Surya Digitalpaper 18 Januari 2013Pagi

Page 1

DIGITAL NE WS PA PER

Konflik Berdarah di Thailand Selatan hal

Spirit Baru Jawa Timur surabaya.tribunnews.com

SURABAYA, SURYA-Ferrari menepis prospek tim impian Ferrari yang mempersatukan Fernando Alonso dan Sebastian Vettel. Kubu ‘Kuda Jingkrak” menegaskan hal tersebut dalam event Wrooom Media yang berlangsung di Madonna di Campiglio, Italia. Bukan rahasia lagi jika tim raksasa Italia tersebut sangat tertarik menggaet Vettel ketika Alonso pensiun. Akan tetapi, muncul spekulasi yang menyebutkan bahwa “Scuderia” ingin lebih cepat mendatangkan pebalap Jerman tersebut, sehingga bisa jadi tandem Alonso. Namun dalam event Wrooom media, team principal Stefano Domenicali mene-

surya.co.id

banjir Roro Fitria

join facebook.com/suryaonline

| JUMAT, 18

gaskan bahwa memiliki dua pebalap top berbakat seperti Alonso dan Vettel takkan selalu menghadirkan hal yang bagus. “Kami selalu mengatakan, dan saya pikir presiden (Luca di Montezemolo) juga mengungkapkan bahwa sebuah tim impian merupakan hal yang luar biasa jika bisa diatasi dengan baik dan jika segalanya berjalan dengan baik,” ujar Domenicali tentang prospek Ferrari merekrut Vettel sebagai rekan setim Alonso di masa mendatang. “Untuk saat ini, saya pikir hal tersebut bukanlah tujuan kami. Kami harus memaksimalkan keseimbangan penampilan tim kami. Kami harus sangat hati-hati.

Mengaku Rugi

Karena

2 jANUARI 2013 | Terbit 2 halaman

“Ini bukan hanya di F1, tetapi juga di dunia olahraga. Jika anda memiliki orang-orang nomor satu di dalam satu tim, maka bisa saja timbul kerusakan dibandingkan menghadirkan hal positif. Jadi, ini bukanlah tujuan kami.” Vettel menobatkan dirinya sebagai pebalap muda tersukses dalam sejarah Formula 1, karena mencetak hat-trick di tiga musim terakhir. Pada musim 2012, dia mengalahkan Alonso dalam perburuan trofi paling bergengsi di arena balap mobil ini. Untuk musim 2013, Alonso masih tetap setim dengan pebalap Brasil, Felipe Massa. Ferrari tak ingin underdog lagi pada musim baru nanti.(kompas)

edisi pagi

Ferrari Tepis Prospek “Dream Team” AlonsoVettel

SURABAYA, SURYA - Roro Fitria, model majalah pria dewasa yang terjun ke industri musik, mengaku rugi karena banjir. Beberapa pekerjaannya harus ditunda karena jalan yang dilaluinya tertutup genangan air. “Seharusnya saya ada meeting di salah satu stasiun TV di daerah Cawang, namun terpaksa cancel karena tadi pagi mobil saya stuck tidak bisa bergerak sama sekali,” ceritanya kepada Kompas.com, Kamis (17/1/2013). Lanjut Roro, tiga jam ia habiskan dengan menunggu di dalam Sprot Utility Vehicle-nya sampai ia mendapat kabar bahwa pertemuan tersebut ditunda hingga esok hari. Ia lalu kembali ke apartemennya di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan. Jika esok hujan dan banjir tetap melanda Jakarta, bintang film Bangkitnya Suster Gepeng ini tetap berangkat ke tempat yang telah ia sepakati dengan rekan kerjanya. “Saya akan prepare lebih pagi lagi untuk berangkat. Saya tipe orang yang sangat komit. Jadi, apa pun yang terjadi, saya pasti akan datang,” tekadnya. Ia juga menaruh harapan besar kepada pemimpin baru Jakarta untuk bisa membuat pembenahan. Ia pun berjanji untuk lebih peduli kepada lingkungan. “Pembelajaran untuk disiplin hidup sehat dengan membuang sampah pada tempatnya, supaya tidak menyumbat saluran air, serta penggalangan penanaman pohon sebagai jantung kota, tempat resapan air, sehingga setidaknya banjir tersebut bisa sedikit dicegah,” paparnya. (kompas.com)

follow @portalsurya


2

JUMAT, 18 jANUARI 2013 | surya.co.id | surabaya.tribunnews.com

Konflik Berdarah

Militer gunakan Cara Represif

di Thailand Selatan SURABAYA, SURYA-Lepas dari perhatian media, konflik berdarah melanda Thailand. Gerilyawan separatis melakukan aksi pembunuhan, militer membalas dengan kekerasan brutal. Pemerintah tidak mampu bertindak. Kejadiannya bulan Desember tahun lalu: Beberapa pria dengan wajah tertutup kain menyerang sebuah sekolah di Thailand Selatan. Mereka membunuh tiga guru Budha di depan para kolega dan muridnya. Para guru Budha itu dikirim oleh pemerintah pusat ke tempat itu. Ini hanyalah satu dari rangkaian aksi kekerasan di Thailand Selatan. Kelompok separatis Islam menyerang sekolah-sekolah dan kantor publik. Akibatnya, sekitar 1300 sekolah ditutup untuk sementara atas alasan keamanan. Di tiga provinsi selatan, yaitu Pattani, Yala dan Narathiwat yang berbatasan dengan Malaysia, ada kelompok gerilyawan separatis yang sudah beroperasi selama bertahun-tahun. Mereka menentang pemerintah pusat dan menuntut kemerdekaan. Mereka menyerbu kantor polisi, meledakkan bom mobil, menyerang toko-toko dan kantor publik dengan senapan mesin. Mereka mengancam pemilik toko yang membuka tokonya pada hari Jumat. Mereka menculik dan membunuh orang-orang yang dianggap sudah berkerjasama dengan pemerintah pusat di Bangkok. Hampir setiap hari terjadi insiden semacam ini. Daerah konflik ini terletak hanya beberapa ratus kilometer dari daerah wisata Thailand yang terkenal seperti Puket dan tujuan-tujuan wisata lain di pantai barat.

join facebook.com/suryaonline

Perang Saudara Brutal

Di Thailand Selatan sedang terjadi perang saudara yang semakin lama semakin brutal, demikian dilaporkan organisasi International Crisis Group (ICG) dalam laporan yang dikeluarkan Desember lalu. Sejak rangkaian aksi kekerasan mulai terjadi lagi tahun 2004, sudah sekitar 5300 orang tewas. Sekitar dua juta penduduk hidup di ketiga provinsi selatan itu. Mayoritas penduduknya, sekitar 80 persen, berasal dari bangsa Melayu dan beragama Islam. Di Thailand yang berpenduduk sekitar 66 juta orang, mereka adalah kelompok minoritas. Mayoritas warga Thailand beragama Budha. Dulunya, selama ratusan tahun kawasan selatan Thailand merupakan wilayah Kesultanan Pattani yang berdiri sendiri. Sejak tahun 1902 wilayah Pattani berada dibawah pengelolaan pemerintah kerajaan Thailand. im Della-Giacoma dari ICG mengatakan,

tujuan kelompok gerilyawan separatis masih belum jelas. Gerakan separatis itu memang terdiri dari beberapa kelompok. Kepada Deutsche Welle Della-Giacoma mengatakan: ”Yang kita lihat disini adalah gerakan perlawanan kelompok-kelompok Islam Melayu. Mereka berjuang di Selatan untuk hak menentukan nasib sendiri. Tapi masih belum jelas, apakah mereka menuntut kemerdekaan dari Thailand, suatu hal yang tidak realistis, atau mereka ingin langkah demi langkah mencapai otonomi yang lebih besar.” Menurut penelitian yang dilakukan ICG, gerakan perlawanan itu terdiri dari jaringan komando militan kecil yang aktif pada tingkat desa. Komite desa merekrut relawan dan membiayai aksi-aksi mereka, melakukan propaganda dan meneruskan informasi rahasia kepada kelompok lain. Dengan taktik gerilya ini, mereka mampu bergerak cepat. (DW.DE)

SEJAK dulu, pemerintah Thailand mengandalkan kekuatan militer untuk menghadapi pemberontakan di selatan. Sekitar 65.000 tentara, paramiliter dan polisi ditempatkan di kawasan itu. Selain itu, militer juga mempersenjatai kelompok lokal Budha dan memberi pelatihan senjata kepada sekitar 80.000 relawan. Penampilan dan tindakan militer menghadapi para gerilyawan sangat brutal. Menurut organisasi Human Rights Watch, banyak warga muslim yang diculik, disiksa dan dibunuh. Militer bertindak di bawah undang-undang darurat dan undang-undang khusus lain, sehingga mereka luput dari sanksi hukum. Organisasi hak asasi sejak lama mengkritik penerapan undang-undang darurat. Karena aturan ini memberi militer kekuasaan dan kewenangan yang terlalu besar. Penerapan undang-undang darurat mendorong terjadinya penyalahgunaan kekuasaan. Sunai Pathak dari Human Rights Watch dengan tegas mengatakan: ”Sejak sembilan tahun terakhir ada berbagai kasus yang tidak tuntas tentang pembunuhan ilegal, penyiksaan dan penculikan. Banyak orang diculik dan menghilang. Tidak ada pelaku yang dikenai sanksi.” Tindakan seperti itu justru dijadikan alasan oleh para pemberontak yang terus melakukan aksi kekerasan. Akibatnya, militer bertindak lebih represif lagi. ”Spiral kekerasan ini berputar makin lama makin cepat”, kata Sunai Pathak. ”Ini lingkaran setan.” Yang paling menderita adalah penduduk setempat yang terperangkap di tengah lingkaran kekerasan ini. 90 persen korban kekerasan adalah warga sipil. ”Pemerintah harus menjamin, bahwa praktek-praktek ilegal semacam itu tidak dilakukan lagi. Dan kalau ini terjadi, pelakunya harus dihukum”, tegas Pathak. Hanya dengan cara itu pemerintah pusat bisa mengembalikan rasa percaya masyarakat.(radiojerman)

follow @portalsurya


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.