Pieter Akan Mati Hari Ini
Pieter Akan Mati Hari Ini.indd 1
8/23/2009 10:37:15 AM
Dalil-Dalil dari Hadis Rasulullah (1) Kaum muslimin itu berpegang pada persyaratan mereka. [HR Al-Bukhari dalam kitab As-Sunan Al-Kubra VII/248, Abdurrazzak dalam Mushannaf-nya VIII/377, Al-Hakim II/57 nomor 2309, Ad-Daraquthni II/606 nomor 2845, Abu Dawud 3594. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Irwaa’ul Ghaliil V/142 nomor 1303] (2) Tidak dihalalkan harta seorang muslimin kecuali yang diberikan dari ketulusan hatinya yang dalam. [HR Al-Baihaqi dalam kitab Sunnannya VIII/182, Ahmad V/276, nomor 15488, Ad-Daraquthni II/602 nomor 2849-2850, Abu Ya'la III/140 nomor 1570. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Irwaa'ul Ghaliil nomor 1459] (3) Barangsiapa yang lebih dulu pada suatu hal yang mubah, maka dialah yang paling
berhak terhadapnya.
Pieter Akan Mati Hari Ini.indd 2
8/23/2009 10:37:15 AM
Denny Prabowo
Pieter Akan Mati Hari Ini hd
Pieter Akan Mati Hari Ini.indd 3
8/23/2009 10:37:15 AM
Pieter Akan Mati Hari Ini Penulis Denny Prabowo
Penyunting Tebing Cakrawala Penata Letak De Zha Voe
Ilustrator Frits Ahlefeldt www.hikingartist.com Desain Kover rumahkepompong
Cetak Pertama, 2009 diterbitkan oleh Hafi Denny Publishing Jl. Kapuas 2 No. 3 Depok Timur 16417 Hp. 08999910037
hak cipta dilindungi Allah Subhanahu wa ta'ala dilarang mempublikasikan dalam bentuk apa pun tanpa seizin penulisnya
Pieter Akan Mati Hari Ini.indd 4
8/23/2009 10:37:15 AM
Semacam Pengantar:
Membicarakan Proses Kelahiran Cerpen
M
enurut Maman S. Mahayana (2005:362—363) , dibandingkan dengan sejarawan, sastrawan sebenarnya memiliki ruang yang lebih leluasa ketika ia hendak menyampaikan refleksi evaluasinya tentang masa lalu. Secara subjektif, ia dapat memaknai dan menafsirkan fakta atau peristiwa sejarah menurut kepentingannya. Ia juga dapat menyampaikan alternatif lain di balik peristiwa-peristiwa sejarah. “Pieter Akan Mati Hari Ini� lahir dari penafsiran saya terhadap peristiwa sejarah yang terjadi di Batavia, yaitu eksekusi hukuman Pieter Erberveld yang dituduh akan melakukan makar. Saya memanfaatkan tokoh Jan van de Marre, seorang penyair Belanda yang hidup di masa itu, sebagai narator atau pencerita yang juga telah membantu pelarian Pieter. Tak ada keterangan yang menyatakan bahwa Jan pernah berhubungan dengan Pieter. Begitulah saya memaknai dan menafsirkan Mahayana, Maman S. 2005. 9 Jawaban Sastra Indonesia.Jakarta: Bening Publishing
Pieter Akan Mati Hari Ini.indd 5
8/23/2009 10:37:15 AM
denny prabowo
fakta atau peristiwa sejarah, serta menyampaikan alternatif lain di balik peristiwa-peristiwa sejarah asal-usul kampung Peca’ Kulit.
Pekerjaan saya sebagai editor di Balai Pustaka mempertemukan saya dengan Surapati dan Robert Anak Surapati, novel sejarah yang ditulis oleh Abdoel Moeis. Pekerjaan menyunting kedua karya tersebut, membuat saya tertarik untuk menulis “versi lain” dari peristiwa yang dialami oleh Untung Surapati dan Robert, anak Surapati dari Suzane. Maka lahirlah cerpen “Senja di Langit Pasuruan”. “Fragmen Senja di Bulan Mei” saya tulis hampir sepuluh tahun setelah tragedi 14 Mei. Sepuluh tahun yang lalu ketika peristiwa itu terjadi, saya tak mengingat kecuali kesulitan belanja untuk makan sehingga harus memasak nasi goreng dengan bumbu seadanya. Sedang tetangga saya pulang dengan berkantong-kantong minyak goreng yang baru ia jarah dari sebuah toko di kawasan Pasar Minggu. Saya membaca peristiwa tersebut melalui cerpen-cerpen Seno Gumira Ajidarma. Saya kemudian mencari berita-berita tentang peristiwa itu melalui internet. Apa yang mendorong saya menuliskan cerpen itu? Saya tidak tahu. Apakah kita membutuhkan alasan untuk menulis sebuah cerpen?
Plato beranggapan bahwa sastra dan seni hanya peniruan, peneladanan, atau pencerminan dari kenyataan, Aristoteles di pihak lain, beranggapan bahwa dalam proses penciptaan, sastrawan tidak semata-mata meniru kenyataan, tetapi sekaligus
vi
Pieter Akan Mati Hari Ini.indd 6
8/23/2009 10:37:15 AM
semacam pengantar
menciptakan sebuah “dunia” dengan kekuatan kreativitasnya. Dunia yang diciptakan pengarang adalah sebuah dunia yang baru, dunia yang diidealkan, dunia yang mungkin dan dapat terjadi walau sebenarnya tidak pernah terjadi. “Sepuluh Juta Rupiah” lahir setelah saya mendengar seorang tukang ojek yang mangkal di depan warteg nyeletuk, “Seandainya gue nemu uang sepuluh lima juta!” Ucapan itu membuat saya berpikir, untuk apa uang lima juta? Kebetulan waktu itu saya belum menikah, dan konon untuk meminang seorang gadis Anda membutuhkan uang minimal sepuluh juta rupiah. Apakah tukang ojek itu ingin menikah? Saya tidak merasa perlu untuk menanyakannya, bagi saya ucapannya sudah cukup untuk menuliskan sebuah cerita. Namun, baru satu tahun kemudian, setelah saya berkunjung ke perpustakaan Rumah Cahaya yang berada di daerah Penjaringan, saya menemukan latar dan tokoh untuk ide tersebut. Cerpen “Penulis Cerita dan Copet” lahir justru ketika saya sedang kesulitan menulis cerpen karena terlalu banyak ide yang muncul di kepala. Akhirnya, ide-ide itu saya masukkan ke dalam tong sampah. Pengalaman kesulitan menulis itu yang akhirnya saya tulis menjadi sebuah cerpan. Peristiwa-peristiwa yang muncul dalam cerpen itu pun merupakan keseharian saya yang telah mengalami proses interpretasi.
“Sebuah nama yang Kusebut dalam Tidur” saya tulis dengan menggunakan teknik otomatisme yang biasa dipakai oleh seniman surealis. Saya tidak merencanakan ide apa-apa Lihat Luxemburg, dkk dalam Nurgiantoro, 2005: 7
vii
Pieter Akan Mati Hari Ini.indd 7
8/23/2009 10:37:15 AM
denny prabowo
ketika menuliskannya. Yang saya lakukan hanya duduk di depan komputer dan menuliskan apa saja yang muncul di kepala saya ketika itu. Akibatnya, apa yang saya pikirkan, apa yang saya lakukan, dan apa yang saya rasakan terhadirkan dalam keseruangwaktuan. Apakah cerpen itu bisa dimasukan dalam genre surealisme? Saya tidak memikirkannya, biar saja para kritikus yang memberikan pertimbangannya. Dalam workshop kepenulisan bagi nominator Sayembara Menulis Cerpen yang diadakan oleh Menpora bekerjasama dengan Creative Writing Institute (CWI), Hamsad Rangkuti mengatakan, “Berita adalah kunci kontak kita menulis, dan SIM-nya adalah bahasa�. Meski saya bukan penonton berita yang teguh, ternyata bayak juga cerpen-cerpen saya yang lahir akibat menonton berita di televisi.
“Terompet Tanduk Kerbau� saya tulis berdasarkan ingatan akan sebuah tayangan televisi tentang Umar Manik, yang memiliki cara unik ketika akan memberi makan monyetmonyet liar di Hutan Sibatu Loting, yaitu memanggil monyetmonyet itu dengan menggunakan terompet dari tanduk kerbau. Kemudian saya mengumpulkan informasi tentang Umar Manik dari internet, dari sana saya menemukan konflik untuk mulai menyusun sebuah plot. Suatu ketika saya menonton infotainment di televisi. Beritanya tentang Djenar Maesa Ayu. Jarang-jarang ada penulis yang muncul di infotainment. Dalam berita itu, Djenar memperlihatkan bonekanya yang ia beri nama Melly (apakah ejaannya seperti ini saya tidak tahu karena nama itu
viii
Pieter Akan Mati Hari Ini.indd 8
8/23/2009 10:37:15 AM
semacam pengantar
diucapkannya, bukan dituliskan). Konon Djenar dan anaknya suka berebut boneka itu. Berita itu mengilhami saya menulis cerpen “Melly”.
Ketika seorang wartawan RCTI wafat dalam tawanan tentara Gerakan Aceh Merdeka (GAM), saya kemudian berpikir bagaimana nasib istri dan anaknya? Maka lahirlah cerpen “Sayur Asem”, berkisah tentang seorang anak yang ingin memberi kejutan di hari ulang tahun ibunya dengan memasak sayur asem. Dahulu ibunya sering memasak sayur asem untuk ayahnya, sebelum suaminya itu meninggal dalam tugas meliput di daerah konflik. Mengapa sayur asem? Saya tak memiliki alasan lain kecuali saya menggemari masakan itu dan sejak kelas lima SD sudah bisa memasaknya sendiri.
Suatu kali dalam sebuah workshop teater di Taman Ismail Marzuki, Slamet Rahardjo Jarot mengatakan pada para peserta, “Jika karya tak mau ditafsir orang, sebaiknya simpan saja di dalam lemari.” Sebuah karya ketika telah dipublikasi maka ia bukan lagi hanya menjadi milik penulisnya, melainkan juga milik pembaca. Pembaca bebas memberi makna kepada karya tersebut. Barangkali, perkataan Slamet Rahardjo itu yang membuat saya suka menafsir karya orang lain. Barangkali juga saya terinspirasi dengan cerpen “Tongkat el Hakim” yang menghidupkan kembali tokoh Romeo dan Juliet. Saya pun menghidupkan tokoh dalam cerpen Djenar Maesa Ayu yang berjudul, “Melukis Jendela”. Cerpen itu bercerita tentang seorang gadis remaja bernama Mayra. Ia
ix
Pieter Akan Mati Hari Ini.indd 9
8/23/2009 10:37:15 AM
denny prabowo
tinggal dengan ayahnya yang sibuk bekerja. Sejak kecil dia tak tahu di mana ibunya. Mayra sering mengalami pelecehan seksual dari teman-teman sekolahnya. Mayra melukis ibunya lalu mengadukan perlakuan teman-temannya itu kepada lukisan ibunya itu. Ibunya menyuruh Mayra menyayat wajahnya. Mayra pun menyayat wajahnya dengan pisau.
Saya kemudian berpikir, bagaimana jika Mayra merasa kehidupannya yang dia alami dalam cerpen “Melukis Jendela” diakibatkan oleh penulisnya? Apa yang akan dilakukannya? Bukankah bagi tokoh fiktif, realitas fiksional itu merupakan realitas yang sungguh dialaminya? Saya kemudian teringat dengan pisau yang digunakan untuk menyayat wajahnya. Dan pisau itu yang kemudian digunakan Mayra untuk membunuh penulisnya, Maesa Ayu, dalam cerpen saya yang berjudul “Mayra”. Seingat saya, cerpen ini saya tulis hanya dalam waktu dua jam saja. Ketika menulis cerpen ini, saya belum mengetahui teknik otomatisme yang sering dilakukan seniman penganut surealisme. Namun, apa yang tertuang dalam cerpen itu, seolah mengada begitu saja setelah saya membaca cerpen “Melukis Jendela” karya Djenar. “Cermin Rias Ibu” seingat saya juga lahir akibat pembacaan saya terhadap cerpen “Melukis Jendela”. Apa boleh buat, saya memang menyukai cerpen itu. Namun, ada bagianbagian dari cerpen itu yang terasa vulgar. Djenar mungkin punya alasannya sendiri untuk menghadirkan kevulgaran itu, dan saya tak mau peduli dengan alasannya. Cerpen Djenar itu membuat saya berpikir bagaimana cara menulis cerita tentang
Pieter Akan Mati Hari Ini.indd 10
8/23/2009 10:37:15 AM
semacam pengantar
pelecehan seksual tanpa kevulgaran? Entahlah, apakah cerpen itu berhasil seperti yang saya harapkan, saya tidak tahu, biar pembaca yang menilainya.
Cerpen “Aku, Pisau, dan Kata” merupakan penafsiran saya terhadap puisi Sapardi Djoko Damono yang berjudul Kami Bertiga. Boleh juga disebut penyaduran puisi menjadi cerpen. Yang saya lakukan hanya menghadirkan tokoh dan latarnya untuk sebuah puisi yang tanpa tokoh dan latar itu pun sudah berbicara banyak kepada pembacanya. Apa boleh buat? Saya memang menggemari puisi-puisi Sapardi. “Seribu Masjid yang Kudirikan” lahir akibat pembacaan saya terhadap cerpen “Dongeng Penunggu Surau” karya Joni Ariadinata, cerpen Afifa Afra (saya lupa judulnya), dan puisi Seribu Masjid Satu Jumlahnya karya Emha Ainun Najib. Josip Novacovich (2003: 22) berangan-angan bisa mendapatkan sebuah cerita klasik seperti Odyssey dari seorang rakyat biasa.
Menurut Novakovich, sungguh kebiasaan yang baik untuk mendengarkan orang berbicara dan apa yang mereka bicarakan karena tukang dongeng yang terbaik seringkali bukan pengarang. Bagi mereka, berkomuniksi dengan para pendengar adalah sesuatu yang sangat berhaarga saat mendongeng, dan karena itu, mereka lebih senang bercerita langsung daripada menuliskannya. Novakovich, Josip. 2003. Berguru kepada Sastrawan Dunia. Bandung:
Kaifa
xi
Pieter Akan Mati Hari Ini.indd 11
8/23/2009 10:37:15 AM
denny prabowo
Barangkali, kita termasuk yang sangat beruntung, karena dongeng-dongeng dan cerita rakyat banyak dituliskan dalam sebuah buku. Sehingga kita tak perlu berburu ke daerah-daerah terpencil sekadar untuk mendapatkan sebuah dongeng. “Pelangi Senja” saya tulis berdasarkan ingatan akan dongeng Jaka Tarub yang mencuri selendang bidadari dan menikahi bidadari pemilik selendang itu.
“Tambuli, Perempuan yang Berdiri di Muka Jendela” mungkin dapat dikatakan sebagai cerpen pertama saya yang mempersoalkan tradisi di suatu daerah. Apakah saya sedang ingin protes ketika menuliskannya? Sayangnya tidak. Bukan semangat itu yang melahirkan cerpen tersebut. Kira-kira tahun 2001 (kalau tak salah ingat) saya membaca cerbung “Putri Kejawen” di majalah remaja Annida. Saya terkesan dengan cerber itu. Dan ternyata, penulisnya berasal dari daerah Sumatra Barat. Bagaimana dia bisa menulis tentang kejawen? Baru lima tahun kemudian saya dapat menulis cerpen tentang tradisi begawai di suku Talang Mamak. Sejak itu saya seperti ketagihan menulis cerpen tentang suatu tradisi di suatu daerah. Maka lahirlah “Tedong Helena” yang mempersoalkan tradisi Rambu Solo’. Lagi-lagi, saya tidak sedang ingin protes terhadap tradisi itu. Saya hanya sedang membayangkan seandainya saya harus menjalani tradisi yang bisa menelan biaya hingga ratusan juta hanya untuk prosesi penguburan jenazah itu, dari mana saya bisa mendapatkan uangnya? Meski saya memiliki banyak refrensi ternyata tidak mudah mencari konfliknya. Setelah lama mengendapkannya, saya mendapat
xii
Pieter Akan Mati Hari Ini.indd 12
8/23/2009 10:37:16 AM
semacam pengantar
sebuah artikel yang saya lupa dari mana sumbernya. Dalam artikel itu disebutkan bahwa ahli waris yang paling banyak menyumbang untuk gelaran Rambu Solo’ itu akan mendapat bagian warisan yang paling besar pula.
Saya makin rajin mencari refrensi tentang tradisi-tradisi di daerah-daerah di Indonesia. Entahlah, saya seolah menemukan kepuasan ketika menuliskan cerita yang berlatar tardisi tersebut. Saya pun membeli buku tentang tradisi pelaut-pelaut Mandar. Sampai habis membaca buku itu, saya masih juga tak menemukan ide untuk sebuah cerpen. Bersamaan dengan itu saya rajin membaca refrensi tentang hari Sabat dalam Alquran serta hadis-hadis Nabi. Tiba-tiba saya ingin menuliskan cerita tentang hari Sabat. Dan entah mengapa kemudian saya seperti terhubung dengan buku tentang pelaut Mandar. Maka lahirlah cerpen “Dilarang Menjala Ikan di Hari Sabtu”. Apakah ada hubungannya antara hari Sabat dengan pelaut Mandar? Saya tak bisa memastikannya dan tak ingin memastikannya. Begitulah proses kelahiran cerpen-cerpen dalam buku ini. Suatu kali Hamsad Rangkuti mengatakan bahwan sastra merupakan seni berbohong yang indah. Apakah imajinasi sama dengan kebohongan?
Cecep Syamsul Hari, dalam “Puisi dan Yang Lain” mengatakan, “Imajinasi bukanlah mimpi atau fantasi. Ia adalah kualitas untuk menghadirkan realitas yang dialami (experiencedreality) dan realitas yang ditafsirkan (interpreted-reality) yang terjadi di masa lalu, masa kini, dan masa depan.” Majalah Horison Tahun XLII, No.8/ Agustus 2007: 5
xiii
Pieter Akan Mati Hari Ini.indd 13
8/23/2009 10:37:16 AM
denny prabowo
Maka izinkan saya menghaturkan terima kasih kepada Allah subhanahu wata’ala yang telah memberikan perangkat imajinasi ke dalam diri saya. Serta kepada Al Mustafa, meski tertatih, aku akan selalu berusaha meniti jalanmu. Kepada Mama yang telah mempercayai anaknya menjadi seorang penulis, juga Wanda beserta suaminya yang telah memberikan kepada saya seorang keponakan lucu bernama Zavira Thalita.
Saya mungkin tak berhasil memenangkan sayembara menulis CWI, tapi melalui buku La Runduma, Allah mempertemukan saya dengan seorang bidadari bernama Hafi Zha. Dan melalui ajang itu pula saya berkenalan dengan Maman S. Mahayana pemilik pertapaan sastra di padepokan Paseban. Terima kasih untuk ilmu yang kau berikan.
Pekerjaan saya di Balai Pustaka memungkinkan saya mengenal secara pribadi Seno Gumira Ajidarma dan Budi Darma yang karya-karyanya menjadi kitab kemestian yang harus saya baca. Ah, diam-diam aku mencuri ilmu dari bukubuku kalian. Terimalah ucapan terima kasih dari seseorang yang berharap bisa memperoleh ilmu secara langsung dari kalian.
Ucapan terima kasih saya haturkan kepada rekan-rekan kerja di Balai Pustaka. Teruslah menjadi dosen bagi saya, seorang mahasiswa kehidupan yang haus akan ilmu. Teramat khusus kepada Pak Zaim Uchrowi yang memercayai seorang lulusan SMA menjadi Asisten Manajer Buku Sastra di Balai Pustaka. Saya mungkin dilahirkan di majalah Aneka Yess!, tapi Forum Lingkar Pena (FLP)-lah yang telah membesarkan
xiv
Pieter Akan Mati Hari Ini.indd 14
8/23/2009 10:37:16 AM
semacam pengantar
saya lewat diskusi-dikusi yang menggairahkan, terkhusus saudara-saudara saya di FLP Depok, maafkan jika saya tak bisa menyebut nama kalian satu persatu. Kalian hidup di dalam pikiran saya.
Cerpen-cerpen saya mungkin akan terserak begitu saya dalam laman-laman di internet, halaman-halaman koran bekas, folder-folder dalam komputer, jika Allah tidak memperkenalkan saya dengan penerbit Masmedia Buana Pustaka. Maka seperti seorang ibu yang telah menyelesaikan tugasnya membesarkan seorang anak, saya melepas cerpencerpen saya ke belantara buku, tempat pembaca bebas memaknai tiap kata di dalam cerpen-cerpen saya. Selamat membaca!
Salam, Denny Prabowo Kapuasdua, 21/08/09 05:36 WIB
xv
Pieter Akan Mati Hari Ini.indd 15
8/23/2009 10:37:16 AM
denny prabowo
xvi
Pieter Akan Mati Hari Ini.indd 16
8/23/2009 10:37:16 AM
Daftar Isi Semacam Pengantar: Membicarakan Proses Kelahiran Cerpen ~ v Pieter Akan Mati Hari Ini ~ 1 Fragmen Senja di Bulan Mei ~ 9 Senja di Langit Pasuruan ~ 20 Sepuluh Juta Rupiah ~ 28 Melly ~ 36 Terompet Tanduk Kerbau ~ 45 Sayur Asem ~ 56 Cermin Rias Ibu ~ 63 Aku, Pisau, dan Kata ~ 71 Seribu Masjid yang Kudirikan ~ 74 Pelangi Senja ~ 84 Mayra ~ 91 Penulis Cerita dan Copet ~ 101 Sebuah Nama yang Kusebut dalam Tidur ~ 111 Tambuli, Perempuan yang Berdiri di Muka Jendela ~ 120 Tedong Helena ~ 128 Dilarang Menjala Ikan di Hari Sabtu ~ 139 Riwayat Publikasi ~ 148 Tentang Penulis ~ 150
xvii
Pieter Akan Mati Hari Ini.indd 17
8/23/2009 10:37:16 AM
untuk Tebing Cakrawala dan Hafi Zha, bundanya.
xviii
Pieter Akan Mati Hari Ini.indd 18
8/23/2009 10:37:16 AM
Pieter Akan Mati Hari Ini
S
ejak mercon itu meledak di benteng Zeelandia , aku tahu, hidup Pieter tak akan lama lagi. Derap langkah kuda serdadu kompeni yang melintasi depan rumahku serupa dengus napas sang maut. Bau kematian. Merebak ke tiap penjuru Jacatraweg.
De Malcontent memang menyimpan bara pada kompeni. Namun, siapa percaya jika ia mampu menghimpun kekuatan untuk membantai seluruh orang Belanda di Batavia? Bukankah Margaretha, istrinya juga seorang Belanda? Kuasa kompeni telah memilih Pieter dan kawan-kawan sebagai tertuduh utama, meski tak satu bukti—kecuali isu yang diembuskan oleh seorang budak kepada istri Reijkert Heere. Aku tahu, Pieter akan mati hari ini.
Tiga pekan lalu, serdadu kompeni menyerbu kediaman Pieter. Meringkusnya sebagai penjahat yang hendak melakukan makar. Bahkan, usaha Aletta mencegah serdadu membawa ayahnya hanya kesia-siaan. Margaretha mendekap tubuh anaknya ketika Pieter, Kartadriya, Layeek, dan enam belas orang Gudang mesiu Orang yang Kuciwa, lihat Saidi, Ridwan (hlm.184).1987.Profil Orang Betawi—Asal Muasal, Kebudayaan, dan Adat Istiadat, Jakarta: PT Gunara Kata
Pieter Akan Mati Hari Ini.indd 1
8/23/2009 10:37:16 AM
denny prabowo
lainnya digiring ke Stadhuis . Aku hanya bisa memandang dari balik jendela. Menuliskannya dalam baris-baris soneta. Apa boleh buat, aku hanya seorang pujangga. Apakah segerombolan kata-kata akan mungkin menghadang bedil-bedil kompeni itu? Sejarah memang harus dituliskan.
Wajah Pieter mengeras demi mendengar keputusan Dewan Heemraden. Bagaimana mungkin, tanah di Pondok Bambu dan Sontar yang dahulu dibeli ayahnya, dihapus kepemilikannya. Ia bahkan harus membayar sewa karena telah menggunakan tanah tersebut untuk usaha.
“Begitu besarkah kebencian mereka kepada seorang burgerij sepertiku?” kata Pieter memeram bara, “mamiku memang Siam. Tapi apa salahnya menjadi orang Siam? Bukankah kita tak memilih dari rahim siapa dan di mana kita dilahirkan?”
Margaretha dan Aletta tak tahu harus berkata apa. Mereka hanya bisa bermain-main dengan sendok dan garpu di tangannya. Selera makan mereka telah hilang sejak Pieter menggebrak meja setelah membaca surat keputusan Dewan Heemraden mengenai kepemilikan tanah keluarga Erberveld. Sekarang Museum Fatahillah warga keturunan Eropa
Pieter Akan Mati Hari Ini.indd 2
8/23/2009 10:37:16 AM
pieter akan mati hari ini
“Bukankah dahulu papi Tuan seorang Vertegenwordige di Het College van Heemraden?” tanya Ateng Kartadriya, meneliti surat keputusan tersebut.
“Benar, Raden!” ujar Pieter, “mereka bahkan tak peduli pada jasa Papi.” “Hmm... tiga ribu tiga ratus ikat padi?” gumam Ateng Kartadriya, “mungkinkah ini ada hubungannya dengan Rejkert Heere?”
Kedua alis Pieter saling bertaut, ketika keningnya mengerut. Ia seperti sedang mencari alasan paling mungkin bila dugaan Ateng itu benar. Ya... untuk apa? Mengapa Reijkert harus melakukan itu? Ateng Kartadriya dan Pieter saling berpandangan, seperti menemukan jawaban.
Sejak usaha leerlooierij Erberveld senior tersohor, nama Jacatraweg menjadi tenggelam. Orang lebih mengenal tempat itu sebagai kampung Peca’ Kulit. Mungkin karena kepiawaian Erberveld senior itu, pemerintah Belanda mengangkatnya sebagai wakil presiden di Het College van Heemraden. Sepeninggal Erberveld senior, Pieter melanjutkan usaha itu. Kedekatannya dengan bangsa pribumi, membuat Pieter disegani. Ia bahkan berkarib dengan seorang pribumi bernama wakil presiden Penyamakan kulit
Pieter Akan Mati Hari Ini.indd 3
8/23/2009 10:37:16 AM
denny prabowo
Raden Ateng Kartadriya. Mereka bahkan menyebutnya Toean Goesti, setelah ia mengaku sebagai orang Selam .
Seandainya saja dahulu Pieter mau menerima tawaran Henricus Zwaardecroon, mungkin Reijkert Heere tak perlu menjelma sebagai penulis lakon sebuah sandiwara dan menjadikan Pieter pemeran utamanya. Aku tahu, Pieter akan mati hari ini.
Siapa pun yang dijebloskan ke ruang hukuman di Stadhuis, akan mengakui kesalahannya. Landdrost selalu memiliki cara untuk membuat orang mengakui kesalahannya, meski sesungguhnya ia tiada bersalah. Ruang bawah tanah itu adalah saksi bagi keputusasaan. Dan sejarah memang harus dituliskan.
ď ş
Sejak mercon itu meledak di benteng Zeelandia, Gubernur Jenderal Zwaardecroon kian meradang. Hanya tinggal selangkah lagi ia akan menjadi pemilik seluruh tanah di Batavia. Namun, dukun yang diundangnya mengatakan kepadanya, tentang langit Batavia yang telah dipenuhi segala macam ilmu hitam. Seorang stafnya meninggal tiba-tiba karena penyebab yang entah apa. Apalagi tersiar kabar tentang jimatjimat yang beredar di tengah masyarakat. “Selamat siang, Tuan!� sapa seseorang. Zwaardecroon bergeming menatap keluar jendela kantornya. Orang Islam Semacam jaksa
Pieter Akan Mati Hari Ini.indd 4
8/23/2009 10:37:16 AM
pieter akan mati hari ini
“Apakah kau datang membawa kabar, Tuan Reijkert?” tanya Henricus Zwaardecroon tanpa menoleh. “Saya ada membawa kabar, Tuan!” “Kabar baik?”
“Tentu, Tuan!” kata Reikert, “kami sudah menemukan biang keladi kekacauan selama ini.” Zwaardecroon langsung memutar tubuhnya, “Betul yang kaukatakan itu, Reijkert?”
“Benar, Tuan,” ujarnya, “Tuan tentu mengenal Raden Ateng Kartadriya?” “Mandor di leerlooierij milik Pieter?”
“Kami menggeledah rumahnya dan menemukan jimatjimat yang selama ini beredar di masyarakat.” “Jadi, dia pelakunya?”
Reijkert tersenyum, “Tuan tahu siapa yang berada di belakangnya?” “Pieter?”
“Benar, Tuan!”
Zwaardecroon memandang keluar jendela ruang kerjanya, “Kau tentu sudah tahu apa yang harus dilakukan, Reijkart?” Reijkart memberi hormat, melangkah meninggalkan ruang kerja Gubernur Jenderal Henricus Zwaardecroon. Suara langkahnya seperti irama kematian.
Pieter Akan Mati Hari Ini.indd 5
8/23/2009 10:37:16 AM
denny prabowo
Sejak suaminya menjadi penghuni ruang hukuman di Stadhuis, Margaretha telah kehabisan air mata. Ia tak lagi bisa menangis. Leerlooierij milik suaminya tak lagi beroperasi. Hari-harinya hanya ditemani sepi. Sudah beberapa kali dia mengunjungi Stadhuis, mencari tahu nasib suaminya. Sia-sia. Gubernur Jenderal tak mengizinkan siapa pun mengunjungi pelaku pemberontakan. Seperti juga aku, Margaretha tahu, hidup suaminya tak akan lama lagi. Pagi tadi, berkas perkara Pieter dan teman-temannya tidak diserahkan ke Raad van Justitie, tetapi ke Collage van Heemraden. Tanpa seorang pengacara pun mendampingi mereka. Aku tahu, Pieter akan mati hari ini.
Bukankah sudah kukatan, tak ada yang tidak akan mengaku bersalah setelah masuk ruang hukuman di Stadhuis? Begitulah hukum kompeni. Mereka selalu punya cara untuk membuat orang mengakui kesalahan yang tidak dilakukannya.
Aku memang tidak berada di ruang hukuman, tapi aku tahu apa yang telah mereka lakukan terhadap Pieter dan teman-temannya. Sejarah memang harus dituliskan, bukan?
ď ş Tiap jengkal tubuh Raden Kartadriya telah menerima pukulan serta tendangan. Kedua tangannya dirantai. Lehernya dikalungi timbangan besi. Kepalanya tertunduk ke lantai
Pieter Akan Mati Hari Ini.indd 6
8/23/2009 10:37:16 AM
pieter akan mati hari ini
menahan nyeri setiap kali serdadu kompeni menambah pemberat pada timbangan. Namun, ia masih bungkam, tak mau membuka suara.
“Potong habis rambutnya!” perintah Reijkert, “kita lihat, apakah ia masih sanggup tutup mulut!” “Baik, Meneer!”
Helai demi helai rambut Raden Kartadriya berjatuhan di lantai, hingga tak sehelai pun tersisa di kepalanya.
Reijkert mencengkeram leher Raden Kartadriya, lalu men dongakkannya. Lelaki itu malah tersenyum sinis, sorot matanya menyimpan api. Sebuah hantaman ditengkuknya, membuat kesadarannya hilang. “Masukan dia ke dalam sel!” perintah Reijkert, “seret yang lainnya!”
Serdadu kompeni menyeret Layeek, seorang budak dari Sumbawa, orang kepercayaan Pieter setelah Raden Kartadriya.
“Kamu orang tak perlu menderita seperti Kartadriya, jika mau menceritakan tentang rencana pemberontakan kalian!” bujuk Reijkert. “Fuih!” Layeek meludahi wajah Rejkert.
“Kurang ajar!”Tangan Reijkert menghantam dagu Layeek. Pemuda itu langsung tumbang, “Angkat dia!” masyarakat pada masa itu percaya, kesaktian seseorang akan luntur jika rambutnya dicukur habis
Pieter Akan Mati Hari Ini.indd 7
8/23/2009 10:37:17 AM
denny prabowo
Serdadu kompeni merebahkan tubuh Layeek di atas pijnbank10. Kedua tangannya dibentangkan, lalu telapaknya disekrup. Layeek menjerit-jerit kesakitan. Darah. Reijkert tertawa menikmati setiap tetes darah yang retas dari tubuh legam Layeek. “Baik... baik, Tuan... saya akan ceritakan!�
ď ş Sejak Pieter dan teman-temannya membuat pengakuan, Collage van Heemraden telah mengetukkan palunya. Konon dan memang hanya konon, Pieter menyimpan semua rencana pemberontakannya di sebuah peti dalam lemari tua di rumahnya. Pieter mengatakan akan melakukan pemberontakan pada malam tahun baru dengan dukungan pasukan dari Banten, Cirebon, dan Kartasura. Pieter bahkan mengaku telah berkirim surat pada putera Surapati. Aku tahu, Pieter akan mati hari ini.
Meski kompeni tak berhasil menemukan surat-surat yang konon disembunyikan dalam peti di lemari tua miliknya, Raad van Indie telah menyetujui hukuman mati dengan penggal kepala kepada Pieter dan delapan belas orang inlander pengikutnya. Mereka akan mengeksekusinya di lapangan sebelah selatan kasteel. Begitulah, sejarah akan dituliskan, kataku mengakhiri cerita. 10 Bangku penyiksa
Pieter Akan Mati Hari Ini.indd 8
8/23/2009 10:37:17 AM
pieter akan mati hari ini
Kedai minum itu hening. Tak ada yang tahu apa yang sedang bermain di dalam kepala orang-orang yang mendengar ceritaku itu. Pieter Erberveld memang dikenal luas di Batavia. “Kita harus meninggalkan tempat ini, Tuan!” ujar seorang lelaki dengan destar merah melilit kepalanya, “sebelum kompeni menyadari pelarian Tuan. Raden Pengantin beserta pasukannya telah menanti di bekas tanah milik Tuan di Sontar.” “Kartadriya ....”
“Kita tak mungkin membawanya serta.”
“Apakah kau akan ikut dengan kami, Jan?”
“Pergilah!” jawanku, “aku akan menyusul kalian. Biar kuselesaikan dulu soneta ini.”
Sepeninggal kedua orang itu, pemilik kedai yang ikut mendengarkan ceritaku menghampiri, “Tuan, bukankah Meneer yang wajahnya penuh luka itu Pieter Erberveld?”
“Bukan!” kataku sambil berlalu meninggalkan pemilik kedai itu, ”Pieter akan mati hari ini!” Pemilik kedai itu hanya tersenyum, memandangi kepergianku.
Depok, 09/11/2008
Pieter Akan Mati Hari Ini.indd 9
8/23/2009 10:37:17 AM
Tentang Penulis Denny Prabowo. Lahir di Betawi, Desember 1977. Tulisannya dimuat di Kompas, Jawa Pos, Suara Pembaruan, Suara Karya, Padang Ekspres, Sindo, Lampung Pos, Media Indonesia, Sabili, Annida, Aneka Yess!, Muslimah, Cinta, Parle, dll. Pernah masuk nominasi sayembara cerpen Menpora-CWI 2005 & 2006. Cerpennya termuat dalam buku antologi La Runduma (Menpora-CWI 2005), Loktong (Menora-CWI 2006), dan antologi sastra senja DKJ, Kupu-kupu dan Tambuli (DKJ 2006). Selain menjadi penulis lepas, dia juga pengelola perpustakaan Rumah Cahaya, redaktur di http://jurnalparagraph.tk, dan ngantor di Balai Pustaka. Email: tebingcakrawala@yahoo.com & ujungdunia2001@ yahoo.com
169
Pieter Akan Mati Hari Ini.indd 169
8/23/2009 10:37:29 AM