MARONGGELA MINIATUR
SURGA
DI
TIMUR
#EXPLORET HEUNKNOWN
INDONESIA
VISIT MARONGGELA #EXPLORETHEUNKNOWN
TIM KKN UNS Periode Januari-Februari 2018 Desa Wolomeze, Kecamatan Riung Barat, Kabupaten Ngada, NTT
FOLLOW US instagram: @kkn_floresuns
MARONGGELA MINIATUR
SURGA
DI
TIMUR
INDONESIA
UNDERCOVER STORY.
#EXPLORET HEUNKNOWN
ii
SPONSORSHIP
OUR TEAM KETUA
Gazzala Yuswin Azzukhruf Fidelia Indah Pradipta Indro Kusumo
DANA USAHA Fajar Nursodiq Intan Aprillia Ahmad Bulkini Iqlila Cholila Rizky Nugrahaningtyas
Raden Mochamad Adnan Habieb
SEKRETARIS Anggonoraras Aurigae Karlianti Cindy Olivia Astari Putri
DOKUMENTASI Ravy Flavio Yohana Desy Prasetyowati Yaya Anggraeni Arifin
BENDAHARA Rhizqi Nuurannisaa Desfia Riska Annisyah
LOGISTIK Christophorus Aditya Muskita Junjung Agung Kurniawan Faisal Atif Fawazeni
PERTANIAN Junjung Agung Kurniawan
BUDAYA DAN PARIWISATA Fajar Nursodiq
iii
KONTRIBUTOR Fidelia Indah Pradipta Indro Kusumo R.M. Adnan Habieb Rhizqi Nuurannisaa Cindy Olivia Astari Putri Junjung Agung Kurniawan Ahmad Bulkini
FOTOGRAFER
EDITORIAL TEAM KKN MARONGGELA 2018 #EXPLORETHEUNKNOWN
iv
Christophorus Aditya M. Gazzala Yuswin Azzukhruf Ravy Flavio Rhizqi Nuurannisaa Yaya Anggraeni Arifin Yohana Desy Prasetyowati
LAYOUTER Yaya Anggraeni Arifin
CONTACT US ig : @kkn_floresuns
CONT ENTS iii 01
About Us Selayang Pandang
05
04
Our Journey To Flores
07
Tentang Maronggela
11 17
13
Warukia Tradisi dan Budaya
27 32
Mengajar
33
Pupuk Organik Maronggela
35
Pengolahan Pasca Panen
37
Menjadi Bagian dari Maronggela
Taman Baca
19
33
39
46
43
Visiting Taman Wisata Riung 17 Pulau
48
Pelepasan dan Perpisahan
v
Selayang Pandang Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Sebelas Maret merupakan suatu kegiatan yang didasari dengan semangat pengabdian pada masyarakat, membaur dengan masyarakat, sekaligus mengaplikasikan ilmu. Pada kegiatan KKN UNS Tematik Integratif Luar Jawa periode Januari-Februari 2018, sembilan belas mahasiswa dari 8 fakultas berbeda yang tergabung dalam tim KKN Riung 2018 diberi kesempatan untuk mengabdikan diri di Tanah Flores, Nusa Tenggara Timur dengan tema "Explore the Unknown" mengingat kami merupakan tim yang pertama kali melaksanakan kegiatan KKN di wilayah Flores tengah. tepatnya di Desa Wolomeze, Kecamatan Riung Barat Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur. Cuaca yang sejuk, padang rumput luas yang berbukit-bukit (grassland savana) khas tanah Flores, fenomena milky way pada malam hari dan keramah tamahan masyarakatnya merupakan alasan kami menyebut Desa Wolomeze sebagai "Hidden Paradise". Desa ini  merupakan hasil dari program transmigrasi lokal yang dilakukan pada tahun 1980-an dan merupakan gabungan dari dua suku, yakni suku poso' dan suku retas. Sekarang, desa ini dipimpin oleh seorang kepala Desa bernama Bapak Darius Wedo Wea dan Kepala Adat bernama Bapak Petrus Lengu. Desa ini masih memegang kuat tradisi adat dalam kegaiatan bermasyarakat. Mata pencaharian utama masayarakat adalah bertani. dan disinilah kurang lebih selama 45 hari kami membaur dengan masyarakat, beradaptasi dengan segala dinamika kehidupan yang tentunya sangat berbeda dengan kehidupan kami biasanya, kami harus membiasakan diri hidup tanpa listrik, sinyal, keterbatasan air dan juga perubahan menu makanan. namun kami ikhlas dan menikmati itu semua. Kegiatan KKN kami dapat terlaksana dengan baik dan lancar karena dibantu oleh berbagai pihak, maka dari itu kami banyak mengucapkan syukur dan terima kasih kepada Tuhan YME yang telah mentakdirkan sekaligus membuat sebuah cerita hidup yang sangat indah pada kami dan juga atas berkat dan rahmatnya kami dilindungi mulai dari perjalanan pergi dan pulang kembali ke tanah Jawa. selanjutnya ucapan terima kasih kami kepada Romo Bertholomeus Bolong yang memberikan arahan pada kami. Bapak Darius Wedo Wea dan Bapak Petrus Lengu yang selalu membimbing dan memperhatikan perkembangan program kerja kami. Keluarga Bapak Atanasius Josef Lengu, Bapak John Wikul, dan Bapak Florio Toni Wea yang telah memberikan kami tempat bernaung, memberikan dukungan dan memberi masukan pada program kerja kami. Seluruh anak-anak Desa Wolomeze yang selalu memberikan keceriaan pada kami. Mama Yus, Om Dami, Mama Rita, Om Lodo, Bapak Pius, Om Dus dan seluruh warga desa dan pihak-pihak lain yang tidak dapat dituliskan satuper-satu. semoga kita dapat dipertemukan kembali di lain waktu. Semoga buku ini bermanfaat dan dapat memberikan wawasan kepada seluruh masyarakat pada umumnya dan mahasiswa KKN pada khususnya.
Tim KKN UNS Maronggela 2018
1
2
l e t ' s e x p l o r e
3
O U R S T O R Y B E G I N S CERITA 45 HARI KAMI MENGABDI DI TANAH FLORES
DARI SOLO MENUJU FLORES Bulan mulai berganti tak terasa dalam hitungan hari KKN kami di Desa Wolomeze akan dimulai. Segala persiapan telah kami lakukan dari jauh – jauh hari hingga waktu keberangkatan kami. Tanggal 12 Januari pukul 01.00 WIB, kami berkumpul di Terminal Tirtonadi Solo menuju Bandara Juanda Surabaya. Pagi tanggal 12 Januari 2018, bus kami memasuki Bandara Juanda. Masih memiliki waktu 10 jam hingga waktu keberangkatan, kami memilih untuk istirahat sembari menunggu jumatan sebelum perjalanan panjang kami dimulai. Setelah check in dan mengurus bagasi, pukul 18.20 WIB pesawat kami mulai lepas landas meninggalkan Pulau Jawa menuju Bandara El Tari Kupang. Setelah menempuh perjalanan sekitar 2 jam dengan perbedaan waktu 1 jam di Jawa, kami mendarat di Bandara El Tari Kupang sekitar pukul 21.20 WITA. Mengurus bagasi selama kurang lebih 1 jam, kami meninggalkan Bandara El Tari menuju sebuah biara untuk bermalam. Keesokan harinya, biara telah menyiapkan sarapan untuk kami. Setelah istirahat dan beres – beres kami pamit ke Pastor – pastor yang ada di biara dan tak lupa kami foto bersama. Sampai di Bandara El Tari Kupang, kami bergegas check in saat telah dibuka. Pukul 13.00 WITA pesawat kami take off dari Bandara El Tari menuju Bandara H Hasan Aroeboesman Ende.
4
Perjalanan Darat dari Ende ke Wolomeze Mengendarai "Oto" Setelah menempuh penerbangan sekitar 1 jam, akhirnya kami mendarat di Bandara H Hasan Aroeboesman Ende pukul 14.00 WIB. Setelah landing kami mengurus bagasi sekitar 1 jam hingga bandara hampir tutup. Di Ende, bandara hanya beroperasi dari pagi hingga sore karena terbatasnya pasokan listrik. Seusai mengurus bagasi kami berangkat meninggalkan Ende menuju Wolomeze mengendari Oto. Oto, begitulah masyarakat Flores menyebut kendaraan beroda empat atau lebih. Selama perjalanan, kami melewati jalur Trans Flores yang menyuguhkan pemandangan pantai sepanjang perjalanan. Setelah menempuh perjalanan panjang sekitar 9 jam pukul 23.00 WITA, akhirnya kami menginjakkan kaki di Desa Wolomeze tepatnya di Maronggela. Setelah menempuh perjalanan darat yang panjang, hampir setengah dari anggota KKN kami mabuk darat selama perjalanan. Sungguh pengalaman tak terlupakan.
5
tiba di Maronggela Pagi tanggal 14 Januari 2018, setelah pulih dari perjalanan panjang sebelumnya kami mendapatkan undangan untuk ke rumah Pak John. Sembari berjalan menuju rumah Pak John kami menyapa warga sekitar. Di rumah Pak John, kami disambut hangat oleh Pak John dan keluarga dan dihindangkan secangkir kopi panas dan roti gandum. Mengobrol singkat dengan Pak John dan Oma kamipun diajak untuk sarapan bersama.  Disinilah cerita indah kami, 19 mahasiswa dari Solo mengabdi di tanah Flores, dimulai.
6
Penyambutan Upacara pembukaan penerimaan Mahasiswa KKN Universitas Sebelas Maret periode dilakukan pada tanggal 15 januari 2018 tepatnya hari Senin. Pada hari upacara penerimaan Mahasiswa KKN kami bersiap-siap mulai pukul 06.00 WITA. Sebelum datang ke Balai Desa, kami di ajak bapak Jhon Wikul keliling desa terlebih dahulu. Kami semua diajak ke Ranch, atau biasa disebut Rengs oleh warga Wolomeze, untuk melihat keindahan desa Wolomeze. “Rengs merupakan tempat untuk memelihara hewan ternak yang dilepas secara liar”. Disana banyak sekali sapi, kuda dan kerbau yang dilepas secara liar dan menggerombol membentuk kelompok. Di Rengs kami melihat keindahan desa Wolomeze yang sangat luar biasa dan tidak bisa kami lihat di tempat lain, yaitu bukit Teletubies yang terhampar sangat luas dan sangat banyak. Beruntung sekali kami kesana saat musim hujan, sehingga kami dapat melihat bukit sabana tersebut yang terhampar dengan kehijauan nya. Setelah dari Rengs kami melanjutkan perjalanan ke sawah bapak Jhon Wikul untuk melihat sawah nya. Kebetulan saat itu bertepatan dengan musim tanam, sehingga kami juga dapat melihat cara penduduk desa Wolomeze menanam padi.
7
Tak berlama-lama di sawah bapak Jhon karena waktu sudah semakin siang dan matahari sudah menyengat kulit. Sekitar pukul 11.00 WITA kami berangkat menuju balai desa. Ternyata disana kami sudah ditunggu oleh penduduk desa Wolomeze. Setelah turun dari Truk kami disuruh berbaris untuk melangsungkan upacara penerimaan secara adat. Upacara penerimaan berlangsung secara hikmat. Pada saat upacara dipotong juga seekor ayam yang diyakini sebagai simbol adat desa Wolomeze. Kata penduduk “Apabila lidah ayam yang dipotong lurus dan seimbang, dipercaya kegiatan yang dilakukan akan lancar dan bermanfaat”. Setelah memasuki aula balai desa, kemudian dilakukan rangkaian acara penerimaan Mahasiswa KKN. Kami tidak menyangka kalau upacara peneimaan ini akan dihadiri pejabat-pejabat penting yang ada di kecamatan Riung Barat. Kegiatan di aula diawali dengan sambutan-sambutan oleh Bapak Camat Riung Barat, Bapak Kepala Desa Wolomeze, Pembimbing KKN dan dilanjut dengan pemaparan program kerja kami selama KKN disana. Hal yang tidak bisa kami lupakan dari masyarakat Wolomeze adalah keramahan dan rasa sosial yang sangat tinggi. Setelah serangkaian acara upacara penerimaan selesai kemudian dilanjutkan dengan acara makan bersama dan yang terakhir menari bersama. “Iya menari, menari adalah hal yang wajib bagi penduduk Wolomeze. Karena dengan menari kita akan melupakan segala sesuatu yang membuat kita terbebani dan yang ada tinggal rasa senang dan bahagia…..”
8
TENTANG MARONGGELA Kampung Maronggela atau Wolomeze adalah dampak dari transmigrasi lokal yang sebelumnya bertempat di kampung lama Warukia. Alasan utama transmigrasi lokal yang dilakukan antara lain; kesulitan air, jarangnya bahan pangan yang sulit didapatkan, dan juga jauhnya jarak dari pemerintahan kabupaten. Sejak pembentukan desa Warukia disaat zaman penjajahan belanda, ada dua orang yang menduduki jabatan sebagai pemimpin adat. Salah satunya sebagai pemimpin dalam bidang pertanian (Dor Tanak) dan berburu (Dor Zat). Selain pemimpin adat, desa Warukia juga dipimpin oleh pemimpin desa atau yang sekarang dikenal dengan sebutan kepala desa.
9
Perpindahan masyarakat beserta fasilitas desa dari kampung lama Warukia ke desa Maronggela/Wolomeze dilaksanakan dengan tiga gelombang. Gelombang pertama dilaksanakan pada tahun 1985, sebagian besar masyarakat dan SDK Warukia berpindah ke kampung Maronggela. Selanjutnya pada gelombang kedua pada tahun 1986, Sekolah Menengah Pertama Katolik (SMPK) Fatimah dipindahkan juga ke desa Maronggela. Dan terakhir pada gelombang ketiga Gereja Paroki dipindahkan pada tahun 1987 dan selesai pada tahun 1988 dengan ini menutup transmigrasi lokal yang dilakukan oleh masyarakat Warukia.
Sejauh Mata Memandang Hamparan bukit hijau, menjadi suguhan yang tak ternilai di Maronggela.
10
WARUKIA MENJELAJAH SITUS BERSEJARAH KAMPUNG LAMA WARUKIA MENGGALI SEJARAH DAN TRADISI MASYARAKATNYA
Keindahan dan keunikan Maronggela membuat kami ingin menggali lebih dalam lagi mengenai sejarah dan budaya masyarakatnya. Mengetahui hal tersebut warga berantusias mengajak kami untuk berkunjung ke situs Kampung Lama. Dengan senang hati kami menerima tawaran tersebut. Perjalanan dilaksanakan pada Hari Sabtu, 27 Januari 2018 pukul delapan 08.00 WITA. Tujuh dari anggota kami berangkat bersama perangkat desa dan kepala adat. Kami mengenakan pakaian selaknya pendaki dengan bekal lengkap karena lokasi Kampung Lama berada di atas bukit dengan jalur yang cukup sulit untuk dilewati. Selain itu kami juga harus melewati hutan adat yang sakral.
JARAK DARI MARONGGELA KE KAMPUNG LAMA +/-6KM DITEMPUH SELAMA 4 JAM BERJALAN KAKI.
11
Perjalanan kami menuju Kampung Lama didampingi oleh pemimpin adat Desa Maronggela yang disebut sebagai BAPAK DOR.
Sejak pembentukan desa Warukia disaat zaman penjajahan belanda, ada dua orang yang menduduki jabatan sebagai pemimpin adat. Salah satunya sebagai pemimpin dalam bidang pertanian (Dor Tanak) dan satunya lagi pemimpin dalam bidang berburu (Dor Zat). Beliau merupakan merupakan pendamping sekaligus narasumber kami selama perjalanan. Dari beliau pula kami tahu asal usul terbentuknya Warukia.
12
SEKILAS SEJARAH TERBENTUKNYA WARUKIA Suku Poso’ merupakan suku yang berasal dari Gowa di Sulawesi, karena perang mereka mengungsi ke Flores dan menetap di kampung Poso’. Nama keluarga pengungsi tersebut adalah Bapa Ndeze’ dan Mama Lenang. Setelah Ndeze’ dan Lenang sampai di kampung Poso’, mereka membuka ladang serta membuat perkampungan bersama keluarganya. Beberapa waktu kemudian, lahirlah seorang anak laki-laki keturunan dari Bapa Ndeze’ yang diberi nama Pu’un. Setelah besar, Pu’un meminang seorang anak perempuan yang berasal dari kampung Namut. Perempuan tersebut merupakan anak dari Dalu Namut. Setelah melewati tahap adat pernikahan berdasarkan adat suku Poso’ akhirnya perempuan tersebut dibawa ke rumah sang suami di kampung Poso’. Kehidupan keluarga tersebut tidak berlangsung lama, beberapa waktu setelah perkawinan tak disangka terjadi sebuah perselisihan yang menjadi awal serta penyebab bergabungnya suku Poso’ dengan beberapa suku lainnya seperti Retas sehingga membentuklah Warukia.
13
Napak Tilas di Kampung Lama
Sekitar pukul 12.00 WITA, kami tiba di tapak Kampung Lama Warukia. Masih terlihat puing-puing bangunan yang dulunya merupakan bangunan sekolah dan gereja. Kami berhenti tepat di bekas pintu masuk altar gereja. Disitulah kami beristirahat sekaligus berbincang mengenai sejarah Warukia. Tidak hanya puing-puing bangunan saja, warga Kampung Lama juga meninggalkan situs bersejarah di bukit yang lain yaitu Watu Landor dan Gumbang Zuma.
14
SITUS PENINGGALAN WATU LANDOR Watu Landor merupakan sebuah batu loncatan yang digunakan suku Poso’ untuk menentukan apakah seorang laki-laki dan perempuan diperbolehkan untuk melakukan perkawinan. Watu Landor terdiri dari tiga batu yang memiliki fungsi berbeda-beda.
Terdapat satu buah batu yang paling tinggi ±1,5 meter yang akan dilompati oleh laki-laki dan batu yang berukuran sedang ±1 meter untuk dilompati oleh perempuan sedangkan batu yang paling kecil digunakan untuk melakukan acara adat potong gigi (Rosong Ngis).
15
GUMBANG ZUMA
Merupakan situs sejarah peninggalan suku Poso’ yang diwariskan untuk suku Warukia. Suku Poso’ membuat Gumbang Zuma dengan alasan bahwa dahulu warga suku Poso’ hidup diatas puncak gunung Poso’ yang dipimpin oleh Gelarang Poso’. Saat warga Poso’ hidup diatas puncak gunung mereka mengeluh akan susahnya mendapatkan air minum dimana ditempat tersebut benar-benar tidak ditemukan mata air. Warga suku Poso’ berhasil membuat dua buah lubang yang dilengkapi dengan tutup dan alu yang digunakan untuk mengetuk dasar lubang pada saat meminta air hujan kepada leluhur. Lubang pertama diberi nama Gumbang Zuma Wina atau Gumbang Zuma Perempuan yang digunakan warga Poso’ Untuk cuci dan mandi. Lubang kedua diberi nama Gumbang Zuma Rana’ atau Gumbang Zuma Laki-Laki yang digunakan untuk keperluan minum.
16
#EXPLORETHEUNKNOWN
TRADISI DAN BUDAYA MASYARAKAT MARONGGELA 17
Merupakan sebuah tarian perang atau permainan rakyat antara dua orang laki-laki yang saling bertarung dengan menggunakan cambuk dan perisai yang berasal dari daerah Flores, Nusa Tenggara Timur. Caci berasal dari kata ca dan ci. Ca berarti satu dan ci berarti uji. Arti kata Caci bermakna ujian satu lawan satu untuk membuktikan siapa yang benar dan salah. Caci biasa dilakukan sebagai tanda syukur pada saat musim panen (hang woja), ritual tahun baru, upacara pembukaan lahan atau upacara adat besar lainnya, serta dipentaskan untuk menyambut tamu penting dan peserta Caci dapat berasal dari berbagai macam desa yang berkumpul dalam satu tempat.
CACI
18
DEDANG TEDING Desang (Tenun) Teding merupakan salah satu warisan budaya nusantara dari Tanah Flores. Lokasi pembuatan berada di Desa Teding (tetangga Desa Wolomeze). Pembuatan produk ini melewati sebuah proses yang memakan waktu berbulan-bulan. Dibutuhkan ketekunan dan kesabaran untuk menghasilkan sehelai kain tenun ikat dimana hampir setiap prosesnya dilakukan secara tradisional dan manual.Â
19
#EXPLORETHEUNKNOWN
Dedang untuk Pria.
Dedang untuk pria dikenakan seperti memakai kain sarung. Kain dedang hanya dipakai saat acara adat saja
20
Dedang untuk Wanita. Dedang pada wanita dipakai layaknya gaun panjang. Sama halnya dengan pria, kain dedang juga hanya dipakai saat acara adat atau acara-cara penting saja.
21
KREASI BAMBU GAPURA KAMPUNG ADAT WARUKIA
22
PROSES PENGERJAAN
Program kerja instalasi gapura bambu bertujuan untuk mengenalkan kepada masyarakat setempat bahwa bambu merupakan material konstruksi bangunan yang fleksibel, mudah diolah, dan dapat dikreasikan ke berbagai macam bentuk dan fungsi. Proses pengerjaan Instalasi Gapura Bambu berlangsung selama 5 minggu mulai dari observasi, persiapan, pengerjaan, hingga finishing. Tim kreasi bambu dibantu oleh perangkat desa dan para tokoh pemuda dalam pengerjaannya.
23
Pada minggu pertama pelaksanaan KKN, kami melakukan observasi bersama perangkat desa. Observasi bertujuan untuk menentukan lokasi dibangunnya instalasi. Minggue ke-2 tim inti pengerjaan instalasi sudah dibentuk, kemudian merancang desain untuk instalasi gapura. Setelah itu kami bersama perangkat desa menyiapkan bambu yang dibutuhkan. Minggu ke-3 dan ke ke-4 adalah proses perangkaian gapura dan pembuatan ornamentasi. Pada Minggu ke-5 instalasi gapura sudah siap diberdirikan dan dipasang ornamen. Para tokoh masyarakat ikut berpartisipasi aktif dalam proses pendirian gapura.
24
PAPAN NAMA RT DAN BAK SAMPAH UNTUK DESA WOLOMEZE
25
Papan nama RT merupakan program tambahan dari perangkat desa, program ini dianggap sangat penting guna meningkatkan fasilitas pendataan desa. Pembuatan plakat ini berlangsung selama satu minggu tergantung dengan kondisi iklim. Selain membuat papan nama RT, kami juga membuat tempat sampah. Pembuatan tempat sampah merupakan program kerja penunjang dari green tourism. Pembagian papan nama RT dan temapt sampah dilakukan pada minggu kelima kegiatan KKN.
26
M E N G A J A R
2 7
SDK WARUKIA Sebuah sekolah dasar yang telah lama berdiri sejak Warukia masih berada di kampung lama. Sebagai sekolah dasar utama di wolomeze, hampir sebagian besar anak yang ada di Wolomeze terkusus Maronggela. Sekolah ini memiliki sebuah lapangan besar tempat anak-anak beraktivitas fisik.
28
Anak-anak terlihat antusias dalam mengikuti kelas eksperimen. Pada kegiatan ini, kami mempraktikan cara membuat gunung berapi dengan menggunakan bahan-bahan yang mudah ditemukan di sekitar. Anak anak merasa antusias terhadap kegiatan ini. Menurut pengakuan dari murid-murid SDK Warukia, hal semacam ini merupakan hal yang baru dan sangat menarik. Tidak sedikitpun momen belajar sambil bermain ini terelewatkan oleh murid serta guru-guru SDK Warukia. Foto di bawah ini merupakan kegiatan belajar sambil bermain yang kami lakukan bersama adik-adik di SDK Warukia. Kami berusaha mengajarkan mereka untuk mengenal angka dan huruf melalui permainan sederhana. Selain itu, kami juga melatih kerjasama tim antar murid-murid SDK Warukia
29
SMPK FATIMA Sebuah SMP yang sejak dari zaman Belanda sudah berdiri. Sekolah ini sudah ada sejak masyarakat maroggela berada di kampung lama waukiya. Sekolah ini merupakan sekolah penunjang utama pendidikan tingkat menengah pertama masyarakat Maronggela yang sampai sekarang  masih diminati oleh masyarakat Wolomeze. Sama halnya seperti SDK Warukia, sekolah menengah pertama ini memiliki fasilitas lapangan besar tempat melaksanakan aktivitas fisik dengan beberapa fasilitas penunjang seperti ruang kelas, kamar mandi, proyekor, speaker, dan lapangan bendera. Kami menghabiskan kegiatan selama 7 hari di sekolah ini dengan berbagai macam kegiatan.
30
Kegiatan di atas merupakan kegiatan belajar bahasa inggris. Kami berusaha membantu mereka untuk belajar bahasa inggris dalam mempersiapkan diri menghadapi ujian nasional. Meskipun pelajaran bahasa inggris ini merupakan pelajaran yang sangat jarang, namun kami tidak kehilangan antusias belajar dari para siswa dan siswi SMPK Fatima. Mereka terlihat antusias dalam mengikuti kegiatan belajar bahasa inggris yang diselingi dengan berbagai macam permainan edukatif. Kami juga melakukan pelatihan paduan suara untuk sebagian siswa dan siswi SMPK Fatima. hasil dari latihan ini ditampilkan saat upacara bendera yang dilakukan bersama seluruh siswa SMPK Fatima bersama dengan guru-guru yang mengajar. Dalam pelatihan paduan suara ini, kami mengajarkan mereka untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Indonesia Tanah Air Beta. Seluruh siswa sangat antusias dalam bernyanyi dan bukan hanya itu saja dukungan para guru dalam membantu kami mengondisikan para siswa semakin membuat kami bersemangat untuk melatih paduan suara ini. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka mengiisi waktu ekstrakurikuler SMPK Fatima
31
T A M A N
B A C A
Program Taman baca bertujuan meningkatkan minat baca masyarakat di Desa Wolomeze dengan cara menyediakan berbagai macam jenis buku dan majalah, serta lokasi untuk menyimpan dan mengelola buku yang tersedia.
Taman baca bekerjasama dengan Biara OCD Saint Edith untuk pengelolaan buku-buku dan menjadi lokasi untuk rumah baca. Buku yang dikirimkan melalui POS Indonesia tiba di lokasi pada tanggal 21 Februari 2018. Sebelum buku dibawa ke biara, mulamula dilakukan pendataan dan pengelompokkan buku pada minggu ke-2 dan ke-3 pelaksanaan KKN.
32
P U P U K O R G A N I K M A R O N G G E L A 33
PEMBUATAN PUPUK KOMPOS
Pembuatan pupuk organik dilaksanakan di rumah Bapak Lodovikus Lewa selaku Ketua Gabungan Kelompok Tani. Persiapan dalam pembuatan pupuk organik membutuhkan waktu 3 hari. Seresah daun yang akan digunakan dalam pembuatan pupuk organik dikumpulkan pada hari
Kegiatan ini merupakan sarana bimbingan
Selasa, 30 Januari 2018 dari rumah Bapak
pemanfaatan sampah organik di sekitar
Lodovikus. Selanjutnya pada tanggal 31
Desa Wolomeze untuk dijadikan pupuk
Januari 2018 seresah daun dipotong kecil-
organik. Kegiatan ini juga sebagai bentuk
kecil agar proses dekomposisi pupuk
dukungan terhadap program yang sedang
berjalan lebih cepat, sedangkan pada
dicanangkan pemerintah Kabupaten
tanggal 1 Februari 2018 dilakukan
Ngada yaitu pertanian Go Organic dimana
pengecekan bahan-bahan yang akan
diharapkan para petani mengurangi dalam
digunakan. Pelaksanaan pembuatan
penggunaan bahan-bahan kimia dalam
pupuk organik yaitu pada hari Jumat, 2
praktek pertanaman.
Februari 2018 pukul 10.00 WITA.
34
P E N G O L A H A N P A S C A P A N E N
35
HASIL OLAHAN PASCA PANEN Salah satu kegiatan utama yang kami laksanakan selama KKN yaitu kegiatan pengolahan pasca panen. Pengolahan pasca panen diadakan agar hasil pertanian yang ada dapat diolah sehingga dapat meningkatkan keragaman makanan di Desa Wolomeze. Selain itu dengan pengolahan pasca panen, hasil pertanian diharapkan dapat memiliki nilai tambah dan diharapkan bisa meningkatkan perekonomian warga Desa Wolomeze. Kegiatan biasanya berlangsung pada Hari Minggu ketika para ibu-ibu tidak pergi ke sawah. Bahan yang diolah bermacammacam seperti mangga, coklat, dan jagung. Bahan-bahan tersebut diolah dari bahan mentah menjadi produk siap santap. Kelompok ibu-ibu Desa Wolomeze sangat berantusias mengikuti kegiatan Pengolahan Pasca Panen.
36
MENJADI BAGIAN DARI MARONGGELA 37
BERLADANG Pada waktu itu, merupakan musim bertanam padi sehingga seluruh warga Wolomeze pergi ke sawah untuk berladang. Beberapa dari kami diajak oleh beberapa warga untuk ikut pergi ke sewah dan menanam padi bersama dengan beberapa warga beserta anakanak kecil lainnya. Meskipun saat itu cuaca mendung, kami tetap menjalaninya dengan senang hati karena kami bisa membantu warga Wolomeze. Setelah selesai, kami berjalan pulang ke rumah sambil berbincangbincang mengenai kegiatan warga Wolomeze selama musim tanam.
38
NATARÂ KASIH
39
Natar kasih merupakan rencana pembukaan lahan baru yang digagas oleh petinggi adat dan perangkat desa yang dipersiapkan untuk transmigrasi lokal. Masyarakat Desa Wolomeze telah memikirkan dimana generasi penerus mereka tinggal saat lahan di Desa Wolomeze yang sekarang digunakan untuk pemukiman oleh pemerintah daerah pada nantinya. Kami sebagai mahasiswa KKN diajak berpartisipasi untuk survei ke lokasi tanah natar kasih. Pada Hari Minggu pagi, tanggal 11 Februari 2018, kami bersama petinggi adat dan perangkat desa berangkat menuju lokasi. Perjalanan ditempuh selama kurang lebih 3 jam melewati jalan setapak. Sesampainya di lokasi kami mulai melakukan survei. Survei tersebut bertujuan untuk mengetahui kondisi kontur tanah dan mengukur luasan tanah agar nantinya bisa menentukan bagaimana pembagiannya. Perjalanan pulang kami disambut oleh hujan deras. Akhirnya kami pun diajak untuk menduh di salah satu gubuk warga sambil disuguhi kopi panas. Setelah hujan reda kami melanjutkan perjalanan dan tiba di rumah pada Sore Hari.
40
41
BERMAIN DENGAN ANAK - ANAK Setiap hari kami habiskan waktu sore bersama dengan anak-anak. Setelah pulang sekolah, biasanya anak-anak akan mendatangi rumah kami untuk mengajak kami bermain. Banyak kegiatan yang kami lakukan bersama seperti kegiatan menggambar dan mewarnai, bermain lompat tali, bermain bola, hingga saling bercerita satu sama lain. Tidak lupa kami juga membantu anakanak apabila mereka mengalami kesulitan dalam belajar dan mengerjakan tugas. Kebahagiaan mereka membuat kami semakin merasa  senang tinggal di maronggela.
42
V I S I T I N G TAMAN WISATA RIUNG 17 PULAU
43
#EXPLORETHEUNKNOWN
DARI PULAU KE PULAU Awalnya perjalanan kami menuju Riung 17 pulau merupakan perjalanan yang akan menjadi penutup dari kegiatan KKN kami. Namun, saat pertengahan masa KKN ternyata pemerintah desa mengajak kami untuk berlibur bersama sebagai reward atas kinerja kami selama KKN di Desa Wolomeze. Sore tanggal 22 Februari 2018, kami berangkat menuju Riung bersama Bapak Darius beserta aparat desa, Om Jo, Om Noni, dan beberapa eja – eja (pemuda desa) yang sudah akrab dengan kami. Perjalanan memakan waktu sekitar 3 jam dan sampai di Riung pukul 20.00 WITA. Sesampainya disana kami disuguhkan makan malam oleh pemilik rumah dan kami bermalam disana. Paginya tanggal 23 Februari 2018 jam 6 kami mulai jalan dari rumah penginapan menuju dermaga perjalan memakan waktu sekitar 15 menit. Sesampainya di dermaga, dari sisi timur masih terlihat semburat sinar matahari menyapa pagi kami.Â
44
PULAU KELELAWAR Kami menyebrang dari dermaga menuju Pulau Kelelawar memakan waktu sekitar 20 menit. Selama perjalanan kami disuguhkan pemandangan bawah laut yang sangat indah, air laut yang jernih membuat terumbu karang Nampak jelas dari kapal kami. Sekitar jam 07.00 WITA kami telah sampai di Pulau Kelelawar. Pulau Kelelawar menjadi rumah bagi ribuan kelelawar kami bisa melihat ribuan kelelawar bergelantungan di dahan pohon. Selain kelelawar, menurut warga setempat yang menemani kami di pulau tersebut juga menjadi habitat bagi Mbou (sebutan warga setempat untuk komodo).
45
Dari pulau Kelelawar kami melanjutkan perjalanan menuju Pulau Rotong. Di antara Pulau Kelelawar dan Pulau Rotong dapat beberapa spot diving yang indah tidak kalah dari Labuan Bajo. Kamipun tidak ingin membuang kesempatan untuk diving, berbekal pelampung dan kacamata renang beberapa dari kami terjun ke laut dan menyelami keindahan bawah laut Riung yang masih asli.
R I U N G
1 7
P U L A U
PULAU ROTONG Setelah puas diving kami melanjutkan perjalanan menuju Pulau Rotong. Pulau Rotong merupakan salah satu destinasi yang sering menjadi tujuan wisatawan Riung 17 Pulau.Sesampainya di Pulau Rotong kami disuguhkan hamparan pantai pasir putih pantas saja menjadi destinasi utama. Selain itu pulau yang masih sepi dan bersih tersebut membuat kami serasa berada di private island. Tak sabar bermain, kami langsung bermain air seolah tidak cukup diving sebelumnya. Beberapa dari kami masih asyik bermain air, beberapa asyik berfoto – foto, beberapa memilih untuk mendaki bukit karang untuk melihat pemandang Pulau Rotong secara keseluruhan dari ketinggian. Puas bermain dan berfoto – foto, kami makan siang bersama dengan menu ikan bakar. Setelah makan, kami Ja’I (menari bersama dengan iringan lagu khas timor) bersama warga Desa Wolomeze sebagai puncak dari kebahagiaan kami dan penutup kebersamaan kami bersama warga desa selama di Riung 17 Pulau.
46
AND THERE'S STILL SO MUCH TO SEE
47
p e l e p a s a n d a n p e r p i s a h a n
Minggu tanggal 25 Feburari 2017 merupakan hari pelepasan mahasiswa kkn di desa wolomeze, pelepasan secara resmi dilakukan di kantor kepala desa. Hari yang menjadikan akhir semua cerita selama 45 hari pengabdian kami untuk masyarakt Wolomeze, cerita yg tersusun begitu lama akan berakhir secara singkat. Pelepasan mahasiswa kkn dilakukan secara  adat dan pelepasan secara formal. pelepasan yang pertama adalah pelepasan secara adat yang dibuka oleh papa dor sebagai ketua adat desa wolomeze dengan melakukan penarikan lidah pada ayam kampung sebagai pertanda akan adanya hal baik maupun buruk dikedepannya untuk kami, lidah yang ditarik akan dilihat pada bagian tulang lunak yang terdapat dipangkal lidah jika kedua sisi tulang lurus maka pertanda baik akan selalu menyertai kami dalam perjalan pulang, dan darahnya ditampung lalu dioles dibagian kening kesalah satu dosen kami sabagai pertanda pelepasan, syukurnya setelah lidah ayam ditarik kedua sisi tulang pada pangkal ayam lurus pertanda akan adanya hal yang baik buat kami. pada penarikan lidah pada ayam tersebut papa dor juga meminta izin pada ketua adat terdahulu untuk meminta maaf atas hal buruk yang pernah kami perbuat selama ada di Desa Wolomeze.Â
48
PERSEMBAHAN TARIAN TARA PENTONG Tari tara pentong dilakukan sebagai persembahan dari masyarakat Desa Wolomeze. Tari ini dilakukan pada awal proses tanam padi sebagai pertanda akan datangnya musim tanam dimana masyarkat akan sibuk saling membantu dan setengah dari harinya akan  dihabiskan disawah. Tarian ini dilakukan oleh para tokoh dan tetua adat, tarian yang menggunakan bahasa daerah menunjukkan esensi budaya yang khas dan unik serta alat yang dimainkan berupa pentong yang terbuat dari bambu yang dipukul dan memiliki irama tersendiri dalam nyanyiannya.
49
PERAGAAN TARIAN CACI
Tidak hanya persembahan tarian tara pentong, kami juga disuguhi pertunjukan Caci. Tarian khas masyarakat flores ini ditujukan sebagai syukuran setelah musim panen dan hanya boleh dilakukan pada musim tersebut. Sebagai bentuk penghargaan kepada kami oleh masyarakat desa Wolomeze atas izin dari tetua adat memperlihatkan tarian caci kepada kami dalam tari caci tersebut Kami juga diberi kehormatan untuk ikut mencoba sensasi ketika memberikan satu cambukan kepemain lawan, walaupun  berjalan singkat tarian caci tersebut kami sangat merasa tersangjung dan senang sekali bisa melihat dan ikut mencoba sensasi tarian caci yang hanya dilakukan sekali dalam setahun .Â
50
GOING BACK HOME
Tak cukup hanya dengan adat dan formalitas untung mengungkapkan istilah perpisahan h-1 kepulangan kami, kami membalasa keramahan dan kehangatan yg selama ini diberikan dengan cara pamit kesetiap rumah. Dari siang kami berkunjung dan bertamu untuk yg terakhir ke semua orang desa Maronggela, melangkah dari rumah kerumah diiringi isak tangis juga mengiringi, tak hanya anak anak yang berwajah lucu yg meneteskan air matanya, orang dewasa dengan ekspresi wajah yg tegas pun tak mampu menahan tetesan air mata, seakan tak rela kami pulang. Disetiap rumah hanya ucapan terimaksih yg bisa kami tinggalkan kami tidak tau apa yg pantas untuk kami kasih sebagai bentuk balas budi kami. Sedih yang tersirat dalam tetesan air mata membuat kami sadar sudah waktunya untuk pulang, tak hanya nyanyian yg mereka haturkan tetapi juga air mata kasih sayang mereka yang berjatuhan. Ya kami ucapakan terimkasih atas segalanya, memang benar Maronggela itu dingin, tapi dingin itu tak terasa saat kita dihangatkan oleh keramahan masyarakatnya. Terimaksih keluarga Maronggela, sampai jumpa lagi dilain waktu.Â
51
SAMPAI JUMPA MARONGGELA
Penutup? sebuah kata yang tidak kami inginkan, karena kami tidak ingin menutup cerita kebersamaan kami ini. kegiatan kami memang berakhir selama kurang leih 45 hari, namun kami pasti akan kembali lagi ke tanah Maronggela di suatu waktu nanti. ini hanyalah awalan dari sebuah cerita panjang masa depan kami. Banyak sekali ilmu dan pengalaman yang kami dapatkan, ilmu tentang kehidupan dan bagaimana memaknai hidup. Terimakasih untuk segala kebersamaan Terimakasih untuk setiap dukungan Terimakasih untuk pikiran dan tenaga yang diberikan terimakasih untuk canda dan tawa yang menyenangkan waktu dan peluh yang kami korbankan tak menyisakan kata penyesalan yakin kami, Maronggela hadiah terbaik dari Tuhan Maronggela yang selalu rasa nyaman Maronggela yang selalu aman mewariskan kedamaian Lentera Maronggelaku Lestari dan Sejahtera selalu Yang tak akan lekang oleh waktu Kami Maronggela, Terima kasih untuk segalanya inilah sedikit cerita kita awalan indah yang sangat bermakna.
VISIT MARONGGELA #EXPLORETHEUNKNOWN
TIM KKN UNS Periode Januari-Februari 2018 Desa Wolomeze, Kecamatan Riung Barat, Kabupaten Ngada, NTT
FOLLOW US instagram: @kkn_floresuns