2. Pasir Hisab Matahari bersinar terik tepat di atas kepala saat Amang Uda mengantarkan Dika, Ringin, dan Mahesa pulang. Tampak Bibi sudah menunggu di serambi rumah. Wajahnya cemas. Mungkin, ia sudah mendengar berita bahwa tangan Ringin terluka. Kami melambaikan tangan menyapanya. Amang Uda menceritakan kejadian yang menimpa Ringin sambil tersenyum. Ia mengisyaratkan bahwa Ringin baik-baik saja. Bibi tampak terharu. Sambil menggendong Ringin, ia mempersilakan semuanya masuk untuk makan siang bersama. Tiba-tiba, muncul seorang laki-laki setengah baya menaiki motor vespa kesayangannya. “Ayah!” seru Ringin. Ia segera minta diturunkan dari gendongan ibunya dan berlari menghampiri ayahnya. Hingga membuat semua yang melihat tingkahnya pun tertawa. Ranti dan Bu Har segera masuk mengikuti Bibi untuk membantunya. Meski udara di luar rumah sangat panas, tapi ruang makan rumah panggung itu penuh keceriaan. “Pak Yusuf, terima kasih atas makan siangnya. Kami pamit pulang,” izin Amang Uda pada paman. 15