

Diperlakukan Sejajar

Kalangan perbankan syariah nasional merasa lega dengan akan segera diberlakukannya Undang-Undang Perbankan Syariah. Dengan demikian, UU tersebut akan memberikan kepastian hukum terhadap lembaga-lembaga yang ada di industri ini. Meskipun begitu, bagi kalangan perbankan syariah saat ini yang lebih penting adalah bukannya mereka ingin dimanjakan dengan peraturan-peraturan yang ada, namun lebih mengharapkan terealisasinya tindakan pengembangan perbankan syariah secara lebih komprehensif. Juga diberikannya perlakuan yang sejajar bagi perbankan syariah seperti yang didapat bank konvensional yang sudah eksis sebelumnya. Dengan cara begitu, industri perbankan syariah nasional akan mampu lebih berkembang. Demikian pendapat Direktur Utama Bank Syariah Mandiri Yuslam Fauzi yang disampaikan kepada Sharing, bulan lalu di Jakarta. Berikut kutipan wawancara dengan Yuslam, yang juga Ketua Kompartemen Perbankan Syariah (KPS) Perbanas. Seberapa strategis keberadaan UUPS bagi perkembangan industri perbankan syariah di Tanah Air? Kita melihat, apa yang ada di dalam UUPS itu akan memberikan kepastian hukum ter hadap lembaga-lembaga yang ada. Misalnya, terhadap lembaga Dewan Syariah Nasional (DSN), lalu bagaimana hubungannya dengan Bank Indonesia (BI), dan seterusnya. Di situ menjadi ada kejelasan hukum. Tapi semua itu sekarang ini sebenarnya sudah jalan. Bahwa fatwa itu keluar dari MUI, juga bahwa BI memang selama ini yang berperan untuk memberikan regulasi positif terhadap fatwa-fatwa tersebut. Dilihat dari bagian-bagian itu, saya kira telah memberikan legitimasi hukum. Tapi ada pada bagian lain, seperti masalah perpajakan. Misalnya, bahwa murabahah itu adalah produk pembiayaan bank syariah, semestinya berdasarkan UU tersebut, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas transaksi murabahah itu tidak kena lagi seperti yang kemarin. Dari sinilah, yang kita harapkan adanya lompatan. Atau adanya breakthrough, di mana efek break-

through-nya itu adalah bahwa investor-investor luar yang selama ini ragu terhadap ketentuan pajak murabahah kita, yang masih terkena ketentuan itu seperti yang sudah-sudah, itu akan menjadi lebih clear. Walaupun statusnya itu masih pembiayaan, mestinya itu dibebaskan. Kalau mau dikatakan jual beli, ya jual beli yang merupakan bagian daripada produk bank. Tapi paling tidak, untuk saat ini, saya kira apa yang ada di draft akhir RUU yang saya lihat itu cukup memberikan dudukan hukum yang positif terhadap masalah perpajakan yang selama ini menjadi isu nasional kita. Saya kira terutama di situ. Apakah keberadaan UU tersebut bisa memberikan sumbangan yang positif pada pertumbuhan industri perbankan syariah? Bagaimana dengan target aset 5% di tahun 2008? Saya melihat 5%, atau 15% di tahun 2015 dan seterusnya itu, semuanya itu harus dalam frame work yang keseluruhan, bagaimana policy kita di Indonesia ingin mengembangkan per-

bankan syariah. Kalau mau cepat-cepat, mau jadi 30%, mau jadi 50%, tinggal regulasi berkait dengan penanaman modal bagi investor asing itu diberikan kemudahan, terutama Timur Tengah, karena dana mereka sedang banyak. Saya kira bisa saja seperti itu. Tapi saya kira yang terpenting ’kan bukan hanya sekadar volume 5% atau berapa persen. Tapi, bagaimana pengembangan perbankan syariah itu secara komprehensif akan kita lakukan. Misalnya, bisa saja bank syariah itu tumbuh dan mengusai pasar tinggi, tapi Indonesia hanya sebagai penonton saja, karena itu semua milik asing. Apakah itu yang kita inginkan? Berarti pertumbuhan an organik kalau seperti itu. Apakah kita rela, pertumbuhan yang cepat, tapi anorganik semua, akibat berbondongbondong investor asing masuk ke Indonesia. Kalau mereka masuk ke Indonesia, namun kita dapat mengaturnya sedemikian rupa, sehingga dampaknya tidak lain adalah untuk pembangunan negeri ini, ya oke-oke saja sih. Tapi kalau tidak? Misalnya, yang ada adalah mereka justru cari bisnis di sini, sehingga kita semua orang Indonesia hanya menjadi �kuli� di negeri kita sendiri, kita juga nggak mau seperti itu, kan? Lalu bagaimana seharusnya upayaupaya yang dilakukan agar industri perbankan syariah ini dapat lebih berperan untuk masa ke depannya? Message saya, tempatkanlah bank syariah ini, atau industri perbankan syariah ini diperlakukan pada posisi yang sejajar dengan bank-bank yang sudah ada. Kita juga tidak mau terlalu dimanja dengan peraturan tersebut. Namun, kita juga jangan seperti yang kita rasakan sekarang ini, bahwa kita kurang punya tenaga yang sama dengan bank-bank (konvensional-red) yang sudah ada, sehingga kita nggak bisa lari kencang, atau kita nggak bisa kompetisi dengan fair. Saya kita kalau itu bisa dilakukan, diperlakukan dengan sejajar, maka nggak perlu terlalu didorong-dorong dengan segala macam kemudahan, kita juga bisa maju. Intinya, kita buat supaya betul-betul bank syariah ini bisa matang, dewasa, untuk kompetisi di lapangan. Dan kalau ada kesulitan, mari kita selesaikan sama-sama. Saya kira kalau sudah begitu, kita akan tumbuh dengan sehat. Dan satu hal, untuk bisa seperti itu, aturan ekonomi syariah dan perbankan syariah yang ke-Indonesiaan, termasuk aturan fiqh-nya, itu saya kira diperlukan. Itu penting. Kita perlu untuk membangun Indonesia itu, fiqh yang seperti bagaimana yang diperlukan? Itu perjuangan kita semua. nYS

19 Sharing / 2008


Laporan Utama Prof. Dr. H. Veithzal Rivai, MBA

Industri Terhambat Bukan Hanya karena

Pemerintah tapi Internal

Anggota Dewan Pakar MES, Prof. Dr. H. Veithzal Rivai, MBA, menyambut positif diterbitkannya UUPS dan UUSBSN di Tanah Air. Namun menurut Pengajar Program Doktoral Ekonomi Syariah di Universitas Trisakti, Jakarta ini, dengan keluarnya kedua UU tersebut, bukan berarti permasalahan yang ada di industri keuangan syariah nasional rampung. Karena justru sekarang ini masih banyak PR syariah sendiri. Berikut perbincangan Sharing dengan Veithzal bulan lalu di Jakarta.

Bagaimana tanggapan Anda dengan telah disahkannya UU Perbankan Syariah dan juga UU SBSN? Pertama, tentu Alhamdulillah, karena yang kita nanti-nantikan akhirnya keluar juga. Kebetulan, saya diundang tiga kali saat hearing membahas UU ini. Namun, saya intinya tetap mempertanyakan, mengapa masih ada kata-kata syariah di belakangnya? Kenapa tidak langsung saja bank Islam? Kan rujukan hukumnya begitu. Di negara-negara maju seperti di Inggris, bahkan di negara tetangga kita di Malaysia, mereka sudah berubah dengan kata-kata Islamic Banking, karena dunia tidak kenal dengan kata-kata syariah. Kenapa kita tidak punya keberanian? Bagaimana dengan masalah PPN murabahah yang selama ini mengganjal, selesai kah dengan UUPS? Pajak itu masalah sejak lama sebetulnya. Makanya, harus diajak duduk bareng praktisi dari MES, IAEI, wakil dari Departemen Agama dan lain-lain, untuk duduk bareng dan menghitung betul-betul yang pajak itu apa? Sehingga tidak terulang untuk kedua kali. Nggak bisa jalan masing-masing. Secara regulasi juga tak cukup dengan UUPS harus ada perubahan UUPPN. Itu soal UUPS, bagaimana komentar Anda tentang SBSN?

20 Sharing / 2008

Kelemahan sukuk negara ini, sekarang ’kan negara sendiri masih kebingungan (karena) aset negara kan nggak punya daftar. Kita punya fisik benda, tapi surat nggak ada. Atau surat ada, akta tidak ada. Itulah salah satu kelemahan Indonesia sekarang. Kita tidak bisa secara cepat menyediakan aset yang mau diperdagangkan, itu yang mana sih? Disitulah kita tertinggal dari Malaysia, karena dia kan cepat gerakannya. Nah, untuk sukuk negara ini, kita bisa belajar dari Malaysia. Padahal, mula-mula mereka belajar pada kita, sekarang terbalik, kita belajar pada mereka. Tapi nggak apa-apa toh mereka sudah lebih maju. Bisakah kedua UU tersebut mendorong sektor ekonomi kita? Menurut saya bisa. Tapi itu kan berpulang pada aturan pelaksanaannya. Makanya, segera bikin dahulu Peraturan Pemerintah (PP)-nya yang cepat. Memang tidak semua UU perlu PP. Tapi kalau ada sesuatu yang tidak jelas, maka kata kuncinya kan di PP-nya. Nah, ketika membuat PP-nya, libatkanlah IAEI, MES, dan pihak terkait untuk merumuskannya. Setelah keluar PP, ulama kemudian bikin lagi fatwanya dengan rujukan Alquran dan Alhadits. Namun di sini saya juga ingin menyoroti peran ulama. Sejak Bank Islam pertama berdiri di Indonesia hingga sekarang ini, fatwa dari para ulama itu ada berapa sih? Seratus saja belum. Bank syariah ini kan tidak bisa beroperasi tanpa fatwa. Sehingga hemat saya, nggak usahlah ulama itu terlampau ikut terjun sebagai dewan syariah di bank-bank. Lebih baik, posisi itu diganti saja dengan yang namanya komisaris independen, tapi dipersyaratkan orangnya yang mengusai secara baik ilmu syariahnya. Karena itu, duduklah manis para ulama ini. Mari kita buat fatwa sebanyak-banyaknya.

Nah, kalau fatwa itu sudah banyak, kan sudah lebih leluasa berkembangnya bank syariah. Karena itu, saya tergolong yang kurang sependapat selalu menyalahkan pemerintah terhadap lambannya perkembangan bankbank syariah ini. Padahal, itu dari internal kita sendiri. Oke, bagaimana menurut Anda agar industri keuangan syariah di Tanah Air bisa berkembang lebih cepat di masa depan? Pertama, konversikan Bank BRI menjadi bank Islam. Karena Bank BRI itu punya 2500 gerai di seluruh Indonesia, punya aset Rp 200 triliun lebih, dan sejarah berdirinya Bank BRI itu adalah komitmen daripada para ulama. Sehingga kita tidak usah berpikir, bagaimana bank-bank lain untuk mengubah dari unitunit usaha (UUS) menjadi bank Islam. Karena, kalau semakin banyak UUS menjadi bank Islam, nanti jumlah bank-bank semakin banyak, sehingga berisiko bermasalah seperti di masa lalu. Buat apa jumlah banknya banyak? Karena banknya cukup dua atau tiga saja, tapi cabangnya banyak. Kedua, saya mengusulkan agar BI itu, yang mengurusi masalah perbankan Islam ini bukan lagi setingkat direktorat, tapi harus di level deputi. Ketiga, adanya hak inisiatif dari anggota DPR menawarkan kepada sidang anggota DPR, untuk membuat UU yang namanya UU Dual Economic System. Sehingga, secara politis di Indonesia diharapkan ada dua sistem ekonomi, yaitu sistem ekonomi Islam dan ekonomi modern. Dengan adanya UU ini, maka nantinya untuk melayangkan undang-undang berikutnya akan lebih mudah, karena sudah ada payung hukum besarnya. Seperti sekarang, sudah ada leasing Islam, namun belum ada undangundang yang mengaturnya. nYS


Laporan Utama

SERING RAPAT

SAMPAI PAGI Akhir 2006, dalam sebuah perbincangan di Kampus Universitas Trisakti, Jakarta, Wahyu Dwi Agung mengatakan salah satu tugas pentingnya adalah mengawal proses penerbitan Undang-undang Perbankan Syariah (UUPS). Wahyu, saat itu adalah Ketua Umum Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) sebelum digantikan oleh A Riawan Amin (2007-2012) saat ini. Sekretaris Jenderal (Sekjen) Asbisindo, Bambang Sutrisno, dalam satu bincangbincang santai dengan Sharing bulan lalu, menyinggung soal perjuangan Wahyu Dwi Agung untuk UUPS. Mantan Direktur Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Ariyah Jaya, Depok) ini, menurut Bambang punya andil yang besar, antara lain keseriusannya melobi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk memasukkan pembahasan RUUPS ke dalam program legislasi nasional (Prolegnas) dan diagendakan dalam rapat-rapat Komisi XI DPR. Dan kini, perjuangan Wahyu berbuah UUPS. Ibarat tonggak baru di perkembangan industri perbankan syariah Indonesia, kelahiran UUPS, menurut Wahyu akan diikuti tonggak-tonggak lainnya. Bisa dikatakan, sistem ekonomi syariah yang lebih melembaga lahir seiring berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) pada 1992. Ini lantas mendorong pendirian bank-bank syariah lain baik

yang Bank Umum Syariah (BUS) maupun yang Unit Usaha Syariah (UUS). Begitu pun harapannya dengan UUPS, akan melahirkan UU lain atau regulasi di bawahnya yang akan membuat perbankan syariah Indonesia makin maju di masa depan. ”Jika ada UUPS mungkin akan diikuti oleh aturan praktis lainnya, Peraturan Pemerintah (PP), Surat Keputusan (SK) Menteri, Peraturan Daerah (Perda), dan sebagainya. Ini semua bisa menjadi moral dan political force bagi pembangunan ekonomi bangsa”, jelas Wahyu. Kepada Sharing, Wahyu yang kini sibuk mengurus perusahaannya, MC Business menuturkan kisah perjuangan Asbisindo untuk UUPS. Juga sedikit pandangannya tentang UUPS kini. Bagaimana dulu Asbisindo memperjuangkan UUPS di DPR? Ya sebelumnya, satu yang bisa dibanggakan kan, UUPS ini merupakan satusatunya RUU dengan hak inisiatif di jaman kepemimpinan SBY. Jika ini hak inisiatif, berarti kan tidak ada ’uangnya’, ha ha ha. Untuk RUUPS, draftnya sendiri kan ada beberapa versi, dari organisasi masyarakat, akademisi, dan asosiasi industri. Asbisindo sendiri memiliki tim kecil yang terdiri dari 20 orang untuk menggodok RUU ini, terma-

Wahyu Dwi Agung Mantan Ketua Umum Asbisindo suk Pak Rizqullah (Pemimpin Redaksi Sharing —red) yang saat itu masih menjabat Kepala Divisi Syariah di BNI. Namun saat perjuangannya, penentunya saya karena saya aktif melakukan lobi ke sana kemari, terutama ke Komisi XI dan fraksi-fraksi di DPR RI. Ini kami lakukan di awal-awal perjuangan sekitar 2005-2006.Yang dilobi hampir seluruh fraksi agar RUU PS dibawa menjadi hak inisiatif. Saya termasuk yang sering mengapproach mereka dan membantu mereka untuk memahami substansi RUUPS. Di DPR tidak semuanya paham dan mengerti ekonomi syariah. Banyak memang yang belum paham. Sebagian besar malah tidak tahu detail, oleh karena itulah pekerjaan kami menjelaskan secara detail. Nah inilah yang memakan waktu lama. Saya dibantu kawan-kawan Asbisindo sering diminta menjelaskan tentang ekonomi syariah kepada anggota DPR tersebut. Penjelasannya macam-macam, tentang fungsi masingmasing organisasi dan jabatan di perbankan syariah dan sebagainya. Tidak jarang juga kami menjelaskan dasar-dasar syariah. Untungnya kami tidak sendirian, ada juga mitra yang membantu seperti dari Bank Indonesia (BI) dan praktisi. Jadi Anda tidak sendirian memperjuangkan RUUPS di DPR?

21 Sharing / 2008


Laporan Utama Ya, meskipun kadang-kadang saya sendirian di sana. Tapi sendiri benar sih tidak. Kebetulan saya sebagai ketua asosiasi saat itu, yang mencerminkan organisasi harus banyak hadir di DPR. Teman-teman di asosiasi juga turun tangan hingga lobi ke DPR. Saya bisa pahami jika teman-teman lain sibuk. Lagipula dengan latar belakang pendidikan hukum saya, saya paham proses pembahasan di DPR. Saya juga sudah terlanjur masuk ke lingkungan di Komisi XI. Itulah mengapa kemudian di media massa saat itu, jika soal RUUPS komentar yang muncul banyak dari saya. Seberapa rajin Anda menyambangi gedung DPR? Rajin sekali, ha ha ha. Ya, dulu itu karena padatnya pembahasan, rapat itu bisa sampai pagi, namun setelah ada Tata Tertib (Tatib) DPR yang baru, rapat tidak boleh lewat dari hari yang bersangkutan, diputuskan rapat hanya sampai jam 12 malam. Selesai tidak selesai harus ditutup. Dulu rapat itu tiap malam Kamis dan Jumat, saya datang untuk menemani tim kecil komisi XI membahas RUUPS. Tidak itu saja, sebelumnya banyak agenda rapat ke Bandung dan berbagai kota lain dengan anggota dewan. Setelah UUPS lahir, apa perasaan Anda? Hingga UUPS ini diketok palu memang perjuangannya cukup panjang. Makanya saya pernah berharap, di masa kepengurusan saya berakhir di Asbisindo, ini akan menjadi hadiah buat saya. Tapi kenyataannya lain dari harapan saya, hadiah tersebut baru terealisasi setelah masa kepengurusan saya. Tapi kan yang penting jadi juga. Karena, lahirnya UUPS bisa dikatakan bukan semata hadiah buat saya, tapi industri perbankan syariah Indonesia. Dari UUPS yang kemarin disahkan, adakah yang tidak sama dengan yang Anda harapkan? Memang ada beberapa. Tapi saya melihatnya dalam kacamata politik ada kemungkinan tidak semuanya kita bisa dapat. Dalam ushul fiqh juga begitu, jika tidak bisa kita dapat semuanya, ya jangan dibuang semuanya, terima saja. Makanya ketika terjadi tarik ulur lalu menjadi kesepakatan, jadilah draft yang kemudian diundangkan. Apa contohnya? Dari segi materi tampaknya masih

22 Sharing / 2008

ada. Dari draft yang versi kami kirimkan saja kan berbeda. Namun kami tidak ingin memperpanjang yang tidak disepakati, oleh karena itu kami berharap ada aturan pelaksaannya yang segera terbit. Yang tidak sama dengan versi kami itu misalnya, perlu Deputi Gubernur BI yang lebih spesifik mengurus perbankan syariah, produk tidak perlu disebut-sebut, penyebutan tentang UU Pajak yang lebih spesifik, keharusan pembentukan direktorat syariah di bank konvensional. Di bank konvensional itu kan biasanya ada lima direktur. Maka kami usul ada satu direktur membawahi satu unit syariah. Kan, share-nya satu direktur itu 20%, ini akan otomatis mendongkrak aset perbankan syariah di Indonesia. Kalau hanya mengandalkan UUS seperti sekarang, tumbuhnya aset industri ini paling hanya mencapai 3-4%. Tapi Anda sebagai orang yang dulu giat memperjuangkan UUPS versi Asbisindo menerima saja yang ada kini? Jika dilihat dampak psikologis dan yuridis, sebenarnya bisa lebih besar daripada yang subtansial atau material tadi. Dampak yuridisnya, begitu UU ini terbit, otomatis kan eksekutif harus melaksanakannya. Di negara hukum eksekutif harus menjalankan regulasi. Insyallah, setelah UUPS lalu terbit UU Haji, di mana orang haji bayarnya harus lewat perbankan syariah. Di Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) misalnya. Kaitannya dengan pembayaran uang kuliah mahasiswa jangan lagi ke bank konvensional, tapi ke bank syariah. UUPS akan menjadi referensi bagi departeman terkait untuk menggunakannya secara lebih luas. Lalu kini, apa harapan Anda se– telah UUPS terbit? Ini akan memicu dan mendorong ekonomi syariah secara umum, karena bagaimanapun ekonomi syariah di Indonesia lahir dipicu oleh kelahiran bank syariah pertama di Indonesia, yaitu Bank Muamalat Indonesia (BMI) pada 1992. Sehingga jika Jika ada UUPS mungkin akan diikuti oleh aturan praktis lainnya, Peraturan Pemerintah (PP), Surat Keputusan (SK) Menteri, Peraturan Daerah (Perda), dan sebagainya. Ini semua bisa menjadi moral dan political force bagi pembangunan ekonomi bangsa. Namun selama bank syariah hanya dilihat dari nilai 2% atau 5% (pangsa pasar terhadap perbankan konvensional—red), itu means nothing for us.masalah bangsa terlalu besar. Kita perlu aturan teknis yang nanti akan mengembangkan aset perbankan syariah dan ekonomi bangsa. n


Laporan Utama

INVESTOR LUAR NEGERI

AKAN MASUK Meski sebagian kalangan mengatakan terlambat menerbitkan sukuk negara, Indonesia tetap menarik di mata investor luar negeri, terutama investor petrodollar (Timur Tengah). Penerbitan UUSBSN dianggap langkah awal yang tepat untuk menarik modal besar yang kini bergentayangan di seluruh Indonesia. Tidak hanya dari kalangan Muslim, non Muslim juga. Hanya, diperlukan kejelian meluncurkan jenis sukuk negara di Indonesia nanti. Associate Partner Batasa Tazkia yang mantan Group Advisor Batasa Capital, Muhammad Gunawan Yasni melihat yang bagus untuk awal ini adalah sukuk dalam denominasi rupiah dan untuk dalam negeri. Soalnya, selain tidak perlu melakukan lindung nilai (hedging), infrastrukturnya juga sudah cenderung lebih siap. Ia pun tidak memandang sebelah mata sukuk rupiah. “Pihak luar negeri pun pasti tertarik membeli�, kata Gunawan kepada Sharing, bulan lalu. Lebih lagi, Gunawan memandang penerbitan UUSBSN dan UUPS mesti dimanfaatkan sebaesar-besarnya untuk pengembangan industri perbankan dan keuangan syariah di Indonesia. Terutama untuk menyambungkan antara dunia perbankan dan sektor riil. Berikut, kutipan wawancaranya.

UU SBSN sudah disahkan, sukuk negara akan keluar dalam waktu dekat, menurut Anda bagaimana? Sangat bagus. Saya amat mendukung penerbitan sukuk setelah terbitnya UU SBSN, terutama sukuk dalam negeri, saya selalu sampaikan advise ke Departemen Keuangan (Depkeu) dalam hal ini Pak Dahlan Siamat (Direktur Pembiayaan Syariah) dan Rahmat Waluyanto (Dirjen Pengelolaan Utang Negara), tolong utamakan distribusi sukuk negara itu dalam negeri, itu yang penting. Kita kan sudah capek-capek selama ini membangun infrastruktur sukuk untuk yang dalam negeri. Walaupun dikeluarkan dalam bentuk sukuk rupiah sekalipun, pihak luar negeri pun pasti tertarik membeli. Jika kita tetap menerbitkan sukuk dalam denominasi dollar, sesudah begitu kita harus hedging dulu. Sudah, terbitkan saja sukuk rupiah, jumlahnya diperbanyak. Kalau kita hitung potensi diserapnya sukuk negara oleh fund manager, Rp 3 Triliun mungkin habis dibeli oleh mereka. Coba hitung, saat ini ada sekitar 30 manajer investasi yang mengelola reksadana syariah, mereka akan membeli sukuk negara ini. Untuk perbankan syariah, karena mereka ingin berkembang sedekatdekatnya dengan lima persen, kan dia harus

M. Gunawan Yasni mengembangkan hampir Rp 40 Triliun, artinya kalau cuma Rp 3 Triliun saja, bisa habis diborong untuk perbankan syariah. Masih ada room yang lain lagi, Rp 3 Triliun tersebut mungkin bisa untuk kalanagan non perbankan seperti asuransi, lembaga pembiayaan, atau masyarakat yang ingin memiliki sukuk negara. Artinya, nilai Rp 9 Triliun itu minimum bisa laku di dalam negeri. Jika sudah seperti itu, dari inventarisasi kekayaan negara yang sudah disiapkan dalam denominasi dolar senilai Rp 18,3 Triliun, harusnya yang itu tunggu saja tunggu berapa lakunya. Kalau ternyata lakunya besar, oversubscribed sampai belasan Triliun, keluarkan saja majority-nya dalam rupiah, kita tidak usah capek-capek melakukan hedging. Apa efek terbitnya UUSBSN terhadap pertumbuhan industri? Multiplier effect-nya, investor luar negeri akan masuk. Jika dengan denominasi rupiah saja yang beli banyak, artinya kan rupiah kita diminati. Rupiah mestinya bisa menguat, belum lagi investasi dalam bentuk lain. Seperti, yang bakal dirasakan oleh BUMNBUMN, emiten-emiten yang ada. Ini akan berdampak ke pendanaan dari luar negeri,

23 Sharing / 2008


Laporan Utama

proyek-proyek BUMN atau emiten tersebut akan didanai. Contohnya lagi, ke depan, bukan tidak mungkin perusahan-perusahaan asing yang ingin menerapkan pola syariah, akan membeli saham syariah untuk perusahan-perusahaan yang baru yang bisa masuk dalam efek syariah. Bahkan mungkin sebelum IPO dia bisa masuk lebih dulu. Tapi tentunya kita juga harus mengawasinya sesuai UU Penanaman Modal Asing. Investor luar negeri juga diberi kesempatan masuk dalam bentuk investasi lain. DSN sudah menerbitkan Fatwa No 59 tentang obligasi syariah mudharabah konversi, itu bisa dipakai sebagai entry point bagi investor luar negeri untuk masuk ke Indonesia dalam bentuk rupiah. Tidak perlu melakukan hedging seperti pinjaman luar negeri yang selama ini kita ambil. Saya rasa, efek multipliernya akan luar biasa. Apa harapan Anda setelah terbitnya

24 Sharing Sharing // 2007 2008 00

UUSBSN dan akan terbitnya sukuk negara? Saya pikir gunakan kesempatan sebanyak-banyaknya yang dimungkinkan dengan fatwa-fatwa dan produk-produk hukum di ekonomi keuangan syariah ini untuk menarik investor sebanyak-banyaknya dalam konteks syariah. Dalam konteks ini, kita tidak terbebani dengan yang namanya bunga. Kalau yang namanya bunga itu kan akan menaikkan cost secara ekonomi, sementara kalau konsepnya yang dipakai adalah seperti obligasi mudharabah konversi untuk menarik dana dari luar negeri, itu kan sendirinya akan otomatis hedging. Menariknya sukuk rupiah, selain denominasinya, dia akan masuk ke pasar modal, lalu sahamnya akan dimiliki oleh investor. Saham kan bentuk yang sangat syariah, jadi antara dunia keuangan dan sektor riil akan terjadi intermediari secara langsung. Itu yang jarang terjadi selama ini dengan sistem keuangan konvensional. Pergunakan kesempatan dengan adanya fatwa dan produk-produk hukum positif yang sangat mengakomodasi produk keuangan syariah.

Adakah acuan di luar negeri untuk penebitan sukuk kita ini ? Biasanya dari saudara serumpun, Malaysia. Tapi acuan kita juga jangan hanya melihat succes story, lihat juga bad stroy, misalnya ketika sukuk yang diterbitkan tidak begitu laku di pasar internasional. Ambil contoh sukuk murabahah yang berbasis jual beli yang pernah dikeluarkan di Dubai. Di Timur tengah tidak begitu laku, tapi di Malaysia bisa dijual. Tidak lakunya karena yang namanya murabahah tidak bisa langsung diperjual belikan kalau barangnya tidak ada. Makanya, jika kita mengacu ke Malaysia tapi harus hati-hati juga. Jadi, sukuk apa yang terbaik untuk Indonesia? Ambil antara saja, apa yang terjadi di Malayisa dan yang terjadi di Dubai (Timur Tengah), kita ambil yang seperti di Malyasia tapi juga perlu diperhatikan yang banyak diterima secara internasional. Itulah perlunya pengawasan dan nasehat dari Dewan Syariah Nasional dan pakar keuangan syariah kita. Jadi, bisa dikatakan, Indonesia masih menarik bagi investor luar negeri, terutama Timur Tengah? Ya, sangat menarik karena sektor rill kita banyak. Kita ini kan mengalami kemiskinan di tengah-tengah kekayaan. Poverty in the middle of plenty. Jadinya, diperlukan cara untuk mengelola modal atau kekayaan ini agar berguna untuk kemiskinan. Jangan sampai pemodal yang mengambil manfaat sebanyak-banyaknya. Konsepnya adalah sharing. Kalau mau membangun negara ini menjadi kaya, ambillah kekayaan sebagian orang secara Islam. Bukan permodalan dengan konsep jahiliyah atau ribawi. n


Resensi

Inspirasi Kebahagiaan dari Jalur Spiritual Pakar tasawuf KH Jalaluddin Rakhmat satu kali berkomentar bahwa kebanyakan umat Islam rajin beribadah karena mengejar kebahagiaan di akhirat. Padahal Islam mengajarkan kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat. Fid Dunya hasanah, wa fil akhirati hasanah. Jika kita bisa berbahagia di dunia dan akhirat mengapa harus memilih bahagia di akhirat saja. Pencarian kebahagiaan hakiki kerap mengantar orang pada berbagai kajian, tarikat dan perenungan secara khusus.

Alquran The Ultimate Secret Penulis : Astrid Darmawan / Muhammad Hidayat Penerbit : Ufuk

Astrid Darmawan yang dulu pernah menjadi foto model dan kini hari-harinya lebih condong ke sufisme di tengah pekerjaan memimpin ladies branch untuk DKI Syariah, ingin berbagi keyakinan. Dia ingin menyampaikan

JIka ada waktu tengok saja pengajianpengajian di perkotaan dan di wilayah urban. Mereka lah orang yang merasa haus akan kebahagiaan hakiki. Maklum, dunia modern menghempaskan orang dalam kesibukan, pencarian akan sesuatu yang bersifat materi. Pada saat itu banyak orang yang secara materi tercukupi tapi tetap merasa hidupnya ada yang kurang. Di situlah mereka melakukan perjalanan spiritual, mencari ketenangan atau keseimbangan dalam hidup. Itulah manusia. Mereka terdiri atas tubuh dan ruh. Tubuh membutuhkan makanan

Rahasia Alquran dan tarik menarik dan pengalaman orang-orang besar dalam sejarah Islam. Astrid mengaku percaya bahwa bila pembaca mengetahui Rahasia itu maka hidupnya akan bahagia. Pikiran negatif harus dihilangkan dan sebaliknya harus percaya pada Daya Kasat Mata yang selalu bekerja untuk Anda maka apapun yang Anda pikirkan akan menjadi kenyataan. Tinggal bagaimana membuat alam semesta mematuhi Anda. Kata Astrid, sejatinya Rahasia Sejati itu telah terungkap 14 abad silam. Rahasia sejati itu sering digenggam dan dibaca berulang kali oleh banyak orang. Namun, masih banyak yang belum tahu bagaimana memahami dan menerapkannya hingga akhirnya tersesat dalam kebahagiaan semu. Sebagaimana buku Buat Apa Shalat yang ditulis Haidar, buku karya Astrid Darmawan ini juga memuat kutipan-kutipan sehingga lebih ringan. Meskipun kontennya relatif berat atau cukup memuat kening berkerut untuk memahami karena muatan filsafat yang dalam. Astrid membagi buku ini dalam kisah penyingkapan rahasia Alquran, Alquran sebagai peta kehidupan, Penyederhanaan rahasia Alquran, Langkah Perbaikan Kembali ke Fitrah yang terdiri dari berpikir, tekad, pengondisian pikiran, pengendalian pikiran,

materi. Tapi, ruh membutuhkan makanan spiritual. Berbagai buku tentang pencarian atau jalan hidup spiritual kini menjadi buku yang laris di pasar. Buku-buku itu sebetulnya bukan hanya untuk dibaca sebagai pengetahuan semata tapi juga untuk diikuti tips-tipsnya. Buku tentang kunci mencari kebahagiaan spiritual kini juga dibuat dengan desain dan tata letak yang lebih menarik disamping berupa pointerpointer yang memudahkan pembaca. Beberapa buku dikarang oleh pakar filsafat, orang biasa atau mungkin public figure. Berikut kami kutipkan untuk Anda.

pengendalian perasaan dan mengingat, Kekuatan Energi Aktif, Menggunakan Rahasia Alquran yang terdiri dari ‘Semua berasal dari niat Anda, tujuan menuntut ilmu, proses pembentukan, dan langkahlangkah dimulai dari berdoa, yakin, ridha, Aktif dalam bersyukur serta berapa lama waktu yang dibutuhkan dan bentuklah hari Anda, serta bab penutup yakni rahasia rizki dan rahasia sedekah. Kadang ada bagian yang cukup cair dan mudah dicerna karena sekuel itu merupakan kisah. Tapi ada muatan yang berat yang harus dibaca berulang supaya tidak salah makna. Misalnya Astrid menulis demikian, ‘’Sebagai khalifah Allah, Anda berbeda dengan semut dan hewan. Sebab anda dimuliakan Allah SWT. Kemampuan manusia memperoleh rizki ditentukan oleh daya pikirnya. Artinya semakin besar pikiran diarahkan untuk itu maka semakin besar peluang untuk memperoleh rizki. Namun buku ini tetap memberi pencerahan dan afirmasi bahwa kekuatan pikiran untuk memahami harta karun yang amat berharga bernama Alquran yang rahasianya dan dengan mengikuti petunjuknya kita akan menerima kelimpahan di segala aspek kehidupan.

25 Sharing / 2008


Resensi

Buat Apa Shalat? Kecuali Jika Hendak Mendapatkan Kebahagiaan dan Ketenangan Hidup Penulis : Haidar Baqir Penerbit : Mizan

Satu kali Nabi Muhammad berseru kepada Bilal. ‘’Senangkan aku wahai Bilal.’’ Bilal bangkit dan kemudian melantunkan azan. Mereka kemudian shalat. Buku ini menurut Haidar dalam kata pengantar sebetulnya bentuk dari pencariannya akan makna shalat. Mengapa shalat begitu ditekankan dalam Islam dan mengapa dirinya yang telah beranjak ke usia matang masih sering tidak manghayati makna shalat, sementara ada kesadaran adanya kelompok modern bertasawuf yang menekankan spiritualitas tanpa ritus. Buku ini memaparkan fungsi dan manfaat shalat secara indah dan mendalam dan tanpa kesan menggurui. Buku ini lebih mirip sebuah refleksi bagi yang membaca. Di dalamnya banyak kisah para sufi terkait ajaran shalat. Haidar pada bagian awal memaparkan bahwa shalat secara harfiah berarti doa. Kata shalat juga memiliki akar kata shilah yang berarti silaturahim atau hubungan kasih sayang antara manusia dengan Allah Sang Pencipta. Shalat menurut beberapa ahli tasawuf adalah mi’rajnya orang beriman. Selain dalam makna sesungguhnya yakni shalat itu merupakan pertemuan antara manusia dan Tuhannya, kewajiban shalat juga diturunkan saat peristiwa Mi’raj Nabi. Alquran menekankan bahwa shalat sebagai ibadah yang amat ditekankan itu ternyata memiliki fungsi antara lain mencegah dari perbuatan buruk, sumber petunjuk, sarana

meminta pertolongan, pelipur jiwa dan mendatangkan kebahagiaan. Karena shalat yang dilakukan secara teratur akan melahirkan kreativitas karena dalam shalat ada flow yang dalam aliran psikologi positif diterjemahkan bahwa flow adalah aliran sumber kebahagiaan. Berdasar penemuan mutakhir dinyatakan bahwa penyakit sebenarnya berasal dari penyakit jiwa dan banyak penyakit tubuh dapat disembuhkan melalui ketenangan jiwa. Dan shalat itu juga menjaga kesehatan tubuh. Dari ajaran tentang shalat di dalam Alquran ditunjukkan tujuan penciptaan manusia dan diutusnya Nabi Muhammad sebagai rasul adalah untuk menyembah kepada Allah dan menyempurnakan akhlak manusia, dan agar rahmat Allah tersebar ke seluruh semesta. Dengan begitu tampak pula bahwa ibadah shalat juga memiliki pesan yang sama yakni mencegah akhlak buruk, menanamkan kesadaran serta mendorong tindakan menebar rahmat dan amal saleh. Itulah makna mengapa shalat jadi ibadah yang lebih utama dari ibadah yang lain yakni karena shalat mengandung di dalamnya tujuan puncak penciptaan manusia serta pengutusan Muhammad SAW dan diajarkannya Islam. Di luar itu shalat memiliki manfaat lain sebagaimana disebutkan di atas.

3T Tobat, Tasbih dan Tahajud

pertobatan pada nabi mulai dari Nabi Adam as, Nabi Nuh as, Nabi Musa as, Nabi Dawud as, Nabi Sulaiman as, Nabi Yunus as dan Nabi Muhammad SAW yang berdiri dan melakukan shalat hingga kakinya memerah gemetar padahal sudah dijamin bahwa dia terbebas dari salah dan dosa. Kisahnya amat rinci sehingga bisa dijadikan pelajaran. Kemudian buku ini mengupas teknis shalat tahajud, berzikir dan berwudhu serta keutamaan majelis zikir. Ajaran zikir ini amat penting karena hanya dengan berzikir dapat menenteramkan hati. Juga makna gerakan shalat dan bacaan zikir yang dianjurkan. Ini lebih mirip zikir orang-orang tarikat. Sayang ulasan filosofisnya kurang detail. n YN

Penulis : Zaini Ali Akbar Penerbit : Pena

Buku ini banyak berisi tuntutan praktis tentang shalat Tahajud dan berzikir secara khusus. Tuntutan tentang shalat Tahajud dan zikir ini bermula dari ajaran para nabi tentang taubat. Buku ini mengisahkan pertobatan pada Nabi sebagai contoh bahwa para nabi yang kedudukannya sangat mulia masih harus bertaubat. Bagaimana dengan kita, manusia modern sekarang ini. Buku ini banyak memuat kisah

26 Sharing / 2008


Analisa Peristiwa International Halal Exhibition 2008

INDONESIA BISA MENJADI PUSAT HALAL DUNIA

Industri produk halal di dunia kini tengah menggeliat. Seiring tuntutan yang semakin besar dari umat Muslim di seluruh dunia terhadap terjaminnya kehalalan dari produk-produk yang beredar di pasaran. Dampaknya, volume perniagaan produk halal secara lokal, regional, maupun internasional, terus meningkat dari tahun ke tahun. Fenomena tersebut kini juga tengah merambah Indonesia. Sejak beberapa tahun terakhir ini, pangsa pasar produk halal di Tanah Air terus bergairah. Kebutuhan produk halal, terutama dari konsumen umat Muslim yang peduli terhadap masalah ini, membuat perusahaan-perusahaan di Tanah Air tergerak untuk segera mendaftarkan sertifikasi halal bagi produk-produknya. Saat ini di Indonesia telah diberikan sertifikasi halal kepada 2.800 perusahaan dengan jumlah 60.000 item produk. Dari angka tersebut, sebanyak 80 persen populasinya adalah produk makanan dan minuman, sedangkan sisanya produk di

Potensi pasar produk halal dunia dalam satu tahun ke depan ini bisa mencapai 2,1 triliun dolar AS. Terbuka peluang bagi Indonesia untuk mengambil pangsa pasar tersebut, mengingat posisi Indonesia sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia.

luar itu, seperti kosmetik dan lainnya. Memang seperti kata Menteri PertanianAnton Apriantono, sudah selayaknya produk halal menjadi perhatian lebih bagi bangsa Indonesia sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia. Bahkan Anton sampai mengusulkan, agar dalam UU Jaminan Produk Halal yang sekarang ini masih digodok, instrumen sertifikasi halal agar diwajibkan terhadap produk-produk yang beredar di pasaran. “Karena alasannnya sangat logis. Kalau kita bikin produk di Indonesia, mau dijual ke siapa? Konsumen Indonesia, ‘kan? Konsumen Indonesia itu sebagian besar Muslim, kan? Maka, harus halal dong,” ujar Anton usai meresmikan International Halal Exhibition (IHE) 2008, awal Juli lalu di Balai Kartini, Jakarta. Anton menambahkan, Indonesia punya potensi menjadi produsen terbesar untuk poduk-produk halal, tak hanya untuk di dalam negeri saja, bahkan juga untuk negaranegara Muslim lainnya. Apalagi, lanjut Anton, Indonesia sudah lebih dahulu atau lebih lama dalam meng-establish sistem sertifikasi halal.

“Saya banyak berbincang dengan MUI, agar halal sertifikat sistem kita ini disempurnakan, agar bisa berlaku secara universal, artinya bisa berlaku untuk seluruh dunia,” jelas Anton bersemangat. Meski masih jauh dari harapan, agaknya pemerintah kita saat ini mulai tidak lagi memandang sebelah mata tentang potensi produk halal ini. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat menjadi keynote speech di pertemuan Forum Ekonomi Islam se-Dunia (World Islamic Economics Forum, WIEF) di Kuala Lumpur, pertengahan 2007 lalu mengatakan, perkembangan industri produk halal dunia yang pesat harus dimanfaatkan sepenuhnya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Presiden SBY juga meminta agar hubungan perdagangan sesama negara Islam harus diperkuat. “Negara Islam akan menyesal, jika tidak mampu memanfaatkan pasar halal dunia. Pasar industri pangan halal dunia mencapai USD 600 miliar dengan pertumbuhan 20-30 persen per tahun. Sehingga tidak kurang dari USD 10 miliar

27 Sharing / 2008


Analisa Peristiwa transaksi pasar halal terjadi di Indonesia, ” jelas Presiden Potensi Menjadi Hub Halal Dunia Sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, maka Indonesia memang harus mengambil inisiatif agar bisa menjadi pusat perdagangan halal dunia. Hal itu ditegaskan Ketua MUI KH Amidhan pada konferensi pers IHE 2008, sesaat setelah acara pembukaan. “Potensi pasar kita cukup besar, sehingga bisa jadi acuan bagi produsen halal untuk menjadikan Indonesia sebagai target pasar dunia, ” kata Amidhan. Lebih jauh diuraikan Amidhan, pasar produk halal tahun 2008 ini diperkirakan akan menembus hingga USD 2.1 triliun. Jika ini tercapai, maka akan terjadi peningkatan lebih dari 100% total pasar tahun 2007 yang mencapai 1 triliun dolar AS. Karena itu, lanjut Amidhan, Indonesia diharapkan dapat mengambil 60% dari pasar tersebut. Hal itu didorong Indonesia masuk empat besar penduduk di dunia setelah China, India, dan AS. “Tentunya, hal ini merupakan potensi pasar yang tidak bisa diabaikan untuk pemasaran produk halal, ” tegas Amidhan. Lebih lagi, menurut Amidhan, kesadaran masyarakat Muslim di dunia untuk mengonsumsi produk halal akan menjadikan target investasi bagi para produsen halal di dunia. “Tak hanya umat Islam, umat nonMuslim pun banyak yang menjadi konsumen produk halal, karena, pada setiap produk halal ada unsur kebaikan yang menyehatkan, ” jelasnya. Dengan menjadikan Indonesia sebagai pusat halal dunia, lanjut Amidhan, ada beberapa hal yang dapat diwujudkan, yakni potensi ekonomi yang mantap dan berbasis halal serta meningkatkan kemampuan SDM, di mana ada sinergi antara ulama dan para saintis untuk melakukan pemeriksaan halal. Terbukanya peluang Indonesia untuk menjadi hub halal dunia seperti diuraikan Amidhan di atas memang bukan isapan jempol belaka. Karena nyata-nyata, para

28 Sharing / 2008

investor luar memang sudah mulai melirik pasar di Indonesia untuk peredaran produkproduk halal ini. Seperti diungkap Nor Zaihan Bin Suriat Othman, Asisten Manager PR Perbadanan Kemajuan Pertanian Selangor (Selangor Agricultural Development Corporation). Nor Zaihan mengatakan, dengan penduduk Muslim di Indonesia yang sudah mencapai kirakira 200 juta jiwa, maka badan tempatnya bekerja itu tertarik untuk memasarkan produk halalnya ke Indonesia. “Jadi pasaran produk halal di Indonesia ini begitu luas. Kita dari Selangor juga ingin mengambil peluang ini untuk menceburi (masuk) ke Indonesia. At least, kalau kita dapat 1 persen saja pengguna (produk kita) di Indonesia, berarti sudah 2 juta, kan? Kalau dapat 10 persen, sudah 20 juta, kan? Berarti sudah hampir menyamai penduduk Malaysia,” jelas Nor Zaihan bersemangat. Noor Zaihan menambahkan, dengan potensi Indonesia yang sangat besar di atas, maka pihaknya yang selama ini banyak memproduksi produk-produk halal, berupa makanan dan juga produk herbal kesehatan, saat ini tengah menjajaki masuk ke pasar Indonesia. ”Kami di pameran Internasional Halal Expo ini untuk memperkenalkan produk, sekaligus mencari mitra-mitra untuk bekerjasama memasarkan produk kami di Indonesia,” katanya lagi. Perlu Sinergi Menanggapi potensi Indonesia menjadi pusat perputaran produk-produk halal dunia, Direktur LP POM MUI Dr Nadratuzzaman Hosen menanggapinya kritis. Menurut Nadra,

Anton Apriyantono potensi di atas baru bisa terealisasi apabila terdapat sinergi di antara halal produsen, halal trade dan juga Islamic finance. ”Kondisi sekarang, antara halal produsen, halal trade, dengan Islamic finance, belum bersinergi. Padahal, dana dari Timur Tengah yang sekarang tidak likuid dan sangat banyak itu, kalau bisa diinvestasi ke halal production dan diperdagangkan, itu multiplier effectnya sangat luar biasa,” jelas Nadra dengan menggebu. Menurut Nadra, potensi produk halal di atas memang seharusnya bisa kita tangkap. Apalagi Indonesia sekarang ini sangat membutuhkan investasi yang


Analisa Peristiwa masuk. ”Yang bisa kita tawarkan ke negara Timur Tengah adalah investasi yang berbasis halal, karena mereka akan selalu bicara dengan skim yang serba halal. Mulai dari zatnya, dari sistemnya dan keuangannya. Ini yang harus kita kembangkan terus di Indonesia,” tegas Nadra. Nadra lalu memperingatkan, dalam hal ini Indonesia harus bergerak lebih cepat, karena negara-negara Asia lainnya, bahkan juga yang berbasis non Muslim pun sudah banyak yang melirik potensi pasar produk halal dunia, seperti China, dan Thailand. ”Ini yang kadang-kadang belum ditangkap oleh para pengusaha Indonesia, bahkan juga belum ditangkap secara maksimal oleh pemerintah. Padahal, ini harus kita kembangkan, karena produk halal sekarang sudah menjadi tren global. Ini new oportunity business yang sangat besar,” tandas Nadra lagi.

Dalam IHE 2008 itu sendiri dipamerkan beragam produk-produk halal dari Indonesia, serta dari beberapa negara Asia lainnya, seperti Malaysia, China, Srilanka, yang mencakup produk-produk seperti makanan dan minuman, produk kosmetika, fashion, barang habis pakai, obat-obatan, penerbitan, teknologi infor-masi dan jasa keuangan. IHE 2008 juga menghadirkan beragam penjual (sellers) dan pembeli (buyers) dari berbagai negara. Menurut Amidhan, penyelenggaraan IHE 2008 ini memang diharapkan sebagai sarana pasar yang penting bagi para pelaku perdagangan, investor, agen, masyarakat bisnis, importir, eksportir, asosiasi¬asosiasi perdagangan dan pemerintah untuk menjalin jaringan kerjasama dan memperkuat hubungan kemitraan. Selain juga bertujuan untuk menyediakan informasi bagi para pelaku industri produk-produk halal tentang peluang dan kesempatan yang sangat besar di pasar global. nYS

IKLAN STEI TAZKIA

Noor Zaihan


Analisa Peristiwa akan merevisi Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000 tentang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM). Ketua Panitia Kerja RUU PPN dan PPnBM Vera Febyanthy mengatakan, pihaknya akan ngebut membahas RUU ini. "Biar tahun ini bisa selesai," kata Vera sebagaimana dikutip Kompas, 23 Juli 2008.

Ganjalan Pajak Ganda

dari Kebon Sirih mengerucut ke sebuah solusi”. Ini dikatakannya saat menjadi salah satu narasumber dalam diskusi bulanan Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) bertema ”Problem Solving of Double Tax Issues in Sharia Product Finance” di Jakarta, 23 Juli 2008. Tenaga Pengkaji Bidang Ekstensifikasi dan Intensifikasi Ditjen Pajak Caturini Widosari yang menjadi narasumber lainnya pada diskusi tersebut mengatakan saat ini pihaknya tengah mempersiapkan diri jika suatu waktu dipanggil DPR untuk membahas RUU PPN. Dalam RUU tersebut disebutkannya kepentingan industri syariah sebenarnya akan difasilitasi dalam salah satu pasal yang menyebutkan: ‘Penyerahan barang kena pajak dalam rangka pembiayaan berdasarkan prinsip syariah akan dikategorikan bukan merupakan penyerahan barang kena pajak’. ”Kalau bukan penyerahan barang kena pajak, bagaimana tersentuh PPN?” tegasnya kepada Sharing di sela-sela diskusi. DPR sendiri, seperti diberitakan berbagai media massa, menyatakan akan membahas RUU PPN yang ditargetkan selesai dan bisa disahkan pada 2008 ini. Saat ini, sepuluh fraksi di DPR tengah menyusun daftar inventarisasi masalah (DIM) di RUU PPN yang baru yang

Meski titik cerah sudah terlihat, masih ada ganjalan pembebasan pajak ganda transaksi murabahah yang justru datang dari regulator perbankan. Masalah pajak ganda di transaksi murabahah hampir terpecahkan. Pajak ganda ini selama ini dituding sebagai salah satu hambatan pertumbuhan industri perbankan syariah di Indonesia. Direktur Utama Bank Syariah Mandiri (BSM) Yuslam Fauzi menjelaskan, dari berbagai pertemuan industri-Direktorat (Ditjen) Pajak-Direktorat Perbankan Syariah BI-Dewan Syariah Nasional MUI sudah ditemukan kesamaan pandangan, bahwa terkait dengan transaksi murabahah agar disesuaikan dengan ketentuan BI yaitu diperlakukan sebagai pembiayaan bank, bukan jual beli. Pada Penjelasan Pasal 19 Undang-undang Perbankan Syariah (UUPS) yang baru disahkan DPR pun, disebutkan, akad murabahah adalah akad pembiayaan suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai keuntungan yang disepakati. Jika itu pembiayaan, tidak bisa dikenakan pajak pertambahan nilai (PPN) seperti halnya transaksi jual beli. Yuslam lalu menegaskan, “Dari diskusi-diskusi arahnya

30 Sharing / 2008

Solusi di Bawah Tangan Di saat RUU PPN belum menjadi UU PPN yang baru, sementara industri perbankan syariah butuh perlakuan pajak yang adil, Ketua DSN MUI, KH Ma’ruf Amin menyarankan solusi di bawah tangan. Solusi ini, diungkapkannya dalam kesempatan yang sama, adalah prinsip syariah bisa digunakan oleh bank tetapi yang muncul ke permukaan, atau menggunakan istilah pembiayaan yang tidak salah menurut UU Pajak. Karena akadnya pembiayaan, jadi tidak kena PPN sebagaimana dikenakan dalam transaksi jual beli. Solusi ini, menurut Caturini sebenarnya sudah mengemuka dalam pertemuan antara para stakeholders industri ini dengan regulator beberapa waktu lalu. Ditjen Pajak mengungkapkan kemungkinan penggunaan Dasar Pengenaan Pajak (DPP) Nilai Lain sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat 17 UU No18 tahun 2000 (UU PPN). Pasal tersebut memberi wewenang kepada Menteri Keuangan (Menkeu) untuk memutuskan penghitungan pajak dengan nilai lain. Dalam hal ini, Caturini memberi ilustrasi untuk transaksi murabahah dengan DPP Nilai Lain. Bank membayar barang senilai Rp 100 kepada supplier dengan harga Rp 110 (kena PPN 10%). Kepada nasabahnya bank mengenakan harga Rp120 belum termasuk PPN (Rp 20 adalah margin yang disepakati dengan akad murabahah). Ditjen Pajak hanya melihat harga jual dari bank ke nasabah adalah Rp 100 bukan Rp120 karena bank sudah membayar PPN atas transaksinya dengan supplier dan mengenakan 10% PPN kepada nasabahnya. “Dengan menetapkan nilai lain, kami anggap harga jual dari bank ke konsumen adalah Rp 100. Sehingga (sesuai PPN—red) bank dikenakan 10%. Lalu bank memungut 10% (sesuai PPN—red) dari nasabah. Tidak ada lagi kan yang harus disetor? Tapi bank harus bikin faktur kan dan dilaporkan di SPT. Itulah beban administrasinya, walaupun secara rupiah tidak ada yang harus dibayar


Analisa Peristiwa Ekonomi Syariah lagi”, jelas Caturini. Selama ini, kisah Caturini bank dikenakan PPN 10% dari nilai Rp120 yang dijualnya ke nasabah, yaitu Rp 12. Karena dia sudah dikenakan PPN saat membeli dari supplier, maka Rp12 dikurangi Rp10 berarti dia harus bayar ke negara Rp 2. Inilah yang menurutnya dikeluhkan perbankan syariah selama ini. Karena Rp20 itu merupakan margin untuk bank. Di perbankan konvensional keuntungan Rp 20 tersebut, yang disebut bunga, tidak dikenakan PPN. Dengan DPP Nilai Lain, bank syariah tetap kena PPN tapi impas dengan yang dikenakannya kepada nasabah. ”Bukan tidak kena PPN, tetap kena”, tegas Caturini. Ganjalan di Regulator Presiden Direktur Karim Business Consulting (KBC) Adiwarman Karim mengingatkan akar masalah pengenaan pajak ganda murabahah ini. Menurutnya adalah Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor:7/46/PBI/ 2005 tentang Akad Penghimpunan dan Penyaluran Dana Bagi Bank yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah, Pasal 1 Poin 7. Pasal itu intinya menyebutkan bahwa murabahah adalah jual beli. Dalam PBI 9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa Bank Syariah yang menggantikan PBI 7/46 tadi, definisi murabahah juga

Upaya Penyelesaian Pajak Ganda Transaksi Murabahah 22 Juni 2007 Direktur Direktorat Perbankan Syariah (DPbS) Bank Indonesia mengirim surat kepada Ketua Perbanas yang menyatakan bahwa transaksi murabahah termasuk pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dan merupakan salah satu jenis jasa perbankan yang dikecualikan dari pengenaan PPN. Hal ini sesuai dengan bunyi pasal 4A UU PPN dan PP No. 144 tahun 2000 (vide surat No.9/942/ DPbS perihal Penegasan atas Jasa Perbankan sebagaimana dimaksud dalam UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan); 12 Juli 2007 BSM bersama Kompartemen Perbankan Syariah (KPS) Perbanas menghadiri pertemuan dengan Deputi Sekretaris Wakil Presiden RI Bidang Ekonomi dan Direktorat Perbankan Syariah BI dan

’jual beli’. Pun dengan PBI berikutnya, PBI 5/7/2003 tentang Kualitas Aktiva Produktif bagi Bank Syariah dan PBI No 5/9/2003 tentang Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif bagi Bank Syariah. Menurut Adiwarman, inilah yang membuat Ditjen Pajak mengenakan PPN kepada transaksi murabahah. ”BI harusnya menyesuaikan PBI dengan penjelasan Pasal 19 UUPS”, imbuh Adiwarman. Dalam praktik asuransi pun, murabahah masih disebut sebagai jual beli dan dimasukkan dalam pos persediaan masuk dan keluar pembukuan bank syariah. Ini diatur di salah satu Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 102109 tahun 2007, yaitu pada SAK Murabahah No.102. PSAK disusun oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Dengan begitu, bank syariah dapat dianggap sebagai perusahaan perdagangan dan bukan bank sehingga kena PPN. Pun dengan Pernyataan Akuntansi Bank Syariah Indonesia (PABSI) yang disusun BI pada 2003. ”Inilah PR-PR yang harus diselesaikan,” tegas konsultan keuangan syariah ini. Sementara itu, Yuslam Fauzi menguraikan, BI sudah mensimulasi akumulasi tagihan PPN Murabahah pada Bank Umum Syariah dari 2003 – 2006. ”Nilai konservatifnya adalah Rp259,22 Miliar,” urainya. Yuslam mengatakan masalah ini, terutama hitam di atas putihnya, harus diselesaikan dan dapat berlaku surut.

staff dari Dirjen Pajak membahas permasalahan PPN murabahah. 24 Agustus 2007 Direktur Eksekutif Perbanas mengirim surat kepada Direktur Utama Bank-Bank Umum Nasional anggota Perbanas yang menyatakan bahwa pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah salah satu jenis jasa perbankan yang sebenarnya dikecualikan dari pengenaan PPN. Hal ini sesuai dengan bunyi pasal 4A UU PPN dan PP No. 144 tahun 2000 (vide surat No.430/ Skr/Pbn/VIII/2007 perihal Penegasan atas Jasa Perbankan). 8 Januari 2008 BSM bersama Kompartemen Perbankan Syariah Perbanas dan Asbisindo mendampingi Gubernur BI dan Direktur Perbankan Syariah BI melakukan pertemuan dengan Wakil Presiden RI. Dalam pertemuan tersebut utamanya dibahas permasalahan PPN murabahah. Wakil Presiden RI menyatakan memahami permasalahan tersebut dan berjanji akan membantu penyelesaiannya dalam waktu dua bulan.

Bank Indonesia memperkirakan nilai konservatif akumulasi tagihan pajak 2003-2006 Rp 259,22 miliar. Jika nilai ini ditagihkan pada perbankan syariah bisa bangkrut. ’’Jangan sampai nanti kita-kita sudah pensiun tapi masih diklaim utang pajak.’’ Menanggapi itu, Caturini mengatakan pihaknya belum tahu jumlah pastinya berapa. ”Itu baru estimasi, kami belum tahu jumlah pastinya, saya tidak bisa mengomentari”, pungkasnya. nIA

17 Maret 2008 Dirjen Pajak mengundang BSM bersama Kompartemen Perbankan Syariah Perbanas, Direktur Perbankan Syariah BI dan Ketua Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk membahas masalah PPN murabahah. Keputusan rapat menyatakan antara lain bahwa terkait dengan transaksi murabahah agar disesuaikan dengan ketentuan BI yaitu diperlakukan sebagai pembiayaan bank. Selanjutnya pembahasan mengenai PPN pembiayaan murabahah tersebut akan segera ditindaklanjuti oleh pihak Ditjen Pajak dan BI. 19 April 2008 KPS Perbanas, Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI), dan BI mengadakan saresehan untuk membahas berbagai permasalahan di perbankan syariah, termasuk membahas tentang fatwa murabahah yang terkait dengan PPN ganda tersebut. Dalam saresehan tersebut, disimpulkan bahwa solusi masalah PPN Murabahah tersebut akan bergantung pada isi UUPS. n

31 00 Sharing Sharing // 2008 2007


Analisa Peristiwa

Amil Zakat pun Harus Punya KODE ETIK dan DISERTIFIKASI Di masa depan, amil zakat pun bisa dijadikan sebagai profesi. Bahkan bisa memiliki nilai lebih daripada profesi di lembaga keuangan biasa.

M e n j e l a n g Musyawarah Nasional V Forum Zakat (Munas V FOZ) pada 2009, pengurus siap menggolkan rekomendasi amil zakat sebagai profesi yang memiliki kode etik. �Kode etik amil nanti akan dikukuhkan� , kata Ketua Bidang Komunikasi dan Jaringan FOZ, Herman Susilo kepada Sharing. Amil sebagai profesi, sejatinya sudah dinyatakan dalam Alquran. Ini menurutnya bisa dilihat dan ditafsirkan dari Surat At Taubah ayat 60 (QS 9:60) yang berbunyi: Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orangorang fakir, orang-orang miskin, penguruspengurus zakat, para Muallaf yang dibujuk hatinya,untuk (memerdekaan) budak, orangorang yang berhutang untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah; Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Itulah salah satu yang melatarbelakangi

30 Sharing Sharing // 2008 2008 32

pengurus FOZ getol meningkatkan kualitas amil zakat sebagai sebuah profesi. Dalam rapat kerja FOZ di Bandung, 15-17 Juli 2008, secara garis besar, ada tiga rekomendasi yang akan dibawa ke Munas V. Salah satunya adalah rekomendasi di Bidang I Pengembangan Organisasi. Program unggulannya adalah menyelesaikan konsep standardisasi mutu organisasi pengumpul zakat (OPZ) dan menerapkannya di lembaga zakat, menyusun kode etik amil zakat, melakukan kerjasama sertifikasi mutu OPZ dengan IKaZ Malaysia. Sertifikasi untuk Amil Dalam raker tersebut, menurut Herman Susilo, pengurus sependapat bahwa, seorang bisa disebut amil jika ia sudah benar memahami fungsinya. Tidak hanya pengetahuan dasar perzakatan, juga pengelolaan zakat dan pembangunan kepercayaan muzakki terhadap lembaga zakat yang diwakilinya. “Dasar-dasar zakat adalah hal yang niscaya harus dimiliki. Bukan hanya itu, juga bagaimana membangun


Analisa Peristiwa relationship dengan muzakki, keterampilan mendampingi masyarakat kurang mampu atau menjadi petugas pemberdayaan , jelas Herman. Selama ini, pekerjaan sebagai amil hanya dijadikan kegiatan sampingan,, belum menjadi profesi yang konsekuensinya ditekuni. Herman mengilustrasikan, pengurus masjid yang menjadi amil hanya ketika bulan Ramadhan. Bukan tidak mungkin karena ketidaktekunan ini, penyaluran zakat menjadi tidak optimal, hanya menjadi bak hadiah dari sinterklas di kala Ramadhan. Selesai Bulan Suci, ia kembali ke dunianya sebagai bukan amil. Mustahik pun kembali ke dalam kemelaratannya. Jika amil sudah profesional, masyarakat akan lebih percaya kepada sang amil, lembaga zakat, dan Islam secara keseluruhan. Selama ini, menurutnya sebenarnya, masyarakat sudah sebagian percaya kepada amil, namun masih ada kasus-kasus tidak istiqomahnya amil. Nah, kepercayaan yang sudah terbangun itu akan dipelihara dan ditingkatkan dengan keprofesionalan amil. Imbasnya apa lagi selain

meningkatnya kesadaran masyarakat terutama Muslim untuk membayar zakat. Secara konkret, nanti akan ada semacam pelatihan, workshop, atau mungkin sekolah khusus amil. Hingga kini, FOZ sedang menjajaki kemungkinan kerjasama dengan Institut Manajemen Zakat (IMZ) dan IkaZ Malaysia. Dari mereka inilah sertifikasi amil akan dikeluarkan. Dengan begitu, tidak menutup kemungkinan amil bisa dijadikan profesi layaknya orang yang bekerja di lembaga keuangan. Malah, menurut Herman, orang yang menjadikan amil sebagai profesi, bukan sampingan, berpotensi memiliki nilai lebih dibanding profesi biasa. “Nilai lebih itu adalah dimensi pengabdian dunia dan akhirat”, tegas Herman. Penyusunan dan penerapan kode etik amil ini dirasa mendesak oleh FOZ. Pasalnya sudah lebih dari 30 tahun lembaga amil zakat tumbuh dan beroperasi di Indonesia, belum ada standardisasi untuk amil. Layaknya industri keuangan, keberadaan lembaga zakat kini dirasa makin dibutuhkan profesionalitasnya. nIA

Kode Etik Amil Zakat

Integritas Integritas mengharuskan seorang amil zakat untuk antara lain, bersikap jujur dan obyektif tanpa harus mengorbankan rahasia muzakki/donatur atau mustahik. Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Integritas dapat menerima perbedaan pendapat yang jujur dan kesalahan yang tidak disengaja, tetapi tidak dapat menerima kecurangan dan peniadaan prinsip.

Meski belum disahkan oleh Munas, FOZ sudah memiliki kode etik amil zakat sepetri yang ditetapkan oleh pengurus FOZ 2003 – 2006. Prinsip-prinsipnya adalah: Tanggung Jawab Profesi Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap amil zakat harus senantiasa menggunakan pertimbangan syariah, moral, dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukan. Kepentingan Publik Profesi amil zakat dapat tetap berada pada posisi penting ini hanya dengan terus menerus memberikan pelayanan pada tingkat yang menunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat dipegang teguh. Mereka yang memperoleh pelayanan dari amil zakat mengharapkan amil zakat untuk memenuhi tangung jawabnya dengan amanah, integritas, obyektivitas dan kepentingan untuk melayani publik.

Obyektivitas Obyektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan amil. Prinsip obyektivitas mengharuskan amil bersikap adil, tidak memihak, jujur, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau berada di bawah pengaruh pihak lain. Amil bekerja dalam berbagai kapasitas yang berbeda dan harus menunjukkan obyektivitas mereka dalam berbagai situasi. Kompetensi, Kehati-hatian Profesional, dan Kehati-hatian Syariah Setiap amil harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan kehati-hatian syariah,

“ Dasar-dasar zakat adalah hal yang niscaya harus dimiliki. Bukan hanya itu, juga bagaimana membangun relationship dengan muzakki, keterampilan mendampingi masyarakat kurang mampu atau menjadi petugas pemberdayaan lah ”, jelas Herman

kehati-hatian profesional, kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan keterampilan profesional pada tingkat yang diperlukan. Kerahasiaan Setiap amil harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan pelayanan/jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak dan kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya. Perilaku Profesional Setiap amil harus berperilaku konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada muzakki, mustahik, mitra, sesama amil, dan masyarakat pada umumnya. n

33 Sharing / 2008


Advertorial

Meningkatkan Kapasitas

Bisnis Lewat Dana Bank

Pembiayaan syariah banyak mengincar lembaga atau pengusaha kecil dengan reputasi baik. Dengan dana bank mereka bisa meningkatkan kapasitas bisnis dan usahanya sehingga bisa membantu membuka lapangan kerja lebih Jangan anggap remeh koperasi karyawan. Lembaga keuangan tingkat mikro yang beranggotakan karyawan dari perusahaan itu membantu meningkatkan perekonomian keluarga karyawan dan memicu pertumbuhan ekonomi secara perlahan. Menjalin kerja sama dengan perbankan, koperasi bisa menyalurkan pembiayaan kepada para karyawan dengan pembayaran pelunasan dicicil atau dipotong langsung dari gaji karyawan yang bersangkutan. ‘’Saya mengembangkan usaha waralaba burger dan ayam goreng dari pinjaman koperasi,’’ kata Zul, seorang karyawan sebuah penerbitan. Selain bekerja sebagai karyawan sebuah penerbitan, dia dan istrinya mencoba berbisnis. Berawal dari kegemaran sang istri memasak, mereka menemukan racikan bumbu ayam goreng renyah dan burger. Awalnya dijual di depan rumah. Usaha ini berkembang pesat. Zul ingin ekspansi. Sebagai karyawan dia mengajukan pinjaman ke koperasi. Kebetulan koperasi di tempatnya bekerja mengadakan kerjasama dengan bank syariah. Zul mem-peroleh pinjaman dana

34 Sharing / 2008

hingga Rp 50 juta. Dengan jaminan tambahan tentu saja. Saat ini usaha Zul berkibar tidak hanya di Jakarta tapi juga di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Uniknya mereka yang menjadi peserta waralaba ayam gorengnya rata-rata teman-teman sesama karyawan di perusahana yang sama dengan Zul. ’’Kalau tak ada koperasi saya kesulitan mengakses modal,’’ kata Zul. Bank syariah saat ini banyak membidik koperasi karyawan. Pembiayaan ke sektor ini tergolong lancar dan menjanjikan. Sebab, risikonya minim. LBSalam juga merupakan salah satu bank syariah yang menyalurkan pembiayaan komersialnya ke koperasi selain kepada individu, pengusaha atau korporasi. Zwei Munici, Syariah Product and Business Dev. Division Head LBSalam mengatakan pembiayaan komersial memang ditujukan untuk para pengusaha atau pedagang yang menghendaki tambahan modal baik itu berupa modal kerja ataupun investasi. ’’Memang pengusaha atau lembaga mikro kecil dan menengah juga menjadi target nasabah kami.’’ Yang penting, tambah dia, nasabah tersebut memiliki reputasi baik,

memiliki kemampuan manajemen bisnis yang memadai dan memiliki sejarah kinerja keuangan yang baik serta business plan yang hati-hati. Pembiayaan modal kerja (PMK) merupakan pembiayaan jangka pendek yang ditujukan untuk menunjang kebutuhan likuiditas atau modal kerja bagi nasabah perorangan maupun perusahaan. ’’Biasanya ini untuk membeli persediaan barang (inventory) bahan baku (raw material) ataupun barang dagangan yang perputarannya cepat,’’ kata Zwei. Karena perputaran yang cepat maka tenor PMK biasanya lebih cepat atau kurang dari satu tahun. ’’Misalnya ada pabrik roti. Dia ingin menambah kapasitas produksi rotinya dari 1.500 potong menjadi 2.000 potong per hari. Untuk kebutuhan itu mereka butuh tambahan modal untuk membeli terigu, gula dan bahan lainnya. Kebutuhan ini kami layani melalui pemberian PMK,’’ urai Zwei. Untuk akad, LBSalam menawarkan dua jenis yakni PMK murabahah (berbasis jual beli) dan musyarakah/mudharabah (berbasis investasi bagi hasil). PMK berbasis jual beli adalah untuk modal kerja yang terkait pembelian barang. Jangka waktu plafonnya bisa hingga dua tahun. Adapun pembiayaan komersial lainnya adalah terkait kebutuhan investasi (Pembiayaan Investasi, PI). Ini merupakan fasilitas pembiayaan untuk menunjang kebutuhan investasi atau pembelian fixed asset seperti tanah-bangunan, mesin dan peralatan serta kendaraan ataupun pembiayaan konstruksi bangunan atau proyek. Jangka waktu fasilitas ini bisa mencapai lima tahun. Untuk akadnya sama dengan akad yang digunakan dalam PMK. ’’Saat ini komposisi pembiayaan kami lebih banyak untuk yang bebasis bagi hasil dari jual beli. Proporsinya saat ini mencapai 3:1,’’ kata Zwei lagi. LBSalam banyak membiayai sektor telekomunikasi dalam hal ini pendi-rian menara BTS di luar P Jawa. Pembiayaan ini diberikan kepada pengusaha yang memiliki kontrak kerja dari operator telekomunikasi yang bonafid. Obyek bagi hasilnya berupa revenue dari kontrak kerja dengan operator tersebut. Untuk kedua jenis pembiayaan komersial itu LBSalam mensyaratkan plafon maksimal 80 persen. Artinya, nasabah harus memiliki 20 persen modal sendiri. Sedangkan,untuk koperasi karyawan syaratnya perusahaan tempat karyawan bekerja itu bisa diproyeksi bahwa 2-5 tahun ke depan masih berdiri. Koperasinya juga sudah berdiri minimal 2 tahun, dan telah berpengalaman dalam pengelolaan simpan pinjam. n adv



Bisnis

BMT Al Kariim

TEGAR HADAPI

BERBAGAI KRISIS

Di saat BMT-BMT lain di Jakarta gulung tikar, BMT ini masih berdiri dengan asetnya yang stabil di kisaran Rp 4 miliar. Bagaimana kiat salah satu pelopor BMT di Ibu Kota Negara ini bertahan? Roda kehidupan manusia selalu berputar. Kadang kita berada di atas, kadang kita berada di bawah. Hal itu selalu berulang sepanjang kehidupan manusia. Namun mereka yang bisa terus bertahan sepanjang waktu adalah mereka yang mampu menahan diri tidak hidup berlebih-lebihan kala berada di atas, serta mereka yang tidak berputus asa ketika berada di bawah. Petuah di atas agaknya cocok untuk menggambarkan eksistensi BMT Al Kariim dalam kiprahnya selama ini di jagad lembaga keuangan mikro syariah di Tanah Air. BMT yang berlokasi di bilangan Cipulir, Jakarta Selatan ini pernah mengalami masa jaya dengan aset yang terus membumbung tinggi dalam waktu relatif singkat. Namun juga pernah mengalami masa-masa sulit dengan aset yang cenderung stagnan akibat menciutnya jumlah nasabah karena berbagai faktor. Meskipun sering mengalami pasang surut, namun BMT Al Kariim tetap berdiri sampai sekarang. Bahkan, kini sering menjadi proyek percontohan bagi BMT-BMT baru yang akan didirikan, serta juga dijadikan ajang studi banding bagi berbagai lembaga ekonomi syariah dari beberapa negara. Apa kata kunci BMT Al Kariim untuk bisa bertahan di segala kondisi? Menurut Ketua

36 Sharing / 2008

Pengurus BMT Al Kariim Syafri Muharam SE, yang menyebabkan mereka selalu bisa bertahan, karena selalu melakukan pembenahan terus menerus di segala sektor. “Kami sejak awal berdiri tidak pernah bosan melakukan pembenahan. Kami tidak lelah untuk terus memperbaiki diri, sehingga kepercayaan dari masyarakat maupun pihakpihak lain itu semakin tinggi,� jelas Syafri ketika ditemui Sharing di kantor pusat BMT Al Kariim baru-baru ini. Pembenahan berkesinambungan yang dilakukan, jelas Syafri, adalah terhadap sisi sumber daya manusia (SDM), manajemen pengelolaan BMT, dan produk-produk yang dijual ke masyarakat serta masih banyak lagi. Pembenahan juga dilakukan dengan mengikuti perkembangan terkini yang ada di lapangan, misalnya, karena perubahan karakteristik nasabah, perubahan kondisi ekonomi, kemajuan teknologi dan lain sebagainya. Dengan selalu berbenah itulah, lanjut Syafri, mereka bisa bersaing di pasaran dengan lembaga keuangan mikro lainnya di Ibu Kota ini. Justru Berkembang Saat Krismon Memang rentang perjalanan BMT Al Kariim di jagad lembaga keuangan mikro

syariah di Jakarta ini sudah cukup panjang. Didirikan tepat pada 13 tahun yang lalu, yaitu Juli 1995, Al Kariim sudah mengalami berbagai pasang surut dalam kiprahnya selama ini. Didirikan oleh sebagian aktivis remaja Mesjid Raya Pondok Indah, Jakarta Selatan, motivasi keberadan BMT Al Kariim saat itu adalah untuk memberantas rentenir yang merajalela di pasar-pasar tradisional, serta membantu para pengusaha kecil, utamanya, para pedagang pasar di pasar-pasar tradisonal seputaran Pondok Indah dan sekitarnya. �Al Kariim itu artinya mulia. Diberi nama begitu karena BMT ini punya misi yang mulia, yaitu membantu para pengusaha kecil,� jelas Drs. Sulaeman Hayyun, Sekretaris BMT Al Kariim, yang juga salah satu pendiri BMT ini. Saat pertama kali berdiri, BMT Al Kariim masih menumpang di salah satu ruangan di Mesjid Raya Pondok Indah, sebelum akhirnya pindah ke kantor sendiri di daerah Cipulir. BMT ini didirikan dengan modal awal yang cukup minim saat itu, yaitu Rp 3 juta. Itupun riilnya hanya Rp 1,2 juta, karena sebagian pendirinya masih menghutang modal. Uniknya, tidak seperti umumnya BMT yang baru berdiri langsung memberikan pembiayaan pada anggota, namun BMT Al Kariim pada awalnya hanya menawarkan produk tabungan bagi para nasabahnya, yaitu pedagang pasar. Ini karena dana (modal) yang mereka miliki masih terbatas tadi. Namun setelah terkumpul cukup banyak dana dari tabungan anggota, serta adanya bantuan pendanaan dari pihak lain, beberapa bulan kemudian barulah Al


Bisnis Kariim menawarkan skim pembiayaan untuk pengembangan usaha bagi para pedagang pasar tersebut. ”Progress awalnya BMT Al Kariim cukup cepat. Dengan sistem jemput bola, banyak yang mau menabung. Setelah itu, pembiayaan pun berkembang pesat. Di tahun 1995 sampai 1998 aset Al Kariim langsung melesat. Bahkan, sebelum terjadi krisis moneter melanda kita, aset kita sudah mencapai kisaran Rp 2,5-an miliar,” jelas Sulaeman. Lanjut Sulaeman, ketika krisis moneter mulai terasakan dampaknya di Tanah Air tahun 1998, justru BMT Al Kariim tidaklah goyah. Mereka malah seperti mendapatkan blessing in disguise.

Sulaiman dan Syafri ”Kita malah ketiban pulung, karena saat bank-bank pada collaps, nasabah takut menabung di bank, lalu lari ke BMT Al Kariim, karena kita sistemnya bagi hasil. Dengan sistem syariah itu, orang-orang jadi lebih suka menabung di BMT. Selain itu, krisis yang terjadi ’kan lebih ke usaha besar, sementara di usaha mikro tidak terlalu terasa krisisnya. Karena orang selalu butuh beras, telor, dan sayur-mayur. Sehingga di kalangan nasabah kita para pedagang pasar, tidak terlalu merasakan dampak krisis,” jelas Sulaeman, sambil menambahkan, saat terjadi krisis moneter itu, aset mereka malah terus bertumbuh hingga menembus angka Rp 3

miliaran lebih. Setelah krisis mulai berlalu di era awal 2000-an sampai 2004, BMT Al Kariim terus menggeliat, meski tidak terlalu siginifikan. Di tahun 2004, saat ekonomi Indonesia semakin membaik, mereka mampu menembus aset tertinggi hingga Rp 4,7 miliar. Namun setelah 2004 itu, diakui Sulaeman dan Syafri, mereka mulai mengalami masamasa stagnan. Aset mereka turun naik, imbas dari mulai memburuknya ekonomi Indonesia pasca beberapa kali kenaikan harga BBM, termasuk kenaikan BBM Mei 2008 lalu. Saat ini, aset teranyar BMT Al Kariim, jelas Sulaiman masih stabil di kisaran angka Rp 4,3 miliar. Sementara dana pihak ketiga (DPK) yang mereka kelola sekitar Rp 2,9 miliar. ”Kenapa kita mengalami stagnansi? Pertama, karena pasar kami ini mulai jenuh. Anggota kami para pedagang pasar banyak yang berguguran, akibat terjadinya banyak perubahan fungsi dari pasar tradisional ke arah pasar yang lebih modern. Kedua, pasar dengan konsep modern seperti Careffour, Alfa, Indomaret semakin banyak, sehingga mempengaruhi kondisi nasabah-nasabah kita di pasar. Lalu ketiga, kondisi ekonomi kita sekarang ini yang mulai kembali suram,” papar Sulaeman lagi. Karena itu, untuk bisa bertahan, lanjut Sulaeman, mereka menjadi lebih hati-hati lagi dalam memberikan pembiayaan. Aspek kehati-hatian mereka terus perketat, karena kecenderungan krisis ekonomi yang melanda masarakat semakin kuat. Hal itu terindikasi dari data terakhir NPL BMT Al Kariim yang sudah di atas ambang batas 5%, yaitu 5, 63%. Sadar kondisi ekonomi ulai kurang kondusif, sehingga bisa terus menggerus jumlah nasabah tradisonalnya, kini BMT Al Kariim mulai melakukan strategi-strategi khusus dengan mencoba mencari segmen pasar baru. ”Kami sekarang mulai melakukan evaluasi terhadap pasar. Kami juga mencoba mengembangkan segmen-segmen baru, tanpa harus menghilangkan segmen yang lama. Makanya, kita mulai mendekati perusahaan-perusahaan untuk menawarkan kredit-kredit kepada karyawan,” jelas Syafri. Ditambahkan Sulaeman, mereka kini juga mulai mencoba masuk ke areal pemukiman, mendekati para warga yang mempunyai

warung/toko untuk ditawari pembiayaan, lalu juga ke home industry-home industry, kemudian komunitas para pedagang kaki lima dan masih banyak lagi. Benchmark-nya BMT Baru Kemampuan BMT Al Kariim bertahan menghadapi berbagai krisis, ternyata sudah banyak diakui oleh berbagai pihak, baik dari dalam maupun luar negeri. Salah satu contoh, BMT Al Kariim selama ini sudah sering menjadi BMT percontohan bagi BMTBMT baru yang ingin beroperasi. ”Kelebihan Al Kariim, kami bisa menginisiasi untuk pendirian BMT-BMT baru, karena kami punya lembaga pelatihan BMT. Kami memberikan training pendirian BMT, mulai dari persiapan, sampai BMT itu berdiri dan bisa berjalan dengan mandiri. Kami siapkan juga standard operation procedure (SOP)-nya, juga IT-nya, sehingga BMT baru itu sudah bisa beroperasi dengan baik dan lancar, tanpa perlu trial and error lagi,” jelas Sulaeman, seraya menambahkan sudah 13 BMT baru dari beberapa daerah di Tanah Air yang berdiri berkat dukungan mereka. Itu belum terhitung BMT-BMT yang sudah lama berdiri juga melakukan konsultansikonsultansi ke mereka untuk pembenahan. Di kalangan lembaga keuangan mikro syariah di Jakarta dan sekitarnya, BMT Al Kariim memang sudah lama dikenal mempunyai SOP dan perangkat IT yang mumpuni. ”SOP kami sudah sangat lengkap. Mulai dari sistem personalia, sistem penggajian, semua berdasarkan SOP. Kami juga punya kelebihan di sistem IT yang memudahkan dalam semua proses transaksi, juga sistem pendataan dan sebagainya. Bahkan, software IT kreasi kami juga sudah banyak yang memakainya. Banyak BMT yang membeli langsung dari kami,” lanjut Sulaeman bangga. Kepioneran BMT Al Kariim bahkan juga sudah diakui sampai ke luar negeri. Sudah banyak lembaga atau organisasi dari mancanegara yang melakukan studi banding, atau melakukan kajian terhadap kiprah BMT Al Kariim sebagai lembaga keuangan mikro syariah di Ibu Kota Indonesja ini. ’Terakhir yang datang melakukan kajian ke Al Kariim dari Sudan dan Jerman. Sebelumnya juga ada dari Filipina, Malaysia, Bangladesh dan India. Selain studi banding, ada juga yang melakukan pembuatan tesis, yaitu seorang doktor dari Australia,” tambah Sulaeman menutup pembicaraan. nYS

37 Sharing / 2008


Bisnis Dinar Emas

Mata Uang yang Jadi Instrumen

Investasi

Nilai dinar yang stabil dengan perkembangan nilai tukar yang naik 20 persen per tahun menjadikan instrumen yang semula berfungsi sebagai alat tukar ini menjadi instrumen investasi. Bandingkan dengan nilai tukar uang kertas yang akan tergerus inflasi dan depresiasi terus menerus.

Mata uang riil dinar emas dan dirham perak saat ini masih sebatas wacana. Meskipun, dalam bentuk koin dinar emas sudah mulai beredar di tengah masyarakat. Namun, saat ini dinar emas lebih digunakan sebagai instrumen investasi menjaga nilai dibanding transaksi mata uang, mahar (mas kawin) dan membayar zakat. Srie Nuning Mulatsih, pendiri wakala Kaffah, mengungkap hal itu kepada Sharing. Wakala Kaffah adalah salah satu agen atau gerai penyedia koin dinar emas untuk wilayah Tangerang, Serang, Banten dan sekitarnya. Sementara dinar adalah koin emas 22 karat dengan berat 4,25 gram. Sedangkan dirham terbuat dari koin perak murni seberat 3 gram. Nuning berharap mata uang dinar tidak saja sebatas instrumen investasi yang disimpan sendiri tapi juga bisa menjadi produk deposito sebagai dolar Amerika. ’’Jika untuk dolar saja pemerintah

00 38 Sharing / 2007 2008

mengakui mengapa untuk dinar tidak. Padahal mata uang ini sangat stabil,’’ kata pengajar ekonomi Islam di Universitas Islam Tangerang dan Universitas Mercu Buana itu. Fungsi Investasi Pengamatannya tentang perkembangan dinar emas ini dimulai dari penelitian tesisnya di Program Kajian Timur Tengan dan Islam Program Pascasarjana Universitas Indonesia. Untuk tesis S-2 Nuning mengaku meneliti konsep dinar. Benarkah dinar itu terjaga kestabilan nilainya seperti pada masa Rasulullah. ’’Saya mengambil penelitian tentang dinar emas di wakala Adina,’’ kata dia. Wakala Adina adalah wakala pusat untuk dinar emas. ’’Ternyata hasil penelitianku mengukuhkan apa yang di promosikan wakala Adina saat itu. Nilai dinar emas karena dia bernilai riil itu relatif terjaga

dan dapat menjaga nilai investasi kita atau harta kita. Tidak berkurang.’’ Kata Nuning. Dia mengilustrasikan catatannya. Pada tahun 2003 satu dinar setara dengan Rp 450 ribu. Pada tahun 2003 itu, nilai satu dinar bisa digunakan untuk membeli kambing kurban. ‘’Sama persis seperti pada zaman Rasul di mana harga kambing itu satu dinar,’’ paparnya. Dirham saat itu setara dengan harga satu ekor ayam. ‘’Ternyata setelah saya teliti mata uang itu memang benar stabil. Berbeda dengan nilai mata uang kita - fiat money - yang nilainya fluktuatif dan terus terdepresiasi. ’’Nilai dinar itu berkembang rata-rata 20 persen per tahun,’’ kata Nuning memaparkan. Karena nilainya yang stabil itu maka pada masa dahulu, dinar dan dirham disepakati sebagai mata uang. Penelitiannya mengungkap juga bahwa dinar dan dirham dapat diterima oleh non Muslim. ’’ Dari tesis di Program Pascasarjana UI itu saya melihat bahwa orang mempergunakan dinar dan dirham bukan karena Islam atau akidah tapi karena memang dari sisi ekonomi.’’ Pada tahun 2004, Nuning mencoba meneliti secara empiris. Dia memiliki satu dinar. Saat itu harganya setara Rp 540 ribu.


Bisnis Kemudian pada Oktober 2005 nilainya naik jadi setara Rp 652 ribu, naik lagi jadi Rp 786 ribu per dinar dan naik lagi jadi Rp 850 ribu pada Oktober 2007, dan diperkirakan pada Oktober 2008 ini sudah melampau Rp 1 juta. ’’Kami mencatat betul tren kenaikannya dan grafiknya memang naik terus,’’ kata Nuning. Saat ini nilai dinar setara dengan Rp 1,221. 643. Hanya, kata Nuning, karena peredaran masih terbentur aturan perundangan tentang moneter, sejauh ini koin dinar digunakan lebih untuk investasi. ’’Padahal yang utama harusnya untuk alat tukar jika ingin bebas inflasi. Yang sekarang masih berupa investasi, alat membayar zakat, dan mahar. Yang alat tukar dan mata uang masih wacana.’’ Sedangkan, untuk fungsinya sebagai mata uang belum ada perkembangan signifikan. Perhatian terhadap perkembangan dinar di Indonesia itu membuat Nuning terjun lebih jauh. Dia tak hanya sebagai pemerhati tapi mendaftar sebagai wakil atau wakala atau gerai atau cabang penjualan dinar. ’’Ide awalnya karena saya merasa sesama Muslim harus saling mengingatkan. Saya mengingatkan bahwa harta terkikis inflasi. Saya ingin mengajak masyarakat jika punya uang jangan disimpan di mata uang fiat tapi dalam bentuk koin emas. ’’Dari penelitian juga kata Nuning terlihat bahwa masyarakat kesulitan mengakses dinar dan dirham. ’’Saya ingin masyarakat terutama sekitar Tangerang dan Banten yang ingin mendapatkan dinar tidak perlu ke Jakarta.’’ Nuning kemudian mendaftar ke Adina. Keterbatasan Wakala

Nuning mengatakan agen dinar tak seperti perbankan. ’’Kami punya stok dinar sejumlah tertentu kemudian mendaftar dan disetujui oleh wakala pusat. ’’Waktu itu Wakala Kaffah mendapat mandat dari Pak Abdarrahman, Adina Pusat di Cipete Jaksel dan kemudian menyalurkan dinar itu ke masyarakat. Sekarang, hampir di seluruh Indonesia sudah ada cabang atau wakala dinar. Nuning mengungkap ternyata tak hanya umat Islam yang tertarik kepada dinar. Dia mengaku memiliki nasabah keturunan Cina yang non Muslim tapi membeli dinar. Bagi mereka lagi-lagi ini untuk menjaga investasi. ’’Jadi prospeknya sebetulnya bagus. Tapi kita terkendala peraturan,’’ tegas Nuning. Menurut dia beberapa bank sudah merancang untuk membuat produk deposito dengan nilai dinar. Tapi kemudian produk itu menguap entah ke mana. ’’Dinar secara yuridis formal sebagai mata uang belum diterima. Makanya tak bisa jadi deposito.’’ Prospek dinar di instansi perbankan malah tidak berkembang. ’”Jika bank boleh mengembangkan deposito dinar mungkin wakala dinar di Indonesia berkembang lebih cepat,’’ kata Nuning. Selain masalah dengan prospek di perbankan wakala juga terkendala. ’’Persediaan stok kita kecil karena tergantung dari permintaan dan stok Nuning mengatakan stok dinar itu tidak bisa secepatnya

disediakan. Semua wakala dinar mengambil stok dari wakala Adina. Adina memesan koin dinar emas ke PT Aneka Tambang, satusatunya pencetak dinar di Indonesia. Adina sendiri tidak menjual langsung ke nasabah. Mereka akan merekomendasikan wakala terdekat kepada nasabah yang ingin mendapatkan dinar. Nuning mengaku saat ini dalam kategori normal, sekitar 10 dinar terjual perbulan. Namun dalam kondisi pasar panik ditandai dengan naiknya harga minyak dan turunnya nilai mata uang baik rupiah maupun dolar maka orang memburu dinar. ’Kami pernah menjual 20-30 dinar karena orang ingin menjaga uang yang dipegangnya,’’ kata Nuning lagi. Berinvestasi dinar, sebenarnya sudah dekat dengan kebudayaan Indonesia. Ini adalah investasi pola lama yang dilakukan orang tua dahulu yakni membeli emas atau tanah. n YN

Dinar Dinasti Abasyah

Grafik harga Dinar sepuluh tahun terakhir

39 Sharing / 2008


Multimedia

Fitur-fitur Khusus Google Going online kurang lengkap tanpa Google. Malah, hampir seluruh kegiatan kita berkait dengan internet kini bisa dilakukan dengan Google.Bahkan mencari bahan-bahan yang berkait dengan ke-Islam-an.

N

Never settle for the best”, tertulis di kepala tulisan Google Corporate Information (http: //www.google.com/corpo-rate/ tenthings.html). Salah satu pendiri Google, Larry Page punya sebutan yang visioner tentang Google, "The perfect search engine". Kesempurnaan itu, jelas Larry di halaman yang sama, “would understand exactly what you mean and give back exactly what you want". Fokus ke pengguna atau bahasa bisnisnya Consumer Focus sudah diterapkan Google sejak berdiri secara resmi pada 1998. Google tahu benar posisinya sebagai mesin pencari di jagat maya haruslah

40 Sharing / 2008

memudahkan penggunanya, cepat, lengkap, dan memiliki fitur-fitur lain yang juga dibutuhkan pengguna dalam kegiatan mengarungi jagat maya. Bahkan mencari bahan-bahan yang berkaitan dengan ke-Islam-an juga bisa diperoleh dari search engine ini. Tinggal lagi memilah isinya. Google mengokohkan diri sebagai leader lewat inovasinya. Makanya, jika hingga 2002 Google hanya dikenal sebagai mesin pencari, pada 2000, fasilitas pencarian Google mulai meluas ke berbagai bahasa, tidak hanya Inggris. Saat itu baru 10 bahasa yang disediakan Google. Tahun itu juga Google mulai bisa diakses via perangkat nirkabel (wireless), tersedianya Google Directory, Google Adwords, fasilitas beriklan di Google. Pada 2001 Google Catalog diluncurkan, hampir mirip dengan Google Directory hanya lebih lengkap. Tahun itu juga fasilitas pencarian gambar diluncurkan google, (Google Image Search). Makanya tak heran jika pada 2002, Google mendapat penghargaan pada Search Engine Watch Awards yang digelar komunitas webmaster di Amerika Serikat (AS). Pada 2003, Google ikut membangun budaya nge-blog dengan mengakuisisi Pyra Labs yang lantas membuat Blogger, salah satu fasilitas blogging terpopuler. Pada 2004,

mulai tahun itu juga fasilitas email disediakan via Google Email (Gmail). Tiap tahun, ada saja inovasi yang dikembangkan Google. Google menyebutnya, “In love with innovation”. Maka pada 2006 Google Documents and Spreadsheet diluncurkan bersamaan dengan produk inovatif lainnya seperti Google Analitycs (membantu webmaster memopulerkan webnya), Google Video Player, dan Google Apps Your Domain. Ini adalah basis untuk industri kecil dan menengah untuk memudahkannya menggunakan Gmail, Chat, Calendar, Talk, dan Web Page Creator dalam satu domain. Google Search Mencari informasi di Google seakan mudah, namun seringkali ketika menghabiskan banyak waktu karena yang dicari


Multimedia justru tidak ada. Ada baiknya agar hal ini tidak terjadi, pengguna memperhatikan beberapa tips di bawah ini: Pilih kata kunci setepat mungkin. Pilih kata yang deskriptif dan spesifik. Misal daripada menggunakan kata kunci ’Kinerja Bank Muamalat, gunakan ’Kinerja Bank Muamalat Indonesia 2007’. Gunakan tanda kutip untuk hasil yang sama persis. Bila kita memberi tanda kutip pada permintaan pencarian, kita hanya akan mendapatkan hasil dan urutan yang sama persis dengan kata kunci yang dihasilkan. Jika tidak menggunakan tanda kutip, seringkali hasil yang ditampilkan tidak persis sama dengan yang diminta. Misal kata kunci ’bayi ganteng’ ketika diketikkan di dalam tanda kutip akan menghasilkan deretan situs-situs yang memuat kata kunci tersebut saja. Jika tidak menggunakan tanda kutip, tidak semua hasil pencarian menunjukkan situs yang berkata kunci ’bayi ganteng’. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pencarian dengan Google adalah tanda baca dalam kata kunci. Google tidak mengenali karakter khusus seperti tanda seru, tanda tanya, atau tanda @. Penyertaan tandatanda tersebut hanya akan memperlambat penyajian hasil pencarian.

mesin pencari gambar terluas di jagad web. Menurut Google sendiri, kini tersedia lebih dari 250 juta gambar terindeks dan tersedia untuk dilihat. Fitur ini banyak dipakai oleh kalangan profesional di bidang desain hingga pengguna biasa yang kebetulan membutuhkan foto atau image secara cepat dan mudah. Tidak sulit menggunakan fitur ini, pengguna hanya perlu masuk ke http:// www.google.com lalu mengklik baris ’image’, jika membuka http://www.google.co.id, baris yang diklik adalah ’gambar’. Tinggal masukkan kata kunci (keyword) layaknya melakukan pencarian biasa di kotak pencarian google dan klik ’search’ atau ’cari’. Jika ingin langsung masuk ke halaman pencarian gambar alamatnya adalah http://www.google.com/ imghp?hl=id. Kita bisa memilah gambar yang dicari berdasar resolusi dan ukuran. Google menyediakan pilihan ukuran sangat besar, besar, besar dan sedang, dan ukuran kecil. Akan tampil halaman hasil pencarian berisi gambar-gambar dengan kata kunci sesuai yang kita cari dalam bentuk thumbnail. Klik gambar yang kita pilih untuk melihat hasilnya dalam ukuran yang lebih besar dari gambar itu. Tidak seluruh gambar yang ditampilkan

oleh Google boleh diambil seenaknya. Banyak di antaranya memiliki hak cipta dan ada juga yang berbayar. Google sendiri mengingatkan ini dan menganjurkan agar pencari gambar menghubungi dulu si pemilik gambar sebelum bisa menggunakannya. Cara menghubunginya, biasanya ada alamat email bahkan nomor telepon yang bisa dihubungi. Google dalam Berbagai Bahasa Menyadari kiprahnya yang makin mendunia, Google kini tidak hanya disajikan dalam bahasa Inggris, juga berbagai bahasa di dunia. Untuk mengakses Google berbahasa Indonesia, pengguna tinggal menuju alamat htpp://www.google.co.id. di situ pun ternyata tersedia google dalam bahasa Jawa. Dengan fasilitas mesin penerjemahan, Google memungkinkan hasil pencarian pengguna akan menampilkan hasil yang non-Inggris. Akan ada sebuah taut (link) ke halaman versi terjemahan itu dalam bahasa Inggris. Ketidaktahuan istilah Inggris sebuah kata kunci dalam bahasa Indonesia yang kita ketikkan di kotak pencarian juga bisa diatasi dengan fitur otomatis penerjemahan. Pengguna tinggal mengutak atik pilihan di halaman preferensi, http://www.google.com/ preferences?hl=id.

Pencarian Gambar (BETA) Tidak hanya sebagai mesin pencari situs, Google juga menyediakan diri sebagai

41 Sharing / 2008


Multimedia Berbagi Dokumen di Google Google memiliki fitur Google Documents atau biasa di sebut Google Docs. Ini adalah fitur untuk kolaborasi pekerjaan dengan segala format dokumen yang umum seperti yang biasa kita buat di Microsoft Office (Windows) atau Open Office (Linux). Dengan Google Docs kita bisa melakukan: Mengunggah (upload) dokumen Word, OpenOffice, RTF, HTML, TXT, atau langsung membuat dokumen di Google Docs. Untuk yang terakhir ini, gunakan penyunting what you see what you get (WYSIWYG) yang tersedia di Google Docs. Mudah layaknya membuat dokumen biasa di Windows atau Linux. Dokumen yang kita buat ini bisa dilihat orang lain, juga bisa disunting orang lain asalkan ia memiliki akun di Google. Inilah fungsi kolaboratif tersebut. Misal kita membuat draft kesepakatan bisnis yang panjang dan ingin mendiskusikannya dengan rekanan bisnis. Daripada bolak-balik mengirim email dengan lampiran (attachment), kita bisa melakukannya dengan Google Docs.

Kita bisa melihat riwayat revisi dokumen atau spreadsheet dan kembali ke versi mana pun sebelum versi terakhir. Dari Google Docs, dokumen dokumen tersebut dapat dikirimkan sebagai halaman web atau blog. Jika ingin menyuntingnya secara offline, dimungkinkan juga mengunduh dokumen ke desktop sebagai Word, OpenOffice, RTF, PDF, HTML atau folder kompresi (Zip). Dokumen yang ada di Google Docs juga bisa dijadikan lampiran (attachment) email yang kita kirimkan dari Gmail. Setiap dokumen berformat Word atau Open Office Writer dapat mencapai ukuran sebesar 500KB, ditambah 2MB per gambar yang disertakan. Google tidak tanggungtanggung, kita bisa menyimpan hingga dokumen dan presentasi hingga 5000 buah dan 5000 gambar. Untuk spreadsheet, dapat mencapai hingga 10.000 baris, atau hingga 256 kolom, atau hingga 100.000 sel, atau hingga 40 sheet -- tergantung mana batas yang tercapai lebih dulu. Setiap spreadsheet dapat mengandung rumus hingga 20.000 sel. Anda memiliki batas sebesar 1000 spreadsheet. Maksimal

jumlah spreadsheet yang terbuka pada saat bersamaan adalah 11. Kita dapat mengimpor spreadsheet berukuran maksimal 1 MB dalam format xls, csv, atau ods, txt, tsv, dan tsb. Khusus berkas presentasi, misal Power Point, bisa ditampilkan secara online dari Google Docs. Jadi, misal ketika berpresentasi berkas (file) yang tersimpan di notebook kita rusak atau terhapus, kita bisa menggunakan salinannya di Google Docs. Tentu saja kita harus menyalinnya dahulu dan menempatkan di Google Docs. Ketika berpresentasi pun, komputer harus terhubung dengan internet. Presentasi dengan berkas berformat .ppt atau .pps dari komputer Anda dibatasi hingga berukuran 10MB. Dengan cara mengirim berkas lewat email, kita dapat mengunggah (upload) presentasi berukuran hingga 500KB. nIA

PETA FITUR GOOGLE

42 Sharing / 2008



Opini

Antisipasi Krisis Ekonomi Jilid II

Pengantar: Krisis ekonomi sebenarnya telah lewat 10 tahun lebih tetapi kondisi riil masyarakat hingga saat ini masih belum dapat dikatakan membaik karena beban hidup yang masih berat terutama sejak adanya kenaikan harga BBM. Kemiskinan dan pengangguran masih merupakan persoalan yang mendesak untuk diatasi secara sistematis oleh pemerintah dan dunia usaha. Kasus subprime mortgage di Amerika dan kenaikan harga minyak yang mencapai lebih dari 140 dolar AS per barel belakangan ini (walaupun saat ini sudah mengalami penurunan) telah membuat repot para pengambil kebijakan ekonomi Amerika dan sebagai dampaknya, menimbulkan kekhawatiran akan kemungkinan timbulnya krisis ekonomi jilid II di Tanar Air kita. Robert McDonald,

Keajaiban Asia yang Semu Dua puluhan tahun yang lalu, mungkin tak ada seorang pun yang membayangkan Indonesia akan bernasib seperti ini. Yakni, mengalami krisis ekonomi yang amat parah. Nilai rupiah anjlok drastis, jumlah penduduk miskin membengkak, pemutusan hubungan kerja (PHK) terjadi di mana-mana, dan angka pengangguran terus meningkat. Ketika itu, ekonomi Indonesia tumbuh amat mengesankan. Bahkan negeri yang pada dekade tahun 1960-an pernah dilanda kelaparan dan kekurangan pangan itu ber-

44 Sharing / 2008

Procter & Gamble’s (PG, Fortune 500) Chief Operating Officer (CEO), meminjam istilah militer untuk menggambarkan situasi ekonomi dunia saat ini sebagai “VUCA world�, yaitu Volatile, Uncertain, Complex, and Ambiguous (Laporan Khusus FORTUNE Global 500, July 14, 2008). Suprime mortgage di AS juga mengakibatkan tujuh bank di AS bangkrut. Sementara pasar di Indonesia masih berisiko tinggi terhadap situasi yang terjadi di pasar di dunia global. Tulisan ini dimaksudkan untuk melihat kembali krisis ekonomi yang terjadi 10 tahunan yang lalu dan mencermatinya dari sudut pandang ajaran Islam supaya kita dapat melakukan koreksi atas berbagai kebjiakan dan sistem yang ada untuk menghindari terjadinya krisis ekonomi jilid II tersebut.

hasil mencapai swasembada pangan. Atas prestasi itu, Presiden Soeharto mendapatkan piagam dari PBB dan berbicara di depan forum yang amat bergengsi tersebut. Pemerintah pun sudah mencanangkan Pelita VI sebagai titik tinggal landas bagi bangsa Indonesia. Pada periode tahun 1985-1996, ekonomi Indonesia tumbuh sangat cepat, sehingga Indonesia dijuluki sebagai salah satu Miracle Asian (Keajaiban Asia) oleh Bank Dunia (World Bank). Ada beberapa faktor pendorong yang memungkinkan hal itu terjadi.

Berawal dari Paket Kebijakan bulan Oktober 1988 atau yang dikenal dengan Pakto 88, perbankan nasional mengalami perkembangan yang pesat. Jumlah bank dan volume aktivitasnya, baik di sisi penghimpunan maupun penggunaan dana bertambah terus setiap tahunnya. Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, Pakto 88 telah menghasilkan 239 bank dengan lebih dari 7.314 kantor cabang (belum termasuk kantor cabang pembantu dan kantor kas). Jumlah bank tersebut merupakan yang terbesar dibandingkan dengan jumlah bank yang ada di negara-negara Asia lainnya seperti Cina (25 bank), India (62 bank), Thailand (29 bank), Filipina (37 bank), dan Korea Selatan (25 bank). Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk di masing-masing negara tersebut, maka jumlah bank yang ada di Indonesia sudah terlalu banyak (overbank). Namun, ternyata Pakto 88 itu membawa petaka. Deregulasi perbankan tahun 1998 secara tidak langsung berperan besar dalam melemahnya ekonomi Indonesia. Sebagai akibat dari terlalu banyaknya jumlah bank yang beroperasi, tingkat persaingan menjadi semakin ketat bahkan cenderung menjadi tidak sehat. Sejumlah bank, baik bank kecil maupun bank besar, terpaksa menawarkan tingkat bunga yang tinggi bahkan dengan disertai imbalan hadiah dalam upaya


Opini penghimpunan dana. Sedangkan di sisi penggunaan dana, terdapat bank-bank yang menyalurkan dananya berupa pemberian kredit dengan analisa yang kurang memadai atas proyek yang dibiayai. Bahkan banyak bank yang memberikan pinjaman kepada perusahaan yang masih dalam satu grup usahanya melampaui Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI). Keadaan tersebut mengakibatkan timbulnya kredit bermasalah yang jumlahnya cenderung bertambah besar. Secara keseluruhan, kondisi tersebut telah mengakibatkan daya tahan bank-bank menjadi sangat lemah, baik ditinjau dari sisi likuiditas maupun profitabilitasnya sehingga menjadi sangat rentan terhadap berbagai gejolak yang timbul di bidang moneter dan keuangan. Timbulnya krisis ekonomi yang diawali dengan krisis nilai tukar rupiah pada bulan Juli 1997 dan diikuti dengan adanya keb-jakan pemerintah menaikkan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dari 14%-17% menjadi 28%-30%, makin memperparah keadaan tersebut. Sebetulnya kebijakan pemerintah menaikkan suku bunga SBI semula dimaksudkan untuk mengatasi penurunan nilai tukar rupiah. Tetapi kebijakan tersebut ternyata mendorong bank-bank menaikkan suku bunga dana dari sekitar 15% menjadi sekitar 35% atau lebih. Hal ini pada gilirannya menyebabkan kenaikan suku bunga pinjaman dari sekitar 20% menjadi 40%. Bahkan di dalam perjalanan selanjutnya, suku bunga antarbank pernah mencapai 300% pada bulan Agustus 1997. Dampaknya, banyak bank yang kalah kliring, yakni keadaan di mana bank-bank tidak dapat me-nutup kekurangan saldo rekeningnya yang ada di BI. Bank-bank akhirnya mengalami negative spread karena untuk mempertahankan sumber dana, suku bunga harus ditetapkan sedemikian tinggi. Sedangkan untuk mempertahankan portofolio pinjamannya dalam keadaan baik, suku bunga harus ditetapkan sedemikian rendah. Keadaan tersebut telah menyebabkan kondisi perbankan nasional semakin buruk. Masyarakat mulai tidak percaya kepada lembaga perbankan, sehingga menimbulkan rush atau penarikan dana besarbesaran oleh masyarakat. Krisis ekonomi telah menimbulkan krisis kepercayaan

masyarakat terhadap lembaga perbankan yang akhirnya mengalami krisis likuiditas. Dalam menjalankan fungsinya sebagai financial intermediary, bank berhubungan dengan semua lapisan masyarakat, baik masyarakat penabung dan deposan, maupun masyarakat peminjam dan pengguna jasa bank. Oleh karenanya, masalah yang terjadi pada sektor perbankan tidak hanya mempengaruhi aspek ekonomi, tapi juga aspek sosial masyarakat.

Krisis ekonomi dan perbankan telah mengakibatkan banyak karyawan perusahaan kehilangan pekerjaannya. Penetapan suku bunga yang tinggi telah membuat masyarakat pemilik dana menjadi bertambah kaya dan tidak mendorongnya untuk menggunakan dana tersebut secara produktif karena (ketika itu) hampir tidak ada sektor usaha yang dapat memberikan hasil sama dengan suku bunga yang berlaku. Sektor riil yang secara langsung memberikan lapangan kerja mengalami kesulitan karena semakin tingginya biaya produksi dan beban bunga bank. Berdasarkan data dari Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), hanya dalam waktu setahun sejak krisis ekonomi terjadi, se-kitar 90 persen dari 15.000 pengusaha anggota HIPMI tidak memiliki kegiatan usaha yang jelas (Kompas, 4/1/1999). Akibat selanjutnya, roda perekonomian menjadi tersendat, sehingga jumlah persediaan barang di pasar menjadi berku-

rang, sementara masyarakat tetap membutuhkan makan untuk mempertahankan hidupnya. Sesuai dengan hukum permin taan dan penawaran, maka keadaan tersebut telah mengakibatkan kenaikan harga barang-barang, terutama yang menjadi kebutuhan pokok masyarakat. Secara keseluruhan, daya beli masyarakat menurun dan jumlah penduduk di bawah garis kemiskinan meningkat mencapai 50 persen dari total penduduk serta jumlah pengangguran bertambah menjadi sekitar 20 juta atau 20 persen dari total angkatan kerja (Kompas, 21/12/1998). Perbedaan masyarakat kaya dengan masyarakat miskin semakin besar. Pendapatan per kapita rakyat Indonesia pada awal 1997 sebesar 1.100 dolar AS/tahun, lebih tinggi dari India, RRC, dan Pakistan. Namun, begitu terjadi krisis ekonomi anjlok hampir 70 persen menjadi 400 dolar AS/tahun/kapita, lebih rendah dari ketiga negara tersebut, dan bahkan lebih rendah dari Myanmar. Dr Setiawan Budi Utomo, saat memberi pengantar buku Yusuf Al Qaradhawi, Bunga Bank Haram (2001), menegaskan bahwa krisis perekonomian di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari sistem ekonomi dunia maupun regional yang ribawi dan cenderung eksploitatif (zalim), bervisi sekuler, tidak manusiawi, dan menentang kodrat alam yang Allah atur (sunnatullah). Krisis keuangan di Asia berawal dari didevaluasinya Baht (mata uang Thailand) pada Juli 1997 yang merupakan tantangan berat bagi perekonomian dunia abad ke-20. Krisis ini membawa kehancuran perekonimian negaranegara Malaysia, Thailand, Indonesia, Filipina, dan Korea Selatan. Juga mengakibatkan menurunnya nilai tukar mata uang negara Singapura, Taiwan, China dan negara lainnya di kawasan ini. Dampak devaluasi Baht dirasakan juga oleh pasar saham di Hongkong, dan juga dirasakan oleh bursa (stock exchanges centers) di Eropa, AS, dan Jepang. Krisis telah memporakporandakan ekonomi Indonesia. Keajaiban Asia hanya merupakan keajaiban yang semu. Fenomena Miracle Asian secara drastis terjerembab menjadi Asian Financial Crisis atau Krisis Keuangan Asia. Alokasi yang Salah Kalau kita tilik lebih dalam, permasalahan yang timbul akibat deregulasi Pakto 88 bu-

45 Sharing / 2008


Opini kan terletak pada peningkatan jumlah bank, namun lebih kepada kurangnya sumber daya yang memenuhi persyaratan untuk mengelola bank dan penerapan prinsip kehati-hatian yang konservatif. Sebagai gambaran, tahun 1997, 22% kredit yang disalurkan oleh perbankan Indonesia adalah di sektor properti. Selain itu, sebagian besar portfolio kredit disalurkan kepada perusahaan yang masih tergabung dalam kelompok usaha dari pemegang saham dari bank yang bersangkutan. Kondisi ekonomi yang memburuk mengakibatkan sebagian besar perusahaan mengalami kesulitan, termasuk untuk memenuhi kewajiban terhadap bank

sehingga mengakibatkan Non Performing Loan (kredit bermasalah) bank-bank meningkat tajam. Kesulitan buat perbankan bertambah jika perusahaan-perusahaan besar yang mengalami kesulitan tersebut masih satu grup dengan bank tersebut, karena umumnya terjadi praktik mark-up (penggelembungan nilai proyek). Sementara itu, peningkatan suku bunga untuk mengendalikan nilai tukar rupiah berakibat munculnya negative spread. Kondisi-kondisi di atas menyebabkan modal bank menurun, bahkan sejumlah bank termasuk bank besar modalnya menjadi negatif. Selain jumlah bank yang ‘gemuk’ namun ringkih, ada pula beberapa faktor lain yang turut mendorong Indonesia terperosok ke kubangan krisis ekonomi sejak pertengahan tahun 1997. Salah satunya adalah nilai tukar mata uang rupiah dikontrol dengan mengatur “depresiasi rupiah yang stabil” pada kisaran 3 - 5% per tahun. Akibatnya pembiayaan proyek yang berpendapatan

46 Sharing / 2008

rupiah dengan pinjaman dalam valuta asing (termasuk pinjaman dari luar negeri) meningkat. Sampai dengan Desember 1977, utang jangka panjang pemerintah sebesar 136.1 miliar dolar AS, dan swasta 53.9 miliar dolar AS. Sejalan dengan turunnya tingkat bunga jangka panjang di beberapa negara berkembang dan meningkatnya optimisme terhadap “Keajaiban Macan Asia”, investor asing yang menanamkan modalnya ke Indonesia meningkat tajam. Antara tahun 1990 - 1996, modal asing yang masuk ke Indonesia mencapai 49.5 miliar dolar AS. Namun, pada kurun waktu yang sama, penanaman modal dalam sektor yang tidak produktif mengalami peningkatan, seperti sektor properti dan kegiatan spekulatif lainnya. Umar Chapra, dalam bukunya, Masa Depan Ilmu Ekonomi: Sebuah Tinjauan Islam (2001) menyebutkan, ada beberapa faktor penyebab krisis Asia Timur pada 1997. Salah satunya, kurang lebih 60 persen dana asing dalam bentuk jangka pendek, maka terjadilah ketidaksesuaian kedaluwarsa (maturity mismatch) yang serius. Kejadian ini bergandeng tangan dengan korupsi politik dan regulasi perbankan yang tidak efektif yang memberikan pinjaman hanya kepada perusahaan-perusahaan favorit yang akhirnya menjadi perusahaan yang kelebihan utang (overleveraged). Sementara itu, ekonomi Indonesia yang sangat bergantung terhadap produk impor (termasuk BBM) menyebabkan perubahan nilai tukar rupiah sangat mempengaruhi biaya produksi dan harga barang, sehingga harga-harga barang melonjak tajam. Peningkatan permintaan akan valuta asing bersamaan dengan keluarnya dana jangka pendek dalam valuta asing menyebabkan terganggunya keseimbangan permintaan- penawaran terhadap valuta asing, yang menyebabkan nilai tukar rupiah merosot tajam. Dalam pandangan Dr Masaru Yashitomi, dari Asian Development Bank (ADB) Institute, krisis ekonomi yang menimpa Indonesia pada dasarnya adalah akibat pergerakan dana yang sangat besar

(massive volume of capital flows) dan double mismatch yakni maturity mismatch dan currency mismatch, yang kemudian memicu timbulnya currency crisis dan diikuti oleh financial (banking) crisis. Mencoba Menyelamatkan Bank-bank yang Terkapar Mengingat perannya yang sangat penting bagi roda perekonomian, pemerintah mengeluarkan sejumlah kebijakan untuk menyehatkan perbankan nasional. Sebanyak 71 bank ditutup dan 20 bank dimerger sehingga jumlah bank berkurang dari 238 buah di bulan Oktober 1997 menjadi hanya 159 buah bank di akhir tahun 2001. Selain itu, pemerintah mendirikan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) dengan tujuan untuk memulihkan perekonomian melalui program penjaminan pemerintah, penyehatan perbankan dan restrukturisasi hutang perusahaan. Pemerintah mengeluarkan obligasi sebagai penyertaan modal (rekapitalisasi perbankan). Program rekapitalisasi ini telah memakan dana rekap sebesar Rp 430 triliun. Pemerintah juga mengeluarkan program penjaminan bank, sehingga seluruh dana masyarakat di perbankan dijamin oleh pemerintah. Program ini ditujukan agar kepercayaan masyarakat terhadap dunia perbankan nasional dapat kembali pulih. Hal lain yang dilakukan oleh pemerintah adakah mendorong bank untuk mencapai rasio kecukupan modal (CAR) sebesar minimal 4% di tahun 2000, dan 8% di tahun 2001. Bank-bank yang tidak mampu mencapai target tersebut harus memilih alternatif : menyuntikkan modal tambahan. Caranya, merger dengan bank lain atau mencari strategic investor. Bank-bank didorong untuk melakukan restrukturisasi kredit, sehingga Non performing loan (NPL) di tahun 2001maksimal sebesar 5%. Hingga saat ini proses restrukturisasi perbankan yang telah dilakukan belum dapat sepenuhnya dikatakan berhasil. Bahkan, walaupun keberadaan BPPN kini sudah dihapuskan. Pemerintah hingga saat ini masih harus menanggung beban bunga rekapitalisasi bank-bank yang diselamatkan pada waktu krisis dengan menggunakan dana APBN yang seharusnya dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan. n (Berlanjut)


Opini

Drs.Agustianto,M.Ag, Sekjen Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia

Seiring tumbuhnya industri keuangan syariah di Indonesia, diperlukan pakar-pakar ekonomi syariah (mujtahid) yang handal dan kredibel. Pengajaran fiqh muamalah pun tidak cukup secara a priori bersandar (merujuk) pada kitab-kitab klasik semata, karena formulasi fiqh muamalah masa lampau sudah banyak yang tidak relevan dengan konteks kekinian. Rumusan-rumusan fiqh muamalah tersebut harus diformulasi kembali agar bisa menjawab segala problem dan kebutuhan ekonomi keuangan modern. Dengan demikian,diperlukan formulasi fiqh sesuai dengan perkembangan zaman dengan menggunakan ijtihad kreatif dalam koridor syariah. Dan, yang melakukan ini mestinya adalah para mujtahid. Adapun kualifikasi yang harus dicapai untuk melahirkan para mujtahid ekonomi Islam tersebut antara lain: Pertama, menguasai secara mendalam disiplin ilmu ushul fiqh, qawaidh fiqh, falsafah hukum Islam, dan ilmu tarikh tasyri. Disiplin-disiplin ilmu ini mesti dikuasai oleh ahli ekonomi Islam, apalagi para anggota Dewan Syariah Nasional (DSN) dan dosen pascasarjana ekonomi Islam yang membidangi materi fiqh muamalah dan

Melahirkan Mujtajid Ekonomi Islam

YANG KREDIBEL ushul fiqh. Di masa depan anggota DSN dan Dewan Pengawas Syariah (DPS) harusnya memiliki kapasitas keilmuan yang memadai, mendalami ilmu-ilmu syariah dan juga ekonomi keuangan modern. Untuk menguasai ilmu ushul fiqh saja, menurut Ibnu Taymiyah paling tidak seorang mujtahid harus membaca dan menelaah 100 buku/kitab tentang ilmu ushul fiqh, termasuk muqaranah mazahib fil ushul fiqh. Selain itu, ahli ekonomi syariah harus menguasai ratusan kaidah-kaidah fiqh ekonomi terapan. Kitab Undang-Undang Majallah al-Ahkam al-‘Adliyah dari Khilafah Turki Usmani (1876 M) yang berisi 100 kaidah fiqh ekonomi sangatlah tidak memadai, karena terlalu bercorak Hanafi. Padahal terdapat ratusan kaidah lain dari mazhab yang lain. Ilmu tarikh tasyrik dan falsafah tasyri’ juga mesti dimiliki para ulama ekonomi syariah. Kalau tidak, akan menimbulkan kekakuan dan kebingungan dalam menjawab persoalanpersoalan ekonomi. Sekadar contoh, seorang yang ingin menjadi mujtahid ekonomi syariah harus membaca ensiklopedi kaedah fiqh ekonomi keuangan, Mausu’ah al-Qawa’id al-Fiqhiyyah al-Munazzamah lil Mu’amalatil Maliyah, tulisan ’Athiyyah Abdullah ’Athiyyah Ramadhan. Selain itu, harus dikuasai 3 jilid

kitab Qaidah Fiqh Ekonomi yang sangat kompehensif, yaitu Jamharah al-Qawa’id al-fiqhiyyah fil Muamalat al-Maliyah. Tulisan Ali Ahmad An-Nadawi. Buku ini secara khusus membahas kaedah-kaedah fiqh ekonomi keuangan secara modern, mendalam dan luas. Yang lebih penting dalam ushul fiqh adalah pengetahuan tentang maqashid syariah. Untuk menguasai konsep ini dan aplikasinya wajib dibaca dan dikuasai kitab Al-Muwafaqat fi Ushul asy Syari’ah karangan Al-Syatibi, kitab Maqashid al-Syari’ah alIslamiyyah tulisan Thahir bin Asyur. AlMustashfa dan Syifaul Ghalil Al-Ghazali, juga perlu dilihat Risalah ath-Thufi, sebagai perbandingan. Sebenarnya masih banyak buku-buku lainnya tentang maqashid syariah yang mesti dikuasai mujtahid ekonomi Islam.. Pengetahuan tentang asbabun nuzul dan nasakh mansukh, merupakan bagian dari pengetahuan ilmu ushul fiqh, karena itu mujtahid ekonomi syariah harus menguasainya. Kedua, mujtahid ekonomi syariah harus menguasai ayat-ayat dan tafsir tentang ekonomi dan keuangan (sebaiknya hafal ayat-ayat tersebut yang jumlahnya sekitar 370 ayat), demikian pula hadits-hadits tentang

47 Sharing / 2008


Opini ekonomi dan ulumul hadits. Sebetulnya mujtahid itu tidak hanya menguasai ayat-ayat ekonomi saja tetapi juga ayat-ayat syariah lainnya. Sebaiknya juga, mujtahid ekonomi syariah menguasai pemikiran ekonomi para ilmuwan Islam klasik, seperti Ibnu Khaldun, AlMaqrizi, Ibnu Sina, Ibnu Taymiyah, Al-Ghazali, Abu Yusuf, Asy-Syaybani, Ibnu Maskawaih, AlMawardy, Asy-Syatibi, Ibnu Qudamah, Ibnu Rusydi sampai Ibnu ‘Abidin. dan lain-lain. Ketiga, memahami dengan baik masalah ekonomi keuangan kontemporer. (Akan semakin baik dan sempurna jika pernah terlibat sebagai praktisi) dan semakin baik lagi jika menguasai statistik dan ekonometrik. Tetapi ilmu ekonometrik ini tidak menjadi syarat bagi anggota DSN atau DPS. Ilmu tersebut diperlukan para peneliti di Perguruan Tinggi atau yang membidangi manajemen resiko misalnya. Keempat, ulama sekarang harus juga belajar ilmu ekonomi mikro dan makro, akuntansi dan teknik perbankan dan keuangan. Tanpa ilmu ekonomi makro, pemahaman tentang riba misalnya pasti tidak tepat dan jauh dari sempurna.Untuk menghasilkan fiqur ahli seperti ini, dibutuhkan universitas (pendidikan tinggi) mulai dari S1 sampai S3 yang secara khusus mendalami ilmu-ilmu ekonomi syariah. Keahlian khusus tersebut lebih akan bisa menghasilkan ulama yang lebih kredibel, jika sejak usia dini (misalnya ibtidaiyah) telah bergelut dengan disiplin ilmu-ilmu syariah di atas.

48 Sharing / 2008

Kelima, pakar ekonomi syariah harus khazanah pemikiran fiqh muamalah klasik dari berbagai mazhab dan ulama sepajang sejarah.Yang terakhir pengusaan bahasa Arab dengan baik dan juga bahasa Inggris. Keharusan menguasai bahasa Inggris karena saat ini banyak literatur ekonomi Islam yang menggunakan bahasa Inggris dan forumforum ekonomi Islam internasional selalu menggunakan bahasa tersebut. Mujtahid Bukan Semata Mujahid Melahirkan mujtahid ekonomi syariah berbeda dengan melahirkan praktisi ekonomi syariah atau sarjana ekonomi syariah biasa. Untuk melahirkan praktisi ekonomi syariah atau sarjana ekonomi syariah dapat ditempuh melalui pendidikan di perguruan Tinggi yang membuka program Studi Ekonomi Islam, yang inputnya dapat berasal dari tamatan SMU atau MAN, namun untuk melahirkan mujtahid ekonomi syariah harus berasal dari latar pendidikan madrasah salafiyah atau pesantren salafiyah yang benar-benar mendalami ilmu-ilmu syariah secara fokus, seperti ilmu ushul fiqh, waq’aid fiqh, tarikh tasyri; tafsir dan hadits bersama ilmu mutstalahul hadits dan ulumul quran.

Setelah ilmu-ilmu syariah ikuasai, seorang calon mujtahid masuk pendidikan ekonomi syariah atau jurusan muamalah di IAIN Salafiyah, mulai dari S1,S2 sampai S3. IAIN Salafiyah adalah jurusan syariah yang menggunakan literatur bahasa Arab, di mana ujian dan jawaban menggunakan bahasa Arab Fushah. Keadaannya kini, jika setiap provinsi ada 2 atau 3 mujtahid saja, itu sudah sangat luar biasa dan itu sulit ditemukan. Dari sebuah Perguruan Tinggi Islam IAIN dan UIN misalnya, tidak setiap wisuda melahirkan orangorang pintar yang bisa menjadi mujtahid. Kemampuannya harus jauh di atas ratarata kebanyakan orang. Sedangkan untuk melahirkan mujahid (pejuang atau penggiat) ekonomi syariah di dunia praktisi jauh lebih gampang. Banyak lembaga pendidikan yang bisa mewujudkannya.Bahkan praktisi ekonomi syariah saat ini lulusan pendidikan ekonomi sekuler yang disyariahkan. n


Entrepreneur Laundry Zone

BINATU KILOAN PUN

BISA DIWARALABA Bisnis cuci mencuci dengan sistem kiloan, ternyata bisa juga meraup keuntungan bersih yang lumayan, mulai dari Rp 3 juta sampai Rp 15 juta per bulannya. Laundry Zone, usaha jasa cuci kiloan mengedepankan kualitas. Karena itu mereka tak akan masuk di pasar dengan mematikan usaha sekitar seperti bermain di bawah harga. Filosofi bernuansa Islami ini terbukti membuatnya berkembang pesat.

T

ak hanya makanan, pada dasarnya semua jenis usaha itu bisa diwaralabakan.” Begitulah keyakinan yang dipegang Agung Nugroho, koordinator pemilik wararalaba binatu kiloan berlabel “Laundry Zone“ yang berbasis di Yogyakarta. Karena itulah, Agung bersama lima pendiri lainnya berani mewaralabakan usaha binatu kiloan bentukan mereka itu. Apalagi mereka sangat yakin, usaha binatu kiloan itu dibutuhkan banyak kalangan. ”Orang mencuci baju ’kan semi kebutuhan pokok. Artinya, kebutuhan yang terus menerus. Jadi selalu ada market di sana, karena banyak orang yang tidak sempat untuk mencuci. Laundry Zone membidik pasar yang sangat luas itu,” jelas Agung kepada Sharing di Jakarta baru-baru ini. Dengan waralaba, Agung meyakini konsep ini akan memperbesar eksistensi usaha Laundry Zone, ketimbang mereka melakukan pengembangan usaha dengan

hanya mengandalkan modal sendiri. “Kami memilih waralaba, karena ada faktor ‘kali’ (bisa berkembang berlipat-lipat red) di sana. Karena kami belum tentu kuat di permodalan untuk bisa mengembangkan usaha ini ke berbagai daerah. Lalu kami juga belum tentu mampu memahami karakteristik kebutuhan binatu dari suatu daerah yang kami ingin penetrasi. Maka, kami yang sudah punya pengalaman dan sistem yang bagus, akan bisa bersinergi dengan para pewaralaba yang punya modal, tahu lokasi dan prospeknya, sehingga mereka tak perlu trial and error lagi dalam mengembangkan usaha binatu,” ujar Agung lagi. Ya, meski Laundry Zone boleh dibilang baru, karena baru berdiri sejak November 2007, namun sebenarnya sebagian besar pemilik Laundry Zone adalah para pemain lama di usaha binatu. Seperti diceritakan Agung, Laundry Zone sendiri sebenarnya merupakan penggabungan dari tiga usaha binatu kiloan yang sudah ada sebelumnya;

Agung dan Eko Oneday Laundry, NeoGrand Laundry dan Fresh Laundry. Agung sendiri sebagai mantan pemilik Oneday Laundry adalah salah satu pelopor usaha binatu kiloan di Tanah Air. ”Kami memang bergabung, menyatukan pengalaman-pengalaman terbaik yang kami dapatkan sebelumnya, dan menemukan satu sistem yang paling bagus, kemudian kami waralabakan, karena kami ingin memperbesar pasar,” jelas Agung, yang saat wawancara didampingi salah satu pemilik Laundry Zone lainnya, Eko Kusumo. Tiga kompetitor yang tadinya bersaing ketat di pasar laundry Yogyakarta dan sekitarnya itu akhirnya memang melebur jadi satu dan berganti nama semuanya menjadi Laundry Zone. Saat awal pengga-bungan sekitar tujuh bulan lalu, mereka mulai hanya dengan tujuh gerai. Namun hanya dalam rentang waktu sekitar enam bulan, kini mereka sudah punya 12 gerai, yang berlokasi masih di seputaran Yogyakarta dan sekitarnya. Omzet masing-masing gerai itu juga lumayan, yaitu di rentang Rp 10 juta sampai Rp 35 juta per bulannya, tergantung lokasi. Sementara untuk profit, berada di rentang Rp 3 juta sampai Rp 15 juta di masing-masing gerai. Ibarat kata pepatah ”Bersatu Kita Teguh, Bercerai Kita Runtuh”, maka dengan bersatu itu, terbukti mereka jadi lebih kuat. Sekarang

49 Sharing / 2008


Entrepreneur ini, Laundry Zone, kata Agung, sudah menjadi salah satu market leader usaha binatu kiloan di Yogyakarta, dan kini sedang bersiap-siap menembus pasar di Jakarta. Satu kantor cabang di daerah Kelapa Gading, Jakarta Utara, sedang mereka siapkan, yang nantinya akan mengendalikan bisnis Laundry Zone di seputaran wilayah Jakarta dan sekitarnya. Cucian Antarpelanggan Tidak Dicampur Banyak faktor yang membuat Laundry Zone cepat meraih sukses. Salah satunya, sinergi dari beberapa laundry berpengalaman di atas yang menggabungkan diri menjadi satu, membuat mereka jadi bisa tahu sistem terbaik mana yang akan mereka gunakan. ”Hal-hal yang paling bagus dari masingmasing laundry, kami ambil. Sehingga sistem yang lalu kita pakai di Laundry Zone ini adalah kumpulan pilihan sistem yang paling bagus. Sehingga sangat membantu memudahkan kita dalam penetrasi pasar,” lanjut Agung lagi. Selain itu, mereka juga fokus dalam membidik segmen. Sehingga lokasi-lokasi usaha yang akan dibidik menjadi Laundry Zone selalu mereka survei dengan cermat, agar jangan sampai gerai mereka mengalami kegagalan. ”Segmen kami adalah para ibu rumah tangga, karyawan, mahasiswa. Diperjelas lagi dengan harga baju yang di-binatu di bawah Rp 300 ribuan. Karena itu, kami juga selektif memilih lokasi, yaitu di perumahanperumahan, kos-kosan karyawan bujangan, dan juga kos mahasiswa,” lanjut Agung. Faktor keunggulan lainnya dari binatu dengan metode pencucian wet clean ini, adalah filosofi mereka dalam mencuci, yaitu ”Cucian satu pelanggan, tidak dicampur dengan pelanggan lain dalam proses pencuciannya”. Jadi baju-baju dari satu pelanggan dicuci secara sendiri-sendiri sampai selesai. Dengan konsep begitu, maka pelanggan Laundry Zone merasakan ekslusivitas dan mereka juga merasa aman dari risiko yang tidak diharapkan, apabila bajunya dicuci dicampur dengan baju keluarga lain.

00 50 Sharing / 2007 2008

Selanjutnya Laundry Zone berani menjamin pelayanan cucian satu hari jadi (selesai), meski dengan catatan kalau kapasitas mereka tidak berlebihan. Mereka mampu menjamin itu, karena di Laundry Zone sistemnya cucian tidak dijemur, namun dikeringkan dengan alat khusus. Dan yang juga penting, menurut Agung, adalah faktor harga. Laundry Zone menetapkan harga di berbagai lokasi gerainya termasuk sangat terjangkau, meski kualitas yang diberikannya tergolong bagus. Untuk daerah Yogyakarta, basis bisnis mereka, Laundry Zone menerapkan harga Rp 3000 sampai Rp 3500 per kilo. Sementara untuk rencana penetrasi di Jakarta, Laundry Zone akan masuk dengan harga Rp 5000 sampai Rp. 10000 per kilo. Agung juga menambahkan, bahwa dalam berpenetrasi ke berbagai daerah, pihaknya juga selalu berprinsip tidak akan merusak usaha binatu yang sudah ada di lokasi yang mereka bidik. ”Misalnya, di suatu daerah, binatu yang sudah ada harganya Rp 4000. Maka kami akan mulai dengan harga yang sama, atau bahkan di atasnya sedikit, serta tidak mungkin di bawah harga tersebut, karena kami tidak ingin merusak mereka punya bisnis,” jelas Agung menjelaskan etika perusahaannya. Namun dari semua faktor di atas, menurut Agung, kata kunci keberhasilan mereka adalah karena mereka selalu mengusung filosofi, ”Mengutamakan kualitas dalam rangka meraih customer satisfaction”. Dan itu semua bisa mereka lakukan dengan relatif mudah, berkat pengalaman panjang para pemilik Laundry Zone sebelum ini di usaha binatu kiloan. Biaya Waralaba Tak Terlalu Mahal Dengan berbekal keunggulan di atas, maka bagi para pewaralaba Laundry Zone, menurut Agung akan jauh lebih

mudah dalam berpenetrasi di pasar binatu, ketimbang mereka melakukan penetrasi sendiri. ”Sistem manajemen di Laundry Zone sudah terbentuk dengan bagus berdasarkan pengalaman lebih dari lima tahun, sehingga pewaralaba bahkan bisa menjadikan bisnis ini sebagai bisnis sampingan, di luar kegiatannya sendiri. Karena Laundry Zone menyediakan dukungan penuh bagi pewaralaba, dengan supervisi pra operasional, mulai dari floor plan hingga launching. Dan itu berlanjut terus saat usaha itu telah berjalan, misalnya, dengan strategi promosi yang kreatif dan seterusnya,” papar Agung. Agung menjelaskan, calon pewaralaba yang tertarik bergabung dengan Laundry Zone cukup menyediakan tempat usaha dan biaya investasi yang tidak terlalu besar. Cukup dengan dana sebesar Rp 85 juta, mereka sudah bisa menjalankan usaha binatu ini. Angka tersebut sudah termasuk biaya franchise fee selama 5 tahun sebesar Rp 15 juta, biaya supervisi pra operasional Rp 4,5 juta, peralatan utama yaitu 5 mesin (pencuci, dan pengering), plus 2 setrika seharga total Rp 35 juta, serta berbagai biaya pendukung lainnya. Anda berminat? nYS

47 Sharing / 2008


Sosok Fadil Fuad Basymeleh

Dari Iseng, Jadi Market Leader

Zahir diharapkan bisa mengikuti jejak Apple Computer dan tetap fokus di segmen perusahaan kecil dan menengah. Untuk perusahaan besar, Zahir akan merintis dengan brand lain

51 Sharing / 2008


Sosok

B

ermula dari sebuah keisengan, peranti lunak akuntansi yang dirancang Fadil Fuad Basymeleh dan teman-temannya kemudian dijual. Responsnya cukup bagus. Peranti lunak (software) yang dilabeli Zahir itu laris manis di pasaran. Kini, di usianya yang tergolong muda, Fadil Fuad Basymeleh, Direktur Utama PT Zahir International sukses meraup omzet Rp 6 miliar lebih per tahun. Pria kelahiran Surabaya 6 November 1971 ini telah membuktikan, bisnis yang fokus dan inovatif akan mengantarkan sebuah produk menjadi market leader. Bisnis sudah menjadi bagian hidup bagi Fadil muda sejak kuliah di ITB pada 1991. Awalnya dia terjun ke bisnis setting dan lay out. Dalam kurun waktu tiga tahun bisnisnya berkembang menjadi perusahaan periklanan. Seiring perkembangan bisnis yang makin maju, Fadil terpaksa berhenti kuliah pada 1996. Pada 1997, Fadil mendapat kucuran modal senilai Rp 600 juta dari PT. Sarana Jabar Ventura. Modal tersebut digunakan untuk membeli mesin cetak. Tapi, krisis ekonomi pada 1997, telah menghempaskan bisnisnya. Saat itulah, ia berniat meminta bantuan dana lagi. Namun dia diminta membuat laporan keuangan terlebih dahulu. Dari situlah Fadil iseng membuat software akuntansi yang bisa membantunya mengambil keputusan bisnis dalam waktu cepat. Peranti lunak itu dijual kepada orang lain dan ternyata disukai. Dari situlah Fadil Fuad Basymeleh yang baru berusia 26 tahun, mendirikan PT Zahir Internasional bersama rekannya sesama pengusaha dari Jakarta, M. Ludfy, pada 1997 lalu. Fadil mengawali bisnis berjualan software dari Bandung, Jawa Barat. Bandung dipilih karena kebetulan dia mengenyam pendidikan di Teknik Fisika ITB. Software yang dipasarkan Fadil sebenarnya bukan sebatas software akuntansi seperti yang sudah banyak beredar. Dia menyebut, Zahir merupakan software untuk decission support system atau sistem pendukung keputusan. Menurut Fadil, decission support system bukan nama yang populer dan kurang menjual. Untuk lebih mudahnya, Fadil kemudian menyebut produknya dengan software akuntansi. Jadilah, Zahir dikenal sebagai software akuntansi seperti sekarang. Keberhasilan Fadil, membangun merek Zahir hingga dipakai sekitar 7000 perusahaan butuh proses panjang. “Sukses itu bukan

52 Sharing / 2008

pada hasil, tapi pada prosesnya,� ujarnya. Untuk memenangkan persaingan pasar, Zahir terus berinovasi. Produknya terus dikembangkan dengan layanan yang juga terus ditingkatkan dari waktu ke waktu. Pada 2000 lalu, kantor Zahir berpindah dari Bandung ke Jakarta. Pindah kantor dilakukan seiring meningkatnya bisnis penjualan software akuntansi ini. Sebagai pengusaha Muslim, Fadil menyadari, umat Islam saat ini belum optimal dalam memanfaatkan teknologi informasi, khususnya untuk menunjang bisnis mereka. Padahal,kata Fadil, peran TI sangat penting saat ini. ''Proses input data yang manual 'kan sekarang bisa diotomisasi. Tapi kalau penggunaan software seperti Zahir ini tidak dipopulerkan, ya kita akan tetap tertinggal,'' tandasnya. Sebagai pebisnis, Fadil merasakan betul turun naiknya dunia usaha, termasuk ketika krisis ekonomi melanda Indonesia pada 1997. "Sukses itu kan seberapa kuat kita bangkit kembali setelah jatuh. Yang penting, sesudah jatuh kita harus bangkit lagi dan selalu meminta bantuan kepada Tuhan." Itulah yang menjadikan Fadil tak pernah mundur. Dia bahkan tertantang mengembangkan usahanya. Inovasi dan tidak mudah menyerah, telah menjadi kunci keberhasilan Fadil dalam mengembangkan bisnis di bidang TI. Inovasi ini dibuktikan dengan membuat perangkat lunak yang memudahkan pebisnis mengambil keputusan. “Dengan memakai Zahir, pengusaha bisa melihat langsung kinerja bisnisnya. Penggunaan software-nya juga mudah karena dibuat dalam bahasa Indonesia,� jelas Fadil. Pengembangan software lokal, kata Fadil, masih terbuka luas. Sayangnya, masyarakat Indonesia masih menganggap produk software buatan luar negeri lebih bagus daripada buatan lokal. Namun kondisi itu tak menyurutkan rencana besar Fadil mengembangkan bisnis software akuntansi. Pengembang lokal diyakini punya peluang untuk menciptakan berbagai aplikasi yang


Sosok sesuai dengan kondisi lokal, satu hal yang tidak bisa dipenuhi pengembang global. Segmen UKM yang menjadi bidikan produk Zahir memang tepat. Fadil Fuad Basymeleh menghitung, di Jakarta saja paling tidak ada sekitar 700 ribu UKM yang menjalankan berbagai macam bisnis. Bila menggarap 10 persennya saja, berarti sudah 70 ribu UKM yang memakai produk

Zahir. Bila dikalkulasi, ia memperkirakan potensi pasarnya bisa mencapai Rp 35 miliar. Terlebih lagi jika pengembangan softwarenya disesuaikan dengan selera lokal, maka produk tersebut bakal makin kompetitif. Fadil bermimpi akan mengikuti langkah Apple Computer dalam mengembangkan bisnis software-nya. Dia ingin Zahir bisa menguasai segmen pasar tertentu dengan

volume penjualan yang besar serta memiliki klien yang loyal. "Kita main di pasar perusahaan menengah kecil, tidak untuk korporasi besar. Zahir itu hanya untuk UKM. Kalau untuk perusahaan besar mungkin kami akan membuat brand lain,� paparnya optimistis. n AR

Tangan di Atas Lebih Mulia “Jika bisnis ini diniatkan sebagai bagian dari ibadah kita kepada Allah, pasti ada jalan dan Allah akan membantu.� Keberanian Fadil Fuad Basymeleh terjun ke dunia bisnis dan menjadi pengusaha, salah satunya dimotivasi oleh hadits yang menyatakan bahwa tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. ''Dengan tangan di atas, maka orang yang bersangkutan bisa beramal, bersedekah dan berinfak sebanyakbanyaknya,'' tutur Fadil. Bukan hanya itu. Bagi Fadil, menjadi pengusaha tak ubahnya menjadi pemimpin. ''Islam 'kan mengajarkan, setiap kamu adalah pemimpin. Kalau saya hanya jadi karyawan dan kemudian ada teman sekantor yang berbuat maksiat, saya 'kan tidak punya kekuatan untuk melarang. Tapi jika saya menjadi pemimpin, maka saya bisa melarang hal itu. Kepemimpinan seseorang benar-benar diuji ketika menjadi pengusaha. Salah satu ujiannya, apakah pengusaha bersangkutan kita menerapkan hukumhukum Islam di kantornya,'' tegasnya. Menjadi karyawan tentu berbeda dengan menjadi pengusaha. Bagi Fadil, menjadi pengusaha identik dengan keleluasaan. Hal ini dirasakannya saat hendak menunaikan ibadah. Sebagai pengusaha,

Fadil selalu berharap bisa beribadah secara lebih baik. Misalnya, shalat, dia bisa memilih menjalankannya di masjid secara berjamaah. Dengan berstatus karyawan, jelas hal itu akan menimbulkan kerepotan tersendiri. Karena pada umumnya para karyawan terikat dengan jam kantor. Hal lain yang memotivasi Fadil terjun ke dunia bisnis adalah janji Allah, bahwa Dia pasti akan menolong hamba-hamba-Nya yang beriman dan beramal saleh. ''Saya terjun ke bisnis, niatnya adalah ibadah kepada Allah. Kalau niatnya ibadah dan berbuat baik, pasti ada jalan dari Allah. Allah pasti membantu. Seusai janji yang disebutkan dalam Alquran, Allah pasti akan menolong orang-orang yang beriman dan berbuat baik,'' tandas Fadil. Kunci sukses Fadil dalam berbisnis adalah sedekah dan mahabbah kepada orang tua. ''Orang yang bersedekah pasti kaya lahir dan batin. Allah menjanjikan balasan tujuh kali lipat, 10 kali lipat, bahkan 700 kali lipat kepada orang-orang yang bersedekah. Dan janji Allah itu pasti benar,'' tutur Fadil. Sementara itu, lanjut Fadil, cinta pada orang tua ibarat jimat yang tidak bisa

dilepaskan. Rasa cinta dan bakti kepada orang tua bisa menjadi sumber motivasi sekaligus pembuka pintu rezeki. ''Ada hadits yang mengatakan, sungguh merugi orang yang punya orang tua tapi tidak bisa membuatnya masuk surga. Pintunya surga adalah orang tua,'' ujarnya. Cinta orang tua merupakan kunci kebahagiaan. ''Doa orang tua pasti dikabulkan oleh Allah,'' papar Fadil Fuad Basymeleh.nAR

53 Sharing / 2008


Ragam

Gairah menulis bangkit dari jagat maya. Dengan wahana komunitas, siapa saja bisa belajar menjadi penulis profesional. Gairah menulis bangkit dari jagat maya. Dengan wahana komunitas, siapa saja bisa belajar menjadi penulis profesional. ”Yang paling penting bukan uangnya. Tapi dengan menulis, kita punya peluang besar untuk menularkan ide-ide kita kepada pembaca”, jawab Jonriah Ukur (Jonru), pendiri komunitas Penulis Lepas yang mendasarkan aktifitasnya dari situs internet http://www. penulislepas.com. Ini adalah jawaban Jonru atas komentar seorang pembaca artikel di blognya berjudul ”Menulis (Juga) Bisa Kaya” di alamat http://jonru.multiply.com. Satu malam di Juni lalu, sekitar 20 orang mendengarkan pemaparan Jonru dan MB Ariyanto, penulis buku Modal Dengkul Untung Sebakul yang juga salah Sekretaris Jenderal Aliansi Penulis Indonesia (API). Ini adalah salah satu ajang kopi darat anggota mailing list penulis lepas di restoran Cippes, Tebet, Jakarta Selatan. Jonru mengakui, jika penulis biasanya dikenal dari buku yang diterbitkannya, ia justru tidak. Jonru tidak menampik kegagalan novel Cinta Tak Terlerai (2005) menjadi best seller. Tapi ia tidak patah

54 Sharing / 2008

semangat di situ. Ia lalu banyak menulis di jagat maya. Dimulai dengan blog, rajin menulis resensi dan ulasan (review) produk di situs-situs informasi konsumen, rajin memberi komentar atau menulis di berbagai mailing list (milis), dan membuat situs komunitas penulis lepas sekaligus milisnya. Jonru bercerita ia pernah ditanya hal teknis teknologi infomasi yang tidak bisa dijawabnya. ”Cuma karena saya rajin menulis tips-tips dan menjawab pertanyaan orang di milis, disangkanya saya pakar”, kata Jonru kepada Sharing. Ternyata, bagi Jonru, internet sangat ampuh menyebarkan ide-ide, asalkan rajin menyebarkannya. Virus menulis yang dibuatnya kini sudah bersarang di benak kebanyakan anggota milis. Jika diamati, dalam sehari milis tersebut bisa menyebarkan 40-an email ke anggotanya. Jadi, jika bergabung di milis yang sudah beranggotakan 5300-an orang ini, siap-siap kebanjiran email setiap hari. Salah satu milis dan situs penulisan terbesar di Indonesia ini kini diikuti tokohtokoh di bidang penulisan Indonesia seperti Bambang Trim,Yanusa Nugroho, Damhuri Muhammad, Kinoysan, Akmal Nasery Basral,Femmy Syahrani, Beni Jusuf, Arul Khan,dan sebagainya. Kopi darat adalah salah satu kegiatan offline yang digelar penulislepas.com untuk menularkan virus menulis. Ini dirasa perlu karena jika hanya mengandalkan milis dan


Ragam forum diskusi di internet, anggota yang aktif tidak saling bertemu. Lagipula dengan tatap muka, lebih banyak hal yang bisa dibagi dan didiskusikan. Selain kopi darat, penulislepas.com juga membuat beberapa kegiatan offline lain, seperti Workshop Penulisan Skenario pada 13 Juli lalu. Menghadirkan Kinoysan, penulis skenario, workshop ini dihadiri 20-an peserta. Biayanya murah, per orang hanya harus merogoh kocek Rp30 ribu. Menulis Bisa Kaya? Di negara maju, profesi penulis bisa membuat seseorang menjadi kaya. Penulis pun biasanya mendapat posisi terhormat di masyarakat. Di Indonesia, diakui Jonru, masih ada ketidakyakinan akan masa depan profesi penulis. Padahal, menurutnya tidak sedikit orang Indonesia kini yang menggantungkan diri dari dunia menulis. Ariyanto MB, rekan Jonru yang hadir saat kopi darat, mengklaim sudah menerbitkan 24 buku nonfiksi populer sejak 2007. “Dulu saya tidak punya pekerjaan, kini saya menjadikan menulis sebagai mata pencaharian�, ujar Ariyanto. Membantu kisah Ariyanto, Jonru memberikan ilustrasi potensi penghasilan yang diperoleh seorang penulis. Katakanlah penulis itu menerbitkan dua buku yang tingkat penjualannya biasa-biasa saja (lihat “Ilustrasi

Penghasilan Menulis Dua Buku�). Penghasilan si penulis selama 6 bulan dari kedua bukunya bisa mencapai Rp 5.610.000. Dengan kata lain, penghasilan rata-ratanya perbulan adalah Rp 935.000. Sedikit? Untuk sebagian orang memang. Tapi, ada peluang lain yang membuat seorang penulis bisa memeroleh penghasilan di atas itu. Ariyanto misalnya, ia mengaku mendapat honor Rp750 ribu per satu sesi memberikan pelatihan menulis bersama sebuah perusahaan penyedia jasa pelatihan manajemen di Jakarta. Hitung saja, jika sebulan ada empat kali pelatihan, penghasilannya bisa bertambah Rp3 juta. Belum lagi dari peluang bisnis lain, seperti menulis skenario sinetron dan film, menulis company profile perusahaan, dan sebagainya. Monty Tiwa, sutradara dua film bergenre komedi yang tayang tayang pada 2007 dan 2008 memulai debutnya di dunia film sebagai penulis skenario di antaranya adalah Andai Ia Tahu, Vina Bilang Cinta, Biarkan Bintang Menari, 9 Naga, Juli di Bulan Juni, Ujang Pantry 1 dan 2, dan Mendadak Dangdut. Dalam sebuah perbincangan dengan Sharing pada 2007, dari sekali menulis skenario film, ia mendapat honor antara Rp50-100 juta. Dari banyaknya film yang dibuatkan skenarionya oleh Monty, jelas dalam setahun ia tidak hanya menulis satu buah. Jonru juga menyontohkan beberapa penulis buku yang bukunya lantas difilmkan seperti Maria Adelia penulis buku Aku VS Sepatu Hak Tinggi yang bukunya laku 10 ribu kopi di terbitan pertama. Setelah difilmkan dan dijadikan sinetron berseri, dalam sebulan Maria mendapat royalti sekitar Rp 5 juta. Tidak usah menyebut penulis buku-buku best seller seperti Andrea Hirata (Laskar Pelangi) dan Habiburrahman El Shiraz (Ayat-ayat Cinta). Yang terakhir ini lantas mengubah arah industri film dan sinetron di Indonesia ke arah spiritualitas berbungkus kisah cinta muda mudi. Jonru juga menyebut Dudun Parwanto mantan wartawan di Jakarta yang kini mengelola buletin Speedy milik PT Telkom Indonesia. Dudun yang kini memiliki perusahaan sendiri (CV Bianglala Kreasi Media) ini menurut

Ilustrasi Penghasilan Menulis Dua Buku Buku A Harga jual: Rp 35.000 Royalti: 10 % dari total penjualan Masa pembayaran royalti: 6 bulan sekali, yakni Januari dan Juli. Selama periode Januari - Juni 2005, jumlah eksemplar buku A yang terjual adalah 600 kopi. Maka, royalti yang diterima si penulis adalah: [ ( Rp 35.000 X 600 kopi ) x royalti 10% ] - pajak 15 persen = Rp 1.785.000,. Buku B Harga jual: Rp 45.000 Royalti: 10 % dari total penjualan Masa pembayaran royalti: 6 bulan sekali, yakni Januari dan Juli. Selama periode Januari - Juni 2005,

Jonru kini mendapat omzet pertahun sekitar Rp 100 juta. Dari jumlah segitu, ia mendapat labanya sekitar 25 - 30 persennya. Belajar Menulis via Internet Melihat besarnya ketertarikan anggota milis terhadap dunia tulis menulis, Jonru mendirikan Sekolah Menulis Online (www. sekolahmenulisonline.com) pada Juli 2007. Ini adalah sekolah menulis di dunia maya. Tidak seperti belajar di kelas pada umumnya, proses belajar mengajar bisa dilakukan tanpa tatap muka. Tapi tetap ada kurikulum, bedah karya, hingga pertemuan online rutin dua kali seminggu, ''Konferensi lewat chatting,'' terang Jonru. Siswa bebas mengatur jadwal kelasnya sesuai kesibukan masing-masing. Dengan begitu, ruang kelas bisa dibuka di mana saja, misal di mal, taman, kantor, dan sebagainya. Dalam ajang pertemuan itu murid bebas membahas materi pelajaran, termasuk membagi pengalaman menulisnya dengan seluruh rekan sekelasnya. Di sekolah online murid dipaksa belajar mandiri. Sekolah yang diadakan tiga bulan sekali dan sudah memasuki angkatan keempat ini bisa meluluskan minimal 30 orang per angkatan. nIA

55 Sharing / 2008


Wacana

“Zakat bisa digunakan untuk mendorong sektor riil dan menjamin pendidikan untuk warga negara.”

Zakat Sebagai Instrumen dalam Kebijakan Fiskal Ada beberapa alasan mengapa negara perlu campur tangan dalam pengelolaan zakat. Salah satunya adalah zakat bukanlah bentuk charity biasa atau bentuk kedermawanan sebagaimana infak, wakaf, dan hibah. Zakat hukumnya wajib (imperatif ) sementara charity atau donasi hukumnya mandub (sunnah). Pemungutan zakat dapat dipaksakan berdasarkan firman Allah dalam surat atTaubah (9) ayat 103. Satu-satunya lembaga yang mempunyai otoritas untuk melakukan pemaksaan seperti itu dalam sistem demokrasi adalah negara lewat perangkat pemerintahan, seperti halnya pengumpulan pajak. Apabila hal ini disepakati, maka zakat akan menjadi salah satu sumber penerimaan negara. Pengaruh Kebijakan Fiskal Terhadap Subyek Zakat Para ulama fiqh sepakat bahwa zakat hanya diwajibkan kepada seorang Muslim dewasa yang waras, merdeka, dan memiliki kekayaan dalam jumlah tertentu dengan syarat-syarat tertentu pula (Qardhawi. 1997: 96). Menurut ulama fiqh, zakat tidak diwajibkan kepada non-Muslim, karena zakat merupakan

56 Sharing / 2008

‘anggota tubuh’ Islam yang paling utama, dan karena itu orang kafir tidak mungkin diminta menunaikannya, serta bukan pula merupakan utang yang harus dibayarnya setelah masuk Islam. Dengan demikian, jika zakat menjadi instrumen dalam kebijakan fiskal negara, maka sekat-sekat diskriminasi dalam hukum zakat hendaknya dapat diselesaikan, agar semua warga negara sama kedudukannya dalam memenuhi kewajibannya kepada negara. Untuk menyelesaikan persoalan ini, sebagian ulama berpendapat bahwa warga non-Muslim dikenakan jizyah sebagai penyeimbang zakat yang dibayarkan oleh warga Muslim. Hal ini telah dipraktikkan pada masa-masa awal Islam, di mana warga non-Muslim (zimmi) diwajibkan membayar jizyah kepada negara sebagai imbalan atas jaminan perlindungan yang mereka terima. Namun, hal ini tentu tidak relevan lagi di masa sekarang karena semua warga negara memiliki kewajiban yang sama dalam suatu

Nuruddin Mhd Ali, MA, M.Sc, Pengajar Sekolah Tinggi Ekonomi Islam Tazkia, Bogor negara dan sudah jarang dikenal lagi istilah kafir zimmi dalam suatu negara berpenduduk Muslim. Persoalan ini dapat diselesaikan dengan menggunakan pendekatan fenomenologi agama-agama. Kewajiban zakat atau pajak keagamaan ini juga dapat ditemukan dalam Perjanjian Lama (Lev. 27:30; Deut. 14:22; Num. 18:21; Neh. 11:37). Dalam Al-Qur`an pun berulangkali disebutkan bahwa umat-umat terdahulu juga dikenakan kewajiban untuk membayar zakat. Pengaruh Kebijakan Fiskal Terhadap Obyek Zakat Al-Qur`an hanya merumuskan apa yang wajib dizakatkan dengan rumusan yang sangat umum yaitu dengan kata “kekayaan” (amwāl) (Q.S. 9:103; 4:52). Rincian ”kekayaan” tersebut lantas diserahkan kepada sunnah Nabi. Para ulama fiqh berbeda pendapat tentang makna “kekayaan” tersebut. Menurut mazhab Hanafi, kekayaan adalah segala sesuatu yang dapat dipunyai dan bisa


Wacana diambil manfaatnya menurut kebiasaan. Sesuatu yang dipunyai dan bisa diambil manfaatnya secara konkrit adalah kekayaan, seperti tanah, binatang ternak, barangbarang perlengkapan, dan uang. Sesuai dengan konteks perekonomian masyarakat pada masa Nabi Muhammad SAW, jenis harta yang dikenakan zakat meliputi: hasil pertanian dan perkebunan; hasil peternakan; harta niaga; uang; hasil tambang dan; harta temuan atau lebih dikenal dengan rikāz. Jenis harta ini kemudian dirinci lagi untuk menentukan jenis masingmasing yang dapat dikenakan zakat. Pengaruh Terhadap Tarif Zakat Tarif zakat merupakan ketentuan zakat yang tidak diotak-atik oleh para fuqaha. Berbeda dengan subyek dan obyek zakat yang mengalami perkembangan dalam perinciannya sesuai dengan perkembangan ekonomi, tarif zakat dianggap sebagai ketentuan yang bersifat tetap dan berlaku sepanjang masa (Faridi, 1980: 123; Ahmed, 1947: 122). Menurut para fuqaha, ketentuan tentang tarif zakat yang telah ditentukan oleh Rasulullah SAW. 14 abad silam tidak dapat diperbarui sesuai dengan perkembangan ekonomi karena akan menyebabkan pergeseran esensi zakat (Zaman, 1991: 63).

Menyangkut besar kecilnya tarif atau kadar zakat secara absolut yang harus dibayar oleh masyarakat, Rasulullah s.a.w. menetapkan bahwa hal itu ditentukan oleh berat ringannya tantangan keadilan dan kesejahteraan yang dihadapi. Nabi SAW menetapkan tarif zakat antara 2,5 persen dan 10 persen. Ada satu jenis kekayaan yang dikenakan tarif tinggi karena untuk memperolehnya tidak diperlukan usaha dan kerja keras yaitu harta karun (rikaz) yang dikenakan 20 persen atau seperlima (khums). Hal ini berarti bahwa apabila tantangan keadilan dan kemaslahatan ditemukan lebih berat pada masyarakat yang lain, seperti dalam kehidupan masyarakat modern sekarang ini, tarif yang ditentukan Nabi Muhammad SAW tersebut tidak ada halangan untuk diperbesar. Kalau perlu sistem tarif pajak progresif bisa diterapkan (Rais, 1987: 58-62). Pengaruh Terhadap Pendistribusian Zakat Sasaran distribusi zakat disebutkan dalam Al-Qur`an surat al-Tawbah: 60. Dalam ayat tersebut ada 8 kelompok sasaran pendistribusian zakat yaitu fakir, miskin, amil, muallaf, membebaskan budak (riqāb),orang yang berutang (gharimīn), fī sabīlillah, dan ibn sabīl. Berikut dijelaskan masing-masing dan penafsirannya sesuai dengan konteks sekarang. Menurut penulis, kebutuhan hidup seperti air minum, bahan bakar, dan listrik juga bagian dari kebutuhan dasar ini. Demikian juga halnya dengan pendidikan dan pelayanan kesehatan (Siddiqi, 1988: 262). Hal ini telah dipraktikkan oleh Rasulullah SAW, Umar bin Khatab, dan Umar bin Abdul Aziz yang menggaji guru-guru dari dana zakat untuk mengajari anak-anak Muslim. Umar bin Khatab juga pernah memberikan biaya transportasi kepada orang miskin, dan Umar bin Abdul Aziz pernah memberikan bantuan keuangan kepada orang yang akan menikah. Dengan demikian, dana zakat dapat digu-nak an

untuk pembangunan sarana dan prasarana pertanian sebagai tumpuan kesejahteraan ekonomi rakyat dan pengertian yang luas, pembangunan sektor industri yang secara langsung berorientasi pada peningkatan kesejahteraan rakyat banyak, penyelenggaraan sentra-sentra pendidikan keterampilan dan kejuruan untuk mengatasi pengangguran, pembangunan permukiman rakyat tuna wisma atau gelandangan, jaminan hidup orang-orang yang cacat (defable), jompo, yatim piatu, dan orang-orang yang tidak mempunyai pekerjaan. Di samping itu, dana zakat juga dapat digunakan untuk pengadaan sarana dan prasarana pendidikan dasar sampai tinggi untuk setiap warga yang memerlukan. Pada masa Umar, fakir miskin diberi santunan yang cukup untuk menutupi kebutuhan hidupnya selama satu tahun, baik di seorang Muslim atau non-Muslim (Oran dan Salim Rashid, 1991: 128). Dana zakat dapat pula digunakan untuk investasi guna membuka lapangan kerja bagi para pengangguran (Khan, 1983: 121). Rekonstruksi Fiqh Zakat Berdasarkan kajian terhadap kebijakan fiskal pada masa awal Islam, terlihat bahwa zakat memainkan peranan yang sangat penting untuk mencapai tujuan kebijakan fiskal, yaitu untuk membiayai pengeluaran pemerintah (budgetair) dan untuk melakukan fungsi pengaturan dalam rangka mencapai tujuan ekonomi tertentu, seperti pertumbuhan ekonomi dan penciptaan investasi dan lapangan kerja. Hal ini tidak jauh berbeda dengan fungsi pajak dalam kebijakan fiskal modern. Oleh karena itu, zakat dan pajak mempunyai persamaan dalam kedudukannya dalam kebijakan fiskal. Dengan demikian, integrasi zakat dan pajak dapat dibenarkan berdasarkan perbandingan analisis fiskal ini. Persoalannya kemudian adalah hukum zakat yang terlanjur dibakukan oleh umat Islam menghalangi terintegrasinya zakat dan pajak dalam kebijakan fiskal suatu negara (Muslim). Akibatnya zakat dan pajak tetap menjadi dua entitas yang tidak dapat disatukan. Untuk itu, perlu dilakukan rekonstruksi fiqh zakat dengan melakukan kajian kritis terhadap hukum zakat yang telah ada. n

57 Sharing / 2008


Personal Finance

MENJAGA Selain dzatnya halal dan haram sesuatu itu juga dapat dinilai dari bagaimana mendapatkannya, seperti mencuri, mendapatkan sesuatu dari hasil penipuan, berjudi dan sebagainya. Lalu bagaimana dengan pemanfaatan harta yang diperoleh? Apakah ada kehalalan dan keharaman lagi? 58 Sharing / 2008

KEHALALAN

HARTA Semua manusia di muka bumi ini membutuhkan rizki untuk hidupnya dengan bentuk yang bermacam-macam bisa udara atau oksigen untuk kita bernafas, binatang, tumbuh - tumbuhan dan buah-buahan untuk kita makan serta kelengkapan panca indera kita untuk beraktivitas yang Allah SWT sediakan dan anugerahkan kepada kita untuk fungsi melengkapi kita sebagai khalifah di muka bumi ini. Subhanallah. Rizki lain yang kita perlukan saat ini antara lain rumah untuk berteduh dan berlindung dari panas dan dingin serta hujan, kita juga membutuhkan kendaraan untuk mobilitas kita dalam bekerja, mencari ilmu atau kegiatan lainnya untuk keluarga kita. Dan banyak lagi kebutuhan kita yang kita harus penuhi agar kita bisa berfungsi sebagai

khalifah, dan untuk mendapatkan semua ini kita harus bekerja dan berusaha membanting tulang agar mendapatkan uang untuk bisa membeli apa yang kita butuhkan ini. Kehalalan dan keharaman suatu barang dapat dinilai dari dzatnya seperti haramnya daging babi, bangkai, minuman keras dan sebagainya. Selain dzatnya halal dan haram sesuatu itu juga dapat dinilai dari bagaimana mendapatkannya, seperti mencuri, mendapatkan sesuatu dari hasil penipuan, berjudi dan sebagainya. Lalu bagaimana dengan pemanfaatan harta yang diperoleh? Apakah ada kehalalan dan keharaman lagi? Tentu ada misalnya sebagai karyawan suatu perusahaan bekerja dengan baik dan mendapatkan gaji yang halal,


Personal Finance kemudian ada bagian yang dibelanjakan untuk minuman keras, atau kegiatan maksiat yang akhirnya diperoleh adalah keharaman bukannya kehalalan seperti rizki itu semula. Jadi berbicara mengenai rizki atau harta akan dilihat dari dua sisi yaitu bagaimana mendapatkannya dan bagaimana membelanjakannya. Lalu bagaimana dengan menabung atau berinvestasi apakah ini termasuk kegiatan belanja atau untuk mendapatkan harta lagi? Pada dasarnya hal ini adalah ikhtiar untuk mengembangkan harta yang kita miliki melalui kegiatan usaha yang didanai oleh harta tersebut yang biasanya dilakukan melalui bank. Kalau begitu hasilnya tergantung dari hasil usaha tersebut? Bagaimana kalau hasilnya rugi? Disini betapa adilnya sistem keuangan

Islam di mana semua pihak memiliki risiko yang sama dalam berusaha, oleh karena itu kenapa lembaga keuangan syariah menggunakan sistem bagi hasil dan semua tertuang pada akadnya sehingga semua transparan dan adil. Hal ini adalah untuk menjaga kehalalan dari harta yang kita miliki, jangan sampai jerih payah kita mendapatkan rizki kemudian kita tempatkan dan kembangkan pada lembaga keuangan yang ternyata apa yang diperoleh adalah riba sehingga sia-sialah ikhtiar kita semula untuk mendapatkan keberkahan, rahmat dan ridho Allah karena kelalaian kita sendiri. Kenapa oleh sebagian besar umat Islam di sini riba masih belum dianggap sesuatu yang diharamkan? Karena satu-satunya yang dianggap betul-betul haram adalah daging

TANYA-JAWAB Pak Pras, Asalamu’alaikum. Saya bekerja di suatu perusahaan swasta di Jakarta. Selama ini, saya mempunyai gaji Rp10 juta. Sejujurnya, selama ini saya juga mengandalkan tiga kartu kredit. Semula memang banyak manfaatnya. Saat keuangan dan harga-harga belum pada naik seperti sekarang. Beberapa bulan terakhir, langkah gali lubang tutup lubang mulai mengganggu kehidupan saya. Karena cicilan kartu kredit sering tersendat akibat kebutuhan hidup yang terus membumbung. Cara penagih utang mulai suka berkata kasar. Bagaimana keuangan keluarga saya bisa normal kembali? Bagaimana caranya untuik bisa melunasi kartu kredit saya? Secara syariah apa dibenarkan hidup dengan mengandalkan kartu kredit? WasalamBambang S –Kedoya, Jakarta

Jawaban : Assalamu’alaikum Wr.Wb. Bapak Bambang yang terhormat, masalah ini banyak dialami oleh para keluarga muda. Pada dasarnya fungsi kartu kredit adalah sebagai pengganti uang tunai pada saat kita harus berbelanja mendadak dengan nilai yang relatif besar karena urgensinya. Jadi penggunaan kartu kredit tersebut hanya pada saat-saat tertentu, darurat dan sementara saja. Pada saat jatuh tempo pembayaran sebaiknya kita bayarkan keseluruhan jumlah yang terhutang. Masalah utama keuangan keluarga Anda adalah minusnya arus kas bulanan. Hal ini harus segera dihentikan karena saat ini anda sudah kewalahan menangani para penagih hutang yang mulai kasar, artinya tagihan kartu kredit anda sudah lewat jatuh tempo. Untuk keluar dari masalah ini beberapa langkah harus dilakukan: Menghentikan gangguan dari penagih hutang dengan cara segera melunasi seluruh tunggakan kartu kredit anda atau paling tidak sebagian untuk mengembalikan posisi hutang menjadi lancar (tidak lewat waktu). Apabila pelunasan hanya sebagian, usahakan pembayaran cicilan bulanan lebih

babi sementara minuman keras selama tidak mabuk dianggap halal, riba apalagi karena bukan sesuatu yang langsung masuk melalui mulut, tetapi bagaimana dengan makanan yang dibeli dari harta yang tidak halal? Masuk juga melalui mulut dan mengalir ke dalam darah kemudian kita berdo’a dan bersyukur atas makanan tersebut agar menjadi berkah dan rahmat, akankah? Walahualam. n

besar dari nilai pembayaran minimum agar waktu penyelesaian lebih singkat dan tidak terkena beban bunga yang besar. Lunasi hutang kartu kredit yang saldonya paling kecil dan segera tutup/gunting, demikian selanjutnya dan sisakan hanya 1 kartu kredit saja dan sementara hentikan penggunaannya. Sumber pembayaran dapat berasal dari simpanan yang anda miliki atau bila tidak mencukupi terpaksa harus menjual investasi atau asset anda agar dapat keluar dari lilitan hutang kartu kredit. Tata ulang pola belanja anda, targetkan pengeluaran dibawah Rp 10 juta/bulan, prioritaskan pengeluaran pada hal-hal yang benar-benar kebutuhan bukan keinginan, kurangi hal-hal yang bersifat rekreasi. Ingatlah firman Allah:”Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihlebihan”. (QS Al Araaf : 31) Secara syariah kita diperbolehkan untuk berutang tetapi tetap harus mengukur kemampuan pembayarannya, menurut hadist Nabi riwayat jama’ah: “Menunda (pembayaran) oleh orang mampu adalah suatu kezaliman…”. Demikian saran kami semoga bermanfaat. Wass Wr.Wb.

59 Sharing / 2008


Pendidikan Workshop Studio Manik

BIKIN PERHIASAN BAGUS,

TERNYATA TAK SULIT

Di negara-negara yang tergolong maju, seperti Amerika Serikat, atau di Eropa, produkproduk handmade (buatan tangan) dihargai dengan sangat tinggi. Harga jualnya pun bisa jauh berkali lipat dibanding produk hasil pabrikan. Namun sayangnya, di Indonesia kondisinya tidaklah demikian. Produkproduk handmade di negara kita masih kurang diapresiasi oleh banyak pihak. Harganya jualnya pun tergolong rendah. Bahkan, yang menyedihkan, mereka yang bergerak di bisnis produk handmade ini konotasinya masih sering dianggap sebagai pengrajin kelas UKM. “Bukan saya bermaksud merendahkan UKM, tidak begitu. Namun saya hanya ingin menegaskan, seharusnya industri produkproduk handmade di negara kita, pantas juga dihargai tinggi seperti di luar negeri. Karena handmade ini memerlukan proses kerja cukup panjang dan membutuhkan skill tersendiri,� demikian ditegaskan Laura Haliman, pemilik dan pendiri Studio Manik, sebuah workshop khusus pembuatan perhiasan-perhiasan handmade pada Sharing. Oleh karena itu, Laura kini sangat perhatian untuk mencoba mengangkat derajat industri

60 Sharing / 2008

Meskipun dari sisi harga perhiasan buatan tangan (handmade) asli Indonesia kurang dihargai, namun perlahan produk-produk yang mengandalkan skill khusus ini mulai naik daun. Lembaga pendidikan yang mengajarkan kursus merangkai, menyulam kini tumbuh subur bak cendawan dengan peminat yang tinggi. Salah satu tempat kursus yang selalu dipenuhi peserta adalah kursus membuat perhiasan.

perhiasan handmade di Tanah Air, antara lain dengan mendirikan Studio Manik ini, yang kini giat-giatnya menyelenggarakan berbagai workshop membuat perhiasan handmade. �Ini upaya saya untuk lebih mengenalkan orang-orang kita terhadap perhiasan handmade, sehingga apresiasi di masyarakat bisa tumbuh lebih baik, selain itu saya juga ingin sekali membagi ilmu dan membantu para ibuibu kita di Tanah Air,� katanya lagi. Ya, Laura yang lulusan Universitas Minneapolis, Amerika Serikat di bidang ekonomi dan kimia ini boleh dibilang cukup kompeten untuk menjalankan misi mulianya di atas. Sebab, Laura cukup lama bergerak di industri perhiasan kelas dunia. Ia sendiri di luar negeri pernah bekerja di sebuah perusahaan Jerman, yang bergerak di bidang penyuplaian bahan dan peralatan perhiasan. Sehingga secara bisnis, ia cukup menguasai industri perhiasan ini. Sementara untuk masalah artistiknya, Laura juga belajar teknik membuat perhiasan pada ahli perhiasan di Amerika dan Singapura. Sehingga dengan kedua background-nya itu membuatnya mantap membuka workshop membuat perhiasan Studio Manik ini.

Diminati Wanita Karir Bila Anda tertarik untuk bisa membuat perhiasan-perhiasan dengan cara handmade memang cocok sekali bila Anda datang ke Studio Manik, yang berlokasi di Jalan Kaji, Harmoni, Jakarta Pusat. Karena di tempat kreatif ini Anda akan diajarkan berbagai macam teknik-teknik dasar, maupun lanjutan dalam membuat perhiasan. Saat pertama kali Anda memasuki Studio Manik, Anda akan segera disuguhi suasana kental dari sebuah workshop pembuatan perhiasan. Karena sehabis melewati pintu masuk, Anda akan menemui berbagai bahanbahan dasar membuat perhiasan, seperti manik-manik, payet, kawat, batu-batu, dan sebagainya yang ditampilkan dengan menarik di beberapa posisi. Juga ada beberapa peralatan pendukung pembuatan perhiasan handmade, seperti tang. Dan tentu saja, dipamerkan pula di sini berbagai contoh perhiasan hasil kreasi dari Studio Manik sendiri, seperti gelang, kalung, bros, jepit rambut, dan lain sebagainya dalam berbagai motif dan warna-warna yang menarik. Dengan dipancing melihat berbagai elemen menarik di atas, Anda yang hadir di sini, akan segera bersemangat dan tak sabar segera


Pendidikan berlatih membuat perhiasan handmade. Seperti dijelaskan Laura, Studio Manik ini baru saja didirikannya di awal 2008 ini. Namun hanya sekitar tujuh bulan berdiri, sambutan dari khalayak masyarakat sangat bagus. Terbukti sampai Juli lalu, jumlah peserta pelatihan ini sudah sekitar seratus orang. ”Mengapa banyak yang tertarik belajar di Studio Manik? Karena pada dasarnya wanita sangat suka dengan perhiasan. Nah, dengan mereka kursus membuat perhiasan, maka nanti mereka akan mampu membuat perhiasan sendiri, dan bisa langsung dipakainya. Adalah kebanggaan dan kepuasan tersendiri bagi mereka, kalau setelah kursus, perhiasan yang mereka buat itu dipuji orang lain saat dipakai,” jelas Laura bersemangat. Menurut Laura, saat awal membuka kursusnya, tadinya ia hanya menyasar pasar ibuibu rumah tangga dan pensiunan. Nyatanya setelah berjalan, justru ibu-ibu pekerja kantoran yang banyak mengikuti kursusnya. ”Saya juga heran. Ternyata ibu-ibu rumah tangga malah kurang berminat, mungkin karena mengurus keluarga. Justru malah ibuibu pekerja kantoran atau wanita karir yang banyak ke sini. Terbukti untuk kelas kami di hari Sabtu selalu penuh. Sementara di hari kerja, Senin sampai Jumat justru pesertanya tidak terlalu banyak,” kata Laura lagi. Yang lebih unik, menurut Laura, para ibu wanita karir yang mendominasi peserta workshop ini ternyata tak sekadar karena hobi, melainkan mereka juga ingin menjadikan keterampilan ini sebagai usaha sampingan. ”Saya juga surprise, karena 90% peserta workshop ternyata punya motivasi ingin menjual lagi hasil karyanya ke lingkungannya masing-masing. Yang murni hobi hanya sedikit. Dan ternyata itu bukan isapan jempol, karena sehabis workshop di sini, mereka lalu kebanjiran order, baik dari teman sekantornya, teman arisan, pengajian, dan sebagainya. Perhiasan bikinan mereka laris diborong teman-temannya,” kata Laura sumringah. Studio Manik memang menargetkan para peserta workshop-nya untuk bisa sesegera mungkin menguasai teknik pembuatan perhiasan handmade. Sehingga begitu pulang dari workshop, mereka sudah bisa langsung mempraktekkan pembuatannya, bahkan bisa langsung dikomersilkan. ”Yang saya ajarkan pada para peserta adalah teknik membuat perhiasan yang sudah saya sederhanakan, sehingga membuat mereka tidak susah menyerapnya. Saya mengerti, para ibu wanita karir itu nggak punya banyak waktu. Jadi tidak mungkin saya berikan teknik membuat perhiasan yang sangat

dalam (tinggi), karena mereka bisa bosan atau capai. Tapi, bagi mereka yang benar-benar ingin memperdalam lagi ilmunya, saya juga menyediakan kelas lanjut di sini,” jelas Laura. Di Studio Manik sendiri, lanjut Laura, terdapat beberapa jenis program workshop untuk para pemula, antara lain; Intro to Jewellery Making, yaitu kelas yang mengenalkan dan mengajarkan berbagai teknik dasar pembuatan perhiasan handmade. Lalu ada kelas Intro to Wire Work, yaitu kelas yang mengajarkan membuat dua macam perhiasan gelang dengan teknik sederhana, dibantu alat coiling gizmo dan artistic wire’s wire. Berikutnya, kelas Cabochon Embroidery, yaitu kelas yang mengajarkan teknik beading (merangkai dengan manik-manik) dengan menggunakan batu jenis cabochon. Selain itu, kelas Bead Crochet, yang mengajarkan

Laura Haliman

teknik merenda dengan beads dan manikmanik dengan menggunakan jarum haken. Serta, kelas Wire Crochet, yaitu teknik merenda perhiasan dengan kawat. Kesemua kelas di atas berdurasi hanya 2 sampai 3 jam saja, dengan biaya bervariasi mulai dari Rp 150 ribu sampai Rp 340 ribu. ”Saya mengajarkan mereka sampai bisa. Memang, targetnya satu kali pertemuan mereka sudah akan langsung bisa. Namun, saya selalu bilang, kalau ada kesulitan, mereka bisa datang lagi. Jadi tidak saya batasi cuma sekali pertemuan,” tandas Lisa, yang saat mengajar di Studio Manik didukung empat staf pengajar lainnya. Selain kelas dasar, juga ada kelas lanjutan, bagi mereka yang sudah mahir berbagai teknik di atas dan ingin memperdalam lagi kemampuannya. Untuk kelas lanjutan terdiri

dari dua jenis program dengan rentang waktu 3 – 4 kali pertemuan, dengan biayanya mulai Rp. 1,35 juta - Rp 1,5 juta. Kebebasan Berkreasi Salah satu kelebihan Studio Manik menurut Laura, pihaknya selalu memberi kebebasan berekspresi bagi para peserta. ”Jadi kami sendiri memang sangat concerned memberikan teknik dasar pembuatan perhiasan agar mereka sampai bisa, namun kalau saat pemilihan bahannya, mereka dibebaskan berinovasi sendiri. Misalnya, saat mereka latihan bikin kalung, maka dari sepuluh orang peserta, pasti kreasi motif bahan dan warnanya beda-beda, sesuai selera dan kreativitas mereka masing-masing. Itulah yang membuat mereka suka belajar di sini, dan ketagihan. Karena mereka bisa menggali kreativitasnya sendiri,” lanjut Laura. Kelebihan lainnya di Studio Manik, mereka juga selalu siap menyediakan ratusan pilihan bahan dasar dan peralatan yang representatif untuk pembuatan perhiasan handmade ini. Sebagian besar bahan dasar dan peralatan itu diakui Laura, masih diimpor dari luar negeri, seperti dari Amerika, Cekoslowakia, dan Jepang. Karena, Laura sendiri memang mempunyai usaha supplier bahan-bahan, serta peralatan perhiasan. ”Jadi, sehabis workshop, mereka yang ingin langsung menjalankan usaha membuat perhiasaan handmade ini tak perlu repot cari bahan. Di Studio Manik sudah tersedia lengkap pilihan bahan dasarnya, juga peralatan pembuatannya,” lanjut Laura lagi. Laura sendiri ke depannya, ingin mengembangkan workshop perhiasan handmadenya ini ke berbagai daerah di Tanah Air. ”Saya ingin buka cabang lagi, kalau perlu di-franchise-kan. Agar semakin banyak ibu-ibu kita yang bisa membuat perhiasan,” ujarnya lagi. Sementara itu, Asti (27) pekerja kantoran di bilangan Senen, Jakarta Pusat, yang menjadi salah satu peserta workshop Studio Manik, mengaku merasa puas mengikuti pelatihan membuat perhiasan handmade di sini. Ia sudah ikut empat kali pelatihan. Asti mengaku mendapat banyak manfaat, karena diajarkan berbagai macam teknik membuat perhiasan. ”Senang, karena kreasinya bisa dari kita sendiri. Bisa dikembangkan, sesuai inovasi kita,” kata Asti kepada Sharing. Asti lalu mengatakan, sehabis work shop ini ia ingin segera menjalankan usaha membuat perhiasan handmade. ”Awalnya sih saya dari hobi. Tapi kalau untuk usaha juga lancar, kenapa nggak?” ujarnya sambil tersenyum. nYS

61 Sharing / 2008


Internasional

Birmingham

Percaya Diri Menjadi

GERBANG EROPA “Kami sekarang ibarat Lembah Silikonnya Amerika. Di sini ada sekelompok klaster pakar yang bisa membantu pebisnis menjalankan roda ekonomi Islam,” Stephen Amon (Bank Islam Inggris) Birmingham meretas jalan baru menuju ekonomi Islam. Kota terbesar kedua di Inggris, setelah London itu telah menyatakan diri mereka ulang citra dirinya sebagai gerbang untuk Islamic Finance di Eropa. Mereka memperkuat basis Inggris yang sekarang ini bertindak selaku negara di barisan terdepan dalam menyediakan produk keuangan yang sesuai dengan prinsip Islami. Pasar keuangan Inggris tak hanya dibuka untuk kalangan Muslim domestik tapi yang terbesar adalah untuk para investor Timur Tengah yang berkantong tebal dan ingin mengembangkan pundi-pundi uangnya di Barat. London memang mendominasi pasar di sektor keuangan. Namun, sejalan dengan bertumbuhnya populasi Muslim di arealnya, dengan kisaran 250 ribu jiwa, dan juga penerbangan langsung dua kali dalam sehari yang menghubungkan mereka dengan Dubai, Birmingham cukup percaya diri memproklamirkan daerahnya sebagai tempat terbaik untuk bertumbuhnya layanan keuangan Islam.

62 Sharing / 2008

‘’Kami ini ibarat Lembah Silikon di Amerika - di mana kalian bisa mendapati ada klaster pakar di wilayah tertentu,’’ kata Stephen Amon, juru bicara Bank Islam Inggris (Islamic Bank of Britain) seraya menambahkan bahwa ada dua area expertise di Inggris. Birminghan dan London termasuk di dalamnya. Bukan tanpa alasan Stephen bicara demikian. Menurut dia Islamic Bank of Britain (IBB) saat ini memiliki aset 130 juta Pounds dan merupakan bank Islam pertama (full pledged) yang bergerak di bidang ritel di Uni Eropa. IBB juga memiliki kantor pusat di Edgbaston, kawasan suburban Birmingham sejak pertama kali didirikan pada 2004 silam. Dalam konferensi tentang bank Islam di London awal Juli lalu, di mana pemerintah Inggris sekali lagi menegaskan dukungannya terhadap ekonomi Islam dan berencana melakukan emisi obligasi syariah Negara (sukuk –islamic sovereign debt)—untuk mempromosikan dukungan itu. ‘’Birmingham diakui sebagai wilayah yang memiliki banyak pakar di sektor keuangan ini. Kami punya akar yang kuat di sini selain komunitas Muslim tentu saja,’’ kata Mike Loftus, salah satu staf

di Locate Birmingham, sebuah badan yang mempromosikan investasi di Birmingham, Inggris. Amon mengiayakan komentar Loftus. Andalkan Mortgate Syariah ‘’Birmingham tempat yang amat cocok untuk bank Islam,’’ kata Amon yang menambahkan bahwa, ‘’Untuk areal di luar London, Birmingham merupakan pusat professional terbesar dan layanan keuangan amat pesat tumbuhnya di sini.’’ Yang lain masih jauh dibanding apa yang telah dicapai Birmingham saat ini. ‘’Birmingham punya potensi. Terutama ketika Anda bicara soal Islamic Finance secara ritel dan terutama lagi di Kerajaan Inggris,’’ kata juru bicara Bank of London and the Middle East. Professor Rodney Wilson, pemimpin program Islamic Finance di Durham University mengatakan perusahaan keuangan Islam di Birmingham tidak berkompetisi dengan anak perusahaan investasi di kawasan Timur Tengah yang bermarkas di London. ‘’Mereka melakukan hal yang berbeda,’’


Internasional

kata dia. Perusahaan itu dalam jangka panjang berharap dapat merangkul komunitas Muslim Inggris dalam penetrasinya. Memang ada peluang di situ,’’ kata dia. Pasar mortgage syariah di Inggris saja diperkirakan senilai 500 juta pounds. Di Inggris, mortgage syariah menggunakan skim ijarah. Sebagai perbandingan, total asset global untuk lembaga keuangan syariah sekitar satu triliun dolar AS dan tumbuh cukup tinggi dengan kisaran 10-15 persen di tengah ekonomi dunia yang resesi saat ini. Demikian prediksi Asian Development Bank. (ADB) Dua pertiga dari pasar obligasi syariah global sekitar seratus miliar dolar AS dan berada di Malaysia. Namun, pasar obligasi syariah di Inggris, Singapura dan Hongkong juga berkembang. Ini sejalan dengan naiknya harga minyak yang saat ini telah menembus angka 140 dolar AS per barel. Inggris sendiri saat ini merupakan pasar atau gerbang utama lembaga keuangan syariah di dunia di mana pasar sekunder dari sukuk di London mencapai 6,5 miliar dolar AS. Konferensi Internasional CEO UK Trade and Investment Andrew Cahn meneguhkan komitmen negaranya untuk mendukung tumbuhnya industri keuangan berbasis nonbunga di Inggris. Komitmen itu ditegaskan Cahn dalam kesempatan yang sama, yakni di konferensi di London. ‘’Rumah kami terbuka untuk investor keuangan syariah,’’ kata dia. Pasar keuangan syariah sekitar 500 miliar dolar AS dan itu masih kecil dibanding total

asset lembaga keuangan di Inggris. Asumsi pertumbuhannya adalah sekitar 15 persen per tahun selama beberapa tahun ke depan. ‘’Angka pertumbuhannya dalam beberapa tahun lalu cukup tinggi dan relatif stabil dibanding pasar uang yang saat ini sedang terguncang,’’ tambah Cahn. Pertemuan yang biasanya digelar di Bahrain itu untuk pertama kali digelar di London dan dihadiri para pelaku industri keuangan Islam internasional. Tajuk acara itu lembaga keuangan Islam di Eropa: Menangkap Peluang Pertumbuhan Fakta bahwa konferensi internasional bank Islam digelar untuk pertama kali di London, menurut Cahn menunjukkan peran Kerajaan Inggris dalam industri tersebut dalam mengembangkan pasar terutama produk yang sesuai dengan syariah. Menurut dia, peluang untuk mengembangkan keuangan Islam di Inggris amat bagus. Cahn menyoroti kemajuan pemerintah yang bersama dengan kementerian keuangan sedang meneliti penerbitan sukuk atau obligasi syariah negara. Sementara itu, Richard Thomas, anggota dari UK Trade and Investment Financial Services Sector Advisory Board yang juga chairman dari the sub-committee on Islamic Finance juga bersuara yang merujuk pada tingginya potensi untuk menjadi kekuatan baru di bidang industri keuangan syariah. ‘’Kami bekerja selangkah demi selangkah dengan pemerintah dan berniat untuk mewujudkan sebuah strategi promosi untuk mendampingi pertumbuhan industri ini supaya bisa sukses di pasar.

Richard Thomas menilai 2008 merupakan awal yang baik untuk meneguhkan komitmennya dengan dikeluarkannya izin bagi dua asuransi syariah di London yang beroperasi di level Eropa. ‘’Saya amat optimistis yang lain akan mengikuti.’’ Andrew Cahn menambahkan bahwa aliran dana dalam industri keuangan syariah dari kawasan Teluk ke beberapa negara di Asia amat tinggi. Para investor berharap bisa menempatkan investasinya di bidang syariah dan ke depan menurut Cahn pasar ini akan makin stabil. nYN

63 Sharing / 2008


Wisata

ANTARA HARUM KOPI DAN GEMA ADZAN Harar mampu meluluhkan Starbucks, gerai kopi ternama di seantero dunia untuk mau menyebut kopi mereka lengkap dengan asal negaranya. Setiap pagi berdenyut, para perempuan mulai disibukkan menyortir biji-biji kopi pilihan.

64 Sharing / 2008

"Jangan bilang pernah ke Ethiopia sebelum mencicipi kopi Harar." Ucapan Ato Giday, seorang trader asal Dire Dawa, Ethiopia itu, saya baca sebagai tantangan. Tak puas hanya menyeruput buna -- kopi dalam bahasa lokal – asal Harar di Addis Ababa, saya tergelitik untuk mengunjungi kota tua itu. Tentu tak hanya kopi yang menjadi magnet Harar bagi saya. Di sana ada peninggalan Islam masa lalu. Kerajaan Harar atau Harer yang dipimpin oleh seorang sultan pernah menjadi salah satu kerajaan berpengaruh di Ethiopia. Sejak berdiri sebagai sebuah kesultanan, Harar menjadi kawasan perdagangan utama yang terhubung dengan jalur pedagangan Ethiopia serta Semenanjung Arab dan dunia luar lainnya. Salah satu penguasa yang terkenal dari kesultanan itu adalah Ahmad bin Ibrihim al- Ghazi. Pada abad ke-16, M, Al-Ghazi melakukan perluasan kekuasaannya dan menjadi ancaman bagi imperium Kristen Ethiopia. Penggantinya adalah Emir Nur ibnu Mujadid. Pada masa kekuasaannya dibangun tembok setinggi empat meter yang mengelilingi Harar. Sejarah mencatat abad ke-16 merupakan puncak kejayaan kesultanan ini. Tak sabar untuk segera berada di sana! Minggu, pukul 04.00. Terkantuk-kantuk, saya sudah berada di bandara untuk penerbangan selama 55 menit ke Dire Dawa,

Harar. Kota ini adalah kota terbesar kedua di Ethiopia setelah Adis Ababa. Sesibuk Addis Ababa, namun kota ini lebih bersih dan ramah. Di Dire Dawa inilah nadi perdagangan kopi berdenyut. Rumah-rumah pengolahan kopi tersebar di pelosok kota. Tangan kaum wanita, bukan mesin, cekatan menyortir kopi-kopi Harar itu, mana yang harus masuk kelas premium, kelas satu, atau kelas biasa. Ya, inilah jantung industri kopi Ethiopia. Dari Dire Dawa, kopi Harar yang terkenal di seantero dunia didistribusikan dalm masuk ke kafe-kafe papan atas dunia dengan harga menjulang. Barangkali, inilah yang membedakan Harar dengan Jawa. Kopi asal kedua tempat ini sama-sama mendunia. Java coffee, siapa penikmat kopi yang tak mengenalnya? Namun, di mana sentra kopi di Jawa bisa ditemukan saat ini? Dimana di Jawa kita menemukan berhektare-hektare kebun kopi dikembangkan, dipanen, dipipil para petaninya, dan kemudian diolah menjadi biji siap masak untuk dikapalkan ke berbagai belahan dunia? Kopi Jawa yang sohor di sebuah kedai papan atas di New York, bisa jadi adalah kopi asal Srilanka, Sumatera, atau Thailand. Di Ethiopia, tak ada warga yang tak bangga dengan kopi mereka. Kecintaannya terhadap kopi sama dengan kecintaan dan hormat mereka terhadap tokoh Haile


Wisata Selassie dan Rastafari. Kopi adalah harga diri. Bahkan, pendirian mereka mampu meluluhkan keangkuhan Starbucks untuk bersedia menandatangani perjanjian menggunakan kopi Ethiopia dengan menyebut nama asalnya; Harar, Sidamo, dan Yirgacheffe. Di Harar, tradisi ratusan tahun itu masih terjaga. Tiap keluarga menyimpan rapat teknik pengolahan kopi hingga siap menjadi "secangkir minuman dari surga". Aroma moka menyeruap begitu bubuk kopi diseduh. Sungguh membangkitkan selera. Bagi wisatawan asing, kopi adalah hidangan penutup setelah puas menikmati Harar, kota tua (berdiri tahun 1520 M) yang

dianggap suci oleh kaum Muslim Ethiopia. Letaknya sekitar 400 kilometer timur Addis Ababa, menjadi pusat peninggalan Islam. Harar yang tak jauh dari Somalia itu dikelilingi tembok dengan lima pintu gerbang masuk. Di dalam gerbang, terdapat sekitar 99 masjid yang menjadi pusat dakwah, benteng pertahanan, dan sekaligus sentra kerajinan tangan. Masjid-masjid di Harar umumnya merupakan bangunan berarsitektur kuno. Meski usianya sudah ratusan tahun, masjid-masjid bergaya Moor ini masih kokoh berdiri. Di Harar ini pula rumah peninggalan Arthur Rimbaud, sastrawan Prancis yang eksentrik itu masih kokoh berdiri. Selama di

Tujuan Hijrah Pertama Mengapa Harar dianggap kota suci bagi Muslimin Ethiopia? Sejarah mungkin silap mencatat. Hijrah pertama kaum Muslim sebetulnya bukan ke Madinah, namun ke Ethiopia. Tepatnya pada bulan Rajab tahun ketujuh sebelum Hijrah, atau sekitar tahun 615 Masehi. Di tengah kegelapan malam, 11 pria dan empat wanita sahabat Rasulullah SAW meninggalkan Makkah. Atas saran Rasulullah SAW, Abessinia lah tujuan utamanya. Di mana Abbesinia? Itulah Ethiopia

Harar, Rimbaud meninggalkan dunia sastra dan memilih menjadi pedagang kopi dan penyelundup senjata. Ia cuma tercatat sekali menggelar pentas drama di Harar. Rimbaud mati muda dalam usia kurang dari 40 tahun.

Harar Gate

Ethopia lalu menempatkan mereka di Negash yang terletak di sebelah utara Provinsi Tigray. Wilayah itu lalu menjadi pusat penyebaran Islam di Ethiopia yang masuk dalam bagian Afrika Timur. Gelombang kedua datang lagi beberapa bulan kemudian, terdiri dari 80 sahabat. Rasulullah pun berpesan kepada para sahabat untuk menghormati dan menjaga Ethiopia. Mengendus adanya eksodus ke Ethiopia, kaum kafir Quraisy mengutus Amr

Islam mencapai kejayaannya di negeri itu pada tahun 1400-an M dengan berdirinya beberapa kesultanan Islam. Setidaknya ada lima kesultanan yang berbagi pengaruh di Ethiopia, yaitu Kesultanan Adal di timur Ethiopia; Kesultanan Aussa di timur laut Ethiopia; Kesultanan Harar di timur Ethiopia; Kesultanan Ifat di timur Ethiopia; serta Kesultanan Shewa di Ethiopia tengah. Meski sempat diberangus saat penguasa Kristen mencaplok Ethiopia di

bin Ash dan Imarah bin Walid menghadap Raja Ethiopia. Keduanya meminta agar Raja Najasyi mengusir umat Islam dari tanah Ethiopia. Permintaan orang kafir Quraisy itu ditolak raja Ethopia dan para sahabat tetap tinggal di negeri itu hingga Rasulullah SAW hijrah ke Madinah. Tak semua sahabat kembali berkumpul dengan Rasulullah SAW, sebagian di antara mereka memutuskan untuk menetap di Ethiopia. Mereka lalu menyebarkan agama Islam di wilayah Timur benua Afrika itu.

pengujung 1890-an M, jejak Islam masih terbaca hingga kini. Di Harar, masjid-masjid masih berdiri kokoh. Islam kini menjadi agama terbesar kedua setelah Kristen. Dan di Harar, suara adzan yang merdu terdengar lima kali sehari. Ketika maghrib menjelang, suara adzan berpadu dengan harum buna atau kaffaa (sebutan lain kopi) dan para pekerja yang bergegas untuk memenuhi panggilan-Nya; shalat berjamaah di masjidmasjid yang tersebar di seantero kota. n SS

Suasana di Dire Dawa sekarang ini. Di antara sahabat yang bertolak menuju negeri Ratu Bilqis itu adalah Usman bin Affan beserta isterinya Ruqayyah yang juga puteri Rasulullah SAW. Perjalanan para sahabat ke negeri Ethiopia itu dipimpin Usman bin Maz'un. Setelah mengarungi ganasnya gelombang Laut Merah, tibalah mereka di Ethiopia yang kala itu dipimpin seorang raja bernama Najasyi, atau Ashama ibnu Abjar. Mereka disambut dengan penuh keramahan dan persahabatan. Inilah kali pertama ajaran Islam tiba di Afrika. Raja

65 Sharing / 2008


Info Produk

Perhiasan-Perhiasan

Handmade

Nan Unik

Perhiasan-perhiasan handmade sekarang sedang booming di beberapa negara maju, seperti di Amerika Serikat, juga di negara-negara eropa. Hasil-hasil produk perhiasan handmade kadang sudah dianggap layaknya karya seni. Karena memang dibutuhkan kreatifitas yang tinggi di dalam mendesainnya, serta keterampilan tangan yang cekatan di dalam pengerjaannya. Di Indonesia, perhiasan handmade memang belum se-booming di luar negeri. Namun kecenderungan ke arah yang lebih maju di dalam industri ini mulai kelihatan. Apalagi para pengrajin perhiasan handmade di Indonesia kini mulai bisa menghasilkan karya-karya yang unik dan kreatif, tak kalah dengan buatan luar negeri. Seperti produkproduk perhiasan kreasi Studio Manik di bawah ini, yang harganya mulai dari Rp. 300 ribu sampai Rp. 900 ribu.

Kalung Beberapa kalung berikut rasanya cukup pas untuk dikenakan di pesta-pesta atau acara-acara resmi, karena bentuknya yang unik dan artistik, namun tetap bisa menampilkan kesan formil. Meski begitu, tak masalah bila kalung ini juga dipakai dalam suasana santai. Terbuat dari berbagai bahan dasar yang berbeda, seperti paduan payet dan manik gelas, lalu dari craft wire, serta paduan dari manik-manik dan payet Jepang.

Gelang Rangkaian gelang yang diilhami nuansa etnik tradisional dari beberapa daerah di Tanah Air dan juga dari luar ini, rasa-rasanya cukup pas bila dipadankan dengan busana-busana tradisional. Ada gelang yang terbuat dari batu alam dan payet yang direnda, gelang dari batu cabochon yang diembroidery, gelang dari bahan kristal Swarouski yang terkesan glamor, serta dari bahan craft wire yang dirajut. nYS

66 Sharing / 2008


iklan BNR



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.