seperti di Technopark, Rumah Kreatif, dan Pusat Pengembangan Usaha Daerah. Menurut penelitian yang dilakukan Center for Digital Society (CfDS) FISIPOL UGM di 12 kota, beberapa pemerintah daerah telah bekerja sama dengan perusahaan teknologi dan komunitas digital setempat untuk memberikan fasilitas tambahan seperti Wi-Fi, mesin, dan komputer, dan menyiapkan SDM yang melek digital. Dalam skala nasional, Kominfo RI bekerja sama dengan Kibar meluncurkan “Gerakan 1000 Start-Up” yang mendorong tumbuhnya minat kewirausahaan pada masyarakat dengan memanfaatkan teknologi sebagai penggerak bisnisnya. Modul ini diluncurkan sebagai pandangan umum bagi masyarakat yang ingin memulai dan mengembangkan bisnis di era digital. Istilah technopreneurship atau kewirausahaan digital menjadi umum digunakan dalam modul ini untuk mendefinisikan pemanfaatan teknologi pada kegiatan berwirausaha. Pemanfaatan teknologi dalam hal ini dipahami mulai dari proses produksi (dengan mesin dan teknologi terbarukan) hingga pemasaran (memanfaatkan media sosial, platform online, aplikasi, dan lain-lain). Istilah lain yang lebih umum digunakan oleh generasi millennial adalah start-up atau bisnis pemula. Start-up pada dasarnya aktivitas perintisan bisnis yang memiliki model bisnis yang terencana dan memanfaatkan teknologi dalam bentuk platform dana atau aplikasi. Modul ini berisi panduan praktis yang aplikatif untuk diterapkan pada bisnis yang sedang dirintis maupun yang sedang berjalan.
MENGENAL PASAR DAN MASYARAKAT DIGITAL INDONESIA Data dari We Are Social dan Hootsuite menyebutkan bahwa Indonesia merupakan negara dengan pertumbuhan internet terbesar di dunia, yaitu sebesar 51% dalam kurun satu tahun terakhir. Angka ini jauh dari rata-rata pertumbuhan internet global yang hanya sebesar 10%.vi Indonesia juga berada dalam 12 besar negara di dunia dengan penetrasi penggunaan telepon pintar terbesar di dunia. vii Angka ini menunjukkan potensi yang besar jika pelaku bisnis dapat memulai go digital.
8