Sejarah
Puro Mangkunegaran
Pesona
Puro Mangkunegaran
Interior
Puro Mangkunegaran
Daya Tarik Wisata
Puro Mangkunegara
Sejarah
Puro Mangkunegaran
Pesona
Puro Mangkunegaran
Interior
Puro Mangkunegaran
Daya Tarik Wisata
Puro Mangkunegara
O T A B U D A Y A Y A N G B E R S A H A J A Y A N G B E R S A H A J A
K O T A B U D A Y A
Surakarta berkembang dari wilayah suatu desa bernama Desa Sala, di tepi Bengawan Solo. Sarjana Belanda yang meneliti Naskah Bujangga Manik, J Noorduyn, menduga bahwa Desa Sala ini berada di dekat (kalau bukan memang di sana) salah satu tempat penyeberangan ("penambangan") di Bengawan Solo yang
disebut - sebut dalam pelat tembaga "Piagam Trowulan I" (1358, dalam bahasa Inggris disebut "Ferry Charter") sebagai "Wulayu". Naskah Perjalanan Bujangga Manik yang berasal dari sekitar akir abad ke-15 menyebutkan bahwa sang tokoh menyeberangi "Ci Wuluyu" Pada abad ke-17 di tempat ini juga dilaporkan terdapat penyeberangan di daerah "Semanggi" (sekarang masih menjadi nama kampung/kelurahan di Kecamatan Pasarkliwon)
Kejadian yang memicu pendirian kota ini adalah berkobarnya pemberontakan Sunan
Kuning ("Gègèr Pacinan") pada masa
pemerintahan Sunan Pakubuwono II, raja
Kartasura tahun 1742. Pemberontakan
dapat ditumpas dengan bantuan VOC dan
keraton Kartasura dapat direbut kembali, namun dengan pengorbanan hilangnya
beberapa wilayah warisan Mataram
sebagai imbalan untuk bantuan yang
diberikan VOC Bangunan keraton sudah
hancur dan dianggap "tercemar". Sunan
Pakubuwana II lalu memerintahkan
Tumenggung Honggowongso (bernama
kecil Joko Sangrib atau Kentol Surawijaya, kelak diberi gelar Tumenggung
Arungbinang I) dan Tumenggung
Mangkuyudo serta komandan pasukan
Belanda, J.A.B. van Hohendorff, untuk
mencari lokasi ibu kota/keraton yang baru
Untuk itu dibangunlah keraton baru 20 km
ke arah tenggara dari Kartasura, pada
1745, tepatnya di Desa Sala di tepi
Bengawan Solo. Nama "Surakarta"
diberikan sebagai nama "wisuda" bagi
pusat pemerintahan baru ini. (Catatancatatan lama menyebut bentuk antara "Salakarta"). Pembangunan keraton ini
menggunakan bahan kayu jati dari
kawasan Alas Kethu, hutan di dekat
Wonogiri Kota dan kayunya dihanyutkan
melalui Bengawan Solo Secara resmi, keraton mulai di tempati tanggal 17
Februari 1745 (atau Rabu Pahing 14 Sura 1670 Penanggalan Jawa, Wuku Landep, Windu Sancaya).
Berlakunya Perjanjian Giyanti (13 Februari 1755) menyebabkan Surakarta menjadi
pusat pemerintahan Kasunanan Surakarta, dengan rajanya Sunan Pakubuwono III
Yogyakarta menjadi pusat pemerintahan
Kasultanan Yogyakarta, dengan rajanya
Mangkubumi ( Hamengkubuwono (HB) I).
Keraton dan kota Yogyakarta mulai dibangun pada 1755, dengan pola tata
kota yang sama dengan Surakarta yang
lebih dulu dibangun Perjanjian Salatiga
1757 memperluas wilayah kota ini, dengan diberikannya wilayah sebelah utara keraton
kepada pihak Pangeran Sambernyawa (Mangkunagara I) Sejak saat itu, Sala merupakan kota dengan dua sistem administrasi, yang berlaku hingga 1945, pada masa Perang Kemerdekaan Republik Indonesia (RI).
Puro Mangkunegaran
didirikan pada tahun 1757
oleh Raden Mas Said, yang
kemudian dikenal dengan
gelar Pangeran
Sambernyawa, sebagai pusat
pemerintahan dan kediaman keluarga
kerajaan Mangkunegaran
Sejarah Puro Mangkunegaran bermula
pada masa pemerintahan Kesultanan
Mataram. Pada saat itu, terdapat dua
pusat kekuasaan, yaitu Kasunanan
Surakarta dan Mangkunegaran. Pada
awal abad ke-18, Pangeran
Sambernyawa yang merupakan cucu
dari Sultan Agung, pendiri Kesultanan
Mataram, memperoleh wilayah
kekuasaan di Mangkunegaran melalui
perjanjian dengan Kasunanan
Surakarta.
Setelah mendirikan Puro
Mangkunegaran pada tahun 1757, Pangeran Sambernyawa membangun
kerajaan kecil yang memiliki
pemerintahan sendiri di bawah proteksi
Kesultanan Mataram. Pangeran
Sambernyawa kemudian mengambil
gelar Pangeran Mangkunegara I dan
menjadi pemimpin pertama
Mangkunegaran
Selama masa pemerintahan
Mangkunegara I, Puro Mangkunegaran
mengalami perkembangan yang pesat. Istana tersebut diperluas dengan
penambahan bangunan dan taman yang indah Pada masa pemerintahan
Mangkunegara II, sejumlah bangunan baru dibangun, termasuk pendopo dan gedung-gedung lainnya.
Pada masa sekarang, Puro Mangkunegaran masih menjadi tempat tinggal bagi keluarga kerajaan
Mangkunegaran. Istana ini juga menjadi tujuan wisata sejarah yang populer di Kota Solo. Pengunjung dapat melihat berbagai bangunan dan artefak bersejarah, seperti kereta kencana, pakaian adat, dan koleksi seni rupa.
Puro Mangkunegaran memiliki keindahan arsitektur Jawa klasik dengan pengaruh gaya Eropa. Selain itu, puro ini juga menjadi pusat pelestarian dan pengembangan budaya Jawa, termasuk
seni tari, musik, dan kerajinan tradisional Pameran dan pertunjukan budaya sering diadakan di kompleks
Puro Mangkunegaran, sehingga memungkinkan pengunjung untuk mengenal dan mengapresiasi warisan budaya yang kaya dari Keraton Mangkunegaran.
Puro Mangkunegaran terdiri dari sejumlah bangunan yang dirancang dengan indah dan berarsitektur khas Jawa. Setiap bangunan memiliki peran dan fungsi tertentu dalam kompleks istana. Berikut adalah penjelasan mengenai beberapa bangunan penting di Puro
Mangkunegaran :
Pendopo Ageng : Pendopo Ageng adalah bangunan utama di Puro Mangkunegaran Bangunan ini merupakan aula terbuka dengan atap yang didukung oleh tiang-tiang kayu yang besar Pendopo Ageng digunakan untuk upacara, pertemuan penting, dan acara budaya. Bangunan ini memiliki ornamen dan ukiran yang indah di dinding dan atapnya.
Paseban Sri Manganti : Paseban Sri Manganti adalah bangunan yang digunakan sebagai ruang audiensi atau ruang penerima tamu penting. Bangunan ini memiliki arsitektur yang megah dengan atap berundak dan dinding yang dihiasi dengan ukiranukiran halus. Paseban Sri Manganti terdiri dari beberapa ruang, termasuk ruang utama yang biasa digunakan oleh raja atau keluarga kerajaan untuk menerima tamu
Dalem Ageng : Dalem Ageng adalah bangunan yang berfungsi sebagai kediaman pribadi raja atau pangeran Mangkunegaran. Bangunan ini merupakan bagian terpenting dalam kompleks Puro Mangkunegaran Dalem Ageng memiliki desain arsitektur yang elegan dengan ruang-ruang berhiaskan ukiran-ukiran dan hiasan-hiasan indah Bangunan ini juga dilengkapi dengan taman dan kolam yang menambah keindahannya.
Balairung Siti Hinggil : Balairung Siti Hinggil adalah ruang yang digunakan untuk pertemuan penting dan upacara keagamaan. Bangunan ini memiliki langit-langit yang tinggi dengan ornamen-ornamen indah. Balairung Siti Hinggil juga dihiasi dengan lukisan-lukisan dan hiasan-hiasan tradisional yang mencerminkan kekayaan budaya Jawa.
Bangsal Kencono : Bangsal Kencono adalah bangunan yang digunakan untuk menyimpan koleksi kereta kencana atau kereta perang tradisional Mangkunegaran. Bangunan ini menampilkan kereta-kereta yang dirancang dengan indah dan dihiasi dengan ukiran dan emas. Pengunjung dapat melihat koleksi kereta kencana yang mengesankan di dalam Bangsal Kencono.
Selain bangunan-bangunan utama tersebut, kompleks Puro Mangkunegaran juga memiliki taman-taman yang indah, paviliun, dan bangunan-bangunan lain yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau ruang kerja. Setiap bangunan di Puro Mangkunegaran memiliki nilai sejarah dan keindahan seni yang mencerminkan warisan budaya Jawa yang kaya
Sebagai salah satu bangunan
tradisional jawa, Pura Mangkunegaran
memiliki nuansa kebudayaan jawa yang
amat terasa. Penggunaan ornamental
dan ukiran khas jawa menambah
kemegahan istana ini. Seperti ornamen
kumudawati di pendhapa agung pura mangkunegaran
Selain menambah nilai estetika
ornamen-ornamen yang ada di pura mangkunegaran memiliki nilai filosofis
yang sangat tinggi. seperti halnya
ornamen kumudawati dengan Istilah
kumudawati berasal dari dua kata, kumuda yang berarti teratai putih, dan wati yang berarti dunia, jagad; rahsa, nur, cahaya, atau sinar Arti
kumudawati juga tergambar dalam
wujud ornamennya. Kumuda sebagai
teratai dipercaya menjadi lambang
kesucian, dan keberkaitan dengan awal
keberadaan para dewa. Jumlah kelopak
kumuda yang berjumlah delapan juga
dikaitkan dengan dewa-dewa
penguasa penjuru mata angin Warna
putih teratai juga muncul sebagai latar
belakang warna ornamen kumudawati.
Pura mangkunegaran juga digunakan sebagai tempat penyimpanan benda bersejarah dan pusaka-pusaka kerajaan jawa. Tepatnya di salah satu
ruang yang disebut Dalem Ageng. Bahkan, pengunjung dilarang memotret ketika berada di ruang tersebut. Ruang tersebut berisi koleksi Pura
Mangkunegaran, seperti tempat sesaji untuk Dewi Sri, perhiasan, keris, medali, hingga harimau asli yang diawetkan.
Uniknya seluruh bangunan Pura
Mangkunegaran menggunakan bahan material yang sangat
berkualitas yaitu kayu jati murni
Menggunakan kayu jati kian
menambah nilai keagungan pura
mangkunegaran ini, sebagai tempat
tinggal para raja yang menunjukan harga dirinya.
M E N I L I K
M E N I L I K C A G A R C A G A R
K E B U D A Y A A N K E B U D A Y A A N
J A W A D I M A J A W A D I M A
M O D E R N M O D E R N
Ketika Tradisional & Modern saling Bersua
Akibat dari kedatangan bangsa barat yang menjajah Indonesia Kebudayaan di Indonesia disusupi oleh kebudayaan-kebudayaan barat. Tak terkecuali Pura Mangkunegaran, meskipun bangunan ini merupakan bangunan tradisional jawa yang megah akan tetapi tetap
terpengaruh budaya barat. Hal ini diakibatkan karena pertemuan para pemimpin Jawa dengan bangsa Barat di masa lalu. Meskipun masih mempertahankan pola ruang dan struktur Jawa, namun beberapa furnitur yang ada di Pura Mangkunegaran mwnggunakan gaya Barat
TETAP BERTAHAN DI TENGAH GEMPURAN
TETAP BERTAHAN DI TENGAH GEMPURAN
MMODERNISASI ODERNISASI
Dewasa ini perkembangan teknologi dan midernisasi membuat bangunan swmakin
bervariasi Manusia amat menginginkan bangunan yang efisien dengan fungsi yang maksimal. Pura Mangkunegaran sebagai cagar
konservasi kebudayaan jawa mengabaikan hal
tersebut demi mempertahankan nilai-nilai kebudayaan jawa yang tinggi. Tetap dipertahankan bentuk aslinya meskipun sudah
dilakukan beberapa renovasi pun menjadi usaha yabg dilakukan Pura Mangkunegaran
mewujudkan konservasi kebudayaaan Jawa.
E N I L I
C A G A R C A G A R
K E B U D A Y A A N K E B U D A Y A A N
J A W A D I M A S A J A W A D I M A S A
M O D E R N M O D E R N
Ketika Tradisional & Modern saling Bersua
Sebagai salah satu tempat ikonik yang berada di Solo, Jawa Tengah yang sudah cukup mendunia membuat bangunan ini dijadikan tempat wisata kebudayaan Dengan banyaknya pengunjung yang datang membuat ekonomi masyarakat sekitar ikut terpengaruhi Oleh, karena itu perlu adanya penanganan khusus yakni revitalisasi kawasan mangkunegaran Hal ini dudukun karena fungsi beberapa spot di Pura mangkunegaran sudah berubah tidak sebagaimana mestinya Seperti wacana pemukiman para abdi dalem yang akan di relokasi demi menunjang fungsi pura mangkunegaran
JJAWA AWA
Bangunan yang megah ini pun kian terkisis oleh waktu dan membutuhkan perbaikan di beberapa titik.
Meskipun, dilakukan telah dilakukan renovasi, Pura
Mangkunegaran tetap mempertahankan nilai
kebudayaan Jawa agar tidak mengurangi nilai
filosofisnya. Namun terdapat bangunan baru demi menambah kemegahan dan keindahan pura
mangkunegaran yaitu Taman Pracima.
Bangunan yang digunakan sebagai istana para raja ini dulunya digunakan pula sebagai markas pasukan Akan tetapi kini bangunan ini sudah tidak menjalankan semua fungsinya seperti dulu, meskipun masih digunakan sebagai tempat tinggal adipati mangkunegaran Dengan terdapatnya nilai-nilai kebudayaan jawa yang masih kental dan ornamenornamen kuno dari Jawa menyebabkan bangunan ini digunakan sebagai salah satu sarana konservasi kebudayaan Jawa Hal ini dilakukan karena masyarakat jaman sekarang kurang meminati kebudayaan tradisional Usaha menggunakan Pura Mangkunegaran sebagai wisata kebudayaan demi mengenalkan kebudayaan Jawa ke masyarakat luas pun semakin giat dilakukan
Agar kebudayaan jawa yang penuh akan nilai
historis dan filosofis tetap terjaga meskipun tekikis oleh waktu
Puro Mangkunegaran merupakan kompleks istana yang terletak di Kota Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia yang beralamat di Jalan Ronggowarsito No.83, Kelurahan Mangkubumen, Kecamatan Banjarsari. Kota Surakarta sebagai salah satu kota budaya dan bersejarah yang masih berdiri di Indonesia.
Puro Mangkunegaran terdiri dari beberapa bangunan dan area yang terletak dalam kompleks istana. Berikut adalah deskripsi denah dari tiap-tiap bangunan yang ada di Puro Mangkunegaran :
Pendopo Ageng : Merupakan bangunan utama dalam kompleks Puro Mangkunegaran Pendopo Ageng adalah ruangan terbuka dengan atap yang tinggi dan tiang-tiang yang megah. Tempat ini digunakan untuk pertemuan penting, upacara resmi, dan pertunjukan seni.
Dalem Ageng : Terletak di belakang Pendopo Ageng, Dalem Ageng adalah istana dalam kompleks Puro Mangkunegaran Ini adalah tempat tinggal pribadi keluarga
Mangkunegaran.
Pringgitan : Merupakan ruang terbuka yang digunakan untuk upacara adat dan pertunjukan seni Pringgitan biasanya dilengkapi dengan panggung atau tempat duduk untuk para penonton
Bangsal Kencono : Bangsal Kencono adalah ruangan yang terletak di sebelah utara Pendopo Ageng Ruangan ini digunakan untuk acaraacara penting seperti upacara pernikahan dan upacara adat lainnya
Bangsal Manis : Terletak di sebelah barat Pendopo Ageng, Bangsal Manis adalah ruangan yang digunakan untuk menerima tamu penting atau sebagai tempat pertemuan resmi.
Bangsal Gilang : Terletak di sebelah timur
Pendopo Ageng, Bangsal Gilang adalah ruang kecil yang digunakan sebagai tempat pameran seni dan artefak bersejarah.
Pola Tata Ruang Puro Mangkunegaran
Di dalam pola tata ruang kompleks bangunan pura Mangkunegaran mempunyai kesamaan khususnya pada pola tata ruang bangunan inti dengan bangunan rumah tradisional Jawa. Kesamaam secara kualitatif antara lain :
1) Adanya poros atau As yang dijadikan pengarah keseluruhan tata bangunan,
2) Adanya orientasi terhadap arah mata angin sebagai patokan arah hadap bangunan,
3) Adanya keseimbangan as/poros sebagai pembagi,
4) Adanya hirarki ruang dimana makin kedakam makin penting/ private, sedangkan makin keluar semakin umum,
5) Adanya inti atau pusat ruang/ bangunan yang mengikat keseluruhan gubahan ruang/ bangunan
Pura Mangkunegaran adalah sebuah
kompleks pura yang terletak di Solo, Jawa
Tengah, Indonesia Desain interior pura ini menggabungkan elemen-elemen arsitektur
tradisional Jawa dengan sentuhan gaya
Eropa, mencerminkan perpaduan budaya
yang khas pada zaman keemasan Kerajaan
Mangkunegaran.
Secara arsitektur, istana ini memiliki bagianbagian utama, yaitu pamedan, pendhopo ageng, pringgitan, ndalem ageng, dan keputren, Seluruh bangunan ini dikelilingi oleh tembok tinggi dan kokoh.
Pintu gerbang kedua menuju halaman dalam
berdiri Pendopo Ageng yang berukuran 3.500
meter persegi Bangunan ini berbentuk joglo
Diperkirakan pendopo ini dapat menampung
sekitar lima sampai sepuluh ribu orang Tiang-
tiang kayu berbentuk persegi yang
menyangga atap joglo diambil dari
pepohonan di Alas Kethu, Wonogiri Seluruh
bangunan ini didirikan tanpa menggunakan paku
Warna kuning dan hijau yang mendominasi pendopo adalah warna pare anom yang merupakan warna khas Mangkunegaran Di bagian langit-langit pendopo terbentang Batik Kumudowati. Terdapat delapan kotak dimana bagian tengahnya masing-masing memiliki warna dan arti yang berbeda. Kuning mencegah rasa kantuk, biru mencegah
musibah, hitam mencegah rasa lapar, hijau mencegah frustasi, putih mencegah pikiran seks birahi, orange mencegah perasaan takut, merah mencegah kejahatan, dan ungu mencegah
pikiran jahat
Ruangan ini digunakan untuk menerima tamu agung atau pejabat Ruangan ini juga digunakan untuk mementaskan wayang kulit. Pada bagian dalam pringgitan juga digunakan untuk memajang berbagai koleksi barang peninggalan berharga yang bernilai seni dan sejarah yang tinggi Terdapat koleksi topeng, kitab kuni, perhiasan emas, dan potret Mangkunegoro.
Adalah sebuah bangunan berbentuk limasan yang diperkirakan memiliki luas 1 000 meter persegi. Saat ini Dalem Ageng berfungsi sebagai museum
Di dalam Dalem Ageng, terdapat keputren yakni tempat kediaman keluarga Mangkunegaran. Di dalamnya terdapat taman yang ditumbuhi pohon, bunga, sangkar burung, patung patung klasik bergaya Eropa, serta kolam air mancur
Istana Mangkunegaran tetap memepertahankan pola dan struktur tradisionnal, namun dihiasi beberapa perabot rumah tangga yang sengaja didatangkan dari luar negeri, misalnya kursi dan sofa dari Eropa. Ruang- ruangnya dihiasi cermin dan jendela kaca, seperti yang terdapat di istana Barat
Penerangan dengan gas mulai diperkenalkan sejak 1860-an , kemudian digantikan dengan listrik menjelang akhir abad, serta lampu dari besi cor dan lentera jalan di datangkan dari Eropa Tiang- tiang yang tadinya terbuat dari kayu jati, sudah banyak diganti dengan pilarpilar dari batu bata bergaya Yunani Bebarapa barang yang didatangkann langsung dari luar negeri, antara lain : lantai marmer dari Venesia, perabot dapur kristal dari itali, peralatan makan dari Perancis, patung singa dari Berlin, lampu gantung dari Belanda.
Menghadap ke taman terbuka, terdapat Pracimoyasa, yang merupakan sebuah ruang keluarga berbentuk segi delapan yang digunakan unttuk rapat
Di dalam bangunan terdapat perabotan dari Eropa Kaca- kaca berbingkai emas terpasang berjejer di dinding.
Pura Mangkunegaran di Solo, Jawa Tengah, memiliki sejumlah daya tarik wisata yang menarik bagi pengunjung. Berikut adalah beberapa daya tarik utama dari pura ini : Arsitektur yang Megah : Pura Mangkunegaran menampilkan arsitektur yang megah dan indah. Bangunan-bangunan pura ini dirancang dengan gaya tradisional Jawa yang klasik, dengan sentuhan Eropa yang memperkaya desainnya Ukiran kayu yang rumit, langit-langit yang indah, dan perpaduan warna yang kaya menciptakan suasana yang anggun dan mempesona.
Nilai Sejarah dan Budaya : Pura Mangkunegaran memiliki nilai sejarah dan budaya yang signifikan. Sebagai kerajaan Mangkunegaran, pura ini memainkan peran penting dalam sejarah dan kebudayaan Jawa Pura ini menyimpan koleksi seni dan artefak bersejarah yang memamerkan warisan budaya dan kehidupan kerajaan pada masa lampau Pengunjung dapat mempelajari lebih lanjut tentang sejarah kerajaan dan kehidupan tradisional Jawa melalui kunjungan ke pura ini
Keindahan Interior : Interior pura ini menampilkan keindahan yang luar biasa. Detail-detail ukiran kayu yang rumit, langit-langit yang dihiasi relief mitologi Jawa, dan penggunaan warna yang mencolok menciptakan suasana yang magis dan sakral Setiap sudut pura ini menawarkan pengalaman visual yang memikat dan memikat hati pengunjung.
Museum Seni dan Artefak : Pura Mangkunegaran juga menyediakan museum seni dan artefak yang menarik Museum ini menampilkan koleksi seni yang berharga, termasuk lukisan, patung, perhiasan, dan peralatan kerajaan. Pengunjung dapat menikmati melihat-lihat koleksi ini yang memberikan wawasan yang mendalam tentang seni dan budaya Jawa.
M
?
Puro Mangkunegaran berada di Kota Surakarta, Jawa Tengah.
Surakarta berkembang dari wilayah suatu desa bernama
Desa Sala, di tepi Bengawan Solo.
Sarjana Belanda yang meneliti Naskah
Bujangga Manik, J. Noorduyn, menduga
bahwa Desa Sala ini berada di dekat (kalau bukan memang di sana) salah
satu tempat penyeberangan ("penambangan") di Bengawan Solo
yang disebut-sebut dalam pelat
tembaga "Piagam Trowulan I" (1358, dalam bahasa Inggris disebut "Ferry Charter") sebagai "Wulayu". Naskah
Perjalanan Bujangga Manik yang
berasal dari sekitar akir abad ke-15
menyebutkan bahwa sang tokoh menyeberangi "Ci Wuluyu". Pada abad
ke-17 di tempat ini juga dilaporkan
terdapat penyeberangan di daerah
Semanggi (sekarang masih menjadi nama kampung/kelurahan di Kecamatan Pasarkliwon). Surakarta memiliki bangunan Puro
Mangkunegaran yang memiliki gaya arsitektur Jawa dan gaya arsitektur Empire, sebuah gaya arsitektur asal
Prancis yang berkembang pada abad ke-18 hingga abad ke-19 dan diperkenalkan ke Hindia Belanda pada awal abad ke-19 dan berkembang pada abad ke-20. Penggunaan arsitektur Eropa dapat dilihat dari beberapa adanya gable (struktur atap
yang tersusun dari dua bidang atap
yang saling berlawanan arah) dan dormer (jendela atau lubang angin
yang ditambatkan pada bagian atap) pada seluruh bangunan Pura
Mangkunegaran.
KESIMPULAN APA YANG KESIMPULAN APA YANG BISA DIAMBIL DARI BISA DIAMBIL DARI SEJARAH SEJARAH PURO PURO MANGKUNEGARAN DAN MANGKUNEGARAN DAN ARSITEKTURNYA ARSITEKTURNYA?Kedua, penggunaan sususan atap
bersegi banyak pada bagian sayap
Pringgitan dan Pracimayasa. Ketiga, penggunaan tiang besi bergaya kolonial
sebagai penahan tambahan bagi atap
emperan di semua bagian Pura
Mangkunegaran. Keempat, penggunaan
ornamen hias yang cenderung
ditemukan di gedung-gedung
berarsitektur Eropa seperti relief
malaikat, kaca patri, lampu gantung, dan hiasan-hiasan bergaya Eropa.
S mentara itu, arsitekur Jawa pada Pura ngkunegaran dapat dilihat dari berapa hal. Pertama, penggunaan amen-ornamen arsitektur Jawa, erti bentuk atap, tiang saka, dan am hias Jawa Kedua, penggunaan sep aling-aling yang berfungsi agai perintang agar orang luar tidak a melihat bagian dalam Pura ngkunegaran secara langsung. iga, penggunaan kosmologi Jawa am fisik Pura Mangkunegaran. Posisi
ngunan utama Pura Mangkunegaran bagian inti menggambarkan posisinya agai pusat dari mandala. Bangunan a Mangkunegaran yang menghadap ke selatan, arah yang diasosiasikan dengan Ratu kidul sebagai penguasa
Laut Selatan, melambangkan hubungan
istana dengan entitas gaib. Keempat, pembagian ruang dalam Pura
Mangkunegaran yang berdasarkan
arsitektur Jawa. Dalam arsitektur Jawa, pembagian ruangan sebuah rumah
dibagi berdasarkan tingkat privasi. Semakin dalam sebuah ruang maka semakin tinggi privasinya.
I Made Ratih Rosnawati. (2019). Arsitektur Barat dan Bangunan Pura Mangkunegaran Vol 1, No 1
https://puromangkunegaran.com/arsitektur/. Arsitektur Puro Mangkunegaran. Puro Mangkunegaran Official Website Diakses tanggal 26 Mei 2023
http://rosadesain.blogspot.com/2010/04/interior-design-andarchitecture html Desain Interior dan Arsitektur Puro Mangkunegaran di Solo (Indonesia), Rosa Zulfikhar (2010). Diakses tanggal 26 Mei 2023.
https://p2k stekom ac id/ensiklopedia/Sejarah Surakarta Sejarah Surakarta Ensiklopedia. Diakses tanggal 27 Mei 2023.
https://puromangkunegaran.com/sejarah-singkat-puro-mangkunegaran/. Sejarah Singkat Puro Mangkunegaran. Puro Mangkunegaran Official Website. Diakses tanggal 29 Mei 2023.
Eny Krisnawati (2014). Tinjauan Aspek Budaya Pada Pura Mangkunegaran
Surakarta Dalam Upaya Menggali Ide Konsep Rumah Tinggal Jawa Vol 15, No 19
http://kelurahankeprabon.blogspot.com/p/peta-wilayah.html. Peta Wilayah Keprabon Diakses tanggal 29 Mei 2023
https://rinnyhariani.wordpress.com/2014/04/29/planing-a-site-onmangkunegaran-solo-central-java/ Planning a Site on Mangkunegaran Solo, Central Java. Rinny Hariani (2014). Diakses tanggal 29 Mei 2023.
Ridwan Arbai Yusron, Ir Samsudin Raidi, M Sc (2010) Identifikasi Penerapan Arsitektur Tradisional Jawa Studi Kasus Pendhapa Pura Mangkunegaran Surakarta. Suarakarta : Fakultas Tkenik Program Studi Teknik Arsitektur Universitas Muhammadiyah.
https://news.republika.co.id/berita/rgrboe328/revitalisasi-puramangkunegaran-akan-dibantu-bumn. Revatalisasi Pura Mangkunegaran. Diakses tanggal 1 Juni 2023.
2023 |
Redaktur :
Jonathan Frans | Latief Nur Rahman | Jessica Tiarma Hasty Probo Retno Tawang | Veronika Jesse | Juvento Kelly | Ragata Izzan