2 minute read
Mendag Optimistis Bisa Redam Harga
56.000 Ton Kedelai Impor Asal Amerika Serikat Sudah Tiba di Indonesia
JAKARTA, TRIBUN - Pemerintah resmi menerima kedatangan kedelai impor sebanyak 56.000 ton asal New Orleans, Amerika Serikat (AS). Dengan adanya pasokan itu, harga kedelai dibanderol Rp11.000 per kilogram, karena ada subsidi dari pemerintah.
Advertisement
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo meminta kedelai impor ini harus segera didistribusikan agar bisa meredam harga kedelai. “Kedelai yang baru datang ini tadi pak sekjen kita ada 56.000 ton dari New Orleans. Ini cepat harus kita distribusikan,” ujarnya saat menerima kedelai impor di Pelabuhan Cigading, FKS
Logistik Cigading, Tegalratu, Kec. Ciwandan, Kota Cilegon, Banten, Minggu (15/1).
Lebih lanjut Arief memaparkan, dari jumlah total 56.000 ton yang diimpor, direncanakan sebanyak 30.000 ton akan didistribusikan ke wilayah Jabodetabek. Sedangkan sisanya ke Semarang dan Cilacap, Jawa
Tengah.
Terkait harga kedelai, Arief mengatakan, kedelai ini dibeli dengan harga Rp 12.000 per kilogram. Namun, pemerintah memberikan subsidi sebesar Rp 1.000 kepada perajin tahu dan tempe, sehingga harganya menjadi Rp 11.000 per kilogram.
Sementara itum Menteri
Perdagangan Zulkifli Hasan (Mendag Zulhas) optimistis dengan masuknya importasi tersebut bisa meredam harga kedelai di tingkat perajin hingga Rp12.000 per kilogram. Ia mengakui harga kedelai memang cenderung mahal dalam tiga bulan belakangan. Maka itu, pihaknya bersama Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Kopti) terus rapat untuk mencari cara meng- atasinya.
“Kedelai 56.000 ton. Kedelai ini memang beberapa bulan kita rapat terus dengan Kopti, tiga bulan ini memang harganya mahal. Ini menjadi keluhan para pengusaha tahu tempe dari Rp11.000 terus naik, bahkan pernah sampai Rp 15.000. Minggu depan kedelai sudah 12.000. Insha Allah,” ujar Mendag Zulhas.
Dalam kesempatan yang sama Mendag Zulhas juga mengkritik Perum Bulog yang dinilai lamban merealisasikan impor 350.000 ton kedelai. Padahal, hal tersebut sudah diputuskan dalam rapat terbatas (ratas) pada November 2022 lalu. Menurut Zulhas, awalnya, Bulog mengaku siap melaksanakan penugasan tersebut dan akan mendatangkan 350.000 ton kedelai pada November 2022. Namun, hingga saat ini janji Bulog tersebut belum bisa direalisasikan.
“Pada waktu itu Pak Bulog (Direktur Utama) mengatakan bisa 1.500, dari November, Desember enggak nongol-nongol,” katanya.
Sebagai informasi, rencana impor kedelai ini semula dijadwalkan akan masuk ke Indonesia pada Desember 2022. Namun, jadwal kedatangan impor tersebut mengalami keterlambatan hingga Januari 2023 ini. Hal ini lantaran proses impor dari Amerika Serikat sekurang-kurangnya membutukan waktu sekitar 45 hari. Seperti telah diberitakan, komoditas seperti bawang putih, daging sapi dan kerbau, gula konsumsi, dan kedelai memang masuk rencana ekspor karena telah masuk dan dibahas dalam rapat koordinasi terbatas (rakortas) di Kementerian Perekonomian.
TAMBAHAN PASOKAN
Pemerintah resmi menerima kedatangan kedelai impor sebanyak 56.000 ton asal New Orleans, Amerika Serikat (AS).
Kedelai ini dibeli dengan harga Rp 12.000 per kilogram.
Pemerintah memberikan subsidi Rp1.000 kepada perajin tahu dan tempe, sehingga harganya menjadi Rp11.000 per kilogram.
Beras
Di sisi lain, Mendag Zulhas memastikan pihaknya akan menutup keran impor beras hingga akhir Januari 2023. Sebab kata dia Indonesia sebentar lagi akan masuk ke musim panen yang diperkirakan pada Februari mendatang. “Beras Januari end, enggak boleh lagi (impor beras). Januari. Enggak bisa lagi, saya kasih izin sampai Januari. Abis itu enggak bisa lagi,” ujarnya. Sementara terkait beras impor Bulog tahap kedua sebanyak 300.000 ton yang rencananya masuk pada awal Februari 2023, Zulhas mengaku tidak mau menahu dan tetap akan menutup keran impor. “Ya salahin sendiri dong. Kita beli petani lah, kan udah panen. Beli ke petani yang banyak, baru setelah itu kita operasi pasar,” imbuh Zulhas.
Adapun sebelumnya, Perum Bulog resmi menerima beras impor asal Vietnam sebanyak 4.900 ton pada Desember 2022 lalu. Sementara untuk tahap kedua Perum Bulog menargetkan sebanyak 300.000 ton yang rencananya masuk pada awal Februari 2023. (kpc)