Terasolo magz juli agustus 2014

Page 1



Content

MAJALAH TERASOLO EDISI KESENIAN

BERITA UTAMA Balai Agung - 04 Kostum Wayang Orang - 07 OPINI K.R.T. Diwasa Diwanagara - 11 FOKUS Wayang Beber Pujiano - 14 Lurik Sumber Sandang - 17 PROFIL Ranggajati Suyatna - 22 PHOTO STORY Wayang Orang Sriwedari - 24 FLASH NEWS Suryo Art - 28 Puri Art - 30 Wayang Topeng Janthit - 32 UKM GO INTERNASIONAL Sanggar Tari Soerya Soemirat - 34 INOVASI BISNIS Seni Lukis Kaca - 36


Susunan Redaksi Pemimpin Umum Rizki Budi Pratama Pemimpin Redaksi Duratun Nafisah Sekretaris Redaksi Hanna Suryadika Reporter: Agnar Juan Janitra Imam Saputro Novandi Kusuma Septian Ade Mahendra Editor: Duratun Nafisah Hanna Suryadika Translator: Lesmi Mitra Creative Designer: Muhammad Seiv

Salam Redaksi

K

ota Solo menyimpan banyak keunikan dan ragam budaya khasnya. Dari hasil penelusuran tim Terasolo, kami menemukan banyak sekali usaha- usaha yang berbasis kesenian. Rata-rata para pengusaha tersebut mengangkat nilai kearifan lokal kota Solo menjadi suatu hal yang bisa dijual, sehingga dapat menjadi promosi kota Solo itu sendiri. Banyak pula dari pelaku usaha tersebut yang murni ingin berkarya. Terasolo mengumpulkan beberapa pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang berbasis kesenian menjadi satu dalam majalah ini. Kami hendak menunjukkan pada masyarakat, khususnya dari luar kota Solo, bahwa seni budaya di Solo masih digarap dengan serius oleh masyarakat kota Bengawan ini. Oleh karena itu, kelestarian seni budaya Solo perlu selalu kita jaga. Pada rubrik Berita Utama, Terasolo menyuguhkan Balai Agung dan liputan seputar Kostum Wayang Orang. Balai Agung sendiri merupakan satu-satunya produsen wayang kulit di Keraton Kasunanan Surakarta. Di rubrik Fokus, Terasolo hadirkan seputar Lurik Sumber Sandang yang didirikan oleh Rachmad, yang memperoleh ilmu tenun kain sejak akhir tahun 1940-an. Selain Sumber Sandang, kami juga hadirkan Wayang BĂŠbĂŠr Pujianto. Pada Flash News, kami pilihkan tiga usaha yang sayang untuk dilewatkan. Suryo Art, Puri Art, dan Wayang Topeng karya Pak Janthit. Ketiganya merupakan usaha unik berbasis kesenian lokal Solo yang punya daya tariknya masing-masing. Untuk rubrik Opini, redaksi mewawancarai K.R.T. Diwasa sebagai seniman di Solo. Kiprahnya dalam dunia wayang orang di Solo sudah tenar, demikian sepak terjangnya sebagai sutradara di pentas Wayang Orang Sriwedari. Semoga Majalah Terasolo kali ini dapat membawa inspirasi dan pengetahuan bagi para pembaca sekalian.

Selamat membaca, selamat menginspirasi. Redaksi Terasolo

Finance and PR Wahyu Yuliastuti Marketing: Santi Dwi Jayanti Yana Hersintawani Email: terasolomedia@gmail.com Website: terasolo.com Alamat Redaksi: Jl. Dr. Supomo no. 57 Solo- Jawa Tengah

No. Telp: 0857 0209 9199

.com PORTAL INFORMASI UMKM SOLORAYA


SPACE IKLAN FULL PAGE HUBUNGI:

0857 0209 9199


Editorial SOLO KOTA BUDAYA. Itu kalimat yang akan banyak ditemui di Kota Solo. Lahir sebagai pusat kebudayaan Jawa pada abad XVIII, Solo menyimpan budaya, falsafah, dan ritual yang kental dengan nilai-nilai kejawen. Sejak saat itu, nilai-nilai itu dipertahankan dan menjelma menjadi jiwa orang- orang Solo. Maka, tak mengherankan apabila saat ini, nilai itu telah menjelma menjadi daya tarik yang mengajak orang untuk berbondongbondong datang ke Solo. Budaya Jawa di Solo tak disengaja mempunyai value tersendiri. Warga yang kreatif dan berjiwa seni kemudian dengan baik mengambil kesempatan itu untuk membuat produk dan jasa yang khas akan budaya Jawa. Seketika bermunculanlah UMKM yang menjajakan jasa atau produk khas budaya Jawa di Solo. Mereka, para pegiat UMKM produk budaya, mendapat hadiah dari Tuhan yakni kemampuan berkesenian setelah hidup di Solo. Di majalah Terasolo edisi ini akan banyak pembaca temui sisi lain UMKM yang membuat produk bernilai budaya dan seni itu. Sebut saja Soerya Soemirat, satu di antara sekian banyak sanggar tari di Solo yang tanpa lelah terus mengajarkan gerak dan falsafah tari khas Jawa. Atau Surya Art dan kisahnya dilirik banyak pihak penting nasional, dipercaya untuk membuat karya wayang mereka. Atau bagaimana hubungan wayang orang dengan UMKM pembuat kostum bisa begitu syahdu. Sebelum pembaca dibuai dengan tulisan dan insight yang aduhai, perlu diketahui ada tiga hal yang membuat UMKM yang memproduksi produk dan jasa seni ini begitu istinewa. Pertama, secara tak langsung produk dan jasa itu menjelma mejadi aset. Kedua, nama Solo jelas terangkat. Dan yang terakhir dan paling penting, budaya dan seni yang adiluhung itu tetap lestari. Selamat membaca,

Rizki Budi Pratama Pimpinan UmumTerasolo


SPACE IKLAN HALF PAGE HUBUNGI: 0857 0209 9199


Berita Utama

bALAI AGUNG PRODUSEN WAYANG KULIT DI KERATON KASUNANAN Solo, dengan tagline-nya sebagai Kota Budaya tentu memilik berbagai ragam kebudayaan yang terkandung di dalamnya. Di antaranya adalah wayang kulit. Salah satu tempat yang masih eksis menghasilkan wayang kulit adalah Balai Agung yang bertempat di Alun-Alun Utara Surakarta.

terasolo.com 04


B

adalah proses pewarnaan pada wayang yang telah ditatah. Sebagai bahan produksinya, Balai Agung membuat wayang kulit yang terbuat dari kulit kerbau dari Nusa Tenggara. “Kami menggunakan kulit kerbau karena kulit ini merupakan kualitas terbaik untuk membuat wayang kulit,” ujar Sihhanto.Tak heran bila wayang kulit produksi Balai Agung memiliki kualitas yang bagus dan mampu bertahan hingga puluhan tahun. Dalam proses pembuatannya, wayang kulit membutuhkan waktu berhari-hari bahkan bulanan untuk menghasilkan satu karya, tergantung dari besar kecilnya wayang. Selain itu, ketelitian tinggi untuk membuat wayang kulit mutlak diperlukan. Ornamen-ornamen yang cukup kecil, membutuhkan kesabaran ekstra tinggi dalam proses pembuatannya. Tak heran bila harga yang ditawarkan juga cukup mahal. Harga wayang kulit di Balai Agung berkisar antara Rp500.000 sampai 10 juta rupiah tergantung pada ukuran dan jenis wayang. “Wayang yang disungging dengan prada emas harganya bisa dua kali lipat dari wayang biasa,” tutur Sihhanto.

Proses Pembuatan Wayang Kulit Tatah merupakan proses pemahatan atau pengukiran ornamen-ornamen wayang pada kulit yang telah diproses sebelumnya. Sedangkan sungging

Tatah Sungging Lapis Emas Selain memproduksi wayang kulit yang biasa beredar di pasaran, Balai Agung juga memproduksi wayang kulit lapis emas. Wayang kulit 'mahal' ini bahkan mampu bertahan hingga ratusan tahun.Tak heran bila harganya mencapai dua kali lipat wayang kulit biasa. Wayang kulit yang berlapis emas ini menggunakan bahan baku emas lapis 18 karat. “Lapisan emas ini membuat warna wayang menjadi lebih mengilat dan tahan luntur sehingga bisa bertahan dalam waktu yang panjang,” tutur Sihhanto pemilik tatah sungging Balai Agung. Proses pewarnaan dan pelapisan wayang

alai Agung telah menjadi produsen tatah sungging wayang kulit sejak tahun 80-an dan menjadi satu-satunya produsen wayang kulit di Keraton Kasunanan Surakarta. Kerajinan tatah sungging Balai Agung berawal dari Sihhanto yang melihat peluang tentang kerajinan wayang kulit serta keinginannya untuk melestarikan budaya keraton, maka berdirilah Balai Agung yang berlokasi di Alun-Alun Utara Surakarta. Berkat jasanya dalam pelestarian seni wayang di keraton, kini Sihhanto telah menjadi bagian dari abdi dalem Keraton Kasunanan Surakarta dengan gelar Raden Tumenggung Sihhanto Dipuro.

terasolo.com 05


Produksi Balai Agung- Beberapa wayang hasil karya Balai Agung yang terbuat dari bahan emas. Wayang dijual dengan harga Rp.300.000 hingga jutaan rupiah tergantung tingkat kerumitan dan bahan baku.

ini disebut dengan sungging. Bertengger Hingga Eropa Untuk produksi dan penjualan, dalam sebulan Sihhanto mengaku tak pernah memberi target khusus maupun melakukan pembukuan. Meski begitu, hasil kerajinan wayang Balai Agung mampu bertengger di berbagai negara Eropa seperti Belanda dan Jerman. “Pameran paling jauh yang pernah kita ikuti adalah di negara Jerman, selain itu kolektor-kolektor wayang yang berdomisili di luar negeri juga kerap membawa wayang produksi kita,� tutur Sihhanto. (Wahyu Yuliastuti W)

Data UKM Nama UKM : Tatah Sungging Balai Agung Alamat : Alun-alun Utara, Keraton Surakarta No Telepon : 0271 661931

SPACE IKLAN QUARTER PAGE HUBUNGI: 0857 0209 9199


Berita Utama

kostum, jiwa Wayang orang

Prabu Kresna tengah berdandan di depan cermin. Ia kenakan kostum serba hitam, penanda kewibawaan, ketenangan, dan kehalusan. Semua dikenakan rapi dan hatihati, seolah kostum itu jiwanya dan sacral.

terasolo.com 07


Tak sekedar pelengkap, kostum wayang orang menjadi jiwa pemain di setiap adegannya.

D

i balik kostum Prabu Kresno berdiam sosok Agus Prasetyo, pemerannya waktu itu sekaligus koordinator Wayang Orang Sriwedari. Di jam yang masih menunjuk pukul 19.30 WIB, sejam sebelum pementasan, Agus menyempatkan bercerita tentang pentingnya kostum dalam pementasan. "Kostum sangat penting. Kalau kostum kurang lengkap atributnya sedikit saja, akan mempengaruhi penjiwaan karakter," ungkap lulusan Seni Tari Institut Seni Indonesia (ISI) Solo ini kepada Terasolo, Senin (17/3/2014). Bagi Agus, ada tanggung jawab yang diemban saat memerankan satu tokoh. "Meski satu atribut dapat dipakai berbagai tokoh, tetap harus ada aturan pakem yang dipakai," terangnya. Ada atribut yang dipakai bergantian, ada pula atribut yang spesifik menunjuk tokoh wayang tertentu. Layaknya Gatotkaca yang gagah dengan Kutang Antrakusumanya yang dalam cerita, mampu memancarkan sinar terang benderang.

Menurut Agus, pengadaan kostum wayang di Wayang Orang Sriwedari jauh lebih mendesak dibanding pementasan lainnya di Solo. Pasalnya, sesuai intruksi Walikota, pementasan Wayang Orang Sriwedari dilakukan hampir setiap hari, dari Senin hingga Sabtu. Dengan kuantitas pemakaian seperti itu, kostum berpotensi lebih cepat rusak. Kenyamanannya pun mudah berkurang, karena dipakai berkali-kali oleh orang berbeda. Maka tak jarang para pemain harus membeli sendiri atribut seperti gelang, sumping, atau klabau. Secara keseluruhan, Agus mengatakan, Wayang Orang Sriwedari membutuhkan lebih dari 30 juta rupiah per tahunnya untuk pengadaan kostum. "Namun, tahun lalu anggaran hanya sebatas itu," ungkapnya. Kalau dirata-rata, harga satu set kostum wayang kualitas pementasan Wayang Orang Sriwedari berkisar empat juta. Jadi satu tahun hanya ada tujuh sampai delapan pembaruan kostum. "Sebenarnya

terasolo.com 08


harga itu sudah pas karena memang sesuai dengan kualitas dan keindahannya," lanjut Agus. Usaha Pembuatan Kostum Satu-satunya pengusaha yang melayani pesanan kostum Wayang Orang Sriwedari ialah Hadi Sugimo. Dari pria 53 tahun ini kostum wayang orang dibuat sesuai standar Wayang Orang Sriwedari. "Mereka (Wayang Orang Sriwedari. red) selalu punya pakem kostum sendiri dan pasti modelnya klasik," ujar Gimo, panggilannya, saat ditemui di rumah sekaligus tempat produksinya di Dukuh Bacem RT 02/01, Langenharjo, Kabupaten Sukoharjo, Rabu (19/3/2014). Di tempat itu, segala kostum tokoh wayang, Gimo buat. Tiap pesanan bervariasi harganya tergantung atribut satu tokoh. Puntadewa yang sedikit atributnya tentu akan lebih murah bila dibandingkan dengan Gatotkaca. Selain itu, Gimo juga mempertimbangkan kualitas. Ia sediakan kualitas biasa hingga istimewa. "Para pemain Wayang Orang Sriwedari sangat peduli kualitas, bukan harga," kata Gimo yang sudah menjadi pembuat kostum sejak 1977 itu, kagum dengan para pemain Wayang Orang Sriwedari. Ia bercerita, para pemain tak eman (sayang.red) kalau menyangkut kostum. Bahkan Agus, sang koordinator, pernah memesan secara pribadi irah-irahan kualitas nomor satu yang tentu saja harganya tak murah. "Itu bukti dedikasi para pemain," kata Gimo. Bagi Gimo dan Agus, pementasan wayang orang dan UMKM pembuat kostum memang seharusnya berjalan beriringan seperti sekarang.Tujuannya, menjaga dan melestarikan budaya Jawa khususnya wayang orang. "Saya kira, wayang orang dan usaha pembuat kostum tak akan pernah mati sampai kapan pun," tutup Agus.

Seluruh atribut para pemain sudah siap di meja rias masingmasing.

Pengunjung Mommilk kebanyakan adalah anak muda. Mommilk menjadi tempat favorit anak muda untuk nongkrong karena harganya yang pas dengan kantong dan Irah-irahan mempunyai arti masing-masing seperti warna hitam yang berarti menunjukkan kebijaksanaan.

(Rizki Budi Pratama)

SPACE IKLAN QUARTER PAGE HUBUNGI: 0857 0209 9199


SPACE IKLAN FULL PAGE HUBUNGI:

0857 0209 9199


Opini

K.R.T Diwasa Diranagara: “Ciptakan Sejarah Sendiri Supaya Dikenal� Senin (17/3/2014), tim Terasolo berkunjung ke Gedung Wayang Orang, Sriwedari. Terasolo menemui sang sutradara,K.R.T. Diwasa Diranagara. Sebagai seorang seniman yang ada di ranah wayang orang, pria berusia 41 tahun inikami wawancarai terkait sejarah wayang orang di Kota Solo. Selain itu, kami pun mengulas lebih jauh lagi seputar usaha yang bergerak di ranah kesenian. Simak hasil liputan Terasolo berikut ini:

Bagaimana sejarah dan kisah Wayang Orang Sriwedari? Kemunculannya di Sriwedari sejak 104 tahun yang lalu, sejak tahun 1910. Tapibukan disini (Sriwedari, .red), ini gedung kedua, bukan tempatnya pertama. Tapi sebelum di Sriwedari wayang sudah ada sejak 1898di Solo tapi masih bertempat di Prangwedanan Mangkunegaran. Kehadiran wayang orang di Sriwedari ini adalah prakarsa dari Paku Buwono X. Kenapa pada akhirnya diputuskan di Sriwedari? Karena di Sriwedari ini sebutannya Kebon Rojo, tempat bercengkrama nya para raja pada saat itu. Dan wayang orang ini bukan produk asli Keraton Surakarta, maka wayang orang ini diperuntukkan bagi masyarakat umum. Dengan dialihkannya dari Keraton Surakarta ke taman Kebon Rojo Sriwedari mungkin harapan dari PB X ini bisa untuk masyarakat, sehingga tidak hanya menjadi milik raja. Menurut anda, kesenian yang khas dengan kota Solo sendiri apa saja?

Yang pertama, wayang orang, kemudian tari- tari tradisi. Kalau di sini kan ada sanggar tari Soeryo Soemirat, Sanggar Seni Metta Budaya, Sarwi Retno Budoyo, dan intinya ada lebih dari 6 sanggar budaya yang besar dan masih eksis sampai saat ini. Selain itu ada karawitan, dan wayang kulit juga. Hal apa saja yang menjadi perbedaan antara wayang orang Solo dengan yang ada di kota lain? Kalau di wayang orang Solo dengan wayang orang di Solo memang ada perbedaan sedikit dari tata rias, ataupun dialognya. Ada juga iringannya yang beda. Wayang orang itu asalnya dari Jogja tapi karena hidupnya di Solo, iringannya ditransformasi dari wayang kulit yang di Jogja. Awalnya wayang orang itu dari Jogja dan disamakan iringannya dengan wayang kulit. Usaha pelestarian kesenian di Solo seperti apa? Sebenarnya pemerintah sudah memperhatikan kesenian. Kalau kesenian di luar wayang orang sudah berkembang, karena ya tadi

terasolo.com 11

sudah ada lebih dari 6 sanggar tari tradisonal yang besar di Solo. Kalau perhatian pemerintah ke wayang orang terwujud dengan adanya beberapa pemain wayang orang yang diangkat sebagai PNS. Meskipun sudah diperhatikan, menurut saya masih belum total karena kita jauh dari idealnya sebiah pertunjukan wayang orang. Kita saja masih punya 20 pemain padahal idealnya 45 orang. Pengiringnya pun seharusnya 20 pengiring, padahal kita hanya 10-11 pengiring. Dari masyarakat kan mulai banyak UMKM yang mengadopsi kesenian sebagai produk yang mereka hasilkan, membuat usaha berbasis kesenian, bagaimana tanggapan Anda? Itu bagus menurut saya, saya salut terhadap seniman seperti itu. Karena mereka kehidupannya tidak hanya di ranah kesenian saja, bahkan pemerintah perhatian belum tertuju kesana. Sebenarnya bukan karena kehidupan keseniannya mereka menghasilkan suvenir itu, dan jika hanya mengharap uluran pemerintah mereka tak bisa hidup. Tapi mereka mencari cara untuk bisa


diberi kewenangan hidup secara mandiri, karena mungkin akan lebih bagus. Pembenahan apa yang perlu dilakukan terkait wayang orang Sriwedari? Perekrutan terkait generasi muda sebenarnya belum bisa dilakukan. Dari pemerintah tidak memperhatikan itu. Selain itu cara pengelolaan sebuah pertunjukan, kami memang perlu pembenahan. Ibaratnya orang jualan, kita menjual produk dan supaya digemari pembeli kita harus memperhatikan segi kualitas juga. Panggung pertunjukan disini misalnya, ini belum layak untuk sebuah panggung pertunjukan. Tapi menurut kabar yang saya terima, dalam tahun ini kami dapat bantuan dari pemerintah untuk renovasi gedung keseluruhan untuk dijadikan gedung pertujukan

Kita tidak akan bisa mengulang sejarah. Harapan saya untuk teman- teman adalah kita bisa menciptakan sejarah sendiri agar lebih dikenal. yang sesungguhnya. Tanggapan masyarakat dan wisatawan terhadap wayang orang seperti apa? Untuk wisatawan domestik ataupun turis asing sudah bagus untuk kegiatan wayangnya. Terkadang ada juga seniman Jogja yang sering memberi tahu kekurangan kami ada dimana saja. Untuk masyarakat Solo

tanggapannya terhadap wayang orang sudah besar. Di tahun 2010, bahkan sudah ada kumpulan pengusaha yang membiayai renovasi sebagian gedung wayang orang ini. Harapan anda untuk wayang orangdan kesenian di kota Solo? Kita tidak akan bisa mengulang sejarah. Harapan saya untuk temanteman adalah kita bisa menciptakan sejarah sendiri agar lebih dikenal. Sebenarnya kita sudah dikenal, tetapi masih terlihat belum eksis, padahal kita sudah lama eksis. Sekarang pemerintah bahkan sudah memfokuskan perhatiannya, sehingga saya dan kawan- kawan juga sedang berusaha untuk memunculkan kembali masa kejayaan wayang orang Sriwedari.

SPACE IKLAN HALF PAGE HUBUNGI: 0857 0209 9199

(Hanna Suryadika)


SPACE IKLAN FULL PAGE HUBUNGI: 0857 0209 9199


Fokus

Wayang beber pujianto buah dari program penelitian Bermula ketika mengikuti penelitian Wayang Bébér di Kabupaten Pacitan sekitar tahun 1980 silam, Pujianto (55) mulai tertarik dengan wayang kuno tersebut. Dikatakan sebagai wayang kuno karena Wayang Bébér jauh lebih dulu lahir dibandingkan dengan Wayang Purwo yang masih banyak dijumpai hingga sekarang.

terasolo.com 14


“Dulu waktu ikut penelitian Wayang Bébér, bergabung dengan sejumlah angggota perkumpulan para seniman dari Jakarta,” kenang Pujianto, saat ditemui di kediamannya, Gabugan Rt 02 Tanon, Sragen, Selasa (6/8/2013). Lanjut Pujianto, penelitian wayang kuno tersebut justru diprakarsai oleh sebuah media massa dari Jerman karena semakin sulitnya jenis kerajinan seni ini di tanah air. Setelah survei ke Pacitan yang konon menjadi kota kelahiran Wayang Bébér, Pujianto bersama-sama teman seniman mulai mencoba membuat Wayang Bébér lalu dipamerkan di Jakarta. “Waktu pertama membuat Wayang Bébér sekitar tahun 1990-an membutuhkan waktu hingga satu bulan karena belum begitu paham,” tutur Pujianto, yang sebelum mengenal Wayang Bébér telah menjadi pelukis dan pembuat Wayang Purwo. Saat ini, Pujianto mengaku mampu membuat Wayang Bébér dalam jangka waktu paling cepat satu minggu. Kerajinan wayang yang kebanyakan mengambil cerita Panji Asmoro Bangun dengan Dewi Sekartaji ini, awal pembuatannya dimulai dengan membentangkan kain berjenis Phillips. Selanjutnya, membuat dasaran dengan mewarnai kain tersebut sehingga fungsinya mirip kanvas sebagai media lukis. Setelah itu, kain mulai dipola atau didesain sesuai tokoh pewayangan beserta ornamen pendukung. Proses terakhir adalah mewarnai kembali pola yang telah dibuat dan mengarsirnya agar memperjelas kontur Wayang Bébér.

Agus (28) tengah menyelesaikan pembuatan Wayang Bébér di Gabugan Rt 13 Tanon, Sragen, Selasa (6/8/2013). Menurut Pujianto, saat ini penjualan wayang beber semakin lesu karena situasi keuangan yang melanda di beberapa negara yang selama ini menjadi pemesan setianya.

terasolo.com 15


“Untuk mewarnai saja, saya dilatih oleh Pak Pujianto selama beberapa bulan,” kata Agus (28), yang membantu Pujianto mewarnai Wayang Bébér. Selama ini Wayang Bébér Pujianto dibuat dan sudah mempekerjakan sebanyak empat orang agar pesanan cepat terselesaikan. Wayang Bébér Sepanjang 60 Meter Prestasi yang telah dicapai oleh Pujianto bersama teman-teman sesama seniman dalam dunia Wayang Bébér adalah mampu menyelesaikan lukisan Wayang Bébér sepanjang 60 meter. “Dengan alasan agar cepat populer dan spektakuler, akhirnya Wayang Bébérsepanjang 60 meter selesai dibuat,” tutur Pujianto, yang usahanya saat itu diganjar penghargaan dari MURI sebagai pemegang rekor Wayang Bébérterpanjang. Kepopuleran Wayang Bébér tersebut mampu menarik minat asing untuk mengoleksi wayang tersebut, yang saat ini terpajang rapi di sebuah galeri di Moskow, Rusia. Soal harga, Pujianto menjual Wayang Bébér kreasinya dengan kisaran Rp300.000 hingga puluhan juta rupiah tergantung besar kecilnya ukuran, tingkat kerumitan, dan lama pembuatannya. Saat ini penjualan Wayang Bébér sering dilakukan ketika berpameran di kota-kota besar, seperti Solo, Semarang, Yogyakarta, dan Jakarta. Namun, Pujianto mengeluhkan saat ini penjualan Wayang Bébér semakin lesu karena situasi keuangan yang melanda dibeberapa negara yang selama ini menjadi pemesan setianya. “Penjualan Wayang Bébér sempat berjaya ketika pada masa awal tahun 1991-an, hingga mulai surut pada tahun 1998an ketika krisis moneter,” tutup Pujianto. (Septian Ade Mahendra)

Data UKM Nama UKM : Wayang Beber Pujianto Alamat : Gabungan RT 13 Tanon, Sragen

SPACE IKLAN QUARTER PAGE HUBUNGI: 0857 0209 9199


Fokus

Sumber sandang usaha lurik di tangan ahlinya Rabu (12/2/2014), tim Terasolo bergegas menuju Pedan, Klaten, untuk menggali informasi tentang tenun lurik di sana. Setelah bertanya beberapa orang, tersebutlah satu nama, Rachmad. Ia disebut-sebut sebagai 'Mbahnya' lurik Pedan karena sudah menggeluti lurik selama lebih dari separuh hidupnya.

terasolo.com 17


U

sianya sudah menginjak 82 tahun, tapi tetap berapi-api saat bercerita tentang sejarah usaha luriknya. Mendapat bekal ilmu menenun dari karyawan Werewy Familie, pabrik tekstil terbesar waktu itu, ayah Rachmad membangun usaha lurik sendiri. "Saya ingat benar waktu itu tahun 1948, semua warga Pedan mengungsi karena agresi Belanda," kenang Bapak 8 anak itu. Di pengungsian itulah ilmu menenun lurik mulai menyebar. Namun, awalnya Rachmad muda enggan membantu ayahnya membangun usaha lurik. Ia memilih merantau ke ibu kota memperdalam ilmu sejarah dan sastra. Kesukaannya membaca buku sastra dan sejarah akhirnya mempertemukannya dengan salah satu buku tentang ilmu menenun dan mencelup. "Akhirnya saya pulang. Tapi bukan tanpa membawa apa-apa. Saya bawa ilmu tentang menenun dan mencelup," ujarnya saat ditemui di Sumber Sandang, usaha lurik miliknya di Jalinan, Kedungan, Pedan. Ta h u n 6 0 - a n m e n j a d i s a a t y a n g menggembirakan untuk mayoritas warga Pedan termasuk Rachmad. Penghasilan Sumber Sandang meningkat berkali lipat. "Bahkan karyawan mencapai 200 orang waktu itu," lanjut Rachmad menggebu. Sumber Sandang mengimbanginya dengan memunculkan berbagai macam motif lurik. "Dulu motif lurik hanya ada tiga macam. Berkat buku itu saya tahu lebih banyak motif lurik," katanya. Selain itu, Rachmad juga bereksperimen dengan berbagai macam serat olahan sendiri. Serat pisang, nanas, dan lainnya ia tenun menjadi lurik. Lebih kreatif, kayu dan lidi pun ia sulap jadi hiasan tenun.

Rachmad mulai benar-benar menekuni dunia lurik m ulai tahun 1959 hingga sekarang. Banyak ilmu yang ia dapat dari buku dan pengalaman.

Namun masuknya modal asing saat Orde Baru tak dipungkiri membawa akibat menyakitkan. Banyak home industry tradisional yang gulung tikar. Oklak, alat tenun bukan mesin, digeser oleh mesin-mesin yang lebih menjanjikan kuantitas dan harga produk yang lebih murah. Berkat Jaringan Sang Ahli Satu yang berbeda dari Sumber Sandang adalah Racmad masih mempercayakan hasil seni tenun lurik kepada alat tradisional. Saat ini sekitar 50 oklak masih bisa ditemui di tempat produksi Sumber Sandang. Namun, tak semua oklak tersebut "bersopir". Hanya 2030 oklak yang beroperasi rutin tiap hari. Rachmad mengaku harus putar otak untuk melawan gempuran modal asing. Ia mengaku beruntung karena jaringan pertemanan membuatnya masih bisa bernafas meski kembang kempis. "Banyak teman di luar negeri yang tertarik dengan lurik dan mereka memesan ke saya," ungkapnya. Siapkan Penerus Kini di usia tuanya, Rachmad masih tekun menenun. "Apapun bisa saya tenun. Rambut pun bisa,

Salah satu yang masih dipertahankan adalah oklak. Rachmad percaya beberapa tenun lurik hanya bisa dibuat dengan oklak.

terasolo.com 18


tapi siapa yang mau pesan?" candanya. Tak cukup sampai di situ, bagi ia, langkah selanjutnya adalah berbagi ilmu dan menyiapkan penerus usaha luriknya. Dari 8 anaknya, setengahnya mengikuti jejak Rachmad menjadi pengusaha tenun lurik. "Kita lihat saja. Tenun lurik khas Pedan tak akan pernah mati," tutupnya optimis. (Rizki Budi Pratama)

Data UKM Nama UKM : Lurik Sumber Sandang Alamat UKM : Jalinan, Kedungan, Pedan, Klaten

Satu yang disayangkan Rachmad adalah tak adanya penerus. Bahkan, pekerja di Sumber Sandang miliknya hampir semuanya berumur 50 tahun ke atas.

SPACE IKLAN HALF PAGE HUBUNGI: 0857 0209 9199


SPACE IKLAN FULL PAGE HUBUNGI:

0857 0209 9199


SPACE IKLAN HALF PAGE HUBUNGI: 0857 0209 9199


Profil

ronggojati sugiyatna belajar budaya jawa, belajar memberi makna hidup

Perawakannya masih tegap, meski dengan gigi yang tak lagi utuh dan rambut yang sudah mulai memutih, ia masih bersemangat menjawab setiap pertanyaan-pertanyaan yang Terasolo lontarkan. Apalagi tentang budaya Jawa, ia akan semangat menjawab pertanyaan tersebut.

S

ugiyatno namanya, pria berumur 62 tahun ini adalah salah satu pemerhati budaya Jawa di Kota Solo. Ia juga pemilik dari Toko Busana Jawi Suratman. Sugiyatno adalah cucu dari Djoyo Sumarto, pembuat dhestar atau blangkon khusus untuk Pakubuwono X pada zamannya dahulu. Menerima panggilan khusus, Ronggajati, dari Paku Buwono XII tak membuatnya besar kepala. Ia masih saja ramah dalam menyambut setiap pengunjung yang datang ke tempat usaha busana Jawa miliknya di bilangan Keprabon, Solo. “Mbah saya dahulu itu pembuat dhestar atau blangkon bagi Sultan, Paku Buwono X, dhestar itu ikat kepala, tapi kalau blangkon itu ikat kepala yang sudah jadi,� ceritanya kala ditemui Terasolo, 12 Desember 2013 silam. Sugiyatno adalah orang yang dipercaya oleh

terasolo.com 22


Ronggajati Sugiyatno saat menunjukkan koleksi keris setelah menjelaskan tentang penulisan aksara Jawa di bangunan-bangunan dan nama jalan-jalan di Kota Solo (foto kanan). Rancangan keris sepanjang kurang lebih 3 meter, yang menurut Sugiyatno, keris adalah salah satu cara untuk pelestarian budaya (foto kiri).

pemerintah kota Solo sebagai penanggung jawab pengawas penulisan jalan-jalan, nama kantor-kantor di kota Solo yang menggunakan aksara Jawa. Sugiyatno dibiasakan untuk bisa menulis dengan aksara Jawa sejak ia kecil. “Sejak kecil saya sering disuruh-suruh mbah untuk belanja ke pasar, nah mbah saya itu tidak bisa menulis aksara Latin, jadi saya harus mau dan harus bisa untuk memahami dan bisa menulis menggunakan aksara Jawa,� ungkapnya. Keahliannya dalam menulis dan membaca aksara Jawa ini juga ia dedikasikan untuk mengalihbahasakan beberapa manuskrip kuno, diantaranya Serat Centhini, 200 Tahun Kepindahan Kraton Surakarta dari Kartasura, Perjanjian Giyanti, dan lainnya menjadi bahasa Indonesia dengan tujuan bisa dipahami oleh orang kebanyakan. “Saya berjuang melestarikan Jawa itu di antaranya dengan meneruskan usaha kakek saya ini berjualan busana Jawa, supaya orang yang masih mau berbusana Jawa ada tempat. Masa orang Jawa tidak lagi berpakaian Jawa,� ungkapnya. Suami dari Endang Listiorini ini juga menambahkan, setiap orang yang akan membeli busana Jawa di tempatnya, sebisa mungkin harus tahu apa yang akan ia kenakan, demikian pula makna dan filosofinya. Karena dalam budaya Jawa ada tiga hal yang dapat merepresentasikan dari seseorang yang memakainya. Blangkon melambangkan pola pikir, beskap melambangkan rasa dan selop melambangkan perilaku dari orang tersebut. Dari pakaian yang dikenakan, orang harus bisa berperilaku sesuai dengan filosofi dari pakaian yang dipakainya. Seperti orang Jawa yang menganut ajining raga gumantung ana ing busana, orang bisa dihargai dari tata caranya berbusana, busana tidak hanya dianggap sebagai penahan panas ataupun penutup aurat saja, busana juga sarana melambangkan harga diri dari pemakainya. Selain itu, mantan pelaut ini juga mendirikan

Forum Bawarasa Tosan Aji, forum masyarakat Surakarta dan sekitarnya yang peduli terhadap keberlangsungan keris. Menurutnya orang Jawa itu bisa hidup dari budaya Jawa itu sendiri, tidak perlu bekerja yang aneh-aneh apalagi bekerja yang tidak halal. Orang Jawa itu bisa hidup dari produk budaya Jawa, misal ia bisa hidup dari nyinden, dari bikin keris atau empu, bisa hidup dari ndalang. Jawa baginya adalah pedoman hidup. Menurut Sugiyatno, Jawa sekarang sudah kehilangan jati dirinya. Jawa itu bukan bangsa, Jawa itu bukan bahasa, Jawa juga bukan aksaranya. Jawa juga bukan merupakan budaya, bukan juga nusa atau pulau ataupun segara (laut), Jawa itu JO yang berarti laku, dan WO yang berarti dunung. Apa itu dunung? Dunung adalah cara hidup, way of life. Belajar Jawa itu berarti belajar memberi makna dalam hidup. Pria yang tinggal di Jl Haryo Panular 73, Panularan, Laweyang, Solo ini menambahkan bahwa orang Jawa supaya bisa kembali pada jalan hidup yang benar harus mengaplikasikan rumus yang sudah di buat nenek moyang terdahulu. Rumusnya adalah siapa yang mau hidup sesuai dengan jalan hidup yang benar harus mau ajar atau belajar. Belajar dengan siapapun dengan tidak memandang golongan. Kemudian setelah mau belajar harus mau ajur atau harus rela berkorban, jer basuki mawa beya, yang berarti untuk mencapai kebahagiaan diperlukan pengorbanan. Setelah orang mau belajar dan mau berkorban orang kudu nglakoni, ngajarake, atau mengajarkan apa yang sudah dipelajarinya supaya tujuian akhir dari semua adalah aji. Aji atau penghargaan akan datang dengan sendirinya setelah seseorang itu melaksanakan ajar, ajur, dan ngajarake.

terasolo.com 23

(Imam Saputro)


Photo Story

terasolo.com 24


Wayang orang sriwedari Wayang Orang merupakan drama tradisional yang menyajikan kisah-kisah berdasarkan cerita wayang Mahabarata dan Ramayana. Banyak pesan moral yang terkandung dalam cerita wayang orang tertanam pada jiwa masyarakat Jawa. Di Solo, salah satu pertunjukan wayang orang yang terkenal yakni Wayang Orang Sriwedari. Menurut penjelasan Diwangsa (41), kemunculan wayang orang di Solo bermula di Mangkunegaran, “Wayang orang sendiri sebenarnya sudah ada di solo sejak 1898 di Mangkunegaran, di Sriwedari sendiri ada dari tahun 1910,� papar sutradara dan seniman di Wayang Orang sriwedari ini saat ditemui tim Terasolo, Senin (17/03/2014). (Foto dan Teks: Agnar Juan Janitra)

terasolo.com 25


Suasana Ruang Ganti - Tampak seniman wayang orang sedang bersiap2.

Rias Wajah - Tampak sedang fokus merias wajah.

Aksesoris - Aksesoris yang dikunakan untuk wayang orang sriwedari di suplai oleh salah satu anggota senimannya.

Berlatih - Salah satu seniman wayang orang berlatih akting mimik wajah.

terasolo.com 26


Mengarahkan - Pak Diwasa (sutradara) sedang mengarahkan cerita kepada senimannya.

Panggung - Beberapa penonton sedang bersiap2 menonton pertunjukan wayang orang.

Pertunjukan - Punakawan sedang berak si dipanggung untuk menghibur penonton dengan lelucon-leluconnya.

terasolo.com 27


Flash News

Suryo Art Karya Wayang Terpatri di Istana

Rumah Suryo di Jalan Melati III I-3 Tiara Ardi Purbayan, Baki, Sukoharjo menjadi gudang karya buatannya (foto kiri). Berkat pembatas bernilai seni, Suryo berhasil ke Istana Wapres RI (foto kanan).

S

atu hari di Agustus 2013, Agus Suryono Tomo (38) ditelpon seorang pria, memesan sebuah sketsel wayang. Ia diminta untuk menata peletakannya di sebuah pembatas ruangan. Suryo kaget bukan main setelah tahu ruangan penempatannya adalah salah satu ruangan di istana Wakil Presiden. Beberapa hari kemudian, pria 38 tahun mantan staf pemasaran sebuah bank itu, diminta berkunjung ke istana. Kala itu ia masih tanpa persiapan, tak tahu akan ada apa di sana. Semua bayangan pun mengendap di kepala, melaju bersama kereta menuju ibukota. "Saya kesana sendiri saat pertama kali diminta berkunjung," kenang seniman pemilik Suryo Art itu kepada tim Terasolo, Jumat (14/3/2014). Setibanya di istana, Suryo langsung mendapa tmasalah. Bukan masalah besar, tapi cukup untuk memaksanya

mencari toko pakaian terdekat. "Waktu itu saya hanya pakai kaos dan ternyata prosedurnya harus pakai baju berkerah," lanjutnya. Selepas kunjungan, bapak satu anak itu kembali ke Solo dan mengabari timnya untuk bersiap menyusun sketsel di istana. Beberapa hari kemudian ia bersamatimnya kembalike istana membawa karya dan seabrek peralatan. Satu yang penting dan tak terlupakan, kali ini mereka dandan rapi lengkap dengan sepatu bertali. Super Ketat Suryo dan lima orang timnya harus melalui pemeriksaan super ketat. Pendeteksi logam menggerayangi tubuh mereka berkali-kali. Takhanya itu, mereka mesti mengerjakan sketsel di bawah pengawasan pengawal istana. "Lucunya waktu itu, pekerja yang biasanya nglega (telanjang dada.-

terasolo.com 28

red), dipaksa pakai baju berkerah dan sepatu," ujar pria yang sudah bertahun-tahun menggeluti seni kerajinan wayang itu. Dua sketsel menceritakan kisah Ramayana dan Mahabarata pun selesai terpatri di istana. Sketsel Ramayana terdiri dari beberapa tokoh yakni Rama dan Shinta, Anoman, Prabu Lesmana, Gunawan Wibisana. "Konsep dari kami memang tidak menyertakan tokoh jahat dalam sketsel," terus Suryo sembari memperlihatkan foto sketsel karyanyaitu. Untuk Mahabarata, ada Pandawa Lima: Puntadewa, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa, yang mengisi satu-satu sketsel dan berjejer rapi menjadi pembatas ruangan. Cerita tak cukup diam di situ. Suatu waktu, Suryo dan keluarga tengah bersantai melihat tayangan berita di TV. Tak sengaja ia menyaksikan Boediono, sang Wakil Presiden Indonesia berpidato tentang


kasus Century. Bukan cerita politik yang menarik bagi Suryo, tapi sebuah pembatas ruangan berisi lima sketsel dan tokoh wayang di belakang sang wakil presiden. Buru-buru ia mengabari timnya. "Saya SMS semuanya dan mereka bangga karyanya bias terpampang di situ," kata Suryo. Di waktu yang sama, wayang karya Suryo yang tersebar di satu ruangan di rumahnya seolah menjadi saksi mati kisah membanggakan itu. Namun, kini barang kerajinan yang jenisnya puluhan itu tak lagi sebanyak dulu. Bukan karena habis dijual atau Suryo tak lagi berkarya, tapi sebagian besar karya Suryo telah dipindah di Galeri Suryo Art di Keramat RT 03/08, Trangsan, Gatak, Sukoharjo.

universitas di Solo. Meski dengan banyaknya pesanan, Suryo mengaku tak pernah kewalahan. Selain melayani pesanan, dia juga mempunyai ready stock. Dan barang yang siap jual itu tak hanya hiasan dinding dan sketsel, tapi juga souvenir seperti kipas, pembatas buku, hiasan meja yang tentu saja semua beraksen tokoh pewayangan.

Semua di Galeri Pembeli atau pemesan berbagai hiasan wayang di Suryo Art berasal dari orang-orang penting dan bahkan instansi terkemuka. Saat tim datang, berbarengan pula dating pemesan yang mengaku ingin membawa karya Suryo Art ke Thailand. "Saya sejak kecil memang suka wayang. Maka, saya pilih hiasan ini (wayang.-red) untuk hadiah di Thailand," ungkap Yusuf, seorang pemesan yang ternyata salah satu dekan

Data UKM Nama UKM : Suryo Art Handycraft Alamat : Jl Melati III i-3 Tiara Ardi, Purbayan, Baki No Telepon : 0271 7944400 / 0856 42444004 / 08122645221

(Rizki Budi Pratama)

SPACE IKLAN HALF PAGE HUBUNGI: 0857 0209 9199

terasolo.com 28


Flash News

Puri Art Jalan Panjang Batik Kayu Raih Pasar

“Pertama kali saya mencoba membatik di miniatur motor Harley (Davidson, .red). Warna yang saya gunakan gagal berkali-kali. Obat batik yang saya campur kebanyakan luntur saat proses perebusan. Padahal waktu itu jam delapan pagi saya sadah harus ikut pameran di Karanganyar. Jam tiga pagi baru ada produk yang berhasil dalam pewarnaannya,” demikian cerita Sumartoyo di awal perjumpaannya dengan Terasolo, Januari 2014 silam. Cerita itu masih terkenang lekat betul dalam benaknya. Pria berusia 48 tahun ini kemudian dengan berapi-api menceritakan bagaimana ia memulai usaha batik kayunya di tahun 1998 silam. “Dengan modal 65 ribu rupiah saya memberanikan diri untuk merintis usaha batik yang saya terapkan pada media kayu,” ungkapnya. Modal nekat membuka usaha sendiri pun ternyata tak begitu saja berhasil dilakoni Sumartoyo. Pengalaman yang didapat saat kerja di tempat usaha batik kayu ternyata juga tidak cukup untuk menghasilkan karya seperti yang diinginkannya. Sumartoyo mengaku, membutuhkan waktu tidak sebentar untuk bereksperimen dengan batik kayunya sebelum menghasilkan karya yang diinginkannya. “Setelah dua tahun mencoba-coba, barulah usaha batik kayu saya berkembang seperti yang diharapkan,” lanjut Sumartoyo. Dengan nama Puri Art, pada awal mula berdirinya, usaha ini hanya mengaplikasikan motif batik pada kerajinan kayu yang kecil-kecil, seperti miniatur mobil, gelang, topeng dan lain sebagainya. “Sekarang kami mengembangkan motif batik untuk furniture yang lebih besar, seperti meja catur, kapstok, meja, dan lemari,” ungkap Sumartoyo. Kini usaha kerajinan batik kayu ini berkembang pesat dan mendapat sambutan hangat dari masyarakat. Puri Art pun melebarkan sayap tak

Produk-produk Puri Art dengan bermacam motif batik bisa didapatkan dengan kisaran harga Rp 20.000an saja, sesuai dengan ukuran dan bahan baku.

terasolo.com 30


hanya memenuhi permintaan pasar lokal namun juga menembus pasar mancanegara. “Ini tidak lepas dari rajinnya Puri Art ikut pameran di berbagai tempat, hingga bisa mendapat perhatian dari pasar,” Sumartoyo bercerita. Selain di dalam negeri, Puri Art beberapa kali pernah mengikuti pameran yang diadakan di luar negeri seperti di Jepang, Singapura, Malaysia, Belgia, Belanda, dan Kanada. Bermitra dengan Pengrajin Lain Dalam karyanya, Sumartoyo mengaku tidak membuat sendiri kerajinan kayunya, melainkan dengan sistem kemitraan dengan pengrajin lain. “Puri Art hanya untuk tempat membatik dan mewarnai kerajian kayu tersebut. Proses lain dikerjakan mitra kami,” jelasnya. Untuk motif yang digunakan, Sumartoyo mengaku tidak menggunakan motif khusus. “Motif batik yang digunakan sekarang menuruti selera pasar, yang penting saya suka dan laku dijual, itu yang Puri Art buat,” jelas penyandang gelar sarjana ekonomi ini panjang lebar. Untuk bahan kerajinan pun Puri Art ditentukan sesuai pesanan. “Jika ada yang menginginkan kayu jati, kita bisa menyanggupi,” imbuh Sumartoyo. Dalam sehari Puri Art, yang ada di Perum Bulu RT 06/XVII, Jaten, Karanganyar, Solo ini, bisa menghasilkan hingga seratusan kerajinan yang dibatik. Namun untuk furniture, membutuhkan waktu sekitar sebulan untuk menyelesaikannya. Dengan harga kerajinan antara Rp20.000 hingga tiga jutaan rupiah, Puri Art bisa meraup omzet puluhan juta tiap bulannya. Dalam pengerjaan pembatikan, Puri Art menggunakan tangan terampil para pekerjanya. “Semua kerja pembatikan dilakukan manual karena tidak bisa dengan cara cap atau printing. Permukaan kerajinan yang dibatik kan tidak rata seperti kain, sehingga semua batik yang diterapkan pada kerajinan produk Puri Art adalah asli batik tulis,” tutup Sumartoyo menjelaskan.

Produk unggulan dari Puri Art adalah meja catur, yang kerap menarik perhatian khalayak saat pameran. Berbagai kalangan yang telah memesan produk ini mulai dari artis, pengusaha nasional, dan tak kalah presiden RI pun pernah memesan produk ini.

Nama UKM Alamat UKM

Data UKM : Puri Art : Perum Bulu Rt.06/XVII, Jaten, Karanganyar, Solo, Jawa Tengah

No. Telepon Fax Email Web

: 0271 6820261 / 08122976542 : 0271 494507 : puri_art@yahoo.com : www.puriart.indonetwork.co.id

(Imam Saputro)

SPACE IKLAN QUARTER PAGE HUBUNGI: 0857 0209 9199


Flash News

Wayang Topeng Dari Limbah Jadi Suvenir Kelas Dunia

B

Ciri yang hanya ada dalam wayang topeng buatan Rushardjanto adalah muka wayang yang berbentuk topeng sehingga bisa dilepas setiap saat.

arang-barang bekas berupa, koran, bambu, dan kulit batang pisang kering di tangan Rushardjanto dimanfaatkan menjadi sebentuk tokoh wayang. Potongan kertas koran dijadikan bubur kertas kemudian dicetak menurut bentuk tokoh-tokoh tertentu. Adalah Merto Turas, tokoh wayang ciptaannya yang berwujud manusia pendek dengan kumis ala Charlie Chaplin dan senyum lebar yang didaulat menjadi maskot dan suvenir bagi perwakilan dari 20 Negara di World Toilet Summit yang dihelat di Solo awal Oktober 2013 lalu. Merto Turas adalah akronim dari Merti Toilet, Estu Rakyat Bagas Waras, yang berarti jika toilet bersih, maka penghuninya akan sehat selalu. Hal itu didasarkan pada kebiasaan orang Jawa jika bertamu akan pura-pura ke toilet, karena jika satu keluarga toiletnya bersih, maka rumah itu pasti bersih. Dipilihnya Merto Turas karena selain mempunyai bentuk yang unik dan beraroma tradisi Jawa, adalah karena materialnya yang dianggap ramah lingkungan. Merto Turas juga mendapatkan apresiasi khusus dari Asosiation Paper Produk (APP) dan Asosiation Toilet Indonesia (ATI), sebagai produk ramah lingkungan dari kertas dan lambang untuk kebersihan toilet. Rushardjanto atau lebih sering dikenal dengan Pak Janthit menamai wayang buatannya dengan wayang topeng. Disebut wayang topeng karena bagian muka dari wayang buatannya tidak menyatu dengan badan wayang, melainkan berupa topeng yang bisa di lepas setiap saat. “Wayang buatan gaweanku (buatanku) ini tidak cocok untuk adegan laga seperti wayang kulit, tidak bisa sabetan, jadi kalau ada adegan laga, maka topengnya tak copot, lalu tak pakai trus adengan gelutnya, dhalang dengan penari atau dengan pemain gamelan, fleksibel saja.� jelasnya sambil tertawa, kala berbincang dengan Terasolo, Kamis (19/12/2013) di Pendhapa Sriwedari kemarin.

terasolo.com 32


Rushardjanto dan Merto Turas, yang menjadi suvenir bagi peserta World Toilet Summit awal Oktober 2013 kemarin di solo (foto kiri). Berbagai karakter wayang topeng yang mengadopsi budaya Indonesia dengan kekhasan masing-masing (foto kanan).

Bahan Alami Pengerjaan wayang topeng ini membutuhkan kira-kira satu kilogram kertas koran bekas untuk dua tokoh wayang berukuran sedang. Tiap hari pria berusia 51 tahun ini mampu membuat dua sampai tiga wayang tergantung cuaca, karena ia mengandalkan sinar matahari untuk mengeringkan wayang buatannya. Untuk pewarnaan wayang topeng sekarang masih menggunakan cat tembok, namun untuk wayang pesanan biasanya Pak Janthit menggunakan pewarna alami. Untuk aksesoris pria berkaca mata ini menggunakan bahan alami, seperti ijuk, biji padi, bijibijian jamu yang tanpa proses kimia, langsung tempel. Sementara, khusus untuk debog atau kulit pisang Janthit menggunakan kulit pisang dari Jogja, karena sudah ada yang memproduksi kulit pisang khusus untuk seni. Kedepannya jika sudah disetujui, Janthit akan menggunakan potongan uang yang sudah dihancurkan untuk material utama pembuatan wayang topengnya, karena uang mempunyai tekstur khusus yang tidak bisa dihilangkan. Namun karena potongan uang ini ada aturan khusus meski sudah dalam bentuk limbah, Janthit masih menunggu kebijakan dari bank Indonesia terkait pemanfaatan limbah uang tersebut.

saja, ada Jalontho, Jangkrik, dan Sukinem.� jelasnya Wayang topeng buatannya dibanderol mulai dari Rp50.000 hingga Rp500.000 tergantung ukuran. Ia juga melayani pemesan wayang dengan tokoh nyata atau bahkan dengan muka anda sendiri. Untuk itu Pak Janthit biasanya akan meminta data berupa nama, foto, tanggal lahir, dan weton. Hal itu digunakan untuk menentukan pada tubuh wayang topeng akan diberi syair atau puisi dengan huruf Jawa yang membentuk Tembang Jawa, apakah itu Mijil, Gambuh atau Asmaradana tergantung dari karakter sang pemesan. Janthit menggeluti usaha mempercantik sampah ini sejak tahun 2011. Meskipun terbuat dari kertas koran bekas, wayang buatannya tidak mudah rusak terkena air, karena sudah dilapisi dengan cat rahasia yang membuat wayangnya tahan terhadap air. Wayangnya juga kuat terhadap benturan, karena racikan Janthit dalam mencampur kertas dengan kanji sudah terukur. Semua ia kerjakan dengan tangan hingga sehari paling banter ia hanya bisa menghasilkan dua tokoh wayang. Tiap Kamis Janthit menggelar Srawung Heritage atau pertunjukkan wayang topengnya di sekitaran Museum Radyapustaka Solo. (Imam Saputro)

Berkarakter Lokal Wayang topeng buatan Janthit tidak mengambil tokoh-tokoh dari pakem Mahabarata atau Ramayana. Pria lulusan Filsafat ini menciptakan sendiri tokohtokohnya berdasarkan pada pakem Indonesia. Ia berkaca pada keadaan masyarakat sekitar. “Kita punya budaya sendiri, jadi ya masalah-masalah yang ada disekitar kita saja yang diangkat jadi cerita, jadi tokohtokoh wayangnya ya karakter yang ada di Indonesia

Nama UKM No Telepon E mail

terasolo.com 33

Data UKM : Wayang Topeng (Wayang Srawung) : 081915369215 : wayangsrawung@gmail.com


UKM Go Internasional

Sanggar Soerya Soemirat Mari Menari Sejak Dini Di Prangwedanan Istana Mangkunegaran 20 anak berjajar dua baris. Diikatnya sampur warna-warni di pinggang masing masing. Lalu musik mengalun, dan mereka menari. Satu yang mengagumkan, tak ada yang usianya lebih dari usia murid SD di antara mereka.

S

elain mereka, masih ada puluhan anak sebaya yang berbeda jadwal latihan. Keseluruhan ada sekitar 50 lebih anak seusia TK dan SD yang belajar tari. "Jumlah itu lebih banyak dari sebelumnya," ungkap Jonet Sri Kuncoro, ketua Sanggar Soerya Soemirat. Anak-anak itu berlatih setiap hari, kecuali Minggu, tentu saja dimulai dengan tari gerakan sederhana seperti Tari Kidang, Kupu, atau Golek Manis yang saat itu masih ditarikan ke-20 anak di Prangwedanan. Jumat (21/3/2014) silam Tari bukan hanya seni olah tubuh, menggerakan anggota badan, atau jingkrak-jingkrak. Di setiap gerakannya mengandung cerita. Itu yang coba ditanamkan kepada anak sedini mungkin. "Sebelum berlatih, pengajar menyampaikan cerita yang ada di dalam tari. Tentunya dengan bahasa yang sederhana," lanjut Jonet. Golek Manis itu ternyata akan ditampilkan di ajang Solo Menari 2014. Selama 24 jam tarian mengandung cerita ditarikan pada 29 April nanti, tepat saat Hari Tari Nasional. Anak-anak lucu dan para penari Sanggar Soerya Soemirat lain akan membingkai cerita Cakraningrat, yakni pencarian wahyu untuk menjadi prabu. "Kepada anak-anak tak kami ceritakan soal pencarian wahyu," kata dosen Seni Tari Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta itu. Tanam Kepribadian Salah satu di antara penari ialah Sansain, gadis

terasolo.com 34


Jonet Sri Kuncoro, Ketua Sanggar Soerya Soemirat. Selain mengajar di sanggar, ia juga terdaftar menjadi dosen tari di ISI Surakarta. (Foto Kanan). Beberapa anak tengah serius menari demi menaiki jenjang lebih tinggi. Di jenjang lebih tinggi, tari yang diajarkan lebih rumit. (Foto Kiri).

kecil Sembilan tahun yang belajar tari di Soerya Soemirat sejak berusia lima tahun. Ia mengaku sangat menyenangi gerakan tari. Intan, ibu Sansain mengaku dengan tari struktur tubuh Sansain menjadi bagus. "Tari juga mengajarkannya (Sansain, .red) bersosialisasi," kata Intan. Namun, saat ditanya tentang cita-cita, Sansain tak menyebutkan penari. Ia lebih memilih menjadi dokter dan profesor. Bukan hal yang mengagetkan kalau murid di Soerya Soemirat tak bercita-cita menjadi penari. Tujuan Soerya Soemirat bukan menjadikan anak-anak itu penari profesional 10 atau 20 tahun kedepan. Tapi ada yang lebih mulia yang disisipkan di setiap baris dua-dua, ikatan sampur, dan gerakan mengikuti alunan musik. "Iya, anak yang sudah dan belum bisa, dicampur jadi satu," kata Jonet.Dengan begitu, terusnya, mereka akan menghargai satu sama lain. Yang belum bias tak boleh malu bertanya, dan yang sudah bias lantas mengajari. Dengan begitu, tari juga memupuk toleransi. Kerja Keras Mengajari mereka tak serta merta perkara mudah. Perlu usaha, rayuan, dan bujukan agar mereka mengenal tari sebagai gerakan yang menyenangkan.Neneng Yunianti, salah satu pengajar di Sanggar Soerya Soemirat, merasakannya bahkan sebelum menjadi pengajar di sanggar itu."Kalau di sini hanya sedikit anak yang perlu bujukan karena sudah ada bakat dan minat," kata lulusan Sanggar Soerya Soemirat itu. Namun, dulu Ia pernah mengajar tari di salah satu SD. Tak semua muridnya minat dengan tari. Ia harus menceritakan bagaimana kidang berlari dulu sebelum

mengajarkan Tari Kidang. Satu langkahdi depan, mungkin itu yang tergambar di anak didik Soerya Soemirat karena mereka telah mempunyai minat pada seni tari lebih dulu. "Tugas selanjutnya adalah memotivasi dan mengajarkan gerakan tari pada mereka," lanjut Neneng sambil memandang kearah anak-anak Salah satu bentuk motivasi ialah diberlakukan seleksi untuk berbagai pementasan di luar Mangkunegaran, seperti Solo Menari 2014 yang akan datang. Selain itu, mereka yang belajar di Soerya Soemirat mempunyai tujuan untuk bias ke jenjang tari yang paling tinggi. Kurikulum tari yang diajarkan memang berjenjang. Dari dasar, anak-anak diajarkan tari kreasi. Kemudian evaluasi empatbulan sekali dijadikan jembatan untuk kejenjang berikutnya. Mereka berkesempatan belaja rtari yang lebih sulit. Dan satu yang paling mereka impikan. Mereka berjuang masuk ke Pendapa Ageng Istana Mangkunegaran, belajar Serimpi, Bedaya, Wirenggaya Mangkunegaran, atau tari lain yang sama sulitnya. (Rizki Budi Pratama)

Nama UKM Alamat UKM No Telepon

terasolo.com 35

Data UKM : Sanggar Soerya Soemirat :Bangsal Prangwedanan Istana Mangkunegaran, Solo : 0271 652918


Inovasi Bisnis

Seni Lukis Kaca

Percantik Hunian Dengan Lukisan Tren seni lukis kaca untuk hiasan rumah saat ini menjadi keuntungan tersendiri bagi Tito Sugiarto (56), salah satu seniman lukis kaca asal kota Solo. Kecantikan ornamen gambar yang tertuang pada sebidang kaca menjadi daya tarik tersendiri untuk mempercantik hunian.

Lukisan di kaca yang dilakukan secara manual pada kaca oleh Tito Sugiarto (56). Proses pembutan membutuhkan waktu hingga satu minggu tergantung dari tingkat kerumitan dan ukuran karya yang akan dibuat.

terasolo.com 36


Tito Sugiarto melakukan proses painting dalam pembuatan Kaca lukis (glass painting) di Madyotaman, Solo (9/4). Pembuatan Kaca lukis dilakukan secara manual dan dijual dengan harga kisaran Rp600 ribu per meter.

T

ito yang bertempat tinggal di Jl Madyotaman I No 35 Punggawan Solo ini, bahkan mengaku saat ini tak hanya membuat lukisan kaca untuk desain interior, namun banyak juga pesanan untuk eksterior rumah. Tito mengisahkan, ia hanya melukis lukisan tradisonal di awal ia mengerjakan lukisan kaca. “Saya memulai membuat lukisan kaca ini tahun 90-an. Lukisan yang dibuat dulu lukisan tradisional seperti wayang,” kenangnya. Kini, Tito juga membuat lukisan motif oriental, tradisional seperti batik dan wayang serta motifmotif Eropa. Teknik lukis kaca yang dibuat oleh Tito adalah sandblasting, glass painting, dan stained glass. “Untuk glass painting saya mengerjakannya sendiri, karena lukisan kaca glass painting ini membutuhkan bahan pewarna dan teknik pewarnaan yang tepat agar hasilnya bisa memuaskan,” jelas Tito. Untuk bahan baku kaca, Tito menuturkan bahwa semua kaca pada dasarnya bisa dilukis. Kecuali untuk kaca riben, karena kaca tersebut gelap dan sulit untuk dilukis. Saat ini, konsumen lukisan kaca Tito ini kebanyakan adalah kelas menengah di seputaran Soloraya. “Saya pernah membuat pesanan lukis kaca untuk President Room di Hotel Kusuma Sahid,” tuturnya. Namun pengerjaan lukisan kaca hanya dilakukan Tito jika ada konsumen yang memesan atau by order. Harga tiap lukisan karya Tito pun bervariasi. Untuk sandblasting, sang pemilik usaha mematok harga Rp1,2 juta per meter, untuk glass painting Rp600.000 per meter, dan untuk stained glass Rp2 juta per meter.

Salah satu hasil pengerjaan Kaca Lukis (Glass Painting) yang sedang dalam proses penyelesaian milik Tito Sugiarto, Madyotaman, Solo (9/4).

Nama UKM Alamat UKM No Telepon

(Arif Budi Prasetyo)

terasolo.com 37

Data UKM : Seni Lukis Kaca : Jl Madyotaman I No. 35 Punggawan : 085867651474



Supported By:


SPACE IKLAN FULL PAGE HUBUNGI: 0857 0209 9199


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.