www.catholiclife-indonesia.com
l VOL. 06 - tahun
I - 2010
Jabodetabek Rp. 5000,- l Luar Bodetabek Rp. 6.500,- l Luar P Jawa Rp. 10.000,-
Citra “Indonesian Idol� 2010
Tanda Salib dan Skapulir
rosiana silalahi
Dekat pada Yesus dan Maria Ancaman Bom Vatikan Boleh Bangun Guncang Armada Laut Lourdes 500 Tahun Tuan Ma di larantuka
salve
SIMBOL STATUS
E
foto cover : Sunyoto/IST
mpire State Building, salah satu gedung terttinggi di dunia. Dibangun dengan 102 lantai, gedung itu berdiri megah di pusat Kota New York, Amerika Serikat. Bersama World Trade Center (sebelum dihancurkan aksi terror 11 September 2001), Empire State Building menjadi ikon Kota New York. Di kalangan insinyur bangunan AS, Empire State Building dimasukkan dalam kelompok the Seven Wonders of the Modern World. Tanggal 26 Agustus lalu, Empire State Building didemo. Ratusan orang dari Liga Katolik protes karena manajemen gedung tidak menghormati Bunda Teresa. Hari itu, hari ulang tahun ke-100 Bunda Teresa, biarawati yang selama hidupnya mengabdikan diri bagi orang-orang tersingkir, terbuang. Lazimnya, setiap mengenang peristiwa besar, baik hari keagamaan maupun peristiwa penting yang lain, lampu di puncak Empire State Building turut merayakannya. Entah dengan displai kalimat ucapan ataupun permainan warna lampu. Ketika Lebaran atau Paskah misalnya. Begitu pula di hari mengenang Dr. Martin Luther King Jr. Bahkan, kadang pula digunakan sebagai ajang promo tingkat tinggi. Tahun 2008 lampu di puncak gedung pencakar langit itu digunakan untuk merilis album penyanyi kondang Mariah Carey. Namun, di hari ulang tahun ke-100 Bunda Teresa, Empire State Building tidak merayakannya. Perlakuan ‘tidak adil’ itulah yang dipersoalkan umat Katolik Kota New York. Sambil menyanyikan lagu “Happy Birthday to You” mereka protes kepada pemilik gedung, Anthony Malkin. “Aneh. Mother Teresa adalah favorit banyak orang, kok menyalakan lampu untuk menghormati beliau tidak diizinkan,” gerutu salah seorang pemrotes, James Cagney, 77 tahun, pria asal Irlandia yang sudah menjadi warga New York. Bunda Teresa lahir 26 Agustus 1910, dan wafat 5 September 1997, pada usia 87 tahun. Tahun 2003 ia diberi gelar ‘beata’ oleh Gereja Katolik Roma. Gelar yang selangkah lagi akan menjadi ‘ santa’- orang kudus. Semasa hidup Bunda Teresa dikenal sebagai sosok rendah hati. Ia menempatkan dirinya sederajat dengan orang-orang kecil, miskin dan hina dina. Segenap dirinya dipersembahkan bagi mereka yang terpinggirkan. Pengabdian itu dilakukannya dengan tulus. Tidak menuntut imbalan dalam bentuk apa pun. Tidak untuk dihormati atau disanjung. Sikap manajemen Empire State Building tidak bisa dipersalahkan. Saya yakin, Bunda Teresa tidak marah ketika Empire State Building tidak bersedia merayakan hari ulang tahunnya yang ke-100. Malah, boleh jadi Bunda Teresa justru terusik. Tidak senang. Sebab, ia sosok rendah hati dan sederhana. Tidak gila hormat. Sangat luar biasa penghayatan imannya. Ia tidak mengejar simbol status seperti yang dilakukan oleh kebanyakan orang zaman ini. *** Jakarta, 7 September 2010 Jan Nabut
Tidak Bombastis Halo tabloid Catholic Life, apa kabar? Saya terkesan sekali dengan kehadiran tabloid ini, tidak bombastis dan ngegosip. Dari segi penampilan, ok banget. Kertasnya bagus, berwarna, layout dan design-nya juga menarik, enak dibaca, didukung foto-foto yang representatif. Selain itu, saya juga suka dengan gaya tulisan/bahasa-nya yang renyah, lugas, enak dibaca serta mudah dicerna. Saya berharap, tabloid ini mempertahankan eksistensinya. Perbanyak cerita-cerita rohani dan profil orang Katolik yang sukses. Selamat untuk tabloid Catholic Life. Dwi (Pasuruan) Email : Dwi999@yahoo.com
Halo tabloid Catholic Life, proficiat, sudah ada website-nya, tetapi saya punya usul. Kalau boleh tampilan atau design-nya dirubah, jangan terlalu kaku. Selama beberapa Minggu saya lihat isinya tidak up to date, tetapi belakangan, isinya sudah diperbaharui. Kalau boleh ada rubric “Kontak Jodoh” di website dong. Belum ada jodoh nih. Ada cewek yang mau gak sama saya? Yohanes Jomi Grogol, Jakarta Barat
Pada mulanya saya mengetahui tabloid ini dari facebook. Saya bergabung dengan akun khusus facebook tabloid Catholic Life. Singkat kata, saya berkomunikasi dengan ‘orang’ Catholic Life di Facebook. Beberapa waktu kemudian saya mendapatkan tabloid contoh di Batam. Setelah melihat dan membaca, saya langsung berminat menjadi agen khusus tabloid Catholic Life di Batam. Harapan saya, tabloid ini semakin menarik, menjadi media yang menginspirasi semua pembacanya. Terima kasih. Waty Rambu Batam
Pada edisi yang ke-V, saya melihat dan membaca profil artis Marcellino Lefrand. Pertanyaan saya, ‘apakah tabloid ini akan terus menampilkan sosok artis di setiap penerbitannya?’ Kalau itu dilakukan, maka saya langsung ingin berlangganan dengan tabloid Catholic Life. Ke depannya, tampilkan artis-artis Katolik Indonesia, seperti Olga Lydia, Sandra Dewi, Delon, Putri Ayu dan Hudson (Indonesia Mencari Bakat), Meriam Bellina, Jeremy Thomas, Darius Sinatria dan Dona dan masih banyak lagi tentunya. Jangan lupa tampilkan artis-artis atau orangorang ternama dari luar negeri. Bravo CL! Agustinus Darmanto agustinus_darmanto@yahoo.com
Bagi pembaca yang ingin mengirim surat pembaca, akan lebih baik bila dilengkapi dengan foto warna ukuran clos up dan mencantumkan nama serta alamat lengkap. Terima kasih. GBU
2
l VOL. 06 - tahun
I - 2010
Koresponden/Kontributor Luar Negeri Roma/Vatican: P Pice Dori SVD Eropa: P Frans Magung SVD Amerika: Theresia Widjanarko Afrika: Paulus Suwarso Hongkong: P Gregorius S Harapan SVD Pilipina: Robert Mulhadi Kolumbia: P Utomo Wijayanto SX Agen/Koresponden/Kontributor Daerah Papua/Jayapura: Rafael Hafen Ende: Petrus Y Wasa Manggarai/Labuan Bajo: Budi Lakar Ambrosius Hambur Bali: Pius Mat Yogyakarta: Bambang Sugiharto Manado: Jack Ticoalu Riau Daratan: S Efendi Purba Medan: Frederik Tambunan Tabloid Bulanan Catholic Life Diterbikan oleh Yayasan Pax In Terra Alamat Redaksi/Iklan/sirkulasi Jl Palem 1 A No 29 A Blok Dukuh, Cibubur, Jakarta Timur Hp - 081384199117 Telepon/Fax: 021-8705902 Email Redaksi: redaksi@catholiclife-indonesia.com Email marketing/iklan: tabloidcl@gmail.com
Hadir di Batam
Tampilkan Artis Katolik Rubrik Kontak Jodoh di Website
Penanggung Jawab Redaksi: Jan Nabut Wakil Pemimpin Redaksi: Bosko Nambut Redaktur Pelaksana: Alexander Aur Editor Eksekutif: Kormensius Barus Sekretaris: Lasty Reporter: Ignatius Sudarto, Irena Nainggolan, Yohanes Abimanyu Desain Grafis: Hermanus Marketing/Iklan: Rita Mayang, Rachel Kuanang Iklan dan Promosi: Sergius Mitakda Sirkulasi: M Rachmat Penanggungjawab Produksi : Rony Amal
TARIF IKLAN DISPLAY
UKURAN (cm) TARIF (Rp)
lHalaman Dalam dan Belakang 1 (Satu) Halaman 34 x 23.5cm 7.000.000 ½ (Setengah) Halaman 17 x 23.5cm 4.000.000 ¼ (Seperempat) Halaman 8.5 x 23.5 cm 2.500.000 Banner atas 3.5 x 23.5cm 2.000.000 Banner bawah (kaki) 3.5 x 23.5cm 1.750.000 lHalaman Depan (Hal: 1) Banner atas (Di bawah Logo) Banner bawah (kaki)
4,5 x 23.5cm 3.000.000 4,5 x 23.5cm 2.500.000
ADVERTORIAL
34 x 23.5cm 7.500.000
Ketentuan Materi iklan disiapkan oleh pemasang Bila materi iklan disiapkan/didisain penerbit dikenakan biaya tambahan Semua iklan full color Materi iklan dalam bentuk CD Pembayaran: Transfer ke BCA Cibubur A/C 6280310768 a/n Jan Nabut Data Media Bentuk: Tabloid Ukuran: 37 x 26cm Frekuensi Terbit: Bulanan Oplagh: 10.000 eksemplar Wilayah Sirkulasi: Seluruh Indonesia Cetak: Full Color Kertas: HVS 70 gram Jumlah Halaman: 20 Contact Person: HP: 081384199117 - 0815-11278871
C ATH O L I C L I F E
FOCUS
rosiana silalahi
Dekat pada Yesus dan Maria oleh Yohanes Abimanyu dan Bosko Nambut
P
atung Tuhan Yesus dan Bunda Maria tampak di atas meja kerja Rosiana Silalahi, di kantor Rosi Inc, Kuningan, Jakarta Selatan. Dua patung mungil itu diposisikan persis di hadapan presenter ternama itu. Di kanan patung Yesus, di kiri patung Maria. Di dekat patung, tampak Rosario coklat dalam wadah kecil, berada di antara tumpukan buku, koran, kertas dan pernik lainnya. Patung, salib, gambar, dan simbol-simbol Kekatolikan lainnya juga ada di rumah Rosi, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Di rumah, ada ruangan khusus berdoa. “Ah, menempatkan Yesus di mana sajalah. Nggak ada patung di mana pun, toh saya tetap dekat dengan Tuhan Yesus dan Bunda Maria. Saya bukan orang yang simbolis. Kehadiran Dia itu lebih dekat dari lapisan kulit saya,” urai Rosi yang sejak Februari 2010 menjadi punggawa talkshow program “Rossy” di Global TV. Presenter kharismatis itu memang tekun berdoa. Tetapi ritualitas doanya tak dibatasi oleh ruang dan waktu. Di mana saja, kapan pun, dalam situasi dan kondisi yang bagaimanapun, dia selalu berdoa. Doa dapat dilakukannya di mobil, tempat kerja, jalan-jalan, ketika menonton televisi, ketika menyaksikan ketidakadilan, saat susah, senang, tertawa, di tengah keluarga. ”Bagi saya, setiap tarikan dan embusan nafas adalah doa. Kita bisa berkomunikasi dengan Tuhan setiap waktu,” demikian pendapat mantan presenter dan Pemimpin Redaksi Liputan 6 SCTV itu. “Ya sesekali-lah,
saya berdoa khusus secara formal, sebagaimana lazimnya ritualitas berdoa, yang butuh waktu dan ruang yang hening,” ungkapnya. Apa sih intensi doa si bungsu dari lima bersaudara itu? Berdoa minta ampun pada Tuhan, itu sudah pasti. Doa syukur juga selalu dihaturkannya, antara lain syukur atas karunia, Ayah L.M. Silalahi (alm) yang dikaguminya, atas Ibu Ida Hutapea yang penuh kasih sayang, dikagumi sekaligus menjadi inspiratornya, atas suaminya yang sangat mengerti, perhatian dan sayang padanya, atas seluruh keluarga, kerabat, sahabat. Atas bakat dan talenta yang dimilikinya, kesehatan, karier gemilang, macammacam. Dalam doa, Rosi juga menyampaikan permohonan. Acapkali dia berdoa, “Pakailah saya, ini saya, utuslah aku.” Rosi ingin benar-benar dipakai dan diutus untuk menjadi terang bagi industri penyiaran televisi. Rosi mengatakan, “Saya punya moto, ingin menjadi bintang kejora. Bintang Kejora itu selalu bersinar baik siang maupun malam hari. Bagaimana saya menjadi terang semacam itu? Biar Tuhan yang menuntun. Saya tinggal mengalir saja.” Pada 30 Juli 2010 lalu, usia perkawinan Rosi-Dino, genap lima tahun. Namun keduanya belum dikaruniai keturunan. Sudah pasti Rosi-Dino selalu berdoa untuk itu. Agar menjadi lebih sabar, tabah, tidak putus asa. “Sedih juga, tetapi memang belum dikasih sama Tuhan, ya bagaimana lagi. Masak karena belum dikasih, kita lalu bilang, jahat deh lu Tuhan,” keluh Rosi. Rosi tetap berharap punya anak. Katanya, “Sarah (istri Abraham) aja, baru punya anak waktu lanjut usia. Jadi
Rosi ketika menampilkan Sri Mulyani dalam “Rossy”.
C ATH O L I C L I F E
Foto-foto Sunyoto/ist
bagi saya, tidak ada yang tidak mungkin buat orang yang percaya pada Tuhan. Saya juga merasa Tuhan punya rencana tersendiri. Mungkin Dia juga berpikir, saya belum pantas untuk punya anak atau untuk jadi ibu.” “Kalau melihat teman-teman yang sudah punya anak, atau ada yang baru kawin, tiba-tiba sudah punya anak, nah saya yang sudah lima tahun, belum juga punya. Beberapa kali saya ketemu dokter. Dokternya bilang, saya harus istirahat. Nggak bisa dengan ritme kerja seperti ini. Cuman saya juga mikir, wah kalau saya istirahat, mungkin saya bisa gila kali ya. Suruh istirahat tiga minggu, sebulan, apalagi tiga bulan, cee-ila, nggak gw banget. Waduh, yang ada malah saya bisa stres,” keluh Rosi. “Secara medis memang tidak ada masalah. Semua dokter yang saya temui hanya bilang nggak boleh terlalu lelah, yah memang harus istirahat,” Rosi menambahkan. Banyak persoalan hidup yang dihadapi Rosi, jatuh-bangun, gagal dan sukses. Tetapi karena dekat dengan Bunda Maria dan Tuhan Yesus, dia menjadi kuat. Ia sempat kecewa ketika tidak lagi menjabat sebagai Pemimpin Redaksi Liputan 6 SCTV pada 2009, lalu diangkat sebagai Penasihat Presiden Direktur SCTV. Beberapa bulan lamanya ia bingung dan bimbang, antara bertahan dan keluar. “Saya pasrah saja pada Tuhan dan Bunda Maria. Akhirnya dengan berat hati
saya memutuskan keluar. Puji Tuhan, justru setelah memutuskan keluar, jalan malah terbuka. Tawaran untuk membuat talkshow datang, dan banyak hal. Saya percaya, kalau memang kita memiliki niat dan kita bawa dalam doa, jalan terbuka dengan sendirinya.” Relasi Rosi dengan Tuhan dan Bunda Maria tak sebatas berkomunikasi atau berdoa belaka. Berbuat kebajikan selalu dilakukannya, semisal memperhatikan keluarga, terutama, untuk sang Ibu, kemudian empat kakak, keponakan, keluarga suami tanpa pilih kasih. Secara rutin ia dan suami kumpul dengan keluarga besar, dan itu momen yang juga membahagiakan Rosi. Seorang Rosi juga memperhatikan para sahabat dan kerabatnya yang susah. Perhatian itu bukan dalam bentuk materi semata, tetapi sapaan, komunikasi, ya berbagi kasih. Setiap hari Minggu Rosi ke Gereja. “Itu adalah waktu istimewa, karena itu sedapat mungkin selalu ikut misa pada hari Minggu,” terang warga Paroki Keluarga Kudus, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Jika sedang berada di luar kota dan pas hari Minggu, dia juga menyempatkan diri untuk misa. Rosi berperan aktif dalam aktivitas Gereja. “Istriku itu aktif menjadi lektor, baca Kitab Suci untuk misa hari Minggu di Gereja Pasar Minggu. Ya, pokoknya, sekali dalam sebulan, dia bertugas jadi lektor-lah,” ungkap sang suami, Dino.***
VOL. 06 - tahun I - 2010 l
3
FOCUS
Lilin di Tengah Kegelapan
B
egitu keluar dari SCTV tahun 2009, Rosi sempat bingung, ‘mau kerja apa?’ Ada banyak tawaran, buat talkshow dan program televisi lainnya, bahkan ada tawaran kerja dan jabatan penting dari stasiun televisi lain dengan gaji yang fantastis. “Waduh, karena banyak tawaran, saya sempat bingung. Bikin talkshow? Mulanya saya nggak percaya diri. Saya bilang, yah nanti sajalah.” Pada suatu hari, Rosi dan kawankawan menawarkan sebuah program ke Global TV. “Waktu itu sebenarnya iseng saja. Mulanya saya menawarkan sebuah program anak muda, tetapi Pak Daniel Hartono (Direktur Utama Global TV) bilang, kita justru ingin memperkuat program buat keluarga dan perempuan. Kalau untuk anak muda kita sudah kuat. Kenapa kamu gak buat talkshow saja? Kalau kamu mau buat talkshow saya akan kasi prime time.” Gayung bersambut. “Setelah mendapat kepastian dari Pak Daniel maka saya pikir tidak ada lagi alasan untuk menunda atau takut. Ya! Jadi tawaran itu datang bulan Desember 2009, dan Februari 2010 sudah tayang. Super kilat. Wah saya langsung sadar bahwa itu hadiah Natal terbaik dan luar biasa dalam hidup saya. “ “Rossy”, demikian nama program itu, tayang sejak Februari 2010, setiap Senin malam pukul 22.00 (semula setiap
hari Minggu pukul 21.00). Tema yang diangkat tentang kemanusiaan, bersifat human interest, ihwal gapaian prestasi, pergulatan dan pengalaman hidup para tokoh semacam Mantan Menteri Keuangan Sri Mulyani, Mantan Wapres Jusuf Kalla, Mantan Presiden BJ Habibie. Tak hanya tokoh besar, “Rossy” juga menampilkan dan mengisahkan kehidupan unik, istimewa, yang luar biasa para orang kecil, hingga kisah para mantan penderita kanker yang berhasil sembuh. “Rossy” adalah talkshow yang diproduksi bersama antara Global TV dengan Rumah Produksi (Production House/PH) Rosi Inc. PH ini didirikan September 2009, dimiliki Rosi, Bayu Sutiono dan Gunawan (Bayu dan Gunawan adalah rekan Rosi dahulu di SCTV), selain Dino Gregory Izaak, suami Rosi. Secara umum, PH bergerak di bidang communication services. Selain membuat program talkshow “Rossy” di Global TV, ada juga program televisi lain yang digarap Rosi Inc, dan tayang di TV Cable. “Harapan saya tidak muluk-muluk untuk talkshow “Rossy”. Talkshow ini bisa menjadi terang, dia bisa mengingatkan kembali, bahwa ada nilai yang tetap kita pegang bersama. Itu saja sebenarnya. Saya berharap talkshow “Rossy” memberikan satu alternatif. Kita tidak boleh berhenti mencintai Indonesia. Apa yang kita punya sekarang
“Rosi bersama Mantan Juru Bicara Kepresidenan era Abdurahman Wahid, Wimar Witoelar.
4
l VOL. 06 - tahun
I - 2010
ini harus dirawat. Saya ingin kehadiran program “Rossy” bisa mengingatkan kembali pada banyak keluarga Indonesia akan nilai-nilai luhur bangsa yang kita miliki bersama,” cetus Rosi yang ingin memiliki televisi sendiri. Rosi punya obsesi ingin memiliki televisi sendiri. Televisi yang benarbenar informatif, menghibur tetapi punya unsur edukasi yang baik. “Saya punya kecemasan. Kira-kira 10 atau 15 tahun ke depan, kita akan punya satu generasi yang…, bayangkan, kita ini nggak punya budaya baca, langsung lompat ke budaya menonton, sementara tontonannya kayak begini, sekarang ini, dengan berbagai informasi yang dapat diakses secara leluasa, tanpa ada pengawasan, tanpa ada kontrol. Hiburan hanya dua, nonton TV atau ke mal.” Lanjut Rosi, “Negara tidak memiliki program pendidikan yang bagus. Ratarata pendidikan yang bagus, kalau nggak diambil swasta, kelompok-kelompok masyarakat tertentu. Bisa kebayang nggak? Kita tidak memiliki fundasi yang kuat, tetapi sudah dihajar dengan industri hiburan. Sekarang ini lebih ngetop Olga Syahputra daripada tokoh pendidikan seperti Ki Hajar Dewantoro.” Kata Rosi, karena pengaruh televisi, anak-anak SD bisa berdemonstrasi. Dari mulut mereka terlontar hujatan untuk yayasan, memaki kepala sekolah. Demonstrasi mahasiswa di berbagai kota
marak. Tak sekadar demo, berteriak, mengumpat-umpat, demo juga selalu diiringi anarkisme. Rosi berpendapat, liputan langsung televisi seperti memburu dan menyergap teroris, liputan langsung insiden Koja, liputan kriminal yang memperlihatkan darah, luka, korban-korban ledakan gas elpiji, penggrebekan tempat maksiat, penangkapan PSK, ya, bagus-bagus saja, tetapi kita tak mau tahu dampaknya. Sinetron, lawakan dan hiburan TV lainnya, juga sering memperdengarkan kata-kata kasar dan tontonan yang tidak baik untuk anak-anak. “Itulah industry teve. Semakin gambarnya bunyi, semakin ditonton. Semakin gambarnya rusak, semakin ditonton. Di Amerika, negara yang kita bilang Neolib, liputan langsung peristiwa kerusuhan dilarang. Nah kita? Lihat insiden Koja, siaran langsung. Kita lebih neolib dari negara yang menganut sistem liberal. Kita tidak memiliki kekuatan untuk mengatakan, ini salah.” Sejenak Rosi terdiam….. Ia lalu menarik nafas. Alon-alon dia berkata, “Ya, daripada saya mengutuk kegelapan, lebih baik saya menyalakan satu lilin.” Lilin itu adalah ‘Rossy’. Talkshow ‘Rossy’, nyatanya, telah ����� memikat, menyentuh, menginspirasi dan menyejukkan pemirsa. Program yang membuat perempuan bersuara alto itu menjadi enjoi, senang, dan bersemangat.***
C ATH O L I C L I F E
FOCUS
“Jelek Banget Gitu Lo”
N
ama lengkap Rosi adalah Rosiana Magdalena Silalahi. “Dulu saya sempat protes dengan namaku Rosiana Magdalena. Ini nama pemberian opung (kakek). Jelek banget gitu lo, terus Papi aku juga kasi nama ‘Lasidariat.’ Iiiiihhh, norak banget kan. Saya protes ke Ibu saya, lalu apa kata Ibu, ‘nama itu menjadi indah, bukan karena nama itu, tetapi karena apa yang sudah dilakukan oleh si penyandang nama’. Kata-kata Ibu itu membuat saya tersadarkan,” ujar Rosi. Rosi lahir di Pangkal Pinang, Bangka Belitung, 26 September 1972. Ia bungsu dari lima bersaudara pasangan (alm) L.M. Silalahi dan Ida Hutapea. Sejak sekolah, SMA St Ursula, Jakarta, Rosi aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler mengelola majalah dinding dan majalah sekolah, Serviant. Tamat SMA, Rosi mengikuti tes masuk Universitas Indonesia (UI), tetapi gagal diterima di Jurusan Komunikasi dan diterima di Jurusan Sastra Jepang Fakultas Sastra UI. Meski begitu, niatnya untuk menjadi wartawan terus bergelora. Setelah meraih gelar sarjana, Rosi sempat bekerja di sebuah perusahaan periklanan, tetapi hanya beberapa bulan. Selanjutnya dia menjadi reporter TVRI. Tahun 1999, dia hengkang ke Liputan 6 SCTV, menjadi reporter. Setahun kemudian, dia menjadi penyiar merangkap reporter. Karier Rosi terus menanjak. Tahun 2003, Rosi menjadi salah satu dari 6 jurnalis TV Asia mewawancarai Presiden AS, George Bush, di Gedung Putih, Washington DC, Amerika Serikat. Nama Rosi semakin melejit setelah mendapat gelar Pembawa Acara Talkshow Terfavorit dan Pembawa Acara Berita Terfavorit versi Panasonic Award 2004. Setahun kemudian, Rosi meraih gelar Terfavorit untuk kategori Presenter Berita dalam ajang Panasonic Award 2005. Di tahun 2005 itu, Rosi juga menjadi Pemimpin Redaksi Liputan 6 SCTV. Ketika Pemilu 2004, Rosi memproduksi program “Kotak Suara” membahas money politics. Karena program tersebut, dia meraih sebuah penghargaan. Rosi
“Rosi adalah anugerah terindah yang telah Tuhan berikan kepada saya,” ungkap Dino Gregory Izaak, suami Rosi. “Saya bahagia memiliki Rosi. Dia wanita yang luar biasa. Saya mengagumi dia dalam segalagalanya. Dia memiliki karakter, dia cerdas, cantik, memiliki kepekaan dan kepedulian yang tinggi pada siapa saja. Dia pekerja keras dan sangat dekat dengan Tuhan,” puji Dino. Syahdan, tahun 2003, terjadi ledakan bom Bali. Rosi ke Bali, meliput peristiwa tersebut. Di sela kesibukan, Rosi mampir di sebuah restoran yang ternyata milik Dino. Kebetulan pada saat itu ada Dino. Seorang sahabat kemudian memperkenalkan Rosi pada Dino. Singkat cerita, keduanya berpacaran. Dua tahun berselang, 30 Juli 2005, Rosi-Dino menikah di Gereja Katedral, Jakarta Pusat. “Lima tahun sudah kami menikah. Kami sangat bahagia, walau belum dikaruniai anak. Selama lima tahun itu, kami tidak punya konflik atau cekcok rumah tangga. Prinsip kami adalah selalu berkomunikasi, termasuk komunikasi dengan Tuhan dan Bunda Maria. Yang penting juga adalah saling pengertian, saling mendengarkan dan saling mendukung. Kalau pulang kantor, kita selalu berusaha untuk pulang bareng. Di rumah kita bisa ngobrol banyak hal, tentang pekerjaaan dan lainnya. Yang pasti, kita selalu bersama. Kalau lagi penat di Jakarta, tempat liburan favorit kami adalah Bali.” Dino lahir di Jakarta, 40 tahun silam. Setamat SMA 82, Jakarta, ia lalu kuliah ekonomi di Universitas Nasional Singapura. Dino sempat bekerja di Singapura, lalu ke Australia bekerja di bidang properti. Tahun 1999 dia ke Bali, membuka bisnis restoran, garmen, properti. Tahun 2003, Dino pindah ke Jakarta, berkecimpung dalam sejumlah bisnis. Selanjutnya dia membuka Oister sebuah restoran di Plaza Senayan, Jakarta Selatan. Setelah itu dia membuka restoran dan bar di Gedung Energi, Jalan Sudirman, Marley, namanya. Selain tetap menjalankan usaha properti dan restoran, Dino juga memiliki usaha di bidang agrobisnis. “Usaha agrobisnis, baru sih, belum setahun dan kita fokus di jagung. Selama ini kan kita masih impor jagung. Pengusaha pertanian banyak usaha di perkebunan, seperti kelapa sawit. Saya lebih memilih jagung. Kita punya lahan pertanian di Mamuju, Sulawesi Barat,” terang Dino.***
C ATH O L I C L I F E
Rosi dan Yenny Wahid
kembali menyabet gelar Pembawa Acara Berita Terfavorit di ajang Panasonic Award 2007. Untuk menjadi sukses, kata Rosi, harus bekerja keras dan sangat penting melibatkan Tuhan. Sedangkan untuk menjadi wartawan dan presenter televisi yang baik, katanya, harus tekun dan banyak belajar, banyak membaca agar memiliki wawasan yang luas. “Menjadi presenter kita harus punya persiapan, tidak bisa langsung tampil. Menurut saya 50% kesuksesan dalam membawakan acara atau talkshow adalah karena persiapan. Saya baca, berusaha melakukan riset sendiri dari berbagai sumber. Kalau saya tidak tahu dan tidak mengerti atau agar lebih siap, saya biasa menelepon para pakar atau yang lebih mengerti. Karena itu, relasi itu penting sekali.” ***
Di Bali, Rosi-Dino Bertemu
Rosi dan Dino
VOL. 06 - tahun I - 2010 l
5
spirit
PKBM mengajar dan melatih anak-anak agar senantiasa dekat dengan Tuhan. Disamping ibadat pagi, siang dan malam, anak-anak juga diajak ke gereja setiap hari Minggu. Bahkan menghadiri misa pagi harian sebelum masuk sekolah.
Pelayanan Kasih Bhakti Mandiri
Mendekap Hangat Anak-anak Terbuang Oleh Jan Nabut Foto William Bramero dan Dok. PKBM
S
uatu senja, akhir Agustus lalu. Suasana di ruang tengah bangunan berlantai dua di Jalan H. Abdul Rahman No.14, Cibubur, Jakarta Timur, sangat riuh. Puluhan anak balita asyik bermain sambil mengunyah makanan ringan. Ada yang berlari-larian, berteriak, melompat, dan ada yang tidur-tiduran di lantai. Tetapi, ada pula yang menangis lantaran dijahili teman sebaya. Suasana agak tertib di lantai dua. Di sana banyak anak usia sekolah sedang belajar. Sebagian menyelesaikan pekerjaan rumah (PR), sebagiannya lagi membaca ulang pelajaran yang diperoleh hari itu di sekolah masing-masing. “Yang itu, sudah SMK. Yang ini SMP, dan itu SD,” ungkap Suster Alexandra (Sirilla Gore Sare) SCC, pimpinan Panti Asuhan Pelayanan Kasih Bhakti Mandiri, memperkenalkan beberapa dari sekian puluh anak asuhannya. Anak-anak itu adalah anak-anak terbuang. Telantar. Kaum papa dan cacat. Mereka dilahirkan, tetapi ditolak ibu kandungnya karena berbagai alasan. Mereka sangat merindukan dekapan kasih. Mereka menangis pilu mendambakan kehangatan cinta. Tetapi, tak seorang pun tergerak mengulurkan tangan. Memang, di tengah arus zaman modern yang lebih mementingkan diri sendiri dan golongan, tidak mudah menemukan orang yang mau berbagi. Suster Alexandra mendengar suara –suara lembut para “malaikat” kecil itu.
6
l VOL. 06 - tahun
I - 2010
Rasa kemanusiaannya terguncang. Dengan penuh kasih sang suster mendekati wajahwajah tak berdosa, mendekap mereka dengan hangat penuh kasih. Terketuk pula perasaan dan nurani seorang anak muda. Dengan tulus Frater Yohanes Ari SCC - demikian nama pemuda yang dimaksud - menyusuri rel kereta api, masuk dan keluar stasiun serta terminal, entah di kegelapan malam atau pun di bawah teriknya mentari, menembus ruang dan waktu
kota Metropolitan Jakarta, mencari dan terus mencari anak-anak terbuang bersama Suster Alexandra. Guna menampung, membesarkan, dan mendidik wajah-wajah tak berdosa, sebuah panti pun didirikan. Tanggal 27 Maret 2007, dengan kekuatan iman dan ketulusan hati, Suster Alexandra dibantu Frater Ari merintis pelayanan cinta, mendirikan Panti Asuhan Pelayanan Kasih Bhakti Mandiri (PKBM) di Cibubur, Jakarta Timur.
PKBM tidak cuma menerima anak-anak Katolik atau Kristen. Anakanak dari latar belakang agama, suku, golongan berbeda pun ditampung dan diperlakukan sama. “Panti ini tidak hanya menerima anak-anak berlatar belakang iman Katolik atau Protestan. Ada juga yang Islam, Budha dan dari kepercayaan lainnya,” tutur Suster Alexandra. ”Ya. Anak-anak ini bahkan ada yang berdarah Afrika,” tambah Frater Ari. ***
Suster Alexandra dan Frater Ari berfoto dengan anak-anak panti PKBM.
C ATH O L I C L I F E
spirit
Mujizat Itu Nyata banyak. Sekarang, 70-an anak hidup di sana. Belum termasuk perawat, dan lima orang suster novis perdana dari tarekat Servitium Caritatis Christi (SCC) yang baru saja menerima jubah tanggal 15 Agustus lalu. Tantangan yang dihadapi PKBM pun kian kompleks. “Selain dibesarkan, anak-anak di sini dididik, dibina agar mandiri,” tutur Frater Ari. “Mereka disekolahkan sesuai dengan minat. Kita mengarahkan mereka untuk menguasai berbagai keterampilan. Ada yang masuk SMK, Perhotelan, dan kejuruan yang lain. Bahkan ada yang mendalami komputer, montir, sekolah nyetir mobil. Yang berminat pada bahasa Inggris pun kita siapkan gurunya,” Frater Ari menambahkan.
Pendiri PKBM, Suster Alexandra (ujung kiri) dan Frater Yohanes Ari (ujung kanan) berfoto dengan penasihat PKBM, Mgr. (Emeritus) Isak Doera, Pr (tengah), saat penerimaan jubah lima suster novis SCC, 15 Agustus lalu di Cibubur, Jakarta.
P
KBM lembaga mandiri. Berdiri atas inisiatif dan kerja keras Suster Alexandra dan Frater Ari sendiri, dengan penasihat Mgr. (Emeritus) Isak Doera, Pr. Demi BKPM, setiap hari Suster Alexandra, sesuai dengan keahliannya, mengajar anak-anak autis. “Honornya dipakai untuk kebutuhan anak-anak saya. Tapi, honor yang diterima tidak selalu berupa uang. Ada juga yang bayar pakai rambutan, pisang atau buah-buahan lain kalau keluarga penyandang autis kurang mampu. Ya, saya terima, dan saya berikan ke anakanak saya,” kenang Suster kelahiran Flores, Nusa Tenggara Timur, itu. Pun Frater Ari, harus banting tulang, pergi pagi pulang malam. Pekerjaan apa saja dijalani frater asal Semarang, Jawa Tengah, ini. “Saya pernah kerja di pemotongan hewan. Pokoknya, macam-macamlah,” cerita Frater Ari. Kendati sudah mengerahkan segala upaya, pendapatan Suster Alexandra dan Frater Ari tetap tak cukup untuk menghidupi anak-anak panti. Tetapi, sebagai orang beriman keduanya sangat percaya pada kekuatan doa. Begitu “mentok” dan tidak punya apa-apa lagi, mereka biasanya mengumpulkan semua anak panti, berdoa, mohon campur tangan Tuhan. Pernah terjadi, beras di panti sudah habis. Jarum jam sudah menunjukkan angka 8 malam. “ Saya dan frater tidak tahu mau buat apa lagi. Lalu, kami bersama anak-anak berdoa. Eh, begitu selesai berdoa telepon berdering. Seorang Ibu mau mengirimkan beras 100 kg keesokan paginya. Puji Tuhan,” cerita Suster Alexandra penuh haru. “Mukjizat itu memang nyata,” sambung Frater Ari. Seiring perjalanan waktu, PKBM berkembang. Jumlah anak panti semakin
“Memang, bakat setiap anak betulbetul diperhatikan,” sambung Suster Alexandra. “Yang berbakat olahraga seperti atletik dan renang disalurkan, berbakat olah vokal dibimbing. Begitu pula yang berbakat lain termasuk seni musik dan fotografi,” Suster Alexandra menjelaskan. Guna membantu menambah sedikit penghasilan, PKBM menyediakan bengkel atau workshop, tempat anak-anak panti dilatih dan ditempa untuk menghasilkan karyakarya produktif, seperti pembuatan salib, sablon di muk atau baju kaos. Hasil karya mereka kemudian dijual. Kegiatan ini terus berkembang. “Malah, kami sekarang bisa menerima pesanan,” cerita Frater Ari dengan semangat. Aspek spiritual –religius tidak dikesampingkan pula. Setiap hari, para penghuni panti menjalani ibadat pagi, sore dan malam. Sebelum masuk sekolah anak-anak menghadiri misa pagi. Di hari Minggu pun mereka diajak ke gereja menghadiri perayaan Ekaristi.***
Karya anak-anak panti PKBM.
Butuh Dana Pengembangan Saat ini, daya tampung PKBM tidak memadai lagi. Sementara, waktu demi waktu penghuni baru berdatangan. Tuntutan membangun panti yang lebih layak sangat mendesak. Di sekitar panti memang ada dua bidang tanah yang siap dijual dengan harga Rp 1,750 juta per meter persegi (harga sebelum nego). Masing-masing bidang tanah itu luasnya 400 meter dan 700 meter persegi. “PKBM ingin sekali memiliki tanah itu. Sebab, kami dan anak-anak sangat betah dengan lingkungan di sini. Udaranya sejuk. Lagipula, warga di sekitar kami baik-baik. Mereka menerima dengan tangan terbuka kehadiran PKBM. Kami dengan mereka seperti saudara, kendati memiliki keyakinan berbeda,” ungkap Suster Alexandra. Persoalannya, kemampuan finansial PKBM sangat terbatas. Sampai sekarang, bangunan panti masih berstatus kontrak. Belum lagi pengeluaran rutin, biaya sekolah, perawatan dan lainlain. Suster Alexandra dan Frater Ari berdoa, semoga Tuhan menggerakkan hati hambaNya, para dermawan, untuk membantu. Nah, barangkali Anda, pembaca nan budiman, mau mengulurkan tangan? Jika ya, sudi kiranya mengirimkan bantuan Anda lewat rekening bank PKBM berikut ini: Bank BCA Cibubur No. Rek. 6280545757 A/N Yayasan Pelayanan Kasih Bhakti Mandiri dan Bank Mandiri Cibubur No. Rek. 1570001053140 A/N Yayasan Pelayanan Kasih Bhakti Mandiri
Kegiatan olahraga rutin dilakukan di PKBM. Ada yang renang, atletik, beladiri, dan ada pula yang bermain sepak bola.
C ATH O L I C L I F E
VOL. 06 - tahun I - 2010 l
7
NEWS
Detik-Detik Kunjungan Paus Ke Inggris Tanggal 16 hingga 19 September lalu, Paus Benediktus XVI berkunjung ke Inggris, Skotlandia, dan Wales. Serangkaian agenda penting dijalani Bapa Suci dalam kunjungan resmi kenegaraan selama empat hari itu. Warga Gereja Katolik Roma setempat dan simpatisan menyambut antusias kedatangan Paus yang kini berusia 83 tahun. Tapi, ada pula yang bersikap dingin, acuh, bahkan memprotes karena berbagai alasan. Berikut ini adalah detik-detik kunjungan Paus Benediktus XVI ke Inggris Raya 2010.
Ratu Elizabeth II dan Adipati Edinburgh tengah beraudiensi dengan Paus Benediktus XVI di The Morning Drawing Room, Istana Holyroodhouse.
PA
Uskup Agung Canterbury, Rowan Williams (kiri) berpelukan dengan Paus Benediktus XVI saat menghadiri ibadat sore bersama di Westminster Abbey.
Reuters
Ratu Elizabeth II didampingi Pangeran Philip bertukar cinderamata dengan Paus Benediktus XVI setelah beraudiensi di The Morning Drawing Room Istana Holyroodhouse.
Stefan Rousseau/PA
Paus Benediktus XVI bersalaman dengan Perdana Menteri Inggris, David Cameron.
Richard Pohle/Rota
Matthew Lloyd/Getty Images
Paus Benediktus XVI dengan mobil Kepausan tengah melewati Lambeth Bridge dalam perjalanan menuju Gedung Parlemen Inggris di London.
Peter Macdiarmid/Getty Images
Paus Benediktus XVI menyalami ribuan umat yang menanti kehadirannya. Paus Benediktus XVI didampingi Pangeran Philip memeriksa barisan pasukan kehormatan di lapangan terbang internasional Edinburgh, Skotlandia.
Leon Neal/AFP
Paus Benediktus XVI memasuki Katedral Westminster untuk mengawali misa.
AFP/GETTY
Paus Bendediktus XVI dan rombongan tengah melintasi Princes Street, Edinburgh, Skotlandia, di bawah pengawalan ketat pasukan keamanan.
AP
Sepatu yang digunakan Paus Benediktus XVI saat berkunjung ke Skotlandia, Kamis (16/9) kemarin.
Andrew Winning/Reuters
Mantan Perdana Menteri Inggris, Tony Blair, bersama istrinya, Cherie, menghadiri misa yang dipimpin Paus Benediktus XVI di Katedral Westminster, London. Matthew Lloyd/Getty Images
Tiga anggota pasukan keamanan memantau situasi dari sebuah gedung di dekat Lambeth Palace, London
AP
Paul Hackett/Reuters
Para demosntran dari kelompok “Muslims Against Crusader� berkumpul ketika Paus Benediktus XVI berjalan menuju Hyde Park untuk ibadat sore.
8
l VOL. 06 - tahun
I - 2010
Andrew Winning/Reuters
ParkPhotograph: Peter Macdiarmid/Getty
Para pemrotes dari kelompok Gaydar tengah bersiap sebelum Paus Benediktus tiba di London.
Para demonstran anti-Paus melintas di dekat Hyde Park dengan kendaraan terbuka.
C ATH O L I C L I F E
NEWS
Umat Kristen Sumbang Al Qur’an kepada Tahanan Muslim Umat Katolik dan Protestan memberikan 100 kitab suci Al Qur’an kepada warga Muslim asal Indonesia yang dipenjara di Australia. Sebuah Al Qur’an diserahkan secara simbolis oleh Romo Antonius Benny Susetyo yang mewakili Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) kepada Din Syamsuddin, ketua DPP Muhammadiyah. “Ini adalah cara membangun persahatan sesungguhnya dan dialog berdasarkan cinta kepada sesama,” kata Romo Benny saat menyerahkan Qur’an pada pertengahan Agustus lalu di kantor Muhammadiyah, Jakarta. Jeiri Sumampouw dari Persatuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI), mengatakan, “Melalui bantuan yang sederhana ini kami ingin menunjukkan komitmen kami dalam membangun kehidupan beragama yang harmonis.” “Kami sangat berterima kasih kepada KWI dan PGI atas sumbangan ini,” kata Din, dan menambahkan bahwa ini adalah bentuk apresiasi bagi umat Islam, dan secara tidak langsung mendorong mereka untuk membaca Qur’an. Sumbangan tersebut diberikan atas permintaan Pastor David Shelton OMI, seorang pastor penjara, yang ingin membantu memperdalam kehidupan spiritual para tahanan, secara khusus Muslim Indonesia yang ditahan di Australia. Banyak orang Indonesia ditahan di penjara Australia kerena mereka melanggar keimigrasian di negara Kanguru. Pastor Shelton pernah bekerja di Indonesia, termasuk di Paroki Trinitas Tangerang, selama 30 tahun dan sudah memberikan sarung dan sajadah kepada umat Muslim yang dipenjara di Australia. (kawali.org)
Romo Benny Susetyo (kedua kanan) memberikan Qur’an kepada Din Syamsuddin, ketua Muhammadyah.
Warga Kristiani Pelopori Pembangunan Masjid di Poso
Mgr Johanes Pujasumarta
Uskup Bandung Mgr Johanes Pujasumarta
Jadikan “Tanda Salib” Bagian dari Hidup Uskup Bandung, Mgr. Johanes Pujasumarta, menekankan pentingnya tanda salib bagi orang Katolik. “Tanda Salib membantu meningkatkan kesadaran, kepedulian, serta kemampuan kita,” kata Mgr Johanes Pujasumarta. Dalam membuat Tanda Salib, “Kita menyentuh kepala, hati dan tangan kita, yang merupakan bagian tubuh yang menunjukkan kemampuan untuk berpikir, merasa, dan bertindak sebagai manusia,” kata Mgr Johanes Pujasumarta kepada peserta Temu Karya Nasional (Tekanas) Kelompok Karyawan Muda Katolik (KKMK) ke-22 di Cigugur, Kuningan, Jawa Barat. Sekitar 80 karyawan muda dari Jakarta, Bandung, Manado, Denpasar dan dioses lain menghadiri acara yang berlangsung 14-16 Agustus. Tanda Salib merupakan ungkapan keyakinan pada Tuhan yang menciptakan manusia sesuai dengan rupa-Nya, percaya pada Kristus yang menebus manusia melalui darahNya, dan percaya pada Roh Kudus sumber cinta kasih abadi, kata Mgr Johanes Pujasumarta dalam kotbah misa pembukaan. “Membuat Tanda Salib ‘Dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus’ merupakan salah satu cara menunjukkan bahwa seseorang itu Katolik,” tambah uskup. (ucanews.com)
C ATH O L I C L I F E
Warga Kristiani di Desa Meko, Ibu Kota Kecamatan Pamona Barat, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, mempolopori pembangunan masjid. Wilayah Pamona Barat merupakan daerah konsentrasi penduduk agama Kristen terbesar di kabupaten bekas konflik tersebut. Dari 8.869 jiwa penduduk di Meko hanya ada 17 kepala keluarga muslim. Jika mengacu pada Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri yang menyebut pendirian rumah ibadah paling sedikit 60 orang, yang disahkan oleh lurah dan kepala desa, maka sulit masjid dapat dibangun di sana. Namun, karena dukungan seluruh unsur Tripika, pendeta, tokoh masyarakat, dan masyarakat sendiri, masjid dapat dibangun. Sejumlah warga Meko yang beragama Kristen membangun masjid karena rindu mendengar alunan adzan. Selain itu mereka rindu terhadap kaum Muslim yang telah kembali dari tempat pengungsian. Bagi mereka lalu dibangunkan rumah ibadah yang sempat rusak di masa konflik. Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Malik Syahadat yang baru menggelar safari Ramadhan
di masjid tersebut awal September lalu berdecak kagum atas rekonsiliasi di kawasan yang jauh dari perkotaan itu. Mantan wakil Bupati Poso tersebut menyatakan salut atas kesadaran masyarakat untuk hidup harmonis di bekas daerah yang terkoyak akibat konflik itu. Hingga tulisan ini diturunkan, masjid seluas 15 x 15 meter itu pembangunannya baru sekitar 30 persen. Tapi sudah dapat digunakan untuk melaksanakan shalat lima waktu dan tarawih secara berjamaah di bulan Ramadhan lalu. “Masjid itu sendiri saat ini belum ada nama, menunggu sampai penyelesaian pembangunan dan peresmiannya,” urai Malik. Pendeta Kristian dari Bimbingan Agama Kristen Departemen Agama Poso mengungkapkan, pembangunan masjid itu atas dorongan umat Kristen dan muslim, menjadi tolok ukur kemajuan rekonsilasai dan harmonisasi antarumat beragama di Poso. “Ini akan kita tetap dipertahankan agar warga Muslim sudah tak ada halangan untuk bermukim di wilayah Kristen Poso,” ungkap Kristian. (perisai.net)***
VOL. 06 - tahun I - 2010 l
9
NEWS
Pejabat Gereja Puji Ratu Kecantikan Seorang pejabat Gereja Katolik Filipina memuji sikap ratu kecantikan negeri itu, Maria Venus Raj, menolak mengambil gambar dalam pakaian dengan dada terbuka. “Kami mendukung sikap utusan Filipina dalam kontes kencantikan dunia,” ungkap Pastor Melvin Castro, sekretaris eksekutif Komisi Keluarga dan Kehidupan Keuskupan Filipina seperti dilansir AFP. “Kami sangat mendukung bila ia mengundurkan diri dari kontes ratu kecantikan dunia sebagai bentuk protes,” Pastor Castro menambahkan. Pernyataan Pastor Castro mengomentari sikap ratu kecantikan Filipina, Maria Venus Raj, yang menolak tampil dalam sesi foto kontes ratu kecantikan dunia dengan dada terbuka. “Apa yang dilakukan peserta kontes ratu kecantikan dunia dari Filipina itu, sangat inspiratif,” tegas Pastor Castro. “Menjunjung tinggi martabat dan citra wanita Filipina.” “Tindakan seperti itu seharusnya diikuti para peserta kontes kecantikan dunia yang lain,” ungkap Pastor Castro lagi. Pernyataan pers dari kontes ratu kecantikan dunia menjelaskan, para peserta tidak diharuskan memakai baju dengan dada terbuka. “Para peserta datang dari berbagai latar belakang. Mewaikil lebih dari 82 negara di dunia. Banyak
dari mereka yang tidak melarang tampil dengan pakaian dada terbuka. Tapi, ada pula negara yang tidak menghendaki wakilnya tampil telanjangf dada,” demikian bunyi pernyataan pers itu. “Foto-foto itu adalah bentuk ekspresi seni bagi setiap kontestan. Kami menghargai keinginan mereka untuk tampil dengan bagian dada terbuka, atau tidak,” panitia penyelenggara menambahkan. Raj, 22 tahun, lahir Doha, Qatar, dari seorang Ibu Filipina yang beragama Katolik dan ayah berdarah India. Inkonsistensi data dalam surat kelahiran membuat gelar ratu kecantikan Filipina yang dia sandang sempat dicopot. Ada indikasi bahwa Raj bukan warga Filipina karena lahir di Qatar. Tapi, pada April 2010 pihak penyelenggara kontes kecantikan Filipina meninjau kembali keputusan itu setelah menyelidiki secara cermat data pribadi Raj. Hasilnya, Raj adalah warga Filipina yang sah, sehingga mahkota ratu kecantikan disematkan kembali ke kepalanya. Dengan gelar yang disandang, Raj melangkah ke kontes ratu kecantikan dunia baru-baru ini, mewakili Filipina. Lewat kompetisi ketat, Raj tampil sebagai runner-up keempat. Sedangkan juaranya disandang peserta dari Meksiko, Jimena Navarette. (Jan) ***
Ratu kecantikan Filipina, Maria Venus Raj.
Peralatan Misa Digasak Maling, Dijual Kiloan
Program “live-in” Satukan Muda-Mudi Bali
Tiga kawanan maling menggasak peralatan misa di Kapela Ledalero dan Carmel Nita serta flash disc dari kamar tidur para frater di Kabupaten Sikka, Flores, Nusa Tenggara Timur. Para pelaku adalah Adriano (15) dan Ayanto (16), keduanya berstatus pelajar, dan Gabriel Emilianus (16), seorang drop-out.
Program live-in yang diselenggarakan Keuskupan Denpasar Bali telah menjadi pelajaran berharga bagi muda-mudi setempat, bahwa perbedaan agama bisa menjadi kekuatan yang menyatukan banyak orang.
Aksi mereka tidak sebatas itu. Sebuah gong kuning besar yang dibawa dari Austria, sebuah tabernakel, serta sejumlah peralatan misa, juga digasak dari dalam kapela di Seminari Carmel-Nita dan Seminari Tinggi St Paulus Ledalero ketika para mahasiswa sedang liburan baru-baru ini.
“Mari kita sadari bahwa kita ini beda,” kata Anak Agung Oka Wisnumurti, seorang akademisi beragama Hindu, kepada sekitar 50 anak muda Katolik, Konghucu, Hindu, Muslim dan Protestan. “Dengan memahami perbedaan, mari kita cari persamaannya tanpa menghilangkan identitas masing-masing. Ini menjadi kekuatan bersama.”
Peralatan misa ditempa hingga bentuknya tak beraturan lalu dimasukkan karung untuk dibawa kepada pengepul besi tua di Nita dan Maumere. Peralatan itu dijual 15.000/kg di Nita dan Rp 20.000/kg di Maumere. Sedangkan flash disc berisi dokumen penting mata kuliah para mahasiswa Ledalero (frater) dihapus untuk diisi lagu-lagu. Kapolres Sikka, AKBP Agus Suryatno, melalui Kapolsek Nita, Ipda Flavianus Lavi, mengatakan, pencurian tersebut dilaporkan petugas satpam Ledalore pada 18 Agustus 2010. Polisi mengembangkan penyelidikan dan mengidentifikasi para pelaku. Emil pertama kali ditangkap polisi ketika sedang nongkrong di lapangan voli di Nita. Dari keterangan Emil, terkuaklah keterlibatan dua rekannya, Adriano dan Aryanto, yang masih duduk di bangku SMP dan SD. Emil telah tiga kali mencuri di Wisma Rafael Nita, tempat penginapan para frater. Pencurian terakhir pada Agustus 2010 melibatkan dua rekannya. “Waktu dia (Emil) curi kaki lilin di Carmel (letaknya bersebelahan dengan Polsek Nita), frater kejar dia. Orangtuanya juga dipanggil, tapi dia tidak mengaku,” kata Flavi. Dia mengemukakan, peralatan misa ukuran kecil dan besar diambil di dalam gereja lalu ditempa dengan batu menjadi tak berbentuk kemudian dibawa kepada pengepul besi tua. Mereka menjual kepada Budi, pengepul, di Nita. Sedangkan tabernakel (peti penyimpanan hosti) terlampau berat sehingga tidak bisa dipikul ketiga remaja itu. Mereka membuangnya begitu saja di sekitar kapela Ladalero. Namun, sebuah gong besar dari Austria dibawa utuh lalu dijual di Kota Uneng, Maumere. Kasus pencurian peralatan misa ini merupakan kejadian pertama di Nita selama puluhan bahkan ratusan tahun. “Dulu, gereja dibiarkan terbuka sampai malam tak masalah karena tidak ada yang berani curi. Fenomena terakhir, ternyata orang tidak lagi takut untuk mencuri peralatan gereja,” demikian Flavi. (kawali.org) ***
10
l VOL. 06 - tahun
I - 2010
Wisnumurti hadir sebagai pembicara pada acara yang berlangsung 5-7 Agustus lalu, sebuah acara yang pertama kali digelar oleh Komisi HAK Keuskupan Depansar. Acara ini diisi dengan diskusi, sharing, pertunjukan musik dan permainan. Dia mengajak semua partisipan, yang berusia 19-25 tahun, untuk memahami dan menerima perbedaan di antara mereka. Hal senada juga disampaikan Pastor Herman Yoseph Babey, direktur Pusat Pastoral Keuskupan Denpasar. Dia mengajak untuk selalu membuka ruang dialog di kalangan mahasiswa dan kaum muda umumnya, melalui dialog kehidupan, dialog karya, maupun dialog lintas agama. “Program ini bertujuan untuk menumbuhkan wawasan yang berorientasi pada sikap terbuka dan saling menerima satu sama lain sebagai saudara di kalangan mahasiswa dan kaum muda pada umumnya,” kata Pastor Evensius Dewantoro selaku ketua Komisi HAK keuskupan. “Juga untuk membangun jaringan sehingga bisa tercipta keharmonisan di antara anak muda dari berbagai latarbelakang kepercayaan.” Para peserta mengungkapkan, mereka sangat menikmati program tersebut dan belajar banyak dari agama lain. “Saya selama ini bergaul dengan teman dari agama lain, dan program ini membantu saya lebih memahami perbedaan kami,” kata Ni Luh Ade Dian Risa Marhaeni, seorang mahasiswa berusia 22 tahun dari Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Irwan Sugito, seorang Muslim, berharap agar program serupa bisa diselenggarakan secara berkala.“Acara ini membuat kami lebih dekat dan bisa berdiskusi secara lebih mendalam,” katanya. (ucanews.com)
C ATH O L I C L I F E
MUSTREAD
Rahasia Jiwa-Jiwa Di Api Penyucian Luar biasa! Pertanyaan lainnya: Anda tahu, banyak orang masa kini percaya terhadap reinkarnasi. Apa yang diceritakan oleh arwah-arwah kepada Anda tentang topik ini? Para arwah mengatakan bahwa Allah hanya memberikan satu kali kehidupan. Tetapi sementara orang berkata bahwa hidup satu kali saja tidak cukup untuk mengenal Allah. Itu tidak adil, karena tidak memiliki cukup waktu untuk sungguh bertobat. Apa jawaban Anda terhadap mereka? Semua orang memiliki iman interior (hati nurani); bahkan meskipun mereka tidak mempraktekkan, mereka mengakui Allah secara implisit. Seseorang yang tidak percaya sungguh tidak ada! Setiap jiwa memiliki hati nurani untuk mengenali yang baik dan jahat, sebuah hati nurani yang diberikan oleh Allah, sebuah pengetahuan internal - dalam derajat-derajat yang berbeda, tentunya, tetapi masing-masing tahu untuk membedakan yang baik dari yang jahat. Dengan hati nurani ini, setiap jiwa dapat menjadi mulia.
[Bagian Tiga]
Maria, apakah ada tingkattingkat yang berbeda di Api Penyucian? Ya, ada perbedaan tingkat yang besar atas kesengsaraan. Setiap arwah punya kesengsaraan tersendiri; ada banyak tingkatannya.
Apakah arwah-arwah ini kadang-kadang memberitahu Anda apa yang akan terjadi? Mereka hanya mengatakan bahwa “ada sesuatu di depan pintu”, tetapi mereka tidak mengatakan apakah itu. Mereka hanya mengatakan apa yang perlu bagi pertobatan orang-orang.
Baiklah, saya rasa sangat sulit untuk dijelaskan... Apakah Yesus sendiri datang ke Api Penyucian? Tidak satu pun arwah pernah mengatakan demikian kepada saya. Adalah Bunda Maria yang datang. Suatu ketika saya menanyakan kepada satu arwah jika ia dapat pergi mencari arwah orang lain, mencari tahu mengenai arwah orang itu. Arwah tersebut menjawab: “Bukan, adalah Bunda Belaskasih (Bunda Maria) yang memberitahu kami mengenai arwah orang itu.” Demikian juga, jiwa-jiwa di Surga tidak datang ke Api Penyucian. Di lain pihak, para malaikat berada di Api Penyucian: Santo Michael... dan setiap arwah memiliki malaikat pendamping bersamanya.
Maria, apakah penderitaan di Api Penyucian lebih menyakitkan daripada rasa sakit yang paling dahsyat dari penderitaan di dunia? Ya, tetapi dengan cara
Apa yang dilakukan para malaekat di Api Penyucian? Mereka mengurangi kesengsaraan dan memberikan penghiburan. Para arwah bahkan dapat melihat mereka.
Apakah jiwa-jiwa yang malang ini tahu apa yang terjadi di dunia? Ya, tidak segalanya, tetapi banyak hal.
C ATH O L I C L I F E
yang simbolis. Lebih terasa menyakitkan di dalam jiwa.
Apa yang terjadi kepada orang-orang yang bunuh diri? Apakah Anda pernah dikunjungi oleh arwah orang-orang ini? Sampai saat ini, saya tidak pernah menemui kasus bunuh diri yang masuk Api Penyucian. Ini tidak berarti, tentunya, bahwa hal itu tidak terjadi. Tetapi seringkali arwah-arwah memberitahu saya bahwa pihak yang paling bersalah adalah mereka yang ada di sekeliling orang yang bunuh diri, ketika mereka tidak peduli atau menyebarkan fitnah. Apakah arwah-arwah yang bunuh diri itu tidak menyesali perbuatan mereka? Ya, mereka menyesal. Para arwah tersebut menyesali perbuatan mereka. Apa yang paling menyakiti mereka adalah mustinya mereka melihat kebaikan yang tadinya dapat mereka lakukan tetapi tidak dilakukan karena mereka telah mengambil jalan pintas, mengakhiri hidup mereka. Tetapi jika penyebab bunuh diri adalah penyakit, Tuhan mempertimbangkan hal ini. Maria, apakah Anda pernah dikunjungi oleh arwah-arwah yang “merusak diri sendiri”, dengan obat-obat bius, overdosis, contohnya? Ya, mereka tidak hilang. Semua tergantung kepada penyebab mengapa mereka memakai obat terlarang; tetapi mereka harus banyak menderita di Api Penyucian.
Jika saya berkata dalam hati, misalnya, bahwa saya terlalu banyak menderita secara fisik, bahwa hal tersebut terlalu berat buat saya dan saya ingin mati saja, apa yang dapat saya lakukan? Ya, hal seperti ini sangat sering. Saya akan mengatakan: “Ya Tuhanku, saya dapat mempersembahkan penderitaanpenderitaan ini untuk menyelamatkan jiwa-jiwa”; ini memberikan pembaruan iman dan ketabahan. Tetapi tidak seorangpun mengatakan demikian pada masa kini. Kita juga dapat berkata bahwa dalam melakukan hal ini, jiwa mendapat kemuliaan besar, suatu kebahagiaan besar bagi Surga. Di Surga, ada ribuan jenis kebahagiaan, tetapi masingmasing adalah kebahagiaan yang utuh; segala keinginan telah terpenuhi. Masing-masing jiwa mengetahui bahwa mereka telah menerima selayaknya. Maria, apakah arwah dari agama lain - misalnya agama Yahudi - datang mengunjungi Anda? Ya, mereka berbahagia. Siapapun yang menjalani imannya dengan baik, berbahagia. Tetapi melalui iman Katolik kita mendapat bagian terbesar di Surga. Apakah ada agama-agama yang ber-efek buruk bagi jiwa? Tidak, tetapi ada begitu banyak agama di dunia! Yang terdekat adalah Ortodoks dan Protestan; ada banyak orang Protestan yang mengucapkan doa Rosario; tetapi sekte-sekte adalah sangat, sangat jahat. Segala hal harus dilakukan demi untuk membawa orangorang keluar dari sekte-sekte ini. Apakah ada imam-imam di Api Penyucian? Ya, ada banyak dari mereka. Mereka tidak mendorong rasa hormat terhadap Ekaristi. Jadi imam ikut menderita. Mereka seringkali berada di Api Penyucian karena lalai untuk berdoa - yang telah menyebabkan berkurangnya iman mereka. Tetapi banyak juga yang telah langsung masuk ke Surga! Lantas, apa yang ingin Anda katakan kepada seorang imam yang sungguhsungguh ingin hidup sesuai dengan Kehendak Allah? Saya akan menasehatinya untuk banyak berdoa kepada Roh Kudus - dan untuk mengucapkan doa Rosario setiap hari.
VOL. 06 - tahun I - 2010 l
11
PROFILE
Romo Prof Dr Franz Magnis Suseno, SJ
Penindasan Minoritas Pemerintah seakan membiarkan aksi kekerasan terhadap kaum minoritas. Padahal mereka adalah warganegara yang perlu dilindungi. Pemerintah dan kelompok masyarakat harus menerima perubahan, pergeseran dari masyarakat homogen menjadi heterogen. Oleh Loise Angelica
P
endapat itu disampaikan oleh Romo Profesor Dr Franz Magnis Suseno SJ, Direktur Program Pascasarjana Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta, menanggapi kemerosotan hubungan antarumat beragama di Indonesia belakangan ini. Setahun terakhir, penyerangan terhadap gereja dan bentuk-bentuk tindakan yang bertentangan dengan toleransi agama semakin meningkat. Menurut laporan Komite Agamaagama untuk Perdamaian di Indonesia, sedikitnya 30 gereja diserang, dibakar, diteror serta dipersulit izin mendirikan rumah ibadah. Di antara gereja yang menjadi sasaran terdapat Gereja Katolik, seperti Gereja Katolik St. Yohanes Pemandi di Parung, Bogor, Gereja Katolik St Albertus di Bekasi, Kapel Katolik di Cirebon, Gereja Katolik yang sedang dibangun di Jawa Barat, Gereja Santa Maria Immaculata, dan Sekolah Katolik St. Bellarminus di Bekasi. Selebihnya adalah gereja Protestan. Antara lain Gereja Kristen Batak yang lebih dikenal dengan Gereja HKBP. Setahun terakhir, komunitas gereja ini kehilangan beberapa bangunan di Dumai, Palembang, Jakarta dan Bekasi. Yang terbaru, terjadi lagi di Bekasi, ketika jemaat Gereja HKBP Pondok Timur, Bekasi, tengah beribadat Minggu pagi. Dalam beberapa peristiwa, aksi kekerasan terjadi di depan mata pihak keamanan. Jemaat diserang, ratusan di antaranya cedera, tetapi polisi tidak mengambil tindakan terhadap para penyerang. “Pemerintah seakan membiarkan aksi kekerasan terhadap minoritas,� ungkap Romo Magnis. “Padahal, mereka seharusnya dilindungi. Selama mereka berada di antara mereka sendiri, mereka berhak beribadat dan berkeyakinan,� kata Romo Magnis . Romo Magnis menyebut contoh yang lain, yakni sikap pemerintah terhadap kasus Ahmadiyah. Pemerintah harus
12
l VOL. 06 - tahun
I - 2010
Foto Istimewa
Romo Prof Dr Franz Magnis Suseno, SJ
C ATH O L I C L I F E
Profile
Pemerintah seakan membiarkan aksi kekerasan terhadap minoritas, padahal, mereka seharusnya dilindungi. Selama mereka berada di antara mereka sendiri, mereka berhak beribadat dan berkeyakinan. Romo Magnis (ketiga dari kiri) dalam forum dialog antaragama.
mengambil sikap, bahwa mereka adalah warga negara yang tetap harus dilindungi dan tidak boleh ditindas. “Saya tidak mengatakan, pemerintah tidak bisa menjamin kebebasan beragama, tapi ada defisit yang kita baca. Misalkan kasus gereja HKBP tidak boleh ibadah dengan damai, padahal tidak ada kristenisasi di sana. Ini jelas melanggar kebebasan beragama, yang lebih negatif lagi polisi melakukan larangan itu,” tuturnya. Dalam kasus Gereja HKBP memang polisi melarang jemaat beribadat di gereja mereka. Toleransi antarumat Islam-Kristen, lanjut Direktur Program Pascasarjana Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara itu, sebenarnya sudah jauh lebih baik dari 30 tahun lalu. “Sampai sekarang sikap toleran itu memang masih bermasalah. Jadi kasus sekarang tidak memuaskan tapi bukan berarti di Indonesia tidak ada toleransi,” tandasnya. “Saya dulu tinggal di Kota Baru, Yogyakarta, di sana ada masjid berseberangan dengan gereja Batak tapi tidak ada masalah. Mereka selalu hidup damai dan bisa berjalan seperti biasa,” lanjutnya memberi contoh. Menurut Romo Magnis, pemerintah dan setiap kelompok masyarakat harus membuka mata dan menerima perubahan. Perubahan yang ia maksud adalah keadaan masyarakat telah bergeser dari sifat homogen menjadi heterogen. “Oleh karena perkembangan zaman, sama sekali tidak bisa dipertahankan lagi yang namanya masyarakat homogen. Tidak bisa lagi sekelompok masyarakat yang tadinya seluruhnya beragama Islam atau Kristen tetap saja seperti itu. Pasti akan ada orang lain yang datang, dan orang ini pun memiliki hak untuk beribadah sesuai keyakinannya,” Romo Magnis menegaskan. Romo Magnis berharap pemerintah benar-benar memainkan peranan sebagai pengayom, bukannya ikut menyegel atau menutup rumah ibadah. Hal ini pernah pula ia sampaikan secara keras beberapa dalam sebuah seminar di Kemayoran, Jakarta. Saat itu seorang peserta bertanya soal sikap umat Kristen terhadap ormas tertentu yang sering melakukan aksi kekerasan. Menjawab pertanyaan tersebut Romo Magnis langsung mengkritik pemerintah yang dinilainya tidak mampu mengatasi perilaku ormas semacam itu. “Kita
C ATH O L I C L I F E
harus tetap patuh pada aturan. Mestinya Pemerintah yang memikirkan ini. Sayangnya, Pemerintah terbirit-birit atau terkencing-kencing menghadapi ormasormas itu,” ujarnya. Keluarga Bangsawan Nama aslinya Franz Graf von Magnis atau lengkapnya Maria Franz Anton Valerian Benedictus Ferdinand von Magnis. Lahir di Eckersdorf, Silesia, Jerman-Nazi (kini Bożków, Nowa Ruda, Polandia), pada 26 Mei 1936. Ia berasal dari keluarga bangsawan. Romo Magnis juga dikenal sebagai seorang Direktur Program Pasca Sarjana Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta. Romo Magnis datang ke Indonesia tahun 1961 pada usia 25 tahun untuk belajar filsafat dan teologi di Yogyakarta. Tiba di Indonesia, dia langsung mempelajari bahasa Jawa untuk membantunya berkomunikasi dengan warga setempat. Setelah ditahbiskan menjadi pastor, ia ditugaskan untuk
Romo Magnis
belajar filsafat di Jerman sampai memperoleh gelar doktor di bidang filsafat dengan disertasi mengenai Karl Marx. Sebelum menjadi warganegara Indonesia tahun 1977, Romo Magnis adalah seorang warga negara Jerman. Saat berganti kewarganegaraan (WNI), dia menambahkan ‘Suseno’ di belakang namanya. Tulisan-tulisan Romo Magnis telah dipublikasikan dalam bentuk buku dan artikel. Buku “Etika Jawa” dituliskan setelah ia menjalani sabbatical year di Paroki Sukoharjo Jawa Tengah. Buku lain yang sangat berpengaruh adalah “Etika Politik” yang menjadi acuan pokok bagi mahasiswa filsafat dan ilmu politik di Indonesia. Romo Magnis dikenal kalangan ilmiah sebagai seorang cendekiawan yang cerdas dan bersahabat dengan semua orang tanpa pandang bulu. Banyak kandidat doktor yang merasa terbantu oleh Romo Magnis dalam menyelesaikan disertasi. ***
Romo Magnis berada di tengah para jemaat Gereja HKBP Bekasi Timur
VOL. 06 - tahun I - 2010 l
13
feature
Patung Tuan Ma
Ribuan umat Katolik dipastikan menghadiri puncak perayaan Lima Abad Tuan Ma di Stadion Ile Mandiri, Larantuka, Flores, Kamis, 7 Oktober 2010 mendatang. Mereka datang dari berbagai penjuru. Selain umat Katolik Keuskupan Larantuka, perayaan agung ini akan dihadiri umat dari berbagai keuskupan lain di Indonesia, termasuk dari keuskupan-keuskupan region Nusa Tenggara.
Perarakan Semana Santa dari Kapela Tuan Meninu ke Gereja Katedral Reinha de Rosary melalui Laut, menyusuri selat antara Pulau Flores dan Pulau Adonara. Perarakan ini berlangsung Jumat Agung pagi setiap perayaan Paskah.
Perayaan Lima Abad Tuan Ma
RIBUAN UMAT DAN PEZIARAH ‘SERBU’ LARANTUKA
Oleh Petrus Y. Wasa Foto Istimewa
K
etua Seksi Humas dan Dokumentasi Panitia Perayaan Lima Abad Tuan Ma, Bernard Tukan, bahkan tidak menolak kemungkinan peziarah dari luar negeri juga akan hadir. Disamping itu, menurut Bernard, akan hadir Duta Besar Vatikan, Duta Besar Portugal, Dirjen Bimas Katolik Kementerian Agama RI, para uskup se-Indonesia, Pimpinan KWI, Gubernur beserta Muspida NTT, para bupati dan Ketua DPRD se-NTT serta para pimpinan gereja lainnya. Mengingat daya tampung seluruh hotel di kota Larantuka terbatas, maka panitia telah mempersiapkan penginapan yang memadai bagi para tamu VIP. Untuk para pejabat gereja, seperti para uskup dan rohaniwan yang lain, disiapkan tempat penginapan di 10 biara yang ada di kota Larantuka. Sedangkan bagi para pejabat negara, seperti Duta Besar Vatikan, Duta Besar Portugal, Dirjen Bimas Katolik, gubernur dan para bupati disediakan penginapan di rumah jabatan bupati Flores Timur. Sedangkan umat, sebagaimana lazimnya saat diselenggarakan upacara Semana Santa setiap tahunnya, diarahkan untuk menginap di rumahrumah penduduk setempat di empat paroki yang ada di kota Larantuka. Sudah menjadi kebiasaan pula soal konsumsi menjadi tanggung jawab masing-masing pemilik rumah. Seperti halnya sang tuan rumah menerima tamu sehari-hari. Tugas panitia
14
l VOL. 06 - tahun
I - 2010
Kapel Tuan Ma
Gereja Katedral Reinha de Rosary.
hanyalah mengarahkan umat ke tempat penginapan yang telah ditetapkan sebelumnya. Tentang beberapa agenda yang dilaksanakan panitia menyongsong perayaan puncak, Lima Abad Tuan Ma, Bernard menjelaskan, sebenarnya tahun yubileum Lima Abad Tuan Ma telah dimulai sejak 7 Oktober 2009 lalu. Beberapa kegiatan yang dilaksanakan menyongsong perayaan puncak ini, antara lain lomba paduan suara antarparoki tingkat dekenat yang digelar di ketiga dekenat sejak 25 hingga 27 Agustus 2010 lalu. Sementara pada 22 Agustus 2010 dilakukan peresmian gedung serbaguna. Direncanakan gedung tersebut akan digunakan pertama kali untuk menggelar acara final lomba paduan suara tingkat keuskupan yang digelar 29 hingga 30 September 2010. Saat ini koor gabungan umat dari keempat paroki dalam kota Larantuka sedang giat berlatih untuk menyemarakkan perayaan ekaristi pada 7 Oktober nanti. Sementara gladi resiknya dilaksanakan pada 2 Oktober 2010. Lalu pada 3 Oktober 2010 dimulai doa triduum (doa tiga hari berturut-turut) oleh seluruh umat di KUB se- Keuskupan Larantuka. Pada 6 Oktober 2010 dilaksanakan prosesi penghantaran patung Bunda Maria Reinha Rosari dari Kapela Tuan Ma ke Gereja Katedral Larantuka. Pada pukul 18.00 Wita dilaksanakan Salve Agung di gereja katedral. Pada malam harinya dilakukan napak tilas pagelaran seni budaya, kolaborasi antara musik, tari dan syair. Pada hari yang sama Duta Vatikan, para uskup se-Indonesia dan tamu VIP lainnya dan rombongan dijadwalkan
tiba di Maumere dan disambut Uskup Maumere, Mgr, Kherubim Parera, SVD. Selanjutnya rombongan akan mengunjungi STFK Ledalero dan pada pukul 17.00 Wita dijemput panitia dengan kendaraan menuju Larantuka. Di Larantuka rombongan tamu VIP tersebut disambut secara adat setempat di depan istana Uskup Larantuka di San Dominggo. Pada 7 Oktober 2010 pukul 08.00 Wita para uskup dan tamu VIP berwisata ke Benteng Lohayong dan Desa Wure. Pukul 09.00 Wita diselenggarakan ritus Muda Tuan Ma, yaitu tradisi untuk memandikan dan memberi pakaian bagi Tuan Ma. Pukul 10.00 Wita dilakukan pentakhtaan Tuan Ma di kapelanya. Pentakhtaan dilakukan hingga pukul 15.00 Wita dimaksudkan agar umat berkesempatan memberi penghormatan dan rasa cinta mereka kepada Tuan Ma atau Bunda Berdukacita. Pada pukul 15.30 Wita dimulai doa rosario bersama di Stadion Ile Mandiri. Jam 16.00 dimulai perayaan ekaristi puncak peringatan Lima Abad Tuan Ma. Perayaan ekaristi sendiri diperkirakan akan berlangsung selama 3 jam. Pada pukul 19.00 diselenggarakan resepsi di tempat yang sama. Pada 8 Oktober 2010 disediakan sesi khusus bagi umat untuk cium Tuan Ma. Bagi umat yang memiliki ujud khusus dapat menyampaikannya melalui Tuan Ma pada kesempatan itu. Acara ini dilangsungkan di kapela Tuan Ma. Pada 9 Oktober 2010 dilaksanakan ritus Kesumi, yaitu penempatan kembali patung Tuan Ma di tempatnya semula. Pada 10 Oktober 2010 dilakukan pembukaan Novena Paroki Katedral Larantuka. Novena rutin yang dilangsungkan setiap tahun. ***
C ATH O L I C L I F E
feature
Tiga Kata Di Pantai Larantuka Ada bebrapa versi cerita yang berkembang tentang asal mula kehadiran patung Tuan Ma di Larantuka. Salah satunya seperti ditulis P. Josef Ettel, SVD dalam Pastoralia edisi 29 September 1956. Dalam majalah bulanan misionaris-misionaris SVD yang diterbitkan di Ende, Flores tersebut, P. Josef Ettel, SVD menulis, pada suatu hari seorang anak laki-laki bernama Resiona pergi ke pantai Larantuka mencari kulit kerang. Tampak olehnya di pantai itu seorang Ibu cantik Ketika Resiona menanyakan siapa dan dari mana asalnya, Ibu cantik itu hanya menunduk. Ibu itu lalu menuliskan tiga kata di pasir. Ketiga kata itu tidak dipahami Resiona. Ketika mengangkat muka sang Ibu kemudian berubah wujud menjadi sebuah patung kayu.Tempat di mana ketiga kata tersebut tertulis kemudian dipagari Resiona dengan batu agar tidak sampai terhapus oleh air laut ketika pasang. Sedangkan patungnya dibawa ke kampung dan disimpan di korke, tempat ibadat tradisional. Beberapa tahun kemudian setelah beranjak dewasa Resiona kembali ke pantai. Dari kejauhan dia melihat sebuah kapal sedang berlayar menuju tempat dia berdiri. Ketika kapal itu mulai merapat ke bibir pantai, dari kapal itu turun seseorang berpakaian putih ke dalam sekoci yang akan membawanya ke pantai. Ketika orang itu mendekat, ternyata dia adalah seorang pastor dari ordo Dominikan dari Portugal. Kepada pastor itu Resiona menunjukkan tempat ditemukannya ketiga kata di pasir pantai tersebut. Pastor itu diminta membaca ketiga kata itu. Pastor itu membacanya dan ternyata ketiga kata itu adalah, Reinha, Risario, Maria. Resiona lalu mengajak sang pastor ke korke tempat dia menyimpan patung kayu itu. Dengan terharu pastor itu langsung mengenali patung itu dan berkata, “Ya, inilah dia Reinha Rosario. Dia sendirilah yang menuliskan namanya di pasir pantai itu, dialah Maria”. Patung Tuan Ma yang dikenal sebagai patung Mater Dolorosa atau Bunda Berdukacita atau Mater Miseri Cordia tidak lain adalah sebuah tanda atau lambang Santa Maria Bunda Allah. Sedangkan menurut versi yang berkembang di tengah masyarakat Larantuka sendiri dikatakan bahwa patung Tuan Ma datang dari laut atau hanyut dari laut. Dalam bahasa setempat dikatakan, “anyo dari lao”. Patung tersebut ditemukan di pantai Larantuka pada tahun 1702. Dikatakan, ada sebuah kapal Portugis mengalami musibah di selat
Larantuka ketika terjadi pertempuran antara armada Portugis melawan penduduk Larantuka. Dari sebuah kapal Portugis yang karam akibat terkena tembakan penduduk Larantuka.itu terlontar patung kayu Tuan Ma. Patung itu hanyut dan terdampar di pantai Larantuka. Patung setinggi 160cm tersebut ditemukan seorang penduduk Larantuka. Mula-mula patung itu disimpan di sebuah korke. Kemudian disimpan di sebuah kapel kecil yang dianggap sebagai kapel Kerajaan Larantuka. Kapel itu sudah mengalami renovasi sekurangnya tiga kali hingga pada keadaannya sekarang. Kapel itu sekarang dikenal dengan kapel Tuan Ma. Semana Santa Kehadiran para misionaris Portugal di Larantuka pada masa awal mereka membangun komunitas kristiani di wilayah itu telah mewariskan berbagai tradisi ritus keagamaan yang tetap terpelihara sampai sekarang. Salah satu dari tradisi itu adalah Samana Santa atau prosesi Jumat Agung. Prosesi yang biasa dilakukan pada pekan suci pada masa Paskah ini diselenggarakan di luar gereja melalui jalan-jalan dalam kota dengan menyinggahi armadaarmida. Prosesi ini digelar untuk memperingati prosesi yang dilakukan ketika mengantar jenazah Yesus ke pemakaman. Pada prosesi ini diusung peti yang berisi patung jenazah Yesus. Patung Tuan Ma ikut diusung menyusul di belakang patung jenazah Yesus. Untuk itu pada Jumat pagi patung Tuan Ma telah diarak menuju Gereja Katedral Larantuka untuk disanding bersama patung jenazah Yesus di katedral. Uruturutan pengusungan patung ini menunjukkan posisi dan peran Bunda Maria yang selalu mengikuti puteranya Yesus dalam jalan salibnya dari Yerusalem hingga ke puncak Kalvari bahkan hingga Yesus dimakamkan. Di Kalvari Bunda Maria berdiri sebagai seorang ibu yang tegar, ikut menderita, bersatu dan bersama puteranya itu menyerahkan kurban tersbesar kepada Allah demi keselamatan umat manusia Karena itu pada perayaan Jumat Agung banyak umat datang kepada Tuan Ma atau Bunda Berdukacita untuk secara khusus menyampaikan ujud doanya. Dengan harapan Bunda Maria menyampaikan doa itu kepada puteranya Yesus untuk dikabulkan. (dari berbagai sumber)***
‘Berbahagialah Yang Tidak Melihat Namun Percaya’
Selamat Merayakan Lima Abad Tuan Ma Di Larantuka- Flores
Dari
Elias Djo Dan Keluarga Di Bajawa
‘Hanya Imanmu Yang Menyelamatkan Engkau’ Don Bosco M. Wangge Dan Keluarga Di Ende
Mengucapkan Selamat Merayakan Lima Abad Tuan Ma Di Larantuka-Flores
Herman Yosef Loli Wutun Dan Keluarga Di Jakarta
Mengucapkan Selamat Merayakan Lima Abad Tuan Ma Di Larantuka -Flores Semoga Perayaan Ini Menjadi Momentum Pertobatan, Pembaharuan, Dan Perbaikan Diri C ATH O L I C L I F E
‘Mater Dolorosa Ora Pro Nobis’
Selamat Merayakan Lima Abad Tuan Ma Di Larantuka- Flores Dari Kami
Wenseslaus Dema Dan Keluarga Di Bajawa VOL. 06 - tahun I - 2010 l
15
CATHOLICFEMALE
Barangkali Scholastika Citra Kirana Wulan bukan satu-satunya kontestan beragama Katolik di ajang “Indonesian Idol” 2010. Tapi dialah peserta yang tidak pernah menyembunyikan identitas kekatolikannya. Setidaknya hal itu tampak dari aksinya membuat tanda salib pada setiap peristiwa “menentukan” dalam kontes itu. Ketika dipuji juri oleh karena penampilannya yang memukau, ia selalu membuat tanda salib.
Citra “Indonesian Idol” 2010
Tanda Salib Dan Skapulir Oleh Loise dan Suryani Foto ‘Facebook Indonesian Idol 2010’
16
l VOL. 06 - tahun
I - 2010
G
“
erakan membuat tanda salib itu terjadi secara otomatis. Itu sebagai tanda syukur saya pada Tuhan dan saya tidak malu melakukan itu. Malah saya bangga,” ujar Citra. Citra juga tidak pernah lupa mengenakan Rosario dan skapulir. Bahkan tentang skapulir, ia memiliki pengalaman menarik. Suatu waktu ketika di masa karantina ia diminta untuk tampil dalam acara “Dahsyat” RCTI.
Seperti biasa, ke mana pun dan dalam acara apa pun, Citra selalu melingkarkan Rosario dan skapulir di lehernya. “Dua benda suci ini tidak pernah ketinggalan,” ujarnya. Rupanya ketika ia manggung, benang skapulirnya putus sehingga tanpa ia duga barang suci itu jatuh tergeletak di panggung. Seseorang yang menemukan skapulir itu mencari tahu pemiliknya. Dengan spontan Citra berkata, “Itu milikku! Itu namanya skapulir”.
Ada yang mengira benda-benda rohani itu adalah magic, jimat. Saat itu Citra harus menjelaskan apa barang bernama skapulir itu dan fungsinya. Setelah dijelaskan gadis kelahiran Yogyakarta, 5 Juni 1993 itu, temantemannya maklum. Apakah karena ikut “Indonesian Idol” sehingga Citra akrab dengan benda-benda rohani? Ternyata sejak kecil, oleh orangtuanya Citra telah dididik secara disiplin untuk aktif dalam
C ATH O L I C L I F E
CATHOLICFEMALE kehidupan doa dan kegiatan gereja. Kontestan Unik Kalau dicermati, Citra adalah kontestan paling unik. Pertama, dia kontestan termuda. Kedua, dia tergolong penyanyi yang sangat lekat dengan nuansa jazz. Bahkan oleh karena kentalnya warna jazz pada karakter suaranya, ia kerap dipanggil Jazzy. Ketiga, jika dibandingkan dengan konstestan lain, dialah peserta yang pengalaman manggungnya paling sedikit sebelum masuk “Indonesian Idol”. Keempat, ia termasuk yang tidak diunggulkan, bahkan sempat tereliminasi, tapi juri memintanya untuk masuk lagi melalui wild card. Kelima, meski umurnya sangat muda, dialah yang ngotot agar selama masa karantina dia dan teman-temannya yang Kristen diperbolehkan ke gereja pada hari Minggu. Dara tomboy ini melangkah dari satu keunikan ke keunikan lain yang kemudian mengantarnya ke puncak pencapaian. Kepada Catholic Life ia menjelaskan bahwa segala yang ia capai sama sekali tidak bisa dilepaskan dari penyertaan Tuhan. “Jauh sebelum ikut “ Indonesian Idol” aku sangat percaya kuasa Tuhan. Keluarga juga sangat menekankan cinta Tuhan,” jelasnya. “Saya sangat bersyukur kepada Tuhan. Dia memberi yang terbaik bagiku, padahal aku sudah sempat tereliminasi. Kalau bukan karena Tuhan, karena siapa lagi? Tuhan benar-benar memberikan berkat yang luar biasa,” jelas Citra didampingi Maria, ibunya. Tidak kecewakah dia karena “hanya” jadi runner up? “Perasaan kecewaku tertutup oleh perasaan senang dan syukur atas pencapaian yang Tuhan telah berikan,” jelas siswi kelas II SMAN 1 Depok, Yogjakarta ini. Sebagai kontestan yang paling sedikit pengalaman manggung, Citra menjelaskan bahwa hal itu disebabkan oleh karena umurnya paling muda dibanding kontestan lain. “Sehingga wajar saja mereka lebih punya banyak pengalaman,” jelasnya. Tampaknya memang, Citra bukan tipe pemburu lomba. Ia lebih memilih aktif di koor gereja Santo Petrus dan Paulus, Minomartani, Yogyakarta. Hampir dipastikan Citra mengisi salah satu kursi koor dan bertindak sebagai pemazmur setiap kali lingkungannya mendapat tugas koor. Selain itu, bersama teman-temannya ketua mudika lingkungan Gregorius Agung ini membentuk grup vokal yang siap mengisi acara-acara gereja dan beberapa acara lain. “Kami tidak di bawah pembinaan siapa-siapa, kami buat saja sendiri terus latihan sebisanya saja,” jelas pemegang ban coklat bela diri karate ini. Ia bahkan tidak pernah ikut les vokal untuk membentuk suaranya. Menurut Maria, ibunya, Citra sangat suka menyanyi dan menari. Ketika ia sekolah di SD Tiga Raja, Papua, Citra aktif di Sekolah Minggu dan sangat suka menyanyi. Selain itu, guru-gurunya yang berasal dari Timor, NTT mengajarinya tarian Timor sehingga anak bungsu dari tiga bersaudara itu cukup pandai menari Timor. “Para guru dan temantemannya saat di Papua bilang ke saya kalau mereka menyumbang SMS untuk Citra,” ungkap Maria saat dijumpai di Perumahan Bank Mandiri, Situ Gintung beberapa waktu lalu. Apa rencana Citra ke depan? “Yang
C ATH O L I C L I F E
pasti aku akan tetap menjadi pemazmur dan menyanyi di koor lingkunganku. Aku akan tetap menjadi Citra seperti sebelum di “Indonesian Idol”. Aku juga akan terus berusaha untuk menjadi yang terbaik seperti yang diharapkan Kak Agnes Monica saat konferensi pers setelah pengumuman,” terang juara kelima lomba nyanyi keroncong antar SD di Palembang ini. Citra juga menitip ucapan terima kasih kepada semua yang mendukungnya baik dengan sms, doa, semangat, tepukan tangan dan teriakan Citra! Citra! saat tampil di panggung. “Dukungandukungan itulah yang mengantar saya begini. Karena itu terima kasih banyak. Saya berharap akan ada lagi orang muda Katolik yang muncul nanti, dan kita akan dukung secara bersama-sama lagi,” ujarnya sambil melempar senyum. Proficiat Citra! Tuhan Yesus dan Bunda Maria memberkatimu. *** Citra dan kedua orangtua
Saya sangat bersyukur kepada Tuhan. Dia memberi yang terbaik bagiku, padahal aku sudah sempat tereliminasi. Kalau bukan karena Tuhan, karena siapa lagi? CITRA
VOL. 06 - tahun I - 2010 l
17
DESTINATION “Summer Camp� di Hongaria
Dalam Yesus Kita Bersaudara Oleh P. Frans Magung SVD
Koresponden Catholic Life dari Hongaria
Libur sekolah merupakan saat yang dinanti-nantikan setiap anak sekolah di mana saja. Betapa tidak liburan merupakan kesempatan untuk menyampingkan rutinitas belajar dan bisa menikmati kegiatan yang disukai.
A
nak-anak Eropa tidak terkecuali. Sebagaimana anak-anak di belahan dunia lainnya, mereka juga sangat menantikan saat liburan musim panas karena hampir sepanjang tahun mereka disibukkan oleh kegiatan sekolah sepanjang hari. Selama hari-hari sekolah mereka harus bangun pagi-pagi dan baru pada pukul lima sore mereka tiba di rumah. Di rumah pun mereka mesti menyelesaikan PR. Belum lagi kalau mereka ikut kegiatan extra kurikuler semisal belajar memainkan alat musik tertentu, ikut klub menari atau olahraga. Nyaris mereka tak punya waktu untuk beristirahat apalagi untuk bersenang-senang. Selain itu orang tua mereka juga rada sibuk sepanjang tahun, bekerja sepanjang hari untuk menghidupi keluarga. Liburan musim panas merupakan kesempatan istimewa bukan saja untuk beristirahat dan bersenang-senang tetapi juga untuk meluangkan waktu bersama keluarga. Biasanya anak-anak Eropa mengisi waktu liburan musim panas yang rentang waktunya sampai tiga bulan itu, pertama-tama untuk berlibur bersama keluarga dan setelah itu bisa mengikuti bermacam-macam kegiatan summer camp sesuai kesukaan. Summer camp merupakan kegiatan yang sangat lazim di Hongaria. Ada bermacam jenis summer camp yang ditawarkan, mulai dari summer camp olahraga semisal summer camp pingpong, summer camp sepak bola, summer camp renang; summer camp sekolah semisal summer camp matematika, atau bologi; summer camp pramuka, sampai pada summer camp keagamaan semisal summer camp kitab suci, summer camp kelompok sekolah iman dan summer camp misi. Sejak 8 tahun lalu para biarawan SVD Hongaria juga menjalankan kegiatan summer camp buat anak-anak dan remaja Hongaria. Pada tahun-tahun awal summer camp ini hanya di hadiri sekitar 50-an orang. Dengan berjalannya waktu semakin banyak kaum remaja dan anak-anak yang berminat sehingga bukan hanya satu summer camp melainkan 3 summer camp diadakan selama musim panas untuk
18
l VOL. 06 - tahun
I - 2010
Foto-foto oleh : P Frans Magung SVD
mengakomodasi sekitar 300 anak dan remaja. Apa yang menjadi keistimewaan summer camp SVD tersebut? Pertamatama summer camp SVD merupakan satusatunya summer camp misi di Hongaria. Nuansa misi sangat bisa dirasakan bukan saja dengan adanya presentasi-presentasi tentang misi dari para misionaris tetapi juga dengan kehadiran para pastor dan frater dari berbagai negara seperti Indonesia, India, Ghana, Polandia, Filipina dan Romania. Lagipula kegiatan summer camp ini diracik sedemikian hingga dalam diri anak-anak dan remaja tersebut tumbuh kesadaran misi. Di antara sekian banyak program misalnya ada program kerajinan tangan saat mana anak-anak bisa membuat kerajinan tangan seperti gelang, patung atau Rosario dan kemudian hasil penjualan barang-barang tersebut dikirim untuk mendukung kegiatan misi di negara tertentu, biasanya di Afrika atau Asia. Keistimewaan lain dari summer camp misi ini adalah terbukanya summer camp ini untuk anak-anak gypsi yang masih dipandang sebagai kelas kedua di Eropa umumnya tak terkecuali Hongaria. Amat menarik memperhatikan bagaimana pada hari-hari pertama bisa dirasakan ketegangan antara kelompok-kelompok yang berbeda ini namun biasanya pada hari terakhir mereka bahkan tidak mau berpisah satu dari yang lain dan warna kulit atau suku tidak lagi menjadi jurang pemisah. Setelah delapan tahun menjalankan kegiatan summer camp misi ini bisa dilihat buahnya. Mereka yang dulunya datang sebagai peserta kini datang sebagai sukarelawan untuk membantu kelancaran kegiatan summer camp. Beberapa dari mereka bahkan masuk seminari dan
berniat menjadi imam. Sebagai misionaris dari Indonesia kami mempunyai kebanggan khusus karena lagu “Dalam Yesus Kita Bersaudara� merupakan salah satu lagu wajib yang sangat disukai dalam setiap summer camp. Hemat saya lagu tersebut justru merangkum visi dan misi kegiatan ini bahwa memang benar dalam Yesus kita bersaudara.***
C ATH O L I C L I F E
DESTINATION
Ancaman Bom Guncang Lourdes Minggu, 15 Agustus 2010. Hari itu, sekitar 30 ribu peziarah memadati tempat suci Gua Maria Lourdes, Perancis. Mereka berasal dari berbagai penjuru dunia. Italia, Spanyol, Irlandia, Jerman dan Inggris dari Eropa, beberapa negara di Amerika Latin, Amerika Tengah dan Utara, Afrika dan Asia. Mereka datang hendak merayakan Pesta Perawan Maria Diangkat ke Surga. Naskah Jan Nabut Dari berbagai sumber
J
arum jam menunjukkan angka 11.39 waktu setempat. Pengumuman lewat pengeras suara tiba-tiba berkumandang dalam enam bahasa. Pengumuman disampaikan kepolisian setempat. Para peziarah diminta segera meninggalkan tempat suci melalui pintu keluar terdekat. Menurut pihak berwajib, seorang pria tak dikenal baru saja menghubungi kantor polisi melalui telepon umum yang letaknya tak jauh dari kompleks Gua Maria Lourdes. Pria itu mengatakan, empat bom sudah dipasang di empat titik dalam kompleks dan siap meledak sekitar pukul 3 sore. Tak mau mengambil risiko, polisi mengevakuasi para perziarah yang sudah memadati Basilika Maria Dikandung Tanpa Noda, Basilika St Pius XII yang terdapat di dalam tanah, pasien yang berada di rumah sakit l’Hospitalite Notre Dame de Lourdes, peziarah yang berkumpul depan Gua Maria, dan pemandian yang diyakini bisa menyembuhkan penyakit. Sekitar 900 orang sakit turut dievakuasi, di antaranya pasien yang masih berbaring lemas di tempat tidur. René Bidal, kepala kepolisian wilayah Hautes-Pyrénées, lokasi kompleks Gua Maria berada, mengemukakan, “ Panggilan telepon berasal dari telepon umum terdekat. Dialek pria itu sangat kental dengan aksen Mediterrania. Ia berbicara tegas dan tanpa kompromi.” Pihak berwajib tak mau kecolongan. “Kami menanggapi pembicaraan telepon itu dengan serius. Ancaman terhadap tempat ziarah sebesar Lourdes tidak boleh disikapi mainmain,” Bidal menegaskan. Setelah evakuasi dilakukan, polisi menyisir seluruh wilayah di dalam kompleks menggunakan anjing pelacak. Para ahli dan penjinak bom pun diturunkan. Tapi, tidak menemukan bom. Di antara para peziarah terdapat sebuah grup beranggotakan 50 orang dari Gereja St Patrick di Lucan, Dublin, Irlandia. “Lourdes hari ini betul-betul penuh sesak. Karena hari ini pesta Perawan Maria Diangkat ke Surga,” ungkap Breeda Meyler, salah satu anggota rombongan Gereja St Patrick. “Kendati bom tidak terjadi, tapi ulah pria tak dikenal itu sungguh tidak manusiawi. Gara-gara isu teror bom orang-orang sakit parah dan cacat harus dilarikan ke luar kompleks,” tambah Meyler. Polisi lalu melakukan investigasi di boks telepon umum tempat lelaki tak dikenal menghubungi kantor polisi. Di sana mereka berusaha menemukan sidik jari, tetapi gagal. Di sekitar lokasi memang terpasang kamera CCTV. Sayangnya, kamera itu rusak ketika Lourdes diterjang angin rebut belum lama berselang.Setelah lima jam ditutup, kompleks ziarah dibuka kembali. Pada jam 5 sore waktu setempat para peziarah, kendati jumlahnya tidak sebanyak seperti menjelang tengah hari, turut mengambil bagian dalam prosesi penghormatan sakramen Mahakudus.Teror bom di kompleks Gua Maria Lourdes kali ini bukan yang pertama. Sebelumnya, ancaman serupa juga pernah terjadi. Pada Oktober 2002, ancaman bom membuat kepolisian setempat mengevakuasi peziarah yang berkumpul di Basilika St Pius XII. Setelah diselidiki, tak ditemukan apa-apa. Dua hari menjelang Paus Yohannes Paulus II berkunjung ke Lourdes untuk merayakan pesta Perawan Maria Diangkat ke Surga tahun 1983 sebuah bom meledak dan menghancurkan patung Ponsius Pilatus di stasi pertama dari 14 Stasi Jalan Salib dekat Basilika. La Croix du Midi, koran Katolik setempat, juga menjadi sasaran serangan bom. Hingga kini, belum ada kelompok tertentu yang mengaku berada di balik ancaman bom. Atau, pihak-pihak tertentu di luar Katolik. Yang perlu dikhawatirkan, justru warga Katolik sendiri yang tidak senang dengan komersialisasi berlebihan terhadap Gua Maria Lourdes. ***
C ATH O L I C L I F E
Para peziarah berdoa di depan Gua Maria Lourdes setelah isu bom sempat mengguncang.
Daya Pikat Lourdes Mujizat Penyembuhan Lourdes, sebuah kota kecil yang terletak di wilayah Hautes Pyrenees, selatan Perancis. Jumlah penduduknya saat ini mencapai 15.000 jiwa. Sebelum penampakan Bunda Maria, Lourdes adalah kota kecil yang menjadi pasar, tempat jual beli hasil-hasil pertanian dan barang kebutuhan yang lain. Sejarah Lourdes sebagai tujuan wisata rohani dimulai pada bulan Februari 1858, ketika seorang anak perempuan setempat yang berumur 14 ta hun, Bernadette Soubirous (7 Januari 1841 – 16 April 1879) memberi kesaksian bahwa dia melihat Bunda Maria muncul di Grotto of Massabielle (Gua Massabielle) sebanyak 18 kali. Kemudian patung Bunda Maria ditempatlan di gua tersebut pada tahun 1864. Peninggalan rumah kelahiran St. Bernadette hingga saat ini masih sangat bagus dan terpelihara, Rumah itu terletak agak masuk gang dari jalan utama menuju Basilika utama bertingkat tiga. Kini Lourdes menjadi tempat ziarah terbesar umat Katolik. Setiap tahun, dari bulan Maret sampai Oktober, umat Katolik dari seluruh dunia berbondong-bondong ke sana. Puncaknya, Juni hingga Agustus. Setiap tahun, jumlah peziarah ke Lourdes mengalami peningkatan, mencapai enam juta orang. Semenjak tahun 1860 diperkirakan jumlah peziarah yang sudah datang ke sana lebih dari 200 juta orang. Pada “peak season” hotel-hotel dan penginapan di Lourdes dipadati peziarah. Guna menyambut peziarah, di kota kecil itu tersedia hotel dengan berbagai fasilitas dan tarif bervariasi, jumlahnya mencapai 270 hotel, terbanyak kedua setelah Paris, Ibukota Perancis. Di antara hotel-hotel itu ada yang sengaja dirancang sesuai dengan kebutuhan, terutama buat peziarah yang mengidap penyakit tertentu, atau penyandang cacat fisik tertentu. Daya tarik utama Lourdes adalah mukjizat pe nyembuhan. Air dari Gua Maria Lourdes dipercaya bisa menyembuhkan berbagai penyakit. Sampai saat ini tercatat 67 keajaiban penyembuhan yang resmi diakui setelah melewati penyelidikan khusus lembaga kesehatan khusus. Pastor asal Afrika Selatan, Pater Paul Hor
rocks, yang lima tahun terakhir tinggal di Lourdes, menjelaskan, air suci yang mengalir langsung dari batu cadas di Gua Maria bukan hasil meditasi manusia, tapi pemberian istimewa dari Tuhan. Pastor Harrocks juga menyebutkan, air suci itu kemudian ditampung di kolam pemandian yang letaknya sekitar 100 meter dari Gua Maria. Semua orang boleh mandi di tempat itu, tanpa ada pengecualian. “Di antara mereka yang pernah disembuhkan di Lourdes adalah Alexis Carrel (1873-1966) peraih Penghargaan Nobel dalam bidang Obat-obatan tahun 1912,” cerita Pastor Horrocks. Mukjizat penyembuhan terbaru, menurut Pastor Horrocks, terjadi kurang lebih 25 tahun lalu. Dan, sampai saat ini masih banyak lagi mukjizat penyembuhan lainnya yang sedang diinvestigasi secara medis oleh Medical Bureau of the Sanctuary. Selama bertugas di Lourdes, Pastor Horrocks menyaksikan beberapa keajaiban. Setidaknya, ada dua peristiwa. Pertama, ketika ia menjadi pemandu grup wisata yang terdiri dari orang-orang Palestina dan Israel. Grup yang bekerja demi tercapainya rekonsialiasi antardua negara yang bertikai di Tiumur Tengah. “Saya sangat terkesan. Tak satu pun dari mereka yang beragama Katolik, tetapi mereka mau datang ke Lourdes untuk berdoa dan menunjukkan penghormatan khusus kepada Perawan Maria yang Terberkati,” ungkap Pastor Horrocks. Peristiwa kedua, saat ia menjadi pendamping bagi sepasang suami isteri dari Singapura. Sudah lama pasangan ini menikah dan tidak punya anak. Mereka datang ke Lorudes setelah sang istri mengalami keguguran empat kali. Beberapa bulan kemudian doa mereka terkabulkan, seorang anak perempuan lahir. “Satu hal yang ditunjukkan para penderita sakit ketika datang ke Lourdes adalah tekad dan keyakinan untuk sembuh. Mereka percaya bahwa penyakit yang dialami pasti sembuh setelah berdoa langsung di depan Gua Maria. Ketika berada di sini, wajah mereka pun tak menunjukkan kepedihan yang sedang diderita. Sebaliknya, raut muka mereka penuh kedamaian, bahkan sukacita,” ujar Pastor Horrocks. ***
VOL. 06 - tahun I - 2010 l
19
VATICANINSIDE
Palazzo del Governatorate, kantor yang menangani semua urusan internal Vatikan.
Vatikan Punya Hak Memiliki Armada Laut Naskah Jan Nabut
Dari berbagai sumber
S
e ba ga i ne ga r a m e r d e ka d a n berdaulat, Vatikan memiliki simbol, lagu kebangsaan, bendera, dan konstitusi sendiri. Meskipun tidak memiliki angkatan bersenjata, negara ini dilindungi oleh Konvensi Denhaag sejak 14 Mei 1954. Konvensi yang menjamin serta menjaga Vatikan apabila terjadi suatu konflik bersenjata. Vatikan juga memiliki hak untuk membentuk armada kendati negara ini tidak punya akses langsung ke laut. Hak istimewa ini diperoleh dalam Konvensi Barcelona 1921. Tapi, Vatikan lebih me milih untuk tidak memiliki armada laut. Lagu kebangsaan Vatikan adalah Mars Kepausan gubahan Charles Gounod. Semula mars ini untuk menghormati Paus Pius XI (1846-1878). Kemudian mars itu dijadikan lagu kebangsaan Vatikan oleh Paus Pius XII pada tahun 1949. Lagu ini dinyanyikan pada Pesta Natal dan Paskah serta upacara-upacara pengting lain yang dihadiri Bapa Suci. Vatikan punya media sendiri, baik cetak maupun elektronik. Bahkan, memiliki kantor pos, perangko dan mencetak uang sendiri. Karena tidak memiliki arta yasa, Vatikan membayar negara Italia untuk mencetak koin dan uang kertas. Koin euro pertama Vatikan diluncurkan tahun 2002, bergambar Paus Yohannes Paulus II. Koin Vatikan sangat diburu para
20
l VOL. 06 - tahun
I - 2010
kolektor. Mereka rela berantre panjang selama berjam-jam sebelum koin-koin itu dirilis. Sejak tahun 1929 Vatikan menerbitkan perangko untuk memperingati berbagai peristiwa dan peringatan ulang tahun. Perangko-perangko itu dihargai tinggi oleh para filatelis. Di saat-saat pelelangan, perangko-perangko Vatikan memiliki nilai tinggi, terutama perangko-perangko terbitan hari pertama. Salah satu bagian di Museum Vatikan diperuntukkan bagi perkembangan filateli di Tahkta Suci, dan
Bendera Vatikan
Koin euro Vatikan
menyimpan semua contoh perangko yang pernah diterbitkan, dan juga sketsa awal dari para seniman. Administrasi sehar-hari Vatikan dipercayakan kepada Presiden Komisi Kardinal Kepausan Kota Vatikan, dan berkantor di Palazzo del Covernatorate, bangunan besar yang terletak di belakang Basilika Santo Petrus. Sejumlah kardinal diangkat Paus untuk jangka waktu lima tahun demi melayani dewan komisi ini. Kantor ini mengatur semua urusan internal Vatikan.***
Sumber– Sumber Pendapatan Vatikan Menjalankan fungsi negara sekaligus menjaga keberadaan karyakarya seni yang tak ternilai harganya membutuhkan biaya tinggi. Walau begitu, sebagai negara independen, Vatikan tidak menerima bantuan keuangan dari pemerintah Italia. Vatikan mampu bertahan dengan sumber-sumber pemasukan sendiri. Sumber pemasukan terbesar Vatikan diperoleh dari turisme, pen jualan reproduksi karya-karya seni, dan biaya masuk ke museum. Penerimaan lain bersumber dari penjualan publikasi Vatikan, perangko dan koin. Sejumlah organisasi membantu kegiatan Paus. Sahabat-sahabat Bapa Suci mendermakan uang. Demikian pula Satria Columbanus, organisasi warga Katolik yang didirikan di Ame rika Serikat, yang membiayai pe ngerjaan pembersihan bagian depan Basilika Santo Petrus. Setiap tahun, keuskupan-keus kupan di dunia memberikan bantuan keuangan untuk Vatikan. Sumbangan juga diberikan warga Katolik dunia untuk badan-badan amal di bawah Paus. Kegiatan mengumpulkan dana amal untuk Paus dikenal dengan istilah Peter’s Pence. Kegiatan yang berawal dari abad pertengahan di Inggris ketika ribuan orang harus membayar pajak tahunan bagi Paus. Sekarang, kegiatan ini benar-benar bersifat sukarela. ***
C ATH O L I C L I F E