JURNAL EKSPRESI SENI Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni ISSN:1412–1662 Volume 16, Nomor1,Juni 2014,hlm. 1-167
i
JURNAL EKSPRESI SENI Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni ISSN: 1412–1662 Volume 16, Nomor1,Juni 2014,hlm. 1-167
Terbit dua kalisetahun pada bulan Juni dan November.Pengelola Jurnal Ekspresi Seni merupakan subsistemLPPMPPInstitut Seni Indonesia (ISI)Padangpanjang. Penanggung Jawab Rektor ISI Padangpanjang Ketua LPPMPP ISI Padangpanjang Pengarah KepalaPusat Penerbitan ISI Padangpanjang Ketua Penyunting Dede Pramayoza TimPenyunting Elizar Sri Yanto Surherni Roza Muliati Emridawati Harisman Rajudin Penterjemah Adi Khrisna Redaktur Meria Eliza Dini Yanuarmi Thegar Risky Ermiyetti Tata Letak danDesainSampul Yoni Sudiani Web Jurnal Ilham Sugesti ______________________________________________._________________________________ Alamat Pengelola Jurnal Ekspresi Seni:LPPMPP ISI Padangpanjang Jalan Bahder JohanPadangpanjang 27128, Sumatera Barat; Telepon(0752) 82077 Fax. 82803; e-mail;red.ekspresiseni@gmail.com Catatan.Isi/Materi jurnal adalah tanggung jawab Penulis. Diterbitkan Oleh Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang
JURNAL EKSPRESI SENI Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni ISSN:1412–1662 Volume 16, Nomor1,Juni 2014,hlm. 1-167
DAFTAR ISI PENULIS
JUDUL
HALAMAN
Enrico Alamo
Sampuraga: Penciptaan Opera Batak
1-17
Eko Wahyudi
Sasadu On The Sea Wacana Seni Budaya dalam Festival Teluk Jailolo 2013
18-36
Yosi Ramadona & Nursyirwan
Pertunjukan Kompang Bengkalis: dari Arak-Arakan ke Seni Pertunjukan
37-48
Ipong Niaga
Membentuk Kemampuan Psikologikal Dasar Calon Aktor dengan Metode Latihan Bertutur
49-64
Nofrial
Ukiran Akar Kayu Pulau Betung Jambi Menuju Industri Kreatif
65–85
Elsa Putri E. Syafril
Diaspora Sedulur Sikep dan Keseniannya di Sawahlunto
86–97
Ranelis
Seni Kerajinan Bordir Hj.Rosma: Fungsi Personal dan Fisik
98–115
Maisaratun Najmi
Produksi dan Penyiaran Program Seni dan Budaya di Grabag Tv
116–132
Bahren, Herry Nur Hidayat, Sudarmoko, Virtuous Setyaka
Industri Kreatif Berbasis Potensi Seni dan Sosial Budaya di Sumatera Barat
133–155
Zely Marissa Haque
Perkembangan Bengkulu
156-167
Musik
Dol
di
Kota
_______________________________________________________ Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 49/Dikti/Kep/2011 Tanggal 15 Juni 2011 Tentang Pedoman Akreditasi Terbitan Berkala Ilmiah. JurnalEkspresi SeniTerbitan Vol.16, No. 1 Juni 2014Memakaikan Pedoman Akreditasi Berkala Ilmiah Tersebut.
i
SAMPURAGA: PENCIPTAAN OPERA BATAK Enrico Alamo Prodi Seni Teater, Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang godottwo@gmail.com ABSTRAK Opera Batak Sampuraga merupakan lakon yang bermula dari pengalaman melihat sebuah situs kolam Air Panas Sampuraga, di daerah Sirambas Mandailing- Natal, yang kisahnya dituturkan dari mulut ke mulut (satra lisan). Kemudian dilakukan penataan ulang baik dari aspek penokohan maupun peristiwa yang terjadi, menggunakan beberapa struktur teater modern Indonesia. Dikarenakan Opera Batak memiliki beberapa kesamaan dengan struktur lakon teater modern Indonesia. Opera Batak Sampuraga sebagai objek penciptaan karya seni, mengalami berbagai sentuhan kreatifitas baik hadirnya unsur-unsur kesenian dari daerah lain. Salah satunya gundala-gundala, teater tradisi dari daerah Karo. Lakon Sampuraga merupakan satu obsesi dan ambisi manusia dalam menggapai cita-cita, yang memerlukan pengorbanan, walaupun akhirnya sebuah kutukan yang akan menimpa. Lakon ini ditampilkan melalu pendekatan realisme dengan gaya representasi. Bentuk tragedi dipilih karena kejadian yang menimpa dua anak manusia, ibu dan anak. Penciptaan kali ini penting karena Opera Batak Sampuraga mirip dengan pola dan pengadegan dalam lakon-lakon teater modern Indonesia . Kata Kunci: Sampuraga, opera batak, teater modern Indonesia
ABSTRACT Opera Batak Sampuraga is a play that began from the experience of seeing the site Sampuraga Hot Spring, located in the area Sirambas Mandailing-Natal, and stories are told from mouth to mouth (oral literature). Then rearrangement is done regarding characterization and the occuring event by using some structures of Indonesian modern theater. As Batak Opera has some similarities with the structure of Indonesian modern theater, Opera Batak Sampuraga as an object of art creation, experiences a touch of creativity with the presence of various elements of art from other regions; one of them is gundala-gundala, a traditional theater of Karo region. Sampuraga play is a human obsession and ambition in reaching their goals, which requires sacrifice, although it eventually leads a curse. Opera This play is presented through a realism approach with representation style. The form of tragedy is chosen because of the incident happening to two human beings; mother and child. This creation is important because Opera Batak Sampuraga is similar to the pattern and characterization of plays in Indonesian modern theater. Keywords: Sampuraga, opera batak. Indonesian modern theatre
1
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
Materi cerita yang ditampilkan
PENDAHULUAN Opera Batak adalah salah satu
dalam opera adalah sesuatu yang
seni pertunjukan dari daerah Sumatera
sangat
Utara yang eksistensinya sebagai teater
masyarakat
tradisi halak Batak semakin memudar
kehidupan masyarakat itu sendiri. Ada
dan
kisah nyata, ada legenda, dan ada juga
bisa
dikatakan
semakin
dekat
dengan yakni
kehidupan sendi-sendi
menghilang. Kalaupun ada pementasan
kiasan
Opera Batak, hanya dilakukan sesekali
dihadirkan sekiranya masih relevan
oleh kelompok yang itu-itu juga, dan
dengan
sifatnya hanya sebagai pelepas rindu
masyarakat. Salah satu cerita dalan
ataupun sebuah acara perayaan.
Opera Batak tersebut adalah kisah
Sementara
itu,
kehidupan
Guru Saman, yang diilhami kisah nyata
dan
melebihi
lain adalah kisah Si Singamangaraja,
tradisi
lainnya.
yang merupakan seorang pahlawan
masa
nasional. Selain itu, beberapa kisah lain
keemasan Opera Batak memang sangat
yang sering dipentaskan antara lain:
mendukung eksistensi Opera Batak.
Batu Gantung, Sampuraga, Simardan,
Masyarakat pada saat itu memang
yang terinspirasi dari situsnya, kisah
sangat membutuhkan hiburan sebagai
Siboru Napinaksa adalah kisah yang
sarana untuk melepaskan diri dari
menyerupai kisah Siti Nurbaya atau
rutinitas
yang
Romeo dan Juliet.
lakon
Opera
dikatakan
semarak
kesenian-kesenian Kondisi
masyarakat
lalu
problema
yang
yang terjadi di daerah Tarutung. Cerita
Batak
masa
perumpamaan
bisa
Opera
di
pementasan
atau
pada
monoton.
Beberapa
Batak
tersebut
Realitas
sosial
lain
yang
dipentaskan berulang-ulang lebih dari
acapkali menginspirasi kisah dalam
satu kali dengan tampilan artistiknya
Opera
yang
masyarakat
sangat
bervariasi.
Hal
ini
Batak
adalah
Batak
keberadaan
yang
terkenal
menunjukan bahwa: kadar seni yang
sebagai masyarakat perantau. Tidak
ditampilkan sesuai
sedikit laki-laki terlambat menikah
kemampuan
dan
dengan tingkat daya
masyarakatnya (Purba, 2002:30).
tafsir
karena
mengejar
cita-cita
dengan
berbagai ‘idealisme’ yang menurut mereka
akan
terpenuhi
dalam
2
Enrico Alamo, Sampuraga: Penciptaan Opera Batak
perantauan. Mereka merasa belum
sebagainya).
perlu
dihadirkan
menikah
sebelum
dapat
Pola
dialog
dengan
juga banyak
membahagiakan ibunya atau sebelum
pengulangan
merasa
‘menggurui’. Unsur-unsur lain seperti
memiliki
ekonomi
yang
dan
cenderung
musik dan tarian pun seolah menjadi
‘mapan’. Selain tema di atas, hampir
unsur pelengkap yang tidak pernah
seluruh sendi-sendi kehidupan disentuh
tergarap secara maksimal. Musik hanya
oleh opera. Itulah sebabnya Opera
dimaknai sebagai ‘musik’ saja (un
Batak sangat digemari atau bahkan
sich) bukan sebagai bagian yang ‘utuh’
sangat
Sayangnya
dari opera. Tarian juga mendapat
kekayaan tematik di atas tidak dikuti
perlakuan yang sama yakni seringkali
inovasi
lepas dari ‘dramatik’ perjalanan lakon
digandrungi.
(pertunjukan)
yang
lain.
Padahal, masyarakat masa kini yang
cerita.
merasa dirinya sudah berada dalam
Opera
Batak
adalah
karya
lingkaran ‘kemajuan’ (terutama kaum
adiluhung yang pernah mengalami
muda) beranggapan bahwa hal-hal
masa keemasan, tetapi kenyataannya
yang bersifat kedaerahan dianggap
kini di ambang kepunahan. Secara
ketinggalan jaman; adat, bahasa ibu,
kesejarahan Opera ini pernah eksis
benda-benda tradisi, makanan tradisi
tetapi
dan sebagainya, yang sudah dianggap
kepedulian yang besar. Penciptaan
tidak proporsional bagi kebutuhan
Opera
masyarakat modern.
mengakomodasi
Kenyataan tersebut, mestinya disadari
juga
bahwa
masyarakat
keberadaaanya
membutuhkan
setidaknya
Batak tiga
persoalan
penting: Pertama, mengapa Opera Batak yang adiluhung itu kurang
(sebagai basis penonton) di masa kini
diminati
lebih gemar menikmati sesuatu yang
pendukungnya. Kedua, Aspek apa saja
simple, dan tidak perlu berlama-lama.
yang perlu mendapatkan perhatian,
Visualisasi
yang
pertimbangan, dan penekanan. Ketiga,
berkembang di masa dulu juga terlihat
unsur apa saja yang harus ditambah
kurang
artistik
atau dikurangi, dan membutuhkan
dan
‘modifikasi’. Merujuk hal tersebut
(cahaya,
Opera
Batak
mempertimbangkan properti,
setting,
oleh
masyarakat
3
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
maka persoalan yang diangkat dalam
dan kehendak untuk mencari jatidiri
penciptaan
Bagaimana
dengan pergi merantau; berjuang, rajin,
mewujudkan pementasan Opera Batak
dan mencapai puncak keberhasilan
dalam kebaruan (inovasi) yang tetap
hingga jenjang pernikahan. Akan tetapi
berpijak pada akarnya namun mampu
ceritapun
mengakomodir
instrumen-instrumen
terwujud semua impiannya, Sampuraga
seni pertunjukan masa kini. Pilihan
pun berbalik menjadi durhaka, tidak
pertamanya adalah menciptakan lakon
hanya pada kekasih dan kampung
Opera Batak Sampuraga, sebuah cerita
halamannya di masa lalu, bahkan
rakyat dari Tapanuli. Karena hampir
kepada ibunya sendiri pun ia tak
keseluruhan cerita yang ada pada
mengakuinya. Lakon ini kemudian
pentas Opera Batak bersumber dari
diubah tidak sekedar bercerita tentang
cerita
kedurhakaan seorang anak pada ibu
adalah:
rakyat
maupun
legenda
masyarakat Sumatera Utara.
berakhir
kandungnya,
ironis:
tetapi
juga
setelah
durhaka
Opera Batak Sampuraga adalah
terhadap unsur-unsur yang ada di
lakon yang terinspirasi dari sebuah
kampung halaman (yang dianggap
situs telaga air panas yang berada di
‘kampungan’ atau ketinggalan jaman).
desa Sirambas Mandailing-Natal dan
Penciptaan
Opera
Batak
cerita legenda yang diturunkan secara
Sampuraga tidak mengubah esensi
lisan. Telaga air panas itu merupakan
cerita tetapi menambah sasaran tema
wujud dari kedurhakaan seorang anak
yang dianggap urgen pada masa kini,
yang bernama Sampuraga. Ia dikutuk
penggarapannya
karena tidak lagi mengakui ibunya
konvensi
yang
dikenal
Sampuraga
Na
mengacu
teater
modern,
pada serta
dengan
sebutan
memperhitungkan
Maila
Marina
mempertimbangkan aspek pertunjukan.
dan
(Sampuraga yang malu beribu). Opera
Opera
Batak Sampuraga adalah sebuah lakon
menitikberatkan
opera yang mengisahkan kehidupan
seorang anak kepada ibunya, tetapi
Sampuraga, mulai dari kehidupan yang
Penciptaan Opera Batak Sampuraga
miskin, pendirian yang teguh (gengsi
justru mengarahkan kedurhakaan itu
tinggi, harga diri yang selalu dijaga),
kepada hal lain juga yaitu pada kondisi
Batak pada
sebelumnya kedurhakaan
4
Enrico Alamo, Sampuraga: Penciptaan Opera Batak
sosial kampung halaman, kehidupan
mendirikan satuan masyarakat sendiri
tradisional
atau
yang
seringkali
membawa
‘kemajuan’,
pergesaran
‘nilai’
tak
dan
budaya.
pada
bergabung
dengan
satuan
masyarakat yang dikunjunginya. Kebudayaan
Tokoh
Batak
dapat
Sampuraga dikisahkan sebagai seorang
ditelusuri
pengrajin Boneka sigale-gale yang
perpindahan
gagal mendapatkan finansial karena
dari
kehilangan
penggemar,
sehingga
Vietnam sebelah Utara. Kemungkinan
pekerjaan
itu
ditinggalkannya
mereka adalah petani pengembara yang
sampai
pada
manusia
Cina
(orang-orang)
Selatan,
sekalipun sudah menjadi warisan turun
berpindah-pindah
temurun.
tumbuh-tumbuhan
rentetan
Yunnan,
dan
dan
memelihara
berumbi,
atau
masyarakat petani dengan teknologi PEMBAHASAN
yang tidak menggunakan alat logam.
Masyarakat Batak
Kepercayaan
Masyarakat Batak merupakan masyarakat
yang
keberagamannya.
mereka
memiliki
persamaan dengan kebudayaan Proto
dikenal
dengan
Melayu lainnya, yakni mengandung
Istilah
Batak
unsur-unsur pemujaan kepada kuasa-
mempunyai arti yang saling terkait,
kuasa
yakni antara beberapa sub suku yang
kepercayaan yang kuat kepada roh-roh
tersebar di Sumatera Utara. Batara
para leluhur. Kepercayaan ini pada
Sangti
akhirnya
(1978:62-93)
menjelaskan
alam
atau
okultisme
sangat
bahwa yang termasuk dalam kelompok
keturunannya.
masyarakat Batak adalah: (1) Pak-pak
Orang
dan
mempengaruhi
Batak
sangat
Dairi; (2) Karo; (3) Simalungun; (4)
menghormati arwah para leluhur yang
Toba;
meninggal dalam usia tua. Semakin tua
(5)
Angkola
Sipirok;
(6)
Mandailing; (7) Pardembanan; dan (8)
usia
Pesisir. 7 dan 8 terakhir merupakan
keturunannya, maka arwahnya semakin
kelompok masyarakat yang berasal dari
dihormati dan diagungkan, dan bahkan
salah satu atau beberapa masyarakat
mereka yakin bahwa arwah dapat
sub suku Batak (1-6) yang oleh sebab
memberkati
ekonomi
keturunannya dari segala macam mara
atau
merantau
lalu
dan
semakin
dan
banyak
menjauhkan
5
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
bahaya,
sehingga
Batak
ketentuan yang ketat terutama dalam
kematian
aturan perkawinan. Seseorang pria
merupakan suatu upacara yang wajib
harus mengawini wanita dari marga di
dilaksanakan demi ketenteraman jiwa
luar
keturunannya
keturunan
menganggap
orang
upacara
yang
sekaligus
memenuhi ketentuan adat.
kelompok
marganya. yang
mengakibatkan
Garis
patrilineal
wanita
harus
Cerita rakyat, dongeng, dan
meninggalkan marganya, dan anaknya
turut
langsung
menyandang
marga
Batak. Beberapa cerita rakyat memiliki
suaminya.
Konsekuensinya
adalah
kesamaan dengan cerita rakyat yang
setiap keluarga secara langsung masuk
ada di daerah lain yakni cerita rakyat di
ke dalam tiga kelompok adat sekaligus
nusantara terutama pulau Jawa. Dalam
yaitu dongan tubu/ dongan sabutuha,
bukunya Philip L. Tobing. ( 1956: 1-
hula-hula, dan boru yang membentuk
19) menjelaskan:
Dalihan Na Tolu
mitos
mewarnai
kebudayaan
Hal ini membuktikan luasnya pengaruh asing dan peleburan istilah asing ke dalam kosmologiagamaniah. Tetapi hubungan ini lebih dominan dalam hal sosial ekonomi, karena orang Batak menurut tabiatnya adalah konservatif (kolot), sehingga mereka hanya mau menerima unsur-unsur asing apabila ke dalam unsur itu dapat diberi tempat oleh kosmologi tradisional. Dalam
hal
kemasyarakatan,
salah satu ciri kebudayaan yang paling menonjol dari masyarakat Batak Toba adalah susunan kekerabatan mereka
bahwa Marga dalam masyarakat Batak membentuk keluarga dan menimbulkan
kaki
tungku nan tiga yakni suatu kedudukan yang kokoh). Dongan sabutuha sebagai kelompok pertama yang terdiri dari namarsaompu (segenap keturunan dari nenek moyang yang sama) dengan pengertian keturunan laki-laki dari satu marga. Kelompok hula-hula adalah kelompok marga dari ayah mertua dari seorang pria, yang memberinya isteri. Kelompok marga
boru
menantu
adalah
kelompok
laki-laki
keluarga
tersebut atau marga yang menerima anak perempuan sebagai isteri. Kepribadian
dalam sistem marga. Dalam hal ini Nalom Siahaan(1982:44) menjelaskan
(harafiah:
orang
Batak
amatlah memegang teguh kebudayaan nenek
moyang
merupakan
mereka,
sehingga
kewajiban
untuk
6
Enrico Alamo, Sampuraga: Penciptaan Opera Batak
mengikutinya. Adat dan kepercayaan
gale, lebih dikenal dari pulau Samosir
merupakan dua aspek yang saling
(Pangururuan). Sigale-gale merupakan
mendukung
dapat
mitos kisah sedih dalam kehidupan
dipisahkan. Adat, yang tidak sekedar
masa lalu masyarakat Batak, dan
bersifat kebiasaan, juga merupakan
berkaitan
suatu hukum yang sedikit banyaknya
kematian. Ketiga, onang-onang; tidak
mengandung unsur religius, sehingga
dapat
selalu
upacara
merupakan pencetusan kerinduan hati
keagamaan/kepercayaan akan diatur
kepada ibu kemudian berkembang pada
menurut kondisi adat yang berlaku, dan
kekasih.
dan
tidak
saja
sebaliknya setiap upacara adat akan disesuaikan
pula
dengan
sistem
kepercayaan.
erat
diartikan
dengan
upacara
secara
harafiah;
Secara eksternal, Kesenian pada akhirnya
juga
mengalami
proses
keterpengaruhan. Dalam kontek ini,
Upacara
merupakan
suatu
kolonialisme
cukup
membawa
wadah formal untuk melaksanakan
pengaruh terhadap kebudayaan Batak.
unsur-unsur
Dalam
Ismail Manalu (1985:8) menjelaskan:
kaidah
sebagian kesenian masih terpelihara
dan
dan sebagian lagi sudah berubah
demikian
(akibat kolonialisme) bahkan ada yang
dapat dikatakan bahwa di masyarakat
tidak terpelihara. Pengaruh lain adalah
Batak kesenian pun muncul hanya
berasal dari kawasan Timur Tengah,
dalam upacara.
Stanley Sadie (1980) mengatakan:
kebudayaan.
upacaralah
norma
kebudayaan
dipermasalahkan
disempurnakan.
dan
Dengan
Kesenian merupakan salah satu kebutuhan
bagi
masyarakat
Batak
terlebih jika itu merupakan bentuk peninggalan nenek moyang. Berbagai
bahwa
musik
orang
Batak
telah
mendapat pengaruh dari luar terutama dari Arab Persia. Opèra Batak yang semula
kesenian tersebut antara lain: pertama,
dirintis oleh Tilhang Oberlin Gultom
Teater gundala-gundala berasal dari
turut mengalami perubahan budaya
dataran tinggi Karo. Gundala-gundala
tersebut.
memiliki arti sebuah tarian topeng. Kedua, kesenian Boneka kayu sigale-
7
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
Cerita Sampuraga yang berkisar
Sumber Penciptaan. Cerita Sampuraga adalah kisah yang
disampaikan
(bertutur)
dan
secara
lisan
ibunya,
kemudian
dikembangkan
di
menjadi cerita tentang seorang pelaku
masyarakat sejak lama. Hal ini diyakini
seni yang mulai goyah dengan apa
oleh masyarakat karena adanya sebuah
yang menjadi pekerjaannya. Hal ini
situs telaga air panas Sampuraga di
tidak semata-mata dicangkokan dalam
desa
Mandailing-Natal.
lakon tetapi merupakan respon pada
Cerita ini tak pernah lekang dan
kecenderungan masyarakat pelaku seni
berubah hingga saat ini. Masyarakat di
di masa sekarang yang mengalami
daerah Sirambas dan sekitarnya bahkan
kemunduran
masih memiliki otentitas dan subtansi
‘idealisme’ dalam proses kreatifnya.
cerita yang sama ketika menuturkan
Sebagai contoh, dapat dilihat pada
kejadian
pertunjukan sigale-gale (pertunjukan
Sirambas
sebenarnya
berkembang
pada persoalan kedurhakaan anak pada
tersebut.
Sampuraga
bermakna
teguran.
boneka
dan
kayu)
pergeseran
yang
mengalami
Sampuraga adalah cerita para orang tua
kemunduran akibat melemahnya minat
sejak dulu hingga sekarang yang
para kreator seni tersebut.
dipercaya
sebagai
kejadian
yang
‘mengandung kebenaran’.
Berbagai
acuan
pendukung
Opera
Batak
Sampuraga
dalam
dikumpulkan proses
untuk
penciptaan,
membuat
konsep
memperlancar antara Opera
lain; Batak
Sampuraga yakni, situs kolam air panas Sampuraga di desa Sirambas Mandailing-Natal
sebagai
sebuah
sumber Opera Batak Sampuraga. Ini Gambar 1. Situs Sampuraga di Desa Sirambas Kabupaten Mandailing-Natal (Foto: Enrico Alamo, 2009)
berarti bahwa legenda tersebut secara terpisah dibatasi oleh salah satu sub kedaerahan yang ada di tanah Batak. Kemudian
dikembangkan
menjadi
lakon berdiri sendiri tanpa dibatasi oleh
8
Enrico Alamo, Sampuraga: Penciptaan Opera Batak
sub-sub daerah, sehingga idiom yang
Konsep berikutnya diarahkan
ada di luar Mandailing-Natal pun dapat
untuk mendesain dan merencanakan
saja diadopsi dengan pertimbangan
kebutuhan pertunjukan yang sekaligus
masih termasuk rumpun Batak secara
akan dijadikan simbol dari pemaknaan-
umum.
pemaknaan
yang
didapat
melalui
penelitian dan pengolahan ruang. Salah satunya adalah dengan menghadirkan simbol domestik melalui beberapa sandang yang dikenal secara umum sebagai ulos. Tiga bagian penting dari setting
adalah
Sampuraga,
rumah
tinggal
dan
tempat
hutan
pernikahan. Unsur
cahaya
merupakan
elemen yang memberikan berbagai Gambar 2 Desain Sigale-gale
fokus pemaknaan; jenis-jenis lampu yang dipilih; lampu freshnel, lampu plano
conpeks,
lampu
ellipsoidal,
lampu freshnel memakai filter warna; green, blue, yellow, violet dan netral.
Gambar 3 Desain Gundala-gundala
Gambar 4 Desain Tata Cahaya
9
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
Rias Opera Batak Sampuraga
Musik terdiri dari ansambel
menunjukan identitas psikologi, rias
gondang sabangunan dan ansambel
berfungsi sebagai penegas karakter dari
gondang hasapi.
setiap aktor dan aktris. Tata busana yang dipergunakan berbahan berbagai ulos; ulos ragi hotang(ulos corak rotan) Ulos ragidup(corak hidup).
Gambar 5. Desain Tata Rias Tokoh
Gambar 7.. Gondang Sabangunan dan ansambel Gondang Hasapi. (Foto: Enrico Alamo, 2010)
Materi
Cerita;
adapun
perancangan rangkaian adegan dalam Opera Batak Sampuraga dibagi dalam 2 Babak dengan 13 adegan, setiap pergantian babak dan adegan diselilingi oleh
musik
dan
nyanyian(opera).
Tokoh-tokoh didalamnya; Sampuraga, Umak, Rangkaya, Johana, Lisda, Johar, Nagaor, Gambar 6. Desain Tata Busana Tokoh
SeseorangI(Amalopas),
Seseorang II/ Oppung
10
Enrico Alamo, Sampuraga: Penciptaan Opera Batak
Kerja penciptaan Opera Batak Sampuraga dilalui dengan beberapa
pengiring cerita
(musik) ditambah
adanya tarian (tor-tor) dan lawakan.
tahapan dan menggunakan metode
Uraian secara konkret metode
kerja sebagaimana yang diterapkan
penciptaan pementasan lakon Opera
oleh
Tahapan
Batak Sampuraga secara berurutan
pertama adalah mewujudkan cerita
dapat dijelaskan sebagai berikut:(1)
yang bertitik tolak dari naskah dan
Pembacaan
merupakan
Reading,
Pavis
(1990:137).
identifikasi
ide.
Naskah
lakon
atau
merupakan
latihan
awal
Tahapan kedua, observasi artistik
dalam perancangan untuk menjajaki
budaya
Tahapan ketiga,
penafsiran naskah; (2) Bloking Kasar,
yaitu perspektif seniman. Tahapan
bloking kasar adalah teknik pengaturan
keempat, kongkretisasi pemanggungan.
langkah-langkah para pemain untuk
Tahap
kelima,
kongkretisasi
membentuk
resepsi.
Kemudian
dalam
kerja
dikarenakan perubahan suasana dalam
pencipta
lakon; (3) Bloking Halus, bloking halus
sumber.
penyutradaraan,
pengelompokan
menggunakan pendekatan kontemporer
merupakan
dalam menyampaikan gagasan dan
bertitik
cenderung melalui kekuatan simbolik,
Seluruh gerak dan gestur pemain yang
impresi-impresi dan daya kejut yang
membentuk blok (kelompok), telah
dihasilkan dari berbagai pengolahan
menjadi susunan pola lantai yang baku;
bentuk
(4)
konvensi
lama
ataupun
tahapan
tolak
Detailisasi,
dari
latihan
yang
bloking
kasar.
tahapan
detailisasi
peleburan berbagai genre seni yang
merupakan tahapan pematangan dari
ada, sehingga menghasilkan efek-efek
bloking halus yang telah dicapai
yang yang lebih inovatif.
sebelumnya.
Hal diatas dilakukan karena
Realitas pentas lakon Opera
lakon Opera Batak Sampuraga secara
Batak Sampuraga berpedoman pada
struktur mirip dengan lakon yang ada
tekstur lakon yang terdiri dari: dialog,
pada teater modern Indonesia, karena
suasana (mood) dan spektakel. Tekstur
adanya
lakon tersebut merupakan inspirasi
naskah
cerita,
lakuan
(pemeranan), latar cerita (artistik) dan
terhadap
desain
perancangan
pementasan secara keseluruhan.
11
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
NO
PENGADEGA N
1.
Babak I Adegan Satu
2.
Adegan Dua
TOKOH
PERISTIWA
Sampuraga
Sampuraga mengerjakan Boneka Sigale-gale
Sampuraga hatinya sedang gundah gulana Karena niatnya hendak berangkat merantau
Boneka Sigalegale yang sedang dikerjakan
Umak
Menghampiri Sampuraga sepulang dari bekerja Diawali dengan ritual sebelum pementasan Sigalegale
Umak sedikit riang sepulang bekerja
Mondar-mandir
Awalnya pentas ramai dikunjungi penonton, namun kemudian satu persatu penonton pergi meninggalkan pentas Sigale-gale
Pertunjukan Boneka Sigalegale
Sampuraga
Sampuraga duduk sambil memandangi boneka hasil buatan tangannya
Boneka Sigalegale yang sedang dikerjakan
Umak
Umak memandangi Sigale-gale
Sampuraga gelisah terus karena niatnya belum disampaikan pada Umak sementara Umak, memuji boneka Sigale-gale hasil buatan Sampuraga
Lisda
Lisda datang membawa makanan
Sampuraga
Sampuraga makan siang ditemani Umak
Makan dengan lahap dan memuji masakan Umak
Kursi panjang
Sampuraga pamit berangkat merantau
Tegang dan Sedih
Tangga rumah
Datu Penduduk
3.
4.
Adegan Tiga
Adegan Empat
Umak
5.
Adegan Lima
Umak
SUASANA
SPEKTAKLE
Sampuraga
6.
Adegan Enam
Seseorang I (Amalopas)
Menceritakan kelanjutan lakon
Mengitari sisi hutan
Pohon-pohon yang berdiri di tiga sisi
7.
Adegan Tujuh
Sampuraga Seseorang II
Sampuraga bertanya pada Seseorang II tentang arah menuju Mandailing
Seseorang penuh dengan keyakinan menceritakan pada Sampuraga perihal keadaan Mandailing
Pohon-pohon yang berdiri di tiga sisi
Seseorang I (Amalopas)
Menceritakan kelanjutan lakon.
Gembira
Pohon-pohon yang berdiri di satu sisi
Rangkaya
Sampuraga di hampiri Rangkaya.
8.
Babak II Adegan Satu
Suka cita
12
Enrico Alamo, Sampuraga: Penciptaan Opera Batak
Sampuraga
Pekerjaan yang dilakukannya mendapat pujian.
Nagaor
Nagaor menghampiri Rangkaya, sambil melirik kearah Sampuraga, terlihat ia kurang senang dengan Sampuraga
Johana
9.
Adegan Dua
Johar Johana
Johana mendekati Sampuraga yang sibuk bekerja, dan mengajak untuk bepergian, sementara Nagaor dan Johar mengintip dari balik semak
Sedikit gaduh
Johana terlihat memanjakan diri pada Sampurga sementara Nagaor dan Johar tebakar hatinya karena iri dan cemburu
Menonton pentas Gundala-gundala
Riang dan romantis
Mencegat Sampuraga di tengah hutan dan mempertanyakan hubungannya dengan Johana. Johar terbakar cemburu dan marah
Tegang dan gaduh
Sampuraga tersadar dari sakitnya, ia memegang kepala, Johana menghampiri
Johana dengan penuh perhatian memeriksa luka Sampuraga
Umak gelisah karena Sampuraga tak pernah ada kabar, sementara itu Lisda berharap agar Umak berangkat untuk mencari Sampuraga
Umak dan Lisda gelisah
Mencari Sampuraga ke Mandailing.
Sedih dan gembira karena telah mengetahui dimana Sampuraga namun belum bersua
Pohon tiga sisi
Suka cita karena Johana anak pertama
Singgasana pernikahan dan
Sampuraga
10.
Adegan Tiga
Johar Sampuraga
11.
Adegan Empat dan Adegan Lima
Johana Sampuraga
Perkelahian antara Sampuraga dan Johar tak terhindarkan. Johar dibantu anak buahnya
Umak Lisda
12.
Adegan Enam
Umak Lisda Seseorang II
13.
Adegan Tujuh
Sampuraga
Bertemu dengan Seseorang II dan menanyakan Perihal Sampuraga Sampuraga dan Johana menikah.
Pertunjukan Gundalagundala dan tarian Pohon dua sisi
Bulatan cahaya jatuh kelantai membuat fokus keberadaan masing-masing tokoh
13
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
Johana Rangkaya
Mereka duduk dalam pelaminan yang penuh suka cita
Penduduk Umak Lisda
Seseorang I (Amalopas)
Umak dan Lisda yang baru saja tiba seakan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, kemudian mendatangi, memanggil Sampuraga. Sampuraga terkejut dan bingung, ia terlihat malu mengakui Umak sebagai ibu kandungnya Umak kecewa dan marah karena Sampuraga telah mempermalukan dirinya. Ia memohon pada sang kuasa untuk mendatangkan balasan.
Rangkaya menikah dengan Sampuraga.
Kemudian berubah gaduh ketika Umak datang menghampiri Sampuraga
umbul-umbul
Petir dan kilat sambar menyambar
Umak memohon untuk dibalaskan sakit hatinya dan
suasana pesta berubah menjadi suasan duka. Para tamu hadir kalang kabut meninggalkan Horja.
Keadaan kacau karena bencana yang datang tiba-tiba Tenang dan penuh kepercayaan,menyam paikan cerita pada seluruh penonton yang hadir
Menceritakan akhir dari lakon
Tabel 1. Pengadeganan
Pada tahap berikutnya, desain-
Suasana yang menjadi acuan
desain tersebut akan dijadikan titik dalam
pementasan
Opera
Batak
tolak perwujudan lakon, baik secara Sampuraga adalah terwujudnya situasi visual maupun auditif. Dialog dalam tragik dalam alur. Suasana tragik lakon merupakan kata-kata yang lazim tersebut ditemui
dalam
ditampilkan
dengan
perbincangan mengoptimalkan
keseharian. Hal ini memungkinkan pemeranan,
di
aspek-aspek samping
dukungan
ditampilkannya akting yang secara musik, penataan artistik dan penataan gestur dan pola ucap lebih menonjolkan lampu aksen ‘kedaerahan Batak’.
suasana.
yang
mewakili Secara
dinamika keseluruhan,
dihadirkan untuk menciptakan impresi 14
Enrico Alamo, Sampuraga: Penciptaan Opera Batak
kegalauan,
optimisme,
kesedihan,
sekaligus kemarahan.
dari Sumatera Utara yang semakin tergerus
oleh
zaman.
Melalui
Unsur-unsur tersebut meliputi, pendekatan kekinian (inovasi), Opera penataan setting, penataan kostum dan Batak dikemas ulang agar sesuatu yang rias dan penataan musik cerita dan dulu tidak hilang dan yang baru musik diluar cerita (ilustrasi). Secara menguatkan
eksistensinya
sebagai
khusus, penataan setting Opera Batak teater tradisi halak Batak. Seluruh Sampuraga menampilkan tiga tempat bagian-bagian visualisasi Opera Batak kejadian Sampuraga,
penting, Hutan
yaitu: dan
Rumah yang
tidak
ada
di
masa
Tempat dipertimbangkan
dulu
termasuk
Pernikahan Sampuraga. Properti yang pencahayaan, properti, dan setting. Pola digunakan
antara
lain:
beberapa dialog dengan banyak pengulangan dan
tongkat, oleh-oleh (sarundeng, sambal cenderung
‘menggurui’lebih
taruma), peralatan pertukangan dan disederhanakan tanpa menghilangkan ulos. Penataan Kostum dan Rias adalah makna. Unsur musik dan tarian pun kostum kreasi baru yang dibuat dengan digarap secara maksimal. berpedoman pada kain ulos. Penataan
Opera Batak pada dasarnya
Musik dan Ilustrasi Musik, secara memiliki kesamaan dengan penciptaan umum musik dibagi dua yaitu: musik seni teater lain yang menempatkan bagian dari cerita dan musik pengiring aspek penyutradaran sebagai bidang cerita(ilustrasi). Penataan Tari(tor-tor) penting. Seluruh jalinan materi-materi diperlukan sebagai salah satu unsur pementasan, baik lakon, tarian maupun dalam pementasan Opera Batak. Tari musik
dipengaruhi
yang yang ditampilkan adalah varian penyutradaraan. tor-tor,dikreasikan dengan pola-pola sendirinya, dan komposisi tari masa kini.
'polesan'
Sutradara
dengan
tidak
sekedar
harus
menguasai aspek-aspek pemanggungan tetapi
juga
harus
mampu
menerjemahkan secara tuntas gagasan-
PENUTUP Penciptaan
oleh
Opera
Batak gagasan dasar yang tersirat dalam lakon
Sampuraga merupakan satu kepedulian sebagai titik tolak yang akan melandasi terhadap seni pertunjukan khususnya wujud
pengemasan(gaya
lakon).
15
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
Keberadaan lakon, dengan demikian karena adalah
ruang
terhadap
dipilih
sutradara
merealisasikan
dan
tuntutan
berbagai ekonominya yang besar.
kemungkinan artistik (estetis) yang kemudian
kebutuhan
Penciptaan
untuk Sampuraga
Opera
sesungguhnya
Batak memiliki
keseluruhan kesamaan dengan penciptaan teater
imajinasinya.
modern Indonesia yang berangkat dari
Lakon Opera Batak Sampuraga tiga
bidang
merupakan perwujudan lakon yang penyutradaraan
utama dengan
yakni: pemeranan
terinspirasi dari situs dan cerita lisan yang tercakup didalammya, Penataan Sampurga anak Durhaka. Dua inspirasi Artistik,
dan
Penulisan
lakon.
tersebut kemudian saling dikaitkan Perbedaan yang kemudian ditemukan untuk melahirkan lakon Opera Batak adalah adanya nyanyian(opera). Unsur Sampuraga sebagai lakon baru. Lakon nyanyian merupakan bagian penting, ini diwujudkan dengan memadukan karena merupakan unsur dari cerita keseluruhan unsur-unsur opera yang serta penanda musikal yang menjadi meliputi: akting, tarian, nyanyian dan nilai khas budaya Batak. Keseluruhan musikalisasi.
bidang
tersebut
memiliki
tahapan
Secara umum, lakon Opera kreativitas yang sama-sama spesifik. Batak Sampuraga merupakan lakon Jika
semua
bidang
tersebut
yang mengetengahkan sikap dan ambisi dihubungkan dalam satu rangkaian manusia untuk mendapatkan sesuatu penciptaan, maka diskripsi dan metode yang
dinginkannya
sekaligus penulisan
yang
menekankan harga ambisi tersebut semestinya
perlu
dalam meraih cita-cita. Sampuraga mendalam.
Hal
(pembuat
boneka
diaplikasikan dicermati
ini
penting
secara agar
sigale-gale) gagasan (ide), penuangan dalam bentuk
sesungguhya adalah manifestasi dari lakon dan pengejawantahannya dalam keinginan manusia untuk meninggalkan bentuk
materi
sejarahnya. Sebagai pewaris budaya tersetrukturkan
pementasan secara
runut
dapat dan
(pembuat sigale-gale) Sampuraga lebih sistematis. memilih untuk mencari pekerjaan lain
16
Enrico Alamo, Sampuraga: Penciptaan Opera Batak
KEPUSTAKAAN Anirun,
Suyatna. 2002. Menjadi Sutradara. Bandung: STSI Press Bandung. Carle, Rainer. 1988. Tenggara: Jurnal of Southeast Asian Literature. Dewan Bahasa Dan Pustaka Lot, Kuala Lumpur: Papers from the Sixth European Colluquium on Malay and Indonesia Studies. ISSN 0126 – 6373. Harahap, Basyral H. dan Siahaan, Hotman M. 1987 Orientasi Nilai-nilai Budaya Batak. Jakarta: Sanggar Willem Iskander. Meriam, Alan P. 1964. The Anthropology of Music. Northwestern: University Press. Pavis, Patrice. 1992. Theatre at the Crossroad of Culture. Transl. Loren Kruger. London and New York: Routledge. Parkin, Harry. 1978 Batak Fruit of Hindu Thought. Madras: Khristian Literature Society. Purba, Krismus. 2002. Opera Batak Tilhang Serindo:Pengikat Budaya Masyarakat Batak Toba di Jakarta. Yogyakarta: Kalika Bantul. Sangti, Batara. 1978. Sejarah Batak. Balige: Karl Sianipar.
Sedyawati, Edi. 1981. Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta: Sinar Harapan. Siahaan, Amanihut N. dan H. Pardede. 1964 Sejarah perkembangan Marga-marga Batak. Balige: Indra. Siahaan, Nalom. 1982. Adat Dalihan Na Tolu: Prinsip Dan Pelaksanaannya. Jakarta: Grafina. Siahaan, E. K, et al. 1976/1977. Ensiklopedi Musik Dan Tari Daerah Sumatera Utara. Medan: Proyek Penelitian Dan Pencatatan Kebudayaan Daerah Sadie, Stanley (ed.). 1980. The New Grove Dictionary of Music and Musicians. 9 vols, Hongkong: Machmillan Publisher Limited. S. D. Gotein. 1972. Letters of Musical Jewis-Traders. Princetown: Princetown University Press. Tobing, Philip. L. 1956. The Structure of Toba-Batak Belief in The High God. Amsterdam: Jacob van Campen. Tambunan, Anggur P. 1977. Kamus Bahasa Batak Toba – Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan Bahasa Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. Jakarta.
17
SASADU ON THE SEA WACANA SENI BUDAYA DALAM FESTIVAL TELUK JAILOLO 2013 Eko Wahyudi Program Penciptaan Seni Pascasarjana Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta croserdance@gmail.com
ABSTRAK Sasadu On The Sea merupakan pergelaran karya tari yang diharapkan dapat memberikan pemahaman dan wacana baru dalam mengenal lebih dekat tentang seni budaya yang dimiliki masyarakat setempat, khususnya masyarakat Jailolo Halmahera Barat. Selain itu pergelaran karya tari ini dapat berbagi dalam memberikan inspirasi atau motivasi kepada para kreator seni (khususnya seniman tari) terhadap pentingnya sebuah festival yang berpijak pada seni dan budaya lokal, serta dapat memberi alternatif bagi masyarakat dalam mengapresiasi karya-karya seni tari tradisional kerakyatan. Peranan rumah adat Sasadu sebagai tempat dimana masyarakat Jailolo dapat menyatukan rasa persaudaraan dan kebersamaan diangkat menjadi sebuah tema dan ikon dalam karya Sasadu On The Sea. Sasadu On The Sea merupakan satu rangkaian dalam acara Festival Teluk Jailolo yang selalu diselenggarakan setiap tahun di Jailolo, Halmahera Barat. Kata Kunci : Sahu, Sasadu dan Festival Teluk Jailolo
ABSTRACT Sasadu On The Sea is a dance performance that is expected to provide an understanding and a new discourse to know bettera bout thearts and culture owned by the local community, especially the community Jailolo West Halmahera. In addition, he performance of this dance can inspire and motivate art creators (especially dance artists) on the importance ofa festival that is grounded in local arts and culture, and can provide an alternative for people to appreciate the work of popular traditional dance. The roleSasadu traditional house as a place where the community can unite Jailolo sense of brotherhood and together ness was selected as a theme and icon in the work of Sasadu On The Sea. Sasadu On The Sea is a series in Jailolo Bay Festival which is always held every year in Jailolo, West Halmahera Keywords: Sahu, Sasadu and Festival Bay Jailolo
18
Eko Wahyudi, Sesadu On The Sea Wacana Seni Budaya dalam Festival Teluk Jailolo 2013
Kecamatan Jailolo pun terdapat
PENDAHULUAN satu
daerah
beberapa rumah adat yang tetap berdiri
Halmahera
Barat
kokoh di tengah-tengah perkampungan
memiliki keragaman obyek wisata dan
masyarakat. Berdirinya Sasadu (rumah
daya tarik yang bisa dikatakan kaya.
adat suku Sahu) di kampung-kampung
Sebagai aset dearah, obyek wisata di
itu menandakan bahwa desa tersebut
kabupaten
Barat
didiami oleh masyarakat yang berasal
oleh
dari suku Sahu yang menjunjung tinggi
pemerintah kabupaten. Aset wisata
adat istiadat suku mereka.Dari sejak
yang sudah dikelola ini diantaranya
jaman
sebagian wisata tirta, wisata seni dan
kehidupan sosial suku Sahu sudah
budaya, dan wisata sejarah. Sedangkan
memahami bahwa manusia tidak bisa
aset wisata lainnya seperti wisata alam,
hidup tanpa manusia lain.
Sebagai tujuan
wisata,
sebagiannya
salah
Halmahera sudah
dikelola
dahulu
hingga
sekarang,
Pemerintah daerah Halmahera
wisata agro, wisata fauna dan sebagian wisata tirta masih dalam program
Barat
perencanaan
wisata
masyarakatnya untuk lebih arif dan
oleh pemkab Halmahera Barat. Salah
kreatif dalam mengenal seni dan
satu aset wisata yang diunggulkan
budaya yang dimiliki. Halmahera Barat
pemerintah Halmahera Barat (Halbar)
yang memiliki kecamatan Jailolo yang
adalah seni dan budaya, khususnya
bertepatan
adat istiadat suku- suku yang tumbuh
pelabuhan serta merupakan sebuah
dan terpelihara hingga kini. Suku Sahu
tempat
yang menjadi unggulan wisata adat di
goegrafis merupakan sebuah teluk. Hal
Halmahera Barat yang dapat ditempuh
ini yang pada akhirnya pemerintah
lewat jalur darat sepanjang 15 Km dari
daerah
ibukota kabupaten setelah melewati
membuat sebuah acara tahunan untuk
pintu masuk pelabuhan Ternate menuju
mengenalkan aset yang di miliki di
pelabuhan Jailolo. Sejak dahulu kala,
daerah tersebut.
daerah tersebut sangat memanjakan
Festival
pengembangan
mencoba
sebagai
dimana
Halmahera
acara
membawa
pintu
secara
Barat
Teluk tahunan
masuk
struktur
untuk
Jailolo
penghuninya dengan kekayaan alam
merupakan
yang
yang melimpah ruah.
diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata
19
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
Halmahera Barat. Pada tahun 2013,
Fallasi (1987: 8) bahwa festival adalah
merupakan bentuk festival kelima yang
suatu peristiwa atau kejadian penting,
diselenggarakan
pemerintah
sesuatu fenomena sosial yang pada
daerah setempat dengan tujuan untuk
hakikatnya dijumpai dalam semua
mempromosikan potensi pariwisata,
kebudayan manusia.
oleh
sumber daya alam, budaya, juga bisnis
Sebagai salah satu kota yang
di daerah Jailolo, Halmahera Barat.
mempuyai banyak aset wisata, Jailolo
Festival Teluk Jailolo biasanya digelar
menjadi
selama
dengan
Teluk Jailolo yang bertemakan The
menyelenggarakan berbagai macam
Treasure of Islands Emas Spice.
bentuk kegiatan yang menyangkut
Perayaan festival dalam bentuk seni
perayaan atau pesta pesta seni dalam
pertunjukan musik drama dan tari di
bentuk pertunjukan tari dan musik,
sutradari oleh Eko Supriyanto, Oleg
pesta budaya ditepi pantai, parade,
Sanchabakhtiar sebagai Art director,
perlombaan, dan beberapa kegiatan
dan
lainnya yang diselenggarakan oleh
profesional
pemerintah dan masyarakat Jailolo.
Puncak acara Festival Teluk Jailolo
Berkaitan dengan festival W. J. S.
2013
Purwadarminta (2008) mengartikannya
drama dan tari berjudul “Sasadu On
dalam dua pengertian yaitu: 1) hari
The Sea”.
tiga
hari
atau pekan gembira dalam rangka peringatan
peristiwa
penting
dan
tempat
Dimas
adalah
perayaan
Festival
Leimana
sebagai
sutradara
panggung.
pertunjukan
musikal
Panggungnya berdiri di atas laut,
melibatkan
anak-anak
dan
bersejarah, dapat pula diartikan sebagai
pemuda
pesta rakyat. 2) perlombaan, dapat
“Sasadu On The Sea” mengangkat
diketahui atau disimpulkan bahwa sifat
cerita dan pesan tentang rumah adat
dasar
suku Sahu: Sasadu. Bagi mereka,
dari
semua
festival
adalah
Jailolo
sebagai
pemain.
sesuatu yang berhubungan dengan
“rumah”
perayaan dan juga pesta rakyat yang
kelahiran
pada umumnya ditentukan oleh sesuatu
keharmonisan antara anggota keluarga,
yang mempunyai nilai kebudayaan.
tempat
Hal tersebut senada dengan pernyataan
generasi-generasi
dianggap
sebagai
terjadi,
dilahirkan
dan
tempat
terjalinya
munculnya
penerus.
Sasadu
20
Eko Wahyudi, Sesadu On The Sea Wacana Seni Budaya dalam Festival Teluk Jailolo 2013
adalah rumah adat yang memiliki
banyak
banyak kandungan makna dan filosofi,
dimanfaatkan dan dinikmati. Hutan dan
hal ini yang dapat mencirikan tentang
laut adalah dua tempat yang kaya akan
kebudayaan
harta dan keindahan di dalamnya,
dan
prilaku
masyarakatnya.
hasil
alam
yang
bisa
hutan yang kaya akan rempah-rempah,
Pergelaran karya ini diharapkan
dan laut dengan kekayaan ikan dan
dapat memberi pemahaman terhadap
baharinya. Suatu tempat yang indah di
penonton,
pulau
masyarakat
khususnya
masyarakat
setempat di
wilayah
Jailolo dan Suku Sahu mengenai seni
sebagai
tempat
dimana
Barat,
profinsi
Maluku Utara dan menjadi curahan inspirasi karya “Sasadu on the Sea�.
budaya daerah dan peranan rumah adat Sasadu
Halmahera
Karya ini berawal dari sebuah nama rumah adat suku Sahu, salah satu
masyarakat Jailolo dapat menyatukan
dari
rasa persaudaraan. Adapun manfaat
Halmahera Barat, yaitu Rumah Sasadu.
yang
acara
Nama dan bentuk rumah yang menjadi
Festival Teluk Jailolo dalam hal ini
ikon dari provinsi Maluku Utara,
pergelaran karya tari “Sasadu On The
Halmahera Barat ini, menjadi inspirasi
Sea�, adalah dapat berbagi dalam
untuk mewujudkan karya kreatif yang
memberikan inspirasi atau motivasi
berisi tari, drama dan musik. Cerita
kepada para kreator seni (khususnya
dari pertunjukan ini memiliki makna,
seniman tari) terhadap pentingnya
interpertasi dan pesan serta harapan
sebuah festival yang berpijak pada seni
untuk mewujudkan impian serta cita-
dan budaya lokal, serta dapat memberi
cita indah generasi pemuda dan seluruh
alternatif
dalam
masyarakat Jailolo. Anak yang sejak
mengapresiasi karya-karya seni tari
lahir menjadi tanggung jawab dari
tradisional kerakyatan.
keluarga, selanjutnya akan menjadi
dapat
dicapai
bagi
dalam
masyarakat
empat
suku
yang
ada
di
tanggung jawab Alam (Hutan/Hijau PEMBAHASAN
dan
Karya Sasadu On The Sea di Jailolo
menantang dan membentuk jati diri
Jailolo merupakan harta karun yang tak pernah ada habisnya, begitu
Laut/Biru)
untuk
menempa,
anak Jailolo menjadi kesatria yang sadar
akan
kekuatan
budayanya,
21
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
tangguh, tegar dan bijaksana. Alam
untuk anaknya. Orang tua, sanak
yang membuka ruang eksplorasi dan
saudara dan seluruh isi rumah, adalah
tempaan
sekolah dan sumber untuk menuntut
tanggung
jawab
untuk
menjadi pelindung, menghargai serta
ilmu
mencerdaskan. Alam jugalah yang
pertumbuhan mental dan pengetahuan
menentukan
me-
seorang anak. Rumah Sasadu dan
meraih
cermin keluarga sederhana di Teluk
harapan, mimpi dan cita-cita. Alam
Jailolo adalah menjadi tema utama dari
yang kuat dan tangguh menjadikan
penciptaan karya ini.
regristrasi
kekuatan semangat
dan
untuk
yang
paling
dasar
demi
anak Jailolo bersatu padu dengan
Selanjutnya, alam yang menjadi
masyarakatnya untuk menjadi yang
substansi proses lanjutan bagi anak
terbaik dan berani keluar menggapai
Jailolo. Alam di Jailolo yang secara
ilmu dan wawasan yang lebih luas.
nyata bersinggungan langsung dengan
Hingga pada akhirnya, pulang kembali
Hutan Hijau dan Laut Biru. Anak yang
ke rumah, ke alam yang menempanya,
sejak lahir menjadi tanggung jawab
ke Timur yang membentuk jati dirinya
seisi rumah, proses kehidupannya pun
dengan semangat kesadaran berbeda
selanjutnya menjadi tanggung jawab
untuk bersatu dengan indahnya tanah
Alam untuk menempa, menantang dan
air negeri.
membentuk anak Jailolo menjadi anak
Secara singkat penjabarannya
yang tangguh, tegar dan bijaksana.
adalah berawal dari sebuah bentuk
Alam
kelahiran
laki-laki
eksplorasi dan menuntut tanggung
yang
jawab untuk menjadi pelindung, dan
Jailolo.
seorang Sebuah
bermuara
dari
kesederhanaan yang
berasal
anak kelahiran sebuah
keluarga. dari
bentuk Keluarga
sebuah
rumah
yang
memberikan
menghargainya
serta
ruang
dapat
mencerdaskannya. Alam (hijau dan biru) ini, yang akan meneruskan proses
sederhana, keharmonisan, kehangatan,
kehidupan
serta kompleksitas proses pembelajaran
menentukan
dini untuk anak-anaknya. Keluarga
meregristrasi semangat dalam meraih
menjadi penting artinya bagi proses
harapan dan mimpi. Alam yang tegar
pendidikan dan tempaan paling dini
dan tangguh menjadikan anak Jailolo
anak
Jailolo kekuatan
untuk dan
22
Eko Wahyudi, Sesadu On The Sea Wacana Seni Budaya dalam Festival Teluk Jailolo 2013
bersatu dengan lingkungan alam dan
Panggung
masyarakat untuk menjadi lebih baik.
festival ini bertempat di pinggir laut.
Di sisi lain, keluarga dan alam
yang
Pemilihan
lokasi
digunakan
dalam
tersebut
cukup
inilah yang akhirnya akan menantikan
representatif dan relatif dikenal luas
kepulangan sang anak dari perjalanan
oleh
panjang menguntai mimpi dan harapan.
apresiatif. Hal tersebut disebabkan
Keluarga dan alam yang akan terus
karena tempat yang digunakan dalam
memberikan semangat baru, gairah
festival merupakan pusat keramaian
baru untuk merestui sang anak pergi
masyarakat yang berlalu-lalang dari
meninggalkannya.
berbagai
Terus
bertahan
hidup demi kelangsungan masa depan
masyarakat
daerah
penonton
seperti
yang
Jailolo,
Ternate, dan beberapa daerah lainnya.
yang baru, ketika anak dan generasi
Panggung
pertunjukan
yang
penerusnya mampu mengembalikan
digunakan
keharmonisan, kemajuan dan untuk
Festival Teluk Jailolo 2013 berada
keduannya.
untuk
dipinggir laut. Pementasan ini berpusat
kembali lagi, membangunnya menjadi
kepada para penari, melalui pola gerak,
yang
bersahaja.
dan tidak banyak dikuasai kemewahan
Mengharapkannya untuk menuai panen
rupa dan cahaya panggung. Para penari
yang lebih baik untuk masa depan sang
menjalankan
anak, keluarga dan bumi pertiwinya.
eksplorasi bentuk tari tradisi daerah
Menjadi yang terbaik kembali lagi
yang teridentifikasi dari setiap elemen
kepangkuan tanah airnya.
artistik
Memimpikannya
lebih
baik
dan
Pertunjukan karya “Sasadu On The Sea� Karya Komposisi Tari dalam Festival
Teluk
Jailolo
untuk
acara
desain
pemanggungan
pergelaran
gerak
mulai
pada
dari
gerak, setting, tata rias sampai dengan konsep musikalitasnya.
2013
berlangsung di Teluk Jailolo yang bersebelahan
dengan
pelabuhan
Jailolo. Jailolo merupakan kecamatan di Halmahera Barat dengan luas sekitar 2.755 kilometer. Kecamatan tersebut berbatasan
langsung
dengan
laut.
23
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
rombongan team kreatif Festival Teluk Jailolo
2013.
Observasi
tersebut
dimaksudkan untuk lebih mengenal dan memahami kondisi wilayah. Hal tersebut
sangat
penting
dilakukan
berkaitan dengan terwujudnya karya yang melibatkan masyarakat antar suku Gambar 1. Desain panggung pertunjukan dalam Festival Teluk Jailolo tampak samping. (Foto: Oleg Sanchabakhtiar, 2013)
dan wilayah yang digunakan sebagai tempat untuk mempresentasikan karya tersebut. Selain pengamatan terhadap wilayah, juga melakukan pengamatan terhadap sosial budaya masyarakat setempat, baik mencakup seni, dan adat-istiadat
masyarakat
setempat,
terutama di wilayah teluk Jailolo sebagai Gambar 2. Desain panggung pertunjukan dalam Festival Teluk Jailolo tampak depan. (Foto: Oleg Sanchabakhtiar, 2013
lokasi
yang
nantinya
digunakan dalam pergelaran karya seni. Suku yang paling dekat dengan
Pendekatan terhadap Masyarakat Jailolo Menyelami
dan
memahami
masyarakat Jailolo tidaklah mudah, langkah awal yang lakukan untuk memperoleh
data
yang
berkenaan
dalam mewujudkan karya tersebut dengan
cara
observasi
aktif
atau
pengamatan pada obyek bertempat di wilayah Jailolo, Halmahera Barat. Observasi awal yang dilakukan pada bulan agustus 2012 bersama dengan
Jailolo adalah suku Sahu, di mana suku tersebut memiliki tarian yang bernama Sara Dabi Dabi dan Legu Salay, di mana tarian tersebut adalah tarian yang sering ditampilkan dari masyarakat suku Sahu sebagai tarian penyambutan. Selain tarian Sara Dabi Dabi dan Legu Salay, suku Sahu juga memiliki rumah adat bernama Sasadu, di mana rumah adat tersebut sekarang telah dijadikan ikon dari Halmahera Barat. Suku
24
Eko Wahyudi, Sesadu On The Sea Wacana Seni Budaya dalam Festival Teluk Jailolo 2013
Gamkonora merupakan suku yang
pengetahuan,
masih berdekatan dengan Kecamatan
artistik
Jailolo. Suku tersebut memiliki tarian
Narasumber yang dimaksud adalah
Dodengo, sedangkan suku Wayoli
Fenny
memiliki tarian Manika, Hasa Hasa.
Gregorius Khrisna Wicaksono S.S.
Suku terjauh dari Kecamatan Jailolo
Kedua
adalah suku Tabaru, di mana suku
memberikan
Tabaru ini memiliki tarian khas perang
keperluan
yang bernama tari Cakalele.
dibutuhkan oleh pengkarya mengenai
Berbagai
informasi
baik
secara
maupun
Kiat
konseptual.
S.STP.,
narasumber
M.Si
tersebut
data dan
praktek,
dan
dapat
sesuai
dengan
keinginan
yang
yang
seni dan budaya masyarakat di wilayah
diperoleh dari hasil observasi selama
Halmahera yang tepatnya di Teluk
dua minggu di Halmahera Barat,
Jailolo.
khususnya di daerah Jailolo banyak
Wawancara
secara
pribadi
membantu dalam penciptaan karya
dengan beberapa tokoh masyarakat di
yang dipersiapkan dalam acara Festival
desa-desa yang juga dapat memberikan
Teluk
informasi
Jailolo
2013.
Observasi
tentang
kebiasaan
dan
kemudian dilanjtkan dengan langkah
berbagai
kedua, yang dilakukan dengan teknik
tersebut. Pendekatan secara personal
wawancara
mendalam
artinya
maupun
kelompok
wawancara
dilakukan
dengan
generasi
tua
hal
tentang
masyarakat
dengan
(masyarakat
para yang
pertanyan-pertanyaan yang fokus dan
mayoritas berusia sekitar 30 tahun
terkait dengan pokok permasalahan
sampai 60 tahun) dan generasi muda
yang ada pada kajian kepada beberapa
(remaja Jailolo yang mayoritas masih
orang-orang yang banyak mengetahui
duduk di bangku SMP dan SMA) tidak
tentang obyek penelitian. Data yang
kalah
diperoleh
dimaksudkan
dari
hasil
wawancara
pentingnya, untuk
hal
tersebut memahami
merupakan penguat dan pendukung
karakter, pola fikir, minat dan bakat
data
yang dimiliki, serta kepedulian dalam
yang
observasi. dilakukan kompetensi
diperoleh Pemilihan
dari
hasil
narasumber
berdasarkan pengalaman
mengenal kesenian daerahnya.
pada dan
25
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
Penciptaan Karya Seni dapat berjalan
Langkah Proses Kekaryaan Menurut Wallas (1977: 53)
lancar dan tidak banyak mengalami
bahwa proses kreatif bisa dikatakan
kendala
identik dengan proses mencipta dan
tahapan yang dilakukan diawali dengan
menyusun.
tahap persiapan, tahap perenungan,
Hal
tersebut
ditempuh
yang
signifikan.
Adapun
melalui empat tahapan yaitu: (1) tahap
selanjutnya
preparasi adalah tahap persiapan ketika
pengarapan/penyusunan, dan terakhir
individu mengumpilkan informasi dan
tahap evaluasi. Beberapa tahap tersebut
data untuk memecahkan suatu masalah
dapat diuraikan sebagai berikut.
(2) tahap inkubasi adalah pengendapan
tahap
Pertama,
persiapan,
yang
atau perenungan atas ide-ide tersebut.
ditujukan untuk menunjang proses
(3) tahap ilimunasi adalah melakukan
kekaryaan
penyusunan ketika ide kreatif itu
dibutuhkan beberapa langkah kerja
diwujudkan dalam karya nyata. (4)
kreatif
tahap verifikasi adalah tahap evaluasi
observasi
dengan melakukan penilaian kembali
langsung) secara mendalam terhadap
atas karya yang diwujudkan. Dalam hal
budaya masyarakat Jailolo, melakukan
ini,
dan
wawancara dan studi pustaka yang
diwujudkan
digunakan sebagai proses penggarapan.
ada
proses
mengukur sesuai
hasil
dengan
menimbang yang
cara
(pengamatan
lancar,
melakukan lapangan
Bentuk seni tradisional kerakyatan
menggarap atau menyusun karya tari
tidak luput dari penelusuran. Beberapa
berdasarkan pada konsep yang di
di antara kesenian tari tradisi lokal
gunakan.
Halmahera Barat merangsang untuk kategorisasi
menyusun beberapa koreografi yang
proses kreatif yang diungkapkan oleh
lebih kompleks tanpa meninggalkan
Wallas
apabila
nilai dan unsur-unsur seni tradisi yang
dikaitkan dengan proses kreatif yang
sudah ada. Adapun langkah kreatif
telah dilakukan terdapat kesamaan.
yang dilakukan adalah tahap persiapan
Proses kerja kreatif tersebut telah
yang meliputi observasi, wawancara
dilakukan secara bertahap, dengan
dan
tujuan agar dalam proses dan tujuan
pencarian
tersebut
pada
awal
dengan
berjalan
dalam
Berpijak
ide
dapat
di
atas,
studi
pustaka, pendukung
eksplorasi, tari,
dan
26
Eko Wahyudi, Sesadu On The Sea Wacana Seni Budaya dalam Festival Teluk Jailolo 2013
pemberian workshop. Langkah kerja
ini dilakukan untuk membantu dalam
kreatif seperti observasi, wawancara
mengkoordinasi
dan studi pustaka sudah dijelaskan
lainnya yang mempunyai karaketer
diatas.
keras, susah di atur yang disebabkan Eksplorasi terhadap materi tari
karena
dari
pendukung
sekian
tari
banyaknya
tradisi seperti Sara Dabi Dabi, Legu
pendukung mempunyai latar belakang
Salay,
budaya yang berbeda.
Dana
Dana
dan
Cakalele
dilakukan secara intensif. Berbagai
Tahap
kedua,
perenungan,
macam bentuk tari tradisi daerah
merupakan tahapan untuk mencoba
tersebut
berfikir
yang
akhirnya
digunakan
kembali
mencari
sebagai pijakan untuk penggarapan
kemungkinan-kemungkinan
karya
mengembangkan tafsir terhadap data-
dalam
pertunjukan
Festival
Teluk Jailolo 2013. Tahapan
dalam
data yang diperoleh berkaitan dengan yaitu
materi yang disiapkan dalam proses
proses memberikan worksop kepada
penggarapan karya. Dalam tahapan ini,
para
Sebagai
apa yang menjadi persoalan-persoalan
pemberian
yang melingkupi ide-ide dalam proses
workshop team tari memberikan materi
akhirnya mencoba untuk dipecahkan
pemahaman tentang apa itu tari, menari
dalam pola yang logis dan linear
dan gerak tari serta pengolahan gerak
berdasarkan persoalan-persoalan yang
tubuh
dihadapi.
pendukung
langkah
awal
yang
selanjutnya
sajian. dalam
diiringi
oleh
musik.
Langkah ke kedua mencari penari yang
Perenungan ini mencoba untuk
memiliki kemampuan dalam menari
mencari sebuah solusi atau teknik yang
tarian tradisi setempat secara selektif.
tepat
Hal tersebut dilakukan agar penari
penyampaian kepada pelaku dan penari
yang mempunyai kwalitas tersebut
yang dipersiapkan dalam pertunjukan
dapat dijadikan contoh, pemimpin dan
Festival Teluk Jailolo 2013. Tehnik
mengatur pendukung tari lain. Di sisi
dan solusi penyampaian ini sangat
lain juga melakukan proses pencarian
bermanfaat untuk mentransfer kepada
pendukung tari yang dapat disegani
para
oleh pendukung tari lainnya, demikian
pertunjukan tersebut. Mayoritas dari
sasaran
pelaku
dan
yang
efektif
terlibat
dalam
dalam
27
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
yang terlibat dalam acara ini adalah
inovasi pada tari tradisional kerakyatan
generasi muda yang memiliki perilaku
dengan sedikit merubah bentuk dan
dan karakter keras dan kurangnya
nilai yang sudah ada dalam tari
pengetahuan tentang tari, menari dan
tradisional tersebut.
bentuk
dari
sebuah
pertunjukan.
Adapun tahap keempat, yakni
Tahapan ini sangat bermanfaat dan bisa
evaluasi
menemukam ide kreatif dan solusi
dilakukan
untuk penggarapan karya. Ide kreatif
menyeleksi ragam gerak yang telah
tersebut
melakukan
dihasilkan pada tahap penguasaan,
pengembangan
pendalaman materi dan penafsiran
terhadap bentuk tari yang tampak pada
bentuk dan isi. Dalam tahapan ini,
visual bentuk pertunjukan.
team tari bersama dengan sutradara dan
berupaya
interpretasi
dan
Tahap
pengarapan
atau
team
merupakan dalam
kreatif
tahapan
yang
menilai
dan
lainnya
melakukan
penyusunan, yang merupakan tahap
evaluasi terhadap proses penguasaan
ketiga dalam proses kekaryaan ini tidak
dan penggarapan pada karya tari yang
lepas dari peran team yang berperan
akan ditampilkan. Adapun tahapan
dalam
evaluasi lebih ditekankan pada bentuk
pertunjukan
Festival
Teluk
Jailolo 2013. Dalam tahapan ini team
sajian
tari melakukan penguasaan materi tari
koreografi
tradisional kerakyatan Jailolo seperti
untuk
tari Sara Dabi-dabi, tari Legu Salay ,
kerakyatan yang didalamnya terdapat
tari Dana-dana dan tari Cakalele.
semangat
Penguasaan
toleransi antar suku atau berkelompok
memperdalam
materi
ini
untuk
penguasaan
bentuk,
koreografi. gerak
lebih
Dalam lebih
ini
ditekankan
menunjukkan
kegotong
hal
kondisi
royongan
dan
masyarakat.
teknik gerak, ruang, tema dan karakter
menselaraskan sajian dan pencapaian
Proses Kekaryaan Sasadu On The Sea Karya ini memadukan kesenian
konsep yang ingin dicapai. Sementara
lokal dari suku-suku di Halmahera
itu untuk proses penggarapan materi,
Barat yaitu: Suku Tobaru, Suku Sahu,
team tari secara kreatif mengolah,
Suku Wayoli dan Suku Gamkonora
mengembangkan,
dengan unsur tari-tari eksplorasi baru
tari yang disajikan, dengan tujuan
memberi
variasi,
28
Eko Wahyudi, Sesadu On The Sea Wacana Seni Budaya dalam Festival Teluk Jailolo 2013
dan
kreativitas
pertunjukan
dari asli menjadi karya baru yang dapat
modern yang inovatif. Semua itu
meyakinkan penonton bahwa karya itu
terjalin menjadi satu kesatuan yang
berpijak pada latar belakang seni yang
utuh
jelas
antara
seni
seluruh
aspek
seni
tradisional dan kebaruannya.
bermuara
dari
menjadi
sebuah
hasil
pengembangan dengan hasil warna
Karya Sasadu On The Sea pada dasarnya
dan
Substansi
baru.
Melalui
percobaan
eksperimen
atau
sistematis
dan
yang
�Rumah� atau arti kata lain Sasadu
terencana dalam bentuk kreativitas
sebagai
seni, diharapkan dapat membuktikan
tempat
dimana
kelahiran
terjadi, keharmonisan antara anggota
kebenaran
keluarga
tempat
mendapatkan kesepakatan hasil dari
generasi-generasi
seluruh penggabungan motif gerak
terjalin,
dilahirkannya
dan
penerus. Substansi pembelajaran yang bermuara
dari
teori,
sehingga
maupun ide untuk mencapai tema.
kemudian
Dilandasi dari teori tersebut,
aspek-aspek
karya seni ini diilhami dari unsur
alam, dimana yang ada di alam
budaya masyarakat Jailolo yang masih
sebagian besar mencakup hutan dan
memegang teguh nilai-nilai tradisi
laut.
yang diwarisi secara turun temurun.
bersinggungan
Untuk
keluarga
suatu
dengan
sebuah
Adapun nilai-nilai tersebut diantranya:
gagasan dan menciptakannya menjadi
kegotong royongan, kebersamaan dan
sebuah karya seni tari yang masih
persatuan dalam membangun negeri.
berpijak pada tradisi yang sudah ada,
Dalam bahasa masyarakat Halmahera
demikian ini
Barat nilai- nilai yang tercermin dalam
transformasi. teori
mewujudkan
menggunakan teori Alasan
transformasi,
menggunakan
kebersamaan
antar
suku
sering
bahwa
dalam
diutarakan dengan sebutan mari moi
rakyat
masih
ngone future, arti dari kalimat tersebut
terdapat nilai-nilai estetis yang dapat
adalah menyatukan hati membangun
diungkapkan melalui gerak-gerak tari
negeri.
kesenian
tradisional
tradisional. Menurut Bandem (1996: 24) teori transformasi adalah perubahan
Karya tari ini berpijak dari bentuk-bentuk tari tradisi kerakyatan suku-suku
yang
ada
di
Jailolo,
29
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
kemudian dipadukan dengan unsur-
melestarikan bentuk kesenian daerah
unsur
tanpa
tari
eksplorasi
baru
dalam
meninggalkan
identitasnya.
kreatifitas seni pertunjukan modern
Penjelasan konsep garap pertunjukan
yang inovatif dan mengandung unsur
karya seni “Sasadu On The Sea� dibagi
edukatif. Hal tersebut terjalin menjadi
menjadi 7 (tujuh) bagian.
satu kesatuan yang utuh dalam seluruh
Bagian pertama, menampilkan
aspek seni tradisi dan kebaruan. Karya
para pekerja dengan koreografi krodit
ini berangkat dari eksplorasi bentuk
(lari, lompat, guling, dan beberapa
gerak tari tradisional rakyat Jailolo,
gerak lainnya). Kemudian atur posisi,
seperti tari Sara Dabi-dabi, tari Legu
mulai gerak dengan koreografi gotong
Salay, tari Dana Dana, tari Cakalele
royong, rampak dan gagah, selanjutnya
dan beberapa kesenian lainnya yang
koreografi rampak koordinasi tangan
kemudian berkembang dengan ruang
dan
penjelajahan
mengungkapkan
kreatif
dengan
kaki.
Dalam
bagian
semangat
ini
bekerja
memadukan beberapa unsur koreografi
keras dan semangat gotong royong
dan komposisi baru tanpa merubah
yang sangat di kedepankan.
bentuk
nilai
demi
Bagian Kedua, mengungkapkan
pendalaman intensitas. Dalam tahapan
tentang kelahiran yang terdiri dari
ini,
pada
beberapa adegan yakni: (1) Koreografi
eksplorasi gerak tari yang dilakukan
Kelahiran, memberikan substansi kasih
oleh pendukung tari dalam festival
sayang orang tua kepada anaknya,
seni.
dengan komposisi musik yang digarap
prosesnya
ketradisiannya
difokuskan
Adapun model penggarapannya
untuk mewujudkan suasana romantis,
adalah teknik dan idiom tradisi lokal
kemesraan yang membahagiakan; (2)
yang dikembangkan dan dijadikan
Tari Sara Dabi Dabi, yakni tarian
pijakan
dalam
bagian-
penyambutan yang bertujuan untuk
bagian
penyusunan
tari.
menyambut kelahiran seorang anak
Penggarapan instrumen dari berbagai
laki-laki yang kelak dapat membuat
kultur, secara kolaboratif dimaksudkan
daerahnya
untuk menghasilkan inovasi baru yang
Komposisi gerakan disamakan seperti
dapat
konsep aslinya, dengan musik Tari
menyusun karya
mempromosikan
dan
maju
dan
berkembang.
30
Eko Wahyudi, Sesadu On The Sea Wacana Seni Budaya dalam Festival Teluk Jailolo 2013
Sara Dabi Dabi; dan (3) Legu Salay,
Bagian ketiga terdiri dari 6
sebuah tarian yang sama dengan tarian
(enam) adegan, dimana dalam adegan
sebelumnya,
tarian
ini menggambarkan keadaan hutan dan
penyambutan dalam kelahiran seorang
isinya yang berada di Jailolo, seperti
anak. Dalam adegan ini, musik digarap
berikut: (1) Hutan (pohon), koreografi
Musik
Standar
lebih menggambarkan gerakan pohon
instrumen musik Legu Salay. Kostum
yang kemudian masuk penari monyet.
yang digunakan dalam adegan ini pada
Pada adegan ini, musik digarap string
dasarnya disamakan atau hampir mirip
ensamble, cimes, harp dan ambience:
dari
gunakan
ocean floor dan tali dua; (2) Monyet
tarian,
dengan koreografi lincah dan rampak.
namun dalam hal ini ada sedikit
Musik digarap conga groove, clave, 4
penambahan untuk keperluan kwalitas
tifa, world triangle, ceramic drum,
dalam bentuk panggung pertunjukan.
pencon Jailolo dan ambience: ocean
Tari
kostum
selayaknya
yaitu
Legu
yang
bentuk
Salay,
di
masing-masing
floor dan tali dua; (3) Burung Hutan, koreografi
licah
dan
rampak
menggambarkan sebagaimana karakter aslinya burung hutan silam. Musik digarap 3 acous guitar, ukulele, shaker, ethnic shake loop, voice huming dan Gambar 3. Koreografi Opening tema kerja keras dan gotong royong (Foto: Rheza Adi Perwira, 2013)
ambience: ocean floor tali dua; (4) Laut (air), koreografi komposisi hutan berubah menjadi komposisi laut atau air (penari tetap). Koreografi laut atau air
menggambarkan
sebagaimana
ombak atau gelombang air, dari ombak atau
gelombang
pelan
kemudian
menjadi ombak atau gelombang cepat yang kemudian masuk penari ikan. Gambar 4. Tari Sara Dabi Dabi (Foto: Rheza Adi Perwira, 2013)
Komposisi musik yang digunakan syhnthesizer: string orchestra, taiko,
31
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
timpani,
cymbals
dengan
suasana
penghidupan, hutan dan laut adalah
memuncaknya gelombang keindahan
sebagai tempat mengasah ketangguhan
Jailolo dan anak itu mulai memahami
anak-anak Jailolo menjadikan seorang
esensi tanah kelahirannya; (5) Ikan,
yang
koreografi yang digunakan Rampak
gunakan
dan mengalir sebagaimana mengikuti
dasarnya untuk mengambarkan dan
arus gerak air. Ikan happy stream dan
memperkuat kateristik dalam setiap
depth dengan menggunakan piano, solo
bagiannya.
tangguh. dalam
Kostum
yang
adegan
ini
di pada
star shynt, vocal, ooh voice, maraca, dan syhnthesizer: string orchestra, taiko,
timpani,
cymbals,
menggambarkan gelombang keindahan Jailolo; dan (6) Kawah Bambu Gila, koreografi yang digunakan merupakan eksplorasi mengangkat papan yang akan
dinaiki
oleh
anak
yang
memainkan atraksi bamboo di atas papan.
Komposisi
musik
yang
digunakan adalah Ogoh-Ogoh Jailolo
Gambar 5. Adegan kelahiran anak masa depan Jailolo (Foto: Rheza Adi Perwira, 2013)
membara , menegangkan, mengejutkan dan mendewasakan. Electric bass, drum, 10 tifa, cow bells, choir, timpani, syhnthesizer: string orchestra, taiko, snare, timpani, tifa, vocal dan klimaks terbentuknya sebuah kedewasaan jiwa dan anak itu sudah bisa terbang sekarang.
Konsep
dalam
adegan
tersebut
adalah
menggambarkan
bagaimana keadaan alam seperti hutan,
Gambar 6. Tari Sara Dabi Dabi. (Foto : Rheza Adi Perwira, 2013)
laut dan isinya yang menjadi tempat masyarakat
Jaiolo
untuk
mencari
32
Eko Wahyudi, Sesadu On The Sea Wacana Seni Budaya dalam Festival Teluk Jailolo 2013
sebelum lagu selesai perahu perahu dari laut menuju ke panggung. Musik yang digunakan syhnthesizer: srting pad,
harp,
violin,
vocal
dengan
relaxation . Bagian Enam terdiri dari dua adegan: (1) Kebahagiaan, koreografi
Gambar 7. Koreografi Kera (Foto: Rheza Adi Perwira, 2013)
tokoh anak Jailolo berdiri di depan pintu rumah yang terang dengan adanya cahaya lampu didalamnya. Transisi penari silam masuk kerumah, sementara itu, diatas atap rumah berdiri seorang penari Cakalele kecil dan pengkarya menarikan fokabuler dari tarian Cakalele. Setelah tarian Cakalele
Gambar 8. Koreografi kawah (Foto: Rheza Adi Perwira)
selesai, tokoh tersebut membuka pintu dan masuk kedalam rumah kemudian
Bagian Empat terdiri dari dua adegan yaitu: Konser Musik Jailolo Music Concert, Quintett Vocal, Yanger Big Band, Legu Sale & Sara Dabi Dabi futuristic
music,
Ensemble
Tifa,
Cakalele progresive music, dan tarian Cakalele. Sementara Bagian Lima, memiliki dua adegan yaitu Kedatangan sang tokoh yaitu anak Jailolo dan tarian
Dana
Dana
sebagai
tarian
lampu padam. Penggambaran dalam adegan ini adalah sebuah cerita bahwa sang tokoh yaitu anak laki-laki Jailolo yang dulunya pergi merantau akhirnya telah
membawa
daerahnya lebih maju. Pada adegan ini dinyanyikan lagu Kembali ke Timur,
kerumah
banyak
bekal
dengan dan
pengalaman untuk siap membangun daerahnya. Cobaan, godaan, gangguan yang pernah dia alami sanggup di lalui dengan baik. Adegan ini merupakan adegan
penyambutan telah kembalinya sang anak laki-laki yang bisa membangun
kembali
puncak dari semua rangkaian adegan dari
awal,
menggambarkan
suasana bentuk
yang
kebanggan
33
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
terhadap daerah dan negerinya pun
bentuk
disampaikan lewat lantunan musik dan
rumah adat suku Sahu, Rumah Sasadu.
suasana yang di dukung dengan setting
Nama dan bentuk ini menjadi inspirasi
panggung serta lighting panggung.
untuk mewujudkan karya kreatif berisi
Kostum yang digunakan sedikit dibikin
tari, musik drama dan kemasan seni
kontras antara sang tokoh dan dengan 2
pertunjukan
penari yang berada di atas rumah
Jailolo 2013. Selain nama rumah adat,
Sasadu,
Sasadu ini adalah ikon khas Halmahera
alasannya
adalah
sebagai
kesederhanaan
untuk
dari
nama
Festival
Teluk
penggambaran sang tokoh yang datang
Barat.
dari kota dengan tinggi peradaannya
membungkus seluruh adegan pada
dan
pertunjukan festival ini. Cerita dan
tetap
mau
kembali
untuk
Rumah
Sasadu
akan
membangun daerahnya yang terpencil
pertunjukan
dan berada di Timur Indonesia.
Jailolo 2013 ini, dijabarkan dengan pembagian masing
dalam
Festival
adegan mempunyai
yang
Teluk
masing-
pemaknaan,
interpreatasi, dan pesan serta harapan untuk
menjadikan
inspirasi
bagi
generasi muda dan seluruh lapisan masyarakat Jailolo khususnya dan Halmahera Barat pada umumnya. Gambar 9. Tari Cakalele, adegan kepulangan anak Jailolo dengan membawa pesan demi kemajuan daerahnya. (Foto : Rhez Adi Perwira, 2013)
PENUTUP Keindahan dan kekayaan alam
Pada Bagian Tujuh, semua penari masuk ke panggung dan menari tarian rakyat secara bersamaan. Dalam Komposisi bagian ini, musik yang digunakan yaitu: syhnthesizer: magic dan Moloku Kieraha new arrangement. Karya ini secara substansi berupa cerita dan pesan yang mencurahkan sebuah
serta budaya serta adat istiadat di Jailolo Halmahera Barat merupakan aset yang tidak ternilai harganya. Pemerintah daerah Halmahera Barat tidak menyianyiakan aset yang dimiliki untuk
memanfaatkan
dan
mengembangkan serta mencoba untuk
34
Eko Wahyudi, Sesadu On The Sea Wacana Seni Budaya dalam Festival Teluk Jailolo 2013
mengenalkan kekayaan yang dimiliki
berbagai macam bentuk kegiatan yang
secara luas, selain itu juga Pemerintah
menyangkut perayaan atau pesta pesta
Daerah Halmahera Barat mencoba
seni dalam bentuk pertunjukan tari dan
membawa masyarakatnya untuk lebih
musik, pesta budaya ditepi pantai,
arif dan kreatif dalam mengenal seni
parade, perlombaan, dan beberapa
dan budaya yang dimiliki. Halmahera
kegiatan lainnya yang diselenggarakan
Barat yang memiliki kecamatan Jailolo
oleh
yang bertepatan sebagai pintu masuk
Jailolo.
pelabuhan serta merupakan sebuah tempat
dimana
secara
struktur
pemerintah
dan
masyarakat
Karya Sasadu On The Sea merupakan
refelksi
dari
sebuah
goegrafis merupakan sebuah teluk. Hal
ungkapan masyarakat Jailolo akan
ini yang pada akhirnya pemerintah
sebuah kekayaan lokal yang meliputi
daerah
untuk
seni budaya, adat istiadat dan kekayaan
membuat sebuah acara tahunan untuk
alam. Ungkapan yang digambarkan
mengenalkan aset yang di miliki di
dalam sebuah kearifan lokal yang akan
daerah tersebut.
selalu
Halmahera
Festival
Barat
merupakan
sebuah
membawa
menuju
sebuah
masyarakatnya kemajuan
dan
ajang yang dapat memunculkan bentuk
kesejahteraan.
eksperimen
merupakan simbol bagi masyarakat
berbagai
dengan
menjelajahi
kemungkinan
untuk
Halmahera
Barat
Rumah
sebagai
adalah
sebuah
menemukan ekspresi baru dengan lebih
kebersamaan, kerukunan dan saling
mengenal unsur seni dan budaya yang
membutuhkan satu sama lain.
ada di wilayah Jailolo. Festival Teluk Jailolo merupakan acara tahunan yang diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata Halmahera Barat dengan tujuan untuk mempromosikan potensi pariwisata, sumber daya alam, budaya, juga bisnis di daerah Jailolo, Halmahera Barat. Festival Teluk Jailolo digelar selama tiga hari dengan menyelenggarakan
KEPUSTAKAAN Bandem, I Made. 1996. Etnologi tari Bali. Yogyakarta: Kanisius. Chandra, Julius. 1994. Kreativitas, Bagaimana Menanam, Membangun, dan Mengembangkannya. Yogyakarta: Kanisius. Purwadarminta, W J S. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 35
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Supriadi, Dedi. 1977. Kreativitas, Kebudayaan, dan Perkembangan Iptek. Bandung: Alpabeta. NARASUMBER Fenny Kiat S.STP., M.Si. 45 tahun, Kepala dinas Pemuda, Olah Raga, Kebudayaan dan Pariwisata Halmahera Barat, Ternate.
Pariwisata Halmahera Barat, Jailolo. DISKOGRAFI Dokumentasi vidoe Festival Teluk Jailolo 2012 karya team Metro TV, koleksi Dinas Pariwisata Halmahera Barat, tahun 2012. Dokumentasi video Jenis Tarian Halmahera Barat karya Khresna Martin, koleksi Khresna Martin, tahun 2010.
Gregorius Khrisna Wicaksono S.S. 37 tahun, Staf Pemuda, Olah Raga, Kebudayaan dan
36
PERTUNJUKAN KOMPANG BENGKALIS: DARI ARAK-ARAKAN KE SENI PERTUNJUKAN Yosi Ramadona Nursyirwan Prodi Seni Budaya STIE Pekanbaru Prodi Seni Musik, Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang yosiramadona@yahoo.co.id drnursyirwanmsn_sipisang@yahoo.com
ABSTRAK Tulisan ini adalah hasil penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan perkembangan kompang pada masyarakat Meskom Bengkalis, dari bentuk arakarakan menjadi Pertunjukan Atraktif. Tradisi arak-arakan kompang pada masyarakat Bengkalis sejak awal mula berkembang sebagai bagian syiar Islam, yang menjadi bagian tak terpisahkan dalam setiap perayaan keagamaan ataupun perhelatan yang berkaitan dengan agama Islam. Namun sekarang telah dijumpai pengembangan dari tradisi arak-arakan kompang menjadi tontonan hiburan yang dikenal sebagai Pertunjukan Atraksi Kompang. Untuk melihat bentuk perkembangan kompang dari arak-arakan ke pertunjukan, maka penelitian menerapkan metode kualitatif yang bersifat deskriptif analisis dengan menggunakan teori fungsi dan pertunjukan. Pengembangan pertunjukan kompang dari arak-arakan ke Atraksi Pertunjukan Kompang dilatarbelakangi oleh kebutuhan masyarakat akan sebuah suguhan seni pertunjukan yang lebih menarik dan bersifat hiburan. Pengembangan ini dilakukan dengan menambahkan gerak-gerak atraktif ke dalam pertunjukan yang digabungkan dengan atraksi permainan kompang tanpa menghilangkan hakikat dari pertunjukan itu sendiri, yaitu sebagai syiar Islam. Kata kunci : Pertunjukan, Atraksi, Kompang, Islam, Bengkalis
ABSTRACT This writing is the result of research with the purpose to describe the development of kompang music in Meskom community in Bengkalis, from the music of parade to Attractive Performance. The tradition of kompang parade in Bengkalis community was formerly part of Islamic religiuos teaching, an integral part of Islam-related ceremonies or parties. But now kompang music has developed from music of parade to music of entertainment known as Kompang Attraction Performance. In order to see the development of kompang from the music of parade to music of performance, this research used a qualitative method with descriptive
37
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
analysis using theories of function and performance. The development of kompang from music of parade to Kompang Performance Attraction was based on the needs of community for a more attractive art performance and entertainment. The development was done by adding some attractive movements into the performance combined with kompang game attraction without reducing the essence of the performance itself, the Islamic teaching. Keywords: Performance, Attractions, Kompang, Islam, Bengkalis
masyarakat Bengkalis. Kompang telah
PENDAHULUAN Bengkalis
adalah
sebuah
Kabupaten yang terletak di pesisir timur pulau Sumatera, yang dikenal kaya dengan ragam kesenian yang mendapat pengaruh dari agama Islam. Islam
dianut
oleh
mayoritas
masyarakat Bengkalis dan menjadi identitas yang tak terpisahkan dari kehidupan
masyarakatnya.
Sebagaimana masyarakat Melayu pada umumnya,
Islam
telah
menjadi
menjadi kesenian rakyat yang dapat dijumpai hampir di seluruh pelosok Bengkalis, dan meramaikan setiap perayaan keagamaan dan perhelatan di tengah masyarakat. sehingga tidak salah jika Bengkalis dijuluki sebagai “negeri seribu kompang”. Bahkan ada ungkapan
hampir dalam segala aspek
kehidupan masyarakat secara ideal disesuaikannya dengan norma dan nilai-nilai Islam (Mahdi Bahar, 2012:
tengah
masyarakat
setempat dimane ade orang melayu, disitu ade kompang (dimana ada orang Melayu, disitu ada kompang). Kompang adalah sebutan oleh
landasan ideal kebudayaan mereka, dimana
di
masyarakat setempat terhadap sejenis alat musik pukul ataupun pertunjukan musik
yang
dimainkan
oleh
sekelompok orang dalam bentuk arakarakan, sambil melafaskan sya’ir-sya’ir
44). Hal ini terlihat pada fenomena kesenian kompang yang hidup di tengah
masyarakat
Bengkalis.
Kompang adalah kesenian bernafaskan Islam yang begitu populer di tengah
dari
kitab
berzanji.
Nursyirwan
(2000:3), menjelaskan kitab berzanji adalah karya sastra Arab yang berisi cerita bernafaskan Islam berupa pujipujian kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya dan puji-pujian 38
Yosi Ramadona & Nursyirwan, Pertunjukan Kompang Bengkalis: dari Arak-arakan ke Seni Pertunjukan
kepada Allah SWT (Nursyirwan, 2000:
dikembangkan dengan menambahkan
3).
gerak-gerak
Instrumen
kompang
sendiri
atraktif
dalam
menyerupai rebana, terbuat dari kulit
pertunjukan, serta unsur-unsur lain
kambing dan kayu lebam sadang serta
yang
atau
sedak
rotan
yang
berfungsi
sebagai penyaring suara.
ada
dalam
sebuah
seni
pertunjukan. Artinya kemasan bentuk pertunjukan
telah
beralih
menjadi
Diihat dari sejarahnya, alat musik
sebuah suguhan seni pertunjukan, dan
kompang diperkirakan berasal dari
masyarakat setempat menamakannya
Arab dan
dengan Pertunjukan Atraksi Kompang.
masuk ke tanah Melayu
seiring dengan berkembangnya Islam
Berdasarkan
hal
tersebut,
di tanah Melayu, khususnya pada masa
menarik untuk mengkaji bagaimana
Kesultanan Melaka pada abad ke-13
pertunjukan kompang yang semula
oleh para pedagang India muslim
berupa
melalui
berkembang
pesisir
Selat
Malaka
arak-arakan
kompang
menjadi
Pertunjukan
(wawancara dengan Alwi di Meskom
Atraksi
Bengkalis pada tanggal 15 November
suguhan
2013). Sampai sekarang, arak-arakan
masyarakat Bengkalis, serta seperti apa
kompang
tradisi
bentuk perubahan tersebut. Radcliffe
kesenian pada masyarakat Melayu
Brown sebagaimana dikutip dalam
yang berfungsi sebagai syiar Islam.
Endaswara berpendapat bahwa sistem
dikenal
Namun
sebagai
sekarang,
arak-arakan
budaya
Kompang seni
dapat
sebagai
sebuah
pertunjukan
dipandang
pada
memiliki
kompang telah dikembangkan menjadi
“kebutuhan sosial�. Kebudayaan itu
sebuah
muncul karena ada tuntutan tertentu
suguhan
seni
pertunjukan,
sebagai sebuah tontonan. Fenomena ini
baik
dijumpai
pendukungnya.
di
daerah
Meskom,
oleh
lingkungan Tuntutan
maupun itu
yang
Kabupaten Bengkalis. Disini dijumpai
menyebabkan budaya semakin tumbuh
pertunjukan
dan berfungsi menurut strukturalnya
kompang yang berbeda
dari arak-arakan kompang pada umum dikenal pada masyarakat Bengkalis. Kompang
tidak
dimainkan
bentuk arak-arakan,
tetapi
dalam telah
(Suwardi Endaswara, 2003, 109). Sementara menjelaskan
itu, bentuk
untuk Pertunjukan
Atraksi Kompang, digunakan
teori
39
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
bentuk
dari
Soedarsono
pengkategorian budaya menurut warga
dimaksud
setempat (pemilik budaya), sedangkan
didalam penyajian meliputi unsur-
etik adalah kategori menurut peneliti
unsur yang saling berkaitan antara lain
dengan menagacu kepada konsep-
menyangkut hal teknis seperti: penari,
konsep yang sebelumnya.
(1977:21),
RM.
bentuk
yang
gerak, pola lantai, musik, rias dan busana, property, tempat dan waktu
PEMBAHASAN
pertunjukan (RM. Soedarsono, 1977:
Arak-Arakan Kompang
21).
Kompang Untuk mendapatkan pemahaman
dalam
setiap
selalu
dimainkan
acara
perayaan
yang lebih luas, serta interpretasi yang
keagamaan
layak,
ini
Bengkalis. Kompang atau yang dikenal
penelitian
juga dengan sebutan rebana adalah alat
kualitatif sebagaimana yang dikutip
musik yang melekat dengan tradisi
dari Miller, bahwa penelitian kualitatif
kesenian yang bernuansa Islam. Hal ini
adalah tradisi tertentu dalam ilmu
dikarenakan alat musik kompang pada
pengetahuan
maka
menggunakan
penelitian metode
masyarakat
yang
secara
awalnya dimainkan sebagai media
fundamental
bergantung
pada
untuk syiar atau dakwah Islam. Oleh
pengamatan
manusia
dalam
sebab itu, kompang senantiasa hadir di
wawasannya sendiri dan berhubungan
setiap perayaan keagamaan, seperti
dengan orang-orang tersebut, dalam
perayaan hari-hari besar Islam, khatam
bahasanya dan dalam peristilahannya
Qur’an, Satu Muharam, Maulid Nabi,
(Miller, 1995: 3). Artinya dalam
dan Khitanan.
melakukan sekaligus
sosial
pada
penelitian, menerapkan
peneliti
Sebagai
syiar
Islam,
pendekatan
pertunjukan kompang dilakukan dalam
emik dan etik agar hasil penelitian
bentuk arak-arakan. Disini permainan
menjadi
alat
layak
dan
dapat
musik
kompang
lebih
kesemarakan
bunyi
dipertanggungjawabkan. Kaplan dan
mengutamakan
Manner, sebagaimana dikutip dalam
kompang yang mengiringi nyanyian
Endaswara (2003: 34), menjelaskan
atau lafaz yang memuat syair-syair
bahwa
islami berisi puji-pujian terhadap Allah
pendekatan
emik
adalah
40
Yosi Ramadona & Nursyirwan, Pertunjukan Kompang Bengkalis: dari Arak-arakan ke Seni Pertunjukan
SWT dan shalawat terhadap nabi. Sambil
melakukan
arak-arakan
di
sepanjang perjalanan, para pemain terus memukul alat musik kompang dengan melafazkan syair puji-pujian. Hal ini adalah bagian dari tradisi masyarakat
Bengkalis
dalam
mensyiarkan agama Islam sebagai landasan kebudayaan mereka. Sebagai sebuah arak-arakan, pertunjukan
kompang
biasa
ditampilkan oleh beberapa kelompok kompang dari berbagai pelosok daerah di
Kabupaten
Bengkalis.
Dapat
dikatakan tradisi arak-arakan kompang adalah sebuah pertunjukan komunal yang cukup kolosal, karena melibatkan banyak para pemain kompang dari beberapa
kelompok.
Begitu
pula
dengan antusiasme dan riuh banyak penonton
yang
ikut
memberikan
dukungan bagi arak-arakan kompang yang
tengah
mereka
sepanjang rute perjalanan.
Gambar 1. Arak-arakan pertunjukan kompang dan antusiasme penonton (Foto: Yosi Ramadona, 15 November 2013)
tonton
di
Gambar di atas memperlihatkan semaraknya
arak-arakan
kompang
yang tampil di sepanjang jalanan kota Bengkalis,
yang
ikut
menambah
kemeriahan syiar Islam. Arak-arakan kompang biasanya dimainkan secara berkelompok dengan jumlah pemain yang
cukup
banyak
sehingga
mengundang keriuhan di sepanjang rute
arak-arakan.
Begitu
bunyi
kompang terdengar, masyarakat akan keluar
berduyun-duyun
menyaksikan
pertunjukan
untuk kompang
yang menambah nuansa religius dalam perayaan
keagamaan.
perayaan
keagamaan,
Diluar
dari
arak-arakan
pertunjukan kompang tetap membawa syiar
tersebut
meski
konteks
penampilannya telah berbeda.
41
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
Sebagai sebuah tradisi pada masyarakat
melayu,
kompang
begitu
arak-arakan
ini
telah
mendapat
pengakuan dari masyarakat dengan
oleh
prestasi yang diraih oleh kelompok ini
lapisan
masyarakat.
yang meraih peringkat pertama pada
Kelompok-kelompok
kesenian
Festival Kompang se-Bengkalis tahun
kompang dijumpai hampir di seluruh
2012. Mereka juga sering diundang
pelosok
desa
untuk memeriahkan berbagai acara
memiliki kelompok kompang sendiri
perhelatan di Bengkalis dan luar
yang
berbagai
Bengkalis (Wawancara dengan Bapak
pesta
Zainuddin di Meskom Bengkalis pada
berbagai
digemari
pertunjukan
Bengkalis.
selalu
Setiap
meramaikan
perhelatan
rakyat
dari
perkawinan,
perayaan
keagamaan,
tanggal 15 November 2013).
sampai acara sunatan. Begitu pula para
Lebih jauh dijelaskan bahwa
pemain kompang yang terdiri dari
pengembangan arak-arakan kompang
berbagai
kelompok
menjadi sebuah pertunjukan atrakasi
kelompok
kompang
kompang
lapisan,
dari
anak-anak,
dilatarbelakangi
oleh
kompang remaja, sampai kalangan
tuntutan masyarakat akan suguhan
kelompok kompang tua ikut terlibat
pertunjukan
pada pertunjukan.
ditujukan sebagai tontonan hiburan.
kompang
yang
lebih
Dengan latar belakang sebagai seorang seniman
Pertunjukan Atraksi Kompang
zapin,
Bapak
Zainudin
Pertunjukan Atraksi Kompang
kemudian berusaha mengembangkan
adalah pengembangan dari arak-arakan
bentuk kompang agar lebih menarik
kompang
pada
lagi, dengan menambahkan atraksi
Menurut
gerak ke dalam pertunjukan. Hasilnya
Bapak Zainuddin,
adalah sebuah bentuk baru pertunjukan
seorang seniman tradisi yang aktif
kompang yang atraktif dan menarik
mengembangkan Pertunjukan Atraksi
karena
Kompang
agar
penambahan
masyarakat
Bengkalis,
masyarakat
umum
dijumpai
Bengkalis.
keterangan dari
dikenal
oleh
telah
dikreasikan atraksi-atraksi
dengan gerak
pertunjukan
digabungkan dengan suguhan musik
atrakasi kompang baru dikembangkan
kompang, serta elemen pendukung
sejak tahun 2012. Meski terbilang baru,
lainnya dalam pertunjukan.
42
Yosi Ramadona & Nursyirwan, Pertunjukan Kompang Bengkalis: dari Arak-arakan ke Seni Pertunjukan
Sebagai sebuah pertunjukan,
dengan baik, serta memiliki kepekaan
Pertunjukan Atraksi Kompang telah
dan keahlian dalam memperagakan
dilengkapi
gerak-gerak yang atraktif dan energik.
dengan
elemen-elemen
pendukung pertunjukan, sebagaimana
Dilihat
dikutip dalam Soedarsono (1977: 21),
pemain, beberapa diantaranya adalah
bahwa bentuk yang dimaksud didalam
juga penari zapin, seperti halnya Bapak
penyajian meliputi unsur-unsur yang
Zainudin sendiri yang juga dikenal
saling
sebagai
berkaitan
antara
lain
dari
latar
seniman
belakang
zapin
para
tradisi
di
menyangkut hal teknis seperti: penari,
Bengkalis.
gerak, pola lantai, musik, rias dan
mengapa mereka cukup mahir dalam
busana, property, tempat dan waktu
memainkan musik kompang disertai
pertunjukan.
dengan gerakan-gerakan atraktif.
Hal
ini
menjelaskan
Pertunjukan Atraksi Kompang
Pertunjukan Atraksi Kompang
beranggotakan laki-laki yang sudah
di Meskom menggabungkan formasi
baliqh, berjumlah empat belas orang
arak-arakan sebagai pembuka dengan
dengan
posisi pemain sambil berdiri atau
memakai
kostum
melayu
disetiap penampilannya. Laki-laki yang
duduk
sudah baliqh dipercaya masyarakat
berlangsung.
lebih cepat dalam menghafal isi dari
kedalam
kitab berjanzi untuk vocal pertunjukan
pembukaan, pengantar, dan bermain
dan lebih mampu melakukan gerakan-
kompang. Pembukaan diawali dengan
gerakan
arak-arakan para pemain kompang
tenaga
energik yang
serta
lebih
mempunyai
tiga
pertunjukan
Pertunjukan
dibagi
tahapan,
yaitu
dalam
yang berjumlah 14 orang memasuki
melakukan pukulan-pukulan terhadap
area pertunjukan. Setelah dilakukan
instrumen
pembukaan dalam bentuk menabuh
kompang
besar
selama
dalam
durasi
waktu yang cukup lama. Dengan kata
kompang secara
lain, para pemain kompang adalah
Pertunjukan Atraksi Kompang, dimana
seniman
karena
para pemain memainkan kompang
keahlian
dalam berbagai gaya baik dalam posisi
kompang,
berdiri ataupun duduk. Sumber pijakan
disamping memainkan
yang
berbakat
memiliki alat
musik
mereka juga mampu berolah vokal
gerak
dalam
serentak,
gerakan
dimulai
Pertunjukan
43
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
Atraksi Kompang adalah silat, siku
kompang sambil duduk ataupun berdiri
kaluang dan tukar kaki. Ketiga gerakan
seperti terlihat pada gambar kedua
inti
gerakan-
dilakukan pada tahapan permainan
membuat
kompang.
itulah
gerakan
berkembang
lainnya
yang
Disini
para
pemain
Pertunjukan Atraksi Kompang jadi
menunjukkan keahlian mereka bermain
sangat menarik.
kompang sambil membentuk variasi pola lantai dengan posisi duduk dan berdiri. Atraksi ini jelas sangat menarik karena memecah fokus permainan ke dalam
dua
bentuk,
sehingga
pertunjukan menjadi lebih menarik dan tidak Gambar 2. Pembukaan Pertunjukan Atraksi Kompang oleh grup kompang Indah Budaya di Meskom Bengkalis (Foto: Yosi Ramadona, 15 November 2013)
monoton
pertunjukan
sekedar
musik
pukul
sebagai dengan
dikreasikannya gerakan-gerakan yang diatur sedemikian rupa. Permainan pola lantai dalam pertunjukan kompang memang cukup variatif. Pada permainan kompang yang umum dijumpai adalah para pemain berdiri berbanjar membentuk barisan.
Gambar 3. Permainan Atraksi kompang dalam posisi duduk dan berdiri oleh grup kompang Indah Budaya di Meskom Bengkalis (Foto: Yosi Ramadona, 15 November 2013)
Gambar diatas memperlihatkan ragam pola lantai permainan kompang. Pada pembukaan, para pemain berdiri membentuk garis lurus menghadap penonton. Adapun posisi para pemain
Atraksi
Namun
pada
Kompang,
Pertunjukan disuguhkan
berbagai pola lantai yang dikreasikan dengan gerakan-gerakan pemain yang atraktif mengiringi pukulan kompang. Ada saat-saat dimana fokus perhatian penonton dipecah dengan mengubah variasi pola lantai dalam berbagai bentuk, seperti memecah pola berjajar yang dikreasikan dengan gerakan para pemain yang saling menjauh dan
44
Yosi Ramadona & Nursyirwan, Pertunjukan Kompang Bengkalis: dari Arak-arakan ke Seni Pertunjukan
membelakangi
sambil
terus
memainkan kompang. Ada pula pola lantai melingkar, dimana para pemain kompang membentuk lingkaran sambil memainkan kompang dengan gerakangerakan yang atraktif. Gambar 5. Pola lantai melingkar oleh grup kompang Indah Budaya di Meskom Bengkalis (Foto: Yosi Ramadona, 15 November 2013)
Pola lantai melingkar, seperti tampak pada gambar diatas adalah bagian dari atraksi gerak yang cukup Gambar 4. Variasi pola lantai berbanjar oleh grup kompang Indah Budaya di Meskom Bengkalis (Foto: Yosi Ramadona, 15 November 2013)
Gambar diatas memperlihatkan
menarik.
Disini
para
pemain
menyuguhkan gerakan-gerakan yang beragam. Ada saat para pemain berdiri dengan
berbagai
pose
memukul
variasi pola lantai berbanjar dalam dua
kompang, ada pula saat para pemain
baris. Jika pada pertunjukan kompang
berjalan dengan posisi tegak dan
biasa
para
membentuk memainkan
pemain
hanya
berdiri
membungkuk.
garis
lurus
sambil
disesuikan dengan ritme pukulan yang
kompang,
disini
pola
dilakukan.
Setiap
Ada
kalanya
gerakan
gerakan
tersebut dikreasikan dengan gerakan
pemain lambat sesuai dengan irama
saling menjauh dan membelakangi
pukulan yang pelan, terkadang cepat
namun tetap dalam posisi berbanjar.
jika kompang dipukul dengan kuat dan
Hal
tempo yang cepat.
ini
menambah
keindahan
pertunjukan kompang sebagai tontonan
Secara
keseluruhan,
dalam
yang menggabungkan musik dengan
Pertunjukan Atraksi Kompang terjalin
atraksi visual gerak para pemainnya.
hamonisasi
antara
bunyi
pukulan
kompang, syair puji-pujian,
dengan
gerakan-gerakan
atraktif
yang
ditampilkan. Sebagai sebuah atraksi
45
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
kelompok,
Pertunjukan
Atraksi
serta syair puji-pujian, tetapi memberi
Kompang mempertunjukkan keahlian
tontonan yang lebih menarik dengan
para
adanya
pemain
dalam
memainkan
suguhan
gerakan-gerakan
kompang serta bergerak secara rampak
atraktif dan energik dalam memainkan
dan harmonis sambil para pemain terus
kompang.
melafalkan syair puji-pujian kepada
Penerimaan
Allah SWT dan Nabi Muhammad
terlepas
SAW.
Zainuddin Dilihat
kepiawaian
dalam
tak
Bapak
mempertahankan
sebuah
esensi dari pertunjukan itu sendiri,
Atraksi
yang tidak sekedar sebagai hiburan
Kompang secara keseluruhan telah
tetapi lebih sebagai bagian dari syiar
memenuhi
sebuah
Islam. Meskipun Pertunjukan Atraksi
pertunjukan. Semua elemen dalam
Kompang telah menggabungkan unsur
pertunjukan
dan
seni pertunjukan ke dalam pertunjukan,
tontonan.
namun pertunjukan itu sendiri tetap
pertunjukan,
menarik
sebagai
dari
masyarakat
Pertunjukan
estetika
begitu
sebagai
dalam
harmonis
sebuah
Gerakan atraksi yang dilakukan oleh
mengacu
kepada
pemain kompang sangat bervariasi
Melayu
yang
dengan menggunakan tenaga, ruang,
pertunjukan sebagai syiar Islam pun
waktu, level, arah hadap, pola lantai,
tetap
aksen
Pukulan
keseluruhan pertunjukan tetap memuat
bervariasi
puji-pujian terhadap Allah SWT dan
dan
terhadap
sebagainya.
kompangpun
etika
dan
Islami.
dipertahankan
adab Fungsi
karena
secara
terkadang pelan, sedang, kuat dan
Rasulnya.
sangat kuat. Gerakan dan pukulan
bahwa kelangsungan sebuah tradisi
kompang tersebut merupakan bagian
memang
dari atraksi.
adanya penyegaran atau inovasi yang
Pertunjukan Atraksi Kompang
Murgiyanto menjelaskan
sangat
bergantung
dari
terus menerus dari para pendukungnya
sebagai sebuah tontonan mendapat
dalam
sambutan
dari
perorangan, detail, kebiasaan, persepsi
Atraksi
intern, dan ekstern (Sal Murgiyanto,
masyarakat.
yang
antusias
Pertunjukan
Kompang yang menyuguhkan lebih
mengembangkan
keunikan
2004: 3).
dari sekedar keriuhan bunyi kompang
46
Yosi Ramadona & Nursyirwan, Pertunjukan Kompang Bengkalis: dari Arak-arakan ke Seni Pertunjukan
Pertunjukan Atraksi Kompang adalah
salah
satu
bentuk
menampilkan permainan alat musik kompang
disertai
nyanyian
yang
pengembangan dari seni tradisi arak-
memuat syair puji-pujian terhadap
arakan kompang, yang membuat tradisi
Allah SWT dan Rasulullah, maka
kompang tetap bertahan dan digemari
Pertunjukan Atraksi Kompang telah
di tengah masyarakat pendukungnya.
dikembangkan dengan menambahkan elemen-elemen dalam seni pertunjukan yang membuat pertunjukan menjadi
PENUTUP Fenomena
pertunjukan
lebih atraktif sebagai sebuah tontonan.
kompang pada masyarakat Bengkalis
Di samping sajian yang lebih menarik,
adalah sebuah gejala perkembangan
Pertunjukan Atraksi Kompang tetap
seni
mempertahankan
pertunjukan
dicermati.
yang
Tradisi
menarik
esensi
dari
arak-arakan
pertunjukan kompang, yaitu sebagai
kompang yang telah begitu dikenal
sajian estetis yang memuat syiar Islam,
pada
sehingga kemasan baru ini dapat
masyarakat
Bengkalis
bagaimanapun tidak luput dari tuntutan
diterima
perubahan.
Bengkalis.
masyarakat
Adanya akan
kebutuhan
sebuah
di
tengah
masyarakat
suguhan
pertunjukan yang lebih menarik, telah
KEPUSTAKAAN
mendorong
Bahar, Mahdi. 2012. Islam Landasan Ideal Kebudayaan Melayu. Padangpanjang: ISI Padangpanjang.
seniman setempat untuk
mengembangkan
sebuah
suguhan
tontonan
dikenal
dengan
yang
Pertunjukan Atraksi Kompang. Pertunjukan Atraksi Kompang di daerah Meskom adalah sebuah bentuk
pertunjukan
rakyat
yang
inovatif karena telah mengembangkan pertunjukan kompang yang berbeda dari
pertunjukan
kompang
pada
umumnya di Bengkalis. Jika tradisi arak-arakan
kompang
hanya
Barker, Chris. 2009. Cultural Studies Teori & Praktek. Yogyakarta: Kreasi Wacana. Hadi,
Y. Sumandyo. 2012. Seni Pertunjukan dan Masyarakat Penonton. Yogyakarta: BP ISI Yogyakarta.
Hadi, Y. Sumandyo. 2000. Seni dalam Ritual Agama. Yogyakarta: Yayasan Untuk Indonesia. Hermansyah, dkk. Tradisional
2005. Budaya Melayu Riau. 47
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dengan Tim Pusat Penelitian Kebudayaan dan Kemasyarakatan Universitas Riau. Murgiyanto, Sal. 2004. Tradisi dan Inovasi. Jakarta: Wedatama Widya Sastra. Roys, Anya Peterson. 1977. The Anthropology of Dance. Bloomington: Indiana University Press. Salim,
Agus. 2006. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Soedarsono. 1997. Tari-Tarian Indonesia I. Jakarta: Proyek Pengembangan Media
Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. _________. 1977. Kamus Istilah Tari & Karawitan Jawa. Jakarta: Proyek Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah. Saifullah & Yulika, Febri. 2012. Sejarah perkembangan seni dan kesenian dalam islam. Padangpanjang: ISI Padangpanjang. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
48
MEMBENTUK KEMAMPUAN PSIKOLOGIKAL DASAR CALON AKTOR DENGAN METODE LATIHAN BERTUTUR Ipong Niaga Prodi Pendidikan Sendratasik Universitas Negeri Gorontalo ipong_niaga@yahoo.com
ABSTRAK Akting dan beberapa masalahnya, terutama tentang bagaimana mempersiapkan aktor yang baik, mensyaratkan pencarian metode pelatihan terus menerus guna menemukan solusi yang tepat. Metode Stanislavski membedakan dua faktor yang perlu dilatih dalam akting, yakni faktor luar dan faktor dalam. Faktor-faktor luar mencakup tubuh dan suara, sementara faktor dalam adalah aspek psikologis. Masing-masing faktor mutlak harus terkombinasi dengan baik dalam menyajikan karakter di atas panggung. Dengan tingkat kesulitan khusus di masingmasingnya, hal tersebut meminta aktor untuk melatih kedua faktor ini agar memiliki keterampilan yang kompleks. Penelitian ini akan membahas salah satu dari faktor dimaksud, yaitu faktor dalam yang melibatkan persiapan keterampilan psikologis dasar seperti konsentrasi, observasi dan emosi. Melalui metode bertutur, penelitian dimaksudkan sebagai percobaan untuk menemukan metode yang tepat dan terukur dalam proses persiapan faktor dalam bagi seorang aktor. Kata Kunci: Metode Latihan, Akting, Bertutur
ABSTRACT Acting andsome of its problems, especiallyhow to prepare agood actor,requires continuous search of training methods to find appropriate solutions. Stanislavski’s methoddistinguishes twokinds of factorsthatneed to be trainedin acting, namey the external factor and internal factor. The external factor includes body and voice, while the internal factor refers to psychological aspects. Each factor should be absolutely combined in presenting characters on stage. With its own level of difficulty, actors are required to train both factors in order to achieve complex skills. This study will discuss one the two factors above, that is, the internal factor that calls for preparation of basic psychological skills such as concentration, observation, and emotion. Through the method of speech, this study is meant as an experiment in order to find a right and measurable method in the process of preparing the actor for the internal factor. Keyword: Exercise Method, Acting, speech
49
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
Oleh sebab itu, penting kiranya
PENDAHULUAN Perkembangan
dunia
akting
menelaah kembali urgensi pelatihan
dewasa ini menjadi tidak sesederhana
persiapan
yang
metode-metode
dibayangkan
banyak
orang.
seorang
aktor
melalui
ilmiah
dalam
Dibutuhkan keterampilan tinggi dan
menciptakan aktor yang berkualitas.
kerja keras artistik berupa latihan vokal
Dalam persiapan seorang aktor, ada
yang tidak sederhana serta teknik
beberapa segmen latihan dan materi
menggerakkan tubuh yang baik. Semua
yang mesti dilewati dan dikuasai oleh
itu
mampu
para aktor, salah satunya adalah aspek
dengan
pskologikalnya. Jika tahap-tahap yang
lain,
telah dirancang secara sistematis dan
dibutuhkan suatu persiapan sistematik
terukur tersebut dilalui oleh para calon
dan ilmiah untuk mencapai tingkat
aktor
keterampilan akting yang tinggi.
keaktorannya.
bertujuan
menciptakan
agar
aktor
karakter
meyakinkan.
Dengan
kata
maka
terjaminlah
kualitas
seni
Tulisan singkat ini ditulis untuk
peran di Indonesia tidak dikenal dalam
tujuan tersebut, yakni untuk menguji
pengertian
keberhasilan metode dan materi latihan
Padahal,
pembelajaran
populer.
Banyak
para
bintang film maupun sinetron yang
bertutur
dalam
sama sekali tidak melalui proses
keterampilan psikologikal dasar yang
persiapan menjadi pemeran. Sementara
ilmiah
itu, banyak aktor-aktor teater yang
dan
membentuk
inspiratif.
Tujuan
selanjutnya,
ialah
untuk
belum bisa konsisten dalam memukau
menyempurnakan
atau
melengkapi
dan memuaskan kebutuhan estetik
metode dan materi pelatihan dasar
penikmatnya. Beberapa penghargaan di
keaktoran. Permasalahan yang hendak
bidang seni peran masih selalu menuai
dibahas menyangkut dua hal penting,
kontroversi atas kriteria penilaiannya
yaitu: (1) metode yang efektif untuk
maupun kompetensi para juri yang
membentuk kemampuan psikologikal
menilainya. Sehingga demikian, seni
dasar calon aktor di Indonesia; dan (2)
peran belum dapat tempat yang layak
Prosedur dan materi apa yang paling
di mata penonton sebagai bagian dari
efektif
kebutuhan estetik mereka.
segmen tersebut.
untuk
mengisi
salah
satu
Harapannya lebih
50
Ipong Niaga, Membentuk Kemampuan Psikologikal Dasar Calon Aktor dengan Metode Latihan Bertutur
jauh, tulisan ini dapat bermanfaat
Work A Student’s Diary (translated
untuk mempermudah para calon aktor
and edited by Jean Benedetti [2008], p.
untuk mengisi salah satu segmen
201), dapat dipahami bahwa prinsip
latihan dasarnya, dan lebih jauh,
dasar emotional recall, baik itu yang
metode dan materi yang diuraikan
bersifat visual maupun yang auditori
diharapkan dapat bermanfaat untuk
ialah sebagai penggerak awal yang
membentuk keterampilan psikologikal
membangkitkan
dasar calon aktor secara efektif.
aktor terhadap wujud tokoh yang akan
Stanislavsky
seorang
dua
dibawakannya. Oleh sebab itu, jelas
aspek dasar yang membentuk akting
bahwa untuk lebih mahirnya seorang
dalam diri seorang aktor. Pertama,
aktor
adalah aspek luaran (outer), yaitu
‘pemanggilan
sumber daya yang menyangkut suara
semacam pembiasaan diri yang lebih
dan
mengarah
fisikal
membagi
imajinasi
(tubuh
dan
bagian-
melakukan
proses-proses
kembali’,
pada
diperlukan
keterampilan
bagiannya) yang dinikmati penonton
psikologikal untuk memunculkan daya
secara kasat indera. Kedua adalah
yang membangkitkan citra-citra dalam
aspek dalam diri (inner), yaitu aspek-
imajinasinya menjadi nyata dan hidup.
aspek psikologikal yang hanya bisa dirasakan
setelah
telah meletakkan dasar-dasar prinsipil
melihat gejala fisiknya dan akan
tentang apa yang disebut akting, yang
mempengaruhi
bertujuan membantu kerja-kerja aktor
terhadap
oleh
penonton
Sementara itu, beberapa ahli
tingkat
yang
yang sedang mempersiapkan dirinya.
tersebut
Beberapa di antaranya yang dapat
harus dapat dikombinasikan dengan
disimak ialah pernyataan pernyataan
baik oleh aktor dan aktris dan untuk
Lee Strasberg dalam Strasberg at The
memperoleh
Actors
diperankan.
tampilan
kepercayaan
Kedua
tokoh aspek
keterampilan
tersebut
Studio
dan
pernyataan
maka mereka harus melewati latihan-
Constantin Stanislavsky dalam An
latihan dasar, baik fisikal maupun
Actor Prepares (via Edwin Wilson dan
psikologikal yang tidak mudah.
Alvin Goldfarb, 1991). Pada dasarnya,
Mengamati uraian Konstantin
kedua ahli tersebut memberikan kita
Stanislavski dalam buku An Actor’s
sebuah gambaran bahwa meski dalam
51
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
keseharian
kita
dapat
melakukan
suara dan ritme gerakan –alami dan
aktifitas dengan kondisi yang lebih
meyakinkan; (2) Membiarkan aktor
nyaman dan natural, tetapi di atas
dan aktris menyampaikan kebenaran
panggung
semua
berbeda.
Seorang
menjadi
sangat
dari dalam (inner) pada setiap peranan.
aktor
akan
Bahkan jika seluruh perwujudan yang
berhadapan dengan aktor lain dalam
terlihat dari seorang tokoh telah benar-
situasi fiksi yang penuh aturan dan di
benar
hadapan mereka ada banyak penonton
terlihat dangkal dan mekanis tanpa
yang sedang mengawasi dengan cermat
pengertian yang dalam dari rasa yakin
semua tindak tanduk mereka. Maka
dan
untuk memperoleh penampilan yang
kehidupan tokoh di atas panggung
memukau dan tidak biasa, para aktor
tidak hanya dinamik tetapi berlanjut.
dianjurkan untuk selalu melatih dirinya
Sebagian penyaji (aktor) cenderung
agar memiliki tata cara berlaku dengan
menekankan
baik di atas panggung.
tertinggi
dikuasai,
pertunjukan
kesungguhan;
(3)
hanya dari
akan
Membuat
pada
puncak
peranan
yang
Sementara itu, perihal metode
dimainkannya, sehingganya, kehidupan
pelatihan akting, sebagaimana dikutip
tokoh jadi berhenti. Dalam kehidupan
dari Wilson dan Golvarb (1993: 29),
nyata, bagaimanapun juga, orang tidak
untuk
berhenti hidup; dan (4) Membangun
memberi
isian
pemikirannya, mempelajari berlaku
Stanislavsky bagaimana
dalam
bagaimana
dalam
seseorang
kesehariannya
mereka
dan
rasa
pengertian
yang
kuat
dari
permainan ensambel dengan pemeran lain dalam suatu scene.
menyampaikan
Masih menurut Stanislavsky,
perasaan dan emosinya; dan kemudian
teknik yang harus dikuasai oleh aktor
ia
dalam
menemukan
jalan
untuk
mencipta
peran
yang
menyelesaikan masalah yang sama di
meyakinkan adalah: (1) Relaxations
atas
membangun
(keluwesan fisik), aktor harus membuat
rangkaian pelatihan dan teknik untuk
tubuh dan suaranya fleksibel sehingga
para aktor yang memiliki tujuan luas,
ia dapat mengalir dan hidup dalam
terdiri
setiap gerakannya; (2) Concentration
panggung.
dari:
(1)
Ia
Untuk
membuat
aktifitas luaran penyaji (aktor) –gestur,
(konsentrasi)
dan
observation
52
Ipong Niaga, Membentuk Kemampuan Psikologikal Dasar Calon Aktor dengan Metode Latihan Bertutur
(observasi),
konsentrasi
adalah
melalui imajinasi; (5) Emotional recall
perhatian penuh terhadap objek atau
(pemanggilan
orang yang ditemukan aktor di atas
perasaan yang telah lalu), aktor harus
panggung, Stanislavsky menyebutnya
aktif mengenang pengalamannya untuk
circle
(“lingkar
menciptakan kondisi perasaan yang
perhatian�). Observasi seorang aktor
sama ketika ia menghadapi perannya di
tidak sama dengan observasi seorang
atas panggung. Hal tersebut akan
ilmuwan yang membutuhkan kerangka
memudahkan ia dalam mendalami
ilmiah. Observasi yang dimaksud di
emosi tokoh.
sini
of
attention
adalah
perhatian
kembali
perasaan-
terhadap
kehidupan sehari-hari. Seorang aktor
PEMBAHASAN
harus terus mengamati orang atau
Seni Bertutur dan Akting
benda-benda
di
sekitarnya
dan
Sebelum
manusia
mengenal
membuat konsep peniruan referensial
sastra (tulisan), penuturan merupakan
dalam pikirannya; (3) Importance of
metode
cerita
yang
terhadap
sering dipakai dan paling purba dalam
aktor
sejarah publisistik. Dalam sejarah,
diharapkan tidak melakukan hal-hal
penutur, yang dalam bahasa Inggeris
yang umum saja dalam lakunya karena
disebut
perilaku manusia dalam kenyataan
penting dalam menyebarluaskan berita
keseharian selalu bersifat khusus maka
dan cerita. Pengertian bertutur sendiri
aktor
harus
adalah orang lain yang menceritakan
menekankan pada hal-hal konkrit dan
(sebagai ganti membacakan) suatu
khusus; (4) Inner truth (kesungguhan
kisah
dari dalam), yaitu kemampuan aktor
banyak.
dalam mendalami dunia pikiran dan
bahwa keterampilan bertutur ini adalah
perasaan
yang
salah satu cikal bakal keterampilan
disarankan Stanislavsky adalah �magic
berperan. Di Indonesia, kita mengenal
if� (pengandaian yang ajaib), dengan
kesenian seperti PM Toh di Aceh,
terus menerus mengandai-andaikan diri
Sahibul Hikayat di Betawi, Tupai
kita adalah orang lain atau objek lain
Janjang dan Bakaba di Minangkabau,
specifics
(penguasaan
penyampaian
perilaku-perilaku
dalam
khusus),
lakunya
tokoh.
juga
Pendekatan
story
teller,
tertentu Banyak
di
punya
hadapan ahli
andil
orang
mengatakan
53
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
Gambang Rancak di Betawi, Pantun Sunda di Jawa Barat, Kentrung di Jawa Tengah dan Jawa Timur, Dalang Jemblung di Banyumas, Sinrili di Sulawesi Selatan, Cepung di Lombok dan di Bali. Itu semua merupakan warisan
nenek
moyang
orang
Indonesia yang berupa keterampilan bertutur. Berdasarkan penggambaran Ahmad (2006: 43 – 44), pekerjaan seni bertutur kurang lebih sebagai berikut: Pencerita (tukang cerita) dalam teater tutur adalah seorang seniman yang mengungkapkan gejolak jiwanya lewat media ungkap suara (vocal). Ia sama dengan actor. Ia seorang pemeran, sekaligus penyanyi, dan sutradara. Pencerita dengan kemahiran suaranya, dengan vocal yang ekspresif, harus sanggup menggambarkan berbagai karakter/watak tokoh yang sedang ia ceritakan. Untuk mendukung penceritaan, ia harus juga berlaku dengan menggunakan ekspresi wajahnya untuk lebih memperkuat penggambaran watak yang sedang ia ceritakan. Ia harus pula mempunyai suara yang merdu apabila sesekali harus bernyanyi. Apalagi kalau seluruh pengucapan cerita dilakukan dengan menyanyi. Gerakan tangan dan gerakan tubuh pencerita, digunakan untuk keperluan menghidupkan suasana bercerita dan meyakinkan penonton.
……………………. Masyarakat tradisi di masa lampau yang belum mengenal tulisan, hanya mengenal sastra lisan. Untuk menikmati dan mengembangkan atau menyebarluaskan sastra lisan, dilakukan dengan jalan perantara orang lain yang menceritakan (sebagai ganti membacakan). Sastra lisan hidup dan berkembang dari mulut ke mulut, dari seseorang diceritakan kepada orang lain. Pada zaman itu, tradisi bercerita merupakan salah satu alat komunikasi dan penyebaran sastra lisan kepada masyarakat secara luas. Dari sini lahirlah tukang cerita (story-teller) yang kemudian berkembang menjadi bentuk kesenian, yang kita namakan Teater Tutur. Perbedaan berakting
adalah
bertutur pada
dengan substansi
aktifitasnya. Bertutur adalah aktifitas penceritaan mengandung
yang
di
dalamnya
peragaan.
Peragaan
berupa suara dan gerakan ini hanyalah sebuah perumpamaan atas tokoh yang sedang
di
melakukan perumpamaan
ceritakannya.
Penutur
peniruan-peniruan untuk
sekedar
mewakilkan lakuan dari tokoh tersebut sehingga penonton terkesima dengan merasakan dinamika karakter dalam penuturan yang hanya dilakukan oleh satu orang tersebut. Dengan begitu, 54
Ipong Niaga, Membentuk Kemampuan Psikologikal Dasar Calon Aktor dengan Metode Latihan Bertutur
cerita yang dibawakan oleh tukang tutur ini terlihat dan terdengar sangat
Tahapan Pelatihan Bertutur untuk Calon Aktor
meyakinkan dan menarik. Sementara
Tulisan ini didasari oleh sebuah
dalam akting, seorang aktor dituntut
penelitian
untuk memerankan satu orang karakter
eksperimental
saja dan dalam hal ini aktor haruslah
kefektifan
menjadi
tersebut,
diduga peneliti memiliki kelebihan
asalnya.
dalam
karakter
meninggalkan
kepribadian
bersifat
kualitatif
untuk
metode
menguji
pelatihan
membentuk
yang
keterampilan
Ketika sedang bermain, aktor berada
psikologikal dasar calon aktor. Data
dalam
berupa
diperoleh melalui teknik sampling,
dekorasi panggung, ia dituntut untuk
yaitu dengan menggunakan subjek
menyatu secara organik dengan kondisi
percontohan
tersebut. Jelaslah, bahwa keterampilan
mahasiswa yang memiliki ketertarikan
seorang aktor memiliki kesulitan yang
terhadap seni peran dan akan lebih baik
lebih tinggi dibanding seorang penutur.
lagi
Aktor bukan memperagakan tetapi
pemahaman tentang bidang ini. Hal itu
masuk ke dalam dan mewujudkan
dipandang akan mempermudah peneliti
secara nyata karakter yang sedang ia
dalam menerima pengertian-pengertian
mainkan sehingga tokoh tersebut hidup
instruksional yang berkaitan dengan
dengan nafas, daging dan darah sang
penelitian.
aktor.
mempraktekan metode dan materi yang
kondisi
Sedangkan
fiksional
kesamaan
jika
berupa
mereka
empat
juga
Subjek
orang
memiliki
ini
akan
dari
diberikan peneliti dan pada saat itu
keduanya adalah prinsip penyajiannya.
peneliti akan mengambil data dari
Keduanya
penampilan
memiliki
kekuatan
penyajian pada ucapan, gerakan tubuh dan mimik wajah. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa
keterampilan
secara
langsung
dan
rekaman audio. Prosedur yang dilalui dalam kegiatan penelitian meliputi: (1) Tahap
bertutur merupakan atau mengandung
persiapan,
dasar-dasar dari keterampilan berperan.
rancangan penelitian serta menyiapkan fasilitas
berupa
dan
media
pembuatan
penunjang
penelitian (ruang latihan dan tape
55
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
recorder); subjek
(2)
Tahap
sampel;
dan
menentukan
tutur
(3)
keesokan harinya.
Tahap
Pelaksanaan.
dengan
materi
yang
sama
Memasuki hari kedua, pada
Tahap pelaksanaan eksperimen
tahap I subjek sampel diinstruksikan
dilaksanakan selama beberapa hari.
untuk
Pada hari pertama, pelatihan terdiri
penyempurnaan materi latihan tentang
atas tiga tahapan. Tahap I, subjek
pengalamannya. Peneliti mengamati
sampel diinstruksikan untuk bertutur
penuturannya dan mencatat detail laku
secara spontan tentang pengalamannya
dan
yang berkesan (sedih atau gembira).
suaranya.
Peneliti mengamati penuturannya dan
sampel diinstruksikan untuk bertutur
mencatat detail laku dan ucapannya
tentang puisi yang telah diberikan
serta
kemarin
merekam
suaranya.
Setelah
menuturkan
ucapannya
serta tahap
Pada
dengan
hasil
merekam II,
subjek
harapan
selesai, peneliti memberinya sebuah
pemahamannya tentang materi sudah
puisi
lebih
balada
yang
naratif
untuk
baik.
Peneliti
mengamati
dipelajari. Hal itu dilanjutkan dengan
penuturannya dan mencatat detail laku
tahap II, di mana subjek sampel
dan
diinstruksikan untuk bertutur tentang
suaranya. Sementara pada tahap III,
puisi yang telah dibacanya tadi, bukan
dilaksanakan diskusi tentang materi
mendeklamasikan tetapi menceritakan
yang telah dipraktekan tersebut dan
kandungan kisah dalam puisi tersebut.
peneliti menginstruksikan pada subjek
Peneliti mengamati penuturannya dan
sampel untuk lebih menyempurnakan
mencatat detail laku dan ucapannya
lagi pemahaman dan susunan dua
serta merekam suaranya. Adapun pada
materi latihan tersebut untuk persiapan
tahap III, dilakukan diskusi tentang
latihan tutur dengan materi yang sama
materi yang telah dipraktekan tersebut
keesokan harinya.
ucapannya
serta
merekam
dan peneliti menginstruksikan pada
Memasuki hari ketiga, pada
subjek sampel untuk menyempurnakan
tahap I subjek sampel diinstruksikan
pemahaman dan susunan dua materi
untuk
latihan tersebut untuk persiapan latihan
penyempurnaan materi latihan tentang
menuturkan
kembali
hasil
pengalamannya. Peneliti mengamati
56
Ipong Niaga, Membentuk Kemampuan Psikologikal Dasar Calon Aktor dengan Metode Latihan Bertutur
penuturannya dan mencatat detail laku
dicatat
dan
menyempurnakan keakurasian catatan
ucapannya
suaranya.
serta tahap
Pada
merekam II,
subjek
oleh
tersebut
peneliti
dengan
dan
mencocokkannya
sampel diinstruksikan untuk bertutur
dengan hasil rekaman; (b) analisis dan
tentang puisi yang telah diberikan
penilaian, yaitu menganalisis kualitas
kemarin
harapan
penuturan berdasar teori dan menilai
pemahamannya tentang materi sudah
kualitas kemajuannya berdasar kriteria
lebih
mengamati
yang telah ditentukan peneliti; dan (c)
penuturannya dan mencatat detail laku
jika kesimpulan awal menandakan
dan
bahwa
dengan
baik.
Peneliti
ucapannya
serta
merekam
kualitas
penuturan
tidak
suaranya. Hal tersebut dilanjutkan
meningkat dari hari ke hari, maka
dengan tahap III yang berisi diskusi
penelitian akan diulangi lagi dengan
tentang materi yang telah dipraktekan
memperhatikan
tersebut, untuk menghimpun masalah-
ditemukan.
masalah yang dialami subjek sampel
penyelesaian,
selama latihan.
kesimpulan
masalah
Kedua,
ialah
berupa dan
yang tahap
penyusunan
laporan
hasil
penelitian. Penilaian Pelatihan Bertutur untuk Calon Aktor Penelitian yang dilaksanakan selama
satu
November
bulan hingga
Materi diujicobakan
tuturan dalam
yang
penelitian
ini
adalah: (1) pengalaman pribadi subjek
(minggu
IV
sampel,
materi
minggu
III
emotional recall yang sangat berguna
mengandung
Desember 2009) di studio Teater
untuk
Jurusan
membiasakan diri pada kenangannya
Pendidikan
Sendratasik
calon
ini
aktor
dengan
ini
sendiri di samping itu ia juga dituntut
kemudian dilanjutkan dengan tahapan
untuk menyusun kembali kenangan
analisis data. Tahapan ini sendiri terdiri
yang mungkin diingatnya secara tak
atas dua bagian utama. Pertama, tahap
beraturan tersebut; dan (2) puisi balada
analisis data, berupa: (a) transkripsi,
Rumah Nyonya Abraham karya WS.
yaitu menyusun dengan baik hasil
Rendra, puisi ini tidak terlalu panjang,
penuturan subjek sampel yang telah
mengandung cerita, bahasanya sangat
Universitas
Negeri
Gorontalo
57
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
sederhana sehingga mudah dipahami
melibatkan diri secara utuh dalam
dalam waktu singkat, mengandung
kondisi fiksional (efek empati dan
penokohan dan perubahan suasana.
simpati bagi orang yang menyaksikan);
Hal-hal tersebut sangat berguna dalam
dan (6) kepercayaan diri dan tampilan
merangsang kemampuan imajinasi dan
yang meyakinkan.
intelegensia calon aktor. Adapun
Sebagai indikator keberhasilan, penilaian
peneliti menetapkan hal-hal berikut: (a)
merupakan
penelitian ini dianggap gagal apabila
turunan dari teori dan metode akting
hasil penelitian dari tahap satu hingga
yang
oleh
tahap ketiga mengalami kemunduran
batasan
(kriteria yang berhasil ditampilkan
aspek
subjek sampel berkurang) dan atau
psikologikal, maka kriteria penilaian
tidak mengalami perubahan (terus
merupakan turunan dari unsur-unsur
mengulangi sajian yang sama dari
psikologikal
berupa,
tahap ke tahap); dan (b) penelitian
konsentrasi,
penguasaan
dalam
kriteria
penelitian
telah
Stanislavsky. penelitian
ini
digariskan Mengingat ini
adalah
intelegensia, terhadap
dianggap
berhasil
perilaku khusus, faktor keyakinan dan
penelitian
dari
kepercayaan diri,
mengalami perkembangan signifikan
menampilkan kriteria
emosi.
tersebut
kemampuan
serta
bagaimana
Secara
terdiri
atas:
menciptakan
detil, (1)
berupa
apabila
tahap
peningkatan
ke
hasil tahap
penguasaan
kriteria dan atau kualitas kriteria.
dan
melibatkan diri dalam alur dan struktur dramatik cerita; (2) ketajaman dalam mendalami dan memperagakan tokoh
Perbandingan Transkripsi Penilaian
Antara Hasil dengan Kriteria
dalam suara, elokusi (gaya bicara) dan
Berdasarkan hasil pemindahan
gestur yang tepat; (3) penyusunan pola
data rekaman ke dalam data tulisan
kalimat
(transkripsi), peneliti akan memisahkan
dan
pemilihan
kata;
(4)
kemampuan mengekspresikan gejolak
analisa
jiwa sebagai bentuk respon terhadap
materi yang diberikan karena keduanya
situasi fiksional cerita melalui mimik
memiliki
wajah dan suara; (5) kemampuan untuk
menyebabkan
dan
penilaian
perbedaan
berdasarkan
isian
perbedaan
dan cara
58
Ipong Niaga, Membentuk Kemampuan Psikologikal Dasar Calon Aktor dengan Metode Latihan Bertutur
penyampaian. Berikut adalah hasil
fiksionalisasi tersebut, karena pada
analisa
peneliti
dasarnya pengalaman pribadi terjadi
berdasarkan kriteria yang telah dibuat
begitu saja dan tidak mengandung alur
oleh peneliti. Kriteria penilaian dalam
tetapi mengandung kronologis. Dalam
penelitian ini merupakan turunan dari
penuturan, kita membutuhkan alur agar
teori dan metode akting yang telah
penuturan tersebut punya dinamika
digariskan
oleh
estetik dan akan terasa enak untuk
Mengingat
batasan
dan
adalah
penilaian
aspek
Stanislavsky. penelitian
psikologikal,
ini maka
didengar
dan
dinikmati.
Proses
pengaluran ini merupakan bagian dari
kriteria penilaian merupakan turunan
proses
dari unsur-unsur psikologikal berupa,
pengalaman yang bersifat nyata.
intelegensia, konsentrasi, penguasaan terhadap
perilaku
khusus,
faktor
fiksionalisasi
terhadap
Dalam kehidupan nyata pun tidak
terjadi
penokohan
dan
keyakinan dan kepercayaan diri, serta
pengkubuan karena itu hanya terjadi
bagaimana menampilkan emosi.
dalam
dunia
penceritaan
fiksi.
Jika
pengalaman
dalam terjadi
Analisis dan penilaian terhadap materi tuturan pengalaman pribadi
penokohan dan pengkubuan, maka
a.
fiksionalisasi.
Penutur
akan
memposisikan
orang-orang
yang
Aspek cerita Pengalaman pribadi, meskipun
bersifat
nyata,
namun
ketika
ia
cerita tersebut telah mengalami proses
terlibat
dalam
materi
tuturannya
diceritakan kembali, apa yang kita lihat
sebagai tokoh termasuk dirinya sendiri
dan dengar hanya bersifat imajiner.
jika ia terlibat dalam peristiwa itu. Di
Dalam
penelitian
mempermasalahkan
ini
tidak
antara para tokoh itu, penutur secara
kejujuran
dari
disadari atau tidak meletakkan mereka
cerita itu dengan asumsi bahwa semua
dalam
subjek sampel bercerita dengan apa
bertentangan.
adanya. Jika ada penambahan tekanan pada
situasi
cerita,
hal
tersebut
kubu-kubu
yang
saling
Karena baik pengaluran cerita dan penokohan cerita, adalah proses
tergolong dalam fiksionalisasi cerita.
fiksionalisasi
Peneliti
memberikan kesan estetik pada sebuah
pun
berharap
adanya
cerita
yang
akan
59
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
cerita, hal tersebut menjadi penting
peristiwa. Namun kesalahan-kesalahan
dalam
penggunaan bahasa masih tetap ada.
proses
penuturan.
Dalam
mewujudkan hal ini, penutur harus
Semua
memiliki intelegensia yang baik dan
dirinya
kepekaan estetik yang baik pula serta
penceritaan dan pihak yang mengalami
imajinasi yang mampu mengatur itu
penderitaan. Pada hari kedua baru
semua.
terlihat bahwa cerita yang mereka Pada hari pertama penuturan
pengalaman pribadi, seluruh subjek sampel
bercerita
kronologis
karena
hanya peneliti
sampel
sebagai
menjadikan
tokoh
utama
bawakan adalah cerita-cerita yang mengharukan.
secara baru
subjek
Pada hari ketiga, para subjek sampel
sudah
semakin
menguasai
memberikan instruksi itu setengah jam
cerita pengalamannya sendiri yang
sebelum eksperimen di mulai. Cerita
pada hari pertama mereka sangat gagap
yang mereka bawakan masih sangat
untuk mengungkapkannya. Susunan
kacau dan terlalu banyak kesalahan-
cerita semakin jelas dan itu pertanda
kesalahan penggunaan bahasa. Belum
bahwa mereka telah menyusun dengan
ada penokohan dan pengaluran. Cerita
baik kenangan masa lalu yang mungkin
masih berupa laporan dari sebuah
selama
pengalaman.
pun
sepintas. Dalam materi cerita tampak
sangat datar dan tidak dinamis. Maka
jelas bagan yang konsisten antara hari
peneliti menginstruksikan agar detail
kedua dan ketiga, menandakan mereka
cerita
berusaha
Penyampaiannya
diperbaiki
dan
agar
penyampaiannya dibuat lebih menarik
ini
hanya
terus
teringat
mengingat
secara
dan
mengatur ingatan mereka.
untuk keesokan harinya (peneliti tidak menginstruksikan
penokohan
dan
b. Aspek Penuturan
pengaluran).
Sama halnya dengan penuturan
Pada hari kedua, penokohan
pengalaman pribadi, penuturan puisi
dan pengaluran sudah terlihat dan
pun tidak terdapat eksplorasi gestur,
muncul secara alamiah. Detail cerita
intonasi, mimik wajah dan warna
yang sudah semakin baik, terjadi
suara. Semua berjalan natural dan
penambahan dialog dan elemen-elemen
mereka
lebih
terkonsentrasi
pada
60
Ipong Niaga, Membentuk Kemampuan Psikologikal Dasar Calon Aktor dengan Metode Latihan Bertutur
situasi
puitik
Meskipun
dan
materi
arahan
untuk
cerita. bertutur
cerita, menghadirkan tokoh-tokoh dan memperbaiki detail cerita.
dengan sudut pandang orang pertama
Beberapa hal yang diharapkan
telah diberikan tetapi mereka masih
peneliti dan tidak terjadi atau tidak
belum
untuk
dikembangkan oleh subjek sampel
atau
adalah pendayagunaan intonasi, gestur,
terlalu
memperagakan
cerdas tokoh
menggambarkan
lain
suasana
dengan
menggunakan gestur.
mimik
wajah
dan
warna
suara.
Berdasarkan premis tersebut maka
Dalam hal ini, memang dituntut
peneliti menyatakan bahwa metode
kemampuan fisikal yang baik. Semua
bertutur
subjek
keterampilan psikologikal dasar calon
sampel
memang
belum
dapat
membentuk
melakukan atau mendapatkan pelatihan
aktor,
keterampilan fisikal dasar. Asumsi
emosional
peneliti bahwa dorongan imajinasi
pengalaman), membentuk kepekaan
yang kuat dapat menggerakkan tubuh
emosi,
dengan
konsentrasi
dan
terjadi. Ketegangan dan situasi formal
(intelegensia),
serta
yang diciptakan oleh subjek sampel
kekuatan imajinasi dalam memasuki
menghalangi hal itu terjadi.
kondisi
sendirinya
ternyata
tidak
terutama
yang
menyangkut (bertutur
recall
membentuk
fiksional.
kekuatan observasi membentuk
Peneliti
sangat
optimis jika latihan tersebut dilakukan Perbandingan Hasil Keseluruhan dengan Indikator Keberhasilan Berdasar dari analisa terhadap hasil eksperimen, peneliti mencatat beberapa
kemajuan,
yaitu
cerita
melalui
pengembangan pengaluran
dan
keterlibatan fiksional,
diri
penokohan, dalam
kepekaan
kondisi
emosi
dan
konsentrasi. Hal tersebut terlihat dari cara
mereka
menyusun
dinamika
secara terus menerus, dalam waktu yang
lebih
lama
dan
dengan
meningkatkan kualitas materi tuturan, maka keterampilan psikologikal dasar yang terbentuk akan semakin kuat dan dapat dijadikan pondasi keterampilan akting di tahap selanjutnya. Peneliti juga menyatakan bahwa, materi tuturan pengalaman pribadi sangat membantu dalam membangkitkan kepekaan emosi dari dalam diri seseorang, dan materi
61
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
tuturan puisi balada sangat membantu
yang baik, hal tersebut akan
imajinasi para calon aktor dalam
menyulitkannya
memasuki
memainkan
kondisi
fiksional
yang
paling sederhana.
ketika
ia
naskah-naskah
drama yang berbahasa nasional. Hal tersebut juga terlihat dalam penelitian ini. Para subjek sampel
Catatan di Luar Hasil Penelitian Beberapa catatan peneliti yang
masih sangat terpengaruh dan
berada di luar konteks penelitian ini
terikat pada bahasa ibu dan
tetapi dianggap mempengaruhi dalam
dialeknya. Pengucapan kalimat
proses latihan adalah sebagai berikut:
yang terputus-putus dan pola
1.
keterampilan
kalimat yang tidak baku selama
berbahasa bagi para calon aktor
penuturan juga disebabkan oleh
di
faktor bahwa mereka kurang
Pentingnya
Indonesia.
dipungkiri
Tak
bahwa
dapat manusia
menguasai
Indonesia berada dalam dilema budaya, terutama bahasa. Pada
keterampilan
berbahasa nasional dengan baik. 2.
Pentingnya
apresiasi
sastra
sisi satu, kita terikat pada bahasa
terhadap para calon aktor. Karya
ibu dengan dialek, sintaksis dan
sastra apa pun bentuknya dan
diksi yang berbeda-beda, di sisi
terutama yang fiksi akan sangat
lain kita harus menguasai bahasa
membantu
nasional yang baik dan benar
dalam mendalami keterampilan
yang terkadang pola sintaksis,
pengaplikasian
dialek dan diksinya bertentangan
mengembangkan imajinasi dan
dengan bahasa ibu kita. Untuk
membiasakan diri dalam situasi
naskah-naskah
imajiner dan kondisi fiksional.
drama
di
para
calon
aktor
bahasa,
Indonesia, antara yang berbahasa
Para
daerah
dengan naskah drama yang juga
dan
nasional
yang
kurang
berbahasa
lebih
sama
aktor
akan
berhadapan
merupakan teks sastra. Untuk
banyaknya. Maka bagi para calon
mencapai
aktor
tersebut, para aktor akan terbantu
yang
kurang
memiliki
tingkat
kesulitan
keterampilan berbahasa nasional
62
Ipong Niaga, Membentuk Kemampuan Psikologikal Dasar Calon Aktor dengan Metode Latihan Bertutur
dengan
apresiasinya
terhadap
kepercayaan diri calon aktor
karya sastra yang lain.
dalam
memasuki
kondisi
fiksional dan situasi imajiner. 3.
PENUTUP Beberapa
hal
yang
dapat
pengalaman
pribadi
yang
mengandung akan
recall
merangsang respon emosional
lain:
para calon aktor dari dalam diri Keterampilan psikologikal dasar calon
aktor,
menyangkut
terutama
yang
emosional
recall
(bertutur
mereka
kepekaan
observasi
serta
imajinasi
untuk mengingat dan menyusun
kondisi
memasuki
fiksional
merupakan
pondasi
penting
membentuk
dalam
keterampilan
berakting. Metode bertutur dapat dijadikan sebaga
metode
latihan
berfungsi
yang
membentuk
keterampilan psikologikal dasar calon
aktor
kembali
karena
dapat
ingatannya
kedepannya
kekuatan
dalam
dengan
para calon aktor akan terbiasa
emosi,
(intelegensia),
membentuk
dan
dengan materi emotional recall,
membentuk kekuatan konsentrasi dan
sendiri
seringnya latihan-latihan bertutur
pengalaman),
membentuk
2.
tuturan
emotional
disimpulkan dari penelitian ini, antara
1.
Materi
mudah
ia
akan
memanggil
perasaan
sehingga
tersebut
dengan perasaan-
ketika
ia
membutuhkannya. 4.
Puisi balada yang pendek akan membantu
para
berkenalan
secara
calon
aktor
mendalam
pada sebuah kondisi fiksional yang tidak terlalu panjang atau berlama-lama mengingat puisi ini memiliki deskripsi puitik tentang set dan perilaku tokohnya.
membentuk kekuatan konsentrasi dan daya
observasi, kepekaan
meningkatkan
KEPUSTAKAAN
emosional,
membentuk kekuatan imajinasi, serta membentuk keyakinan dan
Achmad, A. Kasim. 2006. Mengenal Teater Tradisional Di
63
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
Indonesia. Jakarta: Kesenian Jakarta.
Dewan
Subjek Sampel
Anirun, Suyatna. 1998. Menjadi Aktor – Pengantar Kepada Seni Peran untuk Pentas dan Sinema: Cetakan Pertama.
Nama Maliki Tempat/tgl lahir Oktober 1989 Alamat
Barranger, Milly S. 2006. Theater, Microsoft ® Encarta © 19932005 Microsoft Corporation. Carlson, Marvin. 2006. Drama And Dramatic Art, Microsoft ® Encarta ®, © 1993-2005 Microsoft Corporation. Edwin Wilson dan Alvin Goldfarb. 1991. Theater The Lively Art. New York: Mc-Graw Hill Inc.
Nama Sarman Tempat/tgl lahir
Alamat
___________. 1993. Theater The Lively Art (Brief edition). New York: Mc-Graw Hill Inc. Gordon, Mel. 2006. Acting, Microsoft ® Encarta ®, © 1993-2005 Microsoft Corporation. Stanislavski, Konstantin, terj. Asrul Sani. 1980. Persiapan Seorang Aktor. Jakarta: Pustaka Jaya. __________. 2008. An Actor’s Work A Student’s Diary (translated and edited by Jean Benedetti). New York: Routledge Taylor & Francis.
Nama Tempat/tgl lahir Alamat
Nama Tempat/tgl lahir
Alamat
: Novita T. : Gorontalo, 30 : Jl. Al-ikhwan kel. Molosipat, Kota Gorontalo, Gorontalo
: MAN Arafah : Tikong (Maluku Utara), 6 Agustus 1986 : Asrama Putra UPP2 Gorontalo
: Syahrul Latapeng : Popayato, 2 Juli 1991 : Jl. Jend. Sudirman No.6 Kota Gorontalo : Anasrullah : Amasara (Silawesi Utara), 23 Februari 1991 : Jl. Pangeran Hidayat, Kota Gorontalo
64
UKIRAN AKAR KAYU PULAU BETUNG JAMBI MENUJU INDUSTRI KREATIF Nofrial Prodi Seni Kriya, Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang nofcraft@gmail.com ABSTRAK Kerajinan ukiran akar kayu Pulau Betung menggunakan kayu lokal, yang produknya berfungsi untuk perabotan rumah tangga dan cenderamata. Keberadaan kerajinan ukir Pulau Betung dipengaruhi oleh peranan pengrajin, pendidikan, pariwisata, lembaga swadaya masyarakat, pemerintah, serta pasar. Dampak perkembangan seni ukir ini pada masyarakatnya, berupa perubahan mata pencarian sosial dan ekonomi, dari petani menjadi pengrajin ukir. Peningkatan perekonomian, membaiknya fasilitas hidup keluarga. Masyarakat dapat melanjutkan pendidikan anak-anak mereka hingga ke perguruan tinggi. Pengembangan industri kreatif seni ukir Pulau Betung melalui kerja sama cendekiawan, bisnis, dan pemerintah (Triple Helix), penggerak lahirnya kreativitas, ide, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Hubungan tersebut saling menunjang dengan peran; (1) Cendekiawan, perannya pembentukan insan kreatif dan aktivitas penciptaan produk baru kompetitif, (2) Bisnis, berperan dalam konektivitas dalam rangka ekonomi serta transformasi hasil kreativitas menjadi bernilai ekonomi (pemasaran dan uang), (3) Pemerintah, pemegang kendali mekanisme pemberian program insentif, kendali iklim usaha yang kondusif dan peran edukatif. Kata Kunci: Kerajinan, Ukiran, dan Industri Kreatif.
ABSTRACT Woodroot handicraft of Pulau Betung uses local timber, whose products serve as house hold items and souvenirs. The existence of Pulau Betung of wood-carving handicraft is influenced by the role of it creators, education, tourism, nongovernmental organizations, government, and market. The impact of this development on the society is in the form of changes in the social and economic liveli hood, the famers became carvers. Economic development, improved living facilities of family. People can send their childen to university.The development of creative industry of craft through cooperation with Pulau Betung scholars, businesses, and government (Triple Helix), driver ofthe birth of creativity, ideas, science, and technology. The mutually supportive relationship with the role; (1) Scholars have a rolein formation of creative people and activity creation of new competitive products, (2) Business plays a role in connectivity in economy and the transformation of the creativity into economic value (marketing and money), (3) the Government, program delivery mechanisms in control incentives, conducive business climate controls and educative role. Keywords: Crafts, Carving, and the Creative Industries.
65
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
juga menjadi aset bagi Batang Hari.
PENDAHULUAN Kerajinan ukiran akar kayu di Desa
Pulau
Betung,
Kecamatan
Perkembangan
ini
ekonomi
meningkatkan
dan
kesejahteraan
Pemayung, Kabupaten Batang Hari,
pengrajinnya,
dipelopori oleh Syafar, di tengah
langsung ikut meningkatkan aspek
masyarakat yang tidak memiliki tradisi
sosial-budaya masyarakat setempat.
serta
secara
tidak
seni ukir. Kerajinan ukiran kayu ini
Kerajinan ukiran kayu Pulau
unik, produknya seperti; meja tamu,
Betung strategis dalam pengembangan
meja oshin, kursi tamu, kursi teras dan
industri kreatif, bagian dari kriya yang
cenderamata pada awalnya dibuat dari
mempunyai
kayu
tanpa
terdapat dukungan baik sumber daya
sambungan, penggunaan lem maupun
manusia, sumber daya alam serta
paku, serta memanfaatkan kayu limbah
budaya.
berupa akar dan pangkal pohon. Motif
Wicaksono
dan desain produk menyerupai akar-
berbasis pada kearifan lokal yang
akaran, sehingga dinamakan ukiran
merupakan warisan budaya bangsa,
akar
peluang
utuh
(gelondongan),
kayu.
Dalam
perkembangan
kearifan
lokal
Sebagaimana (2009:
seni
serta
diungkapkan 209),
kriya
karena
untuk
berikutnya, sesuai kebutuhan, maka
dikembangkan dan dilestarikan sangat
bahan baku yang digunakan tidak
besar baik sumber daya manusia
sepenuhnya kayu limbah, bagian akar
pendukung, nilai-nilai yang inheren
dan pangkal pohon, tetapi juga bagian
pada budaya disekelilingnya, teknik
pokok atau batang kayu.
pembuatan, lingkungan pendukung dan
Kerajinan ukiran kayu ditekuni
apresiator atau konsumennya.
beberapa keluarga di Pulau Betung, yang
berkembang
kerajinan
ukiran
menjadi
merupakan
salah satu industri yang diprioritaskan pengembangannya oleh pemerintah.
pada
Kebijakan industri nasional ditetapkan
pengrajin dan masyarakat dan daerah
melalui Peraturan Presiden Nomor 28
setempat.
kayu
Tahun 2008 tentang kebijakan Industri
menjadi usaha dan sumber ekonomi
Nasional (diterbitkan tanggal 7 Mei
pengrajin di Pulau Betung, demikian
2008).
dampak
Kerajinan
Hal
kreatif
ini
memberikan
kayu.
sentra
Industri
positif
ukiran
Industri
kreatif
mampu
66
Nofrial, Ukiran Akar Kayu Pulau Betung Jambi Menuju Industri Kreatif
meningkatkan
kualitas
masyarakat,
toleransi
menumbuhkan
citra
dan
hidup
di
sosial,
usahanya,
identitas
depan
Maka
pengembangan
Pada
Syafar
awal
menggunakan
peralatan seadanya.
bangsa serta mendorong pertumbuhan pariwisata.
rumahnya.
Usaha
Syafar
berkembang
dengan
kemudian banyaknya
industri kreatif kerajinan ukir Pulau
pesanan atas produk kerajinannya,
Betung memerlukan kolaborasi dan
sehingga Syafar mencari dan membina
kerjasama
anggota masyarakat Pulau Betung
yang
jelas
antara
cendikiawan, bisnis dan pemerintah.
untuk
menjadi
pekerja.
Syafar
membuka diri ketika sejumlah warga PEMBAHASAN
berminat
Sejarah Seni Ukir Pulau Betung
mengukir
Syafar,
memperoleh
belajar
membuka
memahat
padanya, usaha
dan
kemudian
sendiri.
Ketika
pengetahuan dan ketrampilan membuat
semakin banyak warga yang mulai
mebel serta mengukir selama 3 (tiga)
membuka usaha yang sama, desa Pulau
tahun bekerja sebagai buruh pada
Betung-pun menjadi sentra kerajinan
perusahaan pengolahan kayu di kota
ukiran kayu. Kemudian ada pengrajin
Jambi (M. Ali, wawancara 2013).
lainnya yang cukup terkenal seperti
Karena tidak mendapat gaji yang
Sulaiman, M. Ali, dan Jangtik.
memadai Syafar memutuskan berhenti,
Puncak
perkembangan
dan memulai usaha kerajinannya sejak
kerajinan ukir kayu di Pulau Betung
tahun 1989. Syafar memanfaatkan
tahun 2005, terdapat 40 hingga 50 kios
bonggol
dan
sisa
kayu
yang memajang produk ukiran. Produk
Rengas
dan
Tembesu
sekitar
yang dihasilkan beragam, tidak hanya
desanya, kemudian diolah menjadi
meja dan kursi tetapi juga berbagai
barang kerajinan berupa kursi taman,
cenderamata berbentuk ikan, dan naga.
dalam bentuk ukiran yang khas seperti
Konsumen
akar belit. Produk ukirannya dijual di
masyarakat
pasar, kemudian setelah mulai dikenal
umumnya, pulau Jawa, serta selain itu
dan
ada konsumen yang berasal dari luar
diminati
tebangan di
masyarakat
Syafar
memajang dan menjual hasil ukirannya
negeri.
selain
Meski
sekitar,
berasal
dari
Sumatera
menggunakan
kayu
67
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
rengas, tembesu dan kayu lainnya, kerajinan ini dikenal dengan nama kerajinan ukir betung, nama desa itu lebih
dikenal
ketimbang
nama
kayunya. Salah satu keunikan hasil
Gambar 2. Kampak, pahat, palu, patar dan gergaji besi (Foto: Nofrial, 2013)
pahatannya adalah jalinan ukir yang tak terputus, dibuat dari potongan kayu utuh. Setiap produk menjadi senyawa karena
saling
terhubung.
Gambar 3. Chain Saw (Foto: Nova Sriyanti, 2004)
Adapun
bentuk ukirannya memiliki nuansa
Pembuatan produk dimulai dari
alam.
penyiapan kayu, kemudian dipotong Proses Pembuatan Produk Kerajinan Seni Ukir Pulau Betung Peralatan
yang
dibutuhkan
sesuai
produk
menggunakan digambar/didesain
yang
akan
chainsaw.
dibuat Kayu
menggunakan
proses pembuatan kerajinan ukiran
spidol atau arang, dengan motif akar
kayu
belit, naga, motif ikan mas koki, motif
Pulau
meteran, pensil,
Betung
siku-siku, ketam,
diantaranya
palu,
gergaji,
jangkar,
bunga kol serta motif alami yang
ditambah
mengikuti alur/serat kayu. Kayu yang
peralatan pahat ukir, kampak, patar
besar
atau kikir, chainsaw, bor dan blowwer
menggunakan chainsaw, untuk benda
atau kompor tembak. Alat finishing
yang kecil menggunakan kampak dan
menggunakan kuas, spray gun dan
pahat. Kayu dipahat dan dilobangi
compresor.
sesuai dengan motif yang telah dibuat.
Gambar1. Penarah dan Pahat ukir (Foto: Nova Sriyanti, 2004)
dibentuk
secara
global
Gambar 4. Kayu Bahan Kerajinan (Foto: Nofrial, 2013)
68
Nofrial, Ukiran Akar Kayu Pulau Betung Jambi Menuju Industri Kreatif
Selanjutnya menutup dan mengilapkan dengan
melamin
clear
gloss.
Umumnya finisihing yang digunakan adalah natural, tetapi pada bagian tertentu
atau
keseluruhan
bagian
produk yang diinginkan terkadang juga diwarnai
untuk
memperindah
dan
menambah daya tarik produk. Proses Gambar 5. Pengolahan Kayu Bahan Kerajinan (Foto: Nova Sriyanti, 2004)
pewarnaan dan pengilapan dilakukan beberapa kali, sampai memperoleh hasil yang diinginkan. Finishing selain
Produk dibuat dari satu kayu utuh, tetapi dalam beberapa jenis produk, atau mensiasati ukuran dan kondisi
kayu
penyambungan,
juga
dilakukan
terutama
untuk
memperbesar dan memperlebar kayu.
menggunakan kuas juga disemprot dengan spray gun. Finishing selesai dilakukan, maka untuk produk tertentu dipasangkan kelengkapannya, seperti kaca untuk meja, karet untuk kaki meja, dan lainnya.
Setelah dipahat dan diukir, untuk menghilangkan
serat
yang
kasar,
sekaligus untuk pemberian warna khas dilakukan proses pembakaran pada bagian tertentu menggunakan blowwer (kompor tembak). Finishing
dimulai
dengan
pengamplasan menggunakan amplas kasar kemudian ampelas halus. Setelah itu produk dikeringkan dengan cara diangin-anginkan pada ruang terbuka Âą
Gambar 6. Kayu yang sudah dibentuk secara global untuk meja tamu (Foto: Nofrial, 2013)
2-3 minggu. Setelah kering kembali diampelas halus, bagian yang retak dan cacat kayu didompul serta diampelas.
69
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
Fungsi Produk Seni Ukir Pulau Betung Produk seni ukir Pulau Betung digolongkan
menjadi
dua
fungsi,
pertama mebel dan perabotan rumah tangga, kedua benda cenderamata dan aksesoris. Gambar 7. Pemahatan kayu untuk tuas/handle persneling mobil (Foto: Nofrial, 2013)
1. Mebel dan perabotan rumah tangga diantaranya Kursi dan Meja Tamu, Kursi dan Meja Teras, Kursi dan Meja Taman, Kursi dan Meja Telpon, dan Meja oshin. Kursi dan meja tersebut dibuat dalam bentuk motif naga, motif kerawang, motif akar belit, motif daun, motif ikan mas koki, dan bentuk guci.
Gambar 8. Pembakaran menggunakan blowwer (kompor tembak) (Foto: Nova Sriyanti, 2004)
Gambar 10. Kursi Teras/Taman (Foto: Nofrial, 2013)
2. Cenderamata
dan
aksesoris,
diantaranya dudukan guci, tempat buah, vas bunga, asbak, tempat Gambar 9. Finishing tuas/handle persneling mobil (Foto: Nofrial, 2013)
tisu, tuas atau handle persneling mobil, patung ikan arwana, patung
70
Nofrial, Ukiran Akar Kayu Pulau Betung Jambi Menuju Industri Kreatif
naga, patung serigala, patung elang,
langsung.
patung rusa, dan patung angso duo.
berikutnya
Pada
perkembangan
pengerajin
memperoleh
pelatihan formal tentang kerajinan guna pendalaman pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki sebelumnya. Syafar, kerajinan
ukir
yang di
mempelopori Pulau
Betung,
memperoleh pengetahuan dan keahlian mengukir selain dari pengalamannya
Gambar 11. Patung Ikan (Foto: Nofrial, 2013)
menjadi karyawan pengolahan kayu dan pembuatan mebel, juga dengan menciptakan sendiri, meniru bentukbentuk alam terutama akar-akaran. Pengrajin
mengembangkan
kemampuan dan daya imajinasinya Gambar 12. Tuas/handle persneling mobil (Foto: Nofrial, 2013)
berdasarkan
kreativitas
sendiri.
Visualisasi hasil ukiran mulai dari bentuk motif yang paling sederhana,
Peranan Lembaga Budaya Terhadap Perkembangan Industri Kreatif Seni Ukir Pulau Betung
hingga mencapai bentuk yang rumit. Bentuk bagian tumbuhan; akar-akaran, daun, serta bentuk hewan seperti ikan,
a). Peranan Pengrajin
angsa, elang dan lainnya. Dalam
Pengrajin pelaku utama dalam menghasilkan
karya
seni
ukir.
Pengrajin ukir di Pulau Betung hanya terdapat
pengrajin
memperoleh
otodidak,
pengetahuan
yang dan
keterampilan mengukir serta membuat produk
kerajinan
sendiri,
meniru,
dengan berguru
belajar pada
seseorang baik langsung maupun tidak
penciptaan karya ukiran ini berlaku konsep imitasi, peniruan alam. Secara otodidak Syafar, mampu menemukan dan membuat ragam ukiran yang khas Pulau Betung, yang tidak ditemukan di daerah lain. Ditopang
kreativitas
dan
tuntutan industri pariwisata, pengrajin ukir di Pulau Betung seperti Syafar,
71
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
berusaha mencari sesuatu yang baru
itulah yang memberi corak, isi, bentuk,
yang
dan karakter produk yang diciptakan.
lebih
kreatif.
Pariwisata
merupakan angin segar bagi para
Pengrajin seni ukir di Pulau
pengrajin untuk berkarir lebih jauh
Betung dapat dikelompokkan menjadi
dengan potensi-potensi yang dimiliki,
tiga, yaitu pengrajin ahli, pengrajin
ber-inovasi
dan
pemula dan pengrajin pengusaha.
melahirkan
produk
berkreatifitas baru.
Peran
1). Pengrajin Ahli
pengrajin terhadap aktivitas berkarya
Pengrajin
seni, Thur dikutip oleh Astrid (1980:
pengetahuan dan keterampilan seni
90),
ukir,
bahwa
fungsi
seniman;
1)
ahli
baik
menguasai
menyangkut
desain,
Seniman sebagai pencipta dan penemu
pemilihan dan penyiapan bahan,
hal yang baru, 2) Seniman sebagai
proses produksi sampai finishing,
penemu dan penyebar nilai-nilai yang
seperti Syafar, Sulaiman, M. Ali dan
baru, 3). Fungsi sosialisasi dari nilai-
Jangtik. Dalam membuat produk
nilai yang baru dan lama.
tidak selalu berorientasi pesanan,
Pengrajin memiliki kemampuan menjadi pembaharu (inovator) namun mereka tidak dapat lepas dari pengaruh
tetapi lebih bebas sesuai dengan keinginan. 2). Pengrajin Pengusaha
lingkungan budaya tempat mereka
Pengrajin
pengusaha
hidup (Kusen, 1986: 83). Pengrajin
pengrajin
ahli
mengembangkan
kemampuan
berkat
daya
dorongan
kreativitas
memiliki mengelola
perhatian
(managerial), memiliki kemampuan
masyarakat. Sorokin (1976) dikutip
Leaderships, kemauan keras untuk
Supriadi (1997: 63), menempatkan
maju, dan memiliki wawasan ke
kreativitas
depan.
sebagai
dan
yang
merupakan
faktor
penting
dalam menciptakan produk seni yang membawa perubahan sosial budaya.
Di samping itu juga
mempunyai modal untuk usahanya. 3). Pengrajin Pemula
Kreativitas berlangsung dalam setiap
Pengrajin pemula adalah pekerja
dimensi
yang
dan
aktivitas
kehidupan
pengrajin. Adanya unsur kreativitas
hanya
mempunyai
kemampuan dan keahlian terbatas, pada bidang-bidang tertentu saja.
72
Nofrial, Ukiran Akar Kayu Pulau Betung Jambi Menuju Industri Kreatif
Pengrajin
pemula
bekerja
pada
pengetahuan seni rupa. Selain kedua
pengrajin pengusaha atau pengrajin
SMK tersebut, keberadaan Jurusan
ahli, dengan tujuan meningkatkan
Kriya Fakultas Seni Rupa dan Desain
keterampilan
dan
Institut Seni Indonesia Padangpanjang,
sekaligus mendapatkan penghasilan.
yang beberapa alumninya tersebar di
mengukir
Provinsi Jambi, yang turut memberi b). Peranan Pendidikan
andil dalam pengembangan seni ukir
Pendidikan diperlukan untuk
Pulau Betung.
memperdalam pengetahuan teori dan praktek yang berhubungan dengan seni ukir, managerial, entreprenuer dan
Pembangunan sektor pariwisata
lembaga
dengan tiga modal dasar, yakni budaya,
pendidikan yang berada di Muara
keindahan alam dan keramah-tamahan
Bulian, Kota Jambi dan Sumatera
penduduk. Bidang pariwisata menuntut
umumnya memberi andil terhadap
pengembangan; sarana dan prasarana
perkembangan seni ukir Pulau Betung.
serta kenyamanan dan keamanan. Di
Berupa pelatihan desain, keteknikan,
samping itu diperlukan tersedianya
finishing, promosi, serta penelitian.
cenderamata
leadership.
Keberadaan
c). Peranan Pariwisata.
Tahun 1991 dibangun Sekolah Menengah
Industri
khas
setempat.
Soedarsono (1999: 180), menyatakan
Kerajinan
seni yang dikemas untuk komunitas
SMIK Negeri Batang Hari, di Muara
wisatawan harus memiliki lima ciri: (1)
Bulian dan SMIK Kerinci (SMKN 4
tiruan dari aslinya, (2) bentuk mini atau
Sungai Penuh). SMIK ini memiliki
singkat dari aslinya, (3) penuh variasi,
empat jurusan; yaitu Jurusan Ukir
(4) tidak sakral, (5) murah harganya.
Kayu, Logam, Batik, dan Keramik.
Kerajinan
Pendirian
cenderamata di Batang Hari juga
SMIK
dan
yang
ini
untuk
mengembangkan seni dan kerajinan di
yang
dikemas
untuk
mengacu pada konsep tersebut.
tengah masyarakat, serta mendukung
Pulau Betung sebagai salah
perkembangan pariwisata, menyiapkan
satu jalur pariwisata Batang Hari
pengrajin yang terampil, terdidik, dan
mengembangkan diri sebagai sentra
terlatih,
seni ukir, yang menyediakan berbagai
didukung
oleh
dasar
73
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
macam produk untuk cenderamata,
d).
yang dipasarkan di beberapa kios seni
Peranan Lembaga Masyarakat
Swadaya
Pengembangan seni ukir di
di Pulau Betung dan kota Jambi. Seni ukir Pulau Betung berperan terhadap
Pulau
pariwisata, sebagai akibat maupun
tanggungjawab berbagai lembaga dan
tujuan (obyek) wisata. Posisi sebagai
organisasi
“akibat� ia dicari pada akhir suatu
masyarakat.
proses wisata, sedangkan dalam posisi
melatarbelakangi
“tujuan�
Koperasi Industri Kerajinan (Kopinkra)
peranannya
semakin
Betung
juga
yang
ada
Hal
di
tengah
inilah
yang
dibentuknya
monumental sebagai daya tarik wisata
Setia
(Anas,
Konsekuensinya
Kopinkra merupakan kesatuan sosial
pengrajin ukir Pulau Betung dituntut
pengrajin di Pulau Betung. Dibangun
mampu memenuhi selera konsumen,
dan melaksanakan tugas sesuai prinsip-
sehingga
ukir
prinsip dan tujuan yang diilhami oleh
membutuhkan kreasi yang lebih dari
kepentingan bersama. Berperan dalam
yang
Dilakukan
mengembangkan dan mempromosikan
dengan menciptakan jenis dan bentuk
produk, mediasi dan fasilitasi pengrajin
produk baru, melalui pengembangan
dengan buyer dan investor. Kopinkra
desain atau membuat bentuk baru.
menjadi jalur dan pintu masuk bantuan
199:
produksi
bersifat
Seni menjadi
3).
seni
massal.
ukir
destinasi
dikembangkan wisata
maka
dari
Kawan
menjadi
berbagai
maupun
swasta
di
Pulau
instasi kepada
Betung.
pemerintah pengrajin.
menumbuhkan aspek lain, munculnya
Termasuk pelibatan pengrajin dalam
hotel, penjual makanan dan minuman,
pameran dan pelatihan, membantu
perencana perjalanan wisata, agen
pengrajin dalam hal administrasi.
perjalanan, dan pramuwisata. Integrasi seni ukir Pulau Betung dan pariwsiata akan
memunculkan
perkembangan
prasarana ekonomi, seperti jalan raya, terminal, serta prasarana yang bersifat public utilities.
e). Peranan Pemerintah Pengembangan
kerajinan
sejalan dengan pola pembangunan daerah Batang Hari, yang dititik beratkan
pada
bidang
ekonomi
bertumpu pada sektor pertanian, sektor
74
Nofrial, Ukiran Akar Kayu Pulau Betung Jambi Menuju Industri Kreatif
pariwisata dan seni kerajinan. Lembaga
Stand di JCC ini difasilitasi pemerintah
pemerintah
Provinsi Jambi.
dan
swasta
yang
menunjang pengembangan seni ukir di Pulau Betung diantaranya bantuan
f). Peranan Pasar Pasar
pinjaman modal kerja dengan sistem kemitraan dari BUMN; PT. Pusri, PLN, Jasa Marga, PT. Pos Indonesia, Pertamina dan PT. Sarana Jambi Ventura.
Pemerintah
Batang
Hari
melakukan pelatihan pengembangan disain dan finishing untuk variasi produk sekaligus menyesuaikan kayu yang digunakan dengan jenis produk yang dihasilkan, mengirim pengrajin
Yokyakarta
dan
mendatangkan
Jepara,
pengrajin
Serta
ahli
dari
Jepara untuk membantu pengembangan
Betung merupakan bentuk transaksi jual beli antara pengrajin dan pembeli. Transaksi ini tidak mesti berlansung di tempat khusus, kios atau pasar pada umumnya, melainkan bisa di bengkel kerja atau tempat lainnya, bahkan tanpa tatap muka antara pengrajin dan pembeli. Pasar
Termasuk mengikutsertakan pengrajin pada berbagai pameran dan promosi lokal,
regional
maupun
nasisonal (Jangtik, wawancara 2013). Pameran berskala nasional diantaranya Pameran Otonomi Expo dan Forum 2012 Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh
Indonesia
menjadi
struktur
pendukung penting untuk penciptaan dan distribusi seni, menyalurkan dan mengembangkan
karya-karya
para
seniman (Zolberg, 1990: 180). Dengan adanya kegiatan tersebut, jangkauan
desain, teknik dan finishing.
ditingkat
mendukung
perkembangan kerajinan ukir Pulau
ke daerah yang mempunyai kerajinan sejenis dan lebih maju, seperti Bali,
yang
(APKASI),
di
Jakarta Convention Center setiap tahun mulai 2005 (Jangtik, wawancara 2013).
pemasaran produk seni ukir Pulau Betung semakin luas. Selain itu di tingkat provinsi juga didirikan pusat promosi
produk
kerajinan
oleh
Dekranasda. Meningkatnya permintaan pasar, semakin
membuat tekun
para
pengrajin
meningkatkan
produksinya. Pemasaran produk seni ukir Pulau Betung dilakukan di kioskios Pulau Betung. Konsumen dari dalam dan luar negeri, sebagaimana
75
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
diungkapkan Syafar, sejak tahun 1994
luang petani, tetapi menjadi pekerjaan
usahanya ramai, bahkan ada pembeli
khusus
dari Bali, Korea, Singapura dan Eropa.
pemikiran di samping keterampilan.
yang
memerlukan
suatu
Seni ukir mempunyai dampak yang Dampak Perkembangan Seni Ukir Pulau Betung terhadap masyarakat Sebagai hasil budaya yang
sangat luas pada kehidupan masyarakat yang dapat dilihat baik dari segi ekonomi,
sosial,
dan
budaya
kongkret, seni ukir Pulau Betung
masyarakat.
sangat
perilaku
perkembangan seni ukir kayu di Pulau
masyarakat pendukungnya baik dalam
Betung, pada awalnya tidak ada tradisi
berinteraksi maupun berkomunikasi,
seni
karena kerajinan ini merupakan bentuk
kemudian atas prakarsa dan kreativitas
ekspresi
anggota
berpengaruh
pada
pengrajinnya,
dan
sering
Terkait
ukir
di
dengan
tengah
masyarakat,
masyarakatnya
(Syafar)
sekali dipandang sebagai salah satu ciri
muncul seni ukir. Seni ukir ini mampu
kuat dari identitas kebudayaan, artinya
merubah Pulau Betung dari kawasan
dalam karya seni tercermin sistem
perkebunan menjadi sentra kerajinan
nilai, tradisi, sumber daya lingkungan,
ukir kayu, yang keberadaannya tidak
kebutuhan hidup, dan pola perilaku
hanya mengharumkan nama Pulau
manusia.
Betung, Kabupaten Batang Hari tetapi
Kontinuitas pengrajin dalam menciptakan seni ukir di Pulau Betung, menjadikan sebuah
kerajinan
karya
yang
ini
sebagai
sarat
dengan
juga Provinsi Jambi hingga ke tingkat nasional. Dampak perkembangan seni ukir
Pulau
Betung
terlihat
dari
keterampilan dan kreativitas. Kekayaan
kehidupan pengrajin. Semula bekerja
sumber
tuntutan
sebagai buruh di pembuatan mebel,
motivator
atau petani dan buruh perkebunan
berkembangnya
sawit beralih menjadi pengrajin ukir,
daya
alam
dan
kebutuhan
menjadi
terciptanya
dan
kerajinan ukir kayu di Pulau Betung.
yang sifat pekerjaannya lebih ringan
Perubahan pola hidup dibarengi
dengan penghasilan yang lebih baik.
perubahan kebutuhan, menjadikan seni
Perkembangan seni ukir Pulau Betung
ukir tidak hanya sebagai pengisi waktu
otomatis
memajukan
pola
hidup
76
Nofrial, Ukiran Akar Kayu Pulau Betung Jambi Menuju Industri Kreatif
masyarakat,
karena
perekonomian
Walaupun sudah berkembang
Pendapatan
dan memberikan sumbangan dalam
membaik bermuara pada kehidupan
memajukan sosial-budaya dan ekonomi
masyarakat yang baik pula, secara
masyarakat
tidak langsung mengubah pola hidup
kerajinan ukir Pulau Betung masih
masyarakat
mengalami
masyarakat
meningkat.
dalam
berbagai
segi.
Pulau
Betung,
beberapa
tetapi
permasalahan.
Wawasan masyarakat mulai terbuka
Terdapat lima kendala utama yang
karena berinteraksi dengan orang di
menjadi
luar lingkungannya.
pengembangan industri kreatif seni
perhatian
dalam
ukir Pulau Betung, diantaranya akses Strategi Pengembangan Seni Ukir Pulau Betung menuju Industri Kreatif.
bahan
baku,
dukungan
pemanfaatan
teknologi,
dan
permodalan,
perlindungan hasil hak cipta dan Industri kreatif di Indonesia didefinisikan sebagai industri yang
dukungan promosi serta pemasaran pihak terkait.
berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan
serta
bakat
individu
untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan
pekerjaan
menghasilkan
dan
dengan
mengeksploitasi
daya kreasi dan daya cipta individu tersebut. kreatif
Pengembangan membutuhkan
industri
sekurangnya
empat pilar utama yakni resources, technology,
human
resource
dan
financial institutions. Kerajinan ukir Pulau
Betung
termasuk
kategori
industri kreatif berbasis sumber daya alam yang memanfaatkan bahan baku natural resources, yakni kayu.
Langkah yang dapat ditempuh pemerintah Batang Hari: pertama, memberikan dan mempermudah akses permodalan kepada pengrajin. Selain itu menciptakan iklim yang kondusif bagi
dunia
usaha,
birokrasi
dan
mekanisme perijinan yang mudah dan sesuai aturan. Ke-dua, meningkatkan kualitas dan kuantitas produk kerajinan melalui pendidikan, pelatihan, dan workshop. Pelatihan kewirausahaan, manajemen bisnis kerajinan, maupun skill teknis bidang kerajinan. Dalam peningkatan kualitas produk maka prinsip yang harus diperhatikan; (a) berorientasi
konsumen
(yang
77
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
dicari/dibutuhkan konsumen), (2) tidak
Pondasi
adalah
sumber
daya
terjebak mind-set harga murah, serta
manusia, aset utama dari industri
(3) paham terhadap nilai-nilai yang
kreatif.
dianut oleh pasar/konsumen (Sabar,
merupakan
2013).
penggerak utama sehingga kerajinan
Masyarakat/pengrajin kekuatan
dasar
dan
Ke-tiga, mengadakan promosi
ukir dapat berkembang. Agar produksi
baik di tingkat regional, nasional,
berjalan dengan baik, sanggar atau
maupun internasional. Mengiklankan
kelompok pengrajin harus memiliki
produk kerajinan di media massa,
pengrajin yang berpengetahuan dan
mengadakan
membuka
berketrampilan tinggi. Usaha kerajinan
showroom di tempat strategis, maupun
akan berjalan dengan lancar apabila
membuat situs dan prmosi di internet.
pengrajin dan pekerja menjalankan
Hal lain yang harus diperhatikan
tugas dan tanggung jawabnya secara
adalah menumbuh-kembangkan minat
proporsional, tepat dan berdaya guna
masyarakat terutama kaum muda Pulau
sesuai dengan aturan yang ada, dengan
Betung dan Batang Hari umumnya
adanya sumber daya manusia yang
terhadap kerajinan khas Pulau Betung,
baik maka akan ada peningkatan
untuk
produktivitas.
pameran,
menjaga
eksistensi
dan
kelestarian kerajinan ini di masa mendatang.
2) Pilar Utama Model Pengembangan Industri Kreatif Seni Ukir di Pulau
Pengembangan ekonomi kreatif
Betung
yang dikembangkan pemerintah terdiri
a. Industri
dari komponen pondasi, lima pilar, dan
Industri merupakan bagian dari
atap yang saling menguatkan, maka
kegiatan
pengembangan seni ukir Pulau Betung
dengan produksi, distribusi, pertukaran
sebagai industri kreatif, sub sektor
serta
kerajinan dapat dijelaskan sebagai
(Deperindag RI, 2008: 64). Terkait seni
berikut :
ukir Pulau Betung, industri yaitu
1) Pondasi Pengembangan Industri
kumpulan
Kreatif Seni Ukir Pulau Betung
masyarakat
konsumsi
sanggar, pengrajin,
dari
yang
produk
atau
sentra-sentra
Kopinkra maupun
atau
terkait
jasa
ukir,
kelompok
individu
yang
78
Nofrial, Ukiran Akar Kayu Pulau Betung Jambi Menuju Industri Kreatif
bergerak di bidang kerajinan ukir kayu
Penggunaan
di Pulau Betung. Peningkatan kualitas
mempermudah
dan kuantitas kelompok ini merupakan
menghemat
upaya yang harus ditempuh untuk lebih
produksi, serta hasil yang maksimal.
meningkatkan seni ukir di Pulau
Penggunaan sarana komunikasi dan
Betung.
media internet akan mempermudah
b. Teknologi
serta memperluas jangkauan promosi
Teknologi
merupakan
suatu
alat proses tenaga
c. Sumber Daya
aplikasi penciptaan dari proses mental
Sumber
fisik
untuk
dan
waktu
daya
yaitu
input,
nilai
tersedianya sumber daya alam berupa
tertentu. Teknologi bukan hanya mesin
kayu untuk bahan baku dan lahan
atau alat, melainkan juga teknik-teknik
untuk tempat usaha. Kondisi geografis
dan
Pulau
metode,
atau
mencapai
kerja,
dan proses transaksi.
entitas material atau non material,
atau
masinal
aktivitas
yang
Betung
maupun
Kabupaten
membentuk dan mengubah budaya
Batang Hari, terlihat bahwa bahan
(Deperindag RI, 2008: 64).
baku
Teknologi kaitannya dengan seni ukir Pulau Betung yaitu enabler untuk
mewujudkan
pengrajin
dalam
produk
tersedia
untuk
mengembangkan industri kreatif seni ukir.
kreativitas
bentuk
(kayu)
Antisipasi kelangkaan bahan baku
mutlak
segera
dilakukan,
kerajinan. Teknologi merupakan faktor
mengingat sumber daya alam ini juga
penting dalam pengembangan seni ukir
terbatas
Pulau
melalui penanaman di lahan khusus
Betung.
teknologi pertukangan mendukung
dalam dan
Perkembangan
ketersediaannya.
Pertama
bidang
desain,
maupun di lingkungan sekitar milik
finishing
sangat
masyarakat.
dan
penebangan
pengembangan
Kedua yang
melalui
selektif,
khusus
peningkatan kuantitas serta kualitas
pohon yang sesuai kebutuhan saja yang
produk kerajinan. Peralihan dari desain
ditebang.
manual ke desain komputer dengan
penggunaan kayu melalui efisiensi
software khusus dapat menghasilkan
pengolahan serta penggunaan bahan
desain yang kreatif dan inovatif.
sesuai desain. Keempat penggantian
Ketiga
penghematan
79
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
teknis pembuatan produk, tidak lagi
perdagangan
menggunakan kayu utuh/gelondongan
kesepakatan antara kedua belah pihak.
melainkan kayu olahan tetapi dibuat menyerupai penggunaan kayu utuh. d. Institusi Institusi yaitu tatanan sosial (norma,
nilai,
mengatur
dan
interaksi
pengrajin,
serta
hukum) antara
antara
yang sesama
pengrajin
dengan konsumen. Aturan atau norma antara
sesama
pengrajin
dibangun
melalui sanggar atau Kopinkra dalam bentuk anggaran dasar dan anggaran rumah tangga masing-masing sanggar atau kelompok pengrajin. Selain itu berupa
nota
pengrajin
kesepahaman
dan
atau
sesama
kelompok
pengrajin. Dalam lingkup yang lebih luas dapat pula menggunakan hukum negara
yang
diemban
melalui
pemerintahan desa, kecamatan serta instansi terkait. Di samping itu juga norma-norma sosial dan adat istiadat masyarakat
Pulau
Betung
yang
dinaungi oleh Lembaga Adat desa Pulau
Betung
dan
Kecamatan
Pemayung. Sementara itu norma yang mengatur interaksi dan relasi antara pengrajin
dengan
pembeli
atau
konsumen dapat menggunakan hukum negara, peraturan dan perundangan
serta
kontrak
atau
Norma atau aturan ini ditujukan agar tidak terjadi persaingan usaha yang tidak sehat, serta agar terjamin hak-hak pekerja. Di samping itu agar tercipta atmosfir yang kondusif bagi pengembangan kerajinan ukir kayu di Pulau Betung. Norma atau aturan yang mengatur
antara
pengrajin
dan
konsumen serta pihak yang terlibat dalam proses promosi, distribusi dan pemasaran ditujukan agar terjaminnya hak
masing-masing
terbangun
pihak
suasana
yang
serta saling
menguntungkan. e. Lembaga Intermediasi Lembaga keuangan
yaitu
intermediasi lembaga
penyalur
keuangan baik pihak pemberi modal maupun perbankkan yang menjadi media penyaluran keuangan oleh pihak konsumen kepada pengrajin. Dengan adanya
perbankkan
transaksi
keuangan
maka dapat
proses berjalan
dengan baik, aman serta lancar. Baik terkait
proses
jual
beli
produk
kerajinan, pembayaran jasa, maupun pemberian bantuan permodalan dari pihak
terkait.
Selain
perbankan,
80
Nofrial, Ukiran Akar Kayu Pulau Betung Jambi Menuju Industri Kreatif
terdapat lembaga Pemodalan Nasional
Meskipun di Kabupaten Batang
Madani (PNM). Hal penting yang
Hari
diperlukan dalam masalah ini adalah
infrastruktur dan lingkungan akademik
aturan
yang
yang
memudahkan
bagi
belum
cukup
memenuhi
memiliki
syarat
untuk
pengucuran modal khususnya untuk
pengembangan industri kreatif, tetapi
mendukung industri kreatif seni ukir
telah banyak putra-putri Batang Hari
Pulau Betung.
mengenyam pendidikan tinggi. Inilah aset yang perlu dimanfaatkan secara
Aktor Utama Pengembangan Industri Kreatif Kerajinan Ukir Pulau Betung
jeli oleh Pemerintah Daerah. Mereka
Industri kreatif ini dipayungi
bantuannya untuk membangun industri
oleh interaksi triple helix yang terdiri dari
Intellectuals,
Government
Business,
sebagai
aktor
dapat diundang, diajak, dan diminta
kreatif di Pulau Betung.
dan
SMK,
utama
kurikulumnya
seperti telah
SMIK
yang
dikembangkan
penggerak industri kreatif kerajinan
dengan tujuan menyiapkan tenaga
ukir Pulau Betung, bagi lahirnya
kerja siap pakai dalam bidang industri
kreativitas, ide, ilmu pengetahuan dan
kreatif. Mahasiswa dan dosen ISI
teknologi. Dengan sinergi ketiga unsur
Padangpanjang, serta perguruan tinggi
ini maka industri kreatif seni ukir
yang lain, dapat berperan serta dalam
Pulau
pengembangan seni ukir Pulau Betung.
Betung
akan
kokoh
dan
Melalui penelitian dan pelatihan di
berkesinambungan.
bidang bahan baku, peralatan, disain, a. Intelektual
keteknikan, finishing, promosi dan
Kaum
intelektual
atau
akademisi yang berada pada institusi pendidikan formal, informal dan non formal (empu bidang kerajinan) yang berperan sebagai pendorong lahirnya
pemasaran. Demikian pula institusi dan lembaga lainnya yang berada dalam bidang pendidikan, seperti balai latihan kerja
juga
dapat
berperan
dalam
pengembangan seni ukir Pulau Betung.
ilmu dan ide yang merupakan sumber kreativitas
dan
lahirnya
potensi
kreativitas para pengrajin.
81
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
b. Bisnis
workshop pelaku dapat berinteraksi
Pelaku
usaha
yang
langsung
dengan
wisatawan,
mentransformasi kreativitas menjadi
wisatawan dapat terlibat dalam proses
bernilai ekonomi. Nilai ide yang
produksi tersebut. Dalam model ini
absrtak dituangkan menjadi berbagai
terjadi pengenalan proses produksi dan
produk
bernilai
budaya lokal kepada para wisatawan
ekonomi. Salah satu faktor suksesnya
sekaligus mengembangkan pariwisata
industri kreatif seni ukir Pulau Betung
industri kreatif kerajinan ukiran kayu
adalah marketing. Pengrajin membuat
Pulau Betung yang berbasis pada
produk
kesulitan
partisipasi masyarakat. Oleh karena itu,
memasarkannya. Ketika pasar nasional
industri kreatif seni uki kayu Pulau
lesu, maka peluang pemasaran ke luar
Betung ini dapat disinergikan dengan
negeri
potensi yang lain dalam pengembangan
kerajinan
yang
tetapi
harus
digarap,
disinilah
diperlukan peran pemerintah sebagai
pariwisata
mediator.
Workshop industri kreatif seni ukir
Keberadaan showroom sebagai
lokal
di
Batang
Hari.
kayu Pulau Betung yang berbasis pada
salah satu media pemasaran dan media
masyarakat
display berbagai ragam produk penting
model penarik wisatawan untuk datang
keberadaannya. Membantu pengrajin
ke Pulau Betung.
merupakan
salah
satu
dalam memasarkan produk, sekaligus menjadi tempat tujuan pembeli. Dalam
c. Pemerintah Pemerintah
rangka menjadikan seni ukir Pulau Betung
tujuan
wisata,
maka
keberadaan showroom dan workshop bengkel proses produksi penting dalam mensinergikan
kerajinan
dengan
display
proses
sebagai
media
produksi
yang
melibatkan pekerja, peralatan, bahan baku,
hingga
finishing.
fasilitator dan regulator agar industri kreatif
tumbuh
Pemerintah
dan
berperan
berkembang. mensuport
pertumbuhan dan perkembangan, serta melindungi industri kreatif seni ukir
pariwisata berbasis masyarakat. Workshop
merupakan
Dalam
Pulau Betung. Support melalui instansi terkait dalam bentuk dukungan materi maupun non materi; bantuan sarana dan prasarana, pelatihan, perizinan,
82
Nofrial, Ukiran Akar Kayu Pulau Betung Jambi Menuju Industri Kreatif
permodalan dan lainnya. Memfasilitasi
Perkembangan seni ukir Pulau
pertemuan dengan buyer, dan promosi
Betung dipengaruhi
melalui pameran. Pemerintah juga
peranan sumber daya manusia, yakni
menyiapkan
pengrajin yang merupakan aktor utama
payung
hukum
bagi
oleh,
pertama
kerajinan ukir kayu Pulau Betung, agar
kegiatan produksi,
tercipta persaingan yang sehat dengan
pengrajin ahli, pengrajin pengusaha
usaha
dan
sejenis,
serta
menangkal
pengrajin
yang terdiri dari
pemula.
Kedua
perlakuan pihak tertentu yang dapat
pendidikan,
merugikan pengrajin.
memperdalam pengetahuan teori dan
sarana
untuk
praktek yang berhubungan dengan seni ukir, managerial, entreprenuer dan
PENUTUP Kerajinan
ukir
kayu
Pulau
leadership
pengrajin.
Ketiga
Betung menggunakan kayu Tembesu,
pariwisata, sentra seni ukir Pulau
Rengas, Sungkai, Meranti, Durian,
Betung sebagai salah satu tujuan
Nangka,
Jelutung.
wisata, dan atau produknya dicari pada
Peralatan yang digunakan: meteran,
akhir suatu proses wisata. Keempat
siku-siku, palu, jangkar, pensil, ketam,
lembaga
gergaji, pahat ukir, kampak, patar atau
Kopinkra yang mepromosikan produk
kikir, chainsaw, bor dan blowwer
seni ukir Pulau Betung, mediasi dan
(kompor tembak). Alat finishing kuas,
fasilitasi pengrajin dengan pemerintah,
spray gun dan compressor. Proses
buyer dan investor. Kelima pemerintah
pembuatan dimulai penyiapan bahan,
daerah membina pengadaan bahan,
mendesain, membetuk secara global
disain, proses produksi, pemasaran,
serta memahat sesuai desain. Produk
kemampuan berwira-usaha, bantuan
dikeringkan,
permodalan dan peralatannya. Keenam
diampelas
Ambacang
dan
kemudian dan
didompul
difinishing.
Secara
umum produk kerajinan ukiran kayu
swadaya
masyarakat;
pasar, transaksi jual beli pengrajin dan pembeli.
Pulau Betung terdiri dua fungsi, yaitu
Perkembangan seni ukir Pulau
pertama sebagai mebel dan perabotan
Betung berdampak terhadap kehidupan
rumah
masyarakat
tangga,
kedua
cenderamata dan aksesoris.
sebagai
pendukungnya.
Terjadi
perubahan pola hidup dan perilaku
83
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
masyarakat
karena
interaksi
dan
komunikasi dengan masyarakat luar. Berubahnya petani
mata
menjadi
Peningkatan
pencarian,
dari
pengrajin
ukir.
perekonomian
yang
ditandai dengan membaiknya fasilitas kehidupan
masyarakat.
mempunyai
Masyarakat
kemampuan
untuk
meningkatan taraf pendidikan anakanak mereka hingga ke perguruan tinggi. Pengembangan industri kreatif seni ukir Pulau Betung dipayungi oleh kerja sama antara cendekiawan, bisnis, dan pemerintah sebagai Triple Helix. Hubungan ketiga faktor itu merupakan penggerak lahirnya kreativitas, ide, ilmu pengetahuan, dan teknologi yang vital bagi berkembangnya seni ukir Pulau Betung. KEPUSTAKAAN Departemen Perdagangan Republik Indonesia. 2008. Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025: Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2009-2015, Jakarta: Deperindag RI. Feldman, Edmund Burke. 1967. Art As Image And Idea. New Jersey: Prentice-Hall, Inc, Englewood.
Kuntowijoyo. 2006. Budaya dan Masyarakat. Yogyakarta: Tiara Wacana. Kusen.
1986. Kreativitas dan Kemandirian seniman Jawa Dalam Mengolah pengaruh Budaya Asing Studi Kasus Tentang Gaya Relief Candi Di Jawa antara Abad IX-XVI Masehi. Yogyakarta: Depdikbud, Dirjen Kebudayaan Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara (Javanologi).
Sriyanti, Nova. 2004. Kerajinan Kayu di Desa Pulau Betung Kecamatan Pemayung Kabupaten Batang Hari, Jambi. Skripsi. Padangpanjang: Jurusan Seni Kriya STSI Padangpanjang. SP. Gustami. 2000. Seni Kerajinan Mebel Ukir Jepara: Kajian Estetik Melalui Pendekatan Multidisiplin. Yogyakarta: Kanisius. _________. 2013. Industri Kreatif Berbasis Budaya Lokal dan Nasional Menuju Pasar Global. Makalah dalam Seminar Nasional Pendidikan Seni Budaya dan Industri Kreatif Menghadapi Tantangan Global, kerjasama PPS UNP dan Dinas Pariwisata Sumatera Barat, tanggal 10 sd 11 November 2013, di Taman Budaya Sumatera Barat. Wicaksono, Agung. 2009. Eksistensi Seni Kriya Indonesia di Era Gelombang Ekonomi Kreatif. dalam Seni Kriya Dan
84
Nofrial, Ukiran Akar Kayu Pulau Betung Jambi Menuju Industri Kreatif
Kearifan Lokal Dalam Lintasan Ruang dan Waktu Tanda Mata untuk Prof. Drs. Gustami, SU. Yogyakarta: BP. ISI Yogyakarta.
Sumber Internet: http://kompas.com. Diakses tanggal 02 Maret 2013
85
DIASPORA SEDULUR SIKEP DAN KESENIANNYA DI SAWAHLUNTO1 Elsa Putri E. Syafril Universitas Taman Siswa Yogyakarta elsaputri_es@yahoo.com ABSTRAK Sebagai sebuah kota yang diciptakan pemerintahan kolonial, Sawahlunto menyimpan berbagai narasi tentang modernisme, lompatan ruang-waktu serta endapan persoalan pengerahan ribuan buruh paksa, khususnya dari tanah Jawa. Menariknya, di bawah kekuasaan kolonial yang penuh kontrol dan pengawasan, dengan situasi sosial yang dibuat terkotak-kotak, masyarakat Sawahlunto di masa lalu justru berhasil memproduksi konsepsi tentang ’kita’ sebagai nation yang melampaui zamannya. Tulisan ini bertujuan untuk menguraikan tentang acuan nilai yang membuat proses menuju ’kita’ itu berlangsung di masyarakat pertambangan Sawahlunto. Penelitian menunjukkan bahwa selain diwarnai segregasi dan diferensiasi, masyarakat Sawahlunto juga ditandai oleh hibridisasi tak tersadari, yang tampak dalam bahasa, berbagai tradisi dan keseniannya. Sebuah kondisi yang merepresentasikan siasat kebudayaan dalam situasi kolonial, dalam sebuah konsep yang dinamakan’sedulur’, yang tidak sekadar mengacu ke pertalian darah, tetapi satu cara pandang memaknai pihak lain yang diposisikan sama dan sederajat, diikat oleh rasa kedekatan dan kekerabatan. Kata Kunci: Konsep Kebudayaan, sedulur, Sawahlunto
ABSTRACT As a town created by the colonial government, Sawahlunto retains a variety of narations about modernism, time-space leap, and remainder of problems of forced labour, especially from the Java island. It is interesting to see that during the colonial administration with its strict control and supervision, and concentrated social situation, the community Sawahlunto in past was successful in producing the concept of “we” asa nation beyond its time. The purpose of this writing to describe the reference of value in the process of becoming “we” occuring in Sawahlunto’s mining community. This research shows that apart from segregation and differentiation, the community of Sawahlunto is also marked by uninformed hybridation as seen in the language, some tradision and arts. It is a condition that represents a cultural strategy in the colonial time, a concept called ‘sedulur, which does not only refer to bloodline, but also a perspective to give meaning to other parties with equal position, bound by the feeling of closeness and kinship. 1
Artikel ini bersumber dari makalah yang disampaikan pada Seri Seminar Kebudayaan di Indonesia: “Masyarakat, Sejarah, dan Kebudayaan Sawahlunto”, tanggal 25 September 2013, Ruang Seminar Gedung Unit 1 Lt. 5, Sekolah Pascasarjana UGM Yogyakarta.
86
Elsa Putri E. Syafril, Diaspora Sedulur Sikep dan Keseniannya di Sawahlunto
Keywords : cultural concept, sedulur, Sawahlunto
20 juta ton, Sigalut 80 juta ton, Sungai
PENDAHULUAN
adalah Durian 93 juta ton, di barat Lurah hamparan sawah yang dikelilingi bukit Gadang 12 juta ton, dan Lembah Segar dan dibelah sungai dinamai Batang belum diketahui jumlahnya. Informasi Sawahlunto,
awalnya
Lunto. Di ujung abad ke-19, hamparan lebih jauh, lihat Elsa Putri E. Syafril, sawah itu berubah jadi “ladang hitam” Menggali Bara, Menemu Bahasa: batu bara. Hal ini terjadi sejak de Groot Bahasa Tansi, Bahasa Kreol Buruh Sawahlunto (Yogyakarta: (insinyur Belanda) menemukan dari Timur Pemerintah Kota Sawahlunto, 2011) Singkarak (1851) yang dilanjutkan oleh dan Erwiza Erman, Membaranya Batu kandungan
batu
bara
di
de Greve (ahli geologi Belanda) yang bara: Konflik Kelas dan Etnik menemukan lapisan batu bara di Ulu Ombilin—Sawahlunto—Sumatra Barat tidak (1892—1996). (Depok, berpenghuni di daerah aliran Batang 2005). Perubahan pun Ombilin (1868).tahun 1871. (Erman, Aie,
lembah
gunung
yang
2005:29 dan Utama (ed.), 1998:1)
Desantara:
kemudian
terjadi, dari waktu komunal ke waktu
Hasil penelitian de Groot dan de kolonial, dari monoetnik ke multietnik, Greve itu diperkuat oleh laporan P. van dari kebudayaan berorientasi agraris ke Diest satu tahun kemudian tentang industrialis. Transportasi air (sungai) kualitas batu bara Ombilin yang tinggi
berubah menjadi rel kereta api berelasi
dan disusul penelitian Kals-Hoven dan dengan terjadinya gelombang migrasi Ir. Verbeek (1875) (Asoka, et al, sosial. Buruh kontrak (contractkoelies) 2005:9—10 dan Utama (ed.), 1998:1). Cina didatangkan melalui kongsiHasil penelitian Verbeek sangat kongsi pengerah tenaga kerja yang ada Penang dan Singapura. memperkirakan di kandungan batu bara di perbukitan Contractkoelies asal Jawa didatangkan sekitar Batang Lunto minimal 205 juta melalui kantor pengerah tenaga kerja mengejutkan,
dia
ton dan tersebar di sepanjang Batang yang ada di Semarang, Batavia, dan Ombilin, dengan rincian: Perambahan Surabaya (Erman, 2005:47, Asoka, et
87
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
al,
2005:
65—66,
2006:137—145).
dan
Sementara
Zubir, melahirkan
lompatan
ruang-waktu,
buruh tetapi juga mengendapkan persoalan
paksa (dwangarbeiders) didatangkan menyangkut pengerahan ribuan buruh dari
kelompok
yang
distempel paksa, khususnya dari tanah Jawa.
“kriminal” oleh penguasa kolonial. Para Istilah kriminalisasi manusia dengan dwangarbeiders ini, karena dianggap didasari berbahaya,
berada
dalam
alasan
yang
tidak
jelas,
kondisi bermula di sini, yakni pada kebutuhan
perantaian (kettingganger atau dalam untuk menciptakan limpahan tenaga bahasa setempat disebut ‘rang rante’).
kerja sebagai daya dukung utama industri pertambangan.
PEMBAHASAN
Batu bara, di era yang disebut
Mitologi Sawahlunto
’Abad Mesin Uap’, menjadi komoditas
Batu bara dan buruh paksa, penting. Sejalan dengan revolusi Ombilin dan kota industri modern industri dan penemuan mesin uap pada Sawahlunto merupakan pertemuan abad ke-18 di wilayah Eropa Barat, antara kondisi material dan kepentingan penggunaan batu bara sebagai sumber kekuasaan kolonial. Kota urban energi telah mendorong usaha berbentuk wajan penggorengan pencarian deposit batu bara. Penemuan dilingkari bukit-bukit purba menjadi dan pembukaan tambang batu bara di rekaman sejarah tentang bagaimana wilayah Ombilin, berdasarkan satu masyarakat industri modern penelitian dan eksploitasi yang dilahirkan dan bagaimana insfrastruktur dilakukan oleh pemerintah kolonial pendukung dibangun dengan sarat pada tahun 1871, dianggap ambivalensi dan ironi. Dari hal ini, menguntungkan untuk memasok konsesi eksplorasi sumber daya alam kebutuhan batu bara bagi kebutuhan dan eksploitasi sumber daya manusia bahan bakar mesin uap di dunia industri berserangkai dengan konsepsi tentang pada masa itu. Informasi lebih lanjut, masyarakat pertambangan di kota lihat Erwiza Erman ( 2005: 23-54) industri batu bara Sawahlunto. dalam Sawahlunto: Sebuah Warisan Pembangunan berbagai
kota
infrastruktur
dengan Untuk Masa Depan (Transformasi dan modern
88
Elsa Putri E. Syafril, Diaspora Sedulur Sikep dan Keseniannya di Sawahlunto
Konservasi Sebuah Kota Tambang) menyebutkan (2005: 6).
Sawahlunto
jumlah 7.367.
penduduk
anehnya,
data
Ia berada di balik gerak kapal- kependudukan di tahun 1918 itu tidak kapal uap dan lokomotif yang menderu menyertakan
jumlah
para
pekerja
dan mebelah tanah-tanah jajahan. Ia tambang sebagai bagian dari penduduk adalah si ’emas hitam’, bagian dari Kota Sawahlunto(?). Padahal, mengacu kemolekan sang ’Ratu dari Timur’ pada
penelitian
yang
dilakukan
(Koningin von het Oosten). Oleh karena Zaiyardam Zubir (2006), pada tahun itu, masuk akal jika Negara Pusat mau 1918,
jumlah
pekerja
tambang
berinvestasi besar untuk pembangunan mencapai 5.197 orang terdiri dari buruh infrastruktur dengan melakukan praktik paksa 3.250 dan buruh kontrak 1.947, dehumanisasi di sisi yang lain demi dan tidak termasuk buruh bebas yang janji keuntungan di balik eksplorasi jumlahnya batu bara.
2.800
orang.
Artinya, jumlah buruh paksa dan
Berawal tentang
mencapai
dari
’kita’,
satu
sini,
konsepsi kontrak
jauh
lebih
banyak
pun dibandingkan jumah orang Eropa yang
nation
terbangun. Batu bara tidak berhenti hanya 390 orang pada tahun yang sama. sebatas
kepentingan monopoli
dan Namun,
mengapa
mereka
tidak
akumulasi keuntungan kolonial, tetapi dimasukan dakam data kependudukan? juga menjadi awal sejarah pengendapan Apakah mereka sebagai satu kelompok konsepsi tentang ’kita’. Nation ’kita’ sosial sengaja diisolasi dan dianggap ini adalah terminologi satu kolektif dari absen? orang-orang yang disatukan di struktur
Berdasarkan data di tahun 1918,
dasar kolonial. Mereka yang berasal ada 3.250 buruh paksa yang mereka dari berbagai tempat di Pulau Jawa dari dinamai ’rang rante’ (kettingganger), sejumlah
pulau
lainnya,
seperti sejenis forced worker, hidup dalam
Madura, Bali, dan Sulawesi, baik dalam kondisi perantaian. Salah satu tempat status buruh kontrak maupun buruh yang
dijadikan
penampungan
para
paksa, ditemukan dalam kategori bukan pekerja dengan stempel ’huruf dan sebagai
warga
kependudukan
di
kota.
Data angka’ itu adalah penjara Sunge Duren.
tahun
1918 Penjara ini sudah ditumbuhi ilalang, di
89
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
sisa-sisa dinding penjara masih bisa kolonial
barangkali
satu-satunya
dilihat paku, pecahan batu bara yang sumber yang bisa menjawab ’rahasia’ tajam, dan pecahan beling ditempel. impersonaliti ini. Tujuannya
jelas,
pertikaian
dan
perkelahian antarsesama buruh paksa Sedulur sebagai Akar yang datang dari beragam etnik itu akan
Di
bawah
kekuasaan
yang
berujung pada kematian, hanya mereka penuh kontrol dan pengawasan, dan di yang ’sakti’lah yang akan bertahan.
dalam situasi sosial yang sengaja dibuat
Kondisi mereka mungkin lebih terkotak-kotak,
Sawahlunto
justru
buruk dari kaum pekerja paksa di memproduksi konsepsi tentang ’kita’ Karibia atau budak-budak Afrika yang sebagai dipekerjakan perkebunan
di di
California Brasil.
yang
nation
melampaui
atau zamannya. Proses menjadi ’kita’ jelas
Kondisi tidak mudah di tengah situasi sosial
perantaian dapat berarti denotatif, juga yang dikotak-kotakan, sengaja dipecahkonotatif. Penanda kondisi perantaian belah, dan disuntikan pandangan rasial ini ialah stempel di pergelangan tangan satu-sama lain. Apa acuan nilai yang kiri sebelah dalam. Stempel berupa membuat proses menuju ’kita’ itu ’huruf dan angka’ menjadi satu-satunya berlangsung
di
masyarakat
penanda identitas mereka yang berada pertambangan Sawahlunto? dalam kondisi perataian. Bahkan, di
Pertanyaan
tersebut
mulai
nisan mereka hanya ditulis identitas terjawab. Di Sawahlunto ada lubang berupa ’hurup dan angka’ itu. Batu- tambang
koridor
horizontal
yang
batu nisan bertulis ’huruf dan angka’ dinamai Lobang Mbah Suro. Penamaan banyak ditemui di Kota Sawahlunto. ini agaknya mengacu pada cerita lisan Salah satu yang dapat dilihat adalah tentang salah satu tokoh yang disegani, batu nisan berukuran kecil, seperti baik oleh sesama pekerja tambang pancang tanah, ditulis keterangan ’S’ di
maupun pihak pengawas kolonial di
bawahnya angka ’907’. Tidak ada daerah sumber rujukan, atau arsip yang bisa tambang
pusat
kota
ini
pernah
lama.
Lubang
ditutup
oleh
menjawab siapakah yang berada di Pemerintah Kolonial Belanda, saat ini balik
keterangan
’S-907’.
Arsip
90
Elsa Putri E. Syafril, Diaspora Sedulur Sikep dan Keseniannya di Sawahlunto
dibuka kembali dan menjadi salah satu tahun
1907.
Ada
banyak
versi
berkenanan tempat Samin Surosentiko
ikon wisata kota Sawahlunto.
Namun siapakah mbah Suro ini dibuang, versi masyarakat di Pati tidak
ada
penjelasan
jauh. dikatakan ia dibuang ke Sawahlunto;
lebih
Penjelasan itu justru saya temukan di menurut Titi Mumfangati, dkk. (2004), Blora dan Pati.2 Pertemuan saya dengan Samin dibuang ke Padang, sementara Lek Tejo dari Dusun Kemantren, Lek M.C. Ricklefs (2005), menyebut Samin Salim dari Dusun Tambak, Sumber, Surosentiko dibuang ke Palembang. Lek
Komari
dari
Balong, Penjelasan lebih jauh mengenai Gerakan Samin
Dusun
Kamituwo Desa Sumber, Mbah Kasbi dapat dilihat dalam Suripan Sadi Hutomo di Dusun Tambak, Lek Sariban di Dusun Tanduran, dan beberapa orang Samin di Sukolilo, Pati menyebutkan bahwa Samin Surosentiko disélong ke Sawahlunto
bersama
beberapa
pengingkutnya. Informasi ini diperkuat oleh foto yang mereka miliki yang juga pernah saya lihat di arsip foto kota Sawahlunto. Mereka mengenali salah seorang di foto tersebut sebagai Singo Tirto,
salah
satu
pengikut
Samin
Surosentiko yang ikut dibuang ke Sawahlunto. Dari
dua
tempat
ini,
ada
informasi mengenai Samin Surosentiko bersama delapan pengikutnya yang disélong (dibuang) ke Sawahlunto pada 2
Untuk riset di Blora dan komunitas Samin, saya ucapkan terima kasih pada FIB UGM yang berkenan memfasilitasi riset ”Tuturan Samin” dan khusus kepada Dr. Suhandano yang sudah bersama melakukan kerja penelitian.
(1996).
Alasan pembuangan
penangkapan Samin
dan
dan
beberapa
pengikutnya ke Sawahlunto terkait sikap antikolonial yang diwujudkan lewat gerakan menolak menyetor padi ke lumbung desa, menolak membayar pajak, dan menolak mengandangkan sapi
dan
kerbau
mereka,
dan
diangkatnya Samin Surosentiko oleh pengikutnya menjadi ratu adil dengan gelar Prabu Panembahan Suryangalam. Tanggal 8 November 1907, Ki Samin diangkat oleh pengikutnya menjadi ratu adil dengan gelar Prabu Panembahan Suryangalam, yang 40 hari kemudian, Ndoro Seten (Asisten Wedana, Camat) Randublatung,
Raden
Pranala,
menangkap dan menahannya di bekas tobong,
tempat
pembakaran
batu
gamping. Ia kemudian dibawa ke
91
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
Rembang, diinterogasi, dan bersama 8 dari pulau-pulau lain di Indonesia. pengikutnya dibuang ke luar Jawa, Ikatan
kolektivitas
tepatnya Sumatera dengan tuduhan Indonesia penghasutan
dan
masyarakat
sangat
menekankan
pendurhakaan. pentingnya asal-usul. Setiap keluarga di
Penjelasan lebih jauh lihat Suripan Sadi Indonesia akan merekam jejak leluhur Hutomo, op. cit.
dan
asal-usul
mereka,
baik
Koneksitas sosok mbak Suro menuliskannya dalam pohon silsilah yang dikenal di Sawahlunto dengan keluarga atau sebatas pewarisan secara keberadaan Samin Surosentiko yang lisan. Tradisi mudik lebaran, sebagai (dikatakan) dibuang ke Sawahlunto contoh, merupakan manifestasi dari jelas
terlihat.
Masyarakat
Samin pentingnya pertalian sejarah dan tanah
meyakini Samin Surosentiko dibuang asal itu. Hal inilah yang tidak dimiliki ke Sawahlunto. Selain bukti foto ‘Singo masyarakat
Sawahlunto,
khususnya
Tirto’ dan cerita lisan masyarakat keturunan buruh paksa. Bagi yang Samin tentang Samin Surosentiko yang merasa dibuang
ke
Sawahlunto,
dari
Jawa,
anak-keturunan
seorang mereka hanya tahu ’datang dari Jawa’,
perempuan Samin di Sukolilo, Gunarti, tetapi persis di mana, mereka tidak bercerita bahwa beliau “bermimpi” mengetahuinya. Identitas yang lebih bertemu leluhurnya yang mengatakan jauh, menyangkut ranji kelurga jelas tentang 9 wilayah sebaran Samin, lebih sulit dilacak. Hal ini tergambar termasuk salah satunya Sawahlunto.
dari kisah Pak Ismet, wakil walikota
Namun, Identifikasi tentu sulit Sawahlunto, tentang sejarah dirinya. dilakukan
akibat
arsip
kolonial
Identifikasi kebudayaan menjadi
mengenai riwayat para buruh paksa strategi lain guna melihat koneksitas belum dibuka. Identitas personal para tersebut. Seperti disebut di atas, kondisi buruh paksa yang hanya berupa ’huruf perantaian serta dalam situasi absen, dan angka’ juga menyulitkan kita untuk justru konsepsi ’kita’ sebagai nation itu membuka riwayat personal mereka lahir. Karateristik nation di Sawahlunto yang
dituduh
’penghasutan
dan dibentuk oleh pertemuan antarmereka
pendurhakaan’ tersebut, baik mayoritas dalam
ketegori
one
down
dan
yang datang dari Pulau Jawa maupun antarmereka dengan tuan Putih yang
92
Elsa Putri E. Syafril, Diaspora Sedulur Sikep dan Keseniannya di Sawahlunto
disebut one up. Pertemuan yang selain merupakan
percampuran
dari
diwarnai segregasi dan diferensiasi, pertunjukan jaran kepang, barongsai, juga hibridisasi tak tersadari.
dan barongan tanpa mementingkan narasi, tetapi lebih pada performance.
Kesenian dan Budaya sebagai Petunjuk
Hibrida
Ia seperti ekspresi keterlepasan kolektif dan respon kreatif atas kekuasaan.
Narasi pertemuan keberbagaian
Situasi yang sama terekam jelas
itu masih tersaji di Sawahlunto sampai pada
bahasa
Tansi
yang
ada
di
hari ini. Jejeran rumah tansi, Goedang Sawahlunto. Bahasa Tansi menjadi Ransoem,
bekas
gedung
societeit, ’bank dari ingatan orang-orang’ yang
rumah-rumah berarsitektur Eropa dan tidak bisa dihapus oleh migrasi sosial, pecinan, terowongan dan rel kereta atau
pun
status
telah melahirkan kebudayaan campuran buangan’.
sebagai
’orang
Bahasa ini lahir di tansi-
seperti terlihat pada bahasa, kesenian, tansi itu, tempat para buruh tambang dan kuliner.
menjalani
kehidupan
sosial
yang
Dulu, di societeit, digelar toneel timpang dan selalu dalam kontrol. yang cuma bisa diintip para buruh dari Namun, dibandingkan di lokasi kerja ruang gelap mereka. Di goedang, aula dengan sistem kerja pengelompokan lepas yang acap jadi tempat pertemuan didasari kategori dan etnis, di tansi buruh, pertunjukan yang mirip toneel interaksi sosial antar buruh jauh lebih dilahirkan. Pertunjukan itu hadir dalam terbuka. Tansi pun menjadi ruang penamaan ’tonel’, tetapi ia bukan toneel sosio-kultural
bagi
mereka
yang
melainkan campuran antara sandiwara, menghuni bottom level di dalam waktu ketoprak,
ronggengan,
dan
slogan colonial itu.
kebangsaan. Kesenian seperti tonel
Mereka yang
berasal dari
merepresentasikan siasat kebudayaan berbagai etnik, bangsa, dan kategori dalam situasi kolonial. Hal
yang
sama
menjalin komunikasi, mulai dari yang terlihat
di sederhana sifatnya, sampai ke yang
kesenian ’jalan kepang’ (bukan ’jaran lebih kompleks. Di sinilah lahir satu kepang’ sebagaimana di kenal di Jawa ’bahasa’
berterima
Tengah). Jalan kepang Sawahlunto bersama.
Bahasa
dan itu,
dipahami
oleh
anak-
93
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
keturuan buruh tambang batu bara ganti ia mendapatkan cabe, bada (teri), Sawahlunto, dinamai sebagai bahasa dan beras dari para pedagang yang lain. (kreol) Tansi, berasal dari campuran Saat mengunjungi rumah Alm. Pak (mixture) beberapa bahasa asal buruh Jenayak
di
Tansi
Gunung,
saya
tambang seperti Minangkabau, Jawa, mendapatkan tradisi penyambutan yang Cina, Madura, Sunda, Bugis, Bali, dan sama seperti saat mengunjungi Lek Batak, dengan bahasa Melayu menjadi Tejo, Lek Salim, dan komunitas Samin bahasa dasar.
di Sukolilo. Setiap tamu yang datang
Kembali ke pertanyaan di atas: disambut dan dijamu seperti seludur, apa acuan nilai yang membuat proses dihidangkan
makan
dengan
sajian
menuju ’kita’ itu seperti berlangsung terbaik yang mereka miliki. Hal yang alami? Jawabannya ialah pada kata menarik lain yang saya temui, di tengah ’sedulur’. ’sedulur’
Di
Sawahlunto,
dikenal,
tidak
kata wawancara saya dengan Alm. Pak sekadar Jenayak, kami disela oleh kedatangan
mengacu ke pertalian darah, tetapi satu seorang perempuan yang tinggal di luar cara pandang memaknai pihak lain Tansi dan beretnik Minang. Perempuan yang diposisikan sama dan sederajat, itu meminta Pak Jenayak membuatkan diikat
oleh
rasa
kedekatan
dan parang untuk berladang. Pak Jenayak
kekerabatan.
yang
berprofesi
sebagai
pembuat
Semangat sedulur itu menjadi loyang (tukang besi) menyanggupi dan nilai dasar masyarakat Sawahlunto. sebagai gantinya kepada perempuan itu, Saat melakukan riset bahasa Tansi di Pak
Jenayak
meminta
dibawakan
Sawahlunto, saya mendapatkan cerita segandok (dua kelapa yang diikat jadi menarik tentang bagaimana interaksi satu) untuk istrinya membuat lontong. sosial antar pedagang yang berbeda etnik di Pasar Sapan sekitar awal 80-an. PENUTUP Laku sedulur hidup di tengah interaksi sosial-ekonomi para pedagang, seperti cerita
penjual
pecel
yang
membungkuskan pecel dagangannya untuk pedagang yang lain, sebagai
Narasi pertemuan keberbagaian itu masih tersaji di Sawahlunto sampai hari ini. Jejeran rumah tansi, Goedang Ransoem,
bekas
gedung
societeit,
rumah-rumah berarsitektur Eropa dan 94
Elsa Putri E. Syafril, Diaspora Sedulur Sikep dan Keseniannya di Sawahlunto
pecinan, terowongan dan rel kereta atau
pun
status
telah melahirkan kebudayaan campuran buangan’.
sebagai
’orang
Bahasa ini lahir di tansi-
seperti terlihat pada bahasa, kesenian, tansi itu, tempat para buruh tambang dan kuliner.
menjalani
kehidupan
sosial
yang
Dulu, di societeit, digelar toneel timpang dan selalu dalam kontrol. yang cuma bisa diintip para buruh dari Namun, dibandingkan di lokasi kerja ruang gelap mereka. Di goedang, aula dengan sistem kerja pengelompokan lepas yang acap jadi tempat pertemuan didasari kategori dan etnis, di tansi buruh, pertunjukan yang mirip toneel interaksi sosial antar buruh jauh lebih dilahirkan. Pertunjukan itu hadir dalam terbuka. Tansi pun menjadi ruang penamaan ’tonel’, tetapi ia bukan toneel sosio-kultural
bagi
mereka
yang
melainkan campuran antara sandiwara, menghuni bottom level di dalam waktu ketoprak,
ronggengan,
dan
slogan colonial itu.
kebangsaan. Kesenian seperti tonel
Mereka yang
berasal dari
merepresentasikan siasat kebudayaan berbagai etnik, bangsa, dan kategori dalam situasi kolonial. Hal
yang
menjalin komunikasi, mulai dari yang
sama
terlihat
di sederhana sifatnya, sampai ke yang
kesenian ’jalan kepang’ (bukan ’jaran lebih kompleks. Di sinilah lahir satu kepang’ sebagaimana di kenal di Jawa ’bahasa’
berterima
Tengah). Jalan kepang Sawahlunto bersama.
Bahasa
merupakan
percampuran
dan itu,
dipahami
oleh
anak-
dari keturuan buruh tambang batu bara
pertunjukan jaran kepang, barongsai, Sawahlunto, dinamai sebagai bahasa dan barongan tanpa mementingkan (kreol) Tansi, berasal dari campuran narasi, tetapi lebih pada performance. (mixture) beberapa bahasa asal buruh Ia seperti ekspresi keterlepasan kolektif tambang seperti Minangkabau, Jawa, dan respon kreatif atas kekuasaan.
Cina, Madura, Sunda, Bugis, Bali, dan
Situasi yang sama terekam jelas Batak, dengan bahasa Melayu menjadi pada
bahasa
Tansi
yang
ada
di bahasa dasar.
Sawahlunto. Bahasa Tansi menjadi
Kembali ke pertanyaan di atas:
’bank dari ingatan orang-orang’ yang apa acuan nilai yang membuat proses tidak bisa dihapus oleh migrasi sosial, menuju ’kita’ itu seperti berlangsung
95
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
alami? Jawabannya ialah pada kata menarik lain yang saya temui, di tengah ’sedulur’. ’sedulur’
Di
Sawahlunto,
dikenal,
tidak
kata wawancara saya dengan Alm. Pak sekadar Jenayak, kami disela oleh kedatangan
mengacu ke pertalian darah, tetapi satu seorang perempuan yang tinggal di luar cara pandang memaknai pihak lain Tansi dan beretnik Minang. Perempuan yang diposisikan sama dan sederajat, itu meminta Pak Jenayak membuatkan diikat
oleh
rasa
kedekatan
dan parang untuk berladang. Pak Jenayak
kekerabatan.
yang
berprofesi
sebagai
pembuat
Semangat sedulur itu menjadi loyang (tukang besi) menyanggupi dan nilai dasar masyarakat Sawahlunto. sebagai gantinya kepada perempuan itu, Saat melakukan riset bahasa Tansi di Pak
Jenayak
meminta
dibawakan
Sawahlunto, saya mendapatkan cerita segandok (dua kelapa yang diikat jadi menarik tentang bagaimana interaksi satu) untuk istrinya membuat lontong. sosial antar pedagang yang berbeda etnik di Pasar Sapan sekitar awal 80-an. KEPUSTAKAAN Laku sedulur hidup di tengah interaksi Amin, Samir. 2009. World Poverty, Pauperization, and Capital sosial-ekonomi para pedagang, seperti Accumulation, dalam Social Change. Brattleboro, VT: SIT cerita penjual pecel yang Graduate Institute. membungkuskan pecel dagangannya Asoka, Andi, et al. 2005. Sawahlunto untuk pedagang yang lain, sebagai Dulu, Kini, dan Esok: Menyongsong Kota Wisata ganti ia mendapatkan cabe, bada (teri), Tambang yang Berbudaya. dan beras dari para pedagang yang lain. Padang: Pusat Studi Humaniora Universitas Saat mengunjungi rumah Alm. Pak Andalas. Jenayak di Tansi Gunung, saya Erman, Erwiza. 2005. Membaranya mendapatkan tradisi penyambutan yang Batubara: Konflik Kelas dan Etnik Ombilin—Sawahlunto— sama seperti saat mengunjungi Lek Sumatra Barat (1892—1996). Tejo, Lek Salim, dan komunitas Samin Depok: Desantara. di Sukolilo. Setiap tamu yang datang Hutomo, Suripan Sadi. 1996. Tradisi dari Blora. Semarang: disambut dan dijamu seperti seludur, Penerbit Citra Almamater. dihidangkan makan dengan sajian Pemerintah Daerah Kota Sawahlunto. terbaik yang mereka miliki. Hal yang 2005. Sawahlunto, Kota
96
Elsa Putri E. Syafril, Diaspora Sedulur Sikep dan Keseniannya di Sawahlunto
yang Utama, Edi (ed.). 1998. Sejarah 2020. Perjuangan Rakyat Kota Sawahlunto: Perlawanan Terhadap Penjajah dan Menegakkan Revolusi Ricklefs, M. C. 1981. A History of Kemerdekaan 1945—1949. Modern Indonesia (terj. Sawahlunto: DHC Angkatan Sejarah Indonesia Modern 45 Kodya Sawahlunto dan oleh Dharmono Pemda Kodya Sawahlunto. Hardjowidjono, 2005). Yogyakarta: Gadjah Mada Zubir, Zaiyardam. 2006. Pertempuran Nan Tak Kunjung Usai: University Press. Eksploitasi Buruh Tambang Syafril, Elsa Putri E., 2011. Menggali Batu Bara Ombilin oleh Bara, Menemu Bahasa: Kolonial Belanda 1891—1927. Bahasa Kreol Buruh dari Padang: Andalas University Sawahlunto. Yogyakarta: Press. Pemerintah Kota Sawahlunto. Wisata Tambang Berbudaya Tahun Sawahlunto: Pemda Sawahlunto.
97
SENI KERAJINAN BORDIR HJ.ROSMA: FUNGSI PERSONAL DAN FISIK Ranelis Prodi Seni Kriya, Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang ranelis.nel@gmail.com ABSTRAK Kerajinan bordir Hj. Rosma terdapat di Ampek Angkek Canduang, sebuah nagari di kabupaten Agam Sumatra Barat yang merupakan salah satu daerah sentra seni kerajinan bordir yang sedang tumbuh dan berkembang. Kegiatan membordir merupakan kegiatan perekonomian yang selain memiliki fungsi personal yaitu ekspresi dari Hj. Rosma dalam membuat motif-motif baru yang cantik dan menarik, dan memiliki fungsi fisik. Seni kerajinan bordir Hj. Rosma sebagai salah satu bentuk budaya tradisional berawal dari memproduksi perlengkapan rumah tangga yang berkembang menjadi produk fasion. Corak ragam hias yang terdapat pada bordiran Hj. Rosma adalah motif tumbuh-tumbuhan dalam bentuk bunga mawar, melati, kaluak paku dan motif geometris. Produk yang dihasilkan Rosma diantaranya adalah: mukenah, jilbab, baju kurung dan kebaya. Semua itu menunjukkan kemampuan Rosma dalam menciptakan ragam hias yang diilhami dari konsep “alam takambang jadi guru�. Nilai-nilai keindahan kain bordir secara visual bisa dilihat dari bentuk ragam hias yang ditampilkan, maupun dari fungsi kain bordir yang dihasilkan. Kata kunci: bordir Hj. Rosma, motif, fungsi
ABSTRACT Hj Rosma embroidery craft located in Ampek Angkek Canduang, the name of a village in Agam regency of West Sumatra, one of the central areas where embroidered art is growing and developing. Activities embroidery is a function of economic activity in addition to having the personal expression of Hj. Rosma in creating new motifs that are beautiful and attractive, and has a physical function. Embroidery craft Hj Rosma as one of the traditional culture, which began producing household items developed into products of fasion. Decorative pattern contained in embroidery Hj. Rosma are motifs of plants in the form of roses, jasmine, florals nails and geometric motifs. Florals nails and geometric motifs are always used in embroidery products. The resulting product of Rosma is: mukenah, jilbab, baju kurung and kebaya. All that demonstrates the ability to create decorative Rosma inspired from the concept of "wide open nature is a teacher". Values visually beautiful embroidered fabrics can be seen from the form of decoration that is displayed, and from the resulting embroidery fabric functions. Keywords: embroidery Hj. Rosma, patterns, functions
98
Ranelis, Seni Kerajinan Bordir Hj. Rosma: Fungsi Personal dan Fisik
atau mesin jahit komputer (Suhersono,
PENDAHULUAN
Keahlian membuat barang seni 2007: 6). kerajinan,
secara
diperlukan
sosial
seiring
perkembangan
orientasi
mulai
Salah
dengan kerajinan
satu
bordir
penghasil yang
seni
telah
lama
atau berkembang di Sumatera Barat adalah
kekhususan pekerjaan sehari-hari yang kerajinan bordir Hj. Rosma di IV semakin beragam jenisnya (Rohidi, Angkek
Bukittinggi.
Canduang
2000: 197). Seseorang berkarya karena Kerajinan bordir Hj. Rosma ini tidak mempunyai tujuan bahwa hasilnya hanya terkenal di tingkat kabupaten dan dapat menunjang kehidupannya. Usaha kotamadya Bukittinggi saja namun itu berkaitan dengan aktivitas yang sudah sampai ke Mancanegara seperti dilakukan para perajin salah satunya Malaysia,
Singapura,
Brunai
adalah para perajin bordir yang ada di Darussalam, Arab Saudi dan negara Sumatera Barat. Seni kerajinan bordir lainnya (Ramli, 1995: 7). merupakan salah satu ekspresi budaya Minangkabau,
sekaligus ekonomi
Produk
menjadi Rosma bagi mukenah,
yang
dihasilkan
bermacam-macam
Hj
seperti
kekuatan
sosial
masyarakat
setempat yang mampu selendang, alas gelas, tutup dispenser
jilbab,
baju
kurung,
menunjang kepariwisataan di Sumatra dan lain sebagainya. Motif dan teknik Barat.
bordir yang ditampilkan mempunyai Istilah bordir identik dengan ciri khas tersendiri, dimana kerajinan
menyulam karena kata bordir diambil bordir Hj. Rosma sering kali memakai dari istilah Inggris embroidery (im- motif yang diambil dari alam berupa broide) yang artinya sulaman. Bordir motif tumbuh-tumbuhan seperti bunga dapat juga didefenisikan sebagai ragam melati, bunga Ros dan lain sebagainya. hias untuk asesoris berbagai busana Hj Rosma dalam menghias produk yang menitikberatkan pada keindahan yang dihasilkannya dengan teknik suji dan komposisi warna benang pada cair
dan
teknik
bordir
kerancang
berbagai medium kain, dengan alat Penempatan benangnya dijahit dengan bantu seperangkat mesin jahit bordir cara gradasi warna yang dimulai dari warna yang tua ke warna yang muda.
99
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
Sehingga
membedakan
hasil PEMBAHASAN
bordirannya dengan perajin bordir yang Produk, Motif Dan Proses Produksi Bordir Hj. Rosma lain. Secara kuantitas dan kualitas
Seni kerajinan bordir Hj Rosma
produk seni kerajinan bordir Hj. Rosma merupakan cerminan ungkapan cita mengalami
perkembangan
dan rasa
estetik
dalam
bentuk
benda
merupakan dampak dari kreativitas fungsional, yang proses pembuatannya serta
aktivitas
yang
berasal
dari didukung
pengaruh internal maupun eksternal, keterampilan,
oleh
kemampuan,
pengalaman,
dan
yang secara langsung maupun tidak kecakapan teknis yang bertujuan untuk langsung
mempengaruhi
percepatan pemenuhan kebutuhan hidup. Berbagai
laju pertumbuhan sentral kerajinan upaya dilakukan untuk menghasilkan tersebut. Kerajinan bordir Hj. Rosma produk seni kerajinan yang unik, telah mendapat pengaruh banyak dari berkarakter,
dan
artistik.
Sedikit
luar, baik lewat konsumen, pemesan sentuhan penambahan ornamen atau maupun
pembinaan
dari
instansi motif pada bordiran menambah nilai
lainnya, sehingga muncul desain-desain estetik tanpa mengurangi nilai sebagai baru baik dari segi bentuk ataupun benda pakai sehingga mempermudah motif yang ditampilkan. Berdasarkan
mengenali asal dari produk tersebut
penjelasan
dari dengan ciri khas dari motif bordir yang
latar belakang di atas penulis tertarik dihasilkan. untuk
mengkaji
lebih
mendalam
Seni kerajinan bordir Hj. Rosma
tentang seni kerajinan bordir Hj. Rosma adalah kelompok benda pakai atau yang terdapat di daerah IV Angkek benda Canduang
Bukittinggi
salah
fungsional
yang
digunakan
satu dalam kehidupan sehari-hari. Produk
daerah sentral kerajinan bordir yang bordir yang dihasilkan Hj. Rosma sedang berkembang di Sumatra Barat. antara lain mukena, jilbab, selendang, Studi ini mengenai desain produk, alas meja, tatakan gelas, tas, baju motif, teknik, dan fungsi dari produk kurung, baju kebaya dan sarung bantal itu sendiri.
kursi.
100
Ranelis, Seni Kerajinan Bord ordir Hj. Rosma: Fungsi Personal dan Fisik
Gambar 1. 1 Bantalan kursi dengan motif otif kuciang lalok, pucuak rabuang dan kaluakk paku p menggunakan teknik suji penuh dan teknik ik bordir kerancang (Foto: Nel, 2012) 20
Gambar 4. Baju kebaya panjang motif bungaa melati,daun dan kaluak paku (Foto: Desi Trisnawati, 20 2012)
Gambar 2. 2 Jilbab dengan motif bung nga melati, bunga mawar, bunga anggrek rek, geometris dan kaluak paku teknik suji su cair dan bordir kerancang ng (Foto: Desi Trisnaw awati, 2012)
Merancang motif bor bordir tidak terlepas dari hubungan antar ntara manusia yang punya cita rasa keindaha ndahan dengan desain. Membuat menarikny iknya suatu produk diawali dengan desa sain. Untuk itu dalam merancang mot otif bordir diperlukan
tenaga
khusus
yang
menangani desain motif bordi bordir tersebut. Manusia
dalam
hidupny upnya
selalu
menuntut dua nilai sekaligus; us; pertama, nilai Gambar 3. 3 Mukenah menggunakan mo otif saik ajik/belah ketupat, lingkaran teknik nik suji cair, dan kerancang ng (Foto: Desi Trisnaw wati, 2012)
jasmaniah
yang
be berhubungan
dengan kenyamanan pakai,, da dan kedua, nilai
rohaniah
yang
m mempunyai
kedekatan dengan keindahan han.
Untuk
101
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
memenuhi semua itu peran desain
Kerajinan bordir Hj. Rosma
dalam merancang motif bordir sangat
dalam membuat desain motif bordirnya
diperlukan sekali. Desain merupakan dia lakukan sendiri. Penempatan motif bentuk rumusan dari suatu proses pada produk yang dihasilkan Rosma pemikiran, yang dituangkan dalam disesuaikan dengan unsur-unsur seni wujud
gambar
gagasan
sebagai
konkret
pengalihan rupa yaitu kesatuan, keseimbangan,
perancangnya. irama dan penekanan. Seperti yang
Klasifikasi motif yang terdapat pada dikemukan oleh Iswendi (2002: 8) kerajinan bordir antara lain: 1.
dalam menentukan komposisi desain
Motif naturalis, yaitu motif yang ragam hias bordir yang terpenting mempunyai
kedekatan
dengan dipertimbangkan
adalah
kesatuan
wujud aslinya, contohnya bunga, (unity), keseimbangan (balance), irama daun, rumput dan yang lainnya. 2.
Motif
dekoratif,
(ritme) dan penekanan (accentuation).
merupakan
Jenis motif bordir yang banyak
perwujudan bentuk yang terdapat digunakan di industri kerajinan Hj. di alam dan kedamaian, Dekoratif Rosma adalah jenis motif tumbuhberarti
membuat
keindahan. tumbuhan
dan
geometris.
Motif
Motif dekoratif ini lebih banyak tumbuh-tumbuhan ini umumnya terdiri bersifat menghias, dimana irama dari motif daun, bunga, dan buah. garis, titik, warna, bentuk dan Bentuk motif yang dihasilkan Hj. susunan yang harmonis sangat Rosma
lebih
memberikan
kesan
diutamakan. Bentuk asli dapat perulang-ulangan seperi motif bunga dirobah
dan
kedalam
bentuk
dikembangkan melati yang terdapat pada mukenah dan yang
menarik atau distilirkan 3.
Motif
geometris,
lebih pada produk lainnya. Kadangkala motif dapat dibuat secara tersendiri dan dapat adalah juga dibuat secara berjajaran, serta
pembagian bidang kain yang akan adapula yang saling melengkapi. Motif diberi motif bordir secara teratur, tumbuh-tumbuhan
ini
sering
pula
dapat disebut sebagai sifat dari dihubungkan dengan membuat akar karakteristik
bagi
tiap
motif yang halus. Susunan motifnya ada yang
(wachid, 1997: 123-124).
berlapis dan ada pula yang berselang-
102
Ranelis, Seni Kerajinan Bord ordir Hj. Rosma: Fungsi Personal dan Fisik
seling dengan motif lain. la Motif yang dibuat
Hj.
Rosma ma
bermacam-macam
ukurannya tergantung
keinginan konsumen jika jik musim motif bunga dengan ukuran kecil ke maka dibuat motif bunga yang berukuran be kecil, sebaliknya jika konsum umen lebih suka motif yang besar maka aka dibuat motif
Gambar 5 motif bunga matahari, melati dann kkaluak paku ditempatkan pada baju kur urung bagian pinggir bawahh 12) (Foto: Hj. Rosma: 2012
bunga dengan ukuran n besar. be Penamaan motif tumbuh-tumbuha buhan disesuaikan dengan jenis dari daun,, bunga b dan buah yang
menyerupai
bentuk be
tersebut
(Zulhelman, 2001: 83). ). Motif
tumbuhbuh-tumbuhan
ini
pada umumnya digunaka unakan untuk semua produk yang dihasilka lkan Hj. Rosma berupa bunga, daun, dan da buah. Motif
Gambar 6 motif bunga anggrek, melati dann kkaluak paku pada mukenah bagian pinggir ir bawah (Foto: Hj. Rosma: 2012 12)
ini biasanya ditempatka tkan pada bagian pinggir bawah baju u kurung, k lengan bawah baju kurung,, pada pinggir selendang, dan produk oduk lainnya. la
Gambar 7 motif bunga melati dan geometris is ditempatkan pada jilbab atau selendang se segi tiga (Foto: Hj. Rosma: 2012 12)
103
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, 16 No. 1, Juni 2014
(3) kebutuhan-kebutuhann fisik kita mengenai
barang-barang ng
dan
bangunan-bangunan yang be bermanfaat. Dari
kebutuhan-kebutuhann
itu,
ia
kemudian mengidentifikasi si sejumlah fungsi dari seni, yakni: ((1) fungsi personal (personal function on of art), (2) fungsi sosial (the social functi unction of art), dan (3) fungsi fisik (the the pshycal Gambar 8 motif bunga melati, daun n kaluak k paku dan geometris ditempatkan pada da dada baju kurung (Foto: Hj. Rosmaa: 2012)
function of art) (Feldman, 1967: 2-3). Namun, dari ketiga fungsi si kesenian seperti yang diungkapkan Fe Feldman itu, dalam mengkaji fungsi seni ni kerajinan
Fungsi Personal Dan Fungsi F Fisik Kerajinan Bordir Hj.R .Rosma Suatu benda dikatakan dika sebagai
bordir Hj. Rosma hanya di difokuskan pada fungsi personal dan fung ungsi fisik.
benda seni karena mempunya m dua 1. Fungsi personal fungsi selain benda pak akai juga sebagai Fungsi personal se seni dalam benda hias. Dapat dicon contohkan seperti kebutuhan individu adalah lah tentang baju kebaya, benda tersebut t dihiasi ekspresi pribadi. Seni seb sebagai alat dengan berbagai maca cam motif yang ekspresi pribadi tidak terb rbatas pada ditempatkan pada ujun jung lengan dan ilham saja, tidak se semata-mata pada bagian depan dan pinggir bawah berhubungan dengan emos osi pribadi, baju kebaya. Benda seni eni adalah benda tetapi mengandung seni juga me yang dibuat untuk memenuhi pandangan pribadi tentang ng peristiwa keindahan. bahwa
Feldman n kehidupan
menyebutkan dan objek umum dalam kehi hidupan dan seni terus situasi kemanusiaan yang mendasar,
berlangsung untuk memuaskan: m (1) misalya, cinta, perayaan dann ssakit, yang kebutuhan-kebutuhan individu kita terulang secara tetap, seba sebagaimana tentang ekspresi pribadi, di, (2) kebutuhan- dalam seni, namun tema-tem ma ini dapat kebutuhan sosial untuk unt keperluan dibebaskan dari kebiasa saan oleh display, perayaan, dan n komunikasi, k dan 104
Ranelis, Seni Kerajinan Bordir Hj. Rosma: Fungsi Personal dan Fisik
komentar-komentar pribadi yang secara dengan kata seni. Termasuk dalam hal unik
ditampilkan
oleh
seniman ini adalah barang-barang kerajinan
Feldman (terjemahan Gustami, 1991: 4- tangan (handicraft). Seni kerajinan 5).
bordir sebagai bagian dari seni rupa, Seni dipilih oleh seniman untuk bagi Hj. Rosma itu adalah salah satu
mengekspresikan
gagasan
atau media tersebut. Seni kerajinan bordir
pemecahan problem tertentu. Seperti sebagai seni tradisional, dan Hj Rosma yang dikemukakan oleh Sahman (1993: sebagai perajin sekaligus pengusaha 39)
bahwa,
setiap
gagasan bordir, ekspresinya dapat dilihat dari
mensyaratkan dipilihnya karya seni ketekunan
Hj.
yang relevan untuk gagasan tersebut. menyelesaikan Seorang
seniman
mengekspresikan
Rosma
setiap
motif
dalam yang
dalam terdapat pada kain yang akan dibordir.
perasaan
dan Hj. Rosma berusaha mengeluarkan ide
gagasannya menggunakan bermacam- dan kemampuannya dalam membuat macam
media.
Ekspresi
menurut bentuk ragam hias yang ditampilkan
Santayana, yang dikutip oleh Atmodjo dalam sebuah karya seni, yaitu berupa (1988: 52-53), makna ekspresi diartikan produk fasion dan perlengkapan hidup sebagai:
(a)
ekspresi
yang sehari-hari seperti baju kebaya, jilbab,
direncanakan, semacam tindakan yang tatakan gelas, tas dan produk lainnya. dilakukan seniman dalam mencipta
Motif bordiran yang dihasilkan
karya seni, (b) ekspresi dalam arti Rosma terinspirasi dari alam yaitu penampakkan, yaitu gejala, suatu tanda berupa
motif
flora
/bunga
yang
diagnostik, dan (c) ekspresi untuk kemudian distilisasi dan dijahit dengan membayangkan kapasitas objek, bila jahitan yang rapi dan padat dengan dikontemplasikan secara estetis akan teknik membangkitkan image-image tertentu.
suji
cair
dan
bordir
kerancang/terawang, sehingga bentuk
Menurut Djelantik (2004: 16- produk yang dihasilkan kelihatan lebih 18) menjelaskan bahwa hal-hal yang menarik dan indah. Pembuatan motif diciptakan
dan
diwujudkan
oleh yang dilakukan Rosma ini karena
manusia dapat memberi rasa senang kesukaannya dalam mengamati alam dan kepuasan dengan penikmat disebut terutama bunga-bunga yang ada di
105
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
sekeliling rumahnya dan kecendrungan maupun bagi orang lain. Pembuatan dalam
melihat
situasi
pasar
atau seni kerajinan bordir Rosma umumnya
konsumen.
bersifat
Rosma
dalam
fungsional,
menciptakan membantu
di
menuntut
dalam
dan
memuaskan
motif bordirnya lebih menekankan pada keinginan serta kebutuhan estetis orang pencapaian keserasian dan penyelesaian yang akan memakai karya seni tersebut, akhir suatu ekspresi. Salah satu fungsi di samping kepuasan estetis Hj. Rosma seni adalah mengekspresikan perasaan itu sendiri. Keunggulan sulaman Rosma dan memindahkan pengertian kepada adalah khalayak
ramai.
Seperti
kecantikan
motif-motif
yang (umumnya bunga) di atas aneka produk
dikemukan oleh Feldman (terjemahan kain. Kehalusan hasil sulaman dan Gustami, 1991: 61-62), menjelaskan, perpaduan warna bagaikan lukisan yang bahwa pada seni tradisional, material dibuat dengan benang. Motif –motif dibentuk supaya mereka dapat meniru tersebut
Rosma
sebagai
atau hiasan pada produk bordirnya mulai
penampilan-penampilan
gagasan-gagasan dari kebaya, selendang, alas meja,
mengekspresikan
mukenah, tatakan gelas, dan tas.
tentang kehidupan. Hj.
dijadikan
Rosma
lebih
banyak
Fungsi
personal
dari
setiap
memproduksi sebuah karya seni dan karya atau produk yang dihasilkan Hj. cendrung memakai nilai-nilai estetika Rosma dapat dilihat dari motif yang yang
mengarah
kepada
fungsi dihasilkannya. Dimana Rosma selalu
dekoratif, baik dari segi motif yang menampilkan
motif
bunga
yang
digunakan hanya sebagai hiasan saja mengagumkan seperti bunga melati dan pada bidang kain yang dibordir. Hj. bunga mawar pada setiap produk yang Rosma
sebagai
perajin
sekaligus dihasilkannya. Motif tersebut dibuat
pengusaha kerajinan bordir sebagai dengan bentuk yang indah dan dibordir pribadi, dalam memenuhi kebutuhan dengan bordiran yang rapi dan dengan estetisnya
berusaha
menciptakan pemakaian benang yang bermacam-
produk dan motif bordir yang seindah macam dengan teknik suji cair dan mungkin,
menyenangkan,
sekaligus terawang atau bordir kerancangnya.
bermanfaat baik bagi dirinya sendiri
106
Ranelis, Seni Kerajinan Bordir Hj. Rosma: Fungsi Personal dan Fisik
Keunikan dan keindahan bagi
Karya Hj. Rosma yang bersifat
Hj. Rosma, berbagai bentuk bunga personal itu, meskipun sebagian dari yang sejak kecil sering diamati itu, produk yang dihasilkan mengandung telah menimbulkan ketertarikan dan nilai-nilai spiritual seperti mukenah, membuat
dirinya
merasa
kagum. jilbab
bukanlah
tergolong
seni
Mungkin dari situlah timbul pada keagamaan, tetapi hanya sebagai seni dirinya
pengalaman
pribadi
yang yang
berdimensi
bersifat estetik, sebuah pengalaman fungsi
spiritual
dengan
komunikatif,
yaitu
personal bersifat intuitif yang timbul mengungkapkan dan menyampaikan dari perjumpaan manusia dengan alam, nilai-nilai
spriritual
yang
diyakini
yang hanya berlangsung sesaat dan sangat bermanfaat bagi dirinya dan selalu ingin dikenang. (Hartoko, 1991: orang lain. 14). Kiranya Hj. Rosma menciptakan
Bahan dan teknik bagi Rosma
karya tersebut karena didorong oleh seakan keinginan
untuk
memiliki
makna
tersendiri
mengabadikan untuk membantu mengekspresikan ide-
pengalaman pribadi tentang keindahan idenya yang bersifat individu secara yang dirasakan ketika menyaksikan konkret. beragam
bentuk
Hal
itu
sejalan
dengan
tumbuh-tumbuhan pendapat Feldman (1967: 6), bahwa
yang terdapat di alam yaitu bermacam- bahan dan teknik seni menjadi media macam bentuk bunga. Bentuk motif ekspresi seorang seniman; bahan dan bunga yang dia tampilkan akan dia teknik memiliki makna sejak digunakan ganti terus dengan posisi dan ukuran untuk membantu memberikan wujud yang berbeda pula. Kadangkala motif yang objektif. Menurutnya, tanpa bahan bunga
tersebut
kadangkala
dibuat
motif
kecil
tersebut
dan dan
teknik
dibuat kemungkinan
yang
spesifik,
seorang
kecil
seniman
dengan ukuran yang besar. Dengan mendapatkan ekspresi objektif dari demikian,
secara
personal
karya situasi tertentu tentang perasaan dan
tersebut berfungsi untuk mengabadikan kesadarannya. pengalaman keindahan yang pernah dirasakan dan selalu ingin dikenang.
2. Fungsi Fisik
107
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
Seni kerajinan bordir Hj. Rosma praktis, namun hal itu tidak berarti adalah kelompok benda pakai atau karya seni kerajinan tidak memiliki benda
fungsional
yang
digunakan nilai estetis, simbol, dan spritual. Nilai-
dalam kehidupan sehari-hari, umumnya nilai tersebut seringkali sudah luluh di berupa wadah dan alat. Lebih jauh dalamnya, bahkan berada di atas fungsi ditegaskan bahwa fungsi fisik seni yang fisiknya (Gustami, 2000: 267) dimaksud adalah suatu ciptaan objek-
Fungsi
fisik
produk
seni
objek yang dapat berfungsi sebagai kerajinan umumnya ditentukan oleh wadah
dan
Feldman
alat
(Edmund
terjemahan
Burke nilai
kepraktisannya.
Selain
seni
Gustami, kerajinan dapat memenuhi kebutuhan
1991:127). Wadah dan alat perlu manusia yang bersifat spiritual, juga dibentuk khusus
dan yang
dikonstruksi disesuaikan
secara bisa berupa peralatan perlengkapan dengan kehidupan
persyaratan-persyaratan
dan
yang digunakan
peralatan
yang
sarana
untuk
sebagai
dikehendaki. Produk seni kerajinan memproduksi
berbagai
kebutuhan
dipergunakan sekaligus juga dilihat, hidup. Setiap hasil karya dan keahlian sehingga perlu didesain sebaik-baiknya seni
merupakan
perpaduan
antara
sehingga dapat berfungsi secara efisien. sistem alamiah, sebagai esensi yang Fungsi fisik itu, dihubungkan dengan mendasari saling ketergantungan dari penggunaan benda-benda yang efektif ketiga fungsi seni tersebut. sesuai dengan kriteria kegunaan dan
Produk bordir yang dihasilkan
efisiensi, baik penampilan maupun Hj.
Rosma
tuntutannya (permintaannya) (Feldman produk terjemahan Gustami, 1991: 128). Fungsi
fisik
produk
termasuk
fungsional
dalam
jenis
praktis
atau
memiliki fungsi fisik. menurut Solichin seni Gunawan
(1986:
74)
desain
kerajinan, di samping segi estetik dan mempertimbangkan faktor kegunaan, nilai simbol, nilai kepraktisan karya fungsi, yang
dihasilkan
juga
produksi,
sangat keuntungan, dan nilai rupa atau nilai
menentukan tingkat keberhasilan karya estetis
dari
tersebut. Seperti pada umumnya produk Barang-barang seni
kerajinan
memiliki
pemasaran,
benda yang
pakai
tersebut.
dihasilkan
Hj
kegunaan Rosma hampir semuanya memenuhi
108
Ranelis, Seni Kerajinan Bordir Hj. Rosma: Fungsi Personal dan Fisik
persyaratan dalam mendesain motif dan sehari-hari seperti mukenah, selendang, produk yang dihasilkan. Lebih jauh, jilbab, tatakan gelas, tempat tisu, tas Feldman juga menjelaskan bahwa, dan jenis produk lainnya. fungsi
fisik
seni
atau
desain
dihubungkan dengan penggunaan objek Lembaga Budaya Pendukung Seni Kerajinan Bordir Hj. Rosma (benda) yang efektif sesuai dengan Seni kerajinan bordir sebagai kriteria kegunaan dan efesiensi, baik tuntutannya seni tradisional dan warisan masa lalu sesuatu yang perlu Feldman (Terjemahan Gustami, 1991: merupakan dipertahankan oleh masyarakat 128). pendukungnya. Belajar kesenian bagi Berdasarkan fungsi fisiknya, masyarakat Minangkabau merupakan seni kerajinan bordir Hj. Rosma suatu media pencerahan untuk tumbuh atas dorongan naluri manusia menyalurkan perasaan hatinya, melalui untuk memiliki alat dan perlengkapan perkataan, perbuatan, di samping yang diperlukan dalam melangsungkan keharusan untuk menguasai adat. kehidupan. Fungsi fisik seni kerajinan Kreativitas masyarakat Minangkabau bordir sebagai produk yang mempunyai dalam berkesenian sangat bervariasi, nilai guna, dapat dilihat pada setiap salah satunya adalah kreativitas di upacara adat yang dilaksanakan oleh dalam membuat seni kerajinan bordir di masyarakat Minangkabau pada daerah IV Angkek Canduang. umumnya. Jenis produk bordiran yang Kelangsungan sentra seni dihasikan Hj. Rosma merupakan salah kerajinan bordir Hj. Rosma tidak satu perlengkapan adat yang selalu terlepas dari peran dan dukungan dari digunakan pada setiap upacara adat, masyarakat Panampuang sebagai terutama sekali dalam adat perkawinan masyarakat pendukung seni kerajinan dan acara keramaian lainnya. Produk bordir dan berbagai pihak atau bordir itu antara lain selendang, jilbab, lembaga. menurut Koentjaraningrat baju kurung, baju kebaya dan lain dalam Kebudayaan Mentalitas dan sebagainya. Selain itu produk bordir Pembangunan, lembaga atau institusi yang dihasikan Rosma juga berfungsi memiliki dua pengertian. Pertama, untuk pemenuhan kebutuhan hidup penampilan
maupun
109
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
lembaga
dalam
arti
organisasi
yang
mengatur
kehidupan
badan
berfungsi
atau sehingga seni kerajinan bordir tetap untuk tumbuh dan bertahan hingga menjadi
masyarakat. pekerjaan
pokok
untuk
menopang
Kedua, lembaga dalam arti pranata kehidupan para perajin. Beberapa pihak (2004: 14). Lembaga atau institusion, yang
berperan
merupakan sistem bentuk hubungan beberapa
dan
dukungan
memberikan terhadap
seni
kesatuan masyarakat yang diatur oleh kerajinan bordir Hj. Rosma antara lain: suatu budaya tertentu. Suatu lembaga harus
melalui
prosedur
1. Masyarakat
yang
Masyarakat adalah orang yang
menyebabkan tindakan atau perbuatan berperan sebagai pendukung terhadap masyarakat dibatasi oleh pola tertentu, pertumbuhan dan perkembangan seni dan diarahkan bergerak melalui jalan kerajinan bordir Hj. Rosma. Hal ini yang dianggap sesuai dengan keinginan ditandai dengan banyaknya masyarakat lembaga tersebut (Williams, 1981: 45).
kecamatan
IV
Perkembangan seni kerajinan terutama
Angkek
Canduang
masyarakat
daerah
bordir dewasa ini, tidak lepas dari Panampuang yang ikut menjadi perajin dukungan beberapa lembaga terkait bordir Hj. Rosma antara
lain
lembaga
lembaga
swasta,
pemerintah,
serta
2. Lembaga Pemerintah
lembaga
pendidikan menengah dan tinggi, yang satu
Pemerintah lembaga
ikut berperan dalam mengembangkan terhadap seni
kerajinan bordir Hj.
Dukungan
yang
diberikan
merupakan pendukung
salah utama
keberadaan
dan
Rosma. perkembangan seni kerajinan bordir Hj. oleh Rosma. Lembaga pemerintah sebagai
lembaga-lembaga tersebut bisa berupa bentuk lembaga yang teroganisir secara bantuan material atau pinjaman modal, resmi, bisa
juga
berupa
mempunyai
nonmaterial. signifikan
baik
peranan
sebagai
yang
fasilitator
Dukungan dari berbagai masyarakat maupun pelindung bagi keberadaan dan dan lembaga terhadap keberadaan dan kelangsungan usaha seni kerajinan kelangsungan seni kerajinan bordir bordir Hj. Rosma. telah memberi kekuatan bagi perajin
Salah
satu
dukungan
dan
bordir dalam melakukan aktivitasnya, perhatian pemerintah terhadap usaha
110
Ranelis, Seni Kerajinan Bordir Hj. Rosma: Fungsi Personal dan Fisik
seni kerajinan bordir Hj. Rosma adalah perkembangan seni kerajinan bordir Hj. bantuan pinjaman modal dari Bank BRI Rosma.
Lembaga
pendidikan
dan BNI. Bantuan mesin jahit dari menengah dan tinggi, yang secara tidak pemerintah serta selalu diikutsertakan langsung mendukung seni kerajinan Hj. pada setiap kegiatan pemerintah, seperti Rosma
adalah
Sekolah
Menengah
melakukan pameran tetap perdagangan, Industri Kerajinan (SMIK)/ Sekolah penataran
manajemen,
peningkatan
desain
dilakukan
produk,
oleh
Perindustrian
latihan Menengah Kejuruan (SMK 8 Padang) yang jurusan tekstil, SMIK Ampek Angkek
Departemen Canduang, ISI Padangpanjang jurusan
dan
Departemen seni Kriya dan Universitas Negeri
Perdagangan di Sumatra Barat.
Padang (UNP) jurusan seni rupa.
Kegiatan yang dilakukan oleh Kegiatan yang dilakukan itu bertujuan Departemen Perdagangan kegiatan
Perindustrian di
atas
positif
terhadap
dan untuk menunjang kelangsungan dan
merupakan perkembangan seni kerajinan Bordir
yang
berpengaruh Hj.
kelangsungan
Rosma,
dan penelitian
perkembangan seni kerajinan bordir Hj. Lembaga Rosma.
Kegiatan
yang
antara yang
lain
kegiatan
dilakukan
Pendidikan
Tinggi
oleh yang
dilakukan umumnya dilakukan oleh mahasiswa
pemerintah ini bertujuan sebagai tempat dan dosen, praktek lapangan (PL), dan mempromosikan produk, meningkatkan observasi
lapangan.
Selain
itu
di
kemampuan, mutu produk, dan sumber jurusan seni kriya ISI Padangpanjang, daya
manusia
yang
terlatih
serta dan SMK 8 Padang dan SMIK Ampek
terampil dalam menjalankan usaha seni Angkek Canduang dalam kurikulumnya kerajinan bordir yang secara tidak menjadikan
seni
kerajinan
bordir
langsung akan berpengaruh terhadap sebagai salah satu mata pelajaran pokok kesejahteraan perajin.
khususnya pada pilihan minat kriya
3. Lembaga Pendidikan Menengah tekstil. dan Pendidikan Tinggi
Dijadikannya
seni
kerajinan
Lembaga pendidikan menengah bordir sebagai mata pelajaran pokok dan pendidikan tinggi juga memberikan pada jurusan tekstil diharapkan, akan pengaruh terhadap kelangsungan dan lahir seorang kriyawan yang memiliki
111
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
keterampilan
teknik
dan
wawasan seni kerajinan bordir bagi sekelompok
dalam bidang seni kerajinan bordir masyarakat di lingkungan pedesaan. yang luas. Dengan adanya kegiatan Seni kerajinan bordir bukan hanya positif yang dilakukan oleh pendidikan sebagai ekspresi pribadi, tetapi dapat menengah dan pendidikan tinggi seni, dipandang
sebagai
usaha
yang
merupakan salah satu usaha untuk dilakukan oleh para perajin, untuk melestarikan dan mempromosikan seni pemenuhan kebutuhan hidup seharikerajinan bodir sebagai produk budaya hari. Tindakan tersebut tercermin dari tradisional masyarakat Sumatera Barat aktivitas yang dilakukan Hj. Rosma di tengah kehidupan modern.
dalam memproduksi bermacam-macam
4. Lembaga swasta Lembaga berperan
bagi
produk bordir.
swasta
juga
ikut
pertumbuhan
Kerajinan bordir Hj. Rosma
dan berawal dari kesulitan perekonomian
perkembangan seni kerajinan bordir Hj. keluargannya yang tidak mencukupi. Rosma. Seperti yang dikemukan oleh Dengan bekal dan keahlian menyulam Datuak mangiang anak dari Rosma yang dia miliki akhirnya usaha ini bahwa banyaknya travel biro yang berkembang sampai saat ini. Kerajinan datang berkunjung ketempatnya dengan bordir yang dihasilkan Rosma yang membawa orang-orang dari malaysia, pada awalnya hanya disulam sekarang thailand dan Singapura. Travel biro dapat dibordir dengan menggunakan yang pertama kali merintis kunjungan mesin
walaupun
mesinnya
masih
ketempat Rosma adalah P.T Tunas manual. Produk bordir yang dihasilkan Padang, Eka Sukma Tour, Shaan Rosma pada awalnya hanya berupa Holiday.
taplak
meja
sekarang
sudah
dikembangkan menjadi produk fasion. Produk bordiran yang dihasilkan Hj.
PENUTUP
Berdasarkan uraian pada seluruh Rosma dibuat dalam berbagai bentuk pembahasan yang telah diuraikan di produk sesuai dengan kebutuhan hidup depan,
maka
kesimpulan
dapatlah
bahwa
ditarik masa kini. Produk sulaman dibuat
penelitian
ini untuk
memenuhi
kebutuhan
hidup
mencoba untuk menunjukkan peran sehari-hari antara lain seperti mukenah,
112
Ranelis, Seni Kerajinan Bordir Hj. Rosma: Fungsi Personal dan Fisik
baju kurung, kebaya, jilbab, selendang, yang muda ke warna yang lebih tua, sarung bantal kursi, tas, tatanan gelas dengan dua tingkatan warna. dan lain sebagainya. Seni kerajinan bordir
terus
di
butuhkan
Proses produksi yang dilakukan
oleh oleh parajin Hj. Rosma masih memakai
masyarakat, baik sebagai barang-barang sistem tradisional yaitu menggunakan praktis maupun sebagai kelengkapan mesin yang masih digerakan dengan upacara adat, sehingga seni kerajinan kaki tidak dengan dinamo atau listrik. bordir akan selalu dibutuhkan di tengah Walaupun begitu tidak mengurangi masyarakat
Minangkabau
maupun nilai karya seni yang dihasilkan, baik
masyarakat luas. Bentuk motif pada dilihat dari segi bentuk, gaya, struktur, bordiran Hj. Rosma berorientasi dari maupun fungsi karya tersebut dalam bentuk-bentuk yang ada di alam, seperti kehidupan masyarakat pendukungnya, dari bentuk flora seperti motif bunga justru itulah yang menjadi ciri khas dari mawar, bunga melati, kaluak paku, bordiran Hj. Rosma. pucuak rabuang dan lain sebagainya. Motif
bentuk
geometris
Kreatifitas perajin merupakan
seperti modal
untuk
memasuki
era
lingkaran, setengah lingkaran zig-zag perdagangan bebas, tanpa mengabaikan dan lain-lain. Seni
kualitas produk. Desain yang selalu Kerajinan
botrdir
Hj. mengikuti
trend
maupun
isu
Rosma memiliki ciri khas tersendiri, perkembangan untuk merebut peluang baik dari segi teknik menghias, yang pasar bebas, inovasi yang dilakukan terkenal dengan bordir suji caia dan Rosma dengan cara menambah variasi bordir
terawang,
motif
yang jenis produk dan motif lebih banyak.
ditampilkan pada kain bordirannya Produk yang mampu bersaing di pasar dijahit
dengan
Pemakaian
rapi
corak
dan
cantik. global adalah produk yang desainnya
benang
dalam memenuhi syarat desain yang baik.
membuat bordirannya memakai teknik Dengan demikian desain dan mutu gradasi warna yaitu, dimulai dari menjadi titik pokok dalam pembinaan warna benang yang tua ke warna yang agar produknya mampu bersaing di lebih muda atau sebaliknya dari warna pasar global. Untuk dapat bersaing di pasar
global
tidak
hanya
dapat
113
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
membuat produk banyak dengan harga murah,
melainkan
desertai
besar maka Rosma akan membuat
dengan motif bordir dengan ukuran besar.
desain yang sesuai dan dengan kualitas barang yang baik.
KEPUSTAKAAN
Djelantik, A. A. M. 2004. Estetika Sebuah Pengantar. Bandung: seni kerajinan bordir Hj. Rosma tidak Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. lepas dari adanya peran serta dari lembaga yang berkompeten di Eswendi. 2002. Desain Ragam Hias Sulaman Bordir. Program bidangnya, seperti Lembaga Semi-que. Proyek Manajemen Pendidikan Tinggi. Jakarta: Pendidikan Menengah, Pendidikan Dirjen Dikti Depdiknas. Tinggi, Lembaga Pemerintahan, dan Feldman, Edmud Burke. 1967. Seni Lembaga Swasta. Selain itu Sebagai Ujud dan Gagasan, diterjemahkan oleh Sp. Pertumbuhan dan perkembangan seni Gustami, (1991), judul asli kerajinan bordir, mampu bertahan dan “Art As Image and Idea�, Yogyakarta: Fakultas Seni bersaing dengan produk bordir daerah Rupa dan Disain Institut Seni lain tidak lepas dari faktor sosioIndonesia Yogyakarta. kultural masyarakat pendukungnya, Gie, The Liang. 2004. Filsafat Keindahan. Yogyakarta: Pusat seperti faktor sosial budaya, dan faktor Belajar Ilmu Berguna ekonomi, dan kegigihan Hj. Rosma (PUBIB). Tumbuh dan berkembangnya
sendiri untuk selalu membuat motif- Gustami SP. 2003. Metode Pendekatan dalam Kajian Seni Rupa, motif yang baru dan dengan dalam Bunga Rampai Kajian penempatan yang baru. Pembuatan Seni Rupa: Kenangan Purna Tugas Prof. Drs. Suwaji produk dan motif bordir Hj. Rosma Bastomi. Semarang: UPT tergantung pada selera pasar/ UNNES PRESS. permintaan dari konsumen. Jika mereka Hartoko, Dick. 1991. Manusia dan Seni, Yogyakarta: Penerbit menginginkan bentuk bunga yang Kanisius. dibuat kecil maka Rosma membuat Jumanta. 2005. Aneka pola Hias Tepi Untuk Sulam & Bordir: Flora, motif bordiran yang kecil pada produk Fauna, Dekoratif, dan bordirannya. Sebaliknya jika konsumen Geometris. Jakarta: Puspa Swara. meminta motif dibuat dalam ukuran
114
Ranelis, Seni Kerajinan Bordir Hj. Rosma: Fungsi Personal dan Fisik
Kartodirdjo, Sartono. 1982. Pemikiran Wachid, Abdul B.S., Nita Indrawati & dan Perkembangan Yusrizal K.W. 1997. Hj. Historiografi Indonesia, Rosma dan Nukilan Bordir Jakarta: PT. Gramedia. Sumatra Barat, Padang: Citra Budaya Indonesia. Koentjaraningrat. 2000. Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta: PT. Williams, Raymond. 1981. Culture, Rineka Cipta. Glasgow: Fontana Paperback. Nawawi, Hadari. 1983. Penelitian Zulhelman. 2001. “Konsep Alam Bidang Sosial, Yogyakarta: Takambang Jadi Guru dalam Gajah Mada University Press. Ragam Hias Minangkabau�, Tesis, Yogyakarta: Program Ramli, Muhammad. 1995. Pelatihan Pasca Sarjana UGM. Keterampilan Menyulam di sentra sulaman Hj. Rosma: Studi Tentang Proses Latihan Menyulam dan Ragam Hias NARA SUMBER yang Dilatihkan, Padang: FPBS IKIP. Hj. Rosma (85 th), Pemilik usaha Hj. Rosma, wawancara tanggal 4 Rohidi, Tjetjep Rohendi. 2000. September 2012, Ampek Kesenian dalam Pendekatan Angkek Canduang. Kebudayaan, Bandung: STSI Bandung Press. Suhersono, Hery. 2007. Desain Bordir Motif Flora dan Dekoratif, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Eddy R. Iskandar Dt. Mangiang (60 tahun) wakil dari Hj. Rosma, wawancara tanggal 7 Juni 2012, Ampek Angkek Canduang.
115
PRODUKSI DAN PENYIARAN PROGRAM SENI DAN BUDAYA DI GRABAG TV Maisaratun Najmi Prodi Televisi dan Film, Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang ira.najmi@ymail.com ABSTRAK Grabag TV merupakan salah satu televisi komunitas yang relatif masih baru, dan belum memiliki peralatan yang begitu lengkap, SDM serta dukungan dana yang masih terbatas tetapi sudah bisa melaksanakan produksi dan penyiaran meskipun belum secara kontinuitas setiap hari dilaksanakan. Penelitian ini bermaksud untuk mengungkap dan mengetahui bagaimana televisi komunitas di Grabag TV dalam penyelenggaraan siarannya terutama dalam program seni dan budaya. Dalam penyiaran program televisi bukanlah hal yang mudah, pada prosesnya memerlukan waktu yang relatif lama, peralatan yang kompleks, dana yang besar dan perlu dukungan profesi-profesi yang menguasai bidang penyiaran televisi. Untuk itu perlu diketahui bagaimana penyelenggaraan produksi dan penyiarannya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa televisi komunitas di Grabag TV dapat bertahan dan eksis karena dukungan yang penuh dari masyarakat komunitasnya. Disamping itu Grabag TV memiliki orang yang berpengaruh di dunia penyiaran televisi, sehingga dapat mempertahankan eksistensi dalam penyiarannya. Kata Kunci: Grabag TV, Televisi Komunitas, Produksi dan Penyiaran ABSTRACT Grabag TV is one of new community televisions which has no complete equipments, limited human resources and fund, but it can produce and broadcast although it is on a daily basis. The purpose of this research is to express and understand how The Grabag TV as a television community broadcasts its programs, specially those about the art and culture. It is not easy to produce and broadcast television programs, as there are many factors such as time of process, complexity of equpments, huge sum of money, and support from some people with expertise in television broadcast. Therefore, it is important to know how it implements production and broadcast. This research shows that community television in Grabag TV prevails due to support from their community. In addition, Grabag TV has some influential people who retain its existence in TV broadcast. 116
Maisaratun Najmi, Produksi dan Penyiaran Program Seni dan Budaya di GrabagTV
Keywords: Grabag broadcasting.
TV,
community
umumnya
TV
digunakan
Komunitas dalam
dua
konteks utama, yaitu: komunitas yang terbentuk
secara
geografis
atau
komunitas dengan batasan geografis tertentu, dan komunitas yang terbentuk atas dasar rasa identitas seperti minat, kepentingan dan/atau kepedulian suatu komunitas. Untuk melayani kebutuhan komunitas tertentu atas komunikasi dan
informasi
maka
dibentuklah
Lembaga Penyiaran Komunitas. Salah satu
alasan
terbentuknya
TV
Komunitas Grabag TV di desa Grabag Kecamatan
Grabag
adalah
karena
keadaan geografis daerahnya yang tidak bisa menerima siaran TV secara menyeluruh
atau
disebut
dengan
“blank spot area” sehingga munculah keinginan
beberapa
production
and
dimana daerah tersebut tidak bisa
PENDAHULUAN Penyiaran
television,
orang
untuk
mendirikan televisi komunitas yang diberi nama dengan Grabag TV. Pendirian Grabag TV di awali dengan kondisi geografis seperti yang dijelaskan di atas yaitu desa Grabag yang disebut dengan blank spot area,
menangkap
siaran-siaran
televisi
swasta nasional (Sudibyo, 2004:225). Hartanto sebagai salah satu pendiri Televisi ini juga menjelaskan bahwa jika
daerah-daerah
lain
dapat
menikmati paling sedikit 5 chanel siaran televisi nasional, maka warga Grabag cukup puas dengan menikmati siaran TVRI saja, kecuali bagi warga yang
berkecukupan
perangkat
bisa
parabola
membeli
sehingga
bisa
menerima seluruh siaran dari televisi swasta
nasional.
Melihat
kondisi
wilayah Grabag seperti ini, maka pendirian televisi komunitas memiliki kemungkinan
yang
luas
untuk
dikembangkan. Di samping itu Grabag TV juga dijadikan sebagai alat kontrol sosial
dan
literasi
media
bagi
masyarakat dari siaran televisi swasta nasional, terutama bagi masyarakat Grabag
yang
(wawancara
dgn
memiliki
parabola
Darwanto,
maret
2012). Dalam workshop “Masa Depan Televisi Komunitas di Indonesia” oleh Fakultas Film dan Televisi IKJ di 117
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
Jakarta
pada
bulan
Mei
2007,
komunitas
di
Grabag
untuk
menghasilkan beberapa point penting
menyuguhkan tayangan alternatif bagi
diantaranya;
pemirsanya.
Televisi
komunitas
diharapkan menyuarakan kepentingan
Grabag TV dalam siarannya
dan kebutuhan warga dalam geografis
membagi
tersebut, baik televisi berbasis warga,
pertanian dan kewirausahaan, bidang
maupun
pendidikan dan bidang seni budaya.
televisi
sekolah/kampus.
Karenanya televisi komunitas tidak studio
tetapi
based,
sehingga
program
siaran
komunitas
tidak
harus
memenuhi
broadcasting�
field
terhambat
bidang
bidang
yaitu
bidang
program
yang
based
diselenggarakan relatif berjalan dengan
televisi
lancar serta cukup dapat respon dari
karena
masyarakat Grabag, meskipun dengan
“standard
sebagaimana
Semua
3
kesederhanaan menajemen yang ada. Dengan
stasiun
kesederhanaan
televisi swasta. Dengan menggunakan
manajemen dan lancarnya produksi
ruang publik sebagai studio siaran bagi
dan
televisi komunitas, ia justru sedang
budaya khususnya, Grabag TV layak
memenuhi keragaman isi (diversity of
dijadikan sebagai obyek penelitian
content) berdasar realitas kehidupan
karena itulah penulis tertarik untuk
komunitasnya.
melakukan penelitian di Grabag TV
penyiaran
program
seni
dan
Grabag TV dalam produksi
khususnya pada produksi program seni
acara telah menjalankan hal di atas
dan budaya. Maka dirasa penting untuk
seperti, tidak adanya kualifikasi dan
mengetahui
persyaratan
proses
penyelenggaraan program seni dan
seperti
budaya di Grabag TV menyangkut
televisi
segala aspeknya. Objek tersebut layak
swasta, tidak perlu persyaratan camera
untuk diteliti dan kemudian hasilnya
produksi layaknya
khusus siaran yang
dalam televisi
terjadi
bersuara
dapat dipergunakan sebagai referensi
menarik. Tayangan televisi komunitas
para penyelenggara TV komunitas dan
terlihat sangat natural, apa adanya.
juga masyarakat komunitasnya, serta
Keterbatasan
siapa pun yang memerlukan.
face,
berpenampilan
di
dan
bagaimana
peralatan
tidak
menyurutkan para penggiat televisi
118
Maisaratun Najmi, Produksi dan Penyiaran Program Seni dan Budaya di GrabagTV
Program
seni
budaya
dengan keadaan seperti di atas. Di
merupakan salah satu program yang
samping itu program seni dan budaya
diproduksi dan disiarkan oleh Grabag.
merupakan
Dalam
sangat penting untuk disiarkan, agar
produksi
dan
(penyelenggaraan) televisi
dan
penyiaran
program acara
biasanya
sebuah
dapat
program
melestarikan
yang
dan
sangat
menguras
mengembangkan nilai-nilai seni dan
pikiran,
dengan
budaya lokal yang masih ada, dan juga
broadcast
dengan adanya program ini dapat
yang mahal, melibatkan banyak kru
membatasi masyarakat dari pengaruh
produksi
arus budaya global yang tidak sesuai
materi
dan
menggunakan
peralatan
yang
profesional
dibidangnya. Banyak tuntutan yang harus
dijalankan
dengan kultur masyarakat Grabag.
dalam
Dalam program acara televisi,
acara
setiap program punya sasaran yang
televisi tersebut, bukanlah hal yang
jelas dan tujuan yang akan dicapai.
mudah
penyelenggaraannya,
Menurut P.C.S. Sutisno, ada lima
untuk itu dibutuhkan keseriusan dan
parameter yang harus diperhitungkan
ketelatenan bagi setiap orang yang
dalam penyusunan program siaran
terlibat didalamnya. Akan tetapi tidak
televisi, yaitu 1) Landasan filosofi
demikian yang dijalani oleh televisi
yang mendasari tujuan semua program;
komunitas, sebagai televisi komunitas
2)
yang
peralatan
sebagai pola umum tujuan program; 3)
produksi, mengapa bisa terselenggara
Siaran program; 4) Pola produksi yang
penyiaran tersebut, bagaimana dengan
menyangkut garis besar isi program; 5)
respon
karakter
penyelenggaraan
dalam
minim
program
biaya
dan
masyarakat
komunitasnya
terhadap program yang disiarkan. Hal ini semua perlu untuk di ketahui
bagaimana
dengan
Strategi
penyusunan
institusi
dan
program
manajemen
sumber program untuk mencapai usaha yang optimal. Di samping itu juga, dijelaskan
suasana
program
di
penyelenggaraan program acara yang
pengaruhi oleh komposisi usia, jenis
disiarkan oleh Grabag TV khususnya
kelamin, profesi, tingkat pendidikan,
dalam bidang seni budaya, hingga
dan persepsi. Siklus waktu secara
dapat
vertikal
bertahan
sampai
sekarang
dan
horizontal
juga
119
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
mempengaruhi,
hubungan
produksi yang bernilai atau berbobot
program
hanya dapat diciptakan oleh seorang
berikutnya dalam sequence yang diatur
produser yang memiliki visi. Akan
secara
dan
tetapi, masalahnya terletak pada visi itu
akhir
tumbuh dari suatu acuan mendalam
seluruh program dalam satu hari.
yang bermuara pada orientasi, ideologi,
Siklus
religi dan pemikiran-pemikiran kritis
dari
satu
misalnya
program
ke
konsisten
berkesinambungan
sampai
waktu
horizontal
memperhitungkan pola acara dari satu
atas
hari ke hari berikutnya, (Sutisno, 1991:
menampilkan materi produksi. Maka,
9-11).
visi itu sekedar mengikuti arus yang Teknik
Produksi
Program
menjelaskan
yang
dipakai
untuk
sedang mengalir.
Televisi yang ditulis Fred Wibowo (2007:24),
sarana
Dalam
setiap
penyusunan
bahwa
program diperlukan strategi, supaya
produksi
program dapat mengena ke khalayak
program televisi, seorang produser
atau audiens-nya. Penyusunan program
profesional akan dihadapkan pada lima
disesuaikan dengan kebutuhan maupun
hal
memerlukan
keinginan dari khalayak serta stasiun
pemikiran mendalam, yaitu materi
televisi dapat dikenal oleh khalayak
produksi, sarana produksi (equipment),
juga.
biaya produksi (financial), organisasi
program
pelaksana
perencanaan program suatu stasiun
merencanakan
sekaligus
sebuah
yang
produksi
dan
tahapan
Implementasi
dari
adalah
strategi
bagaimana
pelaksanaan produksi. Berpikir tentang
televisi,
produksi program televisi bagi seorang
program dan penentuan jam tayang
produser mengandung makna bahwa
program. Selain itu pula bagaimana
mengembangkan gagasan bagaimana
pengemasan program yang dimiliki
materi produksi itu, selain menghibur,
oleh stasiun televisi agar dapat menarik
dapat
audiens dan menjadi loyalitas audiens-
menjadi
suatu
sajian
yang
bernilai dan memiliki makna. Apa yang di sebut nilai itu akan tampil
yang
meliputi
pemilihan
nya. Melalui strategi program yang
apabila sebuah produksi acara bertolak
dimiliki,
dari suatu visi. Dengan kata lain,
menguatkan identitas stasiun televisi
bagaimana
hingga
dapat
120
Maisaratun Najmi, Produksi dan Penyiaran Program Seni dan Budaya di GrabagTV
terhadap
audiens
sebagai
stasiun
televisi lokal, yang juga berpengaruh
1. Program Informasi: berita-berita seputar kesenian Program berita seputar kesenian
terhadap kebijakan program stasiun. Berpikir tentang produksi program televisi
bagi
seorang
produser
profesional, berarti mengembangkan gagasan bagaimana materi produksi itu, selain menghibur, dapat menjadi suatu sajian yang bernilai dan memiliki makna. Apa yang disebut nilai itu akan tampil apabila sebuah produksi acara bertolak dari suatu visi (Wibowo,
ini berisi tentang berita-berita yang baru berkembang tentang kesenian, adat istiadat, dan budaya yang ada di sekitar daerah Grabag pada saat itu. Misalnya dalam menyambut bulan suci Ramadhan, banyak sekali kegiatan dan ritual yang dilakukan, seperti acara nyadran. Nyadran yaitu ziarah ke makam
bersama
keluarga
dan
masyarakat desa dengan membawa
2007:23).
makanan dengan
PEMBAHASAN Jenis Program Seni dan Budaya di Grabag TV. Grabag
TV
memformat
khas
sambil
masyarakat
silaturahmi
desa
menyambut bulan puasa. Kemudian melaksanakan pengajian dan malam kesenian
yang
mendatangkan
program acara menjadi tiga bidang
kelompok-kelompok
seperti
qasidahan, rabana dan lain-lain.
yang
sudah
dijelaskan
dalam
seni
seperti
sebelumnya, diantaranya adalah bidang
Kegiatan kesenian dan budaya
Kesenian. Adapun bidang kesenian ini
ini biasanya terjadi berdasarkan even
juga disusun dari beberapa jenis materi
yang diadakan masyarakat Grabag
atau
diantaranya:
pada waktu-waktu tertentu. Pada bulan
informasi seputar kesenian, wawasan
Agustus misalnya, banyak dilakukan
dan dialog kesenian, pagelaran seni
kegiatan
tradisi, pertunjukan music dan video
kemerdekaan,
klip, instruksional berbagai cabang
setempat mengadakan berbagai macam
kesenian, dan cerita/fiksi berupa film
acara. Dari perlombaan untuk anak-
pendek, film seri.
anak, ibu-ibu rumah tangga, remaja
program
acara
dalam
menyambut
sehingga
hari
masyarakat
121
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
dan sebagainya, disamping itu juga diadakan acara musik.
2. Program wawasan dan dialog kesenian Program wawasan dan dialog
Semua contoh kegiatan seni dan budaya yang dijelaskan di atas merupakan
materi
dalam
program
informasi seputar kesenian dan budaya bagi stasiun Grabag TV. Sehingga dengan adanya dokumentasi kegiatan tersebut yang dikemas kedalam bentuk program acara televisi di Grabag TV, dapat
memberikan
hiburan
bagi
masyarakat komunitasnya pada malam hari.
Dimana
berlangsung
pada
mereka
saat
acara
tidak
dapat
menyaksikan secara langsung karena kesibukan mereka disaat itu. Dengan adanya program ini di Grabag TV maka mereka dapat menyaksikannya. Berikut ini adalah salah satu foto kegiatan kesenian yang diliput oleh Grabag TV.
kesenian adalah memberikan wawasan dan informasi tentang kesenian dan kebudayaan.
Biasanya
dilakukan
setelah pagelaran kesenian tradisi atau kegiatan
kesenian
lainnya.
Pihak
Grabag TV melakukan wawancara dan dialog seputar kesenian dan budaya yang ditampilkan ditempat kejadian. Biasanya
produksi
program
ini
dilakukan aut door atau ditempat pementasan diadakan. kedalam
pertunjukan Program
bentuk
menghadirkan
tersebut
ini
talk
disajikan
show
tokoh-tokoh
yang atau
seniman Grabag dan membahas tema yang hangat pada saat itu. Dengan tujuan memberikan wawasan yang luas tentang
seni
budaya
masyarakat
Grabag. 3. Pagelaran Seni Tradisi Program pagelaran seni tradisi di Grabag TV biasanya diproduksi mengikuti even/kegiatan masyarakat Grabag.
Jika
masyarakat
Grabag
mengadakan pagelaran seni, maka pada Gambar.1 Grabag TV berpartisipasi dalam Karnaval menyambut Peringatan HUT RI ke 62 (Sumber: Dok Grabag TV)
waktu itulah kesempatan bagi Grabag TV
untuk
kegiatan
mendokumentasikan
tersebut
dan
menyiarkan
122
Maisaratun Najmi, Produksi dan Penyiaran Program Seni dan Budaya di GrabagTV
kepada masyarakat komunitas yang
Program pertunjukan musik ini
tidak sempat menyaksikan pagelaran
Grabag TV menayangkan berbagai
tersebut diwaktu lain misalnya pada
macam jenis musik seperti musik-
malam hari menemani masyarakat
musik campur sari, lagu-lagu lawas
komunitasnya
atau
beristirahat.
Jika
lagu-lagu
kenangan
dan
masyarakat Grabag sudah lama tidak
sebagainya, bahkan mereka berinisiatif
mengelar seni tradisi, maka pihak
untuk menciptakan lagu-lagu baru. Di
Grabag
samping
TV
berinisiatif
untuk
itu
Grabag
TV
juga
mengundang salah satu kelompok seni
menayangkan video klip yang mereka
untuk mengadakan pertunjukannya ke
produksi sendiri. Bahkan video klip
desa Grabag. Seperti yang dilakukan
yang mereka tayangkan adalah lagu-
Grabag TV pada akhir bulan April
lagu yang diciptakan oleh masyarakat
2012, mengundang kelompok kesenian
komunitas Grabag itu sendiri.
tradisional Soreng “Satrio Utomo� (Hartanto, April 2012). Dengan tujuan untuk
menghibur
masyarakat
komunitas Grabag disamping itu juga dapat
melestarikan
kesenian
daerahnya. Pagelaran seni tradisi yang
Masyarakat komunitas Grabag juga dibina oleh pengurus dari Grabag TV sesuai dengan bidang yang mereka minati, seperti yang bakat dalam menciptakan lagu, menjadi penyanyi, presenter atau pembawa acara dan sebagainya.
Grabag
TV
bersedia
pernah di produksi oleh Grabag TV
menjadi
adalah kesenian Soreng, Kubrosiswo,
terpendam
Kuda Lumping, dan Topeng Ireng
menciptakan sebuah program TV dan
seperti yang sudah dijelaskan di atas.
disiarkan
Dan mereka memberi judul program
kembali. Hal ini membuat mereka
acara tersebut sesuai dengan kesenian
senang dan berbangga, karena dapat di
yang dipentaskan dan kelompok seni
nikmatinya. Sesuai dengan semboyan
yang tampil.
televisi komunitas: “dari masyarakat
4. Pertunjukan Musik
oleh
penyalur
bakat-bakat
tersebut
kepada
masyarakat
dengan
masyarakatnya
dan
untuk
masyarakat�.
123
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
Berikut ini adalah foto kegiatan
Dari
program-program
yang
di bidang seni pertunjukan musik yang
sudah ditayangkan oleh Grabag TV
dilakukan Grabag TV:
khususnya di bidang seni dan budaya, dapat dilihat bahwa keinginan dan kesungguhan
Grabag
TV
dalam
melestarikan dan mengembangan seni dan
budaya
masyarakat
Grabag.
Walaupun belum semua bidang seni dan budaya yang ada di daerah Grabag Gambar 2. Para pemenang Golav (Grabag Olah Vokal), atau sering disebut Grabag Idol, bersama Camat Grabag. Disiarkan langsung oleh Grabag TV pada tahun 2007. (Sumber: Dok. Grabag TV)
terakomodir dengan lengkap. Maka dari
program
acara
yang
sudah
diuraikan di atas dapat dilihat Grabag TV telah melakukan visi dan misi yang
5. Program Fiksi dan Dokumenter Selain untuk penyiaran, Grabag
mereka buat. Tujuan utama dari penyiaran
TV juga melakukan dokumentasi video
program-program
dari karya-karya seni yang dimiliki
dilakukan oleh Grabag TV seperti yang
oleh daerah Grabag dan sekitarnya.
sudah dijabarkan diatas secara umum
Diantaranya kesenian Soreng, kesenian
adalah untuk melestarikan seni dan
Topeng
Ireng,
kesenian
yang
lomba
tari
Latar
budaya yang ada di Magelang pada
Magelang
dan
yang
umumnya dan Kec. Grabag pada
lainnya. Di samping itu crew Grabag
khususnya. Disamping itu juga untuk
TV juga sudah membuat dokumenter
mengembangkan
tentang pemandian air panas Candi
masyarakat komunitasnya di bidang
Umbul yang terdapat di kecamatan
kesenian.
sekabupaten
kreativitas
Grabag. Dokumentasi ini nantinya akan menjadi sebuah karya yang tidak ternilai harganya karena merupakan rekaman video yang bisa dijadikan perpustakaan
audio-visual
kesenian
Penyelenggaraan Program. Penyelenggaraan
atau
biasa
disebut juga dengan produksi dan penyiaran program di stasiun televisi
tradisi. 124
Maisaratun Najmi, Produksi dan Penyiaran Program Seni dan Budaya di GrabagTV
komunitas Grabag TV, dari format atau
produksi
jenis acaranya bersifat umum tidak
audiencenya sudah jelas apakah untuk
segmented. Sesuai dengan karakteristik
anak-anak muda, ibu-ibu, anak-anak
dan kebutuhan masyarakat Grabag.
dan
Dalam
program
mengetahui siapa targer yang akan
dalam setiap stasiun televisi tidak
dituju tentunya sudah diketahui seperti
mutlak sama seperti yang dilakukan
apa karakteristik dan kesenangan dari
Grabag
Mereka
target yang dituju. Agar program yang
membagi format kedalam 3 bidang,
dibuat tepat sasaran, bermanfaat dan
begitu juga dengan stasiun televisi
tidak sia-sia.
menyusun
TV
format
misalnya.
ini
untuk
sebagainya.
siapa,
Jika
kita
target
sudah
swasta dan TVRI mereka memiliki format yang berbeda dan sesuai dengan
Metode Produksi Program
kebutuhan masing-masing stasiun.
Dalam produksi acara televisi
Jenis atau format acara televisi
biasanya ditentukan terlebih dahulu
menurut Naratama (2004:63) adalah
metode
“sebuah perencanaan dasar dari suatu
pelaksanaan
konsep
akan
dijalankan. Metode produksi disusun
dan
dan ditentukan berdasarkan kebutuhan
desain produksi yang akan terbagi
dan tergantung pada naskah yang telah
dalam berbagai kriteria utama yang
dianalisis oleh seorang pengarah acara
disesuaikan dengan tujuan dan target
dan berkonsultasi dengan produse.
pemirsa acara tersebut�.
Adapun
acara
menjadi
televisi
landasan
kreativitas
Dari
pendapat
dijabarkan
bahwa
mengetahui
diatas
atau
produksi
karakter
penentuan yang
produksi
akan
dibagi
dapat
menjadi 3: (Darwanto, 1994:235),
pentingnya
yakni: (a) Produksi di dalam dan di
sebelum
luar studio, jenis produksi ini hasilnya
menciptakan acara tersebut. Dalam
dapat disiarkan secara langsung atau
menciptakan sebuah program acara
direkam
televisi, maka kita harus mengenal
penyelesaiannya dapat melakukan post
terlebih dahulu “makhluk� yang akan
production atau langsung pada saat
diciptakan.
produksi post production nya; (b)
mengetahui
format
yang
produksi
Terlebih acara
acara
dahulu yang
harus
akan
di
terlebih
dahulu.
Dan
Produksi gabungan, artinya sebagian
125
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
produksi di dalam (studio), dan diberi
keterbatasan waktu dan biaya dalam
insert yang bahannya diproduksi di luar
produksi dan siaran. Tidak menutup
studio; dan (c) Produksi rekaman, yang
kemungkinan bagi Grabag TV untuk
mana pelaksanaanya dapat dilakukan
melakukan siaran secara langsung,
dengan
yaitu:
karena sudah pernah dilakukan pada
(1)Rekaman dilakukan secara utuh
tahun 1997 yaitu menyiarkan secara
(live
langsung
pelaksanaan
bagian
Agustus
di
(recording in segments); (3) Rekaman
Grabag.
Kemudian
dengan menggunakan single camera;
pemilihan kepala desa Grabag, Grabag
dan
TV juga melakukan siaran langsung
berbagai
on
versi,
(2)
tape);
dilaksanakan
bagian
(4)
Rekaman
per
Rekaman
dengan
menggunakan multi camera. Dengan
dalam
adanya
metode
upacara
lapangan
pelaksanaan
17
kecamatan
dalam
rangka
pemilihan
dan
penghitungan suara. Hal ini disambut
produksi dalam pelaksanaan produksi
dengan
dan teknik rekaman di atas, akan
masyarakat Grabag.
meriah
dan
bangga
oleh
menimbulkan keuntungan dan kerugian
Adapun program pagelaran seni
dalam masing-masingnya, oleh sebab
tradisi dan program kesenian yang
itu produser harus mempertimbangkan
lainnya pada umumnya merupakan
dalam pemilihan metode produksi
program siaran tunda yang diproduksi
tersebut. Karena akan bergantung pada
secara live on tape, rekaman dan
kebutuhan peralatan, fasilitas, waktu
menggunakan multi camera (tiga buah
serta anggaran produksi.
kamera) dan single camera, prosesnya
Berdasarkan pembagian format
masih melewati proses editing sebelum
program televisi, program seni dan
ditayangkan untuk menyempurnakan
budaya dikategorikan sebagai program
hasil rekaman. Semuanya dilakukan
artistik. Pada umumnya program yang
tergantung pada jenis acara yang akan
ditayangkan
TV
diproduksi. Target penontonnya adalah
tunda/rekaman,
umum. Akan tetapi pada Grabag TV
merupakan karena
sifat
oleh siaran dari
komunitas
ini
komersial
dan
Grabag
stasiun
televisi
dalam pembentukan kerabat kerja,
bukanlah
siaran
mereka tidak mengenal yang namanya
memiliki
produser karena mereka merupakan
juga
126
Maisaratun Najmi, Produksi dan Penyiaran Program Seni dan Budaya di GrabagTV
kelompok paguyupan dengan sistim
pada saat acara yang disiarkan secara
kerjasama dan gotong-royong. Dan
live,
yang akan mempertanggung jawabkan
dilakukan adalah tahap produksi dan
hasil produksi yang ditayangkan adalah
pasca
kelompok paguyupan atau komunitas
bersamaan.
maka
tersebut. Jangkauan siaran program ini
tahap
produksi
Di
produksi
yang
dilakukan
Grabag
secara
TV
dalam
meliputi wilayah komunitas. Waktu
melaksanakan proses produksi mereka
tayang dari
bidang kesenian dan
juga menjalankan hal yang sama, akan
kebudayaan
ini
oleh
tetapi tidak begitu mendalam seperti
stasiun Grabag TV pada setiap hari
yang dilakukan oleh stasiun televisi
jum’at, pukul 14.00-16.00 dan 20.00-
swasta lainnya, karena keterbatasan
22.00.
terhadap
dijadwalkan
peralatan,
biaya
dan
pengalaman dan jam terbang dari kru. Proses Produksi Seni dan Budaya di Grabag TV Dalam sebelum
dunia
pertelevisian
melaksanakan
produksi
program, maka ada standar operasional prosedur
(SOP)
dalam
produksi
program televisi yang harus dilewati. Alan Wurtzel menguraikan prosedur kerja untuk memproduksi program televisi kedalam empat tahapan yang harus dilewati yaitu praproduksi, setup and rehearsal (persiapan dan latihan), produksi
dan
pascaproduksi
(Darwanto,
1994:156-160).
Dalam
pelaksanaan
tahap-tapan
tersebut
tergantung pada metode produksi yang akan dilakukan dan jenis program dan
Disamping
itu
tim produksi
dari
Grabag TV tidak mengenal dengan nama produser, karena sifat kerja mereka
tidak
paguyupan
komersial, dan
bersifat
gotong-royong,
sehingga dalam mengkonsep produksi program acara yang akan mereka lakukan
hanya
spontanitas,
dilakukan
dan
dibayangkan,
hasilnya
itulah
salah
dengan dapat satu
kelemahan dari tim produksi Grabag TV. Akan tetapi untuk kerabat kerja yang
lainnya
menggunakan tanggungjawab
mereka
masih
jabatan
dan
yang
sama
dalam
pelaksanaan kerja dalam setiap kerabat kerja yang sudah ditentukan.
naskah yang akan diproduksi. Misalnya
127
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
Berpikir
produksi
dari stasiun televisi swasta tidak,
program televisi bagi seorang produser
mereka menggunakan standart stasiun
profesional, berarti mengembangkan
televisi komunitas, seperti equipment
gagasan bagaimana materi produksi
yang
itu, selain menghibur, dapat menjadi
produksi yang mereka gunakan adalah
suatu sajian yang bernilai dan memiliki
kamera Video Handycam sony seri
makna. Apa yang disebut nilai itu akan
HC-26, 28, dan 52. Standar peralatan
tampil apabila sebuah produksi acara
yang diterapkan Grabag TV lebih pada
bertolak dari suatu visi (Wibowo,
penekanan
2007:23). Hal inilah yang dikejar oleh
Dimana peralatan tersebut sudah dapat
pihak Grabag TV untuk mengabadikan
menangkap gambar dan suara dengan
setiap kegiatan yang ada di lingkungan
jelas, dapat disiarkan dan diterima oleh
komunitasnya,
kegiatan
masyarakat di rumah dengan jelas.
upacara
Menurut
pagelaran
seperti
seni
kenegaraan,
tentang
tradisi,
pada
audio
Hartanto
Peralatan
visualnya.
kamera
dan
peralatan (equipment) yang digunakan
bulan
dalam produksi program di televisi
Ramadhan yang juga sesuai dengan
komunitas tidaklah harus mahal dan
visi yang mereka emban/usung.
kualitas yang tinggi, akan tetapi yang
Fred
dalam
nyadran
diatas.
dan
padusan
tradisi
dimiliki
meyambut
Seperti yang dijelaskan oleh
penting adalah bagaimana program
Wibowo
acara yang diciptakan dapat diterima
di
atas,
dalam
perencanaan sebuah produksi program
dengan
televisi, ada lima hal yang harus
komunitas. Jika mengikuti peralatan
dipersiapkan, yaitu materi produksi,
yang canggih dan serba digital seperti
sarana produksi (equipment), biaya
adanya sekarang, televisi komunitas
produksi
(financial),
organisasi
tidak akan mampu karena sifat dari
pelaksana
produksi
tahapan
penyiaran mereka bukanlah komersial
dan
layak
oleh
masyarakat
pelaksanaan produksi. Lima persiapan
dan
diatas juga dijalankan oleh tim Grabag
komunitas
TV dalam produksi program, akan
perkembangan teknologi tersebut.
tidak
tetapi yang dikatakan dengan sarana produksi yang sesuai dengan standart
memiliki untuk
biaya
bagi
mengikuti
Biaya produksi (financial) di Grabag
TV
tidak
ditetapkan
128
Maisaratun Najmi, Produksi dan Penyiaran Program Seni dan Budaya di GrabagTV
sebelumnya seperti halnya stasiun televisi swasta. Grabag TV dalam setiap produksi selalu dilaksanakan dengan gotong royong atau patungan dalam biaya produksinya. Dalam pembentukan kru pada sebuah produksi di Grabag TV sifatnya sukarela, tidak ada suatu keharusan atau keterpaksaan untuk terlibat dalam produksi program apapun bentuknya.
Gambar 4. Salah satu kameraman Grabag TV dalam produksi program pagelaran seni tradisi Soreng (Foto: Najmi, April, 2012)
Tidak hanya kru saja, dalam masalah persiapan peralatan, transportasi dan akomodasi yang lain pun dibantu oleh masyarakat komunitas tanpa dipungut biaya, dalam artian bersifat gotong royong. Produksi program seni dan budaya misalnya, komunitas Grabag melakukan
produksi
program
ini
dengan sukarela. Siapa yang memiliki waktu pada saat acara di produksi maka
akan
membantu
jalannya
Gambar 5. Salah satu Pengarah Acara Grabag TV sewaktu produksi program pagelaran seni tradisi Soreng
(Foto: Najmi, April, 2012)
produksi acara. Hal ini dapat dilihat pada dokumentasi kegiatan berikut.
Gambar 3. Proses produksi pagelaran seni tradisi Soreng yang dilakukan kru Grabag TV dengan menggunakan multi kamera dan switcher. (Foto: Najmi, April 2012)
Gambar 6. Pagelaran seni tradisi Soreng, salah satu program Grabag TV (Foto: Najmi, April, 2012)
129
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
editing seperti penambahan kredit title, grafik dan sebagainya sehingga hasil produksi kelihatan lebih sempurna. Proses editing tim editor dari Grabag TV tidak memberikan efekefek yang berlebihan pada program Gambar 7. Switcherman Grabag TV (Foto: Najmi, April, 2012)
yang akan ditayangkan, karena konsep yang mereka terapkan dalam setiap program yang diciptakan adalah alami dan apa adanya seperti aslinya. Karena Grabag TV dalam menayangkan setiap programnya,
berusaha
untuk
memberikan sesuatu yang nyata tanpa polesan
grafis,
animasi
dan
komputerisasi lainnya, begitu juga Gambar 8. Peralatan swicther dan audio mixer yang digunakan Grabag TV (Foto: Najmi, April, 2012)
Pelaksanaan dilakukan
oleh
produksi Grabag
dengan
pada
program pagelaran seni tradisi Soreng ini adalah dengan rekaman secara live on tape yaitu produksi dilaksanakan dengan
multi
kamera
yang
lainnya.
Disamping dapat menghemat listrik,
yang
TV
setingan
dengan
tenaga
dan
biaya
produksi
yang
lainnya. Apalagi Grabag TV bukanlah sebuah stasiun televisi yang komersial dan memiliki sumber daya manusia yang terbatas dan kurang pengalaman pada bidangnya.
dikendalikan dari sub control dan PENUTUP
hasilnya direkam terlebih dahulu. Penyiaran
program
ini
merupakan siaran tunda, karena masih melewati proses pascaproduksi. Dalam pascaproduksi ini kru dari Grabag TV melakukan
penyempurnaan
dalam
Salah
satu
yang
membuat
Grabag TV masih bisa bertahan sampai sekarang adalah karena Grabag TV memiliki donatus tetap yang dapat di andalkan
dalam
pembiayaan
operasional siarannya, di samping kerja
130
Maisaratun Najmi, Produksi dan Penyiaran Program Seni dan Budaya di GrabagTV
sama yang dilakukan oleh masyarakat
mempertahankan
komunitasnya.
penyiarannya.
pendanaan
Jika
hanya
mengandalkan
dari
dalam
pembiayaan
KEPUSTAKAAN Burton,
Graeme. 2011. Membincangkan Televisi, Yogyakarta: Jalasutra.
Danesi,
Marcel. 2010. Semiotika Media. Yogyakarta: Jalasutra.
Djamal,
Hidayanto & Andi Fachruddin. 2011. DasarDasar Penyiaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
produksi dan penyiaran seperti yang terjadi pada televisi komunitas lainnya, tidak dapat melakukan siaran secara konsisten. Keberadaan televisi komunitas di Grabag TV sangat bermanfaat bagi masyarakatnya, sesuai dengan visi dan misi yang diciptakan, walaupun belum semuanya terjalani, tetapi masyarakat sudah merasakan manfaatnya, seperti perkembangan
perekonomian,
informasi dan pendidikan di bidang audio visual. Karena bagi masyarakat yang mau dan berminat mempelajari produksi acara, Grabag TV selalu terbuka dalam melakukan pelatihan dengan gratis. Hasil
penelitian
ini
menunjukkan bahwa televisi komunitas di Grabag TV dapat bertahan dan eksis karena dukungan yang penuh dari masyarakat komunitasnya. Disamping itu Grabag TV memiliki orang yang berpengaruh televisi,
di
dunia
sehingga
dalam
masyarakat
komunitasnya, sangat susah dan akan kekurangan
eksistensi
penyiaran dapat
Effendi, Onong Uchjana. 2000. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti. Gazali, Effendi et.al. 2002. Penyiaran Alternatif Tapi Mutlak. Jakarta: Departemen Komunikasi-Universitas Indonesia. Hartanto, et,al. 2008. Studi Kelayakan Lembaga Penyiaran Komunitas Grabag TV. Grabag. Hermanto, Budhi. 2010. “Mengapa Televisi Komunitas?� ditulis dalam Kombinasi.net Ishadi
SK., MSc. 1999. Dunia Penyiaran, Prospek dan Tantanganya. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Maleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. McQuail, Denis. 1994. Mass Communication Theory. 5th 131
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
California: Edition. Publication.
Sage
Morissan, M.A. 2009. Manajemen Media Penyiaran (Strategi Mengelola Radio & Televisi). Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Nazaruddin, Muzayin & Budhi Hermanto, et.al. 2009. Televisi Komunitas, Combine. Jakarta: FPSB UII, FFTV-IKJ. Naratama. 2004. Menjadi Sutradara Televisi. Jakarta: Grasindo. Prasetiyowati, Tri Heni. 2010. “Respon Masyarakat Kliwonan terhadap Program Siaran di Stasiun TV KomunitasGrabag TV�, Fakultas Dakwah, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Pringle, Peter K. Dan Michael F. Starr, dkk. (1991), Electronic Media Management (second edition), Fokal press, Bostan-London. Rakhmad, Jalaludin. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Soenarto, RM. 2007. Programa Televisi dari Penyusunan Sampai Pengaruh Siaran. Jakarta: FFTV-IKJ Press.
Stokes, Jane. 2006. How To DO Media and Culcural Sudies (Panduan untuk Melaksanakan Penelitian dalam Kajian Media dan Budaya), Yogyakarta: Bentang. Subroto,
Darwanto Sastro. 1994. Produksi Acara Televisi, Yogyakarta: Duta Wacana University Prees.
Sudibyo, Agus. 2004. Ekonomi Politik Media Penyiaran, Yogyakarta: LkiS. Sutisno, P.C.S. 1991. Skenario Televisi dan Video. Jakarta: Grasindo. Wahyudi, J.B. 1994. Dasar-Dasar Manajemen Penyiaran, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. . 1992. Teknologi Informasi dan Produksi Citra Bergerak, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Wibowo, Fred. 2007. Teknik Produksi Program Televisi, Grasindo: Yogyakarta. Sumber internet: http://www.m-edukasi.web.id
132
INDUSTRI KREATIF BERBASIS POTENSI SENI DAN SOSIAL BUDAYA DI SUMATERA BARAT Bahren, Herry Nur Hidayat, Sudarmoko, Virtuous Setyaka FIB dan FISIP Universitas Andalas, Padang bahren@fsastra.unand.ac.id ABSTRAK Tulisan ini ditujukan untuk menganalisis perkembangan dan konsep dasar industri kreatif berbasis potensi sosial budaya di Sumatera Barat, khususnya dalam bidang seni dan budaya. Secara umum, seni tidak memiliki posisi yang ideal dalam pengembangan industri kreatif. Akan tetapi, berdasarkan pada pengamatan dan wawancara yang telah dilakukan dalam penelitian ini, terdapat beberapa komunitas dan seniman yang menyiapkan diri dan menerapkan manajemen modern dalam produksi seninya. Seni memiliki hubungan yang dilematis dengan industri, antara nilai estetika dan nilai pasar. Dalam situasi seperti ini, manajemen memiliki posisi yang penting dalam upaya menghubungkan dan menjembatani antara seniman, pasar, pemerintah, kritikus dan para ahli. Dengan menggunakan metode triple helix, diketahui bahwa daerah terpilih dalam penelitian ini memiliki peluang besar untuk dikembangkan industri kreatifnya, baik itu karena potensi artistik, lokasi, seniman, pemerintah, masyarakat dan pihak terkait lainnya. Kata Kunci: industri kreatif, seni, sosial budaya, Sumatera Barat
ABSTRACT This article analyses the development and basic concept of creative industries based on social and cultural potencies in West Sumatra, in particular on arts and cultural practices. In general, arts have no ideal position in the development of creative industries. However, based on observation and interviews conducted in this research, there are some communities and artists prepared and more over implemented modern management in their arts production. Arts have dilemmatic correlation with industries, the problem of aesthetics and market values. In this regard, management has important position in order to connect and bridge between artists, markets, goverment, and critics or scholars. By using triple helix method, this article shows how three selected areas of research have big opportunities to be developed in the term of creative industries, based on artistic potential, place and landscape of areas, artists, goverment, society and other related parties. Keywords: creative industries, arts, West Sumatra, social and culture
133
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
dapat membantu keterusberlangsungan
PENDAHULUAN Akhir-akhir ini wacana industri kreatif
menjadi bagian pembicaraan
yang serius dalam dunia ekonomi, politik,
dan juga
budaya,
budaya,
tanpa
sebaliknya
merusak,
akan
tetapi
mendukung
kebudayaan itu sendiri.
karena
Industri kreatif memiliki segi
diyakini akan menjadi salah satu
intelektual
penyangga penting dalam pertumbuhan
dikembangkan melalui kajian-kajian
ekonomi.
dikaitkan
potensial, baik oleh pengelola dan
dengan industri pariwisata, dimana
pelakunya, maupun terhadap produk-
produk
kerajinan,
produk yang akan dihasilkan. Sejumlah
kesenian,
makanan,
Terutama
bila
pertunjukan situs
dan
budaya,
yang
wisata
bidang dan produk yang termasuk
bersejarah, dan lokasi yang diciptakan
dalam industri kreatif ialah karya sastra
untuk
(novel, puisi, drama), buku cerita,
mendukungnya
terus
berkembang.
penulisan kembali cerita rakyat, dan
Industri
kreatif
sebuah
sebagainya. Sementara dalam produk
daerah mensyaratkan adanya kelompok
lain, film dan musik menjadi salah satu
kreatif yang mengembangkan ide-ide
media yang berkembang dengan pesat,
dan produk kreatif berdasarkan pada
terutama yang berlabel indie atau
kekuatan
alternatif.
intelektual,
di
seni
budaya,
Dalam
bentuk
seni
teknologi sesuai perkembangan zaman,
pertunjukan, berbagai pertunjukan dan
yang muncul atas dasar kebutuhan
produksi tari, baik tradisional maupun
masyarakat yang berubah. Industri
kontemporer,
kreatif yang berbasis pada kebudayaan
menjadi kebutuhan, khususnya di kota-
dan kekayaan budaya lokal harus
kota. Demikian juga dengan festival
dikembangkan. Kekayaan budaya lokal
atau
menjadi bagian identitas penting dalam
karya-karya
industri kreatif, karena dapat menjadi
pariwisata, penting dicatat pertunjukan
ikon
masyarakat
seni dan kuliner, yang menyediakan
sehingga perkembangan industri dapat
seni dan makanan tradisional yang
dinikmati secara bersama. Industri
menjadi pilihan penting dalam dunia
kreatif yang berbasis budaya lokal juga
pariwisata.
yang
melibatkan
teater,
pameran,
musik,
yang
seni.
mulai
menampilkan
Dalam
bidang
134
Bahren, dkk, Industri Kreatif Berbasis Potensi Seni dan Sosial Budaya di Sumatera Barat
Artikel beberapa
ini
berangkat
pertanyaan,
yaitu:
dari (1)
kekayaan
intelektual/HAKI
(intellectual property right). Subsektor
Bagaimana sejumlah komunitas seni
inkraf
dan aktivis kesenian mengembangkan
Departemen
usaha dan produktivitasnya sesuai
Indonesia (Depdag RI, 2008) ada 14
bidang dan keahlian mereka? Apa saja
yaitu: (1) periklanan: (2) arsitektur ;(3)
yang telah dicapai dalam perjalanan
pasar barang seni; (4) kerajinan; (5)
usahanya dan apa tantangan serta
desain; (6) fashion/fesyen; (7) film,
solusi dari berbagai masalah tersebut?;
video, fotografi; (8) permainan kreatif;
(2) Bagaimana potensi sumber usaha
(9) musik; (10) seni pertunjukan; (11)
dan
penerbitan
pengolahannya,
memungkinkan kreatif
yang
komunitas
melangsungkan
industri
di
layanan
Indonesia
menurut
Perdagangan
Republik
dan
percetakan;
komputer
dan
(12) piranti
usahanya
lunak/software; (13) televisi/TV dan
dengan menggali sejumlah potensi
radio dan (14) riset dan pengembangan
tersebut; (3) Bagaimana kelangsungan
(Departemen Perdagangan Republik
usaha
Indonesia,2008).
industri
kreatif
ini
dapat
ditularkan dan dikampanyekan, baik
Pengembangan Inkraf biasanya
pada lembaga pendidikan, pemerintah,
dilakukan dengan model triple helix
komunitas sosial, maupun masyarakat
yaitu
umum.
bisnis dan pemerintah. Beberapa hasil
kerjasama
antara
akademisi,
penelitian
yang
PEMBAHASAN
tersebut
di
Sektor, Subsektor dan Pengembangan Industri Kreatif
Leydesdorrf (1998), model triple helix
Wheny
antaranya
hal
adalah
terdiri atas universitas, industri dan
(2008),
pemerintah sangat dibutuhkan dalam
menyatakan bahwa subsektor Inkraf
menunjang terciptanya inovasi dalam
didasarkan pada tiga fokus basis
masyarakat.
industri yaitu: (1) lapangan usaha
Etzkowitz (2000), model triple helix
kreatif
and
digunakan sebagai model analitikal
creative industry); (2) lapangan usaha
menjelaskan hubungan antar institusi
kreatif (creative industry); (3) hak
serta kebijakan yang dapat dihasilkan
dan
Khristianto
memaparkan
budaya
(culture
Leydesdorrf
dan
135
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
institusi tersebut. Etzkowitz (2002),
distribusi
model triple helix memerlukan pola
(Departemen Perdagangan Republik
belajar baru dan komunikasi terpadu
Indonesia, 2008).
pada institusi untuk menghasilkan,
Khaterine
dan
komersialisasi
Champion
(2010)
mentransformasikan, menyimpan dan
melaporkan temuan dari studi kasus
mengatur
dan
yang diselidiki di sektor industri kreatif
penggunaan pengetahuan bermanfaat.
yang dipilih di Greater Manchester.
Leydesdorrf (2005), ekonomi berbasis
Studi ini menemukan bahwa, ketika
pengetahuan harus merubah hubungan
aktivitas
komunikasi antara pihak akademik,
terkonsentrasi di pusat kota, beberapa
industri
produksi
proses
dan
penciptaan
pemerintah
untuk
kreatif
masih
kreatif
sangat
melakukan
membentuk ulang sistem inovasi yang
desentralisasi untuk mengakses tempat
rentan diperdebatkan. Johnson (2007),
yang
kolaborasi triple helix merupakan kerja
berpendapat
sama yang melibatkan peran industri,
perusahaan industri kreatif dibatasi
akademik
dalam
oleh regenerasi pusat kota yang luas,
mengembangkan teknologi (Togar M.
dengan perusahaan-perusahaan yang
Simatupang, Dkk., 2008).
paling rentan, terutama perusahaan
dan
pemerintah
Pemerintah
murah. bahwa
Champion
pilihan
lokasi
dalam
yang masih kecil, menghadapi pilihan
Buku Pengembangan Ekonomi Kreatif
untuk dapat mengakses tempat murah
Indonesia
hanya di pinggiran.
Pengembangan
Indonesia
lebih
2025: Ekonomi
Rencana Kreatif
Karin
Drda-Kuhn
(2010)
Indonesia 2009-2015 (Depdag RI,
mengamati kondisi di mana manfaat
2008) pada bagian dua yaitu kerangka
ekonomi budaya (cultural economic)
kerja pengembangan Ekraf Indonesia
dapat dihasilkan sebanyak mungkin
menggunakan model triple helix yang
oleh pelaku lokal di kota-kota kecil di
melibatkan peran cendekiawan, bisnis
daerah
dan pemerintah sebagai faktor utama
menunjukkan bahwa jaringan utama
dan faktor penggerak. Selain itu juga
seperti
dipaparkan rantai nilai pada Inkraf
berkelanjutan
yaitu
keberhasilan utama dalam proses ini.
kreasi/originalitas,
produksi,
pedesaan.
sistem
Temuan
pembelajaran merupakan
yang faktor
136
Bahren, dkk, Industri Kreatif Berbasis Potensi Seni dan Sosial Budaya di Sumatera Barat
Saat ini, hanya ada sedikit jaringan
termasuk
usaha (working network) yang berhasil
jaringan
di Jerman dengan fokus ekonomi
Pengembangan peluang kebijakan dan
budaya yang mungkin bisa berfungsi
jaringan penting dalam mendukung
sebagai panutan bagi kota-kota kecil di
pertumbuhan
berbegai tempat.
pedesaan.
Pauline White (2010) yang
akses
transportasi,
sektor
Pradel
dan
broadband juga
di
ada.
daerah
Pareja-Eastaway
dan
membahas potensi dan tantangan bagi
Marc
sektor kreatif di daerah pedesaan
menunjukkan
melalui kasus Wilayah Barat pedesaan
pemerintah dan bagaimana lembaga-
Irlandia
lembaga yang berbeda dan mekanisme
dan
kegiatan
Komisi
Pradel
i
Miquel
pentingnya
(2010) lembaga
Pembangunan Barat (Western Region
pemerintahan
of Ireland and the activities of the
mempromosikan industri kreatif dan
Western Development Commission).
ekonomi pengetahuan sebagai landasan
Sektor kreatif di rekening daerah
pertumbuhan ekonomi di Barcelona
sekitar 3 persen dari lapangan kerja
Metropolitan Region (BMR). Tidak
dan 1,3 persen dari Nilai Tambah
hanya akan keterlibatan aktor publik,
Bruto, didominasi oleh usaha mikro
swasta dan masyarakat dieksplorasi,
dan wiraswasta individu dan memiliki
tetapi juga hubungan antara kota yang
aktivitas ekspor yang rendah. Kualitas
berbeda dalam skala geografis.
hidup, lingkungan alam dan warisan
berkontribusi
Penelitian
untuk
tentang
industri
bagaimanapun,
telah
kreatif di kawasan ini merupakan
budaya,
faktor penting dalam menarik orang-
mengungkapkan
orang kreatif ini wilayah pedesaan.
antara
Tantangan untuk bisnis di sektor ini
komersial (Gua 2000; Cowen dan
termasuk kebutuhan untuk menarik dan
Tabarrok 2000; Kloosterman 2010a).
mempertahankan bakat kreatif saat ini
Amanda M. C Brandellero dan Robert
dan
ancaman
C. Kloosterman (2010) mengatakan
terhadap kekuatan utama di kawasan
sebagai industri budaya, yang hanya
itu tempat yang kreatif. Isu-isu seputar
bisa bertahan hidup jangka panjang
penyediaan dan kualitas infrastruktur,
melalui diferensiasi produk konstan
masa
depan,
serta
seni
ketegangan dan
laten
pertimbangan
137
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
dan inovasi, harus ditemukan cara
menjelaskan karakteristik umum dari
untuk
kreatif
tempat kreatif demikian, tapi masih ada
setidaknya dari tekanan pasar langsung
sedikit pengetahuan tentang mikro-
untuk dapat datang dengan ide-ide baru
interaksi yang kreatif dan praktisi
dan inovasi. Salah satu contoh industri
bisnis
budaya dapat dilihat dari studi kasus
spesifik.
yang terdapat dalam penelitian Petra
pertanyaan ini dari berbagai perspektif.
Rehling (2012). Rehling menganalisis
Selain hubungan antar kultural
melindungi
pekerja
dalam
konteks
Penelitian
potensi pasar untuk teks-teks fantasi
dan geografis,
internasional
Nanako
di
Taiwan,
dan
lokal
ini
yang
menjawab
Naoto Higuchi
Inaba
(2012)
&
memberi
memberikan latar belakang teoritis
perhatian
untuk memahami dinamika salah satu
transnasionalisme. Mereka mengatakan
genre
bahwa kita perlu mempertimbangkan
sastra
ini
mempertimbangkan penerimaan
dengan
tradisi
dan
pola
lokal,
konsumsi
jauh
transkultural
Meskipun
dalam
hubungan
antara
transnasionalisme dari atas dan dari
konsumen pekerja migran. Meskipun
perlu
transnasionalisme dari bawah dapat
geografis.
dianggap sebagai resistensi positif
juga
tetapi
hubungan
(baik
geografis)
masalah
masalah berbeda
diperhatikan wilayah
dari
tersebut,
diperhatikan
kembali
hubungan
bawah, dengan fokus pada perilaku
masyarakat Taiwan. Tak
pada
tetap
dari
kultural industri
dua
maupun kreatif.
terhadap ketergantungan pada negaranegara
dan
modal
global,
juga
memfasilitasi penggabungan ke dalam budaya konsumen global.
Caroline Chapain, Roberta Comunian,
Depdag
dan Nick Clifton (2010) menulis artikel
perkembangan
tentang bagaimana mengembangkan
(2009), belum memasukkan Sumatera
pemahaman yang lebih baik tentang
Barat dan kota-kota di dalamnya secara
dinamika
mempengaruhi
khusus. Sebab dalam pemaparan Inkraf
hubungan antara industri kreatif dan
di daerah, hanya disebutkan Daerah
konteks geografis. Sebuah literatur
Khusus Ibukota (DKI) Jakarta, Kota
yang
Solo,
luas
yang
telah
berusaha
untuk
Kota
RI
dalam
Inkraf
studi
Indonesia
Yogyakarta,
Kota
138
Bahren, dkk, Industri Kreatif Berbasis Potensi Seni dan Sosial Budaya di Sumatera Barat
Denpasar, Kota Bandung, dan Kota
pelaku
Berpotensi yaitu Jember dan Batam
mengembangkan ekonomi kreatif, di
(Departemen Perdagangan Republik
Kota Payakumbuh adalah Komunitas
Indonesia,
2009).
Seni Intro, EO D’Cress, Lamante Kafe,
setidaknya,
memberikan
Penelitian
ini,
gambaran
yang
Pengelola
Saluang
berpotensi
Balega,
dan
potensi dan keberadaan industri kreatif
Sanggar
di Sumatera Barat.
kelompok-kelompok di Kota Padang:
Dengan mencatat peran penting pemerintah
dan
beberapa
pihak
lainnya, penelitian dari daerah sendiri (Sumatra Barat) sudah dilakukan oleh
Tari
Cahayo.
Sementara
Kelompok Pentassakral dan Kelompok Studi
Sastra
dan
Teater
(KSST)
Seni
Intro
Noktah. Komunitas
Hesti Pusparini (2011) memperlihatkan
Payakumbuh yang didirikan tahun
peran cendekiawan, pelaku bisnis, dan
1990 hingga kini tidak memperlihatkan
pemerintah dalam industri kreatif yang
perkembangan yang signifikan. Hal
dalam hal ini Pusparini memberikan
yang sama juga dialami KSST Noktah
gambaran
kreatif
dan Pentas Sakral. Setiap kegiatan dan
subsektor industri bordir/sulaman dan
program yang dilakukan Intro, selalu
pertenunan di Sumatra Barat dan
bermuara pada manajemen, sarana,
memberi gambaran tentang strategi
prasarana, dan sumber daya manusia,
paling tepat untk industri
kreatif
serta finasial, namun bersifat sporadis.
tersebut menggunakan teknis analisa
Belum terpikirkan untuk melakukan
SWOT
pengelolaan
umum
dengan
internal
indutri
melakukan
(Strengh,
analisi dan
Weakness)
eksternal (Opportunities, Threaths).
yang
serius
dan
profesional. Sebenarnya, Komunitas Seni Intro merupakan “rumah besar� tempat berkumpulnya para seniman,
Industri Kreatif Berbasis Budaya di Sumatera Barat Industri terpisahkan Serangkaian
kreatif
Sosial
budayawan, sastrawan, pelaku seni lainnya. Mereka ini banyak berproses
tak
dan bertukar pikiran di komunitas ini.
ekonomi
kreatif.
Polanya yang sangat terbuka menerima
wawancara
yang
anggota dari latar belakang apa saja,
dari
bagian
dilakukan tim peneliti dengan pelaku-
139
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
membuat nama Intro begitu terkenal di
intens menggelar seni-seni pertunjukan
Kota Batiah ini.
di markasnya itu, antara lain teater,
Iven budaya dan seni, bukan tak
musik, dan pembacaan karya sastra.
ada sama sekali yang dilakukan oleh
Selain itu, Komunitas Seni Intro kini
Komunitas Seni Intro. Ada beberapa
sudah
iven reguler yang setiap tahun digelar
Beberapa pihak telah mulai bersinergi
Intro, tapi memang masih sangat
bekerja sama dengan Intro. Pemda
sederhana dengan pengelolaan apa
mulai bisa menerima Intro dan mulai
adanya. Misalnya Lomba Baca Puisi
membantu
November.
dana
berbenah, Komunitas Seni Intro tetap
penyelenggaraan berasal dari bantuan
masih memiliki masalah besar, yakni
anggota dan simpatisan Intro. Ada juga
tidak memiliki manajer yang sungguh-
sedikit bantuan dana dari pemerintah.
sungguh bekerja mengelola kelompok
Kini, markas Komunitas Seni Intro
ini. Aktivitas dan kegiatan seni budaya
memiliki warung dengan lesehan yang
Intro tetap dilakukan, kendati masih
bersifat
sporadis
dan
ukuran 10x15 yang dikesankan tempat
dengan
baik.
pertunjukan. Warung yang mulai aktif
berkreativitas, tapi hasilnya belum
dua tahun terakhir ini diberi label
mampu untuk menopang kebutuhan
“Warung
hidup.
Biasanya
ekonomis.
Apresiasi
Ada
lapangan
Intro�.
Tapi,
memiliki
status
dana.
hukum.
Kendati
belum
mulai
teragendakan
Anggotanya
Minimnya
masih
dukungan
warung ini tidak menyediakan produk-
pemerintah, sulitnya mencari sponsor,
produk yang terkait dengan karya
dan belum terbiasanya penonton untuk
kreatif berupa souvenir, jersi, dan
membayar,
cindramata.
masih bersifat penyalur hobi semata.
Hadirnya “Warung
Apresiasi Intro� ini membuat markas
mengesankan
Selain itu, ada
kegiatan
Willy Sandra
komunitas ini terasa hidup. Ruang
Dinata, juga anggota Komunitas Seni
berkumpul tersedia
dan dengan
berdiskusi
sudah
Intro, kini membuka sebuah kafe di
fasilitas
yang
Kota Payakumbuh, Lamante Kafe.
sederhana.
Kafe ini memadukan iven-iven musik
Beberapa agenda budaya mulai
untuk segmen remaja. Kafe ini sudah
disusun. Setahun belakangan, Intro
beroperasi sejak dua tahun lalu, dengan
140
Bahren, dkk, Industri Kreatif Berbasis Potensi Seni dan Sosial Budaya di Sumatera Barat
menampung grup-grup musik di Kota
kegiatan yang jenisnya subkontrak.
Payakumbuh dan sekitarnya. Namun
Setahun kemudian, EO ini melangkah
Willy sangat menyayangkan aturan
lebih maju menjadi vendor profesional
yang
Kota
dengan mendirikan perusahaan event
Payakumbuh yang melarang produsen
organizer D’Cress. Empat tahun sejak
rokok
Kota
didirikan, D’Cress sudah merambah
Payakumbuh. Akibatnya, kafe yang
tiga provinsi, Sumatera Barat, Riau,
dikelola
Willy
kesulitan
dan Sumatera Utara. D’Cress sudah
sponsor
untuk
iven-iven
diterbitkan
Pemerintah
berpromosi
di
mencari konser
memiliki
musiknya, sebab sponsor potensial
pagelaran
adalah produsen rokok.
system,
Uwan simpatisan beberapa
Safnir, Komunitas
juga
Seni
Intro,
berbagai
seperti dan
kebutuhan
rigging,
lighting.
sound
Selain
itu,
D’Cress juga melakukan dan terus memperluas
kerja
sama
dengan
terakhir,
bersama
komunitas. Demikian juga dengan
Yazid,
merintis
pihak sponsor, sinerginya D’Cress
komunitas pencinta saluang di Kota
sudah menampakkan perkembangan
Payakumbuah. Potensi dan apresiasi
dan kepercayaan. Untuk administrasi,
masyarakat yang dinilainya cukup baik
D’Cress
terhadap seni tradisi saluang, dinilainya
bertahap.
dengan
tahun
yang
aset
Sigid
A
merupakan
peluang
untuk
dikembangkan dalam industri kreatif. Sementara
Rike
Terkait pemerintah
membenahi
secara
dengan
posisi
(Pemerintah
Kota
dari
Payakumbuh), yang juga tak kalah
Sanggar Cahayo Payakumbuh, yang
banyak menggelar berbagai kegiatan
memokuskan grupnya pada seni tradisi
yang
Minang dan hiburan, juga menghadapi
kesuksesan
masalah yang sama, yakni manajemen.
pihak
Menurut Rahman, yang juga bekerja
mempercayakan penuh kepada EO
sebagai PNS di Dinas Pariwisata
yang ada di Kota Payakumbuh. Terkait
Pemuda
dengan
dan
itu,
terus
Olahraga
Pemko
membutuhkan
EO
untuk
kegiatannya,
terkesan
penyelenggara
tidak
pengembangan
ekonomi
Payakumbuh, EO D’Cress didirikan
kreatif, SDM Payakumbuh mungkin
pada tahun 2009, diawali dengan
tidak akan kehabisan ide dan gagasan.
141
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
Tapi yang jadi masalah besar adalah
Safnir,
belum adanya persepsi yang sama
Saluang Luhak Limapuluh
dalam memahami apa itu ekonomi dan
menyebutkan tahapan dan perubahan
industri kreatif.
yang terjadi pada seni tradisi saluang
Wakil
Ketua
Komunitas Koto
Hal yang mungkin tak kalah
ini. Sebelum tahun 2007, saluang jo
pentingnya adalah masalah perizinan,
dendang di Payakumbuh, masih kental
konsistensi, dan komitmen.
D’Cress
dengan tradisinya, sering dimainkan
merasakan
sulitnya
pada helat perkawinan dan alek nagari.
pengurusan perizinan itu. Misalnya,
Setelah 2007, saluang jo dendang
D’Cress sudah membuat komitmen
perlahan terlempar karena masuknya
kontrak dengan sebuah perusahaan
organ tunggal dan adanya salung
klien dalam jangka satu tahun dengan
dendang dangdut yang sering disebut
melaksanakan iven di space yang telah
“Salut�, yang memiliki penggemar
disepakati. Namun, saat urusan izin,
cukup banyak.
selalu
bagaimana
berbenturan
dengan
pihak
Komunitas
Salung
Dendang
kepolisian dan juga SKPD terkait. Dan
jumlahnya sekitar 30-an. Pengurus
ini setiap iven yang mau digelar selalu
masih mendata detil dan aktivitasnya.
bermasalah dengan izin ini. Selain itu,
Aktivitas seniman tradisi ini masih
apresiasi pemerintah, terutama yang
jauh dari profesional. Kebanyakan,
terkait dengan pengembangan ekonomi
melakukan
kreatif, terkesan masih minim dan tak
permintaan warga untuk mengisi acara
memahami
alek atau pesta perkawinan. Menurut
potensi
yang
dimiliki
daerahnya.
Uwan
Sementara itu, terkait dengan
pertunjukan
Safnir,
selain
atas
dasar
tampil
di
perhelatan para pedendang saluang
potensi dan kekayaan seni tradisi yang
juga
dimiliki
dan
pelbagai lokasi di Payakumbuh, yaitu
Limapuluh Kota, dan masyarakatnya
di pelataran Kantor Pos, Pasar Ibuah,
yang apreasitif dengan keseniannya,
dan Pasar Panampuang. Selain itu juga
juga
di Ngalau, Padang Data, Kawabebe,
Kota
Payakumbuh
menghadapi
pengelolaan
dan
persoalan
minimnya
ruang
ekspresi seniman rakyat itu. Uwan
yang
melakukan
dilaksanakan
pertunjukan
pada
di
hari-hari
tertentu, dan bahkan dilakukan pada
142
Bahren, dkk, Industri Kreatif Berbasis Potensi Seni dan Sosial Budaya di Sumatera Barat
setiap
malam.
Terkait
pengembangan
industri
dengan
penghasilan Rp. 400.000,00 – Rp.
kreatif,
600.000,00. Uang yang diperoleh ini
menurut Uwan Safnir, pihak dinas
dibagi
pawisata
saluang, dan pemilik lapau. Berbeda
membantu
menyediakan
lokasi pertunjukan sejak 2012. Galibnya
tiga:
pedendang,
tukang
dengan jika mereka diundang untuk
seni
tradisi,
tampil. Bayarannya sesuai dengan
pertunjukannya dikelola mandiri dan
kesepakatan.
sederhana. Penggemar saluang dan
membayar untuk tampil sehari itu
dendang pun berasal dari kalangan
berkisar
masyarakat
dengan Rp.1.500.000,00.
bawah.
Penyajian
dan
Biasanya
pengundang
Rp.1000.000,00
sampai
tampilnya tak rumit-rumit. Modal yang
Rata-rata, seniman tradisi ini
diperlukan adalah pengeras suara, tikar
tidak semata-mata menggantungkan
kecil untuk dua orang seniman itu:
penghasilannya dari sini. Umumnya
tukang
dendang
mereka bekerja sebagai petani dan
(penyanyi). Pemilik kedai—biasanya
berdagang. Kendati begitu, ancaman
mereka tampil di lapau-lapau kopi—
paling besar eksistensi seni tradisi
mempersilakan mereka tampil. Seni
Minang ini adalah organ tunggal dan
tradisi ini bersifat gurau (canda). Lagu
makin menyusutnya pelaku kesenian
yang dipertunjukkan penuh dengan
jenis ini. Pengelolaan komunitas ini
syair canda dan sindiran.
pun masih sangat sederhana. Anggota
saluang
dan
Pagarau (istilah bagi penonton
belum terdata dengan baik. Kelompok
dan penggemar saluang jo dendang)
ini juga tidak memungut iuran anggota.
biasanya “berkontribusi” dengan cara
Mekanisme
memesan
Satu
pun tidak jelas. Pengurus bekerja
request bisa mencapai Rp20 ribu
karena prihatin sebab seniman tradisi
sampai Rp50 ribu. Selain itu, ada juga
ini belum memiliki wadah. Koordinasi
“katidiang” (bakul) yang dijalankan
dan
untuk menghimpun uang. Penontonnya
dilakukan lewat telepon genggam.
berasal
lagu
dari
kesukaannya.
Kota
payakumbuh,
penghimpunan
komunikasi
bahkan
anggota
hanya
Rike, pengelola Sanggar Tari
Bukittinggi, dan Padangpanjang. Satu
Cahayo,
malam,
terkait dengan manajemen. Masalah ini
mereka
bisa
memperoleh
juga
mengalami
masalah
143
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
memang disadari pengelola sanggar
yang muda-muda. Dari kondisi itu
ini. Sanggar belum bisa memberi
kelompok
kepastian untuk menopang ekonomi
beberapa orang aktivis kesenian seperti
anggotanya, karena masih dikelola
Yusrizal KW, Lilik Zurmalis, Syafrina
sebagai
dan
kegiatan
sampingan.
ini
bersepakat
Thamrin
Ismail
dengan
mendirikan
Kelompok tari ini memiliki anggota
komunitas yang diberi nama KSST
mencapai
Noktah.
masing
puluhan. punya
Tapi
masing-
aktivitas
sendiri.
Dalam
perjalanan
Noktah,
Sanggar belum banyak memiliki aset,
Syafrina dan Thamrin Ismail tidak ikut
seperti kostum yang belum lengkap.
berproses.
Jika ada undangan untuk tampil,
mencari anggota, Noktah membuka
sanggar ini sering menyewa kostum.
pendaftaran
Untuk
cukup bagus. Banyak peminat seni
menjadikan
sanggar
ini
Dalam
usahan
dan
ternyata
untuk
respons
produktif dan mampu mendatangkan
teater
finansial, tentu masih membutuhkan
berkreativitas dan tergabung dalam
kerja keras. Kendati ada rekrutmem
kelompok-kelompok
anggota dengan iuran bulanan, serta
kajian
beberapa anggota jadi pelatih tari dan
diikutsertakan dalam proses latihan
musik di sekolah-sekolah, tapi itu
teater.
belum bisa dikatakan sebagai industri
didiskusikan secara mendalam. Saat
kreatif.
itu, Noktah fokus pada naskah-naskah
yang
studi
sebenarnya
teater.
sastra,
Naskah-naskah
ingin
Untuk polanya
drama
Syuhendri dari Kelompok Studi
Arifin C Noer. Pementasan pertama
Sastra dan Teater (KSST) Noktah
Noktah pada 1994 dengan mengangkat
Padang
naskah Arifin C Noor, Interogasi, di
menjelaskan,
awal
berdiri
Noktah pada Agustus 1993 sebenarnya
Teater
tidak untuk menjadi industri kreatif.
Sumatera Barat selama 3 malam.
Kehadirannya saat itu untuk menjawab
Respons publik teater cukup bagus.
Tertutup
Taman
Budaya
iklim kesenian di Sumatera Barat yang
Pada awal pendiriannya, KSST
dirasakan kurang kondusif. Pada waktu
Noktah konsentrasi pada naskah Arifin
itu, kelompok-kelompok seni cukup
C. Noer. Alasan pemilihan naskah-
banyak, tapi kurang mengakomodasi
naskah Arifin untuk pembelajaran dan
144
Bahren, dkk, Industri Kreatif Berbasis Potensi Seni dan Sosial Budaya di Sumatera Barat
studi
naskah drama. Nyaris semua
dengan latar belakang profesi. Padahal
anggota yang masuk ke Teater Noktah
untuk perkembangan kesenian (teater)
tidak
pemahaman
memiliki
latar
belakang
seperti
itu
malah
pendidikan teater. Saat itu, Noktah
merugikan komunitas itu sendiri, dan
berpendapat,
memperkecil ruang lingkupnya. Kini,
naskah-naskah
Arifin
sudah memiliki standar yang jelas.
ketika
Kelompok
mementaskan
mampu membangkitkan industri dan
naskah-naskah asing dalam proses
ekonomi kreatif, Noktah merasa telah
selanjutnya.
jauh tertinggal dan memulai dari nol
ini
juga
Fase berikutnya KSST Noktah berusaha untuk merespons budaya sendiri,
yaitu
Sumatera
(Minangkabau),
tempat
seni
pertunjukan
dianggap
lagi untuk mengejar pengelolaan yang lebih profesional.
Barat
Hingga
tahun
2013,
KSST
dimana
Noktah telah memproduksi 23 kali
kelompok ini tumbuh. Persoalan yang
pertunjukan teater. Akan tetapi, jika
dibicarakan adalah konsep dasar adat-
dihitung jumlah pementasannya, sudah
istiadat,
mencapai
budaya,
dan
kebanyakan
ratusan
kali.
Selama
mengkiritisi banyak hal dan mencoba
produksi itu, Noktah tidak pernah
mengeksplorasinya
mendapat
hingga
menjadi
sponsor,
baik
itu
dari
bentuk-bentuk pertunjukan. Akhirnya
kalangan usaha maupun dana hibah
KSST Noktah dituntut untuk belajar
CSR. Jikapun ada, misal dari Hibah
tentang
itu
Kelola, itu lebih bersifat kompetisi.
sendiri, belajar tentang permainan anak
Sementara itu, pemerintah daerah lebih
nagari, tentang seni tradisional.
banyak membantu sebatas kemampuan
budaya
Minangkabau
Menurut Syuhendri, sejak awal
anggaran yang tersedia.
berdiri, Noktah tidak pernah diarahkan sebagai
suatu
wadah
untuk
bisa
Selama ini, menurut Syuhendri, dalam
mencari
biaya
produksi
Noktah
lebih
menghasilkan secara ekonomi dan
pementasan,
anggotanya bisa hidup dari kelompok
mengandalkan pada hasil sumbangan
ini. Sampai kini jumlah anggota yang
orang-orang yang memiliki perhatian
pernah ikut terlibat dan berproses di
pada
Noktah,
ditambah dengan sumbangan kerabat
mencapai
ratusan
orang,
kesenian.
Kadang
malah
145
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
dan keluarga anggota. Kelompok ini
Sebenarnya, sifat keanggotaan grup
menyadari, untuk membiayai sebuah
yang terbuka dan tak terikat tersebut,
produksi teater, memang cukup mahal.
disadari
Selain uang, juga menyita pikiran,
Noktah tak akan pernah memunculkan
waktu,
semua
aktor dan pemain teater yang handal
dikonversikan
dan kuat. Karena mereka datang dan
dengan uang, tentu menjadi sangat
pergi meninggalkan grup. Berangkat
mahal sekali. Persoalan manajemen
dari masalah ini pula, kelompok ini
kelompok menjadi kekhawatiran dan
kemudian merasa cukup gamang juga
kebutuhan
mendasar.
ikut-ikut iven khusus seperti IPAM
Beberapa produksi Noktah memang
(Indonesia Performing Art Mart) yang
pernah
digelar Kementerian Pariwisata dan
dan
kebutuhan
tenaga. tersebut
yang
Jika
paling
dikelola
dari
kalangan
wartawan sebagai pimpinan produksi, yaitu
Yurnaldi.
Tapi,
sangat
secara
Tak jauh beda dengan motif dan latar
sebuah
kelompok
teater.
Karena
Artinya,
Ekonomi Kreatif.
keseluruhan kerjanya bukan mengelola produksi
berisiko.
belakang seni,
berdirinya yang
sebuah
umumnya
jaringan seorang wartawan cukup luas,
berangkat dari keprihatinan stagnannya
maka
mengalami
seni itu sendiri. Pasangan suami istri
kesulitan menggalang dana. Proses
Alda Wimar (almarhum)-Nina Rianti,
sebuah
kelola
sejak Orkes Gumarang yang didirikan
administrasi, keuangan, meyakinkan
Oslan Husein tidak aktif, kondisi
sponsorship, tetap tak berjalan.
permusikan di Sumatera Barat, seperti
ia
tak
begitu
produksi,
tata
Selain itu pula, Noktah tidak mengikat
anggotanya
beraktivitas
dan
kehilangan gairah dan tak berkembang.
untuk
Meskipun ada sejumlah kelompok
mengembangkan
musik muncul setelah itu, seperti grup
potensinya di tempat lain. Beberapa
musik Balairung, pimpinan Asnam
anggota Noktah tetap berkiprah di
Rasyid. Kelompok ini tidak bertahan
tempat lain dan memilih profesi yang
karena
masih berkaitan dengan seni, seperti
Balairung tidak masuk dalam proses
fotografer, film dan kameramen, usaha
penciptaan, tapi lebih mengaransir lagu
distro,
yang sudah ada.
dan
lain
sebagainya.
masalah
manajemen
juga.
Saat itu, Orkes
146
Bahren, dkk, Industri Kreatif Berbasis Potensi Seni dan Sosial Budaya di Sumatera Barat
Gumarang sebagai ikon grup musik
menjadi inspirasi bagi produksi musik
yang sukses menginspirasi keduanya
kelompok ini, sehingga karya pertama
untuk memilki kelompok musik yang
Pentassakral adalah lagu Pesta Desa
tentu saja beda dengan yang sudah ada.
yang
Selain itu, mendirikan kelompok musik
peristiwa
yang ideal, juga didukung AA Navis
berkisah tentang perang di Padang
(almarhum).
Karbala itu.
Kehadiran
Pentassakral
menceritakan Oyak
suasana
sakral
itu,
Tabuik
yang
Saat lagu Pesta Desa selesai,
memang unik. Awalnya, tutur Nina
sebenarnya
Rianti yang saat itu bekerja di Kanwil
memiliki alat-alat musik pendukung.
Departemen
(Deppen)
Beberapa seniman, salah seorang di
Sumatera Barat, kantornya berencana
antaranya Mak Etek Anduska dan
membeli alat-alat musik tradisional
Sexri
Minang. Tapi, peralatan musik yang
talempong.
yang dibeli mengecewakan. Berangkat
kawan ikut bergabung, antara lain
dari
Atong, Ar, In dan lain sebagainya.
Penerangan
kekecewaan
membicarakan
inilah,
persoalan
ia
tersebut
Pentassakral
Budiman, Dan
Pengalaman
belum
menyumbang beberapa
pertunjukan
kawan-
pertama
kepada Alda Wimar. Maka disepakati,
Pentassakral adalah saat diundang
untuk mendirikan kelompok musik
panitia
sesuai dengan apa yang dicita-citakan.
Asrama Haji Padang. Pentassakral
Dari
membawakan dua lagu. Selain Pesta
sinilah
Pentassakral
menjadi
sebuah kelompok seni musik.
ada
acara
AMPI
Sumbar
di
Desa dan Laut Bernyanyi, Gelombang
Lalu, sekitar tahun 1990, di Pariaman
Musda
ritual
Pun Teduh.
Oyak
Penampilan Pentassakral yang
Tabuik. Kedua orang pendiri kelompok
dinilai banyak kalangan sukses itu,
ini ikut serta meneliti proses ritual
menjadi
tersebut, sejak mengambil tanah hingga
mengembangkan dan menggarap puisi-
membuang tabuik ke laut.
puisi menjadi bentuk aransemen musik,
Upacara
langkah
awal
untuk
religius dan sakral ini menjadi inspirasi
antara
lahirnya
Yusrizal KW, Alda Wimar, Leon
nama
kelompok
musik
Pantassakral itu. Prosesi tersebut juga
Agusta,
lain
puisi
dan
Chairil
lain
Anwar,
sebagainya.
147
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
Selanjutnya,
Pentassakral
konten yang disampaikan cukup bagus.
mengukuhkan diri sebagai kelompok
Rud membantu dana yang cukup untuk
musik berbasis sastra hingga hari ini.
Pentassakral agar rekaman di studio
Selain menggarap aransemen puisi,
yang standar. Tahun lalu, Pantassakral
Pentassakral juga mengisi musik untuk
mendapat bantuan dana dari Balai
pertunjukan
Pelestarian
teater,
pertunjukan
salah
satunya
Antigone
yang
Padang,
Nilai
Budaya
(BPNB)
yang dimanfaatkan
untuk
disutradarai A Alin De dan Wayang
memperluas studio yang terlalu kecil.
Padang sutradara Wisran Hadi. Hingga
Kini, proses rekaman dan latihan bisa
kini, Pentassakral, telah mengaransir
dilakukan dengan leluasa di studio itu.
lebih kurang 60-80-an lagu.
Dalam
proses
kreatifnya,
Kelemahan lain yang dihadapi
Pentassakral selalu mengikuti tren
adalah minimnya dokumentasi proses
yang berkembang dan jadi ganre musik
dan
juga,
dunia, termasuk legenda-legenda yang
persoalan manajemen dan distribusi
tumbuh di tingkat lokal. Biasanya,
hasil kesenian yang belum ditata
proses kreatif Pantassakral itu dimulai
dengan baik.
Akibatnya, beberapa
mencari puisi yang cocok dengan aura
tahun terakhir Pantassakral stagnan, tak
dan marwah Pentassakral. Puisi itu
ada
dijadikan
pertunjukan.
karya
baru
Demikian
yang
diciptakan.
lagu,
dan
selanjutnya
Pementasan Pentassakral terakhir pada
dicarikan komposisinya. Terkadang,
Desember 2011 lalu di Taman Budaya
musik
Sumatera Barat. Mengenai peralatan
menggunakan
dan
dimiliki,
senandungnya saja. Musik seperti ini
proses
memiliki interpretasi yang beragam
fasilitas
Pentassakral
yang
masih
dalam
pembenahan. Enam tahun lalu, seorang pencinta musik dari Swiss, Rud, datang ke
Padang
yang
dihasilkan kata-kata,
tak hanya
saat menikmatinya. Musik-musik
tradisi
dan
menyaksikan
Minangkabau cukup kaya dan variatif.
Rud
mengatakan,
Ini merupakan aset penting bagi dunia
peralatan dan sound system yang
kesenian (musik) di Minangkabau
digunakan saat itu sangat jelek dan tak
(Sumatera Barat). Pentassakral sendiri,
berkualitas.
punya konsep mensenyawakan antara
Pantassakral.
Padahal,
garapan
dan
148
Bahren, dkk, Industri Kreatif Berbasis Potensi Seni dan Sosial Budaya di Sumatera Barat
alat
musik
tradisi
dengan
Barat.
Keunikan alat musik tradisi Minang itu, nadanya
Analisis Peta Potensi dan Tantangan Industri Kreatif di Sumatera Barat Tantangan
yang minor, seperti
dalam
industri
saluang dan sampelong. Nada dasar
kreatif dapat dilihat dalam dua arena
minor ini merupakan tantangan proses
kajian, yaitu arena kajian ekonomi dan
kreatif komposer. Sebagai kelompok
arena kajian kreatifitas. Tantangan
musik yang memahami betul kondisi
utama yang paling mungkin menjadi
kesenian Indonesia yang belum berada
pertanyaan
di posisi penting bagi nmasyarakat,
semakin bergesernya makna kreatifitas
Pentassakral tak menerapkan tarif jika
dengan nilai-nilai yang lebih tinggi dari
diundang, malah bisa gratis jika iven
segi artistik sebagai karya seni budaya.
terkait dengan upaya aksi sosial dan
Di sisi lain, karya seni akan menjadi
kemanusiaan.
produk barang atau jasa yang laku
dan
perdebatan
adalah
terakhir,
dijual dalam pasaran seni budaya,
musikalisasi puisi menjadi tren di
tanpa mempertimbangkan lebih lanjut
sekolah-sekolah dan masuk dalam
aspek segi artistik sebagai karya seni
ekstra kurikuler. Program ini juga
budaya. Industri kreatif atau industri
dikembangkan Balai-balai Bahasa di
budaya
Indonesia. Badan Bahasa juga juga
bersangkutan dengan produksi dan
mengadakan festival musikalisasi puisi
pemasaran barang dan jasa yang
sejak tingkat kota hingga nasional.
memiliki
konten
Personil
seringkali
semiotika
(Scott,
menjadi instruktur dan terlibat dalam
penelitian
pengembangan
kemunculan industri kreatif sebagai
Lima
tahun
Pentassakral
ini.
Bekerja
sama
adalah
kegiatan
yang
estetika 2004).
atau
Berbagai
mengungkapkan,
dengan Balai Bahasa Padang, kini
mesin
upaya
mencerminkan
konjungtur
ekonomi
perkembangan positif dimana utusan
dan
di
produksi
Sumbar beberapa kali meraih juara
komoditas telah menjadi terikat dengan
nasional. Indikator ini memperlihatkan,
eksperimen artistik yang menghasilkan
potensi Sumbar untuk pengembangan
ketegangan laten antara seni dan
musikalisasi puisi cukup besar.
pertimbangan komersial (Gua 2000,
ini
memperlihatkan
pertumbuhan
budaya
mana
ekonomi
149
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
Cowen
dan
Tabarrok
2000,
Kloosterman 2010).
budaya yang mampu menawarkan potensi ekonomi yang cukup besar
Tantangan-tantangan yang lain di antaranya, pertama, untuk menarik
untuk dieksplorasi (Karin drda-Kuhn dan Dietmaw Wiegand, 2010).
dan mempertahankan bakat kreatif saat
Payakumbuh merupakan salah
ini dan masa depan (Pauline White,
satu
2010). Sebagai industri seni budaya,
pengembangan industri kreatif cukup
hanya bisa bertahan hidup jangka
banyak. Keadaan alam, luas wilayah,
panjang melalui diferensiasi produk
fasilitas umum dan tata ruang, sikap
konstan dan inovasi, sehingga harus
mental
ditemukan
pemerintahannya sangat mendukung
cara
untuk
melindungi
kota
yang
memiliki
manusianya,
dan
potensi
sistem
pekerja kreatif setidaknya dari tekanan
iklim
pasar
selalu
berkaitan dengan kehadiran industri
ide-ide dan inovasi-
modern, dalam bidang kesenian dan
langsung
mendapatkan inovasi
baru
Brandellero
untuk
(Amanda dan
Kloosterman,
M.
Robert
2010).
kreatif.
Ada
kekhawatiran
C.
sosial budaya, keberadaan kesenian
C.
tradisional menjadi berkurang terutama
Kedua,
pada pelakunya.
penggunaan manajemen dan akuntasi
Kelompok seni di Kota Padang,
kuantitatif ekonomi yang beriringan
memiliki peluang yang juga besar,
dengan
karena
manajemen
kualitatif
secara
geografis
mudah
kreativitas (C. Rachel Granger dan
dijangkau oleh orang luar, baik daerah
Christine Hamilton, 2010). Ketiga,
lain Sumatera Barat, maupun dari luar
keberadaan
Sumatera Barat. Sebagai kota pesisir,
konsumen
yang
akan
mengkonsumsi produk barang atau jasa
Padang
kreatifitas
tersebut.
Sehingga,
peluang untuk industri kreatif dalam
kebutuhan
atau
keinginan
bidang
sebenarnya
sosial
juga
budaya,
memiliki
karena
memasarkannya perlu memahami pola
keragaman dan keberterimaan ide-ide
konsumsi masyarakat sasaran atau
baru dalam bidang seni. Percepatan
konsumennya.
perubahan terkait media teknologi juga
Keempat,
jaringan
usaha (working network) yang fokus
ikut memengaruhi keberterimaan ini.
pada ekonomi kreatif atau ekonomi
150
Bahren, dkk, Industri Kreatif Berbasis Potensi Seni dan Sosial Budaya di Sumatera Barat
Jika
menggunakan
tabel,
maka
berikut:
pemetaannya dapat diuraikan sebagai Kota Padang
Payakumbuh
Potensi 1. Masyarakat yang heterogen 2. Pengaruh dan perkembangan teknologi yang mudah diterima 3. Fasilitas untuk kreativitas yang cukup tersedia 4. Fasilitas pertunjukan, penonton, peralatan yang cukup 5. Ruang pertemuan ide-ide dan gagasan yang akan menjadi sumber penciptaan 6. Lokasi yang strategis sebagai ibu kota provinsi yang banyak dikunjungi 1. Keadaan alam yang nyaman dan segar untuk berkreativitas 2. Keadaan tata ruang dan luas wilayah memungkinkan perekayasaan dan penataan yang nyaman 3. Fasilitas umum dan tata ruang, sikap mental penduduk yang berada di perlintasan dengan daerah lain, menyangkut penerimaan ide dan gagasan 4. Dukungan pemerintah yang mendukung kondisi dan iklim kreatif. 5. Kekayaan seni, nilai, dan jenis kesenian berbasis adat dan budaya yang masih terjaga
Tantangan Tantangan yang dihadapi kedua daerah ini berdasarkan pada hasil penelitian ini adalah: 1. Pengelolaan atau manajemen yang perlu dibenahi 2. Dukungan dari pemerintah yang lebih besar, dan terutama memasukkan bidang ini dalam kebijakan dan anggaran 3. Pencarian ide dan gagasan cukup besar, namun perlu didukung oleh adanya tempat kajian, seperti perpustakaan, pusat penelitian, laboratorium seni, dan sebagainya 4. Peran institusi pendidikan, terutama pendidikan tinggi seperti Unand, UNP, ISI, IAIN IB, perlu dikembangkan, untuk mendukung kajian dan peningkatan mutu seni berbasis sosial budaya 5. Perlu keterlibatan media massa untuk mendukung kampanye dan pengenalan industri kreatif 6. Perlu adanya modul atau template bagi panduan pengembangan, administrasi, dan evaluasi kelompok seni
Tabel 1. Pemetaan Potensi dan Tantangan Industri Kreatif Di Sumatera Barat
151
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
helix
Menggunakan model triple
Kedua, perlu adanya perlindungan dan
secara
fasilitasi pada para pelaku kesenian
merupakan
sederhana,
model
dalam
paling
menjawab
pengembangan
yang populer
tantangan
industri
kreatif
di
tradisional
dan
menyerahkan mekanisme
tidak
serta
merta
ini
pada
persoalan pasar
semata.
Ketiga,
dunia, maka di dalamnya terkandung
Pemerintah Kota Padang Panjang juga
peran-peran
memfasilitasi
dan
fungsi
(1)
pertemuan
dalam
intelektual/akademisi/ universitas, (2)
jaringan kerja antara pihak universitas/
bisnis/swasta
akademisi/intelektual
yang
di
dalamnya
dengan
termasuk para pelaku industri kreatif,
bisnis/swasta dan para pelaku industri
dan (3) pemerintah baik pusat maupun
kreatif.
daerah. Maka jika dianalisis dari data
Bagi
para pelaku industri
di atas, secara umum jelas sekali
kreatif
upaya-upaya untuk mempertemukan
juga perlu memahami bahwa industri
ketiga pihak tersebut belum optimal.
kreatif sebagai mesin pertumbuhan
Meskipun dalam beberapa wawancara
ekonomi
dan
pernah
ekonomi dan budaya di mana produksi
pemerintah
komoditas telah menjadi terikat dengan
juga
dalam
disinggung
diskusi
keterlibatan
dalam dinamika industri kreatif.
di Sumatera Barat, mungkin
mencerminkan
konjungtur
eksperimen artistik yang menghasilkan
Kota Payakumbuh, misalnya,
ketegangan laten antara seni dan
dengan tantangan kehadiran industri
pertimbangan komersial (Gua 2000,
bidang kesenian dan sosial budaya
Cowen
modern, sehingga keberadaan kesenian
Kloosterman 2010). Dan nampaknya
tradisional menjadi berkurang terutama
ini terjadi di tiga tersebut dengan
pada pelakunya. Maka Pemerintah
perbedaan tingkat penyikapan di mana
Kota
Kota Padang lebih siap, salah satunya
Payakumbuh
mestinya
dan
Tabarrok
2000,
menghasilkan regulasi dan kebijakan
dikarenakan
yang berupa pertama, pemetaan dan
memengaruhi
mobilitas
dan
perncanaan
keberterimaan
pengaruh
dan
pengelolaan
dan
pengembangan industri kreatif baik yang
modern
maupun
letak
geografis
yang
perkembangan sosial budaya.
tradisional.
152
Bahren, dkk, Industri Kreatif Berbasis Potensi Seni dan Sosial Budaya di Sumatera Barat
Sedangkan untuk menarik dan
Hamilton (2010) baru bisa dilihat di
mempertahankan bakat kreatif saat ini
Kota Padang, dan tidak di dua kota
dan
lainnya.
masa
depan
sebagaimana
Tantangan
keberadaan
disampaikan Pauline White (2010),
konsumen yang akan mengkonsumsi
sebagai industri seni budaya, hanya
produk barang atau jasa kreatifitas
bisa bertahan hidup jangka panjang
tersebut. Sehingga ketika dihadapkan
melalui diferensiasi produk konstan
pada kebutuhan atau keinginan untuk
dan inovasi, sehingga harus ditemukan
memasarkannya perlu memahami pola
cara untuk melindungi pekerja kreatif
konsumsi masyarakat sasaran atau
setidaknya dari tekanan pasar langsung
konsumennya menjadi masalah atau
untuk selalu mendapatkan ide-ide dan
tantangan di Kota Padang Panjang.
inovasi-inovasi baru (Amanda M. C.
Tantangan jaringan usaha (working
Brandellero
C.
network) yang fokus pada ekonomi
Kloosterman, 2010). Nampak bahwa
kreatif atau ekonomi budaya yang
Kota Padang lebih siap untuk hal
mampu menawarkan potensi ekonomi
tersebut meskipun peran pemerintah
yang cukup besar untuk dieksplorasi
minim.
Padang
sebagaimana Karin Drda-Kuhn dan
Panjang bahkan belum siap dengan
Dietmaw Wiegand (2010) nampaknya
media promosi dan pasar yang tidak
belum ditemukan pada para pelaku
jelas, artinya untuk tantangan yang
industri kreatif di Sumatera Barat
kedua ini, Padang Panjang belum
tersebut.
dan
Sedangkan
Robert
Kota
dirasakan tekanan pasar langsung. Sedangkan Kota Payakumbuh justru
PENUTUP
pasar yang baik buat industri kreatif
Komunitas seni yang berbasis
modern justru mengancam industri
sosial budaya memiliki peluang tidak
kreatif tradisional. Tantangan untuk
hanya dalam persoalan budaya secara
penggunaan manajemen dan akuntasi
umum, namun juga dalam bidang
kuantitatif perekonomian yang berjalan
industri
dan beriringan dengan manajemen
pentingnya peran komunitas seni, perlu
kualitatif kreativitas sebagaimana C.
dikampanyekan terus menerus, agar
Rachel
perkembangan dan pertumbuhannya
Granger
dan
Christine
atau
ekonomi.
Mengingat
153
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
innovation in the cultural industries, Creative Industries Journal: vol. 3:1.
menjadi lebih luas. Masing-masing daerah memiliki peluang dan tantangan yang berbeda, namun ada sejumlah permasalahan umum yang dialami oleh kebanyakan komunitas. Salah satu persoalan tersebut adalah manajemen atau pengelolaan. Rata-rata penggerak komunitas seni
Chapain, Caroline And Roberta Comunian And Nick Clifton. 2010. Location, location, location: exploring the complex relationship between creative industries and place, Creative Industries Journal, vol. 3:1.
akademisi, termasuk ahli manajemen,
Champion, Katherine. 2010. Hobson's choice? Constraints on accessing spaces of creative production in a transforming industrial conurbation, Creative Industries Journal, 3:1.
sangat diperlukan. Kerja sama ini
C.
adalah pekerja kreatif, dan kelemahan manajerial
sering
ditemui.
Dalam
konteks industri kreatif, keterlibatan pihak lain seperti pemerintah dan
memungkinkan
ditemukannya
pola
atau sistem manajemen komunitas, yang berbeda dengan perusahaan atau organisasi lain. Keunikan ini dapat menjadi bidang menarik yang dapat dibantu oleh ahli-ahli manajemen.
KEPUSTAKAAN Adam Jerusalem, Mohammad. 2009. Perancangan Industri Kreatif Bidang Fashion dengan Pendekatan Benchmarking pada Queensland’s Creative Industry, Prosiding Seminar Nasional Program Studi Teknik Busana. Amanda M. C Brandellero And Robert C. Kloosterman. 2010. Keeping the market at bay: exploring the loci of
Rachel Granger & Hamilton, Christine. 2010. Respatializing the creative industries: a relational examination of underground scenes, and professional and organizational lock-in, Creative Industries Journal, 3:1.
Departemen Perdagangan Republik Indonesia. 2008. Pengembangan Eknomi Kreatif Indonesia 2025: Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2009-2015. Jakarta: Depdag RI. Departemen Perdagangan Republik Indonesia. 2009. Studi Industri Kreatif Indonesia 2009. Jakarta: Depdag RI. Drda-Kuhn, Karin., Wiegand, Dietmar. 2010. From Culture to Cultural Economic Power: Rural Regional Development in Small German 154
Bahren, dkk, Industri Kreatif Berbasis Potensi Seni dan Sosial Budaya di Sumatera Barat
Communities, Creative Industies Journal, 3:1.
Pembangunan Pascasarjana Universitas Andalas.
Higuchi, Naoto & Nanako Inaba. 2012. Migrant workers enchanted with consumer society: transnationalism and global consumer culture in Bangladesh, Inter-Asia Cultural Studies.
Togar M. Simatupang, DKK. 2008. Analisis Kebijakan Pengembangan Industri Kreatif di Kota Bandung, Jurnal Manajemen Teknologi (ISSN: 1412-1700), Volume 8 Number 1, 2008.
Khristianto, Wheny. 2008. Peluang dan Tantangan Industri Kreatif di Indonesia, Jurnal Bisnis dan Manajemen (ISSN 1411-9366), Volume 5 Nomer 1, September 2008, Bandar Lampung.
White,
Pareja-Eastaway., Pradel i Miquel, Marc. 2010. New economy, new governance approaches? Fostering creativity and knowledge in the Barcelona Metropolitan Region, Creative Industries Journal, 3:1.
Sumber internet
Petra Rehling. 2012. Harry Potter, wuxia and the transcultural flow of fantasy texts in Taiwan. Inter-Asia Cultural Studies, 13:1. Pusparini, Hesti. 2011. Strategi Pengembangan Industri Kreatif di Sumatra Barat (Studi Kasus Industri Kreatif Subsektor Kerajinan: Industri Bordir/Sulaman dan Pertenunan), Perencanaan
Pauline. 2010. Creative industries in a rural region: Creaive West: The Creative sector in the Western Region of Ireland. Creative Industries Journal, 3:1.
Creative Partnerships Arts Council England. 2007. Cultural and creative indutries: a review of the literature. London: Creative Partnerships Arts Council England. Diunduh dari www.creativepartnerships.com./literaturere views Florida, Richard. 2001. “The Rise of the Creative Class, Why Cities without gays and rock bands are losing the economic race�, dalam http://washingtonmonthly.com/f eatures/2001/0205.florida.html (dikunjungi 16 Juni 2009)
155
PERKEMBANGAN MUSIK DOL DI KOTA BENGKULU Zely Marissa Haque Program Studi Sendratasik FKIP Universitas PGRI Palembang. kazheya@gmail.com ABSTRAK Ensamble dol merupakan rangkaian musik untuk mengiringi dan sebagai pelengkap dalam upacara tabot. Berdasarkan aktivitas dan interaksi masyarakat Bengkulu mengenai peran musik dol tersebut, permasalahan untuk diteliti, yakni bagaimana perkembangan musik dol di kota Bengkulu. Adapun metode dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif untuk membantu membahas masalah tersebut dan memfokuskan deskripsi analisis. Perkembangan yang terjadi pada musik dol setelah dilakukan penelitian yakni pertama : musik dol yang sebelumnya sebagai media pendukung dalam suatu upacara, beralih fungsi menjadi sebuah pertunjukan komposisi musik yang disajikan untuk mengisi acara-acara umum di kota Bengkulu. Kedua : musik dol sebagai instrumen pelengkap dalam komposisi garapan baru. Ketiga : musik dol juga dijadikan sebagai bahan ajar di Sekolah dan Sanggar, hal ini berfungsi sebagai upaya pewarisan terhadap generasi baru dan juga merupakan upaya mendapatkan identitas kesenian tradisi kota Bengkulu serta menjadi aset bagi pariwisata kota Bengkulu. Kata Kunci : Tabot, Perkembangan Musik dol, Kota Bengkulu
ABSTRACT Dol ensemble is a series of music to go along with the tabot ceremony. Based on the activity and interaction of Bengkulu community about the role of dol music, the problem to be research is the development of dol music in the town of Bengkulu. The method used in this research was descriptive qualitative to help with the discussion focussing on analysis description. There are three developments occuring in dol music after the research was done. First, the dol music which was previously used to support a ceremony has now become a performance of music composition presented in general ceremonies in Bengkulu. Second, dol music as a complementary instrument in new composition. Third, dol music is also used as teaching material in schools and art groups, functioning as heritage for the new generation and as an effort to get a new identity of traditional art of Bengkulu and an asset for tourism in Bengkulu. Keywords: tabot, dol music development, town of Bengkulu
156
Zely Marissa Haque, Perkembangan Musik Dol di Kota Bengkulu
berdakwah menyebarkan agama Islam
PENDAHULUAN Kota
Bengkulu
merupakan
dan
sebagian
dari
mereka
juga
salah satu daerah di pulau sumatra
melalukan perayaan atas wafatnya
yang penduduknya juga terbentuk atas
husein. Hasil pencampuran dua budaya
latarbelakang budaya melayu. Bentuk
tadilah
dari warisan budaya melayu yang
upacara tabot.
yang
dinamakan
dengan
berkembang dan dilestarikan tersebut
Sebagai satu kesatuan upacara,
adalah upacara tabot. Upacara tabot
upacara tabot dibentuk oleh bagian-
merupakan
bagian yang terangkai dalam bentuk
upacara
masyarakat
tradisional
Bengkulu
yang
tahapan-tahapan
upacara.
Beberapa
dilaksanakan setiap tahun, tepatnya
tahapan
pada tanggal 1-10 Muharram. Upacara
tanah, duduk penja, arak penja, arak
ini
jari-jari,
bertujuan
wafatnya
untuk
Husein
mengenang
ialah
menjara,
mengambik
arak
meradai,
Nabi
sorban, tabot besanding dan tabot
Muhammad SAW dalam perang tak
tebuang. Keseluruhan tahapan upacara
seimbang pada saat perang antara
tersebut dilaksanakan sesuai dengan
kaum
kelengkapan
syi’ah
cucu
tersebut
dengan
kaum
Bani
Umayah yang dipimpin oleh Yazid bin
aspek-aspek
pendukungnya.
Muawiyah serta Ubaidillah bin Ziyad
Adapun salah satu pendukung
di Padang Karbela wilayah Irak pada
dalam
tahun 61 Hijriah atau sekitar 680 M
adalah musik dol. Musik dol (ensambel
(Badrul Munir, 1993 : 63).
musik dol) terdiri dari dol, tassa dan
Pada awalnya upacara ini hanya
pelaksanaan
seruling.
Biasanya
upacara
musik
tabot
dol
di
dilakukan oleh keluarga Tabot (sipai),
gunakan pada upacara tahap ke empat
yakni masyarakat keturunan India yang
yakni upacara menjara, namun upacara
datang ke Bengkulu dan bekerja pada
ini juga kerap mengisi tahap upacara
pasukan Inggris sekitar tahun 1600-an
yang lainnya seperti upacara arak jari-
untuk
jari, arak sorban, tabot besanding dan
membangun
benteng
Marborought. Akhirnya para pekerja tersebut masyarakat
berasimilasi Bengkulu
dengan sambil
tabot tebuang. Sebaliknya masyarakat
tidak
hanya
Bengkulu
yang
157
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
melaksanakan
upacara
tabot,
masyarakat dari daerah lain juga
Bengkulu, seperti acara penyambutan tamu-tamu penting dan sebagainya.
merayakan tabot. Seperti daerah Aceh,
Berdasarkan
latar
belakang
Sumatra Barat meliputi Pariaman dan
masalah yang telah dijelaskan di atas,
Padangpanjang. Namun oleh karena
dapat
pergerakan budaya sangat dinamis
permasalahan
sehingga terjadilah perkembangan atau
perkembangan musik dol di kota
kepunahan
oleh
Bengkulu�.
pendukungnya,
maka
masyarakat
beberapa
yakni
Maka
“Bagaimana
penelitian
ini
hanya
memiliki tujuan untuk mengetahui
melaksanakan perayaan tersebut hanya
bagaimana perkembangan musik dol di
di Bengkulu dan Pariaman Sumatra
kota Bengkulu.
barat.
Bagi
yang
dirumuskan
masyarakat
Pariaman,
Dalam penelitian ini, penulis
upacara tabot sering disebut dengan
memilih penelitian deskriptif kualitatif
upacara
sebagai salah satu penelitian yang
Tabuik.
tersebut, juga
Dalam
terdapat
upacara gandang
dipandang
baik
tambua yang menjadi salah satu aspek
membahas
masalah
pendukung
memfokuskan
dalam
memeriahkan
untuk
membantu
tersebut,
deskripsi
dan
analisis
upacara tabuik (Asril Muchtar, 2002 :
sebagai
131). Pada dasarnya gandang tambua
dipakai dalam karya ilmiah ini. Metode
dan dol mempunyai kesamaan fungsi
deskripsi analisis yang dimaksudkan
dan kegunaan namun berbeda dalam
dalam
bentuk instrumen.
menguraikan
pilihan yang tepat yang
penelitian
ini
permasalahan
adalah setelah
Hal yang menarik terlepas dari
melakukan pengumpulan data yang
konteks ritual upacara, bahwa dol juga
diperoleh dari hasil penelitian maupun
digunakan sebagai kesenian tradisi
hasil wawancara dilanjutkan dengan
masyarakat
mentranskripsikan serta menganalisa
Bengkulu,
sebagai
instrument yang bisa dikembangkan
dengan
sesuai kebutuhan senimannya, serta
berhubungan
sebagai instrumen yang digunakan
kemudian menyusun dalam bentuk
pada setiap acara ceremonial di Kota
tulisan ilmiah.
pendekatan dengan
teori tulisan
yang ini,
158
Zely Marissa Haque, Perkembangan Musik Dol di Kota Bengkulu
PEMBAHASAN
dalam
instrumen
klasifikasi
Bentuk Musik Dol Di Kota Bengkulu
membranophone yaang getaran suara atau bunyinya berasal dari kulit (kulit
Seiring berjalan waktu, dol mencapai suatu proses pengembangan dan penyelamatan identitas. Cara ini lah yang tepat, agar fungsi dan rasanya masih
tetap
penikmatnya.
dirasakan
oleh
para
Dengan
kata
lain
dibutuhkan suatu pewarisan terhadap generasi-generasi baru bahkan dengan bentuk-bentuk yang baru dalam hal ini bentuk instrument, melodi/ritme dan bentuk
pertunjukan
serta
perkembangannya di Kota Bengkulu. Dol adalah sejenis beduk yang
lembu atau kerbau), dimainkan dengan cara dipukul dengan tangan kanan dan kiri. Tampilan fisik luar dari dol diwarnai dengan corak warna-warna terang seperti merah, hijau dan kuning menyala agar kelihatan lebih menarik. Dalam upacara tabot ada tiga repertoar lagu dol yaitu motif Tamatam, Suwena dan Suweri. Ketiga repertoar lagu ini berperan dalam
sebagai upacara
upacara
menjara
musik
pengiring
tabot
khususnya
dan
melengkapi
kebutuhan upacara lainnya.
terbuat dari bongkol tempat akar kelapa yang ditutupi kulit lembu atau kerbau,
dan
dibunyikan
dengan
memakai alat pukul yang terbuat dari kayu yang dilapisi kain. Gendang besar ini dibawa oleh orang Benggali dari India
bersamaan
dengan
tabot.
Bentuknya seperti tempayan besar, dengan bagian atas dipotong rata dan bagian bawahnya tidak berlubang. Bahannya terbuat dari bonggol kelapa yang sudah tua, namun pada saat ini telah dipakai pula bonggol pohon nangka atau pohon cempedak (Manalu luhut Dkk, 1995 : 35). Dol termasuk
Gambar 1. Upacara beruji dol saat pelaksanaan menjara dalam upacara tabot (Foto: Zelly, 2009)
Fungsi Dol di Kota Bengkulu Dalam
upacara
tabot,
dol
digunakan sebagai musik pendukung dalam upacara. Dol disajikan pada upacara arak sorban, menjara, tabot besanding dan tabot tebuang. Dalam
159
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
hal ini, dol merupakan bagian dari
mengiring upacara, musik dol juga
prosesi upacara yang sangat penting
berfungsi menghibur masyarakat kota
yang tak terpisahkan dari upacara
Bengkulu yang mengikuti proses tabot
tabot, selain memenuhi kebutuhannya
tebuang.
dalam mengiringi rangkaian upacara agar
rangkaian
upacara
tersebut
menjadi lengkap. Fungsi pertama dol
Dol sebagai Media Seremonial di Kota Bengkulu
dalam upacara tabot adalah mengiringi
Dol di luar dari konteks upacara
proses kegiatan mengarak sorban.
tabot, berfungsi sebagai musik yang
Fungsi dol yang kedua mengiringi
digunakan untuk mengisi acara-acara
kegiatan upacara menjara. Fungsi yang
yang bersifat umum di Kota Bengkulu.
ketiga adalah sebagai musik hiburan
Adapun acara tersebut yakni acara
dalam
besanding.
penyambutan tamu-tamu penting, acara
Adapun bentuk acara yang dikonsep
ulang tahun kota Bengkulu, acara
oleh panitia pelaksana, yakni berupa
menyambut
komposisi
Republik Indonesia dan acara-acara
upacara
tabot
musik
yang
dikemas
hari
dengan reportoar lagu dol dipadu
besar
dengan
kota
Berdasarkan hasil pengamatan yang
Sajian musik dol lainnya
dilakukan, bahwa perkembangan dol
kesenian
Bengkulu.
tradisi
di
lainnya
di
kemerdekaan
kota
adalah musik iringan tari Melayu
terus
Bengkulu, dalam hal ini dol hanya
kemajuan. serta kehadirannya direspon
sebagai pelengkap media instrumen
baik oleh pendukungnya. Dol sebagai
dan mengiringi musik dari tari-tarian
musik tradisi yang berfungsi sebagai
tersebut. Fungsi yang terakhir adalah
media
mengiringi upacara tabot tebuang.
menjadi suatu identitas kesenian dari
Dalam hal ini musik dol digunakan
daerah
dalam bentuk arak-arakan oleh masing-
mampu memberikan kekuatan musik
masing
yang ekspresif dan dinamis dengan
kelompok
tabot.
Mereka
meningkat
dan
Bengkulu.
seremonial
Bengkulu
ritmenya
yang
motif dol menuju tempat pembuangan
sehingga
mampu
Selain
fungsinya
menjelma
tersebut,
mengarak tabot dengan diiringi motif-
tabot.
dan
mengalami
telah
menghentak-hentak membangkitkan
untuk
160
Zely Marissa Haque, Perkembangan Musik Dol di Kota Bengkulu
emosi
bagi
siapa
saja
yang
menyaksikannya.
yang
bersifat
Bengkulu.
Adapun
bentuk
penyajian
tradisi
seremonial
di
Agar aktifitas
itu
terus
kota
kesenian
berjalan,
maka
musik dol sebagai sebuah kebutuhan
dibutuhkan suatu pewarisan terhadap
acara
generasi-generasi baru yang nantiya
yang
bersifat
seremonial
biasanya tidak terlepas dari reportoar
akan
lagu yang digabung dengan repertoar
tersebut.
mewarisi
kesenian
tradisi
musik tradisi lainnya seperti gendang
Adapun bentuk pengembangan
serunai dan musik gamat melayu.
dol saat ini adalah digunakan untuk
Misalnya pada perayaan ulang tahun
bahan ajar mata pelajaran kesenian dan
kota Bengkulu, oleh para seniman
pelajaran
tradisi
kota
SMA di kota Bengkulu. Dalam hal ini,
Bengkulu, musik dol dikemas dalam
penulis mengambil contoh salah satu
bentuk
yang
Sekolah Menengah Pertama (SMP) di
berangkat dari reportoar lagu yang
kota Bengkulu. Adapun proses yang
dipadu dengan kesenian tradisi lainnya.
diajarkan adalah sebagai berikut.
Dalam hal ini agar tercipta sebuah
a. Mengenai
yang
berasal
komposisi
dari
musik
ektrakurikuler
latar
SMP
belakang
dan
sejarah
komposisi musik dengan suasana dan
upacara tabot, prosesi upacara tabot,
konsep yang berbeda dari sebelumnya.
maksud dan tujuan upacara tabot,
Selain itu, sebagai upaya pelestarian
waktu dan tempat penyelenggaraan upacara tabot.
kesenian tradisi musik dol agar dapat bermanfaat
dan
dilestarikan
oleh
b. Mengenai
c. Dol Sebagai Materi Pembelajaran di Sekolah dan Sanggar Seiring berjalannya waktu, dol mencapai suatu proses perkembangan fungsi
dan
perlengkapan upacara tabot.
masyarakat Bengkulu.
berdasarkan
persiapan
dalam
kebutuhannya sebagai musik upacara
Siswa
mempelajari
tari-tarian
dalam upacara tabot d. Siswa mempelajari dalam lagunya
upacara
motif dol
tabot
(Tamatam,
beserta Suwena,
Suweri) dan memainkan melodi dan ritmenya.
dan sebagai musik pelengkap acara
161
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
e. Membuat kerajinan tangan berupa bangunan berhubungan
yang
tersebut adalah berlatih memainkan dol
upacara
dan melatih tari-tarian dari daerah
dan
tabot
dengan
Aktivitas yang dilakukan oleh sanggar
Bengkulu. Salah satu contoh sanggar
tabot. Sebagai
dari
proses
yang masih eksis dan sedang gencar-
setiap
akhir
gencarnya mempromosikan kesenian
pergantian kenaikan kelas diadakan
tradisi dol dan kesenian tradisi lainnya
Pentas Seni atau Pensi. Tujuan dari
di kota Bengkulu adalah sanggar
acara ini adalah untuk melihat sejauh
Mayangsari. Dari beberapa sanggar
mana para siswa memahami dan
yang ada di kota Bengkulu sanggar
menguasai budaya tabot. Isi dari acara
Mayangsari memang sedang mendapat
pentas
perhatian khusus dari pemerintah kota
belajar,
hasil
biasanya
seni
adalah
mempraktekkan
para
bagaimana
siswa cara
Bengkulu.
Prestasi
yang
telah
bermain dol dan mempraktekkan tari-
diperoleh oleh sanggar Mayangsari
tarian tabot yang mereka dapatkan di
yakni mampu memperkenalkan dol
sekolah.
kepada
masyarakat
luar
Bengkulu
Berdasarkan penjelasan di atas,
untuk dipelajari sebagai wawasan seni
pengembangan dol pada hakekatnya
dan sebagai tontonan dari sebuah
adalah upaya pelestarian budaya agar
pertunjukan
terus hidup dan berkembang. Musik
dilakukan oleh sanggar Mayangsari
dol sebagai bahan ajar di Sekolah
tersebut,
adalah usaha untuk mempertahankan
mempertahankan dan mengembangkan
kesenian tradisi upacara tabot agar
kesenian tradisi musik dol agar tidak
dikenal
punah.
oleh
generasi
muda
dan
seni.
juga
Proses
merupakan
yang
cara
generasi baru berikutnya. Bentuk lain dari pengembangan musik dol lainnya adalah kegiatan sanggar atau komunitas yang berada
Dol sebagai Sumber Garapan Komposisi Baru Dalam kurun waktu yang lama
kota
musik dol mengalami perkembangan
Bengkulu dan yang berdiri sendiri
sesuai dengan kebutuhannya. Adanya
tanpa
proses perkembangan itu disebabkan
dalam
wilayah
campur
pariwisata
tangan
pemerintah.
162
Zely Marissa Haque, Perkembangan Musik Dol di Kota Bengkulu
oleh
perubahan
kebudayaan
yang
mengiringi ritme dalam komposisi dol.
berarti (William Haviland, 1988 : 263).
Perkembangan yang terjadi terhadap
Maksud dari perubahan dalam tulisan
instrumen dalam komposisi dol yakni
ini adalah perkembangan yang berarti
adalah penambahan instrumen baru
bagi para pendukungnya agar kesenian
seperti seperangkat dol kecil, gendang
ini dapat terus bertahan dan bermanfaat
buatan yang berasal dari pipa paralon
bagi kesenian itu sendiri. Dol sama
dan berukuran kecil. Sehingga dalam
dengan musik tradisi lainnya juga
penambahan instrumen tersebut, fluit
harus dapat menyesuaikan dengan
yang
lingkungan
memberikan
sekitarnya,
sehingga
nantinya musik tradisi ini akan terus berkembang dengan baik. Berdasarkan
biasanya
digunakan
aba-aba,
untuk
tidak
lagi
digunakan dalam komposisi dol. Sumber daya manusia yang
di
dapat bergerak melalui ruang dan
sebagai alat musik tradisi,
waktu, dan bertindak sebagai pelaku
juga mengalami perkembangan yang
seni atau seniman. Dalam sebuah
akhirnya mengikuti fungsi dan bentuk
pertunjukan seni, pemain adalah faktor
yang terjadi pada gandang tambua di
pendukungnya.
Pariaman
merasakan
atas, dol
pemahaman
Sumatra
Barat.
Adapun
Pemain
adanya
kontak
dapat batin
bentuk-bentuk perkembangan musik
terhadap sistem norma dan nilai dari
dol di kota Bengkulu dapat dilihat dari
suatu kebudayaan serta subjek yang
konsep musik, instrumen, pemain dan
sedang dilakukannya maka pemain
tempat
Dalam
akan melakukannya berdasarkan proses
komposisi, konsep utama musik dol
yang terus berlangsung dari generasi
adalah tiga lagu dalam reportoar
sebelumnya
upacara
berikutnya.
penyajiannya.
tabot
yang
kemudian
berkembang sesuai dengan konsep dan keinginan komposer.
Pengembangan
hingga
generasi
Dalam proses tersebut budaya pun berubah oleh karena budaya
yang terjadi, berada pada wilayah ritme
bersifat
yakni adanya penambahan motif-motif
mengikuti alur yang telah terjadi di
baru dalam ketiga lagu dol dan
sekelilingnya. Perubahan ini adalah
penambahan
salah satu cara agar suatu kebudayaan
melodi
yang
bersifat
dinamis,
maka
pemain
163
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
itu akan terus hidup dan berkembang
Berdasarkan pengamatan yang terjadi,
maka pemain atau sebagai pelaku harus
hal ini mengundang para perempuan
mengikuti
untuk
alur
sesuai
dengan
kebutuhan komposisi dol.
mengaplikasikan
Sesuai dengan kebutuhannya, dewasa
ini
bentuk
dapat
memainkan musik
dan tradisi
tersebut.
perkembangan
dalam segi pemain musik dol, adalah anak-anak dan remaja. Anak-anak dan para remaja lebih menguasai dan mengekspresikan gaya dalam bermain Sementara orang yang telah
dol.
berumur
hanya
bertindak
sebagai
pelatih atau bertindak sebagai pengajar. Hal
ini
dapat
dilihat
pada
saat
permainan dol sedang berlangsung, anak-anak
sangat
agresif
Gambar 2. Anak-anak dalam permainan beruji dol ketika upacara tabot (Foto: Zelly, 2009)
dan Pertunjukan dol biasanya dapat
bersemangat dan lebih ekspresif dari pada
orang-orang
dewasa
pada
umumnya, yang terkesan monoton dan biasa-biasa saja. Umumnya anak-anak yang bermain dol, adalah pelajar dan anggota sanggar. Setiap akhir pekan mereka berlatih menabuh dol untuk mengikuti acara atau festival kesenian di
dalam
maupun
di
luar
kota
Bengkulu. Setelah ditelusuri lebih jauh dorongan semangat yang diciptakan atas pukulan-pukulan yang dinamis akhirnya mengundang para perempuan yang bergelut di dunia seni untuk ikut memeriahkan
pertunjukan
tersebut.
dinikmati
ketika
adanya
perayaan
upacara tabot oleh karena fungsinya dol sebagai pelengkap dan pendukung dari
proses
upacara
tersebut.
Contohnya pada saat menjara, yang intinya adalah acara bertanding dol. Adapun Bentuk pertunjukan dol pada saat upacara tersebut yakni saling mengarak
atau
saling
berkunjung
antara kelompok tabot yang paling tua dan kelompok tabot yang paling muda. Dalam kompetisi ini, mereka saling memperlihatkan ketangguhan dalam bermain dol. Pertunjukan dol tersebut
164
Zely Marissa Haque, Perkembangan Musik Dol di Kota Bengkulu
biasanya diadakan di lapangan terbuka
komposisi dol tersebut. Pada saat itu
di Kota Bengkulu ( lapangan merdeka
juga
Bengkulu).
perkembangan pada instrumen dol
tampak
adanya
bentuk
Namun kurun waktu sepuluh
yakni terdapat dol yang ukurannya
tahun ini, dol menjelma menjadi
kecil dan berfungsi sebagai pelengkap
instrument yang lebih berenergi dan
dalam komposisi dol bentuk garapan
sangat agresif. Hal ini tampak jelas
baru.
pada acara festival music di solo berapa
tahun
yang
lalu.
Ketika
Pada akhirnya dol yang tadinya digunakan
sebagai
media
spritual
instrument ini bergabung dengan music
untuk
yang lebih bersifat popular seperti
beralih fungsi untuk mengisi acara-
music pop dan music jazz. Pertunjukan
acara yang sifatnya ceremonial dan
komposisi dol tersebut diringi oleh
sebagai hiburan. Hal ini tidak jauh
gitar
serta
bedanya dengan gandang tambua yang
pertunjukan
berada di Pariaman yang sudah sejak
tersebut juga diisi dengan atraksi
lama beralih fungsi sebagai kesenian
angkat
adalah
tradisi masyarakat Pariaman khususnya
beberapa pemain menabuh dol dengan
dan Sumatra barat pada umumnya.
cara mengangkatnya. Hal ini sungguh
Sehingga makna dan fungsi yang
berbeda dari biasanya dan tak tampak
awalnya sebagai ekpresif dari perang
bahwa instrumen tersebut berasal dari
yang terjadi di karbela telah berubah
upacara ritual.
menjadi
elektrik,
seksophone.
dol.
gitar
bass
Dalam
Maksudnya
Pertunjukan
dol
dengan
mendukung
upacara
fungsi
hiburan
tabot,
bagi
masyarakat pendukungnya.
kemasan yang lebih menarik tersebut ternyata juga diikuti oleh regenerasi
PENUTUP
baru (anak-anak). Mereka bermain
Hasil
dari
pembahasan
pada acara festival anak Nusantara di
Perkembangan Musik Dol di Kota
Taman Mini Indonesia. Permainan
Bengkulu, melahirkan berbagai makna
motif ritme dan pukulan dol yang
yang
bersifat dinamis dan bersemangat juga
perilaku budaya. Hal ini disebabkan
canda tawa mereka menambah natural
oleh
terkonteks
suatu
dalam
perubahan
perilaku-
yang
165
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 16, No. 1, Juni 2014
menginginkan
musik
berkembang
tradisi
sesuai
itu
pengembangan musik tradisi. Sehingga
dengan
terwujudnya
pelestarian
dan
kebutuhannya.
Untuk
melihat
pengembangan budaya agar kesenian
perkembangan
terhadap
prilaku
tradisi tersebut dapat terus bertahan.
tersebut,
dapat
maka
disimpulkan
Selain
itu
dapat
diketahui
berdasarkan fungsi dan bentuknya.
bahwa perkembangan yang terjadi
Antara lain sebagai berikut.
pada dol bisa membawa dampak positif
1. Musik dol digunakan sebagai sarana
dan membuka peluang yang bagus bagi
ritual
para seniman untuk lebih bebas dalam
2. Musik dol sebagai presentasi estetis dan
pengikat
sesama Bengkulu
solidaritas
antar
digunakan pada acara ritual, namun
di
kota
dengan perkembangan tersebut dapat
sebagai
upaya
masyarakat serta
berkarya. Walaupun tadinya dol hanya
pewarisan.
mencegah
adanya
penurunan
atau
krisis kepunahan terhadap instrumen
3. Musik dol sebagai media seremonial
atau kesenian tradisi.
di kota Bengkulu 4. Musik
sebagai
dol
pembelajaran
di
materi
Sekolah
dan
Sanggar 5. Musik dol sebagai sumber garapan komposisi baru Perkembangan yang terjadi pada dol akhirnya mencapai suatu kepuasan bagi pemerintah kota Bengkulu, dan bagi masyarakat pada umumnya. Hal ini dapat dilihat dari unsur-unsur estetisnya dan pengikat solidaritas antar masyarakat kota Bengkulu serta sebagai musik dan instrumen yang memberikan
warna
baru
KEPUSTAKAAN Asril.
2002. Pertunjukan Gandang Tambua dalam Upacara Ritual Tabuik di Pariaman Sumatra Barat. Tesis, Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Asril, Muctar . 2004. Upacara Tabuik dari Ritual Heroik ke Pertunjukan Heriok dalam Seni Tradisi Menantang Perubahan. Padangpanjang: Bunga Rampai STSI. Hadi Y, Sumandyio. 2006. Seni Dalam Ritual Agama. Yogyakarta: Pustaka. Hanefi. 2002. Buku Ajar Musikologi Nusantara III. Padangpanjang: Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI).
terhadap
166
Zely Marissa Haque, Perkembangan Musik Dol di Kota Bengkulu
Haviland, William diterjemahkan oleh R.G Soekadijo. 1988. Antropologi Edisi ke Empat Jilid 2. Yogyakarta: Erlangga. Koenjaraningrat. 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta.
Pohan, Ronald dkk. 1995. Studi Komparatif Musik Dol Band Salah Satu Pengolahan Musik Dol dalam Upacara Tabot di Kota Bengkulu Propinsi Bengkulu. Bengkulu: Depdikbud Taman Budaya.
Martani, Marjani dkk. 1976. “Ensklopedia Musik dan Tari Daerah Sumatra Barat Padang,� dalam Studi Komparatif Musik Dol dalam Upacara Tabot Dikota Bengkulu oleh Luhut Manalu DEPDIKBUD. Bengkulu: Taman Budaya.
Smith, Huston. 1996. Ensiklopedia Islam. Jakarta: Raja Grafindo.
Munir, Badrul. 1991. Tabot di Kotamadya Bengkulu. Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Bengkulu: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Suka, Harjana. 2002. Coret-coret Musik Kontemporer Dulu dan Kini. Jakarta: MSPI.
Soedarsono. 2002. Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
167
EKSPRESI SENI Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni
Redaksi menerima naskah artikel jurnal dengan format penulisan sebagai berikut: 1. Jurnal Ekspresi Seni menerima sumbangan artikel berupa hasil penelitian atau penciptaan di bidang seni yang dilakukan dalam tiga tahun terakhir, dan belum pernah dipublikasikan di media lain dan bukan hasil dari plagiarisme. 2. Artikel ditulis menggunakan bahasa Indonesia dalam 15-20 hlm (termasuk gambar dan tabel), kertas A4, spasi 1.5, font times new roman 12 pt, dengan margin 4cm (atas)-3cm (kanan)-3cm (bawah)-4 cm (kiri). 3. Judul artikel maksimal 12 kata ditulis menggunakan huruf kapital (22 pt); diikuti nama penulis, nama instansi, alamat dan email (11 pt). 4. Abstrak ditulis dalam dua bahasa (Inggris dan Indonesia) 100-150 kata dan diikuti kata kunci maksimal 5 kata (11 pt). 5. Sistematika penulisan sebagai berikut: a. Bagian pendahuluan mencakup latar belakang, permasalahan, tujuan, landasan teori/penciptaan dan metode penelitian/penciptaan b. Pembahasan terdiri atas beberapa sub bahasan dan diberi sub judul sesuai dengan sub bahasan. c. Penutup mengemukakan jawaban terhadap permasalahan yang menjadi fokus bahasan. 6. Referensi dianjurkan yang mutakhir ditulis di dalam teks, footnote hanya untuk menjelaskan istilah khusus. Contoh: Salah satu kebutuhan dalam pertunjukan tari adalah kebutuhan terhadap estetika atau sisi artistik. Kebutuhan artistik melahirkan sikap yang berbeda daripada pelahiran karya tari sebagai artikulasi kebudayaan (Erlinda, 2012:142). Atau: Mengenai pengembangan dan inovasi terhadap tari Minangkabau yang dilakukan oleh para seniman di kota Padang, Erlinda (2012:147-156) mengelompokkan hasilnya dalam dua bentuk utama, yakni (1) tari kreasi dan ciptaan baru; serta (2) tari eksperimen. 7. Kepustakaan harus berkaitan langsung dengan topik artikel. Contoh penulisan kepustakaan: Erlinda. 2012. Diskursus Tari Minangkabau di Kota Padang: Estetika, Ideologi dan Komunikasi. Padangpanjang: ISI Press.
Pramayoza, Dede. 2013(a). Dramaturgi Sandiwara: Potret Teater Populer dalam Masyarakat Poskolonial. Yogyakarta: Penerbit Ombak. _________. 2013(b). “Pementasan Teater sebagai Suatu Sistem Penandaan”, dalam Dewa Ruci: Jurnal Pengkajian & Penciptaan Seni Vol. 8 No. 2. Surakarta: ISI Press. Simatupang, Lono. 2013. Pergelaran: Sebuah Mozaik Penelitian Seni Budaya. Yogyakarta: Jalasutra. Takari, Muhammad. 2010. “Tari dalam Konteks Budaya Melayu”, dalam Hajizar (Ed.), Komunikasi Tradisi dalam Realitas Seni Rumpun Melayu. Padangpanjang: Puslit & P2M ISI. 8. Gambar atau foto dianjurkan mendukung teks dan disajikan dalam format JPEG.
Artikel berbentuk soft copy dikirim kepada : Redaksi Jurnal Ekspresi Seni ISI Padangpanjang, Jln. Bahder Johan. Padangpanjang Artikel dalam bentuk soft copy dapat dikirim melalui e-mail: red.ekspresiseni@gmail.com