IKLAN LAYANAN INI DIPERSEMBAHKAN OLEH PEWARA DINAMIKA • ILUSTRASI: 100TH KARTINII (REPRO: KALAM)
PE WA R A D I N A M I K A / A P RI L 2 0 1 9
T R A N S F O R M AT I F D A N PA R T I S I PAT I F
Pena Redaksi
APRIL 2018
Pewara Dinamika edisi April tahun lalu menyorot Keterbukaan Informasi Publik (KIP). KIP berangkat dari dorongan besar akan demokratisasi informasi. Semua orang tentunya punya hak yang sama untuk mengakses sekaligus menikmati informasi. Narasi besar mengenai KIP, dengan demikian, didasarkan atas semangat itu.
posisinya sebagai universitas negeri sekaligus sebagai LPTK, wajib menyoroti dan mengekori dengan seksama kebijakan apapun yang nantinya ditelurkan oleh pemerintah. Karena, dari tangan-tangan LPTK-lah pasak pendidikan akan berdiri. UNY wajib memperkenalkan sistem kepada mahasiswa sekaligus guruguru, serta menginjeksikan sistem baru tadi ke dalam kurikulumnya sendiri pada saat bersamaan.
SALAM HANGAT dari kami segenap jajaran redaksi Pewara Dinamika untuk semua pembaca yang budiman. Sangat bahagia rasanya bisa menyapa kembali dengan informasi dan berita hangat. Pada edisi April ini, kami menghadirkan tema yang sangat spesial karena menandai pesta demokrasi Indonesia serta wacana kebijakan yang mengiringi seputar pendidikan. UNY, sebagai universitas negeri, akan menjadi salah satu dari sekian ratus ribu yang turut terkena imbas dari pergantian kebijakan pendidikan.
edisi bulan April ini berangkat. Sebagai pelengkap, kami juga melakukan wawancara khusus bersama Bupati Sleman dan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta terkait wacana penempatan sikap mahasiswa dalam pesta demokrasi paling akbar saat ini. Dan tentunya rubrik-rubrik lain tidak kalah menarik untuk dibaca, misalnya saja sosok mahasiswa dan mahasiswi UNY yang kini didapuk sebagai wajah depan pariwisata Kota Yogya, serta resensi film Identitas yang rilis nyaris sedekade lalu.
Dobel tugas dan tanggung jawab ini tentunya menuntut UNY untuk menjelajah cakrawala pendidikan dengan lebih luas, sembari tetap menjaga mimbar akademiknya tetap netral. Segala prestasi yang pernah dituai, harus dipertahankan dalam irama kurikulum baru, atau malah digenjot dengan lebih militan lewat segala lini, sembari terus menjadi support bagi pemerintah dalam menjalankan tugasnya untuk mencerdaskan anak bangsa.
Pergantian kebijakan pendidikan telah terjadi banyak kali di Indonesia. Berganti pemimpin, biasanya kebijakan lama pun akan turut dilucuti dan diganti dengan yang baru. Siklus yang tak lagi anyar ini pun membawa dua jenis reaksi—sebagai tantangan para penggerak institusi pendidikan; atau ganjalan bagi yang sudah mulai terbiasa dengan sistem lama, tetapi terpaksa tak bisa menetap sebab keburu digulung. UNY dengan
Sebagai akhir dari prakata kami, tidak lelah kami mengajak kepada seluruh pembaca yang budiman untuk memberikan saran dan kritik agar Pewara Dinamika menjadi media kampus yang semakin dicintai dan dirindukan oleh pembacanya yang setia. Tentunya kritik dan saran ini akan sangat bermanfaat bagi kami sebagai bahan evaluasi dan memperbaiki kualitas liputan Pewara Dinamika.
Dari warta hangat inilah, rubrik laporan utama Pewara Dinamika
Tabik. ď Ž
SUSUNAN REDAKSI PENERBIT Universitas Negeri Yogyakarta IJIN TERBIT SK Rektor No. 321 Tahun 1999 ISSN 1693-1467 PENASEHAT Sutrisna Wibawa (Rektor UNY) PENGARAH Margana (Wakil Rektor I)
Edi Purwanta (Wakil Rektor II) Sumaryanto (Wakil Rektor III) Senam (Wakil Rektor IV) Setyo Budi Takarina (Kepala Biro UPK) Sukirdjo (Kepala Biro AKI)
PEMIMPIN REDAKSI Sismono La Ode
PIMPINAN UMUM Anwar Efendi
REDAKTUR PELAKSANA Budi Mulyono
PEMIMPIN PERUSAHAAN Riska
REDAKTUR ARTISTIK Kalam Jauhari
unyofficial
REDAKTUR SENIOR Basikin, Else Liliani, Lina Nur Hidayati, Sigit Sanyata SEKRETARIS REDAKSI Nunggal Seralati
@pewara_uny l @unyofficial
3
REDAKTUR Rony K. Pratama Ilham Dary Athallah Ratna Ekawati Dedi Herdito Khairani Faizah Febi Puspitasari FOTOGRAFI Prasetyo Noviriyanto, Taufik Fahrudin, Heri Purwanto REPORTER Anton Suyadi (FIP) Witono Nugroho (FMIPA) Nur Laily Tri Wulansari (FIS) @unyofficial
Satya Perdana (FIK) Haryo Aji Pambudi (FT) Pramushinta Putri D (PPS) Muhammad Fadli (FE) Dwi Budiyanto (FBS) Binar Winantaka (LPPMP) Agus Irfanto (LPPM) Tusti Handayani (Kampus Wates) ALAMAT REDAKSI Jl. Colombo No. 1 Kampus Karangmalang Universitas Negeri Yogyakarta 55281 Telp/Fax 0274 542185 E-mail: pewaradinamika@uny.ac.id Laman: www.uny.ac.id.
unyofficial
Daftarisi
WAWANCARA KHUSUS
Dengan banyaknya mahasiswa luar daerah di Yogyakarta, saya berharap KPU bisa memfasilitasi seperti Pemilu sebelumnya » 24-25
ARIF / HUMAS
Lepas helatan Pemilu, UNY ingin mengajak bangsa kembali bersatu. Bergandeng tangan mencerdaskan bangsa.
Hajatan Pemilihan Umum 2019 telah dilalui bangsa ini dengan gegap-gempita. Sebagai institusi publik, UNY sebagai institusi terus memastikan netralitas dan mimbar akademik terjaga di kampus ini. Lewat mengajak para mahasiswa aktif menggunakan hak pilihnya, dan mendorong persatuan di antara para elit politik. Persatuan menjadi penting dalam kacamata UNY, karena bangsa ini perlu segera berfokus mengurai masalah pendidikan yang telah lama menanti penyelesaian. Dalam isu guru honorer misal, ada 728 ribu pahlawan tanpa 4 P E WA R A D I N A M I K A A P R I L 2 0 1 9
tanda jasa yang perlu kita tinggikan derajatnya sesegera mungkin. Dalam isu zonasi, ada pro dan kontra yang sangat kuat antar masingmasing kubu dan perlu dijembatani pemerintah. Bagaimana negeri ini dapat menyeimbangkan asa pemerataan kualitas pendidikan sembari tetap menjaga semangat kompetisi dalam diri generasi mudanya, dapat menentukan nasib orang banyak. Tidak hanya satu dua orang, tapi seluruh generasi. Isu-isu lain dalam dunia pendidikan juga telah mengantri ditindaklanjuti.
3
PENA REDAKSI
31-41
REKTOR MENYAPA Saatnya Bersatu Memajukan Pend.
5
BERITA Mendapat Penghargaan dari Michigan ∫ Upaya meliterasi teknologi media baru
6
38-41
SURAT PEMBACA
7
SOSOK Dimas-Diajeng: Mengenalkan Wisata Jogja
TIPS-TIPS
47
BINA ROHANI Syukur Nikmat
48-49 CERPEN Gaun
8-30
LAPORAN UTAMA Menjaga Netralitas dan Mimbar Akademik di UNY ∫ Wacana Pinjaman Pendidikan, UNY Fokus Afirmasi dan Beasiswa
46
RESENSI Identitas
50
46-49 OPINI Pendidikan dan Kapital
PUISI Melingkari Jarak ∫ Lazuardi ∫ POJOK GELITIK
Rektor Menyapa Prof. Dr. SUTRISNA WIBAWA, M.Pd. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta ¬ Guru Besar Bidang Pendidikan Bahasa Jawa dan Filsafat Jawa Fakultas Bahasa dan Seni UNY
Saatnya Bersatu Memajukan Pendidikan
K
eputusan saya membawakan lagu 'Sedulur' besutan Kill The DJ pada saat konser Dies Natalis UNY yang lalu, sebagai lagu yang pertama dinyanyikan di ajang tersebut, bukan tanpa alasan. Lebih penting lagi, saya ingin semua warga UNY menyuarakan kencang-kencang kepada rekan sejawat sebangsa: saatnya bersatu, selah perhelatan nasional pemilu! Alasannya, pesan dalam lagu itu sangat jelas: Crah agawe bubrah rukun agawe santosa. (Bercerai kita runtuh, bersatu - rukun kita teguh). Sedulur pada padha akur, welas asih padha ditandur. (Saudara sebangsa dan setanah air marilah akur, menanam cinta kasih pada sesama). Kami tempatkan lagu itu, untuk menggelorakan persatuan kembali. Karena, ada hal-hal lebih besar yang sejatinya sedang urgen dihadapi bangsa
ini. Dunia pendidikan adalah salah satu nya. Untuk menyikapi isu ini, dibutuhkan energi dan fokus semua pihak, pemerintah dan masyarakat, secara penuh untuk pembangunan bangsa. Bagaimana generasi hari ini disiapkan, tak bisa dilepaskan dari arahan dan kebijak an para pemimpin bangsa. Ada pendidikan karakter yang harus dikuatkan lewat pe nyiapan guru, fasilitas, hingga kemampu an negara menyediakan kerangka legal yang memberdayakan dunia pendidikan. Ada juga kemampuan intelegensia para peserta didik kita yang belum optimal, dengan hasil survei PISA yang menempatkan kita di peringkat relatif rendah. Dari 70 negara, untuk sains kita di peringkat 62. Untuk matematika kita diperingkat 64 dari 70 negara, reading kita diperingkat 63 dari 70 negara. Itu masih memprihatinkan, bahkan kita di bawah Vietnam.
UNY pun siap turut serta dalam melak sanakan kerja-kerja mencerdaskan kehidupan bangsa. Lewat terus memacu diri sebagai LPTK, melaksanakan Pendidikan Profesi Guru (PPG), menyambut Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP Kuliah), dan menghadirkan Penelitian, Pengajaran, dan Pengabdian pada Masyarakat sebagai tugas tridharma Pendidikan Tinggi. Oleh karenanya, suara untuk menyudahi kontestasi kepentingan politik, juga saya lantunkan bersama rekan sejawat sesama pimpinan kampus. Sekarang, bola ada di tangan kita semua, rekan sejawat sebangsa. Semoga negara dan seluruh masyara kat dapat mengalihkan energinya. Dari pemilu, menjadi fokus memperhatian dan menghadirkan kontribusi pada dunia pendidikan. Sama-sama turut mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai amanah konstitusi. Saatnya kita majukan pendidikan! P E WA R A D I N A M I K A A P R I L 2 0 1 9 5
S U R AT P E M B A C A
ARIF / HUMAS
PKKMB UNY Sepertinya baru kemarin saya ikut PKKMB tahun 2016, tetapi ternyata sekarang sudah mulai lagi di 2019. Sebagai helatan tahunan menyambut mahasiswa baru, PKKMB memberi kesempatan bagi mereka untuk mengenal kampus. Selain itu, acara besar tersebut mengajak para mahasiswa saling mengenal satu sama lain. Ini tugas besar yang mustahil dilakukan dan dipersiapkan segelintir orang atau dalam sehari semalam saja. Oleh WILCO ALEXANDER SANTOSO Mahasiswa FBS angkatan 2016
Saya melihat dari bulan April ternyata para panitia PKKMB, baik tingkat Prodi, fakultas, dan universitas saling bahumembahu menyiapkan konsep apa yang akan ditawarkan. Kerja kolektif semacam ini mengundang apresiasi bagi saya pribadi yang secara individu tidak terlibat aktif atau masuk jajaran kepanitiaan. Agaknya hal pertama yang saya sampaikan kepada para panitia adalah jabat tangan dan angkat topi. Berkat kerja keras dan cerdas mereka, PKKMB dipersiapkan matang. Saya 6 P E WA R A D I N A M I K A A P R I L 2 0 1 9
optimis dengan kerja kreatif mereka yang tidak kenal letih menyiapkan acara dengan sering menggelar rapat dari sore sampai malam. Bukankah kesempatan itu mereka lakukan secara sadar dan tentu saja tak mungkin terjadi jika tanpa kerelaan antarindividu. Mereka yang masih meluangkan waktu untuk kepanitiaan, selain juga berjibaku pada bangku kuliah, seakan-akan menegaskan kalau mereka bekerja ekstra. Waktu luang mereka yang seharusnya bisa untuk keluarga di rumah malah mereka sede kahkan bagi kepentingan PKKMB. Ini wujud kontribusi besar bagi civitas akademika kampus.
Upaya apresiasi terhadap panitia bukan berarti absen kritik. Saya hendak menyampaikan dua poin terkait itu. Pertama, penyambutan mahasiswa baru yang sengaja para panitia menanti di belakang Gedung Rektorat, saya kira, kurang efektif. Kenapa harus panitia berpanas-panasan untuk menyambut para Maba; di tengah kita sekarang sudah
masuk era digital. Bukankah penyambutan atau pemberian informasi untuk masing-masing fakultas bisa dilakukan secara daring? Saya melihat panitia masih mewariskan penyambutan tradisional semacam itu yang sudah ada sejak sekian tahun lalu—menurut beberapa informasi dari senior angkatan 2011. Poin kedua, semoga saja panitia bekerja secara profesional tidak membawa kepentingan politik praktis tertentu seperti KAMMI, KMNU, IMM, HMI, PMMI, atau GMNI. Organisasi ekstra kampus itu harus dinetralkan dari intervensinya dengan para mahaiswa baru. Ini acara internat kampus, bukan ajang pencarian kader. Kalau PKKMB selesai, saya kira baru kita serahkan pada individu masing-masing: apakah tertarik masuk organisasi ekstra kampus itu atau tidak. Namun, selama PKKMB saya kira harus netral dari intervensi mereka. Salam.
Redaksi menerima tulisan untuk rubrik Bina Rohani (panjang tulisan 500 kata), Cerpen (1000 kata), Opini (900 kata), Puisi/Geguritan/Tembang (minimal dua judul), dan Resensi Media (500 kata). Tulisan harus dilengkapi dengan identitas yang jelas, nomor yang bisa dihubungi, pasfoto (khusus Opini), serta keterangan dan sampul media (khusus Resensi Media). Tulisan dikirim melalui pewaradinamika@uny.ac.id atau langsung ke kantor Humas UNY. Bagi yang dimuat, honor dapat diambil di kantor Humas Universitas Negeri Yogyakarta.
T I P S -T I P S
ď Š
BIOHOMECARES.COM
Oleh KHAIRANI FAIZAH Staf Humas UNY
D
alam kehidupan kita sehari- hari tentu saja kita melakukan berbagai aktivitas baik di dalam maupun di luar rumah. Aktivitas kita itu tentu saja membuat kita terkadang meninggalkan sampah seperti bungkus makanan atau minuman, atau bungkus keperluan rumah tangga, seperti botol sabun, botol sampo, botol bekas cairan pencuci piring, atau apapun. Contoh termudah yang bisa kita temui adalah ketika kita berbelanja di minimarket atau supermarket, pasti kita diberi kantong plastik untuk wadah belanja kita. Bungkus serta wadah yang kita pakai sehari-hari itu, lalu kita buang setelah habis pakai , ini tentu saja membuat sampah plastik dirumah kita jadi semakin banyak, dan seperti yang sudah kita ketahui untuk menjaga lingkungan agar tetap bersih serta hijau, akhirakhir ini pemerintah gencar melaksanakann program untuk mengurangi pemakain plastik dalam bentuk apapun. Berikut adalah beberapa cara agar kita dapat sedikit demi sedikit
Mengurangi Sampah Plastik dalam Rumah
mengurangi jumlah pemakain plastik dalam kehidupan kita
1
Membawa Tas Sendiri Ketika Kita Berbelanja Ketika kita berbelanja di supermarket, ketika kita dikasir sudah pasti kita diberi tas plastik sebagai wadah belanja kita. Jika kita sudah membawa tas dari rumah otomatis kita tidak memerlukan tas plastik tersebut dan kita sudah mengurangi penggunaan tas plastik.
2
Buanglah Sampah Pada Tempat yang Sudah Disediakan Saat ini biasanya ditempattempat umum sudah disediakan tempat sampah yang sudah dipisah- pisah antara sampah basah, sampah kering, serta sampah plastik. Tentu saja ini dimaksudkan
agar tidak tercampur- campur serta lebih mudah dalam mengolahnya nanti. Ada baiknya jika kita menggunakan tas plastik, maupun botol plastik kita buang di tempat yang sudah seharusnya.
3
Mengurangi Pemakaian Botol Plastik Jika Kita beraktivitas tentu saja terkadang kita merasa haus dan butuh minum. Seringkali kita mampir di toko- toko yang tersedia untuk membeli minuman yang sudah dalam wadah botol plastik. Jika kita sudah membawa minuman dari rumah dalam wadah termos, maka kita bisa mengurangi kemungkinan untuk membeli minuman dalam kemasan botol plastik.
4
Budayakan Membeli Isi Ulang Jika Sudah Mempunyai Kemasanya Jika Kita hendak
membeli sabun mandi, sabun cuci piring, ataupun sabun cuci baju, kita sering kali melihat sudah tersedia dalam bentuk refill atau isi ulang , dan jika kita memang sudah memiliki wadanya dirumah, ada baiknya kita cukup membeli kemasan isi ulang saja, sehingga mengurangi pemakain botol plastik.
5
Menghindari Membeli Makanan yang Dibungkus Kertas Atau Plastik Ketika membeli makanan di warung- warung nasi, seringkali kita diberi wadah kertas untuk pembungkusnya serta bungkus plastik untuk wadah lauknya. Selain tidak sehat karena nasi yang kita beli akan tercampur beberapa zat kimia yang terkandung di dalam kertas tersebut, dengan adanya wadah kertas ataupun plastik itu sama saja kita menambah jumlah sampah plastik disekitar kita. Alangkah lebih baik, jika kita sudah membawa wadah makan sendiri dari rumah kita sehingga tidak perlu lagi meminta wadah kertas ataupun plastik. P E WA R A D I N A M I K A A P R I L 2 0 1 9 7
Laporan Utama
FUTUREFIVE.CO.NZ
8 P E WA R A D I N A M I K A A P R I L 2 0 1 9
Laporan Utama
ANAK TANGGA PENDIDIKAN HARI DEPAN
B
Belum masuk medio tahun 2019, Pemerintah Indonesia di bawah komando Jokowi-Kalla tebar rancangan kebijakan pendidikan. Nawacita agaknya serius menangani persoalan sistemik itu. Setelah Kartu Indonesia Pintar (KIP) mampu menjawab rantai putus pendidikan menengah ke bawah, Jokowi-Kalla merambah ranah perguruan tinggi. Kelak di pemerintahan Jokowi Jilid II hendak mengeluarkan KIP-Kuliah. Kelompok menengah ke bawah yang kurang mampu secara finansial tak perlu bimbang. Kehadiran negara makin nyata. KIP-Kuliah sekilas mirip Beasiswa Bidikmisi bagi calon mahasiswa kurang mampu. Keduanya memiliki kesamaan dalam memberi bantuan finansial. Perbedaannya terletak pada mekanisme pendaftaran. Bagi calon mahasiswa baru yang sebelumnya telah menyabet KIP, mereka dapat langsung melanjutkan ke anak tangga perguruan tinggi. Yang jelas KIP-Kuliah dan Bidikmisi berorientasi sama, yakni mengantarkan generasi bangsa ke jenjang paling puncak dari pendidikan formal. Wacana beasiswa tentu saja menarik atensi. Di sisi lain Pewara Dinamika kali ini juga menghamparkan sekilas dinamika pendidikan pascakuliah. Belum lama ini pula ratusan ribu lulusan berbondong-bondong mendaftar CPNS. Sekalipun kuota yang disediakan tak setarikan napas dengan banyaknya pendaftar, CPNS masih digandrungi jamak lulusan. Khusus CPNS Guru, bagi mereka yang kurang beruntung, mereka dapat masuk ke skema Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). PPPK menjawab persoalan guru honorer yang nasibnya terhuyung-huyung karena keterbatasan pemasukan ekonomi. Terdapat dua peluang PPPK, yaitu bagi mereka yang telah mengabdi cukup lama bagi instansi pendidikan dan mereka yang baru saja lulus LPTK. Peluang emas ini menjadi kebijakan primer pemerintah untuk menyejahterakan jutaan guru. Terlebih guru honorer yang acap kali dipandang priyayi di pedesaan tapi gaji tak mencukupi untuk kehidupan sehari-hari. Bicara soal guru secara khusus dan pendidikan secara umum maka niscaya memperbincangkan pula posisi UNY. Sebagai kampus pencetak para guru, UNY memiliki segenap komponen hingga strategi-siasat bagaimana arah pendidikan di Indonesia hendak dianyam. UNY tentu saja telah meluluskan ratusan ribu guru yang sekarang sudah mengabdi di pelosok negeri. Kontribusi UNY di bidang keguruan inilah yang menjadi penanda utama posisi strategisnya di Indonesia. RONY K. PRATAMA P E WA R A D I N A M I K A A P R I L 2 0 1 9 9
Laporan Utama
Menjaga Netralitas dan Mimbar Akademik di UNY Pesta demokrasi begitu riuh melibatkan banyak aktor mengutarakan aspirasi dan keberpihakannya. UNY sebagai institusi negara dengan ekosistem akademik, konsisten menempatkan diri netral dan konstruktif bagi pembangunan bangsa.
orang bebas berpendapat, sebagai bagian dari kebebasan mimbar akademik, namun diharapkan tetap santun dan menjaga perdamaian.
Oleh ILHAM DARY ATHALLAH Editor BUDI MULYONO
S
enin (14/02), Hall Rektorat UNY nampak ramai. Ratusan mahasiswa, dosen, dan staf UNY duduk di sana. Dengan terpampang poster besar berlogo pemilihan umum dan logo-logo partai.
"Serta, pendapat dan aspirasi adalah domain pribadi. Institusi, terlebih lagi pegawai dan dosen sebagai ASN, perlu menjaga netralitas," tegas Sutrisna.
Apabila tak cermat, orang bisa saja menyalahartikan kegiatan mereka sebagai kegiatan Pemilu. Padahal, Hall Rektorat UNY saat itu sedang kedatangan Ketua Divisi Perencanaan Data dan Informasi KPU Sleman, Indah Sri Wulandari. Ia bersama tim dari KPU, menggelar kegiatan bertajuk KPU Goes To Campus. Di dalamnya, ada beragam agenda. Logo-logo partai misalnya, digunakan untuk sosialisasi calon peserta pemilu sekaligus cara mencoblos. Selain itu, tersedia juga posko untuk membantu mahasiswa melakukan proses pindah tempat pilih, agar sebagai perantau mereka dapat menggunakan hak pilihnya di daerah Provinsi DIY. "Jadi ini bukan acara politik ya. UNY sepanjang Pemilu, menjaga netralitas dan posisi kampus sebagai mimbar akademik. Jangan lupa gunakan hak pilih anda!," ungkap Prof. Sutrisna Wibawa selaku Rektor UNY dalam audiensi kegiatan KPU Goes To Campus di UNY, Kamis (07/02) di Ruang Rapat Pimpinan UNY. Menjaga Kampus UNY disebut Sutrisna, terus 10 P E WA R A D I N A M I K A A P R I L 2 0 1 9
HUMAS
menjaga agar institusi tersebut dapat menghadirkan iklim politik yang baik dalam perannya sebagai lembaga pendidikan. Caranya, semua
REKTOR BERSAMA MAHASISWA DALAM ORASI JOGJA CERDAS MEMILIH.
Serta, pendapat dan aspirasi adalah domain pribadi. Institusi, terlebih lagi pegawai dan dosen sebagai ASN, perlu menjaga
Oleh karena itu dalam Orasi Jogja Cerdas Memilih, yang digelar di Performance Stage FBS UNY pada Kamis (28.03), Sutrisna menegaskan kehendak institusi yang dipimpinnya tersebut. Pada kegiatan tersebut, hadir Komisioner KPU DIY Ahmad Sidqi, Ketua Bawaslu DIY Bagus Sarwono, Korem 072/Pamungkas yang diwakili Kolonel Kavaleri Puji Setiono, serta Kapolda DIY yang diwakili Kadiv Humas Polda DIY AKBP Yulianto. Masing-masing pembicara memaparkan komitmen dan kesiapan menyambut Pemilu 2019. Berikut, sitiran orasi Sutrisna dalam agenda tersebut: Tidak ada yang lebih membahagiakan, ketika melihat warga negara dengan penuh semangat, keikhlasan, dan kesungguhan, memilih calon pemimpin bangsa. Benarlah kata Goenawan Mohamad, pemilihan umum atau pemilu adalah perayaan tekad sekaligus kerendahan hati? Pemilu adalah perayaan tekad seluruh warga negara untuk berikhtiar memilih pemimpin yang bisa mengantarkan Indonesia ke kehidupan yang lebih
Laporan Utama
ARIF / HUMAS
PRASETYO / HUMAS
baik. Pemilu adalah kerendahan hati, menanggalkan egosentrisme, sentimen suku, agama, kelompok ataupun golongan, demi Indonesia yang gemilang. Bangsa ini sedang dihadapkan dengan hiperrealitas. Fakta berkelindan dengan rekayasa, tanda menyaru dengan realitas, dusta bersenyawa dengan kebenaran. Hiperrealitas pada akhirnya menjebak orang pada simulacra, dan bukan pada sesuatu yang nyata. Karenanya, saya mengajak warga negara Indinesia MARI berikhtiar menahan tombol ‘send’ untuk beritaberita yang belum tentu dapat dipastikan kebenarannya. Saya mengajak Saudara-saudara, untuk ikhtiar tidak turut serta memproduksi dan mendistribusi simulacrasimulacra. Pesta demokrasi meniscayakan sebuah perbedaan. Namun, bukankah perbedaan itu sudah menjadi nafas kehidupan bangsa
KPUD KABUPATEN SLEMAN MEMBUKA POSKO PENDAFTARAN FORMULIR A-5 DI HALL REKTORAT UNY.
ini sejak lama? Kita sudah terbiasa hidup bersama dengan saudara kita yang berbeda suku, bangsa, agama. Akankah hanya karena berbeda pilihan, kita bermusuhan? Jangan sampai, pertemanan, persaudaraan, kekeluargaan, kehidupan kebangsaan yang telah terbangun dengan apik, tercabik-cabik karena perbedaan pilihan di pesta yang semestinya kita rayakan dengan suka cita. Lima menit di bilik suara, menentukan masa depan Indonesia
Bangsa ini dihadapkan dengan hiperrealitas. Fakta berkelindan dengan rekayasa, tanda menyaru dengan realitas, dusta bersenyawa dengan kebenaran.
lima tahun ke depan. Saya mengajak hadirin semua, untuk berbondongbondong ke Tempat Pemungutan Suara 17 April nantinya. Apapun pilihan anda! Jangan golput! Golput hanya layak dilakukan oleh orang yang tidak memiliki optimisme dalam menatap masa depan. Pastikan pilihan anda, pilih sesuatu aturan yang berlaku, monitor jalannya pemilihan, laporkan bila terdapat kecurangan. Mari, bersama-sama bertekad dan berikhtiar, untuk menjadikan Indonesia yang kita cintai, sebagai negara yang tumbuh dengan baik, makmur, gemah ripah loh jinawi. Merangkai Agenda Konstruktif Selain lewat orasi, agenda yang digelar di UNY terkait dengan Pemilu juga disesuaikan untuk mempraktikkan aspek netralitas namun mendukung penggunaan hak individu. Salah satunya adalah tes kesehatan gratis untuk pensiunan UNY. P E WA R A D I N A M I K A A P R I L 2 0 1 9 11
Laporan Utama
HUMAS UNY
KEMENRISTEKDIKTI
Datang ke TPS dan ikut serta dalam rangkaian panjang pesta demokrasi, membutuhkan kondisi kesehatan prima. Hal inilah yang disebut Ketua Ikatan Keluarga Pensiunan (Ikapen) UNY Ekram Prawiroputro, sebagai alasan pihaknya menggelar penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan gratis pada Selasa (16/04/2019). Satu hari sebelum agenda pemilihan umum. Acara tersebut digelar di Auditorium UNY dan diikuti oleh 90 pensiunan UNY. Setiap tahun sebut Ekram, acara ini digelar rutin oleh UPT Layanan Kesehatan UNY. Dan tahun ini dirasakan makin penting karena bertepatan dengan agenda Pemilu 2019 dan rangkaian Dies Natalis UNY. ke-55. "Ini agenda rutin UNY, dan momentumnya adalah Pemilu dan Dies Natalis. Kami terimakasih atas perhatian Rektor dan UPT Layanan Kesehatan, dan dengan pengecekan ini kita bisa pastikan kesehatan prima untuk ikut datang ke TPS," ungkap Ekram. Dalam rangkaian pemeriksaan kesehatan tersebut, fasilitas cek 12 P E WA R A D I N A M I K A A P R I L 2 0 1 9
kesehatan yang diperoleh para pensiunan UNY diantaranya pemeriksaan gula darah, kolesterol dan asam urat serta cek tekanan darah.
AUDIENSI DENGAN KOMISI PEMILIHAN UMUM (KPU) KABUPATEN SLEMAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA .
Sedangkan penyuluhan kesehatan dibentuk dalam konsep sarasehan dengan tema ‘Strategi Pengelolaan Penyakit Degeneratif ’. Atas materi tersebut, Kepala Biro UPK UNY Dr. Sukirdjo mengharapkan agenda ini juga dapat menjadi forum silaturahim dan muhasabah kesehatan para pensiunan. Menurutnya kesehatan penting dijaga dan kegiatan ini
Sutrisna berharap UNY dapat berkontribusi untuk mewujudkan Pemilu sebagai pesta demokrasi. Dan sebagai pesta, layaklah ia membahagiakan.
diharapkan meningkatkan kesehatan warga pensiunan. "Termasuk kesehatan lahir batin. Dengan silaturahim kita menjalin Ukhuwah Islamiyah," tutur Sukirdjo. Senada dengan hal tersebut, Sutrisna berharap UNY dapat berkontribusi untuk mewujudkan Pemilu sebagai pesta demokrasi. Dan sebagai pesta, layaklah ia membahagiakan. Sutrisna secara khusus membuat pantun atas harapan tersebut, dan membacakannya kepada Pewara DInamika. "Pemilu adalah pesta demokrasi Menjalankannya, tentu harus dengan ceria dan suka hati Jangan memaksakan pilihan, apalagi mengintimidasi Bila teman atau saudara punya pilihan sendiri Indonesia adalah negeri yang penuh rahmat dari Ilahi Segala kekayaan dan keragaman harus kita syukuri Mari kita semua berjanji Menjalankan pemilu dengan wajah yang berseri-seri," lantun Sutrisna.
Laporan Utama
Ketika Para Rektor Berkumpul Enam rektor perguruan tinggi tersohor Yogyakarta, berkumpul di Pusat Studi Pancasila dan Bela Negara UIN Sunan Kalijaga. Sabtu (01/06), mereka mendeklarasikan kebutuhan Rekonsiliasi Kehidupan Berbangsa dan Bernegara di Hari Lahir Pancasila.
Oleh ILHAM DARY ATHALLAH Editor BUDI MULYONO
T
anggapan Presiden Terpilih Joko Widodo atas usulan tersebut sederhana: "Ya (rekonsiliasi) di manapun bisa, bisa dengan naik kuda, bisa. Bisa di Jogja bisa, bisa naik MRT bisa. Kita ini ya." Sejarah mencatatkan, Stasiun MRT Lebak Bulus Jakarta Selatan menjadi momentum pertemuan para tokoh pada Sabtu (13/07). Ia menjadi penghujung dinamika kontestasi para aktor pemilu, yang telah paripurna memperjuangkan kepentingan bangsa melalui caranya masing-masing. Didamaikan dengan inisiasi para rektor. Berikut pernyataan sikap para rektor, kala menyatakan sikapnya di hadapan insan media pada Sabtu (01/06): 1. Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: Hukum terbesar Tuhan adalah konsensus. Dari semua yang termahal adalah persatuan yang dibangun oleh konsensus. Pancasila merupakan ijma kesepakatan kenegaraan bangsa Indonesia yang mengikat. Maka demi kemaslahatan, tidak boleh membenturkan ijma yg lebih lemah dengan yang kuat. Terkait dengan perselisihan pemilihan umum, kita menunggu keputusan Mahkamah Konstitusi yang diharapkan bisa bersikap adil. 2. Rektor Universitas Gadjah Mada: berkat Pancasila yang kental dengan nilai-nilai inklusifitas, keragaman menjadi berkah dan identitas nasional. Untuk terus menjaga relevansinya, Pancasila perlu direjuvinasi dan reaktualisasi terutama dalam konteks era milenial.
ANTARA FOTO
REKTOR UNY BERSAMA PARA REKTOR DARI UGM, UPN, UPN, UNU, DAN UII.
3. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta: Bangsa Indonesia dibangun dengan pengorbanan yang luar biasa. Di Yogyakarta, misalnya, keraton Yogya langsung menyatakan bergabung setelah ada proklamasi. Rekonsiliasi tokoh-tokoh nasional perlu dilakukan segera. Pancasila bisa merajut semua. Jangan hanya memandang kepentingan sendiri, tetapi hendaknya kepentingan negara. 4. Rektor Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta: Tidak ada negara yang kuat tanpa nilai pengikat, dan Pancasila adalah nilai pengikat berbangsa dan bernegara Kesatuan Republik Indonesia.
Rekonsiliasi tokoh-tokoh nasional perlu dilakukan segera. Pancasila bisa merajut semua.
Karenanya upaya penguatan, pemahaman, dan internalisasi nilai-nilai pancasila harus terus dilakukan. 5. Rektor Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta: Mari kita urai Pancasila secara serius. Kita harus melaksanakan Pancasila secara serius. Karena sampai hari ini kesungguhan berpancasila masih dipertanyakan. Pancasila bukan hanya dikatakan tapi harus dilakukan secara serius. 6. Rektor Universitas Islam Indonesia Yogyakarta: Pancasila adalah mitsaqan ghalidha, perjanjian yang sangat kuat, bagi bangsa kita. Pancasila menyatukan kita, tapi bukan menjadi satu. Perbedaan yang ada diikat, bukan dilebur. Kebocoran energi hanya akan menghabiskan energi bangsa untuk hal-hal yang tidak perlu. Rekonsiliasi penting untuk mengurangi kebocoran energi bangsa ini. Rekonsiliasi perlu dilakukan pihak elit politik maupun level Grassroots, rakyat biasa. Ini penting agar persatuan bangsa tetap terjaga. P E WA R A D I N A M I K A A P R I L 2 0 1 9 13
Laporan Utama
Ujian Nasional Penjaga Kualitas Pendidikan Penghapusan Ujian Nasional telah menjadi diskursus yang abadi sepanjang sejarah pendidikan, dengan argumentasi yang sama kuat antar para pihak. Namun, Ujian Nasional akan tetap hadir. Bertahan sebagai penjaga kualitas pendidikan bangsa.
ISTIMEWA
Oleh ILHAM DARY ATHALLAH Editor BUDI MULYONO
P
ada Rapat Kerja dengan Komisi X di Gedung DPR, Perio Desember 2016, Mendikbud Muhadjir Effendy mengeluarkan wacana kebijakan soal moratorium Ujian Nasional. Biasa disingkat sebagai UN, ujian tersebut saat ini tak berperan sebagai alat ukur pendaftaran Perguruan Tinggi Negeri. Selain itu menjelang UN, sekolah disebutnya kerap memprioritaskan mata pelajaran yang diujikan. Sehingga mata pelajaran di luar prioritas itu tidak dianggap penting. Belum lagi mempertimbangkan penggunaan soal pilihan ganda yang tidak mengajarkan siswa berpikir kritis. 14 P E WA R A D I N A M I K A A P R I L 2 0 1 9
"UN juga dianggap hanya menguji ranah kognitif dan beberapa mata pelajaran saja. Akibatnya cenderung mengesampingkan hakikat pendidikan untuk membangun karakter, perilaku, dan kompetensi," kata Muhadjir. Wacana dari Muhadjir hanyalah satu dari sekian banyak diskursus terkait penghapusan UN. Atas hasil kesepakatan Pemerintah dengan DPR, saat itu diputuskan UN bukannya dimoratorium. Melainkan didesain agar menjadi lebih kritis dan analitis. Hal tersebut dikisahkan kembali oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla, dalam Seminar Dies Natalis UNY di Ruang Sidang Utama, Sabtu (04/05). Bahwa perdebatan tentang UN seakan-akan abadi sepanjang sejarah pendidikan, dengan argumentasi
yang sama kuat antar para pihak. Oleh karena itu, usulan dari Calon Wakil Presiden 02 Sandiaga Uno, bukanlah yang pertama mengusulkan hal ini. Ia justru menambah khasanah keilmuan untuk pengambilan keputusan bangsa kedepan. "UN menjadi perdebatan publik. Wacana penghapusan UN menjadi isu seksi di dunia pendidikan. Itu sudah biasa, dan justru menambah khasanah keilmuan (usulan Sandiaga Uno menggantikan UN dengan ujian penelusuran minat dan bakat)," ungkap Jusuf Kalla. Urgensi Terselenggaranya UN Dalam kesempatan yang sama, Wakil Presiden Jusuf Kalla kembali menyinggung alasan Pemerintah tetap mempertahankan pelaksanaan Ujian Nasional (UN). Menurut JK, pelaksaaan UN diperlukan
Laporan Utama untuk mencegah terjadinya celah perbedaan tingkat pendidikan Tanah Air. Ujian Nasional kemudian menjadi alat yang efektif bagi negara untuk mengetahui seberapa jauh pencapaiannya atas goals yang telah ditetapkan para founding father: mencerdaskan kehidupan bangsa. "Lima belas tahun lalu kita kembalikan UN banyak yang protes, saya bilang tanpa UN, maka kita membuat perbedaan gap (celah) lebih banyak, dan kita membohongi diri sendiri," kata JK saat membuka seminar nasional Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) sekaligus meresmikan Gedung Program Pascasarjana UNY, Sleman, Sabtu (4/5). JK menyebut sebelum UN diberlakukan, terjadi perbedaan mutu pendidikan antara siswa di satu daerah dengan daerah lainnya.
Hal ini juga membuat tingkat kemampuan murid berbeda-beda. Apabila dibiarkan, kebijakan penghapusan UN akan berhilir pada perbedaan tingkat kemampuan dan munculnya ketidakadilan suatu bangsa. Karenanya, kata JK, pelaksanaan UN memang diperlukan untuk menjadi standar pendidikan Indonesia. "Karena waktu sebelum itu, kita membiarkan murid di daerah daerah lain walaupun tingkat pendidkan rendah tapi diberikan angka sama enam di Yogya, tetap enam di Sultra di Maluku tapi dengan tingkat kemampuan berbeda, maka kita membiarkan terjadinya gap yang besar suatu bangsa," kata JK. Pentingnya standarisasi juga dikuatkan oleh Prof. Rochmat Wahab selaku Guru Besar Fakultas Ilmu Pendidikan UNY. Etos belajar siswa secara psikologis dapat dipastikan menurun bila UN tidak digelar,
termasuk seperti saat ini dimana UN tidak dijadikan standar kelulusan. Tidak ada insentif bagi siswa untuk belajar dan menempuh ujian. "Tren sudah membuktikan, ada tren penurunan nilai. Perbandingan rata-rata nilai dari 2016 ke 2017 berdasarkan paparan Kemdikbud yang dirilis Kompas (05/05), turun berkisar antara yang terendah 4,09 poin untuk SMA Negeri hingga 6,53 poin untuk SMK swasta. Pada tahun 2018, angka tersebut turun kembali sebesar 0,67 sampai 5,74 poin," imbuh Rochmat. Pendidikan Memang Keras Menanggapi Ujian Nasional yang dapat memberikan tekanan psikologis pada siswa, JK tak menafikan. Bahkan, ia menegaskan bahwa pendidikan secara natur memanglah sulit. "Kalau mau gampang, ya jangan sekolah. pendidikan memang harus
P E WA R A D I N A M I K A A P R I L 2 0ISTIMEWA 1 9 15
Laporan Utama
ISTIMEWA
keras, kalau nggak keras tentu sulit, maka timbullah menjadi ijazah yang penting bukan otak yang penting," kata JK. Satoto Endar Nayono, Dosen UNY dan Anggota Forum Masyarakat Yogya Istimewa Peduli Pendidikan, menyatakan pihaknya mengusulkan perbaikan pada sistem zonasi dalam kerangka mendukung kompetisi. Ujian Nasional sebagai acuan merit dalam kompetisi, juga dapat ditempatkan sebagai stres yang positif dan "Stres, maupun kecemasan, tak bisa dipungkiri akan timbul dari UN sebagai respon individu terhadap situasi yang dianggapnya menakutkan. Itu harus disikapi dengan semanat bertarung, stres positif. Disalurkan energinya secara optimal dengan cara belajar lebih tekun dan penyediaan fasilitasi secara lebih komprehensif," ungkap Satoto. Terkait sistem ujian nasional yang belum mengakomodasi berpikir kritis, Prof. Suyanto selaku Guru Besar FE UNY dan Anggota Badan 16 P E WA R A D I N A M I K A A P R I L 2 0 1 9
Nasional Standarisasi Pendidikan (BNSP), badan yang salah satu tugasnya merumuskan standar kualitas pendidikan dan UN, menyatakan bahwa bukan UN nya yang harus diperdebatkan. Tetapi bagaimana UN tersebut dirumuskan dan diujikan dapat dimodifikasi untuk mengakomodir kebutuhan zaman. Misalnya soal dibuat berbasis analisis kritis dengan tingkat berpikir tinggi (High Order Thinking Skill - HOTS). Pilihan ganda juga dapat diubah menjadi pilihan berjenjang seperti
Ini merupakan salah satu penerapan budaya digital di kampus. Sehingga nantinya kalau belanja di kantin tak perlu lagi bingung cari uang receh karena pembayaran memakai e-money.
soal TPA Bappenas, atau seperti soal SBMPTN. "Misal kalau di tes TPA Bappenas, itu pilihan yang paling benar dapat poin lima. Pilihan yang sedang-sedang dapat poin tiga. Atau soal SBMPTN, jawaban benarnya kadang tidak hanya satu dan peserta disuruh pilih mana kombinasi jawaban yang paling benar. UN bisa di tweak," ungkap Suyanto. Prof. Sutrisna Wibawa selaku Rektor UNY menyatakan pihaknya siap melaksanakan arahan pemerintah untuk mengembangkan pendidikan yang analisis dan berbasis HOTS. Caranya lewat melatih para calon guru sejak dini dan menelurkan riset-riset tentang pendidikan HOTS. "UNY sebagai LPTK punya potensi untuk menyelaraskan, antara soal UN yang dirumuskan oleh dosendosen kita sebagai anggota tim bahkan anggota BNSP, kondisi objektif di kelas, dan metode pembelajarannya lewat melatih para guru. Sejak metode pembelajaran, harus disesuaikan pola HOTS." pungkas Sutrisna.
Laporan Utama
SALNI SETIADI / BERITAGAR.ID
Pendidikan, Sekolah, dan Mitos Zonasi Zonasi meniscayakan peserta didik melanjutkan sekolah tanpa lagi didasarkan atas nilai numerik-akademik, tetapi diproyeksikan karena jarak tempat tinggal Oleh RONY K. PRATAMA Editor BUDI MULYONO
M
asyarakat di Indonesia sudah lama mengenal sekolah unggulan dan rendahan. Pandangan ini muncul di tengah keanekaragaman kualitas sekolah, baik sarana maupun prasarana, yang timpang sehingga tidak mengherankan kalau orang tua peserta didik cenderung menyekolahkan anaknya ke sekolah favorit. Situasi demikian dianggap lazim terjadi di kalangan orang tua
dan siswa. Mereka mengehendaki layanan pembelajaran yang prima dan demi mendapat posisi itu persaingan dalam rangka merebut sekolah favorit seakan-akan dianggap lazim. Problem sekolah favorit yang diperebutkan jamak peserta didik dari berbagai wilayah itu pada titik tertentu memunculkan masalah laten. Pertama, sekolah dengan stigma unggulan akan terus dicari dan dikontestasikan sebagai ruang perebutan. Kedua, sekolah berkualitas di bawah rata-rata sering
kali mendapat peserta didik “kelas dua� yang semula tidak diterima di sekolah pilihan pertama. Dua hal tersebut makin menegaskan betapa pendidikan pada akhirnya menimbulkan friksi di satu sisi, sementara di sisi lain peserta didik sekaligus orang tua terjebak di kubangan dikotomis. Masalah krusial mengenai pendidikan favorit dan rendahan itu seperti menjadi problem tahunan yang tidak kunjung usia menuai solusi praktis. Pemerintah akhirnya memberikan solusi penengah P E WA R A D I N A M I K A A P R I L 2 0 1 9 17
Laporan Utama 420/2973/SJ. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy dan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo adalah dua menteri yang berada di balik kebijakan tersebut. Surat edaran ini ditunjukkan kepada Kepala Daerah agar wilayah kepengurusannya menetapkan kebijakan PPDB berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 51 Tahun 2018 sesuai kewenangan masingmasing.
KEMENDIKBUD
agar stigma dikotomis tersebut terhapuskan. Kebijakan pemerintah akhirnya meneken mekanisme Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) berbasis zonasi. Anggapan sekolah favorit yang banyak diperebutkan itu oleh pemerintah hendak dibongkar melalui demokratisasi peserta didik. Dengan zonasi peserta didik yang hendak mendaftarkan diri ke sekolah tidak lagi didasarkan lagi atas nilai numerik-akademik, tetapi diproyeksikan berdasarkan jarak tempat tinggal. Perebutan sekolah yang sebelumnya ditempuh sengit, oleh karena kebijakan PPDB berbasis zonasi itu, akhirnya diperlunak dengan variabel utama jarak rumah perserta didik dengan sekolah. Dengan demikian, kebijakan zonasi dari pemerintah ini meniscayakan peserta didik tidak menempuh jarak relatif jauh dengan sekolahnya. Kebijakan pemerintah tentang PPDB tersebut secara implisit hendak mendekonstruksi sekolah unggulan dan rendahan. Sekolah yang sebelumnya dinyatakan jempolan di suatu daerah tidak lagi dimiliki 18 P E WA R A D I N A M I K A A P R I L 2 0 1 9
oleh peserta didik yang unggul nilai akademiknya. Sekolah itu terbuka bagi peserta didik umum tanpa memandang angka di atas rata-rata sesuai standar yang sebelumnya ditentukan oleh kebijakan sekolah terkait. Hal terpenting, sekali lagi, adalah jarak sekolah, sehingga sekalipun peserta didik tidak memiliki nilai cukup, tetapi bila jarak rumahnya dengan sekolah berkait, maka besar kemungkinan ia akan diterima.
SOSIALISASI SISTEM ZONASI DARI MENDIKBUD.
Secara yuridis, PPDB berbasis zonasi ini menginduk pada Surat Edaran Nomor 01 Tahun 2019 dan Nomor
Sekolah itu terbuka bagi peserta didik umum tanpa memandang angka di atas rata-rata sesuai standar yang sebelumnya ditentukan oleh kebijakan sekolah terkait
Pada Permendikbud tersebut PPDB yang diterapkan Pemerintah Kabupaten/Kota untuk pendidikan dasar maupun Pemerintah Provinsi untuk pendidikan menengah dieksplanasikan kalau jalur PPDB memiliki tiga halauan: jalur zonasi yang paling sedikit penerimaannya sembilan puluh persen, jalur prestasi berjumlah lima persen, dan jalur perpindahan orang tua/ wali dengan kuantitas paling besar lima persen. Peraturan ini menghapuskan prasyarat nilai ujian nasional yang semula menjadi parameter PPDB. Langkah strategis demikian merupakan kesungguhan pemerintah dalam menyiapkan mekanisme pendaftaran sekolah sekaligus pemerbaikan kualitas pendidikan di Indonesia. Kalau kilas balik tiga tahun sebelumnya, kebijakan PPDB berbasis zonasi ini telah diimplementasikan sejak tahun 2016. Tiap tahun ia mengalami perubahan dalam rangka memperbaiki secara konseptual dan praksis PPDB. Hal lain yang menjadi fondasi utama kenapa ia tetap diterapkan sebagai kebijakan nasional adalah PPDB berbasis zonasi memungkinkan pemerataan akses layanan dan kualitas pendidikan terpenuhi. Pada konteks demikian, Muhadjir Effendy menegaskan, "Kita menggunakan zonasi mulai dari penerimaan siswa baru, terutama untuk memberikan akses yang setara, akses yang adil, kepada peserta didik tanpa melihat latar belakang kemampuan ataupun perbedaan status sosial ekonomi. Karena pada dasarnya anak bangsa memiliki hak yang sama. Karena itu, tidak boleh ada diskriminasi, hak ekslusif, kompetisi yang berlebihan untuk mendapatkan layanan pemerintah." (Kemendikbud, 2019). Praktik zonasi dalam PPDB sesungguhnya merupakan titik pijak utama untuk memperbaiki standar
Laporan Utama
RILIS.ID ARIF / HUMAS
nasional pendidikan di Indonesia. Hal berikutnya usai kebijakan zonasi itu diterapkan, sesuai dengan orientasi Kemendikbud, selain sarana maupun prasarana, adalah peningkatan tentang standardisasi kurikulum, redistribusi guru, hingga pemerataan peserta didik. Kesemua itu akhirnya akan menentukan sejauh mana kualitas pendidikan di Indonesia ke depan. Jika menengok ke lapangan, banyak lulusan guru yang enggan mengajar di sekolah kurang berkualitas. Mereka kalau ditanya kenapa alasannya: mendidik peserta didik yang cerdas lebih mudah ketimbang siswa yang di bawah rata-rata. Pandangan seperti itu acap kali muncul di tengah krisis kepercayaan di antara tenaga pendidik itu sendiri. Padahal, pemerintah sendiri tidak memandang preferensi sekolah dalam persepktif hitam dan putih.
KEBIJAKAN ZONASI MENIMBULKAN POLEMIK. BANYAK ORANG TUA SISWA YANG MENOLAK.
Bagi pemerintah, semua sekolah, baik kota maupun desa, memiliki kesempatan yang sama dan memiliki peluang setara dalam rangka menyukseskan pendidikan nasional. Konsekuensi logis dari negara demokrasi memosisikan Indonesia agar terus memproduksi kebijakan yang setara tanpa memandang perbedaan preferensi. Itu kenapa persaingan memperebutkan
Itu kenapa persaingan memperebutkan sekolah pada kesempatan PPDB sesungguhnya tidak boleh dikompetisikan.
sekolah pada kesempatan PPDB sesungguhnya tidak boleh dikompetisikan. Apalagi praktik di lapangan yang cenderung sekolah favorit didominasi kelompok atau golongan tertentu saja hendaknya didekonstruksi ulang. Hal itu sematamata dalam rangka menyiapkan sekolah tanpa tebang pilih. Muhadjir Effendy menuebut sekolah sebagai layanan publik itu harus memiliki tugas aspek, yakni non-rivalry, nonexcludable, dan non-discrimination. Riset mengenai kebijakan pendidikan yang meliputi bagaimana konsep besar tentang PPDB berbasis zonasi dirumuskan sampai diterapkan di lapangan belum banyak diteliti. Apalagi wacana PPDB 2019/2020 yang baru saja selesai dirayakan di tiap provinsi di Indonesia masih menyisakan sisa-sisa selebrasi, baik pemerintah daerah, sekolah, orang tua, dan peserta didik. P E WA R A D I N A M I K A A P R I L 2 0 1 9 19
Laporan Utama
Rekonsiliasi di Keraton Yogyakarta Dipimpin Sri Sultan Hamengku Buwono X, Keraton Yogyakarta dapat menjadi lokasi tepat untuk berlangsungnya rekonsiliasi politik. Hal ini diusulkan Rektor UNY Prof. Sutrisna Wibawa, bersama lima rektor lain Perguruan Tinggi di Yogyakarta.
ARIF / HUMAS
Oleh ILHAM DARY ATHALLAH Editor BUDI MULYONO
R
ekonsiliasi untuk menjembatani perbedaan kepentingan dan pandangan politik dalam pemilihan umum, disebut oleh Prof. Sutrisna Wibawa selaku Rektor UNY, penting untuk dilakukan. Terlebih, ini masih bernuansa halal bi halal usai Hari Raya Idul Fitri 1440 H. Itulah mengapa, Sutrisna mengusulkan berlangsungnya rekonsiliasi antar pihak peserta pemilu : Calon Presiden 01, Joko Widodo, dan Calon Presiden 02, Prabowo Subianto. 20 P E WA R A D I N A M I K A A P R I L 2 0 1 9
Rekonsiliasi itu diusulkan digelar di Keraton Yogyakarta, dengan dipimpin oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X. "Keraton Yogyakarta kan netral, kita minta mudah-mudahan terjadi, halal bi halal dari puncak. Pak Jokowi dan Pak Prabowo, Ngarso Dalem bukan sebagai Gubernur DIY tapi Raja Yogyakarta," kata Prof Yudian Wahyudi, Rektor UIN Sunan Kalijaga, bersama Sutrisna dan rektor-rektor PT lain di Pusat Studi Pancasila dan Bela Negara UIN Sunan Kalijaga pada Sabtu (01/06). Rasa halal bi halal Lima pimpinan kampus yang membersamai Sutrisna diantaranya Rektor Universitas Gadjah Mada
REKTOR UNY BERSAMA SULTAN BESERTA ISTRI DAN ANAKNYA DALAM ACARA SIMPOSIUM.
(UGM) Prof Panut Mulyono, Rektor UPN Veteran Dr Mohammad Irhas Effendi, Rektor Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Prof Purwo Santoso, Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Fathul Wahid PhD, dan tentu disertai tuan rumah yang punya hajat, Rektor UIN Sunan Kalijaga Prof Yudian Wahyudi. Para rektor menilai, rekonsiliasi bernuansa halal bi halal itu kalau bisa berlangsung sebelum putusan MK. Tapi, tidak masalah jika baru bisa terselenggara setelah putusan MK. Yang paling penting, jika itu benarbenar terlaksana, momentum halal bi halal dapat menjadi bukti agama berperan mempersatukan bangsa,
Laporan Utama bukan memecah. Belum lagi, sejarah Indonesia membuktikan hubungan sosial kerap menjadi solusi. "Kita usulkan adanya halal bi halal partai politik, tapi perlu dibuat panitia netral, diusung dari dua pihak, separuh dari 01 separuh dari 02, dan kami mengusulkan Ngerso Dalem," ujar Yudian. Rekonsiliasi menurut para rektor akan mudah dilakukan di Yogyakarta, karena adanya hubungan kekeluargaan dan kultur Jawa di antara para calon. Prabowo masih memiliki hubungan keluarga dengan keraton, sedangkan Jokowi berasal dari Solo. "Sehingga rekonsiliasi akan lebih mudah terselenggara," ungkap Yudian. Sudah Direncanakan Usulan rekonsiliasi tak datang tibatiba dari para rektor. Sutrisna telah
mengumandangkan pentingnya bersatu kembali setelah pemilu sejak lama. Keputusan Sutrisna membawakan lagu 'Sedulur' besutan Kill The DJ pada saat konser Dies Natalis UNY misal, sebagai lagu yang pertama dinyanyikan di ajang tersebut, bukan tanpa alasan. Pada hari itu, Rabu (01/05), Sutrisna ingin UNY menyuarakan kencangkencang kepada rekan sejawat sebangsa: "Saatnya bersatu pasca pemilu!," demikian sebutnya. Alasannya, pesan dalam lagu itu sangat jelas: Crah agawe bubrah rukun agawe santosa. (Bercerai kita runtuh, bersatu - rukun kita teguh). Sedulur pada padha akur, welas asih padha ditandur. (Saudara sebangsa dan setanah air marilah akur, menanam cinta kasih pada sesama). Kami tempatkan lagu itu, untuk menggelorakan persatuan kembali. Selanjutnya pada Selasa (04/06),
Sutrisna mengungkapkan dirinya tiba-tiba dipanggil Sri Sultan Hamengku Buwono X untuk berembug di Keraton. Kepada Pewara Dinamika, Sutrisna tidak mengungkapkan detil apa saja yang didiskusikan pada pertemuan tersebut. Namun ketika ditanya apakah pertemuan tersebut terkait usulan Sultan memimpin rekonsiliasi, Sutrisna tak mengelak. "Iya, mendiskusikan itu (rekonsiliasi)," ungkap Sutrisna. Usulan rekonsiliasi kemudian berhembus dari Yogyakarta. Tanggapan Presiden Terpilih Joko Widodo atas usulan tersebut sederhana: "Ya (rekonsiliasi) di manapun bisa, bisa dengan naik kuda, bisa. Bisa di Jogja bisa, bisa naik MRT bisa. Kita ini ya." Sejarah mencatatkan, Stasiun MRT Lebak Bulus Jakarta Selatan menjadi
P E WA R A D I N A M I K A A P R I L 2 0 1 9 21
Laporan Utama
ARIF / HUMAS
momentum pertemuan para tokoh pada Sabtu (13/07). Ia menjadi penghujung dinamika kontestasi para aktor pemilu, yang telah paripurna memperjuangkan kepentingan bangsa melalui caranya masing-masing. Didamaikan dengan inisiasi para rektor. Sehingga, walaupun Keraton Yogyakarta tak jadi dipilih dari lokasi rekonsiliasi, namun tujuan yang direncanakan para rektor telah tercapai. Indonesia yang damai dan bersatu-padu kembali setelah kontestasi pemilu. Alihkan Fokus Persatuan ini, disebut Sutrisna penting karena ada banyak masalah yang harus segera ditindaklanjuti oleh bangsa. Butuh fokus penuh dari pemerintah, dan dari masyarakat yang tidak terpecah belah. Masalah pendidikan misalnya, menjadi salah satu urgensi yang harus segera diselesaikan. Sutrisna menyebut, bagaimana generasi hari ini disiapkan, tak bisa dilepaskan dari arahan dan kebijakan para 22 P E WA R A D I N A M I K A A P R I L 2 0 1 9
pemimpin bangsa. Ada pendidikan karakter yang harus dikuatkan lewat penyiapan guru, fasilitas, hingga kemampuan negara menyediakan kerangka legal yang memberdayakan dunia pendidikan. Ada juga kemampuan intelegensia para peserta didik kita yang belum optimal, dengan hasil survei PISA yang menempatkan kita di peringkat relatif rendah. Dari 70 negara, untuk sains kita di peringkat 62. Untuk matematika kita diperingkat 64 dari 70 negara, reading kita diperingkat 63 dari 70
UNY pun siap turut serta dalam melaksanakan kerjakerja mencerdaskan kehidupan bangsa yang akan dinakhodai oleh Presiden terpilih melaui tugas tridharma Pendidikan Tinggi.
negara. Itu masih memprihatinkan, kan di bawah Vietnam. "UNY pun siap turut serta dalam melaksanakan kerja-kerja mencerdaskan kehidupan bangsa yang akan dinakhodai oleh Presiden terpilih. Lewat terus memacu diri sebagai LPTK, melaksanakan Pendidikan Profesi Guru (PPG), menyambut Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP Kuliah), dan menghadirkan Penelitian, Pengajaran, dan Pengabdian pada Masyarakat sebagai tugas tridharma Pendidikan Tinggi," ungkap Sutrisna. Namun untuk menuntaskan masalah pendidikan, UNY tak mungkin berjalan sendiri. Pemerintah dan segenap bangsa harus turut mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai amanat konstitusi dan kebutuhan bersama. Rekonsiliasi, adalah awal yang baik untuk mengalihkan fokus dan energi bangsa. "Kita alihkan fokus, dari berkontestasi Pemilu, menjadi memajukan pendidikan," pungkas Sutrisna.
Laporan Utama
Jalan Panjang Guru Honorer Guru honorer seperti hidup segan mati tak mau dalam urusan antara mengajar dan memenuhi kebutuhan rumah tangga. Kabar baik datang dari pemerintah supaya menaikkan status guru honorer menjadi PPPK.
Oleh RONY K. PRATAMA Editor BUDI MULYONO
R
omi Bahari terkulai lemas saat menyaksikan pengunguman itu. Ia mencari peruntungan agar lebih sejahtera finansial dengan ikut Tes CPNS 2018. Romi semula optimis lolos karena telah mempersiapkan ujian semaksimal mungkin. Tapi usai menengok pengunguman itu ia sejenak menghela napas panjang. “Mungkin belum rezekinya,” kata Romi, guru honorer SD Negeri Ploso, Gunungkidul. Romi adalah salah satu dari puluhan ribu pendaftar CPNS tahun kemarin. Persaingan CPNS memang sengit dan kompetitif. Romi mengatakan kenapa ia terdorong mengikuti tes itu. Salah satu alasan Romi ialah ingin keluar dari keterpurukan ekonomi. Ia menegaskan kalau gajinya selama sebulan kurang dari dua ratus ribu rupiah. Angka yang jauh dari garis kesejahteraan ekonomi. “Bisa apa hidup dengan gaji segitu? Guru memang profesi profesional karena mencerdaskan generasi bangsa. Tapi kenapa gajinya tidak profesional blas!” tegasnya. Romi mengisahkan pengalamannya sewaktu mengajar di sekolah pelosok. Harus memikul beban berat sebab mobilitas sehari-harinya terhambat oleh jalan berbatu-kapur. Belum lagi tuntutan administratif yang irasional seperti ikut mengurusi kurikulum sampai mewakili rapat sekolah di kabupaten. Sampai rumah ia juga didatangi siswa-siswi yang ingin tambah asupan pelajaran demi mempersiapkan ujian. Sempat digaji beras dua kilo hingga ketela rambat, Romi merimanya dengan penuh dilema: “Diterima kok mengenaskan gajinya tapi jika ditolak kok kasihan,” tuturnya. Jamak kisah personal mengenai ketidaksejahteraan guru. Romi, lulusan Pendidikan Matematika
SIEDOO.COM
yang mengajar sekolah dasar itu, hanya segelintir dari jutaan guru lain. Tapi Romi tak patah arang. Ia mulai sumringah saat pemerintah mewacanakan pengangkatan guru honorer melalui mekanisme Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Lewat Kemendikbud, kebijakan itu setidaknya sebuah peluang emas lain di samping CPNS. Sebesar 159 ribu kuota disiapkan Kemendikbud bagi para calon guru atau guru honorer yang sebelumnya tak diterima CPNS 2018. Muhadjir Effendy, Mendikbud, menyatakan kalau prioritas seleksi PPPK terdiri atas dua tahap. “Tahap satu itu buat guru honorer K2. Sedangkan tahap dua untuk guru nonkategori khusus karena telah mengabdi di atas 15 tahun,” jelasnya. Guru honorer kerap kali terombangambing nasib ekonominya. Sejak 2018 penanganan terhadapnya ditempuh lewat CPNS. Tahun 2019
diselenggarakan PPPK untuk “menyejahterakan” ekonomi guru. Muhadjir kemudian mengimbau kepada sekolah-sekolah agar menyetop rekrutmen guru honorer. Itu karena program PPPK diproyeksikan secara bertahap dan direncanakan selesai tahun 2023. Muhadjir memperjuangkan kesejahteraan finansial guru honorer. Ia berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan agar setidaknya para guru honorer itu digaji setara upah minimum regional. “Kami sedang mengusahakan agar bisa diambil dari dana alokasi umum,” ujarnya. Soal penggajian, Muhadjir membuka peluang bagi pemerintah daerah yang kuat APBDnya agar mengalokasikan dana tambahan untuk gaji guru. “Secara otomatis gaji guru bisa di atas UMR bila tiap daerah memberi tambahan dana dari APBD,” tutupnya. P E WA R A D I N A M I K A A P R I L 2 0 1 9 23
Laporan Utama
WAWANCARA KHUSUS SRI PURNOMO, M.Si. BUPATI SLEMAN
Mahasiswa UNY Harus Mencintai Sleman Jumlah Daftar Pemilih Tetap Tambahan (DPTb) di Sleman cukup tinggi. Mayoritas mahasiswa. Memilih di Sleman diharapkan menumbuhkan rasa memiliki mahasiswa atas Kabupaten Sleman
Apa yang bisa dijadikan pelajaran bagi mahasiswa dari gelaran Pemilu? Begini polanya. Pemerintah membutuhkan masukan dari mahasiswa supaya dapat bekerja dengan baik. Begitupun mahasiswa membutuhkan pemerintah untuk menimba pengalaman dan pengetahuan, apakah ada perbedaan antara apa yang mereka pelajari di perkuliahan dengan kenyataan di lapangan.
Kepada Redaktur Pewara Dinamika Ilham Dary Athallah, Sri Purnomo selaku Bupati Sleman memberi pesan bagaimana antu siasme para mahasiswa dalam pesta demokrasi 2019 dapat dilanjutkan dengan ke giatan-kegiatan bermanfaat. Termasuk un tuk mengembangkan Sleman dan terus ber prestasi. Hal ini disampaikannya di sela-sela Seminar Nasional IKA UNY, Sabtu (04/05). Bapak Wakil Presiden tadi dalam seminar men yebutkan para mahasiswa harus belajar tidak hanya ilmu masa kini, namun juga untuk bekal 10-20 tahun lagi seiring cepatnya perkem bangan zaman. Bagaimana kiat bapak agar mahasiswa di Sleman dapat melakukan hal ini? Mahasiswa selama ini menurut saya sudah menunjukkan bahwa ia mau belajar. Mau berkontribusi aktif dan positif. Itu bekal yang sangat baik, karena pemuda di masa kini harus mampu mengukir prestasi dengan giat dan tekun agar tak kalah dengan kemajuan zaman serta harus tetap berpegang teguh pada agama. Belajar adalah medium menangani kebutuhan zaman.
Ini bisa dipelajari mahasiswa lewat Pemilu. Karena Pemilu itu artinya terlibat dalam proses pengambilan kebijakan. Memilih artinya menentukan siapa yang akan mengambil kebijakan. Selain itu? Dengan memilih di Sleman, berarti mahasiswa juga dapat memiliki sense of belonging dengan kota ini. Masih sering kita dengar ada disconnect antara mahasiswa dengan masyarakat asli. Padahal Sleman ini menjadi rumah dari banyak kampus. UGM, UNY, dan banyak lagi. Saya mendapat informasi tadi dari 3.191 orang jumlah total mahasiswa bidikmisi di UNY, 554 orangnya adalah warga Sleman. Sisanya tentu kos di Sleman, karena UNY itu adanya di Kabupaten Sleman. Artinya, ha rusnya mahasiswa ini sudah merasa menjadi anak Sleman. Wong tes perangkat desa kita saja di UNY.
Dalam situasi Pemilu saat ini, saya kira mahasiswa juga menjalani proses belajar. Pemilu saat ini saja, minat, dan suara dari mahasiswa cukup banyak. Ya suara yang baik, itu perlu didukung dan dikembangkan. Atau suara oknum yang kurang baik atau masih menyebarkan hoax, itu perlu disadarkan dan belajar lagi. Seberapa banyak mahasiswa di Sleman yang berminat dengan Pemilu? Data kita adalah mahasiswa dari luar daerah yang mencoblos di wilayah Sleman. Banyak (mahasiswa mencoblos di Sleman), jumlahnya sekitar 25.000. Se Provinsi DIY, daftar pemilih tambahan terbanyak ada di kabupaten ini. Hak pilih menggunakan DPTB, menurut saya telah digunakan dengan baik oleh para mahasiswa. Mereka memilih, baik calon DPRD, DPRD Provinsi, DPR RI, DPD, maupun Presiden 24 P E WA R A D I N A M I K A A P R I L 2 0 1 9
ISTIMEWA
dan Wakil Presiden, yang merupakan terbaik menurut aspirasi mereka. Artinya mahasiswa sudah berhasil, sudah belajar, dan sudah semestinya memiliki idealisme terhadap kebaikan yang sejalan dengan nilainilai ilmiah. Pilihan mahasiswa adalah penilaian mereka.
Dengan memilih pemimpin yang baik lewat Pemilu, dan memilihnya itu di Sleman, mahasiswa diharapkan bisa punya rasa memiliki Sleman. Ikut merawat Sleman juga agar Sembada. Nantinya anak-anak UNY harus KKN tematik di Sleman, riset meneliti Sleman, mengembangkan UMKM Sleman, untuk membantu tumbuh kembang kota ini. Pemilu bisa jadi awal yang baik mahasiswa mengenal. Lalu mencintai Sleman. Harus itu (mahasiswa UNY mengenal dan mencintai Sleman)!.
Laporan Utama
WAWANCARA KHUSUS SRI SULTAN HAMENGKUBUWONO X GUBERNUR DIY
Kesempatan untuk Kritis dan Konstruktif Pemilihan Umum menurut Sri Sultan jangan dipandang sebagai ajang dua pasangan calon yang melangsungkan "pertarungan" hebat. Kedaulatan ada di tangan rakyat. Sehingga Pemilu selayaknya dijadikan ajang urun rembug
Di sela-sela Seminar Nasional IKA UNY pada Sabtu (04/05), Sri Sultan Hamengkubuwono X selaku Gubernur DIY menyampaikan dhawuh singkat terkait pentingnya pendidikan untuk meningkatkan daya saing bangsa. Melalui Redaktur Pewara Dinamika Ilham Dary Athallah, keterlibatan anak muda disebutnya dapat menjadi pro ses pendidikan kebangsaan yang baik karena pemilihan umum memberi kesempatan mahasiswa untuk turut memilih, menyampaikan aspirasi, dan sumbang pemikiran secara kritis dan konstruktif. Terkait tema Seminar Nasional IKA UNY pagi tadi "Format Pendidikan untuk Meningkatkan Daya Saing Bangsa," apakah Ngarsa Dalem ada pesan untuk civitas UNY? Khususnya para mahasiswa ya, civitas, ya harus belajar yang rajin. Format pendidikan akan naik kalau yang dididik juga berkualitas baik. Untuk berkualitas baik, mahasiswa harus mengedepankan nilai idealisme, bukan berorientasi pada nilai praktis dan pragmatis yang lebih mementingkan diri sendiri. Mahasiswa jangan mudah terbawa arus, apalagi dengan merambahnya teknologi yang semakin canggih dan hiburan yang mulai melenakan idealisme mahasiswa. Dan, Mahasiswa itu mempunyai peran penting yang harus disadari untuk dilakukan yakni sebagai pembawa kekuatan moral ma syarakat dan bangsa serta menjadi agen pe rubahan. Caranya? Manfaatkan kesempatan yang ada. Di kampus, kesempatannya belajar. Di lingkungan, bertemu masyarakat. Di kehidupan bernegara, momentumnya pas: Pemilihan Umum. Saya berpesan mahasiswa agar menjaga Pemilihan Umum berjalan aman dan lancar. Agar masyarakat menjadi nyaman, agar mahasiswa menjadi nyaman. Namun demikian, pelaksanaan Pemilihan Umum yang adem-ayem juga bukan berarti mahasiswa diam-diam. Harus aktif, yang
ASIASOCIETY.ORG
Terkait mencoblos, berarti dengan mahasiswa datang waktu Pemilu itu penting juga untuk mendidik? Tentu. Saya mendorong kepada seluruh ma syarakat Yogyakarta, supaya memiliki tingkat partisipasi yang tinggi. Pada Pemilu 2019 kemarin, tingkat partisipasi pemilu 84,9%. Mahasiswa termasuk itu. Lebih lanjut, dengan banyaknya mahasiswa luar daerah yang menuntut ilmu di Yogyakarta, saya berharap KPU bisa memfasilitasi seperti Pemilu pada tahun-tahun sebelumnya. Pada masa itu (Pemilu 2019), kemungkinan mahasiswa tidak bisa pulang, karena mereka kan ujian bulan Mei. Karena itu, saya minta segera difasilitasi, agar hak suaranya bisa digunakan. Itu sudah dilaksanakan oleh KPU.
kritis dan konstruktif. Ini bisa jadi proses pendidikan kebangsaan yang baik kalau bisa dimanfaatkan. Apa yang harus dilakukan mahasiswa agar memperoleh ilmu dari Pemilu? Pemilihan umum beri kesempatan mahasiswa tiga hal: turut memilih, menyampaikan aspirasi, dan sumbang pemikiran secara kritis dan konstruktif. Kalau mencoblos, berarti kita belajar tentang sosial politik. Saya dulu waktu zaman kuliah (di Fakultas Hukum UGM), belajar terus juga sosial politik. Daftar kuliah misalnya, tahun 1965, Dengan turunnya Supersemar, itu ada diskusi tentang komunisme dan gonjang-ganjing politik. Saya pastinya, walau kuliah juga tidak begitu rajin karena lebih banyak di Jakarta (untuk menemani mendiang Sri Sultan Hamengkubuwono IX), ikut jagongan. Ikut belajar juga secara langsung dari Bapak (saat itu Sri Sultan Hamengkubuwono IX menjabat Menteri Koordinator Ekonomi Keuangan dan Industri - Menko Ekuin).
Memang masih ada perlunya perbaikan, ada mahasiswa yang belum bisa terfasilitasi, tapi tetap sudah berupaya. Mahasiswanya juga sudah berupaya mencoblos. Itu hal baik. Apa harapan Sultan kepada mahasiswa dengan terlibat aktif di dalam Pemilu? Semoga dengan terlibat aktif dalam Pemilu, termasuk tentu terlibat yang baik dan konstruktif yang bukan justru merusak, mahasiswa UNY tetap berprinsip teguh untuk berakar pada budaya namun bisa berwawasan global. Agar civitas UNY mampu membaca teks ilahi, dan tekstur alami, yang hakikatnya terkandung dalam ilmu pengetahuan. Selain aktif di dalam Pemilu, saya juga meng ucapken selamat bagi UNY atas terselenggaranya seminar dan dies natalis. Semoga Tuhan Allah SWT memberiken kemampuan intelektual yang baik bagi para mahasiswa. Kemampuan intelektual itu harus diasah dan asuh dengan bijak, termasuk dimanfaatkan dengan bijak juga saat Pemilu agar konstruktif dan menyejukkan bangsa. Selepas Pemilu berakhir, kita sudahi perbedaan pendapat, kita kembali bekerjasama. P E WA R A D I N A M I K A A P R I L 2 0 1 9 25
Laporan Utama
Wacana Pinjaman Pendidikan, UNY Fokus Afirmasi dan Beasiswa Wacana Pinjaman Pendidikan mengemuka dalam Pemilu 2019. Hingga saat ini, UNY tidak memiliki kerjasama pinjaman pendidikan dengan bank manapun. Lebih berfokus pada penyaluran kuota afirmasi, beasiswa bidikmisi, dan menyambut gayung Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah.
loan di Amerika Serikat (AS). Di negara itu, pinjaman pendidikan itu mencapai US$ 1,3 triliun per 2016. Pinjaman bagi mahasiswa itu berada di peringkat kedua setelah pinjaman pemilikan rumah (KPR). Walaupun demikian, banyak hal yang disebut Prof. Rochmat Wahab selaku Guru Besar UNY dalam mempertimbangkan pinjaman mahasiswa. Mulai dari sistem, pendataan, hingga bagaimana penegakan hukum dari pinjaman pendidikan. Sehingga sejauh ini, UNY disebut Prof. Sutrisna Wibawa selaku Rektor masih menempatkan kebijakan yang telah dicetuskan secara konkrit oleh pemerintah sebagai prioritas utama. Diantaranya penyaluran kuota afirmasi, beasiswa bidikmisi, dan menyambut gayung Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah.
STUDYING-IN-GERMANY.ORG
Oleh ILHAM DARY ATHALLAH Editor BUDI MULYONO
P
endidikan merupakan eskalator bagi warga negara untuk meningkatkan status sosial dan ekonomi mereka. Oleh karena itu, wacana pemberian pinjaman pendidikan (student loan) yang diusulkan Presiden Joko Widodo (Jokowi), disebutkan dapat menjadi alternatif pembiayaan bagi mereka yang hendak memperoleh peningkatan ilmu dan derajat kehidupan. Pinjaman pendidikan akan konstruktif untuk pertumbuhan 26 P E WA R A D I N A M I K A A P R I L 2 0 1 9
ekonomi, setidaknya dalam jangka pendek karena meningkatkan penyerapan pinjaman. Presiden mencontohkan program student
UNY belum ada kerjasama pinjaman pendidikan. Kami berfokus program pemerintah, afirmasi dan beasiswa.
"UNY belum ada kerjasama pinjaman pendidikan. Kami berfokus program pemerintah, afirmasi dan beasiswa," tegas Sutrisna. Pendidikan untuk Semua Fokus atas afirmasi dan beasiswa, disebut Sutrisna telah lama berlangsung di UNY karena hingga saat ini setidak-tidaknya 28% mahasiswa hadir dari golongan kurang mampu. Mereka membayar UKT 1 (Rp. 500.000/semester), UKT 2 (Rp. 1.000.000/semester), bahkan gratis karena beasiswa bidikmisi. Kebijakan berikutnya yang telah dirumuskan Pemerintah, dan disebut Menristekdikti Prof. Mohamad Nasir
Laporan Utama
ARIF / HUMAS
PARADIGMLIFE.NET
akan mulai dilaksanakan paling lambat tahun anggaran 2020, adalah Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP). Dengan kartu ini diharapkan pemberian beasiswa terintegrasi dengan program-program sosial yang telah dilakukan pemerintah kepada kelompok prasejahtera, seperti Program Keluarga Harapan (PKH), Kartu Indonesia Sehat (KIS), dan Kartu Indonesia Pintar (KIP) yang selama ini ditujukan untuk peserta sekolah dasar dan menengah "UNY juga siap menyambut KIP Kuliah sebagai kerja mencerdaskan kehidupan bangsa," tegas Sutrisna. Sedangkan terkait pinjaman pendidikan, pihak kampus hingga saat ini tidak memiliki kerjasama. Apabila ada mahasiswa yang mungkin memiliki pinjaman, baik terkait pinjaman pendidikan ataupun pinjaman konsumsi seperti kendaraan bermotor, hal tersebut
merupakan aktivitas ekonomi yang sifatnya business to business. "Tidak melibatkan kampus. Hingga saat ini, UNY tidak memiliki kerja sama pinjaman pendidikan dengan bank manapun. Lebih berfokus pada penyaluran kuota afirmasi, beasiswa bidikmisi, dan menyambut gayung Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah," ungkap Sutrisna. Menyulitkan Semua Pihak Senada dengan kebijakan Sutrisna,
Bagi mahasiswa, keberatan akan dirasakan karena pinjaman tersebut memiliki kemungkinan untuk tidak dapat dilunasi. Hal ini sudah pernah terbukti.
Rochmat menyatakan bahwa pin jaman pendidikan memang sebaik nya menjadi alternatif terakhir. Hal tersebut dikarenakan walaupun pinjaman pendidikan dapat menjadi dana bantuan keuangan, ditengah 20% dana pendidikan di APBN yang sejak awal dirancang untuk operasional dan bukan untuk pengembangan pendidikan, namun skema pinjaman ini memberatkan semua pihak. Bagi mahasiswa, keberatan akan dirasakan karena pinjaman tersebut memiliki kemungkinan untuk tidak dapat dilunasi. Hal ini sudah pernah terbukti ketika skema pinjaman serupa dijalankan di era Orde Baru oleh Bank BNI, dengan tajuk Kredit Mahasiswa Indonesia (KMI). Rochmat pernah menjalani KMI secara langsung. Pada saat kuliah S1 di IKIP Bandung, ia mengajukan hutang sebesar 750 ribu rupiah. Hutang yang begitu besar pada masa P E WA R A D I N A M I K A A P R I L 2 0 1 9 27
Laporan Utama
DEBT.COM
itu, dan baru dilunasi Rochmat pada tahun 1999. "Karena Tapi beban bunganya rendah karena itu program pemerintah. Tahun 1999 baru saya lunasi satu juta empat ratus ribu. Itupun karena diingatkan teman. dan hingga kini, masih ada (teman) yang tidak bisa melunasi," kenang Rochmat. Kampus juga direpotkan dengan adanya pinjaman pendidikan. Karena ijazahlah yang menjadi jaminan, dan kampus harus menyimpan ijazah tersebut apabila mahasiswa belum melunasi kredit. "Jadi setelah saya lulus, IKIP Bandung menyerahkan ijazah ke BNI. Jadi agunan bank. Lunas baru dikembalikan. Hal itu berat bagi kampus, karena kalau belum lunas, kampus juga ikut ditagih," kenang Rochmat. Mendikbud (2009-2014) Mohammad Nuh mengatakan, data terkait dunia pendidikan juga masih sangat lemah. Karena Single Identity Number, seperti Nomor Induk Kepegawaian yang ada di Indonesia, belum sekuat di Amerika. 28 P E WA R A D I N A M I K A A P R I L 2 0 1 9
"Data sekarang sudah bisa terinegrasi, sehingga bisa memantau keberadaan mahasiswa tersebut setelah lulus dan bekerja. Tapi tetap banyak cerita kan, kredit macet di Indonesia. Itu beban untuk bank, dan untuk peminjam sendiri," ungkap Nuh. Pinjaman Bersifat Positif Meski demikian, Menristekdikti Mohamad Nasir yang dulu juga menerima pinjaman pendidikan KMI, menyatakan bahwa pinjaman pendidikan sebagai hal yang positif. Karena bisa memberi peluang baru untuk meningkatkan Angka Partisipasi Kasar Pendidikan.
Artinya ada 73% anak usia sekolah, yang tidak bisa masuk perguruan tinggi. Walaupun terlepas dari hal tersebut, hingga saat ini belum ada pembahasan khusus terkait student loan.
"Saat ini, masih 37% APK Pendidikan Perguruan Tinggi. Artinya ada 73% anak usia sekolah, yang tidak bisa masuk perguruan tinggi. Walaupun terlepas dari hal tersebut, hingga saat ini belum ada pembahasan khusus terkait wacana student loan. Pinjaman merupakan domain bisnis dan individu," ungkap Nasir. Prof Wuryadi selaku Guru Besar FMIPA UNY, juga menyatakan pinjaman pendidikan harus didampingi dengan pemberdayaan masyarakat agar kelak mampu terjamin pendapatannya. Misalnya lewat perluasan lapangan kerja, dan pendampingan agar mahasiswa bisa merintis usaha. "Pinjaman pendidikan sangat dibutuhkan. Banyak yang sebetulnya ingin kuliah tapi harus memendam hasrat itu karena khawatir tidak bisa membiayai. Tapi kalau setelah lulus tidak langsung mendapatkan pekerjaan akan repot bagaimana mereka bisa mengembalikan. Oleh karena itu perlu ada pendampingan agar mahasiswa bisa merintis usaha atau disediakan lapangan kerja," pungkas Wuryadi.
Laporan Utama
Wacana Libur Selama Ramadhan Program libur sebulan penuh selama Ramadhan pernah dijalankan di era Gus Dur. Program tersebut muncul kembali sebagai diskursus di dunia pendidikan. Libur ataupun tidak libur, keputusan tersebut akan tetap konstruktif bagi jadwal akademik dan agenda religius.
Oleh RONY K. PRATAMA Editor BUDI MULYONO
hal. Perubahan signifikan barulah terjadi maka perlu melampaui kegiatan sekolah ataupun modifikasi kurikulum.
S
alah satu pernyataan menarik, yang diungkapkan Sandiaga Salahuddin Uno ketika debat Pilpres 2019 pada Sabtu (17/03) malam, adalah janji meliburkan anak sekolah selama Ramadan. Program libur sebulan penuh selama Ramadhan dijalankan di era Gus Dur. Ungkapan Sandiaga kini memunculkannya kembali hal tersebut sebagai diskursus di dunia pendidikan. Sebuah diskursus yang menurut Prof. Wuryadi selaku Guru Besar FMIPA UNY dan Penasehat Dewan Pendidikan DIY, merupakan politik kebijakan pendidikan yang apapun keputusannya dapat bersifat konstruktif bagi jadwal akademik maupun agenda religius. "Apapun keputusannya, libur ataupun tidak libur, tetap dapat berkontribusi konstruktif bagi jadwal akademik maupun agenda religius. Karena kalau kita kilas balik, Indonesia sudah pernah punya tahun ajaran mulai Januari, punya tahun ajaran mulai Juli. Itu adjustment agenda saja," ungkap Wuryadi. Sudah Pernah Dilaksanakan Layaknya dikutip Tirto.id, program libur sebulan penuh selama Ramadhan pernah dijalankan selama era Presiden Gus Dur. Selain itu semenjak masa kemerdekaan, libur puasa sebulan penuh ternyata telah berlangsung. Melanjutkan kebijakan pemerintah kolonial Belanda. Baru pada era Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (P&K) Daoed Joesoef, libur puasa sebulan penuh dihapus dan menjadi
"Kegiatan belajar berkait alam, olahraga, seni, sosial, dan lainnya pun islami. Jadi libur ataupun tidak libur, tidak menyentuh substansi," ungkap Najelaa di sela-sela Pekan Pendidikan Jogja 2019 di Museum Benteng Vredeburg, Sabtu (04/05).
ISTIMEWA
beberapa hari saja. "Alasan Daoed pada saat itu, libur puasa merupakan desain dari pemerintah kolonial. Daoed ingin anak-anak Indonesia belajar lebih keras untuk mencapai mutu intelektual yang lebih tinggi dari masa sebelumnya," ungkap Tirto. Akhirnya, Indonesia mengenal libur seperti saat ini. Dibagi pada setiap semester, dua sampai tiga minggu di setiap terminnya. Peneliti Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan (PSPK) Najelaa Shihab, mengungkapkan hal senada bahwa meliburkan siswa dan meminta mereka belajar di lembaga pendidikan agama masingmasing tak akan mengubah banyak
Kegiatan belajar berkait alam, olahraga, seni, sosial, dan lainnya pun islami. Jadi libur ataupun tidak libur, tidak menyentuh substansi.
Oleh karena itu Wuryadi menyebut, perubahan jadwal libur tersebut tak ubahnya seperti kebijakan merubah tahun ajaran yang lagi-lagi juga dirumuskan Menteri P&K Daoed Joesoef. Tepatnya pada tahun ajaran 1979, tahun ajaran dirubah menjadi dimulai pada Bulan Juli. Akibatnya, tahun ajaran 1978 yang telah dimulai sejak Januari 1978 dan seharusnya tuntas pada Desember 1978, menjadi mundur sampai 1,5 tahun dan baru dinyatakan tuntas pada Juni 1979. "Alasan yang dibawakan Daoed saat itu diantaranya: agar tidak menyulitkan rencana anggaran pendidikan. Selain itu untuk menyesuaikan tahun ajaran di luar negeri. Itulah politik kebijakan," ungkap Wuryadi. Apapun politik kebijakan pendidikan yang diambil, kebijakan terkait libur disebutnya tak akan mengubah banyak hal. Sekaligus tetap konstruktif bagi jadwal akademik dan agenda religius. Asalkan, panjang libur tetap proporsional. "Jangan sampai kebanyakan libur juga. Menyeimbangkan kebutuhan pengajaran, dengan kebutuhan libur anak, butuh resep yang pas," pesan Wuryadi. P E WA R A D I N A M I K A A P R I L 2 0 1 9 29
Laporan Utama
Setelah Bidikmisi, Terbitlah KIP Kuliah Jokowi bakal meluncurkan Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-K) bagi calon mahasiswa kurang mampu secara ekonomi. Bersama Bidikmisi, KIP-K dirancang sebagai bentuk kehadiran negara dalam peningkatan kualitas pendidikan
Wacana KIP-K kemudian menuai kritik. Di masa kampanye, Jokowi dihujani komentar pedas karena KIP-K hanya upaya menuai sensasi populis. Nizar Zahro, Jubir Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, mengatakan kalau kebijakan itu hanya soal pergantian nama. "Tidak ada yang baru dari situ sebab soalnya hanya pergantian nama. Dan program itu kan sudah dimulai sejak zaman Pak SBY," paparnya sebagaimana dilansir Kompas.
Oleh RONY K. PRATAMA Editor BUDI MULYONO
A
hmad Mahfudi memilih mendua. Ia seorang maha siswa plus aktivis kam pus. Kuliah di kelas mem berinya pengetahuan kognitif, sedangkan organisasi mem beri asupan plus. Itulah kenapa per tama kali diterima di Kampus Ungu ia langsung terjun ke dunia keorga nisasian kampus. Dari staf himpun an mahasiswa program studi sam pai pucuk pimpinan DPM. Semua itu Mahfud, sapaan akrabnya, jalani sepnuh hati. Ambil Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia tahun 2015 membuatnya makin jatuh cinta pada bahasa nasional. Menurutnya, bahasa itu pemersatu bangsa. "Coba bayangkan kalau nggak ada bahasa ini? Apalagi, kan, bangsa kita itu masih baru dan terdiri atas banyak suku-suku," jelasnya. Pemuda kelahiran Kota Purworejo ini bercitacita menjadi Guru Bahasa Indonesia melalui beasiswa Bidikmisi. Menyabet Bidikmisi mendorong Mahfud giat belajar. Ia rajin ke kampus. Habis kuliah ke Pusat Kegi atan Mahasiswa (PKM). Terka dang di sana bukan sekadar rapat organisasi, melainkan juga menger jakan tugas. Mahfud mengata kan kalau beasiswanya itu banyak membantu proses studinya di UNY. Tentu saya tak sekadar soal akade mik tapi juga kewajiban moral seperti berkontribusi di organisasi kemahasiswaan. "Sudah semestinya mahasiswa itu aktif di kampus. Kuli ah dan organisasi harus seimbang karena saling melengkapi," ucapnya. Jamak penerima Beasiswa Bidikmisi menorehkan prestasi. Mahfud 30 P E WA R A D I N A M I K A A P R I L 2 0 1 9
ISTIMEWA
salah satunya. Sasaran beasiswa itu sesungguhnya memperkuat individu agar semangat belajar dan menggondol tropi. Prestasi dari tropi itu, selain menjadi kebanggaan sendiri, tentunya juga berdampak positif bagi kampus. UNY, khususnya, bisa berkembang pesat sampai saat ini antara lain juga karena prestasi. Baik itu lokal, nasional, maupun internasional. Tahun ini pemerintah menggelontorkan anggran Bidikmisi sebesar Rp 4 sampai Rp 4,5 triliun. Alokasi itu merupakan bukti kehadiran negara terhadap kontinuitas studi lanjut di perguruan tinggi. Bukan hanya Bidikmisi, pemerintah merumuskan Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-K) sebagai tambahan Bidikmisi. Presiden Joko Widodo sendiri menyatakan, "Kartu itu sangat penting. Saya merasakan sendiri mau sekolah sulit, mau kuliah sulit."
Bertolak belakang dari pernyataan itu, Ainun Naim, Sekretaris Jenderal Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi, berpendapat kalau KIP itu kelanjutan KIP-K sedang Bidikmisi diberikan kepada pendaftar perguruan tinggi yang tak mampu. "Jadi, anak SMA dan SMK yang tidak mampu itu kan pegang KIP. Kalau mereka diterima di perguruan tinggi maka langsung otomatis diteruskan menjadi KIP Kuliah," tuturnya seperti dikutip Tempo.co. Menurut Ainun, KIP-K masih diolah tapi telah direncanakan matang. Selain KIP-K merupakan kelanjutan dari KIP, Ainun memastikan calon mahasiswa yang belum terdaftar KIP masih memiliki peluang untuk mendapatkan KIP-K. Ia menambah kan bahwa calon mahasiswa tentu tak dapat memiliki keduanya sekali gus. KIP-K dan Bidikmisi sekilas serupa tapi tak sama. Kebijakan ini juga berorientasi menambal Bidikmisi yang menerima calon mahasiswa secara terbatas. Banyak pendaftar tak diterima sepenuhnya di Bidikmisi. Itu kenapa KIP-K memberi solusi bagi pendaftar yang dikategorikan kurang mampu secara ekonomi itu untuk melanjutkan pendidikan tingginya.
B E R I TA S i v i ta s a k a d e m i k a
KALAM / PEWARA
MENDAPAT PENGHARGAAN DARI MICHIGAN GURU BESAR UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PROF. SUYANTO TERPILIH UNTUK MENDAPATKAN PENGHARGAAN DISTINGUISHED INTERNATIONAL ALUMNI AWARD DARI MICHIGAN STATE UNIVERSITY (MSU). Prosesi penganugerahan dilaksanakan 9 April 2019 di Huntington Club, Spartan Stadium. Menilik pada laman MSU, penghargaan ini diadakan oleh International Studies and Programs untuk mengenalkan individu yang memecahkan masalah terbesar dunia dan menjadikan dunia tempat yang
lebih baik, menginternasionalkan pengalaman siswa, serta memajukan pengetahuan dan mengubah kehidupan di seluruh dunia. Prof. Suyanto mengaku terkejut saat diberitahu MSU tentang penghargaan tersebut. “Bagi saya penghargaan itu bukan semata untuk diri pribadi saya tetapi juga untuk branding UNY di kancah internasional” kata Suyanto “Secara pribadi saya sangat bersyukur kepada Allah atas anugerah ini”. Pria kelahiran Magetan 2 Maret
Berita-berita lain dapat diakses pada laman www.uny.ac.id
1953 tersebut menyelesaikan S3 di MSU tahun 1986 dan S2 di Boston tahun 1981. Suyanto juga pernah menjabat sebagai Rektor UNY periode 1999-2003 dan 2003-2007. Pada 2005, sebelum masa jabatan periode kedua sebagai Rektor berakhir, Suyanto ditunjuk menjadi Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional. Suyanto juga telah menghasilkan banyak publikasi internasional serta menjadi penulis beberapa buku dan artikel. Saat ini Suyanto
menjadi Ketua Majelis Guru Besar Universitas Negeri Yogyakarta dan Ketua Ikatan Keluarga Alumni UNY. Rektor UNY, Prof. Dr. Sutrisna Wibawa, M.Pd, ikut bangga atas prestasi dan penghargaan yang diraih Prof. Suyanto. “Penghargaan ini berkontribusi pada tujuan UNY menuju world class university. Salah satu indikator untuk menuju WCU adalah kualitas dosen” ungkap Sutrisna Wibawa. Harapannya capaian ini dapat memicu dan memacu para dosen UNY untuk raih prestasi. HUMAS P E WA R A D I N A M I K A A P R I L 2 0 1 9 31
Berita
PELEPASAN PURNA TUGAS PROF. SLAMET
HUMAS
UPAYA MELITERASI TEKNOLOGI MEDIA BARU HUMAS
Tidak ada lagi di dunia sekat-sekat yang dapat menghalangi akses informasi, dunia juga semakin hyperconected, komunikasi sangat cepat dan beragam dan sekarang setiap orang bisa mengakses informasi baik fakta maupun nonfakta secara transparan dan demoktratis serta sangat mudah, dengan kondisi seperti itu masihkan perguruan tinggi diperlukan untuk mengajarkan informasi fakta dan nonfakta yang sudah tersedia dan mudah diakses di internet, begitu pertanyaan saya?. Demikian disampaikan Prof. Slamet PH, M.Ed, MA, MLHR Ph.D dalam paparan saat pelepasan purna tugas guru besar nya, Selasa (16/4) di Ruang Sidang Utama Rektorat Universitas Negeri Yogyakarta. Guru Besar Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta, juga mengatakan bahwa semester depan saya tidak akan mengajarkan fakta-fakta, mereka akan minta diskusikan dikelas dan yang terpenting adalah kemampuan menganalisis informasi, sehingga saya yakin banar fakta-fakta dan nonfakta informasi dan pengetahuan sudah tersedia dan luar biasa. “Globalisasi ditunjukan oleh aliran gagasan, pengetahuan, informasi, data dan fakta mampu melewati batasbatas negara dengan kecepatan yang semakin akselaratif sehingga membutuhkan kemampuan dan kecepatan tinggi untuk mengambil keputusan dalam jarak waktu yang kritis, dan globalisasi semakin kompleks dan penuh ketidakpastian, sulit diprediksi komplikatif, interconnected, hyperconected dan bahkan sekarang interdependen sehingga diperlukan kecepatan, ketepatan dan kecekatan dalam mengambil keputusan dengan resiko terkecil, ini semua terjadi karena revolusi teknologi dengan globalisasi”, tambah Prof. Slamet. Dijelaskan oleh Prof Slamet PH, keduanya berpadu dan saling menunjang serta saling berpengaruh dan bahkan berbulan madu antara globalisai dan teknologi informasi komunikasi, dan yang mempunyai teknologi informasi dan komunikasi akan semakin memperkuat hubungan simbiosis mutualisme antara keduanya dan membuat dunia semakin terpori serta penyatuan keduanya sangat berpengaruh pada kehidupan, pekerjaan bangsa dan negara sehingga strategi kebijakan manajemen serta kepemimpinan bangsa dan negara harus di seimbangulangkan agar integrasi dan singkronisasi dengan kehidupan tetap serasi selaras dan seimbang, Jelas Slamet PH. Rektor UNY, Prof. Dr. Sutrisna Wibawa, M.Pd dalam sambutanya mengatakan bahwa ketika saya menjadi dosen muda di UNY saya sempat tercengang membaca daftar dosen yang titelnya panjang ini yang mana?, ternyata Prof Slamet yang energik dalam segala hal. “Apa yang disampaikan oleh Prof. Slamet, telah memberikan inspirasi kepada kami para pimpinan di UNY untuk meningkatkan mutu khusunya mutu internali. ARBIMA 32 P E WA R A D I N A M I K A A P R I L 2 0 1 9
Perkembangan Teknologi membuat manusia harus mampu beradaptasi untuk memanfaatkan kemudahan yang ada. Kehadiran Digital Library UNY memberikan dampak yang cukup baik bagi mahasiswa khususnya mahasiswa tingkat akhir dalam mencari referensi dalam membantu penugasan tugas akhir maupun untuk mahasiswa baru atau mahasiswa tingkat tengah dalam mengerjakan tugas perkuliahan. Kehadiran media baru harus mampu digunakan dengan benar. Hal ini membutuhkan literasi yang membantu menggunakan media baru dengan efektif. UPT Perpustakan UNY mengadakan sosialisasi penelurusan ebook dan jurnal pada Selasa (30/04) di basement digital libray UNY dengan pembicara Erik Junikon dari Ebsco dan Joan dari Cambridge. Acara dilakukan dalam dua sesi yaitu sesi pagi dan sore. Sosialisasi penelurusan ebook dan jurnal sudah diadakan seminggu yang lalu untuk mahasiswa pascasarjana. Sedangkan untuk saat ini diikuti oleh mahasiswa S1 dan D3. Jumlah peserta yang mengikuti kegiatan ini pada sesi 1 ada sebanyak 40 mahasiswa sedangkan pada sesi 2 ada 51 mahasiswa yang bergabung. Pembukaan acara ini dilakukan oleh Wakil Rektor I, Prof. Dr. Margana. M.Hum, M.A.
Prof. Dr. Margana. M.Hum, M.A mengatakan sosialiasi penelusuran ebook dan jurnal menjadi sarana untuk meliterasikan diri dan membiasakan diri untuk menggunakan komputer. Selain itu, beliau berharap melalui acara dapat membawa mahasiswa menjadi luar biasa dan lebih benar dalam meng gunakan internet dengan baik. Selain untuk membantu mahasiswa dalam memahami penulisan jurnal dengan benar, Dr. Zamtinah M.Pd selaku kepala UPT Perpustakaan UNY mengatakan bahwa kegiatan ini membantu mahasiswa untuk menelusuri mencari sumber bacaan atau literasi yang benar. Beliau mengatakan seringkali pustaka banyak bertanya mengenai penelusuran jurnal yang tepat. Dr. Zamtinah M.Pd mengatakan acara ini akan menjadi acara tahunan UPT Perpustakaan UNY Salah satu peserta dalam acara sosialiasi penelusuran ebook dan jurnal, Mutiarawati mahasiswa Pascasarjana UNY yang pada waktu sosialisasi sebelumnya sempat ikut namun ada pertanyaan yang belum ditanya kembali menghadiri acara ini. Dia memberikan pendapat bahwa acara ini sangat membangun dalam penugasan mengenai berbagai jurnal yang ada. Selain itu Harapan Mutiarawati melalui acara ini dapat lebih pandai menulis jurnal baik berbayar maupun tidak. HUMAS
Berita
HUMAS FBS
PADATKAN ORKES MADUN KARYA ARIFIN C. NOER Selama tiga hari berturutturut, Teater Triyasa FBS mementaskan drama “Orkes Madun” karya Arifin C. Noer di Gedung Pertunjukan UNY, Rabu, Kamis, dan Jumat (24,25,26/04/2019). Berbeda dengan pertunjukan umumnya, Teater Triyasa meringkas dan memadatkan pentalogi naskah Arifin C. Noer menjadi trilogi tanpa mengurangi esensi ceritanya. Pada 1999, Arifin C. Noer menerbitkan naskah drama empat seri dengan payung tajuk
"Orkes Madun". Kumpulan drama tersebut yaitu "Madekur dan Tarkeni atawa Orkes Madun I", "Umang-Umang atawa Orkes Madun II", "Sandek, Pemuda Pe kerja atawa Orkes Madun III", dan "Ozone atawa Orkes Madun IV". Naskah sebenarnya direncanakan Arifin menjadi lima seri (pentalogi), dengan cerita terakhir berjudul “Magma” yang belum sempat dirampungkannya karena meninggal, yang kemudian digubah murid-muridnya menjadi cerita komik. Kendati demikian, “Orkes Madun” kondang dikenal
dengan teater pentalogi, meskipun tidak benar-benar terbit dalam lima seri. Oleh Teater Triyasa, pentalogi tersebut dipadatkan menjadi tiga pertunjukan, dan dipentaskan sebagai suatu kreativitas baru dengan tiga judul drama: Madekur dan Tarkeni (24/04/2019), Umang-Umang Sandek (25/04/2019), dan Magma Ozone (26/04/2019). Noverico Cahya Pratama, salah satu sutradara Teater Triyasa menyatakan bahwa pemilihan naskah Orkes Madun dilatari keinginan mereka menampilkan karya seni yang lekat dengan kehidupan masyarakat termarjinalkan. “Pesan-pesan yang disampaikan (dalam Orkes Madun) sarat akan nilai-nilai sosial,” ujar Noverico. Kreativitas Teater Triyasa
juga ditunjukkan dengan mementaskan Magma Ozone (26/04/2019) dengan racikan yang dilengkapi dari komik Magma. Teater Triyasa kemudian memformulasi sendiri Magma Ozone dari cerita yang ditulis murid-murid Arifin C. Noer berdasarkan ide guru mereka sebelum dia meninggal. Agung Dwi Prakoso, Pimpinan Produksi Teater Triyasa meyatakan bahwa mereka berusaha menemukan formula baru dalam pementasan teater dengan menyuguhkan cerita Orkes Madun secara utuh dan ditampilkan berturut-turut. “Biasanya hanya dipentaskan satu naskah saja,” ujar Agung. Tiga pertunjukan Orkes Madun ini diprakarsai oleh Teater Triyasa dan disutradarai oleh Noverico Cahya Pratama, Janu Wisnanto, dan Afaf L.K. M ABDUL HADI P E WA R A D I N A M I K A A P R I L 2 0 1 9 33
Berita
KUATKAN HUBUNGAN, KUNJUNGAN UDAYANA
DOK. FMIPA
HUMAS FIS
Kerjasama dan menjaga hubungan baik memang sudah seharusnya dipertahankan dan disuburkan. Seperti hubungan persaudaraan yang terjadi antara program studi (prodi) Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta (FIS UNY) dengan Jurusan Sejarah, prodi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana (FIB UNUD). Dalam rangka memupuk hubungan baik tersebut, kemarin Kamis (25/4), rombongan berjumlah 38 orang yang terdiri dari dosen dan mahasiswa, dipimpin oleh Koordinator Prodi Ilmu Sejarah FIB UNUD, Drs. I Nyoman Sukiada, M.Hum berkunjung ke Prodi Ilmu Sejarah FIS UNY. Rombongan diterima langsung oleh Dekan FIS UNY, Prof. Dr. Ajat Sudrajat, M.Ag yang kebetulan juga merupakan dosen dari prodi Ilmu Sejarah FIS UNY. Hadir pula menyambut, Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah, sekaligus Kaprodi Ilmu Sejarah HY. Agus Murdiyastomo, M.hum beserta jajaran dosen, staff dan bberapa mahasiswa prodi Ilmu sejarah. Dalam kegiatan tersebut, para tamu tidak hanya berkunjungn saja namun berbagai macam kegiatan mereka selenggarakan bersama. Inti dari kegiatan tersebut kedua prodi mengadakan diskusi bersama yang diberi nama : “Diskusi Sumbangan Sejarah Lisan sebagai Metode & Sumber Dalam Penelitian Sejarah Lokal” Dalam kesempatan tersebut Dekan FIS UNY menyampaikan sambutan salah satunya tentang pentingnya menjalin kerjasama untuk menguatkan hubungan baik yang sudah terjalin selama ini, “Kunjungan dari Saudara kita kali ini mungkin bukan yang pertama, dan atau mungkin sudah yang kesekian kali, khususnya Bapak/Ibu dosen. Bagi Bapak Ibu yang dulu pernah kesini mungkin ada beberapa yang berbeda, salah satunya kami saat ini sudah mempunya gedung Laboratorium IPS Terpadu, 4 lantai. Jadi di gedung ini isinya cuma laboratorium yang dimiliki oleh semua jurusan. Dan di lantai 4 ada aula dengan kuota 350 orang.” Papar Ajat Sedangkan Sukiada, menuturkan bagi mahasiswanya kunjungan seperti ini memang rutin diadakan 2 tahun sekali. Dan alasana kenapa memilih prodi Ilmu Sejarah FIS UNY dengan alasan mendekatkan sesama prodi sejenis. “tujuan kami berkunjung ke prodi Ilmu Sejarah FIS UNY agar kami bisa mendekatkan mendekatkan diri dengan sesama prodi yang melakukan pendekatan sejarah. Dan tentu harapannya setelah ini hubungan antara UNY dan Udayana semakin erat di kemudian hari”ungkap sukiade dalam sambutannya. Disampaikan juga, rombongan dari UNUD ini selain berkunjung ke UNY juga melakukan kunjungan ke SMA N 11 Jogja sebagai sekolah kebangsaan dan gedungnya pun merupakan salah satu gedung budaya karena merupakan tempat penandatanganan kerjasama Budi Utomo. Setelah dari UNY mereka juga diagendakan untuk berkunjung ke ke kampung multi agama di Bantul. SARI 34 P E WA R A D I N A M I K A A P R I L 2 0 1 9
MAHASISWA DOKTORAL MP ADAKAN PPM DI SD MUHAMMADIYAH Jumat (5/4) Bertempat di SD Muhammadiyah Noyokerten Berbah, mahasiswa S3 Manajemen Pendidikan PPs UNY Angkatan 2018 mengadakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan topik “Sistem Penjaminan Mutu Internal” (SPMI). Kegiatan tersebut dihadiri kepala sekolah dalam lingkungan Muhammadiyah wilayah Sleman bagian timur yang berjumlah 17 orang. Materi diskusi disampaikan oleh beberapa perwakilan dari rombongan mahasiswa S3 MP UNY Angkatan 2018. Junaidin, Chen Tao dan Teguh. Sebagai narasumber pertama, Junaidin memaparkan materi dan praktik SPMI sekolah yang mengkhususkan pada pembahasan tentang pemetaan mutu, perencanaan, dan pelaksanaan pemenuhan mutu. Dalam sesi praktik, dilakukan dengan membaca rapor mutu. Kemudian dilanjutkan oleh Chen Tao yang memberikan gambaran sekilas tentang komparasi antara mutu pendidikan di Indonesia dan China. Dalam paparannya Chen Tao mengatakan bahwa apa yang sudah dilakukan khususnya dalam ranah pendidikan di Indonesia
tidak jauh berbeda dengan China, tinggal memperbaiki kualitas implementasi melalui optimalisasi pihak internal dan eksternal sekolah. Sementara itu, Teguh sebagai perwakilan terakhir dari rombongan mahasiswa S3 MP UNY Angkatan 2018 memberikan pandangannya tentang pentingnya aspek psikologis dan sosial budaya untuk mendukung suksesnya SPMI. Aspek-aspek tersebut menjadi prasyarat penting untuk mendorong sekolah mencapai tujuan pendidikan. Karena antusiasnya peserta, kegiatan lanjutan rencananya akan dilaksanakan dengan skala lebih luas dengan menghadirkan lebih banyak lagi kepala sekolah yang berada di Kabupaten Sleman. Selama kegiatan berlangsung, pertanyaanpertanyaan peserta mengalir dan membuat diskusi semakin hangat. Di akhir acara, kepala sekolah SD Muhammadiyah Noyokerten, sekaligus ketua K3S Kabupaten Sleman Yudi Wardhana mengapresiasi dan mengucapkan terima kasih pada rombongan mahasiswa S3 MP UNY Angkatan 2018 atas kunjungan dan sharing ilmunya. Selain itu juga berharap kegiatan semacam ini dapat secara rutin dilaksanakan untuk perbaikan mutu pendidikan. ANT
Berita
PENDIDIKAN BAHASA PERANCIS REAKREDITASI UNY kembali menerima Tim Asesor dari BAN-PT untuk melakukan Field Assesment dalam rangka reakreditasi Jurusan Pendidikan Bahasa Perancis pada Fakultas Bahasa dan Seni, Jurusan Pendidikan Bahasa Perancis, Fakultas Bahasa dan Seni, Kamis (25/4). Wakil Rektor I, Prof. Dr. Margana, M.Hum, MA, dalam pengantar sambutannya mengatakan bahwa Universitas Negeri Yogyakarta sedang berusaha bergerak menuju World Class University, dan sedang konsentarsi memajukan SDM dimana kami sudah mempunyai 70 Profesor (66 profesor aktif dan sisanya 4 profesor emeritus), kemudian juga meningkatkan jumlah program studi terakreditasi A dimana masih sekitar 60%, dan juga upaya meningkatkan program studi yang terakreditasi A menjadi akreditasi internasional. “Kami juga sedang berusaha agar Program Studi Pendidikan Perancis agar dapat menjadi leading atau menjadi program studi rujukan nasional”, tambah Margana. Prof. Dr. Margana, M.Hum, MA, yang menyambut bersama jajarannya memberikan ucapan selamat datang kepada Tim Asesor BAN-PT: Dr. Yuliarti Mutiarsih dari Universitas Pendidikan Indoensia dan Dr. MyrnaLaksman-Huntley dari Universitas Indonesia. Hadir dalam kesempatan tersebut, Prof. Dr. Endang Nurhayati, M.Hum, Dekan FBS; Dr. Maman Suryaman, M.Pd. Wakil Dekan I FBS; Dr. Roswita Lumban Tobing, M.Hum, dan sejumlah pejabat lain. ARBIMA
SEMARAK OPEN HOUSE PAEDAGOGIA FIP UNY semakin berkembang. Sistem pendidikan di KB-TKSD Paedagogia pun telah menerapkan pola tersebut.
Labschool UNY-Zaman yang terus berkembang membuat setiap orang harus siap dengan segala perubahan. Apalagi, di era serba digital ini, semua orang harus mampu mengikuti perubahannya. Digitalisasi tidak hanya terjadi dalam dunia orang dewasa, tetapi juga sudah merambah di dunia anak-anak. Munculnya berbagai permainan anakanak berbasis digital menjadi salah satu buktinya. Melihat perkembangan era digital tersebut, Kelompok Belajar (KB), Taman Kanakkanak (TK), dan Sekolah Dasar (SD) Paedagogia menggelar acara open house pada Minggu (14/4). Berbagai kegiatan untuk anakanak diadakan di sekolah yang merupakan sekolah laboratorium Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) tersebut. Bertemakan “Tangguh dan Berbudaya di Era Digital”, kegiatan open house ini bertujuan untuk
Kegiatan open house berlangsung dengan semarak. Berbagai lomba yang diadakan antara lain lomba fun games batita, lomba mewarnai, serta lomba fashion show Kartini. Lombalomba tersebut diikuti oleh anak-anak dari dalam maupun luar Sekolah Paedagogia. “Open house ini mengenalkan tokoh Kartini, budaya, serta memberikan gambaran tentang masa depan pada anak-anak,” papar Ningrum Perwitasari, Kepala SD Paedagogia. menunjukkan kepada masyarakat terkait sistem dan kondisi di KB-TK-SD Paedagogia FIP UNY tersebut. “Sesuai dengan tema, kegiatan ini diharapkan mampu membuat anak-anak semakin tangguh dan berbudaya di era digital,” papar Wakil Dekan II FIP UNY,
Cepi Saffrudiin Ard Jabar. Cepi pun memaparkan bahwa dalam pola pendidikan anak di era digital harus memuat empat hal, yaitu: berpikir kritis, kolaboratif, kreatif, dan komunikatif. Peran orang tua pun sangat penting dalam pola pendidikan anak, mengingat zaman yang
Ningrum menambahkan, dengan adanya open house ini, diharapkan masyarakat lebih megenal KB-TK-SD Paedagogia yang merupakan sekolah inklusi berbasis budaya serta tidak ragu untuk mempercayakan pendidikan anak-anaknya di KB-TK-SD Paedagogia tersebut. RATNA P E WA R A D I N A M I K A A P R I L 2 0 1 9 35
Berita
HUMAS FIP
HUMAS UNY
TERINSPIRASI FILM DUMBO, AFIF GB CIPTAKAN BUSANA PESTA Afif Ghurub Bestari, M.Pd., seakan tidak pernah kehabisan ide dalam melahirkan karya busana. Setelah meraih berbagai sukses dengan tim Karnaval-nya baik diajang nasional maupun internasional. Kali ini, dosen Pendidikan Teknik Busana Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta ini kembali menghentak dalam Pagelaran busana bertajuk “Tromgine” (The role of Millenial Generation in Nature Environment) pada pertengahan bulan April 2019 di Auditorium UNY dengan menampilkan set busana mengambil inspirasi dari Dumbo, sebuah film yang baru-baru ini rilis ulang di bioskop-bioskop. Dalam karya terbarunya ini, Afif memberi judul “Kalbudambo” dimaknai sebagai karya sepenuh 36 P E WA R A D I N A M I K A A P R I L 2 0 1 9
hati atau kalbu selayaknya Dumbo yang terdiri dari tiga set busana pria, dan enam set busana wanita. Dumbo sendiri merupakan film animasi klasik koleksi Walt Disney Studios yang diinterpretasi ulang ke dalam format live action. Afif menceritakan bahwa Dumbo merupakan seekor anak gajah sirkus yang memiliki telinga sangat lebar sehingga penampakannya jauh berbeda dengan gajah pada umumnya dam kerap menjadi bahan ejekan di lingkungannya. “Me miliki telinga lebar tentu tak lazim untuk gajah sirkus hingga Dumbo diasingkan dan dipisah kan dari induknya,” tutur Afif. “Namun, sapa sangka, telinga besar tersebut ternyata
membuatnya dapat terbang, hingga membuat Dumbo terkenal dan bisa kembali bertemu ibunya,” lanjut Afif Menurut Afif, cerita tersebut memiliki pesan moral yang sangat kuat yakni tidak harus sama karena dengan berbeda bisa menjadi sesuatu yang sangat luar biasa. Itulah yang coba ditampilkan Afif dalam koleksi terbarunya ini. “Bahwa tak selalu tokoh cerita khayal anak - anak terwujud pula dalam busana anak-anak. Sembilan set Kalbudambo, seluruhnya diperuntukkan remaja hingga dewasa muda,” lanjut Afif. “Penerapan sumber inspirasi pun tak semata sebagai motif atau bentuk yang mengarah
pada sosok nyata anak gajah sirkus. Namun lebih disesuaikan dengan realita kebutuhan dan fungsi suatu busana,” ujar Dosen Pembimbing UKM Karnaval Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta ini. “Sehingga, jika tidak mengenakan headdress akan menjadi busana ready to wear,” bebernya Dalam meralisasikan konsep busananya ini, Afif menggunakan bahan velvet, tulle, vitrage, tafetta dan rawsilk. Melalui konsep busana ini, Afif ingin menunjukkan bahwa inspirasi suatu design busana pesta dapat berasal dari apa saja dan dari mana saja. “Ide fashion itu sangat luas dan tak terbatas, sehingga sebagai desaigner kita harus membebaskan pikiran kita,” tutup Afif. HRYO
Berita
LOMBA TENIS MEJA, JADI AJANG DOSEN, KARYAWAN UNY SALING PERERAT KEKOMPAKAN Semangat dan antusiasme Dosen dan Karyawan UNY dalam bermain tenis meja tak pernah padam, hal tersebut nampak ketika mereka mengikuti ajang pertandingan Tenis Meja dalam rangka Dies Natalis UNY 2019 di Hall Tenis Meja UNY. Pertandingan kali ini berlangsung meriah, teriakan penyemangat dan tepuk tangan riuh terdengar dari para penonton untuk mendukung perwakilan dosen dan karyawan dari masing-masing fakultas. Ketua Panitia, Deny Budi Hertanto, M.Kom menegaskan bahwa HUMAS kegiatan ini selain untuk menjaga kebugaran Dosen dan Karyawan UNY, lomba tenis meja ini memiliki maksud untuk mejaga rasa kebersamaan dan mengenalkan antar Fakultas.''Tujuan utamanya mempererat dan lebih mengenalkan satu sama lain antar fakultas, antar unit dalam suasana akrab dalam kegiatan tenis meja" terang Deny sembari mengamati jalannya partandingan, Kamis (25/9) Terdapat banyak cabang kegiatan olahraga selain tenis meja dalam memperingati Dies UNY kali ini seperti halnya badminton, tenis dan voli, meskipun demikian, dalam setiap cabang selalu berbeda-beda pesertanya. Menurut Deny hal tersebut bagus karena interaksi antar fakultas dalam hal ini dosen dan karyawan semakin banyak. Lebih lanjut, Deny menambahkan setidaknya terdapat 28 Tim yang berlaga di ganda putra dan 19 tim tunggal putra. Banyaknya peserta juga dikarenakan tidak ada batasan untuk perwakilan dari masingmasing fakultas, hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi sedikitnya peserta, tetapi minat dan partisipasi Dosen dan Karyawan UNY begitu besar.
TIM ROBOT UNY RAIH JUARA UMUM KRI Kontes Robot Indonesia merupakan ajang perlombaan robot karya anak bangsa dari seluruh perguruan tinggi di Indonesia. Kompetisi ini dilaksanakan pada tingkat regional dan nasional. Pada kesempatan kali ini Sabtu, 27 April 2019, Tim Robotika UNY turut berlaga dalam Kontes Robot Indonesia (KRI) 2019 Regional 3 yang meliputi wilayah Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Kalimantan. KRI 2019 Regional kali ini diselenggarakan di Universitas Jendral Soedirman, Purwokerto, Jawa Tengah.
1 divisi KRSTI dengan nama tim ROSEMERY, Juara 1 divisi KRPAI Berkaki dengan nama tim GARENGPUNK, Juara 2 KRSBI Beroda dengan dama tim MOBO-EVO, dan Juara 2 KRSBI Humanoid dengan nama tim AL-AADIYAT.
Tim Robotika UNY mempertandingkan 5 Divisi lomba pada KRI 2019 Regional 3, diantaranya Kontes Robot ABU Indonesia (KRAI), Kontes Robot Sepak Bola Indonesia Beroda (KRSBI Beroda), Kontes Robot Sepak Bola Indonesia Humanoid (KRSBI Humanoid), Kontes Robot Seni Tari Indonesia (KRSTI), dan Kontes Robot Pemadam Api Indonesia Berkaki (KRPAI Berkaki).
Dengan demikian, Tim Robika UNY dianugerahi penghargaan Juara Umum pada Kontes Robot Indonesia 2019 Regional 3. Prestasi yang diperoleh masing-masing tim tentunya bukanlah suatu hal yang instan. Terdapat kerja keras dan pengorbanan yang besar dari masing-masing anggota tim, mulai dari kerja lembur hingga merelakan untuk tidak mudik ke kampung halaman saat masa libur kuliah. Julizar Handi Wijaya, Ketua Umum Robotika UNY 2019 mengatakan, "Hasil yang kami peroleh tentunya tidak lepas dari kerja keras anggota tim, baik tim teknis maupun managerial. Tentunya dengan bantuan dari pihak kemahasiswaan dan birokrasi UNY.
Dalam pertandingan kali ini Tim Robotika UNY berhasil memperoleh peringkat pertama Universitas yang mendapatkan penghargaan terbanyak. Perolehan dari Tim Robotika UNY meliputi: Juara 1 dan Desain Terbaik divisi KRAI dengan nama tim MAESTRO_EVO, Juara
Dalam pertandingan kali ini, Tim Robotika UNY berhasil mengembalikan kejayaan tim yang sempat merosot. "Kami berharap di KRI nasional bulan Juni nanti, kami dapat mempertahankan perolehan kami, baik perolehan maisngmasing tim maupun perolehan juara umum" Julizar. ER
"Perwakilan yang banyak hadir dalam kegiatan ini didominasi oleh FT UNY dengan kontingen tunggal putra 16 peserta dan ganda 7 tim, disusul perwakilan dari FIP dan Rektorat UNY" papar Deny Rencananya pertandingan ini akan dipersingkat agar selesai dalam satu hari pada Kamis (25/4). Semula kegiatan ini akan dilaksakan dua hari pada kamis dan jumat. "Jumlah peserta tenis meja tidak seperti cabang olahraga lain, satu partai mungkin tidak sampai 30 menit sudah selesai, meskipun jumlahnya cukup banyak, nanti bisa selesai satu hari meskipun saya jadwalkan dua hari" imbuh Deny. Perihal minat dan jumlah peserta, Deny yang merupakan Dosen FT UNY tersebut mengakui Dosen dan Karyawan UNY bersemangat dalam mengikuti lomba tenis meja kali ini, meskipun ada beberapa fakultas yang tidak mengirimkan perwakilan untuk mengikuti lomba tenis meja ini tetapi kegiatan ini tetap berlangsung meriah. "Antusiasme para Dosen dan Karyawan UNY pada lomba tenis meja ini tinggi, terlihat dari jumlah peserta yang mengikuti banyak. Meskipun ada beberapa fakultas yang tidak mengirimkan perwakilannya tetapi acara ini tetap ramai banyak peserta" pungkasnya. BAMBANG
P E WA R A D I N A M I K A A P R I L 2 0 1 9 37
MICHELA THEA WIJAYA TEGUH WICAKSONO FARISA NOVIBIYANINGRUM
MENGENALKAN WISATA JOGJA
38 P E WA R A D I N A M I K A A P R I L 2 0 1 9
KALAM / PEWARA
SOSOK DIMAS-DIAJENG
DOK PRIBADI INTAN
Tiga mahasiswa UNY didapuk sebagai wajah depan pariwisata Kota Yogyakarta. Merekalah Michela Thea Wijaya (Wakil II Diajeng), Teguh Wicaksono (Dimas Persahabatan), dan Farisa Novibiyaningrum (Finalis Diajeng) Oleh ILHAM DARY ATHALLAH
D
alam pagelaran Grand Final Dimas Diajeng Kota Yogyakarta 2019 pada 28 April 2019 malam, tiga mahasiswa UNY sedang berdiri penuh penantian di atas panggung Bangsal Pagelaran Kraton Yogyakarta. Semua mata di Kraton sedang tertuju padanya. Mereka bertiga tak sendiri. Total ada 30 peserta di panggung tersebut. Mereka adalah finalis Dimas Diajeng Kota Yogyakarta 2019, sedang menanti pengumuman atas kompetisi yang mereka ikuti. Penantian tersebut cukup mendebarkan karena layaknya disebut Yati Martanti, Sekretaris Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta, Dimas Diajeng punya peran penting untuk mempromosikan kota Jogjakarta. Merekalah wajah depan bagi para wisatawan yang berkunjung di kota pelajar ini. "Anak-anak UNY ini meamng punya potensi. Dalam rangkaian seleksi awal, pada Senin (05/03) kami menggelar seminar tentang industri milenial di UNY. Animo dan bakatnya memang sudah ada," ungkap Yati mengapresiasi partisipasi para peserta Dimas Diajeng dari UNY.
Tak lama, gegap gempita pengumuman tuntas. Michela Thea Wijaya (Pendidikan Seni Musik 2017), Teguh Wicaksono (Pendidikan Adminstrasi Perkantoran 2014) dan Farisa Novibiyaningrum (Sastra Inggris 2017), masing-masing dinobatkan sebagai Wakil II Diajeng, Dimas Persahabatan, dan Finalis Diajeng. Wakil Walikota Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi, menyematkan langsung selempang penobatan Dimas Diajeng kepada para jawara. Malam itu, penobatan dan rangkaian kompetisi yang menobatkan mereka sebagai duta wisata telah usai. Tapi tugas untuk mempromosikan wisata Kota Yogyakarta, baru saja dimulai. Thea dan Musik Penobatan sebagai Wakil II DIajeng merupakan kali pertama ia mengikuti kompetisi kontes kecantikan ataupun duta pariwisata. Walaupun demikian, unjuk diri memamerkan kesenian dan bakat bukanlah hal baru bagi dara kelahiran Yogyakarta, 3 Januari 1999 itu. Biasa disapa Thea, putri bungsu Bapak Operasi Sadar Sulistyo dan Ibu Puji Lestari tersebut merupakan mahasiswi Pendidikan Seni Musik UNY angkatan 2017.
MICHELA THEA WIJAYA DI STUDIONYA.
Selain punya pengalaman tampil di panggung dan kompetisi musik, Thea juga punya kanal Youtube atas namanya. Ia rutin mengunggah videonya menyanyikan lagu dan bermain piano setidak-tidaknya seminggu sekali. "Kalau pas liburan begini bisa setiap hari upload. Akun tersebut baru dibuat, Puji Tuhan sudah seribuan subscriber," ungkap Thea kepada Pewara Dinamika. Bakat penampilan di bidang seni tersebut telah Thea asah sejak kecil. Saat masih menjadi siswi berseragam putih biru tua di SMP 1 Yogyakarta, Thea sudah sering mengikuti lomba cipta lagu. Lagu yang ia ciptakan dalam kompetisi pertamanya bertajuk "Indonesia Mulia". Mengisahkan tentang betapa kayanya Indonesia sekaligus mengajak para penikmat lagunya untuk mensyuuri keindahan negeri ini. Saat menginjak SMA, ia memperkaya inspirasinya di bidang seni dengan mengikuti Program Pertukaran Pelajar yang digelar Pemerintah Kota Yogyakarta. Disaring dari pelajar di seluruh Jogja, ia terpilih menjadi satu dari 40 siswa SMA yang dikirim untuk belajar selama P E WA R A D I N A M I K A A P R I L 2 0 1 9 39
beberapa waktu di SMA 6 Padang Sumatera Barat.
SOSOK DIMAS-DIAJENG
Disanalah Thea melihat secara langsung sisi lain Indonesia, untuk kemudian makin mencintai dan mensyukuri kekayaan negeri. "Disana ikut pembelajaran di kelas dan pentas seni. Seru, walaupun saya harus pakai kerudung di Padang. Disana saya belajar cara pandang dan budaya masyarakat yang berbeda-beda, memperkaya Indonesia," kenang Thea. Pengalaman masa kecil itu disebutnya sangat bermanfaat ketika mengikuti rangkaian seleksi Dimas Diajeng. Pada sesi seleksi Budaya dan Bahasa Jawa misalnya, Thea unjuk diri melantunkan tembang jawa yang memikat hati para juri. Pada sesi Public Speaking yang menurutnya relatif menantang, ia ditantang mengisahkan tentang objek wisata Tamansari hanya dalam waktu 30 detik. "Pertanyaannya tricky dan kami berusaha menampilkan bakat dan potensi seoptimal mungkin," ungkap Thea. Kemampuan Bahasa ala Farisa Lahir di Pati Jawa Tengah pada 21 November 1998 dan besar disana, tak menyurutkan putri dari Tori Wibiyantoro dan Poejiningsih ini untuk turut andil dalam kompetisi Dimas Diajeng Kota Jogja. Hal ini karena mahasiswi Sastra Inggris angkatan 2017 tersebut sudah tak asing dengan Yogyakarta. Kakaknya telah lama kuliah dan menetap di kota ini. Sejak kecil Farisa juga telah beberapa kali menyambangi Yogyakarta untuk berwisata dan berjumpa sang kakak. "Jadi ketika saya memilih kuliah, saya memilih di Yogyakarta. Nasib mengantarkan saya ke UNY," kenang Farisa. Bakat terkait penguasaan bahasa juga menjadi modal Farisa dalam mengikuti Dimas Diajeng. Sebagai siswi SMA 1 Pati, Farisa mewakili sekolah dan kabupaten dalam kompetisi Duta Bahasa tingkat Provinsi Jawa Tengah. Berhasil menyabet gelar juara dua. Jadilah saat mengetahui ada kompetisi Dimas Diajeng, Farisa mendaftar untuk mencari pengalaman selama studi. Hal tersebut ia anggap penting karena 40 P E WA R A D I N A M I K A A P R I L 2 0 1 9
DOK PRIBADI INTAN
saat itu Farisa sedang duduk di tahun kedua kuliah. Mencoba hal baru untuk memperkaya pengetahuannya tentang Jogja. "Itu (Duta Bahasa) pengalaman pertama di bidang pageant (duta). Akan tetapi Duta Bahasa lebih ke kemampuan penguasaan dan penggunaan bahasa. Bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa inggris. Saya mengikuti Dimas Diajeng dengan tujuan mencari pengalaman lebih banyak, utamanya pengalaman di Jogja," ujarnya.
Jadi ketika saya memilih kuliah, saya memilih di Yogyakarta. Nasib mengantarkan saya ke UNY.
Farisa menceritakan bahwa ia bersama kawan-kawan dari UNY tersebut mulanya diseleksi menjadi 60 besar lewat tes wawancara. Seleksi layaknya tes Public Speaking maupun Budaya Jawa layaknya telah dilalui Thea, berlangsung dalam rangkaian seleksi terakhir Psikotes dan wawancara akhir yang berlangsung selama dua hari di Balaikota Yogyakarta. "Saya juga merasa tes Public Speaking relatif tricky. Alhamdulillah kami bertiga terpilih sebagai finalis Dimas Diajeng," ungkap Farisa. Teguh Jagoan Public Speaking Berbeda dari kedua temannya, Public Speaking justru merupakan keahlian yang telah lama didalami Teguh Wicaksono. Putra sulung dari Hendra Kusnadi dan Yuniati Fairani yang lahir di Jakarta pada 11 Agustus 1996 tersebut, telah belajar banyak hal terkait cara
dilepaskan dari bimbingan dan dorongan Rr. Chusnu Syarifa Diah Kusuma, M.Si, selaku dosen di jurusan Teguh. Ialah yang menurut Teguh memberi info dan menyuruhnya mengikuti kompetisi bidang Public Speaking.
SOSOK DIMAS-DIAJENG
"Kami bahagia dan bangga bisa memberikan prestasi di tingkat Internasional untuk pertama kalinya bagi jurusan Pendidikan administrasi. Saya ikut lomba Public Speaking berkat ibu Chusnu, karena beliau lihat saya cerewet jadi cocok ikut lomba Public Speaking," ungkap Teguh bangga. Dalam kompetisi Dimas Diajeng, lagi-lagi Ibu Chusnu lah yang men daftarkan Teguh mengikuti lomba. Teguh bahkan baru mengetahui perihal tersebut belakangan hari ketika dinyatakan lolos administrasi dan diundang wawancara, padahal tidak pernah mengisi formulir pendaftaran. "Saya didaftarkan beliau. Jujur baru tahu belakangan, saya kira undangan saja wawancara ternyata ada Ibu Chusnu yang mendaftarkan dan support kami semua mahasiswa Pendidikan Administrasi Bisnis," kenangnya.
DOK PRIBADI INTAN
komunikasi dan berpenampilan dalam studinya di Pendidikan Administrasi Perkantoran. "Saya mahasiswa angkatan 2014. Saat ini kesibukan saya adalah mengerjakan tugas akhir sekaligus baru-baru ini mulai mengikuti kompetisi di bidang Public Speaking. Dapat pengalaman komunikasi dari sana," kenang Teguh. Tercatat Teguh telah mengikuti 14 kali kompetisi Public Speaking. Walaupun bidang tersebut baru ia tekuni sejak awal tahun 2018, ia langsung berhasil mengharumkan nama UNY di kompetisi tingkat nasional dan internasional. Dalam kompetisi International Competition on Students Competencies in Office
Management di Universitas Pendidikan Indonesia Bandung misalnya. Ia berhasil menyabet gelar juara dua untuk Public Speaking berbahasa Inggris. Saingannya merupakan mahasiswa yang datang dari penjuru Indonesia, termasuk luar negeri layaknya UTM Malaysia dan Rajamangala Thailand. Prestasi tersebut tak bisa
Kami bahagia bisa memberikan prestasi di tingkat Internasional untuk pertama kalinya bagi jurusan Pendidikan Administrasi.
Dalam rangkaian seleksi Dimas Diajeng, Teguh kemudian dengan lancar melalui segala rangkaian kompetisi. Tak terkecuali dalam tes Public Speaking. Akhirnya Teguh dinobatkan sebagai Dimas Persahabatan. Tugas Promosi Pariwisata Bersama Thea dan Farisa, mereka bertiga kini tergabung dalam Paguyuban Dimas Diajeng Kota Yogyakarta. Tugas besar mempromosikan pariwisata kota pelajar ini telah menanti dalam banyak agenda, layaknya Car Free Day, Jogja Batik Bienalle, Jogja Light Carnival, sampai Peringatan Ulang Tahun Kota Jogja. Masing-masing juara Dimas Diajeng juga dibagi dalam tiga kelompok untuk melakukan pengembangan pariwisata terpadu di lapangan selama dua tahun. Program tersebut dijuluki Field Trip. "Teguh dan Farisa satu kelompok, berencana membuat pelatihan karawitan untuk siswa dan turis. Thea di kelompok lain akan mengangkat promosi untuk 17 kampung wisata di Jogja lewat lomba fotografi. Doakan semoga lancar!," pungkas Teguh. P E WA R A D I N A M I K A A P R I L 2 0 1 9 41
» Opini
Pendidikan dan Kapital Oleh EKO RUJITO Dosen Sastra Inggris, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta.
S
osiolog Perancis Pierre Bourdieu pernah mengatakan bahwa (sistem dan kultur) pendidikan formal dalam kenyataanya justru mereproduksi dan melanggengkan kesenjangan sosial. Kesenjangan ini berhubungan dengan disparitas kemampuan untuk menaiki tangga kelas sosial. Bourdieu menganggap semua bentuk interaksi sosial sebagai pertarungan dan sekaligus permainan. Layak nya pertempuran, setiap kubu harus memiliki amunisi dan strategi yang mumpuni. Sebagai permainan, lokal interaksi sosial (yang ia sebut champ atau field) menuntut pengetahuan yang baik tentang the rule of the game. Siapa yang mengerti aturan permainan, ia akan mudah menyiapkan strategi, dan kemudian meraih kemenangan. Sekolah pun sebenarnya wilayah arena perjuangan sosial seperti itu. Para siswa adalah para pemain yang harus bersaing untuk memenangkan permainan, atau bahkan untuk sekadar bisa tetap bertahan dan tidak terlempar dari permainan itu. Selama ratusan tahun pendidikan menjadi aparatus untuk mempertahankan struktur kekuasaan dan struktur relasi sosial. Alih-alih menjadi jalan pembebasan bagi kelas bawah, pendidikan justru semakin melanggengkan dan menguatkan dominasi kelas atas dalam berbagai bidang. Bourdieu membagi kelas sosial menjadi tiga: kelas dominan, borjuasi kecil, dan kelas popular. Stratifikasi kelas ini berhubungan dengan akumulasi dan struktur kapital yang dimiliki oleh tiaptiap kelas.
42 P E WA R A D I N A M I K A A P R I L 2 0 1 9
Sekilas pandangan Bourdieu mirip dengan pembagian kelas ala Marx, namun jika ditelaah lebih lanjut akan terlihat sangat berbeda. Dalam pandangan Bourdieu kelas tidak sekadar ditentukan oleh kepemilikan dan akses terhadap alat produksi. Ada faktor-faktor krusial lain yang justru memainkan peranan penting dalam relasi sosial yang sebenarnya. Ia membagi kapital menjadi empat: kapital ekonomi, kapital budaya, kapital sosial, dan kapital simbolis.
Dalam semua bentuk relasi sosial keempat kapital ini adalah mata uang sekaligus komoditi. Semakin besar kapital yang dimiliki seseorang, dan semakin lengkap struktur kapital yang ia miliki, maka semakin mudah baginya untuk bermain dan melakukan dominasi. Kapital ekonomi adalah sumberdaya yang bisa menjadi sarana produksi dan finansial. Sederhananya, kapital ini berhubungan de ngan kepemilikan kekayaan. Kapital buda ya berhubungan dengan pengetahuan yang bernilai. Biasanya dalam bentuk ijazah, kode budaya, penguasaan pengetahuan dan tek nologi, dan lain sebagainya yang berperan dalam menentukan kedudukan sosial. Ka pital sosial adalah jaringan hubungan sosial yang bernilai seperti relasi, keanggotaan asosiasi dan organisasi, kenalan dan koneksi, akses terhadap massa dan berbagai kelompok masyarakat yang dapat dimanfaatkan dan dimobilisasi untuk tujuan tertentu. Sedangkan kapital simbolis adalah pengakuan oleh kelompok, baik secara institusional maupun tidak. Kapital ini biasanya berupa gelar (formal maupun non-formal), kepemilikan barang-barang mewah, status, jabatan, keanggotaan kelompok elit dan sejenisnya yang membedakan seseorang dari orang kebanyakan. Dari keempat kapital tadi, kapital ekonomi merupakan kapital yang paling mudah dikonversi menjadi kapital-kapital lainnya. Seseorang yang sangat kaya akan lebih mudah mendapatkan akses terhadap ber bagai fasilitas terbaik, termasuk pendidik an, atau menonton konser-konser kebuda yaan yang eksklusif, membangun koneksi dengan berbagai pihak, menjadi penyandang dana untuk acara-acara amal atau organisasi-organisasi kemanusiaan dan sebagainya yang memberikannya status terpandang. Dalam lingkup masyarakat yang sudah maju, kapital ekonomi dan kapital budaya adalah dua kapital yang paling menentukan dalam memberikan kriteria diferensiasi
Selama ratusan tahun pendidikan menjadi aparatus untuk mempertahankan struktur kekuasaan dan struktur relasi sosial. Alih-alih menjadi jalan pembebasan bagi kelas bawah, pendidikan justru semakin melanggengkan dan menguatkan dominasi kelas atas dalam berbagai bidang. Bourdieu membagi kelas sosial menjadi tiga: kelas dominan, borjuasi kecil, dan kelas popular. Stratifikasi kelas ini berhubungan dengan akumulasi dan struktur kapital yang dimiliki oleh tiap-tiap kelas.
BENEDETTO CRISTOFANI / PINTEREST.COM
P E WA R A D I N A M I K A A P R I L 2 0 1 9 43
» Opini
yang paling relevan dalam hubungan sosial. Sekolah sebagai sebuah arena pertarungan atau champ juga tak lepas dari persaingan antarindividu dengan akumulasi dan struktur kapital yang mereka miliki. Egalitarianis me yang disuarakan oleh dunia pendidikan (dan sekolah) dalam praktiknya tidak pernah benar-benar setara karena siswa memiliki latar belakang akumulasi dan struktur kapital yang tidak setara. Kekuatan kapital ekonomi dan kapital budaya orang-orang kaya dari kelas atas tidak hanya membuat mereka mapan secara finansial dan literate dalam bidang budaya, namun juga menempatkan mereka pada posisi yang sangat berpengaruh dalam relasi sosial, termasuk dalam menentukan kode-kode budaya, gaya hidup, standar-standar sosial, norma, termasuk “tradisi-tradisi” yang kemudian dilembagakan dalam institusi-institusi formal dan non-formal, termasuk (dan terutama) dalam dunia pendidikan. Kelas atas adalah influencer, sesuatu yang secara terus-menerus dicoba untuk ditiru oleh kelas-kelas di bawahnya, terutama kelas borjuasi kecil. Dan secara tidak sadar, kultur dan norma yang berlaku, yang kemudian tercermin dalam bangunan kurikulum dan sistem pendidikan secara umum, adalah kultur dan norma kelas atas, atau “budaya orang kaya”. Kultur dan sistem pendidikan mengandaikan keseragaman latar belakang kapital dan kondisi ideal kemampuan siswa untuk mengikuti proses pendidikan yang didesain untuk kelas atas. Kita ambil contoh sederhana. Saat guru 44 P E WA R A D I N A M I K A A P R I L 2 0 1 9
memberi PR kepada siswa sambal mengatakan, “Minta Mama atau Papa buat bantuin ngerjain PR-nya, ya!” Pernyataan seperti ini terdengar wajar dan innocent. Bahkan terkesan “mulia” karena mengandaikan keterlibatan orang tua dalam proses pendidikan anak. Namun, bayangkan jika orang tua siswa tidak memiliki kapital budaya yang cukup, artinya tidak memiliki literasi dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk mengajari si anak mengerjakan PR-nya. Bayangkan jika orang tua si siswa hanya lulusan Sekolah Dasar dan harus membantu anaknya mengerjakan PR matematika kelas 6 yang begitu sulit. Atau ketika ada tugas sekolah yang harus diketik, harus menggunakan akses internet atau harus dicetak. Tidak semua anak datang dari keluarga yang mampu afford komputer atau laptop. Bagi keluarga atau orang tua yang aktivitas kerja diorientasikan sebagian besar untuk memenuhi kebutuhan primer atau subsisten, laptop, komputer, printer, dan sejenisnya adalah barang-barang tersier, bahkan jika benda-benda tersebut dibutuhkan untuk pendidikan anakanak mereka sekalipun. Perbedaan kelas juga berimplikasi pada perbedaan persepsi tentang pendidikan. Kelas atas, dengan kekuatan kapital ekonomi dan kapital budaya mereka, memandang pendidikan bagi anak-anak mereka adalah kebutuhan dan investasi, tidak hanya untuk membuat anak-anak mereka “pintar”, tapi yang lebih penting adalah untuk mempertahankan posisi mereka dalam struktur dan relasi sosial. Itulah mengapa anak-anak orang
kaya bersekolah atau kuliah di sekolah-sekolah atau kampus-kampus bergengsi yang juga merupkan almamater orang tua mereka. Bagi kelas borjuasi kecil, dengan sifat imitatif mereka terhadap segala kode budaya dan gaya hidup kelas atas, pendidikan dipandang sebagai sarana untuk menaiki tangga sosial. Kelas borjuis kecil biasanya memiliki kapital budaya yang kuat, namun tidak memilki kapital ekonomi yang memadai. Sedang bagi kelas popular, yang jumlahnya tentu saja paling banyak dalam masyarakat manapun, pendidikan lebih sebagai “keharusan”
Dan secara tidak sadar, kultur dan norma yang berlaku, yang kemudian tercermin dalam bangunan kurikulum dan sistem pendidikan secara umum, adalah kultur dan norma kelas atas, atau “budaya orang kaya”.
YASMINE GATEAU / MEDIUM.COM
atau tuntutan sosial; mereka menyekolahkan anak-anak mereka karena anak-anak lain juga bersekolah. Kalaupun ada cita-cita agar kelak anak mereka bisa menjadi “orang” setelah menyelesaikan pendidikan, kesadaran ini sebenar nya adalah kesadaran yang diadopsi dari norma kelas atas. Mereka (dibuat) percaya bahwa pendidikan dapat menjadi senjata ampuh untuk memutus rantai kemiskinan dan untuk menaiki tangga sosial. Pada kenyataannya, masih tetap lebih banyak anak-anak orang kaya yang sukses (walaupun sebagai sebuah kelas populasi mereka paling kecil) daripada anak-anak dari keluarga miskin yang bisa menjadi “orang.” Ketika anak seorang petani, atau tukang becak, atau pemulung berhasil diterima di universitas negeri favorit, kita terharu dan bersukaria sambil meyakini bahwa semua orang punya akses dan hak yang sama untuk mendapatkan pendidkan berkualitas. Namun, kita lupa (atau tidak tahu) bahwa lebih banyak anak-anak orang kaya yang diterima di universitas-universitas terkemuka tersebut. Dan lebih banyak lagi orang kaya yang menyekolahkan anak-anak mereka di seko lah/universitas swasta bonafid, baik di dalam maupun luar negeri. Kesenjangan sosial yang direproduksi di sekolah justru berasal dari implementa si egalitarianisme formal di mana sekolah (dan akses terhadap pendidikan) dipandang sebagai equal rights bagi semua individu, sementara setiap individu di sekolah berasal dari latar belakang keluarga yang bera
gam, dengan kekuatan dan struktur kapital yang beragam pula, yang dipaksa untuk menyesuaikan dan bersasimilasi dalam se buah lingkungan sosial yang sebenarnya di dominasi oleh kultur kelas dominan. Dalam situasi seperti ini sekolah dan kultur-kultur yang dikembangkan sebenar nya menjadi sebuah wilayah yang penuh de ngan kekerasan simbolis; sebuah opresi di mana korbannya tidak merasa sedang menjadi korban, dan justru menganggap sedang menjalankan “kebaikan”. Padahal “kebaikan” ini adalah norma-norma kelas dominan yang dipaksakan dan dan diyakinkan sebagai kebenaran. Anak-anak dipaksa bermain dalam sebuah permainan dimana hanya segelintir orang yang memiliki amunisi yang mencuku-
Dalam situasi seperti ini sekolah dan kultur-kultur yang dikembangkan sebenarnya menjadi sebuah wilayah yang penuh dengan kekerasan simbolis.
pi dan memahami aturan main. Yang terjadi kemudian adalah reproduksi kesenjangan sosial. Mereka yang berasal dari keluarga (kelas) dengan akumulasi dan struktur kapi tal yang kuat akan lebih mudah memenangkan permainan dan mempertahankan posisi sosial mereka. Sedang siswa-siswa dengan latar belakang kelas yang minim kapital harus menyesuaikan diri atau terpental dari permainan. Kondisi ini sebenarnya adalah pekerja an rumah terbesar bagi dunia pendidikan. Pendidkan tidak hanya harus accessible bagi semua warga negara, namun juga harus bersifat egaliter dan parsipatoris. Perdebatan seharusnya bukan pada apakah perlu ada sekolah/universitas fovorit atau tidak, tapi bagimana mendesain sistem pendidikan (dan kurikulum) yang bebas nilai atau kultur kelas, bebas opresi simbolis, dan mengakomodasi keragaman kualitatif siswa. Sekolah-sekolah yang bagus tetap dibutuhkan karena siswa-siswa yang cemerlang memang perlu mendaptkan insentif. Namun, yang lebih penting adalah ba gaimana secara terencana, terukur dan te rus-menerus negara mengupayakan (dan bertanggung jawab) agar semua sekolah la yak disebut sebagai “sekolah yang bagus.” Disparitas kapital adalah fakta sosial, begitupun kesenjangan. Pendidikan tidak mampu (dan tidak akan pernah mampu) menghapuskan kesenjangan ini. Paling tidak pendidikan jangan sampai justru menjadi aparatus yang mereproduksi dan melanggengkan kesenjangan tersebut. P E WA R A D I N A M I K A A P R I L 2 0 1 9 45
Resensi
IDENTITAS
F
ilm yang diperankan oleh Tio Pakusadewo dan bapaknya karena pihak rumah sakit tidak memberi Leony Vitria Hartanti ini bercerita tentang matahu. Selain itu, wanita tersebut setiap dua hari se“IDENTITAS” Sutradara: Aria Kusuma Dewa ∫ nusia dan ruang yang tidak memiliki identikali harus menebus obat bapaknya dengan harPemeran: Tio Pakusadewo dkk. tas. Identitas merupakan suatu bentuk tanda ga mahal. Wanita tersebut semakin sedih tatkala ∫ Produksi: Citra Cinema, 2009 ∫ bagi manusia dan ruang. Di Indonesia, identirumahnya telah digusur oleh pemerintah. Setelah Durasi: 82 menit tas seseorang ditandai dengan kepemilikkan selesai bercerita, Adam mengajak berkenalan kepanama, akta kelahiran, atau Kartu Tanda Penda wanita tersebut tapi wanita itu tidak menyebutduduk (KTP), sedangkan ruang ditandai dengan sertifikat kan nama justru ia membebaskan Adam menyebutnya siapa saja. atau bentuk surat-surat kuasa. Tanda-tanda ini yang menSemakin hari antara Adam dan Wanita tanpa identitas hubung jadikan manusia dan ruang menjadi “ada” dan jika tanda itu annya kian dekat. Hal ini terlihat dari cara Adam memperlakukan tidak dimiliki maka manusia dan ruang akan mengalami kekosong Wanita tanpa identitas, yakni dengan menolongnya. Pertolongan an. Kekosongan inilah yang menjadi pemicu chaos di dalam kepertama dilakukan Adam ketika Wanita tanpa identitas meminta hidupan bermasyarakat. agar dirinya di bawa pulang ke rumah Adam karena Wanita ini Di dalam film Identitas Tio Pakusadewo berperan sebagai Adam hendak berkeramas. Pertolongan kedua, yakni Wanita tanpa idendan memiliki pekerjaan sebagai pembersih mayat di rumah sakit titas ingin meminjam uang senilai Rp. 200.000 dan Adam meminjasehat sedangkan Leony Vitria Hartanti berperan sebagai wanita minya. Pertolongan ketiga, ketika Wanita tanpa identitas sedang tanpa identitas. Setiap pagi Adam memulai aktivitasnya dengan sakit demam lalu Adam membawanya pulang dan merawatnya di membaca nama-nama mayat yang telah ia bersihkan jasadnya. Rarumah. Pertolongan keempat, Adam disuruh mengurusi ayah si tusan nama-nama mayat tersebut bergelantungan di langit-langit Wanita yang berada di rumah sakit sehat di mana tempat Adam rumahnya. Rumah Adam berada tepat di samping masjid. Di depan bekerja. Pertolongan kelima, Adam berusaha agar ayah si Wanita masjid terdapat pasar serta beberapa rumah penduduk, sementatanpa identitas bisa mendapat jaminan kesehatan dari pemerinra di sebelah rumah penduduk adalah tempat pemakaman umum. tah. Semua pertolongan yang dilakukan oleh Adam atas nama keDi dalam film ini pasar dan pemukiman warga akan digusur oleh manusiaan tanpa memandang identitas. pemerintah karena ruang-ruang tersebut tidak memiliki identitas Ketika Adam sedang berjuang untuk mendapatkan bantuan berupa sertifikat tanah. Maka jika manusia-manusia dan ruangAskeskin dari pemerintah ia meninggalkan wanita tersebut di ruruang tidak memiliki identitas akan terjadi chaos. Kepemilikan mahnya sendirian dalam posisi sakit. Perjuangan Adam tidak siaakan jatuh kepada penguasa dan pemilik modal. sia; ia mampu mendapatkan bantuan Askeskin dari pemerintah. Adam bekerja menjadi pembersih mayat mulai dari pagi hingga Kabar gembira ini akan disampaikan kepada Wanita tanpa idenmalam hari. Adam hanya akan membersihkan mayat-mayat yang titas, namun ketika sampai di rumah Wanita itu sudah tidak ada. memiliki identitas saja, sedangkan mayat-mayat yang tidak memiWanita tersebut telah menghilang dari rumah dan Adam berusaha liki identitas, organ-organ tubuhnya akan dijual oleh pihak rumah mencarinya ke sana ke mari. Keesokan harinya Adam melihat be sakit. Selain itu, pihak rumah sakit juga meminta kepada Adam surita di televisi bahwa telah ditemukan mayat wanita tanpa busana paya mendahulukan mayat yang berasal dari keluarga pejabat atau dan tanpa identitas di samping gedung peradilan. Mayat tersebut borjuis. Kontras film ini menggambarkan bagaimana ketimpangan merupakan jasad dari wanita tanpa identitas. Adam mengetahui sosial masih terjadi sekalipun sudah menjadi mayat. Rumah sakit hal tersebut ketika ia masih bekerja dan melihat langsung jasadnya yang seharusnya menjadi tempat pertolongan kemanusian, tetapi di kamar mayat. Perasaan Adam tidak menentu ia begitu murung masih memilih-milih dalam memanusiakan manusia. dan sedih. Ia mencoba menghibur dirinya dengan bermain-main Suatu hari ketika Adam hendak berangjasad wanita tanpa identitas. kat bekerja, ia melihat seorang wanita yang Prosedur rumah sakit akan menjual jasad baru turun dari mobil. Lama-lama Adam se yang tidak memiliki identitas. Tidak terke ring berjumpa dengan wanita tersebut, baik cuali dengan jasad Wanita tanpa identitas di rumah sakit sehat, di tempat ngopi, atau tersebut. Jasad ini akan dijual oleh pihak rupun bahkan di tempat pelacuran. Ketika mah sakit, namun Adam berusaha agar jasad bertemu wanita tersebut Adam selalu curiini tidak dijual. Ia mencoba mencari identitas curi pandang hingga pada akhirnya ia mamwanita tersebut tapi belum berhasil. Pada akhpu berkenalan dengannya. Momen berkenalirnya ia memanipulasi identitas jasad wanita an itu tidak disengaja, yakni ketika wanita itu. Adam memberi nama jasad tersebut dentersebut sedang tidur di kursi panjang degan nama Hawa. Namun, usaha yang dilakupan kamar mayat. Pada waktu itu Adam henkan Adam tetap gagal hingga ia berniat untuk dak keluar dari kamar mayat dan melihat membeli jasad wanita itu dan pihak dokter wanita tersebut sedang tertidur pulas, sontidak memberi izin. Setelah tidak diberi izin tak Adam langsung membangunkannya. Setindakan Adam lebih radikal, yakni ia memlain itu, Adam juga mengajaknya masuk ke bawa kabur jasad tersebut dan dibawanya pudalam kamar mayat untuk tidur di dalam salang ke rumah. Sesampainya di rumah ia meja, namun yang terjadi kedua orang tersebut nutup seluruh jasad Hawa dengan kain merah tidak tidur dan justru bercerita. Wanita tersedan menyiram minyak tanah ke tubuh Hawa but bercerita kepada Adam bahwa bapaknya dan tubuhnya sendiri. Adam dan Hawa tersedang sakit dan ia tidak tahu apa penyakit bakar bersama. YOPI NOVANDA
46 P E WA R A D I N A M I K A A P R I L 2019
Bina Rohani
Syukur Nikmat
M
anusia adalah makhluk yang pa ling banyak mendapatkan ke nik matan dibandingkan de ngan makh luk-makhluk lain cip taan Allah. Hal itu ditegaskan langsung oleh Allah, melalui firmanya: “Sungguh Kami telah menjadikan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (QS AtTin:4). Bahkan, Allah memposisikan manusia sebagai makhluk yang paling mulia di antara makhluk-makhluk ciptaanNya: “Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkat mereka di daratan, Kami beri mereka dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan” (QS Al-Isra’:70). Di sisi lain, manusia adalah makhluk yang lemah dan serba terbatas, baik kekuatan maupun jangkauannya. Kondisi keterbatasan dan kelemahan itulah yang akan membawa manusia ke arah dua kutub, yang saling berlawanan. Manusia akan memperoleh derajat mulia, bahkan lebih mulia daripada malaikat, jika ia dapat memposisikan diri sebagai hamba yang sepenuhnya melakukan pengabdian kepada Sang Pencipta. Sebaliknya, manusia juga bisa jatuh ke derajat yang paling hina, bahkan le bih hina daripada binatang, jika kehidupannya dipenuhi dengan perilaku yang memperturutkan hawa nafsunya. Firman Allah: “Mereka itu hina seperti binatang, bahkan lebih hina daripada binatang” (QS Al-A’raf:179). Salah satu cara yang harus ditempuh manusia untuk menjaga derajat kemuliaan tersebut adalah dengan senantiasa bersyukur. Bersyukur atas segala nikmat yang tak terhingga yang dilimpahkan Allah kepada kita, umat manusia. Bersyukur adalah salah satu bentuk ungkapan terima kasih atas segala nikmat dan sekaligus sebagai manifestasi dari rasa kehambaan diri manusia kepada Sang Maha Pencipta. Wujud nyata dari rasa syukur itu adalah dengan jalan menghamba-
Oleh ANWAR EFENDI Dosen Universitas Negeri Yogyakarta
kan diri untuk beribadah dan taqqarub kepada-Nya. Sungguh, dengan segala Kesempurnaan-Nya, Allah mencintai orang-orang yang pandai bersyukur: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti akan Ku tambahkan (nikmat Kami) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) maka siksaku sangat pedih” (QS Ibrahim:7). Maka, perilaku syukur itu sebenar hanyalah un-
P E WA R A D I N A M I K A A P R I L 2019 4 7
tuk kepentingan manusia semata dan kembali kepada manusia. Prinsipnya, dengan kesempurnaan Dzat-Nya, Allah tidak membutuhkan rasa syukur itu, dalam berbagai perwujudan ibadah apa pun yang dilakukan manusia. Karena, sekali lagi, apa pun yang dilakukan manusia, pada dasarnya akan kembali pada diri manusia atas izin dan ridlo dari Dzat Yang Maha Sempurna. Oleh karena itulah, harus sepenuhnya disadari oleh manusia, betapa maha luas dan tak terhingga nikmat yang dikaruniakan Allah. Bahkan, Imam Nawawi (via Muinan Rifai) menyatakan: “Seandainya seluruh umur manusia dihabiskan untuk mensyukuri nikmat Allah berupa mata saja, tentu saja rasa syukur itu belum bisa mencukupinya”. Meskipun seluruh hidup kita dicurahkan untuk beribadah kepada Allah dan tidak pernah melakukan maksiat satu kalipun, semua itu belum cukup untuk mensyukuri nikmat berupa mata yang dianugrahkan kepada kita. Pertanyaannya, jika dengan ibadah seumur hidup saja belum mampu untuk mensyukuri satu kenikmatan, anugrah mata, lalu bagaimana dengan nikmatnikmat yang lain yang melekat dan melengkapi anggota tubuh kita? Tentu saja belum terhitung limpahan nikmat-nikmat lain yang tidak akan terhitung jumlahnya: “Dan jika kamu sekalian menghitung-hitung nikmat-nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan dapat menghitungya …” (QS Ibrahim:34). Betapa pun beratnya, karena kelemahan dan keterbatasan manusia, bersyukur harus selalu kita upayakan dalam setiap sendi dan gerak kehidupan. Bersyukur untuk menggapai kecintaan dan keridlaan Allah semata. Semoga kita termasuk orang yang selalu bersyukur atas segala nikmat, bersabar atas segala musibah, dan bertawakal atas segala ketentuan dari-Nya. Tentu, dengan tetap di sertai ikhtiar untuk menjalankan tugas kehambaan di hadapan Dzat Yang Maha Sempurna. (Rujukan Peltikan Segar Hati Kusut, Karya Mu’inan Rifai, Yogyakarta: Citra ISTIMEWA Pustaka).
Cerpen
Gaun
P Oleh WEDA S. ATMANEGARA Alumni Sastra Indonesia UNY
masam sambil merencanakan sesuatu. *
Perempuan tak pernah puas dengan gaun-gaun yang sudah dimilikinya. Mereka tak akan bosan membeli, membeli, dan membeli meskipun mereka bukan seorang aktris atau seorang kolektor yang menyediakan penyewaan. Di mata perempuan yang hidup dengan tiga ekor kucing itu, gaun adalah sesuatu yang dapat menarik mata lelaki. Ia akan merasa memesona jika mengenakan gaun-gaun mewah yang dimilikinya. Dalam lemari pertama, perempuan itu menyimpan lebih dari seratus lima puluh gaun malam dengan berbagai macam model dan desain. Sepanjang tiga puluh tahun hidupnya, ia telah menghadiri lebih dari seratus lima puluh pesta malam. Perempuan itu selalu memiliki gaun baru setiap kali undangan pesta datang padanya. Mungkin hanya beberapa gaun yang ia kenakan lebih dari satu kali.
“Bukankah gaunmu yang bulan lalu kau beli masih bisa dikenakan?” tegur suaminya suatu malam, ketika sang istri merengek minta dibelikan gaun lagi. “Tapi minggu depan kita akan menghadiri pesta besar. Pesta yang diadakan orang penting. Tentu kita harus tampil menarik di hadapan tamu-tamu penting lainnya!” “Kenakan saja yang kau beli bulan lalu!” suaminya tak mau banyak bicara. Ia segera merapatkan selimut dan tidur. Perempuan yang masih menyisir rambut di hadapan meja rias memasang muka
48 P E WA R A D I N A M I K A A P R I L 2 0 1 9
“Kau benar-benar membeli gaun baru lagi?” kali ini suaminya terpekik menyaksikan sang istri mengenakan gaun yang sama sekali belum pernah dilihatnya. Lelaki yang rela mengenakan setelan jas hitam yang sudah belasan kali dipakai dalam pesta menggeleng tak percaya. “Dari mana kau dapat uang?” lanjutnya setelah ia tahu bahwa istrinya membeli dari desainer ternama. “Tentu saja aku punya tabungan.” Lelaki itu tak percaya tentu saja. Bahwa istrinya yang tak pandai menyisihkan uang itu memiliki tabungan untuk membeli gaun yang dikenakannya malam ini. “Kau tak percaya? Baiklah! Terserah!” sang suami tak mau memperkeruh suasana dan bergegas mengajak istrinya pergi dengan berbagai prasangka yang mengepung pikirannya. Lelaki itu membelikan cukup banyak gaun untuk istrinya. Ia bahkan rela menjual salah satu mobilnya hanya untuk sepotong gaun pesta. Perempuan itu selalu hanya mengenakan sekali dan meminta gaun baru di pesta selanjutnya. “Aku tidak sanggup untuk menuruti keinginanmu yang tak pernah berhenti membeli gaun-gaun itu! Lihat! Gaunmu sudah menumpuk di lemari seperti sampah!” nada bicara lelaki itu meninggi. Perempuan itu hanya duduk di tepi ranjang, menunduk. “Kalau kau ingin membeli gaun lagi, minta pada Ayah, Mama atau siapa pun lelaki yang mau menuruti maumu!” perempuan
itu terdiam lama sambil mengumpulkan keberanian untuk mengeluarkan kata-kata. Perempuan itu tidak pernah memutuskan untuk meminta kepada Ayah atau Mamanya. Baginya, hal itu akan menjatuhkan harga diri sang suami yang tidak mampu memenuhi keinginannya. Tentu saja ia memilih mengambil keputusan yang kurang ajar. “Baiklah! Sesuai perintahmu, aku akan mencari siapa pun lelaki yang mau memenuhi keinginanku!” kata perempuan itu dalam hati. Kata-kata itu dirapalkan berulang kali seperti sebuah mantra. * “Ah, tentu kau pasti bisa menebaknya. Perempuan cantik sepertiku mudah sekali mendapatkan lelaki-lelaki kaya yang bersedia menuruti keinginanku. Sayangnya kejadian itu sudah lama sekali. Suamiku akhirnya meninggalkanku sambil mengutukku supaya aku hidup bersama gaun-gaunku.” Seekor kucing yang merasa diajak bicara mengelus-eluskan kepala ke tangan majikannya. “Tunggulah! Jangan tidur dulu! Cerita ini masih panjang!” “Ini semua gaunmu?” tanya suami kedua di malam pertama mereka. Perempuan itu mengangguk. “Beli sendiri?” “Beberapa tinggalan dari mantan suamiku dan beberapa ....” perempuan itu berhenti sejenak, merasa ragu untuk melanjutkan jawabannya. “Oh ya, beberapa kuperoleh dari uang tabuanganku!” perempuan itu tak mungkin mengatakan bahwa ia pernah menjadi simpanan lelaki kaya hanya untuk membeli gaun-gaun yang berdesakan di lemarinya. Perempuan itu membuka empat lemari di ruang riasnya. Ia menunjukan sebuah lemari tua yang berisi gaun-gaun masa kecil dan gaun yang tidak lagi muat untuk ia kenakan. Ia mengisahkan keluarganya yang hobi mengadakan pesta dan sering kali mendapatkan undangan pesta di rumah orang-orang penting. Perempuan-perempuan di keluarganya adalah orang-
orang terhormat yang selalu mendapat kesempatan untuk membeli gaun baru setiap menghadiri pesta. Lelaki-lelaki di keluarganya adalah orangorang yang harus menyediakan kebutuhan gaun bagi perempuan yang dimilikinya. “Mengapa begitu?” “Apakah kau tidak pernah mendengar kisah bahwa surga dunia itu adalah perempuan? Atau kisah tentang bidadari surga yang menemani para lelaki?” Ia telah diajarkan bagaimana seorang perempuan dimuliakan. Perempuan harus menghiasi dirinya dengan perhiasan dan gaun-gaun. Segala yang menempel di tubuh perempuan haruslah sesuatu yang indah dan menyenangkan ketika dipandang oleh orang lain, terutama lelaki, lebih lagi jika lelaki itu adalah suami. “Bagaimana jika aku tidak sanggup memenuhi keinginanmu untuk membeli gaun-gaun itu? Sebab, untuk membelikanmu gaun pengantin yang kau kenakan sepagi tadi, aku hampir menguras seluruh tabunganku. Apakah kau akan memintaku membelikan gaun-gaun mahal lainnya?” perempuan itu mengangguk manja. Ia bergelayut di lengan sang suami dan menyandarkan kepala di bahunya. Lelaki itu mencium rambut sang istri dan menganggap anggukan itu hanya lelucon belaka. Lelaki yang tak sabar untuk menghabiskan malam pertamanya mulai mencumbu mesra sang istri. Menciumi seluruh tubuhnya hingga menanggalkan satu per satu gaun mahal yang dikenakan di acara pernikahan mereka. Melupakan tentang uang tabungan yang hampir terkuras habis hanya untuk sebuah gaun pernikahan. * Hampir satu tahun pernikahan, tak satu pun undangan yang mampir ke rumah mereka. Tidak mungkin namaku luput dari daftar tamu undangan, pikir si perempuan suatu ketika. Seisi kota tahu, perempuan yang sudah menikah dua kali itu adalah
anak tunggal dari salah satu orang penting di kota itu.
“Kalian masih ingin mendengar ceritaku? Oh, kumohon berhentilah memintaku bercerita! Aku lelah dipermainkan oleh keinginanku atas gaun-gaun itu. Suami ketiga, keempat, dan kelima, pergi dengan cerita dan kutukan yang sama. Oh, kupikir aku sudah dikutuk sejak kecil untuk tak pernah berhenti membeli gaun-gaun itu!”
“Apa yang kau pikirkan, Sayang?” “Aku tidak mendapatkan undangan pesta hampir setahun ini!” “Mungkin memang sedang tidak ada pesta. Lagi pula, namamu tak mungkin luput dari daftar tamu mereka!” suami perempuan itu mendekapnya dari belakang. Menenangkan hati sang istri yang sedang gulana. ISTIMEWA
“Aku merindukan pesta! Bagaimana jika kita yang mengadakan pesta?” “Kita akan berpesta setelah kelahiran malaikat kecil yang sekarang sedang meringkuk di dalam rahimmu!” lelaki itu berlutut dan mencium perut istrinya. Perempuan itu selayaknya tuan putri yang seluruh kebutuhannya harus dilayani. Ia tak pernah memasak meskipun sang suami yang memintanya. Ia tak pernah keluar rumah untuk berbelanja atau sekadar menyapa tetangga. Perempuan itu hanya sibuk menata ulang gaun-gaun yang sebenarnya tidak pernah berantakan. “Sayang, belikan aku sebuah gaun!” “Kau tidak sedang menerima undangan pesta bukan?” perempuan itu menggeleng. “Kalau begitu kau tidak perlu membeli gaun. Seperti kesepakatan kita di awal pernikahan, aku hanya akan membelikanmu gaun jika ada pesta yang harus kita hadiri.” “Tapi ....” lelaki itu menutup bibir istrinya dengan ciuman panjang. “Telepon!” perempuan itu bergegas mengakhiri ciuman dan berjalan menuju dering telepon yang tak bisa bersabar. “Kamu ke mana saja, Sayang? Kamu absen di beberapa undangan pesta. Apakah undangan itu tidak pernah sampai padamu?” suara
perempuan di seberang membuat wajah sang istri berubah seketika. Sang suami yang memerhatikan dari kejauhan tampak gelisah. “Undangan? Tapi hampir setahun ini aku tidak pernah menerima undangan pesta, Ma!” “Tidak mungkin, Sayang! Mama yakin, undangan itu selalu sampai di rumahmu! Pasti ada yang salah ....” “Ah, sebentar, Ma!” sang istri menutup ganggang telepon dan menghampiri sang suami yang belum mengganti baju kantornya. Wajah perempuan di hadapannya meminta pengakuan. “Baiklah! Baiklah, Sayang! Undangan itu ....” “Disembunyikan di mana? Ayo jawab!” “Aku sedang tidak punya uang untuk membelikanmu gaungaun itu. Sudah kukatakan di malam pertama kita, bahwa uangku sudah tiris hanya untuk membelikanmu sebuah gaun pernikahan.” Lelaki itu menghela napas sejenak dan menurunkan nada bicaranya. “Mengertilah, Sayang! Aku akan membelikanmu gaun untuk acara pesta selanjutnya jika keuangan kita sudah pulih kembali!” “Tapi kau sudah berjanji untuk membelikanku gaun setiap kali undangan pesta itu
datang, dan kau .... kau justru menyembunyikan undangan itu dariku!” “Sayang ....” “Lupakan!” perempuan itu berlari kecil menuju kamarnya di lantai dua rumah mereka. Dan ....” * “Dan kau pasti bisa menebak apa yang kemudian terjadi padaku!” “Miiiaauuu!” kucing berbulu hitam yang duduk di kaki perempuan itu mengeong sambil menegakkan kepalanya. “Pandai! Kau pandai sekali! Tak sia-sia setiap pagi kuberi susu!” perempuan itu lantas tertawa kecil. Namun wajah itu kembali muram mengenang peristiwa di malam saat ia ditinggal suaminya. Lelaki itu meninggalkan kutukan yang sama, hiduplah kau bersama dengan gaun-gaun itu! “Miiiaaauuu!” kucing yang duduk di kursi mengeong panjang menanyakan sesuatu yang tertinggal. “Miiau!” kucing yang duduk di pangkuan tuannya mengeong lesu memberitahukan kabar buruk. “Ya. Janin di rahimku tak lagi tertolong setelah aku terjatuh dari lari kecilku dalam pikiran yang kacau, hanya karena undangan pesta dan gaun sialan itu! Oh ....”
Empat lemari yang berada di ruang riasnya tak lagi muat menampung gaun-gaunnya. Perempuan itu mulai malas membeli lemari lagi dan membiarkan gaun-gaun itu menggunung di pojok ruang seperti tumpukan sampah. Ia bahkan membiarkan ketika kucing peliharaannya menggunakan gaun mahal itu sebagai alas tidur. Ia juga mulai membakar gaun dan setiap undangan pesta yang datang. Satu undangan pesta, maka akan ada satu gaun yang ikut dibakarnya. Perempuan itu duduk di beranda rumahnya hampir setiap hari dengan gaun yang sama. Gaun yang memanjang ke lantai dan mulai dimakan ngengat pada tepian gaun itu. Seringkali gaun yang memanjang ke lantai itu menjadi mainan kucingkucingnya dan berakhir sebagai alas tidur ketika mereka lelah bermain. Perempuan itu memutuskan untuk menunggu seorang lelaki yang dapat mengikhlaskan diri hidup bersamanya. “Sungguh, aku tak ingin hidup dengan tumpukan gaun. Aku bersedia menunggu sampai waktu yang entah untuk seorang lelaki yang mengikhlaskan diri hidup bersamaku.” Perempuan itu menunggu, hingga kucing-kucing yang lupa diberi makan itu menjadi bangkai di atas gaun mahalnya yang memanjang ke lantai. Hingga ia lupa mencium aroma tubuhnya sendiri. Hingga ia tak mengenali tatapan asing para tetangga yang menganggapnya sebagai perempuan gila. Ia menunggu, hingga tubuhnya yang menjadi bangkai hanya ditimbun tumpukan gaun-gaun yang pernah dimilikinya. P E WA R A D I N A M I K A A P R I L 2 0 1 9 49
PUISI TEMBANG G E G U R I TA N
Melingkari Jarak Lazuardi Ada hari-hari panjang Yang terus kuhitung Hingga kutandai tanggal merah Di kalenderku Kusembunyikan rona iri Yang terpoles di lengkung bibirku Ketika melihat sepasang saling bergandengan Aku memang paling jago Merahasiakan rindu yang bertabuh kencang Di riuhnya debat kita Sebagai kekasih yang menantang jarak Romansa dua sejoli yang terbelit waktu
Senja menancapkan sesuatu Di relung hatiku yang koyak Membiusku lewat pendaran warnanya Dan terang semburatnya Senja menyapu gusar yang bertengger Di mukaku Setelah muram yang kulalui Kini hatiku dihiasi senja yang Penuh lazuardi nan memikat * SHELA KUSUMANINGTYAS Penulis, tinggal di Sendangguwo, Tembalang, Semarang
POJOK GELITIK
HARI KARTINI Umarmoyo: Mas Bro, tak terasa ini sudah April ya? Umarmadi: Iya, April. Kenapa emang? Umarmoyo: Kenapa disebut April, karena pada bulan ini hujan turunnya hanya pral-pril, kadangkadang turun, kadang-kadang enggak, itu pun cuma kecil-kecil. Seperti kemarin kenapa Maret? Karena turunnya hujan “mak ret”, cukup lebat, tapi jarang-jarang. Umarmadi: Ah itu cuma ngelmu othakathik gathuk! Umarmoyo: Wow … dikandhani kok! Umarmadi: Mbok yang ilmiah gitu! Signifikan 50 P E WA R A D I N A M I K A A P R I L 2 0 1 9
gitu! Umarmoyo: Oke. Di bulan April bangsa ini suka memperingati hari lahir seorang wanita. Namanya Kartini, biasa dipanggil Ibu Kita Kartini, nama lengkapnya Raden Ajeng Kartini. Umarmadi: Sampeyan tahu apa tentang dia? Umarmoyo: Konon ada pihakpihak yang mengklaim di Indonesia ini wanita yang seperti Kartini banyak atau ada beberapa. Tapi kok tidak diperingati. Umarmadi: Ya syukur Alhamdulillah kalau bangsa ini memiliki banyak Kartini. Artinya,
yang memikirkan kesetaraan gender itu banyak. Umarmoyo: Emang mereka pelaku karawitan ya, kok berurusan dengan gender. Umarmadi: Wah, bukan itu! Tidak ada hubungannya dengan gender, kethuk, kenong, saron, kendhang, gong, dst. Umarmoyo: Iya…iya…gitu saja marah. Ya maaf. Terus gimana ceritanya? Umarmadi: Ada yang mempermasalahkan Kartini di samping memiliki sisi terang, dia juga memiliki sisi gelap. Umarmoyo: Sisi terang, karena ia memiliki ideide, pemikiran, dan sikap yang brilian, bagaimana wanita mesti berjuang agar memiiki kesamaan
hak dengan pria. Sisi gelap, karena kehidupannya diikat oleh sistem yang membuatnya mau tidak mau harus masuk dalam sistem itu. Dan, itu sudah jamaknya manusia. Dalam diri setiap manusia musti terjadi “interaksi”, di satu sisi ada plus-nya, di sisi pasti ada minusnya. Umarmadi: Nah analisismu bagus, Bro. Umarmoyo: Oke. Kartini. Biasa dipanggil Ibu Kita Kartini. Nama lengkapnya Raden Ajeng Kartini. Mas Bro tahu nggak nama kecil Ibu Kita Kartini itu? Umarmadi: Aaah … itu dagelan kuna! Nama kecilnya “Harum” kan? Umarmoyo: ............??? EMA R '19
#Audiensi #RektorUNY&RI2 #IstanaWaPresRI #2019 FOTO-FOTO: SETWAPRES
Sedang dikerjakan
#kamibagian #UNY #Smart&Smile HERGITA SYI VADILLA (kiri) Mahasiswa Psikologi UNY (angkatan 2015) Diajeng Kota Jogja 2017
u u .c o m/u nyo f f ic i a l • Selamati s satas keberhasilan tim garuda di london
ROMANDHA EDWIN (kanan) Mahasiswa Akuntansi UNY (angkatan 2015) Dimas Kota Jogja 2017
d i es na t al i s . uny. ac i d
FOTO: KALAM JAUHARI
W W W . U N Y . A C . I D