K O N S E R V A S I A R S I T E KT U R
Konservasi adalah upaya untuk melestarikan, melindungi serta memanfaatkan sumber daya suatu
tempat, seperti gedung-gedungtua yang memiliki arti sejarah atau budaya, kawasan dengan kepadatan pendudukan yang ideal, cagar budaya, hutan lindung dan sebagainya. Berarti, konservasi jugamerupakan upaya preservasi dengan
tetap memanfaatkan kegunaan dari suatu
sepertikegiataan asalnya atau bagi kegiatan yang sama sekali baru sehingga dapatmembiayai sendiri kelangsungan eksistensinya (Danisworo, 1995)
Sementara itu, Piagam Burra menyatakan bahwa pengertian konservasi dapatmeliputi seluruh kegiatan pemeliharaan dan sesuai dengan situasi dan kondisi setempat. Oleh karena itu, kegiatan konservasi dapat pula mencakupi ruang lingkup preservasi, restorasi, rekonstruksi, adaptasi, dan revitalisasi (Marquis-Kyle & Walker,1996; Alvares,2006).
Konservasi arsitektur merupakan suatu upaya untuk melestarikan bangunan dan lingkungan, mengatur penggunaan serta arah perkembangannya sesuai kebutuhan saat ini dan masa mendatang sedemikian rupa sehingga makna kulturalnya akan tetap terjaga (Budihardjo, 1989).
Memperkaya pengalaman visual
Memberi suasana permanen yang
menyegarkan
Memberi kemanan psikologis
Mewariskan arsitektur
Aset komersial dalam kegiatan wisata internasional
Lingkup Kegiatan Konservasi Arsitektur Skala atau lingkup konservasi dapat meliputi:
Suatu kota atau desa secara keseluruhan (historic town or village) misalnya desa adat Tenganan di Bali, Kampung Naga
Suatu daerah bagian kota (historic town distric) misalnya Kota Lama Semarang, Kompleks Keraton
Yogyakarta dan Kraton Surakarta
Bangunan atau karya arsitektur tunggal, misalnya Lawang Sewu dan mesjid Kauman
Rumah Museum (house Museum) rumah yang mempunyai sebuah sejarah baik historis namun fungsi
tidak lagi sebagai rumah tetapi
menjadi sebuah museum misalnya
Rumah George Washington, Rumah
Rengas Dengklok, Rumah Bung Karno di Peganggsaan Timur Jakarta.
Ruang Historic (Historic Room) sebuah
ruang yang mempunyai nilai sejarah
misalnya Surennder Room, ruang tempat jenderal jepang menyerah pada sekutu.
Mengembalikan wajah dari obyek pelestarian.
Memanfaatkan obyek pelestarian
untuk menunjang kehidupan masa kini
Mengarahkan perkembangan masa kini yang diselaraskan dengan
perencanaan masa lalu, tercermin dalam obyek pelestarian
Menampilkan sejarah pertumbuhan
lingkungan kota, dalam wujud fisik
tiga dimensi Lingkup Kegiatan
KONSERVASI DAN LINGKUNGAN
Prinsip-prinsip konservasi bangunan dan lingkungan : 1. 2
Tujuan akhir konservasi adalah mempertahankan „cultural significance‟ (nilai estetika, sejarah, ilmu pengetahuan dan sosial) sebuah “place‟ dan mencakup faktor pengamanan, pemeliharaan dan nasibnya di masa mendatang.
Konservasi didasarkan pada rasa penghargaan terhadap kondisi awal material fisik dan sebaiknya dengan intervensi sesedikit mungkin. Penelusuran penambahan-penambahan, perbaikan serta perlakuan sebelumnya terhadap material fisik sebuah “place‟
3. Konservasi sebaiknya melibatkan semua disiplin ilmu merupakan bukti-bukti sejarah dan penggunaannya.
yang dapat memberikan kontribusi terhadap studi dan penyelamatan “place‟ .
4. Konservasi sebuah “place‟ harus mempertimbangkan seluruh aspek “signifikansi kultural‟ tanpa mengutamakan pada salah satu aspek
5. Konservasi harus dilakukan dengan melalui penyelidikan yang seksama yang diakhiri dengan laporan yang memuat “signifikansi kultural‟ yang merupakan prasyarat penting untuk menetapkan kebijakan konservasi.
6 Kebijakan konservasi akan menentukan kegunaan apa yang paling tepat.
7 Konservasi membutuhkan pemeliharaan yang layak terhadap “visual setting", misalnya bentuk, skala, warna, tekstur dan material. Pembangunan, maupun perubahan baru yang merusak “setting‟ , tidak diperbolehkan. Pembangunan baru, termasuk penyisipan dan penambahan
bisa diterima, dengan syarat tidak mengurangi atau merusak tempat-tempat yang memiliki signifikansi cultural tersebut
8. Sebuah bangunan atau sebuah karya sebaiknya dibiarkan di lokasi bersejarahnya.
Pemindahan seluruh maupun sebagian bangunan atau sebuah karya, tidak dapat diterima kecuali hal ini merupakan satu-satunya cara yang dapat dilakukan untuk menyelamatkannya.
9 Pemindahan isi yang membentuk bagian dari signifikasi cultural dari sebuah tempat pada dasarnya tidak dapat diterima (Burra Charter, 2003).
PERAN SERTA DALAM KONSERVASI
Peran arsitek dalam konservasi
terbagi menjadi dua, yakni di lingkup internal dan eksternal
1. Lingkup internal
Lingkup internal bertendensi pada
prinsip serta gerakan seorang
arsitek. Arsitek wajib meningkatkan
kesadaran agar lebih mencintai
dan mau ikut memelihara warisan
budaya Untuk itu, mereka bisa
meneliti dan mendokumentasikan
kawasan bangunan yang dirasa
perlu dilestarikan Bagi yang ingin
berkecimpung lebih jauh dapat
mendalami serta meningkatkan
penguasaan teknis terkait
pemugarankawasan, khususnya
teknik adaptive reuse.
2. Lingkup eksternal
Dalam lingkup eksternal arsitek
dapat bersinergi dengan pihak
yang memiliki kuasa untuk kawasan
bangunan tersebut, seperti
pemerintah daerah Arsitek bisa
memberi pemerintah saran tentang
kawasan bangunan yang butuh
dilestarikan, bahkan bila perlu
membantu menentukan nilai atau
fungsi seputar hal itu Arsitek pun
bisa membantu pemerintah
daerahmenyusun Rencana Tata
Ruanguntuk pengembangan
kawasan yang dilindungi. Apabila
proyek pemugaran sukses, keyakinan para pengembang akan
tumbuh supaya tetap
mempertahankan identitas tetapi
bisa memperoleh keuntungan.
Aspek Konservasi
1.
2
Aspek Perlindungan
Aspek Pengawetan
3. Kriteria Konservasi
Aspek Pemanfaatan
a. Kriteria Ekologi
Keanekaragaman, varietas atau kekayaan (richness) ekosistem, habitat, komunitas dan spesies
Alamiah, yaitu ketidakadaan gangguan atau perusakan.
Ketergantungan, yaitu tingkatan yang mana suatu spesies tergantung pada daerah yang ditempati, atau tingkatan yang mana suatu ekosistem tergantung pada proses ekologis yang
terjadi di daerah tersebut.
Perwakilan (Representative ness), tingkatan
kerusakan oleh peristiwa alam atau aktivitas manusia.
b Kriteria Sosial
Penerimaan masyarakat, yaitu tingkat
dukungan masyarakat lokal
Kesehatan masyarakat, yaitu tingkat
kebersihan kawasan konservasi laut dari pencemaran atau penyakit pada manusia.
Rekreasi, yaitu tingkatan yang mana area bisa digunakan untuk rekreasi
oleh masyarakat sekitar
Budaya, yaitu nilai-nilai agama, sejarah, artistik atau nilainilai lainnya di lokasi
Estetika, yaitu panorama laut,
daratan, atau
lainnya.
Konflik
ASPEK,KRITERIA, DANPRINSIP
yang mana suatu daerah mewakili suatu tipe habitat, proses ekologis, komunitas biologis, kondisi fisiografis atau karakteristik alam lainnya. Keunikan, sebagai contoh adalah habitat dari spesies langka yang terdapat hanya di satu daerah.
lntegritas, yaitu tingkatan yang mana suatu daerah merupakan suatu unit yang berfungsi atau efektif, mampu melestarikan ekologis sendiri.
Produktivitas, yaitu tingkatan yang mana proses produksi di dalam area menyumbangkan keuntungankeuntungan kepada spesies atau manusia.
Kerentanan (Vulnerability), yaitu kerentanan daerah terhadap
kepentingan, daerah lindung
akan
memengaruhi
kegiatan
masyarakat
lokal
Penyelamatan, yaitu terkait pada
tingkat kebahayaan terhadap manusia dari arus deras, ombak, rintangan/halangan dari dasar laut, gelombang dan bahayabahaya lain.
Kemudahan, kemudahan yang dimaksud di sini adalah kemudahan lokasi untuk dijangkau baik melalui darat maupun laut oleh para pengunjung, mahasiswa, peneliti dan nelayan.
Penelitian dan pendidikan, terkait dengan kualitas pemanfaatan, yaitu area yang mempunyai berbagai sifat ekologis dapat dimanfaatkan untuk
penelitian dan praktek kerja lapangan.
Ko n s e r v a s i
Kesadaran masyarakat, yaitu tingkatan yang terkait pada pemantauan, penelitian, pendidikan atau pelatihan di dalam area, yang dapat memberikan pengetahuan dan apresiasi nilai lingkungan dan tujuan konservasi
Konflik dan kesesuaian, yaitu tingkatan yang terkait dengan manfaat area dalam membantu memecahkan konflik
antara nilai-nilai sumberdaya dan aktivitas-aktivitas manusia, atau tingkatan yang sesuai atau cocok di antara keduanya
Petunjuk (Benchmark), tingkatan yang mana area dapat dijadikan sebagai "lokasi kontrol" untuk penelitian ilmiah.
d. Kriteria PragmatikUrgensi, yaitu tingkatan dimana suatu tindakan harus segera dilakukan, nilai yang kurang penting pada suatu area harus ditransfer atau dibuang
Ukuran, yang mana dan berapa macam habitat harus dimasukkan ke dalam daerah perlindungan.
Tingkat Ancaman, keberadaan dari potensi ancaman dari eksploitasi langsung dan proyek pembangunan. Keefektifan, yaitu kelayakan implementasi program pengelolaan.
Peluang, tingkatan dimana kondisi yang telah ada atau kegiatan yang sedang berlangsung, mungkin akan mengalami aksi di kemudian hari.
Kepentingan untuk spesies, tingkatan yang terkait pada nilai penting spesies-spesies komersial tertentu yang ada di suatu area
Kepentingan untuk perikanan, tergantung pada jumlah nelayan dan ukuran hasil perikanan
Ancaman alam, yaitu perubahan
lingkungan yang mengancam nilai secara keseluruhan bagi manusia.
Keuntungan ekonomi, upaya perlindungan akan mempengaruhi ekonomi lokal jangka panjang.
Pariwisata, yaitu nilai potensi daerah yang ada saat ini untuk pengembangan pariwisata
Kriteria Regional
Pengaruh wilayah, tingkatan yang
mana daerah mewakili sifatsifat suatu
wilayah, baik kondisi alam, proses
ekologis atau lokasi budaya
Pengaruh subwilayah, tingkatan yang
mana suatu daerah mengisi gap dalam jaringan daerah-daerah
lindung dari perspektif subwilayah
Ketersediaan (Availability), tingkatan mengenai ketersediaan daerah untuk dapat dikelola secara memuaskan.
Pemulihan, tingkatan dimana daerah mungkin dikembalikan ke kondisi alam semula
Prinsip Konservasi
Prinsip konservasi yaitu perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan secara lestari serta menyerasikan keterpaduan antara aspek ekonomi, ekologi dan lingkungan
c. Kriteria EkonomiMETODE ATAU JENIS
TINDAKAN KONSERVASI
Menurut (Marquis-Kyle dan Walker, 1996; Al vares, 2006), konservasi dibagi menjadi
beberapa jenis, yaitu:
Preservasi
Preservasi adalah mempertahankan (melestarikan) yang telah dibangun disuatu
tempat dalam keadaan aslinya tanpa ada perubahan dan mencegah penghancuran
Restorasi
Restorasi adalah pengembalian yang telah dibangun disuatu tempat ke kondisi semula yang diketahui, dengan menghilangkan
tambahan atau membangun kembali
komponen-komponen semula tanpa
menggunakan bahan baru
Rekontruksi
Rekontruksi adalah membangun kembali
suatu tempat sesuai mungkin dengan
kondisi semula yang diketahui dan diperbedakan dengan menggunakan bahan
baru atau lama.
Adaptasi
Adaptasi adalah merubah suatu tempat
sesuai dengan penggunaan yang dapat
digabungkan
Revitalisasi
Revitalisasi adalah kegiatan
pengembangan yang ditujukan untuk menumbuhkan kembali nilai-nilai penting cagar budaya dengan penyesuaian fungsi ruang baru yang tidak bertentangan dengan prinsip pelestarian dan nilai budaya masyarakat.
BUDAYA CAGAR
Bangunan Cagar Budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang berdinding dan/atau tidak berdinding, dan beratap. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 Cagar Budaya merupakan warisan budaya bersifat kebendaan yang berupa :
1) Benda Benda Cagar Budaya adalah benda alam dan/atau benda buatan manusia, baik bergerak maupun tidak bergerak, berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagiannya, atau sisa-sisanya yang memiliki hubungan erat dengan kebudayaan dan sejarah perkembangan manusia.
2) Struktur Struktur Cagar Budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam dan/atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang kegiatan yang menyatu dengan alam, sarana, dan prasarana untuk menampung kebutuhan manusia.
3) Bangunan Bangunan Cagar Budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang berdinding dan/atau tidak berdinding, dan beratap
4) Situs Situs Cagar Budaya adalah lokasi yang berada di darat dan/atau di air yang mengandung Benda Cagar Budaya.
5) Kawasan Kawasan Cagar Budaya adalah satuan ruang geografis yang memiliki dua Situs Cagar Budaya atau lebih yang letaknya berdekatan dan/atau memperlihatkan ciri tata ruang yang khas.
Peraturan Terkait Bangunan Cagar Budaya
1) Pasal 17 ayat (3) Undang - Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2) Undang - Undang Nomor 39 Tahun 2008
tentang Kementerian Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4916);
3) Undang - Undang Nomor 11 Tahun 2010
tentang Cagar Budaya (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5168);
4) Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2021 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2002
tentang Bangunan Gedung (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2021
Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6628);
5) Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2020 tentang Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2020
Nomor 40);
6) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 13 Tahun 2020
tentang Organisasi dan Tata kerja
Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 473);
Gereja Blenduk Semarang merupakan
Gereja yang dibangun pada 1753 ini
merupakan salah satu bangunan cagar
budaya di Kota Semarang Berbeda dari
bangunan lain di Kota Lama yang pada
umumnya memagari jalan dan tidak
menonjolkan bentuk, gedung yang
bergaya Neo-Klasik ini justru tampil
kontras. Bentuknya lebih menonjol . Lokasi
bangunan ini berada di Jalan Letjend
Suprapto No 32 Kota Lama Semarang dan
bernama Gereja GPIB Immanuel.
Bangunan gereja yang sekarang
merupakan bangunan setangkup dengan
facade tunggal yang secara vertikal
terbagi atas tiga bagian. Jumlah lantainya
adalah dua buah. Bangunan ini
menghadap ke Selatan Gereja ini masih
dipergunakan untuk peribadatan setiap
hari Minggu Gereja Protestan yang lazim
disebut Gereja Blenduk nama ini diberikan
merunut pada bentuk kubahnya yang
dalam bahasa Jawa disebut Blenduk (menggembung), sampai sekarang nama asli gereja ini tidak diketahui Mula mula
Gereja di bangun pada tahun 1753, berbentuk rumah panggung Jawa, dengan atap berarsitektur model Jawa. Pada
tahun 1787 rumah panggung ini dirombak
total. Tujuh tahun berikutnya diadakan kembali perubahan. Pada tahun 1894, gedung ini dibangun kembali oleh H P A
de Wilde dan W.Westmas. Gereja ini
dibangun pada abad ke-17 dan telah
mengalami 3 kali renovasi, yaitu pada
tahun 1753, 1894 dan terakhir tahun 2003.
GEREJA BLENDUK
GEDUNG MONOD
Gedung Monod Diephuis merupakan
bangunan sejarah peninggalan masa
kolonial belanda Sejak Zaman Kolonial
Belanda, gedung megah ini merupakan
milik Raja Gula Oei Tiong Ham. Meskipun sempat terbengkalai selama 3 tahun, saat ini telah di hidupkan kembali oleh
pemerintah Kota Semarang Dengan
mengaktifkan kembali, gedung ini berfungsi sebagai tempat berbagai kegiatan kesenian dan kebudayaan, serta pengambilan gambar film layar lebar.
Gedung Monod ini terletak di Jalan
Kepodang kawasan Kota Lama Semarang, kawasan ini sekarang sudah Ramai
wisatawan. Pemilik gedung Monod
Diephuis, Agus S Winarto menjelaskan
bahwa sebelum adanya Revitalisasi
Bangunan ini, tahun 1921 Gedung Monod ini di dirikan dengan kondisi yang memperihatinkan, Sebab banyak yang harus di perbaiki antara lain Jendela yang
ada banyak yang hilang, Perabotan Rusak akibat faktor usia, dan sebagainya. Masuk ke dalam Ruangan nya saja seperti
Meskipun terdapat beberapa kendala
dalam revitalisasi Dengan di gunakan nya
Gedung Monod sebagai pusat berbagai
kegiatan kesenian dan kebudayaan, Pengelola mengajak kepada komunitas
budaya Kota Semarang untuk dapat memanfaatkan dan menggunakan gedung
tersebut. Setiap hari Sabtu dan Minggu, Para Remaja yang ada di sana melakukan kegiatan latihan wayang kulit.
Selain itu, hal yang menarik dari Gedung
Monod ialah pernah di gunakan untuk proses Pembuatan film “Wage”, film ini menceritakan tentang sosok W R
Supratman. Agus Winarto memiliki cita
cita agar bangunan sejarah di Kota Lama
Semarang memiliki beragam kegiatan budaya, sehingga membuat para wisatawan datang kesini untuk belajar kesenian daerah.
Masjid Layur merupakan salah satu bangunan kuno berupa masjid tua di kota
Semarang ini disebut pula Masjid Menara
Kampung Melayu Lokasi Majid Layur berada di Jl. Layur, Dadapsari, Kec.
Semarang Utara, Kota Semarang, Jawa
Tengah Bangunan masjid sendiri tidak bergaya Arab, tetapi memiliki lebih banyak unsur lokal Lantai bangunan setangkup tersebut dinaikkan dan hanya dapat dicapai dengan tangga yang terdapat pada sisi muka. Walaupun sudah dimakan usia namun masjid ini masih kokoh dan masih digunakan oleh masyarakat sekitar untuk beribadah. Sampai sekarang masjid ini masih terus dirawat oleh yayasan masjid setempat sebagai upaya pelestarian sejarah dan sebagai masjid tua kebanggaan Kota Semarang. Secara menyeluruh Masjid Layur masih asli seperti pertama kali dibuat, hanya ada sedikit perbaikan seperti penggantian genteng dan penambahan ruang untuk pengelola pada sisi kanan kompleks masjid.
MAS JID LA YUR
Dinamakan Kampung Melayu karena sudah merupakan tempat hunian pada tahun 1743 yang sebagian besar orang yang mendiami kawasan tersebut adalah orang melayu. Pada masa tersebut di kampung ini terdapat tempat untuk mendarat kapal dan perahu yang membawa barang dagangan. Lokasinya yang sangat strategis mengundang orang untuk berdiam disitu pula. Dicatat bahwa orang-orang dari Arab kemudian menempati kampung tersebut. Pada masa itulah kiranya masjid yang telah ada dikembangkan lagi dan memperoleh pengaruh yang dapat dilihat sekarang. Berpengaruhnya orang Arab di situ
diperkuat oleh catatan Liem (1930) yang menyebutkan bahwa usaha pendirian klenteng oleh masyarakat Cina yang tidak begitu banyak jumlahnya di kampung
tersebut ditentang habis-habisan oleh
penduduk keturunan Arab pada tahun 1900 Penambahan menara pada bagian depan masjid menyebabkan masjid juga terkenal dengan nama masjid menara.
BANGUNAN KOLONIAL k
Arsitektur kolonial merupakan arsitektur yang memadukan antara budaya Barat dan Timur Arsitektur ini hadir melalui karya arsitek Belanda dan diperuntukkan bagi bangsa Belanda yang tinggal di Indonesia, pada masa sebelum kemerdekaan. Arsitektur kolonial di Indonesia menurut Handinoto (2012) terbagi menjadi tiga yaitu;
1) Gaya Arsitektur Indische Empire style (Abad 18-19)
Menurut Handinoto(2008), gaya arsitektur ini diperkenalkan oleh Herman Willen Daendels saat bertugas sebagai Gubernur Jendral Hindia Belanda (1808- 1811). Indische Empire Style (gaya Imperial) merupakan gaya arsitektur yang berkembang pada pertengahan abad ke18 sampai akhir abad ke-19 Gaya arsitektur ini dimulai pada daerah pinggiran kota Batavia (Jakarta), munculnya gaya tersebut akibat dari suatu kebudayaan di Belanda yang bercampur dengan kebudayaan Indonesia dan sedikit kebudayaan China. Milano dalam Handinoto (2012) mengungkapkan ciri-ciri arsitektur Indische Empire antara lain:
a. Denahnya berbentuk simetris penuh, ditengah terdapat “central room ” yang terdiri dari kamar tidur utama dan kamar tidur lainnya Central room tersebut berhubungan langsung dengan teras depan dan teras belakang (voor galerij dan achter galerij).
b. Teras biasanya sangat luas dan diujungnya terdapat barisan kolom yang bergaya Yunani (Doric, Ionic, Corinthian).
c. Dapur, kamar mandi/WC, gudang dan daerah service lainnya merupakan bagian
yang terpisah dari bangunan utama dan letaknya ada dibagian belakang d Terkadang disamping bangunan utama terdapat paviliun yang digunakan sebagai kamar tidur tamu
2) Gaya Arsitektur Transisi (1890-1915)
Menurut Handinoto (2012), arsitektur transisi di Indonesia berlangsung sangat ingkat yaitu pada akhir abad 19 sampai awal abad 20 antara tahun 1890 sampai 1915.
b. Gevel-gevel pada arsitektur Belanda
yang terletak ditepi sungai muncul kembali, penambahan kesan romantis pada tampak dan membuat menara (tower) pada pintu masuk utama, seperti yang terdapat pada banyak gereja Calvinist di Belanda.
c Bentuk atap pelana dan perisai dengan
penutup genting masih banyak dipakai dan memakai konstruksi tambahan sebagai ventilasi pada atap (dormer).
Peralihan dari abad 19 ke abad 20 di Hindia
Belanda dipenuhi oleh perubahan dalam
masyarakatnya dikarenakan modernisasi
pada penemuan baru dalam bidang
teknologi dan kebijakan politik pemerintah
kolonial Ciri-ciri arsitektur transisi menurut
Handinoto (2012), antara lain:
a Denah masih mengikuti gaya Indische
Empire, simetri penuh, pemakaian teras
keliling dan menghilangkan kolom gaya
Empire, simetri penuh, pemakaian teras
keliling dan menghilangkan kolom gaya
Yunani pada tampaknya
3) Gaya Arsitektur Kolonial Modern (1915- 1940) Menurut Handinoto (1993), arsitektur modern merupakan sebuah
protes yang dilontarkan oleh arsitek
Belanda setelah tahun 1900 atas gaya
Empire Style. Arsitek Belanda yang
berpendidikan akademis mulai
berdatangan ke Hindia Belanda, mereka
mendapatkan suatu gaya arsitektur yang
cukup asing, karena gaya arsitektur
Empire Style yang berkembang di Perancis tidak mendapatkan sambutan di Belanda.
BANGUNAN KOLONIAL
Kota Semarang
GEREJA ST. YUSUF
Gereja St. Yusuf yang dibangun antara 1870 – 1875 ini terdiri atas bangunan-bangunan
Gereja, Pastoran dan gedung pertemuan. Gereja Katolik pertama di Semarang ini terletak disisi Timur Jl Ronggowarsito, sehingga bangunannya menghadap ke
Barat Ciri yang mencolok dari bangunan ini ialah bangunan bahan bata klinker. Bagian
Tengah bangunan menjulang tinggi dengan jendela yang membentuk busur yang meruncing ke arah puncak dan ruang altaran yang terletak di sebelah Timur dengan jendela kaca berbingkai timah berwarna-warni merupakan ciri gothik yang nyata. Sebagian dinding diplester dan di cat, sedangkan sebagian yang lain menonjolkan susunan bata. Bagian kaki dinding dilapisi dengan lempeng batu berwarna abu-abu Setiap kolom bangunan dipertegas dengan pembedahan bata. Bentuk atapnya pelana dan ditutup dengan sirap. Pada bagian pintu masuk dibuat
semacam menara dengan jendela kecilkecil. Pintu masuk yang mempunyai ambang
atas yang dasar, dibingkai oleh busur dengan ujung meruncing ke atas
JEMBATAN BEROK
Jembatan Berok berlokasi di Jl. Imam Bonjol, Dadapsari, Kec Semarang Utara, Kota
Semarang, Jawa Tengah. Pada masa lalu merupakan penghubung utama masyarakat yang tinggal di Kota Lama dengan kawasan
luar. Dulu kawasan Kota Lama dipagari
benteng berbentuk segilima yang pada zamannya dikenal dengan sebutan Benteng
Vijfhoek dan hanya melalui Jembatan
Mberok itulah akses keluar dan masuknya.
Jembatan Mberok juga merepresentasikan
simbol pembatasan antara golongan kaya
kolonialis Belanda dengan pribumi miskin.
Jembatan ini dibuat sekitar 1705 dan masyarakat biasa pada waktu itu hanya bisa memandang dari kejauhan kawasan
elit Kota Lama yang dulunya merupakan kawasan perkantoran, perumahan elit, dan pusat perdagangan orang Eropa (Belanda).
Pada awalnya jembatan itu disebut “Brug”
yang dalam bahasa Belanda artinya jembatan. Karena sulit dilafalkan, orang Jawa kemudian menyebutnya “Berok” yang kemudian berkembang menjadi Mberok.
Nama asli jembatan Mberok dahulunya adalah Gouvernementsbrug diganti dengan Sociteisbrug.
PURI GEDEH
Rumah dinas dengan nama Puri Gedeh ini merupakan rumah dinas yang dulunya rumah
pribadi orang Belanda yang bernama Helly yang berlokasi di Jl Gubernur Budiono, Gajahmungkur, Kec. Gajahmungkur, Kota Semarang, Jawa
Tengah Rumah yang luas serta mewah tersebut dibangun sejak tahun 1925 yang diarsiteki oleh
T.TH. Van Oyen yang tertulis pada sebuah dinding di sudut rumah dinas tersebut Rumah
dinas yang sangat kental dengan gaya bangunan Belanda zaman dulu ini merupakan bangunan yang simetrin pada bangunan utamanya.
Gedung Peninggalan Belanda ini memiliki cerita unik dari sisi arsitektur bangunan nya. Puri Gedeh di bangun dengan luas lahan sebesar 400 meter
persegi Pada bagian Rumah Dinas Gubernur
Jawa Tengah ini terdapat 3 bagian Ruang, antara lain rumah induk untuk gubernur, sekretariat, kamar untuk ajudan, ruang staf dan tak lupa Ruang Tamu Gubernur yang menginap di sini. Koordinator Rumah Dinas Gubernur Jateng, Bima Sakti menjelaskan bahwa Sekarang ini Puri Gedeh merupakan tempat tinggal Gubernur
Jawa Tengah (Ganjar Pranowo) beserta keluarganya Ruang induk dari Puri Gedeh juga di lengkapi oleh beberapa fasilitas untuk membantu Gubernur dalam menjalankan pekerjaan nya
MUSEUM MANDALA BHAKTI
Museum Perjuangan Mandala Bhakti merupakan salah satu museum di Semarang yang menjadi tempat untuk mengenang dan menyimpan buktibukti sejarah perjuangan putra putri bangsa saat melawan para penjajah. Museum yang diresmikan pada tanggal 1 Maret 1985 oleh Mayor Jenderal Soegiarto ini didalamnya berisi berbagai senjata yang digunakan oleh para pahlawan saat menghadapi peperangan, mulai dari senjata tradisional seperti, keris, tombak, bambu runcing, dan busur, hingga senjata modern seperti, pistol (Luger, caliber, dsb), senjata pelontar, granat, senjata mesin berat, amunisi dan lain sebagainya yang dipajang dengan rapi di dalam etalase. Selain senjata, berbagai benda lainnya seperti, seragam yang digunakan oleh para TNI saat peperangan, kendaraan perang, data, dokumentasi perjuangan TNI, dan foto-foto pahlawan Indonesia Benda bersejarah ini diurutkan sesuai dengan peristiwa yang telah terjadi, salah satunya peristiwa Pertempuran Lima Hari di Semarang dan Gerakan 30 September Di dalam museum ini juga terdapat lukisan-lukisan
Pangeran Diponegoro yang menghiasi dinding sebagai bentuk penghormatan kepada Pangeran
Diponegoro yang dianggap telah menjadi panutan bagi para pahlawan dalam memperjuangkan Bangsa Indonesia. Lukisanlukisan ini menceritakan secara runtut kisah
Pangeran Diponegoro sejak bayi hingga dewasa, termasuk kisah perjuangan dan pengorbanannya saat melawan penjajah.
MUSEUM MANDALA BHAKTI
Museum Mandala
Bhakti sebenarnya
merupakan bangunan
yang sarat sejarah di
Kota Semarang
Awalnya bangunan ini merupakan Pengadilan
Tinggi Hindia Belanda
atau Raad Van Justise
yang berdiri pada
tahun 1906 silam.
Perancangnya adalah
arsitek I. Kuhr E. dari
Firma Ooiman dan Van Leeuwen. Pada masa
penjajahan Jepang, Jepang menang pada
perang pasifik 1942
gedung ini digunakan
sebagai markas polisi
militer Jepang atau Ken
Pei Tai. Pada tahun
1947 - 1949 terjadi
agresi militer Belanda I
dan II, gedung tersebut
direbut oleh Belanda
lalu dijadikan sebagai
markas pusat angkatan
darat. Pada tahun 1950
pada masa
kemerdekaan, gedung
ini diambil alih TNI dan
dijadikan Markas Divisi
II Jateng pimpinan
Kolonel Gatot Subroto Setelah itu, pada 1
Maret 1985, gedung ini dialih fungsikan sebagai museum.
Tahun 1985 – 1987
proses pemasukan barang ke gedung
Pada tahun 1987
gedung ini diresmikan dan dibuka untuk umum
sebagai museum
perjuangan mandala bhakti.
gedung ini dialih fungsikan sebagai
museum. Tahun 1985 –1987 proses pemasukan barang ke gedung.
Pada tahun 1987
gedung ini diresmikan dan dibuka untuk umum
sebagai museum
perjuangan mandala bhakti. Museum
Mandala Bhakti
memiliki fungsi sebagai
ikon sejarah di Kota
Semarang dan juga untuk menyimpan data, dokumentasi, persenjataan TNI baik yang tradisional hingga senjata yang modern Salah satunya
kendaraan tempur
bernama Canon 2 PDR
Nomor 1061, kaliber 37 milimeter, serta alatalat yang digunakan untuk mempertahankan
kemerdekaan Republik
Indonesia
ARSITEKTUR DAN POTENSI PADA MUSEUM MANDALA BHAKTI
Site pada gedung Museum
Mandala Bhakti tersedia
cukup luas sehingga dapat
dipergunakan untuk membangun area yang dapat menarik perhatian
masyarakat seperti food court yang sudah ter bangun pada saat ini di sekeliling belakang
Arsitektur pada kondisi
awal gedung Museum
Mandala Bhakti bergaya
arsitektur kolonial
Belanda Perancanganya
yaitu arsitek I. Kuhr E. dari
Firma Ooiman dan Van
Leeuwen. Gedung Museum
Mandala Bhakti memiliki
ciri khas arsitektur kolonial
Belanda. Museum Mandala
Bhakti memiliki bentuk
denah dan komposisi fasad
yang simetris Fasad
bangunan Museum
Mandala Bhakti terbagi
menjadi tiga
bagian, yaitu bidang
tengah yang menunjukkan letak pintu masuk dan bidang dinding di sisi
samping bangunan Pada
bidang tengah terdapat
teritisan yang melindungi dan memperjelas artikulasi
pintu masuk utama.
Material fasad bidang
tengah menggunakan batu alam dan kisi-kisi krawang (tingkat refleksi sedang).
Bidang samping terbagi
dengan simetris dan memiliki komposisi yang sama
bangunan Museum
Mandala Bhakti. Pada bangunan Museum
Mandala Bhakti yang terlah
terbangun saat ini memiliki tanaman dan pepohonan
yang cukup memberikan
rasa nyaman. Aksesbilitas
menuju Museum Mandala
Bhakti cukup mudah
karena adanya jalan raya
dan banyak angkutan
umum dari dan menuju
Museum Mandala Bhakti
sehingga memudahkan
masyarakat mencapai
Museum Mandala Bhakti
LOKASI Museum Mandala Bhakti
Museum Perjuangan Mandala
Bhakti atau lebih dikenal Museum
Mandala Bhakti merupakan museum perjuangan TNI yang terletak di
Jalan Mgr Soegijapranata No.1, Barusari, Kec. Semarang Selatan, Kota
Semarang
tepatnya berada di sebelah selatan kawasan Tugu Muda Semarang. Museum Mandala Bhakti berbatasan dengan bangunan-bangunan heritage lainnya, yaitu
sebelahutara
Wisma Perdamaian
Dahulu dikenal dengan nama De Vredestein yang artinya istana perdamaian Dinamakan begitu karena
Belanda merasa situasi kehidupan saat
itu terasa begitu damai Wisma perdamaian dulunya digunakan sebagai
rumah dinas petinggi VOC yang
menjabat sebagai Gouverneur van Java's Noord-Oostkust (Gubernur Jawa
Utara Bagian Pesisir Timur)
Sewu
sebelahtimur Lawang
Dahulu merupakan markas perusahaan kereta api kolonial Belanda atau Nederlandsch Indishe Spoorweg
Naatschappij (NIS) yang dirancang oleh Prof. Jakob F. Klinkhamer, arsitek asal Amsterdam. Dinamakan Lawang
Sewu karena pada bangunan tersebut memiliki banyak pintu, lawang artinya pintu dan sewu artinya seribu.
sebelahtimur
Gereja Katedral Santa Perawan Maria Ratu Rosaria Suci
Dahulu dikenal sebagai “Dienst voor Volkgezondheid” atau kantor Dinas
Kesehatan Belanda lalu dibeli oleh pengurus
Gereja untuk digunakan sebagai lokasi
Gereja stasi ketiga dan menjadi Katedral ketika Albertus Soegijapranata diangkat
sebagai vikaris apostolik pertama di Semarang. Bangunan ini diarsiteki oleh T.H. van Oyen dan Anemer Kleiverde
Tugu Muda Semarang
Tugu Muda Semarang merupakan monumen untuk mengenang jasa-jasa para pahlawan yang telah gugur dalam Pertempuran Lima Hari di Semarang. Desain tugu dikerjakan oleh Salim, sedangkan relief pada tugu dikerjakan oleh seniman Hendro
Selain berbatasan dengan bangunan-bangunan heritage, Museum Mandala Bhakti juga berbatasan dengan fasilitas pendidikan yaitu
sebelahselatan
Stikes Kesdam IV Diponegoro Semarang
Merupakan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Kesdam IV Diponegoro yang memiliki program studi Keperawatan D3 berakreditasi B
tindakan konservasi pada bangunan heritage?
Kawasan konservasi Kota Semarang berperan sebagai landmark Kota Semarang sekaligus ikut berperan dalam meningkatkan dan memperbaiki kondisi perekonomian Kota Semarang. Di samping itu, kawasan- kawasan tersebut menyimpan nilai historis Kota Semarang Masingmasing kota memiliki nilai historisnya yang harus dijaga, karena salah satu faktor yang membedakan antara kota yang satu dengan kota yang lainnya yaitu dilihat dari latar belakang historisnya.
Yang paling dikenal oleh masyarakat di luar Semarang dari beberapa bangunan cagar budaya yang berdiri gagah di kawasan Tugu Muda yaitu Lawang Sewu, padahal di sekelilingnya pun berdiri bangunan-bangunan cagar budaya lain seperti Wisma Perdamaian, Gereja Katedral, kompleks Balaikota Semarang, dan Museum Mandala Bhakti.
Awal mulanya Museum Mandala Bhakti merupakan bangunan yang pada masa kolonial digunakan sebagai gedung pengadilan tinggi Hindia Belanda atau Raad van Justitie Mulai tanggal 1 Maret 1985 setelah pemindahan markas besar ke gedung baru, bangunan ini dijadikan sebagai museum yang dibuka untuk umum.
Keberadaan Museum Mandala Bhakti masih terdengar asing untuk beberapa orang yang belum pernah mengunjungi Kota Semarang karena memang jika dibandingkan dengan Lawang Sewu, informasi-informasi yang bisa diakses secara online tentang Museum Mandala Bhakti tidak begitu banyak
Museum Mandala Bhakti termasuk ke dalam bangunan cagar budaya yang mana tentunya perlu dijaga keorisinilan desainnya dan dijaga kelestariannya jangan sampai bangunan heritage tersebut hilang dengan mudahnya. Oleh karena itu, dilakukanlah beberapa upaya kegiatan konservasi yang diterapkan pada bangunan Museum Mandala Bhakti Adapun upaya-upaya tersebut yaitu berupa preservasi untuk menjaga keorisinilan bentuk dan desain bangunan dan revitalisasi untuk menyelaraskan lingkungan objek konservasi dengan dinamika perkembangan kebutuhan hidup masyarakat di sekitarnya.
Museum Mandala Bhakti
REVITALISASI
BANGUNAN MUSEUM MANDALA BHAKTI
Fasad Bangunan?
Desain fasad bangunan masih sama
layaknya desain awal sebagai gedung
Raad van Jastitie Semarang. Hanya
terdapat sedikit perubahan pada
bagian tengah (pusat perhatian)
tampak depan bangunan. Desain asli
bagian tengah tampak depan
merupakan repetisi dari bagian
samping kanan dan kiri yaitu berupa
jajaran kolom-kolom namun dengan
penekanan ukuran yang lebih tinggi
daripada jajaran kolom-kolom di bagian sampingnya. Hal tersebut
merupakan sebuah prinsip dominasi
yang dilakukan untuk menekankan
atau menandakan jika bagian tengah
merupakan point of interest dan center dari bangunan tersebut
Saat ini, fasad bangunan di bagian point of interest
tersebut semakin ditonjolkan
unsur pembedanya dengan
bagian bangunan yang lain.
Visual dari jajaran kolom - kolom
yang tinggi dan lebih terbuka
berubah menjadi desain baru
t a l i s a s i f i s i k
repetisi kolom di sebelah kiri
Selain itu terdapat perubahan
bersifat non permanen yang juga berada di bagian tampak depan dari bangunan, pada salah satu bagian di samping point of interest, jajaran kolom-kolomnya ditutupi oleh elemen penutup ruang berwarna putih. Penutupan bukaan tersebut dilakukan untuk menyesuaikan kebutuhan bentuk ruang museum berupa sebuah ruang tertutup.
DETAIL FASAD
Museum Mandala Bhakti Setelah Revitalisasi
Tampilan fasad yang dapat dilihat saat ini, di bagian point of interest berupa dinding
masif dengan finishing batu alam dan
marmer yang juga dilengkapi dengan
elemen-elemen lain seperti hiasan
Pangeran Diponegoro yang berada di atas
kudanya, satu bintang di bagian tengah
atas, ukiran relief, dan susunan besar ventilasi
denah
Denah gedung Raan van Justitie hanya berupa bangunan yang di dalamnya terdapat beberapa ruangan berukuran besar. Bentuk antara denah desain asli dengan denah setelah direvitalisasi menjadi museum mengalami perubahan Namun, perubahan bentuk denah tersebut sifatnya tidak permanen. Dilakukan pembagian ruang-ruang yang ada menjadi beberapa bagian ruang lagi, serta dilakukan penyekatan ruang.
DENAH BANGUNAN
KETERANGAN
Lukisan 3D masa kecil Pangeran Diponegoro s d dewasa;
Lukisan 3D Gua Selarong;
Lukisan 3D Pangeran Diponegoro dan pasukannya;
Lukisan 3D perundingan dan
penangkapan Pangeran Diponegoro;
Lukisan 3D masa pembuangan
Pangeran Diponegoro;
Ruang Koleksi Pangeran Diponegoro;
Ruang Koleksi Pangeran Diponegoro;
Ruang Koleksi Pangeran Diponegoro;
Ruang Koleksi Pangeran Diponegoro;
Ruang Sewa pakaian;
Ruang Studio;
Ruang Pengambilan foto dan souvenir;
Ruang Sejarah berdirinya Kodam IV/Dip;
ukisan 3D masa pe angeran Diponegoro; uang Koleksi Pangeran Dip uang Koleksi Pangeran Dip uang Koleksi Pangeran Dip uang Koleksi Pangeran Dip uang Sewa pakaian; uang Studio; uang Pengambilan foto da uang Sejarah berdiriny /Dip;
Ruang Sejarah Kodam Semarang Yakso Katon G atu); uang Panji-panji; Ruang Pejabat Pangda IV/Dip;
Ruang Pengabdian Kodam
Ruang Pengabdian Kodam I
Ruang Kafe VVIP;
Ruang Pengabdian Kodam I
Ruang G30S / PKI;
Ruang Gamad, Komunikasi Perpustakaan;
Ruang Spuvenir/Kafe; Pintu keluar dan parkir.
Museum Mandala Bhakti
Desain eksterior museum Mandala Bhakti sangat kental dengan konsep bangunanbangunan konservasi arsitektur lainnya, yaitu memiliki nilai heritage tersendiri Dinding-dinding didominasi dengan cat berwarna putih. J a j a r a n K o l o m
pada dinding-dindingnya dan warna coklat yang berasal dari warna atap.
Layaknya bangunan-bangunan peninggalan masa kolon lainnya, desain Museum Mandala Bhakti tersusun at permainan pengulangan kolom-kolom dan jendela seca teratur. Sungguh desain yang sederhana, tidak rumit nam meninggalkan kesan estetika yang menakjubkan.
Sebelum revitalisasi
Dinding – dinding bagian awal lantai dua yang awal mulanya polos berwarna putih,
n t e r i o r
DESAIN
Desain interior disesuaikan dengan fungsinya saat ini yaitu sebagai gedung museum
Selarong Goa
Penciptaan dimensi ruang baru dengan konsep 3D goa Selarong.
Sedangkan interior di ruang lain tidak terdapat perubahan yang begitu mencolok. Seperti pada dasarnya sebuah ruangannya yang di dalamnya diletakkan beberapa benda-benda yang
memiliki kaitan dengan sejarah perkembangan TNI Angkatan Darat
Indonesia
REVITALISASI LINGKUNGAN
Area di sekitar bangunan
Museum Mandala Bhakti
yang awal mulanya hanya
berupa lahan kosong,
foodcourt
saat ini digunakan sebagai foodcourt yang di dalamnya terdapat beberapa tenant-tenant
terkenal. Meskipun jam operasional museum hanya
sampai jam 15.00 WIB, namun foodcourt yang ada di sekitarnya buka hingga jam 22 00 WIB
Pendirian bangunan baru
kebutuhan
Desain bangunan baru dibangun dengan konsep desain menyesuaikan terhadap desain bangunan
Museum Mandala Bhakti yang merupakan bangunan
cagar budaya bernilai sejarah
Starbuck dan café antarkata, keduanya memiliki bangunan
tersendiri yang terpisah dengan
tenant – tenant lain Meskipun
dibangun beberapa bangunan baru di sekitar bangunan Museum
Mandala Bhakti, namun kehadiran
bangunan baru tidak mengganggu
eksistensi bangunan Mandala Bhakti
sebagai fokus utamanya. Karena
secara skala, bangunan Museum
Mandala Bhakti memiliki skala ukuran
terbesar dan yang paling
mendominasi
Selain itu, terdapat perubahan pada bagian depan halaman Museum Mandala Bhakti. Namun, perubahan tersebut sangat disayangkan karena dinilai tidak memberikan dampak yang baik bagi Museum Mandala Bhakti. Bagian halaman depan museum yang awal mulanya merupakan taman-taman, saat ini berubah menjadi area parkir dengan perkerasan aspal. Perubahan alih fungsi tersebut dinilai tidak membawa ke dampak positif karena dengan dijadikannya lahan parkir, bagian depan museum selalu dipenuhi dengan kendaraan-kendaraan seperti mobil dan bus. Pemandangan tersebut tentunya mengganggu dan merusak citra bersih dan gagahnya bangunan Museum Mandala Bhakti.
detail Arsitektur
Museum Mandala Bhakti
Gedung museum Mandala
Bhakti awal mulanya merupakan gedung yang digunakan untuk kegiatan formal yaitu sebagai gedung pengadilan.
Salah satu skala yang digunakan untuk gedung-gedung formal yaitu menggunakan skala heroik/skala monumental. Jarak antara bidang lantai dan langit-lantai sangat tinggi.
Bahkan tinggi pintu yang terdapat pada bangunan ini cukup tinggi. Perbandingannya cukup jauh dari tinggi pintu pada umumnya.
Ornamen Bidang Datar
Ornamen yang ada pada
tampak bangunan terdiri dari
bentuk bidang datar khusunya
persegi panjang. Dimulai dari
bentuk jendela dengan
ventilasinya
D E T A I L ARSITEKTUR
Pada bagian ini dibuat semacam atap dak beton dengan bentuk sedemikian rupa yang memiliki fungsi sebagai estetika bangunan dan melindungi bukaan jendela dari cahaya langsung serta hujan.
Jendela pada bangunan ini berbentuk seperti jendela pada umumnya tapi memiliki ukuran yang cukup besar yang berfungsi sebagai bukaan sirkulasi udara.
Railing besi yang berfungsi sebagai partisi ini dibentuk lurus horizontal dikombinasi dengan bentuk seperti daun semanggi
Salah satu interior pada bangunan ini difinishing cat dengan suasana vintage kerajaan eropa masa kuno.
A n i m o masyarakat
Gedung yang terletak bersebrangan dengan
Lawang Sewu dan Tugu Muda ini dulunya
merupakan Gedung Pengadilan khusus bagi
orang-orang Eropa. Gedung peninggalan Pemerintah Hindia Belanda ini menyimpan benda bersejarah peninggalan perjuangan Bangsa Indonesia.
Ironisnya, Museum Mandala Bhakti kini mulai terpinggirkan. Banyak warga Kota Semarang, terkhusus generasi milenial yang lebih
mengenal citra Gedung Museum Mandala
Bhakti sebagai lokasi kuliner dibandingkan dengan tempat menyimpan benda-benda bersejarah.
Pada tahun 2019 lalu, pemerintah telah melakukan revitalisasi agar Museum Mandala Bhakti untuk menarik wisatawan Meskipun demikian, upaya ini tidak berjalan efektif. Kunjungan dari wisatawan masih terbilang minim.
Banyak warga yang memasuki kompleks
Museum Mandala Bhakti hanya untuk berburu kuliner atau sekedar nongkrong di kafe maupun restoran yang ada di sekitar museum
H a r a p a n setelah revitalisasi
Setelah dilakukannya Revitalisasi pada bangunan diharapkan Museum Mandala
Bhakti dapat menjadi destinasi wisata bukan hanya dipandang sebagai tempat untuk berburu kuliner saja
Museum Mandala Bhakti mempunyai potensi besar untuk dapat menjadi sebuah obyek wisata yang digemari masyarakat, melihat dari letaknya yang strategis yaitu di tengah kota, dekat dengan Tugu Muda dan Lawang
Sewu. Bila perlu dilakukan promosi-promosi kembali agar para pengunjung tertarik untuk datang mengunjungi museum.
Diharapkan juga bagi masyarakat dapat mengetahui dan memahami akan pentingnya sejarah kota Semarang dan pentingnya Museum Mandala Bhakti sebagai sarana dan prasarana untuk mengetahui sejarah kota Semarang.