Stetoscorp 1st Edition

Page 1



#HumanRightIssue

Keterkaitan antara MDGs Poin 3 dan Poin 5

by: Ida Ayu Narayani

M

enurut data terakhir tentang pencapaian MDGs point 5 di Indonesia padatahun 2007, terdapat 228 kematian ibu yang terjadi per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini tentu saja bukan angka yang menggembirakan. Hampir setengah dari kematian ini terjadi di remote area. Rasio kematian ibu yang tinggi di banyak remote area di Indonesia ini, merupakan refleksi dari status perempuan sendiri dalam masyarakat tersebut, dapat dilihat dari bagaimana legowo-nya masyarakat dalam menghadapi kematian yang sebenarnya dapat dihindari ini. Oleh karena itu, menurut Saya, pencapaian MDGs poin 5 berhubungan erat dengan pencapaian MDGs poin3 (Promote Gender Equality and Empower Women). Hubungan antara ketidaksetaraan gender dengan mortalitas dan morbiditas di Indonesia, banyak terjadi dan sering tidak diakui. Rendahnya prioritas yang diberikan kepada kesejahteraan perempuan di seluruh siklus hidup mereka, member kontribusi yang besar terhadap gizi dan kesehatan yang buruk, yang nantinya juga meningkatkan risiko kesehatan bagi mereka pada masa kehamilan dan persalinan. Rendahnya control perempuan atas kapasitas reproduksi mereka dan paparan terhadap kekerasan yang tinggi, juga meningkatkan risiko yang telah disebutkan sebelumnya. Masih rendahnya tingkat pendidikan bagi perempuan di banyak remote area dan otonomi yang terbatas dalam keluarga dan masyarakat, secara langsung member batasan bagi mereka untuk dapat menggunakan layanan kesehatan yang memadai pada masa kehamilan atau persalinan. Di Indonesia, terdapat banyak faktor yang menyebabkan seorang wanita gagal ditangani secara baik oleh tenaga kesehatan yang memadai selama persalinan. Salah satu diantaranya adalah keterlambatan pengambilan keputusan akan perlu tidaknya wanita tersebut

dirujuk kepelayanan kesehatan; sebuah keputusan yang di banyak tempat di Indonesia justru tidak melibatkan wanita itu sendiri, melainkan suami beserta seluruh anggota keluarga atau suku, yang biasanya didominasi oleh kaum pria.

Kontrol perempuan yang rendah terhadap kapasitas reproduksi mereka, kadangkala memperburuk kondisi ketidakadilan terhadap diri mereka sendiri. Sebagai contoh, banyak remaja perempuan di sebuah dusun di Indramayu, Jawa Barat yang dikirim orang tuanya ke kota besar, untuk menjual diri mereka, agar nantinya dapat member nafkah bagi keluarganya di kampung. Ironisnya, hal ini tidak menjadi suatu hal yang memalukan, melainkan semacam trend di kampung tersebut. Banyak dari remaja ini tidak punya pilihan lain selain mengiyakan. Padahal, menafkahi sebuah keluarga, apalagi ditambah dengan menuruti ego orang tua yang bisa dibilang tidak berperikemanusiaan itu, bukanlah kewajiban mereka di usia tersebut. Kegagalan untuk mengatasi dimensi gender merupakan alasan perlunya pengkajian ulang akan indicator pencapaian MDG poin 3 di Indonesia. Penghapusan ketimpangan gender di pendidikan dasar dan menengah memang akan memberikan kontribusi terhadap tujuan kesetaraan gender tetapi tidak cukup bagi kita untuk benar-benar mencapai status setara. Diperlukan adanya pendekatan holistic yang dilakukan oleh pihakpihak di luar sector kesehatan untuk mencapai gender equality dan women empowerment, seperti, mengurangi diskriminasi terhadap perempuan di pasar tenaga kerja, meningkatkan representasi perempuan dalam badan politik, serta mengakhiri kekerasan terhadap perempuan.


#HumanRightIssue

“

Child abuse dapat terjadi di mana-mana. Dapat dimulai dari lingkungan terdekatnya, yaitu keluarga....

If you don’t Stop This.. . Who Will?


#HumanRightIssue

I am Just a Child by: Tiara DP. - Unand

P

ernah membaca buku A Child Called it? Buku ini menceritakan seorang anak yang disiksa secara kejam oleh ibu kandungnya sendiri. Bahkan ia dipanggil ‘it’ oleh ibunya. Miris sekali rasanya. Rumah yang seharusnya menjadi tempat paling aman untuk si anak malah menjadi tempat paling menakutkan. Itulah Child Abuse ,yang berarti menyiksa baik secara fisik, psikis, dan seksual serta menelantarkan anak. Anak-anak, seharusnya melewati masa kecilnya dengan indah. Memori masa kecilnya yang indah Ini akan terpatri di ingatannya sampai dewasa. Ketika anak melewati masa kecilnya dengan penuh riang, maka hal ini akan mempengaruhi karakternya.

Child abuse, dapat terjadi dimana-mana. Dapat dimulai dari lingkungan terdekatnya, yaitu keluarga. Pelakunya bisa orang tua sendiri. Seperti yang diceritakan di buku yang telah disebutkan di atas. Dapat juga dilakukan oleh saudaranya sendiri. Atau yang lebih memprihatinkan lagi, oleh pengasuhnya sendiri. Dapat kita lihat di perempatan lampu merah banyak anak yang masih seumuran jagung berjalan meminta duit atau mengamen di tengah panasnya matahari. Hati ini menjadi terenyuh melihat mimik polos anak tersebut. Namun, setelah melihat tidak

jauh dari sana orang tua si anak justru enak-enakan duduk di bawah pohon, rasanya geram sekali. Mengapa peranan orang tua yang menafkahi justru digantikan oleh anaknya? Anak-anak yang seharusnya bermain di usianya yang masih kecil justru hidup di bawah tekanan. Akibatnya, karakternya akan mati. Muncul rasa tidak percaya diri, pribadi yang tertutup, tidak ada rasa percaya terhadap orang lain, bahkan sampai depresi yang mengakibatkan munculnya tindakan bunuh diri. Ketika mereka mempunyai anak, dikhawatirkan ia akan melampiaskan apa yang dialaminya dulu kepada anaknya. Ini merupakan sebuah lingkaran setan. Anak-anak merupakan asset berharga bagi suatu Negara di masa mendatang. Mereka lah yang akan membangun negeri ini agar menjadi lebih baik lagi. Oleh karena itu, child abuse harus dihapuskan agar anak-anak hidup dalam rasa damai. Pelaku child abuse dapat hidup dengan tenang tanpa rasa bersalah, tanpa berpikir apa dampaknya dari perbuatannya. Tapi, bagi si anak tersebut, ibarat sebuah paku yang ditancapkan ke kayu, pakunya tercabut, namun akan meninggalkan bekas di kayu. Seandainya anak dapat memaafkan pelaku, dampaknya akan selalu ada pada anak tersebut.


#HumanRightIssue

Hak Pasien dan Fenomena Patgulipat di Dalamnya

by: Aulia Akbar B. - UI

M

enjadi seorang dokter yang paripurna tentu menjadi impian kita bersama. Terlebih mimpi tersebut semakin dekat di depan mata ketika kita telah melangkahkan satu kaki di fakultas kedokteran. Namun, apakah pendidikan yang didapat telah mencukupi untuk meraih kompetensi sebagai pelayan masyarakat yang baik? Menanggapi salah satu peran dokter di dunia kesehatan tersebut, rasanya memang kompetensi di bidang kedokteran saja tidaklah sepenuhnya mencukupi. Dibutuhkan pengetahuan mendasar mengenai berbagai hal tentang masyarakat yang nantinya tentu akan sangat dekat dengan keseharian praktik kedokteran, salah satunya mengenai hak-hak pasien.

Seiring dengan kemajuan zaman, pengetahuan masyarakat tentang hak-haknya sebagai seorang pasien pun kian berkembang. Namun, masih banyak masyarakat dan praktisi kesehatan termasuk mahasiswa kedokteran yang tidak mengetahui berbagai hal tersebut. Padahal harapan dari masyarakat terhadap dokter selain dapat mengobati secara terampil dan baik, juga mampu melayani dengan sepenuh hati dengan tetap menjaga integritasnya. Selain itu, dorongan untuk meraih predikat sebagai seorang 5 stars doctor pun semakin kuat dari lingkungan sekitar kita.

Didasari dari prinsip yang telah ada sejak era Hippocrates, “rasa saling percaya� dalam hubungan antara dokter-pasien, hal semacam itulah yang harus terus dijaga oleh garda

terdepan dunia kesehatan bangsa ini. Jangan sampai, berbagai fasilitas dan kemudahan yang dimiliki seorang dokter, lantas membuat diri terlena dan mengabaikan berbagai hak seorang pasien yang bisa dikatakan sebagai keluarga kita sendiri. Ketika seorang dokter takmampu lagi menjanjikan suatu hasil, dalam kontrak terapeutik, hal yang wajib dilakukan seorang dokter yaitu menjanjikan upaya yang sebaik-baiknya. Oleh sebab itu, dibutuhkan suatu ketetapan hukum untuk menjaga hubungan kerja tersebut agar upaya terbaik selalu diberikan kepada pasien. Hubungan hukum dokter-pasien sendiri secara teori dibagi menjadi dua, yaitu ius delictu dan ius contractu. Ius delictu merupakan suatu akibat dari peraturan perundang-undangan, misalnya rahasia kedokteran. Sedangkan ius contractu adalah akibat dari adanya hubungan yang kontraktual, misalnya upaya sesuai standar tertinggi. Secara umum, hak pasien sendiri telah diatur dalam berbagai peraturan, mulai dari badan internasional hingga organisasi penaung dokter di dalam suatu negara. Gagasan mula munculnya perjuangan atas hak pasien termaktub dalam tinta emas Declaration of Lisbon pada tahun 1991. Selanjutnya berbagai peraturan di berbagai negara, salah satunya Indonesia mulai diciptakan, seperti UU Nomor 23 Tahun 1992 pasal 53, UU Nomor 29 Tahun dan 53, SE Ditjen Yanmed Depkes RI Nomor YM.02.04.3.5.2504, 2004 Pasal 52 dan 53, SE Ditjen


#HumanRightIssue

Yanmed Depkes RI Nomor YM.02.04.3.5.2504, serta Deklarasi Muktamar IDI. Dalam peraturan tersebut dibahas secara detail mengenai hak dan kewajiban baik pasien dan dokter dalam praktik kedokteran. Mulai dari hak memilih dokter, hak menerima atau menolak pengobatan, hak menerima informasi, hak kerahasiaan, hak ganti rugi, hingga hak mati secara bermartabat sekalipun. Sedikit menyinggung berbagai keterangan tersebut, rasanya hak pasien pun akan terancam ketika objektivitas praktik kedokteran memudar. Salah satunya ketika terjadi patgulipat dalam kerja sama taksehat antara dokter dengan pihak farmasi. Bagaimana tidak terkesampingkan, jika dokter dalam menjalankan praktiknya di tengah masyarakat tidak lagi memiliki kebebasan yang murni sehingga tentu pasien pun akan dinomorduakan kepentingannya. Sempat dibahas pula dalam berbagai media cetak sejak beberapa tahun silam mengenai hal ini. Namun, hingga kini benang kusut kerja sama ini belum juga terselesaikan. Padahal, sudah jelas diatur dalam pedoman pelaksanaan KODEKI pasal 3 butir 1b bahwa dokter dilarang untuk menjuruskan pasien untuk membeli obat tertentu karena dokter yang bersangkutan telah menerima komisi dari perusahaan farmasi tertentu. Namun, tentu hal ini jangan sampai membuat semua mata kita melirik sinis dan menyalahkan oknum dari pihak dokter atau pihak farmasi saja. Hal ini karena memang hingga saat ini fungsi pengawasan pun masih rendah sehingga dengan mudah dimanfaatkan pihak tidak bertanggung jawab. Rasanya siapa yang tidak tergiur apabila kemudahan materi terhampar di depan mata kita, bukan? Sebenarnya, berbagai upaya telah dilakukan mulai dari penandatangan MOU antara pihak IDI dan GP Farmasi pada tahun 2008 yang disaksikan oleh Menteri Kesehatan hingga penegasan hukum

dalam KODEKI dan Kode Etik Upaya Pemasaran Farmasi. Namun, fenomena pelanggaran etika profesi gabungan ini belum tersentuh karena memang penegakannya pun belum gencar dilakukan. Hambatan terbesar hingga saat ini di antaranya masih kurangnya efektivitas prosedural karena terdapat kesan saling menyalahkan antara pihak terkait. Lantas hingga kapan kita akan saling menyalahkan dan membiarkan berbagai polemik ini terus mencekik hak-hak pasien, kalau perubahan itu tidak dimulai dari dalam diri kita? Oleh sebab itu, diperlukan penanaman dini mengenai idealisme para penentu keberhasilan dunia kesehatan Indonesia dengan berprinsipkan jiwa altruisme, salah satunya di dalam diri dokter-dokter muda Indonesia. Yaaa, diri kita!

Disadur dari materi “Patient Rights Talkshow� Sabtu, 7 Januari 2012 di FKUI oleh Prof. Sjamsuridjal Djauzi, Sp.PD-KAI dan dr. Yuli Budiningsih, Sp.F.


#HumanRightIssue

Bullying Bukan Lelucon!! by: Gabriella Argy “Cina lu!” dan tawa mereka menggelegar. Menusuk kupingku, hingga bel pulang sekolah menyelamatkanku. Sepenggal ucapan di atas mungkin sangat familiar bagi beberapa orang hingga membuat mereka menangis. Mungkin ada juga yang hanya diam sambil mengurut dada. Sedangkan beberapa orang lainnya mungkin akan bersikap sama seperti cerita di atas, tertawa terbahak – bahak.

Kita mungkin sudah mengenal bullying sejak digemakan pada tahun 2007 karena maraknya kasus bullying yang terbongkar di Indonesia. Sejak saat itu pula, mungkin kita mulai menyadari bahwa bullying tidak melulu soal memukul, menendang, menempeleng, dan berbagai wujud kekerasan fisik lainnya, namun juga soal perkataan yang keluar dari mulut kita. Ya, itulah tindakan bullying yang paling sederhana dan paling sering kita lakukan, menjadikan mereka yang “berbeda” sebagai lelucon yang menghibur. Padahal kita sudah paham betul bahwa perbedaan diciptakan agar kita saling menghormati dan menghargai. Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah, mengapa “perbedaan” tersebut selalu menjadi the funniest joke? Lelucon atau humor lahir dari usaha kita membenturkan dua konsep yang bertentangan. Seperti pada kasus di atas, seorang anak “cina” yang tentunya bermata sipit dan berkulit putih

sedang dibenturkan dengan anak – anak lain di kelasnya yang mungkin di dominasi anak – anak yang bermata belok dan keturunan pribumi. Kondisi anak tersebut yang bertentangan dengan kondisi mayoritas anak – anak lainnya dibenturkan menjadi sebuah lelucon. Namun, bullying muncul bukan hanya karena adanya pemecahan komunitas menjadi kelompok mayoritas dan minoritas sebagai faktor tunggal. Seperti cerita dua orang teman saya berikut. Sebut saja Adi, seorang anak keturunan Chinese yang tentunya berkulit putih serta bermata sipit, dan Budi temannya, seorang berketurunan Jawa yang berkulit gelap. Mereka berdua bersahabat sejak SMP. Di SMP mereka yang mayoritas adalah orang pribumi, Adi tidak bisa menghindar dari celaan dan candaan teman – temannya atas “kecinaanya”. Sedangkan di sekolah baru mereka saat SMA, giliran Budi yang menjadi sasaran cela dan canda teman – temannya atas kulitnya yang


#HumanRightIssue hitam karena di SMA barunya mayoritas adalah anak – anak Chinese.

Bullying lahir karena faktor kekuasaan. Mereka yang berada dalam kelompok mayoritas ini memiliki power sehingga seakan – akan mereka memiliki hak untuk menyakiti dan mengontrol mereka yang berbeda, yang dianggap tidak berharga, dan inferior, yaitu si kelompok minoritas. Tindakan bullying menjauhkan kelompok minoritas dari power yang seharusnya mereka miliki hingga muncul rasa takut dalam diri mereka yang bahkan bisa berujung pada munculnya rasa rendah diri atau penolakan atas diri sendiri. Sehingga diri seorang korban bullying ini dikuasai oleh pemikiran pelaku bullying. Jika tidak dapat menguasai dirinya kembali, seorang korban bullying dapat menjadi frustrasi dan tidak sedikit yang memilih untuk mengakhiri hidupnya sebagai solusi.

Bullying akan tetap ada selama kita masih memandang perbedaan sebagai lelucon atau yang lebih ekstrim, sebagai masalah. Padahal sangat tidak mungkin untuk

meniadakan perbedaan dalam kehidupan nyata, yang mungkin adalah menghapus strata dalam perbedaan itu. Seperti yang telah ditulis dalam Universal Declaration of Human rights pada article 1 yaitu, “All human beings are born free and equal in dignity and rights. They are endowed with reason and conscience and should act towards one another in a spirit of brotherhood.”


#HumanRightIssue

Hambatan Menuju Akses Layanan Kesehatan sebagai Akibat dari Biaya Kesehatan yang Tinggi by: Priyanka G. Utami - UNS

Metrotvnews.com, Purwokerto: Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Bidang Kesejahteraan Rakyat, Siti Fadilah Supari mengatakan manajemen Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) harus diperbaiki sehingga ke depan menjadi lebih baik. “Masalah manajemen Jamkesmas setiap kali harus diperbaiki. Itu manajemennya Kementerian Kesehatan,” kata dia, di Purwokerto, Jawa Tengah, Rabu (7/12).

M

asalah pelayanan kesehatan terkait biaya yang melonjak seringkali ditemui. Ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga negara miskin dan berkembang. Berdasarkan penelitian yang dilakukan WHO terhadap 86 negara, 13% belum bisa menyelesaikan hambatan pelayanan kesehatan akibat biaya yang melonjak; sementara 5% diantaranya terancam menuju kemiskinan akibat masalah tersebut.

Deklarasi Universal Terhadap Hak Asasi Manusia (The Universal Declaration of Human Right) pada 1948 mengemukakan bahwa semua manusia berhak memiliki kehidupan kesehatan yang adekuat, baik un-

tuk dirinya maupun keluarganya; termasuk pangan, sandang, papan, akses layanan kesehatan, dan hak perlindungan dalam keadaan tidak bekerja atau pengangguran, sakit, cacat, janda, lansia, atau keadaan lain di luar kuasanya. Deklarasi ini tidak hanya ditujukan untuk negara-negara industri, tetapi juga negara-negara lain yang berusaha membangun kembali keadaan ekonomi dan sosialnya setelah Perang Dunia II, sebagai langkah pergerakan HAM. Setelah 60 tahun dikeluarkannya pernyataan ini, lembagalembaga HAM mencoba memperjuangkan akses layanan kesehatan sebagai hak asasi bagi semua orang, terutama negara Asia dan Afrika yang mencoba bangkit setelah masa


#HumanRightIssue kolonial (Daniels, 2008).

Untuk mencapai hal tersebut maka diperlukan sistem program kesehatan yang efektif. Sistem program kesehatan yang efektif akan memungkinkan layanan kesehatan yang baik. Bagaimanapun, struktur finansial kesehatan sangat diperlukan untuk mencapai target kesehatan global yang tercantum dalam Millenium Development Goal 4 (mengurangi mortalitas anak), 5 (meningkatkan kesehatan maternal), dan 6 (melawan HIV/AIDS, malaria, dan penyakit lain). Akibatnya, banyak sekali lembaga hak asasi manusia yang mengupayakan tenaga mereka agar program ini dapat tercapai (Daniels, 2008). Namun, kenyataannya layanan kesehatan adalah bagian yang paling mahal dalam jaminan hak asasi manusia. Mahalnya biaya kesehatan mempersulit pencapaian target “hak untuk mendapatkan akses terhadap layanan kesehatan”, terutama bagi masyarakat yang kurang mampu, sebagaimana yang tercantum dalam artikel diatas. Menurut data WHO ketidakmampuan masyarakat dalam membayar biaya kesehatan menghambat masyarakat untuk datang ke pusat layanan kesehatan walaupun mereka membutuhkannya. Hal ini berakibat tingginya angka mortalitas dari negara tersebut. Pernyataan ini sesuai dengan penelitian Falkingham yang menyatakan bahwa meningkatnya biaya kesehatan mempengaruhi akses menuju pelayanan kesehatan terutama bagi mereka yang hidup dibawah garis kemiskinan. Penelitiannya menunjukan bahwa perbedaan dalam pemanfaatan layanan kesehatan antara golongan dengan sosio-ekonomi yang berbeda disebabkan oleh kemampuan membayar layanan kesehatan. Biaya kesehatan yang tinggi akan

menghambat masyarakat untuk mencari bantuan medis. Maka, diperlukan tindak lanjut segera untuk memperoleh persamaan dalam mendapatkan layanan kesehatan.

Berdasarkan penilitian yang dilakukan Daniels, meningkatnya biaya kesehatan mengurangi pemanfaatan layanan kesehatan oleh masyarakat sedangkan menurunnya biaya kesehatan meningkatkan pemanfaatan layanan kesehatan oleh masyarakat. Namun demikian, biaya layanan kesehatan dan pemeliharaannya tetap menjadi kendala yang utama. Selain biaya kesehatan terdapat masalah lain yang menjadi hambatan masyarakat dalam mendapatkan layanan kesehatan antara lain nutrisi yang tidak adekuat, transportasi, pelatihan tim medis, serta hal penunjang lain seperti sumber dana kesehatan.

Sebagaimana yang telah dicantumkan diatas, hambatan pasien menuju akses layanan kesehatan akibat tingginya biaya kesehatan masih menjadi masalah yang perlu diperhitungkan. Pada akhirnya pasienlah yang akan merasakan langsung masalah ini terutama mereka yang tidak mampu. Mereka mungkin akan mempertanyakan apa saja yang mengahmbat mereka untuk mendapatkan akses menuju layanan kesehatan. Oleh karena itu sebagai dokter masa depan perlu kita perhatikan masalah ini sebagai tantangan kita kelak. Perlu kita sadari bahwa semua orang berhak untuk hidup sehat dan mendapatkan akses menuju layanan kesehatan.


2011 buat unjuk gigi main teater di depan banyak anak FK UGM. Melalui pertunjukan teater ini kita menggalang dana untuk membelikan makanan khususnya buat anak-anak jalanan yang kurang mampu di sekitar Jogja. Theatrical Show ini bertemakan tentang kasus yang lagi nge-hip banget terjadi di Indonesia, yaitu tentang KEMISKINAN. Para penonton pun terbawa oleh suasana pelik keluarga Siti diselingi dengan tawa akibat tingkah konyol para ‘artis dadakan’.

#LocalProject

HRD - UGM

H

by: Dereisha K - UGM

uman Rights Day 2011 yang jatuh pada tanggal 10 Desember 2011 kemarin menjadi salah satu lumbung ide buat anak-anak ‘new comers’ SCORP CIMSA UGM 2011 untuk membuat event yang super-cool sesuai dengan beberapa artikel Unibersal Declaration of Human Rights. Salah satu yang pas banget adalah artikel ke 7 yang berisi “All are equal before the law and are entitled without any discrimination to equal protection of the law. All are entitled to equal protection against any discrimination in violation of this Declaration and against any incitement to such discrimination”. Tujuan utama kami disini adalah untuk membuka mata para anak muda bahwa we are all born free and equal! Tidak peduli suku, ras, bahasa, warna kulit, sampai mata pencaharian maupun penghasilan, kita mempunyai hak yang sama dalam banyak hal bahkan sejak kita dilahirkan. Misi kita yang pertama adalah melakukan campaign di Twitter dan jejaring sosial lain tentang Human Rights pada Human Rights Day. Setelah itu, campaign yang kita lakukan tidak berhenti sampai disitu aja, masih ada Human Rights Day Theatrical Show yang diadakan tanggal 5 Januari 2012 di Lobby Ruang Kuliah FK UGM jam 12.00, waktu yang pas banget buat nonton SCORP

Theatrical Show akhirnya selesai. Namun bukan berarti perjalanan para Scorpions berakhir juga, karena pada tanggal 7 dan 14 Januari 2012, seluruh hasil penggalangan dana yang tidak sedikit itu, kita gunakan untuk membelikan nasi kotak yang kita bagi di sekitar Jogja mulai dari Gejayan, Jalan Kaliurang, Selokan Mataram, dan banyak tempat lain. Akhirnya setelah acara membagikan makanan selesai, berarti tujuan kita pada acara ini pun juga telah tercapai. Bahagianya tidak terkira melihat senyuman teman-teman kita yang lebih kurang beruntung. Dengan begitu kita semua jadi semakin menyadari tentang hak-hak yang sama dan mutlak semua manusia miliki sejak lahir. So, as we’re born to be the Scorpions, we should be the first one to realize what’s ‘Equal’ in another sight, right?


#LocalProject Save Orphan Soul, UNAIR

SCORPion UNAIR dalam program SOS.

When: 9 Oktober 2011 Where: Panti Asuhan di Surabaya

Circle Love, UMY by: Vika Nur - UMY

P

ada acara circle love kemarin, dilaksanakan berbagai kegiatan yang bertujuan untuk menyebarkan project-project yang ada selama setahun kedepan. Sehingga para anggota SCORP tidak merasa tidak mendapat haknya untuk ikut andil dalam setiap kegiatan yang sudah dirancang. Acara circle love itu dihadiri oleh para anggota SCORP mulai dari angkatan 2007 sampai member baru. Selain itu, acara circle love juga mengundang dari EB,SC dan juga LO dari masing-masing SCO. Para anggota mendapat materi mengenai projectproject yang akan dilakukan selama setahun dan mendapat materi tentang bagaimana cara membuat sebuah project yang baik serta kiat-kiat yang dapat mensukseskan sebuah project. Selain itu juga ada acara SWG(Small Sworking Group) membuat sebuah

S

ave Orphan Soul (SOS) merupakan kegiatan sosial SCORP UNAIR yang diadakan tiap tahun. Kegiatan utama dari acara ini adalah berbagi dengan sesama. Pada acara ini kami semua berbagi bersama anak-anak yang ada di panti asuhan dengan memberikan sumbangan berupa buku,alat tulis, serta makanan. Tidak hanya itu, kami juga berbagi ilmu dengan adikadik kami tersebut mengenai hidup bersih dan sehat. Kami mengajari mereka cuci tangan dengan benar, dan kami memberi pengetahuan tentang kesehatan.

When: 25 Oktober 2011 Where: Kampus UMY gedung Fakultas Kedokteran (mini KG 2) project dengan tema bebas yang berhubungan dengan Human Right. Selain mempunyai tujuan utama di atas, acara ini juga bertujuan untuk lebih meningkatkan kedekatan antar para SCORPion UMY.


#LocalProject PROLACTIN - UI

D

by: Arky Kurniati - UI

iadakan Minggu, 18 Desember di RK Parasitologi FKUI (seminar) dan RSCM (workshop). Acara dihadiri oleh mahasiswa FK, akbid, akper, perawat, bidan, serta dokter ini sangat menarik. Acara ini sangatlah spesial bagi kami CIMSA UI karena selain jumlah peserta yg Alhamdulillah mencapai 102 orang, peserta ini juga datang dari berbagai penjuru di Indonesia, seperti Bandung, Kuningan, Banjarmasin, Padang, Bontang dan beberapa wilayah lainnya. Bahkan peserta dari kuningan yg berjumlah 61 org, tiba di FKUI Salemba dari pukul 4.30 pagi dengan menggunakan bus.

Pembukaan acara dimulai pada jam 7.30 pagi dengan sambutan dan pre-test. Setelah itu dilanjutkan dengan seminar yg dibawakan oleh 3 pembicara yaitu dr. Yoga Devaera, SpA, Prof. dr. Rulina Suradi, SpA(K), IBCLC dan dr. Rosalina Dewi, SpA, yang ketiganya merupakan dokter spesialis anak di Dept. Anak RSCM. Materinya terdiri dari anatomi dan fisiologi terbaru laktasi, masalah sehari-hari laktasi pada ibu dan bayi + cara menanggulanginya, serta cara memerah dan menyimpanan ASI di rumah dan rumah sakit.

Antusias peserta dibuktikan dengan banyaknya peserta yg aktif pada sesi tanya jawab. Peserta kemudian mengerjakan post test untuk mengukur sejauh mana pemahaman materi yang telah disampaikan Setelah makan siang, acara dilanjutkan dengan pengumuman 3 peserta dengan nilai pre dan post test terbaik. Setelah itu disambung dengan workshop bagi yang mengikuti dan penutupan bagi yg hanya mengikuti seminar saja. Workshop ini dibagi menjadi 3 station yg tiap tiap station akan dibimbing oleh para pembicara seminar sebelumnya. Station 1, peserta akan membelajari bagaimana cara mengetahui cara perlekatan dan pemberian ASI yg benar di Rawat Gabung

Gedung A RSCM. Disini para peserta langsung observasi kepada para ibu menyusui yg baru saja melahirkan  + diskusi langsung dan edukasi. Station ke-2, peserta melakukan diskusi tentang masalah sehari-

hari tentang laktasi yg biasa dihadapi oleh para peserta, contohnya seperti bayi yang tidak mau menyusu atau ASI yg tidak keluar. Pada station ke-3, peserta melihat dan mempraktekkan cara memerah ASI dan cara menyimpan ASI. Station 2 dan 3 berlangsung di Divisi Perinatologi RSCM. Rangkaian acara ini berakhir pada pukul 4 sore. Semua peserta yang mengikuti PROLACTIN mendapat sertifikat yg terakreditasi IDI: 2 SKP untuk peserta seminar serta 5 SKP untuk peserta seminar dan workshop (Pembicara seminar dan workshop juga mendapat 7 SKP IDI dan panitia 2 SKP IDI). Secara keseluruhan acara berjalan lancar dan sangat menyenangkan (terlihat juga dari feedback yang diberikan ke peserta). Walaupun acara ini disusun oleh SCORP, tetapi anggota SCOâ€? lain di CIMSA UI jg turut berpartisipasi sebagai panitia dan sangat amat membantu keberhasilan acara ini.Â


#LocalProject buah banner dan kotak bertuliskan “ I support Diffability’s Right” mengitari wilayah sekitar HI tersebut dan menghampiri orang – orang untuk meminta tanda tangan dan sumbangan sebagai bukti mereka Support terhadap Diffability’s Rights dan tak lupa juga ada bagibagi sticker Diffability’s Right. Ta n g g a l

Diffability’s Rights Day UIN by: Erwanda Desire-UIN

S

ehubungan dengan akan diperingati hari penyandang disabilitas sedunia tanggal 3 Desember dan hari hak asasi manusia sedunia tgl 10 Desember maka SCORP Lokal UIN berinisiatif untuk melaksanakan suatu kegiatan yang sifatnya dapat meliputi peringatan kedua hari tersebut maka di buatlah suatu acara yaitu Diffability’s Rights “Diff-Ability’s Rights” menjadi penting untuk diadakan sebagai media kampanye dalam menyebarluaskan persamaan hak setiap individu dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam menjalani proses kehidupannya. Hal ini terkait dengan hak untuk belajar, bersosialisasi, berkreasi, beraktivitas, serta menciptakan sebuah karya untuk bangsa. Acara ini direalisasikan dengan konsep yang diangkat pada acara ini yaitu memberikan kesempatan bagi penyandang disabilitas untuk mengekspresikan kemampuannya dalam bidang seni.

Dimulai dari Fundrising tanggal 3 desember 2011. Scorp uin melakukan kampanye dan fundrising di sekitar Bundaran HI, dengan se-

6 Desember 2011, Scorp uin melakukan fundrising II di kampus FKIK UIN.Kegiatan kedua ini sekaligus mempublikasikan bahwa pada hari Kamis tanggal 8 Desember 2011 akan di adakan acara Diffability’s Rights dan disarankan buat mereka untuk mengenakan pakaian berwarna putih pada hari tersebut sebagai bukti Support terhadap Diffability’s Rights. Tanggal 8 desember 2011, di laksanakan acara diffability’s Rights bertempat di depan kantin FKIK. Dalam acara ini SCORP uin mengundang penyandang disabilitas untuk bersama – sama memperingati hari ini. Penyandang disabilitas yang diundang berasal dari Pusat Studi dan Kecacatan Indonesia (PSIKI), . Beberapa penampilan dari pepenyandang disabilitas tsb seperti memainkan orgen mampu menghibur dan memeriahkan acara ini. Acara ini hanya berlangsung 1 jam mengingat waktu yang digunakan adalah waktu istrahat mahasiswa sehingga memungkinkan semua mahasiswa dapat menyaksikkan dan ikut berpartisipasi dalam acara Diffability’s Rights ini. Dan juga pada acara ini scorp uin membagi – bagikan Pin Diffability’s Rights kepada seluruh mahasiswa yang hadir dan menyaksikan acara ini. Pada akhir acara ini ada penyerahan sertifikat dan dana hasil fundrising kepada Penyandang disabilitas dan juga kepada Pihak PSIKI.


#LocalProject RESPECT - UNAND

by: Ayu R.S - UNAND

R

ESPECT (our activity to keep the beach beautiful) merupakan salah satu local project yang dilaksanakan oleh para SCORPion yang berasal dari FK UNAND. Kegiatan yang diadakan di Pantai Padang pada tanggal 19 Juni 2011 ini bertujuan untuk menghasilkan lingkungan yang bersih, karena lingkungan bersih akan menghasilkan lingkungan yang sehat. Kegiatan ini diadakan dalam rangka peringatan hari lingkungan hidup yang diperingati setiap tanggal 5 Juni. Kegiatan ini ditujukan untuk siswa SMP, SMA, dan SMK yang ada di kota padang. Masing-masing seolah mengirim 1020 orang utusan untuk mengikuti beberapa rangkaian kegiatan. Kegiatannya berupa lomba membersihkan pantai padang serta lomba membuat kreasi dari barang bekas (recycle). Kegiatan mendapat respon positif, dukungan dan bantuan dari pemerintah kota Padang, dinas kebersihan dan pertamanan Kota Padang,dinas pendidikan kota Padang, dinas pariwisata dan kebudayaan kota Padang, POLRESTA padang, dan dinas kesehatan kota Padang. Dalam pelaksanaanya, kegiatan ini mendapat sponsor tunggal PT. Bank Negara Indonesia, persero, Tbk.

CIMSA Come to Care and Cure (C4) UNPAD by: Ilham A - UNPAD

A

cara yang dilaksanakan oleh CIMSA FK UNPAD di desa Hegarmanah, kecamatan Jatinangor tanggal 18 September dilakukan dalam rangka pengabdian kepada masyarakat, terutama di sekitar lingkungan kampus UNPAD. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengenalkan CIMSA ke masyarakat. Kegiatan ini juga dilakukan sebagai pembekalan mahasiswa pada saat mereka nanti dalam melaksanakan perannya.

Dalam kegiatan ini, semua SCO di CIMSA FK UNPAD ikut mengambil peran. Selain itu, kegiatan ini juga diikuti oleh beberapa dokter lulusan FK UNPAD yang dulunya juga aktif di CIMSA saat mahasiswa. Turut juga mahasiswa dari Farmasi UNPAD dalam kegiatan ini, untuk berperan dalam pemberian obat ke pasien. Disini panitia dibantu dengan perangkat desa membangun posko kesehatan di PAUD setempat.

Kegiatan yang dilakukan berupa medical check-up. Disini mahasiswa FK yang lebih dulu berhadapan dengan pasien yang datang dari desa itu. Mahasiswa ini yang melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dibutuhkan sesuai dengan keluhan pasien. Setelah itu, pasien dibawa ke dokter yang ada, untuk dilakukan pemeriksaan ulang. Sehingga pasien tetap akan mendapat pelayanan dari dokter, dan mahasiswa yang bersangkutan dapat belajar bagaimana menjalankan perannya sebagai dokter, termasuk hasil diagnosa dari dokter.

Setelah itu pasien akan dibawa ke bagian farmasi untuk mendapatkan obatnya. Obat ini diberikan secara gratis sebagai bentuk pengabdian yang dilakukan. Kegiatan ini mandapat sambutan positif, baik dari perangkat desa setempat maupun dari warga setempat sebagai target utama dari kegiatan ini.


#DisasterIssue

“

Pemerintah dan masyarakat harus terus membangun kewaspadaan terkait bencana alam yang kerap menimpa berbagai wilayah.

Baru saja pesta pergantian tahun selesai dirayakan, namun bencana alam tetap silih berganti menerpa bumi pertiwi. Sebuah gempa bumi dengan kekuatan 7,3 Skala Richter menimpa Provinsi Daerah Istimewa Aceh. Lokasi gempa terjadi di 2,32 LU – 92,82 BT, atau sekitar 420 kilometer dari Meulaboh. Gempa tersebut sempat dilaporkan memiliki ancaman terjadinya Tsunami, namun pasca dua jam setelah gempa, BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) mencabut ancaman tersebut. Tak pelak lagi, Aceh menjadi salah satu daerah di Indonesia yang sangat rawan terjadi gempa bumi dan Tsunami. Rekaman peristiwa Tsunami Aceh 2004 silam tentunya menjadi kenangan buruk yang diharapkan tidak terjadi lagi. Tak hanya setelah tahun baru saja, curah hujan yang sudah mulai tinggi sejak Oktober tahun lalu, telah menimbulkan banjir dan tanah longsor. Wonosobo, Jawa Tengah, menjadi salah satu daerah di Indonesia yang kerap kali mengalami longsor apabila musim penghujan tiba. Akhir Desember lalu, longsor yang diikuti banjir bandang telah menewaskan lima orang. Sebanyak 600 warga harus diungsikan ke tempat yang lebih aman. Pemerintah daerah setempat

Indonesia: Negeri Bencana?

by: Ikhwanulliman-UI

I

ndonesia, negara dengan simpanan kekayaan alam yang sangat besar, ternyata juga memiliki simpanan potensi bencana alam yang besar pula. Indonesia telah menjadi negara dengan potensi bencana alam terbesar di dunia menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Strategi Internasional Pengurangan Risiko Bencana (UN-ISDR). Angka risiko kehilangan nyawa yang diakibatkan oleh bencana alam milik Indonesia menempati posisi teratas di dunia.

pun berencana merelokasi sebnyak kurang lebih 700 keluarga menyusul longsor dan banjir yang sudah sangat sering terjadi di daerah itu. Sejak 2008, tercatat sudah empat kali terjadi longsor. Menyebrang ke Pulau Sumatra, awal Desember lalu juga terjadi longsor di Nias. Longsor tersebut terjadi di Majo Kampung Barije. Sebanyak 37 unit rumah dan 25 unit kendaraan tertimbun tanah akibat peristiwa tersebut. Nias menjadi salah satu daerah di Indonesia yang juga kerap kali dilanda bencana alam. Pada tahun 2005, Nias dihantam gempa bumi yang menewaskan 1.500 orang setelah satu tahun sebelumnya terjadi tsunami yang menewaskan 300 jiwa. Mengingat banyaknya bencana yang terjadi di Indonesia, sudah sepatutnya seluruh elemen masyarakat Indonesia selalu waspada. Pemerintah dan jajaran masyarakat harus terus membangun kewaspadaan dan mampu memberikan reaksi yang cepat terkait bencana alam yang kerap menimpa berbagai wilayah. Bantuan dan perbaikan di banyak tempat menjadi pekerjaan rumah bagi kita semua.


#DisasterIssue

Perspektif Alternatif dari Sebuah Bencana Bencana bukanlah suatu kosakata asing bagi negeri ini........

“Dengan menggeser sedikit cara pandang mungkin kita bisa menyadari bahwa dari bencana kita juga bisa mendapatkan pelajaran yang berharga� by: Yuniar Sarah-UI

ADD INFO Banjir lumpur panas Sidoarjo atau yang lebih dikenal sebagai Lumpur Panas Lapindo merupakan salah satu bencana alam terburuk akibat ulah manusia. Bencana yang dimulai pada bulan Mei 2006 ini disebabkan oleh kesalahan pengeboran sumur eksplorasi gas yang dilakukan oleh Lapindo Brantas Inc. Hingga saat ini, bencana tersebut masih terus berlangsung dan belum dapat dihentikan. Kabarnya, semburan lumpur bercampur gas tersebut masih akan tetap berlangsung sampai 30 tahun ke depan.

S

abtu pagi, 27 Mei 2006 ketenangan warga Yogyakarta terusik oleh gempa tektonik dahsyat berkekuatan 5,9 SR. Ribuan korban jiwa berjatuhan, kerugian material juga tak terelakkan. Tak berselang lama pada tanggal 26 Oktober 2010 Yogyakarta kembali dilanda bencana berupa erupsi Gunung Merapi yang ditandai dengan luncuran awan panas yang biasa dikenal sebagai “wedhus gembel’. Dan tentunya masih banyak bencana lain terjadi di Indonesia yang mungkin ketika kita berusaha mendokumentasikannya dalam sebuah tulisan bisa mengalahkan ketebalan buku anatomi fisiologi Guyton maupun Ganong. Saya tidak akan membahas mengenai cara menyikapi suatu peristiwa bencana secara mendalam karena saya yakin banyak kalangan telah mengetahuinya. Sadarkah kita semua bahwa sikap reaktif negeri ini dalam menanggapi bencana sebenarnya membentuk suatu pola konvensional yaitu sesaat setelah bencana, pihak yang berkompeten seperti pejabat negara akan segera turun ke lapangan, disusul dengan tanggap darurat berupa pemberian bantuan pangan dan obat-obatan, kemudian ada tindakan rehabilitasi dan

rekonstruksi hingga kondisi para korban membaik. Begitu seterusnya pola itu berjalan. Lalu yang menjadi pertanyaan sekarang apakah pola tersebut telah berjalan dengan baik dan memberikan hasil optimal? Saya rasa jawabannya belum. Evaluasi masih perlu untuk senantiasa dilakukan agar penanganan bencana ke depannya bisa lebih adekuat dan holistik.

Sekarang, coba alihkan pandangan kita ke fenomena kehebohan media sesaat setelah terjadi bencana. Media cetak akan dipenuhi dengan artikel yang menyatakan bahwa ini merupakan suatu pertanda dari sang Kuasa atau semacam hukuman bagi kita semua. Begitu pula dengan media elektronik yang dengan lantang mempertanyakan apakah sebenarnya bencana ini bisa dicegah lalu siapa yang harus bertanggung jawab atas semua kejadian tersebut dan masih banyak lagi pertanyaan maupun pernyataan yang mereka ajukan. Saya bukan menyatakan ketidaksetujuan saya atas pernyataan tersebut, bukan sama sekali. Akan tetapi, saya disini berusaha menilik setiap bencana dari perspektif


scientist bernama Kreps pernah berkata: “Disasters are better seen as part of social change dynamics than as nonroutine social problems�. So this is what should be recommended to not always thinking from negative side. Because if we shift our perspective we can get valuable lesson even from worse events like disasters.

FACT> <BACK

Sadarkah kita bahwa selama ini kita terlalu egois bahkan ego kita terlalu tinggi untuk disentuh oleh binatang kecil seperti semut dan cacing yang selama ini kita injakinjak? Kita, manusia, selalu merasa bahwa world revolves around us. Kita telah banyak mengabaikan tanaman, hewan, dan benda mati di sekitar kita padahal mereka juga berperan dalam menjaga ekosistem kita tetap seimbang. Berapa banyak makhluk Tuhan lain yang telah kita sakiti dan sekarang saat bencana alam terjadi kita hanya duduk diam menangisi itu semua? Padahal mungkin saja dalam bencana yang terjadi terdapat andil tangan-tangan penuh dosa kita. Jadi, daripada kita terjebak dalam

sedih berkepanjangan yang tidak jelas ujungnya bukankah lebih bijak bagi kita untuk memfokuskan segala daya upaya yang kita miliki untuk mendispersikan rasa cinta kasih kita dan yang paling penting adalah taking action so we can make differences. Taking action disini bisa dalam bentuk apapun seperti mengirimkan bantuan berupa uang, barang, donor darah, atau bahkan langsung terjun ke lokasi kejadian bencana. Hal tersebut tentunya lebih baik daripada kita duduk manis di depan televisi mengikuti fenomena kehebohan yang ditawarkan oleh media. Dengan menggeser sedikit cara pandang mungkin kita bisa menyadari bahwa dari bencana kita juga bisa mendapatkan pelajaran yang berharga. Ketika kita belum merasakan pelajaran itu mungkin usaha kita mencarinya masih perlu dipertanyakan. Seorang social

Untuk bencana alam tanah longsor, Indonesia menempati peringkat pertama dari 162 negara untuk jumlah korban yang terkena dampaknya. Indonesia menempati peringkat ketiga setelah Jepang dan Filipina untuk jumlah korban yang terkena dampak bencana alam gempa bumi. Dari 162 negara, Indonesia berada di urutan ke 6 untuk jumlah korban akibat banjir

source: www.unisdr.org

yang berbeda. Saya sepenuhnya yakin bahwa adanya bencana bukan untuk membuat kita sedih berkepanjangan tetapi ini merupakan sarana bagi kita untuk senantiasa berkaca dan mengevaluasi diri.

Dari 265 negara, Indonesia peringkat pertama untuk jumlah korban yang terkena dampak bencana alam tsunami, yaitu sebanyak 5.402.239 orang.




#Crosscorpuzzle

Across 1. Badan PBB yang bergerak dalam bidang perlindungan Hak Asasi Manusia 3. Hak Asasi Manusia di Indonesia bersumber dan bermuara pada………… 5. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia 8. Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak saat ini 9. Aktivis India yang mengusung gerakan kemerdekaan melalui aksi demonstrasi damai 11. Lambang perdamaian 12. Lembaga Internasional untuk Mahasiswa Kedokteran 16. Genosida sistematis yang dilakukan Nazi pada Perang Dunia II 17. Bulan peringatan Hak Asasi Manusia 18. Salah satu pahlawan komisi nasional HAM Indonesia 20. Sistem pemisahan ras antara kulit putih dan kulit hitam yang diterapkan di Afrika Selatan 21. Negara pertama yang memperjuangkan HAM

Down 1. 2. 3. 6. 7. 10. 11. 13. 14. 15. 19.

Hak Asasi Manusia Perdamaian (inggris) Nama SCORP saat pertama di bentuk Standing Committee On Human Right’s and peace Tempat diadopsinya deklarasi universal Salah satu isi UNIVERSAL DECLARATION OF HUMAN RIGHTS adalah Hak Untuk ……… Piagam yang menjadi lambing munculnya perlindungan terhadap hak-hak asasi Pejuang kemerdekaan melalui kegiatan anti apartheidnya dan menjadi Presiden Afrika Selatan NORP CIMSA saat ini Tempat terjadinya isu pelanggaran berat HAM di Indonesia akhir tahun 2011 ini Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (inggris)

created by:

Dadan Kurniawan


#Comic

created by: Abe Umaro


#Comic


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.