Catatan Abdul Aziz

Page 1

Catatan Abdul Aziz Berita Seputar Budaya Pariwisata Jabodetabek Dengan Seni Haluskan Jiwa, Kobarkan Semangat, Jauhi Narkoba.....MERDEKA!!!

Sabtu, 23 November 2013 Suku Dinas Olahraga dan Pemuda Jakarta Selatan Gebyar Kreativitas Pemuda Jakarta Selatan Sebagai Warga Jakarta Kita Semua Wajib Lestarikan Kesenian Betawi Majunya budaya bangsa dapat dilihat majunya kebudayaan bangsa itu. Salah satu elemen penting penunjang kebudayaan adalah tumbuh kembangnya kesenian. Demikian pernyataan Drs. Eduward Situmeang, MM Kasudin Olahraga dan Pemuda Kota Administrasi Jakarta Selatan disela kegiatan Gebyar Kreativitas Pemuda Jakarta Selatan yang berisi lomba tata upacara bendera, lomba permainan tradisional, dan lomba stand produktif, dalam rangka HUT Kota Jakarta di Lapangan Blok S, belum lama ini. Peran serta generasi muda harus tetap eksis dalam mempertahankan dan mengembangkan kesenian tradisional, khususnya kesenian tradisional Betawi. “Sebagai anak bangsa kita semua punya kewajiban untuk lebih meningkatkan dan peduli dengan kelestarian kesenian kita sendiri” jelasnya. Kegiatan ini diselenggarakan dalam rangka menyambut HUT Kota Jakarta ke 487 dan sebagai bentuk apresiasi kreativitas generasi muda di wilayah Kota Administrasi Jakarta Selatan. “Dengan adanya kegiatan ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan edukasi serta menambah pengetahuan bagi semua pihak” tegasnya. Akhirnya kami ucapkan selamat kepada generasi muda di wilayah Kota Administrasi Jakarta Selatan dengan diselenggarakannya kegiatan ini. “Mudah-mudahan kegiatan ini bukan hanya sekedar menjadi kegiatan yang biasa, tetapi dapat menginspirasi kita semua” imbuhnya. (ziz)


Dengan Seni Haluskan Jiwa, Kobarkan Semangat, Jauhi Narkoba.....MERDEKA!!!

Minggu, 09 Februari 2014 Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta Peningkatan Apresiasi Seni Pertunjukan Bagi Pelajar Tahun 2014 Perkembangan Seni Pertunjukan Harus Disikapi Dengan Arif dan Bijaksana Dalam rangka meningkatkan apresiasi seni khususnya seni pertunjukan sejak usia dini, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta mengadakan program Peningkatan Apresiasi Seni Pertunjukan Bagi Pelajar. Diselenggarakannya kegiatan tersebut bertujuan menciptakan sinergi antara guru Pembina seni dengan pelajar dalam meningkatkan minat dan motivasi serta mengembangkan kreativitas terhadap seni khas Betawi. Ahmad Ghozali Kepala Bidang Pemberdayaan Masyarakat Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI bersama Rus Suharto Kepala Seksi Komunitas Bidang Pemberdayaan Masyarakat Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta mengatakan bahwa munculnya berbagai industri hiburan sangat mempengaruhi perkembangan seni pertunjukan di kota Jakarta. Tetapi hal tersebut harus disikapi dengan penuh arif dan bijaksana. “Karena itu sebuah tantangan yang harus dijadikan semangat untuk meningkatkan kreativitas” ungkapnya disela kegiatan Peningkatan Apresiasi Seni Pertunjukan Bagi Pelajar Tahun 2014 di Gedung Miss Tjitjih Kemayoran Jakarta Pusat belum lama ini. Dijelaskannya bahwa kegiatan ini adalah untuk mengembangkan seni pertunjukan di Jakarta. Diharapkan para guru untuk membimbing siswa untuk terus belajar. “Dan kiranya hal ini dapat menjadi langkah awal bagi perkembangan seni pertunukan ke depan” jelasnya. Menurutnya pertunjukan yang akan digarap dan dikembangkan melalui kegiatan ini meliputi 4 (empat) cabang seni yang terdiri dari seni tari, seni vokal/suara, seni musik, dan seni teater/drama. Adapun materinya meliputi, workshop karya pertunjukan, seleksi naskah hasil workshop, dan pementasan karya yang lolos seleksi. Pementasan karya pertunjukan itu sendiri akan diselenggarakan di ruang/gedung pertunjukan di 5 (lima) wilayah Kota Administrasi Provinsi DKI Jakarta. “Kegiatan pementasan tersebut akan disinergikan dengan pagelaran wayang senggol dan bimbingan teknis/coaching clinic 2 (dua) seni tradisi Betawi, yaitu pantun dan gambang rancak” tambahnya. (ziz)


Dengan Seni Haluskan Jiwa, Kobarkan Semangat, Jauhi Narkoba.....MERDEKA!!!

Minggu, 09 Februari 2014 Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta Peningkatan Apresiasi Seni Pertunjukan Bagi Pelajar Tahun 2014 Menjadi Sutradara Tidaklah Mudah Dengan berani melakukan dengan terus berupaya (belajar) menjadi sutradara yang baik adalah langkah yang juga patut dipuji. “Terutama bagi guru kesenian serta guru bahasa dan sastra Indonesia” kata Madin Tyasawan Tokoh Teater Dewan Kesenian Jakarta disela kegiatan Peningkatan Apresiasi Seni Pertunjukan Bagi Pelajar Tahun 2014 yang diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta di Gedung Miss Tjitjih Kemayoran Jakarta Pusat belum lama ini. Dijelaskannya bahwa dimana pelajaran teater masuk dalam kurikulum atau silabus pengajarannya. Oleh karena itu kemampuan mengajar teater sekaligus menjadi sutradara pada pentas teater di sekolah amatlah diharapkan. Sehingga efektifitas pengajaran teori di kelas dan penerapan praktik di lapangan mendapat korelasi positif dalam mengukur tingkat keberhasilan pengajaran teater di sekolah. “Dengan demikian akhirnya pendidikan kesenian (baca:teater) yang tidak dianggap penting itu, juga tidak didukung oleh kemampuan tenaga pengajarnya yang tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai, bisa ditepis dengan kemampuan guru yang memadai” ungkapnya. Dengan pengetahuan yang mencukupi karena memiliki motivasi yang kuat dan ketekunan dalam mengupayakan peningkatan kualitas diri. “Selain itu juga mampu membuktikan bahwa guru bias menjadi sutradara teater yang handal” tandasnya. (ziz)


Dengan Seni Haluskan Jiwa, Kobarkan Semangat, Jauhi Narkoba.....MERDEKA!!!

Minggu, 09 Februari 2014 Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta Peningkatan Apresiasi Seni Pertunjukan Bagi Pelajar Tahun 2014 Hikayat dan Pantun betawi Berdasarkan kebiasaan orang Betawi mendengarkan pembacaan hikayat yang disampaikan tukang cerita atau sohibul hikayat, kita dapat memperkirakan sejak kapan masyarakat Betawi mengenal dan mengembangkan kesusastraannya. Demikian pernyataan Yahya Andi Saputra Budayawan Betawi Lembaga Kebudayaan Betawi disela kegiatan Peningkatan Apresiasi Seni Pertunjukan Bagi Pelajar Tahun 2014 yang diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta di Gedung Miss Tjitjih Kemayoran Jakarta Pusat belum lama ini. “Hikayat yang terkenal dan sering disampaikan tukang cerita adalah Hikayat Amir Hamzah” tandasnya. Menurutnya tukang cerita atau sohibul hikayat sering pula membawakan cerita-cerita dari khazanah naskah klasik, seperti Hikayat si Miskin atau Hikayat Sultan Taburat. Disampaikan dalam bahasa Melayu Betawi dan terdiri dari beberapa episode cerita. “Fungsi sohibul hikayat sejak awal hingga kini tidak berubah, yaitu sebagai alat dakwah, pendidikan, dan hiburan” jelasnya. Meskipun kemudian banyak karya-karya sastra Betawi yang diterbitkan dalam bentuk tertulis tangan dan cetakan, tidak berarti tradisi sastra lisan mati. Di langgar (surau) atau masjid, para murid pengajian masih sering mendendangkan sastra lisan, seperti pantun dan syair. “Tukang cerita atau sohibul hikayat yang membawakan kisah-kisah Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Sultan Taburat, atau hikayat lain, masih sering diundang dalam acara-acara tertentu” ungkapnya. Pantun kian diminati generasi muda. Sering kita dengar seorang pembawa acara memulainya dengan pantun. Begitu pula tidak sedikit penyiar radio, membuka program siarannya dengan pantun. “Di media social facebook, twitter, dan lainnya kita temui macam-macam grup pantun” tambahnya. (ziz)

Dengan Seni Haluskan Jiwa, Kobarkan Semangat, Jauhi Narkoba.....MERDEKA!!!


Minggu, 09 Februari 2014 Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta Pemilihan Abang None Jakarta Abang None Duta Pariwisata Kota Jakarta Abang dan None sebuah lomba pemilihan remaja putra-putri terbaik yang tidak terbatas pada seleksi ketampanan atau kecantikan, tetapi juga intelegensi pengetahuan umum, bakat di bidang seni budaya dan lain-lain. Lomba ini telah berlangsung sejak tahun 1968. Abang merupakan panggilan untuk orang laki-laki yang kedudukannya lebih tua dalam struktur keluarga atau kenalan dalam bahasa Betawi. Sedangkan None merupakan sebutan atau panggilan untuk orang perempuan yang masih muda dan belum bersuami. Para Abang dan None diseleksi oleh masing-masing daerah Tingkat II di seluruh wilayah DKI Jakarta, meliputi Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Jakarta Barat, Jakarta Utara dan Kabupaten administratif Kepulauan Seribu. Setelah terpilih lima pasangan kemudian dikirim ke tingkat Provinsi untuk kemudian dilakukan pemilihan dan penyeleksian lagi. Abang None bertugas satu tahun menjadi duta pariwisata Provinsi DKl Jakarta yang dalam peranannya secara aktif melakukan sosialisasi dan promosi kepariwisataan baik di dalam maupun di luar negeri. Abang dan None sebagai generasi muda yang diharapkan mampu menjadi cerminan generasi muda Jakarta yang berkualitas unggul dan juga memiliki kepekaan sosial. Abang dan None adalah Duta Muda Wisata yang terdiri dari pemuda-pemudi terbaik bangsa. loyal dan total dalam melakukan perubahan pariwisata kota Jakarta. ( Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta )

Dengan Seni Haluskan Jiwa, Kobarkan Semangat, Jauhi Narkoba.....MERDEKA!!!


Minggu, 09 Februari 2014 Seni Budaya Jakarta Kontak Budaya/INTERAKSI : Kemajuan ekonomi, migrasi penduduk, perkembangan teknologi membuat pergerakan manusia semakin kencang, kesempatan bertemu dan ditemui orang dengan budaya berbeda semakin intens. Kesempatan saling mempengaruhi menjadi sedemikian terbuka. Globalisasi berdampak orang semakin memperkuat kelokalannya sebagai cara bertahan dari kompetisi arus luar yaitu dengan memperkuat identitas lokal. Tidak ada lagi masyarakat yang tertutup. Mereka siap dipengaruhi dan mempengaruhi. Westernisasi adalah untuk menjelaskan terjadinya penyerapan unsur-unsur musik Barat ke dalam suatu musik non Barat. Paling nampak adalah penggunaan alat musik Barat, harmoni, dan notasi, begitupula penggunaan teknologi rekaman dan siaran. Termasuk pengaruh melodi, ritem, intonasi, penggunaan suara Barat, dan tak terhitung parameterparameter struktur musikal dan perilaku musikal lainnya. Pandangan yang lebih mutakhir menegaskan westernisasi musikal sebagai suatu proses di mana suatu musik tradisional dimodifikasi menjadi suatu bagian dari sistem musikal Barat. Westernisasi merupakan proses di mana suatu musik menjadi Barat lewat pertambahan elemenelemen Barat. Modernisasi merupakan proses dimana, lewat penambahan-penambahan elemen yang mirip, suatu musik tetap mempertahankan esensi tradisionalnya tapi menjadi modernmenjadi bagian dunia kontemporer. Motivasinya bertolak belakang dengan yang disebut dalam westernisasi; musik tradisi dirubah supaya tetap utuh dalam dunia modern, bukan supaya menjadi bagian dari peradaban Barat. Kemajuan teknologi, industri media, dan transportasi tak pelak juga telah meningkatkan pergaulan seni budaya antarbangsa. Perkembangan fungsi musikal dan pergaulan budaya antarbangsa memungkin musik tradisional Indonesia menjadi semakin dikenal, dipakai, dan dinikmati pula di berbagai kota di penjuru dunia.

Dengan Seni Haluskan Jiwa, Kobarkan Semangat, Jauhi Narkoba.....MERDEKA!!!


Kamis, 19 Juni 2014 Warisan Kebudayaan Dunia Warisan Kebudayaan Dunia Versi UNESCO Secara empiris melalui penjelajahan berbagai situs warisan kebudayaan dunia versi UNESCO dapat ditarik beberapa kesimpulan khususnya mengenai dampak situs-situs atau obyek tak benda yang telah memperoleh pengakuan UNESCO sebagai warisan kebudayaan dunia. Mengenai relevansi mutu warisan kebudayaan dunia benda dan tak benda yang diakui UNESCO pada hakikatnya dapat diperdebatkan secara mubazir sampai akhir zaman sama halnya dengan semua keputusan berdasar selera dan persepsi yang mustahil benar-benar obyektif. Namun mengenai dampak dapat ditarik simpul-simpul kesimpulan yang bisa dianggap sebagai obyektif. Bakhan pada hakikatnya dampak warisan kebudayaan UNESCO merupakan daya “potensi� yang siap dimanfaatkan apabila mau dan mampu dimanfaatkan oleh masyarakat dan negara bersangkutan. Beberapa daya potensi WHU (World Heritage UNESCO) adalah : Penggelora semangat kebanggaan Nasional, Promosi Pariwisata, Promosi Industri Kreatif, Pelestarian Karsa dan Karya Kebudayaan, Inventarisasi Perbendaharaan Kebudayaan Nasional. (ziz) (sumber : world heritage unesco, yayasan warisan kebudayaan dunia nusantara)

Kamis, 19 Juni 2014 - Balai Latihan Kesenian Jakarta Selatan


Pentingnya Pemaduan Idiom Dalam Pentas Teater Seni pertunjukan merupakan bentuk seni yang menggunakan media panggung bagi seorang sutradara. Apakah itu seni tari, musik maupun teater atau drama. Seorang koreografer, musisi atau sutradara teater, menuangkan gagasannya diatas pentas dengan melibatkan berbagai disiplin ilmu yang dapat menunjang kreatifitasnya, seperti tata pentas, kostum, dan tata cahaya, akan menjadi karya pentas tersebut menjadi hidup dan dapat dinikmati oleh penontonnya untuk hiburan dan kepuasan batinnya. Dalam kesempatan ini pelatihan yang digagas oleh Disparbud Prov. DKI Jakarta melalui UPT Balai Latihan Kesenian Jakarta Selatan, mencoba untuk terus membina dan mengembangkan satu bentuk pertunjukan terpadu mulai dari kelas dasar, madya, dan kelas terampil. Kelas terampil yang ini kali telah diberikan pembelajaran secara mandiri dengan pebimbingan para fasilitator berbagai ilmu seperti tata busana, tata rias, artistik, seni peran, dan penyutradaraan sehingga menjadi seniman yang patut mendapatkan kesesuaian respon positif. Uji pentas pada tingkat ini bukan sekedar dipentaskan didalam lingkup atau ditempat pelatihan internal, tapi mencoba untuk di uji pentaskan di tempat dimana secara akademis dilakukan pembelajaran secara formal. Jurusan Teater STSI Bandung adalah sasaran untuk melakukan uji pentas tersebut dengan harapan mendapatkan feedback dari para akademisi dan diharapkan bekal yang mereka peroleh akan menambahkan kelengkapan keterampilannya. Dalam berbagai peminatan dalam pelatihan selama tiga tahun sejak kelas dasar sampai kelas terampil, telah membuka peluang untuk dijadikan bekal dalam bidangnya. Lahir sutradara, aktor, dan para pekerja seni lainnya yang dapat menunjang sebuah pementasan yang utuh untuk ditularkan pada kelompoknya masing-masing atau menjadikan profesi sebagai lahan berkreatifitas serta lahan pendapatan ekonomi (industri kreatif). Peserta sebanyak 30 orang yang telah dilatih adalah peserta pilihan dari 3 angkatan diharapkan akan menjadi peserta yang mandiri dalam berkeseniannya. Sebuah ketidakmustahilan perkembangan seni pertunjukan dikemudian hari di Jakarta khususnya dapat terus berkembang dan dipelihara sehingga banyak calon pelaku seni lainnya untuk mendapatkan kesempatan serupa. Balai Latihan Kesenian adalah salah satu tempat dimana Prov. DKI Jakarta telah memberikan dan membuka peluang bagi siapa saja yang ingin mengembangkan potensi diri dalam hal kesenian yang selalu siap memberdayakan manusianya. Hal ini juga diharapkan dapat menular ke berbagai daerah di luar Jakarta sehingga habitat seni pertunjukan sebagai kekayaan bangsa : sarana informasi, pendidikan dan hiburan tumbuh berkembang sesuai dengan harapan. Dalam perjalanan pelatihan seni ini, mereka telah diberikan kedua-duanya perihal jenis seni pertunjukan. Teater tradisi sebagai akar dan pijakan berkeseniannya, juga teater modern sebagai salah satu jenis kesenian dengan metode pembelajaran dari barat. Pada tahap terampil, mereka telah mencoba untuk memadukan idiom dalam satu aktifitas pentas yang melahirkan bentuk baru. Teater Betawi. Selebihnya, apa yang akan kita lihat bukanlah sebagai ukuran dalam kontek kualitas pertunjukan, tapi lebih mengarah pada sebuah nilai tawar, apakah hal seperti ini bisa dilakukan di Jawa Barat, khususnya di Bandung yang bisa dilakukan oleh STSI bekerjasama dengan Departemen Pariwisata dan Kebudayaan sebagai penyedia fasilitas untuk memberdayakan para pelaku seni serta pengembangan keseniannya itu sendiri. Semoga hal ini menjadikan inspirasi sebagai pencarian untuk menemukan jati diri kesenian bagi semua pihak yang berkecimpung di ranah seni khususnya seni pertunjukan. (Sumber : Budi Sobar, IKJ Jakarta, Uji Pentas Seni Teater Tk Terampil UPT BLK Jaksel, STSI Bandung Jabar)


Dengan Seni Haluskan Jiwa, Kobarkan Semangat, Jauhi Narkoba.....MERDEKA!!!

Kamis, 19 Juni 2014 - Gelanggang Remaja Jakarta Selatan Kegiatan Kreativitas Budaya Remaja Jakarta Selatan Budaya yang sudah ada perlu dilestarikan dan dikembangkan dengan pembibitan para remaja. Kegiatan Kreativitas Budaya Remaja adalah salah satu program yang dirancang pemerintah untuk mendukung peningkatan kecintaan remaja terhadap budaya bangsa. Program ini mendorong remaja untuk lebih berperan aktif dalam berbagai dimensi budaya baik lokal maupun nasional. Remaja tidak hanya sebagai objek tetapi juga subjek pembangunan, remaja adalah pelaku, pemanfaat sekaligus pengawas pada setiap pengembangan budaya baik lokal maupun nasional. Secara khusus, pelaksanaan program kegiatan ini meluncurkan program pelestarian budaya dengan menggandeng remaja. Pelestarian budaya dilakukan dengan melaksanakan pentas kreativitas seni dari masing-masing peserta. Program ini sangat efektif mengarahkan potensi remaja dengan mendorong kreativitas mereka untuk berkesenian. Aktivitas budaya juga diyakini mampu menghindarkan remaja dari prilaku negatif disamping juga berfungsi sebagai bentuk konservasi budaya. Pentas kreativitas seni tersebut berlangsung di Aula Village Villa Cikeretek, Bogor, Jawa Barat, Rabu-Jumat, 20-22 November 2013 lalu yang diselenggarakan dan dihadiri oleh Pejabat Gelanggang Remaja Jakarta Selatan, Pengurus Remaja Ceria Indonesia, Perwakilan Pembina Siswa/I SMA/SMK Se Jakarta Selatan dan Narasumber yang berkompeten dibidangnya. Proses pemusatan kreativitas seni remaja tersebut dilakukan dengan intensitas lebih dari 5 (lima) kali pertemuan. Kegiatan ini setidaknya melibatkan 100 (seratus) peserta dari perwakilan SMA/SMK Se Jakarta Selatan. Persiapan yang cukup ternyata tidak mengurangi performa para peserta dalam menunjukkan aksinya. Diharapkan program semacam ini bisa dilaksanakan secara berkesinambungan untuk mencari bibit serta melestarikan kebudayaan sesuai dengan konsep Jakarta Baru, Jakarta Kita yang terus didengungkan. (Sumber : GRJS Bulungan Jaksel, Kegiatan Kreativitas Budaya Remaja Jakarta Selatan)


Dengan Seni Haluskan Jiwa, Kobarkan Semangat, Jauhi Narkoba.....MERDEKA!!!

Kamis, 19 Juni 2014 Seni Budaya Jakarta Mengelola Jakarta Ke Depan Jakarta memang kota yang sarat dengan permasalahan. Jumlah penduduk akibat urban, tata ruang, Penghijauan, kemacetan, rumah tinggal, banjir, termasuk juga masalah sosial dan budaya. Penataan Jakarta tidak semudah mengucapkannya. Harus ada kemauan yang terintegrasi antara pemerintah dki dengan daerah sekitar dan dengan pemerintah pusat. Mengintegrasikan itu tidak mudah hanya dengan alasan tergantung komunikasi. Demikian pula dengan istilah eksekusi juga tidak semudah yang diucapkan. Mengelola Jakarta ke depan, akan bertambah berat. Demikian halnya, Rakyat Betawi sebagai masyarakat inti Jakarta harus menjadi prioritas dalam anggaran pembangunan kota Jakarta kedepan. Selama ini, anggaran untuk mengembangkan dan melestarikan budaya betawi sangat kecil dan tidak memadai. Rakyat Betawi harus melakukan gebrakan shock teraphi untuk membangun kembali semangat dan motivasi kebetawian. Dengan demikian dapat melakukan banyak hal termasuk memaksa Pemda DKI untuk menghargai, menghormati sekaligus tidak memandang sebelah mata kepada Rakyat Betawi. Dari kesemuanya itu yang terpenting adalah rakyat Betawi tidak terkooptasi dengan keberadaannya. (Sumber : H. Zaenuddin, MH, SE, DPRD DKI)


Dengan Seni Haluskan Jiwa, Kobarkan Semangat, Jauhi Narkoba.....MERDEKA!!!

Minggu, 20 Juli 2014 Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta Peningkatan Apresiasi Seni Pertunjukan Bagi Pelajar tahun 2014 Dari sekian banyak naskah/usulan karya pertunjukan yang berasal dari sekolah-sekolah di lima wilayah DKI Jakarta, yang syarat utamanya adalah bahwa materi pertunjukan harus merupakan kebudayaan Nusantara, khususnya kebudayaan Betawi, telah dilakukan seleksi/penilaian oleh Tim Penilai pada 26 Juni 2014 bertempat di Gedung Mustika Ratu, Pancoran, Jakarta Selatan. Tim Penilai yang terdiri atas Happy Pretty, Ireng Halimun, dan Entong Sukirman telah memutuskan bahwa yang berhak maju untuk mengikuti pementasan di Gelanggang Remaja di lima wilayah kota adalah sebagai berikut : SDN Pejagalan 01, SD PB Sudirman Cijantung, SD Petojo Utara 05, SDN Jelambar Baru 05, SDN Keb. Lama Utara 12, SMPN 9 Ciracas, SMP Taman Siswa Matraman, SMPN 45 Cengkareng, SMPN 267 Ulujami, SMAN 92 Cilincing, SMAN 83 Sukapura, SMA PKP 1 Ciracas, SMAN 5 Kemayoran, SMAN 101 Kembangan, SMAN 74 Keb. Lama. Sekolahsekolah tersebut harus menampilkan seni pertunjukan sesuai skenario naskah yang mereka buat dan telah dinilai oleh Tim Penilai, di Gelanggang Remaja sesuai wilayah domisili sekolah masing-masing. Ketentuan pementasan antara lain berdurasi minimal 10 menit, maksimal 45 menit dengan jumlah pelakon minimal 10 orang, maksimal 30 orang pelajar. Dengan jadwal pementasan sebagai berikut : 12 Agustus 2014 di GRJU, 14 Agustus 2014 di GRJT, 18 Agustus 2014 di GRJP, 20 Agustus 2014 di GRJB, dan 25 Agustus 2014 di GRJS. Selama pementasan berlangsung, selain dinilai oleh Tim Penilai, pementasan juga akan dikritisi oleh 2 (dua) orang pengamat, yakni Yahya Andi Saputra dan Suprihardjo. Materi penilaian adalah : tafsir, harmoni, komunikatif, kreatif. Kegiatan pementasan tersebut juga akan disinegikan dengan pagelaran Wayang senggol dan bimbingan teknis/coaching clinic 2 (dua) seni tradisi Betawi, yaitu pantun dan gambang rancak. Coaching clinic akan ditangani oleh 2 (dua) praktisi seniman Betawi, yakni Bang Firmansyah dan Bang Aden.


Kesiapan Tangerang Selatan Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) Tahun 2015 Dalam rangka peningkatan koordinasi dan fasilitasi dukungan terhadap pengembangan iklim investasi, Bagian Perekonomian Sekretariat Daerah Kota Tangerang Selatan menyelenggarakan kegiatan Seminar Ekonomi Kreatif Handal dan Berdaya Saing, pada Kamis tanggal 17 Juli 2014 bertempat di Great Western Resort Serpong Jl. MH. Thamrin km 27 Kebon Nanas Cikokol Tangerang Banten dengan tema ``Kesiapan Kota Tangerang Selatan Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) Tahun 2015``. Kegiatan ini di hadiri oleh peserta yang terdiri dari para anggota Koperasi UKM BSD Juntion, Sanggar, Mahasiswa, dan Pengusaha Kecil dan Menengah dengan narasumber Kementerian Perdagangan RI dan beberapa Pengamat Ekonomi. Ekonomi kreatif adalah ekonomi baru dengan penciptaan nilai ekonomi yang tinggi karena berbasis. Ide dan kreatifitas yang timbul atau berkembang karena pengetahuan yang ada (a.l warisan budaya) dan teknologi. Industri kreatif adalah industri yang muncul karena penggunaan kreatifitas, ketrampilan dan talenta individu untuk menciptakan nilai tambah dan penciptaan lapangan pekerjaan. Kreatifitas bukan saja berbasis seni budaya tapi juga berbasis sains, teknologi informasi, inovasi dan engineering. Pengelompokan industri kreatif berdasarkan subtansi dominan dan intensitas sumber daya : Media (Film Video Fotografi, TV dan Radio, Musik, Periklanan, Seni Pertunjukan, Penerbitan dan Percetakan). Seni dan Budaya (Arsitektur, Desain, Pasar Barang Seni, Kuliner, Fesyen, Kerajinan). Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Teknologi Informasi, Permainan Interaktif, Penelitian dan Pengembangan). Ruang lingkup sektor industri kreatif : Seni Rupa (Seni Grafis, Fotografi, Seni Lukis, Seni Patung, Kriya, Seni Keramik, Seni Instalasi). Seni Pertunjukan (Musik, Teater, Sastra, Tari). Arsitektur (Lanskap, Interior, Kota). Media Konten (Periklanan, Audio Video, Tulisan Fiksi/Non Fiksi, Animasi Komik, Web dan Mobile, Permainan Interaktif). Perfilman (Film Layar Lebar, Film TV, Video, Film Animasi, Film Iklan). Desain (Industri, Komunikasi Visual, Produk, Kemasan, Grafis), Fesyen (Busana, Alas Kaki, Aksesoris). Industri Musik. Kerjasama ekonomi ASEAN mengarah kepada pembentukan komunitas ekonomi ASEAN sebagai suatu integrasi ekonomi kawasan ASEAN yang stabil, makmur dan berdaya saing tinggi. MEA yang diberlakukan pada Desember 2015, bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan pengembangan budaya. Ada 4 (empat) Pilar ASEAN Economic Community (AEC) : Terbentuknya pasar dan basis produksi tunggal. Kawasan berdaya saing tinggi. Kawasan dengan pembangunan ekonomi yang merata. Integrasi dengan perekonomian dunia. Ada 4 (empat) Hal Yang Harus Diantisipasi Dalam ASEAN Economic Community : Minimnya sumber daya alam. Defisit, Pengangguran. Bebasnya investasi. Kreatifitas merupakan inti dari industri kreatif. Industri kreatif sebagai industri yang berasal dari pemanfaatan kreatifitas, ketrampilan, dan bakat individu untuk menciptakan lapangan kerja dan kesejahteraan dengan menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta individu tersebut. Ekonomi kreatif adalah sistem kegiatan manusia yang berkeaitan dengan produksi, distribusi, pertukaran, konsumsi barang dan jasa hasil industri kreatif. Pengembangan ekonomi kreatif mulai marak diperbincangkan sejak tahun 2006. Akar ekonomi kreatif bermula dari ekonomi berbasis ilmu pengetahuan. Ekonomi kreatif telah didaulat sebagai gelombang ekonomi keempat setelah era ekonomi informasi.


Dengan Seni Haluskan Jiwa, Kobarkan Semangat, Jauhi Narkoba.....MERDEKA!!!

Sabtu, 30 Agustus 2014 Seminar Teater Hari ini kita berkumpul untuk bukan saja mengenang Rendra yang juga sangat akrab dipanggil Mas Willy, tetapi memberi arti keberadaannya sebagai pelopor di bidang puisi: orang pertama yang menulis ballada, penulisan sajak secara lugas, pembacaan sajak secara dramatik dan bidang teater dalam wujud terobosan-terobosan stagnasi, perlawanan terhadap kelesuan diri, pemberontakan kepada keterbatasan-keterbatasan diri dan perjuangan mewujudkan yang diimajinasikan. Demikian pernyataan Bakdi Soemanto salah satu pendiri Bengkel Teater Rendra pada kegiatan Seminar Teater dengan tema Rendra dan Teater Modern Indonesia yang diselenggarakan oleh Burung Merak Press di Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat belum lama ini. Dijelaskannya bahwa ada orang bilang “ars brevis vita longa” yang artinya: usia seni pendek tetapi usia hidup panjang. Jika ungkapan ini benar, kiranya tak berlaku bagi karyakarya Rendra, baik dalam wujud puisi (sajak), pentas atau berbagai kegiatan yang ada hubungannya dengan teater. “Maka, perlulah “formula” berbahasa Latin ini harus diubah menjadi: “ars longa vita brevis”, yang artinya usia seni panjang dan usia hidup pendek”, jelasnya. Menurutnya, pertemuan kita pada hari ini membuktikan hal itu. “Rendra meninggal 5 (lima) tahun lalu, tetapi karya-karyanya tidak ikut terkubur”, imbuhnya. (ziz)


Rabu, 03 September 2014 - Festival Teater Anak Jabodetabek Festival Teater Anak Jabodetabek Meningkat Tiap Tahunnya Sayup-sayup terdengar alunan musik senandung kicir-kicir mengiringi rombongan anak-anak masuk ke tengah panggung sambil menari dan bernyanyi dengan membawa sundung dan obor untuk bersiap-siap bermain topeng blantek. Tiba-tiba musik gemuruh terdengar riang mengiringi seorang anak bertopeng dan disusul oleh 1 (satu) orang anak bertopeng lainnya masuk ke tengah pentas menyapa seluruh yang ada di panggung. Si Jantuk : Assalaamu´alaikum. Wr. Wb Anak-anak : Wa´alaikumsalam. Wr. Wb Si Penthul : Ikan peda ikan gerame Si Jantuk : Burung platuk burung prenjak Si Penthul : Ada apa ramerame Si Jantuk : Si Jantuk mau manjak Anak-anak : Oh, Si Jantuk mau manjak Si Penthul : Burung platuk burung prenjak Beli blangkon di pertigaan Kalo Si Jantuk mau manjak Emang lakonnya apaan Si Jantuk : Beli blangkon di pertigaan Mancing di empang pake benang kenur Kalo ditanya lakonnya apaan Lakonnya Si Jampang Pengen Jadi Gubernur Anak-anak : Oh, lakonnya Si Jampang Pengen Jadi Gubernur Si Penthul : Mancing di empang pake benang kenur Biji beton biji cereme Kalo lakonnya Si Jampang Pengen Jadi Gubernur Koor : Yuk, kita tonton rame-rame Selamat menyaksikan (out). Begitulah penggalan naskah Topeng Blantek 267 dengan lakon Si Jampang Pengen Jadi Gubernur karya/sutradara Abdul Aziz yang dipentaskan Sanggar Dhian Riang Utama pada Festival Teater Anak Jabodetabek 2014 di Gedung Teater Kecil Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki (PKJ-TIM) Cikini Jakarta Pusat. Festival Teater Anak Jabodetabek 2014 ini diselenggarakan atas kerjasama Lembaga Teater Jakarta dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta. Kali ini diikuti oleh 30 (tiga puluh) komunitas teater anak se Jabodetabek dengan waktu penyelenggaraan selama seminggu. Festival Teater Anak Jabodetabek meningkat setiap tahunnya yang menjadi sebuah wadah kreatifitas anak untuk berani tampil. Hal ini tentunya wajib untuk diapresiasi bagi seluruh pihak, bahkan sangat diperlukan suportnya untuk mengembangkan kegiatan ini, sehingga di tahun-tahun berikutnya dapat diselenggarakan di tiap-tiap wilayah kota megapolitan (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Tangerang Selatan, dan Bekasi). Agar nantinya sebelum ditampilkan di PKJ TIM, terlebih dahulu diselenggarakan di tiap kota yang nantinya setelah tergodok grupgrup yang lolos ditingkat kota baru bias tampil di PKJ TIM. Tinggal kita semua berharap kepada para pengambil kebijakan untuk memikirkan serta dapat melaksanakan semua itu.


Dengan Seni Haluskan Jiwa, Kobarkan Semangat, Jauhi Narkoba.....MERDEKA!!!

Senin, 08 September 2014 Festival Teater Anak Jabodetabek 2014 Festival Teater Anak Jabodetabek 2014 Mengundang Decak Kagum Insan Teater Pertama-tama saya mengucapkan terima kasih kepada panitia yang mengundang saya untuk menjadi juri disuatu kegiatan yang cukup bergengsi ini, Festival Teater Anak Jabodetabek Tahun 2014 bersama 2 (dua) orang juri lainnya yaitu senior saya Bapak Edi Haryono dan Mas Agus Fatah,” kata Harry de Fretes salah satu Dewan Juri dalam evaluasi hasil penampilan peserta Festival Teater Anak Jabodetabek Tahun 2014 yang diselenggarakan atas kerjasama Lembaga Teater Jakarta, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, Pusat Kesenian Jakarta pada Minggu, 7 September 2014 di Gedung Teater Kecil Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat. Menurutnya bahwa terus terang kami bekerja cukup berat dan bisa dibilang begitu. Sebab, selama kurang lebih 6 (enam) hari kami menilai penampilan dari 26 (dua puluh enam) peserta semuanya. Kalo saya pribadi tak henti-hentinya terkagum-kagum kepada peserta semuanya karena mungkin hampir dan boleh dibilang 90 % (Sembilan puluh persen) semua peserta tampil secara baik. “Kita berikan aplaus terhadap semua peserta serta salut karena ternyata yang ditampilkan oleh para peserta yang didukung sama anak-anak ini, kalau menurut saya sudah perlu dicatat sebagai suatu prestasi tersendiri,” jelasnya. Karena mungkin ada beberapa grup yang rasa-rasanya sudah layak juga tampil di tempat umum. Artinya umum disini bisa ditonton oleh berbagai kalangan dengan membeli tiket yang lebih tinggi harganya. “Apabila dilihat dari bobot penampilannya, sudah layak untuk ditampilkan dengan tema-temanya yang cukup beragam,” tandasnya. (az)


Senin, 29 September 2014 - Lagu Daerah Memperkokoh Persatuan dan Kesatuan Bangsa Minimnya perhatian terhadap lagu daerah di tengah masyarakat menyebabkan kurangnya lagu-lagu daerah yang bisa di kenal oleh masyarakat. Bahkan di wilayah pendidikan dari mulai TK,SD,SMP,SMA juga perguruan tinggi. Pemerintah terkesan belum berupaya untuk menghimpun dan menginventarisir lagu daerah, padahal lagu daerah juga cukup strategis dalam memperkokoh persatuan dan kebersamaan. Dengan lagu daerah kita juga dapat menampilkan ciri khas tradisi dan budaya kepada masyarakat kita sendiri maupun masyarakat luar. Seiring berjalannya waktu dan perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat, pada tahun 2014 ini Pemerintah Provinsi Banten melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten menyelenggarakan Festival Lagu Daerah Tingkat Provinsi di Balai Budaya Provinsi Banten Tanggal 25 September 2014 yang diikuti oleh 12 peserta perwakilan Kabupaten/Kota Se Provinsi Banten. Salah satu peserta perwakilan Lomba Lagu Daerah Tingkat Provinsi Banten Tahun 2014 ini adalah Sanggar Dhian Riang Utama mewakili Pemerintah Kota Tangerang Selatan dengan membawakan lagu daerah yang berjudul “Tangsel CEMORE”. “Kisah lagu “Tangsel CEMORE” ini terinspirasi oleh lagu permainan anak-anak Betawi sekitar tahun 1970-an “Deng en dengan” dan lagu permainan anak-anak Sunda dari masa ke masa “Cang ucang angge” (karya anonym)” kata Dhian Widyawati (Mpok Yupi) pimpinan Sanggar Dhian Riang Utama disela latihan di sanggarnya yang beralamat di Jl. Manunggal V No. 10 RT. 001/05, Perigi Baru, Pondok Aren, Tangerang Selatan belum lama ini. Menurutnya lagu-lagu permainan anak tersebut dibuat arransemen baru agar lagu-lagu tua salah satu akar budaya tradisi, khususnya di Tangerang Selatan tetap terpelihara. Selain itu juga diperbaharui dengan bahasa Betawi Ora yang mencerminkan kepribadian bahasa daerah masyarakat Tangerang Selatan. “Bahasa campuran yang harmonis dengan akulturasi budaya Cina, Betawi dan Sunda,” tandasnya. Diharapkan dengan diselenggarakannya Festival Lagu Daerah Tingkat Provinsi Banten Tahun 2014 ini menggugah kita semua sebagai warga diwilayah Provinsi Banten. “Sehingga kita dapat terus memelihara dan menghayati tradisi dan budaya Banten yang merupakan ciri khas dan Identitas masyarakat Banten," katanya.


Senin, 29 September 2014 - Lagu Tangsel CEMORE Lagu Daerah Tangerang Selatan Deng en dengan sirih sampan berduri duri, Mandi kembang kembang melati, Di Tangerang Tangerang Selatan. Kampung dewek yang paling nyaman, Desa rapi alamnya asri, Kota dagang, Dari Ciputat BSD Alam Sutera sampe Pamulang. Deng en dengan sirih sampan berduri duri, Mandi kembang kembang melati, Di Tangerang Tangerang Selatan. Kaya budaya ayo dipiara, Tionghoa campur Sunda Betawi Ora, Bagen bae nama lo Ahong Mamat Adang ato Cecep, Budaya dewek Cokek Lenong sampe Topeng Blantek. Deng en dengan sirih sampan berduri duri, Mandi kembang kembang melati, Di Tangerang Tangerang Selatan. Nong Rogayah Teh Neneng ama Mey Hwa, Saya resep ama semua orang Indonesia, Kaya Budaya, Bhineka Tunggal Ika. Demikianlah cuplikan syair lagu berjudul “Tangsel CEMORE” karya Dhian Widyawati (Mpok Yupi). Lagu ini didendangkan melalui tari, musik, dan lagu oleh Sanggar Dhian Riang Utama perwakilan Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Kandisbudpar) Kota Tangerang Selatan pada kegiatan Festival Lagu Daerah Tingkat Provinsi Banten Tahun 2014 tanggal 25 September 2014 lalu di Balai Budaya, Serang, Banten. “Syair lagu tersebut berkisah dan terinspirasi dari lagu bermain anak-anak Betawi sekitar tahun 1970-an “Deng en dengan” dan lagu anak-anak Sunda dari masa ke masa “Cang ucang angge” (karya anonim),” ungkap Dhian Widyawati yang biasa dipanggil Mpok Yupi pimpinan Sanggar Dhian Riang Utama pada wartawan disela kegiatan Festival Lagu Daerah Tingkat Provinsi Banten Tahun 2014 yang diikuti oleh peserta perwakilan Sanggar di Kabupaten/Kota Se Provinsi Banten. Menurutnya lagu tersebut kini dibuat aransemen baru oleh anak-anak Sanggar Dhian Riang Utama yang berdomisili di Jl. Manunggal V No. 10 RT. 001/05, Perigi Baru, Pondok Aren, Tangerang Selatan, agar lagu-lagu tua sebagai salah satu akar budaya lokal Kota Tangerang Selatan tetap terpelihara. “Selain itu juga dapat diperbaharui dengan bahasa Betawi Ora yang mencerminkan kepribadian bahasa masyarakat daerah Kota Tangerang Selatan yang bercampur secara alamiah dan harmonis antara budaya Betawi, Sunda, dan Cina,” paparnya.


Senin, 29 September 2014 - Visi Disbudpar Banten "Berdaya dan Berkelanjutan" Festival Lagu daerah Banten diharapkan mampu membangkitkan kembali minat masyarakat, khususnya generasi muda untuk lebih mencintai dan sekaligus mengembangkan seni budaya daerah. Selain itu juga diharapkan kegiatan ini dapat memotivasi agar mampu berkreasi menciptakan seni budaya banten, sehingga dapat dinikmati oleh segenap masyarakat serta wisatawan. “Sesuai dengan visi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Banten Mewujudkan kebudayaan dan pariwisata Provinsi Banten yang berdaya dan berkelanjutan” ungkap Drs. HM Agus Setiawan AW, Msi Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Banten disela Kegiatan Festival Lagu Daerah Tingkat Provinsi Banten Tahun 2014 belum lama ini di Balai Budaya Provinsi Banten, Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B), Curug, Kota Serang, Banten. Turut hadir Dra. Hj. Ratu Yati Priati Kepala Bidang Sumber Daya Manusia Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Kabid SDM Disbudpar) Provinsi Banten, Unsur Kantor Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten/Kota Se Provinsi Banten, Peserta Perwakilan Sanggar Seni Kabupaten/Kota Se Provinsi Banten, Seniman dan Budayawan Se Provinsi Banten, Didin Supriadi, S.Sen, M.Pd, Kartika Mutiara Sari, M.Pd, Wawan Kuswanto, S.Pd sebagai Dewan Juri. Pemerintah Provinsi Banten melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada para seniman atas kreativitas pada pelestarian dan pengembangan seni budaya Banten melalui eksplorasi seni tari, musik , dan lagu pada festival lagu daerah Tingkat Provinsi Banten Tahun 2014 ini. “Perlu kami informasikan bahwa peserta terbaik dari festival ini akan mewakili Provinsi Banten pada Kegiatan Parade Lagu Daerah Nusantara yang akan dilaksanakan, Insya Allah pada tanggal 6-7 Desember 2014 di Taman Mini Indonesia Indah (TMII),” jelasnya. Di kesempatan yang sama Dra. Hj. Ratu Yati Priati Kepala Bidang Sumber Daya Manusia Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Kabid SDM Disbudpar) Provinsi Banten menegaskan bahwa Provinsi Banten kini sedang giat-giatnya membangun, diantaranya adalah pembangunan dibidang kebudayaan dan pariwisata. "Bagaimana kita menuju rencana pembangunan tersebut adalah selanjutnya kita ingin menggali potensi-potensi apa saja yang ada di Banten. “Salah satunya adalah melalui seni budaya,” tandasnya. Menurutnya melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Banten ini, kami telah mengadakan berbagai macam kegiatan festival seni budaya berbasis ekonomi kreatif. Didalam ekonomi kreatif itu adalah bagaimana kita mengembangkan seni budaya lokal untuk semakin bagus dan berkembang. Sekarang kita telah menggali kekayaan bahasa daerah Banten melalui kegiatan Festival Lagu Daerah Provinsi Banten. “Saya yakin kekayaan lokal lagu daerah Banten banyak sekali tinggal dieksplorasi, sehingga menjadi salah satu daya tarik kepada para wisatawan,” katanya.


Dengan Seni Haluskan Jiwa, Kobarkan Semangat, Jauhi Narkoba.....MERDEKA!!!

Selasa, 28 Oktober 2014 Pemanfaatan Seni Budaya Lokal Sebagai Alat Perekat Bangsa Tidak main-main Pemprov Banten melalui Disbudpar Prov Banten untuk membina, mengembangkan, melestarikan, dan memanfaatkan seni budaya lokal sebagai alat perekat bangsa. Terbukti dalam rangka HUT Prov Banten ke XIV, Pemprov Banten melalui Disbudpar Prov Banten menyelenggarakan Pawai Budaya pada Kamis, 9 Oktober 2014 yang dipusatkan di Balai Budaya Banten dengan peserta tidak kurang dari 8 (delapan) Kabupaten/Kota Se Provinsi Banten. Seperti halnya Sanggar Dhian Riang Utama (DRU) salah satu peserta perwakilan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tangerang Selatan yang beralamat di Jl. Manunggal V No. 10 RT. 005/01 Perigi Baru, Pondok Aren, Tangerang Selatan, Telepon 08211 0649897, kali ini mempersembahkan seni budaya “Besambut Pantun” yang diselingi dengan atraksi silat Betawi “Beksi” dengan iringan musik rebana hadrah. Ibu Dhian Widyawati atau yang biasa dipanggil “Mpok Yupi” mengatakan bahwa sebagai wakil dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tangerang Selatan, Sanggar Sanggar Dhian Riang Utama (DRU) menampilkan seni bela diri ”Beksi ” yang juga telah sejak lama berkembang di daerah Tangerang Selatan. “Penampilan tersebut di iringi oleh kelompok pemusik Hadrah/alat musik rebana yang membawakan lagulagu betema religius/sholawat kepada nabi besar kita, Muhammad SAW,” ungkapnya. Menurutnya bahwa seni budaya Betawi yang sejak dulu hingga kini juga ikut mempengaruhi budaya masyarakat daerah Tangerang Selatan, ditampilkan dengan dengan berbagai atraksi jurus-jurus pamungkas silat Betawi “Beksi”. “Selain itu juga disisipkan dengan adanya adegan “Sambut Pantun” yang berisi “Syair Pantun Besambut” dengan tema sesuai acara yang sedang dirayakan, yaitu Hari Ulang Tahun (HUT) Provinsi Banten yang ke 14,” imbuhnya. Hadir dalam acara ini, Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Provinsi Banten Rano Karno, dan Pelaksana Tugas (Plt) Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Banten Asmudji HW, serta para pejabat instansi Kabupaten/Kota Se Provinsi Banten.


Dengan Seni Haluskan Jiwa, Kobarkan Semangat, Jauhi Narkoba.....MERDEKA!!!

Selasa, 28 Oktober 2014 Topeng Blantek Tangsel Atraksi Pada Pawai Budaya Banten 2014 Pertunjukan Seni ” Topeng Blantek” dengan judul ” Perkawinan” Durasi 1 jam, pemain, pemusik, sutradara dan crew total 25 orang. Dalam rangka Pekan Budaya Provinsi Banten 2014 Minggu,12 Oktober 2014, di Pendopo lama, Balai Budaya Serang - Banten. Perkawinan Sutradara : Sabrawi Samiun, pemuda Betawi dari keluarga sederhana jatuh cinta pada seorang gadis kaya keturunan Tiongkok, Engtai. Perbedaan budaya, agama maupun tingkat sosial telah menimbulkan konflik di dalam hubungan kedua insan yang saling mencintai itu, begitu pula konflik pun terjadi di dalam dua keluarga masing2 yang berbeda. Tetapi karena kebesaran cinta mereka akhirnya mereka bisa mengalahkan konflik yang ada dengan kedamaian dan kebahagian yang di akhiri dengan Perkawinan. Selamat menyaksikan! Salam budaya, Dhian Widyawati, Sanggar Dhian Riang Utama (DRU), 08211 0649897


Dengan Seni Haluskan Jiwa, Kobarkan Semangat, Jauhi Narkoba.....MERDEKA!!!

Selasa, 28 Oktober 2014 Topeng Blantek Tangsel Turut Memeriahkan Gebyar Budaya Banten 2014 Lelaki bertopeng itu, biasa disebut Si Jantuk yang mempunyai peran sentral dalam pertunjukan Topeng Blantek sebagai pengatur alur dan sekaligus membuka serta menutup pertunjukan. Demikianlah sekelumit adegan Topeng Blantek Tangsel dengan Lakon Perkawinan karya/sutradara Sabrawi yang dipentaskan oleh Sanggar Dhian Riang Utama (DRU) perwakilan kota Tangerang Selatan, terlihat cukup meriah dan juga menghibur. Dengan iringan musik rebana hadroh yang menghentak, tiba-tiba muncul lelaki bertopeng sambil menari riang menyapa para penonton. Pertunjukan Topeng Blantek dengan seni budaya Betawi lainnya berbeda. Terutama perbedaannya dilihat dari setting panggungnya dan musik pengiringnya. Topeng Blantek Topeng Blantek mempunyai ciri khas tersendiri dalam pertunjukannya, seperti keberadaan sundung dan obor yang digunakan sebagai pembatas serta pengatur situasi dalam lakon Topeng Blantek. Selain itu juga musik pengiring pertunjukan Topeng Blantek menggunakan rebana hadroh (rebana lainnya) dan berbeda dengan Lenong serta Topeng Betawi yang menggunakan Gambang Kromong serta Gamelan Topeng sebagai musik pengiring lakonnya. Kegiatan tersebut terselenggara berkat kerjasama Surat Kabar (SK) Tangsel Pos dengan Surat Kabar (SK) Satelit News beserta Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten/Kota Se Provinsi Banten dengan nama kegiatan Gebyar Cinta Budaya Banten dalam rangka HUT Kota Banten ke 14 yang diisi dengan pagelaran seni budaya Banten, seperti Debus, Barongsai, Ubrug, dan 17 (tujuh belas) seni budaya tradisional lainnya.


Dengan Seni Haluskan Jiwa, Kobarkan Semangat, Jauhi Narkoba.....MERDEKA!!!

Selasa, 28 Oktober 2014 Pelatihan Seni Bagi Anak Dapat Mengembangkan Imajinasi Dan Daya Cipta “Karena pekerjaan utama seorang anak adalah bermain, maka memberikan anak-anak kesempatan untuk belajar dengan konsep yang sesuai dengan usia dan tahapan perkembangannya,” kata HM Supriadi, SE Pembina Seni di sela kegiatan pelatihan seni bagi anak belum lama ini di Kampung Seni Lengkong Wetan. Tidak hanya memperoleh pengetahuan dan pemahaman akan seni lanjutnya, tapi juga manfaat di bidang bahasa, keterampilan, kesiapan prasekolah, apresiasi musik, percaya diri dan pemahaman akan dirinya sendiri. “Melalui pendidikan seni bagi anak adalah memberikan kesempatan si anak untuk belajar dan terlibat langsung dalam seni,” ungkap Lurah Lengkong Wetan, Kecamatan Serpong, Kota Tangerang Selatan ini dengan tegas. Menurutnya tujuan dari pelatihan seni bagi anak ini adalah untuk merangsang syaraf motorik anak untuk berkreasi. Selain itu juga dapat membentuk pola pikir kreatif serta memberikan keterampilan seni yang sangat berperan dalam kehidupan sehari-hari si anak tersebut. “Ragam seni tersebut masingmasing mengajarkan ketrampilan yang berbeda sesuai bakat anak,” tandasnya. Begitu pentingnya pengenalan seni sejak dini kepada anak-anak, karena masa anak-anak adalah masa dimana perkembangan otak berjalan sangat efektif. Dimasa ini pula bakat serta potensi anak muncul dan sangat potensial untuk disalurkan ke hal-hal yang positif. “Sehingga nantinya tidak menganggu perkembangan si anak itu sendiri. Pendidikan seni bisa beragam bentuknya, seperti seni tari, seni musik, seni sastra, seni teater, dan seni rupa,” imbuhnya.


Dengan Seni Haluskan Jiwa, Kobarkan Semangat, Jauhi Narkoba.....MERDEKA!!!

Selasa, 28 Oktober 2014 Peran Guru Sangatlah Penting Sebagai Motivator Awal Bagi Anak Dalam Pendidikan Di Bidang Kesenian Peranan Guru sebagai tenaga pendidik sangat penting, khususnya Guru Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar sebagai motivator awal bagi anak-anak yang baru mengenal pendidikan bidang kesenian. Demikianlah pernyataan Diah Damayanti, MM Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai Latihan Kesenian (BLK) Jakarta Selatan dalam sambutannya pada Kegiatan Pagelaran Evaluasi Hasil Pelatihan Seni Bagi Guru TK/SD Jakarta Selatan, belum lama ini di Auditorium Unit Pelaksana Teksnis (UPT) Balai Latihan Kesenian (BLK) Asem Baris, Tebet, Jakarta Selatan. “Melalui kerja kreatif Guru Kesenian dapat dikembangkan dan disesuaikan dengan usia anak melalui imajinasi dan daya cipta anak,” ungkapnya. Menurutnya pelaksanaan belajar dan mengajar kesenian dapat berjalan dengan baik berdasarkan metode yang efektif dalam rangka membentuk anak yang memiliki sikap apresiatif serta cinta terhadap budaya bangsa. “Semoga dengan diselenggarakan kegiatan ini dapat mengembangkan serta menjadi sebuah kontribusi positif masyarakat dalam turut serta mangembangkan kesenian di wilayah Jakarta Selatan,” pungkasnya.


Anak-Anak Perlu Diberikan Keterampilan Khusus (Kesenian) Dalam Menjawab Tantangan Bangsa Ke Depan Pendidikan kesenian sangatlah penting untuk menciptakan dan membentuk anak-anak yang kreatif dan anak-anak yang banyak menggunakan otak kanan. Selama ini anakanak kita hanya dipenuhi dengan kewajiban-kewajiban untuk menggunakan otak kiri. Dan ternyata kreativitas itu justru muncul pada anak-anak yang mempunyai rasa seni yang banyak menggunakan otak kanan. “Kita patut berterima kasih kepada Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai Latihan Kesenian (BLK) Jakarta Selatan dan juga para Bapak/Ibu Guru serta para pembimbing di bidang kesenian untuk mengangkat rasa seni dari anak-anak. Karena merekalah yang menentukan mau seperti apa anak-anak kita nanti dimasa yang akan datang,” kata DR. Tinia Budiati Wakil Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi DKI Jakarta, belum lama ini disela Kegiatan Pagelaran Evaluasi Pelatihan Seni Bagi Guru TK/SD di Auditorium Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai Latihan Kesenian (BLK) Asem Baris, Tebet, Jakarta Selatan. Dijelaskannya bawa kali ini adalah untuk kesekian kalinya Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai Latihan Kesenian (BLK) Jakarta Selatan menyelenggarakan pelatihan kesenian bagi Guru TK/SD. Peran Guru dalam melatih rasa seni dan keterampilan anak-anak ini tidak bisa dipandang sebelah mata. Justru merekalah yang menentukan nanti anakanak kita ini kreatif atau tidak. “Anak-anak kita ini harus diberikan keterampilan khusus, sehingga mereka bisa menjawab tantangan masa depan nanti dan siap bersaing dengan anak-anak bangsa lain,” jelasnya. Menurutnya tahun depan kita akan menghadapi globalisasi pasar bebas. Dan nanti jangan heran bahwa kalau senimanseniman, guru-guru seni dari negara lain juga akan datang ke Indonesia, itu satu. Yang kedua bahwa kalau kita tidak mewariskan keterampilan dan kemampuan seni ini siapa yang akan memelihara dan meneruskan kekayaan budaya kita dibidang seni dan tentu saja nanti akan diambil oleh negara lain. “Oleh sebab itu perlu anak-anak kita diberi bekal sehingga mereka nanti tidak hanya menjadi singa dikandang sendiri tetapi mereka juga harus ke luar negeri dengan turut mempromosikan kesenian-kesenian lokal bangsa kita,” tegasnya. Ditambahkannya bahwa tentu semua ini tidak lepas dari kerjasama dan komitmen semua pihak, untuk terus bersinergi dalam membangun kesenian bangsa kita kedepan. “Kita mendengar pidato presiden terpilih kita yaitu Revolusi mental. Revolusi mental itu apa? Revolusi mental itu adalah bidang budaya,” imbuhnya.


Dengan Seni Haluskan Jiwa, Kobarkan Semangat, Jauhi Narkoba.....MERDEKA!!!

Selasa, 28 Oktober 2014 Revolusi Budaya “Kita mendengar pidato presiden terpilih kita yaitu Revolusi mental. Revolusi mental itu apa? Revolusi mental itu adalah bidang budaya,” kata DR. Tinia Budiati Wakil Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi DKI Jakarta didampingi oleh Diah Damayanti, MM Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai Latihan Kesenian (BLK) Jakarta Selatan, belum lama ini dalam Kegiatan Pagelaran Evaluasi Hasil Pelatihan Seni Bagi Guru TK/SD di Auditorium Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai Latihan Kesenian (BLK), Asem Baris, Tebet, Jakarta Selatan. Lebih lanjut dia mengatakan bahwa tentu saja semua ini tidak lepas dari kerjasama dan komitmen semua pihak, untuk terus bersinergi dalam membangun kesenian bangsa kita kedepan. “Anak-anak kita diberi bekal sehingga mereka nanti tidak hanya menjadi singa dikandang sendiri tetapi mereka juga harus ke luar negeri dengan turut mempromosikan kesenian-kesenian lokal bangsa kita,” ungkapnya. Menurutnya bahwa tahun depan kita akan menghadapi globalisasi pasar bebas. Dan nanti jangan heran bahwa kalau senimanseniman, guru-guru seni dari negara lain juga akan datang ke Indonesia, itu satu. Yang kedua bahwa kalau kita tidak mewariskan keterampilan dan kemampuan seni ini siapa yang akan memelihara dan meneruskan kekayaan budaya kita dibidang seni dan tentu saja nanti akan diambil oleh negara lain. “Anak-anak kita ini harus diberikan keterampilan khusus, sehingga mereka bisa menjawab tantangan masa depan nanti dan siap bersaing dengan anakanak bangsa lain,” harapnya.


Dengan Seni Haluskan Jiwa, Kobarkan Semangat, Jauhi Narkoba.....MERDEKA!!! Selasa, 28 Oktober 2014 - Budaya Lokal Betawi Khazanah Budaya Nasional Program-program pelatihan seni budaya tradisional Betawi adalah kegiatan dalam rangka pelestarian serta pemanfaatan seni budaya Betawi, seperti telah banyak ditelorkan para pelatih dan pemain seni budaya Betawi yang mumpuni dan kredibel sesuai bidang yang ditekuninya antara lain, musik, tari, sastra, teater, seni rupa tradisional Betawi. Hal tersebut tentunya dapat disinergikan dengan program-program kegiatan Pemprov DKI Jakarta yang diusulkan melalui DPRD DKI Jakarta, sehingga dapat dianggarkan agar program-program pelatihan seni budaya tradisional Betawi terus berkembang dan lebih luas mengikutsertakan seluruh masyarakat kota Jakarta. “Tentunya para pelaku, tokoh, pemerintah, dunia usaha, dan insan media elektronik maupun cetak dapat diikutsertakan dalam mensukseskan program-program yang dilaksanakan, sehingga dapat terangkat harkat dan martabat budaya lokal Betawi yang merupakan salah satu khazanah budaya nasional.” jelas HM. Ashraf Ali B. Ac, SH tokoh Betawi yang sekaligus Anggota DPRD DKI Jakarta belum lama ini diruang kerjanya. Selanjutnya program tersebut harus berjalan setiap saat, tinggal momentumnya yang diperbanyak. Ketika ada acara-acara resmi dan perhelatan besar, seperti peringatan HUT Kota Jakarta. Penyelenggaraan program tersebut tentunya dilaksanakan di sentra-sentra yang rutin melakukan kegiatan pelestarian seni budaya Betawi, seperti di Pesanggrahan, Setu Babakan, dan bahkan di Pasar Rumput berdiri Balai Budaya Betawi yang rutin digunakan oleh semua masyarakat dengan berbagai kegiatan kebetawian. “Kita kan orang Betawi dan tidak boleh menghilangkan akar budaya Betawi yang menjadi indentitas masyarakat kota Jakarta.” Tegasnya. Dengan demikian diharapkan bahwa melalui program-program kegiatan yang setiap tahunnya dianggarkan khusus untuk pelestarian seni budaya Betawi ini dapat menjadi eksis dan berkembang dan dapat dihargai. Seni budaya Betawi sebagai alat pemersatu bangsa, tentunya melalui seni budaya Betawi ini para generasi muda bisa mengalihkan kegiatan positif dengan menghilangkan kegiatan yang negatif. Tidak lagi berbuat yang dilarang, jangan sentuh narkoba, jangan sentuh minuman keras, jangan sentuh perjudian, jangan sentuh hal-hal lain yang sifatnya merusak diri sendiri. “Melalui seni budaya Betawi, seperti silat, tari, lenong dan lain sebagainya bias menjadi pelatihan diri dalam menumbuhkembangkan bakat dan minat yang positif.” imbuhnya.


Kerak Telor Kuliner Betawi Satu lagi kuliner kerak telor, kuliner yang sudah sangat dikenal di Betawi, khususnya di kota Jakarta. Bang Alif yang beralamat di Jl. Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, selaku penjual memberi tahu cara membuat kuliner kerak telor. “Bahannya telor ayam/bebek, ebi, bawang goreng, kelapa, dan ketan. Ketannya dimasak, dicampur air sampai mendidih, dan sekiranya sudah kering, dicampur sama telur dan bumbu sangray kelapa, diaduk-aduk, terus diblender.” Jelasnya. Ia mengaku, makanan khas Betawi yang sudah dibuat sejak tahun 1950-an ini laku keras, dengan harga telur bebek Rp.15.000,- dan telur ayam Rp.13.000,-.

Kue Kembang Goyang Kuliner Betawi Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap bazaar pasti ada stand kuliner. Dan kami meliput juga beberapa stand kuliner disana. Salah satunya adalah kue kembang goyang. Kue ini pertama kali disajikan pada tahun 1990-an. Narasumber kami, Ibu Sri Mulyati yang beralamat di Jl. Raya Lenteng Agung RT. 010/02 No. 2, Kec. Jagakarsa. Dia mengaku bahwa pemasaran kue kembang goyang ini cukup baik di tengah masyarakat. Ibu Sri Mulyati juga menjelaskan cara membuatnya. ”Pertama-tama dibuat adonannya dicetak, terus digoreng. Kenapa namanya kue kembang goyang, karena waktu di goreng, digoyanggoyang kuenya. Harganya Rp.12.000,-/bungkus.” Jelasnya.


Dengan Seni Haluskan Jiwa, Kobarkan Semangat, Jauhi Narkoba.....MERDEKA!!!

Senin, 10 November 2014 3 Budaya Jadi Satu Pada Gelar Budaya Lengkong Gelar Budaya Hajat Kampung Lengkong dalam rangka Menyambut HUT Kota Tangsel ke 6, dengan tema “3 Budaya Jadi 1”, disambut meriah oleh masyarakatnya dan dihadiri beberapa perwakilan sanggar seni budaya serta perguruan silat Se Jabodetabek, termasuk tamu kehormatan Tubagus Ismet al Abbas, Zurriat Sultan Banten pun hadir dan sekaligus menandatangani prasasti silaturahmi perguruan silat, belum lama ini, di Rumah Budaya Lengkong, Kampung Lengkong RT. 015 RW. 010, Lengkong Wetan, Serpong, Tangsel. Tubagus Ismet al Abbas, Zurriat Sultan Banten dalam kata sambutannya mengatakan bahwa seni budaya adalah jati diri bangsa dan harus terus dilestarikan serta dikembangkan, agar seni budaya masyarakat menjadi kuat. Karena bila lemah dan rapuh, akan mudah sekali seni budaya kita diambil bangsa lain. “Seni budaya kita sangat kaya, seperti rampak beduk, hadrah, ngaji qur’an, silat, ondel-ondel, debus, gambang kromong, cokek, barongsai, sebagaimana yang ditampilkan di Rumah Budaya Langkong ini,” jelasnya. Oleh karena itu, Abah Ismet, beliau biasa disapa, mengajak kepada semua untuk bersama menjaga seni budaya tradisi kita, dengan terus disiram dan dipupuk. Sehingga generasi kita akan datang, dapat mengerti dan memahami serta menguasai seni budaya tradisi sendiri. “Apalagi seni budaya bernafaskan Islam, yang sangat melekat di masyarakat Tangsel, Banten,” tegasnya. Dikesempatan yang sama, Baim Gentar Alam, Panitia Gelar Budaya Lengkong mengatakan bahwa kegiatan ini telah berjalan selama 3 tahun dan sekarang tahun yang ke 4. Kali ini temanya sangat khusus “3 Budaya Jadi 1” artinya Budaya Cina, Betawi, Sunda yang sangat kental pada masyarakat Lengkong, Tangsel ini ditampilkan dalam satu event bersama. Hal itu tercermin dalam beberapa penampilan yang telah kami pentaskan. “Selain itu, secara khusus kami mengundang 32 perguruan silat Se Jabodetabek untuk turut serta menunjukkan kebolehan masing-masing dalam menjalankan jurus silat perguruannya,” imbuhnya.


Lagu “Tangsel CEMORE” Salah Satu Akar Budaya Bangsa Deng en deng an sirih sampan berduri duri, Mandi kembang kembang melati, Di Tangerang Tangerang Selatan. Kampung dewek yang paling nyaman, Desa rapi alamnya asri, Kota dagang, Dari Ciputat BSD Alam Sutera sampe Pamulang. Deng en deng an sirih sampan berduri duri, Mandi kembang kembang melati, Di Tangerang Tangerang Selatan. Kaya budaya ayo dipiara, Tionghoa campur Sunda Betawi Ora, Bagen bae nama lo Ahong Mamat Adang ato Cecep, Budaya dewek Cokek Lenong sampe Topeng Blantek. Deng en deng an sirih sampan berduri duri, Mandi kembang kembang melati, Di Tangerang Tangerang Selatan. Nong Rogayah Teh Neneng ama Mey Hwa, Saya resep ama semua orang Indonesia, Kaya Budaya, Bhineka Tunggal Ika. Kisah lagu “Tangsel CEMORE” diatas terinspirasi oleh lagu permainan anak-anak Betawi sekitar tahun 1970-an “Deng en dengan” dan lagu permainan anak-anak Sunda dari masa ke masa “Cang uncang angge” (karya anonym)” kata Dhian Widyawati sang pengarang lagu dengan penuh semangat kepada Tangsel Pos, (7/11), dikediamannya Jl. Manunggal V No. 10 RT. 001/05, Perigi Baru, Pondok Aren, Tangerang Selatan. Menurutnya lagu-lagu permainan anak tersebut dibuat arransemen baru. Dengan harapan agar lagu-lagu tua yang merupakan salah satu akar budaya tradisi bangsa, khususnya di Tangerang Selatan tetap terpelihara. Selain itu juga lagu tersebut juga telah diperbaharui dengan bahasa Betawi Ora yang mencerminkan kepribadian bahasa daerah masyarakat Tangerang Selatan. “Bahasa Betawi ora adalah bahasa campuran yang harmonis dengan akulturasi budaya Cina, Betawi dan Sunda,” jelas Mpok Yupi (biasa dia dipanggil) yang sejak SD sudah hobi menggeluti dunia seni budaya. Terbukti telah banyak prestasi yang diraih, khususnya dunia sastra lisan maupun tulisan. Diharapkan dengan ada lagu “Tangsel CEMORE” ini dapat menggugah kita semua sebagai warga masyarakat wilayah Kota Tangerang Selatan. Dengan demikian kita dapat terus memelihara dan menghayati tradisi seni budaya tradisional yang merupakan ciri khas dan Identitas sebuah bangsa. Selain itu, Lagu “Tangsel CEMORE” ini adalah merupakan salah satu lagu yang dipentaskan oleh salah satu peserta perwakilan Lomba Lagu Daerah Tingkat Provinsi Banten Tahun 2014 beberapa waktu lalu. “Dengan lagu daerah kita juga dapat menampilkan ciri khas tradisi dan budaya kepada masyarakat kita sendiri maupun masyarakat luar,” tegasnya. Namun demikian melihat masih minimnya perhatian terhadap lagu daerah di tengah masyarakat yang menyebabkan kurangnya lagu-lagu daerah yang bisa di kenal oleh masyarakat itu sendiri. Dan bahkan di wilayah pendidikan dari mulai TK,SD,SMP,SMA juga perguruan tinggi. Dalam hal ini pemerintah masih terkesan belum berupaya untuk menghimpun dan menginventarisir lagu daerah. “Padahal lagu daerah juga cukup strategis dalam memperkokoh persatuan dan kebersamaan,” tandasnya.


Topeng Blantek Tangsel Asset Seni Budaya Nasional Dalam seni pertunjukan rakyat, topeng atau kedok adalah alat penutup seluruh atau sebagian muka untuk merubah penampilan pelaku, agar dapat dianggap sesuai dengan yang diperankan. Seni pertunjukan topeng di wilayah budaya Betawi (Jabodetabek) sudah biasa diselenggarakan pada masa sebelum agama Islam tersebar. Hal itu terbukti dari informasi yang terdapat dalam naskah Sanghiyang Kanda(ng) Karesian Bertitimangsa 1440 Saka atau 1518 Masehi. Naskah tersebut ditemukan di Kebantenan, sekarang termasuk Kelurahan Jatiasih, Bekasi, Jawa Barat. Data tertulis kemudian adalah karya Hardouin dan Ritter yang terbit pada tahun 1854 di Leiden, Belanda. Sebagaimana dikemukakan dalam buku tersebut, tidak jauh berbeda dengan yang biasa kita lihat dalam pertunjukan topeng di wilayah budaya Betawi (Jabodetabek) dewasa ini. “Sebagaimana Topeng Blantek, teater tradisional Betawi ini merupakan asset dasar budaya nasional. Oleh karena itu kita tidak dapat berpaling dari kenyataan peradaban dunia bahwa bangsa yang maju adalah bangsa yang memiliki budaya tinggi,” kata Sabrawi, Pimpinan Topeng Blantek Tangerang Selatan, saat ditemui di tempat latihannya Kampung Lengkong Wetan, Serpong, Tangerang Selatan. Sejak tahun 2000, telah banyak kegiatan yang diselenggarakan oleh Topeng Blantek pimpinan Sabrawi ini, khususnya bertujuan untuk membina, mengembangkan, melestarikan, dan memanfaatkan seni budaya tradisional diwilayah Tangerang Selatan. Diantara kegiatannya adalah latihan rutin seni budaya tradisional (musik, tari, sastra, teater, seni rupa) tiap hari Minggu. “Telah banyak karya lakon yang dipentaskan, diantaranya lakon Jantuk Pengen Jadi Gubernur (event HUT Tangsel Pos), lakon Jampang Pengen Jadi Gubernur (Topeng Blantek 267 Junior, pada event Apresiasi Seni Pertunjukan Bagi Pelajar), Palang Pintu dan Silat Beksi (event HUT Provinsi Banten), lakon Perkawinan (event HUT Provinsi Banten),” ungkap lelaki berkumis tebal ini dengan penuh semangat. Dijelaskannya Topeng (pertunjukan) Blantek (bebunyian rebana biang, rebana kotek) ini berkembang dan disebar luaskan oleh para pedagang keliling jaman dulu, sambil menunggu pagi dan dagangannya laku mereka suka bercerita diantara sundung (tempat barang) dan obor (alat penerangan). Topeng Blantek tumbuh di wilayah pinggiran dan banyak kaitannya dengan seni pertunjukan tradisional Betawi lainnya, seperti Topeng Betawi dan Lenong. “Dilihat dari segi materi dan pemanfaatan seluruh waktu pertunjukan Topeng Blantek yang paling menonjol adalah dramanya dengan fokus dialog dan laku. Jika dari segi setting dihiasi dengan sundung dan obor serta diiringi tetabuhan musik rebana biang dan kotek,” jelasnya. Oleh karena itu, Topeng Blantek ini “pada jamannya” selalu dipergunakan sebagai sarana penerangan yang cukup banyak disenangi masyarakat. Sebab, selain unsur hiburan yang dimainkan juga ada dialog yang terjadi dengan penonton dan pemain yang biasanya disampaikan oleh bodor (pelawak).


Dengan Seni Haluskan Jiwa, Kobarkan Semangat, Jauhi Narkoba.....MERDEKA!!!

Sabtu, 06 Desember 2014 Bamus Betawi “Semoga kegiatan ini dapat memicu kita semua untuk membangun peradaban di tanah Betawi,” ujar Anas Ma’ruf selaku panitia Bamus Betawi disela kata sambutannya pada kegiatan “Sosialisasi Undang-Undang No. 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan”, Sabtu, 6 Desember 2014 di Aditorium Hotel Mega Anggrek, Pal Merah, Jakarta Barat. Dijelaskannya bahwa yang melatarbelakangi diselenggarakannya kegiatan ini adalah terus melanjutkan peran Badan Musyawarah Betawi (Bamus Betawi) untuk beradaptasi dengan kegiatan-kegiatan rutinnya ditengahtengah masyarakat, khususnya mengenai perubahan perundang-undangan Keormasan. “Kita harus komitmen terhadap visi dan misi yang terkandung didalam perundang-undangan Ormas tersebut,” jelasnya. Bamus Betawi disini dituntut untuk menata ulang roda organisasi berikut dengan memverifikasi Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) pendukungnya. Atas dasar itulah diharapkan Bamus Betawi kedepan akan semakin kuat dalam berorganisasi. “Dan juga menumbuhkembangkan pemahamanpemahaman pengurus beserta anggota Bamus betawi dan Ormas pendukungnya dalam tata kelola keorganisasian,” tandasnya. Menurutnya manfaat yang diterima dari kegiatan ini adalah meningkatkan pengetahuan peserta tentang tata kelola organisasi, akan semakin baik. Dalam konteks itulah manfaat perundang-undangan tersebut dapat diterima. “Diharapkan para peserta dapat mengambil manfaat untuk bisa segera dipraktekkan ditengah-tengah masyarakat,” imbuhnya. (bek/ziz)


Dengan Seni Haluskan Jiwa, Kobarkan Semangat, Jauhi Narkoba.....MERDEKA!!!

Sabtu, 06 Desember 2014 Bamus Betawi Dalam rangka meningkatkan pengetahuan tentang perundang-undangan bagi pengurus Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) pendukungnya, Badan Musyawarah (Bamus) Betawi menyelenggarakan kegiatan “Sosialisasi Undang-Undang No. 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan” pada Sabtu, 6 Desember 2014 di Hotel Mega Anggrek, Pal Merah, Jakarta Barat. Turut hadir dalam kegiatan tersebut, Indro Baskoro (Kemendagri), H. Darwis (Kesbangpol DKI), Harmino (Polda Metro Jaya), Pengurus Bamus Betawi, serta Pengurus Ormas pendukung Bamus Betawi. Dan kegiatan ini dibuka langsung oleh H. Zainuddin, MH, SE, Wakil Ketua Umum Bamus Betawi. Didalam kata sambutannya, H. Zainuddin, MH, SE yang biasa disapa Bang Haji Oding mengatakan bahwa kegiatan ini adalah untuk memperkaya pengetahuan para peserta tentang organisasi menurut perundang-undangan yang berlaku dalam menata organisasi kedepan untuk kota Jakarta. “Artinya bahwa orang Betawi mempunyai semangat dalam berkumpul dan berkelompok yang menghidupkan ruh Undang-Undang No. 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan,” ungkapnya. Lebih lanjut, Bang Haji Oding mengajak kepada seluruh peserta untuk dapat menyatukan visi dan misi dalam membangun kota Jakarta. Bamus Betawi harus bersatu memajukan masyarakat Betawi kedepan. “Kita harus konsentrasi dalam membangun kota Jakarta dengan langkah yang harus disatukan untuk melakukan sesuatu lebih baik,” jelasnya. Organisasi Bamus Betawi harus tertata dengan baik dalam segala bidang, termasuk menertibkan Ormas-Ormas yang mendukung Bamus Betawi. Kalau hal ini semua dapat dikelola dengan baik, Insya Allah kita bisa jaya. “Harkat dan martabat “marwah” Betawi dapat terjaga dan terpelihara sesuai dengan apa yang kita cita-citakan bersama,” tambahnya. (bek/ziz)


Dengan Seni Haluskan Jiwa, Kobarkan Semangat, Jauhi Narkoba.....MERDEKA!!!

Rabu, 17 Desember 2014 Bamus Betawi Catatan Sarasehan Pengembangan Koperasi BAMUS Betawi Hari ini tanggal 17 Desember 2014 hampir empat tahun lembaga khusus atau lembaga otonom Bamus Betawi berdiri. Badan Pengurus yang diberi amanat untuk menyelenggarakan kegiatan usaha yang berkaitan dengan kegiatan usaha anggota telah melaksanakan tugas dan kewajibannya. Begitu pula Badan Pengawas telah melaksanakan tugas dan kewajibannya. Selama masa itu, tentu telah ada tugas dan kewajiban yang telah dilaksanakannya serta masih banyak yang belum ditindak lanjutinya sesuai dengan rencana kerja yang telah ditetapkannya. Untuk mengevaluasi kinerja Badan Pengurus dan Badan Pengawasselama masa kerja penyelenggaraan tugas dan kewajiban itu dan untuk menyusun rencana kerja untuk tahun yang akan datang dipandang perlu untuk menyelenggarakan kegiatan Sarasehan Pengembangan Koperasi Bamus Betawi. Sarasehan ini diikuti oleh 200 orang peserta yang terdiri dari : A. 25 Badan Pengurus, Badan Pengawas, dan Pendiri Koperasi. B. 60 Anggota Koperasi. C. 98 Pimpinan Organisasi Anggota Bamus Betawi. D. 17 Sesepuh dan Tokoh Bamus Betawi. Sarasehan ini diselenggarakan pada Rabu, 17 Desember 2014, di Hotel Caesar, Jalan Duren Tiga, Pancoran, Jakarta Selatan. Dan seluruh kegiatan ini dibebankan pada Anggaran Program dan Kegiatan Tahun 2014 Bamus Betawi yang bersumber dari Dana Hibah APBD Tahun 2014 Provinsi DKI Jakarta. (bek/ziz)


Dengan Seni Haluskan Jiwa, Kobarkan Semangat, Jauhi Narkoba.....MERDEKA!!!

Jumat, 19 Desember 2014 Bamus Betawi Bamus Betawi Persiapkan Jurnalis Handal Masa Depan “Ambil dan carilah sumber ilmu pengetahuan walau dari mana pun sumbernya” demikianlah penggalan hadist Nabi Muhammad SAW mengawali kata sambutan Bang Haji Firdaus Turmudzi, panitia pelaksana kegiatan Pelatihan Jurnalistik Media Elektronik & Cetak 2014, Bamus Betawi, yang mengambil tema "Dengan Pelatihan Jurnalistik Mengangkat Kaum Betawi Pada Era Globalisasi Informasi" pada Jum’at, 19 Desember 2014, di Hotel Maharaja, Kapten Tendean, Mampang, Jakarta Selatan. Dijelaskannya bahwa peserta pelatihan adalah rekomendasi dari Ormas pendukung Bamus Betawi. Kehadiran peserta ini tidak mainmain, karena setelah pelatihan nanti akan di buat media sosial Bamus Betawi. “Dimana peserta semuanya nanti, menjadi wartawannya,” jelasnya. Menurutnya kalau ilmu itu ibarat binatang buruan, maka tulisan itulah yang akan menjadi ikatannya. Peserta harus serius untuk mengikuti pelatihan, agar nanti dapat menyerap ilmu dari para narasumber yang juga putra Betawi dan berkompeten dibidangnya, diantaranya Bang Beki Mardhani (SCTV), Bang Kamsul Hasan (PWI DKI), Bang Ade Alawi (Media Indonesia), Bang Ismar Patrizki (LKBN Antara). “Dengan demikian diharapkan semua peserta bisa menjadi wartawan handal kedepannya,” tegasnya. Dikesempatan yang sama sebelum membuka secara resmi kegiatan ini, Bang Haji Zaelani, Wakil Ketua Bamus Betawi mengatakan bahwa bangsa Betawi adalah bangsa yang besar, maka janganlah kita merasa kecil. Insya Allah kita akan mempunyai media elektronik maupun cetak. “Maka dari itu kita harus siapkan wartawan handal dengan memberikan bekal berbagai pelatihan-pelatihan jurnalistik,” tandasnya. Ditambahkannya bahwa kita berlatih untuk Betawi, dan ketika mahir kita akan curahkan semua ilmu untuk Betawi. Khusus untuk pelatihan ini nantinya akan melahirkan wartawan Betawi yang bermanfaat untuk Betawi. Kedepan media Betawi nanti akan bermanfaat bagi kemajuan Betawi. “Dan Betawi benar-benar menjadi tuan rumah ditanahnya sendiri,” imbuhnya dan sekaligus menyematkan perlengkapan peserta secara simbolik kepada Neng Awaliah dan Bang Maman Ali yang dilanjutkan dengan pembacaan doa penutup oleh Bang Haji Syaiful Amri. (ziz)


Dengan Seni Haluskan Jiwa, Kobarkan Semangat, Jauhi Narkoba.....MERDEKA!!!

Jumat, 19 Desember 2014 Bamus Betawi Bamus Betawi “wajib” Punya Media Betawi Sebagai Wadah Informasi Kebetawian Setelah melaksanakan Rapat Kerja, beragam kegiatan diselenggarakan Bamus Betawi dalam rangka kaderisasi masa depan. Sebagaimana pada Jum’at, 19 Desember 2014 di Hotel Maharaja, Kapten Tendean, Mampang Jakarta Selatan, Bamus Betawi melaksanakan kegiatan Pelatihan Jurnalistik Bagi Pemuda/i Bamus Betawi yang dipandu oleh para narasumber berkompeten dibidangnya, seperti Bang Beki Mardhani (SCTV), Bang Kamsul Hasan (PWI DKI), Bang Ade Alawi (Media Indonesia), Bang Ismar Patrizki (LKBN Antara). Dalam paparannya Bang Beki Mardhani (SCTV) mengatakan kini dapat kita ketahui bersama bahwa begitu marak berita seputar kebetawian yang tak berpihak, terkesan Betawi “terbelakang” dan “bodoh” menurut pemberitaan media selama ini. Padahal kalau mau berkata jujur, realitasnya sangat bertolak belakang pada kenyataan dilapangan. “Dengan kenyataan tersebut dapat dikatakan bahwa media menjadi sebuah kekuatan/power. Oleh karena itu, sangat urgen sifatnya bahwa Betawi “wajib” mempunyai media Betawi untuk wadah informasi tentang kebetawian yang sebagaimana mestinya,” ungkapnya. Dikesempatan yang sama Bang Kamsul Hasan (PWI DKI) menjelaskan dalam paparannya bahwa Pers berfungsi sebagai informasi, pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial. “Selain itu juga Pers dibatasi oleh kode etik jurnalistik yang harus bersifat netral, profesiaonal, informasi teruji, jujur, dan bersifat perlindungan,” jelasnya. Ade Alawi (Media Indonesia) menegaskan dalam paparannya bahwa wartawan tidak mati angin atau dapat dikatakan wartawan banyak akalnya dalam mencari alternatif narasumber yang menjadi fokus berita. “Tentunya dalam wawancara, wartawan dibekali oleh kode etik jurnalistik dan UU No. 40 Tahun 1999 tentang Pers,” tegasnya. Ismar Patrizki (LKBN Antara) mengingatkan bahwa kita juga sebagai wartawan, khususnya wartawan foto harus mencermati UU Hak Cipta. Jangan sampai menggunakan foto orang lain tanpa ijin dan mencantumkan nama pemotretnya. “Dan yang boleh dibilang penting bahwa card rider harus selalu bersih dengan langsung memfilekan foto-foto yang telah selesai di potret,” tambahnya. (ziz)


Festival Bintaro II menyambut HUT Kota Jakarta 488

Teks Foto : Topeng Blantek Fajar Ibnu Sena Lakon Kudungan Biru Minggu, 31 Mei 2015 Gelar Budaya Betawi Festival Bintaro II HUT Kota Jakarta 488 (foto:dok.ayt)

Dalam rangka menyambut HUT Kota Jakarta ke 488, Forkabi bersama masyarakat Jakarta Selatan mengadakan Gelar Budaya Betawi Festival Bintaro II. Festival ini menampilkan berbagai seni Betawi seperti Topeng Blantek, Lenong, Gambang Kromong, Tanjidor, Tari Betawi. Drs. Ruslan, Asisten Ekonomi Kota Administrasi Jakarta Selatan mengatakan bahwa festival ini merupakan wujud komitmen pemerintah terhadap kesenian Betawi. Ruslan juga mengatakan bahwa kegiatan Gelar Budaya Betawi Festival Bintaro II di tingkat kecamatan ini bisa lebih meriah di tahun berikutnya. “Masukkan ke dalam Agenda Peringatan HUT Kota Jakarta ke tingkat Kota dan kalau perlu ke tingkat Provinsi DKI Jakarta,” tandasnya disela Pembukaan. Turut hadir Ka Kesbangpol Jakarta Selatan, Kasdim Jakarta Selatan, Kapolres Jakarta Selatan, Camat Pesanggrahan, Lurah Ulujami, serta tokoh masyarakat Se Jakarta Selatan. Sementara itu, Bang Juari Blek, Ketua Panitia Gelar Budaya Betawi Festival Bintaro II dan sekaligus Ketua Forkabi Kelurahan Bintaro menyatakan terimaksihnya kepada Walikota Jakarta Selatan, Camat Pesanggrahan, Lurah Bintaro atas rekomendasi penyelenggaraan kegiatan ini. “Festival Bintaro ini Insya Allah kedepannya akan menjadi satu event terbesar di Kecamatan Pesanggrahan.” Bang Juari menjelaskan bahwa Forkabi juga melibatkan semua unsur masyarakat yang berada wilayah Kelurahan Bintaro dan masyarakat Kecamatan Pesanggrahan dengan menggandeng LMK, Karang Taruna, KSK, PP, Kembang Latar, dan FBR. “Sengaja kami bentuk kegiatan ini milik kita bersama bukan hanya menjadi milik Forkabi, tetapi Forkabi hanya menjadi penggerak awal kegiatan ini,” tuturnya. | Ziz


KNPI Jakarta Selatan Dalam Pantun Besambut A : ASSALAAMU’ALAIKUM WR. WB - B : WA’ALAIKUMSALAM WR. WB, IKAN PEDA IKAN GURAME A : KE BIDARA CINA BELI TAPE - B : ADA APA RAME-RAME A : ROMBONGAN BU NINA UDA SAMPE - B : KALU KE BIDARA CINA BELI TAPE, MASAKINNYA BIAR MATENG KALU ROMBONGAN MPOK NINA UDAH SAMPE, KAMI UCAPIN SELAMAT DATENG A : KALU MASAKINNYA BIAR MATENG, ADONANNYA KUDU BERSIH KALU ABANG UCAPIN SELAMAT DATENG, SAYA UCAPIN TERIMA KASIH - B : ADONANNYA EMANG KUDU BERSIH, BIAR GAMPANG DIADUK NGGA USAH SUNGKAN NGGA USAH RISIH, MARI SILAKAN DUDUK A : KALU SOAL ADUK MENGADUK, SERAIN AJA AMA POK TITIN KALU ABANG NYURUH DUDUK, TOLONG DONG DIHORMATIN - B : KALU SERAIN AMA POK TITIN, BIKIN KUE BOLU SEGEDE TAMPAH KALU PADA MINTA DIHORMATIN, EMANGNYA LU SIAPA A : KUE BOLU BOLEH SEGEDE TAMPAH, ENAKAN KUE CINA PAKE KUPI PAKE NANYA KITA SIAPAH, INI FITRIA OCTARINA KETUA UMUM KNPI - B : KALU ENAKAN KUE CINA PAKE KUPI, JANGAN LUPA ULI AMA KETAN MPOK NINA KETUA UMUM KNPI, WILAYAH JAKARTA SELATAN A : KALU JANGAN LUPA ULI AMA KETAN, BELINYA NAEK KUDA KELANA KALU NGAKU PEMUDA JAKARTA SELATAN, KUDU GABUNG AMA MPOK NINA - B : KALU BELINYA NAEK KUDA KELANA, KUSIRNYA NAMANYA MANG KARTAN SIAPA YANG KAGA KENAL MPOK NINA, TERUTAMA WARGA JAKARTA SELATAN A : KUSIRNYA BOLEH MANG KARTAN, YANG PUNYA NAMANYA BANG MAWI SELAIN DIA ORANG JAKARTA SELATAN, DIA JUGA ASLI BETAWI - B : PUKUL GAMBANG TABUH KROMONG, MAININNYA DI NEGERI CHINA UDA JANGAN BANYAK OMONG, GABUNG AJA AMA MPOK NINA A : PUKUL GAMBANG TABUH KROMONG, BANG ABUNG MANCING GURAME UDA JANGAN BANYAK OMONG, NYOK KITA GABUNG RAME-RAME - B : KE SINABUNG BELI PELANA, PELANA MANJUR DARI SARINAH BURUAN GABUNG AMA MPOK NINA, ORANGNYA JUJUR LAGI AMANAH A : PELANA MANJUR DARI SARINAH, BIKIN BENDO AMA KONG DULLOH ORANG JUJUR LAGI AMANAH, MUDAH-MUDAHAN DIRIDOI ALLOH - B : KALU PERGI KE RUMAH UWA, MINTA ANTERIN AMA BANG BAUD BANYAK ORANG YANG JADI KETUA, CUMA MPOK NINA YANG PALING YAHUD A : SEBELUM PERGI KE RUMAH BANG BAUD, MENDING KITA BERES- BERES MPOK NINA EMANG YAHUD, KARENA PUNYA SIFAT BARES - B : MENDING KITA BERES-BERES, TAPI DI MASINGMASING RUMAH BUKAN SEKEDAR BARES, MPOK NINA ORANGNYA RAMAH AMIIN YA ROBBAL’ALAMIIN


Diskusi Budaya Tak Benda Salah satu upaya perlindungan terhadap warisan budaya adalah melalui pencatatan. Kegiatan warisan budaya bangsa telah dimulai sejak zaman kerajaankerajaan dan masa kolonial, dan dilanjutkan setelah merdeka pada 17 Agustus 1945 oleh berbagai pemangku kepentingan, baik dari kalangan pemerintah, LSM, perguruan tinggi, dan perorangan. Pencatatan menyeluruh tentang warisan budaya tak benda pernah diusahakan sejak tahun 1976 melalui proyek inventarisasi dan dokumentasi kebudayaan daerah. Kegiatan pencatatan kemudian berganti nama beberapa kali, antara lain : Sistem Informasi Kebudayaan Terpadu (SIKT) yang digagas oleh Prof. Dr. Edi Sedyawati (Dirjen Kebudayaan pada waktu itu) dan Peta Budaya yang digagas oleh Prof. Dr. Sri Hastanto, S. Kar (Dirjen Nilai Budaya, Seni dan Film pada waktu itu). Namun pencatatan tersebut masih menghadapi kendala. Sampai saat ini pencatatan warisan budaya tak benda Indonesia belum berhasil dilakukan secara menyeluruh dan berkesinambungan antara lain karena kurang melibatkan unsur komunitas, kelompok sosial, dan perseorangan. Sejak Indonesia menjadi negara pihak konvensi 2003 tentang perlindungan warisan budaya tak benda, Indonesia diwajibkan sesuai pasal 11 dan 12 Konvensi 2003 untuk mengatur identifikasi dan inventarisasi warisan budaya tak benda yang ada di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam satu atau lebih inventaris yang dimutakhirkan secara berkala. Pasal 2 Ayat 1 dan 2 Konvensi 2003 UNESCO : “Warisan budaya tak benda meliputi segala praktek, representasi, ekspresi, pengetahuan, keterampilan serta alat-alat, benda (alamiah), artefak dan ruang-ruang budaya terkait dengannya yang diakui oleh berbagai komunitas, kelompok, dan dalam hal tertentu perseorangan sebagai bagian warisan budaya mereka” Warisan budaya tak benda, sebagaimana didefinisikan dalam ayat 1 diatas, diwujudkan antara lain di bidang-bidang berikut : Tradisi dan ekspresi lisan, termasuk bahasa sebagai wahana warisan budaya tak benda; Seni pertunjukan; Adat istiadat masyarakat, ritus, dan perayaan-perayaan; Pengetahuan dan kebiasaan perilaku mengenal alam dan semesta; Kemahiran kerajinan tradisional. Budaya tak benda juga dikenal dengan istilah “budaya hidup” (ziz) (Sumber : Diskusi Budaya, LP2SM, HUMANIKA, Yayasan Peduli Bangsa, Dirjen kesbanpol Kemendagri, Foto Doc LP2SM, 21113)


Pelatihan Tata Rias Panggung Balai Latihan Kesenian Jakarta Selatan Tahun 2014 Tata rias sangat berkaitan atau berhubungan dengan tata panggung, baik itu dalam hal keserasian warna dan bentuk kostum, artistic, cahaya warna lampu dan kebutuhan peran (karakter) yang diperankan. Tafsir cerita adalah untuk memudahkan menentukan karakter wajah seorang tokoh cerita. Siapa, kapan, dimana? Tata rias dibagi tiga bagian, yakni 1. Korektif make up, 2. Fantasi make up, 3. Karakter make up. Dasar-dasar pokok tat arias panggung adalah 1. Harus dikenal anatomi wajah (tengkorak kepala), 2. Harus dikenal bagaimana menggunakan cahaya dan bayangan, 3. Harus diketahui penggunaan warna yang tepat, 4. Dapat membuat garisgaris penegasan (aksentuasi) pada wajah. Dengan penguasaan dasar-dasar tersebut akan memudahkan dalam menata rias secara benar dan baik. Sebagai patokan atau acuan penggunaan terang bayang sangat penting membuat suatu karakter tokoh dan dengan mengenal anatomi wajah akan mudah memoles terang bayang secara pasti. Karena setiap manusia mempunyai anatomi yang berbeda. Alat-alat tata rias untuk karakter diantaranya, noes putty, latex liquid, hair white, adhesive, spirit gum, crepe hair, blood, tooth enamel, bald cup, wig. (dari berbagai sumber)


Diperlukan Strategi “jitu” Dalam Mengembangkan Kebudayaan Kota Jakarta Dalam persfektif bidang bahasannya mengenai tata kota dan urbanisme beliau menjelaskan bahwa ada beberapa orientasi dalam persfektif kebudayaan, antara lain interkulturalisme, network, persaingan, transisi ekologis. Dalam hal transisi ekologis (menjadi ekologis) ada beberapa hal yang harus dicermati, seperti hal decoupling, subtitusi, pemilikan (recovery). “Hal tersebut menyangkut sistem dan prilaku produksi dan konsumsi,” ungkap Marco Kusumawijaya Praktisi Teater, Mantan Ketua Dewan Kesenian Jakarta 2006-2010, Arsitek disela Kegiatan Workshop Strategi Pengembangan Pemberdayaan dan Event Budaya program Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta yang diselenggarakan pada Senin-Rabu, 09-11 Desember 2013 di Gedung Puspa Pesona Taman Anggrek Taman Mini Indonesia Indah. Dengan peserta Komunitas Seni, Akademisi, Wartawan, Dewan Kesenian Jakarta serta para Narasumber yang berkompeten dibidangnya. Dijelaskannya bahwa harus ada ruang budaya, artinya adalah ruang/kota sebagai ekspresi budaya dan ruang/kota sebagai pembentuk budaya itu sendiri serta budaya berkota dan mengkota. Jakarta : Metropolis meliputi beberapa aspek, diantaranya kepadatan, keragaman, keterhubungan, infrastruktur, kecerdasan, kompetensi, “hutang” masalah, modernisasi serta industrialisasi. Visi dan misi harus berprinsip dan ide cemerlang. Kenapa demikian? “Karena masa depan selalu “berubah”. Oleh karena itu kita harus mempunyai strategi yang baik dan jitu, yakni “strategi berubah”. jelasnya. Tentunya perlu ada proses perumusan strategi secara bersama, berbudaya dan berkesenian dengan mengusung “jargon” FESTIVAL MASA DEPAN. Dengan melakukan pemetaan budaya yang terbuka dan berkelanjutan untuk strategi yang berwawasan masa depan yang terbuka “Cultural Mapping”, Co – Production Of Knowledge, Interaksi. “Yang terpenting adalah pemetaan berkonsepsi dan berekspresi,” tegasnya. Dikesempatan yang sama Alex Sihar Sekretaris Jenderal Dewan Kesenian Jakarta mengatakan bahwa perlu adanya pembenahan tata kelola organisasi, karena kebudayaan bukan “melulu” seputar kesenian (puncak-puncak kebudayaan). Akan tetapi “wajib” hukumnya para stakeholder utama, dalam hal ini pemerintah, publikl/masyarakat, ekonomi/industri merumuskan “desain yang bersinergi”. “Karena budaya adalah prilaku yang dilakukan setiap harinya oleh pribadi/komunitas masyarakat itu sendiri,” ujarnya. Kesenian tidak hanya berekspresi, tapi juga harus berkontribusi yang terimplementasikan dilapangan pada tiap-tiap komunitas terhadap masyarakat serta lingkungan dalam berkesenian. “Dengan demikian perlu segera dibuat sebuah sistem yang cukup “luwes” untuk mengakomodasi “kebudayaan” kedepan. Sehingga tidak terjadi lagi “tumpang tindih” dalam berkebudayaan di NKRI yang kita cintai ini,” imbuhnya. (ziz)


Uji Pentas Teater Betawi Teks Foto : Peserta Pelatihan Teater Tingkat Terampil Balai Latihan Kesenian Jakarta Selatan Tahun 2013 Uji Pentas Teater Betawi Di Studio STSI Bandung Jawa Barat. Ka Unit Pelayanan Teknis (UPT) Balai Latihan Kesenian (BLK) Jakarta Selatan Ibu Diah Damayanti mengemukakan bahwa kami dari UPT BLK Jakarta Selatan pada saat ini, khususnya buat peserta pelatihan seni teater tingkat terampil ingin memperdalam ilmu seni teater yang telah dibimbing selama ini sejak tingkat dasar, madya, dan terampil. Karena kalau tidak ketempatnya, yaitu STSI Bandung Jurusan Teater tentunya anak-anak didik kami belum merasa puas dengan hasil yang telah diterima selama ini. “Jadi kami ingin juga memperdalam dan ingin menampilkan serta tentunya nanti ada diskusi hasil dari penampilan dari BLK Jaksel dan juga Mahasiswa STSI Jurusan seni teater.” ungkapnya disela Kegiatan Uji Pentas Hasil Pelatihan Seni Teater Bagi Pelaku Tingkat Terampil Senin-Rabu, 28-30 Oktober 2013 di Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Jurusan Seni Teater, Bandung, Jawa Barat. Turut hadir Bapak Herry Tata Usaha BLK Jakarta Selatan, Ibu Wulan Kasi Pelatihan BLK Jakarta Selatan, Bapak Budi Sobar DKJ, Kang Nurrahmat Praktisi Seni Teater, Bunda Rima IKJ, Bapak Yadi STSI, Bapak Joko STSI, Kru dan Staf BLK Jakarta Selatan serta Peserta Pelatihan Seni Teater BLK Jakarta Selatan dan Mahasiswa/i STSI Jurusan Seni Teater Bandung. Dikesempatan yang sama Bapak Yadi Dosen Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Jurusan Seni Teater menjelaskan bahwa kali ini STSI Jurusan Seni Teater mendapatkan penghargaan atas kunjungan rombongan UPT BLK Jakarta Selatan. Kontek BLK di Bandung adalah Balai Latihan Kerja dan bukan Balai Latihan Kesenian. Jadi ini point yang sangat menarik bagi kami, tentu saja kalau kesempatan ini bisa dihadiri oleh temen-temen Dinas Pariwisata Bandung akan menarik dan merupakan sebuah perbandingan. Kesempatan ini boleh dikatakan jarang kita bisa melihat dari temen-temen peserta ujian kompetensi dari program pelatihan Balai Latihan Kesenian Jakarta Selatan. “Untuk itu tujuan utama yang akan dicapai bahwa perlu adanya masukan baik dari Mahasiswa maupun Dosen STSI Jurusan Seni Teater Bandung. Nanti setelah pementasan dari BLK Jaksel juga Mahasiswa STSI, sekali lagi bahwa ini bukan merupakan atau istilahnya dibanding-bandingkan, tidak? Karena kehidupan berkesenian adalah bebas. Jadi pada intinya ada sesuatu yang penting dimana masa diskusi kita saling berbagi antara keilmuan yang telah kita dapat dari masyarakat dan dari akademis.” tandasnya yang selanjutnya ditandai dengan saling tukar cindera mata dari pihak STSI memberikan Jurnal Seni STSI dan pihak BLK Jakarta Selatan memberikan cindera mata miniatur ondel-ondel serta pigam penghargaan. (ziz)


Peran Guru Sebagai Sangat Penting

Tenaga

Pendidik

Teks Foto : Diah Damayanti Ka UPT Balai Latihan Kesenian Jakarta Selatan (tengah) Disela Kegiatan Pelatihan Seni Bagi Guru Sekolah Dasar Tahun 2013. Pelatihan seni bagi guru sekolah dasar tingkat dasar Jakarta Selatan tahun 2013 kali ini tidak diselenggarakan di Balai Latihan Kesenian (BLK) Asem Baris Jakarta Selatan karena gedungnya sedang dalam pemugaran total. Semoga nantinya gedung Balai Latihan Kesenian (BLK) Asem Baris Jakarta Selatan menjadi lebih bagus dan lengkap sarana prasarananya dalam menunjang penyelenggaraan pelatihan seni di tahun-tahun mendatang. Demikian dikemukakan Diah Damayanti, MM Kepala Balai Latihan Kesenian Asem Baris Jakarta Selatan dalam kata sambutannya pada kegiatan pelatihan seni bagi guru sekolah dasar tingkat dasar Jakarta Selatan tahun 2013 di halaman SMPN 1 Manggarai Selatan belum lama ini. Menurutnya peran guru sebagai tenaga pendidik sangat penting, khususnya guru sekolah dasar. Sebagai motivator awal bagi anak-anak yang baru mengenal pendidikan dibidang kesenian. Melalui kerja kreatif guru, khususnya guru kesenian dapat dikembangkan dan disesuaikan dengan usia anak melalui imajinasi serta kreasi anak. “Pelaksanaan belajar mengajar kesenian dapat berjalan dengan baik berdasarkan metode pengajaran yang benar, dalam rangka membentuk anak didik memiliki sikap apresiatif terhadap budaya bangsa,� jelasnya. Sementara itu, setelah pelatihan seni ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan dan keterampilan para peserta beberapa bidang seni yang didapat untuk diterapkan disekolah masing-masing. “Nantinya akan dilanjutkan pelatihan seni berjenjang (dasar, madya, mahir) dan kami Balai Latihan Kesenian Asem Baris Jakarta Selatan terus berusaha untuk membasilitasi para peserta, tentunya dengan mengundang para pelatih yang berkompeten pada bidangnya masing-masing, seperti para praktisi/akademisi Institut Kesenian Jakarta serta Universitas Negeri Jakarta,� imbuhnya. (ziz)


Gambang Kromong “peranakan” Tionghoa

Musik

Betawi

Gambang kromong adalah musik betawi peranakan tionghoa, kenapa demikian? Karena awalnya musik ini terdiri dari gambang, kromong, tehyan, sukong, kongahyan. Kromong terdiri dari 10 (sepuluh) buah. Dan gambang terdiri dari 18 (delapan belas buah), asal kayunya berasal dari kayu “suakim/suaking”. Tanda nada gambang kromong tidak memakai tanda nada dore-mi, tapi tanda nada “Cina” yang berjumlah 5 (lima) buah. Tahun 1880 seorang saudagar Cina yang bernama Tan Wan We dengan dibantu oleh Bek Pasar Senen yang bernama Pheng Chu, menambahkan lagi alat tradisional pada gambang kromong, yakni kendang dan suling. Tahun 1970 tokoh legendaris Betawi alm. H. benyamin S, menambahkan kembali dengan alat musik yang modern seperti keyboar, drum, guitar, dan bas. Gambang kromong ada yang modern dan yang asli. Lagu-lagu gambang kromong yang asli adalah cente manis dan balo-balo. Namun kini, lagu gambang kromong yang sering kita dengar, seperti malam minggu, hujan gerimis aja dan yang lainnya adalah lagu gambang kromong modern. (ziz) tiap rawa ada buaya ada buaya harus hati-hati tiap daerah ada budaya ama budaya harus mencintai kalau kamu mau belanja atau membeli bawalah uang dalam peti kalau pengen budaya kita dihargai maka harus mencintai (sumber : liputan “jurnalis cilik” siswi smpn 267, bang aden betawi tulen)


Ondel-Ondel “ikon” Budaya Kota Jakarta Ondel-ondel memang identik dengan budaya kota Jakarta. Dalam rangka melestarikan budaya Betawi, Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan tiada hentinya mempromosikan “khazanah” budaya Betawi. Dengan menyelenggarakan kegiatan Festival Ondel-Ondel Tahun 2013 yang diikuti oleh 82 peserta seluruh Kecamatan di wilayah Kota Administrasi Jakarta Selatan. “Berbagai kegiatan telah kita laksanakan hari ini seperti pentas kesenian, bazaar kuliner, dan pameran kerajinan Betawi.” ungkap Drs. H. Syamsuddin Noor, M.Si Walikota Administrasi Jakarta Selatan kepada wartawan belum lama ini disela kegiatan Festival Ondel-Ondel Tahun 2013 di halaman pusat perbelanjaan Blok M Square Jakarta Selatan. Dilakukannya kegiatan seperti ini tentunya bertujuan agar masyarakat dapat melihat, menyaksikan dan menonton berbagai aktifitas “kebetawian” yang sekaligus memeriahkan dan meramaikan pusat perbelanjaan yang ada di Blok M Square dan sekitarnya. Memang paling tidak setiap tahunnya kegiatan semacam ini telah dilaksanakan sebanyak 6 (enam) kali dengan tempat yang berbeda. “Seperti di Perkampungan Budaya Betawi (PBB) Setu Babakan, Hutan Kali Pesanggrahan, RW 09 Srengseng Sawah, Plaza Kalibata, Kemang, Blok M Square serta tempat-tempat yang telah menjadi “ikon” diwilayah Kota Administrasi Jakarta Selatan.” tambahnya. (ziz) (sumber : hasil liputan “jurnalis cilik” siswa smpn 267 jaksel) Hilangnya Nilai-Nilai Positif Budaya Betawi Kebudayaan adalah sesuatu yang tidak statis, tapi dinamis. Dia selalu berubah dan bergeser sesuai dengan kondisi dan perkembangan jaman. Begitu pula dengan produk-produk budaya itu, baik yang berupa benda, maupun yang tak benda. Beberapa diantaranya terus bertahan tidak berubah, ada yang turut berubah, bahkan tak sedikit pula yang hilang. Selain itu, perkembangan teknologi dan informasi saat ini pun telah berpengaruh besar terhadap hasil-hasil kebudayaan tersebut. Dengan adanya radio, televisi, internet pengetahuan masyarakat mengenai kebudayaan diberbagai daerah semakin luas. Akan tetapi, tidak hanya pengetahuan yang semakin luas. Pada kenyataannya masyarakat senang sekali meniru atau mencontoh hasil kebudayaan dari kelompok masyarakat lainnya untuk mereka pakai dan gunakan dalam kelompok mereka sendiri. Hal itu tentunya sangat baik, jika yang ditiru dan dicontoh adalah hal-hal yang positif. Namun, seringkali yang ditiru adalah hal-hal yang bertentangan dengan norma dan aturan yang selama ini telah berlaku dalam kelompok mereka. Bahkan sering pula berakibat terkikisnya bahkan hilangnya nilainilai positif atau kearifan lokal yang selama ini mereka miliki. Mengingat begitu banyaknya kearifan lokal yang terkandung dalam setiap produk budaya suatu kelompok masyarakat, maka dapat dibayangkan berapa banyak pula yang hilang, jika produk-produk budaya itu mulai diabaikan, bahkan ditinggalkan oleh masyarakat pendukungnya. Artinya, kekuatan budaya lokal pun mulai rapuh. Oleh karena itu, kiranya perlu sekali dilakukan revitalisasi terhadap produk-produk budaya lokal itu untuk penguatan budaya lokal juga yang pada akhirnya berimbas pada kekuatan budaya nasional. (ziz) (sumber : seminar nasional ketahanan budaya lokal, fib ui)


Seni Teater Seni Kolektif, Kreatif, Dan Inofatif UPT Balai Latihan Kesenian Jakarta Selatan sepertinya tak hentihentinya dalam membina, mengembangkan, melestarikan seni budaya. Salah satunya menyelenggarakan pelatihan seni teater secara berjenjang, mulai dari tingkat dasar, mahir, dan trampil. Di tahun 2013 ini, UPT Balai Latihan Kesenian mengawali kegiatannya dengan pelatihan seni teater tingkat dasar. Dengan tujuan mengenalkan dasar-dasar seni peran, wawasan seni teater, kepada 30 peserta yang notabene para pemuda yang tergabung di sanggar seni Se Jakarta Selatan. Ibu Wulandari Pelaksana Kegiatan Pelatihan menjelaskan bahwa seni teater adalah seni kolektif, kreatif, dan inovatif, dimana didalamnya terdapat banyak jenis seni (musik, tari, seni rupa). Selain itu juga diselenggarakan diskusi pentas percontohan dari teater yang telah “mapan” dan berpengalaman dalam dunia teater. “Yang jelas UPT Balai Latihan Kesenian Jakarta Selatan tidak main-main dalam membina para pelaku seni teater di Jakarta Selatan, dimana setiap tahunnya kami menyiapkan para pelatih yang berkompeten di bidangnya, diantaranya Subarkah Purek Fak Seni Rupa IKJ, Budi Sobar Dosen IKJ, Fuad Idris Dosen IKJ, Ibu Rima Teater Koma, Nurrahmat STIS Bandung, Nusirwan Dosen IKJ, dan Madin Setiawan Komite Teater DKJ” jelasnya. Tentunya pihak UPT Balai Latihan Kesenian berharap kepada para peserta pelatihan seni teater tingkat dasar tahun 2013 ini, untuk lebih serius dalam mengikuti pembelajaran. Karena kegiatan ini jarang sekali dilaksanakan dengan berjenjang dan pelatih yang berkompeten di bidangnya masing-masing. “Dan yang perlu diingat bahwa tahun 2013 ini juga segera akan diselenggarakan kegiatan pelatihan seni teater tingkat trampil, dengan ditambah kegiatan study banding ke STIS Bandung” imbuhnya. (ziz) (pembukaan kegiatan pelatihan seni teater tingkat dasar, Kamis, 21 Maret 2013, balai latihan kesenian jakarta selatan) Silat Beksi Silat Betawi merupakan salah satu khazanah seni budaya bangsa yang penting artinya bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan sehingga perlu adanya proses pelestarian demi memupuk kesadaran jatidiri bangsa. Salah satu silat Betawi yang berkembang adalah beksi yang mempunyai arti “pertahanan empat” bermakna pertahanan empat arah mata angin, yakni timur, barat, utara dan selatan. Wilayah pengembangan beksi adalah daerah Petukangan, Pondok Aren dan Kreo oleh tiga guru besar, yakni Kong Haji Hasbullah, Kong Haji Nur dan Kong Haji Simin. Belum lama ini, Dinas Olahraga dan Pemuda Prov DKI Jakarta bekerjasama dengan Ormas Pekat dan Perguruan Beksi Sejati Kong Haji Hasbullah menyelenggarakan perhelatan akbar Festival Silat Betawi Tahun 2012 di Lapangan Kostrad Petukangan Utara, Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Disela perhelatan tersebut, diselingi pengukuhan Perguruan Beksi Sejati Kong Haji Hasbullah yang dipimpin langsung oleh anak-anak kandung dari alm. Kong Haji Hasbullah dengan disaksikan oleh berbagai perguruan silat Betawi lainnya. (ziz) (Sumber : Festival Silat Betawi Tahun 2012, Disorda Prov DKI Jakarta)


Festival Teater Jakarta Festival Teater Jakarta “bercermin – melihat wajah� Kemanusiaan Bangsa Indonesia . Festival Teater Jakarta terselenggara setiap tahunnya, dari perjalanan panjang melelahkan sebagian besar terlibat dalam proses berkesenian. Dapat disimpulkan bahwa berkesenian ternyata tidaklah sekedar dunia tempat berandai-andai. Dunia kesenian ibarat cermin yang dari sana dapat bercermin melihat wajah. Dunia kesenian juga sekaligus ruang berekspresi dan berkomunikasi terhadap sesama dan sebagai salah satu bagian dalam memproses diri sebagai manusia menuju peningkatan wajah kemanusiaan bangsa Indonesia. Dengan pertimbangan berkesenian mengakar pada kemanusiaan bangsa Indonesia itulah akhirnya menelorkan Dewan Kesenian Jakarta tahun 1968 yang kemudian menetaskan berbagai program kegiatan kesenian, diantaranya adalah Festival Teater Jakarta. Pada mulanya Festival Teater Jakarta diselenggarakan pada tahun 1978 oleh Dewan Kesenian Jakarta di Taman Ismail Marzuki, sejak 1989-1990 diselenggarakan di Gelanggang Remaja di lima wilayah kota dengan tujuan lebih merangsang dan sekaligus meningkatkan kemampuan pengelolaan berbagai pihak yang terkait di tingkat wilayah kota. (ziz) (Sumber : Rik A Sakri, Teater Aquila, Jakarta) Penyair Harus Komunikatif Sebagai penulis dan secara khusus penyair harus mempunyai pendirian serta berani menyampaikan pendirian kepada masyarakat dan pemimpin, mengenai apa yang diinginkan oleh rakyat. Sebab, penyair tidak mempunyai kepentingan apapun selain daripada kesejahteraan. Hal itu adalah kebahagiaan bagi penyair dan kesejahteraan seluruh umat puncak kebahagiaan bagi penyair. Selain itu, perjuangan melalui karya sastra (dalam hal ini puisi) penyair harus terus mengkomunikasikan pandangannya melalui karya puisi, karena puisi itu satusatunya media yang bisa menyatukan melalui peningkatan kesepahaman yang saling memahami. Hal-hal seperti ini sangat dibutuhkan, supaya penyatuan kesepakatan dan kepaduan kaum itu dapat terus terjalin. Jadi melalui puisi ini dapat menyatukan sebetulnya, menyatukan bukan dari segi geografis dan segi tata Negara, akan tetapi dari perasaan yang sama dan kesepahaman yang saling memahami satu sama lain. (ziz) (Sumber : Workshop Dan Lomba Pantun/Puisi Melayu Tahun 2012 Di TMII Anjungan RIAU)


Penduduk Kota Jakarta Dari hari ke hari masyarakat Betawi semakin terdesak, tergusur, dan terpinggirkan. Ada pendapat yang mengatakan bahwa perkembangan Kota Jakarta telah menyebabkan orang Betawi tergusur dan tercerai-berai. Dalam kondisi demikian, banyak di antara orang Betawi yang merasa seperti “kematian obor�. Jika ini dibiarkan, orang Betawi akan kehilangan identitas mereka, dan akhirnya riwayat mereka sebagai sebuah komunitas yang memiliki seni dan tradisi sendiri menjadi sekadar legenda. Meskipun penduduk Jakarta saat ini bercorak heterogen, orang Betawi tetap diakui sebagai penduduk “asli� kota ini. Kata asli mungkin sulit diterapkan bagi orang Betawi karena mereka sendiri merupakan hasil percampuran beragam suku dan bangsa yang telah mendiami kota Jakarta selama beratus tahun. Besarnya perhatian terhadap masyarakat Betawi terlihat dari maraknya berbagai kajian tentang budaya Betawi yang dilakukan melalui berbagai penelitian, lokakarya, seminar dan diskusi yang dapat memetakan berbagai potensi yang ada dalam seni dan tradisi Betawi. Dengan demikian, kajian tentang seni dan tradisi masyarakat Betawi menjadi penting untuk terus dilakukan. Arti strategis kajian semacam ini bukan hanya untuk mendokumentasikan berbagai aspek seni dan tradisi yang ada di masyarakat Betawi, namun juga untuk pengembangan lebih lanjut warisan seni dan tradisi tersebut sehingga dapat tetap bertahan dan bahkan semakin maju dalam menghadapi arus perubahan zaman yang berlangsung semakin cepat. (ziz) (Dari Berbagai Sumber) Wujud Kebudayaan Wujud kebudayaan terdiri dari : nilai, perilaku dan karya/ekspresi budaya. warisan budaya (cultural heritage) adalah bagian dari kebudayaan yang berisi ekspresi dan bernilai luhur, penting bagi jati diri, serta sumber daya budaya. Warisan budaya benda (tangible cultural heritage) terdiri dari : benda, bangunan, kompleks, situs, kawasan, lanskap budaya, rancangan, sedangkan warisan budaya tak benda (intangible cultural heritage ) terdiri dari : tradisi dan ekspresi lisan (termasuk bahasa), seni pertunjukan, adat istiadat, ritus, pengetahuan dan kebiasaan perilaku berkaitan dengan alam semesta, kemahiran kerajinan tradisional. Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan, perilaku, dan hasil karya manusia yang dikembangkan melalui proses belajar dan adaptasi terhadap lingkungannya yang berfungsi sebagai pedoman untuk kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Tujuan kebudayaan adalah adaptasi manusia terhadap lingkungannya. (ziz) (Sumber : Seminar Warisan Budaya Tak Benda, Kemendikbud R.I)


Warisan Kebudayaan Dalam hal kebanggaan nasional terhadap karsa dan karya kebudayaan nasional tak perlu ragu, karena semua itu tersirat dan tersurat pada cara berbusana, agama, maupun karya-karya seni sastra, tari, musik dan rupa. Disamping itu, kebanggaaan harus terus ditumbuhkan atas seluruh karsa dan karya kebudayaan sendiri yang memang layak dibanggakan seolah teks lagu : dari barat sampai ke timur, berjajar warisan kebudayaan. Kebanggaan rakyat terhadap warisan kebudayaan benar-benar sebuah keunggulan. Pengakuan terhadap karsa dan karya kebudayaan harus selalu dirayakan setiap negara dan bangsa dunia sebagai hari raya nasional. Pendayagunaan potensi warisan kebudayaan sebagai pembangkit semangat kebanggaan nasional. Gelora kebanggaan nasional “terbuktu� berhasil melawan angkara murka imperialisme dibelahan dunia, dengan makin berkobarnya kebanggaan terhadap karsa dan karya kebudayaan nasional. (ziz) (Sumber : Workshop Warisan Budaya Tak Benda, Kemendikbud) Kebudayaan Global Fenomena “kebudayaan global� yang berimplikasi pada tantangan untuk penguatan ketahanan budaya bangsa melalui : penguatan jati diri, pembangunan karakter bangsa, pemahaman akan nilai-nilai multikultural, perlindungan komunitas adat dan kearifan lokal, solidaritas sosial, kekeluargaan, keramahtamahan dan rasa cinta tanah air. Berdasar pada konsep kebudayaan yang meliputi : sistem nilai, perilaku dan ekspresi karya budaya, revitalisasi kebudayaan sejatinya harus berupaya : menggali dan mengangkat nilai yang baik dan relevan untuk kekinian, mengaktualisasikan dan mengkondisikan perilaku yang baik dengan menjadi teladan bagi diri dan lingkungannya, mengapresiasi dan mengembangkan karya budaya. Globalisasi di segala bidang (politik, ekonomi, lingkungan, IPTEK, sosial, budaya) berdampak pada pemberlakuan berbagai kesepakatan regional/internasional, kompetisi di tingkat regional/internasional, serta derasnya arus informasi global dan interaksi lintas budaya, menuntut kemampuan profesional untuk memperkuat daya saing bangsa, termasuk bidang kebudayaan. (ziz) ( sumber : bpnb bandung, kemendikbud, lkb )


Budaya Tak Benda Bangsa Indonesia Sampai saat ini pencatatan warisan budaya tak benda Indonesia belum berhasil dilakukan secara menyeluruh dan berkesinambungan antara lain karena kurang melibatkan unsur komunitas, kelompok sosial dan perseorangan. Sejak Indonesia menjadi Negara Pihak Konvensi 2003 tentang Perlindungan Warisan Budaya Tak Benda, Indonesia diwajibkan sesuai pasal 11 dan 12 Konvensi 2003 untuk mengatur identifikasi dan inventarisasi warisan budaya tak benda yang ada di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dalam satu atau lebih inventaris yang dimutakhirkan secara berkala. Pasal 2 Ayat 1 dan 2 Konvensi 2003 UNESCO : “Warisan budaya tak benda” meliputi segala praktek, representasi, ekspresi, pengetashuan, keterampilan serta alat-alat, benda (alamiah), artefak dan ruang-ruang budaya terkait dengannya yang diakui oleh berbagai komunitas, kelompok dan dalam hal tertentu perseorangan sebagai bagian warisan budaya mereka. “Warisan budaya tak benda”, sebagaimana didefinisikan dalam ayat 1 diatas, diwujudkan antara lain di biudangbidang berikut : Tradisi dan ekspresi lisan, termasuk bahasa sebagai wahana warisan budaya tak benda ; Seni pertunjukan, Adat istiadat masyarakat, ritus dan perayaan – perayaan ; Pengetahuan dan kebiasaan perilaku mengenai alam dan semesta ; Kemahiran kerajinan tradisional ; Budaya tak benda dikenal dengan istilah “budaya hidup”. Daftar karya budaya dari Indonesia yang diakui sebagai warisan budaya dunia adalah : Wayang Tahun 2008, Keris Tahun 2005, Batik Tahun 2009, Angklung Tahun 2010, Saman Gayo Tahun 2011. Dan usulan penominasian selanjutnya dari wilayah kerja BPNB Bandung Kemendikbud RI adalah : Debus ( kesenian tradisional Banten ), Ondel – ondel (kesenian tradisional masyarakat Betawi), Tapis (kain tradisional masyarakat Lampung, Sisingaan dan Kujang (kesenian tradisional masyarakat Subang dan simbol identitas masyarakat Sunda). (ziz) (sumber : balai pelestarian nilai budaya bandung, kemendikbud ri, lembaga kebudayaan betawi)


Daya Tarik Situs Obyek Tak Benda Secara empiris melalui penjelajahan berbagai situs warisan kebudayaan dunia versi UNESCO dapat ditarik beberapa kesimpulan khususnya mengenai dampak situs-situs atau obyek tak benda yang telah memperoleh pengakuan UNESCO sebagai warisan kebudayaan dunia. Mengenai relevansi mutu warisan kebudayaan dunia benda dan tak benda yang diakui UNESCO pada hakikatnya dapat diperdebatkan secara mubazir sampai akhir zaman sama halnya dengan semua keputusan berdasar selera dan persepsi yang mustahil benar-benar obyektif. Namun mengenai dampak dapat ditarik simpul-simpul kesimpulan yang bisa dianggap sebagai obyektif. Bakhan pada hakikatnya dampak warisan kebudayaan UNESCO merupakan daya “potensi” yang siap dimanfaatkan apabila mau dan mampu dimanfaatkan oleh masyarakat dan negara bersangkutan. Beberapa daya potensi WHU (World Heritage UNESCO) adalah : Penggelora semangat kebanggaan Nasional, Promosi Pariwisata, Promosi Industri Kreatif, Pelestarian Karsa dan Karya Kebudayaan, Inventarisasi Perbendaharaan Kebudayaan Nasional. (ziz) (sumber : world heritage unesco, yayasan warisan kebudayaan dunia nusantara) Mitos Masyarakat Betawi Lebih banyak “mitos” dari pada “historis” mengenai cerita si-pitung, tapi kedua-duanya muncul bersamaan. Dari “mitos” selau memancarkan cahaya-cahaya dan nilai-nilai norma moral yang baik bagi masyarakat Betawi. Si-pitung menurut para ahli adalah simbol keresahan berkat kesenjangan sosial masyarakat Betawi pada abad ke-19. Cerita si-pitung adalah termasauk khazanah tradisi lisan nusantara “buah-hasil” kecerdasan (kerja produsen intelektual) masyarakat Betawi. Intervensi budaya perlu dibudidayakan karena hal itu adalah sebagai bentuk “intelektualitas” masyarakat itu sendiri. Pahlawan terbaik adalah pahlawan yang hidup didalam hati masyarakat itu sendiri. Pada dasarnya cerita si-pitung diidealkan mengandung nilai-nilai luhur (nga-so-si/ngaji-solat-silat). Proses penyampain dan penyebarannya melalui “ngebuleng-ngerahul” (dongeng Betawi). Konteks cerita si-pitung adalah cerita rakyat bukan cerita sejarah, tapi si-pitung legenda yang betu-betul ada tokohnya. Walau demikian, ini dapat dijadikan sebagai fungsi nilai-nilai luhur dan identitas bagi masyarakat Betawi (nilai-nilai moralitas lebih utama bagi masyarakat). (ziz) (sumber : presentasi dan diskusi hasil kajian perlindungan dan ekspresi keragaman budayacerita si-pitung-tokoh legendaris dalam pandangan masyarakat betawi-bpnb-kemendikbudlkb-181212).


Setiap Perubahan Ciptakan Tantangan - Memang orang Jakarta sangat pintar bedamai, asal bisa mengatur diri, biar semakin lama semakin rapi, jangan sampai kita ditinggal lari. Betapa hausnya orang Jakarta, dengan kesejukan air Jakarta masa lalu yang sudah terlanjur menjadi keruh karena kekeruhan tuntutan bergulirnya peradaban. “Emang yang nongkrong dipinggiran kali ciliwung orang keturunan betawi melulu, tetapi sumbangan-sumbangan terhadap kumuhnya Jakarta tidak selalu. Walaupun mungkin ada, tapi persentasenya mungkin paling dikit kalu dari orang Jakarta sendiri. Sebab umumnya, numpangnya kagak dipinggir kali, rada ketengahan,” ungkap Buya KH. Saifudin Amsir Ulama Betawi dalam tausiyahnya pada kegiatan Lebaran Betawi Sabtu-Minggu, 31 Agustus - 1 September 2013 di Monas Jakarta. Dijelaskannya bahwa lantaran ada ditengah, maka orang Betawi gampang dikenal. Karena gampang dikenal, gampang dipindahkan, bererot pada pindah ke Citayam, ke Bojong, ke Bekasi. Walaupun harus diketahui secara benar bahwa wilternbergh yang akhirnya namanya Bogor, kan itu jaman Belanda baru ada istana disitu. Jaman dulu-duluan kan cuman ada kebon doang, sekalinya ada pohon yang jadi bahan penelitian dunia internasional kegedean tu pohon. Namanya sih keren pake rafles, kalo kita naik pesawat Singapurkan kelas depannya disebut rafles klas, tapi di Bogor ditaruhnya kurang enak, kembang bangke dikate raflesia arloghi. “Jadi ada sesuatu yang rada tebalik kadang-kadang. Itu baru di Bogor, bagaimana dengan di Bekasi, bagaimana dengan di Depok yang semuanya itu ikut mempengaruhi jiwa budaya dan pernik-pernik yang ada di Jakarta. Oleh sebab itu, kalo sikap kita orang Betawi yang bisanya cuma muyeng-muyengin orang doang, rasa-rasanya Lebaran Betawi ini menjadi sayur yang cemplang. Abis kerjaanya cuma musingin doang,” jelasnya. Menurutnya, keperkasaan pemikiran, kesopanan dan kesantunan tingkah laku dari Gubernur DKI yang baru ini, maunya disongsong dengan akhlaknya orang Betawi pula, bukan kepelan yang maju, bukan jurus-jurus Beksi yang dipajang. Tuh Beksi biar namanya bisa diartikan bermacam-macam, tapi sekurang-kurangnya kan bisa diinterpretasikan sama dengan yang lain-lain. Bek tuh Mandor, si namanya tuh Cina namanya si. Beksi apa ustadz? bukan dari situ arti Beksi. Beksi tuh 4 lapis 4 jurus, bukan Beksi yang dari Cina itu. Walaupun bukan sedikit, orang-orang Cina pada masa lalu pendekar-pendekarnya ikut nyumbangin ilmu kepada para Mandor para Bek kaya si Ayub jagoan Teluk Gong, gurunya itu orang Cina. “Kita tampil dengan satu keinginan yang future respek mandang Jakarta. Jangan mandang Jakarta dengan pemikiran yang kalap dan putus asa, lalu gampang tergoda untuk merebut apa-apa, ini dan itu. Namun saying, kemampuannya serba terbatas,” tegasnya. Perubahan terus menciptakan tantangantantangan dan pemikiran yang mesti melangkah lebih kedepan. Bamus Betawi mesti mengusung ini, Beksi juga ketangkasannya mesti digunakan untuk menangkis. Tangkas dan tangkis segala intervensi budaya yang merusak kejernihan orang Betawi, terutama dengan simbol lebarannya ini. Sekali lagi nun sewu kepada Gubernur DKI, ada yang saya merasa kagum bila ada tawaran bagaimana membikin Jakarta baru. Belum dibikin konsepnya, udah didenger kemana-mana. Baru dijaman Gubernur DKI sekarang ini, Islamic Center, Masjidnya, warnanya, rupanya, akan dibentang di Jakarta tidak kalah dengan rupa-rupa keislaman dimancanegara. Menggelegar, sesuatu yang timbul menantang disaat dunia melesat pesat dengan berbagai keinginan. “Ada Jejaka yang ingin jadi orang Betawi, Jokowi,” tandasnya. Parameter keperdulian terhadap hajat masyarakat, masjid itu jangan disebut sebagai pengaman dunia Islam doang, dari dulu juga Belanda udah bikinin masjid, dibikinin alun-alun lagi, noh Masjid Manggarai ente liat aja ampe sekarang, alun-alunnya belon kurang masih lebar. Belanda yang bikinin. Itu filosofinya sangat panjang lebar. Tempo hari dateng ke PBNU, sempat saya tanggapi mereka Imam Masjid yang dikata Masjid Groundzero, kagak jauh dari Gedung WTC yang di bom. Kan image orang islam terhadap Amerika kelewatan panjang akalnya. Tetapi disana masih ada juga orang yang berkata,”Hai muslimin, buat engkau tanah yang paling mahal di Amerika ini, aku sumbangkan kepadamu 2 hektar luasnya, paling mahal harganya, eh Yahudi yang nyumbangin. “Saya mau kaga percaya pegimana, yang cerita Imam dari masjid itu. Aslinya dari Mesir, lamanya di Malaysia, berdialog dengan saya, campur-campur adanya, separuh Arab, separuh Melayu,” ujarnya. Memang demikian adanya bahwa dunia memberikan suatu gambaran yang aneh. Kita apa-apa Yahudi, apa-apa Yahudi. Eh Yahudi ada yang ngomong,” Nih ane nyumbang 2 haktar, tanah paling mahal, ane yang punya yang ente gebukin terus dengan ucapan Yahudi. Emang tuh Yahudi kagak bisa insyaf, salahkah aku memberikan sumbangan kepada dunia Islam. Saya cuman denger, saya menarasikan itu bukan anda boleh jadi tertarik. Biar ente tertarik kaya apa juga, jangan kata hektar, meter aja susah. Tapi ada pemikiran seperti itu. “Nah, itulah yang mesti diproses oleh orang-orang bijak, disuatu saat musuh boleh menjadi kawan dan disuatu saat kawan sangat cepat berbalik menjadi musuh yang menggunting dalam lipatan,” imbuhnya. (ziz)- (Sumber : Seremoni, Lebaran Betawi 2013)


Lebaran Betawi Sebagai Wadah Pelestarian dan Pemanfaatan Budaya Betawi Lebaran Betawi merupakan cara untuk melestarikan budaya, khususnya budaya Betawi yang harus dilestarikan. Di acara Lebaran Betawi tahun 2013 ini, masing -masing lima wilayah Kota Administrasi dan satu kabupaten Se Provinsi DKI Jakarta (Jakarta Timur, Jakarta Utara, Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, Jakarta Barat, dan Kepulauan Seribu), mendirikan rumah Betawi yang memamerkan kesenian maupun makanan khas Betawi. Disamping itu disediakan pula satu panggung utama yang sangat “fantastis” dimana dipagelarkan berbagai kesenian Betawi antara lain, atraksi kendang rampak, rebana biang, rebana hadroh, sahibul hikayat, pantun, buleng, silat, dan komedi betawi. Dari pagelaran berbagai kesenian Betawi tersebut, tak lain dan tak bukan adalah upaya dalam rangka membina, mengembangkan, melestarikan, serta memanfaatkan keberadaan kesenian Betawi di tanah kelahirannya sendiri, yakni kota Jakarta. Sebagaimana seni tutur Betawi, dimana kita ketahui bersama bahwa orang Betawi sangat “lihai” dalam bercerita. Sedangkan kini telah banyak tokoh seni tutur Betawi yang meninggal dunia, seperti alm H. Sofyan Zahid (Pak Zaid) maestro seni tutur Betawi (Sohibul Hikayat), salah satu seni tutur Betawi yang hampir punah. Oleh karena itu, sudah menjadi tanggung jawab kita bersama dalam pelestariannya. Telah banyak yang dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang bekerjasama dengan Lembaga Kebudayaan Betawi untuk melestarikan kesenian Betawi. Seperti contoh pada Lebaran Betawi tahun 2013 ini, Pemprov DKI Jakarta bekerjasama dengan Lembaga Kebudayaan Betawi, menggabungkan seni tutur Betawi pentas dalam satu panggung (Sohibul Hikayat, Pantun, dan Buleng) mengusung naskah HIKAYAT RAJA DURJANA karya dan sutradara seniman/budayawan Betawi Bang Yahya Andi Saputra yang dibantu oleh Bang Guntur Elgomas, serta Bang Nasir Mupid. Berikut cuplikan naskahnya. Maharaja Kamarukh memang lalim. Kejam. Terkenal sebagai Raja Durjana (visualisasi layar lebar, asap, api, penyiksaan). Suasana mencekam. Semua orang jalan menunduk. Takut. Waswas. Rakyat merasa tiap saat berada dalam terror. Tak ada rasa ama, tak ada keleluasaan menjalani hidup sebagai manusia normal. Maharja Kamarukh mendengus. Mengkibas-kibaskan ubah panjangnya. “Akulah raja seluruh alam, tiada ada raja di kolong langit ini seperti aku, sakti, gagah dan perkasa. Raja-raja dari 30 kerajaan semuanya dalam perintahku dan takluk di hadapanku. Aku belon pernah menyembah seorang jua pun dan sekalian manusia akan menyembah padaku. Aku belon pernah dari kecil diperintah orang dan semuanya manusia di bawah perintaku dan tiadalah seorang raja terlebih gagah dari padaku. Segala manusia di bawah hukumku dan sekalian nyawanya bergantung pada tanganku. Nyatalah aku seorang raja tiada bandingnya. (ziz) (Sumber : Pentas Sohibul Hikayat Raja Durjana, Lebaran Betawi 2013)


Peran Guru Sebagai Tenaga Pendidik Sangat Penting Pelatihan seni bagi guru sekolah dasar tingkat dasar Jakarta Selatan tahun 2013 kali ini tidak diselenggarakan di Balai Latihan Kesenian (BLK) Asem Baris Jakarta Selatan karena gedungnya sedang dalam pemugaran total. Semoga nantinya gedung Balai Latihan Kesenian (BLK) Asem Baris Jakarta Selatan menjadi lebih bagus dan lengkap sarana prasarananya dalam menunjang penyelenggaraan pelatihan seni di tahun-tahun mendatang. Demikian dikemukakan Diah Damayanti, MM Kepala Balai Latihan Kesenian Asem Baris Jakarta Selatan dalam kata sambutannya pada kegiatan pelatihan seni bagi guru sekolah dasar tingkat dasar Jakarta Selatan tahun 2013 di halaman SMPN 1 Manggarai Selatan belum lama ini. Menurutnya peran guru sebagai tenaga pendidik sangat penting, khususnya guru sekolah dasar. Sebagai motivator awal bagi anak-anak yang baru mengenal pendidikan dibidang kesenian. Melalui kerja kreatif guru, khususnya guru kesenian dapat dikembangkan dan disesuaikan dengan usia anak melalui imajinasi serta kreasi anak. “Pelaksanaan belajar mengajar kesenian dapat berjalan dengan baik berdasarkan metode pengajaran yang benar, dalam rangka membentuk anak didik memiliki sikap apresiatif terhadap budaya bangsa,� jelasnya. Sementara itu, setelah pelatihan seni ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan dan keterampilan para peserta beberapa bidang seni yang didapat untuk diterapkan disekolah masing-masing. “Nantinya akan dilanjutkan pelatihan seni berjenjang (dasar, madya, mahir) dan kami Balai Latihan Kesenian Asem Baris Jakarta Selatan terus berusaha untuk membasilitasi para peserta, tentunya dengan mengundang para pelatih yang berkompeten pada bidangnya masing-masing, seperti para praktisi/akademisi Institut Kesenian Jakarta serta Universitas Negeri Jakarta,� imbuhnya. (ziz) (Sumber : Pelatihan Seni Bagi Guru Sekolah Dasar UPT. Balai Latihan Kesenian Jakarta Selatan Tahun2013)


Perlunya Kreativitas dan Eksplorasi Pada Seni Tradisi Kerakyatan (Jakarta, PBS) Rus Suharto, Kasi Komunitas Bid Pemberdayaan Masyarakat, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Prov DKI Jakarta, mengemukakan bahwa Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Prov DKI Jakarta akan mengirim grup seni tradisi pada Festival Seni Pertunjukan Tingkat Nasional yang diselenggarakan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI pada bulan November 2013 di Epicentrum, Kuningan, Jakarta Selatan. “Berkaitan dengan hal tersebut, memberikan kesempatan kepada sanggar atau pelaku seni yang ada di Jakarta untuk ikut serta pada Festival Seni Pertunjukan Tingkat Nasional,” katanya kepada wartawan belum lama ini diruang kerjanya Kantor Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Prov DKI Jakarta, Jalan Kuningan Barat No. 1 Jakarta Selatan. Lebih lanjut dijelaskannya bahwa adapun segala sesuatu tentunya dengan kriteria, diantaranya karya yang ditampilkan karya baru penggabungan seni pertunjukan (tari, musik, dan teater), karya gagasan baru atas keragaman seni pertunjukan budaya lokal (Betawi), durasi 12-15 menit, tema “Kreativitas dan Eksplorasi Seni Tradisi Kerakyatan”, peserta (pelaku seni) berusia 13-19 tahun, piñata (music, tari, artistic, penyaji, dan sutradara) maksimal 25 tahun. “Dan hanya boleh merangkap untuk 2 (dua) posisi setiap orangnya,” jelasnya. Sementara itu, bagi yang telah memiliki karya atau konsep karya sesuai criteria diatas, dapat menyerahkan video, narasi/skrip cerita dan CV pelaku seni ke Bidang Pemberdayaan Masyarakat Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Prov DKI Jakarta atau melalui email : bidangpm@yahoo.com dan rus_suharto@yahoo.com atau paling lambat tanggal 16 September 2013. Karya yang memenuhi syarat akan direkomendasikan mengikuti kompetisi pada Festival Seni Pertunjukan Tingkat Nasional. “Selama festival berlangsung, kontingen Prov DKI Jakarta akan dibiayai oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Prov DKI Jakarta,” imbuhnya. (ziz) (Sumber : Rus Suharto, Kasie Komunitas Bid Pemberdayaan Masyarakat, Disparbud DKI Jakarta)


Seni Tata Rias Panggung Tata rias (make up) ialah yang biasa digunakan untuk kelengkapan panggung juga film dan televise. Berawal dari sebuah pemujaan kepada dewa-dewa pada zaman Yunani yang diungkapkan dengan menggunakan topeng-topeng untuk mencapai karakter yang diinginkan. Pada zaman itu penerangan masih menggunakan api dan obor, karena listrik belum ada. Namun putra-putri raja saat itu sudah mengenal tat arias. Sangat dirahasiakan keberadaan dan kegunaannya, sekalipun masih dengan tekhnik primitive dan tradisional. Contohnya pada zaman Mesir kuno Ratu Cleopatra Nevertiti sudah mencoba menggunakan garis-garis warna pada mata untuk mempercantik diri. Mengapa dirahasiakan? Karena mereka ingin selalu dianggap lain dari manusia biasa, seolah-olah mereka adalah golongan Tuhan atau dewa-dewi. Perkembangan tata rias selanjutnya dalam penggunaannya lebih sederhana tapi masih datar, dengan cara memakai garis tunggal untuk menjelaskan (menonjolkan) bentuk-bentuknya, terutama pada bagian mata. Setelah adanya listrik yang ditemukan oleh Thomas Alva Edison, tata rias berkembang pesat. Dipelajari adanya cahaya dan juga bayangan yang terefleksi pada benda-benda. Cahaya dan bayangan sangat penting dalam mempelajari ilmu tat arias wajah. Perias wajah harus mampu menciptakan bentuk dengan bantuan cahaya serta bayangan (sadowa). Dan terang bayang digunakan untuk mengelabui pandangan mata. Terang baying dapat dimainkan dengan sesuka hati, namun harus tetap mengikuti atau mengenal anatomi tengkorak wajah. Ini diperlukan agar proporsi garis tulang wajah terlihat proporsional. Untuk membuat (memberikan) warna terang pada tat arias wajah, itu diperlukan untuk menghasilkan tonjolan (tampak kedepan). Sebaliknya, untuk membuat kesan kedalam (cekung) dipergunakan warn arias wajah yang gelap (bayangan). Penggunaan terang baying yang baik atau harmonis akan mendapatkan dimensi yang ritmis. Harus sering dilatih mengamati cahaya dan bayangan pada benda-benda yang tersinari cahaya matahari atau lampu untuk memudahkan dalam membuat tat arias yang baik sesuai keinginan. Dengan media pensil B pada kertas, diutamakan membuat garis-garis serta arsir secara gradasi. Ini akan mempermudah membuat nuansa dalam menciptakan cahaya dan bayangan pada wajah (model). Warna hitam atau gelap digunakan untuk bayangan (shadow) dan warna putih atau terang untuk cahayanya. Tata rias sangat berkaitan atau berhubungan dengan tata panggung, baik itu dalam hal keserasian warna dan bentuk kostum, artistic, cahaya warna lampu dan kebutuhan peran (karaktera) yang diperankan. Tafsir cerita adalah untuk memudahkan menentukan karakter wajah seorang tokoh cerita. Siapa, kapan, dimana? Tata rias dibagi tiga bagian, yakni 1. Korektif make up, 2. Fantasi make up, 3. Karakter make up. Dasar-dasar pokok tat arias panggung adalah 1. Harus dikenal anatomi wajah (tengkorak kepala), 2. Harus dikenal bagaimana menggunakan cahaya dan bayangan, 3. Harus diketahui penggunaan warna yang tepat, 4. Dapat membuat garis-garis penegasan (aksentuasi) pada wajah. Dengan penguasaan dasar-dasar tersebut akan memudahkan dalam menata rias secara benar dan baik. Sebagai patokan atau acuan penggunaan terang baying sangat penting membuat suatu karakter tokoh dan dengan mengenal anatomi wajah akan mudah memoles terang baying secara pasti. Karena setiap manusia mempunyai anatomi yang berbeda. Alat-alat tat arias untuk karakter diantaranya, noes putty, latex liquid, hair white, adhesive, spirit gum, crepe hair, blood, tooth enamel, bald cup, wig. (ziz) - (sumber : pelatihan teater tk dasar, balai latihan kesenian, asem baris, jaksel)


Tata Busana Bagian Dari Sebuah Pertunjukan Pada setiap pagelaran seni , pementasan teater, film dan sebagainya kata piĂąata busana sering terdengar. Namun kadang sering tak terpedulikan akan pentingnya piĂąata busana dalam mendukung sebuah pertunjukan agar terlihat sempurna. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan atau sosialisasi bahwa apresiasi seni meliputi banyak ragam dan aspeknya. Umumnya hanya diperkenalkan kesenian yang diantaranya seni tari, musik dan menggambar. Tentunya ini menjadi tanggung jawab bersama untuk memperkenalkan kepada generasi muda tentang banyak hal yang diketahui dan dipelajari dalam berkesenian, khususnya dalam hal ilmu menata busana panggung/teater. Tata busana adalah hasil sebuah kreasi seorang perancang dalam menata busana yang diinginkan si pemakainya. Baik untuk diri sendiri ataupun untuk orang lain sesuai kebutuhan. Desain tata busana dibuat untuk keperluan, a. peragaan busana/fashion, b. panggung, c. televise, d. film. Dan tentang tata busana untuk teater yang harus dipersiapkan adalah pertama-tama tentu harus bertemu dengan banyak pihak yang akan terlibat dalam rencana pertunjukan teater tersebut. Dari pertemuan tersebut, tentunya ada banyak hal atau rencana yang harus disepakati bersama dengan berbagai pihak seperti, produser, penulis naskah, sutradara, piĂąata artistic (perias wajah, piĂąata busana, koreografer, set dekor, set lampu) untuk menyatukan konsep sebuah pertunjukan teater tersebut. Hal ini sangat diperlukan karena menyamakan visi dalam kerja kolektif harus saling mendukung didalamnya. Tanpa itu, maka tidak akan tercipta sebuah karya yang harmoni dan bisa dinikmati penonton. Penata busana “wajibâ€? bisa memaknai cerita (karakter tokoh, sejarah asal muasal, hubungan social dan phisikologinya). Hal ini tentu akan sangat membantu dalam menentukan sebuah konsep gambar. Dari konsep tersebut, maka akan mudah mendapatkan inspirasi sebuah desain gambar yang akan diajukan kepada sang sutradara. Penata busana harus memperhatikan, a. orientasi cerita dalam naskah, b. komposisi warna, c. pilihan bentuk. Dalam tata busana dikenal, tata busana korektif, tata busana karakter dan tata busana fantasi. Asal muasal tata busana tidak terlepas dari tiga aspek yaitu, antropologi, sosiologi dan phisikologi. Hasil akhir sangatlah penting, tapi jauh lebih penting proses sejak perencanaan. Penata busana panggung hendaknya segala sesuatu yang akan dikerjakan perlu persiapan dari diskusi dengan semua yang akan terlibat, terutama kepada : sutradara, piĂąata artistic, perias wajah dan koreografer. Hal ini akan memudahkan didalam mencipta sebuah karya yang baik. (ziz) (sumber : pelatihan teater tk dasar, balai latihan kesenian asem baris, jaksel)


Tanah Betawi Betawi itu bukan persoalan geneologik. Betawi ialah persoalan letak. Dia hadir diatas bentang ruang yang memerankan diri dari sebuah benua perairan bernama nusantara. Betawi sebagai ruang, secara alamiah berada pada persilanagn dengan menyandang gelar sebagai titik. Ketika Bandar Malaka jatuh ke tangan Portugis pada tahun 1511, bangsa Melayu sepanjang selat bergemuruh, bersorak dalam kaidah yang menyentak “Bila Roboh Kota Malaka, Papan Di Jawa Kami Tegakkan”. Papan di Jawa yang dimaksud adalah Betawi atau Batavia. Persoalan asal-usul di mana pun dan kapan pun, secara historiografi, setiap masyarakat meletakkan kampong halaman dan keturunan sebagai pusar dunia. Selanjutnya akan terjebak kembali oleh kaidah yang cenderung konotatif. Betawi menjadi ruang yang bergemuruh. Titik orientasi dalam segala segi (politik, ekonomi, pasar, kesenian, pendidikan, hingga gaya hidup) yang kesemuanya tumpah pada sebuah bidang tanah bernama Betawi. Ada tiga “tanah nomor satu” di nusantara di mata kolonial ketika itu, Medan, Batavia dan Makasar. Ketiga tanah ini merupakan dataran subur. Orang Betawi pesisir melukis Batavia menjadi lentur. Karena struktur masyarakat Betawi bersifat terbuka. Dia menjadi tabiat dari manusia pesisir yang kemudian diperkaya lagi dengan “agama pesisir” (Islam). Sebuah masyarakat yang menjunjung kesetaraan, ialah gambaran semanagat madani. Sebagai terminal budaya dilahirkan anak kandung bangsa pesisir yang mulia dan berbahagia, yakni Fatahillah, Si Pitung, Entong Gendut, MH Thamrin, Mahbub Djunaidi, Benyamin S, Riwan Saidi sampai Mandra dan Alya Rohali (Indonesia Belajar Mengenai Betawi). Sebagian besar orang-orang yang turun dari kawasan “pedalaman” Indonesia, menjilat madu Betawi yang kemudian dijadikan mesiu untuk melakukan dialog dengan kebudayaan-kebudayaan dunia melalui gerbang besar yang bernama Jakarta (Betawi) sebagai ranah cultural. Genre seni film dan sinetron yang diekspor ke seluruh dunia, Betawi hadir bagai virus, media cetak tak bisa melepas diri. Dan semua orang merayakan keriangan benuansa Betawi secara tak sadar di dalam ruang dan gedung dengan warna pesisir yang cerah dan ceria. Bukan warna pedalaman yang redup. Dalam hal ini, Pemprov DKI Jakarta harus menguatkan kuasa imperative cultural ini melalui upaya kuratorial yang mengarah pada penggiringan Betawi sebagai inti jagat kota Jakarta Raya. Sumbu kebudayaan Jakarta itu adalah Betawi yang kemudian diekstensi dalam model masyarakat urban, setara. Cikal bakal itu telah dimiliki dalam masyarakat Betawi. Mengukuhkan kembali, segala tanda, fikir, social yang ada di dalam imperative tritorial Betawi, menjadi bagian khazanah Betawi, baik era pra Islam, era Islam, era Sultanat, maupun Indonesia modern. Sebab, kehadiran tonggak dan gelombang sejarah itu, bergemuruh dan mengambil tapak dan tanding menuju opada kemuliaan versi masing-masing diatas tapak tanah Betawi yang pesisir itu. Dari sini dapat ditilik bahwa kebudayaan sebagai sesuatu yang berlari diatas ruang dan suasana. Dan suasana itu bernama Betawi atau Jakarta. Dan pada ketika itulah program “rawat kreati” yang mungkin berlangsung sepenuhnya diberikan kepada para penulis, sarjana, budayawan atau seniman Betawi atau mereka yang berminat dari bangsa luar, diberikan beasiswa pewnulisan dan ikhtiar kuratorial lainnya. Ujung dari semua itu, budaya Betawi harus menyerbui dunia. Tidak lagi bersorak ke dalam. Dia menjadi makanan kampus-kampus besar universitas dunia atau pusat kebudayaan dunia. (ziz) (sumber : orasi budaya, kongres kebudayaan betawi, Jakarta)


Budaya Betawi Terus Berkembang Dari masa ke masa masyarakat Betawi terus berkembang dengan ciri-ciri budayanya yang semakin lama semakin mantap, sehingga mudah dibedakan dari kelompok etnis yang lain. Namun bila dikaji lebih mendalam tampak unsur-unsur kebudayaan yang menjadi sumber asalnya. Bagi masyarakat Betawi sendiri segala yang tumbuh dan berkembang ditengah kehidupan budayanya dirasakan sebagai miliknya sendiri seutuhnya, tanpa mempermasalahkan dari mana asal unsurunsur yang telah membentuk kebudayaannya itu. Demikian pulalah sikapnya terhadap keseniannya sebagai salah satu unsur kebudayaan yang paling kuat mengungkapkan ciri-ciri keBetawiannya, terutama pada seni pertunjukannya. Menurut garis besarnya wilayah budaya Betawi dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu Betawi Tengah atau Betawi Kota dan Betawi Pinggiran. Yang termasuk Betawi Tengah atau Betawi Kota dapatlah disebutkan kawasan wilayah yang pada zaman akhir pemerintah jajahan Belanda termasuk wilayah Gemeente Batavia, kecuali beberapa tampat seperti Tanjung Priuk dan sekitarnya, sedangkan daerah-daerah diluat kawasan tersebut, baik yang termasuk wilayah DKI Jakarta apalagi daerah-daerah di sekitarnya, merupakan wilayah Betawi Pinggiran yang pada masa-masa yang lalu oleh orang Betawi Tengah suka disebut Betawi Ora. Timbulnya dua wilayah budaya Betawi disebabkan berbagai hal antara lain karena perbedaan perkembangan historis, ekonomi, sosiologis, perbedaan kadar dari unsur-unsur etnis yang menjadi cikal bakal penduduk setempat, termasuk kadar budaya asal suku masingmasing yang mempengaruhi kehidupan budaya mereka selanjutnya seperti halnya pendidikan. Di wilayah Betawi Tengah sudah sejak awal abad ke sembilan belas terhadap prasarana pendidikan formal seperti sekolah-sekolah. Dalam gambaran sekarang ini seni budaya Betawi masih eksis keberadaannya dengan upaya salah satunya adalah meningkatkan pembinaan-pembinaan kepada group kesenian, sanggar seni dan bagi para pelaku seni yang ada di wilayah secara berkesinambungan. Berbagai usaha untuk mengembangkan seni budaya Betawi dengan mengadakan pelatihan-pelatihan bagi guru, sekolah, pelaku seni dan masyarakat serta juga mengadakan pementasan bagi group-group kesenian, sanggar seni guna peningkatan apresiasi bagi masyarakat sehingga bisa mengenal seni budaya Betawi. Itu semua dilakukan agar seni budaya Betawi tetap utuh keberadaannya. (ziz) (sumber : seminar nasional budaya lokal fib ui depok)


Teater Modern Indonesia Paling Disegani Teater Modern Indonesia paling disegani di dunia sekarang ini, sebagaimana kita ketahui bersama bahwa Teater Mandiri Pimpinan Putu Wijaya adalah salah satu Teater terbaik yang dimiliki oleh Indonesia. Bertolak dari itu semua, kalau soal kreatifitas dan bentuk teater Indonesia tidak ketinggalan dengan Negara-negara lain di dunia. Teater Modern di Indonesia sangat berbeda dengan Teater-Teater di Negara-negara maju seperti Broadway misalnya. Mereka bisa bermain Teater atau menyelenggarakan pertunjukan Teater selama bertahun-tahun setiap hari, sehingga mereka dapat menghidupi dirinya sendiri, akan tetapi kalau di Indonesia Teater paling lama seperti Teater Koma itu bisa bertahan hanya 2-3 minggu atau sebulan. Apa yang menjadi persoalan teater sampai sekarang adalah teater belum mendapat tempat di masyarakat Indonesia. Baik ini melalui pihak pemerintah maupun swasta. Karena teater, khususnya di Indonesia tidak bisa maju dan berkembang tanpa adanya dukungan dari segenap pihak. Kendati demikian ditekankan agar semua itu diharapkan dapat menggugah semua pihak, baik itu pemerintah dan swasta maupun masyarakat itu sendiri dapat mensponsori pertunjukan teater serta menjadikan gedung teater yang menyelenggarakan pertunjukan teater secara terus-menerus. Seperti halnya di Broadway Newyork, gedung teater itu dimiliki oleh perorangan dan dikelola dengan baik dan benar, karena tanpa cost produksi yang telah dikeluarkan tidak akan tertutupi. Begitu juga di Jepang, mereka punya grup teater Kabuki yang sepenuhnya dikelola oleh pemerintah, karena semua itu berkat kesadaran yang tinggi dari pemerintah Jepang tentang seni tradisi yang harus dipertahankan dan dilestarikan, sebab menjadi kebanggaan sebuah Negara. Mengenai perkembangan teater remaja sekarang ini dinilai bahwa itu telah tumbuh subur. Tidak hanya di Jakarta, tetapi di penjuru tanah air dengan bermunculannya teater-teater dari sekolah. Meskipun begitu, kendalanya selalu adalah kreatifitas dari sutradara atau pelatihnya. Dan inilah yang menjadi masalah di semua lini, baik di Jakarta dan daerah. Untuk meningkatkan kualitas sutradara dan pelatih, sebetulnya harus diadakannya pelatihan-pelatihan, supaya mereka bisa lebih kreatif menggali nilai-nilai akar budaya sendiri. Memang dulu pernah ada program pelatihan semacam ini, tetapi 10 tahun belakangan ini tidak ada lagi. Untuk itu sangat ditekankan bahwa sangat perlu diadakan kembali program pelatihan tersebut. Karena kalau kita mau jujur bahwa hasil dari Festival Teater Jakarta belakangan ini, boleh dibilang sangatlah rendah kualitasnya. (ziz) (sumber : festival teater Jakarta, taman ismail marzuki, jakarta)


Tari Tradisional Betawi “terancam-punah� Tari tradisional Betawi terdiri dari tujuh jenis yang sesungguhnya memiliki nilai-nilai yang dapat dijadikan salah satu sarana bertahannya tari tersebut, bahkan dari beberapa tari tersebut memiliki nilai etis, estetis dan religius yang tinggi seperti tari topeng, blenggo, pencak silat dan zapin. Adapun tari cokek, sambrah dan uncul bersifat hiburan atau tari pergaulan yang mengandung nilai etis dan estetis. Akan tetapi nilai-nilai tersebut pada masa kini tidak dikenali atau dipahami lagi oleh masyarakat Betawi itu sendiri. Ironisnya beberapa seniman tari Betawi pun tidak mengetahui akan makna atau nilai yang terkandung dalam tarian yang telah mendarah daging pada dirinya. Permasalahan tersebut merupakan salah satu dampak bahwa tari tradisional Betawi terancam punah, bahkan beberapa dapat dianggap sudah punah atau hanya tinggal nama, yaitu tari uncul, sambrah dan blenggo. Tari cokek terancam punah, adapun tari Betawi yang masih aktif adalah tari topeng, pencak silat dan zapin. Oleh karena itu perlu diangkat kembali nilai-nilai yang terdapat dalam setiap tarian sebagai salah satu upaya untuk meregenerasikannya, agar masyarakat dapat memahami dan melestarikan serta memanfaatkan betapa pentingnya tari tradisional Betawi terutama bagi masyarakat Betawi itu sendiri dan perkembangan berbangsa serta bernegara. (ziz) (sumber : seminar nasional budaya lokal fib ui depok) Perlu Konsisten Dalam Gerakan Budaya Sangat mungkin apa keprihatinan terhadap nasib seni budaya Betawi, sedikit demi sedikit akan mulai pupus. Karena sekecil apapun Pemprov DKI Jakarta melalui Dinas Kebudayaan DKI Jakarta terus menggalakkan pembinaan, pelestarian dan pengembangan seni budaya Betawi. Hal tersebut coba terus diangkat karena seni budaya Betawi mempunyai cirri khas tersendiri dan sudah menjadi tanggung jawab bersama untuk terus diwujudkan. Karena apa? Karena seni budaya Betawi adalah termasuk salah satu asset seni budaya nasional yang wajib dilestarikan dan dikembangkan, tentunya lebih dikemas dengan baik dan menarik. Karena terlihat sekarang semakin begitu derasnya arus gelombang seni budaya global yang masuk membius dan merasuki ke sumsum masyarakat Jakarta, terutama kepada generasi muda Jakarta. Oleh karena itu, harus adanya konsentrasi yang konsisten dan serius terhadap hal ini, sehingga dapat menjadikan seni budaya Betawi sejajar dengan seni budaya global serta tidak tergerus oleh zaman yang semakin bersifat “instan�. (ziz) (sumber : disparbud dki Jakarta)


Setu Babakan Warisan Seni Budaya Masyarakat Betawi Setu Babakan dinilai merupakan “ikon” seni budaya masyarakat Betawi yang sekarang kondisinya belum tertata dengan baik. Bahkan, pembangunannya terkesan jalan di tempat. Hal tersebut dikarenakan kurangnya Pemprov DKI Jakarta untuk berani mengeluarkan kebijakan yang peduli “penuh” terhadap hal itu. Padahal wilayah Setu Babakan merupakan warisan seni budaya masyarakat Betawi, maka sudah sepantas dan sewajarnyalah menjadi salah satu fokus utama pembangunan yang teragendakan oleh Pemprov DKI Jakarta. Jadikanlah Setu Babakan sebagai bukti konkrit kebijakan Pemprov DKI Jakarta yang “berpihak”, maka pemerintah (dalam hal ini Gubernur Prov DKI Jakarta) untuk bertanggung jawab dalam melestarikan dan mengembangkan seni budaya masyarakat Betawi, melalui kebijakan-kebijakan yang “berpihak” dan hasilnya betul-betul langsung dapat dirasakan masyarakat. Setu Babakan merupakan asset seni budaya masyarakat Betawi yang patut dibanggakan, bukan sekedar sebagai tempat mancing, plesiran dan hamparan air. Sangatlah wajar, bila Setu Babakan menjadi skala prioritas kebijakan pembangunan Gubernur Prov DKI Jakarta untuk menjadikan Setu Babakan sebagai wilayah seni budaya masyarakat Betawi dan betul-betul Setu Babakan sebagai pusat seni budaya masyarakat Jakarta yang tetap lestari dan terus berkembang. (ziz) (sumber : pbb setu babakan, jaksel) Transformasi Bentuk Seni Tradisi Lisan Beberapa bentuk tradisi lisan umumnya berupa tuturan yang menceritakan tokoh yang dianggap mempunyai keistimewaan dan dapat menginspirasi para penikmatnya. Sesuai dengan fungsinya seni adalah suatu ungkapan ekspresi manusia, selain menghibur juga memberikan manfaat dalam bentuk penyadaran bagi yang menyaksikannya. Bentuk penyadaran itulah yang kemudian diharapkan dapat menjadi nilai-nilai yang dapat diwujudkan dalam perilaku sehari-hari, baik bagi masyarakat Betawi maupun yang lain. Sebagai sebuah pertunjukan, seni tuturan ini mengalami transformasi bahkan pasang surut dikalangan masyarakat pendukungnya, bahkan ada yang saat ini sudah tidak dijumpai lagi, yaitu buleng. Keterampilan untuk menuturkan bukanlah hal yang mudah. Pewarisan yang dilakukan sering tidak berjalan lancar karena berbagai faktor, antara tingkat kesulitan dalam cara menuturkan sehingga minat untuk menjadi pelaku seni tersebut berkurang. Oleh karena itu, kreativitas dan usaha yang tak kenal lelah untuk kembali menggiatkan kesenian jenis ini agar dapat terus bertahan dan dapat diterima di khalayak yang lebih luas. (ziz) (Sumber : Seminar Nasional Budaya Lokal FIB UI Depok)


Seni Budaya Betawi Alat “perekat bangsa” Inilah suatu pekerjaan yang sangat luar biasa. Bagaimana terus diusahakan untuk melestarikan dan mengembangkan seni budaya Betawi yang sudah “terlanjur” menjadi salah satu alat perekat bangsa.Sebenarnya masyarakat dan seni budaya Betawi tidak diperhatikan, baik oleh pemerintah daerah maupun pemerintah pusat. Dan yang sangat mengenaskan lagi bahwa mereka semakin lama semakain tergusur. Seni budaya Betawi sangat dekat berada di depan mata dan banyak seni budaya Betawi yang sudah hampir punah, di tambah lagi dengan para pelaku seni budaya Betawi banyak yang telah sepuh. (ziz) (sumber : fib ui depok) Bangkit Dari Keterpurukan Semua harus bangkit dari keterpurukan dan kesengsaraan, bangkit dari cita-cita revolusi dan bangkit dari cita-cita kemerdekaan yang selama ini terjemahannya didalam bertata Negara itu masih ada saja yang menyimpang serta tidak sesuai dengan tujuan semula, hamper keseluruhan dalam segala sendi kehidupan. Satu-satunya solusi dari itu semua dengan jalan pemberantasan korupsi. Karena korupsi itu yang membuat keterpurukan selama ini. Dalam memberantas akar permasalahan itu, maka pelaksanaannya harus benar-benar dijalankan, tidak hanya sebatas permainan saja. Kalau itu dilaksanakan dengan benar, maka Indonesia akan bangkit. Selain itu, para pemimpinnya juga sudah waktunya memberikan contoh tauladan yang baik tentang perilaku bernegara, perilaku berpolitik, karena sekarang sudah “cakar-cakaran” terus. Maka kalau sudah begitu mau bangkit seperti apa? Apakah bangkit itu harus diiringi dengan pertengkaran-pertengkaran? Sebetulnya pemerintah itu dalam bertindak harus mempunyai sikap asah, asih, asih. Asah artinya diasah otaknya, dicerdaskan rakyatnya dengan sekolah gratis dan kalau rakyatnya cerdas serta pintar bisa mampu bersaing dengan Negara lain. Asih artinya mempunyai cinta dan kasih saying, mereka mengarahkan rakyat tidak dengan kebencian. Dan asuh artinya memberikan contoh yang baik, tauladan yang baik, supaya generasi penerus itu bisa meniru mana yang baik dan mana yang benar. Disamping itu, secara khusus diingatkan kepada para seniman bahwa harus terus berkarya sesuai dengan bidang seni masingmasing, dimana dalam karya tersebut bisa mencapai hasil yang manfaat dan ditiru oleh masyrakat. Bermanfaat dalam arti, memang benar-benar bisa membuat bangkit dan ada spirit kepemudaan di dalam karya-karyanya itu. Akan tetapi, memang kalau keadaan seperti biasanya seniman akan lebih peka terhadap nilai-nilai social, lebih peka terhadap nilai-nilai ketidakmapanan. (ziz) (sumber : kelompok penyanyi jalanan, Jakarta)


Sekelumit Suguhan Topeng Blantek Alunan dzikir dan tetabuhan rebana menggema serta tiga buah sundung sebagai pembatas dan obor pengontrol alur, pertanda topeng blantek siap disuguhkan kepada para penikmat pada suatu acara dipinggir setubabakan. Tanpa basa-basi muncul si jantuk pembuka lakon dengan vocal yang lantang dan jelas diiringi tetabuhan rebana, sangat enerjik menceritakan kisah yang akan dimainkan dengan lakon berjudul “Juragan Baud”. Kesan yang tertangkap di dalam pertunjukan tersebut adalah kekuatan “panjak” yang sarat pengalaman dalam melakonkan peran teater tradisional Betawi “topeng blantek”. Dimana kekuatan improvisasi terasa sangat kental dan menjadi modal dasar yang dimiliki setiap “panjak” dalam penokohan sebuah cerita lakon topeng blantek. Melangkah dari sebuah cerita lakon sederhana yang dikemas secara apik dan menarik. Konflik dibangun pada alur dan plot cerita lakon benar-benar menggugah selera para penikmat untuk turut serta dalam pertunjukan yang sedang berlangsung. Demikianlah cirri khas pertunjukan teater tradisional Betawi topeng blantek, sehingga pesan dan kesan berjalan menembus ruang dan waktu, sehingga begitu menyatu dan akrab antara panjak dan penikmat. (ziz) (sumber : pertunjukan topeng blantek fajar ibnu sena, pimpinan nasir mupid, setubabakan) Nasib Topeng Blantek Tidak ada tanda-tanda lelah pada diri para seniman topeng blantek dalam memperjuangkan eksistensi seni budaya topeng blantek. Seseorang yang sangat berjasa dalam memperjuangkan topeng blantek di Jakarta adalah alm Ras Barkah. Berawal pada kisaran tahun 1980-an sedang giat-giatnya para seniman berkesenian di Pusat Pengembangan Kesenian di daerah Kuningan Jakarta Selatan. Sejak itulah para seniman, mulai menggemari dan terus menekuni seni budaya topeng blantek yang merupakan salah satu jenis teater tradisional betawi. Namun, di awal tahun 2000-an seni budaya topeng blantek mulai mengalami masa-masa sekarat. Oleh karena itu diharapkan perhatian dan dukungan pihak pemerintah, swasta, dunia usaha dan masyarakat untuk samasama bertanggung jawab dalam pelestarian dan pengembangan seni budaya topeng blantek. Sebab, bila keadaan ini dibiarkan terus, tidak mustahil dalam beberapa tahun ke depan seni budaya topeng blantek akan tinggal kenangan. Kekurangan dalam pelestarian dan pengembangan seni budaya topeng blantek dikarenakan sarana dan prasarana yang ada kurang memadai. Bahkan, walau kini telah banyak gedung dan tempat pertunjukan kesenian dibangun bertebaran di Jakarta, topeng blantek jarang muncul untuk diberikan kesempatan mempertunjukan kreasinya. Dengan demikian, saat ini kondisi kehidupan seniman topeng blantek sangat memprihatinkan dan mengenaskan serta membingungkan. Mereka tidak punya pekerjaan lain selain mengurusi grup dan sanggar, karena itu dari mana mereka dapat membiayai keluarganya. Memang sangat ironis, bila di daerah kelahirannya sendiri seni budaya topeng blantek harus rela mengalah dengan semakin maraknya seni budaya pop yang tumbuh dan berkembang di masyarakat Jakarta. (ziz) (sumber : nasir mupid, fajar ibnu sena, jaksel)


Jakarta Warna Warni Setiap HUT Kota Jakarta para pelukis Jakarta selalu menggelar pameran bersama yang diprakarsai oleh BP PKJ Taman Ismail Marzuki. Asumsi dan harapan tersikapi dengan banyaknya warna karakter para seniman. Dalam pameran tersebut, para seniman menyertakan karya dengan bahan atau medium peciptaan yang beragam. Dengan sekilas terlihat lukisan-lukisan yang ada menunjukkan bahwa para seniman telah mencoba untuk melakukan sesuatu hal bagi kota Jakarta. Apalagi, bila ditilik dengan banyak bermunculannya gallery-gallery di Jakarta, tentunya akan menjadi semakin positif dan bagus dengan terbangunnya suasana kompetisi. Dan dengan kompetisi yang ada, maka kemudian karya itu akan menjadi lebih baik. Tinggal kemudian, Taman Ismail Marzuki sudah seharusnya dapat menjadi tempat yang terbaik dan ideal dalam menampung segala bentuk apresiasi seni. Semua itu akan menjadi keseimbangan bentuk yang sangat membanggakan. Keseimbangan antara pasar dengan seniman akan memperkaya dan tidak hanya pasar namun juga dapat memperkaya seniman itu sendiri. Diharapkan tahun-tahun ke depan Taman Ismail Marzuki akan terus dan betul-betul menjadi pusat kesenian Jakarta. (ziz) (sumber : pameran lukisan “warna-warni Jakarta�, pkj tim Jakarta) Kebangkitan Dan Kematian Seni Rupa Indonesia Perjalanan karier alm Affandi itu sebagian besar dari karyanya focus pada bangsa dan tanah air Indonesia. Meskipun ada beberapa lukisannya yang mengambil obyek internasional terutama tempat-tempat yang beliau kunjungi dan singgahi, akan tetapi selebihnya obyeknya itu lebih banyak yang berkaitan dengan bangsa dan tanah air Indonesia. Cara alm Affandi mengekspresikan emosinya itu adalah cara yang pasti tidak ada di dunia lain. Itu adalah cara yang sangat khusus. Alm Affandi meninggal pada tanggal 23 Mei 1990, tiga hari setelah kita merayakan tanggal 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Kebangkitan dan kematian seperti mengingatkan kita kembali akan banyak hal disekitar kita yang harus dijaga dan bukan dibiarkan mati. Mengenang dan menghidupkan karya-karya alm Affandi seperti menghadirkan kembali waktu yang sudah tercerai-berai pada banyak kalangan maupun lembaga. (ziz) (sumber : alm affandi “maestro lukis Indonesia�, o house gallery, jakarta)


Abdul Hadi WM Aspek seni budaya adalah salah satu yang memegang peranan penting dalam seluruh sendi kehidupan. Seni budaya dimaksudkan untuk mengangkat harkat dan martabat manusia sebagai makhluk spiritual. Simbol dari tingginya martabat manusia terletak pada kebajikan, kecerdasan dan kreatifitasnya. Sesudah alm Sutan Takdir Alisyahbana, barangkali selama ini Indonesia belum punya tokoh yang bisa dianggap sejajar dengannya. Itu sebabnya ada yang berpendapat bahwa jika menilik dari hasil karya dan pemikiran, tampaknya Abdul Hadi WM penyair Madura yang mungkin bisa dianggap sebagai “maestro” baru sesudah alm Sutan Takdir Alisyahbana. Diantara beberapa alasannya adalah Abdul Hadi WM sudah lebih dari 35 tahun menggeluti kesusastraan, sufisme dan khazanah intelektual nusantara. Abdul Hadi WM telah mencetak lebih dari 20 karya (buku) yang sebagian besar menjadi rujukan di bidang seni budaya dan telah banyak menelorkan ratusan puisi yang dipujikan banyak kalangan. (ziz) (sumber : abdul hadi wm “maestro sastra Indonesia”, universitas paramadina, Jakarta) RA Kartini “guratan surat” Selama ini bila RA Kartini dibicarakan, selalu dilihatnya sebagai sosok yang utuh dan transparan. Atau ia sebagai feminis dan sebagai pendekar emansipasi perempuan atau sebagai pembela rakyat atau sebagai pejuang antikolonial. Tapi sebelum membicarakan seseorang (dalam hal ini RA Kartini) dalam hubungannya dengan yang lain (baik dalam arti Eropa maupun seseorang lain yang secara langsung atau tidak mewakili Eropa). Hal tersebut sangatlah penting dalam membicarakan RA Kartini, karena dalam surat-suratnya bukan saja berisi pembicaraan mengenai aku dan engkau, tapi juga kepada seorang engkau yang senantiasa harus ditafsirkan dan dinegosiasi. RA Kartini adalah contoh bagaimana aku selalu merupakan subyek dalam proses. Sementara bila ditilik dengan seksama, tampaklah jelas bahwa dalam surat-surat RA Kartini kepada Stella Zeehandelar, seorang feminis dan sosialis Belanda berdarah Yahudi, jurnalis majalah mingguan Belanda untuk perempuan-perempuan muda progresif. De Hollandsche Lelie yang mempunyai hubungan kuat dengan gerakan sosialis ternama di Belanda, isi suratnya : “Panggil Saja Aku Kartini – Itu Namaku.” Disini RA Kartini menandaskan ke – aku – annya, sesuatu pada saat yang sama mengukuhkan identitas / perbedaannya, tapi melalui tatapan dan bahasa yang lain,”Yang Bukan Aku.” Hal tersebut bisa jadi semacam sarkasme, bisa murni sebuah kesatuan terhadap seorang asing yang baru saja RA Kartini kenal (apalagi dalam surat pertama), bisa juga semacam pengakuan atas inferioritas. Hanya, mengingat mutu pikiran dan sikap independen RA Kartini, rasanya lebih masuk akal apabila merupakan separuh sarkasme dibubuhi kehendak menyesuaikan diri agar lebih mudah dipahami orang di Belanda. (ziz) (sumber : pembacaan surat ra kartini, studio komunitas utan kayu, jakarta)


Teater Jakarta “dibina” Berikut ini adalah nama Grup – Grup Teater Jakarta yang dibina oleh Dinas Kebudayaan DKI Jakarta sejak tahun 1973 – 1993. TAHUN 1973, Sanggar Teater Jakarta (pemenang 1), Teater Ibukota (pemenang 2), Teater GR Jaktim (pemenang 3), Lisendra Buana, Teater Remaja Jakarta, Teater Bulungan, Elektrical Teater, Arvisco Teater, Teater Baracuda, Bengkel Aktor Jakut, Teater GR Jakut, Teater Ratuhala, Teater Sebul, Teater Karang. TAHUN 1974, Pusat Teater Jakarta (pemenang 1), Teater Karata (pemenang 2), Sanggar Teater Jakarta (pemenang 3), Teater Ibukota, Teater Remaja Jakarta, Lisendra Buana, Teater Kail, Road Teater, Teater IGMKP, Teater Polonia. TAHUN 1975, Teater Remaja Jakarta (pemenang 1), Teater Kail (pemenang 2), Road Teater (pemenang 3), Teater Ibukota, Lisendra Buana, Teater GR Jaktim, IAPI Teater, Teater Aktus, Gerthi Teater, Teater Gombong, Sanggar Teater Katakini, Remaja Merdeka Grup, Sanggar Prakarya. TAHUN 1976, Teater Kail (pemenang 1), Teater Rama (pemenang 2), Teater GR Jaktim (pemenang 3), Teater Panuluh (pemenang 3), Road Teater (pemenang 3), Sanggar Prakarya, Art Study Club, Teater Gombong. TAHUN 1977-1978, Teater GR Jaktim (pemenang 1), Teater 0 (pemenang 2), Art Study Club, Sanggar Prakarya, Teater Luka, Teater Sembilan, Teater Citra. TAHUN 1978-1979, Teater Rama (pemenang 1), Teater Luka (pemenang 2), Art Study Club (pemenang 2), Stage Men Teater (pemenang 3), Teater Anggrek, Teater Jaktim, Teater Bersama, Teater Aquila. TAHUN 1979-1980, Teater Jaktim (pemenang 1), Teater Simpang Tiga (pemenang 2), Art Study Club (pemenang 3), Teater Luka, Teater Rama, Teater Sae, Teater Kata 74. TAHUN 1980-1981, Teater Sae (pemenang 1), Art Study Club (pemenang 2), Teater Luka (pemenang 3), Teater Senam (pemenang 3), Teater Bersama, Teater Rama. TAHUN 1981-1982, Teater SS (pemenang 1), Teater Sae (pemenang 2), Teater Bersama (pemenang 2), Teater Luka, Teater Senam, Teater Phatah Art, Bengkel Belia Art. TAHUN 1982-1983, Teater Sae (pemenang 1), Teater Remaja Adinda (pemenang 2), Teater Bersama (pemenang 3), Teater Senam, Teater Luka, Teater Pelangi, Teater Gom Aquila, Bandar Teater Jakarta, Teater Kwadrat, Teater SS. TAHUN 1983-1984, Teater Luka (pemenang 3), Teater Adinda, Teater Teladan, Teater Taruna, Teater Marah. TAHUN 1984-1985, Teater Gelut (pemenang 3), Teater Enhakam (pemenang 3), Teater Tetas, Teater Adinda, Teater Papimoer. TAHUN 1985-1986, Teater Kubur (pemenang 2), Teater Pelangi (pemenang 2), Teater Gelut (pemenang 3), Bandar Teater Jakarta, Bengkel Belia ARH. TAHUN 19861987, Teater Gelut (pemenang 1), Teater Kubur (pemenang 2), Teater CB, Teater Pilar, Bandar Teater Jakarta, Teater Aquila. TAHUN 1987-1988, Teater Kubur (pemenang 3), Teater Aquila (pemenang 3), Teater Sendiri (pemenang 3), Kelompok Senia Teater, Keluarga Besar Teater, Teater Kwadrat. TAHUN 1988-1989, Bandar Teater Jakarta (pemenang 2), Teater Polos (pemenang 3), Teater Aquila (pemenang 3), Teater Trotoar, Teater IGMKP. TAHUN 1989-1990, Teater Aristokrat (pemenang 1), Teater Polos (pemenang 2), Bandar Teater Jakarta (pemenang 3), Teater Aquila, Teater Audio, Keluarga besar Teater. TAHUN 1990-1991, Bandar Teater Jakarta (pemenang 1), Teater Kanvas (pemenang 3), Teater Teladan (pemenang 3), Teater Tanah Air, Teater Aristokrat, Teater Aquila. TAHUN 1991-1992, Sanggar Bunga Bangsa (pemenang 1), Teater Kanvas (pemenang 2), Teater Aristokrat (pemenang 3), Teater Teladan, Teater Tanah Air. TAHUN 1992-1993, Teater Aquila (pemenang 1), Teater Kanvas (pemenang 2), Teater Tanah Air (pemenang 3), Teater Aristokrat, Teater 70, Teater Puspa Karang, Teater Keung. (ziz) (sumber : arsip rik a sakri, sutradara teater aquila jaksel)


Musik Topeng Blantek Musik Topeng Blantek meliputi beberapa aspek (tangga nada, instrument-instrumen, lagu-lagu). Tangga nada yang dipergunakan untuk mengiringi kebanyakan tangga nada diantonis, antara lain lagu sirih kuning, surilang dan ada lagu yang bertangga nada pelog atau slendro antara lain lagu kang haji, lagu kangsreng dan adapula yang bertangga nada debusi misalnya jali-jali dan kicir-kicir. Instrumen yang dipergunakan untuk mengiringi antara lain 3 Buah Rebana (Biang, Ketok, Kotek) adapula yang mempergunakan Rebab, Kendang, Kenong, Kecrek, Bende dan Gong. (ziz) (sumber : proyek pelestarian dan pengembangan kesenian tradisional betawi tahun 1993) Dramaturgi Dramaturgi adalah ilmu keseluruhan mengenai teater. Ada empat M dalam Dramaturgi : Menghayalkan (dalam dan luar) “Khayalan adalah dari yang tidak ada menjadi ada (kreatif – seleksi)�, Menuliskan (bahan), Mementaskan (Manajemen panggung, artistik, produksi, penonton), Menonton (Pekerja seni, tempat, penonton). Ketika kita melihat sesuatu dan sesuatu itu dapat kita jadikan sumber inspirasi sebuah karya yang bertanggung jawab. Disamping itu, kalau kita cinta dan mencintai yang kita cinta, kita tidak akan meninggalkan yang kita cintai itu. Dalam berteater ada tiga pembenaran, yaitu : Pembenaran linier (bersumber dari barang yang ada), Pembenaran plot (bersumber dari tindakan), Pembenaran karakter (bersumber dari sikap). Persiapan seorang aktor teater bersumber dari luar dirinya (raga) dan dalam dirinya (sukma), raga harus mampu mempersiapkan apa yang dimaui oleh sukma. Seorang aktor teater harus banyak membaca, melihat, mendengar dan bicara serta dapat mengekspresikan apa yang dirasa (fokus – mempunyai daya ingat yang tinggi). Alasan teater tetap diajarkan dan sebagai ilmu pengetahuan karena teater adalah sebagai : Seni bebas (Membantu pemahaman terhadap semesta dan dunia dimana kita tinggal sekarang – Pada masanya teater mencerminkan dan berpengaruh terhadap masyarakat), Gerakan sosial (Teater dapat dianggap sebagai profesi tertua sebelum politik), Gerakan pribadi (Didalam teater ada komitmen, kerjasama, kepekaan, kepuasan pribadi, pengembangan karakter, kreatif / kritis, pengembangan diri, belajar dari pengalaman, tanggung jawab. (Dalam bentuk teori dan tindakan), Bentuk seni (Seni rupa, seni musik, seni gerak, seni film, seni filsafat, seni sastra). (ziz) (Sumber : pelatihan teater tk madya th 2012 blk asem baris jaksel)


Topeng Blantek Fajar Ibnu Sena Topeng Blantek Fajar Ibnu Sena Pesanggrahan Nasir Mupid Jl. Ciledug Raya RT. 002 RW. 03 Ulujami, Pesanggrahan, Jaksel Telp. 02141795339. Topeng Blantek adalah teater tradisional Betawi, sundung tempat rumput dijadikan pagar pemisah penonton dan pemain. Dalam permainannya, diiringi dengan tabuhan blentang blantek. Berawal dari itulah lahir istilah Blantek. Perkembangan Blantek tidak menggembirakan, sejak tahun 1950-an aktivitas blantek vakum. Tahun 1976 Pemda DKI Jakarta mulai menggali kembali blantek. Tahun 1979 diadakan lokakarya dan festival blantek. Kegiatan festival blantek dilaksanakan kembali tahun 1994 dan 1997. Festival dimaksudkan untuk regenerasi, dorongan moril, motivasi berkreasi, dan perluasan persebaran blantek. Seperti “Blantek Pesanggrahan� yang beralamat di Jl. Ciledug Raya RT. 002 RW. 03 Ulujami, Pesanggrahan, Jaksel, berdiri tahun 1980-an dan sempat vakum, kemudian mulai bangkit kembai pada tahun 2003. Walaupun penuh dengan keprihatinan terus membina, mengembangkan dan melestarikan Blantek kepada generasi muda diwilayahnya. Dengan terus menyelenggarakan pelatihan Blantek setiap minggu secara rutin. Dalam perkembangannya, kini Blantek Pesanggrahan pada pementasannya tetap menggunakan sundung sebagai pembatas pengiring dengan pemain, obor sebagai simbol keluar dan masuknya pemain dan musik pengiringnya menggunakan musik rebana. Didalam pementasan Blantek berisikan pesan pendidikan, dakwah, promosi, penerangan dan hiburan. Dengan demikian, seluruh masyarakat bertanggung jawab dalam pelestarian Blantek demi menuju masyarakat yang menjunjung budaya tradisional menjadi bagian dari budaya nasional. Dengan cara memperbanyak pembinaan, pengembangan dan pelestarian budaya tradisional dan membawanya kepentas internasional. (ziz)


Pengertian Topeng Blantek Menurut sdr. Warta Seli Pimpinan Topeng Blantek Do’a Sumiati Desa Mekar, Kedung Gede RT. 001 RW. 02, Tambun, Bekasi Timur bahwa kata Blantek berasal dari Blan yang berarti buta, tek berarti naskah, Blantek artinya tanpa naskah. Ini berdasarkan kebiasaan para penggarap cerita Blantek yang tanpa naskah. Selain itu sdr. Beni pelaku Blantek mengungkapkan bahwa kata Blantek merupakan meniran bunyi-bunyian dari kaleng. Adapula yang berpendapat bahwa kata Blantek berasal dari Blang yang merupakan peniruan 2 buah rebana ditabuh yang bersamaan waktu namun tidak sama frekuensinya. Kata Blang berubah menjadi Bland an tek adalah peniruan bunyi kotek (instrument). Pak Arwanto Pimpinan Topeng Blantek Patra 27 Pademangan Timur IV Gang 27 RT. 006 RW. 01 No. 4 Jakarta Timur bahwa Blantek berasal dari Blantakan yang berarti tidak teratur. Pendapat ini bertitik tolak pada dialog para pemain yang tidak karuan. Ini disebabkan oleh pementasan yang tidak memakai naskah. Kata Blantakan sepadan artinya dengan Blatak-Bletik yaitu Ceplas-Ceplos tidak beraturan dalam berbicara. Jika kita melihat pementasan Topeng Blantek selalu mempergunakan cerita-cerita rakyat misalnya (Bodoh Pinter, Ketiban Duren, Si Jampang Jagoan Betawi, Salah Colek, serta diiringi oleh musik rakyat Betawi). Sehubungan dengan informasi dan data diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Topeng Blantek adalah Sandiwara Rakyat Tradisional yang menampilkan cerita-cerita dan music tradisional Betawi. Berbeda dengan saat sekarang, ketika Jakarta masih sepi dikala hiburan lain belum ada, radio masih merupakan barang langka, sangat banyak jenis kesenian Betawi yang tumbuh serta berkembang, diantaranya (Cador, Gambang Kromong, Gambang Rancag, Jipeng, Jinong, Keroncong, Keroncong Tugu, Lenong, Topeng Betawi, Topeng Blantek, Pencak Silat, Gamelan Ajeng, Tari-Tarian, serta Wayang Kulit, Wayang Orang, Wayang Golek). Namun setelah banyaknya seni pertunjukan asing masuk, maka seni-seni diatas makin menghilang. Dan mulai tahun 70-an, diantara seni-seni diatas ditayangkan pada TVRI, mulailah dikenal kembali oleh masyarakat Betawi, serta menjadi akrab kembali. Lebih-lebih Topeng Betawi dan Topeng Blantek yang disajikan diruang terbuka di halaman dengan arena terbentuk oleh kerumunan para penontonnya hingga merupakan lingkaran atau tapal kuda jika penonton menghadap ke layar tunggal. Dengan bentuk yang demikian, maka posisi pemain dan penonton tanpa batas selama pertunjukan berlangsung. Terkadang terjadi dialog antara para pemain dengan para penonton secara spontan dalam beberapa saat. Pada dasarnya Topeng Blantek dengan Topeng Betawi adalah sama. Perbedaannya terletak pada iringan musiknya. Topeng Betawi diiringi oleh musik Gamelan Topeng berbau gaya Sunda yang ditambah oleh iringan gesekan Rebab, sedangkan Topeng Blantek diiringi oleh Rebana Biang yang terdiri dari 3 buah Rebana (Biang, Ketok, Kotek). Topeng Blantek berkembang dan disebar luaskan oleh para pedagang keliling jaman dulu, sambil menunggu pagi dan dagangannya laku mereka suka bercerita diantara sundung dagangannya. Sejak jaman dulu, para penggarap Topeng Blantek kebanyakan bertani dan berdagang pada siang harinya, itupun jika diantara mereka tidak manggung pada malam harinya. Pada dasarnya para seniman-seniwati memiliki kedudukan yang lebih rendah dari masyarakat umumnya. Akan tetapi masih untuk pada masa lalu kesenian tersebut masih banyak dibutuhkan orang. Jadi kehidupan mereka masih dapat didambakan oleh para keluarganya. Dilihat dari segi pendidikan, mereka banyak tidak meneruskan ke sekolah lanjutan. Kebanyakan hanyalah lulusan SD atau SR saja. Kadang-kadang SD pun tidak tamat (putus sekolah). Melihat kondisi yang demikian, dengan sendirinya wawasan untuk mengembangkan seni diatas sangat terbatas. Akhirnya akan diabaikan orang jika tidak diadakan pengadaptasian dengan selera masa kini. Walaupun sangat mengkhawatirkan, penggarap Topeng Blantek kini tampak ada upaya pewarisan. Ini dapat dibuktikan dengan adanya para penggarap diantaranya yang berusia 25 tahun ke bawah. Ini berarti mereka lah yang akan melanjutkan garapan seni Topeng Blantek di masa yang akan dating dan kemungkinan besar mereka lah yang akan mewariskan keterampilannya kepada para generasi yang akan datang. Selain itu banyak diantara penggarap seni Topeng Blantek yang mempunyai pekerjaan yang tetap antara lain menjadi sopir dan pegawai negeri, disamping latar belakang pendidikannya ada yang lulus SMP dan SMA. Inilah yang merupakan harapan di masa yang akan datang. Musik Topeng Blantek meliputi beberapa aspek diantaranya (tangga nada, instrument-instrumen, lagu-lagu). Tangga nada yang dipergunakan untuk mengiringi Topeng Blantek kebanyakan tangga nada diantonis, antara lain lagu sirih kuning, surilang dan ada lagu yang bertangga nada pelog atau slendro antara lain lagu kang haji, lagu kangsreng dan adapula yang bertangga nada debusi misalnya jali-jali dan kicir-kicir. Instrumen-instrumen yang dipergunakan untuk mengiringi Topeng Blantek antara lain 3 Buah Rebana (Biang, Ketok, Kotek) dan adapula yang mempergunakan Rebab, Kendang, Kenong, Kecrek, Bende dan Gong. (ziz) (sumber : copyan proyek pelestarian dan pengembangan kesenian tradisional betawi, dinas kebudayaan dki Jakarta tahun 1993, atik sopandi, m suaman, abdurachman, dan hisman, sm ardan)


Kebudayaan “tak statis� Kebudayaan adalah sesuatu yang tidak statis, tapi dinamis. Dia selalu berubah dan bergeser sesuai dengan kondisi dan perkembangan jaman. Begitu pula dengan produk-produk budaya itu, baik yang berupa benda, maupun yang tak benda. Beberapa diantaranya terus bertahan tidak berubah, ada yang turut berubah, bahkan tak sedikit pula yang hilang. Selain itu, perkembangan teknologi dan informasi saat ini pun telah berpengaruh besar terhadap hasil-hasil kebudayaan tersebut. Dengan adanya radio, televisi, internet pengetahuan masyarakat mengenai kebudayaan diberbagai daerah semakin luas. Akan tetapi, tidak hanya pengetahuan yang semakin luas. Pada kenyataannya masyarakat senang sekali meniru atau mencontoh hasil kebudayaan dari kelompok masyarakat lainnya untuk mereka pakai dan gunakan dalam kelompok mereka sendiri. Hal itu tentunya sangat baik, jika yang ditiru dan dicontoh adalah hal-hal yang positif. Namun, seringkali yang ditiru adalah hal-hal yang bertentangan dengan norma dan aturan yang selama ini telah berlaku dalam kelompok mereka. Bahkan sering pula berakibat terkikisnya bahkan hilangnya nilai-nilai positif atau kearifan lokal yang selama ini mereka miliki. Mengingat begitu banyaknya kearifan lokal yang terkandung dalam setiap produk budaya suatu kelompok masyarakat, maka dapat dibayangkan berapa banyak pula yang hilang, jika produk-produk budaya itu mulai diabaikan, bahkan ditinggalkan oleh masyarakat pendukungnya. Artinya, kekuatan budaya lokal pun mulai rapuh. Oleh karena itu, kiranya perlu sekali dilakukan revitalisasi terhadap produk-produk budaya lokal itu untuk penguatan budaya lokal juga yang pada akhirnya berimbas pada kekuatan budaya nasional. (ziz) (sumber : pertunjukan sanggar bintang timur, setu babakan, jaksel)


Topeng Blantek “simbol perjuangan” Topeng Blantek dapat memberikan nilai-nilai positif di tengahtengah masyarakat yang selalu tercermin pada setiap pertunjukannya. Topeng Blantek bukan hanya sebatas sebuah pertunjukan, tapi ada tersimpan makna tersirat didalamnya yang dapat memberikan “angin” positif bagi masyarakat yang menyaksikan pertunjukannya, walaupun sering ditanggapi hanya sekedar hiburan. Topeng Blantek merupakan hasil budaya masyarakat Betawi yang pada saat ini “termarjinalkan” oleh situasi. Topeng Blantek belum diketahui sebagian besar masyarakat dan berbanding terbalik jika dibandingkan dengan keberadaan Lenong. Padahal dalam khazanah kebudayaan Betawi, Topeng Blantek menjadi bagian penting bagi masyarakat Betawi. Karena apa? “Karena didalam pertunjukan Topeng Blantek terkandung aspek moral, agama dan sosiologi masyarakat Betawi itu sendiri”. Contohnya bahwa pada setiap pertunjukannya Topeng Blantek bersetting sundung dan obor. Sundung pada jaman dulu adalah alat paling berharga bagi masyarakat Betawi dan begitu pula obor adalah simbol perjuangan masyarakat Betawi pada masa itu. (ziz) (sumber : pertunjukan sanggar fajar ibnu sena, setu babakan, jaksel) Jakarta “santun” Keberadaan tokoh Betawi yang duduk di legislatif maupun eksekutif adalah suatu bukti bahwa masyarakat Betawi bukan masyarakat pinggir, tapi masyarakat yang dapat menjadikan para tokoh-tokohnya sebagai pemimpin. Hal itu, sebagai cerminan dari kebersamaan masyarakat Betawi dalam membangun kotanya sendiri. Namun demikian keberhasilan itu janganlah dijadikan suatu sikap “euforia” yang kebablasan dan tidak jelas kemana arahnya. Semestinya sikap “euforia” itu adalah hal yang wajar asalkan diimbangi dengan semangat masyarakat Betawi secara bersamasama membangun kota Jakarta dengan santun. Semua itu adalah modal dasar bagi masyarakat Betawi dalam berkomitmen dan konsekuen untuk betul-betul menjadikan kota Jakarta menjadi kota yang aman dan nyaman bagi seluruh masyarakat Betawi maupun masyarakat daerah lainnya, terlebih terhadap turis-turis asing. Kota Jakarta adalah ibukota Negara, dimana segala aktifitas dan kegiatan masyarakat maupun lainnya terpusat di Jakarta. Sudah barang tentu, menjadi tanggung jawab kita bersama dalam menjaga dan melindungi kota Jakarta. Segala apa aja ada di Jakarta dari “sajadah sampe haram jadah”, semua harus mendapatkan porsi yang sama dan tidak tebang pilih dalam pelayanan yang menyangkut kepada kehidupan dan keselamatan seluruh masyarakat kota Jakarta. Ini sudah barang tentu menjadi tanggung jawab kita bersama dalam aplikasi dan realisasi segala apa yang sudah direncanakan, disepakati, diputuskan dan dijalankan secara bersama-sama. Jakarta adalah kota besar dan ibukota negara, dimana kota Jakarta adalah kota dimana tempat bermuaranya ragam budaya. Jakarta adalah pintu gerbang budaya bangsa sudah barang tentu menjadi kota yang selalu siap setiap saat dalam menyambut serta melayani yang hendak bertandang mengunjunginya. (ziz) (sumber : lembaga pemberdayaan masyarakat jakarta)


Kesenian Betawi “sejarah panjang” Setelah UU penghapusan budak disiarkan pada abad ke 19 maka orkes budak yang tersebar diwilayah Batavia itu lepas dari majikannya dan mencari penghidupan dengan berkeliling kota. Inilah yang kemudian dikenal dengan orkes Tanjidor, yang bukan hanya terdapat di dalam wilayah administrasi DKI Jakarta tetapi juga sampai ke daerah Tangerang, Bogor, Bekasi dan Krawang. Selain para pejabat VOC yang mendapat hak membeli tanah-tanah luas pinggiran Batavia dan sekitarnya, orang-orang Cina dari golongan pedagang dan saudagar juga mendapat kesempatan. Di rumah-rumah perkebunan mereka juga memelihara tenaga-tenaga penghibur. Hanya alat music yang mereka mainkan bukan alat music Eropa tetapi alat musik berwujud rebab Cina yang terdiri dari tiga macam : tehyan, kongahyan dan sukong. Alat musik lainnya adalah gambang dan kromong. Inilah yang kemudian dikenal dengan musik gambang kromong. Perkembangan penduduk yang datang dari Bali dari 981 orang pada abad ke 17 menjadi 7.720 orang pada abad ke 19 cukup menjadi perhatian, terutama kemungkinan sampai seberapa jauh unsur-unsur Bali yang terdapat pada kesenian tradisional yang ada di DKI Jakarta. Berdasarkan kepada peninjauan dilapangan memang tampaknya kemungkinan tersebut sangat besar, misalnya gerak-gerak tari pada tari Topeng Betawi berikut gaya pukulan gamelannya. Demikian juga pada gaya dan irama pukulan pada gamelan Wayang Kulit Betawi. Pendatang-pendatang yang mengaku keturunan Portugis juga tidak sedikit yang bermukim di Batavia setelah kota Malaka ditaklukkan VOC pada tahun 1641. Tidak lama kemudian mereka berpindah lagi jauh ke timur kota Batavia, daerah Cilincing sekarang. Disana sejak tahun 1673 mendirikan perkampungan khusus untuk orang-orang keturunan Portugis dengan gerejanya yang disebut “Gereja Tugu”. Mereka ini mempunyai kesenian Kroncong Tugu dengan lagu-lagunya yang terkenal seperti “Nina Bobo”, “Kaparinyo”, Kroncong Moritsko” yang konon merupakan asal muasal dari kroncong sekarang. Kesenian yang mengandung unsur-unsur ajaran agama Islam tampak sangat dominan diwilayah DKI Jakarta, suatu hal yang menunjukkan betapa telah meresapnya ajaran tersebut setelah Fatahillah merebut Bandar kalapa tanggal 22 Juni 1527. Para pendatang yang berasal dari Jawa dan Sunda pada abad ke 17 tercatat sebesar 6.339 dan pada tahun 1815 jumlahnya malah turun menjadi 3.331 orang. Tetapi pada tahun 1893 jumlah naik kembali. Dibanding dengan penduduk Betawi asli (mereka yang menggunakan bahasa Melayu dialek Betawi sebagai bahasa ibu secara turun temurun) menurut komposisi penduduk tahun 1930, jumlah pendatang dari Jawa dan Madura 1/7 dari penduduk Betawi. Kemudian pada tahun 1971 jumlah pendatang dari Jawa dan Madura menjadi lebih banyak dari penduduk Betawinya (25,4 % lawan 22,9%). Dengan bertambahnya pendatang-pendatang dari Jawa selama beberapa abad maka tidak mengherankan kalau budayanya juga menyusup ke dalam budaya Betawi, yang tercermin mulai dari bahasa, musik, tari dan teater. (ziz) (sumber : PETA SENI BUDAYA BETAWI, Dinas Kebudayaan DKI Jakarta Tahun 1986)


Topeng Blantek “simpang-siur� Topeng Blantek berasal dari dua suku kata, yaitu Topeng dan Blantek. Istilah Topeng berasal dari bahasa Cina di jaman Dinasty Ming dari asal kata To dan Peng. To artinya Sandi dan Peng artinya Wara, jadi Topeng itu dapat diartikan Sandiwara. Sedangkan kata Blantek berasal dari bunyibunyian musik yang mengirinya, yaitu satu rebana biang, dari dua rebana anak dan satu kecrek yang menghasilkan bunyi “blang blang crek�. Namun karena lidah lokal dalam penyebutannya muncullah istilah Blantek. Selain itu, Blantek juga berasal dari bahasa Inggris, yaitu Blindtexs yang berarti buta naskah. Ada yang mengatakan bahwa permainan Blantek dahulu kala tidak memakai naskah dan sang sutradara hanya memberikan gagasan-gagasan garis besar cerita yang akan dimainkan. Mulanya Topeng Blantek berasal dari kesenian tradisi Betawi Topeng dan Blantek. Topeng merupakan kesenian tradisi Betawi yang menggunakan Topeng dengan musik pengiring gamelan. Ceritanya legenda masyarakat Betawi yang menonjolkan kejawaraan dan kepahlawanan. Disebut Topeng karena tokoh pada saat itu menggunakan Topeng dan pembukaannya dimulai dengan Tari Topeng yang bertujuan untuk mengumpulkan penoton. Namun Blantek merupakan permainan rakyat anak pengangon setiap waktu istirahat mereka berdialog menirukan Toniel dan digelar tanpa panggung, gamelan, tapi menggunakan music mulut serta alat perabotan seadanya. Namun seiring dengan berkembangnya Teater Tradisi Betawi, maka Topeng dan Blantek menjadi satu kesatuan yang utuh dan kini disebut Topeng Blantek, yakni perpaduan Topeng dan Blantek. Keberadaan Topeng Blantek berawal dari pemberontakan masyarakat Betawi terhadap politik, penjajah bahkan terhadap seniman Betawi itu sendiri. Keberadaan Topeng Blantek tidak begitu disukai oleh sekelilingnya dan banyak kesalahpahaman terhadap apa itu Topeng Blantek hingga kini. Sehingga kondisi tersebut menimbulkan perbedaan pendapat bahkan permusuhan yang disinyalir oleh sebagian kalangan dianggap sebagai politisasi seni dan persaingan budaya. Hal tersebut mengakibatkan apresiasi masyarakat terhadap Topeng Blantek kurang dikenal, lain halnya Lenong yang dikenal oleh masyarakat. Bahkan berlanjut kepada pemahaman masyarakat bahwa setiap pertunjukan-pertunjukan Teater Tradisi Betawi lainnya selalu saja dianggap oleh masyarakat itu adalah pertunjukan Lenong. Sehingga seiring dengan waktu yang terus berjalan bahwa Topeng Blantek pun berangsur-angsur kalah dan raib digerus dengan keberadaan Lenong. Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa Topeng Blantek menjadi sebuah pertunjukan berawal dari para pedagang di tanah Betawi yang menawarkan dagangannya melalui celotehceloteh (kata-kata). Dari celotehan tersebut, kemudian menjadi sebuah pertunjukan yang menarik dan asriratif. Pedagang-pedagang tersebut kebanyakan dari kalangan ahli agamaIslam yang pada akhirnya mempergunakan Topeng Blantek sebagai media penyebaran agama Islam melalui celoteh-celotehan yang sarat pesan dakwah, pendidikan dan penerangan kepada masyarakat. (ziz) (sumber : skripsi aji warsono fsp ikj jakarta )


Topeng (Kedok) Betawi Dalam seni pertunjukan rakyat topeng atau kedok adalah alat penutup seluruh atau sebagian muka untuk merubah penampilan pelaku, agar dapat dianggap sesuai dengan yang diperankan. Alat perubah penampilan yang menutup sebagian atau seluruh tubuh biasa disebut barong atau barongan, seperti ondel-ondel diwilayah budaya Betawi, badawang di Priangan, barongan buncis di Jawa Tengah dan barong landing di Bali. Rupanya pertunjukan topeng di wilayah budaya Betawi sudah biasa diselenggarakan pada masa sebelum Agama Islam tersebar. Hal itu terbukti dari informasi yang terdapat dalam naskah Sanghiyang Kanda(ng) Karesian bertitimangsa 1440 Saka atau 1518 Masehi. Naskah tersebut ditemukan di Kebantenan, sekarang termasuk Kelurahan Jatiasih, Bekasi. Data tertulis kemudian tentang keberadaan pertunjukan topeng di wilayah budaya Betawi adalah karya Hardouin dan Ritter yang terbit pada 1854 di Leiden, Negeri Belanda. Deskripsi tentang pertunjukan topeng pada awal abad 19, jadi kurang lebih 2 abad yang lalu, sebagaimana dikemukakan dalam buku tersebut, tidak jauh berbeda dengan yang biasa kita lihat dewasa ini. Pada babak lipet gandes, contohnya, baik busana maupun konvensi penampilannya tampak sama, kecuali tutup kepala ronggengnya berbentuk tekes seperti topeng Cirebon, serta bodornya mengenakan kedok Pentul. Perbedaan lainnya adalah dalam membawakan cerita atau lakon, para pelakunya juga mengenakan topeng, sesuai dengan tokoh yang diperankan. Contohnya, untuk memerankan seorang Belanda, pelakunya mengenakan topeng bapang berhidung panjang. Mungkin karena para pelakunya mengenakan topeng itulah, maka teater jenis ini dahulu disebut pertunjukan topeng, yang berlanjut sampai dewasa ini, walaupun sekarang dalam perkembangannya tidak lagi seperti masa-masa lalu. Sebagaimana kita ketahui pada masa kini hanya pemeran Bapak Jantuk dan penari yang menarikan tari topeng tiga yang tampil bertopeng. Tari topeng tiga, juga biasa disebut tari kedok tiga atau disingkat menjadi tari topeng tunggal. Penarinya tampil dengan berturut-turut mengenakan kedok Panji, Samba dan Kelana atau Jingga. Kedok Panji berwarna putih, bentuk matanya liyepan, setengah tertutup. Samba berwarna kemerah-merahan dengan bentuk mata lanyapan, lebih terbuka disbanding liyepan. Kelana atau Jingga berwarna merah tua, bentuk matanya delengan, melotot. (ziz) Pelatihan Pembuatan Topeng Betawi, BLK Asem Baris Jaksel


Betawi “bangkit” Kebangkitan kembali kebudayaan Betawi melalui perjuangan sastrawan Firman Muntaco yang membuat tulisan serial dengan gaya Betawi di SK Mingguan Berita Minggu sejak tahun 1957. Sebelumnya sastrawan SM Ardan menerbitkan kumpulan Cerpen Terang Bulan Terang Di Kali bergaya Betawi, tapi Firman Muntaco lebih fenomenal. Sampai tahun 1970 Pemerintah Kota Jakarta dalam setiap acara-acara resminya hanya menampilkan kesenian Sunda. Kesenian Melayu Betawi tak mendapat tempat. Meskipun sejak tahun 1958 ada usaha membangkitkan pergerakan masyarakat Betawi, tapi usaha ini tak banyak membawa hasil. Gubernur Ali Sadikin menggebrak Jakarta dengan mengeluarkan kebijakan memihak kesenian Betawi. Beberapa kesenian Betawi dimunculkan dan dihidupkan kembali. TIM sebagai arena pertunjukan kesenian sejak tahun 1969 dimanfaatkan seniman/sastrawan SM Ardan, Ali Shahab, D Djayakusuma, Soemantri Sastrosoewondo untuk membangkitkan Teater Tradisional Betawi (Lenong). Usaha ini menampakkan hasil yang sangat diluar dugaan. Ratusan penonton memenuhi TIM menyaksikan pertunjukan Lenong. Namun, empat serangkai itu terlalu fokus pada Lenong. Perekrutan seniman yang hantam kromo, tanpa membedakan latar belakangnya, pada gilirannya merugikan kesenian lain, seperti Topeng. Saking terkenalnya Lenong, maka publik mengenal semua jenis pementasan Teater Tradisional Betawi selalu dianggapnya Lenong. Padahal yang mereka tonton adalah pementasan Topeng, itulah yang merugikan Topeng. (ziz) (dari berbagai sumber) Jangan Biarkan Betawi Hidup Dalam Tempurung Apa sih masyarakat betawi itu ? Darimana rumpun betawi itu berasal ? Akar Betawi itu dalam sejarah adalah multi etnik dari saham banyak etnis. Karena itu Betawi harus dilihat dalam perspektif yang lebih luas. Menanggapi hal itu, Tokoh Muda Betawi H. Zainudin, MH. SE yang akrab dipanggil Bang Haji Oding, disela kesibukannya mengatakan bahwa semua harus menerima kemajemukan bangsa ini menjadi bagian yang integral. Semua harus saling menghargai dan memberi ruang hadirnya etnik lain agar bisa diterima dalam multikultural keindonesiaan. “Jangan biarkan Betawi hidup dalam tempurung. Inilah yang membuat Betawi terlambat dan lamban untuk maju,” tandasnya. Dijelaskannya bahwa muamalah dalam perspektif Islam adalah kita wajib menghargai orang di luar Islam untuk membangun kehidupan sosial yang lebih baik. Apalagi dalam soal etnik, maka kita harus saling menghargai kekurangan dan kelebihan orang lain. Tidak boleh ada sekat yang kemudian sampai mengeluarkan tuduhan menggadaikan ke”betawi”an. “Mendukung dan mengembangkan Betawi is oke sekalipun sampai saat ini semua lembaga kemasyarakatan yang berlebel Betawi (maaf), belum saya lihat realisasi investasinya utk mengangkat harkat dan martabat Betawi,” jelasnya. Menurutnya Kota Jakarta yang multi etnik, dimana Betawi hanya urutan ketiga setelah Jawa dan Sunda akan sulit berkembang jika Betawi sendiri tidak siap dalam akulturasi multi etnik itu. Biarkan Betawi memiliki kemerdekaannya sendiri, tanpa harus dicecoki oleh ancaman-ancaman. Dengan demikian tidak bisa diklaim bahwa itu “menggadaikan kebetawian”. “Tanpa diminta Betawi akan menyatu jadi satu, jika kelak pada waktunya ada figur yang kredibel, mumpuni, panutan dan kerjanya dirasakan oleh masyarakat. Sebelum ada sosok seperti itu kita jangan asal bunyi,” imbuhnya. (ziz)


Bamus Betawi Siap Telorkan Pemimpin Betawi Masa Depan “Insya Allah pada waktu yang akan datang masyarakat Betawi akan lebih maju, lebih baik, dan lebih siap dalam rangka menghadapi era globalisasi ke depan,” kata H. Zainudin MH, SE (H. Oding) Ketua Umum Bamus Betawi belum lama ini, disela sambutannya dalam pembukaan pertunjukan Topeng Blantek Fajar Ibnu Sena di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan. Menurutnya, terlepas dari itu semua bahwa siapa yang tinggal di kota Jakarta semua menjadi bagian dan harus ikut bertanggung jawab memajukan dan melestarikan nilai-nilai budaya Betawi. Betawi sekarang ini adalah Betawi yang berbeda dari Betawi-Betawi yang lalu, kita sekarang sadar bahwa ibukota Negara ini harus tetap berlangsung dengan lebih maju, lebih tertib, lebih baik ke depan. Oleh karena itu seluruh masyarakat Betawi ditanah kelahirannya ini, harus mempersiapkan sedini mungkin kualitas dirinya, kualitas pendidikannya, kualitas ekonominya, termasuk didalamnya presfektif bahwa kita ingin menghasilkan tokoh-tokoh Betawi dalam blantika perpolitikan Jakarta sekaligus perpolitikan nasional. “Saya terus keliling di seluruh kota Jakarta semenjak terpilih pada bulan Mei 2013 sebagai Ketua Umum mempunyai tanggung jawab, kalau Bamus Betawi pada waktu tahun-tahun lalu tidak begitu dikenal oleh masyarakat Jakarta, kurang begitu dikenal oleh masyarakat Betawi, masyarakat Betawi kurang paham tentang Bamus Betawi, saya minta doa dan restu serta dukungan Insya Allah lima tahun kedepan Bamus Betawi akan membooming dan dikenal diseluruh masyarakat Jakarta,” ungkapnya. Lebih lanjut H. Zainudin MH, SE (H. Oding) menjelaskan bahwa sudah waktunya masyarakat Betawi harus maju dan tampil kedepan. Sekarang Gubernur dan Wakil Gubernurnya bukan orang Betawi, ini pilihan rakyat. Kita harus terima pilihan rakyat ini dengan baik, kita harus dukung siapapun yang dipilih oleh rakyat karena rakyat mempunyai hak preogratif dalam menentukan pemimpinnya. Tetapi mulai dari hari ini dan lima tahun kedepan, masyarakat Betawi harus lebih siap dan mempersiapkan diri untuk tampil kedepan menjadi pimpinan ibukota Jakarta yang tercinta ini. “Itu harus karena salah satu tugas yang kita emban adalah memajukan kultural budaya tanah Betawi ini. Saya konsultasi dengan para seniman dan budayawan di Betawi ini, rupanya nilai-nilai kultural budaya Betawi itu banyak ragamnya, banyak variasinya. Tidak melulu dia akulturasi dengan Cina maupun Arab,” jelasnya. Ditambahkannya bahwa Betawi punya nilai kultural budayanya sendiri sejak jauh berabad-abad yang lalu. Betawi ini ada sebelum Belanda datang dan ada sebelum kerajaan-kerajaan berdiri, sudah ada komunitas masyarakat Betawi di Jakarta. Tidak heran pada tahun 1928, Betawi didalam rangka proses merebut kemerdekaan kita sudah menorehkan tinta emas dalam sejarah bangsa Indonesia dengan berdirinya organisasi Pemoeda Kaoem Betawi. Jadi masyarakat Betawi sebagai putera daerah di kota Jakarta ini harus bersatu dan kompak dan mulai menentukan langkah-langkah kedepan untuk kemajuan kita, anak-cucu kita, generasi kegenerasi Betawi ditahun-tahun mendatang. “Sebagai masyarakat Betawi, kita harus siap. Oleh karena itu kepada khusus masyarakat Betawi, mari kita melakukan hal-hal yang terbaik dan kepada masyarakat daerah lainnya yang tinggal di kota Jakarta mari bersama-sama dengan masyarakat kaum Betawi untuk memajukan lingkungan dan kultur budaya Betawi untuk kemashlahatan ibukota Jakarta kedepan,” imbuhnya. (ziz) Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan


Refleksi HUT RI Ke 68 Dato’ Ridwan Saidi HUT Kemerdekaan RI ke 68 diperingati dengan silaturahim ke Sejarawan sekaligus Budayawan tangguh Betawi, Dato’ Ridwan Saidi di rumahnya di bilangan Bintaro. Pesan beliau agar kite generasi muda meneruskan perjuangan beliau menapak tilas sejarah dan perjuangan generasi dulu, wabil khusus peran kaum Betawi dalam perjuangan pergerakan kemerdekaan RI yang kebanyakan tidak tercatat oleh sejarah karena mereka pejuang kaum Betawi kebanyakan gak mau ‘kesohor’. Akibatnye kite generasi muda jadi gak tau jejak sejarah dan peran pahlawan kemerdekaan dari Betawi seperti Nurjannah pimpinan Laskar Wanita Jakarta dari Tenabang. Diskusi panjang lebar mulai dari sejarah Wak Item Syahbandar Nusa Kalapa yang dibantai Fatahillah, Patih Mundari, Ki Alang sampe Mahbub Djunaidi. Kayaknye gak cukup seharian klo diskusi dengan Dato’ Ridwan Saidi. Insya Alloh kite lanjut lagi. (ra/ziz) Lebaran Betawi Wadah Pengenalan Khazanah Seni Budaya Masyarakat Betawi Lebaran Betawi yang diselenggarakan pada Sabtu-Minggu, 31 Agustus-1 September 2013 di Lapangan Monas ini merupakan upaya “merewind” kembali ingatan kita sebagai masyarakat Jakarta terhadap khazanah seni dan budaya Betawi, khususnya tradisi masyarakat Betawi dalam berlebaran. “Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa masyarakat Betawi sangat kaya akan seni dan budaya. Seperti seni budaya buka palang pintu Betawi, silat Betawi, rumah adat Betawi, Kuliner Betawi, seni kriya Betawi,” kata H. Zainuddin MH, SE (Bang Haji Oding) Ketua Umum Bamus Betawi kepada wartawan disela kegiatan Lebaran Betawi pada Sabtu-Minggu, 31 Agustus-1 September 2013 di Lapangan Monas Jakarta. Menurutnya, kegiatan lebaran Betawi ini dapat menjadi wadah pengenalan seni budaya Betawi kepada masyarakat Betawi itu sendiri, masyarakat daerah lain, dan tentunya juga kepada para wisatawan asing, serta perwakilan duta besar Negara asing. “Alhamdulillah, dualisme kepemimpinan Bamus Betawi kini telah menyatu dan bersepakat bahwa akan berjuang bersama-sama dalam membina, mengembangkan, melestarikan, dan memanfaatkan seni budaya Betawi ke depan,” ungkapnya dengan tegas. Seperti contoh seni budaya Lenong Betawi misalnya, Bamus Betawi mempunyai tanggung jawab dalam pembinaan, pengembangan, pelestarian, dan pemanfaatannya. Oleh karena itu, maka dalam waktu dekat ini Bamus Betawi akan segera merencanakan penyelenggaraan Festival Lenong dengan tujuan berupaya menjaga dan melestarikan Lenong Betawi. “Bahkan bila perlu, Bamus Betawi akan mencanangkan perayaan hari Lenong Betawi secara kontinyu ke depan. Tentunya hal itu semua akan berjalan maksimal, jika Bamus Betawi terus didukung oleh berbagai pihak, terutama para sesepuh Betawi, tokoh muda Betawi, seniman dan budayawan Betawi serta Pemprov DKI Jakarta,” harapnya. (ziz)


Diperlukan Ijtihad Dalam Kepemimpinan Kaum Betawi

Menentukan

Mari kita sama-sama berijtihad menegakkan kebenaran tentang kepemimpinan kaum Betawi. Sudah saatnya kaum Betawi berani merombak praktek yang selama ini salah, demi pelurusan sejarah. Jujur, saya merasakan betul betapa kaum Betawi selama ini hanya dijadikan alat untuk kepentingan segelintir orang. “Yang lebih menyedihkan bahwa orang-orang tersebut banyak diragukan tentang asal-usul kebetawiannya,” kata H. Zainuddin MH, SE (Bang Haji Oding) dengan tegas kepada wartawan belum lama ini dikediamannya Poltangan Pasar Minggu Jakarta Selatan. Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa dari situ akan kita peroleh rumusan yang tepat tentang sosok pemimpin kaum Betawi. Siapa yang pas jadi Ketua Umum Bamus Betawi (tidak mesti saya) dan siapa yang tepat jadi Kepala Suku. “Yang dibutuhkan sekarang ini adalah bersatunya Betawi dan tumbuhnya kesadaran bersama tentang nasib kaum betawi,” jelasnya. Menurutnya, secepatnya kita putuskan secara bersama-sama dengan dato-dato kita yang mafhum soal itu, kemudian kita tetapkan siapa sosok yang paling pas untuk kita berikan kepercayaan memangkunya. “Sekaranglah saatnya kaum betawi diberikan pemahaman yang benar dan tertil tentang jati dirinya, sejarahnya, perjuangannya, ijtihadnya dalam mempertahankan dan membangun kulturalnya,” tandasnya. Sebenarnya tempo doeloe kaum Betawi telah memiliki kepala suku yang sekaligus berfungsi sebagai pemangku adat. Terbersit pemikiran kenapa legitimasi itu tidak kita hidupkan lagi. “Kita bicarakan hal ikhwal, seluk beluk serta latar belakang keberadaan kepala suku atau pemangku adat,” imbuhnya. (ziz)


Pentingnya Balai Budaya Betawi Didirikan Di Provinsi DKI Jakarta Tentunya Pemprov DKI Jakarta dalam hal ini DPRD Prov DKI Jakarta sangat menyambut baik dengan berbagai kegiatankegiatan yang bernuansa Betawi, karena memang kita berada di tanah betawi. Kota Jakarta sebagai ibukota yang kita cintai ini dan sebagai ibukota NKRI yang besar ini bahwa seluruh penduduk Indonesia banyak tinggal di Jakarta. Namun demikian betawi memiliki satu posisi tersendiri di dalam menjaga nilai-nilai budaya betawi itu sendiri. Sebenarnya siapapun dia, sejauh dia tinggal di kota Jakarta otomatis dia adalah menjadi bagian daripada warga kota Jakarta dan juga warga Betawi. “Nah, kegiatan-kegiatan yang bernuansa Betawi seperti inilah, justru kita sangat menyambut dengan gembira dan bisa dilaksanakan dimana saja,” kata HM Ashraf Ali, B.Ac, SH Anggota Komisi E DPRD Prov DKI Jakarta kepada wartawan belum lama ini disela kesibukannya di Jakarta. Ditengah suasana anak-anak kita yang sekarang ini lebih cenderung kepada permainan-permainan game, handpone, internet dan sebagainya yang didalamnya sedikit sekali, bahkan praktis hampir tidak ada muatan nilai-nilai budaya Betawi. Kita sebagai tokoh masyarakat dan sebagai warga yang ada di kampung Betawi mempunyai tanggung jawab yang sama untuk melestarikan budaya Betawi. “Apalagi kini telah banyak tokoh-tokoh Betawi yang telah wafat dan dengan demikian siapa lagi yang peduli untuk melestarikan dan memanfaatkan budaya betawi,” jelas HM Ashraf Ali, B.Ac, SH yang juga Ketua Fraksi Partai Golkar DPRD DKI Jakarta ini. Alhamdulillah saya telah memprakarsai bahwa di daerah Pasar Rumput itu ada lokasi bekas tempat pembuangan sampah, saya bersihkan. Kurang lebih sekitar 160-200 meter, disana sekarang sudah berdiri Balai Budaya Betawi. Saya hanya ingin sampaikan kepada khalayak masyarakat sekitar Pasar Rumput bahwa inilah rumah Betawi yang dulu orang tua, encang, encing, nyak, babe tinggal disana. Modelnya kayak gini, bercirikan khas masyarakat Betawi. “Itu kalau di pasar rumput sangat dikenal. Jadi orang pada berdatangan kesana bukan hanya orang kita saja, tapi orang-orang asing foto-foto bahkan ada yang menjadikan undangan resepsi dengan latar belakang Balai Budaya Betawi,” ujarnya dengan tegas. Kita juga sangat berharap disetiap kampung Betawi di kota Jakarta ini ada satu ikon nantinya akan mempelopori pembangunan Balai Budaya Betawi dengan bentuk rumah Betawi bisa didirikan. Dengan harapan dapat menjadi ciri dan menjadi pengetahuan bagi generasi muda, ditambah dengan dilaksanakannya berbagai pelatihan-pelatihan kesenian khas betawi. “Mari kita terus membina, mengembangkan, melestarikan, memanfaatkan budaya betawi yang kita cintai ini,” tandasnya. Kota Jakarta yang sudah cukup tua yang sudah 400 tahun lebih usianya. mudah-mudahan kita tinggal di kota Jakarta menjadi kota yang nyaman, sejuk, tenang, tenteram, aman, dan tentunya kota yang bersih serta hijau. Dan saya juga berharap seluruh warga Jakarta untuk menjaga lingkungan kita, dengan menjadikan lingkungan yang indah, bersih, sejuk, hijau dan terus mengisi berbagai kegiatan yang bernuansa kebetawian. “Insya Allah disini ada tokoh-tokoh Betawi, ada tokoh-tokoh yang masih memperhatikan nilai-nilai budaya Betawi harus terus digali dan dikembangkan,” imbuhnya. (ziz) Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan Jakarta Selatan


Lebaran Betawi Jangan Kehilangan Ruh Sebetulnya “Lebaran Betawi yang selama ini dilaksanakan kesannya terlalu formal. “Suasana dialogisnya gak sampai,” kata H. Zainudin, MSE yang akrab dipanggil Bang Haji Oding itu dengan santai belum lama ini. Lebih lanjut dijelaskannya bahwa semestinya “Lebaran Betawi” dilaksanakan dengan kegiatan yang bentuk santai, informal dan penuh kekeluargaan. Cuma konsepnya belum ketemu, lagi dimatengin. “Karena “Lebaran Betawi” dalam periode Bamus Betawi kemarin, digelar untuk kepentingan Foke agar terpilih kembali menjadi Gubernur Provinsi DKI Jakarta. Jadi sifatnya terlalu politis, tetapi kering ideologi karena tidak terencana secara matang,” jelas Anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta ini dengan nada serius. Nah, saya dengar Pak Jokowi akan membuat “Lebaran Betawi” tahun 2013 ini di Monas. “Lebaran Betawi” memang harus direspons oleh Pemprov DKI Jakarta dan pelaksanaannya merakyat. Harus dihindari agenda acara yang terlalu bersifat formalistik dan bisa saja menyebabkan makna “Lebaran Betawi” kehilangan ruh. Sebaiknya kita kumpulkan dalam acara itu, tokoh-tokoh Betawi dari berbagai generasi yang terdiri dari pinisepuh, sesepuh, senior, ilmuwan, budayawan, profesional Betawi. “Semacam acara “Betawi Kongkow”. tegas Ketua Umum Bamus Betawi sambil berharap. Mereka berdialog tanpa harus diatur dan diliput secara live. Suguhan makanannya juga semua ciri khas Betawi. Demikian juga dialognya memakai bahasa Betawi. “Wah seru juga tuh,” ungkapnya. (ziz) Masyarakat Jakarta Wajib Melestarikan Seni Budaya Betawi Seni budaya betawi adalah bagian yang terpenting yang harus dibina, dikembangkan, dilestarikan, dan dimanfaatkan. Sebagai warga kota Jakarta, apapun suku dan darimana pun kita berasal bahwa seni budaya Betawi harus terus diperhatikan. DPRD dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta beserta seluruh masyarakat kota Jakarta mempunyai kewajiban untuk terus melestarikan seni budaya Betawi. NKRI itu ditopang oleh tiga kaki, pertama budaya, kedua ekonomi dan ketiga pertahanan. Kalau budaya terus diadopsi dari budaya luar yang terus masuk, ini tidak kita lestarikan, saya tidak tahu bagaimana jadinya nanti. Begitu juga mengenai ekonomi kita beberapa tahun ini kurang menggembirakan, yang masih kita percayakan adalah pertahanan. Mudah-mudahan seni budaya terus lestari dan generasi muda harus tahu apa dan bagaimana seni budaya Betawi. Mari kita tumbuh kembangkan dan kita dukung buat semua pihak, khususnya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mohon kiranya bisa terus menumbuhkembangkan seni budaya Betawi. Dan mudah-mudahan seni budaya Betawi dapat menjadi inspirasi dan keindahan suasana kota Jakarta ke depan. (ziz) Festival Kampung Jakarta Kec. Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2013


UPT BLK Asem Baris Jakarta Selatan Pelatihan kali ini menekankan kepada bagaimana peserta akan diberikan beberapa materi secara berkelompok dengan materi melukis diatas kaos, melukis diatas sepatu, melukis diatas tas, dan melukis diatas selendang. Jadi ada empat materi yang nanti akan diberikan dan tentunya para pengajar nantinya para pengajar akan memberikan kelompok-kelompok kira-kira mana yang akan diikuti oleh 50 orang peserta dari materi keempat tadi. Diharapkan kepada para peserta sekalian memanfaatkan waktu yang baik ini dan tentunya pelatihan ini jarang sekali diadakan ditempat lain. Jadi kemarin BLK Jakarta Selatan sudah memotori kegiatan pelatihan melukis di atas kaca dan sekarang juga yang kedua, kami ingin memberikan nuansa lain. Dan tentunya itu juga adalah atas prakarsa daripada Ibu Maya Kepala UPT BLK Jakarta Selatan dan ingin menjadikan sebagai barometer BLK lain atau pun wilayah lain. Dimana seni rupa ini menjadi seni yang terus maju seperti bidang seni lainnya di tahun-tahun sebelumnya. Jadi hasil pelatihan diatas kaca kemarin ternyata banyak yang tertarik dan mudah-mudahan pelatihan kali ini juga menjadi inspirasi untuk kita semua. Dan mudah-mudahan hasilnya nanti, akan bisa dimanfaatkan oleh para peserta. Para pengajar adalah seniman yang mumpuni dibidangnya dan pengajar di Universitas ternama seperti IKJ, UNJ, ASRI, yaitu Pak Dani Isman (pelukis senior), Ibu Yati Mahendra (pelukis diatas selendang/baju), Ozi Irwan (pelukis tim), Diki (pelukis/seniman realis, Pak Dadang mantan Kasi pelatihan BLK Jakut, Pak Danil (pelukis realis Jogya), Mas Yudi, Mbak Hana, dan para pelukis lainnya. Pelatihan kali ini menekannkan kepada bagaimana kita akan diberikan beberapa materi secara berkelompok dengan materi melukis diatas kaos, melukis diatas sepatu, melukis diatas tas, dan melukis diatas selendang. (ziz) Pelatihan Seni Rupa Bagi Pelaku Tk Dasar Tahun 2013 UPT BLK Asem Baris Jaksel.


Lenong Bintang Timur Sebuah kerajaan bernama Dwi Pantura mengalami musibah, musibah apa sajalah……Raja pusing memikirkan musibah yang terus berkelanjutan. Akhirnya Raja menyalahkan Patih yang tak becus mengontrol para aparatnya. Patih tidak terima disalahkan, Patih menyalahkan Pamong, Pamong pun tidak terima disalahkan dan dia menyalahkan Developer, Developer tidak terima dan langsung menyalahkan Si Baju Blerek, Si Baju Blerek tidak mau disalahkan lantaran semua bahan yang dibelinya berwarna blerek. Si Baju Blerek menyalahkan Tukang Celup kenapa menyelup warna blerek semua, sehingga tidak ada pilihan lain. Tukang Celup tidak terima, karena semua bahan untuk menyelup berwarna blerek semua. (ziz) Ringkasan Cerita, Lakon Gara-Gara Baju Blerek, Karya/Sutradara Rik A Sakri, Produksi V Lenong Bintang Timur, Pimpinan Abdul Aziz, GRJS Bulungan, Keb. Baru, Jaksel.

Lenong Bintang Timur Diceritakan bahwa Bang Maududi adalah salah satu orang terkaya di kampung Lujami. Sebagai pewaris dan penerus bisnis orang tuanya dan cukup berhasil sukses, bahkan melebihi orang tuanya. Lantaran dia puna otak bisnis yang brilian, pinter ngintip peluang, dan juga lihai ngendus usaha yang lagi trend. Mulai dari bisnis kontrakan, belon lagi puluhan wartel dan warnetnya, orang bilang “Bang Maududi top abis, yahuut, dan gak da matinya!” Maka ketika dia berencana kawin lagi ,banyak orang berpendapat “Bang Maududi sih pantes kalo bininya lebih dari atu, empat juga pantes!” Namun ditengah kontroversi UU Nikah Sirri yang ramai dibicarakan orang, menurut Bang Maududi itu adalah suatu konsekuensi hidup di negara demokrasi, dan akhirnya Bang Maududi pun memutuskan untuk beristri lagi. Tapi timbul pertanyaan bahwa apakah lantaran harta duniawi berlimpah dapat menjamin biduk rumah tangganya berjalan lancar dan mulus? Tentu saja tidak sesederhana itu, karena naluri wanita pada dasarnya adalah sama bahwa ingin di cintai dengan sepenuhnya. Oleh karena itu, mana mungkin wanita rela membiarkan suaminya berada dalam pelukan perempuan lain. (ziz) Ringkasan Cerita, Lakon Gara-Gara Poligami, Karya/Sutradara Pauzi Mupid, Produksi VI Lenong Bintang Timur, Pimpinan Abdul Aziz, Setu Babakan.


Lenong Bintang Timur Tersebutlah kisah pengusaha sukses juragan dahlan, pemilik PT Dadjal alias Ada Duit Jalan Lancar. Jutagan Dahlan amat tau bagaimana jalan untuk menjadi pengusaha sukses, menjilat penguasa, membayar upeti kepada pengambil keputusan, menyogok penegak hukum, pendeknya ada duit jalan lancar. Belum lama ini PT nya memenangkan tender untuk pembuatan Bulakan Sport, tersebar isu dia mendapatkan untung milyaran rupiah (kalo dibeliin krupuk duitnya bisa ngurug setubabakan). Tapi rupanya di balik kesuksesannya banyak yang tidak suka, sepak terjang Juragan Dahlan yang terkadang tega menghabisi lawan bisnisnya. Sementara dia begitu pandai menghindar serangan dari lawan lawannya. Dimana tangan hukum sudah tidak sanggup lagi menjamahnya. Berencanalah lawa lawan bisnisnya, kalo dengan hukum tidak mempan harus dengan cara yang radikal, rampok hartanya dan bunuh orangnya. Tersebar pamflet, DICARI!!!! TUKANG RAMPOK, TUKANG GARONG, TUKANG BUNUH HUBUNGI PT IBLIS JAYA. (ziz) Ringkasan Cerita, Lakon Gara-Gara Versus, Karya/Sutradara Pauzi Mupid, Produksi VII Lenong Bintang Timur, Pimpinan Abdul Aziz, Setu Babakan.

Lenong Bintang Timur Dinegeri antah berantah adalah seorang Raja dengan julukan “SBY” alias Sri Baginda Y. Y nya apa ya? Dipenyebutan nama inilah letak kebingungan Sang Raja “SBY” saat ini, karena leluhurnya semua bernama “SBY” alias Sri Baginda Yitno, atau Sri Baginda Yasin dan Sri Baginda? Sebelumnya hal penyebutan nama ini tidak pernah jadi masalah. Perdana Menterilah yang berbuat kegaduhan, dengan maksud menggulingkan Sang Raja. Bekerja samalah dengan salah seorang Gubernur dari wilayah Al– Jakartati yang sedang berencana melaksanakan PILUKADA. (ziz) Ringkasan Cerita, Lakon Gara-Gara Raja Bingung, Karya/Sutradara Pauzi Mupid, Produksi VI Lenong Bintang Timur, Pimpinan Abdul Aziz, Setu Babakan.


Lenong Bintang Timur Tahun ini terasa aneh. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, setiap ulang tahun Raja selalu merayakannya dengan kemewahan. Tapi tahun ini tidak ada lampion, tidak ada umbul-umbul, tidak ada kemeriahan dimana-mana. Seluruh penghuni Istana merasakan keanehan dan kesepian itu juga. Berbagai cara sudah diusahakan demi menghibur Sang Raja, tetapi semua menjadi sis-sia. Sang Raja tetap murung memikirkan mimpinya. Ahli Nujum pun diundang ke Istana guna meramalkan mimpi Sang Raja. Tapi apa daya? Sang Raja tetap pada pendiriannya untuk membuat Undang-Undang yang menurutnya perlu, bahkan wajib untuk dilaksanakan, untuk menunjukkan kewibawaaan seorang Raja. Dan rakyat pun berontak, menolak Undang-Undang Sang Raja, sehingga banyak korban demi memenuhi keinginan dan hasrat Sang Raja. Begitu pula para penghuni Istana, Permaisuri, Perdana Menteri, bahkan Raja sendiri menjadi korban produk Undang-Undang “keblinger� yang dibuatnya itu. Harapan datang dari seorang Saleh yang dengan keinginan tulusnya mencoba menyadarkan Sang Raja. (ziz) Ringkasan Cerita, Lakon Gara-Gara Raja Blunder, Karya/Sutradara Rik A Sakri, Produksi Perdana Lenong Bintang Timur, Pimpinan Abdul Aziz, Setu Babakan.


Hasil Pemetaan Potensi Sosial Masyarakat Jakarta Tahun 2013

Budaya

Relawan Penggerak Jakarta Baru melakukan berbagai kegiatan untuk mengetahui secara pasti potensi sosial budaya masyarakat Jakarta dengan cara, yaitu mendata profil subyek kebudayaan yang melakukan kegiatan seni budaya berbasis komunitas, mendata subyek kebudayaan yang melakukan upaya pemenuhan ekonomi komunitas mendata subyek kebudayaan yang kegiatannya punya kaitan dengan persoalan di Jakarta, mendata gedung tempat seni budaya. Selain itu juga melakukan Pengumpulan data dengan merujuk data awal dari Sudin Kebudayaan lima wilayah Kota Administrasi Se Prov DKI Jakarta,melalui jaringan RPJB, internet, melalui wawancara tatap muka dengan kuesioner sejumlah empat puluh Kecamatan dan seratus delapan puluh tiga Kelurahan Se Preov DKI Jakarta. (ziz)

Lenong Bintang Timur Sungguh suatu tragedi tengah terjadi di negeri kita tercinta, di jaman normal ini. Sepertinya kembali ke jaman purba, siapa yang kuat dialah yang menang dan siapa yang kuat dialah yang dapat berbuat apa saja secara semena-mena serta siapa yang kuat dialah raja di raja. Mat Codot yang codet dengan ilmu silatnya yang tanpa tanding tengah menjadi raja di tanah Betawi. Tiada kekuatan senjata yang dapat melukainya apalagi membunuhnya. Tiada kekuatan hukum yang dapat membekuknya dan memenjarakannya. Seperti Codot, di malam hari dia terus merampok, menggarong tak henti. Orang-orang berharta pasrah menunggu giliran kapan Mat Codot menguras harta kekayaannya. Keadaan semakin ruwet dan rumit, ketika pihak NICA berusaha mencari manfaat dari Mat Codot untuk bekerjasama menggempur TRI. Dan begitupun TRI, tak tinggal diam. Tapi seperti kata pepatah “diatas langit ada langit� adalah seorang pemuda bernama Nurhasan yang sudah sekian tahun menuntut ilmu silat yang secara khusus dipelajari, semata-mata untuk menaklukkan Mat Codot. (ziz) Ringkasan Cerita Lakon Mat Codot-codet, Karya/Sutradara Pauzi Mupid, Produksi VIII Lenong Bintang Timur, Pimpinan Abdul Aziz, Setu Babakan. Pantun Anti Narkoba


Nasi basi sisa kemaren, rumah atep di Salemba. Kita patut berterima kasih ama BNN, karena udah nangkepin bandar narkoba. (ziz) Sabtu, 1 Juni 2013 – Lap. Mabak Blok M

Kampoeng Agrowisata Pesanggrahan Pada tanggal 25 Oktober 2009, RW 06 diresmikan oleh Walikota Jakarta Selatan menjadi Kampoeng Agrowisata Pesanggrahan berkat prakarsa Bapak Thamrin dan restu dari H. Alimin Budiharjo Ketua RW. 06 Kel. Pesanggrahan Kec. Pesanggrahan Jakarta Selatan dengan didukung oleh Lurah, Camat, Dekel, Tokoh Agama, Tokoh Pemuda dan Masyarakat Kel. Pesanggrahan lainnya. Kawasan RW. 06 bukan real-estate, bukan pula kompleks instansi tertentu, melainkan perumahan yang penduduknya berasal dari berbagai kalangan dengan keadaan sosial yang beragam. Ada yang pensiunan PNS berbagai departemen mulai dari staf sampai pejabat tinggi, kemudian banyak pegawai swasta dan wirausaha, profesional (dokter, konsultan, tukang urut, guru ngaji), pedagang (dari tukang bakso sampai juragan batik), dll. Suasana di sini memang masih seperti di perkampungan yang teduh dan sejuk. Walaupun suasananya perkampungan, terasa nyaman tinggal di sini. Banyak pepohonan, tenang dan sejuk. Kalau pagi sering sekali terdengar kicauan burung, bahkan terkadang siang sampai sore hari juga masih terdengar. Bahkan begitu keluar kamar, dari teras rumah yang terlihat adalah pepohonan. Dan yang jelas bahwa hampir setiap rumah di RW. 06 memiliki minimal 1 pohon, dimana banyak tanaman termasuk pohon buah dan di banyak lokasi terdapat lubang biopori. Masyarakatnya juga aktif, berbagai kegiatan seperti senam setiap minggu pagi, paguyuban pensiunan (yang sering main kroncong), pengajian, marawis ibu-ibu, santunan anak yatim, posyandu, arisan, silat untuk anak dan remaja. Warga Jakarta yang tinggal di kompleks tanpa halaman dan pepohonan bisa sejenak melihat rumah yang banyak hijau di RW. 06. Selain itu, rupanya ada juga tempat jajanan untuk mengisi perut dan menghilangkan rasa haus, ada pecel lele, ayam/bebek goreng, soto ayam, bakso, siomay batagor, sate tegal dan masakan manado, kemudian ada juga bakery dan martabak serta macam-macam es yang segar. Di sana, pengunjung bisa bersantai di kafe jamu dengan nuansa tradisional sambil melihat kebun apotek hidup. Konon tanaman jamu di sini berjumlah lebih dari 100 jenis. Semua jenis tanaman obat tersebut diracik oleh warga RW. 06. Diharapkan kegiatan ini bisa berlanjut dengan baik dan menghasilkan lebih banyak lagi kawasan hijau yang tidak hanya hijau tetapi juga bersih dan bermanfaat, tentunya perlu adanya campur tangan pihak terkait untuk kelangsungan ruang terbuka hijau. (lpmj/ziz) Thamrin, Merpati RT. 01/06,Kel. Pesanggrahan, Kec. Pesanggrahan,Jaksel, Telp. 085880481352

Rakyat Betawi Masyarakat Inti Jakarta


Jakarta memang kota yang sarat dengan permasalahan. Jumlah penduduk akibat urban, tata ruang, Penghijauan, kemacetan, rumah tinggal, banjir, termasuk juga masalah sosial dan budaya. Penataan Jakarta tidak semudah mengucapkannya. Harus ada kemauan yang terintegrasi antara pemerintah dki dengan daerah sekitar dan dengan pemerintah pusat. Mengintegrasikan itu tidak mudah hanya dengan alasan tergantung “komunikasi”. Demikian pula dengan istilah “eksekusi “ juga tidak semudah yang diucapkan. Mengelola Jakarta ke depan, akan bertambah berat. Demikian halnya, Rakyat Betawi sebagai “masyarakat inti” Jakarta harus menjadi “prioritas” dalam anggaran pembangunan kota Jakarta kedepan. Selama ini, anggaran untuk mengembangkan dan melestarikan budaya betawi sangat kecil dan tidak memadai. Rakyat Betawi harus melakukan gebrakan “shock teraphi” untuk membangun kembali semangat dan motivasi “kebetawian”. Dengan demikian dapat melakukan banyak hal termasuk memaksa “pemda dki” untuk menghargai, menghormati sekaligus tidak memandang sebelah mata kepada Rakyat Betawi”. Dari kesemuanya itu yang terpenting adalah rakyat Betawi tidak “terkooptasi” dengan keberadaannya. (ziz)

Teater Memberdayakan Diri Dan Bangsa Perkembangan teater dewasa ini berjalan sebagaimana mestinya, artinya tetap ada teater dan tetap ada pementasan. Sebab memang fasilitasnya ada dan tersedia, seperti ditingkat anak-anak ada Festival Teater Anak, ditingkat SMU ada Festival Teater SMU, ditingkat Mahasiswa ada Koteka, dan di kalangan umum ada Festival Teater Jakarta. Mengenai prestasi group teater itu sendiri sifatnya akumulatif, artinya ada group yang tahun ini baik belum tentu baik di tahun depan, semua itu ditutup dengan group lainnya, seperti di Festival Teater Jakarta begitu, dan bahkan di Festival Teater Besar pun seperti itu. Sekarang timbullah pertanyaan bahwa kenapa semua hal itu bisa terjadi? Karena atmosfir berteater di daerah satu dengan daerah lainnya tidak sama. Oleh karenanya atmosfir berteater tersebut mempunai pengaruh yang sangat besar. Kalau dilihat dari tolak ukur perbandingan itu semua bersifat flukluatif. Namun demikian, perlu kita sepakati bersama bahwa teater itu tidak hanya persoalan artistik. Dengan teater itu kita dapat belajar bersama-sama untuk memberdayakan diri. Urusan artistik, akting bagus, panggung yang indah eksploratif, semua itu hanya satu hal atau sebagian kecil dalam berteater. Tetapi ada hal yang lain dari itu semua dan dapat dikatakan bahwa bagaimana teater bisa menjadi alat perantara kita semua untuk memberdayakan diri dan bangsa.

Setubabakan Harus Dioptimalka


Pertumbuhan ekonomi di ibukota Jakarta terus berkembang, hal itu terlihat dengan meningkatnya ivestor asing dan lokal serta kondisi pasar yang semakin hari semakin berjalan optimis dan dinamis. Dengan demikian berimplikasi pada bertambahnya jumlah pendapatan daerah , tentunya sudah menjadi kewajiban Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk mengalokasikan anggaran khusus terhadap pemberdayaan masyarakat Betawi terutama sekali terhadap seni budaya Betawi itu sendiri. Seperti halnya mengenai pengelolaan alokasi anggaran kegiatan seni budaya Betawi yang berlangsung setiap tahunnya di Perkampungan Budaya Betawi Setubabakan harus dialokasikan dan dipergunakan dengan sebaik-baiknya, seefisien mungkin dan harus tepat dengan sasaran, sehingga seni budaya Betawi bisa dikenal dan dicintai oleh seluruh lapisan masyarakat. Dan sekaligus lokasi cagar budaya Betawi Setubabakan ini tetap dapat dipertahankan agar tidak terpengaruhi oleh budaya asing.

Palang Pintu Budaya Bangsa Para pemangku kebijakan, pelaku bisnis, warga Betawi, serta masyarakat Jakarta, sudah seharusnya secara bersama bahu membahu dalam menjadikan seni budaya Betawi sebagai palang pintu budaya bangsa Indonesia. Dalam pemberdayaan masyarakat Betawi, khususnya di wilayah Jakarta Selatan selama ini berjalan lancar sebagaimana mestinya. Melalui Sudin Kebudayaan dan Pariwisata Jakarta Selatan telah banyak kegiatankegiatan seni budaya Betawi terus digalakkan dan diselenggarakan. Potensi jakarta Selatan dalam pembinaan, pemberdayaan serta pelestarian seni budaya Betawi sangat banyak. Upaya tersebut dilakukan semata-mata bentuk kepedulian Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan khususnya, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta umumnya dalam mendayagunakan potensi yang ada. Kegiatan-kegiatan pelestarian seni budaya Betawi yang terus rutin diselenggarakan adalah Pentas Tahunan Setubabakan, Pertunjukan di ruang publik (hotel, pusat perbelanjaan, restoran, dan lain-lain), Pengahargaan seniman dan budayawan. Diharapkan kegiatan yang terselengarakan setiap tahunnya itu jangan sampai terhenti dan “wajib� ditingkatkan kualitas, kuantitas dan intensitasnya ke depan.

Pemprov DKI Jakarta Peduli Seni Budaya Betawi


Sangat mungkin apa keprihatinan terhadap nasib kesenian Betawi dan seniman Betawi mulai pupus akhir-akhir ini. Karena sekecil apapun Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Provinsi DKI Jakarta terus menggalakkan pembinaan, pengembangan, pelestarian dan pemanfaatan seni budaya Betawi. Tidak hanya itu, Suku Dinas Kebudayaan Wilayah Kota Administrasi pun masing-masing terus berjuang dalam mengangkat harkat dan martabat seni budaya Betawi di tanah kelahirannya. Seperti halnya Suku Dinas Kebudayaan Kota Administrasi Jakarta Selatan yang setiap tahunnya tersu menggelar pertunjukan berbagai kesenian Betawi di Perkampungan Budaya Betawi Setubabakan. Pada prinsipnya seluruh elemen seni budaya yang terkait terus berupaya meningkatkan pelestarian seni budaya Betawi. Mereka mencoba mengangkat kembali seni budaya Betawi, karena mempunyai ciri khas dan ini menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah/swasta dan masyarakat dalam melestarikannya. Karena apa? Karena seni budaya Betawi adalah termasuk salah satu asset budaya nasional yang “wajib� dilestarikan dan tentunya lebih dikemas dengan baik. Kini dapat kita lihat bersama bahwa begitu derasnya arus budaya global yang telah membius masyarakat, terutama sekali terhadap generasi muda. Oleh karena itu, perlu adanya komitmen dan konsentrasi yang penuh dalam menangani hal ini, sehingga dapat kita jadikan secara bersama-sama seni budaya Betawi sejajar dengan seni budaya lainnya dan tidak tergususr dengan keberadaan budaya global.


Mukadimah Assalamu’alaikum. Wr. Wb Merdeka!!!!! Dalam rangka turut memberi arti dan mengisi kemerdekaan negeri ini, tentunya harus terus secara kontinyu dan konsisten untuk menyelenggarakan serangkaian pentas seni. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa dengan seni kita dapat menghaluskan jiwa, menambah kobaran api semangat dalam segala aspek kehidupan. Oleh karena itu perlu menjadi niat positif bagi pelajar/mahasiswa, pemerintah/swasta, seniman/budayawan, dunia usaha dan masyarakat untuk terus menyelenggarakan serangkaian pentas seni di bumi tercinta ini, sehingga dapat memicu semangat hidup bangsa yang masih berjuang menggapai tujuannya. Mudah-mudahan suguhan pentas seni yang terselenggara bukan hanya sekedar hiburan apalagi dagelan belaka. Dengan demikian menjadi tanggung jawab kita bersama dalam mengangkat seni budaya tanah air jadi perekat kesatuan bangsa. Akhirnya marilah kita saksikan dan diskusikan agar acara-acara seni budaya yang terselenggara di negeri ini memiliki roh perubahan bangsa ke masa yang akan datang. Amiin Wassalamu’alaikum. Wr. Wb


Lagu Tangsel Cemore cermin karakter Tangerang Selatan Deng en dengan sirih sampan berduri duri, Mandi kembang kembang melati, Di Tangerang Tangerang Selatan. Kampung dewek yang paling nyaman, Desa rapi alamnya asri, Kota dagang, Dari Ciputat BSD Alam Sutera sampe Pamulang. Deng en dengan sirih sampan berduri duri, Mandi kembang kembang melati, Di Tangerang Tangerang Selatan. Kaya budaya ayo dipiara, Tionghoa campur Sunda Betawi Ora, Bagen bae nama lo Ahong Mamat Adang ato Cecep, Budaya dewek Cokek Lenong sampe Topeng Blantek. Deng en dengan sirih sampan berduri duri, Mandi kembang kembang melati, Di Tangerang Tangerang Selatan. Nong Rogayah Teh Neneng ama Mey Hwa, Saya resep ama semua orang Indonesia, Kaya Budaya, Bhineka Tunggal Ika. Demikianlah cuplikan syair lagu berjudul “Tangsel CEMORE” karya Dhian Widyawati (Mpok Yupi). Lagu ini didendangkan melalui tari, musik, dan lagu oleh Sanggar Dhian Riang Utama perwakilan Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Kandisbudpar) Kota Tangerang Selatan pada kegiatan Festival Lagu Daerah Tingkat Provinsi Banten Tahun 2014 tanggal 25 September 2014 lalu di Balai Budaya, Serang, Banten. “Syair lagu tersebut berkisah dan terinspirasi dari lagu bermain anak-anak Betawi sekitar tahun 1970-an “Deng en dengan” dan lagu anak-anak Sunda dari masa ke masa “Cang ucang angge” (karya anonim),” ungkap Dhian Widyawati yang biasa dipanggil Mpok Yupi pimpinan Sanggar Dhian Riang Utama pada wartawan disela kegiatan Festival Lagu Daerah Tingkat Provinsi Banten Tahun 2014 yang diikuti oleh peserta perwakilan Sanggar di Kabupaten/Kota Se Provinsi Banten.


Tangsel Cemore : Festival Lagu Daerah Banten Tahun 2014 Wujudkan Seni Budaya Lokal Yang Beradaya Saing dan Berkelanjutan Festival Lagu daerah Banten diharapkan mampu membangkitkan kembali minat masyarakat, khususnya generasi muda untuk lebih mencintai dan sekaligus mengembangkan seni budaya daerah. Selain itu juga diharapkan kegiatan ini dapat memotivasi agar mampu berkreasi menciptakan seni budaya banten, sehingga dapat dinikmati oleh segenap masyarakat serta wisatawan. “Sesuai dengan visi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Banten “Mewujudkan kebudayaan dan pariwisata Provinsi Banten yang berdaya dan berkelanjutan” ungkap Drs. HM Agus Setiawan AW, Msi Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Banten disela Kegiatan Festival Lagu Daerah Tingkat Provinsi Banten Tahun 2014 belum lama ini di Balai Budaya Provinsi Banten, Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B), Curug, Kota Serang, Banten. Turut hadir Dra. Hj. Ratu Yati Priati Kepala Bidang Sumber Daya Manusia Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Kabid SDM Disbudpar) Provinsi Banten, Unsur Kantor Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten/Kota Se Provinsi Banten, Peserta Perwakilan Sanggar Seni Kabupaten/Kota Se Provinsi Banten, Seniman dan Budayawan Se Provinsi Banten, Didin Supriadi, S.Sen, M.Pd, Kartika Mutiara Sari, M.Pd, Wawan Kuswanto, S.Pd sebagai Dewan Juri. Dijelaskannya bahwa Pemerintah Provinsi Banten melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada para seniman atas kreativitas pada pelestarian dan pengembangan seni budaya Banten melalui eksplorasi seni tari, musik , dan lagu pada festival lagu daerah Tingkat Provinsi Banten Tahun 2014 ini. “Perlu kami informasikan bahwa peserta terbaik dari festival ini akan mewakili Provinsi Banten pada Kegiatan Parade Lagu Daerah Nusantara yang akan dilaksanakan, Insya Allah pada tanggal 6-7 Desember 2014 di Taman Mini Indonesia Indah (TMII),” jelasnya. Dikesempatan yang sama Dra. Hj. Ratu Yati Priati Kepala Bidang Sumber Daya Manusia Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Kabid SDM Disbudpar) Provinsi Banten menegaskan bahwa Provinsi Banten kini sedang giat-giatnya membangun diantaranya adalah pembangunan dibidang kebudayaan dan pariwisata. Bagaimana kita menuju rencana pembangunan tersebut adalah selanjutnya kita ingin menggali potensi-potensi apa saja yang ada di Banten. “Salah satunya adalah melalui seni budaya,” tandasnya. Menurutnya melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Banten ini, kami telah mengadakan berbagai macam kegiatan festival seni budaya berbasis ekonomi kreatif. Didalam ekonomi kreatif itu adalah bagaimana kita mengembangkan seni budaya lokal untuk semakin bagus dan berkembang. Sekarang kita telah menggali kekayaan bahasa daerah Banten melalui kegiatan Festival Lagu Daerah Provinsi Banten. “Saya yakin kekayaan lokal lagu daerah Banten banyak sekali tinggal dieksplorasi, sehingga menjadi salah satu daya tarik kepada para wisatawan,” katanya. Kami telah menyelenggarakan berbagai kegiatan festival seni budaya setiap tahunnya seperti festival teater, festival lagu daerah, seni lukis, seni tari tradisional. Diutamakan kepada generasi muda untuk menjadi peserta. Saya bangga kepada generasu muda Banten bisa mencintai seni budaya tradisi daerahnya. “Siapa lagi yang akan menggali dan mengembangkan seni budaya Banten, kalau bukan masyarakat banten itu sendiri,” imbuhnya. (Sumber : sanggar_dru, festival lagu daerah banten 2014)


Gebyar Cinta Budaya Banten 2014 Lelaki bertopeng itu, biasa disebut Si Jantuk yang mempunyai peran sentral dalam pertunjukan Topeng Blantek sebagai pengatur alur dan sekaligus membuka serta menutup pertunjukan. Demikianlah sekelumit adegan Topeng Blantek Tangsel dengan Lakon Perkawinan karya/sutradara Sabrawi yang dipentaskan oleh Sanggar Dhian Riang Utama (DRU) perwakilan kota Tangerang Selatan, terlihat cukup meriah dan juga menghibur. Dengan iringan musik rebana hadroh yang menghentak, tiba-tiba muncul lelaki bertopeng sambil menari riang menyapa para penonton. Pertunjukan Topeng Blantek dengan seni budaya Betawi lainnya berbeda. Terutama perbedaannya dilihat dari setting panggungnya dan musik pengiringnya. Topeng Blantek Topeng Blantek mempunyai ciri khas tersendiri dalam pertunjukannya, seperti keberadaan sundung dan obor yang digunakan sebagai pembatas serta pengatur situasi dalam lakon Topeng Blantek. Selain itu juga musik pengiring pertunjukan Topeng Blantek menggunakan rebana hadroh (rebana lainnya) dan berbeda dengan Lenong serta Topeng Betawi yang menggunakan Gambang Kromong serta Gamelan Topeng sebagai musik pengiring lakonnya. Kegiatan tersebut terselenggara berkat kerjasama Surat Kabar (SK) Tangsel Pos dengan Surat Kabar (SK) Satelit News beserta Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten/Kota Se Provinsi Banten dengan nama kegiatan Gebyar Cinta Budaya Banten dalam rangka HUT Kota Banten ke 14 yang diisi dengan pagelaran seni budaya Banten, seperti Debus, Barongsai, Ubrug, dan 17 (tujuh belas) seni budaya tradisional lainnya.


Tangsel Cemore : Menyongsong Ekonomi ASEAN Tahun 2015 Kerjasama ekonomi ASEAN mengarah kepada pembentukan komunitas ekonomi ASEAN sebagai suatu integrasi ekonomi kawasan ASEAN yang stabil, makmur dan berdaya saing tinggi. MEA yang diberlakukan pada Desember 2015, bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan pengembangan budaya. Ada 4 (empat) Pilar ASEAN Economic Community (AEC) : Terbentuknya pasar dan basis produksi tunggal, Kawasan berdaya saing tinggi, Kawasan dengan pembangunan ekonomi yang merata, Integrasi dengan perekonomian dunia. Ada 4 (empat) Hal Yang Harus Diantisipasi Dalam ASEAN Economic Community : Minimnya sumber daya alam, Defisit, Pengangguran, Bebasnya investasi. Kreatifitas merupakan inti dari industri kreatif. Industri kreatif sebagai industri yang berasal dari pemanfaatan kreatifitas, ketrampilan, dan bakat individu untuk menciptakan lapangan kerja dan kesejahteraan dengan menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta individu tersebut. Ekonomi kreatif adalah sistem kegiatan manusia yang berkeaitan dengan produksi, distribusi, pertukaran, konsumsi barang dan jasa hasil industri kreatif. Pengembangan ekonomi kreatif mulai marak diperbincangkan sejak tahun 2006. Akar ekonomi kreatif bermula dari ekonomi berbasis ilmu pengetahuan. Ekonomi kreatif telah didaulat sebagai gelombang ekonomi keempat setelah era ekonomi informasi. (Sumber : Seminar Ekonomi Kreatif, Disbudpar Tangsel, Great Western Resort Serpong, 160714)


Topeng Pesanggrahan Topeng Pesanggrahan adalah sebuah wadah kreasi pemuda dalam mengekpresikan karya arsitektur Betawi (topeng betawi, boneka ondel-ondel duduk, tehyan, miniatur ondel-ondel, miniatur rumah Betawi) berdiri sejak tahun 2005 di Jl. H. Syatirih RT. 002 RW. 03 Kel. Ulujami Kec. Pesanggrahan Jakarta Selatan oleh para pemuda pecinta seni artsitektur Betawi. Topeng Pesanggrahan terus berusaha untuk menciptakan inovasi-inovasi baru dalam berkarya, melalui wadah diskusi rutin setiap minggunya terciptalah beberapa karya inovasi arsitektur Betawi dengan memanfaatkan kembali barang yang tidak terpakai seperti : kardus, koran, bambu, kayu, triplek, sterefom sebagai bahan dasar sebuah karya. 1. Topeng terbuat dari kardus bekas. Alat yang dibutuhkan : gunting, blender, karton, kardus, sagu, cat. Pembuatan topeng ini diawali dengan mempersiapkan cetakan topeng yang terbuat dari karton, selanjutnya siapkan beberapa kardus bekas dipotong kecil-kecil dan diblender selanjutnya potongan kardus yang telah diblender ditempelkan dengan menggunakan lem sagu yang telah dimasak sambil ditekan menyesuaikan tekstur muka cetakan topeng yang telah dibuat, setelah itu baru dijemur sampai kering. Setelah kering dilakukan pengecatan. 2. Boneka ondel-ondel terbuat dari bambu dan sterefom. Alat yang dibutuhkan : bambu, sterefom, kayu, triplek, gergaji, martil, paku, amplas, pisau carter, semen putih, cat, koran, ijuk, bahan saten kiloan. Diawali dengan membuat rangka kepala dengan triplek dengan dimasukkan sedikit potongan sterefom yang dibentuk, selanjutnya membuat rangka badan dengan bambu dan diselipkan potongan sterefom sampai padat agar berbentuk badan ideal. Kemudian membuat rangka kaki dari bamboo yang di tekuk sedikit. Setelah itu, kita mulai dengan penyemenan kepala hingga merata dan dikeringkan. Selanjutnya kita jahit bahan dengan ukuran ondel-ondel yang telah jadi. Walau bagaimanapun dalam berkarya kami masih penuh dengan keterbatasan, perlu kepanjangan tangan berbagai pihak yang turut menunjang karya-karya seni arsitektur Betawi kedepan. Pauzi, Jl. H. Syatirih No. 88 RT 002 RW 03, Ulujami, 081283368411


Silat Pesanggrahan Silat Pesanggrahan lahir dari keseriusan para pemuda Betawi yang tiada hentinya melatih kepekaan inderawi, mengolah kelebihan atau kelenturan anatomi tubuh. Seperti yang dilakukan oleh para pemuda Jl. H. Syatirih RT. 002 RW. 03 sejak tahun 2010, secara rutin setiap minggunya berlatih silat. Pesertanya sebagian besar anak-anak SD/SMP/SMA dan sudah beberapa kali diberi kesempatan tampil pada even-even dimasyarakat untuk menampilkan Silat Pesanggrahan kepada publik. Silat Pesanggrahan mempunyai arti pertahanan empat yang maknanya pertahanan empat arah mata angin yakni timur, barat, utara dan selatan. Jurus-jurus Silat Pesanggrahan terkenal dengan keras, cepat, ringkas dan mengarah pada tempat-tempat yang mematikan. Sebelum mempelajari jurus, murid biasanya mengikuti syarat penerimaan siswa yang disebut rosulan atau ngerosul; berupa tawasul disertai zikir tahlil memanjatkan doa pada Allah SWT agar dalam mempelajari beksi diberi keridoan, kekuatan, ketabahan dan kesabaran. Dalam permain-an jurus, ada banyak melakukan hentakan kaki ke lantai dan gerakan tangan yang sangat cepat. Oleh sebab itu dianjurkan untuk melotot dan tidak berkedip dalam melihat gerak lawan. Cara belajar mengajar : a. Diperkenalkan jurus. Murid menirukan disebut juga : asal tau jalan. b. Tuntun. Latihan gerak bela yang dituntun oleh guru dengan teknik dan aplikasi jurus. c. Sambut. Murid tanding dengan sesama murid atau guru dengan menggunakan jurus. Secara fundamental ada 12 jurus dalam Silat Pesanggrahan. Silat merupakan kekayaan seni budaya bangsa yang penting artinya bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan sehingga perlu adanya proses pelestarian demi memupuk kesadaran jatidiri bangsa. (ziz) (Hendra Setiawan, Jl. H. Syatirih RT. 002 RW. 03 Kel. Ulujami Kec. Pesanggrahan, Jakarta Selatan, Telp. 02141795339. ) Ondel-Ondel Pesanggrahan Ondel-Ondel Pesanggrahan adalah sebuah wadah kreasi pemuda dalam mengekpresikan karya arsitektur Betawi (topeng betawi, boneka ondel-ondel duduk, tehyan, miniatur ondel-ondel, miniatur rumah Betawi) berdiri sejak tahun 2005 di Jl. H. Syatirih RT. 002 RW. 02 Kel. Ulujami Kec. Pesanggrahan Jakarta Selatan oleh para pemuda pecinta seni artsitektur Betawi. Topeng Pesanggrahan terus berusaha untuk menciptakan inovasi-inovasi baru dalam berkarya, melalui wadah diskusi rutin setiap minggunya terciptalah beberapa karya inovasi arsitektur Betawi dengan memanfaatkan kembali barang yang tidak terpakai seperti : kardus, koran, bambu, kayu, triplek, sterefom sebagai bahan dasar sebuah karya. 1. Topeng terbuat dari kardus bekas. Alat yang dibutuhkan : gunting, blender, karton, kardus, sagu, cat. Pembuatan topeng ini diawali dengan mempersiapkan cetakan topeng yang terbuat dari karton, selanjutnya siapkan beberapa kardus bekas dipotong kecil-kecil dan diblender selanjutnya potongan kardus yang telah diblender ditempelkan dengan menggunakan lem sagu yang telah dimasak sambil ditekan menyesuaikan tekstur muka cetakan topeng yang telah dibuat, setelah itu baru dijemur sampai kering. Setelah kering dilakukan pengecatan. 2. Boneka ondel-ondel terbuat dari bambu dan sterefom. Alat yang dibutuhkan : bambu, sterefom, kayu, triplek, gergaji, martil, paku, amplas, pisau carter, semen putih, cat, koran, ijuk, bahan saten kiloan. Diawali dengan membuat rangka kepala dengan triplek dengan dimasukkan sedikit potongan sterefom yang dibentuk, selanjutnya membuat rangka badan dengan bambu dan diselipkan potongan sterefom sampai padat agar berbentuk badan ideal. Kemudian membuat rangka kaki dari bamboo yang di tekuk sedikit. Setelah itu, kita mulai dengan penyemenan kepala hingga merata dan dikeringkan. Selanjutnya kita jahit bahan dengan ukuran ondel-ondel yang telah jadi. Walau bagaimanapun dalam berkarya kami masih penuh dengan keterbatasan, perlu kepanjangan tangan berbagai pihak yang turut menunjang karya-karya seni arsitektur Betawi kedepan. (ziz) Ondel-Ondel Pesanggrahan, Pauzi, H. Syatirih RT. 002 RW. 03, Kel. Ulujami Kec. Pesanggrahan, Jakarta Selatan, Telp. 081283368411


Ras Barkah Ras Barkah lahir di Bogor, 28 Agustus 1942. Mula-mula Ras Barkah terjun ke film sebagai figuran di tahun 1961. Setelah itu ikut dalam beberapa produksi sebagai pemain pembantu. Di samping film, ia aktif dalam dunia pentas sebagai sutradara, pernah memimpin Blantek Si Barkah, API (Arena pentas Indonesia) dan Teater Ular. Ia juga pernah menjadi kepala pengawas DPM Pelabuhan Ratu (1961-1962), menjabat kepala RRI Sukabumi (1966-1968), menjadi pimpinan panggung Jakarta Fair (1970-1972), menjadi pembantu pimpinan panggung TIM (1972-1973). (Dari Berbagai Sumber)

Festival Lenong Jakarta Selatan Tahun 2013 Lenong merupakan seni teater tradisi Betawi yang mengungkapkan sisi kehidupan dengan lakon secara umum mengandung pesan moral (menolong yang lemah, membenci kerakusan dan perbuatan tercela, termasuk korupsi dan narkoba) menggunakan bahasa percakapan sehari-hari masyarakat Betawi. Keunikan Lenong ada pada ilustrasi musik pengiringnya, yaitu gambang, kromong, kendang, gong, kecrek, tehyan. Belum lama ini, tepatnya Sabtu, 7 Desember 2013 telah diselenggarakan Festival Lenong Jakarta Selatan Tahun 2013 oleh aktivis budaya Jakarta Selatan yang bertempat di Auditorium Gelanggang Remaja Bulungan Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Peserta adalah Sanggar/Group Lenong di 10 Kecamatan Se Jakarta Selatan. Penyelenggaraan kegiatan tersebut tak lain dan tak bukan untuk menanamkan kesadaran cinta budaya lokal pada masyarakat, menumbuhkan kesadaran pentingnya melestarikan, serta memanfaatkan seni tradisi dan membangkitkan semangat jiwa kepahlawanan/nasionalisme, mengembangkan daya cipta dan kreatifitas masyarakat dalam memahami sisi kehidupan yang disampaikan melalui seni pentas/pertunjukan. Diakhir penyelenggaraan Festival Lenong Jakarta Selatan Tahun 2013 tersebut telah melahirkan 3 (tiga) group/sanggar terbaik, diantaranya terbaik pertama group/sanggar Lenong Pesanggrahan pimpinan Bang Sabrawi, terbaik kedua group/sanggar Lenong Pancoran pimpinan Bang Tutur, dan terbaik ketiga group/sanggar Lenong Kebayoran pimpinan Bang Agus. Tentunya kita sebagai masyarakat kota Jakarta berharap bahwa penyelenggaraan Festival Lenong ini dapat menjadikan angin segar bagi perkembangan seni teater tradisi Betawi di kota Jakarta ke depan. (ziz)


Padepokan Bagong Kussudihardja Studio Kreatif Seni Multi Fungsi Padepokan Bagong Kussudihardjo terletak di Dusun Kembaran, Tamantirto, Kasihan, Bantul, kurang lebih 10 meter dari pusat kota Yogyakarta, yang memiliki luas 5.000 meter persegi. Padepokan Bagong Kussudihardjo didirikan oleh Bapak Bagong Kussudihardjo pada tanggal 2 Oktober 1978 sebagai lembaga pendidikan kesenian non formal yang meliputi tari, karawitan, teater, ketoprak, musik, dan lain sebagainya. Padepokan ini terletak di pinggir sungai konteng, memiliki suasana tenang dan asri dengan keberadaan taman serta pepohonan besar dan tinggi disekitarnya. Fasilitas yang dimiliki oleh Padepokan ini antara lain sebuah studio besar yang juga merupakan ruang pertunjukan utama (12 m x 10,5 m), studio berbentuk arena,dan sebuah studio yang dibangun dengan bentuk menyerupai pendapa. Keseluruhan studio multifungsi untuk melakukan bermacam aktifitas kreatif, seperti proses latihan,diskusi,workshop,dan lain sebagainya. Selain itu juga terdapat studio rekaman (audio) digital, ruang latihan musikkarawitan (gamelan), kantor, toilet,dan area parkir yang nyaman. Ruang pertunjukan utama juga berbentukmenyerupai pendapa yang mampu menampung penonton sampai dengan 500 orang, serta perlengkapan tata lampu. Fasilitas lain yang menunjang keberadaan dan fungsi yang dijalankan sebagai rumah budaya adalah wisma dan beberapa kamar untuk memberikan akomodasi kepada seniman, partisipan program ataupun tamu yang berkunjung. (ziz)

Karya “gila� Nya Menjadi Perhatian Publik Didik Nini Thowok asal Temanggung mengawali karir menarinya di kota Yogyakarta. Setiap karya gila nya yang terus ditampilkan menjadi perhatian banyak orang, mulai dari masyarakat arus bawah sampai masyarakat jetset. Dia menampilkan sesuatu yang berbeda pada setiap pertunjukannya, dengan memanfaatkan potensi yang ada secara kreatif dan inovatif. Melalui upaya eksplorasi yang tiada henti, tak heran bila gerak tubuhnya begitu elastis, praktis, dinamis, serta ritmis. Kecintaannya pada dunia tari dimulai sejak usia belia, terutama ketertarikannya pada semua gerak tarian khususnya gerak halus, luwes, dan ayu, dengan mendalami berbagai macam tarian tradisional dari para maestro tari tradisional di jamannya. Terdapat beberapa tarian yang khas dengan Didik Nini Thowok berkaitan dengan tari dwimuka, yakni tari dwimuka jepindo, yang menggambarkan dua karakter berbeda, kolaborasi antara Jepang dan Indonesia. Tarian ini menonjolkan teknik permainan topeng dua karakter berbeda yang bersumber pada tarian tradisi. Selanjutnya tari topeng walang kekek yang mengekspresikan beberapa karakter wanita berbeda, dengan topeng dan gerak komedi. Pola dasar semua gerak pada tarian ciptaannya selalu menunjukkan karakter khusus yang digarap untuk menimbulkan gerakan teatrikal. (ziz)


Kegiatan Pengembangan Wawasan Pelatih dan Juri Seni Budaya Tahun 2013 Kegiatan pengembangan wawasan pelatih dan juri seni budaya tahun 2013 merupakan pelatihan berupa workshop dan praktek yang dilakukan dalam kegiatan field trip (studi lapangan) untuk meningkatkan kapasitas pelatih dan juri seni budaya. Kegiatan ini diharapkan akan mampu membekali pelatih dan juri seni budaya dengan memberikan materi, konsep, struktur,dan pola pikir keilmuan serta praktek di bidang seni budaya yang perlu dimiliki untuk menilai suatu karya pementasan dalam rangkameningkatkan profesionalitas pelatih dan juri seni budaya. Kegiatan ini dilaksanakan pada SeninKamis, 2-5 Desember 2013 oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta dan Event Organizer Merah Putih Persada dengan menginap di Hotel Santika Yogyakarta. Peserta adalah perwakilan para pelatih dan juri seni budaya dari Balai Latihan Kesenian Se Provinsi DKI Jakarta, dengan didampingi oleh Narasumber yang berkompeten dibidangnya antara lain, Abdurrachiem, Shinta Nindyawati, Oase Simanjuntak, Vyana Lohjiwa, Elly Luthan, Joko SS, Eshter Siagian. Kegiatan field trip (studi lapangan) ini adalah kelanjutan dari workshop pengembangan wawasan pelatih dan juri seni budaya yang telah dilaksanakan selama dua hari yang pyur teori di Artotel Thamrin Jakarta. Kegiatan field trip (studi lapangan) merupakan pendekatan saling berbagi pengalaman, mempelajari secara langsung seni pertunjukan yang berkualitas dengan cara menonton tampilan seni pertunjukan dan mengulas kelebihan serta kelemahannya dan kemudian melakukan simulasi pertunjukan. fild trip (studi lapangan) juga dilakukan dengan mengunjungi tempat-tempat yang mendukung peserta untuk melakukan defleksi diri yang disesuaikan dengan materi pengajaran dan didampingi Narasumber, antara lain Padepokan Seni Budaya Bagong Kussudihardjo, Padepokan Didik Nini Thowok, Institut Seni Indonesia Yogyakarta, Padepokan Martinus Miroto, Sendratari Ramayana Prambanan, Parangtritis, Parangkusumo, dan Depok, Keraton Jogia, serta Malioboro. (ziz)


Apakah Yang Dimaksud Dengan Tari? Nungki Kusumastuti S.Sn., M.Sos. Apakah gerak yang ritmis sudah bisa disebut sebagai tari? Apabila seseorang bergerak mengikuti irama tertentu atau dengan irama tertentu , maka dapat dikatakan ia menari? Lalu bagaimana dengan iringan itik di pematang pada sore hari saat menuju kandangnya, yang nampak berlenggak-lenggok dengan irama tertentu? Apakah dapat dikatakan itik-itik tersebut sedang menari atau gerakannya itu dapat disebut sebagai tari? Bila diamati sepintas, tampak dengan jelas bahwa didalam setiap tari pasti ada gerakannya. Selain itu gerak beraneka ragam itu, diantara satu dengan yang lain menjadi berbeda karena perbedaan ritme didalamnya. Dengan demikian maka secara garis besar, didalam tari gerak merupakan elemen utama, dan ritme merupakan elemen kedua. Namun ternyata batasan ini bisa juga diterapkan untuk setiap tingkah laku manusia yang mengandung gerak dan ritme misalnya, orang berjalan, mendayung, berkelahi, dan sebagainya. Berangkat dari adanya sekian banyak kategori tingkah laku manusia yang mengandung gerak dan ritme itu, perlu dibedakan antara gerak yang bisa dikategorikan sebagai gerak tari dan gerak yang tidak termasuk dalam kategori gerak tari. Gerak yang bisa dikategorikan dalam gerak tari adalah gerak yang telah diubah, digarap, yang dalam disiplin tari lazim disebut telah mengalami distorsi atau stilisasi, sehingga gerak tersebut bisa menyentuh perasaan manusia yang melihatnya atau oleh kebanyakan orang bentuk gerak tersebut dikatakan indah. Meski perkataan indah tersebut relatif, bukan diartikan sempit. Jadi bentuk gerak yang halus, kasar, keras, lembut dan sebagainya, bisa dikatakan indah apabila mampu menyentuh atau bahkan menggetarkan perasaan orang yang melihatnya. Dengan demikan apakah semua gerak indah yang ritmis, sudah dapat diakatakan sebagai tari? Telah banyak ahli tari, antropologi, musik, sejarah, psikologi, filsafat yang berusaha membuat batasan tentang tari. Dalam membuat batasan tari, ahli-ahli tersebut seringkali dipengaruhi oleh dudut pandang atau bekal pengetahuan yang paling dikuasainya. Dari sekian banyak batasan tari itu terdapat unsur-unsur dan ciri-ciri dalam tari yang hampir selalu disebut, walau dengan cara penyajian yang berbeda. Unsur dalam tari tersebut adalah gerak, ritme, ruang, pesan, dan nilai estetis. Adapun ciri-ciri yang terkandung dalam tari antara lain : ekspresi manusia secara artistik gerak yang dilakukan oleh manusia yang bukan aktifitas gerak keseharian gerak yang berpola dan berbentuk gerak stilisasi bersifat ritmis didalam ruang disusun dengan maksud tertentu mengandung simbol-simbol, nilai-nilai dari ciri-ciri dan unsur-unsur tersebut, batasan tentang tari dapat dikemukakan sebagai berikut : Tari adalah ekspresi manusia yang diwujudkan dalam rangkaian gerak yang bukan aktifitas gerak keseharian, disusun secara artistik dalam ruang berdasar ritme tertentu untuk menyampaikan pesan dan maksud tertentu, secara simbolik. Kemudian dapat ditambahkan lagi bahwa hasil yang terungkap itu dikenali sebagai tari oleh masyarakat pendukungya. Selain itu perlu diperhatikan bahwa apa yang disebut dengan tari itu dalam artian tari yang berfungsi sebagai tontonan atau tari sebagai seni pertunjukan. Sedangkan tari yang berfungsi ritual dan hiburan pribadi, tidak sepenuhnya tersentuh oleh batasan itu. Rangkaian gerak tubuh manusia yang bukan merupakan gerak keseharian, adalah gerak yang sudah melelui proses penggarapan sehingga tercipta sebuah komposisi gerak. Penggarapan gerak dilakukan melalui proses stilisasi atau distorsi gerak sehari-hari sehingga menjadi gerak tari. Bisa juga gerak yang digarap tidak dari gerak sehari-hari melainkan melalui pencarian dari berbagai elemen gerak yang semata-mata digarap untuk tujuan estetis.


Apakah Yang Dimaksud Dengan Tari? Nungki Kusumastuti S.Sn., M.Sos. Batasan atau pengertian tentang tari tersebut seringkali tidak lepas dari unsur-unsur lain yang turut mendukung seperti adanya unsur cerita, dialog, nyanyian, dialog dan nyanyian, akrobatik, demonstrasi kekebalan dan sulapan. Jenis-jenis Tari di Indonesia menurut Pola Garapan atau Koreografinya Tari Tradisional (Tari Klasik Tari Non Klasik ) Tari Eksperimental (Tari Eksperimental Folklorik Tari Eksperimental non Folklorik) Tari Kreasi Baru Tarian Tradisional Yaitu tarian yang telah ada dari kurun waktu tertentu, dilakukan secara berulang sedikitnya dua generasi , tetap bertahan hingga sekarang dan senantiasa berpegang pada pola-pola serta aturanaturan yang sudah ada. Tari Klasik Yaitu tarian yang telah mengalami kristalisasi keindahan yang tinggi, penggarapan geraknya mempunyai pola-pola dan ukuran-ukuran keindahan yang telah terbukti melampaui batas-batas daerah dan zaman. Tarian ini mempunyai perbendaharaan gerak yang antara gerak satu dengan yang lain harus diatur dan dihubungkan dengan suatu cara yang telah ditentukan atau berstandar. Tari klasik biasanya berkembang dan dipelihara di lingkungan istana raja-raja dan bangsawan. Contoh : Tari Bedaya, Serimpi dari Kraton Yogyakarta dan Surakarta. Tari Non Klasik (folklorik) Tarian yang gerak tarinya biasanya tidak berstandar karena sekedar cukup untuk memberikan aksen kepada peristiwa-peristiwa yang menjadi tujuannya dengan tema yang ditetapkan sesuai dengan peristiwa tersebut. Tarian nonklasik biasanya tumbuh dan berkembang dilingkungan rakyat sehingga sering disebut sebagai tari rakyat Contoh : Ketuk Tilu (Jawa Barat), Tayuban (JawaTengah) Tari Eksperimental Tari Eksperimental Non Folklorik Yaitu tari yang penggarapannya sama sekali sudah tidak menggunakan unsur-unsur tari tradisional suatu suku bangsa atau tidak lagi mengikuti ketentuan yang ada dalam tari tradisional Tari Eksperimental Folklorik Yaitu tari yang penggarapannya menggunakan unusr-unsur tradisional suatu suku bangsa, tetapi baru dan eksperimental dalam penyusunannya atau penggarapannya. Contoh : Dongeng dari Dirah (Sardono W Kusumo), tari karya Jecko Siompo Tari Kreasi Baru adalah tari tradisional baik klasik maupun non klasik yang sudah dikreasikan sehingga menjadi bentuk yang baru Misal : Karya Bagong Kussudiardjo, Didik Nini Thowok, NL Swasti Wijaya B Jenis-jenis Tari di Indonesia Menurut Fungsinya Tari Upacara (Tari Non Keagamaan / Non Ritual Tari Keagamaan (Ritual) Tari Hiburan Tari Pertunjukan Tari Upacara Yaitu tari-tarian yang biasanya dipakai masyarakat untuk tujuan magis, seperti mempengaruhi alam dan sebagai media komunikasi dengan makhluk gaib yang ada di sekelilingnya. Contoh Tari Rejang, Tari Pendet dari Bali, ditarikan di Pura untuk menyambut kedatangan dewa-dewa ke pura (dalam acara Hindu-Dharma) Misalnya tari-tarian yang dilakukan pada waktu upacara adat,yang dilakukan seorang laki-laki dewasa yang akan menginjak masa kedewasaannya, seperti di Irian atau di Sulawesi Tari Hiburan Merupakan taritarian yang menitikberatkan pada segi hiburan, umumnya merupakan tarian pergaulan, yaitu tarian yang berfungsi sebagai media berkomunikasi antar anggota masyarakat. Tari pergaulan umumnya dilakukan berpasangan wanita dan laki-laki. Pada zaman masyarakat feodal penaripenari perempuan yang berfungsi sebagai penghibur bagi kaum laki-laki. Hal mana penari perempuan kebanyakan berasal dari golongan masyarakat rendah dan kaum laki-lakinya dari golongan bangsawan, atau orang kaya serta penari perempuan mendapat kedudukan yang sederajat dengan laki-laki.


Apakah Yang Dimaksud Dengan Tari? Nungki Kusumastuti S.Sn., M.Sos. Tarian pergaulan merupakan hiburan dari kedua belah pihak, contoh : Tari Joged (Bali) Ledhek (Jawa), Jaipongan (Jawa Barat). Adapun taritarian yang ditarikan di diskotik merupakan tari hiburan pribadi Jenisjenis Tari di Indonesia menurut Isi atau Temanya Tari Pantomim Tari Erotik Tari Kepahlawanan Dramatari Tari Pantomim Yaitu tarian yang merupakan gerak-gerak dari obyek-obyek yang terdapat di luar diri manusia. Pada masyarakat primitif (purba), tarian pantomim merupakan tarian menirukan gerak-gerak alam atau binatang. Misal tarian meminta hujan, dalam tarian tersebut manusia berusaha untuk menirukan gerak-gerak hujan yang turun. Tarian berburu, pada zaman masyarakat primitif waktu akan berburu binatang selalu mengadakan tarian yang menirukan gerak dari binatang yang akan diburu. Tari Erotik Yaitu tarian yang mengandung isi yang erotis atau percintaan. Tari-tarian hiburan dari zaman masyarakat feodal hampir semuanya termasuk tarian erotik karena di dalamnya mengandung unsur hubungan antara laki-laki dan perempuan. Contoh tari Gatotkaca Gandrung, Klana Topeng dari Jawa Tengah, Tari Oleg Tambulilingan dari Bali, Tari Maengket dari Manado. Tari Jaipongan dari Jawa Barat Tari Kepahlawanan Yaitu tarian yang menggambarkan kepahlawanan seseorang atau sekelompok orang yang menggambarkan perang antara tokoh-tokoh tertentu. Contoh Tari Seudati dari Aceh, Tari Mandau dari Kalimantan, Tari Baris dari Bali. Dramatari Dramatari paling berkembang di Indonesia adalah di Jawa, ada yang berdialog tembang, berdialog Jawa Prosa, atau tanpa dialog dan tembang tetapi memakai tanda-tanda gerak dan ekspresi wajah untuk berbicara yang populer disebut sendratar Selain jenis-jenis tari yang telah disebutkan, sejak zaman masyarakat primitif (purba) sampai dengan sekarang, di Indonesia dikenal dengan adanya tari Topeng yaitu tarian yang pelakunya menggunakan topeng. Topeng yang digunakan tersebut baik untuk melambangkan orang yang sudah mati atau leluhur maupun untuk melindungi mereka dari roh jahat. Topeng juga digunakan untuk menjadi penghubung dengan leluhur, untuk menarik kekuatan gaib sebagai penolong. Adapun jenis topeng yang terdapat di Indonesia adalah : Topeng makhluk dongeng Topeng wajah yang digayakan Topeng wajah nyata Topeng makhluk dongeng raksasa atau lambang marga dari mitos, dianggap sebagai sumber perlindungan bagi masyarakat yang memelihara bentuk budaya purba. Contoh tari yang menggunakan jenis topeng ini di Kalimantan, Sulawesi, Papua dan Bali. Jika memperhatikan tumbuh-kembangnya taritarian di Indonesia, maka tari-tarian sudah ada sejak zaman masyarakat primitif (purba), hal mana pada masa ini Indonesia belum mengenal tulisan. Tari-tarian lebih berfungsi sebagai upacara ritual sesuai dengan kepercayaan yang ada yaitu animisme dinamisme, shamanisme ataupun totemisme. Selain diduga pada masa itu diperoleh dari gambar (peninggalan) di gua-gua ataupun di nekara. Pada zaman Indonesia Hindu/Budha hal mana masyarakat Indonesia sudah mengenal tulisan, data tentang tari diperoleh dari relief di candi-candi (Candi Prambanan, Candi Borobudur, Candi Sewu, Candi Kalasan), prasasti atau batu bertulis (prasasti Taji, Prasasti Jaha), karya sastra (Ramayana, Arjuna Wiwaha, Negara Kertagama, Pararaton). Tarian pada masa ini berfungsi Tari sebagai bagian dari ritus Tari sebagai bagian untukmendapatkan kesenangan Tari sebagai pelengkap kebesaran seseorang atau suatu lingkungan Pada masa itu tari-tarian banyak bertumbuh dan dipelihara di istana-istana kerajaan dan di tempat-tempat para bangsawan selain juga dilingkungan rakyat kebanyakan.


Apakah Yang Dimaksud Dengan Tari? Nungki Kusumastuti S.Sn., M.Sos. Pada zaman Indonesia Islam, tarian tidak merupakan bagian dari upacara keagamaan seperti halnya Zaman Indonesia Hindhu/Budha. Terdapat tiga macam hubungan Islam dalam Tari : Bentuk-bentuk tari yang sudah ada sebelum Islam masuk yang kemudian berubah dengan adanya pengaruh Islami. Misal : Tari Golek Menak (Yogyakarta)Tari Baru yang ketika diperkenalkan di Indonesia sudah bermuatan pesan Islami. Salah satu wujudnya adalah pertunjukan dengan para penari berdiri dalam barisan sambil menyanyikan teks dan menggerakkan badan dalam irama. Kebanyakan teks berisi puji-pujian untuk Nabi Muhammad dalam bahasa Arab, terkadang diwarnai syair bahasa setempat. Contoh : Tari Saman (Aceh), Tari Indang (Sumatra Barat). Tari Kotemporer yang tidak terikat secara ketat dengan tradisi tertentu, tetapi kesan Islam tampil jelas dengan baik melalui tema atau perangkat pendukung seperti setting, kostum, iringan musik dan sebagainya. Contoh : Shor-shor karya Tom Ibnur Zaman Invasi Bangsa Barat Pada zaman ini tari-tarian di Indonesia terutama di Jawa Tengah mengalami kemajuan karena kerajaan-kerajaan besar kehilangan kekuatan politiknya. Untuk menutup frustrasinya para raja memusatkan pikirannya pada perkembangan seni budaya termasuk tari-tarian. Bahwa saat kerajaan Mataram pada abad XVIII ( 1755 - Perjanjian Giyanti) dipecah menjadi 2, yaitu Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta, masing-masing kerajaan mengembangkan tari-tarian untuk memberikan ciri pada kerajaannya. Salah satu perangkat sebuah kerajaan adalah tarian (abdidalem bedaya). Zaman Pergerakan Nasional Kesadaran Nasional mempunyai mempunyai akibat yang baik pada perkembangan tari. Buktinya, tari-tarian istana yang semula hanya dinikmati dan dipelihara oleh golongan istana dan bangsawan lalu disebarluaskan dikalangan rakyat. Sejak abad XX seni tari keistanaan tidak menjadi monopoli istana saja, sebaliknya tari-tarian rakyat mulai mendapat perhatian yang layak. Zaman Masyarakat Modern Dapat dikatakan bahwa seni tari di Indonesia mengalami perkembangan yang pesat, seni tari menjadi salah satu cabang ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri. Wadah-wadah pendidikan tari didirikan oleh pemerintah dari sekolah setingkat SMA sampai dengan Akademi. Perkembangannya kini menjadi Sekolah Tinggi/Perguruan Tinggi Seni di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Bali, Surakarta, Padang Panjang. Tari Kontemporer Indonesia Istilah Tari Kontemporer mengacu pada tari yang lebih mutakhir dibanding tari modern di Barat (Eropa dan Amerika) yang lebur sebagai perlawanan terhadap balet klasik yang sudah mapan. Para tokoh tari modern di barat menganggap balet klasik telah mencapai tahap kemandegan perkembangan teknik, terlepas dari tema yang seakan selalu berupa dongeng indah dan tidak menyediakan ruang untuk menafsirkan secara bebas masalah kenyataan hidup. Banyak penata tari Indonesia yang terpengaruh oleh pembaharuan di mancanegara, walaupun sebagian besar semula berkarya dalam salah satu gaya tari tradisi. Beberapa perintisnya antara lain Jojana, Seti - Arti Kailoka, Bagong Kussudiardjo, Wisnoe Wardana, yang kemudian dilanjutkan oleh generasi yang lebih muda seperti Sardono W Kusumo, Gusmiati Suid, Tom Ibnur, dan generasi yang sekarang Boy G Sakti, Miroto, Jacko Siompo Berbicara mengenai seni tari dimasa kini, peranan pasar dalam hal ini penonton menjadi sangat penting, karena sebagian besar taritarian berfungsi sebagai tontonan meski tari-tarian untuk kepentingan upacara dibeberapa wilayah masih diperlukan. Istana bisa tidak lagi berfungsi sebagai patron, sementara pemerintah belum bisa mengambil alih peranan istana di masa lalu. Disinilah seharusnya peranan bisnis diharapkan. Sayangnya kegiatan / pertunjukan tari belum bisa menjadi bisnis pertunjukan yang menghasilkan keuntungan. Biaya produksi yang dibutuhkan untuk suatu pertunjukan yang baik belum bisa ditutup hanya dari penjualan tiket. Diperlukan sponsor dan donatur untuk terselenggaranya sebuah pertunjukan tari. Untuk itu diperlukan manajemen kesenian yang profesional agar tercipta karya tari yang berkualitas. (ziz)


Pengembangan Wawasan Musik Nusantara Oleh : Esther Siagian Ragam Musik : Apa Bedanya? Seperti Musik Barat, Musik Kontemporer, World Music, Musik Tradisi, Musik Populer (semua genre musik yang disebarluaskan secara komersil seiring dengan perkembangan teknologi rekaman dan industri musik), Pop, Dangdut, Campursari, lagu Anak2, Jazz, Rock, hybrid, agamis, dll. Begitupula Musik Tradisi bahwa Musik tradisional adalah musik yang lahir dan berkembang di daerah- daerah di seluruh Indonesia. Ciri khas pada jenis musik ini terletak pada modus, lagu dan instrumen (alat musiknya). Syair dan melodinya menggunakan bahasa dan gaya setempat. Seni tradisi yang merupakan identitas, jati diri, media ekspresi dari masyarakat pendukungnya, Melekat dengan sistem nilai dan fungsi dalam budayanya, musik tradisional (teknik permainan khas, Penyajian khas, bentuk/organologi instrumen musik yang khas), memiliki semangat kolektivitas yang tinggi (komunal) bukan individual serta terikat akan fungsional dalam sosial masyarakat yang mendukung kebudayaan tersebut. Kontak Budaya/INTERAKSI : Kemajuan ekonomi, migrasi penduduk, perkembangan teknologi membuat pergerakan manusia semakin kencang, kesempatan bertemu dan ditemui orang dengan budaya berbeda semakin intens. Kesempatan saling mempengaruhi menjadi sedemikian terbuka. Globalisasi berdampak orang semakin memperkuat kelokalannya sebagai cara bertahan dari kompetisi arus luar yaitu dengan memperkuat identitas lokal. Tidak ada lagi masyarakat yang tertutup. Mereka siap dipengaruhi dan mempengaruhi. Westernisasi adalah untuk menjelaskan terjadinya penyerapan unsur-unsur musik Barat ke dalam suatu musik non Barat. Paling nampak adalah penggunaan alat musik Barat, harmoni, dan notasi, begitupula penggunaan teknologi rekaman dan siaran. Termasuk pengaruh melodi, ritem, intonasi, penggunaan suara Barat, dan tak terhitung parameter-parameter struktur musikal dan perilaku musikal lainnya. Pandangan yang lebih mutakhir menegaskan westernisasi musikal sebagai suatu proses di mana suatu musik tradisional dimodifikasi menjadi suatu bagian dari sistem musikal Barat. Westernisasi merupakan proses di mana suatu musik menjadi Barat lewat pertambahan elemen-elemen Barat. Modernisasi merupakan proses dimana, lewat penambahan-penambahan elemen yang mirip, suatu musik tetap mempertahankan esensi tradisionalnya tapi menjadi modernmenjadi bagian dunia kontemporer. Motivasinya bertolak belakang dengan yang disebut dalam westernisasi; musik tradisi dirubah supaya tetap utuh dalam dunia modern, bukan supaya menjadi bagian dari peradaban Barat. Kemajuan teknologi, industri media, dan transportasi tak pelak juga telah meningkatkan pergaulan seni budaya antarbangsa. Perkembangan fungsi musikal dan pergaulan budaya antarbangsa memungkin musik tradisional Indonesia menjadi semakin dikenal, dipakai, dan dinikmati pula di berbagai kota di penjuru dunia. UNIVERSAL VS RELATIVISME - Apa maksudnya? Bahasa Universal. Musik itu bahasa universal, lintas budaya, negara, dan agama. Dengan musik, orang-orang yang berbeda latar belakang bisa berkomunikasi dan menyatu dalam gairah berekspresi seni. Relativisme Kebudayaan. Menurut Franz Boas : Dalam bukunya yang berjudul The Maind of Primitive Man (1911), ia menegaskan dirinya menentang rasialisme dengan mengeluarkan argumen bahwa variasi dari fenotipe dalam sebuah ras tidak dapat dijadikan justifikasi untuk melihat tingkatan kemajuan suku bangsa (ethnocentrism) sebagai yang terbelakang (inferior) dan suku bangsa yang cukup maju (superior).


Pengembangan Wawasan Musik Nusantara Oleh : Esther Siagian Relativism adalah ciri-ciri budaya tertentu (perilaku, kepercayaan, dan simbol) - harus diamati dalam konteks lokal mereka, manusia itu unik dan berbeda satu sama lain. Karena itu, orang hidup menanggapi likaliku hidup dan menjatuhkan penilaian etis atas hidup secara berbeda. Idiom : APPLE dan Orange. Perbandingan Apel dan Jeruk adalah dua item atau kelompok item dibandingkan padahal secara praktis tidak bisa dibandingkan. Idiom tersebut, membandingkan apel dan jeruk, merujuk kepada perbedaan jelas antara item berbeda menunjukkan a analogi palsu yang dibuat antara dua item, seolah apel disalahkan karena tidak bisamenjadi orange yang baik. DISKRIMINASI akan mudah dikembangkan. Dua tradisi musik yang berbeda? BOLEHKAH dilombakan? Gamelan Jawa, Gamelan Bali, Gamelan Sunda, Talempong Minang, Gitar Suling, Karungut, Sinden, Gandrung????? Seperti Apel dan Jeruk : Kriteria Penilaian Juri : Teknik : vocal, homogenitas, sonoritas, attack dan release, phrasing, tempo/ritme, intonasi. Interpretasi : keselarasan musik dan lagu, dinamika, aransemen. Penampilan : etika panggung, kewajaran sikap. Musik/Vokal ETNIK/TRADISI? Tidak ada kriteria yg umum jika materi yg dijuri adalah musik vokal lokal. Mungkin yg terbaik adalah bertanya kepada panitia ttg apa yg menjadi acuan. Apakah unsur musik barat terlibat di dalam atau hal seperti musik barat adalah hal yg harus dihindarkan? Jadi aspek kelokalan (dlm hal ini estetika dtradisi setempat) harus lebih dulu kita pahami paling tidak dasar-dasar ttg keindahan (aspek estetis) dalam hal bernyanyi/bermusik1 pada tradisi itu. Paduan Suara Etnik? Juga harus mempertanyakan apakah unsur musik Barat adalah sesuatu yg dianjurkan atau sesuatu yg harus dihindarkan? Teknik produksi suara Barat berbeda dengan Tradisi (misalnya). Kalau usul saya, Kita harus perhatikan elemen lokal di dalam penyajian musikalnya baik kualitas vokal, cara menghasilkan bunyi vokal, penggarapan ornamen vokal dan kesesuaian penyajian dengan partitur yg mereka aiapkan (kalau ada). Lihat juga bagaimana elemen musik lokal muncul di dalam penyajian extra musikalnya : kostum, gerakan atau Simbolsimbol lokal lainnya. Kemudian berikanlah appresiasimu sebagai pendengar (juri) atas seluruh penampilan: musik dan elemen lainnya (overall). Berbagai Kriteria Penilaian : Teknik. Homogenitas: kepaduan suara yang dihasilkan. Sonoritas: kemerduan/kumandang suara. Timbre: warna suara yang dihasilkan. Intonasi: akurasi/ketepatan nada dan nilai nada yang diproduksi. Ekspresi, Pembawaan : pembawaan lagu, termasuk dinamika. Penghayatan: penjiwaan lagu/interpretasi. Aspek artistik penampilan. Kerja sama tim dalam penampilan, termasuk kepemimpinan konduktor.


Pengembangan Wawasan Musik Nusantara Oleh : Esther Siagian Koreografi (keluwesan dan kepantasan gerak). Sampel : Kriteria penilaian dalam lomba ini adalah : a. Tema, b. Orisinalitas; c. Artistitik; d. Teknik; e. Komunikatif. Materi (kualitas Vokal), Tehnik Vokal ( Artikulasi, Diksi, Frasering, Intonasi, Balance), Pembawaan ( Ekspresi dan Intepretasi, karakteristik lagu), Penampilan (keserasian suara dan gerak, serta segi visual lainnya). 1.Vokall, 2. Aransemen (Pengolah Lagu) * Aransemen bebas, 3. Teknik, 4. Pembawaan, 5. Penampilan. 1. Suara : Materi suara, jangkauan suara, kwalitas suara; 2. Teknik : Pernafasan, produksi suara, ketepatan nada (intonasi) , pengucapan kata / kejelasan ucapan; 3. Pembawaan : Penjiwaan lagu, penafsiran tempo, penafsiran dinamika, pengkalimatan lagu; 4. Penampilan : Tertib panggung, tertib busana. Penilaian. 5.1. Materi Suara : Kemurnian, Kebulatan, Keindahan. 5.2. Teknis : Attack dan Release, Artikulasi, Ketepatan nada, pengkalimatan lagu, kekompakan, Tempo dan dinamika. 5.3. Penghayatan Lagu : Kesesuaian dengan makna dan jiwa lagu. Ekspresi. 5.4. Penampilan. Kewajaran, Kerapian. Bagi para musisi dan artis professional, musik tidak hanya sekadar berfungsi sebagai media ekspresi dan aktualisasi diri melainkan juga merupakan sumber penghasilan/mata pencaharian. (ziz)

Pengantar Kesenian Indonesia Dari Keterbukaan Pewarisan Menuju Kemeriahan Multikultural Oleh : Julianti Parani, Ph.D Kesenian Indonesia mencerminkan falsafah ideologi nasionalnya, Bhineka Tunggal Ika. Ciri-ciri utama dari keterbukaan ini semenjak pewarisannya pada awal millennium lampau yang telah berkembang menuju suatu kemeriahan yang multikultural. Kondisi geografis dan pengalaman sejarah adalah faktor utama dalam proses pembentukannya berhadapan dengan daur kehidupan dalam berbagai tahap. Bervariasi dari ada yang sudah tua usianya namun masih tetap vital, dan ada yang telah mengalami perubahan dengan ekspresi baru yang senantiasa bersemangat bangkit. Keberadaan kesenian tradisional Indonesia sesuai dengan budaya daerah / etnik, berjumlah lebih dari tiga ratusan mungkin sampai ribuan, mayoritasnya tergolong rumpun Malayo-Polynesia, dengan kesamaan akar yang karakteristiknya dapat bertahan hingga kini. Berkat pengalaman sejarah, sejumlah budaya dari luar telah beradaptasi ke dalam, seperti dari Arab, Cina, Portugis, Belanda, dan berbagai budaya dunia lainnya, yang pada awalnya dapat masukan kuat dari Budaya Hindu pada seni rupa plastis jaman purba. Pada jaman pra sejarah berbagai peninggalan budaya dapat dilacak melalui lukisan goa, bangunan tua, dan artefak lainnya yang tersebar di seluruh kepulauan Nusantara. Pengaruh dari luar misalnya dari budaya Hindu India telah muncul pada awal millennium lampau di Kalimantan, Sumatra, Jawa, dll. Salah satu puncak pengalaman budaya tsb bisa dikatakan adalah dari Sriwijaya di Sumatra dan Majapahit di Jawa. Kemudian penyebaran Islam pada abad 13 telah menjadikan mayoritas pengaruh budaya tsb di Indonesia.


Pengantar Kesenian Indonesia Dari Keterbukaan Pewarisan Menuju Kemeriahan Multikultural Oleh : Julianti Parani, Ph.D Modernisasi yang bermula melalui penetrasi orang orang Eropah pada abad 16, telah membangkit seni modern, yang berkelanjutan seterusnya setelah kemerdekaan. Pewarisan pada masa pra sejarah adalah tradisi antik dari pengaruh Hindu. Berikutnya adalah pada berbagai cabang kesenian seperti pada seni pertunjukan berupa upacara ritual dari berbagai etnik hingga ke berbagai ekspresi baru / kontemporer yang menguatkan budaya bersumber dari Bhineka Tunggal Ika Pancasila ideologi bangsa Indonesia. Kemudian produk seni rupa baik yang tradisional hingga ke dalam berbagai produk masa kini mencerminkan ekspresi kontemporer. Salah satu peninggalan ekspresi kesenian kuno adalah lukisan gua di pulau Arguni Papua yang menggambarkan hubungan yang akrab antara manusia dengan binatang dan kosmosnya, terlihat seorang laki laki bertopeng kadal melambangkan sang supernatural nenek moyang agung, pelindung umat manusia. Representasi banteng yang paling kuno dalam peninggalan arkeologi dari masa perunggu ditemukan pada dinding dalam dari suatu kuburan di Pasemah Sumatra Selatan. Suatu perlambangan banteng yang memang tidak asing dalam budaya Indonesia kini, baik melalui Pancasila maupun dalam politik. Awal pengaruh Hindu / Buddha terdapat pada salah satu peninggalan berupa patung perunggu dari Buddha masa Sriwijaya (abad 7 10 masehi) yang ditemukan sekitar Palembang. Pengaruh Hindu / Buddha selanjutnya adalah pada kompleks candi paling indah di Jawa, Prambanan (abad 9 10 masehi) yang pada reliefnya menggambarkan cerita Ramayana. Ekspresi kesenian sebagai tari-tarian di kerajaan Hindu Jawa yang menghibur para penguasa sebagaimana terdapat pada relief candi Borobudur, adalah bukti peninggalan lama dari budaya seni pertunjukan sebagaimana diteruskan kemudian pada kerajaan Majapahit di Jawa Timur yang menurut catatan abad 14 pada Nagarakertagama, diturunkankan pada budaya kraton Jawa di Surakarta maupun Yogyakarta. Seni pertunjukan Indonesia banyak yang terkait dengan upacara ritual sebagai representasi hubungan spiritual antara manusia dengan Sang Hyang / Roh Agung nya dilakasanakan melalui prosesi festival, memiliki kualifikasi berkesenian, mengagungkan kraton / penguasa and even keagamaan / kepercayaan. Ritual Mask Performances: Kalimantan Hudoq, Bali Brutuk, Asmat Jipae. Aktivitas ini memiliki asal usul dalam berbagai pesta etnik di daerah ybs, sperti pada pentas wayang, yang boneka maupun manusia, dan seni pertunjukan topeng. Pertunjukan wayang memiliki elemen kepercayaan, adat istiadat , mistik , pendidikan dan falsafah kehidupan dari lingkungan komunitasnya. Seni Topeng tersebar di seluruh Indonesia dengan berbagai tujuan ritualistik yang dihidupkan melalui seni pertunjukan. Pada dasarnya topeng merupakan manifestasi perlambangan terkait berbagai konsep kepercayaan. Ada yang merepresentasikan figur nenek moyang, tokoh spiritual yang dihormati, dsb. Seperti pada topeng Bali Sidakarya atau Topeng Pajegan, maupun tokoh tokoh signifikan semacam yang terdapat dalam Ramayana. Pengaruh budaya Islam baik sebagai upacara maupun seni pertunjukan, seperti pada seni Cakepung dari Lombok, Seudati dari Aceh, Saman dari Gayo.


Pengantar Kesenian Indonesia Dari Keterbukaan Pewarisan Menuju Kemeriahan Multikultural Oleh : Julianti Parani, Ph.D Seni pertunjukan berupa kreasi baru dan seni kontemporer banyak tumbuh setelah kemerdekaan terutama tahun 1980an yang banyak masih dilhami berbagai budaya tradisi etnik, seperti dari Sunda di Jawa Barat, Bali, Kratong Jawa, Papua, Bugis dari Sulawesi Selatan, Betawi dari Jakarta, Minangkabau dari Sumatra Barat, sebagaimana terdapat dalam festival Nusantara. Tari-tari dari seni pertunjukan budaya Melayu disekitar wilayah Nusantara sebagaimana terdapat di Riau, Jambi, Kalimantan, maupun hingga ke berbagai Negara di Asia Tenggara seperti Malaysia dan Singapura. Berbagai kreasi baru terutama dengan munculnya seniman dari berbagai sekolah kesenian di Jakarta, Bandung, Yogya, Solo, Denpasar, Padang Panjang dsb yang baik diilhami budaya etnik maupun sudah mendapat pengaruh luar, baik yang klasik, pop, kontemporer seperti, Ballet Eropah, Modern Dance USA, Hip Hop, dsb. a.l. Panji Sepuh karya Sulistyo Tirtikusumo, Zapin dari Tom Ibnur, Minangkabau dari Benny Kresnadi, Nirkata dari Julianti P, Semar dari Bagong Kusudiardjo, dl. Teater Kontemporer Indonesia gaya teater Barat yang mengadaptasi bentuk tradisional dari Indonesia maupun luar Indonesia, seperti Teater Gandrik, Jayasuprana dari Teguh Karya, Odipus Rex dari W.S.Rendra, Ozon dari Arifin C Noer, Mdm White Snake dari Teater Koma- Riantiarno. Ensembel musik traditional dari Jawa Bali seperti pada musik Gamelan. Klasik Barat, kontemporer, maupun popular dengan rasa etnik seperti karya Sawung Jabo, Ireng Maulana, Trio Bimbo, Harry Rusli . Dalam perkembangan Seni Rupa Indonesia memiliki tradisi panjang dalam sejarah sejak jaman pra sejarah, seperti pada lukisan gua, relief pengaruh Hindu-Buddha, Tionghoa, Islam, dan Barat. Karya kesenian dan kerajinan rakyat lokal sebagaimana dapat terlihat pada, tulisan emas, textil/ ikat, kerajinan keranjang dan metal, kerajinan tembikar dan lukisan kaca. Lukisan bergaya Renaissance dari Raden Saleh pada abad 19 dan dari tokoh seniman modern seperti Dullah, Affandi, Sidjojono, Djoko Pekik, Hendra. Ekspresi kesenian yang baru menampilkan kedatangan teknologi maju setelah 1970an, memberi inspirasi pada karya seni instalasi yang cenderung berkaitan dengan filsafat dan kesadaran serta keprihatinan sosial masa kini. Gaya pascamodern / postmodernism kelanjutan dari modernism, berkembang marak, meski gaya tradisional masih tetap dilaksanakan baik dalam prakteknya maupun inspiratif, seperti pada karya Gregorius Sidharta, Rita Widagdo, Nyoman Nuarta, Wayan Cemul. Seni Instalasi dari Isa Perkasa Menuju Monumen Beton, Krisna Murti - Let the Rock be the Rock. Dadang Christanto - Violence, Andur Manik- Portret Diri, Tonny Haryanti - the Noisy Family, Anusapati - Presence Versus Exploit. Monumen dalam ruang publik: Nyoman Nuarta - Non Aligned Countries, Edhi Sunarso & Trubus - Selamat Datang, Edhi Sunarso- Dirgantara, Gregorius Sidharta-Tonggak Samudra, But Muhtar -Persatuan, Silaban & Soedarsono-Monas. (ziz) Reference: Holt, Claire, Art in Indonesia, Ithaca, Cornell University Press, 1967, Sedyawati, Edi, ed. Indonesian Heritage volume 8. Performing Arts. Singapore, Editions Didier Millet, 1998, Soemantri, Hilda, ed. Indonesian Heritage volume 7. Visual Arts. Singapore, Editions Didier Millet, 1998, Spanyaard, Helena, Modern Indonesian Paintings, Meppel, Giethoorn ten Brink-Sotheby, 2003.


Perlunya Pengembangan Wawasan Bagi Para Pelatih dan Juri Seni Budaya Kebiasaan-kebiasaan para pelaku kesenian dan terkadang saya membuat kegiatan ini banyak kalangan yang risih benar dan saya banyak dikritik oleh beberapa teman-teman seniman bahwa kenapa kegiatan yang melibatkan para seniman di hotel karena biasanya kegiatan seniman itu senangnya diruang terbuka, akan tetapi ada kalanya kita berfikir dituangan ber ac dan ada kalanya kita berfikir diruangan terbuka dan sekaligus kita mencoba untuk bereksplorasi bareng-bareng, ungkap Abdurrachiem Kabid Pengkajian dan Pengembangan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta disela membuka Kegiatan Workshop Pengembangan Wawasan Pelatih dan Juri Seni Budaya Tahun 2013 Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta selama dua hari RabuKamis, 28-29 November 2013 di Artotel Jl. Sunda No. 3 Jakarta. Turut hadir Yulianti Parani, Nungki Kusumastuti, Esther Siagian, Madin Tyasawan, sebagai Narasumber yang mumpuni dan kompeten dibidangnya masing-masing, serta para peserta perwakilan pelatih dan juri dari UPT Balai Latihan Kesenian 5 (lima) wilayah Se-Provinsi DKI Jakarta. Dijelaskannya bahwa kegiatan ini bertujuan karena terus terang saja ada beberapa hal yang menjadi permasalahan dan kita krisis didalam regenerasi pelatih dan juri pada seni pertunjukan. Seorang kritikus atau seorang penilai dan seorang evaluator dibidang kesenian, seperti misalnya dibidang seni rupa mungkin masih banyak. Namun, pada bidang seni pertunjukan dapat dihitung dengan jari yang bisa dan masih ada. Contohnya pada seni tari pertunjukan, ada Sal Murgiyanto dan itu kan tinggal beliau serta kebawah-bawahnya tidak ada, siapa lagi? Ada beberapa yang memang, baik tulisan maupun kegiatannya terkadang tidak begitu signifikan dan boleh dibilang masih kurang. Tapi paling tidak Dinas Pariwisata dan Kebudayaan ada semacam keprihatinan dalam hal ini. Misalnya contoh bahwa Disparbud sering mengadakan kegiatan yang sifatnya kompetitif, yaitu lomba, festival yang ada penjuriannya. Dan ketika menjadi juri dan pengamat selalu orangnya itu-itu saja, sehingga terlihat seperti tidak ada orang lagi. Dan ini yang menjadi kegalauan kami bagaimana menjalankan roda kegiatan yang sifatnya kompetitif, jelasnya. Oleh karena itu, untuk mengarah ke tujuan makanya nomenklatur yang berjudul Workshop Pengembangan Wawasan Pelatih dan Penjurian. Kami telah diskusikan dengan beberapa seniman bahwa tidak gampang menjadi juri, selain teknis juga ada beberapa hal yang harus dikuasai oleh seorang juri dan dalam kegiatan ini akan diberikan pengetahuan teknik-tehnik sebagai pelatih sekaligus menjadi seorang juri yang baik. Itulah fungsi-fungsi pelatih dan juri, dia sebagai evaluator, transformator, dan fasilitator, sehingga kita terus mencoba untuk mensuport program visi dan misi Gubernur Provinsi DKI bagaimana menjadikan kota Jakarta kedepan sebagai kota yang berbudaya dan kita harus terus berfikir apa yang dapat disumbangkan dari para seniman kepada kota Jakarta, imbuhnya. (ziz)


Seni Budaya Alat Pencapaian Kualitas Keberagamaan Dalam pengertian yang luas bahwa dakwah Islamiyah punya kaitan simbiosis dengan seni budaya, dimana makna dan nilai-nilai Islam dapat dipadukan. Namun, dalam hal ini perlu adanya konsep dakwah ang strategis dengan pengelolaan secara profesional yang mampu mengakomodasi segala permasalahan sosial. Disini seni budaya dapat menjadi metode atau media dakwah dan juga menjadi sasaran dakwah Islamiyah itu sendiri. Sebagai media atau metode, seni budaya mempunyai proyeksi yang mengarah pada pencapaian kesadaran kualitas keberagaman Islam yang pada gilirannya mampu membentuk sikap dan prilaku Islami yang tidak menimbulkan gejolak sosial, tetapi justru makin memantapkan perkembangan sosial. Sedangkan sebagai sasaran utama antara dakwah Islamiyah diarahkan pada kegiatan pengisian makna dan nilai-nilai Islami yang integratif ke dalam segala jenis seni budaya yang akan dikembangkan. Realitas menunjukkan bahwa secara kuntitatif, Islam di Indonesia makin mendapatkan tempat yang luas dikalangan masyarakat, baik dari kelompok remaja maupun dewasa bahkan kalangan orang tua. Ini bukan berarti adanya pengembangan Islam. Berkembangnya jumlah pemeluk agama menunjukkan perkembangan kepedulian masyarakat terhadap agama itu sendiri. Namun, tidak berarti bahwa ajaran agama secara substansial juga berkembang. Semua itu dapat dapat disimpulkan bahwa kualitas keberagamaan Islam dikalangan masyarakat cenderung melemah, akibat perubahan-perubahan yang terjadi pada sistem dan orientasi nilai. Disilah pentingnya reformulasi konsep dakwah Islamiyah yang utuh dan strategis, dalam rangka meningkatkan kualitas keberagamaan dan sekaligus kualitas hidup, sehingga pada gilirannya nanti dapat dicapai cita-cita Islam yang Rahmatan Lil’alamiin. (ziz)


Seni Budaya Sarana Dakwah Dalam berdakwah dituntut keterampilan dan penampilan sesuai dengan pluralitas masyarakat. Pilihan metode dakwah menjadi penting adana, melalui media-media yang mudah dijangkau untuk mendukung stratedi dakwah. Satu hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan strategi dan taktik dakwah adalah mencoba melihat sistem budaya lokalnya. Pengembangan dakwah seringkali lebih mampu dicapai melalui pendekatan kultural, ketimbang pendekatan formal struktural yang hanya dapat dilakukan pada bagian kecil dari ajaran formal yang berwatak legalistik. Sebagai contoh bisa diambil, bagaimana dakwah Islamiyah dilakukan dalam kultur Betawi. Sistem budaya Betawi adalah sistem budaya yang dikembangkan oleh para ulama dan tuan guru dan "juara" di tanah Betawi. Dalam pandangan budaya Betawi, makna hidup bagi seseorang terletak kepada kemampuannya dalam ngaji, solat, dan silat (ngasosi). Dalam mengaji kita mengasah taji, dalam solat agar tidak telat, dalam silat mencoba hidup taat. Dalam sistem budaya ini, pedoman mengenai moralitas dibakukan dalam ungkapan-ungkapan standar yang tetap. Ungkapanungkapan seperti "musuh jangan dicari, dia datang jangan lari, dia jual kita beli" yang sering disebutkan pada saat seseorang menunntut ilmu di perguruan, memperlihatkan suatu nilai ketegasan dan keberanian hakiki dalam menghadapi tekanan hidup. Prinsip hidup yang dipenuhi keseimbangan dan kesederhanaan yang tercermin dalam ungkapan "maut, jodoh, rejeki adalah urusan Tuhan" ini menunjukkan bahwa suatu ajaran kerendahatian yang penuh dengan nilai-nilai zuhud. Conto ungkapan-ungkapan tersebut menunjukkan bahwa pada dasarnya pedoman moralitas yang menjadi falsafah hidup masyarakat Betawi tidaklah bertentangan dengan Islam. Bahkan integrasi nilai-nilai Islam dalam sistem budaya Betawi secara ideal tidak mengalami hambatan. Daj disini berarti bahwa sejauhmana ajaran dan nilai-nilai Islam mengisi secara integratif sistem budaya Betawi yang masih dapat dilestarika dalam situasi Indonesia kontemporer, dimana gaya hidup mrenuntut sikap dinamis, kretatif, aktif dan partisipatiof. (ziz)



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.