Pewara Dinamika Mei 2017

Page 1

ISSN 1693-1467

Volume 16 Nomor 105 Mei 2017

GOLD WINNER The Best University inhouse Magazine 2013

inhouse Magazine 2013 inhouse Magazine 2013 9 771693 146009 inhouse Magazine 2013

KEMBALINYA SUTRISNA WIBAWA Ia bukanlah sosok baru di lingkungan birokrasi UNY. Memiliki prestasi selama menjadi Wakil Rektor II untuk tiga rektor UNY membuatnya banyak menuai apresiasi. Kini ia dipercaya menjadi Rektor UNY periode 20172021. Banyak harapan akan kepemimpinannya.

Majalah ini dapat diakses pada laman uny.ac.id


#tak ada halangan bagi kami bersekolah SELAMAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL 2017

IKLAN LAYANAN INI DIPERSEMBAHKAN OLEH PEWARA DINAMIKA ‱ TEKS: SISMONO LA ODE ‱ FOTO: EKHO ARDIANTO (ANTARA FOTO)


P E WA R A D I N A M I K A / M E I 2 0 1 7

T R A N S F O R M AT I F D A N PA R T I S I PAT I F

Pena Redaksi VOLUME 15 ‱ NOMOR 95 MEI 2016

ISSN 1693-1467

L E A D I N G

GOLD WINNER

THE BEST UNIVERSITY INHOUSE MAGAZINE 2013

P E W A R A

Dinamika UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

I N

C H A R A C T E R

E D U C A T I O N

MEI SETAHUN YANG LALU

Pada bulan yang sama setahun yang lalu, Laporan Utama Pewara Dinamika membahas moda transportasi online yang terancam offline. Mulai digagas pada tahun 2010, penyedia jasa transportasi berbasis telefon pintar kini kian eksis. Berbekal sebuah handphone dengan aplikasi tertentu, supir siap antar pelanggan ke tempat tujuan. Namun belakangan, kehadirannya mulai terancam offline.

SALAM hangat dari kami segenap redaksi Pewara Dinamika untuk seluruh pem­ ba­ca setia majalah ini. Akhir­­nya kami menyapa pembaca kembali setelah tertun­da penerbitannya pada edisi April lalu untuk melaku­kan pembenahan. Bulan April-Mei merupakan bulan yang sibuk dengan agenda besar, pelantikan rektor, wakil rektor 1, hingga pelaksanaan dies natalis UNY ke-53. Dengan komitmen untuk menjaga mutu dan kualitas produk kami melakukan pembenahan .

kerangka perbaikan dan berorientasi pada komitmen memberikan informasi yang cerdas, cergas, dan tuntas kepada khalayak. Untuk menjawab tantangan baru, edisi Mei ini, Pewara Dinamika hadir dengan dengan pewajahan dan konten yang baru yang tentunya lebih asik untuk dibaca. Perubahan edisi kali ini berbarengan dengan hadirnyan tampuk pimpinan baru di jajaran rektorat UNY yang dinahkodai oleh Prof. Sutrisna Wibawa. Ada banyak tantangan baru yang dihadapi oleh rektor baru UNY, dengan semangat transformasional, partisipatif, dan kolegial sebagai tagline kepemimpinannya, diharapkan akan membawa UNY menuju kampus kelas dunia.

Perubahan adalah keniscayaan, sebuah adigium lama yang disampaikan oleh Heraclitus, seorang filusuf Yunani, bahwa tidak ada yang abadi di dunia ini, kecuali perubahan itu sendiri. Untuk itu, Adaptasi menjadi poin penting untuk menjaga eksistensi dan menyesuaikan dengan perkembangan zaman.

Untuk itu, Pewara Dinamika edisi Mei ini mengambil tema “Kembalinya Sutrisna Wibawa” pada edisi Mei ini. Setelah sebelumnya menjadi wakil rektor II selama 2 periode, kepala BPPU, direktur eksekutif IDB, terakhir menjadi sekretaris Ditjen Belmawa Kemristekdikti, Sutrisna Wibawa akhirnya kembali ke UNY sebagai rektor untuk periode 2017-2021 dengan gagasan-gagasan yang baru dan segar untuk perbaikan

Hal yang sama terjadi pada majalah Pewara Dinamika. Sejak hadirnya majalah ini di awal tahun 2000-an dan memperoleh Gold Winner sebagai The Best University Magazine tahun 2013 Pewara Dinamika, sebagaimana namanya, mengalami dinamika perubahan yang terus menerus, dan tentunya semuanya dalam

UNY. Untuk itu, perlu kiranya memperkenalkan secara luas rencana dan program kerja yang akan dilaksanakan dalam periode kepemimpinannya, agar semangat pembaharuan menyebar ke seluruh civitas akademika UNY. Dalam laporan utama edisi bulan ini kami menyuguhkan laporan mengenai visi dan misi rektor, beserta program unggulannya seperti strategi mendekat ke masyarakat dengan Klnik Pembelajaran. Tidak lupa pula wawancara khusus dengan rektor tentang rencana mengubah kampus UNY Wates menjadi sekolah vokasi UNY yang akan dirintis di era kepemimpinannya. Selain itu, dalam rubrik profil kami menghadirkan Hazel Abi, pemenang festival dalang cilik UNY yang memiliki semangat besar dalam mempelajari seni pewayangan. Kehadiran rektor baru mem­ ba­wa segenggam tantangan dan harapan baru, setelah mendapatkan akreditasi insti­ tusi A dari BAN PT apa langkah selanjutnya? Mari kita selami rencana dan program tersebut dalam Pewara Dinamika edisi kali Mei ini. Selamat membaca.ïź

SUSUNAN REDAKSI PENERBIT Universitas Negeri Yogyakarta IJIN TERBIT SK Rektor No. 321 Tahun 1999 ISSN 1693-1467 PENASEHAT Sutrisna Wibawa (Rektor UNY) PENGARAH Margana (Wakil Rektor I)

Edi Purwanta (Wakil Rektor II) Sumaryanto (Wakil Rektor III) Senam (Wakil Rektor IV) Setyo Budi Takarina (Kepala Biro UPK) Sukirdjo (Kepala Biro AKI) PIMPINAN UMUM Anwar Efendi PEMIMPIN PERUSAHAAN Riska

PEMIMPIN REDAKSI Sismono La Ode REDAKTUR SENIOR Basikin, Else Liliani, Lina Nur Hidayati, Sigit Sanyata SEKRETARIS REDAKSI Ratna Ekawati REDAKTUR PELAKSANA Budi Mulyono REDAKTUR Roni K Pratama Ema Safitri

3

Ilham Dary Athallah Dedi Herdito Khairani Faizah Febi Puspitasari DESAIN DAN TATA LETAK Kalam Jauhari FOTOGRAFI M Arif Budiman Heri Purwanto REPORTER Anton Suyadi (FIP) Witono Nugroho (FMIPA) Nur Laily Tri Wulansari (FIS)

Satya Perdana (FIK) Haryo Aji Pambudi (FT) Pramushinta Putri D (PPS) Muhammad Fadli (FE) Venny Indria Ekowati (FBS) Binar Winantaka (LPPMP) Agus Irfanto (LPPM) Tusti Handayani (Kampus Wates) ALAMAT REDAKSI Jl. Colombo No. 1 Kampus Karangmalang Universitas Negeri Yogyakarta 55281 Telp/Fax 0274 542185 E-mail: pewaradinamika@uny.ac.id Laman: www.uny.ac.id.


Daftarisi

Sutrisna siap membawa perubahan. Ia berbekal visi-misi yang terintegrasi Nawa Cita dan Kemristekdikti. Jangka dekatnya berkibar di ASEAN. Adalah Sutrisna Wibawa. Sosoknya yang tak asing di birokrasi UNY. Menjadi Pembantu/Wakil Rektor II UNY selama tiga rektor membuat guru besar bahasa dan filsafat Jawa ini menuai banyak apresiasi. Belum lagi setelahnya, ia diamanahkan menjadi Kepala BPPU UNY dan Direktur Eksekutif IDB UNY. Kini ia kembali di kampus yang membesarkannya dan dibesarkannya, setelah dua tahun lamanya mengabdi sebagai Sekretaris Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa), Kemristekdikti. 4 P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 7

Prof. Dr. Sutrisna Wibawa, M.Pd.,M.A. resmi menjadi Rektor Universitas Negeri Yogyakarta Periode 20172021. Pelantikannya, pada Rabu, 22 Maret 2017 dihadiri oleh pimpinan UNY. Pada kesempatan tersebut, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi berpesan kepada pejabat yang dilantik untuk siap berperan penting meningkatkan kualitas pendidikan tinggi di Indonesia. Banyak harapan atas sosok Sutrisna Wibawa. “Dengan motto layanan smart dan smile, saya akan terus melangkah!” yakinnya.

Sekolah Vokasi menelurkan tenaga terampil bergelar diploma maupun sarjana terapan yang siap terjun kerja » 20-21

3

PENA REDAKSI

5

REKTOR MENYAPA Transformasional, Partisipatif, dan Kolegial

6

SURAT PEMBACA

25-31

BERITA Festival Dalang Cilik VII ∫ Dr. Margana Menjabat Wakil Rektor Bidang Akademik ∫ Penandatanganan Nota Kesepahaman Dengan Universitas PGRI Yogyakarta

8-31

LAPORAN UTAMA Dari Pendahulu untuk Rektor Baru ∫ Menjadikan Kampus Wates sebagai Sekolah Vokasi UNY

32-33

SOSOK Hazel Abi: Juara Festival Dalang Cilik UNY

38

RESENSI Trolls: The Source of Happiness

39

BINA ROHANI Pentingnya Tasawuf Sosial

40-41

34-37

Opini Menciptakan Kenyamanan Kerja ∫ Yogyakarta Melawan “Klithih”

CERPEN Sebagaimana Tuhan Memerintahkan, Iqra!

42

PUISI Tentang Mati ∫ Ziarah


Rektor Menyapa Prof. Dr. SUTRISNA WIBAWA, M.Pd. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta ÂŹ Guru Besar Bidang Pendidikan Bahasa Jawa dan Filsafat Jawa Fakultas Bahasa dan Seni UNY

TRANSFORMASIONAL, PARTISIPATIF, DAN KOLEGIAL

T

anggal 22 Maret 2017 tepat saya dilantik menjadi Rektor­ Universitas Negeri Yogyakar­ ta (UNY) periode 2017-2021 menggantikan Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A. Semua sivitas aka­­ demika UNY pun paham, saya bukanlah­ orang baru di birokrasi UNY. Menjadi Pembantu/Wakil Rektor II selama tiga Rektor (Prof. Suyanto, Prof. Sugeng Mardiyono, dan Prof. Rochmat Wahab) merupakan peng­alaman berharga dalam meng­hadapi tantangan masa depan UNY. Rencana Jangka Panjang UNY menyatakan bahwa pada tahun 2025 kampus eksIKIP Yogyakarta ini telah menjadi Universitas Pendidikan Kelas Dunia (500 Dunia QS). Untuk mencapai target 2025 ini akan diraih melalui grand design pengembang­ an UNY menuju World Class University (WCU), dengan tahapan sebagai berikut: Tahun 2017 akan dilakukan koordinasi internal dan implementasi Program (1) serta kerjasama lokal, nasional, dan regional. Tahun 2018 akan UNY sukses mengimplementasikan Program (2); siap menuju Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum; masuk cluster 1 pemeringkatan Kemristekdikti; dan memiliki kerjasama nasional, regional, dan internasional. Tahun 2019, UNY pun mampu mengimplementasikan Program (3); unggul di Asia Tenggara; telah mengusulkan Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum; dan memiliki kerjasama nasional, regional, dan internasional. Sedangkan pada tahun 2020, UNY sukses mengimplementasikan Program (4); menuju Perguruan Tinggi Nege­ ri Badan Hukum; dan memiliki kerjasama internasional. Dan pada tahun 2021, di­

akhir­masa jabatan saya, UNY ditargetkan telah menjadi universitas pendidikan kelas du­nia (masuk 750 dunia dan 250 Asia versi QS), sekaligus berhasil dalam memantapkan jaringan internasionalnya. Untuk merealisasikan rencana strategis tersebut, bukanlah seperti membalikkan telapak tangan. Butuh niat, keseriusan, kerja keras, dan gotong royong semua sivitas akademika UNY. Bagaimanapun, kampus bukan milik rektor, pembantu rektor, dekan, dan stakeholder lainnya. Kampus adalah milik semua sivitas akademika UNY bahkan masyarakat luas. Ibarat tembang ngidamsari, nahkoda tidak bisa berlayar jika tak memiliki prau (perahu) lengkap dengan krunya, dan tanpa sasad darat (bulan-bintang) den pepetri (sebagai acuan). Itulah seorang Rektor, harus mampu menjadi nahkoda perahu kampus yang siap membawa sivitas akademikanya mewujudkan cita-cita universitas menjadi kampus LPTK yang bertaqwa, mandiri, dan cendikia berkelas dunia tanpa harus menanggalkan kekuatan lokalitas bangsa Indonesia. Sebagai rektor, saya percaya bahwa saya sedang diamanahkan menjadi kepala kelu­arga, untuk memimpin keluarga besar­ UNY dalam kurun waktu empat tahun ke depan. Setelahnya tidak! Dengan begitu,­ saya menyadari bahwa amanah mengel­o­ la rumah bersama UNY ibarat menga­ rungi­samudera luas. Setumbuk harapan dan bhineka tantangan secara bersamaan hadir menyapaku. Bagi saya kepemimpinan menjadi kunci utama merealisasikan cita-cita rumah bersama UNY. Saya menawarkan model kepemimpinan berbasis transformasion-

al,­partisipatif, dan kolegial. Basis pertama,­ transformasional. Saya tidak sekedar memberi target, namun akan selalu turun tangan untuk selalu menginspirasi dan menggerakan semua lini untuk mengejar target. Basis kedua, partisipatif. Semua warga UNY harus memiliki kesempatan yang setara dalam memberikan sumbangsih demi mewujudkan cita-cita UNY. Terlebih, warga UNY memiliki ragam bidang ilmu dan sangat bermanfaat dalam memperkaya sudut pandang membangun universitas. Dan basis ketiga, kolegialitas. Semua kolega antar rekan dalam balutan keluarga UNY selayaknya dipandang setara seba­ gai bagian sivitas akademika. Tak ayal­semuanya wajib diikutsertakan dan didengar dalam pengambilan keputusan. Rektor bukanlah pengambil keputusan segala-galanya. Semua pimpinan UNY (termasuk mahasiswa) adalah subjek dan sudah selayaknya mereka memiliki kehendak bersama untuk memajukkan universitas. Saya percaya ketiga model kepemim­ pinan tersebut cocok untuk menakhodai perahu ataupun keluarga rumah bersama UNY. Terlebih, akan dilakukan mela­ lui pembiasan smart (cerdas) dan smile (ramah dan santun) sebagai internalisasi pelayanan UNY. Saya pun akan selalu berada di tengah-tengah warga UNY dalam mengarungi lautan ataupun membangun rumah tangga. Berada di tengah-tengah itu berarti, pemimpin sedang berada di tengah persimpangan aspirasi dan di saat itu pula pemimpin mampu merangkul aspirasi dari atas dan bawah, untuk saling melengkapi menuju UNY yang lebih baik. Mohon doa dan dukungannya. Matur Nuwun. ïź P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 7 5


ï€Ș S U R AT P E M B A C A

Saya salah satu orang tua mahasiswa FIS UNY yang berasal dari Banyumas. Saya bersama keluarga pernah melakukan kunjungan ke Yogyakarta dan menyempatkan makan siang di Laboratorium Kewirausahaan UNY di Jalan Affandi. Oleh PAK ABOED Purwokerto - Banyumas

Kami melihat dan mengapresasi pengembangan sarana prasarana UNY serta adanya peningkatan pelayanan akademik, terbukti di awal tahun 2017 memperoleh akreditas institusi A dari BAN PT, sehingga hasil yang telah dicapai harapannya dapat dipertahankan syukur-syukur berkembang lebih baik lagi. Saat memasuki Laboratorium Kewirausahaan kami melihat suasana ruangan yang bersih dan rapi dalam hal kebersihan, namun kami belum melihat fasilitas bagi mereka yang mengalami disabiltas atau berkebutuhan khusus, padahal setelah masuk lobby 6 P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 7

laboratorium kewirausahaan sudah ada fasiltas lift yang dapat dimanfaatkan oleh mereka yang berkebutuhan khusus/disabilitas, oleh karena itu kami memohon kiranya dibuatkan fasilitas bagi mereka. Entah menggunakan kursi roda atau jalur bagi tuna netra. Kami juga melihat di lantai 2 dan 3 yang digunakan untuk outlet/gerai hasil kewirausahaan mahasiswa UNY dan juga perkantoran perbankan. Tujuan utama kami adalah lantai empat, dengan maksud kami beserta keluarga akan makan siang di food court. Mungkin karena kedatangan kami sudah siang

(pukul 13.00) dimana suasana food court sedang ramai dan peralatan makan (piring, gelas) yang ada di meja makan belum juga disingkirkan. Kami menunggu sekitar lima menit untuk mendapatkan makanan yang kami pesan. Bagi kami, menunggu sebenarnya bukan menjadi masalah, tetapi kami mulai risih disaat sisa makan yang di meja makan tidak kunjung dibersihkan hingga kedatangan makanan yang kami pesan. Kami menyarankan untuk food court laboratorium kewirausahaan perlu kehadiran petugas kebersihan yang bertanggung jawab membereskan sisa makan di meja dan juga membersihkan piring, mangkok, gelas, sendok, dan juga memfasilitasi peralatan tersebut untuk disiapkan ke gerai/counter makan yang menyewa tempat.

Petugas kebersihan sebaiknya disiapkan oleh pengelola KWU agar bertanggung jawab membersihkan peralatan makan yang sudah kotor kemudian mencuci dan mendistribusikannya ke gerai/ counter. Tentunya saran ini akan membuat pengelola menge­ luarkan anggaran tambahan untuk pengadaan peralatan dan petugas kebersihan. Namun demi kenyamanan tentunya langkah ni perlu dipertimbangkan. Jika di laboratorium kewirausahaan telah disiapkan peralatan makanan dan petugas kebersihan maka dijamin layanan akan menjadi lebih nyaman, bersih, higienis dan menyenangkan. Kami yakin UNY sebagai salah satu perguruan tinggi yang besar dapat mengambil kebijakan untuk menambah kenyamanan layanan kepada masyarakat. Terima kasih.

Redaksi menerima tulisan untuk rubrik Bina Rohani (panjang tulisan 500 kata), Cerpen (1000 kata), Opini (900 ka­ta), Puisi/Geguritan/Tembang (minimal dua judul), dan Resensi Media (500 kata). Tulisan harus dilengkapi de­ngan iden­ti­tas yang jelas, nomor yang bisa dihubungi, pasfoto (khusus Opini), serta keterangan dan sampul media (khu­sus Re­sen­si Media). Kirimkan tulisan An­da me­la­lui pewaradinamika@uny. ac.id atau langsung ke kan­tor Humas UNY. Bagi yang dimuat, ho­nor dapat diambil di kantor Humas Universitas Negeri Yogyakarta.


T I P S -T I P S



Oleh ILHAM DARY ATHALLAH Hubungan Internasional UGM Angkatan 2016

M

enjadi aktivis mahasiswa tentunya takkan jauh-jauh dengan menyuarakan aspirasi. Jika menilik buku Political Phsycology (Mastors, Cottam, 2004), beragam alasan melatar belakangi aksi penyampaian aspirasi tersebut. Baik karena menyuarakan penderitaan pribadi, orang lain, maupun karena terkekang lingkungannya (dalam hal ini dinamika perpolitikan mahasiswa) yang memaksa dia mau harus melakukan aksi jika tak ingin kehilangan legitimasinya. Semua tindakan tersebut adalah rasional menurut motivasi dan stimulusnya masing-masing. Namun menurut Kindleberger, aktor dan sikap yang rasional jika dilakukan secara kolektif justru bisa menghasilkan dampak dan outcome yang irasional. Disinilah aktivis mahasiswa biasanya terjebak dengan demonstrasi dan justru tidak berkontribusi bagi kemajuan kampusnya maupun memperkeruh kehidupan berbangsa. Berikut kemudian tips yang semoga dapat menjadi usulan saya bagi mahasiswa dalam melakukan gerakan:

Menyampaikan Aspirasi Penuh Damai 1

Coba sampaikan secara langsung Ada sebuah filosofi Jawa ngelmu pring yang merefleksikan keberadaan Pohon Bambu. Filosofi yang kemudian di replika ulang oleh Jogja Hip Hop Foundation dalam salah latu lagunya. Pesan dari filosofi itu berupa “Pring Petung, urip iku senajan suwung nanging ojo suwung podo nganti bingung..” Bahwa hidup memang selalu dipenuhi masalah, tapi jangan sampai masalah membuat kita semakin bingung, suntuk, dan merasa sendiri. Menjalin silaturahmi, jika dimungkinkan, menjadi salah satu opsi yang paling baik. Memang sulit dan pemimpin pastinya punya kesibukan yang luar biasa. Tapi tentu tiada yang salah dari mencoba dengan sekedar membuat janji pada yang bersangkutan atau melalui sekretaris pribadinya. Dan menyampaikan secara diplomatis

dan penuh kehangatan di era demokratis ini.

2

Tempatkan diri sebagai Ngangsu Kawruh Sebagai sosok yang lebih muda, maupun jabatan yang lebih rendah, tentu akan selalu ada pengetahuan maupun dilema kondisi yang belum kita pahami secara utuh. Masing-masing pihak juga memiliki perspektif yang berbeda atas ragam fenomena. Disini menjadi penting bagi kita untuk mengosongkan gelas dan ngangsu kawruh (mencari ilmu). Dari memahami karakter dan pandangan lawan bicara, kita bisa memahami bagaimana selayaknya bersikap atas suatu fenomena.

3

Pilih metode aktivisme selain Demonstrasi Gene Sharp sebagai pemrakarsa studi perdamaian telah mengidentifikasi 199 metode aksi nirkekerasan dalam proses aktivisme. Dan ternyata, demonstrasi dengan pekikan toa

hanyalah satu diantaranya. Ada beragam metode diplomasi yang lebih baik dan bisa menjadi opsi untuk dipelajari alih-alih sekedar demonstrasi.

4

Lengkapi Data, Fakta, dan Kompetensi Dukung pandanganmu dengan kondisi riil di lapangan dan kajian komprehensif. Jangan sampai hanya sekedar nyaring tapi tak berisi. Keberadaan ketiganya akan membuatmu lebih disegani dan dihormati. Apalagi, jika kamu telah lama menekuni dan kompeten bidang tersebut.

5

Beri masukan atas sistem dan kebijakan, bukan pribadi Inilah yang menjadi poin tera­ khir paling penting. Banyak aktivis yang menyerang karak­ ter individu, bukan masukan berbobot atas sistem dan kebijakan. Hal ini justru kontra­ pro­duktif dan tidak sesuai dengan cita-cita tuntutan yang diba­wa. Karena Gandhi pernah berkata, perjuangan idealis harus dilawan dengan cara yang idealis dan nirkekerasan sejak dalam pikiran pula. P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 7 7


Laporan Utama

8 P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 7


Laporan Utama

R

Sutrisna siap membawa perubahan. Ia berbekal visi-misi yang terintegrasi Nawa Cita dan Kemristekdikti. Jangka dekatnya berkibar di ASEAN.

Playmaker yang Siap Menjadi Penjaga Gawang UNY

EKTOR baru UNY, Sutrisna Wibawa, tak merasa sendiri. Ia terbiasa kerja dengan tim. Tidak heran model kepemimpinan transformasional, partisipatif, kolegial menjadi pilihannya. Ia juga dikenal arsitek pengembangan UNY di belakang layar sejak menjadi pembantu rektor II UNY. Kini ia diamanahkan menjadi Rektor UNY Periode 2017-2021 setelah dilantik pada Rabu, 22 Maret 2017 oleh Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Mohammad Natsir, di gedung D Kemristekdikti, Jakarta. Menjadi rektor, baginya bukanlah perkara mudah. Terlebih menjadi Rektor Universitas Negeri Yogyakarta. Kampus eks-IKIP Yogyakarta yang telah berakreditas A dan reputasinya sudah di kenal di perguruan tinggi se-Indonesia. Kampus Karangmalang ini pun menargetkan bahwa pada tahun 2025 akan menjadi LPTK berkelas Dunia. Sungguh sebuah tantangan! Namun ia yakin, kepemimpinan memiliki peran penting dalam mewujudkan visi misi UNY itu. "Perintah itu tidak terkadang dari top down dan terkadang pula bottom up. Saya akan memilih berada dipersimpangan. Selanjutnya, akan saya teruskan ke stakeholder lainnya, sesuai pran dan fungsinya," jelasnya. Itulah Sutrisna Wibawa. Ia memilih menjadi playmaker. Namun di situasi tertentu, suami dari Supadminingsih akan siap menjadi penjaga gawang. "UNY harus tetap dikawal," lanjutnya. Dan sebagaimana yang terjadi di UNY, seorang rektor selalu siap menjadi penjaga gawang terbaik. Sebagai bagian dari Pemerintahan Jokowi-JK, Sutrisna mendasari apa yang akan dilakukan UNY berdasarkan Nawa Cita dan visi misi Kemristekdikti. Sembilan butir Nawacita, dua di antaranya, berkelindan dengan pendidikan. Pertama, peningkatan mutu pendidikan dan pelatihan. Kedua, melakukan revolusi karakter bangsa. Sutrisna menghayati dua elemen tersebut sebagai landasan filosofis. Agar cakupannya jelas ia tak melepaskan visi Kemristekdikti: terwujudnya

pendidikan tinggi yang bermutu serta kemampuan IPTEKS dan inovasi untuk mendukung daya saing bangsa. UNY telah memiliki visi ketakwaan, kemandirian, dan kecendikiaan. Visi ini telah relevan dengan Nawa Cita Pemerintah. Soal implementasinya, Sutrisna akan menerjemahkan sebagai berikut. Pertama, ia hendak membawa UNY melalui dorongan religius. Semua agama dan keyakinan warga UNY Sutrisna dukung. Tentu dengan konsisten dan menghormati praktik agama lain. Selain religiositas, Sutrisna menekankan kemandirian. “Baik dosen, pegawai, maupun mahasiswa, mereka hendaknya mandiri dalam berpikir dan bertindak,” ungkapnya. Independensi ini merujuk pada profesionalisme dalam bekerja. Sutrisna menerjemahkan kemandirian itu sebagai bentuk inisiatif yang dilakukan dalam ranah individu dan komunal. Sutrisna mengharapkan warga UNY mempraktikan pribadi yang cendekia. Poin terakhir ini sesuai dengan peran UNY sebagai kampus yang menjunjung tinggi ruh ilmiah dan bertanggungjawab. Sutrisna mengakui bahwa dalam mewujudkan progamnya ia mengacu pada indikator keberhasilan. “Saya polanya pekerja. Bukan pewacana. Saya tidak ingin mewacanakan sana-sini tapi tidak dilakukan,” tuturnya. Karena itu, Surtisna cenderung langsung merealisasikan target dan tujuan sehingga lekas dikerjakan. Sutrisna akan memprioritaskan pencapaian UNY pada wilayah regional (ASEAN) selama lima tahun ke depan. Dan, pada akhir masa jabatannya, tahun 2021, UNY akan menjadi universitas pendidikan kelas du­nia (masuk 750 dunia dan 250 Asia versi QS), sekaligus berhasil dalam memantapkan jaringan internasionalnya. Fokus ini ia tetapkan sebagai jawaban UNY untuk wacana Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). “Tantangan saya sekarang itu menanggapi wilayah global,” tegasnya. RONY | EDITOR : SISMONO LA ODE P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 7 9


Laporan Utama

Mewarisi Etos Werkudara, Merakyat Laksana Semar Profesor ilmu filsafat Jawa sekaligus Rektor UNY Prof. Sutrisna Wibawa siap membawa perubahan. Ia berprinsip mengakar ke bumi, menghujam ke langit. Membawa lokalitas Yogyakarta ke kancah internasional. Oleh RONI K PRATAMA Editor BUDI MULYONO

S

utrisna mengidolakan Werkudara dan Semar sejak tinggal di Sokoli­ man, Karangmojo, Gunung­­kidul. Keduanya dijadi­kan panutan hingga kini. Werkudara mengajarkan keteguh­ an hati, sedangkan Semar soal kepemimpinan. Marta Hadi, ayahnya, tak absen menceriterakan epos pewa­ yangan itu. Ayahnya seorang guru SD Sokaliman dan sekaligus penutur kisah yang handal. Darinya Sutrisna belajar betapa wayang bukan hanya dongeng fiksi, melainkan juga teladan yang sarat nilai moral. Maret lalu, M. Nasir, Menristekdikti, melantik Sutrisna Wibawa sebagai Rektor UNY (2017-2021). Sejak Sutrisna menang mutlak (77 suara) pada 29 Desember 2016, ia lekas bekerja cepat. Baginya jabatan itu amanah. Ia tak mau ambil risiko. Karena itu, ia mulai mematangkan konsep UNY selama lima tahun ke depan. “Pada kondisi itu saya menerjemahkan konsep etos Werkudara,” katanya. Sutrisna tipe pemimpin visioner. Ia melihat peluang dan potensi UNY tak sakadar wilayah lokal dan nasional, melainkan juga regional serta internasional. Ia mengakui bahwa pencapaian itu diperlukan kerja keras dan cerdas secara kolektif. “Itu saja tidak cukup. Kita harus fokus, meskipun pada praktiknya akan menemui kendala. Yang penting tak terganggu kanan-kiri,” tuturnya.

10 P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 7

MEA adalah kawah candradimuka. Tempat penggemblengan SDM UNY di ranah regional. Sutrisna bersikukuh tetap memantapkan tiga landasan visi, yakni takwa, mandiri, dan cendekia sebelum para mahasiswa turun untuk bersaing di ASEAN. Seperti isi serat Dewa Ruci, Werkudara melakukan perjalanan hidup. Ia berguru kepada alam supaya menemukan jati diri sangkan dan paran (dari mana hendak ke mana). Dalam konteks UNY, para mahasiswa belajar dan berproses di sana. Luarannya, mereka menjadi manusia yang berdaulat. Turun Melayani Gaya kepemimpinan putra Wonosari itu merakyat. Sebagai rektor terpilih, ia tak berdiri di menara gading. Sutrisnya percaya bahwa me­mim­pin itu meng­ ge­rakan. Karena itu, ia tak segan menyimak masukan konstruktif dari bawah. Model seperti itu ia dapat­ kan dari kontem­ plasinya terhadap tokoh Semar. “Semar ini kan sebenarnya dewa dari langit yang turun ke bumi,” ujarnya. Smart and Smile dipilih Sutrisna sebagai moto pelayanan. Tapi moto tersebut bukan diam­bil­ kan dari etimologi Semar, yaitu haseming samar-

samar—antara senyum dan tangis tak begitu jelas. Sutrisna berangkat dari pengertian sederhana arti smart (cerdas), sementara smile (ramah dan santun). Lebih jelas, ia menyampaikan analogi tamu. “Kalau ada tamu, kita jangan diam. Lakukanlah apa yang bisa dilakukan. Harus peka. Itu kan cerdas,” ungkapnya. Pada konteks birokrasi, Sutrisna menekankan bentuk kecerdasan yang tak melulu ihwal pencapaian kasat mata. Akan tetapi, ia harus menyentuh sisi kemanusiaan melalui pendekatan yang hangat. “Siapa pun jangan dikecewakan. Mereka berhak mendapatkan pelayanan sebaikbaiknya,” terangnya. Demikian pula sikap smile kepada siapa pun. Sutrisna menggarisbawahi bahwa sebagai orang Timur sudah seharusnya berlaku sopan. Sutrisna mempunyai siasat khusus ketika memposisikan dirinya di tengah civitas akademika UNY. Selama menjabat ia hendak menerapkan model kepemimpinan transformasional, partisipatif, dan kolegial. Pertama, kata Sutrisna, “Kami akan mengandalkan visi yang telah disusun. Visi itu merupakan jalan mencapai sasaran.” Selaku pemimpin, ia tak sekadar memberikan instruksi verbal, tapi juga contoh konkret. “Jadi, pimpinan itu harus bisa menginspirasi yang dipimpin,” tegasnya.

KALAM

Pada program Rektor 2017-2012 Sutrisna menyambut optimis Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Ia melihatnya sebagai kawah candradimuka: tempat potensial untuk menempa diri. Butir kedua MEA disebutkan Kawasan Berdaya

Saing Tinggi. Sutrisna memaknainya dalam konteks pengembangan kualitas mahasiswa UNY di tingkat regional. Kunci elementer menujunya, kata Sutrisna, ialah konsisten pada strategi awal— seperti termaktub pada Grand Design Pengembangan WCU UNY.

Citra bimbingan semacam itu diidealkan Sutrisna. Tak dinyana ia terkenal sebagai


Laporan Utama

DEDY/HUMAS UNY

pribadi yang tekun saat bekerja. Sukirjo, Bagian Keuangan dan Akuntansi, mengakui itu saat Sutrisna menjabat sebagai Wakil Rektor II. “Pak Tris sendiri membawa UNY saat ini menjadi lebih baik. Banyak pengembangan fisik. Itu karena beliau tekun menjalin komunikasi dan jaringan,” tulisnya, seperti dilansir Bersama Tiga Rektor.

Sementara itu, Sutrisna tak luput menekankan pentingnya nilai partisipatif. Ia tak pandang bulu terhadap siapa pun. “Kita harus memberi kesempatan pada warga UNY untuk ikut serta. Tentunya sesuai bidang yang diminati,” katanya. Semua itu didasari atas sikap saling menghargai dan saling menghormati agar

SUTRISNA WIBAWA bersama dalang H Sukron Suwondo, saat pertunjukkan di wayang di halaman rektorat.

berkembang secara serentak. Prinsip kolegialitas juga sudah barang tentu Sutrisna terapkan. Baginya, etika kesetiakawanan itu telah dipelajari saat aktif di Pramuka semasa mahasiswa, baik tatkala di SPG maupun IKIP. “Pendekatan ini berada di tengah. Atas ke tengah. Bawah ke tengah. Jadi, tidak top down. Tidak pula bottom up,” pungkasnya. P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 7 11


Laporan Utama

Dari Pendahulu untuk Rektor Baru Suksesi kepemimpinan berhasil melahirkan sosok pemimpin baru. Sebagai tokoh yang pernah duduk di kursi tertinggi universitas, mereka turut andil dalam mendukung sang nakhoda, merekalah para rektor pendahulu. Oleh EMA SAFITRI Editor BUDI MULYONO

D

i bawah rindangnya suasana Fakultas Ilmu Pendidikan yang asri dan sejuk kami tim dari Pewara Dinamika Senin, (08/05/2017) menghampiri sebuah gedung yang kokoh berdiri di salah satu sudut fakultas yang memiliki warna hijau sebagai identitasnya. Aura akademik serasa kuat disaat terlihat beberapa mahasiswa mengelompok mendiskusikan sesuatu di sekitaran luar gedung. Di dalamnya terdapat bilik-bilik setengah kayu dan kaca dengan nama si empu pada tiap pintunya. Di salah satu ruang itulah Prof. Dr. Rochmad Wahab, M.Pd., MA. kini menghabiskan waktunya. Selain mengajar di kelas ia biasa berada di sana untuk mendengarkan konsultasi mahasiswanya. Rektor yang menjabat selama dua periode tersebut baru saja mengakhiri masa jabatannya pada Februari lalu. Ditemui tim Pewara Dinamika ia memaparkan beberapa point mengenai kondisi UNY serta harapan ke depan untuk UNY yang lebih baik. Pria kelahiran Jombang tersebut memulai penjelasannya mengenai akreditasi. Berbagai upaya dan program telah dilaksanakan untuk meraih akreditasi A. Selanjutnya ia berharap perlu ditingkatkan dan dimanfaatkan kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan akreditasi prodi agar mencapai lebih dari 50%. ”Kami sudah berusaha sekuat tenaga untuk akreditasi. Alhamdulillah sudah A. Ke depan akreditasi jurusan saya harapkan lebih dari 50%,” ungkapnya. Angka putus sekolah atau studi yang masih tinggi menjadi perhatian Rochmat Wahab. Oleh karena itu perlu adanya usaha untuk menanggulangi masalah tersebut dari UNY. Peningkatan 12 P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 7

sarana prasarana perguruan tinggi, peningkatan income generating melalui pengelolaan di bawah Badan Pengelolaan Pengembangan Usaha (BPPU) maupun Penerimaan Negara Bukan Pajak Bdan Layanan Umum (PNBP BLU), peningkatan output/ produk perguruan tinggi melalui penelitian, jurnal terakreditasi, artikel, proceeding dan jurnal terindeks nasional maupun internasional. “Masalah publikasi jurnal ini juga penting. Harapannya terus dikembangkan budaya menulis itu,” ungkapnya. Selanjutnya pada bidang keuangan, implementasi keuangan berbasis kinerja dalam perencanaan maupun pengelolaan keuangan perlu dikaji dan dikembangkan, sehingga dapat diimplementasikan secara maksimal sistem penganggaran berbasis kinerja dan sistem remunerasi yang transparan dan akuntabel. Pada bidang kemahasiswaan, lanjut Rachmat, perlu ditingkatkan jenis Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) sesuai keperluan dan pemantapan manajemen kegiatan kemahasiswaan serta pemberdayaan SDM untuk meningkatkan prestasi mahasiswa dalam berbagai kompetisi, dari tingkat wilayah, daerah, nasional, hingga internasional. Terkait hal tersebut, kebutuhan anggaran untuk kemahasiswaan sangat besar. Sayangnya dana tersebut masih terbatas, sehingga perlu upaya dan strategi untuk meraih dana dari sponsor atau mitra, ”Anggaran untuk

KALAM

SUTRISNA WIBAWA bersama Istri dalam acara pelantikan Sutrisna Wibawa sebagai Rektor UNY Periode 20172021 di Gedung D Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.

Kami sudah berusaha sekuat tenaga untuk akreditasi. Alhamdulillah sudah A. Ke depan akreditasi jurusan saya harapkan lebih dari 50%

kemahasiswaan itu besar. Sayang masih terbatas. Jadi perlu strategi agar bisa meraih dana dari mitra,”. Sementara itu, ia juga melihat bahwa untuk menghadapi persaingan yang lebih ketat di era globalisasi, pengembangan, kerjasama dan internasionalisasi kelembagaan perlu ditingkatkan lagi. “Pengembangan dan kerjasama mutlak diperlukan agar UNY bisa berkembang. Jadi bisa menghadapai kompetisi perguran tinggi di era globalisasi ini,” katanya. Peningkatan tersebut dapat melalui kegiatan pemantapan manajemen dan kerja sama, perintisan internasionalisasi akreditasi prodi, seminar dan forum ilmiah tingkat internasional, transfer kredit, joint research, joint degree, dan peningkatan penguasaan bahasa internasional dan teknologi informasi. Pada bidang teknologi informasi, lanjut Rochmat, pengembangan Sistem Informasi Akreditasi yang sudah dilakukan masih perlu penyesuaian dengan requirements borang yang lebih baru, perluasan


Laporan Utama coverage area wifi baru mencapai 60% sehingga masih terdapat 40% wilayah yang belum terjangkau wifi. Pengembangan Computer Based Test (CBT) dan single signon (SSO) juga perlu dilakukan agar bersinergi dengan berbagai aspek layanan. ”Pengembangan CBT yang sudah mulai dirintis di program Pascasarjana perlu dikembangkan. SSO juga agar bisa bersinergi dengan aspek layanan,” ujarnya. Bidang Sumber Daya Manusia (SDM) yang berorientasi pada kinerja dan modernisasi layanan perguruan tinggi masih belum sesuai harapan. Ia berharap pemberdayaan SDM dan budaya kerja yang berkualitas perlu dikembangkan untuk mengimbangi adanya peningkatan berbasis teknologi informasi. “SDM yang berorientasi IT dalam pelayanan universitas masih belum sesuai harapan. Semoga bisa dikembangkan,” paparnya. Di tempat lain rektor UNY periode 1999-2005 Prof. Suyanto, Ph.D. mengaku mendukung kepemimpinan Sutrisna Wibawa. Ia diminta untuk menjadi tim pengembang UNY. Tim ini nantinya akan diminti pertimbanganpertimbangan terkait bagaimana arah UNY ke depan. Suyanto sendiri diminta untuk menjadi tim bidang lingkungan yang menjaga green and clean. “Saya mendukung melalui tim pengembang, Saya diminta untuk menjadi tim yang menjaga green and clean kampus ini, untuk lingkungan,” jelasnya. Tak hanya dirinya, para rektor pendahulu juga diajak Sutrisna dalam kepemimpinannya. Suyanto sendiri mengaku siap jika sewaktuwaktu dimintai pendapat demi kemajuan institusi. Di awal periode ini ia melihat KALAM

KALAM

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI, MOHAMMAD NASIR Melantik Sutrisna Wibawa sebagai Rektor UNY Periode 2017-2021.

perhatian yang tinggi terhadap penerapan manajemen kebersamaan dan keterbukaan melalui tagline “Smart and Smile”. Menurutnya, setiap jaman memiliki tantangan yang berbeda-beda. Tantangan pada saat ia menjabat tentu berbeda dengan tantangan saat ini. Di bidang akademik, angka mahasiswa S2 sangat minim, dan finance sangat kecil anggarannnya. Sarana dan prasarana juga masih minim. Sebagai contoh mobil dinas tidak sebanyak saat ini. Dekan tidak memiliki mobil dinas pada saat itu. Walaupun kemudian diadakan dan digunakan secara bergiliran. Peningkatan nilai Toefl saat itu juga menjadi perhatian khusus. Jika ingin menjadi lektor, dosen harus memiliki kemampuan Bahasa Inggris yang mumpuni. Suyanto dalam hal ini bertugas untuk meletakkan pondasi yang kokoh untuk UNY di masa mendatang “Jaman saya jadi rektor saya harus meletakkan pondasi yang kokoh untuk UNY di masa depan,” ungkapnya. Dengan mengusung tagline publish or perish ia berusaha meningkatkan

budaya menulis di kalangan civitas akademika. Siapapun yang dapat menulis di koran diberikan intensif. Hal tersebut masih diberlakukan hingga sekarang walaupun sampai saat ini belum ada perubahan tarif. Ia menekankan bahwa publikasi jurnal harus ditingkatkan. “Publikasi jurnal harus ditingkatkan. Harus dipaksa meningkat,” katanya. Guru besar bidang ekonomi tersebut masih menjalin hubungan yang intens dengan Sutrisna. Pertemuan formal maupun informal masih mereka lakukan. Hubungan rektor baru dan lama katanya perlu dijaga dengan baik. Harapan besarnya dengan dipilihnya Sutrisna sebagai rektor mampu membawa UNY menjadi universitas yang maju minimal di tingkat Asia Tenggara. “Saya kira tiap pemimpin punya cita-cita dan komitmen apalagi karena sudah berpengalaman juga. Harus sama-sama. Harapannya UNY harus maju, dan kemajuan itu jangan membuat kesengsaraan orang, bisa maju di kawasan Asia, minimal Asia Tenggara” pungkasnya. P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 7 13


Laporan Utama

Klinik Pembelajaran UNY Solusi UNY untuk Masyarakat Sebagai institusi yang fokus di bidang kependidikan membuat UNY tak hanya berperan meluluskan mahasiswa yang ahli di bidang pendidikan. Melainkan mampu bermanfaat dan memberi solusi bagi masalah pendidikan di luar UNY. Salah satunya dengan diwujudkannya Klinik Pembelajaran UNY. Oleh EMA SAFITRI Editor BUDI MULYONO

R

ona bahagia terpancar dari wajahnya siang itu. Setiap goresan garis wajahnya mengisyaratkan harapan besarnya bagi lembaga yang ia pegang kemudinya saat ini. Meski telah lama di UNY, tak lantas membuatnya duduk berpangku tangan. Berbarengan dengan hadirnya Sutrisna Wibawa sebagai rektor baru, semangat kebaharuan pun ikut muncul. Kebaharuan tersebut salah satunya ia tuangkan dalam inovasi programprogram yang tidak lain sesuai dengan visi misi UNY. Ditemui tim Pewara Dinamika Kamis (04/05/2017), Sutrisna Wibawa menceritakan keinginannya untuk mewujudkan salah satu program anyar-nya, “Klinik Pembelajaran UNY”. Klinik pempelajaran UNY menjadi salah satu program yang hendak dilaksanakan pada periode kepemimpinan Sutrisna Wibawa . Selain berperan dalam mengembangkan dan menjamin mutu pendidikan di dalam kampus, UNY diharapkan juga bisa dekat dengan masyarakat lewat program tersebut. Rencananya, Klinik Pembelajaran UNY akan dilaksanakan di bawah naungan Lembaga Pengembangan dan Penjaminan Mutu Pendidikan (LPPMP) “Kita punya Lembaga LPPMP. Nanti kita bentuk klinik di bawah LPPMP,” kataya. LPPMP sebagai salah satu lembaga di bawah UNY bertanggungjawab dalam peningkatan dan penjaminan mutu pendidikan. Sebelumnya LPPMP memiliki sepuluh pusat yaitu; (1) Pusat Penjaminan Mutu (Penjamu); (2) Pusat Pengembangan Kurikulum, Instruksional, dan 14 P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 7

Sumber Belajar (P2KIS); (3) Pusat Pengembangan Praktik Pengalaman Lapangan dan Praktirk Kerja Lapangan (P2PPL & PKL); (4) Pusat Pengembangan Profesi Pendidik Tenaga Kependidikan dan Nonkependidikan (P4TKN); (5) Pusat Pengembangan Mata Kuliah Universiter (P2MKU); (6) Pusat Pengembangan Bahasa (PLB); (7) Pusat Pendidikan Karakter dan Pengembangan Kultur (P2KPK); (8) Pusat Pengembangan Karir (P2K); (9) Pusat Pengembangan Berkala Ilmiah (P2BI), DAN (10) Pusat Pengembangan Sekolah Laboratorium (P2SL). Dari ke sepuluh pusat tersebut, P2SL menjadi pusat yang terjun langsung berhadapan dengan masyarakat. Program-programnya antara lain mengadakan lomba inovasi pembelajaran dan manaje­ men sekolah bagi guru dan kepala sekolah di DIY dan Jateng, pengem­ bangan program unggulan di seko­lah laboratorium, workshop penilaian dan rapor untuk sekolah laboratorium, pengembangan best practice pembelajaran dan manajemen sekolah, magang guru TK dan SD, dan lain sebagainya. Beberapa program tersebut masih bersifat satu arah. Masyarakat masih terbatas pada program yang diadakan UNY.

ARIF/HUMAS UNY

PISAH SAMBUT REKTOR. Sutrisna Wibawa didampingi Ibu dan Rochmat Wahab bersama Ibu (Rektor sebelumnya) menerima ucapan selamat dari rektor-rektor UNY sebelumnya dan sivitas akademika UNY di ruang sidang utama rektorat UNY.

Melalui Klinik Pembelajaran UNY, masyarakat dapat secara aktif melakukan konsultasi atau berbagi

Melalui Klinik Pembelajaran UNY, masyarakat dapat secara aktif melakukan konsultasi atau berbagi informasi mengenai pengembangan pembelajaran

informasi mengenai pengembangan pembelajaran. Sasaran utamanya adalah para guru yang memiliki permasalahan terkait pembelajaran. Namun tidak menutup kemungkinan bagi siapapun untuk melakukan konsultasi. Utamanya para guru di wilayah Yogyakarta atau dari manapun. Tujuannya selain untuk berkonsultasi juga sebagai sarana saling berbagi guna mengembangkan proses pendidikan. Pertanyaan konsultasi dapat berupa pertanyaan mengenai pola pembelajaran maupun materi sesuai standar kompetensi guru layaknya Standar Kompetensi Guru yang meliputi empat komponen yaitu (1) Kompetensi Pendagogik; (2) Kompetensi Kepribadian; (3) Kompetensi Sosial, dan (4) Kompetensi Profesional. Di tataran praktis hal tersebut juga dapat dipandang sebagai bahan konsultasi. Misalnya tentang bagaimana menyiapkan bahan pembelajaran yang kreatif, bagaimana menangani anak gifted untuk mengembangkan potensinya. Sebaliknya bagaimana juga dengan


Laporan Utama SUTRISNA WIBAWA (Rektor UNY) memberikan tanda mata terima kasih kepada rektor sebelumnya, ROCHMAT WAHAB (pakaian putih) di acara Pisah Sambut Rektor UNY .

anak yang kurang, bagaimana mengevaluasi pembelajaran, serta bagaimana membuat dan memanfaatkan media pendidikan. Di situlah peran universitas yang harus dirasa dekat oleh masyarakat. “Jadi kita ingin yang sifatnya inovasi kita dorong dan kembangkan bersama dengan stakeholder pendidikan lain,” jelasnya. Tujuannya tidak lain adalah untuk meningkatkan kualitas pendi­dikan secara keseluruhan. Namun demikian, konsultasi yang diharapkan bukan yang bersi­ fat rutin. Sutrisna Wibawa mene­ kankan inovasi baru agar dapat berdampingan dengan gaya meng­ ajar. Ia juga tidak meng­inginkan konsultasi tersebut sebagai bentuk intervensi yang mengubah halhal baik yang sudah dilaksanakan sebelumnya. “Tapi ini bukan untuk konsultasi hal yang sifatnya rutin. Di sini kami menekankan inovasi baru agar bisa berdampingan dengan gaya mengajar dan bukannya meng­ intervensi hal hal baik yang sudah terlaksana sebelumnya,” imbuhnya. Harapan utamanya tidak lain adalah untuk meningkatkan pendidikan khususnya di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya. Selain di bidang pendidikan, rasa dekat dengan masyarakat juga dapat dimunculkan di bidang keolahragaan.

SUTRISNA WIBAWA bersama dalang H Sukron Suwondo, saat pertunjukkan di wayang di halaman rektorat.

Sejatinya kegiatan tersebut sudah lama dilakukan UNY lewat kontribusi FIK dalam agenda persiapan Pekan Olahraga Nasional (PON), SEA GAMES dan kegiatan lainnya. “Ini teman teman sudah lama berperan besar disitu. Dan kita akan dorong dan insentifkan lagi. Tentu pendekatannya adalah iptek olahraga. sport science. Bagaimana pengembangan keilmuan di fakultas olahraga bisa menyumbangkan peningkatan prestasi dan membanggakan kita semua,” pungkasnya.

ARIF/HUMAS UNY

Fakultas Ilmu Keolahragaan dalam hal ini memiliki peran yang strategis. Melalui penggunaan fasiltas yang ada diharapkan mampu meningkatkan prestasi di bidang olahraga DIY. Dosen-dosen dapat mengambil bagian untuk lebih aktif di organisasi-organisasi olahraga, sebagai pelatih dan lain sebagainya. Mereka juga dapat berperan melalui kegiatan berbagi informasi lewat sport science.

P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 7 15


Laporan Utama

Siap Hadapi Radikalisme dengan Pendidikan Karakter Oleh ILHAM DARY ATHALLAH Editor BUDI MULYONO

P

emantik diskusi mulai membawakan narasinya. Membawa mahasiswa yang duduk melingkar pada suatu sore maupun malam berkontemplasi dalam imajinya masing-masing. Sekilas, tak ada yang aneh dari diskusi tersebut jika dilihat dengan telanjang mata. Diskusi yang sedemikian rupa juga menjamur di beberapa kampus termasuk di UNY dalam beberapa kesempatan. Tapi dibalik itu semua, diskusi tersebut ternyata diduga menyuarakan penegakan khalifah ataupun ideologi-ideologi lainnya yang bersifat anti-Pancasila. Mereka meminta para anggota mahasiswanya untuk mendobrak sistem negara Indonesia yang menurut mereka tidak sesuai dengan ajaran ideologi yang mereka yakini. Sebagai contoh, para aktivis yang tergabung dalam Badan Koordinasi Lembaga Dakwah Kampus (BKLDK) menggelar Deklarasi Khilafah di Insitut Pertanian Bogor. Dengan premis bersumpah untuk menegakkan syariat Islam di Indonesia. Video deklarasi tersebut kemudian viral di dunia maya dan telah dilaporkan kepada pihak yang berwajib. Belum lagi di beberapa kesempatan menjamurnya kaos-kaos yang secara simbolik bertentangan dengan Pancasila. Pelakunya tidak hanya dari kalangan masyarakat umum, beberapa mahasiswa turut menjadi bagian yang menyebarkan ideologi yang bertentangan dengan Pancasila. Setidaknya, hal-hal tersebutlah yang dicemaskan oleh Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Prof. Mohammad

16 P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 7

Natsir, ketika mendeklarasikan Semangat Bela Negara di Semarang, Sabtu (06/05/2017). Deklarasi dilakukan bersama Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Rektor Universitas seluruh Indonesia, termasuk UNY. Ăą€œPenyebaran paham radikal yang dapat memecah belah bangsa semakin gencar dan mulai masuk kedalam sivitas akademika. Lewat organisasi dan kajian antipancasilais,Ăą€? ungkap Natsir. Terkait isu yang sedang hangat, yakni rencana pemerintah membubarkan organisasi kemasyarakatan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) melalui jalur hukum, M. Natsir menyarankan agar setiap Rektor untuk bertindak tegas dan bertanggung jawab mencegah serta memberantas paham radikalisme di kalangan mahasiswa dan dosen. Mantan Rektor UNDIP Semarang ini juga menginstruksikan agar masingmasing rektor merangkul mahasiswa dan dosennya (termasuk tenaga kependidikan) yang terlibat dalam organisasi HTI ataupun organisasi lainnya yang bertentangan dengan ideologi Pancasila.

M. Natsir menginstruksikan agar rektor-rektor seluruh Indonesia merangkul mahasiswa dan dosennya yang diduga terlibat dalam organisasi yang bertentangan dengan Pancasila.

ISTIMEWA

Di UNY sendiri, kelompok Hizbut Tahrir Indonesia Chapter UNY telah eksis selama beberapa tahun. Dikutip dari Blog HTI Chapter UNY (htiuny. blogspot.com), organisasi tersebut setiap bulannya memiliki agenda rutin NGOPI (Ngobrol Pemikiran Islam) dan Majelis Tafkir. Walaupun demikian, Juru Bicara Dewan Pengurus Pusat (DPP) HTI Ismail Yusanto dalam konferensi persnya di Kantor DPP pada Selasa (09/05), menegaskan bahwa tuduhan HTI membahayakan keutuhan NKRI adalah mengada-ada dan tidak benar. Ăą€œHTI mempunyai hak konstitusional untuk melakukan dakwah yang amat diperlukan untuk perbaikan bangsa dan negara ini,Ăą€? ungkap Ismail. Toleransi Butuh Pendidikan Karakter Dari beragam tantangan radikalisme tersebutlah, M. Natsir menekankan bahwa dunia akademik harus siap berperan menjawab dinamika tantangan kontemporer. Permintaan atas kesiapan tersebut kemudian dicoba oleh Rektor UNY, Prof. Sutrisna Wibawa, dengan mengejewantahkan Nawacita dalam visi misi UNY pada era


Laporan Utama kepemimpinannya. “Pemerintah sedang menggalakkan pendidikan karakter di tengah masalah bangsa yang sedemikian rupa tersebut. Dan saya menyatakan, UNY siap berkontribusi nasional,” ungkap Sutrisna kepada Pewara Dinamika pada Kamis (04/05/2017) di ruang rektor. Dalam Nawacita yang dicanangkan Presiden Joko Widodo sebagai agenda prioritas, pendidikan memiliki peran penting dalam perwujudan revolusi karakter bangsa. Hal tersebut dicanangkan akan dilakukan melalui peningkatan mutu pendidikan dan pelatihan. Dimana menurut Jokowi, peningkatan mutu tersebut berperan vital dalam peningkatan kemampuan generasi muda Indonesia. Agar menjadi lebih kompetitif dalam menghadapi persaingan global. “Sehingga karena persaingan nanti semakin sulit, semakin sukar antar negara. Oleh karena itu, kita persiapkan (lewat pendidikan),” ungkap Jokowi dalam sambutannya di Lapangan Bola Gunung Tinggi, Desa Gunung Tinggi, Kecamatan Batulicin, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Pada Minggu (07/05/2017), dalam rangka pembagian Kartu Indonesia Pintar. Landasan agenda Nawacita tersebut menurut Sutrisna saling bertaut dengan visi Kemristekdikti dan UNY. Dimana Kemristekdikti menekankan terwujudnya pendidikan tinggi yang bermutu, serta kemampuan IPTEK dan inovasi untuk mendukung daya saing bangsa, dan visi UNY yang menekankan bahwa pada tahun 2025, UNY akan menjadi universitas kependidikan berkelas dunia berlandaskan ketakwaan, kemandirian, dan kecendekiaan. Karakter yang kemudian diupayakan UNY untuk dipupuk lewat kurikulum pembelajaran di kelas maupun lingkungan kampus tersebut, diharapkan dapat mewujudkan insan yang selalu berada di jalan Allah SWT dan menjalankan toleransi. Sutrisna menekankan bahwa menjadi penting bagi warga UNY untuk secara konsisten menjalankan agama dan keyakinannya masing-masing sembari bersedia menghormati praktik agama lain dan menjaga keutuhan NKRI. “Sehingga ilmu yang sudah seharusnya dilandasi dengan taqwa,

ISTIMEWA

UPACARA BENDERA. Salah satu wujud pembinaan pendidikan karakter bagi mahasiswa UNY.

akan menjadikan langkah UNY senantiasa diridhoi oleh Allah. Semua warga UNY memiliki kebe­ basan akademik dengan kewajiban menjaga NKRI,” ungkapnya. Sutrisna kemudian menekankan masalah sesungguhnya bangsa ini. Kemiskinan, ketimpangan ekonomi, sulitnya akses pendidikan bagi masyarakat, hingga konflik, dan radikalisme, semuanya terjadi bukan karena pemangku kebijakan maupun masyarakat kurang ilmu pengetahuan. Namun, masalah tersebut hanyalah puncak gunung es dari kondisi pendidikan Indonesia yang belum atau kurang didampingi dengan karakter taqwa dan selalu ingat kepada Allah. Pemahaman toleransi juga dapat diti­

Masalah tersebut hanyalah puncak gunung es dari kondisi pendidikan Indonesia yang belum atau kurang didampingi dengan karakter taqwa dan selalu ingat kepada Allah Swt.

lik dari sikap keterbukaan. Dimana warga UNY sebagai sivitas akademik selayaknya bersikap terbuka terha­ dap masukan dari pihak lain. Dan dalam berpikir, bersikap, dan bertindak, setiap warga UNY selayaknya selalu dilandasi pada ketaqwaan dan kebenar­an berbasis data-data serta fakta empiris berbasis ilmu pengetahuan. Bukan atas dasar subyektif rasa suka/tidak suka, maupun sekedar kepentingan individu dan golongan. Hal tersebut menurut Sutrisna tetap harus dilakukan walaupun sekeras apapun masukan itu. Sehingga dari diskusi dan saling tukar pendapat, sikap sebagai cendekia muncul. Karena ditengah derasnya tantangan globa­lisasi, perdagangan bebas, hingga Masyarakat Ekonomi ASEAN, menu­rut Sutrisna bangsa Indonesia, terlebih lagi warga UNY, tak lagi bisa menu­tup diri dan harus memahami apa­pun aspirasi pemikiran dan ide sesamanya. “Dan dari situ asas kolegialitas muncul. Baik dalam saya memimpin ataupun dalam kehidupan warga UNY. Sehingga kolega antar rekan di UNY dianggap sama sebagai partner. Dan semua wajib diikutsertakan untuk berkembang sejalan dengan pembangunan UNY,” pungkas Sutrisna. P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 7 17


Laporan Utama

SUTRISNA WIBAWA:

Reputasi UNY Ditentukan Alumninya Oleh ILHAM DARY ATHALLAH Editor BUDI MULYONO

P

ara anak-anak muda itu memang tak bisa selamanya terus duduk di bangku kampus. Setelah puluhan mata kuliah ditempuh, serta beragam diskusi kajian maupun UKM minat bakat menjadi tempat berlabuh, ada saatnya bagi para mahasiswa untuk menunaikan tugas sejatinya sebagai cendekia. Tugas yang juga jadi poin terakhir tridharma perguruan tinggi; pengabdian pada masyarakat. Dan dalam proses pelepasan mahasiswa dari bangku perguruan tinggi menuju kewajibannya mengabdi sesuai bidang masing-masing, transisi kemudian menjadi vital. Karena menurut Rektor UNY, Prof. Sutrisna Wibawa, beberapa sarjana seantero negeri bahkan menyatakan diri gagal dan menyerah dalam sengitnya dunia kerja sebelum bertarung. “Bayangkan, data BPS itu 11% lulusan perguruan tinggi menganggur. Dominan fresh graduate. Dari situ menjadi penting untuk tetap in touch (mengantarkan dan membimbing). Karena reputasi perguruan tinggi, termasuk UNY, ditentukan oleh alumninya,” tegasnya pada Pewara Dinamika. Proses pendampingan tersebut menurut Sutrisna dapat dilakukan melalui Sub Bagian Kemahasiswaan dan Alumni yang dimiliki UNY. Sebagai anggota keluarga besar, alumni menurutnya butuh pendampingan selalu dalam bentuk pelacakan dan survey. Sehingga dari masukan data tentang waktu tunggu selepas lulus untuk mendapatkan pekerjaan, dan bidang apa saja para alumni berperan, maka evaluasi bisa diwujudkan. Hal serupa diamini oleh Ketua Ikatan Alumni (IKA) UNY, Prof Suyanto. Menurutnya, menjadi penting bagi UNY untuk terus membina dan melayani alumni sesuai kapabilitas yang dimiliki. Terlebih lagi, UNY yang berstatus sebagai perguruan tinggi kependidikan menurutnya akan berjalan linier dengan kebutuhan para

18 P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 7

DOKUMEN IKA UNY

alumni yang mayoritas mengabdi sebagai guru di penjuru Indonesia. Layaknya pelatihan profesi untuk para guru, panduan sertifikasi, peningkatan kapabilitas pedagogik, dan beragam lainnya.

KETERLIBATAN IKA UNY dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat Gunung Kidul.

“Alumni kebanyakan, walau tidak semuanya, berprofesi sebagai guru. Disini menjadi penting bagi UNY, maupun yang selama ini juga dilakukan IKA, untuk menggelar seminar dan kajian atas isu aktual yang bersentuhan langsung dengan alumni,” ungkap Suyanto.

Bayangkan, data BPS itu 11% lulusan perguruan tinggi menganggur. Dominan fresh graduate. Dari situ menjadi penting untuk tetap in touch (mengantarkan dan membimbing). Karena reputasi perguruan tinggi, termasuk UNY, ditentukan oleh alumninya

Treasure Study, Agar Mahasiswa Dididik Ilmu Konkrit Walau demikian, bukan berarti relasi hanya berlangsung satu arah dalam wujud pembinaan UNY pada alumninya. Alumni, menurut Sutrisna, juga harus turut serta berkontribusi bagi kemajuan kampus. Pengembangan fasilitas, layaknya gedung serbaguna alumni yang sudah direncanakan pembangunannya oleh IKA UNY dan kini dalam proses fundraising, menjadi salah satu wujud pengabdian pada almamater. Gedung tersebut rencananya akan berbentuk wisma dan bisa digunakan baik untuk acara alumni, maupun berkontribusi bagi pengembangan usaha kecil mikro menengah (UMKM) lewat penyediaan lapak dan pelatihan. “Tapi memang gedung itu belum jadi. Kita memang terus tawarkan dan kejar. Harapannya memang alumni juga bisa membantu,” ungkapnya. Namun, menurut Sutrisna, kontribusi alumni selayaknya tidak hanya dipandang dari segi finansial maupun fisik semata. Keikutsertaan


Laporan Utama dalamnya, menurut Sutrisna, dapat memberi insight tentang pengembangan kapasitas skill dan pelatihan apa yang dapat dilakukan kampus yang dipimpinnya agar dapat memberikan sesuai kebutuhan dunia kerja. “Jadi alumni juga punya tanggung jawab pada lulusan kita. Agar bisa mengarahkan lowongan kerja, maupun memberi kita arahan atas pengalamannya. Skill dan pelatihan apa yang perlu kita kembangkan,” ungkapnya. Selain itu, Sutrisna juga berharap bahwa para alumni UNY dapat berkontribusi secara maksimal di bidangnya masing-masing. Baik itu terserap sebagai tenaga kerja, membuka lapangan kerja tersendiri, maupun mengabdi pada masyarakat lewat aksi sosial maupun sebagai pejabat publik. Dosen UNY yang kebanyakan juga alumni UNY seringkali dipinjam, menurut Sutrisna, untuk memegang birokrasi kependidikan.

DOKUMEN IKA UNY

alumni pada bidang pengembangan akademik juga dapat menjadi langkah konkrit guna mengembangkan almamater dan para juniornya kelak. Program pengembangan akademik oleh alumni tersebut kemudian dikenal oleh UNY sebagai Treasure Study. Treasure Study mengundang alumni ke perguruan tinggi untuk turut serta mengembangkan kurikulum program studi. Sutrisna menyebutkan, UNY telah secara rutin mengundang alumni yang berperan aktif di bidang sesuai keilmuannya untuk memberi masukan tentang apa-apa saja keahlian yang dibutuhkan di lapangan. Sehingga pengalaman mereka ketika bekerja, dapat berkontribusi bagi pengembangan kurikulum dan membuat ilmu di kelas tak jauh dari aplikasi di masyarakat. “Supaya ilmu di kelas itu konkrit dan tidak sekedar teori di awang-awang. Walaupun saya perlu garis bawahi, teori juga penting untuk dipelajari. Tapi aplikasi bagi masyarakat memang harus ada dan kita kembangkan,” ujar Sutrisna. Ia kemudian mengisahkan salah satu usulan di program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Dimana alumni yang ikut duduk dalam program Treasure Study, mengusulkan bahwa PGSD memiliki mata kuliah pengembangan media pendidikan. Jikapun sudah ada, mata kuliah

KETUA IKA UNY, Prof. Suyanto, mengukuhkan pengurus IKA UNY cabang Purworejo periode 20142018.

tersebut dimintanya untuk menjadi lebih komprehensif. Karena, guru masa kini dituntut bisa mengajar lebih menarik dan atraktif guna melibatkan siswanya secara aktif tanpa kekerasan. “Dan usulan ini menarik, karena selain merefleksikan pengalamannya di lapangan, tujuannya juga mulia: agar siswa SD itu tercerdaskan,” ungkapnya. Penguatan Jejaring dan Pengabdian Masyarakat Kerjasama dengan alumni kemudian menjadi salah satu upaya yang menurut Sutrisna cukup baik dalam mewujudkan hal-hal tersebut. Termasuk, untuk menjaga ikatan tali silaturahmi dan mengantarkan para alumni yang lebih muda untuk dapat memperoleh lowongan pekerjaan. Kerjasama yang semakin erat dengan korporasi dan tokoh tokoh UNY di

Termasuk, untuk menjaga ikatan tali silaturahmi dan mengantarkan para alumni yang lebih muda untuk dapat memperoleh lowongan pekerjaan.

Hal yang sama juga terjadi di bidang keolahragaan, dimana UNY selalu men­jadi leading dari penyediaan fasi­ litas maupun kepelatihan berbasis Sport Science. Baik menyediakan ke­las khusus Timnas U-19, mau­­­pun mendukung tim dan pemain lokal ber­laga pada PON hingga SEA Games. Aksi sosial tersebut kemudian juga tercermin dari IKA UNY sebagai organisasi yang mewadahi alumni UNY lintas angkatan. Organisasi tersebut memiliki beragam aksi pembinaan masyarakat yang dilakukan di berbagai daerah. Salah satu aksi yang dilakukan IKA adalah penyuluhan dan pembinaan masyarakat desa wisata di Pathuk, Gunungkidul. Desa yang memiliki keindahan bentang alam dan potensi wisata tersebut didorong oleh IKA UNY untuk mengembangkan dan membuka diri sebagai desa wisata. “Tentu dengan background kami sebagai guru berbagai bidang ilmu. Supaya desa lebih bergairah, kehidupan ekonomi yang baik, dan mengelola secara baik dan sustainable,” ungkap Suyanto. Kedepan, Sutrisna berharap bahwa alumni dapat mengembangkan langkah yang sudah dirintisnya kini dan terus berinovasi dalam pengabidan masyarakat. Sehingga UNY sebagai lembaga kependidikan dapat dirasakan manfaatnya oleh khalayak luas. “Plus agar dapat menjaga dan mengharumkan nama baik almamater UNY,” pungkasnya. P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 7 19


Laporan Utama

WAWANCARA KHUSUS SUTRISNA WIBAWA

Menjadikan Kampus Wates sebagai Sekolah Vokasi UNY

UNY telah lama memiliki 11 program studi bergelar diploma yang tersebar di dua fakultas. Dan dalam rangka menguatkan peran prodi teknis tersebut di tengah pesatnya pertumbuhan industri dan kebutuhan tenaga ahli, Rektor UNY, Prof. Sutrisna Wibawa, memiliki target untuk membuat fakultas baru berupa sekolah vokasi. Pada 2018, Fakultas tersebut ditargetkan sudah menyatukan seluruh program studi diploma dan berpindah ke Kampus UNY Wates. Sedangkan seluruh prodi sarjana di Wates akan dipindahkan ke kampus Karangmalang.

DOKUMEN UNY

20 P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 7


Laporan Utama Kepada reporter Pewara Dinamika, ILHAM DARY ATHALLAH Kamis (04/05/ 2017), Sutrisna Wibawa menjawab latar belakang dan road map mewujudkan Sekolah Vokasi di UNY Wates. Kenapa Vokasi UNY Perlu Dibentuk? Guna memahami pembentukan vokasi UNY, menilik tipikal pendidikan Indonesia kemudian menjadi penting. Ada tiga jenis pendidikan yang kita kenal: akademik, profesi, dan vokasi. Pendidikan akademik adalah pendidikan strata satu, strata dua, dan sete­ rusnya yang jamak kita kenal. Dimana, jalur pendidikan tersebut akan menelurkan lulus­ an ahli keilmuan yang perlu dilatih kembali lebih dulu sebelum terjun ke dunia pekerjaan. Baik lewat pendidikan latihan, maupun lewat pendidikan profesi. Pendidikan profesi ini biasa kita temui pada lulusan akuntansi misalnya. Dimana setelah lulus dan mau jadi akuntan, harus ujian profesi dahulu. Dokter, notaris, peng­ acara, guru, juga begitu. Sehingga pendidik­ an profesi melekat dengan pendidikan sarjana akademik. Disinilah vokasi berbeda. Dia menelurkan tenaga terampil bergelar diploma maupun sarjana terapan yang selepas lulus langsung bisa terjun ke lapangan. Sehingga jika mau langsung kerja, vokasilah jawabannya. Dari perbedaan lingkungan dan orientasinya ter­ sebutlah vokasi jangan sampai digabung de­ ngan akademik. Sehingga rencananya akan saya kumpulkan di Wates semua. Ditengah tantangan mencari lapangan kerja saat ini, masih relevankah vokasi? Sangat relevan. Bahkan bila merujuk statistik, kebutuhan industri kita begitu besar dan belum tercukupi. Hanya 8% dari total keseluruhan mahasiswa berada dalam naungan vokasi. Sehingga jika melihat betapa ba­ nyaknya orang yang bekerja tidak sesuai dengan bidang yang didalaminya di perguruan tinggi, disitulah sebenarnya gap yang dimiliki pendidikan vokasi indonesia dengan kebutuhan industri. Dan karena syarat pendirian sekolah vokasi adalah kewajiban untuk bekerjasama dengan industri, kita punya keunggulan untuk sediakan lapangan kerja bagi mahasiswa terbaik nantinya. Ambil contoh dunia perbankan. Lulus­ an­S1 memang bisa masuk bank. Dia punya kelebihan bisa menjadi apa saja asal syaratnya sarjana, jika kita menilik requirement perekrutan pegawai bank. Tapi mereka perlu pendidikan dan pelatihan terlebih dahulu sebelum benar-benar masuk dan beroperasi di bank tersebut. Tapi kalau vokasi, mereka sudah jadi. Dengan gelar manajemen perbankan, mereka sudah siap ditugaskan sejak hari pertama. Bagaimana kemudian menggaet calon mahasiswa? Kembali ke statistik tadi. Kita memang tahu bahwa baru 8% dari keseluruhan mahasiswa yang memilih vokasi. Tapi kebutuhan industri sebenarnya begitu besar dan ada gap.

Sehingga pangsa pasarnya terus terang adalah generasi muda yang mau langsung kerja. Ini kan setara dengan politeknik. Sehingga cara kita memberi tahu masyarakat adalah, kalau ingin segera kerja, ambillah vokasi. Jangan sarjana. Walaupun ini juga butuh waktu. Karena masih ada satu dua masyara­ kat yang berpikir bahwa pokoknya sarjana. Tanpa memikirkan prospek kedepan. Jurusan apa saja yang akan dibuka di Sekolah Vokasi UNY? Semua jurusan bergelar diploma dan sarjana terapan yang sudah ada di UNY, kita pindahkan ke Wates. Melebur dalam satu fakultas: sekolah vokasi. Saat ini sementara ada 11 prodi yang semuanya D3, tapi masih tersebar di Fakultas Teknik dan Fakultas Ekonomi.

KALAM

Prof. Dr. SUTRISNA WIBAWA, M.Pd. Kelahiran: Gunung Kidul, 11 September 1959 ∫ Pendidikan: Filsafat Jawa Universitas Gadjah Mada 2008 (Dr.) ∫ Karier: Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (2017-2021), Sekretaris Ditjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (2015-2017) ∫ Wakil Rektor II Universitas Negeri Yogyakarta (sejak 2004 sd. 2012) ∫ Ketua Badan Pengelola dan Pengembangan Usaha UNY (2012-2015) ∫ Ketua Ikatan Dosen Bahasa dan Budaya Daerah Indonesia (2015 sd. Sekarang).

Dengan total jumlah mahasiswa baru yang masuk setiap tahunnya, jika menilik daya tampung 2017, sebesar 580 orang. Sehingga mulai dari Teknik Elektro, Akun­­tansi, hingga Tata Rias dan Kecantikan, ke­de­pan akan dipindah ke Sekolah Vokasi UNY di Wates dengan membentuk departemen­sesuai kompetensinya masing-masing. Namun, sekolah vokasi tidak akan berhenti di 11 prodi tersebut. Akan dibentuk program studi baru sesuai dengan kebutuhan dan kooperasi dengan industri. Untuk menjawab potensi dan tantangan nasional. Mi­ sal saja teknik otomotif, informatika, hingga jika kita menilik program Nawacitanya Pak Jokowi untuk meneguhkan poros maritim, ya pertanian dan perkapalan.

Serta kini, lahan satu juta hektar akan di­buka di Papua. Kita siapkan tenaga kerjanya untuk memberdayakan masyarakat. Dan kita pun punya kerjasama beasiswa juga dengan Papua. Ada banyak anak Papua yang kuliah disini. Sehingga kedepan kita bisa beri para putra daerah keahlian konkrit yang bisa membangun daerah asalnya. Di tataran lokal, bandara internasional­ ­­baru Kulonprogo pastilah butuh pekerja­ infrastuktur. Disitulah nanti akan kita perbanyak kuota D3 teknik sipil. Juga diploma manajemen transportasi, pembangunan wi­ layah, maupun pariwisata. Agar bagaimana Kulonprogo nanti dapat terbangun tanpa meninggalkan nilai luhur khas Yogyakarta­. Anak-anak lulusan UNY tentu akan siap dengan karakter lokal yang selama kuliah kita terus didik. Bagaimana detil Roadmap Sekolah Vokasi UNY? Tahun ini, 2017, kita sudah mulai tancap gas persiapkan. Target saya, tahun ajaran 2018/2019, semua vokasi sudah ada disa­na. Pengembangan sarana prasarana, mau­pun pembukaan program studi baru, akan berlangsung sedikit demi sedikit. Vokasi ini memang yang cukup kompleks adalah penyediaan laboratorium nya. Karena­mereka tak sekedar penekanan teo­ri. Tapi bagaimana membuat proses perkuliahan identik de­ngan dunia nya­ta pekerjaan. Sehingga kemudian hari siap langsung terjun kela­ pangan. Untuk pengembangan sarana prasarana, dalam waktu dekat ka­ mi akan menghadap ke Pak Bupati (Bupati Kulonprogo, dr Hasto Wardoyo). Jadi kalau bisa dibantu­tanah sekitar yang bisa untu pe­ ngembangan kampus, maka kita akan percepat. Dan dari segi dosen, studi S3 nya akan kita percepat. Sekarang kan dosen kita sudah S2 semua. Tapi persentase dosen S3 maupun guru besar kita masih rendah dan dibawah perguruan tinggi lain. Di angka 27%. Padahal idealnya kalau mau bagus dan benar-benar World Class University, angkanya 70%. Begitu pula guru besar. Jumlah kita masih 6%. Paling tidak seharusnya 15% lah. Inilah yang kita kejar. Sembari mengubah status dosen sesuai kompetensinya. Jadi ada dosen dari Wates yang dipindah ke Karangmalang, mengajar S1. Dan ada beberapa dari Karangmalang kita tarik ke Wates, jadi dosen vokasi. Jika masih butuh tenaga pendidik, maka kita akan buka rekrutmen tenaga baru untuk vokasi. Bagaimana kemudian kiat menggerakkan manajemen UNY untuk menggapai target ter­sebut? Kita konsolidasi dan kolaborasi terus. Memang berat membentuk vokasi ini. Tapi kan tetap harus dimulai demi kebaikan bangsa ini juga. Karena seberapapun, yang paling penting bagi saya dan UNY, adalah tahapan dan keteguhan untuk berkontribusi.  P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 7 21


Laporan Utama

Menjadi World Class University Tanpa Mendewakan Barat Oleh ILHAM DARY ATHALLAH Editor BUDI MULYONO

G

edung tinggi nan megah menjulang di berbagai perguruan tinggi Indonesia. Lengkap dengan taman dan fasilitas penunjang yang lengkap. Jika pembangunan itu berlangsung sepuluh atau dua puluh tahun lalu, masyarakat sekitar akan menyambut penuh kegembiraan. Tapi kini, euforia itu berkurang. Karena portal yang menutup gerbang kampus, mahasiswa dan dosen yang merasa lebih tinggi dari masyarakat karena merasa berembel-embel World Class University (WCU), membuat beragam perguruan tinggi menjelma menjadi elitis dan berjarak dengan masyarakat. Mencontoh kampus-kampus sukses di luar negeri memang biasa jadi opsi yang dilakukan beragam perguruan tinggi Indonesia dalam langkah menuju World Class University. Sehingga fenomena kampus memunggungi falsafah,

nilai, dan masyarakat lokal yang ada di sekitarnya menjadi tak terelakkan. Dan disitulah Sutrisna Wibawa sebagai Rektor UNY merasa menyayangkan dan tak sepakat. Sutrisna menekankan bahwa jika UNY ingin mengikuti jejak menjadi WCU, maka UNY tidak boleh terjebak dengan hal demikian. UNY harus mera­ih WCU dengan caranya sendiri, yaitu mengembangkan nilai luhur ber­basis lokal guna mencapai kelas dunia. “Jadi jangan dianggap. Dengan World Class University itu, semuanya kita berkiblat dan mendewakan Barat. Kriteria yang ada di tingkat internasional itu sebenarnya jauh lebih bisa dicapai jika kita memaksimalkan potensi kearifan sendiri dibanding sekedar men­ contoh saja,” ungkap Sutrisna kepada

2017

‱ Koordinasi Internal dan Implementasi Program (1) ‱ Kerjasama Lokal, nasional, dan Regional 22 P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 7

Dari situlah, slogan “Dari UNY untuk Yogyakarta, Indonesia, Regional ASEAN, dan Dunia,” muncul dalam kepemimpinan Sutrisna Wibawa. Dan penggalian serta pengembangan karakter bangsa menjadi salah satu kunci guna memberi sumbangsih yang berakar dari nilai dasar Jogja dan UNY untuk Dunia. Dengan target terukur: dua tahun kerja keras, 2019 unggul di Asia Tenggara dan berstatus PTNBH, 2021 unggul di Asia dan peringkat 1000 dunia, serta 2025 unggul sebagai World Class University. Intensifkan Program Studi Lokal, Sisipkan Karakter Lokal

UNY

UNY

UNY

Pewara Dinamika pada Kamis (04/05/2017) di ruang rektor.

2018

‱ Implementasi Program (2) ‱ Penyiapan PTN BH ‱ Masuk Cluster 1 Pemeringkatan Kemenristekdikti ‱ Kerjasama Nasional, Regional, dan Internasional

2019

‱ Implementasi Program (3) ‱ Unggul di Asia Tenggara ‱ Usulan PTN BH ‱ Kerjasama Nasional, Regional, dan Internasional


Laporan Utama Ditengah tantangan karakter bangsa yang demikian rupa, pemerintah kemudian menggalakkan pendidikan karakter dan gerakan literasi. Gerakan tersebut, kemudian dapat ditilik guna memahami nilai bangsa yang sudah ada dan berkembang berabad-abad lamanya. Hanya dengan memahami potensi kita sendiri tersebutlah, Sutrisna Wibawa menekankan, pendidikan karakter bisa didukung di tataran praktis.

buku bertajuk “Filsafat Moral Jawa Seh Amongraga dalam Serat Centhini; Sumbangannya Bagi Pendidikan Karakter” menekankan ada tiga landasan nilai yang bisa dipetik dari kehidupan Jogja seharihari. Diantaranya: gotong royong, etos kerja, dan integritas.

“Jadi memang di Jogja ada Klitih, ada intoleransi, tapi bukan berarti kita harus menyerah menggali karena tertutup oleh sentimen dan kejadian negatif di sekitar kita. Kearifan lokal jogja ini layak diperjuangkan,”

Warga Jogja, menurut Sutrisna telah lama memiliki pemahaman untuk saling tolong menolong dan tenggang rasa. Dengan prinsip berat sama dipikul, ringan sama dijinjing, hidup berdampingan dalam harmoni telah berlangsung lama di daerah istimewa ini. Hal tersebutlah yang juga selayaknya meneladani UNY dalam upayanya menjadi World Class University.

Dan dalam perihal karakter tersebut, literasi Jogja bisa berperan banyak. Sutrisna yang juga pernah menulis

Keteladanan tersebut kemudian diteguhkan lewat mengintensifkan kembali

program studi unik dengan penuh kearifan lokal yang dimiliki UNY. Juga menyisipkan pendidikan karakter lokal lewat berbagai mata kuliah maupun pembelajaran di lingkungan kampus. Program studi Pendidikan Bahasa Jawa misalnya. Sebagai lulusan dari program studi tersebut dan juga menyandang gelar sebagai guru besar di bidang Filsafat Jawa, Sutrisna menekankan ada banyak filosofi Jawa yang sangat bermakna bagi kehidupan. Sehingga jika diterapkan, dapat berkontribusi positif bagi pengembangan kehidupan berbangsa.

UNY

UNY

2020

2025

UNY

2021

UNIVERSITAS PENDIDIKAN KELAS DUNIA (500 DUNIA QS) ‱ Implementasi Program (4) ‱ UNY PTN BH ‱ Kerjasama Internasional

‱ Universitas Pendidikan Kelas Dunia (Masuk 750 Dunia dan 250 Asia Versi QS) ‱ Memantapkan Jaringan Internasional

Grand Design Pengembangan UNY Menuju WCU 2017-2021 P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 7 23


Laporan Utama

DOKUMEN UNY

“Corak bidang keilmuan kita kembangkan dengan itu. Kita punya kearifan Jogja di dalam kampus. Khas dalam prodi seni tari, bahasa jawa, bahasa asing, ilmu sosial. Yang saya harapkan UNY bisa mengangkat nilai-nilai Jogja ke nasional dan dunia,” tegasnya. Salah satu yang bisa dibangkitkan dari pengintensifan prodi tersebut juga termasuk etos kerja Jogja yang menurut Sutrisna cukup unik. Karena berbasis pada semangat kerja kolektif yang berorientasi kerja dan pengabdian. Bukan berorientasi penghasilan. Sehingga jika mendapat apapun pekerjaan yang diamanhkan kepadanya, orientasinya selalu bagaimana tugas tersebut dilaksanakan. Dan seiring berjalannya waktu, rezeki menurutnya akan otomatis mengikuti sesuai dengan ikhtiar yang dilakukannya. “Sehingga jangan heran kalau warga UNY maupun jogja umumnya, kalau wawancara kerja keluar, mereka banyak yang menang. Mereka yang dapatkan pekerjaan itu. Karena yang penting orientasinya kerja, bukan gaji. Dan selanjutnya ternyata rezeki otomatis mengalir sesuai kerja keras kita. Dengan landsaan filosofis Gusti Allah mboten sare,” ungkapnya penuh kekaguman. 24 P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 7

Hal inilah yang diinginkan Sutrisna untuk diperkenalkan kembali dalam pendidikan di UNY. Para mahasiswa selain juga dibekali kemampuan kewirausahaan maupun keterampilan untuk bekerja sesuai dengan kompetensinya, juga harus dilandasi dengan filosofi semacam itu. Sehingga lulusan UNY kedepannya memiliki keunggulan dan karakter yang mumpuni. Dan ketika sukses nantinya maupun memegang amanah jabatan yang berdampak pada masyarakat luas, dapat menyebarkan nilai yang serupa. Memimpin di Tengah dan Terukur Guna mencapai cita-cita dan target tersebut, manajemen yang baik kemudian dicanangkan oleh Sutrisna sejak hari pertama memimpin. Baginya, leadership sebagai cara mempengaruhi orang untuk menggerakkan dan mencapai sasaran tertentu, harus berjalan beriringan dengan manajemen sebagai proses kerja. Disitulah leadership berbasis transformasional, partisipatif, dan kolegial muncul sebagai jawaban guna mengajak semua civitas turun bersama. Dengan mengikutsertakan dan mendengar segala aspirasi dalam pengambilan keputusan. Proses perubahan mengejar target, diibaratkan Sutrisna layaknya

THE 8TH GLOBAL CULTURE FESTIVAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA.

tembang ngidamsari. Dimana nahkoda tidak bisa berlayar jika tak memiliki perahu lengkap dengan krunya, maupun jika tidak ada bulan-bintang yang bersebaran di langit sebagai acuan. “Umpama nahkoda kan tidak bisa tanpa prau (perahu), sasad darat (bulan-bintang) den pepetri (sebagai acuan). Disitulah transformasional terletak. Pemimpin yang menginspirasi, jadi contoh, target terukur, dan langsung turun melaksanakan,” ungkapnya. Dari situ, pendekatan yang disebut Sutrisna bersifat sentris muncul. Bahwa jangan sampai kepemimpinan berlangsung hanya sekadar bergantung pada perintah dari atas ke bawah dan bersifat topdown. Namun tidak pula sekedar menampung aspirasi semua pihak dari bawah dan bersifat bottom-up. Leadership yang baik, menurutnya, harus bersifat berada di tengah. Sehingga perintah dari atas menuju ke tengah, bersimpang dengan aspirasi dari bawah yang menuju ke tengah. “Dan dalam persimpangan di titik temu tersebut, kita harus bisa merangkul. Suara dari atas dan dari bawah harus bersimpang dan saling melengkapi. Dan semua bisa tergerak dan merasa memiliki UNY,” pungkasnya.


B E R I TA S i v i ta s a k a d e m i k a

ARIF/HUMAS UNY

FESTIVAL DALANG CILIK VII Berbusana biru anak tersebut duduk bersila. Tangannya mulai memegang gunungan tanda acara akan dimulai. Alunan gending gamel­ an menggema dan suara mungil­ nya mulai mementaskan lakon `Wahyu Cokroningrat`. Inilah ade­ gan dalam pentas Festival Dalang Cilik (FDC) VII yang diadakan oleh Museum Pendidik­an Indonesia UNY. Dalang cilik bernama Tegar Haryo Seno tersebut adalah salah satu peserta FDC VII yang berasal dari Cepu. Siswa MI Assalam Cepu tersebut sudah 3 tahun mendalang dan dibawah bimbing­an salah satu sanggar setempat. Putra Suparno dan

Sulis­tyanti tersebut pernah meraih juara terbaik dalang cilik se-Jawa Timur dan pernah juga tampil dalam acara dalang cilik di salah satu televisi swasta. Festival Dalang Cilik yang dibuka oleh Rektor UNY Prof. Dr. Sutrisna Wibawa, M.Pd tersebut diselenggarakan mulai Selasa hingga Sabtu 2-6 Mei 2017 di Museum Pendidikan Indonesia. Rektor UNY mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari upaya untuk memelihara budaya melalui wayang. “Bagi peserta bisa bermanfaat untuk belajar,” kata Sutrisna Wibawa, “Karena bila tidak dipentaskan,

Berita-berita lain dapat diakses pada laman www.uny.ac.id

kesenian tidak memiliki ajang untuk berlatih.” Rektor berharap agar agenda ini kedepan akan terus berkembang. Ketua Panitia Sardiman AM., M.Pd mengatakan bahwa Festival Dalang Cilik VII ini diikuti oleh 34 peserta yang terdiri dari 12 peserta usia SMP dan 22 peserta usia SD. “Festival ini merupakan salah satu agenda Museum Pendidikan Indonesia untuk promosi” ungkap Sardiman. Dikatakannya bahwa UNY adalah satu-satunya perguruan tinggi yang menyelenggarakan Festival Dalang Cilik untuk nguri-uri budaya Jawa sekaligus dalam

TEGAR HARYO SENO, salah satu peserta FDC VII yang berasal dari Cepu. Siswa MI Assalam Cepu tersebut sudah 3 tahun mendalang di bawah bimbingan salah satu sanggar setempat.

rangka membina karakter bangsa Indonesia. Juri dalam festival ini adalah Prof. Suminto A. Sayuti, Prof. Suwardi, M.Hum, Dr. Muh. Mukti, M.Sn dari Fakultas Bahasa dan Seni serta Dr. Sugeng Bayu Wahyono, M.Si dari Fakultas Ilmu Pendidikan. Dalam festival ini ada 4 kriteria yang dinilai yaitu antawacana, cerita, sabetan dan iringan. Antawacana adalah percakapan pada pentas wayang yang berupa dialog, atau bahasa isyarat lainnya. Jawa Timur mengirim 6 peserta sementara Jawa Tengah dan DIY mengirimkan masingmasing 14 peserta. DEDY P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 7 25


Berita

DR. MARGANA MENJABAT WAKIL REKTOR BIDANG AKADEMIK

MAHASISWA PPG SM-3T ASRAMA CONDRONEGARAN LAKUKAN AKSI REFLEKSI

DOKUM HUMAS

Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang jatuh pada Selasa (2/5) lalu disambut dengan beberapa rangkaian kegiatan oleh segenap mahasiswa PPG SM-3T FIP UNY. Rangkaian

kegiatan tersebut diawali dengan Upacara Peringatan Hardiknas bertempat di lapangan upacara kampus III FIP UNY, diisi dengan pembacaan sambutan dari Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi oleh Isti Yuni Purwanti, M.Pd. selaku pembina upacara.

ARIF/HUMAS UNY

Rektor Universitas Negeri Yogyakarta Prof. Dr. Sutrisna Wibawa, M.Pd. melantik dan mengambil sumpah sejumlah pejabat di lingkungan UNY (2/5), diantaranya adalah Wakil Rektor I yang sebelumnya dijabat Wardan Suyanto, MA., Ed.D digantikan pejabat baru Dr. Margana, M.Hum., MA. Dalam sambutannya Rektor UNY mengatakan bahwa pelantikan pejabat ini karena akselerasi program serta penyegaran di lingkungan UNY. “Kegiatan ini merupakan bagian dari rutinitas manajemen yang meliputi evaluasi dan penempatan kembali” kata Sutrisna Wibawa. Dikemukakan pula bahwa dalam sistem manajemen, leadership merupakan bagian tak terpisahkan selain perencanaan, pelaksanaan dan monitoring evaluasi. Sutrisna Wibawa menekankan pula bahwa selain kepemimpinan hendaknya para pejabat juga partisipatif dan kolegial dengan berkembang bersama dengan para kolega. Pejabat UNY yang dilantik berjumlah 20 orang diantaranya:Basikin, M.Phil., M.Ed sebagai sekretaris eksekutif, Dr. Anwar Effendi, M.Si sebagai Kepala Kantor Humas, Promosi dan Protokol dan Rizka, SH., M.Pd sebagai Kepala Bagian UHTP BUPK UNY. DEDY 26 P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 7

Peringatan Hardiknas bukan hanya sekedar perayaan. Momentum ini diharapkan mampu menjadi alarm, khususnya bagi insan pendidik untuk terus bekerja keras melakukan pembaharuan, demi terciptanya generasi emas Indonesia. Siswa adalah masa depan bangsa, maka biarkan mereka merdeka belajar agar bangsa kita merdeka dalam dunia pendidikan. Dalam rangka membangun harmoni kebersamaan, diselenggarakan acara makan malam lesehan di pendopo asrama Condronegaran dengan makanan yang ditata sedemikian rupa beralaskan daun pisang. Momen hangat tersebut dibersamai oleh Kepala Asrama, Drs. Suparlan, M.Pd.I.

FIP

Pada kesempatan tersebut, Suparlan meresmikan de­ wan pers peserta PPG SM3T Kampus III FIP UNY yang mengusung nama `Suara Condronegaran`. Acara kemudian dilanjutkan dengan pemutaran video refleksi pendidikan berjudul I Just Sued the School System. Ber­ dasarkan video ber­durasi 6 menit tersebut, peserta PPG SM-3T kemudian melakukan refleksi yang dikemas dalam sesi sharing dan diskusi bersama. “Guru yang mendidik dengan hati, bukan sekedar mencari sertifikasi. Proses pembelajaran yang dapat mengembangkan potensi siswa, bukan memaksa mereka untuk menguasai segala hal. Kontrol dan keper­ cayaan dari pemerintah serta orang tua. Barangkali tiga hal itu yang masih perlu dibenahi,” ujar Armia Arjun, peserta PPG SM-3T dari Prodi PGSD. Sebagai acara puncaknya, panitia mengadakan kuis `Rangking 1` untuk menguji wawasan dan pengetahuan para calon guru profesional ini. Ada 3 babak dengan berbagai bentuk soal dan muatan materi berupa IPA, IPS, Matematika, Bahasa, PKn, dan pengetahuan umum. Dari babak penyisihan hingga babak final, didapat satu peserta yang berhasil meraih Rangking 1, yaitu Arif Prasetyo dari Prodi Bimbingan & Konseling. ROB/ANT


Berita

ARIF/HUMAS UNY

PENANDATANGANAN NOTA KESEPAHAMAN DENGAN UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA Dalam rangka meningkatkan kerjasama dalam bidang pendidikan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat serta pengembangan sumber daya, Universitas Negeri Yogyakarta melakukan kerjasama dengan Universitas PGRI Yogyakarta

(UPY). Kerjasama tersebut diaplikasikan dalam penandatanganan nota kerja sama (MoU) di antara kedua pelah pihak yang dilaksanakan di Ruang Sidang Senat Rektorat Universitas Negeri Yogyakarta

(5/5). Pendatanganan MoU tersebut dilaksakan Rektor UNY Prof. Dr. Sutrisna Wibawa, M.Pd., dan Rektor UPY Prof. Dr. Buchory MS, M.Pd disaksikan jajaran pejabat struktural dari UNY dan UPY. Rektor UPY, Prof. Dr. Buchory MS, M.Pd mengatakan bahwa secara historis UPY dan UNY sudah bekerjasama sejak lama karena founding father UPY juga merupakan alumni IKIP Yogyakarta. Selain itu banyak dosen UPY yang menempuh studi lanjut di Pascasarjana UNY. “Oleh karena itu kerjasama ini perlu dipayungi secara hukum” ungkap Buchory. Harapannya kerjasama ini akan terjalin lebih erat dan bisa lebih memajukan pendidikan Indonesia. Sutrisna Wibawa mengharapkan bahwa kerjasama ini bisa mencari peluang yang bisa di-share bersama, seperti pertukaran makalah antar dosen atau saling mensiatasi keahlian masing-masing. “Misalnya UPY punya ilmu tentang suatu hal, dapat di-share pada UNY, begitu pula sebaliknya. Prinsipnya semacam berbagi ilmu pengetahuan yang dimiliki. Dengan kerjasama antar perguruan tinggi ini bisa membalik paradigma yaitu bukan persaingan melainkan saling bersinergi untuk kemajuan bersama,” papar Sutrisna.DEDY P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 7 27


Berita

ARIF/HUMAS UNY

UNY SELENGGARAKAN SEMINAR NASIONAL MARSS

#4

SEMINAR NASIONAL MIPA ROAD TO SCIENTIFIC PAPER AND SEMINAR KE4 (MARSS#4) RESMI DIBUKA OLEH REKTOR UNY, Prof. Dr.

Sutrisna Wibawa, M.Pd., (7/5) di Gedung KPLT Fakultas Teknik, UNY. Seminar dalam rangka Dies Natalis ke-53 UNY ini bertema `Peran Generasi Muda dalam Op­ tima­lisasi Energi dan Sumber Daya Alam Melalui Sains, Tekno­ lo­gi dan Pendidikan untuk Mewu­ jud­kan Sustainable Developments Goals (SDGs). Hadir sebagai Nara­ sumber yaitu: 1) Kang Farhan (Duta SDGs/Artis/PresenterTV), 2) Dr. Edi Suharyadi, M.Eng (Koor­ dinator MITI DIYog­­yakarta/Dosen MIPA UGM), dan 3) Basikin, Ph.D (Sekretaris Ekse­kutif Rektor) dan seba­gai Host Yudan Hermawan (Inisia­tor Wirawisata Gua Pindul Yogyakarta). Dalam sambutannya, Rektor UNY mengatakan sesuai dengan tema seminar semoga menjadi semangat semua bidang, karena bidang yang dibicarakan bidang

28 P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 7

pendidikan dan sains, maka perlu menyiapkan pendidikan dan sains kedepan yang sesuai dengan sustainable development. “UNY sebagai universitas pendidikan tentu sangat menaruh perhatian yang besar terhadap topik seminar yang diselenggarakan hari ini, isu pendidikan merupakan isu yang menarik karena menyangkut kemanusiaan dan untuk selalu maju, jadi bukan sekedar melaksanakan pembangunan, tapi bagaimana kita memajukan dalam peradaban kehidupan, maka manusia tidak akan berhenti dan terus belajar, maka isu-isu education diangkat dalam tema seminar hari ini”, tambah Sutrisna Wibawa. Ditambahkan oleh Sutrisna Wibawa bahwa UNY sebagai lembaga pendidikan telah merencanakan berbagai kegiatan terkait dengan pengembangan pendidikan, selain isu pengembangan IPTEK juga isu pendidikan karakter.

Pada kesempatan tersebut, rektor juga menceritakan tentang kegiatan beberapa hari yang lalu bersama Menristekdikti di Semarang, dalam rangka mendeklarasikan anti kekerasan, anti radikalisme, anti narkoba, dan NKRI harga mati. Rektor mengajak peserta seminar agar menjadi lebih semangat dalam berkarya untuk masa depan, mengingat dalam mingguminggu ini di media massa hangat isu-isu tentang tiga hal tersebut di atas. “Dalam rangka pengembangan energi, sumber daya dan lingkungan di Universitas Negeri Yogyakarta juga mengembangkan program green campus, bangunan di UNY sekitar 30-40% sehingga selebihnya sekitar 60-70 % tumbuh tanaman-tanaman hijau, dimana merupakan sebagai komitmen universitas dan komitmen kita bersama dalam pelestarian lingkungan, dan semua ini perlu dukungan serta peran serta pimpinan, dosen dan mahasiswa di UNY”, tambah Sutrisna Wibawa. Senada, Dekan FMIPA, Dr. Hartono, M.Si mengucapkan terima kasih kepada narasumber dan juga panitia KS IMIS yang ada di FMIPA UNY, dimana kelompok studi ilmiah yang rutin menyelenggarakan seminar nasional MARRS #4, atas kerjasamanya dengan HIMA yang

ada di FMIPA UNY, selain itu juga paduan suara dari HIMA TIKA. “Kemudian juga kami ucapkan selamat kepada 10 finalis LKTI yang kemarin berhasil lolos seleksi untuk presentasi dari total sekitar 127 antusiasme yang mengikutinya’, ucap Hartono. Acara yang diikuti sekitar 500 mahasiswa MIPA dari berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta di wilayah Jateng dan DIY, juga dihadiri Dr. Widarto, M.Pd (Dekan FT UNY) dan Dr. Giri Wiyono, MT (WD III FT UNY). MARRS#4 merupakan rangkaian acara Dies Natalis ke-53 UNY yang diselenggarakan UKMF KSIMIST (Kelompok Studi Ilmiah MIPA Saintis) bekerjasama dengan MITI (Masyarakat Ilmuwan Tekonogi Indonesia) Klaster Mahassiswa, FOSMAN (Forum Saintis Muda Nasional) dan UKMF Matrix UNY. kegiatan tersebut meliputi 1) Lomba Karta Tulis Ilmiah (LKTI) Mahasiswa Tingkat Nasional dengan antusiasme 127 peserta dan telah seleksi menjadi 10 besar yang telah presentasi kemarin Jumat (5/5) di FMIPA UNY, 2) Youth Summit MITI Klaster Mahasiswa yang dihadiri sekitar 200 peserta dan juga FGD bersama MITI KM dimana pesertanya merupakan mahasiswa MIPA di wilayah DIY dan Jateng. 3) Seminar Nasional MARRS#4 dengan total peserta sekitar 500 peserta. ARIF


Berita

ALUMNI UNY HARUS MAMPU MENJAWAB TANTANGAN GLOBAL “Lulusan UNY harus peka terhadap kondisi lingkungan sekitar. Selain itu, harus bisa berpikir kreatif, bertindak cepat dan

tepat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Tunjukkan bahwa alumni UNY mampu menjawab tantangan global dan menjadi problem solver masyarakat, “harap Asisten Direktur I Pasca Sarjana Universitas Negeri Yogyakarta, Dr. Sugito, MA dalam yudisium Program Pascasarjana UNY (29/4). Lebih lanjut, Asdir I PPs UNY ini mengharapkan agar mahasiswa yang telah diyudisium, yang secara resmi telah menyandang gelar M.Pd., M.Hum., M.Or. ataupun M.Psi. bisa mempergunakan gelar tersebut dengan sebaik-baiknya. Bagi yang sudah bekerja bisa meningkatkan derajat karirnya, sedangkan yang memiliki keinginan untuk melanjutkan studi, masih terbuka lebar peluang beasiswa dari LPDP, dari Kemenag dengan program Mora Scholarship-nya dan sebagainya. Sementara itu, adalah Purwoko Haryadi Santoso, S.Pd., yang mendapatkan kesempatan mewakili mahasiswa, merasa beruntung bisa memperoleh beasiswa bebas SPP DOKUM EN UNY yang diberikan PPs UNY. “Walaupun hanya bebas SPP belum mencangkup biaya hidup, biaya penelitian dan lain-lain, namun bisa mengantarkan saya meraih gelar master dalam waktu 20 bulan, “tuturnya. Mantan mahasiswa berprestasi nomor wahid FMIPA ini sedikit memberikan bocoran rahasia di balik kesuksesan yang ia raih. Semuanya diawali dari niat, dan tekad yang kuat serta manajemen waktu dan tugas yang konsisten. “Sejak S-1 saya telah aktif dalam berbagai organisasi dan unit kegiatan mahasiswa. Dari situlah berkembang cara berpikir kreatif dan inovatif yang secara tidak langsung adil dalam penyelesaian studi ini, “imbuh peraih IPK nyaris sempurna ini (3,99). Berbeda dengan Dominique Savio Nsengiyumva, yang sangat mengagumi Indonesia khususnya Yogyakarta. Selama belajar di UNY banyak hal yang ia peroleh. Di sini bisa belajar bahasa, budaya, dan banyak berbagai bidang kehidupan lainnya. “Saya sangat senang dan tertarik belajar di sini. Akan saya informasikan nilai positif ini kepada masyarakat di Burundi. Jika suatu saat nanti berkesempatan belajar di sini lagi, saya akan senang sekali, “ungkap mahasiswa asal Burundi ini dalam bahasa Inggris. Berdasarkan laporan yang disampaikan Asdir II PPs UNY, Losina Purnastuti, Ph.D., diperoleh informasi bahwa yudisium kali ini diikuti sebanyak 71 mahasiswa yang terbagi dalam 18 prodi. IPK tertinggi 3,99, terendah 3,20 dengan rerata 3,67. Sedangkan lama studi 20 bulan sebanyak 29 mahasiswa, dengan rerata 43 bulan. Dari 71 mahasiswa tersebut, 24 diantaranya berhasil meraih predikat cum laude. Semenjak pertama kali diselenggarakan hingga saat ini PPs UNY telah menghasilkan sebanyak 5932 magister. RUBIMAN

DEDY/HUMAS UNY

PENYULUHAN KESEHATAN PADA PENSIUNAN UNY Sindrom metabolik adalah istilah kedokteran untuk menggambarkan kombinasi dari sejumlah kondisi yaitu hipertensi, diabetes, kolesterol buruk dan obesitas yang dialami secara bersamaan. Salah satu problem metabolik utama di seluruh dunia yaitu obesitas terutama di negara maju dan berkembang yang mengadopsi western lifestyle. Penyebabnya adalah pola hidup kurang sehat yang menimbulkan berat badan berlebih dan cenderung menyebabkan munculnya resistensi insulin demikian dikatakan dr. Atien Nur Chamidah, M.Dis.St dari UPT Layanan Kesehatan UNY dalam penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan bagi pegawai UNY purna tugas di Auditorium UNY, (4/5). Menurutnya resiko akan meningkat pada usia diatas 60 tahun. “Pencegahannya adalah dengan rutin berolahraga, menurunkan berat badan, berhenti merokok serta menerapkan pola makan seimbang” kata Atien. Pembicara lain, Dr. dr. RL Ambardini, M.Kes dalam paparannya mengatakan bahwa pada lansia akan banyak terjadi perubahan seperti penurunan fungsi

organ yaitu penyerapan, pendistribusian dan menurunnya pembuangan limbah. “Komposisi tubuh juga berubah, berat badan cenderung turun namun lemak tubuh meningkat” kata Ambardini “Komposisi cairan tubuh berkurang, komposisi otot menurun sekaligus penurunan massa tulang”. Pada saat inilah olahraga memegang peran penting karena dapat memperpanjang usia aktif produktif, mengurangi penyakit serta mencegah kepikunan. Caranya yaitu aktif bergerak dan diupayakan aktivitas fisik dengan intensitas sedang 30 menit, 5 hari per minggu serta latihan fleksibilitas. Kegiatan bertema mengelola penyakit dan menjaga kebu­ garan pada lansia ini dibuka oleh Rektor UNY Prof. Dr. Sutrisna Wibawa, M.Pd dan diikuti oleh 87 orang pensi­ unan dosen dan karyawan UNY. Kegiatan yang dilaksa­ nakan dalam rangka dies na­ talis UNY ini merupakan wujud penghormatan bagi para pensiun­an UNY atas jasajasa­nya dalam merintis UNY hingga maju seperti sekarang. Selain ceramah juga diadakan pemeriksaan lansia oleh UPT Layanan Kesehatan UNY ber­ ker­jasama dengan Ikatan Pen­ siunan UNY (Ikapen) yang dila­ yani oleh 3 orang dokter. DEDY P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 7 29


Berita

BUPATI KEBUMEN SAMBUT BAIK KERJASAMA DENGAN FIK UNY pelatih olahraga, pemangku kebijakan olahraga, dan pengurus KONI. “Semoga kerjasama ini (dengan FIK UNY) menjadi momentum untuk memajukan Kabupaten Kebumen melalui prestasi olahraga”, ungkap Bupati Kebumen, Ir. H. M. Yahya Fuad, S.E.. Lebih lanjut Bupati Kebumen menyatakan bahwa prestasi olahraga yang tinggi dapat meningkatkan industri pariwisata daerah tersebut. Oleh karena itu, peningkatan prestasi olahraga yang menonjol akan berdampak pada popularitas daerah tersebut, imbuhnya.

DEDY/HUMAS UNY

SALAH SATU MISI PROGRAM KERJA PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN ADALAH MENINGKATKAN PRESTASI OLAHRAGA DI DAERAHNYA. Untuk itu, KONI Kabupaten Kebumen bekerja

sama dengan Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY (FIK UNY) untuk mengembangkan dan membina olahraga prestasi berupa coaching clinic Pelatihan Pelatih Olahraga Kabupaten Kebumen (28-30/4). Kegiatan coaching clinic dihadiri sekitar 50 peserta yang merupakan

Sementara itu, Wakil Dekan I FIK UNY, Dr. Or. Mansur, M.S., dalam sambutannya menyatakan FIK UNY siap mendampingi peningkatkan pengembangan dan pembinaan olahraga prestasi di Kabupaten Kebumen. “Untuk mencapai sesuatu yang lebih harus dengan cara yang berbeda (tidak dengan cara yang sama)’, ungkap Mansur dalam sambutan sekaligus menyampaikan materi dalam pelatihan yang dihelat di Hotel Meotel Kabupaten Kebumen. Sebagai awalan realisasi program tersebut, adalah dengan mening­ katkan kompetensi pelatih olahraga prestasi, meningkatkan sumber daya manusia pemangku olahraga melalui kegiatan coaching clinic maupun sejenisnya. Mansur berharap agar ke depan bentuk kerjasama yang ada dapat ditindaklanjuti dengan MoU antara Bupati Kebumen dengan Rektor UNY untuk lebih meningkatkan potensi yang ada di Kabupaten Kebumen karena pemerintah daerah sudah memberikan dukungan penuh terhadap pembinaan prestasi olahraga. SATYA

SEMINAR PENDIDIKAN “MEWUJUDKAN PENDIDIK PAUD YANG PROFESIONAL DAN AMANAH” IKATAN ALUMNI PG PAUD FIP UNY BEKER­JASAMA DENGAN JURUSAN PAUD FIP UNY MENYE­ LENGGARAKAN SEMINAR PENDIDIKAN DENGAN MENGAMBIL TEMA `MEWUJUDKAN PENDIDIK PAUD YANG PROFESIONAL DAN AMANAH` DI RUANG ABDULLAH SIGIT FIP UNY (29/4). Seminar dihadiri oleh Jajaran Dekanat FIP UNY, Kajur PAUD FIP UNY, Sekjur PAUD FIP UNY, dosen PG PAUD, alumni PAUD FIP UNY dan peserta sejumlah 197 orang. Selain mahasiswa, peserta seminar ini sebagian besar dari kalangan guru PAUD di wilayah Yogyakarta. Ketua Ikatan Alumni PG PAUD FIP UNY sekaligus Ketua Pelaksanan, Vera Sholehah, S,Pd. memberikan 30 P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 7

sambutan pertama dan dilanjutkan sambutan dari Ketua Jurusan PAUD FIP UNY, Joko Pamungkas, M.Pd. serta Dekan FIP, Dr. Haryanto, M.Pd. Berhasil menjadi alumni Jurusan PAUD dan menjadi guru PAUD bukan berarti sudah mencapai puncak prestasi. Setiap lulusan PAUD bisa menjadi guru PAUD, tapi tidak semua guru PAUD dapat menjadi guru PAUD yang profesional dan amanah. Hal inilah yang melatarbelakangi pelaksanaan seminar dengan mengusung tema `Mewujudkan Pendidik PAUD yang Profesional dan Amanah`. Seminar ini menghadirkan dua narasumber, dosen Jurusan PAUD FIP UNY, Ika

Budi Maryatun, M.Pd. yang mengemukakan cara menjadi guru PAUD yang profesional dan amanah dengan meningkatkan kompetensi pendidik PAUD. “Meningkatkan kompetensi guru dapat dilakukan dengan cara diklat maupun non diklat. Mengikuti seminar merupakan salah satu cara non diklat. Sehingga guru yang menyempatkan hadir di seminar ini telah berpotensi menjadi pendidik yang profe­ sional dan amanah,”papar Ika. Narasumber kedua, merupakan trainer anak, inspirator AJI (Anak Josh Indonesia) dan seorang pengusaha, Aji Syafa (Kak Aji). `Kak` Aji mengajak peserta aktif bernyanyi, bergerak bahkan praktik langsung mengajar sebagai guru

profesional. Penyampaiannya mengajak peserta berinteraksi membuat peserta tidak kehilangan konsentrasi. “Antusias itu menular sama dengan ngantuk, kalau gurunya antusias penuh semangat, maka anak-anak­ nya pun akan semangat”. Hal ini dibuktikan Aji Syafa dalam menyampaikan seminar ini, Dengan adanya seminar ini memiliki harapan agar guru semakin bersemangat belajar meskipun sudah memiliki peng­alaman lama mengajar dan calon guru juga terus bela­jar bagaimana menjadi guru yang profesional dan ama­­nah. Berawal dari guru yang aktif meningkatkan kua­ litas diri akan menciptakan ge­ ne­rasi berprestasi. VIV/WIL/ANT


Berita

TIM ROBOTIKA UNY BERJUANG DI KONTES ROBOT INDONESIA 2017

PENYULUHAN KESEHATAN PADA PENSIUNAN UNY OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK) DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (DIY) DAN BURSA EFEK INDONESIA (BEI) DIY MENYELENGGARAKAN KOMPETISI NASIONAL GAMES INVESTASI PASAR MODAL 2017 SE-REGIONAL YOGYAKARTA. Pelaksanaan kegiatan berlangsung di kantor OJK DIY (17/4), dan dikuti kalangan pelajar, maha­ sis­wa dari berbagai kampus misalnya UNY, UGM, UII, UPN, STIE YKPN, Univer­si­tas Mercu Buana, serta masya­ra­kat

ta dari KSPM FE UNY. Misalkan saja, minimnya pengetahuan tentang Kartu Stocklab. Betapa tidak, anggota KSPM FE UNY baru mendapatkannya kurang dari 1 bulan. Kebanyakan mereka masih bingung aturan bermain. Mereka pun harus mem­punyai strategi untuk bermain supaya mendapat­kan jumlah koin ter­ banyak dari kartu saham yang dimiliki pada akhir perma­inan. Sedangkan salah satu kampus peserta kompetitor sudah mengenal kartu Stocklab sejak

DOKUMEN UNY

JELANG KOMPETISI BERGENGSI KONTES ROBOT INDONESIA 2017 TINGKAT REGIONAL, TIM ROBOTIKA UNY MELAKSANAKAN DOA BERSAMA DAN DISPLAY ROBOT DARI SEMUA DIVISI. Untuk membuat sejarah indah tak hanya dikejar dengan kerja keras namun juga Tim Robotika UNY senantiasa memanjatkan diri dihadapan Tuhan yang Maha Esa. Tim Robotika UNY tidak mempungkiri bahwa faktor eksternal seperti doa restu dari orang tua dan berbagai pihak mempengaruhi hasil akhir atas usaha kerasnya untuk menghadapi kompetisi yang diselenggarakan oleh Kemenristekdikti ini. Tim Robotika UNY akan berlaga di Kontes Robot Indonesia 2017 dengan memberangkatkan 5 divisi yaitu KRSBI Humanoid, KRSBI Beroda, KRAI, KRPAI, KRSTI. (28/4).

KRSBI Beroda, KRAI, KRPAI, KRSTI akan berlaga di Universitas Gadjah Mada (Regional III) pada 11-13 Mei 2017 dan Khusus untuk KRSBI Humanoid berlaga di Universitas Brawijaya (Regional IV) pada 4-6 Mei 2017, lalu. “Bismillah, kami siap untuk mengikuti Kontes Robot Indonesia 2017, semoga bisa berbuat banyak, dan bisa mendapat hasil yang lebih baik dari tahun lalu. Kami mohon dukungan dari teman-teman semuanya. Insyaallah semoga bisa melaju ke nasional!” ujar salah satu anggota Tim Robotika UNY, Ridho Abdul Sidiq. Segenap Tim Robotika UNY memohon doa restu untuk kesuksesan Tim Robotika UNY dari seluruh civitas akademika Universitas Negeri Yogyakarta agar dapat mendulang prestasi dan membanggakan Universitas Negeri Yogyakarta. Ahmad Wafi selaku Ketua Umum Robotika UNY juga berharap hal senada. “Kami sudah berdoa, sekarang waktunya ikhtiar, bismillah semoga bisa melaju hingga level Internasional.” katanya. Acara doa bersama dan display tim robotika UNY ini dihadiri oleh staff ahli wakil rektor III Nurtanio Agus Purwanto, M.Pd., Wakil Dekan I FT UNY Moh. Khairudin, M.T., Ph., Wakil Dekan III FT UNY Dr. Giri Wiyono, M.T., Pembina UKM Rekayasa Teknologi UNY Sigit Yatmono, S.T., M.T., Segenap dosen pembimbing dari setiap divisi robotika UNY, dan tentunya seluruh anggota robotika UNY. HARYO

DEDY/HUMAS UNY

kalangan umum yang sudah bekerja. Acara ini merupakan Games kartu simulasi bermain saham yang disebut Stocklab yang diran­cang oleh Moneylab. Juara 1 kompetisi ini dime­ nang­­kan oleh Calixtus Chrisna Andhika mahasiswa Fakultas Ekonomi (FE) UNY Jurusan Pendidikan Ekonomi 2014. Selain meraih juara 1, anggota Kelompok Studi Pasar Modal (KSPM) FE UNY juga meraih mendominasi 10 besar yang terdiri dari Maulana Irfandi (mahasiswa Pendidikan Eko­ nomi 2016) yang meraih Juara 3, Bonyfasius Anggada Putra (Pendidikan Akuntansi 2014) sebagai Juara 7, dan Putri Ragil Oktiyaningrum (Akun­ tansi 2016) meraih juara 9. Dalam mengikuti kompetisi­ Stocklab ini, banyak kendala yang dihadapi oleh para peser­

September 2016 sehing­ga sudah mempunyai kemam­ puan dan strategi yang lebih baik daripada anggota KSPM FE UNY. Namun demikian, peserta kompetisi dari anggo­ ta KSPM FE UNY tak mau kalah dengan yang lain. “Anggo­ta KSPM FE UNY melaku­kan latihan seminggu 3x saat jam kuliah luang demi mem­per­siapkan diri untuk kompe­tisi ini,” terang Chacha, sapaan Calixtus. Juara 1 dan 2 pemenang kompetisi ini akan dikirim ke Jakarta untuk mengikuti kompetisi selan­ jutnya tingkat nasional bertemu dengan perwakilan peme­nang kompetisi Stocklab regio­nal yang lain. Dengan ini, Calix­tus Chrisna Andhika dan juara dua dari anggota KSPM UPN akan mewakili DIY melaju ke tingkat nasional. CHA/FADHLI P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 7 31


Hazel Abi: Juara Festival Dalang Cilik UNY

32 P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 7


SOSOK DALANG CILIK

Oleh ILHAM DARY ATHALLAH Editor SISMONO LA ODE

T

angannya seakan menari ketika melemparkan Petruk, Gareng, dan Bagong di balik kelir. Membuat para lakon terbang tinggi menghayati perannya dalam Pandhawa Darmasraya. Dengan suara menggelegar, Petruk yang baru saja lolos dari peristiwa Bale Sigala-gala kemudian menantang bertarung Prabu Baka, raksasa penguasa negeri Era Cakra yang gemar membunuh dan memangsa rakyatnya. “Opo koe isih pingin iso mangan gudeg e yu djum? Minggato! (Apa kamu masih ingin bisa makan Gudeg Yu Djum? Pergilah!),” tantangnya yang kemudian diakhiri dengan duel seru antar lakon. Lengkap dengan gelak tawa hadirin pagelaran wayang dalam rangka dies natalis UNY ke53, yang bertempat di Halaman Rektorat UNY pada Sabtu (13/05/2017) malam. Sekilas, tak ada yang berbeda dari Dimas Hazel Abi Rama Arrafi dengan dalang lain pada umumnya. Abi memahami apa yang dimainkannya, dan menampilkannya dengan ciamik penuh canda. Sehingga mengaburkan persepsi penonton bahwa dalang yang bersuara dalam dan serak menggelegar tersebut, sebenarnya sosok lelaki cilik yang baru berusia 13 tahun. Tak Lagi Menangis Jika Sudah Pegang Wayang Dalang cilik berbakat yang lahir di Tulungagung, 13 September 2003 tersebut telah akrab dengan tokoh wayang sejak masih belum bisa berjalan. Ketika umurnya satu tahun, wayang selalu menjadi cara simbah dan kedua orang tuanya untuk menenangkan Abi. Namun jika ditanya alasannya, tiada seorangpun yang tahu kenapa tangisan Abi yang begitu keras dan panjang, bisa dengan sekejap dihentikan ketika wayang ada dalam genggamannya. Putra dari pasangan Djoko Santosa dan Yuliana tersebut kemudian tumbuh akrab dengan wayang dan kesusasteraan Jawa. Walau ayah dan ibunya tidak bisa bermain wayang, Abi memang masih memiliki hubungan darah dengan dalang Ki Minto, dalang legendaris dari Nganjuk. Dari situlah ia menduga bakatnya muncul. Bakat yang membuatnya

menggandrungi jaranan dan lantunan gendhing ketika duduk di bangku PAUD, hingga dengan sendirinya hafal namanama wayang ketika usianya empat tahun dan duduk di TK. “Jadi sudah hafal. Dan pernah suatu ketika nangis minta dibelikan wayang Narada, tapi malah dibohongi, diberi wayang Togog. Saya tahu kalau dibohongi dan itu bukan wayang Narada. Tambah kencang lah tangisan saya,” kenangnya sembari tertawa. Mengetahui bakatnya tersebut, kedua orang tuanya mendukung Abi untuk berkelana ke berbagai sanggar seni. Mulai dari sanggar Budi Luhur di Sumbergempol, Tulungagung, Persatuan Pedalangan Indonesia (PEPADI) Tulungagung, hingga berguru kepada Ki Nyata Carita, guru dalang kondang asal Kraton Mangkunegara. “Saya juga pernah dolan ke dalemipun Ki Agus Brekele di Desa Blimbing, Tulungagung. Lagi ada arisan para dalang, saya ikut saja sambil mendengarkan,” ungkapnya. Dari tekad belajarnya yang kuat, Abi bisa lulus ujian dalang yang digelar PEPADI dengan mudah, di umurnya yang baru menginjak 7 tahun. Saat itu, ia satu-satunya peserta ujian yang masih duduk di sekolah dasar. Dengan sembilan peserta lain yang berasal dari penjuru Jawa berusia remaja bahkan dewasa. “Ujiannya waktu itu ndalang keroyokan bebarengan. Lakon Karno Tandhing,” kenangnya. Pentas di Hajatan Sunat Ketika Sendirinya Belum Sunat Ilmu demi ilmu yang didapatkannya tersebut kemudian ditampilkannya dalam berbagai pagelaran. Peringatan satu sura di desa kelahirannya, Buntaran, Tulungagung, menjadi saksi bagaimana sang dalang cilik tanpa keraguan beraksi untuk pertama kalinya. Pengalaman tersebut pula yang mengawali puluhan pagelaran di kemudian hari. Baik dalam Peringatan Hari Bela Negara (PHBN), pernikahan, ulang tahun, hingga acara sunatan. “Dari PHBN tersebut Pak Suharno minangka Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tulungagung jadi memperhatikan

HAZEL ABI berfoto bersama rektor UNY, Sutrisna Wibawa.

dan mengenal saya,” kenangnya sembari mengapresiasi kehadiran sang Kadisdik dalam pagelarannya di UNY. Tampil di hajatan sunatan, menjadi salah satu pagelaran yang diingatnya. Acara 1 Juli 2012 itu menjadi terkenang karena Abi menerima job untuk tampil dalam hajatan sunatan, ketika ia sendiri masih belum sunat. Namun ia hanya memendam cerita itu sendiri bersama keluarganya. Dan tanpa grogi sama sekali menghibur dalam pementasan, serta menyampaikan pesan moril di setiap lakon yang ditampilkannya. “Tetap profesional walau jika ingat itu cukup lucu juga,” kenangnya. Abi juga kerap tampil dalam ragam perlombaan. Sebelum menjuarai lomba dalang cilik dalam rangka dies natalis UNY ke-53, Abi juga pernah meraih juara dua lomba dalang tingkat Provinsi Jawa Timur dan mewakili ke tingkat nasional. Pada waktu itu, ia mewakili ke tingkat nasional menggantikan sang juara pertama, karena yang bersangkutan terkena aturan batas jenjang pendidikan. “Jadi syarate masih duduk di bangku SD. Nah yang juara 1, waktu lomba tingkat nasional digelar, sudah SMP. Jadilah saya menggantikan,” kenangnya. Dari hasil pentas dan perlombaan, Abi biasa mendapat uang saku maupun hadiah yang langsung ditabungnya. Setelah terkumpul banyak, ia biasa menggunakan uang tersebut untuk membeli koleksi wayang yang lebih lengkap maupun blangkon baru. Termasuk, menjadi bekal untuk terus ngangsu kawruh guna meraih mimpi menjadi dalang kondang. Rektor UNY yang juga guru besar filsafat Jawa, Prof. Sutrisna Wibawa mengapresiasi bakat dan keahlian Hazel Abi dalam mene­ kuni seni pewayangan, kehadiran Hazel Abi bisa menjadi salah satu bukti bahwa budaya Jawa akan senantiasa lestari. Selama, ada kemauan dari masyarakat untuk nguri-nguri kebudayaan dan falsafah lokalnya yang begitu kaya. “Karena dari wayang itu sebenarnya selain tontonan, berupa hiburan, ia juga tuntunan. Ada pendidikan dan nilai karakter yang bisa dimasyarakatkan lewat wayang. Yang putih, yang baik, bisa jadi suri tauladan. Sedangkan yang jahat, hendaknya tidak dicontoh,” pungkas Sutrisna. P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 7 33


» Opini

Menciptakan Kenyamanan Kerja MELALUI PEDULI KEBERSIHAN RUANG KERJA DAN KESANTUNAN Oleh DAS SALIRAWATI Dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta

U

niversitas Negeri Yogyakarta ada­ lah satu dari sekian banyak Univer­ sitas di Indonesia yang sangat pesat perkembangannya. Sampai saat ini sudah banyak hal yang dibenahi oleh UNY, mulai dari pembenahan fisik yang dapat dilihat dengan banyaknya gedung baru yang menjulang sampai pembenahan non fisik yang berupa karakter pemimpin yang mulai membumi tanpa terbatasi oleh perbedaan jabatan, pangkat, maupun golongan. Pada dies natalis UNY yang ke-53 ini tentu ba­ nyak mimpi dan rencana yang akan dicapai ke depan nanti, mulai dari pencapaian prestasi dalam bentuk karya-karya penelitian, hak paten, dan prestasi mahasiswa me­lalui PKM, sampai pada prestasi seni dan olahraga yang sebelumnya telah banyak diukir, yang semuanya mengarah pada terwujud­nya World Class University (WCU) yang menjadi cita-cita seluruh sivitas akademika UNY. Seperti slogan yang selalu diserukan UNY, yaitu sebagai universitas yang “leading in character education”, maka tentu kita semua yang bekerja dan berada di lingku­ngan UNY ingin mewujudkannya. Kita bersama-sama ingin menjadi universitas yang terkemuka dalam pendidikan karakter, sehingga pembenahan berbagai karakter senantiasa dilakukan oleh pemimpin UNY. Bahkan rektor terbaru saat ini (Sutrisna Wibawa, red) telah memulai dengan karakter keterbukaan dalam hal sosialisasi program yang akan dilaku34 P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 7

kan, sehingga kita semua dilibatkan untuk mencermati program-program mana yang disetujui untuk dijalankan dan program-program mana yang harus dikesampingkan terlebih dahulu, termasuk pengalihan berbagai biaya operasional ke dalam program yang le­ bih penting untuk segera ditangani. Program-program yang besar kita serahkan kepada pemimpin untuk membuat kebijakan sebagai pedoman pelaksanaan di la­ pangan. “Kebersihan adalah sebagian dari iman”, mungkin itu kalimat yang sering kita baca di berbagai institusi, baik institusi pendidikan maupun institusi lainnya. Kalimat ini memang benar adanya dan tepat sebagai peringatan kepada siapapun yang ada di lingkungan kerja, sebab dengan melihat lingkungan yang bersih akan membuat kerasan orang-orang yang tinggal di dalamnya. Seperti diketahui, tugas seorang dosen dan karyawan tidak jauh dari kertas. Ketika kita masuk ke ruang kerja dosen maupun

karyawan, hal pertama yang kita lihat adalah tumpukan kertas yang menggunung di meja mereka. Bahkan seolah-olah ada korelasi antara “tingginya tumpukan kertas dengan ba­nyaknya tugas dan kerja mereka”. Padahal jika kita perhatikan, banyaknya tumpuk­an kertas tersebut sangat mengganggu pemandangan mahasiswa atau teman sejawat. Jika kita cermati, tumpukan kertas yang ada di meja dosen kebanyakan adalah tugas-tugas mahasiswa yang seharusnya segera dikoreksi dan dikembalikan agar mahasiswa mengetahui secepatnya hasil tugas yang di­ buat, bukan hanya ditumpuk sebagai simbol “banyaknya tugas” dosen tersebut. Seharusnya setiap dosen dapat memanajemen semua aktivitasnya dengan baik, sehingga tidak ada lagi alasan tidak mempunyai waktu untuk koreksi. Ketika di awal perkuliahan, dosen telah menyusun silabus dan RPP yang di dalamnya sudah ada rancangan tugas-tugas yang akan diberikan kepada mahasiswa. Tugas yang diberikan kepada mahasiswa adalah bagian dari penilaian yang kita lakukan yang berkontribusi pada nilai ak­ hir mahasiswa. Oleh karena itu dosen harus benar-benar mengoreksi dan menilai tugas tersebut sebagai bagian dari tanggung jawabnya sebagai pendidik. Masih “mending­ an” tugas itu dicek siapa saja yang mengumpulkan, tetapi nyatanya masih ada (relatif banyak) tugas yang hanya ditumpuk atau teronggok di kanan kiri bawah meja dosen. Selain tidak enak dilihat karena terkesan ruangan berantakan dan tidak rapi, juga tumpukan kertas itu mengundang banyaknya debu yang menempel dan nyamuk yang suka pada tempat kotor. Akhirnya udara di ruang kerja terasa pengab dan mengganggu perna­ pasan karena udara yang kotor terpolusi debu dan memung­kinkan datangnya penya­kit yang dibawa oleh nyamuk. Pada akhir­nya hilanglah kenyamanan bekerja di dalam ruangan, sehingga timbul keinginan untuk secepatnya meninggalkan ruangan. Hal ini tentu mengganggu produktivitas kerja dan menurunkan kinerja dosen. Saat ini kita berada pada era teknologi yang canggih, sehingga apapun dapat di­ buat ringkas dengan adanya bantuan teknologi. Masalah bertumpuknya kertas di meja dosen dan juga karyawan dengan mudah da­ pat diatasi dengan cara mendokumentasikan semua dalam bentuk soft file. Tugas-tugas segera dikoreksi dan dinilai lalu dicatat dalam komputer, sehingga meja menjadi kosong dan dapat dipasang vas bunga atau hiasan meja lainnya yang membuat ruangan terlihat bersih, nyaman, dan asri. Demiki-

Padahal jika kita perhatikan, banyaknya tumpukan kertas tersebut sangat mengganggu pemandangan orang lain (mahasiswa atau teman sejawat) ketika berhadapan.


ISTIMEWA

an pula kertas-kertas yang bertumpuk di meja karyawan, semua dokumen-dokumen pen­ting dapat didokumentasikan ke dalam komputer, diringkas dan dicatat dalam data base yang baik dan sistematis, sehingga dapat ditelusuri dengan mudah ketika dibutuhkan. Pembenahan kebersihan ruang kerja kelihatannya sederhana, tetapi jika hal ini dilakukan dampaknya sungguh besar. Ruang kerja yang tertata rapi dengan kebersihan yang terjaga, dilengkapi AC dan komputer dengan sinyal yang bagus sehingga mudah mengakses informasi apapun yang dibutuhkan secara cepat, bermuara pada kenyamanan dalam­bekerja, sehingga dosen dan karyawan kerasan berlama-lama di kampus, yang akhir­­­ nya menghasilkan peningkatan kualitas ki­ nerja mereka. Selain kebersihan, kenyamanan di tempat kerja juga dapat tercipta ketika orang-orang yang tinggal di dalamnya memiliki karakter kesantunan yang tinggi. Mulai dari keramahan kita terhadap sesama, saling menghargai dan menghormati, sampai pada mengenal dengan baik antara satu dengan yang lain tanpa memandang pangkat, derajat, dan jabatan. Dengan kesantunan yang terjalin diantara kita, maka akan berdampak pada kenyamanan menjalankan tugas. Kesantunan merupakan karakter yang sesuai dengan kepribadian bangsa kita. Oleh karena itu mustahil jika masyarakat kampus yang terdiri dari kalangan berpendi­

dikan tidak mampu menunjukkan teladan kesantunan. Kesantunan diartikan sebagai sifat yang halus dan baik ditinjau dari sudut pandang tata bahasa maupun tata perilaku­ nya­ke semua orang. Karakter ini sewajar­nya dicontohkan oleh para pemimpin di institusi de­ngan selalu menampakkan keramahan kepada semua bawahannya, murah senyum, dan sikap bersahabat. Selama ini ada sebagian pemimpin yang masih bersifat arogan, mahal senyum, bahkan hanya mau mengenal kepada bawahannya secara pilih-pilih. Pemimpin seperti itu tidak dapat menjadi teladan, sebab kesantunan merupakan salah satu ciri pemim­ pin yang baik. Demikian pula seorang dosen sangat penting memberi teladan kesantunan dalam berbicara dan berperilaku agar mahasiswa dapat menirunya. Mahasiswapun hendaknya memiliki kesantunan, apalagi setelah lulus nantinya mahasiswa dipandang sebagai kaum intelektual di masyarakat, sehingga diperlukan kesantunan dalam interaksinya dengan orang lain. Kampus harus dapat memberi teladan dengan membentuk kebiasaan 3S (Salam – Sapa – Senyum) jika bertemu dan melayani siapapun yang membutuhkan. Kemajuan teknologi memunculkan alat yang mempermudah berkomunikasi de­ ngan orang lain, yaitu Hand Phone (HP). Ada­ nya HP memudahkan diantara orang-orang yang berada di dalam kampus untuk saling berkomunikasi. Hal yang sering terjadi ada-

lah hilangnya kesantunan mahasiswa ketika berkomunikasi dengan dosen, baik lewat SMS/WA maupun berbicara langsung. Selain menyingkat kata, juga menggunakan istilah atau lambang yang kurang santun jika dibaca. Hal ini perlu dibenahi, karena berbicara de­ ngan dosen tidak sama dengan berbicara pada teman. Sering pula dijumpai mahasiswa yang kirim pesan yang kesannya “memaksa” dosen untuk dapat ditemui, padahal harus­ nya menanyakan apakah dosen yang bersangkutan ada waktu untuk dia, bukan “menetapkan” waktu harus bertemu. Oleh karena itu di salah satu Fakultas, yaitu FIS diberikan bander berisi tata cara berkomunikasi lewat HP sebagai panduan bagi mahasiswa. Kelihatannya hal yang sederhana, tetapi ini termasuk pembentukan karakter kesantunan yang penting untuk dilakukan, sebab menanamkan karakter memang butuh waktu dan proses panjang, tidak dapat dibentuk secara instan. Akhirnya, semoga di usia ke-53 ini, UNY semakin cemerlang menatap masa depan, membenahi dari hal-hal kecil untuk menjadi universitas yang besar, yaitu universitas kependidikan kelas dunia di tahun 2025 yang dikagumi karena karakter orang yang berada di dalamnya yang berkualitas, sekaligus cerdas intelektualnya, sehingga slogan “Taqwa, Mandiri, dan Cendekia ” bukan hanya slogan tanpa makna tetapi termanifestasi dalam kehidupan kampus yang sesungguhnya. P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 7 35


» Opini

Yogyakarta Melawan “Klithih” Oleh CUCU SUTRISNO Pengurus Harian Laboratorium PKnH FIS UNY Anggota Lingkar Kajian Demokrasi dan HAM (LinKDeHAM) Mahasiswa Prodi PPKn Program Pascasarjana UNY

Y

ogyakarta sedang dihinggapi kondisi menyeramkan karena munculnya klithih diberbagai tempat. Klithih sebagai istilah dalam Bahasa Jawa sebenarnya ungkapan lama yang telah mengalami transformasi makna. Dahulu maknanya tidak seseram sekarang karena klithih berarti kegiatan seseorang yang keluar rumah di malam hari dengan tanpa tujuan atau hanya sekedar berjalan-jalan menikmati suasana malam. Namun kini, klithih digunakan untuk menjuluki suatu aksi kekerasan menggunakan senjata tajam yang dapat mengakibatkan luka fisik bahkan kematian yang dilakukan oleh segerombolan remaja. Berdasarkan kasus yang terjadi, aksi klithih biasanya dilakukan tidak sendirian namun berkelompok. Para pelaku mencari kor­ban dengan berboncengan sepeda motor dan membawa senjata tajam. Bila calon korban sudah ditemukan maka para pelaku akan langsung melukai korbannya dengan senjata tajam kemudian dengan cepat meninggalkan tempat kejadian. Tempat kejadian aksi klithih sudah meluas hingga di seluruh kabupa­ten/ kota di DIY. Malam hari hingga menjelang terbit fajar merupakan waktu yang kerap dipakai para pelaku klithih untuk beroperasi mencari mangsa. Namun, tidak sedikit pula aksi klithih terjadi pada siang sampai sore hari dan bahkan pagi hari. Calon korban klithih tidak dapat diprediksi. Meskipun kebanyakan korban adalah para pelajar sekolah menengah di Yogyakarta namun tidak jarang korbannya juga masyarakat umum yang tidak punya keterkaitan sama se-

36 P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 7

kali dengan para pelaku. Seolah para pelaku buta medan (tidak tahu mana lawan) sehingga melakukan aksi yang membabi buta. Diduga kuat, kenekatan pelaku klithih ini berbanding lurus dengan kecenderungan menjamur­nya geng sekolah di Yogyakarta. Geng sekolah merupakan kumpulan para pelajar dari satu sekolah atau lintas sekolah yang disatukan oleh ikatan pertemanan atau senioritas lintas angkatan. Geng sekolah ini biasanya memang berorientasi untuk menunjukan eksistensi diri dihadapan geng sekolah lain de­ngan kerap melakukan aksi kekerasan kepada remaja yang dianggap berasal dari geng sekolah musuh, selain itu mereka juga melakukan aksi vandalisme di tempat umum, konvoi keli­ ling kota dan ngumpul di berbagai tempat hingga meresahkan masyarakat. Sesuai catatan Polda DIY, aksi klithih semakin marak terjadi bahkan mengalami tren yang meningkat. Pada tahun 2016 terjadi 43 aksi klithih yang mengakibatkan jatuhnya korban luka hingga meninggal dunia. Sejumlah 21 kasus terjadi di Bantul, 15 kasus di Sleman, sementara di Gunungkidul 4 kasus dan di Kota Yogyakarta 2 kasus, serta di Kulonprogo

1 kasus (krjogja.com). Tingginya intensitas aksi klithih di Yogyakarta tampaknya belum akan berhenti. Sebab, pada triwulan pertama tahun 2017 saja, aksi klithih sudah marak terjadi. Bahkan, tidak kurang dari dua orang telah meninggal dunia akibat aksi klithih.

Melawan Bersama

Terus berulangnya klithih di Yogyakarta menegaskan adanya keleluasaan para pelaku dalam melancarkan aksinya. Ironisnya, salah satu pelaku aksi klithih yang berhasil diamankan mengaku bahwa berbagai aksi yang dilakukannya hanyalah untuk mencari kesenangan. Seolah klithih merupakan suatu permainan yang mengasyikan padahal itu adalah sebuah kejahatan. Kejahatan menurut Bonger (1982) adalah suatu perbuatan immoril dan anti-sosial, yang tidak dikehendaki oleh kelompok pergaulan yang bersangkut­ an, dan secara sadar ditentang oleh pemerintah (negara) dengan pemberian penderitaan yang berupa hukuman atau tindakan. Aksi klitihih sebagai perbuatan immoril dan anti-sosial tampak pada sifatnya yang bertentangan dengan local wisdom di Yog­yakarta. Menurut Suwardi Endraswara (2015), dalam masyarakat Jawa dikenal dua kai­dah dasar kehidupan yakni prinsip kerukunan dan prinsip hormat. Prinsip keru­ kunan bertujuan untuk menciptakan kese­larasan sosial yakni suatu keadaan yang selaras, tenang dan tenteram, tanpa perselisih­an dan pertentangan. Sementara prinsip hormat merupakan sikap menghargai orang lain sesuai derajat dan kedudukannya. Berdasarkan hal itu, aksi klithih merupakan kejahatan karena yang bertentangan nilai-nilai masyarakat di Yogyakarta. Kemudian, aksi klithih sebagai perbuatan yang ditentang oleh pemerintah (negara) de­ngan pemberian penderitaan yang berupa hukum­ an atau tindakan dapat dilihat dalam hukum Kitab Undang-Undang Hukum Pidana di Indonesia. Aksi klitihih sebagai perbuatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang hingga menyebabkan luka fisik, dan bahkan kematian merupakan suatu perbuatan pidana yang pelakunya diancam de­ ngan sanksi pidana. Oleh karena itu, jelaslah bahwa aksi klithih merupakan perbuatan yang melanggar hukum pidana di Indonesia. Merajalelanya aksi kejahatan klithih akhir-­akhir ini sesungguhnya merupakan ko­de keras Yogyakarta yang masih berupaya me­ne­guh­kan eksistensi sebagai kota budaya, kota toleransi, sekaligus kota pendidik­an. Oleh karena itu, bila tidak segera ada upaya lebih masif, terarah, dan berdampak yang dilakukan berbagai pihak maka potensi ber-

Terus berulangnya aksi klithih di Daerah Istimewa Yogyakarta menegaskan adanya keleluasaan para pelaku dalam melancarkan aksinya.


ulangnya aksi klithih akan semakin tinggi dan sangat mungkin terus terjadi. Kepolisian di Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai aparat penegak hukum yang memiliki tanggung jawab menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat memang masih berupaya menunaikan tugasnya. Upaya kuratif melalui penegakan hukum dengan mencari, menangkap dan mengadili para pelaku aksi klithih di Yogyakarta terus dilakukan Pihak Kepolisian di Kabupaten/ Kota di DIY sesuai wilayah tugasnya masing-masing. Selain itu, upaya preventif juga tetap dilakukan pihak Kepolisian dengan patroli malam, razia senjata tajam dan penempatan personil di titik rawan aksi klithih serta melakukan sosiali­ sasi dan pembinaan kepada pelajar. Bila me­ ngacu pada analisis kejahatan dengan Game Theory dari George Tsebelis (1990), memang para pelaku kejahatan akan lebih suka untuk tidak melakukan aksinya bila Polisi me­ lakukan kegiatan patroli untuk mencegah aksi kejahatan. Para pelaku kejahatan akan lebih suka melakukan aksinya ketika Polisi tidak melakukan patroli, dan upaya serupa lain­nya. Untuk jangka pendek, upaya Polisi perlu dipertahankan namun untuk jangka panjang, upaya ini akan menghabiskan ba­nyak waktu dan biaya yang berasal dari peme­rintah baik yang bersumber dari uang pajak maupun sumber pendapatan lainnya. Untuk jangka panjang, perlawanan ter­ hadap klithih akan kurang efektif dan efisien bila hanya dilakukan Kepolisian semata sementara yang lain berpangku tangan. Perlu ada upaya pencegahan yang menyasar pada perbaikan sikap dan perilaku remaja atas disorientasi budaya yang dialaminya. Para Pelajar harus menjadikan klithih dan geng pelajar sebagai common enemy. Itu dapat diawali dengan diadakannya deklarasi seperti "Yog­ yakarta Anti Klithih dan Geng Pelajar" baik yang diinisiasi langsung, pemerintah dae­ rah, Kepolisian, atau lembaga pendidikan maupun kerjasama antar elemen tersebut dengan mengikutsertakan para pelajar di DIY. Setelahnya perlu ada komitmen bersama untuk melakukan edukasi kepada para pelajar agar tidak menjadi anggota Geng Pelajar apalagi melakukan aksi klithih. Prinsip kerukunan dan prinsip hormat sebagai dua kaidah dasar kehidupan perlu dikuatkan pada diri remaja di Yogyakarta. Bukan hanya remaja yang notabene lahir dan besar di Yogyakarta saja namun para pendatang juga harus memahami dan merealisasikan dua kaidah dasar kehidupan itu agar tercipta tatanan kehidupan remaja yang selaras dan serasi dengan kultur masyarakat Yogyakarta. Guna mencapai tujuan tersebut harus ada kerjasama yang antar tiga pusat pendidikan (Tri Pusat Pendidikan) yakni lingkungan ke­ luarga, lingkungan perguruan (sekolah) baik formal maupun nonformal, dan lingkungan masyarakat. Tripusat pendidikan perlu bersama-sama mengambil peran sesuai kapasitasnya masing-masing dalam pelaksanaan penanaman nilai-nilai yang sesuai prinsip kerukunan dan prinsip hormat sebagaimana yang dipesankan Ki Hadjar Dewantara.  P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 7 37


Resensi

K

The Source of Happiness

ebahagiaan sejati tidak akan diperoleh denkan oleh Christine Baranski yang menangkap beTROLLS gan merebut kebahagiaan orang lain. Keberapa teman Poppy untuk dijadikan santapan baSutradara: Mike Mitchell, Walt bahagian diri akan tercipta manakala kigi keluarga kerajaan Bergen. Dalam film ini bangsa Dohrn ∫ Pengisi suara: Anna ta dapat memaknai hidup dan menikmati Bergen dikisahkan sebagai bangsa yang memiliki siKendrick, Justin Timberlake, hidup itu sendiri. Dengan bersyukur, ber­ fat pemurung dan hanya dapat bahagia bila meredll ∫ Produksi : DreamWorks Animation ∫ Tanggal rilis : 4 ba­gi dengan orang lain, bersedia memka memakan Trolls. Dari sinilah petualangan Poppy November 2016 bantu sesama bisa menjadi sumber kebadan Branch untuk menyelamatkan teman-temannya hagiaan dalam hidup. Itulah pesan yang dimulai. Mereka berpetualang mencari para Trolls dapat diambil dari kisah Trolls, makhluk-makhluk mu­ di tempat tinggal kaum Bergen dan berusaha untuk menepis anngil warna warni yang gemar menyanyi dan menari. Film ggapan bahwa hanya dengan memakan Trolls kebahagiaan bangyang diproduksi oleh Dream Works Animation ini bersa Bergen dapat terwujud. Disamping itu Poppy juga berusaha durasi 93 menit dan pernah populer pada tahun 80-90-an. meyakinkan Branch agar mau berbagi kebahagiaan dengan Trolls Trolls yang di produksi pada tahun 2016 ini agak berbeda dengan yang lain. Untuk menyelamatkan kawan-kawan mereka, Popy dan pendahulunya karena hadir dalam bentuk film animasi musikal Branch juga meminta bantuan Bridget (Zooey Deschanel), gadis yang sangat menarik dan penuh dengan lagu-lagu ceria. Terlebih Bergens yang menjadi pelayan kerajaan dan sedang jatuh cinta pabeberapa aktor kenamaan yang menjadi pengisi suara di film ini da Pangeran Bergens (Christopher Mintz-Plasse). Sebagai seorang merupakan penyanyi terkenal. Sebut saja ada bintang utama film pelayan, Bridget tidak memiliki kepercayaan diri untuk mengaPitch Perfect, Anna Kendrick, Justin Timberlake dan Gwen Stefani takan hal tersebut, dan akhirnya Poppy beserta Trolls yang lain yang menjadi pengisi suara film ini. membantu Bridget untuk berkencan dengan Pangeran Bergens. Film ini dimulai dengan pengenalan bangsa Trolls yang hidup Kemudian, apa yang membuat film Trolls menjadi menarik? tersembunyi di bawah tanah, dan menghabiskan waktunya dengan Ada banyak hal yang membuat Trolls menjadi begitu menarik unbernyanyi, menari, dan senang untuk berpelukan. Salah satu Trolls tuk dinikmati. Pertama, film ini memiliki tampilan visual yang sa­ yang hidup di kawanan ini adalah Poppy (Anna Kendrick), putri ngat­cantik. Palet warna-warni cerah yang dengan mudah mena­ dari pemimpin Trolls yang memiliki sifat ceria serta optimistis. rik­perhatian penonton. Kedua, penggunaan musik dalam film ini. Hal ini berkebalikan dengan tokoh Branch yang diperankan oleh Ada beberapa lagu yang dinyanyikan oleh pemeran utama dalam Justin Timberlake, yang hidup menyendiri dalam sebuah bung­ film ini, diantaranya ialah Can’t Stop The Feeling yang dinyanyikan ker di dalam tanah. Branch tidak senang bernyanyi, menari, dan oleh Justin Timberlake sekaligus menjadi soundtrack film Trolls, juga tidak mau berpelukan seperti Trolls yang lain. Sifat Branch lagu True Colours milik Cindy Lauper, lagu legendaris Hello milik yang pesimis dan sinis terlihat dari warna kulitnya yang kelabu, Lionel Richie, serta The Sound of Silence yang dinyanyikan Simon sangat berbeda dengan bangsa Trolls lain yang memiliki kulit dan & Garfunkel. Ketiga, tokoh-tokoh imut dalam film ini ternyata da­ rambut warna warni. pat merebut hati penonton lewat tingkah mereka yang lucu. Disam­ Petualangan dalam film ini dimulai ketika Trolls sedang meng­ ping pemeran utamanya, Poppy dan Branch, ada pula tokoh Bridget, adakan pesta besar-besaran, tiba-tiba datanglah seorang koki dari gadis Bergens yang yang ternyata dapat berubah menjadi seorang bangsa Bergen (raksasa) yang sangat kejam. Tokoh Chef ini diperan­ gadis yang sangat rupawan. Penasaran dengan filmnya? * LALUNA 38 P E WA R A D I N A M I K A M E I 2017


Bina Rohani

L

Pentingnya Tasawuf Sosial

ahirnya tasawuf sebagai fenomena dalam sejarah ajaran Islam diawali dari ketidakpuasan terhadap praktik beragama yang cenderung formalisme dan legalisme. Selain itu, tasawuf juga merupakan gerakan moral untuk mengritik ketimpangan sosial, politik, dan ekonomi. Ajaran tasawuf dipahami sebagai salah satu solusi untuk mengatasi masalah-masalah di atas. Untuk­menghadapi kecenderungan forma­lis dan legalisme dalam beragama ditawarkan transformasi dari tindakan fisik ke arah tindakan batin. Untuk menga­ tasi perilaku mengagungkan kemakmuran material ditawarkan sikap isolasi dari hiruk-pikuk duniawi. Tawaran inilah yang kemudian dikenal dengan perilaku menjauhkan diri dari kepentingan dunia dan selalu mementingkan akhirat (zuhud). Ajaran tasawuf merupakan perwujud­ an dari ihsan sebagai salah satu kerangka

Terkait dengan hal di atas, konsep tasawuf sosial menjadi salah satu wujud pemahaman kekinian terhadap ajaran tasa­ wuf. Tasawuf sosial ialah tasawuf yang ti­ dak memisahkan antara hakikat dan syariat (fiqh) dan tetap berkecimpung dalam­hidup dan kehidupan duniawi, tidak memisahkan dunia dan akhirat. Dalam hal ini, sikap zuhud sebagai inti dari ajaran­tasawuf dapat dimaknai sesuai dengan situasi dan kondisi. Formulasi sikap zuhud dapat berbeda-beda sesuai dengan tuntutan­zaman. Ajaran tasawuf harus membumi­dan aplikatif terhadap problema yang dihadapi pada masanya. Dalam tasawuf terdapat ajaran yang berdimensi sosial, yakni futuwwah dan itsar. Istilah futuwwah bermakna kesatria­ dan diambil dari kata fata yang berarti­

nah dan telah beriman (Anshar) sebelum kedatangan mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung”. Dalam konteks masyarakat modern, tasawuf sosial bukan berupa tasawuf isolatif, melainkan harus aktif di tengah-tengah pembangunan masyarakat, bangsa, dan negara. Tasawuf tidak lagi bersifat uzlah atau khalwat dari segala bentuk keramaian. Sebaliknya, perilaku tasawuf harus aktif mengarungi kehidupan secara total dalam bidang berbagai bidang. Peran kaum sufi harus lebih empirik, pragmatis, dan fung-

ajaran Islam. Sebagai manifestasi dari ihsan, tasawuf merupakan penghayatan se­ seorang terhadap agamanya yang memung­ kinkan­munculnya pembebasan spiritual. Melalui tasawuf manusia dapat mengenali diri sendiri yang pada akhirnya mengenal Tuhannya (Syukur, 2005:12). Dalam Al-Quran, nilai kemanusiaan dapat dipahami ketika semua perilaku lahir dan batin diorientasikan kepada Allah. Di sisi lain, pada waktu yang sama perilaku tersebut dapat membawa dampak konkret terhadap upaya meningkatkan nilai-nilai kemanusiaan. Singkatnya, manusia tidak dapat dipahami tanpa keterkaitannya de­ ngan Tuhan dan keterkaitannya dengan manusia lain dalam kehidupan sosial.

pemuda. Untuk masa sekarang makna­ nya­dapat dikembangkan menjadi seorang yang ideal, mulia dan sempurna. Istilah futuwwah juga dapat diartikan sebagai orang yang ramah dan dermawan, sabar dan tabah terhadap cobaan. Seorang kesatria dalam ajaran tasawuf ditandai dengan perilaku pantang menyerah, meringankan kesulitan orang lain, ikhlas karena Allah SWT (Syukur, 2005:16). Adapun arti al-itsar yakni lebih mementingkan orang lain dari diri sendiri. Al-itsar dapat disejajarkan dengan altruisme, yakni perilaku mementingkan orang lain. Penjelasan arti al-itsar merujuk pada Quran, surat al-Hasyr ayat 9: “Dan orangorang yang telah menempati kota Madi-

sional dalam memandang dan menyikapi kehidupan secara nyata. Penghayatan ajaran Islam melalui jalan tasawuf tidak bersifat reaktif, tetapi aktif untuk memberikan arahan kepada sikap hidup manusia di dunia ini. Ketika tasawuf menjadi pilihan jalan hidup, maka harus dimaknai sebagai bentuk ‘pelari­an’ dari dunia yang ‘kasat mata’ menuju dunia spiritual. Jalan tasawuf itu menjadi salah satu bentuk reaksi dan tanggung jawab sosial, yakni kewajiban dalam melaksanakan tugas dan merespon permasalahan sosial kontemporer (Syukur, 2005:21). Dalam ungkapan pendek, perilaku tasawuf sosial adalah upaya “menghadirkan Tuhan di ruang publik” (Hilmy, 2008).

Oleh ANWAR EFENDI Dosen Fakultas Bahasa dan Seni UNY

P E WA R A D I N A M I K A M E I 2017 3 9


Cerpen

Iqra! SEBAGAIMANA TUHAN MEMERINTAHKAN,

A 40 P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 7

Oleh FANNY ARIEF PRASETYA Mahasiswa Sastra Indonesia, FBS Universitas Negeri Yogyakarta.

sap mengepul di atas gelas, membelah kabut sisa obrolan semalam yang belum selesai. Mata Kuncoro menerawang jauh dan membiar­kan teh di sampingnya sedikit demi sedikit berlalu dimi­num dingin. Sapaan beberapa warga yang berangkat kerja diabai­kannya–hanya menerawang jauh. Di rokok keenamnya, Kuncoro tersentak dan beranjak dari kursi kayunya. Tak lama berselang, dia terlihat keluar dengan cangkul di pundak dan berangkat kerja bersama sepeda tuanya. *** Pukul 13.17, Kuncoro pulang. Cangkul diletakkan di belakang pintu dan langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang penuh lumpur. Setelah salat dan makan siang dia kembali duduk di beranda dan menyalakan rokok kreteknya. Terlihat gelas teh tadi pagi masih terdiam di atas meja dengan isi yang setengah penuh. Dibawanya gelas itu masuk untuk diisi dengan teh yang baru. Ketika kembali, Pak Satirman terlihat sedang duduk di salah satu kursi yang ada di beranda dengan sebatang rokok di tangan. Tanpa komando, Kuncoro langsung kembali ke dapur untuk mengambil cerek berisi teh dan gelas tambahan. “Kok tumben udah pulang kerja, Kun?” kata Pak Satirman. “Iya Pak. Tadi nggak terlalu banyak kerjaan, jadi bisa pulang awal.” Suasana di beranda kembali sunyi. Hanya gemertak gelas yang beradu dengan meja kayu dan suara rokok ketika dihisap yang mengisi siang itu. Cukup lama

mereka saling diam dan hanya sibuk dengan urusan masingmasing. Genting-genting yang sebagian pecah mengantarkan sinar mentari untuk ikut serta dalam kesunyian yang ada. Asap rokok mereka yang mengepul bersatu di udara mengawali cengkrama di antara keduanya. Seteguk teh dialirkan Kuncoro ke tenggorokan untuk membasahi suasana siang yang kering. “Pak Man, mengenai yang Bapak katakan semalam . . .” Kuncoro terhenti di tengah. “Yang semalam ya?” jawab Pak Satirman. “Ya menurutmu gimana? Masih ada yang mengganjal atau sudah selesai?” lanjutnya. Kuncoro hanya diam kemudian menyeruput tehnya. Sunyi kembali datang dan membiarkan dua orang di beranda menjadi individu-individu yang berdaulat atas dirinya masing-masing. Kuncoro bingung untuk menjawab pertanyaan Pak Satirman. Pertanyaan yang merupakan kelanjutan dari obrolan mereka di tempat yang sama dalam waktu yang berbeda. Kuncoro semakin sering mengisap kreteknya, asap membumbung melewati selasela genting beranda dan semakin tinggi. Siang itu masih bisu. Pak Satirman menangkap kegelisahan Kuncoro dan menuangkan teh pada gelas yang telah kosong. “Tidak usah terburu-buru, Nak. Jika kamu belum bisa menjawab juga tidak apa-apa. Hal ini kan juga untukmu sendiri, bukan untukku, orang tuamu, atau tetanggamu. Pikirkanlah dulu itu bersama pertimbangan dan logikamu,” kata

Pak Satirman dengan tenang. Kuncoro hanya diam di kursinya sambil terus mengisap tebakau yang menjadi pelampiasan atas kebingungannya. Pak Satirman yang merupakan salah satu tokoh di desanya mampu dengan mudah membuat Kuncoro gelisah dan dengan mudah pula membuatnya kembali tenang. Tadi malam, di tempat yang sama, Kuncoro masihlah seorang tani kebanyakan. Warga desa yang memiliki rutinitas berangkat pagi ke sawah kemudian pulang ketika senja tiba. Yang ada dalam pikirannya adalah bekerja untuk tetap hidup. Kuncoro belum beristri, dan hidup seorang diri di rumah warisan orang tua. Entah karena Kuncoro telah bosan dengan kesederhanaan hidupnya atau memang Tuhan telah bertitah, harinya mulai berubah. *** Jangkrik mulai beradu dengan desau daun bambu yang digesek angin. Sebagian rumah telah mematikan lampu ruang tamu mereka, namun tidak dengan rumah Kuncoro. Rumah dengan luas tidak lebih dari 8x9 m dengan dinding kayu yang telah lapuk di beberapa bagian menjadi saksi bisu kebimbangan sang pemilik. Terdengar suara pintu diketuk dari luar. Kuncoro yang ketika itu sedang mendengarkan radio, segera mengecilkan volumenya dan membuka pintu. Pak Satirman mengajaknya mengobrol karena tidak dapat tidur. Sudah menjadi kebiasaan ketika Pak Satirman insomnia, dia akan menuju ke rumah Kuncoro sekedar untuk bercerita menghabiskan malam. Terkadang dia juga mengajak Pak Balam, Pak Slamet, dan


beberapa tetangga yang lain untuk mengobrol di sana. Sedang malam tadi, sebuah tema baru yang dibawa Pak Satirman membuat malam yang dingin menjadi hangat bahkan cenderung panas. Pada awalnya, Kuncoro menyangka Pak Satirman akan membahas Sri yang hari itu memakai celana pendek ketat saat berangkat ke pasar. Dia tahu benar bahwa Pak Satirman akan sangat berse­mangat untuk me­ng­obrolkan Sri. Terlebih lagi, pagi itu Sri sangat menggoda dengan pantatnya yang sintal dan paha putih mulus seperti meminta dicubit, serta dada yang terangkat sempurna oleh kaos ketat berwar­na biru muda. Namun tidak. Entah angin apa yang membu­atnya mampu menyimpan hasrat itu.

bertanya tentang pertanyaan Pak Satirman dan memberikan argumen tentang kewajiban salat yang tercantum dalam Al-Quran. “Dari cara bertanya Njenengan, kok Njenengan seperti meragukan ayat Quran ya,” “Aku bukan meragukannya, tapi mari kita berpikir tentang apa yang kita lakukan. Kita kan manusia, Sampeyan bukan robot. to?” “Ya jelas to Pak. Tapi, sejak kecil aku memang diajarkan untuk melakukan salat, ya karena itu perintah yang ditulis di Al-Quran!” Kuncoro mulai menggunakan nada tinggi dalam menjawab. Pak

Kuncoro mengatur napas yang mulai tidak terkendali temponya. Kedua telinganya memerah ditampar pertanyaan-pertanyaan Pak Satirman. Pantat ditahannya dengan kuat agar tidak terlepas dari kursi. Wajahnya merah padam namun tetap ditahan. Dia tak ingin perbincagan itu merusak silaturahmi mereka. “Aku sudah lupa, tapi sekitar umur 13 aku tak perlu lagi disuruh untuk makan,” “Kenapa kamu mau makan tanpa harus disuruh?” “Kalau tidak makan, bisa mati lemas aku, Pak.”

“Ya karena itu adalah kewajibanku sebagai seorang muslim to Pak. Untuk apa hal itu ditanyakan?” “Apakah hanya sebatas itu? Bagaimana jika kamu tidak melaksanakannya?” “Sudah jelas to Pak, aku bisa masuk neraka nanti,” “Bagaimana jika salat tidak diwajibkan, sehingga kamu tidak akan masuk neraka jika tidak melaksanakannya?” “Kenapa Sampean tanya seperti itu? Memangnya Sampean tidak salat?” Kuncoro mulai bingung dan tidak nyaman di kursi kayunya. “Aku salat, Kun. Aku kan hanya bertanya pendapatmu.” Obrolan mereka berlanjut, namun Kuncoro masih belum dapat menjawab pertanyaan tentang alasan dia salat. Dia hanya terus

“Baiklah, apa itu?” Kuncoro mengatur napas untuk menenangkan diri. Ditatanya tiap kata yang masih berkeliaran di pikiran agar tak lagi menimbulkan kebingungan bagi dirinya sendiri. Setelah cukup mental dia kumpulkan, mulailah dia mengeluarkan hasil renungannya. “Aku melakukan salat sebagai tanda terima kasihku kepada Tuhan karena telah memberiku segalanya, meskipun jika dibandingkan, apa yang aku lakukan tidak akan cukup,” Kuncoro menjawab pertanyaan Pak Satirman dengan tenang. Pak Satirman hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Tidak langsung menjawab, dia kemudian menuangkan teh ke gelasnya yang telah kosong.

Pak Satirman mengawali obrolan dengan pertanyaan sederhana, “Sudah isya, Kun?” Kuncoro pun menjawab tanpa berpikir tentang pertanyaan itu. Tak pernah dia duga, jawaban itu menjadi sebuah pemantik atas kebingungannya sampai detik ini. “Kenapa kamu salat?” pertanyaan kedua Pak Satirman.

jawaban untuk pertanyaanmu, Pak.”

“Jadi itu jawabanmu?” tanya Pak Satirman. “Iya Pak,” “Baguslah jika akhirnya kamu memiliki jawabanmu sendiri,” Satirman diam sejenak. Secara bertahap Kuncoro digiring untuk berpikir secara logis tentang apa yang dilakukannya. Cukup lama mereka beradu gagasan tentang salat. Namun, tetap saja tidak ada yang mau mengalah dalam obrolan tersebut. Perbedaan tingkat pengetahuan dan pengalaman membuat pembahasan menjadi sulit, selain itu pola berpikir yang digunakan pun bebeda. Pak Satirman mencoba menuntun Kuncoro dengan sudut pandang lain. “Dulu kamu disuruh makan tidak saat kecil?” “Iya, ibuku selalu marah ketika aku tidak mau makan,” “Sampai umur berapa kamu perlu disuruh untuk mau makan?” “Kenapa malah bertanya seperti itu? Ibuku sudah tidak ada!” “Itu dijawab dulu, Kun”

“Nah, pikirkanlah apa yang baru saja kamu katakan itu”. Kuncoro tak begitu mengerti dengan ucapan Pak Satirman. Malam itu satu bungkus rokok habis dilahap kebingungan. Cerek teh yang telah kosong juga menjadi saksi atas sebuah diskusi yang belum mendapat hasil akhir. Baik Kuncoro maupun Pak Satirman masih kokoh dengan pendapatnya masingmasing. Lewat tengah malam, Pak Satirman pamit untuk pulang karena kantuk mulai menghinggapinya. Kuncoro yang masih tidak terima dengan pemikiran Pak Satirman yang seolah-olah meragukan firman Tuhan berusaha agar obrolan malam itu tetap berlanjut sampai dia merasa menang atau setidaknya kebingungannya terjawab. Namun, Pak Kuncoro yang merasa tidak terlalu terbebani memilih untuk pamit. *** “Sepertinya aku telah mendapat

Kuncoro menghela napas. Terlihat air mukanya kembali segar setelah mendengar jawaban dari Pak Satirman. Tali yang mengikat kuat kepalanya sejak tadi malam se­ perti telah terlepas, kemudian lenyap. Angin segar yang sejak tadi berhembus, kembali dapat dira­ sakan oleh tiap rambut di kulitnya. Pak Satirman pun masih duduk san­tai dan menikmati tiap asap yang mengisi paru-parunya. Selang be­berapa saat dia kembali bertanya. “Lalu, seperti apa salatmu?” “Salat biasa, dimulai dengan niat, kemudian takbiratul ikhram, diakhiri salam,” “Apakah salat harus dilaksanakan dengan fisik seperti itu? Bukankah salat adalah doa?” Kuncoro kembali menuangkan teh ke dalam gelas dan menyalakan rokok kreteknya yang kesekian. Yogyakarta, Oktober 2016 P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 7 41


PUISI TEMBANG G E G U R I TA N

Tentang Mati Oleh KHANSA NABILAH*

Bahkan yang pulang akan kembali, Yang berpulang telah kembali. Diredam semua kesunyian itu dengan tangis, Gelak tawa yang tersisih pada kemungkinan. Pada kepercayaan itu pula, Disisihkan sedikit hati untuk gembira dan sedih, Sisanya adalah keikhlasan. Itu hanya kemungkinan. Rimbunan pertanyaan tak kunjung terjawab: untuk apa mati? Dimana aku akan tinggal? Jiwa penasaran tak kunjung pergi Akibat dari aib sanak: Doa terucap tanpa keihklasan Yang ada merampas warisan Berwadah kemununafikan duniawi. Yogyakarta, 7 Desember 2016 PUISI UNTUK ALMARHUM

Ibu Oleh RIZKI AGENG MARDIKAWATI*

Ziarah Oleh FANNY ARIEF PRASETYA*

Orang-orang jadi malas bekerja Duduk di beranda depan rumah Berdentum bersama waktu. Sambil memandangi bocah-bocah, yang jatuh hati pada luka bekas jatuh dari sepeda. Orang-orang jadi rajin berdoa Menghidupkan yang tiada Meniadakan yang ada. Mereka sedang mengenang sejarah, Dan ziarahlah mereka: Pada cinta yang mati Pada mimpi yang tewas mengenaskan Pada uang yang tertelan Pada kerugian Pada gelak tawa kerakusan. Hingga mereka jadi tempat ziarah. Yogyakarta, 6 Februari 2017 * KHANSA NABILAH Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Bahasa dan Seni , UNY

42 P E WA R A D I N A M I K A M E I 2 0 1 7

Cintamu penuh Sayangmu gemuruh Namun, baktiku masih rapuh Prioritasku masih keruh. Di waktu-waktu luruh, Kini aku terdiam dan bersimpuh. Berharap ampunanNya padaku, lebih dari jutaan ruh-ruh Lalu aku bisa kembali, Memelukmu, Berlutut dihadapmu, Dengan segenap sungguh. Ibuk, Doakan anakmu. Kan kuterjang badai, Kan kuarungi samudera luas Kan ku lewati batu, koral, kerikil, bahkan pasir di tepian. Esok, semoga senyum kita saling berpadu, Di daerah kuasaNya, Dimana buah-buah manis bebas dipetik, Lalu kita bercengkerama bahagia, Duduk di atas dipan-dipan cahaya. Bilik kelas Proposal Tesis, 17 April 2017 RIZKI AGENG MARDIKAWATI * Mahasiswa Pendidikan Fisika Pascasarjana, UNY


PERGANTIAN REKTOR UNY

Terimakasih Rochmat Wahab Selamat bertugas Sutrisna Wibawa

ROCHMAT WAHAB

SUTRISNA WIBAWA

WARDAN SUYANTO

MARGANA

PERGANTIAN WAKIL REKTOR I UNY Terimakasih Wardan Suyanto Selamat bertugas Margana


W W W . U N Y . A C . I D


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.