USAID IUWASH Climate Change Vulnerability Adaptation for Water Supply Guide by Virgi F. Tan

PANDUAN PERENCANAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM UNTUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

PANDUAN PERENCANAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM UNTUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM APRIL 2016

Daftar Isi BAB I PENDAHULUAN ��1 1. Latar Belakang �� 1 2. Program IUWASH �� 2 3. Adaptasi Perubahan Iklim �� 3 4. Adaptasi Perubahan Iklim IUWASH �� 3 5. Gambaran Umum Toolkit �� 4 6. Kondisi Umum Sumber Air Baku di Indonesia �� 4 7. Kondisi Umum PAM di Indonesia �� 4 8. Pemanfaatan Air di Indonesia �� 5 9. Dampak Perubahan Iklim dan Sumberdaya air Indonesia �� 6 10. Konsep Adaptasi Perubahan Iklim IUWASH �� 8 BAB II PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR ��9 1. Penentuan Lokasi KKPI �� 9 2. Kajian Kerentanan Perubahan Iklim (KKPI) �� 9 3. Alat Bantu Analisis ��12 A. Analisa Geospasial ��12 B. Climate Wizard (Model Sirkulasi Umum) ��13 4. Matrik Risiko Aset (MRA) ��14 5. Metode Skoring MRA ��15 A. Metodologi Pemberian Skor ��15 B. Pelaksanaan Matriks Resiko Aset (MRA) ��16 6. Skenario Dasar (Rona Awal) ��17 7. Skenario Perubahan Iklim ��17 8. Penentuan Aset paling rentan (Hot Spot) ��18 BAB III PROSES PERENCANAAN ADAPTASI �� 19 1. 2. 3. 4. 5.

Proses Pemilihan Rencana Adaptasi ��19 Menyusun Daftar Panjang Pilihan Adaptasi ��20 Membentuk Daftar Pendek Pilihan Adaptasi ��20 Menetapkan Prioritas di dalam Portofolio. ��20 Sosialisasi Rencana Adaptasi ��21

BAB IV IMPLEMENTASI, INTEGRASI, PEMBELAJARAN �� 23 1. Implementasi ��23 A. Sumur Resapan ��23 B. Rekayasa Teknis Aset Terbangun ��25 2. Integrasi ��25 A. Pembentukan Multistakeholder Forum ��26 B. Penyusunan Regulasi ��26 C. Pembuatan Database ��27 3. Pembelajaran ��27

LAMPIRAN �� 29 Lampiran 1. Rancangan Lingkup Kerja Penelitian Ambang Dasar untuk Penilaian Kerentanan Sumberdaya Air ��29 Lampiran 2. Matriks Resiko Aset (MRA) ��38 Lampiran 3. Panduan Pengisian MRA ��39 Lampiran 4. Tabel Rencana Adaptasi ��40 Lampiran 5. Contoh RPJMDES ��45 Lampiran 6. Akta Pembentukan GPSA ��46

BAB I

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia menghadapi ancaman lingkungan yang serius dari berbagai aspek sebagai akibat dari pembangunan ekonomi dan pertumbuhan populasi yang cepat namun dikelola secara kurang baik. Salah satu permasalahan lingkungan tersebut adalah terjadinya degradasi terhadap sumberdaya air di Indonesia, baik secara kuantitas maupun kualitasnya.. Kondisi tersebut diperparah dengan adanya masalah perubahan iklim. Menurut pasal 1 konvensi PBB mengenai Perubahan Iklim, menyatakan bahwa perubahan iklim ialah berubahnya iklim yang diakibatkan langsung atau tidak langsung oleh aktifitas manusia yang menyebabkan perubahan komposisi atmosfer secara global dan selain itu juga berupa perubahan variabilitas iklim yang teramati pada kurun waktu yang dapat dibandingkan. Menurut data dari World Bank, 2006 kerugian global akibat perubahan iklim mencapai US$ 4,3 triliun. Ancaman perubahan iklim terhadap pembangunan berkelanjutan (sustainable development) akan memperlambat pencapaian pembangunan berkelanjutan, baik langsung maupun tidak langsung. Selain perubahan iklim tersebut, faktor lain yang turut memperburuk kondisi sumberdaya air adalah terjadinya perubahan tata guna lahan diwilayah daerah tangkapan hujan/air yang telah menyebabkan menurunnya daya resap dan serap tanah terhadap air hujan sebagai akibat hilangnya vegetasi dan tertutupnya lahan oleh bangunan, sehingga mengakibatkan menurunnya cadangan dan muka air tanah.Air hujan yang dahulu mengisi akuifer di bawah permukaan kini semakin banyak yang mengalir sebagai limpasan di permukaan tanah. Hal ini mengakibatkan semakin tingginya tingkat erosi tanah, sedimentasi dan pendangkalan sungai, bendungan, serta bencana kekeringan yang berkepanjangan serta banjir yang telah mengakibatkan kerusakan infrastruktur serta kerugian materi serta korban jiwa.

Permasalahan tersebut diatas secara langsung berdampak pada penurunan ketersediaan air baku untuk penyediaan air bersih. Dampak ini sudah nampak pada berbagai lokasi mata air dan sumber air permukaan, antara lain penurunan debit dan keringnya beberapa mata air, penurunan debit aliran air sungai, serta kerusakan kualitas air permukaan sehingga membutuhkan biaya yang tinggi untuk pengolahannya. Untuk menghadapi permasalahan tersebut diatas, maka kita harus dapat memahami, mengerti dan memiliki semua data dan informasi permasalahan tersebut sehingga pada akhirnya kita akan mampu untuk beradaptasi dan mengatasi semua permasalahan tersebut.Untuk mampu beradaptasi maka di perlukan perencanaan dan tindakan adaptasi untuk mengurangi dampak menurunnya ketersediaan dan kualitas air. Program IUWASH memberikan program percontohan tentang bagaimana membuat perencanaan adaptasi terhadap dampak turunnya ketersediaan dan kualitas air baku bagi penyediaan air bersih di Indonesia. Toolkit ini dibuat oleh IUWASH - USAID Indonesia dengan tujuan sebagai suatu buku acuan dalam rangka adaptasi terhadap perubahan iklim yang terjadi di Indonesia, khususnya terhadap sumber daya air baku untuk penyediaan air minum di Indonesia. Dengan adanya toolkit ini diharapkan akan dapat menjadi referensi bagi semua pihak dalam rangka memperkuat sistematika perencanaan adaptasi perubahan iklim.

USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE

www.iuwash.or.id

2. Program IUWASH Program IUWASH (Indonesia Urban Water, Sanitation, and Hygiene) adalah Program Air, Sanitasi, dan Kebersihan Perkotaan Indonesia yang berdurasi selama lima tahun yang didanai oleh Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat atau United States Agency for International Development (USAID). IUWASH berupaya membantu Pemerintah Indonesia meraih kemajuan untuk mencapai target Millennium Development Goals melalui perluasan akses terhadap air bersih dan layanan sanitasi yang aman. Mengembangkan akses layanan air bersih dan sanitasi untuk masyarakat berpenghasilan rendah perkotaan di Indonesia, khususnya mereka yang memiliki akses sangat terbatas terhadap kedua layanan tersebut adalah tujuan utama IUWASH. Untuk mencapai tujuannya, IUWASH bekerja dengan berbagai kalangan masyarakat, pemerintah daerah, organisasi masyarakat sipil, dan penyedia layanan. Komitmen IUWASH adalah meningkatkan kebutuhan masyarakat akan layanan air bersih dan sanitasi yang lebih baik; serta meningkatkan kapasitas pelayanan, khususnya dari pemerintah, agar menyediakan dan mengawasi kualitas jasa layanannya. Proyek ini diharapkan memberi manfaat berikut bagi Indonesia:

• Dua juta orang di wilayah perkotaan mendapat akses sumberdaya air bersih yang lebih baik berkat bantuan dari Pemerintah Amerika Serikat; • 250.000 orang di wilayah perkotaan mendapat akses fasilitas sanitasi yang lebih baik berkat bantuan Pemerintah Amerika Serikat; dan • Turunnya biaya air per unit yang dibayar oleh warga miskin di kelompok masyarakat sasaran, paling tidak sebesar 20%, melalui layanan yang lebih partisipatif, transparan, akuntabel dan terdukung secara keuangan. Untuk memastikan agar perbaikan akses yang tercapai dapat terus berkelanjutan, IUWASH menjalankan kegiatan-kegiatan yang menunjang tercapainya tiga jenis antara ini adalah:

• Meningkatnya permintaan air minum yang aman dan sanitasi yang lebih baik di kalangan masyarakat dan rumah tangga perkotaan yang saat ini aksesnya masih belum mengalami perbaikan; • Perbaikan layanan air dan sanitasi yang disediakan sektor publik maupun swasta di wilayah perkotaan, dengan kapasitas berkelanjutan yang memadai untuk memenuhi peningkatan permintaan; dan • Perbaikan tata kelola dan keuangan akan membentuk lingkungan mendukung yang memungkinkan adanya akses yang setara untuk air minum yang aman dan sanitasi yang lebih baik di wilayah perkotaan. Ada tiga komponen teknis yang secara bersama-sama akan membawa pada peningkatan akses layanan air dan sanitasi, yaitu :

• Komponen Satu fokus pada menggerakkan permintaan;

• Komponen Dua bertujuan untuk meningkatkan kapasitas penyaluran layanan; • Komponen Tiga berupaya untuk memperbaiki lingkungan penunjang.

Panduan Perencanaan Adaptasi Perubahan Iklim Sistem Penyediaan Air Minum

Komponen-komponen ini saling memperkuat dan sasaran di masing-masing komponen terkait secara langsung. Dengan kata lain, salah satu komponen tidak akan mencapai keberhasilan jika dua komponen yang lain tidak mencapai keberhasilan yang serupa. Secara spesifik, upaya Proyek untuk mendorong tercapainya daya tahan terhadap perubahan iklim pada sektor air berada di dalam lingkup Komponen Dua yang terutama fokus pada kinerja operasional, teknis dan keuangan dalam penyediaan layanan sanitasi perkotaan.

3. Adaptasi Perubahan Iklim Berbagai dampak dari iklim menimbulkan persoalan yang kompleks bagi pemerintah Indonesia dan program-program pembangunan, antara lain karena beragamnya pemangku kepentingan yang terlibat, perbedaan definisi konseptual, banyaknya data serta proses penafsiran yang harus dilakukan, dan luasnya spektrum pilihan adaptasi yang tersedia. Sekalipun amat kompleks, mengintegrasikan variabel-variabel perubahan iklim ke dalam program perencanaan dan investasi amatlah penting untuk dilakukan oleh badan-badan pemerintahan dan penyedia layanan. Dengan maksud agar semua kegiatan adaptasi dapat meningkatkan ketahanan dan keberlanjutan pelayanan air bersih maka semua pemangku kepentingan harus memiliki pemahaman, konsepsi dan penapsiran yang sama sehingga semua rencana kegiatan adaptasi tersebut dapat diintegrasikan dalam sebuah rencana adaptasi bersama yang dituangkan dalam rencana pembangunan pemerintah daerah masing-masing. Menyadari pentingnya hal ini, Proyek IUWASH mengusulkan untuk juga memasukkan pertimbangan adaptasi perubahan iklim ke dalam lingkup kerja Proyek Air, Sanitasi, dan Kebersihan Perkotaan Indonesia (Indonesia Urban Water, Sanitation, and Hygiene/IUWASH). USAID mengakui bahwa keberhasilan dalam meningkatkan akses terhadap air bersih yang telah dicapai saat ini hanya dapat dipertahankan keberlanjutannya

apabila pemerintah daerah mulai secara sadar menyusun rencana menghadapi iklim yang lebih tak menentu, dan selanjutnya juga menjalankan langkah-langkah yang diperlukan untuk melindungi sumberdaya alam dan infrastruktur yang ada di wilayah mereka.

4. Adaptasi Perubahan Iklim IUWASH Untuk diketahui bahwa dimasukkannya persoalan perubahan iklim dalam Proyek IUWASH bukan keputusan program yang berdiri sendiri, namun sejalan dengan strategi USAID untuk mengintegrasikan perubahan iklim ke dalam programnya di seluruh dunia. Misi yang luas ini dibagi ke dalam tiga sasaran strategis berikut : 1. Mempercepat transisi ke pembangunan rendah emisi melalui investasi pada energi bersih dan kelestarian lingkungan; 2. Meningkatkan daya tahan manusia, tempat, dan mata pencarian melalui investasi dalam adaptasi; dan 3. Memperkuat hasil pembangunan dengan mengintegrasikan perubahan iklim ke dalam program, pembelajaran, dialog kebijakan, dan operasional USAID. Berkaitan dengan fokus tersebut, USAID menguraikan bahwa adaptasi terhadap perubahan iklim adalah upaya-upaya yang â&#x20AC;&#x153;membantu melindungi investasi yang telah ada dari dampak perubahan iklim, mempertahankan kemajuan pembangunan dan menunjang keamanan ekonomiâ&#x20AC;?. Selain itu peningkatan kapasitas adaptasi mitra lokal memiliki banyak segi, dan dengan demikian upaya untuk mengembangkan kapasitas ini bisa meliputi meningkatkan pemahaman mengenai perubahan iklim secara menyeluruh, analisis kerentanan yang dihadapi secara kelembagaan, kemampuan mengintegrasikan perubahan iklim ke dalam skenario perencanaan jangka panjang, dan juga kemampuan untuk menanggapi ancaman yang terus berkembang.

USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE

5. Gambaran Umum Toolkit Toolkit ini merupakan suatu bunga rampai dan pembelajaran dari kegiatan IUWASH, dan bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan rujukan yang luas kepada semua pihak yang terkait tentang perencanaan adaptasi perubahan iklim, khususnya sektor air baku sebagai penyediaan air minum. Buku ini diharapkan akan menjadi pedoman bagi pengambil kebijakan, utamanya sebagai alat untuk mengkaji tentang adaptasi perubahan iklim pada sektor sumber daya air sebagai air minum. Semua stakeholder yang terkait dalam kegiatan ini utama nya adalah SKPD terkait seperti Bappeda, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Energi & Sumber Daya Mineral, Badan Lingkungan Hidup Daerah, serta Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) selaku pelaku utama penyediaan air di Indonesia. Demikian hal nya juga bagi Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang terkait dalam pengelolaan lingkungan dan sumber daya alam serta masyarakat umum yang juga merupakan pelaku utama dalam penggunaan sumber daya air ini. Dengan diterbitkannya buku ini, di harapkan semua pihak dapat menggunakan nya sebagai pedoman dan mengintegrasikan nya dalam proses perencanaan bagi pembangunan di sektor sumber daya air.

6. Kondisi Umum Sumber Air Baku di Indonesia Sumber daya air di Indonesia saat ini sudah terdampak oleh perubahan iklim. Hal ini sudah dapat terlihat dari turunnya kuantitas dan kualitas terhadap air baku bagi penyediaan air bersih. Menurut Peta Ketersediaan Sumber Daya Air di Indonesia oleh Litbang, Ditjen Sumber Daya Air tahun 2001, maka dapat dilihat kondisi nya sudah cukup memprihatinkan.

www.iuwash.or.id

Ketersediaan air di Pulau Jawa sangat-sangat kritis, yaitu hanya sebesar 1.600 m3/kap/th (terendah) sedangkan di Papua/Maluku 25.500 m3/kap/th (tertinggi). Di lain pihak luas Pulau Jawa 7% dari keseluruhan luas Indonesia dan memiliki hanya 4,5% potensi total air bersih secara keseluruhan dan dihuni 65% penduduk Indonesia. Dengan data seperti di atas, dapat di bayangkan bagaimana permasalahan penurunan air baku di Pulau Jawa akan menjadi issu utama dalam beberapa tahun kedepan.

7. Kondisi Umum PAM di Indonesia Pemenuhan kebutuhan air minum di Indonesia sampai saat ini masih cukup rendah. Menurut data dari BPPSPAM tahun 2014, Akses air minum secara nasional saat ini baru mencapai 55,04%, yang terdiri dari penduduk perkotaan sebesar 52,16% dan penduduk pedesaan baru sebesar 57,87%. Akses pelayanan air minum ini sebenarnya telah mengalami peningkatan dari tahun 2009, dimana capaian cakupan pelayanan secara nasionalÂ adalah 47,71%, yang terdiri dari 49.82% cakupan pelayanan perkotaan, dan 45.72% cakupan pelayanan di perdesaan. Berbagai permasalahan masih mendera SPAM di Indonesia. Selain cakupan pelayanan yang masih rendah, permasalahan lain dalam pengembangan SPAM diantaranya keterbatasan air baku, angka Non Revenue water (NRW) masih cukup tinggi yaitu 33%, serta tarif yang belum Full Cost Recovery (FCR). Menurut data dari PDAM sebagai pelaku utama penyediaan dan pelayanan air bersih, menunjukkan telah terjadi permasalahan yang di akibatkan secara langsung oleh penurunan sumber air baku mereka. Sebagai contoh pada sumber air permukaan, penurunan kuantitas air sungai dan bendungan akibat dari perubahan pola hujan sudah sangat di rasakan. Selain itu juga efek dari banjir akibat peningkatan intensitas curah hujan pada waktu tertentu mengakibatkan penurunan kualitas yang sangat drastis, sehingga tidak bisa di olah oleh sistem pengolahan yang ada.

Panduan Perencanaan Adaptasi Perubahan Iklim Sistem Penyediaan Air Minum

Gambar 1. Peta Ketersediaan Sumber Daya Air Indonesia

Perubahan iklim juga mengakibatkan peningkatan terhadap bencana alam, yaitu banjir, kekeringan, longsor dan kenaikan muka air laut di beberapa kota pesisir. Kondisi ini diperparah dengan belum adanya integrasi perencanaan pengelolaan sumber daya air di Indonesia. Kebijakan tentang ini masih sangat bersifat sektoral dan tidak ada arahan yang jelas dari kepala daerah tentang pengelolaan air. Dengan trend perubahan iklim yang semakin besar, maka diperlukan suatu perencanaan dan arahan yang jelas dalam rangka mengantisipasi pengelolaan sumber daya air ini di masa mendatang. IUWASH membantu pemerintah daerah dalam rangka antisipasi dan adaptasi terhadap sumber daya air, dengan cara menyiapkan metode, pelatihan sumber daya manusia, serta bantuan berupa implementasi berbagai upaya adaptasi bidang sumber daya air di berbagai wilayah di Indonesia.

8. Pemanfaatan Air di Indonesia Menurut data dari Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) SDA Departemen Pekerjaan Umum, tahun 2012, menyatakan bahwa potensi sumber daya air di Indonesia adalah sebesar 3.906.500 juta m3/tahun. Dari total potensi tersebut yang dapat dimanfaatkan

sebesar 691.300 juta m3/tahun atau sekitar 18% dari total potensi yang ada. Dari total yang dapat dimanfatkan, kapasitas yang sudah terpasang sebesar 175.100 juta m3/tahun (25,3%) dan sebesar 516.200 juta m3/tahun masih belum terpasang. Masih menurut data dari Puslitbang SDA, membagi pemanfaatan air di Indonesia menjadi 2 yaitu pemanfaatan dari sisi Domestic Municipal Industri (DMI) dan sumber irigasi. Pemanfaatan dari sisi DMI adalah sebesar 34.100 juta m3/tahun (19,5%), sedangkan dari sisi irigasi sebesar 141.000 juta m3/ tahun (80,5%). Jika pemanfaatan DMI lebih di perdalam lagi, maka pemakaian untuk kebutuhan Domestic Municipal (Perumahan) adalah sebesar 6.400 juta m3/tahun (3,7%), dan sektor industri sebesar 27.700 juta m3/tahun (15,8%).

USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE

www.iuwash.or.id

9. Dampak Perubahan Iklim dan Sumberdaya air Indonesia Kondisi perubahan iklim telah mengakibatkan dampak yang serius pada sumber daya air. Seperti diketahui bahwa perubahan pola hujan (hujan dan kemarau) menjadi penyebab utama kelangkaan air. Hal ini di perparah dengan perilaku kegiatan manusia yang mengakibatkan juga penurunan kualitas air. Suhu yang tinggi mengakibatkan kemarau panjang, berdampak pada kekeringan di sebagian besar wilayah di Indonesia. Sedangkan hujan dengan intensitas tinggi dan durasi yang pendek, mengakibatkan banjir dan longsor. Selain itu penurunan muka air tanah yang sangat cepat, akibat dari pemakaian air tanah yang tidak terkendali (over pumping), mengakibatkan amblesan tanah dan intrusi air laut dibeberapa kota. Dampak lanjutannya adalah banjir dan genangan, serta banjir rob akibat masukknya air laut ke daratan. Dengan semakin meningkatnya frekuensi bencana kekeringan, banjir, longsor serta kenaikan air laut ini, maka telah menyebabkan menurunnya kuantitas dan kualitas air baku untuk air bersih. Dalam hal ini maka kegiatan IUWASH ditekankan pada pengelolaan asetaset yang dimiliki pemerintah daerah, baik aset alamiah berupa air permukaan dan air tanah maupun aset terbangun untuk SPAM, seperti pipa transmisi, instalasi pengolahan air, maupun bangunan reservoir. Perubahan iklim diperkirakan membuat ancaman terhadap keamanan sumber daya air Indonesia menjadi semakin parah. Dari berbagai studi dan referensi, diketahui bahwa iklim Indonesia telah berubah. Dan proyeksi perubahan yang mungkin terjadi di masa mendatang akan membahayakan keamanan sumber daya air. • SUHU Indonesia telah mengalami peningkatan suhu rata-rata udara di permukaan tanah

sekitar 0,5°C di abad ke-20 ((BAPPENAS, 2009), atau 0,3°C sejak 1990 (Bank Dunia). Rata-rata suhu Indonesia diproyeksikan meningkat sebesar 0,8°C hingga 1,0°C antara tahun 2020-50, jika dibandingkan dengan periode data dasar tahun 19611990 (BAPPENAS, 2010), dan antara 2,1°C dan 3,4°C pada tahun 2100 (Boer dan Faqih, 2005, Rataq, 2007). Meningkatnya suhu mengakibatkan semakin tingginya penguapan. Hal ini dapat meningkatkan kejadian bencana berupa kekeringan, banjir dan tanah longsor, dan juga efek tidak langsung berupa berbagai penyakit akibat kekurangan air.

• CURAH HUJAN Indonesia mengalami penurunan curah hujan tahunan di wilayah selatan dan peningkatan curah hujan di wilayah utara (Bank Dunia, 2011). Secara keseluruhan, terjadi penurunan curah hujan tahunan pada beberapa dasawarsa terakhir (Aldrian, 2007). Pola hujan musiman juga telah bergeser sehingga di wilayah selatan pada musim hujan curah hujan meningkat, sementara curah hujan musim kemarau di wilayah utara turun. Di masa mendatang diperkirakan musim kemarau berlangsung lebih panjang sementara musim hujan lebih singkat namun lebih lebat, sehingga risiko kekeringan, banjir dan erosi meningkat secara signifikan (Rataq, 2007, BAPPENAS, 2009). Di samping itu itu resapan ke akuifer berkurang. Meningkatnya banjir dapat memperburuk risiko kontaminasi sumber air dan risiko korban jiwa, harta benda dan infrastruktur kecuali jika ada tindakan untuk mengurangi risiko ini. Meningkatnya erosi tanah bisa mengubah sistem aliran air baku dan daya tampung badan air. Bencana longsor juga kemungkinan meningkat jumlahnya, sejalan dengan meningkatnya erosi, curah hujan dan limpasan.

Panduan Perencanaan Adaptasi Perubahan Iklim Sistem Penyediaan Air Minum

Sumber : Susandi, 2004

• CUACA EKSTREM Kejadian cuaca ekstrem di Indonesia sudah mengalami peningkatan (Boer dan Perdinan, 2008) dan pola cuaca kemungkinan juga akan lebih sulit diprediksi. Banjir diperkirakan makin sering terjadi, karena pola hujan yang lebih singkat namun lebih lebat (Rataq, 2007, Susandi, 2007). Temperatur yang lebih tinggi pada musim kemarau yang lebih panjang juga akan meningkatkan risiko kebakaran hutan. Perubahan kecepatan dan arah angin, tekanan udara, pembentukan awan, arus laut, suhu dan tinggi muka laut juga kemungkinan dapat menimbulkan badai dan topan yang lebih parah. Risiko terbesar dari ini semua ditanggung oleh wilayah pesisir.

Sumber : Batisti et al (2006), presentasi R. Boer Gambar 2. Prediksi pergeseran pola curah hujan Indonesia karena perubahan iklim (UNDP, 2007)

• KENAIKAN MUKA LAUT Sejak 1980-an, di banyak lokasi telah teramati peningkatan muka laut sebesar 1 hingga 9 mm per tahun (KLH, 2007a). Panel Antar Pemerintah untuk Perubahan Iklim (Intergovernmental Panel on Climate Change/IPCC, 2007) memprediksi peningkatan muka laut akan berlanjut sebesar 1,3 (±0,7) mm per tahun selama beberapa dasawarsa ke depan. Namun, sejumlah model memproyeksikan peningkatan muka laut di Indonesia sebesar 6 hingga 8 mm per tahun, sehingga mencapai peningkatan kira-kira 195 mm pada 2030, 320 mm pada 2050, dan 700 mm pada 2100 (BAPPENAS, 2010). Indonesia dapat kehilangan ratusan pulau kecil karena perubahan iklim ini (KLH, 2007a). Sebaliknya, pada saat yang bersamaan banyak wilayah perkotaan yang mengalami penurunan muka tanah yang akibat pengambilan air tanah berlebihan. Contohnya, permukaan tanah Jakarta turun beberapa sentimeter tiap tahun—sampai sekitar 30 cm per tahun di beberapa wilayah dan paling sedikit 12 cm per tahun di wilayah pesisir Jakarta Utara (Djaja dkk., 2004). Karena muka laut semakin tinggi, tanah-tanah ini akan tergenang (UNDP, 2007). ENSO juga ditemukan berkorelasi dengan semakin banyaknya kejadian gelombang besar setinggi 2-5 meter di sekitar pantai. Dan gelombang besar ini akan semakin intens akibat pemanasan

USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE

global. Muka laut yang lebih tinggi secara langsung mengancam jutaan orang yang tinggal di sepanjang pesisir di seluruh kepulauan Indonesia, kota-kota besar, industri, pertanian, ekosistem air tawar pesisir, dan juga akuifer air tanah produktif dan tanah-tanah subur akibat intrusi air laut

10. Konsep Adaptasi Perubahan Iklim IUWASH

www.iuwash.or.id

bahasa Indonesia, lokakarya adalah suatu acara di mana beberapa orang berkumpul untuk memecahkan masalah tertentu dan mencari solusinya. Sebuah lokakarya adalah pertemuan ilmiah yang kecil. Tujuan dari dilaksanakannya lokakarya ini adalah untuk mendapatkan konsensus bersama atas permasalahan yang dihadapi serta untuk meningkatkan kemampuan (capacity building) bagi para pemangku kepentingan.

Secara garis besar konsep dan strategi adaptasi perubahan iklim terhadap sumberdaya air yang dikembangkan oleh IUWASH adalah menggunakan 7 tahapan pekerjaan di tabel di bawah ini. Didalam semua tahap pelaksanaan, IUWASH selalu melaksanakan lokakarya atau konsultasi publik untuk mendapatkan persetujuan dari semua stakeholder untuk melanjutkan ke tahap selanjutnya. Menurut definisi dari Wikipedia Gambar 3. Lokakarya pembahasan rancangan peraturan.

BAB II

PENILAIAN KERENTANAN SUMBERDAYA AIR 1. Penentuan Lokasi KKPI Studi Kerentanan mempertimbangkan kriteria berikut: • Tingkat Risiko saat ini Team IUWASH melakukan kajian awal tentang potensi dan kendala yang dihadapi oleh PDAM saat ini, terutama berkaitan dengan potensi dan kendala sumberdaya air baku saat ini, serta berbagai tantangan yang akan dihadapi dimasa yang akan datang berkaitan dengan perencanaan pengembangan kualitas pelayanan dan cakupan wilayah pengembangan. • Motivasi dan Komitmen PDAM Komitmen dan motivasi PDAM dalam mengatasi semua kendala yang dihadapi berkaitan dengan pelayanan, pemgembangan dan keterbatasan air baku saat ini, serta pemahamannya terhadap berbagai kemungkinan dampak negative dari perubahan iklim terhadap sumberdaya air baku. • Dukungan dan Komitmen Pemerintah Daerah

Faktor yang sangat penting adalah adanya komitmen, kemauan dan kesadaran dari pihak pemeritah daerah yang memberikan dukungan penuh terhadap kemajuan dan kemandirian PDAM dalam pelayanan air bersih, termasuk dukungan pemerintah daerah terhadap perencanaan pengembangan dan cakupan pelayanan, termasuk upaya-upaya dalam perlindungan dan pengelolaan sumberdaya air baku PDAM. • Keterwakilan Wilayah Kerja IUWASH berusaha mempertahankan keseimbangan jumlah institusi penyedia layanan air minum dalam mengatasi risiko perubahan iklim di tiap wilayah. Setelah ditentukan lokasi dengan pertimbangan diatas, maka akan ditentukan lebih dalam lokasi fokus kerja berdasarkan pertimbangan sumber air yang di pakai, termasuk jumlah layanan nya, kondisi sumber daya air nya serta data sumber air selama dekade terakhir, apakah ada perubahan kuantitas dan kualitas nya. Pada tahapan ini akan di tentukan kerangka kerja untuk di tindaklanjuti pada tahap kajian kerentanan perubahan iklim (KKPI).

2. Kajian Kerentanan Perubahan Iklim (KKPI) Setelah dapat ditentukan lokasi focus kegiatan yang terpilih berdasarkan hasil kajian awal team IUWASH tersebut maka selanjutnya akan dilakukan kajian yang lebih terinci, lebih

komprehensif yang menelaah dan menganalisis kondisi saat ini (existing) dan kajian-kajian proyeksi ke depan berkaitan dengan sumberdaya air di wilayah tersebut. Dimana

USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE

kajian atau studi ini disebut dengan Kajian Kerentanan Perubahan Iklim (KKPI). Data dan informasi penting yang diharapakan dari kajian ini selain menganalisis permasalahan yang ada saat ini adalah melakukan analisis proyeksi potensi dan kebutuhan sumberdaya air dimasa depan, baik yang dipengaruhi oleh adanya perubahan iklim ataupun tanpa adanya kejadian perubahan iklim. Kajian kerentanan perubahan iklim ini bertujuan untuk memotret semua kondisi dan permasalahan yang dihadapi oleh PDAM saat ini dan proyeksi dimasa yang akan datang, khususnya dalam penyediaan dan ketersediaan air bakunya, baik dengan skenario terjadinya perubahan iklim ataupun tanpa kejadian perubahan iklim. Selanjutnya juga dalam kajian ini akan dikaji secara detil dan rinci berbagai bencana akibat terjadinya perubahan iklim (bencana hidrometeorologi) seperti bencana banjir, kekeringan, tanah longsor dan kenaikan muka air laut yang akan secara langsung atau tidak langsung akan berdampak kepada proses produksi dan pelayanan air bersih oleh PDAM.

www.iuwash.or.id

Banyak aspek lainnya yang dikaji baik menyangkut aset alami (sumberdaya air baku) baik air permukaan, air tanah dan mata air juga aspek aset terbangun (infrastruktur PDAM) lainnya, seperti intake, pipa transmisi, WTP, kantor, reservoar yang akan terpengaruh oleh bencana hidrometerologi tersebut. Cakupan wilayah kajian pada proses analisisnya tidak dibatasi oleh batas administrasi tetapi mencakup Daerah Aliran Sungai (DAS) dan batas Cekungan Air tanah (CAT) yang meliputi wilayah kajian yang dimaksud. Studi hidrologi dibatasi oleh batas Daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu aliran air yang melewati wilayah penelitian dibatasi oleh titik-titik tinggi dimana air yang berasal dari air hujan jatuh dan terkumpul dalam satu sistem. Kajian hidrologi dalam studi ini diperlukan guna mengetahui pemanfaatan air permukaan, kondisi lingkungan DAS dan sumber pencemar yang berpotensi mencemari badan air permukaan (sungai). Sedangkan studi hidogeologi dibatasi oleh batas Cekungan Air Tanah (CAT) yang telah ditentukan oleh Kementerian ESDM (Energi dan Sumber Daya

Sumber : United States of Geological Survey (USGS) (Dari www.wikipedia.com)

Panduan Perencanaan Adaptasi Perubahan Iklim Sistem Penyediaan Air Minum

Mineral). Pembagian batasan CAT utamanya didasarkan pada perbedaan produktifitas dan penyebaran air tanah / akuifer. Sebagaimana di ketahui bahwa ketersediaan air di bumi bersifat tetap, dengan mengikuti siklus yang di kenal dengan siklus hidrologi. Siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dan terputus dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi. Kondensasi atau pengembunan adalah proses perubahan wujud dari bentuk uap (gas) menjadi berupa cair sebagai akibat perubahan tekanan dan tempertur. Kondensasi terjadi ketika uap didinginkan menjadi cairan, tetapi dapat juga terjadi bila sebuah uap dikompresi (yaitu, tekanan ditingkatkan) menjadi cairan, atau mengalami kombinasi dari pendinginan dan kompresi. Cairan yang telah terkondensasi dari uap disebut kondensat. Presipitasi atau hujan adalah setiap produk dari kondensasi uap air di atmosfer. Ia terjadi ketika atmosfer menjadi jenuh dan air kemudian terkondensasi dan keluar dari larutan tersebut (terpresipitasi). Udara menjadi jenuh melalui dua proses, pendinginan atau penambahan uap air. Presipitasi yang mencapai permukaan bumi dapat menjadi beberapa bentuk, termasuk diantaranya hujan, hujan beku, hujan rintik, salju, dan hujan es. Presipitasi adalah salah satu komponen utama dalam siklus air, dan merupakan sumber utama air tawar di bumi ini. Penguapan atau evaporasi adalah proses perubahan wujud dalam bentuk (fasa) cair menjadi uap (atau gas). Proses ini adalah kebalikan dari kondensasi. Umumnya penguapan dapat dilihat dari lenyapnya cairan secara berangsur-angsur ketika terpapar pada gas dengan volume signifikan. merupakan pergerakan air di dalam tumbuhan yang hilang melalui stomata akibat diuapkan oleh daun. Evapotranspirasi adalah bagian terpenting dalam siklus air.

Transpirasi adalah penguapan air yang dilakukan oleh tumbuhan (bagian daun) sebagai hasil dari fotosintesa. Transpirasi berbeda dengan penguapan/evaporasi sederhana karena berlangsung pada jaringan hidup dan dipengaruhi oleh fisiologi tumbuhan. Evapotranspirasi adalah gabungan evaporasi dan transpirasi tumbuhan yang hidup di permukaan bumi. Air yang diuapkan oleh tanaman dilepas ke atmosfer. Evaporasi merupakan pergerakan air ke udara dari berbagai sumber seperti tanah, atap, dan badan air. Transpirasi Di dalam kajian kerentanan iklim ini didasarkan pada bagan alir seperti Gambar 4. Beberapa data yang harus di peroleh dalam kegiatan studi ini antara lain : • Data yang berhubungan dengan kualitas dan kuantitas, yang mencakup sumberdaya air permukaan, mata air maupun air tanah dari sumur bor dalam. • Data dasar dan informasi tentang hidrologi, geologi, hidrogeologi, topografi, tata guna lahan dan sumber polusi untuk setiap daerah tangkapan air baku . • Seri data dan informasi mengenai iklim dalam periode 10 s/d 30 tahun, termasuk data hujan, data temperature, data angin, data kelembaban, intensitas sinar matahari, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan data dan informasi iklim. • Rekomendasi untuk mendapatkan sumber air baku alternatif yang potensial yang dapat digunakan di masa yang akan datang. • Data dan informasi tentang infrastruktur, termasuk produksi air bersih, pipa distribusi dan transmisi serta reservoir dan lain-lain. • Data dan informasi mengenai sejarah kebencanaan terhadap sumberdaya dan

USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE

www.iuwash.or.id

Gambar 4. Bagan Alir Kajian Kerentanan Perubahan Iklim

infrastruktur, termasuk akibat banjir, longsor, kekeringan, kenaikan muka air laut, serta intrusi air asin. Informasi ini termasuk kerusakan yang dialami, biaya yang harus ditanggung, area yang rusak termasuk juga pembuatan program dan tindakan yang perlu dilakukan untuk mencegah berulangnya kejadian tersebut. â&#x20AC;˘ Proyeksi kebutuhan sumberdaya air dan proyeksi jumlah pelanggan (supply and demand), serta berbagai aspek yang berhubungan dengan pelayanan air bersih lainnya. â&#x20AC;˘ Berbagai data dan peta tematik yang berkaitan dengan rencana pengembangan PDAM atau layanan air bersih di wilayah tersebut

3. Alat Bantu Analisis Kajian Kerentanan Perubahan Iklim ini merupakan kajian yang komprehensif sehingga dalam proses kajian dan analisisnya akan memakai berbagai metoda dan alat bantu yang disesuaikan dengan kaidah-kaidah ilmiah dan akademik yang lazim dalam suatu kajian ilmiah, beberapa metodan dan alat bantu yang dipakai dalam kajian ini antara lain : analisa geospasial, climate wizard. Alat-alat bantu analisa dapat di jelaskan sebagai berikut :

A. Analisa Geospasial Risiko yang ditimbulkan oleh perubahan iklim pada dasarnya bersifat spasial, atau berhubungan erat dengan karakteristik geografis dari lokasi tertentu termasuk pola

Panduan Perencanaan Adaptasi Perubahan Iklim Sistem Penyediaan Air Minum

penggunaan lahan, jarak dengan badan air di wilayah daratan dan pesisir, topografi (kemiringan), dan kepadatan penduduk. Sistem informasi geografis (Geographic information systems/GIS) adalah alat bantu yang tepat untuk menganalisis dan memvisualisasi bagaimana perubahan iklim akan meningkatkan atau menimbulkan risiko baru terhadap sumberdaya alam atau sumberdaya konstruksi. Untuk tujuan ini, IUWASH mengembangkan jenis analisis spasial di dalam skenario ambang dasar, meliputi hal-hal sebagai berikut : • Pola Penggunaan Lahan Daerah Aliran Sungai. • Pola Banjir Historis. • Geologi/Hidrogeologi. • Risiko Longsor. Selain menyusun analisis spasial untuk skenario ambang dasar, IUWASH juga mengkaji bagaimana lokasi dan tingkat parahnya risiko tertentu dapat berubah di dalam skenario berdasar perubahan iklim. Dengan analisa geospasial, dapat juga memetakan batasbatas daerah tangkapan hujan di wilayah hulu (sungai, mata air) dan mengidentifikasi pemerintah daerah mana yang bertanggung jawab untuk memelihara / meningkatkan kualitas daerah tangkapan masingmasing sumber air nya.

B. Climate Wizard (Model Sirkulasi Umum) Model Sirkulasi Umum (General Circulation Model/GCM)—juga dikenal dengan nama Global Climate Model—merupakan alat yang penting untuk menyusun skenario berdasar perubahan iklim. Secara sederhana, GCM adalah proyeksi matematis hasil perhitungan komputer tentang bagaimana kemungkinan reaksi iklim global terhadap “daya pembentuk iklim” seperti emisi gas rumah kaca. Sebagai suatu model, GCM memiliki beberapa keterbatasan penting. Pertama, kemampuan GCM untuk memprediksi secara akurat fluktuasi suhu dan curah hujan di tingkat regional dan lokal menurun, karena model ini tidak memperhitungkan karakteristik lokal seperti jarak ke badan air dan faktor topografis lain yang memiliki pengaruh penting terhadap pola cuaca lokal. Kedua, mekanisme umpan balik iklim, seperti naiknya tingkat uap air, tudung awan, dan sirkulasi laut masih sulit untuk diprediksi dalam model iklim dan berpotensi besar mengubah iklim masa depan.

Akhirnya, selain untuk alat bantu analisis, analisis geospasial juga merupakan alat bantu komunikatif. Maksudnya, Geographical Information System menjadi cara yang tepat untuk memaparkan informasi secara visual menyangkut kerentanan sumberdaya alam dan sumberdaya fisik.

Gambar 5. Analisa Geospasial dalam kerentanan sumber daya alam

USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE

www.iuwash.or.id

Gambar 6. Analisa Geospasial dalam kerentanan sumberdaya fisik

Dalam menyusun skenario yang mungkin akan terjadi, keluaran yang ditunjukkan GCM dapat membantu membangkitkan diskusi di kalangan pemangku kepentingan tentang bagaimana dampak perubahan iklim terhadap lingkungan hidup setempat di dasawarsa mendatang. Karena GCM memiliki keterbatasan untuk memprediksi dampak perubahan iklim lokal secara akurat, maka hal itu lebih baik

ditafsirkan sebagai salah satu kemungkinan yang dapat terjadi saat konsekuensi yang timbul karena perubahan iklim benar-benar terjadi. Sekalipun demikian, apabila dipaparkan secara grafis dan dibandingkan dengan kondisi iklim saat ini, hal itu dapat menjadi sumber bagi diskusi mendalam antara staf penyedia layanan air minum, pejabat pemerintah daerah, dan pemangku kepentingan lainnya.

4. Matrik Risiko Aset (MRA) Matrik Risiko Aset adalah sebuah analisis risiko probabilistik yang menawarkan satu pendekatan untuk menghitung risiko sekumpulan sumberdaya. Seperti yang dinyatakan IPCC (2012), apabila dijalankan berdasar sebuah kerangka kerja tata kelola risiko yang lebih luas, analisis risiko probabilistik (ARP) merupakan cara yang tepat untuk “membantu mengalokasikan dan mengevaluasi upaya-upaya mengelola risiko.” Secara sederhana, ARP didefinisikan sebagai: Risiko = Probabilitas × Konsekuensi Gambar di bawah menunjukkan contoh hubungan antara probabilitas dan konsekuensi,

dan dalam contoh tersebut instalasi pengolahan air memiliki probabilitas “besar” dan konsekuensi “tinggi”, yang artinya instalasi itu menghadapi tingkat risiko ekstrem. Dalam banyak hal, konsep probabilitas dan konsekuensi berkaitan langsung dengan paparan dan kerentanan. Sumberdaya yang tingkat paparannya rendah, misalnya, akan memiliki kemungkinan rendah mengalami bahaya; demikian juga, sumberdaya yang amat rentan cenderung akan menghadapi konsekuensi yang lebih berat daripada yang kerentanannya rendah. Dari konsep analisis risiko probabilistik ini,

Panduan Perencanaan Adaptasi Perubahan Iklim Sistem Penyediaan Air Minum

Gambar 7. Contoh hubungan probabilitas dan konsekuensi

IUWASH mengembangkan Matriks Risiko Aset, sebuah alat bantu penilaian risiko semikuantitatif untuk membantu institusi penyedia layanan air minum mengevaluasi tingkat risiko yang dihadapi sumberdaya alam dan konstruksi mereka. Lebih jelasnya, Matriks Risiko Aset (MRA) memberikan cara untuk menghitung

nilai risiko sederhana untuk sumberdaya di masing-masing subsistem sumberdaya air, yang mana â&#x20AC;&#x153;subsistemâ&#x20AC;? di sini didefinisikan sebagai serangkaian sumberdaya yang saling terhubung untuk mengambil air dari lingkungan alam, menyalurkannya, mengolahnya, dan menyimpannya.

5. Metode Skoring MRA Metodologi pemberian skor dan pelaksanaan Matriks Risiko Aset akan diuraikan secara lebih rinci. Langkah â&#x20AC;&#x201C; Langkah dalam analisa resiko adalah sebagai berikut : A. Metodologi Pemberian Skor Untuk mengevaluasi tingkat risiko masingmasing subsistem sumberdaya air, IUWASH berkolaborasi dengan Pemerintah Daerah untuk menentukan tingkat probabilitas dan konsekuensi masing-masing sumberdaya pada subsistem tersebut. Untuk menetapkan tingkat probabilitas ancaman bahaya tertentu, analisis skenario ambang dasar menggunakan data historis untuk menilai frekuensi empat jenis ancaman: banjir, kekeringan, longsor, dan kenaikan muka laut. Contohnya, tingkat probabilitas terjadinya banjir dapat didasarkan pada data curah hujan atau debit sungai jangka panjang, yang umumnya dinyatakan dalam bentuk banjir 2-tahunan (1 dari 2),

10-tahunan (1 dari 10), atau 100-tahunan (1 dari 100). Gambar diatas memperlihatkan definisi dan kategori penilaian, dengan skor tinggi untuk kerusakan fisik yang besar dan skor rendah untuk kerusakan kecil atau tidak ada kerusakan. Apabila informasi mengenai kerusakan yang pernah terjadi bisa ditentukan berdasarkan kejadiannya, pendekatan yang lebih kuantitatif bisa dikembangkan. Terakhir, setelah skor untuk masing-masing subsistem ditetapkan, skor ini juga bisa disesuaikan (diberi pembobotan) berdasarkan persentase masyarakat yang dilayani, tingkat kemiskinan, atau faktor-faktor lain. Contohnya, jika instalasi pengolahan air melayani setengah populasi di satu kota, dampak dari bahaya yang dialami fasilitas ini akan lebih tinggi daripada mata air yang melayani hanya 10% populasi.

USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE

www.iuwash.or.id

Gambar 8. Definisi dan Kategori Penilaian

B. Pelaksanaan Matriks Resiko Aset (MRA) Dalam pelaksanaan Matrik Resiko Aset ini didasarkan dari hasil analisa dari alat bantu yang dilaksanakan pada tahap Kajian Kerentanan Perubahan Iklim (KKPI). Dasar pengkajian terutama menggunakan analisa geospasial, yang secara visual dapat menunjukkan nilai kerentanan suatu aset yang akan di ukur. Pemahaman visual tentang detail lokasi, morfologi, bentang alam yang ada akan mempermudah untuk melihat seberapa besar tingkat kerentanan suatu aset yang ada. Matriks Risiko Aset dipergunakan pada dua skenario, yakni dalam skenario ambang dasar (rona awal) dan penilaian skenario berdasar perubahan iklim. Dengan memperhatikan skenario ambang dasar, MRA akan dipergunakan mengukur risiko terhadap sumberdaya di dalam iklim saat ini. Dengan kata lain, berdasarkan data historis dan

masukan dari pemangku kepentingan lokal, seberapa besar probabilitas dan besar dampak dari ancaman yang telah diketahui saat ini. Jenis-jenis risiko yang berpotensi meningkat antara lain: • • • •

Sumber Air Baku: Pipa Transmisi Instalasi Pengolahan Air Minum Tandon air

Yang penting diingat bahwa Matriks Risiko Aset ini adalah alat bantu penilaian cepat berdasarkan ukuran kualitatif. Dengan demikian, alat ini tidak dimaksudkan untuk memberikan jawaban yang terperinci dan langkah-langkah pasti, tetapi untuk memberi dasar bagi proses penilaian kerentanan, sehingga memberi pendekatan yang sistematis untuk mengevaluasi berbagai unsur risiko.

Gambar 9. Panduan Penilaian Resiko

Panduan Perencanaan Adaptasi Perubahan Iklim Sistem Penyediaan Air Minum

6. Skenario Dasar (Rona Awal) Skenario rona awal di buat berdasarkan ancaman bahaya baik historis maupun yang dihadapi saat ini, yang memperkirakan tingkat risiko sumberdaya alam dan konstruksi dalam kondisi iklim saat ini. Seperti yang dinyatakan sebelumnya, sumberdaya yang dimiliki badan penyedia layanan air minum sudah terancam

oleh berbagai bahaya yang telah ada termasuk banjir, kekeringan / kekurangan air, tanah longsor, dan kenaikan muka laut. Sasaran dari skenario risiko ambang dasar adalah untuk menyusun sebuah profil menyeluruh dari risiko yang dihadapi aset alami dan terbangun.

7. Skenario Perubahan Iklim Dengan informasi kuantitatif dan kualitatif yang dihimpun dari literatur, konsultasi lokal, dan model perubahan iklim, IUWASH selanjutnya menyusun satu atau dua skenario berdasar perubahan iklim (climate changedriven scenarios) yang akan menjadi titik rujukan untuk perencanaan adaptasi. Penggunaan skenario dimaksudkan untuk membantu mengatasi ketidakpastian cukup besar pada proyeksi perubahan iklim. Kami juga menekankan rentang, dari saat ini hingga pertengahan abad ini (2050). Berdasarkan skenario - skenario perubahan iklim, IUWASH selanjutnya meninjau peta kerentanan dan Matriks Risiko Sumberdaya PDAM yang telah disusun pada skenario ambang dasar (iklim saat ini) dan mengkaji bagaimana perubahan yang mungkin akan terjadi dapat semakin memperburuk (atau justru menghilangkan) risiko yang teridentifikasi. Secara lebih spesifik, skenario – skenario tersebut akan menjawab pertanyaanpertanyaan antara lain:

• Jenis sumberdaya alam apa (apakah air permukaan, mata air, atau air tanah) yang kemungkinan menghadapi risiko lebih tinggi berdasarkan skenario perubahan iklim? Apakah ada wilayah geografis tertentu, misalnya, yang mengalami risiko terbesar? • Jenis sumberdaya konstruksi apa (pompa hisap, instalasi pengolahan air, penampungan air, atau pipa distribusi) yang kemungkinan menghadapi risiko yang lebih tinggi berdasarkan skenario perubahan iklim? Apakah ada wilayah geografis tertentu yang mengalami risiko terbesar? • Bagaimana perubahan yang tampak akan mengubah angka-angka dalam Matriks Risiko Sumberdaya ? Dengan kata lain, sumberdaya yang mana yang seharusnya mendapat peningkatan angka dengan mempertimbangkan potensi ancaman perubahan iklim?

• Secara luas, apakah perubahan iklim yang diantisipasi akan memiliki dampak lebih besar pada sumberdaya alam PDAM atau pada sumberdaya konstruksinya?

• Bagaimana perubahan dalam skenario diterjemahkan menjadi revisi terhadap peta kerentanan? Dengan kata lain, apakah ada lokasi rawan yang perlu diperluas? Apakah perlu menambah lokasi rawan baru?

• Bagaimana kemungkinan perubahan keseimbangan sumberdaya dan permintaan berdasar skenario perubahan iklim?

• Sejauh mana kita juga dapat mengkuantifikasi peningkatan risiko ini dalam bentuk penurunan debit air baku, penurunan debit air bersih, jumlah

USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE

pelanggan yang tak terlayani/kurang terlayani, atau nilai sumberdaya yang mengalami risiko? Untuk membantu tercapainya konsensus pada pertanyaan penting di atas, IUWASH

www.iuwash.or.id

memfasilitasi sebuah lokakarya dengan badan layanan penyedia air minum dan pemerintah setempat, menyampaikan temuan awal dan meminta masukan dari sebanyak mungkin staf pemerintah daerah yang terkait.

8. Penentuan Aset paling rentan (Hot Spot) Berdasarkan skenario penilaian kerentanan, baik dasar dan perubahan iklim, maka akan di dapatkan daftar lokasi aset yang paling rentan (Hot Spot). Daftar ini lah yang akan di pakai oleh IUWASH untuk menyusun daftar lokasi dengan kerentanan yang tinggi, untuk selanjutnya akan di konsultasikan ke para pemangku kepentingan untuk dapat menyusun daftar prioritas untuk segera di tindaklanjuti ke tahap perencanaan adaptasi. Seperti di sampaikan pada paragraf sebelumnya, maka penentuan lokasi aset yang paling rentan ini akan di klasifikasikan menjadi 2 (dua) yaitu

aset alamiah dan aset terbangun. Sedangkan pembagian secara lebih detail tentang aset-aset ini adalah sebagai berikut : 1. Aset Alamiah terdiri dari Sungai, Mata Air, dan Sumur Dalam (Deep Well). 2. Aset Terbangun terdiri dari bangunan pengambilan (intake), saluran transmisi, bangunan pengolahan (IPA) dan reservoir. Selanjutnya kedua aset ini akan di analisa kerentanan nya dengan 3 (tiga) macam bahaya yaitu terhadap banjir, kekeringan dan longsor.

Gambar 10. Alur kerja perencanaan adaptasi

BAB III

PROSES PERENCANAAN ADAPTASI Menurut IPCC (2012) adaptasi terhadap perubahan iklim terjadi baik di sistem manusia maupun alam. Adaptasi dalam sistem manusia adalah “proses adaptasi terhadap iklim dan dampaknya, baik yang telah berlangsung maupun yang diperkirakan akan terjadi, untuk mengurangi dampak yang mungkin terjadi atau menggali peluang yang bermanfaat.” Sementara itu untuk sistem alam, adaptasi mengacu pada “proses adaptasi terhadap iklim dan dampaknya; peran manusia dapat memudahkan adaptasi untuk mencapai iklim yang diharapkan”. Dengan demikian, baik dalam konteks sistem manusia atau alam, adaptasi adalah proses, yang artinya ini bukan kegiatan bisa selesai dalam sekali jalan, namun merupakan langkah-langkah proaktif dan reaktif yang terus berulang dan semakin maju. Adaptasi perubahan iklim dapat memiliki berbagai bentuk. Secara luas, kegiatan tersebut dapat dikelompokkan dalam kategori-kategori berikut (Cabot Venton, 2012): • Perubahan Kegiatan yang Telah Ada/ Direncanakan. Salah satu jenis tanggapan adaptasi yang paling mudah dilakukan adalah mengubah kegiatan atau proyek yang telah memiliki anggaran, dan menyesuaikannya

berdasarkan pertimbangan perubahan iklim tertentu. • Pilihan Yang Tak Ada Ruginya/Kerugian Kecil (No/Low Regrets Option). Adaptasi “tak ada ruginya” adalah yang memberi manfaat bersih apapun dampak yang timbul dari perubahan iklim (IPCC, 2012). Dengan kata lain, pilihan adaptasi tak ada/rendah kerugian akan memberikan keuntungan pembangunan baik jika ilmu pengetahuan yang mendasari proyeksi iklim tersebut sepenuhnya akurat ataupun tidak. • Ketahanan berbasis kebijakan dan program. Mirip dengan pilihan tanpa rugi, langkah daya tahan lunak umumnya terdiri langkah mengatasi perubahan iklim yang berbasis kebijakan atau ekosistem dengan biayanya relatif rendah. • Ketahanan dengan implementasi jangka pendek. Seperti yang disiratkan namanya, tindakan daya tahan keras cenderung bersifat padat-infrastruktur dan sebelumnya membutuhkan uji tuntas yang lebih mendalam untuk memastikan bahwa tindakan ini tepat untuk dilakukan.

1. Proses Pemilihan Rencana Adaptasi Proses untuk mengidentifikasi pilihan adaptasi yang perlu dilakukan, dilakukan dengan jalur pembuatan keputusan dimulai dari “daftar panjang” menuju “daftar pendek”. Selanjutnya, tindakan yang masuk dalam daftar pendek

diberi tingkat prioritas untuk menentukan tindakan mana yang perlu dijalankan segera, dan mana yang direncanakan untuk jangka menengah dan panjang. Langkahnya secara spesifik diuraikan lebih terperinci di bawah ini.

USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE

www.iuwash.or.id

Gambar 11. Proses pemilihan rencana adaptasi

2. Menyusun Daftar Panjang Pilihan Adaptasi Langkah pertama adalah menyusun “daftar panjang” pilihan adaptasi yang dapat diambil untuk meningkatkan daya tahan sumberdaya alam dan konstruksi. IUWASH melakukan curah gagasan bersama pemerintah daerah untuk menyusun daftar lengkap berbagai tindakan potensial yang dapat diambil untuk mengatasi risiko yang telah diidentifikasi dalam tahap sebelumnya. Tabel dibawah ini mewakili contoh berbagai tindakan yang dapat diambil, termasuk tindakan yang telah dicantumkan dalam cakupan kerja IUWASH dan dengan demikian dapat didukung langsung oleh Proyek ini.

3. Membentuk Daftar Pendek Pilihan Adaptasi Pada tahap ini disusun daftar pendek berisi tindakan yang layak dilaksanakan dari berbagai tindakan potensial yang tercantum

dalam daftar panjang pilihan adaptasi. Ini merupakan salah satu tantangan terbesar dalam menyusun strategi adaptasi perubahan iklim, khususnya dalam lingkungan yang mengalami ketidakpastian yang cukup besar. Untuk membantu pemerintah daerah dalam mengidentifikasi daftar pendek atau portofolio pilihan adaptasi, IUWASH melakukan pemilihan rencana adaptasi berdasarkan pilihan-pilihan yang tersedia. Selanjutnya dari daftar pendek pilihan ini akan dikonsultasikan dalam sebuah lokakarya dengan para pemangku kepentingan, untuk mendapatkan daftar yang “disetujui” untuk di masukkan ke daftar rencana adaptasi. Untuk selanjutnya, daftar yang telah disetujui ini akan di jadikan dasar dalam penentuan daftar prioritas.

4. Menetapkan Prioritas di dalam Portofolio. Tergantung dari banyaknya isi daftar pendek portofolio tanggapan adaptasi dan juga ketersediaan sumber daya, selanjutnya perlu juga untuk melakukan penyusunan prioritas tindakan lebih lanjut. Dalam menentukan daftar prioritas ini didasarkan pada pertimbangan

Panduan Perencanaan Adaptasi Perubahan Iklim Sistem Penyediaan Air Minum

kemudahan pelaksanaan, ketersediaan teknologi, mempunyai dampak yang cepat, serta pertimbangan biaya pelaksanaan. Berbagai pertimbangan diatas dipakai dalam penentuan rencana prioritas yang akan dimasukkan dalam portofolio penyedia layanan air minum dan tentunya harus mendapatkan persetujuan dari pengambil kebijakan. Forum lokakarya akan digunakan sebagai alat untuk mendapatkan persetujuan tersebut diatas.

penerimaan politis, kecepatan pelaksanaan, dan besarnya kelompok penerima manfaat (dampak). Kriteria kemudian diberi angka (misalnya 1, 2, 3) atau peringkat (misalnya tinggi, sedang, rendah) untuk memudahkan perbandingan pilihan.

Di dalam menyaring daftar kegiatan dari daftar pendek ke daftar prioritas, IUWASH menggunakan alat bantu berupa Analisa Kriteria Umum (AKU). Secara sederhana, AKU adalah kerangka kerja pembuatan keputusan yang menilai dan membandingkan dampak dengan cara menggabungkan kriteria kuantitatif dan kualitatif (Cabot Venton, 2012). Contoh kriteria ini antara lain biaya, kerumitan teknis,

Seperti dijelaskan diatas, bahwa setelah di tetapkannya daftar prioritas adaptasi, maka IUWASH akan melakukan konsultasi dengan para pengambil keputusan, dalam hal ini kepala daerah, atau kepala dinas terkait. Dalam kondisi yang ideal, sebuah lokakarya di lakukan untuk mendapatkan keputusan dari kepala daerah, tentang pilihan program adaptasi yang akan dilakukan pada setiap aset pemerintah daerah,

5. Sosialisasi Rencana Adaptasi

USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE

disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. Namun demikian, pada kondisi yang lain, pihak IUWASH juga melakukan konsultasi secara personal (road show) dengan para pengambil keputuasan untuk mendapatkan persetujuan

www.iuwash.or.id

rencana adaptasi di masing-masing wilayah kerjanya. Tujuan utama dalam tahap konsultasi ini adalah untuk menentukan prioritas program adaptasi yang akan di laksanakan, oleh masingmasing pihak dan disesuaikan dengan program kerja strategis (renstra) Kabupaten tersebut.

ANALISA KRITERIA UMUM (Multi Criteria Analysis)

Analisis Kriteria Umum (AKU) membantu memberikan kerangka kerja pembuatan keputusan, yaitu mengidentifikasi dan menilai berbagai dampak dari sejumlah pilihan kebijakan atau adaptasi (Cabot Venton, 2012). Secara garis besar, analisis kriteria umum meliputi langkah-langkah utama berikut: • Mengidentifikasi Daftar Panjang Pilihan Adaptasi. Langkah pertama adalah mengidentifikasi “daftar panjang” pilihan adaptasi yang menjadi pertimbangan. • Mengidentifikasi Kriteria Evaluasi. Langkah kedua adalah pemerintah daerah menyampaikan dengan jelas bagaimana cara yang mereka inginkan untuk mengevaluasi berbagai pilihan adaptasi yakni dengan menentukan kriteria spesifik yang akan dipergunakan dalam analisis evaluasi tersebut. • Menyusun Metodologi Pemberian Nilai dan Pembobotan. Secara umum, penilaian AKU menggunakan cara sederhana untuk memberi nilai seperti dengan angka (1, 2, 3, dll.) atau kategori (rendah, sedang, tinggi). • Memberikan dan Menghitung Nilai. Setelah pendekatan pemberian nilai disepakati, pemangku kepentingan dapat mendiskusikan setiap pilihan adaptasi dan memberikan nilai tertentu, dan nilai yang diberikan untuk masing-masing kriteria akan digabungkan membentuk skor keseluruhan untuk masing-masing pilihan adaptasi. • Menyusun Peringkat Pilihan Adaptasi dan Mengidentifikasi Peringkat Atas. Untuk memudahkan proses pemilihan, “daftar panjang” pilihan adaptasi dapat diperingkat menggunakan nilai akhir yang diperoleh. Sekalipun sebuah pilihan adaptasi berada pada peringkat tertinggi, belum tentu hal itu harus dipilih. Namun, para pemangku kepentingan harus meninjau bersama-sama dan mendiskusikan hasilnya dan menentukan perubahan apa yang perlu dilakukan.

BAB IV

IMPLEMENTASI, INTEGRASI, PEMBELAJARAN Tahap akhir dari 7 (tujuh) langkah konsep kegiatan adaptasi perubahan iklim yang dikembangkan oleh IUWASH adalah kegiatan implementasi, integrase dan pembelajaran.

1. Implementasi Berdasarkan portofolio pilihan adaptasi yang teridentifikasi dan telah diprioritaskan, pemerintah daerah selanjutnya mulai menjalankan tindakan jangka pendek. Implementasi ini bisa mengambil beberapa bentuk. Misalnya program pelestarian air, atau perbaikan sistem pengambilan keputusan, dapat langsung dijalankan karena hanya membutuhkan sedikit dukungan atau konsultasi dengan pihak luar. Untuk usulan tindakan lainnya yang memiliki pemangku kepentingan kelembagaan yang lebih beragam, tahap pertama mungkin adalah langkah konsultasi dengan himpunan pemangku kepentingan yang lebih luas agar dapat membangun dukungan yang dibutuhkan untuk melangkah lebih jauh.Yang terakhir, untuk pilihan adaptasi daya tahan menengah dan keras yang ada dalam portofolio “implementasi” bisa mengambil bentuk mengeluarkan sumber daya untuk menjalankan kajian teknis atau analisis kelayakan keuangan. Beberapa percontohan adaptasi perubahan iklim terhadap sumberdaya air yang dikembangkan oleh IUWASH sebagai sebuah stimulus bagi para pemangku kepentingan di daerah, dimana percontohan ini juga berlandaskan pada rekomendasi hasil kajian kerentanan perubahan iklim (KKPI), antara lain :

A. Sumur Resapan Bangunan sumur resapan adalah salah satu rekayasa teknik konservasi air berupa lubang galian yang dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk sumur gali dengan kedalaman tertentu yang berfungsi sebagai tempat menampung air hujan dan meresapkannya ke dalam tanah.Sumur resapan berfungsi memberikan imbuhan air secara buatan dengan cara menginjeksikan air hujan ke dalam tanah. Manfaat sumur resapan adalah: 1. Menampung dan meresapkan aliran permukaan sehingga dapat mencegah / mengurangi terjadinya banjir dan genangan air 2. Menambah cadangan air tanah dan meningkatkan tinggi permukaan air tanah 3. Mengurangi erosi tanah pucuk dan mengurangi kekeruhan, sedimentasi dan pendangkalan sungai dan danau/ bendungan, serta mempertahankan ekosistem sungai, dll 4. Mengurangi / menahan intrusi air laut bagi daerah yang berdekatan dengan kawasan pantai 5. Mencegah penurunan tanah (land subsidance) 6. Mengurangi konsentrasi pencemaran air tanah. 7. Dll

USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE

www.iuwash.or.id

Gambar 12. Penampang melintang Sumur resapan IUWASH

Di Kabupaten Mojokerto telah di bangun total 900 sumur resapan, dengan tujuan utama untuk infiltrasi sumber-sumber mata air di wilayah tersebut. Untuk Mata Air Djoebel sebanyak 443 buah, mata air ubalan sebanyak 207 buah, Desa Wiyu 125 buah dan Desa Sumber Jati sebanyak 125 buah. Setelah 2 tahun masa operasinya, terbukti mata air Djoebel mengalami kenaikan debit air dari sekitar 20 lt/ det pada tahun 2012 menjai 50 lt/ dt di tahun 2015. Selain itu mata air kecil yang dahulunya kering, saat ini sudah mengalir kembali, dan tidak terpengaruh oleh musim kemarau. (Statement PDAM Mojokerto pada saat kunjungan IUWASH-USAID, 21 Agustus 2015).

Bentuk dan dimensi (ukuran) sumur resapan yang dikembangkan oleh IUWASH adalah berbentuk segiempat dengan ukuran 2 meter x 2 meter x 2 meter. Pada dinding, lantai galian tidak dilapisi oleh tembok atau dinding bata, sehingga air dapat meresap secara sempurna dan cepat kedalam tanah. Pada lantai galian ditempatkan lapisan kerikil/kerakal setebal 0,25 meter dan diatasnya diletakkan lapisan ijuk sebagai filter setebal 0,20 meter. Pada umumnya penenpatan sumur resapan ini berada dikawasan pemukiman maka bagian atas sumur resapan ini ditutupi oleh lapisan beton untuk menghindari terjatuhnya masyarakat kedalam sumur resapan tersebut. Persyaratan umum yang harus dipenuhi antara lain sebagai berikut: 1. Sumur resapan air hujan ditempatkan pada lahan yang relatif datar;

Panduan Perencanaan Adaptasi Perubahan Iklim Sistem Penyediaan Air Minum

Gambar 13. Sumur Resapan di Kecamatan Ngajum, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

2. Air yang masuk ke dalam sumur resapan adalah air hujan tidak tercemar; 3. Penetapan sumur resapan air hujan harus mempertimbangkan keamanan bangunan sekitarnya; 4. Harus memperhatikan aspek keselamatan warga dan aspek teknis keselamatan masyarakat. 5. Hal-hal yang tidak memenuhi ketentuan ini harus disetujui Instansi yang berwenang. 6. Memperhatikan sifat dan karakteristik tanah dan batuan dilokasi yang akan dibangun sumur resapan, dll

B. Rekayasa Teknis Aset Terbangun Kegiatan rekayasa teknis aset terbangun di utamakan pada daerah-daerah yang memiliki kerentanan tinggi. Dalam pelaksanaan adaptasi ini, beberapa kegiatan yang di lakukan bersamasama antara IUWASH dan PDAM adalah sebagai berikut : 1. Perubahan jalur pipa transmisi Perubahan umumnya di lakukan karena jalur transmisi berada pada zona rawan, baik terendam banjir maupun pada daerah dengan resiko longsor yang tinggi. Dalam hal ini dilakukan pemindahan atau re-routing pipa transmisi. IUWASH telah melakukan

perubahan ini di aset PDAM di Kota Pematangsiantar dan Kabupaten Probolinggo. 2. Perubahan Desain fasilitas pendukung di saluran pengambilan (intake) Setelah melalui analisa kerentanan, beberapa aset PDAM ternyata telah terkena bencana akibat perubahan iklim ini. Seperti fasilitas saluran pengambilan di PDAM Kab. Lebak (tirta multatuli), di intake Kalanganyar yang telah terendam banjir secara berulang di bulan Januari â&#x20AC;&#x201C; Februari. IUWASH melakukan program adaptasi dengan cara merubah desain lokasi semua fasilitas pompa dan generator set, untuk menghindari masalah ini.

2. Integrasi Bersamaan dengan mulainya pelaksanaan pilihan adaptasi, yang juga penting adalah strategi adaptasi keseluruhan itu diintegrasikan sepenuhnya ke dalam rencana pengembangan yang lebih luas. Secara spesifik, hasil penilaian kerentanan dan perencanaan adaptasi dipadukan ke dalam rencana usaha yang telah ada. Salah satu bagian penting dalam visi jangka panjang untuk memperkuat daya tahan adalah dengan memasukkan persoalan perubahan iklim ke dalam proses perencanaan

USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE

www.iuwash.or.id

Gambar 14. Rekayasa teknis berupa perubahan desain dan posisi aset terbangun

lima tahunan sehingga seluruh dokumen perencanaan di masa mendatang berisi bagian tersendiri atau rujukan tersendiri mengenai potensi dampak perubahan iklim, termasuk pembaruan atas proyeksi ilmiah terakhir berdasar kecenderungan iklim terbaru. Dalam program integrasi ini, IUWASH secara aktif memberdayakan seluruh pemangku kepentingan dalam perkuatan institusi dalam pengelolaan aset-aset yang ada. Termasuk didalamnya adalah pembentukan multistakeholder forum, penyusunan regulasi dan penyusunan database.

A. Pembentukan Multistakeholder Forum IUWASH juga aktif dalam kegiatan pembentukan forum kerja utamanya dalam pengelolaan Sumber Daya Air. Walaupun tingkat forum ini masih bersifat lokal, namun demikian strategi pengelolaan sudah di integrasikan ke dalam perencanaan pembangunan desa, melalui forum musyawarah & rencana pembangunan desa (Musrenbang Desa). Sebagai contoh di Kab. Mojokerto, Jawa Timur, terbentuk kelompok masyarakat mengelola air bersih dan sanitasi ( GPSA â&#x20AC;&#x201C; Garda Penyelamat Sumber Air), yang telah berhasil mengelola sumber air di, Kecamatan Pacet melalui kegiatan konservasi air.

Di Kabupaten Salatiga dan Semarang telah di bentuk di masing-masing desa sebuah Kelompok Sama Masyarakat (KSM) sebagai Pengelola Sumur Resapan. Untuk selanjutnya masing-masing KSM membentuk forum bersama. Forum ini selanjutnya memlakukan kegiatan berupa merancang pembuatan dan pemeliharaan sumur resapan, pelatihan dan pembelajaran kepada masyarakat, menerima kunjungan kerja dari daerah lain, dan melakukan pengembangan, termasuk menerima pendanaan dari luar, baik Pemerintah Daerah maupun swasta. Dalam pengembangan kegiatan lingkungan, misalnya revegetasi lahan baik pada lahan masyrakat maupun pemerintah. . Di Kabupaten Batang, telah terbentuk KSM di 2 desa, yaitu Desa Bismo (KSM Bismo Sejahtera) dan Desa Tambak Boyo (KSM Sumber Barokah). Kegiatan nya kurang lebih sama dengan di Kabupaten Salatiga. Namun demikian pada kedua KSM ini menerima beberapa dana CSR (dr PT Prima Texco dan PDAM). Kegiatan CSR dari PDAM bentuknya fasilitas sanitasi berupa pemberian sarana MCK (Kloset dan bak mandi) pada seluruh warga desa. Selain itu dana CSR dari PT. Prima Texco difokuskan untuk kegiatan revegasi lahan.

B. Penyusunan Regulasi IUWASH secara aktif juga telah membantu banyak pemerintah daerah dalam upaya memperkuat peraturan perundangan, utama

Panduan Perencanaan Adaptasi Perubahan Iklim Sistem Penyediaan Air Minum

nya dalam pengelolaan sumber daya air. Dengan peran aktif semua pemangku kepentingan ini, peraturan perundangan yang di hasilkan tentunya akan lebih memperkuat pengelolaan sumber daya air di wilayah kerja masing-masing daerah.

IUWASH berperan aktif dalam pembuatan rancangan peraturan daerah (baik Bupati maupun Walikota) tentang pengelolaan air secara umum. Sebagai contoh IUWASH mendukung dalam Raperwal tentang pemanfaatan air hujan di Kota Probolinggo, Jawa Timur. Atas masukan dan peran aktif dari IUWASH, sebanyak 10 peraturan daerah (Perbup dan Perwal) tentang sumber daya air telah di terbitkan oleh masing-masing daerah.

C. Pembuatan Database Dalam rangka penguatan manajemen PDAM, maka diperlukan perbaikan sarana sistim informasi dalam kegiatan operasionalnya. Dalam hal ini, jika diperlukan maka IUWASH membantu meyediakan sarana sistim informasi berupa peta GIS untuk fasilitas jaringan yang merupakan aset PDAM. IUWASH bekerja sama membantu PDAM dan Pemerintah Daerah, dalam pembuatan sistem informasi penyediaan air untuk PDAM, termasuk di dalamnya sistem penyediaan air baku, jaringan dan jumlah pelanggan. Dengan sistem data base ini di harapkan akan dapat di manfaatkan oleh pihak PDAM khususnya, dan pemerintah daerah pada umumnya dalam menjalankan bisnis nya serta pengelolaan sumber daya yang mereka miliki.

3. Pembelajaran Seperti disampaikan diawal, bahwa penilaian kerentanan perubahan iklim dan perencanaan adaptasi adalah proses berulang. Dengan demikian, pemantauan dan evaluasi merupakan sebuah aspek penting untuk memastikan daur perencanaan adaptasi selanjutnya dapat dikembangkan dari keberhasilan dan kesalahan sebelumnya. Sekalipun telah banyak penelitian yang dilaksanakan mengenai bagaimana kemungkinan dampak perubahan iklim yang diakibatkan oleh aktivitas manusia dan cara terbaik untuk mengatasinya, namun masih banyak yang tak kita ketahui. Gambar disamping memperlihatkan daur Kerangka Kerja IUWASH. Seperti yang diperlihatkan pada sisi kiri gambar tersebut, tahap akhir implementasi, integrasi, dan pemantauan & evaluasi akhirnya akan membuka jalan bagi penilaian ulang skenario ambang dasar dan risiko perubahan iklim yang terkait. Dengan cara ini, Kerangka Kerja ini dapat langsung diintegrasikan ke dalam proses perencanaan pemerintah daerah yang lebih luas, yang berlangsung dalam daur lima tahunan. Sebagaimana di pahami bersama, bahwa

USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE

www.iuwash.or.id

Gambar 15. Peta Sistim Informasi (GIS) untuk jaringan Pipa PDAM

IUWASH adalah lembaga bantuan teknis (technical assistance) yang bekerja sebagai pemberi bantuan teknis berupa pemberian rintisan sumur resapan, dan pelatihan dan pembangunan pengetahuan (capacity building) bagi para pemangku kepentingan. Untuk itu

IUWASH berharap agar bantuan kami ini dapat memicu bagi lebih banyak lagi pihak-pihak lain untuk menjalankan program adaptasi terhadap perubahan iklim ini bagi keberlanjutan sumber daya air di Indonesia.

LAMPIRAN Lampiran 1. Rancangan Lingkup Kerja Penelitian Ambang Dasar untuk Penilaian Kerentanan Sumberdaya Air RANCANGAN Lingkup Kerja

Penelitian Ambang Dasar Kerentanan Sumberdaya Air PDAM Kabupaten XX, Provinsi XX Antara XX hingga XX 2012 Pendahuluan tentang IUWASH Proyek Air, Sanitasi, dan Kesehatan Wilayah Perkotaan Indonesia (Indonesia Urban Water Sanitation and Hygiene/IUWASH) adalah program selama enam puluh bulan yang dibiayai oleh Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) dan pelaksanaannya dipimpin oleh DAI. IUWASH bekerja dengan pemerintah, sektor swasta, LSM, kelompok masyarakat dan pemangku kepentingan lain untuk meningkatkan akses terhadap air yang aman dan sanitasi di wilayah perkotaan Indonesia. Tujuan lebih jauh IUWASH adalah membantu Pemerintah Indonesia (PI) agar mendapat kemajuan signifikan dalam mencapai Sasaran Pembangunan Milenium (Millennium Development Goal/MDG) di bidang air yang aman dan sanitasi dengan memperluas akses terhadap layananlayanan ini. Hasil yang diharapkan dapat dicapai adalah: (a) Dua juta orang di wilayah perkotaan mendapat akses sumberdaya air yang lebih baik; (b) 200.000 jiwa di wilayah perkotaan mendapat akses fasilitas sanitasi yang lebih baik; dan (c) biaya air per unit yang dibayar masyarakat miskin di wilayah yang menjadi sasaran turun paling tidak sebesar 20%. Untuk mencapai tujuan di atas, bantuan teknis ini dibagi menjadi tiga komponen teknis: 1. Menggerakkan permintaan layanan sumberdaya air dan sanitasi; 2. Memperbaiki dan meningkatkan kapasitas layanan air dan sanitasi; dan 3. Memperkuat lingkungan kebijakan dan keuangan agar lebih mendukung perbaikan layanan air dan sanitasi Salah satu tantangan utama yang dihadapi PDAM dan pemerintah daerah di Indonesia dewasa ini adalah ketersediaan dan kualitas sumberdaya air baku. Penyebab penting dari masalah ini adalah cepatnya perubahan pola penggunaan lahan, yang mengurangi resapan dan kapasitas penyimpanan air di alam dan menimbulkan peningkatan limpasan. Yang juga penting adalah kondisi ini akanâ&#x20AC;&#x201D;dan pada beberapa hal sudah terjadiâ&#x20AC;&#x201D;diperberat oleh dampak negatif perubahan iklim, yang diperkirakan akan mengubah durasi dan intensitas pola curah hujan.

USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE

www.iuwash.or.id

Dengan demikian, satu aspek penting dari paket bantuan teknis IUWASH adalah membantu PDAM dan para pemangku kepentingan untuk dapat memahami secara lebih baik tentang kerentanan yang dihadapi sumberdaya air baku setempat dan menyusun strategi untuk mengurangi dampak risiko yang ditimbulkan oleh penggunaan lahan yang tak lestari berkelanjutan dan perubahan iklim. Untuk tujuan ini, IUWASH telah menyusun kerangka kerja penilaian kerentanan dan perencanaan sumber daya air yang terdiri dari empat langkah. Langkah dalam kerangka kerja ini adalah: (1) menghimpun/ melihat lingkup ancaman yang ada saat ini/telah diketahui, yang dihadapi PDAM, (2) evaluasi risiko perubahan iklim untuk memahami bagaimana perubahan iklim mengubah sifat ancaman yang dihadapi, (3) menyusun Rencana Adaptasi Perubahan Iklim, dan (4) pelaksanaan dan pemantauan rencana tersebut. Utamanya, langkah pertama dari kerangka kerja ini—menghimpun dan menilai ancaman yang telah dihadapi PDAM saat ini—membutuhkan pengumpulan, pengaturan, dan analisis sejumlah besar data menyangkut kondisi sumber daya air baku dan infrastruktur yang membersihkan dan menyalurkan air ini ke masyarakat. Informasi yang diperlukan antara lain, hidrologi/hidrogeologi mata air dan sungai, penggunaan lahan dan topografi daerah tangkapan hujan, sumber utama limpasan dan kontaminasi, dan pola banjir dan kekeringan historis. Setelah dikumpulkan, informasi ini memungkinkan penyusunan skenario risiko ambang dasar, dan juga satu atau dua skenario risiko “yang didasarkan pada perubahan iklim”. Pada akhirnya, penyusunan skenario ini akan membawa pada strategi adaptasi untuk melestarikan, melindungi, dan meningkatkan sumber daya air baku PDAM. Tujuan dari penelitian Ambang Dasar ini dengan demikian adalah untuk memenuhi langkah pertama dari Penilaian Kerentanan Perubahan Iklim (Climate Change Vulnerability Assessment/CCVA) untuk wilayah administrasi Kabupaten XX dan wilayah perbatasan dengan kabupaten di sekitarnya (berbatasan dengan Kabupaten XX dan XX), Provinsi XX. Secara spesifik, penelitian Ambang Dasar ini akan fokus pada mata air dan sumber daya air baku seperti yang telah digariskan dalam rencana sumberdaya air PDAM XX yang telah ada dan sumber daya air baku alternatif lainnya.

(Peta terlampir) Latar Belakang XX Ringkasan dari informasi berikut: • kondisi geologis dan hidrogeologis di kabupaten • uraian sumber-sumber air baku PDAM (historis dan saat ini) • ringkasan tingkat permintaan dan sumberdaya PDAM • persoalan berkaitan kualitas air, potensi banjir, tanah longsor, intrusi air laut • masalah / tantangan dengan sumber air baku yang saat ini dipergunakan PDAM • rencana masa mendatang Untuk mempertahankan dan memastikan ketersediaan sumberdaya air baku dari sumber daya air baku yang ada, amat penting bagi PDAM XX untuk memahami dan mengembangkan rencana tindakan untuk melindungi dan meningkatkan sumber daya ini. Sekalipun penyebab pastinya penurunan debit yang terjadi saat ini masih belum jelas benar, pemahaman yang lebih baik tentang kerentanan yang dihadapi merupakan hal yang amat mendasar untuk melakukan perlindungan, khususnya menghadapi kondisi perubahan iklim yang terjadi saat ini. Dengan demikian, rencana perlindungan dan peningkatan sumber daya air akan membutuhkan Penelitian Ambang Dasar Penilaian Kerentanan Sumberdaya Air untuk PDAM Kabupaten XX.

Panduan Perencanaan Adaptasi Perubahan Iklim Sistem Penyediaan Air Minum

Organisasi yang ditunjuk sebagai Subkontraktor akan mengumpulkan informasi yang tersedia mengenai kondisi saat ini dan potensi ancaman terhadap sumber daya air utama dan infrastruktur sumberdaya air PDAM. Informasi ini diharapkan datang dari berbagai sumber, termasuk penelitian literatur, data PDAM, dan sumber-sumber lain (BPDAS, BMKG, Kementerian Energi dan Sumber daya Mineral, dan lain-lain). Penelitian ini juga membutuhkan rapat dengan PDAM dan kunjungan lapangan awal oleh Subkontraktor untuk mendokumentasikan kondisi saat ini melalui wawancara, foto, dan jika mungkin, pengukuran singkat debit mata air dan sungai, serta ketinggian muka air di sumur, dan juga pengukuran parameter kualitas air (pH, suhu, konduktivitas listrik, dll.). Koordinat GPS juga akan dikumpulkan untuk masing-masing lokasi. Selain itu, informasi topografi, geologi, dan pengamatan lapangan yang tersedia mengenai wilayah tangkapan hujan PDAM, dan infrastruktur air akan digabungkan ke dalam sebuah sistem informasi geografis (geographical information system/GIS) yang terdiri dari berbagai lapisan, antara lain peta dasar, topografi, saluran-saluran drainase, wilayah banjir, dll. Langkah spesifik dan outputnya diuraikan lebih terperinci dalam Lingkup Kerja berikut ini.

Tujuan dan Sasaran: Tujuan dari â&#x20AC;&#x153;Studi Ambang Dasarâ&#x20AC;? ini adalah mengumpulkan, mengatur, dan menjalankan analisis ambang dasar dari data sumberdaya air dan iklim yang tersedia untuk PDAM Kabupaten XX. Informasi ini akan dipergunakan untuk menjalankan evaluasi risiko perubahan iklim dan mengembangkan strategi adaptasi yang paling tepat. Di bawah ini adalah sasaran yang lebih terperinci dari penelitian ini: 1. Mengumpulkan data terperinci tentang sumber daya air permukaan dan air tanah (mata air, sungai dan sumur dalam), yakni kuantitas dan kualitas masing-masing masukan air baku PDAM. 2. Menghimpun data dasar dan informasi geologi, hidrologi, hidrogeologi, topografi, penggunaan lahan, dan sumber polusi untuk setiap daerah tangkapan hujan PDAM. 3. Menghimpun sumber daya air baku alternatif yang direkomendasikan dan potensial untuk dapat dipergunakan oleh PDAM XX di masa mendatang, baik yang berlokasi di wilayah kabupaten XX dan di kabupaten sekitarnya. 4. Mengumpulkan data dan informasi menyangkut infrastruktur PDAM, termasuk produksi air bersih, jalur pipa transmisi dan distribusi, penampungan air, dll. 5. Menghimpun data dan informasi tentang ancaman historis atas sumber daya air dan infrastruktur PDAM, termasuk banjir, tanah longsor, intrusi air laut, banjir pasang dan kekeringan. Informasi ini memasukkan (tetapi tidak terbatas pada) sejauh mana kerusakan yang terjadi, biaya yang harus ditanggung oleh PDAM, wilayah yang terdampak, dan program yang dibuat oleh PDAM untuk mencegah terjadinya kerusakan di masa depan. 6. Mengidentifikasi kekurangan data pada data dasar ini dan membuat rekomendasi langkah tindak lanjut yang dapat diambil untuk mengisi kekurangan ini untuk memastikan dan mempertahankan sumberdaya air baku bagi PDAM. 7. Menelaah hasil penelitian perubahan iklim untuk wilayah layanan PDAM, jika sudah ada. Data di atas akan dipergunakan oleh Subkontraktor untuk menyusun sebuah gambaran lengkap ancaman, baik yang historis maupun yang ada saat ini, yang dihadapi sumber daya air dan infrastruktur PDAM. Lebih jauh lagi, informasi ini akan memfasilitasi penyusunan skenario dampak perubahan iklim yang mungkin terjadi.

USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE

www.iuwash.or.id

Hubungan dengan program IUWASH: Lingkup Pekerjaan (SOW) ini akan mendukung pencapaian Keluaran IUWASH berikut: â&#x20AC;˘ Komponen 2 (IC): Meningkatkan Kapasitas untuk Menyediakan Air yang Aman dan Layanan Sanitasi secara Berkelanjutan â&#x20AC;˘ Keluaran IC.4. Lembaga pemerintahan setempat melaksanakan langkah-langkah untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim, berdasar hasil penilaian kerentanan sumber air baku

Tugas Terperinci

Penelitian Ambang Dasar ini dibagi menjadi enam tugas yang diuraikan sebagai berikut: Tugas 1: Penyusunan Rencana Kerja Lingkup Pekerjaan: Penyusunan rencana kerja terperinci, termasuk identifikasi personil yang bertanggung jawab dan pendekatan menyeluruh penelitian Ambang Dasar CCVA Serahan (Deliverable): Rencana kerja terperinci Jadwal: Diselesaikan dalam dua minggu sejak penandatanganan kontrak Kebutuhan Pelaksanaan: diperkirakan membutuhkan 4 hari kerja orang untuk menyelesaikan hal ini termasuk rapat dengan IUWASH. Tugas 2: Tinjauan Pustaka Lingkup Pekerjaan: Tinjauan pustaka dan pengumpulan data terperinci dari berbagai sumber seperti PDAM XX, BPDAS, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral, internet, lembaga akademis dan lain-lain. Sebagai pedoman: Tabel 1 memperlihatkan daftar data yang akan dikumpulkan. Serahan (Deliverable): Ringkasan kegiatan pengumpulan data perlu dipaparkan kepada staf IUWASH untuk ditinjau. Sebagai tambahan, salinan semua laporan, nama dan perincian (jabatan, alamat, email, dll.) dari semua orang yang dihubungi dan juga daftar referensi yang terperinci juga harus disampaikan kepada IUWASH. Jadwal: Tugas ini akan diselesaikan dalam bulan pertama penelitian. Kebutuhan Pelaksanaan: Diperkirakan pengumpulan data / penelitian literatur akan membutuhkan 10-15 hari kerja. Tugas 3: Kunjungan Lapangan Lingkup Pekerjaan: Kunjungan pengamatan awal untuk meninjau semua mata air, sumur, dan sumber daya air permukaan yang potensial (sungai, danau, dll.). Dalam kunjungan ini, koordinat GPS, foto, pengukuran ambang dasar debit/ ketinggian muka air, dan juga pengukuran kualitas air (pH, suhu, dan konduktansi jenis) akan dilakukan dan dicatat. Sebagai tambahan, data yang tersedia, peta sistem distribusi, dan informasi lainnya akan dikumpulkan dari PDAM dan daftar periksa pengumpulan data akan diperbarui. Lebih jauh, tim akan mewawancara petani lokal menyangkut perubahan yang mereka lihat pada ketersediaan air di daerah aliran sungai yang mempengaruhi fasilitas PDAM. Serahan (Deliverable):

Untuk kunjungan lapangan, akan dipresentasikan dalam bentuk foto dan laporan kunjungan untuk masing-masing harinya. Selain itu, saat

Panduan Perencanaan Adaptasi Perubahan Iklim Sistem Penyediaan Air Minum

menyelesaikan kunjungan lapangan, laporan “Kesenjangan Data” akan disampaikan kepada IUWASH untuk mengidentifikasi kesenjangan data dan keterbatasan informasi yang dihadapi menuju diselesaikannya tahap penelitian Ambang Dasar selanjutnya. Laporan pengumpulan data dari Tugas 2 juga akan diperbarui. Semua data akan dimasukkan ke dalam Lembar Kerja Excel atau Database Access dan salinannya diberikan kepada IUWASH. Jadwal: Kebutuhan Pelaksanaan:

Kunjungan lapangan akan dilangsungkan pada minggu ke-4 hingga minggu ke-7 dari penelitian ini. Diperkirakan alokasi pekerjaan untuk tugas ini adalah 40 hari kerja orang.

Tugas 4: Merapikan, Meninjau, dan Menganalisis Data Lingkup Pekerjaan: Tinjauan dan analisis data sumber daya air yang tersedia untuk Kabupaten XX, termasuk (1) sumber daya mata air baku, (2) sumber daya air baku permukaan, dan (3) sumber daya air baku dalam tanah. Sub-tugas spesifik adalah sebagai berikut: • Meninjau dan menganalisis volume pengambilan air dan data kualitas air dari semua mata air, air permukaan dan sumur dalam yang dipergunakan PDAM di wilayah penelitian. • Mengevaluasi data curah hujan dan menentukan hubungannya dengan tingkat air di sumur, air permukaan, sungai dan mata air. • Melakukan analisis kecenderungan untuk memprediksi debit masa mendatang dan kualitasnya termasuk kondisi debit rendah, koefisien limpasan, dan karakteristik pengisian dan pengambilan air, • Mengidentifikasi ancaman yang ada/potensial terhadap sumber daya air termasuk jenis, lokasi, dan besarnya ancaman. Ancaman ini bisa karena tanah longsor, polusi, perubahan tata guna lahan (penebangan hutan, pembangunan perkotaan, dll.). • Analisis umum dari kondisi iklim dan hidrogeologi Kabupaten XX, dan secara spesifik, untuk masing-masing daerah tangkapan hujan mata air yang dipergunakan PDAM sebagai sumber air baku, termasuk variabel perubahan iklim yang diantisipasi. • Analisis topografi berdasar peta yang ada untuk masing-masing daerah tangkapan hujan mata air PDAM. Hal ini juga meliputi batasbatas daerah aliran, rata-rata kemiringan, wilayah yang berpotensi longsor, dll. • Analisis kondisi, alokasi, dan penggunaan lahan untuk masing-masing daerah tangkapan hujan mata air PDAM. • Kondisi geologis dan hidrogeologis daerah tangkapan hujan Kabupaten XX, khususnya untuk daerah tangkapan hujan yang berhubungan dengan masing-masing mata air, termasuk penelitian sifat dan karakteristik batuan dan ancaman geologis potensial atau bencana alam. • Meninjau badan pemerintah lokal yang bertanggung jawab untuk peraturan lokal dan analisis peraturan yang ada saat ini menyangkut perlindungan air baku, hak air, kesepakatan jual-belinya • Meninjau badan pemerintah lokal yang bertanggung jawab untuk menyediakan anggaran bagi kegiatan perlindungan sumber daya air. • Tinjauan dan analisis infrastruktur PDAM, meliputi:

USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE

www.iuwash.or.id

o Tinjauan sejarah banjir, tanah longsor, kekeringan dan

kejadian lain yang telah menimbulkan kerusakan bagi fasilitasi PDAM; informasi tentang kerusakan yang ditimbulkan dan biaya ekonomi yang harus ditanggung PDAM untuk membersihkan, memperbaiki, mengganti, dan terputusnya layanan. o Analisis potensi dan peluang pengaturan kelembagaan penggunaan sumber daya air lintas wilayah (regionalisasi sumber daya air). o Analisis umum untuk kebutuhan sumber daya air PDAM di masa mendatang dengan memperhatikan sasaran jangkauan layanan, perkiraan pertumbuhan populasi, skenario permintaan air untuk 10 - 20 tahun mendatang. o Penilaian rencana pengembangan PDAM di masa mendatang. o Menyusun kurva sumberdaya dan permintaan PDAM untuk 20 tahun mendatang (dengan berasumsi iklim tetap statis), dengan menyoroti periode di mana kebutuhan diperkirakan akan melampaui sumberdaya. Serahan (Deliverable):

Hasil analisis ini akan dipaparkan dalam Laporan Akhir yang digariskan dalam Tugas 6. Namun, setelah dimulai, akan disampaikan laporan kemajuan bulanan kepada IUWASH. Jadwal: Dimulai setelah selesainya Tugas 3 - Pengamatan untuk jangka waktu 5 minggu. Kebutuhan Pelaksanaan: Tingkat kebutuhan pekerjaan yang diantisipasi bagi tugas ini adalah 40 hari kerja orang Tugas 5 Evaluasi Sistem Informasi Geografis Lingkup Pekerjaan: Dalam tugas ini, peta dan analisis akan disusun menggunakan GIS, menggunakan lapisan di atas peta dasar sehingga serangkaian peta dapat dikembangkan untuk menunjukkan: 1. Sumber air (sumur, mata air, dan air permukaan) termasuk daerah tangkapan hujan 2. Topografi 3. Geologi/Hidrogeologi 4. Tata guna lahan 5. Data demografi dasar, termasuk kepadatan populasi dan tingkat kemiskinan 6. Sistem transmisi, produksi, dan distribusi air 7. Daerah banjir 100-tahunan (berdasar topografi). 8. Lokasi tanah longsor historis, sumber polusi, dan wilayah yang rawan kekeringan, kebakaran, dll. Serahan (Deliverable): Jadwal:

File sistem GIS dan data terkait Dilaksanakan bersamaan dengan Tugas 3 dan 4 dan diselesaikan dalam 12 minggu setelah dimulainya proyek. Kemajuan tugas ini harus dimasukkan dalam laporan kemajuan bulanan dari proyek ini. Kebutuhan Pelaksanaan: Diantisipasi bahwa tingkat kebutuhan pekerjaan untuk tugas ini adalah 30 hari kerja orang

Panduan Perencanaan Adaptasi Perubahan Iklim Sistem Penyediaan Air Minum

Tugas 6: Rancangan Laporan dan Laporan Akhir Lingkup Pekerjaan: Berdasar hasil Tugas 1-5, sebuah rancangan laporan akan diserahkan kepada IUWASH untuk ditinjau dan setelah ditinjau akan difinalisasikan. Laporan akhir akan mencakup topik-topik berikut 1. Uraian lengkap tentang data dan informasi yang tersedia dari pustaka yang ada dan sumber lain termasuk daftar pustaka lengkap. 2. Pembahasan terperinci peninjauan data dan analisis, meliputi: a. Uraian tentang PDAM dan tingkat penggunaan sumber daya air baku, termasuk: i. Struktur PDAM saat ini, sistem pengolahan dan distribusi ii. Sumberdaya dan permintaan (% yang dilayani, tingkat penggunaan industri, dan pengguna air lainnya) iii. Wilayah yang secara historis mengalami masalah sumberdaya air iv. Rencana pengembangan masa depan b. Fisiografi Kabupaten XX (topografi, geomorfologi, dan penggunaan lahan) c. Meteorologi (curah hujan jangka panjang dan arah kecenderungan suhu) d. Hidrogeologi i. Sifat dan cakupan akuifer ii. Pengisian dan pengambilan (lokasi mata air, wilayah tangkapan hujan/pengisian) iii. Ketersediaan data tentang pemakaian, tingkat air, dan debit iv. Kualitas air v. Ancaman terhadap aliran dan kualitas (polusi, perubahan penggunaan lahan, pemompaan berlebih) e. Hidrologi i. Lokasi badan air permukaan (sungai, danau, dll.) ii. Uraian daerah tangkapan hujan (topografi, penggunaan lahan, sumber polusi) iii. Debit (analisis hidrografis dan statistik) iv. Koefisien limpasan v. Penggunaan (saat ini dan masa mendatang) f. Latar Belakang Perubahan Iklim Regional i. Antisipasi perubahan curah hujan dan suhu berdasarkan informasi yang tersedia untuk wilayah layanan (tinjauan literatur, wawancara) ii. Dampak potensial terhadap sumberdaya air baku dan infrastruktur PDAM g. Kesimpulan dan Rekomendasi i. Identifikasi kesenjangan data ii. Kesimpulan umum dan rekomendasi tentang kegiatan potensial yang perlu dipertimbangkan untuk dimasukkan ke dalam rencana tindakan PDAM iii. Informasi tambahan yang diperlukan untuk rencana tindakan tersebut agar perubahan iklim bisa turut dimasukkan.

USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE

www.iuwash.or.id

iv. Persiapan presentasi PowerPoint tentang temuan dan kesimpulan Serahan (Deliverable): Jadwal:

Sebuah rancangan laporan dan laporan akhir Rancangan laporan akhir diselesaikan 14 minggu setelah dimulainya proyek. Laporan akhir akan diserahkan 16 minggu setelah dimulainya proyek Kebutuhan Pelaksanaan: Tingkat kebutuhan pekerjaan yang diantisipasi bagi tugas ini adalah 30 hari kerja orang.

Serahan Dokumen: Tabel berikut menampilkan ringkasan serahan yang harus diberikan oleh konsultan, tenggat waktunya, dan jadwal pembayarannya untuk enam (6) himpunan serahan yang diuraikan di atas: Serahan (Deliverable)

Uraian

Tenggat Waktu

Jadwal Pembayaran (% nilai kontrak)

Akhir Minggu 2

40%

Serahan I: Rencana Kerja (Laporan Pendahuluan)

Metodologi Rencana Kerja, susunan tim, prosedur, penyeliaan

Serahan II: Ringkasan Pengumpulan Data

Laporan singkat berisi ringkasan data yang dikumpulkan sampai saat itu termasuk perincian tentang orang yang dihubungi dan pendekatan untuk kunjungan pengamatan lokasi.

Serahan III: Laporan Kunjungan Lokasi dan Analisis Kesenjangan Data

Kegiatan harian dan jurnal foto dari kunjungan, informasi tentang kesenjangan data dan bagaimana kesenjangan ini dapat mempengaruhi kelanjutan penelitian.

Akhir Bulan 2

Serahan IV: Laporan Kemajuan Hasil Pengumpulan Data

Laporan Pengumpulan Data dengan ringkasan kemajuan sampai saat itu, hasil pengumpulan data awal dan analisisnya, dan peta GIS awal.

Akhir Bulan 3

Serahan V: Rancangan Laporan Akhir

Hasil Penelitian, Analisis Data dan Kesimpulan. Laporan akan berisi peta, bagan dan foto lapangan dan bahan bagi dua presentasi

Akhir minggu ke-2 pada Bulan 4

Serahan VI: Laporan Akhir

IUWASH dan PDAM memberikan tanggapan pada Rancangan Laporan Akhir, termasuk semua analisis data, peta, bahan presentasi (salinan fisik dan CD)

Akhir Bulan 4

Akhir Bulan 1

20%

40%

Panduan Perencanaan Adaptasi Perubahan Iklim Sistem Penyediaan Air Minum

Jadwal Penelitian:

Penelitian ambang dasar akan dilaksanakan selama 5 bulan antara xx hingga xx, 2012. Jadwal waktu: No Kegiatan

Bulan 1

Bulan 2

Bulan 3

Bulan 4

Bulan 5

Catatan

Task 1

Rencana kerja

Task 2

Tinjauan pustaka

Task 3

Kunjungan lapangan

Task 4

Peninjauan data

Task 5

Evaluasi GIS

Task 6a

Rancangan laporan akhir

Task 6b

Laporan akhir

Catatan :

= periode pembayaran

Pihak yang Terlibat: • Tim Nasional dan Regional IUWASH • Manajemen dan tim teknis PDAM XX (sebagai penerima manfaat) • Pemda XX (Bappeda, PU Dis, Dishutbun, BPLHD, Perhutani, Distamben, dll.) • Masyarakat di/sekitar daerah tangkapan hujan • Lembaga, LSM, universitas lokal, dll. Persyaratan untuk tim penelitian: Untuk menjalankan penelitian Ambang Dasar ini, diperlukan tim yang memiliki keahlian dan pengalaman yang memadai. Tepatnya, Subkontraktor harus menyediakan tim terdiri dari tiga hingga lima orang dengan keahlian dalam hidrologi, geologi, rekayasa lingkungan hidup, sistem informasi geografis, dan ekonomi. Selain itu, Subkontraktor harus menunjuk satu anggota tim sebagai Pemimpin Tim, yang akan bertanggung jawab atas dipenuhinya serahan-serahan di atas dan bertindak sebagai titik hubungan dengan IUWASH. Pemimpin Tim diharapkan memiliki pengalaman minimal 10 tahun pada salah satu disiplin di atas, termasuk pengalaman mengelola dan mengawasi tim. Perkiraan anggaran: IUWASH memperkirakan anggaran berkisar dari Rp xx juta.

USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE

Sistem A. Data Entry

Lampiran 2. Matriks Resiko Aset (MRA)

www.iuwash.or.id

Sistem B. Grafik/Chart

Panduan Perencanaan Adaptasi Perubahan Iklim Sistem Penyediaan Air Minum

USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE

www.iuwash.or.id

Lampiran 3. Panduan Pengisian MRA 1. Penjelasan singkat tentang PDAM Asset Risk Matrix PDAM Asset Risk Matrik terdiri dari 3 bagian, yaitu: Bagian 1. Lembar isian untuk penilaian terhadap aset-aset alami PDAM (natural assets)

Lembar Pengisian PDAM Assets Risk Matrix.

â&#x20AC;˘ Lembar ini digunakan untuk menilai probabilitas kejadian dan tingkat besaran dampak atas resiko kualitas dan kuantitas air pada aset alami PDAM, yaitu sungai (river), mata air (spring) dan sumur dalam (well) dari beberapa kejadian; kekeringan, banjir, longsor dan kenaikan muka air laut secara kualitatif. Lembar isian pada bagian I juga terdiri dari dua tabel, yaitu: â&#x20AC;˘ Tabel 1 (skenario dasar) untuk menilai aset alami PDAM, terhadap dampak kekeringan (drought), banjir (flooding), longsor (landslides) dan kenaikan muka air laut (sea level rise) dimana tidak terjadi perubahan iklim. â&#x20AC;˘ Tabel II (skenario perubahan iklim) untuk menilai aset alami PDAM, terhadap dampak kekeringan (drought), banjir (flooding), longsor (landslides) dan kenaikan muka air laut (sea level rise) dengan skenario terjadi perubahan iklim. Kolom Nilai Risiko menampilkan angka resiko hasil penilaian dan kemudian ditampilkan pada grafik besaran dampak terhadap probabilitas kejadian bahaya (Bagian 3), sedangkan kolom Catatan bisa di isikan keterangan tentang aset mana yang memiliki nilai tertinggi dan apa sebabnya, serta kejadian bencana apa yang memiliki risiko terbesar dan sebabnya.

Panduan Perencanaan Adaptasi Perubahan Iklim Sistem Penyediaan Air Minum

Bagian 2. Lembar isian untuk penilaian terhadap aset-aset terbangun PDAM (built assets).

Lembar isian penilaian aset-aset terbangun PDAM.

Lembar isian pada bagian 2 digunakan untuk menilai probabilitas kejadian dan tingkat besaran dampak atas resiko kerusakan infrastruktur pada aset PDAM terbangun, yaitu; intake, pipa transmisi (transmission), IPA (water treatment plant) dan fasilitas reservoir (storage facilities) dari beberapa kejadian; kekeringan, banjir, longsor dan kenaikan muka air laut secara kualitatif. Lembar isian juga terdiri dari dua baris, yaitu: â&#x20AC;˘ Tabel I (skenario dasar) untuk menilai aset terbangun PDAM, terhadap dampak kekeringan (drought), banjir (flooding), longsor (landslides) dan kenaikan muka air laut (sea level rise) dengan skenario dimana tidak terjadi perubahan iklim. â&#x20AC;˘ Tabel II (skenario perubahan iklim) untuk menilai aset terbangun PDAM, terhadap dampak kekeringan (drought), banjir (flooding), longsor (landslides) dan kenaikan muka air laut (sea level rise) dengan skenario terjadi perubahan iklim. Kolom Nilai Risiko menampilkan angka resiko hasil penilaian dan kemudian ditampilkan pada grafik besaran dampak terhadap probabilitas kejadian bahaya (Bagian 3), sedangkan kolom Catatan bisa di isikan keterangan tentang aset mana yang memiliki nilai tertinggi dan apa sebabnya.

USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE

www.iuwash.or.id

Bagian 3. Grafik tingkat besaran dampak terhadap probabilitas kejadian bahaya terhadap aset PDAM.

Grafik tingkat besaran dampak terhadap probabilitas kejadian bahaya.

Grafik di atas hasil dari penilaian dampak dari beberapa kejadian, yaitu: kekeringan (drought), banjir (flooding), longsor (landslides) dan kenaikan muka air laut (sea level rise). Grafik ini akan menampilkan nilai dari tingkat probabilitas kejadian (probability of occurance) dan tingkat besaran dampak (magnitude of impact). Grafik ini terdiri dari dua baris, yaitu: â&#x20AC;˘ Baris atas (skenario dasar) menunjukkan posisi aset pdam terhadap dampak kekeringan (drought), banjir (flooding), longsor (landslides) dan kenaikan muka air laut (sea level rise) dengan skenario tidak terjadi perubahan iklim. â&#x20AC;˘ Baris bawah (skenario perubahan iklim) menunjukkan posisi aset pdam terhadap dampak kekeringan (drought), banjir (flooding), longsor (landslides) dan kenaikan muka air laut (sea level rise) dengan skenario terjadi perubahan iklim. Latar belakang grafik penampilkan warna gradasi dari hijau ke warna merah dengan melewati warna kuning. Apabila posisi aset terletak pada warna hijau, maka aset tersebut tidak dalam kondisi tidak terdampak bahaya, pada warna kuning aset telah mengalami dampak bahaya yang relatif rendah/sedang, sedang pada warna merah telah terdampak bahaya yang tinggi.

Pemeriksaan bendungan (jika ada) untuk memperlambat limpasan dan membantu pengisian akuifer Sistem pengumpulan air hujan di tingkat masyarakat Penggunaan beberapa jenis sumber air baku (air permukaan, air tanah dalam, mata air), termasuk kerjasama antarwilayah/ regionalisasi --> bila Mlaten & Kali Biru mati, menggunakan IPA dari air permukaan Meningkatkan akses terhadap sanitasi yang baik (untuk mengurangi/menghindari pencemaran sumber air), mis. dari cubluk menjadi septic tank --> penduduk sudah septic tank semua Daur ulang air limbah untuk penggunaan industri dan/atau pertanian Memperbaiki sistem drainase, mis. di sekitar infrastruktur SPAM agar terhindar dari pencemaran/ genangan Pembuatan reservoir, meningkatkan kapasitas penyimpanan air Membangun tanggul, parit, atau tembok air laut (polder) Pemasangan pompa banjir (untuk menaggulangi genangan/rob) Perkuatan infrastuktur yang rawan bencana, mis. thrust block untuk menghadapi longsor --> di transmisi Mlaten & Kali Biru Pemindahan infrastruktur rawan bencana, mis. pipa transmisi Pengadaan truk tanki air untuk melayani wilayah/masyarakat rawan kekeringan --> sudah ada 5 unit dan cukup Pemanfaatan idle capacity SPAM (rerating/uprating) --> idle capacity di Mlaten (2 lt/dt, sekarang 13 lt/dt) & Kali Biru (3 lt/ dt, saat ini 15 lt/dt) relatif kecil

Pilihan Infrastruktur

* *

rendah 3 sedang 2 tinggi 1 Rp indikatif?

ringan sedang rumit

rumit

3 2 1

tdk politis 3 sedang 2 sgt politis 1

sedang

sangat politis

cepat sedang lama

lama

sedang

cepat

3 2 1

besar sedang kecil

sedang

besar

kecil

3 2 1

* *

* * * *

* *

Sistem dukungan pengambilan keputusan untuk alokasi air (termasuk alat bantu perkiraan sumber daya air: water balance) Instalasi pemantauan hidrologi/ meteorologi/air tanah Penerapan sistem akuntansi pencatatan & penagihan penggunaan air serta sistem akuntansi penyediaan air bersih/ PDAM Penelitian sumber daya air, mis. untuk memahami lebih baik dan memetakan lokasi dan karakteristik akuifer dan sumber air baku lainnya Sistem peringatan dini untuk bencana Rencana pengelolaan bencana (contingency/emergency plan) Rencana pengamanan air (water security: ketersediaan/ keberlanjutan) Monitoring & evaluasi langkahlangkah adaptasi Melakukan studi mitigasi dampak intrusi air laut (bila ada) … …

Pembelian asuransi (properti) * untuk bangunan dan sumber daya penting lainnya (mis. kendaraan operasional) Membentuk dana cadangan * bencana (pemerintah, PDAM) Menyusun rencana dan/atau SOP * darurat bencana (contingency plan), mis. bila ada banjir di lokasi sistem pemompaan … …

Pelimpahan/ Antisipasi Risiko

* *

0 0

0 0 0 0 0

0 0 0 0

0 *

Perencanaan dan Pengelolaan Informasi

Pengurangan tingkat kebocoran air (PDAM): teknis (penggantian jaringan lama/rusak) --> di RKAP sudah TA 2015 utk perpipaan dari Mlaten & K. Biru Pemeliharaan/penggantian meter air (lama/rusak) Penetapan tarif (progresif) yang mengarah pada penghematan penggunaan air --> belum akan dilakukan, karena tahun politik Pemasaran sosial untuk perubahan perilaku pelanggan/pengguna air --> biasanya dilakukan unit, titip melalui majelis taklim/tokoh masyarakat Efisiensi energi untuk mempertahankan tingkat pelayanan --> tidak ada perpompaan di sistem Mlaten & Kali Biru, semuanya grafitasi Program insentif pelanggan untuk memasang peralatan yang efisien dan hemat air --> saat ini belum perlu Penggunaan bak/tandon di pelanggan --> tidak perlu, belum pernah macet Mendorong industri untuk penggunaan sistem recycle Advokasi/regulasi untuk mengatur penggunaan air tanah --> ada industri yang menggunakan air tanah (ngebor), tapi sumber air tanahnya/akuifernya berbeda …

0 0

100 juta

tidak politis

ringan

sedang

200 jt di 2014

sedang

3 milyar/ thn

rendah

tinggi

Skor Kecepatan Skor Besarnya Skor Total Pelaksanaan manfaat Skor

Kerumitan Skor Aspek (teknis, politis koordinasi, dll.)

Pengelolaan/ Efisiensi Konsumsi/ Kebutuhan Air

…

Contoh 1: Perlindungan DAS: Ditetapkannya zona perlindungan wilayah imbuhan, perlindungan m. air Contoh 2: Perbaikan tata kelola s.d. air: pembentukan forum/ lembaga pengelola air Contoh 3: Memperkuat peraturan, termasuk izin pengambilan air tanah & air permukaan Perlindungan DAS: Ditetapkannya zona perlindungan wilayah imbuhan (untuk perlindungan m. air) --> perlu di-Perda-kan ttg zona perlindungan w.i. Perbaikan tata kelola s.d. air: pembentukan forum/lembaga pengelola sumber daya air --> sudah ada/sudah terbentuk di desa & kabupaten Memperkuat peraturan, termasuk izin pengambilan air tanah & air permukaan (PerDa, PerWal, PerBup, MoU kerja sama antarwilayah untuk perlindungan sumber air) --> Perda, perlu dicek Perda ttg apa yg sdh ada Program pengembalian ke alam/ pengisian akuifer, mis. sumur resapan --> di lahan PDAM (20 titik) Penyuluhan pertanian dengan tujuan mengurangi erosi tanah dan limpasan --> di wilayah imbuhan Mlaten & Kalibiru Perbaikan pengelolaan air limbah dan limbah padat (terutama di wilayah hulu) Pembentukan forum pemangku kepentingan di hulu: untuk menghindarkan/meminimalkan konflik --> akan menggunakan FKP (Forum Komunkiasi Pelanggan) --> sudah terbentuk, bisa digunakan utk Mlaten & Kalibiru Pembayaran jasa lingkungan --> ABT ke Dispenda, lalu 10%nya diberikan ke desa2 sumber air, termasuk Mlaten & Kalibiru (sudah sesuai aturan/Perda Kab.); ABTnya untuk 46 mata air yang digunakan PDAM, tapi penggunaannya di desa2 sesuai dengan keinginan desa2 tsb. Pemeliharaan sumur resapan --> untuk SR yang dibangun PDAM pembebasan lahan sekitar sumber --> Mlaten & Kalibiru … Penghijauan --> setiap tahun: 2.000 batang pohon kemiri … …

Perlindungan Sumber Air

Klasifikasi Adaptasi

Bahaya yang diantisipasi Kriteria Pemilihan Kekeringan Banjir Tanah Kenaikan Biaya Skor Biaya Longsor M. A. (indikatif); Pilihan Adaptasi (Long List; silakan Laut (Rp.) ditambahkan pilihan-pilihan aksi adaptasi lainnya, jika masih ada dan sesuai dengan profil ARM)

Pilihan Adaptasi Penyediaan Air Minum Kab/Kota : Sumber/Unit/Sistem:

Lampiran 4. Tabel Rencana Adaptasi

1-2 th

5 thn-an

> 5 th

PTPN

PDAM, Bapekot

UNDIP

CCFI

akan (dalam BusPlan PDAM) belum

Keterangan Pendukung Apakah sudah/ akan masuk dalam perencanaan/ penganggaran (RKAP, RKPD, BusPlan, RenStra, RPJMD) kelompok ya di BPDAS tani di hulu DAS

SKPD/UPTD kabupaten/kota SKPD/UPTD provinsi K/L/UPT pusat (+ internasional: donor, LSM int’l) swasta (CSR: lokal, nasional, global) masyarakat (tokoh) LSM perguruan tinggi ormas (NU, Muhammadiyah, dll.)

Dinas Bapekot Pengairan

PDAM

BP DAS

Kerangka Waktu Parapihak Jangka Jangka Jangka Pengampu Koordinasi Pendek Menengah Panjang (leading sector)

TA 2015

TA 2016

Kapan akan (mulai) dilaksanakan?

USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE

www.iuwash.or.id

Lampiran 5. Akta Pembentukan GPSA

Panduan Perencanaan Adaptasi Perubahan Iklim Sistem Penyediaan Air Minum

Lampiran 6. Contoh RPJMDES

PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG KECAMATAN TENGARAN

KEPALA DESA PATEMON Alamat : Jalan Merbabu no.01 Desa PATEMON Kode pos 50775

PERATURAN DESA PATEMON KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA (RPJM Desa) TAHUN 2013 – 2019 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA PATEMON, Menimbang

Bahwa dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Desa perlu disusun perencanaan pembangunan desa sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan daerah yang disusun dalam jangka panjang , menengah dan pendek ;

bahwa untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan dalam penyelenggaraan pemerintahan desa perlu disusun perencanaan pembangunan

desa

sebagai

satu

kesatuan

dalam

sistem

perencanaan pembangunan Desa yang disusun dalam jangka menengah, dan pendek ; c.

bahwa untuk memberikan arah dan tujuan dalam mewujudkan cita – cita dan tujuan desa sesuai dengan visi, misi dan arah kebijakan desa perlu disusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa kurun waktu 6 ( enam ) tahun mendatang ;

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 79 Undang – Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan Pasal 114 Peraturan Pemerintah

Nomor

Tahun

2014

Tentang

Peraturan

Pelaksanaan Undang – Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa ; e.

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, maka perlu menetapkan Peraturan Desa

PATEMON

tentang

Rencana

Pembangunan

Jangka

Menengah Desa (RPJMDesa) Kecamatan TENGARAN Tahun 2013 – 2019.

INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE Mayapada Tower 10th Fl Jalan Jendral Sudirman Kav. 28 Jakarta 12920 Indonesia Tel. +62-21 522 - 0540 Fax. +62-21 522 – 0539 www.iuwash.or.id