LIBRARY OF THINGS IN KARET TENGSIN, TANAH ABANG, CENTRAL JAKARTA

Page 1

LIBRARY OF THINGS DI KARET TENGSIN TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT

Sangkan Paraning Wisesa 16512147 Pembimbing Dr.-Ing. Ir. Ilya F. Mahardika, M.A

Department of Architecture FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA 2020


LIBRARY OF THINGS DI KARET TENGSIN TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT

Sangkan Paraning Wisesa 16512147 Pembimbing Dr.-Ing. Ir. Ilya F. Mahardika, M.A

Department of Architecture FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA 2019




Abstrak. Library of Things adalah sebuah cara untuk mengurangi limbah barang-barang yang digunakan secara tidak bijak oleh manusia. Diawali dengan kebiasaan manusia yang sangat konsumtif dari tahun-ketahun hingga ketidak bijakan manusia itu sendiri dalam memproduksi dan mengunakan barang-barang yang mereka gunakan. Semisalnya adalah barang yang digunakan seperti peralatan elektronik yang seharusnya bisa digunakan selama lima tahun, namun sudah membeli yang baru dan menelantarakan barang yang lama dalam kurun waktu kurang dari lima tahun (masa produktif pakai barang). Menurut kanal youtube Kurzgesagt – In a Nutshel dengan judul video “Is It Too Late to Stop Climate Change? Well, it’s Complicated.” ada empat buah aspek utama yang dijelaskan, yaitu Population Size, Economic Growth, Energy Intensity, dan Emissions Per Energy. Ke-empat hal ini adalah simpul utama yang menjadi masalah pada sebuah perkembangan zaman terhadap buruknya dampak kerusakan global di bumi. Oleh karena itu Library of Things dibuat untuk mengadaptasikan lingkungan ke sebuah pola hidup baru dengan sebuah sistem ekonomi berputar dan ekonomi bebagi yang di konfigurasikan satu sama lain. sebuah sistem baru harus dibuat dan dikonfigurasikan dari berbagai segi kebutuhan dan pola hidup manusia. Tentunya harus menghasilkan sebuah sistem yang lebih bijak dalam pengunaan barang untuk menambah efektifitas waktu pengunaan barang yang di milikinya agar terus berguna sepanjang masa gunanya. Dari segi ekonomi berbagi Library of Things di rancang sebagai tempat peminjaman barang sekaligus tempat penyimpanan barang yang bisa menjadi sebuah sumber investasi, ketika ada orang yang meminjamnya (menyewa). Dengan begitu sebuah barang akan terus berguna tanpa menjadi sebuah barang yang terbengkalai dan menjadi limbah. Lalu dari segi ekonomi berputar, barang-barang ini akan diolah dengan metode “upcycle” ketika sudah habis masa pakainya (rusak). Barang yang rusak akan dipilah untuk diperbaiki atau akan di upcycle. Library of Things bertujuan untuk mengurangi kadar emisi karbon di Indonesia, bukan hanya dari proses daur ulangnya, namun juga membantu membentuk kebiasaan baru yang lebih bijak dalam pengunaan barang-barang dari prilaku manusia yang dirubah. Sebagai contoh tempat yang cukup kompleks dan memiliki aspek kehidupan yang cukup beragam, Karet Tengsin, Tanah Abang. Jakarta Pusat menjadi sebuah tempat yang cukup layak menjadi sebuah sempel dari kota Jakarta yang menjadi sebuah ibu kota negara Indonesia.

Kata Kunci : Libray Of Things, Ekonomi Berputar, Ekonomi Berbagi


Abstract. The Library of Things is a way to reduce the waste of goods that are used unwise by humans. Starting with human habits that are very consumptive from year to year to the unwiseness of humans themselves in producing and using the goods they use. For example, items that are used, such as electronic equipment, should be used for five years, but have bought new ones and abandoned old items in less than five years (the productive life of the goods). According to the Kurzgesagt - In a Nutshel youtube channel with the video title “Is It Too Late to Stop Climate Change? Well, it’s Complicated. “ There are four main aspects explained, namely Population Size, Economic Growth, Energy Intensity, and Emissions Per Energy. These four things are the main knot that becomes a problem in an era development regarding the bad impact of global destruction on earth. Therefore the Library of Things was created to adapt the environment to a new lifestyle with a rotating economic system and shared economies that are configured with each other. a new system must be created and configured in terms of the needs and patterns of human life. Of course, it must produce a system that is wiser in the use of goods to increase the effectiveness of the use of the goods that they own so that they continue to be useful throughout their useful life. From the economic point of view of sharing the Library of Things is designed as a place to borrow goods as well as a storage area for goods that can be a source of investment, when someone borrows it (rents). That way an item will continue to be useful without becoming an object that is neglected and becomes waste. Then from a rotating economic perspective, these goods will be processed using the “upcycle” method when they are out of use (damaged). Damaged goods will be sorted for repair or will be upcycle. The Library of Things aims to reduce the level of carbon emissions in Indonesia, not only from the recycling process, but also to help form new, wiser habits of using goods from changed human behavior. As an example of a place that is quite complex and has quite various aspects of life, Karet Tengsin, Tanah Abang. Central Jakarta is a place worthy of being a sempel from the city of Jakarta which is the capital city of Indonesia.

Key Words : Libray Of Things, Circular Economy, Sharing Ecnonomy


Contents. Abstrak Abtract

4 5

Part 1: Background 1.1.0 Design Introduction 1.2.0 Design Background 1.2.1.0 The human bad behavior 1.2.2.0 Is It Too Late To Stop Climate Change? Well, it’s Complicated. 1.2.2.1 Population Size 1.2.2.2 Economical Growth 1.2.2.3 Energy Intensity Direct Rebound Effect Indirect Rebound Effect Less Return on Investment 1.2.2.4 Emission Per Energy 1.2.3.0 Current Waste Condition in Jakarta 1.2.4.0 Re-Arrange the Behaviour 1.2.5.0 Library of Things 1.2.6.0 Business System in Library of Things 1.2.6.1 Sharing Economy 1.2.6.2 Circular Economy Linear Economy Recycle Economy Circular Economy 1.2.6.3 Business Integration

11 14 14 16 16 17 18 18 19 19 20 21 21 23 26 26 28 28 28 28 30

1.3.0 Site Survey ; Karet Tengsin, Tanah Abang, Jakarta Pusat 1.3.1.0 Karet Tengsin, Tanah Abang 1.3.1.1 City’s Exterior in Karet Tengsin 1.3.1.2 City’s Interior in Karet Tengsin

31 31 32 33

Part 2: Defining Problem 2.1.0 Architectural Design Problem & Constrain in Site Implementation 2.1.1.0 Sequel Architectural Semiotic Analysis 2.1.2.0 Site Regulation

34 36 38

Part 3: Design Concept Analysis 3.1.0 Library of Things Implementasion 3.1.1.0 Site Constrain 3.1.2.0 Site Reading and Mapping Path & Edges District Nodes 3.1.3.0 Site Writing and Re-Mapping Writing Re-Mapping 3.1.4.0 Site Sampling

39 41 42 42 43 43 44 44 44 45


Part 4: Design Development 4.1.0 Library Of Things Development How It Build How To Order How it Works and Who the Acttors 4.1.1 Design Development Design Concepting Material Concepting Material Mapping 4.1.2 Study Presedent

47 47 47 47 49 49 50 51 53

Part 5: Library of Things Implementation 5.1.0 Library Service Center Implementation 5.2.0 Street Library Implementation

57 70

Part 6: Conclution & Messages 5.1.0 Conclution & Messages 5.2.0 Instagram Design Questioners 5.3.0 Rendering Compilation 5.4.0 References

References.

85 86 88 115

65



Bachelor Final Project ©2021

10

Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT


Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT

1.1.0 : DESIGN INTRODUCTION Throwaway society merujuk kepada sebuah makna tentang masyarakat manusia yang telah dipengaruhi oleh orientasi konsumerisme. Istilah yang dibahas dalam life magazine ini mendefinisikan kebiasaan manusia kaitannya dengan konsumsi berlebih dan adanya perilaku tidak bijak terhadap sebuah produksi barang. Baik itu dari segi barang berumur pendek atau yang sekali pakai tanpa adanya pertimbangan untuk menggunakan barang lama yang dapat digunakan kembali atau diperbaiki. Dewasa ini, era yang sedang dihadapi sangat berkaitan erat dengan isu throwaway society. Era dimana masyarakat manusia tidak memikirkan efek jangka panjang dari limbah yang dihasilkan olhe suatu dan kebiasaan hidup consumerism oriented dapat merusak ekosistem lingkungan alam bumi ini. Isu pemanasan global pun masih enggan untuk lepas sebagai salah satu pemeran utama yang merusak bumi. Masyarakat yang berorientasi pada konsumerisme adalah faktor besar akan lahirnya isu-isu perusakan bumi. “Is it too late to Stop Climate Change? Well, it’s complicated.” Merupakan sebuah video oleh Kanal Youtube Kurzgesagt – In a Nutshell yang membahas sebuah peristiwa tentang bagaimana sebuah penumpukan emisi karbon terjadi sebagai akibbat dari perilaku manusia dengan teknologi penghasil sampah emisi karbon yang sangat banyak. Video tersebut juga menguraikan analogi yang menunjukkan bahwa apabila ada sebuah teknologi berkembang dan menciptakan sebuah sistem penggunaan daya suatu barang berkurang atau lebih hemat, maka akan menimbulkan kebiasaan manusia semakin yang semakin konsumtif dengan asumsi barang yang dibeli lebih hemat. Perputaran teknologi ini dapat menimbulkan penumpukan barang dan tetap saja berujung pada lahirnya emisi karbon yang lebih banyak dibandingkan sebelumnya. Uraian tersebut secara tidak langsung menjelaskan tentang kemajuan teknologi yang berbanding lurus dengan tingkat orientasi kosumerism yang dimiliki manusia. Peristiwa ini disebut sebagai “Direct Rebound Effect”. Pada akhirnya sebuah peristiwa ini akan menyebabkan penumpukan sampah atau barang yang terabaikan namun masih berguna. Disisi lain, sekelompok orang asal London menerapkan inovasi baru untuk menambah sebuah masa guna barang baik yang mereka miliki maupun dari komunitas sekitar dengan sistem ‘simpan-pinjam’. Proyek inovasi ini disebut “Library of Things”. Secara prinsip Library of Things bertujuan untuk menambah masa guna suatu barang agar lebih panjang dan lebih bermaanfaat. Selain itu, diharapkan barang akan selalu berguna dan jauh dari kata terbengkalai. Inovasi ini memiliki sistem yang baik yang dapat membantu lingkungan untuk keluar dari jebakan orientasi konsumerism manusia. Membahas tentang throwaway society dengan orientasi konsumerism manusianya yang merugikan , Jakarta adalah sebuah kota dengan gaya hidup masyarakat yang sangat konsumtif di Indonesia. Perlu dilakukan inovasi baru yang dalam mengubah pola hidup konsumtif ini menjadi gaya hidup yang ramah lingkungan. Dengan begitu inovasi seperti “Library Of Things” dapat dijadikan referensi dalam mengubah pola hidup yang lebih bijak dalam penggunaan barang. Sehingga pada perancangan ini, penulis akan mendesain sebuah pusat control barang dengan menerapkan prinsip ‘librari of things’. Lokasi terpilih adalah lokasi dengan permukiman padat penduduk di sekitar area pusat perkantoran, Jakarta.

Gambar 1.0.0 : Logo Library Of Things In Karet Tengsin Sumber: Penulis

Karet Tengsin, Tanah Abang, Jakarta Pusat adalah sebuah wilayah di pusat tengah Jakarta yang sangat kontras antara permukiman padat penduduk dan belasan pencakarlangit yang mengelilinginya. Kekontrasan ini dapat dilihat permukiman menengah kebawah yang berbaur dengan tertancapnya gedung-gedung tinggi dalam satu area. Lokasi ini mampu mengambarkan hampir sebagian wajah dari kota Jakarta itu sendiri. Perancangan ini diharapkan mampu menjadi jawaban atas salah satu isu besar yang ada dalam perputaran hidup masyarakat Jakarta yaitu kebiasaan consumerism oriented (berkaitan dengan penumpukan sampah dan kepadatan penduduk).

Bachelor Final Project ©2021

11


Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT Gambar 0.0.2 : SITUASI KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT Sumber : MILIK PENULIS

Bachelor Final Project ©2021

12


Bachelor Final Project ©2021

13 Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT


Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT

1.2.0 : DESIGN BACKGROUND

Gambar 2.0.0 : Koran Berita Tentang Throw away Society Sumber : https://discardstudies. com/2014/05/07/why-discard-studies/

1.2.1.0 :THE HUMAN BAD BEHAVIOR

Pada sebuah artikel ternama “Life Magazine” yang diluncurkan pada 1 agustus 1955 dengan judul “throwaway living” terdapat sebuah kritik yang bertujuan untuk menyinggung kebiasaan masyarakat yang mulai mengunakan material berbahan sekali pakai. Dari sebuah kebiasaan ini sangat disayangkan bagaimana sebuah limbah menjadi menumpuk dan tidak dapat dipastikan akhirnya akan dipergunakan lagi atau tidak. Sebuah kebiasaan ini banyak sekali dampak negatifnya, penumpukan sampah yang tidak terkontrol sangatlah merugikan bagilingkungan itu sendiri. Sebuah kebisaan masyarakat perkotaan yang memiliki gaya hidup dengan tingkan kekonsumtifan yang sangat tinggi, sangatlah berbahaya. Suatu barang yang digunakan dengan sekali pakai atau barang yang masih layak pakai namun terbengkalai begitu saja akibat tidak diperlukannya lagi akan menumpuk begitusaja dan akhirnya terbengalai. Ketika sebuah penumpukan barang yang terbengkalai atau barang yang dibuang akibat pemakaian yang tidak bijak, barang-barang tersebut akan menuju di pembuangan kota. Pada akhirnya sebuah barang yang telah menjadi limbah akan memenuhi tempat penbuangan akhir dan membuat pengelola TPA akan kualahan akibat masifnya jumlah sampah.

Bachelor Final Project ©2021

14


Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT

Sebuah lingkungan dengan sebuah kebiasaan yang buruk ini sangat disayangkan untuk terus dilakukan, menurut Mulyadin (2018) Produksi sampah di DKI Jakarta terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2010 rata-rata produksi sampah di 5 (lima) wilayah DKI Jakarta mencapai 6.139 ton per hari atau 2,4 juta ton per tahun (Bappeda DKI Jakarta, 2013), dan di tahun 2014, produksi sampah kembali mengalami peningkatan sebesar 30% menjadi 8.000 ton per hari. Besarnya volume sampah ini disebabkan oleh banyaknya jumlah penduduk yang tinggal di DKI Jakarta. Menurut Wright (2017) pada sebuah media online Salon.com, ia menyebutkan bahwa Jakarta termasuk penyumbang sampah elektronik yang cukup parah di daerah Asia. Meningkatnya pendapatan di Asia, membengkaknya populasi orang dewasa muda, cepatnya produk usang karena inovasi teknologi dan perubahan mode, selain perdagangan ilegal limbah global, merupakan beberapa faktor pendorong peningkatan tersebut. “Konsumen di Asia sekarang lebih sering mengganti gadget mereka. Selain itu, banyak produk yang dirancang untuk biaya produksi yang rendah, tapi tidak harus diperbaiki, diremajakan atau didaur ulang dengan mudah,� oleh United Nation University dalam Wright (2017). Ini mendesak pemerintah untuk memberlakukan undang-undang khusus untuk pengelolaan limbah elektronik atau menegakkan undang-undang yang ada secara ketat. Barang-barang yang meningkatkan tumpukan sampah memang sangat banyak dari barang-barang elektronik dan barang-barang rumah tangga yang masa gunanya digunakan dengan kurang bijak. Misalnya sebuah komputer ataupun sebuah telepon genggam yang harusnya memiliki masa pakai sekitar 5 tahun atau lebih, namun masyarakat akan menggantinya ketika ada produk yang lebih canggih dalam kurun waktu kurang dari setengah masa guna seharunya barang tersebut digunakan. Berfikir bagaimana cara menangulangi sebuah resiko pada situasi selalu menjadi sebuah landasan sebuah pemikiran-pemikiran yang solutif, sama halnya dengan yang dunia sedang hadapi mengenai isu “global warming�. Banyak sekali sebuah solusi yang dihasilkan pada situasi ini, namun kejadian ini sangat sulit untuk ditanggulangi. Hampir semua orang mencoba menghobati dengan mulai menganti material yang lebih rama lingkungan hingga membuat sebuah infrastuktur dengan sekala besar untuk menanggulangi hal tersebut. Semua orang berfikir bagaimana cara mengatasi hal tersebut, namun selalu saja berujung pada hal yang paling mendasar, yaitu manusianya. Pada berbagai pembahasan global warming selalu berujung pada sebuah kegiatan manusia yang dari sekedar merugikan lingkungan hingga yang terang-terangan menghancurkannya. Pada hal ini seluruh manusia beraktifitas diatas permukaan bumi yang menjadi sumberdaya dan sumber kebergantungannya namun mereka menghancurkannya dengan berbagai aktifitas. Kendali manusia sementara ini hanya menciptkan dengan mengurangi sebuah resiko dari sebuah ketergantungannya dalam merusak alam. Namun sudah mulai banyak pula yang berfikir bahwa yang harus dirubah adalah sebuah pola pikir masyarakatnya. Pada hal ini hampir semua orang setuju sampai pemikiran ini namun juga ada yang kontra karena masih skeptisitas yang cukup tinggi pada sebuah budaya manusia yang buruk pada setiap tindakan sebuah sosial manusa dengan sekala yang lebih besar. Salah benarnya sebuah gagasan selalu mengacu pada relativitas dan kontekstualitas-nya. Prilaku manusia memanfaatkan alam sebagai sumberdaya memang tidak dapat disalahkan pada awalnya, namun dengan seiring pengembangan zaman dan kebutuhan yang berlebih manusia mulai berkembang dan sudah melewati batas yang seharusnya kita tidak lampaui. Namun sebuah kebiasaan tersebut harus kita perbaiki dengan memanipulasi dengan sebuah kebiasaan yang baru pada sebuah lingkungan.

Bachelor Final Project Š2021

15


Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT

1.2.2.0 Is It Too Late To Stop Climate Change? Well, it’s Complicated. Gambar 3.0 :ILUSTRASI EMISI ENERGI YANG TIDAK TERKONTROL Sumber : https://www.youtube.com/ watch?v=wbR-5mHI6bo&t=22s

Kurzgesagt – In a Nutshell yang telah meluncurkan sebuah video dengan judul “Is It Too Late To Stop Climate Change? Well, it’s Complicated.” , yang dimana dalam sebuah video berdurasi 10 menit tersebut, menjelasakan seberapa rumitnya kejadian pemanasan global yang terjadi di bumi ini. Ada empat buah aspek utama yang dijelaskan, yaitu Population Size, Economic Growth, Energy Intensity, dan Emissions Per Energy. Ke-empat hal ini adalah simpul utama yang menjadi masalah pada sebuah perkembangan zaman terhadap buruknya dampak kerusakan global di bumi. 1.2.2.1 Population Size; pada dasarnya semakin banyak populasi manusia akan semakin banyak juga penggunaan energynya, dan pada akhirnya akan menimbulkan emsisi CO2 yang lebih banyak pula. Tentu kita tahu sudah sangat sulit untuk lepas dari teknologi yang kita gunakan, bahkan ketika kita membutuhkan makanan, pakaian dan hingga membangun tempat tinggal pun kita akan menghasilkan emisi energi. Selain kebutuhan pokok, kita juga melakukan sebuah gaya hidup yang menghasilkan emisi energi, contohnya adalah membeli burger hingga telepon genggam yang kita gunakan sekarang.

Gambar 3.1 :GRAFIK PENDUDUK DUNIA TAHUN 2020-2100 Sumber : https://www.youtube.com/ watch?v=wbR-5mHI6bo&t=22s

Pertumbuhan populasi manusia akan bertambah sekitar 40% pada tahun 2100 , yaitu sekitar 11 miliar manusia yang terdapat dibumi. Dan cara untuk membantu menekannya adalah dengan kepedulian terhadap kesehatan, akses terhadap alat kontrasepsi , dan pendidikan.

Bachelor Final Project ©2021

16


Gambar 3.2 :GRAFIK PENDAPATAN PERKAPITA DAN TINGKAT KOMSUMTIFITAS MANUSIA Sumber : https://www.youtube.com/ watch?v=wbR-5mHI6bo&t=22s

Gambar 3.3 :GRAFIK PERKEMBANGAN POPULASI, GDP, & EMISI KARBON Sumber : https://www.youtube.com/ watch?v=wbR-5mHI6bo&t=22s

Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT

1.2.2.2 Economical Growth; bukan lagi membahas sebuah pertambahan jumlah penduduknya, namun sudah berfokus pada sebuah gaya hidup yang sangat buruk. Semakin kaya suatu negara akan semakin konsumtif masyarakatnya. Walau sebuah negara yang tumbuh memiliki kekayaan yang tidak merata, negara tersebut akan terus tumbuh kaya dan tidak peduli bahwa standart hidup yang terus menaik.

Suatu negara maju akan terus maju dan semakin konsumtif, sangat mustahin jika sebuah negara maju akan melepasakan sistem tumbuh mereka. Jika pun mereka melakukannya, negara berkembang akan terus memcoba menjadi kaya. Bahkan seorang programer di US bepotensi menghasilkan emisi karbon lebih banyak dari 50 orang petani di Uganda, yang di sebabkan oleh gaya hidup yang sangat jauh berbeda. Bagi miliaran orang berhenti berkembang berarti akan tetap miskin, makadari itu sebuah negara akan terus berusaha maju dan menumbuhan negara mereka apapun yang terjadi.

Dari segala motivasi apapun untuk menumbuhakan sebuah negara, sudut pandang yang tidak bisa lepas adalah yang miskin akan terus berusaha kaya dan akan menjadi kaya, juga yang sudak kaya akan semakin kaya. Dengan fenomena yang terjadi kita akan melalu fase terus bertambahanya gas emisikarbon.

Bachelor Final Project Š2021

17


Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT

Gambar 3.4 :ILUSTRASI TEKNOLOGI YANG MERUSAK KEBIASAAN MANUSIA Sumber : https://www.youtube.com/ watch?v=wbR-5mHI6bo&t=22s

Gambar 3.5 :ILUSTRASI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI YANG LEBIH HEMAT Sumber : https://www.youtube.com/ watch?v=wbR-5mHI6bo&t=22s

1.2.2.3 Energy Intensity ; Sebuah teknologi terus berkembang dari zaman ke zaman, sebuah kota akan terus menorganisirkan kotanya dengan teknologi yang lebih efisien untuk menjadikan kota tersebut lebih maju lagi. Seluruh ilmuan didunia akan mencari cara untuk mengurangi Co2 dari energi yang terbaharukan, untuk menyelamatkan bumi. Mulai dari sebuah bohlam lampu yang terus berkembang hingga ditemukannya lampu LED dengan konsumsi energi yang sangat rendah dan efisien.

Intensitas pengunaan energi kita akan terus bertambah dan bertambah seiring perkembangan waktu dan perkembangan teknologi. Namun disini seharusnya membahas sebuah topik dimana kita harus secara bijak dan efektif untuk mengunakan sebuah energi. Sebuah tingkat kemajuan teknologi suatu negara berpengaruh lurus terhadap tingkat konsumtifitasan masyarakatnya. Ada tiga buah peristiwa yang secara kita tidak sadari kita tidak bijak dalam melakukan penghematan energy. Direct Rebound Effect ; Pada peristiwa ini kita sadar bahwa kita peduli dengan lingkungan, maka kita akan terus memajukan teknologi terbaharukan. Namun dilain sisi kita akan dilema dengan sebuah teknologi terbaharukan yang mengunakan energi lebih hemat di banding energi sebelumnya. Jika sebuah energi kulkas 1 pintu dengan energi tidak terbaharukan memiliki konsumsi energi sama dengan kulkas 3 pintu dengan energi terbaharukan, kita akan menambah kapasitas sebuah kulkas satu pintu menjadi 3 pintu dengan alasan akan lebih hemat, namun secara konsumsi energy hampir tidak ada bedanya. Dengan begitu kulkas 1 pintu tersebut dibuah dan menjadi limbah, namun konsumsi energi tetap berlanjut dan bahkan mungkin bertambah.

Bachelor Final Project Š2021

18


GNYA TEKNOLOGI TIDAK MENGURANGI KOMSUMSI LISTRIK Sumber : https://www.youtube.com/ watch?v=wbR-5mHI6bo&t=22s

Gambar 3.7 : CONTOH INDIRECT REBOUND EFFECT Sumber : https://www.youtube.com/ watch?v=wbR-5mHI6bo&t=22s

Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT

Gambar 3.6 : CONTOH BERKEMBAN-

In-Direct Rebound Effect ; Ketika kita melihat sebuah iklan mobil yang lebih hemat energi, kita akan menabung dan mengumpulkan sebanyak-banyaknya uang untuk membeli mobil tersebut dan mengharapkan sebuah energi yang lebih hemat. Namun ketika memiliki mobil tersebut kita akan berfikir bahwa kita dapat berjalan jauh dan memutuskan untuk bertamasya keliling kota yang jauh dengan asumsi mobil yang kita pakai sangat lah hemat. Atau dengan asumsi kita mengunakan mobil yang lebih hemat energi dan kita akan mengalihkan uang yang tadinya hanya untuk bahan bakar namun kita menabung uang tersebut untuk bertamasya atau membeli mobil yang lainnya lagi.

Less Return on Investment ; Semakin canggih suatu teknologi tentunya akan semakin mahal dan semakin sulit pula teknologinya. Dilain sisi berkembangnya teknologi juga mengalahkan sekaligus menyingkirkan pekerjaan untuk manusia itu sendiri. Semakin banyak yang hilang pekerjaannya sedangkan teknologinya semakin mahal. Hal ini akan sangat menganggu sebuah keseimbangan ekosistem perekonomian.

Gambar 3.8 : TABEL PERKEMBANGAN TEKNOLOGI YANG SEMAKIN MAHAL Sumber : https://www.youtube.com/ watch?v=wbR-5mHI6bo&t=22s

Bachelor Final Project Š2021

19


Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT

1.2.2.4 Emission Per Energy ; Sekarang yang kita gunakan sebagai bahan baku energi utama adalah energi berbahan dasar fosil. Yang dimana memiliki hasil pembakaran yang sangat tinggi, semakin banyak energi yang kita pakai, semakin banyak juga karbon dioksida yang kita hasilkan. Butuh banyak sekali bahan baku fosil unutuk menghidupi kebutuhan energy di dunia ini, terlebih lagi diakibatkan kebiasaan manusia yang tidak bijak mengunakan energi tersebut.

Gambar 3.9 : GRAFIK PERBANDINGAN KOMSUMSI ENERGI DAN ENERGI YANG DIHASILKAN Sumber : https://www.youtube.com/ watch?v=wbR-5mHI6bo&t=22s

Tabel diatas ini alah menunjukan sebuah energi yang kita dapat dan dibandingkan dengan kadar jejak CO2 yang bersamaan kita hasilkan. Hampir tidak mungkin untuk terus-terusan mengunakan bahan baku fosil, kita sudah tidak punya banyak waktu lagi untuk terus menerus menggunakan bahan baku yang sangat banyak menimbulkan emisi karbon yang sangat tinggi. Sudah saatnya kita beralih terhadap energi alternatif yang lebih ramah lingkungan seperti nuklir dan tenaga surya. Namun untuk menghadapi itu semua, kita mebutuhkan waktu untuk menunggu perkembangan teknologi yang lebih pesat lagi dan ada baiknya untuk lebih berinfestasi lebih banyak kearah perkembangan teknologi terbaharukan. Yang terpenting dari kita sekarang sebagai mansyarakat adalah untuk bisa lebih bijak dalam penggunaan energi dan teknologi, kita harus bisa bertahan lebih lama dan memberikan napas yang lebih panjang untuk bumi ini. Cara yang paling efisien adalah untuk mengunakan barang dengan teknologi yang anda miliki sekarang selama mungkin dan sefisien mungkin, jikapun harus menggantinya denganyang baru lebih baik di daur ulang dengan metode yang kita punya sekarang. Dengan cara ini kita bisa menggunakan barang-barang dengan bijak dan membantu mengurangi konsumsi energi yang kita pakai sekarang juga. Dikarenakan sangat mustahil untuk mematikan listrik sebuah kota dalam satu malam tanpa menumbulkan banyak kerusakan dan kerugian hanya untuk mengurangi emisi karbon. Dengan begitu memang kita harus membantu perkembangan ini dengan lebih sabar dan mendukungnya dengan gerakan-gerakan kecil dari lingkungan terdekat dan diri kita sendiri

Bachelor Final Project Š2021

20


Tabel 1. Data Berat Timbangan Sampah Kota Jakarta January 2020 Sumber : https://lingkunganhidup.jakarta.go.id/data-tahun-2020/

TABEL 1.0 : TABEL LIMBAH SAMPAH JAKARTA, JANUARY 2020 Sumber : https://www.youtube.com/ watch?v=wbR-5mHI6bo&t=22s

Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT

1.2.3.0 CURRENT WASTE CONDITION IN JAKARTA

Saya mencoba menelaah pada tabel diatas bagaimana keadaan pada tahun 2020 sekarang ini dari data terakhir pada bulan Januari 2020 total volume sampah yang di dapat pada bulan tersebut adalah 304,398 ton per bulan dan bila dibagi 30 hari maka hasilnya adalah 10,146 ton per hari. Sebuah hal buruk ini diawali oleh kebiasaan buruk pula, tidak tidak bisa dengan sederhana menghilangkan atau mengurangi volume timbangan sampah tersebut, kita juga harus mengoyak sebuah sistemnya hingga yang paling dasar, yaitu sebuah kebiasaan manusianya. Walau memang ada sebuah aspek yang salah dalam sistem pengolahannya tapi ini juga adalah faktor yang cukup penting. Disebutkan oleh Madina pada Mulyadin (2018) Permasalahan sampah di DKI Jakarta yang semakin kompleks ini tidak hanya disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk saja, namun juga dipengaruhi oleh faktor lain di antaranya seperti beranekaragamnya kondisi sosial ekonomi budaya masyarakat kota, rendahnya keseriusan pemerintah maupun masyarakat dalam mengelola dan menangani permasalahan sampah, serta tidak sesuainya konsep pengelolaan sampah yang diterapkan pada suatu wilayah tertentu. 1.2.4.0 RE-ARRANGE THE BEHAVIOR Menurut Mustafah (2016) Para ”behaviorist” memasukan perilaku ke dalam satu unit yang dinamakan ”tanggapan” (responses), dan lingkungan ke dalam unit ”rangsangan” (stimuli). Menurut penganut paham perilaku, satu rangsangan dan tanggapan tertentu bisa berasosiasi satu sama lainnya, dan menghasilkan satu bentuk hubungan fungsional. Contohnya, sebuah rangsangan “seorang teman datang”, lalu memunculkan tanggapan seperti “tersenyum”. Jadi seseorang tersenyum, karena ada teman yang datang kepadanya. Para behavioris tadi percaya bahwa rangsangan dan tanggapan dapat dihubungkan tanpa mengacu pada pertimbangan mental yang ada dalam diri seseorang. Jadi tidak terlalu mengejutkan jika para behaviorisme tersebut dikategorikan sebagai pihak yang menggunakan pendekatan “kotak hitam (black-box)”. Rangsangan masuk ke sebuah kotak (box) dan menghasilkan tanggapan. Mekanisme di dalam kotak hitam tadi - srtuktur internal atau proses mental yang mengolah rangsangan dan tanggapan - karena tidak dapat dilihat secara langsung (not directly observable), bukanlah bidang kajian para behavioris tradisional. Kemudian masih dalam Mustafah (2016), B.F. Skinner (1953,1957,1974) membantu mengubah fokus behaviorisme melalui percobaan yang dinamakan “operant behavior” dan “reinforcement”. Yang dimaksud dengan “operant condition” adalah setiap perilaku yang beroperasi dalam suatu lingkungan dengan cara tertentu, lalu memunculkan akibat atau

Bachelor Final Project ©2021

21


Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT

perubahan dalam lingkungan tersebut. Misalnya, jika kita tersenyum kepada orang lain yang kita hadapi, lalu secara umum, akan menghasilkan senyuman y ang datangnya dari orang lain tersebut. Dalam kasus ini, tersenyum kepada orang lain tersebut merupakan “operant behavior”. Yang dimaksud dengan “reinforcement” adalah proses di mana akibat atau perubahan yang terjadi dalam lingkungan memperkuat perilaku tertentu di masa datang. Misalnya, jika kapan saja kita selalu tersenyum kepada orang asing (yang belum kita kenal sebelumnya), dan mereka tersenyum kembali kepada kita, maka muncul kemungkinan bahwa jika di kemudian hari kita bertemu orang asing maka kita akan tersenyum. Perlu diketahui, reinforcement atau penguat, bisa bersifat positif dan negatif. Contoh di atas merupakan penguat positif. Contoh penguat negatif, misalnya beberapa kali pada saat kita bertemu dengan orang asing lalu kita tersenyum dan orang asing tersebut diam saja atau bahkan menunjukan rasa tidak suka, maka dikemudian hari jika kita bertemu orang asing kembali, kita cenderung tidak tersenyum (diam saja). Dalam pendekatan perilaku terdapat teori-teori yang mencoba menjelaskan secara lebih mendalam mengapa fenomena sosial yang diutarakan dalam pendekatan perilaku bisa terjadi. Beberapa teori antara lain adalah Teori Pembelajaran Sosial (Social Learning Theory) dan Teori Pertukaran Sosial (Social Exchange Theory) Mustafah (2016). Sederhananya sebuah kebiasaan yang terjadi pada manusia sebagian besar adalah sebuah kebiasaan yang terbentuk pada lingkungannya(baik fisik maupun non-fisik) lalu sebuah lingkungan itu akan memberi respon balik pula terhadap manusianya tersebut. Dalam sebuah permukiman terkadang kita harus merekayasa bagaimana sebuah permukiman itu tersebut berkerja. Dalam arsitektur, elemen-elemen di utamakan untuk memiliki fungsi yang dapat berpengaruh pada sekitarnya(memiliki dampak). Ini lah yang di sebut sebagai semiotika arsitektur. Banyak dari sebuah rancangan desain yang memang harus mempengaruhi sekitarnya, bahkan walau tidak ditujukan mempengaruhipun akan tetap berpengaruh dengan keberadaannya walau sekecil apapun dampaknya. Bahkan sebuah pola lantai pun dapat berpengaruh pada sebuah kecepatan pergerakan manusianya. Sebuah pola yang direspon oleh otak untuk mengatur ekpresi motorik tubuh manusia. Lingkungan yang didesain dengan memerhatikan secara semiotika terhadap sosial, semiotika terhadap pisikologis, dan secara semiotika terhadap lingkungan yang berkaitan dengan arsitektural. Dengan beberapa target untuk menanggulangi lingkungan yang memiliki dampak negatif menjadi lingkungan yang sangat berdampak positif. Namun pada kenyataan-nya yang terjadi di kawasan Karet Tengsin hampir seluruhnya terjadi secara organik dan tidak terkontrol, bagian depan terlalu menginterfensi bagian dalam dan melupakan bagaimana pengaruh dari setiap peletakan tata ruang yang justru berdampak negatif di bagian yang tidak diperhatikan. Trikotomi, semiotika, Piercean, merupakan pembentuk utama semiotika arsitektur post-modern Charles Jencks. Model trikotomi ini mencakup representamen, interpretan, dan objek. Representamen merupakan satu bentuk perwujudan tanda (tidak harus berbentuk inderawi). Interpretan merupakan makna yang dibentuk oleh tanda. Objek adalah sesuatu yang diacu tanda (secara arsitektural) Menurut Chandles pada Murdiati (2008). Maka dari itu sebuah perbaikan dengan cara memanipulasi sebuah lingkungan dengan elemen elemen arsitektur dapat di terapkan disebuah lingkungan. Namun jauh lebih dalam dari itu sebuah perjalanan arsitektur hanya dapat mengubah sebuah pola secara dua dimensi. Dalam katalain hanya bergerak secara vertika dan horizontal. Untuk mengubah suatu pola kehidupan membutuhkan sebuah kompleksitas dari berbagai bidang yang lain. Contohnya harusnya ada intervensi dari segi sosial ekonomi, pengaturan management yang baik dan bahkan harus ada intervensi dari sudut pandang pisikolog dan sosiolog.

Bachelor Final Project ©2021

22


Sumber :Penulis

Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT

Gambar 4.0 : POLA BERFIKIR PENULIS

Untuk mempermudah, grafik ini menjelaskan bagaimana sebuah kebiasaan baru untuk mengurangi dan menangulangi sebuah dampak dari barang-barang sekali pakai ataupun untuk menciptakan sebuah barang memiliki waktu guna yang lebih keberpanjangan makabeberapa aspek ini yang akan coba saya cermati dan telaah lebih lanjut untuk penelitian ini. Setiap aspek arsitektur akan mempengaruhi manusianya, bahkan juga sebaliknya bahkan hal tersebut juga sangat berpengaruh terhadap system. Ketiga aspek tersebut harus besinergi dan berdiri berdampingan, jika ada yang hilang satu saja maka sebuah behavior yang tidak ideal.

1.2.5.0 LIBRARY OF THINGS

Gambar 4.0 : Penyimpanan Library Of Things London Sumber :WWW.LibraryOfThings.com

Library Of Things adalah sebuah tempat peminjaman barang yang dimana hampir seluruh jenis barang kebutuhan rumah dapat di sewa atau dipinjam. Memang pada umumnya Library(perpustakaan) adalah sebuah tempat meminjam buku, namun kali ini adalah sebuah gagas dari sekelompok orang di eropa yang mencoba mengumpulkan barang-barang dari lingkungan sekitar rumahnya dan disewakan, bahkan para tetangga sekitarnya pun dapat menyimpan dan menyewakan barang-barang yang mereka miliki. Pada awalnya konsep ini diadaptasi oleh 3 sekawan asal London, mereka mengadopsi hal serupa yang ada di Toronto & Berlin. Mereka menghabiskan waktu ribuan jam untuk melakukan hal tersebut. Dalam waktu 18 bulan mereka menguji ide yang cocok untuk diterapkan dilingkungan London. Mereka sangat senang ketika melihat para tetangga berkumpul dan menjadi teman & area sekitar menjadi tempat berkumpul. Saat koleksi bersama dikumpulkan dari benda berkualitas tinggi membuka pengalaman bagi semua orang dengan meminjamnya dari sesama komunitas ini (https://www.libraryofthings. co.uk/why).

Bachelor Final Project Š2021

23


Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT

Konsep ini dapat mengatasi sebuah masalah seperti; contoh yang paling dekat dengan kita sehari-hari mungkin adalah ketika seorang ibu yang membeli sebuah perlengkapan anak bayi yang mungkin hanya akan digunakan beberapa bulan saja lalu kita akan selalu bingung untuk menyimpannya dan lalu akan selalu berakhir di gudang belakang rumah. Atau seorang pendaki gunung musiman yang mungkin hanya sesekali mendaki untuk melihat cahaya matahari terbit dari ketinggian, kebanyakan mereka akan membeli perlengkapan secara mendadak ke departement store, lalu akan lupa bahwa pernah memiliki barang tersebut dan kembali sibuk dengan rutinitas keseharian yang lainnya. Bayangkan sebarapa banyak tumpukan barang yang seseorang simpan didalam rumahnya, lalu sekarang bayangkan seberapa banyak barang-barang yang di tumpuk oleh te-

Gambar 4.1 : ILUSTRASI GAYA HIDUP KOMSUMTIF MANUSIA Sumber :Penulis

tangga-tengga kita, lalu mulai bayangkan semua barang tersebut tertumpuk menjadi barang tak berguna disatu tempat yang sama. Kejadian-kejadian tersebut membuat kita menumpuk barang-barang yang sebenarnya kita tidak gunakan setiap saat, dan menjadikannya barang tersebut tak berguna walau seharusnya masih bisa dipakai. Dengan adanya Library Of Things kita akan dengan mudah untuk meminjam barang yang kita butuhan pada hanya momen tertentu. Jika kita butuh peralatan bayi, kita bisa dengan mudah meminjamnya dan juga jika kita ingin pergi untuk bertamasya kegunung tertinggi di daerah kita pun tinggal meminjam tenda dan jaket anti dingin dengan mudah. Kalau dari sudut pandang mobilitas, mungkin layaknya bis angkutan umum yang bisa ditumpangi oleh orang sekaligus banyak sekitar lebih dari 30 orang, dibandingkan dengan 30 orang yang mengunakan mobil pribadi. Tentunya akan lebih hemat untuk menaiki kendaraan umum, bukan hanya mengurangi biaya bahan bakar, namun juga menggurangi volume kendaraan yang memadati kota. Secara perlahan memang sebuah sistem ekonomi sedang bergeser kearah sistem ekonomi berbagi. Ini bukan lagi sebuah sistem ekonomi yang baru bagi kita semua, baik sadar maupun tidak disadari. Di sini sebuah perpusatakaan barang merangkum semua barang dan memaksimalkan hampir seluruh barang yang kita butuhkan dari barang yang besar hingga barang yang kecil. Dari sebuah obeng untuk memutar baut engsel pintu yang kendur, hingga meminjam tangga untuk memanjat menambal sebuah genting yang retak. Atau dari segi mobilitas kita bisa meminjam sebuah kendaraan seperti mobil ataupun sekedar hoverboard untuk berkeliling taman. Ketika kita mengunakan sebuah sistem ekonomi berbagi dan bahkan mengenbangkan itu kita tentu saja dapat meraup keuntungan yang sangat banyak, namun juga tidak melupakan untuk membuka peluang untuk orang lain mendapatkan keuntungan dari sumber yang sama, walau berbeda caranya. Sebuah sistem ini sangat cocok kita adopsi untuk membuat sebuah lingkungan yang lebih sustainable dan dapat dibungkus dengan sebuah sistem dan arsitektur yang memadai dengan konteks sitenya untuk menciptakan sebuah behavior yang lebih baik pada lingkungan tersebut. Pada dasarnya sistem ini digunakan untuk mengurangi limbah dan emisi karbon dengan

Bachelor Final Project Š2021

24


Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT

cara meng-efisiensikan sebuah kebiasaan manusa mengunakan barang-barang yang dimiliknya, menjadi barang milik bersama. Dengan begitu sebuah barang yang dimiliki bersama akan menghasilkan membantu mengurangi produksi barang pabrik yang tidak terkontrol, dan juga mengurangi limbah sampah barang tidak berguna. Pada sistem ini sangat dibutuhkan masyarakat menjadi orang yang bisa bekerjasama satu dengan yang lainnya. Dengan begini kita bisa mengumpulkan sebuah Man Power untuk melindungi bumi dengan menambah masa bernafasnya. Tentunya ketika suatu barang bisa diefiseienkan penggunaannya, maka sebuah jumlah demand produksi juga berkurang, dengan begitu pengunaan pabrik juga akan berkurang dan berarti itu adalah pengurangan emisi besar-besaran kekita kita berhasil merubah pola gaya hidup masyarakat.

Gambar 4.2 : ILUSTRASI EKONOMI BERBAGI Sumber :Penulis

Ketika sebuah demand barang berkurang akibat efek samping dari sebuah pengefisienan suatu pengunaan barang, maka kita dapat membuat sistem pengolahan secara sirkular, yaitu dengan adanya perbaikan barang-barang yang rusak hingga mendaur ulang barang-barang tersebut. Kita tidak mungkin bisa mematikan sebuah pabrik produksi barang begitu saja, tentu akan terjadi sebuah keos yang sangat besar. Lebih tepatnya kita harus bisa mengalihkan kearah pengilahan barang menjadi lebih terkontrol. Dengan sebuah sistem yang bisa mengontrol peredaran barang dengan cara sirkular sangat lah penting. Tentunya selain kita bisa mengontrol sebuah peredaran barang-barang yang ada di masyarakat, kita juga bisa mengumpulkan sebuah keuntungan tersendiri. Keuntungan yang pertama adalah di dapat dari masyarakat yang bertransaksi simpan dan pinjam suatu barang, yang kedua adalah ketika kita memberikan jasa perbaikan barang yang rusak, dan yang terakhir adalah dari sitem penjualan barang-barang yang kita daur ulang secara masal maupun berkala.

Gambar 4.3 : ILUSTRASI EKNOMI BERPUTAR Sumber :Penulis

Bachelor Final Project Š2021

25


Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT

1.2.6.0 BUSSINES SYSTEM IN LIBRARY OF THINGS Terdapat dua buah sistem yang bekerja di dalam Library Of Things, yaitu Sharing Economy yang digerakan masyarakat dan pihak Library Of Things dan Circular Economy sebagai pengontrol utama dari sistem keseluruhan Library Of Things yang bekerja. Untuk memaksimalakan dari konerja Library of Things dkedua sistem ini tidak bisa bergerak sendiri, sebuah rangkaian yang saling dihubungkan dan di ikat satu sama lainnya. Kinerja Library Of Things untuk mengurangin pengurangan limbah emisi karbon sangat bergantung pada kedua sistem yang di rangkai ini. Ada yang bertugas sebagai pengontrol barang yang dimiliki setiap individunya dan juga ada yan mengontrol jumlah barang yang beredar dimasyarakat.

1.2.6.1 SHARING ECONOMY

Gambar 5.0 : TABEL KONSEP EKONOMI BERBAGI Sumber :https://bmtoolbox.net/

stories/airbnb/

Untuk kali ini saya mencoba mengambil irisan dari sebuah pola ekonomi yang biasa di sebut dengan menerapkan sebuah konsep dari bidang ekonomi yaitu “sharing economy”. Sharing economy bukanlah hal baru, saya mencoba melansir dari sebuah jurnal oleh Maika(2016) sharing selalu kontras dengan kata owning dimana kecenderungan model ekonomi lama adalah owning economy mulai beralih menjadi sharing economy. Dasar sosial masyarakat Indonesia yang berhubungan erat dengan konsep ”sharing” adalah gotong royong. Karena sharing adalah kerjasama atau gotong royong, maka sharing economy ini merupakan suatu model bisnis kerjasama dalam menghasilkan kesejahteraan melalui sebuah konsep dasar sederhana yaitu sharing resources sehingga mampu menciptakan nilai baru perekonomian. Sharing economy adalah sebuah ekosistem socio-ekonomi yang dibangun melalui sistem berbagi baik sumber daya manusia dan fisik. Hal ini termasuk berbagi karya, produksi, distribusi, perdagangan dan konsumsi barang dan jasa oleh orang yang berbeda dan organisasi . Sharing economy berbeda dengan sektor ekonomi yang lain. Ada tiga besar fitur produksi dalam sharing economy yaitu (1) platform digital (2) akses terhadap kepemilikan dan (3) interaksi sosial8 . Masih dalam Maika (2016) Sharing economy adalah transaksi peer-to-peer yang dilakukan secara digital melalui media internet. Pengembang sharing economy menjelaskan bahwa perusahaan dan platform yang mereka tawarkan menggunakan sebuah teknologi sehingga tidak hanya menawarkan penghematan dan kenyamanan tapi juga menawarkan efisiensi sumber daya dan memperluas pendapatan bagi para penyedia jasa. Mayasari (2018) Motivasi ekonomi dijelaskan dalam perspektif pandangan ekonomi. Itu pandangan ekonomi menyarankan agar manusia berperilaku rasional dengan mempertimbangkan setiap alternatif, dalam hal manfaat dan kerugiannya, dan mampu mengidentifikasi yang paling cocok

Bachelor Final Project ©2021

26


Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT

Gambar 5.1 : GRAFIK PREDIKSI PERKEMBANGAN EKONOMI BERBAGI Sumber :https://www.weforum.

org/agenda/2019/01/sharing-economy/

Dikutip langsung dari Maika(2016) Akses terhadap kepemilikan dalam Sharing economy cakupannya sangat luas, lebih lanjut Benita matofska menulis sharing economy meliputi aspek-aspek seperti: swapping, exchanging, collective purchasing, collaborative consumption, shared ownership, shared value, co-operatives, co-creation, recycling, upcycling, re-distribution, trading used goods, renting, borrowing, lending, subscription based models, peer-to-peer, collaborative economy, circular economy, pay-as-you-use economy, wikinomics, peer-to-peer lending, micro financing, micro-entrepreneurship, social media, the Mesh, social enterprise, futurology, crowdfunding, crowdsourcing, cradle-to-cradle, open source, open data, user generated content (UGC)15. Fitur produksi ketiga dalam sharing economy adalah interaksi sosial. Sudah dapat dipastikana platform desktop, tablets dan smartphone menciptakan sebuah interaksi sendiri dalam ekosistemnya. Smartphone User Persona Report (SUPR) yang dirilis oleh Vserv tahun 2015 tercatat 52 juta pengguna smartphone di Indonesia dimana 61% adalah pengguna yang berusia dibawah 30 tahun (usia produktif ). Dalam laporan tersebut menyorot pengguna smartphone di Indonesia, dimana rata-rata menghabiskan waktu 129 menit per hari bersama smartphone miliknya16. Artinya selama 129 menit per hari setiap individu meluangkan waktunya untuk berinteraksi sosial melalui gadgetAirbnb muncul pada musim gugur 2008, dengan mengunakan konsep ekonomi berbagi seperti yang di tampilkan oleh tabel diatas. Pada tahun 2008 hingga 2019 sangat berat untuk sebuah konsep ekonomi berbagi. Pertumbuhan yang tidak merata, banyak perusahaan yang mengeluarkan uang untuk tumbuh cepat namun tidak terkontrol. Berdasarkan website forum ekonomi dunia sebuah prediksi pada tahun 2025 keseimbangan pada ekonomi berbagi akan segera datang. Pada tahun 2019 dan seterusnya, ekonomi berbagi akan semakin didorong oleh demografi yang telah memainkan (sebagian besar) peran pendukung hingga saat ini: kelas menengah yang baru muncul, wanita dan orang tua. Untuk pertama kalinya dalam sejarah manusia, kelas menengah mewakili mayoritas populasi global - dan diproyeksikan akan berlipat ganda dalam 10 tahun ke depan, menjadi 5,2 miliar orang. Wanita diharapkan bertanggung jawab atas â…” kenaikan semua pendapatan yang dapat dibelanjakan dalam dekade berikutnya. Sementara itu, ada lebih banyak penduduk lanjut usia di AS, Jepang di seluruh Eropa dan sekitarnya.

Bachelor Final Project Š2021

27


Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT

1.2.6.2 CIRCULAR ECONOMY

Gambar 5.2 : TABEL KONSEP EKONOMI BERPUTAR Sumber :http://www.chandra-asri. com/sustainability/sustainability-downloads

Menurut PT Chandra Arsi Petrochemical Tbk sebagai perusahaan pertokimia yang sangat gencar mengunakan dan mempromosikan sistem ekonomi berputar. Circular Economy selalu bertumpu dan mengacu untuk membuat sebuah sistem ekonomi hampir tanpa limbah disposal. Konsep Circular Economy memiliki prinsip mengurangi sampah dan memaksimalkan sumber daya yang ada. Pendekatan circular economy ini berbeda dengan ekonomi linear tradisional yang menggunakan model ambil- pakai- buang (take make - dispose). Dalam sistem circular economy, penggunaan sumber daya, sampah, emisi dan energi terbuang diminimalisir dengan menutup siklus produksi-konsumsi dengan memperpanjang umur produk, inovasi desain, pemeliharaan, pengunaan kembali, remanufaktur, daur ulang ke produk semula (recycling), dan daur ulang menjadi produk lain (upcycling). Dalam konteks keberlanjutan produk plastik, konsep circular economy dapat diterapkan melalui beberapa cara misalnya: recycling plastik, upcycling plastik sebagai campuran aspal, mengubah plastik bernilai ekonomi rendah menjadi bahan bakar atau energi, dan sebagainya. Jadi sebuah sistem circular economy memang menjadi lebih kompleks dengan menutup banyak celah yang ada dan berpotensi menghasilkan limbah dari proses produksi atau paska produksi. Indonesia adalah negara dengan penghasil limbah pelastik nomer 2 di dunia, dengan begitu sangat penting untuk kita sebagai negara penghasil limbah membantu dan mulai beralih kepada sistem Circular Economy. Banyak sekali limbah yang kita hasilkan, sampah pelastik hingga sampah elektronik, semua hanya karena sifat konsumtifitas kita yang sangat tinggi. Disini kita sudah harus memulai dengan berbagai cara pengolahan yang lebih ramah lingkungan. Kita harus mulai beralih dari sistem ekonomi linear ke arah ekonomi sirkular.

Bachelor Final Project Š2021

28


Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT

LINEAR ECONOMY

RECYCLE ECONOMY

CIRCULAR ECONOMY

Gambar 5.3 : ILUSTRASI KONSEP EKONOMI BERPUTAR Sumber: Penulis Referensi :http://www.chandra-asri. com/sustainability/sustainability-downloads

Bachelor Final Project ©2021

29


Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT

1.2.6.3 BUSSINES INTEGRATION CIRCULAR ECONOMY

SHARING ECONOMY

Gambar 5.4 : TABEL KONSEP BISNIS LOT Sumber :Penulis

Library Of Things layaknya sebuah mesin penggerak, perannya adalah mengerakan sistem Sharing Economy yang diperankan oleh masyarakat yang berinvestasi berupa barang dan sekaligus mengerakan sebuah sistem Circular Economy yang diperankan oleh investor lebih besar yang akan mengolah limbah dan memproduksinya lagi menjadi barang siap pakai. Sharing Economy yang di perankan masyarakat; di naungi oleh Library Of Things akan membantu mengontrol pemakaian barang-barang yang disimpan dan dipinjamkannya agar memiliki tingkan efisiensi penggunaan yang lebih tinggi lagi. Disini seseorang yang meminjam akan membayar, bukan hanya untuk biaya pinjam namun juga sebuah biaya perawatan barang-barang yang mereka gunakan. Sedangkan yang menyimpan barang akan mendapat keuntungan setiap ada yang meminjam barang mereka. Tentunya ini akan menjadi sebuah sisten investasi perorangan untuk mendapat keuntungan secara mudah dan lebih personal. Namun dengan begitu orang tersebut sewaktu-waktu membutuhkan barang yang mereka miliki, dapat meminjam tanpa adanya biaya ekstra untuk peminjaman mereka. Circular Economy yang diperankan oleh Investor; Library of Thing tentu membutuhkan sebuah pemodal untuk memproduksi barang yang akan diolahnya maupun yang akan dipasarkan. Dengan adanya Library Of Things diharapkan sebuah perusahaan barang-barang yang tadinyahanya memproduksi barang-barang mereka secara linear kini, kami ajak untuk membantu mengolah limbah dari barang-barang mereka sendiri untuk dijadikan gelombang barang yang selanjutnya. Tentunya ini tidak akan mudah, sebuah perusahaan tentunya akan butuh adaptasi untuk melakukan ini. Dengan begitu sebuah proses ini akan dilakukan dengan sistem yang memang perlu perombakan besar-besaran, baik dari segi regulasi tentang produksi oleh pemerintah maupun teknik pengolahan dari pabrik yang tadinya hanya mengandalkan sistem produksi secara linear. Sejauh ini ada beberapa buah nama perusahaan besar yang mengeluti sistem ekonomi berputar ini, yaitu PT Chandra Arsi Petrochemical Tbk, PT Coca-cola Amatil Indonesia, Nestle dan lainnya.

Bachelor Final Project Š2021

30


Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT

1.3.0 : SITE SURVEY; KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT. Indonesia menjadi penyumbang sampah nomer 2 didunia, dan Jakarta adalah kota penyumbang sampah paling tinggi di Indonesia. Yang berarti tempat ini menjadi salah satu tempat yang memiliki kebiasaan yang sangat buruk tentang bagaimana menggunakan barang-barang dengan bijak. Tinggat konsumtifitas yang yang tinggi di tengah negara maju memang tidak bisa dihindari dengan hal biasa, harus ada tindakan kusus dan pemfasilitasan kusus tentang hal ini. Library Of Things bisa hadir disini sebagai obat untuk sebuah kebisaan buruk yang masyarakat Jakarta lakukan selama ini soal gaya hidup yang terlampau konsumtif. Banyak konteks yang harus di bahas disini, tentang bagaimana sebuah konteks kehidupan di Jakarta bisa menjadi relevan jika dihadirkannya Library Of Things untuk mengatasi kebutuhan sehari-hari mereka hingga kebutuhan mendasar untuk bertahan hidup untuk mereka sewa dan simpan. 1.3.1.0 KARET TENGSIN, TANAH ABANG.

Gambar 6.0 : FOTO KARET TENGSIN, TANAH ABANG Sumber :www.wikipedia.com

Karet Tengsin, Tanah Abang, Jakarta Pusat adalah sebuah sempel tempat yang sangat kompleks sebagai tempat peletakan Library Of Things. Dikarenakan tempat ini cukup mewakilkan isi dari kota Jakarta dalam satu tempat, dengan adanya bangunan-bangunan pencakar langit tertinggi di Indonesia sebagai eksterior kota dan bangunan permukiman semi kumuh sebagai Interior kota. Dengan adanya dua buah aspek tersebut bisa dibayangkan seberapa kompleks lokasi tersebut. Adanya sebuah perbedaan kelas yang sangat senjang, dari aktifitas perkantoran yang sangat menengah keatas hingga hanya sebuah pertokoan kecil yang menjual jajanan ringan dengan tempat hanya tatanan yang rapih. Adanya sebuah ekspresi spasial yang sangat insular dari kawasan ini jika kita melihatnya seperti dua mata koin. Gedung-gedung yang tinggi sebagai eksterior kota dan permukiman yang menjadi sekumpulan interior kota. Sebuah interior kota yang sekarang terkurung oleh eksterior kota. Terlihatnya perbedaan yang sangat senjang dan sangat insular. Kerapuhan pada interior kota yang terlihat ketika melihat perbedaan yang terjadi dikawasan tersebut. Menunjukan sebuah ekspresi spasial yang terasa terdapat unsur intimidasi. Namun sebagai exterior akan selalu menjadi wajah dan dada yang busung sebagai sebuah bagian yang selalu disorot oleh media dan orang yang melihatnya dari kejauhan. Namun sebagai inteior akan menjadi sebuah keaslian bagaimana sebenarnya secara horizontal tatanan kota tersebut terlihat.

Bachelor Final Project Š2021

31


Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT

1.3.1.1 CITY’S EXTERIOR IN KARET TENGSIN

Gambar 6.1 : FOTO GEDUNG EKSTERIOR KOTA, KARET TENGSIN Sumber :Penulis

Karet Tengsin ini berada di pusat kota Jakarta dengan komunitas kelas sangat elit dengan adanya gedung-gedung pencakar langit yang menjadi roda utama perekonomian Indonesia. Lokasi ini adalah bagian dari sebuah simpul dari pusat ekonomi Jakarta. Di hiasi dengan eksterior kota(muka kota) gedung-gedung yang sangat mewah dan megah memperlihatkan bahwa ini adalah kawasan yang sangat elit dan bergengsi di kota ini. Kegiatan yang dilakukan disini memang kebanyak kegiatan perkantoran yang di kelilingi kemacetan kota. Ada sangat banyak transportasi yang melintas di sekitaran wilayah ini. MRT, Commuter Line, Kereta Bandara, Trans Jakarta, Bus, ojek dan taksi online, dan kerumunan mobil-mobil pribadi.

Gambar 6.2 : FOTO PEDESTRIAN EKSTERIOR KOTA, KARET TENGSIN Sumber :Penulis

Sebuah kehidupan disini sangat melambangkan bawahwa lokasi ini menjadi sebuah pusat kota yang sangat maju dan sangat konsumtif. Mulai dari segi kebutuhannya, hingga jenis transportasinya yang digunakan belum sustainable. Walau sudah banyak fasilitas trasnportasi umum namun masih banyak yang belum sadar bahawa penggunaan kendaraan pribadi sangat berdampak buruk bagi lingkungan. Kegiatan-kegiatan ditengah kota ini memang sangat sulit, untuk dikontrol. Dengan wajah kota yang selalu menampilkan kekayaan dan kemewahan, semakin banyak pula orang-orang luar kota ini berbondong-bondong datang menghampiri kota ini dan meadati kota. Dengan begitu kadar konsumtifitas semakin meninggi diakibatkan populasi yang selau meningkat setiap tahunnya

Bachelor Final Project Š2021

32


Gambar 6.3 : FOTO PERMUKIMAN INTERIOR KOTA, KARET TENGSIN Sumber :Penulis

Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT

1.3.1.2 CITY’S INTERIOR IN KARET TENGSIN

Dibalik gedung-gedung tersebut terdapat sebuah permukiman kalangan menengah kebawah dengan kondisi lingkungan yang belum cukup layak untuk sebuah hunian yang ideal. Namun lokasi ini sangatlah hangat dengan adanya tegur-sapa antara penghuni didalam daerah perkampungannya. Banyak dari mereka yang mengandalkan halaman rumahnya atau sempadan jalan sebagai tempat berdagang kaki lima untuk mendapatkan keuntungan di padatnya kota Jakarta. Mereka hidup dengan segala hiruk-pikuknya kota namun tetap bisa hidup dengan mengandalkan peluang-peluang kecil. Tidak jarang juga dari mereka menjadi tukang ojek pangkalan ataupun tukang ojek online untuk mendapat peluang lebih besar sebagai sampingan pendapatan mereka. Mereka memang hidup ditempat yang elit, namun juga sempit. Namun dilain sisi dengan kehidupan yang terlihat dibawah setandart banyak juga limbah yang dihasilkan dengan Indikator data penumpukan limbah elektronik kota Jakarta.

Gambar 6.4 : FOTO PERMUKIMAN INTERIOR KOTA, KARET TENGSIN Sumber :Penulis

Dengan berdasarkan data yang diberikan oleh pemerintah, ada sekitar 30,190 TON jumlah sampah yang dihasilkan Jakarta Pusat per January 2020. Yang berarti sebuah pola hidup yang harus dirubah tentang kebijakan penggunaan barang yang lebih efektif harus lebih digencarkan lagi dan di berikan sebuah solusi yang lebih konkrit. Lingkungan ini akan terus memadat seiring perkembangan waktu, banyak yang tinggal dengan sekedar sewa rumah ataupun memang memiliki tanah disana. Banyak aspek kebutuhan yang mereka miliki, semakin padat tandanya adalah sebuah konsumtifitas penduduk yang semakin tinggi pula, karena memang semua itu selalu berbanding lurus jika tidak di arahkan dengan bijak.

Bachelor Final Project Š2021

33


Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT

Gambar 7.0 : RENDER SKETCHUP, KARET TENGSIN, TANAH ABANG Sumber :Penulis

2.1.0 ARCHITECTURAL DESIGN PROBLEM & CONSTRAIN IN SITE IMPLEMENTATION Terdapat sebuah tempat yang Insular di balik gedung-gedung tersebut. Sebuah permukiman yang kesannya terperangkan dalam sangkar. Situasi ini mengambarkan bawaha ada dua kawasan yang memiliki sifat berbeda yaitu, inklusifitas dan ekslusifitas. Inklusifitas untuk bagian permukiman karena mereka hidup secara bersama dan saling terkoneksi, namun gedung-gedung perkantoran menjadi sangat ekslusif bukan hanya pebandingan sekala yang sangat jauh, namun juga diakibatkan sebuah pemasangan ornamen seperti pagar tinggi, pemilihan aksen-aksen yang sangat berkesan mahal dibandingkan yang di gunakan oleh area permukimannya. Sebuah area yang sama namun layaknya mengucilkan, mereka memagari dan membelakangi area yang terlihat kumuh. Cara ini adalah cara paling singkat untuk menutupi keburukan dari sebuah hal yang menurut perspektif tertentu adalah kecacatan, hanya karena tidak sesuai dengan karakter konsep yang mereka bangun. Namun situasi ini adalah sebuah kesalahan, kita seharusnya membuat area-area terbuka untuk saling berinteraksi satu sama lain. menurut Anies Baswedan pada presentasinya di Universitas Islam Indoensia pada tahun 2019, sangat penting untuk membuat ruang inklusif lebih banyak lagi dan lebih terhubung satu sama lain. Karena itu sebuah pagar membuat sebuah area tertutup dan tidak inklusif, tidak ada keterhubungan disana, hal tersebut sudah harus menuju ke arah perombakan, bahkan Anied Baswedan beraniuntuk menurunkan biada PBB jika suatu perusahaan membuka pagarnya dan menjadikan sebagian wilayahnya taman yang inklusif.

Gambar 7.1 : SKEMA SKETSA KARET TENGSIN Sumber :Penulis

Bachelor Final Project Š2021

34


Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT

Gambar 7.2 : SKEMA SKETSA BATAS YANG ADA DI KARET TENGSIN Sumber :Penulis

Jika kita lihat dari skema potongan disini, kita dapat melihat bukan bagaimana sebuah kontras dari sisi horizontal secara sekala, namun juga pada ornamen fisik yang membuatnya sangat senjang dan layaknya beda dunia didalam satu kawasan yang sama. Tentu mereka tidak selalu mempunyai kepentingan yang sama, juga tidak memiliki latar belakang yang sama. Kegiatan di bangunan tinggi tersebut yang hanya datang dan pergi beberapa saat saja, namun kegiatan di permukiman benar-benar tinggal dan menempati tempat tersebut di kelilingi pantulan matahari dari kaca-kaca yang dipasang sebagai pelapis gedung-gedung tersebut.

Gambar 7.3 : SKEMA SKETSA AREA ANATARA DI KARET TENGSIN Sumber :Penulis

Penting untuk memikirkan bagaimana menyatukan dua kawasan tersebut. Terletak sebuah spasi ruang disamping tembok pembatas yang di pasang oleh pemilik gedung, spasi tersebut secara organik biasa dijadikan tempat berdagang oleh warga adalah sebuah batas yang sebenarnya secara organik sudah menjadi bagian dari kehidupan. lingkungan tersebut untuk saling terkoneksi. Jikalau tembok pembatas itu dilepas dan hilangkan, maka pedagang-pedagang tersebut akan tetap tinggal dan sudah terpatenkan secara organik dengan asumsi mereka sudah menganggap tempat tersebut sebagai wilayah mereka.

Bachelor Final Project Š2021

35


Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT

Gambar 7.4 : SKEMA SKETSA PELETAKAN LOT DI KARET TENGSIN Sumber :Penulis

Mungkin dari lokasi ini kita bisa memanfaatkan bagaimana sebuah batas yang tadinya menghalangi sebuah konektifitas, kembali dikoneksikan dan disatukan. Layaknya sebuah kain sobek, yang kita jait kembali untuk bisa menyatu dan bisa saling berkoneksi satu sama lain untuk bisa dipakai lagi. Tentu jika dengan hal ini kita ingin meletakan sesuatu yang baru kita harus mencari sebuah jalan tengah dari konteks sitenya. Tentunya kita harus membaca semiotika arsitektur yang ada pada site ini untuk menjadi kontekstual pada segala aspeknya. Untuk berfikir meletakan sebuah hal yang baru untuk mengubah suatu kebiasaan kehidupan yang sudah dilakukan bertahun-tahun perlu banyak penyesuaian dan melebur secara konsep yang diterjemahkan secara fisik nantinya. 2.1.2.0 SEQUEL ARCHITECTURAL SEMIOTIC ANALYSYS

Gambar 7.5 : ANALISA SEMIOTIKA Sumber :Penulis

Ini adalah gambaran bagaimana sebuah kehidupan yang terjadi di dalam area Karet Tengsin yang berada di bagian permukiman. Hampir semua tempat diarea ini menjadi area berdagang dan dijadikan tempat yang inklusif. Walau memak sangat tidak layak, namun ini adalah hal yang sangat organik dan wajar terjadi di kota Jakarta. Sebuah tempat perdagangan informal yang sangat menjamur dan tidak tertataakan terus berkembang dan tidak terkendali jika semakin banyak gedung-gedung yang menutup wilayah ini dengan pagar dinding beton yang membuat tempat ini tidak terlihat dan tertutup baik secara fisik maupun non-fisik.

Bachelor Final Project Š2021

36


Sumber :Penulis

Gambar 7.7 : ANALISA SEMIOTIKA Sumber :Penulis

Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT

Gambar 7.6 : ANALISA SEMIOTIKA

Jika kita telaah banyak sekali unsur yang penting dan mungkin tidak bisa terlepas dari cara hidup orang -orang yang tinggal disini. Dari parkiran motor, pedagang informal, hingga area berkumpul dan bermain anak. Mereka sudah kehilangan area dan fasilitas bermain pada lingkungan rumah mereka sendiri.

Selain menjadi sebuah tempat bedagang, kita bisa melihat ada sebuah unsur tempat berkumpul dilokasi ini, dengan adanya sebuah pos ronda yang terlihat ditempelkan di dinding pembatas tersebut. Tentunya hal ini adalah hal yang organik dilakukan oleh warga ketika melihat ada tempat kosong yang tidak dimanfaatkan. Lokasi ini adalah sebuah lahan sempadan yang masyarakat biasanya mengasumsikan bawah ini adalah “nobody’s land” yang secara sadar mereka kan menandai lokasi-lokasi ini dan memanfaatkannya. Hal seperti ini adalah sebagian contoh bagaimana kita bisa memanfaatkan dan mencoba menelaah bagaimana konteks site sesungguhnya dengan identifikasi secara semiotika arsitektur.

Bachelor Final Project ©2021

37


Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT

2.2.2.0 SITE REGULATION 83. Zona taman kota/lingkungan adalah zona interaktif yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana olahraga, rekreasi, dan sosial bagi warga masyarakat. 91. Zona perumahan kampung adalah kelompok rumah yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai kawasan yang dilestarikan/dipertahankan yang merupakan bagian dari kota, dihuni oleh masyarakat dengan budaya tertentu, tidak terstruktur dan tidak terencana dengan baik, dengan tipe bangunan deret dan ketinggian bangunan setinggi-tingginya 3 (tiga) lantai. 92. Zona perumahan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) sedang – tinggi adalah zona yang diperuntukan sebagai hunian dan dijabarkan ke dalam sub zona rumah sangat kecil, rumah kecil, rumah sedang, rumah besar, dan rumah flat dengan KDB di atas 30% (tiga puluh persen). 93. Zona perumahan vertikal adalah zona yang diperuntukan sebagai hunian susun yang dilengkapi dengan fasilitas bersama dan ruang terbuka hijau serta dijabarkan ke dalam sub zona rumah susun dan rumah susun umum dengan KDB di atas 30% (tiga puluh persen). 94. Zona perumahan KDB rendah adalah zona yang diperuntukkan sebagai hunian dengan KDB di bawah dan/atau sama dengan 30% (tiga puluh persen) dan memiliki ruang terbuka hijau privat pada setiap rumah sebagai resapan. 95. Zona perumahan vertikal KDB rendah adalah zona yang diperuntukan sebagai hunian susun taman yang memiliki KDB di bawah dan/atau sama dengan 30% (tiga puluh persen) yang dilengkapi dengan fasilitas bersama dan ruang terbuka hijau. 96. Zona perumahan di wilayah pulau adalah zona peruntukan hunian di pulau dengan KDB setinggi-tingginya 60% (enam puluh persen). 98. Zona perkantoran, perdagangan, dan jasa KDB rendah adalah zona yang diperuntukan bagi sub zona atau kegiatan perkantoran, perdagangan, dan jasa untuk mendukung efisiensi perjalanan dengan KDB setinggi-tingingnya 30% (tiga puluh persen), memiliki akses yang tinggi berupa jalur pejalan kaki yang terhubung dengan jaringan transportasi massal dan jalur penghubung antar bangunan, dan didukung dengan fasilitas umum dan pasokan energi dengan teknologi yang memadai. 99. Zona perdagangan dan jasa di wilayah pulau adalah zona perdagangan dan jasa sebagai penunjang kegiatan pariwisata di pulau, didukung dengan fasilitas umum dan pasokan energi dengan teknologi yang memadai. 100. Zona campuran adalah zona yang diperuntukan bagi kegiatan hunian dan/atau perdagangan dan jasa secara vertikal, memiliki akses yang tinggi berupa jalur pejalan kaki yang terhubung dengan jaringan transportasi massal dan jalur penghubung antar bangunan, didukung dengan fasilitas umum dan pasokan energi dengan teknologi yang memadai. 101. Zona pelayanan umum dan sosial adalah zona yang diperuntukan bagi sub zona pendidikan, kesehatan, ibadah, sosial budaya, rekreasi, dan olahraga, pelayanan umum dan prasarana terminal yang didukung dengan akses jaringan transportasi.

Bachelor Final Project Š2021

38


Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT

3.1.0 : LIBRARY OF THINGS IMPLEMENTATION

Gambar 8.0 : SKETSA ILUSTRASI LOT Sumber :Penulis

Gambar 8.1 : SKETSA ILUSTRASI LOT Sumber :Penulis

Meletakan sebuah gagasan baru akan selalu membutuhkan adaptasi dan konsep yang kontekstual. Sebuah Library Of Things bertujuan untuk membantu mengurangi limbah dari gaya hidup yang tidak efisien dalam cara pengunaan barang. Namun hadirnya Library Of Things adalah hal yang baru di dalam sebuah pola kehidupan di Karet Tengsin, dengan begitu dengan segala aspek adasar yang ada di Karet Tengsin harus difikirkan dan lebih baik lagi dimaksimalkan dengan cara melebur pada cara hidup masyarakatnya.

Sebagai contoh; ketika masyarakat memang membutuhkan alat-alat masak untuk berdagang, Library of Things harus hadir dengan memfasilitasi kegiatan tersebut bukan hanya dari segi barang, namun juga dari segi lokasi yang di rancang untuk mempermudah mereka dalam berdagang. Bagaimana mencoba melakukan nya dengan konteks tual dan adaptif pada setiap polanya kegiatan nya adalah yang harus dilakukan. Tentunya tidak akan hanya memfasilitasi kegiatan berdagang, dengan lebih dalam lagi banyak sekali kegiatan yang bisa di adaptasi dan difasilitasi. Dengan begitu kita bukan hanya melakukan sebuah kegiatan simpan pinjam namun juag benar-benar hadir dalam sebuah bentuk perubahan yang menjadi tujuan utama Library Of Things. Dengan cara sederhana seperti sekedar mengkombinasikan kita bisa membuat suatu konsep yang berbeda setiap kebutuhannya.

Bachelor Final Project Š2021

39


Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT

LIBRARY OF THINGS + COMMUNAL SPACE

LIBRARY OF THINGS + MINI CAFFE

LIBRARY OF THINGS + BYCYLE’S PARKING SPACE Gambar 8.2: SKETSA ILUSTRASI KONSEP GABUNGAN LOT Sumber :Penulis

Untuk merespon sebuah kegiatan yang tumbuh secara organik dan sangat amat beragam, maka desain yang organik dan fleksibel sangatlah cocok untuk merespon situasi seperti ini. Cara ini adalah salah satu cara yang paling lembut untuk mengubah pola hidup dibandingkan dengan cara menghancurkan secara paksa lokasi tersebut lalu membuat kegiatan yang memang secara organik tumbuh disana menghilang, dan tidak memberi sebuah alternatif kegiatan. Sebenarnya konsentrasi utama dari peletakan Library Of Things seperti ini adalah untuk menghubungkan dan menghilangkan sebuah sebuah “gap” yang menghilangkan Insularitas yang seharusnya ada. Dengan cara membuka tembok dan menjadikan lokasi tersebut sebuah tempat pemanfaatan Library of Things, kita akan dengan mudah untuk membantu menghubungkan antara Interior kota dan Exterior kota. Dengan menjadi kannya lebih insular sercara keseluruhan, diharapkan akan banyak tumbuh aktifitas yang seharusnya lebih menjadi produktif dan menyehatkan.

Bachelor Final Project ©2021

40


Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT

3.1.1.0 SITE CONSTRAIN Berdasarkan peraturan RTDR kota Jakarta, sangat dibutuhkan bagaimana sebuah sistem tata kota yang inklusid dengan adanyaperaturan untuk membuat area-area terbuka hijau dan fasilitas publik yang di tekankan. Sekarang tinggal bagaimana sebuah Library Of Things mengambil peran dari situasi yang ada untuk membantu memperbaiki sebuah sistem yang ada lebih dalam lagi. Untuk mendirikian Library Of Things di tengah permukiman dan bangunan tinggi, banyak sekali catatan dari segi desain dan peraturan yang harus dihadapi untuk merancang Library Of Things, terutama dari segi additional Items untuk menyesuaikan konsep Library Of Things dengan konteks site dan juga additional Items untuk Emergency Prevention. Additional Item For Context; Library Of Things merespon kegiatan berkendara jarak dekat dengan menyiapkan beberapa hal kegiatan tersebut yang memungkinkan; Tempat parkir sepeda, Tempat penyimpanan & penyewaan onderdil sepeda, Tempat penyewaan sepeda, segway, hoverboard, dll. Library of Things merespon kegiatan berkendara jarak jauh; dengan menyiapkan halte, penyewaan sepeda motor, menyiapkan basecamp untuk kegiatan kendaraan online, dll. Library of Things merespon kegiatan pedagang kaki lima; dengan menyediakan ruang untuk berjualan, penyimpanan dan peminjaman peralatan memasak dll. Library of Things merespon kegiatan ruang komunal; dengan menyediakan ruang untuk berkumpul, menyiapkan peminjaman peralatan elektronik, dan lainnya. Library of Things merespon kegiatan penghijauan; dengan menyiapkan ruang terbuka hijau, penamanan pot, dan kegiatan algiculture lainnya. Library of Things merespon kegiatan perkantoran; dengan menyediakan peralatan kantor, tangga, komputer, laptop, pensil, pulpen, dll. Library of Things merespon kegiatan permukiman; peminjaman kasur, peminjman kulkas, tangga, dan peralatan rumah tangga lainnya. Additional Item For Emergency Prevention; Fire Prevention: tentunya sangat dibutuhkan untuk keadaan kebakaran, baik dari segi desain dan juga dari segi peralatan pencegahan; misalnya dengan desain yang modular dan jika terjadi kebakaran bisa dilepas untuk mecegah penyebaran api dan segala macamnya.

Bachelor Final Project Š2021

41


Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT

Gambar 8.3 : PETA NOLI KARET TENGSIN Sumber :Penulis

3.1.2.0 SITE READING AND MAPPING Pada sebuah peta block plan nolli ini penulis menganalisis beberapa tanda yang berada di dalamnya. Pada dasarnya sebuah peta nolli ini memiliki sebuah skema sistem penataan tertentu. Penulis akan mencari bagaimana sebuah sistem yang ada disana. Penulis mencoba membacanya dengan Teori dari Kevin Lynch yaitu dengan membaca dari tanda-tanda yang ada, seperti Path, District, Edges, Landmark, dan Node. Hal ini akan menjadi penentu untuk peletakan dan fungsi dari Library Of Things itu sendiri, sehingga dapat mempermudah pengunaan dan pengelompokan barang sewaan agar lebih tepat sasaran.

Gambar 8.4 : PETA NOLI JALUR KEGIATAN KARET TENGSIN Sumber :Penulis

PATH & EDGES; berdasarkan jalur yang ada di lokasi ini, ada 5 buah jenis fungsi kegiatan yang berada di jalur-jalur tersebut. Fungsi jalur pertama yang berwarna merah adalah jalur arteri kota yang juga menjadi batas atas district ini. Lalu jalur kedua adalah yang berwarna unggu, jalur-jalur tersebut adalah akses ke gedung perkantoran dan biasa dilalui oleh pegawai kantor, penghuni hotel, akses mall, dan beberapa hal lainnya yang cukup bersifat “ekslusif�. Lalu jalur ketiga adalah jalur yang berwarna hijau, jalur tersebut adalah akses permukiman yang cukup privat bagi warga, karena jalan yang relatif kecil dan sebagian hanya bisa diakses mengunakan motor atau berjalan kaki. Untuk yang ke empat adalah yang berwarna kuning, jalur ini adalah jalur yang berhadapan langsung dengan fasilitas umum yaitu masjid dan sekolah dasar yang berada disana. Dan jalur terakhir adalah yang berwarna oranye, yang berisikan kegiatan perdagangan kaki lima baik yang ilegal maupun yang di fasilitasi oleh pemerintah kota setempat.

Bachelor Final Project Š2021

42


Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT

Gambar 8.5 : PETA NOLI ZONASI KEGIATAN DI KARET TENGSIN Sumber :Penulis

DISTRICT; Pada lokasi yang besar dan sangat beragam ini tentunya sangat banyak kegiatan yang ada, maka dari itu sebuah pengelompokan wilayah sangatlah penting. Penulis mencoba mengelompokan dari sebuah fungsi bangunan dan lahan kepemilikan dari bangunan tersebut. Disini terdapat banyak sekali ragam fungsi bangunan yang ada, yaitu Gedung perkantoran, Hotel, Retail, Apartement, Medical Care, Permukiman, Sekolah/ Universtas & Mall.

Gambar 8.6 : PETA NOLI ZONASI TITIK KUMPUL DI KARET TENGSIN Sumber :Penulis

NODES; Dari skema district dan path yang saya dapat saya mencoba mencari persingungan antara satu faktor dengan faktor yang lainnya, hingga memunculkan sebuah titik-titik krusial yang sebenarnya bisa menjadi sebuah simpul dari setiap kegiatan yang ada.

Bachelor Final Project Š2021

43


Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT

3.1.3.0 SITE WRITING AND RE-MAPPING

Gambar 8.7 : PETA NOLI GARIS HUBUNG HAYAL DI KARET TENGSIN Sumber :Penulis

Gambar 8.8 : PETA NOLI TITIK HUBUNG HAYAL DI KARET TENGSIN Sumber :Penulis

WRITING; Setelah membaca pola-pola yang berada di site ini, penulis melakukan analisis dengan membuat garis-garis yang menghubungkan anatara titip persingungan yang satu dengan yang lainnya. Setiap garis kan mengubungkan dan akan menjadi faktor dan indikator bagaimana sebuah simpul akan dibuat untuk mencoba re-maping site ini dan membuat site ini menjadi lebih inklusif.

RE-MAPPING; Meletakan Library of Things bukan hanya sekedar untuk membongkar tembok-tembok yang ada dan merubahnya menjadi hal yang baru, namun juga untuk membuatnya menjadi seefektif mungkin untuk memecahkan masalah dan membuat sebuah kebiasaan baru. Maka sebuah pola-pola peta baru ini( berwarna merah) diletakan di titik paling “krusial” dalam arti kata adalah lokasi yang paling strategis untuk dapat mengkoneksikan antara kegiatan satu dan yang lainnya. Bukan hanya membuat lokasi ini menjadi lebih inklusif namun juga lebih hidup. Di lain sisi ketika sebuah komunitas yang satu bersinggungan(berinteraksi) dengan yang lainnya akan memunculkan sebuah dialog baru, dan semakin banyak dialog yang tumbuh diaerah ini dan berubah menjadi sebuah polilog akan menjadi sebuah kehidupan yang lebih hidup lagi(aktif ).

Bachelor Final Project ©2021

44


Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT

3.1.4.0 SITE SAMPLING

Gambar 8.9 : SAMPEL LOKASI SITE PERANCANGAN LOT Sumber :Penulis

SAMPLE SITE; Sebuah site ini dipilih bukan hanya memiliki sebuah kompleksitas yang lebih banyak dari yang lain, namun juga dikarenakan adalah sebuah site yang secara organik adalah menjadi tempat berkumpulnya dari segala kelompok untuk berkumpul makan siang dan menjadi sebuah tempat paling inklusif bahkan sebelum dilakukanya re-mapping. Dengan ini, site ini adalah sebuah contoh site yang paling kontekstual dan realistis untuk dijadikan sebuah pusat pengelembungan dari Library of Things yang akan dibangun dan di desain. Pengelembungan ini berfungsi sebagai pusat district pengontrol yang akan menjadi pondasi utama dari Libaray of Things yang akan mengantikan fungsi pembatas (tembok antar district)

Gambar 8.10 : FOTO AKTUAL SAMPEL LOKASI SITE PERANCANGAN LOT Sumber :Penulis

Bachelor Final Project Š2021

45


Bachelor Final Project ©2021

46

Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT


Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT

4.1.0 : LIBRARY OF THINGS DEVELOPMENT HOW IT BUILD OPEN DESIGN; LoT sendiri betujuan untuk meningkatkan inklusifitas kota, dengan karena itu sebuah teknik merancang terbuka adalah sebuah cara yang sangat cocok untuk membuat semua orang berkontribusi dalam proses hingga pemakaiannya nanti. Mulai dari material bangunan yang di sumbangkan oleh mereka hingga mereka bisa ikut merakit beberapa detail yang bia di pasang di bangunan-bangunan itu nantinya. Walau memang harus ada sebuah modul yang menjadi patokan bagaimana bangunan ini akan terancang dan terbangun. Dengan menerapkan sistem terbuka dalam perancangannya, orang-orang di sekitar bisa bebas mengisi dan menata bagaimana bangunan ini bisa menjadi sesuai dengan kebutuhan tempat tersebut. Misalnya, area perkantoran akan secara organis di isi dengan peralatan kantor dan kebutuhan pegawai yang sesuai dengan bidang yang ada disana. Begitu pun juga di permukiman yang mayoritas adalah pegadang kaki lima, mereka akan dengan sebdirinya mengisi barang-banag yang mereka butuhkan sebagai pedagang kaki lima. HOW TO ORDER OFFLINE & ONLINE ORDER; Pada dasarnya bangunan ini adalah hal yang praktis datang di tengah lingkungan dan menesuaikan isinya dengan kebutuhan lingkungan sekitarnya, maka dari itu sebuah sistem offline order sangatlah cocok untuk diterapkan. Namun disisi lain sebuah sistem Online Order juga akan sangat penting sebagai tambahan cara pemesanan, dikarenakan belum tentu sebuah LOT yang sudah terletak didaerahnya dapat mencakup seluruh kebutuhan warga yang sangat beragam. HOW IT WORKS AND ACTTORS COMPANY; Tentunya LOT di adakan oleh sebuah perusahaan yang akan mengatur bagaimana sebuah sistem ekonominya akan bekerja. Sesitem yang digunakan dan dikontrol oleh perusahaan adalah sistem ekonomi berputar dan juga ekonomi berbagai. INVESTORS: -BIG INVESTORS; Sebuah perushaan membutuhkan dana, disini kita membutuhkan dana untuk membangunya. Dengan berinvestasi pada perusahaan seorang investor akan dapat menghasilkan keuntungan dari peran sistem ekonomi berputar dan juga sebagian dari ekonomi berbagi. -SMALL INVESTORS; Berbeda dari “big investor� kali ini tugas small investor adalah berinvestasi di sektor ekonomi berbagi saja. Small investor ini diperankan oleh warga dan siapapun yang menitipkan barang yang mereka titipkan dan akan mendapat hasil dari hasil sewa setiap barang yang mereka simpan. CLIENTS; Clients adalah bagian dari sistem ekonomi berbagi. Pada hal ini client yang dimaksud adalah orang-orang yang meminjam barang yang sudah mereka simpan pada LOT itu sendiri.

Gambar 9.0 : FOTO AKTUAL SAMPEL LOKASI SITE PERANCANGAN LOT Sumber :Penulis

Bachelor Final Project Š2021

47


Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT Gambar 10.0 : SKETSA KONSEP BANGUNAN DAN SOSIAL LOTS Sumber :Penulis

Bachelor Final Project ©2021

48


Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT

4.1.1 : DESIGN DEVELOPMENT

DESIGN CONCEPTING; LOT harus dirancang dengan sefleksibel mungkin agar bisa di adaptasikan dibebagai tempat dan bisa di bangun oleh siapa saja tanpa menganggung satupun kegiatan yang ada dilingkungan sekitarnya. Sebagai bangunan baru yang akan tumbuh bersama dengan kegiatan yang organik yaitu adanya informal trade, maka bangunan ini harus merespon kegiatan tersebut dan berusaha tumbuh bersama dengan lingkungan awalnya. Selain itu bangunan ini harus dirancang dengan sistem yang semi-permanen dikarenakan terletak di sempadan jalan.

Bachelor Final Project Š2021

49


Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT

MATERIAL CONCEPTING; Sebagai pengerak circular economy bangunan ini harus meimprementasikan sebuah sistem yang sirkular. Pada konsep awal Library of Things, adalah pemanfaatan barang agar semakin efektif, maka dari itu tembok dan pagar yang tadinya adalah pembatas atara interior dan eksterior kota akan di manfaatkan sebagai material utama dari bangunan ini.

Gambar 10.1: GAMBAR PAGAR BETON PRECAST Sumber :Penulis

Gambar 10.2: SKETSA GAMBAR PAGAR BETON PRECAST Sumber :Penulis

Gambar 10.3: GAMBAR PAGAR BAJA Sumber :Penulis

Gambar 10.4: SKETSA PAGAR BAJA Sumber :Penulis

Bachelor Final Project ©2021

50


Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT Gambar 10.5 : GAMBAR PAGAR BESI BAJA Sumber :Penulis

MATERIAL MAPPING; Berikut merupakan data batas atau tembok dan pagar yang membatasi area luar dan dalam di daerah ini. Dua jenis material ini akan menjadi material utama, yang berwarna biru adalah pagar baja dan yang warna abu-abu adalah beton precast tanpa tulangan. Dikarenakan pengunaan material beton bekas yang modular dan pagar baja yang cukup fleksibel maka penunaan pola-pola modular cenderung dikuatkan adalah salah satu opsi yang paling efektif untuk diterapkan agar mudah dalam pemasangannya sehingga memiliki tingkat fleksibelitas dalam peletakan yang tinggi. Semua orang dapat menggunakan material-material bekas ini dengan mudah dan menjadi sesuatu yang unik tanpa

Bachelor Final Project Š2021

51


Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT Gambar 12.0 : Diagram Modular Design

Library of Things di peruntukan agar bisa menangulangi limbah yang berlebih akibat kebiasaan buruk masyarakat yang salah sikap terhadap barang-barang yang dimilikinya. Untuk membentuk kebiasaan yang baru seluruh masyakarat akan dilibatkan dalam hampir seluruh pembangunan. Bukan hanya beton siap pasang dan pagar baja saja, namun masyarakat yang tidak mampu juga dapat menyumbangkan botol, jendela, papan, dan banyak lainnya yang tidak terpakai baik milik sendiri ataupun sampah yang bisa di kumpulkan menjadi simbol sumbangsih mereka terhadap gerakan perubahan.

Sumber :Penulis

Bachelor Final Project Š2021

52


BANDUNG Sumber : https://beritabaik.id/read?editorialSlug=indonesia-baik&slug=1537503840936-asyiknya-baca-buku-di-micro-library

Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT

Gambar 11.0 : GAMBAR MICRO LIBRARY

4.1.2 : STUDY PRESEDENT Sebuah bangunan Microlibrary di bandung yang mengunakan 2000 ember bekas sebagai material selubung bangunannya menjadi salah satu referensi utama. Bangunan perpustakaan ini dirancang sebagai ruang terbuka yang berfungsi sebagai ruang serbaguna, yang sering digunakan sebagai sanggar tari kelompok kabaret modern sekolah setempat. berlatih. Awalnya, arsitek menemukan beberapa pedagang kecil yang menjual jerigen bekas berwarna putih dan bening. Namun, sebelum konstruksi jerigen tidak lagi tersedia dalam jumlah yang dibutuhkan. Sebagai gantinya, tim menemukan ember es krim plastik bekas yang dijual dalam jumlah besar. Hal ini ternyata menjadi lebih baik karena memiliki citra yang lebih positif dan lebih stabil saat memotong bagian bawah terbuka untuk ventilasi silang. Saat mempelajari opsi desain tentang bagaimana mengatur 2000 ember es krim, tim SHAU menyadari bahwa mereka dapat diartikan sebagai nol (terbuka) dan satu (tertutup), sehingga memberi mereka kemungkinan untuk menyematkan pesan di façade dalam bentuk biner kode. SHAU bertanya kepada Walikota Bandung, Ridwan Kamil, seorang pendukung proyek apakah dia memiliki pesan untuk Perpustakaan Mikro dan lingkungannya dan pesannya adalah: “buku adalah jendela dunia”, yang berarti ‘buku adalah jendela dunia’. Pesan dapat dibaca mulai dari kiri atas (menghadap ke depan) dan berputar ke bawah mengelilingi garis batas berulang kali. Fasad tidak hanya memberi arti tambahan pada bangunan, tetapi ember juga menghasilkan suasana cahaya dalam ruangan yang menyenangkan karena dapat menyebarkan sinar matahari langsung dan berfungsi sebagai bola lampu alami. Ember kemudian ditempatkan di antara tulang rusuk baja vertikal yang membentang dari lantai ke atap dan dimiringkan ke arah luar untuk mengusir air hujan.

Bachelor Final Project ©2021

53


Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT

LIBRARY OF THINGS

IN KARET TENGSIN TANAH ABANG, CENTRAL JAKARTA

Gambar 13.0 : RENDER LOTS Sumber : Penulis

Bachelor Final Project ©2021

54


Bachelor Final Project ©2021

55 Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT


Gambar 13.1 : KONSEP BANGUNAN UTAMA

LOTS

Sumber : Penulis

Bachelor Final Project ©2021

56

Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT


Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT Gambar 13.2 : POTONGAN SKEMATIK LOTS Sumber : Penulis

5.1.0 : LIBRARY SERVICE CENTER IMPLEMENTATION Bangunan ini di rancang agar bisa hidup bersama dengan manusia di sekelilingnya, baik penguna maupun tidak penguna. Bangunan ini dirancang oleh penulis dengan sebisa mungkin menjadi bangunan yang bisa diletakan dimanapun dan tidak menganggu kegiatan yang sebelumnya sudah ada di area peletakannya. Bangunan ini akan di bangun untuk memenuhi dan menopang kebutuhan lingkungan, maka penulis sangat mengutamakan kebutuhan lingkungan dengan mencari cara bagaimana desain bangunan ini dapat di terima oleh masyarakat lingkungan setempat. Dengan alasan tersebut bangunan ini dibuat layaknya sebuah kolong dari sebuah meja, yang menjadikan ruang bebas dibawahnya bisa dimanfaatkan dengan bebas. Dengan begini bangunan ini tidak akan memakan lahan, memindahkan, dan bahkan menghancurkan yang sebelumnya sudah ada kegiatan yang terlebih dahulu terbentuk secara organis.

Bachelor Final Project Š2021

57


Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT Gambar 13.3 : POTONGAN MODUL SKEMATIK LOTS Sumber : Penulis

Bachelor Final Project ©2021

58


Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT

Gambar 13.4 : POTONGAN 2 MODUL GABUNGAN SKEMATIK LOTS Sumber : Penulis

MODULE FOR SERVICE CENTER; Secara dimensional bangunan ini penulis rancang untuk menjadi sebuah bangunan yang sangat sederhana, tidak terlalu banyak fitur namun dimaksimalkan secara fungsional yaitu sebuah kantor pusat penyewaan barang dan juga sebagai tempat fasilitas komunal. Gubahan bangunan ini juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan barang-barang yang lebih berharga dan butuh pengawasan ekstra setiap harinya seperti komputer, televisi, kendaraan dan banyak lainnya. Semakin sederhana dan semakin mudah untuk di tiru adalah konsep desain dari bangunan ini. Sebagai bangunan open desain dimana setiap orang dapat untuk menduplikasikannya dengan variasi ukuran tertentu sesuai dengan modulnya, banguna ini sangat bisa di letakan di berbagai situasi dan digabungkan satu sama lain.

Gambar 13.5 : PERSPEKTIF 2 MODUL GABUNGAN SKEMATIK LOTS Sumber : Penulis

Bachelor Final Project Š2021

59


Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT Gambar 13.6 : POTONGAN 5 MODUL GABUNGAN SKEMATIK LOTS Sumber : Penulis

Bachelor Final Project ©2021

60


Bachelor Final Project ©2021

61 Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT


Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT Gambar 13.7 : AKSONO MODUL STRUKTUR LOTS Sumber : Penulis

SERVICE CENTER MAIN STRUCTURE; Plat lantai dan dinding terbuat dari pagar besi baja bekas bongkaran lahan pembatas antara permukiman dan area perkantoran. Hal ini dilakukan dikarenakan sebuah pemikiran awal yang berangkat dari teori ekonomi berputar, material yang di bongkar dari pagar dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk menjadi bagian dari bangunan ini. Dengan begitu seluruh bagian dari kegiatan LOT sendiri dari awal akan selalu memutarkan setiap material dari hal apapun yang di produksi tanpa menjadi limbah.

Bachelor Final Project Š2021

62


Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT

Gambar 13.8: RENDER OMPLEMENTASI SKTRUKTUR PAGAR SEBAGAI DINDING Sumber : Penulis

Gambar 13.9 : RENDER OMPLEMENTASI SKTRUKTUR PAGAR SEBAGAI PLAT LANTAI Sumber : Penulis

Ini adalah gambaran bagaimana sebuah struktur pagar bekas yang menjadi baigian dari bangunan ini berperan sebagai salah satu material utama. Walaupun limbah dan bukan diletakan seperti seharusnya material ini, justru memunculkan sebuah karakter baru yang sangat kuat dan menarik.

Bachelor Final Project ©2021

63


Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT Gambar 13.10 : AKSONO TAHAP MODUL SELUBUNG DINDING BOTOL DAN JENDELA Sumber : Penulis

Bachelor Final Project ©2021

64


Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT Gambar 13.11 : AKSONO MODUL SELUBUNG DINDING BOTOL DAN JENDELA Sumber : Penulis

SERVICE CENTER DISPOSAL SKINS; Material bangunan yang manfaatkan bukan hanya dari material bongkaran yang ada dilahan, namun juga material sisa dari kegiatan masyarakat. Contoh sederhananya adalah mengumpulkan botol kaca bekas dan jendela kaca maupun kayu-kayu bekas yang di rakit menyerupai jendela dan di beri frame pengaku untuk dijadikan bagian dari selubung kulit bangunan.

Bachelor Final Project ©2021

65


Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT

Gambar 13.12: RENDER EFEK CAHAYA DINDING BOTOL DAN JENDELA BEKAS Sumber : Penulis

Gambar 13.13: RENDER EFEK CAHAYA DINDING BOTOL DAN JENDELA BEKAS Sumber : Penulis

Gambar 13.14: RENDER EFEK CAHAYA DINDING BOTOL DAN JENDELA BEKAS Sumber : Penulis

Bachelor Final Project ©2021

66


Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT Gambar 13.15 : AKSONO MODUL JENDELA BEKAS ARAH LUAR Sumber : Penulis

Bachelor Final Project ©2021

67


Gambar 13.16 : RENDER BANGUNAN UTAMA

Sumber : Penulis

Bachelor Final Project ©2021

68

Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT


Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT

Gambar ini memberi ilustrasi bagaimana Library Of Things dapat hadir di tengah masyarakat dengan kegiatan yang diadaptasikan dan menjadi bagian dari kehidupan itu sendiri. Bangunan ini akan menjadi sebuah pusat dari kegiatan masyarakat juga menjadi induk dari kebutuhan mereka sehari-hari dalam menjalani hidup, dikarenakan dapat memenuhi kebutuhan setiap orang yang ikut berkontribusi secara langsung mapun tidak.

Bachelor Final Project Š2021

69


Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT Gambar 14.0 : DIAGRAM STREET LIBRARY Sumber : Penulis

5.2.0 : STREET LIBRARY IMPLEMENTATION Pada dasarnya ide awal Libary of Things adalah tempat peminjaman dan penitipan barang, namun tidak berhenti sampai disitu. Karena konsep yang diusulkan adalah circular economy maka tembok yang harusnya hancurkan akan dimanfaatkan sebagai material utama dari tempat penyimpanan ini. Seluruh tempat penyimpanan akan menggantikan fungsi dari tembok yang memisahkan menjadi garis yang menyatukan. Dengan bentuk material sisa yang modular, penulis kembali menggunakannya sebagai material yang modular. Bukan hanya menggantikan fungsi tembok, namun juga akan membantu memfasiltasi fungsi kegiatan yang tadinya bergantung dengan tembok tersebut. Setiap modul akan mencoba memfasilitasi satu kegiatan, namun akan bisa dikombinasikan secara plug and play dengan modul yang lainnya. Dengan cara ini semua tempat akan bisa mengkontekstualkan setiap kebutuhan melalui pendekatan open design yang kan menjadi fasilitas hidup masyarakat sekitar lokasi perancangan kedepannya.

Bachelor Final Project Š2021

70


Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT Gambar 14.1 : SKETSA IDE STREET LIBRARY Sumber : Penulis

Gambar 14.2 : DIAGRAM STREET LIBRARY Sumber : Penulis

Bachelor Final Project ©2021

71


Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT Gambar 14.3 : DIAGRAM MODUL GABUNGAN STREET LIBRARY Sumber : Penulis

Bachelor Final Project ©2021

72


Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT

PLUG-OUT

PLUG-IN

Gambar 14.4 : SKETSA DIAGRAM BONGKAR PASANG STREET LIBRARY Sumber : Penulis

Secara sederhana dalam merespon kombinasi sebuah modul dengan pendekatan plug and play penulis mengusulkan desain modul yang bukan hanya saling tersambung secara struktur pemasangan namun juga dapat membuat ruang yang baru ketika disambungkan. Maka dari itu, bagian ditengah modul terdapat spasi ruang kosong yang dapat diisi sesuatu agar lebih menarik. Desain ini bersifat interaktif dengan warga atau siapapun yang berperan membangunnya. Bukan hanya dari segi sistem plug and play yang diterapkan namun dari segi materialnya yang beragam. Tidak ada batasan pemilihan material yang digunakan dalam membyat modul, yang penting adalah modul yang serupa dan saling berkaitan. Hal ini dapat lebih efisien dalam segi pemanfaatan barang-barang sudah tidak berguna lagi, seperti pagar beton itu sendiri, pagar baja, papan kayu, kaca mobil bekasn dan apapun yang bisa menutup dan di manfaatkan sebagai selubungnya.

Bachelor Final Project Š2021

73


Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT

PLUGED-OUT

Gambar 14.5 : DIAGRAM BONGKAR PASANG STREET LIBRARY Sumber : Penulis

Bachelor Final Project ©2021

74


Bachelor Final Project ©2021

Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT

PLUGED-IN

75


Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT Gambar 14.6 : DIAGRAM KOMBINASI MODUL STREET LIBRARY Sumber : Penulis

Bachelor Final Project ©2021

76


Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT

MODULE 1

MODULE 2

MODULE 3

Gambar 14.7: JENIS-JENIS MODUL STREET LIBRARY Sumber : Penulis

Bachelor Final Project ©2021

77


Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT

MODULE 1

Gambar 14.8 : AKSONO MODUL 1 LOTS Sumber : Penulis

Modul ini adalah sebuah modul yang menyediakan sebuah ruang kosong di bagian bawahnya dan dapat menjadi area berjualan bagi pedagang kaki lima, bahkan bisa menjadi tempat penyimanan ekstra bari sang pedagang tersebut tanpa menganggu penataan ruang sekitarnya.

Bachelor Final Project Š2021

78


Gambar 14.9 : AKSONO MODUL 2 LOTS Sumber : Penulis

Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT

MODULE 2

Modul ini adalah sebuah modul yang menyediakan sebuah ruang kosong di bagian bawahnya hampir sepeti modul pertama namun memiliki ruang penyimpanan sedikit lebih banyak dan tetap dapat menjadi area berjualan bagi pedagang kaki lima, bahkan bisa menjadi tempat penyimanan ekstra bari sang pedagang tersebut tanpa menganggu penataan ruang sekitarnya.

Bachelor Final Project Š2021

79


Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT

MODULE 3

Gambar 14.10 : AKSONO MODUL 3 LOTS Sumber : Penulis

Modul ini adalah modul ketiga yang menjadi selubung utama. Modul ini berfokuskan untuk tempat penyimpanan barang-barang tanpa adanya fungsi lain. Namun dengan begini modul ini adalah modul yang penting untuk menjadi tempat penyimpanan yang memiliki kapasistas yang lebih banyak dari modul yang lainnya.

Bachelor Final Project Š2021

80


Gambar 15.1 : AKSONO MODUL STRUKTUR Sumber : Penulis

Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT

4.3.0 : STRUCTURED MODULE

Keseluruhan modul dirangkai mengunakan struktur bajaringan yang di tetapkan ukurannya agar bisa serupa namun tetap bisa dengan bebas mengunakan pilihan penutup materialnya. Dengan dasar struktur bajaringan seluruh desain ini akan membuat penguna dan pembuat akan lebih mudah untuk merubah atau memperbaiki sesuai kebutuhan .

4.3.0 : DETAIL

Gambar 15.2 : AKSONO ZOOM STRUKTUR Sumber : Penulis

Setiap plat beton precast dari pagar begas tersebut bisa dibongkar pasang, dikarenakan ukuran baja ringan menyesuaikan dengan ukuran beton tersebut agar beton bisa sewaktu-waktu bisa dibongkar dan dipasang kembali dengan mudah.

Bachelor Final Project Š2021

81


Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT

Gambar berikut merupakan ilustrasi pengimplementasiian dari public stoage library yang merupakan bagian dari library of things. Semua desain di adaptasi dan di tujukan untuk bisa hidup dengan segala situasai tertentu dengan merespon setiap situasi site yang ada. Dengan begini sebuah konsep library of things untuk mencoba membuat sebuah kebiasaan baru akan menjadi sebuah fasilitas yang sangat penting bagi sebuah kota yang konsumtif.

Gambar 16.1: RENDER IMPLEMENTASI STREET LIBRARY Sumber : Penulis

Bachelor Final Project Š2021

82


Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT

Gambar 16.0: RENDER IMPLEMENTASI STREET LIBRARY Sumber : Penulis

Bachelor Final Project ©2021

83


Bachelor Final Project ©2021

84

Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT


Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT

6.1.0 : CONCLUTION & MESSAGES

Sebagai penulis saya berusaha sebisa mungkin untuk mengarahkan dan merancang ide Library of Things di Karet tengsin, Tanah abang, Jakarta pusat ini bisa menjadi sebuah gagasan yang dapat merubah dunia, mulai dari hal yang paling kecil hingga hal-hal yang lebih kompleks dapat berdampak pada dunia. Dunia terus berkembang dan dunia juga terus bertumbuh, namun sikap manusia terhadap dunia makin acuh-tak acu. Kita sebagai manusia harus sadar terhadap kondisi dunia yang semakin rusak karena ketidak-bijakan sikap kita terhadap dunia. Maka sebagai penulis sekaligus perancang gagasan ini saya berharap banyak pada ide gagasan Libary of Things. Terimakasih.

Bachelor Final Project Š2021

85


Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT

6.2.0 : INSTAGRAM DESIGN QUESTIONER

Gambar 0.0.3 :QUESTIONER INSTAGRAM TENTANG DESIGN DAN KONSEP LIBRARY OF THINGS Sumber : Penulis

Bachelor Final Project ©2021

86


Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT

100% dari total 38 voters menyukai gagasan yang diberikan/ disampaikan melalui fitur snap story dari aplikasi media sosial Instagram.

95% dari total 37 voters menyukai gagasan yang diberikan/ disampaikan melalui fitur snap story dari aplikasi media sosial Instagram.

95% dari total 42 voters menyukai gagasan yang diberikan/disampaikan melalui fitur snap story dari aplikasi media sosial Instagram.

1.3.0 : YES & NO QUESTION

Apa tangganpan kalian tentan ide gagasan Library Of Things? Seluruh tanggapan menjawab dengan jawaban yang positif yang sangat tertarik dengan gagasan yang di berikan oleh penulis melalui fitur Instagram story di media sosial Instagram.

Bachelor Final Project Š2021

87


Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT Gambar 16.1: IMPLEMENTASI LIBRARY OF THINGS DI SITE, KARET TENGSIN. Sumber : Penulis

Bachelor Final Project ©2021

88


Bachelor Final Project ©2021

89 Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT


Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT Gambar 16.2: IMPLEMENTASI LIBRARY OF THINGS DI SITE, KARET TENGSIN 1 Sumber : Penulis

Bachelor Final Project ©2021

90


Bachelor Final Project ©2021

91 Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT


Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT Gambar 16.3: IMPLEMENTASI LIBRARY OF THINGS DI SITE, KARET TENGSIN 2 Sumber : Penulis

Bachelor Final Project ©2021

92


Bachelor Final Project ©2021

93 Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT


Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT Gambar 16.4 : IMPLEMENTASI LIBRARY OF THINGS DI SITE, KARET TENGSIN 3 Sumber : Penulis

Bachelor Final Project ©2021

94


Bachelor Final Project ©2021

95 Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT


Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT Gambar 16.5: IMPLEMENTASI LIBRARY OF THINGS DI SITE, KARET TENGSIN 4 Sumber : Penulis

Bachelor Final Project ©2021

96


Bachelor Final Project ©2021

97 Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT


Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT Gambar 16.6: IMPLEMENTASI LIBRARY OF THINGS DI SITE, KARET TENGSIN 5 Sumber : Penulis

Bachelor Final Project ©2021

98


Bachelor Final Project ©2021

99 Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT


Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT Gambar 16.7: IMPLEMENTASI LIBRARY OF THINGS DI SITE, KARET TENGSIN 6 Sumber : Penulis

Bachelor Final Project ©2021

100


Bachelor Final Project ©2021

101

Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT


Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT Gambar 16.8: IMPLEMENTASI LIBRARY OF THINGS DI SITE, KARET TENGSIN 7 Sumber : Penulis

Bachelor Final Project ©2021

102


Bachelor Final Project ©2021

103

Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT


Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT Gambar 16.9: IMPLEMENTASI LIBRARY OF THINGS DI SITE, KARET TENGSIN 8 Sumber : Penulis

Bachelor Final Project ©2021

104


Bachelor Final Project ©2021

105

Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT


Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT Gambar 16.10: IMPLEMENTASI LIBRARY OF THINGS DI SITE, KARET TENGSIN 9 Sumber : Penulis

Bachelor Final Project ©2021

106


Bachelor Final Project ©2021

107

Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT


Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT Gambar 16.11: IMPLEMENTASI LIBRARY OF THINGS SITE,IMPLEMENTASI KARET TENGSINLIBRARY 10 GambarDI16.1: OF Sumber : Penulis THINGS DI SITE, KARET TENGSIN. Sumber : Penulis

Bachelor Final Project ©2021

108


Bachelor Final Project ©2021

109

Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT


Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT Gambar 16.12: IMPLEMENTASI LIBRARY OF THINGS DI SITE, KARET TENGSIN 11 Sumber : Penulis

Bachelor Final Project ©2021

110


Bachelor Final Project ©2021

111

Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT


Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT Gambar 16.13: IMPLEMENTASI LIBRARY OF THINGS DI SITE, KARET TENGSIN 12 Gambar 16.1: IMPLEMENTASI LIBRARY OF Sumber : Penulis THINGS DI SITE, KARET TENGSIN. Sumber : Penulis

Bachelor Final Project ©2021

112


Bachelor Final Project ©2021

113

Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT


Bachelor Final Project ©2021

114

Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT


Whiting, Tabitha. (2018). How We Created A Throwaway Society. [Online]. https:// tabitha-whiting.medium.com/how-we-created-a-throwaway-society-3b31bd097533 (diakses tanggal 06 November 2020) In a Nutshell, Kurzgesagt. (2020). Is it Too Late To Stop Climate Change? Well, It’s Complicated. [Online]. https://www.youtube.com/watch?v=wbR-5mHI6bo (diakses tanggal 03 October 2020) Shaw, Emma. (2019). Library of Things London. [Online]. https://www.libraryofthings.co.uk (diakses tanggal 28 September 2020) Wright, Stephen. (2017). Gadget Mountain Rising In Asia Threatens Health, Environment. [Online]. https://www.salon.com/2017/01/15/gadget-mountain-rising-in-asia-threatens-health-environment/ (diakses tanggal 28 September 2020) Murdiati, Dwi. (2008). Konsep Semiotik Charles Jenks Dalam Arsitektur Post-Moderen. [Online]. https://media.neliti.com/media/publications/81363-ID-konsep-semiotik-charles-jencks-dalam-ars.pdf (diakses tanggal 06 Oktober 2020) Setiawan, Lilik Anjar. (2017). Tingkat Kualitas Permukiman (Studi Kasus: Permukiman Sekitar Tambang Galian C Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo). [Online]. https://jurnal.uns.ac.id/region/article/view/15922 (diakses tanggal 30 September 2020) Maharika, Ilya Fajar. (2007). The Secrets Behind the Making of a Beautiful City: Jakarta. [Online]. https://www.researchgate.net/publication/278025862_The_Secrets_Behind_the_Making_of_a_Beautiful_City_Jakarta (diakses tanggal 09 Oktober 2020) Mustafah, Hasan. (2016) Perilaku Manusia Dalam Perspektif Psikologi Sosial. [Online]. https://media.neliti.com/media/publications/72251-ID-perilaku-manusia-dalam-perspektif-psikol.pdf (diakses tanggal 17 Oktober 2020)

Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT

REFERENCES

Ratnafury, Dea Intan Novia. (2018). ANALISIS FUNGSI REKREASI DI RUANG TERBUKA HIJAU KOTA BANDUNG (STUDI KASUS: TAMAN LANSIA DAN TERAS CIKAPUNDUNG). [Online]. https://ejournal.upi.edu/index.php/Jithor/article/view/13283 (diakses tanggal 06 Oktober 2020). Poot. (2015). The Public Interior: The meeting Place for The Urban and The Interior. [Online]. https://www.researchgate.net/publication/308903038_The_Public_Interior_The_meeting_place_for_the_urban_and_the_interior Atmodwirjo (2015), Outside Interior: Traversed Boundaries in a Jakarta Urban Neighbourhood https://www.researchgate.net/publication/307928413_Outside_Interior_Traversed_Boundaries_in_a_Jakarta_Urban_Neighbourhood (diakses tanggal 28 Oktober 2020) Appert. (2015). Skyscrapers and the redrawing of the London skyline: a case of territorialisation through landscape control. [Online]. https://journals.openedition.org/ articulo/2784 (diakeses tanggal 08 November 2020) Maika, M. Ruslianor. (2016). MODEL EKONOMI BERBAGI “Mobile-SECO” (PLATFORM MULTI-SIDED MARKETS) SEBAGAI EKOSISTEM SOSIO-EKONOMI ISLAMI. [Online]. https://www.researchgate.net/publication/311612153_MODEL_EKONOMI_BERBAGI_Mobile-SECO_PLATFORM_MULTI-SIDED_MARKETS_SEBAGAI_EKOSISTEM_SOSIO-EKONOMI_ISLAMI (diakses tanggal 13 November 2020) PT Chandra Arsi Petrochemical Tbk. Circular Economy Our Way to Promote Waste Management. [Online]. http://www.chandra-asri.com/sustainability/sustainability-downloads (diakses tanggal 23 November 2020)

Bachelor Final Project ©2021

115


Bachelor Final Project ©2021

116

Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT


Bachelor Final Project ©2021

117

Sangkan Paraning wisesa | LIBRARY OF THINGS, KARET TENGSIN, TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.