EKO PRAWOTO A sustainable Architect
winda ayu febriyanti_5180911128 diakronik arsitektur indonesia_c_dita ayu rani natalia, s .t., m. sc.
tentang
EKO PRAWOTO biografi SINGKAT Ir. Eko Agus Prawoto M.Arch, IAI. atau dikenal dengan Eko Prawoto adalah seorang arsitek sekaligus Dosen di salah satu Universitas Swasta di Yogyakarta. Beliau lahir di Yogyakarta tahun 1959 yang dikenal karena karya-karyanya terkesan ‘melawan arus’. Selama perjalanan karirnya di dunia arsitektur, beliau telah mendesain beberapa bangunan (gereja, hunian, galeri seni, dan cafe) dan mengadakan pameran skala Internasional di beberapa negara di dunia.
pendidikan & karir 1982 - Lulus dari Teknik Arsitektur UGM, Yogyakarta 1980- 1985 - Bekerja di PT Prima Design, Yogyakarta 1993 - Mendapat gelar Master dari Berlage Institute, Belanda 1999 - Menyelenggarakan pameran ‘Cities On The Move’ di London, Helsinski, dan Wina. 2002 - Menyelenggarakan pameran di Guang Zhou, China 2004 - Ikut berpartisipasi dalam “Art Event“ di Italia 2004 - Memperoleh penghargaan IAI atas karyanya mendesain Cemeti Art House sebagai bangunan kebudayaan. 2013 - ‘Warmhole’ masuk Singapore Biennale 2019 - Mengikuti pameran “i Light Singapore” Sekarang - Principal Eko Prawoto-Architecture Workshop dan Dosen di UKDW, Yogyakarta
tokoh panutan Eko Prawoto mengidolakan YB Mangunwijaya atau Romo Mangun (alm), dikarenakan pandangan Romo Mangun terhadap keberpihakan pada yang terpinggirkan oleh arus utama.
instalasi
I Light Singapore
Bale Kambang (Belgia)
Singapore Biennale 2013
winda ayu febriyanti_5180911128_diakronik arsitektur indonesia_c
arsitektur menurut
EKO PRAWOTO PERAN DALAM SEJARAH ARSITEKTUR INDONESIA Eko Prawoto dikenal dengan karya-karyanya yang beda dari arsitek pada umumnya. Beliau memilih untuk mengikuti langkah dari YB Mangunwijaya atau Romo Mangun (alm) yang mengarah pada Arsitektur Humanisme. Yaitu arsitektur yang berpihak pada ‘memanusiakan’ user yang terpinggirkan oleh gemerlap pembangunan yang mengejar moderenitas. Karya arsitekturnya menjadi fenomena yang menarik lantaran kepolosannya. Atau bisa diibaratkan, bersolek dengan apa yang ada dan tersedia.
konsep desain ruang
struktur
sustainable design
material
dekoratif
Eko Prawoto dalam mendesain memiliki ciri tersendiri. Berbeda dengan arsitek kebanyakan yang mendesain dengan material baru, Eko lebih memilih material daur ulang yang masih layak digunakan. Di beberapa bangunan yang pernah ia desain, muncul suatu tipologi yang menjadi keunikan tersendiri. Eko mendesain bangunan menggunakan perspektif yang menegaskan bahwa bangunan sebagai kebutuhan untuk melakukan transformasi hidup yang lebih baik. Hidup dengan keberlanjutan, untuk meminimalisir kerusakan lingkungan. Untuk menciptakan desain yang berkelanjutan, Eko mengkonďŹ gurasikan ruang, struktur, material dan elemen dekoratif. Empat elemen tersebut digunakan untuk menyelaraskan bangunan dengan lingkungan sekitarnya. KonďŹ gurasi ruang yang dimaksud yaitu penataan ruang yang dibuat komunal untuk mewadahi berbagai interaksi dari user bangunan. Untuk struktur bangunan banyak menggunakan bahan dari alam, seperti kayu, bambu, batu alam, maupun dari batu bata bekas. Sedangkan untuk elemen dekoratifnya, Eko banyak mengekspos detail sambungan. Baik sambungan kayu yang berbeda penampang, maupun sambungan kayu dengan batu alam. Bagi Eko, arsitektur bukan sebuah entitas lepas yang berawal dan berakhir dalam dirinya sendiri, namun lebih sebagai 'platform' untuk menganyam lagi aspek sosial, budaya dan lingkungan.
winda ayu febriyanti_5180911128_diakronik arsitektur indonesia_c
karya arsitektur
EKO PRAWOTO cemeti art house Cemeti Art House yang terletak di Jl. DI Panjaitan No.41, Mantrijeron, Yogyakarta merupakan salah satu karya Eko Prawoto yang mendapatkan penghargaan dari IAI sebagai bangunan kebudayaan pada tahun 2004. Bentuk bangunan yang menggabungkan dua wajah arsitektur, yaitu industrial dan kontemporer. Meletakkan Joglo pada entrance merupakan bentuk cerminan dari budaya Jogja yang hangat dalam menerima tamu, sedangkan bangunan utama menggunakan gaya industrial yang ‘polos’ untuk memudahkan berbagai tema pameran untuk menyesuaikan dengan tempat.
b u t e t k e r ta r a d j a s a’ s h o u s e Kediaman seniman teater Indonesia, Butet Kertaradjasa dibangun pada tahun 2001 dengan bantuan Eko Prawoto sebagai arsiteknya. Bangunan ini berlokasi di Desa Tamantirto, Kasihan, Bantul. Dalam project-nya kali ini, Eko Prawoto mendesain hunian dengan ‘mengalah pada alam’ karena masa bangunan yang menyesuaikan dengan letak pohon yang ada di dalam site. Tampilan rumah dibuat sederhana, minim ornamen, dan tidak mencolok. Selain itu, bangunan juga menonjolkan material lokal seperti batu alam, kayu, dan bambu.
winda ayu febriyanti_5180911128_diakronik arsitektur indonesia_c
karya arsitektur
EKO PRAWOTO penerapan pada bangunan
umpak dan kolom kayu
pintu-jendela bekas
material bambu
penggunaan material bambu
keramik bekas
kolom batang pohon
pohon di tengah ruang komunal
DAF TAR P USTAKA http://nicocalonarsitekprofesional.blogspot.com/ https://kayanblog.wordpress.com/2015/06/10/arsitek-dan-karyanya-ir-eko-agus-prawoto-m-arch-iai/ https://temuilmiah.iplbi.or.id/wp-content/uploads/2018/12/IPLBI-2018-C093-098-Eko-Prawoto-Mengasuh-Budayadan-Mencipta-Puitisasi-Arsitektur.pdf https://www.designboom.com/art/eko-prawoto-pitches-wormhole-with-conical-bamboo-structures-11-01-2013/ https://fdokumen.com/document/eko-agus-prawoto.html
winda ayu febriyanti_5180911128_diakronik arsitektur indonesia_c