Buletin PPSU Taiwan edisi I, 2 Mei 2015
Yeayyy....Selamat Hari Pendidikan bagi generasi – generasi muda Indonesia,..hari ini tepatnya 2 Mei bangsa Indonesia merayakan Hari Pendidikan Nasional. Tepatnya di hari istimewa ini PPSU mengeluarkan Buletin nya yang pertama. Buletin?? Ya..BULETIN PPSU Taiwan...:)
Mulai saat ini PPSU Tawian memiliki buletin dimana melalui buletin ini kita bisa saling berbagi cerita, pengalaman, semangat, dan segala hal lah pokonya yang mau dibagiakan..bagi makanan juga boleh..tapi kirim lewat pos ya..heheheh..dan juga melalui buletin ini kita bisa menyalurkan berbagai inspirasi dan aspirasi kita baik itu tentang study kita selama di negara Formosa ini, tentang Indonesai atau tentang apapun yang bisa menginspirasi kita semua anggota PPSU untuk semakin bersemangat dalam meraih mimpi dan cita-cita kita.. Oh ya..TEMA buletin kita yang pertama ini adalah..Hari Pendidikan Nasional Indonesia..masih adakah yang tidak tahu mengapa kita merayakan hari bersejarah ini di tangal 2 Mei???Mungkin banyak yang lupa..hehehe.. mulai saat ini jangan lupa lagi ya..wkwkwwk... di awal buletin ini kita akan diingatkan tentang sejarah hari Pendidikan Nasional kita beserta tokoh yang berperan penting dalam kemajuan pendidikan bangsa kita..
Sungguh kesempatan yang istimewa sebagai generasi muda Indonesia kita bisa mengecap pendidikan di luar negeri.... bagaimanakah kita menyikapi kesempatan ini? apakah ada kebanggan pada diri sendiri di diri kita karna telah berhasil menginjakkan kaki untuk menuntut ilmu disini? melalui puisi ‘Hei kamu yang merasa terdidik! ’ kita bisa bercermin tentang diri kita sebenarnya...dan sebuah pesan untuk nanti harus pulang dalam puisi ’Untuk
anakku yang mengembara’
dan tulisan ‘’Kemana
Putra-Putri Bangsa Kita Berlabuh (?) ’’
menjadi perenungan bagi kita yang menuntut ilmu di negara asing... dan di dinding ‘BerBagi CeriTa’ kita juga akan mengetahui cerita berbagi pengalaman teman-teman kita yang juga sedang berjuang dengan study nya disini.. serta di “Sesi Bertanya’’ teman2 dari berbagai kampus akan menjawab pertanyaan yang telah disediakan oleh Divisi Informasi dan Komunikasi...Selamat membaca..
Hari Pendidikan Nasional
Hari pendidikan nasional adalah hari dari jati diri bangsa dimana hari pendidikan bisa menggambarkan atau ruh dari bangsa kita, bangsa yang besar adalah bangsa yang peduli akan pendidikan, dan pendidikan adalah modal awal dari perkembangkan bangsa. Berbicara tentang pendidikan pasti kita mengenal sosok tentang Ki Hajar Dewantara Apa, Mengapa, Dan Bagaimana Pendidikan Nasional Dipandangan Ki Hajar Dewantara. Siapa yang gak kenal sosok tokoh pendidikan Bapak Ki Hadjar Dewantara, tokoh yang berjasa memajukan pendidikan di Indonesia ‘’Dari di sinilah kita, siap sedia memberi korban yang sesucisucinya‌ sungguh, korban dengan ragamu sendiri adalah korban yang paling ringan‌ memang awan tebal dan hitam menggantung di atas kita. (Ki Hadjar Dewantara). Ajaran kepemimpinan Ki Hadjar Dewantoro yang sangat poluler di kalangan masyarakat adalah Ing Ngarso Sun Tulodo, Ing Madyo Mbangun Karso, Tut Wuri Handayani. Jadi makna Ing Ngarso Sun Tulodo adalah menjadi seorang pemimpin harus mampu memberikan suri tauladan bagi bawahan atau anak buahnya. Sehingga yang harus dipegang teguh oleh seorang pemimpin adalah kata suri tauladan. Sebagai seorang pemimpin atau komandan harus memiliki sikap dan perilaku yang baik dalam segala langkah dan tindakannya agar dapat menjadi panutan bagi anak buah atau bawahannya. Sama halnya dengan Ing Madyo Mbangun Karso, Ing Madyo artinya di tengah-tengah, Mbangun berarti membangkitan atau menggugah dan Karso diartikan sebagai bentuk kemauan atau niat. Karena itu seorang pemimpin juga harus mampu memberikan inovasiinovasi dilingkungan tugasnya dengan menciptakan suasana kerja yang lebih kodusif untuk keamanan dan kenyamanan kerja. Sehingga artinya Tut Wuri Handayani ialah seorang komandan atau pimpinan harus memberikan dorongan moral dan semangat kerja dari belakang. Memaknai Hari Pendidikan Nasional Tanggal 2 mei bangsa Indonesia memperingati hari pendidikan nasional. Tanggal 2 mei dijadikan sebagai hari lahirnya pendidikan di Indoensia diambil dari hari lahir salah satu tokoh perjuangan pendidikan di Indonesia. Ki Hajar Dewantara atau Raden Mas Soewardi dan mendedikasikan dirinya untuk pedidikan, di kala itu tahun 1922 Ki Hajar Dewantara mendirikan institusi pendidikan yang bernama Sekolah kerakyatan di Yogyakarta. Sebuah perjuangan yang mulia dan juga tidak mudah. Waktu itu bangsa Indonesia masih dilanda kebodohan, keterbelakangan akibat penjajahan belanda. Pergerakan memajukan pendidikan telah mempersiapkan putra-putra bangsa yang siap berjuang untuk Indonesia menuju kemerdekaan. Hasilnya pun terbukti, kita sekarang sudah merdeka. Namun apakah semangat perjuangan dari para pahlawan pendidikan kita terdahulu masih tejaga hingga saat ini. Kemerdekaan yang telah dicapai oleh bangsa Indonesia, belum membuat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju. Bahkan Indonesia masih tergolong negera yang masih berkembang, kualitas pendidikan masih kalah tertinggal oleh negara jiran seperti Malaysia dan Singapura. Padahal kita tahu sendiri bahwa bangsa kita sudah lebih dahulu merdeka, yang lebih hebatnya lagi di tahun 1970 para putra bangsa Indonesia menjadi guru dan pengajar di Malaysia. Kenapa kita jadi tertinggal ?, atau bahkan mungkin pendidikan kita berjalan ditempat ?, atau lebih parahnya lagi kualitas pendidikan kita saat ini menurun ?. Entahlah, yang pasti kita belum merasakan kualitas seluruh sumber daya manusia Indonesia saat ini mampu bersaing dengan bangsa-bangsa di Dunia ini. Yang terjadi sekarang justru masih banyak rakyat miskin, tidak mempunyai keahlian, pengangguran dimana-mana. Apa yang salah dengan bangsa ini ?Padahal sekarang sekolah sudah lebih banyak dari pada zaman kita belum merdeka. Semoga saja pada peringatan hari Pendidikan Nasional tahun ini, dijadikan sebagai tonggak perubahan ke arah yang lebih baik, Menjadi bangsa yang pintar dan bermatabat, yang akan
membawa kepada kemajuan dan kemakmuran bangsa Indonesia
http://www.artikelbagus.com/2012/04/artikel-hari-pendidikan.html#ixzz3WE3V65Pk
Hei kamu yang merasa terdidik! Kamu yang punya kesempatan Kesempatan merasakan pendidikan
Pendidikan yang membuatmu terdidik Terdidik menjadikanmu pemikir dan petindak Pemikir yang memiliki wawasan yang luas Petindak yang melakukan terobosan-terobosan Terobosan dari ketajaman dalam membaca masalah Masalah bangsa yang telah lama ada Kemiskinan, ketidakadilan, integritas Adalah sebagian dari masalah bangsa itu Apakah kamu yang merasa terdidik masih memikirkan diri sendiri? Keterdidikanmu bukanlah semata-mata Untuk meraih cita-citamu Membuatmu hidup mandiri Punya kepentingan untuk hidup senang Keterdidikanmu seharusnya membuatmu Menjadi instrument pergerakan Mengajar-mendidik-menginspirasi-menggerakkan Menjadi sengat buat sekitarmu Sengat bukanlah perenungan semata Sengat adalah sebuah kegerakan Kegerakan membangun kembali bangsa dan Menghadirkan damai sejahtera Hei kamu yang merasa terdidik By:Misi Magdalena Manalu
Untuk anakku yang mengembara Ku rentangkan tanganku menyambutmu ketika turun ke dunia Ku hadiahi kau dengan tanah yang luas, samudera biru yang membentang dan perut bumi yang menafkahimu
Ku pastikan kau akan hidup nyaman Kau adalah pewaris dari negeri yang kaya ini..Maka jagalah Ketika kau SD kau bernyanyi, Mengagungkan keindahan negerimu Tentang kolam ikan dan tongkat kayu Tentang nenek moyangmu yang hebat membangun Borobudur tanpa semen Tentang mereka pelaut yang ulung Dan pahlawanmu yang mengusir penjajah dengan bambo runcing Bung Tomo, Soedirman, Soekarno, Hatta Aku akan seperti mereka, mencintai negeri ini sampai aku mati Ketika kau semakin besar, kau mulai menyelaraskan mata dengan otakmu Realistis kah namanya? Bahkan di usiamu yang dini kau mulai belajar berkonspirasi Kau mengabaikan kebenaran dan perjuangan,Nilai luhur yang diwariskan para pendahulumu Jika saja Soekarno, Hatta, Bung Tomo dan Soedirman memikirkan diri mereka terlebih dulu Kau pasti masih berada dibawah penjajah-penjajah itu Kau semakin besar dan semakin banyak melihat Negerimu ini tak seindah yang ada di dalam buku sejarah Di Televisi, Koran kau melihat pejabat bertengkar Dan yang paling membuatmu termenung, mereka mencuri Korupsikah namanya? Hatimu pun bertanya mengapa mereka tidak mencintai negeri ini? Kau melihat negaramu jauh jauh jauh jauh dan sangat jauh tertinggal Orang lain mengenal negaramu sebagai negeri antah berantah Dan kau tidak bisa berdiri diatas kakimu di negeri orang lain Ku lihat kau mengembara Kau tatap negerimu dari kejauhan dengan cerita yang masih sama Ku lihat kau menundukkan kepalamu, Ku lihat kau berjalan terseok-seok Ku dengar kau mengeluh mengapa dinegeriku begini dan begitu Apa hebatnya menjadi dirimu kalau hanya mengeluh? Lalu anakku, ku tunggu kepulanganmu Ku biarkan kau mengembara tetapi ingat untuk kembali Karena kau adalah harapan Demi tanah tempat kau pertama kali berpijak, demi langit yang menaungimu Demi pahlawan dalam sejarah dan demi masa depan negerimu Kau yang menamakan dirimu terdidik harus pulang Kau harus pulang By:Nasrani Lumban Gaol
Berbagi Cerita
Mengapa perlu belajar dari Negara maju? Sebuah pengalaman pribadi di Taiwan Nama saya Enricho Fiktorando Purba. Alumni dari pendidikan bahasa Inggris Unimed, lulusan 2012.Setelah lulus saya bekerja kurang lebih 2 tahun. Kemudian, diterima di National Chung Cheng University Taiwan pada Fall Semester.Saya memulai perkuliahan 15 September 2014, di jurusan Educational Leadership and Management Development. Saya terlahir dengan rasa ingin tahu yang cukup tinggi.Kadang hampir semua hal saya tanya dengan kata “mengapa”. Contohnya, mengapahanyadengan menekan tombol “starter” pada sepeda motor, mesinnyabisa hidup dan bersuara serta bisa menggerakkan sepeda motor yang cukup besar. Contoh lain, kenapa pesawat terbang yang sangat besar dan berat itu bisa terbang padahal layangan yang ringan saja butuh angin yang kencang supaya bisa terbang keangkasa. Masih hampir sama, saya sering bertanya dalam hati kenapa kapal yang berat dan terbuat dari besi atau baja tidak tenggelam diperairan padahal batu yang kecil saja pun mudahtenggelam di air. Banyak sekali pertanyaan yang muncul di fikiran saya. Nah, kemana saya bertanya? Biasanya saya akan bertanya kepada orang yang memiliki pengetahuan yang lebih banyak. Meskipun terkadang saya biarkan saja pertanyaan itu mengendap di kepala saya, hingga menemukan jawaban sendiri lewat membaca. Namun, intinya saya selalu bertanya kepada orang yang lebih “maju” pengetahuannya. Termasuk buku atau artikel yang saya baca adalah buah pemikiran dari orang yang jauh lebih maju dari saya. Hal yang sama juga terjadi ketika ditanya mengapa harus belajar dari Negara maju. Negara maju pada umumnya memiliki tingkat pengetahuan yang lebih tinggi. Ibaratnya mereka adalah orang yang saya tanya tadi ketika saya penuh dengan kata “mengapa”. Itulah salah satu alasan saya kenapa saya memilih untuk melanjutkan perkuliahan di Taiwan. Berdasarkan pengamatan saya selama kurang lebih 7 bulan berada di Taiwan, saya setuju kalau Taiwan memang Negara maju. (Meskipun saat ini status kenegaraan Taiwan masih menjadi isu politik yang kontroversial). Dan saya tidak akan membahas itu di sini. Nah, kalau begitu, apa sebenarnya yang membuat Taiwan tergolong menjadi Negara maju? Berbicara masalah maju banyak faktor yang mengindikasikan Negara itu maju. Diantaranya GDP, Pendapatan per kapita, sistem pendidikan, penguasaan teknologi dlsb. Taiwan terkenal dengan American-oriented. Pengaruh sistem budaya Amerika sangat kuat di Taiwan. Tak heran, kebanyakan dosen yang saya temui di kampus saya adalah lulusan Amerika. Selain itu, beberapa teman yang saya kenal selama di Taiwan juga ingin melanjutkan studi lanjutnya (Master atau Ph.D) ke Amerika. Proses Pembelajaran Sistem pendidikan Taiwan juga dipengaruhi oleh sistem pendidikan Amerika Serikat. Asumsi saya, mereka, warga Taiwan juga belajar dari Negara yang lebih maju dari mereka. Menurut penuturan salah satu dosen saya dulunya Taiwan juga tertinggal dalam kualitas pendidikan. Namun, di era 1960-an, ada banyak sekali lulusan sarjana yang melanjut keluar negeri seperti Amerika Serikat, Inggris dan Jerman. Menariknya, kebanyakan setelah lulus mereka kembali ke Negara asal. Dan sama– sama memiliki hasrat yang cukup besar ingin memajukan negaranya. Mungkin ini agak berbanding terbalik dengan pelajar Indonesia yang melanjut keluar negeri. Dosen (Tenaga Akademik) Dosen yang mengajar di kelas semuanya lulusan Ph.D dari luar negeri seperti Amerika Serikat, Inggris dan Jerman. Pola fikir mereka sangat maju dan terbuka serta berwawasan luas. Sistem pembelajaran yang mereka terapakan juga menarik. Misalnya dengan adanya field trip
yang menjadikan proses pembelajaran menyenangkan dan dengan mudah kita bisa menyerap ilmu di lapangan. Selain pola fikir yang maju dan terbuka, saya juga terkesan dengan interaksi yang baik antara dosen dengan mahasiswa. Kami, mahasiswa memiliki hubungan yang cukup dekat dengan dosen. Sepertinya hampir tidak ada kesenjangan sosial antara dosen dan mahasiswa. Layaknya abang beradik dalam sebuah keluarga. Belajar diselingi candaan dan sambil menikmati snack. Namun, rasa hormat tetap ada. Mahasiswa Tidak hanya pola fikir dosen tapi mahasiswa juga sangat memiliki pola fikir yang sangat baik. Selain terbuka dan maju, mereka juga memiliki sikap belajar dengan tekun dan kerja kerasnya. Itu sebabnya orang Taiwan di kenalsebagai orang pekerja keras. Selain itu, mereka juga memiliki integritas yang tinggi dan hasrat yang sangat kuat untuk mendapatkan hasil yang terbaik tapi dengan cara yang halal. Menurut pengalaman teman saya, jarak 3 cm pun dari teman sebelahnya ketika ujian, kesempatan itu tidak akan menggoyahkan kejujuran mereka. Nah, bagaimana dengan mahasiswa Indonesia? Fasilitas Ditambah lagi dengan fasilitas dan teknologi yang serba canggih dan mutakhir. Hampir semua proses pembelajaran berbasis internet misalnya proses tugas via email, e-course, blog atau website. Saya kagum dengan fasilitas yang saya nikmati selama kuliah di Taiwan. Barangkali saya membandingkannya dengan kampus dimana dulunya saya kuliah. Fasilitas yang paling berkesan dan bermakna bagi saya adalah perpustakaan. Perpustakaan itu menjadi jantung universitas. Mereka mendesain perpustakaan sedemikian rupa tepat di tengah – tengah universitas. Di desain senyaman mungkin untuk suasana yang sangat kondusif untuk belajar dan denganm udah menyerap ilmu. Dan yang tidak kalah penting adalah koleksi buku dan jurnal lokal, nasional bahkan internasional yang sangat berkualitas. Sehingga, magnet perpustakaan itu sangat kuat untuk menarik para mahasiswa untuk belajar. Uniknya, pihak kampus memperbolehkan mahasiswa tidur di meja belajar. Tapi bukan berarti perpustakaan untuk tempat tidur. Tapi, setelah lelah membaca mereka akan tertidur, setelah tidur beberapa saat lanjut lagi membaca. Perpustakaan itu bagaikan “surganya� universitas. Saya juga sangat menikmatinya. Selainitu, universitas juga di desain untuk menghasilkan orang yang sehat jasmani. Fasilitas olah raga sangat lengkap seperti gymnasium, kolamrenang, lapangan sepak bola, badminton, basket, volley, golf, bowling, dll. Semua fasilitas itu bisa dinikmati secara gratis selama menjadi mahasiswa. Dan hampir semua mahasiswa aktif menjaga kebugaran tubuh mereka. Hal - hal yang saya bagikan di atas sangat mengubah pola fikir saya menjadi lebih maju, terbuka dan sangat menambah wawasan. Saya merasa beruntung bisa melanjutkan perkuliahan di Taiwan secara gratis dan dapat uang saku. Meskipun pastinya ada masalah dan hambatan yang saya lalui, seperti bahasa, makanan, biaya hidup yang cukup tinggi. Tapi masalah itu menjadi tantangan bagi saya untuk memperoleh masa depan yang lebih baik. Selain itu, membuat saya terbiasa memecahkan masalah. Demikian berbagi cerita dari saya, saya berharap bisa bermanfaat bagi pembaca. Semoga kita memiliki hasrat yang sama untuk belajar dari Negara maju serta memiliki hasrat yang sama untuk memajukan bangsa kita, Indonesia tercinta. Terimakasih XieXie Taiwan, April 2015
Perpustakaan National Chung Cheng University, Lantai 8
BAYANGKAN‌SEJAUH KAMU BISA BAYANGKAN Oleh Robetmi Jumpakita Pinem
Puji Tuhan saya bisa sidang tepat pada Selasa, 7 April yang lalu dan begitu banyak orang yang berkata saya sidang meja hijau (oral defense) begitu cepat karena saya sidang belum genap 1 tahun 2 bulan masa study saya. Kalau ditanya bagaimana perasaan saya, pasti sangat bahagia karena kedua orang tua saya begitu senang dengan berita tersebut, kedua orang tua saya adalah kombinasi yang luar biasa yang selalu memberi motivasi dan kata-kata yang menyejukkan hati, terima kasih kepada Bapakku Simehuli (Bapakku yang baik hati) dan Mamakku Simelias (Mamakku yang penyayang). Dari dulu ada dua poin penting yang saya pegang yaitu selalu berpikir jauh ke depan dan bukan sekedar ada. Selalu Berpikir Jauh kedepan Planning atau perencanaan adalah sangat penting menurut saya, sebagai contoh pada semester 1 pada saat S1 sudah mulai membaca skripsi-skripsi senior dan sudah memikirkan rencana S2, begitu juga ketika mendekati kelulusan S1 sudah memikirkan topik apa yang akan saya angkat untuk S2 sekalipun waktu itu masih menunggu pengumuman S2 dari Universitas di Indonesia dan di Taiwan, bahkan orang tua saya pernah bilang jangan terlalu jauh mikirnya nanti kalau ngak kesampaian kau bisa sakit, tapi itulah menurut saya kunci untuk bisa lebih dibanding yang lain, kalau kita mikirnya sama dengan apa yang dipikirkan dengan orang lain maka peluang kita untuk bisa menang itu lebih sedikit tapi kalau kita mikirnya selangkah saja lebih cepat dari yang lain peluangnya pasti lebih besar, ibarat perang musuh sudah dekat disitu kita baru belajar tentang senjata, cara menggunakannya dan lain-lain kemungkinannya untuk menang pasti sedikit.
Ada dan Bukan Sekedar Ada Poin kedua adalah bukan sekedar ada, saya bukan mahasiswa yang super jenius tapi anak yang mau belajar, bahkan saya bukan anak yang selalu top one di kelas, tapi kita harus selalu
berusaha bukan sekedar hadir atau ada, apalagi di jurusan Master of Business Administration (MBA) kebanyakan mahasiswa international terutama setiap setiap semester selalu banyak exchange student sehingga kawan sekelas itu kebanyakan dari Eropa, dari segi kemampuan bahasa inggris sudah pasti kalah dengan mereka, hanya ada satu cara untuk bisa bersaing di kelas mereka baca paper sekali baca langsung paham kita harus lebih banayak investasi waktu mungkin dua atau tiga kali baru sudah paham, setiap kelas yang adalah momen berharga yang harus dimanfaatkan berdiskusi dan jangan pernah minder karena kita orang Asia (Indonesia) tunjukkan bahwa kita bukan hanya sebagai pelengkap di setiap momen tapi orang yang bisa berbuat. SELAMAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL 2015 MAJULAH PENDIDIKAN INDONESIA
Kemana Putra-Putri Bangsa Kita Berlabuh (?) Oleh Roy Martin Simamora Penulis adalah Alumni Universitas Negeri Medan. Kini sedang melanjutkan Studi S2 di National Dong Hwa University, Taiwan.
Beberapa hari yang lalu, saya membaca beberapa artikel dan menonton televisi yang menayangkan kesuksesan beberapa putra-putri terbaik bangsa di negeri orang. Kebanyakan dari mereka adalah peneliti-peneliti muda, dosen, ataupun mereka yang mempunyai jabatan strategis di perusahaan terkemuka di luar negeri bahkan siswa-siswa terbaik bangsa yang menempuh pendidikan di luar negeri. Kesuksesan yang diukir putera-puteri bangsa itu bukan hanya dibidang pendidikan, melainkan diberbagai bidang, meliputi bidang olahraga, bisnis, desain, arsitek dan teknologi. Namun, mereka lebih memilih mengabdi di negeri orang karena mereka tidak ‘terpakai’ di negeri sendiri. Sempat muncul pertanyaan dalam benak saya, mengapa mereka lebih memilih mengabdikan ilmu di luar negeri dibanding Indonesia? Apakah mereka lebih dihargai dan mendapatkan kehidupan yang lebih layak di negara tempat mereka mengabdi? Atau dalam hal ini pemerintah tidak mau tahu dengan anak bangsa kita? Seperti yang kita ketahui putra-putri Indonesia telah banyak mengukir prestasi di kancah dunia internasional dan terpandang dimata dunia. Akan tetapi, mereka seolah-oleh hilang ditelan bumi dan itu pun didukung dengan kurangnya perhatian kita bersama, dalam hal ini khususnya pemerintah Indonesia. Putra-putri terbaik bangsa tersebut harus puas mengabdikan diri mereka di negara orang. Padahal jika ditanyai satu persatu bisa jadi mereka akan sepakat menjawab bahwa mereka sangat ingin kembali ke tanah air. Mereka sangat berharap bahwa mereka bisa memberikan konstribusi bagi bangsa Indonesia. Memberikan prestasi terbaik di dalam negeri sendiri sebagai upaya meningkatkan nama baik Indonesia di mata dunia. Namun, hendaknya setimpal dengan keringat yang mereka kucurkan ketika mencecap pendidikan di negeri orang. Tetapi apa yang terjadi? Panggang jauh dari api. Cita-cita dan keinginan mereka itu harus pupus di tengah jalan, lantaran mereka sendiri telah berulang kali dikecewakan oleh bangsanya sendiri. Bila di negeri orang mereka mendapatkan perhatian dan pekerjaan, penghidupan yang layak dan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, maka di tanah air mereka harus menelan pil pahit karena “tidak dipakai� di negeri sendiri. Prestasi yang berhasil mereka ukir dengan jerih payah tidak mendapatkan perhatian dan dukungan yang semestinya. Suatu ketika saya berseluncur di media. Saya mendapati ada begitu banyak pengakuan-pengakuan dari putera-puteri bangsa yang keringatnya tidak dihargai. Dari beberapa pengakuan itu, tak sedikit dari putera-puteri bangsa mengaku pernah melamar di negeri sendiri bahkan hingga ada yang pernah melamar di 50 perusahaan beragam tetapi ditolak. Jangankan ditolak, didengarkan saja pun tidak. Para teknorat, dosen, peneliti dan teknisi hebat itu kini lebih memilih tinggal di negeri orang dengan alasan yang beragam. Hal inilah yang membuat mereka mengabdikan ilmunya di negeri orang ketimbang di negeri sendiri. Jika di negeri orang mereka mendapatkan fasilitas dan penghasilan dan penghidupan yang layak setimpal dengan ilmu yang mereka dapat. Miris!
Namun tidak semua yang mengabdikan ilmunya di negeri orang, ada juga yang memilih untuk kembali ke tanah air walau dengan banyaknya kekurangan. Namun, ketika mereka mengabdikan dirinya di negeri sendiri, ilmu yang mereka dapat tidak sebanding dengan penghargaan yang diberikan oleh pemerintah Indonesia. Pemerintah seolah tak memperhatikan dan memberikan ruang bagi mereka untuk berkiprah di negeri tercinta ini. Pada Bab kesepuluh buku Pepih Nugroho berjudul “Ibu Pertiwi Memanggilmu Pulang�. Mas Pepih secara terang benderang mengupas sekelumit problem-problem anak bangsa yang enggan kembali ke Ibu Pertiwi. Beliau secara khusus membuatkan tulisan berjudul “Testimoni, Mampukah Mengetuk Nurani Pemangku Negeri? Menurut pengakuan Mas Pepih, dalam buku itu, tak bisa dipungkiri begitu banyak komentar-komentar terlontar dari pembaca Kompasiana. Ada beragam komentar; baik pro maupun kontra. Tapi, bagi Mas Pepih itu biasa saja, sah-sah saja. Mas Pepih juga secara gamblang menyematkan tiga testimoni dari dari anak-anak bangsa itu. Ketiga testimony itu didasarkan pada pengalaman ketiga pembaca Kompasiana. Saya justru kaget setelah memyimak tiga testimoni itu. Kekagetan saya memuncak hebat, sampai-sampai saya mengusap dada. Sedih bukan main, dari tiga testimoni itu bisa disimpulkan bahwa bangsa kita memang kerapkali melupakan anak-anak terbaik bangsa ini. Para politisi, pejabat institusi lebih mementingkan dirinya sendiri. Mereka lebih memilih sibuk menumpuk uang daripada memikirkan nasib bangsa ini. Sebegitu parahnyakah bangsa ini? Andai Soekarno, Hatta dan Syahrir dan tokoh-tokoh pendiri bangsa ini masih hidup, mereka pasti menangis melihat keadaan bangsa ini. Emas di Negeri Orang Masih segar dalam ingatan saya, tahun 2009 silam, ketika acara Kick Andy Metro Tv mengundang dan mewawancarai putra-putri bangsa yang berprestasi di negeri orang. Dalam kesempatan itu, ada beberapa nama yang diundang dalam acara itu, Dr Johny Setiawan, Juliana Sutanto PhD, Dr Merlyna Lim, Dr Khoirul Anwar, dan Dr Mulyoto Pangestu. Beberapa nama yang saya sebutkan adalah sekelumit putra-putri bangsa yang telah mengukir prestasi di kancah internasional. Masih banyak putera-puteri bangsa ini yang bertebaran diluar sana yang juga butuh perhatian pemerintah. Pada kesempatan itu pula, Bung Andi berseloroh, apakah anda tidak berniat mengabdikan ilmu di Indonesia?. Beberapa statement malah berani menyatakan ya, namun disertai alasan-alasan yang masuk akal. Pemerintah diharapkan lebih peka dengan keberadaan anak-anak bangsa ini. Menghargai ilmu yang telah mereka raih bersusah payah dengan imbalan yang setimpal. Namun, adapula yang mengaku masih betah mengabdi di negeri orang. Dengan nada datar, mereka belum berniat untuk berkiprah di tanah air, karena mereka trauma ilmu yang mereka raih dengan susah payah itu tidak mendapatkan penghargaan yang selayaknya. Selain itu, sudah tidak bisa disangkal lagi, mutu pendidikan di Indonesia banyak dikeluhkan berbagai kalangan. Dari tahun ke tahun selalu fasilitas sarana dan pendanaan yang menjadi faktor kendala utama. Dan ini tentu saja berakibat mutu lulusannya dipertanyakan. Kita mungkin sudah ketinggalan jauh dari negara-negara lain di dunia. Di tengah keterpurukan soal mutu dunia pendidikan kita, ternyata tidaklah sama dengan tingkat intelegensi manusia Indonesianya. Sejumlah orang Indonesia ternyata banyak yang berotak encer. Namun sangat disayangkan, perhatian pemerintah akan hal ini masih kurang. Sudah saatnya pemerintah sebagai pemangku kebijakan memberikan perhatian dan ruang khusus bagi putra-putri terbaik bangsa. Jika anak bangsa kita mengabdikan diri di
negeri orang, siapa lagi generasi yang akan meneruskan perjalanan generasi sebelumnya dalam memimpin bangsa ini?. Karena sudah menjadi suatu keharusan, generasi mudalah yang akan mengambil alih peran generasi tua dalam memimpin bangsa ini. Dimasa depan putraputri bangsa akan menjadi Agent of Change bagi kemajuan bangsa kita dan dapat bersaing di kancah internasional.***
Ppsu menanyakan 10 pertanyaan kepada 9 teman2 kita yang beruntung kali ini.. Arnes = Central Taiwan University of Science and Technology Brian = Chung Yuan Christian University Delvina = Taipei Medical University Fitriana Butarbutar = Kaohsiung Medical University Friska Ria Sitorus = National Dong Hwa University Jiro = Universitas Tzu Chi Lastama = Chia Yi University Septian = National Dong Hwa University Shinta = National Central University
Jawaban mereka seru –seru dan juga menginspirasi lo..:) ď Š
Ppsu Bertanya (1).. Arnes
Apa yang membuatmu masih bertahan di Taiwan ? oh ya kira – kira apa yang menjadi pengalaman yang tidak akan kamu lupakan ketika / saat berada di Taiwan ? Buat saya kuliah dan berada di Taiwan ini seperti pertandingan “Hunger Games” hahaha. Bagi yang sudah pernah nonton film ini pasti mengerti yang saya maksud. Jadi ketika sudah mulai masuk arena (dalam hal ini kampus di Taiwan), if you don’t want to die, you have no choice but to fight! Tidak ada pilihan lain selain berjuang dan menyelesaikan pertandingan ini dan keluar sebagai pemenang. Jadi apa yang membuat saya masih bertahan di sini karena saya yakin dan percaya bahwa dalam pertandingan yang sudah saya mulai ini, saya pasti keluar sebagai pemenangnya. Pengalaman yang tidak akan saya lupakan saat berada di Taiwan adalah “Taiwan itu sendiri”. Semua hal yang saya alami disini tidak akan saya lupakan, karena mungkin ini
Brian
adalah pengalaman “once in a life time”, yang mungkin tidak akan terulang lagi. Saya masih bertahan karena saya yakin Tuhan punya rencana indah sehingga ia menempatkan aq d taiwan Saya ingin mengetahui sistem pndidikn dsni jg. Pengalaman yg tak terlupakn kebaikan dan kebudayaan org taiwan
Delvina Friska
Pngin bljr byk hal drsni, mlai bdaya, pndidikn dll Karena belum lulus ,,J system pendidikan yang baik dan masih sangat dibutuhkannya international student di sini, akan membuat ku sulit meninggalkan Taiwan. Pengalaman saat pertama melihat keramahtamahan, kebaikan, dan kesabaran orang Taiwan Friska bertahan stay di Taiwan tuh, yeahhh karena tidak ada alasan yang membuat Friska untuk menyerah… contohnya : orang orang nya tuh semua baik- baik, ramah
Fitri
dan suka menolong orang lain … Belajar dengan menggunakan bahasa Inggris adalah sesuatu yang tidak biasa bagiku ketika di Indonesia. Walaupun buku bacaan bahasa Inggris tersedia di perpus kampus tetapi saya menghindari buku berbaur Inggris, lebih memilih buku terjemahannya. Setelah berada di Taiwan, segala sesuatunya menggunakan Inggris. Saya mulai membiasakan membaca bahan kuliah dan jurnal-jurnal dalam bahasa Inggris. Walaupun ini membuatku sering tidur larut malam tetapi dengan ini saya menyadari bahwa Inggris itu sangat penting. Ternyata dengan pencarian di google dalam bahasa Inggris, informasi yang kita dapat lebih banyak dan beragam. Selain itu, setelah di Taiwan ini, wawasanku semakin luas dengan adanya pergaulan sesama teman-teman Internasional lainnya. Ini merupakan suatu pengalaman yang sangat berharga bagiku,
Jiro Lastama
dimana sebelumnya pergaulan dan wawasan hanya sebatas kota Medan, hehehhehe. ha ha ha, kenapa saya harus meninggalkan Taiwan? oh ya pengalaman yang tidak akan ku lupakan ceweknya bening-bening.. hi hi hi Yang membuat saya bertahan di Taiwan sampai saat ini adalah yang pertama tentunya Tuhan ku Yesus Kristus. Dia tahu yang terbaik untukku dan tentunya dalam setiap kekurangan dan kelemahanku Dia berkarya mengatasi setiap masalah yang saya hadapi disini. Yang kedua teman2 Indonesia, keluarga, dan teman2 taiwan yang begitu baik.
Pernahkan teman-teman berpikir bahwa dana dunia saat ini sedang habis untuk universitas?? Now, The world Money is Knowledge Centre. Semua orang sekarang sudah berlomba lomba mau masuk universitas, universitas2 berlomba mau jadi univ TOP..banyak penelitian yang dilakkan yang pastinya menelan banyak biaya...apakah biaya yang dihabiskan oleh kampus sebanding dengan karya yang dapat kita berikan?? Sebuah artikel perenungan yang mengajak dan mengingatkan kita agar harga yang kita habiskan di bangku kuliah ini kita pakai sebaik baik nya,..
Universities.... The world is going to university
More and more money is being spent on higher education. Too little is known about whether it is worth it AFTER God had carried us safe to New England, and we had builded our houses, provided necessaries for our livelihood, reared convenient places for God’s worship and settled Civil Government, one of the next things we longed for and looked for was to advance learning and perpetuate it to posterity.” So ran the first university fundraising brochure, sent from Harvard College to England in 1643 to drum up cash. America’s early and lasting enthusiasm for higher education has given it the biggest and bestfunded system in the world. Hardly surprising, then, that other countries are emulating its model as they send ever more of their school-leavers to get a university education. But, as our special report argues, just as America’s system is spreading, there are growing concerns about whether it is really worth the vast sums spent on it. The American way The modern research university, a marriage of the Oxbridge college and the German research institute, was invented in America, and has become the gold standard for the world. Mass higher education started in America in the 19th century, spread to Europe and East Asia in the
20th and is now happening pretty much everywhere except sub-Saharan Africa. The global tertiary-enrolment ratio—the share of the student-age population at university—went up from 14% to 32% in the two decades to 2012; in that time, the number of countries with a ratio of more than half rose from five to 54. University enrolment is growing faster even than demand for that ultimate consumer good, the car. The hunger for degrees is understandable: these days they are a requirement for a decent job and an entry ticket to the middle class.
A Special report on universities There are, broadly, two ways of satisfying this huge demand. One is the continental European approach of state funding and provision, in which most institutions have equal resources and status. The second is the more market-based American model, of mixed private-public funding and provision, with brilliant, well-funded institutions at the top and poorer ones at the bottom. The world is moving in the American direction. More universities in more countries are charging students tuition fees. And as politicians realise that the “knowledge economy” requires top-flight research, public resources are being focused on a few privileged institutions and the competition to create world-class universities is intensifying. In some ways, that is excellent. The best universities are responsible for many of the discoveries that have made the world a safer, richer and more interesting place. But costs are rising. OECD countries spend 1.6% of GDP on higher education, compared with 1.3% in 2000. If the American model continues to spread, that share will rise further. America spends 2.7% of its GDP on higher education. If America were getting its money’s worth from higher education, that would be fine. On the research side, it probably is. In 2014, 19 of the 20 universities in the world that produced the most highly cited research papers were American. But on the educational side, the picture is less clear. American graduates score poorly in international numeracy and literacy rankings, and are slipping. In a recent study of academic achievement, 45% of American students made no gains in their first two years of university. Meanwhile, tuition fees have nearly doubled, in real terms, in 20 years. Student debt, at nearly $1.2 trillion, has surpassed credit-card debt and car loans. None of this means that going to university is a bad investment for a student. A bachelor’s degree in America still yields, on average, a 15% return. But it is less clear whether the growing investment in tertiary education makes sense for society as a whole. If graduates earn more than non-graduates because their studies have made them more productive, then university education will boost economic growth and society should want more of it. Yet poor student scores suggest otherwise. So, too, does the testimony of employers. A recent study of recruitment by professional-services firms found that they took graduates from the most prestigious universities not because of what the candidates might have learned but because of those institutions’ tough selection procedures. In short, students could be paying vast sums merely to go through a very elaborate sorting mechanism. If America’s universities are indeed poor value for money, why might that be? The main reason is that the market for higher education, like that for health care, does not work well. The
government rewards universities for research, so that is what professors concentrate on. Students are looking for a degree from an institution that will impress employers; employers are interested primarily in the selectivity of the institution a candidate has attended. Since the value of a degree from a selective institution depends on its scarcity, good universities have little incentive to produce more graduates. And, in the absence of a clear measure of educational output, price becomes a proxy for quality. By charging more, good universities gain both revenue and prestige. What’s it worth? More information would make the higher-education market work better. Common tests, which students would sit alongside their final exams, could provide a comparable measure of universities’ educational performance. Students would have a better idea of what was taught well where, and employers of how much job candidates had learned. Resources would flow towards universities that were providing value for money and away from those that were not. Institutions would have an incentive to improve teaching and use technology to cut costs. Online courses, which have so far failed to realise their promise of revolutionising higher education, would begin to make a bigger impact. The government would have a better idea of whether society should be investing more or less in higher education. Sceptics argue that university education is too complex to be measured in this way. Certainly, testing 22-year-olds is harder than testing 12-year-olds. Yet many disciplines contain a core of material that all graduates in that subject should know. More generally, universities should be able to show that they have taught their students to think critically. Some governments and institutions are trying to shed light on educational outcomes. A few American state-university systems already administer a common test to graduates. Testing is spreading in Latin America. Most important, the OECD, whose PISA assessments of secondary education gave governments a jolt, is also having a go. It wants to test subject-knowledge and reasoning ability, starting with economics and engineering, and marking institutions as well as countries. Asian governments are keen, partly because they believe that a measure of the quality of their universities will help them in the market for international students; rich countries, which have more to lose and less to gain, are not. Without funding and participation from them, the effort will remain grounded. Governments need to get behind these efforts. America’s market-based system of well-funded, highly differentiated universities can be of huge benefit to society if students learn the right stuff. If not, a great deal of money will be wasted. http://www.economist.com/news/leaders/21647285-more-and-more-money-being-spent-higher-education.
Ada yang belum kenal dengan Pengurus PPSU Taiwan periode 2015 ? berikut perkenalan singkat dari pengurus PPSU Taiwan meliputi BPH, Divisi Informasi Komunikasi dan ketua-ketua setiap kampus.. ..:) Hello, My name is Albert Daniel Saragih. I was born and raised in B.P Mandoge, Asahan. I am a doctoral student in the department Materials Science and Engineering at National Taiwan University of Science and Technology (NTUST). I just finished my master degree last January,2015 and continue study doctoral degree in the same university. Before I came to NTUST I graduated from the University of Sumatera Utara, Indonesia, with a degree in My main research interests are thin films solar cell and semiconductor devices. A growing number of international students are choosing to study in Taiwan, an perhaps best known for its world-leading tech industry, but also offering strong the full subject spectrum. Xie-xie.
Natural Sciences, Physics. ‘Asian Tiger’ nation academic programs across
Halo.. aku Jiro Situmorang, sekarang lagi kuliah Master di Tzu Chi University jurusan Farmakologi dan Toksikologi, asalnya dari medan dan menamatkan sarjana di Fakultas Farmasi USU. Motto: do the best, kawin kemudian.. xixixi ^^
My name is Christin Panjaitan. I am master student in National Taiwan University of Science and Technology (NTUST) in Department of Electroni c and Computer Engineering. I was bachelor student in IT Telkom (now : Telkom University (Tel-U)) in major of Telecommunication Engineering. I was born in Riau and after my father retired from the company, now we live in Medan-North Sumatera. Motto : Stay Hungry, Stay Foolish (Steve Jobs). My name is Oktani Haloho, I study Mathematics (Master Degree) at National Central University. I was born I Sipintuangin and moved to Pematang Raya, Simalungun. Becouse my father have retired from his job, now we live in Sindarraya Simalungun. I got my Bachelor degree from Universitas Sumatera Utara in Mathematics but focus on Statistics. My favorite Quotes: Change your thoughts so you can change your world and You will never know if you never try
Hi everyone ;) My name is Shanty Tindaon a master student of International Business major in Chung Yuan Christian University (CYCU). I was an undergraduate student of Economics Education in State University of Medan (Unimed). I am an easy going person basically, talk active, but sometimes I can be so quiet, depend on my mood so keep me talking if you still want the conversation to be continued. I love to travel, anywhere especially to the place from the high or a place where I can see a plenty of water. I like to read so much; I can get any kind of knowledge from there. I like any kind of sports, yes any kind even football (but not to play just to watch it). I also like to listen to the music, for me music is my life; I can imagine how to live without listening to my favorite music. Actually I love many kind of things in this world that I can’t mention one by one, cos every day I try to enjoy the things as well as my life that has been given by God Oh one more, when I say yes or no sometimes I don’t mean it, but seriously I often mean it ^_^My life’s motto : The fear of the Lord is the beginning of knowledge, but fools despise wisdom and instruction. (Proverbs 1:7). God Bless Us Abundantly. Hi,,I'm Windy Manullang from National Chiayi University, Bioagriculture Science and I am undergraduate (Agronomi ) from USU that not too far from my hometown Sidikalang. I am interesting all about plant and I talk with them everyday,they are my lovely and close friends that always make me happy and stress..heheheh Motto: Tidak Ada Yang Tidak Mungkin Jika Dilakukan Dengan Sungguh-sungguh! Do
the best for us, coz the time seems fly away here..:)
Hi have been here for 8 make you more information
guys. I am master student, I am majoring education at National Taiwan Ocean University. I months , I am enjoy studying here, and for me study abroad help you more growth as individual, open minded to the new things that you have and see in front. at last I am Rotua, take a part in devision at PPSU :D Nice tobe your friend. :) gmail:rotua.okto@gmail.com
Hello guys perkenalkan nama saya Henry Damanik, dari National Chia Yi University. Saya mengambil program master computer science and Engineering. yang sulit buat saya adalah bergulat dengan source code (deretan kode dalam pemograman) namun yang lebih sulit lagi kalau saya tidak mau mengetahuinya lebih dalam. Hidup Programming. Hidup chemical. Hidup Science. Hidup Indonesia… motto : semua bisa kamu lakukan, asalkan ada kemauan dan itu untuk kebaikan bagimu dan bagi orang lain.
My name is Hendrik Tampubolon. I am master student in National Chung Cheng University (CCU) in Department of Computer Science and Information Engineering. I was bachelor student in University of Sumatera Utara majoring in Information Technology. I was born in small village, pahae, North Tapanuli. Motto: “Do not giving up for anything, you there for a reason. Miracles will happen every single of day”
您好, Nín hǎo, Hi, Horas!!! I’m Joy University member of RoBin
Simanjuntak, master student in Applied Mathematics Department at Chung Yuan Christian (CYCU). I was graduated from Bilingual Mathematics Education, Universitas Negeri Medan. I’m a (Rombongan Binjai), you are totally can guess where I’m from, right? :D
My passion is studying and being reaching the top
teaching Math, I’m not really good at Math actually, the only thing I have is a willing to keep humble, because qualities are something that can learn from. I’ve a dream to continue my study after level :D. Be a teacher and researcher are the professions that I love to live in the future.
regret your past,
Words to be lived: Being useful to other is much better than being smarter than others, and stopping time must go on and so do you.
Hallo friends... I’m Bakti Siregar graduated fromofdepartment of Mathematics USU,Sun For now I just continue my studywasat department applied mathematics National Yat-sen University,Taiwan. I was born into Aceh Tenggara, specifically at kuta cane kecamatan lawe sigala-gala. I’m someone who is like think with certainty, and I believe math is definitely step in my life. I hope you all agree with me,,, hehe. Motto:
Learning
is the arts and one way to conquer these world!
My
My name is Parulian Dormaida Gultom. My friends usually just call me Uli. I am 26 years old and now I am studying Master’s program in Health Care Administration in Taipei Medical University starting from September undergraduate background is Public Health from University of Sumatera Utara. I was graduated in 2010.
It is more likely thanks must be to God be a great experience with its single payer Taiwan health policy and
dream comes true when I have a chance to study in Taiwan. I never thought that I can study abroad before. My special Almighty and my family. And also I would like to be thankful to Taipei Medical University that give be this opportunity. It will studying in Taiwan. Learning more and expand our knowledge about health systems in Taiwan that really superb especially National Health Insurance and modern health technology. Compare with our country Indonesia, we can adopt some of management.
2014.
Hope more Indonesian students will have the same eagerness, dream and chance to continue their study abroad especially here in Taiwan. Bravooo,,, Dear friends… My name is Nasib Tua Lumban Gaol and being one of student at National Taiwan Ocean University(NTOU). Before I have been attending this university to study, I graduated from UNIMED (Universitas Negeri Medan). Here, my major is institute of education. Saya berasal dari Kecamatan Bandar Khalipah, Serdang Bedagai, Sumatera Utara. Dari kampung halamanku ini, saya tiba di Taiwan dengan harapan kelak ilmu yang saya sedang kumpulkan bisa bermanfaat bagi banyak orang, terlebih kepada Sang Pencipta. Marilah belajar! Belajar adalah tindakan berproses yang setiap orang pasti mengalaminya selama hidup di bumi. Walaupun terkadang setiap orang mempelajari hal yang sama dengan cara berbeda, hal yang berbeda dengan cara yang sama, atau hal berbeda dengan cara berbeda, namun semua itu adalah sebuah proses. Proses yang mengarahkan pada kematangan. Nah, yakinlah…! Apa yang sedang kita pelajari, itu akan mengajari kita tentang hal yang sedang kita pelajari. Believe to what we are doing because it is a educative process.
Hi all..My name is Siska Nopa Tambunan. I study in National Chiayi University for Mathematics Education. I graduated from State University of Medan with the same major. My hometown is Kabanjahe, North Sumatera. I interest in mathematics field especially in education. I learn how to make people can love math like they love music. Many people like music but less of them like math. But not for me, I like both of them. The biggest thing that I always ask to God is I want to be a blessing for all people. Motto: I am not the best, but I am one of them. My future in God!!!
Hello Good People I’m Forester, my name Susan Barbara Patricia SM, National Ilan University Master Student in the Department of Forestry and Natural Resources. I finished my undergraduate from Universitas Sumatera Utara. As one of country that has big forest (although decline now) and high biodiversity in the world Indonesia needs many professional expert and scientist in Forestry. Save Forest, Save Beautiful Life. “Difficulty is stair to a victory, step it up, it’s better fail to get than fail to try” * May God leads us*
Hai… Salam kenal semuanya,
Menarik dan bersejarah rasanya kalau saya “nongol” di buletin perdana PPSU ini. Adalah suatu kebanggaan bisa menjadi bagian dari PPSU untuk mewujudkan Sumatera Utara yang lebih baik di masa yang akan datang. So, supaya tujuan itu bisa terwujud mari membangun relasi yang kuat. Perkenalkan, Nama : Enricho Fiktorando Purba Asal : Simalungun Almamater : UNIMED Jurusan : Educational Leadership and Mangement Development (Fall 2014) National Chung Cheng University, Taiwan Motto : Solving Problem and Making Decision Saya sungguh tertarik dengan kepemimpinan dari dulu. Ini lah passion ku. Sebenarnya, saya alumini dari pendidikan Bahasa Inggris. Tapi, aku tidak tertarik menjadi ahli dalam Bahasa Inggris. Saya berharap suatu saat saat bisa menjadi seorang pemimpin yang efektif di Indonesia, secara khusus di Sumatera Utara. Ada begitu banyak masalah yang harus dipecahkan dan keputusan strategis yang harus di buat di bidang pendidikan Indonesia. Saya berharap lewat study lanjut yang difasilitasi PPSU, akan banyak lahir pemikir dan praktisi untuk kemajuan pendidikan Indonesia. Jayalah PPSU, Majulah Sumatera Utara.
Hello Guys, How are you? I hope we are all good. Who am I? I am me, haha…. OK, I am Andi Pangihutan Sumatra. Now I am
Napitupulu and My Chinese name is 奈皮魯. I was born in Parluasan, Pematangsiantar, North a master student of Foreign Language and Applied Linguistics in YUAN ZE UNIVERSITY,
located in Yuandong
Road, Zhongli District, 桃園縣 Taiwan 320.
Motto : Keep
walking by faith, believe and hard work!
HI !! My name is Sepwin Nosten Sitompul. I’m currently taking my MASTER degree in Department of Biological Science and Technology, NATIONAL CHIAO TUNG UNIVERSITY (NCTU). I did my bachelor degree in University of Sumatera Utara majoring Biology Sains. My motto is Just find yourself happy with the simple things, Appreciating the blessings God gave.
My name is Rini Sipahutar, I study Counseling and Clinical Psychology at National Dong Hwa University. I was born Tebing Tinggi Deli, North Sumatera and got my Bachelor degree from Universitas Sumatera Utara in Psychology. The words that inspire me: In most of the time, we just have to choose in life, and take the consequences of the choices we choose.
Hi everybody… my name is Fitriana Butarbutar. I have been studying at Kaohsiung Medical University, department of medicine majoring Public Health since September 2014.
My bachelor was from University of Sumatera Utara, graduated on September 2013. I live in Tanjung Morawa, North Sumatera. Motto: Do your best, be optimistic, and grab your dreams. ^^
Dear friends,,... Agronomy interesting plantation you,,hehe,,but
I
I'm Herta Novalina Sipayung from National Chung Hsing University (NCHU), master student and I was graduated my bachelor degree (Agronomy) from USU. I about plant, natural area and love it because I was born and grown up in oil palm (Torgamba). Sometimes I talk with them (plant) (said hello dear and how are am not crazy,okay ;) . Travelling and reading book are my hobby.
Motto: smile
and oraet labora.
Nothing
impossible because Anything can happen when we believe and do the best in our life guys,,,, .
is
Hello! My name is Sailent Simaremare. I live in Kampung Pon, Serdang bedagai. I am studying Master degree in Occupational and Environmental Health, Department of Public Health Tzu Chi University in September 2014. I was graduated from Department of Public Health University of Sumatera Utara in 2013. Motto: Everyone is a light for something. Shine your light!
Hi! I
am
as
a
Melva
Natalia Tarigan, I am taking my master degree majoring in TEFL (Teaching English
Foreign
Language) in Tunghai University, Taichung. Originally, my parents were from
Berastagi
but
they are staying in Sidikalang so that’s my hometown now. I earned my bachelor
degree in state
university of Medan (UNIMED), graduated in Dec 2011. Be an export staff in an
International
company within two years led me into a boring life so I decided to break my comfort
zone and enlarge
my capacity then here I am!
To be honest, I am learning a lot of things in this Formosa Island. It is not merely lessons in terms of academic but lessons of life as well. It changes my traditional-narrow-minded-perspective to be someone open-minded & appreciative. I love motivational words but a simple proverb that always strengthen me is no pain no gain! God has a purpose for everything happens and I believe it’s always beautiful! Keep fighting guys, every day’s one step closer to our success! Be blessed!
Dear All, My name is Togu Novriansyah Turnip. I was born in Pematang Siantar, Indonesia on the 29th of November, 1989. I had a happy childhood and spent my time in a beautiful natural
environment. I graduated my Diploma 3 from Politeknik Infomatika Del in 2010. For the past 2 years, I have been working in Politeknik Informatika Del as a teaching assistant. In 2012, I continued my study in Computer and Informatics Engineering at Politeknik Negeri Bandung, Indonesia and hold a Bachelor’s degree. Now, I am pursuing my Master’s Degree in Information Management Department at NTUST, Taiwan. I strongly believe that studying in Taiwan will be a very strong and necessary addition to my career path. I want to take a chance to extend my knowledge and skill with an education of international standards. The chance to meet people from all over the world will give me a valuable advantage to learn more about different cultures and give positive effect on my personality. I wish that after graduated, I will be able to create unique contributions to education field in my home country. Steady and successful personal and professional development cannot be achieved without growing up educationally. Favorite Quote: Do the best and Let God do the rest.
My name is Shinta Marito Simbolon. I live in Samosir. I am taking my master degree majoring in Life Science in National Central University. I earned my bachelor degree in state university of Medan (UNIMED), graduated in Oct 2013. Motto: ORA ET LABORA
Hallo..:) I'm Arnes Anestesia Samosir from Central Taiwan University of Science and Technology (CTUST). I was graduated from Faculty of Pharmacy, University of Sumatera Utara. In Taiwan, I challenged my self and take Biotechnology as my major. Motto: Don’t quit, you’re already in pain, you’re already hurt. Get Reward from it!!
Terima kasih sudah membaca buletin kita yang perdana ini...:) Oh yaa.. Divisi Informasi dan Komunikasi menerima saran dan masukan untuk perbaikan Buletin kita ini..dan juga setiap content yang dimuat di Buletin ini bisa ditanggapi. Saran,masukan, tanggapan silahkan dikirim ke’ inbox’ FB Ppsu Taiwan...xiexie..terima kasih..jiayouu...