Jurnal Kajian 2018: NYERAT. Kumpulan Tulisan

Page 1


Divisi Kajian HIMATIKA ITB 2017/2018

Kontributor: Annisaa Auliyaa Rabbani/ Azis Syahbudin Sani/ Dana Annisa Riefina/ Dita Amallya/ I Gede Bagus Gigih / Jessica Novia / Kesi Wulandari/ Liyan Nurchalifah/ Muhammad Afifurrahman/ Ramdani/ Rangga Putra Pertama/ Reinaldo Ekapratama/ Urfi Yogabama


Nyerat. Kumpulan Tulisan Š HIMATIKA ITB 2018

Cetakan pertama, Februari 2018

Desain Sampul Annisaa Auliyaa Rabbani, Ilma Nurlaili Editor Annisaa Auliyaa Rabbani, Dana Annisa Riefina

1


Untuk seluruh keluarga besar HIMATIKA ITB

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan sejarah� -Pramoedya Ananta Toer-

2


Daftar Isi Nyerat Intro ..................................................................................................... 4 Formalisasi Metode Diskusi ............................................................................. 6 Urgensi? Kajian? ............................................................................................. 8 Mengambil Kuasa atas Ritme Diri: Sebuah Kontemplasi Hidup yang Terburuburu ............................................................................................................... 11 Umur Panjang, Dong! ................................................................................... 15 Belajar Lebih Lewat KKN Tematik ITB ....................................................... 19 Pengalaman di Bagian Pengembangan Masyarakat ...................................... 24 Sex and Gender ............................................................................................. 29 Issei Sagawa dan Kucing Kawin ................................................................... 33 Wadah Kaderisasi Dahsyat di ITB ................................................................ 37 Bermain Definisi KM ITB dalam Ruang Vektor ........................................... 40 Himpunan Mahasiswa Jurusan dalam Paradoks Global ................................ 45 Sejarah (Besar dan Garangnya ITB) serta Indahnya Aksi ............................. 50 Catatan Seorang Kawan ................................................................................ 58 Literasi Matematika ....................................................................................... 69 Sosial yang Terlupakan ................................................................................. 71 Puisi ............................................................................................................... 73 Paradigma Bermain Saham ........................................................................... 74 Cerita Aksi 2 Tahun Jokowi .......................................................................... 76

3


Nyerat Intro Saya mengucapkan Syukur kepada Allah SWT karena berkat rahmatnya yang luar biasa buku ini bisa terwujud. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Azis Syahbudin Sani, Ketua Umum HIMATIKA ITB 2017/2018 karena tanpanya Divisi Kajian tidak akan ada dan buku ini pun pastinya tidak akan anda baca sekarang. Apresiasi juga saya berikan yang setinggi-tingginya untuk para kontributor tulisan yang sudah meluangkan waktunya untuk menuliskan ideidenya. Semoga tulisan kalian bisa bermanfaat untuk para pembaca sekalian. Tak lupa ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Badan Pengurus HIMATIKA ITB 2017/2018 yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada Divisi Kajian agar terus berkarya. Terima kasih juga kepada seluruh anggota HIMATIKA ITB yang selalu mengingat keberadaan Divisi Kajian sejak kami memulai kajian pertama hingga dibuatnya buku ini.

Buku ini merupakan sebuah antologi tulisan dari beberapa orang kontributor yang juga merupakan anggota HIMATIKA ITB aktif. Selain tulisan bertema bebas, dalam buku ini juga terdapat tulisan-tulisan yang berdasarkan pada kajian HIMATIKA Learning Club yang sudah pernah diadakan sebelumnya.Saya berharap buku ini dapat memberikan inspirasi kepada para pembaca dan juga bisa memberikan motivasi untuk ikut berkarya serta tergugah untuk mulai menuliskan ide-idenya.

Bandung, 22 Februari 2018 Ketua Divisi Kajian HIMATIKA ITB 2017/2018 Annisaa Auliyaa Rabbani R.

4


5


Formalisasi Metode Diskusi Oleh: Divisi Kajian HIMATIKA ITB 2017/2018

Pada hari Jumat, tanggal 21 April 2017 HIMATIKA Learning Club mengadakan diskusi yang mengangkat judul: “Kajian. Formalisasi Metode Diskusi”. Yap, benar sekali kami akan berdikusi tentang diskusi. Pada kesempatan itu kami mengundang Aditya Firman Ihsan atau yang biasa dipanggil Adit sebagai pemantik diskusi. Adit merupakan Ketua Umum HIMATIKA ITB periode 2015/2016 yang saat itu sedang melanjutkan studi S2 Matematika-nya. Kata ‘kajian’ yang dalam hal ini kita samakan dengan kata ‘diskusi’ tidak pernah terlepas dari kegiatan kemahasiswaan di ITB. Bagi mahasiswa ITB, kajian tentunya sudah bukan hal asing lagi. Tapi sebenarnya apa sih kajian itu dan bagaimana sih caranya melakukan kajian yang efektif?

Menurut Panji Prabowo, kajian adalah proses rasionalisasi dan pembuktian

empirik

terhadap

kepercayaan/ketidakpercayaan

menjadi

pembenaran/ilmu pengetahuan. Sedangkan menurut KBBI kajian adalah hasil dari mengkaji.

Adit mengatakan bahwa proses kajian tidak dapat dilakukan secara sederhana, hal ini dituliskannya di dalam tulisannya yang berjudul “Mengenai Kajian dan Kebenaran”. Kajian berasal dari pemikiran sederhana masing-masing manusia yang berawal dari observasi di lingkungan sekitarnya. Selanjutnya pemikiran ini melahirkan pertanyaan tentang apa yang manusia tersebut dapat dari observasinya. Pertanyaan selanjutnya menjadi akar dari hipotesis dan rumusan masalah atau permasalahan yang ingin dicari jawabannya. Hipotesis inilah yang

6


nantinya akan masuk proses kajian dimana akan dilakukan analisis untuk menganalisa permasalahan secara jelas dan sistematis.

Setelah permasalah sudah terlihat jelas dan sistematis, kemudian dilakukan proses sintesis yaitu menggabungkan permasalahan yang dimiliki dengan data-data yang ada yang kemudian akan menghasilkan suatu informasi yang digunakan untuk menjawab hipotesis sebelumnya. Adit mengatakan bahwa inti dari sebuah kajian adalah dekonstruksi dan rekonstruksi sebuah informasi dasar atau kepercayaan menuju informasi lainnya yang lebih sistematis dan valid dari segi kebenaran atau pengetahuan.

Dibawah ini adalah skema sistemisasi kajian yang diambil dari tulisan Adit yang berjudul “Mengenai Kajian dan Kebenaran�

7


Urgensi? Kajian? oleh: Muhammad Afifurrahman (MA’16)

Tentunya sedikit tanya muncul di benak ketika judul di atas terlintas; kenapa urgensi? Kenapa kajian? Daripada terburu-buru menanyakan kedua hal ini, ada baiknya kita mengganti kata tanya yang dipakai, yaitu; apa itu kajian? Apa itu urgensi? Lebih lanjut lagi, karena kedua kata ini dipakai berdekatan di judul, ada apa dengan keduanya?

Sebelumnya, marilah meracau sejenak; apa gambaran yang terlintas dengan munculnya kata kajian? Apakah terlintas sekelompok orang berdialektika ria tentang hal-hal abstrak nan strategis? Apakah hal yang saya utarakan tadi benar? Kalau iya, apakah hal tersebut terlintas di pikiran Anda sebelum tanda tanya pertama, atau setelah saya mengungkapkan “yang-biasanya-terlintas-dibenak-pembaca-ketika-mendengar-kata-kajian� menurut saya? Entahlah; saya kan penulis, bukan pembaca. Namun, apakah kajian haruslah seperti bayangan saya (yang saya paksakan sebagai pandangan umum pembaca–itu pun kalau ada)? Sebaiknya baca paragraf selanjutnya saja ya, uh.

Sekarang marilah menjawab pertanyaan ketiga dan keempat dari paragraf pertama terlebih dahulu, dengan berdasar pada KBBI edisi daring terbaru. Kajian, menurutnya, ialah hasil mengkaji, dan mengkaji sendiri adalah belajar, atau mempelajari, atau memeriksa, atau menyelidiki, atau memikirkan, atau menguji, atau menelaah. Bagaimana kalau urgensi? Kata KBBI pula, ia bisa diartikan sebagai kebutuhan yang mendesak, dan hal yang sangat penting.

Selanjutnya, marilah menjawab pertanyaan selanjutnya: kenapa urgensi kajian penting untuk dibahas? Apakah urgensi pembahasan urgensi kajian?

8


Akankah ada kajian yang membahas urgensi kajian? Jawaban dari pertanyaan kedua dan ketiga saya serahkan kepada pembaca, dan jawaban pertanyaan pertama adalah: urgensi kajian tidak penting untuk dibahas. Kenapa? Tarik kembali ke artian KBBI tentang arti urgensi dan kajian, dan mulailah artikan semuanya; memangnya belajar itu tak penting? Memangnya berpikir itu tak penting? Saya yakin, tanpa perlu saya paksa secara bawah sadar, jawaban kedua pertanyaan terakhir adalah “Tidak, belajar dan berpikir itu penting.�

Kenapa? Masih bingung kenapa berpikir itu penting? Atau kalian berpikir tentang ketidakpentingan berpikir? Ah, tidak sekalian kamu mencari himpunan semua himpunan yang anggota himpunannya bukan anggota himpunan itu sendiri? Uh.

Lalu, apakah kajian itu penting bagi mahasiswa? Substitusikanlah kajian dengan apapun yang dikatakan KBBI, misal; apakah berpikir itu penting bagi mahasiswa? Apakah jantung manusia hidup berdetak? Apa “Equivalent Statements�

di buku Anton-Rorres benar? Apakah bubur diaduk? Apakah

martabak manis adalah makanan? Saya serahkan empat pertanyaan terakhir ke pembaca sebagai latihan.

9


10


Mengambil Kuasa atas Ritme Diri: Sebuah Kontemplasi atas Hidup yang Terburu-buru Oleh: I Gede Bagus Gigih F.B Menjelang pukul 7 pagi, jalanan Cisitu macet lagi. Bising klakson tak henti bersaut, membentuk harmoni bersama dengan teriakan pengendara mobil kepada angkot, tangis anak kecil yang ditinggal buru-buru ibunya ke pasar, serta umpatan mahasiswa yang terancam telat kelas.

Sementara, mas-mas disampingku masih menggunakan kolor,sarapan dengan tergesa-gesa sambil membaca yang sepertinya materi perkuliahan.Dan aku turut menyumbang harmoni dengan bunyi seruput teh tawar hangat dari balik gerobak nasi kuning sembari menikmati ritme jantung.

Memburu Hidup atau Diburu Hidup (?) Melihat bagaimana absurdnya Cisitu di pagi hari (terutama saat hari kerja), bagiku cukup merepresentasikan bagaimana terburu-burunya kehidupan manusia kebanyakan saat ini. Dunia entah mengapa kurasakan seolah-olah menjadi sangat terobsesi dengan kecepatan. Dugaan ini diperkuat dengan melihat secara langsung bagaimana produk/jasa yang mengandung kata “fast� seperti fast food, fast fashion bahkan sampai fasttrack bisa sangat diminati beberapa waktu belakangan ini.

Ketika ditarik jauh kebelakang, pada tahun 1784, Benjamin Franklin dalam esainya yang berjudul Advice to Young Tradesman menuliskan sebuah slogan “Time is Money� yang sampai saat ini, 234 tahun setelahnya masih sangat sering digaungkan. Awalnya Benjamin Franklin bertujuan untuk memotivasi para pekerja muda agar giat bekerja. Namun menyetarakan waktu dengan uang dalam slogannya, menimbulkan kesan bahwa waktu, sebagaimana uang, dianggap

11


sebagai sebuah komoditas yang harus digunakan seefisien mungkin. Sehingga pesan yang kebanyakan diperoleh oleh generasi saat ini adalah bagaimana caranya agar dapat melakukan sebanyak-banyak hal dalam waktu yang seminimal mungkin, semakin cepat maka semakin baik.

Sehingga, cukup logis mengatakan bahwa produk atau jasa yang menawarkan kecepatan cukup tinggi sebagaimana disebutkan sebelumnya dapat diminati di pasaran. Fast food muncul untuk memperpendek waktu makan kita, fast fashion muncul untuk memenuhi kebutuhan sandang kita tanpa perlu ribet memperhatikan bentuk serta kepribadian kita, dan lebih jauh, media sosial ada untuk berjejaring secara sosial tanpa perlu takut memakan waktu yang lama.

Ritme hidup yang serba cepat, secara sekilas dapat memberikan kesan bahwa semakin banyak hal yang dapat kita lakukan. Namun dalam kerangka pemikiran ekonomi modern, tentu tidak selamanya pemenuhan kebutuhan selalu berbanding lurus dengan tingkat kebahagiaan. Lihat saja bagaimana tingkat stress dan depresi pekerja over-worked, juga masyarakat urban pada umumnya akibat terlalu banyak melakukan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhannya.

Fenomena semacam ini dapat kita sandingkan dengan cerita mitologi Yunani, Sisyphus. Sisyphus menjalani hidupnya dengan mendorong batu besar ke puncak bukit, yang kemudian menggelinding jatuh dan akan di dorong ke puncak untuk jatuh lagi. Jika kita sandingkan pada kehidupan manusia kini, batu besar tersebut dapat diibaratkan sebagai kebutuhan seperti slip gaji, trend fashion, trend gadget, fast travel atau apapun yang diusahakan melalui “kerja�, dan ketika trend berganti, batu besar tersebut menggelinding ke bawah dan harus di dorong lagi untuk mencapai ke puncak. Lebih parahnya, hal ini dilakukan dengan tergesagesa.

Mencerabut Relasi, Mengaburkan Makna

12


Pada beberapa kebudayaan tradisional yang masih bertahan sampai saat ini, manusia yang hidup didalamnya berusaha untuk mempertahankan relasi yang harmonis dengan segala elemen yang ada disekitarnya, termasuk kepada sesama manusia, alam ataupun suatu entitas kuasa kepercayaan.

Namun pada budaya hidup dengan ritme yang cepat ini, kecepatan dapat melupakan kesadaran atas hidup dan tubuh kita sendiri. Memuliaakan kesibukan membuat otak kita penuh dengan ambisi-ambisi, yang sebenarnya merupakan distraksi atas makna hidup sesungguhnya. Bekerja bertani misalkan, yang pada orang Sunda dimaknai sebagai bentuk pengabdian terhadap ibu pertiwi, pada manusia modern semata-mata dianggap sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan. Sehingga relasi-relasi yang seharusnya terbangun atau terkuatkan dalam berbagai kegiatan yang kita lakukan malah jadi semakin pudar atas dasar efisiensi waktu.

Revolusi Lambat: Sebuah Kecepatan Baru “The Praise of Slowness,� karya Carl Honore merupakan sebuah buku gerakan slow living yang merangkum sebuah revolusi orang-orang di berbagai belahan dunia untuk melawan kecepatan. Gerakan ini lebih merujuk kepada ajakan untuk hidup lebih sadar dengan tidak menyia-nyiakan sumberdaya yang ada, dengan memberlakukan waktu dan segala sumberdaya secara kreatif guna mencapai kehidupan yang lebih bermakna.

Pengikut gerakan ini dengan memercayai bahwa efektifitas bisa diraih ketika suatu pekerjaan dilakukan dengan waktu yang sesuai, bukan dipaksa dipercepat. Disamping prinsip kerja cepat yang membuat kita menjadi sibuk, posesif, tidak sabar bahkan tempramen, gaya hidup slow living bukan mengajak kita untuk menjadi malas, namun lebih reseptif, intuitif dan reflektif terhadap segala sesuatu yang terjadi disekitar kita. Percayalah bahwa menyempatkan menikmati seruput teh sembari merayakan setiap detakan jantung di pagi hari akan bukan hal yang sia-sia.

13


“On the contrary. Life is what’s happening right here, right now – and only by slowing down can you live it to the full. If you are always rushing, you only skim the surface of things” – Carl Honore

14


Umur Panjang, Dong! Oleh: Urfi Yogabama (MA’16)

Umur? Yang nentuin umur bukannya Tuhan? Benar. Tapi ada hal lain yang perlu dipertimbangkan supaya kita memiliki umur panjang dan tentu saja kesehatan yang terus terjaga. Kebayang kan kalau misal temen-temendibutuhkan banyak orang tapi ternyata temen-temen sering sakit dan gak berumur panjang, gara-gara beberapa penyakit, pasti akan banyak orang sedih. Oleh karenanya mari kita mempertimbangkan hal ini untuk membuat kita dan orang di sekitar kita bahagia karena kesehatan kita.

Jadi perkenalkan di dunia ini ada pengobatan daerah Timur, dikenal dengan istilah mbiyo (ungkapan dalam bahasa Jepang untuk “belum sakit�). Maksudnya adalah kondisi kesehatan tepat sebelum penyakit menyerang. Tujuan pengobatan ini adalah seseorang tidak sampai jatuh sakit. Karena pencegahan penyakit adalah obat sesungguhnya dari segala penyakit. Sebaliknya seperti kita tahu, di rumah sakit di sekitar kita yang ditangani adalah penyembuhan setelah orang terjatuh sakit.

Di Jepang, ada seorang Dokter yang bernama Dr. Shigeo Haruyama . Dia berhasil menerapkan mbiyo pada beberapa pasiennya. Di ceritanya dia berhasil juga melakukan suatu metode agar pasiennya benar-benar sembuh dari penyakit kencing manis yang tentu saja kita jarang menemuhi orang di sekitar kita yang sembuh dari penyakit itu.

Tiga hal yang diterapkan Dr. itu, yaitu terapi makanan, yang berkalori rendah dan protein tinggi; olah tubuh, untuk membakar lemak dan membentuk otot;dan meditasi, berlatih dengan santai dan bahagia.

15


Namun sebenarnya ada sebuah resep rahasia dibalik penanganan yang dilakukan oleh dokter tersebut, yaitu hormon yang disebut sebagai hormon kebahagiaan atau nama biologinya adalah hormon endorfin. Hormon ini dilepaskan di otak dan struktur senyawanya mirip morfin. Tapi tentu saja hormon ini membuat kita semakin bahagia seperti morfin, tapi tidak pula dia seperti morfin yag merusak. Justru dengan produksi endorfin yang terus menerus dapat memperlambat proses penuaan dan memperkuat kekebalan tubuh juga penyembuhan diri sendiri.

Endorfin punya lawan, yang disebut dengan hormon noradrenalin, yaitu hormon yang sangat beracun. Bahkan di antara racun alami, hormon ini menduduki urutan kedua setelah racun ular. Untungnya hormon ini diproduksi sangat sedikit oleh otak. Namun apabila seseoranng sering marah dan tertekan maka otak akan banyak memproduksi hormon ini yang menyebabkan cepat tua dan lebih cepat meninggal. Maka nasehat lama itu benar, “jangan suka marah, nanti cepat tua�.

Dalam hal ini dua hormon di atas sangat berdampak pada penyakit oleh gaya hidup seperti kolesterol, kencing manis, kanker, dan lain-lain. Untuk kanker yang disebabkan oleh virus, seharusnya seseorang sedikit kemungkinannya terinfeki virus itu jika orang itu berhasil memproduksi endorfin sebanyakbanyaknya, karena endorfin juga mningkatkan kekebalan tubuh.

Lalu bagaimana agar otak kita memproduksi endorfin sebanyakbanyaknya? Salah satunya mengubah cara pandang kita menjadi lebih positif. Karena dua hormon tersebut sangat bergantung dengan cara pandang kita terhadap sesuatu. Contohnya saat kita sedang belajar. Ketika kita belajar dengan suasana yang santai relaks dan membahagiakan maka akan banyak endorfin yang kita

16


produksi. Sebaliknya, jika kita belajar dengan tegang kaku dan stress, tentu semakin banyak hormon noradrenalin yang diproduksi.

Hormon lain tentang cara pandang yaitu hormon dopamin, yaitu hormon yang membangkitkan semangat untuk bekerja, kalau istilah sekitar sini, yaitu ‘ngambis’. Kalau berlebihan pun, hormon ini menyebabkan kematian dini atau beberapa penyakit seperti skizofrenia atau epilepsi. Seperti yang kita tahu, banyak orang dahulu yang dianggap genius, meninggal lebih dulu datu terkena gangguan jiwa, beberapa dokter menyimpulkan bahwa dopamin telah mereka produksi secara berlebihan.

Tentu saja untuk mengatasi masalah di atas lagi-lagi endorfin berperan di sini. Jika saat kita ‘ngambis-nya sambil bahagia’, maka hormon endorfin bisa mengimbangi produksi dopamin. Tentu saja ‘ngambis’ itu perlu untuk menunjang akademik atau kebutuhan finansial tapi manajemen otak untuk tetap berpikir positif harus selalu dipelajari untuk memproduksi hormon endorfin.

Penyakit

gaya

hidup

lebih

sering

disebut

dengan

gangguan

metabolisme. Gangguan metabolisme secara mudahnya dapat dikatakan dengan hambatan peredaran darah. Dan endorfin berperan untuk melancarkan kembali sirkulasi darah. Penyebab hambatan peredaran darah yaitu diantaranya stress, yang akan menghasilkan hormon noradrenalin dan kolestrol yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah oleh lemak. Bahkan kolestrol yang menumpuk bisa jadi karena stress juga. Saat stres, akan ada penghambatan pembakaran lemak. Nah ini yang biasa disebut oleh kaum hawa ‘saat stress akan menambah berat badan’ disamping karena pelampiasan stress adalah makan. Juga ketika perut buncit, yang biasa dikeluhkan oleh beberapa orang, juga disebabkan oleh stress karena penundaan pembakaran lemak tersebut.

17


Jadi dapat disimpulkan bahwa stress adalah sumber penyakit. Dalam hal ini bukan hanya stress, perasaan sedih, takut dan negative lainnya akan menimbulkan banyak penyakit gaya hidup. Sehingga, kita harus melatih dengan santai untuk selalu berpikir positif, karena kesehatan kita tergantung bagaimana cara pandang kita terhadap sesuatu.

Nah dari yang saya paparkan sebelumnya, sebenarnya kita telah membahas salah satu terapi oleh Dr. Shigeo Haruyama yaitu meditasi. Tentu saja masih ada dua terapi lain yaitu makanan dan olahraga, bahagia dengan hormon endorfin saja tidak cukup untuk menjadi sehat. Kamu bahagia jika kamu makan daging berlemak sepuas-puasnya. Nah bisa jadi malah terjadi penumpukan kolestrol walaupun hormon endorfin banyak diproduksi ketika kamu makan dengan enak. Mungkin hormon endorfin tetap kualahan. Juga olahraga. Walaupun ada orang yang merasa bahagia ketika malas, tapi rata-rata kebahagiaan itu tidak bertahan lama dan beralihlah hormon noradrenalin yang dibaca. Namun tentu saja teman-teman sudah sering menerapkan dan mengetahui bagaimana olahraga dan makan yang tepat untuk teman-teman, sehingga teman-teman bisa terhindar dari penyakit gaya hidup dan berumur panjang. Kalau berdasarkan target Dr. Shigeo Haruyama, umur panjang itu saat seseorang meninggal pada umur 125 tahun.

18


Belajar lebih lewat KKN Tematik ITB Oleh: Annisaa Auliyaa Rabbani (MA’15)

Setelah mendengar cerita dari beberapa teman tentang KKN, saya membayangkan KKN sebagai salah satu bentuk kegiatan sosial yang di dalamnya ada proses pertukaran ilmu antara mahasiswa dan masyarakat. Selain bertujuan sebagai ajang bagi mahasiswa untuk mengembangkan dirinya, KKN juga memiliki tujuan lain yaitu melakukan pengembangan masyarakat dan daerah. Mahasiswa yang juga merupakan bagian dari masyarakat akan diajak turun langsung tinggal di daerah yang bisa dikatakan membutuhkan pengembangan lebih lanjut dari segi masyarakatnya maupun daerahnya. Mahasiswa akan berbaur bersama masyarakat yang belum lama saling mengenal, tinggal bersama masyarakat, dan berkegiatan bersama masyarakat. KKN bukan berarti hanya mahasiswa yang memberi kepada masyarakat, namun masyarakat pun pasti akan memberikan lebih banyak lagi pengalaman kepada mahasiswa dan terjadilah proses simbiosis mutualisme dimana kedua belah pihak dapat saling menguntungkan.

Hal yang saya paparkan diatas menjadi salahsatu alasan mengapa saya tertarik untuk mengikuti kegiatan KKN Tematik ini. Pertama, bangku kuliah bukanlah satu-satunya tempat untuk menimba ilmu, saya merasa kurang afdol rasanya kalau saya hanya berkutat dengan pelajaran yang saya dapatkan di prodi. Saya diberi kesempatan oleh ITB untuk belajar lebih tentang hal yang menyangkut kemasyarakatan di kegiatan KKN Tematik, saya berpikir hal ini tidak boleh disia-siakan. Kedua, ketika saya baru pertama kali memasuki dunia perkuliahan, saya dan kebanyakan mahasiswa lain dicekoki berbagai macam ide tentang mahasiswa sebagai agent of change. Sebenarnya saya cenderung setuju dengan julukan tersebut, namun apalah arti julukan baik kalau tidak ada

19


realisasinya. Maka dari itu, saya harap kegiatan KKN Tematik bisa menjadi salah satu titik awal mahasiswa ITB untuk mulai menjadi agent of change.

Kegiatan KKN Tematik ITB 2017 diadakan selama 3 Minggu di Desa Cipakem Kecamatan Maleber Kabupaten Kuningan dari tanggal 17 Juli sampai 6 Agustus 2017 dan diikuti oleh kurang lebih 200 orang peserta yang berasal dari jurusan yang berbeda-beda. Dari jurusan saya sendiri –Matematika- hanya dua orang yang menjadi peserta yaitu saya dan Nabila (MA’15). Tahun ini KKN Tematik dibagi menjadi 4 Tema yakni Air, Infrastruktur, Pendidikan dan EcoAgro. Peserta Tema Air kemudian ditempatkan di tiga dusun yang berbeda yakni di dusun Cisandag, Pakulahan dan Cigerut Wetan. Kemudian untuk Tema EcoAgro dikirim ke dusun Cigerut Kulon yang berada didaerah perbukitan berjarak kurang lebih 7 kilometer dari pusat Desa Cipakem. Sedangkan Tema Pendidikan dan Tema Infrastruktur ditempatkan di pusat Desa Cipakem. Namun jangan salah, walaupun kedua tema ini ditempatkan di pusat desa dengan segala kemudahan yang bisa mereka dapatkan dibandingkan kami yang dikirim jauh ke dusun, Tema Pendidikan tetap harus keliling dusun untuk mengunjungi sekolah-sekolah dan juga Tema Infrastruktur yang proyek pembangunan Saung Seninya bahkan lebih lama dari kegiatan KKN yang hanya 3 minggu. Saya sendiri merupakan peserta tema Eco –Agro dan Nabila peserta Tema Pendidikan.

Kenapa Eco-Agro? Beberapa waktu yang lalu sebelum saya mendaftar sebagai peserta KKN Tematik saya menonton film berjudul Inferno yang diangkat dari buku dengan judul sama karangan Dan Brown yang bercerita tentang usaha sejumlah orang untuk menekan populasi penduduk yang setiap tahunnya semakin bertambah. Film ini mengangkat Teori Kependudukan Robert Malthus yang mengatakan bahwa pesatnya laju pertumbuhan penduduk tidak setara dengan laju pertambahan jumlah bahan pangan. Melalui tokoh Bertrand Zobrist, Dan Brown mengatakan jika tidak ditangani dengan tepat kondisi ini akan berujung pada

20


kepunahan manusia. Dari itu saya menyimpulkan, sudah jelas bahwa semakin banyak populasi manusia maka semakin banyak juga kebutuhan akan pangan. Kebutuhan pangan yang semakin meningkat ini menurut saya harus mulai dipenuhi oleh negara secara mandiri. Seperti yang kita tahu, akhir-akhir ini banyak isu yang berbicara tentang Indonesia yang terus-menerus mengimpor bahan pangan dari negara lain. Hal ini menjadi sangat memprihatinkan karena jelas terlihat bahwa Indonesia belum mencapai kemandirian pangan. Ketika nantinya penduduk dunia bertambah berkali-kali lipat ditakutkan Indonesia tidak bisa mengimpor bahan pangan dari negara lain lagi karena negara yang menjadi pengekspor hanya bisa memenuhi kebutuhannya sendiri. Jika kemandirian pangan tidak dipersiapkan dari sekarang, bukan tidak mungkin di masa depan Indonesia akan kalang kabut karena kekurangan bahan pangan. Hal ini menjadi salah satu alasan yang mendasari saya memilih Tema Eco-Agro sebagai pilihan pertama saya untuk KKN Tematik ITB 2017 ini atau yang lebih tepatnya salah satu alasan yang saya tulis agar bisa diterima sebagai peserta Tema Eco-Agro. Tapi alasan saya yang paling jujur sih karena saya tertarik dengan dunia pertanian dan produksi pangan.

Apa saja sih yang dilakukan selama 3 minggu KKN? Dusun Cigerut Kulon sebagai lokasi KKN Tema Eco-Agro adalah dusun yang penduduknya banyak yang berprofesi sebagai petani kopi. Produksi kopi di dusun ini bisa dikatakan cukup melimpah, namun, masih banyak kelemahan-kelemahan yang ditemukan dalam hal proses budidaya tanaman kopi dan pengolahan kopi. Petani-petani kopi di dusun ini dulu mulai belajar menanam kopi dari petani Cianjur dan selama mereka mulai bercocok tanam kopi hingga sekarang belum pernah ada penyuluhan dari Dinas Perkebunan sehingga dari pengakuan petani kopi Cigerut Kulon sendiri, ilmu yang mereka miliki masih dirasakan kurang. Salah satu alasan penyuluhan dari Dinas Perkebunan belum pernah dilakukan adalah tidak adanya kelompok tani resmi di dusun ini. Sehingga,

21


diputuskan bahwa peserta dan petani kopi akan bersama-sama membangun kelompok tani secara resmi.

Program-program utama lainnya yang kami lalukan di dusun ini seluruhnya bertujuan untuk memberdayakan petani kopi agar dapat mandiri dan bisa meningkatkan nilai ekonomis kopi yang mereka jual. Maka dari itu petani kopi membutuhkan pelatihan-pelatihan yang nantinya akan menunjang kegiatan mereka dalam hal budidaya kopi dan proses pasca panen kopi. Tentu saja pelatihan ini tidak mungkin diberikan oleh peserta yang notabenenya bukan ahli kopi. Maka dari itu sebelum keberjalanan KKN, kami melakukan beberapa kali studi banding ke ahli kopi di kota Bandung dan Sumedang yang bersedia untuk berbagi ilmu dan pengalamannya ke petani kopi di Kuningan.

Bisa dikatakan tema-tema yang ada di KKN Tematik 2017 ini berfokus pada community service (com-serv) atau pelayanan masyarakat seperti Tema Air yang membangun tempat penampungan air dan Tema Infrastruktur yang membangun Saung untuk sanggar seni, Tema Eco-Agro mengadakan community development (com-dev) dengan cara melakukan penyuluhan, pelatihan, dan pembentukan kelompok tani. Walupun begitu tidak bisa dikatakan Tema EcoAgro melakukan com-dev 100% karena kami memiliki keterbatasan pada waktu yang diberikan oleh Lembaga Kemahasiswaan. Tetapi untuk melengkapi hal itu Tema Eco-Agro melakukan beberapa kegiatan com-serv seperti pembangunan screen-house sebagai tempat menjemur biji kopi yang baru dipetik, lalu dari pihak ITB memberikan mesin pengupas biji kopi basah dan mesin pengupas biji kopi kering, serta memberikan bantuan bibit kopi dan naungan berupa bibit pohon cengkeh.

Selain melakukan program-program utama seperti yang sudah saya sebutkan, kami juga mengadakan program sosial seperti belajar mengaji bersama untuk anak-anak kecil setiap habis Salat Ashar, membersihkan masjid setiap hari

22


minggu dan mengadakan lomba 17-an untuk menyambut Hari Peringatan Kemerdekaan Indonesia. Bahkan ketika salah satu warga Dusun Cigerut Kulon ada yang sedang memperbaiki rumah kami pun turut ikut serta membantu. Peserta laki-laki membantu untuk mengangkuti kayu sedangkan peserta perempuan membantu ibu-ibu untuk memasak konsumsi. Yah, walaupun tak banyak berkontribusi tapi dapat berinteraksi dan berkegiatan bersama warga cukup membuat kami senang.

3 minggu tinggal jauh dari kenyamanan kota tidak terasa berlalu sangat cepat. Dari mulai minggu pertama yang rasanya saya sudah ingin pulang saja sampai hari terakhir bersama warga Cigerut Kulon yang membuat kami berat hati untuk kembali ke Bandung. Jujur saya benar-benar belajar banyak hal selama saya tinggal di Cigerut Kulon. Terutama dalam hal “berbagi� yang cukup jarang saya lakukan sebagai seorang anak tunggal.

Ketika kita diberi kesempatan untuk berbagi kepada orang lain khususnya masyarakat tentu itu akan sangat berkesan bagi kita, tapi menurut saya yang paling berkesan adalah ketika kita dapat kesempatan untuk mendapatkan ilmu sebanyak-banyaknya dari masyarakat yang belum tentu bisa kita dapatkan di kelas.

23


Pengalaman di Bagian Pengembangan Masyarakat Oleh: Kesi Wulandari (MA’15)

Awalnya bergabung ke bagian pengembangan masyarakat, merupakan hal yang tak terpikirkan bagiku sebelumnya. Dan setelah masuk ke bagian yang berhubungan dengan sosial ini , membuatku lebih membuka perasaanku tentang masyarakat. Karena sebelumnya, aku memilih untuk menjauhkan diri untuk melihat kesusahan yang dialami orang di sekitarku. Seperti melihat keadaan seorang nenek yang murung karena sayurannya tidak laku. Malah aku menjauhkan diri dari hal tersebut karena jika aku terus memikirkannya itu membuat hatiku semakin sesak saja.Lebih baik aku melakukan hal yang membuatku senang . Itu adalah hal yang kupikirkan dulu.

Namun sekarang aku menjadi anggota divisi pengembangan masyarakat (pengmas) di HIMATIKA ITB. Dan pertama kali masuk kesini ,’mengapa aku berada disini? dan apa keuntungannya aku berada disini’. Itu merupakan pertanyaan yang ada di benakku awalnya. Namun setelah mengikuti kegiatan pengmas, baru aku menemukan alasan dan keuntungan berada di bagian pengmas.Yaitu salah satunya adalah ku mendapatkan kebahagiaan untuk diriku sendiri karena aku bisa menikmati senyum dari orang lain dari hal yang sederhana.

Banyak kenangan manis yang kurasakan setelah masuk ke bagian pengembangan masyarakat . Salah satunya di Sekolah Bilik Pengmas. Aku awalnya tidak tahu apa itu Sekolah Bilik Pengmas.

Pada awalnya niatku

mengikuti Sekolah Bilik Pengmas ialah agar bisa main ke desa dan mengisi

24


liburan. Namun kenyataannya niatku tak sebanding dengan apa yang telah kudapatkan di Sekolah BIlik Pengmas (SBP). Karena di SBP, terlalu banyak pelajaran dan kenangan yang ku peroleh. Dan Desa Ciwaruga merupakan tempat kami peserta SBP dikumpulkan untuk mengikuti SBP tersebut. Semua peserta SBP tinggal di sebuah rumah di Desa Ciwaruga tersebut.

Di SBP, ku belajar seperti social mapping, membahas cara berkomunikasi dengan masyarakat , dan banyak sekali ilmu yang ku peroleh. Dan kami mempraktikkan bagaimana langsung berhubungan dengan masyarakat. Kami juga belajar bagaimana mendekati masyarakat agar masyarakat mau terbuka kepada kami. Itulah hal yang menarik bagiku, karena membuat masyarakat mau terbuka itu tidak mudah dan juga tidak sulit. Selain itu, pelajaran yang kudapatkan di SBP ialah kita berada di bagian pengembangan masyarakat namun kita juga bagian masyarakat. Kita hanya membantu masyarakat sesuai kemampuan kita bukan menjadi pahlawan bagi masyarakat.

Selain ilmu , banyak kenangan yang ku peroleh saat bersekolah di SBP. Kenangan itu terjadi karena aku telah menyayangi teman-temanku di SBP. Namun bagaimana bisa aku menyayangi teman-teman di SBP yang baru kukenal dan tinggal bersama selama beberapa hari. Aku sangat menyayangi mereka.Dan aku merasa berada didalam sebuah keluarga saat berkumpul bersama mereka. Itu mungkin karenakami merasa susah bersama dan senang bersama. Namun kesusahan di SBP juga merupakan kenangan manis yang sering ku ingat. Kesusahannya seperti kami sangat lapar namun kami harus tetap berbagi makanan yang terbatas. Pernah suatu ketika seluruh peserta laki-laki SBP dan tiga peserta perempuan dari SBP (aku termasuk kedalam tiga peserta perempuan tersebut) melakukan observasi perdana kami ke desa itu.Dan teman-teman perempuan lainnya memasak di rumah.

25


Lalu aku melakukan observasi dengan teman-temanku . Dan itu benarbenar sangat melelahkan sampai hidungku berdarah.Karena begitu lelah , aku sangat ingin makan sepuasnya. Namun realitanya aku hanya mendapatkan nasi setengah piring. Dan sejujurnya aku benar-benar jengkel dan kesal. Karena aku benar-benar lelah dan lapar. Namun aku melihat ternyata teman yang tadi juga observasi hanya mnedapatkan nasi seperempat piring bahkan banyak yang makan sepiring berdua. Dan ada juga temanku yang butiran nasinya yang jatuh ke lantai ,dipungut lalu dia memakannya sambil tersenyum kepadaku

Itu benar-benar

membuatku malu ke diriku sendiri. Aku menjadi kehilangan nafsu makanku. Aku begitu malu ingin rasanya ku menuangkan seluruh nasiyang kupunya kepada temanku. Dan sungguh sulit bagiku melupakan manisnya senyuman itu.

Lalu kegiatan kami lainnya yaitu kami mendengarkan pembicara dan melakukan simulasi sederhana berkelompok. Hal itu sampai jam 12 malam atau lebih ditiap malam. Kami juga pernah kajian untuk brainstorming mengerjakan tugas sampai subuh. Dan banyak sekali kenangan lainnya bersama teman-teman di SBP. Aku berharap suatu waktu kami bisa berkumpul lagi seperti saat di SBP.

Lalu juga banyak kenangan manis bersama masyarakat. Seperti waktu saat survey,aku dan temanku mulai mendekati seorang nenek yangmembersihkan kerupuk “oppak�. Dan tiba-tiba ibu yang di dalam rumah menyuruhkami masuk kerumahnya.Lalumenjamu

aku dan temanku makanan yang enak dan

manis.Padahal kami berdua hanya mau mensurvey nenek tadi secara singkat.Kami berdua merasa segan dan senang dengan ibunya. Dan ibu itu juga berbaik hati membungkuskan makanan untuk teman-teman kami.

Lalu ada juga kejadian kami

bertemu bapak pengrajin kayu yang

awalnya bersikap dingin. Kemudian kami berusaha melakukan pendekatan dengan berbagai cara.Lalu bapak itu malah jadi orang yang hangat dan ramah sekali. Rasanya senang berhasil mengaplikasikan ilmu kami.

26


Dan juga kami dijamu makan di mesjid. Dan kami mendengarkan curhat dari seorang nenek setelah makan. Nenek itu mengatakan banyak hal dari hal pribadinya sampai tentang Desa Ciwaruga. Dan dia terang-terangan mengatakan sesuatu yang dibutuhkan didesa itu dan bisa dilakukan oleh mahasiswa. Dan nenek itu tampak sangat senang kami mendengarkan ceritanya. Lalu kami diundang kerumahnya , dan aku diperbolehkan masuk ke kamar nenek itu. Kamarnya sederhana dan terdapat etalase seperti baju yang mirip baju adat menurutku,tas berwarna emas,guci yang ada hiasan emasnya tapi aku tidak tahu itu emas atau bukan. Namun bentuknya sangat cantik. Dan masih ada bendabenda lainnya yang indah. Sejujurnya aku terpukau dengan benda-benda yang ada di etalase itu.

Dan dari pengalaman aku di SBP tersebut ,aku menyadari bahwa banyak hal yang indah di luar sana dan banyak hal yang harus dipelajari tentang masyarakat. Aku bersyukur mengikuti SBP dan menjadi anggota divisi pengmas HIMATIKA ITB. Walau menjadi peserta SBP hanya beberapa hari dan menjadi anggota divisi pengmas HIMATIKA ITB beberapa bulan. Namun telah membuatku jatuh hati untuk belajar lebih banyak tentang kepedulian dan apa yang bisa kita bantu untuk masyarakat. Bukan hanya karena kita mahasiswa,tapi kita juga bagian dari masyarakat itu sendiri.

27


28


Sex and Gender Oleh : Annisaa Auliyaa Rabbani (MA’15)

Awalnya ada ketakutan tersendiri yang saya rasakan ketika saya dan teman-teman divisi kajian memutuskan untuk mengadakan diskusi tentang seksualitas dengan mengundang salah satu teman saya yang merupakan anggota SGRC UI (Support Group and Resource Center on Sexuality Studies Universitas Indonesia). Takut tidak diberi izin oleh pihak kampus mengadakan diskusi bertema seksualitas. Dulu di tahun 2016 ketika isu tentang LGBT (Lesbian, Gay, Biseks dan Transgender) sedang hangat-hangatnya, beberapa unit kajian di ITB pernah mengadakan diskusi terkait LGBT. Ada beberapa narasumber yang mereka undang salah satunya seorang anggota SGRC UI. Sayangnya, diskusi ini tidak dapat berjalan dengan lancar karena pihak kampus tidak mengizinkan kegiatan ini diadakan. Hal ini didasari karena pihak kampus merasa narasumber yang diundang merupakan aktivis/pro-LGBT dan menurut mereka LGBT merupakan hal tak bermoral yang tidak sesuai dengan norma dan adat yang berlaku di Indonesia. Menurut saya kejadian ini berdampak pada tercorengnya identitas narasumber di mata pihak kampus karena cap pro-LGBT yang disematkan pada mereka.

Memang tak dapat dipungkiri bahwa topik yang menyangkut seksualitas bagi kebanyakan orang adalah hal yang tabu untuk diperbincangkan di depan umum. Membicarakan tentang seksualitas bukan hanya berbicara tentang aktifitas ataupun hubungan seksual, tetapi seksualitas membahas hal-hal yang lebih luas dari itu. Seksualitas dapat dilihat dalam hal biologis yakni yang berkaitan dengan jenis kelamin dan organ reproduksi, seperti menjaga kesehatan dan mengenal fungsi dari organ reproduksi. Seksualitas juga dapat dilihat dari sisi psikologis,

29


contohnya gender seseorang yang berkaitan dengan peran dan identitas dari orang tersebut.

Pada kajian yang diadakan hari Jumat tanggal 8 September 2017 ini kami dari divisi kajian HIMATIKA ITB memfokuskan pada pembahasan tentang perbedaan antara jenis kelamin (sex) dan gender serta berdiskusi tentang mitosmitos yang ada di masyarakat seputar seksualitas.

Salah satu tools untuk mempermudah melihat perbedaan sex dan gender adalah The Genderbread Person dari website itspronouncedmetrosexual.com. Tool ini akan menjelaskan bagaimana membedakan antara identitas gender yang satu dengan yang lainnya, melihat jenis dari ekspresi gender, jenis kelamin dan ketertarikan antar seks.

30


Dalam The Genderbread Person v3.3, gender dibagi menjadi 3 kategori yaitu Identity, Expression, dan Biological Sex. Sedangkan point ke-4 yaitu Attraction (ketertarikan) menyangkut pada seksualitas seseorang.

Identitas gender adalah bagaimana seseorang berpikir tentang dirinya sendiri. Apakah dia adalah laki-laki atau perempuan bergantung pada apa yang menurutnya paling cocok untuknya. Dalam The Genderbread Person identitas gender ini tidak terbatas pada 2 macam saja seperti laki-laki dan perempuan, melainkan sifat perempuan (woman-ness) dan sifat laki-laki (man-ness) hanya dijadikan acuan untuk melihat seberapa kuat sifat tersebut pada diri seseorang. Seseorang dikatakan perempuan apabila woman-nessnya lebih besar proporsinya daripada man-nessnya. Contoh lain yaitu ‘two-spirit’ dengan proporsi man-ness dan woman-nessyang sama besar.

Ekspresi gender adalah cara seseorang untuk mengekspresikan gendernya, melalui perilaku, cara berpakaian, dan caranya berinteraksi dengan seseorang. Ekspresi gender bisa berubah dari waktu ke waktu. Sama seperti identitas gender, ekspresi gender juga memiliki 2 parameter yaitu feminin dan maskulin. Bisa kita ambil contoh seorang dikatakan androgini jika proporsi feminin dan maskulin pada dirinya hampir sama.

Biological sex atau seks secara biologis adalah karakteristik seks yang dimiliki seseorang ketika ia dilahirkan, yang termasuk area genital, bentuk tubuh, suara, hormon dan kromosom. Contoh biological sex yang paling umum adalah keberadaan perempuan dan laki-laki yang dibedakan menurut bentuk fisiknya. Namun, dalam biological sex juga ada yang dinamakan intersex, misalnya seseorang bisa memiliki penis seperti fisik laki-laki tetapi di dalam tubuhnya ada organ rahim yang biasanya dimiliki oleh perempuan.

31


Yang terakhir ada Attraction atau ketertarikan kita terhadap seseorang. Attraction dibagi menjadi 2 yakni ketertarikan secara seksual atau yang biasa kita sebut dengan orinteasi seksual dan ketertarikan secara romantis. Ketertarikan secara seksual contohnya seorang perempuan menyukai laki-laki dengan didasari hasrat seksual. Contoh ketertarikan secara romantis adalah ketika seorang laki-laki menyukai seorang laki-laki karena ketampanannya atau karena rasa nyaman ketika bersama orang tersebut tanpa didasari hasrat seksual.

The Genderbread Person mengatakan bahwa identitas gender, ekspresi gender, seks secara biologis dan attraction berdiri secara independen. Orientasi seksual tidak menentukan bagaimana cara dia bersikap dan berpakaian sebagai identitas gendernya. Jenis kelamin seseorang juga tidak menentukan identitas gendernya.

Di Indonesia konsep seperti The Genderbread Person ini tidak umum. Mayoritas masyarakat Indonesia mengenal bahwa seks dan gender adalah kesatuan yang tidak dapatdipisahkan. Contohnya, seorang anak yang dilahirkan dengan memiliki organ reproduksi laki-laki ia akan diperlakukan sebagi seseorang yang memiliki sifat laki-laki dan diharapkan untuk berpenampilan maskulin serta memiliki ketertarikan terhadap perempuan. Hal ini tidak salah mengingat masyarakat Indonesia merupakan masyarakat beragama yang terikat pada aturan di keyakinannya masing-masing yang mengatur segala aspek kehidupan termasuk bagaimana kita bersikap dan berpakaian.

32


Issei Sagawa dan Kucing Kawin Oleh: Azis Syahbudin Sani (MA’14)

Pernahkah kamu mendengar nama seorang penulis asal Jepang, Issei Sagawa? Lelaki ini sangat terkenal dan pernah menggemparkan dunia dengan keunikannya (jika tidak boleh dikatakan aneh). Pria ini dijuluki Kanibal yang Hidup Bebas. Ya, karena dia memang berkeliaran bebas di Jepang Pikir-pikir lagi aja kalau kamu punya rencana berkunjung ke Jepang. Bisa saja kamu bertemu dengan pria ini.

Dalam dunia psikologi kita mengenal Eros dan Tanatos. Eros dan Tanatos adalah dua insting yang sangat bertolak belakang yang ada dalam diri manusia. Dan kedua insting inilah yang membedakan bagaimana ekspresi rasa cinta manusia. Eros menjadi cikal bakal ekspresi peduli, toleransi, kasih sayang, hingga seks. Sedangkan Tanatos malah sebaliknya, merupakan cikal bakal ekspresi agresif, kejam, hingga membunuh. Issei Sagawa adalah salah satu orang yang memperlihatkan bahwa rasa cinta adalah sebuah perasaan yang dapat tersekspresi melalui cara yang kedua. Iya, tanatos.

Issei Sagawa lahir dari keluarga yang kaya raya pada tahun 1949. Kehidupannya sangat mewah. Tapi entah bagaimana hubungannya dengan orang tuanya saat itu atau budaya lingkungan sekitarnya, kabarnya Issei adalah seorang anak yang kurang mendapatkan pendidikan seks dari orang tuanya. Bukan hanya mengalami orientasi seksual yang tidak wajar, ekspresi seksualnya pun jauh dari kata manusiawi, kanibalisme

Orientasi dan ekspresi seksualnya yang aneh pertama kali ia rasakan saat duduk di bangku sekolah dasar. Dia "horny" ketika melihat paha teman laki-

33


lakinya dan dorongan yang ia rasakan adalah keinginan untuk menggigit. Aneh? Iya, mungkin lebih pantas dikatakan seram.

Keanehan orientasi seksual ini terus berlanjut hingga ia dewasa. "Prestasi" terbesar nya (masih banyak "prestasi-prestasi" lainnya) dia raih ketika menempuh pendidikan di Eropa. Dia menembak teman mahasiswinya dengan shotgun dari jarak dekat di kamar apartemen teman mahasiswinya tersebut. Seketika temannya tewas dan Issei pingsan. Setelah siuman dari pingsannya dia mulai memperkosa dan memotong-motong tubuh korban, memasak, dan memakannya. Sebagian potongan disimpan di lemari pendingin untuk persiapan makanan dalam beberapa hari setelah itu idak berjalan mulus, dia tertangkap oleh polisi Perancis. Tapi hukum bukanlah hal yang mahal bagi orang sekaya (ayah) Issei Sagawa. Mereka menyewa pengacara dan Issei terbebas dari jeratan hukum. Sebaliknya ke Jepang, Issei juga bisa hidup bebas sampai sekarang.

Sebagian orang mungkin bertanya, "Mungkinkah orientasi seksual yang aneh seperti itu disebabkan oleh kurangnya pendidikan seks dari orang tua?", "Kalau memang begitu, lantas sejauh apa pendidikan seks itu seharusnya diberikan?"

Di suatu kesempatan saya menemani salah seorang pakar parenting dan psikolog

untuk

mengisi

sebuah

acara

pelatihan

Salman

ITB.

Beliau

menyampaikan bahwa kita jangan mengaburkan kebenaran tentang seks kepada anak-anakyang masih sangat polos, mungkin bocah, atau bahkan balita. Justru di usia-usia seperti itulah pemahaman tentang seks harus mereka dapatkan, sebab ketika mereka telah beranjak remaja mereka pasti akan merespon pendidikan seks yang kita berikan dengan candaan malu-malu mereka.

Beliau juga menceritakan bahwa beliau sendiri mulai memberikan pendidikan seks kepada anaknya ketika si anak melihat kucing kawin di depan

34


rumah dan mulai bertanya, "itu kucingnya lagi ngapain yah?". Kalau kamu yang menjadi ayah, kira-kira kamu akan memberikan jawaban yang seperti apa? Dan ternyata jawaban yang terbaik itu adalah dengan memberikan penjelasan seterang mungkin. Di sini justru kepolosan anak yang dimanfaatkan. Ketika pikiran mereka masih bersih, belum dicecoki dengan pemikiran-pemikiran dewasa, proses pembelajaran itu akan berjalan dengan sangat efektif, mereka akan sangat mudah menerima. Sejauh itulah suatu pendidikan seks seharusnya diberikan kepada anak, tidak ada pengaburan makna dan kata-kata, penjelasan diberikan seterang mungkin.

Kembali ke kasus Issei Sagawa. Beliau menjelaskan bahwa orientasi seksual yang aneh seorang Issei adalah contoh nyata Tanatos, dengan level yang sangat ekstrim,menyalurkan nafsunya dengan kekerasan. Lebih jauh lagi, beliau memberikan penerangan bahwa ketika salah satu insting manusia, Eros atau Tanatos, dilemahkan, maka nafsu itu akan dilampiaskan dengan cara yang lain. Maksudnya,

kalau

kamu

dikebiri

maka kamu

akan

cenderung untuk

melampiaskan nafsu kamu dengan cara kekerasan, dan sebaliknya. Inilah yang terjadi pada pasukan tentara China di zaman dulu. Mereka terkenal dengan kekejamanannya dan ternyata mereka tidak hanya dilatih dengan strategi militer yang mumpuni, tapi juga dikebiri sebelum perang sehingga kekejaman mereka menjadi sangat luar biasa. Alasan ini pula yang dipakai oleh orang-orang yang menentang kasus kebiri bagi para pelaku pelecehan seksual sebab alih-alih menurunkan tingkat pelecehan seksual, kebiri hanya akan menimbulkan permasalah lain, yaitu kriminalitas dengan kekerasan.

Iya, seks dan kekerasan adalah dua ekspresi dari insting manusia yang jauh berbeda, tetapi sangat dekat. Ayat dalam Al-Qur'an yang melarang mendekati zina diapit oleh 2 ayat yang membahas tentang larangan membunuh, Al-'Israa' ayat 32. Semoga kita dapat memetik hikmah.

35


36


Wadah Kaderisasi Dahsyat di ITB Oleh: Rangga Putra Pertama (MA’15)

Kaderisasi bagi saya selalu merupakan hal yang menarik. Tahu kenapa? Saya merasa lelah untuk melakukannya, namun di sisi lain saya merasa harus melakukannya. Saya selalu berteori bahwa seseorang merasa harus untuk menjalani suatu kaderisasi saat dia tahu “why” dari kaderisasi itu sendiri. Untuk mengetahuinya maka otomatis kita harus membuka diri terhadap keadaan dunia di sekeliling kita. Bahkan lebih dari tahu, seseorang harus benar-benar menghayati “why” itu agar ia melakukan kaderisasi dengan sepenuh hati. Penghayatan ini tidak bisa datang tiba-tiba tentunya. Diperlukan proses panjang mulai dari mengikuti kegiatan, berkumpul dengan berbagai jenis orang, berdiskusi, saling bertukar pikiran dan pengalaman, dll. Proses-proses itulah yang memantik kesadaran kita bahwa kaderisasi itu penting, bermanfaat, dan tidak sebercanda itu. Pelajaran pertama dari kaderisasi menurut saya adalah semangat dan penghayatan akan kaderisasi merupakan akumulasi dari inisiatif kita untuk lebih peduli terhadap lingkungan serta butuh pemantik internal maupun eksternal untuk menuju ke sana.

Proses-proses kaderisasi yang paling membekas di benak saya adalah kaderisasi dari Panitia Lapangan Divisi Keamanan OSKM, PSIK, dan Seleksi Danlap OSKM. Hal yang lucu adalah, bahkan sampai sekarang, saya tidak berhenti untuk berkata “ooh” saat ada suatu tantangan hidup yang harus saya alami dan ternyata untuk menghadapinya nilai-nilai dari kaderisasi yang saya alami sangat diperlukan. Contoh kecil adalah, dahulu saya penasaran mengapa anak-anak hasil keluaran kaderisasi lapangan punya keinginan yang kuat untuk berkontribusi dalam kegiatan-kegiatan di kampus. Saya pikir itu mungkin merupakan sesuatu yang timbul karena faktor kepercayaan diri yang timbul

37


setelah melewati kaderisasi lapangan yang berat dan hasrat untuk belajar dari wadah yang lebih besar setelah melewati pembelajaran di kaderisasi lapangan. Namun belakangan saya memikirkan kemungkinan lain setelah menonton sebuah video dari Simon Sinek Why Leaders Eat Last. Arti memimpin adalah pengorbanan, begitu singkatnya. Sementara di kaderisasi lapangan, utamanya keamanan telah ditanamkan sampai ngelonthok sebuah doktrin untuk menolong teman. Saya baru menemukan kesesuaian ini bahkan setahun setelah saya melewati proses kaderisasi tersebut. Masih banyak nilai-nilai lain yang baru saya sadari saya butuhkan. Keberanian untuk stand up dan membawa perubahan dari PSIK, keinginan yang kuat untuk jadi sosok dan membawa kebermanfaatan bagi orang banyak di sekitar kita dari Seleksi Danlap OSKM, dan banyak nilai-nilai bermanfaat lain yang saya baru rasakan manfaatnya jauh setelah proses-proses tersebut. Pelajaran kedua yang saya dapatkan dari kaderisasi adalah nilai-nilai kaderisasi mungkin tidak akan langsung dirasakan, namun sadar tidak sadar nilai-nilai yang tertanam akan berguna untuk menghadapi segala tantangan yang secara kontinyu datang di kehidupan kita.

Saya juga akhir-akhir ini tertarik pada perkembangan startup berbasis teknologi. Mayoritas yang saya amati dari startup punya karakteristik amat fleksibel bagi karyawan-karyawannya. Mereka menyediakan ruang yang memberi karyawan senyaman dan menguntungkan mungkin agar potensi karyawan untuk berinovasi bisa terpantik seefektif mungkin Mereka juga tidak hanya tertarik pada profit, namun value pengembangan sosial yang ingin disebarkan. Berkaca pada kaderisasi organisasi-organisasi di ITB sebagai lembaga non-profit, kita bisa mengambil beberapa pelajaran. Profit bagi segala kaderisasi organisasi non-profit adalah saat nilai-nilai mereka bisa diturunkan. Namun cobalah mengubah pola pikir dan jangan hanya berorientasi pada hal itu. Cobalah mulai berpikir apakah nilai-nilai tersebut punya tujuan lebih besar? Apakah kehidupan sosial di sekitar bisa terdampak oleh nilai-nilai yang diturunkan? Apakah jika kita menjadi peserta kadersasi, kita mendapat dampak nyata dan signifikan dari sistem kaderisasi yang

38


kita ciptakan? Kita generasi Y dan kita tertarik untuk melakukan sesuatu yang hanya membawa keuntungan yang visionable (dapat dilihat) oleh kita. Pengembangan manusia juga seharusnya tidak hanya dibatasi oleh tujuan sesempit penurunan nilai. Kalau nilai kita berdampak sempit, patut dipertanyakan apakah nilai kita pantas untuk diperjuangkan agar diturunkan? Semakin besar tujuan kita, semakin sesuai metode yang kita terapkan untuk membawa perubahan visionable bagi peserta dan semakin peserta bisa merasakan perubahan dalam diri mereka menuju tujuan besar tersebut, semakin merasa diuntungkan mereka terhadap sistem kaderisasi kita, semakin mudah mereka untuk menghayati nilai-nilai kaderisasi kita, maka semakin tinggi keberhasilan dan dampak dari sistem kaderisasi kita. Itu setidaknya pelajaran yang saya dapat dari kaderisasi di Seleksi Danlap OSKM.

Itulah tiga pelajaran dari tiga kaderisasi dahsyat yang saya alami di ITB ini. Semoga nantinya bisa diterapkan di HIMATIKA ITB. Demi tujuan yang lebih besar. Demi kemanusiaan yang lebih baik.

39


Bermain Definisi KM ITB dalam Ruang Vektor Oleh: Dita Amallya (MA’13)

Berawal dari pertanyaan seorang pembelajar matematika semester 6 yang menggali ilmu dalam lingkup aljabar.

Matematika dan Realita

Jika kamu mencari definisi runtut matematika dalam tulisan ini, bersiapsiaplah untuk kecewa. Pertanyaan “apa itu matematika� bahkan masih saya pertanyakan hingga saat ini. Sila membaca buku Introduction to Mathematical Philosophy jika kamu penasaran definisi dan hakikat matematika. Walau itu pun interpretasi masing-masing individu akan selalu berbeda.

Kita ambil secara umum, matematika bisa kita anggap sebagai ilmu, media, alat, rasionalisasi simbolik, kesepakatan abstraksi, eksistensi konseptual, dan masih banyak lagi definisi-definisi yang dapat kamu imani. Tapi marilah kita berangkat dari definisi yang bervariasi ini untuk memulai perbincangan hari ini.

Dengan klaim definisi-definisi di atas benar, saya berkesimpulan matematika memiliki lingkup yang luas dan tak terjangkau (infinite concept) yang mana

bahkan

dalam

realita

maupun

dunia

imaji,

semuanya

dapat

direpresentasikan dengan konsep matematika. Bisa saya asumsikan, semua di dunia ini memiliki eksistensi berdasar dan dapat direpresentasikan secara ideal dalam matematika. Doktrin ini wajib kamu anut hingga tulisan ini berakhir. Pun mulai dari sini, setiap abstraksi matematika yang sudah tersahkan berlaku hingga akhir nanti.

Mari Bermain dalam Ruang Vektor

40


Konsep 1. Definisi Keanggotaan KM ITB

Dalam Konsepsi KM ITB Amandemen 2015 bagian C terkait Konsep Organisasi Kemahasiswaan ITB subbab Keanggotaan, dikatakan bahwa, Basis pembentuk awal KM ITB adalah mahasiswa S1.

Misalkan : Setiap individu mahasiswa S1 di ITB adalah vektor dan KM ITB adalah ruang vektor. Pandang kata basis.

Dalam konsep ruang vektor, kita mengenal pula istilah basis. Basis dalam ruang vektor adalah himpunan vektor, yang dalam kombinasi linier setiap unsurnya haruslah mewakili setiap vektor dalam suatu ruang vektor. Konsep ini diperkuat dengan syarat basis harus memiliki sifat bebas linier dan membangun. Sesuatu dikatakan bebas linier, ketika dalam setiap unsurnya (dalam hal ini vektor basis) saling bebas dan tidak memiliki kelipatan secara linier. Yang dimaksud membangun, bahwa setiap unsurnya haruslah bisa membangun ruang yang didefinisikan tadi. (kamu bisa membaca ini lebih lanjut di buku Linear Algebra Fourth Edition karya Stephen H. Friedberg, dkk) Pernyataan “Basis pembentuk awal KM ITB adalah mahasiswa S1� dapat dikatakan benar. Mengapa? Disini didefinisikan anggota KM ITB adalah kumpulan dari individu-individu mahasiswa S1 ITB. Syarat bebas linier terpenuhi karena setiap individu mahasiswa S1 ITB unik (hanya ada satu, tidak ada yang serupa). Syarat kedua pun terpenuhi, karena setiap mahasiswa S1 di ITB membangun KM ITB.

Simpulan pertama : Anggota KM ITB adalah seluruh mahasiswa S1 ITB.

41


Konsep 2. Definisi Keterwakilan Anggota KM ITB

Dalam Konsepsi KM ITB Amandemen 2015 bagian C terkait Konsep Organisasi Kemahasiswaan ITB, subbab Kelengkapan Organisasi, nomor 1. Kongres KM ITB , dikatakan bahwa, Basis Keterwakilan KM ITB adalah Himpunan Mahasiswa Jurusan.

Dengan cara yang sama, akan kita buktikan kebenaran dari pernyataan tersebut. Klaim : definisi himpunan mahasiswa jurusan / HMJ adalah benar (sesuai dengan definisi himpunan dalam ruang vektor).

Untuk menunjukkan basis, lagi-lagi kita perlu memeriksa kedua syarat basis yakni bebas linear dan membangun. Ada dua pertanyaan yang perlu kita jawab, “Apakah HMJ saling bebas linear dengan HMJ lainnya?” dan “Apakah HMJ-HMJ tersebut dapat membangun KM ITB?”

Seperti yang sudah kita tahu, HMJ-HMJ di ITB lingkupnya berdasarkan keilmuan yang mana pembagiannya bergantung pada jurusan yang diayomi. Anggota-anggota HMJ haruslahterdaftar sebagai mahasiswa jurusan yang diayomi. Sebagai contoh, anggota HIMATIKA ITB haruslah berasal dari individu-individu yang terdaftar sebagai mahasiswa matematika S1 ITB. Begitu pun dengan HMJ-HMJ lain. Implikasinya, tidak ada irisan anggota antar HMJ. Artinya, tidak ada mahasiswa S1 ITB yang terdaftar di lebih dari satu HMJ. Dari konsep ini, jelas bahwa antara HMJ yang satu dengan HMJ lainnya saling bebas secara linear. Pertanyaan

selanjutnya,

“Apakah

HMJ-HMJ

tersebut

dapat

membangun KM ITB?”. Di sinilah inti konsep keterwakilan anggota KM ITB. Realitanya, KM ITB terdiri dari mahasiswa S1 ITB yang dapat dibagi menjadi

42


dua kelompok, yakni kelompok mahasiswa TPB (Tahap Persiapan Bersama) ketika tahun pertama dan kelompok mahasiswa jurusan. Di sisi lain, HMJ hanya menaungi mahasiswa-mahasiswa yang sudah memiliki jurusan. Lalu bagaimana dengan mahasiswa TPB yang belum dinaungi oleh HMJ? Karena ada kelompok (vektor-vektor) yang belum terwakilkan oleh HMJ (unsur basis) di KM ITB, konsep keterwakilan KM ITB dipertanyakan. Seirama dengan ini, konsep membangun tidak dapat terpenuhi.

Simpulan kedua : Basis Keterwakilan KM ITB (seharusnya) bukan Himpunan Mahasiswa Jurusan.

Simpulan Akhir

Dengan membenturkan Simpulan pertama dan Simpulan kedua, dapat kita simpulkan terjadi kontradiksi. Ada konsep yang dilanggar jika konsep yang satunya diakui benar. Secara gamblang, kita dapat mengatakan adanya kecacatan definisi keanggotaan KM ITB dalam Konsepsi KM ITB. Tak heran, beberapa tahun terakhir, keterwakilan mahasiswa TPB dalam KM ITB hingga saat ini selalu bermasalah. Suara-suara TPB tidak tersalurkan dengan baik dikarenakan tidak ada sistem yang mendefinisikan eksistensi keterwakilan TPB. Jika kita berkaca menganggap bahwa “Basis Keterwakilan KM ITB adalah Himpunan Mahasiswa Jurusan� itu suatu pernyataan yang bernilai benar, maka kita sudah sampai pada simpulan mahasiswa TPB bukanlah anggota KM ITB, karena anggota KM ITB memiliki konsep keterwakilan di KM ITB. Ini kontradiksi dengan simpulan pertama.

Jembatan Gap Realita dan Idealita

Agar TPB diakui sebagai anggota KM ITB yang sah memiliki suara, maka perlu adanya sistem keterwakilan anggotanya dalam KM ITB. Jikalau bisa,

43


perlu adanya sistem keterwakilan yang jelas menaungi TPB dengan konsep keterwakilan yang setara dengan HMJ. Lebih jauh lagi, implikasi nyatanya, harus ada wakil TPB yang kedudukannya sejajar dengan wakil-wakil HMJ (yang mana ini di KM ITB disebut sebagai senator). Dengan begitu, konsep pendefinisian keanggotaan KM ITB menjadi jelas dan tidak kontradiktif.

Bandung, 22 Maret 2016 Dita Amallya, Mahasiswa Matematika Semester 6 yang Masih Mempertanyakan Sistem

44


Himpunan Mahasiswa Jurusan dalam Paradoks Global Oleh: I Gede Bagus Gigih (MA’15) Tulisan ini sebenarnya disusun untuk memenuhi tugas interaksi 1 HIMATIKA ITB. Om Avighnam astu namo sidham Om Sidhirastu tad astu astu svaha Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) (selanjutnya cukup “himpunan”) merupakan salah satu wadah organisasi kemahasiswaan yang cukup beken dikalangan mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB). Bagaimana tidak? Sejak pertama kali menginjakan kaki di kampus gajah para mahasiswa baru pun (termasuk saya dulu) sudah dapat merasakan taksu dari himpunan itu sendiri. “Ah bagaimanapun pokoknya saya ingin pake jaket himpunan, setidaknya agar ikut terlihat keren dan tidak kalah dengan teman-teman serta senior yang lain.” Namun alasan diatas, walaupun jujur, tentu tidak akan sekeren citra himpunan ketika disampaikan saat calon anggotanya ditanyakan mengapa ingin ikut berhimpun. Belum lagi saya pribadi yang rada ngeri ketika membayangkan wajah kecewa para om gondrong dan atau berkumis yang sering menggauli saya ketika tahu alasan saya memilih bergabung dengan himpunan juga se-mainstream itu. Maka sayapun juga berpikir cukup berat untuk menimbang-nimbang mau ikut-ikutan ikut himpunan atau tidak, serta alasan kuat mana yang harus digunakan setidaknya alasan tersebut (mudah-mudahan) sejajar dengan citra himpunan ketika mahasiswa baru menyaksikan parade wisudaan untuk pertama kali.

45


Semoga memuaskan, berikut saya coba paparkan mengapa ikut himpunan itu penting (untuk saat ini)(buat saya pribadi). Sebagian besar orang mungkin akan sepakat bahwa proses sosial ‘globalisasi’ telah memainkan peran besar dalam mengkonstruksi perilaku masyarakat global beberapa tahun belakangan ini. Perkembangan pesat di bidang informasi dan komunikasi yang menjadi ciri utama globalisasi yang kian mengaburkan batas-batas antar bangsa, wilayah bahkan tatanan nilai sosial di dalam suatu kumpulan masyarakat. Bangsa, wilayah dan individu semakin terhubung dan melebur satu sama lain dalam sebuah tatanan baru, yakni masyarakat global. Dalam bukunya “Postmodernisme, Teori dan Metode�, Akhyar Yusuf Lubis mengemukakan bahwa proses globalisasi merupakan salah satu ciri masyarakat beranjak menuju era baru, yakni post-modern. Disebutkan bahwa postmodern(isme) merupakan perubahan budaya (mulai dari gaya hidup hingga budaya berpikir) yang terjadi akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi. Konsekuensi utama dari perubahan ini adalah (salah satunya) tidak cukup relevannya paradigma modern dalam memahami dan mejelaskan fenomena sosial-budaya yang kini telah bergerak dan berbeda jauh dari fenomena yang digambarkan oleh pemikir pada era modern, yang dimana beberapa diantaranya membahas permasalahan mengenai perlunya rasionalisasi, perlunya meraih ilmu pengetahuan yang objektiv-universal, ataupun permasalahan sekuralisasi. Salah satu posmedernis, Douglas Kellner mengungkapkan sebuah kalimat yang cukup menggugah perasaan saya, kalimat beliau kurang lebih seperti ini:

46


“Masa postmodern telah tiba, dan para intelektual, seniman, dan pengusaha budaya bingung, bertanya-tanya, apakah sebaiknya mereka ikut menumpanginya dan turut serta dalam kemeriahan itu ataukah sebaiknya duduk di pinggir jalan menunggu hingga metode baru itu lenyap secara kultural” (Keller, 1980: 1-2) Tentu saja, sebagai mahasiswa tingkat 2 yang masih tersisa cukup banyak idealismenya ini tidak ingin tidak ikut dalam pesta yang disampaikan oleh Bapak Douglas Kellner tadi. Apalagi status sebagai mahasiswa yang dicap kaum intelektual dan nantinya diharapkan dapat terjun langsung ke masyarakat, masa ketinggalan jaman dan tidak bisa memahami apalagi menyelesaikan permasalahan sosial-budaya yang terjadi. Ya mau tidak mau harus belajar. Lalu apa hubungannya globalisasi dan postmodern ini, dengan alasan saya yang ingin masuk himpunan? Konsep yang diajukan oleh para pemikir diantaranya Francois Lyotard tentang penolakan narasi besar dan John Naisbitt tentang konsep global paradoksnya akan membantu saya menjelaskan alasan tersebut. Mari kita bahas secara runtut. Francois Lyotard menganggap bahwa peralihan dari era modern ke postmodern merupakan perubahan paradigm yang radikal dengan menyebut era postmodern dengan “era ketidakpercayaan pada narasi-besar” atau metanarasi. Ia mengungkapkan bahwa pada era postmodern kepercayaan pada penjelasan makro atau cerita besar/cerita agung sejarah sebagaimana diungkapkan oleh Marx atau Hegel, atau kemajuan yang dipercaya oleh modernitas tidak dipercaya lagi. Postmoderitas dalam hal ini lebih memercayai polivokalitas, yakni segala hal atau objek yang dapat dikemukakan dengan paradigma yang berbeda namun memiliki kedudukan yang setara satu sama lain. Untuk itu, ilmu pengetahuan yang dihadapkan pada “multi-narasi” seharusnya melengkapi satu sama lain, dikarenakan satu paradigm atau

perspektif tidak memiliki keunggulan

epistemologis dari yang lain.

47


Postmodernitas oleh Lyotard juga dianggap lebih memercayai keanekaragaman

yang

lebih

menghargai

perbedaan

dan

interpersonal

dibandingkan dengan pemikiran monodimensional yang otoritarian. Sehingga postmodern menurut Loyotard lebih menekankan dan memercayai narasi kecil tentang masalah social, masalah kehidupan dan perjuangan pada tingkat budaya, etnis, rumpun ilmu serta bahasa yang bersifat lokal. Hal ini dikemukakan pula oleh Naisbitt (1988) dengan apa yang disebutnya sebagai “Paradoks Global�, yaitu semakin manusia menjadi universal, tindakannya semakin kesukuan, dan berpikir lokal. Ini dimaksudkan bahwa tindakan, pergerakan atau perjuangan sudah seharusnya mengkonsentrasikan kepada hal-hal yang bersifat etnis, yang hanya dimiliki oleh kelompok atau masyarakat itu sendiri sebagai modal pengembangan ke dunia Internasional. Dalam dunia kemahasiswaan, himpunan mahasiswa jurusan (HMJ) dalam perspektif saya pribadi merupakan wadah gerak bagi mahasiswa (di lingkup kampus) yang seharusnya paling efektif dalam menyelasaikan suatu permasalahan social-budaya, ataupun dalam memproduksi suatu produk atau ilmu pengetahuan baru. Mengamini pemikiran Lyotard dan Naisbitt bahwa gerakan yang terkonsentrasi dalam lingkup social yang lebih kecil (dalam hal ini himpunan) akan lebih efektif dalam era postmodern. Hal ini dikarenakan himpunan dengan konsentrasi keilmuannya masing-masing tentu akan dapat menganalisis suatu permasalahan secara maksimal akibat terjadinya interaksi yang lebih intim antar indvidu yang memiliki latar belakang ilmu , paradigma serta tujuan yang kurang lebih sama. Dan lebih jauh, ketika keanekaragaman sudah dapat dihargai, egoisme analisis oposisi biner dapat dihilangkan, maka bisa jadi masyarakat sekelas mahasiswa ini akan benar-benar mampu menyelesaikan permasalahan multi-

48


narasi di masyarakat yang memiliki kompleksitas tinggi hanya dengan integrasi antar himpunan. Jadi demikian om. Terdengar sedikit over optimis yak? Ya boleh dong calon anggota himpunan ini memiliki optimisme yang mungkin cukup tinggi terhadap himpunan. Toh setidaknya saya masih punya idealisme agak banyak karena tingkat kekecewaaan yang masih belum seberapa. Mungkin idealisme ini bisa jadi bahan bakar yang semoga saja cukup untuk melakukan gerak di lingkup himpunan setuntastuntasnya. Kalaupun tidak, mungkin saja saya cuma numpang main pimpong sambil pasang muka ke maba nanti saat forum. Oiya, hampir kelewatan satu point lagi, apa itu berhimpun? Berhimpun dalam KBBI berarti berkumpul, entah berkumpul karena apa ya pokoknya berkumpul. Demikian. Salam

49


Sejarah (Besar dan Garangnya) ITB serta Indahnya Aksi Oleh: Rangga Putra Pertama (MA’15) Dalam rangka Hari Kebangkitan Nasional, 20 Mei 2017, “Aku malu bila masa mudaku tidak diisi oleh perjuangan.” “Aku malu bila peristiwa ini jadi sejarah dan tidak ada namaku di dalamnya.”

Mimbar bebas ITB x UI di depan Gedung DPR/MPR pada 19 Mei 2017

Sudah beberapa hari sejak SBMPTN berlalu. Biasanya sih kampus saya tercinta ini, Institut Teknologi Bandung, lebih sedikit jumlah peminatnya dibandingkan kampus-kampus lain. Kenapa? Tidak tahu juga ya. Mungkin juga kalau saya dulu ikutan SBMPTN, saya mikir dua kali buat milih ITB. Tapi untungnya saya tidak diberi kesempatan untuk ikut SBMPTN jadi saya hanya segelintir orang beruntung di kampus “besar” ini. Saya terkadang berpikir, dahulu

50


sebelum ada SBMPTN, SNMPTN, dan segala sesuatu yang membuat kampus ini mendapat impresi “menyeramkan”, apa ya yang menyebabkan kampus ini mendapat impresi demikian? Ya dahulu memang lulusan ITB merupakan angkatan awal yang merintis pendidikan di beberapa kampus lain. Tapi apakah hanya itu? Sepertinya tidak juga. Mungkin itu salah satu alasan historis kenapa kampus kita mendapat impresi demikian dari sisi akademik dan impresi itu yang tertanam utamanya di kalangan siswa zaman sekarang. Tapi pernah nggak dengar masyarakat sekitar ITB berkata, “Wah, ITB sudah gerak nih” ? Belum? Coba baca dulu list di bawah. Ø 2 November 1960 DM ITB lahir diketuai oleh Piet Corputty (T. Sipil) dan diwakili oleh Udaya Hadibroto (T. Pertambangan). DM ITB mengadvokasi sehingga ITB tidak dilebur ke dalam UNPAD menjadi Fakultas Teknik dan Fakultas Ilmu Pasti dan Alam UNPAD. Ø 1962 Udaya Hadibroto ditunjuk sebagai ketua DM ITB (1962–1963) dan memobilisasi ratusan mahasiswa untuk mengikuti perjuangan Tri Komando Rakyat (TRIKORA) untuk pembebasan Irian Barat. Ø 10 Mei 1963 terjadi keributan besar di Bandung akibat perseteruan antara mahasiswa pribumi dan Cina yang melibatkan beberapa tokoh mahasiswa seperti Muslimin Nasution (MS ’58) dan Siswono Yudhohusodo (SI ’61) sehingga keduanya dijatuhi hukuman penjara 3–4 tahun. Tapi, Muslimin Nasution berhasil menjadi Ketua Umum DM ITB. Pada masa ini juga terdapat pengaruh kuat poros mahasiswa kiri GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia sebagai underbouw PNI) — CGMI (Consentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia sebagai underbouw PKI) — Germindo — Perhimi sehingga menghasilkan Serangan GMNI yang menuntut turunnya Muslimin Nasution dan meminta agar pimpinan DM dibersihkan dari unsur-unsur kontra revolusioner, anti Manipol-USDEK (Manifesto Politik / UUD 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin,

51


Ekonomi Terpimpin, dan Kepribadian Indonesia), dan anti kemajuan. Muncul juga peristiwa pembakaran patung tokoh mahasiswa, serangan selebaran gelap, demonstrasi untuk menghentikan pemutaran film barat oleh LFM, dll. Pada masa ini DM ITB adalah satu-satunya DM yang tidak terkooptasi oleh organisasi eksternal terutama GMNI-CGMI sehingga DM ITB dijuluki sebagai The Last Stronghold. Ă˜ 1965 terjadi peristiwa Gerakan 30 September (G30S/PKI) menyebabkan kekuatan mahasiswa sayap kiri runtuh di ITB. Ketum DM ITB Rahmat Witoelar bersama Rektor Kolonel Ir. Kuntoadji membentuk Komite Aksi Pembersihan ITB (KAPI) untuk membersihkan kampus dari unsur-unsur kiri khususnya dosen dan mahasiswa pro-komunis. Ă˜ Pada 1966 dilakukan perjuangan oleh Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) di Jakarta dan Bandung untuk menegakkan Tri Tuntutan Rakyat (Tritura) yaitu : 1. Bubarkan PKI 2. Turunkan harga 3. Retool Kabinet Dwikora. Aksi yang semula damai meningkat menjadi bentrokan antara KAMI dan Barisan Soekarno yang terdiri dari barisan mahasiswa pro-Soekarno. Terbunuhnya Arief Rahman Hakim, mahasiswa Kedokteran UI, oleh Tjakrabirawa tanggal 24 Februari 1966 memunculkan inisiatif DM ITB dan KAMI Bandung untuk mengirimkan Satgas berjumlah sekitar 200 mahasiswa ke Jakarta dengan membawa patung Menlu RI H. Soebandrio yang dibuat anak-anak SR ITB. Perjuangan Tritura selesai dengan munculnya Surat Perintah 11 Maret 1966. Ă˜ 1966 KM ITB terbentuk sebagai penyempurnaan dari DM ITB dan digulirkan isu back to campus untuk mengakhiri politisasi kampus sejak zaman Orde Lama. Kampus dikembalikan pada fungsinya sebagai wahana pembelajaran dan penerapan Tridharma Perguruan Tinggi. Usaha depolitisasi ini hampir berhasil, hanya

saja

pihak

penguasa

mulai

menunjukkan

gelagat

korupsi

dan

52


penyalahgunaan

kekuasaan.

Maraknya

kegiatan

kemahasiswaan

kembali

mengarah pada politik nasional sejak peristiwa 6 Oktober 1970. Ø 6 Oktober 1970 terjadi insiden pembunuhan Renee Louis Conraad (EL ’70) di Gerbang Ganesha oleh taruna Akademi Kepolisian. Saat upacara pemakaman Renee, DM ITB mengadakan demonstrasi dengan massa sepanjang 7 km untuk menuntut pengusutan para tersangka pengeroyokan. Ø 1971 muncul protes terhadap proyek Taman Mini Indonesia Indah dan 1972 muncul protes kepada Bulog yang dianggap tidak becus mengurusi pangan. 1973 isu utang luar negeri yang tidak terkendali menjadi opini publik dan pengusaha Jepang dianggap Economic Animal oleh masyarakat Indonesia akibat modal mereka yang mencengkeram ekonomi nasional sehingga muncul sikap untuk menolak utang luar negeri pada Desember 1973 oleh Muslim Tampubolon (Ketua DM ITB), Hariman Siregar (Ketua DM UI), dan Adnan Buyung Nasution. Selain itu juga gerakan mahasiswa mengkritik tentang menguatnya militer, makin korupnya pemerintahan, pemborosan uang negara dalam pembangunan Taman Mini Indonesia Indah, dan kesenjangan sosial. Ø 15 Januari 1974 pecah sebuah peristiwa bernama Malari (Malapetaka 15 Januari) yang pada mulanya berawal dari dialog 35 DM se-Indonesia dengan Presiden Soeharto yang menuntut perbaikan kebijakan dan pelaksanaan pemerintahan lalu ditindaklanjuti dalam sebuah aksi demonstrasi besar-besaran menyambut kedatangan PM Jepang Kakuei Tanaka. Mahasiswa Bandung tidak ikut aksi di Jakarta, namun juga mengadakan aksi demonstrasi membakar patung Soedjono Hoemardani (Aspri Soeharto) di kampus UNPAD dengan menggulirkan isu Tritura 1974 : 1. Bubarkan Asisten Pribadi Presiden 2. Turunkan harga 3. Tolak modal asing.

53


Ø 1977 DM ITB menggulirkan Gerakan Anti Kebodohan (GKK) untuk pengentasan

kemiskinan

dan

kebodohan

dimana

DM

ITB

menuntut

direalisasikannya anggaran pendidikan dan wajib belajar 6 tahun. DM ITB mendirikan Lembaga Bantuan Teknologi (LBT) yang membantu masyarakat di bidang pendidikan sains dan teknologi serta Balai Kesehatan Medika Ganesha sebagai klinik murah untuk mahasiswa dan masyarakat. Ø Terbitnya Buku Putih Perjuangan Mahasiswa 1978 di lapangan basket yang dihadiri oleh 2000 mahasiswa pada 16 Januari 1978 dan diakhiri dengan pernyataan sikap “Tidak Mempercayai dan Tidak Menghendaki Soeharto Kembali Menjadi Presiden RI, KM ITB.” Spanduk sikap ini dipajang di Gerbang Ganesha. Akibatnya kampus ITB diserbu dua kali, tanggal 21 Januari oleh Kodam Siliwangi dan tanggal 9 Februari oleh Brigade Lintas Udara 18 Kostrad. Muncul berbagai peristiwa seperti kampus diduduki 6 bulan, mahasiswa lama diusir dan hanya mahasiswa angkatan ’78 yang diperbolehkan kuliah, tokoh-tokoh mahasiswa ditangkap, perubahan kalender akademik dari Januari — Desember menjadi Juni — Juli, dibubarkannya DM se-Indonesia, pengurus DM di-DO atau dipenjarakan, dan kebijakan NKK (Normalisasi Kehidupan Kampus) — BKK (Badan Koordinasi Kemahasiswaan sebagai organ operasional NKK) yang ditolak oleh mahasiswa. Terbit juga Buku Biru sebagai lanjutan dari Buku Putih. Ø Walau DM ITB bubar tapi kemahasiswaan tidak mati dan terbentuk FKHJ (Forum Ketua Himpunan Jurusan) serta Badan Koordinasi Satuan Kegiatan (BKSK) yang tetap mengkoordinasikan kegiatan kemahasiswaan terpusat di ITB. Tetap ada demonstrasi menyambut kedatangan PM Inggris Margaret Thatcher dan Presiden Perancis Francois Mitterand, demonstrasi atas kasus penggusuran tanah di Kacapiring, Cimancan, dan Bandega, penanggulangan bencana alam, pembangunan Rumah Belajar untuk masyarakat, dan juga pemasangan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro.

54


Ă˜ 5 Agustus 1989 terjadi kasus pembakaran ban, pelemparan telur, dan usaha pengusiran pada Mendagri Jenderal Rudini yang akan memberikan penataran P-4 kepada mahasiswa baru angkatan 1989. Ă˜ Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi (SMPT) mengakhiri NKK-BKK pada 1990. Mahasiswa UI, IPB, UNPAD, UGM, ITS, dan UNAIR menerima konsep itu. Namun, hasil referendum mahasiswa ITB 1993 menghasilkan penolakan SMPT disebabkan terlalu kuatnya intervensi pemerintah dan perlunya mendirikan Lembaga Sentral Mahasiswa dari, oleh, dan utnuk mahasiswa. Pada 20 Januari 1996 FKHJ dan BKSK mendeklarasikan berdirinya Keluarga Mahasiswa ITB berikut kelengkapannya yaitu Kongres dan Kabinet KM ITB.

Pendudukan Gedung DPR/MPR Ă˜ Krisis moneter pada Juli 1997 ditindaklanjuti pada 1998 FKHJ membentuk Satgas KM ITB untuk reformasi. Aksi-aksi mulai bergulir saat Peristiwa Trisakti, Pendudukan Gedung DPR/MPR, dan Peristiwa Semanggi I. Satgas KM ITB bersama dengan FKSMJ (Forum Komunikasi Senat Mahasiswa Jakarta) serta Komite Mahasiswa Universitas Siliwangi berperan penting dalam dialog nasional

55


bersama Amien Rais, Abdurrahman Wahid, Megawati, dan Sri Sultan Hamengkubuwono X di Ciganjur untuk memberikan arahan terhadap jalannya reformasi Indonesia (mengadakan Pemilu, penghapusan Dwi Fungsi ABRI, dan menghapus serta mengusut KKN) hingga menghasilkan Deklarasi Ciganjur pada 13 November 1998. Bagaimana? Pernah membayangkan bahwa kemahasiswaan ITB dulu seperti 15 poin di atas? Saya juga tidak pernah membayangkannya dan saya jadi penasaran mengapa mereka mampu berjuang setulus itu. Hebat menurut saya. Tapi itu sejarah. Bagaimana saat ini? Kemarin, 19 Mei 2017, aksi kedua yang saya ikuti dalam rangka Hari Kebangkitan Nasional bersama KM ITB yang sebelumnya adalah tanggal 1 Mei 2017 pada Hari Buruh. Saya tidak terlalu tahu alasan orang lain ikut aksi-aksi tersebut dan sejujurnya saya juga belum terlalu tahu sejarah Hari Kebangkitan Nasional. Saya juga hanya sedikit mengerti tentang politik. Teori-teori tentang ekonomi kerakyatan, supremasi hukum, pelemahan KPK, liberalisasi pendidikan, dll. belum terlalu mengena di hati saya. Tapi yang saya tahu, sepanjang itu bisa membuat setidaknya satu orang yang kelaparan menjadi bisa makan, saya akan turut serta memperjuangkannya. Pernah kesakitan gara-gara tidak bisa (bukan tidak sempat atau tidak mau) makan? Belum? Silahkan coba. Banyak yang berkomentar nyinyir masalah aksi. Tapi disitulah indahnya aksi. Itulah yang membuat kita ingat bahwa kita adalah manusia yang setidaknya masih peduli sesama. Aksi membuat orang-orang yang tidak aware menjadi aware akan kondisi yang terjadi di sekitarnya hingga setidaknya bisa terikut bertindak walaupun kecil. Aksi membuat kita sadar bahwa kita di jalan yang benar karena kita tidak berjuang sendiri. Aksi adalah momen dimana kita memanfaatkan hak kita sebagai warga negara yang menganut sistem demokrasi. Aksi adalah bukti nyata, bodo amat walaupun semua orang nyinyir, kita masih

56


bertindak walaupun sedikit dan memegang teguh ideologi kita. Saat kita belum terlalu mampu (dan mungkin juga dihalangi) untuk membuat teknologi mutakhir yang berdampak signifikan untuk menyelesaikan permasalahan bangsa, harus menunggu bertahun-tahun hingga lulus untuk mendapatkan status yang dianggap kredibel, kajian-kajian tidak lagi menunjukkan tajinya, cara elegan sudah ditempuh tapi belum berdapak signifikan, dll. sementara orang-orang yang tidak seberuntung kita kebingungan untuk menyuarakan keluhannya, lalu apa yang harus kita lakukan? Bukan sekedar tentang nama teman-teman. Bukan sekedar menjadi aktivis, pejuang, pejabat kampus, atau apapun itu. Ini tentang hati yang terusik sebagai seorang manusia. Mari bangkitkan lagi empati dan semangat menolong kita. Selamat Hari Kebangkitan Nasional.

57


Catatan Seorang Kawan Oleh : Reinaldo Ekapratama (MA’14) Tulisan ini dibuat menuju berakhirnya kepengurusan kedua saya di HIMATIKA ITB AWAL PERJALANAN HIMATIKA ITB, sebuah organisasi berbasis keprofesian yang berisikan mahasiswa program studi sarjana matematika Institut Teknologi Bandung. Didirikan 23 November, 57 tahun yang lalu, bertujuan untuk mempererat dan memelihara kekeluargaan di antara anggota HMATIKA ITB, warga ITB, dan masyarakat, membentuk anggota HIMATIKA ITB menjadi manusia seutuhnya, dan

ikut

serta

mewujudkan

Tri

Dharma

Perguruan

Tinggi.

Dalam

keberjalanannya, HIMATIKA ITB akan terus berkembang untuk menjadi himpunan paling top dan paling sohor sedunia. Disini tempatku belajar, berjuang, dan berkarya selama 3 tahun terakhir. 2015, bermula dari sebuah Fase Orientasi Keluarga untuk Satu HIMATIKA ITB, ku ditempa dan dilantik menjadi seorang anggota HIMATIKA ITB. Bersama teman-teman Lemniscate, kami bersama-sama mewujudkan ikatan yang tak pernah lepas. 103 orang bersama-sama menjadi anggota HIMATIKA ITB pada 26 September 2015. Kami bersama-sama masuk ke dalam suatu tempat dimana kami bisa berkarya lebih dan lebih. Ditahun yang sama, saya mencoba pembelajaran pertama di HIMATIKA ITB dengan mendaftar menjadi Ketua PEMIRA HIMATIKA ITB dan akhirnya kesempatan itu datang. Memimpin 21 orang tidaklah mudah, banyak

58


penyesuaian yang harus saya lakukan. Banyak pula kejadian yang terjadi dikeberjalanannya. Bercerita sedikit mengenai PEMIRA HIMATIKA ITB, pada awalnya kami ingin membawa metode musyawarah ke dalam sistem pemilihannya. Setelah kami melakukan kajian dan mendapat berbagai masukan, kami memutuskan untuk mengurungkan niat tersebut. Pada keberjalanannya, ternyata hanya terdapat satu calon formatur tunggal yang mendaftar. Akhirnya, metode musyawarah digunakan untuk menentukan kelayakan dari calon formatur tunggal yang benarbenar "tunggal" ini. Musyawarah berjalan alot, namun akhirnya proses ini berakhir dengan terpilihnya Herada Kiptane Arga sebagai Formatur Tunggal HIMATIKA ITB. Pelajaran yang didapatkan dari PEMIRA ini bukanlah mengenai cara membuat suatu acara ataupun mengenai sistem pemiligan umum. Namun disisi lain saya menyadari bahwa kita hadir di suau organisasi bukan untuk mencari sesuatu dari organisasi ini, namun kita datang sebagai sebuah solusi akan permasalahan yang ada di dalam organisasi tersebut. Pada saat ini saya sadar bahwa HIMATIKA ITB bukan suatu organisasi yang sempurna yang terlihat baik dan diagung-agungkan ketika masa orientasi. Kualitas HIMATIKA ITB terukur dari seberapa berkualitas unsur didalamnya, salah satunya yaitu anggota nya. Disinilah saya mengenal frasa "HIMATIKA MERUPAKAN BENDA MATI" BERDAMPAK! Tak berselang lama, ketua himpunan terpilih sibuk memilih bagian dari kepengurusannya yang akan menemaninta selama setahun menjalankan segala urusan eksekutif di HIMATIKA ITB. Sebelumnya saya tidak pernah berekspektasi berlebih. Suatu hari, Arga menghubungiku dan membicarakan berbagai hal. Kami sebelumnya tidak pernah dekat dan tidak pernah berkenalan

59


secara formal. Kami saling tahu karena ketika saya menjabat menjadi Ketua PEMIRA dan dia menjadi calon formatur tunggal, otomatis kami sering berkomunikasi dan berbicara mengenai PEMIRA. Perbincangan berlansung hangat dan ia menanyakan beberapa hal. Salah satunya kesediaanku untuk membantu dia jika dia membutuhkan bantuan. Sebagai seorang yang pernah menjadi bagian dari sejarah HIMATIKA ITB, saya mengatakan siap. Beberapa hari kemudian, Arga kembali menghubungiku dan bertanya mengenai kesibukanku. Sampai suatu ketika, dia menawari posisi ketua divisi, tepatnya di Divisi Intrakampus. Awalnya saya bingung mengapa tawaran ini muncul, karena sebelumnya saya bukanlah anggota dari divisi tersebut. Namun dengan alasan yang begitu kuat yang Arga jelaskan, dan dengan pertimbangan dari berbagai sisi, akhirnya saya menerima tawaran tersebut. Divisi Intrakampus HIMATIKA ITB merupakan sesuatu hal yang baru bagiku, namun bukan hal yang sulit untuk dipelajari. Dengan cepat saya bisa menyesuaikan pengetahuan tentang intrakampus di ITB. Divisi Intrakampus merupakan divisi di HIMATIKA ITB yang mengurusi hubungan HIMATIKA ITB dengan himpunan yang berada di dalam kampus ITB dan lembaga kemahasiswaan lainnya seperti Kabinet KM-ITB dan MWA-WM ITB. Sebagai seorang kadiv yang berbeda angkatan dengan tahun kepengurusan, banyak penyesuaian yang saya lakukan untuk menyesuaikan dengan ritme kerja bahkan kultur dari kepengurusan itu sendiri. Menyampaikan pendapat ketika rapat terasa sangat berat dengan pemikiran sebagai anak baru dalam organisasi tersebut. Semua berlalu seiring berjalannya waktu. Disisi lain, menjadi berbeda sangatlah menyenangkan. Pendapatku selalu ditunggu mengingat pendapatku dijadikan pendapat angkatan. Menjadi berbeda juga membuatku menjadi penyalur aspirasi angkatan dan penghubung dengan BP. Banyak pelajaran juga yang didapatkan selama menjadi BP pada saat

60


itu. Mengetahui pandangan dari berbagai sudut termasuk dari angkatan senior menjadi salah satu keuntungan. Bekal ini yang membawaku mengetahui lebih dalam tentang HIMATIKA ITB. Satu tahun kepengurusan berjalan, dengan membawa keberdampakan itu kami rasa banyak hal yang masih belum "berdampak" bahkan untuk HIMATIKA ITB itu sendiri. Masih banyak tugas, masih banyak PR yang harus dikerjakan dan harus dikejar dikepengurusan berikutnya. Banyak hal yang telah terjadi dalam satu tahun dan banyak pula pelajaran yang bisa diambil. Seorang yang sudah dikatakan "cinta" terhadap sesuatu, ternyata bisa juga meninggalkan sesuatu yang dicintainya itu. Kami juga belajar bahwa tak selamanya perpindahan menjadi sesuatu yang buruk. Bagi kami, perpindahan sekre pada waktu itu menjadi satu titik dimana kami harus memulai sesuatu yang baru. Ada yang pro, ada juga yang kontra. Masalah luas, kenyamanan menjadi masalah utama pada saat itu. Namun kedekatan dengan gedung kuliah menjadi salah satu nilai tambah. Tiada yang sempurna, namun masih yang baik daripada tidak ada. Melawan lupa ketika satu tahun yang lalu ketika Arga ingin terpilih melalui metode musyawarah, banyak yang meragukan kapabilitas dan kemampuannya. Setahun berlalu, semua berbeda. Banyak perubahan yang terlihat baik secara nyata maupun yang hanya bisa dirasakan. Fakta ini juga bukan dirasakan hanya oleh beberapa orang, namun hampir semua yang mengetahui awalnya melihat perbedaan itu. Sesuatu yang tak bisa hilang adalah senyuman unik Arga ketika foto dan terlalu lamanya dia ketika berorasi. Artinya, ketika seseorang menerima sesuatu amanah, namun pada awalnya diragukan oleh banyak pihak, percayalah suatu saat ia akan belajar dan akan menjadi lebih baik. HIMATIKA ITB bukan tempat yang harus dipimpin oleh seorang dewa yang tidak bercacat, HIMATIKA ITB adalah tempat dimana kita belajar, bersama-sama membangun, dan menjadikan organisasi ini menjadi

61


tersohor di dunia. Siapapun yang memimpin, percayalah padanya. Jika tidak suka, kritiklah dia sesuai dengan porsinya dan turun juga untuk berkarya. SPEKTAKARYA! Tak

terasa,

PEMIRA

kembali

bergulir

dan

kali

ini

giliran

LEMNISCATE yang memimpin. Kabar saat itu berhembus, beberapa nama diproyeksikan untuk menjadi suksesor dari Arga, saya berada dalam pusaran nama tersebut. Banyak pemikiran yang menjadi pertimbangan dalam menentukan keputusan itu. Setelah melewati berbagai pertimbangan, saya memutuskan untuk tidak maju dalam kontestasi tersebut. Secara bersamaan, muncul satu nama yang ingin menjadi calon formatur tunggal. Azis, teman sekelasku di TPB muncul sebagai salah satu nama yang menjadi calon tersebut. Ketika namanya muncul, belum ada calon lain yang ingin maju dan memang tidak ada yang diproyeksikan untuk menjadi lawan dari Azis tersebut. Merasa memiliki tanggung jawab tersebut, saya mulai mencari nama lain sebagai alternatif pilihan dalam pemira kali ini. Dengan berbagai pencarian dan negosiasi dengan berbagai pihak, akhirnya ada nama lain muncul. Gland, yang awalnya diproyeksikan menjadi senator kini maju sebagai calon formatur tunggal. Persaingan dimulai ketika berkas kedua calon sudah dinyatakan lolos dan mereka menjadi peserta pemira waktu itu. Berbagai hearing yang dilakukan, kami menyadari satu hal yaitu kedua calon membawa visi yang mirip dan sesuatu yang dibawa juga hampir sama. Inti dari visi dari kedua calon tersebut adalah aktualisasi diri. Rangkaian pemira kali ini cukup seru, diwarnai dengan hampir didiskualifikasinya salah satu calon akibat kelebihan poin. Akhirnya keputusan akhir ditentukan oleh metode voting. Azis memenangkan kontestasi dengan memenangkan suara HIMATIKA ITB.

62


Tak berselang lama, saya berinisiatif untuk lansung mengajak ngobrol Azis untuk pembentukan badan pengurus yang baru. Saya, Azis, Gland, dan Asep yang ikut dalam forum tersebut. Dwilingga menjadi tempat dimana seluruh calon nama badan pengurus terbentuk. Dengan visi yang dibawa oleh Azis dan dicocokan dengan kebutuhan kepengurusan Azis untuk satu tahun kedepan, akhirnya terdapat beberapa calon nama yang akan menjadi badan pengurus, bahkan beberapa nama sudah pasti. Malam itu diakhiri dengan keputusan untuk memulai menghubungi nama-nama tersebut dan menawarkan posisi yang dimaksud. Diamanahi sebagai ketua bidang eksternal, saya memulai tugas ketua bidang dengan mencari pemimpin dari setiap divisi yang ada di bawah eksternal. Berbeda dengan tahun sebelumnya, bidang eksternal memiliki 3 divisi, yaitu intrakampus, ekstrakampus, dan hubungan alumni dan dosen. Proses pencarian memakan waktu yang cukup lama. Banyak nama yang menolak maupun sudah mengambil amanah di tempat lain. Pada akhirnya, 3 nama muncul pada awal Januari 2017, yaitu Diandra sebagai kadiv intrakampus, Joice sebagai kadiv ekstrakampus, dan Ila sebagai kadiv hubaldos. Seiring berjalannya waktu, setiap posisi di badan pengurus sudah terisi dengan nama-nama yang tidak asing. Ada beberapa yang tidak terduga. Tidak membutuhkan waktu lama untuk menyesuaiakan diri dengan badan pengurus yang baru. Kami bersama-sama membawa HIMATIKA ITB menjadi suatu wadah aktualisasi diri sehingga nanti nya akan menghasilkan suatu spekta karya. GENK-X Bidang eksternal bukan menjadi cita-cita saya ketika awal masuk HIMATIKA ITB. Seiring berjalannya waktu, dimulai dari menjadi kadiv intrakampus, saya menyadari bahwa eksternal menjadi bidang yang paling saya

63


kuasai. Ketika bertemu dengan orang baru menjadi suatu kesenangan pribadi, hal ini yang menjadi modal sebagai seorang eksternal. Hal ini yang saya tularkan kepada tiga kadiv yang ada di bidang eksternal. Modal ini yang menjadi pembelajaran pada mereka ketika mereka menjadi seorang eksternal. Memimpin 3 sosok wanita tangguh bukan sesuatu hal yang mudah. Ketakutan menjadi masalah pada awal terpilihnya mereka menjadi kadiv. Keyakinan yang ditanamkan kepada mereka menjadi pegangan kuat diawal kepengurusan. Mimpi yang besar menjadi motivasi kami membangun eksternal menjadi lebih baik. Kerja sama kami yang membuat kami semakin kuat dan saling dukung satu sama lain. Hal ini yang menjadi pondasi keberjalanan yang akan kami lalui setahun yang akan datang. Masalah tidak lepas dari keberjalanan eksternal ini. Keraguan dan kekecewaan silih berganti datang seiring banyaknya evaluasi yang terjadi dalam keberjalanannya. Tidak ada yang sempurna sekali lagi, semua kami belajar sesuai dengan porsi kami masing-masing. Tidak ada yang sempurna sekali lagi, kami sama-sama belajar sesuai dengan porsi kami masing-masing. Pembelajaran itu membuat kami menjadi lebih baik lagi dan lagi. Perjalanan kami bagaikan perjalanan seorang musafir yang tidak mudah mencapai tujuannya. Namun dibalik permasalahan itu, keyakinan terhadap mimpi kami menjadi kembalinya semangat kami membangun eksternal. Mimpi besar itu tercapai! Kami melakukan banyak inovasi untuk mencapai eksternal yang lebih baik. Divisi Intrakampus melaksanakan secara nyata kolaborasi antar himpunan di ITB dalam skala kecil yaitu dalam lingkup fakultas. Melalui FMIPA Gathering, kami mengumpulkan keempat himpunan yang berada dalam lingkup FMIPA untuk menjalin silahturahmi yang biasanya tidak dapat kami lakukan secara formal. Divisi Ekstrakampus keluar dari zona nyamannya dengan melakukan kunjungan terjauh sepanjang sejarah HIMATIKA

64


ITB. Kunjungan ke Universitas Gadjah Mada menjadi acara yang cukup melepas penat ditengah kesibukan kuliah dengan melibatkan 59 anggota HIMATIKA ITB dan pergi bersama-sama menuju Jogjakarta. Divisi Hubaldos memanfaatkan kesempatan yang terbuka sangat lebar dengan baik. Kerja sama dengan alumni semakin nyata dengan terlaksananya Financial Industry Day #2 yang merupakan acara kerja sama antara tiga elemen penting di HIMATIKA ITB, anggota, alumni, dan dosen (program studi). Mimpi besar dari HIMATIKA ITB selama 7 tahun juga tercapai dengan terbentuknya secara resmi kepengurusan IA-MA ITB dengan diadakannya Kongres IA-MA ITB pertama dan terpilihnya ketua umum yang pertama. Semua prestasi yang tercapai tidak terlepas dari semangat setiap kadiv untuk menghasilkan karya yang terbaik untuk HIMATIKA ITB. Tak kenal lelah, bahkan ketika keraguan melanda, mimpi itu tetap harus diraih dengan kerja keras dan keyakinan bahwa kami dapat membawa eksternal HIMATIKA ITB menjadi lebih baik. Misi lebih besar adalah kami ingin membawa nama HIMATIKA ITB semakin tersohor, tidak hanya di dalam ITB, bahkan sampai ke seluruh dunia. Kini kami dapat turun dengan tenang dan berharap bahwa semua ini tidak terhentik ketika rapat anggota serah terima jabatan. KONKLUSI 2 tahun 4 bulan dan 29 hari Jika diibaratkan dengan seorang manusia, bisa saja bayi ini sudah mulai untuk berjalan juga bisa saja memulai untuk berbicara. Pada saat ini pula, bayi sedang lucu-lucunya untuk menjadi kesayangan setiap orang yang melihat. Namun jika diibaratkan umur seseorang dalam suatu organisasi, sudah banyak hal yang dilihat oleh orang tersebut. Sudah terlalu banyak pelajaran yang ia dapatkan. Senang, sedih, marah, kecewa, semangat, kerja keras, pantang menyerah, dan

65


masih banyak lagi. Rasa itu adalah yang saya rasakan selama ini. Senang ketika mimpi itu bisa tercapai. Sedih ketika melihat keadaan forum yang begitu sepi. Marah ketika sudah tidak ada lagi yang peduli. Kecewa ketika realita tidak sesuai dengan ekspektasi. Semangat ketika banyak harapan yang dititipkan. Pantang menyerah ketika memperjuangkan suatu kebaikan. Itulah deskripsi dari segala apa yang pernah terjadi di HIMATIKA ITB. Menurut saya, HIMATIKA ITB bukan hanya suatu himpunan, bukan juga merupakan suatu organisasi. HIMATIKA ITB merupakan ikatan, ikatan dari setiap simpul didalam nya dan dari setiap simpul memampukan setiap orang menanjak keatas dan menuju tujuan nya masing-masing. HIMATIKA ITB memang tidak bisa memberikan setiap apa yang kita cari, setiap apa yang kita mau, namun HIMATIKA ITB adalah sebuah wadah dimana kita semua bisa mencari dan mendapatkan apa yang kita mau. Saya sering mengibaratkan HIMATIKA ITB adalah sebuah taman hiburan yang didalamnya terdapat banyak wahana yang bisa dicoba. Seluruh wahana tersebut bisa kalian coba satu persatu. Tapi ingat, waktumu hanya singkat di dalam taman hiburan tersebut. Prioritaskan wahana apa saja yang ingin kalian coba, maka kalian akan mendapatkan kesenangan dari wahan tersebut. Kalian tidak akan merasakan seluruh wahana, namun ingat setidaknya ada teman-temanmu yang mungkin mencoba wahana yang berbeda denganmu. Itulah saatnya kalian bertukar cerita bagaimana perasaan menaiki wahana yang tidak kalian miliki. Itulah HIMATIKA ITB. Untuk anggota HIMATIKA ITB yang masih bertahan, mungkin ketika kalian membaca tulisan ini, saya sedang berada di tempat lain dengan tujuan yang berbeda pula. Mungkin tujuan kita sudah berbeda. Kamu mungkin masih memperjuangkan untuk mendatangkan massa dalam forum, masih memikirkan keberlanjutan HIMATIKA ITB disaat nilai akademik juga menjadi taruhan, atau masih memikirkan masih pantaskah saya datang ke sekre hanya sekedar untuk melihat apakah ada teman disana lalu jika tidak ada maka saya tidak datang.

66


Sama, sama seperti kami pada saat seperti kalian. Namun ingat, segala sesuatu akan terlihat ketika kalian telah menyelesaikan segalanya. HIMATIKA ITB adalah benda mati Namun bukan berarti tak punya arti HIMATIKA ITB ada di setiap hati Bagi manusia yang berjuang dengan visi Jaman memang sudah berubah Semua tidak lagi sama Kita juga harus menyesuaikan diri Agar HIMATIKA tidak seperti mati suri Perjalanan panjang akan menjadi saksi Bagaimana membangun dan memperjuangkan mimpi Supaya mimpi bisa menjadi prestasi Sehingga menjadi standar utama sebuah misi Saatnya berganti tahta kepemimpinan Tongkat estafet siap diberikan Suka atau tidak kita harus menyokong Beri kritik agar tak berjalan serong Siapapun pemimpinnya derap harus bergema Hingga semua menyerukan satu suara HI MA TI KA SAM PAI MAM PUS

67


68


Literasi Matematika Oleh: Dana Annisa Riefina (MA’15) Hari Jum’at 27 Oktober 2017, Divisi Kajian HIMATIKA ITB berkesempatan mengundang Bapak Hendra Gunawan, sosok guru besar di Program Studi Matematika ITB. Beliau tak hanya aktif dalam kegiatan akademik di dalam program studi saja, tapi juga aktif dalam kegiatan penyebaran IPTEK lewat media sosial seperti situs anakbertanya.com dan bermatematika.net. Berikut hasil diskusi singkat bersama Bapak Hendra Gunawan tentang Literasi Matematika. Literasi Sains disebut juga ‘melek sains’ yaitu bagaimana cara seorang scientist membagikan ilmunya dengan bahasa yang mudah dimengerti masyarakat umum. Dalam diskusi ini, literasi sains dikhususkan pada literasi oleh ‘GenerasiZ’. Generasi Z adalah mereka yang bukan hanya merasakan masa depan tapi juga mereka yang menciptakan masa depan tersebut. Jika dlansir dari wikipedia.org, Generasi Z adalah mereka yang lahir pada tahun 1995 hingga 2014. Sangat disayangkan, pada kenyataannya banyak anak-anak Indonesia yang hanya tinggal pada zamannya Generasi Z tapi tidak termasuk Generasi Z tersebut.

Menurut data yang ada, Indonesia adalah salah satu negara yang masih banyak menggunakan internet untuk hal-hal yang tidak produktif. Negara lain pun melihat Indonesia bukan sebagai negara yang diakui kehebatannya, tapi sebagai negara dengan ‘pasar’ yang menjanjikan.

Di negara lain, dapat kita temukan banyak pemanfaatan internet sebagai media untuk menyebarkan ilmu pengetahuan dan sains, misalnya Khan Academy, MIT Open Course, Coursera, dan lain-lain. Mirisnya, di Indonesia, jika kita

69


mengetik ‘Matematika Indonesia’ di kolom mesin pencari, hasilnya adalah iklaniklan bimbingan belajar. Ini adalah salah satu indikasi kualitas media nasional dalam pemberitaan IPTEK yang kurang baik.

Lalu, bagaimana cara untuk meningkatkan minat orang Indonesia dalam membaca hal-hal tentang IPTEK khususnya matematika?

Menurut Pak Hendra, jangan terlalu pusing memikirkan cara agar orang-orang di Indonesia tertarik membaca artikel tentang matematika. Mulailah dengan membuat banyak artikel yang bagus dan membagikan apa pun yang kita tahu tentang matematika. Lambat laun akan ada anak-anak yang menyukai dan terus-menerus bertambah.

Untuk Indonesia yang lebih baik di masa mendatang, Pak Hendra percaya bahwa masyarakatnya harus melek IPTEK terlebih dahulu. Beliau juga berharap, apa yang Beliau lakukan bisa memengaruhi setidaknya 1% dari masyarakat di Indonesia untuk melek IPTEK.

70


Solusi Yang Terlupakan Oleh: Ramdani (MA’14) "Indonesia terpuruk di peringkat paling bawah pada hampir semua jenis kompetensi yang diperlukan orang dewasa untuk bekerja dan berkarya sebagai anggota masyarakat. Sebutlah seperti kemampuan literasi, numerasi, dan kemampuan pemecahan masalah. Skor kita juga terendah di hampir semua kategori umur dan lebih dari separuh responden Indonesia mendapatkan skor kurang dari 1 (kategori pencapaian paling bawah) dalam hal kemampuan literasi." (Kompas, 2/9/2016)

Literasi sering kali diartikan sebagai kemampuan membaca dan menulis. namun sebenarnya lebih dari itu, kemampuan membaca dan menulis dalam literasi bermakna mendalam dan tajam. Mendalam terhadap inti pesan serta tajam dalam mengembangkan ide baru.

Pada jaman sekarang, literasi secara klasifikasi sudah berkembang pesat dengan adanya literasi dalam berbagai bidang seperti pendidikan, media, keuangan, dll tetapi dalam prakteknya tingkat literasi di Indonesia masih sangat rendah. Munculnya literasi di setiap bidang disebabkan keadaan akan kebutuhan yang semakin kompleks dan ada hal yang tak bisa dijangkau oleh kebijakan.

Secara umum manfaat literasi terbagi dua yaitu : 1. Literasi menjadi penunjang bagi peningkatan Indeks Pembangunan Manusia. Menurut data dari Badan Pusat Statistik, nilai IPM Indonesia pada tahun 2015 adalah 69,55 dari skala 0-100. IPM ditentukan oleh tiga faktor utama yaitu Umur panjang dan hidup sehat, pengetahuan, dan standard hidup layak. Dalam hal ini literasi bukan hanya menunjang dalam faktor pengetahuan namun semuanya

71


secara integral, hal ini disebabkan pada jaman sekarang, literasi merupakan langkah strategis dalam peningkatan IPM yang memerlukan jangka waktu yang tidak singkat serta dibutuhkan dorongan dan partisipasi dari pihak-pihak terkait sehingga dapat menggeser kualitas hidup bermasyarakat. Literasi akan membentuk masyarakat literat yang memposisikan diri sebagai subjek sehingga dapat bersinergis dengan baik dengan kaum birokrat.

2. Literasi sebagai Knowledge Spillover. Artinya bahwa setiap literasi akan mampu memantik pengembangan berupa ide serta gagasan yang baru dan besar. Cara kerja Knowledge Spillover mirip dengan Domino effect, jika setiap papan dalam domino effect berukuran sama maka dalam knowledge spillover semakin ujung luas papan semakin besar. dalam hal ini diperlukan berpikir kritis dan mendalam sehingga dapat menjatuh papan berikutnya yang lebih besar sehingga dapat bermuara pada majunya perabadan manusia dalam kerangka berpikir, teknologi, dan kehidupan yang berkualitas. Dalam prakteknya, literasi harus mudah diakses oleh setiap lapisan masyarakat, pengadaan fasilitas dan pengembangan kebijakan diharapkan bisa mengantar literasi lebih dekat. Namun salah satu keuntungan yang didapatkan di era digital ini, bahwa informasi dapat dengan cepat menyebar secara real time, hal ini jadi kesempatan untuk memanfaat teknologi digital dalam pengembangan budaya literasi. Secara umum, semua lapisan masyarakat mempunyai peran tersendiri dalam literasi. Dalam hal ini khususnya insan akademis diharapkan menjadi garda terdepan dalam mengimplementasikan keilmuannya kepada masyarakat. Hal ini termasuk juga sebagai perwujudan cita-cita indonesia yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi "...mencerdaskan kehidupan bangsa,..". Dengan heterogenitas keilmuan yang ada, diharapkan dapat bersama-sama membangun masyarakat menjadi masyarakat madani.

72


Oleh : Liyan Nurchalifah (MA’16) Dua sejoli saling suap dalam remang. Romantis memang. Namun apa jadinya jika yang disuap adalah uang.

Pendidik semakin diam melahirkan generasi yang suram. Perawat semakin lambat hingga ajal datang lebih cepat. KTP mu pun mungkin jadinya sehari setelah kiamat.

Kebahagiaan umat diwakilkan kau seorang. Kenyang perutmu di atas yang lain sedang kelaparan. Piknik enak ke luar negeri saat rakyat masih di pinggiran.

Jangan kau pikir korupsi hanya tentang uang. Boleh jadi waktu adalah barang contoh yang lain. Bermalsan tambah tipsen saat orang tua banting tulang. Wahai mahasiswa, tak perlu banyak ku ingatkan karena kau maha. Berpikirlah, bekerjalah, atau setidaknya bergeraklah. Asal tak jadi dua sejoli yang tadi.

73


Paradigma “Bermain� Saham Oleh: Jessica Novia (MA’15)

Dewasa ini, banyak sekali anak muda yang sudah mengenal bahkan sudah mahir dalam trading/investasi pada instrumen keuangan saham. Hal ini dibuktikan dengan catatan pihak

KSEI[1] investor usia di bawah 21 tahun

sebanyak 3,82%; usia 21-30 tahun sebanyak 26,24%; usia 31-40 tahun sebanyak 25,12%; 41-50 tahunsebanyak 23,02%; usia 51-60 tahunsebanyak 13,95%; usia 61-70 tahunsebanyak 5,81%; usia 71-80 tahunsebanyak 1,71% dan sisanya yang berusia di atas 80 tahun dengan total keseluruhan yang mencapai 1,1 juta orang. Jelas dari data tersebut, pelaku pasar terbesar didominasi oleh anak-anak muda.

Peningkatan yang pesat tersebut tentunya dipacu oleh kemajuan fintech yang memudahkan segala pemantauan dan transaksi keuangan dan pastinya kerjasama dari berbagai pihak, termasuk BEI dengan program Yuk Nabung Saham dengan sekuritas ataupun instansi pemberi layanan jasa keuangan lainnya.

Sayangnya, masih banyak pihak yang mengedukasi tentang literasi keuangan di pasar modal dengan dalih mendapatkan customer baru tanpa memberi pandangan yang sebenarnya kepada pemain baru tersebut. Pihak-pihak pemberi edukasi cenderung hanya memperlihatkan keuntungan yang sebenarnya “mungkin�

akan diperoleh. Seharusnya, pemain baru haruslah ditanamkan

mindset tentang apa saja risiko yang sebenarnya akan dihadapi. Hal ini bertujuan agar pemain baru tersebut tidak kaget saat dihadapkan pada kenyataan di lapangan dengan volatilitas yang tidak terduga. Untuk pemula, untung dan rugi tentu masih sangat kelabu batasnya. Tidak menutup kemungkinan, mereka menjadi antipati terhadap pasar yang sebenarnya bisa diprediksi dengan seni dan perspektif analisa masing-masing.

74


Adapun dua risiko utama yang perlu ditanamkan pada diri seorang investor ataupun trader di pasar saham yaitu market risk dan liquidit risk. Pertama, market risk yaitu risiko terhadap capital gain/loss. Seperti yang sudah disebutkan di atas, kita tentu harus mengetahui cara utama untuk menyikapi risiko yang satu ini. Cara yang paling umum adalah menentukan batas loss dari harga average sekarang yang bersedia diambil dan memasang stop loss (bagi aplikasi yang memiliki layanan ini). Ini metode yang paling sederhana bagi pemula. Selain itu, investing/trading plan bisa disesuaikan dengan jangka waktu yang diinginkan. Kedua, liquidity risk adalah risiko tidak dapat mencairkan uang dalam bentuk saham (jumlah saham yang ingin dijual sangat banyak, sedangkan tidak ada yang bersedia membeli dengan harga kesepakatan pasar). Hal ini sangat umum terjadi pada mereka yang membeli saham di pasar negosiasi[2] dengan harapan dapat menjual kembali di pasar reguler. Ini hanya salah satu contoh, masih banyak faktor lainnya yang dapat membawa pelaku pasar pada risiko ini. Untuk menghindari saham yang memiliki potensi risiko ini, hindarilah membeli saham small caps dan tentunya tidak likuid (volume transaksi yang relative sangat kecil).

1

Pasar Modal Didominasi Investor MudaUsia 20-an Milenials era https://finance.detik.com/read/2018/01/24/233133/3832097/6/pasarmodal-didominasi-investor-muda-usia-20-an

2

Pasar negosiasi: pasar yang transaksinya berdasarkan kesepakatan antara anggota bursa jual dengan anggota bursa beli

75


Cerita Aksi 2 Tahun Jokowi Oleh: Annisaa Auliyaa Rabbani (MA’15) Kuno dan hal yang sia-sia. Sepertinya itulah yang ada di benak kebanyakan orang tentang demonstrasi dewasa ini. Aksi turun ke jalan yang zaman dahulu hal wajar dilakukan sebagai bentuk perlawanan kepada penguasa yang sewenang-wenang, kini sudah dianggap tabu. Banyak yang berkata, mahasiswa yang turun ke jalan sudah tidak relevan lagi dengan zaman sekarang. Bahkan ada segelintir orang yang berpikir bahwa kecacatan dalam pemerintahan tidak tepat kalau harus diurusi lagi oleh mahasiswa. Namun, bukan berarti mahasiswa di era teknologi ini tidak menyadari hal itu. Demonstrasi yang diisi dengan orasi dan terkesan seperti berteriak-teriak tidak jelas disadari oleh mahasiswa sebagai hal yang kurang tepat dilakukan dalam penyampaian aspirasi. Tapi, bukan berarti demonstrasi merupakan hal yang buruk, demonstrasi dapat dimaknai sebagai pembelajaran politik bagi mahasiswa, tentang bagaimana kita seharusnya bereaksi terhadap kesewenang-wenangan negeri ini. Demonstrasi bukan sekedar terjebak romantika kemahasiswaan masa lalu.

76


Massa aksi 2 Tahun Jokowi, 2016. Foto oleh Anugrah Yudha P.

Penasaran dan Kesempatan Sore itu, Kamis, 6 Oktober 2016, saya dan Dana Annisa Rifiena MA’15 (Dana) bertemu dengan Menteri PRISMA Aulia Ramadhan MRI’13 (Agam) di gedung tengah Sunken Court tempat sekretariat unit kajian Tiben berada. Kami datang bermaksud untuk mengobrol mengenai permasalahan PKL Dayang Sumbi dan gerbang belakang kampus ITB Ganesha yang sampai saat ini belum selesai kasusnya. Ditengah-tengah obrolan kami Agam berkata pada saya tentang rencana aksi yang akan diadakan pada tanggal 20 Oktober 2016 di Jakarta dalam rangka 2 tahun kepemerintahan Jokowi-JK. Saya lupa apa tepatnya yang ia katakan namun akhirnya dengan alasan regenerasi dan juga posisi saya sebagai manajer isu nasional kementrian PRISMA, ia menunjuk saya sebagai koordinator aksi kali ini. Saya yang sama sekali belum pernah aksi turun ke jalan tentu saja dibuat bingung karena tiba-tiba ditunjuk sebagai koordinator aksi. Agam kemudian meminta saya untuk menghubungi Ega Zulfa Rahcita TI’12 (Mbak Ega) untuk menanyakan kelanjutan rencana aksi ini. Agam juga menyarankan saya untuk mulai merancang kira-kira perangkat apa saja yang akan diperlukan nantinya. Selasa sore 11 Oktober 2016, saya, Agam, Mbak Ega, Dana, Menko Sosial Politik Kabinet Nyala KM ITB Luthfi Iqbal PL’12 (Obe), Yulida Rachma PL’14 (Yulida) dan juga Nur Ghifari Aziz PL’13 (Aziz) sebagai Menteri PUSAKA duduk melingkar di sekretariat KM ITB untuk membicarakan kelanjutan aksi 2 tahun Jokowi-JK. Obe mengatakan kalau nantinya KM ITB tidak akan melakukan aksi mandiri. Seperti aksi 20 Mei lalu, kali ini KM ITB akan bergabung dengan aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) untuk bersama-sama melakukan demonstrasi di depan Istana Negara Jakarta. Aliansi BEM SI berencana untuk mengkat 3 isu yakni lingkungan, kekerasan pada wanita dan anak-anak serta ekonomi. Pada isu lingkungan

77


masalah utama yang diangkat adalah program reklamasi dan kebakaran hutan, lalu pada bidang ekonomi akan diangkat masalah tax amnesty. Pada isu kekerasan wanita dan anak-anak akan diangkat masalah undang-undang hukuman kebiri. Selain 3 isu yang akan diusung oleh BEM SI, ITB sebagai koordinator bidang energi di BEM SI mengusulkan untuk menambah isu tentang mineral dan batubara (minerba) untuk diangkat saat aksi nanti. Hal itu didasari dengan alasan KM ITB merasa permasalahan yang ada di bidang energi (mineral, bahan tambang) kurang terangkat ke media. Ini disadari setelah dilangsungkannya acara September Energi bulan lalu. Ternyata banyak terjadi kecacatan hukum di bidang minerba ini, seperti diberlakukannya peraturan-peraturan yang bertentangan dengan undang-undang. Pertemuan hari itu lalu menghasilkan timeline kegiatan yang akan dilakukan sampai hari-H aksi dan juga susunan perangkat yang akan bertugas. Hari Kamis, 13 Oktober 2016 dikeluarkanlah pernyataan sikap resmi KM ITB terhadap isu minerba dengan menyertakan 5 tuntutan yang salah satu diantaranya adalah menuntut diturunkannya Luhut Binsar Panjaitan dari jabatannya sebagai Menteri ESDM dikarenakan niatannya untuk merubah salah satu Peraturan Pemerintah tentang minerba yang jelas-jelas melanggar Undangundang. Tapi kemudian esok harinya Presiden Jokowi melantik Ignasius Jonan mantan Menteri Perhubungan menjadi Menteri ESDM yang baru, dengan Archandra Tahar sebagai wakilnya. Rilis pernyataan sikap pun direvisi kembali. Menurut timeline yang sudah dibuat pada Selasa lalu, hari Jumat, 14 Oktober 2016 pukul 20.00 adalah jadwal untuk audiensi dengan Kongres KM ITB. Audiensi ini bertujuan untuk memaparkan tentang aksi yang akan dilakukan seperti konten yang akan dibawa dan teknis pada hari-H akan seperti apa. Audiensi ini juga dimaksudkan untuk meminta izin pada Kongres sebagai perwakilan dari massa kampus -atau lebih tepatnya massa himpunan- tentang

78


apakah KM ITB diperbolehkan untuk ikut aksi ke Jakarta atau tidak. Mengikuti forum Kongres merupakan hal baru bagi saya, seperti mendengarkan para senator menyampaikan aspirasi dan mengamati suasana apa yang tercipta ketika forum berlangsung. Atas dasar penasaran, walaupun esok hari saya harus menghadapi ujian tengah semester Aljabar Linier Elementer, saya mengikuti audiensi sampai selesai. Syukurlah, Kongres memutuskan memberi izin pada kami untuk melaksanakan aksi 20 Oktober nanti. Karena tuntutan akademik dan kewajiban kami belajar untuk ujian hari esok, saya dan Dana pulang terlebih dahulu dan tidak mengikuti Rapat Pimpinan yang diadakan setelah kami pulang. Aksi Bersama Rakyat Kecil Pencerdasan-pencerdasan tentang isu dan tuntutan yang akan dibawa juga tak lupa dilakukan pada berbagai kalangan dari mulai internal kabinet KM ITB, massa KM ITB, sampai masyarakat. Untuk massa KM ITB sendiri, selain penyebaran informasi melalui senator pada masing-masing HMJ, rilis pernyataan aksi pun disebar melalui akun-akun media sosial. Lalu, bagaimana dengan pencerdasan masyarakat? Pada timeline persiapan aksi telah diputuskan bahwa kami akan melakukan kegiatan pra-aksi pada hari Minggu tanggal 16 Oktober 2016 di kawasan Car Free Day yang berlangsung di sepanjang Jalan Ir. H. Juanda. Nantinya di dalam acara pra –aksi ini akan dilakukan berbagai macam kegiatan mulai dari orasi, teatrikal dan juga interaksi langsung ke masyarakat dalam bentuk wawancara mengenai kinerja Jokowi-JK selama 2 tahun. Malam hari sebelum pra-aksi, kami mempersiapkan berbagai macam keperluan yang dibutuhkan untuk esok harinya seperti mencetak rilis, membuat teknis lapangan, dan juga membuat poster-poster yang berisikan isu dan tuntutan 20 Oktober nanti. Selain itu Yulida

79


juga membuat komik yang berisikan cerita tentang bagaimana perusahaanperusahaan yang bergerak di bidang minerba dengan santainya melanggar undang-undang yang ada. Disela-sela kegiatan kami mempersiapkan pra-aksi sambil berkarauke di sekretariat KM ITB, tak lupa juga Menko Sospol, Obe, membuat lagu-lagu yang bertemakan tuntutan-tuntutan dan keberjalanan pemerintahan 2 tahun Jokowi-JK. Ketika bulan sudah meninggi, akhirnya terciptalah 2 buah lagu gubahan Obe yang nantinya juga dinyanyikan saat hari-H aksi. Katanya mau mandiri energi Sumber daya dikelola oleh anak negeri Kok malahan di relaksasi Peraturan-peraturan bau konspirasi Penguasa pengusaha bagi komisi Undang-undang dikhianati Tata diri tolak relaksasi Bangun industri tolak relaksasi Hilirisasi itu harga mati Melalui Official Account KM ITB dan broadcast ke grup-grup di media sosial, pra-aksi di CFD ini juga turut mengajak massa kampus untuk ikut berpartisipasi. Rencananya aksi akan dilaksanakan mulai pukul 07.00 dan diisi dengan orasi, teatrikal serta long march ke daerah Gasibu. Namun dikarenakan massa yang datang hanya sedikit -kurang lebih 20 orang- akhirnya diputuskanlah bahwa kami hanya akan berkegiatan di sekitar CFD Dago saja. Selain membawa flyer rilis pernyataan sikap, bendera KM ITB, toa, komik dan poster, Mbak ega bersama Audhina N. Afifah DI’12 (Udhin) juga membawa properti caping karton

80


dan kain tulle. Properti ini nantinya akan dipakai saat teatrikal ditengah-tengah masyarakat yang berada di CFD Dago. Ketika menunggu beberapa massa aksi lain yang akan ikut, tiba-tiba segerombolan anak laki-laki berusia sekitar 9–10 tahun datang ke arah kami. Saya sebenarnya tidak tahu anak-anak ini berasal dari mana namun sepertinya mereka mengenal beberapa massa aksi yang ikut hari itu. Awalnya mereka hanya berfotofoto dengan properti aksi yang kami bawa. Tetapi kemudian anak-anak kecil ini meminta agar diizinkan ikut aksi di CFD. Mereka bahkan yang paling bersemangat ketika menyanyikan lagu Halo-halo Bandung. Walaupun massa aksi kami hanya sedikit, boleh dibilang aksi di CFD ini cukup menyita perhatian masyarakat karena kehadiran anak-anak kecil tersebut. Obe bahkan menyebut mereka malaikat kecil karena telah “menyelamatkan” aksi ini. Selain membagikan flyer ketika long march dan juga orasi di depan Rumah Sakit Borromeus, beberapa dari kami juga menghampiri masyarakat untuk bertanya tentang pendapat mereka mengenai kepemerintahan Jokowi-JK selama 2 tahun menjabat sekaligus menjelaskan tentang tujuan kami melakukan aksi di CFD ini. Bukan hanya massa aksi yang menghampiri masyarakat, banyak juga masyarakat yang menghampiri kami dan bertanya tentang apa yang sedang kami lakukan. Ketika kami menjelaskan kepada masyarakat tentang aksi yang akan dilakukan di Jakarta, banyak yang mendukung niatan kami dan menyemangati kami. “Semoga aksinya bisa berjalan lancar, dan jangan lupa untuk hati-hati”, ujar salah seorang bapak. Kegiatan pra-aksi di CFD ini diakhiri dengan aksi teatrikal dari beberapa massa aksi dan juga anak-anak kecil yang sebelumnya ikut serta, kemudian dilanjutkan orasi dari Muhammad Mahardhika Zein SI’12 (Dhika) sebagai Presiden KM ITB dan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Tak lupa juga kami mengumandangkan Salam Ganesha dipimpin oleh Dhika.

81


Bertemu TPB dan utusan HMJ (lagi) Forum zona HMJ yang bertujuan untuk pemaparan lebih lanjut tentang aksi nanti dimulai dari hari Senin tanggal 17 Oktober hingga hari Selasa tanggal 18 Oktober. Forum zona ini juga dimaksudkan ntuk menanyakan kepastian dari setiap lembaga tentang jumlah massa yang sekiranya akan mengikuti aksi pada Kamis nanti. Forum zona dibagi menjadi 6 zona, 3 zona berlangsung pada hari Senin, sisanya pada hari Selasa. Saya, bersama Agam dan Dana bertugas di zona Barat Tengah. Dari 6 lembaga yang diundang hanya 4 lembaga yang perwakilannya bisa datang. Tidak lupa ajakan aksi juga disampaikan pada massa TPB. Hari Senin siang Mbak Ega dan beberapa staff Kementerian Sosial Politik mengunjungi massa SAPPK. Mbak Ega bercerita walaupun banyak yang menyatakan tidak bisa ikut aksi karena alasan UTS pada hari Sabtu, massa TPB sangatlah antusias dan juga responsif selama forum berlangsung. Tapi faktanya, saat hari H aksi TPB SAPPK-lah yang paling banyak ikut ke Jakarta. Kami juga sempat mengunjungi TPB FTMD. Praktikum yang dilangsungkan pada hari Kamis, membuat mereka tidak bisa mengikuti aksi. Karena keterbatasan waktu, tidak semua fakultas bisa kami kunjungi. Ajakan aksi hanya disampaikan pada ketua angkatan masingmasing fakultas untuk nantinya disampaikan lagi kepada angakatannya. Rabu, 19 Oktober 2016 pukul 19.00 briefing kepada massa aksi dimulai di basement CC Barat. Selain mengundang massa aksi yang sudah mendaftar, diundang juga perwakilan dari HMJ untuk pemaparan teknis aksi yang lebih detail dibandingkan saat audiensi kongres dan forum zona yang diadakan hari sebelumnya. Namun, yang datang pun tidak terlalu banyak. Di forum ini dijelaskan mengenai 5 tuntutan aksi yang sudah ditetapkan pada konsolnas tanggal 18 Oktober di Universitas Yarsi. Obe dan Dhika datang ke konsolnas di Jakarta sebagai perwakilan dari KM ITB. Obe juga menjelaskan tentang rencana

82


KM ITB mengunjungi DPR sebelum bertandang ke lokasi aksi di Istana Negara. Pada tanggal 20 Oktober 2016 bertepatan dengan hari-H aksi ternyata terdapat agenda Rapat Kerja Nasional Menteri ESDM baru Ignatius Jonan bersama dengan Komisi VII DPR RI. KM ITB sebagai koordinator di bidang energi yang membawa isu mengenai minerba akhirnya memutuskan untuk datang ke gedung DPR dengan tujuan peninjauan dan sekaligus memberikan buku Elegi Energi langsung kepada pihak yang bersangkutan. Tak lupa juga Obe memaparkan bahwa ketika aksi nanti ada massa aksi lain yang akan bergabung yakni dari aliansi buruh Indonesia yang membawa tuntutan upah kerja minimum Indonesia yang lebih rendah dari negara lain. Diperkenalkan juga Koordinator Lapangan yang akan bertugas yaitu Lubbi Sabiili Rusydi TM’14 (Lubbi). Malam itu juga kami mempersiapkan properti aksi yang akan dibawa esok hari, seperti membuat properti ikat kepala. 1000 flyer rilis pernyataan sikap dan komik buatan Yulida juga sudah diperbanyak pada siang hari. Poster-poster juga sudah di print dan ditempeli kardus dibagian belakangnya agar lebih kuat. Semua perlengkapan yang akan dibawa kemudian dimasukkan kedalam 2 buah kardus, dan persiapan selesai pada pukul 23.00. Mbak Ega terlihat senang sekali karena persiapan selesai jauh lebih awal daripada pengalaman aksi sebelumnya. Halo Atap Hijau Total massa aksi yang mendaftar kurang lebih 86 orang dan dari HIMATIKA ITB –HMJ tempat saya bernaung- hanya 2 orang yang dapat ikut serta, yakni saya dan I Gede Bagus Gigih Ferdian MA’15 (Gigih). Dari awal ketika Agam meminta saya menjadi koordinator aksi, saya sudah mengajak Gigih untuk ikut serta dalam persiapan aksi, tapi karena ada kesibukan lain ia menolak. Namun Gigih berjanji kepada saya untuk datang pada hari H aksi. Sayang sekali Dana, teman satu jurusan saya yang juga turut serta dalam mempersiapkan aksi ini tidak bisa datang karena ada urusan lain.

83


Massa aksi diminta untuk berkumpul di Tugu Kubus pada pukul 04.30 pagi. Ketika saya datang, baru beberapa orang yang sudah berada di Tugu Kubus salah satunya adalah Obe. Massa aksi lainnya satu per satu berdatangan seiring dengan matahari yang mulai muncul. Kami pergi ke Jakarta dengan menggunakan 1 buah bis dan 3 buah mobil. Presiden KM, Dhika yang bertugas sebagai jenderal lapangan berangkat terlebih dahulu bersama Mbak Ega dan Aziz pada pukul 3 pagi menggunakan mobil pribadinya untuk menghindari macet dan agar bisa tiba pagi hari saat pembukaan aksi. Mobil yang dikendarai oleh Nicco Avinta FT’15 (Nicco) membawa Obe yang akan menuju gedung DPR terlebih dahulu untuk mengurus perizinan dan lain-lain. Ardhi Rasy Wardhana TA’13 (Ardhi) dengan beberapa massa aksi lain menggunakan mobilnya juga pergi lebih awal untuk kemudian bertugas sebagai divisi konsumsi yang akan mempersiapkan makan siang untuk massa aksi. Bis akhirnya berangkat pukul 6 pagi. Namun, tidak semua massa aksi ikut berangkat pada pagi hari. Karena ada urusan lain yang harus diurus, banyak massa aksi yang menyusul pada siang harinya. Ada juga massa aksi yang sebelumnya sudah berada di Jakarta. Bis memasuki kawasan Jakarta sekitar pukul 09.00 WIB. Karena kondisi pagi itu yang lumayan padat, perjalanan menuju gedung DPR memakan waktu yang cukup lama. Massa aksi di bis memanfaatkan waktu untuk berlatih lagu-lagu yang diciptakan Obe. Kami berlatih lagu dipimpin oleh Muhammad Luthfi J TM’12 (Upi). Lucunya walaupun Upi memimpin menyanyikan lagu, tapi ialah satu-satunya orang selalu salah nada pada salah satu bagian lagu, tapatnya pada bagian “Sudah 2 tahun, jangan lupa kawal Jokowi”. Kita bakal demonstrasi, bareng-bareng sama BEM SI Sudah 2 tahun jangan lupa kawal Jokowi Belum lagi tax amnesty, langgar hukum sana sini Sudah 2 tahun jangan lupa kawal Jokowi Minerba di relaksasi, hilirisasi cuma mimpi

84


Sudah 2 tahun jangan lupa kawal Jokowi Perlindungan perempuan, hanya seperti impian Sudah 2 tahun jangan lupa kawal Jokowi (dinyanyikan dengan nada Salam 2 Jari Jokowi-JK) Obe juga selalu memberikan kabar mengenai kelanjutan kunjungan KM ITB ke DPR. Setelah menemui humas DPR, Obe berkata kalau sudah mendapatkan izin memasuki ruang rapat tapi hanya diperbolehkan 20 orang saja. Karena KM ITB membawa massa sebanyak 58 orang, disepakatilah rencana bahwa massa aksi akan dibagi 3 shift agar semua bisa melihat dan masuk ke dalam ruang rapat. Kurang lebih pukul 10.00, bis kami memasuki area gedung DPR MPR. Ini pertama kalinya saya datang ke DPR. Saya kagum dengan atap hijaunya yang katanya terlihat seperti burung garuda yang sedang menunduk, melambangkan DPR dan MPR sebagai wakil rakyat yang selalu melihat ke bawah dan membela rakyatnya. Setelah turun dari bis kami bertemu dengan Obe, melakukan briefing dan kemudian bersama-sama masuk ke bagian dalam gedung. Sebelum benarbenar masuk ke ruang rapat, kami harus melalui bagian penerimaan tamu terlebih dahulu. Ternyata rencana rolling massa yang kami buat gagal untuk dilaksanakan, bagian penerimaan tamu hanya memperbolehkan 5 orang saja yang dapat masuk ke ruang rapat, padahal sebelumnya dibagian humas sudah diperbolehkan membawa 20 orang. Disitu massa aksi tidak bisa berbuat apa-apa selain memenuhi peraturan yang berlaku disana. Akhirnya perwakilan KM ITB yang diutus untuk melakukan peninjauan di Rakernas ini adalah Obe, Nicco, Adriana Kumala SI’14 (Ana), Dwi Bintang Susatyo TM’14 (Bintang) dan Prima

85


SAPPK’16. Massa aksi sisanya kemudian melanjutkan perjalanan ke Istana Negara untuk kemudian bergabung bersama massa aksi BEM SI.

KM ITB menyerahkan buku Elegi Energi kepada Menteri ESDM Ignasius Jonan

Mahasiswa yang Turun ke Jalan Massa aksi turun dari bis beberapa meter di belakang barisan aksi BEM SI yang menutupi sebagian ruas Jalan Medan Merdeka. Belum sempat kami masuk ke barisan aksi, massa aksi perempuan dari KM ITB langsung diarahkan ke dalam area Monas untuk melaksanakan solat Dzuhur. Kami -massa aksi perempuan- dipisahkan dengan massa aksi laki-laki yang menunaikan solat Dzuhur di tengah jalan. Kondisi saat itu masih terlihat kondusif, namun massa aksi masih dihalangi oleh barisan polisi untuk mendekati Istana Negara. Bahkan massa aksi tidak diperbolehkan untuk masuk ke area aksi yang di rencanakan sebelumnya. Area aksi yang dimaksud yaitu pelataran depan gerbang Monas yang menurut peraturan yang ada adalah tempat yang legal untuk melakukan aksi demonstrasi.

86


Setelah melaksanakan ibadah solat Dzuhur, massa aksi perempuan kemudian bergabung lagi bersama massa aksi lainnya. Barisan aksi kali ini disusun dengan barikade massa aksi laki-laki yang mengelilingi massa aksi perempuan, mobil sound yang berada ditengah-tengah barisan, dan barisan panjipanji yang berada di depan berhadapan langsung dengan barisan polisi. Saat itu, setelah semua massa aksi telah bergabung kembali, massa aksi dari aliansi buruh juga ikut bergabung. Secara bergantian perwakilan dari mahasiswa dan buruh menyampaikan orasinya dengan tidak lupa diselingi agitasi-agitasi yang bertujuan untuk membakar semangat massa aksi. Di momen inilah Upi sebagai perwakilan dari KM ITB naik ke atas mobil sound dan mengajak massa aksi untuk bersamasama menyanyikan salah satu lagu gubahan Obe. Aksi ini membawa tagar Literasi Mahasiswa, yaitu Lima Tuntutan Reformasi Mahasiswa yang berisikan tuntutan sebagai berikut: 1. Tindak tegas mafia kasus kebakaran hutan dan lahan 2. Tolak reklamasi Teluk Benoa dan Teluk Jakarta 3. Tolak tax amnesty yang tidak pro rakyat 4. Tolak perpanjangan izin ekspor konsentrat setelah Januari 2017 dan komitmen terhadap usaha hilirisasi minerba 5. Cabut hukum kebiri, selesaikan akar permasalahan kejahatan seksual pada perempuan dan anak Dari mulai ibadah shalat Dzuhur selesai ditunaikan sampai adzan Ashar berkumandang aksi terus menerus diisi dengan orasi tentang tuntutan-tuntutan yang dibawa dan tidak lupa meminta Presiden Joko Widodo untuk keluar dan menemui mahasiswa. Aksi dihentikan sementara karena akan dilaksanakan shalat Ashar berjamaah. Massa aksi perempuan dari KM ITB kemudian menuju ke bagian dalam Monas untuk beristirahat karena sebelumnya sudah melaksanakan solat Ashar terlebih dahulu.

87


Sekitar pukul 15.30 datanglah barisan aksi baru dari arah dalam area Monas yang berjumlah cukup banyak, hampir menyaingi jumlah massa aksi BEM SI. Saya tidak tahu dari aliansi mana massa aksi ini datang, tapi dari panji-panji yang saya lihat, barisan massa aksi itu terdiri dari HMI, PMII, PMKRI dan beberapa organisasi lainnya yang saya tidak ketahui. Kedatangan massa aksi ini cukup membuat gempar polisi-polisi yang juga sedang beristirahat. Sebelumnya, ketika massa aksi KM ITB sedang beristirahat makan siang di depan gedung RRI, saya melihat sedikit massa dari HMI yang membawa spanduk besar yang saya juga lupa tulisannya apa. Saya berpikir HMI akan ikut bergabung bersama massa aksi kami, tapi ternyata ia membawa massa aksi sendiri yang jumlahnya juga cukup banyak. Pukul 16.00 kami kembali lagi memasuki barisan massa aksi BEM SI. Massa aksi buruh sudah tidak bergabung bersama kami sejak pukul 14.00, namun mereka meminjamkan mobil soundnya kepada massa aksi BEM SI. Massa aksi masih terus mendesak Presiden Joko Widodo untuk segera keluar dan menemui mahasiswa. Massa aksi juga meminta kepada polisi agar dibukakan jalan untuk menuju arah Istana Negara. Selain orasi dan agitasi yang terus-menerus dilakukan oleh perwakilan mahasiswa, demonstrasi ini juga diisi dengan aksi teatrikal yang dilakukan oleh perwakilan mahasiswa dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Islam SEBI (STEI SEBI), dan Politeknik Negeri Jakarta (PNJ). UPI menampilkan teatrikal yang menceritakan tentang 2 orang anak bernama Nawa dan Cita yang dilupakan oleh Bapak kandungnya sendiri. Padahal dulu 2 orang anak ini sangat disanjung oleh sang Bapak. Kurang lebih pukul 16.30 barisan massa aksi memutuskan untuk menutup keseluruhan Jalan Medan Merdeka karena permintaan mahasiswa yang tidak digubris sama sekali oleh polisi dan juga pihak Istana Negara. Sempat juga

88


terjadi aksi dorong-dorongan antara mahasiswa dengan polisi yang menyebabkan ada salah satu mahasiswa yang terluka dibagian kepalanya. Tak lupa juga aksi dibarengi dengan dikumandangkannya lagu-lagu perjuangan seperti lagu Darah Juang oleh seluruh massa aksi. Sampai sekitar jam 17.00 Presiden Joko Widodo masih belum mau menemui mahasiswa. Dari berita yang saya dapat di media sosial, Jokowi sedang menerima gubernur-gubernur untuk membahas masalah pungutan liar. Presiden mahasiswa dari universitas-universitas pun sebenarnya sudah menemui pihak terkait dan meminta Presiden Joko Widodo secara baik-baik untuk keluar menemui mahasiswa yang dari pagi hari sudah melakukan aksi. Tapi apa yang diterima Presma dari pihak Istana sangat jauh dari harapan. Pihak istana menolak kedatangan mahasiswa dan tidak mau tahu nasib dari massa aksi, karena massa aksi bukan tanggung jawab Istana melainkan tanggung jawab Presma masingmasing. Untuk Tuhan, Bangsa, dan Almamater Dengan perasaan kecewa yang sangat mendalam karena kedatangan mahasiswa yang ditolak mentah-mentah oleh pemerintah, pukul 18.00 akhirnya demonstrasi diakhiri dengan melakukan aksi teatrikal pemakaman foto Presiden Jokowi dan wakilnya Jusuf Kalla yang melambangkan matinya hati nurani penguasa yang berkuasa di negeri ini. Sebelum kembali ke bis dan pulang ke Bandung, massa aksi KM ITB berkumpul dahulu di sekitar Jalan Medan Merdeka untuk menunggu kembalinya Presiden KM ITB, Dhika dari barisan massa aksi BEM SI. Saat semua massa aksi sudah berkumpul, Dhika lalu menjelaskan tentang apa yang terjadi di bagian depan barisan massa aksi dan juga hal-hal yang perlu disampaikan tentang mengapa Jokowi tidak bisa hadir menemui mahasiswa.

89


KM ITB lalu menutup aksi hari itu dengan melakukan Salam Ganesha di tengah-tengah Jalan Medan Merdeka Jakarta. Langit Senja Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang sudah meluangkan waktunya untuk mempersiapkan aksi ini. Saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh massa aksi baik dari KM ITB maupun dari universitas di seluruh Indonesia yang turut bergabung pada aksi 2 tahun Jokowi-JK pada 20 Oktober 2016 kemarin. Walaupun pihak mahasiswa tidak dapat bertemu dengan Presiden Joko Widodo, bukan berarti aksi kemarin merupakan sebuah kegagalan. Setidaknya kita sudah membantu masyarakat untuk menyadari bahwa negeri ini tidak sedang baik-baik saja. Aksi kemarin juga menandakan kalau perjuangan kita belum berakhir sampai disini.

90


This page intentionally left blank

91


92


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.