ride bicycle magazine

Page 1

RIDE MAGAZINE / volume 01 / december 2012 / urban ride

MAGAZINE ABOUT BICYCLE, CULTURE & EVERYTHINGS THAT ARE COOL VOL. 01 \ dec. 2012

NO:

01

www.ride.co.id THIS ISSUE:

urban ride


RIDE MAGAZINE / volume 01 / december 2012 / urban ride


content 03

NOTES:

And Here We Are Untuk mendapatkan sesuatu yang baik, perlu proses untuk menghasilkan karya yang luar biasa. Buat kami inilah karya yang full dari kreatifitas kami. We love to ride, we like to write, and we create to produce something good. Ride adalah majalah tentang sepeda yang dibalut dalam sentuhan gaya hidup. Karena sepeda adalah gaya hidup yang semakin sulit dilepas oleh kami, kaum urban.

Be safely ride.

360º

06 riders

On the Cover

08

Model: Kelli Samuelson Lokasi: Area Kolam Renang, Senayan Foto: Cka (cka272@gmail.com)

Mast. Head Penanggung Jawab: 180º Creative House Editor’s in Chief: Eka Chandra Editor: Petite Redaksi: Boer, Ram Fotografer: Cka, Sasi, Aam Marketing: Trido (trido@180creativehouse) Sekretaris Redaksi: Renggi (renggi@180creativehouse) Alamat Redaksi: STC Lt. 4, Unit #1002, Jl. Asia Afrika, Senayan, Jakarta Pusat

tyler ann johnson From Fashion World to Jump and Ride A Bike

Fixie Tales from The City

fixed

\ GREG LEMOND SAYS:

“It never

gets easier, you just go faster.“

10 in fashion

my ticket to ride

RIDE MAGAZINE / volume 01 / december 2012 / urban ride

Enjoy reading our first baby, Ride... Give us a positive comment and wait our next issue ...

04

true tube 4 Pilihan Frame Berkarakter


360

PCO

RIDE MAGAZINE / volume 01 / december 2012 / urban ride

04 Sebagai komponen utama sepeda, beberapa frame punya karakter tersendiri, Setelah ukuran yang slim, kini frame ukuran tebal sedang naik daun dan dilirik banyak pesepeda. Berikut 4 frame tebal dengan karakter andalannya. Simak dan tentukan Anda dikarakter yang mana. LD:Labs Aluminium Aero MK2 Populer Dinamis Tak ada yang lebih meyakinkan dengan mengeluarkan kembali produk yang banyak disukai banyak orang. Tak heran jika tahun ini LD:Labs kembali meluncurkan frame set populer mereka, Aluminium Aero. Tentunya dengan membawa berbagai teknologi baru sehingga membuat produk menjadi semakin baik. Untuk versi MK2, frame sudah tersemat berbagai fitur update, seperti produksi bottom bracket dan headtube yang sudah sepenuhnya menggunakan

LD:Labs

mesin CNC (Computer Numerical Control), geometri yang diperbarui hingga pilihan tekstur matte dalam finishing untuk tampilan yang lebih meyakinkan. Leader 735 Track Frame 2012 Uji Kompatibilitas Siapa yang tak kenal dengan Emi Brown? Kalau Anda tidak kenal dengan pesepeda fixie satu ini, mungkin Anda harus lebih rajin melihat hasil pencarian di Google. Kualitas Leader 735 Track Frame 2012 sendiri sudah tidak diragukan lagi karena sebelumnya sudah diuji oleh Emi. Tersedia dalam dua pilihan warna hitam dan putih, frame ini

hadir dengan berbagai perkembangan desain seperti posisi penjepit seat post yang lebih kokoh, chain stays yang lebih pendek dan kemudahan untuk dipasangkan dengan aneka macam crank karena telah didesain sedemikian rupa sehingga cukup kompatibel dengan berbagai merek crank. PCO Aero Sprint Flagship Ergonomis Alternatif pilihan bagi yang menginginkan frame dengan harga ekonomis namun dengan kualitas yang tetap terjaga. Aero Sprint merupakan flagship frame dari PCO kendati memang tidak terlalu baru karena

sudah beredar sejak awal tahun ini. Frame ini menggunakan carbon fork (size: 50 52 54) dan ukuran seat tube sekitar 9 cm, sementara bahannya adalah Alloy 6061 T6. Cukup ergonomis dari sisi geometrinya. Tetap patut dilirik sebagai pilihan. 2013 Cinelli Mash SSCX “Fusion� Andalan Kendati lebih dialamatkan sebagai frame untuk cyclocross, tak ada yang melarang Cinelli Mash SSCX digunakan sebagai frame sepeda fixie Andalan. Cinelli Mash SSCX memang sangat “fusion," perpaduan dari road bike yang terlihat dari bobotnya yang ringan, dan mountain bike yang gagah terlihat dari geometrinya dan tire clearancenya yang lebar. Aktivitas Urban commuting Anda pun masih layak dilalui menggunakan frame ini.

TEKS: RAM/ FOTO: CKA, AAM


gears 05

05

Quil Stem, Nitto, NISP 25,4mm 100mm Silver Rp. 1.200.000,monsterbikestc.com

02

Stem, Livery, Classic 25, 4mm Silver Rp. 500.000,monsterbikestc.com

04

De Rosa Full Bike Rp. 35.000.000,monsterbikestc.com

03

RIDE MAGAZINE / volume 01 / december 2012 / urban ride

01

Jacket, pearl Izumi 2383, Lime Green, Rp. 741.000,Cycle One, Senopati

Messenger & Shoulder Bag, Begaboo, Rp. 2.600.000,Cycle One, Senopati


RIDERS 06

Tyler Ann

Johnson,

RIDE MAGAZINE / volume 01 / december 2012 / urban ride

From Fashion World to Jump and RIDE a Bike Lahir di San Diego, California, AS, 25 tahun yang lalu, besar di Kentucky, AS, menetap di Seattle, AS, dan sekarang bertatap muka, having some chats and doing some freestyles di acara Fixed Fest 2012, Jakarta, Indonesia.

R: Sebelum fixie, sepeda apa yang Anda pegang? TAJ: Banyak. Saat kecil saya main BMX dan besar bermain skate board. Jadi kenapa saya suka fixie, karena saya sudah terbiasa doing some tricks. Kegemarannya bermain sepeda membuat Tyler bersama temantemannya membangun SKYLMT. Dia menjual desain dan membuat frame dan beberapa part sepeda.

Melihat gayanya yang sangat cuek dengan bekas luka di mana-mana, siapa yang mengira ternyata dia lulusan Fashion Design, dari Art Institute di Seattle, AS. Dia juga seorang buyer bahkan sebagai lead designer untuk clothing high end menswear boutique di Seattle, Blackbird. Bahkan seorang model untuk beberapa brand terkenal, salah satunya TopMan.

Ada banyak hal yang tidak biasa untuk seorang pro fixie rider. Pertama kali ikut dalam acara festival fixie di Senayan, Tyler mampu membius banyak mata dengan keahliannya memainkan sepeda fixie. Ride Magazine (R): Apa yang membuat Anda begitu senang dengan sepeda fixie? TylerAnnJohnson (TAJ): Banyak kesenangan memainkan sepeda ini. Semua tentang kemampuan Anda dan bagaimana mengontrol waktu dengan kecepatan rodanya. Dengan fixie saya, saya banyak melakukan gerakan freestyles. He’s pushing hard his ride pada saat acara bunny hop di Fixedfest ini. Dengan berkali-kali mencoba dan sekuat tenaga ia melompat rintangan setinggi 1m dan akhirnya berhasil. Wow!

Namun, pada salah satu laman clothing, Tyler berterus terang tidak ingin mendesain baju spesifik untuk para pesepeda. Itu dua hal yang berbeda menurutnya. Sebagai seorang profesional rider, menurut Tyler sepeda memang hobinya namun dia tahu kariernya bukan di sana. It’s just a hobby!

TEKS: VIK/ FOTO: CKA

R: Anda punya pesan buat para freestyler fixie di Jakarta? TAJ: Just ride and have some fun!


07

Ride Magazine (R): Sejak kapan datang ke Jakarta? Kelli Samuelson (KS): Saya dan temanteman datang hari Kamis lalu.

TEKS: VIK/ FOTO: CKA

R: Sebelum Fixie, sepeda apa yang Anda mainkan? KS: Saya pemain sepeda MTB yang cukup lama. R: Brand apa yang paling Anda pilih untuk fixie ini untuk spare parts? KS: I like Shimano Meski tak banyak yang diobrolkan, dia sangat ramah ketika kami ingin mengabadikan dirinya untuk foto profil ini. Thank you Kell!

RIDE MAGAZINE / volume 01 / december 2012 / urban ride

Bermain fixie sudah mencapai tahun kedelapan. Perempuan asal Los Angeles, AS ini meluangkan waktunya yang tak banyak untuk RideMagazine pada festival fixie atau FixedFest 2012 di Senayan 12 Juli yang lalu. Berikut sedikit obrolan bersama dirinya.


fixed 08

Tales from the city

RIDE MAGAZINE / volume 01 / december 2012 / urban ride

“Semakin siang, semakin banyak orang yang datang. Bahkan jumlahnya tidak berkurang setelah seremoni pembagian piala....sebelumnya saya belum pernah harus menandatangani begitu banyak tas, topi, jersey, sepeda dan lainnya dari orang-orang yang datang.”

J

auh-jauh datang dari Amerika Serikat, John "Prolly" Watson ternyata tidak menyangka bahwa antusiasme peserta yang hadir dalam acara di kota sebuah negara lain akan sebesar hari itu. Pria yang disebut sebagai Grandaddy of Fixed Gear Freestyle ini pun menumpahkan perasaan senangnya dalam sebuah tulisan di blog pribadinya. Salah satu isinya adalah paragraf di atas ini. Acara apakah yang ia maksud? Bagi Anda yang gemar bersepeda fixie di Jakarta, tentu sudah menebak. Itulah Fixed Fest 2012 yang berlangsung di Senayan, Jakarta, pertengahan Juli lalu. Ajang kumpul para penggemar sepeda fixed gear ini terbilang sukses. Animo para peserta yang datang seperti ingin membuktikan bahwa fenomena penggenjot sepeda ini di Tanah Air, khususnya di ibukota belumlah surut.

Anggapan bahwa sepeda fixie hanyalah sebuah tren yang akan tergantikan ketika tren lain datang, mengiringi perkembangan jenis sepeda ini Jakarta, sejak beberapa tahun lalu. Sebagian orang memasukkan tren fixie sebagai sebuah budaya populer masyarakat kota. Betapa tidak, jika sebelumnya jalanan ibukota hanya diwarnai seliweran sepeda gunung yang dipakai orang untuk ber-bike to work, atau memang karena tuntutan pekerjaan, maka dalam hitungan tahun belakangan, jalanan tibatiba menjadi “semarak” oleh warna-warni sepeda fixie. Tren fixie menjadi magnet karena tak hanya dilihat sebagai aktivitas bersepeda

semata. Bagi sebagian penggemarnya, proses merakit sepeda sudah merupakan sebuah tren tersendiri. Para calon pesepeda remaja fixie berbondong lebih memilih untuk datang ke bengkel sepeda daripada nongkrong di mal. Sementara bagi yang lebih berumur, agenda untuk mampir ke bengkel sepeda usai pulang dari kantor menjadi agenda baru. Ini semua semata untuk menjadi “supervisor” proses perakitan. Pemilihan elemen inti seperti frame, handle bar, ban hingga permainan warna pada aksesori, seperti hand grip menjadi sebuah kenikmatan tersendiri. Tak jarang, semakin berbeda hasil rakitan dari rakitan sepeda temannya, akan membuat sang pemilik bangga.

Sepeda fixie akhirnya pun menjamur di ibukota. Tak siang, tak malam, berbagai kalangan dan usia, terutama remaja, menjadi gandrung dengan aktivitas gowes bersama dengan sepeda kebanggannya. Artis seperti Tora Sudiro, Desta, ikut “memeriahkan” jagad sepeda ini. Sementara pengusaha muda dan juga Ketua Ikatan Sport Sepeda Indonesia DKI Jakarta Raja Sapta Oktohari menyambut tren fixie dengan memperbolehkan velodrom Rawamangun, Jakarta Timur dipakai sebagai ajang kebut bagi para fixie mania amatir. "Siapa dan sepeda apa pun boleh datang ke velodrom,” ucap Raja Sapta Oktohari kepada media pertengahan tahun lalu. Namun memasuki 2012, fenomena sepeda fixie seperti kehilangan tajinya. Pemandangan gerombolan remaja bernite ride ria di jalanan ibukota perlahan menghilang. Aksi bersepeda bersama praktis hanya terdengar gaungnya saat weekend atau car free day berjalan. Sementara di ajang jual-beli popular Kaskus, “lapak-lapak” penjualan fixie pribadi semakin banyak bermunculan beberapa bulan terakhir ini dengan alasan yang relatif sama: sudah jarang digunakan. Kembali ke beberapa paragraf awal tulisan ini, kata “tren” dan “budaya populer” dapat menjadi kata kunci dari fenomena

\\Tetap eksis di “gear” yang benar\\

ini. Menurut sosiolog dari University of Leicester, Inggris, Dominic Strinati, budaya populer tumbuh secara spontan dari masyarakat. Fixie memang tumbuh secara spontan dari penggemar sepeda di Tanah Air. Namun pada perkembangannya, spontanitas budaya ini, mengambil judul lagu band d’Masive, tidaklah berjalan “natural." Fixie sepertinya tidak berkembang secara alamiah, melainkan sebuah tren yang dikembangkan secara instan yang salah satunya berujung kepada kepentingan bisnis berbagai pihak. Padahal kalau menilik sejarah sepeda di dunia, fixie sudah memiliki sejarah panjang dengan sudah mulai digunakan untuk lomba di Inggris pada 1950, kemudian menghangat kembali di Amerika pada era 2000-an. Tidak ada yang salah dari budaya fixie. Para penikmat dan pihak yang berkepentingan harus terus mengingat itu. Sebagai sub kultur yang mengedepankan unsur “coolness” bagi penggunanya, budaya ini menjadi magnet menarik terutama di kalangan remaja. Kostumisasi tanpa batas yang dimungkinkan dalam merakit fixie dapat menjadi ladang ide kreativitas yang tidak bertepi. Mungkin hanya persoalan rider yang ugal-ugalan di jalan (atau belum pandai mengerem?) yang membuat orang


berpikiran negatif dengan gerombolan penggowes fixie. Jadi, jika Anda bersikap netral saat budaya popular lain terus eksis seperti skateboard, mengapa tidak bisa bersikap yang sama dengan fixie?

Fixed Fest 2012 yang berlangsung kemarin sendiri sudah menjadi tonggak pelanjut cerita fixie di perkotaan. Sudah sepatutnya “tonggak-tonggak� yang lain sudah disiapkan. Jadi, jangan sampai ketika Prolly Watson datang kembali di ajang yang sama pada tahun depan, ia hanya tertunduk lesu di bangku sambil mengantuk, menunggu segelintir fixie mania yang datang untuk meminta tandatangan.

TEKS: RAM/ FOTO: CKA

RIDE MAGAZINE / volume 01 / december 2012 / urban ride

Fenomena sepeda fixie tampaknya masih terus ada dalam beberapa tahun ke depan. Akankah semakin surut atau justru berkembang? Tentu hanya para pelaku dan para penopang kepentingan di dalamnya yang bisa menjawabnya. Para komunitas fixie harus membuktikan bahwa berkumpulnya mereka tidak hanya karena tren sesaat. Berbagai pemilik modal pun harus konsisten menggelar berbagai perlombaan dan event.


in fashion

RIDE MAGAZINE / volume 01 / december 2012 / urban ride

10

Foto: Cka/ Model: Devina/ Make-up artist: Ananda Style. inc/ Stylist: Style.inc/ Lokasi: Appetite CafĂŠ & Cycle One, Senopati


RIDE MAGAZINE / volume 01 / december 2012 / urban ride


12

RIDE MAGAZINE / volume 01 / december 2012 / urban ride

Pict 1 (page 10): Left: Top: izumi w 718 blue @IDR 1.144.000 Bottom: milik pribadi Right: Top : izumi w 351 black @IDR 1.144.000 Bottom: milik pribadi

Pict 2 (page 11): Top: race face blossom women @IDR 300.000 Bottom: milik pribadi Bracelet: milik pribadi

Pict 3 (page 12): Top: RIDE Bottom: milik pribadi

Pict 4 (page 13): Top: Pearl Izumi w 718 red @IDR 1.145.000 Bottom: milik pribadi


RIDE MAGAZINE / volume 01 / december 2012 / urban ride


rider's corner

14

RIDE MAGAZINE / volume 01 / december 2012 / urban ride

Sejak James Starley memproduksi sepeda dengan roda depan yang sangat besar (high wheel bicycle) dan roda belakang yang kecil pada sekitar tahun 1870, sepeda menjadi popular di Eropa.

Anda masih ingat suara cadel penyanyi cilik Bayu Gesang Perdana dengan fashion-nya yang sungguh 1980-an dan miniatur Monas di panggung studio TVRI? Legendaris! Meski begitu, lagu-lagu bertema sepeda juga sesungguhnya banyak termuat dalam rekaman lagu-lagu pop dan rock (juga dangdut, tentunya) yang bukan berupa lagu anak-anak. Misalnya saja, RAN dengan “Sepeda” (bersama Fixie yang tampil di video musiknya) atau MORFEM dengan lagu daur ulang dari band hardcore punk Bequiet “Who Stole My Bike?."

P

enyempurnaan terus dilakukan hingga John Boyd Dunlop di tahun 1888 berhasil menemukan teknologi ban sepeda yang bisa diisi dengan angin (pneumatic tire). Ini menjadi titik tolak produksi beragam model sepeda, hingga bersepeda menjadi pilihan untuk berbagai aktivitas yang didasari aneka motivasi, seringkali menjadi begitu personal, sampai bahkan dapat turut mendefinisikan identitas. Dan sampai sekarang, bersepeda tidak pernah tidak menjadi budaya popular di berbagai penjuru bumi. Dengan itu semua, menjadi wajar jika sepeda juga menjadi tema yang kerap diangkat oleh lagu-lagu pop. Sepeda pun hadir dari musik sampai ke lirik. Suara bel sepeda, misalnya, dapat kita temukan di banyak lagu, salah satu yang paling indah dan menjadi signature adalah “Bicycle Race”- sebuah lagu dari Queen (dari album Jazz, 1978, ditulis oleh Freddie Mercury) yang turut menampilkan orkestarsi bel sepeda hingga menjadi harmoni yang khas dan megah. Sementara video musiknya justru menuai kontroversi karena menampilkan wanita-wanita bersepeda di velodrom dengan tanpa busana.

Sementara lebih dari sepuluh tahun sebelumnya, penulis lagu “sinting” Syd Barrett telah merekam lagu berjudul “Bike” bersama band-nya saat itu, Pink Floyd, di album pertama mereka, The Piper at the Gates of Dawn (1967). Ini adalah pengalaman yang tersendiri, “Bike” terasa begitu sureal dengan alur lagu yang berpadu dengan lirik yang sederhana, dipadankan dengan pemakaian instrumen musik yang serasa dari alam sebelah dan mengawang. Pada akhir lagu, terdapat komposisi abstrak suara klakson sepeda, yang seperti dipencet dengan bebas dan kekanak-kanakan.

Di Indonesia sendiri, lagu bertema sepeda paling popular bisa jadi berupa lagu anak-anak, “Kring Kring Kring Ada Sepeda” gubahan Pak Kasur dan Ibu Kasur (nama yang sungguh unik: Kasur). Di kepala kita, lagu itu mudah sekali untuk kita “panggil," selalu ada di ingatan, sebuah klasik yang kerap dinyanyikan di setiap Taman Kanak Kanak. Masih dalam wujud lagu anak-anak, sepeda kembali menjadi tema yang popular akibat “Kring Kring Goes Goes," lagu tentang bersepeda yang dinyanyikan oleh Bayu Bersaudara pada 1988.

Dengan segala kedekatan sepeda dan lagu, Anda bahkan dapat membuat mixtape yang tematik, berisi lagu-lagu yang bertema sepeda dari aneka genre musik – indie rock sampai elektronika. Selain lagu-lagu di atas, beberapa rekomendasi lagu yang bisa menarik untuk dikumpulan menjadi satu folder di alat pemutar musik Anda, atau dijadikan sebuah CD kompilasi, di antaranya adalah: “Bicycles Are Red Hot” (TV On The Radio), “Bicycle Song” (Red Hot Chili Peppers), “Tour De France” (Kraftwerk), “Broken Bicycles” (Tom Waits), “Riding On My Bike” (Madness), dan masih banyak lagi! Sepeda bukan hanya menyenangkan saat kita bersamanya, dia telah menginspirasi, menjadikan musik menjadi lebih kaya.

TEKS: BOER/ ILUSTRASI & foto: sasi




Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.