catatan harian seseorang yang terlelap di siang hari.
the diary of a daysleeper.
Timothy Elbe
Irama sirkadian
mengalir dan menggeser.
hah? eh? hahaha iya, iya ,iya nggak lah.. eh sori ya ....yaaa gitu abis gimana kadang-kadang gue.. ...iya ..sip ....janji nih? ....alam jadi penurut, ia jadi penutur. warnanya hijau tua dan abu-abu. daunnya masih basah, wangi tanahnya belum luntur. 'aku bagai hiu tanpa taring'
'aku bagai pantai tanpa lautan'
antara tidak dan sadar yang kudengar samar lagu diujung kamar sial ternyata lagu itu masuk ke mimpi sial ternyata laptopku lupa mati tertidur menunggu download tadi malam tergeletak di kasur gue mencoba mencari waktu dari jam seiko bundar di atas jendela dengan mata minus 2 setengah pendek di 10, panjang di 6 tidak langitnya sudah biru tua oh, oh iya baterainya habis sial
lalu gue terduduk di kasur dalam remang mencari gelas air sisa semalam ukurannya sedang, standar rumahan dengan tulisan a la 90an warnanya putih mengkilat gelap masih terlihat kucari tokai kuambil kotak rokok kukocok ada satu kubakar bara nya merah jingga menyala seperti kunang-kunang jakarta perayaan kecil untuk warna hangat pertama pada hari ini.
adapun hal yang menarik dari sore adalah ia sama dengan pagi gerbang matahari apa yang diarsir dengan warna biru oleh pagi di sebelah kiri, sore mengerjakan yang sebelah kanan lain lagi jika awan kelabu datang semesta menjadi redup, pucat bersih seakan dunia hilang sinyal yang kemudian meletakkan tangannya di meja canggung mencari topik dan berbicara
bagi seseorang yang terlelap di siang hari, terang itu mewah.
pun malam menjadi akrab datangnya tergesa-gesa tidak perlu diburu-buru seperti kopi, langit larut mencair hitam malam datang bertamu ramah dan sopan seperti teman baru dengan kelakuan yang sama dengan kelakuan yang lama _______ malam, terlalu panjang ia menjadi beban beban di mata beban di dada beban di perut beban di hati beban di rasa menghimpit menjadi lapang tidak ada yang manis tidak ada yang romantis tawar mengambang carut marut kusut butut senyum selutut setitik menciut bangsat
selamat pagi, kata langit.
apa kabar, tanya ia
kalau langit sendiri apa kabar?
biru.
aku akuamarin
baiklah, selamat pagi!
siang berderik menggelitik semua berhamburan seperti bola debu yang tertiup; naik berderap keatas panggung selebar tapak amplifiernya urat tekak terekam digital terbilang spesial maskapai eksperimental senyuman mentah lelucon para pengunjung rumah duka terkenal sensasional dijegal disumpah jadi sepah dimakan telinga satu arah lidah bubuk mesiu rentan terhadap salam realitas modernitas terbatas daun talas
eskalator terbalik layar kaca yang kotor tangan yang kotor power glue keyboard tuts piano low batt bermalu dengan penuh rasa teriak bahasa setengah mulut maju setengah hati, dinding di dalam gelas, merindu dibilang, makin hilang yang kisaran remaja muda dan setia dipijit-pijit mimpinya, dipanggil namanya kalah, sengketa dengan kemejanya kuncinya bengkok gemboknya gompal tengkoraknya terjal
bawaan lahir kenangan dulu bianglala poni rata kodok kapur sampul plastik hijau pastel kusen terpentin melamin dipenhidramin
semesta galaksi langit bumi laut gunung pohon bunga kumbang embun sel atom proton boson teori hipotesa imaji mimpi impian iman Tuhan Semesta Alam
Slank - Mau (Beli) Tidur Intro : A Bm D A 3x
A Bm D A Aku mau tidur A Bm D A tapi mata ini nggak juga menutup A Bm D A Aku sudah ngantuk A Bm D A Tapi otak melayang nggak menentu
A Bm D A Teringat mimpi-mimpi A Bm D A Sampai saat ini belum juga nyata A Bm D A Waktupun tertawa ha....ha... A Bm D A Menyerat langkahku yang semakin tua * reff: A Bm D A Aku langsung bangun dan bakar rokok A Bm D A Kutendang2 (kubanting2) ranjangku yang bobrok A Bm D A Mengapa aku masih di kamar ini A Bm D A Apa mesti mimpi itu kubeli
A Bm D A Aku rebah lagi A Bm D Mencoba untuk menutup A Bm D A Tapi masih saja A Bm D Pikiran itu itu lagi yang *reff
A mata lagi
A datang
2014