Bulaksumur Pos - Edisi Khusus Mahasiswa Baru 2021

Page 8

Menagih Komitmen Kampus Inklusif:Fasilitas dan Layanan bagi Penyandang Disabilitas di UGM Oleh: Sekar Langit M, Yuniardo Alvarres/ Shafira M

Kampus sebagai ruang untuk mengakses pendidikan, sudah seharusnya menyediakan fasilitas dan layanan yang baik untuk menunjang mahasiswa penyandang disabilitas dalam menjalani perkuliahan. Universitas Gadjah Mada (UGM) telah menyatakan komitmennya menjadi kampus inklusif yang senantiasa terbuka bagi penyandang disabilitas. Hal ini ditegaskan melalui pidato Rektor saat perayaan Dies Natalis UGM ke-70, masuknya komitmen ini dalam salah satu renstra, dan rencana pendirian Unit Layanan Difabel (ULD) untuk memenuhi amanat UU No. 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas. Setelah beberapa tahun, bagaimana kondisi penyediaan fasilitas dan layanan penunjang bagi penyandang disabilitas di UGM? Jembatan Kampus dan Mahasiswa Sebelum wacana kampus inklusif digembar-gemborkan beberapa tahun silam, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Peduli Difabel yang berfokus untuk memberikan wadah aspirasi bagi mahasiswa disabilitas telah terbentuk. Nai’il Yumna Firdaus (FIB ’19) bagian departemen Penelitian dan Pengembangan UKM Peduli Difabel menyampaikan bahwa setelah adanya pencanangan kampus inklusif, UKM dapat menjadi perpanjangan tangan UGM untuk mewujudkan kampus yang memiliki cakupan merata dan meluas. Beberapa departemen pun dibentuk di bawah naungan unit ini untuk mewujudkan hal tersebut, salah satunya departemen advokasi yang berperan sebagai tempat merangkul dan mendampingi mahasiswa disabilitas di UGM. Saat ini, UKM Peduli Difabel mendampingi sekitar enam belas mahasiswa difabel. Tiga mahasiswa Sekolah Vokasi, enam mahasiswa dari klaster soshum, dan tujuh mahasiswa dari klaster saintek. “Pendampingan dan bantuan dari UKM beragam, salah satunya bantuan note taking. Note taking ini untuk membantu jalannya kuliah daring dengan mencatat materi perkuliahan terutama yang penting karena sulit diakses,” jelas Nai’il. Selain di kampus, Nail pernah berkesempatan note taking untuk mahasiswa disabilitas di luar UGM. Lain halnya dengan Alexander Farrel Rasendriya Haryono (Hukum ’19), seorang difabel netra yang tahun ini menjabat sebagai Kepala Departemen Divisi Kajian Strategis UKM Peduli Difabel. Farrel berpendapat bahwa hal paling penting adalah kesadaran tentang isu disabilitas, sehingga diskusi tentang pengalaman, keluhan, dan masukan dapat berjalan.

Pos | Edisi Khusus Mahasiswa Baru 2021 7| Bulaksumur bulaksumurugm.com

Pemenuhan Kebutuhan Layanan dan Fasilitas UKM Peduli Difabel menggarisbawahi masalah yang hingga kini perlu dituntaskan. Dalam pelaksanaan kuliah daring, mahasiswa penyandang disabilitas membutuhkan penunjang, seperti pembuatan video materi pembelajaran disertai dengan subtitle yang dapat memudahkan penyandang Tuli untuk memahami materi perkuliahan. “Terdapat pula perbedaan antara fakultas yang sudah pernah menerima mahasiswa disabilitas dengan yang belum, contohnya di fakultas hukum sendiri,” ungkap Farrel. Di fakultasnya, Farrel menyampaikan sudah ada guiding block dan jalan untuk kursi roda di beberapa gedung, perpustakaan menyediakan komputer khusus dengan screen reader, tombol lift dengan huruf braille di gedung baru, dan suara pemberitahuan setibanya di lantai yang dituju. Selain fasilitas fisik, proses belajar mengajar juga disesuaikan, terlebih sejumlah dosen sudah mengetahui keadaan mahasiswanya. Saat kuliah luring, pembelajaran ditunjang dengan ruangan tersendiri untuk mahasiswa yang hendak bertanya secara langsung.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.