Oleh : Muhammad Ma’ruf Muchtar “saya tak melihat sesuatupun kecuali itu adalah ide dalam pikiranku” (Parmenides) Aktivitas yang satu ini (baca: lobi) mungkin adalah aktivitas yang paling berbau konspiratif dibanding berbagai aktivitas starategi lainnya dalam sejarah hidup manusia. Lobi adalah aktifitas yang sengaja dilakukan oleh suatu individu, kelompok atau sebuah organisasi untuk mencapai suatu kata realistis dan tendensius yaitu “tujuan”. Kali ini kita tak bertujuan berlata-latah dengan mengurai istilah Lobi melalui kaidah akademis dengan menggunakan berbagai pengertian defenitif yang bersumber dari para tokoh akademis ilmiah; lebih dari sekedar itu, kemajuan aktivitas lobi di dunia modern ternyata telah melampauhi semua devenisi para pakar tentangnya. Tentu kita sepakat dengan cara mengalami aktivitas ini secara langsung, bahwa Lobi yang kita tahu adalah aktivitas komunikasi yang dilakukan oleh individu ataupun kelompok yang bersepakat mempengaruhi kebijakan sebuah kekuasaan tertentu; apakah itu manajemen sebuah perusahaan, organisasi bahkan keadaan ekonomi politik dan undang-undang sebuah negara untuk mencapai tujuan utama pelobi dan terlobi. Aktifitas ini bisa dilakukan oleh orang, kelompok, dan organisasi yang berlatar belakang dari manapun, ia bisa berupa hal sederhana seperti komunikasi seorang “mak comblang” pada orang tua gadis yang dipinang, seorang yang ingin jadi PNS, POLRI dan TNI, kontrol harga pangan di pasar tradisional, komunikasi seoarang anak pada ibu untuk menaikkan uang jajan, fatwa agama tertentu untuk sebuah produk pasar; sampai ketingkat yang paling rumit seperti, aktifitas moneter sebuah negara, komunikasi sebuah perusahan pada beberapa aparat negara untuk merubah undang-undangnya, strategi seoarang pialang dalam mengkumunikasikan harga saham dalam pasar finansial, komunikasi seorang pengacara pada hakim untuk meringankan hukuman tersangka, sampai perencanaan menekan, memberi sanksi dan meruntuhkan sebuah negara. Lobi juga adalah aktivitas yang bisa dilakukan pada waktu dan tempat manapun dengan berbagai tawaran fasilitas yang mendukung kedua belah pihak yaitu pelobi dan terlobi. Aktivitas ini bisa dilakukan dengan melalui telepon gengam (HP), di hotel mewah atau penginapan rendahan, dalam waktu santai saat di lapangan golf dan tempat wisata, di kabin pesawat atau mobil, di kantor-kantor, restoran dan warung, rumah ibadah dan bahkan di lokalisasi porstitusi dan penjudian aktivitas komunikasi ini bisa dilakukan. Sifatnya yang fleksibel dan tertutup membuat orang-orang yang bekedudukan dan memiliki kekuasaan tinggi serta fasilitas yang mumpuni mengandalkan strategi ini untuk mencapai tujuannya. Saat pelobi dan terlobi terlibat komunikasi, maka pada titik inilah lobi membutuhkan tawar menawar fasilitas yang mengiurkan kedua belah pihak. Tawar-menawar fasilitas dalam aktifitas lobi adalah suatu hal yang paling penting untuk mencapai kesepakatan kedua belah pihak. Tawaran fasilitas itu tentu bisa apa saja; jabatan tinggi, rumah atau apartemen mewah, mobil mewah, uang milliaran dollar, emas dan wanita (seks) adalah fasilitas yang paling sering digunakan dalam aktifitas konspiratif ini. Tekhnik lobi mungkin adalah tekhnik yang sudah ada sejak manusia ada di Bumi. Aktivitas yang tersembunyi, lugas, dan menggiurkan ini telah membentuk jatuh-bangunnya pradaban di dunia. Kita tahu bagaimana Lobi seorang Haman dan kroninya dalam melanggengkan kekuasaan Firaun sampai-sampai Sang Raja tidak lagi menganggap dirinya sebagai manusia tetapi Tuhan. Bagaimana ketika Harut dan Marut melobi Tuhan agar dijadikan manusia yang berujung petaka buat mereka berdua akibat rayuan Iblis, ingatlah saat Aisiyah Istri Firaun melobi suaminya agar mengangkat bayi Nabi Musa, AS sebagai anak angkat ditengah perintah pembantaian bayi lakilaki dilakukan oleh suaminya. Seorang Sicero karena tekhnik lobi yang luar biasa berhasil
menyelamatkan perang saudara dalam pemerintahan bangsa Romawi, murid-murid Socrates tak lelahnya melobi majelis hukum Yunani dengan imbalan mereka siap dijadikan budak selamanya, namun Sang Intelektual memilih meminum racun menuju keabadian. Balian de Iberin besama Raymund berusaha melobi Shalahuddin Al Ayubi agar tak menyerang Yerusalem akibat prilaku biadab panglima Kesatria Templar Reynauld de Catilon dan Raja Yerusalem dungu Guy de Lusignan yang berniat menyerang Kota Makkah dan Madinah yang memprovokasi Sultan dinasti Ayyubiah itu. Dalam catatan sejarah pun Jendral Hindia Belanda Fand De Boer dengan tekhnik lobi luar biasa berhasil memainkan nafsu raja-raja Jawa agar mensiasati Pangeran Diponegoro agar mau berunding, pristiwa ini pada akhrinya membuat Sang Pangerang dan juga Mursyid Thariqat Syahtariah ini tertangkap dan berakhirlah perlawan Pejuang Jawa. Hal yang sama dilakukan oleh Spelman, panglima VOC ini berhasil melobi Kesatria Bugis Arung Palakka dan beberapa kerajaan jajahan Gowa untuk melawan Kerajaan Gowa, hasilnya lobi yang dilakukan oleh Spelman dengan imbalan ratusan kilogram emas Sadilo itu sukses meruntuhkan kerajaan Gowa dan sekutunya. Dan yang tak kalah mencengankan lobi para Ulama Jawa yang dikenal dengan Wali Songo berhasil meruntuhkan Kerajaan Maritim tangguh Majapahit lalu dengan strategi politik agama dan kebudayaan mereka berhasil mengislamkan Nusantara. Tekhnik lobi diatas mungkin membuat kita kagum sekaligus mungkin membuat bulu kuduk kita berdiri, sebab lobi bisa menjadi alat yang luar biasa manusiawi dan beradab tapi sebaliknya ditangan ahli komunikasi politik handal yang berakal bulus, lobi bisa berubah menjadi senjata mematikan yang hampir menghilangkan standar kemanusian kita. Tak perlu jauh mengambil sampel, skandal dalam dunia politik di negeri ini hampir seluruhnya terjadi dalam aktifitas lobi. Lihatlah bagaimana kasus korupsi pembangunan kompleks prumahan atlit di Hambalang yang menyeret politisi Nasaruddin, Anas Urbaningrum dan Andi Mallarangen ke meja hijau, kita tentu bisa berkelakar bahwa hujat-hujatan mereka di media tentu tak semesra saat mereka duduk bersama dalam lobi proyek yang bernilai kurang lebih 1 triliun itu. Orang-orang alim dan berilmu pun ternyta muncul belangnya saat berada dalam aktifitas lobi, kita tak bisa membayangkan bahwa Lutfi Hasan Ishak dan bawahannya Ahmad Fathonah terlibat kasus korupsi dana proyek pengadaan daging sapi yang lobinya dengan imbalan seorang Maharani yang seksi, semok dan segar mengalahkan daging sapi manapun di dunia ini (silahkan tersenyum atau berhasrat wahai pembaca). Tentu yang tak kalah luar biasa adalah saat Al-Quran Kitab Suci ummat Islam itu ternyata juga tak luput dari mafia koruptor, dana pencetakannya ternyata jauh hari sudah dilobi oleh beberapa pejabat Kementrian Agama yang nota bene ahli hukum Islam. Dan terakhir yang paling memalukan seorang Akil Mukhtar (Pen: bermakna Yang berakal dan Terpilih) ketua Mahkamah Konstitusi terjebak dalam lobi dengan imbalan milliaran rupiah yang kembali mencoreng wajah Indonesia yang sudah semakin korengan akibat prilaku korup para pejabatnya. Walhasil, mari kita yang punya akal dan hati melakukan lobi dengan tujuan maslaha, sebab sampai hari inipun sejarah membuktikan bahwa hanya Rasulullah Mumammad, SAW yang sukses melobi sholat 5 waktu dari perintah awal 50 kali sehari semalam. Rasululah melobi Allah dengan berlandaskan cinta kepada ummatnya, meski kita ketahui bersama persitiwa ini juga adalah perencanaan Allah yang Maha besar.