3 minute read
Membandingkan Kampung KB Perkotaan dan Perdesaan
Setiap tempat memiliki karakteristik tersendiri. Karena itu, perlu ada perlakuan berbeda untuk menyesuaikan dengan perbedaan karakteristik tersebut. Demikian pula dengan keberadaan kampung KB di Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan kontrasnya kampung KB di perdesaan dengan perkotaan.
Pusat Studi CSR, Kewirausahaan Sosial, dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran (Fisip Unpad) belum lama ini menuntaskan sebuah riset bertajuk “Analisis Potensi Serta Distribusi Pelayanan Sosial Dalam Program Kampung KB Sabilulungan RW 04 Kelurahan Karasak dan Kampung KB Insan Sejahtera RW 06 Desa Sukajaya”. Hasil penelitian disajikan di hadapan sejumlah pemangku kepentingan program kependudukan, keluarga berencana, dan pembangunan keluara (KKBPK) di Bandung belum lama ini.
Advertisement
Ketua Tim Peneliti Nunung Nurwati menjelaskan, penelitian kualitatif ini mewakili mewakili karakteristik kampung KB di perkotaan dan perdesaan. Karakteristik masyarakat perdesaan diwakili Kampung KB Insan Sejahtera di Kampung Pamecelan RW 06 Desa Sukajaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB). Adapun
perdesaan diwakili Kampung KB Sabilulungan di RW 04 Kelurahan Karasak, Kecamatan Astana Anyar, Kota Bandung.
Meski Lembang tidak terlalu jauh dari pusat kota, peneliti menilai kondisi masyarakat di sana cocok dengan karakteristik masyarakat perdesaan. Ini tampak dari profesi yang didominasi peternak sapi perah dan petani perkebunan.
“Kampung KB Sabilulungan di Kota Bandung dan Kampung KB Insan Sejahtera di KBB memiliki potensi berbeda. Kecendrungan perbedaan ini sedikit banyaknya dipengaruhi karakteristik masyarakat perdesaan dan masyarakat perkotaan itu sendiri,” ungkap Nunung.
Dilihat potensi keduanya, ungkap Nunung, terlihat bahwa kecendrungan aset sosial Kampung KB Insan Sejahtera lebih baik dibandingkan Kampung KB Sabilulungan. Di mana di Kampung KB Sabilulungan memiliki memiliki masyarakat dengan latar belakang pendidikan yang cukup baik dan ditambah dengan adanya beberapa masyarakat yang memiliki unit usaha mikro. Sedangkan Kampung KB Insan Sejahtera memiliki kecendrungan profesi masyarakat sebagai peternak dan pekebun menjadi salah satu aset tersendiri bagi kawasan ini.
Dari segi aset fisik sejatinya tidak banyak perbedaan. Kedua kawasan ini sama-sama memiliki kondisi infrastruktur yang bisa dikatakan cukup memadai. Plus tersedianya infrastruktur penunjang untuk aktivitas Kampung KB seperti kantor kesekretariatan. Perbedaan muncul saat tim membandingkan aset finansial.
“Secara umum masyarakat Kampung KB Sabilulungan sudah memiliki pengetahuan tentang cera mengelola keuangan. Salah satunya adalah dengan cara penyimpanan uang di bank. Hal berbeda terdapat di Kampung KB Insan Sejahtera, di mana belum semua masyarakat memiliki kemauan dan pengetahuan tentang pengelolaan keuangan,” papar Nunung.
Meski begitu, penelitian mengungkap Kampung KB Insan sejahtera memiliki kemandirian keuangan lebih baik dibandingkan Kampung KB Sabilulungan. Hal ini bisa dilihat dari hasil bahasan dalam faktor penghambat dan pendukung dari kedua Kampung KB tersebut.
KAMPUNG KB
Ketua Tim Peneliti Unpad Nunung Nurwati memaparkan hasil penelitian tentang Kampung KB di daerah perkotaan dan perdesaan.
Dari segi aset natural, tambah Nunung, salah satu ciri dari kawasan perkotaan dan perindustrian adalah minimnya aset natural seperti lahan perkebunan, lahan pertanian, sumber air bersih dan kawasan hijau. Hal ini terjadi pada kampung KB Sabilulungan. Berbeda dengan halnya Kampung KB Insan Sejahtera, di mana kawasan ini masih keadaan alam yang memadai.
“Sebagian besar masyarakat di sana bekerja sebagai petani sapi perah, dan beberapa lainnya masih banyak yang bekerja sebagai petani sayur-sayuran. Hal ini menunjukkan bahwa sumber daya alam di Kampung KB Insan Sejahtera masih memadai untuk bisa dikelola dan dimanfaatkan oleh masyarakat, jelas Nunung.
Di sisi lain, dalam pelaksaan pelayanan sosial yang dilakukan, Kampung KB Sabilulungan kesulitan memaksimalkan potensi masyarakat. Sebut saja kurangnya pendanaan dalam pelaksanaan program yang seharusnya bisa diatasi dengan melakukan kerjasama dengan unit usaha mikro yang dimiliki masyarakat.
Hal lainnya adalah partisipasi masyarakat yang rendah. Hal ini bukan sepenuhnya disebabakan oleh sikap masyarakat yang tak acuh pada program Kampung KB, tetapi lebih karena ketidaktahuan masyarakat mengenai program tersebut. Juga ketidaktepatan dalam menentukan waktu pelaksanaan, sehingga masyarakat tidak bisa berpartisipasi dalam program tersebut.
“Dalam pelayanan sosial, Kampung KB Insan Sejahtera mampu memaksimalkan potensi masyarakat. Ini terlihat dari matangnya sumber pendaaan, tingginya tingkat pertisipasi masyarakat, dan keberhasilan dari kegiatan yang sudah dilakukan, papar Nunung. •NJP