Selamat Datang Presiden Kami Yang Baru Oleh : Suryananda, S.IP Diposting oleh : Administrator Sub Menu: Artikel Umum - Dibaca: 77 kali
WAHAI presiden kami yang baru, Kamu harus dengar suara ini, Suara yang keluar dari dalam goa, Goa yang penuh lumut kebosanan. Walau hidup adalah permainan, walau hidup adalah hiburan,tetapi kami tak mau dipermainkan. Dan kami juga bukan hiburan. Turunkan harga secepatnya, Berikan kami pekerjaan, Pasti kuangkat engkau Menjadi manusia setengah dewa. (Iwan Fals).
Tentu kita ingat dan pernah mendengar lirik lagu Iwan Fals yang berjudul “Manusia setengah dewa�. Kutipan baitnya mengisyaraktkan datangnya presiden baru, pemimpin baru bangsa Indonesia. Rakyat menumpahkan harapannya dari rasa bosan dan ketertindasan, jeritan rakyat yang berharap presiden baru kini mampu membuka mata dan telinga, kepekaan rasa, dan tentu saja sang presiden yang diharapkan bisa lebih baik dari presiden sebelumya. Ya, pelantikan yang dinanti akhirnya tiba, euforia kegembiraan sungguh terasa dari semua kalangan rakyat, relawan dan tentu presiden Indonesia ke tujuh, Jokowi. Gelaran arak-arakan dan konser sebagai salah satu ungkapan syukur dan rasa gembira wajar saja namun belum saatnya. Seburuk apapun presiden SBY namun apresisi mestinya diberikan kepadanya. Jika memang acara selepas pelantikan ini sebagai upaya semakin dekat pada rakyat, mestinya berfikir bahwa kini tugas berat telah di amanahkan oleh rakyat ke pundak pasangan Jokowi-Jk sebagai pemenang Pilpres 2014, rakyatpun ikut terlarut. Jangan Bergembira Dulu Belum saatnya bergembira ria, belum ada hal yang patut dibanggakan dari seorang Jokowi sebelum membuktikan kinerjanya untuk mensejahterakan rakyat dan bangsa. Salah satu indikator paling mudah ialah jika di kota- kota besar dan di Jakarta para pengemis dan gelandangan minimal sudah berkurang, nilai rupiah meningkat dan hubungan antara Negara Indonesia disegani serta intervensi pihak asing terhadap asset bangsa kian berkurang. Bukan pesimis, akan tetapi harapan itu tetap ada. Selepas presiden Susilo Bambang Yudoyono, Indonesia yang menyambut seorang presiden baru kini masih menunggu kejutan yang bukan sekedar blusukan atau terlihat sederhana dan jujur, sebab itu bukan jaminan. Karir politik Jokowi yang terbilang cepat, bukan indikator, akan tetapi kerja dan kinerjanya ke depan kami nantikan. Terlepas dari berbagai kajian kosmologi dan analisis politik secara ilmiah, rakyat hanya butuh perubahan. Jargon Indonesia hebat kini memegang amanah.
Terlebih jika kita merefleksi, sekian rangkaian panjang Pilpres 2014 tmpo hari, mulai dari proses di Komisi Pemilihan Umum yang telah menuntaskan hasil penghitungan suara secara Nasional yang mengalami berbagai tantangan dan berbagai benturan, tentunya akan menyisahkan sentiment politik yang akan berlanjut. Meski demikian, pelantikan membuktikan, memang jawara Pilpres 2014 ialah, Jokowi-JK mengalahkan pasangan Prabowo-Hatta. Namun Kedua pasangan itu adalah putra-putra terbaik bangsa yang diperhadapkan dalam sistem dan ketentuan demokrasi, pada proporsinya tersendiri keduanya untuk dipilih oleh rakyat. Kembali Kepangkuan NKRI Walau bagaimanapun hasilnya, pesta ini tentulah harus disambut suka cita dan kegembiraan. Setelah itu, semua kembali ke dalam pangkuan keluarga besar NKRI yang bergandengan tangan, dan satu misi kesadaran membangun Bangsa Indonesia, segala bentuk perbedaan sepanjang pemilihan umum, telah berubah, melebur kembali ke dalam persatuan, menjalin kegembiraan bersama, benarkah itu bisa terwujud? Sebab secara luas diketahui seluruh publik indonesia, bahwa pemilihan presiden dan wakil presiden kali ini berlangsung dalam dinamika yang bertensi tinggi.pada skala tertentu tampak berbagai pertentangan yang ekstrem antara kedua kubu. Terlihat sejak cakrawala politik tanah air dihirukpikukkan ‘kontroversi’ hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei, dengan dua ‘hasil’ yang berbeda. Akan tetapi hasil dari berbagai lembaga survei yang kredibilitasnya tidak pernah diragukan dan berada dalam daftar rilis KPU, menunjukkan Jokowi-JK sebagai pemenang Pilpres 2014. Mengingat hasil hitung cepat relatif tak jauh berbeda dengan hasil penghitungan nyata oleh Komisi Pemilihan Umum, Hal inilah kemudian dijadikan dasar oleh masing-masing kandidat dijadikan sebagai acuan untuk mengumumkan kemenangan. Tak berhenti sampai disitu keduanya kembali bertarung sebagai sebuah koalisi KMP vs Indonesia Hebat pada proses di MK dan perebutan jajaran unsur pimpinan di parlemen dan hingga lahirlah berbagai asusmsi bahwa presindentil akan berwarna parlemen karena KMP menyapu bersih kekuasaan diparlemen. Padahal Rakyat baru saja menyelesaikan tahapan pesta demokrasi dengan gembira dan penuh suka cita. Dengan harpan pilihannya bisa mewujudkan mimpi dan menunaikan janji-janjinya. Keluhan, ketidakpuasan, kekecewaan dan ketaksempurnaan diselah pilpres ini, dapatlah disebut sebagai bagian dari sebuah pesta besar yang melibatkan jutaan orang. Rakyat yang sudah ikut pesta, dengan tulus melaksanakan haknya memilih calon presiden dan calon wakil presiden. Meski demilkian, sebagaian masyarakat berasumsi bahwa terlalu muluk kalau berharap hasil pemilihan presiden ini akan langsung membawa perubahan yang signifikan, terutama bagi rakyat. Dari era orde baru ke era pemerintahan masa reformasi rakyat selalu saja jadi penonton di luar panggung pesta. Rakyat kecil tetap saja berdesak-desak di permukiman kumuh kota atau bahkan tanpa rumah, serta rakyat miskin desa yang primitif. Sehingga mereka para buruh pabrik kota harus gentayangan di kolong jembatan, tetap saja bergelantungan di bus, berhimpitan di dalam kapal kelas ekonomi, berdesakan di angkutan kota, atau berjudi dengan maut di atas sepeda motor yang berubah fungsi menjadi alat angkut keluarga. Di
masa silam, suara wakil rakyat itu kadang bertolak belakang dengan suara rakyat yang sesungguhnya. Itu dulu. Dinamika yang terekam dalam hasil pemilihan umum legislatif dan pemilihan presiden, tampak bahwa pada titik tertentu rakyat sudah bisa menentukan pilihannya secara dengan statistic tingkat partisispasi politik yang tinggi. Kini rakyat akan segera kembali pada tempatnya, entah dia semata sebagai penonton setia bergembira dibalik konstalasi politik ataukan tetap menitip harapan kepada semua pihak yang terlibat. Baik jokowi-jk (indnesia hebat) dan prabowo –Hatta (KMP), president dan parlemen yang kedepan agar bahu membahu berjuang memajukan bangsa tanpa melihat lagi siapa kalah siapa menang. Tidak semata menunjukkan ambisi kekuasaan dan kepentingan partai belaka. Bagi rakyat, selain ucapan selamat kepada bapak presiden mari kita nanti kebijakan Jokowi kedepan, Kabinet Jokowi-JK bias berbuat apa dan melakukan apa untuk bangsa Indonesia [KabarMandar.Com/*] SURYANANDA Alumni Universitas AL-Asyariah Mandar Sulawesi Barat, Mahasiswa Magister Ilmu Politik Universitas Nasional Jakarata Pengurus PB-PMII Masa Khikmat 2014-2016