Diterbitkan oleh USAID IUWASH bekerjasama dengan KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS dan POKJA AMPL NASIONAL
Rumah bersama simbol kebersahajaan, kenyamanan dan kebebasan. Tempat lahirnya ide dan gagasan-gagasan kreatif serta kemitraan para pihak (perusahaan, pemerintah dan masyarakat), yang memberikan manfaat pada lingkungan. Air adalah sumber sekaligus muara. Bahkan program seperti sumur resapan, master meter dan sanitasi sekalipun, semua bersumber dan bermuara pada air.
Diterbitkan oleh USAID IUWASH bekerjasama dengan KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS dan POKJA AMPL NASIONAL
Nugroho Tri Utomo
ii
Rumah Bersama CSR
Ku t ip
“ Sebenarnya sudah cukup banyak kegiatan-kegiatan yang dibiayai CSR. Tetapi umumnya masih kecilkecil, tersebar. Dengan demikan manfaatnya juga belum terlalu besar.�
NUGROHO TRI UTOMO
Direktur Permukiman dan Perumahan Kementerian PPN/Bappenas
iii
26%
Dari masyarakat dan swasta (CSR)
TARGET UNIVERSAL ACCESS
Pelayanan Sanitasi 2019
iv
CSR
RP 273 Triliun
Target Universal Access 2019
Rumah Bersama CSR
APBD
APBN
Dari APBN
22%
Dari APBD Kabupaten/ Kota dan Provinsi
“ Untuk mencapai target universal akses di pelayanansanitasi 2019, kita perkirakan akan membutuhkan sekitar Rp 273 triliun.”
NUGROHO TRI UTOMO Direktur Permukiman dan Perumahan Kementerian PPN/Bappenas
v
I n f og ra f ik
52%
Rumah Bersama CSR Untuk Akses Air Bersih dan Sanitasi diterbitkan oleh USAID IUWASH bekerjasama dengan Kementerian PPN/Bappenas dan Pokja AMPL Nasional Cetakan I Maret 2016
Koordinator Tim Asep Maman M. Pengarah Foort Bustraan Ika Francisca Penulis Asep Maman M. Edy Triyanto Kontributor Usniati Umayah Johanis Valentino Tofiqurochman Achmad Asep Atju S. Mulyana Virgi Fatmawati Pembahas Haryanto – Pundi Amal SCTV Ida Farida – Ketua TSLP Kab. Tangerang Rina Ayu Agustina dan Kania Mayang – Pokja AMPL Nasional H. Zaenal Abdi Afif – Ketua Tim TSP Kab. Serang Yulianto – Ketua Forum CSR Kab. Batang Moh Najib – Ketua CSR Kota Cilegon Dedi Arisandi – Direktur Eksekutif CCSR Suhaemi Abas –IUWASH Endang – Bagian Kerjasama Kab. Tangerang Bambang Jiwantoro – PT. IPMOMI Sekretaris Forum CSR Kab. Probolinggo Foto-Foto USAID IUWASH dan Sangkala Picture Ilustrator Senja Aprela Agustin Desain Buku Gamaliel W. Budiharga
D I CE TA K DI I N D ON E SI A
vi
Da t a P em ilik
Data Pemilik
nama
telepon
alamat
kutipan
vii
Pengantar
Pengantar KEMITRAAN (PARTNERSHIP) merupakan buah dari hasil komunikasi dan pertemanan, karena kepercayaan (trust) dan saling menghargai. Demikian halnya dalam membangun forum CSR (Corporate Social Responsibility) untuk air dan sanitasi. Jauh melampaui dari sekedar tuntutan perundang-undangan yang sering berujung pada debat kusir apakah CSR wajib atau suka rela? Tantangan utama forum CSR adalah pada seni dan keterampilan membangun pertemanan di antara tiga entitas penting forum CSR yaitu swasta, pemerintah dan masyarakat. Bagaimana bisa saling percaya, lalu bersinergi dalam ‘rumah bersama’ yang disebut forum CSR. Atau di beberapa tempat menyebutnya Tanggung Jawab Sosial Lingkungan Perusahaan (TSLP), dan sebagian menyebutnya Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (TSP).
viii
Rumah Bersama CSR
P en ga n t a r
Buku ini diharapkan bisa menjadi semacam ‘buku’ para pembelajar seputar membangun kemitraan di Forum CSR. Contoh-contoh dalam buku ini mengunakan pengalaman program ‘air dan sanitasi’, namun nilai dan inti pembelajarannya berlaku umum dan dapat digunakan untuk isu yang lainnya. Memaparkan secara singkat: apa itu CSR, Forum CSR, peningkatan kapasitas forum CSR serta pilihan menu program air dan sanitasi, diharapkan bisa bermanfaat bagi mitra-mitra yang akan menjalankan program sejenis. Adapun kombinasi desain ‘buku agenda’, diharapkan bisa menjadi tempat untuk menuliskan khazanah pembelajaran yang lebih luas dan saling melengkapi.
Jakarta, Februari 2016 U SA I D I U WA S H
ix
Louis O’Brien
x
Rumah Bersama CSR
P en ga n t a r
Corporate Social Responsibility (CSR) is a “Win – Win” in all respects. While communities can clearly benefit from the assistance offered by a CSR program, companies also benefit substantially.Through CSR, they are able to demonstrate to their employees and their customers that they genuinely care about the communities they serve—and this increases the likelihood that consumers will use their product or service. In today’s world, being competitive also means having an active CSR program.
LOUIS O’BRIEN USAID IUWASH Chief of Party
(Corporate Social Responsibility (CSR) adalah solusi yang menguntungkan kedua belah pihak ditinjau dari berbagai aspek. Masyarakat bisa mendapatkan manfaat nyata dari dukungan program CSR, sementara perusahaan memperoleh keuntungan secara substansial. Melalui program CSR, perusahaan mampu membuktikan kepada karyawan dan pelanggan bahwa mereka benar-benar peduli kepada masyarakat yang mereka layani -dan ini akan meningkatkan peluang serta mendorong konsumen untuk menggunakan produk atau jasa mereka. Di era sekarang ini, menjadi kompetitif juga berarti memiliki program CSR yang aktif.)
xi
Universal Access
100 – 0 – 100 adalah target Pemerintah Indonesia untuk pencapaian akses 100% air bersih, 0 % lingkungan kumuh dan 100% sanitasi pada akhir 2019. Artinya, sampai akhir tahun tersebut setiap masyarakat Indonesia baik yang tinggal di perkotaan maupun kawasan pedesaan sudah memiliki akses terhadap sumber air minum aman dan fasilitas sanitasi layak, serta sudah tidak ada lagi lingkungan kumuh di Indonesia.
100 % akses air minum
0% daerah kumuh
100 % akses sanitasi
xii
Rumah Bersama CSR
100 - 0 - 100 xiii
Universal Access
Universal access dimaknai bahwa 100% masyarakat Indonesia mendapatkan layanan air minum dan sanitasi yang layak di akhir 2019. Sebagiamana amanat UU 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJPN) 2005-2025, bahwa pada akhir periode RPJM 2015-2019 layanan dasar air minum dan sanitasi dapat dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia.
xiv
Rumah Bersama CSR
Road to Universal Access 2019
xv
2016
Kalender 2016
JANUARI S
S
R
K
FEBRUARI
J
S
M
S
S
R
K
J
S
M
1
2
3
1
2
3
4
5
6
7
4
5
6
7
8
9
10
8
9
10
11
12
13
14
11
12
13
14
15
16
17
15
16
17
18
19
20
21
23
24
25
26
27
28
J
S
M
18
19
20
21
22
23
24
22
25
26
27
28
29
30
31
29
1: Tahun Baru 2016
8: Imlek
MARET K
J
APRIL
S
S
R
S
M
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
S
S
R
K
1
2
3
13
4
5
6
7
8
9
10
14
15
16
17
18
19
20
11
12
13
14
15
16
17
21
22
23
24
25
26
27
18
19
20
21
22
23
24
28
29
30
31
25
26
27
28
29
30
9: Nyepi, 22: Hari Air Sedunia, 25:Wafat Yesus Kristus
7: Hari Kesehatan Sedunia, 22: Hari Bumi
MEI S
S
R
K
JUNI J
S
M
S
S
1
R
K
J
S
M
1
2
3
4
5
2
3
4
5
6
7
8
6
7
8
9
10
11
12
9
10
11
12
13
14
15
13
14
15
16
17
18
19
24
25
26
16
17
18
19
20
21
22
20
21
22
23
23
24
25
26
27
28
29
27
28
29
30
30
31
1: Hari Buruh, 5: Kenaikan Yesus Kristus, 6: Isra Miraj, 22:Waisak
xvi
5: Hari Lingkungan Hidup Sedunia
Kalender 2016
S
S
R
K
AGUSTUS
2016
JULI J
S
M
S
S
R
K
J
S
M
1
2
3
1
2
3
4
5
6
7
4
5
6
7
8
9
10
8
9
10
11
12
13
14
11
12
13
14
15
16
17
15
16
17
18
19
20
21
25
26
27
28
S
M
18
19
20
21
22
23
24
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
29
30
31
6 - 7: Idul Fitri
17: Kemerdekaan Republik Indonesia
SEPTEMBER S
S
R
5
6
7
S
O K TO B E R
K
J
M
S
S
R
K
J
1
2
3
4
8
9
10
1
2
11
3
4
5
6
7
8
9
12
13
14
15
16
17
18
10
11
12
13
14
15
16
19
20
21
22
23
24
25
17
18
19
20
21
22
23
26
27
28
29
30
24
25
26
27
28
29
30
31 12: Idul Adha
2:Tahun Baru Hijriah, 15: Hari Cuci Tangan Sedunia
N OV E M B E R S
DESEMBER
S
R
K
J
S
M
1
2
3
4
5
6
S
S
R
K
J
S
M
1
2
3
4
7
8
9
10
11
12
13
5
6
7
8
9
10
11
14
15
16
17
18
19
20
12
13
14
15
16
17
18
24
25
26
27
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
21
22
23
28
29
30
12: Hari Kesehatan Nasional, 19: Hari Toilet Sedunia, 21: Hari Pohon
12: Maulid Nabi, 25: Natal
xvii
2017
Kalender 2017
JANUARI S
S
R
K
J
FEBRUARI S
M
S
S
1
R
K
J
S
M
1
2
3
4
5
2
3
4
5
6
7
8
6
7
8
9
10
11
12
9
10
11
12
13
14
15
13
14
15
16
17
18
19
22
23
24
25
26
S
M
16
17
18
19
20
21
22
20
21
23
24
25
26
27
28
29
27
28
30
31
1: Tahun Baru 2017, 28: Imlek
MARET S
S
6
7
J
APRIL
R
K
S
M
1
2
3
4
5
8
9
10
11
S
S
R
K
J
1
2
12
3
4
5
6
7
8
9
13
14
15
16
17
18
19
10
11
12
13
14
15
16
20
21
22
23
24
25
26
17
18
19
20
21
22
23
27
28
29
30
31
24
25
26
27
28
29
30
22: Hari Air Sedunia, 28: Nyepi
7: Hari Kesehatan Sedunia, 14:Wafat Yesus Kristus, 22: Hari Bumi, 24: Isra Miraj
MEI
JUNI
S
S
R
K
J
S
M
1
2
3
4
5
6
7
S
S
R
K
J
S
M
1
2
3
4
8
9
10
11
12
13
14
5
6
7
8
9
10
11
15
16
17
18
19
20
21
12
13
14
15
16
17
18
25
26
27
28
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
22
23
24
29
30
31
1: Hari Buruh, 11: Waisak, 25: Kenaikan Yesus Kristus
xviii
5: Hari Lingkungan Hidup Sedunia, 25 - 26: Idul Fitri
Kalender 2017
S
S
R
K
AGUSTUS J
S
M
1
2
S
2017
JULI S
R
K
J
S
M
1
2
3
4
5
6
3
4
5
6
7
8
9
7
8
9
10
11
12
13
10
11
12
13
14
15
16
14
15
16
17
18
19
20
25
26
27
M
17
18
19
20
21
22
23
21
22
23
24
24
25
26
27
28
29
30
28
29
30
31
31 17: Kemerdekaan Republik Indonesia
SEPTEMBER S
O K TO B E R
S
S
R
K
J
M
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
S
S
R
K
J
S
2
3
4
5
6
7
8
1
11
12
13
14
15
16
17
9
10
11
12
13
14
15
18
19
20
21
22
23
24
16
17
18
19
20
21
22
25
26
27
28
29
30
23
24
25
26
27
28
29
30
31
1: Idul Adha, 21:Tahun Baru Hijriah
15: Hari Cuci Tangan Sedunia
N OV E M B E R S
S
DESEMBER
R
K
J
S
M
1
2
3
4
5
S
S
R
K
J
S
M
1
2
3
6
7
8
9
10
11
12
4
5
6
7
8
9
10
13
14
15
16
17
18
19
11
12
13
14
15
16
17
20
21
22
23
24
25
26
18
19
20
21
22
23
24
27
28
29
30
25
26
27
28
29
30
31
12: Hari Kesehatan Nasional, 19: Hari Toilet Sedunia, 21: Hari Pohon
25: Natal
xix
Daftar Isi
iv
Infografik
vii
Data Pemilik
viii
Pengantar USAID IUWASH
x
Pengantar Louis O’Brien
xii
100-0-100
xiv
Road to Universal Access 2019
xvi
Kalender 2016 - 2017
2
10
20
APA DAN MENGAPA CSR?
PENGUATAN KEMITRAAN CSR
FORUM CSR
Kondisi Awal Program CSR 14
Model-model Forum CSR 24
Strategi Pengembangan Program 16
Manfaat Forum CSR 34
Pendekatan IUWASH 18
Model Pengelolaan Program 38 Tantangan Forum CSR 40
xx
Rumah Bersama CSR
Daftar Singkatan
112
Lampiran
116
Tim Pembahas Buku
118
Tautan Video Rumah Bersama CSR
Da f t a r is i
110
42
76
121
PENINGKATAN KAPASITAS Forum CSR
RUANG DAN PELUANG CSR
Notes
Tahapan I 46
Air Bersih dan Sanitasi 80
Tahapan 2 50 Tahapan 3 62
Peran Multi Pihak 82
Tahapan 4 70
Sanitasi 84
Infografik 74
Sumur Resapan 94 Master Meter 102 1
Apa dan Mengapa CSR?
APA DAN M E N G A PA
CSR?
BANYAK PERTANYAAN MUNCUL di lapangan terkait dengan penerapan corporate social responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan (TSP). Apakah CSR wajib atau sukarela, dari manakah sumber pendanaan CSR? Apakah masuk komponen biaya atau bersumber dari laba perusahaan? Apakah setiap sumbangan perusahaan bisa dinamakan CSR? Bagaimana seharusnya CSR dikelola dan lain-lain. Bahkan yang lebih mengerikan, atas nama CSR tidak 2
Rumah Bersama CSR
Ap a da n M en ga p a CS R ?
sedikit perusahaan yang diposisikan sebagai ATM atau sumber keuangan bagi masyarakat maupun pemerintah. Seperti ritual tahunan, perusahaan secara rutin dimintai sumbangan untuk membiayai sejumlah kegiatan peminta, yang tidak pernah dipertanggungjawabkan. Akibatnya, belum banyak program CSR yang mampu memberikan kesejahteraan ba足gi masyarakat di sekitarnya secara 3
WWW.JSTOR.ORG
TIMELINE.WSU.EDU
Apa dan Mengapa CSR?
Edwin Merrick Dodd
Howard Bowen
menyeluruh dan berkelanjutan. Bahkan tidak sedikit pula dijumpai perusahaan yang enggan mempublikasikan program CSR mereka kepada khalayak karena khawatir akan memberikan beban tambahan bagi perusahaan.
shareholders semata, tetapi juga kepada stakeholders. Dua dekade berikutnya, tepatnya pada 1953, Howard Bowen, yang dikenal sebagai Bapak CSR modern dalam bukunya Social Responsibilities Businessman mengatakan bahwa corporate social responsibility adalah kewajiban perusahaan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan norma, nilai atau keinginan yang berkembang di masyarakat. Pada1963, Joseph W. McGuire dalam bukunya, Bisnis dan Masyarakat,
Istilah corporate responsibility mengemuka ketika Edwin Merrick Dodd, seorang profesor pada Harvard Law School pada 1932 berpendapat bahwa tanggung jawab perusahaan tidak saja kepada
4
Rumah Bersama CSR
Ap a da n M en ga p a CS R ?
UNZ.ORG
“ Ide tanggung jawab sosial mengandaikan bahwa perusahaan tidak hanya kewajiban ekonomi dan hukum, tetapi juga tanggung jawab tertentu kepada masyarakat yang melampaui kewajiban ini.” JOSEPH W. MCGUIRE
dalam Bisnis dan Masyarakat Buku Joseph W. McGuire, Business and Society
menyatakan bahwa ide tanggung jawab sosial mengandaikan bahwa perusahaan tidak hanya kewajiban ekonomi dan hukum, tetapi juga tanggung jawab tertentu kepada masyarakat yang melampaui kewajiban ini. Dalam perkembangannya, CSR mengalami evolusi atau perkembangan pemaknaan sesuai dengan visi, misi, kebutuhan, motif dan keberpihakan pelaku. Terdapat berbagai definisi mengenai tanggung jawab
sosial perusahaan yang menggambarkan sikap yang bersangkutan dalam menyiasati tanggung jawab perusahaan. Meskipun demikian terdapat sejumlah kata kunci yang hampir selalu muncul pada pengertian CSR yaitu; tindakan etis, komitmen, keberlanjutan dan kualitas kehidupan masyarakat. Secara umum CSR didefinisikan sebagai komitmen berkelanjutan dunia usaha untuk bertindak etis dengan cara berkontribusi membangun sosial-ekonomi masyarakat secara 5
Apa dan Mengapa CSR?
Semestinya tidak menjadi perdebatan apakah CSR bersifat wajib atau sukarela. Sebagai entitas yang bekerja mencari keuntungan dengan menggunakan sumber daya alam, perusahaan tidak bisa menutup mata atas apa yang terjadi dengan kondisi lingkungan sosial yang menerima dampak atas operasi perusahaan.
Aktivitas warga yang masih menggunakan air sungai dan badan air, sebagai tempat mencuci dan keperluan sehari-hari lainnya.
6
menyeluruh dan berkelanjutan. Penggunaan istilah tindakan etis perusahaan, semestinya tidak menjadi perdebatan apakah CSR bersifat wajib atau sukarela. Sebagai entitas yang bekerja mencari keuntungan dengan menggunakan sumber daya alam, perusahaan tidak bisa menutup mata atas apa yang terjadi dengan kondisi lingkungan sosial yang menerima dampak atas operasi perusahaan. Tidak ada catatan resmi pasti kapan program CSR mulai di Indonesia, tetapi diyakini bahwa bentuk kepedulian perusahaan pada lingkungan telah ada bahkan sebelum jaman kemerdekaan Indonesia. Ada perusahaan yang lebih mengutamakan anggota keluarga karyawan, perusahaan memberikan bahan makanan
Rumah Bersama CSR
Sejarah perkembangan CSR di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari program pembinaan usaha kecil oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang dimulai sejak 1983 dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1983 tentang Tata Cara Pembinaan dan Pengawasan Perusahaan Jawatan, Perusahaan Umum dan Perusahaan Perseroan. Kemudian mengalami beberapa kali perubahan sampai yang terakhir adalah Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor: Per 05/MBU/2007 tanggal 27 April 2007 tentang Program
Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan. Terus meningkatnya kontribusi perusahaan dalam pembangunan nasional, mendorong pemerintah merasa perlu mengatur agar potensi pembangunan tersebut dapat dikelola secara optimal dengan menerbitkan sejumlah regulasi tentang tanggung jawab sosial perusahaan. Kita tidak bisa semata-mata menerapkan kebijakan negara lain yang menempatkan CSR sebagai tindakan sukarela, karena nilai-nilai kesadaran etis masyarakatnya berbeda. Oleh karena itu kita memahami dan mendukung upaya Pemerintah sebagai regulator yang ingin melibatkan seluruh korporasi dalam mewujudkan kehidupan masyarakat yang lebih baik dengan menerbitkan sejumlah
7
Ap a da n M en ga p a CS R ?
kepada keluarga karyawan, perusahaan membantu biaya pendidikan anak para karyawan, atau perusahaan yang membangun sarana publik seperti tempat ibadah, jembatan, jalan dan lain-lain.
Apa dan Mengapa CSR?
Sejumlah pemerintah daerah menerbitkan berbagai regulasi yang bertujuan mengoptimalkan pengelolaan dana CSR untuk menyukseskan pembangunan di daerah, dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui sinergitas peran pemerintah, swasta dan masyarakat.
8
regulasi. Selain Peraturan Menteri BUMN seperti di atas, kita mengenal Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, Undangundang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 13 Tahun 2012 tentang forum tanggung jawab dunia usaha dalam penyelenggaraan Kesejehteraan Sosial serta masih banyak yang lain yang di dalamnya mengatur kewajiban perusahaan dalam mengelola program CSR. Sejumlah pemerintah daerah menerbitkan berbagai regulasi yang bertujuan mengoptimalkan pengelolaan
Rumah Bersama CSR
dana CSR untuk pembangunan. Pemerintah Provinsi Jawa Timur menerbitkan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2011 tentang Tanggungjawab Sosial Perusahaan (TSP) dan Peraturan Gubernur Jawa Timur nomor 42 tahun 2012 tentang Tanggungjawab Sosial Perusahaan. Pemerintah Provinsi Jawa Barat menerbitkan Pe raturan Gubernur Jawa Barat Nomor 30 tahun 2011 tentang Fasilitasi Penyelenggaraan Tanggung jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan di Jawa Barat. Sementara di tingkat kabupaten, Pemerintah Kabupaten Tangerang menerbitkan Peraturan Daerah No. 15 Tahun 2011 Tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan dan
Ap a da n M en ga p a CS R ?
Aktivitas warga yang masih menggunakan air sungai dan badan air, sebagai tempat mencuci dan keperluan sehari-hari lainnya.
Peraturan Bupati No. 42 Tahun 2012 Tentang Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan di Kabupaten Tangerang; Pemerintah Kabupaten Batang menerbitkan Keputusan Bupati Batang Nomor 460/006/2014 Tentang Pembentukan Forum Komunikasi Antar-Dunia Usaha untuk Pembangunan Kesejahteraan Sosial Kabupaten Batang/Corporate Social Responsibility (CSR) Periode 2014 – 2017. Kebijakan di atas, secara umum bertujuan menyukseskan pembangun di daerah untuk menuju kesejahteraan masyarakat melalui sinergitas peran pemerintah, swasta dan masyarakat.
9
Penguatan Kemitraan CSR
PEN GUATA N K E M IT RA A N
CSR
DALAM RANGKA membantu pemerintah daerah mewujudkan target pembangunan air dan sanitasi, IUWASH memfasilitasi pemerintah daerah untuk membangun kemitraan 10
dengan berbagai kalangan masyarakat, pemerintah, organisasi masyarakat sipil, penyedia layanan, termasuk mengoptimalkan potensi CSR sebagai sumber daya program.
Rumah Bersama CSR
P en g u a t a n Kem it ra a n CS R
Upaya pelibatan korporasi sejalan dengan arah kebijakan pemerin足足tah dalam mengelola CSR sebagai wujud peran serta dan tanggung ja足wab korporasi terhadap pembangun足an nasional. Dunia usaha memiliki 11
Penguatan Kemitraan CSR
kekuatan dalam hal teknologi, modal, sumber daya manusia, manajemen dan jaringan pasar. Selain mengacu pada sejumlah regulasi yang telah dikeluarkan pemerintah, kita juga berkeyakinan bahwa kalangan dunia usaha memiliki komitmen dan tindakan etis untuk ikut serta membangun lingkungan sosial menjadi lebih 12
baik. Memang tidak ada jaminan ketika sebuah perusahaan menyelenggarakan CSR akan secara otomatis meningkatkan keuntungannya, tetapi dengan program CSR yang baik akan memberikan apresiasi positif masyarakat kepada perusahaan sehingga berdampak pada suasana kondusif perusahaan untuk beroperasi secara
Rumah Bersama CSR
P en g u a t a n Kem it ra a n CS R
Peresmian pembangunan tangki septik.
Program CSR yang baik akan: • Memberikan apresiasi positif masyarakat kepada perusahaan sehingga berdampak pada suasana kondusif perusahaan untuk beroperasi secara optimal.
optimal. Praktek CSR yang baik juga akan mendorong proses pemberdayaan masyarakat yang dapat mencegah terjadinya eksploitasi berlebihan sumber daya alam, malpraktek bisnis yang memicu tingginya korupsi, serta mendukung perbaikan kualitas hidup masyarakat.
• Mendorong proses pemberdayaan masyarakat yang dapat mencegah terjadinya eksploitasi berlebihan sumber daya alam, malpraktek bisnis yang memicu tingginya korupsi, serta mendukung perbaikan kualitas hidup masyarakat 13
Penguatan Kemitraan CSR
KONDISI AWAL
Program CSR Di awal program, IUWASH melakukan pengkajian untuk menyusun peta dan strategi pengelolaan CSR. Setidaknya ada tiga masalah utama yang ditemukan terkait dengan pengelolaan CSR pada saat itu:
Pertama, masih banyak kalangan dunia usaha belum memahami konsepsi CSR dengan baik. Ada anggapan tidak perlu melakukan praktek CSR karena sudah membayar sejumlah kewajiban pajak kepada pemerintah. Tidak sedikit pula yang menganggap CSR sebagai beban baru perusahaan yang tidak memberikan manfaat apapun bagi perusahaan. Akibatnya jumlah praktek CSR di lapangan masih sangat sedikit. Tidak sebanding dengan pertumbuhan jumlah pelaku usaha di masyarakat. Kedua, CSR belum menjadi program regular dan ditempatkan sebagai kegiatan sumbangan sukarela biasa dari
14
perusahaan kepada masyarakat. Bentuknya apa, kapan dilakukan, siapa yang menerima, semuanya sangat tergantung kepada mood pimpinan perusahaan. Lebih dari itu, aksi CSR Perusahaan sebagian besar masih dikelola dengan pendekatan karitatif, sesaat, dan tidak berkelanjutan sehingga tidak memungkinkan masyarakat yang menerima bantuan CSR untuk berkembang secara mandiri. Ketiga, umumnya pemerintah
Rumah Bersama CSR
belum menempatkan kalangan dunia usaha sebagai mitra sejajar dalam membangun. Situasi ini tidak menguntungkan bagi pelaku usaha karena memungkinkan terjadinya pola komunikasi sepihak, tidak terbuka, dan tidak produktif. Pada akhirnya, masyarakat juga dirugikan karena tidak menikmati peluang bantuan yang seharusnya bisa didapatkan.
1
Masih banyak kalangan dunia usaha belum memahami konsepsi CSR dengan baik.
2
CSR belum menjadi program regular dan ditempatkan sebagai kegiatan sumbangan sukarela biasa dari perusahaan kepada masyarakat.
3
Umumnya pemerintah belum menempatkan kalangan dunia usaha sebagai mitra sejajar dalam membangun. 15
Kon disi Awa l P rog ra m CS R
Tiga masalah utama pengelolaan CSR:
Penguatan Kemitraan CSR
STRATEGI
Pengembangan Program
Untuk mengoptimalkan potensi CSR dalam mendukung pencapaian tujuan pembangunan air dan sanitasi, sedikitnya ada tiga strategi utama yang dijalankan IUWASH, yaitu: • Memperkuat kelembagaan forum CSR dengan membangun mindset baru konsep CSR. Strategi ini menekankan bahwa prin sip CSR adalah perusahaan harus mencari untung, peduli pada kesejahteraan masyarakat, serta peduli pada lingkungan hidup, atau dikenal dengan triple bottom
16
lines yaitu profit, people, planet. Pemahaman ini diyakini mampu membawa pelaku pada suatu sikap bahwa kegiatan usaha bukan sekedar masalah ekonomi dan kewajiban, tetapi juga komitmen etis kepada lingkungan.
Rumah Bersama CSR
• Membangun forum CSR sebagai rumah bersama para pemangku kepentingan. Hubungan yang baik antara pemerintah, swasta dan masyarakat akan menjadi modal utama pembangunan. Oleh karena itu, forum CSR harus dikelola dengan melibatkan tiga pemangku kepentingan utama, yaitu pelaku usaha, pemerintah dan masyarakat secara bersama. • Implementasi program CSR dengan model berbasis masyarakat untuk menjamin keberlanjutan pembangunan dan kemandirian masyarakat. Strategi ini berangkat dari keyakinan bahwa setiap manusia memiliki kemampuan untuk mandiri. Bantuan Program CSR didesain untuk membangun kemandirian masyarakat dengan melibatkan masyarakat sebagai subjek pada seluruh tahapan program.
1 2 3
Memperkuat kelembagaan Forum CSR dengan membangun mindset baru konsep CSR. Membangun Forum CSR sebagai rumah bersama para pemangku kepentingan. Implementasi program CSR dengan model berbasis masyarakat untuk menjamin keberlanjutan pembangunan dan kemandirian masyarakat.
17
St ra t eg i Pen g em b a n ga n P rog ra m
Tiga strategi utama IUWASH
Penguatan Kemitraan CSR
PENDEKATAN
USAID IUWASH
Dalam upaya mengoptimalkan peran CSR bagi pembangunan air dan sanitasi di Indonesia, IUWASH menerapkan dua model pendekatan yaitu: Kemitraan Langsung dengan Perusahaan: Dalam model ini, IUWASH dan Perusahaan melibatkan Inisiatif lokal (LSM) untuk secara bersama-sama me ngelola Program CSR sesuai kesepakatan yang dibangun. IUWASH berkontribusi pada aspek kajian awal, teknologi, manajemen proyek, dan pemberdayaan masyarakat. Perusahaan berkontribusi pada aspek pendanaan dan manajemen proyek. Sementara inisiatif lokal (LSM) berperan sebagai eksekutor program. Contoh model ini adalah 18
kemitraan IUWASH dengan Yayasan Coca Cola Indonesia dan Serikat Paguyuban Petani Qaryah Thayibah (SPPQT) untuk Program Pengembalian Air ke Alam di Kabupaten Semarang dan Kota Salatiga di Jawa Tengah, Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Problinggo di Jawa Timur kerjasama dengan Yayasan Bina Usaha Lingkungan (YBUL), serta area Sibolangit dan Pematang Siantar di Sumatera Utara kerjasama dengan Yayasan Jaringan Kesejahteraan/ Kesehatan Masyarakat (JKM) Medan. Penguatan Kapasitas Forum CSR: IUWASH bekerjasama dengan forum CSR di beberapa kabupaten/ kota merangsang, memperkuat
Rumah Bersama CSR
P en deka t a n I U WA S H
DUA PENDEKATAN PROGRAM
IUWASH
PEMDA (Peningkatan Kapasitas Forum CSR)
Bersama
Menjamin keberlanjutan program air minum dan sanitasi.
dan melembagakan peran dunia usaha dalam program pembangunan di suatu daerah khususnya sektor air bersih, sanitasi, dan adaptasi perubahan iklim. Kerjasama tersebut bertujuan untuk membangun forum CSR agar menjadi rumah bersama perusahaan, masyarakat dan pemerintah, dalam pengelolaan CSR. Ini juga membangun cara pandang
SR
Ru
ah
C
m
PERUSAHAAN (Kemitraan Langsung)
baru tentang CSR yang lebih progresif. Model penguatan kapasitas forum CSR dilakukan IUWASH di enam kabupaten/ kota yang tersebar di Provinsi Banten (Kabupaten Serang dan Kabupaten Tangerang; Provinsi Jawa Tengah (Kabupaten Batang); Provinsi Jawa Timur (Kota Probolinggo dan Kabupaten Jombang) dan Papua (Kota Jayapura). 19
Forum CSR
FORU M
CSR
HASIL KAJIAN USAID IUWASH di 15 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten, Jawa Tengah dan Jawa Timur, menghasilkan kesimpulan bahwa mayoritas pemerintah daerah umumnya melihat Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai potensi yang dapat mendukung pembiayaan pembangunan di daerah, di samping dana yang bersumber dari APBN dan APBD. Oleh karena itu hampir setiap pemerintah daerah umumya telah mengupayakan adanya forum CSR, atau minimal ada semacam tim koordinasi
20
For u m CSR
21
22
For u m CSR
pengelolaan program CSR yang dikuatkan de足ngan surat keputusan bupati/walikota. Bahkan sudah ada kota/ kabupaten yang telah mem足buat peraturan daerah terkait forum CSR. Di nasional ada beberapa lembaga yang memiliki kegiatan dan program untuk CSR, forum CSR dalam kaitannya dengan pembangunan sektor air bersih dan sanitasi. Di antaranya: Indonesia Business Link (IBL). Sebuah lembaga yang bersama Kementerian Kesehatan, High Five dan Public Interest Research and Advocacy Centre (PIRAC) pernah mengembangkan program untuk membangun awareness tentang sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) bagi sejumlah perusahaan di nasional.
Development (CFCD) yang untuk periode 2011-2014 secara khusus pernah memiliki nota kesepahaman bersama Ditjen Cipta Karya Kementerian PUPR, dalam upaya mejaring minat perusahaan (CSR) untuk mewujudkan pemukiman layak huni dan berkelanjutan. Upaya membangun dukungan dan kemitraan CSR perusahaan untuk pembangunan akses air bersih dan sanitasi di nasional, secara khusus dan terus diupayakan antara lain oleh Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL) Nasional Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Profil lembaga-lembaga tersebut, secara khusus dimuat di halaman lampiran.
Kemudian ada juga Corporate Forum for Community 23
Forum CSR
MODEL-MODEL
Forum CSR
Berdasarkan pengalaman pendampingan di enam kabupaten/kota wilayah kerja program peningkatan kapasitas forum CSR IUWASH, setidaknya tercatat ada tiga model inisiatif pembentukan forum CSR antara lain: 1. INISIATIF PERUSAHAAN Forum CSR seperti ini, inisiasi dan pembentukannya murni dilakukan oleh perusahaan tanpa melibatkan pemerintah. Legal formal yang digunakan adalah akta notaris yang didaftarkan di Kementerian Hukum dan HAM. Jangkauan program lebih diutamakan berkisar di lingkungan perusahaan. Kelebihan forum CSR model perusahaan adalah 24
pada aspek independensi dalam mengembangkan dan menentukan program. Pihak swasta tidak merasa ragu dan khawatir terhadap program CSR yang dikembangkan melalui forum CSR, karena sepenuhnya dalam rentang kendali dan pengelolaan perusahaan yang tergabung di dalam forum. Sekalipun demikian, sinergi dan koordinasi program dengan pemerintah daerah masih tetap terbangun secara baik. Bahkan karena kebutuhan koordinasi dan kemitraan inisiatifnya muncul dari perusahan, umumnya keberlanjutan koordinasi program berlangsung cukup baik. Tantangan dari forum CSR model perusahaan, biasanya karena kesibukan mengelola usaha di masing-masing perusahaan anggota forum,
Rumah Bersama CSR
Hampir setiap pemerintah daerah umumya telah mengupayakan adanya forum CSR, atau minimal ada semacam tim koordinasi pengelolaan program CSR yang dikuatkan dengan surat keputusan bupati/walikota.
25
M odel- M od el For u m CS R
apalagi jika kesibukan itu menimpa unsur pimpinan forum, seringkali kordinasi dan komunikasi menjadi terhambat. Tantangan lain adalah ada kalanya persaingan branding model CSR di antara perusahaan yang tergabung di dalam forum, bisanya menjadi tantangan dalam membangun sinergi dan kemitraan program. Namun demikian jika hal ini bisa dikelola dengan baik, tidak sedikit program bisa dibangun dan dilakukan dengan branding bersama. Contoh dari forum CSR yang inisiasi pembentukannya oleh perusahaan adalah forum CSR Kabupaten Probolinggo, yang diinisiasi oleh beberapa perusahaan PAITON Group bersama beberapa perusahaan lainnya.
Mayoritas pemerintah daerah umumnya melihat Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai potensi yang dapat mendukung pembiayaan pembangunan di daerah, selain dana-dana yang bersumber dari APBN dan APBD.
Ida Farida
26
Rumah Bersama CSR
Ku t ip
“ Forum CSR itu sebenarnya rumah bagi perusahan.”
IDA FARIDA
TLSP Kabupaten Tangerang
27
Forum CSR
2. INISIATIF PEMERINTAH Pada forum CSR seperti ini, inisiasi dan pembentukannya muncul dari pemerintah. Sekalipun dalam statuta (tata aturan) organisasi dan atau SK (surat keputusan) serta keputusan tentang pembentukan forum menyebutkan unsur-unsur swasta, perguruan tinggi dan atau tokoh masyarakat sebagai pengurus forum, namun secara faktual dalam implementasinya kurang sekali perusahaan. Kalau pun ada, jumlahnya bisa dihitung atau hanya diwakili oleh organisasi asosiasi pengusaha dan keterlibatan dalam aktivitas forum lebih sekadar sebagai tamu. Program yang dikembangkan oleh forum adalah program-program yang tidak didanani oleh pemerintah. Contoh forum yang inisiasinya oleh pemerintah, bisa disebut antara lain di Kabupaten Serang.
28
Alih-alih forum CSR menjadi ‘rumah’ bagi perusahaan, karena pengelola forum CSR sebagaian besar diisi unsur pimpinan daerah dan operasional harian dijalankan oleh staf dengan kapabilitas dan kewenangan yang sangat terbatas. Akibatnya potensi CSR perusahaan dengan jumlah yang sangat besar menjadi tidak tergali dan bersinergi secara baik. 3. INISIASI KOLABORASI Forum CSR yang inisiasi pembentukannya dilakukan secara kolaborasi menerapkan prinsip bahwa forum CSR bisa menjadi rumah bagi perusahaan, bersama pemerintah dan masyarakat. Inisiatif pembentukan forum berangkat sebagai kebutuhan dari perusahaan-perusahaan, kemudian dikembangkan sebagai ide bersama dengan pemerintah dan masyarakat setempat.
Rumah Bersama CSR
M odel- M od el For u m CS R
Mengingat prinsip bahwa forum CSR harus menjadi ‘rumah bersama’ di antara perusahaan, masyarakat dan pemerintah, kemudian perusahaan harus mengambil peran terdepan dalam pembentukan forum, maka unsur kepengurusan forum diisi sebanyak mungkin oleh wakil-wakil pimpinan perusahaan dalam rangka membangun trust (kepercayaan) perusahaan terhadap forum yang dibentuk. Unsur pemerintah masih tetap menempati posisi penting, hanya saja tidak masuk ke dalam unsur pengurus, tapi cukup di dewan penasehat atau pengawas. Peran pimpinan daerah pada posisi pengawas dan pengarah, dimaksudkan untuk mengarahkan kebijakan umum forum CSR dan sinkronisasinya dengan arah pembangunan di daerah. Dengan demikian masih tetap memberikan kenyamanan dan independensi kepada pengurus
forum CSR yang berasal dari unsur pimpinan perusahaan, karena eksekusi programprogram forum tetap berada pada dewan pengurus secara kolektif. Untuk mendorong partisipasi sebanyak mungkin perusahaan di daerah ke dalam forum, beberapa forum CSR juga menerapkan kiat dan strategi khusus antara lain pada saat pengisian posisi ketua/ pimpinan forum CSR, berusaha untuk mempertimbangkan unsur keterwakilan pimpinan perusahaan berdasarkan kluster perusahaan yang ada di kota/ kabupaten tersebut. Di samping itu juga tetap memperhatikan aspek kualitas personal, keluasan relasi, jaringan serta pengaruh baik antar maupun di dalam klusternya itu sendiri. Untuk operasionalisasi day to day forum CSR, biasanya diangkat beberapa orang pengurus harian (eksekutif )
29
Forum CSR
meliputi: seorang direktur harian, bendahara dan seorang staf eksekutif forum. Dengan demikian, sekalipun pengurus forum CSR berasal dari unsur pimpinan perusahaan dengan tingkat kesibukan yang cukup tinggi, pengelolaan harian forum masih bisa tetap berjalan ka rena ada eksekutif yang siap mengeksekusi setiap kebijakan yang dibuat oleh pimpinan/ketua pengurus forum CSR. Forum CSR model kolaborasi juga secara terus menerus mencoba mendorong keterlibatan dan partisipasi masyarakat, melalui berbagai
30
pelatihan seperti perencanaan dan pengembangan program, teknik pembuatan proposal dan lain-lain. Dengan demikian diharapkan proposal yang diusulkan masyarakat kepada forum CSR akan memiliki kualitas yang cukup bagus serta terintegrasi dengan visi besar forum CSR dan target pembangunan pemerintah kabupaten/kota. Contoh model kolaborasi adalah forum CSR Kota Cilegon. Perbedaan di antara ke tiga model forum tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Rumah Bersama CSR
NO
ASPEK
INISIATIF PERUSAHAAN
INISIATIF PEMERINTAH
KOLABORASI
1
Insiasi Pembentukan
Sepenuhnya oleh perusahaan
Sepenuhnya oleh pemerintah
Perusahaan, pemerintah dan pemangku kepentingan
2
Kepengurusan
Unsur perusahaan dominan, hubungan dengan pemerintah sifatnya koordinasi
Unsur pemerintah dominan, unsur perusahaan kurang terlibat
Pemerintah di penasihat, swasta di pengurus dan ada pelaksana harian
3
Jenis, Sifat, dan Jangkauan Program
• Jenis program sesuai pilihan perusahaan,
• Jenis dan lokasi program diatur oleh pemerintah,
• Jenis program sesuai pilihan perusahaan.
• Lokasi program di sekitar wilayah • Program tidak teranggarkan perusahaan APBN/APBD
• Lokasi program atas kesepakatan perusahaan dengan pemerintah
5
Pendanaan Program
Hampir seluruh pendanaan program dibiayai perusahaan
Perusahaan mendanai biaya program, pemerintah mendanai biaya operasional
Perusahaan mendanai biaya program, pemerintah mendanai biaya operasional
6
Kekuatan
• Independensi kuat
• Progress program terpantau baik oleh pemerintah
• Koordinasi program berjalan baik.
• Unsur perusahaan menjadi minoritas.
• Terkadang sulit untuk merumuskan program yang integral.
• Soliditas antarperusahaan kuat • Lebih sustainable 7
Kelemahan
• Persaingan branding • Kesibukan pengurus • Kadang tumpang tindih dengan program pemerintah • area program terbatas
• Potensi CSR tidak digunakan optimal
• Visi perusahaan dan pemerintah integral
• Perusahaan sering merasa dirugikan
31
M odel- M od el For u m CS R
Tabel Ciri-Ciri Model Inisiatif Pembentukan Forum CSR
M. Najib
32
Rumah Bersama CSR
Ku t ip
“ Kedudukan pemerintah di dalam forum CSR ini sebaiknya di dewan penasehat dan di dewan pengawas.�
M. NAJIB
Ketua CCSR Kota Cilegon
33
Forum CSR
MANFAAT
Forum CSR Keberadaan forum CSR di kabupaten dan kota sangat bermanfaat, khususnya koordinasi, sinkronisasi dan sinergi program antar perusahaan maupun antara perusahaan dengan pemerintah. Dengan demikian tumpang tindih bantuan ataupun alokasi dana CSR yang tidak merata bisa diantisipasi, bahkan prinsip pemeraataan dan keadilan bisa dilakukan. Di luar manfaat yang sifatnya normatif, secara mendasar ada manfaat lain yang strategis bagi perusahaan, sebagaimana ditu turkan oleh beberapa orang perwakilan perusahaan yang menjadi anggota forum CSR antara lain: • Buffer Forum CSR sangat bermanfaat untuk menjadi buffer (pelindung), terutama bila dikaitkan dengan fakta dimana perusahaan sering kali didatangi pihak-pihak yang mengajukan proposal dengan mengatasnamakan warga, tokoh dan atau pemerintah daerah. Ketika 34
forum sudah terbentuk, perusahaan bisa dengan mudah untuk mengarahkan pengusul proposal agar menyampaikan kepada forum CSR yang telah dibentuk. Forum CSR akan memperlakukan proposal yang masuk tersebut sesuai dengan standar yang telah disepakati bersama. Forum yang akan memutuskan apakah proposal tersebut bisa dan langsung mendapatkan dukungan pembiayaan, ditolak atau masuk pada kriteria perlu dampingan penyempurnaan. • Transparansi dan Efisiensi Forum CSR mendorong transparansi, karena pengelolaan program CSR dilakukan secara terbuka dan bersama-sama melalui forum. Dengan begitu program bisa dimonitor bersama oleh anggota forum. Melalui forum yang transparan dapat dicegah munculnya kasus duplikasi pembiayaan program yang
Rumah Bersama CSR
• Gotong Royong Forum CSR juga sangat bermanfaat bagi perusahaan, ketika perusahaan mendapatkan usulan permohonan pembiayaan bagi program yang strategis dan biayanya cukup besar. Ketika ada forum CSR, perusahaan bisa membawa usulan strategis tersebut untuk dikeroyok bersama, sehingga biaya yang dikeluarkan bisa lebih murah karena ditanggung bersama. Sementara branding bisa diperoleh seperti ketika perusahaan mengelola program itu secara sendiri. • Akuntabilitas laporan Melalui sekretariat, setiap periode waktu tertentu (satu bulan, tiga bulan, enam bulan), forum mengorganisir laporan pelaksanaan program CSR dari setiap
perusahaan kemudian melaporkannya kepada pemerintah. Laporan yang dibuat oleh forum lebih akuntabel, lebih dipercaya oleh pihak pemerintah dan masyarakat karena proses penyusunannya melibatkan perusahaan dan forum serta dikelola oleh petugas yang kompeten. • Efektivitas Program Forum CSR yang dikelola dengan baik akan mem pertemukan para pelaku pembangunan yang terdiri dari perusahaan, pemerintah dan masyarakat. Mereka mendiskusikan berbagai masalah pembangunan, mulai dari cara mengatasinya, penentuan skala prioritas, pembagian peran, skema pembiayaan dan lain-lain. Dengan demikian, program-program CSR yang diputuskan melalui forum CSR akan lebih efektif, terjadi sinkronisasi dan sinergi program dalam mengatasi masalah pembangunan di suatu daerah. 35
M a n fa a t For u m CS R
disebabkan oleh ajuan satu proposal program secara paralel kepada banyak pe rusahaan. Dengan demikian dapat meningkatkan efisiensi pembiayaan.
Bambang Jiwantoro
36
Rumah Bersama CSR
Ku t ip
“ Dengan menjadi anggota forum, perusahaan sebenarnya dapat mengarahkan program CSRnya lebih tepat guna, lebih tepat sasaran.�
BAMBANG JIWANTORO
Sekretaris Forum CSR Kabupaten Probolinggo
37
Forum CSR
MODEL PENGELOLAAN
Program
Keberadaan forum CSR di kabupaten/kota, tidak serta merta menghilangkan dan atau mengambil alih independensi perusahaan. Jika menginginkan, perusahaan masih dapat mengelola program CSR-nya sendiri. Berikut ini tiga model pengelolaan program CSR: • MODEL I Perusahaan menerima proposal dari masyarakat dan menyerahkan program CSR langsung kepada masyarakat. Masyarakat memberikan laporan pertanggungjawaban kepada perusahaan pemberi. Dan berdasarakan laporan hasil kegiatan tersebut, perusahaan kemudian memberikan laporan kepada forum CSR. Forum CSR melakukan monitoring pengelolaan program di lapangan serta mendokumentasikan dan mempublikasikan secara luas. 38
• MODEL 2 Kegiatan CSR perusahaan dilakukan melalui forum CSR, untuk kemudian disalurkan ke masyarakat. • MODEL 3 Forum CSR menawarkan proposal kepada perusahaan, berdasarkan proposal yang masuk dari masyarakat. Peran forum CSR memberikan pelatihan dan pendampingan tentang pembuatan proposal, menyeleksi dan intermediasi dengan perusahaan, kemudian melakukan monev, dokumentasi dan publIkasi secara luas. Perusahaan memberikan biaya operasional kepada forum sebagai dana assessment, pelatihan, dan pendam pingan. Sementara dana program diberikan langsung kepada masyarakat setelah mendapat rekomendasi dari forum.
Rumah Bersama CSR
M odel P en g elola a n P rog ra m
MODEL 1 Forum CSR mencatat dan mempublikasikan CSR
Perusahaan
Masyarakat
Forum
CSR
MODEL 2 Forum CSR memfasilitasi penggunaan dana CSR
Perusahaan
Forum
CSR
Masyarakat
MODEL 3 Perusahaan menyalurkan dana kepada masyarakat atas usulan Forum CSR
Perusahaan
Forum
CSR
Masyarakat
39
Forum CSR
TANTANGAN
Forum CSR
• Keikutsertaan perusahaan Di beberapa kabupaten/ kota, forum CSR masih menghadapi tantangan khususnya tentang keikutsertaan peru sahaan dalam forum ma sih sangat rendah. Hal itu disebabkan oleh strategi pembentukan forum yang sejak awal kurang mem perhatikan prinsip-prinsip partisipatif untuk mendo rong keikutsertaan peru sahaan dalam forum. Tahap awal yang bisa dimanfaatkan untuk membangun partisipasi perusahaan dalam mengelola forum adalah inisiasi pembentukan forum, penyusunan statuta forum, penentuan struktur pengurus forum, proses pemilihan pengurus, dan lain-lain. • Keterbatasan Sumber Daya dan Kewenangan Tidak adanya tim eksekutif pengelola harian forum, dan atau keterbatasan kewenangan serta kapasitas terutama dari 40
sisi keterampilan dan seni membangun relasi umumnya menjadi tantangan dan menjadi penyebab, kenapa sebuah forum CSR yang sudah dibentuk cukup lama kemudian tidak berjalan secara efektif. Demikian pula halnya dengan model forum CSR yang dibentuk secara independen atas inisiatif perusahaan, tidak adanya unsur pengurus harian (eksekutif ) yang diangkat, menjadikan forum CSR tidak berjalan secara efektif, karena tidak ada tim yang secara intens mengeksekusi setiap kebijakan yang di tetapkan pimpinan forum dengan kualitas SDM yang memadai. • Perbedaan Budaya dan nilai Kerja Pada forum CSR yang dibentuk dan dikelola dengan pendekatan formal birokratis, secara umum menghadapi tantangan terutama karena perbedaan budaya dan sistem nilai kerja dunia usaha/perusahaan, dimana umumnya serba
Rumah Bersama CSR
• Persepsi tentang CSR Perbedaan budaya dan nilai kerja semakin menjadi tantangan manakala dihadapkan pada cara pandang yang saling berhadapan dalam menyikapi tentang CSR. Satu pihak (pemerintah) melihat CSR sebagai ‘kewajiban’ yang harus dilakukan oleh perusahaan sebagaimana amanat perundang-undangan, sementara di sisi lain (cukup banyak perusahaan) yang memandang bahwa karena sudah membayar pajak, maka CSR hanya menjadi sekedar derma yang sifatnya boleh dilakukan dan boleh juga tidak.
“ Apabila forum mempunyai seseorang pelaksana harian tentu saja kegiatan forum akan lebih terarah dan dapat di follow up dan dapat mencapai sasaran yang diharapkan.” BAMBANG JIWANTORO Sekretaris Forum CSR Kabupaten Probolinggo
41
Ta n t a n ga n For u m CS R
cepat, terukur dan berbasis teknologi. Sementara organisasi yang dikelola dengan formal birokratis, berada di sisi sebaliknya. Tidak sedikit pula di beberapa kota/kabupaten praktek intervensi dari pimpinan daerah masih dirasakan cukup kuat.
Peningkatan Kapasitas Forum CSR
PEN I N G KATA N K A PA S ITA S
Forum CSR
42
Rumah Bersama CSR
43
P en in g ka t a n K a p a s it a s For u m CS R
MENGINGAT PENTINGNYA FORUM CSR dalam mendorong kontribusi dan partisipasi perusahaan serta dunia usaha dalam pembangunan air dan sanitasi di satu sisi, sementara di sisi yang lain kondisi forum CSR hampir di kebanyakan wilayah masih menghadapi beragam tantangan yang menyebabkan forum CSR kurang berjalan secara efektif, maka IUWASH mencoba mengembangkan program peningkatan kapasitas forum CSR di beberapa kabupaten/kota wilayah program.
Peningkatan Kapasitas Forum CSR
Program ini secara umum merupakan bantuan teknis dan pendampingan kepada pemerintah kabupaten/kota baik yang sudah memiliki forum CSR dan atau yang baru menginisiasi untuk terbentuknya forum CSR. Tujuannya agar terbangun forum CSR yang cukup efektif, mandiri dan berkelanjutan. Program ini ingin mendorong agar forum CSR yang terbangun bisa menjadi rumah bagi perusahaan bersama pemerintah daerah dan masyarakat. Konsep rumah bersama dimaksud adalah sebagaimana layaknya sebuah rumah bagi keluarga, masing-masing angggota rumah tangga merasa
Pelatihan teknis dan praktek membuat tangki septik dan jamban sehat.
44
nyaman, tumbuh rasa memiliki dan sesuai peran serta ingin terus membangun rumah tersebut sebagus dan senyaman mungkin. Satu sama lain saling terbuka dan melakukan komunikasi dengan penuh kehangatan. Upaya yang dilakukan untuk mewujudkan tujuan itu, IUWASH mencoba mengembang足kan program yang berorientasi pada upaya membangun mindset atau cara pandang baru tentang CSR yang lebih progresif, mengenalkan prinsip-prinsip umum tentang tata kelola forum CSR yang partisipatif sehingga bisa menarik minat dunia usa足 ha, warga masyarakat dan
Rumah Bersama CSR
Goal dari program ini, sebagaimana dipaparkan di atas adalah bahwa diharapkan forum CSR di kabupaten/kota dampingan bisa tumbuh menjadi forum yang mandiri, efektif dan berkelanjutan. Program peningkatan kapasitas forum CSR tersebut, dilakukan melalui tahapan pengembangan program, sebagai berikut:
‘Rumah Bersama CSR’ adalah layaknya sebuah konsep rumah keluarga. Masingmasing anggota keluarga tinggal dengan perasaan nyaman dan saling memiliki. Melakukan peran dan tugasnya untuk terus membangun rumah tersebut, sebagus dan senyaman mungkin. Berkomunikasi dengan penuh keterbukaan dan kehangatan. Memberikan manfaat pada lingkungan
45
P en in g ka t a n K a p a s it a s For u m CS R
pemerintah, mempromosikan aksi-aksi CSR khususnya di bidang air bersih dan sanitasi, seraya menumbuhkan kiat-kiat, nilai dan keterampilan dalam membangun kemitraan sebagai sebuah seni dan proses yang tidak instan.
Peningkatan Kapasitas Forum CSR
Pemetaan dan Sosialisasi 1. Pemetaan
46
pengelolaan harian forum, dan sebagainya.
Mengumpulkan sejumlah data dan informasi (primer maupun sekunder) sebagai bahan yang bisa digunakan untuk mendapatkan gambaran tentang keberadaan dan kondisi forum CSR di lokasi kota/kabupaten di mana program akan dikembangkan. Data dan informasi yang dibutuhkan diperoleh melalui kegiatan pengumpulan data, mencakup setidaknya lima komponen penting berikut:
• Pengelola harian: apakah untuk pengelolaan harian organisasi forum, ada pengurus harian (eksekutif ), bagaimana susunannya, apakah masing-masing anggota tim pengurus harian memiliki deskripsi kerja serta pembagian kerja yang jelas, dan bagaimana fee untuk pengelolaa harian, dan seterusnya.
• Keorganisasian: mulai dari apakah di lokasi tersebut telah ada forum CSR, siapa yang menjadi inisiator pembentukan forum, apa dasar hukum pembentukan, bagaimana struktur pengurus, apakah memiliki rencana program, apakah memiliki visi dan misi organisasi, bagaimana relevansi antara visi mi si dan realisasi dalam
• Keterlibatan perusahaan/swasta: bagaimana keterlibatan perusahaan di dalam forum CSR, berapa perbandingan perkiraan jumlah perusahaan di wilayah tersebut dan berapa yang sudah berpartisipasi di dalam forum, apakah ada cukup banyak perusahaan yang masuk ke dalam struktur pengurus forum, apakah dalam
Rumah Bersama CSR
Tahapan 1
realitanya perusahaan yang tercantum dalam struktur tersebut cukup aktif ikut mengelola forum, bagaimana dukungan dan partisipasi perusahaan terhadap pemenuhan kebutuhan operasional forum, serta bagaimana implementasi program CSR perusahaan yang dilakukan melalui forum dan juga yang dilakukan sendiri, apakah yang dilakukan sendiri oleh perusahaan dilaporkan kepada forum secara periodik? • Pelibatan warga/masyarakat: bagaimana kondisi keterlibatan warga/masyarakat di dalam forum CSR, apakah ada program peningkatan kapasitas atau training yang ditujukan untuk warga/ masyarakat sehingga mereka memiliki kemampuan dalam menyusun dan mengajukan proposal program CSR melalui forum, apakah sudah ada pelaksanaan program CSR yang dilakukan melalui forum CSR berasal dari usulan warga/ masyarakat dan danai oleh CSR perusahaan di kota/kab tersebut? • Governance: apakah forum sudah mengembangkan prinsip-prinsip tata kelola yang baik: menjalankan
47
Forum CSR
KO MP O NEN P EMETA AN
Peningkatan Kapasitas Forum CSR
Keorganisasian • Visi dan misi • Perencanaan dan strategi • Struktur dan mekanisme • Dasar hukum Pengelolaan • Tim pengelola harian • Deskripsi kerja • Dana operasional pengelolaan • Media komunikasi • Pertanggungjawaban
prinsip transparansi dan akuntabilitas, memiliki dan melakukan kegiatan monitoring dan eva luasi secara rutin, membuat pelaporan secara berkala, serta memiliki dan menjalankan mekanisme ‘umpan balik’ secara baik. Memiliki dan atau mengupayakan pelibatan media dalam setiap implementasi kegiatan.
48
2. Sosialisasi: Membangun Pemahaman Awal
Setelah dilakukan pemetaan dan secara umum dapat diketahui peta serta informasi keberadaan forum CSR di tiap-tiap lokasi kabupaten/kota rencana pengembangan program, tahap berikutnya adalah kegiatan sosialisasi. Kegiatan sosialisasi dimaksudkan untuk memberikan basis pemahaman dan penyamaan persepsi
Rumah Bersama CSR
• Dukungan perusahaan terhadap operasional harian forum
• Jumlah implementasi kemitraan (warga dan CSR)
• Implementasi program CSR melalui Forum CSR
Tatakelola (Governance)
Pelibatan Warga • Program peningkatan kapasitas dan pelibatan warga
Ta h a p a n 1: Pem et a a n d a n S os ia lis a s i
• Keterlibatan dalam struktur forum
• Kualitas usulan program dan interelasinya terhadap visi dan misi
Pelibatan Perusahaan
• Mekanisme tatakelola program (SOP) • Pelaporan dan mekanisme feedback • Media involvement • Monitoring dan evaluasi
tentang apa, mengapa, bagaimana CSR dan forum CSR serta penjelasan tentang program peningkatan kapasitas forum CSR dan tahap-tahap yang seyogyanya dilakukan bila akan mengembangkan program peningkatan kapasitas forum CSR.
Sosialisasi dilakukan dalam bentuk workshop di level nasional, dan atau di level propinsi dengan kepesertaan para wakil pemangku kepentingan
forum CSR di masingmasing kota/kabupaten, yang disesuaikan dengan kondisi dan situasi yang berkembang. Acara sosialisasi selain bisa menjadi wahana untuk membangun basis dan landasan pengembangan program, juga bisa untuk membangun komitmen tentang rencana pengembangan program di tiap kota/kabupaten secara lebih lanjut.
49
Peningkatan Kapasitas Forum CSR
Penguatan Lembaga faktual forum CSR: saat ini berada di mana, apa saja capaian program yang sudah diraih, berapa program CSR yang sudah di implementasikan oleh perusahaan di wilayah kabupaten/kota dan berapa yang berhasil di dokumentasikan oleh forum CSR, berapa kemitraan yang dilakukan melalui dan difasilitasi oleh forum CSR, berapa perusahaan yang terlibat secara aktif di dalam forum CSR, bagaimana keterlibatan warga/ masyarakat di dalam forum CSR, dan seterusnya.
3. Analisa Organisasi
50
Berbeda dengan kegiatan pemetaan, dimana dalam kegiatan pemetaan belum melibatkan pemangku kepentingan forum CSR di tiap kota/kabupaten, dalam analisa organisasi kegiatan dilakukan secara bersama-sama melibatkan para pemangku kepentingan forum CSR di tiap kota/kabupaten wilayah program. Terutama bagi kota/kabupaten lokasi program yang telah membentuk forum dan atau memiliki kelembagaan sejenis yang mengelolamengkoordinasikan program CSR di kota/ kabupaten bersangkutan. Analisa organisasi ini merupakan tahap awal pengembangan program, semacam survey mawas diri mencoba mengajak para pemangku kepentingan di lingkungan forum CSR untuk membaca kondisi
Evaluasi capaian program secara mendasar dilakukan dalam konteks analisa terhadap keberadaan dan kondisi organisasi forum CSR itu sendiri. Mencoba melakukan kajian dan membanding kan antara kebijakan, SK kepengurusan, panduan, SOP atau apapun
Rumah Bersama CSR
Berdasarkan kajian yang dilakukan, para pemangku kepentingan forum CSR kemudian mendiskusikan dan membuat kesepakatan, kirakira rekomendasi apa yang diusulkan dalam upaya penguatan organisasi? Bagaimana langkah-langkah agar forum CSR yang dibentuk bisa berjalan secara efektif.
Jika di perlukan, para pemangku kepentingan forum CSR bisa juga membuat rencana advokasi untuk perubahan tata aturan, SK kepengurusan, sistem pengelolaan forum dan atau strategi peningkatan keterlibatan perusahaan dan atau masyarakat. Jika agenda tersebut disetujui sebagai kebutuhan untuk peningkatan kapasitas forum yang berkelanjutan ke depan, kira-kira agenda advokasi apa dan strategi seperti apa yang dibutuhkan untuk capaian perubahan-perubahan yang diharapkan tersebut?
Tahapan 2
menyangkut forum CSR, dibandingkan dengan realisasinya di lapangan. Bagaimana korelasi antara keberhasilan dan atau kegagalan capaian program di forum CSR dengan kebijakan, susunan kepengurusan, system dan mekanisme program yang ditetapkan di forum CSR.
4. Advokasi
Advokasi merupakan tahap lanjutan atau implementasi dari hasil analisa organisasi. Pada tahap ini, seluruh pemangku kepentingan 51
52
Rumah Bersama CSR
Advokasi menyangkut perubahan tata aturan untuk mendorong pelibatan lebih banyak perusahaan ke dalam forum CSR, dan juga bisa berarti langkahlangkah untuk mendorong pendirian forum CSR di kota/kabupaten yang belum memiliki forum CSR, dengan mendorong sebanyak mungkin perusahaan sebagai pemangku utama di forum CSR tersebut. Dalam konteks ini, advokasi akan meliputi serangkaian kegiatan yang ditujukan untuk mempengaruhi para pihak baik di lingkungan pemerintah daerah (bupati/walikota) maupun di lingkungan perusahaan (direktur/ manager) dan stakeholders penting lainnya, sehingga
Banyak variasi dan strategi advokasi yang bisa dikembangkan sesuai dengan konteks dimana dan apa target advokasi yang mau di capai, mengajak serta para pihak yang kita harapkan dukungannya dalam sebuah kegiatan kunjungan belajar (horizontal learning) ke satu kota/kabupaten yang sudah memiliki forum CSR yang cukup bagus, adalah termasuk dari salah satu model alternatif advokasi yang cukup efektif. Para pihak bisa melihat dan berdiskusi secara langsung bagaimana keberhasilan dan tantangan serta kiat-kiat yang digunakan sehingga forum CSR di suatu kota bisa dikelola dengan cukup berhasil.
TIM TSLP Kabupaten Tangerang melakukan kegiatan penguatan lembaga, terkait evaluasi tata kelola organisasi forum, Desember 2015 di Bandung.
53
Ta h a p a n 2: Pen g u a t a n L em b a ga
lebih banyak stakeholders non pemerintah (swasta) yang mendukung dan terlibat dalam forum CSR sehingga bisa tumbuh dan berkembang lebih besar.
melakukan seluruh tahap dan rangkaian advokasi yang dibutuhkan dan telah disepakati dalam workshop analisa organisasi.
Peningkatan Kapasitas Forum CSR
berasal dari dalam dan atau luar dari kota/kabupaten.
5. Pengembangan Tools
54
Untuk kegiatan advokasi dalam rangka penguatan organisasi forum, umumnya dibutuhkan tools advokasi yang disesuaikan dengan kondisi serta luasan jangkauan perubahan yang dibutuhkan. Termasuk apakah cakupan perubahan itu di level kota/kabupaten, provinsi atau nasional. Di satu lokasi kota/ kabupaten tertentu, mungkin tools advokasi cukup sekedar bahan presentasi berupa power point plus dihadirkan seorang nara sumber yang cukup berpengaruh, baik
Tools yang dibuat umumnya sangat tergantung pada siapa target atau sasaran advokasi, apa tujuan yang diharapkan dari advokasi tersebut dan pesan kunci serta pilihan bentuk media yang cocok dengan konteks dan lokasi dimana kegiatan advokasi tersebut dilakukan. 6. Penguatan Tim Pengelola Harian
Setelah advokasi bisa memastikan terjadinya perubahan tata aturan yang mendukung terhadap
Rumah Bersama CSR
prinsip-prinsip pengelolaan forum yang baik, tahap selanjutnya adalah memastikan keberadaan eksekutif pengelolaan harian dan kemudian memastikan kapasitas dan kapabilitas serta sumber pendukung yang memungkinkan pengelolaan harian (eksekutif ) forum bisa berjalan secara baik.
Program peningkatan kapasitas pengelola harian (eksekutif ) forum, bisa dilakukan dalam berbagai bentuk seperti: training, upgrading, horizontal learning dan lain sebagainya sesuai dengan kebutuhan dan kondisi di tiap wilayah.
Selain itu, penguatan kapasitas juga bisa dilakukan dengan cara mengajak serta pengurus harian untuk secara bersamasama mengembangkan perencanaan, menyusun standar operasional kerja (SOP), membuat dan melakukan monitoring dan evaluasi serta menggunakan media sosial untuk alat dokumentasi, pelaporan dan publikasi program CSR di kota/kabupaten wilayah program. 7. Edukasi Warga
Salah satu faktor sukses dalam mengelola program
55
Ta h a p a n 2: Pen g u a t a n L em b a ga
Kegiatan pemicuan oleh sanitarian atau pendamping masyarakat, untuk mendorong kebutuhan akan sanitasi dan air bersih. Hasil pemicuan kemudian dituangkan menjadi proposal warga, sebagai usulan kemitraan kepada CSR perusahaan melalui forum CSR.
KANAN: Pelatihan membuat proposal bagi Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) di Desa Bismo, Kecamatan Blado, Kabupaten Batang, sebagai upaya forum CSR untuk mendorong warga dapat menemukan dan merumuskan kebutuhan air dan sanitasi untuk kemitraan dengan CSR perusahaan.
BAWAH: Contoh penyusunan rencana anggaran yang tertuang dalam proposal
CSR sehingga dirasakan manfaatnya oleh warga dan berkelanjutan ada lah adanya masyarakat yang berdaya. Untuk itu dibutuhkan edukasi kepada masyarakat yang akan mengelola program CSR. Edukasi kepada masyarakat bertujuan untuk membangun kompetensi warga agar mereka memiliki sejumlah pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang memadai yang dibutuhkan untuk mengelola sebuah program. Proses edukasi warga dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu:
56
Membangun kesadaran masyarakat, tahap di mana warga memahami adanya sejumlah perubahan di
Ta h a p a n 2: Pen g u a t a n L em b a ga
sekitarnya dan mendorong dirinya untuk siap berubah. Upaya penyadaran masyarakat dilakukan melalui sosialisasi program, dialog kasus yang dihadapi masyarakat, studi banding dan mawas diri. Sejumlah kegiatan penyadaran di atas, menampilkan secara konkrit perubahanperubahan yang terjadi di masyarakat, termasuk penyebab dan akibatnya. Contoh cerita dari tokoh masyarakat yang mengalami langsung tentang penurunan debit mata air di suatu
daerah, kunjungan ke suatu daerah yang mengalami kekeringan karena tidak adanya kepedulian seluruh elemen masyarakat, serta dialog reflektif warga setelah mendengar, melihat, dan merasakan adanya perubahan yang benarbenar nyata.
Memperkuat potensi, adalah upaya membangun keterampilan teknis dan ketrampilan manajerial kepada masyarakat sebagai modal untuk mengelola program CSR dengan
57
Peningkatan Kapasitas Forum CSR
baik. Sejumlah pelatihan seperti Pelatihan Manajemen Kelompok, Pelatihan Membuat Proposal Program, Pelatihan Teknis Membangun Jamban Keluarga, Pelatihan Teknis Membangun Sumur Resapan. Memperkuat potensi masyarakat juga dilakukan melalui pendampingan rutin kepada kelompok masyarakat melalui pertemuan kelompok bulanan, asistensi membuat proposal program, mengundang nara sumber dari luar untuk berdialog dengan masyarakat tentang suatu topik, mengerjakan program CSR dan mengevaluasinya. Upaya-upaya tersebut, selain memberikan ketrampilan teknis dan manajerial kepada masyarakat, juga menumbuhkan rasa memiliki sikap tanggung jawab masyarakat untuk terus mengembangkan program Pelembagaan, adalah menjaga dan mengembangkan potensi masyarakat sebagai syarat akan terwujudnya keberlanjutan program. Upaya ini dilakukan dengan membangun sebuah kelompok sebagai wadah bersama masyarakat dalam mengelola program CSR. Upaya ini telah dirintis sejak awal ketika IUWASH mensyaratkan terbentuknya kelompok untuk pengelolaan program, pelatihan Manajemen Kelompok, pendampingan penyusunan statuta kelompok, pendampingan penyusunan program kerja kelompok, serta fasilitasi pengembangan jaringan kerja kelompok. 58
Rumah Bersama CSR
Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Bismo Sejahtera Desa Bismo Kabupaten Batang, berhasil mengajak masyarakat untuk menerima program pengembalian air ke alam secara teknis dan mengorganisir pembangunan jamban keluarga dengan kualifikasi standar nasional Indonesia (SNI): berhasil menyelesaikan pembangunan jamban keluarga sebanyak 60 unit atas dukungan CSR dan 10 unit hasil swadaya, kemudian mengorganisir pelaksanaan CSR perusahaan untuk penanaman 4.000 bibit tanaman di kawasan tangkapan air untuk mata air Bismo. Keberhasilan lainnya adalah penanaman 3.500 unit bibit pohon di kawasan tangkapan air mata air Watulumbung oleh KSM Sumber Barokah Desa Tambakboyo Kabupaten Batang serta pembangunan 90 unit bak air bersih keluarga dimana 40 merupakan swadaya masyarakat.
Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Bismo Sejahtera melaksanakan kegiatan pembangunan sumur resapan di Desa Bismo Kecamatan Blado, Kabupaten Batang.
59
Ta h a p a n 2: Pen g u a t a n L em b a ga
Contoh Hasil
M. Risanggono
60
Rumah Bersama CSR
Ku t ip
“ Dalam sanitasi kita ikut di kegiatan itu karena sesuai dengan program kita dan sistem yg digunakan juga bagus. Ada pendampingan, ada penyuluhan dulu kepada masyarakatnya sehingga masyarakatnya pun terlibat.�
M. RISANGGONO
Pundi Amal SCTV
61
Peningkatan Kapasitas Forum CSR
Pengembangan Program 8. Kemitraan
Setelah kelembagaan forum CSR bisa dipastikan memenuhi standar dan kriteria yang diharapkan, maka sejalan dengan itu program sudah bisa melangkah ke arah interme diasi untuk terbangunnya kemitraan pelaksanaan program CSR yang didanai perusahaan dan difasilitasi oleh forum CSR.
Pembukaan Kegiatan CSR/TSLP Gathering oleh Bupati Kabupaten Tangerang, di Hotel IBIS Sumarecon Kabupaten Tangerang. Gathering salah satu saja dari proses panjang membangun pertemanan, memunculkan kepercayaan.
62
Banyak ragam kegiatan intermediasi yang bisa dilakukan mulai dari workshop, gathering, partnership meeting, seminar atau bahkan sekadar lobby, obrolan informal dengan perusahaan. Bahkan ketika forum CSR sudah terbangun dengan baik di mana perusahaan sudah cukup eksis dalam kepengurusan forum dan demikian juga dengan
Rumah Bersama CSR
Tahapan 3
jumlah perusahaan yang berpartisipasi dalam forum cukup besar, maka intermediasi kemitraan sudah bisa berjalan secara otomatis melalui pertemuan berkala menjelang perencanaan program di perusahaan dan di pemerintah sekitar Oktober-November setiap tahunnya. Berbagai pengalaman menunjukkan bahwa kemitraan pada utamanya adalah menyangkut faktor kepercayaan serta kemampuan membangun relasi, jaringan dan pertemanan. Kemitraan yang dibangun di dalam forum CSR seyogyanya dipandang sebagai sebuah proses bagaimana aspek-aspek yang menunjang
63
Peningkatan Kapasitas Forum CSR
terhadap tumbuhnya kepercayaan dan kedekatan satu sama lain bisa terbangun.
ATAS: Warga sedang memeriksa kondisi sumur resapan KANAN BAWAH: Acara simbolis serah terima dukungan pembangunan sumur resapan oleh CSR Perusahaan bertepatan dengan hari Lingkungan Hidup Tahun 2015 di Kabupaten Serang
64
9. Edukasi Calon Mitra
Kemitraan sedikit banyak juga dipengaruhi oleh seberapa jauh calon mitra memiliki pengetahuan tentang program kemitraan yang di tawarkan. Pengalaman IUWASH menyelenggarakan seminar gerakan menabung air melalui pembangunan sumur resapan, menuai hasil dimana dukungan bukan saja muncul dari kalangan dunia usaha bahkan dari SKPD terkait di pemerintah daerah
Rumah Bersama CSR
Dimulai dengan Seminar Gerakan ‘Menabung’ Air Hujan, dilanjut coffee morning dan komunikasi secara intens kemudian diperkuat dengan basis pertemanan yang sudah terbangun. Forum TSP Kabupaten Serang berhasil menngembangkan pembangunan sumur resapan untuk rehabilitasi mata air Sukacai.
setempat, sehingga sumur resapan dianggarkan menjadi program SKPD terkait. Hasil ini bisa dilihat di BLH Kabupaten Batang.
Pembangunan sumur resapan percontohan yang di dukung IUWASH sebanyak 11 unit bertambah menjadi 29 unit atas dukungan Kantor Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Serang sebanyak 22 unit, kemudian PDAM dan PT. Modern Land.
Selain itu, beberapa pemerintah desa juga mengÂangarkan dana desa untuk membangun sumur resapan baru (Desa Patemon Kabupaten Semarang dan Desa Bismo Kabupaten Batang) atau merawat sumur resapan (Desa Patemon Kabupaten Semarang).
65
Ta h a p a n 3: Pen g em b a n ga n P rog ra m
Contoh Hasil
Peningkatan Kapasitas Forum CSR
Masyarakat yang telah diedukasi, melalui KSM juga menjadi motor penggerak lahirnya peraturan desa (perdes) tentang tata kelola lingkungan di desanya yang isinya mewajibkan perusahaan di desanya untuk melakukan program CSR di sektor air bersih dan sanitasi (Desa patemon, Desa Bismo dan Desa Tambakboyo).
66
Dalam ‘buku paket promosi’ ini, disediakan menu program air dan
sanitasi berdasarkan pengalaman kerjasama IUWASH dengan forum CSR dan perusahaan yang diharapkan bisa menjadi bagian dari upaya edukasi dan berbagi informasi untuk menu program air dan sanitasi apa saja yang bisa di dukung oleh CSR perusahaan. 10. Penggunaan Media
Kegiatan dokumentasi, publikasi dan pelaporan
Rumah Bersama CSR
juga dengan kegiatan publikasi, terutama jika dilihat dari sisi kepentingan ‘branding’ perusahaan, mengingat branding yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam kaitan realisasi program tanggung jawab sosial perusahaan di kota/kabupaten tersebut.
Tidak sedikit ditemui cerita paradoks ketika sebuah forum CSR membagikan form isian untuk melakukan pendokumentasian kegiatan CSR ke perusahaan di
Training Pemanfaatan Media Sosial sebagai alat publikasi dan pelaporan di Kota Jayapura oleh Forum CSR Kota Jayapura diikuti oleh perusahaan anggota forum CSR yang ada di Kota Jayapura.
67
Ta h a p a n 3: Pen g em b a n ga n P rog ra m
dalam sebuah forum CSR merupakan kegiatan yang sangat penting. Dokumentasi dan pelaporan diperlukan untuk memetakan berapa banyak dan seberapa besar kegiatan CSR perusahaan di lakukan di satu kota/ kabupaten, terutama bila dikaitkan dengan prinsip transparansi dan akuntabilitas sebagai prinsip yang coba terus ditumbuhsuburkan di lingkungan forum. Demikian
Peningkatan Kapasitas Forum CSR
satu kota/kabupaten, dan ironis tidak ada satu form pun yang kembali ke forum CSR. Banyak faktor yang bisa disampaikan kenapa form isian tersebut tidak kembali, salah satunya adalah tentang perspektif dan pendekatan dari sisi nilai, budaya dan kebiasaan. Salah satunya adalah kebiasaan dan kemampuan menggunakan media berbasis teknologi.
Fan page Forum CSR Kabupaten Batang, Tangerang dan Kota Jayapura sebagai hasil dari kegiatan pelatihan pemanfaatan media sosial sebagai alat publikasi dan pelaporan program CSR oleh forum CSR
68
Sejalan dengan dinamika dan perkembangan pemanfaatan teknologi oleh dunia usaha (perusahaan), forum CSR dituntut untuk mampu menggunakan media sosial untuk kepentingan dokumentasi, publikasi dan pelaporan kegiatan sehingga lebih mudah diterima dan diikuti oleh dunia usaha/perusahaan. Pelatihan dan pembuatan media sosial bersama (fan page forum CSR) adalah salah
Rumah Bersama CSR
IUWASH memfasilitasi forum CSR dan 15 perusahaan anggota forum untuk memiliki media sosial berupa fan page atas nama forum CSR dan masing-masing perusahaan. Media sosial tersebut telah beroperasi sebagai sarana promosi, pelaporan dan pendokumentasian kegiatan CSR masingmasing lembaga. Forum CSR jadi memiliki media untuk pelaporan program CSR yang memungkinkan melibatkan seluruh perusahaan anggota forum serta telah menunjuk tim
pengelola media sosial forum.
Pemanfaatan media juga bermakna pelibatan pekerja media dalam kegiatan dan implementasi program CSR perusahaan yang difasilitasi oleh forum CSR. Dalam konteks ini, forum CSR memiliki jaringan yang cukup baik dengan pekerja media, atau pemimpin mediamedia mainstream sehingga keberhasilan dan bahkan pelaksanaan program CSR bisa menjadi bahan pemberitaan (konsumsi media mainstream).
69
Ta h a p a n 3: Pen g em b a n ga n P rog ra m
satu contoh bagaimana pemanfaatan media sosial oleh forum CSR.
Peningkatan Kapasitas Forum CSR
Keberlanjutan implementasi program tersebut, sudah berjalan secara otomatis melalui pertemuan regular forum. Tidak harus melalui mekanisme gathering yang selama ini menjadi umum dianggarkan dan dilakukan, namun tidak ada keberlanjutan dan hasil dalam bentuk kemitraan yang diharapkan.
Tahap keempat adalah tahap untuk memastikan bahwa forum CSR yang dibangun telah memiliki prasyarat dasar untuk berkembang menjadi lembaga yang mandiri, efektif dan berkelanjutan. Beberapa kegiatan yang dikembangkan untuk memastikan keberlanjutan kelembagaan ini diantaranya adalah: 11. Kemitraan Program
Buah dari kepercayaan adalah meningkatnya partisipasi dan keterlibatan perusahaan di dalam forum. Sejalan dengan itu dukungan dana CSR perusahaan untuk program CSR baik yang dilakukan bersama dan atau melalui forum CSR, juga program yang dilakukan serta mandiri oleh perusahaan namun dilaporkan dan atau didokumentasikan melalui forum, terus meningkat.
Hal menarik lainnya adalah mekanisme kemitraan yang terbangun dan terjadi dalam peningkatan jumlah
70
Jika data kecenderungan kemitraan program baik yang dikelola melalui dan bersama forum serta kemitraan yang dikelola oleh perusahaan secara mandiri yang dilaporkan kepada forum, dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan, maka hal itu bisa menjadi indikator bahwa keberadaan forum CSR sudah cukup efektif dan memiliki prasyarat ke arah lembaga yang mandiri dan berkelanjutan. Program pendampingan seyogyanya bisa memastikan kecenderungan peningkatan tersebut setidaknya dalam tahun-tahun pendampingan.
Rumah Bersama CSR
Organisasi apapun nama dan bentuknya, untuk bisa berjalan secara mandiri dan berkelanjutan perlu memiliki sumber-sumber pengelolaan secara tetap. Sumber dimaksud setidaknya meliputi: Sumber daya manusia, finansial, tata aturan yang berjalan maupun sumber-sumber lainnya yang secara minimal perlu ada.
Program pendampingan dan peningkatan kapasitas, setidaknya sudah bisa memastikan bahwa forum CSR yang didampingi memiliki berbagai sumber yang dibutuhkan tersebut. Tersedia SDM yang memiliki kompetensi dan kapabilitas yang cukup serta bekerja secara penuh untuk mengelola operasional harian forum, tersedia finansial yang memadai baik operasionalisasi organisasi maupun termasuk fee pengelola harian, dan tersedia tata aturan atau mekanisme pengelolaan forum yang berjalan.
Keberlanjutan forum CSR sangat ditentukan oleh seberapa jauh ketersediaan sumber-sumber minimal pengelolaan organisasi sebagaimana disampaikan di atas, dapat terpenuhi. Pemilihan dan penetapan SDM pengelolaan harian, mungkin bisa berasal dari para aktifis setempat yang memiliki kompetensi yang memadai, beridealisme namun bersedia menerima fee dengan standar UMR setempat. Sumber-sumber finansial bisa didorong dari sumbangan perusahaan anggota forum, serta dari APBD pemda kota/kabupaten setempat.
Tahapan 4
12. Sumber Tetap Pengelolaan Forum
71
Peningkatan Kapasitas Forum CSR
13. Pertemuan Berkala
“ Sebagai anggota forum kita memiliki iuran bulanan yang sebenarnya juga bisa kita gunakan untuk membayar gaji pelaksana harian ini. Namun alangkah baik kalau misalnya ada bantuan dari pemerintah daerah, sehingga dana yang ada di forum yang berasal dari iuran anggota itu bisa digunakan untuk sepenuhnya program yang ada di forum.” BAMBANG JIWANTORO Sekretaris Forum CSR Kabupaten Probolinggo
72
Pertemuan berkala forum menjadi penanda bahwa organisasi forum berjalan secara efektif. Tentu saja pertemuan berkala yang dari sisi jumlah keikutsertaan perusahaan dan kualitas pertemuan terus meningkat. Selain itu, keputusan dan kesepakatan yang dihasilkan dari pertemuan berkala juga cukup epektif dalam mendorong peningkatan jumlah pelaksanaan program CSR yang dikembangkan melalui forum CSR, baik implementasi dengan model satu, model dua maupun model tiga.
Pertemuan berkala, meliputi perencanaan program yang dilakukan minimal menjelang perencanaan program di perusahaan dan pemerintah daerah kabupaten/kota, biasanya setiap sekitar Oktober atau November. Pertemuan berkala juga dilakukan dalam kaitan evaluasi pelaksanaan dan pelaporan hasil pelaksanaan program. Serta pembahasan lainnya yang dibutuhkan untuk
Rumah Bersama CSR
14. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi (monev) melingkupi dua komponen yaitu: monev dari sisi implementasi pelaksanaan program termasuk intensitas peningkatan jumlah kemitraan program CSR yang dilanakan di kabupaten/kota tersebut dan monev dari sisi kelembagaan forum, sebagai berikut: Pertama, monev dari aspek pelaksanaan program kemitraan, adalah untuk memastikan apakah implementasi program CSR mengalami peningkatan baik secara kualitas maupun jumlahnya. Untuk hal ini, pendampingan seyogyanya dapat memastikan bahwa forum CSR memiliki mekanisme monev secara tetap dan dilaksanakan secara berkala. Hasil dari monev pelaksanaan program juga
Kedua, monev dari sisi perkembangan dan keberlanjutan organisasi forum CSR itu sendiri. Monev ini melingkupi berbagai komponen yang bisa memastikan bahwa forum CSR memiliki prasyarat menjadi lembaga yang mandiri, efesien dan berkelanjutan. Adapun poin-poin monev dari aspek kelembagaan setidaknya melingkupi: keorganisasian, pengelolaan harian, keterlibatan jumlah perusahaan/ swasta, pelibatan warga/ masyarakat dan tata kelola, sebagaimana menjadi konten pemetaan pada saat pengembangan program di awal.
73
Ta h a p a n 4: Keb er la n ju t a n
bisa dipastikan bahwa hal itu dijadikan dasar dan pertimbangan untuk menetapkan berbagai kebijakan di lingkungan forum, serta ditindaklanjuti sesuai dengan kebutuhan dan rekomendasi yang dibuat. Bahkan forum memastikan ketersediaan ruang atau mekanisme umpan balik dari setiap kemajuan, dan atau kendala yang muncul.
membahas satu hal terkait dengan perkembangan organisasi forum dan lainlain.
Peningkatan Kapasitas Forum CSR
TA H A PA N P ROG R A M
Peningkatan Kapasitas Forum CSR
1
Pemetaan dan Sosialisasi 1.
2.
4
74
Pemetaan: keorganisasian, pengelola harian, keterlibatan perusahaan/swasta, pelibatan warga/masyarakat, tata kelola Sosialisasi: membangun pemahaman
Keberlanjutan 11. 12. 13. 14.
Kemitraan Program Tetap Sumber Tetap Pengelolaan Harian Pertemuan Berkala, Monitoring dan Evaluasi
Rumah Bersama CSR
in f og ra f ik
2
3
Penguatan Lembaga 3. Analisa Organisasi 4. Advokasi 5. Pengembangan Tools 6. Penguatan Tim Pengelola Harian 7. Edukasi Warga
Pengembangan Program 8. Edukasi Calon Mitra 9. Kemitraan 10. Penggunaan Media
75
RUANG DAN P ELUANG
CSR DA LAM PE MBAN G UN AN AIR B E RS IH DAN S AN ITAS I
76
77
Foort Bustraan
78
Rumah Bersama CSR
Ku t ip
“ As companies providing CSR often have different priorities, it is important to provide them a menu of different potential WASH activities from which they can choose.”
FOORT BUSTRAAN
Deputy COP USAID IUWASH
(“Karena perusahaan-perusahaan yang memiliki program CSR seringkali memiliki prioritas yang berbeda, maka penting untuk menyediakan “menu” yang unik dan potensial terkait program air bersih, sanitasi dan higienitas (WASH) yang dapat mereka pilih.”)
79
Air Bersih dan Sanitasi
AI R B ER SI H DA N
Sanitasi
SANITASI adalah kebutuhan dasar manusia yang berkaitan erat dengan kesehatan dan membawa dampak ekonomi. Studi sanitasi di Indonesia, melaporkan bahwa sanitasi buruk menjadi penyumbang meningkatnya penyakit diare. Bahkan 100.000 anak Indonesia meninggal karena diare setiap tahunnya dan 120 juta kejadian penyakit setiap tahunnya. Sebaliknya menurut WHO 94% kejadian diare dapat dicegah melalui: peningkatan penyediaan air bersih (25%), perbaikan sanitasi (32%), dan perbaikan praktek perilaku hidup bersih khususnya cuci tangan pakai sabun (43%). 80
Sanitasi buruk juga berdampak pada ekonomi, studi Bank Dunia menunjukkan bahwa Indonesia kehilangan 2,4 persen dari keseluruhan Gross Domestic Product (GDP) atau sekitar USD 6,3 miliar tiap tahun karena sanitasi dan higienitas yang buruk dan kurangnya akses air bersih. Air limbah yang tidak diolah menghasilkan 6 juta ton kotoran manusia per tahun yang dibuang dan berkontribusi terhadap polusi badan air, akibatnya biaya pengolahan air bersih semakin mahal. Setiap tambahan
Rumah Bersama CSR
100.000 anak Indonesia meninggal setiap tahunnya karena diare
120 juta kejadian penyakit setiap tahunnya
konsentrasi pencemaran BOD (biochemical oxygen demand)/kebutuhan oksigen biologis yang merupakan parameter kualitas air) sebesar 1 mg/ liter pada sungai, meningkatkan biaya produksi air minum sekitar Rp 9,17/ meter kubik. Untuk peningkatan kualitas dan akses air bersih serta santasi, pemerintah Indonesia secara khusus telah menetapkan target akses universal terhadap sanitasi dan air bersih pada 2019.
2,4 % atau sekitar $ 6,3 miliar hilang dari keseluruhan GDP Indonesia karena diare
6 juta ton kotoran manusia per tahun yang dibuang ke badan air, berkontribusi terhadap polusi ke badan air, konsentrasi pencemaran BOD
9,17 rupiah/meter kubik, peningkatan biaya pengolahan air minum akibat kotoran manusia yang dibuang ke badan air
81
Air Ber sih d a n S a n it a s i
fakta
Air Bersih dan Sanitasi
PER AN
Multi Pihak
PEMERINTAH seringkali dihadapkan pada kenyataan keterbatasan dana pembangunan, tidak terkecuali untuk sanitasi dan air bersih. Padahal kebutuhan sanitasi dan air bersih cukup mendesak, terutama bila mengingat dampak yang ditimbulkan bila ke duanya tidak terpenuhi. Prakarsa dan inisiatif pendanaan alternatif seperti arisan jamban, kredit sanitasi, cicilan
82
sambungan air bersih PDAM melalui program master meter atau bantuan langsung dalam bentuk partisipasi tenaga dan gotong royong pembangunan sumur resapan oleh warga atas dukungan pendanaan dunia usaha (perusahaan) melalui program CSR dan atau PKBL, tumbuh mewarnai berkembangnya model-
Rumah Bersama CSR
P era n M u lt i P ih a k
model pendanaan alternatif untuk air bersih dan sanitasi. CSR perusahaan cukup berperan secara signifikan dalam upaya memperluas jangkauan cakupan air bersih dan sanitasi yang dikembangkan oleh Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dan kelompok wirausaha sanitasi, sehingga masyarakat berpenghasilan
rendah (MBR) memiliki kemudahan mendapatkan akses air bersih dan sanitasi. Menilik pada perkembangan model pendanaan alternatif, ada cukup banyak ruang dan peluang bagi CSR perusahaan untuk membantu peningkatan cakupan air bersih dan sanitasi, berkontribusi membangun Indonesia yang lebih sehat serta membantu pencapaian Universal Access pada 2019.
83
Ruang dan Peluang CSR
Sanitasi AIR LIMBAH DOMESTIK DAN JAMBAN SEHAT Air limbah domestik adalah air yang telah dipergunakan yang berasal dari rumah tangga atau pemukiman termasuk di dalamnya air buangan dari: WC/kakus (black water) kemudian buangan dari kamar mandi, tempat cuci, dan tempat memasak (grey water). Agar air limbah domestik tidak mencemari lingkungan, maka perlu dilakukan pengolahan sebelum air limbah domestik tersebut dibuang ke lingkungan. “Jamban sehat” adalah suatu sistem sarana yang dibangun untuk mengolah air limbah domestik, sehingga mengurangi beban pencemaran terhadap lingkungan. Syarat-syarat teknis untuk jamban sehat adalah: Tersedianya air bersih yang cukup; WC/kloset yang dilengkapi dengan “leher angsa”; Menggunakan tangki septik dan upflow filter untuk mengolah seluruh air limbah domestik; 84
Melakukan pengurasan tangki septik oleh mobil tinja secara teratur untuk dibuang ke IPLT (instalasi pengolahan lumpur tinja); dan Pengolahan lumpur tinja di IPLT sesuai dengan standar operasi. Tujuan dari jamban sehat adalah memastikan limbah cair
Rumah Bersama CSR
Sa n it a si
domestik mulai dari WC/kloset sampai di olah di IPLT dan efluennya aman dibuang ke lingkungan. Sehingga dapat mengurangi dampak pencemaran terhadap lingkungan, air tanah dan air permukaan, meningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta memberikan kontribusi terhadap ekonomi masyarakat.
Bangunan jamban sehat yang sudah dilengkapi dengan sarana tangki septik di salah satu kelurahan di Kabupaten Tangerang.
85
Ruang dan Peluang CSR
Gambar Jamban Sehat dengan Pengelolaan Limbah Domestik
Bak Kontrol
Tanki Septik dan Upflow Filter
86
Rumah Bersama CSR
Sa n it a si
IPLT (Instalasi Pengelolaan Lumpur Tinja)
Truk Penyedot Tinja
Drainase Umum
87
Ruang dan Peluang CSR
KONTRIBUSI CSR UNTUK
Sanitasi
KIRI: Contoh cetakan tangki septik yang bisa diproduksi atas dukungan program CSR sebagai peluang dan branding perusahaan. KANAN: Pembangunan tangki septik yang cenderung meningkat sebagai hasil pemicuan di tengah masyarakat, dan tidak jarang membuat daftar antrian panjang karena jumlah cetakan yang dimiliki KSM terbatas.
88
Pengadaan Cetakan (Molding) CSR (perusahaan) dapat berkontribusi dalam bentuk pemberian bantuan cetakan (molding) kepada kelompok wirausaha sanitasi atau kelompok swadaya masyarakat (KSM). Dukungan bantuan (subsidi) cetakan kepada KSM (wirausaha sanitasi) dapat membantu percepatan (perluasan) pembangunan jamban sehat (akses sanitasi). Harga per satuan cetakan (molding) berba han dasar fiber berkisar Rp 6 – 6,5 juta.
Rumah Bersama CSR
Sa n it a si
CSR Lembaga Keuangan
SME / KSM (wirausaha sanitasi)
(koperasi/bank)
Kredit Sanitasi Rumah Tangga
Subsidi Modal Kredit Sanitasi CSR (perusahaan) dapat membantu mensubsidi modal kredit sanitasi; menutup margin sehingga masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) hanya cukup membayar pokok pinjaman saja; menambah dana penyertaan modal lembaga keuangan sehingga memperluas jangkauan area kredit; menutupi biaya operasional (BOP) sehingga harga sanitasi lebih murah; mendukung kegiatan promosi perubahan perilaku sehingga mendorong peningkatan kebutuhan dan permintaan kredit sanitasi rumah tangga.
Diagram subsidi modal kredit sanitasi sebagai ruang dan peluang CSR perusahaan membantu pencapaian target Universal Access.
89
Ruang dan Peluang CSR
Penguatan Kelembagaan Pengelola Limbah CSR (perusahaan) juga dapat berkontribusi antara lain dalam upaya penguatan kelembagaan Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) di wilayah kerja kota/
kabupaten dalam bentuk: bantuan pengadaan truk tinja dan atau motor penyedot tinja, dengan terlebih dahulu memastikan bahwa pemerintah
Rangkaian tata kelola sanitasi dari rumah tangga atau perkantoran sampai di instalasi pengolahan lumpur tinja
PEMDA
rumah tangga/ bangunan komersil
penyedotan lumpur tinja
Contoh Hasil Kemitraan Forum TSLP Kabupaten Tangerang berhasil memfasilitasi dukungan pemberian subsidi dana modal kredit sanitasi oleh CSR PT. Bank Jabar Banten (BJB) sebesar Rp 75 juta untuk KSM Anggrek dan Rp 65 juta untuk KSM Usaha Sehat di Kabupaten Tangerang.
90
Forum CSR Kabupaten Batang berhasil memfasilitasi dukungan pembangunan 20 unit jamban sehat di Kelurahan Kauman dan penanaman 6.500 pohon di wilayah tangkapan air mata air Bismo dan Watulumbung Kabupaten Batang. Dukungan diberikan oleh 8 perusahaan setempat: PDAM, Bapera, RSUD, Primatex, BPR BKK Batang, Bulog, BRI Batang.
Rumah Bersama CSR
Sa n it a si
kota/kabupaten bersangkutan dipastikan sudah memiliki SPAL; atau dukungan lainnya dalam bentuk kerjasama pembangunan IPLT dan atau kerjasama
organisasi pengelola
Pengembangan unit usaha pengelola layanan lumpur tinja terjadwal (LLTT).
bank
armada sedot tinja (ruang dan peluang CSR)
pemanfaatan lumpur olahan pengolahan tinja (IPLT)
Dukungan pemberian modal kredit sanitasi oleh Pundi AMAL SCTV kepada kelompok wirausaha sanitasi – Usaha Surya Bhakti sebesar Rp 72 juta untuk perluasan modal awal pembangunan 23 unit jamban sehat di Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang Forum CSR Kota Jayapura dalam proses fasiltiasi dan intermediasi
dukungan pengadaan truk penyedot dan pengangkut tinja untuk bantuan pengembangan program layanan lumpur tinja terjadwal Pemda Kota Jayapura, sudah terkumpul Rp 160 juta dari beberapa perusahaan di Kota Jayapura: Bank Papua, Pelindo, Pertamina, Telkom dan Mall Jayapura.
91
Carem
92
Rumah Bersama CSR
Ku t ip
“ Kami telah terbantu oleh forum CSR. Manfaatnya, dulu kalau belum punya jamban itu pergi ke sungai.�
CAREM Warga Desa Bismo Kecamatan Blado, Kabupaten Batang
93
Ruang dan Peluang CSR
Sumur Resapan penutup sumur lapisan tanah tanah lapukan air yang diresapkan
2 meter
lapisan ijuk penyaring lapisan kerikil batuan dasar aliran air
UNTUK mengurangi bencana banjir, selama ini kita cenderung untuk mengalirkan air hujan secepatnya ke laut dengan membangun kanal-kanal atau mengarahkan air hujan menuju saluran drainase yang menuju ke sungai dan bermuara di laut. Pembangunan kanal dan saluran drainase saja, tidak cukup untuk mencegah terjadinya banjir. Malah seringkali justru hanya memindahkan lokasi banjir. Salah satu pilihan strategis mencegah terjadinya banjir adalah dengan membangun
94
sebanyak mungkin sumur resapan, karena melalui sumur resapan air hujan diberikan jalan untuk meresap ke dalam tanah menjadi air tanah. Hal ini sesuai dengan definsisi bahwa sumur resapan merupakan kegiatan konservasi sipil teknis sederhana berupa su muran yang berfungsi untuk menampung, menahan dan meresapkan air ke dalam tanah (akuifer). Sehingga cukup efektif dalam membantu mengurangi limpasan air dan sebaliknya dapat meningkatkan jumlah dan posisi muka air tanah
Rumah Bersama CSR
Su mu r Res a pa n
Tujuan diterapkannya teknologi sumur resapan adalah: Pelestarian sumber daya air tanah; perbaikan kualitas lingkungan dan membudayakan kesadaran lingkungan; membantu menanggulangi kekurangan air bersih; menjaga keseimbangan air di dalam tanah dalam sistem akuifer pantai dan mengurangi limpasan air dan erosi tanah. Banyak manfaat yang bisa diambil dari program sumur resapan antara lain: Menahan dan mengurangi volume limpasan air; Meresapkan limpasan air ke dalam tanah; Menaikkan permukaan/volume air tanah secara cepat; Menjaga kualitas sumberdaya air tanah; Melindungi lahan/tanah oleh erosi air permukaan; Melindungi lapisan tanah subur (top soil); Menjaga keseimbangan cadangan air tanah di saat kemarau; Mengurangi konsentrasi polutan air tanah; Menjaga kualitas air sungai dan sumber daya air permukaan; dan sumur resapan dapat menambah jumlah air yang masuk ke dalam tanah sehingga dapat menjaga keseimbangan hidrologi air tanah sehingga dapat mencegah intrusi air laut.
Berdasarkan hasil studi implementasi, program sumur resapan terbukti: meningkatkan debit air tanah (sumur gali penduduk dan mata air); cepat dan efektif meningkatkan air tanah (sumur timba, mata air) dan asir sungai; efisien menampung, meresapkan air hujan ke dalam tanah dan mengurangi bahaya banjir; mudah dan murah pembuatan serta perawatannya; hanya membutuhkan lahan yang kecil/sempit (bisa dibangun di halaman dan belakang rumah); teknologi sederhana sehingga setiap orang bisa membuatnya; dan aman, karena memakai penutup sumur.
95
Ruang dan Peluang CSR
KONTRIBUSI CSR UNTUK
Sumur Resapan
Peresmian program pembangunan sumur resapan di Jawa Timur
96
Dalam pembangunan sumur resapan CSR (perusahaan) dapat berkontribusi dalam: memberikan bantuan penyediaan dana program;
Rumah Bersama CSR
Su mu r Res a pa n
menentukan mitra LSM pelaksana; serta terlibat aktif memonitor program; dan mempublikasikan atau mempromosikan hasil kegiatan.
Perkiraan biaya pembangunan sumur resapan ukuran 2 x 2 meter sudah termasuk biaya persiapan, total sekitar Rp 3 juta. 97
Ruang dan Peluang CSR
Pembangunan sumur resapan
98
Rumah Bersama CSR
Coca Cola Foundation Indonesia (CCFI) melalui kemitraan program pembangunan sumur resapan (SR) sampai dengan akhir tahun 2015 telah memberikan dukungan untuk pembangunan SR sebanyak 3.334 SR. Dengan rincian: Pembangunan 473 SR di Area Sibolangit dan 241 SR di Pematang Siantar (Sumatera Utara), kemudian pembangunan 732 SR di Kabupaten Semarang dan 188 SR di Kabupaten Salatiga (Jawa Tengah), serta 900 SR di Kabupaten Mojokerto dan 800 SR di Kabupaten Malang (Jawa Timur). Sumur resapan juga berhasil di bangun sebagai implementasi dari penyelenggaraan seminar Gerakan Menabung Air Hujan yang di inisiasi oleh Forum Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (TSP) Kabupaten Serang sebanyak 40 SR dalam rangka rehabilitasi sumber air Mata Air Sukacai Kecamatan Baros Kabupaten Serang atas dukungan pendanaan kemitraan dari: BLHD, PT. Modern Land, PDAM dan IUWASH.
Program sumur resapan juga berhasil direplikasi oleh CSR PT. Jawa Power – PT. YTL (PAITON Group) di Desa Selobanteng Kecamatan Banyuglugur Kabupaten Situbondo. Program sumur resapan dikembangkan untuk upaya mengatasi krisis air bersih, terutama pada saat musim kemarau dimana untuk mendapatkan air bersih masyarakat harus rela antri hingga 24 jam. PT YTL sudah melakukan sosialisasi dan melakukan survei awal dan menetapkan 14 titik lokasi pemabngunan di 4 dusun, dengan target pembangunan tahun 2016 ini sebanyak 30 unit sumur resapan. Replikasi program sumur resapan juga berhasil dikembangkan oleh masyarakat, di Desa Patemon, Kabupaten Semarang yang mendapatkan dukungan perusahaan setempat (PT Giyanti) untuk membangun empat unit sumur dengan kapasitas resapan total 32 meter kubik per tahun.
99
Su mu r Res a pa n
Contoh Hasil Kemitraan
Neyman
“ Salah satu pelestarian sumber mata air adalah pembangunan sumur resapan. Dalam waktu, setahun atau lebih sumur resapan akan menambah debit air yang ada di dalam mata air yang selama ini dipakai PDAM Kabupaten Batang.�
100
NEYMAN
Warga Desa Bismo Kecamatan Blado, Kabupaten Batang
Rumah Bersama CSR
Ku t ip
101
Ruang dan Peluang CSR
Master Meter LAYANAN sambungan komunal atau master meter adalah sambungan air minum perpipaan untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) di suatu kawasan dimana jaringan distribusi tidak dapat dibangun sesuai standar teknis dan administrasi. Dengan tujuan
meningkatkan akses air minum perpipaan pada masyarakat (khususnya untuk MBR). Program master meter umumnya dikembangkan karena beberapa aspek yang melatar belakanginya antara lain: Pemda tidak bisa memberikan
meter pelanggan 1
meter pelanggan 2
master meter
pipa distribusi PDAM 102
pipa distribusi lingkungan
Rumah Bersama CSR
semi permanen); PDAM kha watir mengenai kehilangan air, pencurian air, dan masalah pem bayaran; Kesulitan MBR untuk membayar pemakaian air secara bulanan; dan MBR membayar pemakaian air lebih mahal dari masyarakat umumnya.
meter pelanggan 3
pipa pelanggan
103
M a st er M et er
pelayanan ke permukiman informal/illegal yang biasanya merupakan daerah kumuh; Lokasi pada umumnya tidak memadai untuk standar teknis pelayanan PDAM (gang sempit, rumah-rumah tidak teratur, kondisi rumah tidak/
Ruang dan Peluang CSR
KONTRIBUSI CSR UNTUK
Master Meter
CSR (PERUSAHAAN) dapat membantu program master meter dalam bentuk dukungan pendanaan dan usulan lokasi. Adapun besaran biaya program berdasarkan
104
pengalaman pengembangan kegiatan master meter di wilayah DKI Jakarta, rata-rata sekitar Rp 4.700.000,- per sambungan rumah (SR) sudah termasuk biaya persiapan
Rumah Bersama CSR
M a st er M et er
KIRI: Aktivitas warga menggunakan air sambungan master meter untuk mencuci. ATAS: Master meter
(FGD). Meskipun begitu, dalam pelaksanaannya biaya di setiap lokasi atau ko足ta akan bervariasi sesuai kebijakan ma足sing-masing kabupaten/kota tempat program master meter.
105
Ruang dan Peluang CSR
Manfaat Master Meter
UNTUK PDAM: Kemudahan dalam hal administrasi dan tagihan rekening air karena hanya berurusan dengan satu orang perwakilan KSM (biaya overhead rendah dan efisiensi penagihan tinggi); Tidak ada masalah kebocoran dan sambungan ilegal setelah meter induk; Memungkinkan sistem jaringan perpipaan sederhana/teknologi berbiaya rendah; kepala keluarga dengan status tidak jelas/ilegal bukan pelanggan PDAM langsung. UNTUK MASYARAKAT: Kemudahan administrasi untuk mendapatkan sambungan; Kemudahan akses pada air perpipaan dengan harga terjangkau (per m3); Sistem pembayaran lebih mudah dan fleksibel; Bisa membayar harian/mingguan/bulanan secara tunai (tidak perlu ATM); Berdasarkan meter individu atau tarif rata-rata (disepakati oleh masyarakat dan KSM); Partisipasi aktif dalam pemeliharaan jaringan 106
(melaporkan kebocoran, sambungan ilegal, penggunaan pompa) “membantu PDAM”; dan suplai air lebih dapat diandalkan (kuantitas, kualitas, tekanan). UNTUK PEMERINTAH: Peningkatan jumlah penduduk yang mempunyai akses ke air minum perpipaan, yang berdampak terhadap peningkatan kesehatan dan taraf ekonomi masyarakat; Masyarakat dididik untuk memelihara dan bertanggungjawab atas sarana yang ada; dan umur pakai sarana meningkat serta mengurangi biaya pemeliharaan UNTUK MITRA (CSR): Peningkatan layanan air bersih masyarakat sekitar perusahaan yang tidak terjangkau layanan PDAM; Dukungan masyarakat terhadap perusahaan; Perbaikan lingkungan dan kesehatan masyarakat sekitar perusahaan; serta branding dan ekspose CSR perusahaan
Rumah Bersama CSR
M a st er M et er
Contoh Hasil Kemitraan
Sampai dengan akhir 2015, IUWASH sudah memfasilitasi peningkatan akses air minum melalui skema master meter untuk sekitar 500 KK yang tersebar di empat wilayah di DKI Jakarta meliputi: Cilincing, Pulo Gebang, Rawa Buaya dan Tanah Merah. Sejalan dengan semakin dikenalnya pendekatan skema master meter dan inisiatif yang muncul dari masyarakat, pola-pola kemitraan untuk program ini juga terus berkembang. Berlokasi di wilayah Peternakan Raya (Kapuk Peternakan) Jakarta Barat, setelah sebelumnya IUWASH melakukan pendampingan, membentuk KSM, menentukan tarif, mendampingi pembuatan AD-ART dan
penyusunan peraturan operasional serta training (capacity building) KSM, IUWASH bersama SPEAK sebagai LSM pendamping sedang berusaha mengakses dukungan pendanaan program CSR PT. Unilever untuk biaya konstruksi dan desain akses air minum melalui skema master meter untuk layanan sebanyak 75 KK . Kemitraan lain yang sedang dalam proses inisiasi adalah rencana dukungan dari PT. Mitra Baja dan Kramayuda – Mitsubishi Indonesia untuk pengembangan program sejenis di RT 10 RW 05 Kampung Pertukangan – Kramayuda Kecamatan Pulo Gadung Jakarta Timur.
Pelatihan operasi dan pemeliharaan ’master meter untuk KSM
107
Edi Sisworo
108
Rumah Bersama CSR
Ku t ip
“ Keberhasilan CSR akan terwujud apabila kita bersama-sama untuk bersinergi antara pihak pemerintah, swasta dan masyarakat itu sendiri.�
EDI SISWORO
PT. Primatexco, Batang
109
Daftar Singkatan AD-ART
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
AMPL
Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
APBD
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
APBN
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
ATM
Anjungan Tunai Mandiri
BAPERA
Bank Pemberdayaan Ekonomi MasyarakatÂ
BAPPENAS
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
BJB
Bank Jabar Banten
BKK
Bank Perkreditan Rakyat
BLH
Badan Lingkungan Hidup
BOD
Biochemical Oxygen Demand
BOP
Biaya Operasional
BPR
Bank Perkreditan Rakyat
BRI
Bank Rakyat Indonesia
Bulog
Badan Urusan Logistik
CBO
Community Base Organization
CCFI
Cola Foundation Indonesia
CCSR
Coordinator Corporate Social Responsibility
COP
Chief of Party
CSR
Corporate Social Responsibility
DKI
Daerah Khusus Ibukota
FGD
Focus Group Discussion
GDP
Gross Domestic Product
HAM
Hak Asasi Manusia
IPLT
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja
IUWASH
Indonesian Urban Water, Sanitation, and Hygiene
JKM
Jaringan Kesejahteraan/Kesehatan Masyarakat
KK
Kepala Keluarga
KSM
Kelompok Swadaya Masyarakat
LLTT
Layanan Lumpur Tinja Terjadwal
LSM
Lembaga Swadaya Masyarakat
M3
Meter Kubik
MBR
Masyarakat Berpenghasilan Rendah
mg
Mili gram
110
Monitoring dan Evaluasi
NGO
Non Governmental Organization
O&M
Operations and Maintenance
PDAM
Perusahaan Daerah Air Minum
Pelindo
Pelabuhan Indonesia
PEMDA
Pemerindah Daerah
Pertamina PKBL
Persatuan Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Nasional Program Kemitraan dan Bina Lingkungan
POKJA
Kelompok Kerja
PPN
Perencanaan Pembangunan Nasional
PT
Perseroan Terbatas
RPJPN
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
RSUD
Rumah Sakit Umum DaerahÂ
RW
Rukun Warga
SCTV
Surya Citra Televisi
SDM
Sumber Daya Manusia
SK
Surat Keputusan
SKPD
Satuan Kerja Perangkat Daerah
SME
Small Medium Enterprise
SNI
Standar Nasional Indonesia
SOP
Standar Operasional Prosedur
SPAL
Sistem Pengelolaan Air Limbah
SPPQT
Serikat Paguyuban Petani Qaryah Thayibah
SR
Sumur Resapan
SR
Sambungan Rumah
Telkom
Telekomunikasi
TSLP
Tanggung Jawab Sosial Lingkungan Perusahaan
TSP
Tanggungjawab Sosial Perusahaan
UMR
Upah Minimum RegionalÂ
USAID
United States Agency for International Development
USD
United States Dollar
UU
Undang-undang
WASH
Water, Sanitation and Hygiene
WC
Water Closet
WHO
World Health Organization/ Organisasi Kesehatan Dunia Yayasan Bina Usaha Lingkungan
YBUL
Da f t a r Sin g k a t a n
Monev
111
Lembaga Tingkat Nasional
Direktorat Permukiman dan Perumahan Bappenas telepon 021314 9635 faks 021 319 34819 email perkim.bappenas@gmail. com
Sekretariat Pokja AMPL Nasional telepon 021 319 03909 email set.ampl@gmail.com
Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL) Nasional merupakan lembaga adhoc yang dibentuk pada tahun 1997 sebagai forum komunikasi dan koordinasi bagi unit-unit kerja di Kementerian/Lembaga yang terlibat dalam berbagai aspek pembangunan air minum dan sanitasi. Diketuai oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Pokja AMPL Nasional mendorong terbentuknya Pokja AMPL/Sanitasi di tingkat pemerintah daerah, dan sampai saat ini telah terbentuk Pokja AMPL di 34 Provinsi dan di lebih dari 460 kabupaten/kota. Dalam tugasnya memperkuat koordinasi dan sinergi antar pihak, Pokja AMPL Nasional menyadari pentingnya kemitraan antar pelaku pembangunan air minum dan sanitasi, seperti dengan mitra pembangunan, pihak swasta baik melalui skema corporate social responsibility (CSR) maupun kerjasama pemerintah dan swasta, dan pihak lainnya. Termasuk dukungan terhadap skema kemitraan melalui Forum CSR sebagai wadah untuk menjalin kemitraan antara pemerintah daerah dengan pihak swasta agar pembangunan air minum dan sanitasi dapat berjalan dengan cepat.
112
Terkait Forum CSR serta Akses Air Bersih dan Sanitasi
La m p ira n
facebook Indonesia Business Links (IBL)
email ibl@ibl.or.id
twitter @ibl_csr
situs www.ibl.or.id
Lahir di tengah krisis ekonomi pada 1998, IBL awalnya merupakan forum para pemimpin bisnis, yang peduli pada pentingnya praktek bisnis yang etis. Menjadi Yayasan di tahun 2001, IBL giat melaksanakan berbagai program untuk membangun kesadaran pelaku bisnis menjalankan bisnis dengan prinsip-prinsip yang benar, khususnya prinsip antikorupsi/suap. Jejaring yang terus berkembang, melahirkan beragam prakarsa manifestasi tanggung jawab perusahaan (CSR). Beberapa kegiatan yang dilakukan antara lain: Membuat penelitian tentang CSR di Indonesia, mempublikasikan buku-buku tentang teori dan penerapan CSR, etika bisnis, serta tata perilaku (code of conduct) bagi UKM, membangun database kegiatan serta pelaku CSR di Indonesia, menyelenggarakan pelatihan dan lokakarya terkait CSR dan etika bisnis, serta menyelenggarakan regular forum (dialog multi-pihak) misalnya International Conference on CSR (diselenggarakan setiap dua tahun sekali sejak 2006), CEO Breakfast Meeting, CSR Learning Forum, dan seminarseminar lainnya. Saat ini, IBL menjalankan misinya melalui tiga tema program utama: Program Etika Bisnis (Business Ethics Program), Program Pemberdayaan Pemuda (Youth Empowerment Program), dan Pengelolaan Sampah yang Bertanggung Jawab (Responsible Waste Management).
113
Lembaga Tingkat Nasional
Kantor Manajemen Sekretariat Jl. Warung Buncit Raya, No.1 Duren Tiga, Jakarta Selatan 12760 telepon/faks 021 794 6578 / 021 794 0634
email corporateforum@cfcd.or.id corporateforum_cd@yahoo.com situs www.cfcd.or.id www.rumahcsr.co.id
Forum independen sebagai wadah bagi para CSR/CD officer yang representatif mewakili organisasinya. Dibentuk dengan latar belakang bahwa welfare state (kemakmuran, kesejahteraan dan keadilan) tidak lagi digantungkan, sematamata kepada negara (pasca reformasi) tetapi juga kepada civil society, kemudian kesadaran akan pentingnya CSR bagi perusahaan dan diyakini dapat mendorong pencapaian nilai di masing-masing perusahaan, serta kesamaan visi dan misi untuk mengembangkan program CSR khususnya di bidang community development. CFCD dibentuk dengan visi: menjadi pusat jejaring kerja multi stakeholder (multi stakeholders networking) dan pusat pembelajaran corporate social responsibility (CSR)/community development (CD) yang terkemuka yang diakui secara nasional dan internasional. Serta misi: membangun kesadaran dan komitmen shareholder dan pengambil keputusan di perusahaan dalam menjalankan CSR / CD yang berkelanjutan. Keanggotaan CFCD bersifat terbuka bagi perusahaan/lembaga yang belum maupun yang sudah melaksanakan CSR/SR dan ingin mengembangkan programnya secara lebih efektif. Lingkup kegiatan dan layanan CFCD meliputi: pertemuan rutin (round table discussion), pelatihan dan seminar, studi banding best practices, layanan technical assistance penyelenggaraan CSR/CD perusahaan dan sosialisasi CSR/CD, penerbitan dan media informasi, kemitraan serta Indonesian CSR Awards (ICA) dan Expo, dilaksanakan tiga tahun sekali (triennial awards).
114
La m p ira n
115
TIM PEMBAHAS BUKU
Rumah Bersama CSR
116
Pengarah Foort Bustraan dan Ika Francisca Penulis Asep Maman M. dan Edy Triyanto Kontributor Usniati Umayah, Johanis Valentino, Tofiqurochman Achmad, Asep Atju S. Mulyana, Virgi Fatmawati Pembahas Haryanto – Pundi Amal SCTV, Ida Farida – Ketua TSLP Kab. Tangerang, Rina Ayu Agustina dan Kania Mayang - Pokja AMPL Nasional, H. Zaenal Abdi Afif – Ketua Tim TSP Kab. Serang, Yulianto – Ketua Forum CSR Kab. Batang, Moh. Najib – Ketua CSR Kota Cilegon, Dedi Arisandi – Direktur Eksekutif CCSR, Suhaemi Abas – IUWASH, Endang – Bagian Kerjasama Kab. Tangerang, Bambang Jiwantoro – PT. IPMOMI Sekretaris Forum CSR Kab. Probolinggo
117
SILAHKAN unduh video di tautan berikut
https://www.youtube.com/watch?v=pTfm3ayEn9c
Video Rumah Bersama CSR
https://youtu.be/fR8gdR_8Qic
https://youtu.be/ jVA9vKe3n1Y
Ta u ta n Vi d e o
Note s
Notes
ROAD TO Universal Access 2019
Notes
Rumah Bersama CSR Note s
Notes
‘Rumah bersama’ layaknya konsep keluarga. Masing-masing anggota keluarga tinggal dengan perasaan nyaman dan saling memiliki. Melakukan peran dan tugasnya untuk terus membangun rumah tersebut, sebagus dan senyaman mungkin. Berkomunikasi dengan penuh keterbukaan dan kehangatan. Buku Rumah Bersama CSR: Untuk Akses Air Bersih dan Sanitasi disusun dengan harapan akan menjadi buku bagi para pembelajar, tentang bagaimana membangun kemitraan di Forum CSR serta menumbuhkan sinergi di antara swasta (CSR perusahaan), pemerintah dan masyarakat. Contoh-contoh dalam buku ini menggunakan pengalaman program ‘air dan sanitasi’, namun nilai dan inti pembelajarannya berlaku umum dan dapat digunakan untuk isu yang lainnya. Memaparkan secara singkat: apa itu CSR, Forum CSR, peningkatan kapasitas forum CSR serta pilihan menu program air dan sanitasi, diharapkan bisa bermanfaat bagi mitra-mitra yang akan menjalankan program sejenis.