Saphara Juli 2013

Page 1

Majalah KAPPA Fikom Unpad

Saphara Sebuah Perjalanan, sebuah Kehidupan Edisi #I Juli 2013

Eksplorasi gunung, tebing, dan jeram Sebesi, tidak Sekeras Besi Catatan Perjalanan Pulau Sebesi di Krakatau Halaman:

Cipeles Kini

Pengarungan denga Misi Lingkungan Lintas Kota:

Catatan dari Malang Perjalanan Menembus Batas Provinsi

saphara072013



Salam Redaksi Sebuah Perjalanan, sebuah Kehidupan

Saphara

Eksplore!

Eksplore adalah salam kebanggaan kami, anggota KAPPA Fikom Unpad yang sudah berdiri selama 15 tahun. Selama 15 tahun ini juga banyak perjalanan yang telah kami lakukan. Perjalanan itu semua tersimpan rapi di ingatan. Namun Pramoedya Anana Toer juga berkata bahwa sia-sia saja manusia pintar setinggi langit namun tidak menulis. Maka inilah Saphara, di edisi 1 yang tentunya masih perlu kritik dan saran untuk membuat kami bertambah besar dan bertumbuh memberikan informasi mengenai perjalanan alam bebas. Kali ini kami menyajikan isu mengenai perjalanan Krakatau di Banten, Tebing Kera di Malang, dan Sungai Cipeles di Sumedang. Masih banyak isu alam bebas lain yang juga kami sajikan. Semoga semuanya bisa menikmati dengan hati lapang dan merasakan petualangan yang kami lakukan. Salam hangat, Tyas Dwi P.

MAJALAH SAPHARA Pelindung: Drs. Aceng Abdullah M.Si. Pemimpin Perusahaan: Ria Hermila . Pemimpn Media dan Redaksi: Tyas Dwi P. . Redaktur Bahasa: Dhanang David . Layout: Djarot&Panji . Redaktur Budaya: Tyas Dwi P. Redaktur Lingkungan: Deando DP . Redaktur Opini: Marlene . Reporter: Anggota KAPPA Fikom Unpad Angkatan 14,15 dan 16. MAJALAH SAPHARA adalah majalah milik Klub Aktivis Pegiat dan Pemerhati Alam Fikom Unpad. Alamat: Student Center Fikom Unpad Lantai 2, Jatinangor, Sumedang


Perjalanan Lokal

SISA TENAGA 5

Berikut adalah catatan perjalanan anggota KAPPA Fikom Unpad menuju Gua Pawon, Bandung Barat

Teks: Dwi Anggraeni . Foto: Dokuentasi KAPPA

M

ini Journey Gemuruh Fajar yang hari ini akan menjadi hari terakhir perjalanan Mini Journey yang sudah kami lakukan dalam tiga minggu di setiap akhir pekannya. Jumat 12 April 2013, kami dibagi menjadi tiga bagian keberangkatan. Ada yang berangkat pukul 13.00 WIB ada juga yang menyusul pukul 15.30 dan 17.00 WIB.


Perjalanan Lokal Kami pun memaksimalkan

biasa setiap malamnya ada jadwal

persiapan untuk Mini Journey tahap

piket yang dibagikan untuk berjaga

akhir ini, mulai dari pra

jaga apabila terjadi sesuatu.

berkurang dan melemah. Kegiatan terus berlanjut, akhirnya Mang Stun yang

Kami tiba di tebing Goa

memasang runner keempat dan

latihan rutin dari hari senin – kamis

Pawon yang akan kami panjat, kami

seterusnya. Setelah terpasang semua

di papan panjat UKL dan Caldera.

menyiapkan alat dan tidak lupa

kami pun mencoba satu per satu

Kami mematangkan fisik kami

semua alat itu di list

agar tidak

untuk memanjat keatas. Usaha kami

untuk memanjat agar tidak terlalu

hilang. Tali, carrabiner screw,

untuk memanjat patut diberikan

kaku saat melakukan pratek

runner, dan alat lainnya sudah

jempol,

langsung di tebing Goa Pawon.

disiapkan. Olaf adalah orang

memaksimalkan tenaga untuk bisa

pertama yang memasang runner

sampai atas, meskipun tidak ada

dan Wini menemui Kang Hendi

keatas, kami salut dengan Olaf

salah satu dari kami yang sampai

sebagai penanggung jawab atau

karena dia berani dan mau

atas, skill memanjat kami sudah bisa

bisa disebut penjaga tempat

menunjukkan kepada kami kalau ini

dibilang bagus.

tersebut. Mereka memperkenalkan

semua aman dan tidak akan sampai

“Gapapa, emang gitu! Pede

diri kembali dan mengenalkan

jatuh. Saat Olaf memasang keatas, Ia

aja pede� selalu terdengar teriakan

teman- teman yang lain. Kami pun

hanya bisa sampai runner ketiga dan

seperti itu jika teman- teman kami

mulai memasang flysheet di dalam

selanjutnya Akbar mencoba

sedang memanjat. Setelah memanjat

saung untuk melindungi atap jika

memasang runner selanjutnya.

kami semua mulai praktek

keberangkatan kami semua selalu

Sesampainya disana Dwi

terjadi hujan dan tidak bocor dan mengganggu istirahat kami nanti,

Saat Akbar mulai memanjat, kami melihat paha Akbar sudah 5

karena

kami

ascending, saat mencoba itu tangan saya sudah terasa sangat sakit dan

mulai bergetar, seakan ingin jatuh

pegal akibat memanjat tadi. Saya

menyiapkan makan malam dan

namun Ia mencoba tetap bertahan

seperti sudah tidak kuat untuk

membuat air panas untuk rekan

diatas. Saat ingin meng-klik tali pada

menarik badan saya keatas. Setelah

mereka yang nanti datang

runner keempat sepertinya Ia kurang

beberapa jam, menunjukkan pukul

menyusul.

teliti sehingga Ia terjatuh dan

13.00 WIB agendanya jam segini

Tak lama setelah teman –

terbanting sampai runner tiga. Kami

pemanjatan harus sudah selesai.

teman yang lain tiba, kami makan

yang melihat sangat kaget, jantung

Kami pun merapikan semua alat

malam bersama dan seperti biasa

kami pun berdegup cukup kencang

bawaan, dan kembali kebawah.

kami makan beralaskan trash bag.

saat melihat itu.

Dibawah kami tidak lupa berfoto

Para wanita membantu untuk

Makanan hari itu teras sangat enak

Seperti memori buruk yang

bersama di bawah tulisan masuk Goa

karena kami semua dalam keadaan

dulu pernah dialami terlintas begitu

Pawon, hal ini menunjukkan baha

lapar dan lelah, disusul juga sehabis

saja di pikiran, rasa takut muncul

kegiatan kami di Goa Pawon telah

makan kita langsung mengadakan

kembali, begitu pula rasa

selesai dan berjalan dengan

evaluasi tentang keberangkatan tadi

ketidakpercayaan pada alat. Namun,

lancar.berkesan, banyak pelajaran

dan briefing untuk pemanjatan esok

kami mencoba agar tetap berani,

yang bisa kita ambil, banyak contoh

pagi.

tetap ingin mencoba naik keatas.

sikap yang bisa kita jadikan panutan

Wa k t u i s i r a h a t t e l a h

Jujur, yang dirasakan saat melihat

dan acuan agar kita bisa maju.

diberikan oleh komandan operasi

Akbar terjatuh itu seperti kehilangan

kami, kami pun segera beristirahat

orang yang disayangi, ingin

agar kondisi badan tetap bisa fit

menangis tapi untuk apa..itu hanya

untuk pemanjatan esok pagi. Seperti

membuat rasa percaya diri


Desa

perjalanan menuju desa gunung kasur

5 Desa Gunung Kasur merupakan titik recovery KAPPA Fikom Unpad ketika Diklatsar. Salah satu peserta Diklatsar XVI berkenan menceritakannya pada Anda. Teks: Dwi Desilvani . Foto: Tyas


Desa

U

dara dingin nan sejuk, penduduk yang ramah, jalan penuh bebatuan dikelilingi perkebunan kina menjadi identitas Desa Gunung Kasur yang terletak di Desa Cipanjalu, Kecamatan Cilengkrang, Kota Bandung, Jawa Barat. Daerah yang sejuk sangat akrab kita temui karena desa ini berada di atas ketinggian 1000 mdpl. Desa ini mempunyai sejarah yang kental dengan asal mula nama 'Desa Gunung Kasur'. Konon menurut para tertua Desa Gunung Kasur, gunung ini banyak ditumbuhi rumput dan terlihat seperti kasur. Struktur jalan yang bebatuan menyebabkan desa ini lebih banyak diakses menggunakan sepedah motor. Penduduk di desa ini mayoritas bekerja sebagai buruh perkebunan. Bahkan, tempat tinggal yang mereka tempati sudah disediakan oleh dinas perkebunan. Bedeg, penduduk Desa Gunung Kasur biasa menyebut tempat tinggalnya. Tempat tinggal yang cukup layak dengan model rumah panggung yang berpondasi berbahan dari pohon kina, dapat ditempati lima sampai delapan orang. Dinding yang cukup sederhana berbahankan bambu yang sudah dianyam apik dan berlantaikan kayu membuat rumah di Desa Gunung Kasur terlihat sangat sederhana dan nyaman untuk ditempati. Penduduk Desa Gunung Kasur ini masih

mengolah makanan dengan cara tradisional. Mereka masih menggunakan tungku untuk memasak nasi dan bahan lainnya. Penduduk Desa yang mayoritas menganut agama islam ini dalam sudah cukup modern karena sebagian besar penduduk desa ini sudah mempunyai sepedah motor dan alat komunikasi untuk memenuhi kebutuhan mereka. Namun, pelayanan umum untuk menjangkau sekolah dan pusat perbelanjaan masih sangat jauh. Banyak anak-anak di desa ini hanya berpendidikan sampai Sekolah Menengah Pertama karena selain biaya yang tidak sanggup untuk dicukupi, akses menuju sarana5 umum sangat sulit dijangkau. Telur Gabus yang nikmat menjadi makanan khas penduduk Desa Gunung Kasur. Anak-anak di Desa ini tidak melanjutkan pendidikannya, mereka sebagian besar membantu pekerjaan orang tuanya. Desa yang dikelilingi perkebunan kina yang lebat membuat mata pencarian penduudk di desa ini mayoritas sebagai buruh perkebunan kina. Para buruh perkebunan kina dan pemilik perusahaan perkebunan kina pada saat ini mendapatkan kendala yang menghambat tumbuhnya pohon kina. Adanya tumbuhan klitus membuat populasi pohon kina semakin berkurang. Tumbuhan ini menyerap banyak air sehingga

tumbuhan disekitarnya mati. Tanaman klitus mulai berkembang pesat di daerah perkebunan kina di Desa Gunung Kasur ini. Walaupun tumbuhan klitus mengurangi populasi tumbujan kina, tidak selamnya tumbuhan ini merugukan. Tumbuhan klitus ini ternyata juga dapat dimanfaatkan sebagai pondasi rumah dan feaniture sebagai pengganti pohon kina yang relatif berkembang baik dengan jangka waktu yang lama. Penduduk Desa Gunung Kasur tidak sepenuhnua merasa dirugikan dengan keberadaan tumbujan ini karena tumbuhan ini juga dapat dimanfaatkan walau tidak sekokoh kina. Selain bekerja menjadi buruh perkebunan kina, penduduk Desa Gunung Kasur ini juga berternak untuk melengkapi kebutuhan hidup


Perjalanan Lintas Kota

5

Tim Panjat baru pulang dari Malang. Ayo simak catatan perjalanannya. Teks: Nelly Yustika . Foto: Dokumentasi Tim


Perjalanan Lintas Kota Sabtu , 29 Juni 2013 Hari yang ditunggu akhirnya datang , tahapan terakhir rangkaian diklatsar KAPPA. Sekaligus menjadi pengalaman pertama berpergian ke Malang dengan tujuan panjat tebing Lembah Kera, Malang. Barang bawaandisiapkan malam sebelum keberangkatan, perlengkapan pribadi, kelompok, dan perbekalan sudah terpacking dengan cantik didalam carier 60 liter ini. Mengenakan kemeja coklat, celana jins plus sepatu gunung membuat ku siap untuk berangkat memenuhi tujuan khusus Independent Journey di Malang. Berangkat bersama rekan calon anggota madya divisi BIDIK , berdua belas menggendong carier berjalan menantang terik matahari menuju gerbang lama untuk naik kendaraan umum menuju stasiun Kiara Condong.Kereta kami berangkat pukul empat sore Perjalanan kali ini akan banyak memakan waktu dan pastinya melelahkan duduk selama kurang lebih 15 jam untuk sampai di Stasiun Kota Baru Malang. Selama dikereta kami habiskan waktu dengan bercanda, bermain uno, makan, dan tidur. Minggu, 30 Juni 2013 Terbangun dari tidur tinggal satu stasiun lagi kami sampai di Malang. Menuju ke WC untuk cuci muka , wc nya cukup bersih . Tibalah kami di Kota Malang, keluar adri kereta bahasa yang didengar bukan lagi bahasa Sunda dan dengan otomatis kami pun mencoba berbicara bahasa jawa bahkan beberapa teman ada yang menggunakan bahasa sunda dengan logat jawa. Terlihat dari wajah kami lusuh karena kurang tidur atau kebanyakan tidur, mungkin. Sarapan pertama kali di Kota Malang yaitu Nasi Remes nama warungnya soto basket , sempat saya menanyakan kepada si pedagang mengapa namanya soto basket, ternyata karena dulu sering berjualan dilapangan basket. Nasi Remes beharga delapan

ribu ini sukses membuat perut saya lumayan kenyang. Akbar salah satu rekan saya yang menjabat sebagai pengurus masalah transportasi sedang mencoba melobi angkutan umum untuk mengantarkan kami ke sekretariatan Ikatan Mahasiswa Pecinta Alam (IMPALA) Universitas Brawijaya. Sudah mendapatkan angkot kami bergegas menuju sekre IMPALA masuk di kawasan Unibraw sesuatu jatuh dari arah depan mobil. Ya, terjatuhlah dua carier dari atas mobil dan salah satunya merupakan carier saya , sempat sedih karena didalamnya terdapat laptop. Kedua carier ini juga sempat menghebohkan para mahasiswa baru kedokteran yang sedang berkumpul dan secara spontan mereka ikut membantu mengangkat carier . Saat itu juga pertama kalinya kami bertemu mas Abkhori anggota IMPALA kenalan kami. Mas Abkhori mempunyai 5 ciri-ciri tinggi, kurus, hidung mancung, dan dengan suara ketawa yang unik, hampir semua rekan saya mampu menirukan suara tertawa mas Abkhori. Sekre IMPALA terbilang besar karena mempunyai tiga ruangan, namun tidak mempunyai dapur. Disambut oleh mbak yan, mbak din, dan mas lupa namanya kami berbincang mengakrabkan diri setelah itu istirahat. Sorenya sengaja saya mandi cepat agar bisa ikut dwi sang komandan dapur berbelanja perbekalan yang kurang , sekalian bisa jalan-jalan naik motor melihat kota Malang. Masuk ke supermarket pertama dan keluar lagi dikarenakan bahan yang dijual tidak lengkap. Akhirnya kami ke MATOS, Malang Town Square . Kami berbelanja berempat saya, naya, dwi, dan kang hanif. Namun kang hanif hanya bisa menunggu kami diluar karena lupa membawa STNK motor yang dipinjam. Seperti seorang Ibu yang

ditemani belanja kedua putrinya , saya dan Naya mendorong kereta belanjaan sambil memakan pizza enak dan murah seperti anak kecil, sedangkan Dwi sibuk memilihmilih nuget yang baik dan mencari bahan makanan yang berkualitas baik namun murah seperti layaknya ibu-ibu. Sesudah menemani Dwi belanja kami makan malam dan mengadakan briefing untuk perjalanan besok. Briefing dilakukan dengan cepat kemudian kami lanjutkan dengan keliling kota Malang dipandu oleh mbak din dan mbak yan menggunakan motor yang dipinjamkan anak IMPALA. Kami melihat Balai Kota Malang, Tugu, dan Alun-Alun. Senin 1 Juli 2013 Hari ini kami berangkat menuju tebing Lembah kera , perjalanan kira-kira satu setengah jam kami lalui dan ada rekan yang menggunakan motor karena untuk keperluan ERP nantinya. Tempat pemanjatannya nyaman , karena kami membuat camp di roof sehingga tidak kehujanan. Disana juga telah tersedia kamar mandi yang lumayan bersih. Sesampainya di tebing saya, Naya, dan Dwi bertugas menyiapkan makan siang dan lagi-lagi saya kebagian buat air minum. Entah mengapa sejak mini journey saya memang selalu banyak mendapatkan tugas ini . Mungkin karena minuman yang saya buat seperti teh, kopi, susu, bahkan air putih pun terasa enak (memuji diri sendiri). Setelah masak saya dan Naya sebagai tim Isu bergegas menuju desa untuk mencari informasi tentang isu pencemaran Sungai Lesti yang dilakukan oleh Pihak U.D Lestari. Hari pertama getting data tidak banayk yang kami temukan karena untuk mewawancarai pihak pabrik kami memerlukan surat izin peliputan dari organisasi sedangkan karena kekhilafan sang sekertaris yaitu saya sendiri lupa membuat surat


Perjalanan Lintas Kota izin peliputan . Untungnya ada Bundo yang menjadi bundodari menyelamatkan hidup kami dengan men-scan cap KAPPA. Namun Sungai Lesti yang kami cari belum ketemu karena hari menandakan akan hujan maka peliputan kami arahkan besok. Selasa 2 Juli 2013 Masih melakukan pencarian informasi ,karena sebelumnya pihak U.D Lestari mengatakan limbah yang dihasilkan tidak mencemari Sungai Lesti , dan bedasarkan wawancara warga sekitar yang tidak merasa tergangung dengan limbah pabrik , kami sedikit mencurugai keaslian berita wartawan RRI yang dimuat dimedia online. Layaknya seorang detektif, saya dan Naya mencoba mencari alamat pak Marini yang menjadi narasumber diberita online tersebut. Kebetulan alamat narasumber dicantumkan dalam berita tersebut. Alamat pak Marini kami tanyakan kebeberapa orang, sampai akhirnya kami menemukan rumah RW 01 RT 04 Desa Gampingan. Rumah ini memang benar ditinggali oleh bapak yang bernama Marini, namun ia tidak bekerja sebagai pembersih limbah di sungai seperti yang diberitakan oleh wartawan RRI. Kami hanya bertemu dengan sang istri sedangkan pak Marini sendiri menolak untuk bertemu dan mengatakan melalui sang istri bahwa ia tidak pernah diwawancarai oleh wartawan mengenai pencemaran sungai sebelumnya. Kami semakin curiga sebenarnya apa yang terjadi?, mengapa narasumber berita online tersebut menolak bertemu kami dan mengatakan tidak pernah diwawancarai. Padahal tepat sekali alamat dan nama narasumber tersebut sesuai dengan yang ada diberita. Masuk kedalam pabrik U.D Lestari , kami diajak untuk

melihat pembuatan biji plastik dan pengolahan limbahnya. Namun kami tidak diizinkan mendokumentasikan isi dalam Pabrik karena kekhawatiran pihak pabrik ada yang meniru proses ataupun mesin yang digunakan. Terlihat dari pihak pabrik yang sedikit takut terhadap kami sehingga sangat hati-hati dlam berbicara. Melihat semua proses terutama dalam pengolahan limbah yang cukup wajar. Kami berbincang dan pihak pabrik mengatakan pernah ada media yang membuat berita tentang pencemaran yang dilakukan pihak U.D Lestari , namun wartawan itu sendiri tidak pernah datang ke pabrik ataupun mewawancarai pihak pabrik. “Mungkin itu kompetitor yang sengaja menjatuhkan pabrik kami� tutur bagian personalia U.D Lestari, bapak Mukhlis. Ia pun menunjukan bahwa pabrik U.D Lestari memiliki dokumen UPL dan UKL , sebelumnya juga sudah dilakukan 5 pengujian oleh Badan Lingkungan Hidup,Malang. Rabu 3 Juli 2013 Kegiatan berjalan seperti biasa, namun kali ini kang ryan dan Naya yang melakukan getting data untuk mencari Sungai Lesti, sedangkan saya melakukan pemanjata sport climbing . Hari ini dihabiskan dengan kegiatan pemanjatan sport climbing dan melengkapai tujuan khusus yang belum tercapai. Sayangnya saat pemanjatan saya hanya bisa sampai pada pitch pertama , tidak ada tenaga lagi untuk mengangkat badan. Sore ini kami akan kembali menuju sekre IMPALA. Pukul 4 sore kami berangkat menuju sekre IMPALA namun diperjalanan tangki mobil yang kami naiki bocor sangat besar. Bisa diatasi tetapi angkotnya beberapa kali mogok dan harus didorong. Sampai di IMPALA kami evaluasi dan bersiap untuk kepulangan besok lalu Istirahat.

Kamis 4 Juli 2013 Hari kepulangan kami kereta yang akan membawa kami pulang berangkat pukul satu siang sehingga jam dua belas kami sudah harus berada disana. Seperti biasa bangun, packing, dan berangkat menuju stasiun kota Malang. Namun sebelumnya foto dulu dengan saudara IMPALA . Sampai di stasiun Kota Malang , beberapa rekan saya ada yang membeli oleholeh untuk keluarga. Perjalan pulang kurang lebih sama ditempuh selama 15 jam. Sampai di Stasiun Kiara Condong pukul 05.00 subuh tanggal 5 Juli 2013 , langsung membereskan alat dan upacara penutupan bersama divisi GURITA.


Laporan Utama: Sebesi

pulau sebesi, surga di tengah laut Reporter kami melaporkan catatan perjalanan dari Pulau Sebesi di Gunung Anak Krakatau Penulis: Marlene, Deando, dan Olfi Foto: Dimas Djarot dan Panji


Laporan Utama: Sebesi

TIDAK SEKERAS BESI

H

empasan ombak menyapu pasir pantai yang kehitaman. Harmoni alam dilengkapi rangkaian kicau burung menyapa setiap insan di dermaga Pulau Sebesi. Pulau kecil di tengah luasnya Selat Sunda ini bisa dikatakan salah satu pulau berpenghuni terdekat dengan Gunung Anak Krakatau. Siapa yang tidak tahu Gunung Krakatau? Gunung yang meletus tahun 1883 ini tidak hanya menimbulkan dampak yang besar untuk Indonesia, tetapi terasa sampai ke luar negeri pada saat itu. Gunung Anak Krakatau mulai muncul sekitar tahun 1927 dari kaldera (kawah besar) purba. Saat ini mencapai ketinggian 230 meter di atas permukaan laut dan terus bertambah tinggi dari tahun ke tahun. Gunung api aktif yang disebut-sebut sebagai Galapagos Indonesia ini tentunya menjadi objek wisata yang menarik bagi wisatawan baik lokal maupun interlokal. Karena masih aktif, Gunung Anak Krakatau tidak bisa didaki sampai puncak, hanya bisa sampai punggungannya di patok 8. Menjadi objek wisata yang

Pulau Sebesi hanyalah kapal motor.

mulai diminati wisatawan, tentu sarana prasarana harus menunjang. Lewat kebutuhan inilah Pulau Sebesi yang berdekatan dengan Gunung Anak Krakatau mulai dikembangkan agar siap untuk menerima wisatawan. Pulau yang diklaim milik perseorangan ini mulai dikembangkan oleh Dinas Pariwisata dengan tujuan layak untuk dikunjungi. “Sejak pemerintah turun tangan langsung, semakin banyak turis yang datang ke sini,” terang Ayib, salah satu warga Pulau Sebesi. Vila-vila penginapan milik perseorangan dan pemerintah sudah berdiri di pinggir pantai, meski tidak terlalu terawat. “Ya, sebenarnya kan orang-orang ke sini yang pada mau ke Krakatau. Kalau disana kan tidak ada penginapan,” Tini, istri Ayib menambahkan.

yaitu desa Tejang. Di dalam Desa

Sesampainya di dermaga

Tejang terdapat 4 dusun yaitu Dusun

mungil Pulau Sebesi, terasa damai.

Bangunan, Dusun Impres, Dusun

Nampak lalu lalang beberapa orang

Regahan Lada dan Dusun Sigenom.

dalam kejauhan. Menginjak jembatan

Begitu memasuki Pulau Sebesi, kita

dermaga dan plang 'Selamat Datang'

akan disambut oleh Dusun Bangunan.

terbaca, bisa kita saksikan beberapa

Bisa dikatakan Dusun Sigenom yang

orang sedang mengangkut barang-

paling jauh dibandingkan dusun-dusun

barang kebutuhan pokok dari kapal

lainnya. Karena letaknya yang jauh,

motor ke mobil bak. Ya, akses menuju

jelas sarana prasana menjadi tidak

Kapal-kapal tersebut memiliki nama dan jadwal tersendiri untuk pulang pergi setiap minggunya. Selain mengangkut orang dan sepeda motor, baru-baru ini mobil bisa diangkut menggunakan kapal motor. “mobil disini kan baru masuk belum lama,” Ayib menambahkan. Warung kecil pinggir pantai diisi beberapa orang. Mulai dari wisatawan yang akan pergi pulang, para pekerja pengangkut barang atau anak-anak kecil yang membeli cemilan. Si empunya warung bolakbalik mengantar pesanan baik indomie telor atau minuman dingin berasa. Udara yang cukup panas membuat minuman dengan es batu terasa melegakan. Jalan-jalan utama di Pulau Sebesi sudah dipasang pavingblok, sehingga tidak sulit untuk dilewati. Di Pulau Sebesi hanya memiliki 1 desa,


Laporan Utama: Sebesi

merata. Bila 3 dusun lainnya bisa

melahirkan, biasanya warga masih

menjadi petani. Kebanyakan

mendapatkan listrik dari PLN, Dusun

mengandalkan dukun beranak setempat.

mereka bertani kakao, kelapa atau

Sigenom tidak. “di Sigenom tidak ada

Untuk penyakit lain yang tidak dapat

cengkeh. Walau hidup sebagai

PLN. Kita bayar ke perseorangan yang

ditangani harus dibawa ke Kalianda,

masyarakat pesisir, hanya beberapa

punya alat,” jelas Mala yang sudah 5

sekitar 90 menit naik kapal motor.

saja yang memilih untuk menjadi

tahun menetap di Pulau Sebesi, Dusun

Untuk memenuhi kehidupan sehari-hari

nelayan. “di sini kan kita

Sigenom.

seperti makanan dan pelengkap

memancing masih cara tradisional,

Jangan pikir listrik seperti

kebutuhan lainnya pun, masyarakat

hanya menggunakan pancingan

diperkotaan. Warga Pulau Sebesi masih

harus keluar pulau. Biasanya mereka

saja,” terang Nur, penjaga warung

merasakan kesulitan prasarana

berbelanja ke pasar Kalianda yang

di Dusun Impres. Mungkin

pendukung utama tersebut. Listrik

merupakan pasar terdekat dari Pulau

keterbatas itulah yang membuat

masih sangat terbatas. Nyala mulai

Sebesi.

penduduk Sebesi lebih memilih

pukul stenga 6 sore dan jam 12 malam

Dibalik beberapa fasilitas yang

bertani. Untuk sekolah, sudah ada

mati. Kecuali memiliki genset atau

masih terbatas, ternyata tidak sulit untuk

mulai dari Sekolah Dasar hingga

sumber listrik pribadi. Sarana kesehatan

m e m p e r o l e h a i r d i s i n i . Ay i b

Sekolah Menengah Atas (SMA).

pun sebenarnya jauh dari cukup.

mengatakan, “air di sini mah gampang,

Namun biasanya, anak-anak di sini

Puskesmas di pulau ini ada 3, namun

bor 30 meter aja pasti udah dapat air

lebih memilih SMA di luar biasanya

yang benar-benar aktif hanya 1 di Dusun

yang bagus.” Selain air, tanah di Pulau

ke Serang, Cilegon.

Bangunan. Itupun hanya ada mantri dan

Sebesi sangat subur. Itulah mengapa

bidan yang tinggalnya tak menetap. Bila

mayoritas penduduk di Pulau Sebesi ini

dalam keadaan darurat untuk

memilih menggantungkan hidup


Laporan Utama: Sebesi

Harta bagi ilmu pengetahuan Teks: Olfi . Foto: Panji

Gunung

di tengah lautan dekat kawasan kaldera purba Gunung Krakatau menyimpan banyak pertanyaan akan proses kemunculannya. Peneliti dari berbagai negara datang untuk mengisahkan Anak “muda” Krakatau.

Siapa yang tidak mengenal Gunung Krakatau? Letusan dahsyatnya pada tahun 1883 mengakibatkan awan panas dan tsunami yang menewaskan 36.000 jiwa. Hal itu pula lah yang menjadikan daerah Kepulauan Krakatau, Lampung ini sangat menarik para peneliti untuk datang. Terutama dengan kemunculan gunung api baru di kawasan tersebut yang dikenal sebagai Gunung Anak Krakatau pada tahun 1927 atau 40 tahun setelah meletusnya Krakatau. Anak Krakatau merupakan gunung berapi yang masih sangat aktif. Terbukti dengan pertumbuhan ketinggiannya yang mencapai 4 cm setiap tahun. Masyarakat Pulau Sebesi yang merupakan pulau berpenduduk paling dekat dengan Gunung Anak Krakatau mengaku tidak khawatir dengan aktivitas Anak Krakatau, seperti yang dijelaskan Syahroni, Kepala Dusun Tejang. “Krakatau batuk-batuk sedikit sih kita disini sudah biasa. Malah yang jadi khawatir kalau gunungnya antenganteng saja,” jelas Syahroni. Hal ini juga yang menyebabkan tradisi

memohon keselamatan yang biasa disebut “Ngelarung Kepala Kerbau” kini sudah mulai ditinggalkan. Masyarakat Sebesi hanya melaksanakannya ketika ada Festival Krakatau yang diadakan Pemerintah Daerah Lampung antara bulan Juni atau Juli setiap tahunnya untuk tujuan pariwisata. Nah, pada event inilah turis bisa leluasa memasuki daerah kawasan cagar alam Kepulauan Krakatau. Namun, sebenarnya Gunung Anak Krakatau yang merupakan bagian dari kawasan cagar alam Kepulauan Krakatau ini bukan tempat untuk wisata, karena pemerintah telah menetapkannya sebagai cagar alam yang sangat dijaga ketat ekosistem hewan dan tanamannya yang berada di wilayah itu. Tidak sembarang orang bisa masuk. SIapa saja yang hendak memasuki kawasan Krakatau harus mendapatkan Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi (SIMAKSI) yang dikeluarkan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Lampung sebagai pemilik kawasan konservasi tertutup Gunung Anak Krakatau. Orang yang diizinkan menginjakkan kaki di gunung ini yaitu orang yang memiliki izin penelitian, pendidikan, pengembangan pengetahuan, dan penunjang budidaya. Jalur menuju Anak Krakatau bisa dari Lampung atau Banten. “Tak hanya peneliti,turis lokal atau

luar negeri banyak yang kesini”, ucap Ilyas, ranger yang berjaga di Pos Anak Krakatau. Menurut para ahli, Anak Krakatau merupakan harta bagi ilmu pengetahuan. Seperti yang dijelaskan Amir, salah satu pengurus BKSDA Lampung, “Saya sering mendampingi peneliti Anak Krakatau saat penelitiannya, mereka bilang anak Krakatau merupakan harta bagi ilmu pengetahuan dikarenakan kemunculan gunung berapi dari dalam laut merupakan fenomena yang sangat langka di dunia,” ujarnya. Galapagos adalah sebuah kepulauan di Samudera Pasifik yang sebelum kemunculan Anak Krakatau mendapat anggapan sebagai laboratorium suksesi alam terlengkap dan terbesar. Julukan Anak Krakatau sebagai Galapagos Indonesia lahir dari fakta yang menjelaskan bahwa Gunung Anak Krakatau membawa teori tentang sukses ekologi dan kolonisasi di sebuah pulau yang muncul dari laut, melebihi Galapagos. Terbukti dengan keragaman flora dan fauna di ekosistemnya seperti serangga, kelelawar, burung, biawak, penyu hijau, hingga mamalia seperti tikus. Bahkan, kawasan ini menjadi “rumah” bagi beberapa species langka seperti Troides Helena satu dari 50 jenis kupu-kupu yang ada di Anak Krakatau. Dr. Kunkun Jaka Gumarya, Dosen Ekologi Hewan Universitas Padjadjaran, menjelaskan bahwa hewan-hewan


Laporan Utama: Sebesi tersebut bisa ada di pulau tersebut karena banyak faktor. “Bisa karena angin, tumpangan, atau menyeberang laut,” ucap Kunkun. Hipotesis tersebut juga diperkuat oleh pernyataan dari Dr. Abdullah Sany, Dosen Geofisika Institut Teknologi Bandung. “Burung dan angin merupakan pelaku utama adanya hewan seperti serangga serta beragam jenis burung di Anak Krakatau. Mengingat letaknya merupakan titik tengah antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera sehingga dijadikan tempat persinggahan pada musim migrasi,” jelas Sany. Tak hanya keragaman flora dan fauna yang menyebabkan kawasan Anak Krakatau menjadi kaya. Pasir berwarna hitam yang ada di seluruh area pulau merupakan nilai plus. Sany menambahkan bahwa pasirnya berwarna hitan karena hasil dari letusan gunungnya. “Letusan gunung membawa beragam mineral, terutama mineral Besi (Fe) yang tercampur dalam pasir,” jelasnya. Tak ayal, pasir disini juga banyak dicari untuk kepentingan industri pembuatan peralatan berbahan baku besi.


Laporan Utama: Sebesi

kehidupan sebesi Teks: Deando . Foto: Deando dan Djarot Pulau Sebesi, pulau yang terletak di 5°59'0?LS,105°29'50?BT, di Provinsi Lampung, Kabupaten Lampung Selatan, Kecamatan Rajabasa, merupakan pulau yang paling dekat dengan Gunung anak Krakatau, pulau dengan jumlah penduduk sebanyak kurang-lebih 3000 penduduk. Penduduk yang mempunyai sekitar 700 kepala keluarga ini mempunyai 2 mayoritas asal penduduk, yaitu 75% berasal dari Banten dan 25% sisanya berasal dari Lampung, dan mempunyai sebuah suku yaitu suku Jaseng atau Jawa Serang. Ternyata di Pulau Sebesi yang terlihat damai dari kehidupannya mempunyai sebuah masalah atas hak atas kepemilikkan tanahnya. Menurut Yani yang bekerja di SD setempat, hampir semuanya penduduk disini adalah penduduk illegal. “Mengapa illegal?, Karena 99,9% penduduk yang tinggal disini tidak mempunyai sertifikat atas tanahnya, mereka hampir semuanya pendatang dari berbagai pulau yang mendirikan tempat tinggalnya tanpa ada serah-terima atas tanah yang mereka tempati dengan pemilik Pulau Sebesi iniâ€?, tutur Yani. Pemilik pulau ini sebelumnya bernama M. Saleh Alim Hasan yaitu orang yang berasal dari lampung dimana tanah tersebut diberikan kepada M. Saleh Alim Hasan pada tahun 1961 oleh nenek moyangnya. Pulau sebesi ini dibeli oleh nenek moyang M. Saleh alim Hasan pada saat zaman kolonialisme belanda zaman dahulu. Narasumber kami, yang juga merupakan salah satu keluarga dari

M. Saleh alim berkata bahwa penduduk disini merampok sumber daya alam yang ada disini tanpa seizin pemilik tanah pulau sebesi ini, salah satu contohnya proyek dermaga yang sudah dibiayai pemerintah disini ternyata tidak menggunakan sumber daya alam dari luar pulau melainkan menggunakan bebatuan di pinggir pantai yang diambil setiap harinya. Dan pengambilan batu ini sudah berlangsung selama 6 hari dari saat saya berada disana. Padahal sebelumnya para penduduk disini sudah mempunyai sebuah perjanjian dengan pemilik tanah atas hasil perkebunan seperti bagi hasil dan sebagainya, sedangkan seiringnya perkembangan zaman antar generasi yang tinggal disini perjanjian yang dulu telah dibuat ternyata pudar, sehingga merugikan pemilik pulau sebesi ini. Peran Pemda atas kepemilikkan tanah disini pun hampir tidak ada, karena bisa dibilang saat Pemda setempat melakukan pengusiran

sesuai pelanggaran yang terjadi atas masyarakat sebesi ini bisa saja media memberitakan yang tidak baik mengenai pengusiran masyarakat pulau sebesi. Tetapi jika kita lihat dari sisi penduduk disini sangatlah sedih jika suatu saat terjadi pengusiran terhadap masyarakat di pulau sebesi ini, bisa dibilang sudah banyak orang yang menetap lama di pulau sebesi ini, dimana keluarga mereka sudah tumbuh dari kecil hingga dewasa di pulau ini, dan dilihat dari pendapatan masyarakat disini sangatlah kekurangan, pendapatan mereka bisa dibilang hanya untuk mencukupi makan keluarga mereka. Sehingga jika terjadi pengusiran atas masyarakat pulau sebesi ini akan semakin banyak pengangguran dan mereka belum tentu mendapatkan tempat yang layak seperti di pulau sebesi ini. Menurut ibu yani yang bekerja sebagai guru sd dan smp di pulau sebesi pernah ada sebuah solusi


Kuliner

Lelah menapaki rimba raya, mungkin Anda akan tertarik dengan tempat ngopi satu ini. Teks&Foto: Tyas Dwi Pamungkas


Kuliner

"

Pengunjung dilarang bermain catur dan kartu, tetapi dipersilakan untuk membaca, berdiskusi, atau sekadar duduk-duduk santai.”

Kalimat tersebut adalah sebuah peringatan yang tertulis di belakang bangku-bangku kayu besar dan unik serta nyaman untuk diduduki di sebuah tempat ngopi di kawasan Dago Pakar, Bandung. Adalah Kopi Selasar, sebuah tempat cozy yang dinaungi oleh pepohonan dan bonus pemandangan Bandung dari ketinggian bisa dijadikan alternatif tempat bersantai sambil menikmati secangkir kopi bersama pasangan atau teman-teman. Ide segar bisa muncul begitu saja disini, diiringi nyanyian burung dan tonggeret dibarengi udara segar yang bisa kita hirup di ruang terbuka. Alamat lengkap tempat ini adalah Jalan Bukit Pakar Timur No. 100. Letaknya mudah ditemukan karena menjulang di kiri jalan jika Kamu melintas dari Dago. Menurut Manajer Galeri Selasar Sunaryo Art Space (SSAC) Rosiyani Aman, konsep Kopi Selasar ini sudah sepenuhnya ditentukan oleh Sunaryo selaku penggagas SSAC. Sunaryo menginginkan pengunjung yang datang ke Kopi Selasar melakukan hal-hal positif daripada hanya bermain kartu. Ia lebih suka jika pengunjung datang untuk berdiskusi, membaca, atau mengerjakan tugas. “Unsur art sudah dapat kita temukan di Galeri, Kopi Selasar memang didesain untuk belajar,” ujar Rosiyani menanggapi peringatan yang cukup mencolok dan membekas di ingatan begitu kita melihatnya. Kopi Selasar dipilih sebagai nama karena tempat ini sudah terintegrasi dengan SSAC yang memiliki beragam bangunan dengan beragam fungsi juga dan memiliki kopi sebagai minuman andalan. Berdiri sejak 1998, Kopi

Selasar dengan bangga mengusung kopi sebagai minuman yang dijagokan untuk menghargai biji hitam mengandung kafein ini yang merupakan produk asli Indonesia. Seperti kopi robusta dan arabica. Bahkan tempat ini tidak menggunakan barista (peracik kopi) dari luar negeri, semuanya berasal dari Indonesia. Untuk weekdays, Kopi Selasar hanya buka hingga pukul 18.00 WIB, hal tersebut disebabkan oleh integrasi Kopi Selasar dan SSAC yang hanya buka hinggal pukul 17.00 WIB. Konsep awalnya Kopi Selasar dibuat sebagai pelepas lelah orangorang setelah berkunjung ke Galeri. Ada jam tutup baru untu weekend, tempat ini buka hingga pukul 22.00 WIB. Jadi kini Kamu bisa menikmati Bandung di malam hari dari tempat ini. Menurut Lina, manajer Kopi Selasar, menu spesial dari Kopi Selasar adalah Selasar Coffee, secangkir kopi reguler dengan tambahan susu dan jahe. Untuk makanannya, Kamu direkomendasikan untuk memilih Cinnamon Banana, pisang yang diberi gula merah dan kayu manis yang cocok dinikmati sore hari. Selain Selasar Coffee, tempat ini menyediakan Selasar Coffee

Flavored, sajian kopi dengan pilihan rasa seperti kacang, sirup hazelnut, es krim atau whipped cream. Makanan lain yang direkomendasikan oleh Lina adalah Pasta dan Nasi Goreng Pete. Tempat yang nyaman asri dan menyejukkan membuat banyak pengunjung yang betah berlamalama disini. Jumlah pengunjung yang data perbulannya fluktuatif, namun bisa mencapai 3.000 orang dengan rata-rata 100 pengunjung per hari. Angka tersebut bisa makin meningkat jika di Galeri ada acara khusus seperti pameran dan diskusi seni. Untuk bulan ini, SSAC akan merayakan ulang tahunnya ke-15. Acara yang akan diselenggarakan untuk memperingati acara ini adalah “Kilas Balik 20 Tahun Ruang Seni Bandung” yang diselenggarakan mulai 5 September 2013 – 29 September 2013 berlokasi di Ruang B dan Ruang Sayap SSAC. Di acara ini akan ditampilkan seleksi arsip berupa foto dokumentasi, katalog pameran, poster, rekaman audio-visual, dan lain-lain yang menandai secara reflektif keberadaan ruang-ruang seni di Bandung sejak 1993 hingga kini. Karya yang akan dipamerkan dikuratori oleh Chabib Duta Hapsoro dan Annisa Rahadi. Jika Kamu menginginkan sensasi seni dalam setiap teguk kopi yang Kamu minum, Kamu bisa menjajal tempat ini sebagai salah satu tempat menghabiskan waktu sambil menikmati ide yang berlarian di kepala untuk kembali ke dunia nyata yang sibuk dan penuh aktivitas.


Halaman

adipura tak sanggup beningkan cipeles Tidak ada yang mau tempat berkegiatan alam bebasnya rusak. Namun Tim Olahraga Arus Deras bisa menceritakan kondisi rusaknya Sungai Cipeles, Sumedang di masa kini. Teks: Dina Aqmarina . Foto: Anggi


Halaman


Halaman Deru jeram yang bergulung mulai menyambut para orader setelah melewati jembatan Darangdan. Bilah dayung memecah aliran sungai, menarik perahu melaju sesuai irama yang diucapkan oleh Skipper atau kapten perahu. “Satu!, dua!, satu! dua!,” kencang ia ucapkan berlomba keras dengan deru suara jeram. Kami, enam orang awak perahu mulai melaju di jalur lintasan Sungai Cipeles yang bermula di Kecamatan Sumedang Utara dan berakhir di Kecamatan Ganeas. Butuh sekitar 5 jam untuk mengarungi sungai yang memiliki panjang 18 km ini. Dua perahu diturunkan saat itu, satu perahu biru dengan kapasitas 7 orang dan satu lagi perahu rescue berwarna merah dengan ukuran lebih besardengan kapasitas 9 hingga 10 orang. Suhu mentari kala itu semakin berubah, jam di lengan sudah menunjukkan pukul 10.00 WIB, perjalanan yang dilewati belum ada setengahnya. Tenaga semakin terkuras, tapi tidak dengan semangat para awak saat itu. Semakin tinggi suhu, semakin tarik dayungan dipacu. “Stop!,” teriak skipper, seketika kami meletakkan dayung melintang di atas paha kami. Skipper mulai mengarahkan

perahu, menghindaridinding dan tebing agar tak bertabrakan dengan perahu. Pengaturan arah ini juga digunakanuntuk menghindari air yang keluar daripipa-pipa saluran limbah rumah tangga. “Maju!,” perintah skipper menggerakkan kami untuk memasukkan bilah seutuhnya ke dalam air dan menariknya sekuat tenaga. Bukan hanya kucuran air atau tebing dan dinding yang harus dihindari, pemandangan tak sedap seperti orang yang

sedang buang air besar (BAB) terkadang membuat para orader merasa tidak nyaman ketika sedang mendayung. Jauh di depan sekitar 5 km, di sebelah kiri terdapat sampah yang berkumpul, memutar di eddies. Sampahnya cukup beragam, mulai dari gabus, botol kosong, plastik, hingga bantal, kasur, dan bohlam pun ada di pusaran sampah tersebut. Bertumpuk di Cipeles “Cipeles enggak sebersih dulu,” ujar Enah, warga


Acara Berikut adalah review kegiatan yang telah KAPPA Fikom Unpad lakukan di tahun 2013

nato graphy 1-2 Juni 2013

Citarum, adalah salah satu Sungai yang biasa digunakan pengarungan oleh para pecinta arung jeram, khususnya di Bandung. Begitu juga oleh anggota KAPPA. Hampir setiap tahun KAPPA menggunakan Sungai Citarum sebagai salah satu tempat Pendidikan dan Pelatihan Dasar. Kali ini, KAPPA menggunakan Citarum sebagai tempat fun rafting. “Ngaroeng Tjoy!”, begitu nama kegiatan fun rafting yang digawangi oleh Dina Aqmarina Yanuary (K15) ini. Dengan nama yang simpel dan mudah diingat, diharapkan Dina dapat mengundang banyak orang untuk menjadi peserta. Kegiatan ini berlangsung pada tanggal 24 Maret 2013.

Pada tanggal 1-2 Juni 2013 telah dilaksanakan Workshop Fotografi Alam Bebas dengan nama “Natography”. Pemberian materi kelas ertempat di Lab. Foto Fikom Unpad di hari pertama. Pemateri oleh Wira Nurmansyah, pemenang Indonesian Traveler 1.0 Wakatobi Team, freelance traveler, dan fine art landscape photographer. Pemateri kedua merupakan seorang fotografer dari WALHI, yakni Meiki W. Paendong. Hari kedua dilaksanakan praktek fotografi alam bebas. Merupakan pengaplikasian terhadap materi yang telah didapat pada saat pematerian kelas. Bertempat di Gunung Tangakuban Parahu, peserta diajak untuk melakukan hunting pemandangan yang ada disana. 6 peserta yang mengikuti

Peserta berasal dari mahasiswa Fikom maupun non Fikom. Berkumpul di Student Center Fikom Unpad pada pagi hari, peserta tampak kompak dan well prepare. Perlengkapan yang diinstruksikan oleh panitia pun dipatuhi oleh peserta. Seperti anjuran menggunakan pakaian lengan panjang, sandal gunung, alat mandi, dan botol minum. Pada awal sebelum pengarungan, peserta diberi pematerian singkat mengenai pengenalan alat arung jeram dan teknik hanyut. Pemateri sendiri berasal dari Kapinis Citarum. Peserta menggunakan kaos seragam yang diberika oleh panitia, warna oranye menyala seolah meningkatkan keceriaan dan semangat para peserta di antara jeram-jeram Citarum.

workshop ini terlihat antusias selama 2 hari berturut-turut. Setelah melakukan praktek foto, peserta diberi bimbingan oleh Ketua Pelaksana Natography, Dimas Jarot Bayu (K15), mengenai foto yang telah mereka ambil. “Peserta feeling excited gitu pas dapet pemateriannya. Kalau untuk foto, sebagian besar mereka bisa menerapkan materi yang dikasih. Tapi memang ada yang masih kurang.” Tutur Jarot. Foto yang diambil selanjutnya akan dipilih satu dari masingmasing peserta, kemudian akan dipamerkan pada saat Welcoming Day Fikom saat penerimaan mahasiswa baru tahun ajaran 2013.

ngaroeng tjoy! 24 MARET 2013


foto Essay

l l e w d e r a p e pr

al y h h ala d a n an! a g . l n n a a a j l rat rjalan i petua u s dan lam pe memula s a t i da , siap t g n e n i d i t mi n a e p k ang inilah a mak


foto Essay

Foto Essay

menuju galapagos Oleh: Dimas Djarot Bayu

Lanskap pemandangan dari Gubuk Seng, Pulau Sebesi (5/7). Berjarak 12 km, Gubuk Seng merupakan tempat aman terdekat untuk melihat Gunung Anak Krakatau.


Harun, petani kakao Desa Tejang, Pulau Sebesi, Lampung sedang menjemur hasil 80% warga Pulau Sebesi bekerja sebagai petani. Suatu keunikan bagi penduduk panennya untuk dijual , Senin (1/7). Saat ini, profesi nelayan. Hal ini disebabkan tanah Sebesi yang subur akibat letusan Krakadi wilayah pesisir yang biasanya didominasi oleh tau 1883 silam.

foto Essay


foto Essay


foto Essay


Refleksi

dan osman Abu Mufakhir . K7 Sayatan Pulosari konsekuensi dari pilihan itu. Meninggal dengan cara yang paling mereka inginkan, hanya salah satunya.

Rasanya, nyaris setiap pemanjat tebing yang serius mengenal nama ini, Daniel Eugene Osman (1963 – 1998), dikenal sebagai Dan Osman. Setiap pendaki juga, kali ini serius atau tidak, akan mengenal nama Soe Hok Gie (1942 –1969). Saya kira ada dua persamaan antar keduanya selain sama-sama mati muda. Pertama, keduanya dipaksa untuk menanggung kategori identitas sebagai masyarakat 'keturunan'. Dan Osman, adalah orang Amerika keturunan Meksiko (ibu), dan Jepang (ayah), sedang Gie adalah orang Indonesia keturunan Tionghoa. Istilah 'keturunan' terlanjur diletakan sebagai kategori etnis dengan kecenderungan rasial. Identitas keduanya dipengaruhi konstruksi politik rasial, sama seperti jutaan orang lainya yang jugamenanggung kategori diskriminatif. Seorang pemanjat atau pendaki tidak bisa lepas dari ini. Kedua, mereka berdua tidak hanya sekedar menjalani aktivitasnya (memanjat dan mendaki gunung) sebagai hobi, apalagi gagah-gagahan. Mereka menjalaninya sebagai pilihan hidup, karenanya muncul berbagai

Dan Osman, melepas nafas terakhirnyadalam kecuraman, sesaat setelah badai reda, ketika melakukan lompatan fatalnya yang terakhir di tebing Taman Nasional Yosemite. Sementara Gie meninggal di ketinggian, tubuhnya beku kedinginan, sementara paru-parunya rusak karena menghirup racun di gunung Semeru. Sebelumnya ia sempat menyatakan, orang seperti dia tidak layak mati di tempat tidur, dan mendaki gunung merupakan salah satu upayanya untuk mengenal bangsa ini lebih dekat. Dengan ini Gie sebenarnya sudah mewariskan sesuatu yang sangat berharga bagi para pendaki. Sesuatu yang sudah banyak dilupakan, karena pendaki yang (pernah) berorganisasi seakan lebih berhasrat dengan sesuatu yang mirip dengan militerisme, atau machoisme a latuan tanah Meksiko, sebagai pijakannya atas aktivitas teknis pendakian, bukan, katakanlah, kemanusiaan yang ditawarkan oleh alam. Hasrat ini mengalir halus sekali, karenanya ia dapat tumbuhdan menular tanpa terasa. Kembali ke Dano. Ia disebut-sebut pemanjat tebing dengan kategori solois ekstreme yang terbaik. Setelah melihat beberapa kali rekamannya di Youtube, saya sangat setuju, jika ia adalah yang terbaik, bahkan legenda. Gie adalah seorang pendaki gunung, pendaki cum aktivis, hidupnya

bertemu dan mengalami tragedi-tragedi politik pada masanya, ia meninggal tiga tahun setelah pembantaian terbesar paska-perang dunia kedua terjadi di negeri ini. Ia juga, walau bukan sebagai yang terbaik, bisa saya sebut, merupakan salah satu pendaki yang sampai saat paling inspiratif. Dano memilih hidup sebagai bohemian. Pada generasinya tahun 1970an, gaya hidup bohemian sedang berada di puncaknya. Menjadi bohemian merupakan pilihan politikbagi para keturunan imigran di Amerika dan Inggris. Ingat Janis Joplin yang lagu-lagunya banyak bicara mengenai imigran dan mengkritik kemapanan khas Amerika, kecentilan anak orang kaya dengan Mercedez Benz-nya; atau sebuah epos imigran yang dengan ciamik dituturkan melalui lagu Bohemian Rhapsody olehband Queen? Melalui lagu ini, Fredy Mercury, mengisahkan para imigran gelap dari Al Jazair yang datang ke Inggris, kemudian hidup sebagai bohemian, tanpa pengakuan dan perlindungan negara. Imigran Al Jazair di sudutsudut kumuh kota industri Inggris kala itu seperti: Islam, ugal-ugalan dan alkohol. Miskin plus minoritas akut.


Refleksi Dano hanya sedikit berbeda secara praktis dengan bohemian lainnya yang tinggal berpindahpindah dengan mobil rumah. Dano seringkali tinggal di rumah pohon, berpindah dari satu tebing ke tebing lainnya. Bahkan sering mencuri makanan. Apartemen sewaan yang jarang ia tinggali, sempit dan tidak berkarpet. Dengan latarbelakangnya sebagai 'keturunan', sama seperti imigran lainnya, pijakan identitasnya selalu labil. Dalam dirinya saya mengira, di sela-sela waktu sendiri, Dano sesekali bertanya, kenapa harus ada yang disebut imigran, bahkan imigran gelap di dunia ini; apa yang menyebabkan munculnya gelombang imigran dari negara-negara miskin pernah terjajah, dan terus dikoyak konflik, ke tanah-tanah imperium penjajah, dan di tanah itu mereka kemudian menanggung hidupnya sebagai imigran? Banyak dari mereka (imigran dari Amerika Latin di Amerika) dipenjarakan, dideportasi paksa, atau berhasil kabur hingga kemudian menjadi stateless (tanpa negara), dan sepanjang hidupnya menjadi buruan polisi; atau lebih buruk lagi, seperti dialami ribuan imigran Somalia yang mati di tengah lautan, kelaparan dalam kapal yang sesak. Dano mungkin juga bertanya, bukankah setiap manusia adalah penghuni dunia ini, manusia berhak untuk hidup dimanapun sesuai kehendak bebasnya, dan eksistensi negara bangsa tidak seharusnya memberangus itu. Maka ketika itu gaya hidup bohemian adalah bentuk perlawanan. Mereka melawan 'penjara'. Mereka seperti berkata, “Jangan penjarakan kami, hanya karena kami tak memiliki alasan birokratik untuk hidup di tanah ini. Sementara kami memiliki alasan antara hidup dan mati, di tanah moyang kami hanya ada perang, tak ada roti dan

kebebasan.� Gaya hidup bohemian: sedikit bekerja dan percaya setiap manusia memiliki hak untuk malas, berpindah tempat, tidak percaya pada otoritas legal apapun, menghisap ganja sebagai cara mengalami liburan spiritual, adalah perlawanan terhadap kepalsuan kultural, rekayasa sosial yang banal dan batas-batas teritori paling rapuh dari negara bangsa, yang dicirikan dengan perbatasan pagar berduri, pengakuan hak atas dasar geografis dan administratif. Bohemian adalah bentuk perlawanan terhadap place dengan membentuk space. Menciptakan sebuah ruang yang dicirikan dengan sifatnya yang kosmopolit, imajiner, kreativitassimbolik, persaudaraan dan kebebasan. Bukan ruang yang dipenuhi oleh ruko, apartemen, hotel, toko waralaba, ruang yang penuh sesak oleh aktivitas dagang. Dano mencintai ruang yang bebas, ia adalah seorang free climber yang mencintai kehidupan dan kemanusiaan di dalamnya. Karena itu ia menolak segala bentuk kekerasan, tidak sekedar fisik tapi juga kekerasan politik dan sosial. Ia pecinta binatang, hidup dengan sangat sederhana, mencari uang dengan menjual video-video aksinya hanya untuk tetap bisa menjalani hidupnya sebagai pemanjat. Saya rasa, kesadaran ini muncul, sedikit banyak karena dia begitu dekat dan mencintai resiko-resiko yang ditawarkan oleh alam, dan ini bukan hal yang sederhana. Menurut Andrew Todhunter (1998),Dano berhasil mencapai itu semua, karena ia berhasil melihat kerumitan non-inderawi dari persentuhannya yang intim dengan tebing: memanjat ratusan bahkan ribuan kali baginya tidak sekedar olahraga, tapi sesuatu yang lebih mirip dengan agama

yang dihayati, di dalamnya mesti ada dedikasi, kesabaran, rahmat, dan setiap detail obsesi yang dihadapkan dengan situasi untuk bertahan hidup. Karena itu Dano menjadi legenda. Mungkinkah kita belajar dari Dan Osman? Dalam situasi segala sesuatunya sejak pendidikan, alam, cinta, dan manusia di dalamnya–seperti juga kita, dibentuk menjadi komoditas. Mungkihkah KAPPA akan terus menjadi ruang belajar bersama untuk terus memahami dan memaknai alam, kebebasan serta kemanusiaan, sebagai yang hidup dan terus tumbuh? Saya kira jawabannya adalah sangat mungkin. Apalagi kini KAPPA mulai menuliskan kisahnya, membuat buletin, terus membaca, berimajinasi dengan lebih hebat, dan berpetualang dengan gembira.


Operasi

keep culture for the future Tips dan Trik berkegiatan alam dari Dhanang David, mungkin bisa Anda gunakan! Indonesia merupakan negeri dengan beragam budaya khas di dalamnya. Tiap suku hampir memiliki budayanya sendiri. Hal inilah yang menjadi daya tarik para wisatawan asing untuk datang ke �zamrud khatulistiwa� ini. Mungkin bagi anda yang sudah merasa bosan dengan tempat wisata yang itu-itu saja, anda bisa mencoba untuk melakukan wisata budaya. Dengan wisata budaya ini, anda bisa mempelajari dan dapat lebih memaknai arti dari “Bhineka Tunggal Ika� itu sendiri. Ada beberapa tips serta hal-hal yang perlu anda perhatikan untuk melakukan wisata budaya ini : 1. Tentukan destinisi perjalanan anda, serta cari tahu kebudayaan apa yang ingin anda pelajari. Menentukan destinisi menjadi hal pertama yang harus anda lakukan agar anda bisa fokus untuk melakukan persiapan perjalanan. 2. Pelajari bahasa lokal yang biasa digunakan

oleh masyarakat di tempat anda akan berkunjung. Kemampuan bahasa anda akan sangat membantu anda dalam berkomunikasi dan lebih bisa mendalami kebudayaan yang akan anda pelajari. 3. Urus surat-surat perijinan terlebih dahulu. Anda akan memasuki wilayah baru, jika ada surat perijinan yang sudah anda urus, anda sudah memegang satu kunci aman di saku anda. Tentunya anda tidak ingin diusir dali tempat tujuan wisata anda oleh warga sekitar bukan ? 4. Usahakan memiliki kenalan atau relasi di tempat anda akan berkunjung. Anda akan benar benar merasa asing jika anda datang ke suatu tempat dengan kebudayaan baru, dengan adanya

relasi, rasa asing itu akan sedikit hilang dari benak anda. 5. Persiapkan buku catatan dan kamera. Cobalah untuk mengabadikan kebudayaan tersebut dengan bentuk gambar maupun tulisan, kirim tulisan. Usahakan untuk mengirim tulisan anda ke media massa, honor yang akan anda terima bisa digunakan untuk biaya jalan-jalan selanjutnya. 6. Berpartisipasilah dengan kegiatan yang dilakukan masyarakat lokal. Jika anda hanya mengamati kegiatan masyarakat lokal, anda hanya mempelajari sedikit kebudayaannya. C o b a l a h a n d a mempraktikan kebudayaan tersebut, contohnya, ikutlah menari tarian khas daerah tersebut jika ada momentmoment khusus ketika anda berkunjung. 7. U s a h a k a n u n t u k berjumpa dengan tokoh m a s y a r a k a t s e k i t a r.


Operasi Orang-orang tua atau yang biasa disebut sesepuh biasanya sudah banyak makan asam garam kehidupan. Pengalaman yang mereka miliki bisa jadi pelajaran hidup yang berharga untuk anda. Anda juga bisa mempelajari sejarah kebudayaan tersebut dari tokoh masyarakat yang ada. 8. Cicipi kuliner khas di daerah tempat anda berkunjung. Sangat disayangkan apabila anda melewati cita rasa dari berbagai daerah di Indonesia, makanan khas masyarakat juga merupakan bagian dari kebudayaan tersebut. 9. Taati larangan serta aturan yang ada di daerah tersebut. Daerah-daerah yang terhitung masih pelosok, biasanya memiliki unsur mistis serta k e p e r c a y a a n kepercayaannya sendiri. Agar terhindar dari hal-hal yang tidak anda inginkan, sebaiknya anda menaati aturan yang ada. 10. Selalu pegang prinsip “dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjungjunjung�. Anda merupakan pendatang yang memiliki tujuan utama untuk mempelajari kebudayaan

masyarakat setempat. Sudah seharusnya anda tidak membawa kebudayaan yang anda pegang serta jangan sampai anda membawa pengaruh buruk bagi masyarakat sekitar. Mungkin itulah beberapa tips yang bisa anda lakukan selama melakukan wisata budaya. Banyak pengetahuan serta pandangan hidup yang bisa anda dapat dari mempelajari budaya baru, khususnya budaya negeri sendiri. Have fun on trip and keep culture for the future.



SEGENAP ANGGOTA KAPPA MENGUCAPKAN SELAMAT ATAS PERNIKAHAN AKHMAD RESHANDIE ( K10) DAN SUCI LOYALITA SELAMAT MENGEKSPLORE KEHIDUPAN


Buah Pena

dayang-dayang mahamurka Istnaya Ulfatin

Kalau manusia tercipta dari tanah, lalu lumpur tercipta sebagai apa? Kalau malaikat tak berkelamin, lalu bidadari berupa apa? Aku beri tahu, maka hawa-hawa bukan terlahir, tapi mereka dicetak untuk bersandar pada adam. Atau beranak pinak, Atau memasak, Atau terampas menjadi ampas. Dengan jemari ini, Kusebarkan pada kalian, kaumku yang menangisi kodrat. Atau kepada kalian yang terjebak dalam jasad laki-laki, bidadari-bidadari berdada rata yang tergusar oleh jalan-jalan, dan rumahan petak – petak yang ditentukan oleh kerajaan langit, kerajaan semesta kerajaan bumi, kerajaan nilai. Kupertaruhkan pada kalian, kaumku yang mengutuki kodrat.

Atau kepada kalian yang berjuang sendirisendiri diantara ranjang, seprei, dan noda yang tak dinaungi berkah nikmat persenggamaan. Kusebarkan dan pertaruhkan dengan kemarahan yang rintih sebagai arus, yang membelah dadamu yang rata, wahai bidadari. Pertanda datangnya murka pada kita, dayang-dayang.


Buah Pena

ranum Istnaya Ulfatin

Kotak listrik memanjang itu membelah diantara aku dan kamu, membelah diantara lara – lara yang menyapa sore itu, berkata selamat datang kepada rindu yang bercabang, seperti willow yang menua, seperti darrow yang mengalir, atau seperti aphelion yang tak berujung. Asal kamu tau, rinduku berbuah ranum, jika dipetik maka akan melayang bersama angan – angannya yang maya. Terlalu maya jika kamu bisa meihatnya, terlalu maya jika kamu bisa memegangnya. Langitpun ikut bercerita, katanya kamu merindukan aku bagaikan hujan dan baunya, sama seperti aku yang merindukan kamu, bagaikan talas dan embunnya


Etalase

t s e l Coo

Outdoor Equipment Kenyamanan naik gunung Jack Wolfskin Vertec Pants Men For climbing trips, Alpine or otherwise Extremely light Robust Outstanding UV protect 85.9 EUR

Kerapian Alat Mandi Eiger Toiletry Hygiene

Cocok untuk perjalanan dan kegiatan sehari-hari. IDR 90.000

Kehangatan di Alam jack Wolfskin Cirrus Jacket Untuk Anda yang tidak mau kedinginan di alam bebas. 249.95 EUR




DEWAN PENGURUS XIV KAPPA FIKOM UNPAD



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.