SAMBUTAN BUPATI ACEH BARAT PENGANTAR KURATOR MENGENANG MEREKA YANG SUDAH PULANG 1. Sabna Subianto 2. Endy 3. M Tahar (Kakek) KAMI YANG BERKARYA 1. Dedy Kalee (Banda Aceh) 2. Eddi Ikhsan (Aceh Barat) 3. Eva Nurlita (Aceh Barat) 4. Erman Hasibuan (Aceh Barat) 5. Faisal Adrian (Aceh Barat) 6. Hamdi(Aceh Barat) 7. Iswadi Basri (Banda Aceh) 8. Nazli Ferdian (Aceh Barat) 9. Restu Wardhana (Banda Aceh) 10. Muhammad Riza (Aceh Barat)
11. Rivandi (Aceh Barat) 12. Reins Asmara (Banda Aceh) 13. Said Azmi (Aceh Barat) 14. Salaudin (Banda Aceh) 15. Sudirman (Aceh Barat) 16. Suri Wanda (Aceh Barat) 17. Sulaiman Bakri (Aceh Barat) 18. Tanzil (Lhokseumawe) 19. Teuku Dadek (Aceh Barat) 20. Yusrizal Ibrahim (Banda Aceh) 21. Wahyu Andhika Fadwa (Aceh Barat)
Sambutan Bupati Aceh Barat
DR (Hc) HT ALAIDINSYAH SYUKUR ALHAMDULLILAH kepada Allah SWT dan salawat beriring salam kepada Rasulullah SAW yang telah membawa manusia dari alam kegelapan ke alam terang benderang. Hidup akan menjadi terarah dengan agama dan hidup akan menjadi indah dengan seni, salah satunya adalah seni rupa terutama melukis. Kami menyambut baik pelaksanaan pameran lukisan dengan tajuk Bangkit Dalam Rupa, Warna dan Makna dalam rangka Pekan Kebudayaan Aceh Barat 2016.
dan produktivitas si seniman sendiri, pemerintah hanya mengfasilitasi dan mendorong agar kehidupan berkesenian berjalan dengan baik dan lancar. Sekarang pemerintah sedang berkonsentrasi penuh untuk menyelesaikan Gedung Olah Raga dan Seni yang terletak di Meureubo agar ruang gerak para seniman dan juga olah ragawan dapat berjalan dengan sebaik baiknya. Selamat berpameran semoga kehidupan kesenian di Kabupaten Aceh Barat semakin baik. Terima kasih
Perkembangan Seni Lukis di Aceh Meulaboh, 22 Agustus 2016 Barat perlu didorong, banyak lukisan yang hilang ketika tsunami, dan setelah tsunami pernah dilakukan pameran lukisan untuk pertama sekali dan itu suBupati Aceh Barat dah berlangsung 11 tahun yang lalu, dan sekarang sudah dimulai lagi. Pemerintah berharap agar kegiatan berkesenian di Kabupaten Aceh Barat berjalan dengan penuh dinamika dengan mengutamakan peran individu
DR (Hc) HT ALAIDINSYAH
Pengantar Kurator Manusia tidak bisa lepas dari lingkungan dimana ia berada karena lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pribadinya. Hal ini dapat dimaklumi karena manusia adalah makluk sosial dan bermasyarakat. Dengan pesatnya perkembangan dalam berkesenian maka tanggung jawab seniman pun makin berat dalam menghadapi problem-problem sosial yang tidak lagi bersifat mencoba-coba. Seniman tidak terlepas dari pengaruh lingkungan kehidupannya dalam hal penciptaan sebuah karya seni. Unsur-unsur subjektif merupakan perwujudan dari pemuasan batin atas moment-moment estetis yang dihadapinya. Berbicara tentang karya seni sangat erat kaitannya dengan manusia dan alam sekitar. Hal inilah yang menarik bagi seniman untuk menciptakan karya-karya yang mutakhir pada konteks tertentu. Eksplorasi tentunya menjadi pertimbangan setiap seniman dalam melahirkan karyanya. Material yang disajikan menjadi beragam. Seniman berhak menentukan apa yang ingin disampaikan melalui medianya. “Dalam seni tidak ada keharusan karena seni itu sesuatu yang bebas� Wassily Kandinsky Pelukis abstrak dari Rusia 1866-1944 Hasil sebuah karya seni memang seharusnya memiliki catatan tentang sejarah penciptaannya, termasuk filasofi keberadaannya. Inilah yang harus dilakukan oleh kurator pada pameran Bangkit Dalam Rupa, Warna dan Makna ini. Sebagian besar para pelukis yang ikut dalam pameran dalam kegiatan Pekan Kebudayaan Aceh Barat 2016 ini adalah mereka yang lahir secara otodidak, namun juga didampingi oleh beberapa mereka yang sudah dikenal lahir dari dunia otodidak dan matang dalam akademisi. Perkembangan seni lukis di Aceh Barat boleh dikatakan lebih kepada pemotretan alam dan kehidupan, belum menjurus kepada aliran aliran abstrak, suralisme dan penuh warna. Setelah tsunami, dengan datangnya NGO Aid4 mencoba melakukan tranformasi dalam melukis kepada pelukis Aceh Barat, mereka mendatangkan guru seni dari Australia, Vicky Bosisto dan Kartika Affandi untuk memberikan warna dalam seni lukis di Aceh Barat. Aid4 membuka sekolah komunitas dengan mendatangkan cat cat acrilik yang khusus untuk melukis dengan pola warna yang sudah tercampur dengan warna warna yang elegan dan fresh. Namun cat minyak juga masih mendapat tempat di kalangan pelukis tersebut.
Pameran seni rupa dalam perhelatan Pekan Kebudayaan Aceh Barat dapat menjadi tolak ukur dalam perkembangan seni rupa Aceh nantinya. Jarangnya aktivitas kebudayaan dalam menghadirkan pameran seni rupa membuat seni rupa Aceh tertinggal jauh dalam peta seni rupa Indonesia. Kita tentunya pernah mendengar 2 sosok pelukis Aceh yang tersohor bahkan orang-orang mengatakan maestro. Round kelana (Alm) dan A.D. Pirous adalah sosok tersebut. Round Kelana semasa hidupnya tidak pernah berhenti melukis. Musibah tsunami yang pernah melanda Aceh di penghujung 2014 tidak menggoyahkan beliau bangkit untuk berkarya. Begitu juga dengan A.D. Pirous. Merantau ke Jawa tidak membuat beliau lupa akan spirit kehidupan kampung halaman. Dikenal sebagai pelopor kaligrafi Indonesia ini menjadikan kaligrafi pada artefak batu nisan sebagai inspirasinya dalam berkarya. Semangat juang dalam berkarya yang telah ditampilkan oleh 2 perupa Aceh Barat inilah yang hendaknya menjadi cambuk bagi perupa Aceh selanjutnya. Pameran seni rupa bangkit dalam rupa, warna dan makna tentunya akan memberikan semangat baru dalam proses berkesenian di masa yang akan datang. Para perupa harus lebih serius melakukan eksplorasi dalam mencari gagasan dan ide-ide segar. Warna warni kehidupan dapat dikaji melalui simbol atau tanda-tanda tertentu untuk menghasilkan sebuah makna baru. Pertemuan dalam pameran ini merupakan sebuah memontum bagi para perupa untuk saling berbagi dan menjalin komunikasi setelah 11 tahun hilang dan di pertemukan kembali di ruang kebangkitan. Pameran dalam rangka perhelatan Pekan Kebudayaan Aceh Barat mudah-mudahan dapat menjadi sebuah ajang tahunan yang dapat membangkitkan gairah seniman-seniman Aceh Barat khususnya dan perupa Aceh pada umumnya. Bukankan karya-karya ini nantinya akan menjadi penanda zaman? Banda Aceh, 15 Juli 2016
Dedy Afriadi Kurator
Alm. Sabna Subianto Ben’s
Lahir di Banda Aceh pada tahun 1960 . Bens merupakan seniman aktif di Aceh Barat dan sering menggelar event seni, khususnya Kota Meulaboh. Pada pameran yang diselenggarakan oleh Mercy Corps dan Aid4 di hotel Meuligo Bens berpesan kepada pendonor mengatakan: “Merupakan harapan tulus kami, agar dapat terus menerima dukungan dalam bentuk cat berkualitas baik dan sesuai standar sehingga para pelukis dapat mandiri dalam berkarya dan dikenal di dunia.�
Alm. M. Tahar Kakek
“Sekarang kegiatan sehari-hari saya berfokus pada studio seni disebut Sanggar Seni Gapura , di Jl . Gajah Mada no. 41D, dan saya menunggu penggantian rumah saya yang hancur total di Tsunami.� (Pernyataan Almarhum Kakek 2005 pada Katalog Lukis DKAB) M Tahar atau biasa disapa Kakek, telah melukis sejak di Medan sejak 1987, Kakek pindah ke Aceh pada tahun 1992 dan bekerja di Meulaboh. Kakek anggota Dewan Aceh Seni Barat dan telah melaksanakan pameran lukisannya di Banda Aceh pada tahun 1990 di Universitas Abu Yatama Yatama. Kakek juga telah aktif di teater di beberapa kota, di antaranya Medan di Sumatera Utara, Aceh Barat, dan PKA 4 di Banda Aceh. Kakek meninggal pada tahun 2014.
Alm. Endy (Endy)
“Saya selalu berharap bahwa lukisan-lukisan karya saya bisa dihargai dan berguna bagi banyak orang.� (Pernyataan Almarhum Kakek 2005 pada Katalog Lukis DKAB). Sejak muda Endy sudah akrab dengan cat sebab ayahnya juga seorang pelukis yang tinggal di Desa Panggong. Sejak tahun 1983 Endy telah melukis pemandangan luar ruangan. Pada tanggal 26 Desember 2004, ketika gempa dan tsunami mengamtam Aceh dan Asia, semua alat lukisanya hilang termasuk lukisannya. Endy meninggal pada tahun 2010 pada kecelakaan ketika akan pulang ke rumah istrinya ke Blang Pidie. Endy dilahirkan di Panggong
Banda Aceh
DEDY AFRIADI Dedy Kalee
Lahir di Banda Aceh, 03 April 1982, pendidikan Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta, aktivitas Tahun 2002 Performance Art “Fragmentaria Darah” In Bale Gadeng Yogyakarta, Tahun 2003 Performance Art “Tak Saman” in Gedung Bimo Yogyakarta, Tahun 2004 Pekan Kebudayaan Aceh Ke – 4, Tahun 2005 Festival Muharram ( Tennis in Door ) Senayan Jakarta, Tahun 2006 Jakarta International Java Jazz Festival ( Jakarta Convention Center), Tahun 2007 Pameran Sketsa di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Bengawan Solo Festival “ Lebih Akrab dengan Tradisi”, Refleksi 3 Tahun Tsunami “ Seni untuk Perubahan”, Tahun 2008
Not equal to Oil on Canvas, 110x150
Geliat Exibition (Sangkring Art Space), Asean Youth Camp Exibition (Taman Budaya, Front Space Exibition in Vredeburg Yogyakarta, Performance Art “Eksplorasi Bunyi” di Galeri Nasional Jakarta. 2009 Gawe Besar Kriya Pameran Purna Tugas Prof. Drs. S.P. Gustami S.U dan Dra.Ambar Astuti MA. Galeri Kriya Institut Seni Indonesia Yogyakarta, 2010 Performance art” aceh membaca jakarta” di planet senen jakarta, Pameran ”sehari boleh gila” di pascasarjana institut seni indonesia yogyakarta, Art Performance; Seurune Kale and Collaboration PMTOH in “Contemporary Arts Updating Forum” Event at Indonesia Arts Institute of Yogyakarta Postgraduate Hall, Art Performance “Recovery Through Art” at Cangkringan, Sleman, Yogyakarta, 2013 Pameran bersama ”rupa rupa seni rupa” di taman budaya aceh, 2014 Pameran bersama ”tujuh karakter” di sanggar seni rupa 55 banda aceh, Pameran hari kesenian daerah di taman ratu safiatuddin banda aceh, Pameran Besar Seni Rupa se-Indonesia di Papua, Pameran Pagelaran Seni Se-Sumatra di Riau. 2015 Performance art dalam acara Parade Gajah, Pameran bersama dalam kegiatan Pekan Kreatif di Kota Banda Aceh, Pameran Besar Seni Rupa Indonesia di Kupang
Aceh Barat
Eddi Ikhsan Edi
Eddi Ikhsan atau panggilan dengan sebutan Edi Mondro adalah seorang Pelukis naturallis yang kelahiran di Meulaboh pada tanggal 4 Nopember 1975, dianya telah mengikuti pameran lukisan di Meulaboh tahun 2003 dan 2005 yang diselenggarakan oleh Dewan Kesenian Aceh Barat. Karyakarya lukisnya sudah banyak yang dibeli oleh masyarakat di Kabupaten Aceh Barat, saat ini usaha yang dimiliki Reklame Mondro disamping itu juga aktif menjadi juri lomba lukis anak- anak sekolah dasar di Kabupaten Aceh Barat
Batee Puteh Tempoe Doeloe Oil on Canvas
Tarek Pukat Oil on Canvas
Aceh Barat
Eva Nurlaita Eva Hasibuan Panggilan Eva Hasibuan sering dikenal sebagai pelukis perempuan di Meulaboh yang dianya dilahirkan di Meulaboh, pada tanggal 12 Desember 1973, Berawal melukis sejak kecil ikut membantu orangtua yang bekerja dalam usaha Reklame Karya Indah, saat ini juga bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di Pemda Kabupaten Aceh Barat. Karya – Karyanya mulai muncul sejak pasca tsunami yang lalu sudah beberapa lukisan yang terjual dan ditampilkan pada Acara Painting Exhibition yang disponsori oleh DKAB dan Mercy Corps Tahun 2005, Exhibition Tsunami Aceh di Sydney Australia Tahun 2006 yang di sponsori oleh NGO Aid4, Pameran PKA ke V dan Ke VI Tahun 2014 di Provinsi Aceh juga peran lokal dalam perlombaan dipercayai sebagai juri lukis anak-anak sekolah Tingkat TK dan SD.
Musibah Besar Oil on Canvas
Krueng Sikundo Acrilyc on Canvas
Aceh Barat
Erman Hasibuan Erman TAMPARAN I Oil on Canvas
Erman Hasibuan kelahiran Januari 1949 di Desa Cot Seumeureng Kec. Samatiga merupakan Pelukis Naturalis yang sudah cukup lama dikenal oleh Masyarakat Aceh Barat dari sejak tahun 70-an sampai sekarang masih tetap aktif melukis. Karya – karya lukisannya sudah banyak sekali terjual baik dalam daerah, maupun luar daerah. Pernah berpameran diantaranya pada PKA II tahun 1972, Pameran Lukisan HUT Kotamadya Medan 1969, Pameran HUT Pangkolin Bukit Barisan Medan Tahun 1970, Painting Exhibition yang disponsori oleh DKAB kerjasama dengan Mercy Corps, Exhibition Tsunami Aceh di Sydney Australia Tahun 2006 yang di sponsori oleh NGO Aid4, Pameran PKA V dan VI di Provinsi Aceh dan Menampilkan Lukisan-lukisan karya sendiri pada Pameran Expo yang diadakan Tahun 2014. Pekerjaan seharian yang dikembangkan beliau saat ini adalah usaha “ Reklame Karya Indah Meulaboh”
TAMPARAN I Oil on Canvas
Danau Toba Oil on Canvas
Banda Aceh
Faisal Adrian Faisal Faisal Adrian dilahirkan di Meulaboh, 2 Mai 1973, dianya mulai tertarik melukis sejak SD kelas 6, ekpresionis realis, aliran yang menjadi fokus Faisal, beberapa lukisan beraliran natural telah hilang ketika tsunami, kini Faisal mulai lagi untuk berkarya dengan konsentrasi cat minyak.
Skema Warna Oil on Canvas
Ombak Bertasbih Oil on Canvas
Gadis Oil on Canvas
Aceh Barat
Hamdi Hamdi
Padang Seurahet Oil on Canvas100 x 50
Hamdi dikenal sebagai Sang pelukis naturallis muda yang gigih, bekerja keras untuk menggapai cita-citanya, disamping melukis diatas kanvas dianya juga bisa melukis diatas kaca. Dengan kerja kerasnya hamdi mampu bangkit diri menjadi seorang Pegawai Negeri Sipil sebagai staff khusus Bupati Aceh Barat Daya dan juga sebagai Dosen. Saat ini dianya memiliki Galery ALD yang dirintisnya sejak lama untuk mewujudkan dunia lukisan karya-karyanya dari sejak kecil (SD) sampai sekarang ini dia mampu berdiri dengan menuangkan karyanya kedalam sebuah buku yang ditulis berjudul “Dari Hoby Menjadi Rizeki�. Karya - karyanya sudah banyak terjual, kesempatan meraih penghargaan ada 2 kali yang diikuti dalam lomba melukis se kota Banda Aceh dan Lomba Seni Wajah dengan tema Potret Suram Tahun 2003.Pameran yang diikuti ada 6 kali diantaranya Pameran Lukis Tsunami Aceh yang disponsori oleh DKAB/Mercy Corps Tahun 2005, Pameran Indonesia Week Tahun 2006 ( Kerjasama Aid4 ), Exhibition Tsunami Aceh 2006 di Sydney Australia ( Kerjasama Aid4 ), Pameran wajah Ibu Pertiwi 2007, Pameran Budaya di Denpasar Bali Tahun 2008, Pameran Natural di Sumatra Barat Tahun 2009.
Calok Meulaboh Oil on Canvas 100 x 50
Lancang Sira Oil on Canvas
Teumanggok Pukat Aceh Oil on Canvas
Banda Aceh
Iswadi basri Wadi lahir Padang Tiji,30 Juni 1977, aktifitas Pameran 2003 Pameran bersama 3 pelukis Aceh di GBB(Graha Bhakti Budaya), 2004 Pameran bersama “the art of rampoe” di Summitmas pusat, kebudayaan Jepang, 2005 Pameran dan lelang lukisan untuk bencana Tsunami di pusat Kebudayaan Belanda, 2008 Pameran dan lelang Lukisan untuk penggalangan dana Social Yayasan Sambino oleh Ibu Darwati Irwandi di Pendopo Banda Aceh, 2010 Pameran bersama Aceh Demokrat di Gedung IT Center Garuda Theater Banda Aceh, 2012 Pameran bersama Jaringan Seni Rupa Aneuk Nanggroe JAROE di Gedung Tsunami Museum Banda Aceh, 2013 Pameran “rupa-rupa” pada gelar seni budaya Aceh 2013, di Taman Budaya Aceh, 2014 Pameran seni rupa “7karakter” pada launching sanggar seni rupa 55 Leung Bata, Banda Aceh, 2015 Pameran Jakarta Biennale 2015 “maju kena mundur kena: bertindak sekarang” di gudang Sarinah Pancoran.
Tikus Gawean Ferosemen 70 x 70 x 50
Aceh Barat
dr. M. Nazli Ferdian Nazli dr M. Nazli Ferdian dilahirkan di Lhokseumawe pada tanggal 30 April 1987, mulai melukis sejak SMP dan telah mengikuti perlombaan Kaligrafi pada Pospenas 2003 Sumsel, MTQ Provinsi Aceh, MTQ Mahasiswa Nasional di Palembang 2007, Unimal 2009, PKA V dan VI. Beraliran dekorasi kaligrafi, Nazli berobsesi untuk menulis mushaf Al – Quran 30 juz.
QS Luqman, ayat 33 Acrilyc on Canvas 80 x 120
QS Al Baqarah, ayat 255 [Ayat Kursi] Acrilyc on Canvas 80 x 120
QS Al Baqarah, ayat 255 [Ayat Kursi] Acrilyc on Canvas 80 x 120
QS An-Nisa, ayat 135 Acrilyc on Canvas 80 x 120
Aceh Barat
Muhammad Riza Reza Dilahirkan di Meulaboh tepatnya di Gampong Ujong Kalak pada tanggal 17 Maret 1982, lebih populer dengan panggilan Riza PP, dianya penyukai semua bidang seni terutama seni rupa, saat ini reza bertugas sebagai Anggota Satpol PP dan WH Aceh Barat dan juga dikenal sebagai seorang kartunis/komikus hobbinya telah banyak dicurahkan gambar-gambar kedalam buku-buku bacaan sejarah Aceh Barat dan komit-komit Aceh. Gambar atau lukisan yang dituangkan dikanvas ini baru pertama sekali dianya mencoba dengan lukisan bernuansa kedaerahan Aceh Barat.
Perang Oil on Canvas
Teuku Umar Oil on Canvas
Aceh Barat
RIvandi Rivandi “Merupakan harapan tulus kami, agar dapat terus menerima dukungan dalam bentuk cat berkualitas baik dan standards sehingga para pelukis dapat mandiri dalam berkarya dan dikenal di dunia.�
Gita Cita Anak Gembala 2005 Oil on Canvas
Tari Seudati 2005 Oil on Canvas
Nasib Nelayan 2005 Oil on Canvas
Petarung Tangguh 2005 Oil on Canvas
Banda Aceh
Reins Asmara Reins
lahir 10 Oktober 1945, PENGALAMAN ; 1968 - belajar seni rupa di sanggar besar seni rupa sekargunung, 1970-1976 – mulai pameran bersama simpassri dan asri di medan, 1977 - studi banding ke jakarta dan bandung, 1978, pameran bersama di taman budaya medan, 1979 - pameran bersama di simpassri art galery, 1980 - pameran di medan fair, 1981- pameran bersama di tebing tinggi, 1982 - pameran tunggal di simpassri art galery, 1983 - pameran bersama simpassri di taman ismail marzuki dan melanjutkan studi banding ke jakarta, bandung dan yogyakarta di sanggar pelukis s.sudjojono, sri hadi, popo iskandar, afandi, widayat, batara lubis, bagong kasudiarjo, joko pekik dan lain-lain, 1984 - pameran bersama di padang, 1985 - pameran bersama simpassri, 1986 - pameran bersama di taman budaya medan, 1987 - pameran bersama di pematang siantar, 1988 - pameran bersama di aksara plaza medan, 1989 - pameran bersama di dharma deli medan, 1990 - pameran bersama di buana plaza medan, 1991 - pameran bersama pekan raya sumatra utara, 1992 - membuat menumen dan pohon abadi di kota naga tapak tuan aceh selatan, 1993 - pameran bersama di gedung citra cakra raharja medan, 1994 - pameran bersama di asean hotel medan, 1995- pameran pekan raya sematra utara medan dan pameran perjuangan dalam rangka 50 tahun kemerdekaan RI di dharma deli hotel medan, 1996 - ikut pasar seni simpassri medan, 1997- bursa seni simpassri, 1998 - pameran besar seni rupa bekerja sama dengan DKSU di novotel soechi hotel medan dan 2014- Pameran hari kesenian daerah di taman ratu safiatuddin banda aceh serta berbagai pameran lainnya.
Gotong Royong Memperbaiki Perahu Oil on Canvas 170 x 90
Banda Aceh
Restu Wardhana Restu lahir Banda Aceh, 16 Maret 1965, pengalaman Pameran Patung Nasional Taman Budaya Yogykarta, �sculpture in freedom� museum Affandi & dirix art galery Yogyakarta, Pameran lomba rancang patung lingkungan Citra Raya Jakarta, pameran patung se Sumatra Palembang dan Pekanbaru, Pameran tsunami dimata perupa aceh. Museum Tsunami Aceh.
Bukan Ikan Asin Kepala Batu Oil on Canvas 82 x 110
Aceh Barat
Said Azmi Said Said Azmi dilahirkan di Meulaboh 3 Agustus 1970, telah melukis sejak SD dan awalnya melukis pemandangan, kemudian Said telah menemukan jati dirinya sebagai pelukis yang menggunakan tehnis air brush dan berpengalaman mengikuti pameran lukisan bersama di Lhok Geulumpang Piasan II 1996, BP7 1997 diselenggarakan oleh Kandep P dan K, dan Gedung GOW 2003, setelah Tsunami juga mengikuti pameran yang diselenggarakan oleh Dewan Kesenian Aceh Barat bekerjasama dengan Mercy Corp pada tahun 2005.
Murka Tsunami di Batee Puteh
Kuda Binal
Rose
Senja dilembah Sunyi
Aneuk Laot
Banda Aceh
Salaudin Udin lahir Lhokseumawe, 23 Desember 1958 NAD, Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR) Yogyakarta, 1981masuk Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia (STSRI’ASRI’), Jurusan Seni Lukis Sekarang Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Pameran 1977 – 2015 diantarannya ; Aktif Mengikuti Pameran Sekolah, Kampus dan Kelompok, Performance art dalam acara Parade Gajah, Pameran bersama dalam kegiatan Pekan Kreatif di Kota Banda Aceh, Pameran besar seni rupa indonesia di Kupang. Penghargaan, Tahun 1980 Mendapat Karya Terbaik untuk Batik, Pratitha Adhi Karya dari SMSR, Tahun 1981 Mendapat Karya Terbaik untuk Sketsa, Pratitha Adhi Karya dari SMSR
Daun diatas Bantal Acrilyc on Canvas 85 x 100
Aceh Barat
Sudirman. B Sudirman Pelukis ini bernama Sudirman dilahirkan di Aceh Barat pada tanggal 15 Oktober 1956, saat ini masih bekerja sebagai Guru pengajar di SD Percontohan Meulaboh. Peran aktif beliau di DKAB di komite Seni Rupa, kegiatan lainnya menjadi juri perlombaan lukis tk. SD,SMP,SLTA mengajari anak anak sekolah dan remaja bagaimana cara melukis. Karya – karyanya sudah banyak terjual dan dipamerkan pada tingkat Kecamatan, Kabupaten dan Provinsi Aceh pada Dinas Pendidikan.
Aceh Barat
Suriwanda Rasyid Dilahirkan di Meulaboh, 08 Mei 1979, sekarang bekerja sebagai desainer grafis di Meulaboh, telah banyak menghasilkan karya – karya yang bernuansa ke-Aceh-an, Suri Wanda lebih menfokuskan kepada lukisan karikatur yang mengangkat kehidupan hari hari orang Aceh. Pernah mengikuti pameran karikatur yang pernah diselenggarakan DKAB tahun 2016. Beberapa lukisan karikaturnya pernah dimuat di Tabloid Tunas Aceh Barat.
Kupi Sareng Oil on Canvas
Aceh Barat
Sulaiman Bakri Iman Pelukis ini akrab dipanggil dengan sebutan Iman yang kelahiran Meulaboh pada tanggal 22 Mei 1968, dianya hobbi mengikuti berbagai kreatifitas seni rupa dan telah banyak hasil karyanya yang telah terjual dan sudah 5 kali pernah mengikuti pameran lukisan dan akhir pameran PKA VI juga menampilkan lukisan-lukisan hasil karyanya yang bernuansa tsunami
Lhokseumawe
Tanzil Murda Tanzil
Recover Oil on Canvas 134 x 94
Tanzil, begitu sapaannya, menekuni dunia seni, sejak SD sampai perguruan tinggi lukisan hasil karyanya sudah cukup banyak yang meminati. Setelah dianya menyelesaikan Pendidikan di FKIP hari hari seterusnya mengisi waktu dengan Kertunis mingguan pada Serambi Indonesia dari tahun 1990 – 1992. Pengalaman lainnya pada tahun 1996 Tanzil mengikuti pameran pertamanya di Acara Grand Opening Mall Daan Mogot Jakarta Barat. Tahun 2000 kembali membuka jasa Reklame dan desain (Mondroe Art Studio) dan terus ikut bergabung dengan DKAB di pengurus Komite Seni Rupa. Karya lainnya diikut tampil kembali dalam pameran bersama pelukis Aceh Barat Tahun 2002, Pameran pada tahun 2004 yang merupakan pameran ketiganya itu juga dihadiri oleh SBY yang masih menjabat sebagai Menkopolkam RI, Pameran Bersama yang diprakasai oleh Danrem Lilawangsa (2006), Pameran Tunggal di Lhoksukon (ulang tahun KNPI Aceh Utara, 2007), Pameran HISSEL di Lhokseumawe (2008,2010,2011) dan di Bireun pada tahun 2011, sekarang ini bekerja pada sebuah perusahaan Digital Printing Lhoksemawe dan aktif juga sebagai guru/juri eksternal Jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV) SMK 4 Lhoksemawe.
Teuku Umar Johan Pahlawan Oil on Canvas 100 x 131
Warisan Indatu Oil on Canvas 115 x 78
Aceh Barat
Teuku Ahmad Dadek Teuku Dadek Teuku Dadek dilahirkan di Meulaboh, 29 November 1968, sekarang bekerja di Pemkab Aceh Barat, melukis dunia yang baru ditekuni, beberapa karyanya cenderung kepada dekoratif dengan menganut makna warna artifisial. Beberapa lukisan Dadek sudah dijadikan sampul Album Audio CD Musik Generasi Mulya.
Aceh Barat Lost in Pasadena Acrilyc on Canvas 80 x 100
Matre Acrilyc on Canvas 50 x 100
Banda Aceh
Yusrizal Ibrahim Yusrizal lahir di Banda Aceh, 14 Juli 1960, bekerja sebagai Dosen Program Studi Seni Murni Fakultas Seni Rupa dan Disain, Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Aceh, pendidikan S-1 Program Studi Seni Murni FSRD Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Tahun 1975-2015: Menerima Penghargaan dari berbagai instansi dalam negeri, Tahun 1977-2015: Pameran di Banda Aceh, Yogyakarta, Surakarta, Medan, Makasar, Jakarta, Bandung, Lampung, Bengkulu, Jambi, dll. Kosep Karya:Lukisan adalah representasi dari fenomen-fenomen visual yang muncul di dalam aliran kesadaran seorang pelukis, yang merupakan simbolisasi dari realitas kehidupan sosial, peradaban dan nilai-nilai kemanusiaan di sekitarnya. Dia adalah apa saja, di mana saja, dan kapan saja. Dan, dia berada di luar ruang dan waktu, sesuai dengan fokus dan persepsi batin pelukisnya.
Satu Dekade Pasca Tsunami dan MoU Helsinky Oil on Canvas 130 x 95
Black Ghoose Acrilyc on Canvas
Wahyu Andhika Fadwa (Dhika) Wahyu Andhika Fadwa yang akrab disapa “Dhika�, merupakan perupa muda anak ke-2 dari Pelukis Aceh Barat Sabna Subianto. Dhika senang dengan dunia Teknologi dan 3D Modeling Art. Sejak kecil ia sering ikut dengan ayahnya di event-event Seni Rupa baik kabupapten maupun provinsi. Sampai sekarang ini Dhika sering mengerjakan project-project desain dan 3D Modeling di event-event provinsi.
Harmoni Acrilyc on Canvas
Espresso Acrilyc on Canvas
City Scape Acrilyc on Canvas