cover
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”
2
S KATA PENGANTAR
ayembara Penataan Kawasan Malioboro – Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan – Marga Mulya – Marga Utama” merupakan kegiatan yang diprakarsai Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, Dan Energi Sumber Daya Mineral, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dalam rangka menggali ide kreatif dalam mewujudkan ruang jalan yang baik, representative sebagai tempat wisata dan interaksi sosial masyarakat tanpa meninggalkan nilai filosofi dan histori penggal jalan tersebut. Diharapkan melalui kegiatan ini akan dapat meningkatkan kepedulian dan partisipasi masyarakat dalam menata ruang Kota Yogyakarta, khususnya terkait dengan nilai-nilai keistimewaan Yogyakarta serta mendorong tumbuh kembangnya kegiatan pariwisata, budaya dan ekonomi secara berkelanjutan yang mampu meningkatkan vitalitas kawasan bagi kesejahteraan masyarakat. Kegiatan yang telah dilaksanakan mulai bulan Maret hingga Mei 2014 ini diikuti oleh 93 Peserta baik perorangan maupun kelompok dengan desaindesain yang sangat inspiratif. Sayembara Penataan Kawasan Malioboro – Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan – Marga Mulya – Marga Utama” dinilai oleh 11 orang juri yang sangat kompeten dengan berbagai macam latar belakang antara lain unsur pakar, birokrat, budayawan, dan pemangku kepentingan, sehingga diperoleh pemenang lomba yang merupakan karya terbaik. Sayembara kali ini menuntut peserta untuk membuat konsep penataan Kawasan Malioboro dan menuangkan gagasan-gagasan program pemanfaatan ruang jalan dan kawasan mencakup berbagai macam aspek
yang komprehensif dan tidak meninggalkan unsur budaya di Yogyakarta. Rancangan pemenang sayembara akan menjadi masukan dalam pelaksanaan pengembangan rancangan DED (Detail Engineering Design) pada tahap selanjutnya. Buku ini disusun sebagai media dokumentasi kegiatan Sayembara Penataan Kawasan Malioboro – Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan – Marga Mulya – Marga Utama” yang memotret proses seleksi pelaksanaan Sayembara Penataan Kawasan Malioboro sebagai pembelajaran masyarakat dalam menata kawasan serta menjadi media penyampaian informasi dan sharing pengetahuan yang strategis. Dalam hal ini Dinas Pekerjaan umum, Perumahan, Dan Energi Sumber Daya Mineral, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta selaku penyelenggara menyampaikan terimakasih kepada Dewan Juri, Peserta lomba dan semua pihak pihak yang terlibat dalam kegiatan Sayembara Penataan Kawasan Malioboro ini sehingga kegiatan ini dapat berjalan dengan lancar serta mendapat apresiasi positif dari berbagai pihak. Akhir kata, semoga rangkaian sayembara ini dapat memberikan pandangan baru, menambah wawasan akan arti penting penataan kawasan yang tetap berpegang pada nilai-nilai keluhuran dan historis Yogyakarta untuk meningkatkan roda perekonomian yang berujung pada kesejahteraan masyarakat.
Yogyakarta, November 2014 Panitia Penyelenggara
3 3
KATA PENGANTAR ~ 3 DAFTAR ISI ~ 4
1
PENDAHULUAN ~ 5
2
KONSEP DAN PRINSIP DESAIN RUANG JALAN
~9
3
PROFIL JURI DAN PROSES PENJURIAN
~ 11
daftar isi
4
HASIL KARYA PESERTA ~ 16
Karya 5 Besar Pemenang dan Profil Pemenang Karya 10 Besar Karya 30 Besar
4
5
DIBALIK LAYAR ~ 83
6
PENUTUP ~
1 S
ejak disahkannya Undang-Undang tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta No 13 tahun 2012, upaya-upaya yang sistematis dan terencana terus dilakukan untuk memaknai dan merealisasikan status tersebut agar benar-benar membawa manfaat bagi kehidupan dan wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Dari lima aspek keistimewaan yang di atur dalam UU tersebut, tata ruang merupakan aspek yang penting karena secara langsung menyangkut wadah ruang kehidupan dan kesejahteraan masyarakat di Daerah Istimewa Yogyakarta. Melalui wujud ruang ini, nilai-nilai luhur keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta dapat tercermin dan diapresiasi oleh masyarakat luas dan menjadi penanda yang tidak lekang oleh perubahan zaman. Salah satu wujud tata ruang yang khas dan istimewa di Yogyakarta adalah Kota Yogyakarta, yang ditata berdasarkan filosofi yang mendalam tentang hubungan manusia dengan Tuhan dan Alam, serta mencerminkan perjalanan hidup manusia sejak lahir hingga menghadap Sang Khalik. Tata ruang kota yang istimewa ini merupakan saujana budaya (cultural landscape) dengan dasar filosofi yang luhur dan menjadikan kota ini penuh dengan makna sejarah (historic city) dan penuh dengan filosofi (city of philosophy), bahkan merupakan “masterpiece of creative genius” yang dapat diusulkan sebagai Warisan Dunia (world heritage). Salah satu elemen dasar tata ruang Kota Yogyakarta adalah penggal jalan utama dari Panggung Krapyak, Kraton, Alun Alun Utara, Pangurakan – Marga Mulya – Malioboro – Marga Utama yang melintasi kawasan yang sering disebut Kawasan Malioboro. Penggal ini penuh dengan nilai filosofi yang harus terus dilestarikan karena merupakan elemen penting pelestarian Kota Yogyakarta sebagai historic city. Saat ini, perkembangan ruang dan kegiatan di kawasan dan penggal jalan ini cenderung tidak terkontrol, terlalu bersifat komersial dan tidak sesuai dengan makna luhur filosofinya. Apabila keadaan ini begitu saja dibiarkan dan diteruskan, Kawasan Malioboro dan Kota Yogyakarta akan semakin kehilangan keistimewaanya dan tidak ada bedanya dengan kota-kota modern lain, sangat konsumtif dan tanpa makna. Sebagai upaya untuk melestarikan dan mengembangkan Kota Yogyakarta sebagai Warisan Dunia, diperlukan penataan Kawasan Malioboro dan penataan ruang jalan yang terintegrasi berdasarkan nilai-nilai filosofi yang dikandungnya serta menampilkan nilai-nilai luhur yang universal (outstanding universal values). Di samping itu, adanya disain ruang jalan yang baik di penggal Pangurakan – Marga Mulya – Malioboro – Marga Utama dapat menjadi alternatif tempat wisata sekaligus media dinamika dan interaksi sosial bagi seluruh masyarakat. Ruang jalan yang tercipta direncanakan sebagai ruang yang menampung berbagai aktivitas masyarakat yang aman dan nyaman didukung dengan penyediaan ruang event dan seni. Sayembara Desain Ruang Jalan Penggal Pangurakan – Marga Mulya – Malioboro – Marga Utama diperlukan untuk menggali gagasan-gagasan kreatif terutama dari masyarakat umum, sehingga sebuah ruang jalan yang baik dapat terwujud. Sekaligus sebagai generator peningkatan kualitas lingkungan sosial Daerah Istimewa Yogyakarta.
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”
PENDAHULUAN
5
LATAR BELAKANG Kota Yogyakarta dibangun atas 2 konsep besar yaitu Sumbu Imajiner dan Sumbu Filosofi. Sumbu Imajiner Yogyakarta menghubungkan antara Pantai Laut Selatan – Kraton – Gunung Merapi merupakan manifestasi fisik konsep Tri Hitta Karana (Palemahan – Pawongan - Parahyangan). Oleh Pangeran Mangkubumi (Sri Sultan Hamengku Buwono I) konsepsi yang Hinduistis ini kemudian diubah menjadi konsepsi Islam-Jawa :
3). Hablun min alam (hubungan manusia dengan alam), diwujudkan dengan hubungan Kraton dengan Laut Selatan,
1). Hablun min Allah (hubungan manusia dengan Tuhannya), diwujudkan dengan hubungan Kraton dengan Gunung Merapi),
Poros imajiner ini melambangkan kesatuan/keseimbangan antara makro kosmos dan mikro kosmos, dan peran Keraton/Sultan sebagai media penyeimbang dua kekuatan tersebut.
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”
2). Hablun min annas (hubungan manusia dengan manusia), diwujudkan dengan fisik Kraton Yogyakarta dengan lingkungannya),
6
4). Hamemayu Hayuning Bawono (membuat dunia menjadi hayu/ indah dan rahayu/lestari : konsep rahmatan lil alamin), dan 5). Manunggaling Kawula – Gusti.
Figur 1. Sumbu Filosofis dalam Sumbu Imajiner Kota Yogyakarta Source : Modifikasi dari Ikaputra, 2013
Filosofi dari Panggung Krapyak ke utara merupakan perjalanan manusia sejak dilahirkan dari rahim ibu, beranjak dewasa, menikah sampai melahirkan anak (Brontodiningrat 1978). Visualisasi dari filosofi ini diwujudkan dengan keberadaan Kampung Mijen di sebelah utara Panggung Krapyak yang melambangkan benih manusia. Pohon asem (Tamarindus indica) dengan daun yang masih muda bernama sinom melambangkan gadis yang masih anom (muda) selalu nengsemaken (menarik hati), maka selalu disanjung yang divisualisasikan dengan pohon tanjung (Mimusops elengi). Di Alun–Alun Selatan menggambarkan manusia telah dewasa dan sudah wani (berani) meminang gadis karena sudah akhil baligh, yang dilambangkan dengan pohon kweni (Mangifera odoranta) dan pohon pakel. Masa muda yang mempunyai jangkauan jauh ke depan divisualisasikan dengan dengan pagar ringin kurung Alun-Alun Selatan yang seperti busur panah. Masa depan dan jangkauan para kaum muda dilambangkan seperti panah yang dilepas dari busurnya. Sampai di Sitihinggil selatan pohon yang ditanam adalah pelem cempora (Mangifera indica) yang berbunga putih dan pohon soka (Ixora coccinea) yang berbunga merah menggambarkan bercampurnya benih laki-laki (dilambangkan warna putih) dan benih perempuan (dilambangkan warna merah). Halaman Kamandhungan menggambarkan benih dalam kandungan dengan vegetasi pohon pelem (Mangifera indica) yang bermakna gelem (kemauan bersama), pohon jambu dersono (Eugenia malaccensis) yang bermakna kaderesan sihing sasama dan pohon kepel (Stelechocarpus burahol) yang bermakna kempel, bersatunya benih karena kemauan bersama didasari saling mengasihi. Melalui Regol Gadhung Mlathi sampailah di Kemagangan yang bermakna bayi telah lahir dan magang menjadi manusia dewasa.
Sebaliknya dari Tugu Golong-Gilig ke arah selatan merupakan perjalanan manusia menghadap Sang Kholiq . Golong-Gilig melambangkan bersatunya cipta, rasa dan karsa dilandasi kesucian hati (warna putih) melalui Marga Utama/Margatama (jalan menuju keutamaan) ke selatan melalui Malioboro (memakai obor/ pedoman ilmu yang diajarkan para wali), terus ke selatan melaui Marga Mulya (jalan menuju kemuliaan), kemudian melalui Pangurakan (mengusir nafsu yang negatif). Sepanjang Jalan Margatama, Malioboro, dan Margamulya ditanam pohon asem (Tamarindus indica) yang bermakna sengsem/menarik dan pohon gayam (Inocarpus edulis) yang bermakna ayom/teduh. Di ujung Jalan Pangurakan sebelah selatan terdapat dua pohon beringin (Ficus benyamina) yang bernama Wok dan Jenggot yang melambangkan ilmu sejati yang halus, lembut, dan rumit seperti halusnya rambut Wok dan Jenggot. Ilmu tersebut sebagai bekal orang akan menghadap Tuhannya. Tidak dapat dipungkiri, keistimewaan Yogyakarta diakui karena masih bertahannya nilai adat budaya Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang masih dijalankan hingga saat ini. Seiring perkembangan zaman, penggal Pangurakan – Marga Mulya – Malioboro – Marga Utama dan sekitarnya menjadi kawasan pusat kota yang penting dan mempunyai citra kota yang khas. Dalam tekanan kegiatan ekonomi yang terus meningkat saat ini, serta ketiadaan konsep penataan ruang yang jelas, kondisi kawasan dan khususnya penggal Pangurakan – Marga Mulya – Malioboro – Marga Utama, mengalami degradasi, ketidakjelasan konsep, wujud, dan fungsi, yang pada akhirnya mengaburkan nilai-nilai filosofis yang terkandung di dalamnya. Kawasan Malioboro dan penggal jalan utamanya semakin tidak mempunyai citra dan keunggulan yang jelas, dan cenderung menjadi kawasan komersial biasa yang tidak berbeda dengan kota-kota lain di Indonesia. Oleh karena itu diperlukan satu interpretasi yang benar akan nilainilai filosofis sumbu imajiner kota Yogyakarta dan bagaimana konsepsi tersebut diwujudkan dalam bentuk ide-ide yang inovatif dan realistis dalam penataan ruang penggal Pangurakan – Marga Mulya – Malioboro – Marga Utama.
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”
Sedang Sumbu Filosofi menghubungkan antara Panggung Krapyak – Kraton – Tugu Pal Putih (Tugu Golong-Gilig) Tugu melambangkan Lingga dan Panggung Krapyak melambangkan Yoni. Lingga-Yoni di dalam konsep agama Hindu melambangkan kesuburan. Konsep ini oleh Pangeran Mangkubumi (Sultan Hamengku Buwono I) diubah menjadi filosofi Sangkan Paraning Dumadi. Sangkan : dari Panggung Krapyak ke Kraton. Paran : dari Tugu Golong-Gilig ke Kraton.
7
TUJUAN SAYEMBARA Untuk meningkatkan kepedulian dan partisipasi masyarakat dalam menata ruang Kota Yogyakarta, khususnya yang terkait dengan nilai-nilai keistimewaan Yogyakarta; Untuk mendapatkan masukan inovatif dan kreatif ideide rancangan kawasan Malioboro, terutama Ruang Jalan penggal Pangurakan – Marga Mulya – Malioboro – Marga Utama yang didasarkan pada filosofi luhur sumbu imajiner Kota Yogyakarta; Untuk menghasilkan ide-ide yang mendorong tumbuh dan berkembangnya kegiatan budaya, pariwisata, dan ekonomi secara berkelanjutan yang mampu meningkatkan vitalitas kawasan bagi kesejahteraan masyarakat.
LINGKUP & KELUARAN SAYEMBARA Sayembara Desain Ruang Jalan ini bersifat nasional. Keluaran sayembara berupa : Konsep Penataan Kawasan Malioboro Gagasan-gagasan program pemanfaatan ruang jalan dan kawasan. Disain Ruang Jalan pada penggal Pangurakan – Marga Mulya – Malioboro – Marga Utama. Tahapan dan prioritas implementasi Desain Ruang Jalan.
LOKASI SAYEMBARA
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”
Sayembara ini berlokasi di Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia.
8
Figur 2b Detil Figur ground Delineasi Disain Ruang Jalan Sumber: modifikasi wikimapia.org (2014)
Delineasi area utama yang disayembarakan adalah ruang ruas jalan Pangurakan – Marga Mulya – Malioboro – Marga Utama, yaitu area ruang jalan maupun ruang pelingkup (Ruang 1 dan Ruang 2 lihat Figur 2a, 2b, dan 3). Namun studi area melingkupi kawasan antara Sungai Code dan Sungai Winongo (Ruang 3 dan ruang 4 lihat Figur 2a, 2b, dan 3). Kawasan studi area dimungkinkan untuk ikut didesain apabila berkaitan secara langsung dengan desain delineasi area utama sayembara.
Penggal ruas ruang jalan yang harus didesain melingkupi : (lihat Figur 2a) 1. Jalan Pangurakan (depan Alun-Alun Utara sampai dengan titik nol), 2. Jalan Marga Mulya (titik nol sampai dengan Jalan Pajeksan), 3. Jalan Malioboro (Jalan Pajeksan sampai dengan rel kereta api), dan Figur 2a. Delineasi Desain Ruang Jalan Sumber: modifikasi wikimapia.org (2014)
4. Jalan Marga Utama (rel kereta sampai dengan Tugu Pal Putih).
KONSEP DAN PRINSIP DESAIN RUANG JALAN
H
Konsep desain atau rancangan ruang jalan sepanjang penggal Pangurakan – Marga Mulya – Malioboro – Marga Utama terkait dengan komponen ruangruang jalan sebagai berikut :
RUANG JALAN UNIQUE FACADE & PROPPER SIGNAGE DLL
PELINGKUP JALAN
3 KAWASAN PENDUKUNG
2
PELINGKUP JALAN
1
1 RUANG JALAN
4 RUANG BAWAH PERMUKAAN TANAH Kawasan PENDUKUNG MASA DEPAN Figur 3. Komponen Ruang Jalan dan Arahan Konsep Desain
2
PELINGKUP JALAN
1
3 KAWASAN PENDUKUNG
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”
2
asil sayembara diharapkan dapat memperkuat kawasan Malioboro dengan penataan ruang jalan utama dari penggal Pangurakan – Marga Mulya – Malioboro – Marga Utama menjadi “jalan istimewa” (great street) Yogyakarta. Gagasan-gagasan mencakup berbagai macam aspek yang komprehensif dan tidak meninggalkan unsur budaya di Yogyakarta.
9
1. Arahan Desain Ruang Jalan
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama�
- Desain ruang jalan sebagai ruang sirkulasi harus memperhatikan prioritas pengguna jalan secara berurutan sebagai berikut (1) pejalan kaki (2) kendaraan tanpa mesin seperti delman, becak, sepeda, dan (3) transportasi umum. Transportasi umum dapat menggunakan teknologi terbaru yang ramah lingkungan maupun hemat energi. Desain ruang jalan tersebut harus memfasilitasi difabel.
10
- Desain ruang jalan sebagai ruang sosial budaya kota harus memenuhi prinsip kesetaraan akses (desain inklusif) dan mampu memfasilitasi tidak hanya ruang interaksi sosial bagi warga dan pengguna lainnya tetapi juga mampu memfasilitasi berbagai kegiatan kreasi seni-budaya, festival, dan event, misalnya ruang atraksi kesenian tradisional, pemusik tradisional, pameran seni, serta sebagai wadah aktualisasi keistimewaan Yogyakarta. - Desain ruang jalan harus memperhatikan prinsip akses yang adil bagi berbagai pelaku ekonomi di kawasan ini. - Desain ruang jalan perlu menekankan aspek keamanan, kenyamanan, keramahan lingkungan, serta menampilkan kekhasan visual pada masing-masing penggal jalan. - Desain ruang jalan perlu mempertimbangkan adanya kebebasan pandang (visual free) dari Kraton ke Tugu Palputih (memperhatikan desain ruang jalan yang bebas dari gangguan instalasi kabel, penutup perlintasan kereta-api, dll). - Desain street furniture, paving, signage, lighting, dan vegetasi pada ruang jalan memperhatikan aspek pejalan kaki, aspek fungsi, aspek ergonomis dan filosofi yang menciptakan keunikan rancangan bagi masing-masing penggal jalan.
2. Arahan bagi Pelingkup Jalan - Desain pelingkup jalan harus memperhatikan karakter pelingkup jalan masing-masing penggal, terutama karakter fasad bangunan dan karakter ruang terbuka yang melingkupi ruang jalan. - Desain pelingkup jalan harus memperhatikan olah desain fasad bangunan yang sesuai dengan langgam, nilai kesejarahan, aspek fungsional dan aspek yang lain yang memberi nilai tambah rancang ruang jalan. - Desain pelingkup jalan juga harus memperhatikan penataan signboard yang komunikatif namun menyesuaikan dengan langgam dan desain fasad bangunan serta memberi penguatan estetika kawasan. - Desain pelingkup jalan juga meliputi kemungkinan gagasan konsep dan perancangan gerbang penanda jalan-jalan ventilasi ke kawasan pendukung. (misalnya Jalan Ketandan, Gandekan, Jalan Dagen, Jalan Sosrowijayan dll)
3. Kawasan Pendukung Kawasan Pendukung yang dimaksud adalah kawasan di luar area ruang jalan dan pelingkup jalan yang menjadi delineasi utama sayembara desain tetapi masih termasuk dalam area penataan Kawasan Malioboro. Pada area ini dapat dilakukan usulan konsep perancangan maupun gagasangagasan tertentu selama usulan tersebut berkaitan langsung dengan pemecahan masalah dan pertimbangan yang mendukung konsep desain ruang jalan dan pelingkup jalan. Sebagai contoh, pengolahan parkir untuk kendaraan pribadi di area ini sebagai usulan pemindahan area parkir eksisting yang ada pada ruang jalan utama.
4. Ruang Bawah Permukaan Tanah Ruang bawah permukaan tanah ini juga dapat dikembangkan sebagai alternatif usulan inovatif rancangan ruang jalan untuk mengatasi berbagai permasalahan yang mungkin akan muncul di masa depan, misalnya utilitas, area parkir, dan fasiltas lain.
PROFIL JURI DAN PROSES PENJURIAN
Dewan juri merupakan tim yang mewakili unsur pakar, birokrat, budayawan, dan pemangku kepentingan yakni :
Prof . Ir. Bakti Setiawan, M.A., Ph.D.
Ir. Ikaputra, M. Eng, Ph.D
Akademisi Perencanaan Kota
Akademisi Perancangan Kota
Ir. Yuwono Sri Suwito, M.M.
Ir. Aman Yuriadijaya, MM.
Dewan Kebudayaan DIY
Pemerintah Kota Yogyakarta
Dr. Daud Aris Tanudirjo, M.A.
Ir. Eko Prawoto, M. Arch
DP2WB
Arsitek, IAI
Drs. Octo Lampito, M.Pd
Samuel Indratma
Media Masa
Seniman
Syarief Teguh Prabowo, S.STP
Risnawati Utami
UPT Malioboro
Difabel dan Pakar Hukum
Suryadi Pelaku Ekonomi Malioboro
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”
3
DEWAN JURI
11
KRITERIA DAN PROSES PENJURIAN Kriteria Penjurian dalam Sayembara Penataan Kawasan Malioboro – Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan – Marga Mulya – Marga Utama” adalah meliputi beberapa hal sebagai berikut :
Ide dan gagasan (kreatifitas, inovasi dan relevansi).
Teknik presentasi
KRITERIA DAN PROSES PENJURIAN
Pemahaman sejarah dan filosofi.
Kesesuaian dengan arahan Konsep dan Prinsip Desain Ruang. Adapun proses penjurian Sayembara Penataan Kawasan Malioboro – Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan – Marga Mulya – Marga Utama” dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Kegiatan sayembara ini terbuka bagi masyarakat umum, mahasiswa, dan juga profesional.
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”
2. Sayembara dilangsungkan dalam dua tahap :
12
-
Tahap pertama dilakukan dengan penjurian tertutup untuk menentukan lima nominasi,
-
Tahap kedua dilakukan dengan presentasi para nominasi*.
Pemenang dari hasil penjurian tersebut kemudian akan dipublikasikan ke media website. *Presentasi pada tahap kedua wajib diikuti oleh kelima nominasi yang lolos tahap pertama.
3. Rancangan pemenang sayembara akan menjadi masukan dalam pelaksanaan pengembangan rancangan DED (Detail Engineering Design) pada tahap selanjutnya. 4. Penyelenggara sayembara mempunyai hak untuk menggunakan dan menerapkan gagasan pemenang peserta sayembara. 5. Keputusan juri tidak dapat diganggu gugat.
Prof . Ir. Bakti Setiawan, M.A., Ph.D. Akademisi Perencanaan Kota Prof . Ir. Bakti Setiawan, M.A., Ph.D. merupakan pengajar Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada. Beliau menamatkan Sarjana di Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada. Sedangkan gelar master diperoleh di University of Waterloo, Canada pada tahun 1994 dan gelar Doktor diperolehnya di Community and Regional Planning, The University of British Columbia, Canada. Ketertarikan beliau mengenai urban planning dan geometric in urban planning sangat besar sehingga beliau sangat concern terhadap bidang ini. Ketika dihubungi oleh Dinas Pekerjaan umum, Perumahan, Dan Energi Sumber Daya Mineral, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta untuk menjadi Juri Sayembara Penataan Kawasan Malioboro mengatakan sayembara ini bagus. Sayembara ini merupakan mekanisme partisipasi publik yang penting dan terbukti yang tertarik ratusan peserta, dari seluruh Indonesia. Hal tersebut memberikan justifikasi betapa masyarakat umum tidak hanya Jogjakarta, bahkan seluruh Indonesia punya concern, ide bahkan handarbeni terhadap kawasan Malioboro. “Jadi ini menjadi bukti bahwa masyarakat punya concern dan bahkan harus dilibatkan salah satunya melalui sayembara. Luar biasa dan harus menjadi tradisi”, ujar akademisi perencana kota ini. “Pesertanya luar biasa. Ada ratusan yang tertarik untuk mendaftar dan sebaran geografisnya dari seluruh Indonesia. Itu luar biasa”, ungkap dosen senior Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada ini. Beliau mengatakan, “Sayembara ini tercatat sebagai suatu sayembara di Indonesia yang berhasil dan paling banyak dari sisi peserta, memiliki kualitas yang beragam, dari sekadar kelompok masyarakat kampung bukan arsitek yang usulnya berupa tulisan-tulisan, sampai pada arsitek profesional, konsultan-konsultan, luar biasa”. Beliau mengatakan dulu panitia ragu, harus mensyaratkan pesertanya dari kalangan arsitek atau tidak, namun Bapak Bakti Setiawan meyakinkan kepada panitia bahwa anak SD, SMP dan SMA sebetulnya mempunyai hak dan beliau yakin mereka mempunyai ide. Ketika pada akhirnya peserta dibatasi, tetapi tetap masuk peserta-peserta yang bukan profesional arsitek dan itu menunjukkan hal yang luar biasa. “Saya kira luar biasa berhasil dari sisi partisipasi publik. Oleh karena itu saya menyarankan PR-nya Pemda untuk dibukukan, artinya didokumentasikan dengan baik. Selain itu, PR Pemda juga untuk menyelenggarkan pameran yang cukup masif, karena sayang jika ide-ide yang luar biasa dari puluhan peserta tidak ditangkap oleh publik. Dalam menilai karya, Bapak Bakti Setiawan mengatakan para juri sudah maksimal dan objektif, telah menghasilkan tiga pemenang yang menurut beliau sudah mencerminkan kualitas dari para peserta . Bapak Bakti Setiawan mengatakan ada hal yang digarisbawahi oleh Bapak Yuwono yaitu elemen-elemen filosofi yang masih lemah hampir dari semua peserta sayembara. “Mungkin menurut saya ini bagian lain dari
kepentingan sayembara, kata kuncinya adalah proses dari partisipasi juga proses pembelajaran publik. Supaya diadakan diskusi antara para ahli karena filososi Kota Jogja termasuk Malioboro-pun tidak semua orang memahami. Sehingga sayembara ini bisa memfasilitasi proses pembelajaran publik bagaimana nilai-nilai filosofi Malioboro. Kalau sudah benar filosofinya, bagaimana menterjemahkannya menjadi desain dan itu persoalan yang penting juga, serta tidak gampang karena pemikiiran setiap orang berbeda-beda. Harapan Bapak Bakti Setiawan dengan diadakannya sayembara ini ada beberapa hal yaitu PR bagi Pemda untuk meramu elemen-elemen karena juara 1,2,3 atau lima besar bahkan peserta lain tidak menjelaskan bahwa semua usulan mereka applicable, sehingga menjadi usulan yang komprehensif, applicable, implementable dan lalu kemudian bisa dilaksanakan.
tentang pelestarian kota Pusaka, dibuktikan dengan diraihnya juara ketiga Sayembara Penataan Kawasan Malioboro oleh tim mahasiswa UNS. Tim mahasiswa UNS tersebut tidak sekedar mendesain fisik tapi juga mempelajari tentang filosofinya bahkan mereka mengadakan survey kecil kepada pedagang kaki lima yang berjualan disekitar Kawasan Malioboro tersebut”. Pemenang tiga besar Sayembara Penataan Kawasan Malioboro memiliki keunggulan tersediri hanya bobotnya saja yang berbeda. Bobot sejarah dan filosofi itu yang tinggi, baru kemudian ruang, diikuti dengan detil desain seperti pola vegetasi. Satu harapan Bapak Yuwono tentang sayembara ini adalah tidak hanya terhenti hanya sampai di sayembara akan tetapi menjadi bahan untuk menyusun RTBL building code DED-nya. Untuk itu tidak hanya tugas Dinas Kebudayaan dan Dinas Pekerjaan Umum saja, akan tetapi semua stakeholder harus berpartisipasi.
Ir. Yuwono Sri Suwito, M.M.
Ir. Aman Yuriadijaya, MM.
Dewan Kebudayaan DIY
Pemerintah Kota Yogyakarta
Kecintaannya kepada budaya Yogyakarta membuat Bapak Yuwono Sri Suwito, yang saat ini menjabat sebagai Ketua Dewan Kebudayaan Provinsi DIY dan Ketua Perhimpunan Pelestarian dan Pengembangan Budaya Jawa PANUNGGALAN, mendapatkan beberapa penghargaan, salah satunya Penghargaan PEDULI BUDAYA tahun 2009” dari Sri Sultan Hamengku Buwono X. Dalam Sayembara Penataan Kawasan Malioboro yang telah dilaksanakan bulan Maret sampai dengan Bulan Mei 2014 yang lalu, Bapak Yuwono Sri Suwito ditunjuk sebagai salah satu juri mewakili Dewan Kebudayaan DIY. Tentang Sayembara Penataan Malioboro tersebut beliau mengatakan, “Sayembara Penataan Malioboro ini hanya khusus penataan penggal ruas jalan dari Jalan Pangurakan - Margomulyo –Malioboro - Margoutomo, dengan kata lain dari Alun Alun Utara sampai Tugu yang meliputi penataan penggal ruas jalan dengan bangunan disekitarnya. Salah satu hal yang menjadi penekanannya adalah penataan ruang agar wajah malioboro tidak kehilangan keJogjaan-nya. Saat ini bersama dengan tim di Dewan Pertimbangan Pelestarian Warisan Budaya sedang mengupayakan Malioboro dapat menyandang gelar world heritage city dengan tema: “ Jogjakarta The City Of Philosofy”. Oleh sebab itu hasil dari Sayembara Malioboro akan diolah bersama-sama oleh seluruh stakeholder terkait yaitu Dinas Kebudayaan, Dinas Pekerjaan Umum, pemangku kepentingan di Malioboro, serta pihak keraton sebagai konsep pengajuan ke UNESCO agar nanti dapat menyandang world heritage city tersebut. Hasil dari pemenang sayembara ini tidak murni diterapkan 100 %, akan tetapi tergantung pemilik kebijakan. Pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk mengaplikasikan hasil sayembara tersebut. Dari sisi peserta, beliau menambahkan bahwa peserta Sayembara Penataan Kawasan Malioboro sudah majemuk, baik dari asal daerah maupun dari berbagai macam kalangan baik mahasiswa, dosen maupun swasta. “Yang saya bangga, sudah ada awareness dari mahasiswa
Menjadi salah satu juri Sayembara Penataan Kawasan Malioboro, Bapak Aman Yuriadijaya, yang saat ini menjabat sebagai Asisten Ekonomi dan Pembangunan Setda Kota Yogyakarta, mewakili unsur Pemerintah Kota Yogyakarta. “Sayembara adalah salah satu metoda untuk mendengarkan atau melihat pandangan dari kacamata berbagai pemangku kepentingan. Oleh karenanya membuat kebijakan terhadap suatu hal, lebih-lebih kebijakan yang sangat spesifik karena berkaitan dengan kawasan heritage, tidak semata-mata dari kacamata pandang pemerintah tapi juga mendengarkan, melihat dan menyimak dengan baik berbagai pandangan dari pemangku kepentingan”, jelas Bapak Aman Yuriadijaya. Beliau juga mengemukakan hasil sayembara akan dikombinasikan dengan konsep-konsep dasar yang dimiliki dari kacamata pandang pemerintah, hasilnya adalah rumusan lengkap yang merupakan bagian integrasi berbagai pandangan baik dari pemerintah maupun seluruh pemangku kepentingan. Menurut Bapak Aman dari sisi peserta sudah memenuhi harapan, tidak hanya diikuti oleh pemilik latar belakang akademis, tapi juga masyarakat luas. Pandangan-pandangan secara lengkap dan bervariasi merupakan sebuah hal yang mampu memperkaya serta sebagai modal dalam membuat rumusan kebijakan yang lebih komprehensif. “Pemenang lomba sudah mampu menerjemahkan dengan jelas dari sisi fisik dan sosial masyarakat. Kita pahami bahwa revitalisasi kawasan cagar budaya muaranya adalah kesejahteraan masyarakat. Kondisi eksisting yang melakukan kegiatan di kawasan itu harus terwadahi secara maksimal”, ujar Bapak Aman. Beliau mengungkapkan bahwa produk pemenang Sayembara Penataan Kawasan Malioboro sudah terwadahi baik dari sisi fisik budaya dan kepentingan sosial masyarakat yang berkehidupan di kawasan Malioboro.
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”
OPINI DEWAN JURI
13
Harapan kepada Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang diungkapkan oleh Bapak Aman sebagai salah satu juri perwakilan Pemerintah Kota Yogyakarta adalah penyusunan rumusan kebijakan yang merupakan perpaduan antara konsep sudut pandang pemerintah dengan pemenang lomba hasil representasi pemikiran masyarakat. Setelah rumusan tersebut dilaksanakan, diharapkan dukungan anggaran segera direalisasikan. Dengan demikian masyarakat mampu segera terlibat dalam proses revitaliasi di kawasan tersebut, dan pelaku-pelaku di kawasan Malioboro segera berkontribusi sesuai dengan perannya masing-masing.
Ir. Eko Prawoto, M. Arch Arsitek, IAI
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”
Cemeti Art House, Art of Bamboo, Via-Via Caf , Kua Etnika Music Studio, adalah beberapa rancangan Ir. Eko Agus Prawoto, M.Arch, salah satu juri Sayembara Penataan Kawasan Malioboro yang telah diselenggarakan dari Bulan Maret – Mei 2014 yang lalu. “Sayembara ini lebih tentang upaya dalam membuka partisipasi publik untuk menuangkan gagasan berkait dengan bagaimana Malioboro di masa depan. Ini lebih tentang melakukan eksplorasi atas kemungkinan-kemungkinan apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan atau mengembangkan potensi Malioboro, baik dalam hubungannya dengan permasalahan praktis kekinian (seperti parkir misalnya) ataupun tentang memperkaya peran ruang publik berkait dengan kehidupan kotanya. Tentang visi dan harapan apa yang dapat diperankan oleh ruang kota (khususnya penggal jalan Tugu-Kraton) berkait dengan kesejarahan dan nilai-nilai filosofisnya namun juga penuangan serta kontekstualisasi nilai itu dimasa depan,” ujar Bapak Eko Agus Prawoto.
14
Menurut peraih gelar Master dari The Berlage Institute Amsterdam, sayembara ini merupakan langkah yang bagus dan tepat untuk mencari alternatif yang mungkin diimplementasikan. Sayembara ini melengkapi berbagai kajian berkait dengan Malioboro yang relatif sudah banyak dilakukan. Tanggapan mengenai peserta, Bapak Eko Agus Prawoto mengatakan, “Surprise juga, ternyata rasa memiliki Malioboro tidak hanya sebatas warga atau penduduk Yogya saja. Malioboro juga dicintai dan dimiliki oleh banyak orang melampaui batas administratifnya. Peserta dengan berbagai perspektif dan pengenalannya tentang Yogya dan Malioboro khususnya mencoba memberikan curahan hati dan pemikiran terbaiknya. Hampir tiap peserta memiliki keunikan serta gagasan yang bernilai untuk dipakai dalam membuat Malioboro yang semakin baik. Walaupun memang secara teknis hanya dipilih beberapa sebagai pemenang. Pemenang tiga besar dipilih karena relatif memiliki kekuatan gagasan dan juga penuangan detail kreatif dalam membuat ‘skenario’ pengembangan penggal jalan itu sebagai ruang publik yang berguna untuk warga kota. Tentu justifikasi para gagasan pemenang ini adalah pada konsistensi tuangan gagasan dengan tema yang diusulkan juga berkait dengan relevansi serta ‘realistik’ nya dalam konteks kekinian dan masa depan.
“Sebagai lontaran dan ungkapan gagasan kreatif saya pikir menarik untuk menjadikannya sebagai referensi bagi pengembangan selanjutnya,” demikian ungkap Dosen Fakultas Arsitektur dan Desain Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta ini. Sayembara sebagai upaya untuk menjaring gagasan dan partisipasi publik sangat tepat untuk dijadikan model pendekatan bagi perencanaan dan perancangan bagi program pemerintah. Ini akan memberikan banyak pemikiran kreatif yang bisa menjadi bahan referensi dan pemikiran lebih lanjut. Malioboro merupakan penggal jalan penting di jantung kota , persoalan besarnya adalah juga tentang kota secara keseluruhan yang perlu dikaji dan dipikirkan secara sistemik menyeluruh. “Sebagai tuangan gagasan design, hasil sayembara ini menunjukkan aspirasi publik yang mengharapkan ada perubahan bahkan peserta melihat perlunya dimunculkan ‘energi baru’ melengkapi predikat kota Yogya yang sudah ada yaitu ‘living tradition’ yang sangat kuat. “jelasnya sebagai penutup.
Ir. Ikaputra, M. Eng, Ph.D Akademisi Perancangan Kota Lulusan Graduate School of Osaka Japan University, Bapak Ikaputra, yang saat ini menjadi dosen S3 di Jurusan Arsitektur dan Perencanaan Fakultas Tekmik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, termasuk dalam tim juri Sayembara Penataan Kawasan Malioboro yang mewakili akademisi Perancangan Kota. “Antusiasme masyarakat untuk memberikan satu gagasan bagi Malioboro sangat menggembirakan, pesertanya banyak sekali”, ungkap Bapak Ikaputra ketika diminta pendapat beliau mengenai Sayembara Penataan Kawasan Malioboro. Menurut beliau, masyarakat, bukan hanya kalangan arsitek, yang memiliki sense of belonging kuat sekali terhadap Malioboro. “Jika masyarakat mempunyai rasa kepemilikan, berarti sungguh-sungguh ingin meningkatkan malioboro, bukan hanya karena nilai hadiahnya, tambah Bapak Ikaputra. Untuk peserta Sayembara Penataan Kawasan Malioboro Bapak Ikaputra mengungkapkan, secara spesifik pilihan juri memang dinilai dari berbagai macam aspek, dikarenakan juri sayembara ini tidak hanya dari satu bidang ilmu, tetapi berbagai macam pertimbangan, menurut saya sudah yang terbaik. Untuk menjelaskan apakah semua ide sudah bisa diwakili oleh pemenang kesatu, kedua, dan ketiga, Bapak Ikaputra mengatakan “Saya pikir belum bisa karena ideide tersebut tersebar banyak sekali, sehingga menurut kami sumbangan peserta itu sendiri adalah bagian membangun keistimewaan malioboro. Sehingga bisa jadi, ada peseta yang belum menang tapi idenya bagus pada tempat tertentu, bahkan mungkin ide yang kecil seperti pot bunga, nanti kita minta ijin untuk menggunakan ide tersebut”. Karena dari sekian banyak peserta sayembara ini, dipilih pemenang berdasarkan ide yang paling komprehensif dan terbaik dibanding yang lain. Pemenang 3 besar Sayembara Penataan Kawasan Malioboro, menurut para juri, dinilai baik dalam persepsi masing-masing, apakah itu aspek visual, aspek konsepsual dan aspek yang terkait dengan ide-ide konkret
dari Malioboro. “Sehingga kalau peserta tersebut juara satu, pasti karena lebih baik dari peserta lain. Semakin komprehensif, ide kuat ,konsep kuat, konsepnya istimewa, tentu menjadi pemenang nomer satu. Juara kedua mungkin pada hal-hal tertentu baik dan unik tapi di beberapa tempat masih perlu dikonkritkan lebih jelas lagi, demikian juga untuk juara ketiga, imbuh Bapak Ikaputra. Menurut Bapak Ikaputra, dalam diskusi akhir untuk menentukan pemenang, juara satu sayembara ini memang hampir secara aklamasi semua menang. Tapi untuk juara kedua, ketiga, keempat, kelima bahkan keenam masih diperdebatkan, yang akhirnya menurut para juri, juara kedua dan ketiga memang layak mendampingi pemenang nomer satu. Bapak Ikaputra melihat sayembara ini tidak hanya dimiliki oleh pemenang saja, bahkan jurinya pun menjadi bagian penting dalam menyusun pedoman. Dari sekian banyak Bapak Ikaputra menjadi juri, baik juri sayembara desain arsitektur maupun kawasan, baru sayembara ini para juri membangun kriteria untuk dijadikan pedoman dalam sayembara bersama-sama. Pedoman dalam Sayembara Penataan Kawasan Malioboro tersebut bisa diterapkan sebagai pedoman bagaimana kalau akan membangun ruang jalan Malioboro. Jadi para juri bisa mengontrol apakah ada akses bagi difabel, karena dalam Sayembara ini ada juri dari kalangan difabel, apakah secara ekonomi berkeadilan, tidak boleh ada yang dominan antara Penjual Kaki Lima atau pemilik toko, karena dari para juri ada perwakilan dari komunitas Malioboro dan wakil pemilik toko, hal tersebut membuat hasil ini menjadi fair. Menurut saya, semoga pedoman dari juri bisa menjadi pedoman bagi pengembangan kawasan Maliboro di masa yang akan datang oleh siapapun tidak hanya oleh peserta sayembara. Dengan demikian memang proses sayembara adalah salah satu bagian dari sumbangan-sumbangan yang sudah diarahkan oleh pedoman tadi. Pedoman tersebut adalah partisipasi dari wakil-wakil, yang ikut menjadi juri dalam Sayembara ini yang punya hubungan dengan aspek yang diwakilinya.
Syarief Teguh Prabowo, S. STP UTP Malioboro Bapak Syarief Teguh Prabowo, S.STP, kelahiran Yogyakarta 29 September 1978, saat ini menjabat sebagai Kepala UPT Pengelolaan Kawasan Malioboro. Sebelum menjabat sebagai Kepala UPT Pengelolaan Kawasan Malioboro pada tahun 2011, Bapak Syarief Teguh Prabowo pernah mengemban beberapa jabatan yaitu CPNS Pusat (STPDN) ditahun 1996, PNS Pemerintah Kota Yogyakarta tahun 2000, pada tahun 2007 hingga 2011 menjabat sebagai Lurah Suryatmajan. Dalam Sayembara Penataan Kawasan Malioboro, Bapak Syarief Teguh Prabowo menjadi salah satu juri yang mewakili UPT Pengelolaan Kawasan Malioboro. Menurutnya Sayembara Desain Ruang Kawasan Malioboro ( Penggal AlunAlun Utara s/d Tugu Pal Putih) adalah wahana yang sangat baik untuk memperkaya masukan bagi pengambil kebijakan di Daerah Istimewa Yogyakarta dalam pengambilan keputusan. Melibatkan masayarakat umum sebagai peserta sayembara diharapkan mampu memperdalam kekayaan desain penataaan Kawasan Malioboro yang selama ini
Bapak Syarief, demikian biasa beliau dipanggil, sangat mengapresiasi terhadap banyaknya antusias peserta sayembara yang berasal dari beragam multi disiplin ilmu, dan beragam asal daerah peserta. “Saya melihat Jogjakarta dan isu Penataan Kawasan Malioboro mampu menjadi daya tarik keterlibatan dari peserta-peserta tersebut”. Peserta dari multi disiplin ilmu memang sangat dibutuhkan karena Kawasan Malioboro penuh dengan kompleksitas kepentingan dan peserta dari berbagai daerah menunjukkan bukti Kawasan Malioboro mampu menjadi milik berbagai peserta yang berasal dari luar daerah jogja. “Desain masing-masing peserta hanya beberapa yang komperehensif. Masih banyak yang mendesain sesuai dengan disiplin ilmu masingmasing. Tetapi itu tidak menjadi masalah karena diharapkan nantinya pengambil kebijakan tinggal mendesain semuanya menjadi rumusan yang utuh untuk menata Kawasan Malioboro, “ tutur Bapak Syarief. Mengenai pemenang sayembara ini beliau mengungkapkan “Peserta dengan nominasi 5 besar dan 3 besar merupakan beberapa usulan desain yang cukup komperensif dan layak mendapat apresiasi. Hanya saja kami melihat masih ada beberapa aspek yang belum menonjol ditampilkan dan kurang aplikatif dan akomodatif terhadap kondisi riil dilapangan. Terlepas kurangnya pemahaman filosofis yang kami sendiri bukan sebagai juri mendalami aspek tersebut, kami melihat konsep Penataan Pedagang Kaki Lima , Kendaraan Tidak Bermotor dan Parkir sebagai pelaku utama dikawasan tersebut yang belum utuh ditampilkan dalam desain berikut solusi yang ditawarkan sesuai dengan kondisi pelaku dilapangan.” Harapan Bapak Syarief mengenai sayembara ini diungkapkan berikut ini “Kami berharap agar apa yang telah disumbangkan oleh para peserta Sayembara Penataan Malioboro ini segera ditindaklanjuti dalam kerangka kebijakan strategis dan implementatif, dengan mengkombinasikan karya para peserta sayembara yang mampu men-support studi-studi ilmu perencanaan tentang penataan Kawasan Malioboro yang telah dilaksanakan dengan mempertimbangkan kondisi lapangan dan kompleksistas Kawasan Malioboro. Sekedar catatan khusus bahwa hasil berbagai survey ternyata Penataan Kawasan Malioboro menuju kawasan yang lebih baik telah banyak dinanti oleh Komunitas Malioboro, warga Jogja dan warga luar Jogja ( wisatawan ), pungkas Bapak Syarief mengakhiri wawancara.
Drs. Octo Lampito, M.Pd Media Massa
Dalam kesehariannya Drs. Octo Lampito, M.Pd menjabat sebagai Pemimpin Redaksi Harian Kedaulatan Rakyat. Beliau menjadi salah satu juri dalam Sayembara Penataan yang mewakili unsur media. “Sayembara ini diikuti oleh profesional. Beberapa yang masuk final desainnya bagus, apabila dikompilasi akan bagus,” komentar beliau. Peserta yang mengikuti sayembara ini berasal dari beberapa daerah baik dari Provinsi DIY maupun luar, dari berbagai kalangan, baik arsitek, sosiolog, pendidik dan lainnya. Menurut catatan beliau, terdapat perbedaan antara peserta sayembara dari DIY dan luar DIY. Dari luar DIY desainnya berani tapi belum memenuhi syarat mengenai filosofi Malioboro. “Tetap harus dipertahankan nilai filosofisnya, karena segi filosofis itulah yang menjadi daya tarik Malioboro selama ini.” Hasil sayembara Malioboro ini akan sangat baik jika diwujudkan karena Malioboro adalah aset Yogyakarta dan aset Indonesia pada umumnya. Selain itu Bapak Octo Lampito mengharapkan agar para juri yang mengerti betul tentang filosofi Malioboro dilibatkan dalam pembangunan sehingga hasil dari pembangunan tersebut seperti yang diharapkan.
Suryadi Pelaku Ekonomi Malioboro
Disela-sela kesibukannya mengurus bisnis batiknya yaitu Batik Surya dan Batik Adikusumo, Bapak Suryadi yang saat ini menjabat sebagai Ketua Paguyuban Pengusaha Malioboro sangat menyambut baik kegiatan Sayembara Penataan Kawasan Malioboro ini dengan menjadi salah satu tim juri. Bapak Suryadi mengatakan bahwa Sayembara Penataan Kawasan Malioboro yang telah dilakukan sangat bernilai positif, valuable dan banyak yang bisa diterapkan di Malioboro. Ide-ide dari pemenang bisa digabungkan untuk diambil sisi positif dari masing-masing desain. Penerapan ide-ide dari para juara Penataan Kawasan Malioboro tersebut diharapkan mampu membuat Kawasan Malioboro menjadi lebih nyaman bagi wisatawan. Selain penataan kawasan Malioboro, Bapak Suryadi juga mengharapkan kemampuan pelaku pariwisata seperti pedagang kaki lima dan tukang becak harus ditingkatkan agar menjadi pelaku UKM yang handal. Menurut Bapak Suryadi, peserta Sayembara Penataan Kawasan Malioboro memiliki kualitas yang bagus. Para peserta memiliki visi misi yang maju. Mereka adalah para ahli dibidangnya. “Pemenang Sayembara Penataan Kawasan Malioboro memang layak dan capable. Waktu itu saya tidak tahu pemenangnya siapa saja. Pada saat dilihat identitasnya, saya maklum karena mereka adalah dosen, mahasiswa dan praktisi yang memang memiliki keahlian yang memadai,” ujar Bapak Suryadi mengakhiri pendapatnya mengenai Sayembara Penataan Kawasan Malioboro.
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”
dirumuskan oleh pengambil kebijakan melalui berbagai macam studistudi perencanaan. Selain itu melihat sisi historis bahwa kawasan yang disayembarakan untuk ditata adalah kawasan yang cukup strategis bagi banyak orang. Kami melihat sangat tepat melibatkan banyak masukan untuk penataan kawasan ini. Yang terpenting segera ditindaklanjuti dengan rumusan yang jelas untuk segera diimplementasikan. Mengingat banyak proses terdahulu tentang Penataan Kawasan Malioboro yang jalan di tempat bahkan tidak berjalan sama sekali.
15
4 HASIL KARYA PESERTA
S
eleksi hasil karya terbaik “Sayembara Malioboro” telah dilakukan secara ketat dan terstruktur. Pada tahap awal seleksi yang berlangsung pada 17-31 Mei 2014 tercatat sebanyak 93 karya yang masuk, berasal dari 363 peserta. Karya tersebut kemudian dinilai berdasakan aspek administratif yaitu pemenuhan syarat keluaran yang disesuaikan dengan KAK (baik format karya maupun isi), hasilnya hanya 88 karya saja yang dianggap memenuhi persyaratan. Selanjutnya penilaian yang dilakukan pada Minggu, 1 Juni 2014 mulai jam 10.00 WIB dan dihadiri oleh seluruh dewan juri menentukan 30 finalis karya terbaik terlebih dahulu. Ketiga puluh finalis terbaik tesebut kemudian dikerucutkan lagi menjadi 10 besar karya terbaik. Pemilihan dilakukan dengan mencari frekuensi karya yang dipilih juri dengan kriteria minimal dipilih oleh 3 juri. Hasil pemilihan yang menemukan ada 11 besar karya terbaik, membuat para juri harus bersepakat untuk mengeluarkan 1 karya untuk memenuhi 10 hasil karya terbaik. Berdasarkan 10 hasil karya terbaik yang sudah terpilih, setiap juri memberikan penjelasan dan masukan dari setiap karya. Berikutnya untuk menyaring 5 besar, para juri sepakat untuk melakukan penilaian lagi dengan memberlakukan syarat: karya minimal dipilih oleh 7 juri . Selain itu, juga mempertimbangkan segala argumen dan masukan substantif dan filosofis dari seluruh juri yang hadir. Penentuan pemenang sayembara didasarkan pada aspek: pemahaman sejarah dan filosofi, ide dan gagasan (kreativitas, inovasi, dan relevansi), kesesuaian dengan arahan konsep dan prinsip desain ruang, dan teknik presentasi, serta ditambahkan pula dengan hasil penjelasan dan presentasi 5 finalis terbaik di depan Gubernur DIY yang dilakukan pada Senin, 9 Juni 2014 di Gedung Gadri, Kepatihan.
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO DesainRuang Disain RuangJalan JalanPenggal Penggal“Pangurakan “Pangurakan--Marga MargaMulya Mulya--Malioboro Malioboro--Marga MargaUtama” Utama”
Berikut adalah pemenang “Sayembara Penataan Kawasan Malioboro”:
16
Juara 1
Juara 2
Juara 3
Widi Cahya Yudhanta (214) “Teras Budaya”
Rahadian Prajudi H. (307) “Mlampah-mlampah sebagai Cultural& Spiritual Dialog”
Kusmaningdyah Nurul Handayani (041) “Integrasi Malioboro”
Harapan 1 Yanuarti Tri Mardiyah (020) “Ngewongkake Malioboro”
Harapan 2 Rizki Bhaskara (046) “Malioboro as Festival Play-Scape”
JUARA 1
Ulasan Desain: Teras Budaya
“Filosofis yang dikemukakan bagus dengan penjabaran masa kini. Konsep yang diusulkan juga cukup bagus dilandasi pemahaman eksisting dengan dasar hasil penelitian, serta pemahaman perencanaan yang ada. Rancangan yang terpadu antara berbagai unsur menelurkan tema TERAS BUDAYA baik di tingkat kawasan maupun arsitektur. Satusatunya usulan yang mempunyai konsep lansekap pohon yang jelas sesuai dengan filosofi, mengusulkan pohon Asem dan Gayam kecuali catatan pohon Tanjung di Jalan Senopati yang belum tepat. Rancangan detail vegetasi dan pemeliharaan sudah dipikirkan.”
Profil Tim Jogja Limo:
Teras merupakan salah satu identitas dalam arsitektur Tradisional dan Vernakular Indonesia. Prinsip teras adalah ruang untuk menerima, ruang bersama, ruang transisi menuju ruang yang lebih “dalam” dan ruang sosial yang keberadaanya sangat penting dalam berkehidupan sosial. Maliboro sebagai salah satu aset dan representasi wajah Kota Yogyakarta memiliki potensi sekaligus tantangan dalam mengadapi dualisme pembangunan kekinian dan konservasi. Konsep TERAS BUDAYA ditawarkan sebagai win-win solution untuk menghadapi dualisme ini. TERAS BUDAYA adalah upaya dalam menghadirkan nilai lokal dan merangkul kekinian sehingga menghasilkan sebuah sinergi antara ruang dan manusianya. Teras diartikan sebagai “terasnya” Yogyakarta yang tepat berada di depan Kraton Yogyakarta sekaligus sebagai terasnya masyarakat Indonesia, mengingat Malioboro tidak hanya milik Yogyakarta melainkan aset pariwisata Indonesia di mata wisatawan internasional. Teras diartikan juga sebagai ruang publik atau ruang sosial yang didalamnya memuat beragam aktivitas seperti aktivitas kebudayaan, ekonomi, sampai dengan keagamaan. Peran Kawasan Malioboro sebagai “Teras” Yogyakarta dan Indonesia merupakan jawaban untuk keberlanjutan Kawasan Malioboro terkait dengan sumbu filosofis dan garis imajiner Yogyakarta serta tantangan ekonomi dan pariwisata yang terus berkembang. Rekayasa transportasi di Kawasan Malioboro dan sekitarnya merupakan bentuk solutif dalam mengupayakan Malioboro sebagai ruang jalan yang berorientasi kepada non motorize. Untuk menuju Kawasan Malioboro non motorize dilakukan 4 tahapan dalam rekayasa transportasi serta penambahan infrastruktur dasar sebagai konsekuensi sistem yang akan terjadi. Diagram pencapaian ditujukan untuk memperjelas moda yang akan dicapai menuju Kawasan Malioboro. Prinsip transport local menjadi hal utama yang melayani sirkulasi moda di Malioboro sedangkan moda lainnya dibatasi sampai dengan kantung-kantung parkir yang sudah diskema dalam rencana makro.
Jogja Limo merupakan tim gabungan yang terdiri dari mahasiswa dan alumni jurusan MDKB UGM. Tim ini dibentuk oleh Ardhyasa Fabrian Gusma dengan mengumpulkan teman-teman rekan sayembara yang pernah tergabung ke dalam timnya. Keempat rekan tersebut antara lain : Irwan Yudha Hadinata, Widi Cahya Yudhanta, Akbar Setiawan dan Muhammad Iqbal. Nama Jogja Limo di pilih karena kelima personilnya bertemu di Jogja sebagai tempat study S2 mereka. Jogja Limo terbentuk karena potensi individunya yang sering memenangkan sayembara arsitektur dan urban design baik di level nasional maupun internasional. Keinginan mengikuti sayembara Malioboro bermula dari Thesis Gusma dengan tema “Penataan Malioboro sebagai Ruang Publik” yang memiliki kesamaan dengan Sayembara Penataan Ruang Jalan Malioboro. Dari situ kemudian untuk pertama kalinya tim ini dicoba denganmengikuti kompetisi tersebut.
dah mengkategorikan event yang akan berlangsung. Terdapat 2 tipologi dasar yaitu atraksi dinamis dan atraksi statis. Selanjutnya dikembangkan menjadi 4 tipologi atraksi yaitu: 1. Tipologi parade 2. Tipologi komunitas 3. Tipologi shows spot dan event kreatif 4. Tipologi peringatan hari besar Keempat tipologi ini diatur dalam tema harian dengan pengaturan jam dan tema bulanan adalah tema umum yang ditekankan dalam hitungan minggu. Tema bulanan tidak mutlak mengikat namun kegiatan dan atraksi mendapatkan arahan dalam penekanan kegiatan yang diutamanakan. Tahap 2 dan 3 (2020 – 2035) kegiatan atraksi yang berlangsung di Malioboro diupayakan menjadi member tetap serta bilamana terdapat atraksi temporer diluar member diarahkan kepada paguyuban setempat. Dalam tahap selanjutnya yaitu tahap 4 (2050) kegiatan atraksi yang sudah mapan diarahkan kedalam bentuk zoning. Bentuk zoning dihadirkan dalam 3 zoning yang menyesuaikan dengan konsep teras (Margo Utomo, Malioboro, Margo Mulyo, Pangurakan), zoning yang dihadirkan yaitu Tema Budaya Jawa, Tema Budaya Indonesia, Tema Kontemporer. Smart bolard bertujuan untuk mempermudah orientasi pengunjung terhadap Kawasan Malioboro khususnya di Jalan Margo Utomo, Malioboro, Margo Mulyo dan Pangurakan. Diciptakan smart bolard ini memberikan solusi karena banyak terjadi disorientasi ruang akibat pengalaman masing-masing personal berbeda-beda dalam menengarai wilayah Malioboro. Sejauh ini tetenger masih berupa nama took dan bangunan penting seperti Mall Malioboro, Kepatihan, Bringharjo, hal ini masih bersifat sangat umum mengingat skala pejalan kaki memiliki cakupan yang lebih mikro.
Jalan Pangurakan – Margo Mulyo – Malioboro – Margo Utomo merupakan kerangka super grid kota Yogyalarta. Hal ini terlihat dari analisis nilai integrasi Kota Yogyakarta yang menunjukkan nilai tinggi. Nilai tinggi mencerminkan jalan-jalan tersebut merupakan pusat orientasi dan awal perkembangan kota.
Smart bolard disisipkan simbol jawa HANACARAKA yang tersusun atas 20 bolard yang ditempatkan dari utara ke selatan.
Secara historis jalan-jalan tersebut merupakan garis filosofi yang menjadi garis awal perancangan Kota Yogya oleh Sultan Hamengkubuwono I.
Gerobak Pintar sebagai aktivitas pendukung kawasan gemar membaca di depan Kantor Redaksi Kedaulatan Rakyat. Gerobak ini setiap hari di supply koran gratis. Barter buku juga diterapkan untuk melengkapi buku bacaan.
Analis sistem jaringan Kawasan Malioboro (eksisting) terjadi penurunan nilai akibat terputusnya jalan akibat adanya jalur kereta api yang melintang jalan. Sistem jaringan menjadi tidak menerus dan menjadi terputus yang berakibat pada penurunan nilai aksesibilitas pencapaian dari jalan Mergo Utomo (Mangkubumi) ke Jalan Malioboro. Untuk mengembalikan dan memperkuat garis filosofis dan nilai integrasi keseluruhan kawasan maka jalan di buat berlanjut (konektifitas dikembalikan). Analisis nilai integrasi didapat nilai integrasi yang tinggi dan menaikkan nilai aksesibilitas jalan dan memperkuat jalan sebagai garis filosofi kota Yogyakarta. Rekayasa transportasi Tahap Akhir: 1. Mewujudkan Malioboro sebagai ruang non-motorize yang berorientasi kepada pejalan kaki 2. Menciptakan peluang usaha untuk masyarakat dengan menciptakan transportasi lokal sebagai media utama mengakses Malioboro 3. Mensinergikan teknologi transportasi sebagai penyangga Malioboro kedepan Rekayasa Sistem Lanskap Tahap Akhir: 1. Mewujudkan Kawasan Malioboro yang nyaman dan ekologis dengan penerapan matriks lanskap penciptaan ruang terbuka hijau areal (node) yang menyebar dengan jalur hijau jalan dan sungai yang saling terhubung (link) 2. Mensinergikan sistem lanskap makro dengan sistem transportasi dan tata masa bangunan untuk mendapatkan area hijau yang lebih proporsional. 3. Menciptakan lanskap ruang Jalan malioboro yang berkesan dan nyaman bagi pengunjung dan wisatawan dengan penataan vegetasi sebagai representasi sumbu utama Manajemen ruang diperuntukkan untuk beragam kegiatan yang selama ini diselenggarakan di Maliboro, untuk mempermudah dalam pengaturan kegiatan agar tidak tumpang tindih dengan kegiatan lain, aktivitas di bagi menjadi beberapa tipologi untuk mempermu-
Halte Bus Section
Diorama tugu merupakan open public space yang menjadi opening gate Jalan Margo Utomo. Diorama ini merupakan ruang aktif 24 jam yang dilengkapi dengan fasilitas pendukung seperti ruang informasi sejarah, pengetahuan, iklan dan yang bersifat temporari serta selalu terbarukan, plant box (yang dimanfaatkan sebagai penutup tembok mati yang sering digunakan untuk kegiatan vandalisme seperti corat coret, selain itu juga untuk meningkatkan produktifitas hijau kawasan), mini amphitheater yang dapat digunakan untuk mewadahi kegiatan seni dan atraksi disekita diorama dan tugu, parkir sepeda (sebagai upaya mewujudkan Kota Yogya yang ramah lingkungan dan hemat energi), serta halte bus ayunan (sebagai smart street furniture yang berfungsi sebagai ruang tunggu bus yang menarik,serta sebagai ajakan untuk masyarakat agar lebih memilih menggunakan public transport. Halte ayunan ini ketika malam dapat dimanfaatkan sebagai perluasan ruang publik tugu Jogja. Pertimbangan Malioboro sebagai ruang terbuka yang dapat memfasilitasi dan memberikan manfaat terhadap masyarakat tentunya tidak dapat dicapai oleh satu instansi saja. Konsep kerja sama antar dinas dihadirkan untuk mencapai bentuk penanganan ruang jalan yang komprehensif. Skema POAC dalam pengembangan kawasan ruang Jalan Margo Utomo Malioboro, Margomulyo dan Pangurakan melibatkan 3 instansi inti yang meliputi Dinas Pariwisata, Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Pemkot (khususnya POl PP), Dinas PU (bidang Cipta Karya). Kerja sama dinas mutlak dilaksanakan berdasarkan skema dan dilakukan dalam bentuk pentahapan (multi years). Berdasarkan hasil analisa kerjasama dalam bentuk utuh diperlukan juga model PP (Public Partnership) yang meliputi pihak swasta dalam bentuk pendanaan dan bantuan terhadap ruang Jalan Malioboro. Kerjasama pengembangan desain ruang Jalan Maliboro dilakukan secara multidisiplin ilmu pengetahuan, melibatkan arsitek, perencana kawasan, perencana kota, landscape desain dan beberapa ahli terkait untuk membantu mengoptimalkan fungsi kawasan sebagai ruang terbuka publik kota.
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”
Komentar Dewan Juri:
17
18
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”
Juara 1
19
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”
20
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”
Juara 1
21
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”
22
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”
Juara 1
23
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”
24
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”
Juara 1
25
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”
26
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”
Juara 1
27
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”
Juara 2
JUARA 2
Mlampah-Mlampah Komentar Dewan Juri: “Penafsiran filosofis cukup tepat, ide gagasan makro cukup baik dilengkapi dengan beberapa rancangan spot kawasan, walaupun beberapa ide perlu disesuaikan dengan konteks budaya dan kawasan. Presentasi cukup lengkap dan menarik.”
Profil Tim:
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”
Tim ini beranggotakan 5 orang yaitu: Rahadian Prajudi Herwindo, Jati Adhi Saksana, Lucky Prasetyo, Grady Jonathan Halim, Antonius Ricard Rusli.
28
Ulasan Desain:
Mlampah merujuk pada arti berjalan. Berjalan merupakan proses pergerakan dari titik satu ke titik lain. Berjalan dapat dikaitkan dengan unsur manusia dan waktu. Berjalan dapat dihubungkan dengan jarak dan ruang sebagai wadahnya. Mlampah dapat diartikan suatu pergerakan yang didasarkan pada ‘experience’. ‘Space Experiencing’ hadir dari proses mengalami, merasakan berdasarkan pengalaman-pengalaman di sepanjang pergerakan. Mlampah merupakan proses kedinamisan dan transformasi – perubahan-pergerakan dari tempat (place) satu ke tempat yang lain. Transformasi dapat dihubungkan dengan unsur fisik yang teraba dan metafisik-pikiran yang intangible. Mlampah pada hakekatnya merupakan proses pergerakan yang memiliki tujuan. Tanpa tujuan tidak akan ada pergerakan. Tujuan merupakan titik berhenti dari proses mlampah. Mlampah-mlampah berarti jalan jalan dapat mengandung gagasan lebih informal atau bersifat santai. Mlampah mlampah menggambarkan suatu proses pergerakan atau perjalanan dari tempat satu ke tempat lain yang mengandung experiencing berupa proses mengalami dan merasakan keunikan dan kekhasan dari spot-spot tertentu. Mlampah-mlampah dapat juga diartikan sebagai perintah atau ajakan untuk berjalan. Ajakan atau perintah ini dapat mengandung dimensi mendorong manusia untuk berjalan dengan tujuan maju ke depan. Namun ajakan ini juga dapat diartikan sebagai refleksi diri untuk memahami makna kehidupan. Gagasan yang dikembangkan dalam perencanaan pengembangan kawasan ini adalah ‘mlampah-mlampah’ yang mengandung dimensi informal yakni aktivitas jalan-jalan maupun dimensi yang lebih konseptual yakni berupa ajakan untuk berjalan. Berjalan dalam arti yang lebih konseptual merupakan refleksi dari gagasan perjalanan yang digambarkan dalam konsep pencapaian ke arah Kraton dari Tugu. Hal ini refleksi dapat berupa pergerakan dinamis dari duniawi menuju hakiki, dari profan menuju kesucian, alam dunia ke alam Ketuhanan, dari bhurloka ke swarloka, dari kamadatu ke arupadatu, dari syariat ke hakekat, dari yang bersifat ekonomikal ke bersifat spiritual. Tugu Golong-Gilig ke arah selatan merupakan perjalanan manusia menghadap Sang Kholiq . Golong-gilig melambangkan bersatunya cipta, rasa dan karsa dilandasi kesucian hati (warna putih) melalui Marga Utama/Margatama (jalan menuju keutamaan) ke selatan melalui Malioboro (memakai obor/ pedoman ilmu yang diajarkan para wali), terus ke selatan melalui Marga Mulya (jalan menuju kemuliaan), kemudian melalui Pangurakan (mengusir nafsu yang negatif).
Sastra Gending, dialog fisik dan metafisik Pergerakan ini merupakan wujud dialog dalam tradisi masyarakat Jawa yang bekesinambungan yakni antara aspek profan dan sakral, fisik dan metafisik, tangible dan intangible seperti yang digambarkan dalam karya Sastra Gending karya Sultan Agung Hanyokrokusumo. Sastra bersifat metafisik-mistik, Gending bersifat fisik-nyata. Sastra dan Gendhing menjadi simbol dua hal yang berbeda, bertolak belakang, namun keberadaannya tak dapat dipisahkan. Gendhing adalah ibarat sebuah rangkaian suara indah yang tertata dan berirama. Gendhing adalah petunjuk bagi manusia dalam mengenal Tuhannya. Berjalan dalam kawasan ini laksana merasakan suatu alunan gendhing berupa wujud tata ruang dan masa yang merujuk pada konteks tempat dan sastra merupakan konsep yang melandasinya yang merujuk pada tradisi mistik Jawa yakni Sangkan Paraning Dumadi, Manunggaling Kawula Gusti, dan Memayu Hayuning Bawana. Mlampah melalui Marga Utama, Malioboro, Marga Mulya, Pangurakan (mengusir nafsu yang negatif) merupakan simbolisasi gagasan mendalam tentang hakekat kehidupan. Mlampah sebagai Sarana Mengalami, Merasakan, dan Memahami Pola-pola alur secara serial dikenali melalui pengalaman ruang ketika menembus masuk ke dalam area ini. Secara empat dimensi kedinamisan pengalaman ruang melalui tactility dapat dirasakan yang ditunjukkan oleh elemen-elemen di dalamnya. Perencanaan kawasan ini di dasarkan pada beberapa aspek secara umum: - Build a Cultural and Historical Resonance - Transformatif Place Experiencing Perjalanan, Peran, Harapan, Cita-cita, Tujuan Alunan Sastra Gending Kehidupan - Simbiosis – Superposisi Dialog past-present-future, dialog teknopolis with kulturalpolis - Ruang Permeable–Interaksi urban-koridor inti dan urban-koridor pendukung disekelilingnya - Living Culture – Livable - Visi Kerakyatan dan Humanis Event Space, Community Base Tourism - partisipasi aktif masyarakat - Night Living
29
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”
30
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”
Juara 2
31
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”
32
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”
Juara 2
33
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”
34
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”
Juara 2
35
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”
36
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”
Juara 2
37
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”
38
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”
Juara 2
JUARA 3
Ulasan Desain: Integrasi Malioboro
“Konsep integrasi Malioboro secara makro cukup bagus. Rancanganrancangan cukup kreatif. Pentahapan pembangunan cukup baik. Namun dasar filosofi masih perlu diperkuat dan secara teknis perlu diperhatikan secara hati-hati dalam pelaksanaan.”
Profil Tim: Tim ini beranggotakan 5 orang yaitu: Kusumaningdyah Nurul Handayani, Hildaria Putri Lestari Siregar, El Yanno Suminar, Muhammad Satya Irfananda, Ana Hardiana.
Karya desain Integrasi Malioboro merupakan karya desain yang ditujukan ikut andil dalam lomba penataan Kawasan Malioboro. Desain proses karya ini memiliki proses yang cukup panjang dengan waktu hampir 3 bulan pengerjaan. Dimulai dari awal pengerjaan sampai dengan pengiriman karya. Proses desain ini melibatkan beberapa pihak terkait di luar tim Integrasi Malioboro.
Permasalahan mikro yang diangkat adalah penataan PKL, serta penataan jalan, alih fungsi jalan, serta street furniture.
Selain integrasi secara fisik yang dilakukan, integrasi secara nilai filosofis juga dilakukan dengan menyamakan fungsi antar penggal jalan dengan makna filosofis yang telah ada. Pola penggal jalan di Malioboro memiliki rangkaian yang bermakna filosofis, dan kami mencoba menerapkan fungsifungsi yang sejalan dengan makna filosofis tersebut. Sebagai contoh, pada Tahap proses pengerjaan desain karya Integrasi Malioboro berawal dari penggal Jalan Margo Utomo, yang bermakna menjadi orang yang utama pemetaan yang dilakukan oleh tim terhadap keadaan eksisting yang terjadi. Selain memetakan bangunan dan kondisi fisik, tim juga melakukan dan keduniawian, maka fungsi yang kami terapkan dan jadikan khas di pemetaan kegiatan, aktivitas, atau nonfisik. Pemetaan dilakukan dengan penggal jalan ini adalah perniagaan/jual beli, sekiranya seperti itu. Integramenyusuri Kawasan Malioboro, sembari memberikan tanda pada sesuatu si secara nilai filosofis ini dilakukan guna membedakan dan mengistimewakan Kawasan Malioboro dengan kawasan lainnya, dimana Kawasan Mayang menarik, kami juga melalukan pendokumentasian dengan kamera lioboro sendiri masuk ke dalam sumbu imajiner antar Laut Selatan –Kraton atau dengan sketsa tangan. – Gunung Merapi. Setelah melakukan pemetaan, proses berikutnya adalah membaca serta Integrasi Malioboro memiliki konsep integrasi nilai fisik serta nilai filosofis menerawang arah desain yang diinginkan dan sesuai dengan TOR yang yang diproyeksikan dalam beberapa tahun, dengan tahapan-tahapan per-5 sudah disediakan. Dengan proses berdiskusi, kami mencoba mengamtahun menjadi target untuk menjadikan konsep Integrasi Malioboro yang bil desain yang paling realistis serta yang paling mampu memecahkan utuh dan sesuai dengan makna filosofis yang sempat hilang dalam hal ini masalah dari mikro untuk kemudian menyebar ke makro. adalah penyelesaian masalah terkait keberadaan rel kereta api yang saat ini masih menjadi problema di Kawasan Malioboro. Setelah itu, tahap berikutnya adalah menyelesaikan permasalahan yang berangkat dari mikro yaitu per-penggal jalan, yaitu penggal Jalan Margo Proses desain karya Integrasi Malioboro dalam menentukan arah konsep Utomo, Malioboro, Margo Mulyo, dan Pangurakan. Penyelesaian perdan desain yang diinginkan, juga mendapat saran dan masukan yang masalahan yang dilakukan terkait dengan kondisi eksisting yang kemucukup banyak dalam memperkaya pengetahuan terkait keistimewaan dian diperbaiki dan diarahkan sesuai arah desain. Kawasan Malioboro. Saran yang didapatkan berasal dari akademisi, seperti dosen yang pernah menyentuh langsung perencanaan Kawasan Malioboro, Konsep integrasi sendiri muncul karena proses desain yang dilakukan kemudian praktisi yang memberikan masukan terkait hal-hal teknis, dan adalah dengan menyelesaikan permasalahan mikro untuk kemudian diintegrasikan dengan kawasan di sekitarnya, termasuk kawasan mikro di komunitas khususnya yang berasal dari Jogja, yang dirasa memiliki dan antara penggal jalan, kemudian kawasan mezo yaitu antara penggal jalan mengetahui fakta di lapangan Kawasan Malioboro. dengan penggal jalan lain, dan secara makro seluruh Kawasan Malioboro.
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”
Komentar Dewan Juri:
39
40
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”
Juara 3
41
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”
42
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”
Juara 3
43
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”
44
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”
Juara 3
45
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”
46
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”
Juara 3
47
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”
48
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”
Juara 3
49
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”
JUARA HARAPAN 1
Ulasan Desain: Nguwongake Malioboro
Juara Harapan 1
Komentar Dewan Juri: “Pendekatan perancangan Kawasan Winongo-Code sebagai Kawasan Malioboro perlu diapresiasi. Ide-ide ruang publik di atas sungai cukup kreatif. Kreativitas rancangan memberi inspirasi tersendiri tetapi konsep sumbu filosofis sebaiknya tidak terpotong oleh rancangan-rancangan elemen ruang jalan dan infrastruktur yang diusulkan.�
Profil Tim: Tim ini beranggotakan 5 orang yaitu: Yanuarti Tri Mardyah, Budi Faisal, Sofia Chaeriyah, Gusti Yan Iwako, Romy Bramantyo Margono.
Malioboro itu istimewa. Meski kami bukan warga Yogyakarta, Malioboro tetap istimewa bagi kami. Andai Malioboro adalah sesosok manusia, maka dia adalah manusia yang sangat kami rindukan untuk bertemu kembali. Hingga suatu hari sayembara ini diselenggarakan, maka kami menyadari bahwa telah terjadi sesuatu pada Malioboro. Perasaan itu semakin kuat setelah kami pergi kesana. Nampak disana bahwa Malioboro memang menjadi berbeda. Mengapa harus memanusiakan Malioboro? Belajar dari kesempurnaan fisik Singapura dengan segala keindahan dan kerapihannya, menurut survey GALLUP World, Singapura hanya berada pada peringkat 151 dari 151 negara yang paling bahagia. Selain itu, menurut survey Happy Planet Index, Singapura merupakan negara yang membutuhkan sumber daya alam sangat banyak kuntuk menunjang kesejahteraan hidupnya. Berdasarkan dua survey tersebut, ternyata keindahan fisik dan kecanggihan teknologi tidak selalu berbanding lurus dengan kebahagiaan penduduknya. Dalam konteks ini, ada kecenderungan bahwa kota-kota di Indonesia yang memiliki basis kekuatan pada kebudayaan (dalam hal ini adalah Malioboro) bisa jadi akan terbawa arus yang sama. Dengan semakin berkembangnya kemajuan fisik dan teknologi namun tanpa diiringi kematangan manusianya, Malioboro hanya akan menghasilkan manusia-manusia yang tidak bahagia. Nilai-nilai kearifan lokalnya akan semakin tergerus kapitalisme global sehingga identitas Malioboro semakin lama semakin pudar.
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama�
Padahal Malioboro memiliki potensi yang sangat besar. Malioboro memiliki potensi seperti kedalaman filosofi masa lalunya (kedalaman filosofi adatnya), keanekaragaman budayanya (campuran budaya Jawa, Cina, dan Belanda), keramah-tamahan warganya, serta keunikan warisan budaya berupa arsitektur dan kotanya. Dalam preseden internasional, Malioboro mirip seperti The Cultural Street of Ramblas di Barcelona, George Town di Penang (PeraihWorld Cultural Heritage dari UNESCO), dan Asakusa District di Tokyo. Sehingga sebenarnya tidak mustahil jika Malioboro dengan segala potensinya diwujudkan menjadi World Cultural Heritage pula.
50
Bagaimana cara mewujudkannya? Sebagai sebuah kawasan wisata, Malioboro harus berkembang dari sekedar Pleasure Based Tourism (Mass Tourism/Sand-sun-sea tourism )dan Service Based Tourism(Cultural and Heritage Tourism) menjadi Knowledge Based Tourism (Creative Tourism) 1. Potensi creative tourism asli yang bisa dikembangkan dari Malioboro misalnya seperti wisata membuat bakpia, wisata membatik, wisata bermain wayang dan gamelan, wisata membuat mainan kayu, wisata mengemudikan becak dan delman, wisata keliling kampung sekitar Malioboro, dan sebagainya. Kemudian, wisata-wisata tersebut diikat dalam skema jejaring wisata kreatif agar pengunjung bisa melakukan perjalanan menuju tempat-tempat wisata tersebut dengan efisien dan menyenangkan. Dengan mengangkat tema ini, diharapkan kearifan dan nilai-nilai lokal di Malioboro tetap bisa bertahan dan semakin berkembang. Sebagai sebuah kawasan kota, Malioboro harus kembali hijau dan lebih hijau lagi melalui aplikasi konsep Green Network System. Konsep ini membuat interkoneksi ruang terbuka hijau yang tersebar di kawasan Malioboro melalui koridor-koridor hijau di jalan, gang, dan sungai-sungainya. Salah satu area utama yang dihijaukan adalah area rel KA Stasiun Tugu yang dibuat menjadi 18,3 hektar hutan kota aktif baru dengan pemindahan jalur kereta api keatas (sky train) atau kebawah tanah. Selain itu, ada pula ruang dan koridor terbuka hijau di area bantaran Sungai Kali Code dan Sungai Winongo dengan membuat sungai menjadi halaman depan rumah dan keduanya dihubungkan pula oleh koridor-korido rhijau yang melintas keJalan Malioboro. Kedua area hijau utama tersebut (hutan kota dan koridor sungai) direncanakan menjadi ruang publik
dan tempat wisata baru bagi warga dan wisatawan. Keduanya menyajikan beragam atraksi baru dan segar untuk semakin memperkuat Malioboro sebagai kawasan wisata. Bagaimana dengan koridor Jalan Malioboro sendiri? Malioboro harus kembali seperti dulu seperti saat ia menjadi primadona Yogyakarta. Malioboro harus kembali pada filosofinya yang arif dan luhur. Ruas-ruas jalannya yang memiliki makna tersendiri mesti diangkat kembali dan disegarkan dengan program kegiatan/hal-hal baru yang positif. Beragam program kegiatan diterapkan melalui strategi penjadwalan kegiatan dari harian hingga tahunan yang dipromosikan melalui media sosial, website, dan sebagainya. Penyelenggaraan kegiatan tersebut disesuaikan sesuai dengan filosofi tiap ruas jalan seperti sebagai berikut: Ruas Margo Utomo diperuntukkan untuk kegiatan dan fasilitas bertemakan pendidikan seperti perpustakaan dan sekolah jalanan, padepokan tari dan batik, spot-spot pelukis jalanan, rumah singgah, rumah ibadah dan sebagainya. Ruas Malioboro diperuntukkan untuk beragam spektrum kegiatan ekonomi kreatif seperti jual-beli karya seniman lokal, pusat UKM masyarakat, spatio temporal untuk para PKL, dan sebagainya. Ruas Margo Mulyo dan Pangurakan diperuntukkan untuk kegiatan pentas budaya dan pentas-pentas non komersial seperti festival barongsai pada acara Gong Xi Fat Cai, pertunjukkan music dan kesenian jalanan, festival rakyat, dan sebagainya. Selain berupa program kegiatan, secara fisik Kawasan Malioboro pun perlu diberikan sentuhan baru untuk menyegarkan suasananya. Aspek fisik kunci yang diusulkan untuk diterapkan di Malioboro ini diantaranya adalah sebagai berikut: Car free day every day di sepanjang ruas jalan Margo Utomo hingga Pangurakan yang diterapkan dengan pembuatan kantung-kantung parkir (bangunan/basement) di persimpangan-persimpangan jalan. Dalam keadaan normal, yang mengisi kawasan hanyalah pejalan kaki, orang berkebutuhan khusus (difable), dan kendaraan non motor seperti becak, delman, dan sepeda. Dengan demikian, disediakan pula kantung-kantung becak, delman, bike shelter yang berdekatan dengan kantung-kantung parkir. Memperkuat suasana tradisional Malioboro pada kawasan melalui penyambungan kembali ruas jalan Margo Utomo yang terputus oleh jalur Kereta Api, pemasangan paving bermotif batik pada setiap ruas jalan yang disesuaikan dengan filosofi setiap jalan, dan pemugaran fasade bangunan tradisional khas Malioboro (Jawa, Cina, Belanda). Menghidupkankembali keramahan dan interaksi antar warga/pengunjung melalui pembuatan No Wifi Zone, yaitu area sinyal tidak dapat masuk sehingga orang-orang tidak disibukkan dengan kegiatan online melalui gadget mereka. Di area ini, orang-orang bebas bercengkrama dan membaca buku tanpa harus khawatir terganggu oleh SMS, telepon, dan notifikasi media sosial yang masukke gadget mereka. Penerapan aspek sustainability seperti pemasangan solar panel untuk lampu, biogas untuk PKL, konsep rain water harvesting yang diolah menjadi air minum, penggunaan sepeda dan sepeda listrik sebagai alat transportasi, dan sebagainya.
Pada akhirnya, konsep Ngewongkake Malioboro ini adalah hanyalah sedikit sumbangsih upaya yang bisa kami lakukan untuk membantu Malioboro agar menemukan kembali sisi manusianya. Bahwa perkara memanusiakan kembali Malioboro juga adalah perkara memanusiakan manusianya. Oleh karenanya, perkara ini tidak akan mudah namun pasti bisa dilakukan.
51
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”
52
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”
Juara Harapan 1
53
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”
54
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”
Juara Harapan 1
55
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”
56
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”
Juara Harapan 1
57
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”
58
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”
Juara Harapan 1
59
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”
Juara Harapan 1
JUARA HARAPAN 2 Komentar Dewan Juri: “Apresiasi terhadap kajian-kajian lapangan permasalahan Malioboro yang cukup baik. Usulan-usulan rancangan cukup kreatif namun kurang dilandasi dengan pemahaman sumbu filosofis yang baik.”
Profil Tim:
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”
Tim ini beranggotakan 5 orang yaitu: Rizki Bhaskara, Gata Guruh Mahardika, Hanief Pitoyo Wicaksana, Reza Arlianda, Herdyanto Tirtopuro.
60
Ulasan Desain: Malioboro as Festival-Play-Scape Awalnya sangat sulit menentukan titik mula dalam mendesain. Ini menjadi tugas yang berat, karena masalah yang ada sangat pelik dan beragam. Begitulah Malioboro, setelah lama berdebat dan adu mulut, kami akhirnya menyerahkan tugas ini kepada orang lain: kami membuat survei. Survei sederhana ini menanyakan beragam hal seputar Malioboro, ada beberapa penilaian dan pilihan ganda yang kami ajukan. Di akhir survei, anda bisa menulis harapan-harapan anda terhadap kawasan Malioboro dan sekitarnya. Input yang kami dapat setelah seminggu menyebarkan survei ini secara online berjumlah lebih dari 100 sampel, dengan latar belakang bermacam-macam, baik yang berdomisili di Jogja maupun yang bukan. Dari data yang masuk, ternyata sebagian besar sudah mengatakan sudah cukup puas dengan keadaan Malioboro, dengan catatan panjang tentang hal-hal yang harus diperbaiki. Area parkir, moda transportasi, baliho yang menutupi jalan, ruang hijau yang minim, serta area PKL dan pedestrian yang layak. Dari data yang masuk, kami simpulkan bahwa sebenarnya Malioboro tidak jelek, hanya saja ditutupi benda-benda jelek. Kami memutuskan untuk menggunakan metode yang konservatif namun dirasa cukup tepat untuk keadaan yang ada sekarang ini. Berikut adalah strategi yang digunakan untuk mengatasi masalah yang ada: Transportasi dan parkir: Pengadaan transportasi umum, penyediaan kantong parkir di luar kawasan hingga ringroad, penataan jalur sirkulasi, dan optimalisasi kendaraan alternatif seperti becak dan andong. Pedestrian dan hijauan: Penataan pola lantai dan paving, hijauan sebagai peneduh dan penguat sumbu filosofis serta estetika kawasan, pengadaan street furnitur modular dan penerapan universal design. Fasad bangunan: Pembersihan baliho dan reklame secara bertahap, pendataan bangunan bersejarah, dan revitalisasi muka bangunan bersejarah. PKL: Penataan kawasan PKL, kategorisasi dagangan PKL, desain gerobak modular yang efisien, serta penambahan kanopi untuk berdagang. Public space: penerapan taman tematik sesuai luas dan fungsinya dengan memanfaatkan lahan yang dulunya lahan parkir. Poin terakhir adalah hal yang dirasa belum ada di Kawasan Malioboro, ka-
rena tidak adanya lahan yang bisa digunakan sebagai ruang beraktivitas. Hal ini kontras dengan semangat seni pertunjukan yang kental di Jogja, dimana bisa dijumpai beragam komunitas dan artis jalanan di banyak sudut Jogja, dan masyarakat Jogja yang plural sebenarnya memungkinkan terjadinya ekspresi dan apresiasi seni yang baik. “Malioboro as a Festival-Play-Scape” adalah sebuah gagasan yang menawarkan Malioboro menjadi sebuah kawasan yang bisa seseorang gunakan untuk mengekspresikan seni (seni pertunjukan maupun seni nonpertunjukan), bahkan ruang perayaan budaya, kepada khalayak ramai. Hal ini bisa dicapai dengan fleksibilitas ruang dan street furniture yang bisa disusun menjadi sebuah stage, area bermain, atau ruang pamer sewaktuwaktu. Sementara di saat tidak ada sebuah pertunjukan, modul-modul furnitur tetap bisa digunakan secara fungsional. Harapan kami, di masa depan Malioboro akan menjadi hidup dan riuh dengan beribu perayaan, bukan kendaraan. Daerah sepanjang daerah Tugu sampai alun-alun utara didesain menyesuaikan dengan filosofinya dan fungsi yang seharusnya. Kawasan Marga Utama : dijadikan area komersil utama yang berisi bangunan-bangunan perkantoran, hotel dan area bisnis dikarenakan kompleksitas cagar budaya di daerah ini tidak sekompleks di area lain untuk memenuhi kebutuhan urban sekarang. Kawasan Malioboro : Area ini lebih dikonsentrasikan sebagai daerah yang dikonservasi sehingga masyarakat malioboro bisa merasakan romantisme kawasan ini dan mengembalikan malioboro sebagai kawasan yang lebih ramah terhadap manusia penggunanya. Kawasan Marga Mulya : Sebagai zona buffer kawasan alun-alun utara dan area kegiatan publik utama yang lebih luas Kawasan Pangurakan : Tidak menambah bangunan baru, memindahkan lokasi parkir bus serta mempertahakan fungsinya sebagai area publik utama. Pemberian detail-detail khusus juga untuk mendukung kegiatan utama kawasan ini seperti sekaten dan kegiatan kirab budaya.
61
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”
62
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”
Juara Harapan 2
63
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”
64
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”
Juara Harapan 2
65
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”
66
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”
Juara Harapan 2
67
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”
68
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”
Juara Harapan 2
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”
HASIL KARYA 10 BESAR
69
70
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”
Karya 10 Besar
71
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”
72
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”
Karya 10 Besar
73
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”
74
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”
Karya 10 Besar
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”
HASIL KARYA 30 BESAR
75
Karya 30 Besar SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”
76
Nirbana Green City Walk
Hamemayu Hayuning Bawana Metamorphosis Rahmatan Lil Alamin
Nirbana berasal dari bahasa sansakerta yang berarti kebahagiaan yang sempurna. Tari Serimpi yang memiliki filosofi keseimbangan dengan keempat elemen (air, api, tanah, udara) menjadi konsep utama redesign Kawasan Malioboro. Keseimbangan yang terjadi akan membentuk energi yang bahagia dan kemudian pada titik tertentu akan mencapai kesempurnaan.
Yen wus mudheng pratingkah puniki Den awingit lawan den asasab Andhap Asor panggonane Naning ing bathinipun Ing sakedhap tan kena lali Lahire sasabana Kawruh patang dapur Padha anggepen sadaya Kalimane kang siji iku permati Kanggo in kene-kana (Serat Dewa Ruci)
The Secret Masterpiece of Creative Genius from Yogyakarta Menjadi “Masterpiece of Creative Genius” merupakan hal yang tepat untuk Kota Yogyakarta sebagai satu warisan dunia (world heritage) dengan pemikiran yang creative dan briliant. Melalui 3 fakta ini akan semakin memperkuat Kota Yogyakarta sebagai “Masterpiece of Creative Genius” berkaitan erat dengan angka 1755 sebagai simbol sejarah-filosofi pembentuk kota Yogyakarta.
Ambeg Parama Arta
Konsep Perancangan Kawasan Malioboro ini adalah menjadikan masing-masing penggal jalan (Pangurakan, Marga Mulya, Malioboro, Marga Utama) memiliki landmarknya masing-masing, dimana masing-masing landmark dapat menjadi destinasi wisata tersendiri yang tidak boleh dilewatkan bagi wisatawan yang berkunjung ke kawasan ini. Tujuannya agar masyarakat umum tahu bahwa Malioboro bukan hanya jalan Malioboro saja, tapi juga ada Pangurakan-Margo Mulyo-Margo Utama yang merupakan satu kesatuan sejarah.
Salah satu tolak ukur keberhasilan pemerintah Yogyakarta dalam mempertahankan keistimewaannya adalah dengan melestarikan dan menjaga nilai-nilai luhur budaya yang ada di Kawasan Malioboro dan sekitarnya. Seiring perkembangan jaman, Malioboro dan sekitarnya mengalami pergeseran nilai luhur tersebut. Kita dalam hal ini sebagai pihak yang ikut serta membantu dan melestarikan mencoba memberikan konsep yang menitik beratkan pada pengembalian Kawasan Malioboro dan sekitarnya kembali fungsinya sebagai kawasan yang ramah akan pejalan kaki dan tidak mengurangi sisi budaya dan historisnya.
Malioboro-Ombo: Manunggaling Marga lan Warga “Malioboro Ombo” adalah semangat untuk menciptakan kawasan Malioboro yang lebih lapang, segar dan pro terhadap pejalan kaki. Sementara “Manunggaling Marga lan Warga” (bersatunya jalan dan warga) dimaknai sebagai pola interaksi antara jalan yang disatukan dengan adanya terowongan bawah tanah sepanjang 1.230 x 16 meter yang dirancang mampu menampung 307 mobil dalam lalu lintas berjarak sejauh 4 meter. Pada Bagian atasnya merupakan full pedestrian way selebar 20 meter untuk pejalan kaki dan kendaraan tak bermotor yang ramah lingkungan. Seluruh kesatuan infrastruktur tersebut menciptakan “Ruang Guyub” dimana interaksi sosial semakin tinggi terjadi di Kawasan Malioboro.
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”
Landmark of History
77
Karya 30 Besar SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama�
78
Malioboro Soul of Jogja
A Memorable Walking Area
Yogyakarta CityWalk
Malioboro Soul of Jogja merupakan konsep unik yang menekankan bahwa suatu daerah itu seperti makhluk hidup yaitu mempunyai ROH, JIWA, dan INDERA.
Koridor yang membentang dari Tugu Yogyakarta hingga Kraton Yogyakarta yang mampu menunjang aktivitas masyarakat dan memberikan kesan yang mendalam.
a. Kraton --> ROH b. Malioboro --> JIWA c. 5 Kabupaten --> INDERA
Konsep Perancangan: a. Connecting Place b. Active Corridor with Open Facades c. An Iconic Street
Yogyakarta merupakan salah satu kota dengan kebudayaan yang sangat kental. Status keistimewaan melekat pada kota ini. Tata kota menjadi aspek penting menyangkut kestimewaan tersebut. Sehingga diperlukan penataan kawasan dengan banyak aspek yang perlu dipertimbangkan. Penataan kawasan sebagai wujud pelestarian status keistimewaan dapat diwujudkan dengan menerapkan gagasan yang berkesinambungan dengan aspek budaya-ekonomi-sosial.
Malioboro Road Show
Kisah dalam Langkah
Penataan Malioboro dalam bayangan saya seharusnya tidak melulu bicara tentang ekonomi dan seni budaya.
Didalam desain ini memberikan pilihan kepada end user untuk bisa memilih alternatif jalan, yang berupa jalan bawah tanah maupun existing. Di Jalan Malioboro pengguna dapat berekplorasi serta berbagi pengetahuan dengan adanya berbagai booth kerajinan dan kuliner yang dikemas dalam tema festival. Solar panel digunakan sebagai sumber energi listrik. Omah wisata merupakan pemanfaatan set Pemkot berupa kantor Dinas Pariwisata yang ditambah fungsi sebagai area relokasi pedagang kaki lima, booth promosi, mewadahi seniman jalanan sebagai area pertunjukan dan lading roof garden sebagai media urban farming. Dibutuhkan kantong parkir sekaligus shelter, kantong parkir Abubakar Ali akan dilengkapi dengan masjid dan rest room serta area relokasi pedagang kaki lima yang menyalahi peraturan daerah.
Dua hal yang paling utama dalam konsep ini adalah kisah dan langkah.
Penataan malioboro seharusnya juga memikirkan tentang burungburung, air udara, pepohonan, pendeknya tentang alam. Penataan maliboro seharusnya menjadi perwujudan konsep “Memayu Hayuning Bawana” dalam tataran praktis, lebih dari sekedar filosofis.
Kisah merupakan manifestasi filosofi yang dirasakan setiap individu ketika melewati penggal-penggal jalan tersebut. Langkah menggambarkan cara paling tepat menikmati kisah filosofis yang tertuang, yaitu dengan berjalan perlahan menikmati setiap KISAH DALAM LANGKAH.
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”
Malioboro Hijau
79
Karya 30 Besar SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama�
80
Reviving Malioboro
Color of Diversity
Malioboro sebagai salah satu ikon Yogya yang mempunyai nilai historis pada masa itu, sekarang hampir kehilangan makna historisnya. Dengan melihat keadaan sekarang yang juga mempunyai ciri khas yang tidak terlepas dari masa lalu, kedepannya Malioboro akan mempunyai inovasi yang terintegrasi pada historical dan masa sekarang.
Creating Colorful Malioboro. Perlu dilakukan usaha untuk menegaskan kembali bahwa jalan yang ada di Kawasan Malioboro juga merupakan jalan utama yang dapat dipertegas untuk penegasan konsep filosofis Kota Yogyakarta.
Mengangkat eksistensi bangunan cagar budaya, connectivity dihadirkan dengan desain rest area dan transit area pada bangunan cagar budaya. Lighten up dengan mengoptimalkan view kearah bangunan cagar budaya. Privately on public space merupakan public space pada bangunan milik swasta yang digunakan untuk masyarakat. Transit dimaksudkan untuk menyatukan bangunan-bangunan cagar budaya pada suatu sistem transportasi numum. Rest area dimunculkan dalam satu ruang bersama dengan ruang transit.
Old and New of Malioboro. Bertujuan nuntuk pengintegrasian kepraktisan dan kenyamanan. Transformasi Warna. Warna merah muda yang diterapkan di jalan selain memang menegaskan perbedaan yang warna warni juga bermaksud untuk menegaskan garis imajiner Kota Yogyakarta. Preserving History. Kentalnya sejarah menjadi alasan perlunya preservation pada area Jalan Pangurakan. Transition Center. Jalan Pangurakan menjadi jembatan antara Malioboro yang modern dengan kawasan preservasi kraton.
Dalam desain yang direncakan, kami merencanakan the green heritage concept. Konsep ini menggambarkan tentang ruang kawasan yang menonjolkan sisi historis Kota Yogyakarta dengan memadukan unsur green melalui desain ruang yang nyaman, sehat dan berkelanjutan.
Ruang-Waktu-Malioboro
Koridor humanis bagi setiap pejalan kaki, difable. Pedagang kaki lima, angkutan umum, kendaraan pribadi. Koridor yang aman, nyaman, walkable, dan terlindungi.
Kota merupakan sebuah tempat yang memiliki banyak cerita banyak kejadian. Setiap tempat merupakan saksi bisu tiap kejadian. Kehidupan masyarakat dengan waktunya selalu tergambar dalam tatanan sebuah kota. Kegiatan masyarakat kota ikut berperan dalam membentuk citra kota dan waktunya.
Transformasi Desain Memperkuat koridor dan titik-titik orientasi (legibility) Path tematik pada koridor bisa dimunculkan dengan potensi karakter yang ada (path dibagi menjadi 3 penggal tematik sesuai potensi).
Kawasan Malioboro merupakan sebuah kawasan yang melintasi waktu dan kejadian yang ada. Setiap sisi memiliki cerita atau kejadian yang menggambarkan masa lalu, masa sekarang maupun masa depan.
Maliomoro Istimewah Malioboro-Podomoro-Istimewa dan Wah Konsep yang kami gunakan adalah membuat kawasan Malioboro berkesan bagi pengunjungnya terutama warga Jogja sendiri. Malioboro sebagai kota yang istimewa telah memiliki kesan dan identitas sendiri yang dapat menarik wisatawan ataupun masyarakat sendiri untuk datang mengunjungi Malioboro.
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama�
"Simphony Jogja" pada sebuah koridor
81
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”
5
DI BALIK LAYAR
82
83
SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”
84 SAYEMBARA PENATAAN KAWASAN MALIOBORO Desain Ruang Jalan Penggal “Pangurakan - Marga Mulya - Malioboro - Marga Utama”