Profil Desa
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Direktorat Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Direktorat Pelayanan Sosial Dasar Generasi Sehat dan Cerdas
Desa Ambawang Kecamatan Kubu Kabupaten Kubu Raya Provinsi Kalimantaan Barat Tahun 2016
Profil Desa Ambawang Kecamatan Kubu Kabupaten Kubu Raya Provinsi Kalimantan Barat
I. Gambaran Umum Desa
Kantor Kepala Desa Ambawang (Tengah), Polindes (Kanan) dan Aula Kantor Desa (Kiri) biasa digunakan untuk kegiatan Posyandu
Sejarah Singkat Desa Desa Ambawang merupakan satu-satunya desa di Kecamatan Kubu yang penduduknya mayoritas Suku Dayak. Suku Dayak yang mendiami Desa Ambawang berbahasa Banyadu. Bahasa Banyadu adalah salah satu bahasa dari Sub Suku Dayak Banyuke. Banyadu berasal dari kata “NYADU” yang berarti “TIDAK”, digunakan sebagai istilah pembeda dialek bahasa dengan dialek bahasa suku Dayak lainnya. Sedangkan istilah “DAYAK BANYUKE” diambil dari nama KAMPONG BANOKNG SATONA (Banua Satona) yang nama lain dari kampung tersebut “KAMPONG BANYUKE”, karena terletak di hulu Sungai Menyuke. Kampung Banokng Satona yang lebih dikenal dengan nama KAMPUNG BANYUKE, terletak di Desa Semade Kecamatan Banyuke Hulu Kabupaten Landak. Suku Dayak jaman dulu terkenal dengan istilah “NGAYAU” perang antar Suku Dayak, dengan mencari kepala pimpinan masing-masing suku untuk dipenggal. Siapa yang berhasil memenggal kepala lawannya dialah pemenangnya. Makin banyak kepala lawan yang dikumpulkan makin naiklah derajat orang tersebut sehingga layak untuk mendapat gelar sebagai “PANGLIMA”. Sejak dimulainya masa Pengayauan ini, nenek moyang Dayak Banyadu mulai menyebar keluar dari Banokng Banua-nya. Penyebaran ini dirintis oleh para prajurit Kayau yang melakukan pengayauan untuk menaklukan Sub Suku Dayak lainnya. Keberanian prajurit Kayau Dayak Banyadu ini dimasa itu menjadi sangat terkenal, sehingga disegani dan di takuti oleh Sub Suku Dayak lainnya. Namun selama masa pengayauan ini adakalanya para prajurit Kayau Dayak Banyadu tidak berhasil menaklukkan Sub Suku Dayak lain. Tidak berhasil membawa kepala manusia ini, mereka memilih tidak pulang dan menetap di daerah taklukannya serta 0
membangun pemukiman baru di situ dan mengawini gadis-gadis di daerah taklukannya tersebut. Umumnya kepergian prajurit Kayau Dayak Banyadu jaman dulu di lakukan melalui jalur sungai, dengan menyusuri hilir Sungai Banyuke. Selain karena aktivitas Pengayauan, penyebaran orang Banyadu juga terjadi karena alasan perladangan, di masa itu mereka mulai mencari daerah baru yang jauh dari Bandokngnya untuk membuka ladang baru. Penyebaran ini masih di daerah aliran Sungai Banyuke. DAS Banyuke sendiri melewati wilayah Kecamatan Banyuke Hulu, Kecamatan Menyuke, Kecamatan Meranti dan Kecamatan Ngabang Kabupaten Landak. Sampai saat ini sebagian besar Sub Suku Dayak Banyadu ada di Kabupaten Landak. Di kabupaten lain seperti di Kabupaten Sanggau dan Bengkayang hanya sebagian kecil saja. Di kabupaten Landak salah satu nama kampungnya yaitu Kampung Sungai Kunyit Desa Antan Rayan Kecamatan Ngabang Kabupaten Landak. Pada tanggal 25 Mei 1911 tepat pukul 07.00 pagi WIB, berangkatlah serombongan 22 Kepala Keluarga yang terdiri dari 44 jiwa Suku Dayak Banyuke tepatnya sub suku Dayak Banyadu yang berasal dari KAMPONG SUNGE KUNYIT (Bahasa Indonesia: Kampung Sungai Kunyit) yang merupakan wilayah Kerajaan Ngabang. Desa Sungai Kunyit saat ini masuk wilayah Desa Antan Rayan Kecamatan Ngabang Kabupaten Landak. Kepindahan tersebut disebabkan pada masa itu tahun 1910 terjadi PERANG RINGIN (Perang Sidas) oleh tangsi/markas tentara Belanda) yang ada di Ngabang. Saat itu jembatan Sidas habis dihancukan dan seorang guru bernama Dimin ditangkap dan dimasukan ke sel. Hal ini membuat penduduk kampung ketakutan, sehingga mereka keluar melarikan diri dari kampung dengan membawa hewan ternak mereka dan lengakap dengan Pamane Kampung (orang yang punya keahlian dibidang tertentu misalnya: dukun kampung) yang pada waktu itu atas gagasan dari Bapak GAYOR, namun beliau tidak ikut dalam rombongan tersebut. Pamane Kampung yang ikut dalam rombongan tersebut antara lain: 1. NYAHU : Sebagai Kepala Rombongan 2. LIDAK : Sebagai Tabaratn (bidan kampung) 3. BAHER : Sebagai Ketua Adat 4. PANCANG : Sebagai Dukun Balak (tukang sunat) 5. SEDA : Sebagai Dukun Lenggang (Dukun Berobot) 6. SAMAL : Sebagai Pangao (Imam) 7. PALO : Sebagai Dukun Kampong (Tua Tani) Dimulai dengan menyusuri Sungai Banyuke dengan menggunakan perahu kecil diberi pengaman dengan batang kayu yang timbul, buluh dan pelepah sagu dan melewati Sungai Landak sampailah romongan ke Sungai Kapuas. Perjalanan menyusuri sungai mengantarkan rombongan secara tidak sengaja menemui kuala sungai dan mengantarkan mereka menuju gunung di wilayah Kubu yang saat itu sudah ada kerajaannya yaitu Kerajaan Kubu. Dalam perjalanan menuju gunung tersebutlah rombongan melihat air berwarna merah seperti warna bawang, maka dinamailah sungai yang mereka lalui tersebut Sungai Bawang (AMBAWANG). Setelah perjalanan 44 hari dan 44 malam, tepatnya pada tanggal 27 Juli 1911 sampailah rombongan di suatu tempat yang mereka beri nama LUBUK GONG dan mulailah mereka membangun pondok-pondok kecil untuk tinggal.
Di Lubuk Gong rombongan hanya tinggal 7 hari saja, karena mereka terkejut melihat air pasang merendam pondok-pondok mereka, sehingga pindah lagi mudik menelusuri Sungai Ambawang. NYAHU sebagai Kepala Rombongan menghadap Raja untuk mohon izin mencari tempat untuk tinggal. Latar belakang Suku Dayak yang umumnya hoby bercocok tanam dengan membuka hutan (berladang), beliau minta kepada Raja Kubu lahan yang dekat dengan gunung. Raja mengizinkan untuk mendiami satu wilayah namanya PONDOK RINSAN. Di Pondok Rinsan mereka mulai merambah hutan, membuat ladang dan bercocok tanam. Salah satu tanaman yang ditanam mereka yang dibawa dari Banyuke wilayah asal mereka yaitu AUR KUNING (bambu kuning) yang sampai saat ini menjadi tempat keramat Banyuke karena masih ada hubungannya dengan cerita RIA SINIR. Rombongan tinggal di Pondok Rinsan hanya Âą 3 tahun saja, karena wilayah Pondok Rinsan juga merupakan wilayah pasang surut dan tentunya sangat tidak cocok dengan kebiasaan Suku Dayak yang lebih suka mendiami dataran tinggi (gunung). Pada tahun 1915 rombongan pindah lagi dan mendiami suatu wilayah dengan nama KAMPUNG CINA. Dinamakan Kampung Cina karena di tempat tersebut ada tumbuh Buluh Cina (bambu yang pohonnya kecil-kecil dan halus). Di kampung Cina mereka mulai bercocok tanam kembali. Pada tahun 1918 NYAHU Kepala Kampung Ambawang pertama meninggal dunia, sehingga pada waktu itu terjadi kekosongan kepemimpinan. Kekosongan kepemimpinan ini diangkatlah Inyak sebagai Kepala Kampung. Inyak menjabat sebagai Kepala Kampung hanya 6 bulan saja karena ketidakmampuannya memimpin yang tuatua, hal ini menyebabkan beliau pindah ke Teluk Pakedai. Dampaknya terjadilah kekososngan kepemimpinan lagi dan melalui musyawarah desa diangkatlah BANAI BIN SAMAL sebagai Kepala Kampung. Banai Bin Samal menjabat sebagai Kepala Kampung tidak sampai 1 bulan tepatnya hanya 21 hari saja. Hal ini disebabkan beliau membuka hutan di cabang kiri dan cabang kanan yang disebut PAROKNG TEMIANG tentunya ini meruapakan hal yang tidak baik dilakukan oleh seorang pemimpin, terjadilah kekosongan kepemimpinan lagi. Masih di tahun 1918, saat terjadi kekosongan kepemimpinan yang ketiga kalinya tersebut, pulanglah SASI BIN KATAR ke kampung. Selama ini beliau meninggalkan kampung (merantau). Sasi Bin Katar juga merupakan salah satu anggota rombongan yang datang pertama kali saat rombongan keluar dari kampung asal sebelumnya. Melalui musyawarah diangkatlah Sasi Bin Katar menjadi Kepala Kampung dan dilantik langsung oleh Raja Kubu TUANKU SY. ABAS dengan acara adat istiadat Dayak. Semenjak kepemimpinan beliau semua masyarakat hidup damai dan sejahtera. Sasi Bin Katar seorang pemimpin yang pemberani, beliau berani membuka hutan dengan menebang pohon untuk bercocok tanam yang oleh masyarakat kampung hutan di gunung tersebut dianggap angker. Atas keberanian tersebut tepatnya pada tanggal 5 Juni 1919, dari Kerajaan Kubu oleh TUANKU SY. ABAS menganugerahi Setya Lencana pertama kali untuk Kepala Kampung Sasi Bin Katar.
Pada tahun 1925 penduduk kampung mulai lagi menyusuri Sungai Ambawang dan sampailah mereka di suatu tempat yang namanya Sanggau. Disitu mereka mulai lagi membuka/menebang hutan untuk berladang menanam padi dan berkebun dengan menanam karet dan buah-buahan. Sampai tahun 1935 semenjak mendiami Kampung Sanggau terjadilah masa sulit, sehingga kembali lagi mundur ke daerah Parokng (induk sungai). Disana mereka menetap cukup lama sampai ada 200 Kepala Keluarga yang mendiami Rumah Radakng. Di Kampung Parokng mereka sering di datangi oleh Belanda dan Pemerintah Kerajaan Kubu untuk menagih pajak (blas teng). Pada tahun 1937 berdasarkan kesepakatan dan musyawarah masyarakat yang di pimpin oleh Kepala Kampung SASI BIN KATAR mendirikan tiang bendera berdiameter 50 cm dan ukuran panjang 12 meter, tepatnya pada tanggal 5 Maret 1937. Sampai saat ini tiang bendera tersebut masih ada dan terawat sebagai salah satu situs sejarah di Desa Ambawang.
Monumen Tiang Bendera Pertama di Desa Ambawang didirikan pada tahun 1937, tampak di sebelahnya makam tokoh pendirinya Sasi Bin Katar Atas keberanian mendirikan tiang bendera tersebut pada tanggal 20 November 1937 Kepala Kampung Ambawang Sasi Bin Katar dianugerahi Setya Lencana yang kedua oleh Kerajaan Kubu. Pada awal tahun 1938 Sasi Bin Katar dikukuhkan sebagai DOMONG oleh Kerajaan Kubu dengan gelar DOMONG SASI. Untuk melanjutkan tampuk kepemimpinan maka diangkat anak Domong Sasi yaitu PUNDU SASI sebagai Kepala Kampung Ambawang II. Pada masa kepemimpinan Pundu Sasi, beliu mengajak masyarakat bergotong-royong untuk membangun Rumah Sekolah PBH (Pemberantasan Buta Huruf). Sebagai gurunya pada masa itu ditunjuklah JAMIL BIN SASI. Keberhasilan membangun Kampung Ambawang pada tahun 1940 Kepala Kampung dianugerahi lagi Setya Lencana oleh Raja Kubu.
Setya Lencana Yang Dianugerahi oleh Raja Kubu kepada Kepala Kampung Ambawang Pada tahun yang sama Jepang masuk ke Indonesia dan mengusir Belanda dari seluruh wilayah NKRI. Pada masa itu Kampung Ambawang hampir di bom karena ada tiang benderanya, yang menurut Jepang tentunya sangat berbahaya dan bisa menjadi ancaman dikemudian harinya. Karena lindungan yang Maha Kuasa Kampung Ambawang selamat dari serangan bom Jepang, sehingga akibat kegagalan dan kemarahan Jepang sasaran kedua bom tersebut dialihkan ke Kota Pontianak tepatnya di Kampung Bali (Pasar Seroja) dan 8 orang warga Kampung Ambawang ditangkap dan dipekerjakan sebagai Romusa di Supadio (sekarang Lanud Supadio Pontianak). Dari 8 orang tersebut, 6 orang meninggal saat jadi Romusa dan 2 orang yang selamat dan pulang ke kampung, namun karena pulang dalam keadaan sakit beberapa bulan kemudian 2 orang ini juga meninggal dunia. Tahun 1945 kota Hirosima dan Nagasaki di bom oleh sekutu, sehingga membuat Jepang bertekuk lutut dan menyerah tanpa syarat pada sekutu. Kekosongan ini mencetuskan kemerdekaan NKRI, sehingga tepatnya tanggal 17 Agustus 1945 tercetuslah Kemerdekaan NKRI. Di pulau Borneo khususnya di Kerajaan Kubu momen kemerdekaan NKRI dimanfaatkan dengan baik oleh GUSTI SALEH ALIUDIN (Komandan Batalyon dari Ngabang) waktu itu lari ke Kampung Ambawang dan atas perintah langsung dari Gerakan Rakyat Merdeka (GARAM) di Batavia untuk pertama kalinya Bendera Merah Putih kiriman langsung dari Presiden Soekarno berukuran 4 x 8 meter berkibar di tiang bendera pertama yang didirikan oleh Sasi Bin Katar. Keberanian Gusti Saleh Aliudin ini menyebabkan beliau dicari oleh Sekutu yang diboncengi NICA (Belanda) untuk ditangkap dan dibunuh. Gusti Saleh Aliudin disembunyikan di hutan dan dibuatkan pondok kecil yang di sebut MUAN TONGO, tinggal dipersembunyian selama Âą 2 tahun sampai Belanda mengakui kedaulatan kemerdekaan NKRI dan benar-benar meninggalkan NKRI tahun 1949. Keluarnya Gusti Saleh Alaudin dari hutan dalam keadaan selamat disambut dengan pesta syukur oleh warga kampung. Sebagai hadiah untuk warga yang telah melindungi dan menyelamatkan Gusti Saleh Alaudin oleh negara diangkat sebagai Veteran.
Pada tanggal 29 September 1959 Kepala Kampung Ambawang II Pundu Sasi mengajak masyarakat bergotong-royong untuk membuat parit yang namanya PARIT PENGAIRAN agar tidak banjir saat air pasang. Pekerjaan ini secara tidak sengaja yang dikerjakan oleh 9 orang selama 7 kali gotong-royong dan orang yang mengerjakannya juga tetap oleh 9 orang. Hal inilah yang melatarbelakangi muncul nama PARIT SEMBILAN (sekarang Dusun Sembilan). Selain membuat Parit Sembilan masyarakat juga mulai membuka hutan untuk membuat lahan pemukiman baru. Sejak saat itu satu persatu warga mulai meninggalkan Rumah Radakng dan mulai membangun rumah secara sendiri-sendiri. Pada tahun 1989 Kampung Ambawang I (wilayah keturunan Raja Kubu) dan Kampung Ambawang II (wilayah Dayak) digabung menjadi satu kampung dengan nama Desa Ambawang. Pada tahun tersebut juga dilakukan pemilihan kepala desa pertama. Kepala Desa Ambawang pertama bernama ACOI LAHAN dan menjabat selama 8 tahun (1989 – 1997). Setelah Acoi Lahan, kepala desa kedua bernama NIMON menjabat selama 2 periode (1997 - 2013). Semasa kepemimpinan Kades Nimon masuklah perkebunan sawit di wilayah Desa Ambawang. Setelah Kades Nimon, selanjutnya Kades ROMANUS, S.Pd, MH dan menjabat hanya selama 6 bulan karena lulus sebagai PNS saat ini masih aktif mengajar di SMAN 2 Ngabang Kabupaten Landak. Kemudian kepemimpinan Kades dilanjutkan oleh Sekretaris Desa sebagai Pejabat Sementara bernama KLIMINSIUS IWAN, SE dan sampai saat ini masih menjabat sebagai Kepala Desa Ambawang. (Diceritakan oleh Ketua Adat Desa Ambawang Bapak SYAHRIL PUDA dan disusun kembali oleh FK dan Ast FK)
Demografi Desa Luas wilayah Desa Ambawang Âą 15.060 ha (15 km2), dengan jarak tempuh dari desa ke ibu kota kecamatan Âą 1 jam (15 km) dengan kendaraan roda dua (sepeda motor) dan 2,5 jam perjalanan (60 km) ke ibu kota kabupaten dan 3 jam perjalanan (67 km) ke ibu kota provinsi, dengan batas-batas wilayah desa meliputi: a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Kampung Baru dan Pinang Dalam b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sungai Bemban c. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Air Putih dan Desa OlakOlak d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Arus Deras dan Sungai Deras DESA Ambawang memiliki struktur tanah Gambut Flat dan Aluvial Pegunungan Gunung Ambawang. Pembagian wilayah berdasarkan dusun meliputi: 1. Dusun Tanah Kuning, luas wilayah 2.500 ha 2. Dusun Parit Sembilan, luas wilayah 7.000 ha 3. Dusun Kuala Ambawang, luas wilayah 3.560 ha
4.
Dusun Medan Seri, luas wilayah 2.060 ha
Status Desa berdasarkan Indeks Desa Membangun (IDM) 2015. Indeks Desa Membangun (IDM) meletakkan prakarsa dan kuatnya kapasitas masyarakat sebagai basis utama dalam proses kemajuan dan keberdayaan Desa yaitu meliputi aspek ketahanan sosial, ekonomi dan ekologi. Sehingga indeks ini difokuskan pada upaya penguatan otonomi Desa melalui pemberdayaan masyarakat. Saat ini Desa Ambawang masih dikatagorikan Desa Tertinggal.
Administrasi dan Pemerintahan Penduduk Desa Ambawang berjumlah 3.592 jiwa, terdiri dari 1.758 jiwa laki-laki dan 1.834 jiwa perempuan. Terdapat 898 Kepala Keluarga dan sebanyak 786 KK dikategorikan sebagai Rumah Tangga Miskin. Berikut rincian jumlah penduduk perdusun: 1. Dusun Parit Sembilan : Laki-laki 618 jiwa, Perempuan 646 jiwa, 430 KK 2. Dusun Tanah Kuning : Laki-laki 248 jiwa, Perempuan 245 jiwa, 148 KK 3. Dusun Medan Seri : Laki-laki 552 jiwa, Perempuan 523 jiwa, 170 KK 4. Dusun Kuala Ambawang: Laki-laki 340 jiwa, Perempuan 418 jiwa, 150 KK Tabel I Jumlah Penduduk Berdasarakan Klasifikasi Usia No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Usia (tahun) 0–4 5–9 10 – 14 15 – 19 20 – 24 25 – 29 30 – 34 35 – 39 40 – 44 45 – 49 50 – 54 55 – 59 > 60 Jumlah
Laki-laki (jiwa) 139 160 119 85 199 178 134 193 183 142 95 60 71 1.758
Perempuan (jiwa) 133 171 145 126 198 159 142 184 187 151 98 57 83 1.834
Jumlah (jiwa) 272 331 264 211 397 337 276 377 370 293 193 117 154 3.592
Persentase (%) 7,57 9,21 7,35 5,87 11,05 9,39 7,68 10,5 10,3 8,16 5,37 3,26 4,29 100
Visi dan Misi Desa Visi
“Terwujudnya Tata Pemerintahan Desa Yang Baik dan Meningkatnya KesejahteraanRakyat“. a.
Nilai-nilai yang melandasi:
Selama ini Desa Ambawang menyandang gelar sebagai Desa Kategori Desa Merah atau Miskin, padahal sumber daya yang ada cukup memadai, hanya saja penanganannya belum maksimal karena infrasrtuktur yang sangat tidak memadai. Sebagian besar warga Petani dan Buruh Tani ada yang memelihara hewan ternak dalam jumlah yang cukup, biasanya hanya digunakan untuk investasi jangka pendek. Warga Ambawang tidak biasa memaksimalkan hasil Pertanian dan Perkebunannya karena kurangnya sarana dan prasarana dan sumber daya manusia yang kurang.
Warga Ambawang sebagian besar kerja di perkebunan sawit.
b. Makna yang terkandung : Menjadikan: Terkandung didalamnya peran pemerintah dalam mewujudkan Desa Ambawang yang mandiri secara ekonomi. Desa Ambawang: adalah satu kesatuan masyarakat hukum dengan segala potensinya dalam sistem pemerintahan di wilayah Desa. Mandiri: Adalah suatu kondisi kehidupan yang kreatif, inovatif, produktif dan partisipatif sehingga mampu memenuhi kebutuhannya sendiri. Sumber Daya Lokal: Memberdayakan potensi lokal sebagai potensi unggulan baik dalam SDM maupun SDA. Infrastruktur: Kurangnya dukungan dari pihak pemerintah untuk mengembangkan potensi yang ada di desa, khususnya sarana jalan yang menghubungkan Ambawang dengan desa lain dan kabupaten.
Misi:
- Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat dibidang jasa dan
perdagangan - Membuka akses dan meningkatkan sarana serta prasarana guna memperlancar ekonomi masyarakat -
Meningkatkan kualitas sumber daya manusia Pengembangan ekonomi masyarakat Meningkatkan pelayanan masyarakat Mempermudah perijinan dalam usaha kecil dan RTM.
Struktur Organisasi Struktur pemerintahan Desa Ambawang meliputi: Bagan I Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Ambawang KEPALA DESA
BPD
LPM
SEKDES
PELAKSANAAN TEKNIS
KAUR KEUANGAN KASI PEMERINTAHAN
KAUR PERENCANAAN
DESA
KASI KESEJAHTERAAN
KAUR TATA USAHA DAN UMUM
KASI PELAYANAN
KADUUS
KADUS
KADUS
KADUS
Tabel 1 Daftar Nama dan Jabatan Perangkat Desa Ambawang No. 1 2 3 4 5
Nama Kliminsius Iwan, SE Samsuni Ricky Setiawan Heronimus Hero Salimin
Jabatan Kepala Desa Sekdes Bendahara Kasi Pemerintahan Kasi Ekbang
6 7 8 9 10 11 12 13 14
Asmintarso Sigit P. Harsono, SE Tresia Sarina Agus Nabor Nassa Hendrianto Sy. Ismail Saleh Jamilludin I Nengah Sutardi
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nama Sael, S.Pd Virgilius Gala, A.Md Ahang, S.Pd Sy. Jafar, S.Pd Alfian, S.Pd Mikrat Maryono M. Ali Arahman Andrias
Kasi Perencanaan Desa Kabag Administrasi dan Kependudukan Staf Kantor Kadus Parit Sembilan Kadus Tanah Kuning Kadus Kuala Ambawang Kadus Medan Seri BHAINKAMTIBNAS Tabel 2 Daftar Nama dan Jabatan Badan Permusyawaratan Desa Ambawang Jabatan Ketua Wakil Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota
Tabel 3 Daftar Nama dan Jabatan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa Ambawang No. Nama Jabatan 1 Arsyad, S.Pd Ketua 2 Erik Susilo Sekretaris 3 Ramlan Bendahara 4 Santus Seksi 5 Sumarlin Seksi 6 Hendi Susanto Seksi 7 Fran Edy Basuki Seksi
Tabel 4 Daftar Nama dan Jabatan Pengurus PKK Desa Ambawang No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nama Martina Susilawati Veronika Lestari Veronika Pitis N. Herna Kundi Saiyan Marta Open Yanti
Jabatan Ketua Wakil Ketua Sekretaris Bendahara I Bendahara II Ketua Pokja I Wakil Ketua Sekretaris Anggota
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Tresia Isal Emiliana Rainah Leni Dumiriana Yuliana Jamilah Sutini Misnade Mita Hatima Nurhasanah Syh. Halijah Syh. Jamalia Syh. Rubiah Syh. Jamilah Syh. Jubaidah
Anggota Ketua Pokja II Wakil Ketua Sekretaris Anggota Anggota Ketua Pokja III Wakil Ketua Sekretaris Anggota Anggota Ketua Pokja IV Wakil Ketua Sekretaris Anggota Anggota
Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Berkaitan dengan letak Desa Ambawang yang tepat berada di kaki Gunung Ambawang, sehingga sebagian besar perekonomian desa bertumpu pada sektor Pertanian dan pada umumnya berpenghasilan sedang yaitu diatas rata-rata pendapatan perkapita nasional. Lahan sawah di Desa Ambawang
Mata pencaharian yang sebagian besar dari sektor pertanian dan perkebunan yang berpola sederhana dan masih tradisional. Adapun kondisi pertanian dan komoditi yang menjadi unggulan di Desa Ambawang sebagai berikut: 1. Pertanian: Lahan Tanah Kering ladang berpindah. Lahan Tanah Basah (Sawah) 2. Perkebunan: Karet Kelapa sawit Pinang Lada Lumbung Padi masih dipertahankan di Desa Ambawang
Tabel 5 Mata Pencaharian Penduduk Desa Ambawang No.
Jenis Pekerjaan
Laki-laki
Perempuan
1. 2. 3. 4.
Petani Buruh perkebunan Pegawai Negeri Sipil Bidan swasta Jumlah Total
(jiwa) 105 321 10 1 437
(jiwa) 89 76 7 172 609
Tabel 6 Etnis Penduduk di Desa Ambawang No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Etnis Dayak Batak Bugis Melayu Jawa Madura Cina NTT NTB Papua Jumlah Total
Laki-Laki (jiwa) 982 6 200 252 42 150 121 2 1 2 1.758
Perempuan (jiwa) 1107 1 220 235 25 170 72 2 1 1 1.834 3.592
Tabel 7 Agama Penduduk di Desa Ambawang No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Agama Islam Kristen Katholik Hindu Budha Khonghucu Jumlah Total
Laki-Laki (jiwa) 680 265 692 121 1.758
Perempuan (jiwa) 697 275 790 72 1.834 3.592
Penyediaan Layanan Pendidikan dan Kesehatan Layanan pendidikan dan kesehatan di Desa Ambawang terbilang masih minim. Namun jarak tempuh ke tempat layanan baik pendidikan dan kesehatan relatif mudah. Layanan pendidikan dasar ada di tengah perkampungan, layanan pendidikan dasar terdiri dari: 1 PAUD dengan 2 orang guru dan 3 SD dengan 20 orang guru. Layanan kesehatan (Poskesdes) berjarak Âą 1 km dari perkampungan, terdiri dari: 1 Poskesdes dengan 2 orang bidan desa (PTT).
II. INTERVENSI GENERASI SEHAT DAN CERDAS (Dalam Memenuhi Pelayanan Sosial Dasar ) Generasi Sehat dan Cerdas merupakan bagian dari upaya pemerintah dalam peningkatan kualitas layanan sosial dasar khususnya bidang pendidikan dasar dan kesehatan ibu dan anak melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat Desa
Pelaku Generasi Sehat dan Cerdas Program GSC di Desa Ambawang telah berjalan 3 tahun sejak tahun 2014. Selama kurun waktu 3 tahun pelaku Program GSC aktif dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai pelaku program di tingkat desa. Semangat yang luar biasa, bekerja tanpa pamrih demi membantu masyarakat desa melalui Program GSC dengan tantangan yang luar biasa juga sampai saat ini PK, KPMD dan TPMD masih bertahan terlihat dari totalitas dan loyalitas yang mereka miliki dalam bekerja dan dalam menyelesaikan masalah baik masalah dari luar maupun dari dalam desa itu sendiri. Berikut nama -nama pelaku GSC di Desa Ambawang untuk TA 2016.
Tabel 8 Nama-Nama Pelaku GSC di Desa Ambawang No. 1 2 3 4
Nama Alfian Yetty Ropini Yoke M. Mardiana Ango
Jabatan Ketua PK Sekretaris PK Bendahara PK KPMD
5 7 8 9 10 11
Rosana Sukur Sarim Herna Anin Marini Leni M.
KPMD TPMD TPMD TPMD TPMD TPMD
Kondisi Sebelum dan Sesudah Generasi Sehat dan Cerdas Kehadiran Program GSC di Desa Ambawang memberikan dampak possitif di Desa Ambawang. Melalui peningkatan kapasitas Kader Posyandu dengan kegiatan pelatihan semakin memberi kekuatan baru di Posyandu. Kader Posyandu semakin total dalam menjalankan tugas dan fungsinya, ditambah lagi adanya suport dari program berupa transport bagi Kader yang melakukan sweeping kepada pemanfaat yang malas ke Posyandu. Sehingga kesadaran masyarakat terutama Ibu hamil dan orang tua yang memiliki bayi dan balita menjadi rajin ke Posyandu. GSC hadir dengan kegiatan program yang bisa langsung dinikmati oleh pemanfaat sangat mewarnai kegiatan Posyandu di tingkat desa terutama di Desa Ambawang. Bantuan layanan kesehatan yang diberikan terutama untuk Bumil yang berasal dari RTM bisa meringankan beban keuangan keluarga dalam hal biaya persalinan. Persalinan ditangani langsung oleh Bidan, sebelumnya masih ada yang menggunakan jasa Bidan Kampung karena keterbatasan biaya. Jumlah Bumil yang didanai program untuk TA 2016 berjumlah 35 orang termasuk Bumil KEK dan Resti. Bantuan perlengkapan dan alat permainan edukatif yang dibiayai program semakin menghidupkan suasana di kegiatan Posyandu. Anak-anak Balita senang dan betah berada di Posyandu karena banyak permainan, ditambah dengan pemberian makanan tambahan bagi dan Balita dan Bumil dan banyak lagi kegiatan kesehatan yang dapat dirasakan langsung oleh pemanfaat. Jumlah pemanfaat kegiatan Posyandu yang didanai program untk TA 2016 berjumlah 303 orang. Untuk bidang pendidikan di Desa Ambawang, anak-anak sekolah bisa ikut les tambahan bagi siswa SD yang nilainya dibawah rata-rata tanpa harus memikirkan membayar biaya les, karena GSC hadir dengan memberikan bantuan suport berupa transport untuk guru les.
Komentar dan Harapan Kehadiran Program GSC di Desa Ambawang memberi semangat baru terutama bagi Kader Posyandu sendiri. Melalui program bisa menjadi perpanjangtangan kegiatan agar bisa sampai kepada pemanfaat dan melalui program bisa saling mengenal diantara pelaku dari desa lain, sehinga bisa saling berbagi pengalaman dalam melayani masyarakat tanpa ada imbalan apapun tetap semangat bersama GSC. Harapannya, semoga GSC tetap ada dimasa-masa yang akan
datang walau hadir dengan nama yang berbeda, namun tujuan sasaran sama yaitu perempuan dan anak-anak. (Ibu Mardiana Ango selaku Kader Posyandu merangkap KPMD).
Kegiatan Generasi Sehat dan Cerdas Program GSC sebagaimana tujuan yang diharapkan dari pemerintah yaitu: 1. Meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anakanak balita 2. Meningkatkan pendidikan anak-anak usia sekolah hingga tamat SD/MI dan SMP/MTs. Mengacu pada tujuan program ini Desa Ambawang melakukan serangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan program. Tentu semua kegiatan itu berdasarkan kebutuhan dan permasalahan yang ada di Desa Ambawang, dan penetapan kegiatan tersebut melalui serangkaian tahapan dari tingkat dusun (FGD) hingga ditetapkan dalam forum MAD di tingkat kecamatan. Beberapa kegiatan yang telah ditetapkan melalui forum MAD tingkat kecamatan dan beberapa kegiatan revisi TA 2016 diantaranya : a. Bantuan biaya persalinan b. Penambahan kualitas PMT c. PMT pemulihan BGM d. PMT Bumil KEK e. Pengadaan perlengkapan Posyandu f. Bantuan Bumil Resti di Rumah Tunggu g. Transport sweeping kader Posyandu h. Transport guru les i. Kelas Bumil Bersama Pemdes Desa Ambawang
Foto-foto Dokumentasi
FK, Ast FK dan Pelaku Desa foto bersama dengan Ketua Adat Desa Ambawang Desa Ambawang
Bersama Pelaku Desa Program GSC Desa Ambawang
Menyiapkan generasi Emas Indonesia
Kegiatan Posyandu di Desa Ambawang
Ast FK foto di depan Lumbung Padi milik Ketua Adat di Desa Ambawang