Feminisme indonesia 101

Page 1

Feminisme Indonesia 101 oleh Jakarta Feminist Discussion Group


Beberapa aktivis feminis Indonesia. Nama - Asal (Sumber) kiri ke kanan, atas ke bawah: Samsidar - Aceh (VOA Indonesia). Suraiya Kamaruzzaman - Aceh (Wordpress: suaraperempuanpesada). Damairia Pakpahan - Yogyakarta/Jakarta (Konsil LSM). Desti Murdijana - Jakarta (Twitter: destimurdijana). Saras Dewi - Jakarta (Wikipedia). Sita Aripurnami - Jakarta (Nograhany WK/detikcom). Valentina Sagala - Jakarta/Bandung (Twitter: valentsagala). Lely Khairnur - Kalimantan (ANTARA Kalbar) Salma Safitri - Malang (MalangVoice). Lian Gogali - Poso (Jurnal Asia). Esthi Susanti Hudiono - Surabaya (Dokumen Pribadi/Aliansi Laki-laki Baru).


Daftar isi Apa itu feminisme? Gender Patriarki Subordinasi Beban ganda Marginalisasi Stereotipe Kekerasan terhadap Perempuan

4 6 7 8 9 10 11 12

Feminisme kan ide Barat, apa cocok untuk Indonesia? Siti Aisyah We Tenriolle Roehana Koeddoes R.A. Kartini

14 14 14 17

Aku religius/tradisional, apakah aku bisa jadi feminis?

18

Apa kalian feminazi?

19

Aku lelaki, apakah feminisme hanya untuk perempuan? 19 Seksualitas & Feminisme Heteronormativitas Identitas gender Orientasi seksual Politik seksual

20 21 22 23 24

Sejarah 8 Maret: Hari Perempuan Internasional

26

Tentang Jakarta Feminist Discussion Group

28


4

Apa itu feminisme? Menurut bell hooks, penulis feminis kulit hitam yang menyuarakan feminisme interseksional:

Feminisme adalah gerakan untuk mengakhiri seksisme, eksploitasi seksis, serta penindasan.

Menurut Misiyah, aktivis dan Direktur KAPAL Perempuan:

Feminisme adalah upaya memberdayakan perempuan dengan menumbuhkan kesadaran kritis terhadap lingkungannya.

Menurut Gadis Arivia, Pendiri Yayasan Jurnal Perempuan, jurnal feminis pertama Indonesia sejak 1996:

Feminisme sebagai sebuah gerakan atau ide tentang keadilan dan kesetaraan tetap hidup di tengah tumbuhnya konservatisme di Indonesia.

Kesimpulannya, feminisme adalah sebuah gerakan yang memperdayakan perempuan dan mendorong perubahan sosial agar tercipta sistem yang memenuhi hak-hak perempuan menuju keadilan gender. Feminisme ingin membebaskan lelaki dan perempuan untuk memilih apa yang terbaik untuk diri mereka masing-masing.


5

Nama (Sumber) kiri ke kanan: bell hooks (autostraddle.com), Misiyah (Because I am a Girl Indonesia), Gadis Arivia (Wikipedia).

Beberapa aktivis feminis Indonesia. Nama - Organisasi (Sumber) kiri ke kanan, atas ke bawah: Anis Hidayah - Migrant Care (MigrantCare.net). Asfinawati - LBH Jakarta, YLBHI (Hukumonline). Dian Kartikasari - Koalisi Perempuan Indonesia (SuaraKita). Nani Zulminarni - PEKKA (Wordpress: pudjilestari). Nursyahbani Katjasungkana - LBH APIK (SuaraKita). Zoemrotin - Yayasan Kesehatan Perempuan Jakarta (Infid).


6

Gender

Gender berbeda dengan jenis kelamin (sesuai alat reproduksi: lelaki, perempuan, interseks). Jenis kelamin juga sering disebut seks. Gender adalah peran dan tanggung jawab dalam keluarga, masyarakat, dan kebudayaan berdasarkan jenis kelamin. Peran gender dipelajari oleh manusia dan dapat berubah karena status politik, kelas, etnis/suku, usia, kemampuan fisik dan mental, dan lainnya. Seiring berjalannya peradaban, seks dan gender menjadi tumpang tindih. Gender dianggap kodrati sehingga memunculkan asumsi seksis (asumsi berdasarkan seks atau jenis kelamin). Lelaki selalu kuat, tegas, rasional; perempuan selalu lemah lembut, emosional, tidak punya kuasa. Akibatnya, lahirlah seksisme: sebuah sistem yang menentukan peran di keluarga, masyarakat, dan kebudayaan serta menstereotipe karakter seseorang berdasarkan jenis kelamin perempuan atau lelaki. Gender menjadi sesuatu yang biner (gender binary), yang berarti ‘berdua’, karena ada dua jenis kelamin utama (lelaki dan perempuan).

Ilustrasi gender dan seks. Gambar dari Blazing Cat Fur.


7

Ilustrasi keluarga patriarkal. Foto dari The Clare Spark Blog.

Patriarki

berdasarkan kata ‘pater’ yang berarti ‘bapak’. Sistem ini menganjurkan semua lelaki untuk memimpin urusan publik dan produksi, dan semua perempuan untuk memenuhi peran domestik dan reproduksi. Selama lelaki dan perempuan yang terlibat cocok dan setuju dengan peran tersebut, tidak ada masalah. Kenyataannya, patriarki menghasilkan struktur ketidakadilan dan diskriminasi gender sebagai berikut:


8

Susi Pudjiastuti. Foto dari Merdeka.

suBOrdInasI adalah menempatkan perempuan di bawah dengan adanya kesenjangan penghargaan sosial terhadap peran domestik/ reproduksi dengan peran publik/produksi. Perempuan sukses dalam karier tidak dihargai apabila tidak berhasil membangun rumah tangga. Sebagai contoh, saat Susi Pudjiastuti naik menjadi menteri, salah satu topik yang diangkat media massa adalah sejarah pernikahan, bukan kesuksesan wirausaha beliau. Perempuan juga dipersulit sebagai tulang punggung. Perempuan dengan suami yang tidak bekerja akan tetap dianggap lajang, karena kebijakan perusahaan dan pemerintah masih mengikuti anggapan umum bahwa istri mendapat nafkah dari suami dan mendapat potongan pajak.


9

Ilustrasi beban ganda. Foto dari The Jubilee Blog.

BeBan Ganda adalah beban pekerjaan perempuan yang lebih besar dari lelaki. Perempuan yang bekerja di wilayah publik tidak mendapat pengurangan beban di wilayah domestik. Kalaupun ada, pekerjaan domestik disubstitusi (digantikan) perempuan lain, baik anggota keluarga atau PRT. Hampir 90% pekerjaan domestik dikerjakan perempuan. Saat lelaki bekerja maksimal 10 jam/hari, perempuan bekerja hingga 18 jam/hari. Meskipun waktu dan bobot pekerjaan perempuan bisa dianggap lebih berat, beban pekerjaan perempuan dianggap wajar dan remeh karena kurang bernilai finansial. Ketidakadilan gender termanifestasi dalam proses penjinakan (cooptation) peran gender perempuan, yang mana membuat perempuan menganggap kondisi dan posisi mereka sebagai kodrat.


10

marGInaLIsasI terhadap perempuan salah satunya berupa pemiskinan beralasan gender dalam sistem ketenagakerjaan. Perempuan yang bekerja di wilayah publik tidak serta-merta terberdayakan. Hal ini dikarenakan anggapan bahwa perempuan berfungsi sebagai pencari nafkah tambahan (posisi utama dipegang ayah/suami). Sebagaimana tertulis di subbab Subordinasi, perempuan tidak mendapatkan fasilitas pemotongan pajak dan tanggungan untuk pasangan hidup sebagaimana lelaki. Kebanyakan pekerjaan yang dianjurkan bagi perempuan (terutama dalam kelas pekerja) memosisikan mereka sebagai pekerja rendah, seperti: guru TK, perawat, pekerja konveksi, buruh pabrik, dan PRT. Meskipun mungkin, sulit bagi perempuan untuk mendapatkan rata-rata gaji atau upah sebagaimana lelaki. Pekerja perempuan di pabrik juga lebih rentan terhadap PHK karena ketiadaan ikatan formal dan alasan-alasan gender, seperti dianggap sebagai pencari nafkah tambahan/pekerja sambilan dan produktivitas kurang karena faktor reproduksi (menstruasi, hamil, melahirkan, menyusui).


11

stereOtIpe adalah pelabelan karakteristik, umumnya negatif, yang tidak lengkap atau tidak sesuai kenyataan empiris kepada individu atau kelompok. Stereotipe melahirkan ketidakadilan saat dijadikan basis dalam perancangan kebijakan. Dalam patriarki, terdapat stereotipe bahwa lelaki adalah makhluk maskulin, dan perempuan feminin. Karakter ini kemudian terwujud dalam ciri-ciri psikologis, seperti lelaki dianggap gagah, kuat dan berani, sebaliknya perempuan dianggap lembut, lemah dan penurut. Tentu saja lelaki maskulin dan perempuan feminin ada. Masalah muncul saat patriarki mengalienasi lelaki dan perempuan dengan karakteristik atau pilihan yang berbeda dengan memberi cap atau stigma yang memojokkan, seperti ini: Perempuan berani berbicara? Cerewet. Perempuan suka seks? Pelacur. Perempuan karier? Tidak laku, perawan tua. Lelaki emosional? Banci. Lelaki tidak suka seks? Tidak jantan. Lelaki yang tidak sukses dianggap “kurang lelaki�, sementara “seperti perempuan� diartikan sebagai lemah, manja, atau cengeng. Dalam hal stereotipe, karakteristik feminin dipojokkan, padahal maskulinitas dan femininitas melengkapi satu sama lain.


12

Kekerasan terhadap Perempuan berarti tindakan kekerasan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik yang dilakukan oleh individu, keluarga, masyarakat atau negara terhadap perempuan sebagai jenis kelamin yang termarginalisasi. Patriarki menempatkan perempuan di posisi sosial yang lebih lemah dari pada lelaki. Maka, perempuan lebih sering menjadi sasaran tindakan kekerasan berdasarkan gender , termasuk KDRT, kekerasan verbal, pemukulan, penyiksaan, pemerkosaan, pelecehan seksual, pernikahan paksa, dan eksploitasi seks (termasuk rekaman seks, pornografi) yang menekan dan menyiksa korban. Mayoritas kekerasan terhadap perempuan dilakukan oleh seseorang yang sudah dikenal oleh perempuan tersebut, seperti suami, pacar, bapak, atau tetangga. Pelaku utama kekerasan terhadap perempuan adalah lelaki. Pada tahun 2016, data menunjukkan bahwa 193 perempuan dibunuh di Indonesia, dengan hanya tiga dibunuh oleh perempuan lain.


13

Atas: Data pembunuhan perempuan pada pertengahan awal 2016. Diambil dari Menghitung Pembunuhan Perempuan.


14

Feminisme kan ide Barat, apa cocok untuk Indonesia? Feminisme sebagai kajian akademis memang tidak dimulai di Indonesia. Namun, bukan berarti gagasan feminis tidak ada dan nyata di Indonesia. Pemimpin-pemimpin perempuan yang cakap sudah ada, membuktikan kalau: 1. Indonesia menerima kepemimpinan oleh siapapun. 2. Pemimpin yang bagus tidak selalu lelaki.

Siti Aisyah We Tenriolle

adalah ratu kerajaan Bugis yang memerintah dari 18551910. Di bawah pemerintahannya, mahakarya epos La Galigo diterjemahkan dari bahasa Bugis kuno ke bahasa Bugis umum. Dia juga mendirikan sekolah modern yang terbuka untuk semua rakyat, bukan hanya lelaki borjuis seperti sekolah Belanda.

Roehana Koeddoes

mendirikan surat kabar Sunting Melayu pada 1912. Surat kabar ini adalah surat kabar pertama di Indonesia yang dipimpin, disunting, dan ditulis perempuan. Roehana juga memelopori pendidikan perempuan di Sumatera Barat, dengan mendirikan sekolah berbasis industri rumah tangga dan koperasi simpan pinjam di Minangkabau. Roehana kemudian mendirikan sekolah lain dan mengajar di Bukittinggi.


15

Atas: Siti Aisyah We Tenriolle. Bawah: Roehana Koeddoes. Foto dari Wikipedia.


16

Beberapa pahlawan dan aktivis feminis Indonesia. Nama - Asal/Organisasi (Sumber) kiri ke kanan, atas ke bawah: Raden Ajeng Kartini - Jateng (Wikipedia). Martha Christina Tiahahu - Maluku (Flickr). Cut Nyak Dhien - Aceh (Wikipedia). Maria Walanda Maramis - Sulut (WordPress: javasrizqi88). Yosepha Alomang - Papua (Goldman Environmental Prize). Yusan Yeblo - Papua (WikiPeaceWomen). Dewi Rana Amir - Palu (WikiPeaceWomen). Lusi Peilouw - Ambon (Tribun Maluku). Hilda Rolobessy - Ambon (WikiPeaceWomen). Lily Djenaan - Manado (WikiPeaceWomen). Juliana Ndolu - NTT (Instagram: oxfamdiindonesia). Aleta Baun - NTT (EcoWatch).


R.A. Kartini

mempunyai pernyataan feminis dalam suratnya kepada Prof. Anton dan Nyonya, 4 Oktober 1901:

Kami disini [sic] memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anakanak wanita, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak wanita itu menjadi saingan lelaki dalam hidupnya. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya yang diserahkan alam (sunatullah) sendiri ke dalam tangannya: menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama.

R.A. Kartini juga menunjukkan kita contoh feminisme interseksional (intersectional feminism) dengan ide kesetaraan perempuan yang Jawa, bukan Eropa dalam suratnya kepada Nyonya Abendon, 10 Juni 1902:

Kami sekali-kali tidak hendak menjadikan murid-murid kami menjadi orang setengah Eropa atau orang Jawa yang kebarat-baratan.

R.A. Kartini menyuarakan keinginannya mewakili Islam yang setara dan damai kepada Nyonya van Kol, 21 Juli 1902:

Moga-moga kami mendapat rahmat, dapat bekerja membuat agama lain memandang agama Islam patut disukai.

Masih banyak tokoh-tokoh perempuan Indonesia lain yang sama hebatnya!

17


18

Aku religius/ tradisional, apakah aku bisa jadi feminis? Baca lagi bagian R.A. Kartini. Jawa, Muslim, percaya kesetaraan. Tak ada masalah! Feminisme Islam di Indonesia bahkan diformulasikan pada tahun 1990an, dengan penekanan bahwa modernitas sesuai dengan Islam dan bahwa pemahaman manusia terhadap teks-teks suci Islam merupakan sesuatu yang lentur. Teks dapat diinterpretasikan untuk mendorong pluralisme, HAM, demokrasi dan kesetaraan gender. Organisasi feminis Islam di Indonesia termasuk RAHIMA (rahima.or.id). Siapapun yang percaya akan kesetaraan gender adalah feminis. Dalam Jakarta Feminist Discussion Group, kamu bisa melihat rupa dan berdiskusi dengan feminis dari beragam usia, latar belakang kepercayaan, dan gender!


19

Apa kalian feminazi? Feminazi adalah label yang diberikan oleh mereka yang tidak mau repot mendengarkan sehingga lebih memilih melabeli feminis sebagai “perempuan selalu benar�, “perempuan banyak maunya� (itu stereotipe seksis, lho). Kita butuh banyak dialog untuk memahami pentingnya feminisme dalam memperbaiki ketidakadilan gender!

Aku lelaki, apakah feminisme hanya untuk perempuan? Feminisme terbuka untuk siapa saja, mengingat seksisme dan diskriminasi gender merugikan lelaki, perempuan, dan orang non-biner. Kamu lelaki dan feminis? Keren! Silakan lihat kampanye dan program Aliansi Laki-Laki Baru (lakilakibaru.or.id).


20

Feminis menyuarakan hak pekerja seks. Foto dari blog Young Mormon Feminists.

Seksualitas & Feminisme Gerakan feminisme bekerja keras untuk memperluas definisi seksualitas dan memperjuangkan hak keberagaman orientasi seksual. Feminisme menjunjung tinggi keberagaman seksualitas, berseberangan dengan sistem patriarki yang memandang seksualitas secara heteronormatif.


Heteronormativitas

termasuk: 1. Gender biner, hanya mengakui keberadaan lelaki dan perempuan yang mengidentifikasi diri sesuai jenis kelamin. Tidak mengakui keberadaan individu interseks, transgender, dan individu non-biner lain. Mengasumsikan semua orang heteroseksual. 2. Peran gender patriarkis, menganggap lelaki harus selalu jantan dan memimpin, perempuan selalu anggun dan menurut, dan seterusnya. 3. Mengasumsikan semua orang harus berkeluarga secara tradisional: lelaki-perempuan, mengandung anak, monogami atau poligini. Heteronormativitas melahirkan relasi kuasa yang tidak berkeadilan gender, salah satunya dengan memarginalkan kelompok-kelompok selain lelaki dan perempuan cis (beridentitas dan berekspresi gender sesuai jenis kelamin) heteroseksual.

Ilustrasi heteronormativitas. Gambar dari Youth Voices.

21


22

Identitas gender

adalah persepsi seseorang akan jenis kelaminnya sendiri. Identitas gender bersifat psikologis dan diidentifikasi secara pribadi, dipengaruhi faktor intrinsik dan lingkungan. Identitas gender bisa sesuai dengan jenis kelamin (cis, heteronormatif), bisa juga tidak (trans). Beragam identitas gender termasuk: 1. Perempuan 2. Lelaki 3. Bigender 4. Non-biner 5. dsb. Heteronormativitas memarginalisasi kelompok trans dengan kebijakan-kebijakan yang juga mengatasnamakan moral, terlepas dari sudah adanya keberagaman identitas gender dalam masyarakat-masyarakat adat dan mitologi Indonesia. Suku Bugis, sebagai contoh, mengenal tiga identitas gender selain lelaki dan perempuan, yaitu bissu, calalai, dan calabai. Kesenian seperti tari Lengger Lanang dan Ludruk pun memiliki fleksibilitas gender.


Orientasi seksual

mengacu pada ketertarikan seksual kepada jenis seks tertentu, termasuk: 1. Heteroseksual (kepada jenis seks yang lain), 2. Homoseksual (ketertarikan kepada seks sejenis), 3. Biseksual (ketertarikan kepada kedua seks). Heteronormativitas hanya memvalidasi individu heteroseksual dan memarginalisasi individu homoseksual dan biseksual terlepas dari perilaku seksual mereka dengan invasi ruang privat dan kebijakan-kebijakan lain yang mengatasnamakan moral.

Ilustrasi identitas gender dan seksualitas, termasuk di dalamnya cisgender, biseksual, genderqueer, LGBT, transeksual, panseksual, aseksual, interseks. Gambar dari tolerance.org.

23


24

Politik seksual

dalam sistem patriarki adalah penindasan sistematis terhadap kelompok dengan jenis kelamin, orientasi seks, dan identitas gender marginal melalui kebijakan dan praktik seperti: 1. honor killing (pembunuhan perempuan yang dianggap “aib keluarga�), 2. FGM (sunat perempuan), 3. pemaksaan alat kontrasepsi (dibebankan kepada perempuan), 4. tes keperawanan, 5. minimnya perlindungan untuk pekerja seks, 6. minimnya hak atas kesehatan reproduksi dan aborsi, 7. diskriminasi dan kriminalisasi kelompok LGBT, 8. normalisasi jenis kelamin bagi kelompok interseks, 9. interogasi laporan pemerkosaan yang memojokkan dan menyalahkan korban, 10. dst. Penindasan ini dapat dikurangi dengan adanya keterwakilan kelompok-kelompok marginal dalam struktur politik untuk meredefinisi politik seksual dan memperjuangkan hak seksual. Di Indonesia, terutama sejak 1980an, keberagaman orientasi seksual dan identitas gender mulai menuntut kesetaraan. Salah satu organisasi yang memperjuangkan kesetaraan hak bagi kelompok berorientasi seksual dan beridentitas gender marginal adalah GAYa Nusantara di Surabaya, yang dipelopori aktivis hak keberagaman orientasi seksual, perempuan, dan HAM, Dede Oetomo. Mengakui orientasi seksual dan identitas gender sebagai keberagaman adalah langkah maju dalam demokrasi Indonesia.  


25

Atas: Stigmatisasi kelompok LGBT. Foto dari Harian Terbit. Bawah: Honor killing anak perempuan karena bicara dengan lawan jenis. Foto dari Oneindia News.


26

Sejarah 8 Maret: Hari Perempuan Internasional Hari Perempuan International Women’s Day (IWD) 8 Maret diselenggarakan pertama kali oleh PBB tahun 1975 dan diresmikan tahun 1978. Pemilihan tanggal 8 Maret didasari oleh aksi-aksi perjuangan hak yang diorganisasi para perempuan di AS dan Rusia. Pada 8 Maret 1857, buruh perempuan di New York memprotes kondisi dan upah yang tidak manusiawi; pada 8 Maret 1908, mereka menuntut jam kerja yang lebih manusiawi dan hak suara dalam pemilu; pada 8 Maret 1914, Sylvia Pankhurst ditangkap dalam demonstrasi untuk hak suara perempuan di London; pada 8 Maret 1913 dan 1917, para perempuan Rusia menuntut damai dari Perang Dunia I. Kini, 8 Maret menjadi milik perempuan seluruh dunia dalam solidaritas persaudaraan perempuan sebagai jenis kelamin yang dikeduakan. IWD menjadi momentum kilas balik pencapaian perempuan dari masa ke masa. IWD sempat dirayakan di Indonesia oleh organisasi perempuan seperti Persatuan Wanita Republik Indonesia dan Gerakan Wanita Indonesia, sebelum dilarang pada Orde Baru karena dianggap bermuatan komunis. Setelah mengikuti Diskusi Perempuan Internasional, Forum Diskusi Perempuan Yogyakarta (FDPY, kini RUMPUN) menggelar acara IWD di mimbar UGM dengan demo isu penggusuran di Pasar Beringharjo tahun 1991. Sejak itu, IWD kembali diperingati oleh organisasi-organisasi perempuan Indonesia. 


27


28

Tentang Jakarta Feminist Discussion Group Kelompok Diskusi Feminis Jakarta atau Jakarta Feminist Discussion Group (selanjutnya JFDG) didirikan sejak 2013 oleh Kate Walton dan teman-teman. Berawal dari forum diskusi dan pembelajaran maya untuk feminisme dan gerakan perempuan, kini para anggota JFDG bekerja aktif dalam advokasi terkait isu gender seperti kekerasan terhadap perempuan. JFDG sekarang beranggota sekitar 1.400 orang, dan siapa saja boleh bergabung. Selain platform awal berupa grup Facebook, kini JFDG juga membuat laman Aliansi Damai tanpa Diskriminasi untuk mendiskusikan isu keberagaman dan penghormatan terhadap hak-hak seksualitas kepada massa lebih luas. Pada Maret 2017, JFDG dan Aliansi Damai tanpa Diskriminasi bersama banyak organisasi perempuan Jakarta menyelenggarakan Women’s March Jakarta dalam rangka Hari Perempuan Internasional. Facebook: fb.me/groups/jakartafeminist Kontak Kate (fb.me/katewalton.au, Twitter @waltonkate) Olin (fb.me/olin.monteiro, Twitter @namasteolin) Stephanie (fb.me/stephanie.a.t)


29


30

Referensi Andi Misbahul Pratiwi, “Gerakan Perempuan dan Wacana Feminisme di Indonesia” Jurnal Perempuan, (https://www. jurnalperempuan.org/berita/gerakan-perempuan-dan-wacanafeminisme-di-indonesia, diakses 19 Februari 2017). bell hooks, Feminism is for Everybody: Passionate Politics. (Brooklyn: South End Press, 2000) Dede Oetomo, “DR. Dede Oetomo: Sesuatu Yang Tidak Salah Tidak Usah Dipermalukan” Indo Progress (http://indoprogress.com/2013/06/dr-dedeoetomo-sesuatu-yang-tidak-salah-tidak-usahdipermalukan/, diakses 23 Februari 2017) International Women’s Day (https://www.internationalwomensday. com/About, diakses 23 Februari 2017) Kris Nelson, “What is Heteronormativity?” Everyday Feminism (http://everydayfeminism.com/2015/07/whatis-heteronormativity/, diakses 23 Februari 2017) Maria Hartiningsih, dalam kegiatan Arus Pelangi 12 Januari 2017 (http:// aruspelangi.org/articles/keadilan-untuk-semua, diakses 19 Februari 2017) Marvina, “Gender, Arti dan Makna Sebenarnya” Kalyana Mitra,(http://www.kalyanamitra.or.id/2016/07/gender-artidan-makna-sebenarnya/, diakses 19 Februari 2017) Menghitung Pembunuhan Perempuan (https://fb.me/ menghitungpembunuhanperempuan/, diakses 19 Februari 2017).


31

Mutik Ullah, Skripsi: “KONSEP KEADILAN GENDER PERSPEKTIF MANSOUR FAKIH DAN RELEVANSINYA DALAM PENDIDIKAN ISLAM” (Surabaya: UIN Sunan Ampel Surabaya, 2010), 34. Rizki Washarti, “LGBT, budaya Indonesia dan lintas gender” BBC Indonesia, 25 Februari 2016 (http://www.bbc.com/indonesia/berita_ indonesia/2016/02/160224_indonesia_bissu_gender, diakses 23 Februari 2017) Neng Dara Affiah, “Feminisme dalam Islam:Ikhtiar Jalan Baru Penegakkan HakHak Dasar Perempuan Muslim Indonesia” Komnas Perempuan ( http://www. komnasperempuan.go.id/feminisme-dalam-islamikhtiar-jalan-baru-penegakkanhak-hak-dasar-perempuan-muslim-indonesia/, diakses 19 Februari 2017) Umi Lasminah, “8 Maret Hari Perempuan Internasional: Solidaritas Lintas Bangsa Bagi Kemajuan Perempuan” Warta Feminis (https://wartafeminis. com/tag/hari-perempuan-8-maret/, diakses 23 Februari 2017)

E-mail Women’s March Jakarta: womensmarchjkt@gmail.com Kolase feminis diambil dari Pinterest: margotvdwalle. Poster di halaman 27 oleh Beau Newham. Foto di halaman 29 diambil dari dokumen JFDG. Poster di sampul belakang oleh Delia Almasari. Isi oleh Olin Monteiro (olin.monteiro@gmail.com), Skolastika Lupitawina, dan Kate Walton. Tata letak oleh Skolastika Lupitawina (skolastikalupitawina@gmail.com). Zine ini dibuat untuk kepentingan edukasi dan bersifat non-komersil. Dibuat Februari 2017.



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.