Pesona dunia simulacra

Page 1

YONGKI GIGIH PRASISKO

YONGKY GIGIH PRASISKO

Pesona

DUNIA

Simulacra Kata Pengantar : Ananda Firman Jauhari


Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang All Rights Reserved Pesona Dunia Simulacra Š 2014, Yongky Gigih Prasisko xii + 148; 14,5 cm x 21 cm ISBN: 978-602-14560-8-8 Tata Letak: M. Baihaqi Lathif Perancang Sampul: Mursidi A.R.A Hak Cipta Penerbitan oleh: Lembaga Ladang Kata Kampung Basen No 388A RT16 RW4 Kotagede Yogyakarta 0274-8515771, 085743131220, 081326647850 email: ladangkata@mail.com


� Yongky Gigih Prasisko �

Kata Pengantar Saat kecil saya mengenal ada permainan namanya getuk tular. permainan ini dilakukan oleh beberapa anak yang saling berbaris bisa duduk atau berdiri, intinya permainan ini adalah permainan “berbisik”, bisa lima hingga sepuluh anak atau lebih, semakin banyak semakin menarik. Permainan ini dimulai dari orang pertama hingga orang terakhir, yang per­ta­ma adalah pembisik awal, membisikkan kata atau kali­ mat pada orang kedua, yang kedua pun kemudian ber­­bisik ke orang berikutnya hingga orang terakhir, dan menariknya, ketika sampai di orang yang te­r­­­akhir kadang sangat berbeda hasilnya. Proses luncuran dari telinga ke telinga inilah bisa ber­ubah entah karena penyampaian informasi yang dibi­ sikkan itu terlalu cepat, atau performa telinga pe­mainnya kurang bagus, atau daya ingat penerima yang kurang dan atau mungkin ada kesengajaan dari pembisik untuk merubah informasi. Kita bisa melihat mengapa dan apa yang terjadi dari pelbagai hal dengan pendekatan dan

- iii -


Pesona Dunia Simulacra �

teori yang bertaburan. Tapi cara yang efektif sebenarnya adalah mengumpulkan anak-anak yang bermain dan meru­nut lagi apa yang di sebutkan. Tapi bayangkan bisikan ini dilakukan oleh beribu orang dan dilakukan melewati waktu yang lama hingga lintas generasi, bagai­mana kita bisa membuktikannya. Getuk tular ini tidak saja gambaran sebuah pragmatisme tutur dan dinamikanya, tapi bisa terjadi banyak hal pada pemak­ naan akan sesuatu seperti sebuah bisikan. Ketika seseorang menafsirkan sebuah hal kemudian sangat percaya diri atas penafsirannya, tafsiran atau pemak­­­naan ini bakal menimbulkan persetujuan ataupun keti­daksetujuan dari orang lain. Setuju atau tidak setuju, ini akan memiliki sebuah argumen kuat atau bisa jadi muncul pemaknaan tandingan yang berbeda. Ya itulah kira-kira tugas pemikir, memikirkan segala sesuatu dan menyatakannya dan memperdebatkannya dan mem­ bisikkannya terus dan terus sampai lintas generasi. Keti­ ka kita berbicara tentang sebuah keyakinan atas kebe­ naran penafsiran suatu pembacaan maka itulah awal perdebatan. Saya pernah menanyakan kepada seorang teman yang juga praktisi desain grafis dan juga teman satu band saya ketika membuat desain tulisan band kami. Ia mengatakan iseng saja mengganti gambar granat pada huruf “O” pada kata Pispot band kami. Mungkin kata iseng ini bisa dise­lidiki kebenaranya, apakah motif sebenarnya atau ia benar-benar iseng dan menganggap - iv -


� Yongky Gigih Prasisko �

bagus saja. Apakah saya akan memeras otak untuk menge­tahuinya dengan menelaah tendensinya atau mem­baca proyeksi psikologi kejiwaanya hingga jelas meng­apa terjadi gambar granat, saya ketakutan akan jadi masalah besar bila ada yang coba menaf­sirkan suatu sa­at nanti. Bisa jadi gambar granat ini dimaknai lain, mi­sal­nya karena gambar granat ini, kami dikira sebagai gera­kan bersenjata atau apalah, tapi kenyataanya saya memilih tidak memikirkannya karena apapun yang ter­ jadi nanti adalah milik generasi nanti. Para pemikir terus saja memikirkan sesuatu tanpa henti dan kadang mapan pada satu pemikiran tertentu dan akhirnya membuat teori dengan megeneralisasikan persepsinya dan tentu saja membisikkanya. Dalam buku ini penulis coba menelaah film, iklan, maja­lah, novel dan pemberitaan. Media audio visual mau­pun cetak merupakan media penuh informasi dan tentu saja media yang penuh bisikan, dan penulis buku ini coba mengajak kita menjelajahi, membaca dan mene­ laah dunia yang penuh bisikan ini. Seperti juga buku ini yang mulai membisikan sesu­ atu. Selamat membaca. Jember,13 September 2013 Ananda Firman Jauhari

-v-


Pesona Dunia Simulacra �

Dari Penulis Selamat malam. Saya hanya berharap buku ini dibaca pada saat rem­ bulan sedang berlayar, ketika akhir dari aktivitas, ketika input diproses secara maksimal dan mengendap pada saat kita tidur, atau barangkali bisa menjadi mimpi, entahlah jika kalian merenungkannya terlalu dalam, tetapi saya tidak bermaksud membuat anda sekalian mere­nung terlalu lama, namun sadarlah bahwa pesona dunia bukan lagi pada indahnya rembulan, ia tidak hadir pa­da gulita malam, ia bukan lagi halimun di pagi hari, ia telah pergi, pudar bersama era kemajuan, lalu apakah ia telah mati? kalau begitu ada kemungkinan ia bangkit lagi, ia tidak mati pati, hanya berganti warna dengan begitu banyak pengorbanan, termasuk ihwal teleologi kemanusiaan. Banyak cerita di belakang, saking begitu kom­pleks­ nya, saya sengaja tidak menyimpan semua da­lam teks, biarlah itu menjadi ingatan, kalaupun dipak­sa ijinkan saya memilih untuk mengatakannya lang­sung, tanpa

- vi -


� Yongky Gigih Prasisko �

perantara. Barangkali tidak semua, hanya secuil yang bisa saya percayakan pada bentuk teks. Perihal pendidikan, tempat formalnya telah mem­bangun dua penggalah tembok tinggi sekaligus jurang pemi­sah, antara yang elitis dan yang praktis. Apakah ilmu yang diajarkan di sana akan menjadi alat pembebasan ataukah akan menjadi alat penindasan? dan kita ini dididik untuk memihak yang mana? Beribu kali pertanyaan-pertanyaan W.S. Rendra tersebut, menggiring saya menuju pada pernyataan, “Saya tidak buta keadaan”. Segala energi dan waktu kemudian saya curahkan untuk merumuskan keadaan, dengan motivasi beker­ja demi kemanusiaan, berharap nanti akan turun ke jalan, menghayati sendiri persoalan yang nyata. Buku ini merupakan sebuah usaha pencarian jati diri, sepenggal kerja dalam merumuskan keadaan de­mi menemukan sumbangsih apa yang akan saya beri­kan untuk kemanusiaan dan menolak sebisa mungkin kehi­ dupan statis, apalagi bergantung sepenuhnya pada dua anasir, God and State. Terakhir, teruntuk para intelektual, saya menyadari bahwa perubahan melibatkan banyak uluran tangan dan kerjasama, perubahan yang paling memungkinkan dilakukan oleh anda semua adalah secara epistemik, semangat perubahan ke arah pembebasan mestilah mulai menjadi dasar dalam bertindak, di tengah orang-orang - vii -


Pesona Dunia Simulacra �

yang apatis dengan kerja kemanusiaan dan mereka yang hanya digerakkan oleh motif ekonomi, percayalah bahwa ilmu pengetahuan dengan semangat pembebasan akan memberikan sumbangan nyata, maka dari itu… Berkaryalah terus tanpa henti dengan semangat pem­be­basan! Yongky Gigih Prasisko

- viii -


Untuk

Prasetyo Dwi Yantono &

Siswa Astuti


Pesona Dunia Simulacra �

Daftar Isi Kata Pengantar ............................................................ iii Dari Penulis ................................................................. vi Daftar Isi ....................................................................... x 1. Perjalanan Wacana Terorisme Islam Global Sampai ke Indonesia: Praktik Wacana Hanung Bramantyo dalam Penggambaran Islam melalui Film “?” .......................................... 1 2. Nilai Tanda Pada Sebuah Merk Komoditas di Era Postmodern: Prestis Christian Dior Sebagai Merk Fashion Eksklusif ................................. 23 3. Rokok, Alkohol dan Cinta: Tiga Perbincangan Menu­ju “Surga” (Pemaknaan Audiens Film Cons­tantine dalam Ranah Fiksi Penggemar) .......... 43 4. Retorika Iklan Coca-Cola, Arctic Home ............. 64 5. Mengungkap Memori tentang Soeharto dalam Majalah Detik Edisi .................................. 84

-x-


� Yongky Gigih Prasisko �

6. 7. 8.

Hipereal Konflik dan Kerusuhan antara Madridista dan Barcelonistas di Lapangan Kridosono .................................... 105 Kritik atas Modernisme: Fordisme dan Kapitalisme sebagai Bentuk Represi Modern terhadap Kehidupan Sosial Manusia ............................... 115 Karakteristik Orang-orang Perancis Te­re­fleksikan melalui Legenda Nicholas Flamel Seperti Digambarkan dalam Novel Michael Scott The Alchemyst:The Secret of the Immortal Nicholas Flamel .......................................................... 121

Tentang Penulis ......................................................... 147

- xi -



� Yongky Gigih Prasisko �

1 Perjalanan Wacana Terorisme Islam Global Sampai ke Indonesia: Praktik Wacana Hanung Bramantyo dalam Penggambaran Islam melalui Film "?"* Perjalanan Wacana Terorisme Islam Islam merupakan salah satu agama terbesar di dunia dalam hal kuantias. Sekitar sepertiga penduduk dunia ber­keya­kinan Islam. Agama Islam dianggap sebagai keya­ kinan yang mampu menuntun kehidupan manusia ke arah yang lebih baik sehingga terdapat juga negara-negara yang berbasis Islam. Negara tersebut antara lain ada­ lah Iran, Arab Saudi, Libya, Qatar dan Turki. Mereka meng­aplikasikan ajaran Islam sebagai pandangan negara. Di sini Islam menjadi dasar kebijakan-kebijakan politik negara. *. Tulisan ini dipresentasikan dalam acara The 5th International Conference on Indonesian Studies (ICSSIS) pada 14 Juni 2013. -1-


Pesona Dunia Simulacra �

Seorang politisi Amerika Serikat bernama Samuel P. Huttington berperan dalam mengkonstruksi waca­ na Islam. Dia membaca pertarungan politik antar ne­ ga­ra setelah perang dingin. Para pemikir politik ber­ ar­­gumen bahwa pertarungan ideologi antar negara da­­lam perang dingin meliputi hak asasi, demokrasi li­ be­­­ral dan ekonomi global/pasar bebas. Kemudian, sa­ lah satu pemikir Francis Fukuyama berpendapat bah­ wa dunia sudah mengalami akhir dari sejarah yang meng­­­akhiri perang dingin dan dimulainya masa Post Cold War. Huttington dalam bukunya The Clash of Civi­lization and the Remaking of World Order (1996), men­­ je­laskan masa perang ideologi telah berakhir dan dunia mengalami babak baru yaitu pertarungan kebudayaan. Dia berpendapat bahwa penyulut utama konflik di masa depan adalah dalam garis kebudayaan dan aga­ ma. Kebudayaan dunia yang dia maksud antara lain Wes­tern, Amerika Latin, Orthodox, Eastern World dan Moslem World. Moslem World merupakan negaranega­ra Islam yang meliputi negara timur tengah, Afrika Barat, Albania, Bangladesh, Brunei, Comoros, Indonesia, Ma­laysia, Pakistan dan Maladewa. Negara-negara terse­ but adalah negara yang berpotensi menyulut konflik du­ nia yang berbasis kultural. Marc Cogen menanggapi tesis Huttington dalam artikelnya yang berjudul The West, Europe and the Islam (2000) yang berpendapat bahwa tesis Huttington telah mengkonstruksi wacana Islam khususnya pandangan -2-


� Yongky Gigih Prasisko �

negara barat tentang negara-negara yang dikategorikan Huttington sebagai dunia Islam. “In a global world differences between cultures are real and important and the fault lines between civilizations will be the battle lines of the future. The clash of civilizations will replace the clash of ideologies that was the dominant conflict of the 20th century. Conflicts between civilizations will increase due to an increased interaction, and the most pronounced conflict will be between the West and the Islam.” (Cogen:1) Penyataan dalam kutipan tersebut menandakan bah­wa telah muncul sentimen baru dalam dunia barat. Kon­ flik yang paling sering diutarakan adalah konflik an­tara negara barat dan Islam. Dalam pengkategorian kebu­ dayaan, dunia Islam mempunyai kategori sendiri yang membuat identitas Islam menjadi ditegas-tegaskan dan dibedakan dari negara-negara lain. Perbedaan men­jadi tidak cair dan berdasarkan kategori inilah konflik kebu­ dayaan tersulut. Tragedi 11 September menjadi peristiwa yang menurut Cogen adalah bukti sebuah peristiwa benturan peradaban (Clash of Civilization) antara Barat dan dunia Islam. “The September 11 attacks became a turning point in the general security environment in the world. The attacks had a very symbolic meaning: in the heart of the West (New York and Washington) and -3-


Pesona Dunia Simulacra �

conducted by Islam fundamentalists. Eighteen of the nineteen terrorists had their origins in Saudi Arabia, got their mission from Al-Qaidi in Afghanistan, lived and studied in Germany and, finally, carried out their attacks in the USA. In the weeks after the attacks Saudi Arabia denied the fact that the terrorists were Saudi Arabian citizens or were born and raised in the kingdom.” (Cogen:3) Serangan teroris pada 11 September 2001 adalah peris­ tiwa yang menyimbolkan serangan Islam terhadap negara Amerika Serikat. Hal ini terbukti dengan asal warga negara para teroris yang berasal dari negaranegara Islam yaitu Afghanistan dan Arab Saudi. AlQaida juga merupakan organisasi Islam yang berasal dari negara timur tengah. Menurut Huttington, Afghanistan dan Arab Saudi termasuk dalam kategori dunia Islam (Moslem World) sedang­kan Amerika Serikat termasuk ke dalam kategori Barat (Western) dan ketika peristiwa 11 September terjadi maka konflik tersebut langsung mengarah kepada konflik Islam dan Barat. Huttington berperan menciptakan pola pikir dalam memandang peristiwa tersebut. Negara-negara yang menjadi kategori dunia Islam juga terkena imbas dari konstruksi Islam sebagai teroris. Konstruksi wacana Islam sebagai teroris kemudian men­jadi wacana global. Wacana tersebutlah yang men­ jus­tifikasi/membenarkan serangan Amerika Se­rikat dan sekutunya terhadap negara-negara Islam, Afghanistan -4-


� Yongky Gigih Prasisko �

dan Irak, atas nama pembasmian para teroris. Wacana ini kemudian menjadikan Islam sebagai the other dari peradaban dunia. Islam menjadi sebuah iden­titas yang dimarjinalkan berdasarkan alasan bahwa para teroris berasal dari organisasi Islam maka seluruh umat Islam mendapatkan imbas identitas sebagai teroris yang ber­ bahaya. Padahal dinamika orang-orang Islam dalam memandang serangan teroris tersebut ada yang pro dan kontra, tetapi wacana global telah mengeneralkan iden­titas Islam sebagai teroris yang memicu konflik per­ adaban dunia. Wacana global tentang Islam sebagai teroris juga ber­pengaruh di Indonesia.Peristiwa bom bali yang ter­ jadi dua kali pada tahun 2002 dan 2005 menjadikan isu terorisme Islam semakin menguat.Peristiwa pertama hanya berselang waktu satu tahun dari tragedi 11 September 2001 yang menyerang Amerika Serikat. Isu hangat dari peristiwa serangan terhadap Amerika Serikat tersebut langsung menyeruak di masyarakat Indonesia dalam memandang peristiwa bom Bali. Teroris Islam kembali beraksi dan yang menjadi sasarannya adalah Indonesia. Bali yang menjadi pulau wisata internasional menjadi target bom yang menelan ratusan korban dari warga negara Indonesia dan warga negara asing. Peristiwa bom Bali dipandang sebagai aksi terorisme yang berkaitan dengan aksi terorisme di Amerika Serikat. Daftar tersangka kasus bom Bali seperti Imam Samudra ditengarai mengikuti organisasi Islam dunia. -5-


Pesona Dunia Simulacra �

Target serangan bom Bali adalah turis-turis asing yang sedang berlibur dan bersenang-senang di Bali. Terbukti dengan lokasi pusat bom Bali pertama yaitu Paddy’s Pub dan Sari Club (SC) di Jalan Legian, Kuta, Bali. Tempat-tempat tersebut adalah klub-klub malam yang ramai dengan turis asing. Ledakan terakhir dalam bom Bali pertama adalah di dekat Kantor Konsulat Amerika Serikat. Ledakan kali ini membawa wacana tentang Islam yang semakin menguat, yaitu serangan Islam atas negara Barat khususnya Amerika Serikat. Peristiwa tersebut membuat pandangan bahwa Indonesia adalah sarang teroris sekaligus juga target terorisme. Peristiwa tersebut dinilai sebagai peristiwa terorisme terparah dalam sejarah Indonesia. Wacana Bali yang semula adalah pulau dewata yang indah, eksotik dan aman menjadi wacana global yang negatif tentang Indonesia. Islam, terorisme dan bom bunuh diri adalah tiga unsur yang utuh dan melekat dalam identitas Islam. Islam bukan lagi dianggap sebagai agama yang menentramkan kehi­dupan tetapi dianggap agama yang menakutkan. Ber­dasarkan wacana tersebut Islam seakan-akan adalah gerakan berbahaya yang menjadi musuh bersama warga dunia. Di Indonesia, wacana tersebut adalah wacana dominan. Pemerintah Indonesia juga melakukan aksi pembasmian teroris yang juga disebut sebagai musuh negara. Dengan dibentuknya pasukan khusus militer yaitu Densus 88 pembasmian teroris mulai digalakkan. Pasu­ -6-


� Yongky Gigih Prasisko �

kan tersebut adalah pasukan khusus yang menangani masalah terorisme di Indonesia. Sinopsis Film “?” Film “?” bercerita tentang hubungan sosial tiga aga­ ma di Indonesia yaitu Islam, Kristen dan Khong Hu Chu. Film ini menggambarkan keadaan Indonesia yang plu­ral baik dari sisi agama dan etnis.Permasalahan juga banyak muncul di Indonesia karena perbedaan yang plural tersebut. Sikap toleransi dan saling menghargai antar umat beragama dan etnis menjadi pesan inti dari film “?”. Plot film bermula dari tragedi penusukan seorang pastur yang dilakukan oleh dua orang dengan kenda­ raan bermotor. Seorang menusuk pastur di saat kera­ ma­ian dan seorang lagi sebagai pengendara motor, kemudian walikota Semarang mengkonfirmasi tragedi tersebut sebagai peristiwa murni kriminal dan tidak ada unsur konflik agama di dalamnya. Alur berlanjut pada kehidupan keluarga Tionghoa yang memiliki usaha res­toran. Keluarga tersebut mempekerjakan seorang pelayan perempuan Islam yang bernama Menuk. Menuk tinggal ber­sama suaminya Soleh, seorang pengangguran yang taat beragama. Di dalam restoran itu selain menjual masa­kan khas Cina, babi, juga menjual masakan halal yaitu ayam dan kambing. Plot berlanjut pada seorang wanita Islam, Rika, yang pindah agama menjadi Kristen. Dia memiliki seorang anak laki-laki yang beragama Islam. Rika mempunyai seorang teman dekat bernama Surya, -7-


Pesona Dunia Simulacra �

laki-laki beragama Islam. Surya bekerja sebagai aktor figuran. Pada saat perayaan Paskah akan diadakan drama penyaliban Yesus, surya mengikuti casting pemeran Yesus dan akhirnya diterima dan berhasil memerankannya dengan baik. Di akhir film, pemilik restoran Tan Kat Sun sakit dan kelangsugan restoran itu dilanjutkan oleh Hendra anak­nya yang tidak toleran terhadap pekerjanya yang ber­agama Islam. Dia memutuskan restoran buka pagi pada saat bulan Ramadhan yang akhirnya menjadi pe­ mi­cu serangan perusakan restoran oleh orang-orang Is­lam. Serangan tersebut mengakibatkan Tan Kat Sun meninggal dunia. Suami Menuk akhirnya menda­pat­ kan pekerjaan sebagai pasukan Banser dan bertugas me­ng­­amankan kelangsungan acara Paskah di gereja. Pa­da saat acara ber­langsung Soleh, suami Menuk, me­ ne­­mukan bom di dalam gereja. Soleh berusaha mem­ ba­wa bom itu keluar gereja dan berakhir pada kematian di­rinya. Kematian Tan Kat Sun dan kematian Soleh mem­­­buat Hendra memutuskan untuk berpindah aga­ ma menjadi Islam dan hal tersebut membuat dirinya ber­­sikap lebih menghargai umat agama lain. Rika yang se­­be­­lumnya bertengkar dengan orang tuanya karena kepu­tusannya pindah agama akhirnya mendapatkan res­tu dari orang tuanya dan hubungan mereka menjadi baik kem­bali.

-8-


� Yongky Gigih Prasisko �

Representasi Teroris Islam dan Terorisme Islam Wacana dominan Islam sebagai terorisme menjadi isu yang mempengruhi penggambaran orang-orang Islam di film “?”. Terorisme yang dilakukan orang-orang Islam atas nama jihad membuat Islam menjadi agama yang menakutkan. Orang-orang Islam juga dinilai sebagai orang yang anarkis. Dalam film tersebut hubungan sosial Islam sebagai mayoritas disandingkan dengan agama lain yaitu Kristen dan Khong Hu Chu yang diwarnai dengan sikap intoleransi dan anarkis yang dilakukan orang-orang Islam. Terorisme Islam menjadi salah satu unsur yang di­gambarkan dalam film. Stereotipe yang melekat pada orang Islam, yaitu teroris, diucapkan oleh tokoh Hendra ketika bersitegang dengan orang-orang Islam. Orang Islam: “Ngapain lihat-lihat!” Hendra: “Biarin saja.” Orang Islam: “Ah sipit!” Hendra: “Ngomong apa kamu! Teroris asu!” Dialog tersebut menunjukkan bagaimana seorang etnis Tionghoa, Hendra, yang merasa dihina karena dise­but sipit membalasnya dengan mengumpat, “teroris asu!” kepada orang Islam. Sontak perkelahianpun ter­jadi antara Hendra dengan orang-orang Islam. Tokoh orang-orang Islam tersebut juga merasa terhina karena identitasnya dise­but teroris. Terorisme khusunya di Indonesia di­ identikkan dengan Islam. Wacana ini berasal dari dua kali -9-


Pesona Dunia Simulacra �

serangan bom bali yang menggegerkan dunia. Tersangka dalam peristiwa tersebut adalah orang Islam. Hal tersebut menjadi pandangan sterotipe yang mengeneralisasi bahwa orang Islam khususnya di Indonesia adalah teroris. Indonesia juga disebut sebagai sarang teroris. Dalam dialog tersebut penolakann identitas teroris yang dilakukan oleh tokoh orang Islam adalah penggambaran tindakan kontra orang Islam terhadap praktik terorisme. Aksi terorisme yang dijustifikasi sebagai aksi jihad dinilai sebuah pemaknaan yang melenceng dari ajaran agama Islam. Identitas orang Islam sebagai teroris adalah identitas yang coba dibersihkan oleh orang-orang Islam di In­ do­nesia. Dalam film “?”, terdapat sebuah usaha dari pi­ hak Islam untuk membersihkan namanya dari sebutan teroris. Kutipan di bawah ini merupakan penolakan identitas tersebut. Komandan Banser: “Kamu dengar gak rangkaian bom gereja yang dilakukan teroris itu ?” Hendra: “Dengar.. dengar!” Komandan Banser: “Kita sebagai umat Islam jadi jelek gara-gara berita itu. Kita sebagai ormas Islam meno­lak pandangan seperti itu dengan menjaga gereja seperti ini. Dan ini jihad.” Dalam film tersebut diceritakan bahwa pada pera­yaan paskah, pasukan Banser NU yang merupakan ormas Is­ lam bertugas menjaga keamanan gereja. Dialog tersebut

- 10 -


� Yongky Gigih Prasisko �

me­nun­jukkan bahwa umat Islam, komandan Banser, ber­usaha untuk menolak pandangan terorisme yang dila­kukan orang Islam dengan bertugas mengamankan acara paskah di gereja. Aksi bom terhadap gereja telah men­cemarkan nama Islam. Di sini pemaknaan jihad kem­bali diperbincangkan. Dari pernyataan komandan Banser tersebut salah satu bentuk praktik jihad adalah menghormati dan menghargai agama lain baik dalam hal beribadah maupun dalam hal keyakinan. Ada bentuk-bentuk terorisme Islam yang terjadi di Indo­nesia selain terror bom. Terorisme tersebut berawal dari wacana yang dikonstruksi Islam yaitu wacana orang kafir, perbuatan yang menentang atau melanggar ajaran Islam dan tindakan yang seharusnya dilakukan adalah meme­ranginya. Wacana tentang klub malam, prostitusi dan tempat hiburan malam diwacanakan sebagai tempattem­pat orang kafir. Orang kafir merujuk kepada orang yang menentang atau menyimpang dari ajaran agama Islam. Wacana yang diberlakukan untuk memerangi orang kafir adalah dengan tindakan anarkis. Wacana ini terbukti dengan tindakan anarkis anggota-anggota FPI dalam melakukan penertiban pada tempat-tempat yang dianggap maksiat. “…saat Playboy terbit perdana, ormas Front Pem­ bela Islam (FPI) langsung mendatangi kantor Play­boy di Jalan TB Simatupang Jakarta Selatan ber­unjuk rasa dengan melakukan orasi, perusakan, dan pembakaran.” (http://www.tempo.com/ - 11 -


Pesona Dunia Simulacra �

read­news/2010/08/27/0632743 87 KasusPlay­boy-Indonesia-dari-Terbit-Hingga-TutupKontroversial) (22 Desember 2012). “Forum Masyarakat Kemang juga menyesalkan aksi FPI yang sempat menimbulkan sejumlah orang luka-luka karena dipukul dengan kayu dan bambu. Agus seorang pedagang jamu dan Subardi pelayan kafe menderita luka di bagian kepala.” (http://news.liputan6.com/read/88528/forummasya­rakat-kemang-menentang-aksi-fpi) (22 Desember 2012). Wacana dan tindakan anarkis FPI adalah bentuk tero­­ risme yang dilakukan oleh orang Islam. Kafe malam, tem­pat bilyar dan kantor Playboy adalah tempat-tem­ pat yang termasuk dalam wacana tempat maksiat dan tindakan yang dilakukan FPI untuk memerangi perbuatan maksiat tersebut adalah dengan tindakan anarkis. Terorisme Islam dengan tindakan anarkisnya juga ditampilkan dalam salah satu adegan dalam film “?”. Adegan berawal ketika Hendra, anak Tan Kat Sun pemi­ lik restoran Cina, memutuskan bahwa restoran cuma tutup pada hari pertama lebaran Idul Fitri, hari kedua dan sete­rusnya akan tetap buka. Hendra:(menempel selembar kertas pada pintu masuk restoran yang bertuliskan, Tutup pada hari lebaran per­ tama buka lagi pada lebaran hari kedua.) - 12 -


� Yongky Gigih Prasisko �

Ibu: “Hen, apa-apaan tuh? Kita buka lima hari sesudah lebaran.” Hendra:”Yang kayak gitu itu gak akan buat restoran kita jadi gede mi!” Ibu: “Kita harus menghargai yang lebaran. Hendra: Apa mereka hargain kita mi?” Menurut ibu dalam dialog tersebut sikap Hendra me­ nun­­jukkan sikap tidak toleransi terhadap umat Islam yang akan merayakan hari raya Idul Fitri. Keputusan ini kemudian memicu tindakan anarkis oleh sejumlah umat Islam. Orang-orang Islam kemudian mendatangi restoran tersebut dan melakukan tindakan anarkis dengan merusak barang-barang yang ada di restoran. Tindakan anarkis ini menjadi salah satu penyebab meninggalnya Tan Kat Sun. Restoran yang buka pada hari raya Idul Fitri menunjukkan wacana intoleransi terhadap umat Islam dan orang-orang yang melakukantindakan menentang ajaran Islam adalah orang kafir. Praktik diskursusnya adalah pihak Islam mempro­ duksi wacana yang kemudian dikonvensi oleh orangorang Islam lain atau ormas Islam. Wacana ter­sebut disebarkan melalui setiap orang Islam yang meng­ konvensinya. Praktik penyebarannya contohnya dengan menghimbau dan mengumumkan wacana ter­sebut kepada mayarakat seperti menghimbau tem­pat-tempat hiburan malam untuk tutup selama bulan Ramadhan. Masyarakat kemudian meresepsi wacana tersebut. Dalam praktik diskursif dibutuhkan represi untuk menegakkan - 13 -


Pesona Dunia Simulacra �

common sense dalam wacana tersebut. Praktik represif contohnya adalah hukuman atas penyimpangan common sense. Seperti tindakan anarkis yang dilakukan ormas FPI adalah bentuk represi dari penyimpangan good values tentang wacana yang mereka produksi dan sebarkan. Tindakan anarkis tersebut merupakan tindakan terorisme dengan berdasarkan jihad. Restoran Cina dalam film “?” mengalami tindakan represif sebagai akibat dari penyimpangan common sense wacana Islam Penyimpangan common sense tersebut adalah kepu­tusan membuka restoran pada hari raya Idul Fitri. Kon­sekuensinya adalah mendapatkan hukuman dari pihak yang memproduksi wacana yaitu pihak Islam dan bentuk hukumannya adalah perusakan barangbarang di restoran. Islam sebagai Kelompok Dominan Terorisme Islam adalah sebuah bentuk praktik domi­­ na­si Islam sebagai kelompok yang dominan khu­sus­nya di Indo­nesia. Islam memiliki kuasa untuk mempro­duksi wacana dan menerapkannya dalam masyarakat. Salah satu faktornya adalah di Indonesia mayoritas pendu­ duknya memeluk agama Islam. Tetapi bukan berarti tingkat kuantitas yang tinggi mempunyai persepsi yang sama akan sebuah wacana yang diproduksi oleh salah satu pihak Islam. Ada dinamika-dinamika yang terjadi di dalam sebuah kelompok Islam yang dianggap homo­gen. Sebuah dominasi memiliki bebe­rapa faktor dan dinamika yang membentuk dominasi terse­but. - 14 -


� Yongky Gigih Prasisko �

Patricia Hills Collins adalah tokoh yang ber­pendapat tentang dinamika intersectionality dalam sebuah dominasi dan represi. Dalam bukunya Black Feminist Thought (2000) dia menjelaskan tentang konsep matrix of domination. “Subsequent work aimed to describe different dimensions of this interconnected relationship with terms such as intersectionality (Crenshaw 1991) and matrix of domination. In this volume, I use and distinguish between both terms in examining how oppression affects Black women Intersectionality refers to particular forms of intersecting oppressions, for example, intersections of race and gender, or of sexuality and nation. Intersectional paradigms remind us that oppression cannot be reduced to one fundamental type, and that oppressions work together in producing injustice. In contrast, the matrix of domination refers to how these intersecting oppressions are actually organized. Regardless of the particular intersections involved, structural, disciplinary, hegemonic, and interpersonal domains of power reappear across quite different forms of oppression. My third objective is to develop an epistemological framework.” (Collins, P.H., 2000:18) Collins mencontohkan represi terhadap wanita kulit hitam. Dalam represi tersebut memuat dinamika - 15 -


Pesona Dunia Simulacra �

ras, gender, seksualitas dan bangsa. Paradigma inter­ sectionality menyatakan bahwa sebuah represi atau do­ minasi tidak dapat dilihat dari satu tipe dasar. Wanita kulit hitam yang terepresi faktornya bukan hanya karena dia dari ras kulit hitam saja. Barangkali dia orang kulit hitam, wanita, orang miskin, bangsa pen­ datang dan minoritas. Jadi dia terepresi karena dina­mika ras, gender dan bangsa. Kemudian ada konsep ma­trix of domination yaitu sistem yang mengatur represi in­ter­ section yaitu struktur masyarakat, hegemoni dan disipiln nilai. Islam yang dominan ditampilkan dalam film “?” melalui adegan tindakan anarkis sebagai bentuk re­pre­­si terhadap kelompok lain. Adegan tersebut ada­lah potret dari wacana tentang orang Islam yang anar­kis yang dilakukan oleh suatu ormas Islam ber­nama Front Pembela Islam Dalam adegan tersebut menun­jukkan adanya praktik dominasi dan represi. Orang Is­lam memiliki kuasa bertindak anarkis terhadap orang Tionghoa. Jika dianalisa melalui paradigma in­ter­­sectionality maka represi yang dialami oleh orang Ti­ong­hoa adalah karena mereka adalah bangsa pen­­­datang, mereka adalah kelompok minoritas dan me­reka melakukan tindakan intoleransi dengan membuka res­­toran pada hari raya Idul Fitri. Dari faktor-faktor itulah me­reka mendapatkan represi secara berlapis-lapis. Dominasi Islam mendapatkan kuasanya dalam prak­ tik diskursif ataupun represif karena faktor-faktor yang - 16 -


� Yongky Gigih Prasisko �

ber­lapis juga. Islam adalah kelompok yang umum, jika dita­rik partikularitas kelompok Islam yang populer dengan tindakan anarkis di Indonesia, maka deskripsi ter­sebut akan mengarah kepada ormas Islam, FPI. Tin­ dakan anarkis dalam film “?” merepresentasikan tin­ dakan anarkis FPI. Ormas Islam tesebut memiliki kuasa me­­represi kelompok lain karena ormas tersebut mem­ iliki pengikut yang menyebar di Indonesia. Dari segi kuan­­titas ormas tersebut adalah kelompok mayoritas jika dibandingkan dengan kelompok pemeluk agama Khong Hu Chu. Jumlah kuantitas yang besar tersebut mem­berikan pengaruh kuasa yang kuat terhadap suatu kelompok minoritas. Adegan anarkis tersebut berlatar tempat kota Sema­ rang, Jawa Tengah. Tindakan tersebut juga berda­sarkan tindakan represif etnis Jawa terhadap etnis Tiong­hoa. Etnis Jawa yang merupakan etnis pribumi merasa mendominasi tanah airnya. Ormas tersebut mendapatkan pengaruh kuasa karena anggotanya berasal dari etnis Jawa. Secara sosial tindakan anarkis tersebut adalah bentuk dominasi dan represi antara kelompok besar dan kelom­pok yang lebih kecil. Dalam struktur masyarakat, ormas adalah organisasi legal di masyarakat. Pihak yang direpresi adalah satu keluarga kecil Tionghoa. Secara sosial ormas lebih tinggi kedudukannya dibandingkan satu kelompok keluarga. Tindakan anarkis dalam film “?” tersebut mengarah kepada dominasi ormas ter­hadap satu kelompok keluarga. - 17 -


Pesona Dunia Simulacra �

Dominasi dan represi pada adegan tindakan anarkis peru­sakan restoran Cina merupakan bentuk dominasi dan represi yang berlapis tidak berdasar hanya pada satu tipe dasar. Dinamika tindakan tersebut berdasar kepada etnis, bangsa, agama, kuantitas dan kelompok sosial. Konflik tersebut adalah perselisihan antara agama Islam dan Khong Hu Chu, etnis Jawa dan Tionghoa, Ormas dan keluarga. Politik Representasi Hanung Bramantyo Hanung Bramantyo merupakan sutradara sekaligus kreator ide cerita film “?”. Terdapat konektivitas antara kerangka pengetahuan Hanung dan representasi Islam dalam film. Hanung merupakan seorang yang menentang tindakan anarkis ormas Front Pembela Islam . Politik representasi Hanung dalam menggambarkan Islam akan dilihat dari pendapatnya tentang ormas FPI berikut ini. “Sutradara Hanung Bramantyo mengikuti demo damai ‘Indonesia tanpa Front Pembela Islam (FPI)’ di Bundaran Hotel Indonesia, Selasa, 14 Februari 2012. “Kedatangan saya adalah bentuk konkret dukungan aksi damai,” katanya, Rabu, 15 Ja­nu­ ari 2012. (URL: http://www.tempo.co/read/ news/2012/02/15/21 9384270 Alasan-HanungBraman­t yo-Ikut-Indonesia-tanpa-FPI)(22 Desember 2012).

- 18 -


� Yongky Gigih Prasisko �

Dari data tersebut menunjukkan bahwa sikap Hanung yang menentang ormas FPI. Dilihat dari aksi damai demons­trasi ‘Indonesia tanpa Front Pembela Islam (FPI)’ di Bundaran Hotel Indonesia tersebut Hanung tidak setuju dengan FPI khususnya tidak setuju dengan tindakan anarkisnya. Dalam filmnya, “?”, Hanung menghadirkan tindakan anarkis yang dilakukan oleh orang Islam yang merupakan representasi dari tindakan FPI. Dia menampilkan tindakan anarkis tersebut dengan plot yang mengarah kepada efek buruk yang ditimbulkannya. Penggambaran secara detil adengan tersebut adalah tindakan anarkis oleh sejumlah umat Islam mengakibatkan infrastruktur dan barang-barang di restoran hancur berantakan. Hen­ dra anak pemilik restoran terkena beberapa kali pu­ku­ lan kayu dan dihajar oleh beberapa orang. Tan Kat Sun, pemilik restoran, terkena pukulan kayu dan bebe­rapa hari kemudian meninggal dunia. Hanung menampilkan adegan tersebut dengan efek tragis yang mengakibatkan korban harta dan jiwa. Ta­n­Kat Sun adalah orang yang cenderung memi­ ha­k toleransi terhadap Islam. Yang bersalah ada­ lah anaknya, Hendra. tetapi yang menjadi korban a­da­­­­­lah Tan Kat Sun. Adegan tersebut menunjukkan bah­ wa tindakan anarkis telah merenggut korban yang tidak ber­­dosa. Dapat dilihat bahwa politik Hanung dalam meng­ gambarkan identitas orang-orang Islam dengan tindakan - 19 -


Pesona Dunia Simulacra �

anarkisnya menyandingkanya dengan akibat kerugian yang besar dan dari penggambaran adegan tersebut terlihat praktik wacana Hanung Bramantyo yang tidak sepakat dengan tindakan FPI dengan menggambarkannya sebagai penyebab kematian Tan Kat Sun dan kerugian materi yang dialaminya. Kesimpulan Perjalanan wacana terorisme Islam bermula dari serangan 11 September yang dilakukan oleh organisasi Islam Al-Qaedah. Stereotipe tentang Islam kemudian muncul sebagai identitas yang menakutkan dan punya kuasa yang besar. Stereotipe tersebut berimbas kepada negara-negara Islam dan negara dengan mayoritas penduduk Islam yang termasuk dalam kategori dunia Islam termasuk Indonesia. Wacana terorisme juga menyebar di Indonesia dan diper­kuat dengan peristiwa dua kali bom Bali. Islam semakin kuat identitasnya sebagai terroris. Wacana Islam sebagai teroris kemudian dimunculkan dalam film “?” melalui tokoh dan dialognya dalam adegan, con­tohnya adalah sebutan teroris pada karakter Islam seba­gai bentuk umpatan. Bentuk tindakan terorisme khu­susnya di Indonesia bukan lagi berbentuk praktik bom bunuh diri tetapi bertransformasi menjadi tindakan anarkis yang meneror kelompok-kelompok lain dalam masyarakat. Bentuk terorisme dilakukan melalui praktik diskursif yaitu memproduksi wacana, menyebarkannya dan melakukan represi terhadap penegakan common - 20 -


� Yongky Gigih Prasisko �

sense wacana. Bentuk tindakan represif contohnya adalah hukuman bagi siapa saja yang melanggar atau menyimpang dari common sense wacana yang diproduksi. Tindakan represif tersebut ditampilkan dalam film sebagai wujud dominasi Islam terhadap satu keluarga Tionghoa. Dominasi Islam terhadap keluarga Tionghoa mengandung dinamika dominasi dan represi yang berlapis. Adegan perusakan restoran Cina milik satu keluarga Tionghoa adalah dominasi dan represi antara Islam dengan Khong Hu Chu, etnis Jawa dengan Tionghoa, ormas dengan satu kelompok keluarga. Hanung Bramantyo sebagai sutradara sekaligus kre­ ator cerita adalah seorang yang menentang tindakan anar­ kis ormas FPI. Politik representasi Hanung dalam meng­ gambarkan identitas Islam sebagai kelompok yang men­ do­minasi, merepresi dan anarkis yang dapat menebar teror terhadap kelompok lain, ditunjukkan melalui adegan tindakan anarkis oleh orang-orang Islam yang mengakibatkan kerugian harta dan korban jiwa yang tak berdosa. Pendapat Hanung tentang ketidaksepakatannya terhadap tindakan anarkis ormas FPI terefleksikan melalui penggambaran adegan tersebut. Di sini terlihat praktik wacana Hanung Bramantyo dalam memarjinalkan tindakan terorisme dan anarkisme Islam. Daftar Pustaka Cogen, Marc. The West, Europe and The Islam. The Center for the Study of European Politics and Society - 21 -


Pesona Dunia Simulacra �

Collins, P.H. (2000). Black Feminist Thought (Second Edition). NewYork:Routledge Fukuyama, Francis. (1992). The End of History and The Last Man. New York:The Free Press Huttington, Samuel P. (1996). The Clash of Civilization and the Remaking of World Order. New York:Simon & Schuster Paperback Tim Dokumentasi Bom Bali. (2004). Buku Putih Bom Bali:Peristiwa dan Pengungkapan. Jakarta:PTIK Press Harria, Yosie dan Suhanda, (2004), Forum Masyarakat Kemang Menentang Aksi FPI, ”dalam liputan 6 .com, URL: http://news.liputan 6.com/read/8852 8 Forum-masyarakat-kemang-menentang-aksi-fpi (22 Desember2012) Putri, Ananda, (2012), “Alasan Hanung Bramantyo Ikut Indonesia tanpa FPI , ” dalam tempo. com, URL: http://www.

tempo.co/read/news/2012/02/15/219384270/ Alasan-Hanung-Bramantyo-Ikut-Indonesia-tanpa FPI (22 Desember 2012)

Rahmat, Basuki, (2010), “Kasus Playboy Indonesia, da­­ri Terbit Hingga Tutup Kontroversial,” dalam tem­­­po.co, URL:http://www.tempo.co.readne­ws­ /20­10/08/27/063274387/Kasus-Playboy-Indo­ nesia-dari-Terbit-Hingga-Tutup-Kontroversial (22 Desember 2012)

- 22 -


� Yongky Gigih Prasisko �

2 Nilai Tanda Pada Sebuah Merk Komoditas di Era Postmodern: Prestis Christian Dior Sebagai Merk Fashion Eksklusif Kebudayaan Postmodern Di era postmodern, komoditas menjadi suatu ba­ ngu­­nan dalam hubungan sosial masyarakat. Kehidu­ pan manusia merupakan kumpulan kode, tanda dan ob­jek yang berada disekelilingnya. Komoditas menjadi ke­pen­tingan yang memediasi hubungan antar manusia. Ni­lai kemanusiaan mengalami komodifikasi yang me­ nye­babkan manusia teralienasi. Mengambil dasar dari pemi­kiran Karl Marx, bahwa kebudayaan manusia telah bergeser dari nilai guna dalam komunisme purba ke nilai tukar dalam masyarakat kapitalisme, Jean Baudrillard menyatakan dalam masyarakat era postmodern nilai tukar telah bergeser menjadi nilai tanda. Konsumerisme masyarakat bukan lagi berdasarkan pada kegunaan suatu barang, bukan juga berdasarkan harga suatu barang

- 23 -


Pesona Dunia Simulacra �

me­lainkan berdasarkan pada nilai prestis dan makna simbolisnya. Telah terjadi perubahan struktur dalam masyarakat. Masyarakat sekarang adalah manusia konsumtif yang mengkonsumsi segala sesuatu yang tidak hanya objek material namun juga objek tanda. Perubahan tersebut dikarenakan perkembangan kapitalisme tingkat lanjut, kemajuan ilmu dan teknologi serta ledakan media dan iklan. Tanda dan kode menjadi suatu bangunan masya­ rakat konsumtif. Dalam masyarakat, media menciptakan ledakan makna yang luar biasa hingga mengalahkan realitas nyata. Inilah saat ketika objek tidak lagi dilihat manfaat atau nilai tukarnya, melainkan makna dan nilai simbolnya. Menurut Baudrillard, kebudayaan postmodern memiliki beberapa ciri yaitu pertama, kebudayaan post­­modern adalah kebudayaan uang. Uang tidak seke­dar sebagai alat tukar tetapi merupakan simbol, tan­da dan motif utama berlangsungnya kebudayaan. Kedua, kebudayaan postmodern lebih mengutamakan penan­da ketimbang petanda, media ketimbang pesan, fik­si ketimbang fakta, sistem tanda ketimbang sistem ob­jek, estetika ketimbang etika. Ketiga, kebudayaan post­modern adalah sebuah dunia simulasi yakni dunia yang terbangun dengan pengaturan tanda, citra dan fakta melalui produksi maupun reproduksi secara tum­­pang tindih dan berjalin kelindan. Keempat, ke­bu­­­dayaan bersifat hiperealita dimana citra dan fak­ - 24 -


� Yongky Gigih Prasisko �

ta bertabrakan dalam satu ruang kesadaran yang sa­ ma sehingga citra dapat mendahului realita/fakta. Ke­li­ma, kebudayaan postmodern ditandai dengan me­le­­daknya budaya massa, budaya populer serta bu­da­­­ya media massa. Dalam konteks seni, estetika seni post­­modern ditandai dengan prinsip-prinsip pastiche (pe­minjaman dan penggunaan berbagai sumber seni ma­sa lalu), parody (distorsi dan permainan makna), kitsch (reproduksi gaya, bentuk dan ikon), serta camp (pengelabuhan identitas dan penopengan). Elemen-elemen penting pembangun kebuda­yaan postmodern yaitu terdiri atas tanda, citra dan objek. Objek di sini diartikan sebagai komoditas yang dipenuhi oleh sistem tanda di dalamnya yang mengkonstruksi nilai atas komoditas tersebut. Nilai komoditas tersebut menjadi meningkat seiring dengan merebaknya tandatanda di dalamnya sehingga terjadilah konsumsi tanda. Christian Dior merupakan merek komoditi fashion mewah yang berpusat di Paris, Perancis. Berdasarkan sejarahnya, Christian Dior adalah seorang desainer terkenal Perancis yang memberikan namanya pada merek fashion yang dia ciptakan. Sebagai desainer fashion, Christian Dior merupakan desainer yang paling berpengaruh pada akhir tahun 1940an - 1950an. Merek yang dia produksi mendominasi dunia fashion setelah perang dunia II. Dia juga mendirikan bisnis model baru dalam industri fashion dengan mendirikan Dior sebagai merek produk global dengan jangkauan pasar yang luas. - 25 -


ďż˝

Pesona Dunia Simulacra ďż˝

Salah satu sistem produk Christian Dior adalah couture house yaitu bisnis mendesain, memproduksi dan menjual produk dengan model fashion berkelas menurut spesifikasi permintaan dari pembeli.Pembeli biasanya meng­gambarkan keinginan bentuk pakaiannya. Desainer kemudian mendesain dengan beberapa model menurut permintaan pembeli. Setelah pembeli menyetujui model desainnya maka barang akan diproduksi. Jadi, produk akan diproduksi berdasarkan permintaan. Sebagai merek fashion bergengsi di Paris, Dior mena­ rik beberapa asisten berbakat. Salah satunya adalah Pierre Cardin. Dia adalah desainer Italia yang menjadi asisten bintang Dior pada akhir 1940an sebelum keluar dan mendirikan bisnisnya sendiri. Asisten lainnya adalah Yves Saint Laurent, desainer muda berbakat yang berasal dari Algeria yang bergabung pada tahun 1955 sebagai lulusan terbaik dari sekolah fashion Chambre Syndicale. Saint Laurent mengembangkan atmosfer feminisme dalam couture house dan berkontribusi dalam memproduksi 35 model pakaian untuk koleksi musim gugur tahun 1957. Prestis produk Christian Dior menjadi tinggi karena tanda-tanda yang berada di dalamnya berperan dalam mengkonstruksi citranya. Tanda dan kode di dalam objek dikonstruksi oleh media. Kehadiran media membuat keadaan silang sengkarut tanda di dalam masyarakat. Industri dengan ini memanfaatkan tanda dan kode tersebut untuk kepentingan ekonomi. Christian Dior - 26 -


� Yongky Gigih Prasisko �

sebagai industri produk merek fashion tenama meman­ faatkan media untuk meningkatkan prestisnya dengan mengasosiasikan produk dengan tanda dan kode. Produk dan Tanda Dalam melihat masyarakat dengan kegiatan kebuda­ yaannya yang dikelilingi dengan silang sengkarut tanda dan kode, teori Jean Baudrillard tentang sistem objek dan sistem tanda digunakan untuk menyingkap makna kebu­ dayaan tersebut. Dengan mengungkap sistem tanda dan makna maka akan terungkap pengaturan tanda dan kode, pengkonstruksian citra dalam produk dan elemen-elemen yang berperan dalam sistem.

Hal yang menjadi perhatian pengamatan Baudrillard adalah praktik konsumsi masyarakat. Baudrillard meli­ hat praktik konsumsi dari sudut pandang semiotika yang berdasar pada semiologi Roland Barthes. Dia juga mengem­­bangkan pemikiran-pemikiran Karl Marx tentang nilai-guna (use-value) dan nilai-tu­kar (exchange-value), society of spectacle Guy Debord, serta kon­sep global village dan medium is message Marshal McLuhan. Me­nurutnya, objek konsumsi dan sistem komunikasi (pe­r­iklanan) adalah suatu proses pembentukan kode signifikasi dalam masyarakat konsumtif. Objek konsumsi dan sis­ tem ko­mu­nikasi merupakan kode signifikasi yang me­ ngontrol objek kon­sumsi dan masyarakat. Terdapat se­ macam praktik yang ter­organisir dari praktik konsumsi sebagai kontrol dari produksi. - 27 -


Pesona Dunia Simulacra �

Dalam proses kode signifikasi, menghasilkan efek pemakaian tanda dalam perilaku atau interaksi sosial. Dalam praktik konsumsi objek menghasilkan ‘orang’, yang artinya konsumen akan mencari tempat dalam tatanan sosial dan membentuk stratifikasi sosial dan menjaga posisi-posisi tersebut secara berlanjut. Dengan kata lain orang dilihat berdasarkan apa yang dia konsumsi. Di sinilah titik letak permulaan penyimpangan logika Marx, tentang nilai tukar dalam mode of production. Baudrillard menjelaskan empat logika dalam praktik konsumsi yang kemudian dia sebut logika empat objek yang terdiri dari: 1. Nilai fungsional, yaitu tentang tujuan instrumental dalam hal penggunaan sebuah objek (dalam bahasa Marx adalah “nilai guna” objek atau komoditas). 2. Nilai tukar, adalah nilai ekonomis dari sebuah objek konsumsi. 3. Nilai tukar simbolis, yaitu nilai yang telah dibangun bersama dalam masyarakat untuk sebuah objek kon­ sumsi dibandingkan dengan objek lain. 4. Pertukaran nilai tanda objek merupakan pertukaran dalam perbandingan dengan objek-objek lain dalam suatu sistem objek. (fisip.uns.ac.id/blogmaulanakurnia/2010/11/01/jean-p-bau­ drillard-masyarakat-konsumsi-dan-mcdonaldisasi/)

Baudrillard dalam penjelasan sistem objek menjelaskan objek yang terdiri atas bentuk dan fungsi. Bentuk dan fungsi - 28 -


� Yongky Gigih Prasisko �

dari objek bekerja sebagai tanda. Hal ini membangkitkan fungsi ideal imajinatif dibalik objek nyata yang terbatas. Ini disebut dengan bentuk allegorical. Baudrillard mencon­ tohkan tail fin dalam model mobil yang tidak berfungsi untuk tujuan praktis tetapi bentuknya membangkitkan imajinasi kecepatan. Pergeseran fungsi objek juga terjadi dari untuk digunakan ke untuk dipunyai. Sistem Objek Praktik konsumsi objek merupakan satu set kate­go­ri linguistik. Objek akan menginstruksikan kebu­tuhan dan kebutuhan akan mempengaruhi struktur objek. Sistem objek merupakan satu set ekspresi. Jadi, sistem objek adalah sistem klasifikasi. Kategori objek menginduksi ka­tegori orang. Kontrol melalui kategori merupakan alat yang baik untuk mengatur sosial. Interaksi kita dengan ba­­rang dikomunikasikan melalui bahasa iklan.Iklan me­ru­pakan proses kode signifikasi pada objek. Bahasa iklan disampaikan melalui papan iklan, poster atau televisi. Iklan bekerja melalui bahasa metafora. Rokok di­ aso­siasikan dengan musim semi. Mobil diasosiasikan dengan lingkungan yang terjal dan wanita cantik. Objek men­definisikan posisi sosial orang. Dahulu posisi sosial sese­orang diukur berdasarkan kekuatan, kekuasaan dan tang­gung jawab tetapi sekarang ukurannya pada barang yang dikonsumsi. Iklan menghasilkan personalisasi yang mem­bedakan tanda satu dengan yang lainnya bahkan mengatur hubungannya seperti hubungan hirarki. Con­ - 29 -


Pesona Dunia Simulacra �

tohnya, Baudrillard membedakan iklan berdasarkan seks. Iklan untuk laki-laki, memuji sosok laki-laki jika bertemu dengan tantangan melalui pilihan-pilihan produk yang dita­warkan. Iklan untuk perempuan menekankan pada kese­nangan diri dan narsistik. Wanita memuaskan dirinya hanya untuk memperlancar pintu masuk ke dunia lakilaki dari pilihan produk. Mereka meng­konsumsi diri­nya sendiri dalam kesenangan diri, mengkonkritkan diri, menjadi objek diantara objek yang ditawarkan un­tuk pilihan laki-laki yang berarti untuk memuji kejan­tanan laki-laki. Kepuasan konsumen didasarkan kepada peng­ objektifikasian diri pada tanda melalui praktik konsumsi produk sehingga konsumen berada dalam sistem yang telah terorganisir. Setiap fragmentasi objek iklan menye­ diakan berbagai konstruksi tanda yang berbeda. Nilai komoditi diorganisir berdasarkan pada hubungan tanda satu dengan tanda yang lain. Sistem sudah mengatur hubungan perbedaan tanda pada setiap produk dan hubungan antar tanda, jadi ketika terjadi proses objektifikasi dari konsumen ke tanda objek maka konsumen tersebut telah diatur dalam kode signifikasi. Sistem Tanda pada Produk Christian Dior Dalam produk Christian Dior ada dua elemen yang menjadi kode signifikasinya yaitu sistem objek dan sistem tanda. Ada bentuk dan fungsi dalam sistem objek sedangkan pada sistem tanda terdapat sistem komunikasi. Kedua - 30 -


� Yongky Gigih Prasisko �

elemen ini membentuk kode signifikasi pada produkproduk Christian Dior. Pada sistem komunikasi, dalam media terdapat beberapa orang-orang kelas atas yang menggunakan produk Christian Dior untuk tampil di depan publik. “Eva Peron, As she grew into her new position as the wife of the president, she also developed a high society style with the help of Paris designers and couturiers including Christian Dior. (http:// www.imobsessedwiththis.com/2012/06/27/ evit a-eva-perons-fashion-legacy/ ) Eva Peron adalah istri presiden Argentina, Juan Peron (1946, 1951 dan 1973).

Melihat posisi Eva Peron seba­gai ibu negara, dia ter­ masuk dalam kelas sosial atas dan didukung dengan merek kelas atas yang dia pakai. Barang yang dikonsumsi juga turut menentukan posisi sosial seseorang. Eva Peron menggunakan Christian Dior yang turut mendukung status sosialnya sebagai orang kelas atas. Dalam sistem komunikasi, media menggunakan bahasa metafora yang berarti membandingkan produk dengan kiasan-kiasan. Secara metafora Christian Dior berasosiasi dengan Eva Peron yang membentuk makna objek dengan prestis yang tinggi. Bahasa metafora juga sebagai proses pengkons­ truksian tanda pada objek. Misalnya, objek diasosiasikan dengan musim yang kemudian diatur hubungan antar musim-musimnya sehingga terjadi apa yang disebut - 31 -


Pesona Dunia Simulacra �

dengan objektifikasi pemuasan diri. Koleksi Christian Dior dikategorikan berdasarkan musim seperti Fashion Week Handbags:Dior Fall 2012 dan Fashion Week (Handbags:Dior Spring 2012.) “Think about what the style vision of this brand has changed in your life. Elegance at its highest form matched with effortless chic proved to be the secret recipe for ultimate success. Bill Gaytten is ready to unleash his adventurous side preserving some of the delicacy of the Dior tradition. For the upcoming cold season we have a selection of iconic Dior hand­bags and shoulder bags with classy chain handles in faux fur and bold and bright colors.” (http://www.fashionstyle becomegorgeous. com/handbags/christian_dior_fall­w in­ ter_2012_bags-7406.html ) Christian Dior dibahasakan dengan perbandingan musim dingin dengan tanda-tanda seperti elegance, style vision of this brand has changed in your life, the secret recipe for ultimate success. Bahasa komunikasi iklan ini berperan dalam proses objektifikasi konsumen ke tanda. Pemuasan diri konsumen melalui praktik konsumsi adalah dengan pemakaian tanda yang mendefinisikan dirinya. Dengan memakai produk Christian Dior Handbag Spring konsumen mengobjektifikasikan dirinya ke dalam tanda orang elegan dengan kesuksesan tinggi. Dari proses tersebut maka tas Christian Dior

- 32 -


� Yongky Gigih Prasisko �

yang dia gunakan mendefinisikan karakteristik diri­­nya serta memuaskan diri atas tanda yang didapatkan. Sistem Objek pada Produk Christian Dior Sistem objek terdiri atas dua elemen yaitu bentuk dan fungsi. Bentuk merupakan keadaan fisik suatu objek sedangkan fungsi merupakan kegunaan dari objek. Dewasa ini masyaraat cenderung lebih memilih bentuk dan kemasan yang menarik daripada fungsi produknya. Bentuk dibuat sedemikian rupa untuk membangkitkan imajinasi konsumen atas barang yang sebenarnya bentuk tersebut tidak memiliki tujuan praktis. Auth Christian Dior Pony Hair & Suede Saddle Messenger Bag Christian Dior Price: $1,100.00 USD This is an authentic CHRISTIAN DIOR PONY HAIR & SUEDE SADDssLE LARGE MESSENGER BAG This is a fabulous large messenger saddle style bag that is finely crafted of high quality suede leather and pony hair. The bag features a tan suede leather shoulder adjustable strap and ... swapshop (http:// www.malleries.com/christian-dior-c-2495-s-0.html) Deskripsi tas Christian Dior di atas adalah tas yang ber­ ben­tuk sadel kuda dengan hiasan tenunan mirip kulit dan rambut kuda. Jika dilihat dari fungsi, tas tersebut berfungsi sebagai tempat untuk membawa barang. Bentuknya yang seperti sadel kuda berfungsi untuk membangkitkan - 33 -


Pesona Dunia Simulacra �

imajinasi para konsumen tentang bayangan sosok kuda. Tenunan yang mirip rambut kuda juga menimbulkan sensasi sedang menyentuh kuda secara langsung. Semua bahan yang di­gu­nakan bukan berasal dari kuda asli tetapi hanya tiruan. Bentuk tas tersebut menurut Baudrillard dise­but bentuk allegorical yaitu bentuk yang merupakan repre­sentasi sesuatu, mempunyai karakteristik yang hampir sama tetapi tidak memiliki tujuan praktis seperti yang asli. Tas tersebut berbentuk sadel kuda dengan balutan rambut dan kulit yang mirip kuda yang sebenarnya tidak memiliki tujuan praktis dari bentuknya tersebut. Imajinasi kuda telah melampaui fungsi terbatas tas yang hanya sebagai tempat membawa barang. Produk Christian Dior khususnya tas wanita memi­ lih allegori hewan untuk membentuk produk sedemi­ kian rupa. Hiasan-hiasan juga berpengaruh dalam pembentukan imajinasi atas produk, seperti contoh produk tas Christian Dior di bawah ini. Authentic Christian Dior Gambler Dice Boston Bag Christian Dior Price: $799.00 USD Authentic Christian Dior Gambler Dice Boston Bag and Made in Italy. Your Dior bag will arrive to you with signature dust bag. Includes:-Dior Dustbag Specifics:Leopard Pony Hair-Red Velvet-Patent Leather-Gold Tone Hardware Swarovski Detailing-Double Zippered - 34 -


ďż˝ Yongky Gigih Prasisko ďż˝

Closure-Interior Zippered Pocket Other: -Made in ItalyDatecode: 05-MA-0094 Condition:Gently used and remains in excellent c ondition. Somesoils Lu xury Mart (http://www.malleries.com/christian-dior-c-2495-s-0. html) Authentic Christian Dior Gambler Dice Boston Bag memi­ liki motif kulit Leopard dan aksesoris dadu. Hewan Leopard memiliki karakteristik antara lain buas, cepat, kuat, pemangsa yang menakutkan. Leopard termasuk hewan yang dilindungi tetapi banyak pemburu yang mengincarnya untuk dijadikan komoditi karena kulitnya memiliki harga yang tinggi. Produk tas Christian Dior ini memilikki tiruan kulit Leopard. Kulit Leopard yang bernilai tinggi dan sulit dicari dibuat tiruannya untuk mendapatkan sensasi memiliki kulit Leopard yang langka. Sensasi buas, liar dan menakutkan dikombinasikan dengan karakteristik wanita yang anggun, lembut dan cantik. Kombinasi ini akan menghasilkan efek imajinasi yang kompleks yaitu sosok yang berjalan lemah gemulai namun buas, liar dan menakutkan jika dalam kondisi lapar atau diganggu. Aksesoris dadu yang identik dengan penjudi dikombinasikan dengan sifat wanita. Imajinasi yang terbangun bisa berupa wanita yang berani bertaruh dan berani mengambil resiko dalam memilih jalan hidupnya dan bertanggung jawab atas pilihannya tersebut. Motif kulit Leopard dan aksesoris tidak memiliki tujuan praktis barang tetapi elemen-elemen tersebut digunakan untuk membentuk imajinasi atas - 35 -


Pesona Dunia Simulacra �

barang tersebut sehingga nilai akumulasi produk tas wanita Christian Dior tersebut menjadi meningkat. Politik Ruang:Produk Christian Dior dalam Mall dan Department Store Mall dan Department Store merupakan tempat pusat perbelanjaan yang menimbulkan hasrat masyarakat untuk berbelanja di sana.Di tempat inilah pusat konsumsi sebagai total organisasi kegiatan sehari-hari, sebagai homogenisasi total. Mall menyediakan barang untuk konsumen dengan mudah didapatkan. Orang-orang diarahkan tidak lagi membeli barang yang dibutuhkan melainkan juga sebagai pertukaran tanda, simbol dan kode. Mall mempersempit jarak ruang dan waktu dengan menyediakan produk-produk impor dan ekspor. Produk Christian Dior dijual di mall dan Department Store ternama. Mall yang memiliki nilai tanda lebih tinggi daripada pasar tradisional dapat juga mendongkrak nilai pro­duk yang dijual di sana. “Dior accessories are available at boutiques and fine department stores, including Berg­ dorf Goodman, Bloomingdale’s, Neiman Marcus, Saks Fifth Avenue and others.” (http://accessories.abo­ut. com/­o d/fashiondesigners/p/christian-dior.htm). Nama-nama Department Store tersebut me­r u­pakan pusat perbelanjaan besar dan mewah yang terletak di beberapa negara bagian Amerika. Bergdorf Goodman merupakan Department Store mewah yang berlokasi di Fifth Avenue in Midtown Manhattan in New York City. Begitu juga dengan Neiman Marcus yang merupakan - 36 -


� Yongky Gigih Prasisko �

toko fashion mewah yang berpusat di Daallas Texas dengan cabang-cabangnya yang menyebar di beberapa negara bagian di Amerika Serikat. Serupa dengan, Neiman Marcus, Saks Fifth Avenue adalah juga toko mewah yang berpusat di New York. Pusat perbelanjaan yang mewah juga turut mendukung nilai-nilai produk yang dijual. Di sinilah pusat pertukaran kode, tanda dan simbol yang luar biasa. Pertukaran ruang dan waktu yang cepat, barang dari Perancis, Christian Dior, bisa dengan mudah didapat di mall-mall mewah di Amerika Serikat. Jarak ruang antara Perancis dan Amerika Serikat yang lintas benua, seakan hanya sejarak uluran tangan. Dengan percepatan ruang ini hasrat untuk membeli barang semakin meningkat karena untuk membeli barang Christian Dior orang tidak harus pergi ke Perancis. Elemen pendukung daya konsumsi masyarakat yang tersedia di mall yaitu kartu kredit. Konsumen semakin dimudahkan untuk membeli barang-barang dengan kredit. “Stop in for a complimentary champagne makeover with one of our beauty specialists, and let our personal shoppers coordinate your look from head to toe. Neiman Marcus now accept Visa and Mastercard.” (http:// www.mallatmillenia.com/directory/neiman-marcus). Visa dan Mastercard merupakan nama-nama kartu kredit yang dapat memudahkan konsumen untuk membeli barang secara kredit di Neiman Marcus. Semakin mudah mendapatkan barang meningkatkan hasrat masyarakat untuk mengkonsumsi. - 37 -


Pesona Dunia Simulacra �

Satu lagi mall ternama di Dubai, Arab Saudi yang menjual produk Christian Dior yaitu Burjuman Center Dubai. Berbagai barang mewah dan merk fashion ternama tersedia di mall tersebut. “Some of the leading designer brands on the offer at Burjuman Mall are, Christian Dior, Louis Vitton, Emanel Ungaro, Valentino, Christian Lacroiz, Loewe, Cartier, Burberry, Alfred Dunhill, Bossini, Calvin Klein, Dune, Chanel, Donna Karan, Lacoste, Banana Republic, and more. Bur­ juman Centre is certainly, the place to visit if you are looking for all major exclusive brands in one place. The best period to visit the mall is in January/February during the month-long Dubai Shopping Festival, or during the Dubai Summer Surprises Festival held during June to August.” (http://www.guide2dubai.com/shopping/ burjuman-center.asp) Pandangan Baudrillard tentang postrukturalisme tanda, dapat digunakan membaca makna dari data ter­ sebut. Makna tanda didapat dari relasinya dengan tan­ da-tanda yang lain. Jadi makna tanda bisa berubah seiring dengan perubahan relasi dengan tanda yang lain. Christian Dior yang tersedia di Burjuman Center Dubai disandingkan dengan merk-merk fashion ternama lainnya seperti Louis Vitton, Emanel Ungaro, Valentino, Christian Lacroiz, Loewe, Cartier, Burberry, Alfred Dunhill, Bossini, Calvin Klein, Dune, Chanel, Donna - 38 -


� Yongky Gigih Prasisko �

Karan, Lacoste, Banana Republic. Menurut data tersebut merk-merk tersebut dikategorikan leading desaigner brands. Nilai Christian Dior yang memiliki prestis yang tinggi juga didukung dengan produk-produk yang disandingkan dengannya. Kesimpulan Dengan hadirnya media dalam sistem kapitalisme, struktur masyarakat yang dulunya ditentukan oleh budaya, lalu ditentukan oleh ekonomi, sekarang diten­ tukan oleh tanda. Produksi yang terorganisir telah merambah kepada konsumsi. Praktik konsumtif meru­ pakan praktik keseharian yang telah diatur sedemikian rupa agar hasrat untuk mengkonsumsi terus ada. Di­ tam­­bah dengan hadirnya media yang menjadi potensi da­­lam pengkonstruksian tanda dan kode, maka terjadi per­­geseran dalam kehidupan sosial di masyarakat dari nilai tukar ke nilai tanda. Christian Dior merupakan produk dari Paris, Pe­ ran­cis yang memiliki prestis tinggi. Terdapat sistem ob­ jek dan sistem tanda yang turut mengkonstruksi nilai pro­duk tersebut. Barang fashion mewah ini berasosiasi dengan tanda untuk membentuk maknanya. Media berperan dalam memproduksi tanda dan kode pada produk tersebut. Dalam melihat kebudayaan masyarakat, Baudrillard mengamati praktik konsumsi. Sekarang manusia dilihat berdasarkan apa yang dia konsumsi. Praktik - 39 -


Pesona Dunia Simulacra �

konsumsi merupakan organisasi yang diatur sebagai perpanjangan tangan dari produksi. Dalam suatu komo­ diti terdapat sistem tanda dan sistem objek yang bekerja di dalamnya. Sistem-sistem tersebut membentuk kode signifikasi pada komoditi. Sistem tanda pada produk Christian Dior terdapat pada sistem komunikasi yang bekerja. Melalui media, nilai produk ini dikonstruksi salah satunya dengan menampilkan Evita Peron yang menggunakan produk Christian Dior untuk tampil di depan publik. Komunikasi melalui iklan dibahasakan dalam bentuk metafora yang mengasosiasikan produk dengan musim dingin, musim semi atau musim panas. Ada juga sistem objek yang turut mengkonstruksi nilai objek. Produk tas Christian Dior mempunyai fungsi sebagai pembawa barang. Bentuk barangnya dibuat sede­ mikian rupa untuk membangkitkan imajinasi kon­sumen yang sebenarnya tidak memiliki tujuan praktis. Bentuk produk tas Christian Dior yang seperti sadel dengan rambut kuda, tas berkulit leopard dengan dadu adalah elemen-elemen bentuk produk yang tidak memiliki tujuan praktis. Tempat penjualan juga turut mendukung nilai produk. Christian Dior tersedia di mall dan Depart­ment Store ternama seperti Bergdorf Goodman, Blooming­ dale’s, Neiman Marcus dan Saks Fifth Avenue. Christian Dior juga disandingkan dengan produk-produk ternama seperti Calvin Klein, Louis Vitton dan Emanel Ungaro - 40 -


ďż˝ Yongky Gigih Prasisko ďż˝

di Burjuman Center Dubai. Nilai Christian Dior yang memiliki prestis yang tinggi juga didukung dengan produk-produk yang disandingkan dengannya. Daftar Pustaka Eure. 2010. Baudrillard, Object-Values, and Fetishism. dalam http://eure10media wordpress.com/2010/11/07/ baudrillard-01/ (akses Januari 2013) Hidayat, Medhy Aginta. 2008. Kebudayaan Posmodern Menurut Jean Baudrillard .dalam http://fordiletante wordpress.com/2008/04/15/kebudayaanpostmodern-menurut-jean-baudrillard/ (akses Januari 2013) Maulanakurnia.2010.JeanP. Baudrillard masyarakat konsumsi dan mcdonaldisasi. dalam http://fisip. uns.ac.id/blog/maulanakurnia/2010/11/01/ jean-p-baudrillard-masyarakat-kon sumsi-dan -mcdonaldisasi/ (akses Januari 2013) Shapiro, Alan N. 2010. Jean Baudrillard and Consumer Objects dalam www.alan-shapiro.com/jean-baudrillard-andconsumer-objects/ (akses Januari 2013) Burjuman Center Dubai. dalam http://www.guide2dubai. com/shopping/burjuman-center.asp (akses Januari 2013) Christian Dior Fall/Winter 2012 Bags dalam http://www. fashion-style.becomegorgeous.com/handbags/ christian_dior_fall winter_2012_bags-7406.html (akses Januari 2013) - 41 -


ďż˝

Pesona Dunia Simulacra ďż˝

Christian Dior Fashion Designer (1905-1957) dalam http://designmuseum.org/design/christian-dior (akses Januari 2013) Evita Eva Peronsfashion legacy dalam http://www. imobsessedwiththis.com/2012/06/27/evita-evaperons-fashion-legacy/ (akses Januari 2013) Jean Baudrillard: The System of Objects. dalam http:// www.icosilune.com/2008/08/jean-baudrillard-thesystem-of-objects/ (akses Januari 2013) Jean Baudrillard. dalam http://angelasancartier.net/jeanbaudrillard (akses Januari 2013) Most trusted source for authentic luxury New arrivals daily! dalam http://www.malleries.com/christian-diorc-2495-s-0.html (akses Januari 2013) Neiman Marcus dalam http://www.mallatmillenia.com/ directory/neiman-marcus (akses Januari 2013) Notes on Jean Baudrillard, The Consumer society (1970) dalam http: // marginal-utility.blogspot .com / 2 0 0 5 / 0 5 /notes -on -jean-baudrillardconsumer.html (akses Januari 2013) Semiotics. dalam http://omni.bus.ed.ac.uk/opsman quality/SEM_black_run _6.htm (akses Januari 2013)

- 42 -


� Yongky Gigih Prasisko �

3 Rokok, Alkohol dan Cinta: Tiga Perbincangan Menuju “Surga” (Pemaknaan Audiens Film Constantine dalam Ranah Fiksi Penggemar)** Media Tradisional Menuju Media Baru Media memiliki dualitas bentuk yaitu sebagai ins­ ti­tusi bisnis dan agen penyalur informasi. Sebagai institusi bisnis, media tidak bisa lepas dari pihak-pihak pemberi dana serta mempunyai kecenderungan un­tuk meraup keuntungan. Media membutuhkan sum­­bersumber dana seperti investor maupun peng­iklan untuk membiayai kegiatan operasionalnya. Hal tersebut turut mempengaruhi kegiatan produksi kon­ten, distribusi sampai pada konsumsi masyarakat. Penga­ruhnya dapat

** Tulisan ini dimuat dalam Jurnal Poetika Vulume 1 Nomor 1, Juli 2013, Program Studi S2 Ilmu Sastra Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada. - 43 -


ďż˝

Pesona Dunia Simulacra ďż˝

berbentuk kecenderungan konten berita pada pihakpihak tertentu atau penyaluran kepentingan tertentu seperti kampanye dan pencitraan, bahkan dalam me­ dia koran atau televisi, iklan banyak mengambil porsi tayangan.Dengan demikian konten dalam media dipandang tidak bersifat netral. Bentuk kedua, sebagai penyalur informasi kepada publik, media memberikan ruang bagi masyarakat untuk berinteraksi dengan negara atau­pun antar individu dan kelompok sosial.Namun, interaksi ini masih bersifat kanonik, hanya individu dan kelompok tertentu saja yang memiliki akses pada media. Muncul kemudian media baru, lebih demokratis kare­na akses lebih mudah serta menyebar di seluruh dunia, media ini bernama internet.Internet memberikan ruang bebas bagi publik dalam memproduksi berita dan informasi. Situs-situs banyak disediakan di dalam internet, yang dapat diguunakan sebagai ruang audiens untuk secara aktif terlibat dan berpartisipasi mempublikasikan opini, kritik atau karya kreatif. Hal ini turut merubah sudut pandang bahwa audiens bukanlah objek pasif namun agen yang aktif dalam memaknai konten media, memproduksi dan menggunakan media tersebut. Konsep audiens aktif dapat dijelaskan melalui konsep uses and gratification oleh Severin & Tankard, 1997, yaitu bukan apa yang dilakukan media untuk publik tetapi apa yang publik lakukan dengan media. Audiens bukanlah massa yang homogen namun cenderung plural dengan berbagai macam interpretasi dan respon. - 44 -


� Yongky Gigih Prasisko �

Melalui internet, audiens mempunyai otoritas untuk menggunakan media website demi kepentingankepentingan mereka. Dalam hal ini, mereka mempunyai kesempatan untuk mengubah sistem hubungan media dan audiens yang narrowcast, trasmitif dan berjalan satu arah menjadi sistem broadcast, dialektis dan bersifat tim­bal balik. Sebagai contoh, dalam Hesmondhalgh (2010), fenomena user content generated di internet men­jelaskan bagaimana khalayak memproduksi kon­ ten media dan sekaligus mendistribusikan serta menjadi konsumen dari konten tersebut. Kebutuhan audiens akan sebuah pemaknaan kembali terhadap konten media, telah terakomodasi dengan hadirnya internet, yang juga berarti bahwa makna tidak hanya ter­dapat pada proses produksi melainkan dapat mun­­cul ketika dalam proses konsumsi. Fiksi Penggemar Fanfiction atau disebut juga fiksi penggemar meru­­ pakan suatu upaya audiens untuk memaknai atau meng­­interpretasi konten media, antara lain film, novel, komik, game maupun program televisi. Au­ diens atau fans diberi kebebasan dan otoritas untuk me­mak­nai ulang karya kreatif yang telah dipu­bli­ka­si­ kan oleh si penulis cerita melalui produksi cerita baru mengenai tokoh dan seting dalam karya kreatif ter­ sebut atau penggabungan elemen karya satu dengan yang lain. Karya fans tersebut tidak memiliki hak cipta, hanya mendapatkan kesempatan untuk mem­­ - 45 -


Pesona Dunia Simulacra �

publikasikan ceritanya pada media online, melalui situs www.fanfiction.net. Dalam situs tersebut, karya mereka a­kan dibaca oleh fans-fans lain maupun publik yang ke­ mu­­dian dapat memungkinkan munculnya cerita-cerita baru. Di sini pemaknaan ulang akan sebuah karya kreatif akan berlangsung terus menerus dan memunculkan kekayaan makna dengan berbagai macam interpretasi dari audiens. Objek kajian fanfiction dalam penelitian ini fokus kepada salah satu film Hollywood berjudul Constantine (2005), di dalamnya, terdapat perbincangan mengenai religiusitas seseorang seperti doa, Tuhan, malaikat, setan, neraka dan surga. Elemen-elemen tersebut memungkinkan untuk memicu berbagai macam interpretasi dari penikmat film Constantine. Otoritas penafsiran ajaran religi masih kuat dipegang oleh para pemuka agama beserta dengan ahli tafsir kitab suci, yang mengakibatkan makna bersifat kanonik, ada legitimasi untuk para produser makna yang diberikan hak untuk memberikan sebuah kebenaran. Tokoh utama, John Constantine, memiliki pemaknaan tersendiri terhadap religiusitasnya. Berbeda dengan kebanyakan orang, yaitu mereka yang menapaki jalan menuju surga dengan menempuhnya melalui praktik-praktik ibadah sebagai investasi akses ke surga, John Constantine menempuh jalan menuju surga bukan dengan cara praktik ibadah, namun melalui tindakan pengusiran setan, pengorbanan dan cinta. Dia mengaku bukan orang yang religius, dia sangat dekat dengan rokok dan alkohol, produk konsumsinya sehari- 46 -


ďż˝ Yongky Gigih Prasisko ďż˝

hari. Pemaknaan akan religiusitas menjadi lebih kaya ketika audiens, atau fans film Constantine, diberi kesempatan untuk menginterpretasi elemen-elemen dari sebuah keyakinan. Dengan masih menggunakan karakter dan seting film tersebut, audiens atau fans mengkonstruksi plot cerita baru yang merupakan refleksi dari pemaknaan dan interpretasi baru. Pemaknaan religiusitas menjadi penting ketika usahausaha untuk mendobrak makna dominan terakomodasi melalui media internet, sehingga makna kanonik menjadi lebih pural. Sinopsis Film Constantine Dipublikasikan pada tahun 2005, film Constantine ber­ce­rita tentang kehidupan sang tokoh utama, John Constantine, yang mempunyai kemampuan melihat halhal gaib. Dia mengalami konflik dengan malaikat, setan dan aturan-aturan keseimbangan.Film bermula ketika John Constantine dipanggil oleh salah satu keluarga untuk melakukan pengusiran setan yang berdiam dalam diri seorang gadis. Dia berhasil mengeluarkan setan dari dalam tubuh gadis tersebut dan mengirim setan kembali ke tempat asalnya, neraka. Dari sini, tokoh John Constantine, diperkenalkan sebagai seorang perokok berat, penderita kanker dan seorang cenayang yang mampu melawan kekuatan setan. Pekerjaannya ber­ tujuan menjaga aturan keseimbangan antara makhluk gaib dan manusia. Aturan tersebut menjelaskan bahwa baik setan maupun malaikat tidak boleh melakukan kontak langsung dengan manusia, hubungan mereka - 47 -


ďż˝

Pesona Dunia Simulacra ďż˝

dengan manusia hanyalah berbentuk pengaruh. Ketika ada salah satu pihak melanggar aturan keseimbangan, setan ataupun malaikat, maka dia berkewajiban mengi­ rim mereka kembali ke alamnya. Plot berlanjut dengan misteri terbunuhnya adik Angela Dodson, seorang detektif wanita. Dia meyakini bahwa kematian adiknya, Isabel Dodson, bukan disebabkan karena keinginannya untuk bunuh diri, karena adiknya adalah seorang religius yang taat. Angela meyakini ada pengaruh kekuatan diluar diri Isabel, ada makhluk gaib merasuki dirinya untuk kemudian mendorongnya melakukan tindakan bunuh diri. Ternyata, adiknya juga memiliki kemampuan melihat hal-hal gaib, dan hal itu menyebabkan dirinya stres dan dirawat di rumah sakit sebelum akhirnya bunuh diri. Angela kemudian bertemu dengan Constantine, berharap dia bisa membantu mengungkap misteri kematian Isabel. John Constantine bersedia membantu Angela dan menjelaskan bahwa ada pertarungan antara malaikat dan setan dengan nyawa seluruh umat manusia sebagai taruhannya. Hal ini dibuktikan ketika Mammon, anak Lucifer, berusaha untuk mendirikan kerajaannya di dunia. Untuk itu, Mammon membutuhkan bantuan Tuhan, melalui seorang yang memiliki psikis kuat, juga memiliki kemampuan melihat hal-hal gaib serta religius. Orang tersebut tak lain adalah Angela. Untuk memuluskan rencananya, iblis bernama Balthazar, membunuh teman-teman Constantine yang - 48 -


� Yongky Gigih Prasisko �

berusaha untuk membantunya dalam meng­ungkapkan rencana lahirnya Mammon. Constantine kemudian membunuh Balthazar namun Angela berhasil diculik. Ternyata, rencana ini berasal dari malaikat, Gabriel, dia menginginkan Mammon lahir ke dunia dengan alasan dia menyayangkan sikap pilih kasih Tuhan yang lebih memilih mengasihi manusia, Gabriel percaya bahwa dengan membawa alam neraka ke dunia akan menjadikan manusia sadar akan kecintaan Tuhan melalui pertobatan dan kepercayaan yang sebenarbenarnnya. Namun, akhirnya rencana tersebut gagal, Constantine memanggil Lucifer dengan mengorbankan dirinya demi Angela, dia mencoba bunuh diri, sehingga Lucifer datang hendak mencabut nyawanya.Constantine menceritakan rencana Gabriel kepada Lucifer, Lucifer tidak ingin aturan keseimbangan dilanggar, dan kemudian dia membawa anaknya, Mammon, kembali ke neraka. Karena pengorbanannya, Constantine dalam keadaan sekarat, jiwanya akan masuk ke surga, namun Lucifer meng­hidupkannya kembali dengan alasan, dia tidak ingin Constantine masuk surga, sudah merupakan keinginan Lucifer untuk membawa Constantine ke neraka dengan tangannya sendiri. Rokok, Alkohol dan Cinta: Tiga Perbincangan Menuju Surga Memaknai pelarian, sama halnya ketika berbicara ten­ tang kebebasan, perjuangan menuju sebuah dunia oto­ nom ketika diri dimiliki secara penuh. Ketika orang - 49 -


Pesona Dunia Simulacra �

meng­alokasikan dirinya kepada tatanan simbolik untuk ber­produksi, serta keberjarakan antara tubuh dan jiwa yang semakin senjang, maka akan muncul usaha-usaha untuk keluar menuju subjek otonom. Menjalani hi­dup sehari-hari secara statis, berulang-ulang dengan pola yang seragam adalah demi mencapai satu tujuan, melalui disiplin dengan tingkatan tahap kerja, yaitu ke­ ba­hagiaan. Namun, melihat fenomena tersebut, keba­ hagiaan dimaknai sebagai nilai ideal yang dapat dicapai me­lalui instrumen kapital materi. Perihal sebuah pelarian, adalah merupakan usa­ha untuk mencapai kebahagiaan, entah sementara ataupun selamanya. Ruang-ruang itu terse­dia bagi para pencari kebahagiaan duniawi, di sudut-sudut kota, ketika hari sudah beranjak pe­tang maka kehidupan mereka telah dimulai. Mereka bahagia, barangkali hal itu yang mereka rasakan ataukah hanya kesenangan semata nan sementara, hal inilah yang mungkin mereka lupakan. Kesenangan malam ini hanya untuk sembuhkan diri, dan esoknya berlanjut kembali pada tatanan hidup statis. Cerita mulai dirajut kembali, menjadi sebuah motif dan corak kehidupan, dan setelahnya diretas untuk diurai satu persatu kemudian dihamburkan ke udara setinggi-tingginya. Perbincangan tentang rokok, bukan hanya perso­alan tentang kesehatan namun juga dimensi lain seper­­ti gaya hidup, dengan wacana nilai rokok yang te­lah melegalkan praktik merokok beserta produksi dan distribusinya. - 50 -


� Yongky Gigih Prasisko �

Gaya hidup yang dimaknai dalam mikro politik, adalah tindakan dan perilaku individu mau­pun kelompok yang merupakan refleksi dari cara mereka hidup dan berinteraksi antar sesama. Produk bisa jadi menjadi sebuah objek pelarian, dengan industri sebagai subjek, penyedia, untuk mengarahkan orang-orang kepada sebuah tujuan yaitu konsumsi. Begitu juga dengan minuman beralkohol, ketika ru­ ang-ruang transaksi memberikan akses mudah, ser­ta ter­sedia banyaknya tempat-tempat hiburan seperti bar atau klub malam, maka wacana akan bekerja melaluinya. Di bar, misalnya, minum minuman keras merupakan sesu­ atu yang lazim, malah jika tidak sampai mabuk dianggap sebagai hal yang tabu. Meminum alkohol dan mabuk menjadi sebuah keharusan supaya dapat diterima oleh komunitas dalam ruang-ruang tersebut. Keberlangsungan kehidupan malam, memberikan satu unsur yang barangkali jarang sekali hadir yaitu cinta. Interaksi antar individu di dalamnya hanya digerakkan oleh motif uang, hasrat dan nafsu. Laki-laki dan wanita saling bertemu, berkenalan dan berakhir di ranjang belakang. Namun, hal tersebut tidak menutup kemungkinan akan hadirnya penyelamat yang mem­ bimbing kepada sebuah kebebasan, kebermaknaan hidup dan menuntun ke arah kebahagiaan yang sesungguhnya bukan sekedar kesenangan belaka.

- 51 -


Pesona Dunia Simulacra �

Memaknai Film Constantine dalam Ranah Fiksi Penggemar Film Constantine turut memperbincangkan perihal rokok, alkohol dan cinta yang secara khusus ditampilkan melalui tokoh John Constantine. Dia adalah seorang perokok berat, yang karenanya mengalami gangguan, kanker, pada paru-parunya. Dia sekaligus juga peminum alkohol, di tempat tinggalnya tersimpan beberapa botol minuman keras. Perihal rokok diperbincangkan dalam adegan ketika Constantine memeriksakan kesehatannya pada dokter, dokter memperingatinya untuk berhenti merokok karena penyakit paru-parunya semakin parah. Dia menolak untuk berhenti merokok dan akan meneruskan kebiasaannya selagi dia masih hidup karena hidupnya telah dikutuk. Cerita kemudian dielaborasi oleh penulis Fanfiction bernama akun Traveling Through Time, tulisan fiksinya berjudul Smoke, Drink And Learn To Love.Dengan masih mempertahankan kebiasaan dan keras kepalanya, Cons­tantine kemudian pergi ke bar, menikmati minu­ man keras dan bertemu dengan seorang wanita bernama Ellie. Cerita pertemuan ini kemudian dia lanjutkan dan maknai sendiri, seperti yang tertera pada kutipan di bawah ini. “I’m Ellie.” she grins. “Constantine.” he replies with little expression. “I know.” she states. “I’ve heard a lot about you.” “You want something?” there he goes being rude again.” - 52 -


� Yongky Gigih Prasisko �

“Not me, but you look like someone who could use a drinking partner.” She taps her fingers on the hood and turns to look at him. He merely lifts a brow and she already knows what he’s wanting to ask. “Let’s go for a ride.” she suggests (Traveling Thro­ ugh Time: 2008) Tulisan tersebut merupakan bukti bahwa melalui media website, khususnya www.fanfiction.net, audiens mampu memproduksi cerita sendiri yang tidak terlepas dari cerita film Constantine. Tidak hanya itu, audiens mempunyai otoritas untuk memaknai film tersebut dengan masih menggunakan tokoh-tokoh dalam film. Selain perubahan plot, peru­ bahan perwatakan tokoh memungkinkan untuk terjadi yang kemudian dimaknai kembali dengan menambahkan karakteristik tokoh melalui produksi cerita fiksinya. Ketika John Constantine sedang menikmati rokok dan minuman beralkohol di Midnite Bar, dia bertemu dengan Ellie, pembawa kebebasan bagi suntuknya kehidupan John. Ellie mengajak John keluar untuk mencari kebebasan, berkendara dengan mobil menikmati indahnya malam. Selama ini, pelarian kehidupan John adalah rokok dan alkohol, kemudian seorang fanfic, Traveling Through Time, memberikan pemaknaan sebuah pela­rian baru yaitu wanita. Dengan hadirnya El­lie, John merasakan kebebasan hidup yang ti­dak dialaminya selama ini. Tokoh Ellie ditambahkan untuk memaknai - 53 -


Pesona Dunia Simulacra �

kebebasan John melalui cerita pertemuannya dengan seorang wanita pembawa kebebasan. “The car begins to move and work its way onto the streets. Before he knows it, it’s way past midnight and they’re still driving with the top down. The wind makes her hair move like something he’s never seen before. He doesn’t know her well, except what little he’s heard from Midnite, and she’s far more mysterious than he’s comfortable with. But there’s something in her that makes him feel alive, like he wants to live for the good of life for once and he doesn’t quite know what it is about her that makes him feel that way. Wherever they’re going, he doesn’t care just as long as he has the mysterious brunette by his side. He thinks he’ll give her the chance to prove different from the other whores. Maybe in this one, he’ll find something worthhiswhile.” (Traveling Through Time: 2008) Cerita Traveling Through Time tentang pertemuan John dengan Ellie, memberikan sebuah pemaknaan ter­ha­ dap tokoh John mengenai keinginannya untuk mem­buat hidupnya lebih berharga, yang kemudian ter­akomodasi melalui tokoh Ellie. Di dalam film Constantine, digambarkan hidup John Constantine telah dikutuk, disebabkan karena pada waktu dia masih anak-anak, dia mencoba bunuh diri karena merasa tidak kuat dengan kemampuannya melihat hal-hal gaib. Oleh sebab itu, jiwanya telah - 54 -


ďż˝ Yongky Gigih Prasisko ďż˝

dikutuk dan diinginkan oleh neraka, dan tidak lain, Lucifer sendirilah yang berniat akan mencabut nyawanya dan membawanya ke neraka. Mengetahui hal ini, John mengabdikan diri menjadi pengusir setan sebagai investasi menuju surga. Namun dia sering mengalami depresi dengan kemampuan dan pekerjaannya berhadapan dengan setan dan malaikat. Kecanduan akan rokok membuatnya mengidap penyakit kanker, paru-parunya bermasalah, namun, John bersikeras tidak ingin menghentikan kebiasaannya merokok, dia ingin melakukan apa yang dia suka selagi dia masih hidup, karena jiwanya sudah dikutuk akan masuk neraka. Rokok diperbincangkan sebagai produk ketika orang menemukaan ekstase atau surga dunia di dalam tekanan-tekanan yang melingkupinya. Ketika ekstase dicapai, hal-hal pendukung pencapaian diperjuangkan, serta menyingkirkan pengaruh-pengaruh yang memperpanjang jarak dengan tujuan kesenangan. Ekstase merupakan gambaran seseorang ketika mene­­mukan kesenangan dengan mengorbankan hal berharga untuk mencoba keluar dari sebuah tekanan. John Constantine mengorbankan kesehatan dirinya demi mencapai kesenangannya menghisap rokok. Kemudian wanita, Ellie, dihadirkan oleh audiens film Constantine, Traveling Through Time, untuk memaknai ekstase John Constantine. Ekstase didapatkan John ketika Ellie mengajaknya keluar mengendarai mobil tanpa tujuan jelas. Rokok kemudian digantikan oleh seorang wanita, John merasa dirinya hidup kembali - 55 -


Pesona Dunia Simulacra �

dengannya, merasakan hidupnya lebih berharga dari sebelumnya, sebuah ekstase telah diraihnya melalui media lain, yaitu Ellie. Pemaknaan akan sebuah ekstase John Constantine, mampu dilakukan oleh audiens film Constantine. Dengan masih menggunakan tokoh dalam film, audiens men­ ciptakan cerita baru sehingga memunculkan makna baru pula. Usaha audiens atau fans ini merupakan bentuk komunikasi dialektis antara media dengan audiens. Mereka tidak menerima konten media secara pasif namun aktif menginterpretasi dan memaknai. Audiens aktif, mem­berikan pandangan bahwa, dengan munculnya media baru, intenet, dengan terakomodasinya keinginan untuk memaknai dan mempublikasikan pemaknaan secara luas, maka demokratisasi dalam praktik bermedia dapat tercipta. Pemaknaan lain tentang film Constantine, juga diuta­ rakan oleh audiens bernama akun Genius-626, melalui cerita fiksinya yang dipublikasikan di situs www.fanfiction. net, berjudul Ticket to Heaven.Dia mengelaborasi psikologi John Constantine, keinginan, harapan beserta tujuan hidupnya, ketakbermaknaan hidupnya di dunia, menimbulkan harapan akan sebuah makna yang akan dia temukan setelah hidupnya berakhir. Hidupnya telah dikutuk, trauma semasa kecil dan tersiksa oleh tekanan berhadapan dengan iblis. Tak dapat dipungkiri, dia memiliki keinginan mulia akan sebuah keabadian, namun dia terus menyangkalnya. - 56 -


� Yongky Gigih Prasisko �

“He would have never admitted it—to any­­ one—but he wanted to go to Heaven. This want was no ordinary desire, this was a goal, the only goal a near soulless man had to live for. The afterlife was the only thing he had to look forward to, eternity substantially more important than this immortal “life.” He knew this world too well, and he hated it. Nothing had ever appealed to him, having been scarred as a child; neglected as well as tormented by the demons. He had no place, though seemed to have a purpose, this purpose supposedly self-explanatory. He worked at the mercy of othersto help others-but for selfish reasons, therefore never gaining the acceptance he craved. Oh how he craved nothing else.” (Genius-626: 2012) Film Constantine juga turut menyimpan perbin­cangan tentang tujuan hidup. Secara filosofis, tujuan hidup dimaknai sebagai sebuah kebahagiaan, bebas tanpa tekanan, keadaan dimana hasrat dan keinginan sudah tidak ada lagi. John Constantine begitu mendam­bakan keadaan tersebut, kemampuannya dalam melihat dan berhadapan dengan makhluk-makhluk gaib diang­ gap sebagai sebuah kutukan bagi dirinya, bukan ber­ kah. Ditambah dengan keinginan kuat Lucifer un­tuk men­cabut nyawanya dan membawanya sendiri ke neraka, membuatnya semakin sulit untuk mencapai tujuannya, yang tak lain adalah, surga. Interpretasi akan tujuan hidup John Constantine, disampaikan melalui - 57 -


ďż˝

Pesona Dunia Simulacra ďż˝

pengembangan cerita tentang bagaimana perjalanan John Constantine dalam meraih surga. Di film diceritakan, bahwa John mengabdikan dirinya sebagai pengusir setan sebagai investasi menuju surga. Juga, pengorbanannya, melakukan bunuh diri untuk memanggil Lucifer yang kemudian membawa anaknnya, Mammon, kembali ke neraka, telah menghambat jiwanya untuk masuk neraka. Cerita ini kemudian dimaknai dengan mengelaborasi bentuk lain dari investasi John menuju surga. Pada awalnya, sebagai pengusir setan adalah investasinya, namun ada faktor lain yang lebih kuat, yang mengantarkannya untuk menuju surga. Genius-626 memberikan pemaknaan investasi John menuju surga dengan membuat cerita fiksi, melanjutkan cerita dalam film dan memberikan detil-detil adegan yang tidak ditampilkan dalam film. Genius-626 menambahkan cerita setelah film berakhir, ketika Mammon berhasil dibawa kembali ke neraka, John hidup kembali begitu juga dengan Angela. Adegan ditambahkan dengan pertemuan kembali John dengan Angela, pertemuan yang tidak sempat ditentukan secara pasti bagaimanakah kelanjutan hubungan mereka berdua, dan juga ada rahasia yang belum terungkap tentang misteri kehidupan John Constantine setelah pergulatannya dengan Gabriel, Lucifer dan Mammon. Berikut cerita lanjutannya, adegan pertemuan John dengan Angela.

- 58 -


� Yongky Gigih Prasisko �

“This is my third chance at life, Angela. Without you, I wouldn’t be here. Or...” his eyes flicked up for a second. “Accepted. You’re my ticket to Heaven, you know that? So I’m sorry, but I’ll have to hold onto you for a while. Probably until I die. Not that you have a choice or anything.” She couldn’t help but smile at this, knowing the real truth. He’d done the right thing in self sacrifice to earn his way to Heaven, she wasn’t the key or his “ticket” even if it was her he did it for. “That’s probably the sweetest thing I’ve ever heard you say. I shouldn’t get used to that, should I?” Now he was smiling, completely uncaring about sharing with her his happiness. “No, I wouldn’t count on it.” (Genius-626: 2012) John Constantine telah merubah hidupnya, dia telah menghentikan kebiasaannya merokok dan menggantinya dengan mengunyah permen karet. John digambarkan telah semakin dekat dengan jalan surga.Pemaknaan bentuk investasi John yang baru menuju surga dimaknai oleh Genius-626, bukan lagi pada pekerjaannya sebagai pengusir setan, namun pada sebuah hal yang tidak dia sangka-sangka, tindakan yang tidak dia sadari akan mengantarkannya menuju surga, dia hanya melakukannya dengan tulus yaitu, pengorbanan cinta. Pendambaan John akan surga, terealisasikan melalui seorang wanita, yang tak lain adalah Angela. Oleh karena itu, John menyebut Angela sebagai tiket untuknya menuju surga, - 59 -


Pesona Dunia Simulacra �

namun sebenarnya pengorbanan demi Angela itulah yang membukakan pintu dan jalan menuju surga. John serasa mendapatkan hidupnya kembali, dan menemukan cara bagaimana menuju surga, yang kemudian merubah hidupnya dengan menginvestasikan, serta mengabdikan dirinya hanya pada satu hal yaitu cinta. Lebih tepatnya cintanya kepada Angela. Pemaknaan film oleh audien, Genius-626, merupakan praktik bagaimana seorang audien menggunakan media. Ia menggunakan media, khususnya situs www.fanfiction. net, untuk mempublikasikan karya fiksinya beserta in­ ter­pretasinya tentang film Constantine. Dengan hadir­ nya situs tersebut, makna-makna baru akan terus mun­ cul dari audiens tentang konten media baik berupa film, novel, buku dan program televisi. Makna menjadi kaya, plural dan heterogen, karena terjadinya komunikasi dialektis antara audiens dengan media. Audiens mampu memproduksi makna dari intepretasinya terhadap media, serta juga mampu mempublikasikannya secara luas, kemudian diinterpretasi oleh audiens lain dan memunculkan makna baru lagi. Kesimpulan Media tradisional, seperti televisi, memiliki sis­tem komunikasi transmisif, yaitu berjalan satu arah, ada pengirim dan penerima. Pengirim berasal dari agen media dengan audiens sebagai penerima. Au­di­ens tidak diberi kesempatan untuk memproduksi makna dari konten media yang disampaikan, maka dari itu, sifat - 60 -


� Yongky Gigih Prasisko �

audiens menjadi pasif. Namun, ketika internet hadir, inilah saat untuk merayakan pluralitas makna. Makna tidak hanya diproduksi oleh agen media, namun audiens, melalui media internet, juga mampu memproduksi makna tentang konten media serta mempublikasikannya secara global. Audiens bukan lagi sebagai objek pasif melainkan berubah menjadi subjek aktif. Seperti dalam ranah fancition atau disebut juga fiksi penggemar, audiens atau fans mempunyai kebebasan untuk memproduksi cerita fiksi tentang resepsi karya-karya berupa film, novel, buku, komik atau program televisi. Seperti dalam film Constantine, audiens film mampu memproduksi cerita fiksi dengan masih menggunakan karakter-karakter dan seting film tersebut. Salah satu audien bernama akun Traveling Through Time, dalam www.fanfiction.net, mencoba memberikan pemaknaan baru tentang ekstase John Constantine. Semula rokok menjadi media pencapai kenikmatan, sampai dia mengorbankan kesehatannya demi memperjuangkan kebiasaannya merokok. Traveling Through Time mem­ pro­duksi makna ekstase baru untuk Constantine yaitu seorang wanita. Wanita menggantikan rokok seba­gai sosok yang mengantarkannya pada sebuah kebebasan, keberhargaan hidup dan pelarian baru. Pemak­n aan lain tentang film Constantine, turut dila­ku­kan oleh audien bernama akun Genius-626, de­ ngan menambahkan plot cerita beserta dengan detildetil adegannya. Dengan masih menggunakan tokoh - 61 -


ďż˝

Pesona Dunia Simulacra ďż˝

utama, pemaknaan akan investasi menuju surga, dilakukan dengan memberikan cerita lanjutan sete­ lah adegan ending film. Dalam film, John Constantine meng­abdikan dirinya menjadi seorang pengusir setan sebagai investasinya menuju surga, namun kemudian Genius-626 memaknai ulang investasi sebenarnya yang mengantarkan John menuju surga, dia tidak sadar tindakannya telah membuka jalan ke surga, dia hanya melakukannya dengan tulus yaitu dengan mengorbankan dirinya demi Angela. Angela adalah tiketnya menuju surga, lebih tepatnya pengorbanan cinta. Ranah fiksi penggemar memberikan kesempatan bagi audiens untuk memproduksi makna dari resepsi konten media, sekaligus juga mempublikasikannya secara luas. Audiens mampu menciptakan karya fiksi tentang sebuah film, novel, buku ataupun program televisi dengan masih menggunakan karakter-karakter dan seting dalam media tersebut. Dengan begitu, sitem komunikasi dialektis antara audiens dengan media ini, akan memunculkan berbagai macam makna-makna baru dari beragam interpretasi yang berbeda-beda. Pluralitas makna, sistem komunikasi dialektis, dan akses mudah dalam bermedia mengantarkan untuk lebih dekat kepada demokrasi media.

- 62 -


� Yongky Gigih Prasisko �

Daftar Pustaka Hall, Stuart. “Encoding, Decoding” dalam Simon During (Eds.) (1993). The Cultural Studies Reader (Second Edition). London: Routledge Hesmondhalgh, David. 2010. “User-Generated Content, free labour and the cultural industries”, Ephemera: Theory and Politics in Organization, 10(3-4):267-284 Severin W. J., & Tankard, J. W. “Uses of Mass Media” dalam Severin, W. J. & J. W. Tankard ( E d s . ) (1997). Communication Theories: Origins, Methods, and Uses in the Mass Media (4th ed.). New York: Longman Traveling Through Time, 2008, “Smoke, Drink And Learn To Love,” dalam fanfiction.n e t ,URL: http://www. fanfiction.net/s/4692403/1/Smoke-Drink-AndLearn-To-Love (akses 22 Juni 2013) Genius-626, 2012, “Ticket to Heaven,” dalam fanfiction. net, URL: http://www.fanfiction.net/s/7797087/1/ Ticket-to-Heaven (akses 22 Juni 2013)

- 63 -


Pesona Dunia Simulacra �

4 Retorika Iklan Coca-Cola, Arctic Home Coca-Cola dan Program Konservasi Kutub Utara dalam Iklan Iklan berfungsi sebagai media untuk mempengaruhi publik agar mengkonsumsi berbagai tawaran produk. Sebagai bentuk promosi, citra-citra mulai dilekatkan dengan produk melalui penggambaran visual dan teks. Hal ini merupakan strategi persuasif perusahaan untuk menarik minat konsumen. Bahkan, hubungan antar produk dikonstruksi untuk memberikan identitas yang memanggil para konsumen untuk kemudian terinterpelasi, sehingga menjadikannya identitas baru ketika barang dikonsumsi. Dalam iklan terdapat proses pembentukan citra mela­lui elemen visual dan teks, keduanya membentuk sebuah realitas dimana pesan bekerja melalui penandapenandanya, tujuannya tidak lain sebagai media promo­si produk. Makna produk menjadi lebih kaya jika dikait­ kan dengan berbagai wacana seperti maskulinitas atau feminitas, maka perusahaan menyediakan banyak jenis produk dengan konstruksi citra yang berbeda- 64 -


� Yongky Gigih Prasisko �

beda, bahkan sampai pada ranah pembatasan waktu, produk lama dan baru memiliki batas waktu tersendiri sehingga menimbulkan hasrat konsumsi terus-menerus. Citra tersebut berasal dari konstruksi kategori dalam iklan yang diperuntukkan bagi para konsumen produk. “The advertising industry expends enormous effort on attempts both to categorize people effectively and then to target the categories.” (Cook, Guy, 1992:8). Perusahaan mengkonstruksi sistem melalui iklan berupa kategorisasi konsumen dan produk-produknya, juga hubungan antar kategorikategori tersebut untuk menciptakan target pada setiap produk-produknya. Strategi mempromosikan produk melalui iklan lazim dilakukan oleh perusahaan-perusahaan karena media tersebut dinilai efektif dalam mempengaruhi masyarakat untuk mengkonsumsi produk. Ditambah lagi dengan hadirnya media baru seperti internet, ia mampu menyebarkan pesan iklan secara global. “Today, the new media available through the telephone, satellites, and computers allow advertising messages to spread globally at a phenomenal rate.” (Frith, K.T. and Mueller, B., 2003: 2 ). Majunya teknologi memung­kinkan untuk berkomunikasi lintas wilayah secara cepat, sama halnya seperti mempromosikan produk melalui media baru, seperti internet, penyebarannya menjadi lebih cepat dan global. Seperti perusahaan minuman besar Amerika, Coca-Cola Company, memperkenalkan berbagai produknya melalui internet, di situs www.youtube. - 65 -


ďż˝

Pesona Dunia Simulacra ďż˝

com. Tidak hanya memperkenalkan dan menawarkan produknya berupa minuman Coca-Cola, namun barang tersebut juga dikaitkan dengan citra, nilai, identitas dan wacana tertentu. Penelitian ini mengambil objek dua iklan produk Coca-Cola berbentuk video yang diambil dari situs www.youtube.com. Judul iklan dalam situs tersebut yaitu Arctic Home Coca-Cola Commercial | Help Polar Bear Cubs dan Coca-Cola Arctic Home | Walk With Polar Bears. Dua iklan tersebut memiliki kesamaan yakni, minuman Coca-Cola disandingkan dengan lembaga WWF (World Wildlife Fund) dalam program konservasi alam di kutub utara. Di sini ada hubungan antara dua hal berbeda, yaitu produk minuman Coca-Cola dan program konservasi oleh WWF, melalui iklan, hubungan tersebut dikonstruksi dan diolah sedemikian rupa untuk menghasilkan citra dan wacana tertentu. Untuk mengurai pesan yang bekerja dalam penanda-penanda di iklan tersebut, maka teori semiologi digunakan sebagai pisau analisa. Penanda tersebut berbentuk visual dan teks. Video iklan komersil tersebut mengandung pesan persuasif yang merupakan maksud dari perusahaan, Coca-Cola Company, untuk menawarkan produknya berupa minuman Coca-Cola. Retorika Citra Roland Barthes, dalam konsistensinya menggarap proyek semiologi, pernah melakukan penelitian tentang iklan komersil berbentuk poster, menulisnya dalam bentuk esai berjudul Rethoric of the Image, dan - 66 -


� Yongky Gigih Prasisko �

dipublikasikan dalam buku kumpulan esai, Image Music Text (1977). Dia menjelaskan beberapa macam pesan dan bagaimana pesan tersebut bekerja dalam gambar dan text. Dalam sebuah iklan, Panzani, yang menjadi objek kajiannya, terdapat dua macam elemen yakni gambar dan text. Barthes menyebut elemen text sebagai pesan linguistik sedangkan gambar merupakan pesan simbolik (coded) dan literal (non-coded). Lebih teknis lagi, dia membagi fungsi pesan linguistik menjadi dua, yaitu anchorage, text berfungsi memaksakan makna pada gambar atau memfokuskan pada satu makna, dan relay, text dan gambar berhubungan seca­ ra komplementer dalam mengkonstruksi makna, seperti dalam comic strip, gambar dan teks bekerja besama-sama dalam memberikan maksud tertentu. Se­lan­jutnya, pesan simbolik/pesan berkode atau di­ se­­but juga gambar konotasi adalah penanda dalam ben­­tuk visual, yang kemudian disebutnya sebagai kono­tator, dimana di dalamnya, makna disampaikan secara implisit. Sekumpulan konotator yang dikelompokkan berdasarkan substanti tertentu akan membentuk retorika. Barthes juga menyatakan bahwa tidak semua elemen visual dalam iklan adalah konotator, tetapi terdapat juga gambar denotasi dimana pesan bekerja dan disampaikan secara tak berkode. Dalam iklan Panzani, Barthes menjelaskan ada tiga pesan dan empat macam tanda dalam gambar. Pesan pertama, substansi pembentuknya adalah linguistik atau - 67 -


Pesona Dunia Simulacra �

teks yaitu ditandai dengan caption dan label produk, Panzani bukan hanya merujuk pada nama perusahaan tetapi juga berkonotasi Italianicity, bukan berarti Italia tetapi segala sesuatu yang berbau dan berhubungan dengan Italia dari spaghetti sampai lukisan. Jika pesan linguistik ditinggalkan maka akan tersisa gambar objek-objek dimana terdapat empat macam tanda di dalamnya, ini merupakan pesan simbolik.Pertama, barang-barang belanja menandakan produk fresh dari supermarket dengan penanda berupa keranjang jaring yang terbuka dan beberapa isinya tumpah di atas meja. Tanda ini ditafsir sebagai kebudayaan mekanis, belanja produk sekali pakai dan instan. Kedua, tomat dan lada menandakan Italianicity. Ketiga, kumpulanbermacammacam objek menandakan barang-barang kuliner seakan-akan Panzani menye­diakan makanan bergizi yang dikemas dalam pro­duknya. Keempat, keseluruhan komposisi gambar layak­nya lukisan bertema makanan memberikan petan­da bersifat estetis, yakni nature morte atau dise­but juga still life (lukisan benda-benda mati). Pesan ketiga yaitu literal, dalam menafsirnya hanya mem­bu­tuhkan pengetahuan antropologis, gambar pasta, keran­jang jaring dan tomat dimaknai sebagai konsep objek itu sendiri secara eksplisit. Juga, tidak lupa Barthes menjelaskan petunjuk informasi bahwa semua pesan dan tanda tersebut merupakan sebuah iklan komersil, media promosi bagi perusahaan.

- 68 -


� Yongky Gigih Prasisko �

Retorika Iklan Arctic Home Coca-Cola Commercial | Help Polar Bear Cubs

Bentuk iklan Coca-Cola Arctic Home Coca-Cola Com­mercial | Help Polar Bear Cubs adalah video, diam­ bil dari alamat https://www.youtube.com/watch?­ v=aiCuN02hD7o. Untuk menganalisa bagaimana pesan bekerja melalui penanda-penandanya maka digu­nakan klasifikasi pesan menurut Barthes, dengan ter­lebih dahulu membagi macam-macam penanda, yaitu teks dan gambar. Urutan dan satuan signifikan dari iklan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Gambaran hamparan es yang terpecah-pecah. 2. Seekor beruang kutub sedang berjalan bersama anak­ nya menghadap gunung es dan hamparan es yang ter­ pecah-pecah. Teks: A POLAR BEAR CUB IS BORN WITH NO SENSE OF SIGHT 3. Beruang kutub merebahkan badan, tidur berkumpul bersama dua anaknya. Teks: HELP ENSURE THEY’RE BORN WITH A SENSE OF HOME 4. Produk Coca-Cola hadir dengan dua varian, berbentuk kaleng merah dan putih. 5. Gambar beruang kutub dengan background merah dan Panda. Teks: Coca-Cola, Arctic Home dan WWF, Arctic­ Home.com - 69 -


Pesona Dunia Simulacra �

Penanda hamparan es yang terpecah-pecah mem­berikan petanda telah terjadi kerusakan alam (es) di kutub utara, menandakan buruknya keadaan kurub utara. Di sini pesan bekerja dalam bentuk ikonik atau simbolik. Pecahan es merupakan konotator untuk menyampaikan pesan kebutuhan akan konservasi. Satuan tanda berikut­ nya yaitu terdiri dari gambar dan teks. Terdapat gambar beruang kutub dengan anaknya, gunung es dan pecahanpecahan es mengapung di laut. Elemen-elemen tersebut berkonotasi Arcticity, yaitu segala sesuatu yang berbau dan berhubungan dengan kutub utara (seperti halnya Barthes ketika menjelaskan lada, tomat dan Panzani yang berkonotasi Italianicity).Penanda beruang kutub dengan anaknya menghadap gunung es dan pecahan es, memiliki petanda mereka sedang merasakan ling­ kungan mereka yang rusak. Beruang kutub putih di­ per­j­elas dengan teks, A POLAR BEAR, untuk me­ nya­­takan penanda adalah beruang kutub. Teks A POLAR BEAR CUB IS BORN WITH NO SENSE OF SIGHT kemudian berfungsi sebagai anchorage pada penanda beruang kutub dan hamparan pecahan es. Makna menjadi difokuskan kepada kodrat beruang kutub yang terlahir tanpa indra penglihatan. Hal ini menandakan posisi beruang kutub terpojok, disebabkan karena kodrat dan lingkungan tempat tinggalnya telah rusak. Berikutnya, penanda beruang kutub sedang merebahkan badan berkumpul bersama dua anaknya, petandanya adalah beruang kutub beristirahat bersama - 70 -


� Yongky Gigih Prasisko �

keluarganya di rumah mereka. Teks kembali mem­fo­ kuskan makna gambar tersebut, yakni HELP ENSURE THEY’RE BORN WITH A SENSE OF HOME, ber­ arti mengajak untuk membantu beruang kutub yang telah terlahir tanpa indra penglihatan dengan ikut ber­ partisipasi memperbaiki kerusakan ling­kungan kutub utara dan memastikan mereka hidup dan lahir dengan mera­sakan nyamannya rumah. Untuk mendapatkan makna tanda-tanda tersebut, teks telah memberikan pengetahuan, sehingga menjadi jelas maknanya. Satuan-satuan signifikan yang telah disebutkan di atas merupakan gambaran rusaknya lingkungan kutub utara, dan terpojoknya posisi hewan yang mendiaminya, beruang kutub, oleh karena itu hal ini membutuhkan sebuah usaha konservasi. Dalam penanda-penanda beruang kurub, es dan kutub utara tersimpan wacana kultural yakni pemanasan global. In 21st-century American culture, the term global warming has gained a widespread vernacular understanding that includes much more than its literal meaning. In its more expansive forms, global warming means everything from a recent rise in average global temperatures, to the identification of human activity as the cause of this trend, to grim forecasts in which human beings face huge environmental changes and, finally, to all sorts of specific recommendations about how we must

- 71 -


Pesona Dunia Simulacra �

change our way of life to respond to the problem. (Black, B.C. and Weisel, G.J. 2010:xi) Wacana pemanasan global marak pada tahun 2000­an atau abad 21. Menurut Roland Barthes (1972) dalam memahami mitos diperlukan pengetahuan kul­tural pada historisitas tertentu. Pengetahuan dalam histo­ risitas tertentu tersebut telah merampok makna atau mendistorsi makna denotasi. Dalam hal ini pemanasan global adalah wacana yang marak ketika iklan komersil Arctic Home Coca-Cola dipublikasikan, yakni tahun 2011. Wacana pemanasan global yang tersimpan dalam penanda-penanda tersebut telah mendistorsi makna ke dalam wacana kultural pada historisitas tertentu. Jadi beruang kurub, es dan kurub utara dalam iklan telah terdistorsi maknanya menjadi efek pemanasan global pada kehidupan beruang kutub telah mengakibatkan lingkungan kutub utara rusak. Pesan persuasif iklan mengajak untuk melakukan usaha bersama membantu pelestarian alam dan beruang kutub. Pemaparan ini kemudian memicu timbulnya pertanyaan besar yaitu bagaimanakah cara membantu atau melakukan usaha bersama untuk konservasi kutub utara? maka jawabannya dapat dijelas­kan pada satuan signifikan keempat yaitu produk Coca-Cola hadir dengan dua varian, merah dan putih. Penanda dua varian kaleng Coca-Cola memberikan petanda dua macam produk dari perusahaan minuman Coca-Cola Company dan menandakan bahwa produk tersebut dihadirkan untuk - 72 -


ďż˝ Yongky Gigih Prasisko ďż˝

menjawab cara membantu konservasi lingkungan kutub utara dan beruang kutub. Cara tersebut tidak lain adalah dengan membeli produk minuman Coca-Cola yang berarti dengan mengkonsumsi minuman tersebut maka akan turut berpartisipasi membantu program konservasi. Pesan tersebut bersifat persuasif, mempengaruhi untuk membeli produk, juga hal ini tidak bisa dilepaskan dari agen perusahaan dalam usaha mempromosikan produknya. Konservasi alam menjadi satu kesatuan dengan produk Coca-Cola dan menghubungkannya dengan ajakan untuk mengkonsumsi. Produk menjadi sebuah penghubung antara program konservasi dengan siapa yang berniat membantu atau peduli pada kerusakan kutub utara dan efek pemanasan global, maka untuk mendukung program konservasi tersebut belilah minuman Coca-Cola. Terakhir sampailah pada satuan signifikan kelima yaitu gambar beruang kutub dan panda. Pesan linguistik menjadi dominan di satuan signifikan ini dan berperan dalam memfokuskan makna. Teks mengerucutkan makna pada lambang Coca-Cola dan Panda sebagai lambang WWF (World Wildlife Fund), Tulisan Arctic Home memperjelas program konservasi kutub utara, memberikan rumah nyaman bagi beruang kutub. Teks ArcticHome.com menunjukkan jika ingin mendapatkan info selebihnya maka kunjungi situs di alamat tersebut. Penyandingan kedua lambang, CocaCola dengan WWF dengan disertai keterangan teks ArcticHome menunjukkan bahwa program konservasi - 73 -


ďż˝

Pesona Dunia Simulacra ďż˝

kutub utara merupakan program bersama perusahaan Coca-Cola dengan lembaga World Wildlife Fund. Keseluruhan makna dalam iklan yakni Coca-Cola Company adalah perusahaan yang peduli pada efek pemanasan global di kutub utara. Retorika Iklan Coca-Cola Arctic Home | Walk With Polar Bears Iklan berikutnya diambil dari alamat situs https:// www.youtube.com/watch?v=57UNgDm7N4 berjudul Coca-Cola Arctic Home | Walk With Polar Bears. Untuk mengurai pesan melalui penanda dan petanda dalam iklan tersebut, maka ditentukan satuan-satuan signifikan dalam iklan tersebut. Urutan dan satuan signifikan dalam iklan tersebut adalah sebagai berikut. 1. Hamparan luas es tebelah menjadi dua, dengan pembatas laut diantara keduanya. Teks : THIS IS THE ARCTIC 2. Hamparan es terpecah-pecah, terbagi menjadi banyak bagian. Teks : HOME OF THE POLAR BEAR 3. Seekor beruang kutub sedang berenang. Teks : THIS IS YOUR CHANCE 4. Seekor beruang kutub berada di atas sebagian pecahan es, dikelilingi oleh laut Teks : TO WALK AMONG THEM

- 74 -


ďż˝ Yongky Gigih Prasisko ďż˝

5. Pecahan-pecahan es tercecer, mengapung di atas laut dan langit diatasnya Teks : EXPLORE THIS FROZEN WORLD 6. Seekor beruang kutub berada di bongkahan es yang mengapung di laut sedang menengadah ke langit. Teks: JOIN COCA-COLA AND WORLD WILDLIFE FUND 7. Seekor beruang kutub sedang berenang di laut. Teks : TO HELP PROTECT THEM 8. Hamparan luas es yang menipis dan dua beruang kutub sedang berjalan di atasnya. Teks : SO THE POLAR BEAR ALWAYS HAS A PLACE 9. Tiga beruang kutub berjalan di daratan es menuju laut. Teks : TO CALL HOME 10. Gambar beruang kutub dengan background merah dan Panda. Teks: Coca-Cola, Arctic Home dan WWF, ArcticHome.com

Satuan pertama, penandanya berupa hamparan es yang terbelah dua dengan segaris laut di tengahnya.Pesan linguistiknya, THIS IS THE ARCTIC, berfungsi sebagai relay, teks dan gambar berhubungan secara komplementer dalam mengkonstruksi makna. Secara visual kutub utara telah rusak, ditunjukkan dengan hamparan es terbelah, dan teks mendukung maknanya - 75 -


Pesona Dunia Simulacra �

dengan mengatakan beginilah keadaan kutub utara sekarang. Penanda berikutnya berupa hamparan es terpecah-pecah menjadi banyak bagian disertai teks, HOME OF THE POLAR BEAR, kedua elemen ter­ sebut bekerja bersama untuk mengkonstruksi makna. Gambar menunjukkan buruknya keadaan kutub utara, ditunjukkan dengan es yang terpecah-pecah dan teks berfungsi memperkuat makna dengan menya­takan di situlah rumah beruang kutub sehingga meng­hasilkan makna buruknya keadaan kutub utara yang merupakan tempat tinggal beruang kutub, juga berarti keberadaan beruang kutub dan lingkungannya sedang terancam. Satuan signifikan ketiga, keempat dan kelima dapat dijelaskan secara bersama-sama karena teks-teksnya merupakan satu kesatuan kalimat. Satuan ketiga yaitu seekor beruang kutub sedang berenang dengan teks THIS IS YOUR CHANCE. Penanda gambar menunjukkan es dan air laut merupakan tempat bergantung bagi beruang kutub untuk hidup, mereka berenang, mencari makan dan berkembang biak di sana. Teks kemudian memfokuskan makna pada sebuah pesan ajakan, menunjukkan bahwa ada kesempatan untuk membantu memperbaiki kerusakan kutub utara sebagai ekosistem beruang kutub. Satuan keempat, penandanya seekor beruang kutub berada di atas pecahan es kecil dengan dikelilingi laut memberikan petanda tersudutnya keadaan seekor beruang kutub, kemudian teks, TO WALK AMONG THEM, menjelaskan pesan - 76 -


� Yongky Gigih Prasisko �

ajakan untuk berjalan bersama mereka. Satuan tersebut menandakan sebuah usaha memungkinkan dilakukan untuk menolong beruang kutub yang tersudut dengan bekerja bersama, saling membantu memulihkan keadaan ekosistem kutub utara. Satuan kelima berupa pecahan es tercecer di atas laut dengan langit diatasnya disertai teks, EXPLORE THIS FROZEN WORLD, penanda es pecah tercecer kembali memberikan petanda melelehnya es kutub utara dan pesan linguistik melanjutkan teks sebe­lum­nya, jika digabung berarti membantu mereka, beruang kutub, menjelajahi daratan es yang menandakan sebuah penjelajahan daratan akan terlaksana jika daratan es tidak meleleh dan pecah, menjelajah berarti akan mene­mukan sesuatu yang baru di kutub utara. Penanda berikutnya yaitu seekor beruang kutub berada di bongkahan es yang mengapung di laut, dengan menengadah ke langit, petandanya sosok hewan mengalami kesendirian diantara kepungan air laut dan menandakan beruang kutub menginginkan secercah harapan pada langit.Pesan linguistik kemudian melengkapi maknanya dalam teks, JOIN COCA-COLA AND WORLD WILDLIFE FUND, menjadi harapan berada pada Coca-Cola dan WWF, dengan bergabung bersama mereka maka harapan akan datang dan terealisasi untuk menyelamatkan kehidupan beruang kutub yang terancam. Melalui teks, Coca-Cola dan WWF dihadirkan sebagai pahlawan dan penyelamat bagi kerusakan kutub utara dan terancamnya keberadaan beruang - 77 -


ďż˝

Pesona Dunia Simulacra ďż˝

kutub. Satuan ketujuh, penandanya berupa beruang kutub sedang berenang di laut, petandanya dia sedang menikmati kegiatannya di lingkungan air laut, kemudian, teks, TO HELP PROTECT THEM, hadir memberikan pesan ajakan, mari membantu melindungi mereka dari ancaman buruknya lingkungan kutub utara. Hal ini menandakan adanya kemampuan dan kesempatan untuk menyelamatkan populasi mereka yang terancam. Berikutnya, satuan kedelapan dan kesembilan dapat dimaknai dalam satu kesatuan karena teks-teksnya merupakan satu kesatuan kalimat. Penanda satuan kedelapan yakni, hamparan luas es yang menipis dan dua beruang sedang berjalan diatasnya, memberikan petanda mirisnya kehidupan beruang kutub dengan keadaan rumah mereka sedikit demi sedikit akan menipis, pecah dan meleleh. Lalu, dilanjutkan dengan penanda kesembilan yakni, tiga beruang kutub berjalan di daratan es menuju laut, petandanya, perjalanan menuju batas. Teks hadir menyertai gambar, SO THE POLAR BEAR ALWAYS HAS A PLACE dan TO CALL HOME, kemudian melengkapi makna bantuan dan harapan akan datang bagi beruang kutub dan lingkungannya jika panggilan ajakan dipenuhi sehingga mereka, beruang kutub, bisa merasakan kutub utara layaknya rumah mereka sendiri, karena dari penggambaran sebelumnya beruang kutub hidupnya terpojok dan tidak nyaman dengan keadaan lingkungannya yang rusak. Rumah di sini dimaknai - 78 -


ďż˝ Yongky Gigih Prasisko ďż˝

secara geografis dan mental yakni kutub utara sebagai ekosistem dan rumah yang nyaman karena berkumpulnya keluarga. Seperti halnya iklan pertama, iklan kedua juga menyimpan wacana kultural di balik penanda-penanda beruang kutub, es dan kutub utara yakni pemanasan global yang secara umum berarti peningkatan tempe­ ratur atmosfer bumi dan laut dikarenakan efek polusi. “The hypothesis of anthropogenic global warming hinges on the claim that natural causes alone cannot account for current climate trends but that human activity must be factored in (especially the burning of fossil fuels and deforestation). (Black, B.C. and Weisel, G.J. 2010:1) Penyebab pemanasan global dipengaruhi oleh kegiatan manusia, deforestasi dan pembakaran bahan bakar yang berlebihan sehingga mengakibatkan polusi udara. Wacana kultural ini marak pada saat iklan Coca-Cola ini dipublikasikan yakni tahun 2011 khususnya di Amerika, tempat asal perusahaan minuman Coca-Cola. Wacana kultural pada historisitas tertentu telah mendistorsi makna beruang kutub dan kutub utara menjadi makna efek pemanasan global yang berakibat rusaknya lingkungan beruang kutub. Wacana kultural pemanasan global ini mendukung pesan persuasif dalam iklan Coca-Cola. Satuan terakhir, penandanya yaitu gambar beruang kutub dengan background merah dan Panda, petandanya sense Coca-Cola, beruang kutub dan lambang WWF, - 79 -


ďż˝

Pesona Dunia Simulacra ďż˝

diperjelas dengan teks, Coca-Cola, Arctic Home, WWF dan ArcticHome.com, menandakan CocaCola dan WWF hadir sebagai penutup sekaligus solusi dari rusaknya keadaan kutub utara dan terancamnya kehidupan beruang kutub dan teks, Arctic Home, bermakna wahana atau media untuk menyalurkan bantuan, yang juga merupakan program Coca-Cola dan WWF, maka identitas mulai memanggil, bagi siapa yang peduli terhadap kerusakan kutub utara dan terancamnya hidup beruang kutub, maka konsumsilah minuman Coca-Cola, bagi siapa yang berniat membe­ rikan bantuan pada beruang kutub maka cukup dengan membeli produk Coca-Cola. Citra kemudian tercipta bagi para konsumen Coca-Cola sebagai orang yang peduli akan kelestarian alam kutub utara dan beruang kutub, serta sebagai subjek yang peduli kepada efek pemanasan global. Makna keseluruah tanda dalam iklan adalah Coca-Cola peduli pada efek pemanasan global di kutub utara. Kesimpulan Iklan komersil sebagai media promosi produk dinilai efektif dalam mempengaruhi publik untuk mengkonsumsi barang tersebut. Strategi persuasif menjadi hal penting dalam mengkonstruksi pesan dan makna dalam iklan. Menampilkan nilai-nilai budaya merupakan trik untuk mengkonstruksi wacana tertentu sekaligus juga identitas dikonstruksi untuk para konsumen produk. Elemenelemen banyak digunakan untuk dilekatkan pada produk - 80 -


ďż˝ Yongky Gigih Prasisko ďż˝

demi mengkonstruksi citra produk, contohnya seperti mas­kulinitas dan feminitas. Konstruksi realitas pada iklan komersil tersebut tidak lain tidak bukan tujuannya adalah untuk menawarkan produk, pesan persuasif untuk mengkonsumsi. Dua iklan Coca-Cola yang menjadi objek penelitian ini, juga turut memunculkan nilai, citra dan wacana tertentu demi mengkonstruksi pesan persuasif untuk membeli produk. Dalam dua iklan tersebut ada dua elemen berbeda yang coba dihubungkan melalui penggambaran iklan, yakni program konservasi kutub utara oleh WWF dan pengiklan Coca-Cola Company, mereka berdua dihubungkan oleh produk minuman Coca-Cola. Konstruksi realitas dalam iklan dilakukan melalui pemunculan gambaran kerusakan lingkungan kutub utara yang mengancam keberlangsungan hidup beruang kutub. Penelitian semiologi dilakukan untuk membaca pesan yang disampaikan melalui gambar dan teks dalam dua iklan Coca-Cola. Gambar dan teks merupakan penanda dimana pesan bekerja di dalamnya. Analisa semiologi pada dua iklan Coca-Cola meng­ hasilkan temuan-temuan sebagai berikut yaitu terdapat petanda Arcticity dalam penanda beruang kutub dan es. Pesan linguistik lebih banyak berfungsi sebagai anchorage daripada relay sehingga teks lebih dominan mengkonstruksi makna. Dari semua penanda, kutub utara, beruang kutub dan es tersebut, wacana pemanasan global tersimpan di dalamnya dan mendistorsi makna - 81 -


ďż˝

Pesona Dunia Simulacra ďż˝

menjadi efek pemanasan global yang mengakibatkan kerusakan alam kutub utara dan terancamnya kehidupan beruang kutub. Wacana tersebut mendukung pesan persuasif untuk membeli produk minuman Coca-Cola. Citra kemudian tercipta dan memanggil bagi siapa yang peduli akan beruang kutub dan ekosistemnya serta mendukung usaha konservasi, juga peduli pada efek pemanasan global maka belilah minuman Coca-Cola, konsumen produk Coca-Cola adalah orang yang prihatin, peduli pada efek pemanasan global dan konservasi kutub utara, serta mampu membantu sekaligus memberi tindakan nyata pada program konservasi WWF dan Coca-Cola Company. Keseluruhan makna dalam iklan adalah Coca-Cola peduli pada efek pemanasan global di kutub utara. Daftar Pustaka Barthes, Roland. 1977. Image Music Text. London:Fontana Press. 1972. Mythologies. New York: The Noonday Press. Black, Brian C. and Weisel, Gary J. 2010 Global Warming. USA:Greenwood Publishing Group. Cook, Guy. 1992. The Discourse of Advertising. London: Routledge Frith, K.T. and Mueller, B. 2003 Advertising and Societies. New York: Peter Lang Publishing Coca-Cola Arctic Home Coca-Cola Commercial | Help Polar Bear Cubs, dalam youtubecom, URL: https:// - 82 -


� Yongky Gigih Prasisko �

www.youtube.com/watch?v=aiCuN02hD7o (akses11 Juli 2013) Coca-Cola Arctic Home Coca-Cola Commercial | Help Polar Bear Cubs, dalam youtube.com, URL:https:// www.youtube.com/watch?v=57-

- 83 -


Pesona Dunia Simulacra �

5 Mengungkap Memori tentang Soeharto dalam Majalah Detik Edisi 68*** Kilasan Sosok Soeharto Sosok Soeharto begitu fenomenal dalam memori bang­­sa Indonesia. Kepemimpinannya selama 32 ta­ hun meninggalkan kenangan yang melekat sam­pai seka­rang bahkan sampai dia meninggal, namanya ma­ sih bergentayangan di bumi nusantara. Melihat sepak terjangnya sebagai presiden Republik Indo­nesia, dia merupakan sosok pemimpin tegas, berwi­bawa dan terkenal dengan senyumanya, sehingga dia dipanggil dengan sebutan The Smiling General. Karir Pak Soeharto sebelum menjabat sebagai pre­ siden adalah sebagai menteri panglima angkatan da­rat. Pada than 1967, Soeharto naik jabatan sebagai presiden *** Tulisan ini dialihbahasakan dalam bahasa Inggris dan dipre­ sen­­tasikan dalam acara International Graduate Students Conference on Indonesia pada 31 Oktober 2013. - 84 -


� Yongky Gigih Prasisko �

menggantikan presiden sebelumnya, Ir. Soekarno. Rezim pemerintahannya disebut sebagai orde baru. Selama 32 tahun menjabat sebagai presiden banyak pendapat prokontra tentang kesuksesan dan keotoriterannya dalam memimpin negara. Programnya tentang swasembada pangan sukses membawa ke­sta­bilan harga bahan pangan. Tiga visinya dalam memim­pin negara Indonesia yaitu pem­bangunan ekonomi dengan pertumbuhan yang tinggi, pemerataan pem­bangunan serta stabilitas politik dan sosial dalam masyarakat.Program pembangunannya ber­jalan lancar dengan berdasarkan pada material base. Berlainan dengan hal tersebut, banyak praktik-praktik represif dalam kepemimpinan Soeharto yang menelan banyak korban jiwa. Seperti kasus pelanggaran HAM, kasus Timor-Timur, DOM Aceh dan Papua, penembakan misterius dan kasus penculikan para aktivis. Akhirnya pada tahun 1998, terjadi demonstrasi besar-besaran menuntut Soeharto agar mundur dari jabatannya. Demonstrasi tersebut juga menelan korban jiwa dari pihak mahasiswa namun pada akhirnya aksi tersebut berhasil mendesak Soeharto untuk turun dari kursi kepemimpinan presiden. Masa 32 tahun bukanlah periode yang sebentar. Setelah Soeharto turun dari jabatannya dan beralih menjadi era reformasi, keadaan Indonesia dinilai tidak lebih baik dari sebelumnya. ketidakstabilan harga bahan pangan, kurang tegasnya kepemimpinan presiden

- 85 -


Pesona Dunia Simulacra �

setelah Soeharto menjadikan sosok Soeharto kembali dirindukan oleh orang-orang. Wacana kerinduan akan kepemimpinan Soeharto diangkat oleh majalah Detik edisi 68: 18-24 Maret 2013 dengan judul Mimpi Membangkitkan Soeharto. Di dalamnya memuat berita tentang sosok Soeharto yang kembali dibangkitkan. Penelitian ini mengambil objek tulisan-tulisan tentang Soeharto dalam majalah tersebut, antara lain berjudul Mimpi Menciptakan Soeharto Baru, Kurang Greng Mematung Soeharto dan Perang PemujaPelawan Lupa. Dalam memahami teks-teks berita tersebut maka tulisan tersebut dibaca secara keseluruhan karena antar tulisan tersebut saling berhubungan dan membentuk kesatuan makna. Tidak hanya dalam intrinsik teks makna dapat diungkap, namun juga dalam ranah ekstrinsik, terdapat beberapa aspek di luar teks yang turut membangun makna didalamnya. Metode analisis wacana kritis dari Norman Fair­ clough mencoba untuk melihat bahasa bukan hanya seba­gai jembatan antara manusia dengan objek di luar dirinya namun bahasa dimaknai sebagai sebuah praktik penandaan yang di dalamnya mengandung muatan politis dan ideologis dari subjek pengguna bahasa. Tulisan-tulisan tentang Soeharto dalam majalah ­­ Detik edisi 68 dimaknai sebagai praktik agen-agen da­­ lam mereproduksi wacana tentang Soeharto. Hal ini

- 86 -


� Yongky Gigih Prasisko �

menandakan bahwa di dalamnya terdapat muatan ke­ pen­tingan kelompok tertentu dalam melangsungkan penga­ruhnya dengan memarjinalkan kelompok lain. Analisis Wacana Kritis Norman Fairclough Norman Fairclough membagi tiga level dalam meng­ analisis teks, yaitu level mikro, meso dan makro. Di level mikro, telaah instrinsik teks dengan melihat pada pemi­ lihan diksi (wording), pemilihan sumber berita, bentuk relasi antar peristiwa dalam kalimat, dan latar yang digam­barkan dalam teks. Dengan begitu akan diketahui kesatuan tema dari teks tersebut. Hal ini disebut Fair­ clough sebagai upaya untuk mendeskripsikan teks. Level kedua, yaitu meso, yang merupakan tingkatan dalam memahami proses produksi teks. Di dalam institusi media, terdapat kontestasi antara para agen-agen di dalam media. Level ini juga dapat disebut memahami ekonomi politik dalam suatu institusi media. Agen-agen tersebut saling memberikan pengaruh demi melanggengkan posisinya. Masing-masing membawa kepentingan politis dan ideologis tertentu yang berpengaruh pada konten teks berita. Penelitian dalam level ini merupakan usaha dalam menginterpretasi teks berita. Level berikutnya, makro, yaitu pemahaman pada konteks sosiokultural di mana dan kapan teks tersebut diproduksi. Situasi dan peristiwa apa yang memungkinkan munculnya teks berita dengan rupa dan bentuk tertentu. Hal ini me­ ru­pakan pengaruh kekuatan-kekuatan yang melatari

- 87 -


dalam menjelaskan munculnya sebuah teks dalam latar belakang dan keadaan sosial budaya tertentu. Tiga level konsep dalam memahami teks secara penuh, dijelaskan Norman Fairclough � Pesona DuniaAnalysis: SimulacraThe � Critical Study of dalam bukunya Critical Discourse Language (1995), melalui ilustrasi gambar di bawah ini.

lahir­nya sebuah teks. Level makro merupakan tingkatan da­lam menjelaskan munculnya sebuah teks dalam latar “I want to illustrate the approach by applying it to belakang dan which keadaan sosial budaya tertentu. Tiga level an example exemplifies: konsep memahami teks secara penuh, dijelaskan 1. dalam Texts with heterogeneous and contradictory Normanfeatures; Fairclough dalam bukunya Critical Discourse 2. AThe complex between(1995), discourse Analysis: Criticalrelationship Study of Language melalui practice (text production) ilustrasi gambar di bawah ini.

“I want to illustrate the approach by applying it to an example which exemplifies: 1. Texts with heterogeneous and contradictory features; 2. A complex relationship between discourse practice (text production) and discourse conventions; one could show a similarly complex relationship between text interpretation and conventions, but I shall not do so here; - 88 -


� Yongky Gigih Prasisko �

3. A relationship between such heterogeneous tex­ tual features and such complexity of discourse processes, and processes of sociocultural change” (Fairclough, Norman, 1995:98) Konsep Fairclough memberikan kompleksitas pemaknaan akan sebuah teks, jadi makna teks tidak hanya didapatkan melalui unsur intrinsik teks, namun agen-agen dalam proses produksi teks juga turut berpengaruh pada konstruksi konten, serta keadaan sosiokultural memiliki pengaruh perihal nilai, budaya dan wacana yang turut membentuk makna dalam teks. Marginalisasi Soeharto dalam Teks Tulisan berjudul Mimpi Menciptakan Soeharto Baru, jika dilihat dari pemilihan diksi “mimpi” mengartikan bah­wa mengharapkan sosok kepemimpinan Soe­ harto hanyalah ada di dalam angan-angan. Jikalau di­ imple­­­men­­ta­sikan, mimpi tersebut mendapatkan ben­ tuk materinya pada sesuatu selain manusia. Dalam tu­lisan tersebut mimpi itu diaktualisasikan melalui pembangunan museum Soeharto untuk mengenang jasa dan sumbangsihnya pada negara Indonesia selama dia memimpin sebagai presiden. Narasumber berita yaitu Probosutedjo adalah adik dari Soeharto. Secara implisit hal ini menunjukkan impian membangunkan Soeharto hanya berasal dari kalangan keluarga Soeharto atau kelompok kecil. Dalam teks tersebut, Probosutedjo merupakan narasumber tunggal. Berikut pernyataannya tentang sosok Soeharto. “Meski penuh kontroversi ter­ - 89 -


Pesona Dunia Simulacra �

kait pelanggaran HAM dan kasus korupsi, bagi Probo, jasa Soeharto melebihi jasa pahlawan nasional.” (Detik 68. 2013). Dilihat dari pernyataan tersebut, Probo men­ coba untuk mengutarakan pandangannya tentang jasa Soeharto. Namun secara lebih detil, ada kalimat “bagi Probo jasa Soeharto melebihi pahlawan nasional” yang menandakan bahwa Soeharto hanya bercitra baik bagi Probosutedjo. Dalam teks tersebut juga tidak disebutkan subjek lain yang mengamini citra baik Soeharto. Artinya hanya kelompok kecil saja sosok Soeharto mempunyai citra baik. Judul tulisan lainnya, yaitu Kurang Greng Mematung Soeharto, memaparkan proses kreatif sang pematung maestro bernama Edhi Sunarso.Probo komplain tentang hasil karya Edhi karena dinilai patung karyanya kurang mirip dengan Soeharto. “Ia belum mendapatkan sentuhan jiwa dari sosok dan kepemimpinan Soeharto. Padahal, ia sudah sempat bertemu langsung dengan penguasa Orde Baru itu. “Greng-nya itu belum ketemu,” kata pematung asal Salatiga, Jawa Tengah, yang kini berusia 80 tahun itu. Hal yang berbeda dialami Edhi saat membuat patung Selamat Datang di Bundaran Hotel Indonesia atas pesanan Presiden Sukarno tahun 1959. Saat itu, Edhi belum pernah membikin patung perunggu. Namun, jiwa seni dan semangatnya bergejolak ketika ditantang oleh

- 90 -


� Yongky Gigih Prasisko �

Sukarno untuk membuat patung setinggi 9 meter itu. (Detik 68. 2013). Teks tersebut menjelaskan bahwa Edhi kurang men­ dapatkan soul dalam membuat patung Soeharto. Jiwa­ nya masih belum bisa bersatu dengan proses pem­bu­ atan patung Soeharto. Hal tersebut kemudian diban­ dingkan dengan proses kreatifnya ketika menda­patkan pesanan dari presiden Soekarno untuk membuat patung selamat datang di bundaran Hotel Indonesia. Meskipun dia belum pernah membuat patung perunggu, semangatnya sudah bergejolak karena ditantang oleh Soekarno. Perbedaan tersebut cenderung menyudutkan sosok Soeharto melalui penyatuan jiwa dalam proses kreatif. Soekarno dinilai dapat membangkitkan ji­ wa Edhi meskipun dia belum pernah mematung pe­ rung­­gu dan hasilnya sukses, sedangkan Soeharto dini­lai tidak dapat menyatu dengan jiwanya sehingga hasil­nya kurang memuaskan. Sosok Soekarno di­ ambil sebagai pembanding untuk memarjinalkan so­sok Soeharto. Hal ini secara implisit juga menan­ da­kan kepemimpinan Soekarno lebih unggul karena menyatu dengan hati rakyatnya, dibandingkan Soeharto yang tidak dapat menyatu dengan rakyatnya. Penulisan nama Soeharto juga tanpa ditambahi dengan embel apapun, berbeda dengan penyebutan nama Soekarno, terdapat tambahan gelar Presiden di depan nama Soekarno.Gelar tersebut menunjukkan penghargaan dan apresiasi kepemimpinan lebih mengarah kepada - 91 -


Pesona Dunia Simulacra �

Soekarno, sedangkan Soeharto disebut layaknya orang biasa, tanpa gelar apapun, sehingga terkesan tidak mendapatkan apresiasi dari kepemimpinannya. Secara historis, mereka, Soekarno dan Soeharto, samasama pernah menjabat sebagai presiden Republik Indonesia, pencantuman label presiden pada Soekarno menunjukkan dia masih dikenang sebagai mantan presi­ den, bukan hanya presiden dalam hal jabatan tetapi pre­ si­den yang berarti pemimpin rakyat sekaligus berjasa pada negara, sedangkan Soeharto, tanpa label presiden, menandakan dia tidak mendapatkan apresiasi sebagai presiden ataupun pemimpin rakyat. Tulisan berikutnya, Perang Pemuja-Pelawan Lupa, dengan subjudul Era kekuasaan yang terlampau lama memosisikan Soeharto sebagai pembangun sekaligus perusak negara. Pembangunan Monumen Soeharto memicu kontroversi, memberikan pandangan pro-kontra terhadap sosok Soeharto. Di satu sisi, narasumber berasal dari keluarga Soeharto, yaitu Probosutedjo, juga dari kepala biro protokol istana pada masa orde baru, Maftuh Basyuni. Di sisi lain, narasumbernya adalah koordinator KontraS (Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan), Haris Azhar, mantan aktivis ‘98, Mixil Minamunir, dan peneliti puskat UGM, Hifdzil Alim. Kedua kubu memberikan pandangan tentang baik dan buruknya Soeharto selama memimpin, yang satu memberikan apresiasi dan menganggap pantas Soeharto menjadi pahlawan nasional, namun, di sisi - 92 -


� Yongky Gigih Prasisko �

lain, tulisan ini menghadirkan pertentangan perihal penghargaan sebagai pahlawan nasional dari kelompokkelompok masyarakat yang lebih masif, seperti Pegiat HAM, aktivis antikorupsi dan aktivis ‘98. Dilihat dari narasumbernya, tulisan ini menunjukkan bahwa pihak kontra memiliki jumlah lebih besar daripada pihak pro, serta menunjukkan bahwa lebih banyak yang menentang Soeharto menjadi pahlawan daripada yang mendukungnya. Penjelasan tentang tindakan buruk Soeharto juga dielaborasi lebih banyak seperti kutipan berikut. “KontraS mencatat 15 pelanggaran HAM yang diduga dilakukan Soeharto. Pelanggaran HAM itu adalah pembantaian 1965-1970, penembakan misterius, kasus Timor Timur, Daerah Operasi Militer (DOM) Aceh 1976, DOM Papua 1967, kasus dukun santet Banyuwangi 1998, kasus pembunuhan Marsinah 1995, kasus Talangsari Lampung 1989, kasus Trisakti 1998, kasus Mei 1998, kasus Semanggi I 1998, kasus penculikan aktivis 1997-1998, kasus Tanjung Priok 1984, dan kasus 27 Juli 1996. KontraS berjuang agar catatan itu tidak lantas dilupakan dengan enteng.” (Detik 57. 2013). Rekam jejak buruk Soeharto dalam tulisan tersebut tidak diimbangi dengan tindakan positifnya selama memim­pin, sehingga hal ini cenderung mendeskriditkan - 93 -


ďż˝

Pesona Dunia Simulacra ďż˝

sosok Soeharto. Dia digambarkan secara negatif melalui 15 pelanggaran HAM, catatan buruk selama kepemimpinannya. Meskipun kasus tersebut merupakan dugaan, belum semua terbukti Soeharto yang bertang­ gung jawab, namun perisiwa tersebut dikaitkan dengan waktu rezim Soeharto, sehingga menandakan pemimpin pada saat itulah yang seharusnya bertanggung jawab. Praktik Wacana dalam Media Detik Interpretasi teks menurut Fairclough termasuk dalam level meso. Dalam institusi media, majalah Detik, terdapat agen-agen yang memungkinkan untuk memberikan pengaruh pada isi berita di majalah Detik. Dalam level ini dapat diungkap discourse practice dari agen-agen ter­ sebut. Jika ditelisik melalui sejarah majalah Detik, majalah ini mempunyai memori buruk di masa kepemimpinan Soeharto. Dulu pendiri dan pemilik majalah ini adalah Eros Djarot. Budiono Darsono yang sekarang menjabat sebagai direktur utama majalah Detik dulunya adalah seorang wartawan majalah Detik. Pada tahun 1994, majalah Detik bersama dengan Tempo mengalami tindakan represif dari aparat-aparat rezim Soeharto. Dua majalah tersebut diberedel dan dicabut hak izin usahanya secara sepihak. Pemberitaan dalam majalah tersebut dinilai oleh pemerintah orde baru mengganggu stabilitas politik negara.

- 94 -


� Yongky Gigih Prasisko �

“The story focused on the issue of the purchase price, as well as the conflict between Minister of Research and Technology G.J. Habibie and Minister of Finance Ma’rie Muhammad. Some military officials-especially in the Navy-also objected to the purchase of ships, seeing Habibie’s move as a usurpation of their authority. A few days after the story was published, President Soeharto made a speech at the dedication of a naval facility in Teluk Ratai, Lampung, in which he criticized the press for fanning controversy and jeopardizing national satability. Shortly thereafter Tempo, along with the magazine Editor and the tabloid Detik, was banned.” (Steele, Janet, 2005:234) Tempo bersama dengan majalah Editor dan tabloid Detik mengangkat berita tentang konflik internal negara perihal impor kapal perang dari Jerman, khususnya antara Menristek B.J. Habibie dengan Menteri Keuangan, Ma’rie Muhammad dan beberapa pejabat militer angkatan laut. Karena pemberitaan tersebut dianggap mengganggu stabilitas politik negara, maka Menteri Penerangan pada waktu itu, Harmoko, mencabut SUIPP (Surat Izin Usaha Penerbitan Pers) tiga media tersebut.

Setelah Soeharto lengser dari jabatannya sebagai pre­siden tahun 1998, Budiono Darsono kembali mem­ bangun Detik dengan format awal berbentuk daring (dalam jaringan) dan seiring berjalannya waktu, Detik berkembang dengan memproduksi majalah.

- 95 -


Pesona Dunia Simulacra �

“Barulah pada Juli 1998, muncul portal berita Detik.com yang dikelola oleh Budiono Darsono, wartawan eks Detik dan kawan-kawannya. Sejak itu, kebebasan informasi menemukan “jalan lain” karena adanya perkembangan teknologi informasi dan tercatat memiliki kekuatan untuk membuat perubahan sosial yang berarti.” ( Juniarto, Damar, 2013) Tabloid Detik muncul kembali dengan nama yang sama namun berbentuk baru, yaitu online. Budiono Darsono, mantan wartawan Detik pada zaman orde baru, menjadi penggagasnya. Momen turunnya Soe­harto dari kursi presiden menjadi saat dimana se­mua tekanan dan represi akan kebebasan pers le­pas dari belenggu, khususnya represi rezim pada media-media yang pernah diberedel, termasuk Detik. Detik online langsung muncul sebagai respon atas kebe­basan informasi dan perkembangan teknologi. Melihat sejarah Detik dan sosok Soeharto, di sini Budiono Darsono sebagai mantan wartawan Detik meng­alami kejadian pemberedelan majalah Detik. Prak­ tik wacana dalam level meso dapat diungkap dengan meli­hat hubungan direktur utama Detik, Budiono Dar­ sono dengan pemarjinalan representasi Soeharto da­ lam teks berita tentang Soeharto dalam majalah Detik edi­si 68. Pengaruh Budiono Darsono dapat dilihat dari la­tar belakangnya dahulu sebagai eks wartawan Detik yang mengalami pemberedelan oleh pemerintah orde - 96 -


� Yongky Gigih Prasisko �

ba­ru. Cara pandangnya dalam melihat sosok Soeharto ter­­cermin dalam bagaimana teks berita tersebut mere­­ pre­­sentasikan sosok Suharto yaitu sosok yang dimar­ jinalkan. Pemilik media, tidak dapat dipungkiri, mempunyai pengaruh kuat dalam proses produksi teks. Motif ideologis dan politis memungkinkan untuk hadir dalam mua­tan teks. Pengaruh Budiono Darsono dalam proses pro­duksi teks majalah Detik edisi 68 berjudul Mimpi Mem­bangkitkan Soeharto, dikaitkan dengan sejarah media Detik dengan rezim Soeharto. Jadi, teks dalam maja­lah Detik tersebut memiliki muatan “memori ke­lam” dengan Soeharto, sehingga menjadikannya cen­derung menyudutkan sosok Soeharto. Latar Sosiokultural Teks Eksplanasi teks merupakan penggambaran latar sosial budaya ketika teks berita tentang Soeharto di maja­lah Detik diproduksi. Teks tersebut diproduksi pada bulan Maret tahun 2013. Latar belakang produksi teks tersebut yaitu masing-masing partai politik sedang sibuk mempersiapkan diri untuk melaju di pemilihan umum presiden tahun 2014. Partai politik sedang mem­­ persiapkan calon presiden yang akan diusung di pemilu tahun depan.Ada juga yang sibuk membuat partai baru dan berniat untuk berkompetisi dengan partai-partai lain. Munculnya partai baru bernama Nasional Demokrat dengan diketuai oleh Surya Paloh adalah gejala - 97 -


Pesona Dunia Simulacra �

atusiasme persaingan antar partai politik. Pihak Golkar bahkan sudah menentukan Aburizal Bakrie sebagai calon presidennya. Menyangkut isu pemilu, sosok Suharto kemudian dimunculkan sebagai praktik reproduksi wacana dalam melanggengkan kepentingan politis dan ideologis kelompok tertentu. Contohnya seperti partai Republik Satu yang memasang foto Soeharto dengan tagline: Piye kabare? Uenak jamanku to? “Senyum hangat disertai lambaian tangan Pak Harto itu terpampang jelas dalam spanduk ber­ukuran besar dengan latar belakang warna biru. Dalam spanduk itu, Pak Harto “menyapa” warga dengan ucapan dalam bahasa Jawa, “Piye kabare? Uenak jamanku to...” Sementara di pojok atas kiri spanduk itu terpampang logo Partai Republik Satu. . ” (URL: http://nasional.newsviva.co.id/ news/read/ 347­251-foto-spanduk-rayuan-pakharto-ber­tebaran). Michel Foucault (1989) menyebut praktik tersebut sebagai praktik kekuasaan. Kekuasaan bukan lagi dimaknai sebagai tindakan represif dari kelompok dominan kepada kelompok subordinat namun kekuasaan dimaknai sebagai entitas yang tidak dimiliki tetapi menyebar dan bersifat produktif. Partai Republik Satu menggunakan wacana sosok Soeharto untuk kepentingan politisnya dalam berkompetisi pada pemilu 2014.

- 98 -


� Yongky Gigih Prasisko �

Latar produksi teks dalam majalah Detik edisi 68, memungkinkan wacana Soeharto kembali dimunculkan demi kepentingan politis dan ideologis tertentu. Dalam hal ini, wacana tentang kepemimpinan Soeharto muncul bersama dengan persiapan menyambut pemilu presiden 2014. Dalam term media ada sebutan berita atau isu seksi yang jika isu tersebut berhasil dimuat dianggap mampu mena­rik minat audiens pada media tersebut. Dalam hal ini, berita tentang Soeharto dengan citra kepemimpinan tegas­nya dapat dikatakan berita seksi dan majalah Detik mengangkat berita tersebut kepada khalayak. Latar lainnya yakni terkait dengan wacana kerin­ duan masyarakat akan sosok Soeharto yang dapat dite­ lisik dari penelitian Indo Barometer, mereka mela­kukan survey nasional perihal perjalanan reformasi sete­lah zaman orde baru. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2011, dengan meminta respon dari masyarakat Indo­ nesia terkait presiden-presiden Indonesia, dari zaman or­de lama, orde baru sampai reformasi. “Indo Barometer merilis hasil penelitiannya di Jakarta, Minggu 15 Mei 2011 lalu. Survei ini, menurut M. Qodari, adalah salah satu bagian dari hasil survei tingkat nasional bertajuk Evaluasi 13 Tahun Reformasi dan 18 Bulan Pemerintahan SBY- Boediono yang digelar 25 April - 4 Mei 2011. Hasil survei itu, “Soeharto masih menempati urutan pertama sebagai presiden yang paling disukai publik” kata Qodari. - 99 -


Pesona Dunia Simulacra �

Survei melibatkan 1.200 orang, dan 36, 54 persen res­ ponden dari seluruh Indonesia itu memilih Soeharto. Di bawah Soeharto barulah Susilo Bambang Yudhoyono yaitu 20,9 persen. Berturut kemudian, Presiden Soekarno dengan 9,8 persen, Presiden Megawati dengan 9,2 persen, B.J. Habibie dengan 4,4 persen dan mendiang Abdurrahman Wahid dengan 4,4 persen.”(Febriyan dan Munawaaroh, 2011) Berita tersebut berjudul Survei ‘Merindu Soeharto’ Bukan Ingin Kembali ke Orba, dan menyatakan bahwa tu­juan penelitian bukan ingin menyatakan bahwa masya­rakat ingin kembali ke zaman orde baru, namun untuk mem­bandingkan keadaan sekarang dengan rezim presiden sebe­lumnya. Hasil survey menunjukkan masyarakat masih mengidolakan Soeharto, hal ini menyatakan bahwa sosok Soeharto dirindukan oleh publik. Latar belakang persiapan pemilu 2014 dan feno­ mena kerinduan akan Soeharto turut membentuk waca­na dalam teks. Hubungan latar dan teks dimediasi oleh awak-awak media, produser teks dan pencari materi berita, yakni wartawan majalah Detik. Karena wartawan turut terkait dengan agen-agen yang bermain dan memberikan pengaruh di dalam suatu media, maka hasil publikasi memuat kepentingan agen-agen tersebut. Dalam konteks ini, Budiono Darsono meru­pakan agen yang mempunyai pengaruh kuat dalam proses produksi teks. Fenomena kerinduan akan Soeharto menjadi patut - 100 -


ďż˝ Yongky Gigih Prasisko ďż˝

diperbincangkan ketika dipertemukan dengan konteks persiapan pemilihan umum presiden 2014. Oleh karena itu, majalah detik mendiskusikan wacana-wacana latar teks dengan menghadirkan ulasan tentang Soeharto di dalamnya. Kesimpulan Soeharto sebagai presiden terlama, tepatnya 32 tahun memimpin Indonesia, merupakan sosok fenomenal bagi masyarakat Indonesia.Pada masa pemerintahannya, dia bersikap represif dan otoriter dalam memimpin negara. Hal itu dikarenakan latar belakang Soeharto sebelum menjabat presiden adalah menteri panglima angkatan darat. Sikap tegasnya terbawa dan diaplikasikan selama rezim orde baru. Sikap pro dan kontra pun muncul dalam benak rakyat tentang kepemimpinan Soeharto. Stabilitas negara dan ketegasan bersikap menjadi hal yang dirindukan rakyat ketika menghadapi keadaan Indonesia sekarang, pada era reformasi. Wacana tentang Soeharto kemudian diangkat oleh majalah Detik edisi 68, berjudul Mimpi Membangkitkan Soeharto, di dalamnya banyak mengulas tentang sosok Soeharto dan kepemimpinannya, lebih khusunya seputar pembangunan museum Soeharto oleh adiknya, Probosutedjo di tanah kelahiran sang jenderal, Bantul, Yogyakarta. Teks-teks tentang Soeharto dalam majalah tersebut dimaknai sebagai praktik wacana kelompok tertentu dengan agenda melangsungkan pengaruhnya dengan memarjinalkan kelompok lain. - 101 -


Pesona Dunia Simulacra �

Dengan menggunakan metode analisis wacana kri­ tis, ditemukan bahwa, secara intrinsik, terdapat ben­ tuk-bentuk pemarjinalan terhadap sosok Soeharto yang diketahui melalui pilihan narasumbernya, perban­ dingannya dengan Presiden Soekarno, penyebutan nama Soeharto tanpa gelar dan data negatif tentangnya tanpa diimbangi dengan data positif selama kepemimpinannya. Dalam level interpretasi teks, ditemukan bahwa ada praktik wacana dari agen media, khususnya pemilik majalah Detik, Budiono Darsono, dia merupakan war­ tawan Detik pada zaman orde baru ketika majalah ter­ sebut mengalami pembredelan oleh pihak pemerintah. Dia membangun Detik kembali setelah Soeharto lengser dari kursi presiden. Secara historis, dapat ditelisik bahwa pemarjinalan Soeharto dalam majalah Detik edisi 68, terkait dengan “memori kelam” Budiono Darsono ter­ hadap rezim Soeharto. Dalam level eksplanasi, latar per­ siapan pemilu presiden 2014 turut membentuk wacana tentang Soeharto dalam teks, seperti poster Soeharto menyapa rakyat, digunakan partai Republik Satu untuk kepentingan politisnya dalam persiapan pemilihan umum Presiden 2014. Juga, fenomena kerinduan akan sosok Soeharto turut membentuk wacana dalam teks, yang diketahui melalui survey Indo Barometer peri­ hal respon masyarakat Indonesia tentang presidenpresiden di era orde lama, orde baru sampai reformasi. Soeharto terbukti sebagai presiden yang paling disukai publik, menyatakan bahwa sosoknya masih dirindukan. - 102 -


� Yongky Gigih Prasisko �

Fenomena kerinduan akan Soeharto menjadi patut diperbincangkan ketika dipertemukan dengan konteks persiapan pemilihan umum presiden 2014. Oleh karena itu, majalah detik mendiskusikan wacana-wacana latar teks dengan meng­hadirkan ulasan tentang Soeharto di dalamnya. Daftar Pustaka Buku Bhawono, Aryo dan Nugroho, Irwan. “Mimpi Mencipta­ kan Soeharto Baru” dalam Detik. 2013. Mimpi Bang­ kitkan Soeharto. Edisi 68:18-24 Maret. Bhawono, A. Nugroho, Irwan dan Rifai, Bahtiar “Kurang Greng Mematung Soeharto” dalam Detik. 2013. Mimpi Bangkitkan Soeharto. Edisi 68:18-24 Maret. Bhawono, Aryo dkk. “Perang Pemuja-Pelawan Lupa” dalam Detik. 2013. Mimpi Bangkitkan Soeharto. Edisi 68:18-24 Maret . Fairclough, Norman. 1995. Critical Discourse Analysis: The Cri­tical Study of Language. New York: Longman Pu­blishing Foucault, Michel. 1989. The Archaeology of Knowledge London:Routledge Steele, Janet. 2005. Wars Within: The Story of Tempo, an Independent Magazine in Soeharto’s Indonesia. Jakarta:PT Equinox Publishing Indonesia

- 103 -


Pesona Dunia Simulacra �

Internet Juniarto, Damar, 2013, “Media Sosial di Indonesia: Kekuatan dan Ancamannya,” dalam wordpress. com, URL: http:/damdubidudam.wordpress. com/2013/05/03/sosial-media-di-indonesiakekuatan-dan-ancamannya/ Munawwaroh dan Febriyan, 2011, “Survei ‘Merindu Soeharto’ Bukan Ingin Kembali ke Orba,” dalam tempo.co, URL: http://www.tempo.co.read news/2011/05/20/078335698/Survei-MerinduSoeharto-Bukan-Ingin-Kembali-ke-Orba (akses 22 Juni 2013)

- 104 -


ďż˝ Yongky Gigih Prasisko ďż˝

6 Hipereal Konflik dan Kerusuhan antara Madridista dan Barcelonistas di Lapangan Kridosono Tatanan Simbolik oleh Media Klasifikasi sosial mengalami transformasi seiring dengan perkembangan teknologi.Dahulu, klasifikasi berdasarkan pada agama dan kepercayaan, ada kepala suku, pemuka agama dan umatnya, seiring berkembangya ideologi kapitalisme, maka kemakmuran dilihat dari besarnya kapital materi individu atau kelompok sosial, kelas sosial dibagi berdasarkan aspek ekonomi. Kemudian, ketika industri mulai muncul sebagai mode of production, masyarakat terbagi atas kelas pekerja dan borjuis, lalu media hadir dengan kemampuannya memproduksi nilai, citra dan tanda yang memungkinkan untuk dikonvensi oleh masyarakat menjadi budaya. Klasifikasi masyarakat menjadi atas dasar konstruksi tanda oleh media.

- 105 -


Pesona Dunia Simulacra �

Menurut konsep Jean Baudrillard (1994) tentang hiperealita, realitas media merupakan realitas bentukan, mampu memproduksi citra atau model untuk kemudian menjelma menjadi realitas nyata, atau bisa disebut juga citra mendahului realita. Konstruksi tanda dan citra men­cip­takan sistem baru, terdapat hubungan antar sub­ jek dan identitas yang dibentuk di dalam realitas media. Media mampu mengkonstruksi tatanan simbolik yang berbeda dari dunia nyata atau tatanan dominan di ma­ sya­­rakat, karena kemampuan mengkonstruksi tanda dan citra tersebut, juga sifatnya yang global, maka media mam­pu melintasi batas-batas dunia nyata dan menggan­ tikannya dengan batas-batas hasil konstruksinya sendiri. Oleh karena itulah, citra dan tanda dalam realitas media mampu menjelma menjadi realitas nyata, juga berarti media mampu mengkonstruksi realitas di masyarakat. Dalam kasus pertandingan sepakbola, khususnya kon­­flik antar supporter tim, media turut menjadi pemi­ cu lahirnya pertentangan tersebut. Realitas media dapat mem­bentuk hubungan antar subjek, citra dan tanda. Dalam hal olahraga sepakbola, konstruksi hubungan antar tim dapat ditentukan oleh media, hubungan rival dan versus, musuh bebuyutan dan derby adalah istilahistilah perihal konstruksi relasi tim sepakbola satu dengan yang lainnya. Hal ini dikonstruksi melalui pemberitaan tentang pertandingan sepakbola, juga manipulasi realitas melalui representasi dalam realitas media yang dapat mengkonstruksi konflik yang sebelumnya tidak ada - 106 -


� Yongky Gigih Prasisko �

dalam dunia nyata menjadi ada. Fenomena tersebut men­je­laskan bahwa semakin meleburnya batas antara fakta dan fiksi, hingga sulit membedakan citra dengan realita. Mengambil kasus di Yogyakarta, konflik antar pendu­kung tim sepakbola terjadi di lapangan Krido­ sono, waktu diselenggarakan acara nonton bareng per­­ tan­dingan sepakbola Spanyol, antara Real Madrid dan Bar­celona, 2 Maret 2013 lalu. Pertandingan antara dua tim kuat Spanyol tersebut berakhir dengan skor 2-1 un­ tuk kemenangan Real Madrid. Pertemuan kedua tim itu di sebut di dalam media sebagai el classico, atau duel kla­ sik, sejak lama duel dua klub ini menjadi pertandingan yang ditunggu-tunggu. Madrid dan Barcelona juga meru­ pakan kota besar di negara Spanyol, sempat menjadi beri­ta panas, ketika pertandingan dua klub ini dikaitkan dengan posisi politik antara Madrid, mewakili bangsa Spa­nyol dan Barcelona, mewakili bangsa Catalan. Di samping itu dalam liga Spanyol, atau La Liga mereka merupakan dua klub paling sukses dengan perolehan piala La Liga terbanyak dibandingkan klub Spanyol lain. Maka dari itu hubungan antara Real Madrid dan Barcelona disebut-sebut di media sebagai pertandingan antar musuh bebuyutan. Duel panas Real Madrid dan Barcelona juga berimplikasi pada supporter kedua tim, yaitu Madridista dan Barcelonistas. Setiap klub mempunyai slogan tersendiri, Real Madrid misalnya slogannya adalah - 107 -


Pesona Dunia Simulacra �

Hala Madrid ( Jayalah Madrid), sedangkan Barcelona mempunyai slogan Mes que Un Club (Bukan Hanya Sekedar Klub), para supporter kedua tim biasa mende­ngungkannya pada saat pertandingan. Melalui media, orang-orang lintas negara dapat menikmati perseteruan panas kedua tim ini, tidak terkecuali Madrid­ista dan Barcelonistas di Yogyakarta.Media dalam hal ini berperan dalam menyalurkan semangat panas el classico secara global. Ketika pertandingan ini sam­pai di Yogyakarta, di stadion Kridosono, tem­pat diselenggarakannya nonton bareng el classico, penon­ton diklasifikasikan dalam dua kutub besar yakni pendu­kung Real Madrid dan pendukung Barcelona. Para penon­ ton datang dengan wacana duel antar kedua tim. Klasi­ fikasi dan wacana ini adalah konflik laten antar para pendukung. Kefanatikan supporter sepakbola dalam sebuah komunitasnya, selama pertandingan, diukur melalui seberapa keras dia meneriak­kan yel-yel, seberapa kuat kekompakan dan kebersamaannya menyanyikan mars, atau berlomba-lomba saling mengejek lawan suporternya. Fenomena seperti ini lazim ditemui di saat pertandingan sepakbola diadakan. Konflik antar supporter kadangkala menjadi perlu dilakukan untuk mem­pererat dan memperkuat solidaritas dalam suatu komunitas suporter.Menciptakan lawan, atau anti terha­ dap komunitas lain digunakan untuk mengukuhkan iden­titas supporter, serta simbol dan reproduksi buda­ ya juga difungsikan sebagai penguat komunitas simbolik - 108 -


� Yongky Gigih Prasisko �

yang membedakannya denga komunitas lain dan media turut andil juga dalam mengkonstruksi batas-batas antar kelompok. Hipereal Konflik di Twitter Kerusuhan antara pendukung Barcelona dengan pendukung Real Madrid di stadion Kridosono 2 Maret 2013 lalu, diawali dengan percekcokan komentar di dunia virtual, yakni twitter. Tindakan mengejek di twitter sebe­lum acara nonton bareng dianggap sebagai sesuatu yang nyata layaknya terjadi di dunia nyata. Hal tersebut meru­pakan praktik menebar “bensin”, tinggal menunggu peman­tiknya pada saat bertemu di stadion Kridosono. Kon­flik hipereal ini dibawa oleh para pendukung ke dunia nyata, mereka datang ke acara nonton bareng dengan pola pikir akan bertentangan satu sama lain. Pendukung Bar­celona Yogyakarta diakomodasi oleh akun IBJOGJA (INDOBARCA_JOGJA) di Twitter, dan supporter Real Madrid oleh MIJO (Madridistajogja). Ada pendukung lain Madridista bernama akun US Sección JOGJA (UltraSSurJOGJA), di dalamnya, komentar ejekan muncul sebelum pertandingan seperti berikut ini. “oke.. mimin cukupkan ya! semoga di El Classico nanti Varane masih laper, jadi nafsu banget buat makan banci2cataln #Hala Madrid” (https:// twitter.com/UltraSSurJOGJA/status/3075 72205758316545)

- 109 -


Pesona Dunia Simulacra �

“Siap gempur bancilona!! *Kridosono is white, white is Real Madrid !!” (https://twit­­t er.com/ UltraSSurJOGJA/status/3078 4391­72­6773­ 8­­626) “@HatersBarca semangat buat basmi bancilona min!!” (https://twitter.com/UltraSSurJOGJA/ status/3074 5448031046860) Jika dianalisa dengan konsep kekerasan simbolik, Pierre Bourdieu, fenomena tindakan mengejek di twitter sebenar­nya merupakan bentuk praktik yang sudah diatur di dalam sistem, sistem tersebut berada dalam alam bawah sadar individu dan mendorongnya untuk mela­ kukan sesuatu atas dasar wacana pembenarannya.Sistem mendeterminasi tindakan individu, juga sebagai pem­ benaran atas tindakan dominasinya. Kekuatan simbolik digunakan untuk melegalkan sebuah kekuasaan. Praktik dominasi dalam kekuasaan inilah yang kemudian menimbulkan kekerasan terhadap kelompok-kelompok lain. Sistem tersebut memuat klasifikasi dan kategori nilai, identitas dan subjek beserta hubungan diantaranya, juga di dalamnya terdapat relasi antar kekuatan di dalam ruang lingkup dimana hubungan tersebut beroperasi dan membentuk organisasinya sendiri. Di dalam praktiknya, hal ini akan mengkonstruksi subjek inklusi dan eksklusi, “we” and “the other”, ideal dan non-ideal. Lebih jelasnya Bourdieu menjelaskan tentang kekerasan simbolik atau dia sebut juga kekuatan simbolik dalam bukunya Language and Symbolic Power (1991), berikut ini. - 110 -


� Yongky Gigih Prasisko �

“Bourdieu uses the term ‘symbolic power’ to refer not so much to a specific type of power, but rather to an aspect of most forms of power as they are routinely deployed in social life. For in the routine flow of day-to-day life, power is seldom exercised as overt physical force: instead, it is transmuted into a symbolic form, and thereby endowed with a kind of legitzmacy that it would not otherwise have.” (Bourdieu, Pierre, 1991:23) Kekuasaan jarang dilaksanakan secara fisik dan paksaan, ia merubah bentuknya menjadi bentuk simbolik dan menjadi semacam legitimasi atas sebuah tindakan. Kekuatan tersebut beroperasi ketika dikomunikasikan, yakni lewat bahasa sehari-hari. Tindakan mengejek di Twitter oleh pendukung Real Madrid kepada supporter Barcelona, dilakukan melalui bahasa, khususnya melalui pelabelan atau pemberian nama tertentu yaitu bancilona dan banci Catalan. Pelabelan tersebut merupakan tindakan berdasarkan sistem relasi yang sudah dibangun antara Real Madrid dan Barcelona. Media berperan dalam meng­­konstruksi sistem ini. Hubungan kedua tim ketika ber­­tanding dikonstruksi sebagai pertemuan antar musuh be­bu­y utan, dengan penyebutan el classico atau duel klasik. Bagi Madridista, Barcelonistas dianggap sebagai “the other”, dan dengan menciptakan sosok sang liyan, maka Madridista telah mengukuhkan komunitasnya. Tinda­k an mengejek pendukung Barcelona menjadi legal ketika berada di dalam komunitas Madridista - 111 -


Pesona Dunia Simulacra �

kare­na sistem telah menentukannya. Relasi dan sistem ini disebut Bourdieu sebagai kekuasaan simbolik, yang dapat melegalkan tindakan kekerasan. Kerusuhan Madridista Dan Barcelonistas di Lapangan Kridosono Berawal dari tindakan mengejek di dunia virtual, konflik ini kemudian menjelma menjadi tindakan kekerasan fisik di dunia nyata. Inilah yang disebut dengan dunia simulasi telah mendahului realita.Sama halnya ketika Jean Baudrillard menganalogikan dunia simualasi dalam bukunya, Simulacra and Simulation (1994), melalui fabel Borges, para kartografer mem­ buat peta tentang teritori kerajaan yang ukuran dan be­sar­nya sama dengan luas kerajaan. Hal ini mem­ buat para penduduk hidup dalam peta tersebut yang menutupi seluruh daerah kekuasaan kerajaan, me­re­­ka telah hidup dalam dunia simulasi. Pembuatan peta biasanya lebih dulu menelusuri, meneliti dan melihat dunia realita, baru kemudian peta digambar. Namun, di dalam dunia simulasi peta digambar terlebih dahulu, baru kemudian realita tercipta. Media termasuk di dalam dunia simulasi karena sifatnya bentukan atau artifisial. Melalui media, konstruksi realita dapat terjadi. Dalam konteks kerusuhan di stadion Kridosono pada acara nonton bareng pertandingan sepakbola Real Madrid melawan Barcelona, konflik di dunia virtual, twitter mendahului kerusuhan di stadion. juga berarti bahwa

- 112 -


� Yongky Gigih Prasisko �

tindakan mengejek di Twitter telah mengkonstruksi realita kerusuhan di dunia nyata. Kerusuhan di Kridosono, sebelumnya sudah terse­ bar “bensin” di mana-mana, jadi saat nonton bareng di sana, adalah saat dimana akumulasi konflik bertemu, ter­ja­dinya puncak ekstase dari bertemunya kedua supporter tim yang telah dikonstruksi “bermusuhan”. Ketika “bensin” sudah menyebar tinggal menunggu pemantiknya dan kerusuhan pun terjadi. “Entah siapa yang memulai, gara-gara saling olok antara kedua pendukung fanatik Madrid dan Barca, mereka akhirnya tawuran. Bahkan, saking emosinya, tawuran di jalanan terjadi tidak hanya sekali.” (Putra, Erik Purnama. 2013). Madridista dan Barcelonitas pada saat bertemu di lapangan Kridosono sudah saling mengeksklusikan satu sama lain, dari mulai seragam dominan putih bagi Madridista dan dominan biru untuk Barcelonitas, sampai teriakan yel-yel, Hala Madrid ( Jayalah Madrid) dan Mes que Un Club (Bukan Hanya Sekedar Klub), yang saling mengukuhkan identitasnya masing-masing. Hal inilah kemudian menjadikan batas-batas semakin ditegaskan, ketika batas semakin kaku maka potensi konflik menjadi lebih tinggi dan kerusuhan antar suporter di lapangan Kridosono merupakan bukti akumulasi konflik bertemu di dunia nyata. Selain konflik manifest, yakni kerusuhan, dibalik itu memungkinkan adanya konflik laten antar kelompok ma­­­syarakat yang sebelumnya telah bertentangan. Ma­ - 113 -


Pesona Dunia Simulacra �

sing-masing kelompok membutuhkan wacana pem­ benaran untuk menyerang satu sama lain. Mereka da­pat saja menjelma menjadi supporter Madrid dan Bar­celona untuk melegalkan konflik di antara mereka. Konflik laten ini dipahami sebagai potensi konflik di dalam masyarakat, bisa terjadi antar etnis, kelas sosial dan agama. Hal ini disebabkan karena masing-masing kelompok saling menegaskan identitasnya dan meng­ eksklusikan atau menciptakan “the other” dari kelompok lain. Ketika identitas tidak cair, dan suatu kelompok sosial menginginkan pengakuan atas nilai dan ideologi yang dianutnya, maka konflik tinggal menunggu pemantiknya. Daftar Pustaka Baudrillard, Jean. 1994. Simulacra and Simulation. USA:University of Michigan Press Bourdieu, Pierre. 1991. Language and Symbolic Power. Oxford:Polity Press https://twitter.com/Ultra­SSurJOGJA sta­tus/30­7­5­ ­­72205758316545 (akses 1 Juli 2013) https://twitter.com/UltraSSurJOGJA status/308­­ 4­­3917267738626 (akses 1 Juli 2013) https://twitter.com/UltraSSurJOGJA status/307­4­ 5­­4480310468608 (akses 1 Juli 2013)

- 114 -


ďż˝ Yongky Gigih Prasisko ďż˝

7 Kritik atas Modernisme: Fordisme dan Kapitalisme sebagai Bentuk Represi Modern terhadap Kehidupan Sosial Manusia Setelah perang dunia pertama banyak negara Eropa dan Amerika yang mengalami krisis keuangan. Amerika mengalami apa yang disebut dengan Great Depression yaitu depresi akibat krisis ekonomi yang ditandai dengan jatuhnya bursa saham di Wall Street. Karena kondisi ini pemerintah Amerika memberlakukan kebijakan isolasionisme yaitu menutup hubungan dengan negara lain dan tidak terlibat peperangan. Kebijakan ini membuat kondisi Amerika kembali pulih dan berjaya. Hal ini bertolak belakang dengan kondisi Eropa yang terpuruk. Kondisi Eropa pada waktu itu bahkan mengalami kesulitan dalam memproduksi barang untuk negaranya sendiri. Negara-negara Eropa kemudian mengimpor barang-barang dari Amerika yang saat itu mengalami kejayaan untuk memenuhi kebutuhan negaranya. Perdagangan impor tersebut ber­hasil dan permintaan - 115 -


Pesona Dunia Simulacra �

impor dari Amerika semakin meningkat. Situasi ini membuat Amerika semakin mening­­katkan produksinya untuk tujuan ekspor ke negara-negara Eropa. Di saat Amerika mening­katkan produk­si barang­nya, keadaan Eropa telah kembali pulih sehingga menyebabkan permintaan barang dari Amerika menurun drastis. Dilema ini membuat situasi yang disebut high production under consumption yaitu produksi barang yang melebihi konsumsi barang. Amerika kembali mengalami krisis ekonomi dan depresi akibat perputaran uang di bank tersendat. Untuk mengembalikan kondisi keuangan menjadi stabil, maka John Meynard Keynes menawarkan sistem cara produksi dan sistem pasar dengan intervensi pemerintah. Intervensi pemerintah berupa kebijakan fiskal. Ketika terjadi penawaran yang rendah maka pemerintah menstimulasi untuk memancing penawaran dengan pajak. Paham Keynes ini mengawali munculnya fordisme dengan ciri-ciri antara lain: 1. Homogenisasi dan standarisasi produk dan tenaga kerja. Produk dibuat melalui mesin bukan dengan skill/keahlian tenaga kerja. 2. Manajemen industri berdasarkan azas assembly line yaitu proses produksi yang didesain untuk membuat produk lebih cepat dibandingkan dengan menggunakan tangan manusia. Proses produksi ini menggunakan mesin dan membagi pekerja berdasarkan bagian-bagian produk. Setiap divisi - 116 -


ďż˝ Yongky Gigih Prasisko ďż˝

pekerja mempunyai satu perintah tugas. Contohnya seperti proses produksi mobil yang membagi tenaga kerja menjadi divisi-divisi seperti divisi penginstalan mesin, penginstalan bodi dan pengistalan roda. Jika penginstalan mesin membutuhkan waktu 20 menit, penginstalan bodi selama 5 menit dan penginstalan roda dalam 10 menit maka sebuah mobil dapat dirakit setiap 35 menit. 3. Tenaga kerja dibayar dengan gaji yang tinggi jadi mereka mampu membeli produk yang mereka buat. Hal ini mengarah kepada tumbuhnya permintaan terhadap produksi barang. Fordisme mengacu pada kondisi produksi yang tinggi berbanding lurus dengan konsumsi yang tinggi. Tiga prinsip fordisme adalah rasionalitas, efisiensi, produksi dan konsumsi secara masal. Menurut Max Weber rasionalitas merupakan per­ tim­bangan sadar tentang pilihan untuk mencapai suatu tujuan melalui sarana-sarana yang memungkinkan untuk men­capai tujuan tersebut. Dalam konteks fordisme, cara produksi industri bertujuan untuk memproduksi barang secara masal dan konsumsi yang masal pula dengan sarana mesin produksi yang mekanis dan divisi-divisi tenaga kerja demi mencapai keuntungan ekonomi yang besar. Hokheimer dan Adorno dalam bukunya Dialectic of Enlightmenti (2002), mengkritik prinsip rasionalitas. Rasionalitas yang bertujuan untuk membebaskan manusia dari mitos telah menjadi - 117 -


ďż˝

Pesona Dunia Simulacra ďż˝

mitos itu sendiri. Manusia menjadi tertekan dalam bentuk represi yang baru. Cara produksi industri tidak memakmurkan masyarakat, tetapi malah memperkaya segelintir individu dan para pemilik modal. Rasionalitas membawa masalah irasionalitas, maka muncul irasionalitas-rasionalitas contohnya seperti perdamain dipelihara dengan anacaman perang, kecukupan infrastruktur, tetapi orang tetap miskin dan tertindas. Industri menyuburkan teknokrasi yang bertujuan mendominasi bukan emansipasi.Dalam cara produksi industri para pekerja bekerja untuk para pemilik modal yang keuntungan dari produksi tersebut lebih banyak diambil oleh pemilik modal. Para pekerja tidak bekerja untuk dirinya sendiri dan tenaga kerjanya telah menjadi nilai tukar bagi industi. Selain terepresi secara ekonomi manusia juga tere­ presi secara kultural contohnya dalam industri terdapat struktur birokrasi. Menurut Max Weber struktur birokrasi telah menjebak manusia ke dalam sistem yang berdasarkan efisiensi teleologi, kalkulasi rasional dan kontrol. Praktik sosial dilakukan berdasarkan efisiensi orientasi tujuan yang menggantikan tipe praktik sosial yang lama yaitu berdasarkan kekerabatan dan kekeluargaan.Dalam birokrasi, individu memiliki obsesi untuk meraih posisi yang lebih tinggi dan pencapaian itu ditentukan oleh orang-orang yang posisinya dibawah. Individu kekurangan otoritas atas dirinya. Otoritas dirinya ditentukan oleh orang lain - 118 -


ďż˝ Yongky Gigih Prasisko ďż˝

dengan mendikte deskripsi tugas yang harus dilakukan sesuai dengan tujuan birokrasi. Individu juga terepresi karena kehilangan rasa kebersaman, kekeluargaan dan kekerabatan karena tujuan birokrasi adalah melakukan tugas pekerjaan dengan baik dan efisien.Kapitalisme dan industri yang awalnya bertujuan untuk menyelesaikan krisis ekonomi malah menghasilkan permasalahan ekonomi dan budaya baru, bentuk represi dan mitos baru yang kompleks Kritik Frankfurt School atas modernisme dilakukan dengan melihat beberapa aspek. Berawal dari Karl Marx yang mengkritik kehidupan sosial masyarakat yang ditentukan oleh materialisme ekonomi dan mode of production, kemudian dilanjutkan oleh Antonio Gramsci dengan teori hegemoni yang meng­ungkapkan bahwa represi kapitalisme juga dilang­sungkan secara kultural dengan membuat wacana-waccana budaya sehingga dominasi terasa sebagai sesuatu yang wajar. Frankfurt School melanjutkan kritiknya dengan lebih kompleks bahwa kehidupan sosial masyarakat bukan hanya ditentukan oleh materialisme historis dan mode of production tetapi ada dimensi lain yang menentukan yaitu budaya. Hal ini yang kemudian menjadi studi kajian budaya oleh CCS (Center for Cultural Studies) di Birmingham yang meneliti tentang Sony Walkman dan melahirkan konsep Circuit of Culture. Konsep yang memahami budaya masyarakat secara komprehensif

- 119 -


Pesona Dunia Simulacra �

dengan melihat elemen representasi, identitas, produksi, konsumsi dan regulasi. Referensi Buku Horkheimer, Max dan Adorno, T. 2002. Dialectic of Enlightment. USA. Board of Trustees of the Leeland Stanford Junior University. Weber, Max. 1930. The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism. London:George Allen & Unwin Ltd Internet Budi Wiranti, Malinda. 2012.Great Depression, Keynesianism, and Fordism. dalam http: //malindab-w-fisip09.web.unair.ac.id artikel_detail-44484Umum Great%2 Depression,%20Keynesianism,%20 dan%20Fordism.html (akses Januari 2013) Hendri. 2010. Konsep Rasionalitas Mempengaruhi Tindakan Sosial (Menurut Max Weber) dalam http://hendrigamaina.blogspot.com/2010/02/ konsep-rasionalitas-mempengaruhi.html (akses Januari 2013) Nisita, Ayas. 2011. Kritik Rasionalitas atau Dialektika Pencerahan oleh Horkheimer dan Adorno dalam http://wa­hanajari.blogspot.com/2011/08/kritikrasionalitas-atau-dialektika.html (akses Januari 2013)

- 120 -


� Yongky Gigih Prasisko �

8 Karakteristik Orang-orang Perancis Terefleksikan melalui Legenda Nicholas Flamel Seperti Digambarkan dalam Novel Michael Scott The Alchemyst:The Secret of the Immortal Nicholas Flamel**** Legenda dan Masyarakat Legenda merupakan sebuah produk masyarakat ber­bentuk cerita, dan sangat erat hubungannya dengan peri­laku sosial dan budaya masyarakat seperti upacara tra­disional, karya seni, kepercayaan juga karya sastra. **** Tulisan ini merupakan intisari skripsi, hasil penelitian saya sewaktu studi di Fakultas Sastra Universitas Jember.Versi lengkapnya dalam bahasa Inggris dan telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi tanggal 30 Januari 2012. Tulisan ini juga dipresentasikan dalam acara Diskusi Sastra Interdisipliner 6 (DSI6) pada 27 September 2013. - 121 -


ďż˝

Pesona Dunia Simulacra ďż˝

Hubungan masyarakat dan legenda adalah secara historis dan gegografis yang berarti legenda merupakan cerita turun-temurun yang didasarkan pada sejarah tertentu, namun kebenarannya belum bisa dibuktikan secara ilmiah.Tempat dalam tokoh bisa merujuk pada bentuk materi di dunia nyata namun cerita dan kejadian masih belum bisa dibuktikan kebenaran dan kenyataannya. Dalam legenda biasanya juga memuat kejadian ajaib juga hal-hal irasional. Oleh karena itu legenda dianggap sebagai penggabungan fakta dan fiksi. Legenda dapat mempengaruhi cara pandang masya­ rakat, contohnya dalam memaknai sebuah tempat seperti gunung, cerita dibuat demi menyimpan pengetahuan tentang pelestarian gunung dengan memaknainya sebagai tempat keramat yang harus dijaga dan dihindarkan dari tindakan eksploitasi. Legenda juga merupakan media untuk memahami karakteristik masyarakat tertentu dengan melihat prinsip dan nilai yang terkandung dalam pesan yang disampaikan dalam cerita. Seiring dengan perkembangan zaman, legenda mene­mukan bentuk materinya pada teks, cerita-cerita legenda mulai ditulis. Bukan hanya itu, hal-hal legen­ daris juga digunakan demi membuat sebuah cerita dalam karya sastra. Karya Michael Scott, The Alchemyst: The Secret of the Immortal Nicholas Flamel adalah sebuah novel yang memuat alusi-alusi mitos seperti citra, hewan, tumbuhan, orang, tempat, senjata serta buku. Alusi tersebut memiliki cerita dalam masyarakat tertentu. - 122 -


� Yongky Gigih Prasisko �

Legenda dan masyarakat tidak dapat dipisahkan, hubungan mereka saling mempengaruhi.Masyarakat, ketika belum mengenal tulisan, menyimpan pengetahuan mereka seperti nilai moral, ideologi dan kepercayaan melalui cerita-cerita rakyat. Oleh sebab itu, di dalam sebuah cerita legenda tersimpan harapan, keinginan dan pengetahuan yang hendak dilestarikan dari generasi ke generasi. Dalam novelnya, Michael Scott memasukkan tokoh dan hal-hal legendaris untuk mendukung ide ceritanya dan dia juga mempunyai pengetahuan yang mumpuni tentangnya. Dia banyak menulis novel yang memuat tokoh ataupun hal yang merujuk pada cerita legenda di daerah-daerah tertentu. “In the United States , the first two volumes of his fantasy trilogy, Silverhand and Silverlight, were published to exceptional reviews, Publishers Weekly declaring “This shows how good fantasy can be.” Whom The Gods Love, a groundbreaking dark-fantasy set in the hitherto unexplored world of ancient Etruria before the rise of the Roman Empire and The Merchant Prince, an historical fantasy set in the Elizabethan era, give an example of his breadth of writing. The Irish Times recently called him, “The King of Fantasy in these Isles.” (Meekalee) Dalam novelnya, Silverhand and Silverlight, dia mema­ sukkan cerita dari dunia antah berantah Etrutia sebelum kebangkitan kekaisaran Romawi dan The - 123 -


Pesona Dunia Simulacra �

Merchant Prince, sebuah fantasi historis pada era Elizabethan, yang kemudian membuatnya dinobatkan oleh majalah Irish Times sebagai raja fantasi di Irlandia “The King of Fantasy in these Isles”. Begitu juga dalam novelnya, The Alchemyst:The Secret of the Immortal Nicholas Flamel, Michael Scott memasukkan tokoh legenda Perancis, yakni Nicholas Flamel sebagai tokoh utama dalam cerita. Bukan hanya Nicholas Flamel namun buku keramatnya yakni buku Abraham juga muncul dalam novel. Menurut legenda, buku Abraham berisi tentang rahasia Nicholas Flamel yang mampu menjadi manusia abadi, juga mengandung ramuan rahasia yang mampu mengubah batu menjadi emas. Penelitian ini mendiskusikan tentang legenda Nicholas Flamel yang merefleksikan harapan, aspirasi, keinginan dan pandangan orang-orang Perancis yang digambarkan dalam novel The Alchemyst: The Secret of the Immortal Nicholas Flamel untuk memahami karakteristik orang-orang Perancis. Teori arketipe Carl Gustav Jung digunakan sebagai pisau analisa karena melihat teori tersebut membahas psikologi kolektif sebagai fokus kajiannya. Teori tersebut digunakan untuk menjelaskan hubungan antara arketipe Nicholas Flamel dan orang-orang Perancis. Teori tersebut juga digunakan untuk memahami psikologi kolektif orangorang Perancis melalui legenda yang diciptkannya. Objek penelitian ini yakni tokoh Nicholas Flamel dalam novel dan legenda dengan mencari tipe dasar­ - 124 -


� Yongky Gigih Prasisko �

nya. Karakteristik Nicholas Flamel dalam legenda diper­bandingkan dengan karakteristik tokoh Nichlas Flamel dalam novel yang didapatkan melalui percakapan antar tokoh atau penggambaran dari penulis, dramatic characterization dan analytic characterization. Dari hasil perbandingan tersebut maka didapatkan tipe dasar, yakni karakteristik yang paling menonjol dan khas, yaitu manusia abadi dan kemampuan mengubah batu menjadi emas. Teori Arketipe Carl Gustav Jung Kajian psikologi arketipe berasal dari psikolog Swiss, Carl Gustav Jung, ia melanjutkan studi Sigmund Freud tentang alam bawah sadar manusia. Di dalam alam bawah sadar terdapat pola dasar pikiran manusia yang seca­ra kolektif menghasilkan pola perilaku manusia serta produk yang diciptakannya. Memori sosial tersebut dapat muncul dalam sebuah karya imajinasi kreatif salah satunya seperti legenda. “In literary criticism the term archetype denotes recurrent narrative designs, patterns of action, character-types, themes, and images which are identifiable in a wide variety of works of literature, as well as in myths, dreams, and even social rituals” (Abrams, 1999:12). Kajian literatur arketip memfokuskan kajian pada mitos dalam karya sastra. Elemen karya sastra yang dapat dianalisa dengan menggunakan kajian arketipe yakni - 125 -


Pesona Dunia Simulacra �

karakter, plot, seting dan citra yang semuanya berhubungan dengan sesuatu di luar karya seperti budaya, ritual sosial maupun legenda. Menurut Jung, arketipe merupakan citra primordial dalam alam bawah sadar. Pola alam bawah sadar kolektif inilah yang mengandung arketipe dan mendeterminasi bentuk serta substansi produk manusia. “The collective unconscious is like psychic DNA: it contains “inherited” psychic material that links us not only to other humans in the present but also to our ancestors from the past. According to Jung’s theory, though each of us appears to function independently, in actuality we’re all tapped into the same global mind. Jung believed that the way to learn what was in the collective unconscious was to watch for the appearance of archetypes.” (Kauf­ man, Carolyn) Alam bawah sadar kolektif diturunkan dari generasi ke generasi yang menunjukkan masyarakat tertentu mempunyai pikiran global yang sama.Legenda merupakan produk masyarakat tertentu yang di dalamnya memuat harapan, keinginan, nilai dan kepercayaan masyarakat tersebut. Dalam meneliti arketipe pada sebuah legenda salah satu elemen yang bisa dianalisa yaitu karakter atau tokoh. Carl Gustav Jung menciptakan istilah alam bawah sadar kolektif dan juga membedakannya dengan alam bawah sadar personal. Alam bawah sadar personal - 126 -


� Yongky Gigih Prasisko �

merupakan pengalaman individu yang khas dari setiap orang sedangkan alam bawah sadar kolektif mengum­ pulkan dan mengorganisasi kumpulan alam bawah sadar personal ke dalam persepsi yang sama. Legenda merupakan refleksi dari alam bawah sadar masyarakat dan di dalamnya terkandung simbol yang merekam hasrat manusia. Arketipe dapat berupa simbol, citra atau sistem yang terkandung di dalam budaya masyarakat yang muncul dalam karya seni maupun sastra. Simbol tersebut dapat muncul secara berulangulang dalam bentuk karya yang berbeda-beda, contoh­ nya seperti arketipe pahlawan, dahulu pahlawan digam­ barkan melalui tokoh Hercules, di era modern pahlawan menjelma menjadi Superman. Keduanya memiliki kesamaan karakteristik yakni menumpas kejahatan, menyelamatkan dan melindungi orang-orang dari tindak kejahatan. Hal ini berarti arketipe muncul dan diekspresikan dalam cerita yang berbeda-beda dari legenda sampai media film. Alam bawah sadar kolektif terbentuk dari kedekatan emo­­si masyarakat tertentu seperti kedekatan akan keke­ luar­gaan dan kebersamaan hidup di tanah yang sama. Arketipe yang berada dalam alam bawah sadar diar­ tikulasikan ke alam sadar menjadi ide. Arktipe dalam alam bawah sadar kolektif diturunkan kepada anggotaanggota masyarakat yang memiliki hubungan dekat satu sama lain.

- 127 -


Pesona Dunia Simulacra �

“Jung believed, contrary to eighteenth century Lockean psychology, that “Mind is not born as a tabularasa. Like the body, it has its pre-established individual definiteness; namely, forms of behaviour. They become manifest in the everrecurring patterns of psychic functioning” (Psyche and Symbol xv). Therefore what Jung called “myth-forming” structural elements are ever present in the unconscious psyche; he refers to the manifestations of these elements as “motifs,” “primordial images,” or “archetypes.” (Guerin, 2005:202). Jung membahas tentang ontologi alam bawah sadar manusia secara kolektif, ia percaya bahwa alam bawah sadar terbentuk dari manifestasi pola berulang-ulang dari tindakan manusia. Jung menyebutnya “pem­ben­ tukan mitos”. Manifestasi tersebut merupakan aku­ mulasi harapan, keinginan dan kemauan yang tidak da­pat diartikulasikan melalui tindakan nyata sehingga meng­endap dan tersimpan dalam alam bawah sadar. Ma­ni­festasi tersebut mendapatkan represi dari kondisi ma­terial manusia. Dalam konteks pembahasan legenda, ke­inginan, harapan dan kemauan tersebut tersimpan dan te­rekam secara kolektif ke dalam sebuah cerita. Dengan ca­ra tersebut pengetahuan diturunkan dari generasi ke generasi.

- 128 -


� Yongky Gigih Prasisko �

Penggambaran Nicholas Flamel dalam Legenda Perancis Alkemi merupakan ilmu yang berkembang pada abad pertengahan yang juga merupakan bentuk awal dari ilmu kimia. Ilmu tersebut memiliki capaian yaitu transmutasi metal menjadi emas, penemuan obat dari segala penyakit dan ramuan yang memberikan kehidupan abadi. Nicholas Flamel adalah seorang alkemis yang berhasil mencapai tujuan ilmu alkemi tersebut salah satunya yakni penciptaan philosopher’s stone yang memiliki kemampuan mengubah bahan metal menjadi emas atau perak. Philosopher’s stone merupakan ramuan rahasia dalam ilmu alkemi.Nicholas Flamel diyakini sebagai orang yang mencapai keabadian hidup melalui ramuan tersebut. Capaian tersebut diraihnya berkat kerja kerasnya dalam menerjemahkan buku Abraham yang memuat bahasa yang berbeda-beda. Dia sampai melakukan perjalanan ke beberapa negeri demi mem­ pelajari bahasa dan makna implisitnya. “… he received a very mysterious book from a close friend, written by an ancient person known as Abraham the Jew. The book was full of kabbalistic words in Greek and Hebrew. Flamel made it his life’s work to understand the text. He traveled to universities in Andalusia, to Cordoba (conquered by Christians in1236) and to the pilgrim shrine at Santiago de Compostela to

- 129 -


ďż˝

Pesona Dunia Simulacra ďż˝

consult with Jewish and Muslim authorities.� (Roberrefic, 2007) Buku tersebut bertuliskan kata-kata kabalistik (kata yang mempunyai makna laten) dalam bahasa Yunani dan Ibrani. Demi memahami bahasa tersebut dia pergi ke Universitas Andalusia sampai Cordoba dan ke Santiago de Compostela untuk berkonsultasi dengan penguasa Yahudi dan Muslim. Orang Yahudi diyakini menguasai bahasa Ibrani karena merupakan bahasa asli bangsanya sedangkan orang Muslim khususnya timur tengah memiliki kemampuan memahami bahasa Yunani karena pengaruh budaya helenik. Usahanya tersebut membuahkan hasil dengan kesuksesannya mengungkap makna naskah buku Abraham sang Yahudi. Keberhasilan Nicholas Flamel dalam mencapai tujuan ilmu Alkemi membuatnya menjadi seorang yang legendaris. Dia berhasil menemukan rahasia keabadian hidup manusia dengan menemukan ramuan yang bisa menyembuhkan segala penyakit termasuk kematian. Selain itu, tujuan akhir manusia yakni kemakmuran dan kekayaan juga telah diraihnya dengan kemampuannya yang bisa memproduksi emas dari bahan metal atau disebut juga philosopher’s stone. Ia merupakan simbol kesuksesan, kesempurnaan dan pencerahan kehidupan manusia. Seorang alkemis yang berhasil menemukan formula ramuan rahasia tersebut bukan hanya bisa menjadi kaya tetapi juga mencapai keabadian hidup. - 130 -


� Yongky Gigih Prasisko �

Nicholas Flamel dipercaya telah berhasil menemukan ramuan tersebut, dia dan istrinya menjadi kaya karena berhasil memproduksi emas dari bahan batu. Kehidupan abadi Nicholas Flamel dipercaya karena kejadian yang bercerita tentang kuburannya yang kosong, yang dipercaya dia belum meninggal dan mampu pergi dari kuburannya karena telah mencapai keabadian. “About this time, at the church of Saint-Jacques la Boucherie, robbers made their way in during the night, lifted Flamel’s tombstone and broke open his coffin. It was after this incident that the rumor spread that the coffin had been found empty, and that it had never contained the body of Flamel, who was supposed to be still alive.” (Merton, Reginald) Setelah dinyatakan meninggal dan dikubur di gereja Saint-Jacques la Boucherie, tubuh orang misterius Nicholas Flamel, diincar oleh orang orang karena diper­­ caya dia dikubur bersama buku rahasia dan harta karun­ nya. Ketika ada penjarah kuburan sedang mem­bongkar peti matinya, mereka tidak menemukan tubuh Nicholas Flamel dan rumor menyebar bahwa dia dipercaya masih hidup sampai sekarang. Nicholas Flamel mendobrak peti matinya sendiri dan keluar dari kuburannya, dia berhasil menemukan formula untuk menyembuhkan penyakit alami manusia yakni kematian. Kepercayaan akan keberhasilannya menemukan Phi­ losopher’s Stone juga didasarkan pada beberapa keja­dian

- 131 -


Pesona Dunia Simulacra �

dalam hidupnya. Seperti usaha toko bukunya yang kecil tiba-tiba menjadi besar dan sukses. “From this point, according to historical records, the little bookseller became rich. He established many low-income houses for the poor, founded free hospitals, and endowed churches. But he did not use his riches to increase his personal comfort or to satisfy his vanity. He altered nothing in his modest life. With Pernelle, who had helped him in his search for the Philosopher’s Stone, he devoted his life to helping his fellow men. “Husband and wife lavished succor on the poor, founded hos­pitals, built or repaired cemeteries, restored the front of Saint Genevieve des Ardents and endowed the institution of the Quinze-Vingts, the blind inmates of which, in memory of this fact, came every year to the church of Saint Jacques la Boucherie to pray for their benefactor, a practice which continued until 1789,” wrote historian Louis Figuier.” (Merton, Reginald) Kehidupan Nicholas Flamel secara tiba-tiba berubah drastis, dia menjadi orang kaya, toko bukunya menjadi besar, dia juga membangun rumah untuk orang-orang miskin, membangun rumah sakit gratis menyumbang ke gereja. Kekayaan yang didapatkannya secara misterius tersebut tidak digunakan untuk kepentingan pribadinya atau memperkaya dirinya. Dia lebih memilih untuk membagi kekayaan dan kemakmuran kepada orang lain. - 132 -


� Yongky Gigih Prasisko �

Penggambaran Nicholas Flamel sebagai Tokoh Utama dalam novel The Alchemyst: The Secret of The Immortal Nicholas Flamel Dalam novel Michael Scott, The Alchemyst:The Secret of The Immortal Nicholas Flamel, Nicholas Flamel ditempatkan sebagai tokoh utama.Penggambaran Michael Scott tentang Nicholas Flamel hampir sama dengan penggambaran dalam legenda. Dia digambarkan sebagai manusia legendaris yang telah mencapai keabadian hidup. “I am legend. Death has no claim over me, illness cannot touch me. Look at me now and it would be hard to put an age upon me, and yet I was born in the Year of Our Lord 1330, more than six hundred and seventy years ago. I have been many things in my time: a physician and a cook, a bookseller and a soldier, a teacher of languages and chemistry, both an officer of the law and a thief.” (Scott, 2007:4) Nicholas Flamel mengklaim dirinya sebagai seorang legenda yang mendapatkan kehidupan abadi, kematian dan penyakit apapun tidak dapat menyentuhnya.Dia memiliki kekebalan tubuh yang sempurna bahkan dapat menangkal penyakit fatal manusia yakni kematian. Selama perjalanan hidup abadinya dia telah menjelma menjadi beberapa macam orang dari seorang ahli fisika, koki, penjual buku, guru bahasa, ahli kimia, karyawan hukum bahkan pernah menjadi seorang pencuri.

- 133 -


Pesona Dunia Simulacra �

“But before all these I was an alchemyst. I was the Alchemyst. I was acknowledged as the greatest Alchemyst of all, sought after by kings and princes, by emperors and even the Pope himself. I could turn ordinary metal into gold, I could change common stones into precious jewels. More than this: I discovered the secret of Life Eternal hidden deep in a book of ancient magic.” (Scott, 2007:4) Nicholas Flamel mengklaim dirinya sebenarnya ada­lah seorang alkemis, lebih tepatnya alkemis paling agung yang dicari oleh banyak orang karena kemampuan ajaibnya, dari mulai raja, pangeran, kaisar sampai Paus. Dia mampu memproduksi perhiasan indah berdasarkan pada ramuan rahasianya yang terdapat pada buku keramatnya.Pencapaian seorang alkemist, keabadian dan kekayaan, membuatnya mengklaim dirinya sebagai seorang alkemis yang besar dan tak tertandingi. Sejarah keabadian Nicholas Flamel juga digambarkan di dalam novel, yakni tentang cerita tubuhnya yang diincar oleh orang-orang dan menemukan kuburannya yang kosong. “Even Perenelle is there, and it mentions the book and everything. It even says that when he died, his grave was dug up by people searching for treasure and they found it empty no body and no treasure.” (Scott, 2007:20).

- 134 -


� Yongky Gigih Prasisko �

“The records show that Perenelle died first; not long after, in 1418, the death of Nicholas Flamel was recorded. His house was sold and the buyers tore the place apart looking for some of the Flamels great wealth. Nothing was ever found. Later, in the dead of night, the tomb of Nicholas and Perenelle Flamel was broken into and that was when it was discovered that the tomb was empty. Had they been buried in secret graves, or had they never died in the first place? Paris buzzed with rumors, and the legend of the immortal Flamels began almost immediately.” (Scott, 2007:194). Tokoh Josh, seorang anak berumur 15 tahun yang bekerja di toko buku Nicholas Flamel mencoba untuk mengungkap siapa sebenarnya Nicholas Flamel. Dia menemukan data tentang sejarah orang misterius tersebut beserta istrinya Pernelle, yang mengatakan bahwa setelah Nicolas Flamel dinyatakan meninggal dunia dan dikubur pada tahun 1418, banyak orang mengincar jasadnya, berharap menemukan harta karun di kuburannya. Ketika ada penjarah kuburan membongkar kuburannya, peti matinya telah rusak dan tubuhnya telah menghilang, tidak ada perhiasan, harta karun ataupun tubuh Nicholas Flamel. Sejak saat itu rumor telah menyebar apakah Nicholas Flamel telah dikubur di tempat lain yang dirahasiakan ataukah dia telah keluar dari kuburannya dan menjadi manusia abadi. Kepercayaan lebih mengarah kepada keabadian - 135 -


Pesona Dunia Simulacra �

hidup yang didapatkan Nicholas Flamel sebagai seorang alkemis. Nicholas Flamel dalam novel juga digambarkan beker­ja keras selama bertahun-tahun dalam mener­ jemahkan buku Abraham, melakukan perjalanan ke berbagai negeri demi memahami bahasa yang berbedabeda yang ditulis dalam buku keramat tersebut. “It, too, really existed, and Nicholas Flamel left us with a very detailed description of the copperbound book, which was written on what looked like bark. Accompanied by Perenelle, he spent more than twenty years traveling all over Europe, trying to translate the strange language the book was written in. No one knows what happened to Nicholas Flamel on that journey. What is authenticated is that when he returned to Paris in the late fourteenth century, he was extraordinarily wealthy. The rumor quickly went around that he had discovered the two great secrets of alchemy in the Book of Abraham: how to create a philosopher s stone, which changed ordinary metal into gold, and how to achieve immortality. Neither Nicholas nor Perenelle would ever confirm the rumors, and they never explained how they had become so rich. Although Nicholas and Perenelle continued to live quiet, unassuming lives, they gave a lot of their money to charity, and founded hospitals, churches and orphanages.” (Scott, 2007:194) - 136 -


� Yongky Gigih Prasisko �

Buku Abraham berisi tentang ramuan rahasia ilmu alkemi yang dapat mencapai keabadian dan mam­pu meng­ubah batu menjadi emas. Dia diceritakan mela­ kukan perjalanan selama 20 tahun menjelajahi benua Eropa, berkonsultasi dengan orang yang dianggapnya mengerti bahasa dalam buku Abraham. Setelah per­ja­ lanan panjangnya dan akhirnya kembali ke Paris, dia dipercaya menguasai beberapa bahasa dalam buku Abra­ ham, melakukan banyak eksperimen di labo­ratoriumnya, di rumahnya, dan akhirnya berhasil meng­ungkap pesan dan makna laten dari tulisan buku keramat tersebut sehingga dia menemukan formula rahasia ilmu alkemi dan menjadi kaya sekaligus abadi. Ketakutan akan Kematian dan Semangat Keabadian Nicholas Flamel merupakan produk dari arketipe yang diciptakan dari alam bawah sadar kolektif orangorang Perancis, dia mempunyai karakteristik yang khas yakni seorang alkemis legendaris yang men­ capai keabadian dan mempunyai ramuan rahasia, philosopher’s stone, yang mampu mengubah batu menjadi emas. “Archetypes are the seeds or patterns that form the basic blueprint for major aspects of the human personality. Archetypes pre-exist in the collective unconscious of humanity and repeat themselves in the psyches of humans and determine how they perceive, behave, and react. These seeds or patterns are inborn within each person and are part of the - 137 -


Pesona Dunia Simulacra �

inherited legacy of human beings that exist or dwell as energy within the collective unconscious and are part of the psychological life of all peoples ubiquitously.” (Bush, Lawson Edward C. Bush and Causey, Tonia) Arketipe berada dalam alam bawah sadar kolektif manusia yang menentukan bagaimana orang-orang mempersepsi, bertingkah laku dan bereaksi yang juga berarti mendefinisikan karakter orang secara kolektif. Berdasar pada arketipe Nicholas Flamel, maka psikologi orang-orang Perancis sebagai pencipta legenda mampu diketahui secara kolektif. Alam bawah sadar berisi tentang kemauan, keinginan dan harapan yang ditekan namun memungkinkan untuk diartikulasikan menjadi ide. Nicholas Flamel merupakan manifestasi keinginan, harapan dan kemauan orang-orang Peran­ cis yang disalurkan dari generasi ke generasi dan me­ nye­barkannya secara luas. Nicholas Flamel meru­ pa­kan bentuk ide tersebut hasil artikulasi psikologi orang-orang Perancis.Untuk mengetahui harapan, keinginan dan kemauan orang-orang Perancis maka yang perlu dilihat adalah kebiasaan, tingkah laku dan cara pandang orang-orang Perancis. Hal-hal tersebut nantinya akan mendefinisikan karakter orang-orang Perancis secara kolektif. Salah satu karakteristik khas Nicholas Flamel adalah manu­sia abadi. Dalam pemikiran modern, rasionalitas, kema­tian adalah hal yang paling ditakuti orang - 138 -


� Yongky Gigih Prasisko �

karena ketika orang mati itulah akhir dari segalanya, akhir dari hasrat, akhir dari kekuasaan dan akhir dari keinginan individu. Kematian tidak bisa dihindari oleh semua manusia tetapi manusia bisa mengurangi ketakutannya akan kematian yakni dengan cara simbolis. “Transcendence occurs with each heroic human effort to counter the devastating effects that nature has on humanity. Society itself is a transcendent being, constructed by the combined heroic efforts of all the individual humans who make up society Culture thus offers immortality. Culture offers an opportunity to preserve the memory and works of the individual within the context of the heroic project that is society itself. Culture overcomes the fear of annihilation, the fear of being forgotten. Culture preserves an individual’s productions and thus allows the individual to achieve a form of “symbolic immortality.” (Lifton, 1979:23). Manusia memproduksi budaya sebagai usaha untuk mengatasi kondisi naturalnya, yakni sakit dan kematian, juga ketakutan akan dilupakan.Oleh sebab itu, budaya diyakini sebagai keabadian simbolis yang membuat masyarakat tertentu melestarikan ideologinya dan mengatasi ketakutan akan dilupakan. Budaya juga diciptakan demi mengatasi ketakutan manusia akan kema­tian. Jadi produk manusia merupakan manifestasi ca­ra mengatasi ketakutan dan keterbatasan kondisi mate­rialnya. Manifestasi ketakutan akan kematian - 139 -


ďż˝

Pesona Dunia Simulacra ďż˝

orang-orang Perancis tersimpan dalam legenda Nicholas Flamel. Tokoh Nicholas Flamel juga diciptakan sebagai usaha orang-orang Perancis untuk mengatasi ketakutan akan dilupakan. Dengan simbol Nicholas Flamel, orangorang Perancis menunjukkan capaian bangsanya dalam bidang ilmu pengetahuan dan akan terus diingat dari gene­rasi ke generasi. Mati berarti lupa, supaya tidak mati maka perlu diingat, secara kolektif usaha ini menghasilkan legenda Nicholas Flamel. Tokoh Nicholas Flamel juga merupakan pengingat orang-orang Perancis yang telah mengalami kemajuan di bidang ilmu pengetahuan. Karena kesuksesan Nicholas Flamel di bidang alkemi, maka hal tersebut memacu atau memotivasi orang-orang Perancis untuk mengem­ bangkan ilmu pengetahuan yang sudah mencapai tahap tinggi dan mencoba untuk lebih tinggi lagi. Semangat keabadian terefleksikan melalui Nicholas Flamel, orang-orang Perancis mempunyai harapan dan keinginan untuk terus diingat dalam hal kemajuan ilmu pengetahuan dan keinginan tersebut tetap abadi selama Nicholas Flamel terus eksis. Oleh karena itu, legenda Nicholas Flamel tidak hanya muncul dalam catatan sejarah kuno namun dalam karya sastra masa kini ia juga muncul seperti kemunculannya pada novel Michael Scott The Alchemyst: The Secret of the Immortal Nicholas Flamel yang dipublikasikan pada tahun 2007. Hal ini dianggap sebagai usaha pelestarian manifestasi keinginan dan harapan orang-orang Perancis untuk - 140 -


� Yongky Gigih Prasisko �

terus diingat sepanjang masa dan menjadi abadi. Melalui Nicholas Flamel orang-orang Perancis tetap hidup dan mengenalkan capaiannya di bidang ilmu pengetahuan, bahwa bangsa Perancis sudah maju dalam bidang ilmu alkemi sejak dahulu dan terus mengmbangkannya. Kaum Borjuis Perancis Gambaran lain Nicholas Flamel yakni dia adalah orang kaya, makmur dan mapan. Hal ini karena dia mem­­ punyai banyak emas. Emas identik dengan kekayaan dan di Perancis terdapat kelompok masyarakat kelas sosial atas yang identik dengan kemewahan bernama kaum Borjuis. Mereka merupakan kelompok sosial elit. “The term “bourgeoisie” in both its French and its English usages usually refers to a social elite. In France, the word’s meaning evolved in the period covered here from referring to a civic elite to designating a capitalist ruling class, while it retained throughout connotations of debased, second-rate aristocracy. While the word bourgeois goes back to the early Middle Ages, classe moyenne was only used systematically starting in the 1820s, and derives its meaning from social science rather than history.” (Maza, 1953:4). Makna kelompok sosial Bourgeois merujuk pada kelas sosial elit yang dari orang-orang pemerintah, bang­ sawan dan saudagar kaya. Mereka disebut juga kelas penguasa (ruling class),yakni orang pemerintahan yang - 141 -


ďż˝

Pesona Dunia Simulacra ďż˝

menentukan kebijakan dan menguasai aspek-aspek kehidupan masyarakat seperti ekonomi, politik, sosial dan budaya. Oleh sebab itu mereka mendapatkan kekayaannya melalui kekuasaannya. Kaum Borjuis juga mempunyai budaya sendiri yang terpisah dari kelompok masyarakat lain, contohnya seperti, mereka mengadakan pesta yang khusus diperuntukkan bagi kaum elit. Kaum Borjuis mengeksklusifkan diri dan mengukuhkan posisinya dengan mengadakan pesta mewah. Kelompok sosial elit ini merupakan refleksi karakter masyarakat Perancis yang materialistis atau pikiran yang berorientasi profit/keuntungan materi. Penggambaran kelompok sosial Borjuis menunjukkan bagaimana pandangan kelompok sosial tersebut (materialistis) dan bagaimana mereka bertingkah laku (eksklusif). Secara kolektif pandangan dan tingkah laku mereka ditentukan oleh alam bawah sadar kolektif yang menurut Jung terdapat arketipe di dalamnya. Keinginan, harapan dan hasrat akan sebuah kekayaan materi yang terkristalisasi dalam arketipe, jika diartikulasikan melalui ide kreatif, seperti cerita legenda maka akan menghasilkan tokoh materialistis.Dalam konteks bangsa Perancis, Nicholas Flamel yang kaya dan punya banyak emas merupakan bentuk artikulasi ide pandangan orang-orang Perancis yang materialistis. Emas menjadi hal penting sebagai refleksi pandangan dan simbol kekayaan materi. Emas yang dimiliki Nicholas Flamel - 142 -


� Yongky Gigih Prasisko �

mendapatkan bentuk materinya pada kaum Borjuis Perancis yang eksklusif, kaya dan materialistis. Alam bawah sadar kolektif orang-orang Perancis yang berisi keinginan, harapan dan hasrat terpendam akan kekayaan materi termanifestasikan dalam tokoh Nicholas Flamel yang kaya akan emas. Kaum borjuis yang identik dengan kekayaan dan keme­­wahan menunjukkan dirinya melalui pakaian yang dikenakannya. Pakaian juga menjadi penanda diri atau kelompok untuk membedakannya dari kelompok lain, juga dapat digunakan sebagai identitas. “Even on a daily basis, clothes served to identify the wearer’s status quite precisely. François Besnard, writing in the nineteenth century of his childhood in mid-eighteenth century provincial Anjou, reveals how specific was the semiology of clothing.“Fontanges, or brightly colored ribbons placed on head-dresses, and ruffles along the hem of gowns were adornments exclusively reserved for noble women or girls or to those who were clearly above other bourgeois families through the financial or professional distinction of their husbands.” The wives of notaries, surgeons, and merchants, he continued, “allowed themselves only white ribbons,” while the spouses of workers, peasants, and servants wore dark hooded coats. There was a hierarchy of footwear too, from the very high heels of aristocratic ladies, to the clogs - 143 -


Pesona Dunia Simulacra �

and slippers of working women, and a similar system of signs governed men’s clothing” (Maza, 1953: 49).

Kaum Borjuis menspesifikasikan dirinya dengan tanda-tanda pakaian. Spesifikasi pakaiannya antara lain mengenakan pita berwarna pada pangkal gaun secara eksklusif untuk wanita bangsawan. Pita putih digu­­na­kan dan menjadi penanda istri notaris, dokter bedah dan saudagar sedangkan pekerja menggunakan pita hitam. Wanita aristokrat mengenakan sepatu hak tinggi sedangkan pekerja wanita mengenakan sandal dan bakiak.Ada hubungan hirarki yang ditunjukkan melalui pakaian yang turut menentukan kelas sosial masing-masing. Kaum Borjuis menggunakan pakaian eksklusif dan mewah demi menunjukkan identitas kelas elit. Inilah potret kaum elit Perancis yang berpandangan materialistis yang ditunjukkan dengan pakaian eksklusif dan mewahnya. Karakteristik kaum Borjuis ini ditentukan oleh alam bawah sadar kolektif mereka. Karakteristik ini mempunyai kemiripan dengan karakteristik Nicho­las Flamel yang mampu memproduksi emas dan menjadikannya orang kaya. Kedua karakteristik ini dihubungkan melalui alam bawah sadar kolektif. Legenda Nicholas Flamel merupakan produk orangorang Perancis, tindakan dan tingkah laku kaum Borjuis merupakan karakteristik kelompok elit Perancis. Produk dan karakter tersebut merupakan manifestasi dari alam bawah sadar kolektif orang-orang - 144 -


� Yongky Gigih Prasisko �

Perancis. Arketipe mendeterminasi sikap dan tingkah laku orang-orang secara kolektif juga menentukan bentuk dan karakteristik produk. Legenda Nicholas Flamel dan kaum Borjuis merupakan refleksi dari pandangan orang-orang Perancis yang materialistis. Materialistis di sini dimaknai sebagai hasrat untuk menjadi kaya dengan meyakini benda materi sebagai substansinya. Daftar Pustaka Buku Abrams, M.H. 1999. A Glossary of Literary Terms/ Seventh Edition. Massachusetts:Heinle & Heinle Bush, Lawson, Bush, Edward C. and Causey, Tonia. 2006 The Collective Unconscious: An Opportunity for New Thoughts on the Existence of Independent Black Institutions and Black Achievement Theories. Collingwood, R.G. 2005. The Philosophy of Enchant­ ment. New York:Oxford University Press Guerin, L. Wilfred. 2005. A Handbook of Critical Ap­ proaches to Literature. New York: Oxford University Press. Jung, Carl G. 1916. Psychology of the Unconscious. New York:Dodd, Mead and Company, Inc. Lifton, Robert Jay. 1979. The Broken Connection: On Death and the Continuity of Life. New York:Basic Books.

- 145 -


Pesona Dunia Simulacra �

Maza, Sarah. 2003. The Myth of the French Bourgeoisie. Massachusetts:Harvard University Press Scott, Michael. 2007. The Alchemyst:The Secret of the Immortal Nicholas Flamel United States: Random House/Delacorate Press. Internet Kaufman, Carolyn, “A Primer on Archetypes and the Collective Unconscious,” in archetypewriting.com, URL: http://www.archetypewriting.com/articles/ articles_ck/arc th hetypes1.htm, (December 14, 2011) Merton, Reginald, “The Book of Abraham the Jew,” in alchemylab. com, URL: th-http://www.alchemylab. com/flamel.htm, (August, 10, 2011) Meekalee, “Biography of Michael Scott,” in book­reviews­ fortheaveragejoe.wetpaint.com, URL: http://book­ reviewsfortheaveragejoe.wetpaint.com/page/Bio­ graphy+of+Michael+Scott (December, 17, 2011) Merton, Reginald, “A Detailed Biography of Nicolas Flamel,” in flamel college.org, URL: http:/www. flamelcollege.org/flamel.htm, (August, 4, 2011) Roberrific, 2007, “Nicholas Flamel: Medieval Alhemist,” in roberrific.quazen.com, URL:http://roberrific. quazen.com/reference/biography/nicholas-flamelmedieval-alchemist/, ( July, 28, 2011)

- 146 -


� Yongky Gigih Prasisko �

Tentang Penulis Yongky Gigih Prasisko, lahir pada 20 Maret 1989, di kota Jem­ber, Jawa Timur, menyele­saikan stu­di di Jember sampai tamat menjadi Sarjana Sastra, di Fakul­tas Sastra Universitas Jember. Selama menjadi maha­siswa S1, aktif dalam organisasi kesenian, Dewan Kesenian Kam­p us Fakultas Sastra Universitas Jember dan sempat men­jabat sebagai ketua umum periode 2010-2011. Aktif menulis puisi, cerpen, artikel dan esai sebagai karya ekstasenya sekaligus bekerja sebagai editor dan penerjemah lepas. Kini sedang melanjutkan studi pascasarjana di program studi Kajian Budaya dan Media dan jurusan Ilmu Filsafat, Universitas Gadjah Mada.

- 147 -


.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.