K
P a p k
K K p
K K d K a
I t
S S
Curriculum Vitae Profil Sandika Putra sandikaputra150495@gmail.com +62 853 8205 7979 Palembang - Jakarta based
Pendidikan Formal Program Studi Teknik Arsitektur Angkatan 2013 Universitas Sriwijaya
Pengalaman Organisasi Ketua Angkatan Teknik Arsitektur Sriwijaya Anggota Divisi Minat & Bakat IMA Sriwijaya Tim Heritage Visit for Seminar Nasional IPLBI Leader for West Sumatera Excursion & Workshop Leader for Singapore Excursion Founder of Pro.logue Anggota Ikatan Alumni Arsitektur Sriwijaya
Awards 1st prize sayembara Metamorfosa Trisakti, Jakarta 2017 2nd prize sayembara Pekan Arsitektur Sumatera Selatan IAI Sumsel, Palembang 2018
Interested in Technology Enthusiast Architecture & Design Photography Film
Pengalaman Kerja student internship - assistant architect andramatin architects, Jakarta 2016 inspector Putri Rama Consultant, Palembang 2018 site manager Dhellia Mandiri Contractor, Palembang 2018
Professional Skills Expertise in SketchUp AutoCAD Photoshop Adobe Indesign Microsoft Office Profeciency in V-ray Lumion CorelDRAW
Languages Bahasa English
Native Intermediate
Pengantar Tidak ragu saya menyebut tulisan ini buku. Ditulis dengan penuh kesadaran dalam proses berkarya, menggambarkan pribadi yang memilih inti dasar dalam objek, proses dan akhir sekaligus memperhitungkan data dan menghubungkannya dengan parameter yang terkait serta kemungkinannya dengan hal-hal intuitif sebagai sisi penyelaras. Pengambaran latar visual buku ini dibuat seolah tidak sempurna sebagai gambaran dari ketidak sempurnaan diri seorang manusia akan kehadirannya dibumi dan didepan tuhan. Dalam prosesnya, kadang kita musti melangkah menyelesaikan suatu hal, baru kita dapat mengungkapkan hal tersebut dengan kata, begitu juga halnya dengan penyusunan rangkuman karya ini, kadang dirasa ada sesuatu yang kurang. Namun kita musti tetap melangkah kedepan menjadikannya pelajaran, lalu optimis, bersuka cita dan menemukan nilai positif agar selalu memperkaya diri dengan kebahagiaan.
Indeks 02
Curriculum Vitae
04
Pengantar
05
Indeks
06
Persepsi
07
Baruge Apung Sosial Kontekstual - Warisan Historis Rumah Baghi Gelapang Sayembara Rumah Apung Trisakti, 2017
19
Panggong Kelayang Arsitektur dan Partisipasi Masyarakat Lokal Sayembara Kementerian Pariwisata dan Propan, 2018
29
Belajar di andramatin Emosi, Olah Rasa dan Kerendahan Hati andramatin studio, 2016
35
Prasetya Mulya Business School Palembang Green Space atau Tropis? Studio perancangan Arsitektur 6, 2017
51
Jakabaring Visitor Center Architecture as an alternative space Studio perancangan Arsitektur 7, 2017
59
Pusat Informasi Pariwisata Provinsi Sumatera Selatan Ruang Kolektif Tugas Akhir, Prodi Arsitektur Unsri, 2018
85
Selasar Anjung Sustainable Development Sayembara Street Furniture IAI Sumsel, 2018
98
Terima Kasih
Persepsi dalam proses pembelajaran, pribadi sangat terpengaruh dengan analisa lingkungan, pengaruh geografis, budaya, sosial kontekstual. Proses try and error yang di alami membentuk pribadi sadar bahwa ada sesuatu dalam diri yang membutuhkan tempat dan lingkungan berkembang yang lebih sensitif, lebih bersinggung kepada hal-hal dasar dan apa adanya, demi sebuah arsitektur yang solutif, pertanyaan tersebut juga menimbulkan persepsi diri yang mempertanyakan apa dan bagaimana arsitektur indonesia kedepannya, mencoba mencari jawaban melalui akar tradisional, mencari jati diri yang sebenarnya, seadanya, sejujurnya arsitektur tanpa perlu berhias lebih, tidak akan selesai rasa keingin-tahuan ini sebelum menemukan jawaban, dari proses, dari kepingan materi, dari manapun itu, saya percaya tiap kepingan membentuk titik-titik jawaban. Izinkan saya melihat, merasakan, memahami arsitektur lebih lagi, saya percaya tiap orang memiliki cara dan racikan masing masing dalam mencapai satu tujuan. Saya mencobanya dengan menuliskan hal-hal ini.
Baruge Apung Sosial Kontekstual - Warisan Historis Rumah Baghi Gelapang Sayembara Metamorfosa Rumah Apung Universitas Trisakti Jakarta, 2017 Bersama : Dicky Ahmad Nursa, Dika Nuransyah 7
Sosial Kontekstual - Warisan Historis Kota Palembang sebagai kota terbesar kedua di pulau sumatera memiliki keadaan khusus di kawasan bibir sungai musi, terdapat hunian rumah apung yang menempati bibir sungai. Terbentuknya hunian-hunian ini dapat ditinjau secara historis dan kontekstual. Secara historis, dari masa Sriwijaya hingga Kesultanan Palembang Darussalam memang sudah terdapat pembagian zona bagi penduduk, hal ini di akibatkan karena palembang merupakan pusat perdagangan pada masa itu. Banyak pendatang beragam etnis datang pada masanya, yang pada akhirnya Etnis Tiongkok dan Arab adalah pendatang utama lalu menetap di kota palembang. Dari pengaruh kebijakan politik pada masanya zona penduduk di bagi ke dalam 4 zona sosial yakni zona bangsawan, perdagangan, etnis arab dan etnis tionghoa. Menariknya dalam peroses kedatangan masyarakat ke kota palembang, satu lagi kebijakan dimana pendatang baru dilarang untuk langsung bermukim di darat, maka sementara keberadaaan mereka di naungi oleh rumah sederhana yang dibangun di atas aliran tepi sungai musi. Lalu berselang waktu barulah hunian dapat bermukim di sepanjang bibir sungai musi. Keberadaan hunian apung ini lama kelamaan menjadi sebuah opsi bagi beberapa masyarakat tyang tidak memiliki cukup lahan di darat sepanjang sungai musi hingga sekarang. Orientasi bangunan dan akses tidak terencana
Pola Persebaran hunian tidak tertata dan cenderung membentuk kawasan padat
Kawasan yang terbentuk akibat tidak adanya penataan membuat kesan visual yang semrawut
8
Secara konteks akibat perkembangan manuisa yang pesat ruang-ruang kosong pada akhirnya menjadi ruang untuk berkembang, ketika ruang kosong tidak memenuhi kebutuhan maka, bibir sungai jawabannya. Apabila ditinjau dari asal masyarakat yang menghuni kawasan sungai ini bukan lagi dari etnis tionghoa atau arab, melainkan berasal dari kawasan luar palembang yang memang lingkungan mereka di daerah sebelumnya juga merupakan daerah sungai, hunian mereka sebelumnya memang panggung, memang panggung di atas sungai. Merupakan tipologi yang lekat dengan sebaran hunian di sumatera selatan.
Kondisi hunian yang berada di pinggir sungai musi berkembang secara organik, vernakular, menjadi kumuh dan sesak dikarenakan jumlah hunian yang ada melampaui kapasitas tanah pinggiran sungai. hunian yang cenderung temporer memberikan sebuah permasalahan dan tantangan untuk mengangkat potensi yang ada, sehingga dapat memperbaiki ruang binaan penduduk dan menjadi referensi baru dalam disain hunian sederhana, compact yang kembali kepada arsitektur, budaya dan kontekstual site.
9
Pemilihan Bentuk, Proporsi, Masa Filosofi Rumah Baghi Gelapang Rumah tradisional kabupaten lahat yang memiliki sruktur panggung di pilih karena dinilai memiliki program ruang yang sederhana, fleksibel, secara bentukan dapat merepresentasikan bangunan asli di sumatera selatan dan turut melestarikan rumah panggung dengan penerapan desain modern yang solutif di kawasan sungai musi. Bibiran sungai musi yang memiliki cerita panjang potensi kekayaan budaya dengan wilayah tipologi rumah apung. Rumah baruge yang merupakan rumah tradisonal dan serupa dengan rumah vernakular, dengan konsep sifat baruge, ruang yang sederhana, fleksibel, ruang dalam bersifat dinamis, baik publik dan privat, serta ukuran yang tidak besar penulis harap dapat mudah di terima secara psikis bagi masyarakat pinggiran musi. Gabungan dari konsep rumah apung vernakular dan konsep baruge penulis harap menjadi rumah yang melahirkan ruang sosial baru meski diatas sunga.
Rumah Baghi Gelapang
10
garang publik
kamar pribadi baruge publik
kamar pribadi
garang publik
Fungsi Ruang Baghi Gelapang
Tranformasi Program Ruang dari Filosofi Rumah Baghi Gelapang Masa bentuk Baghi Gelapang asli. Eksisting Baghi Gelapang merupakan rumah panggung dengan elemen material kayu dan program ruang yang sederhana.
Bentukan asli rumah Baghi Gelapang
Existing program Baghi Gelapang: (hijau) circulation - garang depan (biru) social living & service - baruge (orange) private - kamar (hijau) circulation - garang belakang Program ruang asli Baghi Gelapang
Menyederhanakan masa bangunan. Membagi posisi Baruge ke lantai dasar untuk memudahkan pencapaian dan Baruge living room yang bersifafat lebih privasi tetap diatas. Posisi di arahkan pada samping sungai agar mengurangi polusi udara dari depan yang menuju bangunan.
Pemisahan fungsi baruge dalam 2 program: Pertama, Baruge living dan kamar pada lantai atas untuk kegiatan yang bersifat private. Posisi Kamar sedikit lebih tinggi dari baruge private untuk cross ventilation udara yang baik dan mereduksi suara. Kedua, service dan baruge social di pisah pada lantai dasar untuk kegiatan yang bersifat publik. Baruge social menekankan pencapaian ruang yang lebih fleksibel sehingga interaksi antar manusia tidak perlu di lakukan di dalam ruang privat rumah dan memperbanyak ruang komunal pada kaswasan rumah apung.
Ruang kamar di angkat untuk menjaga privasi.
L p
Skala atap di perbesar. Atap di harapkan menambah sense volume ruang secara visual untuk dalam kamar dan living room. Program dipisah, dibagi menjadi 2 elevasi pada konteks sungai. Atap menjadi elemen fungsi utama.
11
Konsep Lama
Konsep program ruang Baghi Gelapang
garang
Konsep Baru
Konsep program ruang Baruge Apung
kamar baruge ‘pribadi’
kamar
kamar Level 1 baruge
kamar servis garang
baruge ‘publik’
Level 2
Baruge berarti sebuah ruang bersama mencakup tempat berkumpul bagi masyarakat. Dengan program yang lebih besar, Baruge merepresentasikan sebuah ruang utama yang mengutamakan hubungan sosial antara pemilik dan individu lain. Dikemas dalam bentukan yang disederhanakan, Baruge tetap memisahkan unsur privasi dan publik.
denah lantai 1
denah lantai 2
Konsep arsitektur sebagai gambaran rumah alternatif
Konsep arsitektur yang di angkat adalah konsep arsitektur kontekstual yang mengolah program yang ada lalu mengembangkanya sesuai dengan konteks lokasi site yang akan di bangun. Sehingga fungsi rumah dapat di diprogram sebagai privat dan publik pada bagiannya. Zona publik dapat di manfaatkan dalam berbagai fungsi. Fungsi tersebut seperti halnya untuk kepentingan mata pencaharian. Pencapaian yang di harapkan Pemenuhan terhadap kebutuhan hunian di kawasan air Spasial yang di tata untuk keluarga Mendukung kegiatan perekonomian nelayan musi dan pengrajin Peningkatan kualitas sosial dengan ketersediaan ruang publik Ruang antar rumah mendukung kualitas lingkungan dan pangan Membuka ruang sebagai pusat ekonomi sosial Mendukung kemungkinan baru keuangan keluarga, masyarakat dan kota dari pusat wisata yang mandiri
13
Atap di buat dengan skala yang lebih besar dengan bukaan yang menyilang agar aliran udara mampu mengaliri seluruh ruangan tanpa perlu penghawaan buatan Selain sebagai view baruge menjadi ruang pengumpul udara di bawah hunian kisi kisi kayu karet di gunakan sebagai pelapis dinding membuat penghawaan hunian terbuka meski terkesan sebagai ruang privasi keluarga Posisi kamar sedikit diangkat untuk cross ventilation dan mereduksi suara bawah
Sirkulasi Ruang
Skema awal posisi hunian di tapak, bukaan mengarah ke samping untuk mengurangi polusi udara.
Hunian di gandakan diantara selasar, meletakan efisiensi sirkulasi di tengah .
Hunian di modulisasi dalam satu modul, terdiri dari 4 hunian agar tercipta lingkungan aktifitas sosial yang cukup baik.
Untuk mendapatkan ruang aktifitas tambahan ekonomi seperti tambak ikan dan tambatan perahu modul bangunan di atur berjarak.
Rumah terapung yang didesain berkelompok agar memberikan ruang sosial sehingga dapat dimanfaatkan sebagai peternakan mandiri, serta menimbulkan potensi pariwisata bagi kawasan terapung.
Penataan Kawasan
Teknis Bangunan
dua kamar 15 meter persegi (merah)
area service9 meter persegi (kuning)
baruge pribadi 7.5 meter persegi (hijau)
baruge publik 17.5 meter persegi (tosca)
16
Struktur atap pada usuk dan reng menggunakan bambu agar lebih ringan dan ketersediaan bambu yang cukup cepat
Atap ijuk juga dinilai lebih ringan dibanding material atap lain, selain itu konsep rumah bagi yang juga menerpkan penggunaan atap ijuk
Dinding bambu belah seperti yang mulai diterapkan pada atap atap bangunan. bambu disusun saling menutupi sisi dalam bambu yang dibelah sehingga dinding rapat namun masih mampu bernafas Kayu karet dengan diameter kecil sangat mudah ditemukan dari sisa perkebunan karet, lalu diolah untuk menjadi material kisi-kisi pada atap
Kayu kelapa digunakan sebagai material lantai, pemilihan material ini dinilai dari ketahanan serta keringanannya sebagai material yang menyentuh air
Drum plastik digunakan karena material plastik yang sulit didaur ulang namun dapat di re-use.
17
Panggong Kelayang Arsitektur dan Partisipasi Masyarakat Lokal Sayembara Kementerian Pariwisata dan Propan Palembang, 2018 Bersama : Intan Andani, Jefri Zain 19
Batu Kelayang
Sudah tidak asing lagi bila Batu Kelayang adalah satu pesona yang memikat wisatawan untuk hadir ke Tanjung Kelayang, batu yang terlihat seperti siluet burung kelayang itu terletak di ujung pandang manusia yang berdiri melihatnya dari sisi seberang pantai. Dasar inilah menjadi tolak ukur perencanaan pusat cineramata ini, selain sebagai pusat untuk berkumpul, juga sebuah fasilitas yang mampu di jadikan tempat pernaungan untuk sekedar duduk, berdiri, menikmati view yang tidak terhalangi keadaan cuaca, dari remang-remang peneduh yang hanya sebuah susunan kayu yang di naungi genteng tanah liat, sederhana tapi bersahaja. Menikmati hamparan spektrum keindahan alam berkah dari sang maha kuasa. Diletakan di tepi pantai bagian selatan dari Batu Kelayang, tidak juga menduduki pantainya juga tidak jauh dari pandangan, berusaha sesopan mungkin dan tetap dapat menikmati keindahan alam. 20
Belitung
Belitung memiliki modal yang sangat baik sebagai sumber arsitek melihat potensi, Bangunan Tradisional, Makanan Khas, Kriya (Pengrajin Ketam) hingga adanya ikon dari sebuah Film menjadi modal besar sekaligus bukti keterlibatan aktif masyarakat pada daerahnya. Sekaligus menjadi tantangan antara penataan, keterlibatan potensi masyarakat dan ketersediaan sarana dan prasarana pariwisata itu sendiri. Seperti yang di singgung dalam paragraf sebelumnya, pernaungan. Fasilitas ini sifatnya juga sebagai pernaungan bagi kegiatan dan sistem ekonomi pengerajin-pengerajin daerah Belitung. Seluruh pengrajin dapat menitipkan barang dagangannya tanpa perlu menitipkan pegawai, memikirkan proses administrasi atau menjadi kepemilikan dari satu pengrajin saja, Apakah dengan nanti di bangunnya fasilitas ini menjadi tanggung jawab Pengerajin secara kolektif mengatur skema administrasinya? Atau pihak Pemerintah untuk menjalankan opersionalnya? menambah pegawai, memperhitungkan perawatan, merekrut petugas dan pegawai yang berdampak pada penambahan biaya operasional dari kementerian terkait? Bagaimana bila sebuah fasilitas menjadi milik bersama tanpa perlu ada penjaga, pegawai? Lalu melibatakan warga sekitar untuk menjaganya yang di koordinasi himpunan pemuda. Himpunan ini di beri pengarahan, pelatihan agar cinta kepada potensi kampungnya dan ikut memenejemen fasilitas ini sekaligus menjaga aset kekayaan alam mereka. Apakah nanti ada perselisihan di mana lokasi pusat cinderamata ini berada justru menuntut produk lokal desa setempat saja yang hanya boleh ter-display difasilitas ini? Sebenarnya masih banyak keterkaitan yang mesti di tata dalam sayembara ini, bukan hanya fisiknya. 21
Arah Pengembangan Berbicara pernaungan. Pernaungan seperti apa nantinya? Dibelitung terdapat rumah adat Panggung atau masyarakat sebut Panggong, Rumah beratap Limasan yang menaungi Garang Depan, Ruang Keluarga bersama, Kamar Tidur, Dapur dan Garang. Tipe keluarga rumah limasan. Rumah adat ini diangkat secara fisiknya tetapi dengan hirarki dan spasial yang mengadaptasi sirkulasi yang sederhana agar efektif dalam pergerakan manusia dan perletakan display-displaynya Tujuan akhirnya nanti, Panggong Kelayang merupakan pusat cinderamata khas daerah yang berbasis bentuk, etnik, rupa dan buah tangan oleh-oleh khas Kabupaten Belitung.
Konsep Kebijakan dan Arah Pengembangan
LOCAL-PUBLIC PARTICIPATION Pusat Cinderamata berbasis partisipasi masyarakat. Keterlibatan masyarakat lokal dalam usaha memajukan potensi daerah, dari segi mencerdaskan sistem kerja yang terbilang teknis, hingga pola pikiran, sehingga kesetaraan dalam memajukan visi mencerdaskan bangsa dapat serata mungkin di tiap lapisan masyarakat. Fokus Perencanaan berbasis pada 4 unsur kekayaan intelektual ikon Kabupaten Belitung dan Tanjung Lesung
kuliner
22
kriya & seni rupa
sandang
seni pertunjukan
Analisa Bentuk dan Fungsi
Massa bangunan mengadaptasi dari rumah adat Belitung sebagai bentuk utama yang disederhanakan. Sebagai penanda identitas diri daerah dari Tanjung Kelayang.
Sirkulasi pada Pusat Cenderamata menggunakan sirkulasi spiral dan linier. Hal ini bertujuan memaksimalkan area sirkulasi dan pengalaman ruang sehingga area display dapat lebih diekspospada ruang-ruang sirkulasi.
Sobekan pada atap mengurangi hawa panas yang tertangkapdibawah atap sehingga ruangan diharapkan mampu memberikan rasa nyaman terhadap para pengunjung.
Interior pada area display mengadaptasi dari ruang dalam interior rumah panggung Belitung. Dimana pada lantai 1 merupakan area pengrajin yang melibatkan masyarakat sekitar. dan lantai 2 area display marchandise khas daerah Tanjung Kelayang, Belitung.
23
24
Ground Floor 1. Front Entrance 2. “Kuliner” & ”Kriya” Display Merchendise 3. “Pondok” Deck View 4. Ramp Side Display
Up Floor 4. Ramp 5. Selasar “Kain” 6. Foyer 7. “ Cinderamatia” & Information Center
25
Tampak Depan
Tampak Belakang
26
Tampak Kanan
Tampak Kiri
8
2
0
27
Belajar di andramatin Emosi, Olah Rasa dan Kerendahan Hati andramatin studio Jakarta, 2016 29
Emosi Bagi saya pengalaman berada di andramatin merupakan suatu kejadian yang luar biasa, terhampar spektrum yang begitu dalam. Tiap perjamuan di suguhi oleh pola dan cara kerja sederhana yang efektif. Selalu terpenuhi energi positif, semangat, oleh orang-orang energik sebagai sebuah mesin terbaik dalam suatu sistem kerja, memang tidak dalam cawang yang dalam, tetapi itu yang terlihat dari kaca mata seorang pemagang. Pribadi lalu menempatkan diri sebagai gelas kosong yang berusaha untuk disi dengan pelajaran, pola pikir dan perspektif dalam berarsitektur. Sebuah suka cita pengalaman berarsitektur yang sangat berharga, sangat bernilai untuk mengalami momen tersebut. Mungkin cerita dimulai dari proses dan apa yang di alami pemagang. Selama proses menjalani hari-hari di andramatin, pekerjaan utama dari pemagang adalah sebagai asisten arsitek, itu yang saya pahami. Membantu proses gambar kerja dari proyek dan seterusnya, beberapa kali mengalami proyek yang berbeda, over all, sangat menyenangkan. Memang pribadi mencatat diri ini masih memiliki catatan kerja, miliki masa pasang surut. Tetapi memang tidak perlu di sampaikan pada kesempatan ini. Delapan jam, lima hari dalam seminggu merupakan formalitas jam kerja. Tetapi memang kita tau profesi ini menuntut waktu lebih begitu pula beberapa personel d ama, akronim dari biro ini. Memenuhi waktu akhir pekan dengan menyelesaikan target kerja. Lalu kembali lagi bersua di studio dari senin ke jum’at. Yang mana senin juga digunakan sebagai hari ekskursi. Ekskursi. Ada satu hal yang berkesan mengenai ekskursi. Momen bersapa dengan Pak Aang, saat itu bersama personil ama dari atas eskalator GI kami menuju Pelataran Ramayana, saya disampingnya. Berkesan. Dengan senyum, beliau yang sepintas melihat sebuah ruangan yang terlihat sebagai corner dari fungsi pelayanan promosi sebuah pengembang hunian tinggi. Lalu beliau bertanya pada saya “itu ruangan apa ya?�. Terkejut karena bukan senang hati beliau mau membuka obrolan, tapi dengan konyolnya karena momen saat itu, saya menjawab “hmm apa ya pak, tenant promosi barangkali ya pak�. Kata berujung tidak jelas. Berani, sangat berani sekali mencampakan bos kantor. Hingga berlanjut observasi di Pelataran Ramayana saya tetap memikirkan hal itu. Dari momen itu pribadi belajar bahwa sifat sensitif musti di miliki oleh seorang perancang. Itu pelajaran yang saya pahami.
30
Lalu hari-hari dimana kita melaksanakan tugas dari desainer. Sekali jalan, membaca pola desain melalui gambar rancangan. Ada pola yang jelas dalam sebuah alur desain, dari yang tidak seimbang itu sebenarnya ada pola satuan yang jelas, berjalan dan berdasar oleh ukuran dan standar yang benar, sehingga ruang ruang yang muncul merupakan sebuah bentuk dan ukuran yang tetap terukur. Biarpun ada satu cara pandang berarsitektur yang khas di sana, gaya andramatin sekali. Ada proses dimana pribadi sadari, bahwa kemampuan teknis gambar seorang pemagang di uji dan juga sebagai refleksi dari kemampuan pribadi selama masa perkuliahan. Memang pribadi sadar, dalam hirarki penugasan di biro ama, pemagang tidak di tempatkan sebagai perencana dalam sebuah proses desain secara pasti, ini bukanlah suatu kekurangan melainkan memang porsi seorang pemagang merupakan sebuah proses dimana kesensitifan dan kemampuan teknis diasah agar mampu membuahkan produk-produk rancangan teknis yang baik, terukur lalu kedepan dapat membentuk perancangan yang sebaik itu pula. Itu pendapat kami. Sebuah proses berbeda pula pernah di alami pemagang ketika ikut terlibat kedalam diskusi kecil mengenai sport center tubaba, diskusi membahas sebuah menaret masjid. Pribadi dimintai pendapat mengenai bentuk proporsi minaret, namun karena sifat kesiapan untuk berbicara yang belum terasah menimbulkan ketidak mampuan untuk mengeluarkan pendapat terjadi. Hal ini padahal bertolak belakang dengan perspektif pribadi yang melihat minaret mustinya sebagai unsur fungsional dan sebagai objek visual yang harus bersikap wajar dalam sebuah kerelatifan desain. Penyeimbang, sebagaimana yang pribadi dengar dari diskusi-diskusi sebelumnya mengenai keseimbangan vertikal - horizontal - diagonal, gelap terang, ringan berat, melepas, prosesi dulu, kejutan-kejutan ruang, dan sebagainya. Dari kejadian ini pribadi belajar bahwa sebuah keputusan desain harus di ambil dengan terukur, dan melihat diri kembali bahwa ada satu ruang kosong lagi yang tersadar itu musti di perbaiki, harus berani berpendapat, harus lepas.
Olah Rasa
Ekskursi, perjalanan dan momen-momen perjalanan selama berada di ama masih terekam, mungkin tidak mungkin diceritakan secara detail. Namun pribadi ingin mengucapkan terima kasih yang banyak kepada bapak Aang, ibu Dite, Pak Shofie, mba Anggi, mas Salman, mba Dhanie, mba Andani, mas Gana, mba Ais, mas Sandro, kak Fauzan, kak Jona, kak Ephra, kak Arumi dan semua senior senior di kantor arsitek andramatin. Secara langsung atau tidak telah membantu pribadi dalam proses berkarya, belajar, memahami. Melalui melihat karya mereka, arahan, dan juga perbincangan yang menambah objektivitas terhadap karya desain di lapangan. Merupakan sebuah bekal untuk bersikap dan melihat sudut pandang dalam berarsitektur yang sangat berharga.
Kerendahan Hati Pak Aang begitu bersahaja . Ada satu pola yang saya baca mengapa andramatin selalu di hargai luar biasa oleh publik, sebuah kantor yang sangat dihormati, kunci nya selain orang-orang terbaik juga sikap dan pembawaan pak Aang yang sangat humble, bersahaja. Mengapa? Kita ketahui bersama, apa yang di petik itu akan di tuai, karena sikap kebersahajaannya itu, yang melihat orang tidak dari apa yang dia miliki, keikhlasannya menghargai orang lain, maka itu pun berlaku untuk dirinya sendiri. Saya rasakan dari apa yang beliau berikan ke seluruh lingkarannya. Tak luput juga pujian yang sama bagi teman-teman kantor ama. Pernah dalam satu kesempatan pribadi di tugaskan untuk mendampingi junior teman-teman dari unpar dalam ekskursi ke andramatin, karena tugas itu pribadi bahkan di undang beliau di salah satu restoran fancy minggu pagi bersama dua senior ama yang bertugas kemarin juga, hal yang sederhana tetapi berkesan dalam bagi kami. Saat itu hari ulang tahun ama, kesempatan itu tidak akan di lewatkan, ada sebuah maket dengan objek masjid tubaba islamic center, pertanyaan sederhana dari pribadi untuk beliau “mas aang sebenernya dalam merancang hal dasar apa dulu sih yang musti kita perhatiin?� dengan rendah hati beliau memberikan jawaban yang kurang lebih “kita tentukan dulu fungsi apa yang akan dibangun di dalam site, terus lihat konteks keadaan lingkungan seperti apa dan mau dijadiin apa disainnya� seterusnya. Mencuri waktu di waktu senggangnya, sederhana dan sangat bermanfaat. Pribadi sangat mengenang momen-momen itu, menjadi penyemangat dalam berarsitektur. Mencintai dan percaya bahwa melalui arsitektur tuhan memberikan kita rasa dan peran positif di bumi. Terima kasih andramatin!
Prasetya Mulya Business School Palembang Green Space atau Tropis? Studio 6 Reborn Palembang, 2017 35
Green Space atau Tropis Apa yang di maksud Green Space? Ruang Hijau? Bagaimana definisi dan tujuan Penghijauan tersebut? Apakah ruang-ruang yang di penuhi tumbuhan? Dari kesan visualnya? Apakah sebuah usaha mempengaruhi kualitas lingkungan binaan dapat melalui penanaman semata? Bagaimana konteks ruang hijau dengan bangunan tinggi? Hingga intervensi ruang hijau pada sebuah lingkungan belajar. Lalu apa itu Tropis? Saya priadi berfikir bahwa arsitektur topis merupakan usaha dari bangunan dalam bersahabat terhadap lingkungannya, iklimnya. Mampukah arsitektur tropis ini mengintervensi kebiasaan kebiasaan kaku dalam sebuh bangunan tinggi?
Project Studio kali ini meu High Rise dengan fungsi studi kasus kali ini penulis sekolah tinggi dari sekola Business School (PMBS). tanyaan di atas mengapa atau Tropis� sebuah piliha kolaborasi? Hal ini dijawa konteks lokasi dan juga m atas Tema Modern yang d menjadi kunci adalah kon sekitar hunian. Panas dan persimpangan yang di lal kendaraan dan 1 jalur LR sisi Hook, menghadap ke Lalu bagaimana sikap ba nya?
lokasi perancan
fasilitas pendidi
36
upakan bangunan sekolah tinggi, pada s merancang sebuah ah Prasetya Mulya . Kembali dalam pera kata “Green Space an kah ataukah ab terkait dengan menjadi jembatan di usung. Hal yang ndisi konteks lokasi di n gersang. Sebuah lui oleh 3 jalur RT, site berada pada e arah utara-selatan. angunan ini seharus-
ngan
Penghawaaan dan maaterial finishing menjadi isu utama kami. Dimana peran penghawan buatan dan sumbangan efek rumah kaca pada bangunan berperan besar. Bila membahas penghawaan sudah pasti bahwa iklim tropis perlu penanganan khusus yang umumnya penanganan masalah ruang ini di selesaikan secara instan di Indonesia. Pendingin udara, duckting atau split. Keterbatasan volume dan spasial ruang, menuntut usaha membentuk kesan ruang yang lega, sehingga pengguna ruang tersebut tidak terasa tertekan dan sempit, material yang transparan diharapkan membentuk visual ruang yang lebih luas, membuat penggunaan kaca sangat mainstream. Secara teknispun, material kaca lebih fleksibel, modular dan cepat pemsangan.
K
Mungkinkah suatu fasad bangunan menggunakan material yang lebih ramah selagi tetap memberikan bukaan visual dan udara pada ruang? Tanpa melibatkan kaca secara masif? Adakah kemungkinan baru untuk membentuk fasad dari material pilihan lainnya. Apakah suatu kompleks bangunan di mungkinkan dengan material penutup yang berpori agar penghawaan dapat berjalan lancar? Bagaimana dengan angin? Debu? Mampukah bangunan membentuk opsi ruang hijau tanpa fisiknya melainkan sistem? Bagaimana bila tanpa tumbuhan hijau bergelantung bangunan tersebut tetap menjadi bangunan dengan kualitas ruang yang hijau. Sistem pengelolaan, efisiensi ruang, bukaan ruang, ruang penetralisir udara.
ikan Kami berpendapat bawa suatu bangunan tetap dapat disebut ruang hijau meski tidak dengan fisik bangunan tersebut. Melalui arsitektur yang dapat mereduksi kemungkinan-kemungkinan penurunan kualitas ruang. Arsitektur yang tropis dan tetap efisien. 37
Sekolah Tinggi Sekolah tinggi dalam pendidikan di Indonesia adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau vokasi dalam lingkup satu disiplin ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan jika memenuhi syarat dapat menyelenggarakan pendidikan profesi. Sama seperti Universitas dan Institut. Namun, berbeda dengan Universitas dan Institut, Sekolah Tinggi hanya terdiri dari satu fakultas yang terbagi ke dalam berbagai jurusan. Misalnya, Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi hanya menyediakan jurusan-jurusan dari Fakultas Komunikasi, seperti Hubungan Masyarakat, Penyiaran, Periklanan, dan sebagainya. PMBS dari tahun 1982 hingga 2016 merupakan sebuah sekolah tinggi dengan satu program konsentrasi ekomi bisnis, lalu pada pertengahan 2016 bertransformasi menjadi universitas dengan penambahan satu lini fakultas yang berfokus pada sains. Pada kesempatan kali ini, penulis berfokus kepada satu fakultas PMBS yang di adopsi pada rencana desain.
Hirarki Management
38
Business School Program
Pada Konsentrasi Non Degree Program di peruntukan untuk pegiat-pegiat profesional di bidang bisnis, berbeda dengan peserta kelas di bidang-bidang Under Graduate dan Graduate yang lebih umum.
E
39
Konsep Perancangan
Lingkungan dan fungsi menjadi dua hal yang di fokuskan. “Environtment� ruang sebagai penyeimbang dari sebuah sistem besar dalam bangunan yang di sebut function. Sederhananya dalam skala ruang yang masif muncul pertanyaan mengenai kualitas ruang-ruang tersebut. Apakah dapat membentuk psikis manusia didalamnya menjadi tertekan atau sebaliknya membentuk ruang yang baik? Kami sadari bahwa fitrah manusia Indonesia lahir dan berada di lingkungan yang di beri tuhan lingkungan yang tropis, cuaca dua musim, suhu rata rata 30 derajat, uap air yang tinggi, perlu treatment yang berbeda dari sekedar ruang berkulit belaka. Kita ketahui di jakarta, Wisma Dharmala Tower dari Paul Rudolph sangat tepat merespon ini, dengan bukaan bangunan melalui sobekan tritisan yang indah. Park Royal dari Woha yang menyelimuti fasad nya dengan penghijauan. Dari kedua preseden ini pribadi menyadari bahwa sebuah sistem lingkungan terbangun harus memperhatikan aspek lingkungan juga manusianya. Biarpun dengan penyelesaian yang berbeda.
40
Program Ruang
41
Transformasi
Gambaran Site Perancangan
Zona Perancangan di Tapak
KDB maksimal 70% 7930m2
Tower di letakkan di sisi belakang site
Masabagian depan berfungi sebagai Auditorium
Masa Bangunan Tinggi dibagi menjadi 15 lantai
Bangunan di bentuk sobekan sobekan untuk membentuk tritisan
isometri kulit bangunan
Ru
Luas tapak 11.330 m2
Bagian di depan site di biarkan jd ruang hijau untuk entrance, lalu masa di bagi menjadi 4 fungsi yaitu: biru - edu tower, orange - library, kuning - non degree program, hijau - public hall
uang-ruang di buka untuk intervensi udara menggunakan material perforated steel dan kayu kisi-kisi
Bangunan setelah ddi selimuti perforated steel dan kisi kisi kayu yang di harapkan mampu mereduksi hawa dalam ruang
Dipotong luas GSB
Bagian tengah di beri ruang untuk pernafasan ruang dan reduksi penghawaan
Bagian lantai 3 berfungsi sebagai ruang kepemudaan
Hunian pada site dengan Luas KDB 2.288m2 dan total luas bangunan 18.966,4 m2
Besaran Ruang
28
12
4
0
49
Jakabaring Comunity Center Architecture as an alternative space Studio 7 Palembang, 2017 51
Places as an Alternative Jakabaring Sport City atau JSC merupakan kawasan olahraga terpadu bertaraf internasional, menampung beragam fasilitas olahraga dan perlombaan, terletak di kecamatan Jakabaring kota Palembang. Satu kompleks olah raga terbesar di pulau sumatera. Sebagai sebuah wadah penaung bagi tamu dunia, JSC dipenuhi oleh beragam fasilitas standar internasional, modern dan baik baigi dunia olahraga internasional. Sebagai cermin dari sebuah rumah. Tuan rumah musti menjadi cermin dari lingkungan keberadaannya, apa yang membuat orang lain mengenal seseorang karena adanya wujud dan karakter yang baik. Dalam kegiatan - multi event dengan skala besar, sebuah wadah diperlukan sebagai cerminan dari karakter rumah tersebut. Yang telah terbina dalam lingkungan JSC memang disadari hanya berupa fasilitas-fasilitas saja, yang kami kritisi justru seolah lupa akan gambaran dirinya. Disisi lain memang belum ada wadah yang merefleksikan dirinya sebagai wujud karakter daerah Sumatera Selatan. Hal ini belum terlihat. Seringkali terjadi anomali dalam lingkungan JSC, dari ramai menjadi sepi, karena jeda kompetisi membentuk ruang pasif tiap masa fasilitas. Hanya atlit, official, staf, petugas yang secara konsisten terlibat dalam penggunaannya. Harus disadari, seluruh fungsi dari fasilitas yang ada dalam kawasan JSC semua bersifat duratif sehingga manusia di bentuk untuk mengisi ruang hanya dalam satu perode pergerakan. Bagaimana bila manusia yang hadir dibentuk menjadi partisipatif dalam prosesnya? Sebuah ruang bagi tuan rumah mengenalkan wujud dirinya sendri, dengan keterlibatan ruang yang sifatnya fleksibel, relatif, selainitu juga dapat di peruntukkan bagi apa saja kegiatan yang tidak membatasi diri sebagai wujud dan sikap yang kaku.
52
Transformasi kondisi site site berkontur datar tepian danau, luasan 2,9 Ha.
idientifikasi site site membentuk jalur selasar sebagai penghubung antara kawasan olahraga ke promenade danau
masa pertama tradisional and cultureal exibithion space launge and restaurant
masa kedua cafe, merchandise, communal space & multi function space
pemisahan zona fungsi parkir area zona di hubungkan dengan floating pond, sclupture stone
design form perspektif keseluruhan
54
Site Plan
57
Pusat Informasi Pariwisata Provinsi Sumatera Selatan Ruang Kolektif Tugas Akhir Palembang, 2018 59
Ada apa dengan Pariwisata Sumatera Selatan? Perkembangan dunia pariwisata di indonesia didasari oleh amanat UndangUndang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan pasal 4 yang menyatakan bahwa tujuan kepariwisataan adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, menghapus kemiskinan, mengatasi pengangguran, melestarikan alam lingkungan dan sumber daya serta memajukan kebudayaan. Dengan program pembentukan “Bali� baru, penganggaran Dana Alokasi Khusus dalam bidang pariwisata, embrio pertumbuhan destinasi pariwisata baru di tiap provinsi hingga tren geliat pemuda dan masyarkat kampung dalam menjawab kebutuhan dunia pariwisata secara mikro menjadi hal yang positif. Berbicara mengenai dasar hukum. Secara pararel pembahasan mengenai kepariwisataan khususnya di Provinsi Sumatera Selatan menurut data Dinas Pariwisata tercatat tumbuh sebanyak 593 Objek Daya Tarik Wisata (ODTW), tersebar di 17 Kabupaten/Kota pertahun 2017, data ini rata-rata meningkat 9,36% selama periode 2008 hingga 2016. Berdasarkan menu kegiatan Dana Alokasi Khusus Fisik Bidang Pariwisata, Pembangunan Pusat Informasi Pariwisata/Tourism Information Center menjadi hal pertama sekaligus menjadi dasar bagi fasilitas kepariwisataan. Satu hal yang perlu di garis bawahi. Dimana fasilitas ini tidak terdapat di semua kota di Indonesia termasuk Palembang sebagai ibu kota provinsi, pintu pertama bagi pengunjung. Dunia pariwisata di Sumatera Selatan (sumsel) memiliki karakter unik, secara umum masyarakat indonesia mengenal dunia pariwisata sumsel dengan wisata olahraga (jakabaring sport city), wisata kuliner (pempek,dll) dan wisata belanja (songket) yang mana ketiga kategori tersebut hanya mencangkup 4,42% ODTW dimana hal tersebut berbanding terbalik terhadap objek wisata lainnya di sumsel semisal dengan wisata alam sebanyak 57%, wisata sejarah-historical 27,65% dan lainnya seperti wisata mice dan wisata kota 10.93%. Mengapa Objek yang sedikit lebih dikenal? Demikian karena informasi yang tersebar tidak memberi ruang kepada objek wisata lainnya, baik secara pasar nasional maupun internasional. Ada proses informasi yang tidak terjadi, secara wujud maupun cara untuk menginformasikan wisata yang terlewati. Begitu juga halnya akomodasi. Sumsel memiliki karakter daerah yang tersebar, disadari memang wisata seperti gunung, danau, pantai, dan sungai memiliki akses yang berbeda, tidak adanya ruang integrasi dan kemudahan bagi pengunjung untuk menuju tempat wisata tersebut yang akhirnya usaha-usaha untuk mengunjungi objeknya masih harus dilalui secara peribadi atau dengan penyedia jasa tertentu. 60
Meskipun dengan penyedia jasa travel, persoalan selanjutnya adalah disintegrasi dari beberapa penyedia jasa yang tersebar, sehingga tidak mampu membentuk daya saing yang kuat terhadap pariwisata daerah, disintergrasi mengurangi pengenalan jasa itu sendiri terhadap minat pasar, menghilangkan guyub dari ramainya peminat dunia pariwisata. Belum lagi permasalahan promosi yang sangat minim, di tiap daerah sebuah objek wisatahanya hanya menjadi wisata lokal padahal memiliki potensi besar sebagai objek wisata yang dapat di kenal luas, air terjun, gunung, perkebunan teh, pantai, danau, arung jeram semua objek alam tersebar scara luas dan hanya dari satu bidang (Bidang Alam) dari 3 bidang seperti Bidang Budaya dan Buatan. Secara garis besar, permasalahan akomodasi sudah menjadi masalah klasik bagi pariwisata sumsel. Belum lagi dengan permasalahan koordinasi, managemen, pengembangan sumber daya manusia, pusat alur kedatangan dan pergerakan manusia, pusat pergerakannya, pusat transit wisatawan, pusat pelayanan pengunjung, dari pengelolaan data, manajemen jasa, pusat koordinasi travel, hingga menjadi destinasi pusat festival. Mampukah persoalan ini terjawab di dalam satu usaha pembentukan ruang terpadu? Sehingga menjadi suatu fasilitas publik yang membentuk cara baru dalam manajemen kepariwisataan dan ruang baru bagi pariwisata itu sendiri. Ada satu efek domino menyangkut pembahasan di atas, kekosongan informasi mengakibatkan kurangnya akses pengunjung untuk tau. Kita menerka bahwa media daring mungkin menjadi jawaban, menjangkau seluruh belahan dunia, tetapi bukankah sebuah ruang mampu merepresentasikan dirinya secara lebih dalam, mengambil bagian dalam proses menjual dan pengenalan bagi indera yang lebih sensitif. Bila dikaitkan sebagai bagian dari arus kegiatan pengunjung. Pernaungan ini menjadi bagian dari sebuah arus pengunjung, terasa dekat. Secara fisik mendekatkan dirinya dari pusat kedatangan, penginapan, jadi titik hulu dari sebuah perjalanan, lalu bagaimana kualitas promosi melalui pengalaman ruang, menjadi gambaran awal dan sebuah usaha dalam membentuk persepsi pengalaman, ikut menjual. Setelah kualitas informasi yang baik, pasti di ikuti dengan banyaknya jumlah kunjungan, lalu di ikuti dengan fluktuasi akomodasi yang tinggi, tetapi akomodasi yang tinggi haruslah diikuti dengan akses yang mudah, dengan tempat yang dekat terhadap pusat kedatangan, mudah secara aksesibilitas. Merangkum satu fasilitas secara ringkas. Kedua hal baik informasi dan akomodasi juga membentuk ruang bagi promosi, sebuah fungsi dengan tujuan bukan saja bagi pengunjung wisatawan saja, juga menarik masyarakat lokal. Hal ini penting, agar ruang yang di bentuk menjadi milik masyarakat. 61
Pusat Informasi Pariwisata dan konteksnya terhadap Ruang Publik Dalam pembahasan sebelumnya, ada tiga hal yang menjadi kebutuhan, persoalan informasi, akomodasi dan promosi. Apa kaitannya dengan Pusat Informasi Pariwisata, apakah sebuah usaha untuk membentuk destinasi baru? Atau memindahkan kekayaan objek wisata yang ada kepada ruang yang berbeda? Pusat Informasi Pariwisata merupakan sebuah wadah yang tepat dalam rangka mengakomodasi ketiga kebutuhan diatas. Ruang gerak baru bagi seluruh wisatawan sekaligus masyarakat, sebuah arah meningkatan kualitas ruang publik, membentuk konsentrasi, sebuah ruang bagi penghuni kotanya, sehingga terjalin gaya yang kuat untuk mengisi keberadaanya, bukan menjadi fasilitas ruang bagi sebagian kepentingan saja. Hal ini penulis pandang justru menjadi elaborasi yang tepat mengingat penambahan ruang-ruang publik baru di kota palembang masih sangat di butuhkan. Pusat Informasi Pariwisata bukan sebuah ruang kecil dengan display dan di penuhi dengan brosur juga media-media promosi lainnya. Hal ini memang jadi hal dasar yang di ingat oleh masyarakat karena memang kedekatan pengalaman pengunjung di indonesia lebih familiar dengan ruang petak atau corner kecil dengan ruang informasi tersebut. Pusat Informasi Pariwisata seperti apa yang ideal untuk Sumatera Selatan? Kami mengkritisi mengenai formula dari pusat informasi pariwisata. Apakah sebuah negara yang multi etnis, budaya, kebiasaan dan karakter daerah berbeda lalu di terapkan satu standar yang sama? Bagaimana bila mengakomodir kebutuhan dan karakter tiap daerahnya? mewadahi semua kebutuhan. Ruang-ruang yang diarahkan berdasarkan dari tiga tujuan di atas yang akan mempengaruhi sebuah proses pengalaman ruang. Bagaimana pengalaman rasa dalam usaha mengenalkan objek wisatanya. Mampukah potensi kepariwisataan tersebut dapat di jawab melalui arsitektur? Menjadi sebuah alur hirarki yang mengintervensi sebuah proses pengelolaan? Menjadi fasilitas yang akhirnya mewadahi pengembangan sumber daya manusia dalam bidang kepariwisataan bagi pelakunya dan berbagai macam turunan lainnya.
62
Konteks Lokasi dan keberadaannya terhadap Ruang Publik
perkantoran & jasa
fasilitas kesehatan
fasilitas publik
sekolah
perkantoran pemerintah Lokasi perancangan merupakan sebuah bangunan gedung yang telah berdiri sejak tahun1962 sebagai kantor Gubernur Sumatera Selatan. Hingga kini kawasan masih di gunakan sebagai sebuah kawasan perkantoran pemerintah. Tetapi ada sebuah kecenderungan ruang kota yang berubah, di sepanjang jalan A.Rivai sudah menjadi sebuah kawasan CBD, dengan keberadaan Kompleks perbelanjaan, Hotel dan tempat hiburan, bersumbu dalam satu radius kawasan simpang lima. Secara konteks lokasi site merupakan sebuah lokasi pemerintahan, sebuah kantor Gubernur, lokasi di lalui oleh angkutan massa LRT dan BRT di sepanjang raung lingkup kota yang di mulai dari Bandara-CBD-Ampera-Kompleks Jakabaring sebagai pusat keolahragaan dan batas kota, lokasi kantor gubernur yang strategis ini sangat layak untuk menjadi ruang katalist bagi masyarakat kota. Sebuah konteks ruang urban yang sensitif terhadap perubahan lingkungan, mengapa demikian? Perkembangan kawasan yang dinamis pada akhirnya akan memancing ruang-ruang di dalam radius nya untuk mennunjukan jati dirinya, mampukah ruang tersebut untuk mengikuti perkembangan, yang terjadi dalam kawasan perkantoran ini cukup menarik.
Isu Cagar Budaya dan Ruang Publik yang kontras
Isu mengenai pemindahan kantor gubernur menuju daerah jakabaring sudah menjadi isu yang sering dibicarakan, hal ini dikarenakan berbagai wacana mengenai pengalih fungsian gedung kantor gubernur sebagai ruang fungsi publik menjadi angin kencang pada saat itu hingga isu pengubahan fungsi menjadi kawasan bertingkat tinggi melalui Rencana Tata Ruang Wilayah hanya menjadi wacana. Secara detail di gambarkan, kawasan perkantoran Gubernur menjadi suatu persoalan dengan dua sisi, sebagai bentangan dalam radius yang potensial sekaligus menjadi ruang pasif. Disadari fluktuasi kendaraan baik sirkulasi dan parkir dalam tapak di hari-hari kerja sangat padat namun sebaliknya ruang menjadi kosong tanpa ada kegiatan di akhir pekan membentuk keadaan yang sangat kontras, tiap hari energi dihabiskan dalam kondisi macet perkantoran dan terbengkalai ketika akhir pekan. Maka dari itu usaha-usaha membentuk ruang alternatif dengan fungsi baru menjadi hal dasar yang menggerakan perancang untuk melihat kembali kemungkinan akan kualitas ruang yang lebih baik. Juga hal ini merupakan sebuah usaha dalam dalam melestarikan bangunan bangunan lama yang masih bertahan di daerah kota Palembang. Meski belum ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya, mempertahankan bangunan kantor gubernur merupakan usaha yang di anggap pantas agar tetap memberikan karakter ruang yang asli dari lingkungan sekitar bagi kekayaan kota, tanpa merubah fasad secara keseluruhan agar tetap membawa bentuk fasad bangunan asli kantor, meski perubahan fasilitas gedung dari semi publik ke arah publik kedepannya.
64
Kantor Gubernur (Bangunan Lama)
Kompleks Gubernur (Bangunan Baru)
Area Perancangan
65
Fungsional merupakan representasi dari kebutuhan-kebutuhan yang akan di naungi seperti fasilitas informasi, promosi dan akomodasi. Sosial adalah usaha membentuk ruang sebagai milik publik dengan merangkul kebiasan “berkumpul” dalam masyarakat Indonesia. Melalui ruang-ruang katalisator sosial yang akan membentuk kegiatan berkumpul di dalam kawasan objek rancangan. Menurut KBBI Ruang artinya sedangkan Kolektif artinya merupakan refleksi dari sebuah tempat, lubuk, pernaungan dan kegiatan pengumpulan, penyatuan, Ruang Kolektif mencoba mempertemukan dua hal tersebut dalam satu objek, menciptakan ruang publik baru yang menaungi kebutuhan ruang secara fisik dan menaungi kebiasaan sosial. Apa saja indikator dan bentuk dari istilah kata “berkumpul”? Secara nyata dalam kegiatan sosial di masyarakat Indonesia di kenal kegiatan, “nongkrong”, ”berembuk”, ”meet up”, ”belaboh”, ”belore”, yang di artikan sebagai sebuah kegiatan bertemu, berkumpul, berbicara, bercengkrama dan bersenda gurau. Kegiatan ini akan menyerap ruang, ruang yang di gunakan umumnya adalah sebuah tempat yang dapat di jadikan sebagai ruang bernaung, dari teras rumah, warung, pondok, warung kopi, pos kamling, pinggir jalan, warung makan, restoran, cafe, pinggir danau hingga lapangan terbuka. Di Sumatera Selatan kegiatan ini menjadi karakter bagi masyarakatnya, fenomena ini coba di naungi dengan kualitas tempat dan ruang yang lebih baik, sekaligus menjadi ruang-ruang bagi pelaku-pelaku yang bergantung secara ekonomi dalam kegiatan tersebut. Setelah menjabarkan permasalahan yang terfokus terhadap hal teknis dan sosial. Inilah konteks isu yang perancang lihat dan menjadi arah dalam konteks ruang publik. Menjadi objek pembahasan dalam usaha mengaplikasikan keduanya dalam konteks perancangan.
66
Ruang Kolektif
P
Culinary Tourism
Historical Tourism
City Tourism
Culture and Heritage
River Tourism
Sport Tourism
Shopping Tourism
MICE & Events Tourism
Adventure Tourism
Eco Tourism Berdasarkan data Dinas Pariwisata Provinsi Sumatera Selatan Foto sebagai ilustrasi
Konsep Arsitektur Visualisasi - Kontekstual Arsitektur Kontekstual adalah usaha-usaha dalam mengeksplorasi dan mengadaptasi kekayaan Arsitektur dari Konteks, fungsi, lokasi, lingkungan, Kekayaan Adat Budaya hingga Nilai-nilai dalam Arsitektur Lokal. Analisa perancangan dilakukan berlandaskan pada pendekatan ruang sebagai Visualisasi Batasan Ruang dan Urutan Ruang dari teori Perancangan Arsitektur (Zahnd, 2009: --). Menurut Marcus Zahnd dalam buku Perancangan Arsitektur, fokus pendekatan arsitektur Batasan Ruang tidak berada pada program arsitektur, melainkan visualisasi yang menekankan pembatasan ruang dengan cara-cara tertentu. Dalam Batasan Ruang sebagai visualisasi, prinsip ruang hanya dapat dilihat melalui batasnya, juga skala batas bersama ukuran objek di dalam ruang tersebut. Perancangan dengan pendekatan pembatasan ruang menekankan pada tiga dimensi yang bersifat spasial. Perhatian ruang tidak hanya diberikan pada massa bangunan saja, melainkan bagaimana ruang banguanan menjadi gabungan dengan ruang dalam lingkungannya. Bangunan menekankan hubungan antara batasan ruang interior dan eksterior, sehingga tercapai kesatuan batas ruang secara keseluruhan, dimana karya arsitektur menjadi bagian yang baik dan menarik. Pada pendekatan Urutan Ruang fokus perhatian pendekatan tidak lagi pada visualisasi pembatasan ruang saja, melainkan pada hubungan ruang tersebut dengan cara-cara tertentu. Ada prinsip yang berkaitan dengan pendekatan urutan ruang seperti: 1. Urutan Ruang hanya dapat dilihat melalui sambungan ruang yang dibenuk, 2. Sambungan ruang sebagai urutan membutuhkan elemen-elemen baik penghubung maupun pembatas 3. Semakin tepat daerah penghubung dan pembatas ruang, semakin jelas pembentukan urutan ruang. Perhatian pada Urutan Ruang menekankan dimensi ke-4 yakni waktu, dimana orang akan bergerak di dalam ruang tersebut. Perancangan dengan pendekatan Urutan Ruang melihat kaitan antar berbagai pembentukan urutan ruang dengan perhatian khusus pada perancngan sambungannya.
Ruang
?
Ruang
?
Apa yang ada di antara ruang
68
Ruang
?
Ruang
K
Tambahan
Tembusan
K
Sambungan
F Tiga Cara menghubungkan dua ruang
Pembatasan urutan ruang menekankan pada dimensi waktu, dimana orang-orang bergerak dalam ruang. Ruang di bagi ke dalam ruang-ruang lagi, secara khusus diperhatikan cara menyambung antara ruang-ruang tersebut. Baik dengan Tambahan, Tembusan atau Sambungan. Pendekatan perancangan tersebut dilakukan pada tipe bangunan bila pergerakan manusia menjadi aspek penting dalam fungsi bangunan tersebut. Penulis menyimpulkan bahwa hubungan permasalahan dan pendekatan dapat di jawab melalui pendekaan Batasan Ruang dan Urutan Ruang. Batasan Ruang akan membentuk antar masa yang memiliki kesan kuat dari dalam ke luar lingkungan. Lalu Urutan Ruang akan membawa pengunjung menikmati perpindahan dari ruang dan masa, secara tidak langsung bangunan Pusat Informasi Pariwisata telah memilih bangunan dengan masa banyak untuk di terapkan pada site dan melalui pendekatan Visualisasi, site akan di manfaatkan dan dihubungkan melalui beragam masa. Pendekatan Visualiasi akan mendukung hubungan spasial antar ruang fasilitas pusat informasi pariwisata dalam hal ini pemanfaatan bangunan lama gubernur dengan memberikan pemisahan fungsi selagi membuat suasana prosesi pada desain. Lalu pengambilan bentuk akan berdasar pada makna Kontektual Arsitektur Lokal pada tiap masa.
69
Adaptasi Bentuk Bangunan Tradisional pada Bangunan Penting Kota
Bangunan Gedung Kantor Gubernur Sumatera Selatan
Bangunan Museum Sultan Mahmud Badaruddin
Adaptasi Arsitektur Lokal daerah secara Wujud dengan penerapan dasar hirarki dan ruang Fungsionalnya.
+ Wujud Fisik Lokal
Penyederhanaan Fungsi
Elaborasi Perencanaan
Pencarian Fisik Arsitektur Lokal Peta Persebaran Rumah Tradisional di Provinsi Sumatera Selatan
Tipologi Rumah Tradisional
Tipologi Rumah Baghi dan Lambang yang disederhanakan dalam siluet bentuk
Tipologi rumah-rumah adat yan merah beru
ng berbeda beda namun di ambil benang upa bangunan limas
rumah-rumah dikawasan pegagan atau pesisir sungai bentuk yang di sederhankan
Adaptisi Bentuk siluet rumah Baghi dan Lambang
isometri bentuk rumah Baghi dan Lambang
ekstensi bentuk rumah yang di panjangkan
m
bentukan atap dii tekan dan di tarik agar mencukupi fungsi tenan-tenandi lantai dua
leku
ruang tengah di buat panjang dan di kelilingi oleh sisi dinding kayu
i
perspektif bentuk di perencanaan
perspektif ke
siluet bangunan limas
isometri bentuk siluet bangunan limas
siluet rumah pegagan
isometri bentuk siluet rumah pegagan
mengambil siluet bangunan bagian depan
layer rumah pegagan
ukan atap bagian pertama menjadi fokus
layer ruang di perbesar
isometri bentuk siluet bangunan limas
f bangunan dengan fungsi workshop pelatihan, epemudaan dan reston pada lantai atas
mengakomodir ruang gerak kendaraan ruang di bentuk berbelok menyesuaikan site
perspektif bentuk yang berfungsi sebagai kantor pelaksana dan manajemen kontrol akomodasi
Site Perancangan, bangunan lama (Kantor Gubernur) di alih fungsikan menjadi ruang informasi, promosi, display, pertemuan, travel corner, ruang pelayanan tukar uang, lounge, bank dan ruang executive.
Penambahan atap kisi-kisi pada bagian depan dan belakang bangunan lama sebagai area peneduh bagi ruang di bawahnya
Untukmenjaga area resapan air maka di depan site di bentuk dua area resapan baru
Bagian semi basement di tutupi dengan green roof, ruang bagi parkir sepeda, parkir vip, jalur entrance kendaraandan bagian tengah green roof dibelah garis secara diagonal, untuk memberi jalur entrance dari pengunjung yang melalui angkutan masal LRT dan BRT.
Untuk meningkatkan kualitas maka di lakukan penambahan punduk tanah di bagian lower ground di bentuk area promosi culinary dengan pada sekeliling ruang kawasan yang membentuk area dalam kawasan menempatkan ruang bagi pedagang makanan khas dan makanan ringan agar area ini juga dapat menjadi junction bagi masyarakat, mengingat kebiasaan bekumpul dari masyarakat yang tinggi sehingga ini menjadi area pertama setelah ruang informasi dan display karena secara jangkauan mudah di jangkau dari depan bangunan
bagi pengunjung yang telah melakukan registrasi dan akan segera berangkat,di bentuk jalur shortcut langsung dari depan ke lounge tunggu belakang. Hal ini di nilai sebagai pilihan agar wisatawan tetap dapat memperoleh jalur khusus yang cepat
Ruang belakang yang menyerupai ruamah panggung pegagan berfungsi sebagai kantor pegawai dan kontrol kendaraan.
Penambahan Area Entrance dari yang sebelumnya melalui kiri dan kanan site, di tambah menjadi tiga entrance (depan) untuk mengakomodir pengunjung dari depan jalan A. Rivai
Untuk menaungikapasaitas parkir pada site agar tidak memakan badan jalan dan memperlancar arus kendaraan Bus dan minibus, parkir di pindah ke area semibasement
Unduk mengakomodiir fungsi akomodasi maka agianbelakang site di beri jalur entrancedan parkir pararel dari armada bus, bus sedang danminibus.
Bagian antara Bangunan Lama dan jalur akomdasi di bentuk ruang lowerfloor untuk membentuk kualitas antar ruang yang baik diantara kawasan, agar polusi udara, suara dan visual dapat tereduksi.
Area kedua yang dibentuk adalah area yang sifatnya lebih remang dan di belakang area publik, sebagai fungsi dari ruang observasi dan ruang workshop yang membutuhkan sifat ruang yang tidak terlalu padat diperuntukan bagi pegiat kepariwisataan dan kepemudaan dan pada lantai 2 di buat sebagai restoran vip dan garang observasi, penempatan ini dilakukan karena tujuan dari pemisahan kualitas ruang
Agar terbentuk pola arus yang merata didalam kawasan pengunjung di arahkan untuk di tarik di sisi kanan dengan ruang amphiteater melingkar yang menjadi pusat pertunjukan dan pementasan
Implementasi Konsep Pada Ruang Perancangan Impresi kawasan terhadap lingkungan secara keseluruhan
ruang informasi, promosi, display, pertemuan, travel corner, ruang pelayanan tukar uang, lounge, bank dan ruang executive
area promosi culinary, ruang pedagang makanan khas dan makanan ringan
lower ground sebagai ruang eksibisi kesenian, upper floor sebagai ruang observasi dan ruang workshop, lantai 2 restoran vip dan garang/ deck observasi
amphiteater sebagai fungsi pertunjukan dan ruang persiapan
shortcut menuju Launge langsung dari Ruang kantor pegawai dan kontrol kendaraan. banguan depan ke lounge tunggu belakang.
Before After
Gedung Lama Kantor Gubernur
Selasar Anjung Sustainable Development Sayembara Street Furniture IAI Sumsel Palembang, 2018 Bersama : Arief Meidi Prasetyo, Ade Septia Cahyadi, Darwin Setiawan 85
Realitas Palembang memiliki kepadatan yang tersebar di beberapa kawasanan salah satu nya kawasan sepajang jalan radial, yang terdiri dari kompleks rumah susun hunian padat dan kawasan perniagaan yang berkarakter fisik seperti kawasan koridor permukiman lalubergeliat berkembang seperti kawasan bibir jalan kota seperti karakter di indonesia pada umumnya, sebenarnya memiliki potensi yang luar biasa bila kawasan ini menghargai ruang manusia sebagai sebuah jalan di tengah kota, tetapi juga potensi tersebut di ikuti dengan tantangan dari sisi sosial, yang berpengaruh pada kondisi ekonomi dan lingkungan. Dahulu kawsan ini sebagiannya merupakan kawasan rumah susun, lalu masyarakat mulai menjual berbagai jenis kuliner pada bagian bawah bangunan yang menjorok ke jalan, kios kios ini berdampingan dengan hunian rusun, pergeliatan ini telah terjadi lama sebagai wadah pergerakan ekonomi masyrakat. Akhirnya sepanjang bibir jalan, masyarakat ikut mendirikan bangunan niaga, dari jasa, logistik, kuliner, dan beragam kegiatan ekonomi lainnya hingga sepanjang jalan radial terbentang berbagai bangunan ruko atau rumah kantor yang menyediakan berbagai jenis jasa dan perdagangan, tetap dengan kondisi eksisting yang tercamput sifatnya antara usaha menengah dengan usaha rakyat secara mikro, yang jelas secara fisik berwujud beberapa bangunan yang berdiri tidak searah dengan garis sempadan jalan yang berakibat membentuk pola pergerakan manusia yang relatif dinamis pada titik tersebut. Apakah ranah penataan berhenti hanya pada substansi bibir jalan saja? bagaimana dengan kualitas hidup orang orang di belakangnya? Pemukiman dan persoalan kekosongan ruang terbuka? Hunian padat yang didepannya hanya selebar kendaraan untukjalur 2 atau satu motor? Apakah untuk pemenuhan terssebut harus ada pengosongan lahan dengan penggusuran? Bagaimana dengan memanfaatkan lahan tidur yang ada?
86
Zonasi Eksisting
Zona Jalan Radial dan Pedestrian Zona Pertokoan, Perkantoran dan Jasa Zona Permukiman Zona Rencana Ruang Publik
87
Refleksi Selasar - Anjung konsep selasar anjung
citra jl radial kini
kemacetan pejalan kaki
PKL
kawasan
?
komersil
Selasar Anjung adalah sebuah refleksi dari dua kata Selasar dan Anjung yang menggambarkan dua keadaan atau kondisi yang berbeda, dengan memadu padankan menjadi satu kesatuan, Selasar adalah kata yang yang mewakili sebuah serambi atau beranda (yang beratap ataupun tidak), sebuah bagian balai yg terletak paling rendah yang berfungsi sebagai tempat menghadap, bertemu, berkomunikasi dan berbincang. Selasar direpresentasikan sebagai pedestrian dan furniture nya. Anjung adalah sebuah bagian dari rumah atau pernaungan (bilik) di sisi atau di tengah ruangan spasial yg lantainya lebih tinggi dari pada lantai rumah atau lantai pernaungan itu sendiri yang secara fungsi dapat di interpretasikan dalam berbagai fungsi kegiatan. Anjung direpresentasikan sebagai area diatas sungai,dimana ruang tersebut sebagairuang terbuka baru bagi kawasan Radial. Kedua bagian ini memiliki perbedaan yang terletak pada posisi dan tata letak tetapi memiliki keterkaitan yang sama sebagai tempat bersinggah.
88
Konklusi
89
Konsep Sustainable Development Pubic Private Partnership
Kami mengusulkan sebuah konsep metode dimana Pemerintah Kota membentuk wadah yang mengakomodir potensi publik secara bersama dan tetap terkontrol, dari pihak swasta dan masyarakat dengan keterlibatan langsung dalam usaha peningkatan kualitas kota. Bagaimana? Dengan memberi ide, peran dan kemampuan dari masing-masing pihak. Pihak swasta dapat melalui kemampuan modal yang di miliki dan masyarakat dengan komunitasnya sebagai penjaga kualitas lingkungan. Pemerintah sebagai regulator memayungi kebijakan secara aktif dan bersama-sama menggiatkan kampanye kerja sama peningkatan kualitas ruang. Dengan keterlibatan kerangka yang tersebut di harapkan akan muncul kesadaran publik dan kami berharap dapat di kembangkan dan ada kemungkinan-kemungkinan baru di luar dari pada gambaran konsep di kembangkan dalam perjalanannya.
Konsep Pengelolaan Air Program Ruang Biru Penggabungan elemen-elemen dengan sifat biru dan hijau. Biru adalah air, hijau merupakan bio retensi (tanah dengan kemampuan menyerap air) Program jenis ini bersifat saling support antar elemen satu dan yang lain. Ruang jalan diintegrasikan dengan saluran air yang kemudian dikumpulkan secara komunal. Lalu sisanya akan masuk ke sumur resapan yang sudah dilengkapi biofiltration. Program ruang biru dapat meningkatkan kualitas air tanah dan mencegah terjadinya banjir Roadside Drainage Surface Draining Flow Sumur Resapan
Inlet Drainage Manhole inlet selokan drainage
Material
Konsep Vegetasi Dasar Pertimbangan
Terdapat beberapa vegetasi yang menjadi rekomendasi, sebaiknya vegetasi yang digunakan pada jalan radial ini merupakan vegetasi yang tidak memiliki diameter batang yang besar (< 12 cm), cabang yang rimbun ke bawah, dan memiliki diameter teduh yang lebar. Pohon ketapang kencana atau pohon tanjung menjadi rekomendasi sebagai tanaman peneduh. Sementara pohon palem menjadi pilihan sebagai vegetasi pengarah, karena pohon tumbuh tegak lurus ke atas (tidak melengkung), diameter batang kecil dan permukaan pohon tidak kasar (untuk faktor keamanan) dan buah pohon tidak mudah jatuh sehingga tidak membahayakan pedestrian.
Ketapang Kencana
Tanjung
Palem
Konsep Pola Pedestrian
Terdapat dua skema jalur pedestrian yakni pada jalur di deretan ruko dan jalur sepanjang kali di depan ramayana, kedua skema memiliki ciri masing masing dengan pedestrian di depan deret ruko merefleksikan unsur budaya dari motif songket lepus tiga negeri sedangkan sepanjang kali ke plaza selasar anjung berupa pola modern yang mengutamakan efek visual garis horizontal.
Site Plan
Terima Kasih
Alhamdulillah atas segala kemudahan yang diberikan Nya. Terima kasih atas seluruh dukungan orang-orang sekitar yang telah mendukung dalam tiap perjalanan hidup, bagaimana pribadi melihat sudut pandang, memetik pelajaran dan mengambil langkah dalam setiap pembelajaran. Tidak ada rasa ragu untuk mencintai dan mensyukuri jalan ini. Semoga kita selalu dalam lindungan Allah Subhanawataalla, Tuhan Yang Maha Esa.
Salam. Sandika Putra