Art Bulletin issue #1 /
9 November 2012
PA I N T I N EXHIBI GS TION
“HIDDEN CONNECTION” by Made ‘Romi’ Sukadana
Pop Art adalah seni visual yang dalam perkembangangannya dipengaruhi oleh gambar serta teknik dalam dunia periklanan. Biasanya mengenai sifat konsumtif dan kultur pop pada masanya
Menelisik Tanda-Tanda Visual Dalam Karya Made Romi Sukadana Imej barong, rangda, penari (topeng, baris dan pendet), wayang, dilukis di atas kardus bersanding dengan imej-imej produk seperti: cocacola, pocari sweat, pizza hut, dunkin donnuts, serta tanda-tanda (sign system) yang biasa dicantumkan dalam kardus. Imej-imej tersebut merupakan rangkaian tanda-tanda visual yang menghiasi kehidupan sosial masyarakat. Dimana tandatanda dari kebudayaan modern seperti imej pizza hut bersanding sejajar dan bertumpang tindih dengan imej barong ataupun rangda merupakan tanda-tanda yang berasal dari kebudayaan tradisional Bali. Fenomena visual itulah yang tengah digambarkan Made Romi Sukadana dalam karyanya dengan sentuhan artistik. Di dalamnya hal-hal paradok dan saling bertentangan hadir secara bersamaan dalam sebuah komposisi yang eklektik. Lukisan-lukisan tersebut tidak dilukis pada material kardus sebenarnya, coretan pada kardus oleh Romi
Masih Tetap Menari I [Still Dancing I] 145cm x 170cm Oil on canvas 2011
Investigating The Visual Signs of Made Romi Sukadana’s Works The image of barong, rangda, dancer (of topeng, baris and pendet), puppet shadow, are painted on the cardboard side by side with product images, like: Coca-Cola, pocari sweat (name of isotonic drink in Indonesia), pizza hut, dunkin donnuts, and sign system which is usually put on the cardboard. Those images are the series of visual sign which adorns the social life of the community. The image of pizza hut which is a kind of modern culture sign is side by side in a line and overlap with barong or rangda as we
Ayucious Restaurant & Fine Art Gallery, Jl. Tantular no. 7 Renon Denpasar Bali 80226 Indonesia | 0361-255250 | ayucious.com
Ayucious Art Bulletin
WARISAN I [Heritage Series] 90cm x 100cm Oil on canvas 2011
Ayucious Art Bulletin dipakai sebagai sumber—resource untuk mendukung eksplorasi estetiknya pada medium kanvas. Romi yang selama ini menekuni bahasa rupa realis melukis imej kardus tersebut di kanvas dan dikomposisikan dengan sedemikian rupa dengan imej-imej lainnya. Dalam penjelasan Romi, ide itu muncul pada saat sedang memperhatikan tumpukan kardus di studionya dan tanpa sengaja ia membuat coretancoretan warna bekas melukis di atasnya, beserta coretan-sketsa dari pensil. Kegiatan yang awalnya iseng itu selanjutnya menumbuhkan keasikan tersendiri dan menggugah kreativitasnya untuk menjadikan kardus sebagai medium artistik, dan sekaligus sebagai sumber gagasan yang hendak diungkapkannya. Permukaan kardus umumnya dihiasai dengan komposisi imej menggambarkan barang atau produk yang dikemas, seiring dengan evolusi visual kebudayaan kontemporer kemasan yang awalnya sederhana kemudian tampil dengan pengolahan grafis yang semakin bagus bertujuan untuk menarik perhatian. Kini aspek kemasan (packaging) mempunyai peran penting tidak saja untuk mengemas barang atau produk tapi juga memainkan peran dalam membangun citra (image branding) produk untuk ditawarkan kepada konsumen. Kardus yang sederhana dan terbuat dari kertas, ternyata memiliki lingkup persoalan yang luas, dan Romi pun menyadari bahwa banyak hal-hal unik dan menarik yang tersimpan di dalamnya. Hal ini menjadikannya tidak hanya merepresentasikan imej kardus yang dikomposisikan dengan imej-imej lainnya, karena selain imej produk pada permukaan kardus juga terdapat tanda—kode berupa keterangan yang harus diperhatikan sehubungan dengan kondisi produk yang dikemas di dalamnya. Saat memperhatikan tanda-tanda berupa barisan huruf dan angka ataupun bidang-bidang persegi yang tidak lain adalah serangkaian kode-kode berisikan seperangkat aturan dalam sistem pengemasan (packing) barang yang terdapat dalam kardus, daya kreatif Romi pun semakin tergugah untuk mengkaji rangkaian kode itu melalui eksplorasi visual. Kodekode itu meliputi aturan mengenai kondisi barang yang dimuat di dalamnya, seperti imej gelas retak merupakan penanda bahwa barang yang dikemas rentan terhadap benturan dan rawan pecah atau hancur, untuk mempertegasnya kerap disisipkan kalimat "jangan dibanting" atau "fragile" bahasa inggris, sehingga diharuskan untuk berhati-hati saat mengangkat, memindahkan, atau membukanya. Imejimej sederhana dan teks tersebut telah menjadi semacam konvensi dan sudah umum menghiasi berbagai macam kardus kemasan. Kode-kode itu hadir menyeruak begitu saja kehadapan “kita” berupa imej-imej sederhana dan susunan angka dan huruf yang sekilas terlihat sepele hingga tidak terlalu diperhatikan, bahkan mungkin saja dikira hanya sekedar hiasan belaka. Tanpa disadari kode-kode sederhana itu telah memberi dampak besar dalam mengatur kesadaran manusia
kontemporer, contoh lainnya yang nampak sederhana adalah marka jalan sebagai bagian dari penunjuk lalu lintas yang terdiri dari garis, bidang dan bentuk, merupakan kode-kode mengenai aturan tata tertib berlalu lintas untuk mengatur ketertiban masyarakat dalam berkendara. Melanggar kode-kode tersebut, akan dapat mengakibatkan kecelakaan bagi para pemakai jalan dan tak jarang dapat berakibat fatal hingga menyebabkan hilangnya nyawa. Tidak hanya dalam kemasan, berbagai macam kode visual dan verbal maupun berupa simbol kini telah semakin lekat dan melahirkan berbagai macam konvensi. Konvensi terdapat dalam berbagai wilayah kehidupan, begitu pun dengan kebudayaan tradisi yang lekat dengan dengan konvensi dan bahkan nilainilai yang direpresentasikan secara simbolik. Ambilah contoh barong dan rangda dalam konvensi masyarakat Hindu Bali merupakan simbol yang menandakan nilai-nilai kebaikan dan kejahatan, di dalam konvensi tersebut terdapat seperangkat kodekode visual dan verbal yang berfungsi untuk menumbuhkan kedasaran reflektif umat terhadap nilai-nilai moral dan lebih lanjut menumbuhkan ketaatan terhadap aturan-aturan yang terkait di dalamnya. Fenomena tersebut menandakan bahwa realitas kehidupan sosial manusia selama ini terikat oleh berbagai konvensi yang tersirat maupun tersurat, berupa set-set aturan yang terkonversikan dalam rangkaian sistem kode. Kode-kode tersebut bersifat hidden tersembunyi di balik tanda-tanda simbolik dan penuh dengan mitos seperti dalam kebudayaan tradisi, begitu juga halnya dengan sign system pada kebudayaan kontemporer yang terdapat di sekeliling kehidupan kita. Rangkaian kode-kode tersebut secara halus telah berperan dalam mengatur kesadaran “kita” melalui konvensi-konvensi yang disepakati secara umum. Jadi dapat dibayangkan betapa pentingnya peran sebuah tanda—kode yang kelihatannya sederhana dalam kesadaran manusia. Praksis kreatif yang dijalani Romi dalam berkarya dapat menjadi sebuah kasus menarik. Karena dari suatu yang pada awalnya merupakan aktivitas iseng semata, tak dinyana kemudian membawa Romi pada sebuah kajian visual yang mengungkapkan rangkaian makna-makna yang tersimpan dari the hidden code yang menyimpan keterhubungan dalam konvensikonvensi yang tersirat pada realitas sosial masyarakat. Melalui praksis kreatif itu, kita diingatkan bahwa karya seni dengan eksplorasi artistiknya tidak pernah berhenti hanya sebagai obyek estetik semata, di dalamnya juga menyimpan refleksi pemikiran seniman atas tanggapannya terhadap fenomena kehidupan. Jadi selain menampilkan visual—artistik karya seni juga merupakan medium yang dapat menggugah kesadaran untuk menelusuri nilai dan makna yang tak tampak dari sesuatu yang tampak secara nyata.
Ayucious Art Bulletin
MASIH TETAP MENARI II Still Dancing II 120cm x 145cm Acrylic on canvas 2012
Ayucious Art Bulletin know are sign of traditional culture of Bali. Through his artistically, Made Romi Sukadana depicted those visuals phenomenon. The paradox things and being contradiction each other are presenting together on an eclectic composition. Actually, those paintings are not painted on the cardboard material; the scratch on the cardboard is used as the recourse for supporting esthetic exploration on canvas. He has concerned on the language of realism, painted the image of the cardboard on canvas and composited as well with another images. By his explanation, his idea arise when he looked in detail the stack of cardboard at his studio and he made scratch of spent color intuitively then painting on it, and also some scratches of sketch made from pencil. From leisurely activity then become his concern and develop his creativity for creating the cardboard as artistic medium, and also as the resource of his idea which is being stated now. Generally the surface of the cardboard decorated by the image composition of the goods or product inside it, along with contemporary culture visual evolution, the simple container at the beginning is being presented then with a better graphic process as a purpose to attract people’s intention. Nowadays the aspect of packaging has a crucial role, not only for packaging the goods or product but also having a role on image branding of the product to the consumers. A simple cardboard made from paper, actually has a large matter range, and Romi awares that there are so many unique things and inciting actually hiding within. From those matter he does not only present the cardboard image is being composed another images, as the product image on the surface of the cardboard there is also a sign – code as a note that have to watch as the relation of the condition of the product is being packaging inside. When looking at the sign as a series of letter and number and also square forms that is a series of codes contained with a set of rule in the packaging system of product that is present inside of the cardboard, his creative ability intensely arose for analyzing the series of those codes through the visual exploration. Those code is about the terms of the goods condition which is packaged inside, for example the image of crack glass is a marker of the packaging goods is susceptible to the collision and easy to be crack or broken, sometimes there is a command do not fragile for affirming it, as the result we must pay attention when lifting up, moving or opening it. The simple images and text has become a convention and normally decorating many kinds of packaging cardboard. Those codes are exist and emerge in the presence of us as simple images and the combination of number and letter at glance looked unimportant so does not need to be paid attention, moreover m a y b e g u e s s a s t h e d e c o r a t i o n m e re l y. Subconsciously the simple codes bring a huge impact in the conscious of contemporary society,
another simple thing is the marker of the street as a part of traffic indicator which is consists of line, plane and form, and those are codes about the rule of traffic in the society when poople drive their vehicles on the street, they must obey the traffic signs. But when we break those codes, an accident may be happen to the people and sometimes cause a death. Not only in the packaging, the variety of visual code and verbal code or symbol nowadays has closed and giving many kinds of convention. Convention exists in any kind of aspect of life, and both the tradition culture also closely with the convention and even though the values which are represented symbolically. Take for example, barong and rangda in Hindusim convention in Bali as a symbol of good spirit and bad spirit, in those convention there is a set of visual code and verbal code with the function for growing a reflective awareness to the society to the moral values and then growing a discipline to the rule which has a correlation each other within it. That phenomenon marks that the reality of the social life has been bound by many kinds of conventions, which is explicitly or implied, like as the sets of rule which is agreeted in the series of code system. Those codes are hidden, hidden behind the symbolic markers and fully with myths as in the tradition culture, as the sign system on the contemporary culture around us. The series of the codes smoothly has taken a part in regulating our conscious through the general conventions which has been accepted. So can be imagined how the important of the sign – code, simple looking in people’s consciousness. The creative exploration done by Romi in doing his work can be an interesting case. From the leisurely beginning, and who knows then become a visual course which depict the series of meanings exist in the hidden code and also save the correlation in the conventions implicitly on the reality of life of the society. Through that creative exploration, we are remembered that the art work with artistic exploration never enough as the objected esthetic merely, within it also describe about the reflection of artist ideas for his opinion on the phenomenon of life. Beside presenting a visual – the artistic of art work as a medium which can arose the consciousness to investigate the value and meaning which is hide from the eyes.
Tabanan, September 2012 Wayan Seriyoga Parta (Penulis adalah staff pengajar di Universitas Negeri Gorontalo,kini sedang menempuh Program Doktoral di Institut Seni Indosia Yogyakarta). *Judul ini terinspirasi dari buku Fritjot Capra, 2003, The Hidden Connections: A Science for Suistainable Living, terjemahan Adnya Primanda, Jalasutra Yogyakarta 2005
page 3
WARISAN II [Heritage Series] 90cm x 100cm Acrylic on canvas 2011
page 3
WARISAN III [Heritage Series] 90cm x 100cm Acrylic on canvas 2012
Ayucious Art Bulletin
Generasi II [Generation Series] 90cm x 100cm Acrylic on canvas 2012
Ayucious Art Bulletin
Generasi I [Generation Series] 90cm x 100cm Acrylic on canvas 2012
page 5
Senyuman Misteri [Mysterious Smile] 145cm x 170cm Oil on canvas 2011
page 5
Bunga Matahari Vincent [Vincent’s Sunflower] 145cm x 170cm Oil on canvas 2011
ICON I
ICON II
80cm x 70cm Acrylic on canvas 2012
80cm x 70cm Acrylic on canvas 2012
ICON III
ICON IV
80cm x 70cm Acrylic on canvas 2012
80cm x 70cm Acrylic on canvas 2012
SUPERMAN VS ARJUNA 120cm x 145cm Acrylic on canvas 2012
Made ‘Romi’ Sukadana DENPASAR, 22 JANUARI 1973
Education: STSI Denpasar Solo Exhibition: 2009 “Sebuah Nama” 10 Fine Art, Sanur | 2007 “Dialogue With The Reality” Kamandalu Resort, Ubud | 2001 “Sides of Woman” Paros Gallery Selected Group Exhibitions: 2012: “Byur...!!!” Warung Yayaa Art Space, Sanur | 2011: “In The Name of Identity” Tanah Tho Gallery, Lod Tunduh, Ubud | Pameran Bersama Ten Fine Art “Re Fresh” Raos Gallery Batu-Malang, Pameran Bersama “Lokality and Universality di Chandan Gallery, Malaysia, Pameran Bersama “Tidak Takut” di Willem Kerseboom Gallery, Amsterdam-Belanda | 2010: “Ten Made” Tujuh Bintang Art Space, Yogyakarta | “Optimism 2012” Maha Art Gallery, Sanur | 2008: “Entitas Nurani” Art Centre, Denpasar | “Green” Segara Beach Sanur | 2007: “Me Between Us” Tony Raka Art Gallery, Ubud | “IBUMI” GWK, Jimbaran | 2006: “Jago” Niki Gallery, Ubud | “Unlimited” with 10 Fine Art at Popo Danes Art Veranda, Denpasar | “Panorama” with 10 Fine Art at Ganesha Gallery at Four Season Resort, Jimbaran | Galang Kangin”Triumph and Defeat” Taman Budaya Jakarta 2005: “Exhibition of Fine Art & Architechture” Griya Santrian, Sanur | “10 Fine Art” Melbourne Art Show, Australia | “10 Fine Art” Hogart Collection, Australia | “Simple is Beauty” Guet Fine Art, Sanur | “Brikolase” 10 Fine Art, Sanur | 2004: “New Harmony II” Drawing at Rare Angon Gallery, Sanur | “Oh!!” K Sudana Gallery, Ubud | “10 Artists Introduce Themselves” 10 Fine Art, Sanur 2003: “Tai Black” Tanah Air Indonesia Hitam, STSI, Denpasar | “BIG” with Perupa 16 Art Centre, Denpasar & Griya Santrian Gallery, Sanur | “New Harmony” Rare Angon Gallery, Sanur | “Small Beautiful” Kiridesa Gallery, Singapura | 2002: Group Exhibition with Sanggar Poleng, Cottages Frames, Denpasar | “Unity” with Perupa 16 at Gabrig Gallery Sanur | “Small” Paros Gallery | 2001: “SESARI” Gedung Titik Dua, Denpasar | “Imajinasi & Warna” Bizette Gallery, Jakarta | “Oriental” with Kelompok 5 at Art Centre, Denpasar | 2000: HIMPESTRADA at Museum Bali, Denpasar.
Design & Layout by Igo The Blado @ Bio Design
TenFine ArtManagement Jl. Sekar Waru no. 4 Banjar Belanjong Sanur Bali 80228 Indonesia +62 821 4553 0088 art@warungyayaa.com | www.warungyayaa.com
Ida Bagus Putu Purwa | Made Dolar Astawa | Made Romi Sukadana Vinsensius Dedy Reru | Wayan Apel Hendrawan | Wayan Anyon Muliastra Made Budiadnyana | Ngurah Paramartha | Wayan Paramartha | Ketut Teja Astawa