![](https://assets.isu.pub/document-structure/210412054512-0a147c6a0d3def6b35dc6a79efd00f1c/v1/adeef271ae8a41ea6c89cc203bafff96.jpg?width=720&quality=85%2C50)
8 minute read
EksploltasI Tayangan Televisi
PINI
L.._ .. tl
Advertisement
Eksploitasi Tayangan Televisi
Oleh: Suyitno
Media membawa pengaruh yang besar bag! perkembangan jiwa seseorang, temtama media televisi (teve) bagi anak-anak dan remaja. Mereka dapat berperilaku egois, kasar, kejam, bahkan nekat karena media teve yang mereka tonton. Bukankah cara belajar anak-anak pertama adalah meniru apa yang dilihat! Bering dikatakan para psikolog "what they see is what they do" (apa yang mereka lihat adalah apa yang mereka kerjakan). Begitu juga dengan Undang-undang Penyiaran yang dibuat oleh Pemerintah, seiama ini ternyata belum mampu menertibkan para pemilik stasiun teve dan rumah produksi untuk membuat acara yang bermutu demi perkembangan cara berpikir masyarakat Indonesia, khususnya remaja. Seorang pakar dan peneliti pertelevisian, Dwyer (1988), menylmpulkan, sebagai media audio visual, teve mampu merebut 94% saiuran masuknya pesan-pesan atau informasi ke daiamjiwa manusia, yaitu lewat mata dan telinga. Teve mampu membuat orang pada umumnya menglngat 50% dari apa yang mereka llhat dan dengar di layar teve walaupun hanya sekali ditayangkan. Atau, secara umum orang akan ingat 85% dari apa yang mereka lihat di teve setelah 3 jam kemudian dan 65% setelah 3 hari
kemudian.
Mungkin kita sendiri sudah bisa menilai, tayangan teve akhir-akhir ini cenderung kurang selektif. Kenapa? Seiama ini jam-jam utama {prime time) sering menyajikan sinetron yang mengangkat cerita kurang bermutu, seperti intrik-intrik rumah tangga kelas atas, roman picisan (percintaan anakanak dan remaja), kisah horor, film kekerasan, dan sejenisnya. Jarang sekali, bahkan tidak ada jam-jam tayang yang dikhusukan untuk anak-anak dan remaja. Kalaupun ada, tayangan sinetron yang diangkat dunia anak kebanyakan berisi adegan jorok, adegan percintaan anak usia dini, dan aneka kekerasan. Jadl, porsi tayangan teve yang menelorkan keteladanan dan edukatif tidak berimbang dengan sinetron yang adasekarangini. Bagaimana mungkin bangsa ini akan maju jika setiap hari anak-anak disuguhi tontonan yang mengeksploitasi pikiran mereka. Tayangan-tayangan yang mereka tonton tidak sesuai dengan porsi psikologi pikiran remaja. Kebanyakan dari stasiun teve menyuguhkan sinetron yang hampir semuanya tidak mencerminkan keteladanan. Gaya hidup dalam sinetron bersifat vulgar dan menampilkan unsur-unsur yang tidak mendidik. Bahkan, akhir-akhir ini banyak sinetron yang sudah berani memperlihatkan unsur pornografi dan pornoaksi. Memang, keiihatannya tayangan sinetron sekilas tidak berpengaruh, tetapi dalam jangka panjang sangat dipastikan akan mengotori jiwa dan pikiran anak-anak yang sebetulnya masih berada dalam tahap bimbingan dan
keteladanan.
Coba kita lihat sekarangi Reran aktris dan aktor banyak diperankan oleh remaja sekolah. Bahkan, tempat pengambilan shooting dilakukan di sekoiah pada jam-jam kegiatan belajar-mengajar (KBM). Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal dijadikan ajang pameraurat, kekayaan, dan harga diri. Cara berpakaian peran utama dari siswi/siswa SMA yang sekarang sudah merambah SMP, sangat mengumbar syahwat, vulgar, dan terbuka. Kemeja lengan pendek yang dikeluarkan, rok yang pendek.
PINI
transparan, dan ketat sudah merupakan hal biasa. Mungkin dalam pemikiran mereka, ini merupakan 'fasthabiqui aurat' (berlomba-lomba memamerkan aurat). Mereka lebih bangga dengan pakaian terbuka seperti itu. Mereka tidak sadar bahwa sikap mereka di dunia hiburan ditonton oleh berbagai macam kalangan masyarakat. Mungkin para selebritis juga tidak sadar bahwa tontonan banyak yang dijadikan
tuntunan.
Eksploitasi gaya hidup mewah dan glamour yang menjual mimpi juga terasa kental di dunia yang dibangun melaiui shooting. Aksesoris yang menunjang penampiian, seperti ponsei terbaru, arloji, busana, sepatu, hingga kendaraan yang berseliweran di sekolah, semuanya sangat high class. Para pemain berlomba memamerkan kekayaannya. Jarang sekali ada pemain sinetron yang naik bus kota, yang ada adalah berebuttempat parkir karena mereka sudah membawa motor atau
mobilsendiri.
![](https://assets.isu.pub/document-structure/210412054512-0a147c6a0d3def6b35dc6a79efd00f1c/v1/c8738cc8dae7b5c2cc818d7983cb4c4a.jpg?width=720&quality=85%2C50)
Sinetron remaja di teievisi cenderung menonjoikan kegiatan-kegiatan yang bukan kegiatan KBM, namun yang kelihatan adaiah tidak jauh dari acara-acara seperti makan-makan di restoran, shopping, atau jalan-jalan di mail. Kata-kata kasar dengan nada celaan, cacian, makian, mereka lontarkansebagai bentukkebencian, iri hati, dan kedengkian kepada iawan mainnya di sinetron. Pergaulan bebas di antara mereka menjadl menu utama. Yang menjadi tema bukan lagi permasalahan sekolah, misalnya kesulitan beiajar, cara membantu orang tua untuk membiayai hidup, atau perjuangan untuk menembus prestasi. Namun, semua tema yang ditayangkan adalah hal-hal yang berbau cinta yang menyita perhatian, waktu, tenaga, dan juga materi para pemerannya sepanjang cerita. Seolah-olah, urusan cinta adaiah hidup-mati mereka. Sehingga, dianggap wajar jika harus (boieh) menelantarkan kepentingan sekolah mereka.
Bisa dikatakan bahwa stasiun teve di Indonesia beium mengakomodasi aneka kebutuhan dan keinginan remaja dan anak-anak secara sungguh-sungguh. Anak-anak dan remaja seakan diiupakan. Porsi paket acara yang dikonsumsikan untuk mereka, seperti acara permainan akademik, pentas lagu-lagu anak-anak, kuis, cerdas cermat, dan acara-acara lain yang bersifat mendidik sudah iangka dan belum diketahui penyebabnya (dikira mungkin sudah tidakzamannya iagi di era sekarang). Daiam konteks ini orang tua memegang peranan yang cukup penting. Sikap bijak {wisdom} orang tua yakni harus bersedia membimbing dan
memberi tahu soal rambu-rambu dalam menonton teve. Kontrol orang tua dalam pemiiihan tayangan teve akan menjadi'iangkah preventif agar anak-anak tidak keliru daiam memiiih acara. Orang tua harus tegas daiam mengatur waktu untuk kehidupan keseharian anaknya. Keteladanan orang tua sangat dibutuhkan daiam ha| ini. Jangan sampai orang tua menyuruh anaknya beiajar, tetapi mereka. sendiri justru
menonton teievisi.
• Sebenarnya ada sebuah teori, yakni media literacy (meiek media), yang menjelaskan cara-cara agar anak-anak dan remaja mampu mengkritisi media dengan dibantu oleh orang tua. Beberapa hal yang bisa diterapkan di antaranya dengan membatasi jam menonton teievisi, memonitor media apa saja yang dikonsumsi, muiai dari majaiah, video, dan intemet. Orang tua mesti memberikan penjeiasan apa yang mereka butuhkan, menanyakan perasaan mereka seteiah menyaksikan atau membaca, membantu mereka agar mampu membedakan antara yang fiktif dan yang riii. Sehingga, para remaja menjadi tahu bahwa semua itu ada konsekuensinya. Bukan hanya peran orang tua saja yang dibutuhkan. Seharusnya Undang-undang Penyiaran yang dibuat oleh Pemerintah juga harus dipatuhi oieh
seluruh stasiun teievisi. Jika stasiun teievisi tidak mengindahkan Undang-undang tersebut, Pemerintah harus berani bertindak tegas karena ini menyangkut masaiah masa depan generasi bangsa.
Suyitno, Pengurus PUSPEK (Pusat Studi Penaiaran dan Kepenuiisan) Yogyakarta, mantan Ketua UKM
Penelitian UNY 2006, mahasiswa Teknik Otomotif UNY2004. HP: 081328044172.
PINI
Tingkatkan Semangat Nasionalisme
Oleh: V.F. Jegaut
Jiwa nasionalisme dari generasi muda bangsa in! mulai mengalami kemunduran serta memprihatinkan sekali. Semangat nasionalisme tidak lagi kelihatan gaungnya di tengah bangsa ini, bangsa yang sedang mengalami berbagai konfllk yang melanda di sebagian dari Nusantara ini. Generasi muda bangsa ini sebagai tulang punggung masa depan bangsa tidak mampu lagi meningkatkan rasa nasionalisme atau kebangsaannya sebagai sumber pemersatu dalam mempertahankan jati diri bangsanya. Semangat nasionalisme dari waktu ke waktu selalu mengalami kemerosotan yang sangat menyedihkan, terutama bagi kita yang 'masih' mendambakan persatuan dan kesatuan dari NKRI yang tercinta. Generasi muda kita tidak mampu lagi mempertahankan semangat nasionalisme yang telah diwariskan oleh para pendahulu bangsa ini. Sangatlah penting bagi generasi muda bangsa ini untuk terus meningkatkan semangat nasionalisme/kebangsaannya sebagai modal utama untuk membina kekuatan dalam sebuah negara seperti Indonesia ini. Apabila jiwa nasionalisme kaum muda saat ini tidak lagi menunjukkan kekompakan, maka yang akan terjadl, past!, kita akan mudah goyah dan gampang dikuasai kembali oleh bangsa asing. Kondisi yang memprihatinkan Ini membuat arah kebijakan dari pemimpin bangsa ini tidak akan berhasil dengan balk karena tidak didukung oleh kehidupan sosial budayamasyarakatyang harmonis dan kondusif. Kita harus belajar banyak dari para pendiri bangsa ini yang telah mampu menunjukkan kepada kita bahwa dengan nasionalisme yang kuat bangsa ini bisa mencapai kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945 lalu. Perjuangan dari para pahlawan bangsa ini pada zaman pemerintahan kolonial Belanda baru mengalami kejayaannya setelah mereka membangkitkan nasionalisme/kebangsaan ke seluruh wilayah Nusantara. Kalau bangsa ini mau mengalami kejayaan di masa yang akan datang, hal itu bergantung pada komitmen nasionalisme para pemuda, masih kuat, atau justru semakin lemah. Kita harus belajar dari sejarah yang terjadi di negara Iain, bahwa negara/bangsa mengalami 'perpecahan dan cerai-berai karena semangat nasionalisme/kebangsaan mereka tidak dipertahankan lagi dengan baik. Hendaknya generasi muda sebagai penerus citacita bangsa jangan berpikirsempitdan meremehkan makna. pentingnya sikap nasionalisme. Sebab, hal itu bisa fatal jadinya bagi kelanggengan bangsa Indonesia dalam menghadapl era globalisasi ke depan. Generasi muda mesti lebih mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi atau kelompoknya. Rasa memiliki dari bangsa ini harus benar>benar ada pada setiap warga negara
![](https://assets.isu.pub/document-structure/210412054512-0a147c6a0d3def6b35dc6a79efd00f1c/v1/0fba2a10320fa225e65fdf911780d65e.jpg?width=720&quality=85%2C50)
Indonesia. Bangsa ini bisa jadi 'besar* berkat adanya semangat nasionalisme yang kuat dari seluruh pahlawan negeri ini. Kalau kita masih mencintal bangsa ini, tidak ada pilihan Iain kecuali kita terus membina rasa nasionalisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, tanpa membedakan latar belakang suku, agama, ras, golongan, dan seterusnya. Apabila hal tersebut mampu kita praktekkan dalam kehidupan sehari-harl, maka h'al iitu sangatlah memberikan dukungan positif demi terciptanya rasa persatuan dan kesatuan kita. Semangat nasionalisme/kebangsaan tentu tidak hanya kita hidupkan untuk melawan pihak asing yang mau menguasai kembali beberapa wilayah tertentu dari negara ini. Rasa nasiolisme kita kembangkan terus-menerus dalam kehidupan warga negara sebagai bukti kecintaan kita kepada ibu pertiwi. Memang, penting juga semangat nasionalisme muncul ke permukaan publlk, sehingga bila ada gangguan atau serangan dari bangsa lain terhadap wilayah kedaulatan Rl yang sah ini, semua siap melakukan aksibela negara. Sikap tegas seperti itu sangat penting untuk kita tunjukkan kepada dunia intemasional karena bangsa ini memiliki integritas yang sejati dan mempunyai harga diri yang tinggi di dunia intemasional. Generasi muda saat ini perlu menyadarl bahwa jiwa nasiolisme/kebangsaan sangat penting untuk ditingkatkan demi memperkokoh kekuatan bangsa Ini, sehingga tidak mudah digoyang oleh kepentingan-kepentingan dunia yang akan merugikan
keberadaan Indonesia. Di tangan generasi mudalah bangsa ini ditentukan. Negara ini akan kuat dan berjaya bergantung pada komitmen nasionalisme dari generasi penerus. Kalau generasi penerusnya tidak lagi memperkuat rasa nasionalisme sendiri, jangan harap bangsa ini akan mengalami kejayaan dan disegani oleh masyarakat dunia. Jati diri bangsa Indonesia tetap kuat apabila semangat
nasionalisme masih terus tumbuh dan berkobar-kobar dari •Sabang sampai Merauke. Bung Karno, Presiden Rl pertama, pernah menegaskan 'jangan sekali-kali kau tanya apa yang negara berikan kepadamu, sebaliknya bertanyalah apa yang kaubuat untuk bangsa dan negaramu'. Karena pentingnya sebuah sikap nasionalisme sejati, marllah kita bersamasama mendorong generasi muda bangsa ini agar mereka selalu meningkatkan rasa nasionalisme/kebangsaan sebagai perwujudan dari kepedulian terhadap nasib bangsa ini di kemudian hari. Semoga meningkatnya semangat nasionalisme dari generasi muda bangsa ini dapat memperkokoh rasa persatuan dan kesatuan yang telah berhasil kita pertahankan selama ini.
V.F. Jegaut, Staf Humas pada Lembaga Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Yogyakarta dan pengamat masalah pemerintahan dan demokrasidi Indonesia.