WARTA BANDA ACEH Membangun Kota Melayani Warga
5
Ragam Event di 2011
6
Touring Wisatawan Eropa di Kutaraja
Sukseskan Visit Banda Aceh Year 2011 Peumulia Jamee Adat Geutanyoe Edisi I |Januari 2011
Aceh 7 Banda jadi Model Dunia
Membangun dengan Pesona Wisata
2 SALAM REDAKSI
Warta Banda Aceh | Edisi I | Januari 2011
Peumulia Jamee P
emerintah Kota (Pemko) Kota Banda Aceh mencanangkan tahun ini sebagai tahun kunjungan wisata (Visit Banda Aceh Years 2011). Berbagai kegiatan digelar untuk mendukung promosi wisata ibukota provinsi Aceh ini. Puncaknya, Sabtu 29 Januari 2011. Ribuan masyarakat ‘tumpah ruah’ ke Balai Kota hingga tengah malam, untuk menyaksikan ragam pagelaran akbar seni budaya Aceh. Puncak peluncuran tahun kunjungan wisata tersebut, menjadi malam penting bagi pemerintah dan masyarakat Kota Banda Aceh. Sebab, sejak malam itu pula pemerintah dan seluruh warga kota , memiliki tugas dan tanggung jawab baru demi suksesnya program pengembangan pariwisata tersebut. Pemerintah, punya tugas menyusun strategi bagaimana menarik minat wisatawan baik dalam maupun luar negeri, untuk terus menerus berkunjung ke Banda Aceh, termasuk bagaimana menarik para investor bidang pariwisata. Bukan untuk setahun atau dua tahun, tapi untuk jangka panjang. Hal ini agar anggaran dana yang sudah dikeluarkan pemerintah untuk program tersebut, benar-benar membawa dampak positif bagi masyarakat. Sementara masyarakat punya kewajiban mendukung pemerintah dalam berbagai hal. Yang paling sederhana misalnya, masyarakat harus bisa menunjukkan sikap yang ramah tamah terhadap siapapun yang berkunjung. Senyuman dan tutur bahasa yang santun, akan memberi kesan indah sehingga dengan sendirinya kota ini selalu menjadi dambaan untuk dikunjungi. Ini juga yang dipesan Walikota Banda
Aceh Mawardy Nurdin dan Wakil Walikota Illiza Sa’aduddin Djamal dalam puisi yang dibacakan secara bersama-sama pada malam puncak peluncuran Visit Banda Aceh Years 2011. “Peumulia Jamee Adat Geutanyoe” (memuliakan tamu adalah adat kita). Menyadari akan pentingnya memuliakan orang lain, Mawardy dan Illiza hampir di setiap kesempatan selalu mengulang-ulang kalimat itu. Sebagai salah satu kawasan yang hancur akibat musibah gempa dan tsunami 26 Desember 2004 lalu, dan sebagai kota yang baru mengawali pengembangan sektor pariwisata, kini Kota Banda Aceh memang sudah memiliki potensi yang cukup memadai. Bahkan, untuk objek wisata, Kota Banda Aceh memiliki objek wisata yang tidak ditemukan di daerah lain di Indonesia. Misalnya, objek wisata tsunami. Para wisatawan tidak akan menemukan kapal besar yang terdampar di tengah perkampungan penduduk seperti Kapal PLTD Apung di Gampong Punge Blang Cut, Kecamatan Jaya Baru. Atau perahu nelayan
taushiah
yang tersangkut di atap rumah warga seperti di Gampong Lampulo, Kecamatan Kuta Alam. Banyak lagi objek wisata yang menjadi andalan untuk dipromosikan kepada seluruh wisatawan di dunia, seperti objek wisata spiritual seperti Masjid Raya Baiturrahman dan Masjid Baiturrahim Ulee Lheue yang selamat dari bencana tsunami. Wisata cagar budaya seperti makam-makam pejuang Aceh dan peninggalan sejarah Aceh, wisata kuliner yang menyajikan berbagai makanan khas Aceh, serta keindahan alam dan pantai yang menakjubkan. Tapi, semua objek wisata dan potensi yang dimiliki Kota Banda Aceh, sama sekali tak berarti, baik bagi pemerintah dan masyarakat jika tidak bisa dikelola dengan baik. Sekali lagi, pemerintah harus mampu melakukan berbagai terobosan untuk mempromosikan pesona wisata yang ada, dan masyarakat harus teguh pendirian dengan konsep “Pemulia Jamee”. Semoga Visit Banda Aceh Years sukses dan benar-benar memberi manfaat bagi perkembangan perekonomian masyarakat.[]
Oleh: HASANUDDIN YUSUF ADAN
ALLAH BERTANYA I
ngatkah ketika Allah bertanya dengan beragam pertanyaan kepada hambaNya, baik tentang hakikat Allah sendiri maupun persoalan ciptaan-Nya. Sebagai contoh, firman Allah dalam surat Al-Ghasyiyah ayat 17-20 yang artinya: “Maka tidakkah mereka memperhatikan bagaimana unta diciptakan?, dan bagaimana langit ditinggikan?, dan bagaimana gunung-gunung ditegakkan?, dan bagaimana bumi dihamparkan? Semua pertanyaan itu mengajak kita untuk memahami hanya Allah yang mampu dan sanggup melakukan semua itu. Tak seorangpun mampu menciptakan unta yang punggungnya bergelombang seperti air laut tengah pasang. Tak seorangpun mampu menciptakan langit yang tinggi tanpa batas dan tiang. Tak seorangpun sanggup menegakkan gunung-gunung yang tinggi menjulang. Dan tak seorangpun yang mampu menghamparkan bumi
yang luas seperti tidak bersempadan. Adakah manusia berpikir tentang semua pertanyaan Allah, lalu merenung dan meyakini kehebatan-Nya? Adakah manusia ini berpikir hanya Allah yang mampu melakukannya? Jika semua manusia berpikir akan kehebatan Allah, tentu ia tidak akan berani melakukan kesalahan. Tak ada lagi manusia yang sombong dan angkuh dengan kekuasaan yang dimiliki. Karena sehebat apapun kekuatan dan kekuasaan yang dimiliki manusia, sama sekali tak ada bandingannya dengan kekuatan dan kekuasaan Allah. Jika manusia lupa akan kekuatan dan kekuasaan Allah, maka di saat itu pula Allah akan memperlihatkan kekuasaanNya kepada seluruh manusia di muka bumi ini. Allah mendatangkan tsunami, bencana maha dahsyat yang merenggut ratusan ribu nyawa. Ketika itu, tidak ada satupun kekuatan dan kekuasaan manu-
sia yang sanggup membendungnya. Ketika manusia royal dengan berbagai aksi penebakan liar di gunung dan rimba-rimba, maka ingatlah bahwa Allah lebih royal dengan berbagai bencana dan malapetaka yang disebabkan ulah tangan manusia sendiri. Karena itu, mari kita semua berjalanlah di muka bumi ini dengan penuh rasa syukur dengan berbagai keindahan alam yang telah dicinptakan-Nya. Jadikanlah bumi Allah ini sebagai tempat belajar dalam perjalanan hidup. Jangan jadikan perjalanan dalam kehidupan ini untuk melawan Allah dengan menutup telinga terhadap semua pertanyaan Allah. Jadikan semua pertanyaan Allah itu sebagai bahan dan landasan kehidupan yang lurus dan diridhai-Nya. Hanya orang-orang yang tajam pikiran sajalah yang sanggup dan mampu menerjemahkan semua pertanyaan Allah tersebut.[]
REDAKSI PENERBIT Bagian Humas Sekretariat Daerah Kota Banda Aceh PEMBINA Ir. Mawardy Nurdin, M.EgSc Hj. Illiza Sa’aduddin Djamal, SE PENANGGUNG JAWAB Drs. T Saifuddin TA, M.Si PIMPINAN REDAKSI Drs. Mahdi REDAKTUR SENIOR Ir. T. Buchari Budiman, M.Si SEKRETARIS REDAKSI Reza Fahlevi, M.Si REDAKTUR PELAKSANA Wirzaini Usman REPORTER Khazin Sufriadi Afrizal Meukek STAF REDAKSI Izzan, S.sos Safriadi M. Juned, S.SosI Sayed Fauzan Hamamah, S.Sos Hervan FOTOGRAFER Irwansyah Putra S.Sos Suriadi LAYOUTER Zulham Yusuf Redaksi menerima tulisan berupa opini dan surat pembaca, sesuai dengan misi Warta Banda Aceh, kirimkan beserta foto copy tanda pengenal ke alamat redaksi: Jalan T. Abu Lam U No 07, Banda Aceh. Email warta_bandaaceh@yahoo.co.id
OPINI 3
Warta Banda Aceh | Edisi I | Januari 2011
Pembangunan Partisipatif Oleh CHAIRUL FAHMI
T
hink globally, act locally, itulah pesan untuk sebuah pembangunan partisipatif, sebuah konsep di mana dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangun melibatkan masyarakat secara aktif. Sebab, pembangunan yang sukses adalah pembangunan yang selalu melihat aspek sosiocultural dari masyarakat sebagai penerima manfaat dari pembagunan itu sendiri. Memang, salah satu tantangan yang paling besar dalam membangun sebuah kota adalah bagaimana melibatkan berbagai pihak secara menyeluruh. Pelibatan masyarakat dalam sebuah pembangunan menjadi suatu hal yang sangat penting, mulai dari perencanaan, pengerjaan, dan pengawasan. Sehingga setiap pembangunan akan benar-benar bermanfaat bagi semua pihak. Inilah yang tidak tercermin dalam beberapa proyek pembangunan di Aceh. Akibatnya, pembangunan tidak hanya berdampak pada instabilitas socio-culture wilayah warga, seperti dirilis Serambi Indonesia (12/2010) bahwa proyek pembangunan drainase sangat menggangu warga Kota Banda Aceh. Selain itu, banyak juga proyek pembangunan yang terbengkalai dan tidak selesai akibat tidak adanya keterlibatan masyarakat dalam pengawasan. Ujungujungnya proyek yang menghabiskan uang hingga miliaran rupiah, sia-sia.
Pelibatan masyarakat dalam sebuah pembangunan menjadi suatu hal yang sangat penting, mulai dari perencanaan, pengerjaan, dan pengawasan. Sehingga setiap pembangunan akan benar-benar bermanfaat bagi semua pihak. Secara hukum, pelibatan masyarakat sebenarnya telah dituangkan dalam UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, di mana dalam undang-undang tersebut, peran serta masyarakat dalam proses pembangunan menjadi suatu hal yang penting. Pola pembangunan partisipatif didasarkan pada aspirasi yang berkembang di masyarakat melalui musyawarah tingkat gampong dan kecamatan. Pembangunan partisipatif adalah pola pendekatan perencanaan pembangunan yang melibatkan peran serta masyarakat bukan saja sebagai objek, tapi sekaligus menjadi subjek pembangunan. Sehingga nuansa yang dikembangkan dalam perencanaan pembangunan benar-benar dari bawah (bottom-up approach). Mengimplementasikan ini memang bukan hal yang mudah. Karena banyak fak-
Surat Pembaca Surat Pembaca
tor yang perlu dipertimbangkan. Terutama mengembalikan apatisme masyarakat terhadap pemerintah, serta aturan mengenai pengadaan sebuah proyek yang tidak memberikan ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi secara nyata dalam pengerjaaannya. Meskipun demikian, pembangunan partisipatif adalah langkah positif yang patut dicermati dan dikembangkan secara berkesinambungan. Hal ini sebagai sebuah pendekatan baru dalam perencanaan pembangunan dimana pola-pola project personal oriented menjadi proyek berorientasi pada multi-efek. Selain itu, pola ini sekaligus menjadi wahana pembelajaran demokrasi yang sangat baik bagi masyarakat. Mengurangi Konflik Sebuah pembangunan, apalagi dalam masyarakat yang rentan terutama sebagai
daerah post-conflict dan bencana tsunami. Seringkali potensi konflik akan muncul, apalagi jika pembangunan tersebut berdampak buruk secara langsung bagi kelangsungan hidup mereka. Namun ketika pembangunan melibatkan secara langsung aspirasi masyarakat, maka hal itu akan menguatkan sendi-sendi yang pernah retak dan terputus baik antarwarga maupun antara warga dengan pemerintah. Sehingga suatu pembanguan akan terlihat nuansa demokratis dan juga dapat meminimalisir potensi konflik baru. Hal ini juga dapat mencengah munculnya kesenjangan sosial diantara warga kota yang mobilitas kerja sangat tinggi, melalui pola pembagunan partisipatif ini, tidak hanya membangunan pembangunan fisik yang didasarkan pada kebutuhan warga, namun juga dapat membangun mentalitas, solidaritas dan persatuan diantara para warga. Sehingga permasalahan sosial kemasyarakatan, seperti masalah keributan/perkelahian antar warga, keamanan warga, dan sebagainya dapat dihindari. Inilah esensi dari pesan thinks globally, act locally, berfikir secara menyeluruh, untuk membangun daerah bersama warga daerah. Semoga![] Penulis adalah peneliti The Aceh Institute, email: fahmiatjeh@hotmail.com
Gallery Foto
PNS Juga Harus Bersikap Ramah
M
enyukseskan Visit Banda Aceh Year 2011 tentu harus melibatkan semua komponen, baik pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Pemerintah Kota (Pemko) Banda Aceh maupun seluruh lapisan masyarakat. Saat ini, pemerintah memang tengah gencar meminta dukungan untuk sama-sama menyukseskan program tersebut. Ini memang lazim, karena semua program pemerintah, keberhasilannya takkan terlepas dari dukungan masyarakat. Masyarakat pasti akan mendukung program pemerintah, jika pemerintah juga menunjukkan keseriusannya dan tidak terkesan hanya segelintir orang di dalam pemerintahan yang gencar berjuang menyukseskan program itu. Karena itu, pegawai di jajaran Pemko Banda Aceh sudah sepantasnya mendukung program tersebut dengan menunjukkan sikap ramah kepada semua masyarakat, baik pendatang maupun masyarakat lokal yang membutuhkan pelayanan. Selama ini, meski pelayanan Banda Aceh sudah diancung jempol, tapi masih ada pegawai yang belum maksimal memberikan pelayanan kepada masyarakat karena belum bersikap ramah kepada warga yang membutuhkan pelayanan. Terkadang ada warga yang datang ke dinas tertentu untuk suatu keperluan, ada pegawai terkesan tidak open dan asyik dengan perbincangan sendiri, sikap-sikap
seperti ini, tentu sangat mengecewakan, karena sesama warga sendiri belum bisa bersikap ramah, apalagi untuk bersikap lembut kepada wisatawan yang konon pendatang dari luar. Prilaku ini belum mencerminkan bahwa sebagian pegawai mendukung Visit Banda Aceh Year 2011 dengan sepenuh hati, bahkan menjalankan tugas sehari-hari hanya sebatas memperoleh upah, dan keluar dari rumah untuk bekerja, sehingga mengabaikan kewajiban memberikan pelayanam kepada masyarakat dengan ramah. Seharusnya, pegawai berkewajiban memberikan contoh teladan yang baik kepada masyarakat yang tercermin dari pelayanan yang diberikan bersangkutan saat bertugas di sebuah instansi kepada masyarakat tanpa membeda-bedakan kasta. Kalau saja pegawai masih belum bersikap ramah dalam memberikan pelayanan maka harus diberikan pelatihan agar lebih bijak melaksanakan tugas sebagai abdi negara, sebagai contoh, pelayanan di bank-bank di Banda Aceh, mulai petugas satuan pengamanan hingga petugas teller bisa bersikap ramah saat memberikan pelayanan kepada nasabah sehingga semua orang merasa senang.[]
PAWAI BUDAYA Perempuan Aceh tampil dengan berbagai pakaian adat dari seluruh Indonesia, pada pawai budaya dalam rangka Grand Launching Visit Banda Aceh Years 2011. (Foto/Humas)
Edi Saputra Usman Warga Kopelma Darussalam
Layanan Pengaduan Masyarakat Kirimkan SMS anda tentang keluhan dan saran untuk membangun Kota Banda Aceh ke No 0811683005
RAPAI GELENG Tarian Aceh Rapai Geleng memeriahkan malam puncak peluncuran tahun kunjungan wisata Kota Banda Aceh, Sabtu (29/1/2011), yang digelar di halaman Balai Kota. (Foto/Humas)
4 LAPORAN UTAMA
Warta Banda Aceh | Edisi I | Januari 2011
Menebar Pesona Wisata Kutaraja “
Saya akan mempromosikan Kota Banda Aceh ke manapun saya pergi, dan dalam kesempatan apapun, agar kota ini ramai dikunjungi. Ini saatnya kita membangun kota dengan pesona wisata yang kita miliki. MAWARDY NURDIN Walikota Banda Aceh
G
rand Launching Visit Banda Aceh Year 2011 yang dipusatkan di Taman Sari dan Balai Kota, Sabtu (29/1/2011) malam, menjadi momen bersejarah bagi Pemerintah Kota (Pemko) Banda Aceh dalam mengantarkan kota yang pada 22 April 2011 ini akan merayakan ulang tahun ke-806, sebagai Bandar Wisata Islami di Indonesia. Puncak peluncuran tahun kunjungan wisata ini dikemas cukup meriah, ribuan warga di ibukota provinsi Aceh memadati taman kota untuk menyaksikan kemeriahan pergelaran seni tradisional Aceh. Penampilan penari rapai geleng massal dan tiaran guel mendapat sambutan hangat dari masyarakat dan kalangan para pejabat. Walikota Banda Aceh, Ir. Mawardy Nurdin, M.Eng. Sc yang mengenakan pakaian adat Aceh, bisa dikata paling berbahagia karena mendapat anugerah kursi wisata
atas komitmennya mengembangkan sektor wisata, mewujudkan kemakmuran bagi masyarakat dan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Begitu juga dengan Wakil Walikota Illiza Sa’aduddin Djamal, SE dengan semangat membacakan puisi tentang Kota Banda Aceh. Dalam puisi yang dibacakan bersamasama Walikota, keduanya berpesan kepada masyarakat untuk senantiasa bersikap ramah kepada wisatawan yang berkunjung ke Kota Banda Aceh, “Peumulia Jame Adat Geutanyo” (memuliakan tamu adalah adat kita). Peluncuran tahun kunjungan wisata oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, Jero Wacik, di Jakarta akhir tahun 2010 lalu, bisa dikatakan sebagai kado terbesar selama kepemimpinan Mawardy-Illiza, disamping banyak keberhasilan lain yang telah diraih. Meski masa kepemimpinan
mereka hampir usai, namun tekad dan keinginan keduanya untuk terus membangun Kota Banda Aceh, seperti tak terhenti. “Ya, saya akan mempromosikan Kota Banda Aceh ke manapun saya pergi, dan dalam kesempatan apapun, agar kota ini ramai dikunjungi. Ini saatnya kita membangun kota dengan pesona wisata yang kita miliki,” ujar Mawardy Nurdin yang ditemui beberapa hari setelah puncak acara peluncuran Visit Banda Aceh Years 2011 lalu. *** Grand launching yang dihelat mulai pukul 20.00 WIB Sabtu (29/1/2011) juga dihadiri para artis ibukota asal Aceh seperti Teuku Wisnu dan Nova Eliza. Atraksi rapai geleng massal, penampilan Koda, Rafli, Moritza, Liza Aulia, pembacaan puisi wisata, dan tarian guel juga tampil memukau. Sebelum malam puncak juga sudah digelar berbagai kegiatan lainnya seperti Pentas Musik Aceh di Taman Sari, yang menampilkan kreativitas dan karya dari grupgrup Band Indie di Aceh. Grup Band yang menghibur warga Banda Aceh dan sekitarnya yakni Micro 51, Aceh Musik Session, X-Box, Panteue Community, dan Seuramoe Reggae. Selain itu juga dimeriahkan dengan atraksi sulap dari The Waled dan penampilan komedi kondang asal Aceh, Eumpang Breueh. Tak hanya itu, Pemko Banda Aceh juga menggelar pawai budaya akbar yang melibatkan ribuan masyarakat Kota Banda
Foto/Suriadi
Aceh. Pawai budaya ini disemarakkan barisan drum band, dabus, Putroe Bungong, para pemangku adat, duta wisata, para kepala SKPD Kota Banda Aceh, dan para keuchik. Kegiatan ini bertujuan menampilkan berbagai adat istiadat dan kesenian tradisional, serta sejarah perjuangan Aceh. Walikota Banda Aceh Mawardy Nurdin, Wakil Walikota Illiza Sa`aduddin dan aktris Denni Malik dan Nungki Kusuma Astuti, turut serta mengikuti jalannya pawai budaya tersebut. Ribuan masyarakat antusias menyaksikan pawai dengan beramai-ramai berdiri di sepanjang jalan, mulai dari lapangan Blang Padang, melewati ruas jalan Iskandar Muda hingga ke jalan Abu Lam U depan kantor Walikota. Menutup Grand Launching Visit Banda Aceh Year 2011 pada Minggu, 30 Januari 2010, pukul 08.00 WIB, Pemko Banda Aceh juga menggelar Fun Bike (sepeda santai) yang juga diikuti ribuan masyarakat dan komunitas sepeda. Ribuan peserta dengan semangat mendayung sepedanya mulai dari lapangan Blang Padang, melalui berbagai rute hingga finish di Pantai Babah Dua, Lampuuk, Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar. Berbagai kegiatan yang digelar melibatkan masyarakat Aceh, agar secara bersamasama mendukung pelaksanaan pengembangan pariwisata. Kegiatan-kegiatan itu juga sebagai ajakan sekaligus ajang berbagi semangat, rasa cinta terhadap adat budaya dan peninggalan sejarah Aceh yang kaya serta memiliki beragam makna.[]
LAPORAN UTAMA 5
Warta Banda Aceh | Edisi I | Januari 2011
Kalender Membangun Peran Event Kelompok Sadar Wisata Banda Aceh 2011
“
Di sinilah sangat dibutuhkan peran masyarakat. Ketika para wisatawan datang ke lokasi tersebut, masyarakat setempat sangat berperan memberikan pelayanan dalam segela hal. Karena itu, pembinaan, pelatihan dan sosialisasi akan terus kami lakukan hingga semua masyarakat benar-benar bisa memberi pelayanan yang baik kepada tamu
nGrand Launching Visit Banda Aceh Year 2011 nPawai Budaya, Panggung Seni nBanda Aceh Fun Bike
- Lokasi Balai Kota dan Blang Padang
DINAS Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Banda Aceh sebagai motor penggerak dalam menyukseskan Visit Banda Aceh Year 2011, akan terus meningkatkan SDM, ketersedian anggaran, dan membangun koordinasi dengan seluruh stakholder. Tak hanya itu, menyadari akan pentingnya dukungan masyarakat, Disbudpar telah membentuk pula kelompok sadar wisata di sejumlah gampong (desa). Kelompok inilah yang diharapkan mampu menjadi guide (pemandu wisata) bagi para wisatawan yang datang. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Banda Aceh, Reza Fahlevi, menyebutkan hingga kini telah dibentuk kelompok sadar wisata di Gampong Punge Blang Cut, Lampulo, Ulee Lheue, dan Kampung Pande. Empat gampong ini menjadi pilihan utama, karena di empat desa itu terdapat objek wisata yang diyakini akan menjadi tujuan utama para wisatawan. Sebut saja, Kapal PLTD Apung yang diseret gelombang tsunami dari perairan Ulee Lheue dan kini terdampar di Gampong Punge Blang Cut. Aatau kuburan massal di Ulee Lheue, tempat di-
makamkannya ratusan korban tsunami yang menerjang Aceh pada 26 Desember 2004 lalu. Dua objek wisata ini tidak ditemukan di daerah-daerah pariwisata lainnya di Indonesia. “Di sinilah sangat dibutuhkan peran masyarakat. Ketika para wisatawan datang ke lokasi tersebut, masyarakat setempat sangat berperan memberikan pelayanan dalam segela hal. Karena itu, pembinaan, pelatihan dan sosialisasi akan terus kami lakukan hingga semua masyarakat benar-benar bisa memberi pelayanan yang baik kepada tamu,” kata Reza. Kelompok sadar wisata, kata Reza, sangat berperan dalam mengarahkan para tamu yang berkunjung ke gampong mereka. Tak hanya itu, di sisi lain mereka juga harus bisa memanfaatkan waktu untuk menjual potensi yang ada di gampongnya kepada para turis , selama turis itu berada di sana. Misalnya, warga harus mampu mempromosikan berbagai kerajinan tangan hasil kreativitas masyarakat setempat, membuat event-event upacara adat dan kegiatan lainnya, yang mampu menarik minat wisatawan untuk datang kembali ke
gampong itu. “Kalau ini mampu dilaksanakan dengan baik oleh masyarakat, kami yakin semakin hari semakin banyak wisatawan yang akan datang ke Kota Banda Aceh. Dengan sendirinya, kondisi ini akan membawa manfaat besar bagi pengembangan perekonomian masyarakat sendiri,” papar Resa Fahlevi. Untuk mewujudkan masyarakat yang siap membangun pariwisata tersebut, Disbudpar Kota Banda Aceh terus memberi pelatihan untuk pemandu wisata, termasuk penguasaan bahasa. Dalam hal ini pemerintah telah bekerja sama dengan Himpunan Pramu Wisata Indonesia, biro perjalanan, dan pemandu wisata lainnya. Untuk menyukseskan tahun kunjungan wisata ini, Reza juga meminta seluruh seniman dan budayawan di Aceh untuk memeriahkan festival taman Putroe Phang yang diselenggarakan setiap akhir pekan. “Tapi yang paling penting adalah dukungan masyarakat, tanpa ada dukungan masyarakat tidak ada artinya upaya-upaya yang telah kita lakukan selama ini,” pungkas Reza Fahlevi.[]
Mari Berikan Kesan yang ‘Menggoda’
“
Januari
…mari kita berikan kesan yang menggoda, tentu kesan yang positif, agar para wisatawan yang pernah datang ke kota ini, di lain waktu akan kembali lagi dengan mengajak banyak wisatawan lain.
MASYARAKAT Kota Banda Aceh harus berpartisipasi dalam menyukseskan tahun kunjungan wisata dengan mengedepankan sikap ramah tamah dalam memuliakan tamu sesuai adat-istiadat masyarakat Aceh yang sarat dengan nilai-nilai Islami (Peumulia Jame Adat Geutanyo). “Masyarakat harus membentuk image positif terutama dalam memberikan pelayanan. Misalnya sopir taxi, abang becak, pemilik restoran dan rumah makan jangan mematok harga yang tidak wajar,” pinta Wakil Walikota Banda Aceh, Illiza Sa’aduddin Djamal, SE. Illza mengatakan, meski telah mencanangkan diri sebagai kota tujuan wisata, tapi mengajak wisatawan untuk berkunjung ke Ibukota Provinsi Aceh ini, tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Dukungan dan partisipasi masyarakat merupakan hal yang mutlak diperlukan, jika menginginkan Visit Banda Aceh Years 2001 ini sukses. Kota Banda Aceh memang memiliki
Februari
nMaulid Nabi Muhammad SAW
Maret
nBanda Aceh Fishing Competition
- Lokasi Kawasan Perairan Ulee Lheue
nBanda Aceh Photography Contest
April
nPemilihan Duta Wisata Banda Aceh
- Lokasi Taman Sari
nHUT Kota Banda Aceh
- Lokasi Banda Aceh
nFestival Krueng Aceh
- Lokasi Kawasan Krueng Aceh
Mei
nBanda Aceh Golf Open Tournament
- Lokasi Banda Aceh
nAceh Internasional 4x4 Tourism Experience (AI 4x4 TE)
Se-Provinsi Aceh
nRakernas APEKSI & Indonesia City Expo
- 20 - 30 Mei 2011, Lapangan Blang Padang
Juni
nBanda Aceh Drumband Open Competition
Juli
nBanda Aceh Festival nBanda Aceh Expo nAceh Food Festival nInternasional Kite Festival nKemilau Sumatra
-Lomba Putro Bungong se-Aceh -Pawai Budaya -Banda Aceh Expo -Lomba Tari Tradisi se-Aceh -Lomba Tari Kreasi Baru -Lomba Busana Muslim -Pameran Lukisan
Agustus nMeugang
potensi wisata yang tidak dimiliki kotakota lainnya di Indonesia. Wisata tsunami misalnya. Selain itu, Kota Banda Aceh juga memiliki peninggalan-peninggalan sejarah yang menawan, adat dan budaya yang unik, serta kota yang indah dan asri. Pengembangan wisata, menurut Illiza, merupakan sektor andalan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat. Melalui program ini, perekonomian masyarakat akan semakin hidup. “Karena itu, mari kita berikan kesan yang menggoda, tentu kesan yang positif, agar para wisatawan yang pernah datang ke kota ini, di lain waktu akan kembali lagi dengan mengajak banyak wisatawan lain,” pintanya. Pemerintah juga tak henti memberikan pemahaman kepada masyarakat, termasuk pengusaha hotel, restoran, dan jasa transportasi, tentang memberikan pelayanan yang baik kepada wisatawan. Salah satu contoh yang paling ringan, menurut Illiza, penetapan harga
tidak boleh terlalu tinggi. Ongkos becak, taxi, makanan, souvenir dan lainnya, harus sesuai standar yang sudah ditetapkan. “Jangan sampai wisatawan enggan datang kembali ke Banda Aceh karena harga barang-barang yang terlalu tinggi dan tidak seragam. Semuanya harus transparan, label harga harus ditempel, agar para wisatawan tidak merasa dikelabui,” ujar Wakil Walikota Banda Aceh ini. Di sisi lain, pemerintah dan masyarakat Kota Banda Aceh patut berbangga. Hal ini karena tingkat kunjungan wisatawan dalam dan luar negeri dalam dua tahun terakhir terus mengalami peningkatan. Di tahun 2010 lalu, sebut Illiza, pemerintah mencatat tak kurang 150 ribu wisatawan. Di awal 2011, Kota Banda Aceh sudah disinggahi kapal pesiar dan menurunkan sekitar seratusan wisatawan asal Eropa. Ini merupakan kunjungan terbesar di bulan Januari 2011.[]
- Lokasi Banda Aceh
nOpen House Idul Fitri
September nSabang Sail
- Lokasi Sabang
Oktober
nFestival Kupi
- Lokasi Blang Padang
nMeugang Idul Adha
- Lokasi Banda Aceh
nOpen House Idul Adha
November
nPeringatan 1 Muharram Tahun Baru Hijriah
- Lokasi Mesjid Raya Baiturrahman
Desember
nPeringatan 7 Tahun Tsunami
6 REPORTASE
Warta Banda Aceh | Edisi I | Januari 2011
Welcome to Banda Aceh
Foto/Suriadi
“WELCOME to Banda Aceh Spiritual Gate Way,” begitu tutur Wakil Walikota Illiza Sa’aduddin Djamal saat menyambut satu dari seratusan wisatawan asal Amerika dan Eropa di Pelabuhan Ulee Lheue Banda Aceh, Senin (10/1/2011). Sebanyak 116 turis yang berlayar dengan Kapal Pesiar MV Clipper Odyssey itu, kemudian disambut dengan pengalungan bunga dan tarian Aceh. Penyambutan wisatawan memang dikemas cukup baik. Wakil Walikota Banda Aceh didamping sejumlah kepala SKPD mengenakan seragam hitam-hitam, sejak pagi sudah berada di tepi dermaga menunggu kedatangan para turis kapal pesiar berbendera Bahama tersebut. Pagi itu, satu-persatu perahu karet yang mengangkut turis dari kapal sepanjang 103 meter itu, meluncur dan mengangkut para wisatawan untuk menginjakkan kakinya di bumi Serambi Mekkah. Tiba di daratan, para turis langsung disambut para penari yang menampilkan tarian Ranup Lampuan sebagai tanda pemulia jame (memuliakan tamu). “Senang sekali bisa menikmati langsung suasana Kota Banda Aceh. Kami tidak menyangka mendapat sambutan hangat seperti ini,” ujar Syahron Fuehrer, seorang penumpang kapal pesiar. Fuehrer mengaku sangat terkesan dengan sejumlah objek wisata yang dimiliki Kota Banda Aceh, terutama sekali bangunan Masjid Raya Baiturrahman yang memancarkan keindahan. “Kami melakukan ekspedisi ke Kota Banda Aceh untuk melakukan tour pendidikan. Kami juga sangat tertarik dengan budaya dan adat istiadat masyarakat Aceh, sungguh luar biasa,” katanya lagi. Menurut koordinator turis, Make Messick yang mengenakan peci, mereka melakukan ekspedisi dengan menyinggahi pulau Sumatera, Brastagi, Nias, Bangka Blitung, Lhokseumawe, Sabang, Kawasan Lauser, dan beberapa daerah lain di nusantara seperti Ujung Kulon, Jawa Barat, dan Gorontalo. Di Kota Banda Aceh, para turis mengunjungi beberapa objek
wisata seperti Masjid Raya Baiturrahman, Museum Aceh, Kapal PLTD Apung, dan Kompleks Makam Sultan Iskandar Muda. Di kompleks makam pahlawan Aceh ini, berbagai atraksi tari-tarian Aceh seperti debus dipertunjukkan hingga membuat para wisatawan terpukau. Tak hanya menikmati sajian tarian Aceh, wisawatan pun disuguhkan aneka kerajinan (souvenir) khas Aceh. Banyak di antara para turis tertarik para kerajinan tangan hasil karya m a -
syarakat Aceh. Bahkan, tak sedikit dari mereka membeli kain songket, pensil putar, slempang, batek Aceh dan hasil kerajinan bordir lainnya, untuk oleh-oleh atau cenderamata. Hasil kerajinan tersebut dipamerkan oleh Dekranasda Kota Banda Aceh. Stand dirancang khusus untuk menyambut kedatangan turis yang diisi pengrajin dengan menampilakan berbagai produk unggulan seperti kain baju, kaos-kaos oblong Aceh, bros, dan berbagai macam souvenir menarik lainnya serta aneka kue tradisional Aceh. “Beberapa produk sangat diminati para turis, di antaranya slempang Aceh, dompet prada, pensil putar dan songket Aceh. Momen ini membuat pengrajin sedikit bernafas lega karena para turis sempat berbelanja dengan mata uang dolar, karena kehabisan rupiah,”ujar Yulid Ar, seorang pengrajin bordir dari Lambaro Skep. Lain halnya dengan Liya dari Dekranas Kota Banda Aceh. Menurutnya, produk yang dijual di standnya juga diborong. Selain mendapatkan uang 320 dolar juga meraup uang rupiah. “Belum lagi pengrajin lain, ada yang mendapatkan 20 dolar,” kami sangat senang
karena soivenir kami laris manis,” ujarnya tersenyum. Selain 116 turis yang datang dengan Kapal Pesiar melalui Pelabuhan Ulee Lheue, beberapa hari sebelumnya, tepatnya Sabtu (1/1/2011), Pemerintah Kota Banda Aceh juga menerima tamu perdana yang datang melalui Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda (SIM), Blang Bintang, Kabupaten Aceh Besar. Luis Duran asal Chili, ia yang datang dengan menumpang pesawat Lion Air mendapat sambutan hangat dari Pemerintah Kota Banda Aceh yang ditandai dengan pengalungan bunga dan suguhan tari-tarian Aceh. Ia mengaku tak menyangka akan disambut semeriah itu. ”Kalau penyambutan seperti ini semua turis senang,” ucap Duran.[]
Foto/Suriadi
INFO KOTA 7
Warta Banda Aceh | Edisi I | Januari 2011
Banda Aceh jadi Contoh bagi Dunia
K
ota Banda Aceh terpilih menjadi model bagi seluruh kota-kota di dunia terkait pengurangan risiko (mitigasi) bencana, dalam Forum Debat Interaktif yang digelar di Gedung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) New York, Amerika Serikat (AS), Rabu (9/2) waktu setempat atau Kamis (10/2) waktu Indonesia. Hal itu dilaporkan Wali Kota Banda Aceh, Ir Mawardy Nurdin MEngSc kepada Warta Banda Aceh, usai menjadi panelis dalam forum yang diikuti 197 anggota PBB. “Kota Banda Aceh jadi model dalam pengurangan risiko bencana, terutama dalam penanganan lalu lintas perkotaan dan manajemen asupan air serta rekonstruksi oleh Citynet, perkumpulan kota-kota Asia Fasifik,” tulis Mawardy Nurdin dalam surat
elektronik (email) kepada Warta Kota Banda Aceh, Kamis (10/2/2011). Ia menyebutkan, presentasinya tentang pengurangan risiko bencana di Banda Aceh berjudul “Cities at Risk - Addressing the Challenges of Disaster Risk in Urban Setting”, mendapat respons positif dari para peserta. Dalam presentasinya, Walikota Mawardy Nurdin menyampaikan bahwa Banda Aceh telah belajar banyak dari musibah tsunami. Oleh karena itu, pemko menjadikan pengurangan risiko bencana sebagai program prioritas. Menjawab pertanyaan para peserta tentang program pengurangan risiko bencana ke depan, Wali Kota Mawardy Nurdin mengatakan, “Building Code merupakan poin yang sangat penting untuk ketahanan seka-
ligus mengurangi risiko jatuhnya korban jiwa. Komitmen kepala daerah juga faktor yang sangat menentukan,” kata Mawardy. Debat interaktif tersebut merupakan inisiatif Presiden Sidang Umum PBB, Dr Joseph Deiss yang khusus mengundang tiga wali kota, yakni Banda Aceh, Istanbul (Turki), dan Santa Tecla (El Salvador), karena dinilai terlibat langsung dalam mengatasi bencana di daerah masing-masing. Presentasi ketiga wali kota tersebut dalam mengatasi bencana akan dijadikan pedoman dan rujukan dalam pengurangan risiko bencana bagi wali kota di seluruh dunia. Debat itu dipimpin langsung Mr Joseph Deiss, dihadiri 197 anggota PBB dan beberapa perwakilan lembaga kemanusiaan dunia, termasuk Red Cross
dan UN Habitat. Selain Mawardy, debat juga diisi Wali Kota Istanbul, Mr Kadir Topbas, Wali Kota Santa Tecla El Salvador, Mr Oscar Ortiz, Sekjen Citynet, Ms Mary Jane Ortega, dan Executive Director UN Habitat, Mr Joan Clos. Walikota melaporkan, meski salju dan es menutupi jalan-jalan dan pekarangan Gedung PBB dan cuaca -7 derajat Celcius, tapi tidak memengaruhi suasana debat yang berlangsung hangat dan dinamis. Dari debat itu, menurut Mawardy, direkomendasikan perlunya peningkatan kesadaran sejak dini tentang arti penting data dan investasi dalam pengurangan risiko bencana. Diistilahkan bahwa investasi hari ini untuk hari esok yang lebih aman (invest today for a safer tomorrow). (wir/dbs)
KOLOM
I
Meningkatkan Kepedulian Komunal dalam Implementasi Syariat Islam
mplementasi Syariat Islam di Provinsi Aceh telah mempunyai landasan yang kuat secara yuridis. Apabila kita telusuri lebih lanjut, deklarasi Syariat Islam di Serambi Mekkah ini merupakan permintaan dari masyarakat Aceh kepada Pemerintah Pusat. Permintaan tersebut sudah bergulir beberapa dekade dan melalui perjuangan panjang. Secara substantif, formulasi Syariat Islam yang akan diterapkan secara konprehensif kepada seluruh komponen masyarakat tidak hanya terbatas pada isi qanun (peraturan daerah) dan Undang-undang. Tapi meliputi seluruh aspek kehidupan manusia khususnya ummat Islam. Sebagai manusia yang telah berikrar sebagai muslim, tentu kita mengetahui bahwa kita dibebankan dengan serangkaian hak dan kewajiban yang bertujuan untuk melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya. Pemerintah Kota Banda Aceh telah mencanangkan Kota Banda Aceh sebagai Bandar Wisata Islami Indonesia. Terlebih lagi, Tahun 2011 menjadi Tahun Kunjungan Wisata (Visit Banda Aceh Year 2011). Hal ini tentunya harus didukung dengan programprogram yang bertujuan menyukseskan visi dan misi pemerintah tersebut. Banda Aceh sebagai Bandar Wisata Is-
lami Indonesia tentu harus mempunyai keistimewaan dan kekhasan dengan tempat wisata lainnya di Indonesia. Bandar wisata yang digandengkan dengan “Islami” tentu harus diisi dengan budaya islami dalam seluruh kegiatan dan kehidupan masyarakat. “Nuansa islami” harus terbaca dari nuansa kehidupan dan budaya masyarakat. Kebersihan, keramahtamahan, pengamalan ibadah, sarana ibadah yang terawat dan lain-lain merupakan indikator “islami” yang harus dapat diwujudkan. Hal itu bukan hanya sekedar wacana, teori di atas kertas dan perbincangan dalam event-event rapat dan seminar saja, tapi harus benar-benar dapat diwujudkan dan dipraktekkan dalam seluruh aspek kehidupan masyarakat Kota Banda Aceh. Sinergisitas antar semua komponen baik ulama, pemerintah, swasta, OKP/Ormas dan masyarakat harus terjalin. Menyambut tahun kunjungan wisata Kota Banda Aceh, Dinas Syariat Islam Kota Banda Aceh sebagai Leading sector dalam penerapan syariat Islam melakukan terobosan-terobasan dalam rangka meningkatkan kepedulian komunal terhadap penerapan syariat Islam. Pada tanggal 13 Januari 2011, Dinas Syariat Islam melaksanakan rapat koordinasi dengan pihak-pihak terkait un-
tuk menjaring input dan langyang muncul di Kota Banda kah-langkah progresif dalam Aceh sangat beragam, karena penerapan Syariat Islam di masyarakat Kota Banda Aceh Kota Banda Aceh. sangat heterogen, sehingga Berbagai masukan yang pelanggaran syariat Islam telah diterima pada rapat banyak terjadi. Kita tidak koordinasi tersebut akan dihanya bicara tentang pelangjadikan pedoman dalam imgaran Qanun Syariat Islam plementasi syariat Islam di yang telah diterapkan tapi Kota Banda Aceh. Komitmen lebih kepada substansi dari bersama antar lintas sektoral materi syariat Islam yang sudalam penerapan Syariat Isdah diatur dalam Al-Quran Said Yulizal lam sangat diperlukan agar dan hadits. Saat ini kesadaran harmonisasi seluruh komponen dapat terjauntuk mengamalkan Syariat Islam harus lin dan penerapan syariat Islam mendapat terus ditumbuhkembangkan, amar ma’ruf dukungan dari semua pihak. nahi mungkar harus menjadi tanggung jawKepala Dinas Syariat Islam Kota Banda ab kita bersama. Sehingga apabila semua Aceh, Drs. Said Yulizal, M.Si menyampaikita dimulai dari keluarga, lingkungan penkan bahwa rapat konsultasi dan koordinasi didikan, lingkungan masyarakat (gampong) antar lintas sektoral akan terus dilakukan peduli terhadap permasalahan Syariat Isuntuk menyaring input dari berbagai komlam ini, syariat Islam dapat dibumikan di ponen sehingga penerapan Syariat Islam tikota yang tercinta ini. dak berjalan sendiri-sendiri dan tidak memUntuk itu, Pemerintah Kota Banda punyai format. Selain itu, rapat tersebut Aceh, dalam hal ini Dinas Syariat Islam sangat berguna untuk mengevaluasi kinerja akan mengambil langkah-langkah konkret kita saat ini dan sama-sama memikirkan dan progresif dalam upaya mengatasi perlangkah apa yang harus kita lakukan dalam soalan ummat yang banyak muncul saat ini. upaya mempercepat implementasi Syariat Dengan kebersamaan, kita berharap amar Islam di tengah-tengah masyarakat. ma’ruf dapat kita terapkan dalam semua asSaid Yulizal menambahkan, persoalan pek kehidupan. Fastabiqul Khairat.[]
8 SERBASERBI
Warta Banda Aceh | Edisi I | Januari 2011
Aroma Khas Jagung Bakar Ulee Lheue FOTO/IRWANSYAH PUTRA
Harumnya aroma jagung bakar yang dijajakan puluhan pedagang di sepanjang jalan pantai Ulee Lheue membuat pengunjung tidak mudah melupakan objek wisata yang rusak parah akibat bencana tsunami 26 Desember 2004. Pantai ini merupakan salah satu lokasi wisata pantai yang ramai dikunjungi wisatawan baik local maupun internasional.
T
idak hanya pada hari libur, setiap sore pun lokasi yang hanya berjarak sekitar lima kilometer dari pusat kota Banda Aceh itu, juga menjadi salah satu tempat favorit bagi remaja dan keluarga menikmati suasana matahari terbenam. Ratusan masyarakat memadati pnggiran pantai ini, sambil menikmati aneka ragam kuliner yang menggugah selera. Ada pula yang memanfaatkan waktu untuk mandi dan memancing. Di sepanjang jalan menuju pelabuhan Ulee Lheue, berjejer pedagang jagung bakar, mayoritas masyarakat sekitar. Sejak sore hari, aroma jagung bakar khas Ulee Lheue mulai beterbangan. Masing-masing pedagang sibuk mengipas-ngipas jagung bakar hasil panen petani Aceh, sambil menunggu pelanggannya. Muhammad (30), salah seorang pedagang jagung yang sudah dua tahun berjualan di lokasi yang tak jauh dari pintu gerbang Pelabuhan Ulee Lheue mengatakan, meski berjualan jagung bakar bukan pilihan hidup namun aktivitas yang dilakoni setiap sore hingga malam hari itu telah mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari. Warga Gampong (Desa) Blang Kecamatan Meuraxa, Banda Aceh ini mengatakan jagung manis yang dijajakan bersama istri itu merupakan hasil petani di Kabupaten Aceh Besar, Pidie, dan Aceh Utara. “Saya memesan langsung dan kadang-kadang memilih sendiri jagung manis dari Saree, sehingga semua pelanggan
kami puas,” kata pria yang telah dikaruniai dua putra itu. Menurutnya, setiap hari rata-rata para pedagang di kawasan Ulee Lheue mampu menjual sekitar 20 hingga 50 buah jagung bakar berbagai rasa. Perbuahnya dijual Rp 5.000. Ia mengaku mulai menjajakan jagung bakar sejak pukul 16.00 WIB hingga pukul 23.00 WIB. “Soal untung, itu tergantung kondisi cuaca dan ramainya masyarakat yang berkunjung,” ujarnya. Seorang warga Desa Ajuen, Kecamatan Pekan Bada, Kabupaten Aceh Besar, Hamamah (37) mengaku sering berkunjung ke pantai Ulee Lheue menjelang matahari terbenam sambil menikmati jagung bakar. “Meski jauh dari rumah, saya bersama keluarga sering ke pantai ini, sebab di sini suasananya aman dan nyaman, makanan pun banyak,” kata Hamamah. Menurutnya, kondisi Ulee Lheue sudah lebih baik dan indah dibandingkan sebelum musibah tsunami akhir Desember 2004 bahkan sarana dan prasarana juga sudah jauh lebih baik. “Pemerintah Kota harus terus mengembangkan wisata pantai Ulee Lheu ini, lokasi sangat strategis sebab berada di ujung pulau Sumatera yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia,” katanya. Ia juga berharap program Visit Banda Aceh Year 2011 dapat terlaksana dengan baik dan sukses agar terwujudnya ibu kota Provinsi Aceh itu sebagai bandar wisata Islami. (Irwansyah Putra)
Kristina Kagumi Kemajuan Pembangunan Banda Aceh
FOTO/IRWANSYAH PUTRA
P
enyanyi dangdut Kristina mengaku kagum dan terkejut menyaksikan kemajuan pembangunan yang signifikan di Kota Banda Aceh setelah enam tahun bencana gempa dan tsunami. “Saya sangat terkejut melihat perubahan terutama sektor infrastruktur, saat ini jalannya lebar dan bagus serta bangunan bandara yang sangat indah,” kata Kristina di Banda Aceh, Jumat. Selain menyaksikan perkembangan infrastruktur, mantan istri Anggota DPRRI Al Amin Nur Nasution itu juga mengagumi konsistensi masyarakat dalam pelaksanaan syariat islam. “Aceh daerah yang memberlakukan syariat islam. Ini sebuah aturan yang baik dan harus dijalankan oleh umat islam, tentu kita harus mendukungnya,” kata
pelantun lagu jatuh bangun ini. Selain itu penyanyi Dangdut Terbaik 2004 juga mendukung program “visit Banda Aceh year 2011” yang di laksanakan Pemerintah Kota Banda Aceh. “Ini sebuah program promosi yang baik bagi perkembangan pariwisata di Aceh,” kata Kristina. Menurutnya, Aceh memiliki keanekaragaman adat dan budaya, alam yang indah dan wiata kuliner yang menggugah selera. Selama berada di pusat ibukota Provinsi Aceh itu, ia bersama rekannya Cut Mini telah menikmati aneka makanan khas aceh seperti mie aceh dan ayam tangkap. “Mie Aceh dan Ayam Tangkap enak sekali, rasanya gurih dan bumbunya khas banget,” kata artis kelahiran Pemalang Provinsi Jawa Tengah itu. (ant)