Teknik Jurnalistik 3

Page 1

BAB 3

MENGGALI DAN MEMBURU BERITA Setelah membaca dan mempelajari bob ini. Anda diharapkan dapat 1. memahami proses pelaporan dan penulisan berita 2. memahami teknik pendalaman berita, antara lain melalui wawancara dan pengamatan 3. memahami apa yang dimaksudkan dengan "sumber berita"

13


Berita tentu tidak tidak datang dengan sendirinya. Seorang wartawan, koresponden, atau pelapor haruslah jeli di dalam menangkap berbagai fenomena di sekelilingnya untuk dijadikan balian pemberitaan. Dalam tugas sehari-hari sebagai jurnalis, seorang wartawan haruslah pencari berita. Wartawan sepanjang waktu -konon jam kerja wartawan 24 jam!—terus-menerus memikirkan bagaimana mendapat berita yang eksklusif dan bernilai berita. Kalau perlu, media lain belum menyiarkannya dan berita itu hanya diperoleh dan dimuat dalam media tempat sang wartawan bekerja. Proses mendapatkan berita dapat melalui berbagai cara. Setelah berita didapat, masih perlu diolah lagi -ibarat "tukang masak" yang meracik dan meramu makanan agar enak dan menarik ketika disajikan. Lazimnya berita didapat dari enam cara: i .  Penemuan peristiwa (fact finding)  Mencari keterangaan dari saksi/tokoh terkait  Wawancara  Investigasi  Mengambil dari sumber lain  Kantor berita

3.1 Penemuan Peristiwa (fact finding) dan angle Berita yang "ditemukan" sifatnya berupa peristiwa yang terjadi. Bisa peristiwa alam. seperti: banjir, tsunami, gunung meletus, gempa bumi, meteor jatuh, gerhana matahari, kebakaran, dan sebagainya. Wartawan tinggal melaporkan, atau menuliskan, dampak yang ditimbulkan oleji peristiwa itu dan memilih angle manakah yang paling menarik bagi pembaca? Apakiih yang dimaksudkan dengan angle? Secara harilah, angle berarti "to hold am opinion or perspective on something" (Dictionary of American English, 2002: 45). Jadi. angle ialah sudut pandang, sisi pandang, atau titik awal yang diambil wartawan untuk mulai menulis berita. Agar lebih jelas, barangkali angle dimasukkan dalam contoh berikut ini. Misalnya, ada peristiwa kebakaran di sebuah lokalisasi WTS di wilayah Jakarta Barat. Rentetan peristiwanya panjang dan tentu saja banyak yang terkait di dalamnya. Setelah diselisik, ternyata kebakaran itu tidak hanya semata-mata kebakaran, tetapi ada by design, ada skenario tertentu di sana. Wartawan harus jeli melihat sesuatu di balik berita, untuk menangkap "apa" di balik peristiwa. Laporan wartawan harus dalam, ia tidak hanya sekadar melaporkan sesuatu yang tampak di permukaan saja. Karena itu, si wartawan —setelah menyaksikan peristiwa—menggali lebih dalam, akhirnya, ia menemukan tali temali peristiwa. Ternyata, kebakaran di lokalikasi WTS disulut oleh pihak tertentu yang ingin tempat lokalisasi dijadikan gedung perkantoran. Sudah banyak jalan ditempuh untuk mencoba membeli areal di

14


sana, namun selalu gagal. Satu-satunya cara ialah dengan membumihanguskan areal tersebut. Kebakaran membawa efek domino. Warga ada yang luka parah, sampai meninggal. Harta benda ludes. Seorang WTS—katakanlah namanya Mawar Indah Berduri—ikut tewas dalam peristiwa naas ini. Padahal. Mawar dikenal sangat cantik, ramah, dan menjadi tumpuan hidup keluarganya di kampung. Sebagai wartawan, apa angle yang hendak Anda ambil? Terserah! Asalkan setiap angle perlu didalami, dan tentu saja, memenuhi tiga unsur berikut ini.  What peopie WANT to know ?  What people NEED to know ?  What people WANT and NEED to know ? Dalam bab khusus yang membahas teknik (dan proses) penulisan berita dijelaskan bahwa sebelum menulis berita, wartawan harus berpikir lebih dulu. Untuk wartawan junior, yang belum terbiasa menulis, agar dihasilkan berita yang sempurna kadang diperlukan outline. Outline sebenarnya sama dengan apa yang ada di dalam pikiran (map of mind) Anda. Bagi wartawan senior dan orang yang biasa menulis, outline itu sudah ada dalam kepalanya. Urut-urutannya sudah ada. Ia tahu manakah angle yang dipakai untuk starting point, sehingga begitu sampai di kantor, ia cukup duduk di depan komputer ialu bisa langsung muiai menulis berita. Yang mengherankan wartawan junior, laporan seniornya bagus dan memikat." Aneh! (Inilah buah dari kebiasaan, berlatih, dan learning by doing! Neuron (syaraf) menjadi terbiasa atau imun, jika sering dilatih). Setelah ditimbang-timbang, akhirnya wartawan yang meliput peristiwa kebakaran di lokalisasi WTS Jakarta Barat memilih angle tewasnya korban Mawar Indah Berduri. Si wartawan menghubungi keluarga di kampung dengan wawancara tak bersemuka. Ia mendapat informasi yang menarik, bahwa Mawar adalah kembang desa, tahun depan akan menikah dengan kepala desa sebagai istri ketujuh, dan sewaktu pamit ke Jakarta, Mawar mengatakan bekerja di pabrik sepatu milik orang Korea. Memang semula dijanjikan begitu, namun akhirnya Mawar terjebak dalam mata rantai jual beli perempuan (trafficking), sehingga akhirnya menjadi penghuni lokalisasi. Setelah menetapkan angle, dengan tidak lupa memberi bingkai dan latar peristiwa, si wartawan lalu menulis: Mawar Indah Berduri tewas mengenaskan dalam peristiwa kebakaran di sebuah lokalisasi di Jakarta Barot, Tubuhnya yang halus mulus tak terlihat lagi. Padahal, tahun depan kembang desa Itu bokal dipersunting kades sebagai istri ketujuh.

15


"Habis sudah tumpuan hidup komi/ kata Lilin Suci (46 tahun), ibu Mawar. "Kami tak tahu mesti dapat biaya dari mana lagi/ tombah sang ibu sambi! menangis histeris ketika mendapat kabar bahwa putri kesayangannya telah tiada. Menurut keterangan Lilin Suci, setiap bulan Mawar mengirimkan uang Rp 1.500.000,00. "Kini kami luntang lantung dan hidup dari mana?' tanyanya. Memang kasihan nasib Bu Suci dan keluarga. Sudah jatuh tertimpa tanggo pulal (nar)

Bagaimana jika tidak ada kejadian alam, atau insiden kebakaran seperti terjadi di lokalisasi WTS Jakarta Barat, apakah wartawan menganggur? Ataukah ia malah membuat bencana -misalnya membakar rumah orang— agar ada bahan berita yang dapat ia tulis? Tentu tidak! Seorang wartawan yang kreatif, selalu memiliki ide-ide untuk dikembangkan menjadi berita. Peristiwa yang sudah lama terjadi pun dapat dikembangkan menjadi sebuah tulisan/ berita yang hangat. Misalnya: bencana tsunami sudah terjadi lebih dua tahun -ini tentu bukan lagi berita hangat. Tapi berita itu bisa dihangatkan kembali dengan mengangkat bagaimana suka duka, atau pengalaman, sebuah keluarga yang tercerai berai sewaktu tsunami menghantam daerah Aceh dan sebagian wilayah Sumatera, baru benemu kembali. Atau contoh lain. Gunung Merapi meletus tiga tahun yang lalu -berita basi. Wartawan bisa menghangatkannya kembali, dengan mengangkat sisasisa dampak peristiwa alam itu dengan mengaitkannya dengan temuan fakta sekarang. Katakan, seorang petani yang berhasil sukses karena menjual pasir gunung merapi (pasir malang) menjadi salah satu media tanam bonsai. Inilah yang dimaksudkan dengan temuan fakta. Jadi, selalu ada saja teknik untuk mendapatkan berita. Selalu ada cara jntuk membuat sebuah berita basi menjadi hangat kembali.

3.2 Keterangan dari Saksi/Tokoh Terkait Saksi/ tokoh yang terkait dengan sualu peristiwa menjadi penting untuk dijadikan pelengkap, atau berita tersendiri, di samping berita ulama. Seorang wartawan dalam pengembangan berita, harus bisa menangkap efek dan tali temali sebuah peristiwa. Dengan demikian, apa yang dilaporkan tidak hanya sebatas apa yang terjadi, tetapi betul-betul tuntas dan memuaskan rasa ingin tahu audience. Sebagai contoh, banjir setiap tahun melanda kota Jakarta—ini sebuah berita biasa. Namun, menjadi berita luar biasa, jika banjir juga sampai menggenangi rumah pejabat teras negara, atau rumah seorang public figure, sehingga ketika hendak masuk rumah sang tokoh mesti mengangkat celana (atau rok) ke atas dulu. Apalagi, jika peristiwa itu diabadikan lewat kamera, tentu mengandung nilai berita yang luar biasa. 16


Dalam memburu berita yang menyangkut suatu peristiwa, wartawan ikut terlibat baik secara fisik maupun nonfisik. Wartawan mengikutinya dengan empati dan melaporkan hasil amatan dan apa yang ia rasakan. Wartawan mencatat" semuanya itu. Karena itu, wartawan yang ditugasi mengikuti dan melapiorkan suatu peristiwa/ event disebut meliput. Catatan: meliput = membuat berita atau laporan secara terperinci tentang suatu masalah atau peristiwa [KBBi 2001: 677).

Dilihat dari prosesnya, ternyata wartawan tidak hanya menulis atau melaporkan berita secara terperinci, tetapi juga mengamati dan (sering kalil bahkan mengalaminya sendiri. Setelah itu. baru peristiwa/ event itu dilaporkan. Di sinilah sesungguhnya makna kata "meliput" menjadi penuh, ketika wartawan tidak saja melaporkan secara terperinci sualu peristiwa/ event, tetapi juga (sebelumnya) mengamati dan mengalami sendiri.

3.3 Wawancara

Salah salu teknik untuk mendapatkan berita yang eksklusif ialah dengan wawancara. Tentu saja. yang dipilih adalah narasumber yang punya nilai berita, atau narasumber yang benar-benar relevan dengan isu berita tersebut. Sebagai contoh, kini sedang hangat-hangatnya isu mengenai flu burung. Siapa kira-kira tokoh yang lepat untuk diwawancarai? Tentu saja, dokter yang pakar di bidangnya (relevan) atau seorang public figure. kerabat atau kenalan korban flu burung (narasumber yang punya nilai berita). Untuk melakukan wawancara dengan narasumber, tidaklah mudah. Di samping tidak setiap orang mau terbuka, banyak narasumber yang sibuk dan nyaris tidak punya waktu untuk wawancara khusus. Bagaimana cara melakukan wawancara, seorang wartawan harus punya trik-trik untuk itu. Bagaimana agar narasumber mau "buka mulut", seorang wartawan pun harus pandai-pandai menyiasatinya. Ada narasumber yang untuk mendapatkan atau mengorek sesuatu darinya harus melalui pendekatan pribadi, atau personal approach. Ada yang melalui teknik investigatif (penyelidikan), bahkan tidak sedikit wartawan yang untuk mendapatkan informasi dengan menyamar. Masih ingat bagaimana penyamaran yang dilakukan wartawan News of The World yang menjadi sheikh dari Timur Tengah saat mewawancarai pelatih nasional kesebelasan Inggris, Sven-Goran Erikkson? Dalam penyamarannya, si wartawan berhasil mengorek informasi dan memancing komentar Erikkson yang akhirnya menimbulkan kontroversial itu. Akibat komentarnya, Erikkson lalu berhadapan dengan publik Inggris yang berang. Erikkson lalu menuai akibat pahit atas komentarnya: dipecat sebagai pelatih limnas Inggris usai Piala Dunia 2006. 17


3.3.1 Teknik Wawancara I  Persiapan alat tulis dan rekam Seorang wartawan, .sebelum melakukan wawancara, perlu persiapan atas memperlengkapi diri dengan seperangkat alat tulis dan rekam. Hal ini karena ingatan manusia pendek, sementara apa yang ditulis itu abadi. Selain itu, untuk menghindari kesalahan atau ketidaklengkapan yang dapat ditampung oleh daya ingat manusia. Sebelum melakukan wawancara, wartawan harus melengkapi diri dengan tape recorder. Periksalah, apakah kaset penuh atau kosong, apa baterai masih baik atau usang, dan perhitungkan berapa lama waktu wawancara. Kalau lama, cukupkah dengan satu kaset? Selain itu, wartawan harus menyiapkan alat tulis. Biasanya, block notes dan ballpoint disediakan kantor. Jangan sampai terjadi, ketika wawancara, wartawan meminjam ballpoint narasumber. Ini sungguh memalukan!  Siapkan pertanyaan Untuk mendapatkan sebuah berita yang lengkap, seorang wartawan perlu mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada narasumber. Kalau perlu, persiapan dilakukan secara tertulis. Bahkan, ada wartawan yang sebelum melakukan wawancara langsung, mengirimkan terlebih dahulu daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada narasumber. Mengapa persiapan itu perlu dilakukan? Persiapan perlu dilakukan agar diperoleh data, informasi dan keterangan yang lengkap pada saat itu juga. Mengapa daftar pertanyaan perlu dipersiapkan, atau dikirimkan lebih dahulu? Hal ini agar pada saat itu pula diperoleh data yang akurat dan lengkap mengenai topik yang hendak digali dari narasumber. Sebagai contoh, seorang wartawan harian ekonomi ingin mewawancarai presiden direktur sebuah perusahaan sepatu. Ia ingin menggali dari narasumber, berapakah karyawan yang berpendidikan SLTA, diploma, S-1. atau S-2? Kalau ini yang ditanyakan mendadak, maka sang wartawan tidak akan mendapatkan data saat itu juga. Karena karyawan pabrik sepatu itu mencapai angka belasan ribu, tentu saja sang presiden direktur tidak tahu persis datanya. Untuk mendapat data itu. sang presiden direktur memerlukan data dari Bagian Personalia. Jika informasi itu, atau pertanyaan itu, dikirimkan jauh hari sebelumnya, maka sang presiden direktur tentu sudah menyiapkan datanya di laci meja. Dan ketika wartawan meminta data, tinggal diberikan saja bahan yang sudah tersedia.  Sopan Ketika melakukan wawancara, selalulah bersikap ramah tamah dan sopan. Anda bisa tidak mendapatkan berita apa-apa, jika narasumber sebal dengan Anda, lalu meninggalkan Anda pergi.

18


Kata-kata yang diajukan hendaknya tersusun sedemikian rupa, sehingga tidak terkesan menyalahkan, menggurui atau memojokkan narasumber. Ingat, yang diperlukan wartawan ialah menggali informasi dan data sebanyak-banyaknya dari narasumber, bukan untuk tujuan yang lain. Tugas wartawan hanyalah menggali, mengarahkan narasumber, mendengar, dan mencatat. Berhadapan dengan narasumber, seorang wartawan harus menyadari dia adalah pencari berita, bukan sumber berita. Sumber berita adalah narasumber itu sendiri! Jangan sampai, dalam sebuah wawancara, si wartawan yang lebih banyak ngomong daripada narasumbernya.

3.3.2 Wawancara Individual Wawancara individual ialah wawancara yang dilakukan pada satu narasumber, namun narasumber ini memiliki nilai berita dan dapat memberikan keterangan secara lengkap. Misalnya, kita ingin menulis mengenai mengapa listrik akhir-akhir ini mengalami gangguan alau pemadaman? Untuk itu, kita cukup mewawancarai Kahumas PLN setempat. Dari sana akan diperoleh keterangan yang lengkap dan sebab-akibat yang kait-mengait.

3.3.3 Wawancara Tertulis

Sering karena masalah teknis dan rumitnya permasalahan, menyebabkan wartawan tidak dapat langsung masuk ke narasumber. Karena itu, wawancara tertulis menjadi alternatif. Misalnya, begitu sulitnya menembus benteng pertahanan Gerakan Aceh Merdeka, padahal wartawan memerlukan data dan konfirmasi mengenai sebuah operasi militer yang dilakukan pihak, lawan. Berapa korban jatuh? Nah. wawancara tertulis bisa dilakukan, dengan menitipkan wawancara itu kepada jalur khusus. Keuntungan teknik wawancara ini ialah: diperoleh data dan informasi yang akurat dan penulisan nama dan tempat yang benar. Adapun kelemahannya: diperlukan waktu yang lama. padahal berita itu segera ditunggu pemuatannya dan jawaban hanya terbalas pada pertanyaanpertanyaan tertulis yang telah dirancang.

3.3.4 Wawancara Tak Bersemuka Wawancara yang dilakukan melalui telepon, email, alau sarana lainnya dengan mempertimbangkan unsur-unsur faktual suatu berita. Sebelum melakukan wawancara tak bersemuka. sebaiknya tetapkan dulu permasalahan, atau topik, apa yang mau digali dan diperdalam? Sejumlah pertanyaan perlu disiapkan. Karena waktunya terbatas, dan tentu saja berbiaya, usahakan pertanyaan yang diajukan langsung ke inti persoalan.

19


3.4 Konferensi Pers Teknik lain bagaimana mendapatkan sumber berita ialah dengan mengikuti konferensi pers atau dikenal dengan istilah press conference. Biasanya, konferensi pers dilakukan oleh staf hubungan masyarakat atau biro komunikasi sebuah lembaga. Dalam konferensi pers, biasanya sudah disediakan informasi yang diperlukan. Namun, sering informasi yang disiapkan sifatnya umum dan kurang terkandung di dalamnya nilai berita. Untuk mendalaminya, wartawan harus menggali dari sumber lain. Di samping itu, kerap konferensi pers sifatnya satu arah dan cenderung yang disampaikan sisi-sisi positifnya saja. Wartawan harus mengkaunter informasi itu lagi dengan narasumber lain yang relevan dan kompeten untuk isu tersebut. Memang akhirnya banyak wartawan yang merasa kurang puas dengan hanya menggunakan kertas atau lembaran konferensi pers sebagai bahan berita.

3.5 Investigasi

Sering wartawan berhadapan dengan narasumber yang tidak mudah untuk diwawancarai. Atau ia sudah melakukan wawancara, namun masih belum merasa puas dengan temuan fakta yang diperoleh. Wartawan ingin lebih dalam lagi menggali. Karena itu, ia melakukan investigasi untuk memperoleh kedalaman dan penjelasan. Di dalam melakukan investigasi, sering tidak mudah. Berbagai hambatan, bahkan sering ancaman, ditemui. Untuk memperoleh berita yang benar-benar eksklusif, tidak jarang wartawan kadang harus "menyamar". Namun, ketika bahan berita sudah didapat, hendaknya wartawan jujur menyebutkan akan dimuat atau dipublikasikan. Jangan mengelabui narasumber, wartawan harus bisa mendapatkan berita secara fair. Bagaimana caranya, tergantung pada kemampuan lobi dan keterampilan persuasi sang wartawan.

3.6 Mengambil dari Sumber Lain Bolehkah wartawan mengambil sumber dari media lain sebagai bahan berita? Boleh saja, asalkan disebutkan sumbernya dengan jujur. Akan tetapi, kalau tidak sangat terpaksa, sebaiknya tidak. Mengapa? Sebab media Anda menjadi kurang tepercaya. Selain itu, Anda juga menyajikan kepada audience berita yang sudah basi. bahan yang telah diberitakan media lain. Akan tetapi, cukup banyak wartawan yang mengambil bahan berita dari media lain. Misalnya, sebuah pertandingan olah raga—katakanlah Liga Premier Inggris. Wartawan olah raga semalaman suntuk nonton, hingga tahu hasil akhir pertandingan. Sehabis itu. dia menulis laporan—hasilnya menonton tadi—untuk disajikan kepada pembaca. Wartawan yang menonton seakan-akan berada di stadion. Dia menulis berita pertandingan 20


itu dari (melalui) menonton media lain. Kita membaca, kadangkala disebutkan sumbernya, namun sering juga tidak.

3.7 Kantor Berita Wartawan juga menulis berita dari hasil liputan wartawan kantorkantor berita. Cara mendapatkan berita itu dengan membeli. Misalnya, berita didapat dari kantor berita Indonesia (Antara). Malaysia (Bernama), kantor berita Amerika Serikat (AP) > Lihat Lampiran halaman 121. Biasanya, berita yang diterima berupa faks. atau teleks. Diperlukan ketelitian dan kejelian dari wartawan (dan redaktur) untuk menyeleksi (dan mengedit) pasokan berita dari sebuah kantor berita. Tentang ''off the record" Wartawan yang profesional, mendapatkan sumber berita secara elegan pula. Karena itu, setiap sumber berita wajib diberitahu—atau wajib dilindungi bagian tertentu yang dianggap bersifat sangat rahasia—dari hasil wawancara atau hasil penyelisikan, sesuai permintaan narasumber. Hal ini tentu saja dituntut—dan sesuai—dengan apa yang tersurat dalam Kode Etik Jurnalistik Pasal 5 tentang SUMBER BERITA (lihat Lampiran halaman 106), bahwa "Wartawan Indonesia menghargai dan melindungi kedudukan sumber berita yang tidak mau disebut namanya dan tidak menyiarkan keterangan yang diberikan secara "off the record". Terdapat tiga macam berita off the record: > Narasumber tidak bersedia disebutkan namanya -entah karena khawatir mendapat ancaman, entah karena mendapat intimidasi dari pihak lain. Dalam hal ini, wartawan wajib melindungi sumber berita. Menghadapi narasumber seperti ini. bagaimana "akal" wartawan? Wartawan dapat menulis, "Menurut sumber yang dapat dipercaya..." (untuk mengganti nama sumber yang menyatakan bahwa dia tidak bersedia disebutkan namanya. Ketersembunyian, atau identitas, narasumber masih dapat dipertahankan dalam kondisi terdapat banyat kriteria yang masuk dalam beberapa ciri identitas. Sebagai contoh, sebuah universitas X di Jakarta, sudah biasa para mahasiswanya mengonsumsi obat-obat terlarang. Seorang mahasiswa memberikan keterangan dan namanya diminta off the record, maka memang sulit diidentifikasi siapa mahasiswa yang bersangkutan. Akan tetapi, lain persoalannya jika di kampus tersebut hanya ada satu dekan, dan si wartawan menulis, "menurut keterangan dekan fakultas..." meskipun tampak si wartawan menyembunyikan identitas narasumber, sebenarnya dengan mencantumkannya demikian gamblang— maka orang akan tahu juga siapa yang dimaksudkan. Yang diminta dirahasiakan hanya "bagian tertentu" dari keterangan narasumber saja. Wartawan hendaknya menaati permintaan narasumber, jika ada bagian tertentu dari keterangan yang memang bersifat sangat rahasia 21


dengan pertimbangan dan alasan tertentu. Off the record seluruhnya, baik identitas, sebagian, atau seluruh keterangan. Si narasumber tidak ingin keterangannya dipublikasikan, hanya klarifikasi persoalan saja. Misalnya, mengenai perceraian dan sebab-sebab keretakan rumah tangga artis atau public figure. Jadi, narasumber tidak ingin keterangannya dipublikasikan untuk konsumsi umum. KATA-KATA KUNCI. penemuan peristiwa (fact finding) keterangan dari saksi angle public figure event meliput narasumber konferensi pers (press conference) wawancara individual wawancara tertulis wawancara tak bersemuka off the record investigasi faks teleks PERTANYAAN 1. Jelaskan mengapa dalam menulis berita, fakta harus menjadi landasan utamanya? 2. Apa yang dimaksudkan dengan "factfinding"'! 3. Apa yang dimaksudkan dengan "angle"? Berikanlah contoh angle dalam sebuah peristiwa! 4. Jelaskan dengan lengkap pengertian "meliput". Apa bedanya dengan "meliputi"? 5. Bagaimana proses/ langkah-langkah mendapatkan berita yang eksklusif? Jelaskan secara lengkap! 6. Bagaimana memulai wawancara? Apa yang perlu diperhatikan ketika melakukan wawancara? 7. Jelaskan mengenai konferensi pers! Apa keunggulan dan kelemaliannya? 8. Apa yang dimaksudkan dengan "wawancara tertulis" Apa persiapan yang harus dilakukan? 9. Apa yang dimaksudkan dengan "wawancara tak bersemuka?" Apa kelebihan dan kekurangannya? Jelaskan! 10. Jelaskan apa yang dimaksudkan dengan "'off the record".

22


TUGAS Coba keluar ruangan kelas. Temuilah, lalu wawancarailah narasumber. Catatlah hasil wawancara itu. Tunjukkan nilai berita di dalamnya. Jelaskan dengan argumen, mengapa Anda mengatakannya mengandung nilai berita! Jelaskan, dalam menulis berita itu. Anda menggunakan angle yang mana?

23


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.