Ekspresi seni, vol 16, no 2, november 2014

Page 1


JURNAL EKSPRESI SENI Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni ISSN: 1412–1662 Volume 16, Nomor2,November2014, hlm. 168-335

Terbit dua kalisetahun pada bulanJuni dan November.Pengelola Jurnal Ekspresi Seni merupakan subsistemLPPMPPInstitut Seni Indonesia(ISI) Padangpanjang. Penanggung Jawab Rektor ISI Padangpanjang Ketua LPPMPP ISI Padangpanjang Pengarah KepalaPusat Penerbitan ISI Padangpanjang Ketua Penyunting Dede Pramayoza TimPenyunting Elizar Sri Yanto Surherni Roza Muliati Emridawati Harisman Rajudin Penterjemah Adi Khrisna Redaktur Meria Eliza Dini Yanuarmi Thegar Risky Ermiyetti Tata Letak danDesainSampul Yoni Sudiani Web Jurnal Ilham Sugesti ______________________________________________._________________________________ Alamat Pengelola Jurnal Ekspresi Seni:LPPMPP ISI Padangpanjang Jalan Bahder JohanPadangpanjang27128, Sumatera Barat; Telepon(0752) 82077 Fax. 82803, e-mail;red.ekspresiseni@gmail.com Catatan.Isi/Materi jurnal adalah tanggung jawab Penulis. Diterbitkan oleh Institut Seni Indonesia Padangpanjang


JURNAL EKSPRESI SENI Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni ISSN: 1412–1662 Volume 16, Nomor2,November2014, hlm. 168-335

DAFTAR ISI PENULIS

JUDUL

HALAMAN

Aji Windu Viatra & Slamet Triyanto

Seni Kerajinan Songket Kampoeng Tenun di Indralaya, Palembang

168- 183

Nofroza Yelli

Bentuk Pertunjukan Saluang Orgen dalam Acara Baralek Kawin di Kabupaten Solok

184-198

Evadila

Merefleksikan Kaba Anggun Nan Tongga Melalui Koreografi “Pilihan Andami”

199–218

Nurmalinda

Pertunjukan Bianggung Ditinjau di Kuala Tolam Pelalawan: Tinjauan Musikal dan Ritual

219–238

Mukhsin Patriansyah

Analisis Semiotika Charles Sanders Peirce Karya Patung Rajudin Berjudul Manyeso Diri

239–252

Nike Suryani

Tubuh Perempuan Hari Ini Melalui Koreografi “Aku dan Sekujur Manekin”

253–269

Nora Anggarini & Nursyirwan

Kreativitas Seniman Salareh Aia (Agam) dalam Pengembangan Musik Ronggeang Rantak Saiyo

270–284

Dede Pramayoza

Penampilan Jalan Kepang di Sawahlunto: Sebuah Diskursus Seni Poskolonial

285–302

Yulimarni & Yuliarni

Suntiang Gadang dalam Adat Masyarakat Padang Pariaman

Perkawinan

303–313

Pandu Birowo

Teater ‘Tanpa-Kata’ dan ‘Minim-Kata’ di Kota Padang Dekade 90-An dalam Tinjauan Sosiologi Seni

314–335

_____________________________________________________________________________ Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 49/Dikti/Kep/2011 Tanggal 15 Juni 2011 Tentang Pedoman Akreditasi Terbitan Berkala Ilmiah. JurnalEkspresi SeniTerbitan Vol.16, No.2 November2014Memakaikan Pedoman Akreditasi Berkala Ilmiah Tersebut. i


SENI KERAJINAN SONGKET KAMPOENG TENUN DI INDRALAYA, PALEMBANG Aji Windu Viatra Slamet Triyanto Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Ilmu Pemerintahan dan Budaya Universitas Indo Global Mandiri Palembang. w1ndoe@yahoo.com ABSTRAK Kain songket tradisional Palembang merupakan warisan budaya yang digunakan pada kegiatan tradisi tertentu, seperti busana tradisional adat Sumatera Selatan, upacara pernikahan, marhaba (peresmian nama dan pencukuran anak atau ucapan selamat datang), dan digunakan oleh masyarakat Sumatera Selatan diberbagai kepentingan luar kegiatan adat. Songket saat ini, tidak hanya terdapat di kota Palembang, namun telah berkembang hampir ke semua daerah di Sumatera Selatan, seperti di Kampoeng Tenun Indralaya. Keberadaan Kampoeng Tenun Indralaya merupakan wujud nyata dalam perkembangan seni kerajinan tenun songket. Seni Kerajinan Songket Kampoeng Tenun Indralaya, menggunakan pendekatan multidisplin, yakni pendekatan sejarah, sosiologi, dan estetika.Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif, dengan analisis deskriptif analitik. Ragam hias songket dalam perkembangannya, menuntut para perajin tenun untuk memiliki kemampuan dalam menciptakan ragam hias songket yang baru, sebagai ciri khas atau identitas songket yang berasal dari Kampoeng Tenun Indralaya. Kata kunci: Tenun Songket Palembang, Kampoeng Tenun Indralaya. ABSTRACT Traditional songket clothes in Palembang is a cultural heritage which has been used in certain tradition activities, such as the custom of traditional clothing which comes from South Sumatera, wedding ceremony, marhaba (important ceremony of giving baby’s name or baby shearing and welcome ceremony). It is used by people in South Sumatera society in various necessity of activities in non-cultural environtment. Nowdays, songket does not only find in Palembang, but also it has grown in every area of South Sumatera, for example as Kampoeng Tenun Indralaya. The existence of Kampoeng Tenun Indralaya is a kind of concrete form of handycraft songket development. Songket Kampoeng Tenun Indralaya Palembang uses multidiscipline approaches, such as history, sociology, and aeshthetic aprroches. The research method used is a qualitative method by using the analytical of descriptive analysis approaches. The various features of songket force the people’s their ability in creating the various kind of features of new songket, as a symbol as a characteristic or type of songket identity’s which comes from Kampoeng Tenun Indralaya.

168


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

Key words: Palembang Songket, Kampoeng Tenun Indralaya.

kerajinan tenun dan disebut juga

PENDAHULUAN Indonesia adalah negara yang memiliki

wilayah

strategis

dalam

sebagai

Kampoeng

Pengembangan

Tenun.

kerajinan

tenun

perdagangan Asia Tenggara, sejak

songket

ratusan tahun yang lalu.Perdagangan

pemerintah daerah dan instansi swasta,

secara

dilakukan

dalam memajukan usahakecil dan

melalui hubungan antar negara-negara

menengah dalam sektor perekonomian

Asia dan Eropa, seperti India, China,

yang berupa peminjam modalyang

Arab, Portugis dan Belanda.Hubungan

bersifat lunak. Semua itu dilakukan

perdagangan ini telah merasuk ke

oleh

ranah yang meningkatkan cipta dan

masyarakatpengrajin tenun

kreasi seni kerajinan di beberapa

daerah ini lebih maju dan kreatif

wilayah Indonesia, khususnya seni

dalam

kerajinan

melestarikan kebudayaan yang ada.

langsung

telah

Tenun.Para

penenun-

penenun Indonesia telah menghasilkan

sering

pemerintah

Berdasarkan menurut

dengan berbagai hiasannya.Corak seni

bahwa

kerajinan

tenunsongket

Indonesiadibuat

oleh

daerah

agar songket

mengembangkan

seni tenun yang berkualitas baik

tenun

dibantu

Yudhy corak

dan

catatan

sejarah

Syarofie

(2007)

ragam

hias

sebahagian

kain besar

berupa ikatlungsi, sedangkan motif

dipengaruhi oleh budaya dari negara

atau ragam hias disesuaikan dengan

China dan India, sertabudaya Hindu,

keadaan

Budha,

bahkan

alam,lingkungan kadang

sekitar,

disesuaikan

pula

dengan situasi dankondisi pemakai. Palembang sebagai salah satu

dan

perjalan

Islam.Namun

waktu

kerajinan

dalam tenun

songket telah dianggap menjadihasil kebudayaan

bangsa

Indonesia

kota penghasil kerajinan tenun di

khususnya

Indonesia, memiliki tradisi menenun

kerajinan Songket adalah karya tenun

sejak ratusan tahun lalu. Kabupaten

yang tidak dapatdipisahkan dari Alat

Ogan Ilir (OI), Kota Indralaya juga

Tenun Bukan Mesin (ATBM). Jenis

dikenal sebagai daerah penghasil seni

tenunan ini selalu melalui proses

daerah

Palembang.Seni

169


Aji Windu Viatra & Slamet Triyanto, Seni Kerajinan Songket Kampoeng Tenun di Indralaya Palembang

pembuatan yang cukup lama, hampir

PEMBAHASAN

lebih kurang satu bulan untuk satu

Seni Kerajinan Palembang

kain. Sebagaimana diketahui bahwa pekerjaanmenenun

ini

Tenun

Songket

merupakan

kepandaian yang telah diwariskan dari generasi

kegenerasi

secara

informal.Keterampilan

yang

diwariskan tidak hanya menjalankan alat tenun tetapijuga penerapan motifmotif yang telah ada sebelumnya. Motif-motif simbolis

ini

mengandungarti

dalam

hubungannya

kehidupan

dengan

dan

lingkungan

Gambar 1. .Kain tenun Songket Palembang, koleksi Nirmala Songket (Foto: Aji Windu Viatra & Slamet Triyanto, 2014)

hidup sehari-hari. Motivasi bertenun

Seni kerajinan tenun songket

saatini bukan hanya sebagai ekspresi

merupakan warisan budaya bangsa

seni

Indonesia,

tetapi

lebih

cenderung

berorientasi ke pasar.

ini

kontinuitas

kain

telah

ada

sejak

beberapa abad yang lalu .Kapan

Berdasarkan uraian di atas maka penelitian

yang

mengkaji

sampai saat ini belum ada catatan

songket

resmi. Yudhi Syarofie (2007:13-14)

Indralaya,

dalam bukunya “Songket Palembang:

Palembang. Hal yang menarik untuk

Nilai Filosofis, Jejak Sejarah, dan

diungkapkan

Tradisi�

Kampoeng

mengkaji

akan

tepatnya waktu songket diciptakan,

tenun

Tenun

adalah serta

bagaimana menganalisis

menguraikan

ada

dua

pendapat proses hadirnya songket.

keberlangsungan dan perkembangan

Pertama,

songket Palembang melalui beberapa

Palembang sejak ratusan tahun yang

pendekatan yang relevan.

lalu, semasa

songket

telah

ada

di

Kerajaan Palembang

sebelum dikenal Kesultanan (14551659), dan Kesultanan Palembang Darussalam

(1659-1823),

yang

digunakan oleh Raja atau Sultan dan

170


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

kerabat Keraton. Pendapat kedua, songket lahir jauh sebelum masa Kesultanan Palembang, yaitu masa Kerajaan Sriwijaya, terutama pada masa

peralihan

Sriwijaya-Kerajaan

Palembang (abad ke-13 hingga ke-15), perkembangan

kerajinan

tenun

songket ini semakin pesat, seiring dengan

majunya

perdagangan

Gambar 2. Kain tenun Songket Palembang jenis Lepus, koleksi Nirmala Songket (Foto: Aji Windu Viatra, 2014)

internasional di Kerajaan Sriwijaya. Posisi

sentral

Kerajaan

Sriwijaya

Songket adalah kain mewah

sebagai pusat perdagangan menjadikan

yang aslinya memerlukan sejumlah

interaksi dengan berbagai bangsa pun

emas asli untuk dijadikan benang

berlangsung sedemikian rupa. Namun

emas,

tidak hanya perdagangan yang menjadi

menjadi kain yang cantik.Tambang

faktor utamanya, melainkan adanya

emas

persilangan

pedalaman

budaya

yang

saling

kemudian

di

ditenun

Sumatera Jambi

tangan

terletak dan

di

dataran

pengaruh yang memberikan dampak

tinggi Minangkabau.

besar dalam

benang emas ditemukan di reruntuhan

songket

perkembangan tenun

Palembang.

Sejarah

Meskipun

dan

situs Sriwijaya di Sumatera, bersama

kebudayaan Palembang dari kejayaan

dengan batu mirah delima yang belum

masa lampau tercermin pada kain

diasah, serta potongan lempeng emas,

songket, arsitektur rumah adat, bentuk

hingga kini belum ada bukti pasti

ukiran–ukiran kayu, perhiasan logam

bahwa

emas, dan perak yang tetap bertahan

menggunakan benang emas awal tahun

hingga saat ini.

600-an hingga 700-an masehi, songket

penenun

lokal

telah

mungkin dikembangkan pada kurun waktu yang kemudian di Sumatera (Susan

Rodgers:

Palembang

2007).

merupakan

Songket

salah

satu

songket terbaik di Indonesia baik

171


Aji Windu Viatra & Slamet Triyanto, Seni Kerajinan Songket Kampoeng Tenun di Indralaya Palembang

diukur dari segi kualitasnya, bahkan

karakter yang unik dengan tenun

sering disebut "Ratu Segala Kain".

songket lainnya.Hal tersebut dapat

Kata songket berasal

dari

istilah sungkit dalam bahasa Melayu dan bahasa yangberarti

diamati pada mutu bahan, ragam hias, fungsi, dan warna kain tenun songket.

Indonesia,

"mengait"

atau

"mencungkil".Hal ini berkaitan dengan

Kampoeng Indralaya

Tenun

Songket

metode pembuatannya, mengaitkan

Perkembangan songket, tidak

dan mengambil sejumput kain tenun,

hanya terjadi di lingkungan Kerajaan

dan kemudian menyelipkan benang

dan wilayah Kota Palembang, tetapi

emas.Songket juga mungkin berasal

juga

dari

masyarakat Sumatera Selatan.Kegiatan

kata songka,

songkok

telah

berbaur

di

dalam

khas Palembang yang

menenun tersebut sudah ada jauh masa

dipercayapertama kalinya kebiasaan

sebelum Kerajaan Palembang, kala itu

menenun

benang

secara teknis penenunan dilakukan

lain

dengan tenun ikat. Pertemuan antar

menyusun

budaya Palembang dan budaya lain

dengan

emas.Songket

arti

kata

menyungkit,

pekerjaan

benang pakan dan benang lungsi

menghasilkan

perpaduan

melalui proses menenun dengan cara

pengembangan

kreasi

tradisional. Menurut Suwarti Kartiwa

bahan songket.Bahan pakan benang

(1996:8), songket adalah kain yang

sutra dipadukan dengan benang emas

ditenun dengan menggunakan benang

sebagai penghiasnya. Usaha bertahan

emas atau benang perak dan dihasilkan

hidup dengan terpaksa ini, menjadi

dari

proses

daerah-daerah

tertentu

saja,

seperti songket Palembang, songket Minangkabau, songket Samarinda, dan

terciptanya

dalam

pengolahan

songket

untuk

khalayak umum. Berdasarkan Syarofie (2007),

songket Bali. Seni kerajinan tenun

menyebutkan

songket di setiap daerah wilayah

songket secara terbuka dimulai di

Indonesia

yang

kawasan 30 Ilir, Palembang. Proses

beraneka ragam, di setiap daerah

pembuatan dan penjualan songket

memiliki perbedaan dan karakter-

terus berkembang dari satu tempat ke

memiliki

jenis

bahwa

penjualan

172


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

tempat

lain,

bersama

kawasan

penduduk, perpindahan tempat dari

Kelurahan 32 Ilir, 12 Ulu, 13 Ulu, dan

satu desa ke desa lain, kekaguman

14 Ulu. Pada tahun 1996, Pemerintah

terhadap produk songket, pemberian

Kota

hadiah dalam sikap saling hormat-

Palembang

kawasan

tersebut

mencanangkan menjadi

sentra

kerajinan tenun songket Palembang.

menghormati, warga yang melakukan perantauan ke daerah lain, pernikahan,

Seiring waktu perkembangan

pendidikan non formal, pertukaran

dan penyebaran songket tidak hanya

barang (barter), sebagai satu-satu cara

berkisar di kota Palembang saja, saat

untuk memenuhi kebutuhan keluarga,

ini songket telah terdapat di daerah-

keinginan

daerah sekitar Palembang hingga ke

kebutuhan ekonomi keluarga.

desa-desa yang lebih jauh. Masyarakat

untuk

Pertumbuhan

meringankan

seni

kerajinan

Sumatera telah mengenal kerajinan

tenun songket di Indralaya, Kabupaten

tenun.Produk tenun berupa kain yang

Ogan Ilir mengalami pasang surut

dibuat dari benang kapas, didukung

dengan kondisi sosial dan ekonomi di

oleh

subur.

wilayah tersebut. Berdasarkan kisah-

Tanaman kapas yang dimanfaatkan

kisah para tokoh masyarakat dan para

untuk dijadikan benang sebagai bahan

perajin tenun Indralaya, kerajinan

tenun, menjadi salah satu penopang

tenun songket hanya diproduksi oleh

hidup mata pencaharian dengan cara

keluarga-keluarga tertentu saja, masih

bertani.

banyak

kondisi

alam

yang

Kegiatan

menenun

masyarakat

Indralaya

sebelumnya dibuat untuk keperluan

mengandalkan hasil perkebunan dan

pakaian yang berfungsi sebagai benda

pertanian.Pertumbuhan

pakai

dengan

Keahlian temurun

wujud

menenun ini,

penduduk

kain

biasa.

yang meningkat secara pesat, lahan

secara

turun

pertanian dan perkebunan yang mulai

berkembang

dengan

sempit,

serta

kesulitan

mencari

perpaduan antara masyarakat kota dan

pekerjaan tetap, memberikan dampak

masyarakat desa. Faktor-faktor yang

buruk dalam memenuhi kebutuhan

mendukung terjadinya perubahan dan

keluarga.Masyarakat Indralaya banyak

perkembangan tersebut, antara lain

yang merantau ke kota-kota besar dan

hubungan perdagangan, pertumbuhan

ke luar negeri hanya untuk mencari

173


Aji Windu Viatra & Slamet Triyanto, Seni Kerajinan Songket Kampoeng Tenun di Indralaya Palembang

pekerjaan tetap, namun tidak sedikit

Pinang. Para perajin-perajin ini banyak

yang kembali dari perantauan dengan

yang memproduksi songket sesuai

hasil yang kurang memuaskan.

dengan pesanan dari kota Palembang

Tingginya

akan

dan daerah sekitarnya. Jumlah produk

kebutuhan kain tenun songket menjadi

songket yang sangat terbatas menjadi

titik tolak awal dalam perkembangan

salah satu kendala dalam memenuhi

songket

Keahlian

permintaan konsumen. Salah satu

menenun yang diwariskan secara turun

penyebabnya adalah proses pembuatan

temurun,

oleh

songket yang membutuhkan waktu

meskipun

yang lama antara 1-2 bulan, dan sistem

semangat ini masih hanya dilakukan

kerja yang kolektif dalam proses

oleh beberapa warga saja.Para perajin

menenun memerlukan waktu saling

di Kabupaten Ogan Ilir cukup banyak

menunggu. Di antara para perajin

dan menyebar hampir di seluruh desa-

tahapan proses menenun tidak semua

desa. Di Kecamatan Indralaya, seperti

para perajin yang menguasai semua

Desa

Desa

teknik membuat songket, seperti tahap

Tanjung Seteko, Desa Sudi Mampir,

pencelupan, tahap mencukit motif,

Desa Penyandingan, Desa Talang Aur,

tahap menenun, dan tahapan finishing,

Desa Tunas Aur, Desa Ulak Bedil,

kecuali tahapan menenun hampir rata-

Desa Saka Tiga, Desa Tanjung Sejaro,

rata para perajin di setiap desa

Desa Tanjung Agung, Desa Tanjung

menguasai teknik menenun. Mereka

Agung, Desa Lubuk Sakti, Desa

hanya mengandalkan pesanan yang

Tanjung Gelam, Desa Ulak Segelung,

datang, baru kemudian memproduksi

terdapat para perajin tenun songket.

songket,

jika

Desa-desa

songket

mereka

di

permintaan

Indralaya.

diasah

masyarakat

kembali

Indralaya

Muara

Penimbung,

di

Kecamatan

daerah

tidak pun

ada

pesanan

menganggur

sekitar Indralaya pun terdapat juga

kembali, keterbatasan modal menjadi

para perajin tenun songket, seperti

salah

Kecamatan

Pemulutan,

Kecamatan

mengembangkan songket, baik dari

Pemulutan

Barat,

Kecamatan

bahan, teknik dan ragam hias songket.

Pemulutan

Selatan,

Kecamatan

Tanjung Raja,

Kecamatan Sungai

satu

kendala

Perkembangan

songket

dalam

dan

peningkatan ekonomi yang paling

174


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

dirasakan oleh para perajin tenun di

program

Indralaya, yakni ketika masuknya

peningkatan ekonomi kerakyatan, seni

bantuan

kerajinan tenun songket yang disebut

pinjaman

modal

yang

kemitraan

dalam

usaha

diberikan oleh PT. Bank Negara

Kampoeng

Indonesia (BNI) Palembang sekitar

Menteri Koordinator Perekonomian

tahun

Republik Indonesia, Ir. M. Hatta

2009.

Sebelumnya

terdapat

BNI,

diresmikan

oleh

pihak-pihak yang telah ikut berperan,

Rajasa.

seperti

menjadi pusat kegiatan seni kerajinan

Dinas

Perindustrian

dan

Desa

Perdagangan (Disperindag) Kabupaten

tenun

OI,

sekitarnya.

Dewan

(Dekranas)

Kerajinan Kabupaten

Universitas

Sriwijaya,

Nasional OI,

dan

songket

Indralaya

Muara

Penimbung

meliputi

Kampoeng semakin

desa-desa BNI

dikenal

di oleh

dalam

daerah-daerah sekitar dan di kota

membantu dan mengembangkan seni

Palembang, bahkan hampir ke seluruh

kerajinan tenun songket, baik melalui

Nusantara. Desa-desa yang termasuk

pelatihan, pendidikan, dan bantuan

dalam kawasan sentra seni kerajinan

modal, namun hasilnya kurang mampu

tenun songket meliputi Desa Muara

untuk meningkatkan daya taraf hidup

Penimbung, Desa Sudi Mampir, Desa

para perajin. Banyak berbagai pihak

Talang

yang menilai program-program yang

Bedil.Meskipun

dilakukan oleh pihak-pihak tersebut

hanya dipusatkan di Desa Muara

dilakukan dengan pendekatan yang

Penimbung sebagai pusat kegiatan,

tidak

namun

sesuai

dengan

budaya

Aur,

dan

Desa

Kampoeng

kenyataannya

Ulak Tenun

kegiatan

masyarakat setempat dan sering kali

menenun mencakup hampir seluruh

salah sasaran dalam hal pemberian

desa di Kabupaten Ogan Ilir.Seiring

materi pelatihan dan dana bantuan

waktu desa-desa tersebut lebih dikenal

modal.

dengan “Kampoeng Tenun�. Pada tanggal 11 februari 2010,

atas kerjasama Pemerintah Propinsi Sumatera

Selatan,

Pemerintah

Kabupaten Ogan Ilir, BNI, dan Cita Tenun Indonesia (CTI) membentuk

175


Aji Windu Viatra & Slamet Triyanto, Seni Kerajinan Songket Kampoeng Tenun di Indralaya Palembang

dari bantuan dan binaan BNI ini, memberikan

semangat

bagi

para

perajin untuk mengembangkan usaha mereka.Selama ini, para perajin hanya mengambil

upah

pemesan.Sekarang

menenun

dari

dengan

adanya

bantuan tersebut mereka mampu untuk Gambar 3. Galeri Kampoeng Tenun Indralaya (Foto: Aji Windu Viatra, 2012)

membuka usaha secara mandiri.

Kampoeng Tenun Indralaya

Kontinuitas Songket Tenun Indralaya

Kampoeng

semakin berkembang dan meningkat

Keberadan seni kerajinan tenun

dengan pesat, banyaknya pesanan

songket telah menghadirkan warna

songket dari luar daerah, baik dari

baru di kehidupan sosial budaya

Sumatera Selatan bahkan dari daerah

masyarakat

propinsi lain dan pengunjung yang

Indralaya. Menenun telah dilakukan

datang ke tempat tersebut, memesan

turun-temurun,

secara langsung ke para perajin tenun

penuh penjiwaan dan menjadi bagian

dan

hidup

mendapatkan

pesanan

dari

Kampoeng

Tenun

dilakukan

mereka.

Produk

dengan

songket

propinsi lain bahkan mancanegara.

Kampoeng Tenun Indralaya sangat

Kain songket dari Kampoeng Tenun

bervariasi, baik jenis, ukuran, dan

Indralaya telah mampu menembus

bahannya,

pasar

dengan

ketiga

benua,

antara

lain

serta

daerah

mampu

bersaing

penghasil

songket

Mumbai (India), London (Inggris),

lainnya. Beberapa hasil produksisudah

Milan

memasuki

(Italia)

dan

Amerika.

pasar

nasional

dan

Sehubungan dengan hal ini, menuntut

internasional, bahkan terdapat juga

kinerja yang lebih baik terhadap para

para pembeli yang datang langsung ke

perajin tenun, dengan peningkatan

lokasi para perajin tenun songket

mutu kain tenun songket dari segi

tersebut.

kualitas bahan, inovasi motif songket, dan mengemas tampilan gaya songket

Perkembangan Palembang,

semakin

songket berkembang

agar lebih menarik pembeli. Dampak 176


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

mengikuti

permintaan

pasar

dan

berdampak

makin

berkembangnya

berubah fungsi sebagai benda pakai

bentuk, fungsi, teknologi, dan nilai

atau hiasan. Ada beberapa kendala

estetik. Perubahan tersebut merupakan

yang

dalam

hasil dari akulturasi,pengaruh dari luar

yakni

lingkup wilayahnya yang menciptakan

cukup

memenuhi

mendasar

kondisi

permasalahan

tersebut

untuk

menciptakan

proses

terjadinya

perubahan.

motif-motif songket baru dan kuantitas

Perubahan itu adalah inovasi gagasan

produk

Masyarakat

dan nilai, teknik-teknik atau aplikasi

kampoeng tenun Indralaya, saat ini

baru dalam teknologi dan seni.Sejalan

selalu

dengan kenyataan tersebut Gustami

songket.

berkeinginan

melakukan

eksperimen dan menciptakan motif-

(2000:103)

motif yang dapat menunjukan identitas

pergeseran nilai sudah terjadi sesuai

songket

Tenun

dengan perubahan dan perkembangan

Indralaya, namun masih dibayangi

zaman. Suatu realitas yang tidak

oleh kekhawatiran tidak memiliki nilai

mungkin

jual di pasaran. Permintaan jumlah

berpengaruh

produk kain songket dalam skala

eksistensi seni kriya dan kerajinan.

khas

Kampoeng

besar, seringkali sulit untuk dipenuhi

mengatakan

dihindari,

bahwa

dan

langsung

Perubahan

itu

terhadap

yang

paling

oleh para perajin,disebabkan sistem

dirasakan

kerja

memang

tenun di Indralaya, ketika masuknya

membutuhkan waktu yang lama, 1

bantuan pinjaman modal dan binaan

hingga 2 bulan untuk menyelesaikan

yang diberikan oleh BNI cabang

satu set kain tenun songket.

Palembang dan CTI pada tahun 2010.

tradisional

yang

masyarakat

dan

perajin

Kampoeng Tenun Indralaya,

Banyak pihak-pihak yang juga telah

awalnya hanya memproduksi kain

ikut berperan, seperti Disperindag

tenun yang sangat sederhana dan

Kabupaten OI, Dekranas Kabupaten

berfungsi sebagai benda pakai. Seiring

OI, dan perguruan tinggi Universitas

waktu,

Sriwijaya,

kegiatan

ini

mendapatkan

dalam

mengembangkan

pengaruh yang datang dari dalam

seni kerajinan tenun songket melalui

maupun

pelatihan, pendidikan, dan bantuan

luar

sehingga

berubah

menjadi kain tenun songket. Hal ini

modal.

Namun

dampak

yang

177


Aji Windu Viatra & Slamet Triyanto, Seni Kerajinan Songket Kampoeng Tenun di Indralaya Palembang

dihasilkan masih kurang memberikan perubahan ke arah yang lebih baik. Banyak berbagai pihak yang menilai

Teknik

Cukit Celup/cece p Tenun ATBM

Fungsi

Kain Sarung Kain Selendang Tanjak

Bahan

Benang Emas Benang Perak Benang Sutera Benang Katun

program-program yang dilakukan oleh pihak-pihak tersebut dilakukan dengan pendekatan yang tidak sesuai dengan budaya

masyarakat

setempat

dan

sering kali salah sasaran dalam hal pemberian materi pelatihan dan dana bantuan modal.

Gambar 4. Jenis-jenis kain tenun Songket Kampoeng Tenun Indralaya Palembang, dengan pengembangan motif dan perubahan bahan. (Foto: Aji Windu Viatra, 2014)

Perubaha n

Bentuk

Tahun 2000-2008 Kain tenun

Ukuran

Standar

Motif

Lepus Tawur Limar

Warna

Merah Kuning Ungu Hijau

Tahun 2008-2011 Kain dan Pakaian Tidak standar Lepus Tawur Limar Tretes Mender Bungo Pacik Berante Pulir Berakam Kombinasi Merah Kuning Ungu Hijau

Biru Oranye Warnawarna Alam Cukit Celup/cecep Tenun ATBM Jahit Bordir Kain Sarung Kain Selendang Tanjak Syal Sajadah Taplak Hiasan Dinding Kemasan Produk Tas Dompet Sepatu Perlengkapa n Interior Benang Emas Benang Perak Benang Sutera Benang Katun Nilon Poliester Filamen sintetis

Tabel 1. Perubahan songket di Kampoeng Tenun Indralaya

Kontinuitas

dan

perubahan

songket Kampoeng Tenun Indralaya yang terjadi dipengaruhi oleh berbagai faktor

yaitu

eksternal.

faktor

Proses

internal

perubahan

dan yang

mempengaruhi yakni budaya, perajin tenun, institusi-institusi pemerintah,

178


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

lembaga akademi, dan perusahaan atau

mengekspresikan curahan dalam hati

lembaga

secara pribadi, karya seni dihadirkan

swasta.

Perubahan

seni

kerajinan tenun songket terjadi pada

untuk

bentuk,

kebutuhan-kebutuhan

motif,

warna,bahan

ukuran,

teknik,

material,

dan

kebutuhan

mengenai

sosial,

dan

fisik

kita

barang-barang

dan

fungsi.Masyarakat Kampoeng Tenun

bangunan yang bermanfaat. Feldman

Indralaya

telah

menguraikan fungsi seni menjadi tiga

kreasi

warna-warna

berhasil

membuat dengan

bagian,

yaitu:

fungsi

personal

menggunakan dari bahan alami.Hasil

(personal function of art), fungsi sosial

dari

songket

(the social function of art), dan fungsi

Kampoeng Tenun Indralaya dapat

fisik (physical function of art).Fungsi

diamati melalui meningkatnya tingkat

personal berkaitan dengan pemenuhan

taraf kehidupan sosial, budaya, dan

kepuasan jiwa pribadi dan minat

ekonomi masyarakat khususnya para

individu, fungsi sosial berhubungan

perajin

songket.Infrastruktur

dengan tujuan sosial, ekonomi, budaya

desa yang kian diperindah, seperti

dan kepercayaan, sedangkan fungsi

jalan yang diperbaiki, listrik masuk

fisik berurusan dengan pemenuhan

desa,

kebutuhan

praktis,

dapat

arsitektur,

desain

kerajinan

berkembangnya

tenun

pembangunan

rumah

galeri

songket, dan tempat ibadah.

meliputi dan

industri. Perwujudanketiga fungsi seni Fungsi Seni Songket Kampoeng Tenun Indralaya

itu seringkali berkaitan, sebagai satu kesatuan yang utuh dan padu.

Kerajinan tenun songket, lebih banyak

diproduksi

berdasarkan

Fungsi Personal

pesanan. Namun di beberapa daerah di Sumatera

Selatan,

tenun

Kampoeng

masih

Tenun Indralaya, merupakan suatu

tertentu.

komunitas seni yang terdiri dari

Feldman (1967:3), menjelaskan bahwa

individu-individu kreatif.Para perajin

fungsi-fungsi

yang bertujuan

sebagai mahluk sosial telah dibuktikan

untuk memuaskan, yaitu fungsi seni

oleh mereka dengan ikatan kerja,

sebagai kebutuhan individu dalam

ikatan

memiliki

songket

Perajin

fungsi-fungsi

seni

yang

mencerminkan

rasa

179


Aji Windu Viatra & Slamet Triyanto, Seni Kerajinan Songket Kampoeng Tenun di Indralaya Palembang

persaudaraan ini diwujudkan dalam

keluarga dengan keluarga lain, saling

produk

songket.

memberikan buah tangan atau hadiah

Songket merupakan hasil dari kerja

atas ucapan terima kasih, atau suatu

kolektif para perajin, dimulai dengan

tindakan

proses kerja persiapan alat-alat tenun,

membantu keluarga tersebut.

kerajinan

tenun

tertentu

yang

sangat

pengolahan bahan, perancangan motif, penenunan motif, dan penyelesaian

Fungsi Sosial

akhir hingga berwujud songket yang siap

pakai,

serta

Seni kerajinan songket, yang

sampai

dihasilkan oleh para perajin tenun

pemasarannya. Para perajin tidak bisa

Kampoeng Tenun Indralaya secara

lepas

fungsi sosial, diciptakan agar dapat

dari

dukungan-dukungan

personal tersebut.

diterima oleh masyarakat Sumatera

Perajin tenun sebagai mahkluk sosial,

tidak

tanpa

Nusantara, dan bahkan mancanegara.

dukungan manusia lain, dibutuhkan

Para perajin mempunyai harapan suatu

tata cara hidup dalam bermasyarakat

persepsi umum yang akan dapat

yang disebut dengan budaya.Manusia

menarik rasa simpatik dan menghargai

sebagai subjek yang terkait oleh satu

karya mereka. Setiap manusia yang

budaya,

alat

menciptakan suatu karya, akan selalu

subjek

lain

mengharapkan, ada suatu apresiasi

media

atau

atas hasil kerjanya. Hal tersebut juga

bahasa, dimana karya seni sebagai

berlaku bagi seniman dan perajin,

perwujudan

karya

maka

komunikasi

hidup

dibutuhkan

dengan

menggunakan

individu

bisa

Selatan, daerah-daerah propinsi di

sebuah

perasaan (Kartika,

dan

emosi

seni

yang diciptakan oleh

2004:31-32).

ungkapan ekspresi personal memiliki

Songket tidak hanya sebagai produk

fungsi sosial, yang bermanfaat untuk

yang memiliki fungsi pakai, juga

masyarakat.

memiliki fungsi sebagai alat untuk

Para perajin sebagai mahluk

berkomunikasi, seperti untuk saling

sosial, mempunyai tanggung jawab

hormat-menghormati dan mempererat

atas dirinya yang memiliki ikatan

rasa tali persaudaraan. Hal ini dapat

dengan

kita temui dalam hubungan satu

kerajinan tenun songket,merupakan

lingkungan

sosialnya.Seni

180


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

salah satu bentuk karya seni yang

sehari-hari.Karya seni yang dibuat

digunakan oleh masyarakat, maka

benar-benar merupakan kesenian yang

karya

berorientasi

ini

menunjukkan

fungsi

pada

kebutuhan

fisik

barang

itu

sosial.Fungsi sosial suatu karya seni,

selain

menurut

sendiri(Kartika, 2004: 33-34).

Feldman

(1967:

36-37),

diuraikan sebagai berikut, (1) karya

keindahan

Produk

songket

diciptakan

seni itu mencari atau cenderung

dengan bentuk dan kontruksi yang

mempengaruhi perilaku kolektif orang

terstruktur,

banyak: (2) karya itu diciptakan untuk

ketentuan yang berlaku.Perkembangan

dilihat atau dipergunakan, khususnya

songket

dalam situasi-situasi umum; dan (3)

Indralaya masih menganut pakem

karya seni itu mengeskpresikan aspek-

yang ada, namun saat ini telah

aspek tentang eksistensi sosial atau

mengalami

kolektif sebagai lawan dari bermacam-

pemakaian bahan benang yang banyak

macam pengalaman setiap individu.

dikombinasikan dengan bahan-bahan

disesuaikan

dari

dengan

Kampoeng

perubahan

Tenun

terhadap

lain, dan penambahan sentuhan pada akhir produk, seperti menambah bahan

Fungsi Fisik Fungsi

fisikdihubungkan

tambahan.Songket

dikenakan

dan

dengan penggunaan benda-benda yang

dipandang agar tampak nyaman di

efektif sesuai dengan kriteria kegunaan

mata, menyangkut dengan hal tersebut

dan efisiensi, baik penampilan maupun

songket perlu dirancang dengan efektif

permintaannya

dan efisien.

(Feldman,

71).Seni

kerajinan

memiliki

fungsi

bentuk

1967:

tenun fisik,

songket kegunaan

produk

PENUTUP

dengan

Seni kerajinan tenun songket

nilai

sebagai warisan budaya telah menjadi

berperan

bagian kehidupan dalam masyarakat

sebagai daya tarik songket.Fungsi

Sumatera Selatan. Perkembangan dan

pada suatu karya seni merupakan

penyebaran

kreasi

dapat

berkisar di kota Palembang saja, saat

praktis

ini songket dapat dijumpai di daerah-

mempertimbangkan estetisnya.Nilai-nilai

yang

digunakanuntuk

secara

ini

fisik

kebutuhan

songket

tidak

hanya

181


Aji Windu Viatra & Slamet Triyanto, Seni Kerajinan Songket Kampoeng Tenun di Indralaya Palembang

daerah sekitar Palembang, hingga ke

teknis menenunnya saja, melainkan

desa-desa yang lebih jauh, seperti di

sangat

Kabupaten

Ogan

Indralaya,

Ilir,

Kecamatan

Kampoeng

Tenun

Indralaya.

penting,

ketika

keahlian

tersebut

diiringi

dengan

apresiasi

proses

perancangan

motif-motif

songket baru, agar dapat berkembang

Perkembangan

songket

dan

dan menghasilkan ciri khas songket

peningkatan ekonomi yang paling

yang berasal dari Kampoeng Tenun

dirasakan oleh para perajin tenun di

Indralaya.

Indralaya, yakni ketika masuknya bantuan

pinjaman

modal

yang

diberikan oleh PT. Bank Negara Indonesia

(BNI)

Palembang

dan

binaan dari Cita Tenun Indonesia (CTI) sekitar tahun 2009.Songket yang diproduksi

oleh

para

perajin

Kampoeng Tenun Indralaya sangat bervariasi, baik jenis motif, ukuran, dan bahannya, serta mampu bersaing dengan

daerah

lainnya.Produk

penghasil songket

songket

Kampoeng

Tenun Indralaya sudah memasuki pasar

nasional

dan

internasional,

bahkan terdapat juga para konsumen yang datang langsung ke lokasi perajin tenun songket tersebut. Seni kerajinan tenun songket dari

Kampoeng

Tenun

Indralaya,

memiliki potensi besar dan bernilai tinggi

bagi

kemajuan

masyarakat

Indralaya. Ragam hias songket tidak hanya dipandang dari segi keahlian

KEPUSTAKAAN Feldmen, Edmun Burke. 1967. Art as Image and Idea. New Jersey: The University of Georgia.Prentice Hall, Inc. Englewood Clifss. Gustami, SP. 2000. Seni Kerajinan Mebel Ukir Jepara. Yogyakarta: Penerbit Kanisius ________. 2004. Proses Penciptaan Seni Kriya: Untaian Metodologis. Yogyakarta: PPS ISI Yogyakarta. Kartiwa, Suwati. 1989. Kain Songket Indonesia. Jakarta: Djambatan. ________. 2007. Ragam Kain Tradisional Indonesia, Tenun Ikat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Rodgers, Susan and Anne Summerfield, dkk. 2007. Gold Cloths of Sumatra: Indonesia's Songkets from Ceremony to Commodity. Netherland: Cantor Art Gallery, KITLV Press. Syarofie, Yudhy. 2007. Songket Palembang: Nilai Filosofis, Jejak Sejarah dan Tradisi. PemProv. Sum-Sel: Depdiknas, Sumatera Selatan. William, Raymond. 1981.Culture. Fortana Paperback, Glasgow.

182


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

KORAN HARIAN (3 Oktober 2009).“Berbagai Motif Songket Dihasilkan”. Sriwjaya Post, Palembang. (25 Februari 2011). “BNI Kucurkan Rp. 1,6 milliar”. Sriwijaya Post, Palembang. (25 Februari 2011). “Songket Kampoeng Tenun Mendunia”. Baturaja Region, Sriwijaya Post, Palembang. (1 Maret 2011). “Obsesi Majukan Produk Lokal”. Sriwijaya Post, Palembang. (28 September 2011). “Menjemput Peluang di Kampoeng BNI”. Media Indonesia, Jakarta. (12 Januari 2012).“BNI Fokus Industri Kreatif”. Sriwijaya Post, Palembang. (26 Januari 2012).“Kampung Tenun BNI Makin Maju”.Radar Palembang.

NARASUMBER Erwan Suryanegara, (50 thn), Budayawan dan Dosen, wawancara tanggal 9 Maret

2014 di Palembang, Sumatera Selatan. Ernawati, (47 thn), Pengurus Koperasi Tenun Songket Anggrek, wawancara tanggal 26 April 2014 di Desa Muara Penimbung, Indralaya, Sumatera Selatan. Fitria, (30 thn) Perajin Tenun Songket, wawancara tanggal 26 April 2014 di Desa Sri Banding, Indralaya, Sumatera Selatan. Hanafi, (60 thn), Tokoh Masyarakat, wawancara tanggal 30 Mei 2014 di Desa Sudi Mampir, Indralaya, Sumatera Selatan. Ju Akhir, (40 thn), Perajin Tenun Songket, wawancara tanggal 30 Mei 2014 di Desa Muara Penimbung, Indralaya, Sumatera Selatan. Muhammad Sani, (35 thn), Pengurus Koperasi Besi Emas, wawancara tanggal 30 Mei 2014 di Desa Limbang Jaya, Indralaya, Sumatera Selatan. Nirmala, (32 thn), Perajin Tenun Songket dan Pemilik Galeri Nirmala Songket, wawancara tanggal 23 Juni 2014 di Desa Talang Aur, Indralaya, Sumatera Selatan

183


BENTUK PERTUNJUKAN SALUANG ORGEN DALAM ACARA BARALEK KAWIN DI KABUPATEN SOLOK Nofroza Yelli Program Studi Sendratasik FKIP Universitas PGRI Palembang. yelliumboro@gmail.com ABSTRAK Kabupaten Solok merupakan tempat berkembangnya sebuah kesenian baru yaitu disebut dengan saluang orgen. Perkembangan ini dimulai sejak tahun 1997 sampai sekarang. Pertunjukan yang menggunakan alat musik saluang dan keyboard ini, dilihat dari bentuk pertunjukannya tergolong sederhana, karena masih terdapat bagian-bagian yang sama dengan pertunjukan tradisi sebelumnya yaitu saluang dendang klasik dan saluang dangdut dengan iringan gendang. Konteks pertunjukannya mulai berkembang yaitu dihadirkan dalam acara sosial, politik, dan upacara adat yang salah satunya yaitu upacara baralek kawin. Pertunjukan ini terdiri dari 6-7 orang pendendang, satu orang pemain saluang, satu orang pemain Keyboard, dan 2-3 orang crew sebagai penanggung jawab peralatan sound system selama dilokasi pertunjukan. Sedangkan jenis lagu yang dibawakan adalah dendang ratok, dendang gembira, lagu gamad, dangdut dan dangdut House Music. Pertujukan ini difungsikan sebagai acara hiburan yang salah satunya dalam upacara adat baralek kawin. Kata kunci; saluang orgen, baralek kawin, dangdut, dan lokasi. ABSTRACT Kabupaten Solok is home to a new art that is called by saluang orgen. This development started in 1997 until now. The show that usesmusical instrument of keyboard and saluang,in terms of its performance form, is simple because we still can see the same elements of previous traditional performance of classicalsaluang dendang and saluanga dangdut to the accompany of drums. The context of the show began to develop as it is now performed in social and political ceremonies, and baralek kawin (wedding ceremony). The show consists of 6-7 singers, one saluang player, one keyboard player, and 2-3 crew in charge of sound system. The types of songs played include dendang ratok dendang gembira, gamat song, house music dangdut. This show functions as entertainment in baralek kawin ceremony.

184


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

KeywordS: Saluang orgen, Baralek Kawin, and Kabupaten Solok.

ini mencerminkan suasana senda gurau

PENDAHULUAN Sumatera

Barat

merupakan

(Sastra, 1999:156). Dengan adanya

salah satu wilayah yang terkenal

pernyataan

dengan kesenian tradisinya, hal ini

bahwa bagurau adalah suatu aktivitas

terlihat

sekelompok

dari

banyaknya

digelar

yang

demikian

orang

yang

diakui

ingin

pertunjukan-pertunjukan dan festival-

bergembira yang diwujudkan dalam

festival kesenian tradisi di wilayah

bentuk pertunjukan tradisional yaitu

Sumatra Barat, diantaranya tradisi seni

pertunjukan saluang dendang.

pertunjukan

dendang.

Pertunjukan saluang dendang

Kesenian ini menggunakan instrument

juga dimanfaatkan sebagai pertunjukan

saluang sebagai pengiring vocal atau

yang bersifat komersil. Sebagaimana

dendang.

dalam Skripsi dari Yelmi Irdawati

kesenian

saluang

Masyarakat ini

biasa

pendukung menyebutnya

menjelaskan

tentang

Pertunjukan

dengan acara bagurau, karena adanya

Saluang Dendang Dalam “Bagurau

aktifitas senda gurau yang terdapat

Lapiak�

dalam

yang

pertunjukan ini tidak menggunakan

diungkapkan melalui pantun-pantun

tempat khusus, melainkan emperan

dendang

toko

pertunjukan

yang

ini

bersifat

sindiran

di

yang

Pasar

Payakumbuh,

dimanfaatkan

untuk

terhadap aktifitas penonton yang ada

pertunjukan

pada saat itu sehingga tercipta suasana

(Irdawati, 2007:36). Dilihat dari lagu-

canda penuh tawa.

lagu dendang yang dibawakan pada

Khusus

tentang pertunjukan

pertunjukan

di

ini,

malam

masih

harinya

terlihat

saluang dendang di Minangkabau,

ketradisian kesenian Minangkabau ini

Andar menjelaskan dalam tulisannya

yaitu dominannya dibawakan dendang-

Bagurau dalam Basaluang: Cerminan

dendang klasik atau dendang ratok.

Budaya Konflik, bahwa istilah bagurau lebih

dipahami

oleh

Selain

itu

juga

terdapat

masyarakat

pertunjukan dendang yang disebut

pendukungnya sebagai suatu kegiatan

dengan saluang dangdut. Pertunjukan

pertunjukan saluang. Pada pertunjukan 185


Nofroza Yelli, Bentuk Pertunjukan Saluang Orgen dalam Acara Baralek Kawin di Kabupaten Solok

saluang dangdut adalah pertunjukan

Talang Babungo Kabupaten Solok,

saluang dendang yang menggunakan

oleh group saluang �Junita Group�

alat musik gendang dan giring-giring

yang

sebagai instrumen pengiring dalam

Kecamatan X Koto Di Atas Kabupaten

mengiringi lagu-lagu gembira. Lagu-

Solok, dan diiringi dengan group orgen

lagu dangdut sudah banyak dibawakan

tunggal “Ool Musik� dari Sulit Air

dalam pertunjukan ini, serta adanya

Kabupaten Solok. Di Kabupaten Solok,

jogetan baik itu dari pihak penonton

pertunjukan saluang orgen pernah

ataupun para pendendang itu sendiri.

ditampilkan

berasal

dari

pada

Nagari

Kuncir

beberapa

acara

Seiring dengan perkembangan

perayaan seperti acara politik, acara

pola pikir dan kreativitas masyarakat

sosial, dan dalam upacara-upacara adat

menyebabkan terjadinya pergeseran

seperti

terhadap

penghulu dan baralek kawin.

bentuk

kesenian

tradisi

sunat

rasul,

pengangkatan

Minangkabau, salah satunya terjadi di

Saat ini pertunjukan saluang

Kabupaten Solok yaitu pertunjukan

orgen sangat marak dihadirkan yaitu

saluang dendang menjadi saluang

dalam

orgen. Salah satu perbedaan dari kedua

Kabupaten Solok, salah satunya yaitu

bentuk pertunjukan ini adalah dari segi

di Nagari Selayo. Untuk menghadirkan

instrumen.

pertunjukan

Instrumentasi

pada

upacara

baralek

saluang

kawin

orgen

di

dalam

pertunjukan saluang orgen, di samping

upacara baralek kawin, tuan rumah

masih menggunakan saluang sebagai

harus mengundang dua group kesenian

instrument pokok, saat ini sudah

yaitu group saluang dan group orgen

ditambah dengan keyboard sebagai

tunggal tanpa penyanyi, karena dalam

instrument pengiring.

pertunjukan

Pertunjukan

saluang

orgen

menggunakan

saluang

orgen

seperangkat

ini orgen

mulai tumbuh dan berkembang di

sebagai

daerah Solok dan sekitarnya pada

beberapa orang wanita dari group

tahun 1997 sampai sekarang. Pertama

saluang

kali,

pendendang.

pertunjukan

saluang

orgen

instumen

sebagai

pengiring

penyanyi

dan

atau

ditampilkan dalam acara pemuda atau

Dalam kasus ini, selain dilihat

acara pengumpulan dana sosial di pasar

dari segi instrumentnya, jelas tampak 185


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

bahwa

pengaruh

tunggal

Sedangkan pendendang pada

memberi dampak yang sangat besar

pertunjukan ini, tampil dengan tata rias

terhadap pertunjukan saluang dendang

yang mencolok atau bertolak belakang

yang sekarang menjadi saluang orgen,

dengan

pengaruh ini dapat dilihat dari struktur

sebagai

penyajiannya yaitu adanya goyangan

aktifitas sehari-hari. Saat pertunjukan,

semi erotis dengan busana sederhana

para

yang diiringi dengan musik triping atau

pakaian pas badan dan make-up yang

house music yang biasanya terdapat

mencolok serta bergoyang semi erotis

pada

baik

pertunjukan

orgen

orgen

tunggal.

dandanan mana

masyarakat

pendendang

sesama

kesehariannya dalam

menggunakan

pendendang

ataupun

Dengan adanya pertunjukan Saluang

dengan penonton. Maka hal inilah yang

orgen sebagai salah satu kesenian baru

merupakan permasalahan yang terdapat

di Kabupaten Solok khususnya Nagari

pada pertunjukan saluang orgen yang

Selayo, maka terjadi satu bentuk

menggunakan alat musik tradisi serta

pertunjukan saluang yang digemari

membawakan dendang-dendang tradisi

oleh masyarakat pendukungnya.

Minangkabau, tetapi bertolak belakang

Boleh dikatakan hampir semua golongan masyarakat dapat menikmati

dengan norma atau aturan adat istiadat di Minangkabau itu sendiri.

pertunjukan saluang orgen ini, yaitu

Dilihat dari permasalahan ini,

masyarakat kalangan remaja dapat

permasalahan penting yang diungkap

terhibur dengan adanya musik-musik

dalam tulisan ini adalah Bagaimana

dangdut dari keyboard, dan kalangan

bentuk pertunjukan saluang orgen

orang tua pun dapat meminta dendang-

dalam konteks upacara baralek kawin

dendang klasik atau dendang ratok.

di Nagari Selayo Kabupaten Solok.

Karena beragamnya jenis lagu-lagu

Untuk

yang

dalam

penelitian ini, digunakan Teori fungsi

pertunjukan saluang orgen ini yaitu

dalam membedah fenomena tersebut,

dendang

gembira,

yang dikutip Alan P. Merriam, dimana

gamad, dangdut, musik triping atau

dalam baku tersebut Radcliffe-brown

house music.

menyatakan bahwa fungsi merupakan

biasa

ratok,

dibawakan

dendang

suatu

mencapai

kontribusi

tujuan

yang

dalam

membuat 186


Nofroza Yelli, Bentuk Pertunjukan Saluang Orgen dalam Acara Baralek Kawin di Kabupaten Solok

beberapa aktivitas total untuk menjadi

PEMBAHASAN

bagian dari itu. Dengan kata lain dalam

Bentuk Pertunjukan Saluang Orgen di Kabupaten Solok

sebuah

pertunjukan

pertunjukan struktur

saluang

akan

tertama

orgen,

terbentuk

suatu apabila

Pertunjukan merupakan

saluang

sebuah

orgen

pertunjukan

difungsikan. Dimana dalam hal ini,

dendang tradisi yang diringi dengan

pertunjukan saluang orgen merupakan

alat musik tradisi yaitu saluang dan

suatu pertunjukan yang difungsikan

menggunakan

oleh masyarakat sebagai musik hiburan

sebagai instrument pengiring yaitu

yang salah satunya di hadirkan dalam

disebut

upacara adat baralek kawin di Nagari

seperangkat orgen. Sedangkan bentuk

Selayo

tampilan dari pertunjukannya dapat

Kabupaten

Solok.

Metode

penelitian yang di digunakan adalah metode

kualitatif

menyaksikan

dengan

langsung

menganalisis

bentuk

alat

dengan

musik

modern

keyboard

atau

dilihat pada gambar di berikut ini.

cara dan

pertunjukan

saluang

orgen

yang

merupakan

kesenian

yang

hampir

mengarah

kepada pertunjukan orgen tunggal. Diharapkan

tulisan

ini

dapat

memberikan sumbangan pengetahuan terkait

kesenian

tradisi

yang

berkembang saat ini di Minangkabau

Gambar 1. Bentuk tampilan Pertunjukan saluang orgen di Nagari Selayo Kabupaten Solok (Foto: Nofroza Yelli, Desember 2012)

terutama di Kabupaten Solok. Nagari Selayo adalah salah satu daerah sangat

yang

mana

menggemari

masyarakatnya pertunjukan

saluang orgen, sehingga masyarakat lebih sering menghadirkan pertunjukan ini di Nagari Selayo, salah satunya yaitu dalam upacara baralek kawin. 187


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

Mengadakan upacara baralek kawin

kebahagian bersama masyarakat sekitar

didaerah ini sudah merupakan sebuah

baik

kelaziman, bahkan masyarakat akan

masyarakat muda dengan adanya dua

berlomba-lomba

untuk

tipe umum dalam pertunjukan ini yaitu

memperlihatkan kepada masyarakat

tipe modern dan tipe tradisi. Tipe

lain

betapa

modern dihasilkan oleh seperangkat

meriahnya acara yang mereka adakan

orgen, dan tipe tradisi diperoleh dari

untuk perayaan perkawinan dalam

alat musik saluang dan dendang tradisi

keluarga

yang dibawakan. Lain halnya bila

di

sekitar

mereka

mereka.

keluarga

Misalnya

yang

suatu

menghadirkan

itu

masyarakat

dibandingkan

dengan

tua

ataupun

pertunjukan

pertunjukan saluang orgen dalam acara

orgen tunggal atau saluang dangdut.

pesta perkawinan tersebut, hal ini

Pada

merupakan suatu kebanggaan bagi

masyarakat

keluarga mereka karena tidak semua

mengalah kepada pemuda yang selalu

masyarakat

ingin bergembira dengan musik-musik

mampu

pertunjukan

ini

menghadirkan

dalam

upacara

keluarga.

pertunjukan

saat

upacara

kalangan

tua

tunggal, terpaksa

dangdut dan house musik. Sebaliknya bila

Pada

orgen

yang

dihadirkan

adalah

baralek

pertunjukan saluang dendang, para

kawin disiang harinya, pertunjukan

pemuda apalagi remaja yang bisa

saluang orgen tampil pada malam

dikatakan secara umum tidak mengerti

setelah pesta tersebut bahkan terkadang

dengan pertunjukan tradisi ini, maka

pertunjukan ini diadakan pada malam

mereka

sebelum pesta saat kedua mempelai

pertunjukan yang diadakan tersebut,

bersanding di esok harinya, atau

walaupun sebenarnya diadakan untuk

disebut dengan malam bainai. Dari

hiburan

kenyataan ini, Fungsi sebagai musik

kegembiraan secara bersama-sama.

hiburan

sangat

melekat

pada pertunjukan saluang orgen dalam baralek

penyelenggara

kawin, ingin

dan

akan

menghiraukan

mengungkapkan

pada

pertunjukan saluang orgen. Terlihat

acara

tidak

pihak berbagi

Faktor Pendukung Pertunjukan Saluang Orgen di Kabupaten Solok Sebagai

sebuah

pertunjukan

yang di gelar sebagai musik hiburan 188


Nofroza Yelli, Bentuk Pertunjukan Saluang Orgen dalam Acara Baralek Kawin di Kabupaten Solok

dalam

upacara

kawin

Pentas pada pertunjukan ini

khususnya di Nagari Selayo Kabupaten

biasanya dengan ukuran yang besar

Solok,

dibutuhkan

karena fungsi pentas yang tidak hanya

beberapa bagian-bagian berikut yang

untuk para pendendang saja, melainkan

merupakan

untuk pemain orgen dengan keyboard

baralek

pastinya

maka

faktor

penting

hingga

terbentuknya suatu pertunjukan yaitu

dan

pertunjukan saluang orgen dalam acara

memungkinkan, joget dan tari piring

di

dari para pendendang juga ditampilkan

baralek

kawin

Nagari

Selayo

tersebut.

perangkatnya.

Bahkan

Jika

di atas pentas. Pentas untuk pertunjukan ini di sediakan oleh pihak penyelenggara,

Tempat pertunjukan Untuk

mengadakan

sebuah

sedangkan para pendendang hanya

pertunjukan terutama saluang orgen

ditugaskan

dalam konteks upacara baralek kawin,

pertunjukan pada tempat yang telah

maka hal utama yang menjadi struktur

disediakan oleh tuan rumah atau pihak

pertunjukan

untuk

penyelenggara tersebut. Apabila pentas

pertunjukan.

yang disediakan oleh tuan rumah

Dalam konteks upacara baralek kawin

adalah sebuah pentas yang berukuran

ini, lokasi yang dijadikan tempat

sedang

pertunjukan

rumah

peralatan orgen dan tempat duduk para

dimana acara pesta berlangsung. Di

pendendang, maka joget dan tari piring

halaman rumah ini akan didirikan

akan disajikan di depan pentas.

pelaksanaan

yaitu

tempat

sebuah

yaitu

halaman

untuk

dan

hanya

menyajikan

cukup

untuk

sebuah pentas yang biasanya di sewa khusus untuk acara-acara perayaan yang salah satunya adalah acara pesta perkawinan

Ukuran

dan

Perangkat

pentas

Alat musik yang penting dan

luas

berperan utama pada pertunjukan ini

halaman, sehingga pas dan tidak

adalah satu buah saluang darek dan

mengganggu aktifitas atau tempat lain

satu buah keyboard, di samping alat

dalam lingkungan pesta tersebut.

musik

biasanya

ini.

Alat Musik Pendukungnya

tergantung

kepada

ini

yang

mendukung

terbentuknya suatu pertunjukan adalah 189


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

perangkat sound system dan speaker untuk

menghasilkan

suara

seperti

Sebagaimana

dalam

sebuah

pertunjukan, untuk menghasilkan suara

halnya pertunjukan yang diadakan di

yang

ruangan terbuka. Khusus untuk alat

dengan seperangkat sound system yang

musik saluang yang digunakan saat

terdiri dari beberapa buah speaker

pertunjukan tidak hanya berjumlah satu

berukuran besar, satu buah mixer,

buah saja melainkan beberapa saluang

stabilizer, power, amplifere, echo,

yang minimal dua buah.

ini

equalizer, crossover dan beberapa buah

disebabkan adanya kemungkinan buruk

wareless yang di hubungkan oleh

yang terjadi pada alat tersebut seperti

bermacam

kerusakan, maka saat itu dapat diganti

kebutuhan.

dengan

pemasangan dan pengawasan alat-alat

yang

direncanakan Sedangkan

lain

yang

sebagai untuk

Hal

sudah

cadangan.

keyboard

bagus,

dilengkapi

keyboard

jenis Untuk

kabel

sesuai

melakukan

ini dilakukan oleh para crew.

yang

dominan digunakan oleh group-group kesenian ini adalah keyboard dengan merk Technic yang bertipe KN-7000. Untuk mengiringi lagu-lagu dendang, pemain orgen harus bermain secara manual dan fokus pada sample sound dan tuts-tuts pada keyboard.

Gambar 3. Alat musik keyboard yang digunakan dalam pertunjukan saluang orgen, yang ditata di atas stand keyboard di belakang pendendang. (Foto: Nofroza Yelli, Februari 2012)

a. Pemain dan anggota pendukung Dalam

pertunjukan

saluang

orgen terdiri dari anggota-anggota yang saling terkait satu sama lain untuk Gambar 2. Alat musik saluang yang digunakan dalam pertunjukan saluang orgen (Foto: Nofroza Yelli, Februari 2012)

mendukung jalannya pertunjukan dari awal hingga akhir. Pendukung dalam pertunjukan ini yaitu terdiri dari satu

190


Nofroza Yelli, Bentuk Pertunjukan Saluang Orgen dalam Acara Baralek Kawin di Kabupaten Solok

orang pemain saluang atau tukang

Dari segi kostum pendendang

saluang, 6-7 orang pendendang, satu

pada pertunjukan dalam acara baralek

orang pemain orgen, dan 2-3 orang

kawin ini tidak mempunyai aturan,

crew yang bertanggung jawab atas

keharusan,

sound system. Seluruh pendukung ini

dalam

akan bekerja sesuai tanggung jawab

mereka menggunakan baju kaos biasa

masing-masing. Para pendukung ini

yang

baik pendendang, pemain saluang,

kenyamanan masing-masing.

ataupun

keseragaman

penampilannya.

pas

badan

Cendrung

sesuai

dengan

pemain orgen, dan crew tidak memiliki pendidikan khusus dalam bidangnya namun untuk memperoleh kepandaian ini

mereka

dapatkan

dengan

pengalaman atau seringnya bergabung dengan para seniman yang sudah ahli dan

bahkan

keluarga

turun

yang

temurun

sebelumnya

dari sudah

mempunyai keahlian dalam kegiatan seni ini. Pada dasarnya pimpinan group berperan sebagai pendendang inti atau

Gambar 4. Kostum pendendang pada pertunjukan saluang orgen (Foto: Nofroza Yelli, Desember 2012)

b. Penonton Pertunjukan

saluang

orgen

yang disebut dengan induak dendang

dihadiri oleh penonton dari barbagai

dalam sebuah group itu sendiri yang

macam golongan. Dan secara umum

sebelumnya

berpengalaman

golongan ini terdiri dari golongan

dalam kesenian ini sehingga dapat

masyarakat muda, dan masyarakat tua,

mengelola sendiri dengan mencari

baik itu laki-laki ataupun perempuan.

anggota dan membentuk sebuah group.

Pada awal pertunjukan yaitu tepatnya

Maka dalam pertunjukan ini, pimpinan

pada jam 09.00 WIB, umumnya semua

tersebut mengatur seluruh anggota baik

golongan masyarakat laki-laki hingga

itu keamanan para anggota selama

perempuan

pertunjukan, trasportasi serta honor

pertunjukan ini, yaitu mulai dari

sudah

akan

terlihat

pada

atau gaji anggota. 191


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

masyarakat

kalangan

anak-anak,

berirama sedih atau meratap, ratapan

remaja, dewasa dan tua. Sedangkan

ini dalam bahasa minang yaitu ratok

tengah malam hingga selesai umumnya

(Erizal dan Efrinon, 1987: 25). Maka

disaksikan

laki-laki

dendang ratok ini secara sedarhana

saat

adalah lagu dendang yang berirama

saluang

sedih atau meratap. Selain dapat

oleh

terutama

kaum

pemuda.

menyaksikan

Pada

pertunjukan

orgen ini, masyarakat bisa meminta

dirasakan

lagu kepada para pendendang sesuai

kesedihan ini juga terlihat dalam

dengan

beberapa

kemampuan

pendendang.

kemudian pada tengah malam para penonton

akan

berjoget

melalui

irama

lirik

dendang,

dendang

yang

dibawakan oleh pendendang tersebut.

bersama

Jenis

dendang

ratok

pada

pendendang dengan iringan musik

pertunjukan saluang dendang dulunya

yang dihasilkan dari orgen. Joget ini

sangat beragam mulai dari lirik yang

akan dilakukan dengan tertip sehingga

menceritakan tentang kehidupan yang

tidak terjadi konflik seperti keributan

sulit,

besar ataupun kecil. Selain itu, para

penonton

penonton akan menjaga keamanan dan

berlangsung, lirik yang mengarah pada

menghargai tuan rumah dengan cara

pornografi dan sebagainya. Namun

tidak memancing keributan selama

dalam

dilokasi acara.

dalam konteks upacara baralek kawin

lucu

dan

sindiran

saat

pertunjukan

terhadap

pertunjukan

saluang

orgen

di Kanagarian Selayo ini, dendang Lagu-lagu yang dibawakan Dendang ratok

ratok mempunyai tempat yang sangat sedikit dalam struktur pertunjukannya,

Dulunya dendang ratok berawal

sehingga jenis dendang ratok

yang

dari ratapan kematian yang merupakan

ditemukan pada pertunjukan ini secara

tangisan dengan kata-kata sehingga

umum di Kabupaten Solok dan Nagari

dengan perkembangan zaman, hal ini

Selayo khususnya hanya dua jenis

dihadirkan dalam pertunjukan saluang

dendang yang telah diceritakan di atas

dendang.

Disebut

dendang

ratok

yaitu dendang dengan lirik tentang

karena dendang yang di bawakan ini

kehidupan yang sulit atau sedih dan

192


Nofroza Yelli, Bentuk Pertunjukan Saluang Orgen dalam Acara Baralek Kawin di Kabupaten Solok

dendang dengan lirik lucu. Judul-judul dendang

ini

sangat

beragam

namun

banyak

dominan

atau irama dendang, sehingga akord

dan

dan melodi atau intro lagu, dimainkan

yang

datar mengikuti dendang dan melodi

dibawakan dalam pertunjukan saluang

keyboard.

orgen yaitu seperti piaman lamo, ratok

memainkan

suayan, banda sapuluah, ratok lawang,

mengikuti irama dendang.

cupak

ambiak

dan

lado,

lain

sebagainya.

Disaat

vokal,

keyboard

dan

saluang

akord

Beragam

dendang gembira

yang dibawakan pada pertunjukan ini yaitu

dendang

yang

berjudul

singgalang, kincia tuo, larek nagari

Dendang Gembira Dendang gembira yaitu lagu-

dan sebagainya. Dalam menyajikan

lagu dendang bertempo atau bernada

dendang

gembira dan mempunyai lirik yang

pendendang

juga

pertunjukan

spontanitas untuk menciptakan suasana

saluang orgen, dendang ini diiringi

tawa dari penonton dengan sindiran

oleh orgen sehingga lebih jelas adanya

yang diberikan kepada beberapa orang

kesan gembira. Musik yang digunakan

yang hadir pada saat itu.

oleh

gembira.

Pada

pemain

mengiringi adalah

jenis

Berdasarkan

inilah

menyajikan

para pantun

dalam

keyboard

lagu-lagu

gembira

dendang

ini

Lagu Gamad

musik

dangdut.

Musik gamad juga merupakan

penyajian

ensambel

kesenian Minangkabau yang juga tidak

musiknya, lagu dendang ini diiringi

pernah

oleh alat musik saluang dan keyboard

pertunjukan

yang dimainkan secara bersamaan.

hiburan oleh masyarakat Minangkabau.

Intro

oleh

Hal yang membedakan bahwa suatu

saluang

lagu yang di bawakan oleh pendendang

keyboard

pada pertunjukan saluang orgen ini

dendang

keyboard mengikuti tersebut.

dimainkan

sedangkan melodi Karena

dari

sama-sama

terlupakan yang

pada

setiap

digelar

sebagai

telah

adalah sebuah lagu gamad, yaitu dapat

diketahui bahwa dalam permainannya,

dilihat hanya dengan mendengarkan

alat musik saluang tidak mengenal

musik pengiring yang dihasilkan dari

namanya akord, namun hanya melodi

keyboard, karena terdapatnya ciri khas 193


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

dari musik gamad ini yaitu terdiri dari

dengan

accordion, biola, gitar dan perkusi

penyajian lagu ini alat musik saluang

yang sudah terprogram dalam sebuah

mengikuti irama dendang dan melodi

keyboard. Dengan olahan suara-suara

keyboard

dari alat musik ini menjadikan sebuah

keyboard sebagai melodi musik atau

lagu

intro dan memainkan akord saat vokal.

gamad

pertunjukan

yang

persis

aslinya

seperti yang

dendang

gembira,

saat

intro,

dalam

sedangkan

Dalam menyajian lagu gamad

menggunakan alat musik yang nyata

ini,

yaitu accordion, biola, gendang dan

menghadirkan pantun spontanitas yang

gitar (Rizaldi, 1994: 41). Walaupun si

bersifat sindiran untuk menciptakan

pendendang tidak membawakan lagu

suasana yang lebih ceria. Lagu-lagu

gamad dengan ciri vokal gamad,

gamad yang biasa dibawakan dalam

masyarakat pendukung kesenian ini

pertunjukan saluang orgen ini adalah

akan dapat menebak secara mudah

tanjung katung, anak tiung, ratok

bahwa ini adalah sebuah lagu gamad

pasaman dan lain sebagainya. pada

dengan adanya musik orgen yang

saat lagu ini sesekali beberapa orang

memprogram ritme gamad ini. Ritme

pendendang

akan

dari musik gamad yang mempunyai

berdendang

di

ciri khas

ini sangat berbeda dengan

beberapa dari penonton dan bahkan

lagu-lagu lainnya. Secara umum ritme

keluarga dari pihak penyelenggara juga

musik gamad terdiri dari dua bagian

akan berjoget di depan pentas.

pendendang

juga

dapat

berjoget

atas

sambil

pentas,

dan

yaitu langgam yang merupakan lagu gamad dengan tempo lambat dan joget

Dangdut Pada sebuah pertunjukan yang

yaitu lagu gamad dengan tempo cepat. Dalam menyajikan lagu gamad

digelar untuk hiburan di Kabupaten

ini, hanya diiringi oleh alat musik

Solok,

khususnya

keyboard atau tanpa saluang. Namun

malam hari, masyarakat lebih meminati

sesekali atas permintaan penonton,

lagu-lagu dangdut. Musik

lagu gamad ini diiringi dengan saluang

merupakan

selain dari keyboard. Sama halnya

mempunyai ciri khas pada motif

musik

pertunjukan

di

dangdut

indonesia

yang

gendang. Di Indonesia, musik dangdut 194


Nofroza Yelli, Bentuk Pertunjukan Saluang Orgen dalam Acara Baralek Kawin di Kabupaten Solok

ini merupakan salah satu musik yang

Lagu dangdut triping ini biasa di

sangat

masyarakat,

bawakan setelah larut malam dimana

sehingga sering di hadirkan pada acara

lokasi pertunjukan dominan dipenuhi

hiburan

terutama

oleh kaum laki-laki terutama pemuda

Kabupaten Solok. Sedangkan lagu

yang ingin bergembira dengan cara

dangdut pada pertunjukan ini yaitu

berjoget baik bersama pendendang

lagu dangdut dengan tempo biasa

dengan jumlah maksimal adalah 3

seperti lagu yang berjudul menunggu

pasang,

(oleh Ridho Roma), cinta noda hitam,

secara tertip atau tidak berdesakan.

diminati

oleh

masyarakat

ataupun

sesama

penonton

rindu (oleh Evi Tamala), serta lagu

Lagu-lagu dangdut triping yang

syahdu (oleh Roma Irama), dan lain

biasa dibawakan pada pertunjukan ini

sebagainya. Saat menyajikan lagu ini,

adalah lagu yang berjudul mati lampu,

hanya

atau

sms, kucing garong, janji dan lain

keyboard. Sedangkan penonton mulai

sebagainya. Namun tidak fokus pada

berjoget

santai

lagu ini saja, ada juga lagu dangdut

yang

slow yang diganti musiknya dengan

dihadirkan pada sebuah pertunjukan

musik triping sehingga menjadi lagu

tersebut.

dangdut triping, seperti lagu yang

diiringi

oleh

dengan

mengikuti

alunan

orgen

sangat musik

berjudul syahdu oleh Roma Irama. Musik dari lagu syahdu ini dibuat

House music Dalam

pertunjukan

saluang

sendiri oleh pemain orgen untuk

orgen, lagu dangdut dengan house

mencipta sesuatu yang baru dalam lagu

music ini hanya diiringi oleh orgen.

tersebut yaitu menjadi lagu dengan

Lagu ini juga merupakan lagu dangdut

musik triping atau house musik.

biasa namun dengan versi musik yang berbeda yaitu musik dengan tempo

PENUTUP

cepat. Sebagaimana pengertian house

Saluang orgen merupakan salah satu

musik yaitu musik yang dimainkan

kesenian tradisi Minangkabau yang

untuk mengiringi joget atau tarian

mengalami

dengan beat yang kencang atau juga

menjadi sebuah kesenian baru yang

biasa disebut dengan musik triping.

berkembang

Akulturasi

di

Kabupaten

sehingga

Solok. 195


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

Pengaruh ini didapatkan dari musik modern

yang

masyarakat

lebih

saat

ini

disukai

oleh

dibandingkan

dengan 4 orang pendendang dengan ketentuan kesepakatan gerakan yang sudah

dilatih

sebelumnya.

Untuk

dengan musik-musik tradisi. Dalam hal

mendukung

ini, pada pertunjukan saluang orgen

penampilan ini, keyboard didukung

yang berkembang di Kabupaten Solok

oleh

terutama di Nagari Selayo, dalam

sehingga menghasilkan suara yang

penyajiannya terdiri dari dua buah

keras

instrumen pengiring yaitu saluang dan

pertunjukan yang diadakan di lapangan

keyboard atau orgen.

terbuka. Seluruh peralatan ini diatur

Dalam

pertunjukan

penyajian

seperangkat

dan

bagus

penampilan-

sound

sesuai

system

dengan

saluang

oleh para crew sebagai penanggung

orgen, para pemain terdiri dari enam

jawab perangkat pertunjukan selama di

atau tujuh orang pendendang, satu

lapangan.

orang pemain saluang, dan satu orang pemain

orgen.

Pertunjukan

ini

berlangsung pada malam hari sebelum atau sesudah upacara baralek kawin yaitu mulai dari jam 21.00-04.00 WIB. Jenis

lagu

yang

terdapat

pada

pertunjukan ini yaitu lagu ratok yang hanya diiringi oleh alat musik saluang, lagu dendang gembira yang diiringi oleh saluang dan orgen, lagu gamad, lagu dangdut, serta lagu dangdut house music. Pada

saat

penampilannya,

selain joget yang disajikan oleh para pendendang dengan iringan lagu-lagu dangdut ataupun dendang gembira, dalam pertunjukan ini juga terdapat tari

KEPUSTAKAAN Aulia, Nisaul. 2008. Fenomena Organ tunggal dalam Konteks Upacara Baralek Kawin di Minangkabau. Skripsi. Padang Panjang: STSI. Erizal dan Efrinon. 1987. Sekilas Dendang Minang. Diktat. Padangpanjang: Akademi Seni Karawitan Indonesia. Irdawati, Yelmi. 2007. “ertunjukan Saluang Dendang Dalam “Bagurau Lapiak� di Pasar Payakumbuh. Skripsi. Padangpanjang: Sekolah Tinggi Seni Indonesia. Merriam, Alan P. 1964. The Antropologi Of Music. Amerika: University Press. Rizaldi. 1994. Musik Gamad di KotaMadya Padang: Sebuah Bentuk Akulturasi Antara Budaya Pribumi Dan Budaya

piring yang ditampilkan oleh 2 sampai 196


Nofroza Yelli, Bentuk Pertunjukan Saluang Orgen dalam Acara Baralek Kawin di Kabupaten Solok

Barat. Tesis. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. Sastra, Andar Indra. 1999. Bagurau dalam Basaluang: Cerminan Budaya Konflik. Tesis.

Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. House musik Diakses dari www.wikipedia.com. 3 april 2014.

197


MEREFLEKSIKAN KABA ANGGUN NAN TONGGA MELALUI KOREOGRAFI “PILIHAN ANDAMI” Evadila Program Studi Sendratasik FKIP Universitas Islam Riau (UIR) evadila@gmail.com ABSTRAK Anggun Nan Tongga Magek Jabang sebagai seni tradisi sangat lekat dengan budaya matriarki. Namun demikian oleh Evadila dijadikan media untuk menyampaikan gagasan pemahaman terhadap dunia keperempuanan. Melalui kaba tersebut, pengkarya memandang bahwa sifat keperkasaan tidak hanya milik laki-laki. Perempuan dengan keperkasaan yang dimilikinya ternyata mampu menjadi pemimpin dan pahlawan yang disegani oleh kawan maupun lawan. Selain itu, juga menyikapi kekerasan terhadap perempuan pada saat bersamaan berperan sebagai istri, yang mewarisi tradisi dan budaya Minangkabau. Metode yang digunakan studi pustaka,. Artikel ini diharapkan dapat berguna menyampaikan pesan terhadap kepedulian dan pandangannya tentang perempuan. Artikel ini mampu menghapus streotip dimana perempuan selalu menjadi pihak yang dirugikan, bahkan mampu menjadi pimpinan yang disegani.. Koreografi “Pilihan Andami” merupakan koreografi yang menggali nilai-nilai kehidupan yang ada dalam kaba Anggun Nan Tungga Magek Jabang. Cerita cinta segi tiga Andami Sutan, Anggun Nan Tungga dan Gondan Gondoriah dalam episode Ka Taluak Koto Tanau diinterpretasikan sebagai keikhlasan sekaligus perlawanan. Kata Kunci: Refleksi, Anggun Nan Tongga, Koreografi, “Andami”

ABSTRACT Anggun Nan Tongga Magek Jabang as a traditional art is closely related to matriarchal culture. But Evadila has turned it into media to express ideas about the world of women. Through this story, the creator sees that audacity does not only belong to men. With their audacity, women can be leaders or heroes respected by both friends and enemies. In addition,they also respond to violence against women and at the same time play a role as housewives, inherited the tradition and culture of Minangkabau. The methode used was library study. This article is expected to deliver messages on care and views about women. It can eliminate the stereotype where women are always on the disadvantageous side, and they can even become respected leaders. The 199


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

coreography of “Pilihan Andami” is to explore the values of life existing in the story of Anggun Nan Tungga Magek Jabang. This is a story of love triangle between Andami Sutan, Anggun Nan Tungga dan Gondan Gondoriah in the epidose of Ka Taluak Koto Tanau interpreted as submission and resistance as well. Keyword: Reflection, Anggun Nan Tongga, Choreography, Andami Salah

PENDAHULUAN Kaba Minangkabau mengandung

satu

Minangkabau yang

kaba

klasik

popular, adalah

nilai-nilai falsafah hidup masyarakat

kaba

Minangkabau, yaitu ajaran-ajaran agama

Anggun Nan Tungga merupakan epos

Islam, dan ajaran adat Minangkabau

dengan tokoh Anggun Nan Tungga,

yang sarat akan estetika lokal, sehingga

Gondan

sangat menarik untuk dijadikan sumber

(dalam versi Sijobang disebut sebagai

penciptaan karya seni. Namun situasi

Dondomi Sutan), dan lain-lain. Menurut

kehidupan modern

Hajizar

sekarang, sudah

jarang sekali koreografer muda

Anggun

Nan

Gondoriah,

(1988:

Tungga.

Andami

142-149),

Kaba

Sutan

dalam

yang

skripsinya yang berjudul “Studi Tekstual

Menurut

dan Musikologis Kesenian Tradisional

Widaryanto (2007: 354), Modernisasi

Minangkabau Sijobang: Kaba Anggun

dan globalisasi bisa mengakibatkan

Nan Tungga Magek Jabang”, terdapat

budaya-budaya tradisional tidak lagi

14

mempunyai

episode Ka Taluak Koto Tanau, yang

terinspirasi

dari

kaba.

kesempatan

untuk

episode.

Salah

satunya

adalah

berkembang, perlahan tetapi semakin

mengisahkan

lama semakin tersapu bersih. Oleh sebab

percintaan antara Anggun Nan Tungga

itu, dirasa perlu untuk mengangkat

dan Andami Sutan. Sijobang merupakan

kembali

klasik

seni tutur tradisi Payakumbuh, yang

Minangkabau, yang merupakan warisan

memiliki melodi melankolik dan meter

dari masa lalu agar tetap dapat dikenal

(sukatan) ganjil (meter tiga, lima dan

dalam kehidupan modern sekarang ini.

tujuh).

karya

sastra

Bertitik

tentang

tolak

perjalanan

dari

musik

Sijobang yang memainkan episode Ka

200


Evadila, Merefleksikan Kaba Anggun Nan Tongga Melalui Koreografi “Pilihan Andami�

Taluak Koto Tanau inilah lahirnya karya

Walaupun dengan hati sedih dan dalam

Pilihan Andami.

keadaan

Episode Ka Taluak Koto Tanau

hamil,

Andami

mengizinkannya.

Sesudah

Sutan beberapa

Nan

bulan Anggun Nan Tungga berangkat,

mencari

akhirnya Andami Sutan melahirkan

mamaknya, yaitu Patiah Maudun, Tuak

seorang anak laki-laki yang diberi nama

Mangguang Kayo, dan mencari burung

Mandu Gombak.

mengisahkan Tungga

tentang

dalam

Anggun

perjalanan

Andami

nuri yang pandai berbicara merupakan

Sutan

sesungguhnya

salah satu kandak seratuih duo puluah

bukan tokoh utama dalam kaba Anggun

(kehendak seratus dua puluh macam)

Nan Tungga, namun pada episode Ka

Gondoriah.

Taluak Koto Tanau tokoh Andami dapat

Anggun

dapat

bertemu

dengan mamaknya Tuak Manggung

dikatakan

Kayo, yang memiliki anak perempuan

perempuan. Pengalaman hidup Andami

bernama

sebagai

Andami

Sutan.

Ternyata

sebagai

perempuan

tokoh

yang

utama

menerima

Andami Sutan inilah yang mempunyai

dinikahi oleh Anggun bukan karena

salah satu kehendak Gondoriah berupa

cinta, tetapi hanya ingin memiliki

burung nuri yang pandai berbicara.

burung nuri kesayangannya. Andami

Permintaan Anggun untuk memiliki

ditinggalkan

burung tersebut disanggupi Andami

keadaan

dengan

bersedia

kekasihnya Gondoriah. Kedua hal inilah

menikahinya. Maka menikahlah Anggun

yang ditafsirkan sebagai keikhlasan

dengan Andami. Setelah Anggun Nan

Andami. Pemilihan Andami sebagai

Tungga

tokoh utama, karena dapat mewakili

mamaknya

syarat

bertemu dan

Anggun

dengan sudah

dapat

semua pula

salah

satu

oleh

hamil

Anggun untuk

ikonisitas Perempuan

dalam menemui

perempuan

mengumpulkan kandak seratuih duo

Minang.

puluah (kehendak seratus dua puluh

diinterpretasikan

macam) tunangannya Gondoriah, ia

yang ikhlas menjalani kehidupannya,

minta izin kepada Andami Sutan untuk

walaupun ikhlas dalam pengertian yang

sementara waktu kembali ke Pariaman.

pasif. Dengan kata lain, pemilihan

sebagai

yang perempuan

201


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

Musik

terhadap tokoh Andami, secara tidak

merupakan

Sijobang,

langsung mewakili sesuatu yang lain di

nyanyian narasi puitis tentang pahlawan

luar dirinya, yaitu tingkah lakunya, adat

legendaris Anggun Nan Tungga. Selain

istiadat yang dipakainya, dan budaya

itu musik Sijobang, adalah bentuk

yang melatar-belakanginya.

hiburan yang populer di daerah sekitar

Perempuan yang ikhlas seperti

Payakumbuh, di dataran tinggi Sumatera

Andami Sutan dalam kaba mungkin

Barat. Meskipun kisah yang ada sebagai

tidak dapat ditemukan pada perempuan

teks tertulis, namun yang terbaik adalah

Minang masa kini. Oleh sebab itu dirasa

dikenal secara lokal sebagai drama dan

perlu

narasi yang dinyanyikan.

menginterpretasikan

kembali

episode Ka Taluak Koto Tanau menjadi episode ‘baru’ dengan tokoh Andami sebagai perempuan yang ikhlas ‘masa kini’, yaitu menolak ketidakadilan yang dilakukan oleh orang lain kepadanya, dan berjuang untuk mendapatkan yang menjadi hak atas dirinya, serta meminta pertolongan

hanya

kepada

Keikhlasan

Andami

yang

semaksimal

mungkin

Tuhan. berjuang

Gambar 1. Basijobang (Foto: Asril Muchtar, Desember 2010)

Kekuatan narasi dan musikologis

untuk

diinterpretasikan

menjadi

mendapatkan apa yang menjadi haknya

Sijobang

inilah yang diangkat ke dalam karya tari

sebuah karya tari “Pilihan Andami”.

yang berjudul Pilihan Andami.

Musik episode

Sijobang Ka

yang

Taluak

memainkan Koto

Tanau

PEMBAHASAN

ditampilkan di awal karya, sebagai

Musik Sijobang: Kaba Anggun Nan Tungga Sebagai Titik Tolak Karya Tari “Pilihan Andami”

pengantar karya ini. Kemudian narasi pada episode Ka Taluak Koto Tanau direinterpretasi

menjadi

keikhlasan

Andami. 202


Evadila, Merefleksikan Kaba Anggun Nan Tongga Melalui Koreografi “Pilihan Andami�

Secara umum, tokoh Andami

Namun dalam kaba diceritakan, meski

Sutan dalam kaba Anggun Nan Tungga

Gondoriah kemudian memang tergugah

yang

berbagai

untuk menggugat kesetiaan Anggun,

genre kesenian, adalah perempuan yang

namun Andami tidak pernah memiliki

ikhlas, menerima takdirnya ditinggal

suaminya kembali.

oleh

diekspresikan

Anggun.

Muhammad

dalam

Keikhlasan

Ramadhan

Sepintas, pilihan Andami Sutan

menurut

(2009:

31),

versi

kaba

justru

biasanya diartikan sebagai keinginan

keikhlasan

yang

untuk

mempersembahkan

Namun

jika

hanya

kepada

ketaatan

terlihat

utuh,

sebagai

dan

dilihat

penuh.

lebih

jauh,

untuk

keikhlasan Andami Sutan adalah ikhlas

selainNya. Ikhlas dalam hati manusia

yang terlalu cepat (prematur). Ia tidak

mewujud

melakukan

Allah,

melalui

tidak

perasaan-perasaan

usaha

yang

damai, sabar, mudah bersyukur, tawakal,

terlebih

dan menyerahkan urusan pada Tuhan

menyerahkannya kepada takdir, atau

ketika

maksimal.

ketentuan Ilahi. Dengan kata lain,

Dengan kata lain, tidak memaksakan

keikhlasan Andami Sutan versi kaba,

kehidupan untuk selalu berjalan sesuai

justru keikhlasan yang tidak hakiki

kehendak diri.

sifatnya,

sudah

berusaha

Pada konteks Andami Sutan dalam kaba, keiklasan itu cenderung

perjuangan

dahulu

maksimal

sebab

sebelum

tidak

sekuat

diawali

tenaga

dari

terlebih

dahulu. Padahal, kaba selain merupakan

pasif. Andami, tidak melakukan apa-apa untuk mengubah nasibnya. Ia merelakan

kekayaan

saja Anggun suaminya pergi untuk

pembelajaran informal, bahkan salah

menikahi perempuan lain. Satu-satunya

satu

usaha yang dilakukan Andami untuk

Andami Sutan dalam kaba, secara tidak

tetap memiliki suaminya, adalah dengan

langsung akan turut membangun citra

meminta

untuk

tidak baik perempuan Minangkabau.

menceritakan kisahnya pada Gondoriah,

Jika perubahan tidak dilakukan terhadap

dengan harapan Gondoriah tergugah.

episode

burung

nuri

budaya,

instrumen

juga

pencitraan.

Andami,

maka

sebagai

Episode

setiap 203


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

pembacaan terhadap teks kaba Anggun

adalah sesuatu yang tercipta karena

Nan Tungga akan membangun citra

keberadaan konsep materilineal yang

negatif, bahwa sebagian perempuan

ada, atau dengan kata lain sesuatu yang

Minangkabau, adalah perempuan yang

telah tercipta dengan sendirinya. Namun

pasrah secara membabi buta, ketika ia

hal tersebut tidak terlihat pada kisah

menjadi korban ketidakadilan.

Andami Sutan dalam kaba, seperti yang

Hal

itu,

tentunya

bertolak

telah diuraikan sebelumnya.

belakang dengan berbagai pernyataan

Untuk itu, penggarap tertarik

yang menyiratkan bahwa perempuan

melakukan interpretasi terhadap episode

Minangkabau memiliki kedudukan yang

tersebut,

setara dengan kaum laki-laki. Salah

dilakukan untuk mengubah pencitraan

satunya

tersebut. Salah satu bentuk interpretasi

adalah

pernyataan

Hajizar

yang

(2006: vi), bahwa:

karena

dilakukan

dapat

dan

adalah

perlu

dengan

Bundo

mengubah episode yang menceritakan

Kanduang dan keistimewaan konsep

mengenai Andami, dan menambahkan

matrilineal

kaum

beberapa peristiwa sebagai lanjutan

perempuan memiliki hak-hak istimewa

cerita kehidupan Andami Sutan, yang

dalam

masyarakat

tidak diceritakan dalam kaba. Adapun

Minangkabau. Tersirat di sini bahwa

genre kesenian yang dapat digunakan

kaum perempuan Minang tidak perlu

untuk

lagi menggunakan hak azasinya untuk

mengkomunikasikan hasil interpretasi

memperjuangkan ‘emansipasi wanita’

tersebut, dapat beragam. Salah satunya

dalam

adalah seni tari, seperti yang dilakukan

Kemuliaan

telah

mitos

menjadikan

sosio-kultural

konteks

gerakan

jender

mengekpresikan

dan

dalam karya berjudul Pilihan Andami.

masyarakat dunia. pernyataan

Wawancara dengan Asrul (58

Hajizar tersebut, terlihat bahwa kaum

tahun) seniman Sijobang dari Sungai

perempuan

yang

Tolang, kabupaten 50 kota menjelaskan,

masyarakat

bahwa sesungguhnya cinta Anggun

Minangkabau. Posisi istimewa tersebut,

hanya untuk Gondoriah, tidak untuk

Memperhatikan

istimewa

memiliki dalam

posisi

204


Evadila, Merefleksikan Kaba Anggun Nan Tongga Melalui Koreografi “Pilihan Andami”

Andami

Sutan

yang

dinikahinya

tenaga dan waktu. Hal tersebut sesuai

(wawancara, 10 Oktober 2010 di Sungai

dengan

Tolang). Hal ini memberikan inspirasi

Murgiyanto (1986: 124), bahwa ruang,

pada bagian Anggun di ‘kamar rumah

waktu, dan tenaga adalah elemen-

dengan

yang

dikemukakan

Sal

Gondoriah

yang

elemen dasar dari gerak. Kepekaan

lebih

intim,

terhadap elemen-elemen tersebut, dan

dibandingkan dengan gerak ‘percintaan’

pemilihan secara khas, serta pemikiran

Anggun dengan Andami yang agak

akan penyusunanya, yang berdasarkan

berjarak.

pertimbangan-pertimbangan mendalam,

gadang’ adegannya

dibuat

merupakan alasan utama kenapa tari menjadi ekspresi seni. Sementara media

Media Proses pengejawantahan gagasan

musik bertolak dari kesenian Sijobang. merupakan

musik

tradisi

tari “Pilihan Andami” ke dalam bentuk

Sijobang

karya, mengimplikasikan setidaknya tiga

Payakumbuh

media, yang merupakan hasil eksplorasi

sebuah kaba, salah satu kaba yang

terhadap gagasan dengan kondisi pentas.

sering dimainkan adalah kaba Anggun

Media-media tersebut adalah: gerak,

Nan Tungga. Musik Sijobang memiliki

musik, warna dan rupa. Media gerak

melodi-melodi yang khas dan sangat

sebagai bahan baku pada karya tari ini,

unik, dilahirkan pada bagian ke dua

berangkat dari tari tradisi Sado. Filosofi

karya ini. Selain itu penggarap pernah

keikhlasan Andami dilahirkan dengan

memiliki pengalaman estetis terhadap

gerak-gerak simbolis, yang berasal dari

musik

pengembangan idiom-idiom gerak yang

menarikan tari Piriang Itiak Patah karya

menjadi ciri dari tari tradisi ini, antara

Syahril Alek. Kekuatan musik Sijobang

lain

pada

dari

bentuk

kakinya

ketika

yang

Sijobang,

hitungan

mendendangkan

yaitu

ganjilnya,

pada

saat

memiliki

melangkah selalu tumit yang menapak

keunikan tersendiri apabila dilahirkan ke

terlebih

dalam gerakan, sehingga pengalaman

dahulu,

berdasarkan

unsur

ruang, waktu, dan tenaga, namun lebih banyak

pada

pengembangan

tersebut

sangat

membekas

dan

unsur 205


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

dituangkan dalam karya tari Pilihan

lahan

Andami.

pertunjukan tari. Selanjutnya digunakan

Media warna dan rupa dimaksud, berupa:

(1)

pelaminan

adat

turun

menutupi

tempat

sebagi properti tari; (5) galuak terbuat dari batok kelapa yg biasanya digunakan

(Minangkabau) yang terdiri dari warna

sebagai

merah, kuning dan hitam. Pelaminan ini

Minangkabau. Galuak ini diikatkan pada

sebagai

Minagkabau

pergelangan tangan, pergelangan kaki,

tempo dulu, sesuai dengan ruang dan

dan pinggang. Tujuannya adalah agar

waktu penampilan kesenian Sijobang.

dari setiap gerakan penarinya akan

Selain itu, pelaminan tersebut biasa

menghadirkan bunyi, yang disimbolkan

digunakan untuk dekorasi acara adat,

sebagai suara kemarahan dan kebencian

seperti:

Andami.

penggambaran

pengangkatan

datuak,

alek

properti

tari

tradisi

nagari, pesta perkawinan; (2) jerami kering yang disusun membentuk jalan, sebagai

simbol

“pilihan�

Wujud Karya Karya Pilihan Andami dalam

Andami.

Penonton yang berjalan di atas jerami

penggarapanya

tersebut memberikan kesan koreografi

Gedung

tersendiri,

Gedung Teater sampai ke Teater Arena

sehingga

penonton

juga

Teater,

mulai

lobby

Mursal

sebagai alas tempat duduk terbuat dari

tempat pertunjukan. Pemilihan tempat

pandan,

saat

pertunjukan karya ini, adalah sebagai

Sijobang.

perwujudan dari mata kuliah tata ruang.

Pemilihan lapik ini juga disesuaikan

Pengetahuan yang didapat dari mata

dengan

musik

kuliah tersebut dirasakan sangat berguna

Sijobang; (4) kain putih yang berukuran

dalam penggarapan karya ini. Alasan

besar sebagai simbol sublimasi perasaan

lain

marah Andami menuju keikhlasan. Kain

adalah

ini pada awalnya sebagai artistic dari

dengan membalikan pentas merupakan

penampilam

kesenian

konteks

pada

pertunjukan

pemilihan

dengan

dari

ruang

menjadi bagian karya; (3) lapiak pandan

digunakan

Esten

memanfaatkan

tempat

penggarapan

membalikan

pertunjukan,

ruang

pentas

karya, yang kemudian secara perlahan206


Evadila, Merefleksikan Kaba Anggun Nan Tongga Melalui Koreografi “Pilihan Andami�

inovasi baru bagi seni pertunjukan tari di

minuman kawa. 15 menit sebelum

ISI Padangpanjang.

pertunjukan

jam

19.45

wib

gong

Selain itu, dengan adanya ruang

berbunyi satu kali, 10 menit kemudian

yang berlevel, ruang kecil berjendela,

jam 19.55 wib berbunyi gong dua kali,

dan

melahirkan

dan tepat pada jam 20.00 wib gong

gerakan sesuai dengan konteks ruang

berbunyi tiga kali. Setelah itu MC

dan tempat. Hal tersebut sejalan dengan

memulai acara dengan memberikan

pendapat Alma M. Hawkins (2003: 66),

keterangan mengenai musik Sijobang.

bahwa semua gerakan yang dilakukan

Dimulailah bagian pertama karya tari

oleh penari terjadi dalam konteks ruang

“Pilihan Andami�, di lobby Gedung

dan

dengan

Teater menampilkan musik Sijobang

pembatasan dan penggunaan secara

yang merupakan titik tolak karya ini.

khusus dari ruang akan membentuk

Dari musik Sijobang yang merupakan

sebuah gesture ataupun pola gerak yang

nyanyian narasi puitis tentang pahlawan

lebih rumit.

legendaris

Anggun

pengkarya

melahirkanya

ruang

datar

tempat,

dapat

sehingga

Ruang-ruang

yang

memang

Nan ke

Tungga dalam

sudah terbentuk di Teater Arena (ruang

bentuk karya tari yang ditampilkan di

penonton dan lantai pembatas antara

Teater Arena Mursal Esten. Penonton

pentas arena dengan ruang penonton)

juga merupakan bagian dari pertunjukan

diolah

suasana-

karya, sebab pertunjukannya memakai

suasana yang diinginkan pada tiap-tiap

prosesi yang dipandu oleh Among

bagiannya. Penonton masuk pun tidak

Tamu. Selain itu, pertunjukan musik

seperti

pintu

Sijobang juga bertujuan membangun

samping kiri Gedung Teater, langsung

suasana dan memperkuat karya tari yang

menuju pentas arena sebagai ruang

ditampilkan di Teater Arena Mursal

penonton.

Esten.

lobby

untuk

biasa,

memperkuat

yaitu

melalui

Pertunjukan dimulai

Gedung

Teater

dari

menampilkan

pertunjukan musik Sijobang, namun sebelumnya

penonton

disediakan 207


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

Gambar 2. Pentas Bagian Pertama: Basijobang (Foto: Antoni Putra, Desember 2010)

Pemusik Basijobang

dan

Sijobang mulai

selesai memukul Gambar 3. Ruang menuju Teater Arena (Foto: Antoni Putra, Desember 2010)

momongan, MC membacakan sinopsis karya.

Among

penonton

untuk

Tamu

mengarahkan

memasuki

Gedung

Teater menuju Pentas Arena Mursal Esten, sepanjang perjalanan ke dalam dipasang enam buah obor panjang dan momongan juga mengantar penonton sampai ke pentas. Namun, dalam sebuah ruangan menuju pentas di dindingdindingnya terpajang foto-foto proses karya “Pilihan Andami”.

Setelah penonton masuk dan duduk di tempat yang telah disediakan mulailah bagian kedua yang diberi judul: “Api Percintaan”, yang fokus pada ruang

Andami.

menggambarkan Andami

dan

Bagian

suasana Anggun.

menggambarkan

ini

pertemuan Dan

Gondan

juga

Gondoriah

yang berjuang melawan penyakitnya, serta

berkehendak

boneka

buatan

tangan. Tokoh tengah

Andami

bermain

ditampilkan

dengan

boneka

kesayangannya dengan satu orang penari perempuan. Setelah itu fokus berganti ke ruang

tengah

yang

berjendela 208


Evadila, Merefleksikan Kaba Anggun Nan Tongga Melalui Koreografi “Pilihan Andami”

menampilkan adegan Gondoriah dan

menghadapi

kenyataan,

Anggun.

perjuangan

Andami

Gondoriah

menghadapi

juga

memperoleh

penyakitnya berkehendak agar Anggun

suaminya

mencarikan

tangan.

digunakan, yaitu galuak. Galuak sebagai

Pemilihan boneka sebagai pengganti

simbol suara hati Andami Sutan, yang

burung

sebab

diliputi oleh api amarah dan kebencian.

ditampilkannya karya tari ini pada

Selain itu, pemilihan properti galuak

zaman ‘sekarang’ agar terlihat lebih

dilakukan agar dalam mengekspresikan

realistis

teks lama atau klasik (kaba Anggun Nan

boneka

nuri

buatan

bisa

bicara,

penggambarannya,

maka

kembali.

dan

tersebut

Properti

dilakukan

yang

Andami ‘masa kini’ memilik boneka

Tungga)

dengan

buatan tangan bukan burung nuri bisa

“sarana yang membuat sesuatu jadi aneh

bicara.

dan ganjil”, seperti menurut Echo (2009: 395), bahwa untuk mendeskripsikan sesuatu yang sudah pernah dilihat atau dikenal, dengan menggunakan kata-kata (atau tanda-tanda jenis lain) dengan cara yang berbeda.

Gambar 4. Bagian Kedua: “Api Percintaan” (Foto: Asril Muchtar, Desember 2010)

Pada bagian ketiga karya ini, berjudul:

“Gelombang

Perjuangan”.

Gambar 5. Bagian Ketiga: “Gelombang Perjuangan” (Foto: Antoni Putra, Desember 2010)

Bagian ini menggambarkan suasana hati Andami

setelah

Kemarahannya,

suaminya

Bagian keempat diberi judul:

pergi.

ketidaksiapannya

“Angin

Kesadaran”.

menggunakan

209


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

putih

belakang kain dengan gerak melilitkan

penyebab

kain putih ke tubuh dan bergerak berdiri

perubahan pemahaman kehidupan yang

mengeksplorasi kain. Ruang tengah

dialami oleh Andami. Kain putih ini

berjendela

menutupi ruang Andami, dan penari

dengan pose tangan kanan serong dan

menari di dalam kain putih tersebut.

jari telunjuk ke atas membentuk angka

Pergerakan penari di dalam kain putih

satu (diambil dari gerak tari Sado) yang

seperti

menyimbolkan sikap Anggun yang ingin

properti

kain

merupakan

putih.

simbol

Kain

dari

gelombang,

penggambaran

hati

sebagai

Andami

yang

kembali

menampilkan

Anggun

ke pelukan istrinya. Namun

haknya

Andami tidak bergeming dengan terus

sebagai istri atau pasrah menerima

berjalan ke arah penonton dengan tetap

ditinggalkan oleh suaminya.

memegang kain sampai menghilang dari

bimbang

apakah

menuntut

Bagian kelima, yang diberi judul:

pandangan penonton.

“Pohon Keikhlasan�. Menggambarkan wujud

keikhlasan

yang

dipahami

Andami. Andami mendatangi Gondoriah yang tengah sekarat, ia menyaksikan penderitaan Andami

dari

kekasih

bertemu

suaminya.

Anggun

dan

menyatakan bahwa ia telah meikhlaskan apa yang terjadi, tapi bukan karena cintanya

pada

karena

rasa

bagian

ini,

menyadari

Anggun,

makna

sesungguhnya,

melainkan

kemanusiaannya. Andami

satu

Gambar 6. Bagian Kelima: “Pohon Keikhlasan� (Foto: Asril Muchtar, Desember 2010)

Pada

benar-benar

Musik Menurut La Meri (1986: 105),

keikhlasan

yang

musik adalah partner tari. Penggarapan

orang

penari

musik dalam karya tari Pilihan Andami,

perempuan bergerak di atas kain putih,

dimaksudkan

kemudian duduk di bagian tengah

pengertian di atas, bahwa musik bukan

untuk

memenuhi

210


Evadila, Merefleksikan Kaba Anggun Nan Tongga Melalui Koreografi “Pilihan Andami”

saja sebagai pengiring, tetapi juga

perempuan, dan empat orang penari

sebagai partner yang bisa mendukung

laki-laki sebagai penggambaran hati

terciptanya suasana yang diinginkan.

Gondoriah.

Musik yang digarap berangkat dari

menimbulkan

musik

Firasat

Gondoriah

kegelisahan

ketika

tradisi

Minangkabau,

yaitu

tunanganya Anggun bertemu dengan

dari

Payakumbuh,

yang

perempuan lain (Andami), seakan-akan

Sijobang

memiliki ciri khas pada hitungan atau

Gondoriah

metriknya, seperti metrik tiga, lima, dan

‘pengkhianatan’

tujuh. Penggarapan musik dalam karya

Pengembangan gerak hitungan ganjil ini

ini dipercayakan kepada Susandra Jaya

dilakukan berdasarkan hitungan yang

dan

ada

Hajizar

sebagai

penulis

syair

dalam

dapat

melihat Anggun.

musik

Sijobang

dan

Sijobang. Alat musik yang digunakan,

pertimbangan yang mendalam, sehingga

adalah djembe, kecapi Payakumbuh,

sesuai dengan kebutuhan karya tari.

kecapi Sunda, mbira, momongan, gong, gendang tambua, gendang katindiak, galuak, dan alat tiup Bali.

Tahap Eksplorasi Eksplorasi yang dilakukan untuk

Aksen-aksen pada musik, dan

karya ini, berawal dari pemilihan tema.

hitungan pada musik mempengaruhi

Tema yang dipilih adalah keikhlasan

pengembangan gerakan dalam tari, yang

dari episode Ka Taluak Koto Tanau,

biasanya dilakukan delapan hitungan

yang ditafsirkan dari kaba Anggun Nan

menjadi hitungan tiga, lima, dan tujuh,

Tungga Magek Jabang versi Sijobang.

khususnya pada bagian pertama yaitu

Tahap

yang

dilakukan

adegan pertemuan antara Andami dan

selanjutnya adalah pengumpulan data

Anggun. Alat musik yang digunakan

yang digunakan untuk proses karya tari.

pada

kecapi

Data-data tersebut di antaranya skripsi

Payakumbuh dengan memainkan melodi

yang berjudul “Studi Tekstual dan

bagian

Sijobang.

ini,

Gerakan

adalah

hitungan

ganjil

Musikologis

Kesenian

Tradisional

(hitungan tiga, lima, dan tujuh) ini

Minangkabau Sijobang: Kaba Anggun

dilakukan

Nan Tungga Magek Jabang”, yang

oleh

lima

orang

penari

211


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

ditulis oleh Hajizar. Buku komposisi dan

menjadi sesuatu yang baru. Akhirnya

koreografi, buku masalah agama Islam

didapat pengembangan gerak yang lebih

mengenai keikhlasan, dan data-data

domiman dengan memberi aksen atau

audio, berupa VCD tari Sado, VCD

tekanan pada gerak itu sendiri. Gerak

karya tari Susasrita Loravianti yang

yang didapat belum tentu semuanya

berangkat

dipakai pada karya ini, tentunya harus

dari

kaba

Anggun

Nan

Tungga, VCD musik-musik tradisional

disesuaikan

Sijobang.

sentuhan-sentuhan imajinasi, sehingga

Eksplorasi

yang

dilakukan

dengan

suasana

serta

cocok dipakai dalam karya tari ini. Improvisasi

selanjutnya, adalah eksplorasi gerak.

awal

dilakukan

Eksplorasi gerak atau penjelajahan gerak

penggarap bersama satu orang penari

menurut, yakni pencarian secara sadar

tokoh perempuan, latihan dilakukan

kemungkinan-kemungkinan gerak baru

lebih kurang empat kali. Setelah didapat

dengan mengembangkan dan mengolah

beberapa

tiga elemen dasar gerak, yaitu ruang,

bersama-sama dengan lima orang penari

waktu, dan tenaga. Adapun gerak yang

perempuan

dieksplorasi, adalah gerak-gerak tari

dengan enam orang penari perempuan

Sado. Gerak dasar tari Sado lebih

dilakukan lebih kurang delapan kali.

ditekankan pada sebagian kecil dari

Kemudian baru latihan gabungan antara

motif geraknya.

penari perempuan dengan penari laki-

gerakan,

lainnya.

barulah

Latihan

latihan

hanya

laki. Gerakan-gerakan yang dilatihkan Tahap Improvisasi

kepada seluruh penari sangat berguna

Tahap ini adalah melakukan percobaan-percobaan terhadap apa yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya. Improvisasi

dilakukan

untuk

memperoleh gerakan-gerakan baru yang

untuk

tahapan

berkarya,

selanjutnya

namun

dalam

dalam tahapan

improvisasi apa yang telah didapat belum

tentu

terpakai

ke

tahap

pembentukan.

segar dan spontan. Tahap ini mencoba mengembangkan

gerak

tari

Sado

212


Evadila, Merefleksikan Kaba Anggun Nan Tongga Melalui Koreografi “Pilihan Andami�

koreografinya. Menyususun tiap gerakan

Tahap Konstruksi Tahap ini adalah penyusunan

sesuai dengan struktur garapan. Mode

terhadap materi-materi yang didapat dari

penyajian yang digunakan dalam karya

kedua tahapan di atas. Pada tahap ini,

ini adalah penggabungan dua kombinasi,

segala

dengan

yaitu simbolis-representasional. Menurut

dibentuk

Jacqueline Smith (1985: 29), penetapan

yang

berkaitan

pertunjukkan

karya

menjadi

kesatuan

satu

tari

yang

utuh.

mode atau cara penyajian juga sangat

Komunikasi yang baik antara penata

diperlukan

tari, dengan seluruh pendukung tari dan

penyajian

musik sangat dibutuhkan pada tahapan

representasional

ini.

Representasional adalah cara penyajian Pada awal proses pembentukan,

dalam

berkarya.

terbagi

mode

dua, dan

yaitu simbolis.

dalam suatu tari untuk mengungkapkan

gerak-gerak

penari

gerak manusia persis seperti dalam

digunakan pada

bagian

kehidupan nyata. Simbolis, adalah cara

pertama, kedua, ketiga dan keempat.

penyajian gerak memakai tanda atau

Proses tersebut berlangsung selama dua

simbol

minggu. Setelah itu baru latihan dengan

penonton.

penari laki-laki dan perempuan untuk

Sumandiyo Hadi 2003: 91) penyajian

gerak bagian pertemuan antara Anggun

secara representasional pada sebuah

dan Andami. Pada bagian ini memakan

karya diperlukan, agar dapat dipahami.

waktu selama tiga minggu, sebab gerak

Pada umumnya satu sajian tari agar

yang diberikan tidak memakai hitungan

tidak membosankan terdiri dari dua

seperti biasa (delapan hitungan), tetapi

kombinasi,

memakai hitungan ganjil (tiga, lima, dan

representasional.

adalah

latihan

perempuan,

sehingga

bermakna

Sedangkan

yaitu

bagi

menurut

simbolis-

Pada tahap ini juga dilakukan

tujuh). Selanjutnya latihan gerak-gerak

tahap evaluasi yang merupakan proses

untuk penari tokoh, yaitu tokoh Andami,

yang tidak pernah berhenti, dan terus

Anggun, dan Gondoriah. Setelah didapat

belajar dari apa yang telah dilakukan

semua

sebelumnya. Saran dan kritikan dari

gerakan,

mulai

membentuk

213


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

pembimbing yang bersifat membangun

memiliki peranan yang penting sebagai

terhadap karya yang digarap sangat

pemeran pembantu utama.

dilihat

Berdasarkan saran dan masukan

kelebihan dan kekurangan yang ada

dari bimbingan dilakukan perubahan

dalam karya ini, guna terwujud sebuah

pada karya tari ini. Setelah karya diubah

karya yang lebih sempurna. karya tari

komposer melihat karya tari untuk

“Pilihan Andami�

mencari materi musik dan penambahan

diperlukan,

sehingga

bisa

Pembimbing karya, Arison Ibnur

yang terjadi pada musik. Penggabungan

pembimbing

antara tari dan musik dilakukan setelah

pendamping Syaiful Erman. Banyak

karya ini selesai empat bagian. Namun

catatan yang perlu diperbaiki untuk

penggabungan

karya ini, yaitu: pada bagian gerak meter

ketika bimbingan kedua dengan Arison

tiga, lima, tujuh diatur teknik penari

Ibnur, sehingga pada saat bimbingan

pada saat turun naik ruang level agar

tersebut

rampak. Pada bagian ini agar lebih

diperbaiki pada bimbingan selanjutnya.

(Tom

Ibnur)

dan

menarik dengan memecah gerak melalui permainan

speed,

ruang,

level.

ini

banyak

belum

maksimal

kritikan,

untuk

Bimbingan ketiga dilakukan dua minggu

setelah

bimbingan

kedua.

Selanjutnya bagian awal ketika Andami

Banyaknya kritikan dan jarak waktu

bermain boneka, Gondoriah bergerak

yang sangat singkat untuk bimbingan

mengikuti

selanjutnya, membuat penggarap harus

gerakan

Andami

namun

dilakukan secara bergantian. Artistiknya

melakukan

bisa dibuat menjadi asimetris, sebab

dilakukan setiap hari selama seminggu,

ruang

membuat

kemudian libur dua hari. Latihan lagi

koreografinya terkesan sama, walaupun

setiap hari sampai bimbingan ketiga,

sudah ada pecaha-pecahan pola lantai

Bimbingan ketiga dilakukan malam hari

dan gerak. Gejolak dua perempuan harus

tepatnya pukul 20.00 wib dan dilakukan

dimunculkan. Walaupun fokus cerita

sebagaimana pertunjukan sebenarnya.

pada Andami namun Gondoriah juga

Pembimbing

pentas

simetris

pengkarya,

kerja

keras.

melihat sehingga

Latihan

keseriusan pembimbing 214


Evadila, Merefleksikan Kaba Anggun Nan Tongga Melalui Koreografi “Pilihan Andami�

memberikan

masukan

yang

sangat

bergerak

sesuai

dengan

positif untuk karya ini. Walaupun

Selanjutnya

demikian

sebuah

terakhir, eksplorasi kain oleh penari

pertunjukan ada kekurangan yang perlu

tokoh Andami. Dan bagian Andami

ditambah dan diperbaiki.

menuntut haknya sebagai seorang istri

tentunya

dalam

Bimbingan keempat dilakukan,

diperkuat

perbaikan

musik.

dengan

pada

penari

bagian

kelompok

dan pada bimbingan ini perubahan yang

melempar-lempar jerami. Untuk lebih

terjadi adalah gerak meter tiga pada

jelasnya struktur pertunjukannya dapat

bagian tokoh Anggun bergerak lari ke

dilihat pada diagram di bawah ini:

sudut kanan belakang pentas, agar

215


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

luar negeri yang kesemuanya memiliki

Hambatan dan Solusi Selama proses pembentukan

jadwal yang ketat. Kegiatan itu terkait

karya sampai terbentuk menjadi karya

secara tidak langsung dengan proses

yang utuh tentunya banyak mengalami

terciptanya

hambatan. Begitu juga dengan karya

beberapa penari yang juga mengikuti

“Pilihan Andami�. Pada prosesnya

kegiatan tersebut. Pengaturan jadwal

banyak mengalami hambatan, baik

latihan,

masalah teknis maupun non teknis.

disesuaikan dengan kegiatan-kegiatan

Hambatan

itu

tersebut, sehingga terjadi pergantian

hambatan

dalam

tentang

musik

diantaranya proses

adalah, observasi dan

Sijobang

penari.

karya

ini,

pemakaian

Walaupun

sebab

ruangan

dengan

ada

harus

adanya

pergantian penari secara tidak langsung

pendokumentasian Tari Sado. Jauhnya

menghambat

lokasi penelitian dan sulitnya menemui

karena mengulang materi yang telah

seniman tradisi, menyebabkan tidak

ada kepada penari baru. Solusi lain

didapatkannya data mengenai kedua

yang pengkarya lakukan adalah tetap

hal

dapat

latihan walaupun dengan penari yang

adalah

tidak lengkap. Selain masalah penari

dan

pemakain ruang juga menjadi habatan

tersebut.

penggarap menyediakan

Solusi

yang

lakukan waktu

khusus,

pemanfaatan teknologi (handphone) sehingga terbangun kerjasama yang baik

antar

penggarap

dengan

narasumber.

kemajuan

karya

ini,

dalam proses latihan. Hambatan ruang latihan juga menjadi kendala dalam proses latihan dan bimbingan karya ini. Karya ini

Hambatan selanjutnya adalah

tidak menggunakan pentas prosenium,

masalah proses penggarapan, sulitnya

namun menggunakan ruang terbuka

menyusun jadwal latihan, disebabkan

dan ruang berlevel (tangga), sehingga

banyaknya jadwal kegiatan di bulan

memerlukan

November.

sesungguhnya karya ini dipentaskan.

Kegiatan-kegiatanya

latihan

di

tempat

antara lain tugas akhir mahasiswa

Sementara itu

Strata 1, Porprov (Pekan Olahraga

merupakan tempat pertunjukan juga

Provinsi) Sumatera Barat, belum lagi

digunakan oleh mahasiswa jurusan

pentas-pentas baik di daerah maupun

Teater dan mahasiswa jurusan lainnya

teater arena yang

216


Evadila, Merefleksikan Kaba Anggun Nan Tongga Melalui Koreografi “Pilihan Andami”

untuk pertunjukan tugas akhir S1 dan

Episode

S2. Akhirnya didapat solusi dengan

didendangkan

mengubah

pertunjukan musik Sijobang, sebagai

jadwal latihan ataupun

bimbingan.

Penyesuaian

Ka

Taluak

Koto

dalam

Tanau bentuk

jadwal

pengantar karya ditamilkan pada lobby

maupun

Gedung Teater, Jurusan Teater ISI

pertunjukan antara sesama penggarap

Padangpanjang. Fokus karya, yaitu

diperlukan rasa toleransi yang tinggi.

pada

Idealisme penggarap harus disesuaikan

diinterpretasikan sebagai perempuan

dengan kondisi yang ada di lapangan.

yang ikhlas. Karya tari ini berdurasi

latihan,

bimbingan

Selain itu, tepat sehari sebelum bimbingan ketiga, tidak

Sijobang Penggarap

pemusik tradisi dapat

berasal

lebih kurang 60 menit ditampilkan dengan melibatkan penonton, sebagai

dengan

berbentuk drama tari ini menampilkan

akhirnya

‘Minangkabau tempo dulu’ dengan

utama,

yang

yang

bagian dari pertunjukan. Karya yang

diputusan mengganti dengan pemusik lain

Andami

dihubungi.

berkonsultasi

pembimbing

tokoh

dari

‘rasa’ kekinian.

ISI

Padangpanjang. Hambatan lain yang

KEPUSTAKAAN

dialami oleh penari adalah dalam

Echo, Umberto. 2009. Teori Semiotika Signifikasi Komunikasi, Teori Kode, Serta Teori Produksi – Tanda. Yogyakarta: Kreasi Wacana Hajizar. 1988. Studi Tekstual dan Musikologis Kesenian Tradisional Minangkabau Sijobang: Kaba Anggun Nan Tungga Magek Jabang. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara Fakultas Sastra ________. 2009. Sekapur Sirih Seulas Pinang (Catatan Editor). Dalam Hajizar (ed). Perempuan-Perempuan Minang Pelaku Seni. Padangpanjang: PUSLIT dan P2M STSI Padangpanjang

melakukan

gerak

bermeter

ganjil,

sehingga pada bagian ini diperlukan waktu

yang

lebih

lama

untuk

menguasai gerakan.

PENUTUP Karya merupakan

tari karya

Pilihan tari

Andami

baru

yang

menginterpretasikan kaba Anggun Nan Tungga

versi

Sijobang.

Dari

14

episode yang ada dalam kaba tersebut, yang dipilih untuk diinterpretasikan, adalah episode Ka Taluak Koto Tanau.

217


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

Hawkins, Alma M. 2003. Bergerak Menurut Kata Hati: Metoda Baru dalam Menciptakan Tar. terjemahan I Wayan Dibia. Jakarta: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia Meri, La. 1986. Komposisi Tari, Elemen-elemen Dasar. terjemahan Soedarsono. Yogyakarta: Laligo Murgiyanto, Sal. 1986. Pengetahuan Elementer Tari dan Beberapa Masalah Tari. Jakarta: Direktorat Proyek Pengembangan Kesenian. Ramadhan, Muhammad. 2009. Quantum Ikhlas. Solo: Abyan Smith, Jacqueline. 1985. Komposisi Tari Sebuah Petunjuk Praktis Bagi Guru. terjemahan Ben

Suharto. Yogyakarta: Ikalasti yogyakarta. Sumandiyo, Y Hadi. 2003. Aspekaspek Dasar Koreografi Kelompok. Yogyakarta: Lembaga Kajian Pendidikan dan Humaniora Indonesia. Widaryanto, F.X. 2007. Menuju Representasi Dunia Dalam. Bandung: PenerbitKelir. NARA SUMBER Andomo, Datuak. (52). PNS di Kantor Agama. Padangpanjang Bawang Pariangan. Asrul Datuak Nan Kodo. (62). Wiraswasta. Sungai Tolang Kabupaten 50 Kota. Endri, Novi. (42). Wiraswasta. Pariak Mudiak Rampanai Pitalah.

218


PERTUNJUKAN BIANGGUNG DITINJAU DI KUALA TOLAM PELALAWAN: TINJAUAN MUSIKAL DAN RITUAL Nurmalinda Prodi Pend. Sendratasik FKIP Universitas Islam Riau (UIR) nurmalinda67@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pertunjukkan bianggung ditinjau dari aspek musikal dan ritual di Desa Kuala Tolam Kecamatan Pelalawan Kabupaten Pelalawan. Ditinjau dari aspek musikal pertunjukkan bianggung memiliki beberapa unsur musik di antaranya adalah irama/ritme, tempo, birama, melodi, dan dinamik. Unsur-unsur musik tersebut memiliki fungsi yang berbeda satu sama lainnya dalam pertunjukkannya. Ditinjau dari aspek ritualnya pertunjukan bianggung ini adalah sebagai media penghubung atau komunikasi pebayu dan si pelaku bianggung dengan dunia gaib, Ditinjau dari aspek ritual bianggung adalah suatu pertunjukkan yang sifatnya pemanggilan-pemanggilan mambang-mambang (sejenis mahluk halus/roh-roh) agar masuk kedalam tubuh si pelaku permainan Kata kunci: pertunjukan, bianggung, musikal, ritual, Pelalawan ABSTRACT The purpose of this study is to describe the performance of bianggung in term of its musical and ritual aspects in Kuala Tolam village Pelalawan subdistrict, Pelalawan district. From the musical aspect, the performance of bianggung has several musical elements including rhythm, tempo, birama, melody, and dinamic. Those musical elements have their unique function in each performance. From the ritual aspect, the performance of bianggung is a medium of communication pebayu between players of bianggung and the supernatural world. From the ritual aspect, bianggung is a performance to summon mambang-mambang (a kind of spirit) to get into the body of players. Key words: performance, bianggung, musical, ritual, Pelalawan

219


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

pertunjukkan bianggung sudah jarang

PENDAHULUAN Kabupaten

Pelalawan yang

dipertunjukkan

dilingkungan

terletak di Provinsi Riau, memiliki

masyarakat, disebabkan dengan faktor-

potensi budaya yang didukung oleh

faktor tertentu yang tidak bisa dihindari

sumber daya alam dan sumber daya

seperti usia orang yang memainkan

manusianya.

yang

permainan bianggung ini sudah tua-

dimiliki Kabupaten Pelalawan juga

tua. Perkembangan teknologi juga ikut

merupakan suatu usaha yang menjadi

berdampak negatif terhadap permainan

perhatian oleh Pemerintah Daerah. Hal

bianggung.

ini dibuktikan dengan adanya kegiatan-

regenerasi permainan bianggung, yang

kegiatan budaya yang selalu diadakan

makin

oleh

khususnya

Potensi

budaya

pemerintahan

Kabupaten

Pelalawan. Kabupaten Pelalawan juga

muda.

banyak

memiliki

bentuk

kesenian

tradisional.

Di

Begitu

pula

berkurang dari

dengan

peminatnya

kalangan

Orang

yang

generasi

memainkan

berbagai

macam

permainan

yang

bersifat

orang biasa, melainkan orang yang

seperti,

memiliki kelebihan khusus

antaranya

juga

bianggung

bukan

seperti

nyanyian panjang, menumbai, bulian

orang yang mempunyai sifat indra ke

(upacara pengobatan), upacara adat,

enam

bianggung (sejenis permainan rakyat),

terhadap adanya mahluk halus atau di

dan kesenian-kesenian lainnya.

sebut juga dengan animisme.

dan

mempunyai

keyakinan

pertunjukkan

Sedangkan kalau ditinjau dari

bianggung ditampilkan apabila ada

segi adat pertunjukkan bianggung tidak

acara-acara

ada

Pada mulanya

hiburan

di

lingkungan

bertentangan

dengan

adat

masyarakat dan terkadang masyarakat

setempat, baik itu dari segi pelaksanaan

Kuala Tolam membuat acara hiburan

maupun

yang khusus dipertontonkan hanya

mantranya.

Hal

fungsi

dikatakan

oleh

untuk

narasumber yang termasuk sebagai

bianggung

saja.

Selain

permainan

bianggung

ini

dari

segi

musik

dan

ini

sesuai

yang

pemain

salah

musik

seorang

hiburan, pertunjukkan bianggung juga

seorang

dalam

berfungsi sebagai penyampaian suatu

permainan bianggung ini dan sekaligus

pesan-pesan moral. Pada saat ini,

juga dipercaya sebagai salah seorang

220


Nurmalinda, Pertunjukan Bianggung Ditinjau di Kuala Tolam Pelalawan: Tinjauan Musikal dan Ritual

tokoh adat dilingkungan masyarakat

kepribadiannya

Desa Kuala Tolam yaitu M.Syukur,

manusia normal melainkan seperti apa

beliau

bahwa;“Bila

mambang yang dipanggil oleh pebayu

ditinjau dari aspek adat pertunjukkan

(pemantra) maka seperti itulah prilaku

bianggung tidak pernah bertentangan

si pelaku tersebut.

mengatakan

dengan

adat-istiadat,

tidak

lagi

seperti

karena

Adapun fungsi musik dalam

bianggung

ini

pertunjukkan bianggung ini adalah

terkandung pesan-pesan moral

yang

pertunjukkan

sebagai

media

penghubung

atau

positif bagi pelaksana pertunjukkan

komunikasi pebayu dan si pelaku

bianggung dan penonton, pesan-pesan

bianggung dengan dunia spiritual yang

itu seperti bagaimana tingkah laku kita

mana dalam hal ini pebayu melakukan

dalam menghormati penghuni alam

komunikasi dan memberikan perintah

gaib, saling menjaga batasan-batasan

kepada

antara manusia dengan mahluk halus

masuk ke dalam tubuh si pelaku

(jin/roh-roh) yang mana semua itu

bianggung, dan musik juga berfungsi

adalah

sebagai pengiring/ mengiringi pada

ciptaan

Allah

mambang-mambang

agar

saat si pelaku memulai aksinya yang

SWT�(Wawancara 19-9-2013). Pertunjukkan bianggung adalah

mana pada saat melakukan aksinya

pertunjukkan

sifatnya

tersebut si pelaku sudah tidak lagi

pemanggilan-pemanggilan mambang-

berprilakuan seperti manusia normal

mambang (sejenis mahluk halus/roh-

tetapi berprilakuan seperti mambang

roh) agar masuk kedalam tubuh si

yang sudah merasukinya. Berdasarkan

pelaku. Mambang-mambang

latar belakang masalah, maka rumusan

suatu

yang

adalah

perwujudan dari binatang dan tumbuh-

masalahnya

tumbuhan yang menyerupai perempuan

pertunjukkan bianggung di tinjau dari

yang sangat cantik jelita seolah seperti

aspek ritual dan musikal di Desa Kuala

bidadari yang turun dari kayangan.

Tolam

Setelah mambang-mambang tersebut

Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau

adalah:

Kecamatan

Bagaimanakah

Pelalawan

masuk ke alam bawah sadar, si pelaku akan kehilangan kesadarannya dan si pelaku

akan

berubah

dimana

221


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

irama, melodi, harmoni, bentuk atau

Konsep Musik Pengertian

Musik

Dalam

struktur,

dan

ekspresi.

(http://

Kamus Besar Bahasa Indonesia Musik

widagdosenimusik.blogspot.com

adalah: ilmu atau seni menyusun nada

/2009/07/html)

atau suara diutarakan, kombinasi dan hubungan

temporal

untuk

Gitrif

Yunus

menyatakan

bahwa musik adalah alunan bunyi yang

menghasilkan komposisi (suara) yang

beraturan.

mempunyai

dan

melodi dengan ritme terdengar bunyi

kesatuan, nada atau suara yang disusun

yang mendapat tekanan (berat), dan

sedemikian rupa sehingga mengandung

bunyi yang tidak bertekanan (ringan).

irama,

Pertentangan

keseimbangan

lagu

dan

keharmonisan

Pada

pertautan

bunyi

antara

antara

yang

(terutama yang dapat menghasilkan

bertekanan dan yang tidak bertekanan

bunyi-bunyi itu) (1990:602).

selalu

Musik

berulang

secara

teratur

adalah bunyi yang dikeluarkan oleh

(1996:27). Romy Sylado menyatakan

satu atau beberapa alat musik yang

bahwa Musik musik bukan sekedar

dihasilkan oleh individu yang berbeda-

bunyi dan suara saja, dikala bunyi dan

beda berdasarkan sejarah, budaya,

suara ada tata tertib yang mewujudkan

lokasi

tidak

menjadi indah, baik dan betul, yaitu

tetapi

unsur nada, unsur irama, dan unsur

dan

berwujud

selera. sama

Musik sekali,

mempunyai kemampuan mendamaikan

keselarasan

hati yang gundah, mempunyai terapi

(1988:27).

rekreatif

dan

menumbuhkan

dua

yaitu

alat

disebut

harmoni

jiwa

patriotisme. Alat musik dikategorikan menjadi

yang

Unsur-Unsur Musik

musik

Menurut

Soepandi

bahwa

tradisional dan alat musik modern.

unsur-unsur musik sebagai teori musik

Menurut cara menggunakannya, alat

dasar yaitu Irama, Melodi, Harmoni,

musik dibedakan menjadi : alat musik

Bentuk atau struktur lagu dan ekspresi

petik, alat musik gesek, alat musik tiup,

secara sistematika serta memberikan

alat musik pukul. Di samping itu musik

pengertian-pengertiannya. Unsur-unsur

adalah suatu karya seni yang tersusun

musik

atas

komposisi secara bersama merupakan

kesatuan

unsur-unsur

seperti

itu

terdiri

dari

beberapa

222


Nurmalinda, Pertunjukan Bianggung Ditinjau di Kuala Tolam Pelalawan: Tinjauan Musikal dan Ritual

kesatuan membentuk sebuah lagu atau

antaranya adalah : Presto (sangat

komposisi musik. Semua unsur-unsur

cepat),

musik itu berkaitan erat dan sama-sama

(kecepatan sedang), Andante (agak

mempunyai peranan penting dalam

lambat), Adagio (agak lambat dari

sebuah lagu. Urutan pengelompokan

andante), Lento (lambat), dan Largo

unsur-unsur musik itu berbeda-beda

(sangat lambat).

sesuai dengan pandangan orang yang

c. Birama

menyusunnya. Pada dasarnya unsur-

Allegro

Dalam

(Cepat),

Kamus

Moderato

Arti

Kata,

unsur musik itu dapat dikelompokan

Birama merupakan satuan kelompok

atas : (i) Unsur-unsur pokok, yaitu

ketukan tetap yang dimulai dengan

Irama, Melodi, Harmoni, Bentuk atau

ketukan kuat sampai ketukan kuat

Struktur

Unsur-unsur

berikutnya. Sedangkan dalam Kamus

ekspresi, yaitu Tempo, Dinamik, dan

Musik Pono Bonoe Birama adalah

warna nada (1978;4).

ruas-ruas yang membagi kalimat lagu

lagu.

(ii)

Unsur-unsur musik diatas juga

ke dalam ukuran-ukuran yang sama,

dapat diperjelas lagi berdasarkan poin-

ditandai dengan lambang hitungan atau

poinnya sebagai berikut:

bilangan tertentu.

a. Irama Atau Ritme

d. Melodi

Irama atau ritme adalah panjang

Atan

Hamju

dan

pendeknya nada pada melodi lagu.

mengatakan

bahwa

melodi

Irama berhubungan dengan birama,

urutan nada-nada yang berbentuk suatu

karena birama menentukan nilai suatu

lagu suatu melodi

nada pada setiap ketukan.

sebagai suatu rangkaian beberapa atau

b. Tempo

sejumlah nada yang berbunyi atau

Tempo

adalah

dapat

Armillah adalah

dibatasi

tingkat

dibunyikan secara beraturan (2012:15).

kecepatan dan lambatnya permainan

Melodi adalah susunan rangkaian nada

musik. Sedangkan Hugh M. Miller

(bunyi dengan getaran teratur) yang

dalam bukunya menyatakan tempo

terdengar berurutan serta berirama dan

menunjukkan

dalam

mengungkapkan suatu gagasan. Bunyi

musik. Adapun istilah-istilah yang

adalah peristiwa getaran, getaran bunyi

umum untuk menunjukkan tempo itu di

dapat cepat dapat pula lambat. Jika

kecepatan

di

223


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

suatu sumber getaran dengan cepat

mempunyai

sikap

maka bunyi yang dihasilkannya tinggi,

merupakan

sesuatu

umpanya

Jika

manusia, (2) sistem keyakinan, yaitu

getaran bunyinya itu lambat, maka

suatu religi berwujud pikiran dan

bunyi

gagasan manusia, yang menyangkut

bunyi

yang

gerincingan.

kedengaran

rendah,

umpanya bunyi tambur besar.

keyakinan

e. Dinamik

tentang

dan

serba getaran

konsepsi

sifat-sifat

religi, jiwa

manusia

Tuhan,

tentang

Menurut Kamus Musik Pono

wujud alam gaib (kosmologi), tentang

Dinamik merupakan keras

terjadinya alam dan dunia (kosmogoni),

lembutnya dalam memainkan musik,

tentang zaman akhirat (esyatologi),

dinyatakan dengan berbagai istilah

tentang wujud dan ciri-ciri kekuatan

seperti:

f

sakti, roh nenek moyang, roh alam,

(Forte/keras), cresc (Crescendo/makin

dewa-dewa, roh jahat dan makhluk-

keras), mf (Mezzo Forte/sangat keras)

makhluk halus lainnya, (3) Sistem ritus

dan lain sebagainya.

dan upacara yaitu berwujud aktivitas

f. Upacara Ritual

dan

Bonoe,

p

(Piano/lembut),

tindakan

manusia

dalam

Upacara ritual merupakan suatu

melaksanakan kebaktiannya terhadap

unsur dalam kehidupan masyarakat

tuhan, dewa-dewa dalam usahanya

suku-suku bangsa di dunia. Pada

untuk berkomunikasi dengan tuhan dan

umumnya terdapat pada masyarakat

penghuni dunia gaib laiannya, (4)

sederhana dan primitif, oleh karena itu

peralatan ritus dan upacara yaitu

bersifat kuno atau merupakan sisa-sisa

bermacam-macam sarana dan peralatan

kebudayaan

seperti:

manusia

Koentjaraningrat

kuno.

Alat-alat

bunyian

suci

(1987:80)

(seruling, gendang) pakaian suci, (5)

menjelaskan konsep religi dipecah ke

numatnya atau kesatuan sosial yang

dalam

menganut

lima

komponen

yang

sistem

mempunyai peranannya sendiri-sendiri,

melaksanakan

tetapi yang sebagai bagian dari suatu

upacara itu.

keyakinan

sistem

ritus

dan serta

sistem berkaitan erat satu sama lain. Kelima komponen itu adalah:(1) emosi keagamaan,

yaitu

bahwa

manusia

224


Nurmalinda, Pertunjukan Bianggung Ditinjau di Kuala Tolam Pelalawan: Tinjauan Musikal dan Ritual

(pluralistik) maknanya lebih banyak

Metode Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif

menggunakan

teknik

pengumpulan

analisis dengan menggunakan metode

data yang di gunakan, lebih baik hasil

kualitatif,

yang

penelitian karena dapat memberikan

dilakukan dengan cara pendekatan

rangkaian bukti (chain of evidences)

terhadap objek yang diteliti. Dalam

yang di perlukan untuk meningkatkan

penelitian ini teknik pengumpulan data

kesahihan internal (internal validity)

yaitu

dan kesahihan eksternal (eksternal

yaitu:

penelitian

wawancara,

observasi

dan

dokumentasi yang diambil langsung

validity) data yang dikumpulkan.

dari lapangan yaitu di Desa Kuala Tolam

Kecamatan

Pelalawan

Dalam penelitian ini penulis menggunakan

sampel

purposive,

hanya

mengambil

Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau,

karena

dengan objek alamiah yang bertujuan

sampel diantara populasi sehingga

untuk

sampel

memberi

sesuatu

yang

Pertunjukan

gambaran ada

tentang

didalam

dalam

Seni

permainan

bianggung di Desa Kuala Tolam. Iskandar menjelaskan,

tersebut

karakteristik dikenal

dapat

populasi

sebelumnya.

mewakili

yang

telah

Narasumber

dalam penelitian ini berjumlah 4 orang,

(2008:187) metode

penulis

penelitian

yaitu: 1) Darman sebagai sumber pertama

yang

telah

memberikan

kualitatif adalah metode penelitian

informasi tentang tradisi pertunjukkan

yang berpegang kepada paradigma

bianggung

naturalistik atau fenomenologi. Ini

mengetahui sedikit banyaknya tentang

karena penelitian kualitatif senantiasa

pertunjukkan bianggung dan orang-

dilakukan

alamiah

orang yang terlibat langsung dalam

terhadap suatu fenomena. Selain itu,

pertunjukan bianggung; 2) Amran

penelitian kualitatif juga sebenarnya

sebagai salah seorang pemain musik

menggunakan

beberapa

teknik

dalam pertunjukkan bianggung; 3)

pengumpulan

data

untuk

M.Syukur sebagai orang yang selalu

dalam

setting

serta

orang

yang

menggambarkan suatu fenomena. Oleh

terlibat

sebab itu, penelitian kualitatif juga

pertunjukkan bianggung yaitu sebagai

berpedoman

si

kepada

paradigma

langsung

pelaku

dalam

dalam

kesenian

pertunjukkan

225


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

bianggung; 4) Zainur sebagai orang

saja bagian luarnya. Gendang bebano

yang juga selalu terlibat langsung

ini terbuat dari bahan kayu yang keras,

dalam pertunjukkan bianggung ini

kulit penutup penampang besarnya

dengan fungsi sebagai pembaca mantra

adalah kulit kambing atau kulit rusa

(pebayu). Teknik analisis data yang

yang sudah kering. Untuk melekatkan

digunakan adalah analisis kualitatif

kulit

yang

data,

“anggit�nya. Ukuran Bebano lebih

melaksanakan display atau penyajian

kurang 0,3 meter, penampang yang

data, dan mengambil kesimpulan atau

diberi berkulit lebih kurang 0,3 meter

verifikasi.

sedangkan penampang lainnya sekitar

terdiri

dari:

reduksi

0,2

meter

(Tenas

rotan

sebagai

Effendy

Dkk,

1992:56).

PEMBAHASAN Di

dipergunakan

dalam

bebano dimainkan dalam pertunjukkan

keunikan. Hal tersebut dapat diamati

bianggung ini, terdapat pula nyanyian-

pada saat musik dimainkan, si pelaku

nyanyian (mantra) yang dibacakan oleh

bianggung akan bergerak (membentuk

pebayu, mantra ini adalah sebagai

sebuah

dimana

bahasa atau dialognya antara pebayu

gerakannya mengikuti irama musik

dengan mambang-mambang (mahluk

yang dimainkan.

halus).

tarian

juga

Pada saat musik atau Gendang

memiliki

bianggung,

musik

pertunjukkan

sederhana)

Alat musik yang digunakan

Nyanyian-nyanyian

(mantra)

dalam permainan bianggung ini adalah

dalam permainan bianggung adalah

alat musik gendang bebano.

sebagai berikut:

Istilah

lain disebut “gendang pendek�. Pada bagian

permukaan

(yang

diberi

berkulit), ukurannya lebih besar dari bagian belakang (bawah), yang tidak diberi tutup kulit (tetap berlubang). Perbandingan muka dengan belakang rata-rata sekitar 33:2. Gendang ini lazim pula diberi hiasan atau divernis

Heeii.. mailah kito mamulai Untuk memain anggung Tuun mambang tuun sesado Untuk bemain anggung malam ini.

pado

Hei nak toang dibagi toang Toang toang tak menyampai Nak pulang dibagi pulang Pulang jangan bekotu ko pulang Jangan beganti ganti

226


Nurmalinda, Pertunjukan Bianggung Ditinjau di Kuala Tolam Pelalawan: Tinjauan Musikal dan Ritual

Kami tuwonkan mambang bungo cino Bigitu gayanyo begitu lenggoknyo Lenggok ke ki.ii lenggok ke kanan Mambang bungo cino

raga si pelaku sudah dikuasai oleh

Budak dulang di bagi dulang Dulang mengait ampai kain Endak pulang di bagi pulang Pulang beganti mambang lain

yang sudah merasukinya.

Hei baliklah engkau mambang bungo cino Kami ganti mambang buang Begitu ganas begitu garang Sekaang ini kito tonton mambang buang Hei mambang buang tonga asik bemain. Hendak dulang di bagi dulang Dulang mengait ampai kain Hendak pulang di bagi pulang Pulang beganti mambang lain. Hei mambang buang tonga asik bemain Kami ganti pulak dengan mambang toong asam Sodang bemain begitu cantik begitu lawonyo Kulai kesano kulai kesini Dio sangat pemalu benamo mambang toong asam. Hendak dulang di bagi dulang Dulang mengait ampai kain Hendak pulang di bagi pulang Pulang beganti mambang lain.

mambang-mambang

yang telah di

nyanyikan oleh pebayu dan si pelaku akan bertingkah laku seperti mambang

Claude

Levi-Strauss

mengatakan bahwa, keadaan yang dialami seseorang individu pada saat ia kehilangan kesadaran dan mengalami keadaan khayal yang disebabkan oleh faktor-faktor tertentu. Keadaan ini merupakan keadaan disosiasi psikis yang ditandai oleh kurangnya gerakan yang dilakukan secara sengaja dan sering ditandai oleh terjadinya otomatis dalam tindakan dan pikiran. Keadaan tidak sadarkan diri sering dicontohkan dalam keadaan hipnotis dan “medium mistik� (keadaan pribadi berfungsi sebagai

medium

kabar

roh-roh)

(2009:36). Menurut narasumber Zainur, permainan bianggung merupakan suatu pertunjukkan yang sangat di gemari di lingkungan masyarakat khususnya di

Pada saat nyanyian-nyanyian ini

di

nyanyikan

oleh

Desa Kuala Tolam pada masanya. Dari

pebayu,

segi nama, “bianggung� adalah salah

mambang-mambang yang di panggil

satu nama burung yang bernama

oleh pebayu akan masuk ke dalam

burung

tubuh si pelaku bianggung dan akan

cukup besar dan bianggung artinya

hilang kesadaran diri karena jiwa dan

bermain Anggung. Jadi dari nama

anggung

yang

ukurannya

227


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

inilah pertunjukkan bianggung berasal,

Permainan

yaitu diangkat dari nama burung

tidak setiap saat tetapi ada waktu dan

anggung.

tempatnya, permainan bianggung ini

ditampilkan

Bianggung

Menurut narasumber M.Syukur,

ditampilkan pada malam hari setelah

selain untuk hiburan, pertunjukkan

sholat isya atau sekitar jam 20.00 WIB.

juga

dapat

Alasan permainan ini dipertunjukan

manusia

setelah sholat Isya atau sekitar jam

tentang meremehkan alam gaib. Hal ini

20.00 WIB karena pada waktu tersebut

dirasakan langsung oleh masyarakat

masyarakat

setempat karena didalam permainan ini

melaksanakan kegiatannya sehari-hari

terkandung pesan moral yaitu saling

dan permainan ini dijadikan sebagai

menghormati antara dunia nyata dan

hiburan untuk menghilangkan rasa letih

dunia tidak nyata (alam gaib) karna

karena sudah berkegiatan seharian.

bianggung menjauhkan

dipercaya

pemikiran

masyarakat

setempat

setempat

sudah

tidak

masih

Di

mempercayai bahwasanya di dunia ini

permainan

tidak hanya manusia saja sebagai

beberapa

penghuninya tetapi ada juga mahluk

dalam permainan ini, seperti Tikar

lain

pandan,

yang

menghuni

dunia

ini

(Wawancara 16-10-2013).

dari

pelaksana

Piring

yang

digunakan

(tempat

Pebao

bantal kepala. Musik yang mengiringi

sebagai

permainan bianggung ini adalah musik

ini

dimana

tradisional masyarakat Melayu. Musik

mempunyai

ini memiliki jenis instrumen perkusi

mereka

(membranofon) dengan menggunakan

Pertama sebagai pemusik yaitu Amran

alat musik gendang bebano dan Vokal

(orang yang memainkan alat musik),

(mantra).

yang kedua sebagai Pebayu adalah

pendapat narasumber sebagai berikut.

mantra),

tugas

properti

terdapat

berbeda.

Zainur

dan

Bianggung,

orang

permainan

masing-masing fungsi

bianggung,

tiga

pelaksanaan

kemenyan dibakar), Kain panjang, dan

Pertunjukkan terdiri

dalam

(orang yang

yang

yang ketiga

membacakan si

pelaku

Hal

ini

sesuai

dengan

Menurut narasumber Amran, dalam

pertunjukan

permainan

permaian yaitu M.Syukur (orang yang

bianggung diiringi oleh instrument

menjadi

musik yaitu gendang bebano dan syair-

objek

dalam

permainan).

228


Nurmalinda, Pertunjukan Bianggung Ditinjau di Kuala Tolam Pelalawan: Tinjauan Musikal dan Ritual

syair

yang

masyarakat berbentuk

menggunakan

bahasa

dimainkan si pelaku bianggung akan bergerak (membentuk sebuah tarian

Kuala

Tolam

yang

mantra.

Musik

dalam

sederhana)

dimana

gerakannya

pertunjukkan bianggung adalah musik

mengikuti suara yang dikeluarkan dari

yang

untuk

gendang bebano tersebut. Ditinjau dari

mengiringi permainan bianggung saja.

musik pertunjukkan bianggung juga

Musik atau mantra ini tidak pernah

memiliki beberapa unsur musik pada

dipertunjukkan

adanya

umumnya, unsur-unsur musik tersebut

Instrumen

diantaranya adalah irama/ritme, tempo,

musiknya memiliki jenis komposisi

birama, melodi, dan dinamik. Unsur-

dan motif (Wawancara 15-10-2013).

unsur musik tersebut memiliki fungsi

berfungsi

permainan

khusus

tanpa

bianggung.

Adapun fungsi musik dalam pertunjukkan bianggung ini adalah sebagai

media

penghubung

yang berbeda satu sama lainnya baik itu untuk permainan

atau

komunikasi pebayu dan si pelaku

a. Irama/Ritme.

bianggung dengan dunia spiritual yang

Irama

atau

Ritme

adalah

mana dalam hal ini pebayu melakukan

panjang pendeknya nada pada melodi

komunikasi dan memberikan perintah

lagu.

kepada

agar

birama, karena birama menentukan

masuk ke dalam tubuh si pelaku

nada pada setiap ketukan. Pola ritme

Musik juga berfungsi

Gendang Bebano dalam permainan

sebagai pengiring / mengiringi pada

Bianggung ini polanya sederhana dan

saat si pelaku memulai aksinya yang

pola ritmenya hanya itu-itu saja serta

mana si pelaku sudah tidak lagi

warna bunyi yang dipakai dalam

berprilakuan seperti manusia normal

permainan Bianggung ini hanya dua

tetapi berprilakuan seperti mambang

yaitu warna bunyinya Pung dan Pak,

yang sudah merasukinya.

karna itulah seperti yang saya bilang

mambang-mambang

bianggung.

Di

dalam

pertunjukkan

bianggung ini musik juga memiliki

Irama

berhubungan

dengan

tadi pola ritmenya sederhana. Untuk lebih jelasnya dapat

keunikan yang hal itu terbukti pada

dilihat pada Pola irama

saat gendang bebano dipukul atau

berikut ini.

pukulan

229


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

Bianggung ini tergantung situasi dan kondisi

pada

saat

permainan

ini

berlangsung. Sedangkan menurut narasumber Zainur selaku orang yang membacakan

b. Tempo Tempo

adalah

tingkat

kecepatan dan lambatnya permainan musik. Sedangkan Hugh M. Miller dalam bukunya menyatakan bahwa tempo menunjukan kecepatan di dalam musik. Adapun istilah-istilah yang umum untuk menunjukan tempo itu di antaranya adalah : Presto (sangat cepat),

Allegro

(cepat),

Moderato

(kecepatan sedang), Andante (agak lambat), Adagio (agak lambat dari andante), Lento (lambat), dan Largo (sangat lambat). Tempo

dalam

pertunjukkan

bianggung, tidak terlalu lambat dan juga tidak terlalu cepat, karna pemusik juga memikirkan si pelaku bianggung, jika musiknya cepat maka si pelaku akan melakukan gerakan yang cepat pula dan itu bisa menguras tenaga para pemain cepat habis serta kecepatan memainkan

musik

mantra atau pebayu, beliau mengatakan bahwa kecepatan dalam membacakan mantra tidak terlalu cepat dan juga tidak terlalu lambat, yang jelas kalau telinga

orang

lain

yang

mendengarkannya pasti jelas, karna kalau terlalu cepat maka mantra yang dibacakan

bisa-bisa

tidak

jelas

bagaimana kata-katanya. Kalau untuk yang

diawal

kecepatan

dalam

membacakan mantra agak lambat dan itu menjelang musik masuk, kalau musik sudah masuk maka kecepatan membacakan mantra akan mengikuti kecepatan

orang

yang

memainkan

Gendang Bebano. Sampai permainan berakhir

seperti

itulah

kecepatan

didalam musik permainan bianggung ini (wawancara 14-09-2013) . Untuk lebih jelasnya tempo dari bianggung adalah sebagai berikut.

permainan

230


Nurmalinda, Pertunjukan Bianggung Ditinjau di Kuala Tolam Pelalawan: Tinjauan Musikal dan Ritual

Berdasarkan observasi yang

c. Birama

penulis lakukan di lapangan, tempo yang

di

gunakan

merupakan

satuan

musik

kelompok ketukan tetap yang dimulai

pertunjukkan bianggung ini adalah

dengan ketukan kuat sampai ketukan

tempo andante (agak lambat), atau

kuat

berkisar

M.M

digunakan dalam Musik pertunjukan

(metronome maelzel) yang berarti ada

bianggung ini adalah birama 4/4

50-70 ketuk dalam setiap menit. Jika

artinya jika dituliskan dalam notasi

dihubungkan

pelaku

balok, dalam satu birama ada 4 buah

permainan, maka tempo yang terdapat

not Âź (not-not lain yang ketukannya

pada musik ini juga sebagai pengatur

berjumlah 4 buah not Âź), dan setiap

tempo bagi si pelaku permainan

ketukan pertama akan di beri aksen

antara

dalam

Birama

50-70

dengan

yang

yang kuat. Aksen atau suara yang kuat

tempo yang jelas dari musik, maka si

inilah yang menjadi pedoman hitungan

pelaku akan mudah untuk merasakan

pertama dalam musik pertunjukkan

musik serta melakukan gerakan dan

bianggung.

tempo

birama dari bianggung adalah sebagai

juga

dengan

Birama

adanya

bianggung

sebab

si

berikutnya.

berfungsi

sebagai

rangsangan terhadap si pelaku dalam

Untuk lebih jelasnya

berikut.

bermain pertunjukkan bianggung.

231


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

d. Melodi

dihasilkannya

Menurut

Atan

Hamju

dan

bunyi

tinggi,

umpamanya

gerincingan. Jika getaran

Armillah Widarti mengatakan bahwa

sumber bunyi itu lambat, maka bunyi

melodi adalah urutan nada-nada yang

yang akan terdengar adalah rendah,

berbentuk suatu lagu, suatu melodi

umpanya bunyi tambur besar.

dapat dibatasi sebagai suatu rangkaian

Selanjutnya

beberapa atau sejumlah nada yang

pertunjukkan

berbunyi

mempunyai

atau

dibunyikan

secara

beraturan (1984:23). Musik

musik

dalam

bianggung

juga

nada atau bunyi yang

dihasilkan oleh suatu sumber bunyi

dalam

pertunjukkan

seperti Suara Manusia, tetapi dalam

bianggung mempunyai suatu melodi,

hal ini bunyi yang bergetar dengan

dan melodinya mempunyai rangkaian

kecepatan yang teratur. Kecepatan

nada (bunyi dengan getaran teratur)

getaran itu dinamakan frekuensi yang

yang

serta

dapat di ukur dengan menghitung

berirama, dan mengungkapkan suatu

jumlah getarnya dalam satu detik.

gagasan.

peristiwa

Musik dalam pertunjukkan bianggung

getaran, getaran bunyi dapat cepat dan

mempunyai melodi dengan urutan

dapat pula lambat. Jika suatu sumber

nada-nada yang berbentuk suatu lagu.

getaran dengan cepat maka bunyi yang

Dengan demikian dapat diterapkan

terdengar

Bunyi

berurutan

adalah

232


Nurmalinda, Pertunjukan Bianggung Ditinjau di Kuala Tolam Pelalawan: Tinjauan Musikal dan Ritual

bahwa nada syair-syair atau mantra

dalam memainkan musik, dinyatakan

dalam

bianggung

dengan berbagai istilah seperti: p

merupakan unsur pokok suatu melodi

(piano/lembut), f (forte/keras), cresc

dalam musik permainan bianggung.

(Crescendo/makin keras), mf (Mezzo

Hal ini sesuai yang dikatakan oleh

Forte/sangat

narasumber Amran, bahwa: “Melodi

sebagainya.

yang

pertunjukkan

terdapat

di

dalam

musik

keras)

Dalam

dan

musik

lain

pertunjukkan

pertunjukkan bianggung berasal dari

bianggung, dinamik yang digunakan

suara manusia atau pada saat pebayu

ada kalanya lembut dan ada juga keras

membacakan mantra dengan suara

tergantung apa yang mereka (pemain

yang

itu

musik) inginkan atau ekspresikan.

membentuk sebuah melodi dalam

Tetapi dinamik yang slalu digunakan

musik pertunjukan bianggung ini�

didalam permainan Bianggung oleh

(Wawancara 14-09-2013).

pemain

musik

wilayah

p

mengalun-alun

dan

Sedangkan

menurut

tidak

keluar

(piano/lembut),

dari f

narasumber Zainur selaku orang yang

(forte/keras), hal itu disebabkan pada

menjadi Pebayu (pembaca mantra)

saat permainan sedang berlangsung,

dalam

suasana

Permainan

Bianggung

ini,

permainan

terkadang

mengatakan bahwa : ‘kalau melodi

memanas dan terkadang mendingin di

yang

musik

tambah lagi faktor tenaga pemain

permainan Bianggung ini tidak berasal

musik, karna pada saat permainan ini

dari alat musik tetapi berasal dari suara

berlangsung tidak ditentukan batas

yang

(suara

waktunya dan itu bisa menyebabkan

manusia) karna dengan nada-nada

dalam memainkan musik dinamik

yang dikeluarkan itulah yang menjadi

akan bisa berubah dan bisa jadi

melodi dalam musik Bianggung ini�

berubah tanpa disadari. Tetapi tetap

(Wawancara 14-09-2013).

dinamik dalam permainan Bianggung

terdapat

membacakan

didalam

mantra

tidak e. Dinamik

keluar

dari

(piano/lembut), dan

wilayah

p

f (forte/keras).

Menurut Kamus Pono Bonoe,

Hal ini sesuai yang diungkapkan oleh

Dinamik merupakan keras lembutnya

Amran selaku pemusik, bahwa: “Keras

233


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

atau lembutnya dalam memainkan

adalah sebuah bentuk bahasa yang

musik

digunakan

didalam

pertunjukkan

oleh

Pebayu

untuk

bianggung ini tidak bisa ditentukan,

berkomunikasi

disebabkan karna beberapa faktor yang

Mambang-mambang agar masuk ke

mempengaruhinya seperti tenaga, usia

dalam tubuh si pelaku permainan

dan

faktor-faktor

dan

memanggil

lain

yang

Bianggung. Setelah Mambang yang

memainkan

musik

telah dipanggil oleh Pebayu tersebut

dalam pertunjukkan bianggung ini

masuk ke dalam tubuh si pelaku,

tidak keras dan juga tidak lembut,

sebaliknya

yang jelas enak dimainkan dan enak di

mengeluarkan Mambang tersebut dari

dengar� (Wawancara 14-09-2013).

tubuh

menyebabkan

Selain alat musik Gendang Bebano

yang

terdapat

dalam

si

Pebayu

pelaku

dan

juga

bisa

memanggil

Mambang-mambang yang lain agar menggantikan

Mambang

yang

pertunjukan bianggung ini, mantra

dikeluarkan oleh pebayu tadi dan

(syair-syair) juga memiliki peran yang

begitulah

tidak

permainan

kalah

pentingnya

dengan

seterusnya Bianggung

sampai ini

selesai

Gendang Bebano, karna mantra (syair-

dipertunjukan. Untuk lebih jelasnya

syair) yang di ucapkan oleh Pebayu

berikut ini melodi bianggung.

234


Nurmalinda, Pertunjukan Bianggung Ditinjau di Kuala Tolam Pelalawan: Tinjauan Musikal dan Ritual

235


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

236


Nurmalinda, Pertunjukan Bianggung Ditinjau di Kuala Tolam Pelalawan: Tinjauan Musikal dan Ritual

Di

PENUTUP Pertunjukan bianggung Desa Kuala Tolam Kecamatan Pelalawan Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau, memiliki

arti

yaitu

“bermain

anggung,” yaitu suatu permainan yang berbentuk

magis

dan

melibatkan

unsur-unsur gaib seperti pemanggilan mambang-mambang (mahluk halus) yang akan dimasukan kedalam tubuh objek pertunjukkan yaitu si pelaku bianggung. Adapun fungsi musik dalam pertunjukkan bianggung ini adalah sebagai

media

penghubung

atau

komunikasi pebayu dan si pelaku bianggung dengan dunia spiritual yang mana dalam hal ini pebayu melakukan komunikasi dan memberikan perintah kepada

mambang-mambang

agar

masuk ke dalam tubuh si pelaku bianggung, dan musik juga berfungsi sebagai pengiring / mengiringi pada saat si pelaku memulai aksinya yang mana pada saat melakukan aksinya tersebut si pelaku sudah tidak lagi berprilakuan seperti manusia normal tetapi berprilakuan seperti mambang yang sudah merasukinya.

dalam

pertunjukan

bianggung ini musik juga memiliki peranan yang sangat penting, hal itu terbukti pada saat musik dimainkan si pelaku

bianggung

akan

bergerak

(membentuk sebuah tarian sederhana) dimana gerakannya mengikuti irama musik yang dimainkan. Alat musik yang digunakan dalam pertunjukkan bianggung ini adalah alat musik Gendang bebano. Alat musik ini amatlah dikenal masyarakat Melayu dan mereka warisi turun temurun. Orang tua-tua sering menyebutkan bahwa nama “bebano” berpuncak dari pengertian “berbahana”, yakni bunyi yang bergema. Sebab, alat musik ini bunyinya keras dan berbahana. Musik

yang

mengiringi

pertunjukkan bianggung ini adalah musik tradisional masyarakat melayu yaitu dengan menggunakan alat musik Gendang bebano dan mantra (vokal). Jumlah

orang

yang

melakukan

pertunjukkan bianggung ada 3 orang, (i) orang yang memainkan musik berjumlah 1 (satu) orang, (ii) sebagai pebayu (pembaca mantra) berjumlah 1 (satu) orang, (iii) sebagai si pelaku bianggung berjumlah 1 (satu) orang. Pertunjukan

bianggung

berfungsi

237


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

sebagai hiburan dan secara tidak langsung

juga

sebagai

tempat

penyampaian suatu pesan-pesan moral seperti bagaimana batasan manusia dan mahluk halus (jin), dunia nyata dan dunia tidak nyata (gaib), saling menghormati antar sesama penghuni alam semesta ini.

KEPUSTAKAAN Anandar, Merriam. 2008. Musik Tradisional Katobung. Pekanbaru: Dinas Kebudayaan, Kesenian dan Pariwisata Provinsi Riau. Hamju, Atan dan Amillah Windawati. 1984. Seni Musik, Untuk SMA Jilid 1. Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surabaya: Rajawali Pers. Bahar, Mahdi. 2009. Islam Landasan Ideal Kebudayaan Melayu. Malang: Malak. Elmustian. Dkk. 2005. Pengkajian Alat-Alat Musik Tradisional Daerah Riau. Pekanbaru: Balai Pengkajian Dan Pelatihan Dinas Kebudayaan Kesenian Dan Pariwisata Provinsi Riau. Effendy, Tenas Dkk. Alat-alat Musik Tradisional Daerah Riau.

Riau: Pemerintahan Daerah Tingkat I Propinsi Riau Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah Riau. Hamidy. UU. 1991. Estetika Melayu Di Tengah Hamparan Estetika Islam. Pekanbaru: Zamrad. Iskandar. 2008. Metodelogi Penelitian Pendidikan dan Sosial (kuantitatif dan Kualitatif). Jakarta: Gaung Persada Press. Kodijah, Latifah dan Marzoeki. 2002. Istilah-Istilah Musik. Jakarta: Djambatan. Levi-Strauss, Claude. 1996. Mitos Dukun dan Sihir. Yogyakarta: Kanisius. Rahman, Elmustian, dkk. 2003. Alam Melayu.Dinas Kebudayaan, Kesenian dan Pariwisata Provinsi Riau: UNRI Press Pekanbaru. Sylado, Romy. 1988. Menuju Apresiasi Musik. Bandung. Angkasa Soepandi. 1978. Diktat pengantar pengetahuan musik tari. Yogyakarta: Akademis seni tari Indonesia. Usman, Husaini Dkk. 1995. Metodologi Penelitian Sosial. Bandung: Bumi Aksara. Yunus, Gitrif. 1996. Dasar-dasar Teori Musik Umum. Padang Panjang: ASKI.

238


ANALISIS SEMIOTIKA CHARLES SANDERS PEIRCE KARYA PATUNG RAJUDIN BERJUDUL MANYESO DIRI Mukhsin Patriansyah Jurusan Desain Komunikasi Visual Fakultas Ilmu Pemerintahan dan Budaya Universitas Indo Global Mandiri Palembang patriansyahmukhsin8@gmail.com ABSTRAK Karya seni adalah salah satu fenomena bahasa.Oleh karena itu karya seni dapat dipandang sebagai fenomena tanda. Tanda-tanda yang digunakan dalam sebuah karya seni lahir dari proses kontemplasi, olah rasa dan pikiran seniman terhadap lingkungan.Rajudin dalam karya Manyeso Diri berpijak pada konsep langkah untuk menciptakan tanda-tanda pada kekaryaan patung. Langkah yang baik akan menentukan keberhasilan kita di masa yang akan datang, begitu juga sebaliknya langkah yang buruk akan menentukan kegagalan dan kekecewaan di masa yang akan datang. Hal ini yang menjadi pedoman bagi seorang Rajudin dalam melahirkan karyanya yang berjudul ManyesoDiri. Karya ini mempunyai hubungan erat dengan latar belakang kebudayaan Minangkabau. Pernyataan inilah yang ingin disampaikan Rajudin melalui karyanya. Metode yang digunakan untuk mengetahui makna yang ada di dalam karya patung Rajudin ini adalah metode analisis interpretasi. Dari simpulan diketahui bahwa tanda-tanda yang dihasilkan mengarah pada upaya Rajudin untuk menyampaikan pesan sosial kepada para perempuan Minangkabau hari ini. Kata Kunci : Rajudin, Semiotika, Langkah, Manyeso Diri. ABSTRACT Work of art is one of linguistic phenomena. Therefore, a work of art can be viewed as a phenomenon of signs. Signs used in a work of art stem from a process of contemplation, feeling, and mind of the artist about environment. Rajudin in his work Manyeso Diri bases his work on the concept of steps to create signs. Good steps will lead to success in the future, and on the contrary, bad steps will lead to failure and disappointment. This is the guideline used by Rajudin in creating his work Manyeso Diri. This work is closely related to Minangkabau culture. This a statement that Rajudin wants to express in this work. The method used to find out the meaning contained in Rajudin’s work is the method of analysis

239


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

interpretation. From the conclusion it is found that resulting signs lead Rajudin’s effort to express some social messages to today’s Minangkabau women. Key word: Rajudin, semiotics, step, Manyeso Diri umum proses kratif berasal dari dua

PENDAHULUAN dalam

energi, yaitu energi dari dalam dan

menanggapi suatu fenomena selalu

energi dari luar (Nyoman Kutha Ratna,

diungkapkan ke dalam karya seni,

2007:12). Energi yang datang dari

maka dari itu sebuah karya seni yang

dalam adalah dorongan yang kuat

lahir merupakan realitas baru yang

untuk

kompleks, bahkan lebih kompleks dari

berdasarkan pengetahuan, keahlian,

realitas yang sesungguhnya. Karena

penguasaan teknik, alat dan konsep

sebuah

serta

Upaya

seniman

karya

berusaha

seni

di

menyajikan

dalamnya fenomena-

melahirkan

karya

pengalaman

estetik

seni

yang

dimilikinya. Sedangkan energi dari

fenomena yang ada di lingkungannya,

luar

memiliki makna dan arti tertentu untuk

pencipta dalam merespon realitas yang

dibedah dan dianalisis. Latar belakang

diamatinya. Menurut Jakob Sumarjo

kebudayaan

mempengaruhi

bahwa, kehadiran sebuah karya seni

seorang seniman dalam melahirkan

merupakan representasi terhadap dunia

karyanya seperti perbedaan ideologi,

luar

pengalaman, pola pikir, serta visi

langsung

kesenimanan

yang

obyektif atau kenyataan dalam dirinya,

seni

sehingga menimbulkan respon atau

menjadi berbeda walaupun dihadapkan

tanggapan, maka lahirlah karya seni

dengan objek atau permasalahan yang

(Jakob Sumarjo, 200:76).

menyebabkan

sangat

mereka sebuah

karya

merupakan

diri

seniman dengan

Kehidupan

sama. Daya

sensitifitas

seorang

sosial

daya

manusia

sensitifitas

bersentuhan

kenyataan

intelektual didasarkan

penggunaan,

yang

dan pada

seniman sangat tinggi dalam merespon

penghasilan,

dan

kondisi yang ada di lingkunganya, hal

pertukaran tanda, misalnya saat kita

ini merupakan proses kreatif. Secara

membuat isyarat, berbicara, menulis,

240


Mukhsin Patriansyah, Analisis Semiotika Charles Sanders Peirce Karya Patung Rajudin Berjudul Manyeso Diri

membaca, menonton acara televisi,

menjadi pedoman siseniman dalam

mendengarkan musik, melihat sebuah

melahirkan

lukisan,

dengan

kita

penggunaan

tengah

dan

melakukan

penafsiran

tanda

karyanya Rajudin,

(wawancara 12/05/2011).

Langkah merupakan salah satu dari

(Marcel Danesi, 2010: 33). Penafsiran

suratan takdir, disamping

tanda

seni

rezeki dan maut. Langkah yang baik

memungkinkan kita sebagai apresiator

akan menentukan keberhasilan kita di

dapat dengan mudah untuk memahami

masa yang akan datang, begitu juga

makna yang ingin disampaikan oleh

sebaliknya langkah yang buruk akan

sisenimannya

menentukan

dalam

sebuah

karya

melalui

analisis

semiotika yang digunakan nantinya. Tanda-tanda yang digunakan

kekecewaan

patung

lebih

di

masa

yang

dan akan

datang.

dalam sebuah karya seni khususnya seni

kegagalan

jodoh,

Karya patung ini di dalamnya

mengarah

dapat di lihat dengan jelas bagaimana

kepengalaman pribadi siseniman yang

kemampuan dari Rajudin menyusun

merupakan representasi dari olah rasa

garis, bentuk, warna, ruang dan tekstur

dan pikiran seniman dalam mengamati

sesuai dengan asas-asas penyusunan.

objek-objek

sekitar

Selain itu Rajudin menerapkan sistem

mereka, namun ada juga tanda yang

tanda yang baru di dalam karyanya.

hadir

Sistem tanda tersebut sangat berkaitan

yang

dengan

ada

sengaja

di

(dipinjam)

sebagai bahasa ungkap (metafora) dan

erat

bersifat ekspresif. Oleh sebab itu

Minangkabau,

Cassirer berpendapat bahwa karya seni

memunculkan

tidak semata-mata representatif, tidak

dalam menginterpretasikannya. Hal

juga semata-mata ekspresif, karya-

inilah yang membuat penulis tertarik

karya itu bersifat simbolis dengan

untuk menganalisis karya Rajudin

makna baru yang lebih mendalam

yang berjudul “Manyeso Diri�.

(Agus Sachari, 2002:19).

dengan

lingkungan sehingga

alam banyak

argumen-argumen

Permasalahan yang diangkat

Langkah merupakan sesuatu

dalam tulisan ini adalah bagaimana

yang amat penting bagi manusia untuk

membedah dan menganalisis tanda

mengarungi kehidupan, hal ini yang

pada karya patung Rajudin yang

241


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

berjudul

“Manyeso

berkaitan

erat

yang

mengetahui bagaimana sistem tanda

falsafah

bekerja sesuai dengan kapasitas dan

Diri�

dengan Upaya

Minangkabau.

untuk

latar

belakang

kebudayaan

yang

memecahkan permasalahan yang telah

beraneka ragam. Pendekatan teori

dirumuskan,

maka

penulis

untuk menganalisis sistem tanda yang

menggunakan

metode

analisis

ada

pada

karya

patung

Rajudin,

interpretasi. Metode ini digunakan

penulis menggunakan teori Charles

agar bisa menelusuri makna yang

Sanders Peirce. Menurut penulis, teori

tersirat dibalik karya patung Rajudin

semiotika

tersebut. Menganalisis merupakan kata

sangat relevan untuk membedah karya

kerja yang berasal dari kata analiyze/

patung Rajudin. Pendekatan teori yang

artinya

Sanders

Peirce

dan

digunakan untuk membedah karya

mengamati sesuatu secara kritis dan

patung Rajudin agar bisa mengetahui

seksama

membedah

tanda-tanda yang digunakannya, maka

bagian-bagiannya terlebih dahulu dan

penulis menggunakan pendekatan teori

menyoroti detil-detil dari setiap bagian

semiotika

menurut

Peirce

tersebut (M. Dwi Marianto, 2011:37).

batasan

yakni

Representamen

Tulisan

(qualisign,

sinsign

dan

analyse,

dengan

ini

membedah

Charles

cara

proses

pengumpulan

dengan

legisign).

datanya dilakukan melalui observasi

Pembatasan

dan

menghindari kesalahpahaman dalam

wawancara

sisenimannya gambaran penciptaan

langsung untuk

dengan

mengetahui

mengenai karya

seni

ini

dilakukan

untuk

membaca tulisan ini nantinya.

konsep tersebut,

sehingga proses interpretasi terhadap karya memiliki tingkat validitas yang tinggi.

PEMBAHASAN Tanda Menurut Peirce Charles Sanders Peirce seorang ahli filsuf dari Amerika (1839-1914)

Tujuan dari analisis karya ini

mengutarakan

bahwa

kehidupan

untuk memberikan pemahaman yang

manusia dicirikan oleh pencampuran

lebih kepada insan akademis akan

tanda dan cara penggunaannya dalam

pentingnya

ilmu

aktivitas yang bersifat representatif

semiotika dalam bidang seni, dan

(Marcel Danesi, 2010:33). Penjelasan

peran

disiplin

242


Mukhsin Patriansyah, Analisis Semiotika Charles Sanders Peirce Karya Patung Rajudin Berjudul Manyeso Diri

tersebut mengidentifikasikan tanda-

tanda merupakan representasi dari

tanda yang diciptakan oleh manusia

sesuatu,

yang merupakan representasi dari latar

direpresentasikannya,

kebudayaan mereka. Oleh sebab itu di

representasi dari, benda, figur, dan lain

suatu daerah atau kawasan tertentu

sebagainya yang disebut dengan object

mempunyai tanda-tanda yang berbeda

(Y). Sesuatu itu bisa menjadi sebuah

sesuai

belakang

tanda yang dapat dimaknai orang lain

kebudayaan mereka masing-masing.

atau makna yang ada dalam benak

Misalnya seekor tikus bagi masyarakat

seseorang tentang objek yang dirujuk

Indonesia

para

sebuah tanda, hal itu merupakan

tindakan

Interpretan(X =Y). Tiga unsur yang

korupsi. Hal ini belum tentu sama

menghadirkan semiotika signifikasi

penjelasannya dengan negara lain

yang melibatkan tiga unsur pokok

karena sebuah tanda yang diciptakan

yakni Representamen (X), Object (Y),

membentuk pandangan yang akan

Interpretan (X=Y). Pemahaman di atas

dimiliki orang terhadap dunia sesuai

senada dengan yang diungkapkan oleh

dengan kebudayaan mereka masing-

Peirce dalam Marcel Danesi :

dengan

oknum

latar

merepresentasikan

yang

melakukan

masing. Menurut Peirce tanda adalah sesuatu yang bagi seseorang berfungsi sebagai wakil dari sesuatu yang lain dalam hal atau kapasitas tertentu. (Umberto Eco, 2009, 21). Pandangan Peirce

tersebut

bagaimana

sebuah

menjelaskan tanda

demikian

sebuah

merepresentasikan mewakilinya. sesuatu

yang

tanda

sesuatu

yang

Representasi

dari

diwakili

tersebut

dinamakan representamen (X). Karena

ada

sesuatu

yang

misalnya

“.......tanda sebagai Representamen dan konsep, benda, gagasan, dan seterusnya, yang diacunya sebagai Objek. Makna (impresi, kogitasi, perasaan, dan seterusnya) yang kita peroleh dari sebuah tanda oleh Peirce diberi istilah Interpretan (Marcel Danesi, 2010:37).

dapat

mewakili sesuatu yang lain, dengan

tentu

Pendapat di atas dapat di uraikan bahwa sesuatu itu bisa dilihat dan dipahami

berdasarkan kulitas

tanda yang disebut dengan qualisign, sinsign

adalah

eksistensi

tanda

terhadap peristiwa yang dialami dan legisign

adalah

eksistensi

tanda 243


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

dengan

konsep

dan

aturan

yang

berlaku umum. Sacara keseluruhan qualisign,

dan

sinsign

legisign

merupakan tipe atau jenis

tanda

mempresentasikan (Marcel

Danesi,

selain

dirinya

2010:6).

Asumsi

tersebut dapat diartikan bahwa sebuah tanda

tidak

bisa

mewakili

atau

berdasarkan representamen. Wujud

mempresentasikan

dari

ingin

sesuatu itu bisa menjadi sebuah tanda

direpresentasikan dinamakan dengan

sejauh sesuatu itu tidak mewakili atau

Object yang di dalamnya terdiri dari

mempresentasikan dirinya sendiri.

icon

sesuatu

adalah

yang

tanda

berdasarkan

dirinya

sendiri,

Secara representatif, Rajudin

kemiripan, indeks adalah kategori

meminjam

tanda yang dilahirkan berdasarkan

memiliki

sebab dan akibat, sedangkan simbol

manusia. Selain sebagai pelindung

adalah sistem tanda yang bersifat

kaki, sepatu juga berfungsi dalam

konvensi. Sebuah tanda yang muncul

kehidupan keseharian untuk digunakan

atau dilahirkan tentu memliki makna

sebagai alat bantu berjalan yang lebih

yang memungkinkan seseorang untuk

nyaman. Sebagai wujud penekanan

menafsirkannya

dengan

ekpresi si seniman dalam karyanya,

interpretan. Penafsiran yang masih

suatu objek sebagai karya seni telah

bersifat kemungkinan disebut dengan

memiliki suatu pengembangan secara

rheme, suatu penafsiran apabila sudah

bentuk.

disebut

memiliki suatu kebenaran dinamakan

bentuk fungsi

sepatu bagi

yang

kehidupan

Sepatu sebagai objek telah

dengan disent, sedangkan argument

mengalami

adalah kebenaran suatu tanda yang

bentuk sepatu digabung dengan unsur-

ditafsirkan

dengan

unsur kebudayaan di Minangkabau

konsep dan aturan secara umum atau

seperti gonjong dan tanduk kerbau.

konvensi.

Tanduk kerbau tersebut dalam visual

sudah

sesuai

transformasi,

sehingga

karya dari Rajudin diletakkan di Antara Karya Seni dan Tanda

bagian

tumit,

sedangkan

gonjong

Tanda adalah segala sesuatu seperti

ditempatkan di bagian atas dari bentuk

warna, isyarat, kedipan mata, objek,

sepatu.

rumus matematika, dan lain-lain yang

244


Mukhsin Patriansyah, Analis nalisis Semiotika Charles Sanders Peirce Karya Patung Raju ajudin Berjudul Manyeso Diri

Sepatu yang digunakan di pada karya ini adalah sepat atu high heels. Sepatu high heels meerupakan objek yang memiliki tumit it yang tinggi. Sepatu pada karya ini terdapat ter gonjong rumah gadang dan tandu nduk kerbau. Bila sepatu

pada

umumn nya

memiliki

pasangan sebelah kiri dan da kanan, maka

Gambar 2. Foto Tampak Atass Rajudin, Manyeso Diri, 90 x 25 x 50 cm, 2011 e) dan Semen, Bahan : Tepung batu (dolomitte) Teknik : Plasteringg ssy Finishing : clear glossy 4) (Foto: Rajudin, 2014)

oleh pada karya yang dihasilkan diha patu high heels Rajudin berupa sepatu nduk kerbau yang sebelah kiri dan tanduk wah tumit dari terletak dibagian bawa sepatu

tersebut.

Warna W

yang

rah pekat pada digunakan warna mera upai lilin yang bagian yang menyerupa warna telah mencair dan memiliki me biru kuning kusam, hijau kehitaman, ke kehitaman dan hitam.. Warna yang digunakan

dalam

karya kar

Gambar 3. ing Foto Tampak samping Rajudin, Manyeso Diri, 90 x 25 x 50 cm, 2011 e) dan Semen, Bahan : Tepung batu (dolomitte) Teknik : Plasteringg ssy Finishing : clear glossy 4) (Foto: Rajudin, 2014)

Rajuddin

makna memiliki interpretasi berupa b ndak disampaikan atau pesan yang hendak melalui representamen..

tanda pada Secara Qualisign, ta bentuk sepatu karya di atas terdiri dari bent miliki tumit high heels. Sepatu ini mem yang

tinggi

dan

tidakk

menutupi

ngan bagian seluruh bagian kaki, deng terbuka dan punggung kaki lebih ter pada bagian terdapat tanduk kerbau pa usam terletak bawah. Warna kuning kusa umah gadang pada bagian gonjong ruma Gambar 1. 1 Rajudin, Manyeso Diri, 90 x 25 x 50 cm, Bahan : Tepung batu (dolom lomitte) dan Semen, Teknik : Plaster tering Finishing : muilex ilex, 2011 (Foto: Mukhsin, 12 Mei M 2011)

serta warna biru kehitamaan terletak njong rumah pada bagian dalam gonjong kat dan hijau gadang. Warna hitam pekat bagian paling kehitaman terletak pada bag 245


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

bawah, sedangkan warna merah pekat

keagungan dan kemulian. Warna biru

menyerupai

mencair

merupakan kategori warna dingin,

terdapat pada bagian atas dari warna

secara empiris warna biru kehitaman

hitam.

yang

lilin

Bentuk

yang

sepatu

yang

telah

dihadirkan

kesendirian

merepresentasikan

dan

kesepian.

Warna

mengalami transformasi dan distorsi

hitam pekat terletak pada bagian

bentuk pada

bawah

karya

di

atas

bila

dari

sepatu

high

heels

direlasikan dengan pengalaman secara

mengidentifikasikan suatu kegelapan

empiris

representamen

dan warna hijau yang merupakan

dari bentuk sepatu high heels yang

warna kehidupan, hal ini memaknai

umum dipakai oleh wanita.

Hal ini

sebuah perjalanan hidup yang tidak

didukung dengan bentuk sepatu high

mempunyai titik terang atau arah

heels yang tidak menutupi keseluruhan

tujuan. Warna merah yang menyerupai

kaki atau bagian punggung kaki

lelehan

terbuka dan memiliki tumit yang

ancaman,

tinggi.

peringatan.

merupakan

lilin

menandai

bahaya,

dan

sebuah sebuah

Bentuk sepatu high heels yang

Seiring berkembangnya zaman

telah dijelaskan secara Qualisign pada

banyak sekali wanita Minangkabau

bagian di atas mempunyai kualitas

mengabaikan aturan dan norma yang

berdasarkan

secara

berlaku, sehingga tidak memiliki arah

empiris tentang sepatu sebelah kiri

dan tujuan dalam hidupnya, hal ini

yang menginterpretasikan kebanyakan

dapat dilihat dari penyusunan unsur-

dari

sudah

unsur rupa yang diekspresikan Rajudin

melanggar aturan dan norma yang

dalam karyanya menandai tentang

berlaku

suasana kesendirian dan kegelapan

wanita

globalisasi.

pengalaman

Minangkabau

akibat Tanduk

pengaruh

dari

kerbau

pada

yang

dijalani

oleh

kaum

wanita

bagian bawahnya merupakan landasan

Minangkabau. Perasaan berupa makna

untuk berpijak. Begitu juga warna

dari suasana yang muncul ketika

yang digunakan yakni warna kuning

mengamati sistem tanda yang ada pada

kekusaman

karya patung Rajuddin di atas dapat

pada

bagian

gonjong

rumah gadang menjelaskan sebuah

dikatakan

sinsign

karena

sesuai

246


Mukhsin Patriansyah, Analisis Semiotika Charles Sanders Peirce Karya Patung Rajudin Berjudul Manyeso Diri

dengan peristiwa yang dialami secara

dipakai tentu sudah dapat ditafsirkan

empiris berdasarkan sistem tanda yang

bagaimana

ada di dalamnya.

digunakannya, misalnya menggunakan

pakaian

yang

Karya patung Rajudin di atas

pakaian yang tidak menutupi aurat.

dapat dikatakan legisign apabila hal itu

Pada karya patung Rajuddin di atas

dapat dikaitkan dengan konsep, aturan,

lebih menekankan pada aspek tindakan

struktur sosial dan konvensi. Semua

yang tercela yang dilakukan oleh

orang akan sepakat bahwa karya

kaum

patung Rajudin di atas berangkat dari

penekanan ini dapat dilihat dari sepatu

bentuk sepatu high heels yang umum

high heels yang diambil pada bagian

dipakai oleh kaum wanita ketika

sebelah kiri, hal ini merupakan suatu

mereka

acara

kesalahan yang dilakukan kebanyakan

tertentu misalnya pesta pernikahan,

wanita Minangkabau akibat pengaruh

pergi ke mal dan lain sebagainya.

globalisasi. Banyak sekali kejadian

Bagian sebelah kiri dalam aturan

bagaimana

konvensi yang berlaku di dalam

minangkabau

masyarakat Minangkabau merupakan

bergaul secara bebas dengan laki-laki,

sebuah tindakan yang tercela misalnya

sehingga

menyapa orang lain dengan tangan kiri

mempertahankan

kecantikan

atau mengambil sesuatu dengan tangan

keperawanannya.

Akhirnya

wanita

kiri.

tersebut

menyiksa

dirinya

sendiri

dalam

bahasa

menghadiri

Kebiasaan

diperbolehkan Minangkabau, olah

kita

sebuah

ini oleh

tentu

masyarakat

dikarenakan

tidak

tidak

seolah-

menghargai

dan

menghormati orang tesebut. Selanjutnya apabila dikaitkan antara Qualisign dari sepatu high heels

legisign

memunculkan

interpretasi

bahwasanya sepatu high heels yang

Minangkabau,

prilaku di

masa

tidak

Minang

wanita sekarang

mampu dan

disebut

“Manyeso Diri� sesuai dengan judul yang diberikan oleh si seniman pada karyanya. Pernyataan tersebut tidak sesuai dengan hukum dan normanorma yang berlaku di Minangkabau.

dengan konsep-konsep yang berlaku secara umum yang disebut dengan

wanita

Hukum dan norma-norma yang berlaku

di

Minangkabau

ditandai

dengan tanduk kerbau yang terletak pada

bagian

bawahnya

sebagai

247


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

landasan berpijak bagi kaum wanita

Warna

hitam

pekat

yang

Minangkabau. Wanita atau Bundo

terdapat pada bagian bawah dari

Kanduang dalam kesehariannya harus

sepatu high heels apabila dikaitkan

berhati-hati untuk menjaga sikap dan

dengan struktur yang bersifat konvensi

tingkah

yang ada di Minangkabau menandai

laku,

pergaulan

misalnya

dengan

dalam

laki-laki,

cara

suatu

musibah

atau

kemalangan.

berpakaian, makan, minum, berbicara

Konvensi

warna

dan sebagainya. Mengingat pentingnya

masyarakat

Minangkabau

kedudukan dan fungsi wanita di dalam

tanda adanya orang yang meninggal di

kehidupan

keluarga tersebut. Warna hijau dalam

Minangkabau

(Haryati

Nizar, 2004:102).

yang

hitam

bagi sebagai

aturan konvensi seni rupa merupakan

Selanjutnya dari kualitas warna

warna kehidupan. Pemaknaan antara

dimunculkan

warna

seperti

warna

kuning pada bagian gonjong rumah gadang

apabila

struktur

yang

dikaitkan bersifat

menandakan hal

tingginya

ini

warna

hijau

kehitaman yakni berupa perjalanan hidup yang tidak mempunyai titik

konvensi

terang atau arah tujuan dikarenakan

dan

menjelaskan

kedudukan

wanita

Minangkabau yang mempunyai peran sangat vital di lingkungan rumah Apabila

dan

dengan

keagungan

kemuliaan,

hitam

dan

Minangkabau

tingkah tidak

laku

wanita

berlandaskan

aturan-aturan dan norma-norma yang berlaku. Warna merah dalam atauran

dari

yang berlaku secara umum menandai

kualitas warna kuning yang muncul

sebuah ancaman, bahaya, dan sebuah

yakni

yang

peringatan, misalnya ketika melihat

dan

warna merah pada mobil ambulans

memudar.

atau pada mobil pemadam kebakaran

gadang.

kuning

kehitaman

menjelaskan kemuliaan Akibat

dicermati

sikap

keagungan yang

dari

telah

semua

wanita

semua itu menandai sebuah peringatan

Minangkabau merasa kesendirian dan

agar mobil disekitarnya berhati-hati

kesepian,

ditandai

dan menjaga jarak karena ada sesuatu

dengan warna biru kehitaman pada

kejadian yang amat penting. Warna

bagian dalamnya.

merah yang menyerupai lelehan lilin

pernyataan

itu,

ini

248


Mukhsin Patriansyah, Analisis Semiotika Charles Sanders Peirce Karya Patung Rajudin Berjudul Manyeso Diri

mempunyai makna tersendiri karena

MinangKabau. Dalam sebuah sistem

lilin

kebudayaan

dalam

aturan

mempunyai

sifat

konvensinya yang

mampu

gonjong

Minangkabau

dan tanduk kerbau merupakan sesuatu

menerangi orang lain tetapi tidak

yang sakral dan diagungkan,

mampu memberikan kehidupan pada

sebab itu posisinya tidak mungkin di

dirinya sendiri, hal ini yang harus

taruh pada bagian yang paling bawah

dihindarkan

wanita

seperti alas kaki atau sepatu. Berbicara

Minangkabau. Pemaknaan dari warna

sebuah karya seni, hal itu menjadi

merah tersebut dapat diartikan berupa

kewajaran karena di dalam karya seni

pesan agar wanita Minangkabau harus

memiliki suatu makna yang ingin

berhati-hati

disampaikan oleh seniman melalui

oleh

kuam

dalam

kesehariannya

karena banyak bahaya yang ada disekitar

mereka

karyanya.

dalam

Bertolak pada karya di atas

dalam

terlihat bagaimana seorang Rajuddin

menjaga sikap agar tetap disebut

ingin menyampaikan pesan berupa

sebagai wanita sejati yang mempunyai

pengarahan agar setiap wanita di

kedudukan tinggi, bermanfaat bagi

Minangkabau lebih berhati-hati dalam

dirinya sendiri dan orang lain.

bertingkah laku serta menjaga sikap

bertingkah

baik

oleh

laku

maupun

dan Interpretasi Tanda dalam Karya Seni Secara

keseluruhan

ketika

perbuatannya

agar

menjadi

panutan bagi anak dan kemenakan nantinya. Sesuai dengan judul yang diberikan oleh si seniman yakni

mengamati karya patung Rajudin dan

“Manyeso

korelasi antara qualisign, sinsign, dan

bentuk sepatu bagian kiri , hal ini

legisign di atas, maka makna yang

menggambarkan

muncul adalah sebuah kesalahan yang

lingkungan yang diakibatkan oleh

dilakukan oleh wanita Minangkabau

pengaruh

akibat

dampak bagi kaum perempuan di

pengaruh

globalisasi

yang

Diri�

dengan

sebuah

globalisasi

memilih

perubahan

memberikan

membuat sikap dan tingkahlakunya

Minangkabau

tidak sesuai dengan aturan, norma dan

dengan norma adat-istiadat yang ada,

adat-istiadat

yang

berlaku

yang

tidak

sesuai

di

249


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

sehingga harga diri dan martabatnya

menyiksakan dirinya sendiri karena

dianggap rendah bagi kaum laki-laki.

tidak dianggap sebagai wanita yang

Seorang wanita harus dapat menjaga nama baik agar tetap disebut

mempunyai kedudukan tertinggi dan mulia di kalangan kaum laki-laki.

wanita sejati. Wanita atau Bundo Kanduang harus berhati-hati dalam

PENUTUP

tingkah laku dan perbuatan, misalnya

Pembacaan tanda-tanda yang

dalam pergaulan dengan laki-laki, cara

dilakukan pada karya Rajudin di atas

berpakaian, makan, minum, berbicara

dapat diambil kesimpulan yakni sepatu

dan sebagainya. Mengingat pentingnya

high hells bagian sebelah kiri dapat

kedudukan dan fungsi wanita di dalam

dikatakan

kehidupan

representamen

Minangkabau

(Haryati

sebuah

tanda

yang

berupa

terdiri

dari

Nizar, 2004:102). Pernyataan tersebut

qualisign, sinsign, dan legisign yang

mengharuskan

ditawarkan oleh Peirce.

setiap

wanita

Minangkabau lebih berhati-hati dalam menjaga

sikap

dan

perbuatannya,

karena seoarang wanita nantinya akan menjadi seorang ibu yang mempunyai kewajiban untuk memelihara anak dan membimbingnya ke arah yang lebih baik.

Secara qualisign dari karya di atas terdiri dari sepatu high hells, tanduk kerbau, gonjong dan warna yang digunakan yakni warna hitam pekat,

kuning

kehitaman,

biru

kehitaman, merah pekat dan warna hijau kehitaman. Penjelasan tersebut

Banyak

wanita

di

Minang

kabau lupa akan identitasnya sendiri sebagai

Bundo

Kanduang

yang

menjadi panutan di dalam keluarga, kebanyakan

wanita

Minangkabau

sekarang ini lebih mengarah ke hal-hal yang negatif dan bertentangan dengan norma-norma dan adat-istiadat yang berlaku di Minangkabau. Pernyataan tersebut

dapat

merugikan

memiliki makna dan pesan yang hendak

disampaikan

representamen.

Penyusunan

melalui dari

unsur-unsur seni rupa pada karya diatas

apabila

pengalaman

dikaitkan

pribadi

dengan

memunculkan

suasana kesendirian, kesepian, dan kegelapan. Perasaan berupa makna dari suasana yang muncul ketika

atau

250


Mukhsin Patriansyah, Analisis Semiotika Charles Sanders Peirce Karya Patung Rajudin Berjudul Manyeso Diri

mengamati karya patung di atas dapat

kegelapan yang terletak pada bagian

dikatakan sinsign.

bawah dari karya di atas memaknai

Unsur-unsur seni rupa pada

perjalanan hidup yang tidak sesuai

karya di atas dapat dikatakan legisign

dengan aturan dan norma-norma yang

apabila unsur-unsur tersebut dalam

ada. Hal ini yang dialami wanita

pemaknaanya dapat dikaitkan dengan

Minangkabau pada saat sekarang ini,

aturan-aturan, hukum, struktur sosial

sehingga

dan konvensi. Unsur-unsur tersebut

kehidupannya tidak memiliki titik

terdiri dari bentuk sepatu high hells

terang atau arah tujuan.

pada bagian sebelah kiri yang umum

dalam

menjalani

Warna merah yang menyerupai

dipakai oleh kaum wanita, hal ini

lilin

memaknai wanita Minangkabau dalam

bahaya, dan sebuah peringatan agar

kesehariannya

berjalan

tidak hanya memberikan kesenangan

kearah yang benar dengan kata lain

pada kaum laki-laki tetapi dirinya

telah lari dari aturan dan norma-norma

tersiksa. Penandaan dari warna merah

yang ada di Minangkabau. Tanduk

tersebut dapat diartikan berupa pesan

kerbau yang terdapat pada bagian

agar

tumit merupakan landasan berpijak

berhati-hati

yang sesuai dengan aturan dan norma

karena banyak bahaya yang ada

yang ada di Minangkabau.

disekitar

tidak

Gonjong kuning

lagi

yang

kehitaman

menandai

wanita

sebuah

ancaman,

Minangkabau dalam

harus

kesehariannya

mereka

baik

dalam

berwarna

bertingkahlaku, berpakaian maupun

menandai

dalam

menjaga

sikap

agar

tetap

keagungan dan kemuliaan yang telah

disebut sebagai wanita sejati yang

memudar

mempunyai kedudukan tinggi.

akibatnya

wanita

Minangkabau tidak dihiraukan oleh kaum

laki-laki

dan

Masih

banyak

hal

yang

merasa

menarik yang perlu ditelaah pada

kesendirian, kesepian dan kedinginan

karya Rajudin di atas baik secara

yang ditandai dengan warna biru

bentuk,

kehitaman pada bagian dalam gonjong

ditampilkan,

rumah gadang. Warna hijau menandai

kepada

kehidupan dan hitam pekat menandai

mengkaji lebih mendalam lagi tentang

isi

dan

visual

penulis

kritikus

yang

menyarankan

lainnya

untuk

251


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

karya yang dibuat oleh Rajudin baik

KEPUSTAKAAN

dari

Danesi, Marcel. 2010. Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan Teori Komunikasi. Yogyakarta: Jalasutra. Eco, Umberto. 2000. Teori Semiotika, Signifikasi Komunikasi, Teori Kode, Serta Teori Produksi Tanda. terjemahan Inyiak Ridwan Muzir. Yogyakarta: Kreasi Wacana. Marianto, M. Dwi. 2011. Menempa Quanta Mengurai Seni. Yogyakarta: BP ISI Yogyakarta. Nizar, Haryati. 2004 Bundo Kanduang dalam Kajian Islam dan Budaya. Padang: Pusat Pengkajian Islam dan Minangkabau Sumatera Barat.

segi

Estetika,

antropologi

dan

lain

sehingga

melalui

pendekatan

tersebut

sosiologi, sebagainya, pendekatan-

kita

mampu

memberikan wacana baru dalam wajah seni rupa yang ada di pulau Sumatera khususnya di sumatera barat. Kajian tentang ide, gagasan dan konsep berkarya Rajudin adalah merupakan sebuah kajian yang menarik, untuk diteliti lebih lanjut.

252


TUBUH PEREMPUAN HARI INI MELALUI KOREOGRAFI “AKU DAN SEKUJUR MANEKIN� Nike Suryani Program Studi Sendratasik FKIP Universitas Islam Riau (UIR) nikesuryani_87@yahoo.com ABSTRAK Aku dan Sekujur Manekin merupakan sebuah wujud karya tari yang mengusung tubuh tari dan keperempuanan dalam wacana seni pertunjukan. Dengan memfokuskan pada rekonsruksi seni pertunjukan pada masa tertentu, maka ada batasan untuk menganalisis bagaimana tubuh perempuan dimaknai, diinterpretasikan, dan direpresentasikan dalam bentuk karya tari. Tubuh tari dalam tulisan ini tidak hanya dilihat sebagai bentuk seni yang diproduksi, dilakukan, dan diinterpretasikan oleh perempuan, melainkan juga bagaimana masyarakat mengartikan tubuh tari tersebut. Garapan karya tari Aku dan Sekujur Manekin menunjukkan sejauhmana terjadi kontradiksi tokoh perempuan dalam proses transformasinya.Tulisan ini akan digunakan pendekatan intertekstual. Pendekatan ini menegaskan adanya keterkaitan antara satu teks dengan teks lain. Sebuah karya hanya dapat dibaca dalam kaitan ataupun pertentangan dengan teks-teks lain yang merupakan semacam kisi-kisi. Melalui kisi-kisi itu teks dibaca dan diberi struktur dengan menimbulkan pembaca untuk memilih dan mengambilciri-ciri menonjol dari teks tersebut dan memberikan sebuah struktur pada teks baru. Kata Kunci: feminisme, Tubuh, Fashion ABSTRACT Aku dan Sekujur Manekin is dance performance presenting dance body feminism in a performance. Focusing on reconstruction of performing art in certain time, there is a limitation in analysing how female body is to be interpreted and represented in the work of dance. The dance body in this writing is not only seen in the form of art produced, carried out, and interpreted by women, but also how the community interpret the dance body. The work of Aku dan Sekujur Manekin shows how to what extent the contradiction of women occurs in their transformation. This writing uses intertextual approach. This approach confirms interrelation between one text and another. A work can only be read in its relation or contradiction with other texts in the form of gridlines. Through these gridlines, a text is

253


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

read and given a structure to let reader choose the dominant characteristics of the text and give a new structure in a new text. Key words: feminism, body, fashion

komunikasi, memulai pengertiannya

PENDAHULUAN

mengenai fashion dengan mengacu Manekin

(mannequin)

sebenarnya bukan benda yang asing dalam kehidupan kaum perempuan. Dalam kaitannya dengan dunia fesyen (fashion), manekin menjadi salah satu benda yang disadari atau tidak, paling sering ditemui, diperhatikan, bahkan dikagumi. Pasalnya, libido terhadap pakaian dan segala aksesoris yang ditujukan penampilan

untuk kaum

perempuan,

semua

itu

dipajang,

ditampilkan, atau dipamerkan. Dan benda yang paling

efektif untuk

memajang semua itu adalah manekin, yaitu: boneka manusia yang digunakan untuk memamerkan pakaian. Fashion yang dikenakan pada boneka manekin merupakan daya tarik bagi kaum perempuan,

sehingga

mereka

menginginkan untuk memiliki barangbarang yang dipakai oleh boneka manekin tersebut. Malcolm Barnard dalam

bukunya

Fashion

Oxford

English

Dictionary

(OED). Menurut Malcolm: “Etimologi kata ini terkait dengan bahasa latin, Factio, yang artinya membuat�. Karena itu, arti asli fashion adalah sesuatu kegiatan yang di lakukan seseorang, tidak

seperti

dewasa

ini

yang

memaknai fashion sebagai sesuatu yang dikenakan seseorang.

kepentingan

sebenarnya berhubungan erat dengan bagaimana

pada

Manekin bisa dilihat sebagai salah satu instrumen bagi wacana tubuh. Sebagaimana diketahui, dalam peradaban kontemporer, tubuh menjadi wacana yang populer, baik sebagai representasi

maupun

sebagai

komodifikasi dari budaya industri. Tubuh, bahkan juga telah menjadi mekanisme manusia

pendisiplinan modern

Synnot,2003-27). dengan

manekin,

Dalam tubuh

terhadap (Anthony kaitannya manusia,

terutama perempuan, diarahkan pada satu tipe tertentu, yang dinamakan tubuh ideal, tubuh seksi, dan lain-lain.

sebagai 254


Nike Suryani, Tubuh Perempuan Hari Ini melalui Koreografi “Aku dan Sekujur Manekin”

Pencitraan

tubuh

kehadirannya diilhami oleh manekin.

perempuan yang erotic dan seksual

Secara tidak langsung pasar pakaian

yang

jadi

mulai

terhadap

berkembang

dikala

juga

tengah

dikembangkan.

booming media massa di akhir tahun

Tentunya, akan lebih mudah dan

1990- an telah jauh berkembang

menguntungkan bagi industri pakaian

sejalan

lunaknya

jadi, bila mereka cukup memproduksi

maupun

satu tipe atau ukuran pakaian saja,

Suharto.

yang akan cocok bagi semua tubuh

Dalam seni pertunjukan perempuan

konsumen. Filsuf kontemporer melihat

kebanyakan

tarik

hal ini sebagai suatu pola di mana

tubuhnya,

tubuh diciptakan atau dikonstruksi oleh

dalam

hukum sosial, moralitas dan nilai-nilai.

penampilannya saat tampil di atas

Ia menamakan tubuh semacam ini

panggung.

sebagai

‘tubuh

sosial’(Michel

Foucoult,

2010-105)

atau,

dengan

batasan

semakin

ideologis

pengekangan

tersendiri,

media

ala

memiliki baik

parasnya,

daya

dari

keluwesan

Seni

berpangkal berpola

pertunjukan

yang

pada

tradisi

maupun

modern

tidak

pernah

kekurangan ide dan tema garapan yang bersumber

pada

dalam

kaitannya dengan logika pasar, dapat dinamakan sebagai ‘tubuh pasar’.

perempuan.

Manekin menjadi entitas yang

Perempuan yang berkarakter popular

memainkan peran penting dalam pasar

sering menjadi pilihan untuk sumber

fesyen. Diciptakan dengan mengambil

garapan penyajian sesering mereka

sampel para model yang bertubuh

yang tanpa tanda pengenal seperti ibu,

langsing, manekin kemudian secara

istri, pembantu rumah tangga, atau pun

laten

penjaja

2009).

tentang tubuh ideal pada banyak

Realita perilaku mereka yang ditemui

perempuan. Ketika digunakan sebagai

koreografer

ke

alat pajang pakaian di berbagai toko

dalam seni pertunjukan.Tidak jauh

pakaian, manekin tidak saja tengah

berbeda

mengiklankan

seks

(Kusmayati,

ditransformasikan

dengan

manekin,

tubuh

mengiklankan

pemahaman

fesyen

yang

perempuan diasumsikan dengan seksi,

dikenakannya, namun pada saat yang

ideal,

bersamaan, juga mengiklankan tubuh

dan

perwujudan

lain-lain dan

merupakan

rekayasa

yang 255


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

yang ideal untuk mengenakan fashion

satu

yang dipajang itu.

disukai

Para perempuan tanpa sadar

daya tarik perempuan yang oleh

laki-laki.

Dengan

demikian, jarang sekali perempuan

berusaha membuat tubuhnya sendiri

memilih

menjadi

tubuh

tubuhnya menurut caranya sendiri.

manekin. Akibatnya, perempuan selalu

Tetapi mereka (perempuan) secara

menjadi obyek dari pelabelan spesifik

tidak

yang

tubuhnya

penilaian tertentu yang diterapkan oleh

“keseksian�(menggiurkan,

lingkungan di luar dirinya dalam

seindah,

berkaitan

seperti

seideal

dengan

untuk

langsung

mendefinisikan

ikut

serta

dalam

menggemaskan dan menggairahkan),

menghargai

tubuh.

jelek, busuk, gemuk dan sebagainya.

seringkali

terdapat

Lebih jauh, tubuh perempuan menjadi

kesenjangan antara idealitas tubuh

objek eksploitasi dalam stereotipisasi

dengan persepsi umum. Realitas ini

yang mengusung daya tarik seksual

menghantui

dengan penekanan pada bagian-bagian

memojokkan cara berpikir mereka

tubuh

tentang status tubuhnya di ruang

sensual

perempuan,

seperti

payudara, paha, pinggul atau pun tubuh

Akibatnya, masalah

perempuan

dan

publik.

sensual yang utuh, dengan kriteria-

Femenis Prancis, Simone de

kriteria yang tergambar pada tubuh

Beauvoir menyatakan fenomena itu

manekin itu.

dengan kalimat: “one is not born, but

Berjalan simultan dengan itu,

rather becomes a women� dalam

media massa terutama televisi, setiap

bukunya yang terkenal, the Second Sex.

saat juga mengiklankan tubuh ideal

Dengan kalimat yang sering dikutip

tersebut, sekaligus beraneka produk

itu,

untuk mencapai tubuh ideal. Hal itu

bahwa bukan takdir biologis atau

ditambah pula dengan kecenderungan

psikologis

untuk memposisikan tubuh perempuan

perempuan tampil seperti sekarang ini,

sebagai obyek untuk pemuas hasrat

melainkan konstruksi budaya tempat

pandangan, terutama kaum laki-laki,

perempuan itu berada.seperti yang

sebagai mana yang dinyatakan Mulvey.

telah dinyatakan sebelumnya, salah

Menurutnya, tubuh merupakan salah

satu instrument dari budaya pasar

Beouvoir

ingin

yang

menjelaskan,

menentukan

256


Nike Suryani, Tubuh Perempuan Hari Ini melalui Koreografi “Aku dan Sekujur Manekin�

tersebut, adalah manekin, yang setiap

komposisi tari yang merupakan hasil

saat mengkonstruksi pikiran kaum

transformasi gerak dari berbagai genre

perempuan, tentang tubuh yang ideal.

pertunjukan era postmodern dengan

Karya tari Aku dan Sekujur Manekin

merupakan

sosok

dan

tematik yang telah dipilih tersebut dan menciptakan karya tari melalui proses

rekayasa yang kehadirannya dilhami

penggabungan

dunia fesyen dan manekin. Proses

sebelumnya yang berisikan secara

dalam penciptaan dirumuskan dengan

tematik ke dalam komposisi baru,

cara

dengan

mentransformasikan gagasan-

gagasan

tentang

hubungan

tubuh

atas

melakukan

karya-karya

interpretasi

ke

dalam bentuk tari kontemporer.

perempuan masa kini, dunia fesyen dan

Landasan

penciptaan

manekin ke dalam komposisi tari

pengamatan secara langsung maupun

dengan memberikan interpretasi yang

tidak langsung, kajian lisan maupun

sesuai

kekinian.Bagaimana

sumber sumber tertulis merupakan hal

mentransformasikan gagasan-gagasan

yang penting di dalam menunjang daya

dari berbagai genre pertunjukan era

kreativitas untuk menciptakan hal-hal

postmodern ke dalam komposisi tari

yang baru. Untuk itu, karya tari “Aku

dan

dan Sekujur Manekin� dikembangkan

dengan

mengimajinasikan

gagasan-

gagasan

manekin-manekin

dalam

dengan

sebuah

karya

bentuk

sumber yang dianggap relevan dengan

kontemporer.

dalam

Melalui

karya

ini,

memperhatikan

berbagai

tema yang telah dipilih.

pengkarya berharap dapat mewujudkan

Sementara dari segi wacana,

dan memberi sumbangan bagi dunia

feminimisme

tari

dapat

gerakan

yang

pencerahan di Eropa yang dipelopori

secara

umum,

menciptakan

komposisi

agar tari

sebagai

berkaitan

filsafat

dan

dengan

era

merupakan hasil transformasi gagasan-

oleh Lady Wortlay Montagu

gagasan

Marquis

tentang

hubungan

tubuh

de

Condercet.

dan Setelah

perempuan masa kini, dunia fashion

Revolusi Amerika 1776 dan Revolusi

dan

Prancis

manekin

interpretasi kekinian.

dengan

yang

memberikan

sesuai

Kemudian

pada

1792

berkembang

dengan

pemikiran bahwa posisi perempuan

menciptakan

kurang beruntung dari pada laki-laki 257


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

dalam realitas sosialnya. Ketika itu,

sama di bidang pendidikan, politik, dan

perempuan, baik dari kalangan atas,

sosial, terkait dengan itu karya tari

menengah

tidak

“Aku dan Sekujur Manekin” seakan

memiliki hak-hak seperti hak untuk

memaparkan kehidupan perempuan di

mendapatkan pendidikan, berpolitik,

era

hak atas milik dan pekerjaan. Oleh

kehidupan

karena itulah, kedudukan perempuan

khususnya.

ataupun

bawah,

postmodren

saat

sosial

ini

dalam

dan

fashion

tidaklah sama dengan laki-laki di hadapan

hukum.

Pada

1785

perkumpulan masyarakat ilmiah untuk

PEMBAHASAN Proses Perancangan

perempuan pertama kali didirikan di Middelburg, sebuah kota di selatan Belanda.

kali oleh aktivis sosialis utopis , Charle Fourier pada tahun 1837. Pergerakan yang berpusat di Eropa ini berpindah ke Amerika dan berkembang pesat sejak publikasi Jhon Stuart Mill , "Perempuan sebagai Subyek" ( The Subjection of Women) pada tahun (1869) Perjuangan mereka menandai kelahiran

feminisme

gelombang

pertama.(Rose Mery Tong, 1896-57) Beberapa tulisan ini sangat terkait karya

“Aku

yang

Manekin” tentang

dari proses mencipta yang memerlukan latihan dan pengetahuan. Hadi (2012:

Feminisme dicetuskan pertama

dengan

Karya seni merupakan hasil

feminimisme

Sekujur

mengusung

isu

Tulisan

ini

perempuan.

menegaskan

dan

bahwa menegaskan

gerakan bahwa

34) menyebutkan bahwa pertumbuhan kreatifitas diperoleh dari pengalaman yang

merangsang

semangat ingin

dan

memberi

memproses suatu

penghayatan, perasaan imajinasi dan mengekpresikannya karya.

Sedangkan

mempengaruhi

dalam faktor

kreativitas

sebuah yang adalah

faktor internal dan eksternal yang mampu menyentuh pribadi. Metode dan Proses Perancangan koreografi “Aku dan Sekujur Manekin” dilakukan melalui

tahapan-tahapan

sebagai

berikut: 1. Tahap eksplorasi dan observasi Tahap eksplorasi merupakan tahap awal mencari bahan-bahan yang

setiap perempuan memiliki hak yang 258


Nike Suryani, Tubuh Perempuan Hari Ini melalui Koreografi “Aku dan Sekujur Manekin�

memungkinkan

dijadikan

Dalam hal ini, eksplorasi adalah usaha

sebagai sumber gagasan tari “Aku dan

untuk membentuk pengertian umum

Sekujur

untuk

disebut

Manekin�

juga

dan awal terhadap suatu fenomena.

penjelajahan atau pencarian, adalah tindakan

mencari

atau

Ketika konsep karya diperoleh

melakukan

di lapangan, penggarap mencari data-

perjalanan dengan tujuan menemukan.

data untuk memperkuat konsep karya

Pengertian

dan

eksplorasi

di

abad

menceritakan konsep garapan

informasi dan spiritual saat ini, juga

pada penari, dan

meliputi

akan

Gagasan yang telah didapat dituangkan

yang tidak umum atau

melalui gerak, suara dan rupa. Untuk

tindakan

pengetahuan

pencarian

penata musik.

pencarian akan pengertian metafisika-

eksplorasi

spiritual; misalnya tentang kesadaran

teknik jalan seorang model dan bentuk

(consciousness),

atau

pose serta ekspresi wajah, selain itu

noosphere Istilah ini dapat digunakan

juga memperlihatkan video tentang

pula untuk menggambarkan masuknya

fashionshow sebagai referensi penari

budaya

untuk

suatu

cyberspace

masyarakat

untuk

awal,

lebih

penari

diajarkan

mempermudah

dalam

pertama kalinya ke dalam lingkungan

eksplorasi.

geografis atau budaya dari masyarakat

mengeksplorasi gerak-gerak sehingga

lainnya. Meskipun eksplorasi telah

menemukan motif gerak dan mencari

terjadi sejak awal keberadaan manusia,

gerak

kegiatan eksplorasi dianggap mencapai

gerak dilakukan dengan cara berfikir,

puncaknya pada saat terjadinya abad

berimajinasi,

penjelajahan, yaitu ketika para pelaut

kemungkinan

Eropa menjelajah ke seluruh penjuru

pengembangan

dunia

orisinal. Pada saat ini

untuk

menemukan

berbagai

Pada

tahap

penghubungnya.

ini

mulai

Penjajakan

dan

mencari

gerak dan

baru

gerak

yang

dikenakan

daerah dan budaya baru. (Rebecca

kostum

Colombu: 2009) Dalam konteks riset

membiasakan penari untuk tidak terjadi

ilmiah, eksplorasi adalah salah satu

kecanggungan dalam bergerak. Selain

dari tiga bentuk tujuan riset, sedangkan

itu,

tujuan lainnya ialah penggambaran

pendukung

karya

(deskripsi) dan penjelasan (eksplanasi).

melahirkan

ekspresi,

hal

ini

dilakukan

dilakukan

tahap

untuk

pencarian

yang gerak

mampu sesuai 259


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

dengan karakter yang diinginkan dan

dinginkan.

pencarian

dilakukan ekpresi gerak dan wajah

penata musik sekaligus

penata lighting, 2.

Pada

saat

bersamaan

yang akan diungkap melalui pelaku tari Proses kerja studio untuk menuangkan

Improvisasi

ide-ide yang telah dirancang pada Improvisasi sebuah artikulasi daya

gerak,

daya

rasa

,

guna

melahirkan dinamika bagi terciptanya sebuah

gagasan

beserta

kemungkinan-kemungkinan

segala

tahap pengamatan disiapkan sedini mungkin

dapat

memperagakan dan menyelami gerak yang dimaksud. 4. Pembentukan.

sensitivitas seseorang untuk mampu serta

penari

barunya.

Improvisasi adalah cerminan dari rasa

mendayagunakan

agar

me-

Pembentukan diperoleh

hasil

komposisi penggabungan

maintainance dengan baik ‘aksi dan

eksplorasi, observasi, improvisasi, dan

reaksi’

sendiri.

spontanitas yang datang dengan tiba-

Improvisasi akan berkembang dengan

tiba. Hasil tersebut akan lahir susunan

baik bila faktor kualitas kemampuan

gerak menjadi satu bentuk komposisi

penari sudah memadai . Dibutuhkan

tari.

sebuah kerangka yang kokoh dan

penyusunan

terkonsep

dengan

improvisasi

bisa

dalam

tubuhnya

Setelah

tahap

pembentukan,

terhadap

materi

yang

baik

agar

didapat dari tahap improvisasi maka

bergerak

lincah

dilakukan penggabungan yaitu antara

dapat

tari dan musik sehingga menjadi

menemukan dan mengisi ruang-ruang

bentuk koreografi yang utuh. Keutuhan

yang tersedia.

koreografi didapat melalui evaluasi

leluasa

yang

akhirnya

yang melibatkan pembimbing, pemusik 3. Kerja Studio Mencari dan menentukan gerak tari yang akan digarap dan divariasi.

dan penari. Pendokumentasian video dilakukan setelah keseluruhan tahap yang diharapkan tercapai.

Merangkai unsure-unsur gerak diramu menjadi motif gerak sesuai tema yang telah ditentukan, kemudian gerak yang

5. Wujud Karya 260


Nike Suryani, Tubuh Perempuan Hari Ini melalui Koreografi “Aku dan Sekujur Manekin�

Manekin, adalah sosok patung

dinamakan tubuh ideal, tubuh seksi,

menyerupai manusia, baik dari segi

dan lain-lain. Tetapi tidak semua

bentuk badan, kaki, tangan, kepala,

perempuan didunia diciptakan dengan

bahkan

wajahnya

bisa

diserupai

tubuh yang ideal. Hampir setiap hari,

Tanpa

disadari

tanpa sadar, tubuh perempuan itu telah

turut

serta

dibentuk sesuai dengan selera industry

tertentu

tentang

pakaian jadi, atau lazim disebut fesyen.

tubuh perempuan. Pelabelan semacam

Televisi dan berbagai media lainnya,

fesyenabel, seksi, glamor dan bahkan

menguatkan

trendi,

menanamkan

manusia.aslinya. sebenarnya

juga

membangun

citra

misalnya, yang dikenakan

kepada individu, dapat dilihat sebagai

kepala

hal

periklanan

yang

erat

kaitannya

dengan

kesan wacana

perempuan.

tersebut itu

kedalam

Dalam

dunia

terlalu

banyak

fetitisme( paham atau kepercayaan

mengeluarkan

bahwa terdapat daya pesona pada

kecantikan untuk kalangan perempuan

sesuatu

ideal, hal tersebut mengakibatkan bagi

benda

bermuara

pada

yang

cenderung

pemujaan.)

produk

produk

dalam

perempuan gemuk berkeinginan kuat

kehidupan kotemporer, fetitsme tidak

untuk menjadi perempuan yang ideal.

sama

Perempuan

berkaitan

dengan

spiritual,

namun juga dengan yang material. Mudah

dipahami

bahwa

tubuh

gemuk

merasa

‘tidak

percaya diri’ akan tubuhnya. Wacana

ini

menarik

untuk

manekin dipuja sebagai tubuh yang

dikembangkan

ideal, di mana pakaian dengan model

artistik, dalam hal ini karya tari..

apapun akan terlihat indah dan menarik

Sebab, fenomena yang memperlihatkan

jika terpajang.

kebenaran

dari

menjadi

wacana

ekspresi

tersebut

Manekin bisa dilihat sebagai

terdapat diberbagai tempat, fenomena

salah satu instrument bagi wacana

ini banyak terdapat disekitar kehidupan

tubuh. Sebagaimana diketahui, dalam

kita, hanya saja, barangkali tidak

kaitannya

tubuh

terlalu banyak orang yang menyadari

perempuan

bahwa manekin adalah isntrumen yang

diarahkan pada satu tipe tertentu yang

turut serta membangun citra tentang

manusia

dengan

manekin,

terutama

261


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

tubuh ideal seperti yang telah diketahui

urban yang bersifat modern, yang

selama ini.

menceritakan tentang usaha seorang

Garapan

karya

dan

tokoh memiliki tubuh seindah tubuh

Sekujur Manekin”, untuk kata “Aku”

manekin yang sering dilihatnya di

yang

kedirian.

berbagai toko pakaian jadi. Dalam

manekin’

usahanya,

sang

mewakili setiap bagian tubuh manekin.

menyadari

bahwa

Jadi, sesorang bertubuh gemuk yang

membuat

tubuhnya

berkeinginan kuat untuk menjadi tubuh

manekin-manekin

ideal seperti tubuh manekin. Karya aku

fesyenlah yang harus menyesuaikan

dan

satu

semua kebutuhan tubuhnya. Namun

kepada

demikian dalam karya tari “Aku dan

tradisi, hal ini dalam dunia kesenian

Sekujur Manekin” merupakan karya

merupakan

tari baru yang berangkat dari sebuah

“Aku

mengekspresikan

Adapun

frasa

sekujur

‘Sekujur

manekin

salah

garapan yang tidak berpijak

peristiwa

yang

wajar,

muncul dan hadirnya model-model

fenomena.

pertunjukan

yang

yang

menolak

tradisi

tokoh ia

akhirnya

tidak

perlu

menyerupai

itu,

melainkan

fashion menjadi gagasan

diungkap

melalui

ketubuhan

adalah ciri khas dari teori postmodern.

penari. Kondisi ini sangat mencuat

Pada awalnya setiap seni pertunjukan

ketika

bertolak dari ketradisiannya yang adi

menggunakannya,

luhung, begitu juga dengan genre seni

sehari-hari

pertunjukan

Minangkabau,

kebutuhan yang terefleksi dalam seni

tradisi

pertunjukan

dahulunya

di sebuah

yang

diartikan sebagai sebuah pemaknaan

banyak

orang sehingga

fashion

dan

sudah

selera

yang dalam menjadi

kehidupan

(Tajudin, 2005, 12)

yang sulit untuk dikeluarkan dari

“Aku dan Sekujur Manekin”

tubuhnya, kemudian dengan lahirnya

bertolak dari bentuk pertunjukan urban

seniman-seniman

berfikir

yang lahir dari era postmodern, gerak-

postmodern, maka lahir genre seni

gerak yang dilahirkan tidak berpijak

pertunjukan

dari ketradisian atau genre pertunjukan

yang

yang

berbeda

di

Minangkabau seperti karya “Aku dan

Minangkabau.

Setting,

lighting,

Penciptaan

properti, karakter yang dilahirkan oleh

koreografi ini bertolak dari genre seni

penari dengan teknik gerak pengolah

Sekujur

Manekin”.

262


Nike Suryani, Tubuh Perempuan Hari Ini melalui Koreografi “Aku dan Sekujur Manekin�

tubuh dan pengembangan teknik-teknik

cermerlang tidak akan terwujud dengan

modern yang telah dipelajari selama ini

baik apabila betuknya tidak jelas serta

menjadikan karya ini dapat dibaca

kemampuan teknik penarinya tidak

dalam konteks kekinian.

mendukung.(Lois Elfeldt, 1971-24)

Untuk awal karya ini diadakan sebuah

adegan

lipsing

Karya ini banyak menggunakan

(peniruan

setting untuk mendukung suasana di

terhadap lagu) diiringi oleh tiga orang

mall seperti tiga ruang ganti, beberapa

penari perempuan sebagai penari latar

boneka manekin, trolly, gantungan

dari penyanyi tersebut. Pentas yang

baju dan kaca, sedangkan properti yang

digunakan

dan

digunakan seperti korset dan stagen.

arena, karya ini memakai 12 orang

Properti ini diolah oleh tiga orang

penari, tiga orang dari 12 penari ini

penari

berperan sebagai tokoh

menggambarkan

pentas

proscenium

yang tidak

tidak

ideal usahanya

yang untuk

ideal, penari yang bertubuh ideal juga

menjadikan tubuhnya menjadi tubuh

bisa berfungsi sebagai manekin yang

yang ideal, adegan ini ada pada bagian

berpose.

ke 2 dalam karya Aku dan Sekujur

Dalam pemilihan penari harus

Manekin. Selain itu tubuh penari juga

memiliki kesiapan mental dan fisik

bisa berfungsi berbagai macam bentuk

agar dapat membantu terwujudnya

yang diinginkan, yang menyerupai

garapan karya tari ini, serta dapat

pose manekin.

bertanggungjawab sesuai dengan apa

Dalam karya ini juga terdapat

yang menjadi tanggung jawabnya.

multimedia

Seperti

tentang cara untuk menjadikan tubuh

(Jhon

Martin,

1947:12)

yaitu

pemutaran

iklan

mengatakan, bahwa kualitas seorang

ideal,

penari

memiliki

tentang fashion peragaan busana. Alat

dalam

musik yang digunakan salah satunya

garapan tari. Kualitas

seperti gitar, cymbal, dan pada karya

bentuk dan teknik penari adalah sarana

ini juga menggunakan musik lipsing

untuk mewujudkan sasaran makna

terhadap lagu Barat yang berjudul Bad

komunikatif yaitu memproyeksi isi tari

Romance,

dan

kemudian juga menghadirkan musik

diharapkan

kemampuan melahirkan

;

yang

sebuah

tarian

baik

dengan

isi

dan

juga

pemutaran

penyanyi

Lady

video

Gaga,

263


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

bernuansa Blues. Untuk memicu atau

gerak,

dan(4)

merangsang

penari.

meningkatkan emosi penari, karya ini

Dalam

karya

“aku

sekujur

menggunakan gendang.

manekin”

Tidak

kalah

pentingnya

musik

dan

yang

digunakan

adalah kulinter, gendang,tambur, biola,

berbagai macam bentuk busana yang

gitar

membentuk tubuh, dan warna kostum

Sementara lighting yang digunakan

menyerupai warna kulit, sengaja dipilih

sebagai penerang umum atau general

untuk memberi kesan sensual bagaikan

illumination

barang pajangan di etalase atau boneka

illumination). Sumber-sumber cahaya

manekin.

yang

yang digunakan memiliki kemampuan

terkesan mewah serta rias cantik yang

menciptakan sesuatu sesuai dengan

dikenakan

tuntutan garapan. Tata cahaya yang

Penggunaan

baju

penari

berbagai

persepsi

mengundang yang

muncul

electrik,

kaleng,

dan

khusus

cymbal.

(specific

digunakan berfungsi untuk membantu

kepaermukaan. Terlepas dari persoalan

melihat

setuju atau tidak setuju tidak menjadi

sempurna dan jelas yang berhubungan

masalah.

dengan perhatian penonton. Untuk

Seperti

Sumandiyo berbicara

Hadi

diungkap bahwa

keindahan

oleh ketika

kearah

menambah

pentas

kedalaman

dengan

suasana

dengan

digunakan filter atau plastik warna

religi/agama secara rasional tidak ada

dalam pencahayaanya.dan pengguanan

hubungan, tetapi secara emosional tari

lighting secara fokus dipergunakan

dan agama memiliki hubungan sangat

untuk memperjelas peradegan-adegan.

erat (Hadi, 2012: ) karya tari “Aku dan Sekujur

Manekin”

tidak

hanya

Pemilihan tempat pertunjukan secara

tepat

dapat

membantu

ditunjang rias dan busana namun

keberhasilan

ditunjang juga musik, lighting dan

disampaikan. Untuk keperluan karya

tempat pertunjukan. Menurut Lameri,

“Aku dan Sekujur Manekin”, tempat

musik adalah partner tari. Graha dalam

pertunjukan yang digunakan adalah

Daryusti mengatakan bahwa musik

panggung

dalam tari (1) member irama, (2)

stage). Panggung prosenium dipilih

membantu

mengukur

waktu(3)

karena

membantu

mempertegas

ekspresi

garapan

prosenium

dalam

karya

yang

(proscenium

ini

terdapat

beberapa tekhnis artistik yang perlu 264


Nike Suryani, Tubuh Perempuan Hari Ini melalui Koreografi “Aku dan Sekujur Manekin�

ditempatkan sebagai rahasia panggung,

dalam mencari penari yang bertubuh

atau dengan kata lain tidak diketahui

tidak ideal tersebut.

penonton. Selain itu, efek-efek artistik yang dihasilkan pada garapan ini, lebih maksimal jika ditonton dari satu arah saja. Panggung dimaksud Auditorium Boestanoel

Arifin

Adam

STSI

Padangpanjang. Gedung ini dipilih karena memenuhi kriteria panggung proscenium. Selain itu, di gedung ini terdapat arena yang berdekatan dengan panggung, yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan artistik, selain adanya fasilitas-fasilitas yang memadai untuk mendukungnya garapan karya tari ini

Gambar 1. Beberapa kostum penari yang digunakan (Foto: Yuditia Leo Andhika ,2010).

6. Hambatan dan Solusi Hambatan yang ditemui dalam proses penggarapan karya tari ini tidak terlalu rumit, karena hanya terdapat pada pencarian penari, garapan ini membutuhkan beberapa penari yang bertubuh tidak ideal untuk dijadikan tokoh,

tetapi

tidak

semua

penari

bertubuh tidak ideal mampu untuk dijadikan sebagai tokoh karna teknik-

Gambar 2. Foto Rias dan Busana yang digunakan (Foto: Yuditia Leo Andhika, 2010).

teknik gerak belum tercapai, akhirnya solusi yang dicari yaitu pengolahan terhadap

kostum

yang

didesain

sedemikian rupa agar terlihat gemuk sehingga tidak perlu lagi kebingungan

265


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

baju. Hal tersebut digunakan untuk mendukung suasana di sebuah mall. Manekin juga merupakan media gerak yang diekplorasi oleh penari. 8. Deskripsi Sajian Karya Adegan I Opening

dengan

lipsing,

penyanyi Lady Gaga, diiringi oleh tiga orang penari perempuan, bergerak, berjalan dan berpose layaknya penari latar,. Adegan pertama diawali seorang Gambar 3. salah satu foto set dan property serta alat music yang digunakan (Foto: Yuditia Leo Andhika, 2010)

penari perempuan berdandan dengan satu pasang boneka manekin, seolah olah penari yang berdiri di tengah pentas bagaikan barang pajangan yang tengah di pasang di etalase toko, sembari diiring music Blues. Tidak lama berselang waktu, lima orang penari bertubuh ideal berjalan seperti

Gambar 4. penataan Pentas (Foto: Yuditia Leo Andhika, 2010)

model manekin.

berpose Sosok

menggambarkan 7. Media Karya multimedia

layaknya manekin perempuan

seperti ini yang

memiliki tubuh ideal dan pada sisi lain, ini seperti

menggunakan TV,

yang

digunakan untuk menampilkan videovideo tentang dunia fashion. Mediummedium lainnya seperti perlengkapan di mall yaitu ruang ganti, box baju, trolly dan gantungan baju serta baju-

muncul enam orang penari yang tidak memiliki tubuh ideal . Mereka samasama berjalan seperti para model. Para penari yang tidak memiliki tubuh ideal layaknya highills

manekin

menggunakan

sebagai ikon yang hanya

memiliki keinginan besar, tetapi tidak

266


Nike Suryani, Tubuh Perempuan Hari Ini melalui Koreografi “Aku dan Sekujur Manekin�

menyadari

kepekaan

terhadap

tidak ideal. Disaat itulah manekin-

ini

manekin bergerak menertawakannya.

menggunakan dua pentas, pentas arena

Suasana tenang, dengan durasi 10

yang dibentuk seperti catwalk dan

menit,

pentas prosenium seperti mall. Penari

mewakili dunia fashion.

ketubuhannya.

Adegan

kostum yang di gunakan

yang silih berganti menggambarkan perubahan suasana seperti saat berada di kawasan pusat perbelanjaan (mall). Perubahan dilakukan melalui pentas yang disulap seperti mall. Masingmasing properti

diletakkan diatas

panggung seperti tempat baju, dan trolly. Tiga belas orang penari berjalan seolah melihat dan mencari baju yang

Gambar 5. Pertunjukan Aku dan Sekujur Manekin (Foto: Yuditia Leo Andhika, 2010)

Adegan II

cocok dengan selera mereka, sementara 3 orang penari menjadi tokoh.

usaha para penari yang tidak ideal

Kemunculan lima orang penari perempuan

yang

Adengan ini menggambarkan

bertubuh

gemuk

untuk

menjadi

seperti

yang

memutarkan

pada

manekin-

dengan

mengeksplorasi properti yang ada,

tengah memperhatikan banyak pakaian terpasang

ideal

korset,

stagen, iklan-iklan

dan

TV untuk

manekin. Mereka mengagumi pakaian-

menjadikan tubuh ideal. Iklan-iklan

pakaian itu, dan ingin memilikinya.

keluar dari TV, menyodorkan satu-

Keinginan tersebut langsung dicoba di

demi satu produk. Tokoh berusaha

depan

seperti

sekeras mungkin untuk bisa menjadi

manekin-manekin tersebut. Namun ia

tubuh yang ideal. Merasa ia telah

merasa

memiliki tubuh

kaca

dengan

tidak

pose

dan

terus

setting

dan

berjalan dan berpose seperti manekin-

propertipun digunakan, seperti trolly,

manekin, berusaha menggunakan baju

dan

itu

yang tidak sesuai dengan tubuhnya,

dan

kemudian melakukan gerak rampak,

mencoba.

ruang

dilakukan

cocok,

Pengolahan

ganti. secara

Eksplorasi bergantian

seperti manekin, ia

bersamaan oleh penari yang tubuhnya 267


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

dan pada bagian ini salah satu penari tidak ideal bergerak sendiri berjalan menuju kaca besar diujung pentas

Gambar 6. Pertunjukan Aku dan Sekujur Manekin (Foto: Yuditia Leo Andhika, 2010)

Adegan III

arena yang menggambarkan keinginan dan usaha dan

Tiga orang penari menuju ke

akhirnya si tokoh

merasa lelah, dua penari yang lainnya

sudut-sudut

berpose.

menekin, bergerak secara bergantian,

Adegan ini dilakukan di

pentas

yang

terdapat

juga

mengalir, stakato, distorsi dan bagian

difungsikan sebagai proses atau usaha

ini ligthing berfungsi secara focus,

untuk menjadikan tubuh yang tidak

dilakukan bergantian, Susana musik

ideal

pada

pentas

arena,

menjadi

pentas

tubuh

ini

yang

ideal,

adegan

ini

sedih

dengan

akhirnya

menggunakan vocal, efek bunyi dari

setelah melakukan ekplorasi gerak

gitar bass, kemudian biola. Pada bagian

secara

penaripun

ini menandakan usaha dan gejolak

bergerak secara bersamaan dengan

batin sesorang terhadap tubuhnya,

mengeksplorasi

pada bagian akhir diiringi permainan

usahapun

tidak

tunggal,

berhasil

ke

3

tubuhnya

bergerak

sampai ujung pentas arena dengan

gendang

menggunakan satu highils melakukan

klimak. Kemudian si penari kembali

gerak rampak dengan keseimbangan

menyeret

tubuh dan bergerak didepan cermin

memajangnya

besar dan si tokoh pun bercermin

sebentar,

melihat tubuhnya dan memberontak

sekali tidak menyerupai pose manekin,

gerak jatuh bangun, contract dilakukan

masing-masing penari masih bergerak

saat itu menandakan tokoh merasa

dengan membawa boneka manekin dan

kecewa

kembali bergerak tetapi semua usaha

dengan

dirinya.

Suasana

gelisah dengan durasi 15 menit.

dan

merupakan

cymbal

manekin

ke

pentas,

memperhatikannya,

membuat pose yang sama

yang dilakukan sia-sia. Satu persatu tubuh dari boneka manekin dilepas dan dihancurkan menandakan kepasrahan dan akhirnya manekin tersebut dibawa perlahaan dari ujung pentas arena menggunakan troly dengan mendorong 268


Nike Suryani, Tubuh Perempuan Hari Ini melalui Koreografi “Aku dan Sekujur Manekin”

secara pelan, Kemudian para penari

tari dengan kreatifitas dan imajinasi

yang

yang telah diinterpretasikan.

bertubuh

ideal

tadi

mentertawakan para penari yang tidak

KEPUSTAKAAN

ideal. Suasana katarsis dengan durasi

Bernard, Malcom. 2007. Fashion Sebagai Komunikasi, Yogyakarta: Jala Sutra Daryusti. 2006. Hegemoni Penghulu Dalam Perspektif Budaya. Yogyakarta: Pustaka David, Cohen. 2009. Bahasa Tubuh Dalam Pergaulan. London: Primary Subject Languarge Art. Hadi, Sumandiyo. 2012. seni Pertunjukan dan Masyarkat Penonton. Yogyakarta: Katalog Dalam Terbitan. _________. 2012. Koreografi Bentuk, Teknik dan Isi. Yogyakarta: Katalog Dalam Terbitan. Hermien, Kusmayati. 2009. Perempuan dalam Seni Pertunjukan Pengawal yang Handal dalam Pesona Perempuan Dalam Sastra & Seni Pertunjukan. Bandung: Sunan Ambu Press Soedarsono. 1986. Elemen Dasar Komposisi Tari terj Soedarsono. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Anthhony, Symot. 2013. Tubuh Sosial Yogyakarta: Jala Sutra Tajudin. 1991. Publish Company Qaris Fashion dan Seni Pertunjukan. Jurnal Le’Bur Quartley, Teather. 2005. Yogyakarta: Yayasan Teater Garansi

10 menit. PENUTUP Karya tari “Aku dan Sekujur Manekin” merupakan karya tari baru yang berangkat dari sebuah fenomena kehidupan terutama pada masyarakat urban.

Penciptaan

koreografi

ini

bertolak dari genre seni urban yang bersifat modern. “Aku dan Sekujur Manekin”

merupakan

keinginan

seseorang yang menginginkan tubuh ideal

seperti

tubuh

manekin,

penuangan ide ke dalam karya tari melalui kerja yang panjang, melalui beberapa tahapan yaitu: eksplorasi, improvisasi, dan konstruksi sehingga terciptalah sebuah garapan tari, karya tari “Aku dan Sekujur Manekin” mencoba menghadirkan sebuah karya

269


KREATIVITAS SENIMAN SALAREH AIA (AGAM) DALAM PENGEMBANGAN MUSIK RONGGEANG RANTAK SAIYO Nora Anggraini Nursyirwan Prodi Seni Musik, Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Padangpanjang Wawa.violin@yahoo.co.id drnursyirwanmsn_sipisang@yahoo.com ABSTRAK Kajian ini membahas tentang kreativitas seniman Salareh Aia (Agam) dalam mengembangkan musik Ronggeang Rantak Saiyo pada acara pesta perkawinan baralek gadang. Kajian ini dibahas dari sudut keilmuan musikologi dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dan kuantitatif serta pendekatan multidisiplin, dengan perspektif disiplin ilmu musikologi, etnomusikologi, sosiologi,antropologi dan cabang ilmu lain yang dapat memperkuat tulisan. Ronggeang pada dasarnya bukanlah kesenian yang lahir dari tradisi masyarakat Salareh Aia, namun kesenian ini dapat diterima secara baik dan dikembangkan secara kreatif oleh para senimannya serta telah menjadi bagian dari tradisi masyarakat Salareh Aia sampai sekarang. Musik Ronggeang Rantak Saiyo sangat dihargai oleh masyarakat Salareh Aia, terbukti musik tersebut diperbolehkan bermain pada acara pesta perkawinan baralek gadang. Dalam kenyataannya musik Ronggeang Rantak Saiyo Nagari Salareh Aia berbeda dengan Ronggeng lainnya yang ada di Sumatera Barat, maupun Ronggeng yang ada di Jawa dari berbagai macam aspek. Kreativitas seniman masyarakat Salareh Aia berdampak baik bagi perkembangan musik Ronggeang Rantak Saiyo hingga sekarang. Kata kunci: Musik Ronggeang, Perkawinan Baralek Gadang, Kreativitas.

ABSTRACT This study discusses the creativity of artists Salareh Aia (Agam) in developing Rantak Saiyo Ronggeang music at the wedding Baralek ceremony.This study is discussed from the point of scientific musicology using qualitative and quantitative research methods as well as a multidisciplinary approach, with the perspective of disciplines musicology, ethnomusicology, sociology, anthropology and other disciplines that can strengthen writing. Ronggeang basically is not the art that was born from the tradition of the Aia Salareh society, but this art can be received well and creatively developed by the artists and have become part of the local tradition Salareh Aia until now. Music Ronggeang Rantak Saiyo is greatly appreciated by the community Salareh Aia, the music proved to be allowed to play at the wedding Baralek ceremony. In fact the music Ronggeang Rantak Saiyo Nagari Aia Salareh is different from other Ronggeng in West Sumatra, or

270


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

Ronggeng from Java in several aspects. Creativity of the artists from the community of Salareh Aia is good for the development of music Ronggeang Rantak Saiyo until now. Keywords: Ronggeang Music, Marriage Baralek Gadang, Creativity

Pasaman dan daerah Pasaman Barat.

PENDAHULUAN Ronggeang kesenian

yang

Ronggeng

dan

merupakan

Kedekatan daerah antara Pasaman

bernama

Barat tepatnya daerah Kinali yang

mulanya telah

tersebar

di

berbatasan langsung dengan Nagari

sebagian besar daerah Jawa, sebagian

Salareh

wilayah Indonesia dan Mancanegara.

berkembangnya kesenian Ronggeang

Ronggeng masuk dan berkembang

ke Nagari Salareh Aia. Dengan sajian

hampir ke seluruh wilayah dari pulau

yang lebih kreatif dan lebih mudah

Jawa, yaitu daerah Betawi, pantai

dicerna, menjadikan Ronggeang yang

Utara Jawa, Jawa barat, Blora Jawa

ada di Nagari Salareh Aia berbeda

Tengah dan Jawa Timur. Bukan hanya

dibandingkan Ronggeang yang ada di

di daerah Jawa, perkembangan seni

daerah Pasaman dan Pasaman Barat.

Aia,

membawa

dampak

Ronggeng juga sampai ke daerah

Kesenian Ronggeng di daerah

Sumatera, Sulawesi, Kalimantan dan

Tapanuli, daerah Pasaman maupun

negara Malaysia. Kemudian di Pulau

Pasaman

Sumatera,

kesenian

hidup

Ronggeng

dan

Barat

menilai

Ronggeng

adalah

bentuk suatu

berkembang di propinsi Sumatera

pertunjukkan yang menggabungkan

Utara

dan

unsur musik dan tari. Tari merupakan

Sumatera

unsur utama dalam kesenian Ronggeng

ke

yang didukung oleh iringan musik

Nusantara

bertempo joget. Hal ini menjadi

seperti

Simalungun, Barat.

daerah Aceh

Persebaran

berbagai

daerah

Karo

dan

Ronggeng di

menjadikan kesenian Ronggeng tetap

berbeda

hidup sampai sekarang dengan ciri

dipertunjukkan di Nagari Salareh Aia,

khas masing-masing daerah.

mereka tidak mengenal tari dalam

Di Sumatera Barat, Ronggeng awalnya

berkembang

di

daerah

ketika

pertunjukan

Ronggeang

musik

yang

Ronggeang

melainkan hanya berjoget menikmati

271


Nora Anggraini & Nursyirwan, Kreativitas Seniman Salareh Aia (Agam) dalam Pengembangan Musik Ronggeang Rantak Saiyo

iringan

musik

menunggu Perbedaan

Ronggeang giliran

sambil

bernyanyi.

persepsi

ini

dalam pesta perkawinan yang kecil atau sederhana.

menjadi

Mempedomani uraian di atas,

menarik untuk dikaji lebih jauh bagi

Ronggeang pada dasarnya bukanlah

penulis

untuk

sajian

dari

mengetahui

bentuk

kesenian asli dari Nagari Salareh Aia,

pertunjukkan

musik

namun

pada

kenyataannya

dapat

Ronggeang di Nagari Salareh Aia, dan

diterima baik oleh masyarakatnya,

satu-satunya

Ronggeang

bahkan telah menjadi bagian dari

kepunyaan

musik tradisional di Nagari Salareh

yang

masih

masyarakat

kelompok aktif Salareh

di

aia

sampai

Aia. Selanjutnya masyarakat Salareh

sekarang adalh kelompok Ronggeang

Aia memasukkan kesenian Ronggeang

Rantak Saiyo.

pada aturan perhelatan baralek gadang Saiyo

yang berlandaskan pada adat istiadat

biasanya ditampilkan dalam acara

setempat. Hal ini menjadi menarik

Nagari dan pesta perkawinan. Pada

kenapa masyarakat bisa menerima

acara perkawinan, Ronggeang hanya

kesenian Ronggeang dan memasukkan

boleh diadakan pada pesta perkawinan

kesenian Ronggeang ini ke dalam

yang besar atau digolongkan mewah

prosesi perkawinan baralek gadang.

Ronggeang

Rantak

dalam pandangan masyarakat Salareh

Keberadaan Ronggeang hingga

Aia. Pesta yang besar itu disebut

saat ini telah mendapatkan tempat

dengan istilah baralek gadang. Dalam

tersendiri di hati masyarakat Salareh

menghadirkan

harus

Aia. Dengan kecintaan masyarakat

melalui izin dari pemuka masyarakat,

terhadap Ronggeang yang sifatnya

hal ini dimaksud adalah melalui rapat

merakyat

Niniak Mamak atas dasar kesepakatan

masih tidak lepas dari kreativitas dari

adat di Nagari Salareh Aia. Ketentuan

musisi Ronggeang agar pertunjukan

tersebut mempertegas bahwa kesenian

yang ditampilkan tidak monoton atau

Ronggeang hanya boleh dihadirkan

membosankan.

jika melaksanakan acara perkawinan

yang muncul karena mengingat bahwa

yang besar, dan tidak boleh dihadirkan

pertunjukan Ronggeang pada acara

Ronggeang

menjadikan

Ronggeang

Bagaimanakah

ide

baralek gadang dimulai pada malam

272


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, 16 No. 2, November 2014

hari sekitar pukul 22.00 .00 WIB sampai pukul 04.00 WIB subuh s dengan perhitungan durasi Âą 6 jam. ja Berdasarkan lata atar belakang di atas, permasalahan kajian ka terfokus kepada:

bagaimankah ah

keberadaan

musik Ronggeang Rantak Saiyo dalam acara perkawinan di Nagari N Salareh bentuk

Cziksenmihalyi meenguraikan,

kreativitas masyarakat kat Salareh Aia

bahwa lingkungan dalam m masyarakat

dalam pertunjukkan mus usik Ronggeang

memiliki dua aspek penting ing, pertama

dan bentuk musik Ronggeang Rong Rantak

yaitu ranah budaya yang ang disebut

Saiyo dilihat dari kajia jian musikologi?

domain, dan kedua adalahh m masyarakat

Kajian ini dilakukan dengan d tujuan:

yang

(1) Mengetahui keber beradaan musik

kelompok yang merupaka pakan aspek

Ronggeang Rantak Saiy iyo dalam acara

sosial dari lingkungan. Dom Domain adalah

perkawinan di Nagari Salareh S Aia, (2)

komponen penting dari kreativitas

mengetahui

karena

Aia?

:

masyarakat

bagaimana nakah

bentuk uk Salareh

kreativitas Aia

dalam

terdiri

dari

tidak

memperkenalkan

pertunjukkan musik Ronggeang Rongge dan

referensi

bentuk

Csikszentmihalyi,

musik

Ronggeang Rongg

Rantak

Saiyo dilihat dari kajian n musikologi. m

yang

indiv ndividu

dan

mungkin kin

untuk

variasi asi

tanpa

ada

(Mihaly 1999: 1999:314).

Seseorang dapat menjadi m musisi atau

Untuk membed bedah kreativitas

seniman karena domainn yang ada

seniman kelompok mus usik Ronggeang

dapat mengevaluasi dengan an mengacu

RantaK Saiyo meruju juk pada teori

kepada

kreativitas yang oleh h Cziksenmihalyi C

mengungkap

di dalam buku Handbook Handboo of creatifity

kedudukan

editor Robert J. Ste ternberg. Teori

dibolehkan pada acara pe perkawinan

kreativitas

baralek gadang di Nagari S Salareh Aia

karena proses.

yang lahir hir bukan hanya

kefakuman,

t tetapi

karena

tradisi

yang

ada da.

Dalam

keberadaan daan

serta

Ronggeang

sehingga

menggunakan teori hegemoni oni Antonio Gramsci.

273


Nora Anggraini & Nursyirwan, Kreativitas Seniman Salareh Aia (Agam) dalam Pengembangan Musik Ronggeang Rantak Saiyo

Membedah unsur musikal dari

serta memerlukan persiapan yang lebih

repertoar musik Ronggeang, merujuk

rumit dibandingkan pesta kecil. Jenis

dari teori analisis musik oleh Nicholas

pesta ini ditentukan oleh aturan adat

Cook dalam bukunya A Guide To

yang telah ditetapkan oleh pemuka-

Musical Analysis. Menunjang dari

pemuka adat di Nagari Salareh Aia.

teori analisis musik Nicholas Cook,

Suatu

keluarga

ingin

Leon Stain juga membahas tentang

mengadakan

struktur dan gaya musik di dalam

sebelumnya

bukunya yang berjudul Structure And

pertemuan

Style, The Study and Analysis Of

disebut dengan istilah duduaksamo

Selanjutnya

awak. Duduak samo awak diadakan di

penelitian

rumah si alek yang mengadakan pesta,

kombinasi metode penelitian kualitatif

baik itu di rumah calon mempelai laki-

dan kuantitatif dengan pendekatan

laki maupun rumah calon mempelai

multidisiplin keilmuan yang terkait

perempuan.

dengan kebutuhan kajian masalah.

dihadiri oleh seluruh keluarga dari

Musical

Form.

menggunakan

metode

baralek, diadakanlah terlebih

Duduak

dahulu

samo

maka sebuah yang

awak

pihak alek dalam satu kaum atau suku, PEMBAHASAN

anak kemenakan, Mamak Rumah, dan

Keberadaan Musik Ronggeang Rantak Saiyo Dalam Acara Perkawinan

Urang Sumando. Baralek ketek dan baralek gadang juga memiliki penamaan lain

Berdasarkan tingkatannya, di Nagari

Salareh

Aia

baralek

dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu baralek ketek dan baralek gadang. Hal yang paling dasar dalam membedakan antara baralek gadang dengan baralek ketek adalah tentang kesiapan ekonomi dari keluarga yang akan mengadakan pesta. Dinamakan pesta besar tentulah harus menyediakan dana yang besar,

oleh masyarakat

Salareh Aia, yaitu

baralek ketek denganistilah baralek malam, dan baralek gadang dengan istilah baralek siang. Siang dan malam ditentukan oleh kedatangan

Ninik

Mamak ke rumah sialek, karena Ninik Mamak adalah tamu yang sangat penting dalam acara baralek. Sukses atau tidaknya sebuah hajatan dalam acara baralek di Nagari Salareh Aia,

274


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

ditentukan oleh kedatangan

Ninik

tentang

hegemoni,

Chris

Barker

Mamak ini, dan kesuksesan tersebut

mengatakan

ditandai dengan istilah pacah alek.

memberikan

Jika si alek mengadakan baralek

sebuah aturan tingkah laku praktis dan

malam, maka pacah alek terjadi pada

moral,

malam hari, begitu sebaliknya jika si

pengalaman yang dihidupkan, tetapi

alek mengadakan baralek siang, maka

juga seperangkat ide-ide sistematis

pacah alek terjadi pada siang hari

yang mempunyai sifat fungsi untuk

pula. Waktu kedatangan Ninik Mamak

mengikat

ke rumah sialek sudah merupakan

dalam suatu penentukan blok-blok

kebiasaan yang tidak bisa dirobah

hegemoni (Mudji Sutrisno, 2006: 171).

begitu saja. Jika jenis alek sudah

bahwa

ideologi

kepada

bukan

masyarakat

hanya

berbagai

Penerapan

berupa

elemen-elemen

hegemoni

dari

ditentukan, maka masyarakat sudah

kepemimpinan

jelas mengetahui apa saja bentuk

Mamak dapat dilihat dari cara Ninik

persiapan yang akan dihadapi dan apa

Mamak yang telah mengikat peraturan

saja

kepada masyarakat Nagari Salareh Aia

peraturan

yang

harus

dilaksanakan.

Pangulu atau Ninik

dalam menentukan peraturan pada

Peran serta Pangulu atau dalam

menentukan

acara perkawinan. Pertemuan duduak pangulu

harus

ditetapkan terlebih

aturan adat Nagari, mencerminkan

dahulu

jenis

alek

adanya hegemoni yang berlaku seperti

dilaksanakan, apakah akan melakukan

teori yang dikemukakan oleh Antonio

perkawinan

Gramsci.

tingkatan

perkawinan baralek gadang. Setelah

hegemoni yang dikemukakan oleh

menetapkan jenis alek yang akan

Gramsci tentang

hegemoni integral

dilaksanakan dan telah dilaporkan

yang menunjukkan tingkat kesatuan

kepada Ninik Mamak, maka pihak alek

moral dan intelektual yang kokoh

tidak akan bisa merobah di tengah

dalam

jalan.

Ninik

Mamak

Berdasarkan

hubungan

diperintah

dan

organis

yang

yang

memerintah

baralek

Menetapkan

yang

ketek

acara

akan

atau

baralek

(Nezar Patria dan Andi Arif, 1999: 128).

gadang untuk perayaan perkawinan,

Mengacu pada pemikiran Gramsci

tentu saja pihak alek sudah siap

275


Nora Anggraini & Nursyirwan, Kreativitas Seniman Salareh Aia (Agam) dalam Pengembangan Musik Ronggeang Rantak Saiyo

dengan

aturan-aturan

dalam

melaksanakan alek gadang, begitu juga

dengan

ditampilkan,

hiburan pada

Pertunjukan

akan

acara

baralek

alek

boleh

pihak

gadang

yang

Kreativitas dan Bentuk Ronggeang Rantak Saiyo

Musik

Ronggeang

disajikan pada malam hari sebelum baralek

diadakan

gadang

dengan

menghadirkan bentuk kesenian seperti

tujuan untuk menghibur ibu-ibu yang

Kelompok

Ronggeang

sedang memasak, serta menghibur

yang sering diundang yaitu kelompok

bapak-bapak yang sedang bermain

Ronggeang Rantak Saiyo yang juga

kartu (koa) dalam tujuan menjaga

kepunyaan masyarakat Salareh Aia.

keamanan

Hadirnya

acara

mempersiapkan pesta bsok harinya.

perkawinan hanya boleh dimainkan

Malam dengan menikmati hiburan

pada acara baralek gadang saja, dan

musik Ronggeang disebut juga dengan

tidak boleh pada acara baralek ketek.

istilah malam bajago-jago. Sajian

Keputusan ini telah ditetapkan oleh

musik

Ninik Mamak di dalam Nagari Salareh

dipersembahkan

Aia dan tidak boleh dilanggar.

sekitar yang datang sengaja untuk

Ronggeang.

pada

Ronggeang

Penghargaan bagi masyarakat Salareh

Aia

dalam

menghargai

kebudayaan di Nagari, terhadap musik

pada

malam

juga

Ronggeang

menonton

untuk

masyarakat

pertunjukkan

musik

Ronggeang. Pertunjukkan

musik

dapat

Ronggeang menampilkan empat orang

menyesuaikan bentuk pertunjukkanya

penyanyi atau lebih yang bernyanyi

dengan

setempat

secara bergantian dengan diiringi oleh

berlaku.

instrumen biola, dua gendang dan

Musik Ronggeang Rantak Saiyo hadir

tamburin. Dengan mengikuti irama

tanpa membawa sesuatu yang akan

musik yang bertempo joget, tentunya

merusak

murni

mengundang hasrat untuk berjoget.

hanya sebagai hiburan yang turut

Saat bernyanyi maupun ketika kawan

menyemarakkan

mendapat

Ronggeang

Rantak

Saiyo

kebudayaan

berdasarkan

norma

etika

yang

masyarakat,

perayaan

pesta

giliran, tidak

para

penyanyi

henti-hentinya

perkawinan yang besar atau baralek

Ronggeang

gadang.

berjoget sampai lagu habis. Disamping

276


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, 16 No. 2, November 2014

memiliki bakat bernyany anyi dengan baik serta pandai merangkai kai pantun, tidak ada persyaratan khusus us yang menjadi patokan untuk bergab gabung sebagai penyanyi untuk

penyanyi

dibolehkan menjaga yang

Hanya

Ronggeang. ang. yang ng

bernyanyi nyi penampilan. n.

dimaksud

saja

perempuan, asal

bisa

Penampilan

adala dalah

bernyanyi

Gambar 1. Pertunjukkan musik Ronggeangg ddalam acara perkawinan baralek gada dang (Foto: Nora Anggraini, 25 Janu nuari 2012)

dengan sopan, dan berpakaian ber yang sopan.

dala lam

perkawinan memiliki dur durasi Ada atau tidakny knya perempuan

dalam pertunjukan Ronggeang, Ron tidak mempengaruhi penampilannya. maupun

atass Di

kesuksesan m mata

masyarakat, at,

perempuan

dalam

seniman kehadiran

Ronggeang

merupakan pelaku seni ni yang berperan sebagai penyanyi

penyanyi laki-laki

berperan

s sama

seperti

l lainnya

hanya

yang

bernyanyi

mengeluarkan pantun-pa -pantun sebagai teksnya. Tidak ada yang diharapkan lebih dari pada seked kedar bernyanyi, karena pada hakekatny nya pertunjukan musik

Ronggeang ang

hanya

mengutamakan pada unsur u musikal dan

Baronggeang

makna

dikeluarkan.

pantunun-pantun

yang

acara yang

sangat lama, yaitu dimulaii pa pada pukul 10.30 WIB dan berakhir bi bisa sampai ngan rentang pukul 03.00 WIB. Denga but tentunya waktu yang lama tersebut kelompok

harus

ng Ronggeang

menyiapkan

lagu la

repertoar

yang

durasi yang cukup banyak, dengan dur begitu

lama

pertunjukan

akan

kurang

membuat

mena enarik

dan

membosankan. Namun para ra pengurus kelompok

Ranah

kehilangan

akal,

Saiy Saiyo

tidak

merek reka

harus

melakukan sesuatu agar per pertunjukkan Ronggeang tetap bisa dinikm nikmati oleh penonton dengan porsi yang ng pas. Porsi yang pas dimaksud adalah Rongge Ronggeang tampil pada waktu tau sesi si yang tepat dalam pertunjukkannya. Dal Dalam hal ini, kelompok

Rongge Ronggeang

277


Nora Anggraini & Nursyirw irwan, Kreativitas Seniman Salareh Aia (Agam) dalam Peng engembangan Musik Ronggeang Rantak Saiyo Sa

mengkolaborasikan dengan

Ronggeang Dua

Randai.

jenis

pertunjukkan

komposisinya

pertunjukkan

Hubungan antara dua kes kesenian ini

kesenian

ini

dikatakan

masing sing-masing.

kepada

simbiosis

disatukan dalam pertunj unjukkan dengan

mutualisme

tidak mengurangi bentuk ntuk dari masing-

menguntungkan kepada dua belah

masing jenis keseniann nnya. Dari segi

pihak. Ronggeang bisa jjadi lebih

komposisi

pertunjukkan

berkualitas dalam porsiny inya ketika

Ronggeang tidak ada yang y berubah,

bergabung dengan Ronggeang Ronggeang, begitu

tetapi yang berbeda adalah waktu

juga Randai

kapan Ronggeang ini a ni akan tampil di

semarak jika ada Ronggeang ang di dalam

dalam sesi-sesi Randai .

rangkaian ceritanya.

dan

yang

saling

akan mena enarik dan

Kreativitas masyarak akat Salareh Aia, dalam hal ini tentuny unya seniman Ronggeang Rantak Saiyoo membuat variasi baru dari bentuk saj sajian musik Pengg nggabungan

Ronggeang.

pertunjukkan Ronggeang da dan Randai menjadi tradisi baru per pertunjukkan Gambar 2. Pertunjukkan Musik Rongge geang dalam cerita Randai “Lareh Sim imawang� (Foto: Nora Anggraini, ini, 1 Juni 2013)

yang

sekarang

masyarakat

disuka sukai

Salareh

Aia Aia.

oleh Sesuai

dengan uraian teori kreativ tivitas yang seperti Penampilan Ronggeang Rongg

dicetuskan

oleh

Cziks ksenmihalyi,

menjaga ini berdampak baik dalam da

bahwa variasi yang telah di dipilih telah

efektifitas waktu yan ang digunakan,

masuk ke dalam ranah dom domain baru

sehingga penonton dapat dapa menikmati

dengan

sajian pertunjukkan Ronggeang Ron dalam

kemudian menjadi tradisii yyang terus

porsi yang tepat dan ti n tidak monoton.

menerus

Gabungan

antara

Ronggeang Rongge

dan

pengertian

bahwa b

Ronggeang dan Randai

antara

tetap pada

kreativit vitas.

berkembang

tanpa

Dan

henti

(Mihaly Csikszentmihalyi , 1999: 315). Kolaborasi antara Rong Ronggeang

kat satu sama lain, Randai tidak mengikat dengan

penuh

dan

Randai

pakan merupaka

suatu

kreativitas seniman Ronggeang dalam

278


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

usaha mempertahankan keberadaan

digabungkan

dan kualitas pertunjukkan agar tetap

bagaimana teknisnya bisa diatur di

segar di mata penonton. Kreativitas

dalam pertunjukkan. Bagi kelompok

mejadi solusi dalam memecahkan

Ranah Saiyo telah memilih cerita

suatu masalah dalam menjaga setiap

Randai

penampilan

Simawang�.

Ronggeang.

The

dengan

dengan

Ronggeang,

judul

Pada

�Lareh rangkaian

Relationship between creatifity and

pertunjukkan, Ronggeang tampil pada

problem solving is a very close one in

awal

the minds of many investigators. Some

repertoar, kemudian tampil lagi pada

investigators have taken the position

sesi pergantian cerita bahkan bisa

that creativity is a special form of

masuk dalam alur cerita Ronggeang.

problem

(Raymond

solving

pertunjukkan

Dampak

S.

dengan

dari

dua

kreativitas

Nickerson, 1999: 394). Dapat dijelaskan

seniman Ronggeang Rantak Saiyo

bahwa; hubungan antara kreativitas

dalam menggabungkan pertunjukkan

dan pemecahan masalah sangat dekat

musik Ronggeang ke dalam rangkaian

dalam

banyak

cerita Randai yang telah disusun

adalah

secara

pemikiran

penyelidik

dalam

para hal

ini

apik,

menjadi

daya

tarik

peneliti, dan beberapa peneliti telah

tersendiri bagi masyarakat penikmat

memposisikan

sebagai

pertunjukkan baik di Nagari Salareh

bentuk spesil dari pemecahan masalah.

Aia maupun masyarakat luar. Hal ini

Pemahaman tentang kreativitas diatas

ditunjukkan

dikemukakan oleh R.S Nickerson ini

kelompok Ronggeang Rantak Saiyo

mejelaskan,

dalam

merupakan

kreativitas

bahwa sebuah

kreativitas solusi

mempertahankan

untuk serta

mengembangkan sebuah kesenian. Kesenian Randai sendiri telah mempunyai

banyak

cerita

dengan

mengisi

diundangnya

acara bersifat

ke

daerahan dan mengikuti perlombaan yang

diadakan

oleh

dinas

pemerintahan Kabupaten Agam di Lubuk Basung.

yang

Sejauh ini, kreativitas yang

disadur dari hikayat-hikayat, tambo

dilakukan oleh kelompok Ronggeang

maupun kaba Minangkabau. Apapun

Rantak Saiyo dalam menggabungkan

judul cerita Randai

ke

tersebut bisa

dua

jenis

seni

pertunjukkan

279


Nora Anggraini & Nursyirwan, Kreativitas Seniman Salareh Aia (Agam) dalam Pengembangan Musik Ronggeang Rantak Saiyo

Ronggeang dan Randai masih dalam

di atas, seniman Ronggeang juga tidak

kadar sepatutnya. Antara ke dua seni

menutup

ini saling mendukung dan saling

repertoar lain yang cocok untuk

melengkapi

dinyanyikan dalam musik Ronggeang.

kekurangan

masing-

diri

untuk

menambah

masing. Selagi itu tidak menyalahi aturan dan tidak melanggar norma, etika

berkesenian

masyarakat

dan

akan

bersikap, selalu

frase

Lagu

Ronggeang

yang

simetris,

dinyanyikan

berupa

memiliki teks

yang

pantun

yang

memiliki sajak teratur (ab,ab). Pola

menghargainya.

pantun mempermudah penulis dalam Bentuk Musik Ronggeang Rantak Saiyo Repertoar

yang

sering

dinyanyikan oleh penyanyi Ronggeang Rantak Saiyo adalah lagu-lagu seperti; Sirek-Sirek, Cogok bangkinang, Kok Kaberang, Baburu babi, Tri Arga, serta lagu gamad popular seperti Simpang Ampek. Pemilihan repertoar atau lagu Ronggeang berpengaruh

menganalisis lagu Ronggeang dari ilmu musik konvensional. Struktur melodi lagu Ronggeang juga sangat sederhana, terlihat dari harmoni serta progresi akord I, IV dan V yang berhenti pada kadens sempurna (the perfect authentic cadens). Gambaran frase dalam lagu Ronggeang dapat dilihat dari teks lagu yang berbentuk pantun sebagai berikut:

kepada suasana pertunjukkan, dengan demikian kelompok Rantak Saiyo memilih lagu-lagu yang lebih mudah dicerna oleh penonton. Semua lagu Ronggeang memiliki karakter yang

Teks lagu

Sajak

Frase

Sampiran

a

a

antecedent

Sampiran

b

b

konsekwen

Isi

a

a’

antecedent

Isi

b

b’

konsekwen

sama dengan memakai tempo joget atau cepat dan tidak ada perubahan tempo pada lagu. Sehingga pola gandang yang dimainkan pada setiap lagu

Ronggeang

adalah

sama.

Disamping repertoar-repertoar tersebut

Tabel 1. Pola analisis motif dan frase lagu Ronggeang

Instrumen pendukung musik Ronggeang Rantak Saiyo terdiri dari Biola, gandang guncang, gandang 280


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, 16 No. 2, November 2014

paningkah dan cer (tam tamburin). Biola

dan bermain mengiringi melodi vokal da

merupakan

pada

satu-satuny unya

instrumen

melodis yang berfungsi si sebagai s melodi

nyambungan peny

bagian-bagian

antara antecedent dan konsek nsekwen.

intro, pembuka atau pintu pi lagu serta

Tabel 2. Notasi 1 vokal dan biola lagu Ronggeang Sirek-Sirek Jalur melodi me

Notasi

1

menunjukkan

Semakin

ntun pantun

banyak

yang

pergerakan melodi biola biol yang selalu

dinyanyikan maka lagu aakan terus

berjalan mengiringi mel elodi vokal dan

ka penyanyi berlanjut, sebaliknya jika

memaikan melodi yang ng sama dengan

ngan pantun sudah merasa cukup deng

melodi vokal penyany nyi Ronggeang.

yang dinyanyikan maka lagu pun

Perbedaannya melodi biola bio lebih bebas

berhenti.

bermain dengan menge ngeluarkan filler-

ainan biola Melihat dari permai ang, Ronggeang

pada

filler serta akord penun nunjang harmoni

oleh

lagu.

Ronggeang yang dasarnya semua lagu Rongge Teks lagu Ronggeang Rongge tidak

pemusik

ar A-Mayor, dimainkan pada nada dasar

lagu

saan pemain tetapi pengaruh dari kebiasa

penyanyi bebas mengel eluarkan pantun

biola yang musik terutama pemain bi

sesuai

menjadi

baku,

setiap

dengan

memba bawakan

temaa

lagu

yang

intrumen

lodis melodi

satu-

dimainkan, sehingganya nya berdampak

ggeang selalu satunya pada musik Rongge

kepada

mengandalkan

durasi

lagu u

dinyanyiakan.

filling

saja saj

dalam

281


Nora Anggraini & Nursyirwan, Kreativitas Seniman Salareh Aia (Agam) dalam Pengembangan Musik Ronggeang Rantak Saiyo

menstem biola, sehingganya tuning

PENUTUP Kreativitas

setiap bermain biola tidak tetap.

seniman

Tuning biola terkadang hampir standar

Ronggeang dalam sajian Ronggeang

(A-440 Hz), terkadang kerendahan dan

dengan

bahkan

pertunjukkan

ketinggian.

disebabkan

Kebiasaan

karena

pemain

ini biola

dengan porsi yang pas dan tidak membosankan.

tidak

porposional

alat

pengukur

tampil

Ronggeang

Ronggeang kelompok Rantak Saiyo memiliki

menjadikan

randai

Sajian

yang

berdasarkan

kadar

frekwensi senar seperti cromatik tuner,

pertunjukkan terlihat dalam seniman

sehingganya frekwensi senar selalu

menempatkan musik Ronggeang pada

berubah-rubah

pada

setiap

repertoar, pada saat jeda dan masuk

dimainkan. N o

1.

2.

3.

Waktu Pengu kuran 25 Januari 2012

awal Randai dengan mempilkan dua

Tempat

Jorong Padang Koto Gadang, Salareh Aia 11 Jorong Novem Padang ber Koto 2012 Gadang, Salareh Aia 1 Juni Jorong 2013 Padang Koto Gadang, Salareh Aia

Frekwe nsi senar A

pada alur cerita Randai. Penempatan

469 Hz

efektifitas sajian musik Ronggeang,

kapan saja Ronggeang ditampilkan serta durasi berdampak baik untuk

yang

menjadikan

Ronggeang

dan

pertunjukkan saling

Randai

mendukung. 442 Hz

Kreativitas

menuju

suatu

perobahan yang positif, kreativitas juga

menjadi

suatu

solusi

yang

cemerlang dalam memecahkan suatu 438 Hz

masalah

yang

kemonotonan musik.

suatu

Berdampak

Ronggeang merupakan

Tabel 3. Hasil pengukuran frekwensi senar A (senar 2) biola Ronggeang

menyangkut

Rantak

pada

pertunjukkan kepada

musik

Saiyo

yang

satu-satunya

kelompok

Ronggeang yang masih berkembang dengan

baik

sampai

sekarang.

Berkembangnya kelompok Ronggeang

282


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

Rantak Saiyo juga telah melalui selektifitas dari masyarakat tempat kesenian itu berada dan diterima oleh masyarakat Nagari Salareh Aia.

KEPUSTAKAAN Brandon, James R. (terjemahan R.M. Soedarsono). Seni Pertunjukan di Asia Tenggara, Yogyakarta: BP. ISI Yogyakarta. Caturwati, Endang. 2006. Perempuan dan Ronggeang. Pusat Kajian LintasBudaya dan Pembangunan Berkelanjutan. Bandung: Sunan Ambu Press Bandung. _______. 2011.Sinden-Penari di Atas dan di Luar Panggung. Kehidupan Sosial Budaya Para Sinden-Penari Kliningan Jaipongan di Wilayah Subang Jwa Barat. Bandung: Sunan Ambu Press Bandung. Cook, Nicholas. 1989. A Guide To Musical Analisis. New York: Oxford University Press. David J, Goldsworthy. 1979. Melayu Musik Of North Sumatera: Continuitas and Changes. Disertasi Doktoral. Cannberra: Monash University. Hibban. 2011. Musik Ronggeng: Media Interaksi sosial Masyarakat Simpang Tonang Kecamatan Duo Koto Kabupaten Pasaman. Program Pascasarjana ISI Padangpanjang. Huberman, A. Michael, dan mattew B. Miles. 2009. Manajemen data dan Metoda Analisis dalam Norman K. Denzin dan Yvona

S. Lincoln (ed), Handbook of Qualitative Research edisi Bahasa Indonesia. Terjemahan. Dariyanto, Badrus Samsul Fata, Abi, John Rinaldi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ihromi, T.O. 1990. Pokok-pokok Antropologi Budaya. Jakarta: Gramedia. Irawan, Prasetyo. 1999. Metode Penelitian (Jakarta: Logika Prosedur Penelitian STIALAN). Kennedy, Michael. 1980. The concise Oxford University Dictionary of Music London. New York, Toronto: Oxford University Press, cetakan ketiga. Kurth, Ernst. 1991. Selected Writingsstudies in music theory And analysis. New York: Cambridge University Press. Maryaeni. 2005. Metode Penelitian Kebuayaan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Moleong, Lexy J. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Patria, Nezar. 1999. Antonio Gramsci Negara dan Hegemoni. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. Perret, Daniel. Kolonialisme dan Etnisitas Batak dan Melayu di Sumatera Timur Laut. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. Simanjuntak, Hendrik. 2010. Simfoni Beethoven N0.9 Op.125 Movement IV: Kajian Bentuk Musik. Medan: Pasca Sarjana Pengkajian Musik USU.

283


Nora Anggraini & Nursyirwan, Kreativitas Seniman Salareh Aia (Agam) dalam Pengembangan Musik Ronggeang Rantak Saiyo

Sterndberg, Robert J. 1999. Handbookof Creativity. Cambridge: Cambridge University Press. Suganda, Dadang. Manajemen Seni Pertunjukan. Bandung,: STSI Press Bandung.

Sumarjo, Jacob. 2010. Estetika Paradoks. Bandung: STSI Bandung. Takari, Muhammad. 1998. Ronggeng Melayu umateraUtara sejarah, fungsi dan strukturnya. Yogyakarta: Program Pascasarjana UGM.

284


PENAMPILAN JALAN KEPANG DI SAWAHLUNTO: SEBUAH DISKURSUS SENI POSKOLONIAL Dede Pramayoza Prodi Seni Teater, Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang, dedepramayoza.neo@gmail.com ABSTRAK Jalan Kepang merupakan nama salah satu seni penampilan rakyat di Sawahlunto, Sumatera Barat, yang memiliki kemiripan nama dengan salah satu kesenian di pulau Jawa. Keunikan jalan kepang mendorong sebuah kebutuhan untuk memahami maknanya secara lebih jauh. Melalui pembacaan yang meminjam metode semiotika atas foto-foto penampilan Jalan Kepang, terbukti bahwa kesenian ini memiliki ciri-ciri yang mirip sekaligus berbeda dengan jaran kepang di Pulau Jawa. Fakta itu menghadirkan kebutuhan untuk membaca konteks masyarakat pendukung kesenian ini, yakni masyarakat ‘orang rante’. Hubungan antara teks penampilan dengan konteks sejarah dan budaya ‘orang rante’ menunjukkan bahwa kesenian ini merupakan bentuk mimikri, yang berfungsi sebagai ritual komunitas. Secara keseluruhan, jalan kepang adalah bentuk peristiwa budaya poskolonial, yang memantulkan narasi sejarah dan pengalaman masa kolonial dari masalalu komunitas ‘orang rante’. Kata Kunci: Jalan Kepang; Sawahlunto; Penampilan; Diskursus; Poskolonial

ABSTRACT Jalan Kepang is a name of a performing art in Sawahlunto, West Sumatera, which has similar name to an art in Java. The uniqueness of Jalan Kepang incites the need to understand its meaning more deeply. Using semiotic methods to explore photos of Jalan Kepang performances, it is proven that this art has similar yet different characteristics from Jaran Kepang in Java. This fact presents us with the need to read the context of community supporting this art, that is, the community of ‘orang rante’. Relatiionship between text of performance and context of history and culture of ‘orang rante’ shows that this art is a form of mimicry, functioning as a community ritual. On the whole, Jalan Kepang is a form of post-colonial cultural event reflecting historical naration and colonial experience of ‘orang rante’ communiity’s past. Keywords: Jalan Kepang, Sawahlunto, performance, discourse, postcolonial

285


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

dikenali oleh masyarakat lokal sebagai

PENDAHULUAN Di Kota Sawahlunto, Sumatera

‘orang rante’. Fakta ini, membuat menjadi

jalan

dinamakan Lapangan Segitiga, yaitu

fenomena, yang menarik untuk dikaji.

sebuah tempat berbentuk taman di

Tulisan

pusat kota, tepatnya di halaman sebuah

membaca kesenian Jalan kepang di

bangunan bergaya kolonial Belanda,

Sawahlunto itu, berdasarkan tanda-

yang kini berfungsi sebagai kantor PT.

tanda

Tambang

Batubara

penampilannya.

(PTTBA),

Unit

Bukit

Asam

kepang

sebuah

Barat, terdapat sebuah tempat yang

ini

dimaksudkan

dalam

untuk

beberapa

foto

Pertambangan

Ombilin. Pada setiap akhir bulan, di

Foto-foto Penampilan dan Strategi Membacanya

tempat ini ada sebuah grup yang Data yang digunakan sebagai

memainkan sebuah seni penampilan yang disebut penduduk lokal sebagai jalan kepang. Sekitar 2 Km ke arah Barat Laut dari Lapangan Segitiga, terdapat pula sebuah pasar tradisional bernama Pasar Sapan, yang juga acapkali dijadikan tempat penampilan

Penamaan

jalan

kepang

dengan mudah diasosiasikan dengan sebuah seni penampilan di Jawa, yang jaran

kepang.

Namun

kenyataannya, jalan kepang adalah sebuah

seni

penampilan

yang

ditampilkan di salah satu kota di pulau Sumatera. Masyarakat pendukungnya, adalah

sebuah

menyebut

adalah

beberapa

foto

penampilan

Jalan kepang di Sawahlunto. Proses pembacaan berlandaskan

itu,

dilakukan

pada

dengan

konsep

yang

diajukan Marco De Marinis. Menurut Marinis(1993: 47), dalam pemahaman

jalan kepang.

bernama

bahan pembacaan dalam tulisan ini

komunitas,

dirinya

sendiri,

yang serta

tentang tekstualitas, gambar/foto atau sekelompok

gambar/foto,

dapat

diperlakukan sebagai sebuah teks. Dari sudut pandang semiotika, istilah /teks/ [sic.] menunjuk tidak hanya pada seri yang koheren dan lengkap dari sebuah pernyataan linguistik, baik lisan maupun tulisan, tetapi juga setiap unit wacana, baik secara verbal, non verbal, atau campuran, yang dihasilkan dari koeksistensi beberapa kode (dan

286


Dede Pramayoza, Penampilan Jalan Kepang di Sawahlunto: Sebuah Diskursus Seni Poskolonial

faktor-faktor lain juga, seperti yang bisa kita lihat) dan memenuhi prasyarat konstitutif berupa kelengkapan dan koheren. Menurut pemahaman tekstualitas ini, gambar, atau kelompok gambar, adalah, atau bisa menjadi, sebuah teks. Foto-foto tersebut terdiri dari dua bagian, yaitu: (1) empat buah foto penampilan

Jalan

yang

kepang

berlangsung di di halaman gedung PTTBA

Sawahlunto,

pada

hari

Minggu, 16 Maret 2008; dan (2) dua buah foto penampilan Jalan kepang di Pelataran

Parkir

Pasar

Sapan,

Sawahlunto, yang berlangsung pada hari Kamis, 6 Maret 2008. Dalam uraian,

tiap-tiap

disajikan disajikan

utuh,

foto

tidak

melainkan

sesuai

akan akan

tanda-tanda teater menjadi tanda-tanda visual dan auditif, yang dirinci dalam 13

unit

sistem

tanda.

Namun

mengingat tulisan ini menggunakan data foto sebagai bahan bahasan, maka tanda-tanda auditif dengan sendirinya tidak bisa dibahas. Demikian pula, tidak semua tanda visual penampilan yang diajukan Kowzan dapat diamati. Dalam

tulisan

ini,

yang

akan

disinggung hanya unit tanda yang berkaitan dengan: properti; kostum; dan perangkat musik. Sementara itu, terdapat

pula

ditambahkan, dalam

unit yang

klasifikasi

tanda

yang

tidak

terdapat

tanda

teateral

Kowzan, yaitu tanda penonton dan ruang.

kebutuhan

pembahasan. Hal tersebut dilakukan dengan cara memotong bagian foto yang dianggap relevan dengan ikhwal yang sedang dibicarakan. Pembacaan dengan

akan

dimulai

pengklasifikasian

unit-unit

tanda pada foto penampilan tersebut dengan merujuk pada pembagian unitunit tanda penampilan (teater) yang dirumuskan Tadeusz Kowzan. Secara umum, Kowzan (via Elaine Aston & George Savona, 199: 105) membagi 287


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

menemukan makna dari tanda-tanda penampilan Jalan kepang itu sendiri, dengan merujuk Erika Fischer-Lichte (1991: 280), bahwa: Makna muncul ketika sebuah tanda dikaitkan oleh penggunanya dengan sesuatu hal dalam konteks tanda; makna bisa berubah jika tanda adalah (a) dimasukkan ke dalam konteks semiotika yang berbeda; (b) dikaitkan dengan sesuatu yang lain; atau (c) digunakan oleh pengguna yang lain.

Gambar 1. Data 1: Empat buah foto Penampilan Jalan kepang di halaman gedung PTTBA Sawahlunto, Minggu, 16 Maret 2008

Berdasarkan

unit-unit

tanda

tersebut, tulisan ini selanjutnya akan menguraikan

beberapa

wacana

(diskursus), untuk bisa mendapatkan gambaran yang lebih dalam tentang kesenian Jalan kepang ini. Analisis beberapa seringkali

wacana

tersebut,

akan

didasarkan

atas

perbandingan antara Jalan kepang dengan sebuah kesenian di tempat lain (Jawa), yaitu kesenian yang lazim dinamakan Jaran Kepang, dan atau Kuda

Lumping.

Perbandingan

itu

dilakukan karena alasan kemiripan tanda,

dengan

tujuan

Gambar 2. Data 2: Dua buah foto Penampilan Jalan kepang di Pelataran Parkir Pasar Sapan, Sawahlunto, Kamis, 6 Maret 2008

Berdasarkan hal itu, maka makna dari tanda-tanda penampilan Jalan kepang yang terlihat pada foto,

untuk 288


Dede Pramayoza, Penampilan Jalan Kepang di Sawahlunto: Sebuah Diskursus Seni Poskolonial

yang tentunya tidak mungkin dilihat

(1) Properti dan Spektakel

pada konteks tandanya sendiri (yaitu

Paling tidak, terdapat dua jenis

di mana ia dipergelarkan), diharapkan

properti

akan dapat ditemukan dengan cara

penampilan

membandingkannya

tanda-

Sawahlunto. Yang pertama adalah

tanda yang mirip pada penampilan

kuda-kudaan (gambar 3), dan yang

lain. Berdasarkan perbandingan itu,

kedua adalah barongan (gambar 4).

maka

dapat

Kuda-kudaan adalah properti yang

ditemukan perbedaan dan persamaan

terbuat dari anyaman bambu, yang

makna dari jalan kepang dengan jaran

dipotong menyerupai bentuk tubuh

Berdasarkan

kuda tanpa kaki. Anyaman kuda ini

mungkin

kepang/kuda perbedaan

dengan

pula

akan

lumping. dan

persamaan

yang

digunakan

Jalan

dalam

kepang

di

itulah

dihias dengan cat beraneka warna,

kemudian, makna Jalan kepang di

antara lain merah dan putih, serta

Sawahlunto itu sendiri diharapkan

diberi rambut buatan terbuat dari ijuk.

dapat diuraikan sebisanya.

Adapun Barongan, adalah properti yang terbuat dari kain, yang pada salah

PEMBAHASAN

satu bagiannya diberi kepala berbentuk

Membaca Teks Penampilan Jalan kepang

kepala

Beberapa

komponen

penampilan yang dapat dibaca dari

singa

barongan

atau

naga.

Tubuh

biasanya

dihias

dengan

menggunakan cat, membentuk sisik naga atau loreng harimau.

foto-foto penampilan Jalan kepang di Sawahlunto ini antara lain adalah: (1) properti dan spektakel penampilan; (2) kostum

yang

dikenakan

para

penampil; (3) instrumen musik yang digunakan; (4) ruang dan penonton penampilan; dan (5) pose dan formasi penampil. Masing-masingnya, akan diuraikan seperti di bawah ini.

Gambar 3. Properti Kuda-kudaan terbuat dari anyaman bambu, yang digunakan dalam penampilan Jalan kepang. Atas, kuda-kudaan yang

289


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

digunakan dalam penampilan di halaman gedung PTTBA Sawahlunto. Bawah, kudakudaan yang digunakan dalam penampilan di pasar Sapan, Sawahlunto.

maka

besar kemungkinan ia tidak

dianggap

sebagai

bagian

dari

penampilan oleh penonton.

Menarik untuk dicatat, bahwa tanpa properti tersebut, para penampil Jalan kepang hampir tak terbedakan dengan penontonnya (seperti dapat dilihat pada gambar 3 bawah). Hal ini, terutama terkait dengan penggunaan kostum penampilan yang tidak terlalu ketat, yang nanti akan dibahas lebih lanjut. Namun dapat dikatakan, bahwa praktis

hanya

dengan

memegang

properti kuda-kudaan dengan cara tertentu saja, para penampil jalan kepang ‘memasuki’ dunia penampilan, dan membangun jarak dengan dunia para penontonnya, yaitu dunia sehari-

Gambar 4. Properti Barongan terbuat dari kain yang diberi kepala berbentuk singa atau naga, yang digunakan dalam penampilan Jalan kepang. Atas, Barongan yang digunakan dalam penampilan di halaman gedung PTTBA Sawahlunto. Bawah, Barongan yang digunakan dalam penampilan di pasar Sapan, Sawahlunto.

hari. Seperti dapat kembali dilihat cara

Demikian pula halnya dengan

menggunakan kuda-kudaan dengan

perlakuan terhadap properti barongan.

meletakkannya di antara dua kaki,

Hanya jika dua orang penampil masuk

layaknya orang menunggang kuda ini

ke dalam ruang dalam kain dan

adalah perlakuan khusus yang menjadi

menjadi kaki dari tubuh barongan saja

penanda

para

lah, ia dianggap tengah menjadi bagian

penampil, perlakukan ini sekaligus

dari penampilan (lihat gambar 4). Jika

adalah persiapan untuk memasuki

barongan diperlakukan dengan cara

dunia

jika

lain, maka sang penampil dianggap

memperlakukannya

bukan merupakan bagian dari dunia

pada

gambar

(3

bawah),

penampilan.

penampilan.

penampil

tidak

Bagi

Artinya,

–misalnya

seni penampilan. Maka, bisa dikatakan

dengan memegangnya di atas kepala—

bahwa kepiawaian memainkan dan

dengan

cara

demikian

290


Dede Pramayoza, Penampilan Jalan Kepang di Sawahlunto: Sebuah Diskursus Seni Poskolonial

memperlakukan properti kuda-kudaan dan barongan ini lah yang sejatinya menjadi spektakel (tontonan) utama

Panjang Batik, yang dikenakan salah seorang penampil Jalan kepang pada penampilan di halaman gedung PTTBA Sawahlunto

(2) Kostum

dari seni penampilan Jalan kepang. Sepanjang penampilan, perlakuan para penampil terhadap kuda-kudaan dan barongan,

yaitu

mengibaskan

dengan

atau

cara

memutarnya

merupakan atraksi yang dinikmati penonton. Dapat dikatakan bahwa, penonton mengidentifikasikan adanya peristiwa,

berdasarkan

kehadiran

kedua jenis properti tersebut. Dan selanjutnya,

mereka

mengetahui

dimulai dan diakhirinya penampilan berdasarkan pula pada dimulai dan diakhirinya perlakuan terhadap kedua properti tersebut.

Secara

umum,

sebenarnya

tidak terlihat adanya kostum khas yang dikenakan oleh para penampil Jalan kepang. Para penampil pada umumnya bebas menggunakan pakaian yang ia anggap nyaman untuk dipakai selama penampilan, misalnya celana jeans, kaos oblong, bahkan sepatu kets (seperti terlihat pada gambar 4 dan gambar

5).

Namun,

demikian,

terdapat juga beberapa jenis pakaian yang

dapat

diidentifikasi

sebagai

kostum penampilan, yaitu: (1) ikat kepala; (2) celana hitam; (3) rompi hitam; (4) baju kaos belang; dan (5) kain

batik

yang

diikatkan

pinggang.

Identifikasi

dilakukan

dengan

itu

pada bisa

memperhatikan

bahwa jenis pakaian serupa lazimnya tidak

digunakan

sehari-hari.

Di

samping itu, jenis pakaian tersebut juga Gambar 5. Kostum yang dikenakan para penampil Jalan kepang. Atas, Celana Hitam dengan kain panjang, yang dikenakan para penampil Jalan kepang pada penampilan di halaman gedung PTTBA Sawahlunto. Bawah Kiri, Ikat Kepala yang dikenakan para penampil dalam penampilan di pasar Sapan, Sawahlunto. Bawah Kanan, Rompi Hitam dan Kain

memiliki

kecendrungan

uniformisasi (penseragaman), artinya dikenakan

oleh

penampil

(seperti

dua

atau

lebih

terlihat

pada

gambar 5).

291


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

Gambar 6. Instrumen musik yang mengiringi penampilan Jalan kepang. Atas, posisi pemusik dan kesatuan musik iringan dalam penampilan di halaman gedung PTTBA Sawahlunto. Bawah kiri, dua buah alat milip gong kecil. Bawah tengah, sebuah alat mirip gendang. Bawah kanan, seperangkat alat mirip gamelan.

(3) Instrumen Musik dan Iringan Musik

Iringan

tempat bermain. Tiga instrumen musik

penampilan

tersebut disusun sejajar menghadap

Jalan kepang dibangun dari komposisi

penampilan (perhatikan gambar 4

bunyi tiga instrumen (alat) musik saja.

atas). Pilihan ini, barangkali erat

Ketiganya instrumen itu, adalah: (1)

kaitannya

dengan

sebuah alat mirip gendang (gambar 6

pemusik

untuk

bawah tengah); (2) seperangkat alat

perkembangan peristiwa penampilan

mirip gamelan (gambar 6 bawah

yang sedang berlangsung. Artinya,

kiri); dan (3) dua buah alat milip gong

musik pada awalnya berfungsi sebagai

kecil (gambar 6 bawah kanan).

irama

Dalam peristiwa penampilan, para

penampil, namun selanjutnya juga

pemusik biasanya mengambil salah

merupakan bentuk respons pemusik

satu bagian arena penampilan sebagai

terhadap penampilan itu sendiri.

yang

kebutuhan selalu

direspons

para

mengikuti

oleh

para

292


Dede Pramayoza, Penampilan Jalan Kepang di Sawahlunto: Sebuah Diskursus Seni Poskolonial

penampilan (lihat gambar 7 atas).

(4) Penonton dan Ruang Ruang yang digunakan bagi peristiwa

seni

penampilan

Jalan

Sementara itu, pada penampilan di halaman kantor PTTBA,

sebagian

kepang relatif sangat longgar. Para

penonton memanfaatkan tembok yang

penampil

mengelilingi sebuah tiang bendera di

batas

tidak

area

berusaha

memberi

penampilannya.

Para

halaman kantor itu sebagai tempat

penonton pun dapat mengambil posisi

duduk untuk menyaksikan penampilan

di mana ia suka, dengan memanfaatkan

(lihat gambar 7 bawah).

kondisi yang ada sebagai tempat

Kendati

terkesan

longgar,

duduk, atau berdiri. Pada penampilan

namun posisi yang diambil penonton

di Pasar Sapan, misalnya, terdapat

tersebut ternyata mempengaruhi pola

penonton yang memanfaatkan tiang

lantai (floor plan) yang dibuat para

beton bekas pagar sebagai tempat

penampil Jalan kepang di atas bidang

duduk, sementara yang lain, memilih

lantai area penampilan. Misalnya, pada

berdiri

penampilan di Pasar Sapan, para

atau

jongkok

di

taman

berumput yang terdapat di dekat area formasi

lingkaran,

penampil

kemudian

berdiri

dalam

dengan

arah hadap ke luar lingkaran

penonton yang duduk dengan posisi 90

(gambar 7 atas). Formasi ini, dapat

derajat

dianggap sebagai bentuk respon para

bawah).

terhadapnya

(gambar

7

penampil terhadap posisi penonton yang mengelilinginya. Dengan formasi semacam

itu,

penampilan

dapat

dinikmati oleh semua penonton yang berada pada semua sudut pandang terhadap

area

penampilan

(360

derajat). Sementara pada salah satu bagian dari penampilan di halaman kantor PTTBA, dua orang penampil barongan

bergerak

penonton,

seolah

melintasi

para

merespon

para

Gambar 7. Posisi penonton terhadap penampilan Jalan kepang. Atas, penampilan di Pasar Sapan,

293


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

sebagian penonton yang memanfaatkan tiang beton bekas pagar sebagai tempat duduk, atau memilih berdiri atau jongkok di taman berumput yang terdapat di dekat area penampilan. Bawah, pada penampilan di halaman kantor PTTBA, sebagian penonton memanfaatkan tembok yang mengelilingi sebuah tiang bendera di halaman kantor itu sebagai tempat duduk untuk menyaksikan penampilan.

Para

penonton

pemusik,

sehingga

para

pemusik

disikapi

sebagai

bagian

dari

penampilan (perhatikan gambar 8 bawah).

sendiri,

sebenarnya terlihat sangat menyadari di mana mereka harus berada pada saat penampilan berlangsung. Meski tidak terdapat pembatas area penampilan, atau semacam wilayah pentas, namun penonton cenderung membuat atau menciptakan wilayah tempat menonton sendiri.

Misalnya,

mereka

yang

sebagian datang menonton dengan menggunakan sepeda motor, biasanya memilih

untuk

kendaraannya,

dan

menggunakannya

sebagai

memarkir langsung tempat

duduk dalam menikmati penampilan. Menariknya, mereka cenderung untuk memarkir kendaraannya sejajar di luar batas

halaman

gedung

Gambar 8. Atas, penonton yang memarkir kendaraannya sejajar di luar batas halaman gedung PTTBA, dan menonton dari atas kendaraannya masingmasing. Bawah, penonton yang berada di belakang para pemusik, menonton penampilan dari sela-sela pemusik.

PTTBA

(perhatikan gambar 8 atas), dan tidak memilih untuk memasukkan sepeda motornya ke wilayah halaman kantor itu, meski sebenarnya hal itu mungkin dilakukan. Demikian pula, mereka cenderung menonton di belakang para

(5) Pose dan Formasi Penampil Meski

melalui

foto-foto,

mustahil membaca gerak dan tingkah laku yang diperagakan para penampil, namun kita masih bisa membaca adanya pose dan formasi dari para penampil. Pose, secara sederhana dapat diartikan sebagai cara tertentu dalam berdiri atau duduk, yang biasanya dilakukan

dalam

kebutuhan

fotografi,

kaitan

dengan

lukisan

atau

gambar. Sementara formasi, dapat diartikan sebagai laku menyusun atau

294


Dede Pramayoza, Penampilan Jalan Kepang di Sawahlunto: Sebuah Diskursus Seni Poskolonial

proses bersusun, yang dalam hal ini

tersebut dengan konteksnya, yakni

berkaitan

dengan

susunan

para

masyarakat pendukung jalan kepang

penampil

dalam

sebuah

seni

Sawahlunto. Beberapa wacana yang

penampilan.

menarik untuk ditelusuri itu, antara lain

Dari foto-foto yang ada, dapat dilihat bagaimana para penampil jalan kepang

menyusun

barisan

dalam

adalah: (1) Penamaan ‘jalan kepang’, beserta

sejarah

Sawahlunto;

keberadaannya

(2)

Hubungan

di

jalan

bentuk lingkaran dengan dengan arah

kepang dengan sosio-budaya orang

saling membelakangi (gambar 7 atas),

rante

sementara dua orang penampil berbaris

penampilan

membangun citraan barong (gambar 4

peristiwa budaya.

di

Sawahlunto; jalan

dan

kepang

(3)

sebagai

atas dan bawah). Ada kalanya, para penampil tampaknya berpose secara

(1) Nama ‘Jalan Kepang’

bebas sesuai keinginannya masing-

Istilah

jalan

yang

kepang

masing (lihat gambar 8 bawah).

dilekatkan

Namun yang paling menarik, adalah

kepada

pose

berbaring

penampilannya ini, secara etimologis

menyentuh tanah/lantai, seperti tampak

besar kemungkinan berasal dari kata

dalam dua foto di atas (gambar 8 atas

‘jaran

dan gambar 5 bawah kanan).

penampilan

dengan

tubuh

Membaca Diskursus di Penampilan Jalan kepang

Balik

Berdasarkan apa-apa yang telah diuraikan pada teks penampilan Jalan kepang di atas, maka selanjutnya, berbagai wacana (diskursus) di sekitar keberadaan

penampilan

ini

di

Sawahlunto dapat pula ditelisik. Hal itu dapat

dilakukan

dengan

menghubungkan pembacaan atas teks

masyarakat salah

satu

kepang,’ yang

Sawahlunto genre

sebuah

seni

genre

berkembang

di

beberapa tempat di pulau Jawa. Namun penampilan jalan kepang harus dilihat sebagai bentuk perkembangan dari kesenian yang di Jawa terkadang dinamakan juga sebagai jaranan, kuda lumping, atau jathilan itu. Perkataan jaran kepang sendiri berasal dari kata ‘jaran’ yang berarti kuda, dan ‘kepang’ yang berarti anyaman bambu. Sehingga jaran kepang, secara sederhana dapat diartikan kuda (tiruan), yang terbuat 295


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

dari

anyaman

bambu.

Karena

mendapatkan arti dari jalan kepang,

bentuknya yang pipih atau ‘lumping’,

yakni: kepang (anyaman bambu) yang

maka ia terkadang di beberapa daerah

berjalan. Kenyataan ini, membuka

juga dinamakan kuda lumping.

wacana tentang mimikri, yakni proses

Adapun

Sawahlunto,

peniruan yang buram atas satu bentuk

dapat

kebudayaan. Jalan kepang, boleh jadi

buruh

memang merupakan tiruan atas jaran

tambang batubara asal Jawa, yang

kepang, namun bukan tiruan yang

didatangkan

tepat.

eksistensi

di

jalan

dihubungkan

kepang

dengan

ke

para

Sawahlunto

pada

Akibatnya,

dapat

diartikan

permulaan abad ke -20 oleh pemerintah

bahwa ‘perubahan’ nama jaran kepang

kolonial

tetapi,

menjadi jalan kepang di Sawahlunto

mengapa di Sawahlunto, sebutan jaran

merupakan bentuk afirmasi sekaligus

itu berubah menjadi jalan? Barangkali

diferensiasi dengan jaran kepang di

teori tentang dialek bisa dikemukakan

tempat lain. Sebuah pernyataan, yang

di sini, atau perubahan bunyi karena

ingin menunjukkan hubungan, namun

sifat penularannya yang lisan. Namun

sekaligus perbedaan.

Belanda.

Akan

yang lebih masuk akal, barangkali, karena

kata

‘jaran’

tidak

lagi

(2) Kesenian ‘Orang Rante’

digunakan dalam percakapan sehari-

Fakta artistik tentang jalan

hari masyarakat Tansi. Kata yang

kepang di Sawahlunto, Sumatera Barat,

lazim digunakan adalah ‘kuda’ (Lihat:

membuka wacana tentang sejarah kota

Elsa Putri E. Syafril, 2010: 92).

Sawahlunto. Sawahlunto merupakan

Sehingga yang dipahami justru adalah

salah satu kota di Sumatera Barat yang

kata

‘diciptakan’ oleh kolonial Belanda.

‘jalan’,

yang

berarti

melangkahkan kaki. Namun

anehnya,

Sebagaimana terlihat dari namanya, perkataan

Sawahlunto sebelumnya adalah daerah

‘kepang’ tetap bertahan, meski kata itu

yang terdiri dari areal persawahan dan

juga tidak lazim lagi digunakan oleh

hutan belantara. Sejarah Sawahlunto

masyarakat Sawah Lunto. Barangkali,

sebagai sebuah kota, baru dimulai

dengan mempertahankan kata itulah,

dengan ditemukannya potensi tambang

masyarakat pendukung di Sawahlunto 296


Dede Pramayoza, Penampilan Jalan Kepang di Sawahlunto: Sebuah Diskursus Seni Poskolonial

batubara oleh De Groot pada tahun

langsing tertampilkan narasi tentang

1851.

hubungan Pemerintah Hindia Belanda,

dengan

tradisi

kesenian

Jawa. Oleh sebab itu, barangkali jalan

kemudian mendatangkan para pekerja

kepang

tambang dari berbagai etnis, antara lain

upaya masyarakat Sawahlunto dalam

Jawa, Sunda, Madura, Bali, Bugis,

melihat hubungan dan kaitan kota dan

Tionghoa dan Minang. Sebagian dari

komunitas mereka dengan tempat dan

mereka dijadikan buruh paksa, yang

komunitas lain. Pada saat yang sama,

bekerja dengan keadaan kaki, tangan,

mereka

dan leher terikat rantai. Karena itulah,

kedatangan nenek moyang mereka di

keturunannya

Sawahlunto, yang secara tak langsung

dinamakan

para sebagai

buruh ‘orang

ini rante’

(orang rantai) oleh masyarakat sekitar. Adapun tempat tinggal mereka yang berupa

barak-barak,

merupakan

dapat

menghadirkan

bahagian

mengingat

diskursus

dari

sejarah

tentang

kolonialisme dan kreolisasi. Seturut

keterangan

Benedict

dinamakan

Anderson (2008: 71), perkataan kreol

“tansi”, sehingga terkadang mereka

pada mulanya dimaksudkan untuk

juga dinamakan ‘orang tansi’. Bersama

orang berdarah eropa, yang dilahirkan

masyarakat etnis Minang, orang rante

di luar eropa, terutama Amerika Latin.

atau orang tansi inilah yang menjadi

Namun, istilah kreol dapat diperluas

warga kota Sawahlunto hingga masa

pengertiannya, menjadi ‘orang-orang

sekarang (Lihat: Elsa Putri E. Syafril,

yang berdarah etnik tertentu’ yang di

2011: lampiran 8: Foto-Foto dan Daftar

lahirkan di luar lingkungan etniknya.

Leksikon).

Atau bahkan, bisa diartikan sebagai

Sebuah

tontonan

seni

‘orang-orang yang berdarah beberapa

penampilan tidak bisa diidentifikasi

etnik sekaligus’. Penelitian Elsa E

sebagai sebuah bentuk pernyataan,

Syafril (2011), membuktikan bahwa di

namun jelas ada hal yang tertampilkan

Sawahlunto

melaluinya, yang terkadang jauh lebih

bahasa kreol, yakni bahasa yang

kuat dari yang bisa dilakukan oleh

dikenal masyarakat setempat sebagai

‘pernyataan’,

bahasa ‘tansi’.

Melalui

atau

kehadiran

berkembang

semacam

penampilan jalan kepang, secara tidak 297


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

Jika pendapat Levi-Strauss (via

Patah, yang dibantu Sunan Kalijaga,

Ahimsa-Putra, 2006: 24-25) bahwa

melawan penjajah Belanda. Versi lain

bahasa adalah kondisi bagi sebuah

menyebutkan,

kebudayaan

maka

mengisahkan tentang latihan perang

bahasa kreol adalah kondisi bagi

pasukan Mataram yang dipimpin Raja

sebuah kebudayaan yang juga kreol.

Mataram bernama Sultan Hamengku

Maka, jalan kepang, adalah kesenian

Buwono I, untuk menghadapi pasukan

yang tumbuh dari kebudayaan kreol,

Belanda.

dapat

diterima,

kesenian

ini

masyarakat tansi Sawahlunto. Budaya

Meski setiap versi tersebut

kreol komunitas tansi Sawahlunto itu

menceritakan tokoh yang berbeda,

terefleksi

dan

demikian pula menunjuk pada konteks

percampuran budaya yang mereka

waktu dan tempat yang berbeda dalam

dukung. Para pendukung kesenian

rentang sejarah, namun semua versi itu

Jalan kepang, adalah juga pendukung

memunculkan

beragam genre seni penampilan, yang

Persamaan yang bisa segera kita lihat

jika

adalah

dari

dilihat

keberagaman

secara

genealogis

pula

adanya

persamaan.

narasi

tentang

bersumber dari tradisi budaya yang

perlawanan

berbeda, yaitu: randai, talempong,

sebentuk sikap anti kolonialisme. Di

tonil,

rabab,

Sawahlunto, meski nama jalan kepang

ronggengan, tandak, gamelan dan

tampaknya tidak lagi dihubungkan

wayang wong (Syafril, 2011).

dengan

keroncongan,

kepada

Belanda,

mitos-mitos

atau

tersebut,

Para pendukung jaran kepang

melainkan dengan masa lalu kota

atau kuda lumping di Jawa, umumnya

Sawahlunto sendiri, namun hubungan

mengetahui bahwa konon penampilan

dengan semangat ‘anti kolonialisme’

ini merupakan bentuk penghargaan dan

atau ‘patriotisme’ tampaknya masih

dukungan rakyat terhadap pasukan

tertampilkan

berkuda Pangeran Diponegoro yang

atmosfir

berperang

pengertian

Belanda.

melawan Ada

pula

penjajahan versi

yang

melalui

penampilan. ini,

jalan

kepang sekaligus menguatkan makna eksistensinya

sebagai

menggambarkan

poskolonial,

yang

Raden

dan Dalam

penampilan

menyebutkan, bahwa kuda lumping perjuangan

atraksi

kesenian seringkali 298


Dede Pramayoza, Penampilan Jalan Kepang di Sawahlunto: Sebuah Diskursus Seni Poskolonial

merupakan cara untuk berhubungan

dinamis, dan agresif, melalui kibasan

dengan masa lalu, sekaligus cara untuk

anyaman

memberi makna masa lalu tersebut di

gerakan layaknya seekor kuda di

masa kini. Hubungan antara seni

tengah

penampilan masakini dengan masa lalu

mendengarkan

dalam perspektif poskolonial ini antara

mengiringi,

lain banyak dibicarakan dalam tulisan

menceritakan

Crow dan Banfield (1996: 11).

sendiri, dan juga kepada penonton,

Jalan

Kepang

Penampilan jalan kepang di

dan

dengan

gamelan

yang

para

penampil

kepada

pada

diri

dasarnya,

mereka

sebuah

penampilan selalu ditujukan kepada

beberapa

bagaimana dikatakan Carlson (1996:

segi

73): “Penampilan selalu merupakan

memperlihatkan ciri-ciri yang disebut

penampilan untuk seseorang,... bahkan

Jenifer Lindsay (2006: 4), sebagai ciri

jika, seperti terjadi pada beberapa

utama kesenian tradisi, yakni: (1)

kasus, para penonton itu adalah diri

berorientasi lokal (ditandai dengan

sendiri.”

penggunaan

dalam

menirukan

seseorang atau sekelompok orang,

sebagai Peristiwa Budaya

Sawahlunto,

yang

peperangan,

sebab (3) Penampilan

bambu

bahasa

lokal);

(2)

Memperhatikan konsep yang

mewakili kesinambungan dengan masa

dinamakan oleh Milton Singer (via

silam dalam hal ‘pusaka warisan’; dan

Elizabeth Bell, 2008: 131) sebagai

(3) keberadaannya terutama adalah

‘penampilan

berorientasi

performance),

non-komersial.

Namun

budaya’ maka

jalan

(cultural kepang

mengapakah kesenian serupa ini, yang

adalah semacam ziarah bagi para

tidak

pelakunya (penampil dan penonton),

berorientasi

komersil,

dapat

bertahan dan tetap bisa tampil?

yakni

cara

yang ditempuh untuk

Jawaban dari pertanyaan ini

bersama-sama membangun komunikasi

bisa tampak dalam ciri pertama dan

dengan masa-lalu, dengan para leluhur

kedua yang disebutkan Lindsay di atas.

dan pendahulu. Dalam cara itu, jalan

Melalui gerakan-gerakan jalan kepang

kepang

yang mungkin dipandang oleh para

internalisasi dan enkulturasi, yakni

penampil

wahana

sebagai

gerakan

ritmis,

berperan

untuk

sebagai

medium

mengikatkan

diri 299


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

sebagai

suatu

komunitas,

yang

kepang di Di Kota Sawahlunto, baik di

memiliki nilai budaya yang sama.

Lapangan Segitiga, maupun di Pasar

Jalan kepang sekaligus merupakan

Sapan,

sebentuk upacara untuk mengukuhkan

berulang, akan memunculkan diskursus

identitas sebagai orang rante, sebagai

tentang

sebuah

Sebagaimana

komunitas

yang

memiliki

identitas sendiri, yang memberi makna sebagai ekspresi sekaligus komunikasi budaya dengan komunitas lain di Sawahlunto. Karena itu, menjadi masuk akan jika ‘bayaran’ dalam bentuk materi menjadi tidak terlalu penting bagi para penampil jalan kepang. Sebab,

kesenangan

dan

kepuasan

pribadi, dalam bentuk keringat dan rasa lelah, yang memang dicari oleh para

cenderung

terjadi

‘upacara’

secara

atau

dinyatakan

ritual. Elizabeth

Bell (2008: 128), bahwa: Para teoretisi ritual, lintas disiplin ilmu akademik dan metode, telah menyepakati tiga karakteristik kegiatan ritual, ... Pertama , tindakan ritual komunal, melibatkan kelompok masyarakat yang memperoleh solidaritas sosial melalui partisipasi mereka. Kedua, tindakan [ritual] tradisional dan “dipahami sebagai [yang] membawa kepada cara bertindak yang terdapat di masa lalu”... Ketiga, ritual yang berakar pada keyakinan kepada yang ilahiah.

penampil. Sebuah kondisi fisik, yang membawa mereka pada identifikasi

Lebih jauh, penampilan jalan

diri, sebagai komunitas ‘orang rante’.

kepang di Sawahlunto boleh jadi

Sementara

adalah bagian dari upaya penduduk

di

penikmatan

sisi atas

lain,

suasana

tontonan

ini,

lokal

untuk

melawan

sekaligus

membawa penonton pada situasi yang

menampilkan

relatif

tertentu atas seni dan budaya mereka

mirip,

yakni

situasi

memungkinkan

yang mereka

(yang

kontrol

berfungsi

dari

sebagai

‘kuasa’

penanda

mengidentifikasikan

diri

sebagai

identitas/diri). Dengan cara ini, ironi

‘pemilik

atau

bahkan

kebijakan

kesenian’

kebudayaan yang khas.

membuat

Memperhatikan situasi itu, serta menghubungkannya

dengan

kesenian berbagai

yang

sering

kesenian

lokal

dengan cara tertentu terisolasi dari

fakta

berbagai pengaruh, tetapi pada waktu

bahwa peristiwa penampilan jalan

tertentu dipamerkan dalam berbagai 300


Dede Pramayoza, Penampilan Jalan Kepang di Sawahlunto: Sebuah Diskursus Seni Poskolonial

Yogyakarta: Insist dan Pustaka Pelajar.

parade dan festival, dilawan dan diantitesakan. Sekali lagi, semangat anti-kolonialisme, dapat terpantulkan melalui penampilan. Pada akhirnya, maka jika pun sebuah penampilan dapat terkategori sebagai penampilan seni (aesthetic performances) atau penampilan budaya (cultural performances) sebagaimana disarankan Auslander (2008: 107) maka

jalan

kepang

tampaknya

memiliki makna yang memenuhi kedua kategori itu bagi masyarakat ‘orang rante’ di Sawahlunto. Tidak saja bagian dari pengalaman keindahan,

Aston, Elaine, & George Savona, 1991. Theatre As Sign-System: A Semiotics of Text and Performance. London: Routledge. Auslander, Philip. 2008. Live and Technologically Mediated Performance, dalam Tracy C. Davis, ed., The Cambridge Companion To Performance Studies. Cambridge: Cambridge University Press. Bell, Elizabeth. 2008. Teories of Performance. London: SAGE Publications, Inc. Carlson, Marvin. 1996. Performance: A Critical Introduction. New York: Routledge.

akan sejarah sebagai sebuah komunitas

Crow, Brian, with Chris Banfield, 1996. An introduction to Postcolonial Theatre. Cambridge: Cambridge University Press.

poskolonial, di mana warisan-warisan

De

jalan kepang adalah juga ‘peristiwa budaya’ yang memberikan pengalaman

kolonial

telah

mempengaruhi

kenyataan hidup masyarakat ‘tansi’ masakini.

KEPUSTAKAAN Ahimsa-Putra, Heddy Shri. 2006. Strukturalisme Levi-Strauss, Mitos dan Karya Sastra. Yogyakarta: Kepel Press. Anderson, Benedict. 2008. Imagined Community: KomunitasKomunitas Terbayang.

Marinis, Marco. 1993. The Semiotics of Performance. Indianapolis: Indiana University Press.

Fischer-Lichte, Erika. 1991. The Semiotics of Theater. Trans. Jeremy Gaines & Doris L. Jones. Indianapolis: Indiana University Press. Lindsay, Jenifer. 2006. Berguru Pada Seni Tradisi: Jurus-Jurus Tatakelola Dari Indonesia, dalam Jenifer Lindsay, ed., Telisik Tradisi: Pusparagam Pengelolaan Seni. Jakarta: Yayasan Kelola. Syafril, Elsa Putri E. 2010. Kamus Bahasa Tansi Sawahlunto. 301


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

Sawahlunto: Pemerintah Kota Sawahlunto, Kantor Dinas Pariwisata Kota Sawahlunto.

Tansi, Bahasa Kreol Buruh dari Sawahlunto. Sawahlunto: Pemerintah Kota Sawahlunto.

Syafril, Elsa Putri E. 2011. Menggali Bara Menemu Bahasa: Bahasa

302


SUNTIANG GADANG DALAM ADAT PERKAWINAN MASYARAKAT PADANGPARIAMAN Yulimarni Yuliarni Prodi Seni Kriya, Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang yulimarni1979@gmail.com

ABSTRAK Suntiang gadang merupakan hiasan kepala pengantin perempuan di Minangkabau, khususnya di Kabupaten Padangpariaman. Secara visual suntianggadang memiliki tampilan yang sangat menarik, selain terpancar dari warnanya juga didukung oleh keberagaman hiasan yang tertata di dalamnya. Ragam hias tersebut diambil dari bentuk alam yang dikelompokkan ke dalam bentuk motif tumbuhan dan motif binatang. Keberagaman hiasan yang terdapat pada suntiang tidak saja bertujuan untuk memberi keindahan dan kecantikan bagi orangnya, juga terkandung pesan-pesan moral yang ditujukan untuk kedua mempelai dan akan menjadi panutan dalam hidup rumah tangga. Kata Kunci: Suntiang gadang,Bentuk, Makna, Ornamen

ABSTRACT Suntiang gadang is a bridalhead dress in Minangkabau, especially in the Padangpariaman district. Visually, suntiang gadang has a very attractive appearance, apart from the color emitted is also supported by the diversity of ornaments that are arranged there in. The ornaments are taken from natural forms that are grouped into the form of plant and animal motifs. The diversity of decoration found in suntiang is not only aimed to provide beauty, but also contains moral messages aimed at both families and as a role model in the house hold. Keywords: Suntiang gadang, Form, Meaning, Ornament

303


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

perempuan (anak daro), dan melalui

PENDAHULUAN Setiap

anak

manusia

baik

perempuan ataupun laki-laki dalam hidupnya

akan

mengalami

suntiang orang akan lebih cepat mengenal siapa pengantinnya. Sekarang

masa

ini

pemakaian

peralihan. Masa peralihan yang sangat

suntiang sudah banyak yang praktis,

berarti bagi setiap orang adalah setelah

karena sudah ditata dan dirangkai

pernikahan, karena merupakan masa

langsung oleh pengrajinnya, hal ini

dimana seseorang memulai hidup baru

tidak hanya meringankan pekerjaan si

dengan melepaskan diri dari kelompok

penata

rias

tetapi

keluarga

meringankan

bagi

inti,

untuk

membentuk

juga

sangat

pengantinya.

kelompok kecil (rumah tangga) milik

Berbeda dengan suntiang pada tahun

mereka sendiri. Ini artinya bahwa

90-an

peristiwa pernikahan sangatlah penting

merepotkan,

bagi siklus kehidupan seseorang, dan

beratnya

pernikahan

pemakaiannya yang kadangkala jika

akan

selalu

ditandai

yang

pemakaiannya

sangat

tidak

hanya

karena

juga

cara

tetapi

dengan berbagai prosesi baik secara

pemasangannya

adat maupun secara keagamaan.

mencederai kulit kepala pengantinnya.

pernikahan telah diatur dalam adat

oleh

perkawinan,

disebut

juga

di

benar

bisa

Suntiang yang umum dipakai

Di Kabupaten Padangpariaman

termasuk

tidak

anak

Padangpariaman

daro

dengan

suntiang

gadang,

dalamnya tata cara dan kelengkapan

dikatakan suntiang gadang karena

dalam berpakaian khususnya untuk

memiliki ukuran yang lebih besar dan

kedua mempelai. Bagian yang menarik

lebih tinggi. Berbeda dengan suntiang

dari kelengkapan pakaian pengantin

yang

1

biasa

dipakai

oleh

para

adalah suntiang . Suntiang memiliki

sumandan atau disebut pendamping

arti penting dalam kehidupan sosial

pengantin atau yang sering dipakai

masyarakat Padangpariaman, dalam

dalam acara berkesenian dan karnaval.

adat

Secara

perkawinan

suntiang

adalah

sebagai simbol dari seorang pengantin 1

Suntiang mengandung pengertian sebagai hiasan yang ditusukan pada sanggul perempuan, (Saydam, 2004: 360).

visual

suntiang

memiliki

tampilan

menarik,

nilai

yang

keindahan

gadang sangat yang

dimilikinya tidak saja terpancar dari

304


Yulimarni & Yuliarni, Suntiang Gadang dalam Adat Perkawinan Masyarakat Padangpariaman

warnanya akan tetapi juga didukung

hias yang terdapat dalam suntiang

oleh keberagaman hiasan yang tertata

gadang.

di dalamnya. Keberagaman hiasan tersebut tidak saja bertujuan untuk

PEMBAHASAN

memberi keindahan dan kecantikan sipemakainya,

namun

terkandung

Masyarakat

Padangpariaman

adalah masyarakat yang

hidup dan

pesan moral untuk kedua mempelai

menetap di wilayah rantau bagian

dan akan menjadi panutan dalam

pesisir.

kehidupan berumah tangga.

mempengaruhi

Kondisi

seperti

ini telah

kehidupan

sosial

Berkaitan dengan hal tersebut

budaya masyarakatnya. Salah satunya

di atas tulisan ini bertujuan untuk

suntiang, dimana suntiang merupakan

melihat dan menguraikan bagaimana

bentuk pencampuran budaya cina dan

sesungguhnya bentuk ragam hias yang

masyarakat setempat, (Mutia, 2000:

ada pada suntiang gadang, sehingga

41).

didapat pengetahuan sekaligus dapat

menjadi

menambah referensi tentang bentuk-

masyarakat Padangpariaman bahkan

bentuk ragam hias yang ada di

telah meluas ke seluruh wilayah

Minangkabau.

untuk

Minangkabau. Hal ini terjadi tidak

meninjau makna apa yang terkandung

terlepas dari keindahan warna dan

di dalam ragam hias suntiang gadang

keberagamana hiasan yang ada dalam

dan memahami makna tersebut dalam

suntiang tersebut.

kehidupan

Selain

sosial

itu

masyarakat

Padangpariaman. Untuk

Dan

sampai bagian

sekarang dari

telah budaya

Ragam hias yang dijadikan sebagai elemen pembentuk suntiang

menjawab

semua

umumnya terinspirasi dari apa yang

permasalahan sebagaimana yang telah

ada di lingkungan alam sekitarnya,

dijabarkan di atas diperlukan beberapa

baik yang ada di darat, di udara

pendekatan diantaranya pendekatan

maupun di laut. Sesuai dengan falsafah

estetik untuk memahami bentuk ragam

hidup masyarakat Minangkabau pada

hias yang ada pada suntiang gadang,

umumnya yaitu Alam takambang jadi

dan

untuk

guru, bahwa semua yang ada di alam

memahami makna setiap bentuk ragam

luas dapat dijadikan guru atau contoh

pendekatan

semiotik

305


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

yang bermaanfaat bagi kehidupan

sarunai, bungo gadang atau kambang

manusia.

goyang,

Hal

itu

menginspirasikan Padangpariaman alam

sebagai

untuk sumber

telah

masyarakat

burung merak, dan kote-kote atau

menjadikan

jurai-jurai.

ide

disusun

dalam

pembentukan suntiang sejak dulunya. Menurut

sepasang

mansi-mansi,

hasil

penelitian

Kelima sedemikian

jenis

hiasan

rupa

secara

berlapis dan bertingkat melingkari kepala.

terdapat dua jenis ragam hias yang

Suntiang gadang itu sendiri

menjadi elemen dalam pembentuk

juga memiliki ukuran yang bervariasi,

suntiang yaitu jenis tumbuh-tumbuhan

yang dibedakan oleh jumlah susunan

dan jenis binatang. Ragam hias jenis

bungo

tumbuh-tumbuhan diambil dari bentuk

Setiap jenis hiasan tersebut selalu

bunga seperti bunga ros, melati,

disusun dalam jumlah ganjil, yaitu

cempaka dan juga tumbuhan serai.

untuk suntiang yang paling tinggi

Ragam hias jenis tumbuh-tumbuhan

memiliki 11 tingkatan bungo sarunai,

ini

dan

kemudian

divisualisasikan

ke

sarunai

memiliki

dan

25

mansi-mansi.

mansi-mansi,

dalam media kuningan, plat dan

sedangkan untuk suntiang yang paling

sebagainya. Begitu juga dengan ragam

rendah memiliki 7 bungo sarunai dan

hias jenis binatang yang terinspirasi

21 mansi-mansi. Penyusunan dalam

dari burung merak, merpati, kupu-

jumlah ganjil ini dilakukan untuk

kupu dan ikan. Semua hiasan tersebut

mengatur keseimbangan antara kiri

kemudian

menggunakan

dan kanan agar terlihat balans. (lihat

kawat yang dipasang pada kerangka

gambar 2). Semua hiasan disusun

seng

dibentuk

secara berurutan mulai dari lapisan

seukuran setengah lingkaran kepala.

yang paling belakang, yaitu deretan

Setiap motif yang telah diwujudkan ke

bungo sarunai sebagai dasar dari

dalam kuningan tersebut. Kemudian di

pembentukan suntiang. Kemudian di

dalam penataannya disusun secara

lapisan kedua disusun deretan bungo

bertingkat pada kerangka suntiang,

kambang atau kambang goyang dan

dan

diantara

dirangkai

aluminium

yang

masing-masingnya

oleh

masyarakat dinamakan dengan bungo

kambang

goyang

bagian

tengah disisipkan sepasang burung

306


Yulimarni & Yuliarni, Suntia tiang Gadang dalam Adat Perkawinan Masyarakat Padangpariaman

merak. Untuk hiasan yang ya paling atas dipasang mansi-mansi nsi kemudian di bagian samping yang ng jatuh ke pipi kanan

dan

dipasangkan

pipi

ki kiri

kote-ko -kote.

pengantin Selain

kelimanya di bagian n pipi p kanan dan pipi kiri juga ditamb mbahkan bunga hidup, seperti bunga meelati dan bunga cempaka yang telah dirangkai dira dengan benang, kedua jenis bunga bu ini dapat memberikan keharumaan bagi sang pengantin.

Gambar 2 Bentuk Suntiang yang tertata di atas kepala anak daro (Foto: Yulimarni, 2008 08)

Berdasarkan

ri dari

bentuk

maka dapat suntiang gadang di atas, m rapa bentuk dilihat secara dekat bebera motif diantaranya: a. Motif

dengan

polaa

tumbuh-

tumbuhan:

Gambar 1. Bentuk Suntiang Gadang dii Kecamatan K Lubuk Alung (Foto: Yulimarni, ni, 2013)

Gambar 3. Mansi-mansi 13) (Foto: Yulimarni, 2013

307


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, 16 No. 2, November 2014

Gambar 4. Bungo Saruna nai (Foto: Yulimarni, ni, 2013)

Gambar 7. ak Motif Burung Merak 13) (Foto: Yulimarni, 2013

adalah salah Suntiang gadang ad angat berarti satu benda kriya yang sang masyarakat dalam kehidupan sosial m dalam adat Padangpariaman terutama da ragam hias perkawinan. Keberadaan ra uk suntiang sebagai elemen pembentuk Gambar 5. Bungo gadang / Kamba bang goyang (Foto: Yulimarni, ni, 2013)

b. Motif dengan pola binatang: bi

bagai hiasan tidak saja berfungsi sebag untuk

tetapi tet

memperindah,

juga

mengandung terkandung makna yang me pesan

yang

harus

pahami dipaha

dan

dupan sosial diaplikasikan dalam kehidupa berumah

tangga,

tterciptanya

agar

dan bahagia. rumah tangga yang rukun da Suntiang gadang di dalam masyarakat m

kehidupan Padangpariaman

nal dikenal

dengan

dan suntiang suntiang sarai sarumpun da Gambar 6. Kote-kote (Motif burun rung dan ikan (Foto: Yulimarni, ni, 2013)

kambang.

Pemberian

nama na

ini

ri be bentuknya, tentunya tidak terlepas dari iang gadang dimana secara visual suntiang berbentuk

setengah

menyerupai

kipas

yang ng

lingkaran sedang

terkembang dan tertata di aatas kepala

308


Yulimarni & Yuliarni, Suntiang Gadang dalam Adat Perkawinan Masyarakat Padangpariaman

anak daro. Bentuk merupakan aspek

kembang dan beberapa diantaranya

yang terlihat, (Read, 2000: 11), dan

berbentuk binatang seperti burung

merupakan penyandang nilai intrinsik

merak, merpati, kupu-kupu dan ikan.

seni yang merupakan aspek yang pertama

menarik

minat

para

Ragam

hias

yang

menjadi

elemen penting dalam pembentukan

penikmatnya. Hal tersebut dipertegas

suntiang

oleh The Liang Gie (1996: 31), bahwa

harus dimaknai baik oleh masyarakat

bentuk

maupun

merupakan

penggabungan

merupakan

oleh

simbol

kedua

yang

mempelai.

unsur dari berbagai garis, warna,

Sebagaimana yang dikatakan Gustami

volume dan semua unsur lainnya yang

bahwa Ornamen atau ragam hias

membangkitkan suatu tanggapan khas

adalah komponen produk seni yang

berupa tanggapan estetik.

ditambahkan atau yang sengaja dibuat

Berdasarkan pendapat di atas, dalam

pencapaian

tujuan

sebagai

hiasan,

di

sangat

samping itu di dalam ornament sering

berhubungan dengan bahan, alat dan

pula ditemui nilai-nilai simbolik atau

teknik yang dipakai. Sebagaimana

maksud-maksud tertentu yang ada

diketahui, setiap bahan selalu memiliki

hubungannya dengan pandangan hidup

sifat dan kemampuan sendiri begitu

dari

pun

teknik

memiliki

bentuk

untuk

manusia

atau

masyarakat

pembuatannya

juga

penciptanya, sehingga benda-benda

kebolehan

dan

yang

dikenai

ornament

akan

keterbatasannya sendiri. Oleh sebab

mempunyai arti yang lebih (Gustami,

itu suntiang gadang terbentuk dari

1980: 4).

susunan

beberapa

elemen

yang

Simbol adalah bentuk yang

dirangkai sedemikian rupa sehingga

menandai sesuatu yang lain diluar

menjadi satu kesatuan yang utuh.

perwujudan

Setiap elemen hias tersebut terbentuk

sendiri. Simbol dalam konsep Charles

dari pengolahan berbagai unsur seni

Sanders Peirce diartikan sebagai tanda

rupa pada media kuningan dengan

yang mengacu pada objek tertentu di

teknik tatahan sehingga melahirkan

luar tanda itu sendiri. Hubungan antara

berbagai bentuk motif. Motif yang ada

simbol

secara umum berbentuk bunga atau

sesuatu yang ditandakan (petanda)

bentuk

sebagai

simbolik

penanda

itu

dengan

309


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

sifatnya konvensional. Berdasarkan

dilautan.

konvensi

diperintahkan oleh Allah SWT dalam

itu

pemakainya

pula

masyarakat

menafsirkan

Sebagaimana yang telah

ciri

Al-Qur’an yang artinya: Apabila telah

hubungan antara simbol dengan objek

ditunaikan shalat, maka bertebaranlah

yang diacu dan menafsirkan maknanya

kamu

(dalam Sobur, 2003: 156).

karunia Allah dan ingatlah Allah

Berdasarkan hal tersebut di atas, suntiang gadang dapat dikatakan

dimuka

bumi

banyak-banyak

dan

carilah

supaya

kamu

beruntung (QS. Al-Jumu’ah: 10).

sebagai salah satu bentuk tanda yang

Berdasarkan pengertian ayat

mengacu pada objek tertentu, dalam

tersebut

hal ini adalah pasan moral dan

bahwa Allah telah memrintahkan kita

pengharapan. Ragam hias yang ada di

manusia untuk bertebaran di muka

dalam suntiang memiliki kandungan

bumi mencari karunia Allah, mencari

makna yang mendalam. Semua motif

karunia

diambil dari bentuk yang ada di alam

memanfaatkan apa yang ada dibumi

meskipun

tidak

yang luas. Alam adalah anugerah yang

sepenuhnya dituangkan dalam bentuk

terindah yang diciptakan oleh Allah

utuh atau naturalis. Secara umum

SWT untuk manusia, daratan yang

motif

memiliki tanah yang subur, dan lautan

dalam

wujudnya

menggambarkan

bentuk

dapat

ditarik

Allah

dengan

bekerja

tumbuh-tumbuhan dan binatang. Hal

yang

ini dapat dimaknai bahwa kedua jenis

kekayaannya. Maka sebagai manusia

ciptaan Allah tersebut tidak dapat

yang telah dianugerahi dengan akal

dipisahkan dari kehidupan manusia.

untuk

Keduanya

memanfaatkan

merupakan

sumber

luas

kesimpulan

dengan

berfikir

berbagai

tentunya

dapat

pemberian

sang

kehidupan manusia yang harus dijaga

pencipta tersebut demi kelangsungan

dan dipelihara. Dan dari keduanya itu

hidup dalam berumah tangga.

pula sepasang pengantin dituntut untuk berusaha

mencari

nafkah

demi

adalah

Suntiang

simbol

kebesaran anak daro di Minangkabau,

kelangsungan rumah tangga mereka,

khususnya

di

Kabupaten

dengan memanfaatkan apa yang ada di

Padangpariaman.

alam, baik yang ada di darat maupun

masa peralihan dari remaja menjadi

Untuk

melewati

310


Yulimarni & Yuliarni, Suntiang Gadang dalam Adat Perkawinan Masyarakat Padangpariaman

perempuan dewasa yang memiliki

sedang mekar. Jika bunga sudah mekar

keluarga kecil sendiri, sang perempuan

ia akan menebarkan keharuman dan

harus mengikuti berbagai acara adat

keindahan di lingkungan tempat ia

perkawinan. Salah satunya adalah

berada.

pemakaian

Pemakaian

perempuan, jika ada suatu nagari

suntiang bagi anak daro adalah salah

memiliki perempuan yang cantik dan

satu bentuk gambaran tanggung jawab

baik prilakunya, maka nagari tersebut

yang

akan kelihatan lebih semarak. Pesan

suntiang.

besar

yang

akan

dipikul

Begitu

juga

dengan

dipundak anak daro baik itu tanggung

dari

jawab dalam rumah tangga, keluarga

membentuk suntiang gadang memiliki

maupun lingkungannya. Di dalam

makna yang ditujukan untuk pengantin

rumah tangga si perempuan berperan

pria,

sebagai seorang istri bagi suaminya

dinikahinya itu ibarat sekuntum yang

dan ibu bagi anak-anaknya yang harus

harus dijaga. Si pengantin pria harus

menjaga keutuhan rumah tangganya.

bertanggungjawab

Di dalam masyarakat perempuan yang

kebaikan dan keindahan yang dimiliki

sudah menikah akan diberi julukan

pasangan dapat terjaga.

seorang

perempuan

yang

bahwa

makna

memiliki sifat arif dan bijaksana yang

kehidupan

menjadi

tauladan

kemenakannya

motif

bunga

perempuan

penuh

yang

yang

agar

Begitu banyak dan dalamnya

bundo kanduang. Bundo kanduang adalah

simbol

suntiang

gadang

bagi

masyarakat

bagi

anak

Padangpariaman

khususnya

yang

Minangkabau pada umumnya. Akan

perempuan.

dan

masyarakat

tetapi akibat perkembangan zaman

Makna lain dari ragam hias

kadangkala makna itu sudah mulai

suntiang terdapat pada bentuk motif

tidak dipahami lagi, baik bagi kedua

bunga, dimana suntiang gadang lebih

mempelai

didominasi oleh motif bentuk bunga.

disekitar

Bunga adalah bahagian yang sangat

umumnya

menarik dari tumbuhan- tumbuhan.

cenderung pada kepraktisan dan tidak

Perempuan dalam kehidupan sehari-

merepotkan, baik itu bagi si peĂąata

hari diibaratkan sebagai bunga yang

rias maupun bagi orang yang dirias itu

maupun mereka.

masyarakat Karena

orang-orang

pada lebih

311


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

sendiri. Ditambah lagi dukungan dari

Meskipun demikian, hal itu

para pengrajin dengan menghadirkan

tidak mempengaruhi

suntiang yang mudah dan simple

hiasan yang ada pada suntiang, yang

dalam pemasangannya.

terbagi ke dalam lima bagian yaitu,

jumlah jenis

bungo serunai sebagai dasar suntiang gadang, bungo gadang atau sinar

PENUTUP Suntiang merupakan salah satu elemen terpenting dalam kelengkapan

blong, sepasang burung merak, mansimansi dan kote-kote.

pakaian adat perkawinan di Kabupaten Padangpariaman.

Di

dalam

perkembangannya pemakaian suntiang ternyata

gadang

perubahan

telah

sesuai

mengalami

dengan

kondisi

zaman sekarang. Perubahan itu terlihat dari tampilan hiasan yang ada pada suntiang gadang, dimana setiap hiasan ditaburi dengan batu permata sehingga mempengaruhi corak warna suntiang yang

awalnya

keemasan.

berwarna

Secara

tidak

kuning langsung

perubahan telah mempengaruhi warna perlengkapan yang lainnya, seperti warna pakaian dan warna pelaminan. Perubahan lain juga terlihat dari jumlah tingkatan kembang- kembang suntiang gadang. Perubahan jumlah tingkatan

ini

terjadi

atas

dasar

kepraktisan dan menyesuaikan dengan bentuk wajah serta kemampuan dan kemauan si pengantin.

KEPUSTAKAAN Bakar, Abdul Latiff Abu dan Mohd. Nefi Imran. 2004. Busana Melayu Serumpun. Malaysia: Institut Seni Malaysia Melaka. Basir, Nazif dan Elly Kasim. 1997. Tata Cara Perkawinan Adat Istiadat Minangkabau. Jakarta: Elly Kasim Collection. Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta. Bogdan, R.C and S.J Taylor. 1992. Pengantar Metode Penelitian Kualitatif, Suatu Pendekatan Fenomenologis Terhadap Ilmuilmu Sosial. Surabaya: Usaha Nasional. Gie, The Liang, 1996, Filsafat Seni, Yogyakarta: PUBIB. Gustami, SP. 1980. Nukilan Seni Ornamen Indonesia. Yogyakarta: ASRI Yogyakarta. Ibrahim, Anwar, dkk. 1985. �Arti Lambang dan Fungsi Tata Rias Pengantin dalam Menanamkan Nilai-nilai Budaya Provinsi Sumatera Barat�. Laporan penelitian, Padang: Depdikbud 312


Yulimarni & Yuliarni, Suntiang Gadang dalam Adat Perkawinan Masyarakat Padangpariaman

Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan daerah. Kato,

Tsuyoshi. 2005. Adat Minangkabau dan Merantau dalam Perspektif Sejarah. Jakarta: Balai Pustaka.

Latief, Ch. N. 2002. Etnis dan Adat Minangkabau (Permasalahan dan masa depannya). Bandung: Angkasa. Marah, Risman. 1987. Ragam Hias Minangkabau. Yogyakarta: Proyek Pengembangan Media Kebudayaan. Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Mutia, Riza, dkk. 2000. ”Upacara Adat Perkawinan di Padangpariaman. Laporan Penelitian. Padang: Proyek Pembinaan Permusiuman Sumatera Barat.

Nawawi, Hadari. 1990. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Read, Herbert. Terjemahan Soedarso SP. 2000. The Meaning of Art, Praeger Publishers Inc, New York, atau Seni: Arti dan Problematikanya. Yogyakarta: Duta Wacana University Press Saydam, Gouzali. 2004. Kamus Lengkap Bahasa Minang, Bagian Pertama. Padang: Pusat Pengkajian Islam dan Minangkabau (PPIM). Sobur,

Alex. 2006. Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Yayasan Penyelenggara Penerjemah / Penafsiran Al-Qur’an Revisi terjemah oleh Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an kementerian Agama Republik Indonesia. 2010. Syaamil AlQur’an Miracle The Reference. Bandung: Sygma Publishing.

313


TEATER ‘TANPA-KATA’ DAN ‘MINIM-KATA’ DI KOTA PADANG DEKADE 90-AN DALAM TINJAUAN SOSIOLOGI SENI Pandu Birowo Prodi Seni Teater, Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang pitoxiste@gmail.com

ABSTRAK Tulisan ini mendiskusikan dua bentuk pertunjukan teater ‘tanpa-kata’ dan ‘minim-kata’ di kota Padang pada pertengahan dekade 90-an dengan menggunakan ‘pembacaan arena’ yang ditawarkan Pierre Bourdieu. Analisis eksternal atas arena dan dan analisis internal berupa tinjauan dan perbandingan dramaturgi memperlihatkan bahwa kedua pertunjukan tersebut hadir untuk menggugat posisi Wisran Hadi, seorang sutradara dominan di kota Padang pada dekade 90-an. Analisis internal atas dramaturgi kedua pertunjukan memperlihatkan perbedaan yang signifikan atas aspek-aspek dramaturginya, terutama pada pusat dramaturginya, tema kontemporer dan pesan pertunjukannya, tokoh-tokoh ‘plural yang singular’ yang dihadirkannya, akting dan gestur metaforis yang digunakannya, serta setting dan tata artistik yang provokatif dan simbolis ketimbang lokatif. Tulisan ini juga berargumen bahwa bentuk ‘tanpa-kata’ dan ‘minim-kata’ merupakan sebuah strategi pemosisian internal dan eksternal dari kedua sutradara dalam arena teater kota Padang pada dekade 90-an. Kata Kunci: teater, dramaturgi, Padang, Yusril, Zurmalis, Wisran Hadi.

ABSTRACT This study is to discuss two forms of theater performance in Padang in the mid of 1990s, namely ‘teater tanpa-kata’ and ‘teater minim-kata’ using the theory of the field proposed by Pierre Bourdieu. External analysis of the field and internal analysis of the dramaturgy concludes that the two performances present themselves in the field of theater life in Padang to challenge the dominant position over Wisran Hadi’s, a dominant director in the mid of 1990s. Internal analysis of the two performances shows the significant differences of their dramaturgy aspects, i.e the basis of dramaturgy based on, the contemporary theme and messages of both performances, the characters presented are ‘singular plural characters’ that used, the metaphoric acting and gesture used, and setting and artistic layout are more provocative and symbolic rather than locative. This study argues that the two forms of ‘tanpa-kata’ dan ‘minim-kata’ performances were a strategic positioning, internally and externally, used by both directors in theatre field of Padang in mid 1990s. Keywords: theatre, dramaturgy, Padang, Yusril, Zurmalis, Wisran Hadi.

314


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

Menunggu,

PENDAHULUAN

Nasrul

Azwar

(1997)

Pada pertengahan dekade 90-

mencatat bahwa bentuk pertunjukan

an dua bentuk pertunjukan teater yang

itu merupakan “penggarapan teater

‘tanpa-kata’ dan ‘minim-kata’ hadir di

tanpa diikat oleh suatu batasan yang

kota Padang. Kedua pertunjukan itu

lazim dipakai” di mana “naskah bukan

mengganti penggunaan bahasa verbal

lagi menjadi sentral untuk melahirkan

berupa dialog dan kata-kata dengan

sebuah pertunjukan teater.”

bahasa tubuh sebagai media utama dalam

menyampaikan

Sekilas, dalam konteks lokal,

pesan-pesan

kedua pertunjukan yang dipentaskan

pertunjukannya. Pertunjukan pertama

itu seperti sedang mengawali semangat

berjudul

Lini,

disutradarai

oleh

‘dramaturgi

Zurmailis

dan

dipentaskan

oleh

kehidupan teater moderen di kota

baru’

dalam

arena

Kelompok Studi Sastra dan Teater

Padang.

(KSST) Noktah pada tahun 1996,

beralasan apabila kedua pertunjukan

sementara pertunjukan kedua berjudul

juga dibandingkan dengan bentuk-

Menunggu, disutradarai oleh Yusril

bentuk pertunjukan serupa pada masa

dan dipentaskan oleh Teater Plus pada

berikutnya. Hal itu terlihat antara lain

tahun 1997.

pada penyelenggaraan Pekan Seni III

Dua

pertunjukan

Asumsi

demikian

sangat

yang

Sumatera Barat oleh Dewan Kesenian

dipentaskan dalam jarak satu tahun itu

Sumatera Barat tahun 2002, di mana

kemudian

pembicaraan

enam pertunjukan teater dari enam

hangat di kalangan pemerhati dan

kelompok teater yang berpartisipasi

pekerja teater di kota Padang terutama

merupakan pertunjukan dengan bentuk

mengenai

‘tanpa-kata’.

menjadi

konsep

dan

bentuk

Enam

pertunjukan

pertunjukannya. Ivan Adilla (1996)

‘tanpa-kata’ itu mengundang beberapa

misalnya, memberikan komentar atas

tanggapan ‘miring’ para pemerhati

bentuk

seni pertunjukan di kota Padang. Rusli

pertunjukan

pertunjukan

yang

Lini

sebagai

“berbeda

dari

Marzuki Saria, seorang penyair dan

pementasan pada umumnya” di mana

budayawan

“cerita disampaikan melalui gerak.”

misalnya, berpendapat bahwa teater-

Sementara

teater dengan bentuk yang demikian

atas

pertunjukan

(via

Kompas,

2002)

315


Pandu Birowo, Teater ‘Tanpa Kata’ dan ‘Minim Kata’ di Kota Padang Dekade 90-an dalam Tinjauan Sosiologi Seni

memperlihatkan

sisi

generasi

pekerja

muda

buruk

dari

teater

di

Padang dan Sumatera Barat yang “kurang merenung”. Wisran Hadi juga turut

memberikan

komentarnya

dengan nada peyoratif, sebagaimana diingat Sahrul N. (wawancara 2012), bahwa teater-teater dalam bentuk itu hanya diperuntukkan bagi orang-orang

Pada sisi lain, pilihan bentuk yang ‘tanpa-kata’ dan ‘minim-kata’ tersebut tentu mengingatkan banyak orang pada serial pertunjukan ‘minikata’ yang pernah dipentaskan W.S. Rendra pada akhir dekade 60-an yang ditanggapi

beberapa

pengamat.

(2000)

misalnya,

beragam Fuad

Goenawan

Mohamad,

2000:

48)

menduga bahwa hal tersebut dilakukan W.S. Rendra sebagai upaya untuk mengembalikan

teater

pada

kemurniannya dan membebaskannya dari tirani kesusasteraan dan amanatamanat,

serta

menghubungkannya

dengan ‘teater primitif’-nya Eugene

bisu karena ‘ketiadaan kata’-nya.

juga

Sementara Arifin C. Noer (via

oleh Hasan

memberikan

penilaian bahwa pertunjukan ‘minikata’ W.S. Rendra merupakan upaya untuk: ...mendramatisasikan penghayatan konflik pada manusia di abad moderen ini, dan tanpa elaborasi intelektual yang sadar (yang memang tidak mutlak perlu) ia telah berhasil mengkonstantir suatu pola konflik yang khas dalam abad moderen ini, yaitu: individuasi versus massifikasi, atau lebih mendesak lagi, humanisasi versus dehumanisasi.”

Ionesco yang mempergunakan “bahasa sunyi dalam bentuknya yang pertama dan secara serempak menggunakan unsur musik, tari, dan gerak yang masih sangat murni.” Pengamat

lain,

Goenawan

Mohamad (2000: 49), membenarkan anggapan Arifin C. Noer tersebut seraya menambahkan bahwa apa yang dilakukan W.S. Rendra sebagai upaya untuk menolak teater literer sarat dengan ‘fatwa’ atau amanat tertentu serta merupakan “karya yang berisi ungkapan

suasana

bertendensi

ideologis,

merupakan

‘impuls’

hati, serta

tidak lebih

ketimbang

‘program’”. Lantas, apakah bentuk ‘tanpa-kata’ dan ‘minim-kata’ yang dipilih oleh Zurmailis dan Yusril memiliki alasan dan semangat yang sama, misalnya, dengan apa yang

316


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

dilakukan

W.S.

kemungkinan

Rendra?

Adakah

pembacaan

yang

pertunjukan-pertunjukan dominan di kota Padang pada masa itu?

berbeda mengingat konteks arena dan ruang historis yang berbeda, termasuk

PEMBAHASAN

waktu-antara yang cukup panjang

Perihal ‘Pembacaan Arena’ dan Dramaturgi

pula?

Juga

bukankah

terdapat

Penelitian

pertanyaan yang cukup penting untuk

ini

menggunakan

arena”

sebagaimana

diajukan atas hadirnya dua bentuk

“pembacaan

pertunjukan teater ‘tanpa-kata’ dan

diusulkan Pierre Bourdieu (1993: 181)

‘minim-kata’ di kota Padang, sebuah

yang merupakan antitesa dari apa yang

kota di mana latar kultur yang

disebutnya sebagai ‘efek hubungan-

membayanginya adalah latar kultur

singkat’

yang demikian mengagungkan kata

sosiologi seni yang timpang dan

dan bahasa? Padahal, Khaidir Anwar

parsial berupa: 1). Penjelasan terhadap

(1976) pernah menyebutkan bahwa

fungsi

konsep tentang keindahan dikenali

terhadap logika internal sebuah karya

oleh orang Minangkabau terutama

seni saja. Alih-alih untuk memilih

melalui keindahan bahasa.

salah satu dari dua kecenderungan itu,

atas

saja;

banyak

atau

2).

penjelasan

Penjelasan

Beberapa hal tersebut di atas

Bourdieu (1990: 147) menyarankan

menjadi landasan yang cukup kuat

untuk melakukan keduanya secara

kiranya untuk mengajukan pertanyaan

bersamaan dan menarik relasinya.

tentang: 1). Mengapa konsep dan

Pembacaan

arena,

dengan

bentuk pertunjukan ‘tanpa-kata’ dan

demikian, mensyaratkan adanya dua

‘minim-kata’ tersebut dipilih oleh

tinjauan, yakni: tinjauan eksternal,

kedua sutradara dan hadir dalam arena

berupa tinjauan atas situs

kehidupan teater di kota Padang pada

sebuah karya seni diproduksi, dalam

masa itu?; dan 2). Bagaimanakah

hal ini arena teater; dan, tinjauan

konstruksi

kedua

internal, berupa tinjauan atas struktur

sehingga

karya seni tersebut, dalam hal ini

pertunjukan

dramaturgi tersebut

dari

dianggap berbeda dengan dramaturgi

konstruksi penting

dramaturginya. milik

Bourdieu

di mana

Konsep yang

317


Pandu Birowo, Teater ‘Tanpa Kata’ dan ‘Minim Kata’ di Kota Padang Dekade 90-an dalam Tinjauan Sosiologi Seni

digunakan dalam penelitian ini adalah

Terakhir, mengingat bahwa objek

‘strategi’,

kerangka

analisis dalam penelitian ini adalah

subjektif yang berada dalam habitus

sebuah teks pertunjukan yang sarat

dan dipedomani oleh dua hal, yakni:

dengan bahasa tubuh dan tanda-tanda

1). pembacaan seorang agen atas

yang dihasilkannya, maka tipologi

posisinya

yakni

pembacaan relasi indeksikal, relasi

kemungkinan-

ikonik, dan relasi simbolis tanda-tanda

pembacaan

yakni

suatu

sendiri; atas

dan

2).

kemungkinan yang dapat diambil atau

pertunjukan

ditolaknya berdasarkan posisinya di

Charles S. Peirce (1983: 21) juga

dalam arena (Pierre Bourdieu, 1993:

digunakan.

184). Hal lain yang juga disinggung

sebagaimana

diajukan

Penelitian ini adalah penelitian

Bourdieu (1993: 181-182) dalam teori

kualitatif,

arena adalah adanya kemungkinan

mendasarkan

‘bias’ determinan eksternal seperti

kualitas data sebagai sebuah totalitas

peristiwa politik, revolusi, atau krisis

(R.M.

ekonomi dalam karya seni yang

Secara spesifik, penelitian ini adalah

biasanya terlihat saat struktur arena

penelitian studi kasus, yakni penelitian

berubah.

yang mengeksplorasi sebuah “sistem

Berikutnya, untuk melakukan tinjauan

internal

atas

struktur

yakni

penelitian

yang

penelitiannya

pada

Soedarsono,

2001:

33-34).

terbatas” atau sebuah kasus (atau beberapa

kasus),

dalam

kerangka

dramaturgi kedua pertunjukan, tulisan

waktu tertentu, dengan pengumpulan

ini

data dari berbagai sumber informasi

memodifikasi

pemahaman

dramaturgi yang diajukan oleh Mary

atas

Lukchurst (2006), pemahaman unsur-

Creswell,

unsur dramatik yang diajukan George

dikumpulkan

Kernodle (1967), dan pemahaman

catatan

struktur dramatik yang ditawarkan

pertunjukan, serta wawancara. Studi

Edwin Wilson dan Alvin Goldvarb

pustaka dan analisis tekstual menjadi

(1991). Ketiga pemahaman tersebut

dua metode utama dalam penelitian

menjadi panduan dalam membaca

ini.

dramaturgi

kedua

sebuah

konteks

1998:

(John

61).

berupa,

W.

Data

yang

arsip,

foto,

pertunjukan,

berita

pertunjukan.

318


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

Struktur Arena Teater di Kota Padang pada Dekade 90-an Hal

pertama

yang

patut

pertunjukan teater seperti program apresiasi teater dan festival teater serta turut mempengaruhi kecenderungan

disebutkan dari arena kehidupan teater

dan

di kota Padang pada dekade 90-an

banyak pertunjukan. Dede Pramayoza

adalah

(2009)

sifatnya

yang

memenuhi

kriteria-kriteria

bahkan

artistik

sampai

pada

pada

kriteria dari apa yang disebut Bourdieu

kesimpulan bahwa pada dekade 80-an

sebagai ‘arena produksi terbatas’ (the

kehidupan teater di kota Padang

field of restricted production), di mana

terutama digerakkan oleh festival-

produksi-produksi pertunjukan teater

festival tersebut.

yang ada ditujukan terutama untuk kalangan

sesama

produsen

dan

Hal berikutnya yang penting untuk

dibaca

adalah

posisi-posisi

khalayak terbatas (lihat: Bourdieu,

khusus yang ditempati oleh agen-agen

1993: 53). Berkebalikan dengan ‘arena

dominan tertentu. Dalam arena teater

industri skala-luas’ (the field of large-

kota Padang, Wisran Hadi adalah

scale

production)

yang

bertujuan

nama

dan

sosok

sutradara

yang

untuk mendapatkan laba ekonomi

mewakili agen dominan itu. Posisi

sebesar-besarnya,

dominan

kebanyakan

itu

setidaknya

dapat

pertunjukan yang digelar di kota

dijelaskan melalui tiga sumber, yakni

Padang

dari legitimasi atas naskah-naskah

pada

ditujukan

masa

untuk

itu

terutama

menghasilkan

drama

yang

ditulisnya,

dari

keuntungan dan akumulasi modal

penyutradaraan-penyutradaraan

simbolis dari para produsennya.

pertunjukannya, dan dari daya tahan

Institusi pertama yang telah

kelompoknya, Bumi Teater. Melalui

turut membentuk struktur sistim arena

ketiga sumber tersebut Wisran Hadi

terbatas kehidupan teater kota Padang

juga menjadi seorang agen yang

adalah

Taman

memiliki dua kepemimpinan utama

Budaya Provinsi Sumatera Barat (pada

sebagai sebuah syarat untuk dapat

saat pendiriannya di tahun 1974

menghegemoni

bernama Pusat Kesenian Padang) yang

Padang yang dengannya mengukuhkan

kerap menyelenggarakan pertunjukan-

dominasi (tentang konsep hegemoni

institusi

bernama

arena

teater

kota

319


Pandu Birowo, Teater ‘Tanpa Kata’ dan ‘Minim Kata’ di Kota Padang Dekade 90-an dalam Tinjauan Sosiologi Seni

Gramsci lihat antara lain: Stanley

pertunjukan pertamanya, Gaung dan

Aronowits, 2009).

Wanita Terakhir, pada tahun 1976

Sumber

pertama

posisi

yang dipentaskan di Padang dan

dominannya tidak dapat dilepaskan

Jakarta. Melalui dua pertunjukan itu,

dari kanonisasi yang terjadi pada

Wisran Hadi mulai menempatkan

wilayah sastra di mana Wisran Hadi

nama dan posisinya dalam arena

tercatat

kehidupan teater di Padang. Salah satu

kerap

Sayembara

memenangkan

Penulisan

Sandiwara

penyutradaraan

pertamanya

dicatat

Dewan Kesenian Jakarta. Sejak tahun

dan

1975 hingga 1996, belasan naskah

Padmadarmaya

dramanya

sebagai

sutradara, kritikus teater, dan juga

nominasi dan pemenang lomba. Sahrul

dosen teater dari LPKJ Jakarta sebagai

N. (2005: 16-17) mencatat setidaknya

pertunjukan yang menarik, memiliki

dua belas naskah drama Wisran Hadi

visi dan tafsir cerita yang kuat, serta

telah

keseimbangan bentuk dan isi.

telah

terpilih

memenangkan

berbagai

dilegitimasi

sayembara dan penghargaan.

Selama

oleh

Pramana

(1976),

seorang

proses

kreatifnya

Ciri khas atas drama-drama

Wisran

yang ditulis Wisran Hadi adalah tema-

belasan

tema dengan nuansa lokal yang kental

pertunjukan yang diproduksi Bumi

dan upaya demitefikasi atas cerita dan

Teater

tokoh-tokoh pada kaba dan tambo juga

Fenomena

termasuk tokoh sejarah Perang Paderi

Kreatifitas”, Dokumen pada perayaan

(Syafril, 2010: 29-30; Elfialdi, 1995;

20 tahun Bumi Teater di Padang,

Umar Junus, 1980). Aspek lain yang

1996, tidak diterbitkan). Pertunjukan-

juga dapat dicatat adalah kemampuan

pertunjukannya sendiri dikenal sebagai

Wisran Hadi dalam mengeksplorasi

pertunjukan yang mengandalkan kata

idiom-idiom

dan

Minangkabau

dalam

naskah-naskahnya dengan baik. Wisran

Hadi

Hadi

telah

menyutradarai

pertunjukan

(lihat:

“20

dari

tahun

suatu

permainan

menggunakan

dari

Bumi;

Perjalanan

bahasa

sistem

50-an

serta

penceritaan

kemudian

Minangkabau (Sahrul N., 2005: 33;

memulai pergulatannya dalam arena

Umar Junus, 1980). Pada awal dekade

kehidupan

90-an Wisran Hadi mementaskan tiga

teater

melalui

dua

320


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

pertunjukannya secara berturut-turut,

Umar Junus, Mursal Esten, Darman

Jalan Lurus (1993), Anggun nan

Moenir, Ivan Adilla, Elfialdi, serta

Tongga (1994), dan Imam Bonjol

termasuk

(1995)

lainnya

di

Padang

dan

Jakarta.

beberapa telah

kritikus

turut

muda

mendapatkan

Ketiganya mendapatkan apresiasi yang

keuntungan simbolik atas tulisan-

baik. Jalan Lurus misalnya, diapresiasi

tulisan

sebagai pertunjukan yang bertumpu

pertunjukan dan naskah drama Wisran

pada kata (dialog) dan mengerahkan

pada

kemahiran eksplorasi kata sebagai

pertengahan

kekuatan pertunjukan (Rudy Harahap,

1

Hadi.

mereka

yang

masa-masa proses

mengulas

awal

hingga

kratif

Wisran

Menjelang akhir dekade 80-an

1993). Sumber posisi dominan Wisran

dan awal 90-an, beberapa kritikus di

Hadi berikutnya adalah daya tahan dan

Padang cenderung menyudutkan dan

dinamika kelompoknya, Bumi Teater.

mempertanyakan

Daya

dan

sutradara muda di hadapan sosok

produktifitasnya kerap menjadi contoh

Wisran Hadi. Pernyataan-pernyataan

dan ukuran atas bagaimana seharusnya

dari

sebuah

menjaga

memojokkan itu terlihat misalnya

vitalitasnya. Ivan Adilla (1989) dalam

dalam tulisan Ivan Adilla (1989) yang

sebuah

menyebutkan

tahan

kelompok

kelompok

tulisannya,

misalnya,

posisi-posisi

beberapa

kritikus

bahwa

para

yang

kelompok-

membandingkan lemahnya daya tahan

kelompok yang ada tidak memiliki

kelompok-kelompok yang ada dengan

daya tahan kelompok yang baik. Tidak

vitalitas kelompok Bumi Teater yang

jauh berbeda dengan Ivan Adilla,

mampu bertahan selama tiga belas

Zulmasri

tahun dan melahirkan 25 sutradara

amatannya

baru.

kelompok teater di Sumatera Barat Kehadiran

Wisran

Hadi

dan juga

dominasi

tidak

(1992)

juga

tentang

menuliskan kelompok-

yang menurutnya tidak sehat dan

dapat

dilepaskan dari kritikus-kritikus yang memberikan legitimasinya. Beberapa nama seperti Pramana Padmadarmaya,

1

Untuk melacak tulisan-tulisan beberapa nama yang disebutkan serta mengetahui bentuk legitimasi dan konsekrasinya atas Wisran Hadi dapat dilihat pada kepustakaan tulisan ini.

321


Pandu Birowo, Teater ‘Tanpa Kata’ dan ‘Minim Kata’ di Kota Padang Dekade 90-an dalam Tinjauan Sosiologi Seni

dipaksakan sehingga tidak memiliki

memandang Wisran Hadi sebagai

konsep baru untuk ditawarkan. Kritik

lawan potensial di dalam arena dan

lain dengan nada serupa juga muncul

sekaligus

pada bulan Juli tahun 1993, ditulis

kemungkinan-kemungkinan

Asraferi Sabri, yang menyayangkan

pengambilan posisi dalam arena teater

seorang sutradara muda dan pimpinan

kota Padang. Akan tetapi bagaimana

kelompok Teater Padang bernama

pengambilan posisi tersebut mesti

Hardian Radjab yang memilih lakon

dilakukan oleh kedua sutradara muda

Salonsong karya Wisran Hadi saat

itu serta strategi seperti apakah yang

akan menghadiri Pertemuan Teater

mungkin dapat dijalankannya?

menyadari

adanya

Indonesia 1993 di Solo. Menurut

akan terbuang sia-sia dan membuat

Pertunjukan Lini dan Menunggu: Bentuk ‘tanpa-kata’ dan ‘Minimkata’ Sebagai Strategi Gugat.

Teater Padang selalu berada di bawah

Para penantang baru dalam

Asraferi Sabri: “Kesempatan itu hanya

nama besar Wisran Hadi.” Jika

masa

digeneralisir,

yang

relatif

sama

akan

ketiga

memaknai ‘ruang kemungkinan’ yang

catatan tersebut mengandung dua segi

ada sebagai sistim acuan umum yang

penilaian yang sebenarnya berasal dari

dalam

satu hal tunggal, yakni posisi dominan

mengaitkan para penantang baru ini

Wisran Hadi dan kelompoknya Bumi

satu

Teater. Segi penilaian pertama tentu

(Bourdieu,

saja

itu bukan hal yang mengherankan jika

merupakan

sebuah

bentuk

level-level

sama

lain

secara

akan

objektif

1993: 176-177). Oleh sebab

legitimasi dan konsekrasi atas Wisran

Zurmailis

dan

Hadi,

kesamaan

dalam

sementara

tertentu

Yusril

memiliki

segi

penilaian

merupakan

sebuah

kemungkinan yang ada. Keduanya

tantangan dan ruang kemungkinan

secara objektif memandang posisi

bagi hadirnya sutradara baru dan

dominan Wisran Hadi sebagai ordinat

konsep

utama

berikutnya

baru

pertunjukan.

Dalam

tujuan

kondisi dan penilaian demikian maka

pembacaan

dapat dipahami pula mengapa para

kemungkinan

sutradara

mereka

muda

di

masa

itu

melihat

perlawanan.

ruang

Atas

tersebut

maka

ruang

yang

tersedia

bagi

berdua

adalah

sebuah

322


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

(Orang main poles saja dengan kata-kata di masa itu, seakanakan retorika begitu berharganya)

pertunjukan teater yang mesti mampu ‘menggugat Wisran’ dan sekaligus ‘menggugat kata’. Oleh sebab itu pula dapat dipahami bahwa bentuk ‘tanpakata’

dan

merupakan umum

‘minim-kata’ sebuah

yang

tersebut

strategi

acuan

yang

dapat

efektif

diajukan oleh Zurmailis dan Yusril dalam

upayanya

menantang

dan

menjadikannya sebuah strategi gugat untuk melakukan pengambilan-posisi dalam arena. Hal tersebut menjadi jawaban

utama

dari

pertanyaan

mengenai alasan dari hadirnya dua

Sementara dengan

dan Yusril.

pembedaan

untuk dan

melakukan

gugatan

tersebut

terlihat dari beberapa pernyataan dari kedua

menjelaskan

satu tulisannya tentang teater di kota Padang dan pertunjukan-pertunjukan yang disutradarai Wisran Hadi di masa itu: “Saat banyak orang tengah ‘meminimalkan kata’, Wisran Hadi justru memaksimalkan dan mengeksplorasinya habishabisan”. Sebagai

sebuah

strategi

gugatan atas posisi agen-produsen dominan, dalam hal ini adalah Wisran

Sebagian dari bentuk-bentuk kesadaran

lugas

(1994)

pendapatnya atas Wisran Hadi dalam

pertunjukan ‘tanpa-kata’ dan ‘minimkata’ yang disutradarai oleh Zurmailis

lebih

Yusril

sutradara.

Sutradara

Lini,

Zurmailis

(wawancara

2013),

mengingat

bagaimana

posisi

pertunjukan Wisran Hadi di masa itu: “Wisran mengambil warna lokal secara verbal, dalam hal ini bahasa. Ternyata petatah petitih, atau tradisi berbasi-basi dalam bahasa itu adalah formal. Urang main lepoh se jo katokato di maso itu, seakan-akan retorika ko begitu berharganyo.”

Hadi dan kelompoknya Bumi Teater, pilihan

bentuk

‘tanpa-kata’ tampak

pertunjukan

dan

jelas

yang

‘minim-kata

merupakan

itu

sebuah

strategi pembeda utama atau, dalam bahasa Bourdieu (1993: 241), “deviasi diferensial”

dari

pertunjukan-

pertunjukan yang diproduksi agen dominan. Untuk meluaskan pandangan, strategi ‘tanpa-kata’ dan ‘minim kata’ dari kedua pertunjukan juga dapat dilihat

sebagai

sebuah

‘teknologi

untuk menumbuhkan pesona’ (the 323


Pandu Birowo, Teater ‘Tanpa Kata’ dan ‘Minim Kata’ di Kota Padang Dekade 90-an dalam Tinjauan Sosiologi Seni

enchantment)

kepercayaan pada bahasa’ dan fungsi

sebagaimana dimaksud Alfred Gell.

komunikatifnya di tengah masyarakat.

Lono

58)

Daniel Dhakidae (dalam Yudi Latif

tekhnologi

dan Idi Subandi Ibrahim(ed.), 1996:

pesona yang dimaksud Gell tersebut

247) dengan lugas menyebut bahasa

tidak secara spesifik menunjuk pada

yang

keindahan, melainkan pada sensasinya

berbahasa pada masa itu sebagai

secara umum. Artinya, bentuk ‘tanpa-

“bahasa birokrasi”, yang dicirikannya

kata’ dan ‘minim-kata’ yang dipilih

sebagai: 1), Memiliki tipe bahasa

sebagai sebuah strategi gugatan juga

jargon pembangunan; 2), Sarat dengan

merupakan sebuah tekhnologi sensasi

muatan

alternatif dari teknik pesona kata

Menampilkan latar-kultur penuturnya

kepada pesona tubuh dan tanda.

yang terutama didominasi bahasa Jawa

technology

of

Simatupang

menyebutkan

bahwa

(2013:

Pertanyaan selanjutnya yang

digunakan

dalam

ideologis;

dan

Sunda.

praktik

dan

Wujud

3)

lainnya,

dapat diajukan adalah dari manakah

sebagaimana ditulis Zeffry Alkatiri

datangnya gagasan untuk mengambil

(2013), pada masa itu juga hadir

pilihan atas bentuk-bentuk pertunjukan

berbagai

yang

kehidupan masyarakat Indonesia yang

‘tidak

berkata-kata’

atau

‘kata-kata

sakti’

dalam

‘meminimkan kata’ sebagai deviasi

bertujuan

diferensial tersebut berasal? Pada titik

membentuk opini publik. Fenomena

ini tinjauan dapat diarahkan pada

‘bahasa

kondisi eksternal yang tengah yang

menyebabkan

berlangsung di masa itu, yakni dalam

yang oleh Daniel Dhakidae (1996:

arena lebih besar, kehidupan sosial-

249)

politik Indonesia saat itu dan juga

linguistik birokratif yang formalis,

kehidupan sosial-politik lokal di kota

gersang, dan tidak imajinatif, serta

Padang.

merebaknya

Pada

dekade

awal

hingga

pertengahan dekade 90-an tersebut tengah bahasa’

berlangsung atau

suatu

tepatnya

mempengaruhi

birokrasi’

ini

dan

selanjutnya

berlangsungnya

dikatakan

sebagai:

‘slang

hal

“situasi

birokrasi’

(bureaucratic slang) para pejabat yang sarat muatan ideologis.”

‘krisis

Fenomena ‘bahasa birokrasi’

‘krisis

dan ‘rekayasa kata’ ini juga disadari

324


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

oleh kalangan seniman. Dalam satu

pertunjukan. Pada titik inilah kedua

koran nasional, Benny Johanes (1993)

pertunjukan itu juga dapat dipahami

misalnya,

sebagai respon atas kondisi ‘krisis

menyebut masa-masa itu

sebagai

masa

di

mana:

“Kita

bahasa’

tersebut

dan

merupakan

cenderung menjadi masyarakat yang

sebuah ‘prisma-bias’ dari determinan

‘tidak berkata-kata’, namun menjadi

eksternal yang terjadi pada masa itu.

barisan orang yang mendengarkan ‘kata-kata’.” Kesadaran serupa juga terlihat pada saat diselenggarakanya pertemuan teater di Cibubur pada tahun 1994. pertemuan

terdapat

kecenderungan

untuk

mempertanyakan bahasa-bahasa yang manipulatif. Pertunjukan-pertunjukan yang digelar pada jambore itu dicatat sebagai pertunjukan yang: ...hendak

merayakan cara pengucapan yang tak lagi konvensional, penampikan terhadap tokoh dalam teater, matinya sutradara dan pemain di atas panggung, penolakan naskah sebagai pusat penciptaan, dan bahkan usaha penghancuran bahasa”. (Harian Republika, 1994). Kemuakan

dan

ketidakpercayaan

Dramaturgi Pertunjukan Lini dan Menunggu serta Gugatannya pada Dramaturgi PertunjukanPertunjukan yang Disutradarai Wisran Hadi.

dan Menunggu akan terlihat dengan jelas beberapa hal yang menjadi perbedaan signifikan dari dramaturgi kedua pertunjukan ‘tanpa-kata’ dan ‘minim-kata’ dramaturgi yang

tersebut

dengan

pertunjukan-pertunjukan

disutradarai

Wisran

Hadi.

Perbedaan tersebut tentu saja dapat dimaknai sebagai gugatan dramaturgi dari kedua sutradara, Zurmailis dan Yusril,

terhadap

Wisran

Hadi.

Beberapa hal tersebut dapat diuraikan dalam penjelasan-penjelasan berikut:

praktik

Kedua pertunjukan, Lini dan

oleh

Menunggu, sama-sama mendasarkan

pemerintah itu kemudian dituangkan

dramaturginya pada diskusi tematik

oleh banyak pertunjukan teater di

selama proses latihan. Informasi atas

berbagai

proses

berbahasa

yang

yang

kota

sepertinya

pada

Mencermati pertunjukan Lini

digunakan

di

masa

menjadi

umum

itu

dan

kecenderungan

dalam

latihan

juga

menunjukkan

bahwa pertunjukan adalah hasil dari

banyak 325


Pandu Birowo, Teater ‘Tanpa Kata’ dan ‘Minim Kata’ di Kota Padang Dekade 90-an dalam Tinjauan Sosiologi Seni

elaborasi

tema-tema

diskusi

dan

pembangunan adegan yang diinisiasi

dan Joseph R. Roach (eds.), 1992: 146-155).

pada saat dan selama proses latihan.

Tinjauan atas tema dan pesan

Informasi latihan kedua pertunjukan

pada

memperlihatkan bahwa para aktor

memperlihatkan rujukan tematik yang

merupakan pusat dan penggerak utama

berbeda dari pertunjukan-pertunjukan

dalam proses pembangunan dramatika

yang

pertunjukan.

Pertunjukan Lini merujuk tema utama

Hal tersebut sangat berbeda

kedua

disutradarai

kebudayaan

pertunjukan

Wisran

Minangkabau

Hadi.

dalam

dengan pusat dramatugi pertunjukan-

kondisi-kondisi

pertunjukan

yang

sementara Menunggu mengusung tema

pada

naskah

tentang kondisi kehidupan pers yang

teruji

melalui

carut marut dalam kehidupan sosial-

sayembara

politik sebuah negara-bangsa moderen.

terutama lakon

Wisran

Hadi

didasarkan

yang

telah

penyertaannya

dalam

penulisan

naskah

tersebut

juga

sandiwara.

Hal

menginformasikan

kontemporer,

Tema-tema kedua pertunjukan juga memperlihatkan

konflik

yang

bahwa kedua sutradara telah sampai

dihadirkan memiliki keserupaan, yakni

pada eksperimen atas teaterikalitas

konflik-konflik kekinian. Sementara

sesungguhnya,

dimana

pertunjukan-pertunjukan Wisran Hadi

dapat

bersumber dari legenda dan sejarah

“naskah

yakni

lakon

saat

tidak

lagi

menjamin teaterikalitas di atas panggung” (Féral,

Josette

P.

Kedua sumber dramatik dan

begitu,

pusat konflik itu memberikan dua

Zurmailis dan Yusril masih tetap

dampak berbeda. ‘Keklasikan’ cerita

memberlakukan latihan-latihan yang

pada pertunjukan-pertunjukan Wisran

reguler dan tetap untuk membuatnya

Hadi dan ‘kekontemporeran’ cerita

menjadi pertunjukan yang ‘baku’ yang

pada Lini dan Menunggu yang turut

dengannya

dipahami

mengarahkan persepsi penonton, di

sebagai sebuah ‘teater sutradara’ (lebih

mana yang klasik cenderung diterima

lanjut tentang ‘teater sutradara’ lihat:

sebagai ‘ajaran’ dan ‘teladan’ didaktif

John Rouse, dalam Janelle G. Reinelt,

yang

Bermingham,

and 2002).

mesti

Ronald

lokal.

Pun

tetap

‘berjarak’,

sementara

yang

326


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

belakangan

cenderung

diterima

semisal

segi

psikologis,

segi

sebagai ‘pencerminan’ reflektif yang

sosiologis, dan segi ideologinya akan

‘mendekatkan’.

didaktif

sangat sulit dilakukan pada tokoh-

pertunjukan Wisran Hadi dihadirkan

tokoh di dalam Lini dan Menunggu.

melalui

Ke-‘personal’-an

Fungsi

‘cerita-cerita

lama’,

tokoh

sepertinya

menggunakan ‘kato kieh’ (lihat: A.A.

tidak berlaku pada tokoh-tokoh dalam

Navis, 1984: 229-232), yakni kiasan-

Lini dan Menunggu. Tokoh-tokoh

kiasan

tanpa personalitas itu seperti sedang,

dan

perumpamaan

perumpamaansebagaimana

juga

mengutip Bakdi Soemanto (2001:

tampak

dalam

pertunjukannya.

139), “lenyap menuju massa yang

Berbeda

dengan

Wisran

Hadi,

‘grey and unknown’, sebuah objek

membicarakan

ditengah kerumunan. Apa yang sangat

keminangkabauan melalui ‘peristiwa-

penting dalam hidup, ialah otentisitas,

peristiwa

terganyang.”

Zurmailis

baru’,

memilih

sementara

membicarakan

Yusril tema

keindonesiaan lebih luas. Tinjauan kedua

pertunjukan

penokohan

pertunjukan

Kesamaan

dalam

memperlihatkan

adalah

lainnya dan

Lini

adanya

antara

Menunggu

tokoh-tokoh

yang

sepertinya jamak (plural) dalam segi

bahwa tokoh-tokoh yang dihadirkan

jumlah,

pada

mewakili ketunggalan (singularitas)

kedua

beberapa

pertunjukan memiliki kesamaan.

namun

sesungguhnya

Indikasi

watak. Meskipun begitu, tokoh-tokoh

kesamaan pertama adalah adanya dua

‘plural yang singular’ pada kedua

kubu yang berbeda dan dalam posisi

pertunjukan memiliki perbedaannya

berseberangan pada tiap adegannya.

pula. Tokoh-tokoh yang mewakili dua

Perbedaan posisi ini, meskipun sekilas

kubu dan dua entitas dalam Lini relatif

terlihat

dapat

stabil dan konsisten. Tokoh-tokoh

dipahami dalam kerangka penokohan

lelaki mewakili perjalanan sosok laki-

protagonis-antagonis yang personal-

laki

individual dan melibatkan segi-segi

maskulinitas’

psikologis ataupun strata sosial tokoh.

(Minangkabau) yang harmonis menuju

Pelacakan-pelacakan dan identifikasi

maskulinitas yang serakah dan buas di

antagonistik,

tidak

yang

mengalami dari

‘perjalanan

ikatan

kultural

327


Pandu Birowo, Teater ‘Tanpa Kata’ dan ‘Minim Kata’ di Kota Padang Dekade 90-an dalam Tinjauan Sosiologi Seni

adegan-adegan akhir. Sementara tokoh

Senandung

perempuan

adalah tokoh-tokoh yang memiliki

mewakili

identitas

(1986),

Semenanjung

feminim yang maternal dan berada

fungsi

dalam dalam fungsinya untuk menjaga

cerita’

dan mempertahankan diri sendiri, anak

pertunjukannya. Hal tersebut secara

dan

inheren juga memperlihatkan bahwa

keturunannya,

serta

utama

untuk ‘menjalankan

dalam

pertunjukan-

lingkungannya. Tokoh-tokoh tersebut,

tokoh-tokoh

sebagaimana dikategorisasi oleh Anne

merupakan tokoh-tokoh dengan bobot

Ubersfeld (via Elain Aston dan George

dramatik yang lebih pekat.

Savona, 1991: 41), termasuk ke dalam

dalam

pertunjukannya

Perbedaan tersebut juga dapat

tokoh-tokoh metonimia dan metaforis,

dilihat

yakni tokoh yang berfungsi sebagai

perbandingan atas catatan dan kritik

“satu bagian dari keseluruhan bagian

pertunjukan-pertunjukan Wisran Hadi

yang lebih besar

atau berhubungan

dengan catatan dan kritik pertunjukan

dengan hal dan tokoh lain” dan tokoh

Lini dan Menunggu yang terbit di

yang

berbagai media massa. Tokoh Imam

“berfungsi

sebagai

sebuah

Bonjol

metafora.”

secara

dalam

jelas

melalui

pertunjukan

Imam

Hal-hal tersebut juga membuat

Bonjol (1982) misalnya, dipersepsi

tokoh-tokoh Lini dan Menunggu lebih

oleh Darman Moenir (1982) sebagai

terlihat

yang

tokoh yang “bukan seorang malaikat

tokoh-tokoh

atau nabi atau rasul. Ia tetap sebagai

yang ‘dramatik’. Tokoh-tokoh yang

manusia yang punya kelebihan dan

dihadirkan

kekurangan,

sebagai

‘teaterikal’

tokoh-tokoh

ketimbang

Wisran

Hadi

seperti

punya

keunikan

misalnya tokoh Imam Bonjol, Tuanku

manusiawi. Ia pun mempunyai rasa

Nan Renceh, dan Tuanku Koto Tuo,

gelisah, cemas, tak berdaya, ragu,

dalam pertunjukan Imam Bonjol (1982

bahkan

dan 1995), atau tokoh-tokoh dalam

pertunjukan

kaba seperti Malin Duano dan Malin

Semenanjung

Deman pada pertunjukan Puti Bungsu

sebagai

(1985), termasuk juga tokoh Hang

menceritakan tentang “Hang Jebat

Jebat dan Hang Tuah pada pertunjukan

yang tak rela sahabatnya, Hang Tuah,

juga

bisa

nekad”.

lainnya, (1986), pertunjukan

Atau

Senandung dipersepsi yang

328


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

yang harus dihukum mati tanpa alasan

dirinya

nyata” dan “tak rela istana jadi sarang

kondisi dan situasi tertentu. Hal itu

kemandekan,

tampak

tempat

kekuasaan

sebagai

‘sesuatu’

seperti

pada

dalam

yang

Lini

mutlak bercumbu dengan kebodohan

memperlihatkan tubuh dan gestur

dan penjilat.” (Kompas, 22 Agustus

sebagai ‘sesuatu’ bernama kebuasan

1986).

dan Sebaliknya, bobot teaterikalitas

keserakahan,

adalah

lebih

bernama

ketimbang

bobot

pada

Menunggu tubuh-tubuh yang hadir

dalam Lini dan Menunggu terlihat dominan

sementara

perwujudan ‘teror’,

dari

‘sesuatu’

‘intimidasi’,

dan

dramatiknya. Lini misalnya, dipersepsi

‘korban’ berita. Akting-akting dari

oleh penonton sebagai pertunjukan di

para pemain dalam kedua pertunjukan

mana “Idiom yang ditimpakan kepada

juga tidak dibangun dalam upaya dan

penonton terlalu bertubi-tubi. Bahkan

kerangka ‘menjadi seseorang’ namun

penonton yang sudah berusaha keras

lebih

untuk ikut dalam irama permainan

‘menampilkan potret’ sebuah kondisi.

harus menerima resiko, pemain terlalu

Jerzy Grotowsky (1968: 21) menyebut

tergesa-gesa dan tidak maksimal.”

akting

(Alfian Zainal, 30 September 1996).

arketipal”,

Mengenai Menunggu, Ayub Badrin,

menggunakan

seorang penggiat dan ketua Teater Izet

mengekspresikan

yang tinggal di Medan, mencatatnya

tersembunyi,

sebagai

yang

mengenali imaji-imaji itu kembali.

pertunjukan

sebagai

sarana

demikian

untuk

sebagai

yakni

“akting

akting

yang

teknik

untuk

imaji

kolektif

sehingga

penonton

menggambarkan

“Koran

sebagai

Tujuan dari akting arketipal terutama

media

dituding

sebagai

untuk membuat penonton mengenali

corong pekak yang dipasung. Orang-

kembali peristiwa-peristiwa di atas

orang di dalam televisi mengalami

panggung

shock mental dan sangat menderita.”

menggetarkan

(Riau Pos, ? Juli 1997).

‘sesuatu’ yang terlanjur laten di dalam

informasi

Pada banyak adegan, gestur dan tubuh-tubuh pemain dalam Lini dan Menunggu lebih memperlihatkan

sebagai

peristiwa

dan

yang

menggugah

ingatannya. Gestur pertunjukan

dan Lini

akting dan

dalam

Menunggu

329


Pandu Birowo, Teater ‘Tanpa Kata’ dan ‘Minim Kata’ di Kota Padang Dekade 90-an dalam Tinjauan Sosiologi Seni

membuktikan potret arketipal tersebut.

sementara

pada

pertunjukan-

Meskipun memiliki kemiripan secara

pertunjukan

yang

menonjolkan

fisikal dalam bentuk pertunjukannya

teaterikalitas,

fungsi

itu

dengan

menjadi aktor yang ‘mempertunjukkan

teater-teater

sebagaimana

juga

artaudian

terlihat

pada

potret

peristiwa’.

Bahkan,

berubah

karena

dan

bobot provokatif dari teaterikalitasnya,

Menunggu sama sekali tidak terlihat

tubuh-tubuh dan gestur pada Lini dan

memiliki niat untuk membangun apa

Menunggu

yang

‘horor

maksimalnya pada penonton untuk

eksistensial’ oleh Charles Marowitz

melakukan upaya pembacaan tanda-

(1990: 299).2

tanda teaterikalitas tersebut ketimbang

Grotowsky,

pertunjukan

disebut

sebagai

Lini

Perbedaan antara pertunjukan

menerimanya

memberikan

sebagai

tawaran

pembeberan

yang menekankan akting dramatik

cerita. Dalam hal ini penonton ditarik

dengan pertunjukan yang menekankan

dan

akting

membaca’ dan bukan untuk ‘pasif

teaterikal,

menimbulkan

perbedaan pula pada fungsi aktor

diprovokasi

untuk

‘aktif

menerima’ pertunjukan.

dalam hubungannya dengan peran

Selain melakukan eksperimen

yang dimainkan. Pada pertunjukan-

dan eksplorasi yang sedemikian intens

pertunjukan dramatik, aktor adalah

atas tubuh dan gestur, pertunjukan Lini

‘aktor yang memerankan tokoh cerita’,

dan Menunggu juga menggunakan setting panggung dengan fungsi dan

2

Charles Marowitz menyebutkan bahwa segala bentuk pembongkaran pikiran, perasaan, dan saraf-saraf dalam pertunjukan ‘teater kejam’ ditujukan untuk mengungkap kebenaran di balik realitas sosial. Akan tetapi kebenaran itu selamanya terselubung hingga manusia mampu menghadapinya melalui ‘konfrontasi’. Ketegangan dan ketakutan di dalam diri personal tiap individu yang tidak mungkin dihindari dalam konfrontasi itulah yang disebutnya sebagai ‘horor eksistensial’. Teater kejam menawarkan jalan untuk mengalami ‘horor eksistensial’ tersebut melalui pertunjukan-pertunjukannya. Tujuan utamanya adalah melatih penonton agar tidak takut mengalami horor itu saat benar-benar terjadi dalam kehidupan nyata yang dijalaninya.

tujuan yang berbeda dari pertunjukanpertunjukan yang disutradarai Wisran Hadi. Hal itu terlihat pertama kali dari skeneri panggungnya (tentang seting panggung lihat: Samuel Selden dan Hunton D. Sellman, 1964: 15).3 Pada pertunjukan Imam Bonjol misalnya, sebagaimana

telah

dideskripsikan

3

Setting panggung, merujuk Samuel Selden dan Hunton D. Sellman, terdiri dari skeneri, properti, kostum dan pencahayaan.

330


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

Sahrul N., Wisran Hadi menyusun

Menunggu bobot ekspresifnya lebih

ribuan bambu sedemikian rupa hingga

menonjol ketimbang lokatifnya.4

mereferensikan,

Hal yang sama juga terjadi

secara lokatif dan arsitektural, bentuk

pada properti yang digunakan dalam

benteng pertahanan kaum Paderi. Hal

pertunjukan.

lain yang terlihat dari skeneri yang

dalam

digunakan oleh pertunjukan Imam

(1995) terutama untuk membangun

Bonjol adalah bentuknya yang secara

ilusi layaknya sebuah situasi pada

jelas ditujukan untuk membangun

banyak adegan peperangan, sementara

suatu lokasi realistik-ilusif.

properti koran-koran dan bingkai kayu

menyerupai

dan

Sementara skeneri Lini dan Menunggu

dibangun

tidak

dalam

Penggunaan

pertunjukan

Imam

pedang Bonjol

pada Menunggu menjadi properti yang selalu

terikat

dan

terlibat

dalam

kerangka dan rujukan lokatif-definitif,

membangun tanda-tanda simbolis dan

namun

ruang-ruang

peristiwa-peristiwa pada tiap adegan.

yang

Properti dan benda-benda pada Lini

lebih

sebagai

simbolis-provokatif

merepresentasikan situasi-situasi dan

dan

kondisi-kondisi tertentu. Sifat dan

penonton untuk selalu memperhatikan

rujukan situasional dan kondisional

dan

dari setting panggung yang digunakan

secara

Lini dan Menunggu juga membuat

simboliknya.

Menunggu

memancing

menduga-duga teaterikal

mata

kegunaannya ataupun

tanda

bobot

Kostum yang digunakan kedua

ketimbang

pertunjukan juga tidak merujuk pada

arsitekturalnya. Hal itu juga membuat

sebuah rentang waktu tertentu secara

skeneri dalam Lini dan Menunggu

harfiah

pertunjukan lebih memiliki atmosferiknya

melainkan

tetap

dalam

lebih memiliki fungsi dan bobot ekspresif ketimbang lokatif. Meskipun kedua konsep tersebut tidak dapat dipertentangkan

secara

diametral,

namun dalam pertunjukan Lini dan

4 Pada dasarnya setiap setting pertunjukan memiliki dimensi lokatif dan ekspresifnya masing-masing. Hanya saja, pertimbangan dalam memberikan bobot dan penekanan pada salah satu dimensi tersebut dapat memberi kesan yang berbeda pada tiap pertunjukan. Untuk memahami dasar-dasar dimensi lokatif dan ekspresif setting dalam pertunjukan lihat: Samuel Selden dan Hunton D. Sellman, Stage Scenery and Lighting, ‌, 1964: 15.

331


Pandu Birowo, Teater ‘Tanpa Kata’ dan ‘Minim Kata’ di Kota Padang Dekade 90-an dalam Tinjauan Sosiologi Seni

kerangka metaforis dan pragmatisnya. Penggunaan kostum

dalam

PENUTUP

kedua

Hadirnya kedua pertunjukan

pertunjukan juga memiliki kedekatan

dengan

dengan teater-teater artaudian, yang

‘minim-kata’ pada pertengahan dekade

“tidak untuk mengidentifikasi tokoh

90-an akhirnya dapat disimpulkan

secara spesifik’, namun tetap berguna

sebagai sebuah bagian dari strategi

untuk “meneror penonton dengan

dalam ‘pemosisian’ kedua sutradara.

intensi sensual”( John Harrop dan

Pemosisian

Sabin R. Epstein, 1990: 307).

‘pemosisian internal’ dalam kaitannya

Pada kedua

wilayah

pertunjukan

menggunakan kapasitas

tata

cahaya,

bentuk

‘tanpa-kata’

pertama

dan

adalah

untuk membedakan dan menggugat

juga

tidak

pencahayaan

dalam

Wisran Hadi yang dominan di kota

waktu

Padang;

untuk

menandai

dramaturgi

pertunjukan-pertunjukan

serta,

kedua,

sebagai

eksternal’

yang

harfiah perihal terjadinya peristiwa

‘pemosisian

dalam pertunjukan seperti siang, sore,

berhubungan dengan sikap politik atas

malam, namun lebih sebagai ‘efek’

realitas ‘krisis bahasa’ pada masa itu.

dan

penekanan

atas

intensitas

Analisis eksternal atas arena

peristiwa dan adegan. Dampak yang

teater kota Padang memperlihatkan

diharapkan dari tata artisitik demikian

bahwa kedua sutradara diposisikan dan

terutama untuk membangun suasana

disituasikan oleh adanya arus dominan

pertunjukan

yang dengannya merangsang mereka

yang

sepenuhnya

ekspresif dan teatrikal dan merangsang

untuk

visual-auditif

pengambilan

non-dramatik

yang

merumuskan posisi.

strategi Strategi

‘mengerkah’ perasaan dan pikiran

pertunjukan ‘tanpa-kata’ dan ‘minim-

penonton. Pada level tertentu, setting

kata’ menjadi pilihan yang cukup

panggung pada Lini dan Menunggu

efektif dalam struktur arena di masa

terlihat paralel dengan apa yang

itu. Pada analisis internal, unsur-unsur

dimaknai Artaud (1958: 37) sebagai

dramaturgi yang digunakan kedua

“sebuah ruang fisikal yang minta diisi

sutradara dalam kedua pertunjukan

dan diberi makna untuk berucap.”

juga menegaskan strategi gugatan itu secara konsisten dan koheren.

332


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

Bentuk ‘minim-kata’

‘tanpa-kata’ ini

juga

dan

selanjutnya

menjadi semacam kredo artistik bagi kedua kelompok teater dalam prosesproses kreatif di masa berikutnya. Selain itu bentuk ini juga sempat menjadi

satu

sebagaimana

trend

terlihat

dalam

artistik acara

Pekan Seni III yang diadakan oleh Dewan Kesenian Sumatera Barat di tahun 2002, di mana enam pertunjukan dari

enam

kelompok

teater

mempergunakan bentuk pertunjukan ‘tanpa-kata’

atau

‘minim-kata’.

Dengan demikian, strategi ‘tanpa-kata’ dan ‘minim-kata’ merupakan sebuah strategi gugat dari kedua sutradara dan kelompok atas struktur arena dan posisi-posisi

yang

ada

pada

pertengahan dekade 90-an.

KEPUSTAKAAN Alkatiri, Zeffry. “The Words of Magic Used During the Soeharto’s Indonesian New Order Military Regime Era 19801997” dalam Asian Journal Of Social Sciences & Humanities, Vol. 2. No. 1. February 2013. Japan: Leena and Luna International, Oyama. Anwar, Khaidir. 1976. “Minangkabau, Background of the Main Pioneers of Modern Standard

Malay in Indonesia”, Archipel, Année, Volume 12, Numéro 1. Artaud, Antonin. 1958. The Theatre and Its Double (trans. Mary Richards). New York: Grove Press. Aston, Elain, dan George Savona. 1991. Theatre as Sign-System, A Semiotics of Text and Performance. New York: Routledge. Bourdieu, Pierre. 1990. The Intelectual Field: a World Apart dalam In Other Words, Essays Toward a Reflexive Sociology. California: Stanford University Press. ______. 1993. Principles for a Sociology of Cultural Works. dalam The Field of Cultural Production: Essays on Art and Literature (ed. Randal Johnson). Columbia: Columbia University Press. ______. 1993 . The Field of Cultural Production, or: The Economic World Reversed. dalam The Field of Cultural Production, Essays on Art and Literature (ed. Randal Johnson), Columbia: Columbia University Press. Creswell, John W. 1998. Qualitative Inquiry and Research Design Chossing Among Five Tradition. London: Sage Publications. Dhakidae, Daniel. 1996. Bahasa dan Kekuasaan: Bahasa, Jurnalisme, dan Politik Orde Baru. dalam Bahasa dan Kekuasaan: Politik Wacana di Panggung Orde Baru (ed. Yudi Latif dan Idi Subandi Ibrahim). Bandung: Mizan.

333


Pandu Birowo, Teater ‘Tanpa Kata’ dan ‘Minim Kata’ di Kota Padang Dekade 90-an dalam Tinjauan Sosiologi Seni

Elam, Keir. 1983. The Semiotics of Theatre and Drama. London dan New York: Methuen. Féral, Josette and Ronald P. Bermingham. 2002. Theatricality: The Specificity of Theatrical Language Author(s). SubStance, Vol. 31, No. 2/3, Issue 98/99: Special Issue: Theatricality, Published by: University of Wisconsin Press. Grotowsky, Jerzy. 1968. Towards a Poor Theatre, New York. Harrop, John, dan Sabin R. Epstein. 1990. Acting with Style (second edition). New Jersey: Prentice Hall. Hassan, Fuad. 2000. Beberapa Catatan Buat Eksperimen W.S. Rendra ‘Bip-Bop’, dalam Rendra dan Teater Modern Indonesia (ed. Edi Haryono). Yogyakarta: Kepel Press. Mohamad, Goenawan. 2000. Tentang Bip-Bop Mengapa Teater Mini Kata. dalam Rendra dan Teater Modern Indonesia (ed. Edi Haryono). Yogyakarta: Kepel Press. Navis, A.A. 1984. Alam Terkembang Jadi Guru. Jakarta: Grafiti Pres. Pramayoza, Dede. 2009. Catatan Festival Teater Sumatera Barat; Tinjauan Terhadap Isu, Peserta dan Modus Pelaksanaan Festival Teater di Sumatera Barat 1975-2009. laporan penelitian pada Puslit dan P2M STSI Padangpanjang. R.M. Soedarsono. 2001. Metodologi Penelitian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa. Bandung: MSPI.

Rouse, John. 1992. Textuality in Theatre and Drama: Some Contemporary Possibilities. dalam Janelle G. Reinelt dan Joseph R. Roach, Critical Theory and Performance. Ann Arbor: The University of Michigan Press. Sahrul N. 2005. Kontroversial Imam Bonjol. Padang: Penerbit Garak. Selden, Samuel, dan Hunton D. Sellman. 1964. Stage Scenery and Lighting. New York: Appleton-Century-Croft. Simatupang, Lono. 2013. Kajian Tari dan Wacana Penubuhan. dalam Pergelaran; Sebuah Mozaik Penelitian SeniBudaya. Yogyakarta: Jalasutra. Soemanto, Bakdi. 2001. Jagat Teater. Yogyakarta: Kepel Press. Syafril. 2010. Wisran Hadi, Bumi Teater dan Teater yang Mengindonesia. JakartaPadang: FTI Press. “20 tahun Bumi; Fenomena dari suatu Perjalanan Kreatifitas”, Dokumen pada perayaan 20 tahun Bumi Teater di Padang, 1996, tidak diterbitkan. Koran Adilla,

Ivan. “Benarkah kita membutuhkan Teater?”. harian Singgalang, 29 Januari 1989. Adilla, Ivan. “Pementasan ‘Lini’ KSST Noktah: Sebuah Pencarian Penuh Ketegangan”. Harian Singgalang, 27 Oktober 1996. Azwar, Nasrul. “’Memboyong’ Indonesia ke Atas Pentas”. Harian Singgalang, ? April 1997.

334


Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 2, November 2014

Elfialdi. “Kontramitos dan Kontroversi Wisran Hadi”. harian Kompas, 12 November 1995. Harahap, Rudy. “Jalan Lurus, Silat Lidah Mengubah Makna”. harian Republika, 19 Desember 1993. Junus, Umar, “Wisran Hadi dan perkembangan Drama di Indonesia”, harian Sinar Harapan, 27 Desember 1980. Moenir, Darman, “’Imam Bonjol’ di Tangan Wisran Hadi”, harian Haluan, 9 Maret 1982. Pramana Pmd., “Sedikit Catatan Tentang Pementasan ‘Wanita Terakhir’ Karya dan Sutradara Wisran Hadi”, harian Haluan, 24 Agustus 1976. Sabri, Asraferi, “Teater Sumatera Barat Hanya Punya Sutradara”, harian Singgalang, ? Juli 1993. Yohanes, Benny, “Teater Khotbah dan Mikrofonisasi Kesenian” harian Kompas, 21 Februari 1993.

Yusril,

“Perkembangan (Teater Moderen Indonesia?) di Sumatera Barat”, Harian Singgalang, ? Juni 1994. Zainal, Alfian, “Catatan Pementasan Lini Teater Noktah; Kalau Lilik mau Bersabar”, harian Singgalang, 30 September 1996. Zulmasri, “Teater Sumatera Barat: Kerja Amatiran dan Tumpang Tindih”, harian Singgalang, 22 Juni 1992. “Menyulap Luka-luka Tradisi”, harian Kompas, 22 Agustus 1986. “‘Wajah Mereka’ Hilang dalam Jambore Teater”, Harian Republika, Kamis 2 Juni 1994. “Melihat ketegangan Tema Teater Indonesia”, harian Riau Pos, ? Juli 1997. “Seni Tanpa Kata Padangpanjang”, harian Kompas, 2 November 2002.

335


Indeks Nama Penulis JURNAL EKSPRESI SENI PERIODE TAHUN 2011-2014 Vol. 13-16, No. 1 Juni dan No. 2 November

Admawati, 15 Ahmad Bahrudin, 36 Alfalah. 1 Amir Razak, 91 Arga Budaya, 1, 162 Arnailis, 148 Asril Muchtar, 17 Asri MK, 70 Delfi Enida, 118 Dharminta Soeryana, 99 Durin, Anna, dkk., 1 Desi Susanti, 28, 12 Dewi Susanti, 56 Eriswan, 40 Ferawati, 29 Hartitom, 28 Hendrizal, 41 Ibnu Sina, 184 I Dewa Nyoman Supanida, 82 Imal Yakin, 127 Indra Jaya, 52 Izan Qomarats, 62 Khairunas, 141 Lazuardi, 50

Leni Efendi, Yalesvita, dan Hasnah Sy, 76 Maryelliwati, 111 Meria Eliza, 150 Muhammad Zulfahmi, 70, 94 Nadya Fulzi, 184 Nofridayati, 86 Ninon Sofia, 46 Nursyirwan, 206 Rosmegawaty Tindaon, Rosta Minawati, 122 Roza Muliati, 191 Selvi Kasman, 163 Silfia Hanani, 175 Sriyanto, 225 Susandra Jaya, 220 Suharti, 102 Sulaiman Juned, 237 Wisnu Mintargo, dkk., 115 Wisuttipat, Manop, 202 Yuniarni, 249 Yurnalis, 265 Yusril, 136


JURNAL EKSPRESI SEN Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni ISSN: 1412–1662 Volume 16, Nomor2,November 2014

Redaksi Jurnal Ekspresi Seni Mengucapkan terimakasih kepada para Mitra Bebestari

1. Ediwar, S.Sn., M.Hum. Ph.D (ISI Padangpanjang) 2. Dr.G.R. Lono Lastoro Simatupang, M.A (UGM Yogyakarta) 3. Dr. Sri Rustiyanti, S.Sn., M.Sn (ISBI Bandung)


EKSPRESI SENI Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni

Redaksi menerima naskah artikel jurnal dengan format penulisan sebagai berikut: 1. Jurnal Ekspresi Seni menerima sumbangan artikel berupa hasil penelitian atau penciptaan di bidang seni yang dilakukan dalam tiga tahun terakhir, dan belum pernah dipublikasikan di media lain dan bukan hasil dari plagiarisme. 2. Artikel ditulis menggunakan bahasa Indonesia dalam 15-20 hlm (termasuk gambar dan tabel), kertas A4, spasi 1.5, font times new roman 12 pt, dengan margin 4cm (atas)-3cm (kanan)-3cm (bawah)-4 cm (kiri). 3. Judul artikel maksimal 12 kata ditulis menggunakan huruf kapital (22 pt); diikuti nama penulis, nama instansi, alamat dan email (11 pt). 4. Abstrak ditulis dalam dua bahasa (Inggris dan Indonesia) 100-150 kata dan diikuti kata kunci maksimal 5 kata (11 pt). 5. Sistematika penulisan sebagai berikut: a. Bagian pendahuluan mencakup latar belakang, permasalahan, tujuan, landasan teori/penciptaan dan metode penelitian/penciptaan b. Pembahasan terdiri atas beberapa sub bahasan dan diberi sub judul sesuai dengan sub bahasan. c. Penutup mengemukakan jawaban terhadap permasalahan yang menjadi fokus bahasan. 6. Referensi dianjurkan yang mutakhir ditulis di dalam teks, footnote hanya untuk menjelaskan istilah khusus. Contoh: Salah satu kebutuhan dalam pertunjukan tari adalah kebutuhan terhadap estetika atau sisi artistik. Kebutuhan artistik melahirkan sikap yang berbeda daripada pelahiran karya tari sebagai artikulasi kebudayaan (Erlinda, 2012:142). Atau: Mengenai pengembangan dan inovasi terhadap tari Minangkabau yang dilakukan oleh para seniman di kota Padang, Erlinda (2012:147-156) mengelompokkan hasilnya dalam dua bentuk utama, yakni (1) tari kreasi dan ciptaan baru; serta (2) tari eksperimen. 7. Kepustakaan harus berkaitan langsung dengan topik artikel. Contoh penulisan kepustakaan: Erlinda. 2012. Diskursus Tari Minangkabau di Kota Padang: Estetika, Ideologi dan Komunikasi. Padangpanjang: ISI Press.


Pramayoza, Dede. 2013(a). Dramaturgi Sandiwara: Potret Teater Populer dalam Masyarakat Poskolonial. Yogyakarta: Penerbit Ombak. _________. 2013(b). “Pementasan Teater sebagai Suatu Sistem Penandaan”, dalam Dewa Ruci: Jurnal Pengkajian & Penciptaan Seni Vol. 8 No. 2. Surakarta: ISI Press. Simatupang, Lono. 2013. Pergelaran: Sebuah Mozaik Penelitian Seni Budaya. Yogyakarta: Jalasutra. Takari, Muhammad. 2010. “Tari dalam Konteks Budaya Melayu”, dalam Hajizar (Ed.), Komunikasi Tradisi dalam Realitas Seni Rumpun Melayu. Padangpanjang: Puslit & P2M ISI. 8. Gambar atau foto dianjurkan mendukung teks dan disajikan dalam format JPEG.

Artikel berbentuk soft copy dikirim kepada : Redaksi Jurnal Ekspresi Seni ISI Padangpanjang, Jln. Bahder Johan. Padangpanjang Artikel dalam bentuk soft copy dapat dikirim melalui e-mail: red.ekspresiseni@gmail.com



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.