LAPORAN KASUS KESWAN
MANAJEMEN FISIOTERAPI POST PARTUM
NAMA
: Harmai Nevi Silvia, S.Ft
NIM
: C 13 110 607
T. PRAKTEK
: RSUD DAYA Makassar
PERIODE
: 22 Oktober – 10 Novembern 2012
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI PROFESI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN 2012
Physiosilvia.com
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kehamilan dan persalinan menyebabkan banyak perubahan pada tubuh seorang wanita, antara lain perubahan pada otot dinding perut/abdomen yang makin membesar seiring dengan bertambah besarnya pertumbuhan janin. Brayshaw, Eileen (2003) mengungkapkan bahwa selama kehamilan, otot-otot abdominal mengalami peregangan menjadi kira-kira 2 kali lebih panjang dari ukurannya semula. Selain itu terjadi pula pembesaran otot-otot dasar panggul dan otot – otot liang senggama. Perubahan post partum pada musculoskeletal dapat disebabkan oleh karena besarnya diastasis rectus abdominis akibat kehamilan, sehingga mengurangi support dari otot abdomen. Kendornya otot abdomen ini akan bertambah sesuai dengan jumlah kehamilan. Demikian juga dengan otot-otot dasar
panggul
dan
otot
liang
senggama
akan
mengalami
pembesaran/pelonggaran dari bentuk awalnya.
Survei yang dilakukan Mac lenan ( 2000 ) pada wanita usia 15-57 tahun menyatakan bahwa setengah dari ibu post-partum mengalami kelemahan otot-otot dasar panggul. Hal ini diperkuat oleh penelitian Badjuaji didukung juga oleh hasil penelitian WHO ( 2006 ) yang menyatakan bahwa 8 – 11% ibu yang melahirkan mulai mengalami kelemahan otot dasar panggul setelah
Physiosilvia.com
3 bulan persalinan. Penelitian ini juga menyatakan bahwa kejadian kelemahan otot dasar panggul lebih tinggi pada ibu multipara dari pada ibu primipara. Para ahli Ginekologi ( 2001 ) memperkirakan bahwa kebutuhan akan pelayanan bagi wanita yang mengalami kelemahan otot dasar panggul terus meningkat sekitar 45% hingga 30 tahun ke depan. Data statistik di Indonesia menunjukkan bahwa satu dari sepuluh wanita mengalami kelemahan otot dasar panggul ( Santoso, 2009 ) dan sekitar 50% wanita mengalami kelemahan otot dasar panggul setelah melahirkan dan akan berakibat memengaruhi kualitas hidup seorang wanita ( Junizaf, 2009 ). Kondisi otot yang mengendor ini dapat kembali normal kebentuknya semula lewat exercise yang dikenal dengan post natal exercise. Post natal exercise adalah exercise yang dilakukan paska persalinan dengan tujuan meningkatkan kembali kekuatan otot-otot yang mengalami peregangan selama masa kehamilan. Semua otot abdominal perlu diberikan exercise untuk mengembalikan ke bentuknya semula dan meningkatkan kekuatannya, namun yang paling penting adalah otot transversus abdominis yang besar peranannya pada stabilitas pelvis. Post natal exercise dilakukan dari gerakan yang paling sederhana hingga yang tersulit, dilakukan secara bertahap disesuaikan dengan kondisi ibu. Dengan demikian diharapkan terjadinya proses fisiologi yang dapat mengembalikan kondisi otot ibu seperti sebelum hamil.
Physiosilvia.com
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Anatomi dan Fisiologi 1. Anatomi dan Fisiologi Organ Reproduksi Wanita Terdiri atas organ genitalia feminina interna dan organ genitalia externa. Organ genitalia interna terdiri dari : a.
Ovarium
b.
Tuba uterina
c.
Uterus
d.
Vagina
Dan organ genitalia externa atau pudendum femininum, disebut juga vulva terdiri dari : a. Mons pubis b. Labium majus pudendi
Physiosilvia.com
c. Labium minus pudendi d. Vestibulum vaginae e. Klitoris f. Bulbus vestibuli g. Glandula vestibularis major h. Glandula vestibularis minor Ovarium dan saluran reproduksi wanita terletak di dalam rongga panggul (pelvis). Saluran reproduksi wanita terdiri dari dua oviduktus (tuba uterina atau tuba fallopii) yang menjemput ovum pada ovulasi dan berfungsi sebagai tempat pembuahan. Uterus (rahim) berongga dan berdinding tebal yang
terutama
berperan
dalam
mempertahankan
janin
selama
perkembangannya dan mengeluarkannya selama akhir masa kehamilan. Vagina adalah suatu saluran berotot dan dapat diregangkan yang menghubungkan uterus ke lingkungan eksternal. Bagian terbawah uterus, serviks (leher rahim), menonjol ke dalam vagina dan memiliki sebuah lubang, kanalis servikalis. Sperma didepositkan di vagina oleh penis selama hubungan kelamin. Kanalis servikalis berfungsi sebagai jalur untk sperma melintasi uterus ke tempat pembuahan di tuba fallopii, dan sewaktu mengalami dilatasi saat melahirkan, kanalis ini berfungsi sebagai jalan keluarnya bayi dari uterus. Muara vagina terletak di regio perineum antara muara uretra di sebelah anterior dan lubang anus di sebelah posterior. Lubang ini ditutup
Physiosilvia.com
secara parsial oleh suatu membran tipis, himen (selaput dara), yang secara fisik dapat robek karena berbagai cara, termasuk hubungan kelamin yang pertama. Muara vagina dan uretra dikelilingi di sebelah lateral oleh dua pasang lipatan kulit, labia minora dan labia mayora. Klitoris (klentit) adalah struktur erotik kecil dan terdiri oleh jaringan yang identik dengan yang terdapat di penis, terletak di ujung anterior lipatan labia minora. Genitalia eksterna wanita secara kolektif disebut sebagai vulva. 2. Tinjauan Otot Dasar Panggul dan Otot abdomen Struktur otot dasar panggul menyerupai buaian yang terletak di daerah dasar panggul. Letaknya menyebar mulai dari tulang kemaluan (pubis) kearah belakang, yaitu tulang ekor (coccygeus). Tepatnya sekitar 2,5 cm dari permukaan kulit. Ketebalannya beragam sekitar 2,5 – 5 cm. Innervasi oleh nervus pedendus yang mendapatkan saraf dari S1-S3. Otot dasar panggul yaitu: a. Diafragma Urogenital 1)
Otot sphinter ani externus
2)
Otot-otot perineal superfisial a) Otot ischiocavernosus b) Otot Bulbocavernosus c) Otot perineus transversus superfisialis
3) Otot sphinter urogenital striated a) Sphinter urethrae
Physiosilvia.com
b) Compressor urethrae c) Sphinter urethrovaginalis b. Diafragma Pelvik 1) Levator ani 2) Puborektalis 3) Pubokoksigeus 4) Iliokoksigeus 5) Ischiokoksigeus
Physiosilvia.com
Otot perut terentang antara gelang panggul dan rangka dada. Otot-otot tersebut dapat memendek secara aktif. Otot otot abdomen antara lain : 1) Otot rectus abdominis 2) Otot piramidalis 3) Otot transversus abdominis 4) Otot obligus eksternus abdominis 5) Otot obligus internus abdominis
Physiosilvia.com
B. Fisiologi Persalinan a. Definisi Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup, dari dalam uterus melalui vagina atau jalan lain ke dunia luar. Partus normal / partus biasa adalah bayi lahir melalui vagina dengan letak belakang kepala / ubun-ubun kecil, tanpa memakai alat / pertolongan istimewa, serta tidak melukai ibu maupun bayi (kecuali episiotomi), berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam. Sedangkan partus abnormal adalah bayi lahir melalui vagina dengan bantuan tindakan atau alat seperti versi / ekstraksi, cunam, vakum, dekapitasi, embriotomi dan sebagainya, atau lahir per abdominam dengan sectio cesarea.
Adapun beberapa istilah dalam persalinan yaitu: 1). Gravida : wanita yang sedang hamil 2). Para : wanita pernah melahirkan bayi yang dapat hidup (viable) 3). In partu : wanita yang sedang berada dalam proses persalinan b. Sebab Terjadinya Proses Persalinan 1) Penurunan fungsi plasenta : kadar progesteron dan estrogen menurun mendadak, nutrisi janin dari plasenta berkurang. 2) Tekanan pada ganglion servikale dari pleksus Frankenhauser, menjadi stimulasi (pacemaker) bagi kontraksi otot polos uterus. 3) Iskemia otot-otot uterus karena pengaruh hormonal dan beban, semakin merangsang terjadinya kontraksi.
Physiosilvia.com
4) Peningkatan beban / stress pada maternal maupun fetal dan peningkatan estrogen mengakibatkan peningkatan aktifitas kortison, prostaglandin, oksitosin, menjadi pencetus rangsangan untuk proses persalinan Proses persalinan dapat terjadi dengan adanya perubahan hormone estrogen, progesterone, prostaglandin, uterus yang menjadi besar dan meregang, tekanan pada ganglion cervicale dan penurunan fungsi plasenta. Selain hal tersebut, persalinan juga dipengaruhi oleh 3 faktor P, yaitu : 1) Power (Tenaga) His (kontraksi otot rahim). Dimana menurut faalnya. His persalinan dapat dibagi atas His Pembukaan : His yang menimbulkan pembukaan pada servik His Pengeluaran : His yang mendororng anak keluar, biasanya disertai dengan keinginan mengejan 2) Passage (Jalan Lahir) Terdiri atas tulang panggul dan jaringan-jaringan lunak. 3) Passager (Tanda dan gejala janin dalam plasenta) c. Tanda Dan Gejala Persalinan 1). His ( kontraksi rahim ) makin terjadi dan kuat 2). Adanya pengeluaran lendir bercampur darah 3). Pada pemeriksaan dalam diketahui perlunakan, perdarahan dan pembukaan servik
Physiosilvia.com
d. Proses persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu : Kala I Mulainya kontraksi uterus hingga mencapai pembukaan lengkap. Kala I dibagi menjadi 2 fase ; 1) Fase Laten Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan servik secara bertahap Pembukaan servik hingga 3 cm Berlangsung ± 8 jam 2) Fase Aktif Cervik membuka dari 4 cm – 10 cm. biasanya dengan kecepatan 1cm atau lebih tiap 5 cm. Fase ini dapat dibagi menjadi 3 macam : Fase Akselerasi : Dari pembukaan 3-4 cm yang dicapai dalam 2 jam. Fase Dilatasi Maksimal : Dari pembukaan 4-9 cm yang dicapai dalam 2 jam Fase Deselerasi : Dari pembukaan 9-10 cm selama 2 jam Kala II Dimulai dari pembukaan sampai bayi lahir. Lamanya pada primi ± 1 jam dan pada multi ± ½ jam. Adapun tanda dan gejala kala II 1). Ibu mempunyai keinginan untuk meneran
Physiosilvia.com
2). Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rectum dan vagina 3) 4)
Perineum menonjol Vulva – vagina dan spingter anal membuka
Yang harus dipantau dalam kala II - Kelahiran bayi ( penilaian cepat akan warna, tangisan, gerakan ) - Nadi ibu - TFU (tinggi fundus uteri) - Kontraksi uterus -
Janin ke 2 Diagnosis kala II persalinan dapat ditegakkan atau dasar hasil VT, yang menunjukkan : - Pembukaan cervik lengkap - Terlihatnya kepala bayi diintroitus vagina
Kala III Dimulainya setelah bayi lahir dengan lahirnya plasenta yang berlangsung 6-15 menit Management aktif kala III: - Pemberian ocytosin - Massage fundus uteri - PTT Tanda keluarnya plasenta: - Semburan darah tiba-tiba
Physiosilvia.com
- Tali pusat memanjang - Perubahan ukuran dan bentuk uterus Keuntungan management aktif kala III: - Kala III meningkat - Mengurangi jumlah kehilangan darah - Mengurangi kejadian retensio plasenta Yang harus dipantau pada kala III: - Kontraksi uterus - Tanda pelepasan plasenta - Perdarahan Kala IV Masa 2 jam setelah plasenta lahir Yang perlu diobservasi: - Tekanan darah - Nadi - Suhu - Tinggi fundus uteri - Kontraksi - Perdarahan pervaginam
Kala persalinan
Primigravida
Multigravida
Kala I
12,5 jam
7 jam 20 menit
Kala II
80 menit
30 menit
Kala III
10 menit
10 menit
Physiosilvia.com
Persalinan
14 jam
8 jam
C. Tinjauan Tentang Persalinan Persalinan dibagi menjadi tiga tahap : (1) dilatasi serviks, (2) pengeluaran bayi, dan (3) pengeluaran plasenta. 1. Tahap Pertama
Pada permulaan persalinan, membran yang membungkus kantung amnion atau “air ketuban� pecah. Sewaktu keluar melalui vagina, cairan amnion membantu melumasi jalan lahir. Selama tahap pertama, serviks dipaksa membuka untuk mengakomodasi garis tengah kepala bayi, biasanya maksimum sampai 10 cm. Tahap ini berlangsung paling lama berkisar antara beberapa jam sampai selama dua puluh empat jam pada kehamilan pertama. Jika yang menekan serviks adalah bagian tubuh bayi selain kepala, bagian tubuh tersebut kurang efektif berfungsi sebagai baji untuk menekan serviks. Pada tubuh bayi, kepala memeliki garis tengah terbesar. Jika bayi mendekati jalan lahir dengan kaki terlebih dahulu,
Physiosilvia.com
serviks
mungkin
belum
membuka
cukup
lebar
untuk
memungkinkan kepala bayi lewat. Tanpa intervensi medis, kepala bayi dapat tertahan di saluran serviks yang sempit. 2. Tahap Kedua
Pengeluaran bayi yang sebenarnya dimulai setelah pembukaan serviks lengkap. Saat bayi mulai bergerak melewati serviks dan vagina, reseptor-reseptor regang di vagina mengaktifkan refleks saraf yang memicu kontraksi dinding abdomen secara sinkron dengan kontraksi uterus. Kontraksi abdomen ini sangat meningkatkan gaya yang mendorong bayi melewati jalan lahir. Ibu dapat membantu mempercepat persalinan dengan cara volunter mengkontraksikan otot-otot abdomen pada saat yang bersamaan dengan kontraksi uterus (yaitu “mengejan� setiap kali timbul “nyeri persalinan�). Tahap kedua biasanya jauh lebih singkat daripada tahap pertama dan berlangsung tiga puluh sampai sembilan puluh menit. Saat lahir, bayi masih melekat ke plasenta melalui tali pusat (korda umbilikalis). Tali pusat diikat dan diputus, dimana puntung akan menciut dalam beberapa hari membentuk umbilikus (pusar) Physiosilvia.com
3. Tahap Ketiga
Segera setelah bayi keluar, terjadi gelombang kedua kontraksi uterus yang menyebabkan plasenta terlepas dari miometrium dan keluar melalui
vagina.
Pengeluaran
plasenta
(tembuni)
atau
afterbirth
merupakan tahap ketiga persalinan, yang biasanya merupakan tahap tersingkat dan selesai dalam lima belas sampai tiga puluh menit setelah bayi lahir. Setelah plasenta keluar, miometrium terus berkontraksi sehingga terjadi konstriksi pembuluh-pembuluh dara uterus yang memperdarahi tempat perlekatan plasenta untuk mencegah pendarahan. Setelah persalinan, uterus menciut ke ukuran pragestasinya, suatu proses yang dikenal sebagai involusi dan berlangsung sekitar empat sampai enam minggu. Selama involusi, jaringan endometrium yang tersisa dan tidak dikeluarkan bersama plasenta secara bertahap berdisintegrasi dan terlepas, menghasilkan sektret (duh) vagina yang dikenal sebagai lokia yang terus keluar selama tiga sampai enam minggu setelah persalinan. Setelah periode ini, endometrium pulih ke keadaan sebelum hamil.
Physiosilvia.com
D. Tinjauan Fisioterapi Post Partum Pengertian post partum atau nifas menurut sejumlah ahli sebagai berikut: Menurut ( Sarwono, 2002), post partum adalah masa yang dimulai setelah partus selesai dan berakhir kira-kira 6 minggu, akan tetapi seluruh alat genetalia baru pulih kembali sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan. Menurut ( Reeder, 1997), Post partum
adalah masa setelah
berakhirnya persalinan sampai kembalinya organ reproduksi ke kondisi sebelum hamil. Menurut ( Mochtar,1997), post partum adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan sampai alat-alat seperti masa pra hamil. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa post partum adalah suatu masa atau waktu yang diperlukan oleh seorang ibu mulai dari berakhirnya persalinan sampai dengan kembalinya alat reproduksi ke kondisi semula yang memerlukan waktu untuk pulih seperti sebelum dalam waktu kurang lebih 3 bulan ( Mayuni, 2005). Fisioterapi sebagai salah satu tenaga kesehatan juga dapat turut berperan dalam tim yang menangani pasien dengan kondisi post partum. Fisioterapi dapat berperan dalam menangani hal-hal terkait dengan keluhan yang timbul seperti : 1. Nyeri pinggang bawah Keluhan nyeri dirasa ada yang hanya di daerah pinggang dengan atau tanpa nyeri menjalar sepanjang satu atau dua tungkai, nyeri di daerah sacroiliaca kadang nyeri sepanjang tungkai. Pengaruh
Physiosilvia.com
dari hormone relaxin yang significan menyebabkan laxiti ligamen, buruknya fungsi dari otot-otot erector spine, gluteus maximus, latissimus dorsi dan biceps femoris. 2. Diastasis rectii Diastasis recti adalah pemisahan antara bagian kanan dan kiri otot-otot rektus abdominalis, yang menutupi permukaan depan dari perut. Diastasis recti adalah kondisi yang normal setelah melahirkan.. Pada ibu hamil, tekanan yang semakin meningkat pada dinding abdomen mungkin akan mengarah pada diastasis rekti. 3. Kelemahan otot dasar panggul Setiap kelahiran dapat menyebabkan kerusakan pada otot dasar panggul. Pada saat kepala bayi keluar dari vagina, tekanan yang terjadi pada kandung kemih, uretra dan terlebih pada otot dasar panggul serta penyokongnya dapat merusak struktur ini. Sobekan atau tekanan yang berlebihan pada otot, ligamentum, jaringan penyambung dan jaringan syaraf akan menyebabkan kelemahan yang progresif akibat kelahiran bayi. Persalinan seperti ini memiliki tendensi terjadinya peningkatan kerusakan saraf dasar panggul (Eileen, 2007). 4. Permasalahan Terkait Aktivitas Menyusui Saluran susu tersumbat (obstructive duct) Saluran susu tersumbat (obstructive duct) adalah suatu keadaan dimana terjadi sumbatan pada satu atau lebih saluran susu yang disebabkan oleh tekanan jari waktu menyusui atau pemakaian bra
Physiosilvia.com
yang terlalu ketat. Hal ini juga dapat terjadi karena komplikasi payudara bengkak yang berlanjut yang mengakibatkan kumpulan ASI dalam saluran susu tidak segera dikeluarkan sehingga menjadi sumbatan. Sumbatan ini pada wanita yang kurus dapat terlihat dengan jelas sebagai benjolan yang lunak pada perabaannya. Intervensi fisioterapi yang dapat diberikan pada pasien antara lain : 1. Post natal exercise Post natal exercise adalah exercise yang dilakukan paska persalinan dengan tujuan meningkatkan kembali kekuatan otot-otot yang mengalami peregangan selama masa kehamilan. Semua otot abdominal perlu diberikan exercise untuk mengembalikan ke bentuknya semula dan meningkatkan kekuatannya, namun yang paling penting adalah otot transversus abdominis yang besar peranannya pada stabilitas pelvis. Post natal exercise dilakukan dari gerakan yang paling sederhana hingga yang tersulit, dilakukan secara bertahap disesuaikan dengan kondisi ibu. Dengan demikian diharapkan terjadinya proses fisiologi yang dapat mengembalikan kondisi otot ibu seperti sebelum hamil. Teknik latihannya yaitu: a.
Latihan Awal 1). Latihan untuk pernafasan Posisi : Tidur terlentang dengan kedua lutut dilipat (crook lying).
Physiosilvia.com
Dengan mulut tertutup, tarik nafas melalui lubang hidung serta perut dikembangkan, kemudian dihembuskan lewat mulut dengan perut dikempiskan. 2) latihan otot perut Bernapaslah secara normal dan ketika bernapas keluar, dengan lembut menarik bagian bawah perut , menarik dan dalam dengan otot dasar panggul.
3) latiahan Bengkok Lutut dan gerakan keluar Sambil berbaring telentang dengan lutut ditekuk, kencangkan otot perut. Tetap bernafas dan menjaga otot-otot perut perlahan-lahan gerakan lutut kanan ke bagian luar, kemudian kembali ke tengah. Tenang. Ulangi dengan lutut kiri.
4) Latihan angkat kaki
Physiosilvia.com
Lakukan latihan pengencangan perut di dan perlahan-lahan angkat satu kaki dari lantai. Perlahan-lahan menurunkan kaki kembali ke lantai. Ulangi dengan yang lain kaki.
5) Pelvic Tilt
6) Mengangkat kepala
Sebelum latihan rutin dilakukan perlu untuk dipahami pergerakan yang benar karena otot ini tidak nampak dari luar, maka perabaan
Physiosilvia.com
menjadi penting terutama pergerakan di pubis, untuk mengetahui pergerakan benar-benar pada otot penunjang di pubis yang sangat berperan dalam memberi tekanan jepitan vagina. b. Latihan Inti Tidur terlentang dengan kedua lutut dilipat (crook lying). 1). Latihan I Latihan seakan-akan ingin buang angin, kerutkan anus sekuat mungkin dan rasakan anus seakan masuk kedalam. Lakukan berulang-ulang tanpa gerakan dari otot tungkai. 2). Latihan II Latihan ini dilakukan seperti latihan ingin buang air kecil, tahan serapat mungkin sehingga air seni tidak keluar. Lakukan berulang tanpa gerakan otot perut dan paha dalam. 3). Latihan III Letakkan jari diantara anus dan vagina tanpa menahan nafas. Bayangkan bagian antara anus dan vagina akan ditusuk dengan jarum. Tarik perineum kedalam tubuh sekuat mungkin, rasakan seakan-akan perineum menjauhi jari dan kembali relaks akan dirasakan perineum kembali mendekati jari-jari.
Physiosilvia.com
Adapun intervensi tambahan yang dapat diberikan antara lain senam nifas untuk memulihkan kondisi pasien setelah lelah sehabis melahirkan dan massage payudara yang bertujuan selain untuk mengencangkan payudara juga untuk memperlancar air susu ibu. Untuk mengatasi terjadinya saluran susu tersumbat (obstructive duct) ada beberapa hal yang dianjurkan, antara lain: 1). Sebaiknya ibu melakukan perawatan payudara setelah melahirkan dengan teratur agar tidak terjadi stasis dalam payudara yang mengakibatkan terjadinya radang payudara (mastitis) 2). Gunakan bra dengan desain menopang (menyangga), bukan menekan payudara. 3). Keluarkan ASI setiap kali selesai menyusui bila payudara masih terasa penuh. 3). Sumbatan saluran susu ini harus segera diatasi karena dapat berlanjut menjadi radang payudara (mastitis). Untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak pada payudara dapat diberikan kompres hangat dan dingin, yaitu kompres hangat sebelum menyusui dengan tujuan mempermudah bayi mengisap puting susu dan kompres dingin setelah menyusui untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak pada payudara. 2. PerawatanPayudara Perawatan payudara dianjurkan mulai dilakukan setelah kehamilan berusia 5-6bulan. Adapun perawatan yang dilakukan ialah:
Physiosilvia.com
a. Pemijatan Hal ini bisa dilakukan bersamaan saat mandi. Siapkan baskom air hangat dan air dingin, baby oil, waslap / handuk, serta kapas. Bersihkan payudara sebelumnya, lalu massage memakai baby oil. Pemijatan dilakukan disekeliling
payudara
memutar
searah
jarum jam dan kemudian berbalik arah / berlawanan jarum jam. Ketuk-ketuklah payudara dengan ujung jari atau ujung ruas jari agar sirkulasi darah bekerja lebih baik. Selanjutnya puting dibersihkan dengan menggunakan
kapas dan
berguna melenturkan dan melembab kan menyusui
puting
baby oil
puting
agar
yang saat
tidak gampang lecet. Terakhir, bersihkan
payudara dan puting memakai air hangat dan dingin. Tujuannya untuk memperlancar sirkulasi darah. Setelah itu keringkan pakai handuk.
Physiosilvia.com
Physiosilvia.com
BAB III ANAMNESIS FISIOTERAPI
A. PENGUMPULAN DATA IDENTITAS PASIEN Nama
: Ny. J
Umur
: 29 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Pacarekang
Pekerjaan
: IRT
Agama
: Islam
Tgl. Pemeriksaan
: 6 November 2012
Diagnosa Masuk
: GV, PIII, A1 + Infartum kala fase aktif
Dokter yang menangani
: dr. Abdul Rahman, Sp.OG
B. PHYSIOTHERAPY ASSESSMENT (CHARTS) 1. Chief of Complain Nyeri di perut bagian bawah 2. History Pasein masuk RS Daya hari senin, 5 oktober 2012, pasien melahirkan jam 6 : 30 PM WITA dengan proses persalinan yang normal. Bayi yang dilahirkan adalah anak kelima. Bayi yang dilahirkan berjenis kelamin perempuan dengan berat 3,2 kg. Pasien tidak mengalami kelainan seperti hipertensi. Sejak melahirkan pasien sering mengeluhkan nyeri di bagian perut bawah terutama pada malam setelah melahirkan dan ASI yang sedikit keluar keluar. BAB dan BAK pasien lancar. Namun masih memiliki sedikit gangguan dalam mengatur pola nafas
Physiosilvia.com
Pemeriksaan Umum Kesadaran
: CM ( Kooperatif )
Tekanan Darah : 120/80 mmHg Nadi
: 82 x/ menit
Pernapasan
: 22 x/menit
3. Asimetris a. Observasi Statis Pasien berbaring oedem ( - ) Dinamis Pasien hanya berbaring di tempat tidur dan sulit melakukan berbagai aktivitas berjalan Tes Orientasi Pasien diminta untuk mengangkat lengan dan tungkai kiri, serta lengan dan tungkai kanan IP : Pasien bisa melakukan tapi nyeri di di perut. Pasien diminta untuk miring ke kiri dan ke kanan IP : Pasien bisa melakukan tapi nyeri di di perut Pasien diminta untuk duduk (long sitting) IP : Pasien bisa melakukan, tapi nyeri di di perut b. PFD Aktif bisa digerakkan namun lemah Pasif bisa digerakkan namun lemah
Physiosilvia.com
4. Restrictive (Keterbatasan) ROM dalam batas normal ADL Pasien mengalami keterbatasan melakukan ADL, berjalan Pekerjaan Semenjak sakit, pasien tidak mampu melakukan pekerjaannya 5) Tissue Impairment a. Musculotendinogen : ruptur pada otot-otot uterus dan otot-otot panggul b. Psikogenik : pasien merasa cemas 6) Spesifik Tes a. Pemeriksaa Rasa cemas atau depresi Edinburgh post natal skale : Terlampir b. Palpasi Adanya nyeri tekan di perut bagian bawah Tidak ada spasme Kontur kulit : normal Tonus otot
: normal
Suhu
: normal
c. Ekspansi Thoraks Upper
: 2 cm (Normal : 1-3 cm)
Middel
: 2 cm (Normal : 3-5 cm)
Lower
: 4 cm (Normal : 5-7 cm)
d. VAS (visual analog scale) Nyeri diam pada abdomen VAS : 2 Nyeri gerak pada abdomen VAS : 7 Nyeri tekan pada abdomen VAS : 4
Physiosilvia.com
e. Manual Muscle Testing Ekstremitas superios dextra
:4
Ekstremitas superior sinistra
:4
Ekstremitas inferior dextra
:4
Ekstremitas inferior sinistra
:4
Abdomen
:3
f. Bridging test Hasil
: Pasien dapat melakukan
Interpretasi
: tidak ada gangguan stabilitas dan keseimbangan
g. Tes Activity Daily Living menggunakan Indeks ADL Penilaian : No. 1.
Kemampuan Saya
dapat
Penilaian
mengendalikan 0 : Tak pernah
defekasi (buang air besar)
Skor 2
1 : Kadang-kadang 2 : Selalu
2.
Saya
dapat
mengendalikan 0 : tak pernah (dikateter & tak
kencing (kandung kencing)
2
dapat mengatur) 1 : Kadang-kadang 2 : Selalu
3.
Mengenai Pemeliharaan diri 0 : Selalu
1
(muka, rambut, gigi, cukur), 1 : Tak pernah saya perlu bantuan 4.
Menggunakan toilet, saya
Physiosilvia.com
0 : Tergantung pada orang lain
1
1 : Kalau perlu minta bantuan 2 : Bebas 5.
Mengenai Makan, saya
0 : Tergantung orang lain
1
1 : Kalau perlu minta bantuan 2 : Bebas 6.
Naik & turun dari kursi dan 0 : Tak mampu duduk dan tempat tidur, saya
2
tergantung pada orang lain untuk pindah 1 : Mampu duduk tapi perlu banyak bantuan 2 : Perlu sedikit bantuan untuk pindah 3 : Bebas
7.
Mengenai jalan, saya
0 : Tidak dapat, saya terbatas pada kursi yang didorong orang lain 1 : Tidak dapat meskipun saya di kursi roda, saya dapat menjalankan sendiri 2 : Dapat tetapi hanya dengan bantuan fisik
Physiosilvia.com
2
atau kata-kata dari orang lain 3 : Bebas penuh dan tak perlu bantuan oranglain 8.
Berpakaian, saya
0 : Tergantung oranglain
1
1 : Perlu bantuan 2 : Bebas, saya dapat mengancing baju, ritsleting, menalikan sepatu dll 9.
Mengenai naik tangga, saya
0 : Tak mampu
1
1 : Perlu bantuan 2 : Bebas 10.
Mandi, saya
0 : Tergantung pada oranglain
1
1 : Bebas, saya tak perlu bantuan, termasuk masuk dan keluar dari kamar mandi TOTAL SKOR
a. 0-4 ďƒ ketergantungan sangat berat b. 5-9 ďƒ ketergantungan berat c. 10-14 ďƒ ketergantungan sedang
Physiosilvia.com
14
d. 15-19 ďƒ ketergantungan ringan e. 20 ďƒ bebas & fungsi penuh
7. Diagnosa Fisioterapi Gangguan aktifitas fisik dan fungsional karena post partum 1 hari yang lalu Problem Fisioterapi : Primer Nyeri perut bagian bawah Sekunder Rasa Cemas Asi sedikit keluar Gangguan ekspansi thoraks Penurunan mobilitas tubuh post partus Penurunan
kekuatan otot perut dan panggul
Gangguan ADL Gangguan ADL berjalan 8. Program Fisioterapi a. Tujuan 1) Tujuan Jangka Panjang Mengembalikan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional b. Tujuan Jangka Pendek c. Menghilangkan rasa cemas pasien d. Mengurangi nyeri pada perut bagian bawah e. Meningkatkan ekspansi thoraks f. Meningkatkan kekuatan otot perut dan panggul g. Meningkatkan kebugaran dan mobilitas tubuh pasien
Physiosilvia.com
9. Intervensi Fisioterapi No.
Problematik
Modalitas
Dosis
1.
Rasa cemas atau
Komunikasi
F : 1 x/ hari
depresi
terapeutik
I : Pasien fokus T : komunikasi interpersonal T :5 menit
2.
Nyeri pada perut
Breathing exc.
F : 1 x/ hari
dan Gangguan
I : 3-5 x repetisi
ekspansi thoraks
T : abdominal breathing T : 5 second
Mobilisasi Thoraks
F : 1 x/ hari I : 3-5 x repetisi T : Aktif mobilisasi pada toraks, dengan upper, middle, lower breathing T : 5 second
3
ASI sedikit
Massage
keluar
F : setiap hari I : 3 x repetisi T: massage payudara T : 3 menit
4.
Potensi
Exercise
F : setiap hari
kelemahan otot
I : 5 x repetisi / gerakan
perut dan
T : Senam nifas
panggul
T : 5 menit
Serta melatih kebugaran pasien 5.
Ganggaun ADL
ADL Exercise
F : setiap hari I : sebatas rasa nyeri
Physiosilvia.com
T : walking exc T : 10 menit
11. Modifikasi
PNF
AFPR
12. Home Program
Melakukan atau melanjutkan senam nifas dan massage payudara yang telah terapis ajarkan
13. Dokumentasi
14. Evaluasi
NO 1
Tanggal
Problem FT
7-11-2012
- Rasa cemas / deprsi
Hasil Rasa cemas masih ada / Depresi ringan
- Nyeri pada perut bagian bawah
Nyeri diam :VAS : 2 Nyeri :VAS : 7 Nyeri tekan VAS : 4
- Gangguan ekspansi thorak
Physiosilvia.com
Upper : 2 cm (Normal : 1-3 cm)
Middel : 2 cm (Normal : 3-5 cm) Lower : 4 cm (Normal : 5-7 cm)
- ASI belum keluar - Kekuatan otot
- ASI sudah banyak keluar
Ekstremitas superios dextra : 4 Ekstremitas superior sinistra : 4 Ekstremitas inferior dextra
:4
Ekstremitas inferior sinistra : 4 Abdomen
- Gangguan ADL
- Index barthel 17 (ketergantungan ringan)
2
8-11-2012
Pasien sudah pulang
15. Kemitraan Dokter spesialis Obgyn, Bidan Berawat Petugas medis lainnya
Physiosilvia.com
:3