Skripsi permainan bahasa pada stiker sepeda motor

Page 1

PERMAINAN BAHASA PADA STIKER SEPEDA MOTOR

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah

SUKRISNO SANTOSO A. 310080094

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012

1


ii

PERSETUJUAN PERMAINAN BAHASA PADA STIKER SEPEDA MOTOR

Dipersiapkan dan disusun oleh:

SUKRISNO SANTOSO A. 310080094

Telah disetujui untuk dipertahankan di depan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah

Telah disetujui oleh:

Pembimbing I

Pembimbing II

Prof. Dr. H. A. Abdul Ngalim, M.Hum. Tanggal: 22 Oktober 2012

Dra. Atiqa Sabardila, M.Hum. Tanggal: 23 Oktober 2012

ii


iii

ENGESAHAN

PERMAINAN BAHASA PADA STIKER SEPEDA MOTOR

Yang dipersiapkan dan disusun oleh: SUKRISNO SANTOSO A 310080094

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal 2 November 2012 dan dinyatakan telah memenuhi syarat.

1. Prof. Abdul Ngalim, M.Hum.

(

)

2. Dra. Atiqa Sabardila, M.Hum.

(

)

3. Drs. Yakub Nasucha, M.Hum

(

)

Surakarta, 2 November 2012 Universitas Muhammadiyah Surakarta Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Dekan,

(Drs. Sofyan Anif, M.Si.) NIK. 547

iii


iv

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang sepengerahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila ternyata kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas maka saya akan bertanggung jawab sepenuhnya.

Surakarta, 2 November 2012

Sukrisno Santoso A 310080094

iv


v

MOTTO

“Nun. Demi kalam dan apa yang mereka tulis.” (Qs. Al-Qalam: 1-2)

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaklah berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ajining dhiri ana ing lathi, ajining raga ana ing busana. ‘Harga diri ada di lidah (lisan), harga badan ada di pakaian’.

Tiada kesuksesan tanpa kerja keras.

v


vi

PERSEMBAHAN

Karya ini penulis persembahkan untuk orang-orang yang tercinta. 1. Ayahanda

Kasidi

Cipto

Wardoyo,

yang

dukungannya sekuat batu karang. 2. Ibunda Sri Mulyati, yang kasih dan sayangnya selembut sutera. 3. Safitri Nurtiningsih dan Suwarno, sebagai kakak yang senantiasa memberikan dukungan.

vi


vii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuhu. Alhamdulillah, penulis haturkan ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik. Sholawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam, beserta keluarga, dan para sabahat beliau. Atas kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Permainan Bahasa pada Stiker Sepeda Motor”. Adapun maksud dan tujuan penyusunan skripsi ini untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1, Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Penyusunan skripsi ini telah selesai dengan dukungan dan bantuan dari beberapa pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah mendukung dan membantu. 1.

Prof. Dr. Bambang Setiaji. M.Si. selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta.

2.

Drs. H. Sofyan Anif, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

3.

Drs. Agus Budi Wahyudi, M.Hum. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah.

vii


viii

4.

Prof. Dr. H. Abdul Ngalim, M.Hum. selaku Pembimbing I yang telah memberikan dukungan dan bimbingan selama proses penyusunan karya ini.

5.

Dra. Atiqa Sabardila, M.Hum. selaku Pembimbing II yang telah memberikan dukungan dan bimbingan dengan baik.

6.

Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan dan membagi ilmu pengetahuan selama perkuliahan.

7.

Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penuli sebutkan satu persatu. Penulis sadar bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuhu.

Surakarta, 2 November 2012

Penulis

viii


ix

DAFTAR ISI

JUDUL

i

PERSETUJUAN

ii

PENGESAHAN

iii

PERNYATAAN

iv

MOTTO

v

PERSEMBAHAN

vi

KATA PENGANTAR

vii

DAFTAR ISI

ix

ABSTRAK

xi

BAB I

PENDAHULUAN

1

A. Latar Belakang Masalah

1

B. Perumusan Masalah

4

C. Tujuan Penelitian

4

D. Manfaat Penelitian

4

BAB II LANDASAN TEORI

5

A. Kajian Teori

5

1. Permainan Bahasa

5

2. Jenis Bahasa Plesetan

6

3. Fungsi Bahasa Plesetan

9

B. Penelitian yang Relevan

11

C. Kerangka Pemikiran

19

ix


x

D. Desain Penelitian

20 21

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

21

B. Jenis dan Strategi Penelitian

21

C. Objek Penelitian

22

D. Data dan Sumber Data Penelitian

22

E. Teknik Pengumpulan Data

22

F. Teknik Validasi Data

23

G. Teknik Analisis Data

23

H. Teknik Penyajian Hasil Analisis

25

I. Prosedur Penelitian

25

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

27 27

A. Hasil Penelitian 1. Tipe Permainan Bahasa pada Stiker Sepeda Motor

27

2. Fungsi Permainan Bahasa pada Stiker Sepeda Motor

47

B. Pembahasan

67

BAB V PENUTUP

70

A. Simpulan

70

B. Saran

71

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

x


xi

ABSTRAK

PERMAINAN BAHASA PADA STIKER SEPEDA MOTOR Sukrisno Santoso, A 310080094, Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012

Penelitian ini memiliki dua tujuan. (1) Untuk mengidentifikasi bentuk permainan bahasa pada stiker sepeda motor. (2) Untuk menganalisis fungsi permainan bahasa pada stiker sepeda motor. Data pada penelitian ini berupa satuan lingual yang mengandung permainan bahasa pada stiker sepeda motor. Sumber data penelitian ini berupa wacana stiker pada sepeda motor yang mengandung permainan bahasa. Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan metode padan intralingual dan padan ekstralingual. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa tipe bahasa plesetan pada stiker sepeda motor ada 6, yaitu plesetan fonologis (bunyi) sebanyak 1 data, plesetan grafis (huruf) sebanyak 3 data, plesetan morfemis (leksikon) sebanyak 9 data, plesetan frasal (kelompok kata) sebanyak 2 data , plesetan kalimat (ekspresi) sebanyak 22 data, dan plesetan ideologis (semantis) sebanyak 5 data. Permainan bahasa pada stiker sepeda motor mempunyai 8 fungsi, yaitu (1) sebagai olok-olokan dengan mengambil sebuah objek tertentu menjadi topik pembicaraan, (2) sebagai sindiran atau celaan secara tidak langsung kepada situasi atau orang tertentu, ((3) sebagai protes sosial terhadap penguasa atau terhadap kekacauan yang terjadi di masyarakat maupun di pemerintah, (4) sebagai pencerminan diri pada situasi yang menguntungkan, (5) sebagai eufemisme, (6) sebagai ungkapan rahasia agar orang lain tidak mengetahui maksud yang diungkapkannya, 7) sebagai ajakan untuk melakukan atau meninggalkan sesuatu, dan (8) sebagai lelucon atau hiburan komunikasi. Kata kunci: permainan bahasa, bahasa plesetan, stiker sepeda motor

xi


BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Perkembangan

sosial

dan

budaya

masyarakat

diikuti

oleh

perkembangan bahasa. Hal ini dikarenakan bahasa mempunyai sifat dinamis. Bahasa tidak pernah lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia sepanjang keberadaan manusia itu sebagai makhluk yang berbudaya dan bermasyarakat. Karena keterikatan dan keterkaitan bahasa dengan manusia, bahasa menjadi ikut berubah, menjadi tidak tetap, atau menjadi dinamis. Perubahan itu dapat berupa pemunculan kata atau istilah baru, peralihan makna sebuah kata, dan perubahan-perubahan lainnya. Salah satu hasil perkembangan bahasa adalah munculnya permainan bahasa. Permainan bahasa menghasilkan satu variasi bahasa berupa bahasa plesetan. Sifat arbitrer sangat dominan pada bahasa plesetan. Hal ini dikarenakan penggunaan bahasa pada bahasa plesetan banyak mengalami penyimpangan terhadap konvensi bahasa. Kata arbitrer bisa diartikan sewenang-wenang, berubah-ubah, tidak tetap, mana suka. Yang dimaksud dengan istilah arbitrer itu adalah tidak adanya hubungan wajib antara lambang bahasa (yang berwujud bunyi itu) dengan konsep atau pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut (Chaer, 2003: 38). Permainan bahasa semakin diminati banyak orang. Crystal (dalam Wijana, 2003: 2) mengemukakan bahwa setiap orang bermain dengan

1


2

bahasanya. Sebagian di antara mereka hanya sekadar mencari hiburan dengan aktivitas ini dan ada pula yang benar-benar terobsesi dengannya. Akan tetapi, tidak ada seorang pun di dunia ini yang terhindar dari permainan bahasa. Memasuki abad ke-21, dunia telah dibanjiri permainan bahasa melebihi abadabad sebelumnya. Bahasa sebagai milik manusia yang sangat berharga tentu tidak akan luput digunakan sebagai sarana permainan. Semua orang bermain dan merespon permainan bahasa dengan tingkatan atau intensitas yang berbedabeda. Dengan demikian, tidak mengherankan bila permainan dengan sarana bahasa ditemui dalam berbagai tipe wacana. Permainan bahasa dapat ditemui dalam wacana yang relatif sederhana seperti wacana pojok, kartun, teks humor, dan teka-teki, sampai dengan tipe wacana yang kompleks, seperti tajuk rencana, puisi, iklan, dan sebagainya. Dalam berbagai tipe wacana, dari tataran yang paling rendah (bunyi) sampai dengan tataran yang paling tinggi (wacana), secara cermat dimanfaatkan oleh para kreatornya. Dengan kreasi itu efek jenaka yang menyampaikan berbagai ketidakterdugaan (unexpectedness), kesalahpahaman (misunderstanding),

dan

ketidaknalaran

(nonsense)

diharapkan

dapat

ditangkap sekaligus dinikmati oleh para penikmatnya. (Wijana dan Rohmadi, 2009: 155) Salah satu wacana yang memanfaatkan permainan bahasa adalah stiker sepeda motor. Stiker merupakan lembaran kecil kertas atau plastik yang ditempelkan; etiket (KBBI, 2008: 1091). Stiker mempunyai bentuk yang kecil


3

sehingga dapat ditempelkan di mana saja. Stiker biasa ditempelkan di dinding, pintu, meja, cermin, peralatan elektronik, sampul buku, badan mobil, dan sepeda motor. Saat ini banyak orang yang menempelkan stiker pada sepeda motor. Stiker pada sepeda motor mempunyai beberapa fungsi, di antaranya sebagai media promosi, sebagai media bentuk himbauan, seruan, dan peringatan, sebagai identitas, atau hanya sebatas plesetan (Qohhar, 2011). Sebagai media komunikasi, stiker digunakan juga sebagai alat kritik dan sindiran terhadap fenomena sosial yang terjadi dalam masyarakat. Kritik dan sindiran dalam stiker biasanya diungkapkan dengan bahasa yang menarik dan dan mengandung humor sehingga tidak menyinggung secara langsung. Stiker yang telah mengalami perluasan tujuan semacam ini serta penyimpangan terhadap konvensi bahasa masyarakat penuturnya biasa disebut dengan stiker plesetan. Stiker yang dikemas dalam bahasa yang menarik, menggelitik, tetapi tetap komunikatif menjadi sumber keunikan bagi wacana ini. Penelitian mengenai permainan bahasa pada stiker menarik untuk dilakukan karena belum ada yang menelitinya secara khusus. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap bahasa plesetan pada stiker sepeda motor. Penelitian ini berjudul “Permainan Bahasa pada Stiker Sepeda Motor�.


4

B. Perumusan Masalah Dari uraian latar belakang permasalahan di atas, ada dua masalah yang perlu dibahas. 1. Bagaimana tipe permainan bahasa pada stiker sepeda motor? 2. Apa fungsi permainan bahasa pada stiker sepeda motor?

C. Tujuan Penelitian Dalam penelitian ini ada dua tujuan yang ingin dicapai. 1. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi tipe permainan bahasa pada stiker sepeda motor. 2. Penelitian ini bertujuan menganalisis fungsi permainan bahasa pada stiker sepeda motor.

D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat secara teoretis dan praktis. 1. Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pembaca mengenai bentuk dan fungsi permainan bahasa pada stiker sepeda motor. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran nyata sebuah perkembangan dan pendayagunaan potensi bahasa Indonesia, yakni permainan bahasa sehingga bermanfaat dalam pengajaran bahasa Indonesia.


BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori 1. Permainan Bahasa Bahasa Indonesia belakangan ini mengalami proses pembentukan kata dengan cara memelesetkan sebuah kata sehingga makna kata itu berubah dari makna semula. Proses itu disebut dengan istilah plesetan kata dan hasil proses itu disebut kata-kata plesetan. Sibarani (2003) mengemukakan bahwa plesetan bahasa berarti unsur-unsur bahasa yang digelincirkan atau dibuat tidak sesuai dengan sasarannya semula atau sasaran yang seharusnya dituju. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 1110) dinyatakan bahwa peleset atau memeleset berarti tidak mengenai sasaran; tidak mengenai yang dituju; memelesetkan berarti membuat sesuatu di luar yang sebenarnya. Permainan bahasa adalah bentuk penggunaan bahasa yang tidak semestinya yang di dalamnya mengandung berbagai penyimpangan, seperti penyimpangan fonologis, gramatikal, kekacauan hubungan bentuk dan makna, dan bermacam-macam pelanggaran yang bersifat pragmatis yang dimaksudkan untuk mencapai bermacam-macam tujuan, seperti melucu, mengkritik, menasehati, melarang, dan berbagai tujuan lain yang seringkali tidak mudah diidentifikasikan (Wijana dan Rohmadi, 2009: 248).

5


6

Bahasa plesetan pada umumnya sangat kontekstual sehingga berfungsi untuk mengungkapkan pola pikir dan perasaan penutur bahasa yang bersangkutan. Sifatnya yang kontekstual akan mengakibatkan bahasa plesetan cepat berubah sesuai dengan situasi masyarakatnya.

2. Tipe Bahasa Plesetan Sibarani (2003) mengemukakan tujuh tipe plesetan bahasa berdasarkan tingkat kebahasaan. a. Plesetan Fonologis (Bunyi) Plesetan fonologis (bunyi) yakni plesetan sebuah fonem atau lebih dalam leksikon. Plesetan semancam ini mungkin plesetan tahap pertama dalam budaya berbahasa di masyarakat. Misalnya, nama Robert diplesetkan menjadi robek, nama Andi diplesetkan menjadi Ondel, nama Indah diplesetkan menjadi Indul, kata teladan diplesetkan menjadi telatan. b. Plesetan Grafis (Huruf) Plesetan grafis (huruf) yakni plesetan gabungan huruf dengan menjadikannya singkatan. Singkatan adalah bentuk singkat yang terdiri

atas

satu

huruf

atau

lebih

(Pusat

Pembinaan

dan

Pengembangan Bahasa, 2011: 26). Misalnya, M.B.A diplesetkan menjadi Married By Accident, UUD diplesetkan menjadi UjungUjungnya Duit.


7

c. Plesetan Morfemis (Leksikon) Plesetan morfemis (leksikon) yakni plesetan sebuah kata dengan cara menjadikan atau menganggapnya sebagai singkatan yang berupa akronim. Akronim adalah singkatan dari dua kata atau lebih yang diperlakukan sebagai sebuah kata (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 2011: 28). Misalnya, nama Agus diplesetkan menjadi agak gundul sedikit, nama Gunawan diplesetkan menjadi Gundul tapi menawan. d. Plesetan Frasal (Kelompok Kata) Plesetan

frasal

(kelompok

kata)

yakni

dengan

cara

menjadikannya sebagai singkatan berupa akronim. Misalnya, botol lampu diplesetkan menjadi bodoh tolol lambat pula. e. Plesetan Kalimat (Ekspresi) Plesetan kalimat (ekspresi) yakni plesetan sebuah kalimat dengan cara mengikuti struktur dan intonasi kalimat, tetapi mengubah kata-katanya sehingga mengubah makna keseluruhan struktur itu. Misalnya, Maju tak gentar membela yang benar diplesetkan menjadi Maju tak gentar membela yang bayar. Plesetan kalimat yang terbentuk dari peribahasa dicontohkan oleh Wijana dan Rohmadi (2003: 113), di antaranya peribahasa Pagar makan tanaman diplesetkan menjadi Pagar makan tahanan, Sudah jatuh dihimpit tangga diplesetkan menjadi Sudah jatuh dihimpit tetangga.


8

Peribahasa Bukan salah bunda mengandung diplesetkan menjadi Bukan salah dinda mengandung. f. Plesetan Ideologis (Semantis) Plesetan ideologis (semantis) yakni plesetan sebuah ide menjadi ide lain dengan bentuk linguistik yang sama. Misalnya, kata pegangan hidup yang berarti ‘suatu ideologi atau prinsip’ diplesetkan maknanya menjadi ‘dipegang baru hidup’ yang mengadung asosiasi pornografis untuk mengundang tawa dari pendengarnya. Jadi plesetan ideologis sangat tergantung dengan konteksnya.

Misalnya,

idiom

memberantas

kemiskinan

yang

bermakna ‘menurunkan atau menghilangkan kemiskinan agar rakyat menjadi sejahtera’ diplesetkan maknanya menjadi ‘memberantas orang miskin’. g. Plesetan Diskursi (Wacana) Plesetan diskursi (wacana) yakni plesetan sebuah cerita atau bentuk linguistik naratif yang sengaja digunakan untuk memutar balikkan fakta atau kenyataan yang ada. Misalnya, cerita-cerita kesaksian yang sengaja dibuat menyimpang dari cerita faktualnya dan cerita baru yang berbeda dengan cerita sebelumnya dengan tujuan tertentu.


9

3. Fungsi Bahasa Plesetan Dalam banyak kepustakaan yang berbicara tentang bahasa dikatakan bahwa setiap bahasa bagi masyarakatnya berfungsi sebagai alat komunikasi antarsesama, dalam artian seseorang mengirim maksud, pesan, pikiran, atau ide, dan orang lain menerimanya. Akan tetapi, jika diamati secara seksama, batasan ini tidak begitu mengena bila diterapkan pada aktivitas orang-orang yang berkomunikasi dengan menggunakan plesetan dengan segala bentuknya. Fungsi utama plesetan bukanlah untuk berkomunikasi, tetapi untuk menciptakan humor. (Wijana, 2003) Humor dalam bentuk bahasa plesetan mempunyai beberapa fungsi. Berdasarkan makna, penggunaan, dan konteks penggunaan kata-kata plesetan, plesetan bahasa memiliki beberapa fungsi kultural. Sibarani (2003) mengemukakan tujuh fungsi kultural bahasa plesetan. a. Bahasa plesetan berfungsi sebagai olok-olokan dengan mengambil sebuah objek tertentu menjadi topik pembicaraan. Misalnya pada kasus nama Agus diplesetkan menjadi agak gundul sedikit. b. Bahasa plesetan berfungsi sebagai sindiran atau celaan secara tidak langsung kepada situasi atau orang tertentu. Misalnya, gelar M.B.A diplesetkan menjadi Married By Accident, gelar Ph.D. diplesetkan menjadi Perkawinan Hamil Duluan, gelar S.Pd. diplesetkan menjadi Sok Pandai. c. Bahasa plesetan berfungsi sebagai protes sosial terhadap penguasa atau terhadap kekacauan yang terjadi di masyarakat maupun di pemerintah.


10

Misalnya, nama mantan presiden Gus Dur diplesetkan menjadi Gaji Urusan Saya, Demo Urusan Rakyat, nama partai PKB (Partai Kebangkitan Bangsa) diplesetkan menjadi Presiden Kami Buta, nama universitas USU (Universitas Sumatera Utara) diplesetkan menjadi Universitas Salah Urus, nama instansi Poltabes diplesetkan menjadi Polisi Tak Beres. d. Bahasa plesetan berfungsi sebagai pencerminan diri pada situasi yang menguntungkan. Pada umumnya, kata-kata tertentu yang dianggap bernilai

baik

diplesetkan

untuk

mencerminkan

dirinya

atau

mengidentifikasikan dirinya terhadap kata-kata yang bernilai baik itu. Misalnya, UNDIP diplesetkan menjadi Universitas di Pabelan. e. Bahasa plesetan berfungsi sebagai eufemisme, yaitu plesetan yang dimaksudkan sebagai penghalusan untuk menggantikan kata-kata yang dianggap kurang berterima atau dirasakan agak kasar dalam masyarakat. Misalnya, nama merk rokok ARDATH diplesetkan menjadi Aku rela ditiduri asal tidak hamil, kata senior diplesetkan menjadi senang istri orang, kata botol diplesetkan menjadi bodoh dan tolol, kata pangunci diplesetkan menjadi Paguyuban Ngunjuk Ciu. f. Bahasa plesetan berfungsi sebagai ungkapan rahasia agar orang lain tidak mengetahui maksud yang diungkapkannya. Misalnya, singkatan nama JK diplesetkan menjadi janji kencan, kata alim diplesetkan menjadi anak liar malam.


11

g. Bahasa plesetan berfungsi sebagai lelucon atau hiburan komunikasi. Pada hakikatnya, semua bahasa plesetan berfungsi sebagai hiburan atau lelucon karena orang yang mendengarnya akan tersenyum atau tertawa, tetapi ada kata-kata plesetan yang khusus berfungsi sebagai hiburan. Misalnya, nama jabatan bupati diplesetkan menjadi buka paha tinggi-tinggi, kata purba diplesetkan menjadi pura-pura baik, kata lugu diplesetkan menjadi luwak gunung.

B. Penelitian yang Relevan Ada beberapa penelitian yang mengambil bahasa plesetan sebagai objek penelitian dan ditemukan pula beberapa penelitian dengan sumber data berupa stiker kendaraan bermotor. Purwanti (2006) meneliti “Analisis Wacana Plesetan pada Kaos Dagadu Djokdja (Kajian Pragmatik)�. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) Fenomena-fenomena pragmatik yang muncul dalam wacana plesetan pada kaos Dagadu Djokdja; (2) Teknik penciptaan wacana plesetan pada kaos Dagadu Djokdja; (3) Bentuk tindak tutur (lokusi, ilokusi, perlokusi) wacana plesetan pada kaos Dagadu Djokdja. Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan: (1) Fenomena-fenomena pragmatik yang muncul dalam bahasa plesetan pada kaos Dagadu Djokdja meliputi fenomena inferensi, praanggapan, dan implikatur. (2)Teknik penciptaan bahasa plesetan pada kaos Dagadu Djokdja memanfaatkan penyimpangan prinsip kerja sama yang memuat penyimpangan maksim kuantitas, penyimpangan maksim


12

kualitas, penyimpangan maksim relevansi, dan penyimpangan maksim pelaksanaan. Bahasa plesetan pada kaos Dagadu Djokdja juga memanfaatkan bentuk singkatan, bentuk ungkapan asing, aspek situasional dan entailment, aspek visual yang populer, dan aspek bunyi dan lagu yang popular. (3) Tindak tutur yang terdapat dalam bahasa plesetan pada kaos Dagadu Djokdja meliputi tindak lokusi, tindak ilokusi, dan tindak perlokusi. Persamaan penelitian Purwanti dengan penelitian ini yaitu pada objek penelitian berupa bahasa plesetan. Adapun perbedaannya terletak pada sumber data penelitian. Penelitian Purwanti menggunakan sumber data berupa wacana kaos Dagadu Djokdja, sedangkan penelitian ini menggunakan sumber data berupa stiker plesetan pada sepeda motor. Penelitian Arinda Putri Wulandari (2008) berjudul “Penggunaan Akronim dan Singkatan dalam Bahasa Plesetan (Studi Deskriptif Bahasa Plesetan pada Acara “Extravaganza” dan “Akhirnya Datang Juga”)”. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang fenomena akronim dan singkatan dalam bahasa plesetan yang banyak terjadi saat ini. Khususnya pola pembentukan kata, jenis plesetan bahasa, dan fungsi kultural yang terdapat pada akronim dan singkatan dalam bahasa plesetan. Metode penelitian yang digunakan peneliti adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu metode yang berupaya memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang, dengan tujuan utama untuk membuat penggambaran tentang sesuatu keadaan secara objektif dalam suatu deskripsi situasi. Dari hasil analisis penelitian ini, diperoleh temuan bahwa dalam


13

akronim dan singkatan bahasa plesetan terdapat 30 data yang termasuk ke dalam plesetan morfemis (leksikon) dari 50 data yang dianalisis, 15 plesetan grafis (huruf), 2 plesetan fonologis (bunyi), dan 3 termasuk ke dalam plesetan frasal (kelompok kata). Penggunaan akronim dan singkatan bahasa plesetan selain memiliki fungsi kultural sebagai lelucon, terbukti menimbulkan implikatur sebagai bahan sindiran maupun protes sosial laten terhadap situasi atau objek tertentu. Persamaan penelitian Arinda Putri Wulandari dengan penelitian ini yaitu pada objek penelitian berupa bahasa plesetan. Adapun perbedaannya terletak pada sumber data penelitian. Penelitian Purwanti menggunakan sumber data berupa wacana bahasa plesetan pada acara “Extravaganza” dan “Akhirnya Datang Juga”, sedangkan penelitian ini menggunakan sumber data berupa stiker plesetan pada sepeda motor. Rikky Antonius (2008) meneliti “Bahasa Plesetan dalam Acara Democrazy di Metro TV”. Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa 1) penggunaan bahasa plesetan dalam acara Democrazy di Metro TV dapat berubah-ubah dari satu akronim yang diplesetkan tergantung pada topik yang sedang dibicarakan, 2) jenis-jenis bahasa plesetan yang digunakan dalam acara Democrazy di Metro TV ada lima jenis yaitu: plesetan fonologis (bunyi), plesetan grafis (huruf), plesetan morfemis (leksikon), plesetan frasal (kelompok kata), dan plesetan kalimat (ekspresi). Pengaruh yang ditimbulkan bahasa plesetan dalam acara Democrazy di Metro TV adalah berupa dampak positif yaitu menambah perbendaharaan kosakata konsumen sebagai pemakai


14

bahasa Indonesia dan menciptakan suasana santai, dekat, dan akrab dalam berkomunikasi, sedangkan dampak negatif yang ditimbulkan antara lain: konsumen sebagai pemakai bahasa Indonesia akan merasa lebih menyukai menggunakan bahasa plesetan dalam situasi santai. Persamaan penelitian Rikky Antonius dengan penelitian ini yaitu pada objek penelitian berupa bahasa plesetan. Adapun perbedaannya terletak pada sumber data penelitian. Penelitian Rikky Antonius menggunakan sumber data berupa tuturan dalam acara Democrazy di Metro TV, sedangkan penelitian ini menggunakan sumber data berupa stiker plesetan pada sepeda motor. Khotim Sulistya (2009) meneliti “Bahasa Plesetan dalam Buku Plesetan ‌.Edan! dan Plesetan Republik Indonesia Karya Kelik Pelipur Laraâ€?. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahasa humor karya KPL menggunakan ragam bahasa informal untuk mengemukan ide, gagasan, dan pikirannya sekaligus cenderung lebih komunikatif. Pemakaian ragam bahasa ini merupakan kekhasan tersendiri dalam humor karya KPL dibandingkan dengan humor lainnya. Faktor penyebab pemakaian bahasa plesetan karya KPL adalah faktor penutur, lawan tutur, pokok permasalahan, dan tujuan tuturan. Kreator seringkali memanfaatkan unsur-unsur kebahasaan yang sering dipakai menjadi serangkaian kata atau kalimat yang menarik untuk dibaca. Gaya bahasa kreator (KPL) juga sangat menarik karena sering memanfaatkan masalah moral, sosial, budaya, dan sebagainya pada karyanya agar humor (pesan) yang akan disampaikan dapat dipahami oleh pembaca (masyarakat). Dengan humor plesetan ini kreator ingin menghibur agar


15

pembaca tidak jenuh. Tidak itu saja, humor plesetan karya KPL ini juga meninggalkan pesan moral, kedisiplinan, lingkungan, cinta tanah air, perdamaian, pendidikan, dan tentu saja kritikan-kritikan. Persamaan penelitian Khotim Sulistya dengan penelitian ini yaitu pada objek penelitian berupa bahasa plesetan. Adapun perbedaannya terletak pada sumber data penelitian. Penelitian Khotim Sulistya menggunakan sumber data berupa buku Plesetan ‌.Edan! dan Plesetan Republik Indonesia, sedangkan penelitian ini menggunakan sumber data berupa stiker plesetan pada sepeda motor. Tri Wanti Mulyani (2010) meneliti “Analisis Tindak Tutur pada Wacana Stiker Plesetanâ€?. Hasil penelitian ini menemukan bahwa berdasarkan bentuk tindak tutur yang terdapat dalam wacana stiker plesetan ditemukan satu tindak tutur, yaitu tindak tutur ilokusi. Tindak tutur ilokusi ditemukan tiga jenis tindak tutur meliputi asertif, direktif, dan ekspresif. Berdasarkan strategi pengungkapan tindak tutur yang terdapat dalam wacana stiker plesetan ditemukan dua jenis tindak tutur, yaitu tindak tutur langsung dan tak langsung. Berdasarkan teknik pengungkapan tindak tutur yang terdapat dalam wacana stiker plesetan ditemukan dua jenis tindak tutur, yaitu tindak tutur literal dan nonliteral. Persamaan penelitian Tri Wanti Mulyani dengan penelitian ini yaitu menggunakan sumber data penelitian yang sama berupa stiker plesetan pada sepeda motor. Adapun perbedaannya terletak pada objek penelitian. Penelitian Tri Wanti Mulyani mengkaji tindak tutur stiker plesetan, sedangkan penelitian


16

ini mengkaji bentuk permainan bahasa pada stiker sepeda motor dan fungsinya dari aspek pragmatik. Ratna Dewi Nafsi Sih Wardani (2010) meneliti “Karakteristik Pemakaian Gaya Bahasa dalam Wacana Stiker Kendaraan Bermotor (Tinjauan Sosiolinguistik)”. Hasil penelitian ini menyimpulkan

(1) gaya

bahasa stiker yang diperoleh dalam penelitian ada 16 karakteristik gaya bahasa dan yang paling dominan adalah gaya bahasa sarkasme, (2) faktorfaktor yang mempengaruhi pemakaian atau pembuatan stiker di antaranya pendapat dari pembuat dan penjual stiker, yaitu “pembuatan stiker merupakan peluang usaha yang keuntungannya sangat besar”, “kami membuat karena permintaan pasar”, “menunjukkan jati diri”, dan “untuk memasarkan produk”, (3) pendapat pemakaian stiker bermotor dan hubungan isi stiker dengan pemakai kendaraan bermotor di antaranya “untuk menutupi motor yang lecet”, “menempelkan stiker karena hobi”, dan “untuk modifikasi” serta ada yang sesuai dengan sifat pemakai serta ada yang tidak sesuai dengan sifat pemakai kendaraan bermotor. Persamaan penelitian Dewi Nafsi Sih Wardani dengan penelitian ini yaitu menggunakan sumber data penelitian yang sama berupa stiker pada sepeda motor. Adapun perbedaannya terletak pada objek penelitian. Penelitian Dewi Nafsi Sih Wardani mengkaji gaya bahasa, sedangkan penelitian ini mengkaji bentuk permainan bahasa pada stiker sepeda motor dan fungsinya dari aspek pragmatik.


17

Evi Irniaty (2010) meneliti “Analisis Bahasa Plesetan dalam Serial Komedi Tawa Sutra Edisi Mei 2009 Pukul 21.00 – 22.00 di ANTV�. Berdasarkan hasil analisis diperoleh kesimpulan bahwa bahasa plesetan dalam serial komedi Tawa Sutra memiliki (1) karakter bahasa plesetan yang meliputi sebagai berikut (a) plesetan yang hanya “menjegal� suatu rangkaian tanda yang sudah lazim, tanpa diikuti pembentukan suatu susunan pesan baru dan disebut berplesetan itu sendiri; (b) plesetan yang menjegal suatu kemapanan atau kelaziman rangkaian pesan, tetapi diikuti dengan terbentuknya sebuah rangkaian pernyataan baru yang mempunyai tingkat keterpaduan formal; (c) plesetan oposisi, yang sering menjadi sasarannya adalah berbagai singkatan atau akronim. Pada jenis plesetan ketiga banyak terdapat jenis plesetan yang berupa akronim. (2) Bahasa plesetan tersebut juga memiliki makna antara lain (a) humor, (b) tindakan yang ditujukan kepada lawan tutur yang bermaksud meremehkannya, (c) ekspresi pribadi penutur, dan (d) tindakan yang ditujukan kepada lawan tutur tanpa bermaksud meremehkannya. (3) Fungsi dari bahasa plesetan adalah (a) sebagai sarana komunikasi informal yaitu meliputi fungsi instrumental, fungsi informasi, fungsi regulatory, fungsi interaksional, fungsi kepribadian, fungsi pemecahan masalah, fungsi khayal, dan fungsi imaginative; (b) sebagai sarana eufimisme; (c) sebagai pemarkah kreativitas; (d) sebagai sarana hiburan; (e) sebagai sosiolek penutur, dan (f) sebagai pemarkah kreativitas. Berdasarkan hasil penelitian, plesetan telah terbukti dapat berperan sebagai alat komunikasi yang efektif dalam komedi, untuk lebih meningkatkan mutu


18

komedi atau lawakan diperlukan kreativitas misalnya memanfaatkan bentuk bahasa yang lebih variatif. Persamaan penelitian Evi Irniaty dengan penelitian ini yaitu menggunakan data penelitian yang sama berupa bahasa plesetan. Persamaan lainnya yaitu sama-sama mengkaji fungsi bahasa plesetan dalam komunikasi. Adapun perbedaannya terletak pada sumber data penelitian. Penelitian Evi Irniaty menggunakan sumber data berupa tuturan serial komedi Tawa Sutra, sedangkan penelitian ini menggunakan sumber data berupa stiker sepeda motor. Muhammad Aziz Qohhar (2011) meneliti “Pesan Singkat Stiker pada Kendaraan Bermotor Menurut Perspektif Etika Bisnis Islam (Studi Kasus pada Area Parkiran UMS)�. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa stiker merupakan lembaran kecil kertas atau plastik yang ditempelkan yang memiliki peran penting dalam menciptakan brand image, sangat efektif, dan praktis digunakan oleh perusahaan-perusahaan sebagai media promosi, selain itu juga low cost. Masalah-masalah yang muncul serta kesan kurang tepat pada bahasa stiker bukan merupakan inovasi serta kreasi dari pihak perusahaan, melainkan munculnya stiker tersebut bersumber dari inovasi para pedagang stiker yang kemudian pemasarannya melalui outlet-outlet yang mereka miliki. Adapun pengelompokan stiker dari berbagai tipologi yang bisa dilihat dari unsur isi: a) stiker sebagai media promosi, b) stiker sebagai media bentuk himbauan, seruan, dan peringatan, c) stiker hanya sebatas plesetan, dan d) stiker sebagai identitas.


19

Persamaan penelitian Muhammad Aziz Qohhar dengan penelitian ini yaitu menggunakan sumber data penelitian yang sama berupa stiker sepeda motor. Adapun perbedaannya terletak pada objek penelitian. Penelitian Muhammad Aziz Qohhar mengkaji fungsi stiker dari aspek etika bisnis Islam, sedangkan penelitian ini mengkaji fungsi stiker dari aspek pragmatik. Andhi Pamungkas (2011) meneliti “Tindak Tutur Perlokusi dan Pelanggaran Prinsip Kerja Sama pada Wacana Plesetan Kaos Dagadu Djokdja Edisi 2009�. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan bentuk tindak tutur perlokusi ditinjau dari segi psikologinya, mengetahui maksud yang dilihat dari keliteraturan dan kelangsungannya, serta memaparkan penyimpangan prinsip kerja sama yang terdapat pada wacana plesetan kaos Dagadu Djokdja edisi 2009. Hasil penelitian menemukan bahwa tindak tutur perlokusi yang ditinjau dari segi psikologi, di antaranya psikologi kebudayaan, psikologi pendidikan, psikologi remaja, dan psikologi sosial. Maksud tindak tutur literal terdapat 10 data, sedangkan tindak tutur tidak literal terdapat 7 data. Semua data mempunyai maksud mempromosikan budaya dan kenyamanan kota Yogyakarta. Pelanggaran prinsip kerja sama ditemukan ada 3 maksim, yaitu maksim cara, maksim kuantitas, dan maksim kualitas. Pada tindak tutur perlokusi, tindak tutur perlokusi langsung ditemukan 6 data dan tindak tutur perlokusi tidak langsung ditemukan ada 7 data. Berikutnya pada pelanggaran prinsip kerja sama, maksim kuantitas ditemukan 2 data, maksim kualitas 2 data, dan 3 data maksim cara.


20

Persamaan penelitian Andhi Pamungkas dengan penelitian ini yaitu objek data penelitiannya sama yaitu wacana bahasa plesetan. Adapun perbedaannya terletak pada sumber data penelitian serta tujuan penelitian. Penelitian Andhi Pamungkas menggunakan sumber data berupa wacana plesetan pada kaos Dagadu Djogdja, sedangkan penelitian ini menggunakan sumber data penelitian berupa bahasa plesetan pada stiker sepeda motor. Penelitian Andhi Pamungkas mengkaji tindak tutur bahasa plesetan dari segi psikologi, sedangkan penelitian ini mengkaji fungsi stiker plesetan dari aspek pragmatik. Penelitian Erma Lukitoningtyas (2011) yang berjudul "Ragam Bahasa Plesetan Acara B-CAK (Berita Kocak) di JTV". Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan unsur bahasa plesetan dan bentuk plesetan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang dilakukan semata-mata hanya berdasarkan fakta yang ada atau (fenomena yang secara empiris hidup pada penutur-penuturnya), penelitian ini menggambarkan unsur bahasa plesetan dan bentuk plesetan yang terdapat dalam acara B-CAK di JTV. Pengumpulan data menggunakan metode simak dengan teknik rekam dan catat. Dalam metode ini peneliti menyimak data kebahasaan dengan cara merekam tayangan B-CAK setiap episode. Hasil rekaman didengar, disimak, dan dicatat kemudian diklasifikasikan berdasarkan bentuk betuknya, sehingga menjadi bentuk percakapan dan dapat dijadikan data untuk penelitian. Langkah selanjutnya yakni menganalisis data, data yang telah diperoleh kemudian diidentifikasi dan dianalisis berdasarkan teori. Hasil penelitian


21

dengan judul Ragam Bahasa Plesetan Acara B-CAK di Jtv menunjukkan adanya pemakaian unsur bahasa plesetan dan unsur bahasa plesetan. Unsur bahasa plesetan yang ditemukan meliputi, unsur bahasa Jawa, dan unsur bahasa asing. Bentuk plesetan yang terdapat pada B-CAK antara lain: bentuk singkatan, bentuk kata asing yang diplesetkan untuk mempermudah pelafalan, bentuk inversi (pembalikan), bentuk pengantian topik, dan bentuk akronim. Persamaan penelitian Erma Lukitoningtyas dengan penelitian ini yaitu objek data penelitiannya sama yaitu wacana bahasa plesetan. Adapun perbedaannya terletak pada sumber data penelitian. Penelitian Erma Lukitoningtyas menggunakan sumber data berupa wacana plesetan pada wacana acara B-CAK (Berita Kocak) di JTV, sedangkan penelitian ini menggunakan sumber data penelitian berupa bahasa plesetan pada stiker sepeda motor.

C. Kerangka Berpikir Stiker mempunyai beberapa fungsi di antaranya sebagai media promosi, sebagai media bentuk himbauan, seruan, dan peringatan, sebagai identitas, serta hanya sebatas plesetan. Bahasa plesetan pada stiker sepeda motor tentu mempunyai karakteristik yang membedakan dengan stiker yang lain. Bahasa plesetan tersebut mempunyai beragam tipe bila dilihat dari aspek linguistik. Sebagai alat komunikasi, bahasa plesetan juga mempunyai fungsi yang bermacam-macam sesuai dengan tujuan penciptaan dan penggunaannya apabila dilihat dari aspek pragmatik.


22

D. Desain Penelitian Desain penelitian ini digambarkan dalam bagan berikut. Penelitian

Klasifikasi Bahasa Plesetan

Analisis Fungsi Bahasa Plesetan

pada Stiker Sepeda Motor

pada Stiker Sepeda Motor

Tipe Bahasa Plesetan pada

Fungsi Bahasa Plesetan pada

Stiker Sepeda Motor

Stiker Sepeda Motor

Simpulan

Bagan 2.1 Desain Penelitian


BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian Untuk mendapatkan data penelitian, peneliti mencari dan menyimak penggunaan bahasa pada stiker sepeda motor di Kota Surakarta. Waktu penelitian yaitu bulan Januari 2012 sampai dengan November 2012.

B. Jenis dan Strategi Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2002: 3) mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penerapan metode kualitatif ini bersifat deskriptif yang berarti data yang dihasilkan berupa kata-kata dalam bentuk kutipan-kutipan. Menurut Moleong (2011: 11), metode kualitatif yang bersifat deskriptif dimaksudkan bahwa data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angkaangka. Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah grounded theory. Grounded theory adalah metode penelitian kualitatif yang menggunakan seperangkat prosedur sistematik untuk mengembangkan teori dari dasar yang diperoleh secara induktif tentang suatu fenomena (Moleong, 2011: 28).

23


24

C. Objek Penelitian Obyek penelitian merupakan bagian yang penting dalam melakukan penelitian. Objek penelitian dapat diartikan sabagai sasaran penelitian. Obyek penelitian ini adalah tipe permainan bahasa pada stiker sepeda motor dan fungsinya dilihat dari aspek pragmatik.

D. Data dan Sumber Data Penelitian Data dalam penelitian ini adalah bentuk permainan bahasa yang terdapat pada stiker sepeda motor. Data bisa berupa morfem, kata, frasa, klausa, kalimat, dan wacana. Data dalam penelitian ini merupakan data tertulis. Sumber data diperoleh dari wacana stiker yang ditempelkan pada sepeda motor. Stiker yang dapat dijadikan sumber data adalah stiker yang mengandung permainan bahasa.

E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik pengamatan dan teknik catat. Teknik pengamatan merupakan teknik yang digunakan untuk memperoleh data yang dilakukan dengan mengamati penggunaan bahasa. Teknik catat yaitu mencatat data-data yang relevan bagi penelitiannya (Mahsun, 2007: 253). Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai instrumen penelitian. Pengumpulan data dilakukan peneliti dengan mengamati penggunaan permainan bahasa pada stiker sepeda motor kemudian mencatatnya dalam kartu data menurut klasifikasinya.


25

F. Teknik Validasi Data Teknik validasi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik triangulasi. Menurut Moleong (2011: 330), triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Denzin (dalam Moleong, 2011: 330) membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, peneliti, dan teori. Triangulasi sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui sumber berbeda. Triangulasi metode berarti pengecekan derajat kepercayaan data dengan beberapa teknik pengumpulan yang berbeda. Triangulasi peneliti berarti pengecekan derajat kepercayaan data dengan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya. Triangulasi teori berarti pengecekan derajat kepercayaan data dengan teori yang berbeda. (Moleong, 2011: 330-331) Teknik validasi data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi sumber yaitu pendiskusian dengan ahli (dosen pembimbing) dengan tujuan untuk mengecek kevalidan data.

G. Teknik Analisis Data Setelah tahap penyediaan data dilakukan, maka data yang sudah terkumpul mulai dianalisis. Tahap analisis data ini merupakan upaya peneliti


26

menangani langsung masalah yang terkandung pada data. Mahsun (2007, 2007: 117) mengemukakan dua metode utama yang dapat digunakan dalam analisis data, yaitu metode padan intralingual dan padan ekstralingual. Metode padan intralingual adalah metode analisis dengan cara menghubung-bandingkan unsur-unsur yang bersifat lingual, baik yang terdapat dalam satu bahasa maupun dalam beberapa bahasa yang berbeda. Metode padan menggunakan teknik hubung banding menyamakan (HBS) dan hubung banding membedakan (HBB). Selain dua teknik itu, metode ini mempunyai satu teknik lagi yaitu teknik hubung banding menyamakan hal pokok (HBSP), yaitu teknik yang bertujuan untuk mencari kesamaan hal pokok dari pembedaan dan penyamaan yang dilakukan dengan menerapkan teknik HBS dan HBB. Tujuan akhir dari banding menyamakan atau membedakan yaitu menemukan kesamaan pokok di antara data yang diperbandingkan itu. (Mahsun, 2007: 118-119) Istilah metode padan intralingual sama dengan metode agih yang dikemukakan oleh Sudaryanto (1993: 15-16), yaitu metode analisis data yang alat penentunya justru bagian dari bahasa itu. Alat penentu dalam rangka kerja metode agih itu selalu berupa bagian atau unsur dari bahasa objek sasaran penelitian itu sendiri, seperti kata (kata ingkar, preposisi, adverbia), fungsi sintaksis (subjek, objek, predikat), klausa, silabe kata, titinada, dan yang lain. Teknik dasar metode agih disebut teknik bagi unsur langsung atau teknik BUL. Disebut demikian karena cara yang digunakan pada awal kerja analisis ialah membagi satuan lingual datanya menjadi beberapa bagian atau


27

unsur; dan unsur-unsur yang bersangkutan dipandang sebagai bagian yang langsung membentuk satuan lingual yang dimaksud. Adapun alat penggerak bagi alat penentu ialah daya bagi yang bersifat intuitif (intuisi kebahasaan). Teknik lanjutan yang digunakan dalam metode agih ini yaitu teknik lesap, teknik ganti, teknik perluas, teknik sisip, teknik balik, teknik ubah ujud, atau teknik ulang. (Sudaryanto, 1993: 16-20). Metode padan intralingual digunakan untuk menghubung-bandingkan unsur-unsur dalam data penelitian yaitu satuan lingual yang mengandung permainan bahasa pada stiker sepeda motor untuk mendapatkan kesamaan hal pokok dari data-data tersebut. Hasil analisis ini akan menunjukkan klasifikasi bentuk permainan bahasa berdasarkan struktur linguistiknya. Metode yang kedua yaitu metode padan ekstralingual. Metode padan ekstralingual

digunakan

untuk

menganalisis

unsur

yang

bersifat

ekstralingual, seperti menghubungkan masalah bahasa dengan hal yang berada di luar bahasa (Mahsun, 2007: 120). Istilah padan ekstralingual sama dengan istilah metode padan yang dikemukakan oleh Sudaryanto (1993: 15). Metode padan adalah metode/cara yang digunakan dalam upaya menemukan kaidah dalam tahap analisis data yang alat penentunya di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan. Metode padan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode padan referensial dan padan translasional. Alat penentu dalam metode padan referensial ialah kenyataan yang ditunjuk oleh bahasa atau referent bahasa, sedangkan dalam metode padan translasional alat penentunya berupa langue (bahasa lain).


28

Metode ini digunakan untuk menganalisis fungsi permainan bahasa pada stiker sepeda motor. Hasil analisis akan menunjukkan fungsi permainan bahasa pada stiker sepeda motor.

H. Teknik Penyajian Hasil Analisis Hasil analisis disajikan dengan metode informal. Metode penyajian informal adalah menyajikan hasil analisis dengan uraian atau kata-kata biasa (Sudaryanto, 1993: 145).

I.

Prosedur Penelitian Untuk memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian, peneliti membagi prosedur penelitian dalam tiga tahap. Pertama adalah tahap persiapan. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah: a) melakukan pemilihan dan pemantapan judul; b) menentukan rumusan masalah dan tujuan masalah; c) melakukan studi pustaka yang sesuai dengan objek yang dikaji; d) membuat kerangka teori; dan e) menyusun kerangka berpikir. Kedua adalah tahap pelaksanaan. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah: a) membaca secara berulang puisi Jawa yang dikaji; b) mengumpulkan data sesuai dengan objek kajian dan menuliskannya dalam kartu data; c) menyeleksi data dengan melakukan klasifikasi data; d) melakukan analisis data, yaitu menentukan tipe gaya bahasa metafora dan maknanya; dan e) menyimpulkan hasil analisis data.


29

Ketiga adalah tahap penyelesaian. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah: a) menyusun kesimpulan; b) menyusun laporan penelitian; c) konsultasi dengan dosen pembimbing; dan d) merevisi laporan penelitian.


BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian 1. Tipe Permainan Bahasa pada Stiker Sepeda Motor Stiker mempunyai beberapa fungsi yaitu sebagai media promosi, sebagai media bentuk himbauan, seruan, dan peringatan, sebagai identitas, dan hanya sebatas plesetan. Stiker yang telah mengalami perluasan tujuan serta penyimpangan terhadap konvensi bahasa mayarakat penuturnya disebut dengan stiker plesetan. Tujuan utama penciptaan stiker plesetan yaitu untuk menciptakan humor. Selain mengandung humor, stiker plesetan

juga

mengandung

maksud-maksud

lain

sesuai

tujuan

pembuatannya. Tulisan pada stiker sepeda motor sangat bervariasi disesuaikan dengan tujuan atau fungsi penempelannya. Pada kasus stiker sepeda motor yang berisi bahasa plesetan, tipe bahasa plesetan tersebut bermacammacam. Tipe bahasa plesetan terdiri atas plesetan fonologis (bunyi), plesetan grafis (huruf), plesetan morfemis (leksikon), plesetan frasal (kelompok

kata),

plesetan

kalimat

(ekspresi),

plesetan

ideologis

(semantis), dan plesetan diskursi (wacana). Analisis tipe bahasa plesetan dilakukan dengan menentukan terlebih dahulu unsur bahasa yang menjadi acuan. Unsur bahasa yang menjadi acuan ini pada umumnya merupakan sebuah kata, frasa, atau

30


31

kalimat yang sudah dikenal masyarakat. Setelah menentukan unsur bahasa yang menjadi acuan, dapat ditentukan tipe permainan bahasa pada stiker sepeda motor tersebut. Berikut ini analisis tipe permainan bahasa pada stiker sepeda motor. a. Plesetan Fonologis (Bunyi) Plesetan fonologis (bunyi) yakni plesetan sebuah fonem atau lebih dalam leksikon. Pada data analisis ditemukan 1 bentuk plesetan fonologis (bunyi), yaitu data (1). (1)

BESAR PASAL DARIPADA TILANG

(1a) BESAR PASAK DARIPADA TIANG Data (1) merupakan plesetan dari sebuah peribahasa yang terkenal: besar pasak daripada tiang. Pada kata pasak terjadi penggantian fonem /k/ menjadi fonem /l/ sehingga menjadi kata pasal. pada kata tiang dilakukan penyisipan fonem /l/ di antara fonem /i/ dan /a/ sehingga menjadi kata tilang.

b. Plesetan Grafis (Huruf) Plesetan grafis (huruf) yakni plesetan gabungan huruf dengan menjadikannya singkatan. Pada data analisis ditemukan 3 bentuk plesetan grafis (huruf), yaitu data (2), (3), dan (4). (2)

KISS: KISAH INDAH SEORANG SUPIR

(2a) Kiss (bahasa Inggris) = ciuman (2b) Kiss = Kisah Seputar Selebritis


32

Pada data (2), yang menjadi acuan bentuk plesetan adalah kata kiss yang dalam bahasa Inggris berarti ‘ciuman’. Hal ini dapat diketahui dengan adanya gambar bentuk bibir pada stiker. Kiss juga merupakan nama sebuah acara yang ditayangkan di Indosiar yang mengungkapkan fakta-fakta berupa kejadian seputar misteri dan kehidupan para selebriti (http://id.wikipedia.org). Kata kiss diplesetkan menjadi kelompok kata yang merupakan kepanjangan dari kata tersebut, yaitu kisah indah seorang supir. Penciptaan bahasa plesetan ini menggunakan teknik perluas. Huruf k,i,i,s diperluas masing-masing menjadi kata kisah, indah, seorang, supir. (3)

PPPK: PERSATUAN PRIA PRIA KESEPIAN

(3a) PPPK = PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAN (4)

CRX: COMMUNITY REMAJA KOCAX

(4a) CRX = nama salah satu jenis mobil produksi Honda Data (3) dan (4) juga menggunakan teknik perluas untuk menciptakan bahasa plesetan. Singkatan PPPK kepanjangan aslinya yaitu Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan. Data (3) memelesetkan singkatan PPPK menjadi Persatuan Pria Pria Kesepian. Pada data (4), CRX diplesetkan menjadi Community Remaja Kocax. CRX merupakan nama salah satu jenis mobil produksi Honda. Huruf C dan R diperluas menjadi community dan remaja. Huruf X


33

diperluas menjadi kata kocax dengan menempatkan huruf tersebut di akhir kata. Hasil analisis di atas mengungkapkan bahwa teknik penciptaan bahasa plesetan tipe fonologis (bunyi) menggunakan teknik perluas, yaitu dengan memperluas masing-masing huruf menjadi kata sehingga dihasilkan bahasa plesetan berupa kelompok huruf (singkatan). c. Plesetan Morfemis (Leksikon) Plesetan morfemis (leksikon) yakni plesetan sebuah kata dengan cara menjadikan atau menganggapnya sebagai singkatan yang berupa akronim. Pada data analisis ditemukan 9 bentuk plesetan morfemis (leksikon), yaitu data (5), (6), (7), (8), (9), (10), (11), (12), dan (13). (5)

JA’IM: JAGA IMAGE, JAGA IMAN, JAGA ITUMU

(5a) Ja’im = Jaga Image Pada data (5), kata yang menjadi acuan bentuk plesetan adalah jaim. Jaim merupakan akronim dari kata jaga image. Kata jaga image tetap ditulis pada struktur bahasa, kemudian ditambahkan kata jaga iman dan jaga itumu sebagai bentuk plesetan dari akronim jaim. (6)

CUEK: CUCUNE EYANX KROMO

(6a) Cuek = masa bodoh, tidak acuh Pada data (6), kata yang menjadi acuan bentuk plesetan adalah cuek. Kata cuek berarti ‘masa bodoh; tidak acuh’ (KBBI, 2008: 297). Kata cuek diplesetkan menjadi Cucune Eyanx Kromo.


34

(7)

CAH GENIUS: GENDENG TAPI SERIUS

(7a) Genius = berkemampuan luar biasa dalam berpikir dan mencipta Pada data (7), kata yang menjadi acuan bentuk plesetan adalah genius. Kata genius berarti ‘berkemampuan (berbakat) luar biasa dalam berpikir dan mencipta’ (KBBI, 2008: 464). Kata genius diplesetkan menjadi Gendeng tapi Serius. (8)

NAJIS: NANTIKAN AKU JADI SUAMIMU

(8a) Najis = kotor yang menjadi sebab penghalang untuk beribadah Pada data (8), kata yang menjadi acuan bentuk plesetan adalah najis. Kata najis berarti ‘kotor yang menjadi sebab terhalangnya seseorang untuk beribadah kepada Allah, seperti terkena jilatan anjing’ (KBBI, 2008: 994). Kata najis diplesetkan menjadi Nantikan Aku Jadi Suamimu. (9)

SEMUT: SEKUMPULAN MOTOR IMUT

(9a) Semut = nama binatang Pada data (10), kata yang menjadi acuan bentuk plesetan adalah semut. Kata semut, yang merupakan nama binatang, diplesetkan menjadi Sekumpulan Motor Imut. (10) KAMU MEMANG GANTENG: GELANDANGAN TENGIK (10a) Ganteng = tampan, elok, gagah Pada data (10), kata yang menjadi acuan bentuk plesetan adalah ganteng. Kata ganteng berarti ‘elok dan gagah (tentang perawakan dan


35

wajah, khusus untuk laki-laki); tampan’ (KBBI, 2008: 436). Kata ganteng diplesetkan menjadi Gelandangan Tengik. (11) GARING: GANJA KERING (11a) Garing = keras dan kering Pada data (11), kata yang menjadi acuan bentuk plesetan adalah garing. Kata garing berarti ‘keras dan kering (seperti roti biskuit); kering’ (KBBI, 2008: 439). Kata garing diplesetkan menjadi Ganja Kering. (12) WARNING DAINESE, MUDA IMUT NEVER SELINGKUH (12a) Dainese = produk perlengkapan pengendara sepeda motor dari Italia Pada data (12), kata yang menjadi acuan bentuk plesetan adalah Dainese. Dainese merupakan nama produk perlengkapan pengendara sepeda motor dari Italia. Kata Dainese diplesetkan menjadi Muda Imut Never Selingkuh. (13) KOPLAK: KOMUNITAS PLAT K (13a) Koplak: pikiran yang guncang atau mengalami gangguan jiwa Pada data (13), kata yang menjadi acuan bentuk plesetan adalah koplak. Kata koplak (bahasa Jawa) berarti ‘kocak, guncang’ (Sudarmanto, 2011: 157). Jika dikaitkan dengan pikiran seseorang, kata koplak berarti keadaan pikiran yang guncang atau mengalami gangguan jiwa. Kata koplak diplesetkan menjadi Komunitas Plat K.


36

d. Plesetan Frasal (Kelompok Kata) Plesetan

frasal

(kelompok

kata)

yakni

dengan

cara

menjadikannya sebagai singkatan berupa akronim. Pada data analisis ditemukan 2 bentuk plesetan frasal (kelompok kata), yaitu data (14) dan (15). (14) IJO CABE: IKATAN JOMBLO CAKEP DAN BERDUIT (14a) Ijo cabe: berwarna hijau seperti cabai Pada data (14), frasa yang menjadi acuan bentuk plesetan adalah ijo cabe. Kata ijo (bahasa Jawa) berarti ‘hijau’, sedangkan cabe (cabai) berarti ‘lombok; tanaman perdu yang buahnya berbentuk bulat panjang dengan ujung meruncing, apabila sudah tua berwarna merah kecokelat-cokelatan atau hijau tua, berisi banyak biji yang pedas rasanya’ (KBBI, 2008: 246). Dengan menggunakan teknik perluas, kata ijo diplesetkan menjadi ikatan jomblo dan kata cabe diplesetkan menjadi cakep dan berduit. (15) ACE MAUT: ANAK KERE MANIS N IMUT (15a) Ace = buah rambutan; maut = mati, tidak hidup lagi Pada data (15), frasa yang menjadi acuan bentuk plesetan adalah ace maut. Kata ace (bahasa Jawa) berarti ‘buah rambutan’. Kata ace diplesetkan menjadi anak kere. Huruf a diperluas menjadi anak dan huruf ce diperluas menjadi kere. Perluasan huruf ce diperluas berdasarkan lafal fonem /c/ dalam bahasa Inggris. Fonem /ce/ dibaca /ke/ sehingga bentuk perluasan atau plesetannya menjadi kere. Kata


37

maut berarti ‘mati; sudah hilang nyawanya; tidak hidup lagi’. Kata maut diperluas menjadi manis n imut. Hasil analisis data (14) dan (15) menunjukkan bahwa plesetan frasal diciptakan dengan menggunakan teknik perluas. Hasil plesetan tersebut merupakan kepanjangan dari struktur bahasa yang menjadi acuannya sehingga kata aslinya menjadi sebuah akronim.

e. Plesetan Kalimat (Ekspresi) Plesetan kalimat (ekspresi) yakni plesetan sebuah kalimat dengan cara mengikuti struktur dan intonasi kalimat, tetapi mengubah kata-katanya sehingga mengubah makna keseluruhan struktur itu. Pada data analisis ditemukan 21 bentuk plesetan kalimat (ekspresi), yaitu data (16), (17), (18), (19), (20), (21), (22), (23), (24), (25), (26), (27), (28), (29), (30), (31), (32), (33), (34), (35), (36), dan (37). Struktur bahasa yang menjadi acuan dalam plesetan kalimat (ekspresi) merupakan ungkapan yang sudah sering ditemui dalam interaksi komunikasi dalam masyarakat. Ungkapan-ungkapan tersebut diplesetkan karena pembaca (masyarakat) sudah merasa akrab (mengenal) struktur bahasanya sehingga ketika diplesetkan akan menimbulkan efek humor. Hal ini dapat dilihat pada data (16) dan (17) berikut ini.


38

(16) TULISAN

INI

DAPAT

MENYEBABKAN

SEGER,

SERANGAN UNTUNG, JATUHHATI, DAN GABUNGAN KBAHAGIAAN DAN AMIN. (17) AWAS PACARAN DAPAT MENGAKIBTKAN: SAKIT HATI, BERANTEM, GANGGUAN JIWA, DAN GANGGUAN IMAN TTD: DINAS KEBERSIHAN CINTA (16a) dan (17a) PERINGATAN PEMERINTAH: MEROKOK

DAPAT

MENYEBABKAN

KANKER,

SERANGAN JANTUNG, IMPOTENSI DAN GANGGUAN KEHAMILAN DAN JANIN. Struktur bahasa yang diplesetkan pada data (16) dan (17) yaitu ungkapan berupa himbauan pemerintah yang tertera pada bungkus rokok. Setiap bungkus rokok pasti mencantumkan ungkapan ini dalam bungkusnya. Pada data (16), struktur bahasa yang dipertahankan pada hasil plesetan adalah kata dapat menyebabkan, serangan, dan dan. Penciptaan plesetan dengan menggunakan teknik lesap, ganti, dan perluas. Kata peringatan pemerintah dihilangkan. Kata merokok diganti dengan tulisan ini. Kata Kanker diganti dengan seger; kata jantung diganti dengan untung; gangguan kehamilan dan janin diganti


39

dengan gabungan kebahagiaan dan amin. Kata-kata pengganti tersebut masih mempertahankan irama kata aslinya, yaitu pada kata seger, untung, dan gabungan kebahagiaan dan amin. Selain itu, penciptaan plesetan pada data (16) juga dengan menambahkan kata jatuh hati. Penciptaan plesetan pada data (17) dengan menggunakan teknik ganti dan perluas. frasa peringatan pemerintah diganti dengan kata awas; kata Merokok diganti dengan pacaran; kata menyebabkan diganti dengan mengakibatkan (kedua kata ini mempunyai arti yang sama); frasa menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi dan gangguan kehamilan dan janin diganti dengan frasa sakit hati, berantem,

gangguan

penggantiannya

tidak

jiwa,

dan

gangguan

mempertahankan

irama

iman.

Teknik

kata

aslinya

sebagaimana pada data (16). Pada akhir kalimat ditambahkan unsur bahasa yang baru, yaitu ttd: dinas kebersihan cinta. Frasa dinas kebersihan cinta juga merupakan plesetan dari nama instansi yaitu Dinas Kebersihan dan Pertamanan atau biasa disingkat DKP. Kata pertamanan diganti dengan kata cinta. Plesetan kalimat (ekspresi) banyak yang merupakan bentuk konstruksi imperatif dengan ditandai penggunaan kata warning, caution, awas, dan perhatian. Kata warning, caution, awas, dan perhatian digunakan dalam konteks resmi dan sebagai peringatan keras terhadap sesuatu hal yang penting. Misalnya, adanya ungkapan


40

Awas, mudah terbakar pada tong yang berisi minyak; ungkapan Warning, high voltage pada gardu listrik. Pada bahasa plesetan, ungkapan-ungkapan yang penting tersebut diganti dengan susunan kata yang mengandung humor. Penggunaan kata imperatif warning, caution, awas, dan perhatian menjadikan efek humor itu menjadi semakin besar. Hal ini dapat dilihat pada data (18) Warning, awan sekolah, bengi sinau, kapan dolane (bahasa Jawa) yang berarti ‘siang sekolah, malam belajar, kapan bermainnya’. Frasa awan sekolah, bengi sinau, kapan dolane bukanlah suatu ungkapan yang penting. Frasa tersebut merupakan sebuah ungkapan humor. Begitu juga pada data (19) Warning, udah tobat jangan ngajak maksiat. Frasa udah tobat jangan ngajak maksiat bukan merupakan ungkapan yang penting dibaca oleh khalayak. (18) WARNING: AWAN SEKOLAH, BENGI SINAU, KAPAN DOLANE (19) WARNING: UDAH TOBAT JANGAN NGAJAK MAKSIAT Acuan dari bentuk plesetan di atas merupakan bahasa peringatan berbahasa Inggris yang biasa ditemui di tempat-tempat yang mengandung bahaya. Misalnya, di tempat yang terdapat tegangan listrik tinggi dan tempat yang terdapat bahan cair yang mudah terbakar. Struktur bahasa yang menjadi acuannya dapat dilihat pada (18a) dan (19a) berikut ini.


41

(18a) dan (19a) WARNING, HIGH VOLAGE WARNING, FLAMMABLE LIQUID Pada data (18) dan (19) struktur bahasa yang dipertahankan adalah bentuk kata imperatif warning. Frasa yang manjadi inti ungkapan seluruhnya diganti dengan struktur bahasa lain. Hal ini berbeda dengan data (20), dan (21). Pada data (20) dan (21), selain kata warning, beberapa kata dari ungkapan asli tetap dipertahankan. (20) WARNING SESAMA KERE DILARANG SALING MENDAHULUI (20a) SESAMA BUS KOTA DILARANG SALING MENDAHULUI Pada data (20), struktur bahasa Sesama kere dilarang saling mendahului merupakan plesetan dari ungkapan Sesama bus kota dilarang saling mendahului. Ungkapan ini merupakan salah satu kode etik dalam bisnis transportasi khususnya bus kota. Frasa bus kota pada ungkapan asli diganti dengan kata kere. (21) WARNING: BARANG INI HARAM DICURI (21a) Babi itu haram dikonsumsi Pada data (21), ungkapan asli yang diplesetkan yaitu Babi itu haram. Hal ini diketahui dari gambar dalam stiker yang menampilkan seekor babi. Babi itu haram merupakan salah satu ajaran dalam agama Islam. Ungkapan ini diplesetkan menjadi Barang ini haram dicuri. Kata babi pada ungkapan asli diganti dengan barang ini, kemudian di


42

belakang struktur bahasa asli tersebut diperluas dengan menambahkan kata dicuri. (22) WARNING:

DEMI

MENJAGA

KESELAMATAN

BERSAMA, DILARANG SENYUM SEMBARANGAN (22a) DILARANG BUANG SAMPAH SEMBARANGAN Pada data (22), ada dua bentuk plesetan. Plesetan pertama, Demi menjaga keselamatan bersama dan plesetan kedua, Dilarang senyum sembarangan. Bentuk pertama merupakan plesetan dari rambu-rambu lalu lintas, yaitu Demi menjaga keselamatan bersama, Patuhilah rambu-rambu lalu lintas. Bentuk kedua merupakan plesetan dari ungkapan Dilarang buang sampah sembarangan. Penciptaan bahasa plesetan pada data (22) dengan cara menggabungkan kedua bentuk plesetan. Pada bentuk pertama frasa Patuhilah rambu-rambu lalu lintas dihilangkan dan pada bentuk kedua frasa buang sampah diganti dengan kata senyum. (23) CAUTION PANAS ASMARAMU TAK SEPANAS KNALPOTKU (23a) Panas asmaraku sepanas matahari Kata caution pada data (23) dan (24) merupakan kata imperatif yang menjadi awalan ungkapan yang akan disampaikan. Pada data (23) bentuk plesetan Panas asmaramu tak sepanas knalpotku merupakan plesetan dari ungkapan rayuan seseorang kepada pasangannya. Ungkapan rayuan yang lazim yaitu Panas asmaraku sepanas


43

matahari, dalamnya cintaku sedalam lautan, Tingginya cintaku setinggi gunung, dan sebagainya. Kata yang menjadi titik humor pada bentuk plesetan itu adalah kata knalpot. Penggunaan kata knalpot untuk menggambarkan besarnya rasa cinta merupakan sesuatu yang tidak lazim, bahkan hal itu menimbulkan efek humor. Kata knalpot menggantikan kata matahari. (24) CAUTION: KURANGI KECEPATAN, ORANG CANTIK LEWAT (24a) KURANGI KECEPATAN, BANYAK ANAK-ANAK Pada data (24) terdapat plesetan terhadap ungkapan dalam rambu-rambu lalu lintas. Frasa Kurangi kecepatan, orang cantik lewat merupakan bentuk plesetan dari ungkapan rambu-rambu lalu lintas yang sering yang biasa dipasang pada tempat-tempat yang berbahaya. Penciptaan bahasa plesetan pada data (24) dengan cara mempertahankan frasa pertama

yaitu kurangi kecepatan dan

mengganti frasa kedua dengan frasa orang cantik lewat. Teknik penciptaan bentuk plesetan pada data (24) sama dengan plesetan pada data (25) dan (26) berikut ini. (25) AWAS: HATI-HATI, ORANG CAKEP DI DEPAN ANDA (25a) HATI-HATI, RAWAN KECELAKAN Ungkapan asli pada dari data (25) merupakan bunyi ramburambu lalu lintas, yaitu Hati-hati, rawan kecelakan. Frasa kedua diganti dengan frasa orang cakep di depan anda.


44

(26) PERHATIAN DILARANG MENDAHULUI ORANG CAKEP (26a) DILARANG MENDAHULUI DARI KIRI Pada data (26) merupakan bentuk plesetan dari ungkapan dilarang mendahului dari kiri. Frasa kedua diganti dengan frasa orang cakep. Pada data (25) dan (26) kata imperatif tetap dipertahankan, yaitu kata awas dan perhatian. Struktur frasa pertama juga dipertahankan, yiatu hati-hati dan dilarang mendahului. Penciptaan plesetan dengan teknik mengganti frasa kedua. (27) NABRAK! AWAS! WAJIB GANTI RUGI (27a) AWAS, ADA ANJING GALAK Pada stiker yang mengandung data (27) terdapat gambar anjing yang menampakkan giginya. Hal ini mempunyai kesan bahwa anjing ini buas atau galak. Tulisan awas dan gambar anjing biasanya ditempatkan pada halaman rumah seseorang dengan maksud memperingatkan pembaca bahwa di dalam rumah tersebut ada anjing penjaga (anjing galak). Ungkapan aslinya yaitu Awas, ada anjing galak. Struktur yang diplesetkan yaitu frasa ada anjing galak yang diganti frasa wajib ganti rugi. (28) 2 M: DUA METER MENDEKATI ORANG CAKEP (28a) 100 METER MENDEKATI PERSIMPANGAN JALAN


45

Acuan dari plesetan pada data (28) yaitu 100 meter mendekati persimpangan jalan. Penciptaan plesetan dengan mengganti frasa persimpangan jalan dengan frasa orang cakep. (29) SETAN DILARANG NUMPANG (29a) DILARANG MENUMPANG Acuan dari plesetan pada data (29) yaitu Dilarang menumpang. Ungkapan ini biasa ditempelkan pada kendaraan berat atau kendaraan pengangkut

barang

berbahaya.

Penciptaan

plesetan

dengan

memperluas struktur asli, yaitu menambahkan kata setan di awal ungkapan aslinya sehingga menjadi Setan dilarang menumpang. (30) “SLOW RIDER�: ONLY MAX. SPEED 20 KM/HOUR (30a) SLOW, ONLY MAX SPEED 20 KM/HOUR Acuan dari plesetan pada data (30) yaitu ungkapan Slow, only max speed 20 km/hour. Ungkapan ini biasa ditempelkan pada tempat atau jalan yang rawan kecelakaan atau jalan yang padat lalu lintas. Penciptaan plesetan dengan memperluas struktur aslinya, yaitu menambahkan kata rider setelah kata slow. (31) SABAR: KALAU JELEK MEMANG DI BELAKANG (31a) SABAR, ORANG SABAR DISAYANG TUHAN Pada data (31), kata imperatif sabar diikuti oleh frasa kalau jelek memang di belakang. Bentuk ini merupakan plesetan dari ungkapan Orang sabar disayang Tuhan.


46

(32) NYOLONG

DAN

NGEMBAT:

JALAN

TERCEPAT

MENUJU LIANG LAHAT! GAK PERCOYO? COBA WAE! (32a) MENCURI, JALAN TERCEPAT MENUJU KAYA Pada data (32), yang merupakan bentuk plesetan yaitu frasa menuju liang lahat. Bentuk plesetan ini mengacu pada ungkapan Mencuri, jalan tercepat menuju kaya. Kata mencuri diganti dengan nyolong dan ngembat, sedangkan kata kaya diganti dengan liang lahat. (33) SENYUM DONK !!! MINIMAL 3 X SEHARI (33a) MINUM 3 X SEHARI Bentuk pleseten pada data (33) mengacu pada anjuran minum obat yang biasa tertera pada bunkus obat. Ungkapan aslinya biasa berbunyi Minum 3 X sehari. Penciptaan bentuk plesetan dengan cara menambahkan frasa senyum donk di awal struktur dan mengganti kata minum dengan kata minimal. (34) KOMUNIKASI INSIDE UNIVERSITAS NEGERI SEBELAS MARET (34a) INTEL INSIDE Frasa komunikasi inside pada data (34) merupakan bentuk plesetan dari intel inside. Intel inside adalah slogan produk prosesor bermerek Intel. Produk ini banyak digunakan orang sehingga slogan intel inside juga dikenal banyak orang. Untuk menciptkan bentuk plesetan, kata intel diganti dengan kata komunikasi.


47

(35) MUOH, THE SPIRIT OF SUKOHARJO (35a) SOLO, THE SPIRIT OF JAVA Data (35) merupakan bentuk plesetan dari slogan kota Surakarta atau lebih dikenal dengan kota Solo. Slogan kota Solo yaitu Solo, the spirit of Java. Penciptaan bentuk plesetan dengan menggunakan teknik ganti, yaitu mengganti kota Solo dengan Muoh dan mengganati kata Java dengan Sukoharjo.

f. Plesetan Ideologis (Semantis) Plesetan ideologis (semantis) yakni plesetan sebuah ide menjadi ide lain dengan bentuk linguistik yang sama. Pada data analisis ditemukan 5 bentuk plesetan ideologis (semantis), yaitu data (36), (37), (38), (39), dan (40). (36) TERORIS CINTA BIKIN DERITA (36a) Teroris adalah orang yang menggunakan kekerasan untuk menimbulkan rasa takut Pada data (36), kata yang menjadi acuan bentuk plesetan adalah teroris. Kata teroris berarti ‘orang yang menggunakan kekerasan untuk menimbulkan rasa takut, biasanya untuk tujuan politik’ (KBBI, 2008: 1511). Kata teroris pada bentuk plesetan data (36) dapat diartikan sebagai orang yang membuat orang lain (khususnya lawan jenis)


48

menjadi merasa kebingungan karena selalu memikirkannya. Bentuk plesetan pada data (36) mengubah makna kata teroris. (37) ATTENTION HARI GINI GA PAKE GIGI, OMPONG DONG (37a) Sepeda motor yang tidak bergigi adalah sepeda motor jenis automatik Pada data (37), kata yang menjadi acuan bentuk plesetan adalah gigi. Kata gigi berarti ‘tulang keras dan kecil-kecil berwarna putih yang tumbuh tersusun berakar di dalam gusi dan kegunaannya untuk mengunyah atau menggigit’ (KBBI, 2008: 477). Kata gigi pada data (37) diartikan sebagai bagian dari mesin kendaraan bermotor. Bentuk ungkapan Hari gini ga pake gigi mengacu pada kendaraan bermotor yang berjenis automatik. Frasa ompong donk mengacu pada kondisi seseorang yang sudah tidak memiliki gigi lagi. Bentuk plesetan pada data (37) mengubah makna kata gigi. (38) BIAR TUA MASIH KUAT (38a) Meskipun usianya sudah tua, badannya tetap kuat. Pada data (38), makna ungkapan Biar tua masih kuat diplesetkan. Ungkapan Biar tua masih kuat bermakna seseorang yang sudah tua tetapi kondisi badannya masih kuat. Stiker dengan bahasa plesetan ini ditempelkan pada sepeda motor keluaran tahun lama. Artinya, sepeda motor itu usianya sudah tua. Ketika ungkapan Biar tua masih kuat ditempelkan pada sepeda motor yang berusia tua maka


49

ungkapan itu maknanya berubah. Makna yang kemudian muncul yaitu meskipun usia sepeda motor sudah tua (lama), kondisi mesinnya masih bagus sehingga masih kuat untuk digunakan. (39) WARNING: DILARANG SENGGAL SENGGOL, BODY BAHENOL (39a) Body bahenol = bentuk tubuh yang montok, gemuk berisi Pada data (39), kata senggal-senggol dan body bahenol menjadi

acuan

plesetan.

Kata

senggol

berarti

‘bersentuhan;

bersinggungan’ (KBBI, 2008: 1313). Kata senggol biasanya digunakan untuk mengungkapkan keadaan dua anggota badan yang bersentuhan. Pada data (39), kata senggol diubah maknanya menjadi keadaan bersentuhan dua kendaraan. Untuk mengungkapkan kondisi dua kendaraan yang bersetuhan biasanya menggunakan kata serempet (menyerempet). Kata bahenol berarti ‘montok; gemuk berisi; gemuk padat; sintal:’ (KBBI, 2008: 971). Kata body bahenol mengacu pada sepeda motor sehingga kata body bahenol berubah maknanya. Kata body bahenol diartikan sebagai bentuk sepeda motor yang sangat bagus. (40) CAUTION: NYENGGOL BENJOL (40a) Nyenggol = menyentuh; benjol = bengkak, lebam Data (40) juga menggunakan kata senggol (nyenggol) sebagai acuan plesetan. Kata nyenggol diplesetkan maknanya menjadi menyerempet sepeda motor. Ungkapan nyenggol benjol dapat diartikan


50

bahwa pemilik sepeda motor adalah orang yang mudah marah dan akan menghajar atau memukuli orang yang menyerempet sepeda motornya.

g. Plesetan Diskursi (Wacana) Plesetan diskursi (wacana) yakni plesetan sebuah cerita atau bentuk linguistik naratif yang sengaja digunakan untuk memutar balikkan fakta atau kenyataan yang ada. Dalam stiker plesetan pada sepeda motor tidak ditemukan tipe plesetan diskursi (wacana).

2. Fungsi Permainan Bahasa pada Stiker Sepeda Motor Permainan bahasa adalah bentuk penggunaan bahasa yang tidak semestinya yang di dalamnya mengandung berbagai penyimpangan, seperti penyimpangan fonologis, gramatikal, kekacauan hubungan bentuk dan makna, dan bermacam-macam pelanggaran yang bersifat pragmatis yang dimaksudkan untuk mencapai bermacam-macam tujuan, seperti melucu, mengkritik, menasehati, melarang, dan berbagai tujuan lain yang seringkali tidak mudah diidentifikasikan. Setiap bahasa bagi masyarakatnya berfungsi sebagai alat komunikasi antarsesama, dalam artian seseorang mengirim maksud, pesan, pikiran, atau ide, dan orang lain menerimanya. Akan tetapi, penggunakan bahasa plesetan bukanlah sebagai alat utama untuk mengirim maksud,


51

pesan, pikiran, atau ide, dan orang lain menerimanya. Fungsi utama plesetan bukanlah untuk berkomunikasi, tetapi untuk menciptakan humor. Bahasa plesetan pada umumnya sangat kontekstual sehingga berfungsi untuk mengungkapkan pola pikir dan perasaan penutur bahasa yang bersangkutan. Fungsi kultural ini tetaplah tidak keluar dari fungsi utama bahasa plesetan yaitu untuk menciptakan humor. Analisis makna bahasa plesetan dilakukan dengan menentukan makna bahasa plesetan kemudian mengaitkannya dengan konteks. Berikut ini analisis fungsi permainan bahasa pada stiker sepeda motor. a. Bahasa

Plesetan

Berfungsi

sebagai

Olok-Olokan

dengan

Mengambil Objek Tertentu menjadi Topik Pembicaraan Bahasa plesetan digunakan untuk mengolok-olok sebuah objek tertentu. Karena berupa plesetan, olok-olokan itu tidak benar-benar bermaksud untuk mengolok-olok. Olok-olokan itu hanyalah sebagai humor. Sebagaimana terlihat pada data (3), terdapat olok-olokan terhadap laki-laki yang kesepian. Maksudnya yaitu laki-laki yang tidak memiliki pasangan. (3)

PPPK: PERSATUAN PRIA PRIA KESEPIAN

(7)

CAH GENIUS: GENDENG TAPI SERIUS Pada data (7), kata genius diplesetkan menjadi gendeng tapi

serius. Kata genius berarti ‘berkemampuan (berbakat) luar biasa dl berpikir dan mencipta’. Kata gendeng artinya ‘gila; tidak normal (ingatan, pikiran)’ (KBBI, 2008: 463). Kata gendeng biasanya


52

digunakan untuk mengolok-olok seseorang yang pikirannya tidak normal. Pertentangan makna antara kata genius dan gendeng menimbulkan efek humor. (31) SABAR, KALAU JELEK MEMANG DI BELAKANG Kata sabar berarti ‘tahan menghadapi cobaan (tidak lekas marah, tidak lekas putus asa, tidak lekas patah hati); tabah’ (KBBI, 2008: 1237). Pada data (31), kata sabar merupakan bentuk imperatif yang bermaksud menasehati seseorang yang tertimpa musibah agar tidak putus asa. Frasa kalau jelek memang di belakang merupakan plesetan dari ungkapan orang sabar disayang Tuhan. Kata jelek berarti ‘tidak

enak

dipandang

mata;

buruk

(tentang

wajah);

tidak

menyenangkan (tidak menenteramkan, tidak membahagiakan); jahat; tidak baik’ (KBBI, 2008: 580). Kata jelek biasa digunakan untuk menyebutkan suatu keadaan yang tidak baik atau tidak disukai. Penggunaan kata jelek pada data (31) mengacu pada pembaca yang berada di belakang sepeda motor yang ditempeli stiker tersebut. Hal ini berarti pembaca stiker tersebut diolok-olok atau dikatakan jelek. Orang yang membaca tulisan tersebut tidak akan marah dengan olok-olokan itu karena olok-olokan itu hanya sebatas gurauan.


53

b. Bahasa Plesetan Berfungsi sebagai Sindiran atau Celaan Secara Tidak Langsung kepada Orang atau Situasi Tertentu Untuk mencela orang atau situasi tertentu terkadang tidak bisa dilakukan secara langsung. Bahasa plesetan digunakan untuk menyampaikan

sindiran

atau

celaan

secara

tidak

langsung.

Sebagaimana pada data (17) yang berisi sindiran terhadap aktivitas pacaran yang menimbulkan banyak merugikan. pada bentuk plesetan disebutkan beberapa hal buruk yang dapat terjadi akibat aktivitas pacaran, yaitu pacaran dapat mengakibatkan sakit hati, berantem (berkelahi), gangguan jiwa, dan gangguan iman. Jika diutarakan secara langsung, sindiran ini akan menyakiti orang yang bersangkutan. Karena dalam bentuk plesetan, sindiran ini tidak menyakiti orang yang bersangkutan. (17) AWAS! PACARAN DAPAT MENGAKIBTKAN: SAKIT HATI, BERANTEM, GANGGUAN JIWA, DAN GANGGUAN IMAN TTD: DINAS KEBERSIHAN CINTA (23) CAUTION! PANAS ASMARAMU TAK SEPANAS KNALPOTKU (36) TERORIS CINTA BIKIN DERITA Bahasa plesetan pada data (23) menyampaikan sindiran terhadap rasa sayang (asmara) seseorang yang tidak terlalu besar. Besarnya rasa kasih atau sayang diungkapkan dengan kata panas.


54

Dalam KBBI (2008: 1140), panas berarti ‘hangat sekali, lawan dingin: terasa seperti terbakar atau terasa dekat dengan api; bersuhu relatif tinggi’. Besarnya rasa sayang yang diungkapkan dengan kata panas tersebut diperbandingkan dengan knalpot. Knalpot merupakan bagian dari kendaraan bermotor yang berfungsi mengeluarkan asap sehingga keadaanya akan panas bila kendaraan dinyalakan. Pada bahasa plesetan (23), knalpot ternyata lebih panas daripada rasa sayang. Maksudnya, rasa sayang itu tidak terlalu besar. Hal ini merupakan sebuah sindiran terhadap orang yang menyayangi orang lain tidak dengan sungguh-sungguh. Besarnya rasa sayang (asmara) yang diperbandingkan dengan panasnya knalpot menimbulkan efek humor. Pada data (36) terjadi plesetan makna terhadap kata teroris. Dalam KBBI (2008: 1511), teroris berarti ‘orang yang menggunakan kekerasan untuk menimbulkan rasa takut, biasanya untuk tujuan politik’. Teroris mempunyai sifat menakutkan sehingga menjadi perhatian orang banyak. Pada kasus bahasa plesetan di atas, kata teroris mengacu pada seseorang yang telah membuat orang lain selalu memikirkannya. Frasa teroris cinta dapat diartikan sebagai seseorang yang membuat orang lain jatuh cinta kepadanya sehingga selalu memikirkannya. Bikin derita berarti membuat penderitaan bagi orang yang sedang jatuh cinta. Ungkapan teroris cinta bikin derita dapat diartikan bahwa seseorang yang sedang jatuh cinta keapda orang lain akan selalu memikirkan orang tersebut sehingga membuat ia merasa


55

menderita. Ungkapan ini merupakan sindiran bagi orang-orang yang sedang jatuh cinta dan mengalami penderitaan karena selalu memikirkan orang yang dicintainya. (37) ATTENTION! HARI GINI GA PAKE GIGI, OMPONG DONG Pada data (37) terjadi plesetan konteks tuturan. Pada frasa pertama, hari gini ga pake gigi mengacu pada konteks sistem mesin kendaraan bermotor. Pada frasa kedua, ompong dong, mengacu pada konteks keadaan bagian tubuh manusia. Kata gigi pada frasa pertama berarti gigi roda penggerak pada mesin kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor yang tidak bergigi merupakan jenis kendaraan bermotor automatik. Kata gigi pada frasa kedua berarti ‘tulang keras dan kecil-kecil berwarna putih yang tumbuh tersusun berakar di dalam gusi dan kegunaannya untuk mengunyah atau menggigit’ (KBBI, 2008: 477). Kata ompong berarti tidak bergigi karena giginya sudah tanggal, dicabut, atau tidak tumbuh. Ungkapan Hari gini ga pake gigi, ompong dong merupakan bentuk sindiran terhadap sepeda motor jenis automatik yang tidak bergigi sehingga disamakan dengan orang yang tidak mempunyai gigi (ompong).

c. Bahasa Plesetan Berfungsi sebagai Protes Sosial Terhadap Penguasa atau Terhadap Kekacauan yang Terjadi di Masyarakat Bahasa plesetan sering digunakan untuk menyampaikan sesuatu

secara

tidak

langsung.

Salah

satunya

yaitu

untuk


56

menyampaikan protes sosial terhadap penguasa atau terhadap kekacauan yang terjadi di masyarakat maupun di pemerintah. Penggunaan bahasa plesetan sebagai ungkapan protes dimaksudkan agar aspirasi dapat disampaikan tanpa terkena konsekuensi apapun. Protes semacam ini dimungkinkan disampaikan melalui bahasa plesetan karena sifat bahasa plesetan yang mengandung humor sehingga tidak akan membuat marah pihak yang diprotes atau ditegur. Protes masayarakat terhadap penegakan hukum, khususnya hukum lalu lintas, diwujudkan dalam bahasa plesetan pada dara (1) berikut ini. (1)

BESAR PASAL DARIPADA TILANG Data (1) merupakan bentuk plesetan dari sebuah peribahasa

terkenal yaitu besar pasak daripada tiang. Peribahasa besar pasak daripada tiang artinya lebih besar pengeluaran daripada pendapatan (Bachtiar, 2004: 34). Kata pasak diganti dengan kata pasal, sedangkan kata tiang diganti dengan kata tilang. Kata pasal pada data (1) bearti bagian dari bab yang terdapat dalam peraturan lalu lintas. Kata tilang berarti bukti pelanggaran lalu lintas. Ungkapan Besar pasal daripada tilang merupakan bentuk protes terhadap proses penegakan hukum di jalan raya yang sering tidak sesuai prosedur yang berlaku. Sering kali seseorang mendapat tilang dari petugas lalu lintas dan mendapat denda uang dalam jumlah yang besar. Realitas hukum tersebut diprotes melalui bahasa plesetan.


57

(18) WARNING! AWAN SEKOLAH, BENGI SINAU, KAPAN DOLANE Data (18) merupakan bahasa plesetan sebagai bentuk protes siswa sekolah terhadap tekanan dari orang tua maupun pihak sekolah. Orang tua dan pihak sekolah sering memaksa siswa untuk selalu belajar tanpa memperhatikan kondisi siswa. Pada bahasa plesetan tersebut, siswa protes karena aktivitasnya di siang hari adalah belajar sekolah dan malam harinya belajar di rumah. Hal ini diungkapkan dengan frasa awan sekolah ‘siang sekolah’ dan bengi sinau ‘malam belajar’. Selanjutnya, siswa menyampaikan keinginannya untuk bisa bermain. Hal ini diungkapkan dengan frasa kapan dolane ‘kapan bermainnya’.

d. Bahasa Plesetan Berfungsi sebagai Pencerminan Diri pada Situasi yang Menguntungkan Bahasa plesetan dapat digunakan sebagai bentuk pencerminan diri terhadap situasi yang menguntungkan. Penciptaan bahasa plesetan jenis ini menggunakan acuan sebuah benda atau situasi yang mempunyai citra baik di mata masyarakat. Hal ini dapat terlihat pada data (4), (9), (14), (30), (34), dan (35). (4)

CRX: COMMUNITY REMAJA KOCAX CRX merupakan nama salah satu jenis mobil produksi Honda.

CRX diplesetkan menjadi Community Remaja Kocax. Dengan


58

menggunakan singkatan CRX, komunitas tersebut berharap mudah dikenal masyarakat karena merk CRX merupakan merek mobil yang sudah terkenal. Bahasa plesetan pada data (4) merupakan pencerminan diri terhadap suatu merk produk yang sudah dikenal masyarakat. Hal ini berbeda dengan data (9) dan (14) yang mengambil nama binatang dan nama sayuran sebagai acuan pencerminan diri. Kata semut diplesetkan menjadi sekumpulan motor imut dan kata ijo cabe diplesetkan menjadi ikatan jomblo cakep dan berduit. Pencerminan diri terhadap suatu nama yang sudah akrab di telinga masyarakat akan memudahkan sebuah komunitas untuk dikenal masyarakat. (9)

SEMUT: SEKUMPULAN MOTOR IMUT

(14) IJO CABE: IKATAN JOMBLO CAKEP DAN BERDUIT (30) “SLOW RIDER”, ONLY MAX. SPEED 20 KM/HOUR Pada data (30) bentuk pencerminan diri berupa rambu-rambu lalu lintas. Ungkapan “slow rider” only max. speed 20 km/hour merupakan bentuk plesetan dari rambu lalu lintas yang berbunyi Slow, only max. speed 20 km/hour. Penciptaaan bahasa plesetan dengan teknik perluas yaitu menambahkan kata rider setelah kata slow. Kata slow rider mengacu pada pengendara sepeda motor. Dengan bahasa plesetan tersebut, pengendara sepeda motor mendapat pencerminan diri terhadap rambu lalu lintas yang sering dilihat masyarakat. Hal ini membuat masyarakat (pembaca) merasa akrab dengan struktur bahasa plesetan tersebut.


59

(34) KOMUNIKASI INSIDE, UNIVERSITAS NEGERI SEBELAS MARET (35) MUOH, THE SPIRIT OF SUKOHARJO Struktur bahasa plesetan pada data (34) mengacu pada struktur bahasa slogan produk prosesor bermerek Intel. Intel mempunyai slogan Intel inside. Produk Intel banyak digunakan dalam perangkat komputer, baik milik pribadi maupun perkantoran. Pencerminan diri terhadap slogan produk Intel membuat struktur bahasanya mudah dikenali dan menarik perhatian. Bentuk plesetan dari slogan Intel inside yaitu Komunikasi inside. Komunikasi inside berarti pengendara atau pemilik sepeda motor tersebut merupakan akademisi di Fakultas Komunikasi Universitas Negeri Sebelas Maret. Data (35) merupakan bentuk plesetan dari slogan kota Solo. Slogan kota Solo adalah Solo, the spirit of Java. Slogan ini sudah terkenal, baik di wilayah Solo maupun sekitarnya. Pencerminan diri terhadap slogan kota Solo membuat membuat bentuk plesetan menjadi mudah dikenali. Pada data (36), penciptaan bahasa plesetan dengan mengganti kata Solo dengan Muoh. Muoh adalah nama salah satu desa di Kabupaten Sukoharjo. Kata Java diganti dengan Sukoharjo. Sukoharjo adalah nama kabupaten yang berbatasan langsung dengan kota Solo.


60

e. Bahasa Plesetan Berfungsi sebagai Eufemisme Bahasa plesetan yang berfungsi sebagai eifemisme yaitu plesetan yang dimaksudkan sebagai penghalusan untuk menggantikan kata-kata yang dianggap kurang berterima atau dirasakan agak kasar dalam masyarakat. Hal ini terlihat pada data (10) berikut ini. (10) KAMU MEMANG GANTENG, GELANDANGAN TENGIK Kata ganteng berarti ‘elok dan gagah (tentang perawakan dan wajah, khusus untuk laki-laki); tampan’. Kata gelandangan berarti ‘orang yang tidak tentu tempat kediaman dan pekerjaannya’, sedangkan kata tengik berarti ‘berbau atau berasa tidak sedap (seperti bau minyak kelapa yang sudah lama); berbau busuk’ (KBBI, 2008: 448). Ungkapan gelandangan tengik merupakan bentuk umpatan yang kasar. Bentuk umpatan yang kasar tersebut diperhalus dengan memelesetkannya menjadi kata ganteng. Dengan bahasa plesetan berupa kata ganteng, bentuk umpatan yang kasar tersebut menjadi lebih halus dan menimbulkan efek humor. Efek humor tercipta karena adanya pertentangan makna leksikal antara kata ganteng dan gelandangan tengik.

f. Bahasa Plesetan Berfungsi sebagai Ungkapan Rahasia agar Orang Lain Tidak Mengetahui Maksud yang Sebenarnya Bahasa plesetan dapat digunakan sebagai ungkapan rahasia agar orang lain tidak mengetahui maksud yang sebenarnya.


61

(2)

KISS: KISAH INDAH SEORANG SUPIR

(8) NAJIS: NANTIKAN AKU JADI SUAMIMU (11) GARING: GANJA KERING Kata kiss (bahasa Inggris) yang berarti ‘ciuman’ diplesetkan menjadi frasa Kisah Indah Seorang Supir. Kata kiss merupakan ungkapan rahasia agar orang lain tidak mengetahui maksud sesungguhnya. Ungkapan plesetan berupa Kisah indah seorang supir dapat diartikan bahwa sorang sopir (bus atau truk) seringkali menjalin cinta di daerah lain. Hal ini dapat terjadi karena kondisi sopir yang sering pergi ke daerah lain. Kisah indah yang dialami oleh sopir diplesetkan dengan kata kiss. Pada data (8), kata najis menjadi acuan bentuk plesetan. Kata najis berarti ‘kotor yang menjadi sebab terhalangnya seseorang untuk beribadah kepada Allah, seperti terkena jilatan anjing’ (KBBI, 2008: 994). Kata najis diplesetkan menjadi Nantikan aku jadi suamimu. Ungkapan ini merupakan pesan yang disampaikan oleh seorang lakilaki kepada wanita agar mau menerima sang laki-laki sebagai suami. Kata najis dapat menyembunyikan maksud yang dikandung ungkapan tersebut.


62

g. Bahasa Plesetan Berfungsi sebagai Ajakan untuk Melakukan atau Meninggalkan Sesuatu Tujuan utama bahasa plesetan adalah untuk menciptakan efek humor. Selain itu, bahasa plesetan juga dapat berfungsi sebagai ajakan untuk melakukan atau meninggalkan sesuatu. (5)

JA’IM: JAGA IMAGE, JAGA IMAN, JAGA ITUMU

(19) WARNING! UDAH TOBAT JANGAN NGAJAK MAKSIAT Pada data (5), kata jaim menjadi acuan dari bentuk plesetan jaga iman dan jaga itumu. Kata jaim merupakan singkatan dari frasa jaga image. Jaga image artinya bahwa seseorang berusaha berpenampilan sebaik mungkin untuk menjaga kewibawaannya agar dihargai dan dihormati orang lain. Kata jaim diplesetkan menjadi frasa imperatif yaitu jaga iman dan jaga itumu. Bahasa plesetan pada data (5) selain mengandung humor juga mengandung pesan atau ajakan berupa jaga iman dan jaga itumu. Jaga iman artinya bahwa seseorang harus berusaha menjaga iman dengan memperbanyak perbuatan baik dan menjauhi perbuatan buruk. Kata itumu pada frasa jaga itumu dapat diartikan sebagai aurat seseorang. Jaga itumu dapat diartikan bahwa seseorang harus menjaga auratnya sesuai aturan agama dan moral yang berlaku. Ungkapan udah tobat jangan ngajak maksiat pada data (19) dapat diartikan bahwa orang tersebut sudah bertaubat dari perbuatanperbuatan maksiat yang pernah dilakukannya. Orang tersebut


63

kemudian berpesan agar orang lain tidak mengajaknya melakukan perbuatan-perbuatan maksiat tersebut. Ungkapan tersebut tidak benarbenar menyampaikan realitas karena ungkapan tersebut merupakan bentuk plesetan. Namun, bentuk plesetan tersebut mengandung pesan berupa ajakan untuk meninggalkan maksiat. (21) WARNING! BARANG INI HARAM DICURI (32) NYOLONG DAN NGEMBAT, JALAN TERCEPAT MENUJU LIANG LAHAT! GAK PERCOYO? COBA WAE! Bahasa plesetan pada data (21) dan (32) selain mengandung humor juga mengandung pesan atau ajakan agar orang meninggalkan perbuatan yang tidak baik. Pesan yang terkandung pada data (21) yaitu agar orang tidak mencuri kendaraan (sepeda motor). Pesan tersebut diungkapkan dalam bentuk bahasa plesetan yaitu barang ini haram dicuri. Ungkapan tersebut dapat diartikan bahwa sepeda motor yang ditempeli stiker plesetan itu tidak boleh dicuri. Pesan sejenis juga terkandung pada data (32) yang diungkapkan dalam bentuk bahasa plesetan yaitu Nyolong dan ngembat, jalan tercepat menuju liang lahat! Gak percoyo? Coba wae! Ungkapan tersebut merupakan plesetan dari ungkapan Mencuri, jalan tercepat menuju kaya. Dengan mengganti kata kaya menjadi liang lahat, ungkapan tersebut mengandung pesan bahwa mencuri apabila ketahuan bisa dikeroyok orang banyak sampai mengalami sakit yang parah bahkan bisa sampai


64

meninggal. Bahasa plesetan pada data (32) selain mengandung humor juga mengandung pesan agar orang tidak mencuri. (33) SENYUM DONK !!! MINIMAL 3 X SEHARI Data (32) merupakan bentuk plesetan dari anjuran minum obat yang biasanya tertera pada bungkus obat. Anjuran tersebut berbunyi Minum 3 X sehari. Yang menjadi acuan plesetan adalah kata minum. Kata minum diganti dengan kata senyum. Ungkapan Senyum donk !!! minimal 3 X sehari dapat diartikan bahwa orang harus selalu tersenyum kepada orang lain minimal 3 X dalam sehari. Tentu saja anjuran ini tidak sungguh-sungguh disampaikan untuk dilaksanakan. Pesan pokoknya yaitu agar orang selalu membiasakan tersenyum dan bersikap ramah kepada orang lain.

h. Bahasa Plesetan Berfungsi sebagai Lelucon atau Hiburan Komunikasi Pada hakikatnya, semua bahasa plesetan berfungsi sebagai hiburan atau lelucon karena orang yang mendengarnya akan tersenyum atau tertawa, tetapi ada kata-kata plesetan yang khusus berfungsi sebagai hiburan. (6)

CUEK: CUCUNE EYANX KROMO

(12) WARNING! DAINESE, MUDA IMUT NEVER SELINGKUH (13) KOPLAK: KOMUNITAS PLAT K (15) ACE MAUT: ANAK KERE MANIS N IMUT


65

Pada data (6), kata cuek menjadi acuan bentuk plesetan. Kata cuek berarti ‘masa bodoh; tidak acuh� (KBBI, 2008: 297). Kata cuek diplesetkan menjadi cucune eyanx kromo. Efek humor yang ditimbulkan dari bentuk plesetan ini berfungsi sebagai hiburan saja. Hal ini juga terlihat pada data (12), (13), dan (15). Penciptaan bentuk plesetan dengan memperluas struktur bahasa aslinya berfungsi sebagai hiburan. (16) TULISAN

INI

DAPAT

MENYEBABKAN

SEGER,

SERANGAN UNTUNG, JATUHHATI, DAN GABUNGAN KBAHAGIAAN DAN AMIN. Acuan bentuk plesetan pada data (16) sama dengan acuan pada bentuk plesetan data (17), yaitu peringatan pemerintah yang tertera pada bungkus rokok. Meskipun mempunyai acuan yang sama, bahasa plesetan pada data (16) dan (17) mempunyai fungsi yang berbeda. Bahasa plesetan pada data (17) berfungsi sebagai sindiran atau celaan secara tidak langsung kepada situasi atau orang tertentu, sedangkan bahasa plesetan pada data (16) berfungsi sebagai hiburan semata. (20) WARNING! SESAMA KERE DILARANG SALING MENDAHULUI Ungkapan Sesama kere dilarang saling mendahului merupakan bentuk plesetan dari ungkapan Sesama bus kota dilarang saling mendahului. Kata kere (bahasa Jawa) berarti miskin, tidak berharta; serba kekurangan (berpenghasilan sangat rendah). Ungkapan Sesama


66

kere dilarang saling mendahului bermakna bahwa pengendara sepeda motor dan pengendara yang berada di belakangnya merupakan orang yang miskin. Karena sama-sama miskin, pengendara sepeda motor yang dibelakang tidak boleh mendahului sepeda motor yang ditempeli stiker plesetan ini. Makna tersebut tentu tidak sesuai dengan realitas. Pengendara sepeda motor belum tentu seorang yang miskin. Selain itu, tidak ada peraturan yang melarang pengendara sepeda motor yang miskin untuk mendahului orang miskin lainnya. Ungkapan Sesama kere dilarang saling mendahului merupakan bentuk lelucon yang berfungsi menghibur. Struktur bahasa yang sering menjadi acuan adalah ramburambu lalu lintas. Sebagaimana terlihat pada data (20), (22), (24), (25), (26), dan (28) berikut ini. (22) WARNING! DEMI MENJAGA KESELAMATAN BERSAMA, DILARANG SENYUM SEMBARANGAN (24) CAUTION! KURANGI KECEPATAN, ORANG CANTIK LEWAT (25) AWAS! HATI-HATI, ORANG CAKEP DI DEPAN ANDA (26) PERHATIAN! DILARANG MENDAHULUI ORANG CAKEP (28) 2 M: DUA METER MENDEKATI ORANG CAKEP Pada data (22), ungkapan Sesama kere dilarang saling mendahului merupakan plesetan dari ungkapan Demi menjaga keselamatan bersama, patuhilah rambu-rambu lalu lintas.


67

Pada data (24), ungkapan Kurangi kecepatan, orang cantik lewat merupakan plesetan dari rambu lalu lintas yang berbunyi Kurangi kecepatan, ada persimpangan jalan atau rambu lain yang semakna dengannya. Orang cantik mengacu pada pengendara sepeda motor yang ditempeli stiker plesetan. Bahasa plesetan ini berfungsi sebagai hiburan saja karena penyebutan diri dengan kata orang cantik merupakan bentuk narsisme, yaitu hal (keadaan) mencintai diri sendiri secara berlebihan. Pada data (25), ungkapan Hati-hati, orang cakep di depan anda merupakan plesetan dari rambu lalu lintas yang berbunyi Hati-hati, rawan kecelakaan atau rambu lain yang semakna dengannya. Pada data (26), ungkapan Dilarang mendahului orang cakep merupakan plesetan dari rambu lalu lintas yang berbunyi Dilarang mendahului atau rambu lain yang semakna dengannya. Pada data (28), ungkapan Dua meter mendekati orang cakep merupakan plesetan dari rambu lalu lintas yang berbunyi 100 meter mendekati rel kereta api atau rambu lain yang semakna dengannya. Orang

cakep

berarti

tampan

(laki-laki)

atau

cantik

(perempuan). Bentuk plesetan pada data (25), (26), dan (28) semakna dengan data (22) yang berfungsi sebagai hiburan semata. (29) SETAN DILARANG NUMPANG Kata setan berarti ‘roh jahat (yg selalu menggoda manusia supaya berlaku jahat)’ (KBBI, 2008:1338). Ungkapan setan dilarang


68

numpang

merupakan

bentuk

plesetan

dari

tulisan

Dilarang

menumpang yang tertera pada kendaraan-kendaraan berat atau kendaraan pengangkut bahan berbahaya. Setan dilarang numpang dapat diartikan bahwa setan tidak boleh menumpang. Dalam kenyataannya tidak ada peraturan yang melarang setan untuk menumpang kendaraan. Selain itu, setan juga tidak akan menumpang pada kendaraan yang sedang dikendarai oleh orang. Oleh karena itu, plesetan pada data (29) ini berfungsi sebagai hiburan semata. (27) NABRAK! AWAS! WAJIB GANTI RUGI Pada data (27) ungkapan Nabrak, awas! Wajib ganti rugi merupakan bentuk plesetan dari tulisan Awas, anjing galak yang biasanya ditempatkan di halaman rumah atau di pintu pagar. Hal ini dapat diketahui dari gambar anjing yang ada pada stiker. Kalimat Nabrak, awas! Wajib ganti rugi dapat diartikan bahwa jika ada yang menabrak sepeda motor tersebut maka wajib memberikan ganti rugi. Ungkapan seperti ini tentu tidak sungguh-sungguh diutarakan. Karena bentuknya berupa bahasa plesetan, ungkapan ini hanya berfungsi sebagai hiburan. (38) BIAR TUA MASIH KUAT Pada data (38) terdapat plesetan makna kontekstual. Secara leksikal, kata tua berarti ‘sudah lama hidup; lanjut usia (tidak muda lagi)’ dan kata kuat berarti ‘banyak tenaganya (gayanya, dayanya); mampu mengangkat (mengangkut) banyak’ (KBBI, 2008: 1547). Pada


69

data (38) plesetan terjadi plesetan makna kata tua dan kuat. Kata tua mengacu pada usia sepeda motor, sedangkan kata kuat mengacu pada kemampuan sepeda motor yang masih bisa mengangkut banyak beban. Efek humor pada ungkapan tersebut terletak pada plesetan makna kata tua dan kuat tersebut, yanga sebelumnya mengacu pada tubuh manusia diganti mengacu pada sepeda motor. (39) WARNING! DILARANG SENGGAL SENGGOL, BODY BAHENOL (40) CAUTION! NYENGGOL BENJOL Pada data (39) dan (40) juga terjadi plesetan makna kontekstual. Kata senggol berarti ‘bersentuhan; bersinggungan (berhubungan dengan anggota tubuh manusia)’; kata body (bahasa Inggris) berarti ‘tubuh’; dan kata bahenol berarti ‘montok; gemuk berisi; gemuk padat; sintal’ (KBBI, 2008: 971). Ungkapan ini mengacu pada tubuh manusia. Secara gramatikal ungkapan ini diartikan bahwa ada larangan untuk menyenggol atau menyentuh tubuh karena tubuhnya

berpostur

montok

dan

menggairahkan.

Data

(39)

memeletkan makna tersebut dengan mengubah acuannya dari bentuk tubuh manusia menjadi bentuk sepeda motor. ugnkapan Dilarang senggal-senggol, body bahenol dapat diartikan bahwa ada larangan untuk menyentuh, menyenggol, atau menyerempet sepeda motor karena bentuk sepeda motor yang sangat bagus. Plesetan makna ini menghasilkan efek humor yanag berfungsi sebagai hiburan.


70

Pada data (40), kata nyenggol benjol diartikan bahwa apabila ada yang menyentuh akan benjol (bengkak). Hal ini dalam konteks tubuh manusia. artinya, jika ada yang menyenggol atau menyentuh akan membuat yang bersangkutan marah dan akan memukuli orang yang menyentuh sehingga bisa bengkak pada tubuhnya. Bahasa plesetan pada data (40) memelesetkan maknanya dengan mengubah acuannya dari tubuh manusia menjadi sepeda motor. Artinya, apabila ada orang yang menyerempet sepeda motor akan membuat yang bersangkutan marah dan akan memukuli orang yang menyerempet sehingga bisa bengkak pada tubuhnya. Maksud dalam ungkapan ini tidak sungguh-sungguh akan dilaksanakan oleh orang yang menempel stiker plesetan ini karena bahasa plesetan yang bersifat menciptakan humor untuk menghibur.

B. Pembahasan Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa tipe bahasa plesetan pada stiker sepeda motor ada 6, yaitu plesetan fonologis (bunyi) sebanyak 1 data, plesetan grafis (huruf) sebanyak 3 data, plesetan morfemis (leksikon) sebanyak 9 data, plesetan frasal (kelompok kata) sebanyak 2 data , plesetan kalimat (ekspresi) sebanyak 22 data, dan plesetan ideologis

(semantis)

sebanyak 5 data. Permainan bahasa pada stiker sepeda motor mempunyai 8 fungsi, yaitu (1) sebagai olok-olokan dengan mengambil sebuah objek tertentu menjadi


71

topik pembicaraan, (2) sebagai sindiran atau celaan secara tidak langsung kepada situasi atau orang tertentu, (3) sebagai protes sosial terhadap penguasa atau terhadap kekacauan yang terjadi di masyarakat maupun di pemerintah, (4) sebagai pencerminan diri pada situasi yang menguntungkan, (5) sebagai eufemisme, (6) sebagai ungkapan rahasia agar orang lain tidak mengetahui maksud yang diungkapkannya, (7) sebagai ajakan untuk melakukan atau meninggalkan sesuatu, dan (8) sebagai lelucon atau hiburan komunikasi. Hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Arinda Putri Wulandari (2008) dan penelitian Rikky Antonius (2008). Penelitian Arinda Putri Wulandari (2008) mengungkapkan 4 tipe bahasa plesetan, yaitu (1) plesetan fonologis (bunyi), (2) plesetan grafis (huruf), (3) plesetan morfemis (leksikon), dan (4) plesetan frasal (kelompok kata). Penelitian Rikky Antonius (2008) yang mengungkapkan 5 tipe bahasa plesetan, yaitu (1) plesetan fonologis (bunyi), (2) plesetan grafis (huruf), (3) plesetan morfemis (leksikon), (4) plesetan frasal (kelompok kata), dan (5) plesetan kalimat (ekspresi). Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Penelitian Purwanti (2006), Tri Wanti Mulyani (2010), dan Muhammad Aziz Qohhar (2011) yang mengungkapkan tindak tutur pada bahasa plesetan, yaitu tindak tutur lokusi, ilokusi, perlokusi, langsung, tak langsung, literal, dan nonliteral. Penelitian ini tidak menganalisis tindak tutur bahasa plesetan. Penelitian Ratna Dewi Nafsi Sih Wardani (2010) mengungkapkan adanya gaya bahasa sarkasme pada bahasa plesetan. Penelitian ini tidak menganalisis gaya bahasa.


72

Posisi hasil penelitian ini dengan penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dapat dilihat dalam tabel berikut ini. Tabel 1 Posisi Hasil Penelitian dengan Penelitian Terdahulu yang Relevan No

Temuan Penelitian *

Deskripsi Bahasa Plesetan 1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

1

Plesetan fonologis (bunyi)

2

Plesetan grafis (huruf)

3

Plesetan morfemis (leksikon)

4

Plesetan frasal (kelompok kata)

5

Plesetan kalimat (ekspresi)

6

Plesetan ideologis (semantis)

7

Plesetan diskursi (wacana)

8

Tindak tutur lokusi

9

Tindak tutur ilokusi

10

Tindak tutur perlokusi

11

Tindak tutur langsung

12

Tindak tutur tak langsung

13

Tindak tutur literal

14

Tindak tutur nonliteral

15

Gaya bahasa sarkasme

16

Bentuk singkatan atau akronim

17

Bentuk kata asing

18

Bentuk inversi (pembalikan)

19

Bentuk pengantian topik


73

* Keterangan temuan penelitian: 1. Penelitian Purwanti (2006) berjudul “Analisis Wacana Plesetan pada Kaos Dagadu Djokdja (Kajian Pragmatik)”. 2. Penelitian Arinda Putri Wulandari (2008) berjudul “Penggunaan Akronim dan Singkatan dalam Bahasa Plesetan (Studi Deskriptif Bahasa Plesetan pada Acara “Extravaganza” dan “Akhirnya Datang Juga”)”. 3. Penelitian Rikky Antonius (2008) berjudul “Bahasa Plesetan dalam Acara Democrazy di Metro TV”. 4. Penelitian Khotim Sulistya (2009) berjudul “Bahasa Plesetan dalam Buku Plesetan ….Edan! dan Plesetan Republik Indonesia Karya Kelik Pelipur Lara”. 5. Penelitian Tri Wanti Mulyani (2010) berjudul “Analisis Tindak Tutur pada Wacana Stiker Plesetan”. 6. Penelitian Ratna Dewi Nafsi Sih Wardani (2010) berjudul “Karakteristik Pemakaian Gaya Bahasa dalam Wacana Stiker Kendaraan Bermotor (Tinjauan Sosiolinguistik)”. 7. Penelitian Evi Irniaty (2010) berjudul “Analisis Bahasa Plesetan dalam Serial Komedi Tawa Sutra Edisi Mei 2009 Pukul 21.00 – 22.00 di ANTV”. 8. Penelitian Muhammad Aziz Qohhar (2011) berjudul “Pesan Singkat Stiker pada Kendaraan Bermotor Menurut Perspektif Etika Bisnis Islam (Studi Kasus pada Area Parkiran UMS)”.


74

9. Penelitian Andhi Pamungkas (2011) berjudul “Tindak Tutur Perlokusi dan Pelanggaran Prinsip Kerja Sama pada Wacana Plesetan Kaos Dagadu Djokdja Edisi 2009”. 10. Penelitian Erma Lukitoningtyas (2011) berjudul "Ragam Bahasa Plesetan Acara B-CAK (Berita Kocak) di JTV". 11. Penelitian ini yang berjudul “Permainan Bahasa pada Stiker Sepeda Motor”.


BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan Hasil

penelitian

ini

mempunyai

keunikan

dalam

hal

objek

penelitiannya yaitu bahasa plesetan pada stiker sepeda motor dan fungsinya dilihat dari aspek pragmatik. Hasil penelitian ini mempunyai perbedaan dengan penelitian-penelitian terdahulu. Perbedaan-perbedaan itu terletak pada sumber data dan objek penelitian. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa tipe bahasa plesetan pada stiker sepeda motor bermacam-macam. Tipe bahasa plesetan pada stiker sepeda motor ada 6, yaitu plesetan fonologis (bunyi) sebanyak 1 data, plesetan grafis (huruf) sebanyak 3 data, plesetan morfemis (leksikon) sebanyak 9 data, plesetan frasal (kelompok kata) sebanyak 2 data, plesetan kalimat (ekspresi) sebanyak 22 data, dan plesetan ideologis (semantis) sebanyak 5 data. Tipe bahasa plesetan yang dominant adalah plesetan kalimat (ekspresi). Permainan bahasa pada stiker sepeda motor mempunyai 8 fungsi, yaitu (1) sebagai olok-olokan dengan mengambil sebuah objek tertentu menjadi topik pembicaraan, (2) sebagai sindiran atau celaan secara tidak langsung kepada situasi atau orang tertentu, (3) sebagai protes sosial terhadap penguasa atau terhadap kekacauan yang terjadi di masyarakat maupun di pemerintah, (4) sebagai pencerminan diri pada situasi yang menguntungkan, (5) sebagai

75


76

eufemisme, (6) sebagai ungkapan rahasia agar orang lain tidak mengetahui maksud yang diungkapkannya, (7) sebagai ajakan untuk melakukan atau meninggalkan sesuatu, dan (8) sebagai lelucon atau hiburan komunikasi.

B. Saran Dari hasil analisis tipe dan fungsi permainan bahasa pada stiker sepeda motor, penulis dapat memberikan beberapa saran. 1. Penelitian terhadap permainan bahasa belum banyak dilakukan sehingga diharapkan ke depannya banyak yang meneliti permainan bahasa di berbagai media. 2. Permainan bahasa pada stiker sepeda motor sangat menarik untuk diteliti. Diharapkan ada yang melanjutkan penelitian ini dengan kajian yang lebih mendalam, misalnya dilihat dari aspek pragmatik atau sosiolinguistik. 3. Permainan bahasa dapat digunakan sebagai media pembelajaran bahasa Indonesia. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan media pembelajaran bahasa Indonesia.


DAFTAR PUSTAKA

Antonius, Rikky. 2008. “Bahasa Plesetan dalam Acara Democrazy di Metro TV”. (Skripsi S-1). Medan: Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Bachtiar, Arief. 2004. 2700 Peribahasa Indonesia. Jakarta: Buana Raya Chaer, Abdul. 2003. Linguitik Umum. Jakarta: Rineka Cipta Irnianty, Evi. 2010. “Analisis Bahasa Plesetan dalam Serial Komedi Tawa Sutra Edisi Mei 2009 Pukul 21.00 – 22.00 di ANTV”. (Skripsi S-1 Progdi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia). Yogyakarta: FKIP Universitas Ahmad Dahlan Mahsun. 2007. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan, Strategi, Metode, dan Tekniknya. Jakarta: Raja Grafindo Persada Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Cetakan ke-21. Bandung: Remaja Rosdakarya Mulyani, Tri Wanti. 2010. “Analisis Tindak Tutur pada Wacana Stiker Plesetan”. (Skripsi S-1 Progdi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah). Surakarta: FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta Lukitoningtyas, Erma. 2011. “Ragam Bahasa Plesetan Acara ‘B-CAK (Berita Kocak)’ di JTV”. (Skripsi S-1 Progdi Sastra Indonesia). Surabaya: Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2011. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Bandung: Yrama Widya Pusat Bahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Purwanti. 2006. “Analisis Wacana Plesetan pada Kaos Dagadu Djokdja (Kajian Pragmatik)”. (Skripsi S-1 Progdi Pendidikan Bahasa dan Seni). Surakarta: FKIP Universitas Sebelas Maret Sibarani, Robert. 2003. “Fenomena Bahasa Plesetan dalam Bahasa Indonesia” dalam Linguistik Indonesia: Jurnal Ilmiah Masyarakat Linguistik Indonesia, Agustus, Nomor 2, 2003


Sudarmanto. 2011. Kamus Lengkap Bahasa Jawa. Cetakan ketujuh. Semarang: Widya Karya Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Data. Surakarta: Duta Wacana University Press. Sugiyono. 2007. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta Sulistya, Khotim. 2009. “Bahasa Plesetan dalam Buku Plesetan ….Edan! dan Plesetan Republik Indonesia Karya Kelik Pelipur Lara”. (Tesis S-2). Semarang: Universitas Diponegoro Wardani, Ratna Dewi Nafsi Sih . 2009. “Karakteristik Pemakaian Gaya Bahasa dalam Wacana Stiker Kendaraan Bermotor (Tinjauan Sosiolinguistik)”. (Skripsi S-1 Progdi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah). Surakarta: FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta Wijana, I Dewa Putu. 2003. Wacana Dagadu, Permainan Bahasa, dan Ilmu Bahasa. Universitas Gadjah Mada. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Wijana, I Dewa Putu dan Muhammad Rohmadi. 2009. Analisis Wacana Pragmatik Kajian: Teori dan Analisis. Surakarta: Yuma Pustaka Wulandari, Arinda Putri. 2008. “Penggunaan Akronim dan Singkatan dalam Bahasa Plesetan (Studi Deskriptif Bahasa Plesetan pada Acara “Extravaganza” dan “Akhirnya Datang Juga”)”. (Skripsi S-1 Progdi Bahasa dan Sastra Indonesia). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia Wikipedia.

2012.

“Kiss

(acara

televisi)” (online http://id.wikipedia.org/wiki/Kiss_%28acara_televisi%29, diakses pada 31 Oktober 2012)


Lampiran 1

DATA ANALISIS PERMAINAN BAHASA PADA STIKER SEPEDA MOTOR

(1)

BESAR PASAL DARIPADA TILANG

(2)

KISS: KISAH INDAH SEORANG SUPIR

(3)

PPPK: PERSATUAN PRIA PRIA KESEPIAN

(4)

CRX: COMMUNITY REMAJA KOCAX

(5)

JA’IM: JAGA IMAGE, JAGA IMAN, JAGA ITUMU

(6)

CUEK: CUCUNE EYANX KROMO

(7)

CAH GENIUS: GENDENG TAPI SERIUS

(8)

NAJIS: NANTIKAN AKU JADI SUAMIMU

(9)

SEMUT: SEKUMPULAN MOTOR IMUT

(10) KAMU MEMANG GANTENG: GELANDANGAN TENGIK (11) GARING: GANJA KERING (12) WARNING! DAINESE, MUDA IMUT NEVER SELINGKUH (13) KOPLAK: KOMUNITAS PLAT K (14) IJO CABE: IKATAN JOMBLO CAKEP DAN BERDUIT (15) ACE MAUT: ANAK KERE MANIS N IMUT (16) TULISAN

INI

DAPAT

MENYEBABKAN

SEGER,

SERANGAN

UNTUNG, JATUHHATI, DAN GABUNGAN KBAHAGIAAN DAN AMIN. (17) AWAS!

PACARAN

DAPAT

MENGAKIBTKAN:

SAKIT

HATI,

BERANTEM, GANGGUAN JIWA, DAN GANGGUAN IMAN TTD: DINAS KEBERSIHAN CINTA (18) WARNING! AWAN SEKOLAH, BENGI SINAU, KAPAN DOLANE (19) WARNING! UDAH TOBAT JANGAN NGAJAK MAKSIAT (20) WARNING! SESAMA KERE DILARANG SALING MENDAHULUI (21) WARNING! BARANG INI HARAM DICURI (22) WARNING! DEMI MENJAGA KESELAMATAN BERSAMA, DILARANG SENYUM SEMBARANGAN (23) CAUTION! PANAS ASMARAMU TAK SEPANAS KNALPOTKU


(24) CAUTION! KURANGI KECEPATAN, ORANG CANTIK LEWAT (25) AWAS! HATI-HATI, ORANG CAKEP DI DEPAN ANDA (26) PERHATIAN! DILARANG MENDAHULUI ORANG CAKEP (27) NABRAK! AWAS! WAJIB GANTI RUGI (28) 2 M: DUA METER MENDEKATI ORANG CAKEP (29) SETAN DILARANG NUMPANG (30) “SLOW RIDER”, ONLY MAX. SPEED 20 KM/HOUR (31) SABAR, KALAU JELEK MEMANG DI BELAKANG (32) NYOLONG DAN NGEMBAT, JALAN TERCEPAT MENUJU LIANG LAHAT! GAK PERCOYO? COBA WAE! (33) SENYUM DONK !!! MINIMAL 3 X SEHARI (34) KOMUNIKASI INSIDE, UNIVERSITAS NEGERI SEBELAS MARET (35) MUOH, THE SPIRIT OF SUKOHARJO (36) TERORIS CINTA BIKIN DERITA (37) ATTENTION! HARI GINI GA PAKE GIGI, OMPONG DONG (38) BIAR TUA MASIH KUAT (39) WARNING! DILARANG SENGGAL SENGGOL, BODY BAHENOL (40) CAUTION! NYENGGOL BENJOL


Lampiran 2

TABEL TIPE PERMAINAN BAHASA PADA STIKER SEPEDA MOTOR

No 1.

Tipe Bahasa Plesetan Plesetan Fonologis

Jumlah Persentase

Wujud Bahasa Plesetan

1

2,5 %

BESAR PASAL DARIPADA TILANG

3

7,5 %

KISS: KISAH INDAH SEORANG SUPIR

(Bunyi)

2.

Plesetan Grafis (Huruf)

PPPK: PERSATUAN PRIA PRIA KESEPIAN CRX: COMMUNITY REMAJA KOCAX

3.

Plesetan Morfemis

9

22,5 %

JA’IM: JAGA IMAGE, JAGA IMAN, JAGA ITUMU

(Leksikon)

CUEK: CUCUNE EYANX KROMO CAH GENIUS: GENDENG TAPI SERIUS NAJIS: NANTIKAN AKU JADI SUAMIMU SEMUT: SEKUMPULAN MOTOR IMUT KAMU MEMANG GANTENG: GELANDANGAN TENGIK GARING: GANJA KERING WARNING! DAINESE, MUDA IMUT NEVER SELINGKUH KOPLAK: KOMUNITAS PLAT K

4.

Plesetan Frasal

2

5%

IJO CABE: IKATAN JOMBLO CAKEP DAN BERDUIT

(Kelompok Kata)

ACE MAUT: ANAK KERE MANIS N IMUT

5.

Plesetan Kalimat (Ekspresi)

22

55 %

TULISAN INI DAPAT MENYEBABKAN SEGER, SERANGAN UNTUNG, JATUHHATI, DAN GABUNGAN


KBAHAGIAAN DAN AMIN. AWAS! PACARAN DAPAT MENGAKIBTKAN: SAKIT HATI, BERANTEM, GANGGUAN JIWA, DAN GANGGUAN IMAN TTD: DINAS KEBERSIHAN CINTA WARNING! AWAN SEKOLAH, BENGI SINAU, KAPAN DOLANE WARNING! UDAH TOBAT JANGAN NGAJAK MAKSIAT WARNING! SESAMA KERE DILARANG SALING MENDAHULUI WARNING! BARANG INI HARAM DICURI WARNING! DEMI MENJAGA KESELAMATAN BERSAMA, DILARANG SENYUM SEMBARANGAN CAUTION! PANAS ASMARAMU TAK SEPANAS KNALPOTKU CAUTION! KURANGI KECEPATAN, ORANG CANTIK LEWAT AWAS! HATI-HATI, ORANG CAKEP DI DEPAN ANDA PERHATIAN! DILARANG MENDAHULUI ORANG CAKEP NABRAK! AWAS! WAJIB GANTI RUGI 2 M: DUA METER MENDEKATI ORANG CAKEP SETAN DILARANG NUMPANG “SLOW RIDER”, ONLY MAX. SPEED 20 KM / HOUR SABAR, KALAU JELEK MEMANG DI BELAKANG NYOLONG DAN NGEMBAT, JALAN


TERCEPAT MENUJU LIANG LAHAT! GAK PERCOYO? COBA WAE! SENYUM DONK !!! MINIMAL 3 X SEHARI KOMUNIKASI INSIDE, UNIVERSITAS NEGERI SEBELAS MARET MUOH, THE SPIRIT OF SUKOHARJO

6.

Plesetan Ideologis

5

12,5 %

(Semantis)

TERORIS CINTA BIKIN DERITA ATTENTION! HARI GINI GA PAKE GIGI, OMPONG DONG BIAR TUA MASIH KUAT WARNING! DILARANG SENGGAL SENGGOL, BODY BAHENOL CAUTION! NYENGGOL BENJOL

7.

Plesetan Diskursi (Wacana)

0

0%

-


Lampiran 3 TABEL FUNGSI PERMAINAN BAHASA PADA STIKER SEPEDA MOTOR

No 1.

Fungsi Permainan Bahasa Sebagai olok-

Jumlah Persentase 3

7,5 %

Wujud Bahasa Plesetan PPPK: PERSATUAN PRIA PRIA KESEPIAN

olokan dengan

CAH GENIUS: GENDENG TAPI SERIUS

mengambil objek

SABAR, KALAU JELEK MEMANG DI

tertentu menjadi

BELAKANG

topik pembicaraan

2.

Sebagai sindiran

4

10 %

AWAS! PACARAN DAPAT

atau celaan secara

MENGAKIBTKAN: SAKIT HATI,

tidak langsung

BERANTEM, GANGGUAN JIWA, DAN

kepada orang atau

GANGGUAN IMAN

situasi tertentu

TTD: DINAS KEBERSIHAN CINTA CAUTION! PANAS ASMARAMU TAK SEPANAS KNALPOTKU TERORIS CINTA BIKIN DERITA ATTENTION! HARI GINI GA PAKE GIGI, OMPONG DONG

3.

Sebagai protes

2

5%

BESAR PASAL DARIPADA TILANG

sosial terhadap

WARNING! AWAN SEKOLAH, BENGI

penguasa atau

SINAU, KAPAN DOLANE

terhadap kekacauan yang terjadi di masyarakat

4.

Sebagai

6

15 %

CRX: COMMUNITY REMAJA KOCAX

pencerminan diri

SEMUT: SEKUMPULAN MOTOR IMUT

pada situasi yang

IJO CABE: IKATAN JOMBLO CAKEP DAN


menguntungkan

BERDUIT “SLOW RIDER”, ONLY MAX. SPEED 20 KM/HOUR KOMUNIKASI INSIDE, UNIVERSITAS NEGERI SEBELAS MARET MUOH, THE SPIRIT OF SUKOHARJO

5.

Sebagai eufemisme

1

2,5 %

KAMU MEMANG GANTENG, GELANDANGAN TENGIK

6.

Sebagai ungkapan

3

7,5 %

KISS: KISAH INDAH SEORANG SUPIR

rahasia agar orang

NAJIS: NANTIKAN AKU JADI SUAMIMU

lain tidak

GARING: GANJA KERING

mengetahui maksud yang sebenarnya

7.

Sebagai ajakan

5

12,5 %

JA’IM: JAGA IMAGE, JAGA IMAN, JAGA

untuk melakukan

ITUMU

atau meninggalkan

WARNING! UDAH TOBAT JANGAN

sesuatu

NGAJAK MAKSIAT WARNING! BARANG INI HARAM DICURI NYOLONG DAN NGEMBAT, JALAN TERCEPAT MENUJU LIANG LAHAT! GAK PERCOYO? COBA WAE! SENYUM DONK !!! MINIMAL 3 X SEHARI

8.

Sebagai lelucon

16

40 %

CUEK: CUCUNE EYANX KROMO

atau hiburan

WARNING! DAINESE, MUDA IMUT

komunikasi

NEVER SELINGKUH KOPLAK: KOMUNITAS PLAT K ACE MAUT: ANAK KERE MANIS N IMUT TULISAN INI DAPAT MENYEBABKAN


SEGER, SERANGAN UNTUNG, JATUHHATI, DAN GABUNGAN KBAHAGIAAN DAN AMIN. WARNING! SESAMA KERE DILARANG SALING MENDAHULUI WARNING! DEMI MENJAGA KESELAMATAN BERSAMA, DILARANG SENYUM SEMBARANGAN CAUTION! KURANGI KECEPATAN, ORANG CANTIK LEWAT AWAS! HATI-HATI, ORANG CAKEP DI DEPAN ANDA PERHATIAN! DILARANG MENDAHULUI ORANG CAKEP 2 M: DUA METER MENDEKATI ORANG CAKEP SETAN DILARANG NUMPANG NABRAK! AWAS! WAJIB GANTI RUGI BIAR TUA MASIH KUAT WARNING! DILARANG SENGGAL SENGGOL, BODY BAHENOL CAUTION! NYENGGOL BENJOL


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Jl. A. Yani Tromol Pos I – Pabelan, Kartasura Telp. (0271) 717417 Fax. 715448 Surakarta 57102

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI Pada hari ini: Rabu, Tanggal: 2 November 2012 Berdasarkan Surat Keputusan Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta Perihal penunjukan Dosen Pembimbing Utama dan Pembimbing Pembantu. 1. Nama : Prof. Dr. H. Abdul Ngalim, M. Hum Pangkat/Gol : Guru Besar / IVe Jabatan : Pembimbing Utama 2. Nama : Dra. Atiqa Sabardila, M.Hum. Pangkat/Gol : Lektor Kepala / IVd Jabatan : Pembimbing Pembantu Dengan ini menyatakan bahwa mahasiswa tersebut di bawah ini sedang dalam proses pembimbingan skripsi. Nama : SUKRISNO SANTOSO NIM : A 310080094 Jur/Program : PBSID Judul : PERMAINAN BAHASA PADA STIKER SEPEDA MOTOR No Tahapan Tanggal Keterangan 1 Penunjukkan Dosen Pembimbing 26 Agustus 2011 Lancar 2 Proposal 29 Desember 2011 Lancar 3 Rencana Penelitian 10 Januari 2012 Lancar 4 Kerangka Penelitian 20 Mei 2012 Lancar 5 Pengumpulan Data 01 Juni 2012 Lancar 6 Analisa Data 01 Agustus 2012 Lancar 7 Penyusunan/Penulisan Skripsi 01 Oktober 2012 Lancar Demikian Berita Acara Bimbingan Skripsi ini dibuat untuk diketahui dan dipergunakan seperlunya oleh pihak yang berkepentingan. Surakarta, 2 November 2012 Pembimbing Pembantu Pembimbing Utama

Dra. Atiqa Sabardila, M.Hum. Prof. Dr. Abdul Ngalim, M.Hum. NIK. 472 NIP. 130 811 578 Mengetahui a.n.Dekan, Ketua Jurusan

Drs. Agus Budi Wahyudi, M.Hum. NIK. 405


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Jl. A. Yani Tromol Pos I – Pabelan, Kartasura Telp. (0271) 717417 Fax. 715448 Surakarta 57102

PENGESAHAN REVISI SKRIPSI

Nama Mahasiswa : SUKRISNO SANTOSO NIM /N I R M

: A 310 080 094

Jurusan

: PBSID

Hari

: Jumat, 2 November 2012

Judul Skripsi

: PERMAINAN BAHASA PADA STIKER SEPEDA MOTOR

Skripsi tersebut telah direvisi dan disahkan:

Pada tanggal: 3 November 2012

Pada tanggal: 4 November 2012

Penguji I

Penguji II

Pada tanggal: 7 November 2012 Penguji III

Prof. Dr. Abdul Ngalim, M. Hum NIP. 130 811 578

Dra. Atiqa Sabardila, M. Hum. NIK. 472

Drs. Yakub Nasucha, M.Hum. NIP. 130 409 808


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Jl. A. Yani Tromol Pos I – Pabelan, Kartasura Telp. (0271) 717417 Fax. 715448 Surakarta 57102

BERITA ACARA UJIAN SKRIPSI

Pada hari ini : Jumat, jam: 13.00 WIB, tanggal : 2 November 2012 berdasarkan Surat Keputusan Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta No.740/FKIP/A3-II/X/2012 tanggal: 23 Oktober 2012 perihal Susunan Team Penguji Skripsi Sarjana S.1. A. Ketua Nama : Prof. Dr. H. Abdul Ngalim, M.Hum. Pangkat/Gol : Guru Besar / IVe Jabatan : Pembimbing Utama B. Sekretaris Nama : Dra. Atiqa Sabardila, M.Hum. Pangkat/Gol : Lektor Kepala / IVd Jabatan : Pembimbing Pembantu C. Anggota Nama : Drs. Yakub Nasucha, M.Hum. Pangkat/Gol : Lektor Kepala / IVc Jabatan : Penguji Dengan ini menyatakan bahwa mahasiswa tersebut dibawah ini telah menempuh ujian skripsi. Nama : SUKRISNO SANTOSO NIM : A 310080094 Jurusan : PBSID Judul Skripsi : PERMAINAN BAHASA PADA STIKER SEPEDA MOTOR


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.