survei integritas Sektor Publik
Tahun 2011
ii
INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2011 Disusun oleh Direktorat Penelitian dan Pengembangan Kedeputian Bidang Pencegahan Komisi Pemberantasan Korupsi Diterbitkan oleh Direktorat Penelitian dan Pengembangan Kedeputian Bidang Pencegahan Komisi Pemberantasan Korupsi
ISBN xxx-xxxx-xxxx-xxxx-xxx Integritas Sektor Publik Indonesia Tahun 2011 182 hlm + viii
Kegiatan Survei Integritas Sektor Publik 2011 didanai oleh APBN www.kpk.go.id Jl. H.R. Rasuna Said Kav C-1 Jakarta Selatan-Indonesia Telp. (021) 2557 8300 Fax. (021) 5289 2448
Survei Integritas Sektor Publik 2011
iii
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa bahwa buku “Integritas Sektor Publik Indonesia Tahun 2011: Fakta Korupsi dalam Layanan Publik� telah diselesaikan oleh Direktorat Penelitian dan Pengembangan Kedeputian Bidang Pencegahan Komisi Pemberantasan Korupsi. Survei Integritas Sektor Publik telah kami lakukan sejak tahun 2007. Survei tahun 2011 dilakukan terhadap 22 instansi pusat, 7 instansi vertikal pada 20 kota dan 60 pemerintah daerah dengan total 508 unit layanan yang memberikan pelayanan kepada publik (masyarakat, perusahaan maupun layanan antar lembaga). Responden dalam survei ini adalah pengguna layanan langsung (bukan calo atau biro jasa) dari layanan yang disediakan oleh instansi tersebut. Survei dilaksanakan pada Mei-September 2011. Seluruh data yang diperoleh dalam laporan survei ini adalah data primer yang bersumber dari hasil wawancara secara langsung dengan responden di lapangan. Kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan maupun bantuan dalam pelaksanaan survei serta dalam penyusunan buku ini. Mudah-mudahan buku ini bermanfaat bagi peningkatan integritas sektor publik di Indonesia. Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi
Jakarta, September 2012
Survei Integritas Sektor Publik 2011
v
DAFTAR ISI Kata Pengantar iii Daftar Isi
I. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
2
1.2. Maksud dan Tujuan Survei
2
1.3. Metodolog 1.3.1. Unit Layanan dan Lokasi 1.3.2. Karakteristik Responden 1.3.3. Variabel, Indikator, Sub Indikator dan Struktur Pertanyaan 1.3.4. Analisis Data
4 7 7 9
II. Integritas Sektor Publik Tingkat Nasional
2.1. Indeks Integritas Nasional (IIN) 12 2.2. Pengalaman Integritas Tingkat Nasional 2.2.1. Pengalaman Masyarakat terhadap korupsi di Pelayanan Publik Tingkat Nasional 2.2.2. Cara Pandang Masyarakat terhadap Korupsi di Pelayanan Publik Tingkat Nasional
15
2.3. Potensi Integritas Tingkat Nasional 2.3.1. Lingkungan Kerja di Layanan Publik Tingkat Nasional 2.3.2. Sistem Administrasi di Layanan Publik Tingkat Nasional 2.3.3. Perilaku Individu di Layanan Publik Tingkat Nasional 2.3.4. Pencegahan Korupsi di Layanan Publik Tingkat Nasional
20 21 25 26 28
16 18
2.4. Indeks Integritas Total Pusat (IITP) 2.5. Indeks Integritas Total Daerah (IITD)
31
III. Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat 3.1. Total Integritas Tingkat Pusat
3.2. Pengalaman Integritas Tingkat Pusat 3.2.1. Pengalaman Masyarakat terhadap Korupsi di Layanan Publik Tingkat Pusat 3.2.2. Cara Pandang Masyarakat terhadap Korupsi di Layanan Publik Tingkat Pusat
37
3.3. Potensi Integritas Tingkat Pusat 3.3.1. Lingkungan Kerja di Layanan Publik Tingkat Pusat 3.3.2. Sistem Administrasi di Layanan Publik Tingkat Pusat 3.3.3. Perilaku Individu di Layanan Publik Tingkat Pusat 3.3.4. Pencegahan Korupsi di Layanan Publik Instansi Tingkat Pusat
47 48 56 59 62
39 43
IV. Indeks Integritas Sektor Publik Tingkat Vertikal 4.1. Total Integritas Vertikal
4.2. Pengalaman Integritas Tingkat Vertikal 4.2.1. Pengalaman Masyarakat terhadap Korupsi di Layanan Publik Tingkat Vertikal 4.2.2. Cara Pandang Masyarakat terhadap Korupsi di Layanan Publik Instansi Vertikal
71
4.3. Potensi Integritas Tingkat Vertikal 4.3.1. Lingkungan Kerja di Layanan Publik Tingkat Vertikal 4.3.2. Sistem Administrasi di Layanan Publik Tingkat Vertikal 4.3.3. Perilaku Individu di Layanan Publik Tingkat Vertikal 4.3.4. Pencegahan Korupsi di Layanan Publik Instansi Vertikal
77 78 83 86 89
72 74
Survei Integritas Sektor Publik 2011
vi V. Integritas Sektor Publik Tingkat Daerah 5.1. Total Integritas Tingkat Daerah
94
5.2. Pengalaman Integritas Tingkat Daerah 5.2.1. Pengalaman Masyarakat terhadap Korupsi di Layanan Publik Tingkat Daerah 5.2.2. Cara Pandang Masyarakat terhadap Korupsi di Layanan Publik Tingkat Daerah 5.3. Potensi Integritas Tingkat Daerah 5.3.1. Lingkungan Kerja di Layanan Publik Tingkat Daerah 5.3.2. Sistem Administrasi di Layanan Publik Tingkat Daerah 5.3.3. Perilaku Individu di Layanan Publik Tingkat Daerah 5.3.4. Pencegahan Korupsi di Layanan Publik Tingkat Daerah
97
VI. Simpulan dan Rekomendasi
98 101 105 106 111 114 116 122
Lampiran 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24.
Indeks Integritas Nasional (IIN), Pengalaman Integritas Nasional dan Potensi Integritas Berdasarkan Instansi Indeks Integritas Nasional (IIN), Pengalaman Integritas Nasional dan Potensi Integritas Berdasarkan Unit Layanan Indeks Integritas Total Pusat (IITP), Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas berdasarkan Instansi Indeks Integritas Pusat (IIP), Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas berdasarkan Instansi Indeks Integritas Pusat (IIP), Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas berdasarkan Unit Layanan Indeks Integritas Vertikal (IIV), Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas berdasarkan Instansi Indeks Integritas Vertikal (IIV), Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas berdasarkan Unit Layanan Indeks Integritas Vertikal (IIV), Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Berdasarkan Instansi Kota Indeks Integritas Vertikal (IIV), Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Berdasarkan Unit Layanan Kota Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Kementerian Keuangan Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Kepolisian Negara RI Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Badan Pertanahan Nasional Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Kementerian Hukum dan HAM Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Kementerian Agama Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Mahkamah Agung Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas PT.PLN (Persero) Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Unit Layanan Lelang di KPKNL Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Unit Layanan Pengurusan Impor Barang (Bea Masuk) di DJBC Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Unit Layanan Penyelesaian Permohonan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (P5KP) Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Unit Layanan SP2D di KPPN Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Unit Layanan Pembuatan dan Perpanjangan SIM Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Unit Layanan Pembuatan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Unit Layanan Pembuatan Sertifikat Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Unit Layanan Pengukuran dan Pemetaan Kadastral
Survei Integritas Sektor Publik 2011
124 126 136 137 138 139 139 140 141 147 148 148 149 149 150 150 151 151 152 152 153 153 154 154
vii 25. Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Unit Layanan Pembuatan dan Perpanjangan Paspor 155 26. Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Unit Layanan Lembaga Pemasyarakatan 155 27. Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Unit Layanan Administrasi Pernikahan di KUA 156 28. Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Unit Layanan Peradilan Tilang 156 29. Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Unit Layanan Peradilan Umum 157 30. Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Unit Layanan Tambah Daya 157 31. Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Unit Layanan Pemasangan Baru dan Pemasangan Kembali 158 32. Indeks Integritas Total Daerah (IITD), Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas 159 33. Indeks Integritas Daerah (IID), Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Berdasarkan Instansi 160 34. Indeks Integritas Daerah (IID), Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Berdasarkan Unit Layanan 162 35. Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Unit Layanan KTP 166 36. Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Unit Layanan IMB 168 37. Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Unit Layanan SIUP 170 38. Indikator Instansi Nasional 172 39. Indikator Instansi Pusat 174 40. Indikator Instansi Vertikal 174 41. Indikator Instansi Pemerintah Kota 175 42. Nilai dan Peringkat Integritas Unit Layanan Vertikal berdasarkan Integritas Kota 177 43. Nilai dan Peringkat Pengalaman Integritas Unit Layanan Vertikal berdasarkan Integritas Kota 178 44. Nilai dan Peringkat Potensi Integritas Unit Layanan Vertikal berdasarkan Integritas Kota 179 45. Nilai dan Peringkat Unit Layanan Pemerintah Kota 180
Survei Integritas Sektor Publik 2011
1
Pendahuluan
2
Bab 1 Pendahuluan
Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Instansi/lembaga pemerintah di tingkat pusat maupun daerah merupakan lembaga sektor publik yang bertugas memberikan layanan kepada masyarakat. Dalam pelaksanaan tugasnya, instansi/ lembaga publik tersebut menggunakan dana dari APBN/APBD yang bersumber dari pajak atau retribusi yang dibayar oleh masyarakat. Sebagai bentuk pertanggungjawaban penggunaan dana tersebut, instansi/lembaga pemerintah selayaknya memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. Fakta menunjukkan bahwa pelayanan publik merupakan salah satu sektor yang rawan korupsi, seperti penyuapan, gratifikasi dan pemerasan. Hal ini ditandai dengan adanya keluhan masyarakat yang disampaikan melalui berbagai media. Dalam rangka mencegah tindak pidana korupsi pada layanan publik maka perlu transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan sektor publik baik yang berada di tingkat pusat maupun daerah. Menilai tingkat integritas sektor publik merupakan salah satu upaya yang perlu dilakukan untuk memastikan faktor penyebab terjadinya korupsi. Indeks integritas sektor publik dapat diperoleh melalui survei/penilaian secara obyektif yang dilakukan langsung oleh pengguna layanan pada instansi pemerintah tersebut. Survei integritas sektor publik dilakukan secara rutin setiap tahun oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Hasil dari indeks integritas mencerminkan apakah unit layanan pada instansi pemerintah sudah menjalankan tugasnya sesuai dengan peraturan yang berlaku. Tahun 2011 ini merupakan tahun kelima bagi KPK melakukan survei integritas sektor publik, dengan harapan dapat mendorong sektor publik dan masyarakat secara bersama-sama melakukan upaya pemberantasan korupsi.
1.2. Maksud dan Tujuan Survei Maksud pelaksanaan survei adalah untuk mendapatkan data primer dari masyarakat pengguna layanan mengenai tingkat penerapan unsur-unsur integritas pada kementerian/lembaga dan pemerintah kota yang memberikan layanan publik. Tujuan dari Survei Integritas Sektor Publik adalah: 1. Memetakan tingkat integritas unit layanan publik yang disurvei; 2. Menyampaikan nilai dan tingkat integritas tersebut kepada masing-masing penanggung jawab unit layanan; 3. Sebagai bahan rekomendasi atau acuan bagi masing-masing unit layanan dalam melakukan perbaikan; 4. Mengumumkan nilai dan tingkat integritas tersebut kepada masyarakat luas.
1.3. Metodologi Survei Integritas Sektor Publik 2011 merupakan salah satu upaya mendapatkan penilaian dari masyarakat pengguna layanan terhadap variabel, indikator dan subindikator korupsi dalam layanan publik, yang diterjemahkan dalam pertanyaan-pertanyaan di kuesioner. Penilaian diarahkan untuk menjaring pengalaman langsung responden selama mengurus layanan. Oleh karena itu, responden yang dipilih adalah yang mengurus langsung layanan dalam kurun waktu satu tahun terakhir. Pelaksanaan kegiatan didahului dengan penentuan variabel, indikator dan sub indikator pengukuran. Acuan yang dipakai berasal dari Anti Corruption and Civil Right Commission (ACRC) Korea (dahulu KICAC). KPK melakukan penyesuaian terutama pada subindikator sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pelayanan publik di Indonesia, juga menetapkan unit layanan yang akan disurvei dengan mempertimbangkan tingkat kebutuhan masyarakat terhadap layanan tersebut, penggunaan anggaran negara/daerah pada unit layanan bersangkutan, peluang korupsi pada unit layanan, serta dengan mempertimbangkan nilai integritas yang masih rendah di unit layanan tersebut pada tahun sebelumnya. Bobot variabel, indikator dan subindikator mengacu pada bobot yang ditetapkan sebelumnya oleh para pakar yang berlatarbelakang sosial politik, kebijakan publik, sosiologi, psikologi, komunikasi sosial, statistik dan praktisi karena dianggap masih relevan oleh KPK.
Survei Integritas Sektor Publik 2011
Bab 1 Pendahuluan
Variabel indikator dan subindikator yang telah ditetapkan selanjutnya diterjemahkan dalam pertanyaan-pertanyaan pada kuesioner. Kuesioner lebih dulu diujicoba sebelum secara resmi dijadikan panduan dalam pengumpulan data primer di lapangan. Pengisian kuesioner dilakukan serentak di tingkat pusat dan daerah dalam kurun waktu bulan Mei sampai September 2011 oleh tim enumerator yang dalam pelaksanaannya di bawah pengawasan koordinator lapangan dan wilayah. Isian kuesioner selanjutnya dimasukkan sebagai data input untuk kemudian diolah dan dianalisis guna mendapatkan nilai integritas pada masing-masing pertanyaan kuesioner, subindikator, indikator, variabel sampai integritas total. Obyek penilaian ditetapkan mulai dari unit layanan, instansi/lembaga pemerintah tingkat daerah, hingga pusat. Nilai integritas berkisar antara 0-10, menunjukkan bahwa semakin mendekati 10 integritas unit layanan semakin baik dan sebaliknya mendekati 0 menunjukkan integritas layanan yang semakin buruk. Penjelasan umum mengenai metodologi pelaksanaan survei dijelaskan pada tabel 1.1 Tabel 1.1. Metodologi Pelaksanaan Survei Integritas Sektor Publik NO 1.
ITEM Waktu pelaksanaan survei
PENJELASAN Survei dilaksanakan pada bulan Mei hingga September 2011 Unit layanan tingkat Pemerintah Pusat dilakukan di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi
2
Lokasi survei
Unit layanan tingkat instansi vertikal dilakukan di 20 kota (kecuali layanan bea masuk di 5 kota) Unit layanan tingkat pemerintah kota dilakukan di 60 kota
3
4
Jumlah instansi dan unit layanan yang disurvei
Nama unit layanan yang disurvei
Tingkat pusat
: 43 unit layanan pada 22 instansi
Tingkat instansi vertikal : 285 unit layanan pada 7 instansi Tingkat pemerintah kota : 180 unit layanan pada 60 kota Tingkat pusat
: Perizinan dan Non Perizinan
Tingkat instansi vertikal : Perizinan dan Non Perizinan Tingkat pemerintah kota : KTP, SIUP dan IMB Kriteria : pengguna langsung unit layanan dalam 1 tahun terakhir dan telah menjalani seluruh prosedur layanan, individu/mewakili perusahaan/instansi
5
Responden
Total responden a. Pusat b. Vertikal c. Pemerintah Kota Variabel
: : : :
15.540 1.290 8.580 5.670
1. Pengalaman Integritas 2. Potensi Integritas 1. Pengalaman Korupsi
6
2. Cara Pandang Terhadap Korupsi
Alat Ukur Indikator
3. Lingkungan Kerja 4. Sistem Administrasi 5. Perilaku Individu 6. Pencegahan Korupsi
Survei Integritas Sektor Publik 2011
3
4
Bab 1 Pendahuluan
NO
ITEM
PENJELASAN 1. Jumlah / Besaran Gratifikasi 2. Frekuensi Pemberian Gratifikasi 3. Waktu Pemberian Gratifikasi 4. Arti Pemberian Gratifikasi 5. Tujuan Pemberian Gratifikasi 6. Kebiasaan Pemberian Gratifikasi 7. Kebutuhan Pertemuan di Luar Prosedur 8. Keterlibatan Calo Sub indikator
Alat Ukur
9. Fasilitas di Sekitar Lingkungan Pelayanan 10. Suasana/Kondisi di sekitar Pelayanan 11. Kepraktisan SOP 12. Keterbukaan Informasi 13. Pemanfaatan Teknologi Informasi 14. Keadilan dalam Layanan 15. Ekspektasi Petugas terhadap Gratifikasi 16. Perilaku Pengguna Layanan 17. Tingkat Upaya Anti Korupsi 18. Mekanisme Pengaduan Masyarakat
Pembobotan variabel, indikator dan sub indikator oleh pakar melalui diskusi kelompok terfokus (Fokus Group Discussion), dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP)
5
Metode Pengukuran
6
Instrumen pengumpulan data
7
Nilai indeks
Penilaian kuesioner oleh responden 1. Wawancara 2. Pengamatan Sebaran
0 – 10
Arti
Semakin mendekati nilai 10, maka indeks integritas semakin baik
1.3.1. Unit Layanan dan Lokasi Survei Integritas Sektor Publik 2011 mengukur tingkat integritas layanan di 22 instansi/ lembaga dengan 43 layanan di tingkat pusat, 7 instansi/lembaga tingkat pusat dengan 15 layanan vertikal di 20 kota (kecuali layanan bea masuk di 5 kota) dan 3 layanan pemerintah kota di 60 kota. Unit layanan tingkat pusat berlokasi di Jakarta dan kota lain dimana unit layanan pusat tersebut berlokasi. Nama unit layanan tingkat pusat dijelaskan pada tabel 1.2 berikut: Tabel 1.2. Nama Instansi dan Unit Layanan Tingkat Pusat NO
INSTANSI
1
Badan Koordinasi Penanaman Modal
2.
Kementerian Kehutanan
3. 4.
PT. Pertamina (Persero) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
5.
Kementerian Perhubungan
6.
PT. Angkasa Pura II (Persero)
7.
PT. Pelindo II (Persero)
Survei Integritas Sektor Publik 2011
NO
UNIT LAYANAN
1
Izin Prinsip Penanaman Modal
2
Penerbitan Angka Pengenal Importir Produsen (API-P)
3
Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Tanaman (IUPHHKHT)
4
Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan
5
Izin SPBU
6
Izin Agen Domestik (Agen LPG 12 Kg dan 50 Kg)
7
Unit Pelayanan Informasi wilayah Pertambangan (UPIWP)
8
Izin Penyimpanan dan Pengangkutan BBM
9
Izin Trayek AKAP (Antar Kota Antar Propinsi)
10
Surat Izin Usaha Perusahaan Angkutan Laut (SIUPAL)
11
Pelayanan Cargo
12
Pelayanan Pengelolaan Property Bandara
13
Layanan Kapal (Jasa Pandu, Tunda, Tambat)
14
Layanan Bongkar Muat Barang General Cargo
Bab 1 Pendahuluan
NO
INSTANSI
NO
UNIT LAYANAN
8.
PT. Pelayaran Nasional Indonesia (Persero)
15 16
Layanan Muatan Barang Kontainer
9.
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
17
Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA)
18
Surat Izin Pengerahan (SIP)
10
Kementerian Kesehatan
19
Surat Persetujuan Importir Psikotropika (SPI-P) (Pembuatan Baru)
11.
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
Penerbitan Surat Keterangan Aktivasi Transmitter (SKAT)
24
Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI) (Baru dan Perpanjangan)
25
Pembuatan Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri (KTKLN)
26
Pendataan dan Ticketing ke Daerah Tujuan di Terminal Selapajang
27
Pendaftaran MD/ML
28
Perijinan Ekspor/Impor terhadap barang-barang yang termasuk dalam kategori makanan dan obat-obatan
29
Layanan Pencairan Jaminan Hari Tua (JHT)
30
Layanan Klaim Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)
31
Persetujuan Impor Barang Modal Bukan Baru (Permohonan Baru dan Perpanjangan)
32
Pelayanan Pengujian Mutu Barang
33
Sertifikasi Produk Pengguna Tanda Standar Nasional Indonesia (SPPT SNI)
34
Penerbitan Rekomendasi Importir Produsen Tekstil (IP Tekstil)
35
Izin Pemasukan dan Pengeluaran Benih Tanaman Pangan
36
Layanan Pemberian Izin Pendaftaran Pupuk Organik
Kementerian Komunikasi dan Informatika
37
Izin Penyiaran TV
38
Izin Stasiun Radio
Kementerian Pendidikan Nasional
39
Penyetaraan Ijazah Luar Negeri
Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)
14.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM)
15.
PT. Jamsostek (Persero)
19
20
Pelayanan Data Akses Pasar Domestik Pelayanan Display Produk Unggulan
13.
18
Izin Edar Alat Kesehatan (Pembuatan Baru/Perpanjangan)
21 22
Kementerian Kelautan dan Perikanan
17
20
23
12.
16.
Layanan Muatan Barang General Cargo
Kementerian Perdagangan
Kementerian Perindustrian
Kementerian Pertanian
21
Kementerian Agama
22
Mahkamah Agung
40
Izin Belajar WNI pada Sekolah International
41
Perpanjangan Izin KBIH ( Kelompok Bimbingan Ibadah Haji)
42
Pendaftaran/Perpanjangan Izin Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus
43
Layanan Informasi Status Kasasi
Unit layanan vertikal adalah unit layanan yang berada di bawah kementerian/lembaga pusat tetapi memiliki layanan sampai di tingkat daerah. Pada Survei Integritas Sektor Publik Tahun 2011, 15 unit layanan pada 7 kementerian/lembaga yang berada di 20 kota (kecuali layanan bea masuk di 5 kota) yang dijadikan sampel. Tabel 1.3 menjelaskan nama instansi di unit layanan vertikal. Tabel 1.3. Nama Instansi dan Unit Layanan Tingkat Vertikal NO
1
INSTANSI
Kementerian Keuangan
NO
UNIT LAYANAN
1
Pelayanan lelang di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL)
2
Pelayanan Pengurusan Impor Barang (Bea Masuk) di DJBC
3
Pelayanan Penyelesaian Permohonan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (P5KP)
4
Pelayanan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) di KPPN
Survei Integritas Sektor Publik 2011
5
6
Bab 1 Pendahuluan
2 3.
Kepolisian Negara RI Badan Pertanahan Nasional
4.
Kementerian Hukum dan HAM
5.
Kementerian Agama
6.
Mahkamah Agung
7.
PT. PLN (Persero)
5
Pembuatan dan Perpanjangan SIM
6
Pembuatan Surat Keterangan Catatan Kepolisian
7
Pembuatan Sertifikat
8
Pengukuran dan Pemetaan Kadastral
9
Pembuatan dan Perpanjangan Paspor
10
Layanan Lembaga Pemasyarakatan
11
Layanan Administrasi Pernikahan di KUA
12
Peradilan Tilang
13
Peradilan Umum
14
Layanan Tambah Daya
15
Layanan Pemasangan Baru dan Pemasangan Kembali
Lima belas unit layanan tersebut berlokasi di 20 kota/kabupaten sampel, yaitu Banda Aceh, Medan, Padang, Palembang, Bandar Lampung, DKI Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Mataram, Kupang, Pontianak, Banjarmasin, Manado, Palu, Makassar, Ambon, Jayapura ditambah Balikpapan untuk layanan bea masuk. Pada tingkat kota, 3 unit layanan yang akan dinilai pada Survei Integritas Sektor Publik Tahun 2012 adalah Kartu Tanda Penduduk (KTP), Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP). Penilaian dilakukan di 60 kota seperti ditunjukkan dalam tabel 1.4.
Tabel 1.4. Unit Layanan (KTP, IMB, SIUP) pada Tingkat Pemerintah Daerah NO
DAERAH
NO
DAERAH
1.
Banda Aceh
31.
Malang
2.
Lhokseumawe
32.
Madiun
3.
Medan
33.
Kediri
4.
Pematang Siantar
34.
Jember
5.
Binjai
35.
Sidoarjo
6.
Padang
36.
Serang
7.
Bukittinggi
37.
Tangerang
8.
Pekanbaru
38.
Cilegon
9.
Dumai
39.
Denpasar
10.
Jambi
40.
Mataram
11.
Palembang
41.
Bima
12.
Lubuk Linggau
42.
Kupang
13.
Bengkulu
43.
Pontianak
14.
Bandar Lampung
44.
Palangkaraya
15.
Metro
45.
Banjarmasin
16.
Pangkal Pinang
46.
Banjarbaru
17.
Batam
47.
Samarinda
18.
Tanjung Pinang
48.
Balikpapan
19.
DKI Jakarta
49.
Manado
20.
Bandung
50.
Bitung
21.
Bekasi
51.
Palu
22.
Depok
52.
Makassar
23.
Cirebon
53.
Pare-pare
24.
Bogor
54.
Kendari
25.
Semarang
55.
Mamuju
26.
Surakarta
56.
Gorontalo
27.
Pekalongan
57.
Ambon
28.
Banyumas
58.
Ternate
29.
Yogyakarta
59.
Jayapura
30.
Surabaya
60.
Manokwari
Survei Integritas Sektor Publik 2011
Bab 1 Pendahuluan
1.3.2. Karakteristik Responden Total jumlah responden Survei Integritas Sektor Publik Tahun 2011 adalah 15.540 responden dengan rincian 1.290 responden di tingkat pusat, 8.580 responden layanan vertikal di daerah dan 5.670 responden pada layanan pemerintah daerah. Rata-rata jumlah responden pada setiap unit layanan yang disurvei adalah 30 responden. Karakteristik dan jumlah responden dijelaskan pada Tabel 1.5. Tabel 1.5. Karakteristik dan Jumlah Responden KETERANGAN
JUMLAH
PERSENTASE
Jenis Kelamin 1
Laki-laki
10.682
69%
2
Perempuan
4.858
31%
1
< 30
6.786
44%
2
31 - 45
6.535
42%
3
46 - 60
1.996
13%
4
> 60
223
1% 31%
Usia
Pekerjaan 1
Wiraswasta
4.834
2
Karyawan Swasta
4.573
29%
3
PNS/ TNI/ POLRI
1.905
12%
4
Mahasiswa
1.165
7%
5
Ibu Rumah Tangga
1.040
7%
6
Petani/ Nelayan/ Buruh/ Tukang
323
2%
7
Pensiunan/ Purnawirawan
165
1%
8
Profesional
165
9
Lainnya
1.370
9%
Pendidikan 1
Lulus SMA
7.103
46%
2
Lulus S1
4.634
30%
3
Lulus Akademi/ Diploma
1.961
13%
4
Lulus SMP
628
4%
5
Lulus S2/S3
253
2%
6
Tidak tamat SD/ Lulus SD
251
2%
7
Lainnya
710
5%
1.3.3. Variabel, Indikator, Sub Indikator dan Struktur Pertanyaan Variabel, indikator dan sub indikator yang digunakan dalam pelaksanaan survei telah ditetapkan oleh KPK dengan rincian seperti ditunjukkan pada tabel 1.6 Tabel 1.6. Pembobotan Variabel, Indikator dan Sub Indikator INTEGRITAS
VARIABEL
INDIKATOR Pengalaman Korupsi (0,250)
Integritas Total (1,00)
Pengalaman Integritas (0,667) Cara Pandang Terhadap Korupsi (0,750)
SUB-INDIKATOR Jumlah / Besaran Gratifikasi (0,210) Frekuensi Pemberian Gratifikasi (0,550) Waktu Pemberian Gratifikasi (0,240) Arti Pemberian Gratifikasi (0,250) Tujuan Pemberian Gratifikasi (0,750) Kebiasaan Pemberian Gratifikasi (0,392)
Survei Integritas Sektor Publik 2011
7
8
Bab 1 Pendahuluan
INTEGRITAS
VARIABEL
INDIKATOR
SUB-INDIKATOR Kebutuhan Pertemuan di Luar Prosedur (0,164)
Lingkungan Kerja (0,127)
Keterlibatan Calo (0,221) Fasilitas di Sekitar Lingkungan Pelayanan (0,100) Suasana/Kondisi di sekitar Pelayanan (0,123)
Integritas Total (1,00)
Potensi Integritas (0,333)
Sistem Administrasi (0,280)
Kepraktisan SOP (0,281) Keterbukaan Informasi (0,584) Pemanfaatan Teknologi Informasi (0,135) Keadilan dalam Layanan (0,413)
Perilaku Individu (0,280)
Ekspektasi Petugas terhadap Gratifikasi (0,327) Perilaku Pengguna Layanan (0,260)
Pencegahan Korupsi (0,313)
Tingkat Upaya Anti Korupsi (0,750) Mekanisme Pengaduan Masyarakat (0,250)
Keterangan: (.....) adalah bobot Sub Indikator dijabarkan dalam 50 pertanyaan di kuesioner. Masing-masing pilihan jawaban dalam kuesioner telah ditentukan nilainya oleh KPK. Struktur pertanyaan dalam kuesioner dijelaskan pada Tabel 1.7 Tabel 1.7. Struktur Pertanyaan dalam Kuesioner Survei Integritas Sektor Publik 2011 A. Identifikasi / Pengenal Kuesioner 1
Nomor kuesioner
2
Unit layanan
3
Kode Instansi
B. Identitas Responden 1
Nama
2
Pekerjaan
3
Pendidikan
C. Identitas Perusahaan 1
Nama
2
Alamat
D. Pengalaman Korupsi 1
Sesuai/tidaknya biaya dengan ketentuan/biaya resmi
2
Jumlah biaya tambahan yang dibayarkan
3
Berapa kali memberikan biaya tambahan
4
Kapan biaya tambahan diberikan
5
Bentuk-bentuk biaya tambahan yang diberikan
E. Cara Pandang terhadap Korupsi 1
Pendapat tentang biaya tambahan/gratifikasi
2
Tujuan memberikan biaya tambahan
3
Alasan utama memberikan biaya tambahan
F. Lingkungan Kerja 1
Intensitas praktek pemberian uang tambahan di unit layanan
2
Bagaimana pemberian uang tambahan di unit layanan
3
Pernah/tidak melakukan pertemuan di luar prosedur pada saat mengurus layanan
4
Berapa kali pertemuan di luar prosedur dilakukan
5
Tujuan melakukan pertemuan di luar prosedur
6
Dimana melihat keberadaan perantara (calo) beroperasi
7
Siapakah yang menjadi perantara (calo)
8
Berapa jumlah perantara (calo) di unit layanan
Survei Integritas Sektor Publik 2011
Bab 1 Pendahuluan
9
Pengaruh dari keberadaan calo dalam unit layanan
10
Bagaimana cara calo beroperasi
11
Bagaimana kondisi fasilitas (sarana & prasarana) di lingkungan layanan
12
Bagaimana suasana/kondisi fasilitas dilingkungan layanan
G. Sistem Administrasi 1
Mudah/sulit prosedur (tahapan) pengurusan layanan
2
Mudah/sulit persyaratan pengurusan layanan
3
Tepat waktu/lambat waktu penyelesaian pengurusan layanan
4
Bagaimana biaya yang dibayar dalam pengurusan layanan
5
Tingkat keterbukaan informasi di unit layanan
6
Kejelasan informasi yang diperoleh di layanan
7
Kondisi dari sistem teknologi informasi ( sistem antrian, sistem informasi) pada unit layanan
8
Tujuan utama menggunakan teknologi informasi
9
Kapan teknologi informasi tersebut digunakan
H. Perilaku Individu 1
Penilaian pengguna layanan terhadap petugas yang melayani
2
Ada/tidaknya pembedaan perlakuan petugas dalam memberi layanan
3
Dasar pengguna layanan berinisiatif memberikan uang tambahan
4
Siapa berinisiatif memberikan uang tambahan
5
Cara petugas meminta uang tambahan
I. Pencegahan Korupsi 1
Ada/tidaknya kampanye/media anti Korupsi di layanan
2
Bentuk kampanye/media anti Korupsi yang tersedia
3
Berapa banyak kegiatan/media Anti Korupsi di layanan
4
Tingkat aksesibilitas media pengaduan/pengajuan komplain
5
Media pengaduan apa yang ada di unit layanan
6
Tindak lanjut/respon petugas dari pengaduan yang disampaikan
1.3.4. Analisis Data Proses pengolahan data menggunakan aplikasi Visual Basic 2005 dan data base SQL Server. Aplikasi ini digunakan untuk membantu menerapkan formula sesuai dengan ketentuan skoring yang telah ditetapkan yang berguna untuk diterapkan pada jawaban tiap responden. Hasil dari pengolahan data adalah nilai-nilai yang telah diproses mengikuti semua formula yang telah ditentukan. Sumber data adalah file excell (softcopy) yang merupakan jawaban responden. Data tersebut selanjutnya diolah secara bertahap ke dalam sub indikator, indikator dan variabel hingga menghasilkan indeks integritas unit layanan, Instansi/Pemda, Pusat, Vertikal, Daerah sampai Nasional. Hasil pengolahan data disajikan dalam skala nilai 0 â&#x20AC;&#x201C; 10, dimana semakin mendekati nilai 10, maka indeks integritas semakin baik yang menggambarkan baiknya pelayanan sektor publik terhadap masyarakat saat pengurusan layanan.
Survei Integritas Sektor Publik 2011
9
Bab 1 Pendahuluan
11
2
Integritas Sektor Publik Tingkat Nasional
Survei Integritas Sektor Publik 2011
12
Bab 2 Integritas Sektor Publik Tingkat Nasional
Integritas Sektor Publik Tingkat Nasional Pengukuran integritas sektor publik secara nasional ditunjukkan oleh Indeks Integritas Nasional (IIN). Nilai IIN disusun berdasarkan nilai variabel pengalaman integritas dan potensi integritas. Nilai variabel pengalaman integritas merupakan hasil dari pengalaman korupsi dan cara pandang terhadap korupsi, sementara nilai potensi integritas disusun dari indikator lingkungan kerja, sistem administrasi, perilaku individu dan pencegahan korupsi. Secara terperinci Indeks Integritas Nasional (IIN) disusun berdasarkan nilai dari subindikator pada 43 unit layanan publik (22 instansi) di tingkat pusat, 15 unit layanan vertikal (pada 7 instansi di 20 kota, kecuali layanan bea masuk di 5 kota) dan 180 unit layanan pemerintah daerah (pada 60 pemda) Indeks Integritas Nasional (IIN) pada tahun 2011 berdasarkan survei terhadap 15.540 responden adalah 6,31. Nilai tersebut merupakan hasil dari pengukuran variabel pengalaman integritas 6.48 dan potensi integritas sebesar 5,97.
2.1. Indeks Integritas Nasional (IIN) Secara umum selama 5 tahun terakhir nilai IIN berada di kisaran 6 dengan fluktuasi. Sempat meningkat pada tahuan 2008 kemudian terus menurun sampai tahun 2010, dan sedikit mengalami peningkatan pada tahun 2011. Namun demikian nilai IIN pada tahun 2011 masih lebih rendah bila dibanding dengan tahun 2009, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.1. berikut: 8,00 7,21 7,00
6,71 6,48
6,84
5,96
5,53
5,00
6,31
6,50
6,00 6,00
5,70
5,97
5,87 5,42
5,34
4,86
2007
2008
2009
2010
2011
Pengalaman Integritas Nilai IIN Potensi Integritas
Gambar 2.1. Indeks Integritas Nasional (IIN) Sejak Tahun 2007 â&#x20AC;&#x201C; 2011
Peningkatan IIN pada tahun 2011 dibanding tahun 2010 seperti terlihat pada Gambar 2.1 menunjukkan bahwa terjadi upaya-upaya perbaikan pada komponen (indikator dan subindikator) pengalaman integritas maupun potensi integritas. Nilai IIN dan seluruh komponen penyusunnya ditunjukkan oleh Tabel 2.1.
Survei Integritas Sektor Publik 2011
Bab 2 Integritas Sektor Publik Tingkat Nasional
Tabel 2.1. Indeks Integritas Sektor Publik Tingkat Nasional INTEGRITAS
VARIABEL
Pengalaman Integritas (0,667)
INDIKATOR Pengalaman Korupsi (0,250)
6,56
6,48 Cara Pandang Terhadap Korupsi (0,750)
Lingkungan Kerja (0,127)
Integritas Total (1,00) = 6,31
Potensi Integritas (0,333)
SUB-INDIKATOR
5,97
6,45
7,04
Sistem Administrasi (0,280)
6,25
Perilaku Individu (0,280)
6,57
Pencegahan Korupsi (0,313)
4,75
Jumlah / Besaran Gratifikasi (0,210)
5,87
Frekuensi Pemberian Gratifikasi (0,550)
6,92
Waktu Pemberian Gratifikasi (0,240)
6,33
Arti Pemberian Gratifikasi (0,250)
7,01
Tujuan Pemberian Gratifikasi (0,750)
6,26
Kebiasaan Pemberian Gratifikasi (0,127)
6,03
Kebutuhan Pertemuan di Luar Prosedur (0,164)
9,01
Keterlibatan Calo (0,221)
7,01
Fasilitas di Sekitar Lingkungan Pelayanan (0,100)
7,53
Suasana/Kondisi di sekitar Pelayanan (0,123)
7,28
Kepraktisan SOP(0,281)
6,45
Keterbukaan Informasi (0,584)
6,34
Pemanfaatan Teknologi Informasi (0,135)
5,46
Keadilan dalam Layanan (0,413)
7,06
Ekspektasi Petugas terhadap Gratifikasi(0,327)
6,50
Perilaku Pengguna Layanan (0,260)
5,88
Tingkat Upaya Anti Korupsi (0,750)
4,73
Mekanisme Pengaduan Masyarakat (0,250)
4,79
Pada tahun 2011, nilai IIN 0,31 lebih tinggi dibanding standar minimal yang ditetapkan 6,00. Variabel pengalaman integritas memberikan kontribusi yang baik dalam peningkatan nilai IIN, sementara nilai variabel potensi integritas masih berada di bawah standar minimal 6,00 yang ditetapkan KPK. Indikator pencegahan korupsi dengan nilai 4,75 masih jauh dari standar yang ditetapkan, namun 5 indikator yang lain sudah memenuhi standar, bahkan indikator lingkungan kerja nilainya mencapai 7,04. Lima subindikator perlu mendapatkan perhatian karena nilainya masih di bawah 6,00. Sub indikator jumlah besaran gratifikasi (5,87), pemanfaataan teknologi informasi (5,46), perilaku pengguna layanan (5,88) harus terus ditingkatkan paling tidak sampai dengan nilai standar yang ditetapkan. Dua subindikator dalam pencegahan korupsi yaitu tingkat upaya antikorupsi (4,73) dan mekanisme pengaduan masyarakat (4,79) dengan nilai masih di bawah 5,00 harus bekerja lebih keras dalam mengupayakan pencegahan korupsi pada kegiatan layanan publiknya. Peringkat dan nilai indeks integritas nasional tahun 2011 dari 27 instansi pemerintah pusat dan vertikal serta 60 pemerintah daerah yang disurvei KPK ditunjukkan oleh Tabel 2.2 berikut. Tabel 2.2. Peringkat Nasional Integritas Sektor Publik Tahun 2011 NO
INSTANSI/PEMDA
INTEGRITAS
NO
INSTANSI/PEMDA
INTEGRITAS
14
Kementerian Kelautan dan Perikanan
7,46 7,45
1
Pemerintah Kota Dumai
7,77
2
Pemerintah Kota Bukittinggi
7,67
15
Kementerian Pertanian
3
Pemerintah Kota Bitung
7,62
16
Pemerintah Kota Gorontalo
7,45
17
Pemerintah Kota Surakarta
7,43
18
Pemerintah Kota Banjarbaru
7,43
19
Kementerian Komunikasi dan Informatika
7,43
20
Pemerintah Kota Surabaya
7,42
4
Badan Koordinasi Penanaman Modal
7,60
5
Pemerintah Kota Yogyakarta
7,60
6
Kementerian Keuangan
7,56
7
Pemerintah Kota Batam
7,55
8
Pemerintah Kota Pontianak
7,54
21
Kementerian Pendidikan Nasional
7,41
9
Kementerian Kesehatan
7,52
22
PT. Pertamina (Persero)
7,40
10
PT. Jamsostek (Persero)
7,52
11
Kementerian Perindustrian
7,51
23
Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM)
7,36
12
PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero)
7,50
13
Kementerian Perhubungan
7,47
24
Pemerintah Kota Denpasar
7,33
25
Pemerintah Kota Tanjung Pinang
7,31
26
PT. Pelayaran Nasional Indonesia (Persero)
7,30
Survei Integritas Sektor Publik 2011
13
14
Bab 2 Integritas Sektor Publik Tingkat Nasional
NO
INSTANSI/PEMDA
INTEGRITAS
NO
7,29
57
Badan Pertanahan Nasional
6,07
58
Pemerintah Kota Palu
6,07
59
Pemerintah Kota Bandar Lampung
6,02
7,14
60
Pemerintah Kota Banda Aceh
5,99
Pemerintah Kota Mataram
7,14
61
Pemerintah Kota Malang
5,94
Pemerintah Kota Padang
7,11
62
Kepolisian Negara RI
5,76
63
Pemerintah Kota Medan
5,59
64
Pemerintah Kota Bima
5,56
7,09
65
Pemerintah Kota Binjai
5,54
DKI Jakarta
5,54
27
Pemerintah Kota Pare-pare
28
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
7,26
29
Pemerintah Kabupaten Sidoarjo
7,23
30
Pemerintah Kota Samarinda
31 32 33
Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)
34
Kementerian Kehutanan
7,11
INSTANSI/PEMDA
INTEGRITAS
35
Pemerintah Kota Pekalongan
7,08
66
36
Pemerintah Kota Banjarmasin
6,92
67
5,52
37
Kementerian Perdagangan
6,91
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
38
Pemerintah Kota Kediri
6,90
68
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
5,44
39
Pemerintah Kota Madiun
6,86
69
Kementerian Agama
5,41
40
Pemerintah Kota Kupang
6,86
70
Pemerintah Kota Lhokseumawe
5,23
41
PT. Angkasa Pura II (Persero)
6,68
71
Pemerintah Kota Bekasi
5,08
42
Pemerintah Kota Bandung
6,68
72
Pemerintah Kabupaten Jember
5,05
43
Pemerintah Kota Ambon
6,64
73
Pemerintah Kota Kendari
4,90
44
Pemerintah Kabupaten Banyumas
6,53
74
Pemerintah Kota Manado
4,70
45
Pemerintah Kota Pekanbaru
6,51
75
Pemerintah Kota Cirebon
4,67
46
Pemerintah Kota Balikpapan
6,49
76
Pemerintah Kota Pematang Siantar
4,65
47
Pemerintah Kota Jayapura
6,47
77
Pemerintah Kota Tangerang
4,46
48
Pemerintah Kota Pangkal Pinang
6,42
78
Pemerintah Kota Lubuk Linggau
4,38
49
PT. Pembangkit Listrik Negara (Persero)
6,38
79
Pemerintah Kota Bogor
4,27
50
Mahkamah Agung
6,36
80
Pemerintah Kota Palembang
4,25
51
Pemerintah Kota Makassar
6,29
81
Pemerintah Kota Bengkulu
4,18
52
Pemerintah Kabupaten Mamuju
6,29
82
Pemerintah Kota Ternate
4,07
53
Pemerintah Kota Palangkaraya
6,26
83
Pemerintah Kabupaten Manokwari
3,70
54
Pemerintah Kota Jambi
6,22
84
Pemerintah Kota Semarang
3,61
55
Pemerintah Kota Cilegon
6,10
85
Pemerintah Kota Serang
3,54
Pemerintah Kota Depok
3,50
56
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
86
6,09
87
Pemerintah Kota Metro
3,15
Tabel 2.2 menjelaskan terdapat 68% instansi/pemerintah daerah dengan indeks integritas di atas nilai standar minimum yang telah ditetapkan (6,00). Peringkat terbaik integritas secara nasional tahun 2011 dicapai oleh Pemerintah Kota Dumai kemudian disusul oleh Pemerintah Kota Bukit Tinggi dan Pemerintah Kota Bitung. Dua puluh delapan atau 32% instansi/pemda lainnya masih belum memenuhi standar minimal integritas yang ditetapkan KPK. Tiga instansi yang memperoleh nilai integritas terendah adalah Pemerintah Kota Metro, Pemerintah Kota Depok dan Pemerintah Kota Serang.
Survei Integritas Sektor Publik 2011
Bab 2 Integritas Sektor Publik Tingkat Nasional
2.2. Pengalaman Integritas Tingkat Nasional Pengalaman integritas merupakan salah satu unsur penyusun Indeks Integritas Nasional (dengan bobot sebesar 0,667). Pengalaman integritas terdiri dari 2 (dua) indikator yaitu pengalaman korupsi (bobot 0,250) dan cara pandang terhadap korupsi (bobot 0,750). Masing-masing indikator disusun oleh sub-indikator, secara terinci dapat dilihat pada Tabel 2.3. Tabel 2.3. Nilai Variabel Pengalaman Integritas beserta Indikator dan Sub-Indikator VARIABEL
Pengalaman Integritas (0,667)
INDIKATOR Pengalaman Korupsi (0,250)
SUB-INDIKATOR
6,56
6,48 Cara Pandang Terhadap Korupsi (0,750)
6,45
Jumlah / Besaran Gratifikasi (0,210)
5,87
Frekuensi Pemberian Gratifikasi (0,550)
6,92
Waktu Pemberian Gratifikasi (0,240)
6,33
Arti Pemberian Gratifikasi (0,250)
7,01
Tujuan Pemberian Gratifikasi (0,750)
6,26
Nilai variabel pengalaman integritas tingkat nasional adalah 6,48. Meskipun nilai ini sudah di atas standar minimum dengan nilai pengalaman korupsi 6,56 dan cara pandang terhadap korupsi 6,45, masih ada sub-indikator dengan nilai di bawah nilai standar minimum (6,00) yaitu jumlah/besaran Gratifikasi Dengan Nilai 5,87. Tabel 2.4. Indeks Integritas Tingkat Nasional berdasarkan Variabel Pengalaman Integritas No
Nilai
No
1
Pemerintah Kota Bukittinggi
INSTANSI/PEMDA
8,18
27
Kementerian Kehutanan
INSTANSI/PEMDA
Nilai 7,69
2
Pemerintah Kota Dumai
8,14
28
Pemerintah Kota Pare-pare
7,67
3
Pemerintah Kota Tanjung Pinang
8,06
29
Pemerintah Kota Surakarta
7,64
4
Kementerian Komunikasi dan Informatika
8,04
30
7,64
5
PT. Pelayaran Nasional Indonesia (Persero)
8,02
Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)
31
Pemerintah Kota Banjarbaru
7,63
6
Badan Koordinasi Penanaman Modal
7,99
32
Pemerintah Kabupaten Sidoarjo
7,62
Kementerian Kelautan dan Perikanan
33
Pemerintah Kota Kediri
7,58
7
7,99
34
Pemerintah Kota Denpasar
7,55
Pemerintah Kota Madiun
7,54
8
Pemerintah Kota Bitung
7,98
35
9
Pemerintah Kota Batam
7,94
36
Pemerintah Kota Pekalongan
7,49
7,91
37
Pemerintah Kota Mataram
7,39
Pemerintah Kota Padang
7,32
10
Kementerian Pendidikan Nasional
11
Kementerian Perindustrian
7,89
38
12
Pemerintah Kota Yogyakarta
7,88
39
Pemerintah Kota Banjarmasin
7,18
7,88
40
Pemerintah Kota Bandung
7,14
Pemerintah Kota Kupang
7,13
13
Kementerian Keuangan
14
Pemerintah Kota Samarinda
7,87
41
15
Pemerintah Kota Pontianak
7,86
42
PT. Angkasa Pura II (Persero)
7,01
7,84
43
Pemerintah Kota Jambi
6,90
44
Pemerintah Kota Balikpapan
6,89
45
Pemerintah Kota Ambon
6,82
46
Pemerintah Kota Pangkal Pinang
6,82
16
Kementerian Perhubungan
17
Pemerintah Kota Surabaya
7,83
18
Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM)
7,83
19
Kementerian Kesehatan
7,82
47
Pemerintah Kabupaten Banyumas
6,81
20
PT. Jamsostek (Persero)
7,79
48
Pemerintah Kota Palu
6,74
21
Kementerian Pertanian
7,75
49
Pemerintah Kota Banda Aceh
6,66
22
PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero)
7,73
50
Pemerintah Kota Pekanbaru
6,64
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
51
Mahkamah Agung
6,63
23
7,72
52
Pemerintah Kota Cilegon
6,60
Pemerintah Kabupaten Mamuju
6,52
24
Pemerintah Kota Gorontalo
7,71
53
25
Kementerian Perdagangan
7,71
54
Pemerintah Kota Palangkaraya
6,49
7,70
55
PT. PLN (Persero)
6,45
26
PT. Pertamina (Persero)
Survei Integritas Sektor Publik 2011
15
16
Bab 2 Integritas Sektor Publik Tingkat Nasional
No
Nilai
No
56
Pemerintah Kota Jayapura
6,42
70
Pemerintah Kota Medan
5,33
57
Pemerintah Kota Bandar Lampung
6,41
58
Pemerintah Kota Makasar
6,40
71
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
5,28
59
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
6,23
72
Pemerintah Kota Lhokseumawe
5,22
73
Pemerintah Kota Bekasi
4,80
60
Badan Pertanahan Nasional
6,18
61
Pemerintah Kota Malang
6,13
74
Pemerintah Kota Pematang Siantar
4,79
62
Kementerian Koperasi dan UKM
5,91
75
Pemerintah Kota Cirebon
4,57
63
Pemerintah Kota Bima
5,77
76
Pemerintah Kota Manado
4,33
64
Kepolisian Negara RI
5,74
77
Pemerintah Kota Tangerang
4,19
65
Pemerintah Kota Kendari
5,71
66
DKI Jakarta
5,51
78
Pemerintah Kota Bogor
3,94
67
Pemerintah Kota Binjai
5,47
79
Pemerintah Kota Palembang
3,84
68
Pemerintah Kabupaten Jember
5,45
80
Pemerintah Kota Ternate
3,68
69
Kementerian Agama
5,40
81
Pemerintah Kota Bengkulu
3,49
70
Pemerintah Kota Medan
5,33
82
Pemerintah Kota Lubuk Linggau
3,47
65
Pemerintah Kota Kendari
5,71
83
Pemerintah Kota Serang
3,30
66
DKI Jakarta
5,51
67
Pemerintah Kota Binjai
5,47
84
Pemerintah Kota Depok
3,26
85
Pemerintah Kabupaten Manokwari
3,25
68
Pemerintah Kabupaten Jember
5,45
86
Pemerintah Kota Semarang
3,14
5,40
87
Pemerintah Kota Metro
2,59
69
INSTANSI/PEMDA
Kementerian Agama
INSTANSI/PEMDA
Nilai
Terdapat 26 instansi/pemerintah daerah yang nilai pengalaman integritasnya di bawah standar integritas minimal 6,00. Dari 26 instansi/pemerintah daerah tersebut 85% diantaranya adalah layanan pada pemerintah daerah dan 15% lainnya dari layanan instansi pusat.
2.2.1 Pengalaman Masyarakat terhadap Korupsi di Layanan Publik Tingkat Nasional Pengalaman korupsi yang langsung dirasakan masyarakat pada saat proses pengurusan layanan adalah dalam bentuk biaya tambahan (gratifikasi) yang harus dibayarkan oleh pengguna layanan di luar biaya resmi, berapa kali biaya tambahan (gratifikasi) tersebut diberikan serta berapa besarnya dan kapan gratifikasi tersebut diberikan. Tabel 2.5. Nilai Indikator Pengalaman Korupsi Beserta Sub-indikator INDIKATOR Pengalaman Korupsi (0,250)
SUB-INDIKATOR 6,56
Jumlah / Besaran Gratifikasi (0,210)
5,87
Frekuensi Pemberian Gratifikasi (0,550)
6,92
Waktu Pemberian Gratifikasi (0,240)
6,33
Nilai indikator pengalaman korupsi di tingkat nasional adalah 6,56. Nilai ini terbentuk berdasarkan ketiga sub-indikator sebagaimana pada Tabel 2.5. Meskipun nilai ini sudah di atas standar minimum yang ditetapkan namun masih terdapat sub-indikator dengan nilai kurang dari 6, yaitu jumlah/besaran gratifikasi (5,87). Bagian selanjutnya akan menjelaskan tiap subindikator dari indikator pengalaman korupsi. 1. Jumlah/Besaran Gratifikasi Nilai sub-indikator jumlah/besaran gratifikasi 5,87 menunjukkan masih terdapat unit layanan yang menerima biaya layanan melebihi biaya resmi yang telah ditetapkan. Terdapat 29 persen (dari total 15.540 responden) yang mengakui memberikan biaya tambahan pada saat mengurus layanan. Biaya tambahan yang dibayarkan cukup bervariasi, namun fakta menunjukkan bahwa sebagian besar membayar biaya tambahan lebih dari 50% dari biaya resmi yang ditetapkan, seperti ditunjukkan oleh Gambar 2.2 berikut.
Survei Integritas Sektor Publik 2011
Bab 2 Integritas Sektor Publik Tingkat Nasional
10% 19%
71%
<50% dari biaya resmi
>50% dari biaya resmi
Sesuai
Gambar 2.2. Persentase Jumlah/Besaran Gratifikasi Tingkat Nasional
2. Frekuensi Pemberian Gratifikasi Indeks integritas sub-indikator frekuensi pemberian gratifikasi adalah 6.92. Nilai tersebut menunjukkan seberapa sering/frekuensi pemberian gratifikasi yang dilakukan oleh responden yang menyatakan pernah memberikan biaya tambahan. Hasilnya yaitu dari 29 persen responden yang memberikan biaya tambahan, sebagian besar (80%) responden menyatakan pernah memberikan uang tambahan setidaknya satu kali dalam satu kali pengurusan layanan. Sisanya 20 persen menyatakan memberikan uang tambahan sebanyak 2 kali dan lebih dari 2 kali.
29%
2 kali 13%
1 kali 80%
71%
Tidak
>2 kali 7%
Ya
Gambar 2.3. Persentase dan Frekuensi Pengguna Layanan Membayar Biaya Tambahan
3. Waktu Pemberian Gratifikasi Indeks integritas sub-indikator waktu pemberian gratifikasi adalah 6,33. Waktu pemberian gratifikasi menunjukkan kapan pemberian uang tambahan dilakukan oleh pengguna layanan. Pada responden yang menyatakan memberikan biaya tambahan, 49% diantaranya mengaku memberikan biaya tambahan di awal pengurusan, 10% mengaku saat pengurusan dan 28% di akhir pengurusan. Bahkan terdapat 13% responden yang mengaku memberikan biaya tambahan pada 2 atau 3 tahap pengurusan. Pemberian uang tambahan/gratifikasi di awal dan saat proses pengurusan layananan umumnya ditujukan untuk mempercepat dan atau untuk memperlancar proses layanan.
Survei Integritas Sektor Publik 2011
17
18
Bab 2 Integritas Sektor Publik Tingkat Nasional
Awal Pengurusan
49%
28%
Akhir Pengurusan
Kombinasi 2 atau 3 tahap
13%
10%
Saat Pengurusan
Gambar 2.4. Waktu Pengguna Layanan Memberikan Biaya Tambahan di Tingkat Nasional 2.2.2 Cara Pandang Masyarakat terhadap Korupsi di Pelayanan Publik Tingkat Nasional Upaya meningkatkan integritas tidak hanya dapat dilakukan oleh pihak pemberi layanan, tetapi bisa juga oleh pengguna layanan. Masyarakat sebagai pengguna layanan seharusnya dapat diberdayakan dengan mengubah atau memperbaiki cara pandang mereka terhadap korupsi, khususnya terhadap praktik pemberian gratifikasi. Cara pandang seseorang terhadap pemberian gratifikasi ini akan mempengaruhi sikap dan keputusan seseorang untuk memberi atau tidak memberi gratifikasi. Nilai indikator cara pandang terhadap korupsi ini disusun oleh 2 (dua) nilai sub-indikator yaitu arti pemberian gratifikasi dan tujuan pemberian gratifikasi. Tabel 2.6. Nilai Indikator Cara Pandang Korupsi Beserta Sub-indikator INDIKATOR Cara Pandang Terhadap Korupsi (0,750)
SUB-INDIKATOR 6,45
Arti Pemberian Gratifikasi (0,250)
7,01
Tujuan Pemberian Gratifikasi (0,750)
6,26
Selanjutnya akan dijelaskan masing-masing sub indikator dalam indikator cara padang terhadap korupsi. 1. Arti Pemberian Gratifikasi Arti pemberian gratifikasi menunjukkan bagaimana masyarakat mengartikan biayabiaya atau imbalan yang mereka keluarkan, apakah tergolong korupsi atau tidak. Nilai 7,01 menggambarkan bahwa masyarakat cukup paham arti dari pemberian gratifikasi, seperti terlihat pada Gambar 2.5. Sebanyak 74% responden mengartikan pemberian gratifikasi merupakan perbuatan yang melanggar hukum dan memalukan (44% dan 30%). Sedangkan 26% lainnya menjawab bahwa perbuatan itu boleh dilakukan. Melanggar hukum dan harus dilaporkan
44%
Memalukan dan tercela
30%
Hanya boleh dilakukan kalau terpaksa
13%
Boleh dilakukan asalakan tidak terlalu sering
11%
Harus dilakukan
1%
Boleh dan sering dilakukan
1%
Gambar 2.5. Pendapat Pengguna Layanan atas Biaya Tambahan di Tingkat Nasional
Survei Integritas Sektor Publik 2011
Bab 2 Integritas Sektor Publik Tingkat Nasional
2. Tujuan Pemberian Gratifikasi Nilai sub-indikator tujuan pemberian gratifikasi nasional adalah 6,26. Berdasarkan fakta yang dijumpai di unit layanan, tujuan utama responden memberikan uang tambahan atau gratifikasi adalah untuk mempercepat waktu pengurusan layanan (69%). Tujuan lain adalah untuk memastikan bahwa layanan akan selesai tepat waktu (12%), meluluskan proses layanan walaupun syarat tidak terpenuhi (8%), menghindarkan perlakuan semenamena dari petugas layanan (3%) dan tidak ada tujuan tertentu (8%) sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 2.6
Mempercepat waktu pengurusan
69%
12%
Memastikan pengurusan tepat waktu
8%
Tidak ada Tujuan tertentu
8%
Meluluskan pengurusan walaupun syarat tidak terpenuhi
3%
Menghindarkan perlakuan semena-mena petugas
Gambar 2.6. Tujuan Pengguna Layanan Memberikan Biaya Tambahan di Tingkat Nasional
Bila dikaji lebih dalam alasan utama pengguna layanan memberikan biaya tambahan/ gratifikasi saat proses pengurusan layanan dapat dilihat pada Gambar 2.7. Dari responden yang mengaku memberikan uang tambahan/gratifikasi, 72% memiliki alasan negatif, yaitu karena diminta petugas (50%), karena petugas mempersulit (15%) dan karena petugas malas melayani (7%). Sedangkan 26% reseponden memberikan alasan karena puas dengan layanan petugas (20%) dan karena petugas yang ramah (6%). Sisanya 2% responden memberikan uang tambahan dengan alasan kasihan kepada petugas yang gajinya kecil.
Petugas meminta
50%
20%
Puas dengan layanan petugas
15%
Petugas mempersulit
7%
Petugas malas melayani
6%
Petugas ramah
Kasihan gaji petugas kecil
2%
Gambar 2.7. Alasan Pengguna Layanan Memberikan Biaya Tambahan
Data tentang pengalaman integritas yang dihasilkan dalam survei ini, mencerminkan kondisi riil dari unit layanan berdasarkan pengalaman yang langsung dirasakan pengguna layanan saat mengurus layanan dalam kurun waktu satu tahun terakhir. Survei Integritas Sektor Publik 2011
19
20
Bab 2 Integritas Sektor Publik Tingkat Nasional
2.3. Potensi Integritas Tingkat Nasional Potensi integritas merupakan variabel yang memberikan bobot kontribusi sebesar 0,333 terhadap nilai integritas. Potensi integritas ini merupakan unsur/variabel yang sangat penting untuk mencegah/ memperkecil peluang terjadinya tindak pidana korupsi di masa mendatang. Variabel potensi integritas disusun oleh 4 indikator yaitu lingkungan kerja, sistem administrasi, perilaku individu dan pencegahan korupsi. Masing-masing indikator terdiri dari 2-5 subindikator, seperti ditunjukkan oleh Tabel 2.7. Tabel 2.7. Nilai Variabel Potensi Integritas beserta Indikator dan Sub-Indikator VARIABEL
INDIKATOR
Lingkungan Kerja (0,127)
Potensi Integritas (0,333)
5,97
SUB-INDIKATOR
7,04
Sistem Administrasi (0.280)
6,25
Perilaku Individu (0.280)
6,57
Pencegahan Korupsi (0.313)
4,75
Kebiasaan Pemberian Gratifikasi (0,392)
6,03
Kebutuhan Pertemuan di Luar Prosedur (0,164)
9,01
Keterlibatan Calo (0,221)
7,01
Fasilitas di Sekitar Lingkungan Pelayanan (0,100)
7,53
Suasana/Kondisi di sekitar Pelayanan (0,123)
7,28
Kepraktisan SOP(0,281)
6,45
Keterbukaan Informasi (0,584)
6,34
Pemanfaatan Teknologi Informasi (0,135)
5,46
Keadilan dalam Layanan (0,413)
7,06
Ekspektasi Petugas terhadap Gratifikasi (0,327)
6,50
Perilaku Pengguna Layanan (0,260)
5,88
Tingkat Upaya Anti Korupsi (0,750)
4,73
Mekanisme Pengaduan Masyarakat (0,250)
4,79
Nilai potensi integritas nasional dari 87 instansi/pemerintah daerah adalah 5,97. Nilai tersebut masih berada di bawah nilai standar minimum yang ditetapkan oleh KPK (6,00). Masih ada indikator dan sub indikator potensi integritas yang nilainya rendah. Berdasarkan Tabel di atas, hal yang perlu diperhatikan unit layanan untuk memperkecil peluang terjadinya korupsi yaitu dengan meningkatkan pemanfaatan teknologi informasi (5,46), mengubah perilaku pengguna layanan (5,88), meningkatkan upaya antikorupsi (4,73) dan memperjelas mekanisme pengaduan masyarakat (4,79). Peringkat dan indeks integritas berdasarkan variabel potensi integritas dapat dilihat pada Tabel 2.8 berikut. Tabel 2.8. Indeks Integritas Tingkat Nasional berdasarkan Variabel Potensi Integritas No
INSTANSI/PEMDA
Nilai
1
PT. Pelabuhan lndonesia II (Persero)
7,04
2
Pemerintah Kota Dumai
7,03
3
Pemerintah Kota Yogyakarta
7,02
4
Pemerintah Kota Banjarbaru
7,02
5
Pemerintah Kota Surakarta
7,00
6
PT. Jamsostek (Persero)
6,96
7
Kementerian Kesehatan
6,94
8
Kementerian Keuangan
6,93
9
Pemerintah Kota Bitung
6,92
10
Pemerintah Kota Gorontalo
6,92
11
Pemerintah Kota Pontianak
6,91
12
Pemerintah Kota Denpasar
6,87
13
Kementerian Pertanian
6,86
14
Badan Koordinasi Penanaman Modal
6,80
15
PT. Pertamina (Persero)
6,80
16
Pemerintah Kota Batam
6,76
17
Kementerian Perindustrian
6,74
Survei Integritas Sektor Publik 2011
No
INSTANSI/PEMDA
Nilai
18
Kementerian Perhubungan
6,73
19
Pemerintah Kota Padang
6,70
20
Pemerintah Kota Mataram
6,65
21
Pemerintah Kota Bukit Tinggi
6,64
22
Pemerintah Kota Surabaya
6,61
23
Pemerintah Kota Jayapura
6,57
24
Pemerintah Kota Pare-pare
6,54
25
Pemerintah Kabupaten Sidoarjo
6,46
26
Kementerian Pendidikan Nasional
6,41
27
Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM)
6,41
28
Kementerian Kelautan dan Perikanan
6,39
29
Pemerintah Kota Banjarmasin
6,39
30
Kementerian Energi Sumber Daya Mineral
6,32
31
Pemerintah Kota Kupang
6,32
32
Pemerintah Kota Ambon
6.28
33
Pemerintah Kota Pekalongan
6,26
34
Pemerintah Kota Pekanbaru
6,26
Bab 2 Integritas Sektor Publik Tingkat Nasional
No
INSTANSI/PEMDA
Nilai
Nilai 5,56
61
Pemerintah Kota Bengkulu
5,56
6,20
62
Pemerintah Kota Kediri
5,53
6,20
63
Pemerintah Kota Madiun
5,52
Pemerintah Kota Manado
5,43
6,23
36
Kementerian Komunikasi dan Informatika Pemerintah Kota Lubuk Linggau
INSTANSI/PEMDA Pemerintah Kota Malang
35
37
No 60
PT. Pembangkit Listrik Negara (Persero)
38
Pemerintah Kota Medan
6,11
64
39
Pemerintah Kota Makasar
6,09
65
Kementerian Agama
5,42
66
Kementerian Perdagangan
5,30
67
Pemerintah Kota Bandar Lampung
5,26
68
Pemerintah Kota Lhokseumawe
5,25
69
Pemerintah Kota Bima
5,12
70
Pemerintah Kota Cilegon
5,10
40
Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)
6,04
41
PT. Angkasa Pura II (Persero)
5,99
42
Pemerintah Kabupaten Banyumas
5,95
43
Kementerian Kehutanan
5,91
PT. Pelayaran Nasional Indonesia (Persero)
71
Pemerintah Kota Palembang
5,06
44
5,85
72
Pemerintah Kota Tangerang
5,01
45
Badan Pertanahan Nasional
5,84
73
Pemerintah Kota Bogor
4,92
46
Mahkamah Agung
5,83
74
Pemerintah Kota Cirebon
4,87
47
Pemerintah Kabupaten Mamuju
5,83
75
Pemerintah Kota Ternate
4,86
48
Kepolisian Negara RI
5,82
76
Pemerintah Kota Jambi
4,85
49
Pemerintah Kota Tanjung Pinang
5,81
77
Pemerintah Kota Palu
4,74
50
Pemerintah Kota Palangkaraya
5,80
78
4,74
51
Kementerian Hukum dan HAM
5,80
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
79
Pemerintah Kota Banda Aceh
4,64
52
5,79
80
Pemerintah Kabupaten Manokwari
4,61
53
Pemerintah Kota Bandung
5,77
81
Pemerintah Kota Semarang
4,55
82
Pemerintah Kota Pematang Siantar
4,38
83
Pemerintah Kota Metro
4,29
84
Pemerintah Kabupaten Jember
4,25
85
Pemerintah Kota Serang
4,04
54
Pemerintah Kota Samarinda
5,69
55
Pemerintah Kota Balikpapan
5,69
56
Pemerintah Kota Binjai
5,68
57
Pemerintah Kota Bekasi
5,64
58
Pemerintah Kota Pangkal Pinang
5,61
86
Pemerintah Kota Depok
3,99
59
DKI Jakarta
5,61
87
Pemerintah Kota Kendari
3,29
Tabel 2.8 menjelaskan bahwa masih terdapat 47 instansi/pemerintah daerah (54%) yang nilai potensi integritasnya di bawah standar integritas minimal 6,00. Dari 47 instansi/pemerintah daerah tersebut, 77% diantaranya adalah layanan pada pemerintah daerah (36 kota) dan 23% layanan instansi pusat/ vertikal (11 instansi).
2.3.1 Lingkungan Kerja di Layanan Publik Tingkat Nasional Lingkungan kerja memiliki potensi untuk mendorong terjadinya praktik korupsi, tidak terkecuali di sektor pelayanan publik. Bila lingkungan kerja tidak didukung oleh fasilitas yang memadai, suasana pelayanan tidak nyaman bahkan jika ditambah dengan prosedur yang berbelit-belit akan mendorong pengguna layanan melakukan penyimpangan dalam rangka memperlancar proses pengurusan layanan. Tabel 2.9. Nilai Indikator Lingkungan Kerja beserta Sub-indikator INDIKATOR
Lingkungan Kerja (0,127)
SUB-INDIKATOR
7,04
Kebiasaan Pemberian Gratifikasi (0,392)
6,03
Kebutuhan Pertemuan di Luar Prosedur (0,164)
9,01
Keterlibatan Calo (0,221)
7,01
Fasilitas di Sekitar Lingkungan Pelayanan (0,100)
7,53
Suasana/Kondisi di sekitar Pelayanan (0,123)
7,28
Nilai integritas indikator lingkungan kerja nasional adalah 7,04. Pencapaian nilai ini terutama
Survei Integritas Sektor Publik 2011
21
22
Bab 2 Integritas Sektor Publik Tingkat Nasional
didukung oleh tingginya nilai kebutuhan pertemuan di luar prosedur (9,01). Masing-masing subindikator lingkungan kerja akan dijelaskan pada bagian berikut. 1. Kebiasaan Pemberian Gratifikasi Kebiasaan pengguna dan petugas layanan dalam memberi maupun meminta biaya tambahan (gratifikasi) dalam rangka mendapatkan layanan publik ternyata masih sulit diubah. Sebesar 47% responden menyatakan bahwa pemberian gratifikasi memang masih terjadi dalam pengurusan layanan publik, dengan intensitas selalu terjadi (6%), sering terjadi (17%) dan kadang-kadang terjadi (24%).
Tidak pernah terjadi
53%
24%
Kadang-kadang terjadi
17%
Sering terjadi
Selalu terjadi
6%
Gambar 2.8. Intensitas Praktek Pemberian Uang Tambahan di Tingkat Nasional
2. Kebutuhan Pertemuan di luar Prosedur
Secara umum, kebutuhan pengguna layanan untuk melakukan pertemuan di luar prosedur sudah sangat minimal. Nilai 9,01 menunjukkan hal tersebut. Namun demikian masih ada 15% dari pengguna layanan yang mengaku pernah melakukan pertemuan di luar prosedur. Sebagian besar melakukannya hanya 1 kali (73%), namun ada juga yang 2 kali (17%), bahkan lebih dari 2 kali (10%) 73% 85%
17%
15%
Tidak
Pernah
10%
1 kali
2 kali
lebih dari 2 kali
Gambar 2.9. Persentase Responden Melakukan Pertemuan di Luar Prosedur Tingkat Nasional
Tujuan pengguna layanan melakukan pertemuan di luar prosedur dalam proses pengurusan layanan adalah untuk mempercepat waktu pengurusan (48%), melengkapi persyaratan (26%), negosiasi persyaratan yang tidak terpenuhi (15%) dan negosiasi biaya (11%).
Survei Integritas Sektor Publik 2011
Bab 2 Integritas Sektor Publik Tingkat Nasional
48%
Mempercepat waktu
26%
Melengkapi syarat
Negosisasi syarat
Negosisasi biaya
15%
11%
Gambar 2.10. Tujuan Pengguna Layanan Melakukan Pertemuan di Luar Prosedur Tingkat Nasional
3. Keterlibatan Calo Dari hasil survei yang dilakukan terhadap responden, ternyata peran perantara/calo dalam pengurusan layanan cukup signifikan.
33% 29%
62%
17%
38%
11%
tidak melihat calo
melihat calo
kombinasi 2 atau lebih perantara/ calo
orang luar
Petugas langsung
Petugas lain
10%
Orang yang bekerja di sekitar unit layanan
Gambar 2.11. Pengamatan Responden yang Menjadi Perantara/Calo di Layanan Tingkat Nasional
Sebagian pengguna layanan (38%) mengaku melihat keberadaan calo beroperasi di unit layanan saat pengurusan layanan. Berdasarkan pengamatan responden, calo tersebut adalah orang luar (29%), petugas langsung layanan (17%), petugas lain yang bekerja di instansi tetapi tidak langsung berhubungan dengan layanan (11%), orang luar yang bekerja di sekitar unit layanan (10%). Bahkan, 33% responden melihat bahwa calo berasal dari kombinasi 2 atau lebih diantara pihak-pihak yang disebutkan di atas.
Survei Integritas Sektor Publik 2011
23
24
Bab 2 Integritas Sektor Publik Tingkat Nasional
Tidak pernah melihat calo
67%
21%
Sembunyi-sembunyi
12%
Terang-terangan
Gambar 2.12. Cara Perantara/Calo Beroperasi di Layanan Tingkat Nasional
Bila dilihat bagaimana cara kerja perantara beroperasi mendekati responden saat pengurusan layanan, sebagian besar dengan cara sembunyi-sembunyi (21%). Namun, perantara yang beroperasi secara terang-terangan juga masih ada (12%). 4. Fasilitas dan Suasana Unit Layanan Keberadaan fasilitas dalam unit layanan merupakan salah satu sebab pengguna layanan mengambil keputusan mengurus sendiri layanannya atau memilih menggunakan jasa perantara. Sebagian besar pengguna layanan (87%) menyatakan bahwa fasilitas yang tersedia di unit layanan yang mereka datangi memadai dan hanya 13% yang menyatakan kurang/tidak memadai.
87%
13%
Nyaman
87%
83%
17%
Tenang
86%
13%
Ruang teratur dan rapi
14%
Tahapan layanan teratur
Gambar 2.13. Suasana Lingkungan Kerja di Layanan Tingkat Nasional
Sebagian besar pengguna layanan juga menyatakan bahwa suasana unit layanan saat pengurusan layanan nyaman (87%), tenang (83%), teratur dan rapi (87%) serta tahapan layanan teratur (86%). Walaupun jumlah pengguna layanan yang menyatakan suasana unit layanan kurang baik merupakan minoritas (kurang dari 20%), namun unit layanan tetap perlu melakukan peningkatan kualitas lingkungan kerja. Sebabnya, jika hal ini dibiarkan dapat memicu pengguna layanan untuk menggunakan jasa calo saat mengurus layanan.
Survei Integritas Sektor Publik 2011
Bab 2 Integritas Sektor Publik Tingkat Nasional
2.3.2 Sistem Administrasi di Layanan Publik Tingkat Nasional Sistem administrasi dalam layanan publik disusun dari 3 subindikator yaitu Kepraktisan SOP, Keterbukaan Informasi dan Pemanfaatan Teknologi Informasi. Tabel 2.10. Nilai Indikator Sistem Administrasi beserta Sub-indikator INDIKATOR
SUB-INDIKATOR
Sistem Administrasi (0,280)
6,25
Kepraktisan SOP(0.281)
6,45
Keterbukaan Informasi (0.584)
6,34
Pemanfaatan Teknologi Informasi (0.135)
5,46
Nilai sistem administrasi secara nasional (6,25) sudah sesuai dengan standar minimum yang ditetapkan oleh KPK (6,00). Pemanfaatan Teknologi Informasi merupakan subindikator yang masih memerlukan perbaikan karena nilainya masih di bawah standar minimal yang ditetapkan. Namun demikian, nilai 2 subindikator lainnya yaitu kepraktisan SOP dan keterbukaan informasi juga masih perlu ditingkatan. Bagian selanjutnya akan membahas 3 subindikator dari Sistem Administrasi. 1. Kepraktisan SOP
Kepraktisan SOP mencerminkan tingkat efektifitas prosedur pengurusan layanan, syarat, biaya dan waktu pengurusan layanan. Hasil survei menunjukkan bahwa lebih dari 50% pengguna layanan menilai prosedur, persyaratan dan biaya pengurusan unit layanan cukup wajar dengan ketepatan waktu pengurusan layanan yang cukup baik. Bahkan 4% pengguna layanan menyatakan mendapatkan pelayanan yang lebih cepat dari waktu yang telah ditetapkan dan 13% menyatakan biaya layanan murah. Namun demikian masih ada responden yang menjawab bahwa terdapat kesulitan dalam prosedur (10%) dan persyaratan (11%), kelambatan dalam waktu (10%) serta mahalnya biaya (16%). Jawaban pengguna layanan dalam hal ketidakjelasan prosedur (8%), persyaratan (4%), waktu (10%) dan biaya (6%) juga harus mendapat perhatian dari penanggung jawab unit layanan. 65%
64% 57%
53%
30%
29% 22% 16% 10%
11% 7%
Persyaratan
6%
4%
3% Prosedur
13%
10%
Waktu
Biaya
Wajar
Wajar
Tepat Waktu
Wajar
Mudah
Mudah
Lambat
Murah
Sulit Tidak Jelas Prosedurnya
Tidak Waktunya Lebih Cepat
Sulit Tidak Jelas Prosedurnya
Mahal Tidak Jelas Biaya
Gambar 2.14. Penilaian Pengguna Layanan atas Standar Operasi Prosedur di Tingkat Nasional
2. Keterbukaan informasi Dalam mencegah ketidakjelasan prosedur, persyaratan, biaya dan ketidaktepatan waktu dalam pengurusan layanan, maka ketersediaan informasi di setiap unit layanan menjadi penting dan sangat membantu responden saat pengurusan layanan. Bagaimana tingkat keterbukaan informasi layanan dijelaskan pada Tabel 2.11. Survei Integritas Sektor Publik 2011
25
26
Bab 2 Integritas Sektor Publik Tingkat Nasional
Tabel 2.11. Tingkat Keterbukaan Informasi Layanan Tingkat Nasional Tingkat Keterbukaan Informasi
% Responden dengan jawaban ya Prosedur
Syarat
Waktu
Biaya
a. Diumumkan terbuka
38
40
31
31
b. Diumumkan terbuka dan dijelaskan tanpa ditanya
26
23
25
25
c. Dijelaskan hanya jika ditanya
20
20
22
21
d. Dijelaskan petugas tanpa ditanya
14
15
18
17
2
2
4
6
e. Tidak ada pengumuman/penjelasan
3. Pemanfaatan Teknologi Informasi Pemanfaatan teknologi informasi juga menjadi dasar pengukuran dalam sistem administrasi. Sebagian besar unit layanan sudah memiliki sistem teknologi informasi, namun hanya 26% pengguna layanan yang pernah memanfaatkan teknologi informasi yang ada di unit layanan. Tujuan pengguna layanan menggunakan teknologi informasi untuk memproses layanan (57%), mengetahui informasi terkait layanan yang diurus (33%) dan mengetahui status penyelesaian pengurusan layanan (10%). 74%
Untuk mempercepat layanan
57%
Mengetahui informasi layanan yang diurus
33%
26% Mengetahui status penyelesaian pengurusan
Tidak
10%
Pernah
Tujuan Penggunaan
Tingkat Penggunaan
Gambar 2.15. Tingkat Penggunaan Teknologi Informasi Layanan di Tingkat Nasional
2.3.3. Perilaku Individu di Layanan Publik Tingkat Nasional Terjadinya gratifikasi pada suatu unit layanan bukan hanya disebabkan oleh faktor kelembagaan, akan tetapi lebih banyak ditentukan oleh faktor individu-individu yang terlibat dalam suatu proses pelayanan. Individu tersebut dapat berasal dari internal unit layanan, yaitu petugas yang memberikan pelayanan dan individu yang berasal dari eksternal unit layanan, yaitu masyarakat pengguna unit layanan. Salah satu faktor internal adalah sikap atau perlakuan petugas dalam memberikan pelayanan. Petugas yang cenderung membedabedakan pelayanan, terutama bila berdasarkan pemberian yang diterima dari pengguna layanan, mendorong pengguna layanan untuk memberikan uang tambahan pada petugas tersebut agar mendapat perlakuan istimewa dari petugas unit layanan. Terdapat 3 (tiga) sub-indikator dalam menilai perilaku individu yaitu keadilan dalam layanan, ekspektasi petugas terhadap gratifikasi dan perilaku pengguna layanan. Tabel 2.12. Nilai Indikator Perilaku Individu beserta Sub-indikator INDIKATOR Perilaku Individu (0,280)
Survei Integritas Sektor Publik 2011
SUB-INDIKATOR 6,57
Keadilan dalam Layanan (0,413)
7,06
Ekspektasi Petugas terhadap Gratifikasi(0,327)
6,50
Perilaku Pengguna Layanan (0,260)
5,88
Bab 2 Integritas Sektor Publik Tingkat Nasional
Walaupun nilai indikator perilaku individu di atas 6,00, namun masih terdapat nilai sub indikator yang kurang baik, yaitu perilaku pengguna layanan dengan nilai 5,88. Bagian berikut menjelaskan lebih rinci 3 subindikator Perilaku Individu. 1. Keadilan dalam Layanan Keadilan dalam layanan didefinisikan sebagai tindakan dan sikap petugas unit layanan dalam memberikan layanan kepada pengguna layanan tanpa pembedaan perlakuan dalam hal apapun juga. Terkait dengan keadilan dalam memberikan layanan, terdapat 34% responden mengaku bahwa petugas layanan membeda-bedakan perlakuan pada saat pengurusan layanan sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 2.16
66%
Tidak Membedakan
Ya, Kadang-kadang
Ya, Selalu
29%
5%
Gambar 2.16. Pembedaan Perlakuan Petugas Layanan di Tingkat Nasional
2. Ekspektasi Petugas Terhadap Gratifikasi Perilaku petugas layanan lainnya yang juga berpengaruh terhadap integritas layanan adalah ekspektasi petugas terhadap gratifikasi, artinya petugas layanan melalui sinyalsinyal tertentu baik langsung maupun tidak langsung mengharapkan imbalan/gratifikasi dari pengguna layanan. Hasil survei menunjukkan bahwa 34% responden menjawab pemberian uang tambahan terjadi salah satunya karena petugas berinisiatif meminta uang tambahan/gratifikasi terlebih dahulu. Gambar berikut akan menjelaskan bagaimana cara petugas meminta uang tambahan kepada pengguna layanan. Dari 34% responden, 57% diantaranya menjawab karena petugas layanan meminta uang tambahan secara langsung dan terbuka, 31% responden menjawab petugas layanan meminta langsung tetapi tidak terbuka dan 12% lainnya menjawab melalui pihak lain.
Langsung Terbuka
57%
Langsung tidak terbuka
Melalui pihak lain
31%
12%
Gambar 2.17. Cara Petugas Meminta Uang Tambahan Layanan Publik
Survei Integritas Sektor Publik 2011
27
28
Bab 2 Integritas Sektor Publik Tingkat Nasional
3. Perilaku Pengguna Layanan Inisiasi adanya uang tambahan dalam layanan publik bukan semata-mata dari petugas layanan. Pengguna layanan juga berperan dalam suburnya praktik adanya uang tambahan di layanan publik. Data menunjukkan bahwa 58% pengguna layanan menyatakan merekalah yang berinisiatif memberikan uang tambahan kepada petugas saat pengurusan layanan.
Inisiatif pengguna sendiri
58%
34%
Sinyal dari petugas
Tidak ada yang inisiatif
8%
Gambar 2.18 Perilaku Pengguna Layanan Berinisiatif Memberikan Uang Tambahan
2.3.4. Pencegahan Korupsi di Layanan Publik Tingkat Nasional Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah gratifikasi adalah dengan melakukan tindakan pencegahan. Upaya tersebut salah satunya dapat diukur melalui upaya antikorupsi dan mekanisme pengaduan pengguna layanan yang dilakukan oleh unit layanan sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.13. Tabel 2.13. Nilai Indikator Pencegahan Korupsi beserta Sub-indikator INDIKATOR Pencegahan Korupsi (0.313)
SUB-INDIKATOR 4,75
Tingkat Upaya Anti Korupsi (0,750)
4,73
Mekanisme Pengaduan Masyarakat (0,250)
4,79
Fakta menunjukkan bahwa dibandingkan dengan indikator lain, pencegahan korupsi secara nasional memiliki nilai yang paling buruk. Tabel 2.13 menunjukkan penilaian pengguna layanan dari 22 instansi pusat, 7 instansi vertikal dan 60 pemerintah kota atas indikator pencegahan korupsi adalah 4,75. Nilai ini masih jauh di bawah standar minimum yang ditetapkan KPK (6,00). Kondisi ini berarti tingkat upaya anti korupsi (4,73) dan mekanisme pengaduan masyarakat (4,79) masih kurang memadai dan perlu dibenahi. Hal ini ditunjukkan dengan 72% responden menjawab tidak melihat program kampanye antikorupsi pada unit layanan. Dua subindikator Pencegahan Korupsi dijelaskan lebih lanjut pada bagian berikut: 1. Tingkat Upaya Anti Korupsi Program kampanye anti korupsi di unit layanan saat ini masih rendah. Hal ini ditunjukkan dengan pengakuan 72% pengguna layanan yang menyatakan tidak melihat program antikorupsi pada unit layanan yang mereka datangi.
Survei Integritas Sektor Publik 2011
Bab 2 Integritas Sektor Publik Tingkat Nasional
2-5 Media 9,30%
Tidak 28%
>5 Media 0,20%
ADA Satu Media 90,50%
Ada 72%
Program Kampanye Antikorupsi
Jumlah Media/Kegiatan Antikorupsi
Gambar 2.19. Program Kampanye Anti Korupsi di Layanan Publik
Bagi unit layanan yang melakukan program kampanye, umumnya (90,5%) menyatakan bahwa hanya satu media/kampanye antikorupsi yang terlihat pada unit layanan tersebut. Bentuk kegiatan kampanye anti korupsi yang dilakukan paling banyak adalah dalam bentuk pemasangan stiker/poster/spanduk
3% 3%
4%
Sticker/poster/spanduk
Petugas pakai atribut (pin, baju, dll)
90%
Workshop/seminar petugas
Workshop/seminar masyarakat
Gambar 2.20. Bentuk-Bentuk Kegiatan/Media Anti Korupsi di Layanan Publik
2. Mekanisme Pengaduan Masyarakat Selain kampanye anti korupsi, faktor lain yang menjadi ukuran apakah suatu instansi telah melaksanakan pencegahan korupsi yaitu adanya mekanisme pengaduan masyarakat. Sub indikator ini menunjukkan respon petugas unit layanan terhadap pengaduan yang disampaikan oleh masyarakat. Pengaduan masyarakat merupakan salah satu cara masyarakat mengontrol unit layanan. Dari pengaduan yang masuk, unit layanan dapat melakukan pembenahan yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas layanan yang diberikan. Terkait media pengaduan, sebagian besar responden (54%) menjawab bahwa media pengaduan yang tersedia di unit layanan hanya satu media. Sisanya ada yang menjawab dua media (17%), dan lebih dari dua (8%). Namun yang perlu menjadi perhatian adalah 20% responden menjawab bahwa unit layanan tidak menyediakan media pengaduan.
Survei Integritas Sektor Publik 2011
29
30
Bab 2 Integritas Sektor Publik Tingkat Nasional
69%
18% 7%
Mudah
Tidak Tersedia
Sulit
6%
Sangat Mudah
Aksessibilitas
Gambar 2.21. Tingkat Aksesibilitas Media Pengaduan di Layanan Publik
Bagaimana tingkat kemudahan/aksesibilitas penguna layanan dalam menyampaikan pengaduan dapat dilihat dalam Gambar 2.21. Sebanyak 69% responden merasa mudah dan bahkan sangat mudah (6%) menyampaikan pengaduan melalui media yang tersedia. Namun masih ada 25% responden yang menyatakan sulit mengakses media pengaduan (7%) dan bahkan tidak tersedia akses terhadap media pengaduan (18%). 52,2%
33,0%
Tidak 25%
Pernah 75% 10,2% 4,2% 0,4% Ditampung
Ditanggapi Ditindaklanjuti Diabaikan
Ditolak
Gambar 2.22. Respon Petugas Terhadap Pengaduan di Layanan Publik
Kemudahan responden menyampaikan pengaduan akan efektif bila petugas menindaklanjuti pengaduan yang masuk. Berdasarkan pengalaman 75% responden yang menyampaikan pengaduan kepada unit layanan, hanya 10,2% saja yang ditindaklanjuti. Masih ada 52,2% dan 33% responden mengaku pengaduan yang disampaikan hanya sebatas ditampung dan ditanggapi saja oleh unit layanan. Bahkan ada 4,2% dan 0,4% respoden yang mengaku bahwa pengaduan yang disampaikan tersebut diabaikan dan ditolak.
Survei Integritas Sektor Publik 2011
Bab 2 Integritas Sektor Publik Tingkat Nasional
2.4. Indeks Integritas Total Pusat (IITP) Indeks Integritas Total Pusat (IITP) merupakan indeks gabungan antara instansi pusat (IIP) dan Instansi Vertikal (IIV). Instansi Pusat didefinisikan sebagai instansi yang memiliki unit layanan di bawah tanggung jawab langsung lembaga di tingkat pusat tersebut, sedangkan instansi vertikal mengelola unit layanan di daerah yang merupakan pelaksana tugas pokok dan fungsi dari instansi/ lembaga yang induk organisasinya ada di pemerintah pusat. Indeks Integritas Sektor Publik Total Pusat disusun berdasarkan nilai dari subindikator pada 43 unit layanan pada publik 22 instansi di tingkat pusat dengan total responden 1290 orang dan 15 unit layanan pada 7 instansi vertikal di 20 kota (kecuali layanan bea masuk di 5 kota) dengan total responden 8580 orang. Nilai IITP ditunjukkan oleh Tabel 2.14. berikut. Tabel 2.14. Indeks Integritas, Variabel, Indikator dan Sub Indikator Total Pusat INTEGRITAS
VARIABEL
Pengalaman Integritas (0,667)
INDIKATOR Pengalaman Korupsi (0.250)
SUB-INDIKATOR 6,74
6,67 Cara Pandang Terhadap Korupsi (0,750)
Lingkungan Kerja (0,127)
6,65
7,24
6,13
Sistem Administrasi (0,280)
Perilaku Individu (0,280)
Pencegahan Korupsi (0,313)
6,15
Frekuensi Pemberian Gratifikasi(0,550)
7,05
Waktu Pemberian Gratifikasi (0,240)
6,54
Arti Pemberian Gratifikasi (0,250)
7,14
Tujuan Pemberian Gratifikasi (0,750)
6,48
Kebiasaan Pemberian Gratifikasi (0,392)
6,36
Kebutuhan Pertemuan di Luar Prosedur (0,164)
9,21
Keterlibatan Calo (0,221) Fasilitas di Sekitar Lingkungan Pelayanan (0,100)
Integritas Total (1,00) = 6,49 Potensi Integritas (0,333)
Jumlah / Besaran Gratifikasi (0,210)
6,37
6,72
4,92
7,2 7,57
Suasana/Kondisi di sekitar Pelayanan (0,123)
7,23
Kepraktisan SOP (0,281)
6,64
Keterbukaan Informasi (0,584)
6,43
Pemanfaatan Teknologi Informasi (0,135)
5,60
Keadilan dalam Layanan (0,413)
7,12
Ekspektasi Petugas terhadap Gratifikasi (0,327)
6,67
Perilaku Pengguna Layanan (0,260)
6,14
Tingkat Upaya Anti Korupsi (0,750)
4,92
Mekanisme Pengaduan Masyarakat (0,250)
4,94
Indeks integritas total pusat, yaitu 6,49, lebih tinggi dibanding nilai standar minimum 6,00. Variabel pengalaman dan pontensi integritas telah memberikan kontribusi yang baik dalam peningkatan indeks total pusat karena berada di atas standar minimum. Namun demikian masih terdapat satu indikator pencegahan korupsi pada variabel potensi integritas yang nilainya berada di bawah standar yaitu 4,92.
2.5. Indeks Integritas Total Daerah (IITD) Indeks Integritas Total Daerah (IITD) merupakan indeks gabungan antara indeks kota untuk 7 instansi vertikal dan Indeks Integritas terhadap layanan Pemerintah Daerah tersebut. Instansi vertikal didefinisikan sebagai instansi yang mengelola unit layanan di daerah yang merupakan pelaksana tugas pokok dan fungsi dari instansi/lembaga yang induk organisasinya ada di pemerintah pusat sedangkan layanan Pemerintah Daerah memiliki unit layanan di bawah tanggung jawab Pemerintah Daerah masing-masing, seperti KTP, SIUP dan IMB. Total integritas tingkat daerah mencerminkan pelayanan publik pada unit layanan tingkat daerah yang disurvei. Indeks Integritas Sektor Publik Total Daerah disusun berdasarkan nilai gabungan dari indeks Instansi Vertikal dan indeks Pemerintah Daerah dengan jumlah 14.250 responden. Nilai IITD ditunjukkan oleh Tabel 2.15.
Survei Integritas Sektor Publik 2011
31
32
Bab 2 Integritas Sektor Publik Tingkat Nasional Tabel 2.15. Indeks Integritas, Variabel, Indikator dan Sub Indikator Total Daerah INTEGRITAS
VARIABEL
Pengalaman Integritas (0,667)
INDIKATOR
SUB-INDIKATOR
Pengalaman Korupsi (0.250)
6,47
Cara Pandang Terhadap Korupsi (0,750)
6,36
6,39
Lingkungan Kerja (0,127)
6,97
Integritas Total (1,00) = 6,24
Potensi Integritas (0,333)
5,94
Sistem Administrasi (0,280)
Perilaku Individu (0,280)
Pencegahan Korupsi (0,313)
6,24
6,51
4,74
Jumlah / Besaran Gratifikasi (0,210)
5,73
Frekuensi Pemberian Gratifikasi(0,550)
6,85
Waktu Pemberian Gratifikasi (0,240)
6,22
Arti Pemberian Gratifikasi (0,250)
7,01
Tujuan Pemberian Gratifikasi (0,750)
6,15
Kebiasaan Pemberian Gratifikasi (0,392)
5,92
Kebutuhan Pertemuan di Luar Prosedur (0,164)
8,97
Keterlibatan Calo (0,221)
6,94
Fasilitas di Sekitar Lingkungan Pelayanan (0,100)
7,53
Suasana/Kondisi di sekitar Pelayanan (0,123)
7,25
Kepraktisan SOP (0,281)
6,42
Keterbukaan Informasi (0,584)
6,33
Pemanfaatan Teknologi Informasi (0,135)
5,50
Keadilan dalam Layanan (0,413)
7,04
Ekspektasi Petugas terhadap Gratifikasi (0,327)
6,42
Perilaku Pengguna Layanan (0,260)
5,80
Tingkat Upaya Anti Korupsi (0,750)
4,72
Mekanisme Pengaduan Masyarakat (0,250)
4,82
Indeks Integritas Total Daerah, yaitu 6,24, lebih tinggi dibanding nilai standar minimum 6,00. Variabel pengalaman integritas memberikan kontribusi lebih baik dibandingkan dengan variabel potensi integritas yang masih berada di bawah standar minimum. Namun demikian masih terdapat satu indikator pengalaman korupsi pada variabel pengalaman integritas yang nilainya berada di bawah standar yaitu 5,73. Hal ini menunjukkan bahwa di daerah masih cukup besar jumlah pemberian biaya tambahan/gratifikasi pada saat pengurusan layanan. Pada variabel potensi integritas terdapat lima subindikator yang nilainya berada di bawah standar yaitu kebiasaan pemberian gratifikasi (5,92), pemanfaatan teknologi informasi (5,50), perilaku pengguna layanan (5,80), tingkat upaya antikorupsi (4,72) dan mekanisme pengaduan masyarakat (4,82). Rendahnya nilai tingkat upaya antikorupsi dan mekanisme pengaduan masyarakat menyebabkan Indikator Pencegahan Korupsi berada di bawah standar minimal yang ditetapkan (4,74). Upaya menaikkan nilai potensi integritas menunjukkan keseriusan unit layanan dan instansi di sektor layanan publik dalam memerangi korupsi secara komprehensif di luar upaya penindakan yang dilakukan. Semakin intensif usaha-usaha dilakukan untuk meningkatkan potensi integritas, maka semakin efektif pula upaya pemberantasan korupsi bisa dilakukan di unit layanan dan instansi yang bersangkutan. Komisi Pemberantasan Korupsi dalam perannya sebagai trigger mechanism sangat mendorong upayaupaya pemberantasan korupsi melalui perbaikan layanan publik. Potret kondisi aktual pelayanan publik terkait dengan transparansi, suap, pungutan liar, gratifikasi, sistem administrasi, perilaku individu, lingkungan kerja dan upaya-upaya pencegahan korupsi ini dilakukan juga dalam upaya meningkatkan efektifitas pemberantasan korupsi yang dilakukan KPK terutama di sektor layanan publik.
Survei Integritas Sektor Publik 2011
3
Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat
34
Bab 3 Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat
Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat Survei Integritas sektor publik pada instansi tingkat pusat merupakan satu dari 3 unsur penyusun integritas nasional, dilakukan terhadap 43 unit layanan di 22 instansi/lembaga tingkat pusat. Jumlah responden pada masing-masing unit layanan ditargetkan 30 orang sehingga secara keseluruhan jumlah responden dalam survei di tingkat pusat adalah 1290 orang.
3.1. Total Integritas Tingkat Pusat Indeks Integritas Instansi Tingkat Pusat merupakan satu dari 3 unsur penyusun integritas nasional. Indeks integritas pusat disusun berdasarkan variabel pengalaman integritas dan variabel potensi integritas di tingkat pusat. Kedua variabel ini didukung oleh 6 indikator dan 18 sub indikator, dan diterjemahkan dalam bentuk kuesioner yang menjadi instrumen saat wawancara dengan pengguna layanan. Gambaran menyeluruh mengenai nilai masing-masing indikator dan subindikator dari 1290 responden unit layanan pusat dijelaskan pada tabel berikut. Tabel 3.1. Indeks Integritas, Variabel, Indikator dan Sub Indikator Instansi Pusat INTEGRITAS
VARIABEL
Pengalaman Integritas (0,667)
INDIKATOR Pengalaman Korupsi (0.250)
SUB-INDIKATOR 7,58
7,45 Cara Pandang Terhadap Korupsi (0,750)
Lingkungan Kerja (0,127)
7,41
7,81
Integritas Total (1,00) = 7,07 Potensi Integritas (0,333)
6,30
Sistem Administrasi (0,280)
Perilaku Individu (0,280)
Pencegahan Korupsi (0,313)
6,36
7,20
4,84
Jumlah / Besaran Gratifikasi (0,210)
7,43
Frekuensi Pemberian Gratifikasi (0,550)
7,66
Waktu Pemberian Gratifikasi (0,240)
7,51
Arti Pemberian Gratifikasi (0,250)
7,02
Tujuan Pemberian Gratifikasi (0,750)
7,54
Kebiasaan Pemberian Gratifikasi (0,392)
7,26
Kebutuhan Pertemuan di Luar Prosedur (0,164)
9,43
Keterlibatan Calo (0,221)
7,78
Fasilitas di Sekitar Lingkungan Pelayanan (0,100)
7,60
Suasana/Kondisi di sekitar Pelayanan (0,123)
7,61
Kepraktisan SOP(0,281)
6,79
Keterbukaan Informasi (0,584)
6,46
Pemanfaatan Teknologi Informasi(0,135)
5,04
Keadilan dalam Layanan (0,413)
7,32
Ekspektasi Petugas terhadap Gratifikasi (0,327)
7,33
Perilaku Pengguna Layanan (0,260)
6,83
Tingkat Upaya Anti Korupsi (0,750)
4,94
Mekanisme Pengaduan Masyarakat (0,250)
4,55
Indeks integritas tingkat pusat adalah 7,07, dengan perincian pengalaman integritas 7,45 dan potensi integritas 6,30. Indeks integritas ini tergolong cukup baik, karena pencapaiannya berada di atas standar minimum 6,00. Pada nilai variabel pengalaman integritas pusat sebagian besar pengguna layanan mengaku tidak memberikan gratifikasi pada saat mengurus layanan. Namun masih terdapat satu indikator pada variabel potensi integritas yaitu pencegahan korupsi yang nilainya masih di bawah 5 yaitu 4,84. Selain itu, subindikator pemanfaatan teknologi informasi pada indikator sistem administrasi juga memerlukan perhatian serius karena nilainya hanya 5,04.
Survei Integritas Sektor Publik 2011
Bab 3 Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat Tabel 3.2. Peringkat Indeks Integritas Pusat NO
INSTANSI
INTEGRITAS
1
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
7,60
2
Kementerian Kesehatan
7,52
3
PT. Jamsostek (Persero)
7,52
4
Kementerian Perindustrian
7,51
5
PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero)
7,50
6
Kementerian Perhubungan
7,47
7
Kementerian Kelautan dan Perikanan
7,46
8
Kementerian Pertanian
7,45
9
Kementerian Komunikasi dan Informatika
7,43
10
Kementerian Pendidikan Nasional
7,41
11
PT. Pertamina (Persero)
7,40
12
Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM)
7,36
13
Mahkamah Agung
7,31
14
PT. Pelayaran Nasional Indonesia (Persero)
7,30
15
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
7,26
16
Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)
7,11
17
Kementerian Kehutanan
7,09
18
Kementerian Perdagangan
6,91
19
PT. Angkasa Pura II (Persero)
6,68
20
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
5,52
21
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
5,44
22
Kementerian Agama
5.37
Tabel 3.2 menjelaskan terdapat 86 persen instansi pusat yang indeks integritasnya berada di atas standar minimum yang telah ditetapkan KPK (6,00). Namun demikian masih terdapat 3 instansi dengan nilai integritas di bawah 6 yaitu Kementerian Agama (5,37), Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (5,44) dan Kementerian Koperasi dan UKM (5,52). Nilai Integritas Pusat bila didasarkan pada unit layanan menunjukkan masih terdapat empat unit layanan yang nilainya di bawah 6, yaitu Pendaftaran/perpanjangan Izin Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus (5,91), Pelayanan Data Akses Pasar Domestik (4,95), Perpanjangan Ijin Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) (4,82), dan Izin Menggunakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) (3,39). Indeks Integritas Unit Layanan Tingkat Pusat secara lengkap ditunjukkan pada tabel berikut. Tabel 3.3. Peringkat Indeks Integritas Unit Layanan Instansi Pusat NO
INSTANSI
UNIT LAYANAN
INTEGRITAS
1
Kementerian Pendidikan Nasional
Izin Belajar WNI Pada Sekolah International
7,78
2
PT. Pertamina (Persero)
Izin Agen Domestik (Agen LPG12kg dan 50kg)
7,77
3
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Penerbitan Angka Pengenal Importir Produsen (API-P)
7,72
4
Kementerian Kelautan dan Perikanan
Surat Ijin Penangkapan Ikan (Baru dan Perpanjangan)
7,72
5
PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero)
Layanan Bongkar Muat Barang General Cargo
7,64
6
PT. Jamsostek (Persero)
Layanan Klaim Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)
7,61
7
Kementerian Perhubungan
Surat Izin Usaha Perusahaan Angkutan laut (SIUPAL)
7,60
8
Kementerian Perindustrian
Penerbitan Rekomendasi Importir Produsen Tekstil
7,59
9
Kementerian Pertanian
Izin Pemasukan dan Pengeluaran Benih Tanaman Pangan
7,55
10
Kementerian Kesehatan
Surat Persetujuan Importir Psikotropika (Pembuatan Baru)
7,53
11
Kementerian Kesehatan
Izin Edar Alat Kesehatan (Pembuatan Baru/ Perpanjangan)
7,52
Survei Integritas Sektor Publik 2011
35
36
Bab 3 Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat
NO
INSTANSI
UNIT LAYANAN
INTEGRITAS
Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)
Pendataan dan Ticketing ke daerah tujuan di Terminal Selapajang
7,51
13
Kementerian Komunikasi dan Informatika
Izin Penyiaran TV
7,51
14
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Surat Ijin Pengerahan (SIP)
7,50
15
Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM)
Pendaftaran MD/ML
7,48
12
16
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Izin Prinsip Penanaman Modal
7,47
17
PT. Jamsostek (Persero)
Layanan Pencairan Jaminan Hari Tua (JHT)
7,43
18
Kementerian Perindustrian
Sertifikasi Produk Pengguna Tanda Standar Nasional Indonesia (SPPT SNI)
7,43
19
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
Izin Penyimpanan dan Pengangkutan
7,41
20
PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero)
Layanan Kapal (Jasa Pandu, Tunda, Tambat)
7,36
Kementerian Pertanian
Layanan Pemberian Izin Pendaftaran Pupuk Organik
7,35
22
Kementerian Komunikasi dan Informatika
Izin Stasiun Radio
7,35
23
Kementerian Perhubungan
Izin Trayek AKAP (Antar Kota Antar Propinsi )
7,34
21
24
PT. Pelayaran Nasional Indonesia (Persero)
Layanan Muatan Barang Kontainer
7,31
25
Mahkamah Agung
Layanan Informasi Status Kasasi
7,31
26
Kementerian Kehutanan
Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman
7,28
27
PT. Pelayaran Nasional Indonesia (Persero)
Layanan Muatan Barang General Cargo
7,28
28
Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM)
Perijinan Ekspor/Impor terhadap barang-barang yang termasuk dalam kategori makanan dan obat-obatan
7,24
29
Kementerian Perdagangan
Persetujuan Impor Barang Modal Bukan Baru (Permohonan Baru dan Perpanjangan)
7,21
30
Kementerian Kelautan dan Perikanan
Penerbitan Surat Keterangan Aktivasi transmitter (SKAT)
7,20
31
Kementerian Pendidikan Nasional
Penyetaraan Ijazah Luar Negeri
7,04
32
Kementerian Kehutanan
izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan
7,03
33
PT. Pertamina (Persero)
Izin SPBU
7,03
34
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
Unit Pelayanan Informasi Wilayah Pertambangan (UPIWP)
7,00
35
PT. Angkasa Pura II (Persero)
Pelayanan Pengelolaan Property Bandara
6,97
36
Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)
Pembuatan Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri (KTKLN)
6,71
37
Kementerian Perdagangan
Pelayanan Pengujian Mutu Barang
6,61
38
PT. Angkasa Pura II (Persero)
Pelayanan Cargo
6,38
39
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Pelayanan Display Produk Unggulan
6,09
40
Kementerian Agama
Pendaftaran/Perpanjangan Izin Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus
5,91
41
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Pelayanan Data Akses Pasar Domestik
4,95
42
Kementerian Agama
Perpanjangan Ijin KBIH (Kelompok Bimbingan Ibadah Haji)
4,82
43
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Ijin Menggunakan tenaga Kerja Asing (IMTA)
3,39
Survei Integritas Sektor Publik 2011
Bab 3 Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat
Untuk nilai rata-rata Integritas Pusat 7,07 terdapat 12 instansi yang nilai integritas unit layanannya seluruhnya di atas nilai rata-rata instansi pusat, 7 instansi yang sebagian unit layanannya nilai integritasnya di atas rata-rata dan sebagian lainnya di bawah rata-rata. Sisanya terdapat 3 instansi yang indeks integritas unit layanannya seluruhnya di bawah rata-rata. Tabel 3.4. Kelompok Instansi Pusat berdasarkan Indeks Integritas INDEKS INTEGRITAS INSTANSI PUSAT
JUMLAH INSTANSI
NAMA INSTANSI 1. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) 2. Kementerian Kelautan dan Perikanan 3. PT. Jamsostek (Persero) 4. Kementerian Perhubungan 5. Kementerian Kesehatan
Indeks integritas unit layanan seluruhnya di atas nilai rata-rata (7,07)
12
6. Kementerian Perindustrian 7. Kementerian Pertanian 8. Kementerian Komunikasi dan Informatika 9. PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) 10. Mahkamah Agung 11. Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) 12. PT. Pelayaran Nasional Indonesia (Persero) 1. Kementerian Perdagangan 2. Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)
Indeks integritas unit layanan sebagian di atas nilai rata-rata dan sebagian di bawah nilai rata-rata (7,07)
7
3. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi 4. Kementerian Kehutanan 5. PT. Pertamina (Persero) 6. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral 7. Kementerian Pendidikan Nasional
Indeks integritas unit layanan seluruhnya di bawah nilai rata-rata (7,07)
1. PT. Angkasa Pura II (Persero) 3
2. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah 3. Kementerian Agama
3.2. Pengalaman Integritas Tingkat Pusat Pengalaman integritas pusat dengan nilai 7,45 disusun dari indikator pengalaman korupsi dan cara pandang terhadap korupsi dengan nilai masing-masing 7,58 dan 7,41. Nilai indikator dan sub indikator unit layanan instansi pusat ditunjukkan pada tabel berikut. Tabel 3.5. Indeks Pengalaman Integritas Pusat beserta Indikator dan Sub Indikator VARIABEL
Pengalaman Integritas (0,667)
INDIKATOR
7,45
Pengalaman Korupsi (0,250) Cara Pandang Terhadap Korupsi (0,750)
SUB-INDIKATOR 7,58
7,41
Jumlah / Besaran Gratifikasi (0,210)
7,43
Frekuensi Pemberian Gratifikasi (0,550)
7,66
Waktu Pemberian Gratifikasi (0,240)
7,51
Arti Pemberian Gratifikasi (0,250)
7,02
Tujuan Pemberian Gratifikasi (0,750)
7,54
Secara keseluruhan besaran nilai indikator dan sub indikator pada variabel pengalaman integritas lebih besar dari standar minimum yang ditetapkan 6,00. Kondisi ini menunjukkan bahwa tindakan pemberian gratifikasi pada layanan instansi pusat cenderung rendah. Namun demikian unit layanan masih harus terus melakukan perbaikan dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan kualitas layanan publiknya. Nilai tertinggi indeks pengalaman integritas adalah 8,04 (Kementerian Komunikasi dan Informatika) dan nilai terendah 5,23 (Kementerian Agama) menunjukkan bahwa masih terdapat rentang yang tinggi antar instansi terkait kualitas layanan publik. Lihat tabel berikut.
Survei Integritas Sektor Publik 2011
37
38
Bab 3 Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat Tabel 3.6. Peringkat Indeks Pengalaman Integritas Pusat NO
INSTANSI
NILAI
NO
INSTANSI
NILAI
1
Kementerian Komunikasi dan Informatika
8,04
12
PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero)
7,73
2
PT. Pelayaran Nasional Indonesia (Persero)
8,02
13
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
7,72
3
Badan Koordinasi Penanaman Modal
7,99
14
Kementerian Perdagangan
7,71
PT. Pertamina (Persero)
7.70
4
Kementerian Kelautan dan Perikanan
15
7,99
16
Kementerian Kehutanan
7,69
5
Kementerian Pendidikan Nasional
7,91
17
7,64
6
Kementerian Perindustrian
7,89
Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)
7
Kementerian Perhubungan
7,84
18
Mahkamah Agung
7,54
Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM)
19
PT. Angkasa Pura II (Persero)
7,01
8
7,83
20
5,91
9
Kementerian Kesehatan
7,82
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
10
PT. Jamsostek (Persero)
7,79
21
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
5,28
11
Kementerian Pertanian
7,75
22
Kementerian Agama
5,23
Data pada tabel menggambarkan 86% instansi telah memiliki nilai yang cukup baik di atas 6,00. Namun masih ada tiga kementerian dengan nilai terendah di bawah nilai standar minimal, yaitu Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (5,91), Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (5,28) dan Kementerian Agama (5,23). Pada gambar berikut ditunjukkan unit layanan dengan nilai pengalaman integritas lima tertinggi dan lima terendah. Terlihat bahwa instansi yang memiliki nilai integritas tinggi umumnya akan memiliki nilai pengalaman integritas tinggi juga dan sebaliknya. Hal tersebut dikarenakan bobot pengalaman integritas dan penilaian integritas sektor publik lebih dominan (0,667) dibanding bobot potensi integritas (0,333). 8.19
Izin Penyiaran TV (Kemenkominfo)
8.07
Izin Pemasukan dan Pengeluaran Benih Tanaman Pangan (Kementan) Penerbitan Surat Keterangan Aklivasi Transmitter (KKP)
8.04
Layanan Muatan Barang Kontainer (PT PELNI)
8.02
Izin Agen Domestik LPG 12kg dan 50kg (PT Pertamina)
8.02
Pelayanan Cargo (PT Angkasa Pura II)
6,33
Pendaftaran/Perpanjangan Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus (Kemenag)
6,04
Layanan Data Akses Pasar Domestik (Kemenkop dan UKM)
5,40
Perpanjangan Izin KBIH (Kemenag)
4,42
Izin Menggunakan Tenaga Kerja Asing (Kemenkertrans)
2,70
Gambar 3.1. Nilai Pengalaman Integritas Unit Layanan Tingkat Pusat (5 Tertinggi dan 5 Terendah)
Unit layanan dengan nilai pengalaman integritas tertinggi adalah unit layanan izin penyiaran TV (Kemenkominfo), Izin Pemasukan dan Pengeluaran Benih Tanaman Pangan (Kementan), Penerbitan Surat Keterangan Aktivasi Transmiter (KKP), Layanan Muatan Barang Kontainer (PT Pelni) dan Izin Agen Domestik 12 kg dan 50 kg (PT Pertamina). Lima unit layanan tersebut memiliki nilai pengalaman integritas rata-rata di atas 8. Sementara itu 5 unit layanan yang memiliki nilai pengalaman integritas terendah adalah unit layanan Izin Menggunakan Tenaga Kerja Asing (Kemenakertrans), Perpanjangan Izin KBIH (Kemenag), Layanan Data Akses Pasar Domestik (Kemenkop dan UKM), Pendaftaran / Perpanjangan Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus (Kemenag) dan Pelayanan Cargo (PT. Angkasa Pura II). Dua dari 5 unit layanan bahkan memiliki nilai pengalaman integritas kurang dari 5.
Survei Integritas Sektor Publik 2011
Bab 3 Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat
3.2.1. Pengalaman Masyarakat Terhadap Korupsi di Layanan Publik Tingkat Pusat Nilai indikator pengalaman korupsi di instansi pusat adalah 7,58. Nilai ini terbentuk berdasarkan subindikator jumlah/besaran gratifikasi dengan nilai 7,43, Frekuensi Pemberian Gratifikasi dengan nilai 7,66 dan waktu pemberian gratifikasi dengan nilai 7,51. Nilai ketiga subindikator yang berada di atas nilai standar minimum menunjukkan bahwa pengendalian gratifikasi pada layanan tingkat pusat sudah cukup baik.
Tabel 3.7. Indeks Pengalaman Integritas Pusat beserta Indikator dan Sub Indikator INDIKATOR Pengalaman Korupsi (0,250)
SUB-INDIKATOR 7,58
Jumlah / Besaran Gratifikasi (0,210)
7,43
Frekuensi Pemberian Gratifikasi (0,550)
7,66
Waktu Pemberian Gratifikasi (0,240)
7,51
Pengalaman korupsi pada instansi pusat menunjukkan nilai yang cukup beragam. Enam belas instansi/lembaga cukup baik dengan nilai pengalaman integritas 8,00. Namun 3 instansi/Lembaga yaitu Kementerian Agama, Kemenkop dan UKM dan Kemenakertrans masih mendapatkan nilai di bawah 6,00, seperti ditunjukkan oleh tabel berikut.
Tabel 3.8. Peringkat Nilai Pengalaman Korupsi Instansi Pusat NO
INSTANSI
NILAI
1
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
8,00
2
Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM)
8,00
3
Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)
8,00
4
Kementerian Kehutanan
8,00
5
Kementerian Kelautan dan Perikanan
8,00
6
Kementerian Kesehatan
8,00
7
Kementerian Komunikasi dan Informatika
8,00
8
Kementerian Pendidikan Nasional
8,00
9
Kementerian Perdagangan
8,00
10
Kementerian Perhubungan
8,00
11
Kementerian Perindustrian
8,00
NO
INSTANSI
NILAI
12
Kementerian Pertanian
8,00
13
Mahkamah Agung
8,00
14
PT. Jamsostek (Persero)
8,00
15
PT. Pelayaran Nasional Indonesia (Persero)
8,00
16
PT. Pertamina (Persero)
8,00
17
PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero)
7,93
18
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
7,83
19
PT. Angkasa Pura II (Persero)
7,30
20
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
5,97
21
Kementerian Agama
5,06
22
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
4,84
1. Jumlah/Besaran Gratifikasi Indeks integritas sub-indikator jumlah/besaran gratifikasi adalah 7,43, nilai tersebut sudah baik dan berada di atas nilai standar minimum yang ditetapkan oleh KPK. Nilai ini menunjukkan unit layanan yang menerima biaya layanan yang melebihi biaya resmi yang telah ditetapkan semakin berkurang. Dari total 1.290 responden, 92% pengguna layanan menjawab membayar sesuai dengan ketentuan saat pengurusan layanan. Masih terdapat 8% pengguna layanan yang membayar lebih dari biaya resmi dengan rincian 6% membayar lebih dari 50% dari biaya resmi dan 2% membayar biaya resmi lebih kurang dari 50% biaya resmi saat pengurusan layanan. Lihat Gambar 3.2 berikut.
Survei Integritas Sektor Publik 2011
39
40
Bab 3 Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat Instansi Pusat
Jumlah/Besaran Grafitikasi pada Unit Layanan Tingkat Pusat
5 Tertinggi Dan 5 Terendah (dalam %)
92%
PERNAH
Izin Agen Domestik LPG 12kg dan 50kg (PT Pertamina)
100
Izin Belajar WNI pada Sekolah Internasional (Kemendiknas)
100
Izin Edar Alat Kesehatan (Pembuatan Baru/Perpanjangan) (Kemenkes)
100
Izin Pemasukan dan Pengeluaran Benih Tanaman Pangan (Kementan)
100
Izin Penyiaran TV (Kemenkominfo)
100
Pelayanan Display Produk Unggulan (Kemenkop dan UKM)
6%
Sesuai
2%
>50% <50% dari biaya dari biaya resmi resmi
Pendaftaran/Perpanjangan Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus (Kemenag) Layanan Data Akses Pasar Domestik (Kemenkop dan UKM)
13
63
37 13
Izin Menggunakan Tenaga Kerja Asing (Kemenkertrans)
43
43
Perpanjangan Izin KBIH (Kemenag)
<50% dari biaya resmi
63
23
30
70 67
30
>50% dari biaya resmi
3
0%
Gambar 3.2. Persentase Nilai Gratifikasi pada Tingkat Pusat
Pada tingkat unit layanan dengan nilai pengalaman korupsi yang rendah, pemberian biaya tambahan lebih dari 50% dari biaya resmi terlihat cukup dominan. Tiga unit layanan dengan tingkat pemberian biaya tambahan tinggi adalah Izin Menggunakan Tenaga Kerja Asing (Kemenakertrans), Perpanjangan Izin KBIH (Kemenag) dan Layanan Data Akses Pasar Domestik (Kemenkop & UKM). 2. Frekuensi Pemberian Gratifikasi Indeks integritas sub-indikator frekuensi pemberian gratifikasi adalah 7,66. Nilai tersebut menunjukkan seberapa sering/frekuensi pemberian gratifikasi yang dilakukan oleh responden yang menyatakan pernah memberikan biaya tambahan. Hasilnya, menunjukkan masih ada 8% pengguna layanan dari total 1.290 mengaku pernah memberikan biaya tambahan saat pengurusan layanan, seperti terlihat pada Gambar 3.3.
Survei Integritas Sektor Publik 2011
Bab 3 Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat Instansi Pusat
Frekuensi Gratifikasi pada Unit Layanan Tingkat Pusat
5 Tertinggi Dan 5 Terendah (dalam %)
92%
Izin Agen Domestik LPG 12kg dan 50kg (PT Pertamina)
100
Izin Belajar WNI pada Sekolah Internasional (Kemendiknas)
100
Izin Edar Alat Kesehatan (Pembuatan Baru/Perpanjangan) (Kemenkes)
100
Izin Pemasukan dan Pengeluaran Benih Tanaman Pangan (Kementan)
100
Izin Penyiaran TV (Kemenkominfo)
100
PERNAH
Pelayanan Display Produk Unggulan (Kemenkop dan UKM)
8% Tidak Pernah
Pernah
Pendaftaran/Perpanjangan Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus (Kemenag) Layanan Data Akses Pasar Domestik (Kemenkop dan UKM)
30
70
30
34 43
Perpanjangan Izin KBIH (Kemenag)
37
Izin Menggunakan Tenaga Kerja Asing (Kemenkertrans)
33
1 kali
2 kali
63 7
13
50
20 20
Lebih dari 2 kali
30 44
3
Tidak pernah
Gambar 3.3. Persentase dan Frekuensi Pengguna Layanan Membayar Biaya Tambahan
Pada lima unit layanan dengan frekuensi pemberian gratifikasi tertinggi, pengguna layanan mengaku cenderung memberikan biaya tambahan 1 kali, namun banyak juga yang lebih dari 1 kali. Pengguna layanan pada Izin Menggunakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) (Kemenakertrans), yang mengaku memberikan gratifikasi 1 kali 33%, 2 kali 20%, bahkan 44% mengaku memberikan lebih dari 2 kali. Sedangkan pada unit layanan Perpanjangan Ijin KBIH (Kemenag), 37% pengguna layanan memberikan gratifikasi 1 kali, 13% memberikan 2 kali dan 20% pengguna layanan memberikan lebih dari 2 kali. 3. Waktu Pemberian Gratifikasi Indeks integritas sub-indikator waktu pemberian gratifikasi adalah 7,51. Waktu pemberian gratifikasi menunjukkan kapan pemberian uang tambahan dilakukan oleh pengguna layanan Terdapat 8% pengguna layanan mengaku memberikan biaya tambahan/gratifikasi. Dari 8% pengguna layanan tersebut, 32% mengaku memberikan biaya tambahan di awal pengurusan layanan, 19% mengaku saat pengurusan dan 9% mengaku di akhir pengurusan. Bahkan terdapat 40%responden mengaku memberikan pada 2 atau 3 tahap pada proses pengurusan layanan. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa masih terdapat indikasi suap yang ditunjukkan dari waktu dominan pengguna layanan yang memberi gratifikasi yaitu pada awal, tengah maupun kombinasi 2 atau 3 proses. Lihat Gambar 3.4 berikut.
Survei Integritas Sektor Publik 2011
41
42
Bab 3 Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat Instansi Pusat
40%
Kombinasi 2 atau 3 Proses
32%
Awal Proses
19%
Tengah Proses
Akhir Proses
9%
Waktu Pemberian Gratifikasi pada Unit Layanan Tingkat Pusat 5 Tertinggi dan 5 Terendah (dalam %) Izin Agen Domestik LPG 12kg dan 50kg (PT Pertamina)
100
Izin Belajar WNI pada Sekolah Internasional (Kemendiknas)
100
Izin Edar Alat Kesehatan (Pembuatan Baru/Perpanjangan) (Kemenkes)
100
Izin Pemasukan dan Pengeluaran Benih Tanaman Pangan (Kementan)
100
Izin Penyiaran TV (Kemenkominfo)
100
Pelayanan Display Produk Unggulan (Kemenkop dan UKM) Pendaftaran/Perpanjangan Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus (Kemenag) Layanan Data Akses Pasar Domestik (Kemenkop dan UKM) Perpanjangan Izin KBIH (Kemenag) Izin Menggunakan Tenaga Kerja Asing (Kemenkertrans)
Awal Proses
Saat Proses
24 10
33 10
23 17 10
Akhir Proses
70
14
3 3
17 13
63
3
30 64
Kombinasi 2 atau 3 proses
57 37 26
Tidak Memberi
Gambar 3.4. Waktu Memberikan Biaya Tambahan Instansi Pusat
Pada unit layanan Izin Menggunakan tenaga Kerja Asing (Kemenakertrans), 64% pengguna layanan mengaku memberikan gratifikasi pada 2 atau 3 tahapan proses. Pada Pelayanan Display Produk Unggulan (Kemenkop dan UKM) sebagian besar pengguna layanan memberikan biaya tambahan pada awal proses (24%). Pada Pelayanan Data Akses Pasar Domestik - (Kemenkop dan UKM), 17% pemberian gratifikasi dilakukan pada saat proses dan pada layanan Pendaftaran/Perpanjangan Izin Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus â&#x20AC;&#x201C; (Kemenag), 14% pengguna layanan mengaku memberikan biaya tambahan/gratifikasi di akhir proses. Pemberian yang dilakukan pada akhir proses layanan umumnya dilakukan dalam rangka ucapan terima kasih. Namun pemberian di awal, pertengahan bahkan lebih dari 1 kali umumnya dilakukan dalam rangka memperlancar dan atau mempercepat proses layanan.
Survei Integritas Sektor Publik 2011
Bab 3 Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat
3.2.2. Cara Pandang Masyarakat terhadap Korupsi di Layanan Publik Tingkat Pusat Upaya meningkatkan integritas tidak hanya dapat dilakukan oleh pihak pemberi layanan, tetapi bisa juga dilakukan oleh pengguna layanan. Masyarakat sebagai pengguna layanan seharusnya dapat diberdayakan dengan mengubah atau memperbaiki cara pandang mereka terhadap korupsi, khususnya praktik pemberian gratifikasi yang terjadi di unit layanan publik. Cara pandang seseorang terhadap pemberian gratifikasi ini akan mempengaruhi sikap dan keputusan seseorang untuk memberi atau tidak memberi gratifikasi. Table 3.9. Nilai Indikator Cara Pandang Korupsi Instansi Pusat Beserta Sub Indikator INDIKATOR Cara Pandang Terhadap Korupsi (0,750)
SUB-INDIKATOR 7,41
Arti Pemberian Gratifikasi (0,250)
7,02
Tujuan Pemberian Gratifikasi (0,750)
7,54
Nilai indikator cara pandang terhadap korupsi pada tingkat pusat sebesar 7,41, disusun dari nilai subindikator Arti Pemberian Gratifikasi 7,02 dan Tujuan Pemberian Gratifikasi 7,54. Nilai Cara Pandang terhadap Korupsi pada instansi tingkat pusat bervariasi dari 5,29 sampai 8,05. Sembilan belas instansi tercatat telah mendapatkan nilai lebih dari yang distandarkan KPK. Masih ada 3 instansi yang perlu meningkatkan upaya-upaya memperbaiki cara pandang pengguna layanan terhadap korupsi di layanan publik, yaitu Kementerian Koperasi dan UKM (5,88), Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (5,43) dan Kementerian Agama (5,29). Lihat Tabel 3.12. Tabel 3.10. Peringkat Indeks integritas Cara Pandang Terhadap Korupsi Instansi Pusat NO
INSTANSI
1
Kementerian Komunikasi dan Informatika
NILAI 8,05
2
PT. Pelayaran Nasional Indonesia (Persero)
8,02
3
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
7,99
4
Kementerian Kelautan dan Perikanan
5
Kementerian Pendidikan Nasional
NO
INSTANSI
NILAI
12
Kementerian Pertanian
7,66
13
PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero)
7,66
14
Kementerian Perdagangan
7,61
15
PT. Pertamina (Persero)
7,60
7,99
16
Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)
7,53
7,88
17
Kementerian Kehutanan
7,49
18
Mahkamah Agung
7,38
19
PT. Angkasa Pura II (Persero)
6,92
20
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
5,88
21
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
5,43
22
Kementerian Agama
5,29
6
Kementerian Perindustrian
7,86
7
Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM)
7,78
8
Kementerian Perhubungan
7,78
9
Kementerian Kesehatan
7,76
10
PT. Jamsostek (Persero)
7,72
11
Kementerian Energi Sumber Daya dan Mineral
7,66
Dua subindikator dari indikator Cara Pandang terhadap Korupsi yaitu Arti Pemberian Gratifikasi dan Tujuan Pemberian Gratifikasi dijelaskan lebih rinci pada bagian berikut. 1. Arti Pemberian Gratifikasi Nilai sub-indikator arti pemberian gratifikasi instansi pusat adalah 7,02, yang menunjukkan bagaimana masyarakat mengartikan biaya-biaya atau imbalan yang mereka keluarkan apakah tergolong korupsi atau tidak. Nilai 7,02, menggambarkan bahwa masyarakat cukup paham arti dari pemberian gratifikasi, seperti terlihat pada gambar 3.5. Sebesar 79,7% responden menjawab bahwa memberikan gratifikasi adalah perbuatan yang melanggar hukum dan memalukan (33,3% dan 46,3%). Sedangkan 20,3% lainnya menjawab bahwa perbuatan itu boleh dilakukan.
Survei Integritas Sektor Publik 2011
43
44
Bab 3 Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat
Instansi Pusat
Memalukan dan tercela
46,4%
Melanggar hukum dan harus dilaporkan
33,3% 12,4%
Hanya boleh dilakukan kalau terpaksa Boleh dilakukan asalkan tidak terlalu sering
6,6%
Harus dilakukan
1,0%
Boleh dan sering dilakukan
0,3%
Arti Pemberian Gratifikasi pada Unit Layanan Tingkat Pusat 5 Tertinggi Dan 5 Terendah (dalam %) Izin Penyiaran TV (Kemenkominfo) Izin Pemasukan dan Pengeluaran Benih Tanaman Pangan (Kementan) Penerbitan Surat Keterangan Aktivasi Transmitter (KKP)
100 7 7 3
Layanan Muatan Barang dan Kontainer (PT. Pelni) Izin Agen Domestik (Agen LPG 12 kg dan 50 kg) (PT. Pertamina) Pelayanan Cargo (PT. Angkasa Pura)
3
73
43
57
40
57 47
20
30
47
20 7
34
33
50
Layanan Pemberian Izin Pendaftaran Pupuk Organik (Kementan)
Izin SPBU (PT. Pertamina)
17
13
Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hiutan Kayu Hutan Tanaman (Kemenhut)
Pembuatan Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri (BNP2TKI)
76
17
30
10
23 7
67
30
10 16
23
10
Hanya boleh dilakukan kalau terpaksa
Boleh dilakukan asal tidak terlalu sering
Boleh dan sering dilakukan
Harus dilakukan
Memalukan dan tercela
Melanggar hukum dan harus dilaporkan
Gambar 3.5. Pendapat Pengguna Layanan Tingkat Pusat atas Biaya Tambahan
Penjelasan pada unit layanan menunjukkan bahwa pada unit layanan dengan nilai Cara Pandang terhadap Korupsi yang rendah, yaitu Izin SPBU (PT Pertamina), Pembuatan Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri (BP2TKI), Pendaftaran Pupuk Organik (Kementan), Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman (Kemenhut) dan Pelayanan Cargo (PT Angkasa Pura) terlihat bahwa lebih dari lima puluh persen respondennya memandang bahwa pemberian gratifikasi/biaya tambahan boleh dilakukan. Variasi jawaban yang diberikan yaitu gratifikasi/biaya tambahan boleh dilakukan kalau terpaksa, asal tidak terlalu sering, bahkan ada yang menyatakan harus dilakukan dan sudah sering dilakukan. (Gambar 3.5). Survei Integritas Sektor Publik 2011
Bab 3 Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat
2. Tujuan pemberian gratifikasi Nilai sub indikator tujuan pemberian gratifikasi nasional adalah 7,54. Berdasarkan fakta yang dijumpai di unit layanan, tujuan utama responden memberikan uang tambahan atau gratifikasi adalah untuk mempercepat waktu pengurusan layanan (69%). Tujuan lain adalah untuk memastikan bahwa layanan akan selesai tepat waktu (14%), meluluskan proses layanan walaupun syarat tidak terpenuhi (9%), menghindarkan perlakuan semenamena dari petugas layanan (4%) dan tidak ada tujuan (4%). Lihat gambar 3.6 berikut. Instansi Pusat Instansi Pusat Mempercepat waktu
Memastikan tepat waktu
Meluluskan syarat pengurusan
69%
14%
9%
Tidak ada tujuan
4%
Petugas semena-mena
4%
Tujuan Pemberian Gratifikasi pada Unit Layanan Tingkat Pusat 5 Tertinggi Dan 5 Terendah (dalam %) Izin Agen Domestik LPG 12kg dan 50kg (PT Pertamina)
100
Izin Belajar WNI pada Sekolah Internasional (Kemendiknas)
100
Izin Edar Alat Kesehatan (Pembuatan Baru/Perpanjangan) (Kemenkes)
100
Izin Pemasukan dan Pengeluaran Benih Tanaman Pangan (Kementan)
100
Izin Penyiaran TV (Kemenkominfo)
100
Pelayanan Cargo (PT Angkasa Pura II) Pendaftaran/Perpanjangan Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus (Kemenag) Layanan Data Akses Pasar Domestik (Kemenkop dan UKM)
17
10 3 30
70 43
63
30
Perpanjangan Izin KBIH (Kemenag)
30
Izin Menggunakan Tenaga Kerja Asing (Kemenkertrans)
94
17 7
3 27
50 7
29 3 3
Mempercepat waktu
Meluluskan syarat pengurusan
Memastikan tepat waktu
Petugas semena-mena
Tidak ada tujuan
Tidak memberi
Gambar 3.6. Tujuan Pengguna Layanan Memberikan Biaya Tambahan di Instansi Pusat
Survei Integritas Sektor Publik 2011
45
46
Bab 3 Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat
Pada unit layanan dengan nilai cara pandang terhadap korupsi yang rendah terlihat bahwa alasan utama pada umumnya adalah untuk mempercepat waktu pengurusan, meluluskan syarat pengurusan dan memastikan bahwa pengurusan tepat waktu sesuai dengan yang ditetapkan. Bila dikaji lebih dalam alasan pengguna layanan memberikan biaya tambahan/gratifikasi tersebut saat proses pengurusan layanan dapat dilihat pada gambar 3.7. Dari responden yang mengaku memberikan uang tambahan/gratifikasi, sebagian besar (80%) memiliki alasan negatif yaitu karena petugas mempersulit (30%), petugas meminta (29%) dan petugas malas melayani (21%). Sedangkan 12 persen responden yang memberikan alasan positif yaitu karena merasa puas dengan layanan petugas (7%) dan karena petugas ramah (5%). Sisanya 8% responden memberikan uang tambahan dengan alasan kasihan kepada petugas karena gajinya kecil. Instansi Pusat
Petugas mempersulit
30%
Petugas meminta
29%
Petugas malas melayani
21% 8%
Kasihan gaji petugas kecil
7%
Puas dengan layanan petugas 5%
Petugas ramah
Tujuan Pemberian Gratifikasi pada Unit Layanan Tingkat Pusat 5 Tertinggi Dan 5 Terendah (dalam %) Izin Agen Domestik LPG 12kg dan 50kg (PT Pertamina)
100
Izin Belajar WNI pada Sekolah Internasional (Kemendiknas)
100
Izin Edar Alat Kesehatan (Pembuatan Baru/Perpanjangan) (Kemenkes)
100
Izin Pemasukan dan Pengeluaran Benih Tanaman Pangan (Kementan)
100
Izin Penyiaran TV (Kemenkominfo)
100
Pelayanan Display Produk Unggulan (Kemenkop dan UKM) Pendaftaran/Perpanjangan Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus (Kemenag) Layanan Data Akses Pasar Domestik (Kemenkop dan UKM) Perpanjangan Izin KBIH (Kemenag)
3 3 3
10
7
23 17
7 7
Izin Menggunakan Tenaga Kerja Asing (Kemenkertrans)
7
70
10 20
64 13
50 7
27 57
12 10
10
30 30
Petugas meminta
Petugas malas melayani
Petugas mempersulit
Puas dengan layanan petugas
Petugas ramah
Tidak memberi biaya tambahan
3 Kasihan gaji petugas kecil
Gambar 3.7. Alasan Pengguna Layanan Memberikan Biaya Tambahan di Instansi Pusat
Survei Integritas Sektor Publik 2011
Bab 3 Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat
Pada unit layanan Izin Menggunakan Tenaga Kerja Asing (Kemenakertrans), alasan utama pengguna layanan memberikan biaya tambahan adalah karena petugas meminta. Alasan utama yang sama yang juga terjadi di unit layanan Pelayanan Data Akses Pasar Domestik (Kemenkop dan UKM). Alasan lain yang cukup signifikan adalah karena petugas mempersulit dan petugas malas melayani terjadi di unit layanan Pendaftaran/perpanjangan Izin Penyelenggaraan Haji Khusus (Kemenag), Pelayanan Data Akses Pasar Domestik (Kemenkop dan UKM), Perpanjangan Izin KBIH (Kemenag) dan Izin Menggunakan Tenaga Kerja Asing (Kemenakertrans).
3.3. Potensi Integritas Tingkat Pusat Potensi integritas tingkat pusat dengan nilai 6,30 memberikan kontribusi sebesar 0,333 terhadap nilai integritas. Potensi integritas yang merupakan variabel penting dalam memperkecil peluang korupsi di masa mendatang disusun oleh 4 indikator yaitu lingkungan kerja dengan nilai 7,81, sistem administrasi dengan nilai 6,36, perilaku individu dengan nilai 7,20 dan pencegahan korupsi dengan nilai 4,84. Masing-masing indikator terdiri dari 2-5 subindikator, seperti ditunjukkan oleh Tabel 3.11. Tabel 3.11. Indeks Variabel Potensi Integritas Pusat beserta Indikator dan Sub-Indikator VARIABEL
INDIKATOR
Lingkungan Kerja (0,127)
Potensi Integritas (0,333)
6,30
SUB-INDIKATOR
7,81
Sistem Administrasi (0,280)
6,36
Perilaku Individu (0,280)
7,20
Pencegahan Korupsi (0,313)
4,84
Kebiasaan Pemberian Gratifikasi (0,392)
7,26
Kebutuhan Pertemuan di Luar Prosedur (0,164)
9,43
Keterlibatan Calo (0,221)
7,78
Fasilitas di Sekitar Lingkungan Pelayanan (0,100)
7,60
Suasana/Kondisi di sekitar Pelayanan (0,123)
7,61
Kepraktisan SOP (0,281)
6,79
Keterbukaan Informasi (0,584)
6,46
Pemanfaatan Teknologi Informasi (0,135)
5,04
Keadilan dalam Layanan (0,413)
7,32
Ekspektasi Petugas terhadap Gratifikasi (0,327)
7,33
Perilaku Pengguna Layanan (0,260)
6,83
Tingkat Upaya Anti Korupsi (0,750)
4,94
Mekanisme Pengaduan Masyarakat (0,250)
4,55
Nilai potensi integritas pusat dari 22 instansi adalah 6,30. Walaupun nilai tersebut berada di atas nilai standar minimum KPK, namun masih terdapat indikator dengan nilai di bawah 5. Selain dari itu indikator sistem administrasi juga masih memerlukan penguatan karena nilainya yang tidak terlalu jauh dari standar minimal yang ditetapkan KPK. Bahkan terdapat 1 indikator, yaitu pemanfaatan teknologi informasi yang nilainya di bawah 6,00. Nilai potensi integritas dari 22 instansi pusat berkisar antara 4,74 sampai 7,04. Bila dibandingkan dengan pengalaman integritas, nilai potensi integritas secara umum lebih rendah. Artinya, sebagian besar instansi di tingkat pusat masih kurang dalam menyiapkan instrumen pencegahan korupsi. Lihat tabel 3.12 berikut. Tabel 3.12. Peringkat Indeks Potensi Integritas Pusat NO
INSTANSI
NILAI
1
PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero)
7,04
2
PT. Jamsostek (Persero)
6,96
3
Kementerian Kesehatan
6,94
4
Kementerian Pertanian
6,86
5
Mahkamah Agung
6 7
NO
INSTANSI
NILAI
13
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
6,32
14
Kementerian Komunikasi dan Informatika
6,20
6,85
15
6,04
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)
6,80
16
PT. Angkasa Pura II (Persero)
5,99
PT. Pertamina (Persero)
6,80
17
Kementerian Kehutanan
5,91
18
PT. Pelayaran Nasional Indonesia (Persero)
5,85
8
Kementerian Perindustrian
6,74
9
Kementerian Perhubungan
6,73
10
Kementerian Pendidikan Nasional
6,41
19
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
5,79
11
Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM)
6,41
20
Kementerian Agama
5,64
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)
21
Kementerian Perdagangan
5,30
12
6,39
22
Kementerian Koperasi dan UKM
4,74
Survei Integritas Sektor Publik 2011
47
48
Bab 3 Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat
Tabel 3.14 menjelaskan masih ada 32% instansi dengan nilai potensi integritasnya berada di bawah standar minimal (6,00). Instansi yang perlu meningkatkan nilai potensi integritasnya yaitu Angkasa Pura II cab. Soekarno Hatta (5,99), Kementerian Kehutanan (5,91), PT Pelni (5,85), Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (5,79), Kementerian Agama (5,64), Kementerian Perdagangan (5,30) dan Kementerian Koperasi dan UKM (4,74). Gambar 3.8 menjelaskan unit layanan dengan nilai potensi integritas 5 tertinggi dan 5 terendah. Oleh karena bobot potensi integritas yang hanya 0,333, maka pengaruh nilai potensi integritas lebih rendah dibanding dengan nilai pengalaman integritas dalam menentukan nilai integritas unit layanan yang bersangkutan.
Izin Belajar WNI pada Sekolah Internasional (Kemendiknas)
7.39
Izin Agen Domestik LPG 12kg dan 50kg (PT Pertamina)
7.28
Layanan Klaim Jaminan Kecelakaan Kerja (PT Jamsostek)
7.27
Surat Izin Penangkapan Ikan Baru dan Perpanjangan (KKP)
7.27
Layanan Pemberian Izin Pendaftaran Pupuk Organik (Kementan)
7.20
Penyetaraan Ijazah Luar Negeri (Kemendiknas)
5.44
Pembuatan Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri (BNP2TKI)
5.28
Pelayanan Pengujian Mutu Barang (Kemendag)
4.82
Izin Menggunakan Tenaga Kerja Asing (Kemenkertrans)
4.78
Layanan Data Akses Pasar Domestik (Kemenkop dan UKM)
4.04
Gambar 3.8. Peringkat Indeks Potensi Integritas pada Unit Layanan (5 Tertinggi dan 5 Terendah)
Unit layanan dengan nilai potensi integritas tinggi dicapai oleh unit layanan Izin Belajar WNI pada Sekolah International (Kemendiknas) dengan nilai 7,39. Sedangkan nilai potensi integritas terendah adalah unit layanan Pelayanan Data Akses Pasar Domestik (Kemenkop dan UKM) dengan nilai 4,04.
3.3.1. Lingkungan Kerja di Layanan Publik Tingkat Pusat Lingkungan kerja memiliki potensi untuk mendorong terjadinya praktik korupsi, tidak terkecuali di sektor pelayanan publik. Bila lingkungan kerja tidak didukung oleh fasiitas yang memadai, suasana pelayanan tidak nyaman bahkan jika ditambah dengan prosedur yang berbelit-belit akan mendorong pengguna layanan maupun petugas layanan melakukan penyimpangan dalam rangka memperlancar proses pengurusan layanan. Tabel 3.13. Nilai Indikator Lingkungan Kerja Instansi Pusat beserta Sub Indikator INDIKATOR
Lingkungan Kerja (0.127)
Survei Integritas Sektor Publik 2011
SUB-INDIKATOR
7.81
Kebiasaan Pemberian Gratifikasi (0.392)
7.26
Kebutuhan Pertemuan di Luar Prosedur (0.164)
9.43
Keterlibatan Calo (0.221)
7.78
Fasilitas di Sekitar Lingkungan Pelayanan (0.100)
7.60
Suasana/Kondisi di sekitar Pelayanan (0.123)
7.61
Bab 3 Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat
Nilai integritas indikator lingkungan kerja adalah 7.81. Pencapaian niai ini terutama didukung oleh tingginya nilai kebutuhan pertemuan di luar prosedur (9.43), artinya responden yang melakukan pertemuan di luar prosedur sangat rendah. Gambaran peringkat dan indeks integritas berdasarkan indikator lingkungan kerja dapat dilihat pada Tabel 3.14 berikut. Tabel 3.14. Peringkat Indeks Indikator Lingkungan Kerja Instansi Pusat NO
INSTANSI
NILAI
NO
INSTANSI
NILAI
1
Kementerian Kesehatan
8.94
12
Kementerian Komunikasi dan Informatika
2
Kementerian Perindustrian
8.94
13
Badan Koordinasi Penanaman Modal
7.99
3
PT. Pertamina (Persero)
8.92
14
Badan Pengawas Obat dan Makanan
7.76
4
PT. Jamsostek (Persero)
8.90
15
Kementerian Pertanian
7.70
5
Kementerian Pendidikan Nasional
8.88
16
Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)
7.53
6
PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero)
8.75
17
Mahkamah Agung
6.91
7
Kementerian Kelautan dan Perikanan
8.64
18
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
6.52
8
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
8.46
19
PT. Angkasa Pura II (Persero) Cabang
6.15
9
Kementerian Perhubungan
8.46
20
Kementerian Perdagangan
5.93
21
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
5.74
22
Kementerian Agama
5.47
10
Kementerian Kehutanan
8.25
11
PT. Pelayaran Nasional Indonesia (Persero)
8.25
8.24
Tiga kementerian mendapatkan indeks Lingkungan Kerja di bawah standar yang ditetapkan yaitu Kementerian Agama, Kementerian Koperasi dan UKM dan Kementerian Perdagangan. Penjelasan lebih lanjut mengenai 5 subindikator yang mendukung indikator lingkungan kerja ditunjukkan pada bagian berikut. 1. Kebiasaan Pemberian Gratifikasi Kebiasaan pengguna dan petugas layanan dalam memberi maupun meminta biaya tambahan (gratifikasi) dalam rangka mendapatkan layanan publik ternyata masih saja terjadi. Sebesar 27% responden menyatakan bahwa pemberian gratifikasi memang masih ada dalam pengurusan layanan publik, dengan intensitas selalu terjadi (5%), sering terjadi (5%) dan kadang-kadang terjadi (17%). Gambar 3.9 menunjukkan intensitas tindakan memberikan gratifikasi saat proses pengurusan layanan pada unit layanan dengan nilai intensitas praktek pemberian uang tambahan 5 tertinggi dan 5 terendah di instansi pusat.
Survei Integritas Sektor Publik 2011
49
50
Bab 3 Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat Instansi Pusat
Intensitas Pemberian Gratifikasi pada Unit Layanan Tingkat Pusat 5 Tertinggi dan 5 Terendah (dalam %)
Izin Agen Domestik LPG 12kg dan 50kg (PT Pertamina)
100
Izin Belajar WNI pada Sekolah Internasional (Kemendiknas)
100
Izin Edar Alat Kesehatan (Pembuatan Baru/Perpanjangan) (Kemenkes)
100
Izin Penyiaran TV (Kemenkominfo)
100
Izin Penyimpanan dan Pengangkutan (Kementerian ESDM)
100
Pelayanan Pengelolaan Properti Bandara (PT Angkasa Pura II)
100
5% 17%
5% 73%
Pelayanan Cargo (PT Angkasa Pura II)
7
Layanan Data Akses Pasar Domestik (Kemenkop dan UKM)
3
20 33
Perijinan Ekspor/Impor Barang Kategori Makanan dan Obat (BPOM) Izin Menggunakan Tenaga Kerja Asing (Kemenkertrans) Selalu terjadi
Sering terjadi
60 50 67
20
13 14 33
50
Kadang-kadang terjadi
30 Tidak pernah terjadi
Gambar 3.9. Intensitas Praktek Pemberian Uang Tambahan di Instansi Pusat
Pada unit layanan Perijinan Ekspor/Impor barang kategori makanan dan obat (Badan POM), 67% responden menjawab intensitas praktek pemberian uang tambahan selalu terjadi. Sedangkan pada unit layanan Ijin Menggunakan tenaga Kerja Asing (Kemenakertrans), 50% menyatakan intensitas pemberian sering terjadi. Namun pada kelima unit layanan dengan nilai tinggi, 100% responden mengaku tidak pernah melakukan pemberian gratifikasi. 2. Kebutuhan Pertemuan di Luar Prosedur Secara umum, kebutuhan pengguna layanan untuk melakukan pertemuan di luar prosedur sudah sangat minimal. Nilai 9,43 menunjukkan hal tersebut. Namun demikian masih ada 8% dari pengguna layanan yang mengaku pernah melakukan pertemuan di luar prosedur.
Survei Integritas Sektor Publik 2011
Bab 3 Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat Instansi Pusat
Kebutuhan Pertemuan di Luar Prosedur pada Unit Layanan Tingkat Pusat 5 Tertinggi Dan 5 Terendah (dalam %)
Pelayanan Pengujian Mutu Barang Kemendag Perpanjangan Ijin KBIH - Kemenag
92%
Tidak Pernah
Pernah Lebih dari dua kali
7
17 23
33
27 47
23
Persetujuan Impor Barang Modal Bukan Baru (Baru dan Perpanjangan) - Kemendag
17
13
Pelayanan Data Akses Pasar Domestik - Kemenkop dan UKM
10 3
23
63
33
60
Pendaftaran/Perpanjangan Izin Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus - Kemenag
8%
23
7
67
3
Izin Penyiaran TV - Kemenkominfo
100
Izin Pemasukan dan Pengeluaran Benih Tanaman Pangan - Kementan
100
Izin Edar Alat Kesehatan (Baru/ Perpanjangan) - Kemenkes
100
Izin Belajar WNI pada Sekolah Internasional - Kemendiknas
100
Izin Agen Domestik (Agen LPG 12kg dan 5-kg) - PT Pertamina
100
Dua kali
Satu kali
Tidak pernah
Gambar 3.10. Persentase Responden Melakukan Pertemuan di Luar Prosedur di Instansi Pusat
Gambar 3.10 menjelaskan bahwa dari seluruh responden (1.290), terdapat 92% yang tidak pernah melakukan pertemuan di luar prosedur. Sedangkan 8% lainnya mengaku pernah melakukanpertemuan di luar prosedur saat pengurusan layanan. Persentase tertinggi responden yang mengaku melakukan pertemuan di luar prosedur satu kali yaitu pada unit layananPendaftaran/Perpanjangan Izin Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus (Kemenag) (33%), sedangkan yang melakukan pertemuan di luar prosedur 2 kali, persentase tertinggi ada pada layanan Perpanjangan Ijin KBIH (Kemenag) (23%) dan persentase responden tertinggi yang melakukan pertemuan di luar prosedur lebih dari 2 kali yaitu pada layanan Pelayanan Pengujian Mutu Barang (Kemendag) (23%). Pada 5 unit layanan dengan nilai tertinggi sub indikator pertemuan di luar prosedur, 100% responden menyatakan tidak pernah melakukan pertemuan di luar prosedur.
Survei Integritas Sektor Publik 2011
51
52
Bab 3 Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat Instansi Pusat
Tujuan Melakukan Pertemuan di Luar Prosedur pada Unit Layanan Tingkat Pusat 5 Tertinggi Dan 5 Terendah (dalam %)
54%
Izin Agen Domestik LPG 12kg dan 50kg (PT Pertamina)
100
Izin Belajar WNI pada Sekolah Internasional (Kemendiknas)
100
Izin Edar Alat Kesehatan (Pembuatan Baru/Perpanjangan) (Kemenkes)
100
Izin Pemasukan dan Pengeluaran Benih Tanaman Pangan (Kementan)
100
Izin Penyiaran TV (Kemenkominfo)
100
Izin Pembuatan Kartu Tenaga Kerja (BNP2TKI)
27% 10%
9%
Mempercepat Negosiasi Negosiasi waktu syarat biaya
Melengkapi syarat
Pendaftaran /perpanjangan Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus (Kemenag)
17 3
10
73
34
3
Pelayanan Data Akses Pasar Domestik (Kemenkop dan UKM)
17
20
Perpanjangan Izin KBIH (Kemenag)
13
27
Pelayanan Pengujian Mutu Barang (Kemendag)
Negosiasi Syarat
Mempercepat waktu
Melengkapi syarat
17
27
60 63 3 10 10 3
47 43
Negosiasi biaya
Tidak Melakukan
Gambar 3.11. Tujuan Melakukan Pertemuan di Luar Prosedur di Instansi Pusat
Tujuan pengguna layanan melakukan pertemuan di luar prosedur dalam proses pengurusan layanan umumnya adalah untuk mempercepat waktu pengurusan (54%), melengkapi persyaratan (27%), negosiasi persyaratan yang tidak terpenuhi (10%) dan negosiasi biaya pengurusan (9%), seperti ditunjukkan oleh Gambar 3.11 3. Keterlibatan Calo Dari hasil survei yang dilakukan, ternyata peran perantara/calo dalam pengurusan layanan cukup signifikan. Sebagian pengguna layanan mengaku melihat keberadaan calo beroperasi di unit layanan saat pengurusan layanan. Berdasarkan pengamatan responden, calo tersebut adalah orang luar (30%), petugas langsung layanan (14%), petugas lain yang bekerja di instansi tetapi tidak langsung berhubungan dengan layanan (5%), orang luar yang bekerja di sekitar unit layanan (6%). Bahkan, 45% responden melihat bahwa calo berasal dari kombinasi 2 atau lebih perantara, seperti ditunjukkan oleh Gambar 3.12 berikut.
Survei Integritas Sektor Publik 2011
Bab 3 Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat Instansi Pusat
5%
Keterlibatan Calo pada Unit Layanan Tingkat Pusat 5 Tertinggi Dan 5 Terendah (dalam %)
6%
Izin Agen Domestik LPG 12kg dan 50kg (PT Pertamina)
100
Izin Belajar WNI pada Sekolah Internasional (Kemendiknas)
100
Izin Edar Alat Kesehatan (Pembuatan Baru/Perpanjangan) (Kemenkes)
100
Izin Pemasukan dan Pengeluaran Benih Tanaman Pangan (Kementan)
100
Izin Penyiaran TV (Kemenkominfo)
100
14%
45%
30%
Pelayanan Display Produk Unggulan (Kemenkop dan UKM) Pendaftaran /perpanjangan Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus (Kemenag) Pelayanan Pengujian Mutu Barang (Kemendag) Perpanjangan Izin KBIH (Kemenag) Izin Menggunakan Tenaga Kerja Asing (Kemenkertrans)
20
7 7 23 3
10 27
13
44
22
37
30
47
7 3
23 74
8
100
Petugas Langsung
Petugas Lain
Orang yang bekerja disekitar unit layanan
Orang Luar
Kombinasi 2 atau lebih perantara
Tidak pernah melihat calo
Gambar 3.12. Pengamatan Responden yang Menjadi Perantara/Calo pada Layanan Publik Tingkat Pusat
Pada unit layanan dengan nilai keterlibatan calo rendah, terlihat bahwa umumnya perantara/calo adalah kombinasi 2 atau lebih perantara yaitu pegawai unit layanan yang bersangkutan baik petugas langsung, petugas lain maupun orang yang bekerja di sekitar unit layanan (tukang parkir, satpam, pedagang kantin, dsb) dan orang luar. Gambar 3.13 menunjukkan bahwa cara kerja perantara beroperasi mendekati responden saatproses pengurusan layanan dominan adalah sembunyi-sembunyi dan sebagian kecil terang-terangan.
Survei Integritas Sektor Publik 2011
53
54
Bab 3 Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat Instansi Pusat
Cara Perantara/Calo Beroperasi pada Unit Layanan Tingkat Pusat 5 Tertinggi Dan 5 Terendah (dalam %)
14%
82%
4%
Izin Agen Domestik LPG 12kg dan 50kg (PT Pertamina)
100
Izin Belajar WNI pada Sekolah Internasional (Kemendiknas)
100
Izin Edar Alat Kesehatan (Pembuatan Baru/Perpanjangan) (Kemenkes)
100
Izin Pemasukan dan Pengeluaran Benih Tanaman Pangan (Kementan)
100
Izin Penyiaran TV (Kemenkominfo)
100
7
60
33
10
57
33
Perpanjangan Izin KBIH (Kemenag) Pelayanan Cargo (PT Pelni) Pelayanan Displai Produk Unggulan (Kemenkop dan UKM) Pelayanan Data Akses Pasar Domestik (Kemenkop dan UKM)
3
70 23
43
Izin Menggunakan Tenaga Kerja Asing (Kemenkertrans) Terang-terangan
27
Sembunyi-sembunyi
34 100 Tidak pernah melihat calo
Gambar 3.13. Cara Perantara/Calo Beroperasi di Instansi Pusat
Pada unit layanan dengan nilai rendah, sebagian besar pengguna layanan menginformasikan bahwa perantara/calo umumnya melakukan pendekatan ke pengguna layanan secara sembunyi-sembunyi. Namun demikian di unit layanan Izin Menggunakan Tenaga Kerja Asing (Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi) cara calo beroperasi yaitu seluruhnya dengan pendekatan secara terang-terangan. 4. Fasilitas dan Suasana Unit Layanan Keberadaan fasilitas dalam unit layanan merupakan salah satu sebab pengguna layanan mengambil keputusan mengurus sendiri layanannya atau memilih menggunakan jasa perantara. Sebagian besar pengguna layanan (77%) menyatakan bahwa fasilitas yang tersedia di unit layanan yang mereka datangi memadai dan hanya 23% yang menyatakan kurang/tidak memadai.
Survei Integritas Sektor Publik 2011
Bab 3 Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat Instansi Pusat
Kondisi Fasilitas di Sekitar Lingkungan pada Unit Layanan Tingkat Pusat 5 Tertinggi Dan 5 terendah (dalam %)
Izin Pemasukan dan Pengeluaran Benih Tanaman Pangan (Kementan) 77%
Layanan Klaim Jaminan Kecelakaan Kerja (PT Jamsostek)
57 43
43
Penerbitan Angka Pengenal Importir Produsen (BKPM)
57 43
43
Pelayanan Cargo (PT Angkasa Pura II)
60
SIUPAL (Kemenhub)
67
Unit Pelayanan Informasi Wilayah Pertambangan (Kemen ESDM)
11%
100
3
1% Memadai Kurang Sangat Tidak Memadai Memadai Memadai
Layanan Informasi Status Kasasi (MA) Tidak Memadai
Kurang Memadai
47
47
Perpanjangan Izin KBIH (Kemenag) Pendaftaran atau Perpanjangan Izin Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus (Kemenag)
33
40
Izin Stasiun Radio (Kemenkominfo)
11%
40
7 3 3
Memadai
Gambar 3.14. Kondisi Fasilitas di Instansi Pusat
10
53
40
46
57
7 37
77
3 20
Sangat Memadai
Meskipun sebagian besar pengguna layanan menyatakan kondisi fasilitas memadai, namun pada unit layanan dengan nilai kondisi fasilitas yang rendah, masih banyak fasilitas yang dianggap pengguna layanan kurang memadai, terutama pada unit layanan informasi status kasasi di Mahkamah Agung, Pendaftaran/perpanjangan Izin Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus dan Perpanjangan KBIH di Kemeterian Agama, Izin Stasiun Radio di Kementerian Komunikasi dan Informatika dan Layanan Informasi Wilayah Pertambangan di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Sebagian besar pengguna layanan juga menyatakan bahwa suasana unit layanan saat pengurusan layanan nyaman (89%), tenang (90%), teratur dan rapi (91%) serta tahapan layanan teratur (91%).
Survei Integritas Sektor Publik 2011
55
56
Bab 3 Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat
89%
91%
90%
91%
Ya Tidak
11%
Nyaman
10%
9%
Tenang
Ruang Teratur dan Rapi
9%
Tahapan Layanan Teratur
Gambar 3.15. Suasana Lingkungan Kerja di Instansi Pusat
Seperti terlihat pada gambar 3.15, walaupun jumlah pengguna layanan yang menyatakan suasana unit layanan kurang baik merupakan minoritas (kurang dari 15%), namun unit layanan tetap perlu melakukan tindakan perbaikan. Sebabnya, jika hal ini dibiarkan dapat memicu pengguna layanan untuk menggunakan jasa calo saat mengurus layanan.
3.3.2. Sistem Administrasi di Layanan Publik Tingkat Pusat Sistem administrasi dalam layanan publik disusun dari 3 subindikator, yaitu Kepraktisan SOP, Keterbukaan Informasi dan Pemanfaatan Teknologi Informasi. Tabel 3.15. Nilai Indikator Sistem Administrasi Instansi Pusat beserta Sub Indikator INDIKATOR Sistem Administrasi (0,280)
SUB-INDIKATOR 6,36
Kepraktisan SOP(0,281)
6,79
Keterbukaan Informasi (0,584)
6,46
Pemanfaatan Teknologi Informasi (0,135)
5,04
Nilai sistem administrasi tingkat pusat (6,36) sudah sesuai dengan standar minimum yang ditetapkan oleh KPK. Pemanfaatan Teknologi Informasi merupakan subindikator yang masih memerlukan perbaikan karena nilainya masih di bawah standar minimal yang ditetapkan. Namun demikian, nilai 2 subindikator lainnya yaitu kepraktisan SOP dan keterbukaan informasi juga masih perlu ditingkatkan, karena nilainya yang masih di sekitar 6. Nilai Sistem Administrasi pada instansi pusat berkisar antara 4,74 sampai 7,46. Tujuh instansi mendapatkan nilai sistem administrasi lebih dari 7 dan 5 instansi masih mendapatkan nilai kurang dari 6, seperti ditunjukkan oleh Tabel 3.16 berikut: Tabel 3.16. Peringkat Indeks Integritas Sistem Administrasi Instansi Pusat NO
INSTANSI
NILAI
NO
INSTANSI
NILAI
8
Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)
6,74
7,20
9
PT. Pelayaran Nasional Indonesia (Persero)
6,72
7,17
10
PT. Pertamina (Persero)
6,70
5
Kementerian Pendidikan Nasional
7,12
11
Kementerian Kehutanan
6,43
6
Kementerian Kelautan dan Perikanan
7,06
12
Kementerian Kesehatan
6,40
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
13
6,38
7
7,04
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
14
Kementerian Agama
6,26
1
Mahkamah Agung
7,46
2
Kementerian Pertanian
7,41
3
PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero)
4
PT. Jamsostek (Persero)
Survei Integritas Sektor Publik 2011
Bab 3 Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat
NO
NILAI
NO
15
Kementerian Perhubungan
INSTANSI
6,14
19
Kementerian Perindustrian
INSTANSI
NILAI 5,68
16
PT. Angkasa Pura II (Persero)
6,04
20
Kementerian Perdagangan
5,13
17
Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM)
6,00
21
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
4,93
18
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
5,81
22
Kementerian Komunikasi dan Informatika
4,74
Gambaran lebih lanjut mengenai 3 Subindikator dari Sistem Administrasi akan dijelaskan pada bagian berikut. 1. Kepraktisan SOP Kepraktisan SOP mencerminkan tingkat efektifitas prosedur pengurusan layanan, syarat, biaya dan waktu pengurusan layanan. Hasil survei pada unit layanan di tingkat pusat menunjukkan bahwa lebih dari 50% pengguna layanan menilai prosedur, persyaratan dan biaya pengurusan unit layanan cukup wajar dengan ketepatan waktu pengurusan layanan yang cukup baik. Bahkan 4% pengguna layanan menyatakan mendapatkan pelayanan yang lebih cepat dari waktu yang telah ditetapkan dan 23% menyatakan biaya layanan murah. Namun demikian masih ada responden yang menjawab bahwa terdapat kesulitan dalam prosedur (5%) dan persyaratan (5%), kelambatan dalam waktu (23%) serta mahalnya biaya (10%). Jawaban pengguna layanan dalam hal ketidakjelasan prosedur (3%), persyaratan (2%), waktu (10%) dan biaya (3%) juga harus mendapat perhatian dari penanggung jawab unit layanan. Lihat Gambar 3.16 66%
64%
63%
51% 41%
27% 23%
23%
10% 5%
3%
Prosedur
5%
4%
2%
Persyaratan
10% 3%
Waktu
Biaya
Wajar
Wajar
Tepat Waktu
Wajar
Mudah
Mudah
Lambat
Murah
Sulit
Sulit
Mahal
Tidak Jelas Prosedurnya
Tidak Jelas Prosedurnya
Tidak Waktunya Lebih Cepat
Tidak Jelas Biaya
Gambar 3.16. Penilaian SOP Pengurusan di Instansi Pusat
2 Keterbukaan Informasi Dalam mencegah ketidakjelasan prosedur, persyaratan, biaya dan ketidaktepatan waktu dalam pengurusan layanan, maka ketersediaan informasi di setiap unit layanan menjadi penting dan sangat membantu responden saat pengurusan layanan. Bagaimana tingkat keterbukaan informasi layanan pada unit layanan publik di tingkat pusat dijelaskan pada Gambar 3.17.
Survei Integritas Sektor Publik 2011
57
58
Bab 3 Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat
38%
36%
24%
23%
22%
23%
16%
16%
1%
1%
Prosedur
Persyaratan
34%
33% 27%
25% 19%
21% 17%
3%
19%
2%
Waktu
Biaya
Diumumkan terbuka
Diumumkan terbuka dan dijelaskan tanpa ditanya
Dijelaskan hanya jika ditanya
Tidak ada pengumuman/ penjelasan
Dijelaskan petugas tanpa ditanya
Gambar 3.17. Tingkat Keterbukaan Informasi Layanan di Tingkat Pusat
Gambar 3.17 menjelaskan bahwa tingkat keterbukaan informasi unit layanan di tingkat pusat ditunjukkan melalui pengumuman terbuka, informasi terkait prosedur, persyaratan, waktu dan biaya layanan oleh unit layanan. Yang harus menjadi perhatian unit layanan adalah masih adanya informasi terkait prosedur (16%), persyaratan (16%), waktu (17%) dan biaya (19%) yang baru dijelaskan petugas jika pengguna layanan bertanya. Bahkan masih ada unit layanan yang tidak transparan mengumumkan/menjelaskan informasi terkait prosedur (1%), persyaratan (1%), waktu (3%), dan biaya (2%). 3. Pemanfaatan Teknologi Informasi Pemanfaatan teknologi informasi juga menjadi dasar pengukuran dalam sistem administrasi. Dari total responden (1.290 orang) yang disurvei, hanya 20% pengguna layanan yang menjawab pernah menggunakan teknologi informasi saat pengurusan layanan. Tujuan pengguna layanan menggunakan teknologi informasi adalah untuk mengetahui informasi terkait layanan yang diurus (54%), memproses layanan (28%), dan mengetahui status penyelesaian pengurusan layanan (18%). Seperti ditunjukkan oleh Gambar 3.18.
Survei Integritas Sektor Publik 2011
Bab 3 Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat
80%
Mengetahui informasi layanan yang diurus
54%
Memproses layanan
20%
28%
Mengetahui status penyelesaian pengurusan Tidak Pernah
18%
Pernah
Tingkat Penggunaan
Tujuan Penggunaan
Gambar 3.18. Tingkat Penggunaan Teknologi Informasi Layanan di Instansi Pusat
3.3.3. Perilaku Individu di Layanan Publik Tingkat Pusat Terjadinya gratifikasi pada suatu unit layanan bukan hanya disebabkan oleh faktor kelembagaan, namun ditentukan oleh faktor individu-individu yang terlibat dalam suatu proses layanan. Individu tersebut dapat berasal dari internal unit layanan, yaitu petugas yang memberikan layanan dan individu yang berasal dari eksternal unit layanan, yaitu masyarakat pengguna unit layanan. Salah satu faktor yang berasal dari individu internal adalah sikap atau perlakuan petugas dalam memberikan pelayanan. Petugas yang cenderung membedabedakan pelayanan, terutama bila berdasarkan pemberian yang diterima dari pengguna layanan, mendorong pengguna layanan untuk memberikan uang tambahan pada petugas tersebut agar mendapat perlakuan istimewa dari petugas unit layanan. Tiga sub-indikator dalam menilai indikator perilaku individu (7,20) yaitu keadilan dalam layanan (7,32), ekspektasi petugas terhadap gratifikasi (7,33), dan perilaku pengguna layanan (6,83). Tabel 3.17. Nilai Indikator Perilaku Individu Instansi Pusat beserta Sub Indikator INDIKATOR Perilaku Individu (0,280)
SUB-INDIKATOR 7,20
Keadilan dalam Layanan (0,413)
7,32
Ekspektasi Petugas terhadap Gratifikasi(0,327)
7,33
Perilaku Pengguna Layanan (0,260)
6,83
Secara umum penilaian pengguna layanan atas keadilan dalam layanan, ekspektasi petugas terhadap gratifikasi dan perilaku pengguna layanan cenderung baik dan di atas standar minimum. Dari total 22 instansi, gambaran peringkat dan indeks integritas yang dikaji berdasarkan integritas indikator perilaku individu dapat dilihat pada Tabel 3.18 berikut.
Tabel 3.18. Peringkat Indeks Integritas Perilaku Individu Tingkat Pusat Survei Integritas Sektor Publik 2011
59
60
Bab 3 Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat
NO
INSTANSI
NO
NILAI
1
PT. Jamsostek (Persero)
8,03
2
Kementerian Perindustrian
7,82
3
Kementerian Kesehatan
4
INSTANSI
NILAI
13
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
7,25
7,80
14
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
7,10
PT. Pelayaran Nasional Indonesia (Persero)
7,79
15
Badan Pengawas Obat dan \ Makanan (Badan POM)
7,07
5
PT. Pertamina (Persero)
7,78
6
Kementerian Kehutanan
7,77
16
7,00
7
Kementerian Komunikasi dan Informatika
Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)
7,74
8
PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero)
7,74
9
Kementerian Pendidikan Nasional
7,67
10
Kementerian Pertanian
7,65
11
Kementerian Perhubungan
7,55
12
Kementerian Kelautan dan Perikanan
7,47
17
Mahkamah Agung
6,93
18
PT. Angkasa Pura II (Persero)
6,74
19
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
6,15
20
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
6,14
21
Kementerian Agama
5,92
22
Kementerian Perdagangan
5,09
Nilai Perilaku Individu dalam Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat menunjukkan rentang yang cukup lebar, berkisar dari 5,09 pada Kementerian Perdagangan sampai 8,03 pada PT Jamsostek. Penjelasan lebih lanjut mengenai 3 sub indikator penyusun indikator Perilaku Individu disampaikan pada bagian berikut. 1. Keadilan dalam Layanan Keadilan dalam layanan didefinisikan sebagai tindakan, sikap petugas unit layanan dalam memberikan layanan kepada pengguna layanan tanpa pembedaan perlakuan dalam hal apapun juga.Terkait dengan keadilan dalam memberikan layanan, terdapat 18% responden mengaku bahwa petugas layanan membeda-bedakan perlakuan pada saat pengurusan layanan.
Instansi Pusat
Pembedaan Perlakukan Petugas Layanan pada Unit Layanan Tingkat Pusat 5 Tertinggi Dan 5 Terendah (dalam %)
16% 2%
82%
Izin Agen Domestik LPG 12kg dan 50kg (PT Pertamina)
100
Izin Edar Alat Kesehatan (Pembuatan Baru/Perpanjangan) (Kemenkes)
100
Izin Pemeasukan dan Pengeluaran Benih Tanaman Pangan (Kementan)
100
Izin Penyiaran TV (Kemenkominfo)
100
Izin Penyimpanan dan Pengangkutan (Kementerian ESDM)
100
Izin Menggunakan Tenaga Kerja Asing (Kemenkertrans) Ya, Selalu
Pelayanan Pengujian Mutu Barang (Kemendag)
7 13
50
43
40
47
Ya, kadang-kadang
Pelayanan Pengolahan Properti Bandara (PT Angkasa Pura II)
70
Tidak Membedakan
Layanan Data Akses Pasar Domestik (Kemenkop dan UKM)
77
Perijinan Ekspor/Impor Barang Kategori Makanan dan Obat (BPOM)
27
40
Gambar 3.19. Pembedaan Perlakuan Petugas Layanan di Instansi Pusat
Fakta terhadap perilaku petugas layanan di Survei Integritas Sektor Publik 2011
30 23 33
tingkat pusat, terdapat 18% pengguna
Bab 3 Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat
layanan merasakan adanya perbedaan perlakuan dari petugas saat proses pengurusan layanan. Pada layanan Perijinan Ekspor/Impor barang kategori makanan dan obat (Badan Pengawasan Obat dan Makanan), 67% responden mengaku mendapat perlakuan yang berbeda dari petugas, bahkan merasa selalu dibedakan (27%). Sedangkan pada unit Pelayanan Data Akses Pasar Domestik (Kemenkop dan UKM) 77% responden merasakan kadang-kadang ada perbedaan perilaku petugas layanan. Namun pada 5 unit layanan dengan nilai tertinggi pada sub indikator ini, seluruh responden (100%) menjawab tidak pernah merasakan perbedaan perlakuan petugas layanan saat proses pengurusan layanan. 2. Ekspektasi Petugas Terhadap Gratifikasi Perilaku petugas layanan lainnya yang juga berpengaruh terhadap integritas layanan adalah ekspektasi petugas terhadap gratifikasi. Artinya petugas layanan melalui sinyalsinyal tertentu baik langsung maupun tidak langsung mengharapkan imbalan/gratifikasi dari pengguna layanan. Hasil survei menunjukkan bahwa 29% responden menjawab pemberian uang tambahan terjadi salah satunya karena petugas meminta uang tambahan/ gratifikasi. Tabel berikut akan menjelaskan bagaimana cara petugas meminta uang tambahan kepada pengguna layanan. Dari 8% responden yang mengaku memberikan gratifikasi pada petugas, 2% diantaranya menjawab karena petugas layanan meminta uang tambahan secara langsung dan terbuka, 3% responden menjawab petugas layanan meminta langsung tetapi tidak terbuka dan 1% lainnya menjawab melalui pihak lain. Sisanya, sebagian besar responden (9%) menjawab bahwa merekalah yang berinisiatif memberikan uang tambahan kepada petugas saat pengurusan layanan.
Instansi Pusat
1% 9%
Cara Petugas Meminta Uang Tambahan pada Unit Layanan Tingkat Pusat 5 Tertinggi Dan 5 Terendah (dalam %)
2%
Izin Agen Domestik LPG 12kg dan 50kg (PT Pertamina)
100
Izin Edar Alat Kesehatan (Pembuatan Baru/Perpanjangan) (Kemenkes)
100
Izin Pemasukan dan Pengeluaran Benih Tanaman Pangan (Kementan)
100
Izin Penyiaran TV (Kemenkominfo)
100
Izin Penyimpanan dan Pengangkutan (Kemetenterian ESDM)
100
3%
85%
Persetujuan Impor Barang Modal Bukan Baru (Baru dan Perpanjangan) (Kemendag)
7
17
Pelayanan Cargo (PT Angkasa Pura II)
3 10
Pelayanan Data Akses Pasar Domestik (Kemenkop dan UKM)
11
Pelayanan Pengujian Mutu Barang (Kemendag) Izin Menggunakan Tenaga Kerja Asing (Kemenaketrans) Langsung terbuka
Melalui pihak lain
Langsung tidak terbuka
Responden yg inisiatif memberi
7
23
46
57 20 37
33
30
3 10
33
33 7
10
30
16 50
7
Tidak ada yg berinisiatif
Gambar 3.20. Cara Petugas Meminta Uang Tambahan di Tingkat Pusat
Pada unit layanan dengan nilai cara petugas meminta uang tambahan rendah, terlihat bahwa cara petugas meminta dan menerima uang tambahan cukup bervariasi. Pada layanan Pengujian Mutu Barang (Kemendag) permintaan secara langsung terbuka terlihat dominan, sementara pada layanan Cargo (PT Angkasa Pura II) permintaan melalui pihak lain yang paling dominan. 3. Perilaku Pengguna Layanan Survei Integritas Sektor Publik 2011
61
62
Bab 3 Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat
Inisiasi adanya uang tambahan dalam layanan publik bukan semata-mata dari petugas layanan. Pengguna layanan juga berperan dalam suburnya praktik adanya uang tambahan di layanan publik. Terlihat pada gambar 3.20, 9% pengguna layanan menyatakan bahwa inisiatif pemberian uang tambahan dalam proses layanan berasal dari pengguna layanan sendiri.
3.3.4. Pencegahan Korupsi di Layanan Publik Instansi Pusat Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah gratifikasi adalah dengan melakukan tindakan pencegahan. Upaya tersebut salah satunya dapat diukur melalui upaya antikorupsi dan mekanisme pengaduan pengguna layanan yang dilakukan oleh unit layanan. Tabel 3.19. Nilai Indikator Pencegahan Korupsi Instansi Pusat beserta Sub Indikator INDIKATOR Pencegahan Korupsi (0,313)
SUB-INDIKATOR 4,84
Tingkat Upaya Anti Korupsi (0,750)
4,94
Mekanisme Pengaduan Masyarakat (0,250)
4,55
Penilaian responden terhadap indikator pencegahan korupsi yaitu 4,84. Nilai ini masih berada di bawah standar minimum yang ditetapkan oleh KPK 6.00. Kondisi ini menggambarkan bahwa upaya anti korupsi (4,94) dan mekanisme pengaduan masyarakat 4,55 pada unit layanan pusat cenderung rendah. Gambaran peringkat dan indeks integritas berdasarkan integritas indikator pencegahan korupsi dapat dilihat pada Tabel 3.20 berikut. Tabel 3.20. Peringkat Indeks Integritas Pencegahan Korupsi di Instansi Pusat NO
INSTANSI
NILAI
1
Mahkamah Agung
6,21
2
Badan Koordinasi Penanaman Modal
5,84
3
Kementerian Kesehatan
5,83
4
Kementerian Perhubungan
5,83
5
Kementerian Perindustrian
5,83
6
Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM)
7
NO
INSTANSI
NILAI
13
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
5,14
14
PT. Jamsostek (Persero)
5,06
15
Kementerian Agama
4,91
16
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
4,26
5,66
17
Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)
3,94
PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero)
5,56
18
Kementerian Kelautan dan Perikanan
3,90
8
Kementerian Perdagangan
5,38
19
Kementerian Kehutanan
3,88
9
Kementerian Pertanian
5,31
Kementerian Komunikasi dan Informatika
20
5,29
Kementerian Pendidikan Nasional
3,66
10 11
PT. Angkasa Pura II (Persero)
5,20
21
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
2,92
12
PT. Pertamina (Persero)
5,15
22
PT. Pelayaran Nasional Indonesia (Persero)
2,37
Tabel 3.20 menjelaskan bahwa hanya 1 instansi yang memiliki nilai pencegahan korupsi sesuai dengan standar yang ditetapkan KPK. Sedangkan 21 yang lain berada di bawah 6, bahkan terdapat instansi yaitu Kementerian Koperasi dan UKM dan PT Pelayanan Nasional Indonesia dengan nilai pencegahan korupsi di bawah 3,00. Penjelasan lebih lanjut mengenai 2 subindikator penyusun indikator Pencegahan Korupsi dijelaskan dalam bagian berikut. 1. Tingkat Upaya Antikorupsi Program kampanye anti korupsi di unit layanan saat ini masih rendah. Sebanyak 21 persen pengguna layanan menyatakan tidak melihat adanya media/kegiatan antikorupsi. Bagi pengguna layanan yang melihat ada media/kegiatan antikorupsi, umumnya menyatakan bahwa hanya satu media/kegiatan antikorupsi yang terlihat pada unit layanan tersebut (78%). Pada Instansi tingkat pusat, masih ada yang unit layanannya tidak memiliki sama sekali media/kegiatan antikorupsi seperti pada layanan muatan barang general cargo PT Pelayaran Nasional Indonesia.
Survei Integritas Sektor Publik 2011
Bab 3 Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat
21% 1%
78%
Satu Media/Kegiatan
2-5 Media/Kegiatan
Tidak ada
Gambar 3.21 Ketersediaan Program Kampanye Antikorupsi di Instansi Pusat
Program kampanye Antikorupsi di unit layanan paling banyak berbentuk stiker/poster/ spanduk (89%), sedangkan sisanya dalam bentuk lain, yaitu buku/komik/modul, workshop/seminar antikorupsi kepada masyarakat atau petugas layanan dan atribut pada pakaian petugas (pin, baju dsb) seperti terlihat pada Gambar 3.22.
Sticker/poster/spanduk
Buku/Komik/Modul dll
Workshop/Seminar Masyarakat
Petugas pakai atribut (pin, baju, dll)
Workshop/Seminar Petugas Layanan
88%
7%
2% 2%
1%
Gambar 3.22. Bentuk-Bentuk Kegiatan/Media Anti Korupsi di Instansi Pusat
2. Mekanisme Pengaduan Masyarakat Selain kampanye anti korupsi, faktor lain yang menjadi ukuran apakah suatu instansi telah melaksanakan pencegahan korupsi yaitu adanya mekanisme pengaduan masyarakat. Sub indikator ini menunjukkan respon petugas unit layanan terhadap pengaduan yang disampaikan oleh masyarakat. Pengaduan masyarakat merupakan salah satu cara masyarakat mengontrol unit layanan. Dari pengaduan yang masuk, unit layanan dapat melakukan pembenahan yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas layanan yang diberikan. Terkait media pengaduan, sebagian responden (56%) menjawab bahwa media pengaduan yang tersedia di unit layanan hanya satu media. Sisanya ada yang menjawab dua media (9%), dan lebih dari dua (9%). Namun yang perlu menjadi perhatian adalah 26% Pengguna Layanan menjawab bahwa unit layanan tidak menyediakan media pengaduan.
Survei Integritas Sektor Publik 2011
63
64
Bab 3 Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat Instansi Pusat
Tingkat Aksesibilitas Unit Layanan Pusat 5 tertinggi dan 5 terendah (dalam %)
56%
Layanan Jaminan Kecelakaan Kerja PT Jamsostek
53
Pelayanan Pengujian Mutu Barang (Kemendag) 26%
Pelayanan Cargo (PT Angkasa Pura II) 9%
Satu
Tidak Ada Media
9%
Dua
Lebih dari dua
Media Pengaduan
Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (Kementerian Kehutanan)
5%
Mudah
Tidak Tersedia
10
63
3
Izin Penyimpanan Pengangkutan (Kementerian ESDM)
40
8
27
83 100
13
97 100
3
92
Penyetaraan Ijazah Luar Negeri (Kemendiknas)
3
97
Izin Penyiaran TV (Kemenkominfo)
3
97
Izin Pemasukan dan Pengeluaran Benih Tanaman Pangan (Kementan)
100
Pelayanan Pengelolaan Properti Bamdara (PT Angkasa Pura II)
100
4%
Sangat Mudah
Aksesbilitas
47
Penerbitan Angka Pengenal Impor Produsen (BKPM)
68%
23%
13
47
Sulit
Gambar 3.23. Tingkat Aksesibilitas dan Media Pengaduan Instansi Pusat
Pada unit layanan dengan nilai tingkat aksesibilias yang rendah terlihat bahwa mayoritas (hampir 100%) tidak memiliki media pengaduan. Kemudahan responden dalam menyampaikan pengaduan tidak efektif apabila tidak ada tindak lanjut atau tanggapan petugas. Berdasarkan pengalaman pengguna layanan, bagaimana tanggapan petugas atas pengaduan ditunjukkan pada Gambar 3.24
Instansi Pusat 68%
62%
32%
27%
11%
Pernah
Tidak
Ditampung
Ditanggapi
Ditindaklanjuti
1%
Diabaikan
1%
Ditolak
Gambar 3.24. Respon Petugas Terhadap Pengaduan di Layanan Instansi Pusat
Dari pengaduan yang telah disampaikan pengguna layanan (68%), respon yang diterima Survei Integritas Sektor Publik 2011
Bab 3 Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat
masih sebatas ditanggapi (27%) dan ditampung (62%) saja oleh petugas layanan. Hanya sebagian kecil saja yang ditindaklanjuti (11%) atas pengaduan masyarakat tersebut. Upaya menaikkan nilai potensi integritas menunjukkan keseriusan unit layanan dan instansi di sektor layanan publik dalam memerangi korupsi secara komprehensif di luar upaya penindakan yang dilakukan. Semakin intensif usaha-usaha dilakukan untuk meningkatkan potensi integritas, maka semakin efektif pula upaya pemberantasan korupsi bisa dilakukan di unit layanan dan instansi yang bersangkutan. Komisi Pemberantasan Korupsi dalam perannya sebagai trigger mechanism sangat mendorong upaya-upaya pemberantasan korupsi melalui perbaikan layanan publik. Potret kondisi aktual pelayanan publik terkait dengan transparansi, uap, pungutan liar, gratifikasi, sistem administrasi, perilaku individu, lingkungan kerja dan upaya-upaya pencegahan korupsi ini dilakukan juga dalam upaya meningkatkan efektifitas pemberantasan korupsi yang dilakukan KPK terutama di sektor layanan publik.
Survei Integritas Sektor Publik 2011
65
Bab 4 Indeks Integritas Sektor Publik Tingkat Vertikal
67
4
Indeks Integritas Sektor Publik Tingkat Vertikal
Survei Integritas Sektor Publik 2011
68
Bab 4 Indeks Integritas Tingkat Sektor Publik Vertikal
Indeks Integritas Sektor Publik Tingkat Vertikal Indeks integritas sektor publik instansi vertikal pada tahun 2011 dihasilkan berdasarkan survei terhadap 8.580 responden dari 15 unit layanan pada 7 instansi vertikal yang ada di 20 kota. Masing-masing instansi diwakili oleh 2 (dua) unit layanan kecuali Kementerian Keuangan oleh 4 (empat) unit layanan dan Kementerian Agama oleh 1 (satu) unit layanan.
4.1. Total Integritas Vertikal Indeks integritas vertikal merupakan satu dari unsur penyusun indeks integritas nasional di luar indeks integritas pusat dan daerah. Pengalaman dan potensi integritas di tingkat vertikal merupakan variabel penyusunnya. Kedua variabel tersebut didukung oleh 6 (enam) indikator dan 18 (delapan belas) sub indikator yang diterjemahkan dalam 24 butir pertanyaan kuesioner. Nilai masing-masing variabel, indikator dan sub indikator dari integritas vertikal ditunjukkan dalam Tabel 4.1 berikut. Tabel 4.1. Indeks Integritas, Variabel, Indikator dan Sub Indikator Instansi Vertikal INTEGRITAS
VARIABEL
Pengalaman Integritas (0.667)
INDIKATOR Pengalaman Korupsi (0.250)
SUB-INDIKATOR 6,61
6,55 Cara Pandang Terhadap Korupsi (0.750)
Lingkungan Kerja (0.127)
6,53
7,15
Integritas Total (1.00) = 6,40 Potensi Integritas (0.333)
6,10
Sistem Administrasi (0.280)
Perilaku Individu (0.280)
Pencegahan Korupsi (0.313)
6,38
6,65
4,94
Jumlah / Besaran Gratifikasi (0.210)
5,96
Frekuensi Pemberian Gratifikasi (0.550)
6,96
Waktu Pemberian Gratifikasi (0.240)
6,39
Arti Pemberian Gratifikasi (0.250)
7,16
Tujuan Pemberian Gratifikasi (0.750)
6,32
Kebiasaan Pemberian Gratifikasi (0.392)
6,23
Kebutuhan Pertemuan di Luar Prosedur (0.164)
9,18
Keterlibatan Calo (0.221)
7,11
Fasilitas di Sekitar Lingkungan Pelayanan (0.100)
7,56
Suasana/Kondisi di sekitar Pelayanan (0.123)
7,17
Kepraktisan SOP(0.281)
6,61
Keterbukaan Informasi (0.584)
6,42
Pemanfaatan Teknologi Informasi (0.135)
5,69
Keadilan dalam Layanan (0.413)
7,09
Ekspektasi Petugas terhadap Gratifikasi (0.327)
6,57
Perilaku Pengguna Layanan (0.260)
6,03
Tingkat Upaya Anti Korupsi (0.750)
4,91
Mekanisme Pengaduan Masyarakat (0.250)
5,00
Pada tahun 2011, Indeks Integritas Vertikal (IIV) adalah 6,40, sedikit lebih tinggi dari standar minimal KPK yaitu 6. Kedua variabel pengalaman integritas dan potensi integritas memberikan kontribusi yang tidak terlalu jauh berbeda pada nilai IIV. Namun, indikator pencegahan korupsi dengan nilai 4,94 masih jauh di bawah standar yang ditetapkan. Seluruh sub indikator di pencegahan korupsi harus secara intensif segera dilakukan perbaikan. Sub indikator lain yang nilainya belum memenuhi standar adalah jumlah besaran gratifikasi (5,96), pemanfaatan teknologi informasi (5,69), tingkat upaya anti korupsi (4,91) dan mekanisme pengaduan masyarakat (5,00). Peringkat dan nilai Indeks Integritas Vertikal Tahun 2011 dijelaskan pada Tabel 4.2 berikut.
Survei Integritas Sektor Publik 2011
Bab 4 Indeks Integritas Sektor Publik Tingkat Vertikal Tabel 4.2. Peringkat Integritas Instansi Vertikal NO
PENGALAMAN INTEGRITAS
PEMERINTAH DAERAH
NO
PEMERINTAH DAERAH
PENGALAMAN INTEGRITAS
1
Kementerian Keuangan
7,56
5
Badan Pertanahan Nasional
6,07
2
PT. PLN (Persero)
6,38
6
Kepolisian Negara RI
5,76
7
Kementerian Agama
5,41
3
Mahkamah Agung
6,34
4
Kementerian Hukum dan HAM
6,09
Lima instansi vertikal mendapatkan nilai di atas 6, sedangkan 2 instansi vertikal yaitu Kementerian Agama dan Kepolisian RI nilainya masih di bawah standar minimal yang ditetapkan. Jika dilihat lebih lanjut Indeks Integritas Vertikal berdasarkan kota yang disurvei, maka dapat dilihat bahwa Indeks Integritas Instansi Vertikal di kota Pontianak memiliki indeks integritas tertinggi yaitu 7,43 sedangkan peringkat terendah Kota Palu dengan indeks integritas 4,96. Peringkat integritas vertikal berdasarkan kota yang disurvei dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3. Indeks dan Peringkat Integritas Instansi Vertikal di Daerah Instansi No Kota
Kemenkeu Lelang KPKNL
Bea Masuk
P5KP
Kepolisian
SP2D
SIM
SKCK
BPN Sertifikat
Kemenag
Kumham Kadastral
Paspor
LP
KUA
MA P. Tilang
PT. PLN
P. Umum
T. Daya
P. Baru
Indeks Gabungan
1
Pontianak
7,94
-
7,63
7,94
7,73
8,19
6,88
6,73
7,16
7,52
7,49
7,47
6,39
7,74
7,56
7,43
2
Yogyakarta
7,53
-
7,59
7,58
7,26
7,24
7,69
7,70
7,08
7,39
7,14
6,39
7,36
7,63
7,40
7,36
3
Padang
7,94
-
7,97
7,94
4,83
7,47
7,01
6,57
5,38
7,51
5,52
7,63
7,56
7,73
7,68
7,05
4
Denpasar
7,51
-
7,64
7,79
6,93
7,51
4,81
3,89
7,25
6,74
7,18
7,44
7,41
7,66
7,94
6,98
5
Kupang
7,58
-
7,18
7,74
6,49
6,81
7,33
7,02
5,30
7,47
5,74
7,36
7,25
7,34
6,66
6,95
6
Jayapura
7,80
-
7,90
7,83
5,83
7,49
6,51
7,68
6,97
4,58
6,75
6,67
6,73
7,07
7,04
6,92
7
Ambon
-
-
7,91
7,93
3,85
4,83
7,72
7,50
6,95
7,79
5,81
7,67
7,60
6,90
5,75
6,79
8
Bandar Lampung
7,32
-
7,46
7,46
6,25
6,77
5,61
7,24
7,11
6,10
6,21
6,52
5,52
7,13
6,83
6,68
9
Banjarmasin
7,60
-
7,76
7,82
5,98
6,54
6,24
6,51
5,46
6,22
6,46
7,26
6,96
5,55
6,61
6,64
10
Mataram
7,46
-
7,98
7,90
4,91
5,19
7,24
7,48
4,61
7,81
3,89
7,74
7,73
7,50
5,34
6,63
11
Surabaya
7,55
7,26
7,51
7,56
7,57
6,69
6,33
4,48
5,88
7,53
4,51
2,86
4,97
7,88
7,91
6,50
12
Medan
7,46
7,35
7,41
7,44
4,41
5,72
7,42
6,25
5,23
3,43
6,52
4,65
7,40
7,23
6,54
6,34
13
Banda Aceh
6,41
-
7,16
7,25
6,29
6,37
6,23
6,51
5,97
6,43
5,55
6,52
6,12
5,59
6,03
6,32
14
Makasar
7,89
-
7,71
7,72
3,74
7,15
4,24
5,59
4,54
6,70
6,50
6,93
7,27
6,82
5,56
6,31
15
DKI Jakarta
7,61
7,18
7,66
7,71
5,74
4,93
6,85
7,78
5,22
6,83
3,60
4,40
7,56
3,33
7,27
6,30
16
Bandung
6,53
-
7,31
7,29
4,38
5,56
5,65
6,70
6,85
5,79
4,71
5,61
6,34
7,08
4,13
5,99
7,75
-
7,82
7,85
3,54
6,50
5,28
3,93
3,55
5,29
4,04
7,01
6,98
5,94
5,39
5,78
-
5,36
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
5,36
3,72
6,35
3,77
4,56
3,30
5,22
17
Palembang
18
Balikpapan*
19
Manado
7,64
-
7,85
7,78
3,83
5,01
5,48
5,78
4,77
3,26
20
Semarang
7,71
7,86
7,78
7,58
3,32
4,56
3,23
3,32
4,13
7,20
3,36
4,81
4,73
4,95
3,46
5,20
21
Palu
7,41
-
7,69
7,63
3,68
3,82
3,12
3,18
5,32
7,11
2,85
3,48
3,10
7,59
3,50
4,96
7,51
7,03
7,65
7,69
5,33
6,20
6,04
6,09
5,74
6,43
5,41
6,24
6,44
6,66
6,10
6,40
Integritas Layanan IIV
7,56
5,76
6,07
6,09
5,41
6,34
6,38
6,40
*Kota Balikpapan hanya untuk satu unit layanan yaitu Pelayanan Pengurusan Impor Barang (Bea Masuk) di DJBC-Kemenkeu
Secara umum Indeks Integritas Instansi Vertikal di 3 kota yaitu Pontianak, Yogyakarta dan Padang sudah cukup baik karena nilai rata-ratanya lebih dari 7 walaupun masih ada beberapa layanan vertikal yang nilainya kurang dari 7 tetapi lebih besar dari 6. Sedangkan 6 kota memiliki rata-rata indeks integritas vertikal kurang dari 6 yaitu Bandung, Palembang, Balikpapan (hanya 1 layanan), Manado, Semarang dan Palu. Pada 6 kota tersebut, masih terdapat nilai indeks integritas layanan di beberapa instansi (SIM dan SKCK di Kepolisian, Pembuatan Sertifikat dan Kadastral di BPN, Paspor dan Layanan Lembaga Pemasyarakatan di Kemenkumham, KUA di Kemenag, Peradilan Tilang dan Umum di Mahkamah Agung dan Pemasangan Baru dan Pemasangan Kembali di PLN) yang nilainya kurang dari 4. Nilai integritas vertikal jika didasarkan pada unit layanan pada 20 kota menunjukkan masih terdapat 3 unit layanan pada 3 instansi yang memiliki nilai di bawah standar yang ditetapkan. Indeks integritas untuk masing-masing unit layanan instansi vertikal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Survei Integritas Sektor Publik 2011
69
70
Bab 4 Indeks Integritas Tingkat Sektor Publik Vertikal
Tabel 4.4. Peringkat Indeks Integritas Unit Layanan Instansi Vertikal NO 1
INSTANSI
UNIT LAYANAN
INTEGRITAS
Kementerian Keuangan
Pelayanan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) di KPPN
7,69
2
Kementerian Keuangan
Pelayanan Penyelesaian Permohonan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
7,65
3
Kementerian Keuangan
Pelayanan Lelang di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL)
7,51
4
Kementerian Keuangan
Pelayanan Pengurusan Impor Barang ( Bea Masuk) di DJBC
7,03
5
PT. PLN (Persero)
Layanan Tambah Daya
6,66
6
Mahkamah Agung
Peradilan Umum
6,44
7
Kementerian Hukum dan HAM
Layanan Lembaga Pemasyarakatan
6,43
8
Mahkamah Agung
Peradilan Tilang
6,24
9
Kepolisian Negara RI
Pembuatan Surat Keterangan Catatan Kepolisian
6,20
10
PT. PLN (Persero)
Layanan Pemasangan baru dan Pemasangan Kembali
6,10
11
Badan Pertanahan Nasional
Pengukuran dan Pemetaan Kadastral
6,09
12
Badan Pertanahan Nasional
Pembuatan Sertifikat
6,04
13
Kementerian Hukum dan HAM
Pembuatan dan Perpanjangan Paspor
5,74
14
Kementerian Agama
Layanan Administrasi Pernikahan di KUA
5,41
15
Kepolisian Negara RI
Pembuatan dan Perpanjangan SIM
5,33
Dari hasil survei yang dilakukan pada 15 unit layanan instansi vertikal, maka 4 indeks integritas dengan nilai yang tertinggi diperoleh unit layanan yang berada di bawah Kementerian Keuangan. Pelaksanaan layanan vertikal di daerah menunjukkan bahwa unit layanan yang berada di bawah Kementerian Keuangan umumnya memiliki integritas relatif baik hampir di semua kota. Artinya, standar layanan pada unit layanan Kemenkeu secara konsisten ditaati oleh unit layanan di tingkat daerah. Selain Kementerian Keuangan, unit layanan di PLN pada beberapa kota juga menunjukkan perkembangan yang baik. Gambar 4.1. menjelaskan bahwa unit layanan vertikal yang berada di Kota Padang rata-rata memiliki nilai integritas baik. Sebaliknya yang terjadi di kota Palu, 4 layanan dari 3 instansi dinilai pengguna layanan memiliki integritas yang rendah.
Permohonan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak - Kemenku (Mataram)
7,98
Permohonan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak - Kemenkeu (padang)
7,97
Pemasangan Baru dan Kembali - PT PLN (Denpasar)
7,94
SP2D di KPPN - Kemenkeu (Padang)
7,94
Pelayanan Lelang di KPKNL - Kemenkeu (Padang)
7,94
Pengukuran dan Pemetaan Kadastral - BPN (Palu)
3,18
Pembuatan Sertifikat - BPN (Palu)
3,12
Peradilan Umum - MA (Palu)
3,10
Peradilan Tilang - MA (Surabaya) Adm. Pernikahan - Kemenag (Palu)
2,86 2,85
Gambar 4.1. Indeks Integritas Unit Layanan Instansi Vertikal (5 Tertinggi dan 5 Terendah)
Survei Integritas Sektor Publik 2011
Bab 4 Indeks Integritas Sektor Publik Tingkat Vertikal
4.2. Pengalaman Integritas Tingkat Vertikal Pengalaman integritas vertikal dengan nilai 6,55 disusun dari indikator pengalaman korupsi dengan nilai 6,61 dan cara pandang terhadap korupsi dengan nilai 6,53. Masing-masing indikator disusun dari sub indikator dengan rentang nilai antara 5,96 sampai 7,16 seperti dapat ditunjukkan pada Tabel 4.5. Tabel 4.5. Nilai Pengalaman Integritas beserta Indikator dan Sub Indikator Instansi Vertikal VARIABEL
Pengalaman Integritas (0.667)
INDIKATOR Pengalaman Korupsi (0.250)
SUB-INDIKATOR 6,61
6,55 Cara Pandang Terhadap Korupsi (0.750)
6,53
Jumlah / Besaran Gratifikasi (0.210)
5,96
Frekuensi Pemberian Gratifikasi (0.550)
6,96
Waktu Pemberian Gratifikasi (0.240)
6,39
Arti Pemberian Gratifikasi (0.250)
7,16
Tujuan Pemberian Gratifikasi (0.750)
6,32
Tabel 4.5 menjelaskan bahwa nilai indikator dan sub indikator pada variabel pengalaman integritas adalah 6,55, lebih besar dari standar minimum yang ditetapkan KPK. Namun demikian masih terdapat 1 sub indikator yang nilainya di bawah standar yaitu jumlah/besaran gratifikasi (5,96). Nilai pengalaman integritas tertinggi 7,88 dicapai oleh Kementerian Keuangan dan nilai terendah 5,41 oleh Kementerian Agama. Kepolisian RI adalah instansi lain dengan nilai pengalaman integritas lebih rendah dari standar yang ditetapkan. Tabel 4.6. Peringkat Indeks Pengalaman Integritas Instansi Vertikal NO
PEMERINTAH DAERAH
NILAI
NO
PEMERINTAH DAERAH
NILAI
1
Kementerian Keuangan
7,88
5
Badan Pertanahan Nasional
6,18
2
Mahkamah Agung
6,61
6
Kepolisian Negara RI
5,74
3
PT. PLN (Persero)
6,45
7
Kementerian Agama
5,41
4
Kementerian Hukum dan HAM
6,23
SP2D di KPPN - Kemenkeu (Pontianak)
8,19
Lelang di KPKNL - Kemenkeu (Pontianak)
8,19
Administrasi Pernikahan - Kemenag (Pontoanak)
8,19
Pemasangan Baru dan Kembali - PT PLN (Surabaya)
8,19
Pemasangan Baru dan Kembali - PT PLN (Denpasar)
8,19
Peradilan Umum - MA (Palu)
2,47
Administrasi Pernikahan - Kemenag (Palu)
2,41
Lapas - Kemenhukam (Manado)
2,36
Tambah Daya - PT PLN (DKI Jakarta)
2,35
Pemasangan Badu dan Kembali - PT PLN (Manado)
1,78
Gambar. 4.2. Nilai Pengalaman Integritas di Unit Layanan Instansi Vertikal 5 Tertinggi dan 5 Terendah
Survei Integritas Sektor Publik 2011
71
72
Bab 4 Indeks Integritas Tingkat Sektor Publik Vertikal
Unit layanan dengan nilai pengalaman integritas lima tertinggi dan lima terendah ditunjukkan dalam Gambar 4.2. Nilai pengalaman integritas rendah terlihat pada unit layanan pasang baru dan kembali dan tambah daya dari PLN di 2 kota yaitu Manado dan DKI Jakarta, layanan Lembaga Pemasyarakatan di Manado, serta di Palu untuk layanan administrasi pernikahan dari Kementerian Agama dan Layanan Peradilan Umum dari Mahkamah Agung. Layanan pada Kementerian Keuangan yaitu SP2D di KPPN dan lelang di KPKNL Kota Pontianak adalah layanan dengan pengalaman integritas tertinggi. Di kota yang sama, administrasi pernikahan juga mendapatkan nilai yang baik. Begitu juga dengan layanan PLN dalam hal pasang baru/kembali di Surabaya dan Denpasar.
4.2.1. Pengalaman Masyarakat terhadap Korupsi di Layanan Publik Tingkat Vertikal Nilai indikator pengalaman korupsi tingkat vertikal adalah 6,61. Dari ketiga sub-indikator pengalaman korupsi, terdapat satu sub indikator yang berada di bawah nilai standar minimum 6.00 yaitu jumlah/besaran gratifikasi. Nilai indeks pengalaman korupsi pada 7 instansi vertikal ditunjukkan oleh Tabel 4.7. Tabel 4.7. Nilai Indikator Pengalaman Korupsi Beserta Sub Indikator Instansi Vertikal INDIKATOR Pengalaman Korupsi (0.250)
SUB-INDIKATOR 6,61
Jumlah / Besaran Gratifikasi (0.210)
5,96
Frekuensi Pemberian Gratifikasi (0.550)
6,96
Waktu Pemberian Gratifikasi (0.240)
6,39
Dua instansi yaitu Kementerian Agama dan Kepolisian Negara RI masih memiliki nilai pengalaman integritas lebih rendah dari 6. Sedangkan Kementerian Keuangan adalah satusatunya instansi dengan nilai pengalaman integritas mendekati 8, sebagaimana dapat di lihat pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8. Peringkat Indeks Integritas Pengalaman Korupsi Instansi Vertikal NO
NILAI
NO
1
Kementerian Keuangan
PEMERINTAH DAERAH
7,93
5
Badan Pertanahan Nasional
6,22
2
Mahkamah Agung
6,70
6
Kepolisian Negara RI
5,92
7
Kementerian Agama
5,38
3
PT. PLN (Persero)
6,50
4
Kementerian Hukum dan HAM
6,25
PEMERINTAH DAERAH
NILAI
Penjelasan tiap sub indikator dari indikator pengalaman korupsi dijelaskan pada bagian berikut. 1. Jumlah/Besaran Gratifikasi Indeks integritas sub indikator jumlah/besaran gratifikasi adalah 5,96. Terdapat 27% dari total 8.580 responden yang mengaku memberikan biaya tambahan pada saat mengurus layanan. Biaya tambahan yang diberikan bervariasi, fakta memperlihatkan bahwa 10% pengguna layanan membayar biaya tambahan kurang dari 50% dan 17% mengaku membayar biaya tambahan lebih dari 50% sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4.3.
Survei Integritas Sektor Publik 2011
Bab 4 Indeks Integritas Sektor Publik Tingkat Vertikal Besaran Gratifikasi pada Unit Layanan Instansi Vertikal 5 Terendah (dalam%)
73%
Peradilan Umum - MA (Palu)
100
Kadastral - BPN (Semarang)
100
Pembuatan Sertifikat - BPN (Semarang)
100
Pembuatan Sertifikat - BPN (Palu)
100
Tambah daya - PT PLN (DKI Jakarta)
100
17% 10%
Sesuai Sesuai
>50% dari biaya resmi
>50% dari biaya resmi
<50% dari biaya resmi
<50% dari biaya resmi
Gambar 4.3. Persentase Nilai Gratifikasi pada Tingkat Vertikal
Pada Gambar 4.3 menjelaskan bahwa BPN merupakan unit layanan yang pengguna layanannya mayoritas menyatakan bahwa persentase nilai gratifikasi yang dibayarkan lebih dari 50 persen. 2. Frekuensi Pemberian Gratifikasi Indeks integritas sub indikator frekuensi pemberian gratifikasi adalah 6,96. Nilai tersebut sudah di atas nilai standar minimum yang ditetapkan oleh KPK. Gambar 4.4 menunjukkan bahwa terdapat 28% dari total 8.580 responden mengaku pernah memberikan biaya tambahan saat pengurusan layanan. Pada 5 unit layanan yang tertinggi memberikan gratifikasi dengan frekuensi 1 kali adalah Kadastral (BPN-Palu) 20%. Sedangkan dengan frekuensi 2 kali adalah Pasang baru dan kembali - (PT. PLN-Manado) 80% dan bahkan lebih dari 2 kali adalah Lembaga Pemasyarakatan - (Kemenkumham- Medan) 70%. Instansi Vertikal
Frekuensi Gratifikasi pada Unit Layanan Tingkat Vertikal 5 Tertinggi dan 5 Terendah (dalam%)
73%
Lapas – Kemenkumham (Ambon)
100
Adm. Pernikahan – Kemenag (Pontianak)
100
Adm. Pernikahan – Kemenag (Medan)
100
Adm. Pernikahan – Kemenag (Jayapura)
100
Adm. Pernikahan – Kemenag (Denpasar)
100
Lapas – Kemenkumham (Medan)
21%
7
13
Peradilan Umum – MA (Palu)
2% Tidak Pernah
1 Kali
2 Kali
Lebih dari 2 Kali
1 kali
40
20
Lapas – Kemenkumham (Jayapura) Pasang baru dan kembali – PT. PLN (Manado)
57
43
Kadastral – BPN (Palu)
4%
60 3
2 kali
10
70
40 40
80 Lebih dari 2 kali
14
3
Tidak Pernah
Gambar 4.4. Persentase dan Frekuensi Membayar Biaya Tambahan di Instansi Vertikal Survei Integritas Sektor Publik 2011
73
74
Bab 4 Indeks Integritas Tingkat Sektor Publik Vertikal
3. Waktu pemberian gratifikasi Indeks integritas sub indikator waktu pemberian gratifikasi adalah 6,39. Waktu pemberian gratifikasi menunjukkan kapan pemberian uang tambahan dilakukan oleh pengguna layanan. Dari 27% pengguna layanan yang memberikan gratifikasi, 49% responden mengaku memberikan biaya tambahan di awal pengurusan layanan. Sedangkan responden lainnya mengaku di tengah proses (11%), di akhir pengurusan (25%) dan bahkan terdapat 15% responden mengaku memberikan pada 2 atau 3 tahap proses pengurusan layanan. Unit layanan yang memberikan tertinggi pada kombinasi 2 atau 3 tahap proses adalah unit layanan Peradilan Umum (MA-Palu) 33% sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 4.5 berikut.
Instansi Vertikal
Waktu Pemberian Gratifikasi pada Unit Layanan Instansi Vertikal 5 Tertinggi d an 5 Terendah (dalam %)
49%
Adm. Pernikahan – Kemenag (Denpasar)
100
Adm. Pernikahan – Kemenag (Jayapura)
100
Adm. Pernikahan – Kemenag (Medan)
100
Adm. Pernikahan – Kemenag (Pontianak)
100
Lapas – Kemenkumham (Ambon)
100
Lapas – Kemenkumham (Manado)
100
25%
Peradilan Umum – MA (Palu)
15% 11%
Adm. Pernikahan – Kemenag (Palu) Kadastral – BPN (Palu)
Awal Proses
Akhir Proses
Kombinasi 2 atau 3 Proses Awal Proses
Saat Proses
33 40 10
Adm. Pernikahan – Kemenag (DKI Jakarta) Kombinasi 2 atau 3 Proses
67
Saat Proses
10 10
30
20
13
67
Akhir Proses
67 7
6
20
Tidak Memberi
Gambar 4.5. Waktu Memberikan Biaya Tambahan di Instansi Vertikal
Unit layanan dengan waktu pemberian gratifikasi tertinggi di awal pengurusan layanan adalah Lembaga Pemasyarakatan (Kemenkumham - Manado) (100%). Unit layanan Administrasi Pernikahan (Kemenag) di DKI Jakarta pengguna layanannya mayoritas juga memberikan biaya tambahan di awal proses layanan (67%).
4.2.2 Cara Pandang Masyarakat terhadap Korupsi di Layanan Publik Instansi Vertikal Nilai indikator cara pandang terhadap korupsi 6,53 disusun oleh 2 (dua) nilai sub indikator yaitu arti pemberian gratifikasi dengan nilai 7,16 dan tujuan pemberian gratifikasi dengan nilai 6,32, sebagaimana dapat di lihat pada tabel 4.9. Nilai indikator tersebut untuk mengetahui bagaimana masyarakat memandang korupsi di instansi/lembaga pelayanan publik. Cara pandang masyarakat inilah yang akan mempengaruhi proses pengurusan layanan untuk memberikan atau tidak biaya tambahan/gratifikasi tersebut. Tabel 4.9. Nilai Indikator Cara Pandang Korupsi Beserta Sub Indikator Instansi Vertikal INDIKATOR Cara Pandang Terhadap Korupsi (0.750)
Survei Integritas Sektor Publik 2011
SUB-INDIKATOR 6,53
Arti Pemberian Gratifikasi (0.250)
7,16
Tujuan Pemberian Gratifikasi (0.750)
6,32
Bab 4 Indeks Integritas Sektor Publik Tingkat Vertikal
Secara keseluruhan nilai cara pandang responden terhadap tindakan korupsi relatif baik. Gambaran nilai cara pandang terhadap korupsi pada 7 intansi vertikal dijelaskan pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10. Peringkat Indeks Integritas Cara Pandang Terhadap Korupsi Instansi Vertikal NO
PEMERINTAH DAERAH
NILAI
NO
PEMERINTAH DAERAH
NILAI
1
Kementerian Keuangan
7,86
5
Badan Pertanahan Nasional
6,17
2
Mahkamah Agung
6,57
6
Kepolisian Negara RI
5,68
3
PT. PLN (Persero)
6,43
7
Kementerian Agama
5,42
4
Kementerian Hukum dan HAM
6,22
Seperti pada pengalaman korupsi, 2 instansi yaitu Kepolisian Negara RI dan Kementerian Agama masih mendapatkan nilai di bawah 6. Namun 4 instansi lain yaitu MA, PT.PLN, Kemenkumham dan BPN nilainya juga masih di sekitar 6. Hanya Kementerian Keuangan yang nilai cara pandang terhadap korupsi lebih dari 7. Dua sub indikator cara pandang korupsi yaitu arti pemberian gratifikasi dan tujuan pemberian gratifikasi dijelaskan lebih rinci pada bagian berikut: 1. Arti Pemberian Gratifikasi Nilai sub indikator arti pemberian gratifikasi adalah 7,16. Nilai ini menunjukkan bagaimana masyarakat mengartikan biaya yang mereka keluarkan tergolong korupsi atau tidak. Nilai 7,16 memperlihatkan bahwa masyarakat cukup paham arti pemberian gratifikasi, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4.6. Pemahaman tersebut ditunjukkan oleh fakta bahwa 75% responden berpendapat memberikan gratifikasi adalah perbuatan yang melanggar hukum dan memalukan (masing-masing 28% dan 47%). Namun demikian, tercatat 25% pengguna layanan menyatakan bahwa perbuatan itu boleh dilakukan.
Hanya boleh dilakukan kalau terpaksa
Boleh dilakukan asal tidak terlalu sering
Boleh dan sering dilakukan
Harus dilakukan
Memalukan dan tercela
Melanggar hukum dan harus dilaporkan
Gambar 4.6. Pendapat Pengguna Layanan atas Biaya Tambahan di Instansi Vertikal
2. Tujuan Pemberian Gratifikasi Nilai sub indikator tujuan pemberian gratifikasi instansi vertikal adalah 6,32. Nilai menunjukkan bahwa responden mempunyai tujuan tertentu saat memberikan gratifikasi kepada petugas. Gambar 4.7 menjelaskan bahwa dari pengguna layanan yang mengaku memberi gratifikasi, sebagian besar tujuan responden memberikan gratifikasi adalah untuk mempercepat waktu pengurusan (71%). Tujuan lainnya adalah mendapat kepastian waktu (12%), meluluskan persyaratan (8%), petugas semena-mena (3%) dan tidak ada tujuan (6%).
Survei Integritas Sektor Publik 2011
75
76
Bab 4 Indeks Integritas Tingkat Sektor Publik Vertikal
Instansi Vertikal
Tujuan Pemberian Gratifikasi pada Unit Layanan Instansi Vertikal 5 Tertinggi dan 5 Terendah (dalam %) Lapas - Kemenkumham (Ambon)
100
Adm. Pernikahan - Kemenag (Pontianak)
100
Adm. Pernikahan - Kemenag (Medan)
100
Adm. Pernikahan - Kemenag (Jayapura )
100
Adm. Pernikahan - Kemenag (Denpasar)
100
Lapas â&#x20AC;&#x201C; Kemenkumham (Manado)
Petugas semena-mena Memastikan tepat waktu
10
37
Paspor - Kemenkumham (Palembang)
Tidak ada Tujuan
Meluluskan syarat pengurusan
10
53
3 3
40 87
Tambah Daya - PT. PLN (DKI Jakarta)
20
90
SIM - Kepolisian RI (Semarang)
Tidak memberi
47
80
Peradilan Tilang - MA (Surabaya)
Mempercepat waktu
7
10
3
Gambar 4.7. Tujuan Memberikan Biaya Tambahan di Unit Layanan Instansi Vertikal
Pada unit layanan dengan nilai tujuan pemberian gratifikasi yang rendah, tujuan utama pemberian gratifikasi pada tiap unit layanan terlihat berbeda. Di Lembaga Pemasyarakatan (Kemenkumham-Manado) tujuan dominan adalah menghindari kesewenangan petugas, pada Paspor (Kemenkumham-Palembang), Peradilan Tilang (MASurabaya), SIM (Kepolisian-Semarang) dan Tambah Daya (PT PLN-DKI Jakarta) adalah untuk mempercepat waktu. Sedangkan alasan responden memberikan biaya tambahan dapat dilihat pada Gambar 4.8. Alasan Memberikan Biaya Tambahan di Unit Layanan Instansi Vertikal 5 Tertinggi dan 5 Terendah (dalam %) Lapas - Kemenkumham (Ambon)
100
Adm. Pernikahan - Kemenag (Pontianak)
100
Adm. Pernikahan - Kemenag (Medan)
100
Adm. Pernikahan - Kemenag (Jayapura )
100
Adm. Pernikahan - Kemenag
100
(Denpasar) Peradilan Tilang - MA (Surabaya)
100
Sertifikat - BPN (Semarang)
97
Kadastral - BPN (Semarang)
93
7
SIM - Kepolisian RI (Semarang)
93
7
Pasang baru dan kembali - PT. PLN (Semarang)
90
Petugas meminta
Petugas mempersulit
3
10 Tidak memberi biaya tambahan
Gambar 4.8. Alasan Memberikan Biaya Tambahan di Unit Layanan Instansi Vertikal
Survei Integritas Sektor Publik 2011
Bab 4 Indeks Integritas Sektor Publik Tingkat Vertikal
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa 27% pengguna layanan yang memberikan gratifikasi karena petugas meminta dan petugas mempersulit. Lebih jelasnya penyebab utama pengguna layanan memberikan gratifikasi pada 5 tertinggi dan 5 terendah unit layanan diinstansi vertikal dapat dilihat pada Gambar 4.8.
4. 3. Potensi Integritas Tingkat Vertikal Potensi integritas tingkat vertikal dengan nilai 6,10 merupakan variabel yang memberikan bobot kontribusi sebesar 0,333 terhadap nilai integritas. Variabel potensi integritas didukung oleh indikator yang penting untuk memperkecil peluang terjadinya tindakan korupsi, yaitu lingkungan kerja (7,15), sistem administrasi (6,38), perilaku individu (6,65) dan pencegahan korupsi (4,94). Masing-masing indikator terdiri atas 2-5 sub indikator dengan nilai sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 4.11. Tabel 4.11. Nilai Variabel Potensi Integritas Beserta Indikator dan Sub-Indikator Instansi Vertikal VARIABEL
INDIKATOR
Lingkungan Kerja (0.127)
Potensi Integritas (0.333)
6,10
SUB-INDIKATOR
7,15
Sistem Administrasi (0.280)
6,38
Perilaku Individu (0.280)
6,65
Pencegahan Korupsi (0.313)
4,94
Kebiasaan Pemberian Gratifikasi (0.392)
6,23
Kebutuhan Pertemuan di Luar Prosedur (0.164)
9,18
Keterlibatan Calo (0.221)
7,11
Fasilitas di Sekitar Lingkungan Pelayanan (0.100)
7,56
Suasana/Kondisi di sekitar Pelayanan (0.123)
7,17
Kepraktisan SOP (0.281)
6,61
Keterbukaan Informasi (0.584)
6,42
Pemanfaatan Teknologi Informasi (0.135)
5,69
Keadilan dalam Layanan (0.413)
7,09
Ekspektasi Petugas terhadap Gratifikasi (0.327)
6,57
Perilaku Pengguna Layanan (0.260)
6,03
Tingkat Upaya Anti Korupsi (0.750)
4,91
Mekanisme Pengaduan Masyarakat (0.250)
5,00
Nilai potensi integritas 7 instansi di 20 kota sudah mencapai standar minimum yang ditetapkan oleh KPK 6,00. Namun masih terdapat indikator potensi integritas terutama pencegahan korupsi yang nilainya rendah (4,94). Berdasarkan tabel 4.11, hal yang perlu dilakukan unit layanan dalam rangka memperkecil peluang korupsi adalah dengan meningkatkan pemanfaatan teknologi informasi (5,69), tingkat upaya anti korupsi (4,91) dan mekanisme pengaduan masyarakat (5,00). Peringkat dan indeks integritas berdasarkan variabel potensi integritas dapat dilihat pada Tabel 4.12. Tabel 4.12. Peringkat Indeks Potensi Integritas Integritas Instansi Vertikal NO 1
PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan
NILAI
NO
6,93
5
PEMERINTAH DAERAH Mahkamah Agung
NILAI 5,80
2
PT. PLN (Persero)
6,23
6
Kementerian Hukum dan HAM
5,80
3
Badan Pertanahan Nasional
5,84
7
Kementerian Agama
5,40
4
Kepolisian Negara RI
5,82
Pada variabel potensi integritas 5 instansi dari total 7 instansi vertikal masih memperoleh nilai di bawah standar minimal yang ditetapkan KPK. Artinya diperlukan upaya perbaikan dan peningkatan kualitas layanan publik, sehingga potensi korupsi bisa diminimalisasi sedini mungkin. Jika dilihat berdasarkan unit layanan, nilai potensi integritas yang rendah adalah pada layanan peradilan tilang, layanan paspor dan administrasi pernikahan sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 4.9.
Survei Integritas Sektor Publik 2011
77
78
Bab 4 Indeks Integritas Tingkat Sektor Publik Vertikal
Pengusaha Kena Pajak - Kemenkeu
7,81
Pengusaha Kena Pajak - Kemenkeu
7,77
Lelang di KPKNL - Kemenkeu
7,72
SP2D di KPPN - Kemenkeu (Mataram)
7,71
Tambah Daya - PT PLN
7,71
PERNAH
Adm. Pernikahan - Kemenag (Palu)
3,74
Peradilan Tilang - MA (Surabaya)
3,52
Peradilan Tilang - MA (Manado)
3,48
Peradilan Tilang - MA (Palu)
3,40
Paspor - Kemenkumham (Surabaya)
3,28
Gambar 4.9. Peringkat Indeks Potensi Integritas pada Unit Layanan (5 Tertinggi dan 5 Terendah)
4.3.1. Lingkungan Kerja di Layanan Publik Tingkat Vertikal Lingkungan kerja layanan publik merupakan salah satu faktor penilaian pengguna layanan terhadap suatu layanan. Bila lingkungan kerja tidak didukung oleh fasilitas yang memadai, suasana pelayanan tidak nyaman atau prosedur yang berbelit-belit akan mendorong pengguna layanan untuk melakukan penyimpangan dalam rangka memperlancar proses pengurusan layanan. Nilai indikator dan sub indikator lingkungan kerja dapat di lihat pada Tabel 4.13 berikut. Tabel 4.13. Nilai Indikator Lingkungan Kerja beserta Sub Indikator Instansi Vertikal INDIKATOR
Lingkungan Kerja (0.127)
SUB-INDIKATOR
7,15
Kebiasaan Pemberian Gratifikasi (0.392)
6,23
Kebutuhan Pertemuan di Luar Prosedur (0.164)
9,18
Keterlibatan Calo (0.221)
7,11
Fasilitas di Sekitar Lingkungan Pelayanan (0.100)
7,56
Suasana/Kondisi di sekitar Pelayanan (0.123)
7,17
Indeks integritas indikator lingkungan kerja instansi vertikal adalah 7,5. Hal ini menunjukkan pengguna jasa yang melakukan tindakan kebiasaan memberikan gratifikasi, membuat pertemuan di luar prosedur, menggunakan jasa calo/perantara pada saat pengurusan layanan sudah rendah. Peringkat indeks integritas instansi vertikal untuk sub indikator lingkungan kerja dapat dilihat pada Tabel 4.14. Tabel 4.14. Peringkat Indeks Integritas Lingkungan Kerja Instansi Vertikal NO
PEMERINTAH DAERAH
NILAI
NO
PEMERINTAH DAERAH
NILAI
1
Kementerian Keuangan
8,40
5
Kementerian Agama
6,76
2
Mahkamah Agung
6,97
6
Badan Pertanahan Nasional
6,65
3
Kementerian Hukum dan HAM
6,96
7
Kepolisian Negara RI
6,47
4
PT. PLN (Persero)
6,93
Penjelasan lebih lanjut mengenai masing-masing sub indikator dalam lingkungan kerja ditunjukkan pada bagian berikut.
Survei Integritas Sektor Publik 2011
Bab 4 Indeks Integritas Sektor Publik Tingkat Vertikal
1. Kebiasaan Pemberian Gratifikasi Nilai sub indikator kebiasaan pemberian gratifikasi adalah 6,32. Nilai sudah mencapai standar minimal, namun kebiasaan pemberian gratifikasi masih terjadi berdasarkan fakta dari pengguna layanan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.10. Instansi Vertikal
Kebiasaan Pemberian Gratifikasi pada Unit Layanan Instansi Vertikal 5 Terendah dan 5 Tertinggi (dalam %)
SKCK - Kepolisian RI (Semarang)
33
Peradilan Umum - MA (Manado) 22%
57%
4%
17%
40
Lapas - Kemenkumham (Medan)
33
Kadastral - BPN (Semarang)
13
Paspor - Kemenkumham (Semarang)
67 53 60 84
7 64
30
Lapas - Kemenkumham (Denpasar)
100
Lapas - Kemenkumham (Ambon)
100
Sering terjadi
Adm. Pernikahan - Kemenag (Pontianak)
100
Selalu terjadi
Adm. Pernikahan - Kemenag (Jayapura)
100
Adm. Pernikahan - Kemenag (Denpasar)
100
7
33
Tidak pernah terjadi
Kadang-kadang terjadi
Gambar 4.10. Kebiasaan Pemberian Uang Tambahan di Instansi Vertikal
Masih terdapat 43% pengguna layanan yang menyatakan bahwa gratifikasi masih terjadi dalam proses pengurusan layanan (4% selalu terjadi, 17% sering terjadi dan 22% kadang-kadang terjadi). Berdasarkan jawaban pengguna layanan di unit layanan dengan nilai kebiasaan pemberian gratifikasi terendah yang mengatakan â&#x20AC;&#x2DC;selalu terjadiâ&#x20AC;&#x2122; adalah Peradilan Umum - MA (Manado) sebesar 40%. Pemberian gratifikasi sering terjadi adalah pada layanan Kadastral - BPN (Semarang) sebesar 84%. Namun 5 unit layanan dengan kebiasaan pemberian gratifikasi terendah, seluruh responden 100% mengaku tidak pernah memberikan gratifikasi saat pengurusan layanan. 2. Kebutuhan Pertemuan di Luar Prosedur Nilai sub indikator kebutuhan pertemuan di luar prosedur adalah 9,18. Nilai untuk sub indikator ini cukup tinggi yang berarti bahwa sebagian besar pengguna layanan sudah taat terhadap prosedur yang ditetapkan oleh unit layanan. Hal ini ditunjukkan dari fakta bahwa dari seluruh responden (8.580), terdapat 88% yang tidak pernah melakukan pertemuan di luar prosedur. Sedangkan 12% lainnya mengaku pernah melakukannya saat pengurusan layanan sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 4.11. Responden yang mengaku melakukan pertemuan 1 kali tertinggi di unit layanan Paspor - Kemenkumham (Palembang) 97%, pertemuan 2 kali layanan Sertifikat - BPN (Palembang) 27% dan lebih dari 2 kali layanan Pasang baru dan kembali - PT. PLN (Bandung) 27%.
Survei Integritas Sektor Publik 2011
79
80
Bab 4 Indeks Integritas Tingkat Sektor Publik Vertikal
Instansi Vertikal
Kebutuhan Pertemuan di Luar Prosedur Pada Unit Layanan Vertikal 5 Terendah dan 5 Tertinggi (dalam%)
88%
Sertifikat - BPN (Palembang)
27
73
Kadastral - BPN (Palembang)
24
73
Paspor - Kemenkumham (Palembang) 3
97
Sertifikat - BPN (Mataram) 7
90
Pasang baru dan kembali - PT. PLN
17
3
23
33
Adm. Pernikahan - Kemenkumham (Semarang)
100
Adm. Pernikahan - Kemenkumham (Pontianak)
100
Adm. Pernikahan - Kemenag (Padang)
100
Adm. Pernikahan - Kemenag (Jayapura)
100
Adm. Pernikahan - Kemenag (Denpasar)
100
12%
Tidak pernah
27
Pernah
Pernah, lebih dari dua kali
2 kali
3
1 kali
Tidak pernah
Gambar 4.11. Persentase Responden Melakukan Pertemuan di luar prosedur pada Instansi Vertikal
Berdasarkan fakta dari pengguna layanan pada instansi vertikal yang melakukan pertemuan di luar prosedur, tujuannya adalah mempercepat waktu 52%, melengkapi syarat 17%, negosiasi biaya 16% dan negosiasi syarat yang tidak terpenuhi 15%. Unit layanan tertinggi dengan tujuan mempercepat waktu adalah Sertifikat - BPN (Mataram) 60%. Sedangkan tujuan negosiasi syarat yang tidak dipenuhi adalah Kadastral - BPN (Palembang) 72%. Lebih jelasnya tujuan responden melakukan pertemuan di luar prosedur pada unit layanan 5 tertinggi dan 5 terendah dapat dilihat pada Gambar 4.12. Instansi Vertikal
Tujuan Responden Melakukan Pertemuan di Luar Prosedur di Instansi Vertikal 5 Terendah dan 5 Tertinggi (dalam%) Paspor - Kemenkumham (Palembang)
43
Kadastral - BPN (Palembang)
17%
52%
16% 15%
Sertifikat - BPN (Palembang) Adm. Pernikahan - Kemenag (Semarang)
Mempercepat waktu
47
Adm. Pernikahan - Kemenag (Pontianak)
43
27
Kadastral - BPN (Denpasar) Sertifikat - BPN (Mataram)
57
7 30
50
10 3 10
60
27
23
47 100 100
Adm. Pernikahan - Kemenag (Padang)
100
Negosiasi biaya
Adm. Pernikahan - Kemenag (Jayapura)
100
Negisiasi syarat
Adm. Pernikahan - Kemenag (Denpasar)
100
Melengkapi syarat
Tidak melakukan
Gambar 4.12. Tujuan Responden Melakukan Pertemuan di Luar Prosedur di Instansi Vertikal
Survei Integritas Sektor Publik 2011
7 3
33
Bab 4 Indeks Integritas Sektor Publik Tingkat Vertikal
3. Keterlibatan Calo Keberadaan calo dalam pengurusan layanan pada instansi vertikal masih terlihat, walaupun nilai sub indikator keterlibatan calo adalah 7,11, karena masih terdapat 36% pengguna layanan yang melihat ada calo di unit layanan yang mereka datangi. Kondisi tersebut di tunjukkan pada Gambar 4.13.
Instansi Vertikal
Keterlibatan Calo pada Unit Layanan Instansi Vertikal 5 Terendah dan 5 Tertinggi (dalam%) Lelang di KPKNL - Kemenkeu
100 97
Peradilan Umum - MA (Manado) Peradilan Tilang - MA (Manado)
3
97
Paspor - Kemenkumham (Surabaya)
3
97
Kadastral - BPN (Denpasar)
73
10
Lapas - Kemenkumham (Denpasar)
100
Lapas - Kemenkumham (Banda Aceh)
100
Lapas - Kemenkumham (Ambon)
100
Adm. Pernikahan - Kemenag (Pontianak)
100
Adm. Pernikahan - Kemenag (Denpasar)
100
Tidak melihat calo Melihat calo
3
Petugas langsung
Kombinasi 2 atau lebih perantara
Orang luar
Orang yang bekerja di sekitar unit
Petugas lain
Tidak pernah melihat calo
7
10
Gambar 4.13. Pengamatan Responden yang Menjadi Perantara/Calo di Instansi Vertikal
Gambar 4.13 menjelaskan siapa yang menjadi perantara calo saat pengurusan layanan di instansi vertikal. Pada unit layanan dengan nilai keterlibatan calo 5 tertinggi dan 5 terendah yang paling banyak menjawab â&#x20AC;&#x2DC;petugas langsungâ&#x20AC;&#x2122; adalah pada Peradilan Umum - MA (Manado) sebesar 97%. Kombinasi 2 atau lebih perantara adalah pada unit layanan Lelang di KPKNL - Kemenkeu (Banjarmasin) sebesar 100%.
Survei Integritas Sektor Publik 2011
81
82
Bab 4 Indeks Integritas Tingkat Sektor Publik Vertikal
Cara Perantara/Calo Beroperasi pada Unit Layanan di Instansi Vertikal
Instansi Vertikal
67%
5 Tertinggi dan 5 Terendah (dalam%)
20% 13%
Tidak pernah melihat calo Sembunyi-sembunyi Terang-terangan
Adm. Pernikahan - Kemenag (Denpasar)
100
Adm. Pernikahan - Kemenag (Jayapura)
100
Adm. Pernikahan - Kemenag (Pontianak)
100
Lapas - Kemenkumham (Banda Aceh)
100
Lapas - Kemenkumham (Denpasar)
100
Kadastral - BPN (Semarang)
100
Peradilan Tilang - MA (Surabaya)
100
Sertifikat - BPN (Semarang)
100
Kadastral - BPN (Denpasar)
100
Paspor - Kemenkumham (Surabaya)
100
Gambar 4.14. Cara Perantara/Calo Beroperasi di Instansi Vertikal (dalam %)
Gambar 4.14 menunjukkan bahwa cara calo beroperasi saat mendekati pengguna layanan, 13% mengatakan dengan terang-terangan, 20% secara sembunyi-sembunyi dan 67% menyatakan tidak pernah melihat calo. Unit layanan yang calonya beroperasi secara terang-terangan diantaranya adalah layanan-layanan di BPN (Denpasar) 100% responden. Hal ini merupakan nilai negatif pada petugas unit layanan. Bila unit layanan tidak cepat melakukan perbaikan, maka akan semakin memicu terjadinya tindakan korupsi pada unit layanan saat proses pengurusan layanan. Keberadaan perantara/calo di instansi vertikal sangat mempengaruhi keadilan dalam proses pengurusan layanan. Adanya calo dapat merugikan para pengguna layanan yang dalam proses pengurusan layanan tidak menggunakan jasa calo. Namun calo tersebut dirasa menguntungkan keberadaannya bagi para pengguna layanan yang tidak mau mengurus sendiri. 4. Fasilitas di Sekitar Lingkungan Pelayanan Salah satu faktor yang dapat memicu para pengguna layanan menggunakan jasa perantara/calo selama proses pengurusan layanan adalah kondisi fasilitas yang tersedia di unit layanan tersebut. Gambar 4.15 menjelaskan fakta mengenai kondisi fasilitas di instansi vertikal dalam lingkungan kerja saat proses pengurusan layanan. Dari total 8.580 responden, terdapat 12% responden yang menyatakan kondisi fasilitas di instansi vertikal kurang memadai. Namun 72% responden menyatakan bahwa kondisi fasilitas di instansi vertikal sudah memadai. Bahkan 14% responden menyatakan dengan tegas bahwa kondisi fasilitas yang tersedia sangat memadai. Salah satu unit layanan yang responden menyatakan kondisi fasilitas sangat memadai yaitu unit layanan Pasang baru dan kembali â&#x20AC;&#x201C; PT. PLN (Surabaya) 97% responden. Secara detail kondisi fasilitas pada unit unit layanan 5 tertinggi dan 5 terendah dapat dilihat pada Gambar 4.15.
Survei Integritas Sektor Publik 2011
Bab 4 Indeks Integritas Sektor Publik Tingkat Vertikal
Instansi Vertikal
Fasilitas di Sekitar Lingkungan Pelayanan pada Unit Layanan di Instansi Vertikal 5 Tertinggi dan 5 Terendah (dalam%) Pasang baru dan kembali - PT. PLN (Surabaya)
72%
3
97
Pengusaha kena pajak - Kemenkeu (Ambon)
13
87
SP2D di KPPN - Kemenkeu (Palu)
13
87
SP2D di KPPN - Kemenkeu (Palembang)
17
83
14% 12% 1%
Tambah Daya - PT. PLN (Surabaya)
33
94 30
Adm. Pernikahan - Kemenag (Medan)
3
27
40
Sertifikat - BPN (Denpasar)
7
80
13
Sangat memadai
Peradilan Tilang - MA (Surabaya)
7
80
13
Kurang memadai
Adm. Pernikahan - Kemenag (Surabaya)
Memadai
53
37 100
Paspor - Kemenkumham (Surabaya)
Tidak memadai
10
Gambar 4.15. Kondisi Fasilitas di Instansi Vertikal
5. Suasana/Kondisi di Sekitar Pelayanan Suasana lingkungan kerja di unit layanan juga mempengaruhi keinginan para pengguna layanan untuk mengurus layanan sendiri atau tidak. Gambar 4.16 menjelaskan bahwa suasana di instansi vertikal menurut pengalaman responden saat mengurus layanan adalah nyaman (86% responden), tenang (81% responden), ruangan teratur dan rapi (87% responden) serta tahapan layanan teratur (87% responden). Secara umum penilaian responden terhadap suasana lingkungan kerja di instansi vertikal cukup baik. Namun masih ada responden yang merasa tidak puas dengan suasana lingkungan kerja tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa perbaikan kualitas lingkungan kerja vertikal harus terus-menerus dilakukan untuk kepentingan kepuasan pengguna layanan. 87%
86%
87%
81%
Ya Tidak
14%
Nyaman
19% 13%
Tenang
Ruangan teratur dan rapi
13%
Tahapan layanan teratur
Gambar 4.16. Suasana Lingkungan Kerja di Instansi Vertikal
4.3.2. Sistem Administrasi di Layanan Publik Tingkat Vertikal Sistem administrasi dalam layanan publik disusun dari 3 (tiga) sub-indikator yaitu kepraktisan SOP, keterbukaan informasi dan pemanfaatan teknologi informasi. Hasil dari penilaian responden terhadap ketiga sub-indikator ini mencerminkan pengelolaan administrasi pada layanan publik, sebagaimana dapat terlihat pada Tabel 4.15
Survei Integritas Sektor Publik 2011
83
84
Bab 4 Indeks Integritas Tingkat Sektor Publik Vertikal Tabel 4.15. Nilai Indikator Sistem Administrasi beserta Sub Indikator Instansi Vertikal INDIKATOR
SUB-INDIKATOR
Sistem Administrasi (0.280)
6,38
Kepraktisan SOP (0.281)
6,61
Keterbukaan Informasi (0.584)
6,42
Pemanfaatan Teknologi Informasi (0.135)
5,69
Indeks integritas indikator sistem administrasi tingkat vertikal adalah 6,38. Pemanfaatan teknologi merupakan sub indikator yang masih memerlukan perbaikan karena nilainya masih di bawah standar minimal. Peringkat indeks integritas sistem administrasi dari 7 instansi vertikal dapat dilihat pada Tabel 4.16.
Tabel 4.16. Peringkat Indeks Integritas Sistem Administrasi Instansi Vertikal NO
NILAI
NO
1
Kementerian Keuangan
PEMERINTAH DAERAH
7,06
5
Mahkamah Agung
PEMERINTAH DAERAH
NILAI 6,00
2
PT. PLN (Persero)
6,59
6
Kementerian Agama
5,98
3
Kepolisian Negara RI
6,29
7
Badan Pertanahan Nasional
5,93
4
Kementerian Hukum dan HAM
6,17
Kementerian Agama dan Badan Pertanahan Nasional merupakan 2 instansi vertikal yang memiliki indeks Sistem Administrasi masih di bawah 6. Namun demikian, PT PLN (Persero), Kepolisian RI, Kemenkumham dan MA nilainya juga masih di sekitar 6. Hanya Kementerian Keuangan yang memiliki indeks Sistem Administrasi di atas 7. Selanjutnya masing-masing sub indikator dalam sistem administrasi akan dijelaskan pada bagian berikut. 1. Kepraktisan SOP Nilai sub indikator kepraktisan SOP adalah 6,61. Nilai sudah mencapai standar minimal yang ditetapkan. Kepraktisan SOP pada tingkat vertikal ditunjukkan oleh mudahnya prosedur pengurusan layanan, mudahnya persyaratan pengurusan layanan, ketepatan waktu penyelesaian pengurusan layanan dan wajarnya biaya pengurusan layanan seperti pada Gambar 4.17. Jika dilihat dari sisi prosedur yang menyatakan prosedur wajar dan mudah sebanyak 86% responden, sementara yang menyatakan bahwa persyaratan wajar dan mudah sebanyak 88%. Dari sisi waktu, yang menyatakan tepat waktu bahkan lebih cepat dari waktu yang ditetapkan sebanyak 74%. Selain itu, 80% pengguna layanan menyatakan bahwa biaya yang dibayarkan tergolong wajar dan murah. Namun demikian, masih terdapat responden yang menyatakan prosedur sulit dan tidak jelas (14%), persyaratan sulit dan tidak jelas (12%), waktu lambat dan tidak jelas (26%) serta biaya mahal dan tidak jelas (20%). 69%
68%
59%
57%
29%
29%
19% 8%
6%
Prosedur Wajar
9%
16% 12%
8%
Persyaratan
4%
5%
3% Waktu
Biaya
Wajar
Tepat waktu
Wajar
Mudah
Mudah
Lambat
Mahal
Sulit
Sulit
Murah
Tidak jelas prosedurnya
Tidak jelas prosedurnya
Tidak jelas batas waktunya Lebih cepat dari ditetapkan
Tidak jelas biayanya
Gambar 4.17. Penilaian Pengguna Layanan atas Standar Operasi Prosedur di Instansi Vertikal
Survei Integritas Sektor Publik 2011
Bab 4 Indeks Integritas Sektor Publik Tingkat Vertikal
2. Keterbukaan Informasi Keterbukaan informasi layanan publik sangatlah membantu pengguna layanan pada saat proses pengurusan layanan. Pengguna layanan senang bila informasi tersebut diumumkan secara terbuka dan dijelaskan tanpa ditanya, sehingga dengan mudah mereka akan mentaati seluruh tahapan prosedur yang ditetapkan. Nilai sub indikator keterbukaan informasi adalah 6,42. Nilai sudah mencapai standar minimal yang ditetapkan. Fakta menunjukkan bahwa sebagian besar dari responden menyatakan informasi layanan sudah diumumkan secara terbuka sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4.18. 46%
44%
34%
25%
34% 24% 21%
22% 18% 13%
17% 11%
Prosedur
18%
17%
Persyaratan
Waktu
18% 7%
4%
1%
3%
23%
Biaya
Diumumkan terbuka
Dijelaskan petugas tanpa ditanya
Diumumkan terbuka dan dijelaskan petugas tanpa ditanya
Tidak ada pengumuman/penjelasan petugas
Dijelaskan petugas hanya jika ditanya
Gambar 4.18. Tingkat Keterbukaan Informasi di Instansi Vertikal
Gambar 4.18 menjelaskan bahwa tingkat keterbukaan informasi melalui prosedur, persyaratan, waktu dan biaya di instansi vertikal cukup baik. Dari hasil survei pada seluruh target pengguna layanan sebagian besar pengguna layanan menyatakan informasi diumumkan secara terbuka yaitu 69% pengguna layanan pada prosedur, 68% pengguna layanan pada persyaratan, 51% pengguna layanan pada waktu dan 52% pengguna layanan pada biaya. Selebihnya pengguna layanan menyatakan informasi dijelaskan petugas jika ditanya atau tanpa ditanya. Bahkan pengguna layanan menjumpai tidak ada pengumuman atau penjelasan dari petugas layanan mengenai informasi terkait dengan pengurusan layanan. 3. Pemanfaatan Teknologi Informasi Nilai sub indikator pemanfaatan teknologi informasi adalah 5,69. Nilai tersebut masih di bawah standar minimal yang ditetapkan. Sebagian besar pengguna layanan menyatakan tidak pernah menggunakan teknologi informasi dalam pengurusan layanan sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4.19.
Survei Integritas Sektor Publik 2011
85
86
Bab 4 Indeks Integritas Tingkat Sektor Publik Vertikal
Instansi Vertikal
Pemanfaatan Teknologi Informasi pada Unit Layanan di Instansi Vertikal 5 Tertinggi dan 5 Terendah (dalam%)
Lapas - Kemenkumham (Banda Aceh)
100
Lapas - Kemenkumham (Jayapura)
100
Pasang baru dan kembali - PT. PLN (Denpasar)
100
Pasang baru dan kembali - PT. PLN (Surabaya)
100
Tambah Daya - PT. PLN (Palu)
100
Peradilan Umum - MA (Makassar)
100
Peradilan Umum - MA (Palembang)
100
Tidak pernah pernah
Pasang baru dan kembali - PT. PLN (Ambon)
28
3
31
Adm. Pernikahan - Kemenag (Manado)
100
Kadastral - BPN (Ambon)
100
Tidak tahu cara penggunaannya karena tidak pernah dijelaskan
Tidak pernah karena tidak memerlukan
Tidak pernah karena teknologi yang ada tidak berfungsi
Pernah
38
Tidak pernah karena tidak ada teknologi
Gambar 4.19. Tingkat Penggunaan Teknologi Informasi di Instansi Vertikal
Gambar 4.19 menginformasikan bahwa 68% responden tidak pernah menggunakan teknologi informasi pada saat proses pegurusan layanan di instansi vertikal. Selengkapnya alasan responden tidak menggunakan teknologi informasi dapat dilihat pada Gambar 4.19. Salah satu unit layanan yang tidak ada teknologi informasi menurut pengamatan responden yaitu Peradilan Umum (MA) di Palembang dan Makasar, layanan administrasi pernikahan (Kemenag-Manado) dan Pemetaan Kadastral (BPN-Ambon). Dalam rangka transparansi dan kecepatan layanan, unit layanan sebaiknya menyediakan perangkat teknologi informasi. Umumnya tujuan pengguna layanan menggunakan teknologi informasi tersebut adalah untuk mengetahui informasi terkait layanan yang diurus dan informasi tentang unit layanan, untuk memproses layanan, atau untuk mengetahui status penyelesaian pengurusan layanan.
4.3.3. Perilaku Individu di Layanan Publik Tingkat Vertikal Perilaku individu yang negatif pada petugas layanan maupun pengguna layanan adalah salah satu faktor yang mendorong terjadinya tindakan korupsi. Terdapat 3 (tiga) subindikator dalam menilai perilaku individu tersebut yaitu keadilan dalam layanan, ekspektasi petugas terhadap gratifikasi dan perilaku pengguna layanan. Nilai indikator perilaku individu dan sub indikatornya dapat dilihat pada Tabel 4.17. Tabel 4.17. Nilai Indikator Perilaku Individu beserta Sub Indikator Instansi Vertikal INDIKATOR Perilaku Individu (0.280)
SUB-INDIKATOR 6,65
Keadilan dalam Layanan (0.413)
7,09
Ekspektasi Petugas terhadap Gratifikasi (0.327)
6,57
Perilaku Pengguna Layanan (0.260)
6,03
Indeks integritas indikator perilaku korupsi pada instansi vertikal adalah 6,65. Nilai tersebut didukung keadilan dalam layanan (nilai 7,09), ekspektasi petugas terhadap gratifikasi (nilai 6,57) dan perilaku pengguna layanan (nilai 6,03). Secara umum penilaian pengguna layanan atas keadilan dalam layanan, ekspektasi petugas terhadap gratifikasi dan perilaku pengguna layanan cukup baik. Peringkat indeks integritas perilaku individu instansi vertikal dapat dilihat pada Tabel 4.18.
Survei Integritas Sektor Publik 2011
Bab 4 Indeks Integritas Sektor Publik Tingkat Vertikal
Tabel 4.18. Peringkat Indeks Integritas Perilaku Individu Instansi Vertikal NO
PEMERINTAH DAERAH
NILAI
NO
PEMERINTAH DAERAH
NILAI
1
Kementerian Keuangan
7,66
5.
Kementerian Agama
6,34
2
PT. PLN (Persero)
6,53
6.
Badan Pertanahan Nasional
6,27
3
Mahkamah Agung
6,47
7.
Kepolisian Negara RI
6,08
4
Kementerian Hukum dan HAM
6,42
Penjelasan lebih lanjut mengenai 3 sub indikator dari indikator perilaku individu akan disampaikan pada bagian berikut. 1. Keadilan dalam Layanan Nilai sub indikator keadilan dalam layanan adalah 7,09. Nilai sudah lebih dari standar minimal yang ditetapkan. Perilaku individu salah satunya dapat dilihat dari sikap, penampilan dan keahlian petugas yang melayani para pengguna layanan. Penilaian responden terhadap sikap, penampilan dan keahlian petugas di instansi vertikal dapat dilihat pada Gambar 4.20. 86.4%
84.1%
10.4% 5.3% 0.2% Sikap Melayani Sangat melayani Kurang melayani Tidak melayani
83.2%
13%
10.3% 3.1%
0.2%
Penampilan Rapi dan Sopan Sangat Rapi dan sangat sopan Kurang rapi dan kurang sopan Tidak rapi dan tidak sopan
3.6%
0.2%
Keahlian Menguasai tugasnya Sangat menguasai tugasnya Kurang menguasai tugasnya Tidak menguasai tugasnya
Gambar 4.20. Penilaian Pengguna Layanan terhadap Petugas di Instansi Vertikal
Berdasarkan Gambar 4.20, dilihat dari sikap petugas layanan, responden yang mengatakan sikap petugas mau melayani dan sangat melayani sebanyak 94,5% responden. Dari penampilan petugas, responden yang mengatakan penampilan petugas rapi dan sopan bahkan sangat rapi dan sangat sopan sebanyak 96,7% responden. Dari keahlian petugas, responden yang mengatakan petugas menguasai dan sangat menguasai tugasnya sebanyak 96,2% responden. Hal ini menunjukkan bahwa penilaian responden terhadap petugas yang melayani di instansi vertikal relatif baik dan tidak ada keluhan.
Survei Integritas Sektor Publik 2011
87
88
Bab 4 Indeks Integritas Tingkat Sektor Publik Vertikal
Instansi Vertikal
Pembedaan Perlakuan Petugas pada Unit Layanan di Instansi Vertikal 5 Tertinggi dan 5 Terendah (dalam%)
65% 29% 6%
Tidak membedakan
Adm. Pernikahan - Kemenag (Denpasar)
100
Adm. Pernikahan - Kemenag (Jayapura)
100
Adm. Pernikahan - Kemenag (Pontianak)
100
Lapas - Kemenkumham (Ambon)
100
Lapas - Kemenkumham (Mataram)
100
Lapas - Kemenkumham (Manado) Lapas - Kemenkumham (Jayapura)
Ya, kadang-kadang Ya, selalu
13
70
7
93
Peradilan Tilang - MA (Jayapura) 3
17
97
Paspor - Kemenkumham (Jayapura)
100
Paspor - Kemenkunham (Surabaya)
100
Gambar 4.21. Pembedaan Perlakuan Petugas di Instansi Vertikal
Selain itu, cara petugas unit layanan dalam melayani para pengguna layanan misalnya dengan tidak membeda-bedakan sikap atau perilaku dalam memberikan layanan selama proses pengurusan juga mempengaruhi responden untuk tidak menggunakan jasa calo/perantara. Gambar 4.21 menunjukkan bahwa masih ada petugas unit layanan di instansi vertikal yang cenderung membeda-bedakan sikap atau perlakuannya pada setiap pengguna layanan yang menggunakan unit layanan tersebut. Gambar 4.21 menjelaskan fakta perilaku petugas layanan di 5 unit layanan dengan nilai tertinggi dan 5 unit layanan terendah di instansi vertikal saat proses pengurusan layanan. Seluruh responden di unit layanan Paspor â&#x20AC;&#x201C; Kemenkumhan (Jayapura) merasakan selalu ada pembedaan perlakuan dari petugas unit layanan saat proses pengurusan layanan. Di unit layanan Lembaga Pemasyarakatan (Kemenkumham - Manado dan Jayapura) pembedaan perlakukan juga dominan dirasakan pengguna layanan. 2. Ekspektasi Petugas terhadap Gratifikasi Perilaku petugas layanan yang juga berpengaruh terhadap integritas layanan adalah ekspektasi petugas terhadap gratifikasi. Nilai sub indikator ekspektasi petugas terhadap gratifikasi adalah 6,57. Nilai sudah mencapai standar minimal yang ditetapkan. Fakta dari pengguna layanan sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 4.22 memperlihatkan terdapat 70% responden menjawab tidak ada yang berinisiatif memberikan atau meminta uang tambahan saat pengurusan layanan. Sebanyak 3% responden menjawab bahwa petugas layanan yang meminta adanya uang tambahan tersebut secara langsung namun tidak terbuka, bahkan ada 8% mengaku petugas layanan meminta secara langsung dan terbuka. Pada unit layanan dengan nilai 5 tertinggi dan 5 terendah di unit layanan Peradilan umum (MA - Palu) 100% responden menyatakan petugas yang meminta uang tambahan secara langsung. Sedangkan di layanan Peradilan Umum, Pemetaan Kadastral, layanan administrasi pernikahan dan layanan pembuatan sertifikat yang semua ada di Kota Palu, permintaan secara langsung dan terbuka masih sangat dominan.
Survei Integritas Sektor Publik 2011
Bab 4 Indeks Integritas Sektor Publik Tingkat Vertikal
Instansi Vertikal
Cara Petugas Meminta Uang Tambahan pada Unit Layanan di Instansi Vertikal 5 Tertinggi dan 5 Terendah (dalam%) Adm. Pernikahan - Kemenag (Denpasar)
100
Adm. Pernikahan - Kemenag (Jayapura)
100
Adm. Pernikahan - Kemenag (Pontianak)
100
Lapas - Kemenkumham (Ambon)
100
Lapas - Kemenkumham (Denpasar)
100
70% 17%
3%
8%
1%
Sertifikat - BPN (Palu)
Tidak ada yang berinisiatif
Adm. Pernikahan - Kemenag (Palu) Inisiatif responden
Kadastral - BPN (Palu)
Langsung terbuka
17
83
13
87
7
93
Paspor - Kemenkumham (Surabaya)
100
Peradilan Umum - MA (Palu)
100
Langsung tidak terbuka Melalui pihak lain
Gambar 4.22. Cara Petugas Meminta Uang Tambahan di Instansi Vertikal
3. Perilaku Pengguna Layanan Kebiasaan pemberian uang tambahan pada pengurusan layanan publik semata-mata bukan karena diminta oleh petugas layanan. Inisiasi pemberian dari pengguna layanan juga berperan dalam suburnya praktik gratifikasi di layanan publik. Pada Gambar 4.22 terlihat bahwa 17% pengguna layanan menyatakan bahwa inisiatif pemberian uang tambahan dalam proses layanan berasal dari pengguna layanan sendiri.
4.3.4. Pencegahan Korupsi di Layanan Publik Instansi Vertikal Pencegahan korupsi dalam layanan publik dapat diukur melalui sub indikator tingkat upaya anti korupsi dan mekanisme pengaduan masyarakat sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 4.19.
Tabel 4.19. Nilai Indikator Pencegahan Korupsi beserta Sub Indikator Instansi Vertikal INDIKATOR Pencegahan Korupsi (0.313)
SUB-INDIKATOR 4,94
Tingkat Upaya Anti Korupsi (0.750)
4,91
Mekanisme Pengaduan Masyarakat (0.250)
5,00
Tabel 4.19 menunjukkan penilaian responden dari 7 instansi vertikal pada 20 kota atau dengan total responden 8.580 atas indikator pencegahan korupsi adalah 4,94. Nilai ini masih berada jauh di bawah standar minimum yang ditetapkan oleh KPK 6,00. Kondisi ini menggambarkan bahwa tingkat upaya anti korupsi (4.91) pada layanan publik vertikal masih rendah dan mekanisme pengaduan masyarakat (5.00) masih kurang berjalan. Peringkat indeks integritas pencegahan korupsi instansi vertikal dapat dilihat pada Tabel 4.20. Tabel 4.20. Peringkat Indeks Integritas Pencegahan Korupsi Instansi Vertikal NO
PEMERINTAH DAERAH
NILAI
NO
PEMERINTAH DAERAH
NILAI
1
Kementerian Keuangan
5,61
5
Mahkamah Agung
4,55
2
PT. PLN (Persero)
5,37
6
Kementerian Hukum dan HAM
4,44
3
Badan Pertanahan Nasional
5,07
7
Kementerian Agama
3,50
4
Kepolisian Negara RI
4,89
Seluruh instansi vertikal mendapatkan nilai pencegahan korupsi di bawah standar minimal yang ditetapkan. Belum terlihat upaya anti korupsi dan mekanisme pengaduan masyarakat dalam sistem layanan publik yang mereka tetapkan.
Survei Integritas Sektor Publik 2011
89
90
Bab 4 Indeks Integritas Tingkat Sektor Publik Vertikal
1. Tingkat Upaya Anti Korupsi Nilai sub indikator tingkat upaya anti korupsi adalah 4,91. Nilai ini masih jauh di bawah standar minimal yang ditetapkan KPK. Sebagian besar responden menyatakan hanya menemukan 1 bentuk media kampanye/media anti korupsi pada unit layanan sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 4.23.
1 media
2-5 media
Tidak ada
Lebih dari 5 media
Gambar 4.23. Program Kampanye/Media Anti Korupsi di Instansi Vertikal
Bentuk-bentuk media anti korupsi yang dilaksanakan di instansi vertikal umumnya hanya dengan menempel/memasang stiker/poster/spanduk anti korupsi di area sekitar loket pelayanan. Selengkapnya bentuk-bentuk media anti korupsi tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.24
Stiker/poster/spanduk Atribut (pin, baju, topi, dll)
85% 4%
Workshop/seminar petugas
3%
Workshop/seminar masyarakat
3%
Buku/modul/komik
4%
Gambar 4.24. Bentuk Kampanye/Media Anti Korupsi di Instansi Vertikal
Sebagian besar responden (85% responden) menyatakan bentuk media anti korupsi berupa sticker/poster/spanduk yang ditempel di sekitar loket pelayanan. Sedangkan bentuk lainnya tidak cukup signifikan (3-4%). Semakin banyak media anti korupsi pada layanan publik diharapkan semakin dapat mengurangi terjadinya tindakan korupsi pada saat proses pengurusan layanan. 2. Mekanisme Pengaduan Masyarakat Mekanisme pengaduan masyarakat mengukur respon petugas dan unit layanan terhadap pengaduan yang disampaikan oleh pengguna layanan terkait ketidakpuasan dalam pengurusan layanan. Nilai sub indikator mekanisme pengaduan masyarakat adalah 5,00. Nilai masih di bawah standar minimal yang ditetapkan KPK. Sebagian besar responden menyatakan hanya terdapat 1 bentuk media pengaduan masyarakat dan tidak ditindaklanjutinya pengaduan sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 4.25 dan 4.26.
Survei Integritas Sektor Publik 2011
Bab 4 Indeks Integritas Sektor Publik Tingkat Vertikal
85%
85% 66%
22%
15%
Ada media
Tidak ada media
8%
Mudah
Sulit
12% 7%
Sangat mudah
satu
dua
lebih dari dua
Gambar 4.25. Tingkat Aksesibilitas Media Pengaduan/Pengajuan Komplain di Instansi Vertikal
Dari total 8580 responden, 15% responden menyatakan tidak ada media pengaduan di instansi vertikal dan 85% responden menyatakan ada media pengaduan. Ketersediaan media pengaduan tersebut berdasarkan pengalaman responden mudah dan sangat mudah diakses (92%). Namun ada juga responden yang merasa sulit mengakses media yang ada (8%). Tingkat kemudahan aksesibilitas media tersebut tergantung pada jumlah media yang ada di unit layanan tersebut. Sebanyak 65% responden menyatakan terdapat satu media pengaduan, 22% responden menyatakan terdapat dua media pengaduan dan 12% responden menyatakan terdapat lebih dari dua media pengaduan. Semakin banyak jumlah media yang ada di suatu unit layanan maka akan semakin memudahkan para pengguna layanan dalam mengakses media pengaduan tersebut. Kemudahan responden dalam menyampaikan pengaduan tidak efektif apabila tidak ada tindak lanjut atau tanggapan petugas. Berdasarkan pengalaman pengguna layanan, tanggapan petugas atas pengaduan dapat dilihat pada Gambar 4.26.
Diabaikan
Ditindaklanjuti Tidak pernah menggunakan
Ditampung Ditanggapi
Gambar 4.26. Respon Petugas terhadap Pengaduan di Instansi Vertikal
Berdasarkan pengalaman pengguna layanan, bentuk respon dari petugas layanan terhadap pengaduan para pengguna layanan hanya dalam bentuk ditampung (40%). Beberapa ditanggapi, namun hanya sedikit yang ditindaklanjuti. Upaya menaikkan nilai potensi integritas menunjukkan keseriusan unit layanan dan instansi di sektor layanan publik dalam memerangi korupsi secara komprehensif di luar upaya penindakan yang dilakukan. Semakin intensif usaha-usaha dilakukan untuk meningkatkan potensi integritas, maka semakin efektif pula upaya pemberantasan korupsi bisa dilakukan di unit layanan dan instansi yang bersangkutan. Komisi Pemberantasan Korupsi dalam perannya sebagai trigger mechanism sangat mendorong upaya-upaya pemberantasan korupsi melalui perbaikan layanan publik. Potret kondisi aktual pelayanan publik terkait dengan transparansi, suap, pungutan liar, gratifikasi, sistem administrasi, perilaku individu, lingkungan kerja dan upayaupaya pencegahan korupsi ini dilakukan juga dalam rangka meningkatkan efektifitas pemberantasan korupsi yang dilakukan KPK terutama di sektor layanan publik.
Survei Integritas Sektor Publik 2011
91
Bab 5 Integritas Sektor Publik Tingkat Daerah
93
5
Integritas Sektor Publik Tingkat Daerah
Survei Integritas Sektor Publik 2011
94
Bab 5 Integritas Sektor Publik Tingkat Daerah
Integritas Sektor Publik Tingkat Daerah Survei integritas sektor publik di tingkat daerah dilakukan terhadap 3 unit layanan pada Pemerintah Kota/ Kabupaten, yaitu Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), Izin Mendirikan Bangunan (IMB), dan Kartu Tanda Penduduk (KTP). Jumlah unit layanan secara keseluruhan 180, tersebar di 60 Pemerintah Daerah dengan total responden 5.670 orang.
5.1. Total Integritas Tingkat Daerah Indeks integritas tingkat daerah disusun berdasarkan variabel pengalaman integritas dengan 2 indikator, pengalaman korupsi dan cara pandang terhadap korupsi, dan variabel potensi integritas dengan 4 indikator yaitu lingkungan kerja, sistem administrasi, perilaku individu dan pencegahan korupsi. Keenam indikator tersebut disusun masing-masig oleh 2-5 sub-indikator. Hasil perhitungan terhadap 5.670 responden diperoleh nilai integritas tingkat daerah sebesar 6,00. Nilai tersebut diperoleh dari indeks pengalaman integritas 6,14 dan potensi integritas 5,70. Pada tingkat sub-indikator masih terdapat 3 sub-indikator di variabel pengalaman integritas yang nilainya di bawah 6, yaitu jumlah/besaran gratifikasi (5,39), waktu pemberian gratifikasi (5,97), dan tujuan pemberian gratifikasi (5,89). Sedangkan pada potensi integritas, 5 sub-indikator yaitu kebiasaan pemberian gratifikasi (5,46), pemanfaatan teknologi informasi (5,22), perilaku pengguna layanan (5,44) tingkat upaya anti korupsi (4,42), dan mekanisme pengaduan masyarakat (4,54) masih memerlukan perbaikan lebih intensif karena nilainya yang masih lebih rendah dari 6. Lihat Tabel 5.1 berikut. Tabel 5.1. Indeks Integritas, Variabel, Indikator dan Sub Indikator Tingkat Daerah INTEGRITAS
VARIABEL
Pengalaman Integritas (0,667)
INDIKATOR
SUB-INDIKATOR
Pengalaman Korupsi (0.250)
6,25
Cara Pandang Terhadap Korupsi (0,750)
6,11
6,14
Lingkungan Kerja (0,127)
6,69
Integritas Total (1.00) = 6,00 Potensi Integritas (0,333)
5,70
Sistem Administrasi (0,280)
Perilaku Individu (0,280) Pencegahan Korupsi (0,313)
6,04
6,31
4,45
Jumlah / Besaran Gratifikasi (0.210)
5,39
Frekuensi Pemberian Gratifikasi (0.550)
6,69
Waktu Pemberian Gratifikasi (0.240)
5,97
Arti Pemberian Gratifikasi (0.250)
6,78
Tujuan Pemberian Gratifikasi (0.750)
5,89
Kebiasaan Pemberian Gratifikasi (0.392)
5,46
Kebutuhan Pertemuan di Luar Prosedur (0.164)
8,65
Keterlibatan Calo (0.221)
6,68
Fasilitas di Sekitar Lingkungan Pelayanan (0.100)
7,48
Suasana/Kondisi di sekitar Pelayanan(0.123)
7,38
Kepraktisan SOP(0.281)
6,13
Keterbukaan Informasi (0.584)
6,19
Pemanfaatan Teknologi Informasi (0.135)
5,22
Keadilan dalam Layanan (0.413)
6,96
Ekspektasi Petugas terhadap Gratifikasi(0.327)
6,19
Perilaku Pengguna Layanan (0.260)
5,44
Tingkat Upaya Anti Korupsi (0.750)
4,42
Mekanisme Pengaduan Masyarakat (0.250)
4,54
Peringkat dan nilai indeks integritas daerah tahun 2011 dari 60 pemerintah daerah yang disurvei KPK ditunjukkan oleh Tabel 5.2 berikut.
Survei Integritas Sektor Publik 2011
Bab 5 Integritas Sektor Publik Tingkat Daerah Tabel 5.2. Nilai dan Peringkat Integritas Tingkat Daerah NO
KOTA
INTEGRITAS
NO
KOTA
INTEGRITAS
1
Pemko Dumai
7,77
31
Pemko Makassar
6,29
2
Pemko Bukittinggi
7,67
32
Pemko Palangkaraya
6,26
3
Pemko Bitung
7,62
33
Pemko Jambi
6,22
4
Pemko Yogyakarta
7,60
34
Pemko Cilegon
6,10
5
Pemko Batam
7,55
35
Pemko Palu
6,07
6
Pemko Pontianak
7,54
36
Pemko Bandar Lampung
6,02
7
Pemko Gorontalo
7,45
37
Pemko Banda Aceh
5,99
8
Pemko Surakarta
7,43
38
Pemko Malang
5,94
9
Pemko Banjarbaru
7,43
39
Pemko Medan
5,59
10
Pemko Surabaya
7,42
40
Pemko Bima
5,56
11
Pemko Denpasar
7,33
41
Pemko Binjai
5,54
12
Pemko Tanjung Pinang
7,31
42
Pemprov Jakarta
5,54
13
Pemko Pare-pare
7,29
43
Pemko Lhokseumawe
5,23
14
Pemkab Sidoarjo
7,23
44
Pemko Bekasi
5,08
15
Pemko Samarinda
7,14
45
Pemkab Jember
5,05
16
Pemko Mataram
7,14
46
Pemko Kendari
4,90
17
Pemko Padang
7,11
47
Pemko Manado
4,70
18
Pemko Pekalongan
7,08
48
Pemko Cirebon
4,67
19
Pemko Banjarmasin
6,92
49
Pemko Pematang Siantar
4,65
20
Pemko Kediri
6,90
50
Pemko Tangerang
4,46
21
Pemko Madiun
6,86
51
Pemko Lubuk Linggau
4,38
22
Pemko Kupang
6,86
52
Pemko Bogor
4,27
23
Pemko Bandung
6,68
53
Pemko Palembang
4,25
24
Pemko Ambon
6,64
54
Pemko Bengkulu
4,18
25
Pemkab Banyumas
6,53
55
Pemko Ternate
4,07
26
Pemko Pekanbaru
6,51
56
Pemkab Manokwari
3,70
27
Pemko Balikpapan
6,49
57
Pemko Semarang
3,61
28
Pemko Jayapura
6,47
58
Pemko Serang
3,54
29
Pemko Pangkal Pinang
6,42
59
Pemko Depok
3,50
30
Pemkab Mamuju
6,29
60
Pemko Metro
3,15
Tabel 5.2 menjelaskan terdapat 60% pemerintah daerah dengan indeks integritas diatas nilai standar minimum yang telah ditetapkan (6,00). Peringkat terbaik integritas secara nasional tahun 2011 dicapai oleh Pemerintah Kota Dumai kemudian disusul oleh Pemerintah Kota Bukit Tinggi dan Pemerintah Kota Bitung. Dua puluh delapan atau 40% Pemerintah Daerah lainnya masih belum memenuhi standar minimal integritas yang ditetapkan KPK. Lima instansi yang memperoleh nilai integritas terendah adalah Pemerintah Kota Metro (3,15), Pemerintah Kota Depok (3,50), Pemerintah Kota Serang (3,54), Pemerintah Kota Semarang (3,61), dan Pemerintah Manokwari Kota (3,70). Indeks rata-rata masing-masing unit layanan yang disurvei di 60 Pemerintah Daerah menunjukkan nilai standar mendekati 6. Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dengan nilai 6,21 merupakan unit layanan yang nilainya paling tinggi dibanding 2 unit layanan lain yang disurvei. KTP merupakan unit layanan dengan nilai masih di bawah standar minimum yang ditetapkan oleh KPK. Gambar 5.1 menjelaskan hal tersebut
Survei Integritas Sektor Publik 2011
95
96
Bab 5 Integritas Sektor Publik Tingkat Daerah 6,21%
6,07% 5,71%
IMB
SIUP
KTP
Gambar 5.1. Indeks Integritas Unit Layanan Tingkat Daerah
Unit layanan dengan nilai integritas 10 tertinggi di daerah, didominasi oleh layanan SIUP dan IMB, baru disusul KTP. SIUP di Pemerintah Kota Pekanbaru (8,0) dan Pemerintah Kota Bitung (7,92) merupakan unit layanan yang memperoleh nilai tertinggi. Layanan IMB di Pemerintah Kota Bitung dengan skor 7,82 merupakan nilai skor integritas IMB tertinggi, dan KTP di Pemerintah Kota Dumai dengan nilai 7,82 adalah yang tertinggi untuk skor layanan KTP. 8,00
SIUP Pemko Pekanbaru
7,92
7,82
SIUP Pemko Bitung
KTP Pemko Dumai
7,82
7,78
IMB Pemko Bitung
IMB Pemko Batam
7,77
7,77
SIUP KTP Pemko Pemko Surakarta Pontianak
7,77
SIUP Pemko Padang
7,76
IMB Pemko Surakarta
7,77
IMB Pemkab Sidoarjo
Gambar 5.2. Indeks Integritas 10 Unit Layanan Tertinggi Tingkat Daerah
Dari sepuluh nilai integritas terendah pada 10 unit layanan tingkat daerah seluruhnya memperoleh nilai di bawah standar minimum yang ditetapkan oleh KPK. Nilai integritas terendah adalah layanan KTP Pemerintah Kota Manado dengan nilai 2,51, disusul oleh SIUP Pemerintah Kabupaten Manokwari nilai 2,82, dan IMB Pemerintah Kota Metro nilai 2,87.
3,38
SIUP Pemko Depok
3,34
KTP Pemko Metro
3,32
3,27
SIUP KTP Pemko Pemko Semarang Palembang
3,25
SIUP Pemko Metro
3,24
SIUP Pemko Bogor
3,24
IMB Pemko Semarang
2.87
IMB Pemko Metro
2.82
SIUP KTP Pemkab Pemko Manokwari Manado
Gambar 5.3. Indeks Integritas 10 Unit Layanan Terendah Tingkat Daerah
Survei Integritas Sektor Publik 2011
2.51
Bab 5 Integritas Sektor Publik Tingkat Daerah
Secara umum unit layanan SIUP cukup mendominasi dari unit layanan dengan nilai 10 terendah, disusul oleh KTP dan IMB.
5.2. Pengalaman Integritas Tingkat Daerah Pengalaman integritas tingkat daerah dengan nilai 6,14 disusun dari indikator pengalaman korupsi dan cara pandang terhadap korupsi, dengan nilai masing-masing 6,25 dan 6,11. Dari hasil survei pada unit layanan tingkat daerah yang dilakukan, menghasilkan nilai indikator dan sub indikator seperti dijelaskan pada Tabel 5.3 Tabel 5.3. Nilai Pengalaman Integritas beserta Indikator dan Sub Indikator Tingkat Daerah VARIABEL
Pengalaman Integritas (0,667)
INDIKATOR
6,14
SUB-INDIKATOR
Pengalaman Korupsi (0.250)
6,25
Cara Pandang Terhadap Korupsi (0,750)
6,11
Jumlah / Besaran Gratifikasi (0.210)
5,39
Frekuensi Pemberian Gratifikasi (0.550)
6,69
Waktu Pemberian Gratifikasi (0.240)
5,97
Arti Pemberian Gratifikasi (0.250)
6,78
Tujuan Pemberian Gratifikasi (0.750)
5,89
Meskipun nilai variabel dan indikator sudah diatas standar minimum, masih ada sub-indikator dengan nilai di bawah 6,00 yaitu jumlah/ besaran gratifikasi (5,39), waktu pemberian gratifikasi (5,97), dan tujuan pemberian gratifikasi (5,89). Nilai tertinggi indeks pengalaman integritas diatas 8 diperoleh Pemerintah Kota Bukit Tinggi, Pemerintah Kota Dumai dan Pemerintah Kota Tanjung Pinang. Indeks pengalaman integritas terendah 2,59 yang diperoleh Pemerintah Kota Metro menunjukkan terjadi rentang nilai yang lebar antar Pemerintah Daerah, Tabel 5.4 menjelaskan hal tersebut. Tabel 5.4. Nilai Pengalaman Integritas di Tingkat Daerah NO
NILAI
NO
1
Pemko Bukittinggi
PEMERINTAH DAERAH
8,18
28
Pemkab Banyumas
PEMERINTAH DAERAH
NILAI 6,81
2
Pemko Dumai
8,14
29
Pemko Palu
6,74
3
Pemko Tanjung Pinang
8,06
30
Pemko Banda Aceh
6,66
4
Pemko Bitung
7,98
31
Pemko Pekanbaru
6,64
5
Pemko Batam
7,94
32
Pemko Cilegon
6,60
6
Pemko Yogyakarta
7,88
33
Pemkab Mamuju
6,52
7
Pemko Samarinda
7,87
34
Pemko Palangkaraya
6,49
8
Pemko Pontianak
7,86
35
Pemko Jayapura
6,42
9
Pemko Surabaya
7,83
36
Pemko Bandar Lampung
6,41
10
Pemko Gorontalo
7,71
37
Pemko Makassar
6,40
11
Pemko Pare-pare
7,67
38
Pemko Malang
6,13
12
Pemko Surakarta
7,64
39
Pemko Bima
5,77
13
Pemko Banjarbaru
7,63
40
Pemko Kendari
5,71
14
Pemkab Sidoarjo
7,62
41
Pemprov Jakarta
5,51
15
Pemko Kediri
7,58
42
Pemko Binjai
5,47
16
Pemko Denpasar
7,55
43
Pemkab Jember
5,45
17
Pemko Madiun
7,54
44
Pemko Medan
5,33
18
Pemko Pekalongan
7,49
45
Pemko Lhokseumawe
5,22
19
Pemko Mataram
7,39
46
Pemko Bekasi
4,80
20
Pemko Padang
7,32
47
Pemko Pematang Siantar
4,79
21
Pemko Banjarmasin
7,18
48
Pemko Cirebon
4,57
22
Pemko Bandung
7,14
49
Pemko Manado
4,33
23
Pemko Kupang
7,13
50
Pemko Tangerang
4,19
24
Pemko Jambi
6,90
51
Pemko Bogor
3,94
25
Pemko Balikpapan
6,89
52
Pemko Palembang
3,84
26
Pemko Ambon
6,82
53
Pemko Ternate
3,68
27
Pemko Pangkal Pinang
6,82
54
Pemko Bengkulu
3,49
Survei Integritas Sektor Publik 2011
97
98
Bab 5 Integritas Sektor Publik Tingkat Daerah
NO
NILAI
NO
55
Pemko Lubuk Linggau
PEMERINTAH DAERAH
3,47
58
Pemkab Manokwari
PEMERINTAH DAERAH
NILAI 3,25
56
Pemko Serang
3,30
59
Pemko Semarang
3,14
57
Pemko Depok
3,26
60
Pemko Metro
2,59
Pada kombinasi unit layanan dan Pemerintah Daerah dengan nilai 5 tertinggi dan 5 terendah, terlihat bahwa SIUP dan IMB mendominasi peringkat tertinggi, dan Pemerintah Kota Dumai merupakan Pemerintah Daerah yang dominan dengan nilai pengalaman integritas tinggi. Nilai pengalaman integritas 5 terendah ditempati oleh seluruh unit layanan yang disurvei, yaitu KTP, SIUP dan IMB. Pemerintah Kota Metro merupakan Pemerintah Daerah yang unit layanannya dominan berada di 5 terbawah. Gambar 5.4 menjelaskan kondisi tersebut.
SIUP - Pemko Bitung
8,19
SIUP - Pemko Pekanbaru
8,19
SIUP - Pemko Dumai
8,19
IMB - Pemko Dumai
8,19
IMB - Pemko Batam
8,19
SIUP - Pemko Metro
2,69
IMB - Pemko Semarang
2,68
IMB - Pemko Metro
2,38
SIUP - Pemkab Manokwari
2,02 1,71
KTP - Pemko Manado
Gambar 5.4. Nilai Pengalaman Integritas Unit Layanan Tingkat Daerah (5 Tertinggi dan 5 Terendah)
5.2.1. Pengalaman Masyarakat terhadap Korupsi di Layanan Publik Tingkat Daerah Pengalaman korupsi yang langsung dirasakan masyarakat pada saat proses pengurusan layanan adalah dalam bentuk biaya tambahan (gratifikasi) yang harus dibayarkan oleh pengguna layanan di luar biaya resmi, berapa kali biaya tambahan (gratifikasi) tersebut diberikan serta berapa besarnya dan kapan gratifikasi tersebut diberikan. Tabel 5.5. Nilai Indikator Pengalaman Korupsi Beserta Sub Indikator Tingkat Daerah INDIKATOR Pengalaman Korupsi (0.250)
SUB-INDIKATOR 6,25
Jumlah / Besaran Gratifikasi (0.210)
5,39
Frekuensi Pemberian Gratifikasi (0.550)
6,69
Waktu Pemberian Gratifikasi (0.240)
5,97
Nilai indikator pengalaman korupsi di tingkat daerah adalah 6,25. Nilai ini terbentuk berdasarkan ketiga sub-indikator sebagaimana pada Tabel 5.5. Meskipun nilai ini sudah di atas standar minimum yang ditetapkan, namun masih terdapat sub-indikator dengan nilai di bawah 6,00, yaitu jumlah/besaran gratifikasi (5,39), dan waktu pemberian gratifikasi (5,97). Pengalaman korupsi pada Pemerintah Daerah menunjukkan rentang nilai yang cukup lebar. Lima Pemerintah Daerah dengan nilai tertinggi 8,00 yang dicapai Pemerintah Kota Yogyakarta, Pemerintah Kota Banjarbaru, Pemerintah Kota Samarinda, Pemerintah Kota Dumai, dan Pemerintah Kota Bukittinggi. Nilai kelima pemerintah kota tersebut berbeda
Survei Integritas Sektor Publik 2011
Bab 5 Integritas Sektor Publik Tingkat Daerah
dengan 2 Pemerintah Daerah dengan nilai terendah yaitu Pemerintah Kota Serang (2,87), dan Pemerintah Kota Metro (2,72). Kondisi ini menunjukkan standar layanan publik yang bervariasi antar daerah.
Tabel 5.6. Nilai Pengalaman Korupsi Tingkat Daerah NO
PEMERINTAH DAERAH
NILAI
NO
PEMERINTAH DAERAH
NILAI
1
Pemko Yogyakarta
8,00
31
Pemko Jambi
6,88
2
Pemko Banjarbaru
8,00
32
Pemko Palu
6,71
3
Pemko Samarinda
8,00
33
Pemko Makassar
6,63
4
Pemko Dumai
8,00
34
Pemko Pekanbaru
6,61
5
Pemko Bukittinggi
8,00
35
Pemko Jayapura
6,53
6
Pemko Tanjung Pinang
7,95
36
Pemko Palangkaraya
6,48
7
Pemko Pare-pare
7,95
37
Pemko Bandar Lampung
6,44
8
Pemko Bitung
7,95
38
Pemko Bima
6,09
9
Pemko Surabaya
7,91
39
Pemkab Jember
5,96
10
Pemko Surakarta
7,85
40
Pemko Malang
5,93
11
Pemko Gorontalo
7,84
41
Pemko Kendari
5,73
12
Pemko Denpasar
7,78
42
Pemko Medan
5,69
13
Pemko Batam
7,77
43
DKI Jakarta
5,50
14
Pemko Kediri
7,73
44
Pemko Binjai
5,28
15
Pemko Pekangan
7,70
45
Pemko Manado
5,08
16
Pemko Madiun
7,64
46
Pemko Bekasi
5,00
17
Pemko Banjarmasin
7,62
47
Pemko Lhokseumawe
4,77
18
Pemko Pontianak
7,62
48
Pemko Cirebon
4,40
19
Pemko Bandung
7,53
49
Pemko Pematang Siantar
4,33
20
Pemkab Sidoarjo
7,52
50
Pemko Tangerang
4,25
21
Pemko Mataram
7,44
51
Pemko Bogor
4,19
22
Pemko Padang
7,35
52
Pemko Ternate
4,10
23
Pemko Kupang
7,33
53
Pemko Palembang
4,03
24
Pemko Balikpapan
7,27
54
Pemko Depok
3,74
25
Pemkab Mamuju
7,07
55
Pemko Bengkulu
3,63
26
Pemko Pangkal Pinang
7,05
56
Pemkab Manokwari
3,42
27
Pemkab Banyumas
6,94
57
Pemko Semarang
3,41
28
Pemko Cilegon
6,92
58
Pemko Lubuk Linggau
3,10
29
Pemko Ambon
6,88
59
Pemko Serang
2,87
30
Pemko Banda Aceh
6,88
60
Pemko Metro
2,72
Tiga indikator Pengalaman Korupsi yang diukur dijelaskan pada bagian berikut: 1. Jumlah/Besaran Gratifikasi
Nilai sub-indikator jumlah/besaran gratifikasi 5,39 menunjukkan masih terdapat layanan yang menerima biaya melebihi biaya resmi yang telah ditetapkan. Terdapat 37 persen (dari total 5.670 responden) yang mengaku memberikan biaya tambahan pada saat mengurus layanan. Biaya tambahan yang dibayarkan cukup bervariasi, namun fakta menunjukkan bahwa sebagian besar membayar biaya tambahan lebih dari 50% dari biaya resmi yang ditetapkan, seperti ditunjukkan oleh Gambar 5.5 berikut.
Survei Integritas Sektor Publik 2011
99
100
Bab 5 Integritas Sektor Publik Tingkat Daerah
Jumlah Gratifikasi pada Unit Layanan di Tingkat Daerah 5 Terendah dan 5 Tertinggi (dalam %)
Pemda
<50% dari biaya resmi >50% dari biaya resmi Sesuai
SIUP - Pemko Tangerang
100
SIUP - Pemko Semarang
100
SIUP - Pemko Metro
100
SIUP - Pemko Lubuk Linggau
100
SIUP - Pemko Bogor
100
IMB - Pemko Batam
100
IMB - Pemko Banjarmasin
100
IMB - Pemko Banjarbaru
100
IMB - Pemko Balikpapan
100
IMB - Pemko Ambon
100
Gambar 5.5. Persentase Jumlah Gratifikasi yang Pengguna Layanan Bayarkan di Tingkat Daerah
Pada unit layanan dengan nilai jumlah/besaran gratifikasi 5 terendah, terlihat bahwa unit layanan SIUP mendominasi pemberian biaya tambahan yang nilainya lebih dari 50% dari biaya resmi. Bahkan 100% pengguna layanan yang memberi gratifikasi memberikannya lebih dari 100%. 2. Frekuensi Pemberian Gratifikasi Indeks integritas sub-indikator frekuensi pemberian gratifikasi adalah 6,69. Nilai tersebut menunjukkan seberapa sering pemberian gratifikasi dilakukan oleh pengguna layanan yang menyatakan pernah memberikan biaya tambahan. Hasilnya dari 37% responden yang memberikan biaya tambahan, sebagian besar (30%) responden menyatakan pernah memberikan uang tambahan setidaknya satu kali dalam pengurusan layanan. Sisanya 5% menyatakan memberikan uang tambahan sebanyak 2 kali dan 2% lebih dari 2 kali. Frekuensi Gratifikasi pada Unit Layanan Tingkat Daerah 5 Terendah dan 5 Tertinggi (dalam %)
Pemda
SIUP - Pemko Serang
20
IMB - Pemko Metro
17
SIUP - Pemkab Manokwari SIUP - Pemko Cirebon KTP - Pemko Lhokseumawe
lebih dari 2 kali
2 kali
1 kali
tidak pernah
10
70 83
33
60
7
57
43
53
30
IMB - Pemko Batam
100
IMB - Pemko Banjarmasin
100
IMB - Pemko Banjarbaru
100
IMB - Pemko Balikpapan
100
IMB - Pemko Ambon
100
Gambar 5.6. Frekuensi Pemberian Gratifikasi pada Unit Layanan di Tingkat Daerah Survei Integritas Sektor Publik 2011
10
7
Bab 5 Integritas Sektor Publik Tingkat Daerah
Pada tingkat unit layanan dan Pemerintah Daerah, terlihat bahwa SIUP di Pemerintah Kota Serang 70% pengguna layanannya menyatakan membayar biaya tambahan lebih dari 2 kali. Pada IMB di Pemerintah Kota Metro 83% mengaku memberikan biaya tambahan sebanyak 2 kali dan pada KTP di Pemerintah Kota Lhokseumawe 53% menyatakan memberikan 1 kali. 3. Waktu Pemberian Gratifikasi Indeks integritas sub indikator waktu pemberian gratifikasi adalah 5,97. Waktu pemberian gratifikasi menunjukkan kapan pemberian uang tambahan dilakukan oleh pengguna layanan. Pada responden yang menyatakan memberikan biaya tambahan, 48% diantaranya mengaku memberikan biaya tambahan di awal pengurusan, 8% mengaku saat pengurusan, dan 30% di akhir pengurusan. Bahkan terdapat 14% responden yang mengaku memberikan biaya tambahan pada 2 atau 3 tahap pengurusan. Pemberian uang tambahan/ gratifikasi di awal dan saat proses pengurusan layanan umumnya ditujukan untuk mempercepat dan atau untuk memperlancar proses layanan. Pemda
Waktu Pemberian Biaya Tambahan pada Unit Layanan Tingkat Daerah 5 Terendah dan 5 Tertinggi (dalam %)
IMB - Pemko Metro SIUP - Pemko Metro
Awal Proses Tengah proses Kombinasi 2 atau 3 proses Akhir proses Tidak memberi
67
33
SIUP - Pemkab Manokwari
86
14 97
SIUP - Pemko Lubuk Linggau
100
IMB - Pemko Lubuk Linggau
100
IMB - Pemko Batam
100
IMB - Pemko Banjarmasin
100
IMB - Pemko Banjarbaru
100
IMB - Pemko Balikpapan
100
IMB - Pemko Ambon
100
3
Gambar 5.7. Waktu Pemberian Biaya Tambahan di Unit Layanan di Tingkat Daerah
Pada unit layanan dengan nilai waktu pemberian gratifikasi 5 terendah dijelaskan bahwa pada SIUP, waktu pemberian biaya tambahan biasanya pada awal pengurusan dan ditengah/saat pegurusan. Sedangkan pada IMB pemberian biaya tambahan juga dilakukan pada awal pengurusan(Pemerintah Kota Lubuk Linggau) dan pada Pemerintah Kota Metro didominasi ditengah/saat pengurusan.
5.2.2. Cara Pandang Masyarakat terhadap Korupsi di Layanan Publik Tingkat Daerah Upaya meningkatkan integritas tidak hanya dapat dilakukan oleh pihak pemberi layanan, tetapi bisa juga dilakukan oleh pihak pengguna layanan. Masyarakat sebagai pengguna layanan seharusnya dapat diberdayakan dengan mengubah atau memperbaiki cara pandang mereka terhadap korupsi, khususnya praktik pemberian gratifikasi yang terjadi di unit layanan publik. Cara pandang seseorang terhadap pemberian gratifikasi ini akan mempengaruhi sikap dan keputusan seseorang untuk memberi atau tidak memberi gratifikasi. Survei Integritas Sektor Publik 2011
101
102
Bab 5 Integritas Sektor Publik Tingkat Daerah
Tabel 5.7. Nilai Indikator Cara Pandang Korupsi Beserta Sub Indikator Tingkat Daerah INDIKATOR
Cara Pandang Terhadap Korupsi (0.750)
SUB-INDIKATOR 6,11
Arti Pemberian Gratifikasi (0.250)
6,78
Tujuan Pemberian Gratifikasi (0.750)
5,89
Nilai indikator cara pandang terhadap korupsi pada tingkat daerah adalah 6,11, disusun oleh 2 (dua) sub-indikator yaitu arti pemberian gratifikasi dengan nilai 6,78 dan tujuan pemberian gratifikasi dengan nilai 5,89, seperti ditunjukkan pada Tabel 5.7. Nilai sub-indikator tujuan pemberian gratifikasi adalah sub-indikator yang perlu mendapat perhatian untuk dilakukan perbaikan karena nilainya masih di bawah standar yang ditetapkan oleh KPK. Nilai cara pandang masyarakat terhadap korupsi pada tingkat daerah terbaik dengan nilai 8 dicapai oleh Pemerintah Kota Bukittinggi, Pemerintah Kota Dumai, Pemerintah Kota Tanjung Pinang, dan Pemerintah Kota Batam. Nilai tertinggi tersebut memiliki rentang yang cukup lebar dibanding dengan nilai terendah dari Pemerintah Kota Metro yang sebesar 2,55. Dari 60 Pemerintah Daerah, 32 % nilainya masih di bawah 6,00, sehingga untuk unit layanan ditingkat daerah masih banyak yang harus dilakukan perbaikan.
Tabel 5.8. Nilai Cara Pandang Terhadap Korupsi di Tingkat Daerah NO
NILAI
NO
1
Pemko Bukittinggi
PEMERINTAH DAERAH
8,24
31
Pemko Banda Aceh
PEMERINTAH DAERAH
NILAI 6,59
2
Pemko Dumai
8,18
32
Pemko Palangkaraya
6,50
3
Pemko Tanjung Pinang
8,09
33
Pemko Bandar Lampung
6,39
4
Pemko Batam
8,00
34
Pemko Jayapura
6,39
5
Pemko Bitung
7,98
35
Pemkab Mamuju
6,34
6
Pemko Pontianak
7,93
36
Pemko Makassar
6,32
7
Pemko Yogyakarta
7,84
37
Pemko Cilegon
6,29
8
Pemko Samarinda
7,82
38
Pemko Malang
6,19
9
Pemko Surabaya
7,81
39
Pemko Kendari
5,70
10
Pemko Gorontalo
7,67
40
Pemko Bima
5,67
11
Pemkab Sidoarjo
7,65
41
Pemko Binjai
5,54
12
Pemko Surakarta
7,57
42
DKI Jakarta
5,51
13
Pemko Pare-pare
7,57
43
Pemko Lhokseumawe
5,37
14
Pemko Kediri
7,54
44
Pemkab Jember
5,28
15
Pemko Banjarbaru
7,51
45
Pemko Medan
5,21
16
Pemko Madiun
7,50
46
Pemko Pematang Siantar
4,94
17
Pemko Denpasar
7,48
47
Pemko Bekasi
4,74
18
Pemko Pekalongan
7,42
48
Pemko Cirebon
4,63
19
Pemko Mataram
7,37
49
Pemko Tangerang
4,16
20
Pemko Padang
7,32
50
Pemko Manado
4,08 3,86
21
Pemko Kupang
7,06
51
Pemko Bogor
22
Pemko Banjarmasin
7,04
52
Pemko Palembang
3,78
23
Pemko Bandung
7,01
53
Pemko Lubuk Linggau
3,59
24
Pemko Jambi
6,91
54
Pemko Ternate
3,54
25
Pemko Ambon
6,80
55
Pemko Serang
3,44
26
Pemko Balikpapan
6,77
56
Pemko Bengkulu
3,44
27
Pemkab Banyumas
6,77
57
Pemkab Manokwari
3,19
28
Pemko Palu
6,75
58
Pemko Depok
3,10
29
Pemko Pangkal Pinang
6,74
59
Pemko Semarang
3,05
30
Pemko Pekanbaru
6,64
60
Pemko Metro
2,55
Dua sub-indikator Arti Pemberian Gratifikasi dan Tujuan Pemberian Gratifikasi dijelaskan lebih rinci pada bagian berikut:
Survei Integritas Sektor Publik 2011
Bab 5 Integritas Sektor Publik Tingkat Daerah
1. Arti Pemberian Gratifikasi Nilai sub indikator arti pemberian gratifikasi tingkat daerah menunjukkan bagaimana masyarakat mengartikan biaya-biaya atau imbalan yang mereka keluarkan, apakah tergolong korupsi atau tidak. Nilai 6,78 mengGambarkan bahwa masyarakat cukup paham arti dari pemberian gratifikasi. Gambar 5.8 menjelaskan sebanyak 68% responden mengartikan pemberian gratifikasi merupakan perbuatan yang melanggar hukum dan memalukan (41% dan 27%). Sedangkan 32% lainnya menjawab bahwa perbuatan tersebut boleh dilakukan. Pemda
Pendapat Pengguna Layanan atas Biaya Tambahan pada Unit Layanan Tingkat Daerah 5 Terendah dan 5 Tertinggi (dalam %)
38
55
KTP - Pemkab Manado KTP - Pemkab Mamuju
20
17
30
SIUP - Pemko Cirebon KTP - Pemko Banjarbaru KTP - Pemko Lubuk Linggau
3 20
7
7 30
3
90
10
87
7 3
13
60
SIUP - Pemko Batam
100
IMB - Pemko Pontianak
100
IMB - Pemko Dumai
100
IMB - Pemko Bukittinggi
100
IMB - Pemko Batam
100
Boleh dan sering dilakukan
Hanya boleh dilakukan kalau terpaksa
Melanggar hukum dan harus dilaporkan
Harus dilakukan
Boleh dilakukan asalkan tidak terlalu sering
Memalukan dan tercela
Gambar 5.8. Pendapat Pengguna Layanan Tingkat Daerah atas Biaya Tambahan di Tingkat Daerah
Lima nilai terendah Arti Pemberian Gratifikasi didominasi oleh unit layanan KTP. Umumnya pengguna layanan KTP menyatakan bahwa pemberian gratifikasi pada layanan KTP boleh dilakukan. Bahkan di Pemko Manado sebagian besar pengguna layanan KTP (55%) menyatakan bahwa gratifikasi harus dilakukan dalam rangka mendapatkan layanan. 2. Tujuan Pemberian Gratifikasi Nilai sub-indikator tujuan pemberian gratifikasi tingkat daerah adalah 5,89. Berdasarkan fakta yang dijumpai di unit layanan, tujuan utama penguna layanan memberikan uang tambahan atau gratifikasi adalah untuk mempercepat waktu pengurusan layanan (68%). Tujuan lain adalah untuk memastikan bahwa layanan akan selesai tepat waktu (14%), meluluskan proses layanan walaupun syarat tidak terpenuhi (7%) dan menghindarkan perlakuan semena-mena dari petugas layanan (2%)
Survei Integritas Sektor Publik 2011
103
104
Bab 5 Integritas Sektor Publik Tingkat Daerah
Pemda
Petugas semena-mena
Tujuan Memberikan Biaya Tambahan pada Unit Layanan Tingkat Daerah 5 Terendah dan 5 Tertinggi (dalam %)
IMB - Pemko Metro
43
SIUP - Pemko Metro
60
SIUP - Pemko Bogor
40
57 40 53
KTP - Pemko Metro
67
KTP - Pemko Lubuk Linggau
67
33 7
IMB - Pemko Batam
100
IMB - Pemko Banjarmasin
100
Tidak ada tujuan
IMB - Pemko Banjarbaru
100
Memastikan tepat waktu
IMB - Pemko Balikpapan
100
IMB - Pemko Ambon
100
Meluluskan syarat pengurusan
Mempercepat waktu
33
27
Tidak memberi
Gambar 5.9. Tujuan Memberikan Biaya Tambahan di Tingkat Daerah
Pada unit layanan IMB tujuan pengguna layanan memberikan biaya tambahan umumnya adalah untuk meluluskan syarat pengurusan, pada SIUP mempercepat waktu dan meluluskan syarat pengurusan dan untuk mempercepat waktu adalah tujuan pada layanan KTP. Bila dikaji lebih dalam alasan utama pengguna layanan memberikan biaya tambahan/ gratifikasi saat proses pengurusan layanan dapat dilihat pada Gambar 5.10. Dari pengguna layanan yang mengaku memberikan uang tambahan/ gratifikasi 66% memiliki alasan negatif, yaitu karena diminta petugas (45%), karena petugas mempersulit (14%), dan karena petugas malas melayani (7%). Hanya 26% responden yang memberikan alasan karena puas dengan layanan petugas (25%) dan karena petugas ramah (7%). Dan sisanya 2% responden memberikan uang tambahan dengan alasan kasihan kepada petugas yang gajinya kecil. Pemda
Alasan Memberikan Biaya Tambahan pada Unit Layanan Tingkat Daerah 5 Terendah dan 5 Tertinggi (dalam %) SIUP - Pemko Semarang
100
SIUP - Pemko Metro
100
KTP - Pemko Metro
100
IMB - Pemko Semarang
100
IMB - Pemko Metro
100
IMB - Pemko Batam
100
IMB - Pemko Banjarmasin
100
Petugas mempersulit
IMB - Pemko Banjarbaru
100
Puas dengan pelayanan petugas
IMB - Pemko Balikpapan
100
IMB - Pemko Ambon
100
Kasihan gaji petugas kecil Petugas ramah Petugas malas melayani
Petugas meminta Tidak memberi
Gambar 5.10. Alasan Memberikan Biaya Tambahan di Tingkat Daerah Survei Integritas Sektor Publik 2011
Bab 5 Integritas Sektor Publik Tingkat Daerah
Pada 5 unit layanan dengan nilai terendah, yakni untuk pelayanan SIUP, KTP dan IMB semuanya memberikan uang tambahan/ gratifikasi dikarenakan petugas yang meminta kepada pengguna layanan. Sedangkan pada 5 tertinggi pengguna layanan tidak memberi biaya tambahan sama sekali. Data tentang pengalaman integritas yang dihasilkan dalam survei ini, mencerminkan kondisi rill dari unit layanan berdasarkan pengalaman yang langsung dirasakan pengguna layanan saat mengurus layanan dalam kurun waktu satu tahun terakhir.
5.3. Potensi Integritas Tingkat Daerah Potensi integritas tingkat daerah dengan nilai 5,70 memberikan kontribusi 0.333 terhadap nilai integritas. Potensi integritas merupakan variabel penting dalam memperkecil peluang terjadinya korupsi. Variabel potensi integritas terdiri dari 4 indikator yaitu, lingkungan kerja (6,69), sistem administrasi (6,04), perilaku individu (6,31), dan pencegahan korupsi (4,45). Masing-masing indikator terdiri dari 2-5 sub-indikator dengan nilai seperti ditunjukkan oleh Tabel 5.9.
Tabel 5.9. Nilai Variabel Potensi Integritas beserta Indikator dan Sub-Indikator Tingkat Daerah VARIABEL
INDIKATOR
SUB-INDIKATOR
Lingkungan Kerja (0,127)
Potensi Integritas (0,333)
5,70
6,69
Sistem Administrasi (0,280)
6,04
Perilaku Individu (0,280)
6,31
Pencegahan Korupsi (0,313)
4,45
Kebiasaan Pemberian Gratifikasi (0.392)
5,46
Kebutuhan Pertemuan di Luar Prosedur (0.164)
8,65
Keterlibatan Calo (0.221)
6,68
Fasilitas di Sekitar Lingkungan Pelayanan (0.100)
7,48
Suasana/Kondisi di sekitar Pelayanan(0.123)
7,38
Kepraktisan SOP(0.281)
6,13
Keterbukaan Informasi (0.584)
6,19
Pemanfaatan Teknologi Informasi (0.135)
5,22
Keadilan dalam Layanan (0.413)
6,96
Ekspektasi Petugas terhadap Gratifikasi(0.327)
6,19
Perilaku Pengguna Layanan (0.260)
5,44
Tingkat Upaya Anti Korupsi (0.750)
4,42
Mekanisme Pengaduan Masyarakat (0.250)
4,54
Nilai potensi integritas tingkat daerah dari 60 Pemerintah Daerah sampel adalah 5,95. Nilai tersebut masih berada di bawah standar minimum yang ditetapkan oleh KPK (6,00). Beberapa perbaikan yang harus dilakukan dalam rangka memperkecil peluang terjadinya korupsi, adalah dengan menghilangkan kebiasaan pemberian gratifikasi (5,46), meningkatkan pemanfaatan teknologi informasi (5,22), mengubah perilaku pengguna layanan (5,44), meningkatkan upaya anti korupsi (4,42), dan memperjelas mekanisme pengaduan masyarakat (4,54). Nilai potensi integritas dari 60 Pemerintah Daerah berkisar antara 7,03 â&#x20AC;&#x201C; 3,29. Dua Pemerintah Daerah dengan nilai potensi integritas terendah adalah Pemerintah Kota Depok dan Pemerintah Kota Kendari. Tabel 5.10 menjelaskan kondisi tersebut.
Tabel 5.10. Peringkat Indeks Potensi Integritas Tingkat Daerah NO
NILAI
NO
1
Pemko Dumai
PEMERINTAH DAERAH
7,03
9
Pemko Batam
PEMERINTAH DAERAH
NILAI 6,76
2
Pemko Yogyakarta
7,02
10
Pemko Padang
6,70
3
Pemko Banjarbaru
7,02
11
Pemko Mataram
6,65
4
Pemko Surakarta
7,00
12
Pemko Bukittinggi
6,64
5
Pemko Gorontalo
6,92
13
Pemko Surabaya
6,61
6
Pemko Bitung
6,92
14
Pemko Jayapura
6,57
7
Pemko Pontianak
6,91
15
Pemko Pare-pare
6,54
8
Pemko Denpasar
6,87
16
Pemkab Sidoarjo
6,46
Survei Integritas Sektor Publik 2011
105
106
Bab 5 Integritas Sektor Publik Tingkat Daerah
NO
NILAI
NO
17
Pemko Banjarmasin
PEMERINTAH DAERAH
6,39
39
Pemko Madiun
PEMERINTAH DAERAH
NILAI 5,52
18
Pemko Kupang
6,32
40
Pemko Manado
5,43 5,26
19
Pemko Ambon
6,28
41
Pemko Bandar Lampung
20
Pemko Pekanbaru
6,26
42
Pemko Lhokseumawe
5,25
21
Pemko Pekalongan
6,26
43
Pemko Cilegon
5,20
22
Pemko Lubuk Linggau
6,20
44
Pemko Bima
5,12
23
Pemko Medan
6,11
45
Pemko Palembang
5,06
24
Pemko Makassar
6,09
46
Pemko Tangerang
5,01
25
Pemkab Banyumas
5,95
47
Pemko Bogor
4,92
26
Pemkab Mamuju
5,83
48
Pemko Cirebon
4,87
27
Pemko Tanjung Pinang
5,81
49
Pemko Ternate
4,86
28
Pemko Palangkaraya
5,80
50
Pemko Jambi
4,85
29
Pemko Bandung
5,77
51
Pemko Palu
4,74
30
Pemko Balikpapan
5,69
52
Pemko Banda Aceh
4,64
31
Pemko Samarinda
5,69
53
Pemkab Manokwari
4,61
32
Pemko Binjai
5,68
54
Pemko Semarang
4,55
33
Pemko Bekasi
5,64
55
Pemko Pematang Siantar
4,38
34
Pemko Pangkal Pinang
5,61
56
Pemko Metro
4,29
35
DKI Jakarta
5,61
57
Pemkab Jember
4,25
36
Pemko Bengkulu
5,56
58
Pemko Serang
4,04
37
Pemko Malang
5,56
59
Pemko Depok
3,99
38
Pemko Kediri
5,53
60
Pemko Kendari
3,29
Gambar 5.11 menjelaskan nilai potensi integritas 5 tertinggi dan 5 terendah berdasarkan unit layanan dan Pemerintah Daerah. Pemerintah Kota Kendari mendominasi nilai potensi integritas rendah untuk 3 layanan, yakni KTP, IMB, maupun SIUP. Sedangkan unit layanan SIUP mendominasi nilai tertinggi potensi integritas. 7,65
SIUP - Pemko Pare-pare SIUP - Pemko Pekanbaru
7,61
SIUP - Pemko Padang
7,58
SIUP - Pemko Surakarta
7,41
KTP - Pemko Dumai
7,39
IMB - Pemko Metro SIUP - Pemko Kendari
3,49
KTP - Pemko Serang
3,36
KTP - Pemko Kendari
3,30
IMB - Pemko Kendari
3,86
3,07
Gambar 5.11. Nilai Tertinggi dan Terendah Potensi Integritas Unit Layanan Tingkat Daerah
5.3.1. Lingkungan Kerja di Layanan Publik Tingkat Daerah Lingkungan kerja dalam layanan publik harus didukung oleh fasilitas yang memadai, suasana pelayanan yang nyaman dan prosedur yang tidak berbelit-belit. Tujuannya adalah mendorong pengguna layanan maupun petugas layanan supaya tidak melakukan penyimpangan dalam rangka memperlancar proses pengurusan layanan.
Survei Integritas Sektor Publik 2011
Bab 5 Integritas Sektor Publik Tingkat Daerah
Tabel 5.11. Nilai Indikator Lingkungan Kerja beserta Sub Indikator Tingkat Daerah INDIKATOR
Lingkungan Kerja (0,127)
SUB-INDIKATOR
6,69
Kebiasaan Pemberian Gratifikasi (0.392)
5,46
Kebutuhan Pertemuan di Luar Prosedur (0.164)
8,65
Keterlibatan Calo (0.221)
6,68
Fasilitas di Sekitar Lingkungan Pelayanan (0.100)
7,48
Suasana/Kondisi di sekitar Pelayanan(0.123)
7,38
Nilai integritas indikator lingkungan kerja adalah 6,69. Sub indikator pertemuan di luar prosedur, fasilitas di sekitar lingkungan pelayanan dan suasana/kondisi di sekitar pelayanan sudah relatif baik dengan nilai lebih dari 7. Namun demikian bukan berarti kebiasaan pengguna layanan memberikan gratifikasi telah hilang sama sekali (5,46). Nilai lingkungan kerja berdasarkan Pemerintah Daerah berkisar antara 4,06 â&#x20AC;&#x201C; 8,90. Masih terdapat 33 % Pemerintah Daerah yang nilainya di bawah standar yang ditetapkan KPK. Lihat Tabel 5.12 berikut.
Tabel 5.12. Nilai Lingkungan Kerja di Tingkat Daerah NO
PEMERINTAH DAERAH
NILAI
NO
PEMERINTAH DAERAH
NILAI
1
Pemko Samarinda
8,90
31
Pemko Bandar Lampung
6,75
2
Pemko Bukittinggi
8,86
32
DKI Jakarta
6,71
3
Pemko Dumai
8,77
33
Pemko Pekalongan
6,66
4
Pemko Yogyakarta
8,68
34
Pemko Palangkaraya
6,38
5
Pemkab Sidoarjo
8,58
35
Pemkab Banyumas
6,35
6
Pemko Pare-pare
8,55
36
Pemko Malang
6,31
7
Pemko Batam
8,48
37
Pemko Banda Aceh
6,29
8
Pemko Banjarbaru
8,36
38
Pemko Cilegon
6,16
9
Pemko Pontianak
8,34
39
Pemko Bogor
6,14
10
Pemko Surabaya
8,10
40
Pemkab Jember
6,09
11
Pemko Denpasar
8,08
41
Pemko Tangerang
5,89
12
Pemko Padang
8,03
42
Pemkab Mamuju
5,88
13
Pemko Bitung
7,95
43
Pemko Manado
5,73
14
Pemko Mataram
7,05
44
Pemko Bekasi
5,71
15
Pemko Kediri
7,90
45
Pemko Bima
5,68
16
Pemko Gorontalo
7,86
46
Pemko Tanjung Pinang
5,64
17
Pemko Palu
7,64
47
Pemko Jambi
5,40
18
Pemko Jayapura
7,60
48
Pemko Medan
5,36
19
Pemko Makassar
7,56
49
Pemko Kendari
5,19
20
Pemko Pekanbaru
7,53
50
Pemko Binjai
5,17
21
Pemko Ambon
7,49
51
Pemko Depok
5.01
22
Pemko Pematang Siantar
7,49
52
Pemko Serang
4.91
23
Pemko Balikpapan
7,48
53
Pemko Palembang
4.91
24
Pemko Pangkal Pinang
7,40
54
Pemko Semarang
4.78
25
Pemko Surakarta
7,27
55
Pemko Bengkulu
4.77
26
Pemko Madiun
7,12
56
Pemko Lhokseumawe
4.57
27
Pemko Kupang
7,10
57
Pemko Ternate
4.51
28
Pemko Banjarmasin
7,05
58
Pemko Metro
4.23
29
Pemko Bandung
6,99
59
Pemkab Manokwari
4.09
30
Pemko Cirebon
6,89
60
Pemko Lubuk Linggau
4.06
Penjelasan sub indikator lingkungan kerja disampaikan pada bagian berikut: 1. Kebiasaan Pemberian Gratifikasi Kebiasaan pengguna dan petugas layanan dalam memberi maupun meminta biaya tambahan (gratifikasi) dalam rangka mendapatkan layanan publik ternyata masih sulit diubah. Sebesar 56% responden menyatakan bahwa pemberian gratifikasi memang Survei Integritas Sektor Publik 2011
107
108
Bab 5 Integritas Sektor Publik Tingkat Daerah
masih terjadi dalam pengurusan layanan publik, dengan intensitas selalu terjadi (7%), sering terjadi (20%) dan kadang-kadang terjadi (29%). Lihat Gambar 5.12.
Pemda
Intensitas Praktir Pemberian Uang Tambahan pada Unit Layanan di Tingkat Daerah 5 Terendah dan 5 Tertinggi (dalam %)
67
SIUP - Pemko Metro 44%
29%
20%
7%
Selalu terjadi Sering terjadi Kadang-kadang terjadi Tidak Pernah
33
80
SIUP - Pemko Serang
13
IMB - Pemko Metro
43
57
KTP - Pemko Binjai
40
60
KTP - Pemko Manado
38
62
IMB - Pemko Dumai
100
IMB - Pemko Bukittinggi
100
IMB - Pemko Bitung
100
IMB - Pemko Batam
100
IMB - Pemko Ambon
100
7
Gambar 5.12. Intensitas Praktik Pemberian Uang Tambahan di Tingkat Daerah
Nilai kebiasaan pemberian gratifikasi berdasarkan unit layanan dan Pemerintah Daerah dengan nilai 5 tertinggi dan 5 terendah seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5.12, mengGambarkan bahwa kebiasaan pemberian gratifikasi dominan terjadi pada unit layanan SIUP dan KTP, sedangkan IMB merupakan unit layanan yang relative minim terjadi pemberian gratifikasi. Pemerintah Kota Metro adalah Pemerintah Daerah dengan kebiasaan pemberian gratifikasi yang relatif tinggi terutama untuk SIUP dan IMB, disamping Pemerintah Kota Serang, Pemerintah Kota Binjai, dan Pemerintah Kota Manado. 2. Kebutuhan Pertemuan di luar Prosedur Secara umum, kebutuhan pengguna layanan untuk melakukan pertemuan di luar prosedur sudah sangat minimal. Nilai 8,65 menunjukkan hal tersebut. Namun demikian masih ada 20% dari pengguna layanan yang mengaku pernah melakukan pertemuan di luar prosedur. Sebagian besar melakukannya hanya 1 kali (14%), namun ada juga yang 2 kali (4%), dan lebih dari 2 kali (2%)
Pemda
Persentase Responden Melakukan Pertemuan pada Unit Layanan di Tingkat Daerah 5 Terendah dan 5 Tertinggi (dalam %)
SIUP - Pemko Metro SIUP - Pemko Serang IMB - Pemko Metro
Lebih dari 2 kali 2 kali
33 3
17
50
57 20
KTP - Pemko Binjai
13
KTP - Pemko Manado
10
37
17
60
30
50
27
60
IMB - Pemko Dumai
100
IMB - Pemko Bukittinggi
100
IMB - Pemko Bitung
100
1 kali
IMB - Pemko Batam
100
Tidak Pernah
IMB - Pemko Ambon
100
Gambar 5.13. Persentase Responden Melakukan Pertemuan di Tingkat Daerah
Survei Integritas Sektor Publik 2011
3 3 7 3
Bab 5 Integritas Sektor Publik Tingkat Daerah
Pada tingkat unit layanan dan Pemerintah Daerah dengan nilai 5 tertinggi dan 5 terendah, unit layanan IMB tercatat sebagai unit layanan yang tidak membutuhkan pertemuan di luar prosedur. SIUP dan KTP merupakan unit layanan yang masih memiliki peluang melakukan pertemuan diluar prosedur. Berdasarkan survei, dari 20% dari pengguna layanan pada tingkat daerah yang melakukan pertemuan di luar prosedur, tujuan utamanya adalah untuk mempercepat waktu (43%), dan melengkapi syarat (36%), tujuan lainnya adalah dalam rangka negosiasi biaya 8% dan negosiasi syarat yang tidak terpenuhi (13%). Lihat Gambar 5.14 Pemda
Tujuan Melakukan Pertemuan di Luar Prosedur pada Unit Layanan di Tingkat Vertikal 5 Terendah dan 5 Tertinggi (dalam %)
36%
43%
50
KTP - Pemko Manado
77
SIUP - Pemko Manokwari 20
SIUP - Pemko Lhokseumawe
13%
8%
KTP - Pemko Lhokseumawe IMB - Pemko Lhokseumawe
30
10
13
23
10 13 100 100
IMB - Pemko Banjarmasin
100
IMB - Pemko Balikpapan
100
IMB - Pemko Ambon
100
Negosiasi syarat
Mempercepat waktu
3 10 7
33
IMB - Pemko Bitung
3
33
63 23
3 20
IMB - Pemko Batam
Negosiasi Biaya
Melengkapi syarat
47
7
Tidak Melakukan
Gambar 5.14. Tujuan Melakukan Pertemuan di Luar Prosedur di Tingkat Daerah
Ketiga unit layanan pada Pemerintah Kota Lhokseumawe menyatakan bahwa tujuan dilakukannya pertemuan diluar prosedur adalah dalam rangka mempercepat waktu, melengkapi syarat, dan negoisasi syarat. Sementara pada unit layanan KTP di Pemerintah Kota Manado untuk negoisasi syarat dan mempercepat waktu adalah tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan mempercepat waktu adalah tujuan utama yang ingin dicapai di unit layanan SIUP Pemerintah Kabupaten Manokwari dalam melakukan pertemuan diluar prosedur.
3. Keterlibatan Calo Keterlibatan calo dalam pengurusan layanan di tingkat daerah masih cukup signifikan. Sebesar 46% pengguna layanan menyatakan bahwa calo masih beroperasi di unit layanan yang mereka datangi (Gambar 5.15) Pemda
Perantara Calo yang beroperasi pada Unit Layanan di Tingkat Daerah 5 Terendah dan 5 Tertinggi (dalam %)
SIUP - Pemko Metro
54%
13% 12%
6%
6%
9%
Petugas lain
Kombinasi 2 atau lebih perantara
Orang yang bekerja di sekitar unit
Orang luar
Petugas langsung
Tidak melihat calo
23
77 100
SIUP - Pemko Depok 57
KTP - Pemko Metro IMB - Pemko Metro
43
17
83
IMB - Pemko Depok
100
IMB - Pemko Mataram
100
IMB - Pemko Manado
100
IMB - Pemko Bukittinggi
100
IMB - Pemko Bitung
100
IMB - Pemko Batam
100
Gambar 5.15. Perantara Calo yang Beroperasi di Tingkat Daerah
Survei Integritas Sektor Publik 2011
109
110
Bab 5 Integritas Sektor Publik Tingkat Daerah
Berdasarkan pengamatan pengguna layanan, calo tersebut adalah orang luar (13%), petugas langsung layanan (9%), petugas lain yang bekerja di instansi tetapi tidak langsung berhubungan dengan layanan (6%), orang luar yang bekerja di sekitar unit layanan (6%) dan 12% pengguna layanan melihat bahwa calo berasal dari kombinasi 2 atau lebih diantara pihak-pihak yang disebutkan tersebut. Pada unit layanan SIUP dan IMB Pemerintah Kota Depok, pengguna layanan menyatakan bahwa 100% calo berasal dari petugas yang langsung mengurus layanan. Kondisi yang memprihatinkan ini juga terjadi di unit layanan SIUP, KTP, dan IMB di Pemerintah Kota Metro. Selain petugas langsung, petugas lain yang bekerja di institusi tersebut tetapi tidak langsung terlibat pada proses layanan juga ada yang berperan sebagai calo.
Terang-terangan Sembunyi-sembunyi Tidak pernah melihat calo
KTP - Pemko Manado
93
7
SIUP - Pemko Malang
87
13
SIUP - Pemko Semarang
77
23
IMB - Pemko Ternate
73
27
IMB - Pemko Semarang
70
30
IMB - Pemko Dumai
100
IMB - Pemko Bukittinggi
100
IMB - Pemko Bitung
100
IMB - Pemko Batam
100
IMB - Pemko Banjarmasin
100
Gambar 5.16. Cara Perantara/Calo Beroperasi pada Unit Layanan di Tingkat Daerah 5 Terendah dan 5 Tertinggi dalam (%)
Cara calo beroperasi saat mendekati pengguna layanan adalah terang-terangan dan sembunyi-sembunyi. Unit layanan tertinggi yang calonya beroperasi secara terangterangan KTP - Pemko Manado (Manado) 93% dan secara sembungi-sembunyi IMB Pemko Semarang (Semarang) 30%. Lebih jelasnya cara calo beroperasi di tingkat daerah pada unit layanan 5 tertinggi dan 5 terendah dapat dilihat pada Gambar 5.16. 4. Fasilitas dan Suasana Unit Layanan Keberadaan fasilitas dalam unit layanan merupakan salah satu sebab pengguna layanan mengambil keputusan mengurus sendiri layanannya atau memilih menggunakan jasa perantara. Sebagian besar pengguna layanan (85%) menyatakan bahwa fasilitas yang tersedia di unit layanan yang mereka datangi memadai dan hanya 15% yang menyatakan kurang/tidak memadai. Pemda
Kondisi Fasilitas pada Unit Layanan di Tingkat Daerah 5 Terendah dan 5 Tertinggi (dalam %) 40
KTP - Pemko Jember
74%
21
KTP - Pemko Manado KTP - Pemko Bima 2%
11%
13%
KTP - Pemko Serang
50
13 20
10
59
10
77
10
63
17
83
KTP - Pemko Metro
17
SIUP - Pemko Ambon
47
53
IMB - Pemko Surakarta
47
53
Sangat memadai
IMB - Pemko Banda Aceh
47
53
Kurang memadai
KTP - Pemko Palangkaraya
Tidak memadai
Memadai
Survei Integritas Sektor Publik 2011
IMB - Pemko Ambon
37 20
Gambar 5.17. Kondisi Fasilitas di Tingkat Daerah
63 80
Bab 5 Integritas Sektor Publik Tingkat Daerah
Gambar 5.17 menjelaskan kondisi fasilitas di unit layanan tingkat daerah. Pada tingkat unit layanan di daerah, terutama pada layanan KTP masih terdapat fasilitas yang menurut pengguna layanan tidak memadai. Kondisi tersebut jelas terjadi di Pemerintah Kabupaten Jember, Pemerintah Kota Manado, Pemerintah Kota Bima, dan Pemerintah Kota Metro. Sedangkan pada layanan IMB, pengguna layanan menilai fasilitas yang disediakan relatif memadai. Gambar 5.18 menjelaskan bahwa suasana pada tingkat daerah menurut pengalaman pengguna layanan saat pengurusan layanan adalah nyaman (88%), tenang (86%), teratur dan rapi (88%) serta tahapan layanan teratur (84%). Namun masih ada pengguna layanan menyatakan suasana tidak nyaman (12%), tidak tenang (14%), tidak teratur dan rapi (12%) serta tahapan layanan tidak teratur (16%). Hal ini menunjukkan bahwa mempertahankan dan meningkatkan kualitas unit layanan harus terus dilakukan, bila tidak hal ini dapat memicu pengguna layanan untuk menggunakan jasa calo saat proses pengurusan layanan. 88%
86%
88%
84%
Tidak Ya
12%
Nyaman
14%
Tenang
16%
12%
Ruang Rapi dan Teratur
Tahapan Layanan yang teratur
Gambar 5.18. Suasana Lingkungan Kerja di Tingkat Daerah
5.3.2. Sistem Administrasi di Layanan Publik Tingkat Daerah Tiga sub-indikator dalam sistem administrasi yaitu kepraktisan SOP, Keterbukaan Informasi, dan Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam layanan publik di tingkat daerah nilainya masih berkisar antara 5 dan 6. Lihat Tabel 5.13 berikut.
Tabel 5.13. Nilai Indikator Sistem Administrasi beserta Sub Indikator Tingkat Daerah INDIKATOR Sistem Administrasi (0,280)
SUB-INDIKATOR 6,04
Kepraktisan SOP(0.281)
6,13
Keterbukaan Informasi (0.584)
6,19
Pemanfaatan Teknologi Informasi (0.135)
5,22
Nilai sistem administrasi tingkat daerah (6,04) tidak jauh dari standar yang ditetapkan KPK. Pemanfaatan Teknologi Informasi merupakan subindikator yang masih memerlukan perbaikan karena nilainya masih di bawah standar minimal yang ditetapkan (5,22). Namun demikian, nilai 2 subindikator lainnya yaitu kepraktisan SOP dan keterbukaan informasi juga masih perlu ditingkatkan. Dari total 60 kota target survei, Gambaran indeks integritas ditunjukkan oleh Tabel 5.14 berikut.
Survei Integritas Sektor Publik 2011
111
112
Bab 5 Integritas Sektor Publik Tingkat Daerah Tabel 5.14. Indeks Integritas Sistem Administrasi di Tingkat Daerah NO
PEMERINTAH DAERAH
NILAI
NO
PEMERINTAH DAERAH
NILAI
1
Pemko Banjarbaru
8,19
31
Pemko Bekasi
5,95
2
Pemko Pekanbaru
7,87
32
Pemko Tangerang
5,88
3
Pemko Pontianak
7,35
33
Pemko Tanjung Pinang
5,86
4
Pemko Gorontalo
7,33
34
Pemko Cirebon
5,82
5
Pemko Padang
7,22
35
Pemkab Jember
5,78
6
Pemko Dumai
7,21
36
Pemko Kupang
5,69
7
Pemko Bitung
7,17
37
Pemko Banda Aceh
5,68
8
Pemko Malang
7,09
38
Pemko Serang
5,68
Pemko Surakarta
7,06
39
Pemko Depok
5,66
10
9
Pemko Ambon
6,83
40
Pemko Lubuk Linggau
5,65
11
Pemko Medan
6,82
41
Pemko Pare-pare
5,58
12
Pemko Bukittinggi
6,81
42
Pemko Lhokseumawe
5,58
13
Pemko Surabaya
6,77
43
Pemko Bandung
5,57
14
Pemko Jayapura
6,75
44
Pemko Binjai
5,52
15
Pemko Madiun
6,74
45
Pemko Metro
5,48
16
Pemko Denpasar
6,65
46
Pemko Bengkulu
5,45
17
Pemko Kediri
6,64
47
Pemko Cilegon
5,34
18
Pemko Makassar
6,61
48
Pemko Pekalongan
5,34
19
Pemkab Banyumas
6,59
49
Pemko Palembang
5,29
20
Pemko Palangkaraya
6,58
50
Pemko Manado
5,28 5,27
21
Pemkab Sidoarjo
6,52
51
Pemko Balikpapan
22
Pemko Bima
6,47
52
Pemko Bogor
5,24
23
Pemko Batam
6,34
53
Pemko Jambi
5,16
24
Pemko Banjarmasin
6,32
54
Pemko Pangkal Pinang
4,94
25
Pemko Bandar Lampung
6,29
55
Pemko Kendari
4,78
26
Pemko Yogyakarta
6,29
56
Pemko Semarang
4,77
27
Pemkab Mamuju
6,20
57
Pemko Samarinda
4,73
28
Pemko Mataram
6,14
58
Pemkab Manokwari
4,61
29
Pemko Palu
6,11
59
Pemko Ternate
4,37
30
DKI Jakarta
5,96
60
Pemko Pematang Siantar
3,94
Nilai Sistem Administrasi Tingkat Daerah berkisar antara 3,94 sampai 8,19. Nilai tinggi 8,19 menunjukkan sistem administrasi dalam layanan IMB, SIUP, dan KTP yang baik di Pemerintah Kota Banjarbaru, sebaliknya yang terjadi di Pemerintah Kota Pematang Siantar dengan nilai 3,94. Gambaran lebih lanjut mengenai 3 sub-indikator dari sistem administrasi akan dijelaskan sebagai berikut. 1. Kepraktisan SOP Kepraktisan SOP mencerminkan tingkat efektifitas prosedur pengurusan layanan, syarat, biaya dan waktu pengurusan layanan. Hasil survei pada unit layanan di tingkat daerah menunjukkan bahwa lebih dari 50% pengguna layanan menilai prosedur, persyaratan, dan biaya pengurusan unit layanan cukup wajar dengan ketepatan waktu pengurusan layanan yang cukup baik. Bahkan 4% pengguna layanan menyatakan mendapatkan pelayanan yang lebih cepat dari waktu yang telah ditetapkan dan 12% menyatakan biaya layanan murah. Namun demikian masih ada pengguna layanan yang menjawab bahwa terdapat kesulitan dalam prosedur (13%) dan persyaratan (15%), kelambatan dalam waktu (25%) serta mahalnya biaya (17%). Jawaban pengguna layanan dalam hal ketidak jelasan prosedur (11%), persyaratan (6%), waktu (14%) dan biaya (10%) seharusnya mendapat perhatian dari penanggung jawab unit layanan.
Survei Integritas Sektor Publik 2011
Bab 5 Integritas Sektor Publik Tingkat Daerah 62%
57% 50%
46%
29%
29% 13%
25% 15%
11%
Prosedur
17%
14% 6%
12%
10%
4%
Persyaratan
Waktu
Biaya
Wajar
Wajar
Tepat waktu
Wajar
Mudah
Mudah
Lambat
Mahal
Sulit
Sulit
Tidak jelas prosedurnya
Tidak jelas persyaratannya
Tidak jelas batas waktunya Lebih cepat dari waktu yang ditetapkan
Murah Tidak jelas biayanya
Gambar 5.19. Penilaian SOP Pengurusan di Tingkat Daerah
2. Keterbukaan Informasi Dalam mencegah ketidakjelasan prosedur, persyaratan, biaya dan ketidaktepatan waktu dalam pengurusan layanan, ketersediaan informasi pada setiap unit layanan menjadi penting dan sangat membantu responden saat pengurusan layanan. Tingkat keterbukaan informasi pada unit layanan publik di tingkat daerah dijelaskan pada Gambar 5.20
29%
27%
31% 26%
24%
28%
26%
2% Prosedur
29%
26%
24%
22% 18%
18%
16%
28%
16%
Persyaratan
5%
4%
1% Waktu
Biaya
Diumumkan terbuka
Dijelaskan petugas tanpa ditanya
Diumumkan terbuka dan dijelaskan petugas tanpa ditanya
Tidak ada pengumuman/penjelasan petugas
Dijelaskan petugas hanya jika ditanya
Gambar 5.20. Tingkat Keterbukaan Informasi Layanan Tingkat Daerah
Keterbukaan informasi mengenai prosedur, syarat, waktu dan biaya yang disajikan oleh unit layanan di tingkat daerah sangatlah membantu responden pada saat proses pengurusan layanan. Gambar 5.20 mengGambarkan bahwa prosedur, persyaratan, waktu dan biaya secara umum telah diumumkan secara terbuka, dan dijelaskan petugas. Namun masih saja ada prosedur (2%), persyaratan (1%), waktu (4%), dan biaya (5%) yang menurut pengguna layanan tidak jelas karena tidak diumumkan/ dijelaskan oleh petugas.
3. Pemanfaatan Teknologi Informasi Teknologi informasi yang juga menjadi dasar pengukuran dalam sistem administrasi pemanfaatannya masih terbatas. Hanya terdapat 17% pengguna layanan yang pernah memanfaatkan teknologi informasi yang ada di unit layanan. Tujuan pengguna layanan menggunakan teknologi informasi adalah untuk memproses layanan (47%), mengetahui informasi terkait layanan yang diurus (43%) dan mengetahui status penyelesaian pengurusan layanan (10%). Survei Integritas Sektor Publik 2011
113
114
Bab 5 Integritas Sektor Publik Tingkat Daerah
Pernah 83%
Untuk memproses layanan
47%
Mengetahui informasi terkait yang diurus
17%
43%
Mengetahui status penyelesaian
10%
Tidak pernah Pernah
Gambar 5.21. Tingkat Penggunaan Teknologi Informasi Layanan Tingkat Daerah
Nilai yang rendah pada pemanfaatan teknologi informasi dalam layanan publik tingkat daerah, merupakan masukan bagi penanggung jawab unit layanan untuk dapat memanfaatkan teknologi informasi dalam membantu efisiensi dan efektifitas layanan publik.
5.3.3. Perilaku Individu di Layanan Publik Tingkat Daerah Individu yang terlibat dalam proses layanan publik bisa menjadi faktor terjadinya gratifikasi selain faktor lemahnya sistem dalam lembaga tersebut. Individu yang dimaksud dapat berasal dari internal unit layanan, yaitu petugas yang memberikan pelayanan maupun yang berasal dari eksternal, yaitu masyarakat pengguna unit layanan. Salah satu faktor yang berasal dari individu internal adalah sikap atau perlakuan petugas dalam memberikan pelayanan. Petugas yang cenderung membeda-bedakan pelayanan, mendorong pengguna layanan untuk memberikan uang tambahan pada petugas tersebut agar mendapat perlakuan istimewa dalam proses pelayanan. Tiga sub-indikator dalam menilai perilaku individu yaitu keadilan dalam layanan, ekspektasi petugas terhadap gratifikasi dan perilaku pengguna layanan. Tabel 5.15. Nilai Indikator Perilaku Individu beserta Sub Indikator INDIKATOR Perilaku Individu (0,280)
SUB-INDIKATOR 6,31
Keadilan dalam Layanan (0.413)
6,96
Ekspektasi Petugas terhadap Gratifikasi(0.327)
6,19
Perilaku Pengguna Layanan (0.260)
5,44
Nilai indikator perilaku individu adalah 6,31, walaupun nilai indikator perilaku individu di atas 6,00, masih terdapat nilai sub indikator yang kurang baik, yaitu perilaku pengguna layanan dengan nilai 5,44. Dari total 60 kota yang menjadi target survei, Gambaran indeks integritas perilaku individu ditunjukkan oleh Tabel 5.16 berikut.
Tabel 5.16. Indeks Integritas Perilaku Individu pada Tingkat Daerah NO
NILAI
NO
1
Pemko Yogyakarta
PEMERINTAH DAERAH
7,82
11
Pemko Lubuk Linggau
PEMERINTAH DAERAH
NILAI 7,52
2
Pemko Gorontalo
7,82
12
Pemko Dumai
7,44
3
Pemko Samarinda
7,80
13
Pemko Banjarmasin
7,43
4
Pemko Pare-pare
7,78
14
Pemko Padang
7,36
5
Pemko Bukittinggi
7,75
15
Pemko Pontianak
7,35
6
Pemko Surabaya
7,70
16
Pemko Pangkal Pinang
7,25
7
Pemko Surakarta
7.68
17
Pemko Pekalongan
7,24
8
Pemko Batam
7.66
18
Pemko Mataram
7,24
9
Pemko Denpasar
7.60
19
Pemko Ambon
7,23
10
Pemkab Sidoarjo
7.57
20
Pemko Bitung
7,14
Survei Integritas Sektor Publik 2011
Bab 5 Integritas Sektor Publik Tingkat Daerah
NO
NILAI
NO
21
Pemko Pekanbaru
PEMERINTAH DAERAH
7,13
41
Pemko Bekasi
PEMERINTAH DAERAH
NILAI 5,92
22
Pemko Palangkaraya
7,06
42
Pemko Banda Aceh
5,85
23
Pemko Kediri
6,95
43
Pemko Medan
5,79
24
Pemko Pematang Siantar
6,83
44
DKI Jakarta
5,74
25
Pemko Bandung
6,79
45
Pemko Tangerang
5,70
26
Pemko Makassar
6,78
46
Pemko Bengkulu
5,54
27
Pemko Kupang
6,78
47
Pemkab Jember
5,51
28
Pemko Balikpapan
6,72
48
Pemko Jambi
5,51
29
Pemko Banjarbaru
6,55
49
Pemko Bogor
5,25
30
Pemko Manado
6,49
50
Pemko Palu
5,23
31
Pemko Jayapura
6,49
51
Pemko Tanjung Pinang
5,08
32
Pemkab Mamuju
6,48
52
Pemko Palembang
4,94
33
Pemkab Banyumas
6,40
53
Pemkab Manokwari
4,87
34
Pemko Madiun
6,39
54
Pemko Semarang
4,84
35
Pemko Cilegon
6,35
55
Pemko Lhokseumawe
4,66
36
Pemko Bima
6,24
56
Pemko Ternate
4,43
37
Pemko Cirebon
6,23
57
Pemko Serang
4,12
38
Pemko Bandar Lampung
6,06
58
Pemko Depok
3,73
39
Pemko Binjai
6,05
59
Pemko Kendari
3,63
40
Pemko Malang
6,05
60
Pemko Metro
2,99
Perilaku individu dalam layanan publik tingkat daerah ditunjukkan oleh sistem layanan yang adil, ekspektasi petugas terhadap gratifikasi yang rendah, dan perilaku pengguna layanan telah ditunjukkan oleh layanan-layanan publik di Pemerintah Kota Yogyakarta, Pemerintah Kota Gorontalo, Pemerintah Kota Samarinda, Pemerintah Kota Pare-pare, Pemerintah Kota Bukittinggi, Pemerintah Kota Surabaya, dan Pemerintah Kota Surakarta. Sedangkan Pemerintah Kota Metro, Pemerintah Kota Kendari, dan Pemerintah Kota Depok dengan nilai 2,99 â&#x20AC;&#x201C; 3,73 menunjukkan kondisi sebaliknya. Penjelasan lebih lanjut mengenai 3 subindikator perilaku individu disampaikan pada bagian berikut: 1. Keadilan dalam Layanan Tindakan dan sikap petugas unit layanan dalam memberikan layanan tanpa pembedaan perlakuan dalam hal apapun juga kepada pengguna layanan merupakan definisi dari keadilan dalam layanan. Terkait dengan keadilan dalam memberikan layanan, terdapat 38% responden mengaku bahwa petugas layanan memberikan perlakuan yang berbeda pada saat pengurusan layanan. Pemda
Pembedaan Perlakuan Petugas Layanan Tingkat Daerah Unit Layanan 5 Terendah dan 5 Tertinggi (dalam %)
62% 34% 4%
Ya, selalu Ya, kadang-kadang Tidak membedakan
IMB - Pemko Bogor
60
KTP - Pemko Lhokseumawe
77
KTP - Pemko Palu
17
KTP - Pemko Manado
7
SIUP - Pemko Mamuju
7
40 23
37
47
67
27
73
IMB - Pemko Bukittinggi
100
IMB - Pemko Batam
100
IMB - Pemko Banjarmasin
100
IMB - Pemko Banjarbaru
100
IMB - Pemko Ambon
100
20
Gambar 5.22. Pembedaan Perlakuan Petugas Layanan Tingkat Daerah
Survei Integritas Sektor Publik 2011
115
116
Bab 5 Integritas Sektor Publik Tingkat Daerah
Unit layanan yang secara umum dinilai pengguna layanannya kurang adil dalam memberikan layanan adalah layanan KTP. Kondisi tersebut terutama terjadi di Pemerintah Kota Lhokseumawe, Pemerintah Kota Palu, dan Pemerintah Kota Manado. Sedangkan layananyang relatif adil memberikan perlakuan menurut pengguna layanan adalah IMB. 2. Ekspektasi Petugas Terhadap Gratifikasi Perilaku petugas layanan lainnya yang juga berpengaruh terhadap integritas layanan adalah ekspektasi petugas terhadap gratifikasi, artinya petugas layanan melalui sinyalsinyal tertentu baik langsung maupun tidak langsung mengharapkan imbalan/ gratifikasi dari pengguna layanan. Hasil survei menunjukkan bahwa 41% pengguna layanan menjawab pemberian uang tambahan terjadi salah satunya karena petugas meminta uang tambahan/gratifikasi. Gambar 5.23 menjelaskan dari 41% pengguna layanan yang mengaku memberikan gratifikasi pada petugas, 9% diantaranya menjawab karena petugas layanan meminta uang tambahan secara langsung dan terbuka, 6% pengguna layanan menjawab petugas layanan meminta langsung tetapi tidak terbuka dan 2% lainnya menjawab melalui pihak lain. Cara Petugas Meminta Uang Tambahan
Pemda
Unit Layanan 5 Terendah dan 5 Tertinggi (dalam %)
59% 24% 2%
6%
9%
Melalui pihak lain
100
IMB - Pemko Metro
100
KTP - Pemko Metro
97
IMB - Pemko Kendari
13
87
KTP - Pemko Kendari
13
80
IMB - Pemko Dumai
100
IMB - Pemko Bukittinggi
100
Langsung terbuka
IMB - Pemko Bitung
100
Responden berinisiatif memberi
IMB - Pemko Batam
100
IMB - Pemko Banjarmasin
100
Langsung tidak terbuka
Tidak ada yang berinisiatif
SIUP - Pemko Metro
3
7
Gambar 5.23. Cara Petugas Meminta Uang Tambahan di Layanan Tingkat Daerah
Pada unit layanan IMB dan SIUP di Pemerintah Kota Metro cara petugas meminta uang tambahan dengan cara langsung terbuka, sedangkan pada KTP di Pemerintah Kota yang sama juga dengan cara langsung dan terbuka.
3. Perilaku Pengguna Layanan Inisiasi adanya uang tambahan dalam layanan publik bukan semata-mata dari petugas layanan. Pengguna layanan juga berperan dalam suburnya praktik adanya uang tambahan di layanan publik. Data menunjukkan bahwa 24% pengguna layanan menyatakan bahwa inisiatif memberikan uang tambahan kepada petugas layanan berasal dari pengguna layanan sendiri (Gambar 5.23).
5.3.4. Pencegahan Korupsi di Layanan Publik Tingkat Daerah Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah gratifikasi adalah dengan melakukan tindakan pencegahan korupsi. Upaya tersebut salah satunya dapat diukur melalui upaya anti korupsi dan mekanisme pengaduan pengguna layanan yang dilakukan oleh unit layanan.
Survei Integritas Sektor Publik 2011
Bab 5 Integritas Sektor Publik Tingkat Daerah Tabel 5.17. Nilai Indikator Pencegahan Korupsi beserta Sub Indikator INDIKATOR Pencegahan Korupsi (0,313)
SUB-INDIKATOR 4,45
Tingkat Upaya Anti Korupsi (0.750)
4,42
Mekanisme Pengaduan Masyarakat (0.250)
4,54
Fakta menunjukkan bahwa dibandingkan dengan indikator lain, pencegahan korupsi di tingkat daerah memiliki nilai yang paling rendah. Nilai pencegahan korupsi pada seluruh unit layanan yang di survey di tingkat daerah 4,45. Nilai ini masih jauh di bawah standar minimum yang ditetapkan KPK (6,00). Kondisi ini berarti tingkat upaya anti korupsi (4,42) dan mekanisme pengaduan masyarakat (4,54) masih kurang memadai dan perlu segera dibenahi. Penyebaran nilai integritas pencegahan pada 60 Pemerintah Daerah menunjukkan nilai dengan rentang yang cukup lebar antara 0,87 - 6,48. Terdapat 18 % Pemerintah Daerah yang nilainya di bawah 6. Bahkan masih terdapat 6 Pemerintah Daerah dengan nilai pencegahan korupsi di bawah 2,0. Tabel 5.18. Indeks Integritas Pencegahan Korupsi di Tingkat Daerah NO
NILAI
NO
1
Pemko Tanjung Pinang
PEMERINTAH DAERAH
6,48
31
Pemko Bukittinggi
PEMERINTAH DAERAH
NILAI 4,59
2
Pemko Lubuk Linggau
6,38
32
Pemkab Sidoarjo
4,54
3
Pemko Yogyakarta
6,30
33
Pemko Bandung
4,53
4
Pemko Surakarta
6,20
34
Pemko Manado
4,50
5
Pemko Kupang
6,15
35
Pemko Ambon
4,45
6
Pemko Bitung
6,08
36
Pemko Balikpapan
4,40
7
Pemko Medan
6,08
37
Pemko Metro
4,40
8
Pemko Jayapura
6,06
38
Pemko Makassar
4,40
Pemko Pekalongan
6,05
39
Pemko Pangkal Pinang
4,03
10
9
Pemko Mataram
6,05
40
Pemko Semarang
4,01
11
Pemko Bengkulu
6,00
41
Pemko Bogor
3,84
12
Pemko Denpasar
5,91
42
Pemko Jambi
3,77
13
Pemko Banjarbaru
5,85
43
Pemko Palangkaraya
3,75
14
Pemko Ternate
5,82
44
Pemko Cilegon
3,64
15
Pemko Dumai
5,80
45
Pemko Pekanbaru
3,53
16
Pemko Lhokseumawe
5,77
46
Pemko Malang
3,43
17
Pemko Binjai
5,71
47
Pemko Samarinda
3,37
18
Pemko Batam
5,63
48
Pemko Tangerang
3,25
19
Pemko Pontianak
5,54
49
Pemko Bandar Lampung
3,01
20
Pemko Pare-pare
5,48
50
Pemko Madiun
3,00 2,70
21
Pemko Gorontalo
5,36
51
Pemko Bima
22
Pemko Banjarmasin
5,26
52
Pemko Depok
2,32
23
Pemko Bekasi
5,10
53
Pemko Kediri
2,32
24
Pemko Padang
5,09
54
Pemko Serang
2,15
25
Pemko Palembang
5,01
55
Pemko Cirebon
1,97
26
Pemko Surabaya
4,89
56
Pemko Banda Aceh
1,97
27
Pemkab Mamuju
4,89
57
Pemko Palu
1,91
28
Pemkab Banyumas
4,83
58
Pemko Pematang Siantar
1,32
29
DKI Jakarta
4,74
59
Pemkab Jember
1,01
30
Pemkab Manokwari
4,60
60
Pemko Kendari
0,87
Penyebaran detail mengenai sub-indikator Tingkat Upaya Anti Korupsi dan Mekanisme Pengaduan Masyarakat, ditunjukkan pada bagian berikut.
Survei Integritas Sektor Publik 2011
117
118
Bab 5 Integritas Sektor Publik Tingkat Daerah
1. Tingkat Upaya Anti Korupsi Program kampanye anti korupsi pada unit layanan di tingkat daerah saat ini masih rendah. Dari seluruh responden (5.670 orang) mengaku melihat media yang tersedia hanya 1 media sebanyak 61%, 2 â&#x20AC;&#x201C; 5 media sebesar 5%, dan bahkan tidak melihat adanya media sebesar 34%. Frekuensi kegiatan kampanye anti korupsi masih rendah, sehingga masih kurang efektif mencegah korupsi pada unit layanan publik. Pemda
Program Kampanye Anti Korupsi pada Unit Layanan di Tingkat Daerah 5 Terendah dan 5 Tertinggi (dalam %)
61%
34% 5%
SIUP - Pemko Malang
100
SIUP - Pemko Kendari
100
SIUP - Pemko Jember
100
SIUP - Pemko Depok
100
SIUP - Pemko Cirebon
100
IMB - Pemko Yogyakarta 2-5 media Tidak ada media Satu media Lebih dari 5 media
3
SIUP - Pemko Yogyakarta IMB - Pemko Tanjung Pinang SIUP - Pemko Pare-pare
50
47
60 10 3
IMB - Pemko Pare-pare
40 90 97 100
Gambar 5.24. Program Kampanye Anti Korupsi di Tingkat Daerah
Pada unit layanan dengan nilai program kampanye anti korupsi 5 terbaik dan 5 terendah, SIUP merupakan layanan yang dominan tidak pernah melakukan kegiatan kampanye anti korupsi seperti yang terjadi di Pemerintah Kota Malang, Pemerintah Kota Kendari, Pemerintah Kabupaten Jember, Pemerintah Kota Depok, dan Pemerintah Kota Cirebon. Sedangkan Pemerintah Kota Pare-pare, Pemerintah Kota Yogyakarta merupakan kota yang unit layanannya (SIUP dan IMB) memiliki kegiatan kampanye anti korupsi yang paling sering. Dari pengguna layanan yang menyatakan ada kegiatan kampanye, bentuk kegiatan kampanye anti korupsi yang dilakukan paling dominan hanyalah pemasangan stiker/ poster/spanduk (91%). Bentuk kegiatan kampanye yang lain tidak signifikan. Lihat Gambar 5.25 Pemda
91%
Stiker/poster/spanduk
67%
33%
Atribut (pin,baju,topi,dll)
2%
Workshop/seminar petugas
2%
Workshop/seminar masyarakat
2%
Buku/modul/komik
3%
Ada Tidak ada
Survei Integritas Sektor Publik 2011
Gambar 5.25. Bentuk-Bentuk Kegiatan/Media Anti Korupsi di Tingkat Daerah
Bab 5 Integritas Sektor Publik Tingkat Daerah
2. Mekanisme Pengaduan Masyarakat Selain kampanye anti korupsi, faktor lain yang menjadi ukuran apakah suatu instansi telah melaksanakan pencegahan korupsi, yaitu adanya mekanisme pengaduan masyarakat. Sub indikator ini menunjukkan respon petugas unit layanan terhadap pengaduan yang disampaikan oleh masyarakat. Pengguna layanan pengaduan masyarakat merupakan salah satu cara masyarakat mengontrol unit layanan. Dari pengaduan yang masuk, unit layanan dapat melakukan pembenahan yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas layanan yang diberikan. Terkait media pengaduan, sebagian besar pengguna layanan (55%) menjawab bahwa media pengaduan yang tersedia di unit layanan hanya satu media. Sisanya ada yang menjawab dua media (16%), dan lebih dari dua (6%). Namun yang perlu menjadi perhatian adalah 23% responden menjawab bahwa unit layanan tidak menyediakan media pengaduan. Tingkat Aksesibilitas dan Media Pengaduan pada Unit Layanan
Pemda
di Tingkat Daerah 5 Terendah dan 5 Tertinggi (dalam %)
23%
55%
6%
100
SIUP - Pemko Pematang Siantar
100
SIUP - Pemko Metro
100
SIUP - Pemko Kendari
100
SIUP - Pemko Jember
100
16%
Satu
Dua
Tidak ada media
Lebih dari dua
64%
21%
6%
SIUP - Pemko Samarinda
9%
KTP - Pemko Ternate
50
50
SIUP - Pemko Tanjung Pinang
57
43
IMB - Pemko Surakarta
57
43
SIUP - Pemko Surakarta
53
47
SIUP - Pemko Bitung Mudah
Tidak tersedia
Sulit
Sangat mudah
27
73
Gambar 5.26. Tingkat Aksesibilitas dan Media Pengaduan di Tingkat Daerah
Bagaimana tingkat kemudahan/aksesibilitas penguna layanan dalam menyampaikan pengaduan dapat dilihat dalam Gambar 5.26, sebanyak 64% responden merasa mudah, namun masih ada 9% responden yang menyatakan sulit mengakses media pengaduan dan bahkan tidak tersedia akses terhadap media pengaduan (21%). Pada unit layanan dengan nilai tingkat aksesbilitas media 5 tertinggi dan 5 terendah, layanan SIUP merupakan layanan yang menurut pengguna layanannya memiliki aksesibilitas yang paling rendah, 100% pengguna layanannya menyatakan tidak tersedia media pengaduan di unit layanan tersebut (Gambar 5.26). Kemudahan responden menyampaikan pengaduan, harus ditindaklanjuti dengan tanggapan petugas terhadap pengaduan tersebut. Bagaimana unit layanan tingkat daerah di 60 kota yang menjadi target survei, merespon semua pengaduan yang disampaikan oleh pengguna layanan ditunjukkan oleh Gambar 5.27.
Survei Integritas Sektor Publik 2011
119
120
Bab 5 Integritas Sektor Publik Tingkat Daerah Pemda
Respon Petugas Terhadap Pengaduan pada Unit Layanan di Tingkat Daerah 5 Terendah dan 5 Tertinggi (dalam %)
71% 29%
Tidak pernah
Pernah
SIUP - Pemko Malang
100
SIUP - Pemko Kendari
100
SIUP - Pemko Jember
100
SIUP - Pemko Depok
100
SIUP - Pemko Cirebon
100
IMB - Pemko Yogyakarta
70
SIUP - Pemko Yogyakarta
67
IMB - Pemko Tanjung Pinang 53%
30%
1%
6%
SIUP - Pemko Pare-pare IMB - Pemko Pare-pare
23 30
33 3
100 93
7
100
10%
Ditolak
Ditindaklanjuti
Diabaikan
Ditanggapi
Ditampung
Gambar 5.27. Respon Petugas Terhadap Pengaduan di Layanan Tingkat Daerah
Kemudahan responden menyampaikan pengaduan akan efektif bila petugas menindaklanjuti pengaduan yang masuk. Seyogyanya, pengalaman 71% responden yang menyampaikan pengaduan kepada unit layanan, hanya 10% saja yang ditindaklanjuti. Masih ada 53% dan 30% responden mengaku pengaduan yang disampaikan hanya sebatas ditampung dan ditanggapi saja oleh unit layanan. Bahkan ada 6% dan 1% respoden yang mengaku bahwa pengaduan yang disampaikan tersebut diabaikan dan ditolak. Upaya menaikkan nilai potensi integritas menunjukkan keseriusan unit layanan dan instansi di sektor layanan publik dalam memerangi korupsi secara komprehensif di luar upaya penindakan yang dilakukan. Semakin intensif usaha-usaha dilakukan untuk meningkatkan potensi integritas, maka semakin efektif pula upaya pemberantasan korupsi bisa dilakukan di unit layanan dan instansi yang bersangkutan. Komisi Pemberantasan Korupsi dalam perannya sebagai trigger mechanism sangat mendorong upaya-upaya pemberantasan korupsi melalui perbaikan layanan publik. Potret kondisi aktual pelayanan publik terkait dengan transparansi, suap, pungutan liar, gratifikasi, sistem administrasi, perilaku individu, lingkungan kerja dan upayaupaya pencegahan korupsi ini dilakukan juga dalam upaya meningkatkan efektifitas pemberantasan korupsi yang dilakukan KPK terutama di sektor layanan publik.
Survei Integritas Sektor Publik 2011
Bab 6 Simpulan dan Rekomendasi
121
6
Simpulan dan Rekomendasi
Survei Integritas Sektor Publik 2011
122
Bab 6 Simpulan dan Rekomendasi
Simpulan dan Rekomendasi Indeks Integritas Nasional (6.31) pada tahun 2011 secara umum telah mencapai nilai standar minimum yang ditetapkan oleh KPK namun nilainya tidak terlalu jauh dari standar minimal tersebut. Unit layanan tetap perlu secara terus menerus melakukan perbaikan dan berorientasi memberikan layanan maksimal bagi pengguna layanan. Adapun simpulan dan saran yang diambil dari hasil survei berikut saran KPK bagi para Pimpinan unit layanan tersaji dalam tabel berikut : SIMPULAN
HASIL SURVEI
REKOMENDASI
Indeks integritas sektor publik di Indonesia tahun 2011 masih rendah dan tidak terlalu jauh dari nilai standar minimum yang ditetapkan oleh KPK sebesar 6.00
Rata-rata Indeks Integritas Sektor Publik: â&#x20AC;˘ Indeks Integritas Nasional (IIN) : 6.31 â&#x20AC;˘ Indeks Integritas Pusat Pusat (IIP) : 7.07 â&#x20AC;˘ Indeks Integritas Vertikal (IIV) : 6.40 â&#x20AC;˘ Indeks Integritas Daerah (IID) : 6.00
Instansi di tingkat Pusat, Vertikal dan Daerah yang membawahi unit layanan publik melakukan peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat dengan memperhatikan komponen penyusun integritas, yaitu Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas. 1. Pengalaman Korupsi Instansi/Unit layanan perlu melakukan sosialisasi besaran biaya resmi pengurusan layanan serta memberikan sanksi terhadap petugas layanan yang menerima atau meminta imbalan/tips/biaya tambahan dalam melayani masyarakat dalam mengurus layanan publik 2. Cara Pandang terhadap Korupsi Pimpinan Instansi/Unit Layanan harus menanamkan dan mempraktekkan sikap bahwa birokrat adalah pelayan masyarakat, melakukan sosialisasi dalam kurun waktu tertentu untuk mengingatkan kepada petugas layanan dan pengguna layanan tentang arti pemberian gratifikasi. 3. Lingkungan Kerja Unit layanan harus menciptakan suasana/desain/ layout ruangan yang memungkinkan tidak terjadi kontak antara petugas dan pengguna layanan. Jikalau harus ada, pertemuan antara petugas dan pengguna sebaiknya dilakukan di tempat yang terbuka dan dapat dimonitor oleh banyak orang sehingga proses pemberian suap dapat segera terlihat. Unit layanan perlu menyediakan fasilitas yang memadai dan menciptakan suasana lingkungan kerja yang nyaman, tenang, rapi dan tahapan yang teratur untuk meminimalisir penggunaan calo. 4. Sistem Administrasi Unit layanan/Instansi harus melakukan evaluasi dan perbaikan sistem administrasi pada unit layanan publik dengan menciptakan mekanisme yang dapat memastikan bahwa seluruh perangkat baik itu berupa SOP/sistem/aturan maupun fasilitas yang telah ada dijalankan oleh petugas layanan dan dimanfaatkan oleh pengguna layanan. SOP/sistem/ aturan mengenai prosedur, waktu dan biaya harus dapat diketahui/diumumkan kepada pengguna layanan sehingga mempermudah pengguna layanan saat mengurus layanan. 5. Perilaku Individu Unit layanan/instansi memastikan bahwa terdapat keadilan dalam layanan dan tidak ada perbedaan perlakuan petugas dalam memberi layanan sehingga memicu pengguna layanan berinisiatif memberikan uang tambahan, salah satunya dengan cara menerapkan sistem antrian. Unit layanan memastikan petugas siap melayani, berpenampilan rapi dan sopan serta menguasai tugas dan tanggung jawabnya.
Survei Integritas Sektor Publik 2011
Bab 6 Simpulan dan Rekomendasi
SIMPULAN
HASIL SURVEI
REKOMENDASI 6. Pencegahan Korupsi Unit layanan/instansi meningkatkan kegiatan kampanye anti korupsi yang efektif kepada petugas dan pengguna layanan serta dan menyediakan sarana pengaduan layanan yang mudah diakses. Setiap pengaduan yang masuk ditindaklanjuti oleh petugas.
Nilai pengalaman integritas sektor publik di Indonesia tahun 2011 dapat mencapai nilai standar minimun yang ditetapkan KPK (6,00) namun nilai ini tidak terlalu jauh dari nilai standar minimum tersebut.
Nilai Pengalaman integritas sektor publik adalah : • Tingkat Nasional : 6.48 • Tingkat Pusat : 7.45 • Tingkat Vertikal : 6.55 • Tingkat Daerah : 6.14
Perlu ditetapkan perbaikan pada : 1. Jumlah/besaran gratifikasi Sosialisasi besaran biaya resmi/sesuai dengan peraturan yang berlaku. Sebab masih terjadi ketidaksesuaian biaya saat pengurusan layanan 2. Waktu pemberian gratifikasi Unit layanan harus menciptakan suasana/desain/ layout ruangan yang memungkinkan tidak terjadi kontak antara petugas dan pengguna layanan. Jika harus ada, pertemuan antara petugas dan pengguna sebaiknya dilakukan di tempat yang terbuka dan dapat dimonitor oleh banyak orang, sehigga lebih menyulitkan terjadinya suap/gratifikasi terutama pada saat di awal pertemuan 3. Tujuan pemberian gratifikasi Perlu diterapkan aturan yang jelas dan tegas serta dilakukan sosialisasi/kampanye antikorupsi terhadap petugas dan pengguna layanan guna memberikan pengertian yang benar tentang tindakan pemberian gratifikasi.
Nilai potensi integritas sektor publik di Indonesia tahun 2011 masih berada di bawah nilai minimum yang ditetapkan oleh KPK yaitu 6.00
Nilai Potensi integritas sektor publik adalah : • Tingkat Nasional : 5.97 • Tingkat Pusat : 6.30 • Tingkat Vertikal : 6.10 • Tingkat Daerah : 5.70
Perlu ditetapkan perbaikan pada: 1. Kebiasaan Pemberian Gratifikasi: Pimpinan Instansi/Unit Layanan harus menanamkan dan mempraktekkan sikap bahwa birokrat adalah pelayan masyarakat dan memberikan sanksi bagi petugas layanan yang meminta imbalan dan menerima suap. 2. Pemanfaatan Teknologi Informasi Melalui penyediaan perangkat informasi yang dapat mudah diakses pengguna layanan dan melakukan sosialisasi tentang tatacara penggunaan perangkat tersebut. 3. Perilaku Pengguna Layanan: Instansi/Unit layanan perlu menciptakan mekanisme yang dapat memastikan bahwa seluruh perangkat baik itu berupa SOP/sistem/aturan dijalankan oleh petugas layanan agar pengguna layanan dapat merasakan keadilan dalam pengurusan layanan sehingga inisiatif memberi/ meminta uang tambahan baik oleh pengguna atau petugas layanan dapat diminimalisi 4. Tingkat Upaya Antikorupsi: Melakukan sosialisasi/kampanye antikorupsi terhadap petugas dan pengguna layanan dengan cara menempel stiker/poster/spanduk antikorupsi di area sekitar loket pelayanan, menyebarkan buku/ modul tentang antikorupsi, memutar video/film/ iklan antikorupsi di monitor di sekitar unit layanan, mengadakan workshop/seminar tentang antikorupsi kepada petugas dan melibatkan masyarakat secara aktif. 5. Mekanisme Pengaduan Masyarakat: Menyediakan fasilitas/media pengaduan yang mudah diakses oleh masyarakat pengguna layanan (baik melalui kotak pengaduan, sms pengaduan, saluran (hotline) pengaduan, email dan sebagainya). Pengaduan tersebut harus dapat ditindaklanjuti/direspon oleh petugas.
Survei Integritas Sektor Publik 2011
123
Lampiran
Lampiran
Survei Integritas Sektor Publik 2011
123
124
Lampiran
Lampiran 1.
Indeks Integritas Nasional (IIN), Pengalaman Integritas Nasional dan Potensi Integritas Berdasarkan Instansi
NO
PENGALAMAN
POTENSI
INTEGRITAS
1
Pemko Dumai
INSTANSI
8,14
7,03
7,77
2
Pemko Bukittinggi
8,18
6,64
7,67
3
Pemko Bitung
7,98
6,92
7,62
4
Badan Koordinasi Penanaman Modal
7,99
6,80
7,60
5
Pemko Yogyakarta
7,88
7,02
7,60
6
Kementerian Keuangan
7,88
6,93
7,56
7
Pemko Batam
7,94
6,76
7,55
8
Pemko Pontianak
7,86
6,91
7,54
9
Kementerian Kesehatan
7,82
6,94
7,52
10
PT. Jamsostek (Persero)
7,79
6,96
7,52
11
Kementerian Perindustrian
7,89
6,74
7,51
12
PT. Pelindo II (Persero)
7,73
7,04
7,50
13
Kementerian Perhubungan
7,84
6,73
7,47
14
Kementerian Kelautan dan Perikanan
7,99
6,39
7,46
15
Kementerian Pertanian
7,75
6,86
7,45
16
Pemko Gorontalo
7,71
6,92
7,45
17
Pemko Surakarta
7,64
7,00
7,43
18
Pemko Banjarbaru
7,63
7,02
7,43
19
Kementerian Komunikasi dan Informatika
8,04
6,20
7,43
20
Pemko Surabaya
7,83
6,61
7,42
21
Kementerian Pendidikan Nasional
7,91
6,41
7,41
22
PT. Pertamina (Persero)
7,70
6,80
7,40
23
Badan Pengawas Obat dan Makanan
7,83
6,41
7,36
24
Pemko Denpasar
7,55
6,87
7,33
25
Pemko Tanjung Pinang
8,06
5,81
7,31
26
PT. PELNI (Persero)
8,02
5,85
7,30
27
Pemko Pare-pare
7,67
6,54
7,29
28
Kementerian ESDM
7,72
6,32
7,26
29
Pemkab Sidoarjo
7,62
6,46
7,23
30
Pemko Samarinda
7,87
5,69
7,14
31
Pemko Mataram
7,39
6,65
7,14
32
Pemko Padang
7,32
6,70
7,11
33
BNP2TKI
7,64
6,04
7,11
34
Kementerian Kehutanan
7,69
5,91
7,09
35
Pemko Pekalongan
7,49
6,26
7,08
36
Pemko Banjarmasin
7,18
6,39
6,92
37
Kementerian Perdagangan
7,71
5,30
6,91
38
Pemko Kediri
7,58
5,53
6,90
39
Pemko Madiun
7,54
5,52
6,86
40
Pemko Kupang
7,13
6,32
6,86
41
PT. Angkasa Pura II (Persero)
7,01
5,99
6,68
42
Pemko Bandung
7,14
5,77
6,68
43
Pemko Ambon
6,82
6,28
6,64
44
Pemkab Banyumas
6,81
5,95
6,53
45
Pemko Pekanbaru
6,64
6,26
6,51
46
Pemko Balikpapan
6,89
5,69
6,49
47
Pemko Jayapura
6,42
6,57
6,47
48
Pemko Pangkal Pinang
6,82
5,61
6,42
49
PT. PLN (Persero)
6,45
6,23
6,38
50
Mahkamah Agung
6,63
5,83
6,36
Survei Integritas Sektor Publik 2011
Lampiran
NO
PENGALAMAN
POTENSI
INTEGRITAS
51
Pemko Makasar
INSTANSI
6,40
6,09
6,29
52
Pemkab Mamuju
6,52
5,83
6,29
53
Pemko Palangkaraya
6,49
5,80
6,26
54
Pemko Jambi
6,90
4,85
6,22
55
Pemko Cilegon
6,60
5,10
6,10
56
Kementerian Hukum dan HAM
6,23
5,80
6,09
57
Badan Pertanahan Nasional
6,18
5,84
6,07
58
Pemko Palu
6,74
4,74
6,07
59
Pemko Bandar Lampung
6,41
5,26
6,02
60
Pemko Banda Aceh
6,66
4,64
5,99
61
Pemko Malang
6,13
5,56
5,94
62
Kepolisian Negara RI
5,74
5,82
5,76
63
Pemko Medan
5,33
6,11
5,59
64
Pemko Bima
5,77
5,12
5,56
65
Pemko Binjai
5,47
5,68
5,54
66
DKI Jakarta
5,51
5,61
5,54
67
Kementerian Koperasi dan UKM
5,91
4,74
5,52
68
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
5,28
5,79
5,44
69
Kementerian Agama
5,40
5,42
5,41
70
Pemko Lhokseumawe
5,22
5,25
5,23
71
Pemko Bekasi
4,80
5,64
5,08
72
Pemkab Jember
5,45
4,25
5,05
73
Pemko Kendari
5,71
3,29
4,90
74
Pemko Manado
4,33
5,43
4,70
75
Pemko Cirebon
4,57
4,87
4,67
76
Pemko Pematang Siantar
4,79
4,38
4,65
77
Pemko Tangerang
4,19
5,01
4,46
78
Pemko Lubuk Linggau
3,47
6,20
4,38
79
Pemko Bogor
3,94
4,92
4,27
80
Pemko Palembang
3,84
5,06
4,25
81
Pemko Bengkulu
3,49
5,56
4,18
82
Pemko Ternate
3,68
4,86
4,07
83
Pemkab Manokwari
3,25
4,61
3,70
84
Pemko Semarang
3,14
4,55
3,61
85
Pemko Serang
3,30
4,04
3,54
86
Pemko Depok
3,26
3,99
3,50
87
Pemko Metro
2,59
4,29
3,15
Survei Integritas Sektor Publik 2011
125
126
Lampiran
Lampiran 2.
Indeks Integritas Nasional (IIN), Pengalaman Integritas Nasional dan Potensi Integritas Berdasarkan Unit Layanan
No
Pengalaman
Potensi
Integritas
1
SIUP - Pemko Pekanbaru
Unit Layanan
Pekanbaru
Kota
8,19
7,61
8,00
2
P5KP - Kementerian Keuangan
Mataram
8,07
7,81
7,98
3
P5KP - Kementerian Keuangan
Padang
8,07
7,77
7,97
4
Pasang Baru - PT. PLN (Persero)
Denpasar
8,19
7,45
7,94
5
Lelang - Kementerian Keuangan
Padang
8,05
7,72
7,94
6
SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan
Padang
8,17
7,48
7,94
7
Lelang - Kementerian Keuangan
Pontianak
8,19
7,45
7,94
8
SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan
Pontianak
8,19
7,43
7,94
9
SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan
Ambon
8,19
7,40
7,93
10
SIUP - Pemko Bitung
Bitung
8,19
7,37
7,92
11
P5KP - Kementerian Keuangan
Ambon
8,19
7,36
7,91
12
Pasang Baru - PT. PLN (Persero)
Surabaya
8,19
7,34
7,91
13
P5KP - Kementerian Keuangan
Jayapura
8,17
7,35
7,90
14
SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan
Mataram
8,00
7,71
7,90
15
Lelang - Kementerian Keuangan
Makasar
8,14
7,39
7,89
16
Tambah Daya - PT. PLN (Persero)
Surabaya
7,96
7,71
7,88
17
Bea Masuk di DJBC - Kementerian Keuangan
Semarang
8,17
7,23
7,86
18
P5KP - Kementerian Keuangan
Manado
8,17
7,20
7,85
19
SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan
Palembang
7,96
7,64
7,85
20
SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan
Jayapura
8,07
7,36
7,83
21
SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan
Banjarmasin
8,05
7,37
7,82
22
IMB - Pemko Bitung
Bitung
8,06
7,35
7,82
23
KTP - Pemko Dumai
Dumai
8,04
7,39
7,82
24
P5KP - Kementerian Keuangan
Palembang
8,17
7,11
7,82
25
SKCK - Kepolisian Negara RI
Pontianak
8,19
7,07
7,82
26
Lapas - Kementerian Hukum dan HAM
Mataram
8,15
7,13
7,81
27
Lelang - Kementerian Keuangan
Jayapura
8,05
7,29
7,80
28
Lapas - Kementerian Hukum dan HAM
Ambon
8,10
7,16
7,79
29
SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan
Denpasar
8,10
7,17
7,79
30
IMB - Pemko Batam
Batam
8,19
6,96
7,78
31
Kadastral - Badan Pertanahan Nasional
DKI Jakarta
8,00
7,34
7,78
32
Izin Belajar Luar negeri - Kementerian Pendidikan Nasional
DKI Jakarta
7,98
7,39
7,78
33
SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan
Manado
8,04
7,25
7,78
34
P5KP - Kementerian Keuangan
Semarang
8,10
7,13
7,78
35
Izin Agen Domestik - PT. Pertamina (Persero)
DKI Jakarta
8,02
7,28
7,77
36
SIUP - Pemko Padang
Padang
7,86
7,58
7,77
37
KTP - Pemko Pontianak
Pontianak
8,15
7,00
7,77
38
SIUP - Pemko Surakarta
Surakarta
7,95
7,41
7,77
39
P5KP - Kementerian Keuangan
Banjarmasin
8,15
6,99
7,76
40
IMB - Pemkab Sidoarjo
Sidoarjo
8,11
7,05
7,76
41
IMB - Pemko Surakarta
Surakarta
7,96
7,35
7,76
42
SIUP - Pemko Dumai
Dumai
8,19
6,87
7,75
43
Lelang - Kementerian Keuangan
Palembang
7,95
7,35
7,75
44
IMB - Pemko Dumai
Dumai
8,19
6,84
7,74
45
SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan
Kupang
7,79
7,64
7,74
46
KTP - Pemko Malang
Malang
7,98
7,25
7,74
47
Peradilan Tilang - Mahkamah Agung
Mataram
8,06
7,11
7,74
48
Tambah Daya - PT. PLN (Persero)
Pontianak
8,19
6,84
7,74
49
Peradilan Umum - Mahkamah Agung
Mataram
7,93
7,33
7,73
50
Tambah Daya - PT. PLN (Persero)
Padang
8,06
7,06
7,73
Survei Integritas Sektor Publik 2011
Lampiran
No
Pengalaman
Potensi
Integritas
51
SIM - Kepolisian Negara RI
Pontianak
8,19
6,81
7,73
52
Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional
Ambon
8,05
7,07
7,72
53
Unit Layanan
API-P - BKPM
Kota
DKI Jakarta
8,00
7,16
7,72
54
Surat Ijin Penangkapan Ikan (SIPI) - Kementerian Kelautan dan Perikanan
DKI Jakarta
7,95
7,27
7,72
55
SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan
Makasar
7,87
7,43
7,72
56
SIUP - Pemko Ambon
Ambon
8,13
6,86
7,71
57
SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan
DKI Jakarta
7,96
7,21
7,71
58
KTP - Pemko Jayapura
Jayapura
8,07
7,00
7,71
59
P5KP - Kementerian Keuangan
Makasar
7,96
7,20
7,71
60
Lelang - Kementerian Keuangan
Semarang
8,10
6,94
7,71
61
IMB - Pemko Yogyakarta
Yogyakarta
7,93
7,27
7,71
62
IMB - Pemko Ambon
Ambon
8,02
7,07
7,70
63
SIUP - Pemko Pare-pare
Pare-pare
7,72
7,65
7,70
64
Kadastral - Badan Pertanahan Nasional
Yogyakarta
7,95
7,19
7,70
65
SIUP - Pemko Banjarbaru
Banjarbaru
7,91
7,25
7,69
66
P5KP - Kementerian Keuangan
Palu
7,94
7,19
7,69
67
Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional
Yogyakarta
7,98
7,11
7,69
68
IMB - Pemko Bukittinggi
Bukittinggi
8,19
6,66
7,68
69
Kadastral - Badan Pertanahan Nasional
Jayapura
8,01
7,02
7,68
70
Pasang Baru - PT. PLN (Persero)
Padang
8,06
6,92
7,68
71
Peradilan Tilang - Mahkamah Agung
Ambon
7,98
7,06
7,67
72
KTP - Pemko Bukittinggi
Bukittinggi
8,17
6,66
7,67
73
Tambah Daya - PT. PLN (Persero)
Denpasar
7,91
7,15
7,66
74
P5KP - Kementerian Keuangan
DKI Jakarta
7,98
7,02
7,66
75
SIUP - Pemko Bukittinggi
Bukittinggi
8,17
6,61
7,65
76
SIUP - Pemko Yogyakarta
Yogyakarta
7,87
7,22
7,65
77
P5KP - Kementerian Keuangan
Denpasar
7,87
7,18
7,64
78
General Cargo - PT. Pelindo II
DKI Jakarta
7,87
7,17
7,64
79
Lelang - Kementerian Keuangan
Manado
7,91
7,09
7,64
80
SIUP - Pemko Surabaya
Surabaya
8,02
6,89
7,64
81
Peradilan Tilang - Mahkamah Agung
Padang
7,98
6,94
7,63
82
SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan
Palu
7,94
7,01
7,63
83
P5KP - Kementerian Keuangan
Pontianak
8,02
6,84
7,63
84
Tambah Daya - PT. PLN (Persero)
Yogyakarta
7,71
7,46
7,63
85
Lelang - Kementerian Keuangan
DKI Jakarta
7,98
6,87
7,61
86
JKK - PT. Jamsostek (Persero)
DKI Jakarta
7,78
7,27
7,61
87
SIUP - Pemkab Sidoarjo
Sidoarjo
7,90
7,04
7,61
88
Peradilan Umum - Mahkamah Agung
Ambon
7,98
6,85
7,60
89
Lelang - Kementerian Keuangan
Banjarmasin
8,00
6,81
7,60
90
SIUPAL - Kementerian Perhubungan
DKI Jakarta
7,94
6,93
7,60
91
IP-Tekstil - Kementerian Perindustrian
DKI Jakarta
7,96
6,84
7,59
92
Tambah Daya - PT. PLN (Persero)
Palu
8,05
6,68
7,59
93
P5KP - Kementerian Keuangan
Yogyakarta
7,98
6,81
7,59
94
Lelang - Kementerian Keuangan
Kupang
7,86
7,03
7,58
95
SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan
Semarang
8,10
6,54
7,58
96
SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan
Yogyakarta
8,02
6,71
7,58
97
IMB - Pemko Pare-pare
Pare-pare
7,75
7,21
7,57
98
SIM - Kepolisian Negara RI
Surabaya
7,74
7,24
7,57
99
IMB - Pemko Banjarbaru
Banjarbaru
7,87
6,93
7,56
100
Peradilan Umum - Mahkamah Agung
DKI Jakarta
8,02
6,64
7,56
101
IMB - Pemko Mataram
Mataram
7,96
6,76
7,56
Survei Integritas Sektor Publik 2011
127
128
Lampiran
Pengalaman
Potensi
Integritas
102
No
Peradilan Umum - Mahkamah Agung
Unit Layanan
Padang
Kota
8,07
6,53
7,56
103
Pasang Baru - PT. PLN (Persero)
Pontianak
8,13
6,41
7,56
104
SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan
Surabaya
7,86
6,96
7,56
105
Izin Pemasukan dan Pengeluaran Benih Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
DKI Jakarta
8,07
6,52
7,55
106
SIUP - Pemko Pontianak
Pontianak
7,82
7,00
7,55
107
Lelang - Kementerian Keuangan
Surabaya
7,87
6,92
7,55
108
SIUP - Pemko Mataram
Mataram
7,93
6,75
7,54
109
IMB - Pemko Surabaya
Surabaya
7,86
6,90
7,54
110
SIUP - Pemko Batam
Batam
7,85
6,90
7,53
111
SPI-P â&#x20AC;&#x201C; Kementerian Kesehatan
DKI Jakarta
7,83
6,93
7,53
112
IMB - Pemko Gorontalo
Gorontalo
7,95
6,68
7,53
113
IMB - Pemko Padang
Padang
8,06
6,48
7,53
114
Lapas - Kementerian Hukum dan HAM - Kementerian Hukum dan HAM
Surabaya
8,00
6,60
7,53
115
Lelang - Kementerian Keuangan
Yogyakarta
7,95
6,70
7,53
116
Izin Edar Alat Kesehatan - Kementerian Kesehatan
DKI Jakarta
7,81
6,94
7,52
117
Lapas - Kementerian Hukum dan HAM
Pontianak
8,17
6,23
7,52
118
Lelang - Kementerian Keuangan
Denpasar
7,89
6,75
7,51
119
SKCK â&#x20AC;&#x201C; Kepolisian Negara RI
Denpasar
7,93
6,67
7,51
120
Pendataan dan Ticketing ke daerah tujuan di Terminal Selapajang - BNP2TKI
DKI Jakarta
7,87
6,79
7,51
121
Izin Penyiaran TV - Kementerian Komunikasi dan Informatika
DKI Jakarta
8,19
6,14
7,51
122
Lapas - Kementerian Hukum dan HAM
Padang
8,04
6,45
7,51
123
P5KP - Kementerian Keuangan
Surabaya
7,85
6,83
7,51
124
Kadastral - Badan Pertanahan Nasional
Ambon
7,91
6,69
7,50
125
SIUP - Pemko Denpasar
Denpasar
7,72
7,05
7,50
126
SIP - Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
DKI Jakarta
7,86
6,79
7,50
127
Tambah Daya - PT. PLN (Persero)
Mataram
8,00
6,50
7,50
128
SKCK - Kepolisian Negara RI
Jayapura
7,79
6,88
7,49
129
KUA - Kementerian Agama
Pontianak
8,19
6,10
7,49
130
Pendaftaran MD/ML - Badan Pengawas Obat dan Makanan
DKI Jakarta
7,78
6,89
7,48
131
Kadastral - Badan Pertanahan Nasional
Mataram
7,90
6,65
7,48
132
Izin Prinsip Penanaman Modal
DKI Jakarta
7,98
6,44
7,47
133
Lapas - Kementerian Hukum dan HAM
Kupang
7,85
6,70
7,47
134
SKCK - Kepolisian Negara RI
Padang
8,13
6,16
7,47
135
Peradilan Tilang - Mahkamah Agung
Pontianak
8,19
6,02
7,47
136
P5KP - Kementerian Keuangan
Bandar Lampung
8,14
6,10
7,46
137
SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan
Bandar Lampung
8,13
6,12
7,46
138
Lelang - Kementerian Keuangan
Mataram
7,95
6,48
7,46
139
Lelang - Kementerian Keuangan
Medan
7,54
7,30
7,46
140
KTP - Pemko Gorontalo
Gorontalo
7,56
7,24
7,45
141
Peradilan Tilang - Mahkamah Agung
Denpasar
7,67
6,97
7,44
142
SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan
Medan
7,55
7,21
7,44
143
SIUP - Pemko Tanjung Pinang
Tanjung Pinang
8,06
6,21
7,44
144
SPPT SNI - Kementerian Perindustrian
DKI Jakarta
7,83
6,64
7,43
145
JHT - PT. Jamsostek (Persero)
DKI Jakarta
7,81
6,66
7,43
146
KTP - Pemko Yogyakarta
Yogyakarta
7,85
6,58
7,43
147
KTP - Pemko Balikpapan
Balikpapan
7,94
6,38
7,42
148
SIUP - Pemko Kupang
Kupang
7,79
6,67
7,42
149
Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional
Medan
7,74
6,77
7,42
150
IMB - Pemko Banjarmasin
Banjarmasin
7,72
6,79
7,41
151
Peradilan Umum - Mahkamah Agung
Denpasar
7,98
6,26
7,41
Survei Integritas Sektor Publik 2011
Lampiran
Pengalaman
Potensi
Integritas
152
No
Izin Penyimpanan dan Pengangkutan - Kementerian ESDM
Unit Layanan
DKI Jakarta
Kota
7,80
6,62
7,41
153
P5KP - Kementerian Keuangan
Medan
7,42
7,38
7,41
154
Lelang - Kementerian Keuangan
Palu
8,19
5,86
7,41
155
Peradilan Umum - Mahkamah Agung
Medan
7,53
7,13
7,40
156
Pasang Baru - PT. PLN (Persero)
Yogyakarta
7,74
6,72
7,40
157
IMB - Pemko Tanjung Pinang
Tanjung Pinang
8,17
5,82
7,39
158
Lapas - Kementerian Hukum dan HAM
Yogyakarta
7,86
6,46
7,39
159
IMB - Pemko Manado
Manado
7,38
7,38
7,38
160
Layanan Kapal (Jasa Pandu, Tunda, Tambat) - PT. Pelindo II (Persero)
DKI Jakarta
7,59
6,90
7,36
161
SIUP - Pemko Gorontalo
Gorontalo
7,62
6,83
7,36
162
Peradilan Tilang - Mahkamah Agung
Kupang
7,60
6,87
7,36
163
Peradilan Umum - Mahkamah Agung
Yogyakarta
7,90
6,29
7,36
164
IMB - Pemko Balikpapan
Balikpapan
7,87
6,30
7,35
165
Layanan Pemberian Izin Pendaftaran Pupuk Organik Kementerian Pertanian
DKI Jakarta
7,42
7,20
7,35
166
Izin Station Radio - Kementerian Komunikasi dan Informatika
DKI Jakarta
7,89
6,26
7,35
167
IMB - Pemko Makasar
Makasar
7,75
6,56
7,35
168
Bea Masuk di DJBC - Kementerian Keuangan
Medan
7,44
7,17
7,35
169
Izin Trayek AKAP - Kementerian Perhubungan
DKI Jakarta
7,74
6,53
7,34
170
Tambah Daya - PT. PLN (Persero)
Kupang
7,63
6,76
7,34
171
KTP - Pemko Batam
Batam
7,78
6,42
7,33
172
Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional
Kupang
7,86
6,26
7,33
173
Lelang - Kementerian Keuangan
Bandar Lampung
8,05
5,87
7,32
174
SIUP - Pemko Banjarmasin
Banjarmasin
7,68
6,60
7,32
175
P5KP - Kementerian Keuangan
Bandung
7,57
6,78
7,31
176
KTP - Pemko Denpasar
Denpasar
7,59
6,75
7,31
177
Layanan Muatan Barang Kontainer - PT. PELNI (Persero)
DKI Jakarta
8,02
5,90
7,31
178
Layanan Informasi Status Kasasi - Mahkamah Agung
DKI Jakarta
7,54
6,85
7,31
179
IMB - Pemko Pontianak
Pontianak
7,60
6,74
7,31
180
SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan
Bandung
7,75
6,36
7,29
181
IMB - Pemko Pekalongan
Pekalongan
7,90
6,08
7,29
182
IUPHHKHT - Kementerian Kehutanan
DKI Jakarta
7,48
6,89
7,28
183
Layanan Muatan Barang General Cargo - PT. PELNI (Persero)
DKI Jakarta
8,02
5,81
7,28
184
Pasang Baru - PT. PLN (Persero)
DKI Jakarta
7,82
6,18
7,27
185
Peradilan Umum - Mahkamah Agung
Makasar
7,79
6,23
7,27
186
Peradilan Tilang - Mahkamah Agung
Banjarmasin
7,59
6,60
7,26
187
Bea Masuk di DJBC - Kementerian Keuangan
Surabaya
7,39
7,00
7,26
188
SIM - Kepolisian Negara RI
Yogyakarta
7,57
6,65
7,26
189
SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan
Banda Aceh
8,06
5,63
7,25
190
Pembuatan dan Perpanjangan Paspor
Denpasar
7,29
7,17
7,25
191
Peradilan Umum - Mahkamah Agung
Kupang
7,70
6,36
7,25
192
Kadastral - Badan Pertanahan Nasional
Bandar Lampung
8,14
5,44
7,24
193
Perijinan Ekspor/Impor terhadap barang-barang yang termasuk dalam kategori makanan dan obat-obatan - Badan Pengawas Obat dan Makanan
DKI Jakarta
7,89
5,94
7,24
194
Sertifikat â&#x20AC;&#x201C; Badan Pertanahan Nasional
Mataram
7,98
5,75
7,24
195
SKCK â&#x20AC;&#x201C; Kepolisian Negara RI
Yogyakarta
7,53
6,65
7,24
196
Tambah Daya - PT. PLN (Persero)
Medan
7,31
7,07
7,23
197
SIUP - Pemko Bandar Lampung
Bandar Lampung
7,82
5,98
7,21
198
Persetujuan Impor Barang Modal Bukan Baru - Kementerian Perdagangan
DKI Jakarta
7,92
5,78
7,21
199
KTP - Pemko Pangkal Pinang
Pangkal Pinang
7,95
5,74
7,21
200
SIUP - Pemko Samarinda
Samarinda
7,85
5,92
7,21
Survei Integritas Sektor Publik 2011
129
130
Lampiran
Pengalaman
Potensi
Integritas
201
No
SKAT - Kementerian Kelautan dan Perikanan
Unit Layanan
DKI Jakarta
8,04
5,51
7,20
202
Lapas - Kementerian Hukum dan HAM
Semarang
7,91
5,77
7,20
203
KUA - Kementerian Agama
Denpasar
7,84
5,85
7,18
204
Bea Masuk di DJBC - Kementerian Keuangan
DKI Jakarta
7,73
6,09
7,18
205
P5KP - Kementerian Keuangan
Kupang
7,32
6,89
7,18
206
IMB - Pemkab Mamuju
Mamuju
7,53
6,47
7,18
207
IMB - Pemko Denpasar
Denpasar
7,35
6,81
7,17
208
P5KP - Kementerian Keuangan
Banda Aceh
8,04
5,40
7,16
209
KUA - Kementerian Agama
Medan
7,48
6,52
7,16
210
Paspor - Kementerian Hukum dan HAM - Kementerian Hukum dan HAM
Pontianak
7,95
5,57
7,16
211
SKCK - Kepolisian Negara RI
Makasar
7,68
6,08
7,15
212
KUA - Kementerian Agama
Yogyakarta
7,64
6,13
7,14
213
Tambah Daya - PT. PLN (Persero)
Bandar Lampung
7,64
6,10
7,13
214
KTP - Pemko Bitung
Bitung
7,68
6,03
7,13
215
Paspor - Kementerian Hukum dan HAM - Kementerian Hukum dan HAM
Bandar Lampung
7,80
5,72
7,11
216
Lapas - Kementerian Hukum dan HAM
Palu
7,90
5,53
7,11
217
IMB - Pemko Samarinda
Samarinda
7,85
5,64
7,11
218
KTP - Pemko Samarinda
Samarinda
7,90
5,51
7,10
219
SIUP - Pemko Pekalongan
Pekalongan
7,45
6,38
7,09
220
KTP - Pemko Surabaya
Surabaya
7,62
6,04
7,09
221
KTP - Pemko Tanjung Pinang
Tanjung Pinang
7,94
5,39
7,09
222
Tambah Daya - PT. PLN (Persero)
Bandung
7,16
6,92
7,08
223
Paspor - Kementerian Hukum dan HAM
Yogyakarta
7,29
6,67
7,08
224
Tambah Daya - PT. PLN (Persero)
Jayapura
7,20
6,80
7,07
225
KTP - Pemko Banjarbaru
Banjarbaru
7,12
6,88
7,04
226
Penyetaraan Ijazah Luar Negeri - Kementerian Pendidikan Nasional
DKI Jakarta
7,84
5,44
7,04
227
Pasang Baru - PT. PLN (Persero)
Jayapura
7,21
6,69
7,04
228
Izin SPBU - PT. Pertamina (Persero)
DKI Jakarta
7,38
6,32
7,03
229
izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan - Kementerian Kehutanan
DKI Jakarta
7,76
5,58
7,03
230
SIUP - Pemko Jambi
Jambi
8,01
5,07
7,03
231
IMB - Pemko Madiun
Madiun
7,76
5,56
7,03
232
Kadastral - Badan Pertanahan Nasional
Kupang
7,35
6,37
7,02
233
SIUP - Pemko Lhokseumawe
Lhokseumawe
7,70
5,64
7,01
234
Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional
Padang
7,22
6,59
7,01
235
Tilang - Mahkamah Agung
Palembang
7,53
5,96
7,01
236
UPIWP - Kementerian ESDM
DKI Jakarta
7,59
5,82
7,00
237
IMB - Pemko Kediri
Kediri
7,69
5,60
6,99
238
Peradilan Umum - Mahkamah Agung
Palembang
7,29
6,37
6,98
239
Pelayanan Pengelolaan Property Bandara PT. Angkasa Pura II (Persero)
DKI Jakarta
7,70
5,50
6,97
240
Paspor - Kementerian Hukum dan HAM
Jayapura
7,09
6,72
6,97
241
KTP - Pemko Kediri
Kediri
7,70
5,52
6,97
242
SIUP - Pemko Madiun
Madiun
7,85
5,22
6,97
243
Peradilan Umum - Mahkamah Agung
Banjarmasin
7,20
6,47
6,96
244
IMB - Pemko Kupang
Kupang
7,05
6,79
6,96
245
Paspor - Kementerian Hukum dan HAM
Ambon
7,16
6,52
6,95
246
SIM - Kepolisian Negara RI
Denpasar
7,59
5,60
6,93
247
Tilang - Mahkamah Agung
Makasar
7,60
5,59
6,93
248
SIUP - Pemko Palu
Palu
7,83
5,06
6,91
249
Tambah Daya - PT. PLN (Persero)
Ambon
7,00
6,70
6,90
Survei Integritas Sektor Publik 2011
Kota
Lampiran
Pengalaman
Potensi
Integritas
250
No
SIUP - Pemkab Mamuju
Unit Layanan
Mamuju
Kota
7,75
5,20
6,90
251
IMB - Pemko Palu
Palu
8,02
4,61
6,88
252
Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional
Pontianak
7,10
6,44
6,88
253
SIUP - Pemkab Banyumas
Banyumas
7,26
6,10
6,87
254
Paspor - Kementerian Hukum dan HAM
Bandung
7,16
6,23
6,85
255
Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional
DKI Jakarta
7,34
5,88
6,85
256
KTP - Pemko Pekalongan
Pekalongan
7,12
6,32
6,85
257
Pasang Baru - PT. PLN (Persero)
Bandar Lampung
7,33
5,83
6,83
258
Lapas - Kementerian Hukum dan HAM
DKI Jakarta
7,05
6,38
6,83
259
IMB - Pemko Jambi
Jambi
7,90
4,65
6,82
260
Tambah Daya - PT. PLN (Persero)
Makasar
7,73
4,99
6,82
261
SIUP - Pemko Bandung
Bandung
7,16
6,11
6,81
262
SKCK - Kepolisian Negara RI
Kupang
7,13
6,16
6,81
263
IMB - Pemko Bandung
Bandung
7,14
6,11
6,80
264
SKCK - Kepolisian Negara RI
Bandar Lampung
6,93
6,46
6,77
265
KTP - Pemko Surakarta
Surakarta
7,02
6,23
6,76
266
IMB - Pemkab Banyumas
Banyumas
7,04
6,16
6,75
267
KUA - Kementerian Agama
Jayapura
6,75
6,75
6,75
268
Lapas - Kementerian Hukum dan HAM
Denpasar
7,65
4,91
6,74
269
Peradilan Umum - Mahkamah Agung
Jayapura
6,75
6,69
6,73
270
SIUP - Pemko Kediri
Kediri
7,36
5,48
6,73
271
Kadastral - Badan Pertanahan Nasional
Pontianak
7,05
6,08
6,73
272
SIUP - Pemko Banda Aceh
Banda Aceh
7,78
4,59
6,72
273
KTKNL - BNP2TKI
DKI Jakarta
7,42
5,28
6,71
274
Kadastral - Badan Pertanahan Nasional
Bandung
6,93
6,23
6,70
275
Lapas - Kementerian Hukum dan HAM
Makasar
7,70
4,71
6,70
276
KTP - Pemko Palangkaraya
Palangkaraya
7,36
5,38
6,70
277
SKCK - Kepolisian Negara RI
Surabaya
7,14
5,79
6,69 6,67
278
Tilang - Mahkamah Agung
Jayapura
6,68
6,66
279
Pasang Baru - PT. PLN (Persero)
Kupang
6,88
6,21
6,66
280
KTP - Pemkab Jember
Jember
7,64
4,67
6,65
281
KTP - Pemko Pekanbaru
Pekanbaru
7,08
5,75
6,64
282
SIUP - Pemko Binjai
Binjai
6,70
6,47
6,62
283
Pasang Baru - PT. PLN (Persero)
Banjarmasin
6,86
6,10
6,61
284
Pelayanan Pengujian Mutu Barang Kementerian Perdagangan
DKI Jakarta
7,50
4,82
6,61
285
KTP - Pemko Pare-pare
Pare-pare
7,53
4,76
6,61
286
KTP - Pemko Madiun
Madiun
7,00
5,78
6,59 6,57
287
KTP - Pemko Makasar
Makasar
7,20
5,32
288
Kadastral - Badan Pertanahan Nasional
Padang
6,51
6,70
6,57
289
SKCK - Kepolisian Negara RI
Banjarmasin
6,92
5,77
6,54
290
Pasang Baru - PT. PLN (Persero)
Medan
6,44
6,75
6,54
291
Lelang - Kementerian Keuangan
Bandung
6,72
6,14
6,53
292
Tilang - Mahkamah Agung
Banda Aceh
7,05
5,45
6,52
293
Tilang - Mahkamah Agung
Bandar Lampung
6,90
5,77
6,52
294
Kadastral - Badan Pertanahan Nasional
Banda Aceh
6,94
5,65
6,51
295
Kadastral - Badan Pertanahan Nasional
Banjarmasin
6,59
6,36
6,51
296
Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional
Jayapura
6,66
6,22
6,51
297
KUA - Kementerian Agama
Makasar
7,22
5,06
6,50
298
SKCK - Kepolisian Negara RI
Palembang
6,52
6,46
6,50
299
SIM - Kepolisian Negara RI
Kupang
6,72
6,03
6,49
300
KUA - Kementerian Agama
Banjarmasin
6,58
6,22
6,46
Survei Integritas Sektor Publik 2011
131
132
Lampiran
Pengalaman
Potensi
Integritas
301
No KTP - Pemko Bandung
Unit Layanan
Bandung
Kota
7,12
5,09
6,44
302
SIUP - Pemko Pangkal Pinang
Pangkal Pinang
6,81
5,69
6,44
303
Lapas - Kementerian Hukum dan HAM
Banda Aceh
6,36
6,56
6,43
304
IMB - Pemko Bandar Lampung
Bandar Lampung
7,18
4,94
6,43
305
Lelang - Kementerian Keuangan
Banda Aceh
6,81
5,62
6,41
306
Peradilan Umum - Mahkamah Agung
Pontianak
7,20
4,76
6,39
307
Tilang - Mahkamah Agung
Yogyakarta
6,69
5,80
6,39
308
Pelayanan Cargo - PT. Angkasa Pura II (Persero)
DKI Jakarta
6,33
6,48
6,38
309
IMB - DKI Jakarta
DKI Jakarta
6,74
5,66
6,38
310
SKCK - Kepolisian Negara RI
Banda Aceh
6,72
5,67
6,37
311
Tilang - Mahkamah Agung
Manado
7,79
3,48
6,35
312
Peradilan Umum - Mahkamah Agung
Bandung
6,87
5,27
6,34
313
KTP - Pemko Mataram
Mataram
6,28
6,44
6,33
314
KTP - Pemkab Sidoarjo
Sidoarjo
6,85
5,28
6,33
315
Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional
Surabaya
6,82
5,35
6,33
316
IMB - Pemko Palangkaraya
Palangkaraya
6,55
5,82
6,31
317
SIM - Kepolisian Negara RI
Banda Aceh
6,58
5,70
6,29
318
SIM - Kepolisian Negara RI
Bandar Lampung
6,23
6,29
6,25
319
Kadastral - Badan Pertanahan Nasional
Medan
5,86
7,02
6,25
320
Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional
Banjarmasin
6,39
5,94
6,24
321
Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional
Banda Aceh
6,70
5,28
6,23
322
Lapas - Kementerian Hukum dan HAM
Banjarmasin
6,22
6,23
6,22
323
KUA - Kementerian Agama
Bandar Lampung
6,62
5,40
6,21
324
SIUP - Pemko Cilegon
Cilegon
6,74
5,15
6,21
325
KTP - Pemko Kupang
Kupang
6,55
5,49
6,20
326
IMB - Pemko Bima
Bima
6,55
5,40
6,17
327
IMB - Pemko Malang
Malang
6,65
5,14
6,15
328
Peradilan Umum - Mahkamah Agung
Banda Aceh
6,34
5,68
6,12 6,11
329
KTP - Pemko Cilegon
Cilegon
6,70
4,93
330
Lapas - Kementerian Hukum dan HAM
Bandar Lampung
6,38
5,55
6,10
331
SIUP - Pemko Kendari
Kendari
7,40
3,49
6,10
332
IMB - Pemko Medan
Medan
6,02
6,26
6,10
333
Pelayanan Display Produk Unggulan Kementerian Koperasi dan UKM
DKI Jakarta
6,41
5,45
6,09
334
KTP - Pemko Tangerang
Tangerang
6,28
5,68
6,08
335
SIUP - Pemko Medan
Medan
5,90
6,38
6,06
336
IMB - Pemko Banda Acehv
Banda Aceh
6,70
4,76
6,05
337
KTP - Pemko Padang
Padang
6,05
6,03
6,04 6,03
338
Pasang Baru - PT. PLN (Persero)
Banda Aceh
6,44
5,20
339
KTP - Pemko Banjarmasin
Banjarmasin
6,14
5,78
6,02
340
SIM - Kepolisian Negara RI
Banjarmasin
6,21
5,51
5,98
341
Paspor - Kementerian Hukum dan HAM
Banda Aceh
6,28
5,36
5,97
342
KTP - Pemkab Banyumas
Banyumas
6,14
5,60
5,96
343
IMB - Pemko Binjai
Binjai
6,22
5,44
5,96
344
Tambah Daya - PT. PLN (Persero)
Palembang
5,99
5,85
5,94
345
Pendaftaran/Perpanjangan Izin Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus - Kementerian Agama
DKI Jakarta
6,04
5,66
5,91
346
SIUP - Pemko Jayapura
Jayapura
5,64
6,41
5,90
347
Paspor - Kementerian Hukum dan HAM
Surabaya
7,18
3,28
5,88
348
SIM - Kepolisian Negara RI
Jayapura
5,65
6,20
5,83
349
KUA - Kementerian Agama
Ambon
5,78
5,87
5,81
350
IMB - Pemko Jayapura
Jayapura
5,56
6,29
5,80
351
Lapas - Kementerian Hukum dan HAM
Bandung
6,40
4,58
5,79
Survei Integritas Sektor Publik 2011
Lampiran
Pengalaman
Potensi
Integritas
352
No
Kadastral - Badan Pertanahan Nasional
Unit Layanan
Manado
Kota
5,96
5,43
5,78
353
SIUP - Pemko Palangkaraya
Palangkaraya
5,57
6,21
5,78
354
IMB - Pemko Cilegon
Cilegon
5,90
5,51
5,77
355
SIM - Kepolisian Negara RI
DKI Jakarta
6,03
5,21
5,76
356
Pasang Baru - PT. PLN (Persero)
Ambon
5,77
5,71
5,75
357
KUA - Kementerian Agama
Kupang
5,73
5,75
5,74
358
SKCK - Kepolisian Negara RI
Medan
5,33
6,50
5,72
359
Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional
Bandung
5,42
6,10
5,65
360
SIUP - Pemko Bekasi
Bekasi
5,45
6,06
5,65
361
Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional
Bandar Lampung
5,63
5,56
5,61
362
Tilang - Mahkamah Agung
Bandung
6,31
4,22
5,61
363
IMB - Pemko Pangkal Pinang
Pangkal Pinang
5,69
5,41
5,60
364
Tambah Daya - PT. PLN (Persero)
Banda Aceh
5,80
5,18
5,59
365
Kadastral - Badan Pertanahan Nasional
Makasar
6,00
4,78
5,59
366
SKCK - Kepolisian Negara RI
Bandung
5,97
4,74
5,56
367
Pasang Baru - PT. PLN (Persero)
Makasar
5,56
5,56
5,56
368
KUA - Kementerian Agama
Banda Aceh
5,88
4,88
5,55
369
Tambah Daya - PT. PLN (Persero)
Banjarmasin
5,66
5,33
5,55
370
Peradilan Umum - Mahkamah Agung
Bandar Lampung
5,32
5,92
5,52
371
KUA - Kementerian Agama
Padang
5,24
6,07
5,52
372
Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional
Manado
5,64
5,17
5,48
373
Paspor - Kementerian Hukum dan HAM
Banjarmasin
5,22
5,95
5,46
374
IMB - Pemko Palembang
Palembang
5,18
5,98
5,45
375
SIUP - Pemko Cirebon
Cirebon
5,61
5,07
5,43
376
SIUP - DKI Jakarta
DKI Jakarta
5,14
5,99
5,43
377
IMB - Pemko Bogor
Bogor
5,75
4,73
5,41
378
KTP - Pemko Bima
Bima
5,68
4,82
5,39
379
Pasang Baru - PT. PLN (Persero)
Palembang
5,17
5,82
5,39 5,38
380
Paspor - Kementerian Hukum dan HAM
Padang
5,34
5,46
381
Bea Masuk di DJBC - Kementerian Keuangan
Balikpapan
5,34
5,41
5,36
382
Pasang Baru - PT. PLN (Persero)
Mataram
5,08
5,87
5,34
383
Paspor - Kementerian Hukum dan HAM
Palu
5,26
5,43
5,32
384
Paspor - Kementerian Hukum dan HAM
Kupang
5,09
5,72
5,30
385
Lapas - Kementerian Hukum dan HAM
Palembang
5,69
4,50
5,29
386
Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional
Palembang
5,12
5,59
5,28
387
Paspor - Kementerian Hukum dan HAM
Medan
4,65
6,38
5,23
388
Paspor - Kementerian Hukum dan HAM
DKI Jakarta
5,46
4,74
5,22 5,20
389
KTP - Pemko Banda Aceh
Banda Aceh
5,51
4,58
390
SKCK - Kepolisian Negara RI
Mataram
4,76
6,06
5,19
391
KTP - Pemko Bekasi
Bekasi
5,11
5,23
5,15
392
SIUP - Pemko Bima
Bima
5,09
5,15
5,11
393
KTP - DKI Jakarta
DKI Jakarta
5,03
5,10
5,06
394
SKCK - Kepolisian Negara RI
Manado
4,30
6,43
5,01
395
Peradilan Umum - Mahkamah Agung
Surabaya
5,50
3,90
4,97
396
SIUP
Makasar
4,24
6,39
4,96
397
Pelayanan Data Akses Pasar Domestik Kementerian Koperasi dan UKM
DKI Jakarta
5,40
4,04
4,95
398
Tambah Daya - PT. PLN (Persero)
Semarang
4,69
5,46
4,95
399
SKCK - Kepolisian Negara RI
DKI Jakarta
5,20
4,39
4,93
400
SIM - Kepolisian Negara RI
Mataram
4,36
6,01
4,91
401
IMB - Pemko Lhokseumawe
Lhokseumawe
4,54
5,62
4,90
402
IMB - Pemko Pekanbaru
Pekanbaru
4,64
5,43
4,90
403
SKCK - Kepolisian Negara RI
Ambon
4,24
6,01
4,83
Survei Integritas Sektor Publik 2011
133
134
Lampiran
Pengalaman
Potensi
Integritas
404
No
SIM - Kepolisian Negara RI
Unit Layanan
Padang
Kota
4,52
5,44
4,83
405
Perpanjangan Ijin KBIH (Kelompok Bimbingan Ibadah Haji)
DKI Jakarta
4,42
5,62
4,82
406
Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional
Denpasar
4,46
5,50
4,81
407
KTP - Pemko Jambi
Jambi
4,80
4,84
4,81
408
Tilang - Mahkamah Agung
Semarang
4,92
4,60
4,81
409
KTP - Pemkab Mamuju
Mamuju
4,28
5,82
4,79
410
Paspor - Kementerian Hukum dan HAM
Manado
4,24
5,84
4,77
411
IMB - Pemko Kendari
Kendari
5,56
3,07
4,73
412
Peradilan Umum - Mahkamah Agung
Semarang
4,54
5,11
4,73
413
SIUP - Pemko Pematang Siantar
Pematang Siantar
4,90
4,37
4,72
414
SIUP - Pemko Balikpapan
Balikpapan
4,87
4,38
4,71
415
KUA - Kementerian Agama
Bandung
4,52
5,10
4,71
416
KTP - Pemko Pematang Siantar
Pematang Siantar
4,73
4,55
4,67
417
Tilang - Mahkamah Agung
Medan
4,01
5,94
4,65
418
KTP - Pemko Medan
Medan
4,08
5,70
4,62
419
Paspor - Kementerian Hukum dan HAM
Mataram
4,26
5,30
4,61
420
Lapas - Kementerian Hukum dan HAM
Jayapura
3,53
6,67
4,58
421
Tambah Daya - PT. PLN (Persero)
Manado
4,02
5,65
4,56
422
IMB - Pemko Pematang Siantar
Pematang Siantar
4,74
4,21
4,56
423
SKCK - Kepolisian Negara RI
Semarang
4,66
4,35
4,56
424
IMB - Pemkab Jember
Jember
4,81
4,04
4,55
425
Paspor - Kementerian Hukum dan HAM
Makasar
4,18
5,25
4,54
426
KTP - Pemko Ambon
Ambon
4,31
4,91
4,51
427
KTP - Pemko Cirebon
Cirebon
4,37
4,78
4,51
428
KUA - Kementerian Agama
Surabaya
4,52
4,50
4,51
429
Kadastral - Badan Pertanahan Nasional
Surabaya
3,99
5,47
4,48
430
IMB - Pemko Lubuk Linggau
Lubuk Linggau
3,72
5,96
4,47
431
IMB - Pemko Bekasi
Bekasi
3,85
5,64
4,45 4,45
432
SIUP - Pemko Lubuk Linggau
Lubuk Linggau
3,49
6,37
433
KTP - Pemko Bandar Lampung
Bandar Lampung
4,22
4,86
4,43
434
KTP - Pemko Palu
Palu
4,37
4,56
4,43
435
SIM - Kepolisian Negara RI
Medan
3,87
5,48
4,41
436
Tilang - Mahkamah Agung
DKI Jakarta
4,33
4,55
4,40
437
SIM - Kepolisian Negara RI
Bandung
4,24
4,66
4,38
438
IMB - Pemkab Manokwari
Manokwari
4,06
5,03
4,38
439
IMB - Pemko Bengkulu
Bengkulu
3,66
5,52
4,28
440
Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional
Makasar
4,12
4,49
4,24 4,24
441
IMB - Pemko Ternate
Ternate
3,96
4,81
442
SIUP - Pemko Bengkulu
Bengkulu
3,68
5,34
4,23
443
KTP - Pemko Lubuk Linggau
Lubuk Linggau
3,19
6,27
4,22
444
SIUP - Pemko Manado
Manado
3,90
4,81
4,20
445
KTP - Pemko Semarang
Semarang
3,76
4,98
4,17
446
KTP - Pemko Bogor
Bogor
3,38
5,70
4,15
447
Pasang Baru - PT. PLN (Persero)
Bandung
3,63
5,12
4,13
448
Paspor - Kementerian Hukum dan HAM
Semarang
3,51
5,38
4,13
449
IMB - Pemko Cirebon
Cirebon
3,74
4,75
4,08
450
KTP - Pemko Binjai
Binjai
3,50
5,14
4,05
451
KUA - Kementerian Agama
Palembang
3,57
4,98
4,04
452
KTP - Pemko Bengkulu
Bengkulu
3,12
5,81
4,02
453
SIUP - Pemko Palembang
Palembang
3,47
5,13
4,02
454
SIUP - Pemko Ternate
Ternate
3,60
4,79
4,00
455
KTP - Pemko Ternate
Ternate
3,49
4,97
3,98
Survei Integritas Sektor Publik 2011
Lampiran
Pengalaman
Potensi
Integritas
456
No SIUP - Pemkab Jember
Unit Layanan
Jember
Kota
3,90
4,04
3,95
457
SIUP - Pemko Malang
Malang
3,76
4,28
3,93
458
Kadastral - Badan Pertanahan Nasional
Palembang
3,28
5,23
3,93
459
KTP - Pemkab Manokwari
Manokwari
3,66
4,40
3,91
460
KTP - Pemko Serang
Serang
4,17
3,36
3,90
461
Kadastral - Badan Pertanahan Nasional
Denpasar
3,67
4,32
3,89
462
KUA - Kementerian Agama
Mataram
3,20
5,28
3,89
463
KTP - Pemko Kendari
Kendari
4,16
3,30
3,87
464
SIM - Kepolisian Negara RI
Ambon
2,97
5,62
3,85
465
SIM - Kepolisian Negara RI
Manado
3,13
5,24
3,83
466
SKCK - Kepolisian Negara RI
Palu
3,25
4,97
3,82
467
KTP - Pemko Lhokseumawe
Lhokseumawe
3,43
4,50
3,79
468
Peradilan Umum - Mahkamah Agung
Manado
2,92
5,46
3,77
469
SIM - Kepolisian Negara RI
Makasar
2,75
5,72
3,74
470
KUA - Kementerian Agama
Manado
2,81
5,54
3,72
471
SIUP - Pemko Tangerang
Tangerang
3,22
4,69
3,71
472
SIM - Kepolisian Negara RI
Palu
3,30
4,44
3,68
473
IMB - Pemko Depok
Depok
3,48
3,97
3,64
474
KUA - Kementerian Agama
DKI Jakarta
3,36
4,08
3,60
475
IMB - Pemko Tangerang
Tangerang
3,06
4,65
3,59
476
Paspor - Kementerian Hukum dan HAM
Palembang
2,83
4,99
3,55
477
SIM - Kepolisian Negara RI
Palembang
2,93
4,77
3,54
478
Pasang Baru - PT. PLN (Persero)
Palu
2,90
4,69
3,50
479
KTP - Pemko Depok
Depok
3,20
4,05
3,48
480
Tilang - Mahkamah Agung
Palu
3,52
3,40
3,48
481
Pasang Baru - PT. PLN (Persero)
Semarang
2,72
4,93
3,46
482
Lapas - Kementerian Hukum dan HAM
Medan
2,60
5,09
3,43
483
SIUP - Pemko Semarang
Semarang
2,98
4,33
3,43 3,41
484
IMB - Pemko Serang
Serang
2,92
4,38
485
IMTA - Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
DKI Jakarta
2,70
4,78
3,39
486
SIUP - Pemko Depok
Depok
3,09
3,95
3,38
487
KUA - Kementerian Agama
Semarang
2,93
4,21
3,36
488
KTP - Pemko Metro
Metro
2,70
4,63
3,34
489
Tambah Daya - PT. PLN (Persero)
DKI Jakarta
2,35
5,30
3,33
490
Kadastral - Badan Pertanahan Nasional
Semarang
2,95
4,06
3,32
491
SIM - Kepolisian Negara RI
Semarang
2,60
4,77
3,32
492
SIUP - Pemko Serang
Serang
2,80
4,37
3,32 3,30
493
Pasang Baru - PT. PLN (Persero)
Manado
1,78
6,34
494
KTP - Pemko Palembang
Palembang
2,88
4,06
3,27
495
Lapas - Kementerian Hukum dan HAM
Manado
2,36
5,06
3,26
496
SIUP - Pemko Metro
Metro
2,69
4,37
3,25
497
SIUP - Pemko Bogor
Bogor
2,70
4,33
3,24
498
IMB - Pemko Semarang
Semarang
2,68
4,35
3,24
499
Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional
Semarang
2,83
4,03
3,23
500
Kadastral - Badan Pertanahan Nasional
Palu
2,58
4,37
3,18
501
Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional
Palu
2,56
4,25
3,12
502
Peradilan Umum - Mahkamah Agung
Palu
2,47
4,35
3,10
503
IMB - Pemko Metro
Metro
2,38
3,86
2,87
504
Tilang - Mahkamah Agung
Surabaya
2,53
3,52
2,86
505
KUA - Kementerian Agama
Palu
2,41
3,74
2,85
506
SIUP - Pemkab Manokwari
Manokwari
2,02
4,41
2,82
507
KTP - Pemko Manado
Manado
1,71
4,10
2,51
Survei Integritas Sektor Publik 2011
135
136
Lampiran
Lampiran 3.
Indeks Integritas Total Pusat (IITP), Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas berdasarkan Instansi
NO
PENGALAMAN
POTENSI
INTEGRITAS
1
Badan Koordinasi Penanaman Modal
INSTANSI
7,99
6,80
7,60
2
Kementerian Keuangan
7,88
6,93
7,56
3
Kementerian Kesehatan
7,82
6,94
7,52
4
PT. Jamsostek (Persero)
7,79
6,96
7,52
5
Kementerian Perindustrian
7,89
6,74
7,51
6
PT. Pelindo II (Persero)
7,73
7,04
7,50
7
Kementerian Perhubungan
7,84
6,73
7,47
8
Kementerian Kelautan dan Perikanan
7,99
6,39
7,46
9
Kementerian Pertanian
7,75
6,86
7,45
10
Kementerian Komunikasi dan Informatika
8,04
6,20
7,43
11
Kementerian Pendidikan Nasional
7,91
6,41
7,41
12
PT. Pertamina (Persero)
7,70
6,80
7,40
13
Badan Pengawas Obat dan Makanan
7,83
6,41
7,36
14
PT. PELNI (Persero)
8,02
5,85
7,30
15
Kementerian ESDM
7,72
6,32
7,26
16
BNP2TKI
7,64
6,04
7,11
17
Kementerian Kehutanan
7,69
5,91
7,09
18
Kementerian Perdagangan
7,71
5,30
6,91
19
PT. Angkasa Pura II (Persero)
7,01
5,99
6,68
20
PT. PLN (Persero)
6,45
6,23
6,38
21
Mahkamah Agung
6,63
5,83
6,36
22
Kementerian Hukum dan HAM
6,23
5,80
6,09
23
Badan Pertanahan Nasional
6,18
5,84
6,07
24
Kepolisian Negara RI
5,74
5,82
5,76
25
Kementerian Koperasi dan UKM
5,91
4,74
5,52
26
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
5,28
5,79
5,44
27
Kementerian Agama
5,40
5,42
5,41
Survei Integritas Sektor Publik 2011
Lampiran
Lampiran 4.
Indeks Integritas Pusat (IIP), Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas berdasarkan Instansi
NO
PENGALAMAN
POTENSI
INTEGRITAS
1
Badan Koordinasi Penanaman Modal
INSTANSI
7,99
6,80
7,60
2
Kementerian Kesehatan
7,82
6,94
7,52
3
PT. Jamsostek (Persero)
7,79
6,96
7,52
4
Kementerian Perindustrian
7,89
6,74
7,51
5
PT. Pelindo II (Persero)
7,73
7,04
7,50
6
Kementerian Perhubungan
7,84
6,73
7,47
7
Kementerian Kelautan dan Perikanan
7,99
6,39
7,46
8
Kementerian Pertanian
7,75
6,86
7,45
9
Kementerian Komunikasi dan Informatika
8,04
6,20
7,43
10
Kementerian Pendidikan Nasional
7,91
6,41
7,41
11
PT. Pertamina (Persero)
7,70
6,80
7,40
12
Badan Pengawas Obat dan Makanan
7,83
6,41
7,36
13
Mahkamah Agung
7,54
6,85
7,31
14
PT. PELNI (Persero)
8,02
5,85
7,30
15
Kementerian ESDM
7,72
6,32
7,26
16
BNP2TKI
7,64
6,04
7,11
17
Kementerian Kehutanan
7,69
5,91
7,09
18
Kementerian Perdagangan
7,71
5,30
6,91
19
PT. Angkasa Pura II (Persero)
7,01
5,99
6,68
20
Kementerian Koperasi dan UKM
5,91
4,74
5,52
21
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
5,28
5,79
5,44
22
Kementerian Agama
5,23
5,64
5,37
Survei Integritas Sektor Publik 2011
137
138
Lampiran
Lampiran 5. No
Indeks Integritas Pusat (IIP), Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas berdasarkan Unit Layanan Pengalaman
Potensi
Integritas
1
Izin Belajar WNI Pada Sekolah International
Unit Layanan
Kementerian Pendidikan Nasional
Kota
7,98
7,39
7,78
2
Izin Agen Domestik (Agen LPG12kg dan 50kg)
PT. Pertamina (Persero)
8,02
7,28
7,77
3
Penerbitan Angka Pengenal Importir Produsen (API-P)
Badan Koordinasi Penanaman Modal
8,00
7,16
7,72
4
Surat Ijin Penangkapan Ikan (SIPI) (Baru dan Perpanjangn)
Kementerian Kelautan dan Perikanan
7,95
7,27
7,72
5
Layanan Bongkar Muat Barang General Cargo
PT. Pelindo II (Persero)
7,87
7,17
7,64
6
Layanan Klaim Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)
PT. Jamsostek (Persero)
7,78
7,27
7,61
7
Surat Izin Usaha Perusahaan Angkutan laut (SIUPAL)
Kementerian Perhubungan
7,94
6,93
7,60
8
Penerbitan Rekomendasi Importir Produsen Tekstil (IP-Tekstil)
Kementerian Perindustrian
7,96
6,84
7,59
9
Izin Pemasukan dan Pengeluaran Benih Tanaman Pangan
Kementerian Pertanian
8,07
6,52
7,55
10
Surat Persetujuan Importir Psikotropika (SPI-P) (Pembuatan Baru)
Kementerian Kesehatan
7,83
6,93
7,53
11
Izin Edar Alat Kesehatan (Pembuatan Baru/ Perpanjangan)
Kementerian Kesehatan
7,81
6,94
7,52
12
Pendataan dan Ticketing ke daerah tujuan di Terminal Selapajang
BNP2TKI
7,87
6,79
7,51
13
Izin Penyiaran TV
Kementerian Komunikasi dan Informatika
8,19
6,14
7,51
14
Surat Ijin Pengerahan (SIP)
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
7,86
6,79
7,50
15
Pendaftaran MD/ML
Badan Pengawas Obat dan Makanan
7,78
6,89
7,48
16
Izin Prinsip Penanaman Modal
Badan Koordinasi Penanaman Modal
7,98
6,44
7,47
17
Layanan Pencairan Jaminan Hari Tua (JHT)
PT. Jamsostek (Persero)
7,81
6,66
7,43
18
Sertifikasi Produk Pengguna Tanda Standar Nasional Indonesia (SPPT SNI)
Kementerian Perindustrian
7,83
6,64
7,43
19
Izin Penyimpanan dan Pengangkutan
Kementerian ESDM
7,80
6,62
7,41
20
Layanan Kapal (Jasa Pandu, Tunda, Tambat)
PT. Pelindo II (Persero)
7,59
6,90
7,36
21
Layanan Pemberian Izin Pendaftaran Pupuk Organik
Kementerian Pertanian
7,42
7,20
7,35
22
Izin Station Radio
Kementerian Komunikasi dan Informatika
7,89
6,26
7,35
23
Izin Trayek AKAP (Antar Kota Antar Propinsi )
Kementerian Perhubungan
7,74
6,53
7,34
24
Layanan Muatan Barang Kontainer
PT. PELNI (Persero)
8,02
5,90
7,31
25
Layanan Informasi Status Kasasi
Mahkamah Agung
7,54
6,85
7,31
26
Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman (IUPHHKHT)
Kementerian Kehutanan
7,48
6,89
7,28
27
Layanan Muatan Barang General Cargo
PT. PELNI (Persero)
8,02
5,81
7,28
28
Perijinan Ekspor/Impor terhadap barang-barang yang termasuk dalam kategori makanan dan obat-obatan
Badan Pengawas Obat dan Makanan
7,89
5,94
7,24
29
Persetujuan Impor Barang Modal Bukan Baru (Permohonan Baru dan Perpanjangan)
Kementerian Perdagangan
7,92
5,78
7,21
30
Penerbitan Surat Keterangan Aktivasi transmitter (SKAT)
Kementerian Kelautan dan Perikanan
8,04
5,51
7,20
31
Penyetaraan Ijazah Luar Negeri
Kementerian Pendidikan Nasional
7,84
5,44
7,04
32
izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan
Kementerian Kehutanan
7,76
5,58
7,03
33
Izin SPBU
PT. Pertamina (Persero)
7,38
6,32
7,03
34
Unit Pelayanan Informasi Wilayah Pertambangan (UPIWP)
Kementerian ESDM
7,59
5,82
7,00
35
Pelayanan Pengelolaan Property Bandara
PT. Angkasa Pura II (Persero)
7,70
5,50
6,97
Survei Integritas Sektor Publik 2011
Lampiran
No
Pengalaman
Potensi
Integritas
36
Pembuatan Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri (KTKLN)
Unit Layanan BNP2TKI
7,42
5,28
6,71
37
Pelayanan Pengujian Mutu Barang
Kementerian Perdagangan
7,50
4,82
6,61
38
Pelayanan Cargo
PT. Angkasa Pura II (Persero)
6,33
6,48
6,38
39
Pelayanan Display Produk Unggulan
Kementerian Koperasi dan UKM
6,41
5,45
6,09
40
Pendaftaran/Perpanjangan Izin Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus
Kementerian Agama
6,04
5,66
5,91
41
Pelayanan Data Akses Pasar Domestik
Kementerian Koperasi dan UKM
5,40
4,04
4,95
42
Perpanjangan Ijin KBIH (Kelompok Bimbingan Ibadah Haji)
Kementerian Agama
4,42
5,62
4,82
43
Ijin Menggunakan tenaga Kerja Asing (IMTA)
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
2,70
4,78
3,39
Lampiran 6.
Kota
Indeks Integritas Vertikal (IIV), Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas berdasarkan Instansi
NO
PENGALAMAN
POTENSI
INTEGRITAS
1
Kementerian Keuangan
INSTANSI
7,88
6,93
7,56
2
PT. PLN (Persero)
6,45
6,23
6,38
3
Mahkamah Agung
6,61
5,80
6,34
4
Kementerian Hukum dan HAM
6,23
5,80
6,09
5
Badan Pertanahan Nasional
6,18
5,84
6,07
6
Kepolisian Negara RI
5,74
5,82
5,76
7
Kementerian Agama
5,41
5,40
5,41
Lampiran 7.
Indeks Integritas Vertikal (IIV), Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas berdasarkan Unit Layanan
No
Unit Layanan
Pengalaman
Potensi
Integritas
Integritas
1
Pelayanan SP2D di KPPN
7,99
7,08
7,69
7,78
2
Pelayanan Penyelesaian Permohonan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
7,96
7,02
7,65
7,77
3
Pelayanan Lelang di KPKNL ( Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang )
7,85
6,83
7,51
7,72
4
Pelayanan Pengurusan Impor Barang ( Bea Masuk) di DJBC
7,30
6,50
7,03
7,72
5
Layanan Tambah Daya
6,80
6,38
6,66
7,64
6
Peradilan Umum
6,66
5,98
6,44
7,61
7
Layanan Lembaga Pemasyarakatan
6,70
5,91
6,43
7,60
8
Peradilan Tilang
6,55
5,63
6,24
7,59
9
Pembuatan Surat Keterangan Catatan Kepolisian
6,32
5,96
6,20
7,55
10
Layanan Pemasangan baru dan Pemasangan Kembali
6,10
6,09
6,10
7,53
11
Pengukuran dan Pemetaan Kadastral
6,18
5,92
6,09
7,52
12
Pembuatan Sertifikat
6,18
5,77
6,04
7,51
13
Pembuatan dan Perpanjangan Paspor
5,76
5,68
5,74
7,51
14
Layanan Administrasi Pernikahan di KUA
5,41
5,40
5,41
7,50
15
Pembuatan dan Perpanjangan SIM
5,16
5,67
5,33
7,48
Survei Integritas Sektor Publik 2011
139
140
Lampiran
Lampiran 8,
Indeks Integritas Vertikal (IIV), Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Berdasarkan Instansi Kota
No
Pengalaman
Potensi
Integritas
1
Pontianak
Kota
7,93
6,43
7,43
2
Yogyakarta
7,70
6,67
7,36
3
Padang
7,25
6,66
7,05
4
Denpasar
7,29
6,35
6,98
5
Kupang
7,18
6,48
6,95
6
Jayapura
6,97
6,81
6,92
7
Ambon
6,87
6,62
6,79
8
Bandar Lampung
7,09
5,87
6,68
9
Banjarmasin
6,83
6,26
6,64
10
Mataram
6,69
6,50
6,63
11
Surabaya
6,78
5,96
6,50
12
Medan
6,18
6,65
6,34
13
Banda Aceh
6,71
5,52
6,32
14
Makasar
6,59
5,75
6,31
15
DKI Jakarta
6,52
5,87
6,30
16
Bandung
6,19
5,60
5,99
17
Palembang
5,71
5,90
5,78
18
Balikpapan
5,34
5,41
5,36
19
Manado
4,93
5,80
5,22
20
Semarang
5,12
5,37
5,20
21
Palu
4,88
5,14
4,96
Survei Integritas Sektor Publik 2011
Lampiran
Lampiran 9, No
Indeks Integritas Vertikal (IIV), Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Berdasarkan Unit Layanan Kota Pengalaman
Potensi
Integritas
1
P5KP - Kementerian Keuangan
Unit Layanan Mataram
Kota
8,07
7,81
7,98
2
P5KP - Kementerian Keuangan
Padang
8,07
7,77
7,97
3
Pasang Baru – PT. PLN (Persero)
Denpasar
8,19
7,45
7,94
4
Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan
Padang
8,05
7,72
7,94
5
SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan
Padang
8,17
7,48
7,94
6
Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan
Pontianak
8,19
7,45
7,94
7
SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan
Pontianak
8,19
7,43
7,94
8
SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan
Ambon
8,19
7,40
7,93
9
P5KP - Kementerian Keuangan
Ambon
8,19
7,36
7,91
10
Pasang Baru – PT. PLN (Persero)
Surabaya
8,19
7,34
7,91
11
P5KP - Kementerian Keuangan
Jayapura
8,17
7,35
7,90
12
SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan
Mataram
8,00
7,71
7,90
13
Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan
Makasar
8,14
7,39
7,89
14
Tambah Daya – PT. PLN (Persero)
Surabaya
7,96
7,71
7,88
15
Bea Masuk di DJBC – Kemeneterian Keuangan
Semarang
8,17
7,23
7,86
16
P5KP - Kementerian Keuangan
Manado
8,17
7,20
7,85
17
SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan
Palembang
7,96
7,64
7,85
18
SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan
Jayapura
8,07
7,36
7,83
19
SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan
Banjarmasin
8,05
7,37
7,82
20
P5KP - Kementerian Keuangan
Palembang
8,17
7,11
7,82
21
SKCK – Kepolisian Negara RI
Pontianak
8,19
7,07
7,82
22
Lapas – Kementerian Hukum dan HAM
Mataram
8,15
7,13
7,81
23
Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan
Jayapura
8,05
7,29
7,80
24
Lapas – Kementerian Hukum dan HAM
Ambon
8,10
7,16
7,79
25
SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan
Denpasar
8,10
7,17
7,79
26
Kadastral – Badan Pertanahan Nasional
DKI Jakarta
8,00
7,34
7,78
27
SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan
Manado
8,04
7,25
7,78
28
P5KP - Kementerian Keuangan
Semarang
8,10
7,13
7,78
29
P5KP - Kementerian Keuangan
Banjarmasin
8,15
6,99
7,76
30
Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan
Palembang
7,95
7,35
7,75
31
SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan
Kupang
7,79
7,64
7,74
32
Peradilan Tilang – Mahkamah Agung
Mataram
8,06
7,11
7,74
33
Tambah Daya – PT. PLN (Persero)
Pontianak
8,19
6,84
7,74
34
Peradilan Umum – Mahkamah Agung
Mataram
7,93
7,33
7,73
35
Tambah Daya – PT. PLN (Persero)
Padang
8,06
7,06
7,73
36
SIM – Kepolisian Negara RI
Pontianak
8,19
6,81
7,73
37
Sertifikat – Badan Pertanahan Nasional
Ambon
8,05
7,07
7,72
38
SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan
Makasar
7,87
7,43
7,72
39
SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan
DKI Jakarta
7,96
7,21
7,71
40
P5KP - Kementerian Keuangan
Makasar
7,96
7,20
7,71
41
Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan
Semarang
8,10
6,94
7,71
42
Kadastral – Badan Pertanahan Nasional
Yogyakarta
7,95
7,19
7,70
43
P5KP - Kementerian Keuangan
Palu
7,94
7,19
7,69
44
Sertifikat – Badan Pertanahan Nasional
Yogyakarta
7,98
7,11
7,69
45
Kadastral – Badan Pertanahan Nasional
Jayapura
8,01
7,02
7,68
46
Pasang Baru – PT. PLN (Persero)
Padang
8,06
6,92
7,68
47
Peradilan Tilang – Mahkamah Agung
Ambon
7,98
7,06
7,67
48
Tambah Daya – PT. PLN (Persero)
Denpasar
7,91
7,15
7,66
49
P5KP - Kementerian Keuangan
DKI Jakarta
7,98
7,02
7,66
50
P5KP - Kementerian Keuangan
Denpasar
7,87
7,18
7,64
Survei Integritas Sektor Publik 2011
141
142
Lampiran
No
Pengalaman
Potensi
Integritas
51
Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan
Unit Layanan Manado
Kota
7,91
7,09
7,64
52
Peradilan Tilang – Mahkamah Agung
Padang
7,98
6,94
7,63
53
SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan
Palu
7,94
7,01
7,63
54
P5KP - Kementerian Keuangan
Pontianak
8,02
6,84
7,63
55
Tambah Daya – PT. PLN (Persero)
Yogyakarta
7,71
7,46
7,63
56
Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan
DKI Jakarta
7,98
6,87
7,61
57
Peradilan Umum – Mahkamah Agung
Ambon
7,98
6,85
7,60
58
Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan
Banjarmasin
8,00
6,81
7,60
59
Tambah Daya – PT. PLN (Persero)
Palu
8,05
6,68
7,59
60
P5KP - Kementerian Keuangan
Yogyakarta
7,98
6,81
7,59
61
Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan
Kupang
7,86
7,03
7,58
62
SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan
Semarang
8,10
6,54
7,58
63
SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan
Yogyakarta
8,02
6,71
7,58
64
SIM – Kepolisian Negara RI
Surabaya
7,74
7,24
7,57
65
Peradilan Umum – Mahkamah Agung
DKI Jakarta
8,02
6,64
7,56
66
Peradilan Umum – Mahkamah Agung
Padang
8,07
6,53
7,56
67
Pasang Baru – PT. PLN (Persero)
Pontianak
8,13
6,41
7,56
68
SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan
Surabaya
7,86
6,96
7,56
69
Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan
Surabaya
7,87
6,92
7,55
70
Lapas – Kementerian Hukum dan HAM
Surabaya
8,00
6,60
7,53
71
Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan
Yogyakarta
7,95
6,70
7,53
72
Lapas – Kementerian Hukum dan HAM
Pontianak
8,17
6,23
7,52
73
Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan
Denpasar
7,89
6,75
7,51
74
SKCK – Kepolisian Negara RI
Denpasar
7,93
6,67
7,51
75
Lapas – Kementerian Hukum dan HAM
Padang
8,04
6,45
7,51
76
P5KP - Kementerian Keuangan
Surabaya
7,85
6,83
7,51
77
Kadastral – Badan Pertanahan Nasional
Ambon
7,91
6,69
7,50
78
Tambah Daya – PT. PLN (Persero)
Mataram
8,00
6,50
7,50
79
SKCK – Kepolisian Negara RI
Jayapura
7,79
6,88
7,49
80
KUA - Kementerian Agama
Pontianak
8,19
6,10
7,49
81
Kadastral – Badan Pertanahan Nasional
Mataram
7,90
6,65
7,48
82
Lapas – Kementerian Hukum dan HAM
Kupang
7,85
6,70
7,47
83
SKCK – Kepolisian Negara RI
Padang
8,13
6,16
7,47
84
Peradilan Tilang – Mahkamah Agung
Pontianak
8,19
6,02
7,47
85
P5KP - Kementerian Keuangan
Bandar Lampung
8,14
6,10
7,46
86
SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan
Bandar Lampung
8,13
6,12
7,46
87
Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan
Mataram
7,95
6,48
7,46
88
Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan
Medan
7,54
7,30
7,46
89
Tilang - Mahkamah Agung
Denpasar
7,67
6,97
7,44
90
SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan
Medan
7,55
7,21
7,44
91
Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional
Medan
7,74
6,77
7,42
92
Peradilan Umum - Mahkamah Agung
Denpasar
7,98
6,26
7,41
93
P5KP - Kementerian Keuangan
Medan
7,42
7,38
7,41
94
Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan
Palu
8,19
5,86
7,41
95
Peradilan Umum - Mahkamah Agung
Medan
7,53
7,13
7,40
96
Pasang Baru - PT. PLN (Persero)
Yogyakarta
7,74
6,72
7,40
97
Lapas - Kementerian Hukum dan HAM
Yogyakarta
7,86
6,46
7,39
98
Tilang - Mahkamah Agung
Kupang
7,60
6,87
7,36
99
Peradilan Umum - Mahkamah Agung
Yogyakarta
7,90
6,29
7,36
100
Bea Masuk di DJBC - Kementerian Keuangan
Medan
7,44
7,17
7,35
101
Tambah Daya – PT. PLN (Persero)
Kupang
7,63
6,76
7,34
Survei Integritas Sektor Publik 2011
Lampiran
Pengalaman
Potensi
Integritas
102
No
Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional
Unit Layanan Kupang
Kota
7,86
6,26
7,33
103
Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan
Bandar Lampung
8,05
5,87
7,32
104
P5KP - Kementerian Keuangan
Bandung
7,57
6,78
7,31
105
SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan
Bandung
7,75
6,36
7,29
106
Pasang Baru - PT. PLN (Persero)
DKI Jakarta
7,82
6,18
7,27
107
Peradilan Umum - Mahkamah Agung
Makasar
7,79
6,23
7,27
108
Tilang - Mahkamah Agung
Banjarmasin
7,59
6,60
7,26
109
Bea Masuk di DJBC - Kementerian Keuangan
Surabaya
7,39
7,00
7,26
110
SIM - Kepolisian Negara RI
Yogyakarta
7,57
6,65
7,26
111
SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan
Banda Aceh
8,06
5,63
7,25
112
Paspor - Kementerian Hukum dan HAM
Denpasar
7,29
7,17
7,25
113
Peradilan Umum - Mahkamah Agung
Kupang
7,70
6,36
7,25
114
Kadastral - Badan Pertanahan Nasional
Bandar Lampung
8,14
5,44
7,24
115
Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional
Mataram
7,98
5,75
7,24
116
SKCK - Kepolisian Negara RI
Yogyakarta
7,53
6,65
7,24
117
Tambah Daya - PT. PLN (Persero)
Medan
7,31
7,07
7,23
118
Lapas - Kementerian Hukum dan HAM
Semarang
7,91
5,77
7,20
119
KUA - Kementerian Agama
Denpasar
7,84
5,85
7,18
120
Bea Masuk di DJBC - Kementerian Keuangan
DKI Jakarta
7,73
6,09
7,18
121
P5KP - Kementerian Keuangan
Kupang
7,32
6,89
7,18
122
P5KP - Kementerian Keuangan
Banda Aceh
8,04
5,40
7,16
123
KUA - Kementerian Agama
Medan
7,48
6,52
7,16
124
Paspor - Kementerian Hukum dan HAM
Pontianak
7,95
5,57
7,16
125
SKCK - Kepolisian Negara RI
Makasar
7,68
6,08
7,15
126
KUA - Kementerian Agama
Yogyakarta
7,64
6,13
7,14
127
Tambah Daya - PT. PLN (Persero)
Bandar Lampung
7,64
6,10
7,13
128
Paspor - Kementerian Hukum dan HAM
Bandar Lampung
7,80
5,72
7,11
129
Lapas - Kementerian Hukum dan HAM
Palu
7,90
5,53
7,11
130
Tambah Daya - PT. PLN (Persero)
Bandung
7,16
6,92
7,08
131
Paspor - Kementerian Hukum dan HAM
Yogyakarta
7,29
6,67
7,08
132
Tambah Daya - PT. PLN (Persero)
Jayapura
7,20
6,80
7,07
133
Pasang Baru - PT. PLN (Persero)
Jayapura
7,21
6,69
7,04
134
Kadastral - Badan Pertanahan Nasional
Kupang
7,35
6,37
7,02
135
Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional
Padang
7,22
6,59
7,01
136
Tilang - Mahkamah Agung
Palembang
7,53
5,96
7,01
137
Peradilan Umum - Mahkamah Agung
Palembang
7,29
6,37
6,98
138
Paspor - Kementerian Hukum dan HAM
Jayapura
7,09
6,72
6,97
139
Peradilan Umum - Mahkamah Agung
Banjarmasin
7,20
6,47
6,96
140
Paspor - Kementerian Hukum dan HAM
Ambon
7,16
6,52
6,95
141
SIM - Kepolisian Negara RI
Denpasar
7,59
5,60
6,93
142
Tilang - Mahkamah Agung
Makasar
7,60
5,59
6,93
143
Tambah Daya - PT. PLN (Persero)
Ambon
7,00
6,70
6,90
144
Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional
Pontianak
7,10
6,44
6,88
145
Paspor - Kementerian Hukum dan HAM
Bandung
7,16
6,23
6,85
146
Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional
DKI Jakarta
7,34
5,88
6,85
147
Pasang Baru - PT. PLN (Persero)
Bandar Lampung
7,33
5,83
6,83
148
Lapas - Kementerian Hukum dan HAM
DKI Jakarta
7,05
6,38
6,83
149
Tambah Daya - PT. PLN (Persero)
Makasar
7,73
4,99
6,82
150
SKCK - Kepolisian Negara RI
Kupang
7,13
6,16
6,81
151
SKCK - Kepolisian Negara RI
Bandar Lampung
6,93
6,46
6,77
152
KUA - Kementerian Agama
Jayapura
6,75
6,75
6,75
Survei Integritas Sektor Publik 2011
143
144
Lampiran
Pengalaman
Potensi
Integritas
153
No
Lapas - Kementerian Hukum dan HAM
Unit Layanan Denpasar
Kota
7,65
4,91
6,74
154
Peradilan Umum - Mahkamah Agung
Jayapura
6,75
6,69
6,73
155
Kadastral - Badan Pertanahan Nasional
Pontianak
7,05
6,08
6,73
156
Kadastral - Badan Pertanahan Nasional
Bandung
6,93
6,23
6,70
157
Lapas - Kementerian Hukum dan HAM
Makasar
7,70
4,71
6,70
158
SKCK - Kepolisian Negara RI
Surabaya
7,14
5,79
6,69
159
Tilang - Mahkamah Agung
Jayapura
6,68
6,66
6,67
160
Pasang Baru - PT. PLN (Persero)
Kupang
6,88
6,21
6,66
161
Pasang Baru - PT. PLN (Persero)
Banjarmasin
6,86
6,10
6,61
162
Kadastral - Badan Pertanahan Nasional
Padang
6,51
6,70
6,57
163
SKCK - Kepolisian Negara RI
Banjarmasin
6,92
5,77
6,54
164
Pasang Baru - PT. PLN (Persero)
Medan
6,44
6,75
6,54
165
Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan
Bandung
6,72
6,14
6,53
166
Tilang - Mahkamah Agung
Banda Aceh
7,05
5,45
6,52
167
Tilang - Mahkamah Agung
Bandar Lampung
6,90
5,77
6,52
168
Kadastral - Badan Pertanahan Nasional
Banda Aceh
6,94
5,65
6,51
169
Kadastral - Badan Pertanahan Nasional
Banjarmasin
6,59
6,36
6,51
170
Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional
Jayapura
6,66
6,22
6,51
171
KUA - Kementerian Agama
Makasar
7,22
5,06
6,50
172
SKCK - Kepolisian Negara RI
Palembang
6,52
6,46
6,50
173
SIM - Kepolisian Negara RI
Kupang
6,72
6,03
6,49
174
KUA - Kementerian Agama
Banjarmasin
6,58
6,22
6,46
175
Lapas - Kementerian Hukum dan HAM
Banda Aceh
6,36
6,56
6,43
176
Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan
Banda Aceh
6,81
5,62
6,41
177
Peradilan Umum - Mahkamah Agung
Pontianak
7,20
4,76
6,39
178
Tilang - Mahkamah Agung
Yogyakarta
6,69
5,80
6,39
179
SKCK - Kepolisian Negara RI
Banda Aceh
6,72
5,67
6,37
180
Tilang - Mahkamah Agung
Manado
7,79
3,48
6,35
181
Peradilan Umum - Mahkamah Agung
Bandung
6,87
5,27
6,34
182
Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional
Surabaya
6,82
5,35
6,33
183
SIM - Kepolisian Negara RI
Banda Aceh
6,58
5,70
6,29
184
SIM - Kepolisian Negara RI
Bandar Lampung
6,23
6,29
6,25
185
Kadastral - Badan Pertanahan Nasional
Medan
5,86
7,02
6,25
186
Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional
Banjarmasin
6,39
5,94
6,24
187
Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional
Banda Aceh
6,70
5,28
6,23
188
Lapas - Kementerian Hukum dan HAM
Banjarmasin
6,22
6,23
6,22
189
KUA - Kementerian Agama
Bandar Lampung
6,62
5,40
6,21
190
Peradilan Umum - Mahkamah Agung
Banda Aceh
6,34
5,68
6,12
191
Lapas - Kementerian Hukum dan HAM
Bandar Lampung
6,38
5,55
6,10
192
Pasang Baru - PT. PLN (Persero)
Banda Aceh
6,44
5,20
6,03
193
SIM - Kepolisian Negara RI
Banjarmasin
6,21
5,51
5,98
194
Paspor - Kementerian Hukum dan HAM
Banda Aceh
6,28
5,36
5,97
195
Tambah Daya - PT. PLN (Persero)
Palembang
5,99
5,85
5,94
196
Paspor - Kementerian Hukum dan HAM
Surabaya
7,18
3,28
5,88
197
SIM - Kepolisian Negara RI
Jayapura
5,65
6,20
5,83
198
KUA - Kementerian Agama
Ambon
5,78
5,87
5,81
199
Lapas - Kementerian Hukum dan HAM
Bandung
6,40
4,58
5,79
200
Kadastral - Badan Pertanahan Nasional
Manado
5,96
5,43
5,78
201
SIM - Kepolisian Negara RI
DKI Jakarta
6,03
5,21
5,76
202
Pasang Baru - PT. PLN (Persero)
Ambon
5,77
5,71
5,75
203
KUA - Kementerian Agama
Kupang
5,73
5,75
5,74
Survei Integritas Sektor Publik 2011
Lampiran
Pengalaman
Potensi
Integritas
204
No
SKCK - Kepolisian Negara RI
Unit Layanan Medan
Kota
5,33
6,50
5,72
205
Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional
Bandung
5,42
6,10
5,65
206
Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional
Bandar Lampung
5,63
5,56
5,61
207
Tilang - Mahkamah Agung
Bandung
6,31
4,22
5,61
208
Tambah Daya - PT. PLN (Persero)
Banda Aceh
5,80
5,18
5,59
209
Kadastral - Badan Pertanahan Nasional
Makasar
6,00
4,78
5,59
210
SKCK - Kepolisian Negara RI
Bandung
5,97
4,74
5,56
211
Pasang Baru - PT. PLN (Persero)
Makasar
5,56
5,56
5,56
212
KUA - Kementerian Agama
Banda Aceh
5,88
4,88
5,55
213
Tambah Daya - PT. PLN (Persero)
Banjarmasin
5,66
5,33
5,55
214
Peradilan Umum - Mahkamah Agung
Bandar Lampung
5,32
5,92
5,52
215
KUA - Kementerian Agama
Padang
5,24
6,07
5,52
216
Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional
Manado
5,64
5,17
5,48
217
Paspor - Kementerian Hukum dan HAM
Banjarmasin
5,22
5,95
5,46
218
Pasang Baru - PT. PLN (Persero)
Palembang
5,17
5,82
5,39
219
Paspor - Kementerian Hukum dan HAM
Padang
5,34
5,46
5,38
220
Bea Masuk di DJBC - Kementerian Keuangan
Balikpapan
5,34
5,41
5,36
221
Pasang Baru - PT. PLN (Persero)
Mataram
5,08
5,87
5,34
222
Paspor - Kementerian Hukum dan HAM
Palu
5,26
5,43
5,32
223
Paspor - Kementerian Hukum dan HAM
Kupang
5,09
5,72
5,30
224
Lapas - Kementerian Hukum dan HAM
Palembang
5,69
4,50
5,29
225
Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional
Palembang
5,12
5,59
5,28
226
Paspor - Kementerian Hukum dan HAM
Medan
4,65
6,38
5,23
227
Paspor - Kementerian Hukum dan HAM
DKI Jakarta
5,46
4,74
5,22
228
SKCK - Kepolisian Negara RI
Mataram
4,76
6,06
5,19
229
SKCK - Kepolisian Negara RI
Manado
4,30
6,43
5,01
230
Peradilan Umum - Mahkamah Agung
Surabaya
5,50
3,90
4,97
231
Tambah Daya - PT. PLN (Persero)
Semarang
4,69
5,46
4,95
232
SKCK - Kepolisian Negara RI
DKI Jakarta
5,20
4,39
4,93
233
SIM - Kepolisian Negara RI
Mataram
4,36
6,01
4,91
234
SKCK - Kepolisian Negara RI
Ambon
4,24
6,01
4,83
235
SIM - Kepolisian Negara RI
Padang
4,52
5,44
4,83
236
Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional
Denpasar
4,46
5,50
4,81
237
Tilang - Mahkamah Agung
Semarang
4,92
4,60
4,81
238
Paspor - Kementerian Hukum dan HAM
Manado
4,24
5,84
4,77
239
Peradilan Umum - Mahkamah Agung
Semarang
4,54
5,11
4,73
240
KUA - Kementerian Agama
Bandung
4,52
5,10
4,71
241
Tilang - Mahkamah Agung
Medan
4,01
5,94
4,65
242
Paspor - Kementerian Hukum dan HAM
Mataram
4,26
5,30
4,61
243
Lapas - Kementerian Hukum dan HAM
Jayapura
3,53
6,67
4,58
244
Tambah Daya - PT. PLN (Persero)
Manado
4,02
5,65
4,56
245
SKCK - Kepolisian Negara RI
Semarang
4,66
4,35
4,56
246
Paspor - Kementerian Hukum dan HAM
Makasar
4,18
5,25
4,54
247
KUA - Kementerian Agama
Surabaya
4,52
4,50
4,51
248
Kadastral - Badan Pertanahan Nasional
Surabaya
3,99
5,47
4,48
249
SIM - Kepolisian Negara RI
Medan
3,87
5,48
4,41
250
Tilang - Mahkamah Agung
DKI Jakarta
4,33
4,55
4,40
251
SIM - Kepolisian Negara RI
Bandung
4,24
4,66
4,38
252
Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional
Makasar
4,12
4,49
4,24
253
Pasang Baru - PT. PLN (Persero)
Bandung
3,63
5,12
4,13
254
Paspor - Kementerian Hukum dan HAM
Semarang
3,51
5,38
4,13
Survei Integritas Sektor Publik 2011
145
146
Lampiran
Pengalaman
Potensi
Integritas
255
No
KUA - Kementerian Agama
Unit Layanan Palembang
3,57
4,98
4,04
256
Kadastral - Badan Pertanahan Nasional
Palembang
3,28
5,23
3,93
257
Kadastral - Badan Pertanahan Nasional
Denpasar
3,67
4,32
3,89
258
KUA - Kementerian Agama
Mataram
3,20
5,28
3,89
259
SIM - Kepolisian Negara RI
Ambon
2,97
5,62
3,85
260
SIM - Kepolisian Negara RI
Manado
3,13
5,24
3,83
261
SKCK - Kepolisian Negara RI
Palu
3,25
4,97
3,82
262
Peradilan Umum - Mahkamah Agung
Manado
2,92
5,46
3,77
263
SIM - Kepolisian Negara RI
Makasar
2,75
5,72
3,74
264
KUA - Kementerian Agama
Manado
2,81
5,54
3,72
265
SIM - Kepolisian Negara RI
Palu
3,30
4,44
3,68
266
KUA - Kementerian Agama
DKI Jakarta
3,36
4,08
3,60
267
Paspor - Kementerian Hukum dan HAM
Palembang
2,83
4,99
3,55
268
SIM - Kepolisian Negara RI
Palembang
2,93
4,77
3,54
269
Pasang Baru - PT. PLN (Persero)
Palu
2,90
4,69
3,50
270
Tilang - Mahkamah Agung
Palu
3,52
3,40
3,48
271
Pasang Baru - PT. PLN (Persero)
Semarang
2,72
4,93
3,46
272
Lapas - Kementerian Hukum dan HAM
Medan
2,60
5,09
3,43
273
KUA - Kementerian Agama
Semarang
2,93
4,21
3,36
274
Tambah Daya - PT. PLN (Persero)
DKI Jakarta
2,35
5,30
3,33
275
Kadastral - Badan Pertanahan Nasional
Semarang
2,95
4,06
3,32
276
SIM - Kepolisian Negara RI
Semarang
2,60
4,77
3,32
277
Pasang Baru - PT. PLN (Persero)
Manado
1,78
6,34
3,30
278
Lapas - Kementerian Hukum dan HAM
Manado
2,36
5,06
3,26
279
Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional
Semarang
2,83
4,03
3,23
280
Kadastral - Badan Pertanahan Nasional
Palu
2,58
4,37
3,18
281
Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional
Palu
2,56
4,25
3,12
282
Peradilan Umum - Mahkamah Agung
Palu
2,47
4,35
3,10
283
Tilang - Mahkamah Agung
Surabaya
2,53
3,52
2,86
284
KUA - Kementerian Agama
Palu
2,41
3,74
2,85
Survei Integritas Sektor Publik 2011
Kota
Lampiran
Lampiran 10. No
Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Kementerian Keuangan Instansi
Kota
Pengalaman
Potensi
Integritas
1
Kementerian Keuangan
Padang
8,10
7,66
7,95
2
Kementerian Keuangan
Ambon
8,19
7,38
7,92
3
Kementerian Keuangan
Pontianak
8,13
7,24
7,84
4
Kementerian Keuangan
Jayapura
8,10
7,33
7,84
5
Kementerian Keuangan
Palembang
8,03
7,37
7,81
6
Kementerian Keuangan
Mataram
8,01
7,33
7,78
7
Kementerian Keuangan
Makasar
7,99
7,34
7,77
8
Kementerian Keuangan
Manado
8,04
7,18
7,76
9
Kementerian Keuangan
Semarang
8,12
6,96
7,73
10
Kementerian Keuangan
Banjarmasin
8,07
7,06
7,73
11
Kementerian Keuangan
Denpasar
7,95
7,03
7,65
12
Kementerian Keuangan
Palu
8,02
6,69
7,58
13
Kementerian Keuangan
Yogyakarta
7,98
6,74
7,57
14
Kementerian Keuangan
DKI Jakarta
7,91
6,80
7,54
15
Kementerian Keuangan
Kupang
7,66
7,19
7,50
16
Kementerian Keuangan
Surabaya
7,74
6,93
7,47
17
Kementerian Keuangan
Medan
7,49
7,26
7,42
18
Kementerian Keuangan
Bandar Lampung
8,11
6,03
7,41
19
Kementerian Keuangan
Bandung
7,35
6,43
7,04
20
Kementerian Keuangan
Banda Aceh
7,64
5,55
6,94
21
Kementerian Keuangan
Balikpapan
5,34
5,41
5,36
Survei Integritas Sektor Publik 2011
147
148
Lampiran
Lampiran 11. No
Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Kepolisian Negara RI Instansi
Kota
Pengalaman
Potensi
Integritas
1
Kepolisian Negara RI
Pontianak
8,19
6,94
7,78
2
Kepolisian Negara RI
Yogyakarta
7,55
6,65
7,25
3
Kepolisian Negara RI
Denpasar
7,76
6,14
7,22
4
Kepolisian Negara RI
Surabaya
7,44
6,52
7,13
5
Kepolisian Negara RI
Jayapura
6,72
6,54
6,66
6
Kepolisian Negara RI
Kupang
6,92
6,10
6,65
7
Kepolisian Negara RI
Bandar Lampung
6,58
6,38
6,51
8
Kepolisian Negara RI
Banda Aceh
6,65
5,68
6,33
9
Kepolisian Negara RI
Banjarmasin
6,56
5,64
6,26
10
Kepolisian Negara RI
Padang
6,32
5,80
6,15
11
Kepolisian Negara RI
makasar
5,22
5,90
5,44
12
Kepolisian Negara RI
DKI Jakarta
5,62
4,80
5,34
13
Kepolisian Negara RI
Medan
4,60
5,99
5,06
14
Kepolisian Negara RI
Mataram
4,56
6,04
5,05
15
Kepolisian Negara RI
Pelembang
4,72
5,62
5,02
16
Kepolisian Negara RI
Bandung
5,11
4,70
4,97
17
Kepolisian Negara RI
Manado
3,72
5,84
4,42
18
Kepolisian Negara RI
Ambon
3,61
5,82
4,34
19
Kepolisian Negara RI
Semarang
3,63
4,56
3,94
20
Kepolisian Negara RI
Palu
3,28
4,70
3,75
Lampiran 12. No
Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Badan Pertanahan Nasional Instansi
Kota
Pengalaman
Potensi
Integritas
1
Badan Pertanahan Nasional
Yogyakarta
7,96
7,15
7,70
2
Badan Pertanahan Nasional
Ambon
7,98
6,88
7,61
3
Badan Pertanahan Nasional
Mataram
7,94
6,20
7,36
4
Badan Pertanahan Nasional
DKI Jakarta
7,67
6,61
7,32
5
Badan Pertanahan Nasional
Kupang
7,60
6,32
7,18
6
Badan Pertanahan Nasional
Jayapura
7,34
6,62
7,10
7
Badan Pertanahan Nasional
Medan
6,80
6,90
6,84
8
Badan Pertanahan Nasional
Pontianak
7,07
6,26
6,80
9
Badan Pertanahan Nasional
Padang
6,86
6,64
6,79
10
Badan Pertanahan Nasional
Bandar Lampung
6,88
5,50
6,43
11
Badan Pertanahan Nasional
Banjarmasin
6,49
6,15
6,38
12
Badan Pertanahan Nasional
Banda Aceh
6,82
5,46
6,37
13
Badan Pertanahan Nasional
Bandung
6,18
6,16
6,18
14
Badan Pertanahan Nasional
Manado
5,80
5,30
5,63
15
Badan Pertanahan Nasional
Surabaya
5,40
5,41
5,40
16
Badan Pertanahan Nasional
makasar
5,06
4,64
4,92
17
Badan Pertanahan Nasional
Pelembang
4,20
5,41
4,61
18
Badan Pertanahan Nasional
Denpasar
4,06
4,91
4,35
19
Badan Pertanahan Nasional
Semarang
2,89
4,04
3,28
20
Badan Pertanahan Nasional
Palu
2,57
4,31
3,15
Survei Integritas Sektor Publik 2011
Lampiran
Lampiran 13. No
Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Kementerian Hukum dan HAM Pengalaman
Potensi
Integritas
1
Kementerian Hukum dan HAM
Instansi Ambon
7,63
6,84
7,37
2
Kementerian Hukum dan HAM
Pontianak
8,06
5,90
7,34
3
Kementerian Hukum dan HAM
Yogyakarta
7,58
6,56
7,24
4
Kementerian Hukum dan HAM
Denpasar
7,47
6,04
7,00
5
Kementerian Hukum dan HAM
Surabaya
7,59
4,94
6,70
6
Kementerian Hukum dan HAM
Bandar Lampung
7,09
5,64
6,60
7
Kementerian Hukum dan HAM
Padang
6,69
5,96
6,44
8
Kementerian Hukum dan HAM
Kupang
6,47
6,21
6,38
9
Kementerian Hukum dan HAM
Bandung
6,78
5,40
6,32
10
Kementerian Hukum dan HAM
Palu
6,58
5,48
6,22
11
Kementerian Hukum dan HAM
Mataram
6,20
6,22
6,21
12
Kementerian Hukum dan HAM
Banda Aceh
6,32
5,96
6,20
13
Kementerian Hukum dan HAM
DKI Jakarta
6,26
5,56
6,02
14
Kementerian Hukum dan HAM
Banjarmasin
5,72
6,09
5,84
15
Kementerian Hukum dan HAM
Jayapura
5,31
6,70
5,78
16
Kementerian Hukum dan HAM
Semarang
5,71
5,57
5,66
17
Kementerian Hukum dan HAM
makasar
5,94
4,98
5,62
18
Kementerian Hukum dan HAM
Pelembang
4,26
4,74
4,42
19
Kementerian Hukum dan HAM
Medan
3,62
5,74
4,33
20
Kementerian Hukum dan HAM
Manado
3,30
5,45
4,01
Lampiran 14. No
Kota
Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Kementerian Agama Instansi
Kota
Pengalaman
Potensi
Integritas
1
Kementerian Agama
Pontianak
8,19
6,10
7,49
2
Kementerian Agama
Denpasar
7,84
5,85
7,18
3
Kementerian Agama
Medan
7,48
6,52
7,16
4
Kementerian Agama
Yogyakarta
7,64
6,13
7,14
5
Kementerian Agama
Jayapura
6,75
6,75
6,75
6
Kementerian Agama
makasar
7,22
5,06
6,50
7
Kementerian Agama
Banjarmasin
6,58
6,22
6,46
8
Kementerian Agama
Bandar Lampung
6,62
5,40
6,21
9
Kementerian Agama
Ambon
5,78
5,87
5,81
10
Kementerian Agama
Kupang
5,73
5,75
5,74
11
Kementerian Agama
Banda Aceh
5,88
4,88
5,55
12
Kementerian Agama
Padang
5,24
6,07
5,52
13
Kementerian Agama
Bandung
4,52
5,10
4,71
14
Kementerian Agama
Surabaya
4,52
4,50
4,51
15
Kementerian Agama
Pelembang
3,57
4,98
4,04
16
Kementerian Agama
Mataram
3,20
5,28
3,89
17
Kementerian Agama
Manado
2,81
5,54
3,72
18
Kementerian Agama
DKI Jakarta
3,36
4,08
3,60
19
Kementerian Agama
Semarang
2,93
4,21
3,36
20
Kementerian Agama
Palu
2,41
3,74
2,85
Survei Integritas Sektor Publik 2011
149
150
Lampiran
Lampiran 15.
Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Mahkamah Agung
No
Pengalaman
Potensi
Integritas
1
Mahkamah Agung
Instansi Mataram
8,00
7,22
7,74
2
Mahkamah Agung
Ambon
7,98
6,96
7,64
3
Mahkamah Agung
Padang
8,02
6,74
7,60
4
Mahkamah Agung
Denpasar
7,82
6,62
7,43
5
Mahkamah Agung
Kupang
7,65
6,62
7,30
6
Mahkamah Agung
Banjarmasin
7,40
6,54
7,11
7
Mahkamah Agung
makasar
7,70
5,91
7,10
8
Mahkamah Agung
Pelembang
7,41
6,16
7,00
9
Mahkamah Agung
Pontianak
7,70
5,39
6,93
10
Mahkamah Agung
Yogyakarta
7,30
6,04
6,88
11
Mahkamah Agung
Jayapura
6,72
6,68
6,70
12
Mahkamah Agung
Banda Aceh
6,70
5,56
6,32
13
Mahkamah Agung
Medan
5,77
6,54
6,02
14
Mahkamah Agung
Bandar Lampung
6,11
5,84
6,02
15
Mahkamah Agung
DKI Jakarta
6,18
5,60
5,98
16
Mahkamah Agung
Bandung
6,59
4,74
5,98
17
Mahkamah Agung
Manado
5,36
4,47
5,06
18
Mahkamah Agung
Semarang
4,73
4,86
4,77
19
Mahkamah Agung
Surabaya
4,01
3,71
3,92
20
Mahkamah Agung
Palu
3,00
3,88
3,29
Lampiran 16,
Kota
Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas PT. PLN (Persero)
No
Instansi
Kota
Pengalaman
Potensi
Integritas
1
PT. PLN (Persero)
Surabaya
8,07
7,52
7,90
2
PT. PLN (Persero)
Denpasar
8,05
7,30
7,80
3
PT. PLN (Persero)
Padang
8,06
6,99
7,70
4
PT. PLN (Persero)
Pontianak
8,16
6,62
7,65
5
PT. PLN (Persero)
Yogyakarta
7,72
7,09
7,52
6
PT. PLN (Persero)
Jayapura
7,20
6,74
7,06
7
PT. PLN (Persero)
Kupang
7,26
6,48
7,00
8
PT. PLN (Persero)
Bandar Lampung
7,48
5,96
6,98
9
PT. PLN (Persero)
Medan
6,88
6,91
6,88
10
PT. PLN (Persero)
Mataram
6,54
6,18
6,42
11
PT. PLN (Persero)
Ambon
6,38
6,20
6,32
12
PT. PLN (Persero)
makasar
6,64
5,28
6,19
13
PT. PLN (Persero)
Banjarmasin
6,26
5,72
6,08
14
PT. PLN (Persero)
Banda Aceh
6,12
5,19
5,81
15
PT. PLN (Persero)
Pelembang
5,58
5,84
5,66
16
PT. PLN (Persero)
Bandung
5,40
6,02
5,60
17
PT. PLN (Persero)
Palu
5,48
5,68
5,54
18
PT. PLN (Persero)
DKI Jakarta
5,08
5,74
5,30
19
PT. PLN (Persero)
Semarang
3,70
5,20
4,20
20
PT. PLN (Persero)
Manado
2,90
6,00
3,93
Survei Integritas Sektor Publik 2011
Lampiran
Lampiran 17,
No
Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Unit Layanan Lelang di KPKNL Pengalaman
Potensi
Integritas
1
Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan
Unit Layanan Padang
8,05
7,72
7,94
2
Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan
Pontianak
8,19
7,45
7,94
3
Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan
Makasar
8,14
7,39
7,89
4
Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan
Jayapura
8,05
7,29
7,80
5
Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan
Palembang
7,95
7,35
7,75
6
Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan
Semarang
8,10
6,94
7,71
7
Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan
Manado
7,91
7,09
7,64
8
Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan
DKI Jakarta
7,98
6,87
7,61
9
Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan
Banjarmasin
8,00
6,81
7,60
10
Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan
Kupang
7,86
7,03
7,58
11
Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan
Surabaya
7,87
6,92
7,55
12
Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan
Yogyakarta
7,95
6,70
7,53
13
Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan
Denpasar
7,89
6,75
7,51
14
Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan
Mataram
7,95
6,48
7,46
15
Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan
Medan
7,54
7,30
7,46
16
Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan
Palu
8,19
5,86
7,41
17
Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan
Bandar Lampung
8,05
5,87
7,32
18
Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan
Bandung
6,72
6,14
6,53
19
Lelang di KPKNL - Kementerian Keuangan
Banda Aceh
6,81
5,62
6,41
Lampiran 18,
No
Kota
Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Unit Layanan Pengurusan Impor Barang (Bea Masuk) di DJBC Pengalaman
Potensi
Integritas
1
Bea Masuk - Kementerian Keuangan
Unit Layanan Semarang
Kota
8,17
7,23
7,86
2
Bea Masuk - Kementerian Keuangan
Medan
7,44
7,17
7,35
3
Bea Masuk - Kementerian Keuangan
Surabaya
7,39
7,00
7,26
4
Bea Masuk - Kementerian Keuangan
DKI Jakarta
7,73
6,09
7,18
5
Bea Masuk - Kementerian Keuangan
Balikpapan
5,34
5,41
5,36
Survei Integritas Sektor Publik 2011
151
152
Lampiran
Lampiran 19,
No
Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Unit Layanan Penyelesaian Permohonan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (P5KP) Pengalaman
Potensi
Integritas
1
P5KP – Kementerian Keuangan
Unit Layanan Mataram
8,07
7,81
7,98
2
P5KP – Kementerian Keuangan
Padang
8,07
7,77
7,97
3
P5KP – Kementerian Keuangan
Ambon
8,19
7,36
7,91
4
P5KP – Kementerian Keuangan
Jayapura
8,17
7,35
7,90
5
P5KP – Kementerian Keuangan
Manado
8,17
7,20
7,85
6
P5KP – Kementerian Keuangan
Palembang
8,17
7,11
7,82
7
P5KP – Kementerian Keuangan
Semarang
8,10
7,13
7,78
8
P5KP – Kementerian Keuangan
Banjarmasin
8,15
6,99
7,76
9
P5KP – Kementerian Keuangan
Makasar
7,96
7,20
7,71
10
P5KP – Kementerian Keuangan
Palu
7,94
7,19
7,69
11
P5KP – Kementerian Keuangan
DKI Jakarta
7,98
7,02
7,66
12
P5KP – Kementerian Keuangan
Denpasar
7,87
7,18
7,64
13
P5KP – Kementerian Keuangan
Pontianak
8,02
6,84
7,63
14
P5KP – Kementerian Keuangan
Yogyakarta
7,98
6,81
7,59
15
P5KP – Kementerian Keuangan
Surabaya
7,85
6,83
7,51
16
P5KP – Kementerian Keuangan
Bandar Lampung
8,14
6,10
7,46
17
P5KP – Kementerian Keuangan
Medan
7,42
7,38
7,41
18
P5KP – Kementerian Keuangan
Bandung
7,57
6,78
7,31
19
P5KP – Kementerian Keuangan
Kupang
7,32
6,89
7,18
20
P5KP – Kementerian Keuangan
Banda Aceh
8,04
5,40
7,16
Lampiran 20.
No
Kota
Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Unit Layanan SP2D di KPPN Pengalaman
Potensi
Integritas
1
SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan
Unit Layanan Padang
Kota
8,17
7,48
7,94
2
SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan
Pontianak
8,19
7,43
7,94
3
SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan
Ambon
8,19
7,40
7,93
4
SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan
Mataram
8,00
7,71
7,90
5
SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan
Palembang
7,96
7,64
7,85
6
SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan
Jayapura
8,07
7,36
7,83
7
SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan
Banjarmasin
8,05
7,37
7,82
8
SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan
Denpasar
8,10
7,17
7,79
9
SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan
Manado
8,04
7,25
7,78
10
SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan
Kupang
7,79
7,64
7,74
11
SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan
Makasar
7,87
7,43
7,72
12
SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan
DKI Jakarta
7,96
7,21
7,71
13
SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan
Palu
7,94
7,01
7,63
14
SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan
Semarang
8,10
6,54
7,58
15
SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan
Yogyakarta
8,02
6,71
7,58
16
SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan
Surabaya
7,86
6,96
7,56
17
SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan
Bandar Lampung
8,13
6,12
7,46
18
SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan
Medan
7,55
7,21
7,44
19
SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan
Bandung
7,75
6,36
7,29
20
SP2D di KPPN - Kementerian Keuangan
Banda Aceh
8,06
5,63
7,25
Survei Integritas Sektor Publik 2011
Lampiran
Lampiran 21.
No
Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Unit Layanan Pembuatan dan Perpanjangan SIM Pengalaman
Potensi
Integritas
1
SIM â&#x20AC;&#x201C; Kepolisian Negara RI
Unit Layanan Pontianak
8,19
6,81
7,73
2
SIM - Kepolisian Negara RI
Surabaya
7,74
7,24
7,57
3
SIM - Kepolisian Negara RI
Yogyakarta
7,57
6,65
7,26
4
SIM - Kepolisian Negara RI
Denpasar
7,59
5,60
6,93
5
SIM - Kepolisian Negara RI
Kupang
6,72
6,03
6,49
6
SIM - Kepolisian Negara RI
Banda Aceh
6,58
5,70
6,29
7
SIM - Kepolisian Negara RI
Bandar Lampung
6,23
6,29
6,25
8
SIM - Kepolisian Negara RI
Banjarmasin
6,21
5,51
5,98
9
SIM - Kepolisian Negara RI
Jayapura
5,65
6,20
5,83
10
SIM - Kepolisian Negara RI
DKI Jakarta
6,03
5,21
5,76
11
SIM - Kepolisian Negara RI
Mataram
4,36
6,01
4,91
12
SIM - Kepolisian Negara RI
Padang
4,52
5,44
4,83
13
SIM - Kepolisian Negara RI
Medan
3,87
5,48
4,41
14
SIM - Kepolisian Negara RI
Bandung
4,24
4,66
4,38
15
SIM - Kepolisian Negara RI
Ambon
2,97
5,62
3,85
16
SIM - Kepolisian Negara RI
Manado
3,13
5,24
3,83
17
SIM - Kepolisian Negara RI
Makasar
2,75
5,72
3,74
18
SIM - Kepolisian Negara RI
Palu
3,30
4,44
3,68
19
SIM - Kepolisian Negara RI
Palembang
2,93
4,77
3,54
20
SIM - Kepolisian Negara RI
Semarang
2,60
4,77
3,32
Lampiran 22.
No
Kota
Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Unit Layanan Pembuatan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) Pengalaman
Potensi
Integritas
1
SKCK - Kepolisian RI
Unit Layanan Pontianak
Kota
8,19
7,07
7,82
2
SKCK - Kepolisian RI
Denpasar
7,93
6,67
7,51
3
SKCK - Kepolisian RI
Jayapura
7,79
6,88
7,49
4
SKCK - Kepolisian RI
Padang
8,13
6,16
7,47
5
SKCK - Kepolisian RI
Yogyakarta
7,53
6,65
7,24
6
SKCK - Kepolisian RI
Makasar
7,68
6,08
7,15
7
SKCK - Kepolisian RI
Kupang
7,13
6,16
6,81
8
SKCK - Kepolisian RI
Bandar Lampung
6,93
6,46
6,77
9
SKCK - Kepolisian RI
Surabaya
7,14
5,79
6,69
10
SKCK - Kepolisian RI
Banjarmasin
6,92
5,77
6,54
11
SKCK - Kepolisian RI
Palembang
6,52
6,46
6,50
12
SKCK - Kepolisian RI
Banda Aceh
6,72
5,67
6,37
13
SKCK - Kepolisian RI
Medan
5,33
6,50
5,72
14
SKCK - Kepolisian RI
Bandung
5,97
4,74
5,56
15
SKCK - Kepolisian RI
Mataram
4,76
6,06
5,19
16
SKCK - Kepolisian RI
Manado
4,30
6,43
5,01
17
SKCK - Kepolisian RI
DKI Jakarta
5,20
4,39
4,93
18
SKCK - Kepolisian RI
Ambon
4,24
6,01
4,83
19
SKCK - Kepolisian RI
Semarang
4,66
4,35
4,56
20
SKCK - Kepolisian RI
Palu
3,25
4,97
3,82
Survei Integritas Sektor Publik 2011
153
154
Lampiran
Lampiran 23.
No
Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Unit Layanan Pembuatan Sertifikat Pengalaman
Potensi
Integritas
1
Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional
Unit Layanan Ambon
8,05
7,07
7,72
2
Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional
Yogyakarta
7,98
7,11
7,69
3
Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional
Medan
7,74
6,77
7,42
4
Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional
Kupang
7,86
6,26
7,33
5
Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional
Mataram
7,98
5,75
7,24
6
Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional
Padang
7,22
6,59
7,01
7
Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional
Pontianak
7,10
6,44
6,88
8
Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional
DKI Jakarta
7,34
5,88
6,85
9
Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional
Jayapura
6,66
6,22
6,51
10
Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional
Surabaya
6,82
5,35
6,33
11
Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional
Banjarmasin
6,39
5,94
6,24
12
Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional
Banda Aceh
6,70
5,28
6,23
13
Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional
Bandung
5,42
6,10
5,65
14
Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional
Bandar Lampung
5,63
5,56
5,61
15
Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional
Manado
5,64
5,17
5,48
16
Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional
Palembang
5,12
5,59
5,28
17
Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional
Denpasar
4,46
5,50
4,81
18
Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional
Makasar
4,12
4,49
4,24
19
Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional
Semarang
2,83
4,03
3,23
20
Sertifikat - Badan Pertanahan Nasional
Palu
2,56
4,25
3,12
Lampiran 24.
No
Kota
Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Unit Layanan Pengukuran dan Pemetaan Kadastral Pengalaman
Potensi
Integritas
1
Kadastral - Badan Pertanahan Nasional
Unit Layanan DKI Jakarta
8,00
7,34
7,78
2
Kadastral - Badan Pertanahan Nasional
Yogyakarta
7,95
7,19
7,70
3
Kadastral - Badan Pertanahan Nasional
Jayapura
8,01
7,02
7,68
4
Kadastral - Badan Pertanahan Nasional
Ambon
7,91
6,69
7,50
5
Kadastral - Badan Pertanahan Nasional
Mataram
7,90
6,65
7,48
6
Kadastral - Badan Pertanahan Nasional
Bandar Lampung
8,14
5,44
7,24
7
Kadastral - Badan Pertanahan Nasional
Kupang
7,35
6,37
7,02
8
Kadastral - Badan Pertanahan Nasional
Pontianak
7,05
6,08
6,73
9
Kadastral - Badan Pertanahan Nasional
Bandung
6,93
6,23
6,70
10
Kadastral - Badan Pertanahan Nasional
Padang
6,51
6,70
6,57
11
Kadastral - Badan Pertanahan Nasional
Banda Aceh
6,94
5,65
6,51
12
Kadastral - Badan Pertanahan Nasional
Banjarmasin
6,59
6,36
6,51
13
Kadastral - Badan Pertanahan Nasional
Medan
5,86
7,02
6,25
14
Kadastral - Badan Pertanahan Nasional
Manado
5,96
5,43
5,78
15
Kadastral - Badan Pertanahan Nasional
Makasar
6,00
4,78
5,59
16
Kadastral - Badan Pertanahan Nasional
Surabaya
3,99
5,47
4,48
17
Kadastral - Badan Pertanahan Nasional
Palembang
3,28
5,23
3,93
18
Kadastral - Badan Pertanahan Nasional
Denpasar
3,67
4,32
3,89
19
Kadastral - Badan Pertanahan Nasional
Semarang
2,95
4,06
3,32
20
Kadastral - Badan Pertanahan Nasional
Palu
2,58
4,37
3,18
Survei Integritas Sektor Publik 2011
Kota
Lampiran
Lampiran 25.
No
Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Unit Layanan Pembuatan dan Perpanjangan Paspor Pengalaman
Potensi
Integritas
1
Paspor - Kementerian Hukum dan HAM
Unit Layanan Denpasar
7,29
7,17
7,25
2
Paspor - Kementerian Hukum dan HAM
Pontianak
7,95
5,57
7,16
3
Paspor - Kementerian Hukum dan HAM
Bandar Lampung
7,80
5,72
7,11
4
Paspor - Kementerian Hukum dan HAM
Yogyakarta
7,29
6,67
7,08
5
Paspor - Kementerian Hukum dan HAM
Jayapura
7,09
6,72
6,97
6
Paspor - Kementerian Hukum dan HAM
Ambon
7,16
6,52
6,95
7
Paspor - Kementerian Hukum dan HAM
Bandung
7,16
6,23
6,85
8
Paspor - Kementerian Hukum dan HAM
Banda Aceh
6,28
5,36
5,97
9
Paspor - Kementerian Hukum dan HAM
Surabaya
7,18
3,28
5,88
10
Paspor - Kementerian Hukum dan HAM
Banjarmasin
5,22
5,95
5,46
11
Paspor - Kementerian Hukum dan HAM
Padang
5,34
5,46
5,38
12
Paspor - Kementerian Hukum dan HAM
Palu
5,26
5,43
5,32
13
Paspor - Kementerian Hukum dan HAM
Kupang
5,09
5,72
5,30
14
Paspor - Kementerian Hukum dan HAM
Medan
4,65
6,38
5,23
15
Paspor - Kementerian Hukum dan HAM
DKI Jakarta
5,46
4,74
5,22
16
Paspor - Kementerian Hukum dan HAM
Manado
4,24
5,84
4,77
17
Paspor - Kementerian Hukum dan HAM
Mataram
4,26
5,30
4,61
18
Paspor - Kementerian Hukum dan HAM
Makasar
4,18
5,25
4,54
19
Paspor - Kementerian Hukum dan HAM
Semarang
3,51
5,38
4,13
20
Paspor - Kementerian Hukum dan HAM
Palembang
2,83
4,99
3,55
Lampiran 26.
No
Kota
Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Unit Layanan Lembaga Pemasyarakatan Pengalaman
Potensi
Integritas
1
Lapas - Kementerian Hukum dan HAM
Unit Layanan Mataram
Kota
8,15
7,13
7,81
2
Lapas - Kementerian Hukum dan HAM
Ambon
8,10
7,16
7,79
3
Lapas - Kementerian Hukum dan HAM
Surabaya
8,00
6,60
7,53
4
Lapas - Kementerian Hukum dan HAM
Pontianak
8,17
6,23
7,52
5
Lapas - Kementerian Hukum dan HAM
Padang
8,04
6,45
7,51
6
Lapas - Kementerian Hukum dan HAM
Kupang
7,85
6,70
7,47
7
Lapas - Kementerian Hukum dan HAM
Yogyakarta
7,86
6,46
7,39
8
Lapas - Kementerian Hukum dan HAM
Semarang
7,91
5,77
7,20
9
Lapas - Kementerian Hukum dan HAM
Palu
7,90
5,53
7,11
10
Lapas - Kementerian Hukum dan HAM
DKI Jakarta
7,05
6,38
6,83
11
Lapas - Kementerian Hukum dan HAM
Denpasar
7,65
4,91
6,74
12
Lapas - Kementerian Hukum dan HAM
Makasar
7,70
4,71
6,70
13
Lapas - Kementerian Hukum dan HAM
Banda Aceh
6,36
6,56
6,43
14
Lapas - Kementerian Hukum dan HAM
Banjarmasin
6,22
6,23
6,22
15
Lapas - Kementerian Hukum dan HAM
Bandar Lampung
6,38
5,55
6,10
16
Lapas - Kementerian Hukum dan HAM
Bandung
6,40
4,58
5,79
17
Lapas - Kementerian Hukum dan HAM
Palembang
5,69
4,50
5,29
18
Lapas - Kementerian Hukum dan HAM
Jayapura
3,53
6,67
4,58
19
Lapas - Kementerian Hukum dan HAM
Medan
2,60
5,09
3,43
20
Lapas - Kementerian Hukum dan HAM
Manado
2,36
5,06
3,26
Survei Integritas Sektor Publik 2011
155
156
Lampiran
Lampiran 27.
No
Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Unit Layanan Administrasi Pernikahan di KUA Pengalaman
Potensi
Integritas
1
KUA – Kementerian Agama
Unit Layanan Pontianak
Kota
8,19
6,10
7,49
2
KUA – Kementerian Agama
Denpasar
7,84
5,85
7,18
3
KUA – Kementerian Agama
Medan
7,48
6,52
7,16
4
KUA – Kementerian Agama
Yogyakarta
7,64
6,13
7,14
5
KUA – Kementerian Agama
Jayapura
6,75
6,75
6,75
6
KUA – Kementerian Agama
Makasar
7,22
5,06
6,50
7
KUA – Kementerian Agama
Banjarmasin
6,58
6,22
6,46
8
KUA – Kementerian Agama
Bandar Lampung
6,62
5,40
6,21
9
KUA – Kementerian Agama
Ambon
5,78
5,87
5,81
10
KUA – Kementerian Agama
Kupang
5,73
5,75
5,74
11
KUA – Kementerian Agama
Banda Aceh
5,88
4,88
5,55
12
KUA – Kementerian Agama
Padang
5,24
6,07
5,52
13
KUA – Kementerian Agama
Bandung
4,52
5,10
4,71
14
KUA – Kementerian Agama
Surabaya
4,52
4,50
4,51
15
KUA – Kementerian Agama
Palembang
3,57
4,98
4,04
16
KUA – Kementerian Agama
Mataram
3,20
5,28
3,89
17
KUA – Kementerian Agama
Manado
2,81
5,54
3,72
18
KUA – Kementerian Agama
DKI Jakarta
3,36
4,08
3,60
19
KUA – Kementerian Agama
Semarang
2,93
4,21
3,36
20
KUA – Kementerian Agama
Palu
2,41
3,74
2,85
Lampiran 28. Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Unit Layanan Peradilan Tilang No
Pengalaman
Potensi
Integritas
1
Tilang – Mahkamah Agung
Unit Layanan Mataram
Kota
8,06
7,11
7,74
2
Tilang – Mahkamah Agung
Ambon
7,98
7,06
7,67
3
Tilang – Mahkamah Agung
Padang
7,98
6,94
7,63
4
Tilang – Mahkamah Agung
Pontianak
8,19
6,02
7,47
5
Tilang – Mahkamah Agung
Denpasar
7,67
6,97
7,44
6
Tilang – Mahkamah Agung
Kupang
7,60
6,87
7,36
7
Tilang – Mahkamah Agung
Banjarmasin
7,59
6,60
7,26
8
Tilang – Mahkamah Agung
Palembang
7,53
5,96
7,01
9
Tilang – Mahkamah Agung
Makasar
7,60
5,59
6,93
10
Tilang – Mahkamah Agung
Jayapura
6,68
6,66
6,67
11
Tilang – Mahkamah Agung
Banda Aceh
7,05
5,45
6,52
12
Tilang – Mahkamah Agung
Bandar Lampung
6,90
5,77
6,52
13
Tilang – Mahkamah Agung
Yogyakarta
6,69
5,80
6,39
14
Tilang – Mahkamah Agung
Manado
7,79
3,48
6,35
15
Tilang – Mahkamah Agung
Bandung
6,31
4,22
5,61
16
Tilang – Mahkamah Agung
Semarang
4,92
4,60
4,81
17
Tilang – Mahkamah Agung
Medan
4,01
5,94
4,65
18
Tilang – Mahkamah Agung
DKI Jakarta
4,33
4,55
4,40
19
Tilang – Mahkamah Agung
Palu
3,52
3,40
3,48
20
Tilang – Mahkamah Agung
Surabaya
2,53
3,52
2,86
Survei Integritas Sektor Publik 2011
Lampiran
Lampiran 29. Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Unit Layanan Peradilan Umum No
Pengalaman
Potensi
Integritas
1
Peradilan Umum – Mahkamah Agung
Unit Layanan Mataram
7,93
7,33
7,73
2
Peradilan Umum – Mahkamah Agung
Ambon
7,98
6,85
7,60
3
Peradilan Umum – Mahkamah Agung
DKI Jakarta
8,02
6,64
7,56
4
Peradilan Umum – Mahkamah Agung
Padang
8,07
6,53
7,56
5
Peradilan Umum – Mahkamah Agung
Denpasar
7,98
6,26
7,41
6
Peradilan Umum – Mahkamah Agung
Medan
7,53
7,13
7,40
7
Peradilan Umum – Mahkamah Agung
Yogyakarta
7,90
6,29
7,36
8
Peradilan Umum – Mahkamah Agung
Makasar
7,79
6,23
7,27
9
Peradilan Umum – Mahkamah Agung
Kupang
7,70
6,36
7,25
10
Peradilan Umum – Mahkamah Agung
Palembang
7,29
6,37
6,98
11
Peradilan Umum – Mahkamah Agung
Banjarmasin
7,20
6,47
6,96
12
Peradilan Umum – Mahkamah Agung
Jayapura
6,75
6,69
6,73
13
Peradilan Umum – Mahkamah Agung
Pontianak
7,20
4,76
6,39
14
Peradilan Umum – Mahkamah Agung
Bandung
6,87
5,27
6,34
15
Peradilan Umum – Mahkamah Agung
Banda Aceh
6,34
5,68
6,12
16
Peradilan Umum – Mahkamah Agung
Bandar Lampung
5,32
5,92
5,52
17
Peradilan Umum – Mahkamah Agung
Surabaya
5,50
3,90
4,97
18
Peradilan Umum – Mahkamah Agung
Semarang
4,54
5,11
4,73
19
Peradilan Umum – Mahkamah Agung
Manado
2,92
5,46
3,77
20
Peradilan Umum – Mahkamah Agung
Palu
2,47
4,35
3,10
Lampiran 30,
No
Kota
Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Unit Layanan Tambah Daya Pengalaman
Potensi
Integritas
1
Tambah Daya - PT. PLN (Persero)
Unit Layanan Surabaya
Kota
7,96
7,71
7,88
2
Tambah Daya - PT. PLN (Persero)
Pontianak
8,19
6,84
7,74
3
Tambah Daya - PT. PLN (Persero)
Padang
8,06
7,06
7,73
4
Tambah Daya - PT. PLN (Persero)
Denpasar
7,91
7,15
7,66
5
Tambah Daya - PT. PLN (Persero)
Yogyakarta
7,71
7,46
7,63
6
Tambah Daya - PT. PLN (Persero)
Palu
8,05
6,68
7,59
7
Tambah Daya - PT. PLN (Persero)
Mataram
8,00
6,50
7,50
8
Tambah Daya - PT. PLN (Persero)
Kupang
7,63
6,76
7,34
9
Tambah Daya - PT. PLN (Persero)
Medan
7,31
7,07
7,23
10
Tambah Daya - PT. PLN (Persero)
Bandar Lampung
7,64
6,10
7,13
11
Tambah Daya - PT. PLN (Persero)
Bandung
7,16
6,92
7,08
12
Tambah Daya - PT. PLN (Persero)
Jayapura
7,20
6,80
7,07
13
Tambah Daya - PT. PLN (Persero)
Ambon
7,00
6,70
6,90
14
Tambah Daya - PT. PLN (Persero)
Makasar
7,73
4,99
6,82
15
Tambah Daya - PT. PLN (Persero)
Palembang
5,99
5,85
5,94
16
Tambah Daya - PT. PLN (Persero)
Banda Aceh
5,80
5,18
5,59
17
Tambah Daya - PT. PLN (Persero)
Banjarmasin
5,66
5,33
5,55
18
Tambah Daya - PT. PLN (Persero)
Semarang
4,69
5,46
4,95
19
Tambah Daya - PT. PLN (Persero)
Manado
4,02
5,65
4,56
20
Tambah Daya - PT. PLN (Persero)
DKI Jakarta
2,35
5,30
3,33
Survei Integritas Sektor Publik 2011
157
158
Lampiran
Lampiran 31.
No
Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Unit Layanan Pemasangan Baru dan Pemasangan Kembali Pengalaman
Potensi
Integritas
1
Pasang Baru - PT. PLN (Persero)
Unit Layanan Denpasar
8,19
7,45
7,94
2
Pasang Baru - PT. PLN (Persero)
Surabaya
8,19
7,34
7,91
3
Pasang Baru - PT. PLN (Persero)
Padang
8,06
6,92
7,68
4
Pasang Baru - PT. PLN (Persero)
Pontianak
8,13
6,41
7,56
5
Pasang Baru - PT. PLN (Persero)
Yogyakarta
7,74
6,72
7,40
6
Pasang Baru - PT. PLN (Persero)
DKI Jakarta
7,82
6,18
7,27
7
Pasang Baru - PT. PLN (Persero)
Jayapura
7,21
6,69
7,04
8
Pasang Baru - PT. PLN (Persero)
Bandar Lampung
7,33
5,83
6,83
9
Pasang Baru - PT. PLN (Persero)
Kupang
6,88
6,21
6,66
10
Pasang Baru - PT. PLN (Persero)
Banjarmasin
6,86
6,10
6,61
11
Pasang Baru - PT. PLN (Persero)
Medan
6,44
6,75
6,54
12
Pasang Baru - PT. PLN (Persero)
Banda Aceh
6,44
5,20
6,03
13
Pasang Baru - PT. PLN (Persero)
Ambon
5,77
5,71
5,75
14
Pasang Baru - PT. PLN (Persero)
Makasar
5,56
5,56
5,56
15
Pasang Baru - PT. PLN (Persero)
Palembang
5,17
5,82
5,39
16
Pasang Baru - PT. PLN (Persero)
Mataram
5,08
5,87
5,34
17
Pasang Baru - PT. PLN (Persero)
Bandung
3,63
5,12
4,13
18
Pasang Baru - PT. PLN (Persero)
Palu
2,90
4,69
3,50
19
Pasang Baru - PT. PLN (Persero)
Semarang
2,72
4,93
3,46
20
Pasang Baru - PT. PLN (Persero)
Manado
1,78
6,34
3,30
Survei Integritas Sektor Publik 2011
Kota
Lampiran
Lampiran 32.
Indeks Integritas Total Daerah (IITD), Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas
No
Pengalaman
Potensi
Integritas
1
Dumai
Kota
8,14
7,03
7,77
2
Bukittinggi
8,18
6,64
7,67
3
Bitung
7,98
6,92
7,62
4
Batam
7,94
6,76
7,55
5
Pontianak
7,91
6,52
7,45
6
Gorontalo
7,71
6,92
7,45
7
Surakarta
7,64
7,00
7,43
8
Banjarbaru
7,63
7,02
7,43
9
Yogyakarta
7,73
6,73
7,40
10
Tanjung Pinang
8,06
5,81
7,31
11
Pare-pare
7,67
6,54
7,29
12
Sidoarjo
7,62
6,46
7,23
13
Samarinda
7,87
5,69
7,14
14
Pekalongan
7,49
6,26
7,08
15
Padang
7,26
6,67
7,06
16
Denpasar
7,34
6,44
7,04
17
Kupang
7,17
6,45
6,93
18
Kediri
7,58
5,53
6,90
19
Madiun
7,54
5,52
6,86
20
Jayapura
6,88
6,76
6,84
21
Ambon
6,86
6,55
6,76
22
Mataram
6,82
6,53
6,72
23
Banjarmasin
6,89
6,28
6,69
24
Surabaya
6,94
6,06
6,65
25
DKI Jakarta
6,92
6,09
6,64
26
Bandar Lampung
6,97
5,76
6,56
27
Banyumas
6,81
5,95
6,53
28
Pekanbaru
6,64
6,26
6,51
29
Pangkal Pinang
6,82
5,61
6,42
30
Makasar
6,56
5,81
6,31
31
Mamuju
6,52
5,83
6,29
32
Palangkaraya
6,49
5,80
6,26
33
Banda Aceh
6,71
5,36
6,26
34
Jambi
6,90
4,85
6,22
35
Medan
6,04
6,56
6,22
36
Balikpapan
6,51
5,62
6,21
37
Bandung
6,36
5,63
6,12
38
Cilegon
6,60
5,10
6,10
39
Malang
6,13
5,56
5,94
40
Bima
5,77
5,12
5,56
41
Binjai
5,47
5,68
5,54
42
Palembang
5,38
5,75
5,51
43
Lhokseumawe
5,22
5,25
5,23
44
Palu
5,21
5,07
5,16
45
Manado
4,83
5,73
5,13
46
Bekasi
4,80
5,64
5,08
47
Jember
5,45
4,25
5,05
48
Semarang
4,79
5,23
4,94
49
Kendari
5,71
3,29
4,90
50
Cirebon
4,57
4,87
4,67
Survei Integritas Sektor Publik 2011
159
160
Lampiran
No
Pengalaman
Potensi
Integritas
51
Pematang Siantar
Kota
4,79
4,38
4,65
52
Tangerang
4,19
5,01
4,46
53
Lubuk Linggau
3,47
6,20
4,38
54
Bogor
3,94
4,92
4,27
55
Bengkulu
3,49
5,56
4,18
56
Ternate
3,68
4,86
4,07
57
Manokwari
3,25
4,61
3,70
58
Serang
3,30
4,04
3,54
59
Depok
3,26
3,99
3,50
60
Metro
2,59
4,29
3,15
Lampiran 33.
Indeks Integritas Daerah (IID), Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Berdasarkan Instansi
No
Pengalaman
Potensi
Integritas
1
Pemko Dumai
Instansi
8,14
7,03
7,77
2
Pemko Bukittinggi
8,18
6,64
7,67
3
Pemko Bitung
7,98
6,92
7,62
4
Pemko Yogyakarta
7,88
7,02
7,60
5
Pemko Batam
7,94
6,76
7,55
6
Pemko Pontianak
7,86
6,91
7,54
7
Pemko Gorontalo
7,71
6,92
7,45
8
Pemko Surakarta
7,64
7,00
7,43
9
Pemko Banjarbaru
7,63
7,02
7,43
10
Pemko Surabaya
7,83
6,61
7,42
11
Pemko Denpasar
7,55
6,87
7,33
12
Pemko Tanjung Pinang
8,06
5,81
7,31
13
Pemko Pare-pare
7,67
6,54
7,29
14
Pemkab Sidoarjo
7,62
6,46
7,23
15
Pemko Samarinda
7,87
5,69
7,14
16
Pemko Mataram
7,39
6,65
7,14
17
Pemko Padang
7,32
6,70
7,11
18
Pemko Pekalongan
7,49
6,26
7,08
19
Pemko Banjarmasin
7,18
6,39
6,92
20
Pemko Kediri
7,58
5,53
6,90
21
Pemko Madiun
7,54
5,52
6,86
22
Pemko Kupang
7,13
6,32
6,86
23
Pemko Bandung
7,14
5,77
6,68
24
Pemko Ambon
6,82
6,28
6,64
25
Pemkab Banyumas
6,81
5,95
6,53
26
Pemko Pekanbaru
6,64
6,26
6,51
27
Pemko Balikpapan
6,89
5,69
6,49
28
Pemko Jayapura
6,42
6,57
6,47
29
Pemko Pangkal Pinang
6,82
5,61
6,42
30
Pemkab Mamuju
6,52
5,83
6,29
31
Pemko Makasar
6,40
6,09
6,29
32
Pemko Palangkaraya
6,49
5,80
6,26
33
Pemko Jambi
6,90
4,85
6,22
34
Pemko Cilegon
6,60
5,10
6,10
Survei Integritas Sektor Publik 2011
Lampiran
No
Pengalaman
Potensi
Integritas
35
Pemko Palu
Instansi
6,74
4,74
6,07
36
Pemko Bandar Lampung
6,41
5,26
6,02
37
Pemko Banda Aceh
6,66
4,64
5,99
38
Pemko Malang
6,13
5,56
5,94
39
Pemko Medan
5,33
6,11
5,59
40
Pemko Bima
5,77
5,12
5,56
41
Pemko Binjai
5,47
5,68
5,54
42
DKI Jakarta
5,51
5,61
5,54
43
Pemko Lhokseumawe
5,22
5,25
5,23
44
Pemko Bekasi
4,80
5,64
5,08
45
Pemkab Jember
5,45
4,25
5,05
46
Pemko Kendari
5,71
3,29
4,90
47
Pemko Manado
4,33
5,43
4,70
48
Pemko Cirebon
4,57
4,87
4,67
49
Pemko Pematang Siantar
4,79
4,38
4,65
50
Pemko Tangerang
4,19
5,01
4,46
51
Pemko Lubuk Linggau
3,47
6,20
4,38
52
Pemko Bogor
3,94
4,92
4,27
53
Pemko Palembang
3,84
5,06
4,25
54
Pemko Bengkulu
3,49
5,56
4,18
55
Pemko Ternate
3,68
4,86
4,07
56
Pemkab Manokwari
3,25
4,61
3,70
57
Pemko Semarang
3,14
4,55
3,61
58
Pemko Serang
3,30
4,04
3,54
59
Pemko Depok
3,26
3,99
3,50
60
Pemko Metro
2,59
4,29
3,15
Survei Integritas Sektor Publik 2011
161
162
Lampiran
Lampiran 34,
No 1
Indeks Integritas Daerah (IID), Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Berdasarkan Unit Layanan
Unit Layanan SIUP
Instansi Pemko Pekanbaru
Kota Pekanbaru
Pengalaman
Potensi
Integritas
8,19
7,61
8,00
2
SIUP
Pemko Bitung
Bitung
8,19
7,37
7,92
3
IMB
Pemko Bitung
Bitung
8,06
7,35
7,82
4
KTP
Pemko Dumai
Dumai
8,04
7,39
7,82
5
IMB
Pemko Batam
Batam
8,19
6,96
7,78
6
SIUP
Pemko Padang
Padang
7,86
7,58
7,77
7
KTP
Pemko Pontianak
Pontianak
8,15
7,00
7,77
8
SIUP
Pemko Surakarta
Surakarta
7,95
7,41
7,77
9
IMB
Pemkab Sidoarjo
Sidoarjo
8,11
7,05
7,76
10
IMB
Pemko Surakarta
Surakarta
7,96
7,35
7,76
11
SIUP
Pemko Dumai
Dumai
8,19
6,87
7,75
12
IMB
Pemko Dumai
Dumai
8,19
6,84
7,74
13
KTP
Pemko Malang
Malang
7,98
7,25
7,74
14
SIUP
Pemko Ambon
Ambon
8,13
6,86
7,71
15
KTP
Pemko Jayapura
Jayapura
8,07
7,00
7,71
16
IMB
Pemko Yogyakarta
Yogyakarta
7,93
7,27
7,71
17
IMB
Pemko Ambon
Ambon
8,02
7,07
7,70
18
SIUP
Pemko Pare-pare
Pare-pare
7,72
7,65
7,70
19
SIUP
Pemko Banjarbaru
Banjarbaru
7,91
7,25
7,69
20
IMB
Pemko Bukittinggi
Bukittinggi
8,19
6,66
7,68
21
KTP
Pemko Bukittinggi
Bukittinggi
8,17
6,66
7,67
22
SIUP
Pemko Bukittinggi
Bukittinggi
8,17
6,61
7,65
23
SIUP
Pemko Yogyakarta
Yogyakarta
7,87
7,22
7,65
24
SIUP
Pemko Surabaya
Surabaya
8,02
6,89
7,64
25
SIUP
Pemkab Sidoarjo
Sidoarjo
7,90
7,04
7,61
26
IMB
Pemko Pare-pare
Pare-pare
7,75
7,21
7,57
27
IMB
Pemko Banjarbaru
Banjarbaru
7,87
6,93
7,56
28
IMB
Pemko Mataram
Mataram
7,96
6,76
7,56
29
SIUP
Pemko Pontianak
Pontianak
7,82
7,00
7,55
30
SIUP
Pemko Mataram
Mataram
7,93
6,75
7,54
31
IMB
Pemko Surabaya
Surabaya
7,86
6,90
7,54
32
SIUP
Pemko Batam
Batam
7,85
6,90
7,53
33
IMB
Pemko Gorontalo
Gorontalo
7,95
6,68
7,53
34
IMB
Pemko Padang
Padang
8,06
6,48
7,53
35
SIUP
Pemko Denpasar
Denpasar
7,72
7,05
7,50
36
KTP
Pemko Gorontalo
Gorontalo
7,56
7,24
7,45
37
SIUP
Pemko Tanjung Pinang
Tanjung Pinang
8,06
6,21
7,44
38
KTP
Pemko Yogyakarta
Yogyakarta
7,85
6,58
7,43
39
KTP
Pemko Balikpapan
Balikpapan
7,94
6,38
7,42
40
SIUP
Pemko Kupang
Kupang
7,79
6,67
7,42
41
IMB
Pemko Banjarmasin
Banjarmasin
7,72
6,79
7,41
42
IMB
Pemko Tanjung Pinang
Tanjung Pinang
8,17
5,82
7,39
43
IMB
Pemko Manado
Manado
7,38
7,38
7,38
44
SIUP
Pemko Gorontalo
Gorontalo
7,62
6,83
7,36
45
IMB
Pemko Balikpapan
Balikpapan
7,87
6,30
7,35
46
IMB
Pemko Makasar
Makasar
7,75
6,56
7,35
47
KTP
Pemko Batam
Batam
7,78
6,42
7,33
48
SIUP
Pemko Banjarmasin
Banjarmasin
7,68
6,60
7,32
49
KTP
Pemko Denpasar
Denpasar
7,59
6,75
7,31
Survei Integritas Sektor Publik 2011
Lampiran
No
Unit Layanan
Pengalaman
Potensi
50
IMB
Pemko Pontianak
Instansi Pontianak
Kota
7,60
6,74
Integritas 7,31
51
IMB
Pemko Pekalongan
Pekalongan
7,90
6,08
7,29
52
SIUP
Pemko Bandar Lampung
Bandar Lampung
7,82
5,98
7,21
53
KTP
Pemko Pangkal Pinang
Pangkal Pinang
7,95
5,74
7,21
54
SIUP
Pemko Samarinda
Samarinda
7,85
5,92
7,21
55
IMB
Pemkab Mamuju
Mamuju
7,53
6,47
7,18
56
IMB
Pemko Denpasar
Denpasar
7,35
6,81
7,17
57
KTP
Pemko Bitung
Bitung
7,68
6,03
7,13
58
IMB
Pemko Samarinda
Samarinda
7,85
5,64
7,11
59
KTP
Pemko Samarinda
Samarinda
7,90
5,51
7,10
60
SIUP
Pemko Pekalongan
Pekalongan
7,45
6,38
7,09
61
KTP
Pemko Surabaya
Surabaya
7,62
6,04
7,09
62
KTP
Pemko Tanjung Pinang
Tanjung Pinang
7,94
5,39
7,09
63
KTP
Pemko Banjarbaru
Banjarbaru
7,12
6,88
7,04
64
SIUP
Pemko Jambi
Jambi
8,01
5,07
7,03
65
IMB
Pemko Madiun
Madiun
7,76
5,56
7,03
66
SIUP
Pemko Lhokseumawe
Lhokseumawe
7,70
5,64
7,01 6,99
67
IMB
Pemko Kediri
Kediri
7,69
5,60
68
KTP
Pemko Kediri
Kediri
7,70
5,52
6,97
69
SIUP
Pemko Madiun
Madiun
7,85
5,22
6,97
70
IMB
Pemko Kupang
Kupang
7,05
6,79
6,96
71
SIUP
Pemko Palu
Palu
7,83
5,06
6,91
72
SIUP
Pemkab Mamuju
Mamuju
7,75
5,20
6,90
73
IMB
Pemko Palu
Palu
8,02
4,61
6,88
74
SIUP
Pemkab Banyumas
Banyumas
7,26
6,10
6,87
75
KTP
Pemko Pekalongan
Pekalongan
7,12
6,32
6,85
76
IMB
Pemko Jambi
Jambi
7,90
4,65
6,82
77
SIUP
Pemko Bandung
Bandung
7,16
6,11
6,81
78
IMB
Pemko Bandung
Bandung
7,14
6,11
6,80
79
KTP
Pemko Surakarta
Surakarta
7,02
6,23
6,76
80
IMB
Pemkab Banyumas
Banyumas
7,04
6,16
6,75
81
SIUP
Pemko Kediri
Kediri
7,36
5,48
6,73
82
SIUP
Pemko Banda Aceh
Banda Aceh
7,78
4,59
6,72
83
KTP
Pemko Palangkaraya
Palangkaraya
7,36
5,38
6,70
84
KTP
Pemkab Jember
Jember
7,64
4,67
6,65
85
KTP
Pemko Pekanbaru
Pekanbaru
7,08
5,75
6,64
86
SIUP
Pemko Binjai
Binjai
6,70
6,47
6,62
87
KTP
Pemko Pare-pare
Pare-pare
7,53
4,76
6,61
88
KTP
Pemko Madiun
Madiun
7,00
5,78
6,59
89
KTP
Pemko Makasar
Makasar
7,20
5,32
6,57
90
KTP
Pemko Bandung
Bandung
7,12
5,09
6,44
91
SIUP
Pemko Pangkal Pinang
Pangkal Pinang
6,81
5,69
6,44
92
IMB
Pemko Bandar Lampung
Bandar Lampung
7,18
4,94
6,43
93
IMB
DKI Jakarta
DKI Jakarta
6,74
5,66
6,38
94
KTP
Pemko Mataram
Mataram
6,28
6,44
6,33
95
KTP
Pemkab Sidoarjo
Sidoarjo
6,85
5,28
6,33
96
IMB
Pemko Palangkaraya
Palangkaraya
6,55
5,82
6,31
97
SIUP
Pemko Cilegon
Cilegon
6,74
5,15
6,21
98
KTP
Pemko Kupang
Kupang
6,55
5,49
6,20
99
IMB
Pemko Bima
Bima
6,55
5,40
6,17
100
IMB
Pemko Malang
Malang
6,65
5,14
6,15
101
KTP
Pemko Cilegon
Cilegon
6,70
4,93
6,11
Survei Integritas Sektor Publik 2011
163
164
Lampiran
No
Unit Layanan
Pengalaman
Potensi
102
SIUP
Pemko Kendari
Instansi Kendari
Kota
7,40
3,49
Integritas 6,10
103
IMB
Pemko Medan
Medan
6,02
6,26
6,10
104
KTP
Pemko Tangerang
Tangerang
6,28
5,68
6,08
105
SIUP
Pemko Medan
Medan
5,90
6,38
6,06
106
IMB
Pemko Banda Aceh
Banda Aceh
6,70
4,76
6,05
107
KTP
Pemko Padang
Padang
6,05
6,03
6,04
108
KTP
Pemko Banjarmasin
Banjarmasin
6,14
5,78
6,02
109
KTP
Pemkab Banyumas
Banyumas
6,14
5,60
5,96
110
IMB
Pemko Binjai
Binjai
6,22
5,44
5,96
111
SIUP
Pemko Jayapura
Jayapura
5,64
6,41
5,90
112
IMB
Pemko Jayapura
Jayapura
5,56
6,29
5,80
113
SIUP
Pemko Palangkaraya
Palangkaraya
5,57
6,21
5,78
114
IMB
Pemko Cilegon
Cilegon
5,90
5,51
5,77
115
SIUP
Pemko Bekasi
Bekasi
5,45
6,06
5,65
116
IMB
Pemko Pangkal Pinang
Pangkal Pinang
5,69
5,41
5,60
117
IMB
Pemko Palembang
Palembang
5,18
5,98
5,45
118
SIUP
Pemko Cirebon
Cirebon
5,61
5,07
5,43 5,43
119
SIUP
DKI Jakarta
DKI Jakarta
5,14
5,99
120
IMB
Pemko Bogor
Bogor
5,75
4,73
5,41
121
KTP
Pemko Bima
Bima
5,68
4,82
5,39
122
KTP
Pemko Banda Aceh
Banda Aceh
5,51
4,58
5,20
123
KTP
Pemko Bekasi
Bekasi
5,11
5,23
5,15
124
SIUP
Pemko Bima
Bima
5,09
5,15
5,11
125
KTP
DKI Jakarta
DKI Jakarta
5,03
5,10
5,06
126
SIUP
Pemko Makasar
Makasar
4,24
6,39
4,96
127
IMB
Pemko Lhokseumawe
Lhokseumawe
4,54
5,62
4,90
128
IMB
Pemko Pekanbaru
Pekanbaru
4,64
5,43
4,90
129
KTP
Pemko Jambi
Jambi
4,80
4,84
4,81
130
KTP
Pemkab Mamuju
Mamuju
4,28
5,82
4,79
131
IMB
Pemko Kendari
Kendari
5,56
3,07
4,73
132
SIUP
Pemko Pematang Siantar
Pematang Siantar
4,90
4,37
4,72
133
SIUP
Pemko Balikpapan
Balikpapan
4,87
4,38
4,71
134
KTP
Pemko Pematang Siantar
Pematang Siantar
4,73
4,55
4,67
135
KTP
Pemko Medan
Medan
4,08
5,70
4,62
136
IMB
Pemko Pematang Siantar
Pematang Siantar
4,74
4,21
4,56
137
IMB
Pemkab Jember
Jember
4,81
4,04
4,55
138
KTP
Pemko Ambon
Ambon
4,31
4,91
4,51
139
KTP
Pemko Cirebon
Cirebon
4,37
4,78
4,51
140
IMB
Pemko Lubuk Linggau
Lubuk Linggau
3,72
5,96
4,47
141
IMB
Pemko Bekasi
Bekasi
3,85
5,64
4,45
142
SIUP
Pemko Lubuk Linggau
Lubuk Linggau
3,49
6,37
4,45
143
KTP
Pemko Bandar Lampung
Bandar Lampung
4,22
4,86
4,43
144
KTP
Pemko Palu
Palu
4,37
4,56
4,43
145
IMB
Pemkab Manokwari
Manokwari
4,06
5,03
4,38
146
IMB
Pemko Bengkulu
Bengkulu
3,66
5,52
4,28
147
IMB
Pemko Ternate
Ternate
3,96
4,81
4,24
148
SIUP
Pemko Bengkulu
Bengkulu
3,68
5,34
4,23
149
KTP
Pemko Lubuk Linggau
Lubuk Linggau
3,19
6,27
4,22
150
SIUP
Pemko Manado
Manado
3,90
4,81
4,20
151
KTP
Pemko Semarang
Semarang
3,76
4,98
4,17
152
KTP
Pemko Bogor
Bogor
3,38
5,70
4,15
Survei Integritas Sektor Publik 2011
Lampiran
No
Unit Layanan
Pengalaman
Potensi
153
IMB
Pemko Cirebon
Instansi Cirebon
Kota
3,74
4,75
Integritas 4,08
154
KTP
Pemko Binjai
Binjai
3,50
5,14
4,05
155
KTP
Pemko Bengkulu
Bengkulu
3,12
5,81
4,02
156
SIUP
Pemko Palembang
Palembang
3,47
5,13
4,02
157
SIUP
Pemko Ternate
Ternate
3,60
4,79
4,00
158
KTP
Pemko Ternate
Ternate
3,49
4,97
3,98
159
SIUP
Pemkab Jember
Jember
3,90
4,04
3,95
160
SIUP
Pemko Malang
Malang
3,76
4,28
3,93
161
KTP
Pemkab Manokwari
Manokwari
3,66
4,40
3,91
162
KTP
Pemko Serang
Serang
4,17
3,36
3,90
163
KTP
Pemko Kendari
Kendari
4,16
3,30
3,87
164
KTP
Pemko Lhokseumawe
Lhokseumawe
3,43
4,50
3,79
165
SIUP
Pemko Tangerang
Tangerang
3,22
4,69
3,71
166
IMB
Pemko Depok
Depok
3,48
3,97
3,64
167
IMB
Pemko Tangerang
Tangerang
3,06
4,65
3,59
168
KTP
Pemko Depok
Depok
3,20
4,05
3,48
169
SIUP
Pemko Semarang
Semarang
2,98
4,33
3,43 3,41
170
IMB
Pemko Serang
Serang
2,92
4,38
171
SIUP
Pemko Depok
Depok
3,09
3,95
3,38
172
KTP
Pemko Metro
Metro
2,70
4,63
3,34
173
SIUP
Pemko Serang
Serang
2,80
4,37
3,32
174
KTP
Pemko Palembang
Palembang
2,88
4,06
3,27
175
SIUP
Pemko Metro
Metro
2,69
4,37
3,25
176
SIUP
Pemko Bogor
Bogor
2,70
4,33
3,24
177
IMB
Pemko Semarang
Semarang
2,68
4,35
3,24
178
IMB
Pemko Metro
Metro
2,38
3,86
2,87
179
SIUP
Pemkab Manokwari
Manokwari
2,02
4,41
2,82
180
KTP
Pemko Manado
Manado
1,71
4,10
2,51
Survei Integritas Sektor Publik 2011
165
166
Lampiran
Lampiran 35. No 1
Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Unit Layanan KTP
Unit Layanan KTP
Instansi Pemko Dumai
Kota Dumai
Pengalaman
Potensi
Integritas
8,04
7,39
7,82
2
KTP
Pemko Pontianak
Pontianak
8,15
7,00
7,77
3
KTP
Pemko Malang
Malang
7,98
7,25
7,74
4
KTP
Pemko Jayapura
Jayapura
8,07
7,00
7,71
5
KTP
Pemko Bukittinggi
Bukittinggi
8,17
6,66
7,67
6
KTP
Pemko Gorontalo
Gorontalo
7,56
7,24
7,45
7
KTP
Pemko Yogyakarta
Yogyakarta
7,85
6,58
7,43
8
KTP
Pemko Balikpapan
Balikpapan
7,94
6,38
7,42
9
KTP
Pemko Batam
Batam
7,78
6,42
7,33
10
KTP
Pemko Denpasar
Denpasar
7,59
6,75
7,31
11
KTP
Pemko Pangkal Pinang
Pangkal Pinang
7,95
5,74
7,21
12
KTP
Pemko Bitung
Bitung
7,68
6,03
7,13
13
KTP
Pemko Samarinda
Samarinda
7,90
5,51
7,10
14
KTP
Pemko Surabaya
Surabaya
7,62
6,04
7,09
15
KTP
Pemko Tanjung Pinang
Tanjung Pinang
7,94
5,39
7,09
16
KTP
Pemko Banjarbaru
Banjarbaru
7,12
6,88
7,04
17
KTP
Pemko Kediri
Kediri
7,70
5,52
6,97
18
KTP
Pemko Pekalongan
Pekalongan
7,12
6,32
6,85
19
KTP
Pemko Surakarta
Surakarta
7,02
6,23
6,76
20
KTP
Pemko Palangkaraya
Palangkaraya
7,36
5,38
6,70
21
KTP
Pemkab Jember
Jember
7,64
4,67
6,65
22
KTP
Pemko Pekanbaru
Pekanbaru
7,08
5,75
6,64
23
KTP
Pemko Pare-pare
Pare-pare
7,53
4,76
6,61
24
KTP
Pemko Madiun
Madiun
7,00
5,78
6,59
25
KTP
Pemko Makasar
Makasar
7,20
5,32
6,57
26
KTP
Pemko Bandung
Bandung
7,12
5,09
6,44
27
KTP
Pemko Mataram
Mataram
6,28
6,44
6,33
28
KTP
Pemkab Sidoarjo
Sidoarjo
6,85
5,28
6,33
29
KTP
Pemko Kupang
Kupang
6,55
5,49
6,20
30
KTP
Pemko Cilegon
Cilegon
6,70
4,93
6,11
31
KTP
Pemko Tangerang
Tangerang
6,28
5,68
6,08
32
KTP
Pemko Padang
Padang
6,05
6,03
6,04
33
KTP
Pemko Banjarmasin
Banjarmasin
6,14
5,78
6,02
34
KTP
Pemkab Banyumas
Banyumas
6,14
5,60
5,96
35
KTP
Pemko Bima
Bima
5,68
4,82
5,39
36
KTP
Pemko Banda Aceh
Banda Aceh
5,51
4,58
5,20 5,15
37
KTP
Pemko Bekasi
Bekasi
5,11
5,23
38
KTP
DKI Jakarta
DKI Jakarta
5,03
5,10
5,06
39
KTP
Pemko Jambi
Jambi
4,80
4,84
4,81
40
KTP
Pemkab Mamuju
Mamuju
4,28
5,82
4,79
41
KTP
Pemko Pematang Siantar
Pematang Siantar
4,73
4,55
4,67
42
KTP
Pemko Medan
Medan
4,08
5,70
4,62
43
KTP
Pemko Ambon
Ambon
4,31
4,91
4,51
44
KTP
Pemko Cirebon
Cirebon
4,37
4,78
4,51
45
KTP
Pemko Bandar Lampung
Bandar Lampung
4,22
4,86
4,43
46
KTP
Pemko Palu
Palu
4,37
4,56
4,43
47
KTP
Pemko Lubuk Linggau
Lubuk Linggau
3,19
6,27
4,22
48
KTP
Pemko Semarang
Semarang
3,76
4,98
4,17
49
KTP
Pemko Bogor
Bogor
3,38
5,70
4,15
50
KTP
Pemko Binjai
Binjai
3,50
5,14
4,05
Survei Integritas Sektor Publik 2011
Lampiran
No
Unit Layanan
Pengalaman
Potensi
51
KTP
Pemko Bengkulu
Instansi Bengkulu
Kota
3,12
5,81
Integritas 4,02
52
KTP
Pemko Ternate
Ternate
3,49
4,97
3,98
53
KTP
Pemkab Manokwari
Manokwari
3,66
4,40
3,91
54
KTP
Pemko Serang
Serang
4,17
3,36
3,90
55
KTP
Pemko Kendari
Kendari
4,16
3,30
3,87
56
KTP
Pemko Lhokseumawe
Lhokseumawe
3,43
4,50
3,79
57
KTP
Pemko Depok
Depok
3,20
4,05
3,48
58
KTP
Pemko Metro
Metro
2,70
4,63
3,34
59
KTP
Pemko Palembang
Palembang
2,88
4,06
3,27
60
KTP
Pemko Manado
Manado
1,71
4,10
2,51
Survei Integritas Sektor Publik 2011
167
168
Lampiran
Lampiran 36. No 1
Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Unit Layanan IMB
Unit Layanan IMB
Instansi Pemko Bitung
Kota Bitung
Pengalaman
Potensi
Integritas
8,06
7,35
7,82
2
IMB
Pemko Batam
Batam
8,19
6,96
7,78
3
IMB
Pemkab Sidoarjo
Sidoarjo
8,11
7,05
7,76
4
IMB
Pemko Surakarta
Surakarta
7,96
7,35
7,76
5
IMB
Pemko Dumai
Dumai
8,19
6,84
7,74
6
IMB
Pemko Yogyakarta
Yogyakarta
7,93
7,27
7,71
7
IMB
Pemko Ambon
Ambon
8,02
7,07
7,70
8
IMB
Pemko Bukittinggi
Bukittinggi
8,19
6,66
7,68
9
IMB
Pemko Pare-pare
Pare-pare
7,75
7,21
7,57
10
IMB
Pemko Banjarbaru
Banjarbaru
7,87
6,93
7,56
11
IMB
Pemko Mataram
Mataram
7,96
6,76
7,56
12
IMB
Pemko Surabaya
Surabaya
7,86
6,90
7,54
13
IMB
Pemko Gorontalo
Gorontalo
7,95
6,68
7,53
14
IMB
Pemko Padang
Padang
8,06
6,48
7,53
15
IMB
Pemko Banjarmasin
Banjarmasin
7,72
6,79
7,41
16
IMB
Pemko Tanjung Pinang
Tanjung Pinang
8,17
5,82
7,39
17
IMB
Pemko Manado
Manado
7,38
7,38
7,38
18
IMB
Pemko Balikpapan
Balikpapan
7,87
6,30
7,35
19
IMB
Pemko Makasar
Makasar
7,75
6,56
7,35
20
IMB
Pemko Pontianak
Pontianak
7,60
6,74
7,31
21
IMB
Pemko Pekalongan
Pekalongan
7,90
6,08
7,29
22
IMB
Pemkab Mamuju
Mamuju
7,53
6,47
7,18
23
IMB
Pemko Denpasar
Denpasar
7,35
6,81
7,17
24
IMB
Pemko Samarinda
Samarinda
7,85
5,64
7,11
25
IMB
Pemko Madiun
Madiun
7,76
5,56
7,03
26
IMB
Pemko Kediri
Kediri
7,69
5,60
6,99
27
IMB
Pemko Kupang
Kupang
7,05
6,79
6,96
28
IMB
Pemko Palu
Palu
8,02
4,61
6,88
29
IMB
Pemko Jambi
Jambi
7,90
4,65
6,82
30
IMB
Pemko Bandung
Bandung
7,14
6,11
6,80
31
IMB
Pemkab Banyumas
Banyumas
7,04
6,16
6,75
32
IMB
Pemko Bandar Lampung
Bandar Lampung
7,18
4,94
6,43
33
IMB
DKI Jakarta
DKI Jakarta
6,74
5,66
6,38
34
IMB
Pemko Palangkaraya
Palangkaraya
6,55
5,82
6,31
35
IMB
Pemko Bima
Bima
6,55
5,40
6,17
36
IMB
Pemko Malang
Malang
6,65
5,14
6,15 6,10
37
IMB
Pemko Medan
Medan
6,02
6,26
38
IMB
Pemko Banda Aceh
Banda Aceh
6,70
4,76
6,05
39
IMB
Pemko Binjai
Binjai
6,22
5,44
5,96
40
IMB
Pemko Jayapura
Jayapura
5,56
6,29
5,80
41
IMB
Pemko Cilegon
Cilegon
5,90
5,51
5,77
42
IMB
Pemko Pangkal Pinang
Pangkal Pinang
5,69
5,41
5,60
43
IMB
Pemko Palembang
Palembang
5,18
5,98
5,45
44
IMB
Pemko Bogor
Bogor
5,75
4,73
5,41
45
IMB
Pemko Lhokseumawe
Lhokseumawe
4,54
5,62
4,90
46
IMB
Pemko Pekanbaru
Pekanbaru
4,64
5,43
4,90
47
IMB
Pemko Kendari
Kendari
5,56
3,07
4,73
48
IMB
Pemko Pematang Siantar
Pematang Siantar
4,74
4,21
4,56
49
IMB
Pemkab Jember
Jember
4,81
4,04
4,55
50
IMB
Pemko Lubuk Linggau
Lubuk Linggau
3,72
5,96
4,47
Survei Integritas Sektor Publik 2011
Lampiran
No
Unit Layanan
Pengalaman
Potensi
51
IMB
Pemko Bekasi
Instansi Bekasi
Kota
3,85
5,64
Integritas 4,45
52
IMB
Pemkab Manokwari
Manokwari
4,06
5,03
4,38
53
IMB
Pemko Bengkulu
Bengkulu
3,66
5,52
4,28
54
IMB
Pemko Ternate
Ternate
3,96
4,81
4,24
55
IMB
Pemko Cirebon
Cirebon
3,74
4,75
4,08
56
IMB
Pemko Depok
Depok
3,48
3,97
3,64
57
IMB
Pemko Tangerang
Tangerang
3,06
4,65
3,59
58
IMB
Pemko Serang
Serang
2,92
4,38
3,41
59
IMB
Pemko Semarang
Semarang
2,68
4,35
3,24
60
IMB
Pemko Metro
Metro
2,38
3,86
2,87
Survei Integritas Sektor Publik 2011
169
170
Lampiran
Lampiran 37. No 1
Indeks Integritas, Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas Unit Layanan SIUP
Unit Layanan SIUP
Instansi Pemko Pekanbaru
Kota Pekanbaru
Pengalaman
Potensi
Integritas
8,19
7,61
8,00
2
SIUP
Pemko Bitung
Bitung
8,19
7,37
7,92
3
SIUP
Pemko Padang
Padang
7,86
7,58
7,77
4
SIUP
Pemko Surakarta
Surakarta
7,95
7,41
7,77
5
SIUP
Pemko Dumai
Dumai
8,19
6,87
7,75
6
SIUP
Pemko Ambon
Ambon
8,13
6,86
7,71
7
SIUP
Pemko Pare-pare
Pare-pare
7,72
7,65
7,70
8
SIUP
Pemko Banjarbaru
Banjarbaru
7,91
7,25
7,69
9
SIUP
Pemko Bukittinggi
Bukittinggi
8,17
6,61
7,65
10
SIUP
Pemko Yogyakarta
Yogyakarta
7,87
7,22
7,65
11
SIUP
Pemko Surabaya
Surabaya
8,02
6,89
7,64
12
SIUP
Pemkab Sidoarjo
Sidoarjo
7,90
7,04
7,61
13
SIUP
Pemko Pontianak
Pontianak
7,82
7,00
7,55
14
SIUP
Pemko Mataram
Mataram
7,93
6,75
7,54
15
SIUP
Pemko Batam
Batam
7,85
6,90
7,53
16
SIUP
Pemko Denpasar
Denpasar
7,72
7,05
7,50
17
SIUP
Pemko Tanjung Pinang
Tanjung Pinang
8,06
6,21
7,44
18
SIUP
Pemko Kupang
Kupang
7,79
6,67
7,42
19
SIUP
Pemko Gorontalo
Gorontalo
7,62
6,83
7,36
20
SIUP
Pemko Banjarmasin
Banjarmasin
7,68
6,60
7,32
21
SIUP
Pemko Bandar Lampung
Bandar Lampung
7,82
5,98
7,21
22
SIUP
Pemko Samarinda
Samarinda
7,85
5,92
7,21
23
SIUP
Pemko Pekalongan
Pekalongan
7,45
6,38
7,09
24
SIUP
Pemko Jambi
Jambi
8,01
5,07
7,03
25
SIUP
Pemko Lhokseumawe
Lhokseumawe
7,70
5,64
7,01
26
SIUP
Pemko Madiun
Madiun
7,85
5,22
6,97
27
SIUP
Pemko Palu
Palu
7,83
5,06
6,91
28
SIUP
Pemkab Mamuju
Mamuju
7,75
5,20
6,90
29
SIUP
Pemkab Banyumas
Banyumas
7,26
6,10
6,87
30
SIUP
Pemko Bandung
Bandung
7,16
6,11
6,81
31
SIUP
Pemko Kediri
Kediri
7,36
5,48
6,73
32
SIUP
Pemko Banda Aceh
Banda Aceh
7,78
4,59
6,72
33
SIUP
Pemko Binjai
Binjai
6,70
6,47
6,62
34
SIUP
Pemko Pangkal Pinang
Pangkal Pinang
6,81
5,69
6,44
35
SIUP
Pemko Cilegon
Cilegon
6,74
5,15
6,21
36
SIUP
Pemko Kendari
Kendari
7,40
3,49
6,10 6,06
37
SIUP
Pemko Medan
Medan
5,90
6,38
38
SIUP
Pemko Jayapura
Jayapura
5,64
6,41
5,90
39
SIUP
Pemko Palangkaraya
Palangkaraya
5,57
6,21
5,78
40
SIUP
Pemko Bekasi
Bekasi
5,45
6,06
5,65
41
SIUP
Pemko Cirebon
Cirebon
5,61
5,07
5,43
42
SIUP
DKI Jakarta
DKI Jakarta
5,14
5,99
5,43
43
SIUP
Pemko Bima
Bima
5,09
5,15
5,11
44
SIUP
Pemko Makasar
Makasar
4,24
6,39
4,96
45
SIUP
Pemko Pematang Siantar
Pematang Siantar
4,90
4,37
4,72
46
SIUP
Pemko Balikpapan
Balikpapan
4,87
4,38
4,71
47
SIUP
Pemko Lubuk Linggau
Lubuk Linggau
3,49
6,37
4,45
48
SIUP
Pemko Bengkulu
Bengkulu
3,68
5,34
4,23
49
SIUP
Pemko Manado
Manado
3,90
4,81
4,20
50
SIUP
Pemko Palembang
Palembang
3,47
5,13
4,02
Survei Integritas Sektor Publik 2011
Lampiran
No
Unit Layanan
Pengalaman
Potensi
51
SIUP
Pemko Ternate
Instansi Ternate
Kota
3,60
4,79
Integritas 4,00
52
SIUP
Pemkab Jember
Jember
3,90
4,04
3,95
53
SIUP
Pemko Malang
Malang
3,76
4,28
3,93
54
SIUP
Pemko Tangerang
Tangerang
3,22
4,69
3,71
55
SIUP
Pemko Semarang
Semarang
2,98
4,33
3,43
56
SIUP
Pemko Depok
Depok
3,09
3,95
3,38
57
SIUP
Pemko Serang
Serang
2,80
4,37
3,32
58
SIUP
Pemko Metro
Metro
2,69
4,37
3,25
59
SIUP
Pemko Bogor
Bogor
2,70
4,33
3,24
60
SIUP
Pemkab Manokwari
Manokwari
2,02
4,41
2,82
Survei Integritas Sektor Publik 2011
171
172
Lampiran
Lampiran 38, No
Indikator Instansi Nasional
Instansi Nasional
Pengalaman Korupsi
CaraPandang Terhadap Korupsi
Lingkungan Kerja
Sistem Administrasi
Perilaku Individu
Pencegahan Korupsi
1
Pemko Dumai
8,00
8,18
8,77
7,21
7,44
5,80
2
Pemko Bukittinggi
8,00
8,24
8,86
6,81
7,75
4,59
3
Pemko Bitung
7,95
7,98
7,95
7,17
7,14
6,08
4
Badan Koordinasi Penanaman Modal
8,00
7,99
7,99
7,03
7,09
5,83
5
Pemko Yogyakarta
8,00
7,84
8,68
6,29
7,82
6,30
6
Kementerian Keuangan
7,93
7,86
8,39
7,03
7,66
5,60
7
Pemko Batam
7,77
8,00
8,48
6,34
7,66
5,63
8
Pemko Pontianak
7,62
7,93
8,34
7,35
7,35
5,54
9
Kementerian Kesehatan
8,00
7,76
8,94
6,40
7,80
5,83
10
PT. Jamsostek (Persero)
8,00
7,72
8,89
7,17
8,03
5,06
11
Kementerian Perindustrian
8,00
7,86
8,94
5,68
7,82
5,83
12
PT. Pelindo II (Persero)
7,93
7,66
8,75
7,21
7,74
5,56
13
Kementerian Perhubungan
8,00
7,79
8,46
6,14
7,55
5,83
14
Kementerian Kelautan dan Perikanan
8,00
7,99
8,64
7,07
7,47
3,91
15
Kementerian Pertanian
8,00
7,67
7,70
7,41
7,65
5,31
16
Pemko Gorontalo
7,84
7,67
7,86
7,33
7,82
5,35
17
Pemko Surakarta
7,85
7,57
7,27
7,06
7,68
6,20
18
Pemko Banjarbaru
8,00
7,51
8,36
8,19
6,55
5,85
19
Kementerian Komunikasi dan Informatika
8,00
8,05
8,25
4,75
7,74
5,29
20
Pemko Surabaya
7,91
7,81
8,10
6,77
7,70
4,89
21
Kementerian Pendidikan Nasional
8,00
7,88
8,87
7,12
7,67
3,66
22
PT. Pertamina (Persero)
8,00
7,60
8,92
6,70
7,79
5,15
23
Badan Pengawas Obat dan Makanan
8,00
7,78
7,75
6,00
7,07
5,66
24
Pemko Denpasar
7,78
7,48
8,08
6,65
7,60
5,91
25
Pemko Tanjung Pinang
7,95
8,09
5,64
5,86
5,08
6,48
26
PT. PELNI (Persero)
8,00
8,02
8,25
6,72
7,79
2,37
27
Pemko Pare-pare
7,95
7,57
8,55
5,58
7,78
5,48
28
Kementerian ESDM
7,87
7,68
8,58
6,46
7,39
4,33
29
Pemkab Sidoarjo
7,52
7,65
8,58
6,52
7,57
4,54
30
Pemko Samarinda
8,00
7,82
8,90
4,73
7,80
3,37
31
Pemko Mataram
7,44
7,37
7,95
6,14
7,24
6,05
32
Pemko Padang
7,35
7,32
8,03
7,22
7,36
5,09
33
BNP2TKI
8,00
7,53
7,53
6,74
7,00
3,94
34
Kementerian Kehutanan
8,00
7,59
7,91
6,43
7,76
2,98
35
Pemko Pekalongan
7,70
7,42
6,66
5,34
7,24
6,05
36
Pemko Banjarmasin
7,62
7,04
7,05
6,32
7,43
5,26
37
Kementerian Perdagangan
8,00
7,61
5,93
5,13
5,09
5,39
38
Pemko Kediri
7,73
7,54
7,90
6,64
6,95
2,32
39
Pemko Madiun
7,64
7,50
7,12
6,74
6,39
3,00
40
Pemko Kupang
7,33
7,06
7,10
5,69
6,78
6,15
41
PT. Angkasa Pura II (Persero)
7,31
6,92
6,16
6,04
6,74
5,21
42
Pemko Bandung
7,53
7,01
6,99
5,57
6,79
4,53
43
Pemko Ambon
6,88
6,80
7,49
6,83
7,23
4,45
44
Pemkab Banyumas
6,94
6,77
6,35
6,59
6,40
4,83
45
Pemko Pekanbaru
6,61
6,64
7,53
7,87
7,13
3,53
46
Pemko Balikpapan
7,27
6,77
7,48
5,27
6,72
4,40
Survei Integritas Sektor Publik 2011
Lampiran
No
Instansi Nasional
Pengalaman Korupsi
CaraPandang Terhadap Korupsi
Lingkungan Kerja
Sistem Administrasi
Perilaku Individu
Pencegahan Korupsi
47
Pemko Jayapura
6,53
6,39
7,60
6,75
6,49
6,06
48
Pemko Pangkal Pinang
7,05
6,74
7,40
4,94
7,25
4,03
49
PT. PLN (Persero)
6,50
6,43
6,93
6,59
6,53
5,37
50
Mahkamah Agung
6,73
6,59
6,97
6,04
6,48
4,59
51
Pemko Makasar
6,63
6,32
7,56
6,61
6,78
4,40
52
Pemkab Mamuju
7,07
6,34
5,88
6,20
6,48
4,89
53
Pemko Palangkaraya
6,48
6,50
6,38
6,58
7,06
3,75
54
Pemko Jambi
6,88
6,91
5,40
5,16
5,51
3,77
55
Pemko Cilegon
7,05
6,45
6,31
5,50
6,31
3,18
56
Kementerian Hukum dan HAM
6,25
6,22
6,96
6,17
6,42
4,44
57
Badan Pertanahan Nasional
6,22
6,17
6,65
5,93
6,27
5,07
58
Pemko Palu
6,71
6,75
7,64
6,11
5,23
1,91
59
Pemko Bandar Lampung
6,44
6,39
6,75
6,29
6,06
3,01
60
Pemko Banda Aceh
6,88
6,59
6,29
5,68
5,85
1,97
61
Pemko Malang
5,93
6,19
6,31
7,09
6,05
3,43
62
Kepolisian Negara RI
5,92
5,68
6,47
6,29
6,08
4,89
63
Pemko Medan
5,69
5,21
5,36
6,82
5,79
6,08
64
Pemko Bima
6,09
5,67
5,68
6,47
6,24
2,70
65
Pemko Binjai
5,28
5,54
5,17
5,52
6,05
5,71
66
DKI Jakarta
5,50
5,51
6,71
5,96
5,74
4,74
67
Kementerian Koperasi dan UKM
5,97
5,88
5,74
4,93
6,15
2,92
68
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
4,84
5,43
6,52
5,81
6,13
5,14
69
Kementerian Agama
5,35
5,41
6,64
6,00
6,30
3,63
70
Pemko Lhokseumawe
4,77
5,37
4,57
5,58
4,66
5,77
71
Pemko Bekasi
5,00
4,74
5,71
5,95
5,92
5,10
72
Pemkab Jember
5,96
5,28
6,09
5,78
5,51
1,01
73
Pemko Kendari
5,73
5,70
5,19
4,78
3,63
0,87
74
Pemko Manado
5,08
4,08
5,73
5,28
6,49
4,50
75
Pemko Cirebon
4,40
4,63
6,89
5,82
6,23
1,97
76
Pemko Pematang Siantar
4,33
4,94
7,49
3,94
6,83
1,32
77
Pemko Tangerang
4,25
4,16
5,89
5,88
5,70
3,25
78
Pemko Lubuk Linggau
3,10
3,59
4,06
5,65
7,52
6,38
79
Pemko Bogor
4,19
3,86
6,14
5,24
5,25
3,84
80
Pemko Palembang
4,03
3,78
4,91
5,29
4,94
5,01
81
Pemko Bengkulu
3,63
3,44
4,77
5,45
5,54
6,00
82
Pemko Ternate
4,10
3,54
4,51
4,37
4,43
5,82
83
Pemkab Manokwari
3,42
3,19
4,09
4,61
4,87
4,60
84
Pemko Semarang
3,41
3,05
4,78
4,77
4,84
4,01
85
Pemko Serang
2,87
3,44
4,91
5,68
4,12
2,15
86
Pemko Depok
3,74
3,10
5,01
5,66
3,73
2,32
87
Pemko Metro
2,72
2,55
4,23
5,48
2,99
4,40
Survei Integritas Sektor Publik 2011
173
174
Lampiran
Lampiran 39, No
Indikator Instansi Pusat
Instansi Nasional
Pengalaman Korupsi
CaraPandang Terhadap Korupsi
Lingkungan Kerja
Sistem Administrasi
Perilaku Individu
Pencegahan Korupsi
1
Badan Koordinasi Penanaman Modal
8,00
7,99
7,99
7,04
7,10
5,84
2
Kementerian Kesehatan
8,00
7,76
8,94
6,40
7,80
5,83
3
PT. Jamsostek (Persero)
8,00
7,72
8,90
7,17
8,03
5,06
4
Kementerian Perindustrian
8,00
7,86
8,94
5,68
7,82
5,83
5
PT. Pelindo II (Persero)
7,93
7,66
8,75
7,20
7,74
5,56
6
Kementerian Perhubungan
8,00
7,78
8,46
6,14
7,55
5,83
7
Kementerian Kelautan dan Perikanan
8,00
7,99
8,64
7,06
7,47
3,90
8
Kementerian Pertanian
8,00
7,66
7,70
7,41
7,65
5,31
9
Kementerian Komunikasi dan Informatika
8,00
8,05
8,24
4,74
7,74
5,29
10
Kementerian Pendidikan Nasional
8,00
7,88
8,88
7,12
7,67
3,66
11
PT. Pertamina (Persero)
8,00
7,60
8,92
6,70
7,78
5,15
12
Badan Pengawas Obat dan Makanan
8,00
7,78
7,76
6,00
7,07
5,66
13
Mahkamah Agung
8,00
7,38
6,91
7,46
6,93
6,21
14
PT. PELNI (Persero)
8,00
8,02
8,25
6,72
7,79
2,37
15
Kementerian ESDM
7,83
7,66
8,46
6,38
7,25
4,26
16
BNP2TKI
8,00
7,53
7,53
6,74
7,00
3,94
17
Kementerian Kehutanan
8,00
7,49
8,25
6,43
7,77
3,88
18
Kementerian Perdagangan
8,00
7,61
5,93
5,13
5,09
5,38
19
PT. Angkasa Pura II (Persero)
7,30
6,92
6,15
6,04
6,74
5,20
20
Kementerian Koperasi dan UKM
5,97
5,88
5,74
4,93
6,15
2,92
21
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
4,84
5,43
6,52
5,81
6,14
5,14
22
Kementerian Agama
5,06
5,29
5,47
6,26
5,92
4,91
Pengalaman Korupsi
CaraPandang Terhadap Korupsi
Lingkungan Kerja
Sistem Administrasi
Perilaku Individu
Pencegahan Korupsi
Lampiran 40, No
Indikator Instansi Vertikal
Instansi Nasional
1
Badan Pertanahan Nasional
6,22
6,17
6,65
5,93
6,27
5,07
2
Kementerian Agama
5,38
5,42
6,76
5,98
6,34
3,50
3
Kementerian Hukum dan HAM
6,25
6,22
6,96
6,17
6,42
4,44
4
Kementerian Keuangan
7,93
7,86
8,40
7,06
7,66
5,61
5
Kepolisian Negara RI
5,92
5,68
6,47
6,29
6,08
4,89
6
Mahkamah Agung
6,70
6,57
6,97
6,00
6,47
4,55
7
PT. PLN (Persero)
6,50
6,43
6,93
6,59
6,53
5,37
Survei Integritas Sektor Publik 2011
Lampiran
Lampiran 41, No
Indikator Instansi Pemerintah Kota
Instansi Nasional
Pengalaman Korupsi
CaraPandang Terhadap Korupsi
Lingkungan Kerja
Sistem Administrasi
Perilaku Individu
Pencegahan Korupsi
1
Pemko Dumai
8,00
8,18
8,77
7,21
7,44
5,80
2
Pemko Bukittinggi
8,00
8,24
8,86
6,81
7,75
4,59
3
Pemko Bitung
7,95
7,98
7,95
7,17
7,14
6,08
4
Pemko Yogyakarta
8,00
7,84
8,68
6,29
7,82
6,30
5
Pemko Batam
7,77
8,00
8,48
6,34
7,66
5,63
6
Pemko Pontianak
7,62
7,93
8,34
7,35
7,35
5,54
7
Pemko Gorontalo
7,84
7,67
7,86
7,33
7,82
5,35
8
Pemko Surakarta
7,85
7,57
7,27
7,06
7,68
6,20
9
Pemko Banjarbaru
8,00
7,51
8,36
8,19
6,55
5,85
10
Pemko Surabaya
7,91
7,81
8,10
6,77
7,70
4,89
11
Pemko Denpasar
7,78
7,48
8,08
6,65
7,60
5,91
12
Pemko Tanjung Pinang
7,95
8,09
5,64
5,86
5,08
6,48
13
Pemko Pare-pare
7,95
7,57
8,55
5,58
7,78
5,48
14
Pemkab Sidoarjo
7,52
7,65
8,58
6,52
7,57
4,54
15
Pemko Samarinda
8,00
7,82
8,90
4,73
7,80
3,37
16
Pemko Mataram
7,44
7,37
7,95
6,14
7,24
6,05
17
Pemko Padang
7,35
7,32
8,03
7,22
7,36
5,09
18
Pemko Pekalongan
7,70
7,42
6,66
5,34
7,24
6,05
19
Pemko Banjarmasin
7,62
7,04
7,05
6,32
7,43
5,26
20
Pemko Kediri
7,73
7,54
7,90
6,64
6,95
2,32
21
Pemko Madiun
7,64
7,50
7,12
6,74
6,39
3,00
22
Pemko Kupang
7,33
7,06
7,10
5,69
6,78
6,15
23
Pemko Bandung
7,53
7,01
6,99
5,57
6,79
4,53
24
Pemko Ambon
6,88
6,80
7,49
6,83
7,23
4,45
25
Pemkab Banyumas
6,94
6,77
6,35
6,59
6,40
4,83
26
Pemko Pekanbaru
6,61
6,64
7,53
7,87
7,13
3,53
27
Pemko Balikpapan
7,27
6,77
7,48
5,27
6,72
4,40
28
Pemko Jayapura
6,53
6,39
7,60
6,75
6,49
6,06
29
Pemko Pangkal Pinang
7,05
6,74
7,40
4,94
7,25
4,03
30
Pemkab Mamuju
7,07
6,34
5,88
6,20
6,48
4,89
31
Pemko Makasar
6,63
6,32
7,56
6,61
6,78
4,40
32
Pemko Palangkaraya
6,48
6,50
6,38
6,58
7,06
3,75
33
Pemko Jambi
6,88
6,91
5,40
5,16
5,51
3,77
34
Pemko Cilegon
6,92
6,29
6,16
5,34
6,35
3,64
35
Pemko Palu
6,71
6,75
7,64
6,11
5,23
1,91
36
Pemko Bandar Lampung
6,44
6,39
6,75
6,29
6,06
3,01
37
Pemko Banda Aceh
6,88
6,59
6,29
5,68
5,85
1,97
38
Pemko Malang
5,93
6,19
6,31
7,09
6,05
3,43
39
Pemko Medan
5,69
5,21
5,36
6,82
5,79
6,08
40
Pemko Bima
6,09
5,67
5,68
6,47
6,24
2,70
41
Pemko Binjai
5,28
5,54
5,17
5,52
6,05
5,71
42
DKI Jakarta
5,50
5,51
6,71
5,96
5,74
4,74
43
Pemko Lhokseumawe
4,77
5,37
4,57
5,58
4,66
5,77
44
Pemko Bekasi
5,00
4,74
5,71
5,95
5,92
5,10
45
Pemkab Jember
5,96
5,28
6,09
5,78
5,51
1,01
46
Pemko Kendari
5,73
5,70
5,19
4,78
3,63
0,87
47
Pemko Manado
5,08
4,08
5,73
5,28
6,49
4,50
48
Pemko Cirebon
4,40
4,63
6,89
5,82
6,23
1,97
49
Pemko Pematang Siantar
4,33
4,94
7,49
3,94
6,83
1,32
Survei Integritas Sektor Publik 2011
175
176
Lampiran
No
Instansi Nasional
Pengalaman Korupsi
CaraPandang Terhadap Korupsi
Lingkungan Kerja
Sistem Administrasi
Perilaku Individu
Pencegahan Korupsi
50
Pemko Tangerang
4,25
4,16
5,89
5,88
5,70
3,25
51
Pemko Lubuk Linggau
3,10
3,59
4,06
5,65
7,52
6,38
52
Pemko Bogor
4,19
3,86
6,14
5,24
5,25
3,84
53
Pemko Palembang
4,03
3,78
4,91
5,29
4,94
5,01
54
Pemko Bengkulu
3,63
3,44
4,77
5,45
5,54
6,00
55
Pemko Ternate
4,10
3,54
4,51
4,37
4,43
5,82
56
Pemkab Manokwari
3,42
3,19
4,09
4,61
4,87
4,60
57
Pemko Semarang
3,41
3,05
4,78
4,77
4,84
4,01
58
Pemko Serang
2,87
3,44
4,91
5,68
4,12
2,15
59
Pemko Depok
3,74
3,10
5,01
5,66
3,73
2,32
60
Pemko Metro
2,72
2,55
4,23
5,48
2,99
4,40
Survei Integritas Sektor Publik 2011
7,72
5,61
Ambon
Bandar Lampung
6,85
5,65
5,28
0,00
5,48
3,23
3,12
Palembang
Balikpapan
Manado
Semarang
Palu
Makasar
DKI Jakarta
4,24
Banda Aceh
Bandung
7,42
6,23
Medan
6,33
6,51
Jayapura
Surabaya
7,33
Kupang
6,24
4,81
Denpasar
7,24
7,01
Padang
Mataram
7,69
Banjarmasin
6,88
Yogyakarta
Sertifikat
BPN
3,18
3,32
5,78
0,00
3,93
6,70
7,78
5,59
6,51
6,25
4,48
7,48
6,51
7,24
7,5
7,68
7,02
3,89
6,57
7,70
6,73
Kadastral
2,85
3,36
3,72
0,00
4,04
4,71
3,60
6,50
5,55
7,16
4,51
3,89
6,46
6,21
5,81
6,75
5,74
7,18
5,52
7,14
7,49
KUA
Kementerian Agama
5,32
4,13
4,77
0,00
3,55
6,85
5,22
4,54
5,97
5,23
5,88
4,61
5,46
7,11
6,95
6,97
5,30
7,25
5,38
7,08
7,16
Paspor
7,11
7,2
3,26
0,00
5,29
5,79
6,83
6,70
6,43
3,43
7,53
7,81
6,22
6,10
7,79
4,58
7,47
6,74
7,51
7,39
7,52
Lapas
Kementerian Hukum dan HAM
7,41
7,71
7,64
0,00
7,75
6,53
7,61
7,89
6,41
7,46
7,55
7,46
7,60
7,32
0,00
7,8
7,58
7,51
7,94
7,53
7,94
Lelang
7,69
7,78
7,85
0,00
7,82
7,31
7,66
7,71
7,16
7,41
7,51
7,98
7,76
7,46
7,91
7,90
7,18
7,64
7,97
7,59
7,63
PPKP
7,63
7,58
7,78
0,00
7,85
7,29
7,71
7,72
7,25
7,44
7,56
7,9
7,82
7,46
7,93
7,83
7,74
7,79
7,94
7,58
7,94
SP2D di KPPN
Kementerian Keuangan
0,00
7,86
0,00
5,36
0,00
0,00
7,18
0,00
0,00
7,35
7,26
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
Bea Masuk
Nilai dan Peringkat Integritas Unit Layanan Vertikal berdasarkan Integritas Kota
Pontianak
Kota
Lampiran 42,
3,68
3,32
3,83
0,00
3,54
4,38
5,76
3,74
6,29
4,41
7,57
4,91
5,98
6,25
3,85
5,83
6,49
6,93
4,83
7,26
7,73
SIM
3,82
4,56
5,01
0,00
6,50
5,56
4,93
7,15
6,37
5,72
6,69
5,19
6,54
6,77
4,83
7,49
6,81
7,51
7,47
7,24
7,82
SKCK
Kepolisian Negara RI
3,48
4,81
6,35
0,00
7,01
5,61
4,4
6,93
6,52
4,65
2,86
7,74
7,26
6,52
7,67
6,67
7,36
7,44
7,63
6,39
7,47
Tilang
3,10
4,73
3,77
0,00
6,98
6,34
7,56
7,27
6,12
7,40
4,97
7,73
6,96
5,52
7,60
6,73
7,25
7,41
7,56
7,36
6,39
P, Umum
Mahkamah Agung
7,59
4,95
4,56
0,00
5,94
7,08
3,33
6,82
5,59
7,23
7,88
7,5
5,55
7,13
6,90
7,07
7,34
7,66
7,73
7,63
7,74
Tambah Daya
3,50
3,46
3,30
0,00
5,39
4,13
7,27
5,56
6,03
6,54
7,91
5,34
6,61
6,83
5,75
7,04
6,66
7,94
7,68
7,40
7,56
Pasang Baru
PT. PLN (Persero)
Lampiran
Survei Integritas Sektor Publik 2011
177
8,01
7,91
7,22
4,46
7,86
6,66
Padang
Denpasar
Kupang
Jayapura
Survei Integritas Sektor Publik 2011
6,70
7,34
5,42
5,12
0,00
5,64
2,83
2,56
DKI Jakarta
Bandung
Palembang
Balikpapan
Manado
Semarang
Palu
7,74
Medan
4,12
6,82
Makasar
7,90
7,98
Mataram
Surabaya
Banda Aceh
6,59
6,39
Banjarmasin
2,58
2,95
5,96
0,00
3,28
6,93
8,00
6,00
6,94
5,86
3,99
8,14
8,05
5,63
Ambon
Bandar Lampung
7,35
3,67
6,51
7,95
7,98
7,05
7,10
Kadastral
Yogyakarta
Sertifikat
BPN
2,41
2,93
2,81
0,00
3,57
4,52
3,36
7,22
5,88
7,48
4,52
3,20
6,58
6,62
5,78
6,75
5,73
7,84
5,24
7,64
8,19
KUA
Kementerian Agama
5,26
3,51
4,24
0,00
2,83
7,16
5,46
4,18
6,28
4,65
7,18
4,26
5,22
7,80
7,16
7,09
5,09
7,29
5,34
7,29
7,95
Paspor
7,90
7,91
2,36
0,00
5,69
6,40
7,05
7,70
6,36
2,60
8,00
8,15
6,22
6,38
8,10
3,53
7,85
7,65
8,04
7,86
8,17
Lapas
Kementerian Hukum dan HAM
8,19
8,10
7,91
0,00
7,95
6,72
7,98
8,14
6,81
7,54
7,87
7,95
8,00
8,05
0,00
8,05
7,86
7,89
8,05
7,95
8,19
Lelang
7,94
8,10
8,17
0,00
8,17
7,57
7,98
7,96
8,04
7,42
7,85
8,07
8,15
8,14
8,19
8,17
7,32
7,87
8,07
7,98
8,02
PPKP
7,94
8,10
8,04
0,00
7,96
7,75
7,96
7,87
8,06
7,55
7,86
8,00
8,05
8,13
8,19
8,07
7,79
8,10
8,17
8,02
8,19
SP2D di KPPN
Kementerian Keuangan
0,00
8,17
0,00
5,34
0,00
0,00
7,73
0,00
0,00
7,44
7,39
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
Bea Masuk
3,30
2,60
3,13
0,00
2,93
4,24
6,03
2,75
6,58
3,87
7,74
4,36
6,21
6,23
2,97
5,65
6,72
7,59
4,52
7,57
8,19
SIM
3,25
4,66
4,30
0,00
6,52
5,97
5,20
7,68
6,72
5,33
7,14
4,76
6,92
6,93
4,24
7,79
7,13
7,93
8,13
7,53
8,19
SKCK
Kepolisian Negara RI
Nilai dan Peringkat Pengalaman Integritas Unit Layanan Vertikal berdasarkan Integritas Kota
Pontianak
Kota
Lampiran 43,
3,52
4,92
7,79
0,00
7,53
6,31
4,33
7,60
7,05
4,01
2,53
8,06
7,59
6,90
7,98
6,68
7,60
7,67
7,98
6,69
8,19
Tilang
2,47
4,54
2,92
0,00
7,29
6,87
8,02
7,79
6,34
7,53
5,50
7,93
7,20
5,32
7,98
6,75
7,70
7,98
8,07
7,90
7,20
P, Umum
Mahkamah Agung
8,05
4,69
4,02
0,00
5,99
7,16
2,35
7,73
5,80
7,31
7,96
8,00
5,66
7,64
7,00
7,20
7,63
7,91
8,06
7,71
8,19
Tambah Daya
2,90
2,72
1,78
0,00
5,17
3,63
7,82
5,56
6,44
6,44
8,19
5,08
6,86
7,33
5,77
7,21
6,88
8,19
8,06
7,74
8,13
Pasang Baru
PT. PLN (Persero)
178 Lampiran
7,07
5,56
Ambon
Bandar Lampung
6,23
5,23
4,49
5,88
6,10
5,59
0,00
5,17
4,03
4,25
Makasar
DKI Jakarta
Bandung
Palembang
Balikpapan
Manado
Semarang
Palu
7,02
4,37
4,06
5,43
0,00
7,34
4,78
5,65
6,77
5,28
Banda Aceh
5,47
6,65
6,36
5,44
6,69
7,02
6,37
4,32
6,70
7,19
6,08
Kadastral
Medan
5,35
6,22
Jayapura
Surabaya
6,26
Kupang
5,94
5,5
Denpasar
5,75
6,59
Padang
Mataram
7,11
Banjarmasin
6,44
Yogyakarta
Sertifikat
BPN
3,74
4,21
5,54
0,00
4,98
5,1
4,08
5,06
4,88
6,52
4,50
5,28
6,22
5,40
5,87
6,75
5,75
5,85
6,07
6,13
6,10
KUA
Kementerian Agama
5,43
5,38
5,84
0,00
4,99
6,23
4,74
5,25
5,36
6,38
3,28
5,30
5,95
5,72
6,52
6,72
5,72
7,17
5,46
6,67
5,57
Paspor
5,53
5,77
5,06
0,00
4,50
4,58
6,38
4,71
6,56
5,09
6,60
7,13
6,23
5,55
7,16
6,67
6,7
4,91
6,45
6,46
6,23
Lapas
Kementerian Hukum dan HAM
5,86
6,94
7,09
0,00
7,35
6,14
6,87
7,39
5,62
7,30
6,92
6,48
6,81
5,87
0,00
7,29
7,03
6,75
7,72
6,70
7,45
Lelang
7,19
7,13
7,2
0,00
7,11
6,78
7,02
7,20
5,40
7,38
6,83
7,81
6,99
6,10
7,36
7,35
6,89
7,18
7,77
6,81
6,84
PPKP
7,01
6,54
7,25
0,00
7,64
6,36
7,21
7,43
5,63
7,21
6,96
7,71
7,37
6,12
7,40
7,36
7,64
7,17
7,48
6,71
7,43
SP2D di KPPN
Kementerian Keuangan
0,00
7,23
0,00
5,41
0,00
0,00
6,09
0,00
0,00
7,17
7,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
Bea Masuk
Nilai dan Peringkat Potensi Integritas Unit Layanan Vertikal berdasarkan Integritas Kota
Pontianak
Kota
Lampiran 44,
4,44
4,77
5,24
0,00
4,77
4,66
5,21
5,72
5,70
5,48
7,24
6,01
5,51
6,29
5,62
6,20
6,03
5,60
5,44
6,65
6,81
SIM
4,97
4,35
6,43
0,00
6,46
4,74
4,39
6,08
5,67
6,50
5,79
6,06
5,77
6,46
6,01
6,88
6,16
6,67
6,16
6,65
7,07
SKCK
Kepolisian Negara RI
3,40
4,60
3,48
0,00
5,96
4,22
4,55
5,59
5,45
5,94
3,52
7,11
6,60
5,77
7,06
6,66
6,87
6,97
6,94
5,80
6,02
Tilang
4,35
5,11
5,46
0,00
6,37
5,27
6,64
6,23
5,68
7,13
3,90
7,33
6,47
5,92
6,85
6,69
6,36
6,26
6,53
6,29
4,76
P, Umum
Mahkamah Agung
6,68
5,46
5,65
0,00
5,85
6,92
5,30
4,99
5,18
7,07
7,71
6,50
5,33
6,10
6,70
6,80
6,76
7,15
7,06
7,46
6,84
Tambah Daya
4,69
4,93
6,34
0,00
5,82
5,12
6,18
5,56
5,20
6,75
7,34
5,87
6,10
5,83
5,71
6,69
6,21
7,45
6,92
6,72
6,41
Pasang Baru
PT. PLN (Persero)
Lampiran
Survei Integritas Sektor Publik 2011
179
180
Lampiran
Lampiran 45, Nilai dan Peringkat Unit Layanan Pemerintah Kota No
Kota
KTP
IMB
SIUP
Integritas
Pengalaman
Potensi
Integritas
Pengalaman
Potensi
Integritas
Pengalaman
Potensi
1
Ambon
4,51
4,31
4,91
7,70
8,02
7,07
7,71
8,13
6,86
2
Balikpapan
7,42
7,94
6,38
7,35
7,87
6,30
4,71
4,87
4,38
3
Banda Aceh
5,20
5,51
4,58
6,05
6,70
4,76
6,72
7,78
4,59
4
Bandar Lampung
4,43
4,22
4,86
6,43
7,18
4,94
7,21
7,82
5,98
5
Bandung
6,44
7,12
5,09
6,80
7,14
6,11
6,81
7,16
6,11
6
Banjarbaru
7,04
7,12
6,88
7,56
7,87
6,93
7,69
7,91
7,25
7
Banjarmasin
6,02
6,14
5,78
7,41
7,72
6,79
7,32
7,68
6,60
8
Banyumas
5,96
6,14
5,60
6,75
7,04
6,16
6,87
7,26
6,10
9
Batam
7,33
7,78
6,42
7,78
8,19
6,96
7,53
7,85
6,90
10
Bekasi
5,15
5,11
5,23
4,45
3,85
5,64
5,65
5,45
6,06
11
Bengkulu
4,02
3,12
5,81
4,28
3,66
5,52
4,23
3,68
5,34
12
Bima
5,39
5,68
4,82
6,17
6,55
5,40
5,11
5,09
5,15
13
Binjai
4,05
3,50
5,14
5,96
6,22
5,44
6,62
6,70
6,47
14
Bitung
7,13
7,68
6,03
7,82
8,06
7,35
7,92
8,19
7,37
15
Bogor
4,15
3,38
5,70
5,41
5,75
4,73
3,24
2,70
4,33
16
Bukittinggi
7,67
8,17
6,66
7,68
8,19
6,66
7,65
8,17
6,61
17
Cilegon
6,11
6,70
4,93
5,77
5,90
5,51
6,21
6,74
5,15
18
Cirebon
4,51
4,37
4,78
4,08
3,74
4,75
5,43
5,61
5,07
19
Denpasar
7,31
7,59
6,75
7,17
7,35
6,81
7,50
7,72
7,05
20
Depok
3,48
3,20
4,05
3,64
3,48
3,97
3,38
3,09
3,95
21
DKI Jakarta
5,06
5,03
5,11
6,38
6,74
5,66
5,43
5,14
5,99
22
Dumai
7,82
8,04
7,39
7,74
8,19
6,84
7,75
8,19
6,87
23
Gorontalo
7,45
7,56
7,24
7,53
7,95
6,68
7,36
7,62
6,83
24
Jambi
4,81
4,80
4,84
6,82
7,90
4,65
7,03
8,01
5,07
25
Jayapura
7,71
8,07
7,00
5,80
5,56
6,29
5,90
5,64
6,41
26
Jember
6,65
7,64
4,67
4,55
4,81
4,04
3,95
3,90
4,04
27
Kediri
6,97
7,70
5,52
6,99
7,69
5,60
6,73
7,36
5,48
28
Kendari
3,87
4,16
3,30
4,73
5,56
3,07
6,10
7,40
3,49
29
Kupang
6,20
6,55
5,49
6,96
7,05
6,79
7,42
7,79
6,67
30
Lhokseumawe
3,79
3,43
4,50
4,90
4,54
5,62
7,01
7,70
5,64
31
Lubuk Linggau
4,22
3,19
6,27
4,47
3,72
5,96
4,45
3,49
6,37
32
Madiun
6,59
7,00
5,78
7,03
7,76
5,56
6,97
7,85
5,22
33
Makasar
6,57
7,20
5,32
7,35
7,75
6,56
4,96
4,24
6,39
34
Malang
7,74
7,98
7,25
6,15
6,65
5,14
3,93
3,76
4,28
35
Mamuju
4,79
4,28
5,82
7,18
7,53
6,47
6,90
7,75
5,20
36
Manado
2,51
1,71
4,10
7,38
7,38
7,38
4,20
3,90
4,81
37
Manokwari
3,91
3,66
4,40
4,38
4,06
5,03
2,82
2,02
4,41
38
Mataram
6,33
6,28
6,44
7,56
7,96
6,76
7,54
7,93
6,75
39
Medan
4,62
4,08
5,70
6,10
6,02
6,26
6,06
5,90
6,38
40
Metro
3,34
2,70
4,63
2,87
2,38
3,86
3,25
2,69
4,37
41
Padang
6,04
6,05
6,03
7,53
8,06
6,48
7,77
7,86
7,58
42
Palangkaraya
6,70
7,36
5,38
6,31
6,55
5,82
5,78
5,57
6,21
43
Palembang
3,27
2,88
4,06
5,45
5,18
5,98
4,02
3,47
5,13
44
Palu
4,43
4,37
4,56
6,88
8,02
4,61
6,91
7,83
5,06
45
Pangkal Pinang
7,21
7,95
5,74
5,60
5,69
5,41
6,44
6,81
5,69
Survei Integritas Sektor Publik 2011
Lampiran
No
Kota
47
KTP
IMB
SIUP
Integritas
Pengalaman
Potensi
Integritas
Pengalaman
Potensi
Integritas
Pengalaman
Potensi
Pekalongan
6,85
7,12
6,32
7,29
7,90
6,08
7,09
7,45
6,38
48
Pekanbaru
6,64
7,08
5,75
4,90
4,64
5,43
8,00
8,19
7,61
49
Pematang Siantar
4,67
4,73
4,55
4,56
4,74
4,21
4,72
4,90
4,37
50
Pontianak
7,77
8,15
7,00
7,31
7,60
6,74
7,55
7,82
7,00
51
Samarinda
7,10
7,90
5,51
7,11
7,85
5,64
7,21
7,85
5,92
52
Semarang
4,17
3,76
4,98
3,24
2,68
4,35
3,43
2,98
4,33
53
Serang
3,90
4,17
3,36
3,41
2,92
4,38
3,32
2,80
4,37
54
Sidoarjo
6,33
6,85
5,28
7,76
8,11
7,05
7,61
7,90
7,04
55
Surabaya
7,09
7,62
6,04
7,54
7,86
6,90
7,64
8,02
6,89
56
Surakarta
6,76
7,02
6,23
7,76
7,96
7,35
7,77
7,95
7,41
57
Tangerang
6,08
6,28
5,68
3,59
3,06
4,65
3,71
3,22
4,69
58
Tanjung Pinang
7,09
7,94
5,39
7,39
8,17
5,82
7,44
8,06
6,21
59
Ternate
3,98
3,49
4,97
4,24
3,96
4,81
4,00
3,60
4,79
60
Yogyakarta
7,43
7,85
6,58
7,71
7,93
7,27
7,65
7,87
7,22
Survei Integritas Sektor Publik 2011
181